SKRIPSI ILMU LADUNI DALAM PANDANGAN SYAIKH...
Transcript of SKRIPSI ILMU LADUNI DALAM PANDANGAN SYAIKH...
SKRIPSI
ILMU LADUNI DALAM PANDANGAN SYAIKH KHAERIL MUNIER ARLI
MURSYID TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH
BONGAS INDRAMAYU JAWA BARAT
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Stara 1 (S.Ag)
Oleh
SUHER
(1112033100044)
PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk memperdalam pemikiran salah satu Mursyid yangberpengaruh di dunia Islam dan mempunyai peran penting dalam TarekatQadiriyah wa Naqsyabandiyah yakni Syaikh Khaeril Munier Arli, terutamadiwilayah Bongas-Indramayu Jawa Barat yang pada hakikatnya setiap manusiaberpotensi mendapatkan ilmu laduni dengan melalui tahapan pembersihan hatiyang sifatnya rohaniyah dan syar’iyah walaupun pada hakikatnya Tuhan yangberkehendak. Metode penilitian yang digunakan adalah metode deskriptifkualitatif. Jenis penelitian ini merumuskan data hasil penelitian dengan kata-kataatau kalimat yang dipisah-pisah menurut katagori dan dianalisis untukmemperoleh kesimpulan yang diperoleh dari Syaikh Khaeril Munier Arli yangberkaitan dengan ilmu laduni. Mengenai teknik pengumpulan data yangdigunakan oleh peneliti dalam penelitiannya tentang ilmu laduni penulis langsungmewawancarai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu laduni. Hasil dari penelitianini menyimpulkan bahwa pemikiran Syaikh Khaeril Munier Arli mengenaipersoalan ilmu laduni sedikit berbeda dengan pemikiran tentang ilmu laduni yangdisampaikan oleh al-Ghazali, pemikiran Syaikh Khaeril Munier Arli tentang ilmuladuni penyebutannya lebih spesifik. Didalam pemikiran imam al-Ghazali bahwailmu laduni di dapatkan atau di berikan secara langsung oleh Allah tampaperantara sedangkan menurut Syaikh Khaeril Munier Arli mengenai ilmu laduniyang diberikan oleh Allah melalui Ruhul Amin atau Ruhul Qudus yang dibisikkanke dalam ainul basyirah (hati).
Kata kunci: Syaikh Khaeril Munier Arli, ilmu laduni, Ruhul Amin dan BongasIndramayu Jawa Barat.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini,
berjudul: Ilmu Laduni dalam pandangan Syaikh Khaeril Munier Arli
Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Bongas-Indramayu Jawa
Barat. Salawat dan salam penulis curah-limpahkan kepada nabi Muhammad
SAW. pembawa semangat pencerahan melalui agama Islam.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan untaian terima kasih
dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
1. Dra. Tien Rahmatin, MA selaku ketua jurusan Aqidah dan Filsafat Islam
Negeri Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA Selaku sekretaris Jurusan Aqidah dan
Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Edwin Syarif, MA selaku dosen pembimbing penulis skripsi ini yang
telah dengan telaten, sabar, dan ikhlas membimbing penulis serta banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan Pikiran demi memberikan masukan serta
nasehat, dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. yang banyak membantu penulis
selama kuliah.
iii
5. Seluruh jajaran dosen yang ada di Fakultas Ushuluddin khususnya Jurusan
Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada
penulis semasa kuliah.
6. Aba Zuhri Maksudi (Alm) selalu membimbing dan memotivasi saya
waktu masa hidupnya, ibu (Asmadah) dan ayah (Marsikan) yang tidak
pernah lelah untuk selalu memberi nasehat serta Doa.
7. Teman-teman Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2012 yang tak jarang
penulis jadikan acuan, pandangan, dan segala hal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
8. Murid-murid dan Jamaah Aba Munier yang rela meluangkan waktunya
menemani dalam pengumpulan data selama di bongas-Indramayu Jawa
Barat. Semoga Allah memberikan kesehatan jasmani dan rohani.
Segala bantuan dan motivasi yang telah mereka berikan kepada penulis
dengan tulus, semoga Alla SWT. memberikan pahala yang berlipat kepada
mereka semua.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
menyusun skripsi ini, maka dari itu penulis sangat berharap saran dan kritik yang
lebih baik dari penulisan skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada pembaca khususnya kepada
penulis sendiri.
Jakarta, 14, Mei 2019
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah...................................................... 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6
F. Metode Penelitan ................................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9
BAB II BIOGRAFI SYAIKH KHAERIL MUNIER ARLI ............................... 11
A. Riwayat Hidup Syaikh Khaeril Munier Arli ......................................... 11
B. Perjalanan Spritual Syaikh Khaeril Munier Arli Dan Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Bongas Indramayu Jawa Barat ........... 13
BAB III IMU LADUNI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF.......................... 19
A. Pengertian Ilmu Laduni ....................................................................... 19
B. Konsep Al Qur’an dan Hadits mengenai Ilmu laduni ........................... 21
C. Ilmu Laduni Dalam Perspektif Ulama’ Tafsir ...................................... 28
D. Ilmu Ladunni Dalam Perspektif Sufi.................................................... 33
BAB IV ILMU LADUNI MENURUT SYAIKH KHAERIL MUNIER ARLI.. 36
A. Cara mendapatkan Ilmu Laduni ........................................................... 36
B. Ciri-ciri orang yang sudah mendapatkan Ilmu Laduni .......................... 47
v
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 53
A. Kesimpulan ......................................................................................... 53
B. Saran-Saran ......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN ........................................................................................................ 57
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ا - tidak dilambangkan
ب B Be
ت T Te
ث Ts te dan es
ج J Je
ح h} ha dengan titik di bawah
خ Kh ka dan ha
د D De
ذ Dz de dan zet
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy es dan ye
ص Sh es dan ha
ض d} de dengan titik di bawa
ط t} te dengan titik di bawah
ظ z} zet dengan titik di bawah
ع ‘ koma terbalik di atas hadap
kanan
vii
غ Gh ge dan ha
ف F Ef
ق Q Qi
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
ه H Ha
ء ’ apostrog
ي Y Ye
Tanda Vokal Tanda Vokal Latin Keterangan
◌ Ā fathah
◌ Ī kasrah
◌ Ū dhammah
Tanda Vokal Tanda Vokal Latin Keterangan
سا Â a dengan topi di atas
سى Î i dengan topi di atas
سو Û u dengan topi di atas
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai hamba Tuhan yang diciptakan dengan bentuk yang
sangat sempurna atau dalam bahasa al-Qur`an disebut sebagai Ahsan al-Taqwin
tidaklah sederhana sebagaimana ciptaan Tuhan yang lain. Hewan dan tumbuhan
misalnya, yang memiliki ciri khas terkesan kaku. Akibatnya makhluk selain
manusia tidak bisa berkreasi dan membuat sesuatu hal yang baru sebab
keterbatasan yang dimiliki. Beda halnya dengan manusia yang oleh Tuhan diberi
diberi perangkat canggih, dengan perantaranya manusia bisa membuat dirinya
menjadi berarti.
Perangkat canggih yang dimiliki oleh manusia tersebut adalah akal
sebagaimana Ja’far al-Khuldi mendefinisikannya sebagai sesuatu yang dapat
menjauhkan manusia dari persemaian kebinasaan.1
Akal menjadi urgen bukan hanya dalam ranah dogmatis sebagaimana
dalam beberapa keterangan al-Qur’an dan al-Sunnah, tapi lebih pada
keberadaannya yang berfungsi sebagai parameter Human Quality (kualitas
Manusia) yang cukup lantang disuarakan Muhammad Abduh bahwa dengan akal
1 Muhammad al-Sulami, Thabaqat al-Syufiyah, (Lebanon, Darul kitab Ilmiyah, 2003),hal. 236
2
manusia dapat mengenal Tuhan dan dengannya pula dapat dibedakan drajat
manusia itu sendiri.2
Kualitas manusia dapat diprediksi dengan akal yang dimilikinya. Sebab ia
bukan benda yang tidak beroperasi dan beku, akal manusia dapat menampung
ilmu dan pengetahuan yang telah diperolehnya dengan perantara dan jalan yang
sangat beragam. Dari apa yang alami dan diusahakan ilmu akan menyerap
kedalam diri manusia.
Dalam al-Qur’an sangat jelas perbedaan hal tersebut, sebagaimana surat al-
Zumar ayat: 09
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orangyang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallahyang dapat menerima pelajaran.
Ilmu menjadi ”icon” manusia yang sangat berharga, tanpa ilmu apa kira-
kira hidup akan terasa kosong dan tidak bernilai. Sebagaimana al-Ghazali
menjelaskan bahwa ilmu itu menhidupkan hati dari kebutaan, sinar penglihatan
2 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, (JakartaUniversitas UI-press, 1987), hal. 48
3
dari kegelapan dan kekuatan badan dari kelemahan yang menyampaikan hamba
pada kedudukan orang-orang baik dan derajat yang tinggi.3
Dalam tataran epistemologis, cara mendapatkan ilmu sebagai subjek dari
pengetahuan yang sangat beragam. Mayoritas manusia berusaha mendapatkannya
dengan melakukan pemasrahan dari pada ilmu, seperti mempelajari secara
alamiah maupun melalui perantara guru yang pengajarkan dan mengamalkan ilmu
yang diinginkan oleh pelajarnya. Seberapa kemauan dalam mendapatkan ilmu
yang akan singgah dan masuk kedalam otak dan hatinya.
Ada anggapan fatal tentang ilmu laduni yang perlu kita luruskan. Selama
ini ilmu laduni dipersepsikan sebagai ilmu yang datang secara tiba-tiba, dengan
tanpa upaya sedikit pun untuk meraihnya, orang yang hidupnya jauh dengan
proses pencarian ilmu pengetahuan sekalipun, akan secara tiba-tiba pula dapat
memperolehnya sehingga mendadak pintar. Dari persepsi semacam inilah ilmu
laduni dianggap sebagi ilmu gaib yang hadir begitu saja. Simsalabim
Adakadabra!4
Upaya apapun yang dilakukan sesorang untuk mendapatkannya, dianggap
pula sebagai perbuatan sia-sia. Sebab ilmu laduni itu diperoleh bukan dengan cara
peralihan, melainkan datang dengan begitu saja tanpa memerlukan prasyarat
apapun. Padahal sesungguhnya, ilmu laduni itu bukan merupakan “ilmu sebab”
sehingga ketika datang pada orang yang dungu lantas dirinya tiba-tiba jadi pintar.
3 Agus Sutiyono, Ilmu Laduni Dalam Perspektif al-Ghazali (Nadwa Jurnal PendidikanIslam vol.7, nomor 2, oktober 2013, IAIN Wali Songo Semarang), hal. 3
4 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan (Yogyakarta, Kaukaba,2011), hal. 143.
4
Tapi ia justru merupakan “ilmu akibat” hasil dari sebuah proses pencarian panjang
seseorang yang telah mengabdikan hidupnya bagi dunia keilmuan, pemikiran dan
perenungan.5
Kalau kita kaitkan dalam dunia pendidikan proses pembelajaran sangatlah
menentukan dalam memahami ilmu, berbagai macam model pembelajaran
dilaksanankan untuk meraih tujuan yang ideal. Baik dengan terjun ke lembaga
pendidikan formal maupun non formal, baik menggunakan media guru ataupun
otodidak. Lantas bagaimanakah proses terjadinya pemahaman ilmu tanpa adanya
pembelajaran sebelumnya seperti ilmu laduni yang menurut sebagian besar
masyarakat merupakan ilmu yang didapatkan tanpa melalui proses pembelajaran.
Contoh dikalangan komunitas santri pondok pesantren, ilmu laduni
tidaklah asing di telinga mereka. Banyak orang yang terkesima sekaligus
skeptis antara percaya dan tidak percaya terhadap eksistensi ilmu laduni.
Sebab dengan orang yang memiliki ilmu laduni, maka dia dengan mudah
untuk memiliki berbagai macam pengetahuan yang dia inginkan, tanpa
bersusah payah untuk mempelajarinya, sebab ilmu itu datang langsung dari
Allah SWT, masuk kedalam hati manusia.
Realitanya sangat jarang ilmu ini menjadi salah satu faktor dari dualisme
pemahaman antara percara dan tidak. Apalagi dengan zaman yang sudah sangat
canggih dan maju seperti sekarang, barangkali hampir tidak ada yang percaya
dengan adanya ilmu tipe ini. Hal ini terbukti dari sahabat imam al-Ghazali ketika
5 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 145
5
berjumpa seseorang yang tidak mempercayai adanya ilmu laduni, baginya ilmu
hanya bisa diperoleh melalui belajar dan berusaha dalam pendapatkan nya.
Dengan anggapan demikian, tidak mengherankan dirinya menjutisfikasi ketiadaan
ilmu sebagi ilmu.6
Adanya ketidak yakinan dan ketidak percayaan kepada eksistensi ilmu
laduni sebagai ilmu oleh sekolompok orang, ini yang menjadi cikal bakal
diangkatnya “Ilmu Laduni Dalam Pandangan Syaikh Khaeril Munier Arli
Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Bongas-Indramayu Jawa
Barat” sebagai judul penelitian penulis.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Sangat banyak penulis yang meneliti ilmu laduni dari sudut pandang yang
berbeda. Demi konsistensi pembahasan yang akan dibahas oleh penulis dengan
tujuan mempermudah gambaran kerangka yang lebih jelas mengenai penelitian
ini, maka diberikan batasan hanya pada Ilmu Laduni menurut Mursyid Tarekat
Qadiriyyah wa Naqysabandiyyah.
Adapun yang menjadi penelitian pokok pada penulisan ini dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Cara Mendapatkan Ilmu Laduni Menurut Syaikh Khaeril Munier Arli?
2. Ciri-ciri Orang yang sudah mendapatkan Ilmu Laduni menurut Syaikh
Khaeril Munier Arli?
6 Al-Ghazali, Ar-Risalah Al-Laduniyah, (Mesir, Kardistan, 1328 H), hal. 3-4
6
C. Tujuan penelitan
bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak di capai
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Menggali lebih dalam ilmu pengetahuan dan informasi khususnya
yang berkaitan dengan ilmu laduni secara umum dan dalam perspektif
mursyid.
2. Memberikan gambaran lebih luas mengenai ilmu laduni.
3. Untuk memenuhi tugas akhir proses belajar di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada jurusan Aqidah dan
Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin.
D. Manfaat penelitian
Beberapa manfaat dari penulisan ini sebagai berikut:
1. Penulis dapat memahami lebih dalam dan memperkaya dalam
memperluas khazanah keilmuan teoritis khususnya mengenai ilmu
laduni menurut Syaikh Khaeril Munier Arli.
2. Menambahkan bahan bacaan perpustakaan di lingkungan sekitar
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap ilmu laduni atau juga disebut juga ilmu hudhuri
memang tidak hanya penulis yang meneliti. Banyak peneliti yang membahas
domain ini. Namun begitu, peneliti-peniliti yang ada tergantung dari sudut
7
pandang yang mereka memasuki objek penelitian yang dalam kasus ini adalah
ilmu laduni. Keberadaan ilmu laduni yang unik memang menjadi tantangan
tersendiri bagi akademisi atau peneliti untuk di gali ulang secara mendalam seperti
penelitian dalam bentuk jurnal dengan judul “Ilmu Laduni Dalam Perspektif Al-
Ghazali”, yang ditulis oleh Agus Sutiono di IAIN Wali Songo Semarang. Dalam
penelitian ini ilmu Laduni bukanlah suatu domain keilmuan yang orsinil yang
diambil dari kitab al-Ghazali yang berjudul al-Risalah al-Laduniyyah.
“Metode Memperoleh Ilmu Huduri dalam perspektif Filsafat Mulla
Sadra”, yang ditulis oleh Fathul Mufid, Jurusan Ushuluddin STAIN Kudus.
Penelitian hanya ditelik dari sudut pandang seorang Filsfut Mulla Sadra yang
memfokuskan pada domain ilmunya. Bagaimana ilmu itu didapat oleh manusia
sebagai aktor keilmuan. Dalam penelitian ini dissebut Ilmu H}uduri atau Laduni
adalah buah dari kebersihan hati manusia yang terus diasah sehingga siap
menerima pancaran nur ilahi.
“Ilmu Laduni Dalam Perspektif Epistimologi al-Ghazali” adalah sebuah
skripsi yang disusun oleh mahasiswa Ushuluddin Universitas Negeri Sultan Kasim
Riau. Ada pun isi dari penelitian ini adalah merupakan sepak terjang pemekiran al-
Ghazali terhadap keilmuan dalam ranah epistemek dalam semua rumpun buah
pemikiran yang ditumpahkan di semua leteratur yang mengakibatkan jauh dari
satusudut pandang yang kokoh dalam literature tertentu yang dalam hal ini adalah
kitab Arrisalah Alladuni.
8
“Ilmu Khuduri dan Kesadaran Kesatuan Mistikal (Tinjauan Kritis Atas
Pemikiran Mehdi Ha’iri Yazi).” Sebuah jurnal yang ditulis oleh Abdullah seorang
mahasiswa jurusan Aqidah dan Filsasat Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif
Kasim Riau yang mencoba menyingkap edentitas pengetahuan manusia sebagai
salah satu domain epistemologi dan prapestemek yang terkait antara pengetahuan
dengan pemilik pengetahuan yaitu Tuhan.
Secara mendasar penelitian ini mengarah pada tatanan filosofis yang
dilandaskan kepada konsep epistemek mehdi Hai’iri Yazi yang berusaha
menyingkap dimensi terdalam sebuah hubungan antara manusia dengan Tuhan
mengenai keilmuan dan mistis. Oleh karena itu, Penulis berusaha mencari sudut
pandang yang lain dalam memasuki ranah metodelogi epistemik ilmu laduni
menurut Mursyid Tarekat Qadiriyyah wa Naksabandiyah yang berbeda jauh
dengan Mehdy Hai’ri Yazi sebagaimana yang ada dalam penelitian ini.
Hasil penelitian baik berupa skripsi ataupun jurnal sebagaimana telah
disebutkan di atas dapat dijadikan para meter oleh penulis dalam menilai dan
menjustifikasi bahwa penelitian tentang imu Laduni dalam pandangan mursyid
Tarekat Qadariyuyah wa Naksabandiyah masih belum ada. Sehinng penulis tidak
ragu untuk menyelesaikan penelitian berupa skripsi ini sampai tahap akhir.
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini merumuskan data hasil penelitian dengan
kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut kategori dan dianalisis untuk
9
memperoleh kesimpulan. data yang di hasilkan dari penelitian akan dideskripsikan
terlebih dahulu sekaligus menganganalisis data tersebut dengan konsep-konsep
yang telah dipaparkan untuk mendapat kesimpulan7
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini melalui wawancara
terhadap mursyid tarekat Qodiriayah wa Naqsyabandiyah. Penelitian lapangan ini
akan di lakukan selama tujuh bulan dari bulan November sampai mei 2019.
Adapun yang menjadi bahan skunder dalam penelitian ini penulis
menggunakan buku diantaranya; Aktivasi Ilmu Laduni, karangan Rizem Aizid,
jurnal, skripsi dan banyak lagi digunakan dalam pengumpulan data yang masih
berkaitan dengan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Supaya dapat gambaran yang lebih luas tentang apa yang akan diuraikan
oleh penulis dalam penelitian ini, maka perlu kiranya penulis uraikan susunan
skripsi ini yang terdiri dari lima bab, sebagaimana berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari lima pasal pembahasan:
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Dengan menjelaskan
beberapa poin yang menyangkut pembahasan yang akan diulas pada bab-bab
berikutnya.
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu pemdekatan praktek (Jakarta, RinekaCipta 1998), hal. 243
10
Bab II membahas tentang biografi Mursyid yang terdiri dari riwayat hidup,
mulai dari masa kecilnya, perjuangan-perjuangan yang menajdi seorang mursyid
Tarekat Qadiriyyah wa Naksabandiyah dan pengikutnya.
Bab III merupakan penjelasan atau gambaran dari para ahli baik Ulama
Tafsir maupun Sufi yang bersinggungan dengan apa yang akan menjadi penjelasan
inti dari penelitian ini, yaitu ilmu laduni. Yang sampai saat ini pembahasan
mengenai ilmu laduni masih menimbulkan perdebatan tentang keberadaannya
apalagi disangkut pautkan dengan kemajuan zaman seperti saat ini, baik dari
golongan Sufi maupun dari ulama.
Bab IV adalah inti pembahasan dalam penelitian ini, dimana penulis akan
meneliti pemikiran mursyid tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyah terkait dengan
ilmu laduni dalam ranah konseptual dan bagaimana cara mendapatkan ilmu laduni
tersebut. Secara sederhana bab ini membahas beberpa poin diantaranya: cara
mendapatkan Ilmu Laduni dan cici-ciri orang yang sudah mendapatkan Ilmu
laduni.
Bab V merupakan bab terakhir dari penyusunan skripsi ini yang memuat
mengenai kesimpulan dari seluruh bab-bab pembahasan sebelumnya dan ditutup
dengan saran-saran.
11
BAB II
BIOGRAFI SYAIKH KHAERIL MUNIER ARLI
A. Riwayat Hidup Syaikh Khaeril Munier Arli
Beliau dilahirkan dengan diberi nama Khaeril Munier bin Arli putra dari
kyai Arli Ibn Mbah Kamarun Ibn Suro Ibn Mbah Abdurrahman Ibn Mbah Hadi
Menggolo Ibn al-Syaikh Sunan Abinowo bin al-Syaikh Sunan Hadi Wijaya (Jaka
Tingkir).
Beliau biasa disapa Mbah Munier, lahir di Demak 3 April tahun 1965,
menikah Tahun 1986 dan dikarunia dua anak, pertama: Mubarokah dan anak yang
kedua bernama Mufti al-Dzaki. Adapun Guru-guru syaikh Khaeril Munier Arli
yang paling sering disebutkan dan memberikan beberapa ijazah ilmu hikmah
adalah Mbah Romli Jombang Peterongan, Mbah Muslih Mranggen, Kyai Rofi’i
Mranggen, Mbah Faqih Langitan.1
Menurut Dr. Abdul Hakim Wahid, MA murid Syaikh Khaeril Munier Arli,
Kyai Arli lahir di blok Ronggos Desa Kebonbatur yang setelah menikah pindah ke
blok Kadilangon Kelurahan Kebonbatur Kec. Mranggen Kab. Demak. Nasab Kyai
Arli sampai kepada Mbah Hadi Girikusumo Kec. Mranggen Demak yang
berdasarkan silsilahnya bersambung sampai kepada Sunan Terboyo pendiri Kota
Semarang.
1 Wawancara dengan Abdul Hakim Wahid bin Masrohan bin Ahmad bin Abdul Ghani,(Fakultas Ushuluddin lantai 7 UIN syarif Hidayatullah Jakarta 12 Juli 2019, 11:00 WIB)
12
Masa Kecil bersama ayahnya Kyai Arli, beliau tumbuh dalam keluarga
sederhana yang ketat dalam pendidikan agama. Berdasarkan cerita dari Syaikh
Munier sendiri bahwa ketika kelas 1 SD, ayahnya sudah memaksa agar beliau
selalu shalat lima waktu di depan ayahnya dengan suara lantang sehingga sejak
kecil beliau sudah hafal bacaan shalat dengan benar, diantara ketegasan ayahnya
adalah bahwa ayahnya pernah menyatakan bahwa anak laki-laki ini (Munier kecil)
nanti akan menjadi orang istimewa, karena itu ayahnya mengujinya dengan
melemparkanya dari atas pohon kelapa sehingga sampai sekarang masih ada
bekas cacat pada kaki beliau yang tampak dari cara berjalan yang sedikit pincang.
Beliau Menerima Bai’at dari Ayahnya ketika masih kelas lima SD sebelum
ayahnya Meninggal dunia, dan setelah ayahnya meninggal ia sering merenung
tentang makna kehidupan, dan karena merasa sangat kehilangan akhir beliau
memutuskan untuk berhenti sekolah dan bekerja ke jakarta, dan itu adalah awal
pengembaraanya.
Dengan demikian maka Pendidikan Formalnya hanya sampai kelas lima
SD, di MI Falahiyyah Sambung Semarang Selatan., berdasarkan cerita Ust.
Musta’in teman sekelasnya waktu itu (sekarang ikut menjadi jamaah beliau ),
semasa sekolah teman-temanya mengakui kecerdasanya yang selalu meraih juara
pertama dikelasnya.
Kepribadian beliau adalah orang yang sangat sederhana dan terbuka
dengan semua orang. Dari cara berpakaian tidak pernah menampakkan bahwa
beliau seorang Kyai, bahkan lebih sering memakai kaos dan tidak berpeci seperti
orang biasa, sebagai seorang guru beliau sangat sabar dan tidak pernah marah atau
13
menyalahkan muridnya, solusi-solusi yang beliau berikan terasa mudah dicerna
oleh berbagai kalangan dengan berbeda-beda latar belakang pendidikan. Beliau
juga sangat humoris sehingga pengajian yang biasa dilakukan berjama’ah tidak
terasa tegang, meskipun demikian humornya tidak menyimpang dari aturan
B. Perjalanan Spritual Syaikh Khaeril Munier Arli dan Tarekat
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Bongas Indramayu Jawa Barat
Syaikh Khaeril Munier Arli menjelaskan bahwa setelah di bai’at oleh
ayahnya pada tanggal 27 November 1977, ia sering merenungi kehidupan dan
penciptaan alam semesta, salah satu yang masih beliau ingat adalah ketika duduk
di bawah pohon klampis di tepi kebun pada tanggal 9 september 1978, yang
kemudian mendapatkan ilham tentang kebenaran.
Selanjutnya beliau mengembara yang dimulai dari makam Syaikh Khalil
Bangkalan Madura, yang menurut beliau disebut Pangkalan atau terminal sebagai
titik awal perjalanan, selanjutnya beliau berpindah-pindah ziarah ke makam para
wali Allah yang ada di pulau Jawa, dan tidak meninggalkan sebuah makam
kecuali telah mendapatkan petunjuk untuk pindah ke tujuan berikutnya hingga
sampai di makam sunan Kalijaga yang merupakan tempat terakhir
pengembaraanya.2
Pengembaraan beliau di Jakarta tidak banyak yang tahu, dan orang di
kampungnya hanya tahu bahwa beliau bekerja di Jakarta sebagai seorang tukang
2 Wawancara dengan Abdul Hakim Wahid bin Masrohan bin Ahmad bin Abdul Ghani,(Fakultas Ushuluddin lantai 7 UIN syarif Hidayatullah Jakarta 12 Juli 2019, 11:00 WIB)
14
kayu. Hingga pada tahun 1986 beliau pulang kampung untuk menikah dengan Bu
Nyai Mar’ah Shalihah tetangganya di kampung dan setelah itu beliau di kampung
terkenal sebagai seorang dukun atu ahli Hikmah.
Menurut Dr. Abdul Hakim Wahid, MA beliau mulai mengajarkan toriqoh
pada sekita tahun 1997, yang diawali dari teman-teman dekatnya yang sering
meminta do’a yang kemudian diarahkan pada pembelajaran toriqoh,
Adapun mata pencarian beliau berdasarkan informasi dari keluarga
terdekatnya, beliau mempunyai sawah yang di urus oleh istrinya dan saudaranya
yang lain dengan sistem bagi hasil, adapun keseharianya lebih banyak di isi
dengan menerima tamu yang tidak pernah sepi dari rumahnya setiap hari,
membantu jamaah, silaturahmi ke kediaman murid-muridnya dan memimpin
dzikir bersama murid-muridnya di berbagai tempat, atau memimpin ziarah sesuai
permintaan dari para murid.
Karomah Syaikh Khaeril Munier Arli, diantaranya adalah:3 1). berdirinya
Yayasan Pesantren Daarul Sa’adah Bongas pada tahun 2002, yang secara Implisit
pernah beliau sampaikan dalam sebuah obrolan bersama pada bulan september
tahun 2000. 2). pernah ketika jamaah sedang pergi bersama beliau dan kehabisa
uang untuk membeli bensin, beliau hanya mengambil daun dan menjadi uang,
kejadian perubahan benda menjadi uang atau menjadi yang lain sangat sering
ditunjukkan kepada murid-murid torikoh yang menurut beliau bertujuan untuk
3 Wawancara dengan Abdul Hakim Wahid bin Masrohan bin Ahmad bin Abdul Ghani,(Fakultas Ushuluddin lantai 7 UIN syarif Hidayatullah Jakarta 12 Juli 2019, 11:00 WIB)
15
menambah keyakinan bahwa ketika beliau bisa merubah sesuatu, maka Allah
yang menciptkan beliau lebih bisa dan kuasa untuk merubah sesuatu. 3). Beliau
sering shalat dengan meperdengarkan musik yang keras tapi beliau tetap tidak
terpengaruh, ketika memimpin shalat berjamaah beliau sering menangis ketika
membaca surat al-Fatihah. 4). Pernah suatu ketika beberapa jamaah yang berada
di Blanakan Subang membicarakan beliau, kemudian ditengah pembicaraan itu
ada seorang Jama’ah yang di telepon dan menurut beliau mendengar namanya di
sebut-sebut dan yang sering menyebutkan adalah jamaah yang mendapat telepon
tadi.
Pada mulanya Syaikh Khaeril Munier Arli mengisi pengajian di Bongas
Indramayu, pengajian tersebut hanya pengajian biasa, setiap kali Mbah Munier
datang ke Indramayu ia selalu disambut hangat oleh para jemaahnya, mereka
berkumpul dan mengaji di tempat murid beliu ataupun disaung yang terletak di
Bongas Indramayu, pengajian yang dipinpin langsung oleh mbah Munier tidak
diadakan secara rutin dan tidak ada jadwal yang ditetapkan. Setelah tahun 2000
mulailah terbentuk nama tariqat atas kesepakatan murid dan jamaah, bermula dari
itu istilah Tariqat sudah mulai terbentuk sekalipun pada waktu itu masih tidak ada
penjelasan nama tariqat nya, pengajian terus berlanjut tiap kali Mbah Munier
datang berkunjung ke Bongas Indramayu.4
Sebelum tahun 2000 pengajian yang dipinpin Mbah Munier masih berupa
perkumpulan biasa, namun Semakin hari semakin banyak jemaah yang ikut
4 Wawancara dengan Sunandar, (Aula Nawira Aulia bongas Indramayu, 3 November2018, 21:00 WIB)
16
mengaji, baik dari kalangan yang berpendidikan tinggi maupun orang-orang yang
tidak mengenal bangku sekolah, mereka semua berdatangan untuk mengaji dan
minta Do’a kepada mbah Munier.5
SILSILAH TAREKAT KHALIDIYAH NAQSYABANDIYAH
1. Rasulullah Muhammad SAW
2. Sahabat Abu Bakar al-Shiddiq
3. Sahabat Salman al-Farisi
4. Syeikh Qosim bin Muhammad
5. Syeikh Ja’far al-Shadiq
6. Syeikh Abu Yazid al-Bustamy
7. Syeikh Abi Hasan ‘Ali al-Khirqani
8. Syeikh Abi Ali al-Fadhal
9. Syeikh Yusuf al Hamdani
10. Syeikh Abdul Khaliq al-Ghujduwani
11. Syeikh ‘Arif al-Riwikari
12. Syeikh Mahmud al-Anjir Faghnawi
13. Syeikh Ali al-Rumaitini
14. Syeikh Muhammad Baba al-Samasi
15. Syeikh Amir Kullal
16. Syeikh Muhammad Baha’uddin al-Naghsabandi
17. Syeikh Muhammad bin ‘Ala’uddin al-Atthar
5 Wawancara dengan Surya, (Aula Nawira Aulia bongas Indramayu, 3 november 2018,22:00 WIB)
17
18. Syeikh Ya’qub al-Jarhi
19. Syeikh Ubaidillah al-Ahrar
20. Syeikh Muhammad al-Zahid
21. Syeikh Darwis Muhammad
22. Syeikh Muhammad al-Khawajiki
23. Syeikh Muhammad al-Baqi billah
24. Syeikh Ahmad al-Faruqi
25. Syeikh Muhammad Ma’shum
26. Syeikh Syaifuddin
27. Syeikh Nur Muhammad al-Badwani
28. Syeikh Habibillah
29. Syeikh Abdullah al-Dahlawi
30. Syeikh Khalid al-Baghdadi
31. Syeikh Sulaiman al-Quraimi
32. Syeikh Ismail al-Barusi
33. Syeikh Sulaiman al-Zuhdi
34. Syeikh Muhammad al-Hadi
35. Syeikh Manshur Solo
36. Syeikh Arli
37. Syeikh Khoirul Munir Arli
SILSILAH TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH
Syaikh Khaeril Munier Arli telah mengambil talkin dan di ijazah mutlak,
dari Kyai Arli, Ash-Syaikh Kamarun, Ash-Syaikh Abdurrahman al-Mannuri
18
(menur), dari Ash-Syaikh Zuhdy, dari Syaikh Subakir, dari Syaikh Asnawi al-
Bantani, dari Ash-syikh Abdul Karim al-Bantani al-Makki dari Maulana Ash-
Syaikh Ahmad Khotib al-Sambas al-Makki (guru besar masjidil haram) dari
Syaikh Samsuddin, dari ash-Syaikh Muhammad Murad dari ash-Syaikh Abdul
Fattah, dari ash-Syaikh Utsman dari ash-Syaikh Abdurrahim, dari ash-Syaikh
abibakar dari ash-Syaikh Yahya, dari ash-Syaikh Hisamuddin, dari ash-Syaikh
Waliyyudin, dari ash-Syaikh Nuruddin, dari ash-Syaikh Syafaruddin, dari ash-
Syaikh Samsuddin, dari ash-Syaikh al-Hattaki, dari ash-Syaikh Abdul Aziz, dari
Sultanul Aulia ash-Syaikh Abdul Qodir al-jilani, dari ash-Syaikh Abi Said al-
mubarok bin Ali al-mahzumi, dari ash-Syaikh Abil Hasan Ali bin Abi Yusuf al-
quraisyi al-hakkari, dari ash-Syaikh Abil Faroj al-turtusi dari ash-Syaikh abdul
Wahid al-tamimi dari ash-syekh Abi Bakar Dilfi bin Jahdar al-sibli dari ash-
Syaikh Abdul Qasim Junaidi Albagdade (guru mursyid, panutan ahli sufi), dari
ash-Syaikh sari al-Siqti Gani al-Syaikh Abi Mahfuz Maruf al-kurkki, dari ash-abil
hasan ali Rida, dari ash-Syaikh Musa al kadzim, dari ash-imam Jafar Shodiq, dari
ash-muhammad al-baqir, dari syekh Imam Zainal Abidin dari Syyid Syabai Ahlil
Jannah Sayyidina Husaen al-sayyid bin Fatimah al-zahra, dari Sayyidina Ali bin
abi Thalib Radiyallahu Anhum Ajmain, dari Syyidil Mursalin kekasih Tuhan
semesta alam Syyidina Muhammad SAW.6
6 Abdurrahman Al-Muhalli. Ilmu Wirosah dan Keramat Para Wali, (Cinta Buku Media. 1Oktober 2017), hal. 201-202
19
BAB III
ILMU LADUNI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
A. Pengertian Ilmu Laduni
Seorang insan dilahirkan ke muka bumi ini dalam keadaan lemah dan tak
berdaya, dan tidak mengerti apa-apa. Kemudian Allah SWT mengajarkan
kepadanya berbagai macam nama dan ilmu pengetahuan agar ia bersyukur dan
mengabdi serta menyembah kepada Allah SWT.
Pada hakekatnya, semua ilmu makhluk adalah “ilmu laduni”, artinya ilmu
yang berasal dari Allah SWT. Dan para malaikat Nya pun berkata:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yangtelah Engkau ajarkan kepada kami." (Al-Baqarah: 32)
Ilmu dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama,
ilmu yang didapat tanpa melalui tahapan belajar (wahbiy). Kedua, ilmu yang
didapat melalui usaha belajar (kasbiy).
Secara etimologi atau makna bahasa, ilmu laduni ialah ilmu pengetahuan
yang datang dari sisi Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Ilmu laduni
sangat ditentukan dan didasari oleh pengalaman batin yang secara khusus
diberikan Allah SWT kepada hamba Nya yang di inginkan. Dari fenomena itu,
20
ada sebagian orang menganggap sakral keberadaan ilmu laduni, ini karena tidak
sembarang orang bisa mendapatkannya.1
Nama lain ilmu laduni adalah ilmu mukasyafah (mampu melihat dengan
pandangan batinnya) yang berasal dari Ilham atau wahyu, sedangkan dalam buku
Ensiklopedi Islam, ilmu laduni diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
seseorang yang shaleh dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih
dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu, ilmu tersebut
bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas
kehendak dan karunia Allah SWT. Dengan demikian, ilmu mukasyafah atau ilmu
laduni ini bukanlah hasil mempelajari suatu ilmu pengetahuan, akan tetapi
merupakan ilham yang diletakkan ke dalam jiwa (hati) orang mukmin yang
hatinya bersih.2
Kata “laduni” dalam bahasa Arab bermakna di sisi.3 dan ya-nya adalah
huruf ya nisbah. Yang dimaksud dengan ilmu laduni adalah sebuah ilmu yang
diterima tanpa perantara dan media material dari Allah Swt.4
“Pemberian Allah”. Laduni mengacu pada jenis pengetahuan yang di
berikan pada Nabi Khidir a.s. Pengetahuan ini bersal langsung dari Hadirat Allah.
1 Ahmad Busyairi Harits, ilmu laduni, Dalam perspektif teori belajar modern, cet.Kedua, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), hal. 21-22
2 Rizem Aizid, Aktivasi ilmu laduni, (Diva Press, Jogjakarta, 2013), hal. 263 Khalil bin Ahmad Farahidi, Kitâb al-‘Ain, Riset dan edit Mahdi Makhzumi, Ibrahim
Samarai, jil. 8, hal. 40, Qum, Hijrah, Cetakan Kedua, 1410 H.4 Mulla Ahmad Naraqi, hal. 499, Cetakan Pertama, 1378, “Yang dimaksud dengan ilmu
laduni adalah ilmu tentang7. dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabilakamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatirdan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannyakepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul. zat dan sifat Allah tanpa mediaperantara.”
21
Pengetahuan ini tidak di peroleh melalui riset, perenungan, atau akal. Laduni
adalah pengetahuan langsung para wali Allah yang datang melalui rasa (dzawq)
dan penyingkapan (kasyf) dan di anugrakan langsung oleh Allah.5
Dalam sejarah yang dicatat oleh Alqur’an disebut Nabi Khidir, yang
memiliki pengetahuan luas dan mengetahui hal-hal yang akan terjadi di masa
mendatang. Ataupun keyakinan kebanyakan orang tentang Ilmu Ladunni yang
dimiliki oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Kelebihan (ilmu) yang dimiliki mereka
tentu merupakan sebuah anugerah karena mereka adalah hamba-hamba yang
benar-benar mengabdi pada Tuhan dan mengerti tentang Tuhan.
B. Konsep Al-Qur’an dan Hadits Mengenai Ilmu Laduni
Ilmu laduni telah menjadi wacana klasik di dalam Al Qur’an dan hadits.
Hal itu ditandai dengan adanya beberapa ayat dan hadits yang secara tersirat dan
tersurat menjelaskan ilmu ini. Kita tahu bersama bahwa Al Qur’an dan hadits
merupakan dua sumber pengetahuan yang kebenarannya mutlak.
Apa-apa yang disampaikan oleh Al Qur’an dan hadits adalah kebenaran
hakiki (mutlak). Adapun dalil-dalil ilmu laduni dalam Al-Qur’an dan Hadits
adalah sebagai berikut:
a. Q.S.Al Baqarah : 282
5 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (khazanah istilah sufi), terj. M.SNasrullah dan Ahmad Baiquni. (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), hlm. 153-154
22
“Dan bertaqwalah kepada Allah SWT, Allah SWT mengajarimu, dan AllahSWT maha mengetahui atas segala sesuatu.”
b. Q.S. Al-Ankabut : 69
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Danseseungguhnya Allah SWT benar-benar beserta orang-orang yang berbuatbaik.”
c. Q.S. Al Qashash : 7
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah Dia, dan apabila kamukhawatir terhadapnya. Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). Danjanganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih hati, karenasesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, danmenjadikannya (salah seorang) dari para rasul.
d. Q.S. Al Kahfi: 65
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba
Kami yang telah Kami, berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, danyang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami” (Q.S. Al Kahfiayat 65)6
Menurut ahli tafsir hamba yang dimaksud dalam ayat diatas adalah Nabi
Khidr, dan yang dimaksud dengan Rahmat adalah wahyu dan kenabian.
Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti
6R.H.A. Soenarjo, al-Quran dan terjemahnya, yayasan penyelenggara penerjemah /pentafsiran al-Quran, (Jakarta, 1 Maret 1971), hal 454.
23
yang akan diterangkan pada ayat-ayat berikut didalam perbincangan nabi Musa
bersama nabi Khidr.
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supayakamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telahdiajarkan kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggupsabar bersama aku.
24
68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belummempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orangyang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamumenanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendirimenerangkannya kepadamu".
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahulalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu ituakibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telahberbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnyakamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaankudan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa denganseorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamumembunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain?Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwaSesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah(kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepadapenduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapipenduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanyamendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhrmenegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamumengambil upah untuk itu".
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelakakan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapatsabar terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerjadi laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka adaseorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orangmukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itukepada kesesatan dan kekafiran.
81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi merekadengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalamkasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kotaitu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangAyahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supayamereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu,
25
sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurutkemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamutidak dapat sabar terhadapnya".
Pada ayat 65 diatas menyebutkan lafadz “Ladunna” (huruf akhir adalah
“a”), yang berarti: dari sisi Kami (Allah)”, ilmu ladunna berarti ilmu dari sisi
Allah SWT. Yang kemudian berkembang dan menjadi ilmu Ladunni (pakai huruf
“i”). Dalam beberapa tafsir disebutkan, yang disebut dengan “min ladunna
‘ilman” adalah ilmu ghaib. Menurut kalangan Tasawuf, untuk membenarkan
madzhab mereka, ilmu laduni ialah ilmu yang datang dengan sendirinya tanpa ada
perantara. Memang secara pasti kita belum mengetahui, mulai kapan istilah ilmu
laduni itu muncul, (walaupun sebenarnya bisa diprediksikan muncul setelah abad
ke 3 hijriah, bersamaan dengan munculnya kelompok-kelompok sempalan dalam
Islam). Tapi yang jelas, ilmu laduni dinisbatkan pertama kalinya kepada Nabi
Khidhir as. Karena memang ayat teks ayat diatas berkenaan dengan cerita nabi
Khidir as.7
Ilmu laduni Nabi Khidhir menurut Surat Al Kahfi hanya difokuskan pada
satu masalah saja, yaitu pengetahuan tentang masa depan, walau secara rinci
digambarkan dalam tiga peristiwa, yaitu merusak kapal yang sedang berlabuh di
pinggir pantai, membunuh anak kecil yang ditemukan di tengah jalan, dan
memperbaiki dinding yang masih roboh.
Kalau kita padukan antara ilmu laduni dengan ketiga peristiwa di atas,
akan kita temukan benang merah yang menghubungkan antara keduanya, yang
kesimpulannya sebagai berikut: ilmu laduni adalah ilmu yang bersumber dari
7 http://www.indogamers.com/f176/islam_ilmu_laduni-160272/, Diakses pada 9 mai 2019
26
Allah SWT (dan Allah sajalah yang memegang kunci-kunci alam ghoib), berarti
ilmu laduni yang diajarkan nabi Khidhir adalah ilmu ghoib. Sebagaimana yang
termaktub dalam firman Nya:
Artinya: “Dia-lah (Allah) yang mengetahui ghoib dan Dia tidakmemperilihatkan tentang yang ghoib tersebut kepada siapapun juga,kecuali kepada para Rasul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Diamengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka dan di belakangnya”(QS. Jin: 26-27)
Yang dimaksud dalam surat Al kahfi diatas adalah disingkapnya alam
ghaib bagi mereka. Caranya, dengan kasyaf (penyingkapan), tajliyat
(penampakan) serta melakukan kontak langsung dengan Allah dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.8
Mereka berdalil dengan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala.
... “...Dan bertaqwalah kepada Allah, maka Allah akan mengganjari kepadakalian semua”. [Al-Baqarah/2 : 282].
Dari berbagai pemaparan penjelasan diatas, penulis dapat menarik sebuah
kseimpulani bahwasannya Ilmu laduni adalah ilmu yang dipelajari oleh seorang
hamba dari Allah SWT tanpa perantara manusia, serta dikaitkan dengan ilmu
ghoib yang datang secara langsung dari Allah SWT tanpa melalui proses belajar
dan mengajar.
8 Al-Ghazali, Ihya ‘Ulummuddin, I/19-20 dan III/26, cet. Istiqomah, Qahirah.
27
Selain dijelaskan dalam Al Qur’an, Ilmu Ladunni juga dipaparkan dalam
Hadits-Hadits Nabi Muhammad SAW. Adapun dalil mengenai Ilmu Laduni yang
berupa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. “Dahulu ada beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang di beri
ilham. Kalaulah ada satu orang dari umatku yang diberi ilham, pastilah
orang itu umar”. (Muttafaqun ‘alaihi)
2. “Hati-hati terhadap firasat orang mukmin, karena dengannya ia melihat
cahaya Allah SWT”. ( HR.At- Tirmidzi)
3. “Barang siapa mengikhlaskan dirinya kepada Allah SWT (dalam beribadah)
selama 40 hari, maka akan zahir sumber-sumber hikmah daripada hati
melalui lidahnya.”(HR.Abu Dawud dan Abu Nu’am dalam Al Hilyah)
4. Hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya:
دثون ح م م قبلك م م في األ یكون ان ك یقول قد ان لم أنھ ك س لیھ و لى هللا ع النبي ص ن تي ع في أم یكن فإن
ح یر م ھب تفس و ابن قال نھم طاب م الخ بن ر عم د فإن أح نھم لھمون م م دثون
“Dari Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau bersabda: ‘Di dalam umat-umat
sebelum kalian ada para muhaddatsun, maka jika ada satu dari umatku
yang termasuk di dalamnya, maka sesungguhnya ‘Umar bin Khaththab
adalah salah satu dari mereka.9
9 http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/tasauf/09/02/05/29676-isyarat-isyarat-iq-eq-dan-sq-dalam-al-qur-an unduhan tanggal 3/6/2012. Diakses pada 9 mai 2019
28
Ibnu Wahb mengatakan: “Tafsir Muhaddatsun adalah orang-orang yang
diberi ilham”. Hadits ini mengantarkan kepada satu pemahaman bahwa ilham
dapat diterima oleh siapapun selain Nabi Khidhir, seperti Sayyidina ‘Umar dan
lain-lain.10
Itulah beberapa dalil tentang ilmu laduni yang dijelaskan oleh Al Qur’an
dan Hadits. dari penjelasan dan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu
laduni telah diakui kebenarannya dalam Al-Qur’an maupun Hadits.11
C. Ilmu Laduni Dalam Persepektif Ulama Tafsir
Pada dasarnya dalam memahami arti laduni mayoritas ulama merujuk pada
ayat Al Quran sebagai berikut:
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami yangtelah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kamiajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.(Qs. al-Kahf: 65)
Secara makna Ijmali, ayat ini memaparkan tentang pertemuan nabi musa
(bersama muridnya Yusak) dengan seorang hamba Allah yaitu nabi khidir, diterangkan
dalam ayat ini bahwa nabi khidir adalah seorang hamba shaleh yang dikaruniai rahmat
dan ilmu laduni atau ilmu wahbi.
Sedangkan secara makna Tahlili, ayat ini merupakan salah satu dalil adanya ilmu
wahbi atau ladunni. Dalam ayat ini diterangkan, bahwa hamba yang dianugerahi Ilmu
laduni adalah nabi Khidir, sehubungan dengan hal ini, dalam literatur kitab-kitab salaf
ditulis bahwa ilmu laduni tidak hanya di peroleh nabi Khidhir saja, akan tetapi bisa diraih
10 http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/intuisi.html. Diakses pada 9 mai 201911 Rizem Aizid, Aktivasi ilmu laduni, (Diva Press, Jogjakarta, 2013), hal. 47-49
29
oleh nabi-nabi yang lain, bahkan dapat diperoleh selain para Nabi, baik seorang wali atau
sufi.
Menurut pandangan QS. Al Kahfi: 65 seperti diisyaratkan oleh wahyu
pertama, ilmu terdiri dari dua macam, ilmu yang diperoleh tanpa usaha manusia
dan kemudian disebut ilmu laduni. Kedua ilmu yang diperoleh dengan usaha
manusia dan kemudian disebut ilmu kasb. Menurut Quraish Shihab .ayat-ayat Al
Qur’an mengisyaratkan bahwa ilmu kasb lebih banyak jumlahnya daripada ilmu
laduni.12
Menurut Prof. Muhammad Quraish Shihab menyebutkan berdasarkan
wahyu pertama yang diterima Rasullullah SAW bahwa manusia memiliki potensi
untuk meraih ilmu serta mengembangkannya dengan izin Allah SWT. Ilmu yang
bisa diperoleh manusia terdiri dari dua macam. Pertama, ilmu yang diperoleh
tanpa upaya manusia dan Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia. Ilmu
yang pertama disebut sebagai ilm ladunni dan yang kedua disebut ilm kasbi.13
Muhammad Husain Thaba’thaba’î bahwa ilmu yang dimaksud dalam ayat
tersebut adalah ilmu ghaib yang tidak diperoleh melalui sebab-sebab yang umum
dilakukan manusia seperti melalui indera atau pemikiran. Alasan beliau seperti ini
12 Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam, Sebuah bangunan ilmu islamicstudies, cet 1, (Yogyakarts, Deepublish, 2018), hal. 262
13 Lihat Muhammad. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hal 572-573
30
berdasarkan pada kata min ladunnâ yaitu ilmu yang diperoleh tanpa melalui upaya
manusia dan hanya diberikan kepada para wali Allah.14
Banyak ulama yang berbeda pendapat bahwa hamba Allah yang dimaksud
di sini adalah salah seorang nabi yang bernama Al-Khidhr. Tetapi riwayat tentang
beliau sungguh sangat beragam dan sering kali dibumbui oleh hal-hal yang
bersifat irasional. Apakah beliau nabi atau bukan, dari Bani Israil atau selainnya,
masih hidup hingga kini atau telah wafat, dan masih banyak hal lain, kesemuanya,
dengan rincian pendapat yang bermacam-macam dapat Anda temukan dalam
sekian banyak buku tafsir.15
Orang tersebut disebut khidir, sedang nama aslinya adalah Balya bin
Mulkan. Ia digelari dengan nama khidir karena ia duduk diatas kulit binatang
yang putih. Ketika tempat itu bergerak, dibelakangnya tampak tumbuhan yang
hijau.16 Ayat diatas mengisyaratkan bahwa beliau dianugerahi rahmat dan ilmu.
Penganugerahan rahmat dilukiskan dengan kata (من عند نا ) “min ‘indina” sedang
penganugerahan ilmu dengan kata (من لد نا ) “min ladunna”, yang keduanya
bermakna dari sisi kami. Kedua istilah ini tersebut dinilai oleh Thahir Ibn Asyur
sekedar sebagai penganekaragaman dan agar tidak terulang dua kata yang sama
dalam satu susunan redaksi.
14 Muhammad Husain Thaba’thaba’î, Fî Tafsîr al-Qur’ân, (Mu’assasah Mathbu’ataiIsmâ’îliyyânî, Beirut, al-Mîzân), Juz 13, h. 343.
15 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an(Ciputat: Lentera Hati,2005), hal. 94
16 Kementrian Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya (Jakarta, Widya Cahaya, 2011), hal 639
31
demikian juga Thabathabai tidak memandangnya demikian. Al-Biqa’i
menulis bahwa menurut pandangan Abu al-Hasan al-Haarali, Kata (عند) ’inda
dalam bahasa Arab adalah menyangkut sesuatu yang jelas dan tampak, sedangkan
kata (لد ن) ladun untuk sesuatu yang tidak Nampak. Dengan demikian yang
dimaksud dengan rahmat dalam ayat diatas adalah “Apa yang Nampak dari
kerahmatan hamba Allah yang saleh itu,” sedangkan yang dimaksud dengan ilmu
adalah ”Ilmu batin yang tersembunyi yang pasti hal terebut adalah milik dan
berada disisi Allah semata-mata.”
Pakar-pakar tasawuf menamai ilmu yang berdasarkan mukasyafah
(tersingkapnya sesuatu melalui cahaya kalbu) menamainya ilmu laduni. Hamba
Allah yang tekun dalam pengolahan jiwa dengan memperindah lahiriahnya
dengan ibadah, sambil menjauhi akhlak buruk, dan menghiasi diri dengan
ruhaniahnya yang diistilahkan oleh al-Biqa’i dengan potensi hissiyyah, khaliyyah
dan wahmiyyah, maka dia akan meraih potensi ‘aqliyah yang sangat jernih lagi
sangat kuat. Maka dia akan meraih potensi aqliyah yang sangat jernih lagi sanga
kuat. Boleh jadi tulis al-Biqa’i lebih jauh jiwa manusia berdasarkan fitrahnya
adalah anugerah ilahi yang bersifat badanniyah sehingga sangat kuat
kemampuannya untuk menerima tuntunan dan anugerah Ilahiah, dan dapat
menampung limpahan cahaya ilahi dalam alam qudus dalam bentuk sempurna.
Dan ini gilirannya menjadikan ia meraih ma’rifat dan pengetahuan tanpa
menggunakan potensi pikir. Dan itulah yang dinamakan ilmu ladunni.17
17 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an(Ciputat, Lentera Hati, 2005), hal. 95
32
Dari beberapa pendapat para mufassir di atas, secara garis besar
menyatakan bahwa persoalan ilmu ladunni umumnya dikaitkan dengan ilmu ghaib
yang datang secara langsung dari Allah tanpa melalui perantara. Walaupun
sebagian mufassir percaya bahwa dalam menerima ilmu laduni itu tersirat
pembelajaran yang tidak tampak.
Perihal ilmu laduni itu, Al-Qur’an telah mengisyaratkan sejak dini dimana
disebut dua cara yang ditempuh Allah swt dalam mengajar manusia:
“(Allah yang mengajar dengan pena, Yang mengajar manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Pengajaran dengan “pena” (tulisan) mengisyaratkan adanya perananan dan
usaha manusia antara lain dengan membaca hasil tulisan, dan pengajaran yang
kedua, tanpa pena atau alat apapun mengisyaratkan pengajaran secara langsung
tanpa alat, dan itulah ilmu laduni.
Setiap aksi pengetahuan memiliki dua factor, yaitu subjek dan objek.
Secara umum subyeklah yang dituntut peranannya dalam rangka memahami
obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang
menampakkan dirinya kepada subyek. Hal yang terjadi dalam dunia ilmiyah ini,
memberikan gambaran sekaligus bukti bahwa terkadang obyek pengetahuan dapat
mengunjungi manusia, dan dapat memperkenalkan diri kepadanya melalui izin
dan restu Allah SWT.18
18 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an(Ciputat, Lentera Hati, 2005), hal. 96
33
D. Ilmu Laduni Dalam Perspektif Para Sufi
Kaum Sufi telah memproklamirkan keistimewaan Ilmu Laduni. Ia
merupakan ilmu yang paling agung dan puncak dari segala ilmu. Dengan
mujahada, pembersian dan pensucian hati akan terpancar nur dari hatinya,
sehingga tersibaklah seluruh rahasia-rahasia “alam ghaib” bahkan bisa
berkomunikasi “berkomunikasi langsung” dengan Allah SWT, para Rasul dan
ruh-ruh lainnya, termasuk nabi Khidhir as. Tidaklah bisa diraih ilmu ini kecuali
setelah mencapai tingkatan Ma’rifat melalui latihan-latihan, amalan-
amalan,ataupun zikir-zikir terntentu. Hal itu wajar karena setiap agama (Islam)
memiliki potensi untuk melahirkan bentuk keagamaan yang bersifat mistik.19
Ini bukan suatu wacana atau tuduhan semata, akan tetapi terucap dari
perspektif para tokoh-tokoh kaum sufi, seperti Al Junaidi, Abu Yazid Al
Busthami, Ibnu Arabi, Al Ghazali, dan masih banyak lagi yang lainnya yang
terdapat dalam karya-karya tulis mereka.
Banyak Ulama dan Sufi memberikan pengertian Ilmu Laduni, pengertian
berbeda namun, memiliki hakikat makna yang sama. Beberapa pengertian ilmu
laduni yang dimaksud adalah:
1. Abdul Qadir Jailani dan al-Jilli: ilmu laduni sebagai ilmu rohani dan
pengetahuan hikmah (kebijakan) yang diperoleh melalui perbuatan
19 Dadang ahmad, Tarekat Dalam Islam, Spritualitas Masyarakat Modern, (Bandung,Pustaka Setia, 2002), hal. 70
34
kontinyu, dalam waktu lama dalam hal kebaikan dan kesalehan amal
ibadah.20
2. Al Ghazali: Ilmu Laduni adalah ilmu yang dipancarkan langsung oleh
Tuhan ke lubuk hati manusia tanpa proses belajar terlebih dahulu dan
tanpa proses metode ilmiah. Menurutnya lahirnya ilmu laduni, melalui
kasyf atau ilham.21
3. Ibn Arabi: ilmu laduni dalam kitab Futuhat al-Makiyah, yaitu ilmu
yang terpancar ke dalam hati manusia, tanpa diusahakan dan tanpa
menggunakan argumentasi aqliyah (argumentasi pikiran).22 Pengertian
ilmu laduni Ibnu Arabi, setidaknya memiliki kemiripan dengan
pengertian ilmu Laduni al-Ghazali, namun sifatnya lebih mendasar.
Jika tak menggunakan argumentasi Aqliyah, bagaimana mungkin
melahirkan proses pembelajaran.
4. Abu Hamzah As-Sanuwi : ilmu Laduni terbagi menjadi dua. Pertama,
ilmu yang didapat tanpa proses belajar, biasa diistilahkan dengan ilmu
wahbiy. Kedua, ilmu yang didapat karena proses belajar, dan biasa
diistilahkan dengan ilmu kasbiy. Adapun ilmu yang diperoleh melalui
proses belajar, yaitu ilmu Syariat, dan ilmu Makrifat (hakikat), yaitu
20 Ibn Hajar Al-Asqalani, Fath al- Bari Jilid 8, (Kairo, Maktabah Mustafa al-Babi al-Halabi, 1959)
21 Abi al-Fadli Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz 4 Cet. 1,(Bairut, Muassasah al-Risalah, 1996).
22 Ibnu 'Arabi, al-Futuhat al-Makkiyah Tahqiq oleh Usman Yahya Kairo: al-Ha’iah al-Mishriyah, 1392 H/1972 M.
35
ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyaf. Kasyaf inilah
yang dikenal dengan julukan “ilmu laduni” di kalangan ahli tasawuf.23
23 Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, (Beirut, Dar al-Fikr, 1416)
36
BAB IV
ILMU LADUNI MENURUT SYAIKH KHAERIL MUNIER ARLI
A. Cara Mendapatkan Ilmu Laduni
Al-Imam As-Suyuti Berkata: Banyak orang mengira, bahwa Ilmu Laduni
itu sangat sulit untuk didapat. Mereka berkata: Ilmu Laduni itu berada di luar
jangkauan kemampuan manusia. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Untuk
mendapatkan Ilmu Laduni itu, caranya hanya dengan jalan membangun sebab-
sebab yang dapat menghasilkan akibat. Adapun sebab-sebab itu adalah amal dan
zuhud. Kemudian beliau meneruskan: Ilmu-ilmu Al Qur’an dan apa saja yang
memancar darinya adalah sangat luas sekali. Bagaikan samudera yang tidak
bertepi.1
Untuk meraih Ilmu Laduni, seseorang akan sangat berpotensi meraihnya,
apabila dia bisa menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang shaleh dan
bertaqwa kepada Nya, walau ketaqwaan seorang hamba bukan bertujuan untuk
mendapatkan ilmu laduni semata-mata, akan tetapi yang lebih dari itu adalah
untuk mendapat ridho Nya. Al-Qur’an menjelaskan bahwasanya taqwa adalah
pembuka hidayah dan kasyf, yang hal ini merupakan ilmu yang didapat dengan
tanpa belajar.2
لیم ع ء شي بكل هللا و م هللا ك لم یع و اتقوا هللا و
1 Muhammad Luthfi Ghozali, Sejarah Ilmu Laduni, (Abshor, Semarang, 2008), hal. 42 Al-Ghazali, ihya’ ulum al-din, ( Bairutdar, al-fikr juz 3), hal. 27
37
“Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian, danAllah Maha Mengetahui segala sesuatu. “ (Qs. Al-Baqarah ayat 282)
Karena ilmu laduni merupakan hidayah dari Allah yang diberikan
langsung ke dalam hati manusia, maka dari sekian banyak cara yang terpenting
yang harus ditempuh adalah menata hati, mensucikan hati, atau membersihkan
hati dari segala bentuk sifat tercela. Al-Gazali mengemukakan ada tiga cara untuk
memperoleh ilmu laduni, cara-cara ini bisa diperoleh oleh semua kalangan
manusia tidak hanya terbatas oleh kalangan para sufi atau ulama saja. Menurut
Al-Gazali yang dikutip Rizem Aizid di dalam bukunya yang berjudul aktivasi
Ilmu Laduni, ia berkata “hakikat ilmu laduni dan asal muasalnya, ketahuilah
bahwasanya ilmu laduni itu merupakan proses berjalannya cahaya ilham sesudah
terjadinya kesempurnaan, sebagaimana firman Allah dalam surat as-syams ayat: 7
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), rujukan ini dipandang dari
tiga sisi.3
Tiga cara sebagaimana yang dikatakan Al-Gazali, diantranya (pertama)
menafsiri ilmu dan mengambil secara sempurna ilmu tersebut. Ilmu laduni adalah
anugrah dari Allah. Ilmu laduni diberikan oleh Allah kepada orang yang bersih
dan suci hatinya, mereka yang bersih dan suci hantinya merupakan habibullah dan
termasuk orang terpilih. (dua) kesungguhan dalam ber-riyadah dan murabah yang
benar. Dalam artian untuk mendapatkan ilmu laduni manusia harus melatih jiwa
pada kebenaran dan keikhlasan. (tiga) dengan jalan berfikir atau merenung.
3 Rizem Aizid, Aktivasi Ilmu Laduni, (Jokjakarta Diva Press. Cet. 1. April 2011), hal. 80
38
Apabila belajar dengan sungguh-sungguh akan sebuah ilmu kemudian
merenungkannya dengan segala yang diketahuinya, maka akan terbuka baginya
pintu-pintu kegaiban.4
Di masyarakat selama ini, ilmu laduni lebih diwujudkan dalam bentuk
buah spiritual dan keruhanian, karena yang memperolehnya selama ini adalah
orang-orang yang gemar dan bersunguh-sungguh dalam bidang tersebut.5
Dengan kecermatan, ketajaman dan kecepatan ilmu laduni seseorang akan
mempunyai daya jangkau yang melampaui “batas normal” zamannya. Itulah yang
terjadi pada diri Rasulullah SAW. Sebelum menerima bimbingan wahyu-Nya
yang telah melesat kealam perenungan dengan sepenuh-penuhnya. Dari proses itu
lantas beliau memperoleh anugerah “Ilmu Laduni”. Dan ketika ilmu itu telah
matang dalam diri ”Jalan wahyu”. Lantas Rasul pun dibimbing dan diajari ,baik
melewati malaikat Jibril maupun langsung berproses dikedalaman hatinya.
Sehingga, dalam jangka waktu yang kurang dari seperempat abad, beliau sanggup
memecahkan beribu-ribu persoalan dan itu terekam seluruhnya dalam Al-Qur’an
dan Hadis.6
Dengan kecerdasan laduni, seseorang tak memerlukan waktu berpanjang-
panjang dalam meraih ilmu pengetahuan yang dikehendaki. Barangkali yang
membuat kita merasa enggan untuk berproses menuju ilmu laduni, Karena ilmu
4 Rizem Aizid, Aktivasi Ilmu Laduni, hal. 825 Ilung S.Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan (Yogyakarta: Kaukaba, 2011)
hal, 1436 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 147
39
tersebut harus terlebih dahulu dicapai melalui pembersihan jiwa, sehingga jauh
dari target perolehan-perolehan yang bersifat duniawi.7
Syaikh Khaeril Munier Arli mangatakan untuk mendapatan ilmu laduni
bisa ditempuh dengan dua cara, yaitu:8
a. Membersihkan atau mensucikan hati secara terus menerus
Membersihkan hati atau mensucikan hati dengan terus menerus merupakan
cara yang penting untuk mendapatkan ilmu laduni, karena hati yang kotor sukar
untuk mendapatkan ilmu laduni, disebut hati kotor jika seseorang masih suka
melakukan perbuatan maksiat, iri, dengki, munafik, dendam.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al Ghozali bahwa
tersingkapnya ilmu suatu hal dan penuhnya nur keilmuan dalam hati para nabi
dan auliya, bukan dikerenakan mereka belajar dan menulis dalam kitab-kitab, tapi
hal itu diperoleh karena:9
1. Ke-zuhud-an mereka (tidak serakah dengan harta duniawi)
2. Membersihkan diri dari ketergantungan pada hal-hal yang bersifat duniawi
3. Membersihkan hati dari kesibukan duniwi, menghadapkan semua himmah
dan keinginan hanya kepada Allah.
7 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal.1478 Wawancara dengan Syaikh Khaeril Munier Arli, (Aula Nawira Aulia bongas Indramayu,
4 november 2018, 13:00 WIB)9 Al-Ghazali, Ihya’ ulum al-din, hal. 27
40
Seperti yang dijelaskan oleh Al-Biqa’i memaparkan (sebagaimana dikutip
Muhammad Qurish Shibab): Hamba Allah yang tekun dalam pengolahan jiwa
dengan memperindah lahiriyahnya dengan ibadah, sambil menjauhi akhlaq yang
buruk, dan menghiasi diri dengan akhlaq yang luhur dan bersungguh-sungguh
mengasah potensi ruhaniyahnya yang diistilahkan oleh Al-Biqa’i dengan potensi
hissiyah (Fakultas sensasi atau ranah indra. Indra-indra ini bertindak sebagai tirai
atas Hakekat, dan karna alasan inilah sang pencipta Allah memohon agar segenap
indranya di hilangkan! Akan tetapi, karna manusia telah di tetapkan dalam ranah
indra, maka diapun diberi sarana unruk menyucikan segenap indranya dan
mendekatkan diri pada Tuhan. dengan mengiat Allah (dzikrullah), tirai yang
menutupi segenap indranya bisa dihilangkap guna menyingkap hakekat segenap
indra itu. Karena terggelam dalam zikir, segenap indrapun terbakar dan di ganti
oleh allah. Hadist qudsi mengatakan, “...kemudian, ketika Aku mencintainya, Aku
adalah telinganya yang dengannya ia mendengar, matanya yang dengannya ia
melihat, tangannya yang dengannya ia memegang, dan kakinya yang dengannya
ia berjalan.”),10 khayaliyah (imajinasi. Khayal menunjukkan realitas yang maujud
dalam tiga tempat yang berbeda. Pertaman, khayal maujud dalam cosmosdi mana
eksistensinya sama dengan imajinasi. Kedua, khayal maujud dalam makrokosmos
di mana sekat (barzah) anatara alam kasat mata dan alam spiritual bersifat
imajinasi belaka. Ketiga, khayal maujud dalam mikrokosmos di mana “diri” (nafs)
manusia adalah realitas di antara jiwa dan raga. Khayal sinonim dengan citra-citra
(mitsal). Alam imajinasi (khayal) adalah sekat (barzah) anrata alam ghoib dan
10 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (khazanah istilah sufi), terj. M.SNasrullah dan Ahmad Baiquni. (Bandung, Mizan Media Utama, 2000), hal. 98-99
41
alam Nyata. Dalam khasal inilah manusia di anugrakan ungkapan paling jelas dari
misteri eksintensi “dia, bukan dia” (wuwa la wuwa). Fakultas imajinasi (khayal)
manusia hanya bersifat pasif berkenaan deng fakultas ilusi aktif yang bersifat
dugaan (wahm) dan berkenaan dengan (ruh) yang merekam berbagai visi
menggembirakan (mubasysyirah). ),11 dan wahmiyah, (fantasi, persepsi imajinasi,
atau ilusi. Al-wahm adalah fakultas praduga, imajinasi aktif dari kekuatan ilusi.
Inilaha anugrah besar yang Allah berikan kepada manusia. Fakultas inilah yang
bertindak secara luas terhadapa fakultas imajinasi (al-khayal) yang pasif murni.
Dua hadis berikut dengan indah menyatakan, “Ihsan adalah menyembah Allah
seakan-akan melihat-Nya” dan “Allah adalah kiblat bagi orang-orang yang
bersembahyang”. Kedua hadist menekankan pentingnya mengaktifkan fakultas
al-wahm dan al-khayal.)12 maka dia akan meraih potensi ‘aqliyah yang sangat
jernih lagi kuat.
Jiwa manusia berdasar fitrahnya adalah anugerah Ilahi yang bersifat
nuraniyah sehingga sangat kuat kemampuannya untuk menerima tuntunan dan
anugerah Ilahiyah, dan dapat menampung limpahan cahaya Ilahi dari alam kudus
dalam bentuk sempurna. Dan ini pada gilirannya menjadikan ia meraih ma’rifat
dan pengetahuan tanpa fikir. Dan itulah yang dinamai ilmu ladunni.13
Syaikh Khaeril Munier Arli menambahkan untuk menjaga kebersihan hati
dilakukan dengan cara bertobat dalam artian manusia harus meminta ampun
11 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 144-14512 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 31213 Muhammad. Quraish Shihab (2002) Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: penerbit Lentera Hati. Vol. 8 hal. 95
42
secara khusus dan tidak mengulangi lagi sekalipun tobat tidak dapat dilakukan
sekaligus, namun akan lebih baik jika tobat dilakukan dengan cara bertahap.14
Untuk itu seseorang hanya dapat mencapai ilmu laduni jika penyakit
hatinya dapat dihilangkan. Jiwa kemudian akan kembali kepada esensinya,
berilmu pada fitrahnya dan dan jernih pada permulaan penciptaannya.15
Seperti yang dikemukakan oleh Imam al Ghazali yang menyebutkan
bahwa tata cara memperoleh ilmu laduni ini tertulis di dalam kitabnya , Risalah al
Laduniyyah. Beliau berkata, “Hakikat ilmu laduni dan asal muasalnya , ketahuilah
bahwasannya ilmu laduni itu merupakan proses berjalannya cahaya ilham sesudah
terjadinya kesempurnaan” Menurut Imam Al Ghozali, sebagaimana tertulis dalam
kitabnya, Majmu’ah Rasail al Imam al Ghazali, setidaknya ada tiga cara yang bisa
ditempuh untuk mendapatkan ilmu laduni, yaitu : pertama, Ilmu ladini yang
merupakan anugerah dari Allah Swt. Kedua, Melakukan proses riyadhah (Proses
latihan olah batin) dan ketiga, melakukan tafakur (memikirkan akan ciptaan Allah
secara mendalam/merenung).16
Seperti halnya yang dilakukan oleh Imam Al-Ghazali sendiri sebagai
seorang yang berpengetahuan luas hanya lebih mengutamakan kesucian jiwa
daripada cara memperoleh ilmu ini. Hal ini akan lebih nampak bijak daripada
harus condong kepada salah satu dimensi, antara kebatinan dan rasionalitas
14 Wawancara dengan Syaikh Khaeril Munier Arli, (Aula Nawira Aulia bongasIndramayu, 4 november 2018, 13:00 WIB)
15 Al-Ghazali, Risalatu al-Ladunniyah, (Beirut, Majmu’atu ar-Risalah, Dar al-kutub al-ilmiyah1988), hal. 18
16Rizem Aizid, Aktivasi Ilmu Laduni, hal. 82
43
b. Tidak meninggalkan amalan Syariat dan Rohaniyyah
Melalui amalan-amalan syar’iyah dan amlan-amalan rohaniyah maka
Allah akan memberikan pengetahuan yang diberikan secara langsung ataupun
melalui perantara (ruhul Amin atau ruhul kudus),17 ruhul amin adalah perwakilan
yang bisa dipercaya yang juga disebut ruhul kudus. Ruhul amain ataupun ruhul
kudus dalam berbagai tafsir yang populer ia adalah malaikat jibril. Sebagai mana
dalam hal ini yang terdapat dalam ibnu khasir, tafsir alqurtubi, tafsir attabari dan
lain. Bahwa ruhul amin itu adalah malaikat jibril yang di turunkan ke dalam hati
manusia yang allah kehendaki dengan membawa pesan pengetahuan dari Allah.
Berikut firman Allah di dalam al-Quran surah Asy-Syuara: 193
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
Khuirul Munier memberikan contoh amalan rohaniah (syariat) adalah
sholat, zakat, dan amal-amal yang sifatnya syar’i. Adapun amalan-amalan
rohaniyah seperti zikir, huznuzzon (berbaik sangka) mentadebburi kebesaran
Allah dan sejenisnya yang sifatnya batiniyyah. Kemudian dengan cara tersebut
Ilmu laduni akan diberikan secara langsung ataupun melalui perantara yang
dikirim kepada ‘ain al-bashirah.
Yang di sebut ‘ain al-bashirah adalah pandangan (al-ru’yah), pengetahuan
(al-ma’rifah), dan penyaksian (musyahadah) bathin atau hati seseorang.
Terbukanya hijab-hijab bagi seseorang merupakan suatu rahasia dan keajaiban
17 Wawancara dengan Syaikh Khaeril Munier Arli, (Aula Nawira Aulia bongasIndramayu, 4 november 2018, 13:00 WIB)
44
yang hanya bisa ditimbulkan melalui Rahmat Allah yang tidak terhingga.18
Sebagaimana yang di katakan oleh ibn ajibah sebagai berikut:
وفي , فإذا اراد هللا فتح بصیرة العبد أشغلھ في الظاھر بخدمتھ: "قال ابن عجیبة
, والخدمة في الظاھر قوي نور البصیرة, فكلما عظمت المحبة في الباطن, الباطن بمحبتھ
إال ما تراه فال یرى , فیغیب نور البصر في نور البصیرة, حتى یستولى على البصر
".واألنوار القدیمة, البصیرة من المعاني اللطیفة
Ibn ‘Ajibah berkata; “jika Allah menginginkan kepada seorang hamba dibukakan
mata hatinya, Allah membuat dhohirnya sibuk berkhidmat kepada Allah,
bathinnya dengan mahabbah kepada Allah, ketika cinta sudah tumbuh besar di
hati dan berkhidmat secara dhohir maka kuatlah cahaya pandangan bathinnya
sehingga ia menguasai pandangan matanya itu. Maka terbenamlah cahaya
matanya di dalam cahaya mata bathinnya sehingga ia tidak dapat melihatnya
kecuali apa yang dilihat oleh mata bathinnya dari makna-makna yang lembut dan
cahaya yang lampau”.19
Menurut Ilung S. Enha dalam teorinya bahwa kecerdasan laduni adalah
merupakan sebentuk kecerdasan pemikiran yang bersifat ruhaniah. Kinerjanya tak
saja memerlukan optimalisasi dari potensi otak, melainkan pula dengan
menggunakan akal, melipatgandakan potensi hati hingga merambah ke wilayah
ruh-ruhaniah. Itulah sebabnya, kecerdasan laduni tak mungkin tumbuh hanya
dengan menggunakan potensi berpikir, namun juga dengan menggunakan potensi
18 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 42-4319 Khalid Ibn Nasir Al-Kutaibi, At-Tariqoh As-Syadhiliyah (Maktabah Ar-Rusyd,
Riyadl, 2011) Jilid 4, hal. 1927
45
kecerdasan berzikir. Dengan menggabungkan kedua potensi itu kecerdasan laduni
akan tumbuh pada jiwa seseorang.20
Dengan mengelola potensi dzikir, energi kecerdasan akan mengalami
pelipatan yang sangat luar biasa. Sebab, dzikir berpotensi membersihkan energi
yang akan dipergunakan untuk sesuatu yang negatif. Pada setiap elemen potensi
kecerdasan, selalu beriringan dengan kehendak negatif yang akan menyerap
energi yang semestiny dipergunakan utnuk kebaikan guna menggerakkan
kemauan negatif tersebut.
Pada elemen potensi kecerdasan fu’ad (bagian hati yang berkaitan dengan
Makrifat)21 dan shadr (istilah yang menunjukkan dada yang telah luas terbuka
untuk menerima dan memeluk islam. Sebaliknya, ketundukan pada Islam yang
hakiki terjadi pada setiap zarra sang Muslim)22 terdapat hawa yang selalu
mendorong jiwa untuk berkehendak menuju lorong kenistaan. Sedangkan pada
instuisi (dzauq) juga terdapat syahwat. Sehingga, energi yang digunakan untuk
kreativitas perbaikan kemanusiaan, selalu pula berebutan dengan syahwat yang
berkreasi untuk keburukan. Begitupun dengan aktivitas berpikir yang juga
seringkali berpindah chanel menjadi berfantasi, mengkhayal, dan berpanjang
angan-angan.
Banyak energi yang diserap oleh kehendak keburukan baik diwilayah
fu’ad dan shadr, intuisi serta wilayah pikiran inilah yang membuat proses
20 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 14321 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 72
46
kecerdasan menjadi sangat berkurang. Karena setiap kali mengfungsikan energi
itu untuk menggerakkan proses kecerdasan, selalu saja energi tersebut makin
melemah di tengah-tengah perjalanan proses yang mencerdaskan itu, Lantaran
berkurangnya energi yang menggerakkan proses kecerdasan inilah sehingga
kecerdasan jiwa menjadi lamban dan bebal.23
Namun ketika zikir terus menerus berpotensi membersihkan energi dari
berbagai kehendak keburukan maka kekuatan energi kecerdasan itu menjadi utuh
.Ketika dipergunakan untuk menggerakkan proses kecerdasan, Maka potensi
kecerdasan itu akan meluap dengan sangat cemerlang, Ketika luapan itu terjadi
diwilayah intuisi, maka akan melahirkan kreativitas, ide-ide, serta gagasan-
gagasan yang sangat menakjubkan. Demikian pula ketika energi itu meluap di
wilayah pikiran, maka akan menumbuhkan pemikiran dan ilmu pengetahuan, serta
inovasi-inovasi yang sangat berguna bagi perbaikan kemanusiaan.
Untuk meminggirkan kehendak buruk yang banyak sekali menyerap energi
tersebut, diperlukan dzikir yang tiada pernah terhenti. Inilah yang diinspirasikan
oleh Al- Qur’an untuk senantiasa berdzikir.24
Dengan demikian, laboratorium pikiran yang telah mendapatkan support
enerrgi dari potensi dzikir, akan mengalami tingkat percepatan yang tak pernah
dibayangkan sebelumnya. Dalam waktu singkat, ia tak hanya sanggup
menyelesaikan dengan cermat tumpukan persoalan yang melilit,melainkan pula
mampu memproduksi pengetahuan baru yang belum perrnah ditemukan generasi
23 Amatullah Amstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, hal. 256-25724 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 136
47
sebelumnya. Setiap kali ide-ide negatif dan gagasan-gagasan buruk melintas pada
ruang jiwa, maka dengan cekatan pula potensi zikir itu akan segera menetralisir
.Derungan hawa dan syahwat mendorong jiwa menfungsikan pikiran untuk
menuruti kemauannya, secara otomatis pula akan terpinggirkan. Dengan
demikian, proses berpikir akan melaju dengan lempang dijalan kecerdasan,
lantaran sirnanya berbagai hambatan yang meruang dalam jiwa tersebut.25
Ketika resonansi kecerdasan laduni telah bergemuruh pada jiwa seseorang
maka akan melimpah dalam dirinya ilmu pengetahuan yang mengalir dari
gelombang lautan ilmu-Nya. Tak ada jiwa yang sanggup menerima limpahan
ilmu-Nya kecuali jiwa yang berhati lembut, bersih dan kokoh. Dengan kehalusan
hati itualah, sang jiwa dapat mencapai hakikat dari selaga realitas. Itulah puncak
dari segal puncak pengetahuan yang hanya dapat diraih dengan keheningan zikir
dn kebeningan pikir. Ketika cahaya ruhaniah itu hadir kedalam hati. Dengan
terbukannya dinding-dinding itulah,hati dapat menerima langsung pengetahuan
yang berasal dari lautan ilmu-Nya.26
B. Ciri-ciri orang yang mendapatkan ilmu laduni
Laduni adalah hidayah dari Allah. Apabila hidayah tersebutdiberikan
kepada nabi atau rasul maka demikian itu disebut dengan mukjizat. apabila laduni
diperoleh orang yang tergolong wali (kekasih Allah) maka itu merupkan bagian
dari karamah. Sedangkan laduni yang dimiliki orang mukmin karena keimanan
dan ketakwaannya kepada Allah SWT, maka yang sedemikian ini disebut
ma’unah (pertolongan yang tidak disangka-sangka datangnya). Selanjutnya dalam
25 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 13826 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 141
48
laduni ini ada yang memilikinya tidak beriman atau kafir, munnafiq, maka hal ini
disebut dengan istidraj (seolah-olah dijunjung dan mendapat penghormatan Allah,
untuk menguji manusia dalam hal keimanan dan ketakwaan).27
Dikemukakan Syaikh Khaeril Munier Arli apabila seseorang telah
dianuegrahi ilmu laduni ia akan selalu menjaga hal-hal yang disyariatkan oleh
Allah serta mengajak orang-orang dalam hal kebaikan dan menjauhi segala bentuk
larangan Allah.28
Ditinjau dari sifat dan watak seseorang yang memiliki ilmu adalah harus
bersifat rendah hati, rendah diri, dan tidak pernah menonjolkan kekuatan hatinya,
serta jauh dari sifat-sifat takabbur, menghindarkan diri dari sifat tercela, seperti
marah, dengki, kikir, pelit, riya’, dendam dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas dunia taswauf mengikrarkan untuk mempunyai
ilmu laduni atas kehendak Allah, terlebih dahulu harus menjadi seorang sufi.
Seperti yang dijelaskan oleh Ilung S. Enha untuk mencapai ilmu laduni,
nyatanya dibutuhkan pula prasyarat kekhusyukan. Seorang yang telah khusyuk,
maka keangkuhan yang terdapat pada seseorang akan takluk di hadapan Allah.
Jiwa yang tunduk, hati yang merendah, dan perasaan yang menghamba.
Kekhusyukan ini pula yang akan mengantarkan menuju kebeningan pikiran.
27 Imam al-Ghazali, Majmu’ah Rasa’il, (Beirut Libanon, Dar al-Kutub al-Ilmiah, juz 3, 1993),Cet. 1, hal. 73
28 Wawancara dengan Syaikh Khaeril Munier Arli, (Aula Nawira Aulia bongasIndramayu, 4 november 2018, 13:00 WIB)
49
Dengan perangkat kekhusyukan itulah orang yang telah memperoleh anugerah
ilmu laduni menjalani hidup keseharian.29
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rizem Aizid dalam bukunya
disebutkan bahwa ciri-ciri orang yang mendapatkan Ilmu Laduni, di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Orang yang dirahmati oleh Allah dengan ilmu laduni akan
mempunyai kepekaan intuisi.
2. Ia tidak merasa punya ilmu laduni, hanya menjalani saja hidup apa
adanya.
3. Orang yang diberkahi ilmu laduni akan selalu rendah hati dan
tawadhu.
4. Orang yang dikaruniai ilmu laduni sering kali tidak percaya diri jika
mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt. Walaupun ia dapat
melihat dengan batinnya, namun ia justru takut untuk
mempergunakannya.
5. Orang ini tidak merasa bahwa ia mempunyai kelebihan atau indra ke
enam, tetapi ia malah merasa risih dengan embel-embel orang yang
pintar dan hebat.
6. Orang ini selalu takut jika dirinya berbuat kesalahan, apalagi jika
merasa bersalah pada Allah.
29 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 157
50
7. Ilmu yang didapatkanya karena buah kesabarannya atas ujian – ujian
dan penderitaan hidupnya, serta buah keikhlasannya atas berbagai
ujian dari Allah.
8. Orang ini tidak materialitis dan tidak suka dengan popularitas,
karena ia telah mafhum mengplikasikan konsep bahwa segala gerak
hidupnya bersandar kepada Allah Swt.
9. Jika orang lain berada di dekatnya, maka orang akan merasa aman,
nyaman, dan tercerahkan.30
Menurut Syaikh Khaeril Munier Arli apabila seseorang telah dianuegrahi
ilmu laduni ia akan selalu menjaga hal-hal yang disyariatkan oleh Allah serta
mengajak orang-orang dalam hal kebaikan dan menjauhi segala bentuk larangan
Allah.31
Ditinjau dari sifat dan watak seseorang yang memiliki ilmu adalah harus
bersifat rendah hati, rendah diri, dan tidak pernah menonjolkan kekuatan hatinya,
serta jauh dari sifat-sifat takabbur, menghindarkan diri dari sifat tercela, seperti
marah, dengki, kikir, pelit, riya’, dendam dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas dunia taswauf mengikrarkan untuk mempunyai
ilmu laduni atas kehendak Allah, terlebih dahulu harus menjadi seorang sufi.
Seperti yang dijelaskan oleh Ilung S. Enha untuk mencapai ilmu laduni,
nyatanya dibutuhkan pula prasyarat kekhusyukan. Seorang yang telah khusyuk,
30 Rizem Aizid, Aktivasi Ilmu Laduni, Diva Press, Jogjakarta, 2013, 40- 4431 Wawancara dengan Syaikh Khaeril Munier Arli, (Aula Nawira Aulia bongas
Indramayu, 4 november 2018, 13:00 WIB)
51
maka keangkuhan yang terdapat pada seseorang akan takluk di hadapan Allah.
Jiwa yang tunduk, hati yang merendah, dan perasaan yang menghamba.
Kekhusyukan ini pula yang akan mengantarkan menuju kebeningan pikiran.
Dengan perangkat kekhusyukan itulah orang yang telah memperoleh anugerah
ilmu laduni menjalani hidup keseharian.32
Seorang ulul albab yang telah dikarunia rahmat dan keyakinan, juga
tercurah hikmah, ketenangan hati, inspirasi agung dan “ilmu-ilmu yang
tersimpan”, yang san gat bermanfaat bagi bekal itu ia bisa meminimalisir
madharat dari sepak terjang pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Bagi
siapa saja yang telah berada pada peringkat tersebut akan diberi kemudahan untuk
memadukan watak kehamabaan dan tabiat kekhalifahan dengan teramat mesra.
Namun berapapun dasyatnya posisi yang semacam itu.
Dengan modal ilmu laduni dan kekhusyukan yang akan mengawalnya
menapaki derajat ketakwaan. Peringkat takwa ini merupakan puncak pencapaian
derajat ketinggian manusia.Seorang ulul albab yang telah dikaruniai ilmu laduni
dan yang bersandangkan kekhusyukan akan dianugerahi pula dengan baju
ketakwaan tersebut. Disaat itulah kebaikan-kebaikan Ilahiah akan melimpah
kepadanya, sehingga jiwa menjadi tercerahkan, hati menjadi tenang, kebeningan
pikiran, intuisi yang memancarkan ide-ide dan firasat-firasat kebaikan, serta tubuh
yang dengan ringan sanggup melayaninya.33
32 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 15733 Ilung S. Enha, Laduni Question model kecerdasan masa depan, hal. 157159
52
Sama seperti yang dikemukakan oleh Syaikh Khaeril Munier Arli apabila
seseorang telah dianuegrahi ilmu laduni ia akan selalu menjaga hal-hal yang
disyariatkan oleh Allah serta mengajak orang-orang dalam hal kebaikan dan
menjauhi segala bentuk larangan Allah.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang sudah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mendapatkan ilmu laduni harus menjauhi perbuatan maksiat, iri hati,
dengki, dan hal sebagainya yang dapat merusak kesucian hati. Dengan demikian
Syaikh Khaeril Munier Arli menegaskan supaya mamusia mendapatkan ilmu
laduni ia harus melakukan taubat secara berlanjut karena manusia berpotensi
untuk mendapatkan ilmu laduni. Selain dari itu ia juga menegaskan supaya
memperdalam amalan-amalan syariat dan rohaniyahnya, manusia yang sudah
dalam syariat dan rohaniyahnya akan diberikan ilmu laduni oleh Allah baik
diberikan secara langsung maupun lewat perantara ruh Amin (yang dapat
dipercaya). Kemudian penjelasan lain dari Syaikh Khaeril Munier Arli ciri-ciri
manusia yang sudah memperoleh ilmu laduni, manusia yang sudah memperoleh
ilmu laduni akan selalu mendapatkan pertolongan yang tidak disangka-sangka
datangnya.
54
B. Saran-saran
Pada bagian akhir skripsi ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran,
diantaranya sebagai berikut:
1. Manusia hanya dapat dianjurkan untuk melakukan perbuatan yang
mengandung kebaikan tidak hanya menunggu pemberian secara langsung
dari Allah, kecuali orang-orang tertentu dan telah dibimbing langsung
oleh-Nya.
2. Penelitian mengenai Ilmu Laduni cendrung tidak sama antara tokoh satu
dengan tokoh lainnya, oleh karena itu diperlukan adanya penelitian yang
lebih mendalam mengenai ilmu laduni khususnya pemikiran Syaikh
Khaeril Munier Arli.
3. Dapat memperluas pengetahuan tentang ilmu laduni yang diajarkan oleh
para sufi.
55
Daftar Pustaka
Ahmad, al-Fadli, abi. bin ‘Ali bin Hajar Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz 4 Cet.1, (Bairut, Muassasah al-Risalah, 1996)
Ahmad, Dadang. Tarekat Dalam Islam, Spritualitas Masyarakat Modern,(Bandung, Pustaka Setia, 2002)
Aizid, Rizem. Aktivasi ilmu laduni, (Diva Press, Jogjakarta, 2013)
-------. Aktivasi Ilmu Laduni, (Jokjakarta Diva Press. Cet. 1. April 2011)
Al-Asqalani, Ibn Hajar. Fath al- Bari Jilid 8, (Kairo, Maktabah Mustafa al-Babial-Halabi, 1959)
Amtrong, Amatullah. Kunci Memasuki Dunia Tasawuf (khazanah istilah sufi),terj. M.S Nasrullah dan Ahmad Baiquni, (Bandung: Mizan Media Utama,2000)
'Arabi, Ibnu. al-Futuhat al-Makkiyah Tahqiq oleh Usman Yahya Kairo: al-Ha’iahal-Mishriyah, 1392 H/1972 M
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu pemdekatan praktek (Jakarta,Rineka Cipta 1998)
Dalimunthe, Sultoni, Sehat. Filsafat Pendidikan Islam, Sebuah bangunan ilmuislamic studies, cet 1, (Yogyakarts, Deepublish, 2018)
Enha, S, Ilung. Laduni Question model kecerdasan masa depan (Yogyakarta:Kaukaba, 2011)
Farahidi, Ahmad, bin Khalil. Kitâb al-‘Ain, Riset dan edit Mahdi Makhzumi,Ibrahim Semarang, jil. 8, Qum, Hijrah, Cetakan Kedua, 1410 H
Ghazali, Lutfi, Muhammad. Sejarah Ilmu Laduni, (Abshor, Semarang, 2008)
Al-Ghazali. Ar-Risalah Al-Laduniyah, (Mesir, Kardistan, 1328 H)
-------. Ihya ‘Ulummuddin, I/19-20 dan III/26, cet. Istiqomah, Qahirah
-------. Majmu’ah Rasa’il, (Beirut Libanon, Dar al-Kutub al-Ilmiah, juz 3, 1993),Cet. 1
-------. Risalatu al-Ladunniyah, (Beirut, Majmu’atu ar-Risalah, Dar al-kutub al-ilmiyah 1988)
56
Haris, Busyairi, Ahmad. ilmu laduni, Dalam perspektif teori belajar modern, cet.Kedua, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005)
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/intuisi.html. Diakses pada 9 mai 2019
http://www.indogamers.com/f176/islam_ilmu_laduni-160272/, Diakses pada 9mai 2019
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/tasauf/09/02/05/29676-isyarat-isyarat-iq-eq-dan-sq-dalam-al-qur-an unduhan tanggal 3/6/2012.Diakses pada 9 mai 2019
Husain, Muhammad. Thaba’thaba’î, Fî Tafsîr al-Qur’ân, (Mu’assasahMathbu’atai Ismâ’îliyyânî, Beirut, al-Mîzân), Juz 13
Kementrian Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya (Jakarta, Widya Cahaya, 2011)
Al-kutaibi, ibn Nasir, Khalid. At-Tariqoh As-Syadhiliyah (Maktabah Ar-Rusyd,Riyadl, 2011) Jilid 4
Nasution, Harun. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, (JakartaUniversitas UI-press, 1987)
Al-Muhalli, Abdurrahman. Ilmu Wirosah dan Keramat Para Wali, (Cinta BukuMedia, 1 Oktober 2017)
Shihab, Qurais, Muhammad. Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian al-Qur’an (Ciputat, Lentera Hati, 2005)
-------. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta,penerbit Lentera Hati, 2002) Vol. 8
Al-Shabuni, Ali, Muhammad. Shafwah al-Tafasir, (Beirut, Dar al-Fikr, 1416)
Al-Sulami, Muhammad. Thabaqat al-Syufiyah, (Lebanon; Darul kitab Ilmiyah,2003)
Soenarjo, R.H.A. al-Quran dan terjemahnya, yayasan penyelenggara penerjemah/ pentafsiran al-Quran, (Jakarta, 1 Maret 1971)
Sutiyano, Agus. Ilmu Laduni Dalam Perspektif al-Ghazali (Nadwa JurnalPendidikan Islam vol.7, nomor 2, oktober 2013, IAIN Wali SongoSemarang)
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
A. Syaikh Khaeril Munier Arli (Mursyid)
1. Apa yang dimaksud Ilmu Laduni?(Ilmu Laduni pemberian dari Allah melaluin ruhul Amin (pendampingyang di percaya)
2. Bagaimana proses untuk mendapatkan Ilmu Laduni?(Memohon ampunan secara terus menerus (Doa dan Zikir) danmenjaga Syariat)
3. Cara membedakan Ilmu Laduni atau bukan?(Bisikan-bisikan yang mengacu pada kebaikan dan bentambah ketaatankepada Allah)
4. Tanda-tanda orang yang sudah mendapatkan Ilmu Laduni?(Orang yang sudah mendapatkan Ilmu Laduni secara dhahir Tidakmeninggalkan syari’at dan menebarkan kebaikan bagi orang lain)
5. Apakah dapat berkomonikasi batin bagi sesama orang yang sudahmendapatkan Ilmu Laduni?(Bisa berkomonikasi atas kehendak Allah dengan tujuan menambahkeiman dan tambah lebih dekatat kepada Allah)
6. Di masyarakat banyak yang memandang istilah Ilmu Laduni hal yangtabu, apa respon Syaikh Khaeril Munier Arli menyikapi hal tersebut?(Tidak akan bisa di paham Bagi oarang yang tidak memahami MakomIkhsan, orang kebanyakan hanya meng otak atik Islam dan Iman)
7. Motivasi apa yang harus dijalankan bagi orang-orang yang belummendapatkan ilmu laduni?(Berusaha mengerjakan perintah Allah dan menebarkan kebaikandengan seyakin-yakinnya)
B. Dr. Abdul Hakim Wahid, MA (Murid Syaikh Khaeril Munier Arli)
1. Nama lengakap dan Silsila Syaikh Khaeril Munier Arli?(Khaeril Munier bin Arli bin Kamarun bin Abdul Rahman, beliauadalah putra dari Kyai Arli yang lahir di blok Ronggos DesaKebonbatur yang setelah menikah pindah ke blok KadilangonKelurahan Kebonbatur Kec. Mranggen Kab. Demak. Nasab Kyai Arlisampai kepada Mbah Hadi Girikusumo Kec. Mranggen Demak yangberdasarkan silsilahnya bersambung sampai kepada Sunan Terboyopendiri Kota Semarang)
2. Perjalanan masa kecil Syaikh Khaeril Munier Arli?
(beliau tumbuh dalam keluarga sederhana yang ketat dalam pendidikanagama, ketika kelas 1 SD, ayahnya sudah memaksa agar beliau selalushalat 5 waktu, sehingga sejak kecil beliau sudah hafal bacaan shalatdengan benar. Ayahnya pernah menyatakan bahwa anak laki-laki ini(Muneir kecil) nanti akan menjadi orang istimewa. Beliau MenerimaBai’at dari Ayahnya ketika masih kelas 5 SD.)
3. Pengalaman Spiritual Syaikh Khaeril Munier Arli?(setelah di bai’at oleh ayahnya,beliau sering merenungi kehidupan danpenciptaan alam semesta, salah satu yang masih beliau ingat adalahketika duduk di bawah pohon klampis di tepi kebun pada 9 september1978 yang kemudian mendapatkan ilham tentang kebenaran.Selanjutnya belaiau mengembara yang dimulai dari makam MbahKhalil Bangkalan Madura, yang menurut beliau disebut Pangkalanatau terminal sebagai titik awal perjalanan, selanjutnya beliauberpindah-pindah dari makam wali satu ke wali yang lainya, dan tidakmeninggalkan sebuah makam kecuali telah mendapatkan petunjukuntuk pindah ke tujuan berikutnya hingga sampai di makam sunanKalijaga yang merupakan tempat terakhir pengembaraanya.)
4. Guru-guru Syaikh Khaeril Munier Arli?(diantara guru yang paling sering disebutkan dan memberikanbeberapa ijazah ilmu hikmah adalah Mbah Romli JombangPeterongan, Mbah Muslih Mranggen, Kyai Rofi’i Mranggen, MbahFaqih Langitan, dan masih ada lagi yang tidak di sebutkan nama-namanya.)
5. Perjalanan mengajar tarekat Syaikh Khaeril Munier Arli?(berdasarkan pengetahuan penulis beliau mulai mengajarkan toriqohpada sekita tahun 1997, yang diawali dari teman-teman dekatnya yangsering meminta do’a yang kemudian diarahkan pada pembelajarantarekat)
6. Kepribadian dan Mata Pencaharian Syaikh Khaeril Munier Arli?(berdasarkan informasi dari keluarga terdekatnya beliau jugamempunyai sawah yang di urus oleh istri dan saudaranya dengansistem bagi hasil. Syaikh adalah orang yang sangat sederhana danterbuka dengan semua orang. Dari cara berpakaian tidak pernahmenampakkan bahwa beliau seorang Kyai, bahkan lebih seringmemakai kaos dan tidak berpeci seperti orang biasa, sebagai seorangguru beliau sangat sabar dan tidak pernah marah atau menyalahkanmuridnya, solusi-solusi yang beliau berikan terasa mudah dicerna olehberbagai kalangan dengan berbeda-beda latar belakang pendidikan.Beliau juga sangat humoris sehingga pengajian yang biasa dilakukanberjama’ah tidak terasa tegang, meskipun demikian humornya tidakmenyimpang dari aturan agama).
7. Tanda-tanda Karomah Syaikh Khaeril Munier Arli?(1). berdirinya Yayasan Pesantren Daarul Sa’adah Bongas pada tahun2002, yang secara Implisit pernah beliau sampaikan dalam sebuahobrolan bersama pada bulan september tahun 2000, 2). pernah ketikajamaah sedang pergi bersama beliau dan kehabisa uang untuk membelibensin, beliau hanya mengambil daun dan menjadi uang, kejadianperubahan benda menjadi uang atau menjadi yang lain sangat seringditunjukkan kepada murid-murid torikoh yang menurut beliaubertujuan untuk menambah keyakinan bahwa ketika beliau bisamerubah sesuatu, maka Allah yang menciptkan beliau lebih bisa dankuasa untuk merubah sesuatu. 3). Beliau sering Shalat denganmeperdengarkan musik yang keras tapi beliau tetap tidak terpengaruh,ketika memimpin shalat berjamaah beliau sering menangis ketikamembaca surat al-Fatihah. 4). Pernah suatu ketika beberapa jamaahyang berada di Blanakan Subang membicarakan beliau, kemudianditengah pembicaraan itu ada seorang Jama’ah yang di telepon danmenurut beliau mendengar namanya di sebut-sebut dan yang seringmenyebutkan adalah jamaah yang mendapat telepon tadi).
C. Sunandar, M.Pd dan Surya (Jamaah Syaikh Khaeril Munier Arli)
1. Pengajian dan Perjalanannya denaga Syaikh Khaeril Munier Arli?
(setiap kali Mbah Munier datang ke Indramayu ia selalu disambuthangat oleh para jemaahnya, mereka berkumpul dan mengaji di tempatmurid beliu ataupun disaung yang terletak di Bongas Indramayu,pengajian yang dipinpin langsung oleh mbah Munier tidak diadakansecara rutin dan tidak ada jadwal yang ditetapkan. Setelah tahun 2000mulailah terbentuk nama tariqat atas kesepakatan murid dan jamaah,bermula dari itu istilah Tariqat sudah mulai terbentuk sekalipun padawaktu itu masih tidak ada penjelasan nama tariqat nya. Pengajian terusberlanjut tiap kali Mbah Munier datang berkunjung ke BongasIndramayu. Sebelum tahun 2000 pengajian yang dipinpin Mbah Muniermasih berupa perkumpulan biasa, namun Semakin hari semakin banyakjemaah yang ikut mengaji sampai saat ini, baik dari kalangan yangberpendidikan tinggi maupun orang-orang yang tidak mengenalbangku sekolah, mereka semua berdatangan untuk mengaji danmeminta kepada mbah Munier).
Bersama Syaikh Khaeril Munier Arli
Aula Nawira Aulia tempat digelarnya pengajian rutin Syaikh Khaeril Munier Arlibersama murid-muridnya dan sekaligus sebagai tempat berkumpulnya jamaah dariberbagai Kota khususnya di Jawa. Yang terletak di bongas-Indramayu Jawa Barat