SKRIPSI - IAIN Ponorogoetheses.iainponorogo.ac.id/4073/1/ROVIANA.pdfABSTRAK Royani, Roviana Budi....

88
PERAN GURU DALAM MENEGAKKAN TATA TERTIB SEKOLAH DI SMP MA’ARIF 5 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI ROVIANA BUDI ROYANI NIM: 210314358 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2018

Transcript of SKRIPSI - IAIN Ponorogoetheses.iainponorogo.ac.id/4073/1/ROVIANA.pdfABSTRAK Royani, Roviana Budi....

  • PERAN GURU DALAM MENEGAKKAN TATA TERTIB SEKOLAH DI

    SMP MA’ARIF 5 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017/2018

    SKRIPSI

    ROVIANA BUDI ROYANI

    NIM: 210314358

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

    2018

  • ABSTRAK

    Royani, Roviana Budi. 2018. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib

    Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018.

    Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan

    Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

    Pembimbing: M. Harir Muzakki MHI.

    Kata Kunci: Peran Guru, Tata Tertib Sekolah.

    Tata tertib sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan

    sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarnya. Tata tertib

    sekolah dibuat supaya ditaati dan dipatuhi oleh siswa. Tercapainya penerapan

    untuk menegakkan tata tertib sekolah, tidak terlepas dari peran seorang guru yang

    selalu mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut kepada siswa yang

    melanggar peraturan tata tertib sekolah. Memberikan hukuman pada siswa yang

    melanggar peraturan tata tertib sekolah. Selain mengawasi, memeriksa, dan

    memberi tindak lanjut, guru juga berperan sebagai penghubung, pembimbing dan

    membangun komunikasi pihak sekolah dengan orang tua murid, dan juga siswa.

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan

    tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo? (2) Bagaimana peran guru dalam

    menegakkan tata tertib sekolah?

    Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif.

    Adapun jenis penelitian adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan:

    wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data berdasarkan Miles

    dan Huberman dengan urutan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan

    kesimpulan.

    Hasil penelitian ini adalah: (1) tata tertib sekolah sudah terlaksana dengan

    baik, namun yang masih menjadi kendala adalah dari pelaksanaan dan penerapan

    tata tertib tersebut. Pelaksanaan dan penerapan akan berjalan baik apabila ada ikut

    campur pihak sekolah dengan orang tua murid. Sekolah membuat peraturan tata

    tertib sekolah supaya siswa mematuhinya bukan melanggarnya. Namun masih ada

    siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Pelaksanaan tata tertib sekolah

    amat ditentukan oleh pengawasan dan proses penegakan tata tertib sekolah itu

    sendiri. Tata tertib dan peraturan sekolah memang diperlukan untuk meningkatkan

    disiplin semua warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, dan terutama pada

    murid. (2) Peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah sudah maksimal

    terlaksana dengan baik, namun terkendala di penerapan tata tertib sekolah. Peran

    guru dalam menegakkan tata tertib sekolah yaitu mengawasi dan memeriksa

    pelaksanaannya yang kemudian memberi tindak lanjut, sebagai penghubung dan

    pengkomunikasi dalam menghadapi siswa, dan ada juga yang berperan sebagai

    pembimbing. Guru sudah menjalankan perannya dengan baik dalam menegakkan

    tata tertib sekolah, namun yang masih menjadi kendala adalah penerapan tata

    tertib sekolah.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tata tertib sekolah merupakan bentuk perwujudan dari norma-norma

    yang ada dalam masyarakat, baik norma kesopanan, norma hukum, norma

    kesusilaan, dan norma agama. Yaitu peraturan yang harus dipatuhi dan

    dilaksanakan oleh setiap komponen sekolah yang diaturnya. Dengan adanya tata

    tertib sekolah diharapakan terwujud sebuah keteraturan hidup di lingkungan

    sekolah, hingga tujuan mendasar dari sekolah sebagai lembaga pendidikan agar

    tercapai dengan baik. Untuk itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang

    besar dari pelajar sebagai subjek utama dalam penegakan tata tertib yang ada.1

    Tujuan tata tertib yang dibuat sekolah adalah untuk dapat menciptakan

    suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu proses

    pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi selaku

    peserta didik di lingkungan sekolah yang akhirnya akan berdampak terhadap

    kualitas belajar siswa.2 Dengan adanya peraturan yang ditetapkan oleh sekolah,

    siswa secara tidak langsung bersedia untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan

    1 Sri Harnita, Hubungan Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah dengan Perilaku Peserta Didik di

    Sma Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017 (Skripsi, Universitas, Lampung). 2Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 56-

    57.

  • 2

    tersebut. Dengan demikian, peraturan tentang kedisiplinan dapat mengontrol

    tingkah laku dari para siswa tersebut supaya dapat belajar dengan baik.3

    Banyaknya pelanggaran yang terjadi di lingkungan sekolah seperti

    memakai seragam tidak sesuai dengan aturan sekolah, menggunakan handphone

    ketika proses pembelajaran berlangsung, datang terlambat, membolos, berkelahi

    dan sebagainya menunjukkan bahwa tingkat pengawasan guru terhadap peserta

    didik kurang optimal dan kurang tegasnya pihak sekolah terhadap pelanggaran

    tata tertib sekolah. Di sekolah tidak hanya guru bimbingan konseling yang

    bertugas mengawasi dan menangani ataupun dalam hal yang berhubungan

    dengan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi itu menjadi tugas bagi semua guru

    untuk dapat memperhatikan, mengawasi, membimbing, dan mendidik akan hal-

    hal yang berhubungan dengan tata tertib sekolah.

    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

    peserta didik. Guru dan anak didik adalah dwi tunggal. Oleh karena itu dalam

    pemikiran guru hanya ada satu prinsip yaitu satu kiat bagaimana mendidik anak

    didik agar menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama,

    nusa dan bangsa di masa yang akan datang.4

    Dalam pepatah jawa, guru adalah sosok yang digugu dan ditiru kelakuane

    (dipercaya ucapannya dan dicontoh tidakannya). Menyandang profesi guru,

    3Slameto, 59. 4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2010), 43.

  • 3

    berarti harus menjaga citra, wibawa, keteladanan, integritas dan kreadibilitasnya.

    Ia tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga mendidik, membimbing,

    menuntun dan membentuk karakter moral yang baik bagi siswa-siswinya.5

    Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan

    secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, utama, dan pertama.

    Figur yang satu ini akan menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah

    pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

    khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat

    menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kedisiplinan peserta didik

    di sekolah. Guru merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap

    terciptanya lingkungan sekolah yang disiplin, teratur, dan kondusif. Oleh karena

    itu tingkat pengawasan semua guru di sekolah sangat penting untuk perbaikan

    penurunan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.

    Pelanggaran terjadi karena tingkat pengawasan guru yang kurang optimal,

    semakin lemah tingkat pengawasan guru maka akan semakin meningkat

    pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik, sebaliknya semakin

    tinggi tingkat pengawasan guru maka akan semakin berkurang pelanggaran tata

    tertib yang dilakukan oleh peserta didik.6

    Hal ini mau tidak mau menuntut guru selalu memperhatikan sikap,

    tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah

    5Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, danKompetensi

    Guru) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 17. 6Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 5.

  • 4

    tetapi di luar sekolah sekalipun. Peserta didik dapat memelihara, mengarahkan,

    ketekunan dalam melakukan kegiatan sebagai pelajar. Bagi mereka aturan-aturan

    yang diterapkan di sekolah adalah sekumpulan aturan yang dapat begitu saja

    dilanggar tanpa mengindahkan guru-guru mereka di sekolah sebagai orang tua

    pengganti di dalam proses belajar dan yang mengawasi semua sikap dan perilaku

    mereka di lingkungan sekolah. Terlaksananya tata tertib sekolah akan dapat

    berjalan dengan baik bila guru, aparat sekolah dan peserta didik telah saling

    mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari

    peserta didik akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang

    diterapkan disekolah.

    Upaya penegakkan tata tertib bukan hal yang mudah, ada kesukaran

    dalam meneggakkan tata tertib dengan baik, tetapi ada juga sekolah yang berhasil

    menegakkan tata tertib sekolah. Salah satu sekolah yang belum berhasil

    menegakkan tata tertib sekolah adalah SMP Ma’arif 5 Ponorogo.7

    Dari hasil pengamatan awal di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, penerapan tata

    tertib sekolah belum optimal karena masih banyak kasus pelanggaran tata tertib

    yang berlangsung sehingga seolah anak menjadi terbiasa melakukan pelanggaran.

    Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo yang terjadi

    menunjukkan bahwa siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Kasus atau

    pelanggaran tata tertib sekolah tersebut salah satunya terkait dengan perbedaan

    karakteristik yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi oleh sikap, minat,

    7Hasil pengamatan peneliti di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

  • 5

    kesadaran, kereligiusan, pengetahuan dan faktor lain yang mempengaruhinya.

    Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah adalah sebuah kesiapan yang harus

    ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai

    norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga tata tertib sekolah dapat

    terlaksana dengan baik. Maka dari itu guru sangatlah berpengaruh dalam

    membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara

    optimal. Sikap dan tingkah laku guru sangat berpengaruh terhadap sikap dan

    tingkah laku peserta didik di sekolah. Peran guru sangat penting bagi peserta

    didik supaya mereka mematuhi tata tertib sekolah dan tidak melanggar peraturan

    yang telah dibuat oleh sekolah, dan guru di harapkan dapat menegakkan tata

    tertib sekolah dengan baik.8

    Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian mengenai tata tertib

    sekolah dan peran guru. Maka dari itu peneliti mengangkat judul “Peran Guru

    dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo”.

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan penelitian ini

    pada permasalahan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP

    Ma’arif 5 Ponorogo, meliputi :

    1. Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    8Hasil pengamatan peneliti di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

  • 6

    2. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5

    Ponorogo

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat

    dirumuskan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo?

    2. Bagaimana Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP

    Ma’arif 5 Ponorogo?

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan

    penelitian yang ingin dicapai adalah :

    1. Untuk Mengetahui Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5

    Ponorogo

    2. Untuk Mengetahui Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di

    SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    E. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis

    maupun praktis bagi semua pihak:

    1. Secara Teoritis

  • 7

    Secara teoritis kegunaan dari hasil penelitian ini adalah diperolehnya

    kajian pustaka tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di

    SMP Ma’arif 5 Ponorogo. Serta dapat digunakan sebagai referensi bagi yang

    akan melakukan penelitian yang sejenis. Oleh karena itu penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian dan teori-

    teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.

    2. Secara Praktis

    a. Bagi Sekolah

    Diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan dalam

    melaksanakan tata tertib sekolah sebagai sarana meningkatkan kedisiplinan

    siswa dan meningkatkan kesadaran guru dalam penegakkannya.

    b. Bagi Guru

    1) Bagi guru SMP Ma’arif 5 Ponorogo dapat digunakan sebagai acuan

    pertimbangan dalam usahanya untuk meningkatkan tata tertib sekolah

    supaya siswa menjadi disiplin dan tidak melanggar peraturan tata tertib

    sekolah. Dan diharapkan guru mampu mendidik dan membimbing

    siswa untuk mentaati tata tertib sekolah dengan sebaik-baiknya agar

    siswa bisa lebih disiplin dan tata tertib dapat terlaksana dengan baik.

    2) Sebagai pijakan guru agar lebih bisa membantu untuk meningkatkan

    tata tertib sekolah.

  • 8

    c. Bagi siswa

    Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih dapat

    mentaati tata tertib sekolah dan tidak melanggarnya.

    F. Sistematika Pembahasan

    Untuk mempermudah hasil penelitian diperlukan sebuah sistematika

    pembahasan dalam laporan penelitian ini. Penelitian ini dikelompokkan menjadi

    6 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu

    sama lainnya. Sistematika ini menguraikan secara garis besar apa yang termaktub

    dalam setiap bab. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dirancang untuk di

    uraikan dengan sistematika sebagai berikut:

    Bab Pertama, Pendahuluan. Yang merupakan ilustrasi skripsi secara

    keseluruhan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

    pembahasan.

    Bab Kedua, Kajian Teori. Pada bab ini berfungsi untuk menjelaskan

    telaah hasil kajian terdahulu dan kerangka awal teori yang digunakan sebagai

    landasan melakukan penelitian yang terdiri dari: definisi guru, peran guru dan

    tata tertib sekolah.

    Bab Ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metode

    penelitian yang digunakan, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian,

    kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur

  • 9

    pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan

    tahapan-tahapan penelitian.

    Bab Keempat, Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi

    tentang data umum yang meliputi: letak geografis, visi dan misi, keadaan guru

    dan siswa, dan sarana prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo dan data khusus

    yang berkaitan dengan rumusan masalah.

    Bab kelima, Pembahasan. Merupakan bab yang membahas tentang

    analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang meliputi analisis tentang

    penerapan tata tertib dan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di

    SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    Bab keenam, Penutup. Ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian

    pembahasan dari bab I sampai bab VI. Bab ini dimaksud untuk memudahkan

    pembaca memahami intisari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

  • 10

    BAB II

    TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

    A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

    Di samping menggunakan buku-buku atau referensi yang relevan, peneliti

    juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya dapat dilihat persamaan dan

    perbedaannya. Dalam telaah penelitian terdahulu ini peneliti menemukan bahwa:

    Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Binti Ila Rohmah, berjudul:

    “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui

    Penerapan Tata Tertib Murid (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan

    Babadan Ponorogo)”.1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MI Ma’arif

    Patihan Wetan Babadan Ponorogo melakukan Tugas kepala sekolah sebagai

    manajer, beliau menyerahkan langsung kepada pihak guru dan wali kelas untuk

    bertanggung jawab menerapkan tata tertib murid, selain itu juga mengawasi atau

    mengontrol para guru dan siswa dalam penerapan tata tertib murid. Tugas kepala

    sekolah sebagai leader (pemimpin), beliau mendorong siswa-siswinya untuk

    memiliki kemauan kuat dalam mentaati tata tertib murid agar kedisiplinannya

    meningkat, dan memberikan bimbingan, arahan, teguran mengenai pelanggaran

    yang sifatnya nampak di umum, yang biasanya dilakukan siswa ketika upacara

    berlangsung. Tugas kepala sekolah sebagai educator (pendidik), ia memberi

    1Binti Ila Rohmah, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui

    Penerapan Tata Tertib Murid (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan Ponorogo)”

    (Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2015).

  • 11

    teladan atau contoh pada siswa seperti datang lebih awal, membuang sampah di

    tempatnya, selalu ikut menjalankan shalat berjamaah, dan untuk memberikan

    efek jera ia memberi ajaran berupa hukuman pada siswa yang melanggar.

    Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam menerapkan tata tertib murid

    untuk meningkatan kedisiplinan siswa di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan

    Ponorogo yaitu: kurangnya kepedulian dari pihak guru untuk selalu aktif

    menerapkan, menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa-siswi, karena

    walaupun sudah ditempelkan di dinding setiap kelas terkadang anak-anak

    mungkin tidak membacanya. Selain itu hambatan yang beliau alami yaitu tentang

    keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler terkadang ada yang

    aktif hadir terkadang juga tidak. Solusi yang dilakukan kepala sekolah untuk

    mengatasi hambatan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melalui penerapan

    tata tertib murid sebagai berikut:

    1. Kepala sekolah segera bertindak tegas untuk mengatasinya dengan selalu

    mengingatkan pada pihak guru agar bisa ikut bekerjasama untuk selalu

    menerapkan tata tertib murid dengan konsisten, kemudian selalu

    menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa supaya siswa selalu

    mengingat peraturan tata tertib murid dan bisa meningkatkan perilaku

    disiplin pada siswa.

    2. Memberikan absen dalam setiap kegiatan ekstrakulikuler supaya siswa lebih

    aktif untuk hadir dengan adanya pengabsenan di setiap kegiatan

    ekstrakulikuler.

  • 12

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan

    penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

    sama-sama menggunakan penerapan tata tertib. Sedangkan untuk perbedaanya

    terletak pada perannya, untuk penelitian ini perannya menggunakan peran kepala

    sekolah, sedangkan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru.

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Retno, berjudul: “Peran

    Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas IV dan V di SDN

    Ngunjung 2 Maospati Magetan”.2 Hasil penelitian ini menunjukkan Peran guru

    sebagai pembimbing dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V

    dengan memberi bimbingan dengan bentuk persuasif yang tidak memojokkan

    pada kesalahan siswa, dalam pemberian bimbingan guru harus memahami fisik

    maupun psikis siswa agar melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, selalu

    mengarahkan dengan cara pemberian tugas, upacara bendera serta memasang tata

    tertib yang bertujuan untuk melatih siswa agar patuh pada peraturan.

    Mengadakan kegiatan yang menunjang kedisiplinan peserta didik seperti

    esktrakurikuler pramuka, mengadakan bacaan Asmaul Husna, infaq dan TPA.

    Peran guru sebagai penasihat dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV

    dan V selalu memberikan contoh yang baik bagi siswa dan memberikan nasihat

    yang selalu dihubungkan dengan agama serta moral. Peran guru sebagai

    pengawas dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V selalu

    2Indah Retno, “Peran Guru dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas IV dan V di

    SDN Ngunjung 2 Maospati Magetan” (Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2016).

  • 13

    melakukan pengamatan serta penilaian pada siswa.Dalam hal pengamatan dan

    penilaian guru tidak membeda-bedakan antara siswa laki-laki maupun

    perempuan.

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan

    penelitian kedua dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

    sama-sama menggunakan peran guru. Sedangkan untuk perbedaanya terletak

    pada pembahasannya yaitu tentang peran guru dalam membentuk karakter

    disiplin siswa, dan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru dalam

    menegakkan tata tertib sekolah.

    B. Kajian Teori

    1. Peran Guru

    a. Pengertian Guru

    Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz

    yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat

    memperoleh ilmu). Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan

    ilmu. Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang

    pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi

    lain sebagai pendidik dan pelatih). Namun, pada dinamika selanjutnya,

    definisi guru berkembang secara luas. Guru disebut pendidik profesional

    karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orangtua untuk

    mendidik anak. Guru juga dikatakan sebagai seseorang yang memperoleh

  • 14

    Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta untuk

    melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban

    untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan

    sekolah.

    Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.

    Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki

    keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Pekerjaan guru

    memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional,

    yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan

    berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga perlu pembinaan dan

    pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan

    prajabatan.3

    Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

    memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

    masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-

    tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa

    juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah, dan sebagainya.

    Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di

    masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,

    sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin

    3Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi

    Guru) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 23–24.

  • 15

    bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi

    orang yang berkepribadian mulia.

    Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak

    guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas

    memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab

    tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di

    luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara

    kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau

    menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan

    perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi di luar

    sekolah sekalipun.4

    Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A. Ametembun,

    bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab

    terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun

    klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.5

    Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator

    sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan

    kemampuannya secara optimal melalui lembaga pendidikan sekolah, baik

    yang didirikan oleh pemerintah atau swasta.6

    4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2010), 31. 5Djamarah, 32. 6Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), 12–13.

  • 16

    Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005

    tentang guru dan dosen, Bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa yang dimaksud

    dengan guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama

    mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

    mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Orang

    yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang

    program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar

    siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat

    kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.7

    Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan

    identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

    harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, mencakup tanggung

    jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.8

    Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung

    jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik agar

    dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan

    sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.9

    7Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru),

    24. 8Isjoni, Guru sebagai Motivator Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 23. 9Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 15.

  • 17

    b. Peran Guru

    Peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri

    khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus

    bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi

    belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil

    tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-

    prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan

    kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar

    yang sebaik-baiknya.10

    Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila

    seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

    kedudukannya, dia menjalankan sesuatu peranan.11 Setiap orang

    mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola

    pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan

    apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa

    yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

    Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya pendidikan di

    sekolah, guru memegang peranan paling sentral. Perilaku guru dalam

    proses pendidikan akan memberikan pengaruh yang kuat bagi pembinaan

    perilaku dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku hendaknya

    10Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), 33. 11Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 212.

  • 18

    dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan

    pengaruh positif dalam terhadap proses dan hasil pendidikan. Psikologi

    guru merupakan kajian psikologis terhadap berbagai aspek perilaku guru

    dalam proses pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. Peran (role) guru

    merupakan keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam

    melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang

    luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun masyarakat.12

    Di sekolah ia berperan sebagai perancang pengajaran, pengelola

    pengajaran, penilai hasil pembelajaran, pengarah pembelajaran, dan

    sebagai pembimbing siswa. Di dalam keluarga guru berperan sebagai

    pendidik atau family educator. Sedangkan di masyarakat, guru berperan

    sebagai pembina masyarakat (social developer), pendorong masyarakat

    (social motivator), penemu masyarakat (social innovator), dan sebagai

    agen masyarakat (social agent). Guru yang baik dan efektif adalah guru

    yang dapat memainkan semua peranan itu secara baik dan utuh.13

    Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

    siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang

    diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini:

    12Mohammad Surya, Psikologi Guru “Konsep dan Aplikasi” (Bandung: Alfabeta, 2014), 192. 13Surya, 193.

  • 19

    a) Korektor

    Sebagai korektor guru harus bisa membedakan antara nilai

    yang baik dan buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan

    dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak

    anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan

    peranannya sebagai korektor, yang menilai dan megoreksi semua

    sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru

    lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah,

    tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar

    sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran

    terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di

    masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian

    anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak

    didik mudah larut di dalamnya.14

    b) Inspirator

    Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang

    baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah

    masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk

    (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti

    harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun

    bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang

    14Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 44.

  • 20

    penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang

    dihadapi oleh anak didik.15

    c) Informator

    Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik

    dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan dari guru adalah racun

    bagi anak didik. Menjadi informasi yang baik dan efektif, penguasaan

    bahasalah kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan

    diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang

    mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.16

    d) Organisator

    Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang

    diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan

    pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,

    menyusun kalender akademik, dan sebagainya.17

    e) Motivator

    Sebagai motivator, guru hendaknya mendorong anak didik agar

    bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru

    dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik

    malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Setiap saat guru

    15Djamarah, 44. 16Djamarah, 44–45. 17Djamarah, 45.

  • 21

    harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif

    tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan

    sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan

    memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar

    memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan

    motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan

    guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena

    menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran

    sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi

    diri.18

    f) Inisiator

    Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi

    pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran. Kompetensi

    guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan

    pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan

    informasi abad ini.19

    g) Fasilitator

    Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan

    fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

    Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas

    18Djamarah, 45. 19Djamarah, 46.

  • 22

    yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang

    kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena

    itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga

    akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak

    didik.20

    h) Pembimbing

    Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar

    mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan

    masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri

    dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru

    dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan,

    kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan

    interpersonal. Karena itu setiapa guru perlu memahami dengan baik

    tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik

    mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian,

    psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa

    pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid

    menghadapi masalah di mana guru tak sanggup memberikan bantuan

    cara memecahkannya, baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan

    20Djamarah, 46.

  • 23

    (guidance specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang

    bersangkutan.21

    i) Penghubung

    Sekolah berdiri diantara dua lapangan yakni disatu pihak

    mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi,

    dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya, dan

    dilain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan,

    minat, dan tuntutan masyarakat. Diantara kedua lapangan inilah

    sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru

    berfungsi sebagai pelaksana. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh

    guru untuk menghubungkan sekolah dan masyarakat, antara lain

    dengan public relation, buletin, pameran, pertemuan-pertemuan

    berkala, kunjungan masyarakat, dan senagainya. Karena itu

    keterampilan guru dalam tugas-tugas ini senantiasa perlu

    dikembangan.22

    j) Pengelola kelas

    Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola

    kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak

    didik dan dalam rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas yang

    terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara yang kurang, penuh

    21Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 124. 22Hamalik, 126.

  • 24

    kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya

    interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan

    umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan

    fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar

    mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolan

    kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi

    yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.

    k) Mediator

    Sebagai mediator guru hendaknya, memiliki pengetahuan dan

    pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai

    bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materil. Media

    berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses

    interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu

    diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan

    pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah

    dalam proses belajar anak didik. Guru harus mampu menjadi sebagai

    pengatur dan mencari jalan keluar dari pemecahan masalah.

    Bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan.23

    l) Supervisor

    Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu

    memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

    23Djamarah, 47–48.

  • 25

    Teknik-teknik supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan

    yang ditempatinya, akan tetapi kerena pengalamannya, pendidikannya,

    kecakapannya, atau keterampilan yang dimilikinya atau karena

    memiliki kepribadian yang menonjol.

    m) Evaluator

    Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang

    evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang

    menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek

    instrinsik lebih menyentuh pada aspek nilai (values). Penilaian

    terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan dari pada

    penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.24

    n) Pengawas

    Sebagai pengawas guru harus senantiasa mengawasi seluruh

    perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah,

    sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin harus segera

    diatasi.25

    o) Penasehat

    Guru sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang

    tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat

    dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

    24Djamarah, 48. 25Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),

    126.

  • 26

    Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat

    keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta

    didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan

    mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu

    kepada guru sebagai orang kepercayaannya.26

    2. Tata Tertib Sekolah

    a. Pengertian Tata Tertib Sekolah

    Ditinjau dari bentuk katanya tata tertib berasal dari dua kata yaitu

    tata dan tertib yang keduanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Tata

    menurut kamus umum bahasa Indonesia diartikan aturan, sistem dan

    susunan, sedangkan tertib mempunyai arti peraturan. Jadi tata tertib

    menurut pengertian etimology adalah sistem atau susunan peraturan

    yang harus ditaati atau di patuhi.27

    Tata tertib adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara

    tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Tata tertib sekolah

    merupakan aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat

    berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah

    akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah, dan siswa

    saling mendukung tata tertib sekolah, kurangnya dukungan dari siswa

    akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang

    26Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2013), 47. 27Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 1025.

  • 27

    diterapkan di sekolah. Tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang

    tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagai aturan

    yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung

    secara efektif dan efisien.28

    Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di

    samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga

    administratif. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang

    penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan

    sekadar sebagai kelengkapan sekolah.29

    Untuk memperoleh ketertiban yang baik, maka diperlukan

    pendidikan tentang tata cara sopan santun, nilai moral dan sosial agar

    dapat hidup rukun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Setiap

    pendidikan moral yang bertujuan untuk membantu generasi penerus

    untuk mencapai ketertiban dan kedamaian harus memiliki tata tertib

    sekolah yang lengkap, yaitu yang menyangkut segala segi kehidupan di

    sekolah yang harus dilaksanakan, di taati dan dilindungi bersama oleh

    segenap unsur yang ada di sekolah.

    28Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 139–140. 29Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 82.

  • 28

    Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan dalam pendidikan

    tidak lain adalah untuk mengubah tingkah laku yang sedemikian rupa

    sehingga menjadi tingkah laku yang diingiinkan.30

    Menurut Suharsimi, peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk

    mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.31

    1) Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum

    yang harus dipatuhi oleh siswa. Misalnya, peraturan tentang kondisi

    yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran

    sedang berlangsung.

    2) Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas

    khusus. Misalnya, tentang penggunaan seragam, penggunaan

    laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas

    rumah, pembayaran SPP, dan lain sebagainya.

    b. Tujuan Tata Tertib Sekolah

    Tata tertib sekolah tidak hanya membantu program sekolah, tapi

    juga untuk menunjang kesadaran dan ketaatan terhadap tanggung jawab.

    Sebab rasa tanggung jawab inilah yang merupakan inti dari kepribadian

    yang sangat perlu dikembangkan dalam diri anak, mengingat sekolah

    adalah salah satu pendidikan yang bertugas untuk mengembangkan

    potensi manusia yang dimiliki oleh anak agar mampu menjalankan

    30Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Pembimbing (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), 130. 31Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,

    1990), 122.

  • 29

    tugas-tugas kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagai

    anggota masyarakat.32

    Adapun secara rinci tujuan tata tertib sekolah dapat dibedakan

    menjadi dua bagian, yaitu:

    1) Bagi anak didik

    a) Menginsafkan anak akan hal-hal yang teratur, baik dan buruk.

    b) Mendorong berbuat yang tertib dan baik serta meninggalkan

    yang baik atau buruk.

    c) Membiasakan akan ketertiban pada hal-hal yang baik.

    d) Tidak menunda pekerjaan bila dapat dikerjakan sekarang.

    e) Menghargai waktu seefektifitas mungkin.

    2) Bagi sekolah

    a) Ketenangan sekolah dapat tercipta.

    b) Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

    c) Terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa dan

    antara siswa yang satu dengan yang lain.

    d) Terciptanya apa yang menjadi tujuan dari sekolah tersebut.

    c. Unsur-Unsur Tata Tertib di Sekolah

    Untuk mewujudkan situasi yang tertib sebuah lembaga

    pendidikan guru yang sering bertanggung jawab untuk menyampaikan

    32H. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga

    Pendiidkan (Jakarta: Tema Baru, 1998), 27.

  • 30

    dan mengontrol berlakunya tata tertib. Tata tertib bisa berjalan apabila

    ada kerjasama antara guru dan siswa. akan tetapi apabila tata tertib bisa

    berjalan maka tata tertib bisa dibagi menjadi dua yaitu: ada yang berlaku

    untuk umum (seluruh lembaga pendidikan) maksudnya, sebuah tata

    tertib yang diberlakukan untuk semua kalangan yang ada di dalam

    sebuah lembaga itu, ada pula yang khusus (hanya untuk dikelas)

    maksudnya adalah tata tertib ini diberlakukan untuk siswa saja tidak

    berlaku untuk guru atau karyawan. Semua tata tertib, baik yang berlaku

    untuk umum maupun untuk khusus meliputi tiga unsur, yaitu:

    1) Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang dilarang.

    Contoh: jika terlambat datang harus melapor ke bagian pengajaran

    untuk memperoleh surat keterangan terlambat yang harus

    diserahkan kepada guru yang sedang mengajar.

    2) Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau

    pelanggar tata tertib.

    Contoh: jika terlambat datang tetapi tidak melapor ke bagian

    pengajaran dianggap tidak masuk sekolah, dan setibanya di kelas

    tidak diijinkan mengikuti pelajaran.

    3) Cara atau prosedur untuk menyampaikan tata tertib kepada subyek

    yang dikenai tata tertib tersebut.

    Contoh: peraturan tentang keterlambatan datang ke sekolah

    dikomunikasikan kepada siswa dan orangtua siswa secara tertulis

  • 31

    pada waktu mereka mendaftarkan kembali sesudah dinyatakan

    diterima di sekolah yang bersangkutan.33

    Dalam aspek agama unsur-unsur tata tertib meliputi: Wajib

    karena baik untuk individu atau kelompok. Sunnah karena dianggap

    baik. Mubah karena boleh dilakukan. Makruh karena dianggap tidak

    baik dan haram karena dilarang.34

    d. Pentingnya Tata Tertib Sekolah

    Adanya pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk

    mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia.

    Tujuan yang ada tersebut sulit tercapai bila lingkungan disekitarnya

    tidak mendukung. Oleh karena itu lembaga pendidikan sekolah sebagai

    salah satu komponen yang mewujudkan tujuan pendidikan harus

    mempunyai tata tertib. Adanya tata tertib sangat membutuhkan karena

    sedikit banyak akan menumbuhkan kedisiplinan pada anak. Agar anak

    menjadi disiplin, tentunya kedisiplinan ini harus dimulai dari pihak yang

    memberikan pengajaran. Dalam menanamkan disiplin pada anak harus

    konsisten artinya apa yang diperintahkan oleh subyek disiplin kepada

    obyek disiplin (siswa) subyek juga harus menjalankannya.35

    33Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 123-124. 34Hasan Langgulun, Manusia dan Pendiidkan, (Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan)

    (Jakarta: Pustaka alHusna, 1986), 89. 35Hendyat Soetopo dan Wasty Sumanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan

    (Surabaya: Usaha Nasional t.t.h, n.d.), 142.

  • 32

    J.A. Comunius mengemukakan pentingnya tata tertib sekolah,

    yaitu : “suatu sekolah yang tidak mempunyai tata tertib ibarat kincir

    yang tidak berair”.36

    Berdasarkan dari pedoman tersebut apabila sekolah tidak

    mempunyai tata tertib akan menimbulkan ketimpangan dalam proses

    belajar mengajar. Oleh karena itu tata tertib sekolah merupakan syarat

    mutlak terjaminya kelangsungan hidup suatu kesatuan sosial. Dan

    sekolah merupakan salah satu kesatuan sosial yang menjadi wadah

    pendidikan.37

    1) Bagi pendidik

    a) Dengan adanya tata tertib memungkinkan untuk membantu

    keamanan sekolah, ketentraman dilingkungan sekolah,

    sehingga proses belajar mengajar dapat menjadi lancar.

    b) Dengan adanya tata tertib memungkinkan bagi pendidik

    membuat suasana pergaulan kearah pendidikan yang baik,

    dengan demikian pendidikan akan mudah memperhatikan

    kondisi dari anak didik.

    36Wasty Sumanto, 142. 37Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 123.

  • 33

    2) Bagi siswa

    a) Dengan adanya tata tertib menjadikan suasana belajar lebih

    terkendali sehingga memudahkan siswa untuk menangkap

    pelajaran.

    b) Tata tertib dapat membiasakan anak didik untuk menghormati

    hak dan kepentingan orang lain dengan menahan kemauan

    mereka.

    c) Siswa akan sadar bahwa tata tertib dibuat untuk kebaikan bagi

    mereka.38

    e. Faktor-faktor penyebab timbulnya pelanggaran tata tertib sekolah

    Permasalahan yang dihadapi siswa adalah timbul karena adanya

    sebab diantara faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor

    masyarakat. Berikut akan penjelasan dari ketiga faktor tersebut:

    1) Faktor keluarga

    Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam

    melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga

    memberikan pengaruh menentukan pembekalan watak kepribadian

    anak.

    Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam membesarkan,

    mendewasakan, dan mendapat pendidikan yang pertama kalinya.

    Mulai dari awal lahir dibina atau dididik oleh keluarga sampai

    38Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1988), 138.

  • 34

    menginjak usia sekolah baru dititipkan ke lembaga pendidikan

    formal.

    2) Faktor lingkungan sekolah

    Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah keluarga

    bagi anak-anak. Permasalahan yang disebabkan oleh faktor sekolah

    adalah:

    a) Adanya guru yang kurang simpatik terhadap siswanya.

    b) Fasilitas pendidikan yang kurang memadai.

    c) Hubungan antaraguru dan siswa yang kurang harmonis.

    d) Cara mengajar guru yang membosankan.39

    3) Faktor lingkungan masyarakat

    Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan

    ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat dapat memberi

    pengaruh terhadap perilaku anak, membentuk kebiasaan

    pengetahuan anak.40

    Anak remaja yang sebagai anggota masyarakat selalu

    mendapat pengaruh dari keadaan dan lingkungannya baik langsung

    mauupun tidak langsung, dan lingkungan sekitar tidak selalu baik

    dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Hal-

    39Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 48. 40Hasbullah, 48.

  • 35

    hal yang dapat menyebabkan remaja menajadi nakal dan melanggar

    peraturan diantaranya:

    a) Persaingan dan perekonomian.

    b) Kurangnya saranadan pemanfaatan waktu dengan kegiatan

    yang positif bagi para remaja.

    c) Pengaruh bagi teman sebaya.

    d) Pengaruh media massa.

    e) Kurangnya kegiatan atau pendidikan keagamaan dalam

    masyarakat.41

    41Hasbullah, 58.

  • 36

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting). Penelitian

    kualitatif ini memiliki karakteristik alami karena menggunakan sumber data

    langsung, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.1 Hal ini disebabkan adanya

    hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila

    diamati dalam proses. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan

    secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.2 Dalam beberapa

    bidang studi, pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif,

    misalnya penelitian yang berupaya mengungkap sifat atau pengalaman seseorang

    dengan fenomena tertentu. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk

    mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun

    belum diketahui.

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,

    di mana studi kasus itu sediri adalah suatu deskripsi intensif untuk menganalisis

    1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

    1998), 31. 2Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),

    3.

  • 37

    fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok-kelompok,

    institusi ataupun masyarakat. Peneliti ini mencoba menggambarkan subyek

    penelitian didalam keseluruhan tingkahlakunya, yakni tingkah laku itu sendiri

    beserta hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan

    riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula hal-hal lain yang berkaitan

    dengan tingkah laku tersebut. Peneliti juga mencoba untuk mencermati individu

    atau sebuah unit secara mendalam.3 Studi kasus adalah suatu studi yang bersifat

    komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya

    menelaah permasalahan yang bersifat kontemporer.

    Keunikan atau keunggulan dari studi kasus secara umum adalah

    memberikan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara

    mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Ini

    adalah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Selain itu

    studi kasus juga memiliki keunggulan spesifik lainnya, yakni studi kasus dapat

    memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-

    proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus

    memberi kesempatan untuk memperoleh konsep-konsep dasar perilaku manusia.

    Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan

    hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya, studi kasus dapat

    menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar

    3Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 314.

  • 38

    untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih

    besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Studi kasus

    dalam penelitian ini adalah tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib

    sekolah.

    B. Kehadiran Peneliti

    Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai key instrument, yaitu orang

    yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara

    cermat dan leluasa. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

    pengamat berperan serta, sebab peran penelitilah yang menentukan keseluruhan

    skenarionya. Sehingga peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, yang mana

    peneliti merencanakan penelitian, kemudian mencari data yang meliputi

    observasi dan wawancara awal tentang penerapan tata tertib sekolah dan peran

    guru dalam menegakkan tata tertib sekolah. Selanjutnya mengumpulkan data,

    menganalisis dan menulis hasil penelitian.

    C. Lokasi Penelitian

    Peneliti memilih tempat di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, dengan beberapa

    hal yang menjadi pertimbangan, yaitu SMP Ma’arif 5 Ponorogo merupakan

    lembaga yang bernaungan pendidikan Islam. Dari tata tertib sekolah yang telah

    di paparkan belum semua terlaksana atau terealisasikan dengan sempurna

  • 39

    sehingga muncul berbagai problematika-problematika dalam penerapan tata

    tertib sekolah. Dan mengetahui peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah.

    D. Data dan Sumber Data

    Data yang dicari adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam

    penelitian ini yaitu tentang bagaimana penerapan tata tertib sekolah di SMP

    Ma’arif 5 Ponorogo dan bagaimana peran guru dalam menegakkan tata tertib

    sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berdasarkan

    pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data

    adalah dari mana peneliti akan mengedepankan dan menggali informasi yang

    berupa data-data yang diperlukan. Sumber data secara garis besar terdiri orang

    (person), tempat (place) dan kertas atau dokumen (paper).4

    Sumber data dari penelitian kualitatif ini terdiri dari sumber data manusia

    dan non manusia. Dari sumber data manusia datanya berupa kata-kata dan

    tindakan. Untuk sumber data non manusia, datanya adalah berupa data tambahan

    seperti dokumen, foto dan lainnya.5 Kata-kata dan tindakan informan pada

    penelitian ini berasal dari kepala sekolah, guru dan siswa SMP Ma’arif 5

    4Arikunto, 99. 5Arikunto, 112.

  • 40

    Ponorogo. Dengan demikian, dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan yang

    menjadi sumber data utama.

    E. Prosedur Pengumpulan Data

    Dalam penelitian kualitatif diskriptif terdapat beberapa metode

    pengumpulan data, yaitu:

    1. Wawancara

    Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

    seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara

    secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan

    terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara

    mendalam.6 Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah

    wawancara tak terstruktur.

    Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada :

    a. Kepala Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo, sebagai penentu kebijakan

    dalam sebuah lembaga pendidikan, peneliti mencari informasi mengenai

    penerapan tata tertib sekolah dan peran guru dalam menegakkan tata

    tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    6Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan

    Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 180.

  • 41

    b. Guru di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, untuk mencari informasi tentang

    penerapan tata tertib sekolah dan bagaimana peran guru dalam

    menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    c. Siswa SMP Ma’arif 5 Ponorogo, untuk mengetahui bagaimana peran guru

    dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    2. Observasi

    Observasi adalah aktivitas untuk memperhatikan sesuatu dengan

    menggunakan alat panca indera, yaitu melalui penglihatan, penciuman,

    pendengaran, peraba, dan mengecap.7 Observasi merupakan metode

    pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek

    penelitian.8 Hasil observasi ini dicatat dalam catatan lapangan karena hal ini

    sangat bermanfaat atau penting bagi peneliti. Bahkan dapat dikatakan bahwa

    dalam penelitian kualitatif ”jantungnya” adalah catatan lapangan.9 Penelitian

    kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan

    data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat

    ”catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun

    ”catatan lapangan”.10 Observasi sebagai teknik pengumpulan data

    mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

    7Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 310. 8Arikunto, 77. 9Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 154. 10Moleong, 153.

  • 42

    Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka

    observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.11

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah,

    siswa, penerapan tata tertib sekolah, kondisi guru yang akan diteliti serta

    peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5

    Ponorogo. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

    dibedakan menjadi dua, yaitu participant observation (observasi berperan

    serta) dan non participant observation (observasi non partisipasi). Dalam

    penelitian ini menggunakan non participant observation. Ini berarti peneliti

    tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati. Peneliti

    hanya mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat

    kesimpulan dari apa yang telah dilihatnya.

    Pada observasi ini peneliti mengamati bagaimana upaya atau peran

    guru dalam menegakkan tata tertib sekolah. Serta bagaimana penerapan tata

    tertib sekolah tersebut di terapkan. Apakah sudah terlaksana dengan baik

    atau belum. Kemudian melihat bagaimana peran guru supaya tata tertib

    sekolah dapat terlaksana dengan baik. Serta mencoba melihat seberapa besar

    tingkat keberhasilan dan dampak dari upaya tersebut. Hasil observasi ini

    ditulis lengkap dan disajikan dalam transkrip observasi.

    11Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

    (Bandung: Alfabeta, 2003), 145.

  • 43

    3. Dokumentasi

    Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang

    menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

    yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

    berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari

    dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap

    bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.12

    Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang

    gambaran umum sekolah terkait lokasi, visi dan misi, tujuan, keadaan

    pendidik dan peserta didik, kondisi sekolah, sarana-prasarana, dan data

    terkait tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    F. Teknik Analisis Data

    Setelah data diperoleh dengan berbagai macam teknik pengumpulan data,

    maka diperlukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan

    menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

    lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

    dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

    mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

    12Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

    2008), 158.

  • 44

    menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

    dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13

    Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:

    Gambar: 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman

    a. Pengumpulan Data

    Pada tahap ini peneliti bekerja untuk memperoleh data sebanyak-

    banyaknya dari subyek penelitian dengan wawancara, observasi dan

    dokumentasi.

    b. Reduksi Data (Data Reduction)

    Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data bukan hanya sekedar

    membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang

    dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah

    13Suwandi, 334.

    Penyajian data Pengumpulan data

    Reduksi data

    Kesimpulan

  • 45

    yang tak terpisahkan dari analisis data. Berkaitan dengan hal ini, setelah data-

    data terkumpul yakni yang berkaitan dengan masalah tata tertib sekolah

    selanjutnya dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan.

    Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,

    melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

    Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai

    berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses

    sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan

    pola-pola data. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi data, peneliti

    menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi). Dalam

    penelitian ini, reduksi data bermanfaat untuk memilah dan memilih data-data

    yang sesuai dengan penelitian terkait peran guru dalam menegakkan tata tertib

    sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

    c. Penyajian Data (data display)

    Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks ke

    dalam suatu bentuk yang sistematis. Penyajian data (data display) melibatkan

    langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data

    yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang

    dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan penelitian kualitatif data

    biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka membantu

    proses analisis. Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-

  • 46

    kelompok gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai

    dengan kerangka teori yang digunakan.

    Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

    Penyajian data menguraikan data dengan teks yang bersifat deskriptif. Tujuan

    penyajian data ini adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang diteliti

    dan bisa segera dilanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian yang telah

    difahami. Dengan menyajikan data, akan memudahkan peneliti untuk

    memahami apa yang terjadi.

    d. Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions).

    Drawing and Verifying Conclusions adalah penarikan kesimpulan dan

    verifikasi, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan, peneliti pada dasarnya

    mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola

    data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.14

    Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil

    deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan

    apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan.

    Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal.

    14Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2008), 106.

  • 47

    G. Pengecekan Keabsahan Temuan

    Dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

    mengembangkan validitas data atau mengecek keabsahan data. Dalam penelitian

    ini peneliti mengecek keabsahan data dengan teknik triangulasi, yaitu

    membandingkan data-data yang sudah diperoleh dari satu sumber kepada sumber

    yang lain agar tercapai keabsahan data.15

    H. Tahapan-tahapan Penelitian

    Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan

    ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan

    hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:

    1. Tahap Pra Lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih

    lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan

    lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan

    penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian;

    2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan

    persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan

    data;

    3. Tahap Analisis Data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan

    data;

    4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

    15Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 105.

  • 48

    BAB IV

    DESKRIPSI DATA

    A. Deskripsi Data Umum

    1. Lokasi SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    SMP Ma’arif 5 Ponorogo berlokasi di Jalan Seloaji No 25 Ngrumpit,

    Kec. Jenangan, Kab. Ponorogo. Ini adalah sekolah swasta berbasis Islam dan

    lokasi sekolah ini berdampingan dengan sekolah MI Ma’arif Ngrumpit.

    2. Visi dan Misi SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    a. Visi: Berprestasi, terampil dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa.

    Indikator visi :

    1) Berprestasi dalam kelulusan.

    2) Berprestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

    3) Terampil dalam pegembangan kurikulum.

    4) Terampil dalam proses pembelajaran.

    5) Terampil dalam penilaian prestasi akademik dan non akademik.

    6) Terampil dalam kelembagaan dan manajemen sekolah.

    7) Berbudaya dalam sarana dan prasarana pendidikan.

    8) Berbudaya dalam penggalangan pembiayaan sekolah.

  • 49

    b. Misi

    Misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi sekolah

    yang telah ditetapakan, dalam mewujudkan visi tersebut antara lain:

    1) Menumbuhkembangkan sikap dan amaliyah keagamaan islam.

    2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam upaya

    meningkatkan pembelajaran yang berwawasan lingkungan.

    3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh

    warga sekolah baik dalam prestasi akademik maupun non

    akademik.

    4) Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.

    5) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan

    berwawasan kedepan.

    6) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai wajar dan adil.

    7) Melaksanakan pengembangan model-model penilaian

    pembelajaran.

    3. Tujuan Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    a. Tersusunnya ktsp dilengkapi silabus tiap mata pelajaran, rencana

    pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan sistem penilaian.

    b. Menghasilkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran

    dan kondisi siswa.

  • 50

    c. Terlaksananya proses belajar-mengajar yang mengarah pada program

    pembelajaran berbasis “kompetensi”.

    d. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar

    mampu bersaing dan melajutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

    e. Meningkatnya prestasi akademik dan non akademik.

    f. Berhasil menjadi 10 besar dalam lomba mata pelajaran di tingkat

    kabupaten.

    g. Menjadi juara pada lomba olahraga atletik, bola voli, dan tenis meja

    tingkat kabupaten.

    h. Memperoleh kejuaraan dalam lomba bidang seni karawitan di tingkat

    kabupaten.

    i. Meningkatnya jumlah siswa yang dapat membaca al-qur’an dengan baik

    dan benar.

    j. Meningkatnya kompetensi professional pendidik dan tenaga

    kependidikan.

    k. Tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai.

    l. Terwujudnya pengembangan model-model penilaian pembelajaran.

    4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    a. Keadaan Pendidik

    Kepala Sekolah : 1

    Guru Tetap : Laki-laki 6 dan Perempuan 6

  • 51

    Guru Bantu Pusat : 1

    Tenaga Administrasi : Laki-laki 1 dan Perempuan 2

    b. Keadaan Peserta didik

    Di SMP Ma’arif 5 Ponorogo jumlah siswa kelas VII, VIII, IX, dari tiap

    tahunnya berbeda-beda, dari tahun:

    2012/2013 jumlah siswa keseluruhan adalah 67

    2013/2014 jumlah siswa keseluruhan adalah 60

    2014/2015 jumlah siswa keseluruhan adalah 48

    2015/2016 jumlah siswa keseluruhan adalah 34

    5. Kondisi SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    Peningkatan kondisi di sekolah ini adalah usaha segenap unsur sekolah

    yang telah bekerja keras untuk meningkatkan mutu SMP Ma’arif 5

    Ponorogo.

    a. Luas Tanah : 2090 m

    b. Ruang Kepala Sekolah : 1 Buah

    c. Ruang Kantor : 1 Buah

    d. Ruang Guru : 1 Buah

    e. Ruang Perpustakaan : 1 Buah

    f. Ruang Laboraturium IPA : 1 Buah

    g. Ruang UKS : 1 Buah

    h. Ruang Kelas : 3 Buah

  • 52

    i. Toilet : 1 Buah

    6. Sarana dan Prasarana SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    Sarana dan prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo memadai. Sarana

    dan prasarana yang masih perlu diperbaiki dan dilengkapi meliputi: ruang

    dan buku-buku perpustakaan, ruang media, ruang dan peralatan laboraturium

    IPA, peralatan olahraga dan ruang mushola. Hasil analisis menunjukkan

    perlunya perhatian dari pemerintah dan komite sekolah untuk melengkapi

    sarana dan prasarana yang masih kurang.

    7. Data Tata Tertib Sekolah SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    Jenis-jenis pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    adalah sebagai berikut:

    1. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran

    Ketentuan pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran di sekolah diatur

    sebagai berikut :

    a. Waktu kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran

    b. Siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas pada saat kegiatan

    pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas kecuali kegiatan

    pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.

    c. Siswa tidak dibenarkan keluar ruangan kelas pada jam pelajaran,

    pada waktu guru pengajar belum memasuki ruang kelas. Apabila

  • 53

    dalam waktu sepuluh menit guru pengajar belum memasuki ruang

    kelas, maka ketua/ wakil ketua kelas menghubungi guru

    pengampu/guru piket.

    d. Siswa dilarang mengaktifkan Hand Phone, Audio Vidio Player

    (MP3, MP4, dan sejenisnya) serta bermain game pada saat kegiatan

    pembelajaran berlangsung.

    e. Siswa tidak dibenarkan untuk makan dan minum pada saat kegiatan

    pembelajaran berlangsung.

    f. Siswa tidak dibenarkan memakai pakaian/atribut lain yang tidak

    sesuai ketentuan sekolah, seperti jaket, sweater, topi dan sejenisnya

    pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

    g. Siswa tidak dibenarkan membawa uang berlebihan/barang berharga

    ke sekolah tanpa alasan yang jelas.

    h. Siswa tidak dibenarkan melakukan aktivitas yang tidak berkaitan

    dengan materi pelajaran pada saat kegiatan pembelajaran

    berlangusung.

    i. Siswa tidak dibenarkan mengganggu jalannya kegiatan

    pembelajaran kelas lain.

    j. Siswa wajib menghormati guru dan karyawan SMP Ma’arif 5

    Ponorogo.

    k. Siswa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan pembelajaran

    dengan tertib.

  • 54

    2. Pakaian seragam dan kelengkapannya.

    a. Pakaian seragam siswa yang ditentukan sekolah adalah sebagai

    berikut :

    1) Senin dan Selasa : Seragam OSIS lengkap berdasi, ikat pinggang

    hitam, sepatu (bertali) hitam, kaos kaki putih polos minimal

    sepuluh cm di atas mata kaki.

    2) Rabu dan Kamis : Seragam Identitas sekolah dengan atribut

    lengkap, ikat pinggang hitam, sepatu bebas, kaos kaki warna

    bebas minimal sepuluh cm di atas mata kaki.

    3) Jumat dan Sabtu : Seragam Pramuka, ikat pinggang hitam,

    sepatu (bertali) hitam, kaos kaki hitam minimal sepuluh cm di

    atas mata kaki.

    b. Siswa diwajibkan berpakaian seragam dengan atribut lengkap (bedge,

    lokasi, logo sekolah).

    c. Bagi siswa putri berjilbab :

    1) Pada saat berseragam OSIS, jilbab warna putih tanpa motif.

    2) Pada saat seragam identitas sekolah, jilbab menyesuaiakan warna

    baju tanpa motif.

    3) Pada saat memakai seragam pramuka, jilbab berwarna coklat tua

    tanpa motif.

    d. Siswa diwajibkan berpakaian rapi, bersih dan sopan.

    e. Larangan memakai aksesori :

  • 55

    1) Siswa putra : dilarang bertindik, bertato, memakai/membawa

    kalung, gelang, cincin, anting, dan sejenisnya.

    2) Siswa putri : dilarang bertato, bertindik berlebihan, berdandan

    berlebihan, memakai gelang ataupun kalung bukan emas, dan

    memakai gelang ataupun kalung emas berlebihan.

    f. Siswa wajib memakai pakaian olah raga dan kelengkapannya sesuai

    dengan ketentuan sekolah.

    3. Pelaksanaan ibadah

    a. Siswa wajib mengikuti kegiatan perayaan hari-hari besar keagamaan

    yang dilaksanakan atau diadakan sekolah sesuai dengan agamanya.

    b. Semua siswa yang beragama Islam wajib menjalankan ibadah puasa

    pada bulan Ramadhan.

    c. Semua siswa yang beragama Islam wajib menjalankan ibadah sholat

    tarwih di Masjid SMP Ma’arif 5 Ponorogo sesuai dengan jadwal

    yang ditentukan.

    d. Semua siswa yang beragama Islam wajib melaksanakan sholat

    dhuhur sebelum pulang sekolah.

    e. Siswa yang beragama Islam wajib melaksanakan pembacaan surat-

    surat pendek dan Asmaul Husna pada jam nol.

    4. Perilaku siswa.

    a. Siswa wajib menjaga nama baik sekolah.

  • 56

    b. Siswa wajib bersikap dan berperilaku sopan, menghormati Bapak/Ibu

    guru dan karyawan, bertutur kata yang baik disekolah maupun di luar

    sekolah.

    c. Siswa wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan,keindahan

    dan kenyamanan disekolah.

    d. Siswa wajib parkir pada tempatnya.

    e. Siswa dilarang menyebarkan berita bohong dan memfitnah.

    f. Siswa putra berambut pendek, rapi, dan tidak disemir warna.

    g. Siswa dilarang berkuku panjang dan mewarnai kuku.

    h. Siswa dilarang melakukan pemalsuan tanda tangan yang

    berhubungan dengan urusan sekolah.

    i. Siswa dilarang mencontek dan bekerja sama pada saat ujian/ulangan

    berlangsung.

    j. Siswa dilarang menyalahgunakan uang yang seharusnya untuk

    pembayaran administrasi sekolah.

    k. Siswa dilarang menyalahgunakan uang iuran kelas, kas kelas, dan

    sejenisnya.

    l. Siswa dilarang membawa, mengedarkan dan mengonsumsi minuman

    keras, narkoba, dan zat psikotropika lainnya didalam / luar sekolah.

    m. Siswa dilarang membawa rokok/merokok dan berjudi.

    n. Siswa dilarang mencorat-coret tembok, meja, dan fasilitas sekolah

    lainnya.

  • 57

    o. Siswa dilarang membawa atau melihat media cetak/elektronik berbau

    pornografi.

    p. Siswa dilarang membawa senjata tajam/ senjata api.

    q. Siswa dilarang menganiaya orang lain.

    r. Siswa dilarang berkelahi/tawuran.

    s. Siswa dilarang mencuri uang/barang milik sekolah/orang lain.

    t. Siswa dilarang mengunjungi tempat-tempat yang tidak layak bagi

    pelajar, seperti diskotik, night club dan lain lain.

    u. Siswa tidak dibenarkan berada di luar tempat tinggal lewat jam 22.00

    WIB tanpa keperluan yang jelas.

    v. Siswa dilarang bercanda berlebihan baik perkataan maupun

    perbuatan.

    w. Siswa dilarang melakukan pergaulan bebas dengan lawan

    jenis/sejenis yang melampaui norma agama dan susila.

    x. Siswa dilarang melakukan tindak asusila.

    y. Siswa dilarang menikah selama masih berstatus sebagai siswa.

    z. Siswa wajib mematuhi tata tertib sekolah yang sudah ditetapkan.

    5. Pelanggaran dan poin-poin.1

    a. Setiap siswa yang melanggar tata tertib diberikan sanksi langsung

    dan kredit poin berdasarkan jenis pelanggarannya.

    1 Lihat lampiran 04, (kredit poin pelanggaran dan tindak lanjut dan sanksi).

  • 58

    b. Semakin besar kredit poin yang diberikan, menunjukkan semakin

    besar bobot pelanggaran yang dilakukan siswa.

    c. Pelanggaran yang dilakukan lebih dari satu kali, kredit poin

    diakumulasikan dengan pelanggaran sebelumnya dengan jenis sanksi

    sesuai kredit poin akumulasi.

    d. Kredit poin pelanggaran diakumulasikan selama 3 tahun, dengan

    ketentuan sebagaiberikut :

    1) Batas maksimal kredit poin yang masih dapat ditoleransi untuk

    siswa Kelas X adalah 100 poin.

    2) Batas maksimal kredit poin yang masih dapat ditoleransi untuk

    siswa Kelas XI adalah 150 poin (sudah termasuk akumulasi poin

    dari Kelas X).

    3) Batas maksimal kredit poin yang masih dapat ditoleransi untuk

    siswa Kelas XII adalah 200 poin ( sudah termasuk akumulasi

    poin dari Kelas X dan Kelas XI).

    e. Siswa yang telah mencapai kredit poin lebih besar dari batas

    maksimal kredit poin seperti diatur dalam ayat 4 di atas, dikeluarkan

    dari sekolah.

  • 59

    B. Deskripsi Data Khusus

    1. Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

    a. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

    Ketentuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP Ma’arif 5

    Ponorogo diatur supaya siswa mematuhi peraturan tata tertib sekolah.

    Maka dari itu ketika pelajaran berlangsung siswa tidak boleh keluar

    kelas tanpa seizin guru. Hal ini sebagaimana yang telah ada pada

    transkip dokumen sebagai berikut:

    Siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas pada saat kegiatan

    pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas kecuali kegiatan

    pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan.2

    Adapun yang telah diutarakan oleh Guru PAI SMP Ma’arif 5

    Ponorogo sebagai berikut:

    Setiap anak yang melanggar tata tertib sekolah akan mendapat

    sanksi, misalnya anak yang datang terlambat masuk kelas maka

    tidak boleh mengikuti pelajaran sebelum mendapat izin dari guru

    piket, atau siswa berdiri didepan kelas untuk menghafal surat

    pendek, lagu wajib, dll, jika guru piket tidak ada.3

    Dari deskripsi diatas dapat diketahui bahwa tata tertib sekolah

    terkait waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMP

    Ma’arif 5 Ponorogo adalah siswa tidak dibenarkan berada di luar kelas

    pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa seizin guru kelas

    kecuali kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di lapangan. Dan bagi

    2 Lihat transkip dokumentasi no, 03/D/17-V/2018. 3 Lihat transkip wawancara no, 03/W/29-VI/2018.

  • 60

    siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah akan mendapatkan

    sanksi dari pihak sekolah.

    b. Pakaian Seragam dan Kelengkapannya

    Diantara peraturan tata tertib sekolah yang ada, salah satu

    peraturannya adalah tentang tata tertib pakaian seragam dan

    kelengkapannya. Siswa harus memakai seragam sesuai yang ditentukan

    oleh sekolah. Siswa diwajibkan berpakaian dengan atribut lengkap,

    yaitu berpakaian rapi, bersih dan sopan. Hal ini sebagaimana yang telah

    diutarakan oleh Guru PAI SMP Ma’arif 5 Ponorogo sebagai berikut:

    Tata tertib di SMP Ma’arif 5 Ponorogo sudah terlaksana, seperti

    upacara bendera yang diadakan setiap hari senin, siswa memakai

    seragam sesuai ketentuan sekolah, masuk dan pulang sesuai dengan

    jam yang telah ditentukan, sholat dhuha dan sholat dzuhur

    berjamaah.4

    Selain keterangan tersebut Guru BK SMP Ma’arif 5 Ponorogo juga

    mengatakan bahwa:

    Tetap peraturan kita laksanakan sesuai dengan ketentuan yang

    tertulis, tetapi kita bijaki adalah alasan anak melanggar. Kalau

    semisal baju tidak masuk kalau saya langsung saya suruh bersih-

    bersih toilet, atau menyirami tanaman atau membuang sambah.

    Kalau misal A nya banyak itu otomatis tidak kita naikkan itu untuk

    kelas 1 dan 2. Tetapi kalau untuk anak kelas 3 itu ada banyak

    permasalahan, itu kita asramakan di pondok pesantren. Kita

    asramakan minimal 1 minggu, dan itu semua atas kesepakatan

    antara pihak sekolah dan orang tua. Untuk masalah biaya orang tua

    yang menanggungnya, sekolah hanya mengasramakan supaya

    perilakunya berubah.5

    4 Lihat transkip wawancara no, 03/W/29-VI/2018. 5 Lihat transkip wawancara no, 02/W/03-VII/2018.

  • 61

    Pakaian seragam dan kelengkapannya sangat penting sekali di

    dalam tata tertib sekolah, utamanya ketika mengikuti upacara bendera

    yang wajib diikuti siswa setiap hari senin, siswa harus berpakaian

    lengkap beserta atributnya dan berpakaian rapi. Hal ini sebagaimana

    yang telah ada pada transkip dokumen sebagai berikut:

    Siswa diwajibkan berpakaian seragam dengan atribut lengkap, dan

    siswa diwajibkan untuk berpakaian rapi, bersih dan sopan.

    Kemudian bagi siswa putri berjilbab, dan larangan untuk memakai

    aksesoris atau benda berharga.6

    Selain keterangan tersebut Guru Akidah Akhlak di SMP Ma’arif 5

    Ponorogo juga mengatakan bahwa:

    Tata tertib berjalan dengan baik, akan tetapi masih perlu ditekankan

    kembali terkait dengan kedisiplinan anak didik. Secara umum

    kedisiplinan disini sudah baik, namun memang perlu ditingkatkan

    lagi karena masih ada beberapa anak yang belum mematuhinya,

    termasuk ketika upacara terlambat, kemudian mengenai kelegkapan

    atribut berseragam juga masih ada yang tidak dipakai seperti dasi,

    kemudian tentang kebersihan, sampah itu tiap hari di kelas pasti

    ada, karena kebiasaan anak-anak itu menaruh sampah di meja atau

    di dalam meja tidak kok langsung dibuang di tempat sampah. Dan

    saya juga masih sering sekali melihat anak-anak ketika masih di

    lingkungan sekolah baju seragam mereka dikeluarkan tidak kok di

    masukkan, tapi biasanya kalo ketika saya atau guru lain melihat

    seperti itu saya akan memberi hukuman kepada mereka yang

    melanggar.7

    Berdasarkan data observasi yang telah diteliti di SMP Ma’arif 5

    Ponorogo adalah:

    6 Lihat transkip dokumentasi no, 03/D/17-V/2018. 7 Lihat transkip wawancara no, 04/W/28-VI/2018.

  • 62

    Kegiatan Upacara ya