SKRIPSI HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT ...repository.stikes-bhm.ac.id/244/1/75.pdfdan masukan...
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT ...repository.stikes-bhm.ac.id/244/1/75.pdfdan masukan...
SKRIPSI
HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT DIABETES DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIHAN
KOTA MADIUN
Oleh :
Wahyu Firmanningtyas
NIM : 201302052
S1- KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
i
SKRIPSI
HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT DIABETES DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIHAN
KOTA MADIUN
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan dalam Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
Wahyu Firmanningtyas
NIM : 201302052
S1- KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahhirohmannirohim..
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa ku panjatkan kepada
Allah SWT atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran dan kekuatan yang luar biasa
kepada saya. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagi
saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
“Ada janji yang harus saya tepati” ini adalah sebuah kalimat
yang selalu ada didalam hati saya. Ada sebuah janji yang harus saya
tepati kepada kedua orang tua saya. Saya harus sukses demi ke dua
orang tua saya, demi sebuah masa depan yang lebih baik dari hari
ini, demi sebuah senyum kebahagian ke dua orang tua.
Ku Persembahkan karya kecilku ini yang ku buat dengan
sepenuh hati, sekuat tenaga dan pikiranku ini untuk Ayah saya
Suparman yang telah menjadi sosok ayah terbaik bagi kehidupanku.
Untuk Ibu Dwi Lestari Rahayu tercinta, sosok ibu yang sangat luar
biasa untuk saya terimakasih telah selalu memberikan dukungan,
motivasi dan do’a yang tiada hentinya. Saya yakin bahwa
keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas dari do’a-do’a yang kedua
orang tua panjatkan disetiap sujudnya. Ya Allah Ya Rahman
terimakasih telah engkau beri aku tempat terindah di dunia ini yakni
Kau anugerahiku sosok malaikat dalam dunia nyataku.
v
Untuk Adik ku, Septian Nur Cholis terimakasih telah
memberikan dukungan dan motivasinya.
Untuk seseorang yang telah tertulis di Lauhul Mahfuz
terimakasih telah mendoakan ku di setiap sujud shalatmu. Semoga
kita segera dipertemukan dalam ikatan suci yang di ridhoi Allah
SWT.
Untuk Bpk Muhidin, S.Kep Ns, M.Kep dan ibu Riska
Ratnawati, SKM., M.Kes terimakasih telah memberikan bimbingan
dan masukan dalam penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh
sabar dan ketelatenan. Semoga Allah memberikan balasan atas
kebaikan yang telah diberikan.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
terimakasih yang telah mendidik dan membimbingku selama ini.
Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ilmu yang telah
diajarkan.
Untuk sahabat-sahabat dan teman-temanku, terimakasih
telah menjadi partner yang baik di perjalanan masa kuliah saya dan
terimaksih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuanganku
perjuangan kita belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan
dengan membuktikan bahwa kita mampu menjadi perawat yang
profesional dan bisa diandalkan agar dapat mengharumkan nama
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
vi
Motto :
Sesuatu akan menjadi kebanggaan,
Jika sesuatu itu dikerjakan,
Dan bukan hanya di pikirkan.
Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan,
Jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya.
Bukan hanya menjadi impian.
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wahyu Firmanningtyas
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 5 Mei 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Nglambangan Kec. Wungu Kab. Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : TK AL-HIKMAH (1999)
SDN DEMPELAN (2000-2007)
Riwayat Pekerjaan
:
SMPN 9 MADIUN (2007-2010)
SMAK ST. BONAVENTURA (2010-2013)
Belum pernah bekerja
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun”.
Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepala Puskesmas Patihan Ibu Dwi Yuliastutik Kota Madiun yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di tempat
beliau.
2. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) Selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Muhidin, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Riska Ratnawati, SKM., M.Kes selaku pembimbing II dalam penyusunan
skripsi ini.
x
6. Keluarga tercinta, terutama ibu saya yang selalu memberikan dukungan dan
semangat serta doa yang tulus untuk saya menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-temanku anak Keperawatan kelas 8 A & B serta semua pihak yang
telah memberikan bantuan baik moral maupun materil yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
8. Seluruh Pasien Poli Klinik Puskesmas Patihan kota Madiun yang telah
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis menyadari Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya tulis
ini.
Madiun, Agustus 2017
Wahyu Firmanningtyas
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIHAN KOTA MADIUN
WAHYU FIRMANNINGTYAS
201302052
Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan
resistensi insulin atau keduanya. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis di Jawa
Timur sebesar 0,6 (115.424 penderita). Sedangkan di kota Madiun sendiri
penderita diabetes sebesar 11.346 penderita. Penelitian ini bertujuan mengetahui
adakah Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan KotaMadiun.
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan
pendekatan case control. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang
memeriksakan kesehatannya tentang Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas
Patihan kota Madiun. Sampel yang didapat dari data 1 bulan terakhir yaitu
sejumlah 49 sampel penderita Diabetes Melitus dan terdapat 50 sampel untuk
Kasus Kontrol. Pengambilan data di lakukan dengan membagikan lembar
kuesioner dengan metode simple random sampling. Analisa data menggunakan uji
chi square. Analisis Chisquare nilai ρ = 0,000 <α = 0,05 dengan nilai Odds Ratio
(OR) serendah-rendahnya 2,388dan setinggi-tingginya 14,331.
Hasil penelitian menyatakan ada hubungan Olahraga dengan Penyakit
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun, diharapkan
responden dapat meminimalkan kejadian Diabetes Melitus dengan mengubah
gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga.
Kata Kunci : Olahraga, Penyakit Diabetes Melitus
xii
ABSTRACT
SPORTS RELATIONSHIP WITH DIABETES MELITUS DISEASE IN THE
WORKING AREA OF THE HEALTH CENTER OF MADIUN CITY
WAHYU FIRMANNINGTYAS
201302052
Diabetes is a metabolic disease characterized by high blood sugar levels
(hyperglycemia) caused by impaired insulin secretion, and insulin resistance or
both. Prevalence of diabetes diagnosed in East Java was 0.6 (115,424 patients).
While in the city of Madiun own diabetes for 11.346 patients. This study aims to
find out whether there is a Sports Relationship with Diabetes Mellitus Disease in
the Working Area Puskesmas Patihan KotaMadiun.
In this research use analytical research design with case control
approach. The sample in this study was the patient who examined his health about
Diabetes Mellitus in the working area of Paktkesmas Padi Madiun. Samples
obtained from the last 1 month data are 49 samples of patients with Diabetes
Mellitus and there are 50 samples for Control Cases. Data collection is done by
distributing questionnaire sheet with simple random sampling method. Data
analysis using chi square test. Chisquare analysis value ρ = 0,000 <α = 0,05 with
Odds Ratio (OR) as low as 2,388 and as high as 14,331.
The result of the research stated that there is a relationship of Sports with
Diabetes Mellitus Disease in the Working Area of Patihan City Health Center of
Madiun, hopefully the respondent can minimize the incidence of Diabetes Mellitus
by changing the healthy lifestyle with diligent exercise.
Keywords: Sports, Diabetes Mellitus Disease
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Konsep Diabetes ...................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus ............................................ 6
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................... 7
2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus ................................................ 9
2.1.4 Tata Laksana Diabetes Melitus ...................................... 12
2.1.5 Fisiologi Pankreas .......................................................... 16
2.1.6 Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................... 18
2.1.7 Tanda dan Gejala ............................................................ 21
2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus ......................................... 21
2.2 Aktifitas Olahraga pada Penderita Diabetes Melitus
dan Tidak Diabetes Melitus ...................................................... 24
2.2.1 Pengertian Olahraga...................................................... 24
2.2.2 Manfaat Olahraga bagi Kesehatan ................................ 25
2.2.3 Jenis-jenis Olahraga ...................................................... 27
2.2.4 Konsep Olahraga ......................................................... 29
2.2.5 Aktivitas Olahraga pada Orang yang Tidak Terkena
Diabetes Melitus .......................................................... 31
2.2.6 Langkah langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
Diabetes Melitus .......................................................... 33
2.2.7 Aktivitas fisik saat terkena Diabetes Melitus .............. 34
2.2.8 Efek Olahraga pada Pengidap Diabetes Melitus ......... 34
xiv
2.2.9 Jenis Olahraga untuk mencegah Diabetes Melitus
dan pengelolan pada penderita Diabetes Melitus ......... 36
2.3 Hubungan Diabetes Melitus dengan Olahraga ........................ 38
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ......................... 40
3.1. Kerangka Konseptual .............................................................. 40
3.2. Hipotesis Penelitian .................................................................. 41
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................. 42
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... 42
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 43
4.3 Teknik Sampling ..................................................................... 45
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................... 46
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................... 48
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................ 49
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 51
4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ....................... 51
4.9 Teknik Pengelolaan dan Analisa Data ..................................... 52
4.10 Teknik Analisa Data ................................................................ 53
4.11 Etika Penelitian ........................................................................ 54
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 58
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ............................................. 58
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................ 59
5.3 Hasil Analisis Bivariat ............................................................. 62
5.4 Pembahasan ............................................................................. 63
5.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 68
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 69
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 69
6.2 Saran ........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN ..................................................................................................... 73
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus .................................................. 49
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
karekteristik jenis kelamin pada Poli di Puskesmas
Patihan kota Madiun ........................................................... 59
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan
karakteristik pendidikan pada poli di Puskesmas
Patihan kota Madiun ........................................................... 60
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan
karakteristik status pekerjaan pada poli di Puskesmas
Patihan kota Madiun ........................................................... 60
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi kerutinan responden melakukan
olahraga dari kelompok kasus (Diabetes Melitus) di
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun pada
Tahun 2017 ......................................................................... 61
Tabel 5.5 Tabulasi Silang antara Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan Kota Madiun ........................................ 62
Tabel 5.6 Nilai ρ value, koefisiensi kontigensi, dan nilai OR
tabulasi silang antara Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan Kota Madiun ........................................ 63
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Tabel Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus ................................................... 40
Gambar 4.1 Skema Penelitian Case Control ........................................... 43
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Hubungan Olahraga dengan Penyakit
Diabetes Melitus .................................................................. 47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Survey Pendahuluan ........................ 73
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun ................................................................................... 74
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik .................................................................................... 75
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana .............................................................................. 76
Lampiran 5 Lembar Persetujuan menjadi Responden (Inform
Consent) ................................................................................. 77
Lampiran 6 Lembar Petunjuk Pengisian ................................................... 78
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................... 79
Lampiran 8 Kuesioner Instrumen Penelitian ............................................ 80
Lampiran 9 Tabulasi Data Kuesioner Responden ..................................... 82
Lampiran 10 Hasil Uji Korelasi Chi Square ............................................... 87
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ......................................................... 90
xviii
DAFTAR ISTILAH
Ketosis Prone : Ketosis Rentan
Insuline Dependent : Ketergantungan Insulin
Glukosuria : glukosa/gula dalam jumlah berlebih dalam urine
Poliuria : volume urine yang berlebih
Polidipsia : rasa sangat kehausan
Polifagia : rasa lapar yang semakin besar
Iritabilitas : kepekaan terhadap rangsangan
Pruritas Vulva : rasa gatal disekitar vulva/vagina
Sport for All : Olahraga Untuk Semua
Fleksibilitas : kelenturan tubuh
Continou : kontinyu
Rhythmical : ritmis
Enducance : latihan ketahanan
xix
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabes Melitus
IDDM : Insulin Dependen Diabetes Melitus
NIDDM : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
HLA : Human Leucocyte Atigen
OAD : Oral Anti Diabetes
OHO : ObatHipoglikemik Oral
HHNK : Hipoglikemik Hiperosmolar Non-Ketotic
DNM : Denyut Nadi Maksimal
DMTI : Diabetes Melitus Tergantung Insulin
HbA1C : Glycosilat Hemoglobin
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak
menular yang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun.
Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi
insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia yang
berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata,
organ, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika K., et
al., 2011).
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan
adanya peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes
Federation (IDF 2014), jumlah penderita DM sebanyak 366 juta jiwa di
tahun 2011 meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan
diperkirakan akan bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035.
Menurut WHO (2013) sebanyak 80% penderita DM di dunia berasal dari
negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah
penderita DM yang terjadi secara konsisten menunjukkan bahwa penyakit
DM merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus
dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Berdasarkan data Riset
Kesehatan (Riskesdas,2013) di Indonesisa terdapat 10 juta orang penderita
2
diabetes dan 17,9 juta orang yang berisiko menderita penyakit ini.
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis di Jawa Timur sebesar 0,6 (115.424
penderita). Sedangkan di kota Madiun sendiri penderita diabetes sebesar
11.346 penderita (Rekam Medis Puskesmas Patihan, 2017).
Dari data kunjungan pasien diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Patihan pada tahun 2016 sebesar 2572 penderita. Terdiri dari
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) sebesar 41 penderita,Non
Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) sebesar 217 penderita.
Sedangkan jumlah penderita diabetes yang datang ke poli puskesmas
Patihan dalam rentang waktu 1 bulan terakhir sebesar 86 penderita (Rekam
Medis Puskesmas Patihan, 2017).
Gaya hidup kurang gerak dan kecanggihan teknologi yang
menjadikan ruang gerak menjadi terbatas merupakan faktor utama yang
menyebabkan terjadinya penyakit Diabetes Melitus. Aktivitas fisik
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keseimbangan energi dan dapat
dikatakan sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah yang melalui
faktor-faktor tersebut banyak kekuatan luar yang memicu pertambahan
berat badan itu bekerja. Kurang olahraga, terlalu banyak duduk, dan pola
makan yang salah merupakan penyebab penyakit diabetes. Nafsu makan
berlebih dan kurangnya aktivitas fisik pada akhirnya akan menyebabkan
kegemukan yang merupakan salah satu pencetus diabetes melitus. Meski
makanan manis bukanlah penyebab diabetes, pengaturan makan
merupakan pilar terpenting dalam pengendalian penyakit ini. Namun,
3
dengan kemajuan di bidang kedokteran dan farmasi banyak berperan
memperpanjang harapan hidup manusia, termasuk di Indonesia.
Studi pendahuluan di Puskesmas Patihan ada 10 pasien dengan
diagnosa Diabetes Melitu, dulunya 7 dari 10 pasien yang datang kepoli
memiliki riwayat tidak melakukan olahraga dan ada 10 pasien dengan
diagnosa Hipertensi datang ke poli Puskesmas Patihan, 5 dari 10 pasien
tersebut rutin berolahraga seperti jalan santai setiap pagi dan lari kecil.
Lama melakukan olahraga 30-45 menit setiap hari secara rutin.
Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan empat pilar utama yaitu
penyuluhan atau edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas
fisik dan intervensi farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut
dapat diterapkan pada semua jenis tipe DM. Untuk mencapai fokus
pengelolaan DM yang optimal maka perlu adanya keteraturan terhadap
empat pilar utama tersebut (PERKENI 2011).
Olahraga merupakan salah satu pilar utama pengelolaan DM
bersamaan dengan diet, obat, dan edukasi. Berolahraga akan membantu
memperbaiki metabolisme glukosa dan lemak karena sel lebih sensitif
terhadap insulin, di samping menurunkan dosis obat suntikan insulin.
Olahraga juga dapat menunda kemunculan DM, membantu pengelolaan
DM, dan mengurangi komplikasi DM.Untuk menunda munculnya DM,
dianjurkan melakukan olahraga selama satu jam setiap hari. Khusus bagi
penderita DM, dilakukan latihan senam, berupa pemanasan 10 menit, inti
4
20 menit, dan pendinginan 10 menit, dengan frekuensi latihan 3-5 kali per
minggu. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat di rumuskan
pertanyaan apakah ada hubungan olahraga dengan penyakit diabetes di
wilayah kerja puskesmas Patihan Kota Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dapat di deskripsikan sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum mengetahui Hubungan Olahraga dengan Penyakit
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi Aktivitas Olahraga dengan Penyakit Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan.
2) Mengidentifikasi Aktivitas Olahraga yang dilakukan penderita
Diabetes Melitus dan tidak Diabetes Melitus.
3) Menganalisis Hubungan Olahraga dengan Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan peneliti ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat
menjadi rujukan institusi mengenai hubungan olahraga dengan penyakit
diabetes.
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Sebagai bahan pengetahuan untuk mendapatkan pengalaman dan
meningkatkan kemampuan dalam menganalisis hubungan olahraga dengan
penyakit diabetes.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Diharapka penelitian ini dapat menambah wawasan pada masyarakat
tentang hubungan olahraga dengan penyakit diabetes.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan
atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan
individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan
Soegondo,2009).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi
dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah (ADA, 2012).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan level gula darah dimana tubuh tidak dapat
7
memproduksi insulin yang dibutuhkan atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin dengan seharusnya.
2.1.2 Klasifikasi Diabetes
MenurutAmerican Diabetes Association (ADA) tahun 2011,
klasifikasi Diabetes Melitus adalah:
1) Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM)
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes “Juvenile onset”
atau “Insulin dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin
dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan
ketoasidosis. Istilah “juvenile onset” sendiri diberikan karena onset
DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada
usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau
menjelang 40.
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di
sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan
sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya
meningkatkan sekresi insulin. DM tipe 1 sekarang banyak dianggap
sebagai penyakit autoimun. Kelainan autoimun ini diduga ada
kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun
pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang
molekul sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga
terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang
diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus
8
(mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi
susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi
akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau
aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi
akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.
2) DiabetesMelitus tipe 2 (NIDDM)
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh faktor keturunan dan
juga gaya hidup yang kurang sehat. Hampir seluruh penderita diabetes
menderita tipe kedua ini. Meskipun mengenai dihampir semua
penderita diabetes, gejalanya sangatlah lambat. Sehingga
perkembangan penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Kerja insulin di dalam tubuh tidak lagi efektif meskipun tidak perlu
ada suntikan insulin dari luar untuk membantu menjalani hidupnya.
Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan
dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien
mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang
memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup).
DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan
hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas.
9
Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan
transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan
peningkatan lipolisis.
Efek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya
hidup yang diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas
fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara
genetik. Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah
berbeda-beda untuk setiap ras.
3) Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan
komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa
akan kembali normal pada trimester ketiga.
2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus
Menurut WHO (world health organization ) dalam Kwinahyu
(2011), penyebab diabetes melitus belum diketahui pasti tapi umumnya
diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter
memegang peranan. Diabetes mellitus dapat dibedakan atas dua yaitu :
1) Diabetes type I (Insulin Depedent Diabetes Melitus/IDDM) tergantung
insulin dapat disebabkan karena faktor genetik,imunologi dan
mungkin lingkungan misalnya infeksi virus:
10
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b) Faktor immunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan :
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2) Diabetes type II (Non Insulin Depedent Diabetes Melitus /NIDDM)
yaitu tidak tergantung insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan penting dalam proses terjadinya resistensi insulin. Ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan diabetes melitus, yaitu :
11
a) Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus.
Hal ini disebabkan jumlah/kadar insulin oleh sel β pankreas
mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan. Oleh karena
itu, mengonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi
oleh sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat menyebabkan
kadar gula dalam darah meningkat dan meyebabkan diabetes
melitus.
b) Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terserang
diabetes melitus dibanding dengan orang yang tidak gemuk.
c) Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang
tua. Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus
mempunyai anggota keluarga yang juga terkena. Jika kedua orang
tua menderita diabetes, insiden diabetes pada anak-anaknya
meningkat, tergantung pada umur berapa orang tua menderita
diabetes. Risiko terbesar bagi anak-anak terserang diabetes terjadi
jika salah satu atau kedua orang tua mengalami penyakit ini
sebelum berumur 40 tahun. Riwayat keluarga pada kakek dan
nenek kurang berpengaruh secara signifikan terhadap cucunya
12
d) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat
menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam
mensekresikan hormon yang diperlukan unuk metabolisme dalam
tubuh, termasuk hormon insulin.
e) Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi
pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu
menyebabkan sel β pada pankreas tidak bekerja optimal dalam
mensekresi insulin. Beberapa penyakit tertentu, seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes melitus.
2.1.4 Tata Laksana Diabetes Melitus
1) Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik
pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
13
a) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
b) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi
penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
14
c) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
d) Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja Sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin
dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptorinsulin
15
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler.
e) Cangkok Pankreas
Menurut (Tjokroprawiro, 1992), operasi untuk menanamkan
pankreas sehat dari donor ke pasien dengan diabetes. Pada orang
dengan diabetes tipe I., sel-sel islet pankreas tidak lagi
memproduksi insulin. Tujuan cangkok pankreas memberikan
pasien kesempatan untuk berhenti menggunakan terapi suntikan
pada penderita diabetes tipe I. pankreas sehat diambil dari donor
dengan mati batang otak. Sebelum transplantasi, dilakukan
pemeriksaan protein darah yang disebut Human Leukocyte
Antigen (HLA) typing dari donor dan penerima. Pendekatan
terbaru untuk mencangkok pankreas adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identik.
2) Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
16
5) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
b) Beberapa cara pemberian insulin
Suntikan insulin subkutan. Insulin regular mencapai
puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa
faktor antara lain : Cangkok pankrea, Pendekatan terbaru untuk
cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar
identik. (Mansjoer dkk, 2007).
2.1.5 Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang
lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang disebut pulau-pulau
langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin, yang
sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Tiap pankreas
mengandung kurang lebih 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi
100 sel beta. Bagian endokrin pankreas memproduksi, menyimpan, dan
mengeluarkan hormon dari pulau langerhans. Pulau langerhans
mengandung 4 kelompok sel khusus, yaitu alfa, beta, delta, dan sel F. Sel
17
alfa menghasilkan glukagon, sedangkan sel beta menghasilkan insulin.
Kedua hormon ini membantu mengatur metabolisme. Sel delta
menghasilkan somatostatin (faktor penghambat pertumbuhan hipotalamik)
yang bisa mencegah sekresi glukagon dan insulin (Baradero, 2009, hal.88).
Glukosa terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari
(terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak). Kemudian glukosa akan
diserap melalui dinding usus dan disalurkan dalam darah. Setelah makan,
kadar glukosa dalam darah akan lebih tinggi, melebihi glukosa yang
dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Untuk mencegah
meningginya glukosa dengan tiba-tiba, insulin (hormon yang diproduksi
sel beta pankreas) berfungsi menyimpan glukosa (dinamakan glikogen)
dalam hati dan sel-sel otot. Jika kadar gula menurun maka simpanan
glikogen akan kembali ke dalam darah. Proses ini membutuhkan glukagon.
Glikogen yang disimpan dalam hati bisa bertahan 8-10 jam. Apabila tidak
digunakan dalam tempo yang ditentukan maka simpanan ini akan berubah
menjadi lemak (Mahendra, 2008, hlm. 1).
Insulin adalah hormon anabolik (pembentuk) utama tubuh dan
memiliki berbagai efek lain selain menstimulasi transpor glukosa insulin
juga meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel menstimulasi
sintesis protein dan glukosa insulin yang menghambat glukoneogenesis,
sintesa glukosa ke tubuh kita, membangun protein, dan mempertahankan
kadar glukosa plasma rendah (Corwin, 2001, hlm. 620).
18
2.1.6 Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari
asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
19
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
20
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat
dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang
tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi), (Kwinahyu, 2011).
21
2.1.7 Tanda dan Gejala
Tanda gejala Diabetes Militus menurut (Arisman dan soegondo,2009),
yaitu:
a) Poliuria (akibat dari diuresis osmotic bila di ambang ginjal terhadap
reabsobsi glikosa di capai dan kelebihan glukosa keluar melalui
ginjal)
b) Polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi dan poliuria)
c) Poliphagia (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dan
perubahan sintesis protein dan lemak)
d) Penurunan berat badan (akibat dari katabolisme protein dan lemak)
e) Pruritas vulvular
f) Kelelahan
g) Gangguan penglihatan
h) Kram otot
i) Peka rangsang
2.1.8 Komplikasi Diabetes
Menurut Tarwoto (2012) komplikasi yang berkaitan dengan
diabetes melitus digolongkan menjadi dua, yaitu :
1) Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dalam glukosa darah, yaitu : hipoglikemia, ketoasidosis
diabetik, sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotic (HHNK).
22
a) Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-
kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin,
detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak
segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya
kematian.
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya
terjadi apabila penderita:
1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau
malam)
2) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh
dokter atau ahli gizi .
3) Berolah raga terlalu berat
4) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari
pada seharusnya.
5) Minum alkohol
6) Stress.
7) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan
risiko.
b) Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non- ketotic
HHNK terjadi pada manula, penyandang diabetes dengan
obesitas, seringkali adanya diabetes tidak terdiagnosis
23
sebelumnya. Seringkali ditemukan faktor pencetus seperti infark
miokard, stroke, atau infeksi. Onsetnya lambat dengan poliuri
selama 2-3 minggu dan dehidrasi progresif. Kadar glukosa darah
tinggi (sering di atas 45,0 mmol/L) dan osmolalitas (seringkali di
atas 400 mmol/L). Bikarbonat plasma biasanya normal tanpa
disertai ketonuria. Jika kadar bikarbonat plasma rendah, pikirkan
asidosis laktat. Pasien ini memrlukan cairan dalam jumlah banyak
(10 liter) yang diberikan dalam bentuk Nacl 0,9%.
2) Komplikasi kronis
Menurut Batubara (2010), umumnya terjadi 10 sampai 15
tahun setelah awitan, yaitu : makrovaskuler, mikrovaskular, dan
penyakit neuropati.
a) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati,
dan neuropati merupakan kelainan yang lebih sering timbul
setelah pubertas, namun juga dapat terjadi selama periode
prepurbertas memberikan efek yang tidak sama pada masing-
masing individu dalam hal komplikasi.
b) Neuropati
Sistem saraf sentral dan perifer juga terkena oleh diabetes.
Pola keterlibatan yang paling sering adalah neuropati perifer
simetris di ekstremitas bawah yang mengenai, baik fungsi
motorik maupun sensorik, terutama yang terakhir. Walaupun
24
gejala klinis kelainan saraf pada anak dan remaja jarang
didapatkan namun eberadaan kelainan subklinis sudah didapatan.
Evaluasi klinis dari pemeriksaan saraf perifer harus meliputi :
1) Anamnesis timbulnya nyeri,parestasia,maupun rasa tebal.
2) Penentuan sensasi vibrasi.
c) Komplikasi makrovaskuler
Penelitian tentang penebalan intima-media pada karotis
merupakan tanda yang sensitif untuk timbulnya komplikasi
makrovaskuler yaitu penyakit jantung koroner dan penyakit
serebro vaskuler.
2.2 Aktivitas Olahraga pada Penderita Diabetes Melitus dan Tidak
Diabetes Melitus
2.2.1 Pengertian Olahraga
Olahraga menurut para pakar adalah suatu aktivitas yang dapat
menyehatkan diri dari dalam maupun luar tubuh atau yang biasa disebut
sehat jasmani dan rohani. Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia,
penerbit Gitamedia Press, kata olahraga merupakan kata kerja yang
diartikan gerak badan agar sehat. UNESCO mendefinisikan olahraga
sebagai “Aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan
melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak
badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu
atau rombongan. Jika menurut Dewan Eropa, merumuskan olahraga
25
sebagai “aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang”.
Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport
for All” dan di Indonesia tahun 1983, “Memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat” (Rusli dan Sumardianto, 2000:6).
2.2.2 Manfaat Olahraga bagi Kesehatan
Menurut Daniel Landers, profesor pendidikan olahraga dari Arizona
State University mengungkapkan lima manfaat olahraga bagi otak kita.
1) Meningkatkan kemampuan Latihan fisik yang rutin dapat
meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan mental. Karena
olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan
mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-
hal ini dapat mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik.
2) Membantu menunda proses penuaan.
Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan kaki
secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental pada
wanita diatas 65 tahun. Semakin sering dan lama mereka
melakukannya, maka penurunan mental kian lambat. Kabarnya,
banyak orang yang merasakan manfaat aktivitas itu setelah sembilan
minggu melakukannya secara teratur tiga kali seminggu. Latihan ini
tidak harus dilakukan dalam intensitas tinggi. Cukup berupa jalan kaki
disekitar rumah.
26
3) Mengurangi stres.
Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh
lagi, bisa membantu mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat
meningkatkan kemampuan jantung dan membuat Anda lebih cepat
mengatasi stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan
lari merupakan cara terbaik mengurangi stres.
4) Menaikkan daya tahan tubuh.
Jika senang berolahraga, meski dalam waktu yang singkat
namun intensif, atau lama tapi dilakukan dengan santai, aktivitas ini
bisa meningkatkan hormon-hormon baik dalam otak seperti adrenalin,
serotonin, dopamin, dan endorfin. Hormon ini berperan dalam
meningkatkan daya tahan tubuh.Studi yang dilakukan di Inggris
memperlihatkan bahwa 83% orang yang memiliki gangguan mental
mengandalkan olahraga untuk meningkatkan mood dan mengurangi
kegelisahan. Landers mengatakan, untuk orang yang menderita
depresi ringan dan sedang, olahraga sedikitnya 16 minggu bisa
menimbulkan efek samping yang sama dengan menelan obat anti
depresi.
5) Memperbaiki kepercayaan diri.
Umumnya semakin mahir seseorang dalam suatu aktivitas,
maka kepercayaan diri pun akan meningkat. Bahkan suatu riset
membuktikan bahwa remaja yang aktif berolahraga merasa lebih
percaya diri dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak
27
melakukan kegiatan serupa. Malas berolahraga dengan alasan kurang
memiliki waktu dalam jangka panjang dampaknya cukup buruk, yakni
munculnya penyakit yang disebabkan oleh hipokinesia (kurang gerak).
Di antaranya, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung, artritis,
hiperkolesterolemia, dan obesitas.
2.2.3 Jenis-Jenis Olahraga
Menurut Rusli dan Sumardianto, 2000: 6, jenis-jenis olahraga di bagi
menjadi :
1) Kardiovaskular
Olahraga kardiovaskular merupakan salah satu bentuk
olahraga yang memiliki fungsi untuk meningkatkan pernapasan dan
denyut jantung. Pada intinya olahraga ini memakas jantung bekerja
keras dan lebih kuat. Selain itu juga berfungsi untuk memperbaiki cara
kerja jantung dalam memompa darah di dalam tubuh. Berikut adalah
jenis olahraga kardiovaskular atau olahraga yang membuat jantung
sehat.
a) Jalan cepat, jenis olahraga ini merupakan cara alami yang dapat
membuat jantung lebih sehat. Selain itu jalan cepat juga sangat
baik untuk membantu proses menurunkan berat badan karena
jalan cepat dapat membantu mengurangi lemak otot pada area
dekat sendi.
b) Senam, selain melakukan jalan cepat Anda juga bisa melakukan
berbagai latihan atau gerakan senam. Segala macam gerakan
28
senam memiliki dampak positif bagi kesehatan, kebugaran,
hingga kecantikan. Senam merupakan salah satu olahraga untuk
kesehatan jantung dan menjaga stamina dalam tubuh.
c) Berenang, olahraga air ini memang sangat dikenal sekali dengan
manfaatnya untuk meningkatkan kesehatan jantung.
2) Shapping (Olahraga Pembentukan)
Jenis olahraga selanjutnya adalah olahraga pembentukan atau
yang sering disebut dengan shapping ini merupakan olahraga untuk
membakar timbunan lemak dari dalam tubuh yang dapat engurangi
resiko obesitas. Adapun jenis olahraga shapping adalah sebagai
berikut.
a) Latihan beban, latihan ini berfungsi untuk meningkatkan massa
otot.
b) Push up, olahraga dengan gerakan menahan tubuh atau badan
dengan hanya menggunakan tangan yang berfungsi untuk
memperkuat lengan dan stamina agar tetap kuat.
c) Sit Up, olahraga ini berfungsi sebagai cara membentuk otot perut
yang sering menjadi solusi bagi mereka yang memiliki perut
buncit.
3) Strethcing
Strethcing gerakan yang dilakukan ketika sebelum melakukan
olahraga yang berat. Berikut ini adalah gerakan strething dan
manfaatnya:
29
a) Peregangan, jenis gerakan dalam olahraga strethcing ini memiliki
manfaat untuk membuat otot menjadi tetap elastisitas atau
fleksibel ketika pada saat melakukan olahraga yang berat.
b) Selain itu peregangan juga bermanfaat untuk mencegah timbulnya
cidera.
c) Manfaat terakhir gerakan strethcing adalah dapat membuat tubuh
menjadi lebih kuat dimana dapat meningkatkan kekuatan sampai
dengan 20%.
2.2.4 Konsep Olahraga
Konsep olahraga kesehatan menurut Giriwijoyo (2013 : 28-29).
Padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti),
adekuat, massal, mudah, murah,mriah dan fisiologi (bermanfaat dan
aman).
Massal: Ajang silaturahim, ajang pencerahan stress, ajang
komunikasi sosial. Jadi olahraga kesehatan membuat manusia menjadi
sehat jasmani, rohani dan sosial yaitu sehat seutuhnya sesuai konsep sehat
WHO. Adekuat artinya cukup,yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit
tanpa henti) dan cukup dalam intensitasnya.
Menurut Cooper (1994, intensitas Olahraga Kesehatan yang cukup
yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM (denyut nadi
maksimal) sesuai umur,umur 29 tahun = 220/menit. Masalah intensitas
yang adekuat ini harus menjadi perhatian terutama pada Olahraga
Kesehatan.
30
Berbeda dengan olahraga prestasi yang menuntut kemampuan
maximal organ-organ tubuh, Olahraga kesehatanjustru melatih dan
memelihara organ-organ tubuh untuk dapat tetap berfungsi normal dalam
keadaan gerak (sehat dinamis) yang dengan demikian pasti normal pula
dalamkeadaan istirahat (sehat statis). Inilah sebabnya mengapa olahraga
dengan intensitas tinggi pada umumnya selalu mengundang resiko cedera
yang lebih besar dari pada olahraga kesehatan. Yang lebih berbahaya lagi,
ialah bahwa olahrag berat dapat menjadi pemicu terjadinya serangan
jantung danstroke yang mematikan di waktu melakukan olahraga berat,
khususnya pada usia madya ke atas. Oleh karena itu olahraga kesehatan
harus submaximal, kecuali pada waktu menjalanii tes kebugaran jasmani.
Secara umum semua cabang olahraga dapat digunakan untuk memelihara
kesehatan, dengan cacatan semua prasat dan tata cara melakukannya harus
diterapkan dengan baik.
Bentuk olahraga yang memenuhi kriteria olahraga kesehatan
menurut Giriwijoyo (2013: 30) adalah, senam aerobik, pencak silat
(kembang),karate (katta), jalan cepat dan joging, yang terbaik adalah
senam aerobik, karena dapat menjangkau semua sendi dan otot tubuh. Jadi
nilai positif yang harus menjadi salah satu unsur dasar dalam melakukan
olahraga kesehatan adalah setara dalam kebersamaan dan semua untuk
satu.
Menurut Bloomfield, J, Fricker P.A and Fitch, K.D., 1992). Di
bawah ini ada beberapa motto tentang olahraga sebagai upaya
31
meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam gerak) dan tentu saja
sehat statis (sehat dikala diam) yaitu :
a) Gemar berolahraga, mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat
b) Malas olahraga : mengundang penyakit
c) Tidak berolahraga : melantarkan diri
2.2.5 Aktivitas Olahraga pada Orang yang Tidak Terkena Diabetes Melitus
Menurut (Taufik Nur, 2015), Pentingnya beraktivitas fisik, karena
dampak kurang gerak tidak akan langsung terasa pada tubuh. Berbeda
dengan kebutuhan makan. Kalau Anda tidak makan tubuh akan memberi
peringatan melalui rasa lapar. Sementara kurang aktivitas fisik baru akan
muncul peringatannya dalam jangka panjang. Padahal, sebenarnya
aktivitas fisik bisa memberikan berbagai manfaat yang penting tapi tidak
Anda sadari sehari-hari.
1) Mencegah penyakit
Aktivitas fisik bagi orang dewasa tak hanya baik untuk
menjaga kebugaran tubuh, tapi juga mencegah berbagai penyakit yang
mengintai seiring bertambahnya usia. Beberapa penyakit yang dipicu
oleh kurang aktivitas fisik antara lain adalah sebagai berikut.
a) Diabetes
b) Penyakit jantung koroner
c) Stroke
d) Hipertensi
e) Osteoporosis
32
f) Kanker Payudara
g) Kanker Usus Besar
h) Kanker ginjal
2) MenjagaKetajaman Mental
Semakin bertambah usia, fungsi kognitif orang dewasa pun
akan lama-lama berkurang. Apalagi kalau Anda tidak cukup
beraktivitas fisik. Daya ingat, konsentrasi, atau ketelitian Anda pun
akan semakin menurun. Sementara itu, orang yang aktif bergerak dan
berolahraga pikirannya akan tetap tajam. Ini karena selama Anda
beraktivitas fisik, otak akan terus berkembang dengan membentuk
jaringan-jaringan baru serta menciptakan ratusan koneksi baru antar
saraf otak.
3) Aktivitas Fisik yang dibutuhkan
Kebutuhan fisik orang dewasa tentu berbeda dengan anak-anak
atau orang lanjut usia (lansia). Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO), setiap orang dalam rentang usia 18 hingga 64 tahun wajib
memenuhi kebutuhan aktivitas fisik berikut ini.
a) 150 menit aktivitas fisik sedang atau 75 menit aktivitas fisik berat
dalam seminggu
b) 300 menit aktivitas fisik sedang dalam seminggu jika sudah
terbiasa
c) Latihan otot kerangka sebanyak 3 hingga 4 kali dalam seminggu.
33
2.2.6 Langkah-langkah yang Dapat Dikerjakan untuk Mencegah Diabetes
Melitus
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes
melitus ada tiga jenisatau tahap yaitu:
1) Pencegahan Primer
Semua aktifitas yang ditujukan untuk pencegah timbulnya
hiperglikemi pada individu yang beresiko untuk jadi diabetes atau
pada populasi umum.
2) Pencegahan Sekunder
Kegiatannya menemukan DM sedini mungkin, misalnya
dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Dengan
demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat
terjaring, hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya upaya untuk
mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih
reversibel.
3) Pencegahan Tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan
akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi:
a) Mencegah timbulnya komplikasi
b) Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak terjadi
kegagalan organ
c) Mencegah kecacatan tubuh
34
2.2.7 Aktivitas Fisik saat Terkena Diabetes Melitus
Menurut (Deni Ariyadi, 2009) Kegiatan fisik sehari-hari dan
latihan fisik secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30menit), merupakan salah satu pilar dalam perawatan diabetes tipe II.
Latihan fisik dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran fisik. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki kepasar,
menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu
lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton
televisi.Modifikasi senam sederhana dapat diberikan penderita DM
misalnya :
a) Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudian di paha
b) Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan belakang kepala
c) Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh,leher, dan
paha
d) Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di depan
badan.
2.2.8 Efek Olahraga pada Pengidap Diabetes Melitus
Peraninsulin yang pasti dalam respon metabolik terhadap olahraga
tergantung pada ketersediaan insulin. Terlalu banyak insulin akan
menurunkan produk glukosa hati dan menurunkan lipotisis.
35
Apabila insulin dalam jumlah yang cukup atau hanya sedikit saja
berkurang, olahraga menurunkan kadar glukosa darah akibat pemakaian
yang meningkat dan perbaikan dalam glikogenolisis hati. Jadi, hasil dari
keseluruhannya adalah menguntungkan.
Akhir-akhir ini ditunjukan bahwa pengidap Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DMTI) yang tidak terkontrol olahraga menimbulkan
kadar glukosa darah makin tinggi. Lipolisis bertamnah, sehingga
pembentukan benda keton dalam darah juga meninggi, dan dapat menjadi
pencetus terjadinya koma ketoasidosis. Hal ini mungkin terjadi karena
glukosa produk hati tidak dapat digunakan, peningkatan asam lemak dan
benda keton tidak digunakan sebagaimana mestinya, sehingga ketosis
meningkat. Selain itu, pada bagian tubuh yang bekerja, pengeluaran
hormon akibat stres sedikit meningkat tetapi pada pengidap DMTI dapat
meningkat 4-6 kali lipat.
Program olahraga yang teratur sebagai bagian penting dari
pengobatan DMTTI pada umumnya diterima oleh semua pihak. Akan
tetapi, data eksperimental untuk ini, yang memungkinkan klinisi sampai
pada kesimpulan yang rasional dalam pemilihan terapi olahraga dalam
penatalaksanaan DMTTI, belum cukup tersedia. Walaupun demikian, hal
ini tidak berarti bahwa para pengidap DMTTI yang mendapat insulin tidak
akan timbul hipoglikemia selama melakukan olahraga. (Asidie,Ahmad
Husain : 643)
36
2.2.9 Jenis Olahraga untuk Mencegah Diabetes Melitus dan pengelolaan
pada Penderita Diabetes Mellitus
Menurut (Deni Ariyadi, 2009) jenis olahraga yang baik untuk
pengidap diabetes mellitus adalah olahraga yang memperbaiki kesegaran
jasmani. Oleh karena itu, harus dipilih jenis olahraga yang memperbaiki
semua komponen kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan,
kekuatan, kelenturan tubuh (fleksbilitas), keseimbangan, ketangkasan,
tenaga dan kecepatan. Agar memenuhi, latihan olahraga sebaiknya bersifat
kontinyu (continous), ritmis (rhythmical), interval, progresif, dan latihan
ketahanan (enducance).
a. Latihan kontinue
Latihan harus berkesinambungan, terus-menerus tanpa berhenti. Selain
frekuensi,intensitas olahraga diabetes juga perlu dipantau. Olahraga
dikatakan bermanfaat bagi penderita diabetes ketika dilakukan dengan
cara yang tepat dan tidak dipaksakan. Intensitas dalam berolahraga
bagi penderita diabetes melitus dihitung menggunakan denyut jantung
permenit. Ketika denyut jantung sudah meningkat sebanyak 50%
hingga 70% maka penderita diabetes dinyatakan cukup dalam
melakukan olahraga. Contoh: jogging selama 30 menit tanpa istirahat.
b. Latihan ritmis
Dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara
teratur. Contoh: jalan kaki, berenang.
37
c. Latihan interval
Olahraga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
Seberapa sering seorang penderita diabetes melitus diperbolehkan
berolahraga dalam waktu satu minggu. Penderita diabetes melitus
wajib berolahraga secara rutin dan berkelanjutan. Khusus untuk
penderita diabetes melitus yang memiliki masalah kelebihan berat
badan memang disarankan untuk berolahraga setiap hari,karena
berolahraga setiap hari dapat membantu menurunkan berat badan.
Contoh: jalan cepat kemudian lambat.
d. Latihan progresif
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit kelatihan
yang lebih berat secara bertahap. Umumnya,penderita diabetes melitus
hanya disarankan berolahraga selama 20 menit hingga 60 menit saja.
Jika lebih dari durasi tersebut,ditakutkan penderita diabetes justru
berpotensi mengalami hipoglikemia.
e. Latihan daya tahan
Untuk memperbaiki sistem kardiovaskuler, sebelum mengikuti program
latihan/olahraga harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskular terlebih
dahulu. Lama dalam melakukan olahraga untuk diabetes melitus juga
harus diperhatikan. karena terlalu lama berolahraga justru tidak baik
bagi kesehatan penderita diabetes melitus.
38
2.3 Hubungan Diabetes Melitus dan Olahraga
Olahraga merupakan salah satu bagian dari upaya pencegahan
primer dan sekunder penyakit Diabetes Melitus. Olahraga sebagai
pencegahan sekunder yaitu di tunjukan pada kelompok resiko tinggi
penyakit DM, sedangkan untuk pencegahan sekunder yaitu dikaitkan
dengan komplikasi pada orang yang telah di diagnosa menderita penyakit
DM. Olahraga menberikan manfaat yaitu meningkatkan sensitivitas
insulin, menurunkan glukosa darah dan tekanan darah, menghilangkan
stress (American Diabetes Association, 2008). Penelitian eksperimen
terhadap 15 orang kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan
melakukan olahraga 4 kali/minggu selama 8 minggu penderita Diabetes
Melitus dewasa mengurangi glycosilat hemoglobin (HbA1C) tetapi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan berat badan
(Boule, Hadad,Kenny, Wells, dan Sigal, 2001). Penelitian meta-analysis
dilakukan oleh Boule, Hadad, Kenny, Wells dan Sigal (2003)
menyimpulkan bahwa peningkatan intensitas olahraga dapat meningkatkan
kerja jantung dan menurunkan kadar gula darah (HbA1C) pada pasien DM
tipe 2. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sigal et al. (2007)
menyimpulkan bahwa olahraga aerobic dan latihan resisten meningkatkan
HbA1C tetapi kontrol gula darah menjadi lebih bagus, bila kedua kegiatan
tersebut digabungkan. Kesimpulan bahwa kegiatan olahraga merupakan
strategi yang tepat untuk memodifikasi faktor resiko dalam menurunkan
angka kejadian diabetes dan munculnya komplikasi.
39
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang
memanfaatkan gerakan tubuh yang berulang untuk mencapai kebugaran
(Kemenkes RI, 2008). Olahraga dilaksananakan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kemampuan fungsi organ tubuh seperti jantung dan
kekuatan otot (Sing, 2002).
Kepatuhan melaksanakan olahraga merupakan hal yang penting
dalam mempertahankan status kesehatan. Berman dan Sneyder (2012)
mendefisinikan kepatuhan adalah keadaan sejauh mana perilaku individu
seperti minum obat, melaksanakan diet, dan mengontrol kesehatan
dilaksanakan dengan benar, yaitu sesuai anjuran yang diberikan oleh
tenaga medis atau kesehatan. Kepatuhan melakukan olahraga adalah
tingkat partisipasi seseorang dalam melaksanakan olahraga sebagai bagian
dari terapi sesuai dengan anjuran (Amman, 2010).
40
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Ada Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Olahraga dengan Penyakit
Diabetes Melitus
Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa penyebab dari Diabetes Melitus
yaitu dari faktor habitas/tubuh (faktor genetik, faktor imunologi), faktor
lingkungan (infeksi/virus, bahan kimia), Gaya Hidup (pola makan,kurang
gerak/kurang olahraga). Kurang gerak yang mengakibatkan menurunnya
jumlah reseptor karena tidak dapat merespon secara adekuat.
Tubuh/ Habitas :
1) Faktor genetik
2) Faktor imunologi
Faktor Lingkungan :
1) Infeksi/virus
2) Bahan Kimia
Perilaku/Gaya Hidup :
1) Pola Makan
Menurunnya
resistensi insulin
Diabetes Melitus
2) kurang aktivitas/
Olahraga
˂ jumlah reseptor
Obesitas
41
Olahraga sebagai pencegahan sekunder yaitu di tunjukan pada kelompok
resiko tinggi penyakit DM, sedangkan untuk pencegahan sekunder yaitu
dikaitkan dengan komplikasi pada orang yang telah di diagnosa menderita
penyakit DM. Olahraga menberikan manfaat yaitu meningkatkan
sensitivitas insulin, menurunkan glukosa darah dan tekanan darah,
menghilangkan stres.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan
pernyataan peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi
tentang hubungan dan atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab
suatu pernyataan dalam suatu penelitian. Setiap hipotesa terdiri atas suatu
unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).
H1 : Ada hubungan antara olahraga dengan kejadian Diabetes Melitus.
42
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan dan pemecahan suatu masalah pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah. Pada bab 4 akan menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan
sempel, teknik sampling, kerangka kerja penelitian, identifikasi variabel,definisi
operasional, instrument penelitian,uji validitas dan uji reabilitas, lokasi dan waktu
penelitian, prosedur pengumpulan data, analisa data, dan etika penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh penelitian berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian rancangan
analitik dengan pendekatan case control, yaitu suatu penelitian (survei)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospektive (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus
kontol dilakukan dengan mengidentifikasi kelompok kasus dan kelompok
kontrol, kemudian secara retrospektive diteliti resiko yang mungkin dapat
menerangkan apakah kasus dan kontrol dapat terkena paparan atau tidak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar resiko olahraga terhadap
kejadian penyakit diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Patihan
kota Madiun.
43
Gambar 4.1 Skema penelitian case control
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini yaitu penderita
Diabetes Melitus dan non Diabetes Melitus yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Patihan kota Madiun yang berjumlah 388 orang yang dihitung
dari kunjungan 1 bulan terakhir.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keluhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Besar sampel
yang digunakan dalam penelitian ini menurut Slovin dapat
ditentukandengan rumus. Besar sampel dalam penelitian adalah :
2)(1 dN
Nn
Faktor Risiko OR
(+)
Faktor Risiko OR (-)
Faktor Risiko OR (+)
Faktor Risiko OR (-)
Retrospektif
(kasus)
Retrospektif
(kontrol)
DM (+)
DM (-)
Populasi
(sampel)
44
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikasi (p)
Maka sampel kasus adalah :
2)(1 dN
Nn
2)5,0(861
86
n
n)05,0(861
86
72,11
86
n
721,1
86n
n= 49 kasus Diabetes Melitus
Sampel Kontrol :
2)(1 dN
Nn
2)5,0(3021
302
n
n)05,0(36301
302
040,61
302
n
45
041,6
302n
n = 50 Kasus Kontrol
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang memeriksakan
kesehatannya tentang Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas
Patihan kota Madiun. Sampel yang didapat dari data 1 bulan terakhir yaitu
sejumlah 49 sampel penderita Diabetes Melitus dan terdapat 50 sampel
untuk Kasus Kontrol.
a) Kriteria Inklusi
1) Pasien yang datang berobat di Puskesmas Patihan dengan
penyakit Diabetes Melitus.
2) Pasien yang bersedia menandatangani informed consent dan
bersedia mengikuti penelitian ini.
b) Kriteria Eksklusi
1) Pasien yang rutin berobat penyakit Diabetes Melitus.
2) Pasien yang tergantung pada obat-obatan Diabetes maupun
insulin.
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling
merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
46
simple random sampling, yaitu bahwa setiap anggota yang datang
mendapatkan kesempatan untuk diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun terdapat 2572 penderita
Diabetes Melitus dan terdapat 86 penderita DM dalam 1 bulan terakhir,
peneliti mengambil sampel 49 penderita DMdan terdapat 3630 populasi
kasus kontrol dan peneliti mengambil 50 sampel untuk kasus kontrol
dengan cara simple random sampling atau mengambil sampel secara acak
dengan menggunakan lotre yang dibagikan kepada pasien yang berkunjung
ke Poli Puskesmas Patihan Kota Madiun. Proses randomisasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mendata penderita pasien Diabetes Melitus yang datang ke Poli
Puskesmas Patihan
2) Memberikan kertas kuesioner untuk di isi kepada pasien yang
mendapat lontre tersebut.
3) Mengolah hasil kuesioner sampai memperoleh 49 nama sebagai
sampel penelitian Diabetes Melitus dan 50 nama sebagai sampel Kasus
Kontrol.
4) Mendata sampel penelitian yang diperoleh dari hasil randomisasi.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan
kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan
diteliti(subjek penelitian), variabel yang akan diteliti dan variabel yang
mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2007).
47
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Hubungan Olahraga dengan Penyakit
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan.
Populasi
Semua penderita Diabetes Melitus dan non Diabetes Melitus di wilayah kerja
Puskesmas Patihan Kota Madiun yang berjumlah 388 orang dalam
kunjungan 1 bulan terakhir.
Sampel
Sebagian penderita Diabetes Melitus yang datang ke poli Puskesmas Patihan
sebanyak 49 orang/penderita Diabetes Melitus dan 50 untuk sampel kasus kontrol
Teknik Sampling
Simple Random Sampling
Desain Penelitian
Analitik dengan pendekatan Case Control
Pengelolaan Data
Editing, Coding, Skoring, Tabulasi
Analisis Data
Chi Square
Kesimpulan
48
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang memiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini
terdapat 2 variabel yaitu :
1) Variabel Independent (Bebas)
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan
variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel independent yang digunakan
dalam penelitian ini adalah olahraga yaitu adanya riwayat olahraga
pada penderita Diabetes maupun pada Diabetes kontrol.
2) Variabel dependen (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas
(Nursalam, 2013). Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Diabates yaitu pada penderita diabetes dahulu
melakukan olahraga atau tidak melakukan.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan
untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).
49
Tabel 4.1 Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus
Variabel Definisi
Operasional Parameter Instrumen Skala
Skor/
Kategori
Variabel
independen :
olahraga
Riwayat
melakukan
olahraga oleh
pasien yang
berkunjung
ke
Puskesmas
Patihan pada
saat
penelitian
1) Frekuensi
setiap
olahraga
2) Jenis
olahraga
yang
dilakukan
3) Waktu
setiap kali
berolahraga
Kuesioner Nomi
nal
- Rutin
melakukan
olahraga
3x/minggu
- Tidak rutin
melakukan
olahraga
Variabel
Dependen :
Diabetes
Melitus
Seseorang
pasien yang
ditetapkan
oleh dokter
menderita
Diabetes
Melitus yang
berkunjung
ke
Puskesmas
Patihan
Diagnosa yang
ditegakan oleh
dokter
Lembar
observasi
Nomi
nal
- Diabetes
Melitus
- Tidak
Diabetes
Melitus
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian alat-alat yang digunakan untuk metode
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen pada penelitian ini
adalah kepatuhan melakukan olahraga yang dapat mencegah terjadinya
Diabetes Melitus menggunakan kuesioner sedangkan untuk mengetahui
terdiagnosa Diabetes Melitus menggunakan alat ukur GDA.
4.6.1 Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
setelah penelitian ini dilakukan uji validitas yang tepat (Arikunto, 2011).
50
Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan kuisioner yang disusun mampu
disusun secara tepat maka peneliti diuji cobakan terlebih dahulu pada
lansia yang berjumlah 10 orang.
Untuk menghitung r atau koefisien dari tingkat signifikasinya
dapat digunakan dengan bantuan komputer. Menurut Arikunto (2011)
dirumuskan korelasi atau product moment person adapun < 0,5 maka item
pertanyaan dinyatakan valid, begitupun sebaliknya jika signifikasinya >0,5
maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid. Atau didasarkan pada nilai r,
dimana pertanyaan dikatakan valid apabila r hitung > r tabel pada taraf
signifikasi 5% sehingga pertanyaan dapat digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian.
Sebelum digunakan, kuesioner Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus diuji ketepatannya sebagai alat ukur dengan uji
validitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Dalam kuesioner Hubungan Olahraga
dengan Penyakit Diabetes Melitus di ujikan kepada 10 orang responden
dan diperoleh hasil uji dari 6 pertanyaan yang tidak valid adalah no.3, 4,
5,dan 6.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu alat yang dikatakan reliabel
alat itu mengukur suatu gejala dalam waktu berlainan senantiasa
menunjukkan hasil yang sama (Notoatmodjo, 2010). Pengujian reliabilitas
51
dalam penelitian ini dilakukan dengan internal konsisten yaitu melakukan
uji coba instrumen satu kali saja kemudian hasil yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Untuk menguji reliabilitas kuesioner digunakan
dengan dengan cara yang sama dengan komputerisasi dengan
menggunakan Alpha Cronbach hasil pengujian dengan menggunakan
Alpha Cronbach dengan alat ukur kuesioner dikatakn reliabel jika nilai
alpha Cronbach lebih atau sama dengan 0,60 (Arikonto, 2011).
Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner Hubungan
Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus diperoleh nilai alpha
cronbach 1,000 maka nilai alpha reliabilitas.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Patihan Kota Madiun.
4.7.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2017.
4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pengambilan dan pengambilan data adalah suatu proses pendekatan
kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013). Dalam melakukan
penelitian prosedure pengumpulan data yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
52
1) Mengurus perizinan kepada instansi Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Madiun.
2) Mengurus ijin ke Dinas Kesehatan Kota Madiun
3) Mengurus ijin kepada Puskesmas Patihan
4) Melakukan pendataan identitas pada subyek penelitian
5) Memberikan penjelasan kepada calon responden dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani inform
consent.
6) Memberikan pengarahan tentang kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan penelitian kepada subjek selama penelitian berlangsung.
4.9 Teknik Pengelolaan Data dan Analisa data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting mencapai
tujuan, dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian dalam mengungkap fenomena (Nursalam, 2013).
Setelah data terkumpul semua dari hasil pengumpulan data maka
dilakukan pengolahan data untuk mengetahui hubungan olahraga dengan
Diabetes Melitus.
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2010).
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).
53
1) Untuk kerutinan olahraga
1. Tidak Rutin (kode 1) = 0
2. Rutin (kode 2) = 1
2) Untuk Diabetes Melitus
1. Kelompok Kontrol (kode 1) jika kadar gula darah
≤110mg/dl= 0
2. Kelompok Kasus (kode 2) jika kadar gula puasa
≥126mg/dl= 1
4.10 Teknik Analisa Data
4.10.1 Analisa Data Univariat
Semua data dalam penelitian ini bersifat kategorik maka analisis
univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Data yang akan
dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
%100XN
fP
Keterangan :
P : Prosentase
N : Jumlah Populasi
F : Frekuensi Jawaban
4.10.2 Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait dengan
menggunakan uji statistik (Santoso, 2000 : 30).
54
Analisa Chi Square
Chi Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square adalah
salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua
variabel, dimana skala data kedua variabel adalah nominal. Dasar uji chi
square dalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O)
dengan frekuensi yang diharapkan (E). Uji chi square digunakan untuk uji
X² untuk ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel (Independency
test) (Santoso, 2000 : 30).
Dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
0 = frekuensi hasil observasi
E= frekuensi yang diharapkan
Nilai E = (jumlah sebaris x jumlah sekolom)/ Jumlah Data
df = (b-1) (k-1)
Sedangkan untuk mengetahui besar resiko antara penyakit dan paparan
dengan perhitungan Odds Ration (OR) :
Kelompok Kasus (DM) : A/ (A+C) : C/ (A+C)=A/C
Kelompok kontrol (non DM) : B/ (B+D) : D/ (B+D) = B/D
Jadi OR : DB
CA
/
/ =
BD
AC
4.11 Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan atau kelompok apapun,
manusia tidak terlepas dari etika natau moral. Demikian juga dalam
55
kegiatan keilmuan yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku
penelitian dengan manusia lain sebagai obyek penelitian juga tidak
terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam hubungannya antara kedua
belah pihak, masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya. Pelaku
penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan
penelitian hendaknya nmemegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude)
serta bepegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin penelitian
yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subyek
penelitian (Nugroho, 2012).
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi
subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus emmahami hak
dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung
tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2012). Beberapa prinsip etika
penelitian antara lain:
1) Informed consent
Peneliti meminta persetujuan kepada responden, sebelumnya peneliti
memberikan penjelasan kepada responden agar mengetahui maksud
kedatangan dilakukan penelitian kemudian peneliti memberikan
pengarahan tentang kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan
penelitian kepada subjek selama penelitian berlangsung. Apabila
responden bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk mengisi
56
dan menandatangani inform consent. Peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-hak pasien (Alimul Aziz, 2007).
2) Prinsip Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian tidak mencantumkan
nama, hanya akan mencantumkan kode tertentu (Alimul Aziz, 2007).
3) Prinsip Confidentialy
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek, dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
disajikan pada hasil penelitian.
4) Prinsip Veracity
Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak
membohongi responden. Kebenaran adalah hal yang sangat
fundamental dalam membangun hubungan dengan responden.
5) Prinsip Manfaat
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian
yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia.untuk diekspoitasi. Penelitian yang dihasilkan
dapat memberikan manfaat dann mempertimbangkan antara aspek
risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat
mengalami dilemma dalam etik (Hidayat, 2010).
57
6) Prinsip Menghargai Hak Azazi Manusia (Recpect Human dignity)
Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus dihormati,
karena manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau
dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subyek penelitian.
7) Prinsip Keadilan (Justice)
Dalam melakukan tindakan kepada responden hendaknya berlaku adil
atau responden mendapat tindakan yang sama sesuai klinis pasien.
58
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan
Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Patihan”.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai 7 Juli
2017. Dengan pembagian 49 responden kasus Diabetes Melitus dan 50 responden
kasus non Diabetes Melitus (kontrol).
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas Patihan yang terletak di Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun terdirin dari KIA, Poli Gigi, BP Umum, Laboratorium,Farmasi dan
fasilitas lain yang membantu meningkatkan kesehatan masyarakat meliputi
Posyandu Balita dan Posyandu Lansia, juga Senam Lansia. Posyandu Lansia
menaungi 9 posyandu, posyandu sendiri memiliki agenda rutin setiap minggunya
salah satunya yaitu kegiatan senam lansia dan cek kesehatan yang di lakukan oleh
Petugas Kesehatan Puskesmas Patihan,selain cek kesehatan petugas dari
Puskesmas Patihan juga memberikan penyuluhan kesehatan agar masyarakat
semakin peduli dan mengerti pentingnya menjaga kesehatan agar terhindar dari
penyakit menular maupun tidak menular. Puskesmas Patihan juga menyediakan
fasilitas Kesehatan yg memenuhi standart kesehatan untuk masyarakat Kecamatan
Manguharjo dan sekitarnya.
59
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
5.2.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada kasus
diabetes melitus dan non diabetes melitus ditampilkan pada tabel 5.1
seperti dibawah ini :
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karekteristik jenis
kelamin pada Poli di Puskesmas Patihan kota Madiun.
Jenis
Kelamin
Kelompok Kasus (DM) Kelompok Kontrol (non DM)
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-laki 23 47% 15 30%
Perempuan 26 53% 35 70%
Total 49 100% 50 100%
Sumber : Data Penelitian 2017
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, menunjukan bahwa pada kelompok
kasus (Diabetes Melitus) proporsi terbesar adalah berjenis kelamin
perempuan sebanyak 26 responden (53%) dan pada kelompok kontrol (non
Diabetes Melitus) responden terbesar adalah berjenis kelamin perempuan
sebanyak 35 responden (70%). Sedangkan proporsi terkecil pada
kelompok kasus (Diabetes Melitus) adalah jenis kelamin laki-laki
sebanyak 23 responden (47%) dan kelompok kontrol (non Diabetes
Melitus) responden terkecil adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15
responden (30%).
60
5.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Poli Puskesmas
Patihan Kota Madiun di jelaskan pada pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan karakteristik
pendidikan pada poli di Puskesmas Patihan kota Madiun.
Pendidikan Kelompok Kasus (DM) Kelompok Kontrol (non DM)
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Sekolah 0 0% 0 0%
SD 10 20% 4 8%
SLTP 21 42% 11 22%
SLTA 16 34% 34 68%
Perguruan Tinggi 2 4% 1 2%
Total 49 100% 50 100%
Sumber : Data Penelitian 2017
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, menunjukan bahwa dari 49 responden
kasus Diabetes Melitus yang paling banyak berpendidikan SLTP yaitu
sebesar 21 responden (0,42%), sedangkan 50 responden kasus kontrol (non
Diabetes Melitus) yang paling banyak berpendidikan SLTA yaitu sebesar
34 responden (0,68%).
5.2.1.3 Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Poli Puskesmas
Patihan Kota Madiun di jelaskan pada pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi respoden berdasarkan karakteristik status
pekerjaan pada poli di Puskesmas Patihan kota Madiun.
Status
Pekerjaan
Kelompok Kasus (DM) Kelompok Kontrol
(non DM)
Frekuensi (f) Presentase
(%) Frekuensi (f) Presentase (%)
Bekerja 32 65% 36 72%
Tidak Bekerja 17 35% 14 28%
Total 49 100% 50 100%
Sumber : Data Penelitian 2017
61
Berdasarka tabel 5.3 diatas, menunjukan bahwa dari 49 responden
kelompok kasus 32 responden (0,65%) bekerja dan 17 responden (35%)
tidak bekerja, sedangkan 50 responden kelompok kontrol (non diabetes
melitus) 36 (0,72%) responden bekerja dan 14 responden (28%) tidak
bekerja. Jadi, banyak dari responden di Poli Puskesmas Patihan Kota
Madiun yang bekeraja dan sedikit yang tidak bekerja.
5.2.2 Data Khusus
Setelah mengetahui data umumdalam penelitian ini maka berikut
akan di tampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang
meliputi kerutinan Olahraraga pada kelompok kasus (DM), kerutinan
Olahraga pada kelompok kontrol (non DM) dan Hubungan Olahraga
dengan Penyakit Diabetes Melitus dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
serta tabulasi silang tentang variabel independen dan variabel dependen.
5.2.2.1 Aktivitas Olahraga yang di lakukan responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan kerutinan
responden melakukan Olahraga pada kelompok kasus (DM) :
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi kerutinan responden melakukan olahraga
dari kelompok kasus (Diabetes Melitus) di Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan Kota Madiun pada Tahun 2017.
Riwayat
Olahraga
Kelompok Responden Kelompok Responden
Kasus Kontrol
Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Rutin 10 20,4% 30 60%
Tidak Rutin 39 79,6% 20 40%
Jumlah 49 100% 50 100%
Sumber : Data Penelitian 2017
62
Dari tabel 5.4 diatas, dari 49 responden yang terkena penyakit
Diabetes Melitus, responden yang rutin melakukan olahraga sebelum
terkena penyakit diabetes sebanyak 10 responden (20,4%), sedangkan
responden yang tidak rutin melakukan olahraga sebelum terkena diabetes
Melitus sebanyak 39 (79,6%). Sedangkan 50 responden yang tidak terkena
penyakit Diabetes Melitus, responden yang rutin melakukan olahraga 30
responden (60%), sedangkan responden yang tidak rutin melakukan
olahraga sebanyak 20 (40%).
5.3 Hasil Analisa Bivariat
Data ini menyajikan karakteristik Hubungan Olahraga dengan
Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota
Madiun pada Tahun 2017.
Tabel 5.5 Tabulasi Silang antara Hubungan Olahraga dengan Penyakit
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota
Madiun.
Riwayat Olahraga
Kelompok Responden
Kasus DM Kontrol Non DM
O
e %
O
e %
Rutin 10 20,4% 30 60%
19,8 20,2
Tidak Rutin 39 79,6% 20 40%
29,2 29,8
Total 49 100% 50 100%
Sumber : Data Penelitian 2017
Tabel 5.5 dari tabel silang data didapatkan proporsi terbanyak
riwayat Olahraga tidak rutin pada responden sebesar 39 responden (79,6%)
didapat pada kelompok kasus (DM) sedangkan proporsi Olahraga rutin di
dapatkan pada kelompok kontrol (non DM) sebanyak 30 responden (60%).
63
Tabel 5.6 Nilai ρ value, koefisiensi kontigensi, dan nilai OR tabulasi
silang antara Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun.
Variabel ρ value OR
Olahraga
DM/non DM 0,000 2,388-14,331
Sumber : Data Penelitian 2017
Berdasarkan tabel 5.6 di atas dengan menggunakan analisis Chi
Square menunjukan hasil uji statistik di dapatkan dari riwayat olahraga di
masa lalu pada penderita Diabetes Melitus dan non Diabetes Melitus
didapat nilai ρ = 0,000 <α = 0,05 yang berarti, bahwa ada Hubungan
signifikan antara Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun dan dengan nilai Odds Ratio (OR)
serendah-rendahnya 2,388 dan setinggi-tingginya 14,331 yang
diinterprestasikan bahwa orang yang tidak rutin melakukan olahraga
dimasa lalu memiliki risiko terkena Diabetes Melitus.
5.4 Pembahasan
5.4.1 Mengidentifikasi Olahraga pada Kelompok Kasus (DM) dan
Kelompok Kontrol di Puskesmas Patihan Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian riwayat kerutinan olahraga di poli
Puskesmas Patihan pada kelompok kasus (DM) sejumlah 10 responden
(20,4%) rutin melakukan olahraga dan yang tidak rutin melakukan
olahraga sejumlah 39 responden (79,6%). Sedangkan pada kelompok
kontrol sebanyak 30 responden (60%) yang rutin melakukan olahraga dan
20 responden (40%) tidak rutin melakukan olahraga.
64
Menurut (Deni Ariyadi, 2009) Kegiatan fisik sehari-hari dan
latihan fisik secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30menit), merupakan salah satu pilar dalam perawatan diabetes tipe II.
Latihan fisik dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan olahraga pada penderita
Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun
Menurut WHO tahun 2014,upaya pencegahan pada diabetes melitus ada
tiga jenis atau tahap yaitu, Pencegahan Primer : semua aktifitas yang
ditujukan untuk pencegah timbulnya hiperglikemi pada individu yang
beresiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum. Pencegahan
Sekunder : kegiatannya menemukan DM sedini mungkin, misalnya dengan
tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Dengan demikian
pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga
dengan demikian dapat dilakukan upaya upaya untuk mencegah
komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel.
Pencegahan Tersier :semua upaya untuk mencegah komplikasi atau
kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi:Mencegah timbulnya
komplikasi, mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak
terjadi kegagalan organ, mencegah kecacatan tubuh.
Dapat dijelaskan bahwa proporsi terbanyak riwayat olahraga tidak
rutin di dapat dari kelompok kasus dan sedangkan proporsi olahraga rutin
di dapat pada kelompok kontrol, olahraga dapat menjadi upaya
65
pencegahan Diabetes Melitus maupun untuk menjaga tubuhnya agar tetap
sehat.
5.4.2 Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun
Pada penelitian ini hasil uji menunjukan bahwa ada Hubungan
yang signifikan antara olahraga dengan penyakit diabetes melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun. Dari data penelitian yang
telah didapatkan dari kelompok kasus sejumlah 39 (79,6%) responden
dengan riwayat tidak olahraga dan diabetes melitus. Sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 30 (60%) responden olahraga dan tidak terkena
diabetes melitus. Analisis penelitian ini menggunakan analisis Chi Square
menunjukan hasil uji statistik didapatkan nilai ρ = 0,000 ˂ α = 0,05,
sehingga statistik H0 ditolak H1 diterima, bahwa ada hubungan antara
olahraga dengan penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Patihan dengan nilai odd ratio (or) menunjukan bahwa responden dengan
kategori tidak olahraga berpeluang 5,85 kali untuk terkena diabetes melitus
dibanding dengan responden yang mempunyai riwayat olahraga rutin.
Responden yang memiliki riwayat tidak rutin olahraga mempunyai resiko
terkena diabetes melitus serendah-rendahnya 2,388 dan setinggi-tingginya
14,331 dari pada responden yang memiliki riwayat rutin olahraga.
Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30menit), merupakan salah satu pilar dalam
perawatan diabetes tipe II. Latihan fisik dapat menurunkan berat badan
66
dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah (Deni Ariyadi, 2009).
Olahraga merupakan salah satu bagian dari upaya pencegahan
primer dan sekunder penyakit Diabetes Melitus. Olahraga sebagai
pencegahan sekunder yaitu di tunjukan pada kelompok resiko tinggi
penyakit DM, sedangkan untuk pencegahan sekunder yaitu dikaitkan
dengan komplikasi pada orang yang telah di diagnosa menderita penyakit
DM. Olahraga menberikan manfaat yaitu meningkatkan sensitivitas
insulin, menurunkan glukosa darah dan tekanan darah, menghilangkan
stress (American Diabetes Association, 2008). Penelitian eksperimen
terhadap 15 orang kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan
melakukan olahraga 4 kali/minggu selama 8 minggu penderita Diabetes
Melitus dewasa mengurangi glycosilat hemoglobin (HbA1C) tetapi tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan berat badan
(Boule, Hadad,Kenny, Wells, dan Sigal, 2001). Penelitian meta-analysis
dilakukan oleh Boule, Hadad, Kenny, Wells dan Sigal (2003)
menyimpulkan bahwa peningkatan intensitas olahraga dapat meningkatkan
kerja jantung dan menurunkan kadar gula darah (HbA1C) pada pasien DM
tipe 2. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sigal et al. (2007)
menyimpulkan bahwa olahraga aerobic dan latihan resisten meningkatkan
HbA1C tetapi kontrol gula darah menjadi lebih bagus, bila kedua kegiatan
tersebut digabungkan. Kesimpulan bahwa kegiatan olahraga merupakan
67
strategi yang tepat untuk memodifikasi faktor risiko dalam menurunkan
angka kejadian diabetes dan munculnya komplikasi.
Kepatuhan melaksanakan olahraga merupakan hal yang penting
dalam mempertahankan status kesehatan. Berman dan Sneyder (2012)
mendefisinikan kepatuhan adalah keadaan sejauh mana perilaku individu
seperti minum obat, melaksanakan diet, dan mengontrol kesehatan
dilaksanakan dengan benar, yaitu sesuai anjuran yang diberikan oleh
tenaga medis atau kesehatan. Kepatuhan melakukan olahraga adalah
tingkat partisipasi seseorang dalam melaksanakan olahraga sebagai bagian
dari terapi sesuai dengan anjuran (Amman, 2010).
Dengan fakta di atas menunjukan bahwa orang yang terkena
diabetes melitus merupan orang yang tidak mempunyai riwayat olahraga
secara rutin. Ketidak rutinan riwayat olahraga merupakan salah satu faktor
dari timbulnya penyakit diabetes melitus. Dan pada orang yang melakukan
riwayat olahraga secara rutin cenderung tidak mengalami penyakit
diabetes melitus atau dapat mengontrol kadar gula darah.
Dapat dijelaskan, dalam penelitian ini seseorangyang mempunyai
penyakit diabetes melitus dalah orang yang melakukan aktifitas kurang
sehat atau tidak memiliki riwayat olahraga rutin. Di Puskesmas Patihan
Kota Madiun sebagian besar orang yang terkena penyakit diabetes melitus
mempunyai riwayat olahraga yang tidak rutin.
68
5.5 Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai hambatan dalam proses
pelaksanaan,dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1. Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipakai peneliti adalah case control yang
berarti data mengenai riwayat masa lalu dengan mengandalkan
ingatan atau pun cacatan medis. Responden yang memiliki riwayat
masa lalu baik (olahraga) dapat dengan mudah menjelaskan pola
hidup sehat yang dijalani sehingga tidak terpapar penyakit (DM).
2. Secara teoritis banyak sekali faktor yang berhubungan dengan
penyakit diabetes melitus maupun efek dari kurangnya olahraga,
namun karena keterbatas waktu, tenaga dan dana maka peneliti hanya
meneliti dua variabel.
69
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dalam penelitian yang
berjudul Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun, penulis dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Riwayat olahraga di poli Puskesmas Patihan dari 49 responden
kelompok kasus (Diabetes Melitus) 10 responden (20,4%) rutin
melakukan olahraga. Dan dari 50 responden dari kelompok kontrol
non Diabetes Melitus, terdapat 30 responden (60%) melakukan
olahraga. uji ood ratio (OR) menunjukan bahwa responden dengan
kategori tidak rutin olahraga berpeluang 5,85 kali untuk mengalami
Penyakit Diabetes Melitus dibanding dengan responden yang rutin
melakukan olahraga.
2. Kejadian Diabetes Melitus pada kelompok kasus (Diabetes Melitus)
ada 10 responden (20,4%) rutin olahraga dan ada 39 responden
(79,6%) tidak rutin olahraga. responden Diabetes Melitus yang rutin
olahraga memiliki rentang 2,388-14,331.
3. Ada hubungan antara olahraga dengan penyakit Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan. Nilai odd ratio (or) menunjukan
bahwa responden dengan kategori tidak olahraga berpeluang 5,85 kali
70
untuk terkena diabetes melitus dibanding dengan responden yang
mempunyai riwayat olahraga rutin.
6.2 Saran
1. Saran bagi institusi pendidikan
Diharapakan dari hasil penelitian ini terkait Hubungan Olahraga
dengan Penyakit Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Patihan Kota Madiun, intitusi pendidikan dapat menggunakanya
sebagai bahan materi di pendidikan dan sebagai bahan pijakan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
2. Saran bagi puskesmas Patihan kota Madiun
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk membantu para pengunjung poli
yang mengalami Diabetes Melitus khususnya bagi petugas puskesmas
Patihan kota Madiun yang bergerak dibidang pelayanan.
3. Saran bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih dari satu
variabel, dengan metode, desain dan pengambilan data yang berbeda.
71
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby.
Dinas Kesehatan Kota Madiun. (2015). Profil Kesehatan Kota Madiun (2015).
RISKESDAS. 2013. Laporan Nasional Riskesda 2013. Jakarta: Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan .
Rekam Medis Puskesmas Patihan. (2017). Profil Kesehatan Wilayah Kerja
Puskesmas Patihan (2017).
PB PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus di
Indonesia. Jakarta.
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : ECG.
American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care.Vol: 34-40.
American Diabetes Association. 2011. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus.
World Health Organization. "Definition, diagnosis and classification of diabetes
melitus and its complications: Report of a WHO Consultation. Part 1.
Diagnosis and classification of diabetes melitus". Diakses tanggal 29 Mei
2011.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Baradero, Mary. 2009.hal.88 Seri Asuhan Keperawatan Klien gangguan
Endokrin. Jakarta:EGC.
Mahendra, B., D. Krisnatuti, A. Tobing, dan B. Z. A. Alting. 2008. Care Your Self
: Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Plus.
Corwin, E.J.2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kwinahyu. 2011. Patofisiologi Diabetes Melitus.
(http://www.scribd.com/doc/49177282/Patofisiologi-Diabetes-Melitus).
Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
72
Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta:
Tim)
Rusli L. dan Sumardianto. 2000. Filsafat Olahraga. Jakarta: DEPDIKNAS.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta .
Hidayat, Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penulisan Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research/ Jilid I. Yogyakarta: Andi .
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
73
Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal dari STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun
74
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun
75
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
76
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana
77
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia/tidak untuk berpartisipasi dalam pengambilan data
atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program
Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Wahyu
Firmanningtyasyang berjudul “Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes
Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya,
Madiun, Mei 2017
Responden
( )
Catatan :
*Coret yang tidak perlu
78
Lampiran 6
PETUNJUK PENGISIAN
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIHAN KOTA MADIUN
1) Anda tidak perlu menuliskan nama, cukup mengisi no.registrasi, jenis
kelamin, dll.
2) Berikan jawaban anda sejujurnya, karena kejujuran anda sangat penting
pada penelitian ini.
3) Anda dipersilahkan memilih satu jawaban yang tersedia tersebut dengan
memberikan tanda (√).
4) Usahakan agar tidak ada satu pun pertanyaan yang terlewatkan.
5) Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, benar dan salah.
6) Anda sepenuhnya bebas melakukan pilihan.
7) Setelah semua kuesioner penelitian ini diisi, mohon diserahkan kembali
kepada kami, dan terima kasih.
79
Lampiran 7
KISI-KISI KUESIONER DAN INSTRUMEN PENELITIAN
No Variabel Indikator Jenis Pertanyaan
+ -
1 Olahraga Pemenuhan Olahraga 4 -
2 Diabetes Melitus Pengetahuan Diabetes
Melitus
2 -
80
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER
Judul Penelitian : Hubungan Olahraga dengan Penyakit Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun.
A) Kuesioner Data Demografi
Berikan tanda ceklish (√) pada pilihan yang anda anggap benar :
No.Responden :
1) Jenis kelamin
Laki-Laki ( )
Perempuan ( )
2) Pendidikan terakhir
Tidak sekolah ( )
SD ( )
SMP ( )
SMA ( )
Perguruan Tinggi ( )
3) Pekerjaan
PNS ( )
Wiraswasta ( )
Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga ( )
81
B) Kuesioner Olahraga dan Diabetes Melitus
Pilih salah satu jawaban yang Bapak/Ibu anggap benar dengan memberikan
tanda (√) :
1) Apakah saudara menderita penyakit Diabetes Melitus?
Menderita Diabetes ( )
Tidak Menderita Diabetes ( )
2) Bagi penderita Diabetes Melitus, sejak kapan di diagnosa Diabetes
Melitus?
3) Apakah saudara sebelum di diagnosa saudara rajin/rutin melakukan
Olahraga?
Iya ( )
Tidak ( )
4) Jika iya,lanjut pada kolom :
Jenis Olahraga
Melakukan
Olahraga
Frekuensi dalam
satu minggu
Lama olahraga yang
dilakukan
Iya Tidak 1x 2x 3x ≤30 menit ≥30 menit
Senam
Jalan sehat/
jogging
Olahraga
pertandingan
(voli, bulu
tangkis, sepak
bola, futsal, dll)
82
Lampiran 9
Tabulasi Data Kuesioner Responden
No Jenis
Kelamin Pendidikan Pekerjaan
Jenis
Penyakit Olahraga
Jenis
_OR
Frekuensi
_OR
Durasi
_OR
Skor
_OR
OR
_Kategori
1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
3 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0
4 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
5 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0
6 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
7 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
8 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
9 1 4 1 0 1 4 3 2 6 1
10 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
11 1 3 1 0 1 2 3 2 6 1
12 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
13 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0
14 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
15 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0
16 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
17 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0
18 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
19 1 3 0 0 1 2 3 2 6 1
20 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
83
21 1 3 1 0 1 2 3 2 6 1
22 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0
23 1 3 1 0 1 2 3 2 6 1
24 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0
25 2 3 0 0 1 1 2 2 5 1
26 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
27 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
18 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
19 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0
30 2 3 0 0 1 2 3 1 5 1
31 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
32 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0
33 2 3 1 0 1 2 1 2 4 1
34 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
35 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
36 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
37 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
38 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
39 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
40 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0
41 2 3 0 0 1 2 2 1 4 1
42 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
43 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0
44 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
45 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0
84
46 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
47 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
48 2 4 1 0 1 4 1 2 4 1
49 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
50 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0
51 1 3 1 1 1 4 3 2 6 1
52 1 4 0 1 1 2 3 2 6 1
53 1 3 1 1 1 2 2 2 5 1
54 1 3 1 1 1 4 3 2 6 1
55 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0
56 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0
57 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
58 1 2 1 1 1 4 3 1 5 1
59 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0
60 1 3 1 1 1 2 3 1 5 1
62 1 3 1 1 1 2 1 2 4 1
62 1 3 1 1 1 4 3 2 6 1
63 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0
64 1 3 1 1 1 2 3 2 6 1
65 2 3 0 1 1 2 3 1 5 1
66 2 1 1 1 1 2 3 1 5 1
67 2 3 1 1 1 2 2 2 5 1
68 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0
69 2 3 0 1 9 9 9 0 18 1
70 2 3 0 1 1 1 1 2 4 1
85
71 2 3 1 1 0 0 0 0 0 0
72 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0
73 2 3 0 1 0 0 0 0 0 0
74 2 2 1 1 1 1 1 2 4 1
75 2 3 1 1 0 0 0 0 0 0
76 2 3 1 1 0 0 0 0 0 0
77 2 3 1 1 1 2 3 2 6 1
78 2 3 0 1 1 2 3 1 5 1
79 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0
80 2 3 1 1 0 0 0 0 0 0
81 2 2 1 1 1 2 3 2 6 1
82 2 2 1 1 1 1 1 2 4 1
83 2 3 1 1 1 1 1 2 4 1
84 2 3 1 1 1 1 1 2 4 1
85 2 3 0 1 0 0 0 0 0 0
86 2 3 1 1 1 4 3 2 5 1
87 2 3 0 1 0 0 0 0 0 0
88 2 3 1 1 1 4 3 2 6 1
89 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0
90 2 3 0 1 1 2 3 1 5 1
91 2 2 1 1 1 2 3 1 5 1
92 2 3 1 1 0 0 0 0 0 0
93 2 3 1 1 1 1 1 2 4 1
94 2 3 0 1 0 0 0 0 0 0
95 2 2 0 1 1 2 3 1 5 1
86
96 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0
97 2 2 0 1 1 2 2 2 5 1
98 2 3 0 1 1 2 2 2 5 1
99 2 3 0 1 0 4 3 2 6 1
87
Lampiran 10
Hasil Uji Korelasi (Chi Square)
Hubungan Olah raga dengan Penyakit Diabetes Melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Patihan Kota Madiun
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Penyakit
Responden * STATUS
OLAH RAGA
99 100.0% 0 .0% 99 100.0%
Jenis Penyakit Responden * STATUS OLAH RAGA Crosstabulation
STATUS OLAH RAGA
Total
Tidak Rutin
OR Rutin OR
Jenis Penyakit
Responden
DM Count 39 10 49
% within Jenis Penyakit
Responden 79.6% 20.4% 100.0%
NON
DM
Count 20 30 50
% within Jenis Penyakit
Responden 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 59 40 99
% within Jenis Penyakit
Responden 59.6% 40.4% 100.0%
Jenis Penyakit Responden * STATUS OLAH RAGA Crosstabulation
STATUS OLAH RAGA
Total
Tidak Rutin
OR Rutin OR
Jenis Penyakit DM Count 39 10 49
88
Responden Expected
Count 29.2 19.8 49.0
NON
DM
Count 20 30 50
Expected
Count 29.8 20.2 50.0
Total Count 59 40 99
Expected
Count 59.0 40.0 99.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 16.110a 1 .000
Continuity Correctionb 14.508 1 .000
Likelihood Ratio 16.684 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 15.947 1 .000
N of Valid Casesb 99
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value
Approx.
Sig.
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient .374 .000
N of Valid Cases 99
89
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Jenis
Penyakit Responden
(DM / NON DM)
5.850 2.388 14.331
For cohort STATUS
OLAH RAGA = Tidak
Rutin OR
1.990 1.377 2.875
For cohort STATUS
OLAH RAGA = Rutin
OR
.340 .187 .618
N of Valid Cases 99
90
Lampiran 11
Dokumentasi Penelitian
Konsultasi Bimbingan
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan dan
Konsul Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian Proposal
5. Revisi Proposal
6. Pengambilan Data
7. Penyusunan dan
Konsul Skripsi
8. Ujian Skripsi