SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI...

83
SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SICINCIN TAHUN 2017 Keperawatan Jiwa Oleh : ROZI HAMDANI 13103084105036 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES PERINTIS PADANG TAHUN 2017

Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI...

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEKAMBUHAN

KLIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SICINCIN TAHUN 2017

Keperawatan Jiwa

Oleh :

ROZI HAMDANI

13103084105036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

TAHUN 2017

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEKAMBUHAN

KLIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SICINCIN TAHUN 2017

Keperawatan Jiwa

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang

Oleh :

ROZI HAMDANI

13103084105036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

TAHUN 2017

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian
Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian
Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian
Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU S1

KEPERAWATANSTIKES PERINTIS PADANG

Skripsi, Agustus 2017

ROZI HAMDANI

Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien Gangguan

Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

ix + VI BAB + 78 Halaman + 5Tabel + 2 Skema +7 Lampiran.

ABSTRAK

Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota

Jakarta (24,3%), diikuti oleh Nanggro Aceh Darussalam (18,5%), sedangkan Sumatera Barat

sendiri merupakan peringkat ketiga dari 34 provinsi di Indonesia yakni sebanyak 17,7% dari

5.617.977 jiwa penduduk Sumatera Barat Survey awal yang di lakukan pada hari Kamis 19

Januari 2017 di Puskesmas Sicincin, hasil wawancara peneliti dengan petugas Puskesmas di

peroleh informasi bahwa ada 34 orang mengalami gangguan jiwa.Dengan kriteria umur dan

jenis kelamin serta diagnosa yang berbeda. Diagnosa tersebut diantaranya: ansietas, depresi,

psikosa, skizofrenia, dan epilepsy. Salah satu untuk mencegah kekambuhan adalah

melakukan pengobatan secara rutin. Pengobatan yang dimaksud pada penelitian ini adalah

kepatuhan penderita minum obat secara rutin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah

Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif

analitik dengan desain pendekatan corelation study, kemudian data diolah dengan

menggunakan uji Chi Square.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34orang responden.Hasil

uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan adanya Hubungan

Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sicincin dalam mengatasi tingkat

kekambuhan penderita gangguan jiwa dimasa yang akan datang dengan cara patuh meminum

obat.

Kata Kunci : Kepatuhan,Kekambuhan, GangguanJiwa

Daftar Bacaan : 18 (2008-2015)

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Study Of NursingSTIKesPerintis Padang Scription,August 2017

ROZI HAMDANI

Drug Compliance Relation With Recurrence of Client Mental Disorders In

SicincinPuskesmas Working Area 2017

ix + VI CHAPTER + 78 Page + 5 Table + 2 Schemes + 7 Attachments.

ABSTRACT

The prevalence of the highest mental disorder in Indonesia is found in the Provinces of the

Special Capital Region of Jakarta (24.3%), followed by Nanggro Aceh Darussalam (18.5%),

while West Sumatra is the third of 34 provinces in Indonesia at 17.7 % of 5,617,977 people in

West Sumatera The initial survey was conducted on Thursday, January 19, 2017 at Sicincin

Community Health Center, the results of interviews with health center staff in the information

obtained that there are 34 people with mental disorders. Dengan age and sex criteria and

diagnosis different. Diagnosis include: anxiety, depression, psychosis,

schizophrenia,andepilepsy.

This research used descriptive analytic study designs Correlation approach, then the data is

processed by using Chi Square. The sample in this study were 34 respondents. Statistical test

results obtained p value = 0.000 (p <α) we can conclude their relationship Drinking Drug

Compliance Clients With Mental Disorder Recurrence In PuskesmasSicincin Year 2017.

Suggestions in this study is the result of this research can be used as input for health centers

Sicincin in overcoming the recurrence rate of patients with future mental disorders by way of

dutifully taking medicine.

Keywords: Compliance, Recurrence, Mental Disorders

Reading List: 18 (2008-2015)

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas diri

Nama : ROZI HAMDANI

Umur : 23 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru / 21 oktober 1994

Agama : Islam

Negri Asal : Sicincin

Alamat : Sicincin kabupaten Padang Pariaman

Kewarganegaraan : Indonesia

Jumlah Saudara : 5 (Lima)

Anak ke : 2 (Dua)

Identitas Orang Tua

Ayah : MARDHANI

Pekerjaan : Wiraswasta

Ibu : JEMIATI

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sicincin kabupaten Padang Pariaman

Riwayat Pendidikan

2001-2007 : SDN 13 Pasar Laban

2007-2010 : MTsN Kepala hilalang

2010-2013 : MAN Koto Baru padang Panjang

2013-2017 : PSIK STIKes Perintis Sumatra Barat

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat, Nikmat, dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menempuh Ujian Seminar Proposal Program S1 Keperawatan STIKes Perintis

Padang Tahun 2017 dengan judul penelitian Hubungan Kepatuhan Minum Obat

Dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa Diwilayah Kerja Puskesmas

Sicincin Tahun 2017.

Selama penulisan proposal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang

telah member arahan dan masukan yang membangun, demi terselesainya penulisan

proposal ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp,M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

2. Ibu Yaslina, M.Kep. Ns Sp. Kep Kom. Selaku Ka. Prodi Ilmu Keperawatan

STIKes Perintis Padang.

3. Ibu Isna Ovari S.Kp M.Kep selaku Pembimbung I yang telah meluangkan

waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ibu Ns. Yuli Permata Sari, M.Kep

selaku Pembimbung II yang juga telah meluangkan waktu dan pikiran dalam

memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga proposal ini dapat

terselesaikan.

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

4. Yang teristimewa kepada ayahanda dan ibunda tersayang yang telah

mebesarkan, mendidik, dan mendoakanku, meberi dukungan moral maupun

materil. Karena dengan ketulusan cinta, kasih, saying, kepedulian dan

perhatian dari ayahanda dan ibunda saya mampu menyelesaikan pendidikan

dan mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada Saudara Riki Firmadani, Salman Alfaresi, M. Afdal dan saudari Vivi

Andani. Berkat dukungan, motivasi dan bantuan saudara, saya menjadi kuat

dan bersemangat dalam menyelesaikan proposal ini untuk mencapai gelar

sarjana.

6. Kepada rekan-rekan seperjuangan S1 Keperawatan yang telah memberikan

dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bukittinggi, Maret 2017

Peneliti

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 5

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6

1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................... 6

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ........................................... 6

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian ................................................ 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Gangguan Jiwa .............................................................................. 8

2.1.1Pengertian Gangguan Jiwa ............................................. 8

2.1.2Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa........................ 9

2.1.3Jenis Dan Tipe Gangguan Jiwa ...................................... 11

2.1.4 Perjalanan Penyakit Gangguan Jiwa ............................. 12

2.1.5Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa ................................. 14

2.1.6Jenis Gangguan Jiwa ...................................................... 16

2.1.7Penatalaksanaan Gangguan Jiwa .................................... 17

2.2 Kekambuhan Ganguan Jiwa ......................................................... 18

2.2.1Defenisi Kekambuhan Gangguan Jiwa .......................... 18

2.2.2Penyebab Kekambuhan .................................................. 19

2.3 Kepatuhan Obat ............................................................................ 19

2.3.1Defenisi Kepatuhan Obat ............................................... 19

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kepatuhan .......... 22

2.3.3 Prinsip Pedoman Terapi Farmakologi ........................... 24

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2.3.4 Penatalaksanaan Obat Gangguan Jiwa .......................... 26

2.4Kerangka Teori .............................................................................. 30

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 31

3.2Defenisi Operasional ..................................................................... 32

3.3Hipotesis ........................................................................................ 33

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 34

4.2Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 34

4.2.1Tempat Penelitian .................................................................... 34

4.2.2Waktu Penelitian ..................................................................... 34

4.3Populasi, Sampel dan Sampling .............................................................. 35

4.3.1Populasi ................................................................................... 35

4.3.2Sampel ..................................................................................... 35

4.3.3Teknik Sampling ..................................................................... 36

4.4 Pengumpulan Data ................................................................................. 36

4.4.1 Alat Pengumpulan Data ......................................................... 36

4.4.2Cara Pengumpulan Data .......................................................... 37

4.5Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 37

4.5.1 Cara Pengumpulan Data ......................................................... 37

4.5.2Analisis Data ........................................................................... 39

4.5.2.1Analisis Univariat ................................................. 39

4.5.2.2Analisis Bivariat ................................................... 40

4.6 Etika Penelitan40

4.6.1 Informed Concent (pernyataan persetujuan) ......................... 40

4.6.2 Anomity (tanpa nama) ............................................................ 41

4.6.3 Confidentiality (kerahasiaan) ............................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

DAFTAR SKEMA

No Judul Hal

1. Skema 2.4Kerangka Teori………………………………………………..30

2. Skema 3.1 Kerangka konsep………………………………......................31

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Format Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut word health organization (WHO) bahwa masalah gangguan

kesehatan jiwa merupakan masalah yang sangat serius di dunia, namun banyak

masyarakat yang tidak mengetahui apa itu gangguan jiwa secara jelas.

Gangguan jiwa itu sendiri merupakan sindrom atau perilaku yang secara klinis

bermakna yang berkaitan langsung dengan distress {penderita) yang

menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan

manusia.Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, social

dan spiritual. (keliat Budi, 2012)

Fungsi biologis berkaitan dengan factor keturunan dimana kejiwaan

yang tidak sehat sangat menunjang terjadinya gangguan jiwa, walupun secara

pasti penyebab tersebut belum jelas.Ditambah lagi dengan jasmani seseorang

yang abnormal, misalnya yang bertubuh gemuk atau endoform cenderung

menderita depresif, sedangkan yang kurus atau ectoform cendrung menjadi

skizofrenia. Pengalaman hidup, kegagalan, keberhasilan yang dialami setiap

individu akan mewarnai sikap, kebiasaan dari sifatnya di kemudian hari. Hidup

manusia mulai dari bayi hingga lansia dan pada keadaan tertentu dapat

mendukung terjadinya gangguan jiwa. (Iyus Yosep, 2008)

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Dari periode yang dialami manusia tersebut pada masa hidupnya semua

itu tidak lepas dari yang namanya fungsi sosial dan kultural.Kebudayaan secara

teknis adalah idea atau tingkah laku yang terlihat maupun yang tidak

terlihat.Faktor sosial budaya merupakan penyebab langsung yang

mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa, disamping itu juga mempengaruhi

partumbuhan dan perkembangan kepribadian sesorang misalnya melalui aturan-

aturan dan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. (Keliat A B

2012).

Ketika keinginan dan kenyataan seseorang tidak mampu ia penuhi maka

akan menimbulkan beban fikiran yang sangat berat. Banyak dari mereka yang

tidak mampu mengendalikan diri, hanya berdiam tanpa mau bergaul dengan

orang lain, bahkan ada juga yang merusak alat rumah tangga dan lingkungan

sekitar, mencederai diri sendiri, berbicara sendiri, ciri-ciri ini merupakan

penyebab dari gangguan jiwa. Untuk saat ini gangguan jiwa merupakan

masalah yang sangat serius ( E jurnal Wulansari ).

Menurut Word Health Organization (WHO) bahwa masalah gangguan

kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius. Jumlah

penduduk dunia menurut WHO pada tanggal 1 Juli 2015 sebanyak

7.324.782.225 jiwa dan 450 juta jiwa diantara nya mengalami gangguan jiwa,

baik itu gangguan jiwa berat, sedang maupun ringan. (widdyasih,2008).

Menurut Riset Kesehatan Dasar Prevalasi gangguan jiwa pada tahun 2015

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

mencapai 14,1% dari 255 juta jiwa penduduk Indonesia, usia gangguan jiwa ini

biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun.

Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), diikuti oleh Nanggro Aceh

Darussalam (18,5%), sedangkan Sumatera Barat sendiri merupakan peringkat

ketiga dari 34 provinsi di Indonesia yakni sebanyak 17,7% dari 5.617.977 jiwa

penduduk Sumatera Barat.

Hasil Riskesdas 2013 Jika dirinci kota Payakumbuh merupakan daerah

tertinggi jumlah penderita gangguan jiwa berat. Disusul Padang Pariaman dan

kota Padang Panjang, sedangkan prevelensi terendah Sijunjung dan Kepulauan

Mentawai. Secara umum di Sumatera Barat, dari kondisi yang telah dilaporkan

tersebut jumlah fasilitas kesehatan berupa jumlah tenaga medis, obat-obatan

dan tempat pengobatan masih terbatas. (Padang Haluan, Jumat 10 Januari 2014)

Salah satu faktor untuk mencegah kekambuhan pada penderita

gangguan jiwa yaitu dengan melakukan program pengobatan rutin, pengobatan

yang dimaksud pada penelitian ini adalah kepatuhan penderita minum obat

secara rutin.Walaupun minum obat tidak menyembuhkan 100% bagi penderita,

setidaknya waktu remisi penderita lebih lama dan gejala berulang terjadinya

gangguan jiwa tidak terlalu parah. (Zygmunt et al, 2002).

Stuart dan Laraia (2005) mengatakan untuk mengurangi tingkat

kekambuhan penderita gangguan jiwa dengan cara patuh minum obat, akan

tetapi sebagian besar penderita gangguan jiwa memiliki perilaku tidak patuh

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

minum obat, hal ini dikarenakan dosis obat yang diberikan, cara pemberian dan

biaya pengobatan. Sehingga akan berdampak pada omset kekambuhan yang

tinggi dan psikotik yang parah dan menonjol.

Kekambuhan yang dialami penderita disebabkan ketidakpatuhan

penderita mengalami pengobatan.Untuk itu, perlu adanya dukungan dari

keluarga, orang-orang terdekat dan juga lingkungan sekitar.Melalui

pengawasan secara intensif kepada penderita gangguan jiwa, maka kepatuhan

untuk selalu mengkonsumsi obat bisa juga, sehingga pasien memiliki tambahan

kekuatan dari keluarga dan orang terdekatnya.( Nurjanah, 2004 )

Survey awal yang di lakukan pada hari Kamis 19 Januari 2017 di

Puskesmas Sicincin, hasil wawancara peneliti dengan petugas Puskesmas di

peroleh informasi bahwa ada 34 orang mengalami gangguan jiwa.Dengan

kriteria umur dan jenis kelamin serta diagnosa yang berbeda. Diagnosa tersebut

diantaranya: ansietas, depresi, psikosa, skizofrenia, dan epilepsy. Informasi

yang didapat dari salah satu keluarga penderita gangguan tersebut terkait dalam

minum obat penderita dengan metode wawancara adalah penderita tidak patuh

dalam minum obat dikarenakan malas, dan keluarga mempunyai inisiatif untuk

memasukan obat kedalam makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh

penderita tersebut.Dan hasil observasi yang peneliti lihat dari salah satu

penderita gangguan jiwa setelah penderita tersebut minum obat, penderita

tersebut merasa tenang dan tidak ada mengalami tanda dan gejala gangguan

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

jiwa. Penderita tersebut mengalami tingkat kekambuhan yang berbeda,

dikarenakan ketidak patuhan penderita mengkonsumsi obat, kurangnya

dukungan keluarga terhadap penderita, serta sulitnya biaya untuk menebus obat

ke Puskesmas terdekat.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan

penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan

Klien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada “Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan

Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin

Tahun 2017”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan Minum

Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Sicincin Tahun 2017.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan minum obat klien gangguan

jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sicincin

1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi kekambuhan klien gangguan jiwa

diwilayah kerja Puskesmas Sicincin

1.3.2.3 Menganalisis hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan

klien gangguan jiwa diwilayah kerja Puskesmas Sicincin.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Proses penelitian ini bagi peneliti berguna untuk menambah pengalaman

peneliti dan mengetahuiHubungan Kepatuhan Minum Obat dengan

Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin

Tahun 2017.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, khususnya mengenai

Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan

Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.Sebagai bahan

masukan atau acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan peserta didik

khususnya pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang.

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sicincin dalam mengatasi

tingkat kekambuhan penderita gangguan jiwa dimasa yang akan datang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat

Dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas

Sicincin Tahun 2017. Penelitian ini akandilakukan di Puskesmas Sicincin

Kabupaten Padang Pariaman. Dimana kegiatan ini menggunakan metode

Deskriptif Analisis, dengan data untuk pengumpulan Variabel Independen dan

Dependen dilakukan secara bersamaan dan sekaligus.Variabel Independen

adalah kepatuhan obat dan Variabel Dependen adalah kekambuhan klien

gangguan jiwa. Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah seluruh

penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sicincin. Sampel yang

diambil dengan menggunakan teknik totalsampling.Alat pengumpul datayang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Jiwa

2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merpakan sekelompok gangguan psikotik, dengan

gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses piker. Kadang-

kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh

kekuatan dari luar.Pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan

eleh efek yang tidak serasi atau tumpul, dan ternyata kesadaran dan

kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun terjadi deficit

kognitif. Pikiran, perasaan dan perbuatan yang paling mendalam dirasakan

seakan diketahui oleh oraang lain, dan waham-waham yang timbul

menjelaskan bahwa kekuatan alam dan supernatural sedang bekerja

mempengaruhi pikran dan perbuatan penderita dengan cara – cara yang tidak

masuk akal atau aneh. ( Ibrahim 2011)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Keliat (2015) menyatakan bahwa

gangguan jiwa adalah sinrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna

dan berkaitan dengan distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.Fungsi jiwa yang

terganggu meliputi fungsi bilogis, psikologis, social dan spiritual. Secara

umum gangguan fungsi jiwa yang dialami oleh seorang indvidu dapat rerlihat

dari penampilan, komunikasi, proses berfikir, interaksi dan aktivitasnya

sehari-hari.

2.1.2 Faktor Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

a. Faktor biologis

Disfungsi eye movement

Abnormalis aktifitas elektrik kulit

Abnormalis “event related potential”

Deficit pada pemrosesan perhatian dan informasi

Abnormalitas struktur anatomi otak

Infeksi virus

Factor bawaan / genetic( Junaidi, 2014)

b. Factor somatik atau organobiologis

Tingkat kematangan dan perkembangan organic

Factor- factor pr dan perinatal

Nerofisiologi(Yosep, 2008)

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

c. Factor – factor psikologik

Interaksi ibu – anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal

berdasarkkan kekurangan, distorsi, dan keadan yang terputus (perasaan

tak percaya atau kebimbangan)

Peran ayah

Persaingan antar saudara kandung

Inteligensi

Hubunan dalam keluara, pekerjaan, permainan dan masyarakat

Kehilangan yang mngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa

salah

Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri lawan peran yang tidak

menentu

Keterampilan, bakat, dan kreativitas

Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya

Tingkat perkembangan emosi(Yosep, 2008)

d. Factor social budaya atau sosiokultural

Kestablan keluarga

Pol mengasuh anak

Tingkat ekonomi

Perumahan : perkotaan lawan pedesaa

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai

Pengaruh rasial dan keagamaan

2.1.3 Jenis Dan Tipe Gangguan Jiwa

Tipe paranoid

Tipe ini ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada suatu atau lebih

waham atau halusianai dengar atau tidak ada perilaku spesifik lain yang

mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Kekuatan ego

pasien paranoid cendrung mempunyai ide kebesaran dibanding pasien

katatonik dan terdisorganisasi.Pasien tipe paranoid ini mempunyai sikap

tegang, pencuriga, berhati-hati dan tak marah.Mereka juga bersifat

agresif.Namun mereka terkadang mereka juga bisa menempatkan diri

mereka sendiri secara adekuat didalam situasi social.

Tipe hebefrenik

Ditandai oleh regresi yang nyata pada perilaku premitif dan tidak

teratur.Penderita biasanya berusia sebelum 25 tahun. Pasien

terdisorganisasi biasanya aktif namun dengan cara yang tidak bertujuan

dan tidak konstruktif. Penampilan pribadi dan perilaku sosialnya berada

dalam keadaan yang rusak.Respon emosionalnya tidak sesuai dan mereka

sering memperlihatkan tingkah laku yang aneh seperti misalnya tertawa

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

yang meledak tanpa alas an. Perilaku tersebut sering menggambarkan

sebagai kekanak-kanakan dan bodoh.

Tipe katat

onik

Ciri klasik pada tipe ini terlihat dengan adanya gangguan nyata

pada fungsi motorik, berupa stupor, negativisme, rigiditas, kegembiraan

atau posturing. Pasien sering menunjukan perubahan yang cepat antara

kegembiraan atau stupor. Pasien tipe ini memerlukan pengawasan yang

ketat karena dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan

medis mungkin diperlukan karena kemungkinan adanya malnutrisi,

kelelahan, hiperperiksia atau cidera yang disebabkan oleh diri

sendiri.(Ibrahim, 2011)

2.1.4 Perjalanan Penyakit Gangguan Jiwa

Menurut Yosep (2008) gejala gangguan jiwa biasanya dimulai pada

masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengan dengan melalui

beberapa fase.Penyataan ini diperkuat oleh (Ibrahim, 2011) mengatakan gejala

gangguan jiwa hanya dikenali secara retrospektif (melihat kebelakang).Namun

secara karakteristik gangguan jiwa dimulai pada masa remaja diikuti dengan

perkembangan gejala prodmoral pada faset akut, yang berlangsung dalam

beberapa hari sampai beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun.Seseorang yang

mengalami gangguan jiwa biasanya memiliki kepribadian yang schizoid atau

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

skizopital.Kepribadian tersebut ditandai dengan tanda-tanda pendiam, pasif

dan menarik diri.

Namun tanda tanda tersebut dapat dikenali setelah diagnosis gangguan

jiwa ditegakkan.Dan gejala ini dimulai dengan beberapa macam keluhan,

berupa gejala somatic, misalnya nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, serta

gangguan pencernaan. Pada fase prodromal (sebelum sakit) didapatkan tanda

tanda dengan gejala khas yaitu :

1. Terdapat deteriosasi (pengangguran) yang jelas dari taraf fungsi

penyesuaian sebelumnya.

2. Penarikan diri dari kehidupan social.

3. Hendaya dalam fungsi peran.

4. Tingkah laku aneh.

5. hendaya dalam hyegiene diri dan berpakaian.

6. Efek yang tumpul atau tidak serasi

7. Gangguan komunikasi

8. Ide-ide yang membuat waham.

(Ibrahim, 2011)

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2.1.5 Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa

menurut iyus yosep(2008) tanda dan gejala gangguan jiwa adalah :

1. Gangguan Kognitif

Suatu proses mental dimana seseorang individu menyadari dan

mempertahankan hubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam

maupun lingkungan luar (fungsi mengenal). Proses kogninitif meliputi hal-hal :

Sensasi dan persepsi

Perhatian

Ingatan

Asosiasi

Pertimbangan

Pikiran

Kesadaran

2. Gangguan Perhatian

perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energy, menilai dalam suatu

proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan.

3. Gangguan Ingatan

Ingatan adalah kesangguapan untuk mencatat, penyimpanan,

memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

4. Gangguan Asosiasi

Proses mental yang dengannya ada suatu perasaan kesan, atau gambaran

ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan/respons

konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.

5. Gangguan Pertimbangan

Suatu proses mental untuk membandingkan/menilai beberapa pilihan

dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk nenutuskan

maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.

6. Gangguan Pikiran

Meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang.

7. Gangguan Kesadaran

Kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan

lingkungan, serta dirinya melalui panca indra dan mengadakan pembatasan

terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.

8. Gangguan Kemauan

Suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan dan

kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan.

9. Gangguan Emosi dan Afek

Suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas

tubuh serta menghasilkan sensasi organic dan kinetis.

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

10. Gangguan psikomotor

Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.

(Videbeck, 2008)

2.1.6 Jenis Gangguan Jiwa

a) Skizofrenia

Kelainan jiwa ini terutama menunjukkan gangguan dalam fungsi

kognitif (pikiran) berupa disorganisasi.Disamping itu, juga ditemukan gejala

gangguan persepsi, wawasan diri, perasaan, dan keinginan. Skizofrenia

ditemukan 7 per 1.000 orang dewasa dan terbanyak pada usia 15-35 tahun.

Stigma terhadap gangguan jiwa tidak hanya menimbulkan konsekuensi

negative terhadap penderitanya, tetapi juga anggota keluarganya.Misalnya :

sikap-sikap penolakan, penyangkalan, disisihkan, dan diisolasi. Penderita

gangguan jiwa memiliki resiko tinggi terhadap pelanggaran hak asasi

manusia.

b) Depresi

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa ppada alam perasaan,

yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, tidak bergairah, perasaan tidak

berguna, putus asa dan sebagainya.Depresi merupakan gangguannjiwa yang

banyak terdapat pada masyarakat karena mengalami kesulitan ekonomi.Data

dari WHO menunjukkan bahwa 5-10% dari populasi masyarakat menderita

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

depresi yang memerlukan pengobatan psikiatik dan psikososial.Untuk

perempuan angka depresan lebih tinggi yaitu mencapai 15-17 %.

c) Cemas

Gejala kecemasan, baik akut maupun kronis, merupakan komponen

utama bagi semua gangguan psikiatri.Sebagian dari komponen kecemasan itu

menjelma dalam bentuk gangguan panic, fobia, obsesi komplusi dan

sebagainya. Angka kejadian gangguan cemas dikaitkan dengan kesulitan

ekonomi estimasinya berkisar antara 10-15 %. Dengan perbandingan

perempuan dan laki laki 2: 1.(Videbeck, 2008).

2.1.7 Penatalaksanaan Pengobatan Gangguan Jiwa

Jenis jenis obat psikotik antipikal

1. Clozapine

Clozapine merupakan obat antipsikotik dari jenis yang baru.Jarang

disertai dengan efek samping yang mirip dngan parkinsonisme

dibandingkan antipsikotik konvensional.Bekerja terutama dengan adanya

aktivitas antagonis pada reseptor dopamine tipe 2.Clozapine efektif

terhadap gejala negative gangguan jiwa dibandingkan anti psikotik

konvensional.Clozapine disertai agranulisitosis pada kira- kira 1-2 persen

dari semua pasien.

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Clozapine lebih cepat diabsorsi pada saluran gastrointestinal (GI).

Kadar puncak dalam plasma dapat dicapai dalam satu sampai empat jam

(rata-rata 2 jam). Clozapine dimetabolisme secara lengkap dengan waktu

paruh antara 10-16 jam (rata-rata 12 jam).Kadar stabil dicapai dalam 3-4

hari dengan dosis 2 kali sehari.

2. Risperidone

Risperidone adalah obat benzoxazole yang pertama diperkenalkan di

Amerika serikat untuk terapi gangguan jiwa.Disamping afinitasnya yang

bermakna untuk reseptor, suatu sifat yang memiliki antipsikotik lain,

maka risperidone merupakan antagonis yang paten untuk reseptor

serotonin tipe 2.Data yang tersedia menyatakan bahwa risperidone lebih

efektif dibandingkan semua antipsikotik yang sekarang tersedia dapat

diberikan dalam dosis oral sekali sehari jika pasien berada dalam kondisi

stabil dan telah menyesuaikan diri terhadap efek samping yang

merugikan.

Terapi elektrokonvulsif

Diberikan pada pasien yang mengalami penyakit gangguan jiwa

kurang dari 1 tahun.

Psikososial

Obat anti psikotik saja tidak efektif jika tidak digabung dengan

intervensi psikososial dalam terapi pasien skizofrenia.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Terapi perilaku

perilaku yang dikehendaki dipacu secara positif dengan memberikan

imbalan berupa kenang-kenangan seperti perjalanan atau prefensi.

Tujuannya untuk memacu perilaku tersebut agar dapat beradaptasi di luar

bangsal RS.

Terapi kelompok

Fokusnya adalah dukungan serta pengembangan keterampilan social

(aktivitas sehari-hari) yang member dampak, terutama yang berguna pada

pasien dengan sikap isolasi social juga berguna untuk menambah uji

realita.

Terapi keluarga

Dengan terapi ini dapat mengurangi angka relaps dan diberikan untuk

anggota keluarga skizofrenik. Interaksi keluara yang berekspresi emosi

tinggi dapat dikurangi melalui terapi keluarga.Kelompok anggota

keluarga skizofrenia dapat berdiskusi berbagai hal, terutama

pengalamannya.

Psikoterapi suportif

Meliputi nasehat, meyakinkan, mendidik, mencontohkan dan uji

realita.Tujuan terapi ini berguna untuk meningkatkan penghayatan yang

cocok untuk penderita.

(Ibrahim, 2011)

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2.2 Kekambuhan Ganguan Jiwa

2.2.1 Defenisi Kekambuhan Gangguan Jiwa

Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa adalah timbulnya kembali

gejala-gejala yang sebelumnya juga memperoleh kemajuan. (Stuart dan

Laraia, 2005)

2.2.2 Penyebab Kekambuhan

Awalnya gangguan jiwa diyakini disebab kan oleh gangguan utama

pada fungsi kognitif yang menunjuk pada factor organik kerena efek meracuni

diri sendiri. Selanjutya beberapa psiskoanalisis mencoba menjelaskan

penyebab kekambuhan gangguan jiwa psikodinamik.Namun, kini semakin

banyak ditemukan bukti – bukti yang menunjukkan dominasi peranan

berbagai faktor. (Junaidi, 2014)

Pernyataantersebut juga dikuatkan oleh pendapat Yosep (2008) ia

mengatakan bahwa hingga sekarang belum ditentukan penyebab terjadinya

kekambuhan (etiologi) yang pasti mengapa seseorang mengalami

kekambuhan gangguan jiwa. Namun dari penelitian- penelitian karena

semakin berkembang nya ilmu pengetahuan maka semakin banyak juga yang

mememukan apa factor penyebab kekambuhan gangguan jiwa.

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2.3 Kepatuhan Obat

2.3.1 Defenisi Kepatuhan Obat

Terapi obat didefenisikan sebagai suatu cara untuk memodifikasi atau

mengoreksi perilaku, pikiran atau alam perasaan yang patologis menggunakan

zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif untuk periode waktu yang

cukup.Respon terapi dan timbulnya efek samping harus diberikan sesegera

mungkin.Obat yang digunakan untuk mengobati psikosis memiliki banyak

sebutan yaitu obat anti psikotik, neoroleptik, dan mayor trangquiles.Anti

psikotik digunakan untuk mengatasi psikosis, termasuk skzofrenia.Efek terapi

dari obat obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut.Efeknya

mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan, tidak

kooperatif dan gangguan piiran. (Ibrahim,2011)

Videback (2008) terapi obat penting diketahui perawat, karena

keefektifannya mengacu pada efek terapeutik maksimal yang dapat oleh

obat.Hal ini berkaitan dengan kepatuhan obat yang dikonsumsi oleh

penderita.Obat yang berpotensi rendah perlu diberikan dalam dosis tinggi

untuk mencapai keefektifan, sedangkan obat yang berpotensi tinggi mencapai

keefektifan pada pemberian dosis rendah.Kepatuhan program obat sering kali

meningkat ketika program tersebut diberikan sesederhana mungkin, baik

dalam jumlah obat yang diprogramkan maupun jumlah dosis harian.

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari

peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada pengobatan

prevalensi kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak akan dirawat lagi

dirumah sakit dan hanya perlu perawatan jalan di puskesmas. Walaupun

gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan tettapi

dapat disembuhkan dengan terapi kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan

pengobatan yang teratur dan dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang

sekitar klien besar kemungkinan klien dapat bersosialisai dan memiliki

aktivitas seperti orang normal, dengan demikian maka prevalansi kekambuhan

pasien dapat berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses

pengobatan pasien dilakukan sesuai denga anjuran dan petunjuk

dokter,segingga kepatuhan pasien minum obat baik, dan prevalensi

kekambuhan pasien berkurang bahkan tidak pernah kambuh dalam kurun

waktu 1-2 tahun. ( E-Jurnal Wulansari)

Menurut WHO obat pada pasien jiwa dibagi menjadi 5 golongan yaitu:

neuroleptika, antidepresan, antianxietas, psikotimulansia, dan psikodisleptik.

Langkah awal dalam pemilihan obat adalah diagnosis dan identifiasi gejala

sasaran. Penggunaan obat tersebut harus diperhatikan penggunaannya pada

anak- anak dimulai pada dosis minimal, pada pasien lanjut usia diawali

dengan dosis rendah karena metabolisme tubuh lebih lambat.

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Selain itu (Ibrahim 2011) juga mengatakan kepatuhan obat juga dilihat

pada diagnosis dan identifikasi gejala sasaran, idealnya harus dilakukan pada

saat pasien bebas obat selama 1-2 munggu.Keadaan bebas obat disini

mecakup pedoman dengan tidak diberikannya medikasi yang berkhasiat tidur,

karena kualitas tidur merupakan pedoman diagnostic penting dan merupakan

suatu gejala sasaran. Diantara obat yang sesuai dengan diagnosis tertentu

harus dipilih berdasarkan riwayat respon obat oleh pasien (kepatuhan,respon

terapeutik dan efek merugikan), riwayat respon obat dalam keluarga pasien,

serta efek merugikan dari obat tersebut.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

menurut Niven (2002) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan adalah :

2.3.2.1 Faktor Penderita Atau Individu

a. Sikap atau motivasi individu ingin sembuh

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dari individu

sendiri.Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya

sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

b. Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

kehidupan. Penderita yang berpegangan teguh terhadap keyakinannya

akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat

menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik.

Kemampuan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi

oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang

kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui

akibatnya (Niven, 2002).

2.3.2.2 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling

dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan

tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya,

karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan

dirinyauntuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik,

serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga

untuk menunjang pengelolaan penyakitnya (Niven, 2002).

2.3.2.3 Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan

terhadap program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan

terhadap ketidaktaatan (Niven, 2002).

2.4.2.4 Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang

dapatmempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama

berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut

merupakan hal penting, begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku

pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan

tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan

yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program

pengobatannya (Niven, 2002).

2.3.3 Prinsip Pedoman Terapi Farmakologi

Berikut adalah prinsip yang menjadi pedoman penggunaan obat dalam

menangani gangguan jiwa :

a) Obat diseleksi berdasarkan efeknya pada gejala target klien, misalnya

pikiran waham, serangan panic, atau halusinasi. Keefektifan pengobatan

dievaluasi sebagian besar oleh kemampuan obat untuk mengurangi atau

menghilangkan gejala target.

b) Banyak obat psikotropika harus diberikan dalam dosis yang adekuat

selama periode waktu sebelum efek seutuhnya dicapai. Misalnya,

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

antidepresan trisiklik dapat memerlukan empat sampai enam minggu

untuk memberikan manfaat terapeutik yang optimal.

c) Dosis obat sering kali disesuaikan sampai dosis yang terendah yang

efektif untuk klien. Kadang kala dosis yang lebih tinggi diperlukan

untuk menstabilkan gejala target klien dan dosis yang lebih rendah dapat

digunakan untuk mempertahankan efek obat tersebut sepanjang waktu.

d) Sesuai aturan, individu lansia memerlukan dosis obat yang lebih rendah

untuk menghasilkan efek terapeutik, dan obat dapat memerlukan waktu

yang lebih lama untuk mencapai efek terapeutik sepenuhnya.

e) Obat psikotropik sering dikurangi secara bertahap (berangsur-angsur),

bukan kerena mendadak dihentikan. Hal ini dilakukan sehubungan

dengan masalah potensial terjadinya rebound (kembalinya gejala untuk

sementara), kambuhnya gejala semula, atau putus obat (gejala baru yang

disebakan penghentian obat).

f) Perawatan tindak lanjut sangat penting untuk memastikan kepatuhan

pasien terhadap program pengobatan, melakukan penyesuaian dosis

obat, dan menatalaksanakan efek samping, kepatuhan program

pengobatan sering kali meningkat ketika program tersebut diberikan

sesederhana mungkin, baik dalam jumlah obat yang diprogramkan

maupun jumlah dosis harian. (Vodebeck,2008)

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2.3.4 Penatalaksanaan Obat Pada Gangguan Jiwa

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (UU No.

36 Tahun 2009).Untuk itu kita harus memahami dan mewaspadai efek

samping obat.Efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki

yang membahayakan atau merugikan pasien akibat penggunaan obat.Faktor

penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari factor pasien dan

faktor obat.

2.3.4.1 Farmakologi (Obat)

a. Ansiolitik

Obat ansiolitik adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi

kecemasan atau gangguan kecemasan yang terkait dengan kecemasan,

keterangan nervosa, agitasi (agresif/mengamuk).

Contoh obat : nama dagang (komposisi/isi)

Actazolam tablet 0.5 mg, 1 mg (alprazolam). Alprazolam dexa

medica tablet 0.5 mg, 1 mg. alviz tablet 0.5 mg, 1 mg, (aalprazolam).

Anxibloc tablet 10 mg (clobazam). Apazol tablet 0.25 mg,0.5 mg, 1 mg

(alprazolam). Asabium tablet 10 mg (clobazam). Atarax tablet 0.5 mg

(alprazolam). Dan lain sebagainya. ( Junaidi 2014)

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

b. Hipnotik dan sedative

Obat hiptonik dan sadatif adalah obat untuk membantu mengatasi

gangguan tidur (insomnia).

Contoh obat : nama dagang (komposisi/isi)

Anesfar ampul (midazolam). Dalmodorm tablet 15 mg

(flunazepam). Dormicum ampul (midazolam). Dumolid tablet 5 mg

(nitrazepam). Fortanest ampul (midazolam).Hipnoz ampul

(midazolam).Precdex vial (dexmedtomidine). Rozerem tablet 8 mg

(ramelteon). (Juanaidi, 2014)

c. Antidepresan

Obat atidepresan digunakan untuk terapi depresi dengan atau tanpa

mania, depresi yang disertai kecemasan obsersif-komplusif, bulimia

nervosa, dan penyakit manic depresif.

Contoh obat : nama dagang (komposisi/isi)

Anafranil tablet 25 mg (clomipramine). anexin tablet 50 mg

(sertraline). Antipres tablet 50 mg (sertraline). Antiprestin kapsul 10 mg,

20 mg (fluoxetine).Courage kaplet 20 mg (fluoxetine).Elizac kapsul 20 mg

(fluoxetine). Fatral tablet 50 mg (sertraline). Foransi kapsul 10 mg

(fluoxetine). (Juanaidi, 2014)

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

d. Antipsikotik

Obat antipsikotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi

skizofrenia, mania bipolar, atau kondosi yang berhubungan dengan

kejiwaan, kontrol darurat pada gangguan perilaku.

Contoh obat : nama dagang (komposisi/isi)

Abilify tablet 10 mg, 15 mg. lar oral (aripiprazole). Cepezet tablet

100 mg. ampul (chlorpromazine). Clopine tablet 25 mg, 100 mg (

clozapine). Clozaril tablet 25 mg 100 mg (clozapine). Dogmatil kapsul 50

mg. tablet forte 200 mg (sulpiride). Dores tablet 1.5 mg kapsul 5 mg

(haloperidol). (Junaidi 2014)

2.3.4.2 Non Farmakologi

2.3.4.2.1. Peran Perawat Mengatasi Efek samping Obat

Dalam memberikan obat sering menimbulkan efek samping yang

tidak diinginkan. Oleh sebab itu perawat harus mewaspadai obat masuk

kedalam tubuh pasien, sebagai berikut

a. kewaspadaan pada obat anti psikotik :

Kebutuhan individu sangat bervariasi

Gejala akan mereda setelah diberi obat 3 hari sampai 2 minggu

Beberapa jenis gangguan jiwa butuh obat sepanjang hidupnya

Obesitas

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

b. Obat anti depresan :

Efek megantuk

Mulut kering

c. Obat anti cemas :

Efek adikasi sangat kuat

Efek mengatuk

Masalah-masalah memori

Untuk efek sedasi diberi nasehat tidak boleh menjalankan mesin.

Untuk mencegah adanya diskinesia tardive dengan hati-hati

pemberian dosis yang meningkat terutama obat anti psikotik.

Untuk mendeteksi ambang letal diperiksa laboratorium tiap 3 bulan.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2.4 Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori

dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut :

Gambar 2.1

Sumber : Keliat Budi (2015)

Gangguan Jiwa

Kekambuhan

Patuh

Penyakit

Terkontrol

Penatalaksanaan

Faktor Farmakologis

Kepatuhan

Tidak Patuh

Kekambuhan

Meningkat

Non Farmakologis

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Variabel independen adalah variabel

bebas, sedangkan variable dependen adalah variable terikat yang dapat dipengaruhi oleh

variabel independent (Notoadmojo, 2012).Pada penelitian ini yang menjadi variabel

independent adalah kepatuhan minum obat, dan yang menjadi variabel dependent adalah

kekambuhan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sicincin. Adapun kerangka

konsep pada penelitian ini tergambar pada skema berikut :

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Kepatuhan minum obat Kekambuhan klien

gangguan jiwa

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

3.2Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut

diberi batasan yang bermanfaat untuk mengarah kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument

(Notoadmojo, 2012).

Tabel 3.1

Depenisi Operasional

Variabel Defenisi

operasional

Alat

ukur Cara ukur Skala ukur Hasil ukur

Independent

Kepatuhan

minum obat

Pengaturan

pasien dalam

membuat

perencanaan,

penjadwalan,

tanpa menunda-

nunda minum

obat dalam

rangka mencapai

kesembuhan

yang optimal

Kuesioner

Wawancara

Ordinal

Patuh, bila

nilai x ≥ 48

Tidak patuh,

bila nilai x <

48

Dependent

Kekambuhan

klien

gangguan jiwa

Apabila

penderita

gangguan jiwa

yang sudah

pernah berobat

lengkap tapi

sekarang

kondisinya

memperlihatkan

Kuesioner

Wawancara

Ordinal

Kambuh, bila

nilai x ≥ 53

Tidak

kambuh, bila

nilai x < 53

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

tingkah laku atau

tanda dan gejala

yang sama

dengan

gangguan jiwa

yang sudah

dialami.

3.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar

variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian.

Didalam pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan diteliti dan

hubungan anatar variabel tersebut serta mampu mengarahkan peneliti untuk

menentukan desain penelitian, tehnik menentukan sampel pengumpulan dan

metode analisis data (Dharma, 2011).

Berdasarkan karangka konsep penelitian maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

Ha :Ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kekambuhan klien

gangguan jiwa diwilayah kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

BAB IV

METODE PENILAIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah Deskriptif Analisis yaitu : meneliti

hubungan antara dua variabel atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan

klien gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin tahun 2017. Menggunakan

pendekatan cross sectionalyaitu : pengumpulan data variabel independen dan variabel

dependen dilakukan secara bersamaan atau sekaligus. (Notoatmodjo, 2005)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Rencana penelitian akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sicincin.

Alasan melakukan penelitian disini karena di wilayah kerja Puskesmas Sicincin

tercatat penderita gangguan jiwa lebih banyak dibandingkan dengan wilayah kerja

Puskesmas lain yang berada di Kabupaten Padang Pariaman dan peneliti menemukan

adanya masalah yang berhubungan dengan kepatuhan klien minum obat dan

kekambuhan penyakitnya.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari pengambilan surat penelitian dari Dinas

Kesehatan untuk pengambilan data awal dan pembuatan proposal pada bulan Januari

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

2017, direcanakan pengambilan data pada bulan Maret 2017, penyusunan laporan

akhir penelitian sekitar bulan Mei sampai Juni 2017.

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

menyangkut dengan masalah yang diteliti (Nursalam, 2009).Populasi dalam

penelitian ini adalah semua penderita gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas

sicincin yang berjumlah 34 orang penderita gangguan jiwa. (Sumber : Informasi dari

Penanggung Jawab Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Sicincin Tahun 2016).

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009). Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah semua penduduk yang memiliki gangguan jiwa yang berjumlah

sebanyak 34 orang dengan teknik total sampling. Yang menjadi reponden atau yang

akan mengisi kuesioner adalah keluarga klien atau saudara klien.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Salah seorang keluarga klien gangguan jiwa yang tinggal diwilayah

kerja Puskesmas Sicincin Kabupaten Padang Pariaman.

b. Keluarga klien gangguan jiwa yang bersedia diteliti

c. Klien gangguan jiwa yang tidak sedang dirawat di rumah sakit jiwa.

d. Keluarga klien yang bisa berkomunikasi dengan baik.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

4.3.3 Teknik Sampling

Tenik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah “Total

Sampling”,dimana pengambilan sampel secara keseluruhan dari jumlah populasi

yang ada (Notoatmodjo, 2012). Penderita ganguan jiwa yang berada di wilayah kerja

Pukesmas Sicincin berjumlah 34 orang, dengan anggota keluarga yang akan menjadi

responden adalah 34 orang.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Alat Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang telah disusun dengan baik, dimana

responden tinggal mengisi lembar kuesioner.Alat pengumpulan data I untuk

mengukur kepatuhan minum obat yang terdiri dari nomor responden, hari/tanggal

pengisian kuesioner. Bagian II untuk mengukur kekambuhan penderita gangguan

jiwa yang terdiri dari nomor responden,hari/tanggal pengisian kuesioner.

Alat pengumpulan data varibel independen ( kepatuhan minum obat ) dan

variabel dependen ( kekambuhan klien gangguan jiwa) adalah dengan kuesioner.

Uji pemahaman bahasa kuesionar

Uji pemahaman bahasa kuesioner adalah prosedur untuk memastikan apakah

kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidaknya.

Tujuanya untuk meyakinkan peneliti, kalau kuesioner yang disusun oleh peneliti bisa

dimengerti dan dijawab dengan benar oleh responden

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

4.4.2 Cara Pengumpulan Data

Sebelum melakukan penelitian peneliti meminta surat izin dari kampus

perintis Padang, setelah itu peneliti meminta izin ke KESBANGPOL, setelah itu

peneliti meminta izin ke Dinas Kesehatan, setelah itu peneliti mengajukan surat

penelitian ke Puskesmas Sicincin, setelah mendapatkan izin dari Puskesmas, peneliti

menemui penanggung jawab pasien gangguan jiwa, setelah itu peneliti mengontrak

waktu kepada penanggung jawab pasien gangguan jiwa untuk menemani peneliti

melakukan penelitian. Peneliti melakukan penelitian selama 7 hari dari tanggal 16

sampai tanggal 23 Juli tahun 2017,dalam satu hari peneliti hanya meneliti sebanyak

5 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi kuesioner yang

pengisiannya dilakukan oleh keluarga responden sendiri. Peneliti akan melihat

tentang kepatuhan minum obat dan juga melihat tentang kekambuhan

gangguan jiwa. Sebelum dibagikan kuesioner peneliti meminta izin pada

responden yang akan dijadikan responden dan mengontrak waktu responden.

Setelah itu peneliti menjelaskan tujuan peneliti melakukan penelitian. Setelah

itu lembar kuesioner tentang kepatuhan minum obat dan kekambuhan

gangguan jiwa dibagikan kepada responden dan setelah kuesioner selesai diisi

responden, peneliti memeriksa semua item pernyataan yang diisii oleh

responden. Setelah dilakukan penelitian semua kuesioner terisi dengan

lengkap. Dan peneliti mengumpulkan kembali semua lembaran kuesioner

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

tersebut untuk diolah. Setelah selesai diolah peneliti meminta surat balasan

kepada Puskesmas Sicincin bahwa peneliti sudah siap melakukan penelitian.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Cara Pengumpulan Data

Data yang telah terkumpul pada peneliti melalui tahap-tahap berikut :

a. Editing

Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan

data dan sebaliknya dilakukan dilapangan agar data yang salah atau

meragukan masih dapat ditelusuri kembali kepada responden, sehingga

diharapkan akan memperoleh data yang valid.

b. Coding

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian tanda,

symbol, kode bagi tiap-tiap data.Kegunaan dari koding adalah untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat

mengentri data. Untuk variabel independen jika hasil kuesioner, bila

tidak pernah dilakukan sepenuhnya sesuai dengan kepatuhan obat diberi

kode “1”, bila jarang dilaksanakan diberi kode “2”, bila kadang-kadang

dilaksanakan diberi kode “3” dan bila selalu dilaksanakan diberi kode

“4”.Kode untuk variable dependenbila sangat tidak setuju diberi kode

“1”, bila tidak setuju diberi kode “2”, bila satuju diberi kode “3” dan bila

sagat setuju diberi kode “4”.

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

c. Tabulasi data

Setelah instrument diisi dengan baik kemudian ditabulasi dan

disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan table distribusi

kolerasi.

d. Prosesing

Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua

kuesioner yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan data

dilakukan dngan system komputerisasi dengan menggunakan rumus Chi

Square test.

e. Scoring

a. Variabel Independen ( kepatuhan minum obat)

Untuk variabel independen peneliti menggunakan nilai :

Apabila keluarga menjawab tidak pernah diberi score 1

Apabila keluarga menjawab jarang diberi score 2

Apabila keluarga menjawab kadang-kadang diberi scor 3

Apabila keluarga menjawab selalu diberi scor 4

Untuk dikatakan patuh apabila nilai x ≥ mean/median dan sebaliknya

bila dikatakan tidak patuh apabila nilai x < mean/median.

b. Variabel Dependen ( kekambuhan klien gangguan jiwa)

Untuk variabel dependen peneliti menggunakan nilai :

Apabila keluarga menjawab sangat tidak setuju diberi scor 1

Apabila keluarga menjawab tidak setuju diberi scor 2

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Apabila keluarga mejawab setuju diberi scor 3

Apabila keluarga menjawab sangat setuju diberi scor 4

Untuk dikatakan kambuh apabila nilai x ≥ mean/median dan

sebaliknya bila dikatakan tidak kambuh apabila nilai x <

mean/median.

4.5.2 Analisis Data

4.5.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi

frekuensi dan statistic deskriptif untuk melihat variable dependen.

p=

keterangan :p= nilai persentasi responden

f= frekuensi atau jumlah yang benar

n= jumlah responden

4.5.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara dua variable yang diteliti.Pengujian hipotesis untuk

mengambil hipotesis yang diujikan cukup meyakinkan diterima, dengan

menggunakan uji statistic Chi Square test. Untuk melihat kemaknaan

perhitungan statistic digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga nilai

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

pvalue ≤ α maka secara statistic Ho ditolak dan pvalue> α maka secara

statistic Ho diterima.

Rumus Chi Square : x=∑

Dimana :

= chi square

O = hasil observasi

E = nilai yang diharapkan

4.6 Etika Penelitan

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan pengurusan

penelitian kependidikan, mulai dari perizinan dari Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang, kemudian peneliti menghubungi bagian

umum Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Padang Pariaman, setelah itu

bagian tata usaha Puskesmas Sicincin untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah

mendapat izin pengambilan data penelitian, dan selanjutnya peneliti melakukan :

4.6.1 Informed Concent (pernyataan persetujuan)

Sebelum melakukan pengambilan data responden, peneliti mengajukan

lembar permohonan kepada calon responden yang memenuhi criteria insklusi untuk

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

menjadi responden dengan member penjelasan tentang tujuan dan manfaat

penelitian ini. Tujuan dari informed concent adalah supaya subjek penelitian

mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian. Setelah dilakukan penelitian

dari 34 orang responden sudah menandatangani informed concent (pernyataan

persetujuan).

4.6.2 Anomity (tanpa nama)

Menjaga kerahasiaan subjek, identitas responden perlu dicantumkan nama

responden tetapi pada lembar pengumpulan data peneliti hanya mencantumkan atau

menuliskan dengan pemberian kode.

4.6.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang telah

terkumpul dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Informasi tersebut tidak akan

dipublikasikan atau diberikan ke orang lain tanpa seizing responden.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada 34 respondendengan judul hubungan kepatuhan

minum obat dengan kekambuhan klien gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Alat pengumpul data yang digunakan dengan

membagikan kuesioner kepadarespondendi wilayah kerja Puskesmas Sicincin

Tahun 2017pada tanggal 16 sampai 23 juli 2017.

5.2 Analisis Univariat

Hasil analisis univariat peneliti dari 34 responden tentanghubungan kepatuhan

minum obat dengan kekambuhan klien gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sicincin Tahun 2017, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

5.2.1 Kepatuhan Minum Obat

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Klien Gangguan Jiwa

diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

Kepatuhan Minum

Obat Frekuensi Persentase (%)

Patuh 18 52,9

Tidak patuh 16 47,1

Total 34 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 16 (47,1%) responden tidak patuh minum

obat.

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

5.2.2 Kekambuhan KlienGangguan Jiwa

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kekambuhan KlienGangguan Jiwa

diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

Kekambuhan

Penyakit Frekuensi Persentase (%)

Tidak Kambuh 19 55,9

Kambuh 15 44,1

Total 34 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa 15 (44,1%) responden mengalami kekambuhan

klien gangguan jiwa.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien

Gangguan Jiwa

diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

Tabel 5.3

Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien

Gangguan Jiwa

diWilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

Kepatuhan

Kekambuhan Klien

Gangguan Jiwa

Total

p value OR Tidak

Kambuh Kambuh

Patuh 17 94,4% 1 5,6% 18 100% 0,000 0,008

Tidak patuh 2 12,5% 14 87,5% 16 100%

Total 19 19 15 44,1% 34 100%

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hubungankepatuhan klien dengan kekambuhan

klien kekambuhan klien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sicincin

Tahun 2017. Ada 18 responden patuh minum obat, diantaranya 1(5,6%)

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

respondenmengalami kekambuhan, dan 17 (94,4%) responden tidak kambuh.

Terdapat sebanyak 16 dari 34 respondentidakpatuh minum obat, diantaranya

terdapat 14 (87,5%) respondenpenyakitnya kambuh, dan 2 (12,5%) responden

penyakit tidak kambuh. Hasil uji statistik nilai p value = 0,000 (p<α),

disimpulkan adanya Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan

Klien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Univariat

a. Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separoh 18 orang

(52,9%) kepatuhan minum obatPatuh, 16 orang (47,1%) responden kepatuhan

minum obat tidak patuh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sandriani tahun 2014, tentang

hubungan kepatuhan minum obat dengan tingkat kekambuhan pada pasien

skozofrenia di poli klinik RSJ DIY. Didapatkan hasil 63 (78,8%) responden

tidak patuh dalam minum obat. 17 orang yang patuh 17 (21,2%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaunang tahun 2015, tentang

hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pada pasien

skizofrenia yang berobat jalan di poli klinik jiwa RS Manado. Didapatkan

hasil 70 (80,5%) responden tidak patuh dalam minum obat.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputra tahun 2012, tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat pada

pasien yang mengalami gangguan jiwa poli rawat jalan RSJD

Surakarta.Didapatkan hasil 66% responden dengan kepatuhan minum obat.

Terapi obat didefenisikan sebagai suatu cara untuk memodifikasi atau

mengoreksi perilaku, pikiran atau alam perasaan yang patologis menggunakan

zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif untuk periode waktu yang

cukup.Respon terapi dan timbulnya efek samping harus diberikan sesegera

mungkin.Obat yang digunakan untuk mengobati psikosis memiliki banyak

sebutan yaitu obat anti psikotik, neoroleptik, dan mayor trangquiles.Anti

psikotik digunakan untuk mengatasi psikosis, termasuk skzofrenia.Efek terapi

dari obat obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut.Efeknya

mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan, tidak

kooperatif dan gangguan piiran. (Ibrahim,2011)

Videback (2008) terapi obat penting diketahui perawat, karena keefektifannya

mengacu pada efek terapeutik maksimal yang dapat oleh obat.Hal ini

berkaitan dengan kepatuhan obat yang dikonsumsi oleh penderita.Obat yang

berpotensi rendah perlu diberikan dalam dosis tinggi untuk mencapai

keefektifan, sedangkan obat yang berpotensi tinggi mencapai keefektifan pada

pemberian dosis rendah.Kepatuhan program obat sering kali meningkat ketika

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

program tersebut diberikan sesederhana mungkin, baik dalam jumlah obat

yang diprogramkan maupun jumlah dosis harian.

Kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari peranan

penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada pengobatan prevalensi

kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak akan dirawat lagi dirumah sakit

dan hanya perlu perawatan jalan di puskesmas. Walaupun gangguan jiwa

adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan tettapi dapat

disembuhkan dengan terapi kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan pengobatan

yang teratur dan dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang sekitar klien

besar kemungkinan klien dapat bersosialisai dan memiliki aktivitas seperti

orang normal, dengan demikian maka prevalansi kekambuhan pasien dapat

berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses pengobatan

pasien dilakukan sesuai denga anjuran dan petunjuk dokter,segingga

kepatuhan pasien minum obat baik, dan prevalensi kekambuhan pasien

berkurang bahkan tidak pernah kambuh dalam kurun waktu 1-2 tahun. ( E-

Jurnal Wulansari)

Menurut WHO obat pada pasien jiwa dibagi menjadi 5 golongan yaitu:

neuroleptika, antidepresan, antianxietas, psikotimulansia, dan psikodisleptik.

Langkah awal dalam pemilihan obat adalah diagnosis dan identifiasi gejala

sasaran. Penggunaan obat tersebut harus diperhatikan penggunaannya pada

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

anak- anak dimulai pada dosis minimal, pada pasien lanjut usia diawali

dengan dosis rendah karena metabolisme tubuh lebih lambat.

Selain itu (Ibrahim 2011) juga mengatakan kepatuhan obat juga dilihat pada

diagnosis dan identifikasi gejala sasaran, idealnya harus dilakukan pada saat

pasien bebas obat selama 1-2 munggu.Keadaan bebas obat disini mecakup

pedoman dengan tidak diberikannya medikasi yang berkhasiat tidur, karena

kualitas tidur merupakan pedoman diagnostic penting dan merupakan suatu

gejala sasaran. Diantara obat yang sesuai dengan diagnosis tertentu harus

dipilih berdasarkan riwayat respon obat oleh pasien (kepatuhan,respon

terapeutik dan efek merugikan), riwayat respon obat dalam keluarga pasien,

serta efek merugikan dari obat tersebut.

Menurut asumsi peneliti kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa

tidak lepas dari peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh

pada pengobatan prevalensi kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak

akan dirawat lagi dirumah sakit dan hanya perlu perawatan jalan di

puskesmas. Pasien gangguan jiwa berkaitan dengan kepatuhan obat yang

dikonsumsi oleh penderita.Obat yang berpotensi rendah perlu diberikan dalam

dosis tinggi untuk mencapai keefektifan, sedangkan obat yang berpotensi

tinggi mencapai keefektifan pada pemberian dosis rendah.Kepatuhan program

obat sering kali meningkat ketika program tersebut diberikan sesederhana

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

mungkin, baik dalam jumlah obat yang diprogramkan maupun jumlah dosis

harian. Sehingga seseorang yang patuh dalam minum obat akan menjadikan

seseorang tersebut lebih baik dari sebelumnya. Pada penelitian ini terdapat

responden tidak patuh minum obat ini semua dibuktikan dengan responden

yang menjawab tidak pernah pertanyaan nomor 7 yaitu keluarga mendampingi

klien saat kontrol ke puskesmas. Responden yang menjawab tidak pernah

pertanyaan nomor 16 yaitu klien minum obat secara teratur karena dibantu

adanya pemberian label pada setiap kemasan obat. Responden yang menjawab

tidak pernah pertanyaan nomor 18 yaitu klien tidak diberi tahu kapan

responden kontrol kembali.

b. Kekambuhan KlienGangguan Jiwa

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa lebih dari separoh 19 orang

(55,9%) kekambuhan klien tidak kambuh, 15 orang (44,1%) responden

kekambuhan klien kambuh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaunang tahun 2015, tentang

hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pada pasien

skizofrenia yang berobat jalan di poli klinik jiwa RS Manado. Dan 67 (76,3%)

responden kekambuhan klien gangguan jiwa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sandriani tahun 2014, tentang

hubungan kepatuhan minum obat dengan tingkat kekambuhan pada pasien

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

skozofrenia di poli klinik RSJ DIY.didapatkan hasil 40 (50%) responden

tingkat kekambuhan tinggi. 27 (33,8%) tingkat kekambuhan sedang, dan 13

(16,2%) tingkat kekambuhan rendah.

Gangguan jiwa merpakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan

dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses piker. Kadang-kadang

mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari

luar.Pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan eleh efek yang

tidak serasi atau tumpul, dan ternyata kesadaran dan kemampuan intelektual

biasanya tetap dipertahankan, walaupun terjadi deficit kognitif. Pikiran,

perasaan dan perbuatan yang paling mendalam dirasakan seakan diketahui

oleh oraang lain, dan waham-waham yang timbul menjelaskan bahwa

kekuatan alam dan supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikran dan

perbuatan penderita dengan cara – cara yang tidak masuk akal atau aneh. (

Ibrahim 2011).

Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa adalah timbulnya kembali gejala-

gejala yang sebelumnya juga memperoleh kemajuan.(Stuart dan Laraia,

2005).Awalnya gangguan jiwa diyakini disebab kan oleh gangguan utama

pada fungsi kognitif yang menunjuk pada factor organik kerena efek meracuni

diri sendiri. Selanjutya beberapa psiskoanalisis mencoba menjelaskan

penyebab kekambuhan gangguan jiwa psikodinamik.Namun, kini semakin

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

banyak ditemukan bukti – bukti yang menunjukkan dominasi peranan

berbagai faktor.(Junaidi, 2014).

Menurut asumsi peneliti kekambuhan pada pasien gangguan jiwa, ini semua

dapat dilihat dari timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya terjadi

seperti banyak bicara, gangguan prilaku dan lain sebagainya.Ini semua

diakibatkan oleh tidak patuhnya pasien gangguan jiwa dalam minum obat,

sehingga munculnya gejala-gejala yyang biasanya muncul pada saat awal

gangguan jiwa. Pada penelitian ini terjadinya kekambuhan klien gangguan

jiwa dapat dibuktikan dari responden menjawab sangat setuju dari pertanyaan

nomor 1 yaitu klien mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan setelah

pulang dari rumah sakit jiwa. Responden menjawab sangat setuju dari

pertanyaan nomor 8 yaitu klien menggap penyakitnya sebagai penyakit yang

memalukan. responden menjawab sangat setuju dari pertanyaan nomor 12

yaitu pikiran klien selalu tidak stabil.

5.2.1 Bivariat

a. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien

Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

Tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa hubungan kepatuhan klien dengan

kekambuhan klien kekambuhan klien gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Terdapat sebanyak 18 dari 34

respondenpatuh minum obat, diantaranya terdapat 1 (5,6%) responden

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

kekambuhan klien gangguan jiwa kambuh, dan 17 (94,4%) responden tidak

kambuh. Terdapat sebanyak 16 dari 34 respondentidak patuh minum obat,

diantaranya terdapat 14 (87,5%) responden kekambuhan klien gangguan jiwa

kambuh, dan 2 (12,5%) responden tidak kambuh. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p value = 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan adanya Hubungan

Kepatuhan Minum Obat Dengan Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sandriani tahun 2014, tentang

hubungan kepatuhan minum obat dengan tingkat kekambuhan pada pasien

skozofrenia di poli klinik RSJ DIY.Didapatkan hasil uji statistik 0,000 maka

dapat disimpulkan ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan tingkat

kekambuhan pada pasien skozofrenia di poli klinik RSJ DIY.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saputra tahun 2012, tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat pada

pasien yang mengalami gangguan jiwa poli rawat jalan RSJD Surakarta.

Didapatkan hasil 0,002 didapatkan hasil ada hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan mengkonsumsi obat pada pasien yang mengalami gangguan

jiwa poli rawat jalan RSJD Surakarta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaunang tahun 2015, tentang

hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pada pasien

skizofrenia yang berobat jalan di poli klinik jiwa RS Manado.Didapatkan hasil

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

uji statistik 0,002 dapat disimpulkan adanya hubungan antara hubungan

kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pada pasien

skizofrenia yang berobat jalan di poli klinik jiwa RS Manado.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh souza tahun 2013, tentang bipolar

disordier and medicaton: adrence, patients knowledge and serum monitoring

of lithium carbonate. Didapatkan hasil 0,000 ada hubungan antara bipolar

disordier and medicaton: adrence, patients knowledge and serum monitoring

of lithium carbonate.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehMagura tahun 2011, tentang

faktor associated with medication adherence among psychiatric outpatients at

substance abuse risk. Didapatkan hasil 0,012 dapat disimpulkan adanya

hubungan antara faktor associated with medication adherence among

psychiatric outpatients at substance abuse risk.

Terapi obat didefenisikan sebagai suatu cara untuk memodifikasi atau

mengoreksi perilaku, pikiran atau alam perasaan yang patologis menggunakan

zat kimia. Obat harus digunakan dalam dosis efektif untuk periode waktu yang

cukup.Respon terapi dan timbulnya efek samping harus diberikan sesegera

mungkin.Obat yang digunakan untuk mengobati psikosis memiliki banyak

sebutan yaitu obat anti psikotik, neoroleptik, dan mayor trangquiles.Anti

psikotik digunakan untuk mengatasi psikosis, termasuk skzofrenia.Efek terapi

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

dari obat obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut.Efeknya

mengurangi gejala positif, antara lain halusinasi, tidak mau makan, tidak

kooperatif dan gangguan piiran. (Ibrahim,2011)

Videback (2008) terapi obat penting diketahui perawat, karena keefektifannya

mengacu pada efek terapeutik maksimal yang dapat oleh obat.Hal ini

berkaitan dengan kepatuhan obat yang dikonsumsi oleh penderita.Obat yang

berpotensi rendah perlu diberikan dalam dosis tinggi untuk mencapai

keefektifan, sedangkan obat yang berpotensi tinggi mencapai keefektifan pada

pemberian dosis rendah.Kepatuhan program obat sering kali meningkat ketika

program tersebut diberikan sesederhana mungkin, baik dalam jumlah obat

yang diprogramkan maupun jumlah dosis harian.

Kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa tidak lepas dari peranan

penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada pengobatan prevalensi

kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak akan dirawat lagi dirumah sakit

dan hanya perlu perawatan jalan di puskesmas. Walaupun gangguan jiwa

adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan tettapi dapat

disembuhkan dengan terapi kepatuhan obat. Hal ini berarti dengan pengobatan

yang teratur dan dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang sekitar klien

besar kemungkinan klien dapat bersosialisai dan memiliki aktivitas seperti

orang normal, dengan demikian maka prevalansi kekambuhan pasien dapat

berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses pengobatan

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

pasien dilakukan sesuai denga anjuran dan petunjuk dokter,segingga

kepatuhan pasien minum obat baik, dan prevalensi kekambuhan pasien

berkurang bahkan tidak pernah kambuh dalam kurun waktu 1-2 tahun. ( E-

Jurnal Wulansari)

Menurut WHO obat pada pasien jiwa dibagi menjadi 5 golongan yaitu:

neuroleptika, antidepresan, antianxietas, psikotimulansia, dan psikodisleptik.

Langkah awal dalam pemilihan obat adalah diagnosis dan identifiasi gejala

sasaran. Penggunaan obat tersebut harus diperhatikan penggunaannya pada

anak- anak dimulai pada dosis minimal, pada pasien lanjut usia diawali

dengan dosis rendah karena metabolisme tubuh lebih lambat.

Selain itu (Ibrahim 2011) juga mengatakan kepatuhan obat juga dilihat pada

diagnosis dan identifikasi gejala sasaran, idealnya harus dilakukan pada saat

pasien bebas obat selama 1-2 munggu.Keadaan bebas obat disini mecakup

pedoman dengan tidak diberikannya medikasi yang berkhasiat tidur, karena

kualitas tidur merupakan pedoman diagnostic penting dan merupakan suatu

gejala sasaran. Diantara obat yang sesuai dengan diagnosis tertentu harus

dipilih berdasarkan riwayat respon obat oleh pasien (kepatuhan,respon

terapeutik dan efek merugikan), riwayat respon obat dalam keluarga pasien,

serta efek merugikan dari obat tersebut.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Gangguan jiwa merpakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan

dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses piker. Kadang-kadang

mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari

luar.Pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan eleh efek yang

tidak serasi atau tumpul, dan ternyata kesadaran dan kemampuan intelektual

biasanya tetap dipertahankan, walaupun terjadi deficit kognitif. Pikiran,

perasaan dan perbuatan yang paling mendalam dirasakan seakan diketahui

oleh oraang lain, dan waham-waham yang timbul menjelaskan bahwa

kekuatan alam dan supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikran dan

perbuatan penderita dengan cara – cara yang tidak masuk akal atau aneh. (

Ibrahim 2011).

Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa adalah timbulnya kembali gejala-

gejala yang sebelumnya juga memperoleh kemajuan.(Stuart dan Laraia,

2005).Awalnya gangguan jiwa diyakini disebab kan oleh gangguan utama

pada fungsi kognitif yang menunjuk pada factor organik kerena efek meracuni

diri sendiri. Selanjutya beberapa psiskoanalisis mencoba menjelaskan

penyebab kekambuhan gangguan jiwa psikodinamik.Namun, kini semakin

banyak ditemukan bukti – bukti yang menunjukkan dominasi peranan

berbagai faktor.(Junaidi, 2014).

Menurut asumsi peneliti kepatuhan minum obat dari pasien gangguan jiwa

tidak lepas dari peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

pada pengobatan prevalensi kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak

akan dirawat lagi dirumah sakit dan hanya perlu perawatan jalan di

puskesmas.Kekambuhan pasien jiwa dilihat dari timbulnya kembali gejala-

gejala yang sebelumnya terjadi seperti banyak bicara, gangguan prilaku dan

lain sebagainya.Ini semua diakibatkan oleh tidak patuhnya pasien gangguan

jiwa dalam minum obat, sehingga munculnya gejala-gejala yang biasanya

muncul pada saat awal gangguan jiwa. Semakin patuh seseorang dalam

meminum obat maka semakin kurang kekambuhan gangguan jiwa dan akan

menjadikan seseorang lebih baik lagi dari keadaan sebelumnya.

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan 34 responden di Puskesmas Sicinci maka

dapat disimpulkan:

6.1.1 Hasil penelitian ditunjukkan bahwa lebih dari separoh (52,9%) responden

patuh minum obat di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017

6.1.2 Hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa lebih dari separoh (55,9%)

responden tidak mengalami kekambuhan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sicincin Tahun 2017.

6.1.3 Terdapat adanya Hubungan yang bermakna (p value = 0,000) antara

kepatuhan minum obat dengan kekambuhan klien gangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bagi peneliti berguna untuk menambah pengalaman

peneliti dan mengetahuiHubungan Kepatuhan Minum Obat dengan

Kekambuhan Klien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin

Tahun 2017.

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi, khususnya mengenai

Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kekambuhan Klien Gangguan

Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sicincin Tahun 2017.Sebagai bahan

masukan atau acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan peserta didik

khususnya pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang.

6.2.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Puskesmas

Sicincin dalam mengatasi tingkat kekambuhan penderita gangguan jiwa

dimasa yang akan datang.

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Ayub Sani. 2011. Keperawatan jiwa edisi 1. Penerbit Nusa.Tanggerang

Ibrahim Ayub Sani. 2011. Keperawatan jiwa edisi 2. Penerbit Nusa.Tanggerang.

Ireine Kaunang. 2015. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

http://download.portalgaruda.org

Junaidi iskandar. 2014. Cara Mengetahui Penyimpangan Jiwa Dan Perilaku Tidak

Normal Lainya. Yogyakarta

Kamila lestari, dhian ririn, herawati. Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Diwilayah Kerja Puskesmas Banjar

Baru. Dari http://2558-5120-1.SM.pdf

Kaunang irene, kanine Asrom, kallo vanri. Hubungan kepatuhan minum obat dengan

prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat jalan di

poliklinik jiwa rumah sakit prof. Dr. Iratumbuysang manado [online 2015]:

volume 2 nomor 2. Dari http://gtgtgy7h8h8hgtfrdry7h.pdf

Kaunang, 2015, Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Prevalensi Kekambuhan

Pada Pasien Skizofrenia Yang Berobat Jalan Di Poli Klinik Jiwa Rs Manado.

Keliat Budi Ana, Akemat, Helena Novi, Hurhaeni Heni. 2015. Keperawatan

Kesehatan Jiwa Komunitas, Jakarta: EGC

Kusuma Farida, Hartono Yudi. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika

Lia Minarni, Jaka S. Sudagijono.2015. Jurnal Experientia Volume 3, Nomor 2

Oktober 2015

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

Magura , 2011, Faktor Associated With Medication Adherence Among Psychiatric

Outpatients At Substance Abuse Risk.

Nasir Abdul, Muhith Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika

Notoatmodjo soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Keperawatan Teknik analisis

data. Jakarta: Salemba Medika

Saputra, 2012, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi

Obat Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Jiwa Poli Rawat Jalan Rsjd

Surakarta

Souza, 2013, Bipolar Disordier And Medicaton: Adrence, Patients Knowledge And

Serum Monitoring Of Lithium Carbonate.

Suprayitno,H. 2010. Merawat klien gangguan jiwa.

http://ganafamily.blogspot.com/2010/12/gangguan-jiwa.html.[7april2015]

Videbeck, Sheila.2008 Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta

Yosep Iyus. 2008. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner

yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang

memenuhi kriteria penelitian.

kuesioner terdiri dari tiga bagian :

Bagian 1. kuesioner Data Demografi ( KDD )

Bagian 2. kuesioner untuk variable independen (kepatuhan obat).

Bagian 3. kuesioner untuk variable dependent (kekambuhan penderita gangguan jiwa)

Tanggal : Kode :

I.kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : Isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda check list

( √ ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda. Pertanyaan

ditujukan pada anggota keluarga yang merawat pasien :

1. Data penderita

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur :

Alamat :

2. Keluarga yang merawat pasien :

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur :

3. Pekerjaan Keluarga : PNS ABRI

Petani wiraswasta

Karyaswasta lainnya,Sebutkan

:……

4. Tingkat Pendidikan : tidak sekolah SD

SLTP SLTA

Akademi S1

lainnya,sebutkan :…………..

5. Pengeluaran untuk pasien dalam 1 bulan :

Lebih dari Rp. 500,000 Rp. 250.000 s/d 500.000,-

Rp. 100.000 s/d Rp. 2.500.000 Rp. 50.000 s/d 100.000,-

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

6. Hubungan dengan pasien : orang tua kakak

adik

Lainnya, Sebutkan : :

7. Sudah berapa lama pasien/ anggota keluarga mengalami sakit : < 5 tahun

> 5 tahun

II. Kuesioner Kepatuhan Minum Obat.

Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang

disediakan. Semua pernyataan di isi dengan satu jawaban.

Keterangan: Tidak Pernah / TP : tidak pernah dilakukan sama sekali

setiap hari

Jarang / JR : biasa dilakukan 6 hari sekali

Kadang-Kadang / KK : biasa dilakukan 3 hari sekali

Selalu / S : dilakukan secara rutin atau setiap hari

Sumber : Brainly.co.id, 2016

No Pertanyaan TP JR KK S

1. Klien meminum obat secara teratur tanpa di ingatkan

oleh keluarga

2. Klien meminum obat sesuai dengan dosis yang di

berikan dari puskesmas

3. Klien tidak menghentikan obat yang dikonsumsi

sebelum waktunya

4. KlIen mengetahui jadwal minum obat secara

mandiri

5. Klien merasa jenuh atau bosan minum obat

6. Keluarga mengingatkan klien dalam minum obat.

7. Keluarga mendampingi klien saat control

kePuskesmas

8. Keluarga diberi informasi secara detail tentang

cara minum obat

9. Keluarga mengajak klien untuk melakukan control

ulang

10. Dukungan keluarga terhadap pengobatan klien

sangat besar

11. Ketidakpatuhan minum obat pada klien karena

kurangnya pengawasan dirumah

12. Alat transportasi umum yang digunakan untuk

mengunjungi Puskesmas tidak lancar

13. Klien tidak patuh mengkonsumsi obatnya karena

tidak mengerti instruksi penggunaan obat

14. Klien malas kotrol karena keluarga tidak

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

mempunyai kendaraan

15. Kesembuhan klien tidak diharapkan oleh

keluarga klien

16. Klien minum obat secara teratur karena dibantu

adanya pemberian label pada setiap kemasan obat

17.

Penjelasan yang diberikan tentang cara minum

obat,efek samping obat, dan jadwal control tidak

mudah dipahami

18. Klien tidak diberi tahu kapan responden kontrol

kembali

19. Klien / keluarga klien tidak menebus resep obatnya

karena harga obat terlalu mahal

III. Kuesioner Kekambuhan Gangguan Jiwa

Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang

disediakan. Semua pernyataan di isi dengan satu jawaban.

Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

No Pertanyaan STS TS S SS

1. Klen mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan

setelah pulang dari rumah sakit jiwa

2. Klien sering mengalami perlakuan yang tidak

menyenangkan dalam pekerjaan

3. Perhatian keluarga klien dalam proses kesembuhan

klien sangat tinggi

4. Perhatian dari keluarga kurang dalam mengatasi

kekambuhan

5.

klien merasa instruksi yang diberikan terlalu

banyak sehingga klien tidak mampu mengingatnya

dengan baik

6. Klien selalu tidak tahu jika tanda-tanda kesadaran klien

meningkat atau mengalami kekambuhan

7.

klien tidak paham dengan penjelasan dari

pelayanan kesehatan karena menggunakan kata

tidak dimengerti

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian

8. Keluarga menganggap penyakit klien memalukan.

9.

Klien tidak menuruti instruksi yang diberikan

karena sikap dari pelayanan kesehatan yang tidak

sopan

10.

Klien malas kontrol ulang ke rumah sakit karena

saya jenuh menunggu antrian berobat di

Puskesmas

11. Keluarga tidak paham mengenai penyakit yang

diderita karena pendidikan yang rendah

12. Pikiran klien selalu tidak stabil

13. Kemampuan klien dalam mengadakan hubungan

dengan lingkungan susah

14. Keluarga klien mengadakan pembatasan terhadap

lingkungan serta klien itu sender

15. Keinginan klien dalam mendapatkan sesuatu selalu

dipertimbangan oleh keluarga

16. Keinginan klien dalam proses kesembuhannya

tinggi

17. Emosi klien selalu tidak stabil

18. Kekambuhan klien terjadi akibat pengalaman yang

buruk dari klien

19.

Klien merasa jengkel apabila menunggu lama

untuk bertemu dengan dokter Klien malas kontrol

ulang ke Puskesmas karena jauh

20. Gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan

jiwa klien

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian
Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian
Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN …repo.stikesperintis.ac.id/352/1/41 ROZI HAMDANI.pdf · Puskesmas Sicincin Tahun 2017. Saran dalam penelitian ini adalahHasil penelitian