SKRIPSI HENRY - Rev. Pasca-Yuduisium coba bookmarkeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5170/3/BAB...
Transcript of SKRIPSI HENRY - Rev. Pasca-Yuduisium coba bookmarkeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5170/3/BAB...
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kwetiau
Mie beras atau kwetiau sangat terkenal di Indonesia, Malaysia, Singapura
dan Thailand. Penyajian kwetiau umumnya digoreng atau bisa juga disajikan
secara segar bersama saus atau pasta cabai. Jenis hidangan yang menggunakan
mie beras meliputi char kway teow, chee cheong fun, char hor fun dan pad thai.
Kwetiau adalah sejenis mie yang terbuat dari tepung beras, berwarna putih dengan
lebar 1 (satu) cm, disajikan dalam bentuk olahan yang digoreng maupun dimasak
kuah. Kwetiau cukup popular di Indonesia, terutama pada tempat yang banyak
dihuni warga keturunan Tionghua. Kwetiau umumnya disajikan dengan cara
dimasak menggunakan minyak yang banyak sehingga kwetiau dianggap makanan
yang tidak sehat akibat kandungan karbohidrat dan lemaknya yang tinggi.
Kwetiau yang kaya akan kalori ini hanya cocok untuk orang yang banyak
membutuhkan tenaga tetapi tidak cocok untuk orang yang memiliki penyakit
seperti diabetes, obesitas dan yang memerlukan perlakuan khusus untuk
kesehatannya. Kwetiau basah juga memiliki umur simpan yang rendah yaitu
hanya 1-2 hari pada suhu ruang. Untuk meningkatkan umur simpan, di pasaran
banyak pedagang kwetiau yang menambahkan formalin atau boraks yang
penggunaanya dilarang karena berbahaya bagi kesehatan (Meiliena, 2015).
Terdapat dua jenis kwetiau, yaitu kwetiau basah dan kwetiua kering.
Kwetiau kering adalah kwetiau basah yang dikeringkan. Dalam proses pembuatan
kwetiau dapat ditambahkan bahan lain seperti wortel, bayam, bit, kacang kedelai,
kacang hijau dan ubi (Suyanti, 2009). Kwetiau berarti seutas kue. Disebut kwe
atau kue karena kwetiau dibuat dari adonan tepung beras yang dikukus dan
5
dipotong-poton menjadi tiau (seutas tali). Bentuknya pipih dan lebar serta
warnanya putih (Tim Dapur Demedia, 2010).
Menurut Hardoko (2013), proses pembuatan kwetiau basah dengan metode
pengukusan dapat dilihat melalui diagram alir berikut ini:
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Kwetiau
Kandungan gizi kwetiau untuk ukuran porsi 100 gram (g), dimana setiap
100 gram terdapat kalori sebesar 175 kkal. Secara rinci total kalori ini terdiri dari
karbohidrat sebanyak 55%, lemak sebanyak 33% dan protein sebanyak 12%.
Tepung Beras
Penambahan dengan tepung tapioka dan pelarutan dengan air
Adonan kwetiau encer
Penuangan ke wadah aluminium atau loyang
Pengukusan selama 5 menit
Lapisan adonan kwetiau
Pendinginan lapisan kwetiau
Penggulungan lapisan kwetiau
Pemotongan dengan lebar 1 cm
Kwetiau segar
6
Maka dalam kwetiau 100 gram terdapat karbohidrat 23,76 gram, lemak 6,37 gram
dan protein 5,05 gram. Jumlah kalori yang terdapat dalam kwetiau ini merupakan
9% dari AKG berdasarkan AKG dari 2000 kalori (Anonim, 2008).
Berikut adalah kualitas mie basah menurut SNI 01-2987-1992 yang dapat
dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Syarat Mutu Mi Basah
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1
Keadaan : 1.1 Rasa 1.2 Bau 1.3 Warna
- Normal Normal Normal
2 Kadar Air % b/b 20-35 3 Kadar Abu % b/b Maks.3 4 Kadar Protein % b/b Min.3
5
Bahan Tambahan Pangan
5.1 Boraks dan asam borat
5.2 Pewarna 5.3 Formalin
-
Tidak boleh ada sesuai SNI-0222-M dan Peraturan MenKes.No.722/Men.Kes
/Per/IX/88
6
Cemaran logam :
6.1 Timbal (Pb)
6.2 Tembaga (Cu)
6.3 Seng (Zn)
6.4 Raksa (Hg)
Mg/kg
Maks. 1.0
Maks. 10.0 Maks. 40.0 Maks. 0.05
7 Arsen (As) Mg/kg Maks.0.05
8
Cemaran mikroba : 8.1 Angka
lempeng total 8.2 E. coli 8.3 Kapang
Koloni/g APM/g
Koloni/g
Maks. 1.0 x 106 Maks. 10
Maks. 1.0 x 104
Sumber: Anonim,1992.
7
1. Bahan
a. Tepung Beras
Tepung beras bisa digunakan untuk membuat berbagai makanan.
Tepung beras dibuat dengan cara menggiling beras putih sampai pada
tingkat kehalusan tertentu. Kandungan gizi yang terdapat pada beras antara
lain : karbohidrat yang terdapat pada pati ±80%, protein ±15%, lemak 5%
dan air 5%. Biasanya tepung beras digunakan dalam pembuatan kue
tradisional yang kebanyakan merupakan kue basah seperti nagasari, lapis,
dan sebagainya. Akan tetapi sekarang tepung beras pun sering digunakan
untuk membuat cake atau kue kering. Kue kering yang dihasilkan dri
tepung beras rasanya lebih renyah dan lebih pada jika dibandingkan
dengan tepung terigu. Hal ini disebabkan karena kandungan lemak dan
protein tepung beras yang lebih rendah dibandingkan tepung terigu
(Purnomowati, 2008).
Tepung beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti
bihun dan bakmi, macaroni, aneka snacks, aneka kue kering (“cookies”),
biscuit, “crackers”, makanan bayi, makanan sapihan untuk balita, tepung
campuran (“composite flour”) dan sebagainya. Tepung beras juga banyak
digunakan dalam pembuatan “pudding micxture” atau “custard”. Standar
mutu tepung beras ditentukan menurut Standar Industri Indonesia (SII).
Syarat mutu tepung beras yang baik adalah : kadar air maksimum 10%,
kadar abu maksimum 1%, bebas dari logam berbahaya, serangga, jamur,
serta dengan bau dan rasa yang normal. Di Amerika, dikenal dua jenis
tepung beras, yaitu tepung beras ketan dan tepung beras biasa. Tepung
ketan mempunyai mutu lebih tinggi jika digunakan sebagai pengental susu,
8
pudding dan makanan ringan. Proses pembuatan tepung beras dimulai
dengan penepungan kering dilanjutkan dengan penepungan beras basah
(beras direndam dalam air semalam, ditiriskan, dan ditepungkan). Alat
penepung yang digunakan adalah secara tradisional (alu, lesung, kincir air)
dan mesin penepung seperti hammer mill dan disc mill . Proses pembuatan
tepung beras dapat dilhat dengan jelas pada diagram alir berikut ini.
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Beras
Formulasi makanan berbahan dasar pati dan tepung sangat umum
ditemukan pada makanan tradisional Indonesia. Tepung dan pati yang
umum digunakan berasal dari beras, ketan, terigu dan singkong. Pada
Beras
Penggilingan kering
Perendaman selama semalam
Pentirisan dan Pengeringan
Penggilingan Basah
Pengeringan
Tepung Beras
9
formulasi dasar makanan tradisional, pati dan tepung sering
dikombinasikan dengan garam dan protein telur. Komposisi tertentu dari
jenis pati yang berbeda dan interaksi antar-bahan merupakan hal penting
yang menentukan sifat pemasakan dan karakter tekstur dari suatu
makanan. Pengetahuan tentang interaksi bahan sangat diperlukan untuk
mengembangkan desain proses dalam rangka mendapatkan tekstur yang
diinginkan atau memprediksi perubahan tekstur dengan perubahan
komposisi bahan. Tepung beras membentuk tekstur yang lembut, tetapi
tidak lengket saat dimasak. Pati beras memberikan tampilan opaque atau
tidak bening setelah proses pemasakan. Proses gelatinisasi akan terjadi
ketika pati dipanaskan. Beberapa double helix fraksi amilopektin
merenggang dan terlepas saat ada ikatan hidrogen yang terputus. Jika suhu
yang lebih tinggi diberikan, ikatan hidrogen akan semakin banyak yang
terputus, menyebabkan air terserap masuk ke dalam granula pati. Pada
proses ini, molekul amilosa terlepas ke fase air yang menyelimuti granula,
sehingga struktur dari granula pati menjadi lebih terbuka, dan lebih banyak
air yang masuk ke dalam granula, menyebabkan granula membengkak dan
volumenya meningkat. Molekul air kemudian membentuk ikatan hidrogen
dengan gugus hidroksil gula dari molekul amilosa dan amilopektin. Bagian
luar granula, jumlah air bebas menjadi berkurang, sedangkan jumlah
amilosa yang terlepas meningkat. Molekul amilosa cenderung untuk
meninggalkan granula karena strukturnya lebih pendek dan mudah larut.
Mekanisme ini yang menjelaskan bahwa larutan pati yang dipanaskan
akan lebih kental (Imanningsih, 2012).
10
b. Sari Melon Hijau
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah semusim yang
berasal dari lembah Persia, Mediterania. Dari daerah asalnya melon
kemudian menyebar ke daerah Eropa dan Timur Tengah. Pada abad ke-14,
Colombus membawa tanaman ini ke Amerika, yang keudian banyak
tumbuh di daerah California, Texas dan Colorado. Selain Colombus,
bangsa Moor juga banyak berjasa mengembangkan tanaman ini. Melon
kemudian megalami perkembangan jenis di Jepang, Cina, India, Spanyol,
Uzbekistan dan Iran. Melon mulai masuk ke Indonesia dan dibudidayakan
pada tahun 1970. Pada saat itu, melon menjadi buah yang bergensi tinggi
dan sangat mahal. Konsumenya pun terbatas dimana hanya orang
berekonomi tinggi yang mengkonsumsinya. Buah melon sekarang sudah
bisa dinikmati semua kalangan dan sudah dibudidayakan secar luas di
Indonesia. Kalianda (Lampung) dan Cisarua (Bogor) merupakan daerah
pertama yang mengembangbiakkan buah ini secara serius. Selanjutnya,
daerah Ngawi dan Madiun (Jawa Timur) serta Boyolali dan Klaten (Jawa
Tengah) menjadi sentra penghasil melon yang cukup dominan (Redaksi
Agromedia, 2007).
Buah melon berbentuk bulat besar dengan kulit kasar. Jenis melon di
pasaran dapat terlihat dari warna daging buahnya yang berbeda. Ada yang
bewarna hijau dan rasanya sangat manis, jenis itu disebut honey melon.
Canteloupe merupakan jenis melon yang daging buahnya bewarna orange.
Secara umum melon memiliki rasa manis dan mengandung banyak air.
Melon sangat cocok untuk dibuat jus atau dicampur dengan susu menjadi
shake melon. Kandungan satu cangkir melon terdiri atas 61,9 kkal,
11
Vitamin A 569 RE dan Vitamin C 74,6 mg. Manfaatnya adalah sebagai
antioksidan, antikanker, menambah kalori, mengobati dehidrasi dan
melancarkan buang air besar (Sekarindah dan Rozaline, 2008).
Daging buah melon cukup tebal. Ada yang bewarna putih dan
oranye. Rasa buahnya manis dan segar karena mengandung banyak air.
Terdapat banyak manfaat yang bisa diperoleh dari melon antara lain
menurunkan kadar kolesterol, antikanker, mengatasi demam, mengobati
penyakit jantung dan stroke, membersihkan sistem sirkulasi darah,
membersihkan kulit, antioksidan, serta melancarkan sistem pencernaan
dan konstipasi. Hal inilah membuat melon menjadi sangat spesial karena
kaya manfaat sehingga baik untuk dikonsumsi (Rusilanti, 2007).
Pemanfaatan buah melon cukup banyak dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari baik dimakan langsung ataupun diolah. Melon sangat cocok
diolah menjadi jus, sirup, selai, shake, dan juga diambil sarinya karena
rasa manis dan segarnya serta kandungan airnya yang sangat tinggi. Dalam
olahan pangan, sari buah bisa berfungsi sebagai perasa, pewarna, dan
peningkat nilai gizi (Ayustaningawrno, 2014). Pada olahan pangan
khususnya produksi sari melon kemasan memiliki cara sendir dalam
membuatnya. Melon yang dipilih adalah melon yang matang optimal dan
tidak busuk. Daging buah kemudian dipotong-potong dan diblender
menjadi bubur buah lalu ditambahkan air dengan perbandingan 1 banding
3. Setelah diaduk semua kemudian disaring dengan penyaring steril lalu
dimasukkan bahan tambahan yakni gula, asam sitrat, dan CMC dan diaduk
merata. Kemudian sari buah dimasak sampai suhu 80oC selama 10 menit
12
sampai terus diaduk lalu ditambahkan potasium sorbat dengan sedikit air
hingga merata setalah itu sari buah melon siap untuk dikemas. Proses
pembuatan sari buah melon dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Sari Buah Melon Kemasan (Suyanti, 2010)
Buah Melon
Pemotongan menjadi ukuran kecil
Penghancuran buah dengan blender
Bubur buah
Penambahan air dengan perbandingan 1:3
Penyaringan
Sari melon encer
Pemasakan sampai suhu 800C selama 10 menit
Penambahan gula,asam sitrat dan CMC
Sari buah melon kemasan
Penambahan potasium sorbat dan sedikit air
13
Melon memiliki pembentuk antioksidan yang sangat tinggi. Inilah
yang kemudian oleh Milesi disebut sebagai modal utama untuk
membebaskan diri dari stres. Melon juga menjaga tekanan darah agar tetap
stabil, memperkecil resiko terkena batu ginjal, mencegah kanker dan
menjaga agar ritme jantung tetap stabil. Ini semua berkat vitamin A, B, B3,
B6, dan C yang ada dalam melon. Nilau plus buah dengan warna cerah ini
juga aya akan protein, serat dan asam sitrat. Di dalam melon juga
terkandung karbohidrat tapi kadar kalorinya tidak terlalu tinggi yaitu
hanya 35 kalori per 100 gram (Siagian, 2012).
Reaksi pencoklatan dapat terjadi melalui dua prosesyaitu proses
pencoklatan enzymatic, disebabkan adanya enzim PPO dan tirosin yang
berperan sebagai substrat sedangkan proses non enzimatis disebabkan
karena reaksi Meillard , karamelisasi atau oksidasi asam askorbat
(Richardson, 1983). Proses browning enzimatis disebabkan karena adanya
aktivitas enzim pada bahan pangan segar, seperti pada susu segar, buah-
buahan dan sayuran. Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang
banyak mengandung substrat fenolik, di samping katekin dan turunnya
seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosiain dapat
menjadi substrat proses pencoklatan. Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan
tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan secara mekanis yang
dapat menyebabkan kerusakan integritas jaringan tanaman. Hal ini
menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat yang biasanya
merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik (Arsa, 2016).
14
2. Proses
Menurut Pratiwi (2019), pengukusan (steaming) adalah memasak bahan
makanan dengan uap air mendidih. Bahan makanan diletakkan pada steamer
atau pengukus, kemudian uap air panas akan mengalir ke sekeliling bahan
makanan yang sedang dikukus. Pemasakan dilakukan untuk menghasilkan
tekstur bahan pangan menjadi lunak dan porous. Pemasakan dapat dilakukan
dengan cara pengukusan atau perebusan. Pemasakan dengan cara pengukusan
memiliki keuntungan yaitu berkurangnya komponen yang mudah menguap
(volatile) dari proses oksidasi dan hidrolisa yang dapat menyebabkan
perubahan flavour dan warna (Suharman, 2018).
Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan
enzim yang akan mengubah warna, cita rasa maupun nilai gizi. Pengukusan
dilakukan dengan suhu air lebih tinggi dari 66oC tetapi kurang dari 82oC.
Pengukusan akan menurunkan nilai gizi, namun tidak sebesar pada proses
perebusan. Pemanasan pada proses pengukusan kadang tidak merata karena
bahan makanan di bagian tepi tumpukan biasanya mengalami pengukusan
berlebihan , sementara pengukusan di bagian tengah mengalami pengukusan
lebih sedikit. Pengukusan juga sering di lakukan di industri sebelum proses
pengalengan bertujuan untuk menonaktifkan enzim, bukan untuk membunuh
mikroba (Laily, 2010).
B. Antioksidan
Radikal bebas baik dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh menjadi tugas
bagi antioksidan untuk menghalaunya. Radikal bebas di luar tubuh, seperti polusi
dan stres, juga mempengaruhi oksidasi dalam tubuh. Sebab radikal bebas yang
15
dari luar tubuh bisa masuk hingga ke jaringan organ tubuh. Radikal bebas dari
luar tubuh mampu mencederai jaringan sel-sel jantung dan pembuluh darah
hingga kita berisiko mengalami peningkatan lemak jenuh dalam tubuh, serta
munculnya plak-plak yang membuat aliran darah tersendat untuk sampai ke
jantung. Penjelasan singkatnya stroke hingga serangan jantung. Hal inilah yang
membuat antioksidan memiliki tugas yang sangat penting. Antioksidan yang
diproduksi alami oleh tubuh menjadi lebih optimal bila mengonsumsi makanan-
makanan sehat seperti buah san sayuran. Zat warna alami yang ada dalam bahan
makanan menjadi acuan seberapa banyak antioksidan dapat kita suplai untuk
tubuh. Warna-warna itulah yang menunjukkan adanya antioxidant superoxide
dismutase enzymes atau enzim antioksidan. Enzim inilah yang akan mempercepat
proses pembentukan molekul antioksidan. Semakin cerah warna buah atau sayur
yang kita pilih, maka kandungan antioksidannya semakin tinggi. Polifenol yang
ada dalam buah dan sayur sebenarnya membentuk kombinasi A,C,E dan selenium.
Kandungan betakarotin dalam vitamin A membuat buah dan sayur kaya salah
bentuk antioksidan yang bewarna oranye. Vitamin C atau asam askorbat adalah
antioksidan yang ditandai dengan rasa asam. Untuk vitamin E, yang nama
asalanya gabungan dari tokoferol dan tokotrienol adalah antioksidan yang paling
mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan selenium adalah mineral yang secara
alamiah memproduksi antioksidan yang khusus bekerja memperlambat oksidasi
lemak tak jenuh ganda sehingga organ-organ tubuh tetap terjaga keelastisannya.
Kombinasi vitamin E dan selenium dapat membentuk sistem imun yang kuat
(Siagian, 2012).
16
Reaksi oksidasi terjadi setiap saat bahkan ketika bernapas pun terjadi reaksi
oksidasi. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif,
yang dapat merusak struktur serta fungsi sel. Namun, reaktivitas radikal bebas itu
dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh.
Di sisi lain terjadi booming produk makanan dan minuman yang berlabel
antioksidan dan dikatakan dapat mlawan kerja radikal bebas. Produk-produk ini
dijual dengan harga cukup mahal. Padahal, kompone antioksidan terdapat di alam
secara melimpah, baik dalam sayur-sayuran maupun buah-buahan. Kebanyakan
orang tidak memahami apa yang dimaksud antioksidan, jenis, kegunaan dan
bahan yang mengandungnya (Winarsi, 2007).
Melon mengandung antikoagulan yang disebut juga dengan adenosine, zat
tersebut mampu menghentikan penggumpalan darah dalam tubuh yang bisa
berakibat memicu timbulnya stroke. Melon mengandung Vitamin C dalam jumlah
yang melimpah. Selain bermanfaat mengobati sariawan, menghaluskan kulit dan
meningkatkan imunitas tubuh, Vitamin C juga berperan sebagai antioksidan
pelindung tubuh dari serangan radikal bebas penyebab kanker dan penyakit
jantung. Tak hanya itu, daging buah melon yang dijus juga mengandung asam
elegat, senyawa fitokimia berefek antioksidan yang ampuh menggempur bibit sel
kanker dan membantu menormalkan tekanan darah (Pangkalan Ide, 2013).
Jenis-jenis antioksidan penting yang diperlukan oleh tubuh antara lain
alfakaroten (alpha-carotene), betakaroten (beta-carotene), cryptoxanthin, lutein,
likopen (lycopene) dan zeaxathin. Alfakaroten bisa diubah menjadi Vitamin A jika
diperlukan oleh tubuh . Antioksidan ini sangat kuat dan membantu melindungi
mata, kulit, hati, dan paru-paru dari kerusakan oleh radkal bebas yang banyak
17
ditemukan dalam wortel dan labu dan juga dapat ditemukan dlam bentuk
suplemen. Betakaroten, sama halnya seperti alfakaroten juga diubah menjadi
Vitamin A berfungsi menjaga sistem kekebalan tubuh tetap sehat, mencegah
serangan jantung, arteriosklerosis dan stroke. Antioksidan ini ditemukan dalam
berbagai buah-buahan dan sayuran bewarna cerah seperti aprikot, melon, wortel,
buah persik, bayam, brokoli, dan mangga. Cryptoxanthin juga diubah menjadi
Vitamin A oleh tubuh dimana kebiasaan merokok dapat menyebabkan penurunan
tingkat cryptoxanthin dalam tubuh dan jenis ini banyak ditemukan pada jeruk,
peach, dan pepaya. Kemudian, lutein yang berperan penting untuk melindungi
mata dan bisa ditemukan pada sayuran hijua seperti bayam dan kangkung. Jenis
likopen tidak diubah menjadi Vitamin A dan dianggap sebagai antioksidan yang
lebih kuat dari betakaroten dimana banyak ditemukan pada buah dan sayurn
bewarna merah seperti tomat dan semangka. Jenis terakhir adalah zeaxathin yang
berfungsi melindungi mata serta menghancurkan dan mencegah pertumbuhan
berbagai sel tumor (Anonim, 2018).
Melon rendah kalori tetapi kaya akan senyawa poli-fenolik, vitamin dan
mineral. Buah melon merupakan sumber vitamin A (100 g memberikan 3382 IU
atau 112% dari tingkat harian yang direkomendasikan) salah satu yang teringgi di
antara buah cucurbita. Vitamin A merupakan antioksidan kuat dan sangat penting
untuk penglihatan yang sehat. Buah melon kaya akan antioksidan flavonoid
seperti beta-karoten, lutein, zea-xanthin dan cryptoxanthin. Antioksidan ini
memiliki kemampuan untuk membantu melindungi sel-sel dan struktur lainnya
dalam tubuh dari raduka bebas oksigen dan karenanya, menawarkan perlindungan
terhadapa usus besar, prostat, payudara, endometrium, paru-paru dan kanker
18
pankreas. Buah juga mengandung vitamin B-komleks, vitamin C dan mineral
seperti mangan yang digunakan sebagai kofaktor untuk enzim antioksidan
(Umesh, 2009 via Jannah, 2016).
C. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya
perubahan yang dikenhendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan
formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk
pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk (Ayustaningwarno,
2014).
Uji sensoris yang dilakukan meliputi rasa, aroma, tekstur dan
warna.Pengujian menggunakan uji skala hedonic yang terdiri dari 5 nilai dengan 5
pernyataan (sangat tidak suka hingga sangat suka).Pengujian dilakukan dengan
memberikan secara acak 9 macam sampel yang masing-masing telah diberi kode
berbeda kepada 20 panelis. Selanjutnya panelis diminta memberikan penilaian
terhadap sampel sesuai skala hedonik yang ada (Kartikasari, 2014).
19
D. Uji Antioksidan
Metode yang umum digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan yaitu
metode deoksiribosa, metode DPPH (2,2- diphenyl - 1- picrylhydrazil), metode
ABTS (2,2’-Azinobis(3-ethylbenzthiazoline)-6-sulfonic acid), dan metode FRAP
(Ferric Reducing Antioxidant Power). Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan
dengan metode deoksiribosa yaitu degradasi deoksiribosa oleh radikal hidroksil
menghasilkan produk berupa karbonil yang dapat membentuk malonaldehid
melalui pemanasan.Malonaldehid dapat dideteksi secara spektrofotometrik karena
membentuk kompleks warna merah muda dengan asam tiobarbiturat (TBA).
Adanya komponen dalam sampel yang dapat berikatan dengan radikal hidroksil
akan mengurangi degradasi deoksiribosa sehingga malonaldehid yang terbentuk
berkurang. Metode ABTS merupakan metode pengukuran antioksidan
menggunakan radikal kation metastabil.Senyawa ABTS yang terakumulasi
dihambat oleh antioksidan dan diukur secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 734 nm dengan pembanding Trolox.Metode ini banyak digunakan
untuk mengukur antioksidan pada senyawa murni dan cairan tubuh. Metode
FRAP didasarkan pada reduksi Fe3+dalam kompleks Fe(TPTZ)3+ menjadi
kompleks Fe(TPTZ)2+ berwarna biru oleh antioksidan pada media asam. Warna
biru terukur pada panjang gelombang 593 nm dan dinyatakan sebagai milimolar
ekuivalen Fe 2+. Metode ini digunakan untuk pengukuran antioksidan dalam
plasma (Supatmi, 2017).
20
Gambar 4. Reaksi antara radikal DPPH dan Antioksidan
Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan Metode DPPH atau
Diphenylpicrylhydrazyl pertama kali dilaporkan oleh Blois pada tahun 1958.
Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH pada prinsipnya adalah mengukur
terjadinya pemudaran warna dari radikal DPPH akibat adanya antioksidan yang
dapat menetralkan molekul radikal bebas. Jadi, radikal DPPH yang sebelumnya
berwarna akan kehilangan warnanya jika ada antioksidan, karena antioksidan akan
menyumbangkan elektronnya kepada radikal DPPH, sehingga radikal yang
sebelumnya tidak stabil (akibat adanya elektron yang tidak berpasangan) menjadi
stabil (electron di radikal bebas kini menjadi berpasangan karena mendapat
sumbangan electron dari antioksidan). Pada dasarnya, karakteristik antioksidan
adalah mudah untuk menyumbangkan elektron, semakin mudah memberikan
elektron maka sifat antioksidannya semakin kuat. Radikal DPPH merupakan
chromogen (memiliki warna) yang dapat menyerap kuat sinar pada panjang
gelombang antara 515 dan 528 nm. Saat radikal DPPH bertemu dengan senyawa
21
yang mudah untuk menyumbangkan elektron, seperti antioksidan, maka akan
bereaksi dan berubah menjadi senyawa diphenylpicrylhydrazine yang berwarna
kuning pucat. Di saat yang sama, absorbansinya pada panjang gelombang antara
515 dan 528 nm juga akan berkurang akibat hilangnya sinyal resonansi
paramagnetic dari electron atau Electron Paramagnetic Resonance (EPR) radikal
bebas. Pengurangan absorbansi itu linear dengan pengurangan jumlah radikal
bebas yang distabilkan oleh antioksidan, dan pengurangan absorbansi itu diukur
dengan menggunakan Spektrofotometer (Anonim, 2018).
Menurut Idris (2011), buah melon (Cucumis melo Linn.) mengandung
kadar betakaroten sebesar 57,133 g/g. Ini menunjukkan bahwa kadar betakaroten
yang terdapat dalam buah melon tersebut tergolong cukup tinggi sehingga melon
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber Vitamin A dan dapat
menunjang kebutuhan gizi sehari-hari. Sedangkan untuk penentuan aktivitas
antioksidan diperoleh nilai IC 50 sebesar 522,39 bpj. Kadar betakaroten dalam
buah melon ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis serta
menentukan aktivitas antioksidan dari buah melon berdasarkan nilai IC 50.
E. Hipotesis
Penambahan sari melon dengan kosentrasi yang berbeda dan lama
pengukusan yang berbeda diduga dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan
tingkat kesukaan kwetiau.