SKRIPSI HALAMANJUDUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9904/1/001... · 2020. 11. 11. · i...

98
i PENDIDIKAN NILAI-NILAI PLURALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA DI SMA N 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2020/2021 SKRIPSI HALAMAN JUDUL Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Amalia Ullayya Athifah NIM 23010150305 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Transcript of SKRIPSI HALAMANJUDUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9904/1/001... · 2020. 11. 11. · i...

  • i

    PENDIDIKAN NILAI-NILAI PLURALISME MELALUI

    PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    PADA SISWA DI SMA N 1 BRINGIN

    TAHUN PELAJARAN 2020/2021

    SKRIPSIHALAMAN JUDUL

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    Amalia Ullayya Athifah

    NIM 23010150305

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2020

  • ii

    HALAMAN BERLOGO

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGH. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I.Dosen IAIN SalatigaPersetujuan Pembimbing

    Hal : Naskah SkripsiLamp : 4 eksemplarSaudara : Amalia Ullayya Athifah

    KepadaYth.Dekan FTIK IAIN SalatigaDi Salatiga

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:

    Nama : Amalia Ullayya Athifah

    NIM : 23010150305

    Program Studi : PAI

    Judul :Pendidikan Nilai-Nilai Pluralisme MelaluiPembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa diSMA N 1 Bringin Tahun Pelajaran 2020/2021

    dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segeradimunaqosyahkan.

    Demikian agar menjadi perhatian.

    Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

    Salatiga, 15 Oktober 2020

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUANJl. Lingkar Salatiga Km. 02 Salatiga Telp. (0298)6031364

    Website:www.iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]

    SKRIPSI

    PENDIDIKAN NILAI-NILAI PLURALISMEMELALUI

    PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA

    DI SMA N 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2020/2021

    Disusun Oleh

    AMALIA ULLAYYA ATHIFAH

    NIM: 23010150305

    LEMBAR PENGESAHANTelah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Program Studi

    Pendidikan Guru Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tahun 2020 dan telah dinyatakan

    memenui syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

    Susunan Panitia Penguji

    Ketua Penguji :

    Sekretaris :

    Penguji I :

    Penguji II :

    Salatiga,MengetahuiDekan,

    Prof. Dr. Mansur, M.Ag.NIP. 19680613 1994031 004

    http://www.iainsalatiga.ac.idmailto:[email protected]

  • v

    KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Amalia Ullayya Athifah

    NIM : 23010150305

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

    orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

    etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN

    Salatiga.

    Salatiga, 15 Oktober 2020

    Yang Menyatakan

    Amalia Ullayya Athifah

    NIM. 23010150305

  • vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    ��� �ِ翿��Ϝ�˸ � 敬 �潬�湯�˸ ��䀀ِ� ِ �� ِϡ �� �Ϯ �

    �⺁ِ 敬�潬�湯�� �䀀 ϡ�˸ِ�...MOTTO“...dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah

    berputus asa dari rahmatAllah kecuali orang-orang yang kafir”

    (Q.S. Yusuf: 87)

    Puji syukur khadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, skripsi ini penulis

    mempersembahkan kepada:

    1. Bapakku Muhammad Syaifudin dan Ibuku Wahyu Sri Anggraeni yang

    selalu mendo’akan di sepertiga malam dan sujudnya, mendampingi,

    memberikan support moril maupun materil, senantiasa bersabar dalam

    mendidik, selalu membuka lebar-lebar pintu maafnya atas segala

    kecerobohanku, dan berkorban untukku, serta memberikan curahan kasih

    sayang yang tidak akan mungkin bisa tergantikan.

    2. Kakak-kakakku Jihan Hakim & Inna Rotuduja, Annisa Indah Nurina &

    Pujangga Barasta Hangkara, Lutfi Irza Farabi & Intan Wulan Sari, serta

    adikku Salsabila Sifa Az Zahra, juga keponakan-keponakan gemesku

    mbak Yaya, mbak Hanna, mas Malik, dan mas Dzafran yang selalu

    menyayangiku dan memberi tawa kebahagiaan di rumah.

    3. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan.

    4. Dosen Pembimbing H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I. yang telah

    berkenan secara ikhlas dan sabar memberikan ilmu serta meluangkan

    waktunya untuk membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Sahabat sekaligus keluarga cringe ku; Yunita Nur Indah Sari, Elsa

    Khusnul Khotimah, Sri Mulyani, Fatih Kumalasari, Oktaviyanti Anwar,

  • vii

    Adinda Mahani, yang selalu membuatku bersyukur telah diberi

    kesempatan oleh-Nya untuk mengenal, bersahabat dan bersaudara dengan

    mereka semua.

    6. Saudara se-ngeband (Iqbal, Maul, Fachrudin, Mad Chamis) yang selalu

    memberi dukungan juga banyak pengalaman terutama dalam bermusik.

    7. Keluargaku angkatan Ovedio tercinta.

    8. Keluarga besar SMC yang bersedia menjadi wadah untuk senantiasa

    berkarya, mencari pengalaman, menghadapi masalah, dan

    mengembangkan bakat dalam dunia musik.

    9. Sahabatku Puji Listiani dan Fuzia Ulfa yang selalu memberi support, dan

    perhatiannya dalam proses pembuatan skripsi ini.

    10. Keluarga besar Al-Huda dan MTs Al-Ikhsan. Terutama sahabat dari

    belasan tahun lalu; Dinda, Intan dan April.

    11. Keluarga besar Bustanul Muta’alimin dan SMA N 1 Bringin.

    12. Teman-teman PPL (Yunita, Mala, Nency, Niktan, Yusnita, Kufa, Bastian,

    Roziq, Hilmi, Sendy, Sigit,) yang selalu memberikan pelajaran dalam

    menghadapi siswa, teman tawa selama di sekolah. Keluarga KKNku

    (Hikmah, Mak Ros, mbak Ambar, Cici, Widi, Pak Mul, Pak Teguh) yang

    dengan kebaikan mereka mau untuk menjadi teman diskusi, teman kerja,

    teman rumah selama 45 hari, sekaligus teman yang memberikan

    pengalaman yang amat banyak untukku dalam hidup bermasyarakat.

    13. Seluruh teman-teman kelas H, yang sudah menjadi teman-teman kelas

    pertamaku ketika masuk IAIN Salatiga.

    14. Almamater tercinta.

  • viii

    15. Pembaca yang budiman.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmannirrahim

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah

    melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada

    junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan yang

    adil dan benar.

    Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi kewajiban dan syarat

    guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi yang penulis

    angkat adalah “Pendidikan Nilai-Nilai Pluralisme Melalui Pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SMA N 1 Bringin Tahun Pelajaran

    2020/2021”.

    Penulis skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu

    dan memberikan dukungan. Maka dengan penuh kerendahan hati, penulis

    mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

    3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Agama Islam IAIN Salatiga

    4. Bapak H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I. selaku Dosen Pembimbing

    yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar dalam meluangkan waktu,

    memberikan ilmu serta mencurahkan tenaganya memberi bimbingan dan

  • x

    pengarahan sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga

    terselesaikannya skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi

    Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

    penulis hingga studi ini dapat selesai.

    6. Ibu Rr. Tri Widiyastuti, S.Pd. selaku kepala sekolah SMA N 1 Bringin yang

    telah bekerjasama dengan penulis.

    7. Bapak Mudiono, S. Pd. selaku guru Kimia dan wakil kepala sekolah SMA N

    1 Bringin yang telah bekerjasama dengan penulis.

    8. Seluruh responden yang telah membantu, dan memberikan banyak

    informasi yang bermanfaat.

    9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

    membantu dalam penulisan skripsi ini.

    Semoga kebaikan dan amal mereka mendapat balasan Allah SWT. Penulis

    sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik

    dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada

    umumnya, dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia

    pendidikan.

    Salatiga, 13 Oktober 2020

    Penulis,

  • xi

    ABSTRAK

    Athifah, Amalia Ullayya. 2020. Pendidikan Nilai-Nilia Pluralisme MelaluiPembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa di SMA N 1 Bringin TahunPelajaran 2020/2021. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ProgramStudi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: H. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I

    Kata Kunci: Pluralisme, Pendidikan Agama Islam,

    Aksi kekerasan dewasa ini masih kerap terjadi terutama dikalanganpemuda. Sebab, realitas yang tidak dapat dipungkiri dengan adanya pluralitas,sedikit banyak pasti akan menimbulkan berbagai persoalan, karena perbedaandipandang sebagai sumber suatu masalah. Maka, penting bagi anak usia muda takterkecuali siswa SMA untuk mendapatkan pendidikan serta bimbingan yang tepatmengenai pluralitas sebagai tindakan preventive atas ketelibatan mereka dalamgerakan radikal maupun konflik lainnya. Dengan demikian Pendidikan AgamaIslam dibutuhkan sebagai pendidikan alternatif untuk mengantisipasi konflik antarkelompok masyarakat yang plural, karena pada dasarnya pendidikan agama Islammerupakan muatan kurikulum yang diorientasikan sebagai penguatan nilai-nilaimoral dan kemanusiaan peserta didik. Tujuan dari penelitian ini, adalah 1) Untukmengetahui apa saja pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan melaluipembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin. 2) Untukmengetahui bagaimana aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melaluipembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan deskriptifkualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi,wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan tekniktriangulasi.

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: 1. Pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan melalui pembelajaran Pendidikan AgamaIslam di SMA Negeri 1 Bringin yaitu: nilai-nilai pluralisme dalam aspek a) agama,tersirat dalam materi toleransi pada kelas XI, b) budaya tersirat dalam materistrategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia pada kelas XII, c) politiktersirat dalam materi berpikir kritis dan bersikap demokratis pada kelas XII, d)hubungan sosial, tersirat dalam materi ukhwah/ persaudaraan pada kelas X,kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja pada kelas XI, dan berbuat baik terhadapsesama pada kelas XII, hormat dan patuh kepada guru pada kelas XI.

    2. Aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melalui pembelajaranPendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin diantaranya: nilai-nilaipluralisme dalam aspek a) agama, tercermin dalam kegiatan keagamaan, b)budaya tercermin dalam pembiasaan budaya-budaya lokal, c) politik tercermindalam upacara bendera dan pembiasaan sikap demokratis, d) hubungan sosial,tercermin dalam kegiatan sosial, pembelajaran dan penilaian sikap melalui matapelajaran.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

    HALAMAN BERLOGO....................................................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii

    LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi

    KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

    ABSTRAK............................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI........................................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

    B. Rumusan Masalah........................................................................................ 8

    C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 9

    D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 9

    E. Penegasan Istilah........................................................................................ 10

    F. Sistematika Penulisan.................................................................................12

    BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................14

    A. Landasan Teori...........................................................................................14

    1. Definisi Pluralisme.................................................................................14

    2. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Berbagai Aspek.................................... 18

    3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................................. 22

    4. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam..24

    B. Kajian Pustaka............................................................................................27

    BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 31

  • xiii

    A. Jenis Penelitian........................................................................................... 31

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................... 32

    C. Sumber Data............................................................................................... 32

    D. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................... 33

    E. Analisis Data............................................................................................... 35

    F. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................................35

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA....................................................38

    A. Paparan Data.............................................................................................. 38

    B. Analisis Data............................................................................................... 46

    BAB V PENUTUP................................................................................................61

    A. Kesimpulan..................................................................................................61

    B. Saran............................................................................................................62

    DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66

  • xiv

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    SMA N 1 Bringin merupakan salah satu lembaga pendidikan

    umum yang terletak di kelurahan Bringin, kecamatan Bringin. Sekolah ini

    memiliki siswa yang tergolong majemuk, mereka memiliki latar belakang

    keluarga, ekonomi, pendidikan, dan agama yang berbeda-beda pula.

    Adapun keragaman agama yang ada di SMA N 1 Bringin yaitu Islam,

    Kristen, Katholik dan Budha. Pluralitas yang ada di SMA N 1 Bringin ini

    tidak hanya tampak dari latar belakang siswa saja, guru dan karyawan

    sekolah juga tergolong plural. Sekitar 25% guru di SMA N 1 Bringin

    adalah non muslim, dan mayoritas siswa di SMA N 1 Bringin juga

    beragama Islam (Observasi, 26 Agustus 2020).

    Ibu Indana selaku guru PAI di SMA N 1 Bringin mengungkapkan,

    bahwa siswa yang beragama Islam bentuk keragaman berupa penganut

    pemikiran organisasi masyarakat yang berbeda-beda tidak begitu nampak,

    karena di SMA N 1 Bringin termasuk lembaga pendidikan umum negeri

    yang tidak memaksa untuk memeluk satu keyakinan tertentu. Sesuai

    dengan visinya yaitu ”terwujud warga sekolah yang beriman dan

    bertaqwa, luhur dalam budi pekerti unggul dalam prestasi, berwawasan

    lingkungan dan kearifan lokal serta berdaya saing global” (Observasi, 26

    Agustus 2020).

  • 2

    Sekolah mengedepankan asas ketuhanan dan budi pekerti sebagai

    upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa pada setiap agama

    yang dianut, dengan diiringi kesadaran dan pengembangan nilai-nilai luhur

    budi pekerti bangsa, seperti halnya sikap toleransi dan saling menghormati

    antar sesama. Dengan keragamannya sekolah tetap memberi kebijakan dan

    hak yang sama, tanpa diskriminasi kepada setiap siswa.

    Realitas yang tidak dapat dipungkiri dengan adanya perbedaan,

    sedikit banyak pasti akan menimbulkan berbagai persoalan, karena

    perbedaan dipandang sebagai sumber suatu masalah yang tak jarang

    nantinya akan menimbulkan suatu konflik. Pluralitas bukan saja menjadi

    realitas yang tak terbantahkan, akan tetapi juga menjadi problematika

    tersendiri, karena pada dasarnya pluralitas kehidupan memiliki dua aspek

    yang hadir secara bersama-sama. Pada satu sisi, secara fungsional

    pluralitas merupakan “rahmat”, sebagai khasanah sosial budaya yang

    dianggap positif di dalam masyarakat. Manusia juga dapat

    mengembangkan nilai-nilai dan peradaban bersama demi mencapai sebuah

    idealitas kehidupan (Mahathir, 2014: 90). Di sisi lain, menurut Samuel

    (dalam Herry, 2009: 62) pluralitas juga menyimpan potensi konflik, antara

    lain konflik identitas lokal, konflik ideologi maupun konflik kepentingan

    politik.

    Aksi kekerasan berbasis agama dewasa ini masih kerap terjadi.

    Berdasarkan hasil survei nasional tahun 2016 yang dilakukan Wahid

    Foundation-LSI (Lembaga Survei Indonesia), ada sekitar 0,4% atau sekitar

    600.000 jiwa warga Indonesia yang pernah melakukan tindakan radikal,

  • 3

    dihitung berdasarkan jumlah penduduk dewasa yakni sekitar 150 juta jiwa,

    dan 7,1% atau sekitar 11,4 juta jiwa berpotensi/rawan terpengaruh gerakan

    radikal. Dalam survei tersebut memaparkan karakteristik kelompok radikal

    di Indonesia diantaranya; usia muda dan laki-laki, cenderung memahami

    ajaran agama secara literasi, banyak terpapar informasi keagamaan yang

    berisi kecurigaan dan kebencian, cenderung mengingkari atau menentang

    pemenuhan hak-hak kewarganegaraan terhadap kelompok lain yang tidak

    disukai dan cenderung membenarkan dan mendukung tindakan dan

    gerakan radikal (wahidfoundation.org, 2017, akses tanggal 07 April 2020).

    Hasil survei ini cukup mendasar untuk melihat keterlibatan pemuda dalam

    gerakan radikalisme melalui tinggi tingkat konserfatisme, dukungan dan

    ketersediaan untuk terlibat dengan kekerasan terkait dengan isu agama

    dikalangan pemuda. Maka, penting bagi anak usia muda tak terkecuali

    siswa SMA untuk mendapatkan pendidikan serta bimbingan yang tepat

    sebagai tindakan preventive atas ketelibatan mereka dalam gerakan radikal

    maupun konflik lainnya.

    Pluralitas bangsa Indonesia bukanlah realitas yang baru terbentuk.

    Kemajemukan dari segi etnis, budaya, bahasa dan agama, merupakan

    realitas sejarah yang sudah berlangsung sejak masa-masa kerajaan,

    penjajahan, dan kemerdekaan (Syamsul, 2008: 80). Hal tersebut yang

    menjadikan kemajemukan Indonesia merupakan salah satu ciri khas

    bangsa Indonesia.

    Dalam penjelasan Pasal 1 UU 1/PNPS/1965 disebutkan bahwa

    agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen,

  • 4

    Katholik, Hindu, Buddha dan Khong Cu (Confucius). Achmad Habib

    menyampaikan (dalam Syamsul, 2008:81) Indonesia selain memiliki

    keanekaragaman agama, juga mengandung berbagai jenis kepercayaan lain

    seperti Kejawen dan kepercayaan masyarakat-masyarakat terasing seperti

    Badui, Tengger, Samin, Dayak dan sejumlah suku di Papua.

    Melihat realita bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam

    suku, ras, dan agama, yang mempunyai ratusan bahasa dan ratusan produk

    daerah, seorang tokoh pergerakan nasional Mr. Muhammad Yamin

    mencantumkan kata ”Bhineka Tunggal Ika” dalam lambang negara yang

    berarti ”berbeda-beda kita tetap harus satu” yang kemudian menjadi

    semboyan bangsa Indonesia. Ungkapan ini sekaligus menegaskan bahwa

    keragaman itu diikat oleh bingkai kesatuan sehingga tidak akan membawa

    bangsa kita kepada pertikaian, perpecahan dan pemisah. Konsep bhineka

    tunggal ika adalah pandangan dan sikap hidup yang menjamin kebebasan

    dalam memilih juga menjalankan kebudayaan, agama, kepercayaan dan

    adat, serta menjamin setiap warga untuk berserikat dan mendapat nafkah.

    Meski demikian tidak setiap orangnya dibenarkan untuk bertindak

    semaunya, kebebasan harus berarti tanggung jawab dan bersama-sama

    meningkatkan harkat dan martabat bangsa (Djohan, 2010: 2). Ditegaskan

    kembali oleh cendikiawan muslim, Nurkholis Majid (Nurkholis, 1999: 177)

    bahwa negeri kita sebagai sebuah masyarakat majemuk (plural),

    disebabkan hampir semua agama, khususnya agama-agama besar terwakili

    di wilayah ini.

  • 5

    Pengakuan masyarakat atas pluralnya bangsa Indonesia, tidak serta

    merta membekali masyarakat dengan sikap bijak dalam menyikapinya.

    Sikap bijak terhadap dua sisi pluralitas ini terkadang membingungkan. Ini

    karena, pertama, orang tidak memahami persis apa sisi positif dan negatif

    dari fenomena ini, sehingga tidak bisa memutuskan kapan dimanfaatkan

    dan untuk keperluan apa, atau kapan dihindari dan bagaimana. Kedua,

    dibalik pluralitas ini bisa termuat faktor eksternal berupa kepentingan-

    kepentingan suatu pihak yang memanfaatkannya demi capaian-capaian

    tertentu. Politik misalnya, sebagai kegiatan pemanfaatan kondisi seperti

    pengalihan isu yang ada dalam masyarakat untuk mencapai kepentingan,

    adalah faktor yang paling dominan yang menyertai munculnya berbagai

    akses negatif dari pluralitas masyarakat (Mahathir, 2014: 92).

    Merefleksi kembali peran pendidikan di tengah berbagai persoalan

    yang membelit bangsa ini terutama dalam hal eksistensi pluralitas

    kebangsaan. Pembelajaran masih diperlakukan sebagai alat untuk

    melestarikan nilai-nilai yang kontraproduktif bagi keberlangsungan

    pluralitas kebangsaan. Muatan kurikulum pada materi tertentu, masih

    dipenuhi orientasi dan ideologi keagamaan yang menyimpan potensi

    kebencian antar sesama. Hal ini terjadi akibat penekanan yang berlebih

    terhadap pentingnya identitas keberagamaan eksklusif yang justru

    memperkuat sentimen dan solidaritas internal kelompok disatu sisi,

    melemahkan sentimen dan solidaritas eksternal antar kelompok

    masyarakan yang berbeda, disisi lain. Pada dasarnya tiap agama

  • 6

    menganjurkan bagi para pemeluknya untuk membangun perdamaian

    (Masdar, 2016: 114).

    Dikatakan oleh Amin Abdullah (dalam Azyumardi, 1999: 07)

    bahwa untuk meminimalisir konflik yang harus pertama dilakukan adalah

    penanaman kesadaran kepada masyarakat akan keragaman (plurality),

    kesetaraan (equality), kemanusiaan (humanisme), keadilan (justice), dan

    nilai-nilai demokrasi (demokrasi valuase) dalam beragam aktifitas sosial.

    Sebagai ikhtiar awal, secara preventif dunia pendidikan menjadi pintu

    masuk bagi nilai-nilai tersebut.

    Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

    seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

    melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik

    (KBBI, https://kbbi.kemendikbud.go.id, akses 07 April 2020), karenanya

    pendidikan menjadi instrumen yang penting. Sebab pendidikan

    mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu

    yang dididiknya, dan mampu menjadi ”guiding light” bagi generasi muda

    penerus bangsa. Dalam konteks inilah, pendidikan agama sebagai media

    penyadaran umat perlu membangun teologi inklusif dan pluralis, demi

    harmonisasi agama-agama.

    Pendidikan agama memiliki peran diantaranya adalah untuk

    meningkatkan keberagamaan peserta didik dengan keyakinan agama

    sendiri, dan memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari

    dan mempermasalahkan agama lain sebatas untuk menumbuhkan sikap

    toleransi. Pendidikan agama juga harus mampu menanamkan cara hidup

    https://kbbi.kemendikbud.go.id

  • 7

    yang lebih baik dan santun kepada peserta didik. Sehingga sikap-sikap

    seperti saling menghormati, tulus dan toleran terhadap keanekaragaman

    agama dan budaya dapat tercapai ditengah-tengah masyarakat yang plural.

    (Mutakallim, 2018:310). Pendidikan agama pada prinsipnya, memainkan

    peranan yang sangat besar dalam menumbuh-kembangkan sikap-sikap

    pluralisme dalam diri peserta didik sebagai kaum muda penerus bangsa.

    Pendidikan Agama Islam tujuannya yaitu untuk meningkatkan

    keimanan, ketakwaan serta pemahaman, penghayatan dan pengalaman

    peserta didik mengenai agama Islam, serta memiliki akhlak yang mulia

    dalam kehidupan, baik sebagai pribadi, bermasyarakat dan berbangsa.

    Dengan tujuan tersebut, orientasi muatan kurikulum pendidikan agama

    harus diarahkan bagi penguatan nilai-nilai moral dan kemanusiaan

    (Masdar, 2016:117). Maka pengajaran harus diberlangsung sedemikian

    rupa sehingga tidak hanya sekedar memberi informasi atau pengetahuan

    melainkan harus menyentuh hati, sehingga akan mendorong peserta didik

    mengambil keputusan untuk berubah.

    Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam dapat dijadikan sebagai

    pendidikan alternatif untuk mengantisipasi konflik antar kelompok

    masyarakat yang plural. Yaitu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga

    kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkannya ke generasi

    berikutnya, menumbuhkan tata nilai, memupuk persahabatan antar siswa

    yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling

    memahami, serta mengajarkan keterbukaan dialog (Syamsul, 2008:100).

  • 8

    Permasalahan mengenai pluralitas menyangkut persoalan pola pikir,

    kepribadian dan perilaku. Sempitnya pemahaman dalam agama, serta

    hilangnya rasa cinta dan mutual respect antar kelompok dalam masyarakat

    menjadi penyebab munculnya konflik. Oleh sebab itu, saya memilih SMA

    Negeri 1 Bringin yang dengan kepluralannya memiliki tujuan menjadikan

    peserta didik tidak hanya berprestasi, namun juga beriman dan luhur

    dalam budi pekerti. Pembentukan akhlak yang baik dan pemahaman

    agama yang sesuai telah diberikan pada peserta didik melalui pendidikan

    agama. Selain itu, melalui program dan kegiatan yang ada di SMA Negeri

    1 Bringin seperti pembiasaan yang bersifat keagamaan dan pendidikan

    nilai-nilai pluralisme untuk menanamkan sikap saling menghormati dan

    memahami antar sesama, diharapkan pada nantinya dapat melahirkan

    peserta didik berkarakter religius dengan wawasan pluralisme yang cukup

    sebagai agen perubahan sosial (agen of social change) yang berguna bagi

    bangsa dan agama.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

    melaksanakan penelitian dengan judul “Pendidikan Nilai-Nilai

    Pluralisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

    Siswa di SMA Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran 2020/2021”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

    dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

  • 9

    1. Apa saja pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan

    melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1

    Bringin?

    2. Bagaimana aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melalui

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin?

    C. Tujuan Penelitian

    Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksaan

    penelitian ini, maka perlu dirumuskan tujuan yang dicapai dalam

    penelitian ini diantaranya yaitu:

    1. Mengetahui pendidikan nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan

    melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1

    Bringin.

    2. Mengetahui aktualisasi pendidikan nilai-nilai pluralisme melalui

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin.

    D. Manfaat Penelitian

    Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memiliki dua kegunaan,

    yaitu:

    1. Manfaat Teoretis

    Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah

    referensi atas ilmu yang telah ada, memperluas wawasan dan

    memberikan informasi yang baru bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan.

  • 10

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi pendidik, untuk dapat memberikan gambaran, saran, dan

    pemahaman tentang pendidikan pluralisme melalui Pendidikan

    Agama Islam beserta aktualisasinya.

    b. Bagi peneliti, untuk dapat menambah wawasan, pengetahuan

    dan pengalamna peneliti dalam mengembangkan ilmu yang

    telah diperoleh.

    c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat

    menjadi referensi. Khususnya dalam penelitian yang

    berhubungan dengan pendidikan pluralisme.

    E. Penegasan Istilah

    1. Pluralisme

    Pluralisme berasal dari kata plural (inggris) yang berarti jamak,

    dalam arti keanekaragaman dalam masyrakat. Dalam Oxford

    Advanched leane’s Dictionary, Pluralisme diartikan sebagai

    keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok

    kultural dalam suatu masyarakat atau negara serta keragaman

    kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan, dan

    sebagainya (Pius & Dahlan, 1994:362).

    Pluralitas merupakan realitas sosiologi yang mana dalam

    kenyataanya masyarakat memang plural (jamak). Plural pada intinya

    menunjukkan lebih dari satu dan isme adalah suatu yang berhubungan

    dengan paham atau aliran. Dengan demikian pluralisme adalah paham

  • 11

    atau sikap terhadap keadaan majemuk atau banyak dalam segala hal

    diantaranya sosial, budaya, politik dan agama (Zakariya, 2016:16).

    2. Pembelajaran

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran memiliki

    arti proses, cara, perbuatan menjadikan makhluk hidup belajar (KBBI,

    https://kbbi.kemendikbud.go.id, akses 07 April 2020). Menurut Rifqi

    Amin (2014: 35) dalam pembelajaran peserta didik ditekankan

    memiliki kesadaran, motivasi, dan kondisi yang memungkinkan

    terjadinya interaksi antara peserta didik terhadap sumber belajar pada

    suatu lingkungan pembelajaran.

    3. Pndidikan Agama Islam

    Selanjutnya pengertian Pendidikan Agama Islam, Al-Toumy

    Al-Syaibany mendefinisikan bahwa pendidikan Islam sebagi usaha

    mengubah tingkah laku dalam kehidupan baik individu atau

    masyarakat, serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses

    kependidikan berlandaskan nilai Islam (dalam Haidar, 2014: 13).

    Sementara Ahmad D. Marimba (dalam Sholeh, 2016: 57)

    mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau

    pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani

    dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama

    (insan kamil).

    Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam memiliki

    pengertian sebuah kajian ilmu yang menjadi materi ajar serta bertujuan

    https://kbbi.kemendikbud.go.id

  • 12

    agar peserta didik mampu dalam penerapan nilai-niai Islam secara

    sadar (tanpa paksaan orang lain).

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam

    membaca skripsi ini, maka peneliti akan membagi dalam beberapa bab.

    Dengan harapan agar pembahasan dalamskripsi ini dapat tersusun dengan

    baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.

    Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:

    1. Bab I Pendahuluan

    Bab Pendahuluan menjelaskan secara umum tentang

    arah dan maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti

    mengenai “Pendidikan Nilai-Nilai Pluralisme Melalui

    Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SMA

    Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran 2020/2021”. Sehingga disini,

    pembaca dapat mengetahui tentang latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

    istilah dan sistematika penulisan.

    2. Bab II Kajian Pustaka

    Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang relevan

    yang dipakai dalam memperkuat penelitian yang akan

    dilakukan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai

    pengembangan nilai-nilai pluralisme dalam Pendidikan Agama

    Islam. Melalui penulisan toeri-teori tersebut, diharapkan

  • 13

    pembaca dapat mengetahui dasar-dasar dan teori yang berkaitan

    dengan judul skripsi ini.

    3. Bab III Metode Penelitian

    Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan dan

    jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti. Mencakup bahasan

    keseluruhan tentang prosedur pengambilan data, tahapan

    menganalisis data, serta pengecekan keabsahan data.

    4. Bab IV Paparan dan Ananlisi Data

    Bab ini memuat tentang gagasan peneliti, posisi

    temuan/teori terhadap teori dan temuan-temuan yang dilakukan

    sebelumnya, serta penjelasan dari temuan /teori yang

    diungkapkan dari lapangan mengenai ”Pendidikan Nilai-Nilai

    Pluralisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Pada Siswa SMA Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran

    2020/2021”.

    5. Bab V Penutup

    Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat temuan

    pokok atau kesimpulan dan saran yang terdapat pada beberapa

    bab sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti.

  • 14

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Definisi Pluralisme

    Secara etimologi pluralisme berasal dari kata plural berarti

    lebih dari satu dan berkenaan dengan keanekaragaman. Sedangkan

    isme memiliki arti suatu hal yang berhubungan dengan paham dan

    aliran (Zakaria, 2016, 15). Jadi pluralisme adalah paham atau sikap

    terhadap keadaan masyarakat yang majemuk baik dalam konteks

    sosial, budaya, politik, maupun agama.

    Pluralisme dalam bahasa Inggris yaitu pluralism mempunyai

    tiga pengertian: a) pengertian kegerejaan, sebutan untuk orang yang

    memegang lebih dari satu jabatan secara bersamaan dalam struktur

    kegerejaan atau tidak kegerejaan, b) pengertian filosofis, berarti

    pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar

    yang lebih dari satu, c) pengertian sosiopolitis, suatu sistem yang

    mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras,

    suku, aliran, partai maupun agama dengan menjunjung tinggi aspek-

    aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-

    kelompok tersebut (Anis, 2005: 11-12).

    Pluralitas merupakan suatu realitas nyata. Sedangkan

    pluralisme, sebuah kesadaran akan realitas. Pluralitas itu merupakan

  • 15

    sunnatullah yang harus kita terima dan kita syukuri. Untuk mengatur

    pluralitas tersebut diperlukan pluralisme (Budhy, 2009: 6).

    Pluralisme menurut Djohan Efendi adalah cara pandang dan

    pendekatan apresiatif dalam menghadapi heterogenitas suatu

    masyarakat yang para warganya terdiri dari berbagai kelompok etnik,

    ras, agama, dan sosial yang menerima, menghargai dan mendorong

    partisipasi dan pengembangan budaya tradisional serta kepentingan

    spesifik mereka dalam lingkup kehidupan bersama. Tidak untuk

    menyamaratakan maupun menggabungkan sehingga kekhasan

    masing-masing terlebur atau hilang (Djohan, 2010: 4).

    Sementara menurut Masykuri Abdillah (dalam Zakariya, 2016:

    19) dengan mengutip The Oxford English Dictionary, mengelaborasi

    paham pluralisme sebagai berikut: 1) Suatu teori yang menentang

    Negara monolitis; dan sebaliknya, mendukung desentralisasi dan

    otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili

    keterlibatan individu dalam masyarakat. Selain itu, suatu keyakinan

    bahwa kekuasaaan itu harus dibagi bersama-sama di antara sejumlah

    partai politik, 2) Keberadaan toleransi keragaman etnik atau

    kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau Negara,

    serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan,

    kelembagaan, dan sebagainya.

    Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa pluralitas bukan hanya

    keunikan suatu masyarakat, akan tetapi merupakan sunnatullah yang

    memang Allah menciptakan manusia di dalam kategori bersuku,

  • 16

    beretnis atau berbangsa yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan

    firman Allah dalam Q.S Al-Hujarat/49: 13:

    �ϢϜ �⺁ �� �ϣ�� ��ِ� � �潬翿 �Ϯ�� �˴έ ِ˸ ��䀹� ������ �� �˱� �潬˴� �ϢϜ �Ϝ�Ի�˴ �˸ �� � ���˸ � �� ���ϣ�˸ �� ِ�⺁ �ϢϜ �Ϝ�湯�Ի �戴 ��˸ِ� 敬��Ϝ˸� � ��Ϭ�� �ϳ ��

    �� ���湯ِ� �戴 �Ϣ�湯Իِ �� � �� ��ِ� �ϢϜ� �湯���� ِ �� �Ϡ�Ϝ�ِ

    ”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamudari seorang laki laki dan seorang peremupan, kemudian kamijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu salingmengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisiAllah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah MahaMengetahui, Mahateliti” (Q.S Al-Hujarat/49: 13).

    Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa terdapat

    kemajemukan dimuka bumi ini dan umat Islam harus menerima

    adanya pluralitas. Allah menciptakan manusia secara beragam dan

    keragaman itu tidak dimaksudkan agar masing-masing saling

    memusuhi atau bahkan menghancurkan satu sama lain, akan tetapi

    agar manusia saling mengenal dan menghargai eksistensi masing-

    masing. Karena pada dasarnya Allah menciptakan bumi bukan hanya

    bagi satu golongan atau umat agama tertentu melainkan bagi seluruh

    umat manusia. Keberagaman golongan yang telah diciptakan, tidak

    berarti Allah membenarkan diskriminasi antar umat yang satu dengan

    yang lain, melainkan agar masing-masing berlomba-lomba berbuat

    kebaikan (Moqsith, 2009: 4).

    Alwi Shihab (dalam Moqsith, 2009: 64) menyampaikan

    pluralisme memiliki batasan-batasan sebagai berikut: a) pluralisme

    meniscayakan keterlibatan aktif dan berinteraksi secara positif

    terhadap pluralitas tersebut, b) Pluralisme berbeda dengan

  • 17

    kosmopolitanisme yang menunjuk pada suatu realitas dimana

    anekaragam hidup berdampingan disuatu kawasan, namun hampir

    tidak pernah terjadi dialog maupun interaksi positif antar penduduk, c)

    konsep pluralisme tidak bisa disamakan dengan relativisme namun

    dalam pluralisme mengandung unsur relatifisme, yaitu unsur tidak

    mengklaim kepemilikan tunggal (monopoli) atau kebenaran, serta

    tidak memaksakan kebenaran tersebut kepada pihak lain dan

    menghindari sikap absolutism yang mengklaim kebenaran dan

    pembenaran terhadap diri sendiri, d) Pluralisme agama bukan

    sinkretisme, yaitu memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen

    ajaran dari berbagai agama untuk menciptakan agama baru dan

    menjadikannya bagian integral dari agama tersebut.

    Dari penjabaran diatas penulis menggarisbawahi pengertian

    pluralisme menurut Djohan Effendi bahwa pluralisme adalah suatu

    paham atau sikap yang mengakui adanya pluralitas dalam segala hal

    baik berupa suku, budaya, ras maupun agama, disertai keterlibatan

    secara aktif terhadap keragaman tersebut, dengan tetap menjunjung

    aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-

    kelompok, guna tercapainya kerukunan dan kebhinekaan di tengah

    masyarakat Indonesia yang mengacu pada semboyan bangsa

    Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.

    .

  • 18

    2. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Berbagai Aspek

    a. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Agama

    Islam memandang pluralisme sebagai sikap saling

    menghargai dan toleransi terhadap agama lain, namun bukan

    berarti semua agama adalah sama artinya tidak menganggap bahwa

    dalam Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang kalian (agama

    lain) sembah. Islam tetap mengikuti adanya pluralisme agama yaitu

    dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing

    (lakum dinukum waliyadin), disini pluralisme diorientasikan untuk

    menghilangkan konflik mengenai perbedaan dan identitas-identitas

    agama yang ada (Syaiful, 2014: 407).

    Budy Munawar (dalam Asyumardi, 2017:114)

    mengungkapkan pada mulanya umat manusia adalah tunggal,

    karena pada mulanya mereka berpegang pada Kebenaran. Tapi

    kemudian manusia berselisih paham, sebab usaha untuk memahami

    Kebenaran itu setaraf dengan kemampuan atau sesuai dengan

    keterbatasan mereka. Sehingga timbullah perbedaan-perbedaan

    yang kemudian dipertajam dengan berbagai kepentingan diri

    sendiri.

    Jalaludin Rahmat (2006: 20) menyampaikan bahwa semua

    pemeluk agama mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh

    keselamatan dan masuk surga. Semua agama benar berdasarkan

    kriteria masing-masing. Pluralisme meyakini bahwa rahmat Allah

    itu luas, Al-Khalqu ’iyali firman Tuhan dalam hadits qudsi.

  • 19

    Seharusnya tidak ada manusia yang patut untuk membatasi kasih

    sayang Tuhan atau bahkan mengambil wewenang Tuhan.

    b. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Budaya

    Khairul Muqtafa menyampaikan (dalam Asyumardi, 2017:

    57) agama sebagai sebuah sistem nilai pada dasarnya tidak berdiri

    sendiri melainkan bersanding dengan yang lain. Dengan kata lain

    agama kemudian berhadapan dengan fenomena pluralitas budaya

    yang berserak. Hubungan antara agama dengan kebudayaan

    tidaklah terletak pada substansi agama itu sendiri sebagai wahyu

    Tuhan, Melainkan terletak pada relasi kuasa antar berbagai budaya

    yang berbeda satu sama lain. Sesungguhnya di mana pun Islam

    melakukan pergumulan dengan budaya yang mempertimbangkan

    hak-hak kultural masyarakat lokal, akan ada proses adaptasi nilai-

    nilai universalitasnya pada situasi dan kondisi tertentu. Islam tidak

    pernah mengikis habis ide-ide pra Islam, budaya, dan tradisi yang

    hidup seperti yang terjadi di Indonesia.

    Sikap pluralisme mengenai hubungan budaya dengan

    negara dalam Islam dapat dilacak pada konsep kewarganegaraan

    Nabi Muhammad Saw, di Madinah. Nabi dapat merangkul dan

    menyatukan seluruh entitas penduduk tanpa melihat perbedaan-

    perbedaan yang bersifat primordial, seperti agama, etnik, ras,

    budaya, dan adat istiadat. Mereka memiliki hak, kewajiban, dan

    tanggung jawab yang sama sebagai warga negara, tanpa mengenal

    istilah kedudukan, strata dan derajat. Seluruh penduduk memiliki

  • 20

    hak dan kebebasan yang sama, tanpa teredukasi oleh aturan-aturan

    rasis dan diskriminatif (Tim Naskah Pesantren, 2019: 20).

    c. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Politik

    Furnivall (dalam Asyumardi, 2017: 185) mengemukakan

    masyarakat plural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua

    atau lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup berdampingan.

    Dalam proses demokratisasi dari suatu bangsa yang mengakui

    kedaulatan rakyat, pluralitas budaya, agama, serta latar belakang

    sosial bisa mengakibatkan terjadinya pergumulan dan persentuhan

    ideologi yang memungkinkan terjadi perbedaan dan kemajemukan

    pandangan dalam orientasi politik yang melahirkan pluralitas

    politik.

    Demokrasi adalah sesuatu yang dekat dengan realitas

    pluralisme. Menurut Gus Dur (dalam Asyumardi, 2017), agama

    Islam adalah agama hukum dengan pengertian agama Islam

    berlaku bagi semua orang tanpa memandang kelas atau jabatan,

    semuanya dikenakan hukum yang sama. Islam juga memiliki asas

    permusyawaratan, yaitu tradisi bersama-sama mengajukan

    pemikiran secara bebas dan terbuka yang diakhiri dengan sebuah

    kesepakatan. Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan.

    Karena pada hakikatnya dnia adalah persiapan untuk kehidupan di

    akhirat yang lebih baik dan abadi. Maka Islam dikatan sebagai

    agama perbaikan, dinul-islah, atau agama inovasi.

  • 21

    Permasalahan perpolitikan menjadi virus perpecahan umat

    Islam, konflik sosial dan ketegangan politik yang berlarut-larut saat

    ini merupakan fakta dan realita bahwa bangsa ini memeliki

    keberagaman yang tidak bisa diseragamkan. Hal ini seharusnya

    bangsa ini mempelajari sejarah Islam yang banyak telah

    memperlihatkan bahwa pertikaian dan konflik yang sering terjadi

    disebabkan karena persoalan-persoalan tersebut. Nurcholis Madjid

    dalam bukunya Islam dan Doktrin (1999: 572) bangsa Indonesia

    akan memperoleh manfaat besar dalam transformasi sosialnya

    menuju demokrasi dan keadilan jika pluralisme itu dapat

    ditanamkan dalam kesadaran kaum muslim yang merupakan

    golongan terbesar warga negara.

    d. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Hubungan Sosial

    Dalam Al-Qur’an, perbedaan agama bukan penghalang

    untuk merajut tali persaudaraan antar sesama manusia yang

    berlainan agama. “Dan tiadaklah Kami mengutus kamu, melainkan

    untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Q.S. Al-Anbiyâ’/21:

    107). Nabi Muhammad SAW. lahir di dunia bukan untuk membela

    satu golongan, etnis, dan agama tertentu saja, melainkan sebagai

    rahmat li al-alamin (Rasyid, 2016: 101).

    Allah berfirman dalam surah Al-Maidah/5 ayat 48:

    覐ِ ���湯 �㿀�˸ � ��潬湯ِ��έ ����翿 �ϢϜ�� � �� � �⺁ �ِ翿 �Ϣϣ �潬Ի���湯 ِ�˸ �Ϝِ�˸ �� ˱Γ�ϠΪِ�� ˱Γ �⺁Ϊ �ϢϜ�Ի�˴ �䇅�˸ �� ����� �潬�˸ ��

    ��潬�Իِ�έ �㿀�� ϡِ湯ِ翿 ϢϜ�ِ���Ϝ湯�翿 �˱˴湯ϴِ �˸ �ϢϜ˴ ِ˸ �� �⺁ ِ �� ��˸ِ�

  • 22

    ”...Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu

    dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji

    kamu terhadap pemberianNya kepadamu, maka berlomba-

    lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah

    kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepadamu

    apa yang telah kamu perselisihkan itu”

    Alwi Shihab (dalam Azyumardi, 2017: 18 ) berpendapat

    ayat tersebut menjelaskan alasan diciptakannya keragaman.

    Alasannya sebagaimana dijelaskan dalam ayat, yaitu liyabluwakum

    fi ma atakum... untuk menguji dengan apa yang kalian terima dari

    Allah SWT. Allah SWT. ingin melihat siapa yang tetap konsisten

    dan siapa yang menyimpang, maka berlomba-lombalah untuk

    menunaikan kebaikan. Perbedaan hukum maupun cara hidup tidak

    boleh menjadi penyebab ketidak harmonisan dan pertikaian.

    Asghar Ali Engineer (dalam Djohan, 2009: 32)

    menyampaikan, terdapat juga ayat yang membuktikan bahwa tujuan

    Al-Qur’an adalah melahirkan pribadi manusia yang berbudi luhur,

    yang peka terhadap penderitaan orang lain dan karena itu dia

    mendermakan kekayaannya kepada orang-orang yang memerlukan,

    memerdekakan budak, memelihara anak yatim, yang jujur dalam

    kata-katanya dan sabar ketika menghadapi penderitaan dan

    mengalami konflik.

    3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Arti pembelajaran adalah proses mental dan emosional, serta

    berfikir dan merasakan. Seorang pembelajar dikatakan melakukan

  • 23

    pembelajaran apabila pikiran dan perasaannya aktif. Dalam

    pembelajaran peserta didik ditekankan memiliki kesadaran, motivasi,

    dan kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta

    didik terhadap sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran

    (Rifqi, 2014: 35).

    Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan

    mendidik, berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau

    pemeliharaan badan, batin, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan

    tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan

    manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Haryanto, 2011: 96).

    Sedangkan pendidikan Islam menurut Al-Toumy Al-Syaibany (dalam

    Haidar, 2014: 13) yaitu sebagi usaha mengubah tingkah laku dalam

    kehidupan baik individu atau masyarakat, serta berinteraksi dengan

    alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan nilai Islam.

    Zakiah Darajat (dalam Hanafi, 2018: 45) mengemukakan,

    pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim, yaitu pribadi

    yang mampu mengamalkan sepenuhnya ajaran Allah SWT. dan Rasul-

    Nya. Untuk pembinaan pribadi tersebut, akan tercapai dengan

    pengajaran dan pendidikan yang tepat. Dengan kata lain, menuntun

    peserta didik dalam kehidupan melalui proses Pendidikan Agama Islam,

    supaya nantinya ia hidup dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.

    Sedikit berbeda dengan definisi pendidikan Islam, Pendidikan

    Agama Islam menurut Zuhairini (2004: 11), memiliki definisi usaha

  • 24

    sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian melalui

    kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan pada peserta didik secara

    sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam,

    sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat. Artinya, definisi

    Pendidikan Agama Islam lebih kepada kajian ilmu yang menjadi materi

    ajar sebagai usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta

    didik, serta bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan nilai-niai

    Islam dalam kehidupan secara sadar (tanpa paksaan orang lain) menuju

    pribadi insan kamil.

    Maka dapat disimpulkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    ialah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, dan pengertian

    secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik, tentang nilai-nilai

    agama Islam secara universal sebagai pedoman berperilaku, berfikir,

    dan berkehendak dalam kehidupan.

    4. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam

    Pendidikan agama Islam hakikatnya adalah upaya mengajarkan

    agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of

    life (pandangan hidup) seseorang. Rahman Saleh A menyatakan bahwa

    nilai-nilai dasar yang menjadi ruhnya pendidikan Islam, sebagai

    berikut:

    a. Nilai dasar ubudiyah, meliputi aktivitas manusia sebagai

    hamba Allah dan selaku khalifah-Nya di muka bumi ini.

    Fungsi kekhalifahan ini berhubungan dengan unsur

    manusia dan alam seisinya termasuk hubungan antar

  • 25

    sesama manusia, juga unsur terpenting yaitu hubungan

    dengan Allah. Hakikatnya adalah dalam rangka berbakti

    atau mengabdi kepada Allah sekaligus mendapatkan ridho-

    Nya.

    b. Nilai dasar moralitas/ akhlakul kharimah, inti ajaran Islam

    yang dibawa oleh Rasulullah Saw, tidak lain adalah

    membentuk manusia yang berakhlak mulia atau memiliki

    moralitas yang baik.

    c. Nilai nizhamiyah/ kedisiplinan, kedisiplinan menjadi

    penting dalam Islam karena akan melahirkan kepribadian

    dan jati diri seseorang dengan sifat-sifat positif. (dikutip

    oleh: Aulia, 2016: 318-319).

    Dilihat secara implisit Pendidikan Agama Islam memiliki

    semangat pluralisme, yaitu:

    Pertama, selain mempunyai karakter sebagai lembaga

    pendidikan umum yang bercirikan Islam, Pendidikan Agama Islam juga

    sebagai pendidikan nasional yang berakar pada budaya bangsa. Dalam

    hal ini tersirat nilai pluralisme budaya maupun agama (Azzahro, 2017:

    44). Sebagaimana telah diketahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari

    keragaman suku, ras, agama, dan golongan yang tentunya memiliki

    kekhasan masing-masing. Kedua, pendidikan nasional berfungsi untuk

    mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan

    martabat manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Martabat

    manusia tidak serta merta diukur dengan terpenuhinya kebutuhan

  • 26

    materialnya, namun harus beriringan dengan kekuatan spiritualnya,

    yaitu dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

    pekerti luhur. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, terdapat nilai

    pluralisme didalamnya karena seseorang yang bertaqwa dan memiliki

    akhlakul kharimah implikasinya adalah bersikap adil terhadap sesama

    manusia, sehingga dapat menyikapi perbedaan dalam masyarakat baik

    dalam hal sosial maupun budaya dengan bijaksana (Azyumardi, 2017:

    118). Ketiga, jenjang pendidikan sekolah menengah, diselenggarakan

    untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

    memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya baik

    dalam hal sosial (termasuk dengan agama lain), budaya dan alam

    sekitarnya, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam

    dunia kerja atau perguruan tinggi. Melakukan kontak hubungan dengan

    agama lain merupakan bagian mendasar bagi pluralisme agama, karena

    dengan bekerjasama maka secara tidak langsung seorang telah

    mengakui eksistensi orang lain dan pengakuan ini merupakan syarat

    bagi pluralisme (Azzahro, 2017: 45).

    Pendidikan Agama Islam sebagai penyedia segala fasilitas

    yang dapat memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan tersebut dengan

    melihat realitas keanekaragaman ras dan agama di Indonesia maka

    Pendidikan Agama Islam harus memperhatikan beberapa hal. Pertama,

    Pendidikan Agama Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga

    pendidikan umum yang bercirikan Islam. Artinya, di samping

    menonjolkan pendidikannya dengan penguasaan atas ilmu pengetahuan,

  • 27

    namun karakter keagamaan harus dikuasai serta menjadi bagian dari

    kehidupan siswa sehari-hari. Kedua, Pendidikan Agama Islam juga

    harus mempunyai karakter sebagai pendidikan yang berbasis pada

    pluralitas. Artinya, bahwa pendidikan yang diberikan kepada siswa

    tidak menciptakan suatu pemahaman yang tunggal, termasuk di

    dalamnya juga pemahaman tentang realitas keberagamaan. Ketiga,

    Pendidikan Agama Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga

    pendidikan yang menghidupkan sistem demokrasi dalam pendidikan.

    Sistem pendidikan yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk

    mengekspresikan pendapatnya secara bertanggung jawab (Syamsul,

    2008: 120).

    B. Kajian Pustaka

    Kajian penelitian terdahulu sangat berguna bagi pembahasan

    skripsi ini. Untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini peneliti

    melakukan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Untuk

    mendukung penelitian ini, peneliti mengambil beberapa judul penelitian

    sebagai bahan telaah pustaka, diantaranya:

    1. Siti Fatimah Azzahroh, skripsi, UIN Raden Intan, Lampung, tahun

    2017, “Studi Deskriptif Nilai-Nilai Pluralisme dalam Materi

    Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas”. Penelitian ini

    bersifat diskriptif melalui studi kepustakaan dengan hasil temuan,

    kurikulum pendidikan sudah responden terhadap kondisi yang

    majemuk dalam agama akan tetapi tidak sepenuhnya. Bahasan

  • 28

    tentang pluralisme masih belum mencakup keseluruhan dan posisi

    pembentukan mental anak didik tidak mendapat porsi yang cukup.

    2. Arina Afiana Sari, skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim, Magelang,

    tahun 2017, “Pluralisme dalam Nilai-Nilai Pendidikan Agama

    Islam Studi Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid dalam Buku

    Islamku, Islam Anda, Islam Kita”. Peneliti menggunakan jenis

    penelitian studi kepustakaan. penulis mengemukakan pluralisme

    dalam nilai-nilai Pendidikan Agama Islam perspektif Gus Dur

    dalam bukunya yang berjudul Islamku, Islam Anda, Islam Kita

    memiliki beberapa nilai, yaitu 1) nasionalisme, 2) bersifat empati

    dan peka terhadap perubahan sosial, 3) bersabar dan memberi maaf,

    4) bangga terhadap budaya sendiri, 5) toleransi, 6) self-control, 7)

    menegakkan keadilan dan mengupayakan rekonsiliasi, 8)

    agamawan yang intelek.

    3. Zakaria, skripsi, UIN Alauddin, Makasar, tahun 2016, “Pemikiran

    Abdurrahman Wahid tentangpluralisme. Jenis penelitian ini adalah

    penelitian kepustakaan. Hasil temuan penelitian ini: 1) Menurut

    Abdurrahman Wahid, pluralisme merupakan suatu pandangan

    untuk menerima perbedaan sebagai sunnatullah agar saling

    mengenal, menghindari perpecahan, mengembangkan kerjasama

    dan interaksi positif lainnya. 2) Pluralisme dalam hukum Islam

    memiliki dasar yang kuat dari segi normatif dan historis. Gus Dur

    tidak mencampur adukkan konsep ketauhidan agama-agama lain

    dalam Islam.

  • 29

    4. Tina Lia Sugiana, UNESA, tahun 2016, “Strategi Sekolah dalam

    Penerapan Nilai-Nilai Pluralisme di Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) Mandala Surabaya”. Penelitian ini menggunakan metode

    kualitatif dengan hasil temuan strategi yang digunakan dalam

    penerapan nilai-nilai pluralisme yaitu perilaku adaptif, siasat

    adaptif, dan proses-proses adaptif. Dan nilai-nilai pluralisme yang

    terdapat di SMP Mandala adalah nilai kebebasan, keadilan,

    tenggang rasa dan saling menghormati, kasih sayang, persaudaraan

    dan kepedulian sosial.

    5. Zakaria Ahmad, skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tahun

    2010, “Pluralisme Agama dalam Al-Qur’an (Studi Penafsiran

    Gamal al-Banna atas Ayat-ayat Pluralisme Agama)”. Penelitian

    ini merupakan penelitian kepustakaan. Hasil temuan penelitian ini:

    1) Mengetahui penafsiran Gamal al-Banna tentang ayat-ayat

    pluralisme agama berlandaskan prinsip-prinsip yakni pluralitas

    merupakan takdir tuhan; pengakuan hak eksistensi agama di luar

    Islam; titik temu dan kontinuitas agama-agama; tidak ada paksaan

    dalam beragama; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; dan tiga

    prinsip esensi agama, yakni keimanan kepada Tuhan, hari akhirat

    dan berbuat baik. 2) dalam menghadapi dan menanggapi kenyataan

    adanya berbagai agama yang demikian pluralistik di era modern ini,

    sebagaimana yang dimaksud Gamal al-Banna, agaknya setiap umat

    manusia beragama tidaklah monolitik.

  • 30

    Berdasarkan pemaparan diatas, penulis mengambil kesimpulan

    bahwa penelitian terdahulu memberikan sumbangsih kepada penulis untuk

    melanjutkan penelitian yang sedang dilakukan penulis. Penelitian ini

    berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada

    lokasi dan fokus yang peneliti gunakan. Penelitian ini dilaksanakan di

    SMA N 1 Bringin. Di dalam penelitian ini penulis memfokuskan

    penelitiannya yaitu pada materi dan strategi yang digunakan oleh guru

    untuk memberikan pendidikan nilai-nilai pluralisme pada siswa melalui

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

    Ibrahim (2015: 52) mengungkapkan pendekatan kualitatif adalah suatu

    mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriftif kata,

    kalimat, yang disusun secara cermat dan sistematis mulai dari

    menghimpun data hingga menafsirkan dan melaporkan penelitian.

    Kemudian penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian sekedar untuk

    menggambarkan suatu variabel yang berkenaan dengan masalah yang

    diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel.

    Pendekatan deskriptif kualitatif menurut Nana Syaodih

    Sukmadinata (2011: 73), ditujukan untuk mendeskripsikan dan

    menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah

    maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai

    karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, Penelitian

    deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada

    variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi

    yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah

    penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan

    dokumentasi.

    Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian

    ini yaitu gambaran deskriptif mengenai pendidikan nilai-nilai pluralisme

  • 32

    melalui pembelajaran PAI yang berada di SMA N 1 Bringin, maka peneliti

    menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan data yang

    peneliti peroleh sebagai hasil suatu penelitian. Dengan metode ini peneliti

    akan mendapat data secara utuh dan dapat dideskripsikan dengan jelas

    sehingga penelitian ini benar-benar sesuai degan kondisi lapangan.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Bringin. Adapun

    untuk waktu penelitian dilakukan pada 13 Agustus 2020, dan bertempat di

    SMA Negeri 1 Bringin.

    C. Sumber Data

    1. Data Primer

    Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

    memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016: 225).

    Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari Lembaga

    sekolah yaitu Wakil Kepala Sekolah, Guru PAI dan Guru BK serta

    hasil observasi di SMA Negeri 1 Bringin.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

    sekunder kepada pengumpul data. Misal buku, jurnal, skripsi, artikel

    ilmiah, serta e-book. Data ini merupakan hasil olahan dari data primer

    dan disajikan secara baik oleh pihak pengumpul data maupun pihak

    lain atau data pendukung yang sangat diperlukan penelitian ini.

  • 33

    Dalam penelitian yang dilakukan ini, data sekunder diambil

    dengan mewawancarai pendidik perihal kegiatan yang mengandung

    nilai-nilai pluralisme dan jurnal, buku, artikel ilmiah yang berkaitan

    dengan nilai-nilai pluralisme serata upaya pengembangannya melalui

    Pendidikan Agama Islam di sekolah.

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling

    strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah

    mendapatkan data. Tanpa adanya prosedur ini, maka peneliti tidak akan

    mendapatkan data yang diinginkan.

    Adapun dalam pengkajian skripsi ini, peneliti menggunakan teknik

    pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut:

    1. Observasi

    Secara etimologi, observasi berasal dari istilah Inggris

    yaitu observation yang bermakna pengamatan, pandangan,

    pengawasan. Atau dalam kata keterangan sebagai observe yang

    berarti mengamati, melihat, meninjau, menjalankan, mematuhi,

    memperlihatkan, menghormati (Ibrahim, 2015: 80).

    Observasi digunakan untuk mengetahui situasi dan

    kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Bringin. Berwujud

    keterlibatan guru dalam mengembangkan sikap pluralisme;

    metode pelaksanannya. Pengamtan atau observasi di sini,

  • 34

    peneliti mengamati, mencatat poin-poin penting agar

    mengetahui secara langusung fenomena yang diteliti.

    2. Wawancara

    Menurut Adi (2004: 72) wawancara merupakan salah

    satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni

    melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data

    (pewawancara) dengan sumber data (responden). Dengan

    wawancara, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih

    mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi

    dan fenimena yang terjadi (Ibrahim, 2015: 88).

    Metode ini penulis gunakan untuk mencari tentang

    pengembangan nilai-nilai pluralisme dalam pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam pada siswa di SMA Negeri 1 Bringin.

    Untuk memperoleh data yang tepat dan akurat, maka peneliti

    terlebih dahulu membuat pedoman wawancara, agar dalam

    pelaksanaannya wawancara dapat terarah pada pokok

    perasalahan yang telah dirumuskan.

    3. Dokumentasi

    Dokumen atau dokumentasi dalam penelitian

    mempunyai dua makna yang sering dipahami secara keliru oleh

    peneliti pemula. Pertama, dokumen yang dimaksudkan sebagai

    alat bukti tentang sesuatu, termasuk catatan-catatan, foto,

    rekaman video atau apapun yang dihasilkan oleh seorang

    peneliti. Kedua, dokumen merupakan sumber yang

  • 35

    memberikan data atau informasi atau fakta kepada peneliti

    (Ibrahim, 2015: 93). Adapun dokumen dalam penelitian ini

    berupa data biografi sekolah dan foto-foto bersama responden.

    E. Analisis Data

    Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

    dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

    menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

    pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

    kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain

    (Sugiyono, 2016: 244). Dalam penelitian ini model analisis yang

    digunakan adalah analisis deskriptif. Melalui analisis deskriptif, peneliti

    mendeskrisikan informasi yang telah didapat dalam proses penelitian.

    F. Pengecekan Keabsahan Data

    Keabsahan data merupakan konsep penting atas konsep kesahihan

    (validitas) dan keandalan (reliabilitas), maka untuk menjamin validitas

    data, akan dilakukan dengan teknik triangulasi data. Triangulasi

    merupakan teknik penarikan kesimpulan yang sesuai diperlukan tidak

    hanya dari satu cara pandang (Sutopo, 2002: 79) dalam penelitian ini

    menggunakan triangulasi metode.

    Terdapat empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan

    keabsahan data menurut Sugiyono (2016: 270) yaitu validitas internal,

  • 36

    validitas eksternal, reliabilitas, dan obyektivitas. Sedangkan yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah obyektivitas, yaitu sebagai ciri

    keabsahan data dalam penelitian kualitatif, bermakna adanya kepastian

    terhadap setiap data yang didapatkan (Ibrahim, 2015: 121). Kriteria ini

    digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara

    mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang

    didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

  • 37

  • 38

    BAB IV

    PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    A. Paparan Data

    1. Gambaran Umum SMA N 1 Bringin

    SMA N 1 Bringin berdiri pada tahun 1992, beralamat di Jalan

    Wibisono, Gang II/No 3, Bringin, Semarang, Jawa Tengah. SMA N 1

    Bringin merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki visi

    misi yang tak jauh dengan pembentukan akhlak pada peserta didik

    yang unggul dalam prestasi dan luhur dalam budi pekerti.

    Pak Mudiyono selaku Wakil Kepala Sekolah menyampaikan,

    SMA N 1 Bringin menyediakan tiga jurusan yaitu, MIPA, IPS dan

    Bahasa. Dengan jumlah siswa kurang lebih 800 siswa, SMA N 1

    Bringin memiliki 24 rombongan belajar dengan rincian, dalam setiap

    kelas X, XI, dan XII terdiri dari 4 kelas jurusan MIPA, kemudian 3

    kelas jurusan IPS, dan 1 kelas jurusan Bahasa. Kurikulum yang

    digunakan SMA N 1 Bringin saat ini adalah kurikulum 2013 dengan

    dua tambahan muatan kurikulum, yaitu mata pelajaran PKWU dan

    BKTIK. Dalam masa pandemi ini, kurikulum yang digunakan oleh

    sekolah disesuaikan menjadi kurikulum 2013 keadaan khusus

    (Observasi tanggal 31 Agustus 2020).

    Dalam proses belajar mengajar, siswa maupun guru

    membutuhkan fasilitas penunjang untuk membantu tercapainya tujuan

    dari pembelajaran tersebut. Dari hasil observasi pada tanggal 31

  • 39

    Agustus 2020, fasilitas penunjang pembelajaran yang disediakan oleh

    SMA N 1 Bringin meliputi perpustakaan, ruang Laboratorium Biologi,

    Fisika, Kimia, dan Bahasa. Juga terdapat ruang Komputer untuk

    penyelenggaraan UNBK dan kedepannya untuk AKM.

    2. Visi dan Misi SMA N 1 Bringin

    a. Visi

    Terwujudnya warga sekolah yang beriman dan bertaqwa,

    luhur dalam budi pekerti unggul dalam prestasi, berwawasan

    lingkungan dan kearifan lokal serta berdaya saing global.

    b. Misi

    1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

    Maha Esa melalui pendalaman dan pengamalan ajaran agama

    2. Meningkatkan kesadaran dan mengembangkan nilai-nilai luhur

    bangsa serta budi pekerti melalui berbagai strategi implementasi

    pendidikan karakter dengan melibatkan seluruh stakeholder

    sekolah

    3. Membiasakan warga sekolah untuk menjaga kebersihan dan

    kelestarian lingkungan.

    4. Menumbuhkembangkan semangat berkompetisi dan berprestasi

    secara sehat

    5. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga

    kependidikan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan

    serta etos kerja yang tinggi.

  • 40

    6. Meningkatkan prestasi akademik peserta didik melalui

    peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran

    7. Meningkatkan prestasi non-akademik peserta didik dengan

    mengoptimalkan kegiatan pembinaan bakat minat peserta didik

    serta potensi yang ada

    8. Meningkatkan pengetahuan serta kecintaan terhadap budaya dan

    seni daerah serta kemampuan mengembangkan potensi lokal

    sehingga berdaya saing nasional maupun internasional

    9. Menumbuhkan wawasan global warga sekolah melalui

    penguasaan teknologi informasi dan kompetensi bahasa asing

    c. Tujuan

    a) Meningkatkan prestasi akademik siswayang di tandai dengan

    meningkatnya peringkat belajar

    b) Meningkatkan ketrampilan agar siswa mampu mandiri

    c) Meningkatkan prestasi para warga sekolah dalam karier

    profesional

    d) Meningkatkan disiplin semua wargasekolah dalam

    melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing

    e) Meningkatkan kesejahteraan warga sekolah

    f) Meningkatkan kesadaran terhadapkelestarian lingkungan dalam

    rangka mewujudkan sekolah adiwiyata

    g) Meningkatkan pemanfaatan lingkungan

  • 41

    3. Profil SMA N 1 Bringin

    Tabel 3.1 Identitas SMA N 1 Bringin

    a. Identitas SekolahNama sekolah SMA Negeri 1 BringinNPSN 20320385Jenjang Pendidikan SMAStatus Sekolah NegeriAlamat Sekolah JL.Wibisono II/3Kelurahan BringinKecamatan BringinKabupaten/Kota SemarangProvinsi Jawa TengahNegara IndonesiaKode Pos 50772b. Data LengkapSK Pendirian Sekolah 1216/O/1992Tanggal SK Pendirian 1992-05-05Status Kepemilikan Pemerintah DaerahSK Izin Operasional 1216/O/1992Tgl SK Izin Operasional 1992-05-05Akreditasi ARekening Atas Nama SMA NEGERI 1 BRINGINLuas Tanah Milik (m2) 0Luas Tanah Bukan Milik(m2) 20000

    Nama Wajib Pajak -NPWP -c. Kontak SekolahNomor Telepon (0298)7100508 - (0298)3420611Nomor Fax -Email [email protected]

    Website http://sman1bringin.sch.id

    4. Data Guru dan Karyawan SMA N 1 Bringin

    Tabel 3.2 Data Guru dan Karyawan SMA N 1 Bringin

    No. NAMA Guru Mapel Jabatan

    1. Rr. Tri Widiyastuti, S.Pd. Bahasa Indonesia Kepela Sekolah

    2. Nurcahyo, S.Pd. Seni Budaya

  • 42

    3. Agus Warsitu, S.Pd., M.M. Geografi

    4. Listiyani, S.Pd. Sosiologi

    5. Muslih, S.Pd. PPKnWakil Kepala

    Humas

    6. Endardiyono, S.Pd. FisikaKepala

    Laboratorium

    7. Paryanta, S.Pd.Matematika

    Umum

    8. Sri Pujiastuti, S.Pd. Biologi

    Penanggung

    jawab Adi

    Wiyata

    9. Dra. Sumini Bahasa Indonesia

    10. Khofid, S.Pd.Matematika

    Umum

    11. Riningsih, S.Pd. BK

    12. Erny Yuliati, S.Pd.

    Bahasa Inggris

    PJP Literasi

    Bahasa dan

    Sastra Inggris

    Bahasa dan

    Sastra Inggris

    LM

    13.Dolah Joko Wibowo,

    M.Pd.

    Ekonomi

    Ekonomi LM

    14. Mudiono, S.Pd. KimiaWakil Kepala

    Kurikulum

    15. Budi Sutopo, S.Si. Fisika Staf. Kes

    16. Y. Bangun Widadi, M.Pd.

    Matematika

    UmumStaf. Sarpras

    Matematika

    Peminatan

    17. Wahyu Haryatno, S.Pd. Biologi Wakil

  • 43

    Kurikulum

    Sarpras

    18. Mujiyati, S.Pd. PJOK

    19. Didik Arijanto, S.Pd.Geografi,

    Geografi LM

    Wakil Kepala

    Kes.

    20. Yusnita Ariyansyah,S.Pd.

    Bahasa Inggris

    Bhs dan Sastra

    Inggris

    Bhs dan Sastra

    Inggris LM

    21.Dra. Dwi Lestariningsih,

    S.Pd.

    PPKn

    Sosiologi

    22. Sidiq Joko Purnomo, S.Pd.

    Sejarah Indonesia

    Sejarah

    Antropologi

    23. Titik Insiroh, S.S.

    Bahasa Indonesia

    Bahasa dan

    Sastra Indonesia

    24. Rusmiah, S.Kom.BKTIK

    PKWU

    25.Muhamad Fitri Krisnawan,

    S.Pd.

    EkonomiStaf. Humas

    Ekonomi LM

    26. Siti Zulaihah, S.Pd. Bahasa Jawa

    27.Anjas Karuniawan, S.Pd.,

    M.A.

    Bahasa Inggris

    Staf. Kurikulum

    Bahasa dan sastra

    Inggris

    Bahasa dan sastra

    Inggris LM

    28. Iza Aziza, S.Pd. Seni Budaya

    29. Riska Yudha Wardhana, Bahasa Jepang

  • 44

    S.Pd. Bahasa Jepang

    LM

    30. Titik Setyorini, S.Pd.

    Sejarah Indonesia

    Sejarah

    Antropologi

    31. Erni Riyanti, S.Pd.Kimia

    PJP PKWUPKWU

    32. Danny Pratama, S.Pd. PJOK

    33.Alifyani Khoirun Nisa,

    S.S.Bahasa Indonesia

    34. Ahmad Nadhir, S.Pd.I PABP (Islam)

    35. Zaeni Hasan, S.Pd.

    Matematika

    Matematika

    peminatan

    36. Dwi Astuti, S.Pd.

    BK

    Bahasa Inggris

    Bahasa dan sastra

    Inggris LM

    37.Estiningtyas Retno

    Windarti, S.Pd.

    Bahasa Inggris

    Bahasa dan

    Sastra Inggris

    Bahasa dan sastra

    Inggris LM

    38. Patmiyati, S.Pd. Bahasa Jawa

    39.M. Fathoni Ananto

    Wibowo, S.Pd.BK

    40.Indana Mashlahatur

    Rifqoh, S.Pd.PABP (Islam)

    41. Arifatul Masruroh, S.Pd.Matematika

    Matematika

  • 45

    Peminatan

    42. Meyka Triadi, S.Pd.

    Sejarah Indonesia

    Sejarah

    Sejarah

    Antropologi

    43.M. Abdul Wahid Ulya,

    S.Pd.IPABP (Islam)

    44. Tia Ardiyanti, S.Pd. PJOK

    45. Devi Risna A., S.Pd.PKWU

    Kimia

    46. Susmitha Liliyani, S.Pd. Bahasa Indonesia

    47.Addini Mahya Rahmasari,

    S.Psi.BK

    48. Sumanta, S.Pd.B. PABP (Budha)

    Adapun agama yang dianut oleh guru yaitu, 36 guru beragama

    Islam, 5 guru beragama Katholik, 5 guru beragama Kristen, dan 2 guru

    beragama Budha. Sedangkan siswa, di setiap kelasnya kurang dari 2%

    merupakan non muslim diantaranya yaitu menganut agama Kristen,

    Katholik, dan Budha (Observasi, 31 Agustus 2020). Dalam penelitian ini

    peneliti mewawancarai 3 guru PAI dan 1 guru BK sebagai narasumber,

    yaitu: Ahmad Nadhir, S.Pd.I pendidikan terakhir S1 jurusan PAI di IAIN

    Salatiga. Indana Mashlahatur Rifqoh, S.Pd. pendidikan terakhir S1 jurusan

    PAI di UIN Walisongo. M. Abdul Wahid Ulya, S.Pd.I. pendidikan terakhir

    S1 jurusan PBA di IAIN Salatiga dan sedang menempuh pendidikan S2

    jurusan PAI di IAIN Salatiga. Fathoni Ananto Wibowo, S.Pd. pendidikan

    terakhir S1 jurusan Bimbingan dan Konseling di UKSW.

  • 46

    B. Analisis Data

    1. Nilai-nilai pluralisme yang dikembangkan dalam Pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bringin

    Dilihat dari kajian teori di atas, penting sekali untuk

    mengembangkan nilai-nilai pluralisme pada anak. Oleh karena itu,

    guru sebagai figur panutan harus mampu membimbing dan

    memberikan teladan yang tepat kepada anak tentang sikap inklusif dan

    pluralis. Pendidikan nilai-nilai pluralisme bukan mengajarkan tentang

    menyamaratakan atau meleburkan kekhasan dari tiap kelompok yang

    beragam menjadi suatu kelompok yang baru. Pluralisme didefinisikan

    sebagai pemahaman terhadap keragaman diiringi dengan sikap konkrit

    bahwa diantara kita sekalipun berbeda keyakinan, namun tetap saudara

    dan saling membantu antar sesama.

    a. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Agama

    Kebebasan memilih agama pada hakikatnya identitas

    manusia yang tidak dapat diganggu oleh siapapun. Ibu Indana

    selaku guru PABP di SMA N 1 Bringin menyampaikan bahwa

    SMA N 1 Bringin merupakan lembaga pendidikan umum, jadi

    tidak memaksa untuk memeluk satu keyakinan atau paham tertentu.

    Untuk agama Islam sendiri tidak fanatik terhadap satu paham

    tertentu, tapi tetap menghindari aliran atau kelompok yang bersifat

    radikal untuk masuk ke dalam lembaga pendidikan khususnya di

    SMA N 1 Bringin (wawancara, 26 Agustus 2020).

  • 47

    Sikap pluralis diperlukan untuk mempersiapkan peserta

    didik dalam menghadapi perbedaan agama, suku, madzhab dan

    perbedaan-perbedaan lainnya. Apabila dilihat dalam lingkup SMA

    N 1 Bringin lebih terfokus pada perbedaan agama dan doktrinisasi

    pemikiran dalam kalangan yang beragama Islam. Dalam hal ini

    guru tidak begitu mengalami kesulitan untuk menumbuhkan sikap

    toleransi pada peserta didik, karena pembiasaan atau budaya yang

    ada di SMA N 1 Bringin tidak menjadikan perbedaan sebagai

    penghalang mereka untuk tetap berinteraksi, saling menghormati

    satu sama lain dan memupuk persaudaraan. Kemudian materi kelas

    XI tentang toleransi, rukun dan menghindari tindak kekerasan juga

    sesuai dengan nilai-nilai pluralisme agama. Seperti yang

    disampaikan oleh Bapak Wahid selaku Guru PABP Islam di SMA

    N 1 Bringin:

    ”Terdapat materi toleransi dan kerukunan, yang memilikiintegritas yang tinggi dalam memandang pluralismekeyakinan dalam teologi maupun ideologi, yang tidakkeluar dari pancasila. Agar murid terhindar dari fanatisme,saya membuka selebar-lebarnya pengetahuan siswaterhadap ormas ataupun golongan di Indonesia. Memberipengetahuan tentang 4 madzhab dan rasa tasamuh diantaramereka. Menjelaskan golongan-golongan ekstrimis yangkeluar dari ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.Menanamkan sifat tidak merasa paling benar, agarterhindar dari hati yang gelap.” (wawancara, 02 September2020).Dalam kesempatan lain Bapak Ndhir selaku Guru PABP

    Islam di SMA N 1 Bringin menyampaikan :

    ”Ketika saya mengajarkan materi toleransi agama, sesekalimereka saya ajak menonton filem yang mengandung nilai

  • 48

    toleransi. Setelah itu kita tarik kesimpulan dari filem itu,pas atau tidak dengan urgensi toleransi, kekurangannya dankelebihannya apa, dan juga kira-kira apa saja yang dapatkita contoh dari filem tersebut.” (wawancara, 26 Agustus2020).

    Penyampaian materi dengan strategi tersebut dilakukan

    oleh guru untuk meningkatkan antusiasme anak dalam mengikuti

    proses pembelajaran dengan aktif. Selain itu anak juga bisa melihat

    secara langsung penerapan nilai-nilai yang mengandung unsur

    pluralisme agama ditengah kehidupan masyarakat plural, supaya

    anak terbiasa dengan perilaku yang mencerminkan norma-norma

    tersebut dalam kehidupan.

    b. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Budaya

    Mayoritas masyarakat sekolah SMA N 1 Bringin memiliki

    latar belakang suku yang sama, yaitu suku Jawa yang berarti

    mereka memiliki budaya atau kultur yang tidak jauh beda antara

    satu dengan yang lain. Materi mengenai pluralisme budaya tidak

    diajarkan secara langsung, akan tetapi pembiasaan budaya yang

    baik sesuai dengan ajaran Islam diberikan pada peserta didik untuk

    diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam perjalanan sejarah Islam di Indonesia terdapat

    akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam. Proses ini dijelaskan

    dalam materi strategi dakwah dan perkembangan Islam di

    Indonesia pada kelas XII. Dalam pembelajaran PAI yang paling

    sering digunakan adalah metode ceramah, bercerita, kisah teladan

  • 49

    itu yang paling mudah disampaikan dan diterima siswa. Ibu Indana

    menyampaikan selaku guru PABP Islam di SMA N 1 Bringin:

    ”Tidak semua siswa berasal dari lingkungan pesantren.Banyak dari mereka yang belum terlalu mengenal tokoh-tokoh Islam yang luar biasa. Jadi khususnya dalam materiini saya banyak-banyak menceritakan kisah-kisah tokohmuslim. Seperti Wali Songo contohnya. Ya, seperti ituyang paling mereka suka.” (Wawancara, 26 Agustus 2020).

    c. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Politik

    Belakangan ini banyak pelajar yang ikut serta dalam aksi

    demo tanpa mengetahui dengan pasti alasan serta tujuan demo

    tersebut, dan seringnya berujung dengan tindakan anarkis sebab

    emosi para remaja cenderung masih labil. Tanpa mereka sadari

    hal itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik oleh oknum-

    oknum tertentu. Dalam mata pelajaran PAI terdapat materi

    tentang berfikir kritis dan bersikap demokratis, yang menuntun

    peserta didik untuk leluasa dan bertanggung jawab atas pendapat

    yang mereka sampaikan, juga memberi kebebasan bagi yang lain

    untuk mendapat hak yang sama. Materi ini menjadi materi pokok

    pada kelas XII. Bapak Ndhir selaku Guru PABP Islam di SMA N

    1 Bringin dalam wawancara pada taggal 26 Agustus 2020,

    menyampaikan :

    ”Ada materi tentang berfikir kritis dan bersikap demokratisdalam pembelajaran PAI. Materi ini menuntun anak untukbebas berpendapat dan tidak memaksakan kehendak,asalkan dilandasi dengan dasar atau pedoman yang benar.Ketika pembelajaran, doktrin khasanah (dalam halkebaikan) kita yang harus masuk untuk menghindaridoktrin-doktrin radikalisme. Maka saya seringmemberikan satu contoh permasalahan-permasalahan

  • 50

    simpel yang berbanding terbalik misal diskusi mengenaicara berpakaian, mengapa harus begini, kenapa harusbegitu, lalu kita kemas dengan arahan yang benar,sehingga anak terpacu untuk berfikir mana yang benar danmana yang salah.”

    Siswa dituntun untuk lebih berhati-hati dalam menyaring

    informasi keagamaan ataupun isu politik. Pendalaman materi

    berfikir kritis ini juga termasuk upaya guru dalam mencegah

    fanatisme terhadap suatu golongan yang tidak mau menerima

    perbedan, menolak perubahan, dan memaksa mengikuti paham

    yang dianut, karena hal ini bisa menjerumuskan anak menuju

    perbuatan radikal. Al-Qur’an, Hadits maupun ijma’ selalu

    menjadi dasar atau sumber dari materi yang diberikan. Siswa

    dibiasakan bahwa ketika memahami nas keagamaan tidak hanya

    secara tekstual saja melainkan juga melihat maknanya, serta ij’ma

    terdahulu. Guru juga selalu berpesan untuk berhati-hati dan lebih

    kritis dalam bersosial media, karena pemahaman terhadap agama

    secara tekstual memicu masuknya doktrin-doktrin radikalisme

    dengan mudah.

    d. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Hubungan Sosial

    Salah satu nilai-nilai pluralisme yaitu hidup berdampingan

    dan berlomba-lomba dalam kebaikan, sesuai dengan materi dalam

    Pendidikan Agama Islam kelas XI mengenai kompetisi dalam

    kebaikan dan etos kerja. Selain itu menumbuhkan rasa

    persaudaraan antar sesama juga berkaitan erat dengan nilai-nilai

    pluralisme. Dalam materi Pendidikan Agama Islam terdapat juga

  • 51

    materi mengenai ukhwah/ persaudaraan. Seperti yang disampaikan

    oleh Ibu Indana selaku Guru PABP Islam di SMA N 1 Bringin:

    ”Di kelas X terdapat bab mengenai ukhwah/ persaudaraan.Dalam materi ini, kita menanamkan persaudaraan antarsesama, yang merujuk pada kuatnya solidaritas tanpamemandang latar belakang keyakinan. Kalau masalahakidah, memang tidak bisa dicampuri. Akan tetapi dalammasalah akhlaq dan muamalah keseharian, kita masih bisauntuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sekitardengan segala keragamannya. Tetap menjalin persaudaraanseperti biasanya, tanpa mencampuri akidah.” (Wawancara,26 Agustus 2020).

    Terdapat materi berbuat baik kepada sesama di kelas XII.

    Ibu Indana selaku Guru PABP Islam di SMA N 1 Bringin

    menyampaikan:

    ”Dalam materi berbuat baik kepada sesama, saya banyak-banyak cerita tentang kisah-kisah orang alim ke anak-anak.Guru juga harus memberi contoh yang baik dalam bersikapdan bertingkah laku. Untuk prakteknya ya merekamenerapkan itu dikehidupan sehari-hari, dan ada beberapakegiatan-kegiatan sosial di sekolah yang melibatkanseluruh masyarakat sekolah, saling bekerjasama tidakmembeda-bedakan status sosial.” (wawancara, 26 Agustus2020).

    Beberapa materi Pendidikan Agama Islam yang

    mengandung nilai pluralisme diantaranya yaitu materi kelas XI

    tentang hormat dan patuh kepada guru. Materi ini tidak diajarkan

    secara langsung, karena materi tersebut sudah dibahas di jenjang

    pendidikan sebelumnya,akan tetapi menjadi pembiasaan peserta

    didik dalam kehidupan sehari-hari.

  • 52

    2. Aktualisasi nilai-nilai pluralisme yang ada di SMA N 1 Bringin

    Pendidikan nilai-nilai pluralisme diberikan untuk menghindari

    anak dari resiko negatif perilaku fanatisme yang berlebih sehingga

    menjurus perilaku radikal. Maka dari itu di SMA N 1 Bringin

    mempunyai beberapa kegiatan yang dapat membentuk dan

    mengembangkan karakter pada anak didik. Diantaranya yaitu kegiatan

    sosial maupun keagamaan, berikut pemaparannya:

    a. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Aspek Agama

    SMA N 1 Bringin merupakan sekolah umum yang tidak

    terikat dengan suatu keyakinan atau paham tertentu, jadi tidak

    pernah memaksa masyarakat sekolah untuk menganut paham

    tertentu. Bentuk kebebasan beragama di sekolah ini salah satunya

    yaitu mengenai kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan

    dilakukan sebagai wujud pembentukan akhlak siswa agar menjadi

    pribadi yang religius, senantiasa ingat kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, dan berbuat baik dalam keadaan apapun. Ketika siswa muslim

    sedang mengadakan kegiatan keagamaan atau merayakan hari

    besar Islam, bagi siswa yang Nasrani/Katholik maupun Budha

    selalu diberi ruang untuk melakukan kegiatan keagamaan, seperti

    kajian maupun do’a bersama, begitu juga sebaliknnya.

    Kegiatan keagamaan untuk yang beragama Islam

    diantaranya:

    a) Sholat berjama’ah. adanya kegiatan sholat berjama’ah

    dilakukan oleh semua warga SMA N 1 Bringin yang

  • 53

    muslim. Sholat berjamaah ini dibagi menjadi 3, yaitu

    sholat dzuhur berjama’ah, sholat dhuha berjama’ah,

    sholat jum’at berjama’ah. Untuk sholat dzuhur dan

    dhuha dilakukan di masjid sekolah. Sedangkan sholat

    jum’at diperbolehkan untuk melaksanakan sholat jum’at

    di tempat yang mereka kehendaki.

    b) Maulidan /memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad

    SAW.

    c) Berqurban saat h