skripsi Gustria Ernis
-
Upload
gustria-ernis -
Category
Documents
-
view
181 -
download
9
Transcript of skripsi Gustria Ernis
i
PENGARUH EKSTRAK UMBI “SIMBAGH UTAK”
(Hydnophytum sp) TERHADAP KADAR ASAM URAT Mus
musculus JANTAN DAN KARAKTERISASI HASIL ISOLASI
MENGGUNAKAN FTIR
SKRIPSI
Oleh: GUSTRIA
ERNIS
A1F009030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
i
PENGARUH EKSTRAK UMBI “SIMBAGH UTAK”
(Hydnophytum sp) TERHADAP KADAR ASAM URAT Mus
musculus JANTAN DAN KARAKTERISASI HASIL ISOLASI
MENGGUNAKAN FTIR
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Strata 1 Pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu
Oleh: GUSTRIA
ERNIS
A1F009030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
PENGARUH EKSTRAK UMBI “SIMBAGH UTAK”
(Hydnophytum sp) TERHADAP KADAR ASAM URAT Mus
musculus JANTAN DAN KARAKTERISASI HASIL ISOLASI
MENGGUNAKAN FTIR
SKRIPSI
OLEH:
GUSTRIA ERNIS
A1F009030
Disahkan Oleh:
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Dekan FKIP, Ketua Jurusan PMIPA,
Prof. Dr. Rambat Nur Sasongko, M. Pd Dra. Diah Aryulina, M.A., Ph.D
NIP. 196112071986011001 NIP. 19620718198702 2 001
ii
PENGARUH EKSTRAK UMBI “SIMBAGH UTAK” (Hydnophytum sp)
TERHADAP KADAR ASAM URAT Mus musculus JANTAN DAN
KARAKTERISASI HASIL ISOLASI MENGGUNAKAN FTIR
SKRIPSI
OLEH:
GUSTRIA ERNIS
A1F009030
Telah dipertahankan di Depan Tim Penguji Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Hari / Tanggal : Selasa/ 12 Maret 2013
Pukul : 12.00 s/d 14.00 WIB
Tempat : Ruang Dosen Program Studi Pendidikan Kimia
Dekanat FKIP Universitas Bengkulu
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing:
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Dr. Agus Sundaryono, M. Si Dewi Handayani, M. Si
NIP. 19600806 198703 1 005 NIP. 19821226 200501 2 002
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji:
Penguji Nama Tanda Tangan Tanggal
Penguji I Dr. Agus Sundaryono, M. Si
NIP. 19600806 198703 1 005
Penguji II Dewi Handayani, M. Si
NIP. 19821226 200501 2 002
Penguji III Wiwit, M. Si
NIP. 19820512 200812 2 002
Penguji IV Drs. Hermansyah Amir
NIP. 19620920 199803 1 001
iii
iv
Motto dan Persembahan
Motto 1. Man jadda wa jadda (siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil).
2. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya
3. Manusia yang paling mulia disisi Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi
orang lain
4. Semua yang indah belum tentu baik, tetapi semua yang baik itu indah
5. Cita-cita memang berawal dari mimpi, tetapi kita harus bangun terlebih dahulu
untuk meraihnya
Persembahan Sujud syukurku pada-Mu ya Allah, setelah kulewati perjalanan ini dengan rahmat-Mu, dengan kerendahan hati kupersembahkan karya ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta (Ibu dan Papa) yang selalu mencurahkan perhatian, doa dan kasih sayangnya yang tulus
Kedua pembimbing skripsiku (Pak Agus dan Bu Dewi) yang telah memberikan
waktu, ilmu, perhatian, dan masukan.
Keempat saudaraku (One Mai, Unang Iza, Kak imil dan adekq oryadi) yang selalu
menjadi inspirator dan motivator dan ponakan-ponakanku yang selalu menghiburku
dengan kelucuan-kelucuan
Keluarga besar ku di Bengkulu (om, ante, etek, bg wahyu, bg abdi, uni iil, ridha,
miftha, andika, dan adek ira) yang selalu menyemangatiku dan membantu dalam
banyak hal
Keluargaku di padang (keluarga angah, mak enek, tek upik, om pin, tek angah,
paman, ante nel, pakngah, pektek) yang selalu berdoa untuk keberhasilanku
Seseorang yang sangat berarti (Perkasa Arian) yang selalu mendampingi,
menasehati, dan memberiku semangat.
Sahabatku yang banyak memberi perhatian dan bantuan selama kuliah dan skripsi
(Mayshah, Ami, Nega, Nanik, Wika, Puspa, Rara, Mb ii, Fajar, Arif, Ical dan
semua anak chemilan/ chem-09).
Sahabat-sahabat KKN UNIB-UNTIRTA Desa Tanah Tinggi (Ve, Ega, Rizal, Asep, Rendra dan K’ Mario). Terimakasih atas kebersamaannya selama 2 bulan, sudah menjadi sahabat sekaligus saudaraq.
Kakak-kakak ku (mbk voe, mbk winda, kak amir, kak deni, mbk rere) yang selalu
membantu dan memberi masukan.
Teman-teman dan adek-adekqku dipanti asuhan kasih ibu, terimaksih atas semangat
dan do’anya.
Adek-adekq chem-10 dan 11
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Almamaterku
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gustria Ernis
NPM : A1F009030
Program Studi : Pendidikan Kimia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil
karya ilmiah yang disusun berdasarkan prosedur penelitian/pengembangan yang
penulis lakukan sendiri dan bukan merupakan duplikasi skripsi/karya ilmiah orang
lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode ilmiah.Demikian pernyataan ini penulis buat agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bengkulu, Maret 2013
Yang menyatakan,
GUSTRIA ERNIS
NPM. A1F009030
vi
PENGARUH EKSTRAK UMBI “SIMBAGH UTAK” (Hydnophytum sp)
TERHADAP KADAR ASAM URAT Mus musculus JANTAN DAN
KARAKTERISASI HASIL ISOLASI MENGGUNAKAN FTIR
Gustria Ernis*, Dewi Handayani**, Agus Sundaryono*** Program Studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Bengkulu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak umbi “simbagh utak”
(Hydnophytum sp) terhadap kadar asam urat darah M. musculus jantan yang diberi
pakan tinggi purin dan mengetahui gugus fungsional dalam umbi Hydnophytum sp
menggunakan FTIR. Sebanyak 25 ekor M. musculus jantan dibagi menjadi 5
kelompok.Kelompok 1 (K1) sebagai kontrol normal diberi pakan standar yaitu
pelet. Kelompok 2 (K2) sebagai kontrol negatif diberi pakan tinggi purin.
Kelompok 3-5 (K3,K4,K5) masing-masing diberi perlakuan pakan tinggi purin
dan ekstrak Hydnophytum sp dengan dosis berturut-turut 5,3mg/30 gBB,
10,2mg/30gBB dan 21,2mg/30gBB secara peroral. Pengukuran asam urat
dilakukan dengan metode digital menggunakan easy touch/GCU.Proses ekstraksi
dilakukan mengggunakan maserasi dan ekstraksi cair-cair. Pemilihan eluen dan
pemisahan komponen yang diisolasi dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis dan kromatografi kolom.Hasil isolasi dikarakterisasi menggunakan
spektroskopi FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak umbi “simbagh
utak” dosis 5,3mg/30gBB, 10,2mg/30gBB dan 21,2mg/30gBB dapat menurunkan
kadar asam urat M. musculus jantan yang diberi pakan tinggi purin berturut-turut
sebesar 34,1%, 48,0% dan 53,4%. Karakterisasi hasil isolasi menggunakan FTIR
menunjukkan adanya gugus –OH, C=O, C-H alifatik, C=C aromatik, -CH2, C-H
aromatik, dan C-O yang diduga merupakan gugus fungsi dari senyawa flavonoid.
Kata kunci : “simbagh utak” (Hydnophytum sp), asam urat, FTIR
* : Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas Bengkulu NPM. A1F009030
** : Pembimbing pendamping
*** : Pembimbing utama, email: [email protected]
vii
EFFECT OF EXTRACT “SIMBAGH UTAK” (Hydnophytum sp) TUBER
OF URIC ACID LEVELS OF Mus musculus MALE
ANDCHARACTERIZATIONOFISOLATIONUSINGFTIR
Gustria Ernis*, Dewi Handayani**, Agus Sundaryono*** Program Studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Bengkulu
ABSTRACT
This research aims to know the effect of extract “simbagh utak” (Hydnophytum
sp) tuber of blood levels uric acid in M. musculus males who were given high feed
purin and determine functional groups in the tuber Hydnophytum sp using FTIR.
As many as 25 M. musculus males tail is divided into 5 groups. Group 1 (K1) as
normal controls were given standard feed the pellets. Group 2 (K2) as negative
control given the high feed purin. Groups of 3-5 (K3, K4, K5) are each given a
high feed purin treatment and extract Hydnophytum sp with successive doses of
5.3mg/30gBW, 10,2mg /30gBW and 21.2 mg/30gBW for peroral. Measurement
of uric acid is carried out by the digital method using the easy touch/GCU. The
extraction process is done using maceration and liquid-liquid extraction. The
selection of eluen and separation of the components is done using isolated thin
layer chromatography and chromatography columns. The results of isolation are
characterized using FTIR spectroscopy. The results showed that the extract of
tuber “simbagh utak” dosis 5, 3mg/30gBW, 10,2 mg/30gBW, 21,2 mg/30gBW
can lower the levels of uric acid M. musculus males who were given high feed
purin sequential 34,1%, 48,0% and 53.4%. FTIR characterization of the use of
isolation results indicate the cluster – OH, C = O, aliphatic C-H, C = C aromatic, -
CH2, C-H aromatic and C-O is thought to be the functional group of compounds
of flavonoids.
Keywords: “simbagh utak” (Hydnophytum sp), uric acid, FTIR
* : Chemistry Education Student, University of Bengkulu, NPM. A1F009030
** : Co-supervisor
*** : Supervisor, email: [email protected]
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Umbi “simbagh utak”
(Hydnophytum sp) terhadap Kadar Asam Urat Mus musculus Jantan dan
Karakterisasi Hasil Isolasi Menggunakan FTIR”.
Skripsi ini dapat selesai tidak hanya karena usaha dan kemampuan penulis
sendiri, melainkan begitu banyak bantuan, saran, informasi dan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung, maupun tidak langsung. Untuk itulah dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rambat Nur Sasongko, M. Pd, sebagai Dekan FKIP
Universitas Bengkulu
2. Ibu Dra. Diah Aryulina, M. A, Ph. D, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
3. Bapak Dr. M. Lutfi Firdaus, M. T dan Ibu Wiwit, M. Si sebagai Ketua dan
Sekretaris Progran Studi Pendidikan Kimia yang telah memberi ilmu,
semangat dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Agus Sundaryono, M. Si sebagai Pembimbing Utama yang
telah banyak memberikan waktu , ilmu, perhatian, semangat, masukan,
bantuan dan nasehat yang berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik
5. Ibu Dewi Handayani, M. Si selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, perhatian dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dewan Penguji, terimaksih atas saran yang telah diberikan
ix
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kimia Universitas
Bengkulu yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis belajar
di bangku kuliah.
8. Kedua Orang tua dan keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan
mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Mahasiswa kimia angkatan 2009 (Chemilan, Chemistry 09),
kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberi dukungan, masukan, dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan yang memerlukan perbaikan dan penyempurnaan, namun penulis
berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bengkulu, Maret 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 3
1.4 Keaslian Penelitian ............................................................................ 3
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Pustaka ..................................................................................... 5
2.2 Landasan Teori .................................................................................. 6
2.2.1 Asam Urat ....................................................................................... 6
2.2.2 Asam Nukleat dan Purin ................................................................. 7
2.2.3 Sintesis Asam Urat ......................................................................... 8
2.2.4 Mencit (Mus musculus)................................................................... 12
2.2.5 Sarang Semut (Hydnophytum sp) ................................................... 12
1. Morfologi Sarang Semut (Hydnophytum sp) .............................. 14
2. Kandungan kimia Sarang Semut dan khasiatnya....................... 15
2.2.6 Senyawa Metabolit Sekunder ......................................................... 15
1. Flavonoid .................................................................................... 16
2. Tanin ............................................................................................ 17
3. Terpenoid .................................................................................... 17
4. Saponin ....................................................................................... 18
5. Alkaloid ....................................................................................... 18
6. Fenolat ........................................................................................ 18
2.2.7 Ekstraksi dan Maserasi ................................................................... 18
2.2.8 Kromatografi.................................................................................. 19
xi
1. Kromatografi Lapis Tipis ........................................................... 19
2. Kromatografi kolom .................................................................. 20
2.2.7 Spektroskopi FTIR......................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 23
3.3 Langkah Kerja ................................................................................... 24
1. Penyedian sampel sarang semut .................................................... 24
2. Uji fitokimia .................................................................................. 24
3. Ekstraksi umbi sarang semut......................................................... 26
4. Penyediaan mencit jantan.............................................................. 26
5. Fraksinasi Ekstrak kasar................................................................ 30
6. Kromatografi Lapis Tipis .............................................................. 31
7. Kromatografi Kolom ..................................................................... 31
8. Identifikasi gugus fungsional ........................................................ 32
9. Analisis data .................................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Pengaruh Ekstrak Hydnophytum sp ............................................. 35 4.2 Isolasi Senyawa Hydnophytum sp ..................................................... 41
4.2.1 Ekstraksi cair-cair ekstrak kasar Hydnophytum sp...................... 41
4.2.2 Pemilihan eluen menggunakan KLT........................................... 44
4.2.3 Pemisahan dan pemurnian menggunakan Kromatografi kolom . 45
4.2.4 Identifikasi gugus fungsional menggunakan FTIR ..................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 51 5.2 Saran .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
LAMPIRAN.................................................................................................... 56
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Asam urat menyerang ibu jari ........................................................ 6
Gambar 2. Struktur Asam Urat ........................................................................ 6
Gambar 3. Reaksi enzim xhantin oksidase mengkatalisis hypoxhantin,
xhantin, menjadi asam urat............................................................ 9
Gambar 4. Mekanisme sintesis purin ............................................................... 10
Gambar 5. Mekanisme katabolisme purin menjadi asam urat ......................... 11
Gambar 6. Tanaman “simbagh utak” (Hydnophytum sp) ................................ 13
Gambar 7. Umbi “simbagh utak” (Hydnophytum sp) ...................................... 14
Gambar 8. Batang dan daun Hydnophytum sp ................................................. 14
Gambar 9. Struktur dasar Flavonoid ................................................................ 16
Gambar 10. Struktur beberapa tipe Flavonoid ................................................. 16
Gambar 11. Contoh senyawa tannin ................................................................ 17
Gambar 12. Persiapan Sampel ......................................................................... 36
Gambar 13. Grafik pengaruh Hydnophytum sp terhadap kadar asam urat ...... 39
Gambar 14. Hasil ekstraksi cair-cair n-heksana: etanol ................................... 42
Gambar 15. Hasil ekstraksi cair-cair etil asetat : etanol ................................... 43
Gambar 16. Spektrum FTIR Senyawa Hasil Isolasi ........................................ 49
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Perlakuan pada Mus musculus ............................................................ 29
Tabel 2.Contoh tabel Analisis Varians (Anova) .............................................. 33
Tabel 3.Data hasil uji fitokimia awal sampel H.formicarum ........................... 35
Tabel 4.Data rata-rata kadar asam urat mencit (mg/dL) berbagai perlakuan,
F hitung ............................................................................................ 37
Tabel 5. Persentase penurunan kadar asam urat setelah diberi ekstrak........... 40
Tabel 6. Uji fitokimia fraksi n-heksana, etilasetat, dan etanol........................ 43
Tabel 7.Jumlah noda pada berbagai perbandingan campuran pelarut ............. 45
Tabel 8.Hasil uji fitokimia fraksi hasil kromatografi kolom ........................... 48
Tabel 9. Data bilangan gelombang dan kemungkinan gugus fungsinya.......... 50
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rata-rata kadar asam urat mencit (Mus musculus) jantan hari
ke-1, hari ke-8, dan hari ke-10. ................................................... 57
Lampiran 2. Perhitungan SD (Standar Deviasi)............................................... 58
Lampiran 3. Analisis varian data kadar asam urat mencit (Mus musculus)
(mg/dL) hari ke-1, hari-8 dan hari ke-10 .................................... 60
Lampiran 4. Data uji BJND kadar asam urat mencit ....................................... 64
Lampiran 5. Uji T-Student kadar asam urat mencit ......................................... 65
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 67
1
1
I.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Potensi Indonesia dalam bidang obat tradisional sangatlah besar.
Terdapat sekitar 5.131.100 spesies tanaman obat atau sekitar 15,3% dari
seluruh spesies tanaman obat yang ada didunia. Karena itu penelitian dan
pengembangan obat-obatan tradisional Indonesia perlu terus dilakukan
agar potensi tanaman obat Indonesia bisa dioptimalkan.Karena
keunggulannya, tanaman obat diterima sebagai obat alternatif, bahkan
secara resmi diajurkan oleh praktisi di dunia kesehatan.Pada pertengahan
bulan Juli 2000, Menteri Kesehatan RI mengeluarkan imbauan agar dokter
menggunakan obat asli Indonesia berupa obat tradisional yang terbuat dari
racikan tanaman obat (Sukmono, 2009).
Salah satu tanaman obat yang telah digunakan sejak lama oleh
masyarakat suku serawai, Bengkulu Selatan adalah “simbagh utak” yang
dikenal dengan namaSarang semut dengan species Hydnophytum
sp.Menurut hasil wawancara dengan masyarakat suku serawai, tumbuhan
ini dipercaya dapat mengobati sakit kepala dan pegal-pegal. Masyarakat
Suku Serawai menggunakannya dengan cara meminum air rebusan dari
“simbagh utak”, dan menempelkan ke kepala pada saat seseorang
mengalami kecelakaan jika kepalanya terbentur. Namun hal ini dilakukan
masyarakat berdasarkan pengalaman yang turun temurun, bukan
berdasarkan kajian ilmiah yang sistematis dan terencana.Hydnophytum sp
ini memiliki karektistik yang mirip dengan Sarang semut Papua
(Myrmrcodi pendens)yang berasal dari family yang sama yaitu Rubiaceae.
Secara empiris rebusan bubuk tanaman Sarang semutyang berasal dari
Papua (Myrmecodia pendens) atau kapsulnya telah terbukti dapat
menyembuhkan beragam penyakit ringan dan berat, salah satunya adalah
penyakit asam urat (Subroto dan saputro, 2006).Informasi dari masyarakat,
2
2
tumbuhan Hydnophytum spini juga digunakan untuk mengobati pegal-
pegal, dan hal tersebut termasuk salah satu gejala dari penyakit asam urat.
Penyakit asam urat adalah salah satu jenis penyakit yang kasusnya
banyak terjadi dalammasyarakat.Asam urat memang bukan penyakit yang
berat dan mematikan seperti kanker, jantung, dan diabetes
mellitus.Namun, sifatnya yang sering kambuh, membuat jengkel
penderitanya.Rasa sakit yang diderita oleh penderita asam urat disebabkan
mengkristalnya asam urat pada persendian dan pembuluh darah kapiler
(Sukmono, 2009).
Dari penelitian Jeli dan Makiyah (2011) tentang pengaruh pemberian
infusa tumbuhan Sarang semut (Hydnophytum formicarum) terhadap
gambaran histologi pankreas pada mencit(Rattus norvegicus) diabetes
terinduksi aloksan, diketahui bahwa senyawa aktif yang terkandung pada
umbi Hydnophytum formicarum adalah golongan flavonoid yang
mempunyai aktivitas antioksidan termasuk menyaring radikal oksigen dan
menghambat xanthine oxidase dan peroksidase lipid. Xantin oxidase adalah
enzim yang bertanggung jawab mengubah xantin dan hipoxantin menjadi
asam urat(Simanjuntak, 2010). Adanya aktivitas penghambatan terhadap
enzim xantin oksidase, diharapkan dapat menurunkan kadar asam urat
pada penderita hiperurisemia (asam urat berlebih).
Berdasarkan latar belakang diatas, makaperlu dilakukan
penelitiantentang pengaruh ekstrak “simbagh utak” (Hydnophytum sp)
terhadap kadar asam urat Mus musculus jantan dan identifikasi senyawa
aktif menggunakan FTIR. FTIR dipilih agar dapat mengetahui
karakterisasidari segi gugus fungsi yang terdapat pada senyawa aktif dari
ekstrak Hydnophytum sptersebut, sehingga dapat dijadikan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
3
3
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dapat dirumuskan pada penelitian ini
adalah:
1). Bagaimanakah pengaruh ekstrak “simbagh utak” (Hydnophytum sp)
` terhadap kadar asam urat mencit (Mus musculus) jantan?
2). Bagaimanakah hasil karakterisasidarisenyawa hasil isolasi tumbuhan
“simbagh utak”(Hydnophytum sp)dengan menggunakan FTIR?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
1). Tanaman yang akan diisolasi adalah hypokotil (umbi) “simbagh
utak”(Hydnophytum sp) yang berasal dari suku Serawai,Bengkulu
Selatan menggunakan metode maserasi dengan etanol 96%.
2). Uji aktifitas ekstrak tumbuhan “simbagh utak”(Hydnophytum sp)
dilakukan pada M. musculusjantan galur Swiss webster yang diberi
pakan tinggi purin.
3). Pengukuran kadar asam urat M. musculus dilakukan dengan metode
digital menggunakan alat ukur asam urat easy touch/GCU.
4). Teknik pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan
KromatografiLapis Tipis dan Kromatografi Kolom.
5). Senyawa hasil isolasi dikarakterisasi dengan menggunakan
spektometer FTIR.
1.4 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh ekstrak tumbuhan “simbagh
utak” (Hydnophytum sp) terhadap kadar asam urat pada mencit ( Mus
Musculus) jantan yang diberi pakan tinggi purindan identifikasi gugus
fungsi mengggunakan FTIR belum pernah dilakukan dan belum
ditemukan dalam publikasi ilmiah. Penelitian yang telah banyak dilakukan
adalah untuk tanaman Sarang semut yang berasal dari Papua yaitu species
Myrmecodia pendens.
4
4
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh ekstrak tumbuhan “simbagh utak”(Hydnophytum
sp) terhadap kadar asam urat pada mencit (Mus musculus) jantan yang
diberi pakan tinggi purin.
2. Mengetahui hasil karakterisasidarisenyawa hasil isolasi tumbuhan
“simbagh utak” (Hydnophytum sp) dengan menggunakan FTIR.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan bidang ilmu yang ditekuni.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang pengaruh tumbuhan “simbagh
utak”(Hydnophytum sp) yang berasal dari suku Serawai Bengkulu
Selatan terhadap kadar asam urat.Hal ini dapat dijadikan landasan bagi
masyarakat dalammengaplikasikan tumbuhan “simbagh utak” ini
sebagai tanaman obat khususnya terhadap penyakit asam urat.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Sumber informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak tumbuhan
“simbagh utak”(Hydnophytum sp) terhadap kadar asam urat mencit (
Mus Musculus ) jantan yang diberi pakan tinggi purin. Selain
itu,karakterisasi senyawa hasil isolasi“simbagh utak”(Hydnophytum
sp) dapat menjadi sumber referensi untuk penelitian lanjutan tentang
tanaman Hydnophytum sp ini.
5
5
2.1 Studi Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Muspita dan Makiyah (2011) telah melakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian infusa tumbuhanSarang semut(Hydnophytum
formicarum) terhadap gambaran histologi pankreas pada mencit(Rattus
norvegicus) diabetes terinduksi aloksan.Dari hasil penelitian diketahui
bahwa senyawa aktif yang terkandung pada umbi Hydnophytum
formicarum adalah golongan flavonoid yang mempunyai aktivitas
antioksidan termasuk menyaring radikal oksigen dan menghambat
xanthine oxidase dan peroksidase lipid.
Telah dilakukan penelitian oleh Utami (2008) tentang efek fraksi
air ekstrak etanol daun salam (syzygium polyanthum wight) terhadap
penurunan kadar asam urat pada mencit putih (mus musculus) jantan galur
balb-c yang diberi pakan tinggi purin yang membuktikan bahwa senyawa
golongan flavonoid dari daun salam dapat menghambat xanthine oksidase,
sehingga kadar asam urat dalam darah dapat menurun.
Sehubungan dengan asam urat, dalam penelitiannya Dr.Ir M.
Ahkam Subroto, melihat adanya penghambatan aktivitas enzim xanthine
oxidase oleh estrakSarang semut(Myrmrcodia pendens), hal ini
menunjukkan bahwa estrak Sarang semut(Myrmrcodia pendens)setara
denganaktivitas allopurinol, obat kimia komersial yang digunakan untuk
pengobatan asamurat. Namun, bila dampak negatif dari allopurinol bisa
meningkatkan kadarkeratin hingga merusak ginjal, maka Sarang semut
selain menurunkan asam urat jugaakan memperbaiki fungsi ginjal. Ini
berarti Sarang semut(Myrmrcodia pendens)lebih aman digunakandalam
pengobatan asam urat (devinovita, 2010).
6
6
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Asam Urat
Asam urat adalah sebuah kristal putih yang terbentuk di dalam
tubuh sebagai akibat dari hasil metabolisme protein. Asam urat merupakan
sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein serta dari
penguraian senyawa purin seharusnya dibuang dari tubuh melalui urin,
feses, maupun keringat (Setiabudi, 2012). Asam urat (AU) merupakan
produk akhir dari katabolisme adenin dan guanin yang berasal dari
pemecahan nukleotida purin. Urat dihasilkan oleh sel yang mengandung
xanthine oxidase, terutama hepar dan usus kecil. Meningkatnya kadar
asam urat (Hiperuisemia) sering disebut penyakit asam urat. Penyakit
asam urat adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan salah
satu jenis penyakit rematik artiler. Asam urat telah dikenal sejak abad 5
SM ( Sukmono, 2009).
Gambar 1. Asam urat menyerang ibu jari (Anonim, 2011)
Asam urat merupakan produk akhirmetabolisme purin yang terdiri
dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus
molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, AU membentuk ionurat dua kali
lebih banyak daripada pH asam.
Gambar 2. Struktur Asam Urat (Sofitri, 2012)
7
7
Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet
diubah menjadi asam urat secara lansung. Pemecahan nukleotida purin
terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang
mengandung xhantine oxidase terutama di hepar dan usus kecil
(Sofitri, 2012).
Asam urat diproduksi secara normal setiap harinya 600-800 mg.
Asam urat tidak akan terakumulasi selama produksi dan eliminasinya
seimbang. Asam urat akan dieliminasi melalui 2 jalur yaitu sekitar dua
pertiganya akandiekskresikan lewat urin, sedangkan sisanya diekskresikan
melalui usus (Azmi, 2010).
2.2.2 Asam Nukleat dan Purin
Asam nukleat merupakan polimer yang dibentuk oleh
mononukleotida sebagai satuan pembentuknya. Fungsinya yang terpenting
adalah dalam mekanisme molekuler, yaitu menyimpan, mereplikasi dan
menstranskripsi informasi genetika. Mononukleotida terdiri dari tiga
komponen yang khas: basa nitrogen; monosakarida dengan lima atom
karbon; dan asam posfat. Nukleotida terbagi menjadi dua belas basa
nitrogen, yang merupakan derivat senyawa heterosiklik aromatik pirimidin
dan purin. Dua basa purin yang umum adalah adenin dan guanin, masing-
masing dinyatakan dengan A dan G. Pirimidin terdiri dari urasil (U), timin
(T), dan sitosin (C). Pirimidin merupakan molekul planar, sedangkan purin
sedikit mengerut (Wirahadikusumah. 1989).
Asam urat berasal dari basa nitrogen penyusun asam nukleat (RNA
dan DNA) yaitu purin dan pirimidin. Asam nukleat dalam makanan
setelah di digesti, kemudian diabsorpsi dan sebagian besar purin dan
pirimidin dimetabolisme oleh hati. Purinsebagian kecil dikeluarkan
lewat urin terutama setelah diubah menjadi asam urat.Kadar asam urat
normal dalam darah adalah 4 mg/dL. Di ginjal asam urat difiltrasi,
kemudian 98% direabsorpsi dan sisanya 2% diekskresikan (Nurcahyo.
2000).
Terdapat 2 macam metabolisme, antara lain:
9
8
1. Metabolisme, adalah pertukaran zat yang meliputi
pembentukan dan pertukaran zat organik dalam tubuh.
2. Metabolisme basal, merupakan energi minimal yang diperlukan
tubuh untuk mempertahankan kegiatan fisik dasar
(Misnadiarly, 2007).
Protein merupakan polimer atau makromolekul.Asam amino
merupakan satuan pembentuk protein. Asam amino memiliki dua gugus
fungsional yaitu amino –NH2 dan gugus asam karboksilat –COOH. Protein
yang dimakan akan dicerna menjadi asam amino, yang kemudian
diabsorpsi dan digunakan oleh tubuh untuk membentuk protein lainnya.
Asam amino terdiri dari asam amino tidak esensial karena dapat dibuat
oleh tubuh dan asam amino esensial karena harus didapatkan dari makanan
(James, et. al. 2006).
2.2.3 Sintesis Asam Urat
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus
ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari
ribose 5fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosinetriphosphate) dan
merupakan sumber gugus ribosan (Gambar 4). Reaksi pertama, PRPP
bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yangmempunyai
sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil
amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida
inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine
monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis
PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin
dengan menurunkan kadar substrat PRPP.6.
Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama
yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa
hipoxanthine. Inosinemonophosphat berfungsi sebagai titik cabang
dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosinemonophospat (AMP) berasal
dari IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon
10
9
enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP(Guanosine
triphosphate). Guanosinemonophosphat (GMP) berasal dari
IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin kekarbon
dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP. Adenosine monophosphate
mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami
defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk
dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah
oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan
mengalamideaminasi untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan
diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat (Sofitri. 2012).
Reaksi xhantin oksidase mengkatalisis purin menjadi
hypoxhantin,xhantin, dan asam urat:
+ H2O + O2 + H2O2
Hypoxhantin Xhantin
H2O2
+ H2O + O2 +
Xhantin Asam Urat
Gambar 3.Reaksi enzim xhantin oksidase mengkalisis hypoxhantin menjadi
asam urat (Hille. R. 2006)
11
10
Gambar4.Mekanisme sintesis purin (Sofitri, 2012).
12
11
Gambar 5. Mekanisme katabolisme purin menjadi asam urat (Sofitri. 2012)
Asam urat akandibawa ke ginjal melalui aliran darah
untukdikeluarkan bersama air seni. Ginjal akanmengatur kadar asam urat
dalam darah agarselalu dalam keadaan normal. Namun, asamurat yang
berlebihan tidak akan tertampung dantermetabolisme seluruhnya oleh
tubuh, makaakan terjadi peningkatan kadar asam urat dalamdarah.
Hiperurisemia yang lanjut dapatberkembang menjadi gout (Suhendi,
2011).
13
12
2.2.4 Mencit (Mus musculus)
Hewan percobaan yang paling banyak dipakai adalah mencit,
tikus, marmut dan kelinci. Perlu diingat bahwa dalam percobaan yang
menggunakan hewan percobaan tidak selalu diperoleh hasil yang tepat.
Penanganan hewan yang tidak wajar dapat memperbesar penyimpangan
hasil percobaan. Mencit bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul
sesamanya, dan lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari
(Harmita, 2008).
Klasifikasi mencit (M. musculus) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus Linnaeus
Mencit merupakan hewan yang sering dijadikan sebagai hewan
percobaan untuk pengujian aktifitas obat manusia dan tingkat toksisitas
racun. Jenis ini sering digunakan untuk pengujian obat dan toksisitas racun
pada manusia karena fisiologi tubuh mencit hampir sama dengan manusia
(Anonim, 2011).
2.2.5 Sarang semut (Hydnophytum sp)
Sarang semut merupakan salah satu tumbuhan epifit (tumbuhan
yang menempel pada tumbuhan lainnya, tetapi tidak hidup secara parasit
pada inangnya, hanya sebagai tempat menempel) dari Hydnophytinae
(Rubiaceae) yang dapat berasosiasi dengan semut. Sejak dari biji
berkecambah umbinya secara progresif menggelembung dengan
sendirinya. Dalam waktu beberapa bulan, didalam umbi terbentuk rongga-
rongga yang cukup kompleks mirip Sarang semut. Rongga-rongga itu pada
14
13
akhirnya akan menarik perhatian semut-semut jenis tertentu untuk datang
dan membentuk koloni didalamnya, terjadilah simbiosis mutualisme,
artinya tumbuhan menyediakan tempat tinggal serta nutrisi bagi koloni
semut tersebut dan sebagai imbalannya semut-semut tersebut memberikan
perlindungan terhadap ancaman herbivora (pemakan tanaman) seperti ulat
dan juga menyediakan pupuk organik bagi tanaman dalam bentuk debris
(limbah) semut (subroto dan saputro, 2006).
Tumbuhan Sarang semut merupakan anggota dari familyRubiaceae
dengan 5 genus dan hanya 2 genus yang berasosiasi dengan semut yaitu
Myrmecodia (45 spesies) dan Hydnophytum (26 spesies).Sarang
semutjenis pertama adalah Myrmecodia dengan umbi berlabirin kecil dan
memiliki duri di bagian luar umbi, sedangkan jenis kedua adalah
Hydnophytum dengan umbi berlabirin besar dan tidak terdapat duri di
bagian luar umbi(subroto dan saputro, 2006).
Gambar 6. Tanaman “simbagh utak” (Hydnophytum sp)
Adapun Klasifikasi Hydnophytum spyaitu:
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Lamiidae
Ordo : Rubiales
Familli : Rubiaceace
Genus : Hydnophytum
Spesies : Hydnophytum sp (Subroto. 2006)
15
14
1. Morfologi Hydnophytum sp
Menurut Subroto dan Saputro (2006) morfologi tumbuhan dapat
dibedakan menjadi umbi, batang, daun, dan bunga.
Gambar 7. Umbi Sarang semut (Hydnophytum sp)
Umbi: berlabirin besar dan terdapat duri di bagian luar umbi, (Kecuali
pada genusHydnophytum) umbi Sarang Semut memiliki sistem
jaringan yang lubang-lubang serta interkoneksi jaringan yang
sangat khas.
Gambar 8. Batang dan daun Hydnophytum sp
Batang: Batang Sarang semut biasanya hanya memiliki satu atau beberapa
batang yang bercabang, batang tebalnya dan internodanya sangat
dekat, kecuali Sarang semut dari beberapa species.
Daun : Daun Sarang semut tebal seperti kulit.
Bunga : Pembungaan pada Sarang semut mulai sejak beberapa ruas
(internoda) terbentuk dan ada pada tiap nodus (buku)
15
15
2. Kandungan kimia Sarang semut dan Khasiatnya
Kandungan zat berkhasiat dari tumbuhan Sarang semut sebagai
bahan obat tergantung pada tempat tumbuh dan usia tumbuhan. Tumbuhan
Sarang semut yang tumbuh liar di hutan mengandung lebih banyak zat aktif
daripada yang ditanam di pot sebagai tanaman hias. Beberapa uji
menunjukkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa-senyawa kimia
dari golongan flavonoid dan tannin (Subroto dan Saputro, 2006).
Menurut Subroto dan Saputro(2006), secara empiris Sarang
semut telah terbukti dapat menyembuhkan beragam penyakit ringan dan
berat, seperti kanker dan tumor, asam urat, jantung koroner, wasir, TBC,
migrain, rematik dan leukemia. Kandungan berbagai macam mineral pada
tumbuhan Sarang semut memiliki kegunaan antara lain membantu
mengatasi berbagai macam penyakit/gangguan jantung, melancarkan haid
dan mengobati keputihan, melancarkan peredaran darah, mengobati
migrain, gangguan fungsi ginjal dan prostat, memulihkan kesegaran dan
stamina tubuh, serta memulihkan gairah seksual.
2.2.6 Senyawa Metabolit Sekunder
Senyawa kimia alami yang terkandung dalamtumbuhan berupa
senyawa metabolit primer dan sekunder yang diperoleh melalui proses
metabolisme. Senyawa metabolit primer meliputi polisakarida,
protein, lemak dan asam nukleat, sedangkan senyawa metabolit sekunder
terdiri dari alkaloid, terpenoid, piron,asetogenin, lignan, flavonoid dan
poliketida. Keberadaan senyawa metabolit sekunder sangat tergantung
pada jenis tumbuhan (Mahmiah, 2006).
16
16
1. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6-C3-C6.
Gambar 9. Struktur dasar flavonoid (Sirait, 2007).
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida.
Glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan terurai menjadi
gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Gugus hidroksil
selalu terdapat pada carbon no. 5 dan no. 7 pada cincin A. Pada cincin B
gugusan hidroksil atau alkoksil terdapat pada carbon no. 3 dan no. 4.
Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah,
tepung sari, dan akar.
Kegunaan Flavonoid:
a. Bagi tumbuhan: Untuk menarik serangga, yang membantu proses
penyerbukan dan untuk menarik perhatian binatang yang
membantu penyebaran biji.
b. Bagi manusia : Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada
jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler; Flavon
terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan
pada lemak (Sirait, 2007).
Gambar 10. Struktur beberapa tipe flavonoid (Mustarichie. dkk,
2011)
17
17
Ada 7tipe flavonoid, yaitu flavon, flavonol, khalkon, flavonon,
xanton, isoflavon dan biflavon.Flavonoid merupakan golongan senyawa
bahan alami dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen
tumbuhan. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C
(meningkatkan efektifitas Vitamin C), antiimflamasi, mencegah keropos
tulang dan sebagai antibiotik (Mustarichie, dkk. 2011).
2. Tanin
Tanin ditandai oleh sifatnya yang dapat menciutkan dan
mengendapkan protein dari larutan dengan membentuk senyawa yang
tidak larut (Sirait, 2007).Tannin merupakan gambaran umum untuk
senyawa golongan polimer fenolik.Tannin merupakan bahan yang dapat
merubah kulit mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya
menyambung silangkan protein dan mengendapkan gelatin dalam
larutan.Untuk mengetahui senyawa tannin digunakan larutan gelatin dan
FeCl3 (Mustarichie, dkk. 2011).
Gambar 11.Contoh senyawa tannin (Anonim, 2013).
3. Terpenoid
Terpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses
biosintesis, terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan dan hewan. Sesuai
dengan strukturnya, terpenoid pada umumnya merupakan senyawa yang
larut dalam lipid, senyawa ini berada pada sitoplasma sel tumbuhan
(Sirait, 2007).
18
18
4. Saponin
Saponin mempunyai bagian utama berupa turunan triterpen
dengan sedikit steroid.Residu gula dihubungkan oleh gugus-OH biasanya
C3-OH dari aglikon (monodesmoside saponin) dan jarang dengan 2
gugus OH atau satu gugus OH dan satu gugus karboksil.Saponin dapat
diketahui dengan penambahan air.Timbulnya busa menunjukkan adanya
glikosida yang mamou membentuk buih dalam air.Senyawa glikosida
terhidrolisis menjadi glukosa dan aglikon (Mustarichie, dkk. 2011).
5. Alkaloid
Pada umumnya alkaloid larut dalam air jika berupa garam
misalnya HCl dan H2SO4 yang sukar larut dalam pelrut organik.Bentuk
bebasnya/ basanya mudah larut dalam pelarut organik dan sukar larut
dalam air (Sirait, 2007).
6. Fenolat
Senyawa fenolat terdiri dari sebuah cincin fenol tersubstitusi.Asam
sinamat dan asam kaffeat biasanya mewakili kelompok besar dari turunan
senyawa fenilpropan yang mempunyai tingkat oksidasi tinggi
(Mustarichie, dkk, 2011).
2.2.7 Ektraksi dan Maserasi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut.Ektraksi adalah pemisahan secara kimia
atau fisika suatu atau sejumlah bahan padatan yaitu tanamaan. Untuk
melakukan ekstraksi zat aktif tertentu dari bahan tanaman secara
sempurna, pelarut yang ideal adalah pelarut yang menunjukkan
selektivitas maksimal, mempunyai kapasitas terbaik dan kompatibel
dengan sifat-sifat bahan yang diekstraksi (Agoes, 2007).
Prinsip metode ekstraksi ini adalah didasarkan pada distribusi zat
terlarutdengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur(Khopkar,2002).Menurut Agoes (2007), proses maserasi
merupakan prosedur yang sederhana untuk mendapatkan ekstrak dan
20
19
diuraikan dalam kebanyakan farmakope. Proses yang paling sederhana
adalah menuangkan pelarut kedalam serbuk simplisia. Sesudah mengatur
waktu sehingga sesuai untuk tiap-tiap bahan tanaman, ekstrak
dikeluarkan dan ampas hasil ekstraksi dicuci dengan pelarut yang segar,
sampai didapat berat yang sesuai.
Menurut Octavia(2009), maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana, dilakukan dengancara merendam bahan simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akanmenembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zataktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutanzat aktif di dalam sel dengan
yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesakkeluar. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasiantara
larutan di luar sel dan di dalam sel (Sriwahyuni 2010).
2.2.8 Kromatografi
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan
komponen-komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan
diantara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang
menahan cuplikan secara selektif (Hendayana, dkk. 1994).Kromatografi
adalah teknik pemisahan campuran berdasarkanperbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu.Pada kromatografi,
komponen-komponennya akan dipisahkan antara duabuah fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Fase diam akan menahankomponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zatkomponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diamakan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat (Haqiqi, 2008).
1. Kromatografi Lapis Tipis
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa
padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa
cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
21
20
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen- komponen yangberbeda bergerak pada laju yang berbeda
(Haqiqi, 2008).
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis
tipis adalah silika gel dan alumunium oksida. Silika gel umumnya
mengandung zat tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya
lekatnya. Zat ini digunakan sebagai adsorben universal untuk
kromatografi netral, asam dan basa. Kromatografi lapis tipis sekarang
digunakan secara universal dan karena kecepatannya dan kebutuhan akan
senyawa yang sangat kecil merupakan prosedur analitik yang ideal untuk
laboratorium apotik (Roth dan Blaschke. 1988).
2. Kromatografi Kolom
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa
yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini. Cara-cara kromatografi
dapat digolongkan sesuai sifat-sifat dari fasa tetap yang dapat berupa zat
padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat, maka cara tersebut
dikenal dengan kromatografi serapan (absorption chromatography); jika
fasa tetap berupa cair, dikenal sebagai kromatografi partisi (partition
chromatography). Kromatografi kolom termasuk kromatografi serapan
(Sastrohamidjodjo, 2001).
Dalam kromatografi jenis ini, sebuah kolom diisi penuh dengan
fase diam dan campuran hasil reaksi ditumpuk pada bagian atas kolom.
Proses yang terjadi sesudah ini pada dasarnya sama seperti yang terjadi
pada TLC, kecuali arah fase geraknya. pelarut (fase gerak) mengalir ke
bawah pada kolom sambil membawa campuran, sementara fase diam
melekat pada senyawa-senyawa dengan afinitas berlainan. Pelarut yang
menetes ke luar kolom akan ditampung fraksi demi fraksi, untuk
kemudian dianalisis fraksi mana yang mengandung zat yang diinginkan.
21
21
Fase stasioner terdapat dalam berbagai jenis. Fase stasioner polar (seperti
silika gel) berikatan lebih erat dengan senyawa polar sehingga senyawa
polar lebih lama berada di dalam kolom.Jadi, tidak mengherankan bila
pelarut yang nonpolar membawa senyawa lebih cepat melintasi kolom,
karena senyawa tersebut kurang berinteraksi dengan fase stasioner yang
polar dan hanya dalam kolom untuk waktu yang lebih singkat.
Kolom dengan fase terbalik bergerak dalam arah berlawanan: fase
diam mempunyai afinitas lebih besar terhadap senyawa tak polar
sehingga makin tak polar fase gerak, makin cepat senyawa melintasi
kolom (Bresnick, 2004).
2.2.9Spektroskopi FTIR
Spektroskopi FTIR (Fourier Transfor InfraRed) merupakan salah
satu teknik analitik yang sangat baik dalam proses analisis gugus fungsi
suatu senyawa. Spektroskopi FTIR merupakan metode spektroskopi
inframerah modern yang dilengkapi dengan teknik transformasi Fourier
untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya (Kusumastuti, 2011).Metode
ini didasarkan pada penyerapan sinar infra merah (IR) oleh molekul
senyawa.Karena panjang gelombang IR lebih pendek dari pada panjang
gelombang sinar tampak maupun sinar ultra ungu (UV), maka energi IR
tak mampu mentransisikan electron melainkan hanya menyebabkan
molekul bergetar.Cuplikan yang dianalisis dapat berupa zat cair atau zat
padat.Pola spektra berupa alur antara persen transmisi (%T) terhadap
perubahan angka gelombang (Hendayana, et. al. 1994).
Bilasuatu senyawa menyerap energi dari sinar inframerah, maka
tingkatan energi didalam molekul itu akan tereksitasi ke tingkatan energi
yang lebih tinggi. Daerah pada spektrum Infra Merah diatas 1200 cm-1
menunjukkan pita spektrum atau puncak yang disebabkan oleh
getaran(vibrasi) ikatan kimia atau gugus fungsi dalam molekul yang
dianalisis, sedangkandaerah di bawah 1200 cm-1 menunjukkan pita yang
disebabkan oleh getaran seluruhmolekul, dan karena kerumitannya dikenal
22
22
sebagai daerah sidik jari.Vibrasi yang digunakan untukidentifikasi adalah
vibrasi bengkokan, khususnya goyangan (rocking), yaitu yangberada di
daerah bilangan gelombang 2000-4000 cm-1, karena di daerah antara 4000-
2000 cm-1
merupakan daerah khusus berguna untuk identifikasi gugus
fungsional (Masroh, 2010).
Kebanyakan energi vibrasi dari suatu molekul sesuai dengan
daerah infra merah dari spektrum elektromagnetik. Vibrasi yang
informatif yang diperlukan oleh ahli kimia organik yaitu didaerah
frekuensi tinggi 4000 cm-1
hingga frekuensi rendah 400 cm-1
. Besarnya
frekuensi bergantung pada kekuatan ikatan dan massa atom yang
berikatan. Frekuensi ikatan rangkap tiga (-C=C-)dengan frekuensi sekitar
2500-2000 cm-1
lebih besar dari pada frekuensi ikatan rangkap dua (-
C=C-) antara 1800-1600 cm-1
dan frekuensi ikatan rangkap dua lebih
besar dari pada frekuensi ikatan tunggal (-C-C-) yaitu antara 1500-700
cm-1
, kecuali N-H pada daerah sekitar 1600 cm-1
(Kosela. 2010).
23
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2012 sampai Februari
2013bertempat di Laboratorium Agronomi (Fakultas Pertanian UNIB), Kebun
Biologi Pendopo Sains(Fakultas KIP UNIB), Lab 7 FKIP kimia UNIB dan
Laboratorium Basic Sains (Fakultas MIPA UNIB). Identifikasi senyawa hasil
isolasi menggunakan FTIR dilakukan di pusat penelitian Kimia-LIPI, serpong.
3.2Alat dan Bahan
1).Alat yang digunakan
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:Botol
kaca, Plat Kromatografi Lapis Tipis, Kromatografi Kolom (2/50),
seperangkat alat destilasi, alat gelas, rotary evaporator, tissue, kertas
saring, hot plate, pisau besar, neraca analitik, timbangan mencit, nampan
plastic, ram kawat, botol plastic, alat gavage,blender, ampia, alat tes
kadar asam urat digital (Easy touch),stik Asam Urat Easy touch,oven,
desikator vakum, rak tabung reaksi, sarung tangan, masker, baju
laboratorium, kamera.
2). Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah umbi “simbagh utak”
(Hydnophytum sp) dari suku serawai Bengkulu Selatan, mencit (Mus
musculus) galur Swiss webster jenis kelamin jantan umur 2-3 bulan
dengan berat badan 25 sampai 35 gram, pelarut etanol 96%, batu didih,
pita Mg, n-heksana, etil asetat, HCl Pekat, pakan mencit, jeroan ayam
(usus, hati, ampela),kacang kedelai, aquades, Pereaksi Mayer, Reagen
Wagner, pereaksi Dragendroff, FeCl3 1%, CH3COOH glasial, H2SO4
Pekat, dan Silika gel 60.
24
24
3.3 Langkah Kerja
1).Persiapan Sampel
Pengambilan sampel tanaman “simbagh utak”(Hydnophytum sp)
adalah dari daerah suku serawai Bengkulu Selatan.Umbi Hydnophytum
sp yang telah dipilih diiris-iris lalu kemudian dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan tanpa cahaya matahari langsung. Tujuan dikeringkan
adalah agar kadar air yang ada pada umbi berkurang sehingga
memudahkan pada saat ekstraksi. Pengeringan tanpa menggunakan sinar
matahari langsung bertujuan agar senyawa yang terkandung tidak
mengalami kerusakan.Kemudian irisan “simbagh utak”digiling dengan
blender hingga menjadi bubuk “simbagh utak”.
2).Uji Fitokimia
a). Uji Flavonoid
Sebanyak 4 gram bahan dari umbiHydnophytum spyang
masih segaryang telah dipotong-potong didihkan dalam gelas kimia
yang berisi 30 ml etanol teknis 96% dengan menggunakan penangas
air. Kemudian dilakukan penyaringan dalam keadaan panas. Filtrat
dipekatkan sampai setengahnya setelah itu ditambahkan 1 tetes HCl
pekat 6 M dan pita magnesium sepanjang 2 cm yang dipotong halus
seperti serbuk magnesium dan jika terbentuk warna jingga sampai
merah bata menunjukan adanya flavonoid (Djamil dan Tria. 2009).
b) Uji Saponin
Sebanyak 2 gram sampel (Hydnophytum sp) dimasukkan
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 20 aquadest yang mendidih,
kemudian disaring.Filtrat dikocok selama 15 menit.Terbentuknya
lapisan busa setinggi 2 cm mengindikasikan adanya saponin
(Mustarichie, et al, 2011).
c) . Uji Tanin
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 10 ml aquadest yang mendidih, kemudian disaring.
25
25
Filtrat ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% .Adanya warna hijau
kecoklatan atau biru kehitaman menunjukan sampel mengandung
tannin (Djamil dan Tria. 2009).
d) . Uji Steroid dan terpenoid
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 10 ml aquadest yang mendidih, kemudian disaring.
Filtrat diuapkan sampai semua pelarut menguap.Kemudian
ditambahkan 2 ml CH3COOH glacial dan 3 ml H2SO4 pekat untuk
membentuk lapisan.Terbentuk warna biru sampai hijau menunjukan
steroid positif.Warna merah kecoklatan sampai ungu menunjukkan
terpenoid positif (Mustarichie, et al, 2011).
e). Uji Alkaloid
Sebanyak 50 mg sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan dilarutkan dengan 10 ml HCl 1 M kemudian disaring. Filtrat
kemudian diuji dengan beberapa pereaksi:
1. Pereaksi Mayer
Sebanyak 4 ml filtrate dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang berbeda kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi Mayer’s.
Terbentuknya endapan putih atau krem mengindikasikan uji
positif alkaloid. Reaksi Mayer’s dibuat dengan melarutkan 1,358
g HgCl2 dalam 60 ml aquadest dan 5 g KI dilarutkan dalam 10
ml aquadest. Kemudian kedua larutan dicampur dan diencerkan
sampai 100 ml.
2. Pereaksi Wagner
Sebanyak 4 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang berbeda kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi wagner.
Endapan jingga sampai merah coklat mengindikasikan sampel
mengandung alkaloid. Pereaksi wagner dibuat dengan cara
melarutakn sebanyak 1,27 iodine dan 2 g KI dalam 100 ml
aquadest (Djamil dan Tria. 2009).
26
26
3. Uji fenolik
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi etanol dan ditambahkan beberapa tetes FeCl3 5% .
Adanya warna hijau, biru, merah atau hitam menunjukan sampel
mengandung fenolik (Mustarichie, et. al, 2011).
3).Ekstraksi umbi Sarang semut(Hydnophytum sp)
Sebelum melakukan ekstraksi, pelarut teknis didestilasi terlebih
dahulu agar diperoleh pelarut yang lebih murni.Hal ini dilakukan agar
hasil ekstraksi yang diperoleh juga lebih murni.Ekstraksi sampel umbi
“simbagh utak”(Hydnophytum sp)dilakukan dengan cara maserasi.
Serbuk tanaman “simbagh utak”(Hydnophytum sp) ditimbang
sebanyak 750 g dan diekstraksi secaramaserasi menggunakan 5L
(menyesuaikan, sampai semua simplisia terendam) pelarut etanol
96%dalam toples kaca, kemudian disimpan ditempat terlindung cahaya
selama 7 hari sambil dikocok-kocok, kemudian disaring dan ampas
yangdiperoleh dimaserasi kembali dengan pelarut dan perlakuan yang
sama (jika penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif, maserasi
dilakukan hingga hasil rendaman menjadi bening).
Filtrat yang dihasilkan ditampung dan dipekatkan dengan
menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak pekat dari
tumbuhan “simbagh utak”.Ekstrak etanol yang diperoleh dipisahkan
menjadi dua bagian yaitu untuk uji aktivitas terhadap kadar asam urat
mencit jantan dan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa metabolit
sekundernya.
4).Penyediaan mencit (Mus musculus) jantan
Mencit (M. musculus) jantan didatangkan dari kebun Biologi
Universitas Bengkulu.Kandang mencit dibuat dari nampan plastik
yang diberi sekam padi sebagai alas, dan ditutup dengan
kawat.Sebelum perlakuan, mencit terlebih dahulu diadaptasikan
27
selama 1minggu, diberi makan pelet, dan diberi minum
aqua.Kemudian mencit dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok
kontrol normal, kontrol negatif, dan 3 kelompok mencit asam
urat.Untuk menginduksi mencit asam urat, mencit diberi pakan tinggi
purin yaitu pakan yang dibuat dari campuran pelet dengan jeroan
ayam, dan kacang kedelai.
a. Konversi dosisTanaman “simbagh utak”(Hydnophytum sp)
Literatur yang menyatakan dosis penggunaan tanaman
“simbagh utak” (Hydnophytum sp) belum diketahui. Pada
penelitian ini konsentrasi senyawa metabolit sekunder yang
terdapat didalam umbi “simbagh utak” (Hydnophytum sp) juga
belum diketahui.Jadi Dosis Tumbuhan “simbagh utak” yang
digunakan adalah 0,00529 g, 0,01058 g dan 0,02116 g.Hal ini
berpatokan pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian Jeli dan
Makiyah (2011), dosis efektif infusa Hydnophytum formicarum
yang diberikan pada Rattus norvegicus adalah 1,26 gr/kg BB, 2,52
gr/kg BB, dan 5,04 gr/kg BB yang telah terbukti dapat
menghambat enzim xantin oxidase. Nilai konversi dari tikus ke M.
musculus adalah 0,14(Harmita. 2008). Sehingga dosis ekstrak
Hydnophytum spuntuk M. musculus(g/kgBB) setelah dikonversi
adalah:
1). 0,14 x 1,26 = 0,1764 g/kg BB
2). 0,14 x 2,52 = 0,3528 g/kg BB
3). 0,14 x 5,04 = 0,7056 g/kg BB
Untuk M. musculus dengan berat badan 30 gram yaitu:
Dosis efektif 0,1764 g/kg BB untuk mencit:
0,1764 g/kg BB = 0,005292 gram ekstrak Hydnophytum sp
Dosis efektif 0,3528 gr/kg BB untuk mencit:
g/kg BB = 0,010584 gram ekstrak Hydnophytum sp
Dosis efektif 0,7056 g/kg BB untuk mencit:
g/kg BB = 0,021168 gram ekstrak Hydnophytum sp
28
b. Pembuatan larutan stok ekstrak hydnophytum sp
Larutan stok ekstrak Hydnophytum sp dibuat dengan melarutkan
600 mg ekstrak Hydnophytum sp di dalam 10 mL aquadest.Berarti
di dalam 1 mL larutan terdapat 60 mg ekstrak.Dosis yang
digunakan adalah 5,3mg/30gBB, 10,6mg/30gBB dan
21,2mg/30gBB. Sehingga volume larutan yang diberikan pada Mus
musculus tersebut adalah:
1. Untuk dosis 5,3mg/30gBB
- Untuk mencit dengan berat badan 30 gram
= -- x mL = 0,088 mL
- Untuk mencit dengan berat badan bukan 30 gram
Misalnya BB=29 gram
- = - 30x = 2,552 -- x = 0,085 mL
2. Untuk dosis 10,6mg/30gBB
- Untuk mencit dengan berat badan 30 gram
= -- x mL = 0,176 mL
- Untuk mencit dengan berat badan bukan 30 gram, misalnya 29
gram
- = - 30x = 5,104 -- x = 0,170 mL
3. Untuk dosis 21,2mg/30gBB
- Untuk mencit dengan berat badan 30 gram
= -- x mL = 0,353 mL
- Untuk mencit dengan berat badan bukan 30 gram, misalnya 29
gram
= - 30x = 10,237 -- x = 0,341 mL
29
29
c. Pemberian perlakuan
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit
putih jantan galur Swiss websterdengan berat badan rata-rata 25-35
gram dan berumur 2-3 bulan. Hewan uji tersebut diadabtasikan
terlebih dahulu dengan lingkungan penelitian selama satu minggu
dan kemudian dipuasakan + 18 jam sebelum penelitian dimulai
dengan diberi air minum berupa aqua. Hewan uji yang berjumlah
25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, satu kelompok terdiri dari 5
mencit. Perlakuan pada mencit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Perlakuan pada Mus musculus
Kelompok Hari Ke-1 Hari Ke-2 s/d Hari
Ke-7
Hari Ke-8 Hari Ke-9 Hari Ke-10
K0
(Kontrol normal)
Pengukuran kadar asam
urat
Aquadest Pengukuran kadar asam
urat
Aquadest Pengukuran kadar asam
urat
K1
(Kontrol negative)
Pengukuran kadar asam
urat
Pakan tinggi
purin
Pengukuran kadar asam
urat
Pakan tinggi
purin
Pengukuran kadar asam
urat
K2 Pengukuran kadar asam
urat
Pakan tinggi
purin
Pengukuran Kadar asam
urat
Ekstrak H.formica
rum dosis
5,3mg/30g
BB
Pengukuran kadar asam
urat
K3 Pengukuran kadar asam
urat
Pakan tinggi
purin
Pengukuran kadar asam
urat
Ekstrak H.formica
rum dosis
10,6mg/30
gBB
Pengukuran kadar asam
urat
K4 Pengukuran kadar asam
urat
Pakan tinggi
purin
Pengukuran kadar asam
urat
Ekstrak H.formica
rum dosis
21,2mg/30
gBB
Pengukuran kadar asam
urat
30
30
d. Pengambilan Darah dan Penentuan Kadar Asam Urat
Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan dengan cara
mengambil darah denganmemotong 0,5 cm dari ujung ekor. Tetesan
darah pertama dibuang kemudiantetesan kedua diteteskan pada
stickasam urat(easy touch) yang telah terpasang pada alat pengukur
asam urat digital, beberapa saat kemudian angka pada alat pengukur
digitalmenunjukkan kadar asam urat. Pengambilan darah dan
pengukuran kadarasam urat darah dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian pakan tinggi purin sebagai uji pendahuluan untuk
membuktikan bahwa mencit telah mengalami hiperurisemia
(meningkatnya kadar asam urat) dan pengambilan darah juga
dilakukan pada hari ke-10 setelah pemberian ekstrak dengan berbagai
dosis.
5). Fraksinasi Ekstrak Kasar
Metode yang digunkan adalah metode ekstraksi yang didasarkan pada
distribusi terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Ekstrak etanol yang diperoleh difraksinasi dengan pelarut
non polar yaitu n-heksana dengan perbandingan 1:1. Fraksinasi dilakukan
hingga fraksi n-heksana menjadi bening, yang mengindikasikan bahwa
senyawa nonpolar yang terdapat pada ekstrak sudah tertarik semuanya ke
fraksi n-heksana. Kedua fraksi tersebut dipekatkan dengan rotary
evaporator.Kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan etilasetat
yang dilakukan sampai bening dan dipekatkan menggunakan rotary
evaporator.
Dari seluruh hasil fraksinasi, dilakukan uji fitokimia kembali. Fraksi
yang memiliki kandungan metabolit sekunder yang terbaik (mengandung
senyawa aktif) akan dilanjutkan pada metode Kromatografi Lapis Tipis dan
Kromatografi Kolom.
31
31
6). Pemilihan eluen menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan dan pemrunian komponen-komponen kimia dilakukan
pada fraksi yang menunjukkan uji fitokimia terbaik, menggunakan
kromatografi kolom. Sebelumnya dilakukan pemilihan eluen yang dapat
memisahkan komponen dengan baik pada kromatografi lapis tipis. Penentuan
jumlah komponen dapat dilakukan jika sampel dapat terpisah dengan baik.
Penentuan eluen dilakukan dengan perbandingan pelarut organik yang
memiliki kepolaran bertingkat, yaitu: n-heksana : etil asetat dan etil asetat :
etanol. Dengan perbandingan volume yang divariasikan yaitu: 10:0, 9:1, 8:2,
7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10 untuk kedua campuran eluen tersebut.
Penotolan cuplikan dilakukan dengan menggunakan pipet mikro pada
plat KLT dan diusahakan diameter totolan sekecil mungkin untuk
menghindari terjadinya penyebaran noda-noda dan timbulnya noda berekor.
Plat KLT yang digunakan memiliki ukuran 1 x 10 cm. Penotolan dilakukan
pada jarak 0,5 cm dari bagian bawah plat, dan 0,5 cm dari bagian tepi. Setiap
plat KLT dilihat menggunakan bantuan lampu UV dengan panjang
gelombang 366 nm didalam UV box agar terlihat jelas seperti spot yang ada
pada setiap plat KLT. Dengan mengamati jumlah noda/spot terbanyak dan
noda cukup terpisah, maka dapat dijadikan dasar untuk pemilihan eluen
terbaik yang diterapkan dalam pengujian kemurnian pada KLT berikutnya.
7).Kromatografi Kolom
Pada kromatografi kolom ini, sebagai fraksi diam adalah silika gel,
awalnya silika gel diaktifkan dengan pelarut n-heksana, selanjutnya kedalam
kromatografi kolom dimasukkan ekstrak Hydnophytum sp (yang telah
dikeringkan dan dihaluskan dengan silika gel 2:1), kemudian kran
kromatografi kolom dibuka, Ekstrak akan meresap kesilika gel dalam kolom
sampai batas atas silika gel. Selain itu dialirkan pelarut n-heksana: etil asetat
dengan berbagai perbandingan volume yaitu 100 mL:0 mL, 90 mL:10 mL,
80 mL:20 mL, 70 mL:30 mL, 60 mL:40 mL, 50 mL:50 mL, 40 mL:60 mL,
30 mL:70 mL, 20 mL:80 mL, 10 mL:90 mL, 0 mL:100 mL.Kemudian
dialirkan pelarut etilasetat:etanol dengan berbagai perbandingan volume
yang sama. Pengaliran dilakukan terus menerus sambil kran kolom dibuka.
Fraksi yang terpisah ditampung dalam tabung vial sampai seluruh
32
ekstrak terpisahkan. Setiap fraksi dianalisis kembali dengan KLT. Fraksi
yang memiliki spot yang sama disatukan dan dianalisis kembali dengan
KLT kembali (Haryani, 2007). Kemudian dilakukan uji fitokimia kembali
untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dari hasil
pemisahan.
8). Identifikasi Gugus Fungsional
Fraksi hasil isolasi selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan
spektrofotometer FTIR di laboratorium pusat penelitian kimia LIPI,
serpong.
9). Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil uji kuantitatif pada penelitian
kemudian dianalisis denganOne Way Annovayaitu pengujian hipotesis
untuk data interval atau rasio dari n sampel (lebih dari 2 sampel) yang
berkorelasi dengan satu faktor yangberpengaruh. One Way Annovayang
digunakan dalam analisis data penelitian adalah One Way Annovadengan
sampel yang sama banyaknya, dimana setiap kelompoknya memiliki
jumlah atau ukuran sampel yang sama banyaknya.Rumus anova yang
digunakan adalah:
FK =
JK Total = -
JK Perlakuan = -
Varian (KT) Perlakuan =
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
Varian (KT) Galat =
33
33
F Hitung = � 𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓� 𝒂� � 𝒂𝒏
� 𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒈𝒂� 𝒂�
Keterangan:
FK = Faktor koreksi
JK = Jumlah kuadrat
KT (varian) = kuadrat tengah
Untuk menentukan beda nyata diantara perlakuan dapat mengikuti
petunjuk berikut:
1. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf
nyata 1%, perbedaan perlakuan dikatakan berbeda sangat nyata. Hasil
seperti tersebut umumnya ditunjukkan dengan dua bintang pada nilai F
hitung pada tabel anova.
2. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel pada taraf nyata 5%
tetapi lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F tabel pada taraf
nyata 1%, perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata. Hasil seperti
itu ditunjukkan dengan menempatkan satu bintang pada nilai F tabel
dalam tabel anova.
3. Apabila nilai F hitung lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F
tabel pada taraf 5%, perbedaan perlakuan dikatakan tidak berbeda
nyata. Hasil seperti itu ditunjukkan dengan menempatkan tn pada nilai
F hitung dalam tabel anova (Gomez, 1995)
Tabel 2. Contoh tabel Analisis Varians(Anova)
Sumber JK Derajat Varian F0 F tabel F tabel Varians Bebas (5 %) (1 %)
Perlakuan
Galat
t-1
t(r-1)
Total (r)(t) -1
34
34
Jika diperoleh hasil yang signifikan, maka uji dilanjutkan
dengan uji beda nyata Duncan (BJND). Rumus yang digunakan
adalah:
BJND = Pα (p,v) 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎� 𝐺𝑎� 𝑎𝑡
𝑟
Keterangan:
Setiap dua rataan yang memiliki notasi (huruf) yang sama
dinyatakan tidak berbeda nyata. Untuk mengetahui perbedaan
antara perlakuan sebelum dan sesudah atau yang melibatkan selisih
antara dua data perlakuan yang sama digunakan uji t-student
dengan rumus:
t = Koefisien t-student
𝑋𝑖 = Rata-rata ke-I
S = Standar deviasi
n = banyaknya data
r = ulangan
35
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji pengaruh ekstrak “simbagh utak” (Hydnophytum sp) terhadap kadar
asam urat mencit (mus musculus) jantan yang diberi pakan tinggi purin
Terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolit sekunder pada umbi Hydnophytum sp. Hasil
uji fitokimia awal dari sampel segarHydnophytum sp dapat dilihat pada table
di bawah ini:
Jenis
Uji
Hasil
Uji
Tabel 3. Data hasil uji fitokimia awal sampel Hydnophytum sp
Flavonoid Alkaloid Tanin Saponin Steroid Terpenoid Fenolik
√ - √ √ - √ √
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui kandungan senyawa
metabolit sekunder pada umbi Hydnophytum sp adalah flavonoid, tannin,
saponin, terpenoid dan fenolik.Setelah diketahui kandungan senyawa
metabolit sekundernya, dapat dilakukan ekstraksi umbi Hydnophytum sp
dengan metode maserasi.Umbi Hydnophytum spdiperoleh dari daerah
Bengkulu Selatan. Umbi Hydnophytum sp yang akan dimaserasi terlebih
dahulu dicuci dan dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi
kadar air, menghentikan reaksi enzimatis dan mencegah timbulnya jamur.
Sampel Hydnophytum sp ini memiliki kandungan air yang banyak, sehingga
diperlukan waktu yang lama untuk proses pengeringannya. Hydnophytum sp
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang teduh selama 14
hari. Setelah kering, Hydnophytum sp dapat dihaluskan menggunakan mesin
giling (blender) sehingga diperoleh bubuk Hydnophytum sp. Hal ini
dilakukan untuk memperluas permukaan, sehingga kontak antara sampel dan
pelarut semakin besar dan senyawa organik yang terdapat di dalam sampel
dapat terlarut sebanyak mungkin didalam pelarut.
36
36
a b c
Gambar12.Persiapan sampel: a. Sampel segar, b. Sampel kering, dan c.
BubukHydnophytum sp
Pelarut yang digunakan untuk proses maserasi adalah etanol 96%.
Pemilihan pelarut ini dikarenakan alkohol alifatik sampai dengan 3 atom karbon
(propil) atau campurannya dengan air merupakan pelarut dengan daya ekstraktif
terbesar (tertinggi) untuk semua bahan alam berbobot molekul rendah, seperti
alkaloid, saponin, dan flavonoid. Menurut farmakope, etanol merupakan pelarut
pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik, seperti ekstrak cair, kental, dan
kering yang masih digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi. Pelarut
tersebut disamping mempunyai daya ekstraktif yang tinggi, paling sedikit harus
bersifat selektif, dan dapat digunakan juga untuk ekstraksi tanaman yang bahan
berkhasiat / aktifnya belum diketahui dengan baik, dan diinginkan ekstrak yang
paling lengkap (Agous, 2007:34).
Proses maserasi dilakukan selama 8 hari dan diaduk secara berkala.
Pengadukan ini dilakukan untuk mempercepat tercapainya keseimbangan
konsentrasi bahan yang diekstraksi dengan pelarut. Kemudian dapat dilakukan
penyaringan agar dipeloreh ekstrak kasar dari Hydnophytum sp. Setelah dilakukan
penyaringan, dilakukan proses penguapan menggunakan rotary evaporatordan
diperoleh ekstrak kental Hydnophytum sp. Ekstrak kental ini dibagi menjadi dua
bagian. Satu bagian akan digunakan untuk uji aktifitas (Bioassay) dan bagian yang
lain untuk dilanjutkan isolasi menggunakan KLT dan Kromatografi Kolom.
37
37
Uji aktifitas (bioassay) senyawa aktif Hydnophytum spdilakukan terhadap
M. musculus jantan galur Swiss websteryang berumur 2-3 bulan dengan berat
badan rata-rata berkisar 30 gram.M. musculus jantan ini dipilih sebagai hewan
percobaan karena tidak memiliki fase estrus sehingga hormon dan komponen
darah M. musculus jantan tidak berubah seperti pada M. musculus betina. Untuk
memberikan efek hiperurisemia (kadar asam urat berlebih), diberikan pakan tinggi
purin yaitu campuran pelet (pur ikan tenggelam) dengan jeroan ayam dan kacang
kedelai. Purin adalah zat yang terdapat di dalam setiap bahan makanan yang
berasal dari tubuh makhluk hidup. Jika mengkonsumsi makanan yang berasal dari
makhluk hidup, maka purin yang ada di dalam makanan tersebut akan berpindah
ke dalam tubuh. Pengukuran kadar asam urat dilakukan secara digital
menggunakan alat ukur asam urat (easy touch). Darah diambil dari ekor M.
musculus dengan cara menggunting 0,5 cm dari ujung ekornya. Darah diteteskan
padastick asam urat yang sudah terpasang pada alat ukur. Hasil pengukuran akan
muncul pada layar alat ukur 20 detik kemudian.
Tabel 4.Rata-rata kadar asam urat mencit (mg/dL) berbagai perlakuan
beserta F hitung
Kelompok
K1 (pelet)
n
5
Rata-rata± SD
Hari Ke-1 (A)
(mg/dL) a2.34 ± 0.13
Rata-rata± SD
Hari Ke-8 (B)
(mg/dL) a2.30 ± 0.14
Rat-rata ± SD
Hari Ke-10 (C) (mg/dL)
a2.38 ± 0.18
K2 (Pakan tinggi purin) 5 a2.32 ± 0.19 b
3.70 ± 0.37 b4.56 ± 0.41
K3 (Pakan tinggi purin + 5 a2.54 ± 0.11 c
3.70 ± 0.37 a2.44 ± 0.21
Ekstrak Hydnophytum sp 5,3mg/30 gram BB)
K4(Pakan tinggi purin
+
5
a2.52 ± 0.08
b4.62 ± 0.43
a2.40 ± 0.21
Ekstrak Hydnophytum sp 10,6mg/30 gram BB)
K5(Pakan tinggi purin
+
5
a2.42 ± 0.16
b4.68 ± 0.45
a2.18 ± 0.19
Ekstrak Hydnophytum sp 21,2mg/30 gram BB)
F hitung 2,48 tn
33,233** 75,9154**
Ket: n = ulangan
Notasi a,b,c
= Hasil uji BJND: huruf yang sama tidak menunjukkan adanya
perbedaan tn
= Tidak berbeda nyata
** = Berbeda sangat nyata (F hitung > F tabel 1%)
38
38
Hasil pengukuran kadar asam urat awal M. musculus sebelum perlakuan
dapat dilihat pada kolom rata-rata kadar asam urat hari ke-1 (A). Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa seluruh kelompok memiliki notasi yang sama
yaitu notasi a. notasi ini diperoleh dari perhitungan F hitung pada lampiran 3. F
hitung hari ke-1 (A) lebih kecil dari F tabel yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata, sehingga memiliki notasi yang sama. Hal ini membuktikan
bahwa mencit yang akandigunakan untuk setiap kelompok perlakuan dan
pengulangan tidak berbeda nyata atau dengan kata lain semua mencit yang akan
digunakan dalam keadaan sama.
Berdasarkan tabel 4dapat diketahui bahwapemberian pakan tinggi purin
pada kelompok K2, K3, K4 dan K5 dapat meningkatkan kadar asam urat M.
musculus jantan di atas kadar asam urat normal kelompok K1.Hal ini dibuktikan
oleh hasil uji beda jarak nyata duncan (BJND) yang terdapat pada lampiran 4. Uji
BJND ini dapat dilakukan setelah mengetahui F hitung > F tabel.Untuk hari ke-8
ini F hitung>F tabel dengan taraf 1% yang ditandai dengan ** yang berarti
berbeda sangat nyata. Hasil dari uji BJND diperoleh bahwa notasi perlakuan pada
kelompok K1 (a) berbeda dengan notasi perlakuan pada kelompok K2, K4, dan
K5 (b) dan K3 (c) yang berarti kadar asam urat mencit pada kelompok K1 yang
tidak diberi pakan tinggi purin berbeda nyata dengan kelompok perlakuan lainnya.
Hal ini berarti bahwa pemberian pakan tinggi purin dapat meningkatkan kadar
asam urat darah M. musculus secara nyata, pembuatan model hiperurisemia dapat
dikatakan berhasil.
Beberapa jenis makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah
salah satunya jeroan dan kacang-kacangan. Menurut Dewanti (2010), jeroan
merupakan sumber senyawa purin yang sangat potensial. Jeroan tidak hanya usus,
melainkan semua bagian yang ada dalam perut hewan, seperti hati, jantung dan
limfa. Mengkonsumsi jeroan dapat memperberat kerja enzim hipoksantin untuk
mengolah purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, sehingga
kadar asam urat menjadi meningkat.
39
39
Kad
ar A
sam
Ura
t M
us
mu
scu
lus
Setelah diketahui bahwa pakan tinggi purin ini dikatakan berhasil dalam
meningkatkan kadar asam urat, maka dilakukan perlakuan selanjutnya, yaitu
pemberian ekstrak Hydnophytum spdengan dosis 5,3mg/30 gram BB untuk K3,
10,6 mg/ 30 gram BB untuk K4, dan 21,2 mg/ 30 gram BB untuk K5. Pada tabel 5
dapat diketahui pengaruh pemberian ekstrak Hydnophytum sp dapat menurunkan
kadar asam urat Mus musculus hingga mencapai kadar asam urat pada kelompok
kontrol normal.
Diketahui senyawa aktif yang terkandung pada umbi Hydnophytum sp
adalah golongan flavonoid yang mempunyai aktivitas antioksidan termasuk
menyaring radikal oksigen dan menghambat xanthine oxidase dan peroksidase
lipid.Xantin oxidase adalah enzim yang bertanggung jawab mengubah xantin dan
hipoxantin menjadi asam urat(Simanjuntak, 2010).Xantin oksidase merupakan
suatu enzim flavoprotein yangmengandung molibdenum dan besi, mengoksidasi
hipoxantin menjadi xantindan selanjutnya menjadi asam urat.Dengan adanya
aktivitas penghambatan terhadap enzim xantin oksidase, sehingga ekstrak
Hydnophytum sp dapat menurunkan kadar asam urat pada penderita hiperurisemia
(asam urat berlebih). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
K1 K2 K3 K4 K5
A (Kadar Asam Urat Awal, hari ke-1)
B (Kadar Asam Urat Hari ke- 8, setelah pemberian pakan tinggi purin
C (Kadar Asam Urat hari ke- 10, setelah diberi ekstrak H. Formicarum)
Kelompok Perlakuan
Gambar 13. Grafik pengaruh ekstrak Hydnophytum sp terhadap kadar asam urat
Mus musculus jantan yang diberi pakan tinggi purin
40
40
Keterangan:
K1 (pelet)
K2 (Pakan tinggi purin)
K3 (Pakan tinggi purin + Ekstrak Hydnophytum sp 5,3mg/30 gram BB)
K4(Pakan tinggi purin + Ekstrak Hydnophytum sp 10,6mg/30 gram BB)
K5(Pakan tinggi purin + Ekstrak Hydnophytum sp 21,2mg/30 gram BB)
Dari gambar dapat diketahui bahwa pada kelompok K1 tidak terdapat
perbedaan yang signifikan yang membuktikan bahwa kadar asam urat Mus
musculus tanpa perlakuan tidak mengalami perubahan yang bermakna yang juga
terbukti dari hasil uji t-student. Kelompok 2 merupakan kontrol negatif yang
hanya diberi pakan tinggi purin tanpa pemberian ekstrak Hydnophytum
spmenunjukkan bahwa kadar asam urat dari hari ke-1 hingga hari ke-10 terus
meningkat. Sedangkan pada kelompok K3, K4, dan K5 kadar asam uratnya
mengalami perubahan yang bermakna. Setelah diberi pakan tinggi purin kadar
asam uratnya meningkat, dan setelah diberi ekstrak Hydnophytum spkadar asam
uratnya menurun. Persentase penurunan kadar asam urat sebelum dan sesudah
diberi ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Persentase penurunan kadar asam urat setelah diberi ekstrak
Hydnophytum sp beserta hasil Tstudent
Kelompok Perlakuan Selisih kadar asam urat
hari ke-8 dan hari ke-
10
% Penurunan
K3 1.26** 34,1%
K4 2.22** 48,0%
K5 2.50** 53,4%
Ket: Hasil Tstudent :
tn = tidak berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata
Dari Tabel di atas terlihat bahwa pada kelompok K3, K4 dan K5 hasil uji
t-student menunjukkan bahwa kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian
ekstrak Hydnophytum spberbeda sangat nyata(Thitung > T tabel 1%). Persentase
41
41
penurunan kadar asam urat K3 sebesar 34,1%, K4 sebesar 48%, sedangkan
penurunan kadar asam urat untuk K5 sebesar 53,4%. Hal ini membuktikan bahwa
ekstrak kasar Hydnophytum sp dapat menurunkan kadar asam urat Mus musculus
jantan yang diberi pakan tinggi purin.
Berdasarkan Tabel 6dan Gambar 13, terlihat perubahan dan perbedaan
penurunan kadar asam urat mencit antar perlakuan. Semakin tinggi dosis ekstrak
Hydnophytum spdiberikan maka semakin besar penurunan kadar asam urat mencit
hiperurisemia. Karena semakin besar dosis yang diberikan, maka semakin banyak
senyawa aktif yang akan menghambat enzim Xantin Oksidase tersebut. Apabila
dibandingkan data kelompok K3, K4, dan K5 menunjukkan perlakuan yang
berbeda tidak nyata pengaruhnya satu sama lain sesuai dengan uji BJND pada
lampiran 4,ketiga kelompok memiliki notasi yang sama.Hal tersebut juga terbukti
dari hasil uji Tstudent pada lampiran 5yang menyatakan ketiga dosis ini memberikan
pengaruh yang sama (sama-sama berbeda sangat nyata), hanya saja persentase
penurunannya yang sedikit berbeda. Oleh karena itu, pada penelitian ini tidak
ditemukan perlakuan dosis optimum pemberian ekstrak kasar Hydnophytum
spterhadap kadar asam urat Mus musculus jantan yang diberi pakan tinggi purin.
4.2 Isolasi Senyawa Hydnophytum sp
4.2.1 Ekstraksi cair-cair ekstrak kasar Hydnophytum sp
Ekstrak kental hasil rotary evaporator yang disiapkan untuk isolasi
terlebih dahulu difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan
pelarut dengan kepolaran berbeda-beda. Pelarut terlebih dahulu di destilasi agar
diperoleh pelarut yang lebih murni, karena yang digunakan adalah pelarut teknis
yang masih banyak mengandung air. Fraksinasi yang dilakukan terlebih dahulu
adalah dengan pelarut non polar yaitu n-heksana. Fraksinasi dilakukan dengan
perbandingan n-heksana : etanol (1:1) hingga diperoleh fraksi n-heksana yang
bening yang mengidikasikan semua senyawa nonpolar sudah tertarik ke pelarut n-
heksana. Fraksinasi dengan pelarut organik yang bersifat nonpolar seperti n-
heksana bertujuan untuk mengurangi kandungan senyawa-senyawa yang bersifat
nonpolar yang terdapat di dalam ekstrak sehingga dapat menyederhanakan
42
42
tahapan proses isolasi selanjutnya. Hasil pemisahan fraksi etanol dengan n-
heksana dapat dilihat pada gambar :
Fraksi n-heksana
Fraksi Etanol
Gambar 14. Hasil ekstraksi cair-cair etanol dan n-heksana
Fraksi n-heksana yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary
evaporator dan diperoleh fraksi n-heksana pekat yang berwarna hijau. Fraksi
etanol sisa dilanjutkan diekstraksi cair-cair menggunakan pelarut semipolar yaitu
etilasetat. Untuk fraksinasi menggunakan etilasetat digunakan perbandingan
etanol:etil asetat (1:3), hal ini dikarenakan pada perbandingan dibawah 1:3
senyawa yang bersifat semipolar belum terlarut di dalam etilasetat yang
menyebabkan fraksi etanol tidak terpisah dengan etil asetat. Perbandingan
etanol:etilasetat (1:3) dapat menyebabkan senyawa semipolar yang terdapat
didalam pelarut etanol dapat larut dalam etilasetat sehingga terjadi pemisahan.
Hal ini terjadi karena pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa,
yaitu ekstrak meninggalkan pelarutyang pertarna (media pembawa) dan masuk ke
dalam pelarut kedua (media ekstraksi).Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atauhanyadalam daerah yang
sempit).Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi
ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak
yangseluasmungkin di antara kedua cairan tersebut.Ekstraksi cair-cair ini juga
dilakukan hingga etilasetat bening yang menandakan bahwa semua senyawa yang
bersifat semipolar sudah tertarik ke dalam etilasetat. Hasil pemisahan fraksi etanol
dengan etilasetat dapat dilihat pada gambar 11:
43
43
Fraksi Etilasetat
Fraksi Etanol
Gambar 15. Hasil ekstraksi cair-cair etanol dan etilasetat
Fraksi etilasetat dan etanol yang diperoleh kemudian masing-masing
dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi etilasetat
pekat dan fraksi etanol pekat. Seluruh fraksi di uji fitokimia kembali untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang masih terkandung di
dalam masing-masing fraksi. Hasil uji fitokimia masing-masing fraksi dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6. Uji fitokimia fraksi n-heksana, etilasetat, dan etanol
Jenis
Uji
Flavonoid Alkaloid Tanin Saponin Steroid Terpenoid Fenolik
Fraksi n- heksana
- - - - - - -
Fraksi etilasetat
√ - √ - - √ √
Fraksi etanol
√ - √ - - √ √
Hasil uji fitokimia pada tabel 6 menunjukkan bahwa fraksi n-heksana tidak
mengandung senyawa metabolit sekunder apapun.Fraksi etilasetat mengandung
senyawa metabolit sekunder dari golongan flavonoid, tannin, terpenoid, dan
fenolik.Sedangkan fraksi etanol mengandung metabolit sekunder dengan
golongan flavonoid, tannin, terpenoid, dan fenolik.Fraksi etanol menunjukkan uji
positif yang lebih kuat terhadap flavonoid dibandingkan fraksi etilasetat, hal ini
terlihat dari warna yang dihasilkan setelah dilakukan uji kandungan
flavonoidnya.Fraksi etanol ketika diuji kandungan flavonoidnya berwarna orange
dengan intensitas yang lebih pekat dibandingkan dengan fraksi etilasetat.Oleh
44
44
karena itu fraksi etanol selanjutnya digunakan dalam isolasi menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom.
4.2.2 Pemilihan eluen menggunakan KLT
Pemisahan dan pemurnian komponen-komponen kimia dilakukan pada
fraksi yang menunjukkan uji fitokimia terbaik yaitu fraksi etanol dengan
menggunakan kromatografi kolom. Sebelumnya dilakukan pemilihan eluen yang
dapat memisahkan dengan baik pada kromatografi lapis tipis.Penentuan jumlah
komponen dapat dilakukan jika sampel dapat terpisah dengan baik.
Penentuan eluen diawali dengan membuat perbandingan 2 pelarut organik
yang memiliki kepolaran bertingkat, yaitu: n-heksana: etil asetat dan etil asetat :
etanol dengan perbandingan volume yang divariasikan yaitu: 10:0, 9:1, 8:2, 7:3,
6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan 0:10 untuk kedua eluen tersebut. Proses KLT dapat
dilakukan di dalam chamber KLT maupun di dalam labu Erlenmeyer yang
tertutup rapat.Chamber yang tertutup rapat merupakan suatu proses penjenuhan
untuk menyimpan uap eluen sehingga akan terjadi keseimbangan antara eluen
dengan uap.
Ekstrak etanol ditotolkan pada plat KLT kemudian dielusi dengan berbagai
variasi pelarut seperti di atas. Penotolan cuplikan pada plat KLT diusahakan
berdiameter sekecil mungkin untuk menghindari terjadinya penyebaran noda-noda
dan timbulnya noda berekor. Plat KLT yang digunakan berukuran 1x10 cm, dan
penotolan dilakukan pada jarak 0,5 cm dari bagian bawah plat. Elusi dihentikan
jika fase gerak (eluen) yang digunakan sudah mencapai batas atas plat KLT.
Setelah dilakukan pengembangan, maka plat KLT dikeringkan pada udara
terbuka. Spot hasil elusi dilihat menggunakan lampu UV didalam UV Box agar
terlihat jelas pola pemisahannya. Hasil pemisahan fraksi etanol beberapa jenis
eluen memperlihatkan hasil yang bervariasi dapat dilihat pada tabel 7:
45
45
Tabel 7. Jumlah noda pada berbagai perbandingan campuran pelarut
Eluen Perbandingan (mL) Jumlah Noda
n-heksana : etil asetat 10:0 0 9:1 0
8:2 0
7:3 0
6:4 0
5:5 1
4:6 1
3:7 1
2:8 2
1:9 1
0:10 2
Etil asetat : Etanol
10:0
2
9:1 2
8:2 3
7:3 3
6:4 3
5:5 4
4:6 3
3:7 3
2:8 1
1:9 1
0:10 1
BerdasarkanTabel 7 diketahui bahwa komponen terbanyak (4 komponen)
diperoleh dengan menggunakan eluen etil asetat dan etanol dengan perbandingan
5:5. Hal ini menunjukkan bahwa eluen yang dapat memisahkan fraksi etanol
Hydnophytum spdengan baik adalah etil asetat dan etanol dengan perbandingan
5:5. Selanjutnya eluen tersebut akan digunakan untuk pengujian menggunakan
kromatografi lapis tipis senyawa hasil kromatografi kolom berikutnya.
4.2.3 Pemisahan dan pemurnian senyawa menggunakan Kromatografi
Kolom
Pada kromatografi kolom ini sebagai fase diam adalah silika gel 60, dan
fraksi gerak yang digunakan adalah campuran eluen dengan kepolaran bertingkat
dengan perbandingan yang bervariasi. Pada awalnya silika gel diaktifkan dengan
46
46
cara memanaskan silika gel dengan menggunakan oven pada suhu 1100C selama 3
jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terikat pada silika gel,
sehingga pori-pori silika gel dapat terbuka dan dapat menahan cuplikan secara
selektif.Selanjutnya silika gelditempatkan dalam desikator vakum yang bertujuan
untuk selain mendinginkan juga mencegah terjadinya kontak antara udara dengan
silika gel, karena silika gel bersifat mudah menyerap uap air dari udara.Setelah
dingin, silika gel dapat dimasukkan ke dalam kolom kromatografi secara hati-hati.
Untuk mendapatkan silika gel yang padat, kolom di ketok-ketok atau dijatuhkan
lemah pada plat kayu sehingga tidak ada rongga udara antara silika gel di dalam
kolom agar tidak mengganggu proses pemisahan.
Silika gel kemudian diaktifkan dengan pelarut n-heksana sampai silika gel
benar-benar padat.n-heksana digunakan karena memiliki kepolaran yang berbeda
dengan fase diam yang memudahkan n-heksana keluar dari kolom sebagai eluat.
Sebanyak 1,2 gram (1200 mg) ekstrak fraksi etanol kering yang telah dihaluskan
dengan silika gel 1:2 dimasukkan ke atas permukaan kolom. Proses pemisahan
diawali dengan mengaliri pelarut n-heksana: etil asetat yang ditingkatkan
kepolarannya dengan diakhiri elusi etil asetat 100%. Kemudian dilanjutkan
dengan mengaliri pelarut etil asetat: etanol yang ditingkatkan kepolarannya
dengan diakhiri elusi etanol 100%.Perbandingan tersebut yaitu: 100 mL:0 mL, 90
mL:10 mL, 80 mL:20 mL, 70 mL:30 mL, 60 mL:40 mL, 50 mL:50 mL, 40 mL:60
mL, 30 mL:70 mL, 20 mL:80 mL, 10 mL:90 mL, 0 mL:100 mL untuk kedua
campuran pelarut.
Silika gel merupakan fase diam yang bersifat polar, sehingga berikatan
lebih erat dengan senyawa polar.Akibatnya senyawa polar lebih lama berada di
dalam kolom dibandingkan dengan senyawa yang kurang polar. Sehingga waktu
pemisahan dengan pelarut etil asetat : etanol lebih lama dibandingkan pemisahan
menggunakan pelarut n-heksana:etil asetat. Fase diam memiliki afinitas lebih
besar terhadap senyawa tak polar, sehingga makin tak polar fase gerak, makin
cepat senyawa melintasi kolom.
Eluat yang keluar ditampung dalam 89 vial dengan komponen warna yang
berbeda. Selanjutnya seluruh eluat yang ditampung tersebut dilihat pola
47
47
pemisahannya menggunakan KLT dengan campuran eluen etil asetat: etanol (5:5).
Eluat yang dihasilkan diuapkan hingga mencapai ¼ vial agar eluat menjadi kental
dan dapat ditotolkan pada plat KLT. Berdasarkan pola noda hasil analisis KLT
eluat tersebut dapat digabung dan dikelompokkan. Penggabungan fraksi-fraksi ini
didasarkan pada harga Rf dari hasil KLT setiap eluat, eluat yang memiliki Rf yang
sama dapat digabungkan menjadi satu. Harga Rf menunjukkan besarnya interaksi
antara senyawa dengan silika gel. Interaksi yang sama memungkinkan adanya
senyawa yang sama pula. Dari 89 eluat dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok
fraksi, yaitu:
Fraksi A = vial ke-1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 15; 20; 88; 89
Fraksi B = vial ke-14; 16; 17; 18; 19; 21; 23; 24; 25; 26
Fraksi C= vial ke-22; 27; 35; 36; 37; 38; 39; 40; 43; 44; 45; 46; 47; 48; 50;
51; 52; 53; 54; 55; 56; 57; 58; 59; 60; 61; 62; 63; 64; 65; 66; 67;
68; 69; 70; 71; 72; 73; 74; 75; 76; 77; 78; 79; 80; 81; 82; 83; 84;
85; 86; 87
Fraksi D = vial ke-28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 41; 42; 49
Penggabungan eluat tersebut menghasilkan fraksi-fraksi yang dalam setiap
fraksinya tidak terdiri dari nomor vialyang berutan.Hal ini disebabkan oleh
senyawa yang dipisahkan menggunakan kromatografi kolom ini adalah senyawa
polar. Diketahui bahwa fase diam yang digunakan adalah silika gel yang juga
bersifat polar, sehingga senyawa akan lebih lama terikat di dalam kolom oleh
silika gel. Dengan dielusi terus menerus, senyawa tersebut bisa keluar secara
perlahan-lahan. Fraksi A memiliki warna yang bening yang menandakan tidak ada
senyawa yang terbawa oleh pelarut, pada vial terakhir yaitu vial 88 dan 89 juga
tidak menunjukkan adanya warna, dan setelah di KLT ternyata memang tidak ada
noda di dalamnya, sehingga memiliki nilai Rf yang sama dengan vial 1 yang
menunjukkan bahwa senyawa di dalam kolom sudah semuanya keluar sebagai
eluat. Selanjutnya keempat fraksi tersebut diuji kandungan metabolit
sekundernya. Hasil uji fitokimia berbagai fraksi hasil kolom dapat dilihat pada
tabel 8:
48
48
Tabel 8. Hasil uji fitokimia fraksi hasil kromatografi kolom
Fraksi Metabolit sekunder yang terkandung
A Tidak ada
B Tidak ada
C Tidak ada
D Flavonoid dan tannin
Dari tabel dapat diketahui bahwa yang memiliki kandungan metabolit
sekunder hanyalah fraksi D yaitu mengandung senyawa Flavonoid dan tannin.
Selanjutnya fraksi D diuji kemurniannya dengan KLT menggunakan pelarut etil
asetat: etanol (5:5). Hasil uji menggunakan KLT terlihat bahwa pemisahannya
menghasilkan satu spot/noda.Hal ini menunjukkan bahwa sampel pada fraksi D
sudah dapat diidentifikasi lebih lanjut.
4.2.4 Identifikasi Gugus Fungsional Menggunakan FTIR
Senyawa yang diperoleh dari hasil isolasi berupa kristal (padatan)
berwarna coklat dengan massa 20 mg. Karekterisasi senyawa tersebut dilakukan
menggunakan FTIR jenis IR Prestige-21 Shimadzhu. Karena panjang energi IR
lebih kecil dari pada energi sinar tampak maupun sinar ultra ungu (UV), maka
energi IR tak mampu mentransisikan elektron melainkan hanya menyebabkan
molekul bergetar.Oleh karena itu metode ini berguna untuk menentukan gugus
fungsional senyawa organik.Atom-atom dalam suatu molekul tidak diam,
melainkan bervibrasi (bergetar).Adanya vibrasi tersebut dapat dilihat dari
spectrum infra merah yang terdiri dari beberapa pita atau serapan.Spektrum FTIR
senyawa hasil isolasi dapat diamati pada gambar 12.
49
Gambar 16.Spektrum FTIR Senyawa Hasil Isolasi
49
50
50
Tabel 9.Data Bilangan Gelombang dan Kemungkinan Gugus Fungsinya
Bilangan Gelombang (cm-1
)
Isolat Pustaka Bentuk Pita Intensitas
Penemapatan
Gugus
3547,09;
3217,27
2924,04;
2858,51;
2721,56
3700-3100 Lebar Sedang -O-H (Fenol
bebas)
3000-2720 Tajam Sedang C-H Alifatik
1728,22 1740-1720 Tajam Kuat C=O
aromatic
1591,27;
1597,06
1600-1500 Tajam Lemah C=C
Aromatik
1398,39 1450 - 1375 Lebar Sedang
-CH2
1274,95;
1120,64;
1045,42
877,61;
1300-100 Tajam Sedang C-O
C-H
650,01 600-900 Lebar Sedang
Sumber: (Sastrohamidjojo, 1991 dan Kosela, 2010).
Aromatik
Pita lebar kuat dekat 3300 cm-1
menunjukkan adanya gugus hidroksil atau
fenol bebas (-OH). Pitalemah tetapi tajam pada 2924,05 disebabkan gugus C-H
dengan atom karbon tak jenuh. Ini didukung oleh adanya pita tajam dekat 1660
akibat rentangan gugus C=C. Adanya vibrasi tajam pada daerah 1820-1600 cm-1
menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O). Adanya gugus alkil dapat terlihat
dengan munculnya pita karakteristik yang sesuai dengan C-H, jika terdapat vibrasi
sekitar 1450-1375 cm-1
maka terdapat gugus -CH3 dan adanya pita tajam di daerah
1300-800 cm-1
menunjukkan adanya gugus alkohol (C-O). Pita lebar pada 600-
900 cm-1
adalah pita yang disebabkan oleh stetching C-H Aromatik. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa senyawa aktif Hydnophytum sp mengandung gugus –OH,
C-H Alifatik, C=O, C=C Aromatik, -CH3, C-O dan C-H Aromatik. Dari semua
gugus fungsi yang terkandung dalam senyawa yang diisolasi pada Hydnophytum
sp dapat diduga bahwa struktur senyawa yang diisolasi adalah termasuk jenis
senyawa flavonoid (Bustanussalam, 2010).
51
51
5.1 KESIMPULAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Pemberian ekstrak umbi “simbagh utak”dengan dosis 5,3mg/30gBB,
10,2mg/30gBB dan 21,2mg/30gBB berpotensi menurunkan kadar asam
urat M. musculus jantan yang diberi pakan tinggi purin berturut-turut
sebesar 34,1%, 48,0% dan 53,4%.
b. Hasil karakterisasi dari hasil isolasi tumbuhan“simbagh utak”
(Hydnophytum sp) menggunakan FTIRmenunjukkan bahwa senyawa hasil
isolasi mengandung gugus –OH, C-H Alifatik, C=O, C=C Aromatik, -CH3,
C-O dan C-H Aromatik. Dapat diduga senyawa tersebut termasuk jenis
flavonoid.
5.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan
bahwa:
a. Apabila menggunakan metode pengukuran kadarasam urat secara digital,
sebaiknya hewan coba yang digunakan adalah tikus (Rattus norvegicus),
karena kadar asam urat tikus lebih tinggi dari kadar asam urat mencit,
untuk mendapatkan citra yang lebih baik.
b. Pada penelitian ini belum ditemukan dosis optimum untuk penurunan
kadar asam urat mencit, sehingga diperlukan variasi dosis yang lebih
banyak.
52
52
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB
Anonim. 2011. Asam urat atau Gout.Newsletter-70-edisi-1/Asam-urat-
10120111.pdf (diakses tanggal 6 Oktober 2012).
----------- 2011. Mus musculus. http://www.iucnredlist.org. (diakses tanggal 29
September 2012).
Ariyanti, Wahyuningtias, dan Wahyuni. 2007. Pengaruh pemberian infusa daun
salam (eugenia polyantha wight) terhadap penurunan kadar asam
urat darah mencit putih jantan yang diinduksi dengan potasium
oksonat. pharmacon-vol.8-no.2/rina(mencit-jantan-putih).pdf. (diakses
tanggal 5 oktober 2012).
Azmi, U. 2010. Efek ekstrak etanol daging buah mahkota dewa (phaleria
macrocarpa (scheff.)Boerl.)Terhadap penurunan Kadar asam urat
pada mencit putih jantan yang Diinduksi potassium
oxonate.http://www.ums.ac.id/ K100060018.pdf. (diakses tanggal 6
Oktober 2012)
Bresnick, stephen. 2004. Intisari Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Hipokrates
Bustanussalam. 2010. Penentuan struktur molekul dari fraksi air tumbuhan
“sarang semut” Myrmecodia pendens Merr & Perry yang Memunyai
Aktivitas Sitotoksik dan sebagai Antioksidan. http://www.ipb.ac.id.
(diakses tanggal 20 Februari 2013).
Devinovita, D. 2010. Sarang semut Terbukti Tumpas Kanker, Tumor dan
Berbagai Penyakit Berat.
http://derin.student.umm.ac.id/2010/02/11/manfaat-sarang-semut.
(diakses tanggal 29 september 2012).
Dewanti, S. 2010. Kolesterol, Diabetes, dan Asam Urat. Jawa Tengah: Kawan
Kita
Djamil, R dan Anelia, T. 2009. Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji
Antioksidan Ekstrak Metanol beberapa Spesies Papilionaceae. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia/ISSN 1693-1831. (diakses tanggal
10September, 2012).
53
53
Gomez, K dan Gomez, A.2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Edisi ke dua, terjemahan Endang Samsudin dan Justika. Jakarta:
Universitas Indonesia- Press
Gritter, R.J., Bobbit dan A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.
Terjemahan Kosasih Padmawinata Edisi ke-2. Bandung: ITB
Haqiqi. 2008. Kromatografi lapis tipis.d4him.files.wordpress.com/2009/.../paper-
kromatografi-lapis-tipis.pd. (diakses tanggal 02 oktober 2012)
Harbone. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terbitan Bandung : ITB
Harmita. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Haryani, eni.2007.Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci secara
Kromatografi Kolom.Bulletin teknik pertanian.Vol.12 (1). 2007
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang-Press
Hille R. (2006). "Structure and Function of Xanthine Oxidoreductase".European
Journal of Inorganic Chemistry2006 (10): 1905–2095.
doi:10.1002/ejic.200600087. (diakses tanggal 20 oktober 2012).
James. J, Baker. C, Swain. H. 2006. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga
Jeli, M dan Makiyah, N. 2011.Pengaruh Pemberian Infusa Tumbuhan Sarang
semut (Hydnophytum sp) Terhadap Gambaran Histologi Pankreas
Pada Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes Terinduksi
Aloksan.majalahkesehatan-pharmamedika-vol,3-no,1/artikel-
penelitian/1088-1176-1-PB.pdf. (diakses tanggal 1 Oktober 2012).
Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press
Kosela, S. 2010. Cara Mudah dan Sederhana Penentuan Struktur Molekul
Berdasarkan Spektra Data, (NMR, MASS, IR, UV). Jakarta: UI press
Kusumastuti, A.2011. Pengenalan Pola Gelombang Khas dengan
Interpolasi.http://www.uin.malang.ac.id/arikusumastuti. (diakses
tanggal 20 Oktober 2012).
Mahmiah. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang
TumbuhanSaccopetalum horsfieldii Benn. indo-j-chem.co.id/324-
1044-1-PB.pdf. (diakses tanggal 1 Oktober 2012)
54
54
Masroh, L. F. 2010. Isolasi Senyawa Aktif Dan Uji Toksisitas Ekstrak Heksana
Daun Pecut Kuda (Stachytharpheta jamaicensis L.Vahl).
Malang:Fakultas Sains Dan TeknologiUniversitas Islam Negeri (Uin)
Maulana Malik Ibrahim. thesis/fullchapter/06530001-lilis-fauzia-
masroh.ps. (diakses tanggal 5 Oktober 2012)
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta:
Pustaka Obor Populer
Mustarichie, R., Musfiroh, I., dan Levita, J. 2011.Metode Penelitian Tanaman
Obat. Bandung: Widya padjajaran
Nurcahyo, H. 2000. Regulasi Metabolisme Protein. http://www.uny.ac.id .
(diakses tanggal 10 Februari 2013).
Pratisto, S. D. 2006. Sarang semut Multi. http://www.gatra.co.id/majalah/manfaat-
sarang-semut.pdf. (diakses tanggal 29 September 2012).
Roth, H. J dan Blaschke, G. 1988. Analisis Farmasi. Yogya : Universitas Gajah
Mada press
Sastroamidjodjo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty
Setiabudi, H. 2012. Deteksi dini, Pencegahan, dan Pengobatan Asam Urat.
Yogyakarta: Media pressindo
Simanjuntak, Fanny, dan Subroto. 2010. Isolasi Senyawa Aktif dari Ekstrak
Hipokotil Sarang semut (Myrmecodia pendens Merr.& Perry)
sebagai Penghambat Xantinoksidase.jurnal.ilmukefarmasian
Indonesia/ISSN 1693-1831. (diakses tanggal 10 Oktober 2012)
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB
Sofitri, E. N. 2012. Hiperurisemia pada Pra Diabetes.http://jurnal.fk.unand.ac.id.
(diakses tanggal 20 November 2012).
Sriwahyuni,I. 2010. Uji Fitokimia Ekstrak Tanaman Anting-Anting (Acalypha
Indica Linn) dengan Variasi Pelarut dan Uji Toksisitas Menggunakan
Brine Shrimp (Artemia salina Leach.Malang:Fakultas Sains Dan
TeknologiUniversitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik
Ibrahim.thesis/fullchapter/06530022-ika-sriwahyuni.ps. (diakses
tanggal 5 Oktober 2012).
Subroto, M.A. dan H. Saputro.2006.Gempur Penyakit dengan Sarang semut.
Penebar Swadaya. Jakarta.
55
55
Suhendi, A. dkk. 2011. Aktivitas antihiperurisemia ekstrak air jintenhitam (Coleus
ambonicus Lour) pada mencitjantan galur balb-c dan standardisasinya.
Majalah Farmasi Indonesia.22(2), 77 – 84. (diakses tanggal 8 maret
2013).
Sukmono, R. 2009. Mengatasi Aneka Penyakit dengan Terapi Herbal. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Utami, I. W. 2008. Efek fraksi air ekstrak etanol daun salam (syzygium
polyanthum wight.) Terhadap penurunan kadar Asam urat pada
mencit putih (mus musculus) jantan Galur balb-c yang diberi pakan
tinggi purin.
http://www.ums.ac.id/skripsi/fullchapter/K100040082.pdf. (diakses
tanggal 6 Oktober 2012)
Utami, P. 2004. Terapi Jus untuk rematik dan Asam Urat. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia protein, enzim, dan asam nukleat.
Bandung: Penerbit ITB
56
56
57
LAMPIRAN 1
57
Rata-rata Kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) jantan
hari ke-1, hari ke-8, dan hari ke-10
(A). Hari ke-1, Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) sebelum
pemberian pakan tinggi purin
Perlakuan Pengulangan
Jumlah Rata- rata
± SD 1 2 3 4 5
K1 2.2 2.5 2.4 2.2 2.4 11.7 2.34 0.13
K2 2.5 2.4 2.4 2.3 2 11.6 2.32 0.19
K3 2.6 2.5 2.4 2.5 2.7 12.7 2.54 0.11
K4 2.5 2.6 2.5 2.4 2.6 12.6 2.52 0.08
K5 2.4 2.7 2.3 2.4 2.3 12.1 2.42 0.16
(B) . Hari ke-8, Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) setelah
pemberian pakan tinggi purin
Perlakuan Pengulangan
Jumlah Rata- rata
± SD 1 2 3 4 5
K1 2.1 2.4 2.4 2.2 2.4 11.5 2.3 0.14
K2 4 3.9 4 3.2 3.4 18.5 3.7 0.37
K3 4 3.2 4 3.4 3.9 18.5 3.7 0.37
K4 4.2 4.2 4.6 5.2 4.9 23.1 4.62 0.43
K5 4.9 4.9 5.2 4.2 4.2 23.4 4.68 0.45
(C) . Hari ke-10, Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) setelah
pemberian ekstrak Hydnophytum sp
Perlakuan Pengulangan
Jumlah Rata- rata
± SD 1 2 3 4 5
K1 2.1 2.5 2.5 2.3 2.5 11.9 2.38 0.18
K2 5.2 4.6 4.2 4.2 4.6 22.8 4.56 0.41
K3 2.1 2.5 2.4 2.6 2.6 12.2 2.44 0.21
K4 2.2 2.7 2.2 2.4 2.5 12 2.4 0.21
K5 2 2.2 2.5 2.1 2.1 10.9 2.18 0.19
58
LAMPIRAN 2
Perhitungan SD (Standar Deviasi)=
SD Xi =
(A). Hari ke-1, Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) sebelum pemberian
pakan tinggi purin
(Perlakuan)2 Pengulangan
Jumlah 1 2 3 4 5
(K1)2 4.84 6.25 5.76 4.84 5.76 27.45
(K2)2 6.25 5.76 5.76 5.29 4 27.06
(K3)2 6.76 6.25 5.76 6.25 7.29 32.31
(K4)2 6.25 6.76 6.25 5.76 6.76 31.78
(K5)2 5.76 7.29 5.29 5.76 5.29 29.39
Standar Deviasi (SD) =
SD K1 (A) = 0,13
SD K2 (A) = 0,19
SD K3 (A) = 0,11
SD K4 (A) = 0,08
SD K5 (A) = 0,16
(B) . Hari ke-8, Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) setelah pemberian
pakan tinggi purin
(Perlakuan)2 Pengulangan
Jumlah 1 2 3 4 5
(K1)2 4.41 5.76 5.76 4.84 5.76 26.53
(K2)2 16 15.21 16 10.24 11.56 69.01
(K3)2 16 10.24 16 11.56 15.21 69.01
(K4)2 17.64 17.64 21.16 27.04 24.01 107.49
(K5)2 24.01 24.01 27.04 17.64 17.64 110.34
59
Standar Deviasi (SD) =
SD K1 (B) = 0,14
SD K2 (B) = 0,37
SD K3 (B) = 0,37
SD K4 (B) = 0,43
SD K5 (B) = 0.45
(C) . Hari ke-10, Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) setelah pemberian
ekstrak Hydnophytum sp
(Perlakuan)2 Pengulangan
Jumlah 1 2 3 4 5
(K1)2 4.41 6.25 6.25 5.29 6.25 28.45
(K2)2 27.04 21.16 17.64 17.64 21.16 104.64
(K3)2 4.41 6.25 5.76 6.76 6.76 29.94
(K4)2 4.84 7.29 4.84 5.76 6.25 28.98
(K5)2 4 4.84 6.25 4.41 4.41 23.91
Standar Deviasi (SD)=
SD K1 (C) = 0,18
SD K2 (C) = 0,41
SD K3 (C) = 0,21
SD K4 (C) = 0,21
SD K5 (C) = 0,19
60
LAMPIRAN 3
Analisis varian data kadar asam urat mencit (Mus musculus) (mg/dL) hari ke-1,
hari ke-8, dan hari ke-10
(A). Hari ke-1, sebelum pemberian pakan tinggi purin
Ulangan K1 K2 K3 K4 K5
1 2.2 2.5 2.6 2.5 2.4
2 2.5 2.4 2.5 2.6 2.7
3 2.4 2.4 2.4 2.5 2.3
4 2.2 2.3 2.5 2.4 2.4
5 2.4 2 2.7 2.6 2.3
Jumlah 11.7 11.6 12.7 12,6 12.1
Ulangan K12
K22
K32
K42
K52
1 4.84 6.25 6.76 6,25 5.76
2 6.25 5.76 6.25 6.76 7.29
3 5.76 5.76 5.76 6.25 5.29
4 4.84 5.29 6.25 5,76 5.76
5 5.76 4 7,29 6,76 5.29
Jumlah 27.45 27.06 32.31 31,78 29.39
FK = = = = = 147,3796
JK Total = -
= (27.45 + 27.06 + 32,31 + 31,78 + 29,39) – 147,3796
= 147,99 – 147,3796
=0,6104
JK Perlakuan = -
= – 147,3796
= – 147,3796 = 147,582 – 147,3796
= 0,2024
Varian Perlakuan = = = 0,0506
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 0,6104 – 0,2024
= 0.408
Varian Galat = = = 0,0204
F Hitung = = = 2,48
61
(B). Hari ke-8, setelah pemberian pakan tinggi purin
Ulangan K1 K2 K3 K4 K5
1 2.1 4 4 4.2 4.9
2 2.4 3.9 3.2 4.2 4.9
3 2.4 4 4 4.6 5.2
4 2.2 3.2 3.4 5.2 4.2
5 2.4 3.4 3.9 4.9 4.2
Jumlah 11.5 18.5 18.5 23.1 23.4
Ulangan K12
K22
K32
K42
K52
1 4.41 16 16 17.64 24.01
2 5.76 15.21 10.24 17.64 24.01
3 5.76 16 16 21.16 27.04
4 4.84 10.24 11.56 27.04 17.64
5 5.76 11.56 15.21 24.01 17.64
Jumlah 26.53 69.01 69.01 107.49 110.34
FK = = = = = 361
JK Total = -
= (26,53 + 69,91 + 69,91 + 107,49 + 110,34) – 361
= 382.38 – 361
= 21,38
JK Perlakuan = -
= – 361
= – 361 = 379.584 – 361
= 18,584
Varian Perlakuan = = = 4,646
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 21,38 – 18,584
= 2,796
Varian Galat = = = 0,1398
F Hitung = = = 33,233
62
(C). Hari ke-10, setelah pemberian ekstrak Hydnophytum sp
Ulangan K1 K2 K3 K4 K5
1 2.1 5.2 2.1 2.2 2
2 2.5 4.6 2.5 2.7 2.2
3 2.5 4.2 2.4 2.2 2.5
4 2.3 4.2 2.6 2.4 2.1
5 2.5 4.6 2.6 2.5 2.1
Jumlah 11.9 22.8 12.2 12 10.9
Ulangan K12
K22
K32
K42
K52
1 4,41 27,04 4.41 4.84 4
2 6,25 21.16 6.25 7.29 4.84
3 6,25 17.64 5.76 4.84 6.25
4 5,29 17.64 6.76 5.76 4.41
5 6,25 21.16 6.76 6.25 4.41
Jumlah 28,45 104.64 29.94 28.98 23.91
FK = = = = = 194.882
JK Total = -
= (28,45 + 104,64 + 29,94 + 28.98 + 23,91) – 194.882
= 215.92 – 194,882
= 21.038
JK Perlakuan = -
= – 194,882
= – 194,882 = 214,62 – 194,882
= 19.738
Varian Perlakuan = = = 4,9345
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 21,038 – 19,738
= 1,3
Varian Galat = = = 0,065
F Hitung = = = 75,9154
63
Hari
Ke-
Sumber
Varians
JK Derajat
Bebas
Varian F0 F tabel
(5 %)
F tabel
(1 %)
1 (A) Perlakuan
Galat
0,2024
0,408
4
20
0,0506
0,0204
2,48tn
2,866081 4,43069
Total 0,6104 24
8 (B) Perlakuan
Galat
18,584
2,796
4
20
4,646
0,1398
33,233**
Total 21,38 24
10
(C)
Perlakuan
Galat
19,738
1,3
4
20
4,9345
0,065
75,9154**
Total 21,038 24
Keterangan : tn = tidak nyata; ** = sangat nyata
H0 : Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) antar perlakuan tidak berbeda
nyata sebelum diberi pakan tinggi purin / setelah diberi pakan tinggi purin /
setelah diberi ekstrak Hydnophytum sp
H1 : a). Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) antar perlakuan
berbeda nyata sebelum diberi pakan tinggi purin / setelah
diberi pakan tinggi purin / setelah diberi ekstrak Hydnophytum
sp (α = 5%)
b). Rata-rata kadar Asam Urat mencit (Mus musculus) antar perlakuan
berbeda sangat nyata sebelum diberi pakan tinggi purin / setelah
diberi pakan tinggi purin / setelah diberi ekstrak Hydnophytum
sp (α = 1%)
Kesimpulan:
(A). F0 < F 63able (5%) menunjukkan sebelum diberi pakan tinggi purin tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar asam urat Mus musculus
(B). F0 > F 63able (1%) menunjukkan setelah diberi pakan tinggi purin berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar asam urat Mus musculus
©. F0 > F 63able (1%) menunjukkan setelah diberi ekstrak Hydnophytum sp berpengaruh
sangat nyata terhadap kadar asam urat Mus musculus
64
LAMPIRAN 4
Data uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) Kadar Asam Urat mencit (Mus
musculus) (mg/dL) setelah diberi perlakuan
(B). setelah diberi pakan tinggi purin
Kelompok rata-rata
Beda riel jarak P BJND
2 3 4 5 5% 1%
K1 2.3 a A
K2 3.7 1.4** b B
K3 3.7 0 1.4* c C
K4 4.62 0.92 0.92 2.32** b B
K5 4.68 0.06 0.98 0.98 2.38** b B
P5% 2.95 3.58 3.96 4.23
P1% 4.02 4.64 5.02 5.29
BJND5% 0.980714 1.190155 1.316484 1.406244
BJND1% 1.336431 1.542547 1.668876 1.758637
©. setelah diberi ekstrak Hydnophytum sp
Kelompok
Rata-rata Beda riel Jarak P
BJND
mg/dL 2 3 4 5 5% 1%
K5 2.18 a A
K1 2.38 0.2 a A
K4 2.4 0.02 0.22 a A
K3 2.44 0.04 0.06 0.26 a A
K2 4.56 2.12** 2.16** 2.18** 2.38** b B
P5% 2.95 3.58 3.96 4.23
P1% 4.02 4.64 5.02 5.29
BJND5% 0.428715 0.520271 0.575496 0.614734
BJND1% 0.584215 0.674318 0.729543 0.768781
65
LAMPIRAN 5
Uji T-Student Kadar Asam Urat Mus musculus berbagai perlakuan
a). T-student untuk perlakuan sebelum dan sesudah pemberian pakan tinggi purin
Perlakuan rata-rata Hari ke-1
(A)
SA
(Standar Deviasi)
Rata-rata Hari ke-8
(B)
SB
(Standar Deviasi)
T student
T tabel
5% 1%
K1 2.34 0.13 2.3 0.14 0,468 2,776 4,604
K2 2.32 0.19 3.7 0.37 7,418**
K3 2.54 0.11 3.7 0.37 6.719**
K4 2.52 0.08 4.62 0.43 10,736**
K5 2.42 0.16 4.68 0.45 10,581**
Keterangan: * = berbeda nyata; **= berbeda sangat nyata
Perhitungan T-student
T1 = = = = = = 0,468
T2 = = = = = = -7,418
= = 7,418
T3 = = = = = = -6,719
= = 6,719
T4 = = = = = = -10,736
= = 10,736
T5 = = = = = = -10,581
= = 10,581
66
b). T-student untuk perlakuan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak
Hydnophytum sp
Perlakuan
rata-rata Hari ke-8
(B)
SB
(Standar Deviasi)
Rata-rata Hari ke-
10 ©
SC
(Standar Deviasi)
T student
T tabel
5% 1%
K1 2.3 0.14 2.38 0.18 0,784 2,776 4,604
K2 3.7 0.37 4.56 0.41 3,482*
K3 3.7 0.37 2.44 0.21 6.622**
K4 4.62 0.43 2.4 0.21 10,373**
K5 4.68 0.45 2.18 0.19 11,444**
Keterangan: * = berbeda nyata; **= berbeda sangat nyata
Perhitungan T-student
T1 = = = = = = -0,784
= = 0,784
T2 = = = = = = -3,482
= = 3,482
T3 = = = = = = 6,622
T4 = = = = = = 10,373
T5 = = = = = = 11,444
67
67
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI PENELITIAN
1). Persiapan Sampel
Tumbuhan “simbagh utak” Irisan sampel segar “simbagh utak”
Sampel Kering “simbagh utak” Bubuk “simbagh utak”
Hasil maserasi Rotary evaporator Ekstrak kasar “S. utak”
68
68
2). Uji Bioaktifitas
Mencit (Mus musculus) Kandang Mencit Alat Ukur Kadar Asam Urat
3). Fraksinasi (Ekstraksi cair-cair)
Destilasi pelarut F. n heksana:etanol Fraksi etilasetat:etanol
4). Kromatografi Lapis Tipis
Proses Elusi UV Box
69
69
Hasil KLT fraksi etanol Hasil KLT fraksi D
5). Kromatografi Kolom
Proses Kromatografi Kolom Eluat Kromatografi Kolom Kristal hasil isolasi
6). Uji Fitokimia
a. Uji Fitokimia Awal
Uji positif saponin Uji positif tanin Uji positif flavonoid Uji + terpenoid
70
70
b. Uji fitokimia hasil fraksinasi
Fraksi n-heksana
Uji flavonoid Uji Tanin Uji terpenoid Uji fenolik
Fraksi etil asetat
Uji flavonoid Uji Tanin Uji terpenoid Uji fenolik
Fraksi Etanol
Uji flavonoid
Uji Tanin Uji Terpenoid Uji fenolik
c. Uji Fitokimia fraksi hasil kolom
Fraksi A Fraksi B Fraksi C Fraksi D
71
71
LAMPIRAN 7
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Diri
No. Nama Gustria Ernis
1 Jenis Kelamin Perempuan
2 NPM A1F009030
3 Tempat,
Tanggal Lahir Solok (Sumbar), 29 Agustus
1990
4 Alamat di
Bengkulu
Jl. Barito II No.34, RT.19,
RW.04,
Kel. Padang Harapan, Kec.
Gading
Cempaka, Kota Bengkulu 5 Nomor HP 08974533331 / 082376118474
6 E-Mail [email protected]
7 Alamat asal
(Orang tua)
Koto Padang Laweh, Kec. Koto
VII, Kab. Sijunjung, Sumatera
Barat
8 Nomor HP 085374367470 / 085365282527
2. Riwayat Pendidikan
No Jenjang
Pendidikan
Spesialisasi Tahun
Lulus
Tempat
1 SD - 2003 SDN 02 Pd. Laweh (Sumbar)
2 SMP - 2006 MTsN Palangki (Sumbar)
3 SMA IPA 2009 SMAN 02 Sijunjung (Sumbar)
4 Perguruan
Tinggi
Pendidikan
Kimia
2013 Universitas Bengkulu
72
72
3. Pengalaman Berorganisasi
No Tahun Nama Organisasi Kedudukan dalam Organisasi
1. 2006/2007 Osis SMAN 2 Anggota bidang Kerohanian
2. 2007/2008 Osis SMAN 2 Ketua Bidang Kerohanian
3. 2008/2009 Osis SMAN 2 Anggota Majelis
Permusyawaratan Kelas
4. 2009-2011 HIMAMIA Anggota bidang Kerohanian
4. Prestasi yang pernah diraih
No Prestasi Tingkat Tahun
1 Juara I dan II (dua besar) Kelas dari SD s/d
SMA
1998-2009
2 Juara III Olimpiade Sains Kimia
SMA
Kabupaten 2007
3 Juara I Olimpiade Sains Kimia
SMA
Kabupaten 2008
4 Lolos PMW (Program Mahasiswa
Wirausaha)
Universitas 2010
5 Asisten Dosen Kimia Dasar
(untuk Biologi)
Program Studi 2010/2011
6 Asisten Dosen Kimia Organik
(untuk Biologi)
Program Studi 2011/2012
Semua data yang penulis isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dan apabila dikemudian
hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, penulis sanggup
menerima resiko. Demikian biodata ini penulis buat dengan sebenarnya untuk
melengkapi naskah skripsi.
Bengkulu, Maret 2013
GUSTRIA ERNIS
NPM. A1F009030