SKRIPSI GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RUMAH SAKIT … · GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM...

54
i SKRIPSI GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) SAYANG RAKYAT PROVINSI SULAWESI SELATAN ARISKI WANTI AMALIA E211 13 321 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

Transcript of SKRIPSI GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RUMAH SAKIT … · GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM...

i

SKRIPSI

GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH (RSUD) SAYANG RAKYAT PROVINSI SULAWESI

SELATAN

ARISKI WANTI AMALIA

E211 13 321

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

ii

UNIVERISTAS HASANUDDIN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ABSTRAK

Ariski Wanti Amalia (E211 13 321). Gaya Kepemimpinan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan, xiv + 96 Halaman + 3 Gambar + 35 Pustaka (1987-2016) + 10 Lampiran. Dibimbing oleh Dr. Atta Irene Allorante, M.Si dan Drs. Nurdin Nara, M.Si

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan seorang pemimpin adalah gaya kepemimpinan yang dimilikinya. Gaya Kepemimpinan merupakan sikap atau perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin kepada bawahannya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Direktur RSUD Sayang Rakyat sangat berpengaruh pada terciptanya tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin dituntut untuk memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap bawahan sehingga diharapkan tujuan dari organisasi dapat dicapai dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif dan teknik analisis data adalah deskriptif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner, wawancara dan observasi. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Adapun data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan tabel-tabel frekuensi yang menggunakan teknik pengukuran skala likert.

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Gaya Kepemimpinan Demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan oleh Direktur RSUD Sayang Rakyat dengan total skor nilai rata-rata yaitu 3.9. Hal ini dijelaskan oleh informan bahwa di dalam pengambilan keputusan direktur selalu melibatkan bawahannya, dan komunikasi yang terjalin antara direktur dan bawahan sangat baik.

Kata Kunci : Gaya, Kepemimpinan, Otokratis, Demokratis, Laissez Faire

iii

UNIVERISTAS HASANUDDIN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ABSTRACT

Ariski Wanti Amalia (E211 13 321). The Leadership Style Of Director of the General Hospital Sayang Rakyat Province Of South Sulawesi, xiv + 96 Page + 3 Image + 35 Library (1987-2016) + 10 attachment. Supervised by Dr. Atta Irene Allorante, M.Si and Drs. Nurdin Nara, M.Si

One of the factors of the success of a leader is the leadership style he had. Leadership style is an attitude or behavior exhibited by the leader to his subordinates. Leadership style adopted by Director of the Sayang Rakyat Hospital very influential in the creation of organizational goals. Therefore, leaders are required to provide direction and guidance to subordinates so that the expected goals of the organization can be achieved by either.

The study aims to determine Leadership Style of Director of the Sayang Rakyat Hospital. This study uses quantitative methods that are supported by qualitative data and data analysis technique is descriptive. Data collection techniques used were questionnaires, interviews and observation. Source of data used comes from the primary data and secondary data. The data were analyzed quantitatively by using frequency tables that use measurement techniques Likert scale.

From this study we concluded that Democratic Leadership Style is the dominant leadership style applied by Director of the Sayang Rakyat Hospital with the average value of 3.9 . This is explained by informants that in the decision-making director always involve his subordinates, and communication between the directors and subordinate excellent.

Keyword : Styles, Leadership, Autocratic, Democratic, Laissez Faire

iv

v

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan berkat dan karunia-Nya dalam setiap proses yang dilalui

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tak ada kata yang dapat diungkapkan

kepada-Nya atas segala kesempatan yang telah diberikan selain ucapan syukur

yang sedalam-dalamnya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada

skripsi ini, namun penulis telah berusaha untuk menyelesaikannya dengan

maksimal. Sekiranya ada masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari

berbagai pihak maka penulis akan menerimanya dengan senang hati untuk

perbaikan dan kesempurnaannya kelak.

Ucapan terima kasih penulis persembahkan untuk kedua orang tua

penulis, Almarhum ayahanda Abdul Azis dan Ibunda Leni. Terima kasih

sebesar-besarnya telah merawat dan mendidik penulis sehingga penulis dapat

menjalani kehidupan dan menapaki jenjang pendidikan hingga saat ini.

Pembuatan skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak baik yang

diberikan secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan tidak mengurangi rasa

hormat serta tidak mengesampingkan peran dari masing-masing pihak, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

vii

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu selaku Rektor Universitas

Hasanuddin

2. Prof. Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik beserta seluruh staffnya.

3. Dr. Hj. Hasniati, M.Si dan Drs. Nelman Edy, M.Si selaku pimpinan dan

sekertaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin Periode 2015-2020

4. Dr. Atta Irene Allorante, M.Si selaku penasehat akademik selama

kurang lebih 3 tahun dan menjadi pembimbing 1 skripsi bagi penulis,

terima kasih atas nasehat dan bimbingan yang diberikan selama ini.

5. Drs. H. Nurdin Nara, M.Si selaku pembimbing II skripsi bagi penulis,

yang telah mendorong, membantu dan mengarahkan penulis hingga

penyelesaian skripsi ini.

6. Prof. Deddy T. Tikson, Ph,D, Dr. Badu Ahmad, M.Si, Andi Ahmad

Yani, S.Sos, M.Si, MPA selaku penguji dalam sidang proposal dan

skripsi penulis. Terima Kasih atas kesediannya dalam menghadiri sidang

proposal dan skripsi dari penulis dan atas segala masukannya dalam

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi. Terima kasih atas ilmu yang

telah diberikan untuk penulis selama kurang lebih 3 tahun. Semoga

penulis bisa memanfaatkannya sebaik mungkin

8. Seluruh Staff Jurusan Ilmu Adminustrasi (kak Ros, Pak Revi, pak Lili,

dan Ibu Ani) dan staff di lingkup FISIP UNHAS tanpa terkecuali. Terima

kasih atas bantuan yang tiada hentinya bagi penulis selama ini.

viii

9. Drg. Hj. Sri. Fausya Nuralim, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit

Sayang Rakyat. Terima Kasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian di lokasi penelitian ini.

10. Seluruh Kepala Bidang dan Staf RSUD Sayang Rakyat, terima kasih telah

meluangkan waktunya.

11. Semua keluarga, saudara, kakak ipar, om dan tante terima kasih atas

dukungan yang telah diberikan

12. Teman-teman JIGER terutama Anti, dan Ayu, terima kasih telah

memberikan semangat dan juga bantuannya selama proses penelitian.

13. Teman-teman MMG (Manis Manja Grup), BPJS, atau GENKS yakni

Nirmawati, Herlina Lukman, Susi Eka Prayamita, Ummu Kalsum dan Andi

Ulfa, terima kasih atas semangat, dukungan dan saran positif yang

diberikan, terima kasih telah menghibur dikala sedih, terima kasih selalu

ada dalam suka maupun duka. I will miss you gaes

14. Teman seangkatan penulis di RECORD (Regeneration Coloured Of

Determiner). Terima kasih atas inspirasi nya selama ini, tidak terasa kita

sudah bersama selama kurang lebih 3 tahun dan tidak sedikit

pengalaman yang telah kita alami selama ini. Senang bisa mengenal

kalian semua.

15. Keluarga kecil lainnya bagi penulis, teman-teman KKN Gelombang 93

Universitas Hasanuddin Kabupaten Pangkep, Kecamatan Ma’rang,

terutama Suaib Side, Zaenal, Ari Rusli Riyadi, Wahyuni, Riani Febrianti,

Nurfadillah, Indah Puspa Sari, Ayu Amriani dan Andi Suryani Terima

kasih atas kebersamaan dan pengalaman serta pelajaran yang sangat

ix

berarti dalam memaknai hidup di Desa Padang Lampe selama kurang

lebih 2 bulan.

16. Kanda-kanda senior (CREATOR’07, BRAVO’08, CIA’09,

PRASASTI’010, BRILLIAN’011, RELASI’012) dan adik-adik (UNION’014

dan CHAMPION’015). Terima kasih atas pengalaman yang diberikan.

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

yang sebesar-besarnya atas bantuan dan doanya. Semoga bantuan dan

keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.

Dan akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat positif bagi

banyak orang yang membacanya terutama bermanfaat bagi penulis sendiri.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan dan atas peratiannya, penulis

ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 31 Januari 2017

Ariski Wanti Amalia

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................... ii

ABSTRACT ............................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

II.2 Rumusan Masalah ................................................................ 7

II.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 7

II.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

II.1 Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan .............................. 8

II.1.1 Pengertian Kepemimpinan ......................................... 8

II.1.2 Kepemimpinan Dalam Manajemen ............................ 9

II.1.2.1 Teori Lahirnya Pemimpin ................................... 9

II.1.2.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen ...... 11

II.1.2.1 Fungsi Kepemimpinan ....................................... 13

II.1.2.1 Tugas Kepemimpinan ........................................ 14

II.1.3 Teori-Teori Kepemimpinan ......................................... 16

xi

II.1.4 Studi-Studi Kepemimpinan ......................................... 22

II.1.5 Gaya Kepemimpinan ................................................. 30

II.2 Kerangka Konsep .................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 41

II.1 Pendekatan Penelitian ........................................................... 41

II.2 Lokasi Penelitian ................................................................... 41

II.3 Tipe Penelitian ....................................................................... 41

II.4 Populasi, Sampel dan Informan ............................................. 41

II.5 Sumber Data ......................................................................... 41

II.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 42

II.7 Teknik Analisis Data .............................................................. 42

II.8 Definisi Operasional .............................................................. 44

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 46

IV.1 Sejarah RSUD Sayang Rakyat .............................................. 46

IV.2 Visi, Misi, Motto dan Nilai ...................................................... 47

IV.3 Gambaran Umum RSUD Sayang Rakyat .............................. 48

IV.4 Tugas dan Fungsi RSUD Sayang Rakyat .............................. 49

IV.5 Organisasi Tata Laksana ....................................................... 49

IV.6 Sumber Daya Manusia .......................................................... 60

IV.7 Sarana dan Prasarana .......................................................... 66

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 68

V.1 Deskripsi Data ....................................................................... 68

V.2 Gaya Kepemimpinan ............................................................. 68

V.3 Gaya Kepemimpinan Otokratis .............................................. 69

xii

V.4 Gaya Kepemimpinan Demokratis .......................................... 72

V.5 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire ....................................... 75

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Perilaku Kepemimpinan Manajerial Grid ............................. 30

Gambar II.2 Kerangka Konsep................................................................ 39

Gambar IV.1 Struktur Organisasi RSUD Sayang Rakyat ........................ 50

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen ........................... 12

Tabel II.2 Gaya Kepemimpinan White&Lippit .......................................... 35

Tabel IV.1 Manajemen RSUD Sayang Rakyat ........................................ 61

Tabel IV.2 Tenaga Medis RSUD Sayang Rakyat .................................... 62

Tabel IV.3 Tenaga Paramedis RSUD Sayang Rakyat ............................ 63

Tabel IV.4 Tenaga Non Paramedis RSUD Sayang Rakyat ..................... 64

Tabel IV.5 Pegawai Negeri Sipil RSUD Sayang Rakyat .......................... 65

Tabel IV.6 Sarana dan Prasarana RSUD Sayang Rakyat ....................... 66

Tabel IV.7 Jumlah Tempat Tidur ............................................................. 67

Tabel V.1 Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Otokratis ....................................................... 69

Tabel V.2 Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis ..................................................... 73

Tabel V.3 Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Laissez Faire .................................................. 76

Tabel V.4 Total Gaya Kepemimpinan ..................................................... 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Fenomena kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik

dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Suatu organisasi

akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan.

Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung

jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, ini merupakan ungkapan yang

mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi sebagai posisi yang

terpenting (Thoha, 2015:1). Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai

pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu

inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka

mencari jalan pemecahan dari suatu permasalahan bersama.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan

perekonomian Indonesia yang kurang stabil, hal ini bisa saja menjadi sumber

kendala organisasi namun bisa juga menjadi sumber keuntungan organisasi.

Seorang pemimpin yang efektif harus tanggap terhadap perubahan, mampu

menganalis kekuatan dan kelemahan sumber daya manusianya sehingga mampu

memaksimalkan kinerja organisasi dan memecahkan masalah dengan cepat.

Pemimpin yang efektif sanggup mempengaruhi para pengikutnya untuk mempunyai

optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri serta komitmen kepada tujuan dan

misi organisasi (Gary Yukl, 1994) . Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap

pemimpin berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalam

2

membina, mengerakkan dan mengarahkan seluruh potensi bawahan di

lingkungannya agar dapat mewujudkan stabilitas organisasi dan peningkatan

produktivitas yang berorientasi pada tujuan organisasi .

George R. Terry dalam Thoha (2015;1) merumuskan bahwa kepemimpinan

itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai

tujuan organisasi. Sedangkan Stogdill mengemukakan bahwa kepemimpinan

merupakan suatu proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu

kelompok organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang besar. dan untuk

menjalankan kepemimpinan di organisasi yang besar diperlukan pemikiran dan

tindakan yang besar pula serta kebijakan dan keputusan yang matang. Bukanlah

perkara mudah menjalankan hal tersebut. Diperlukan keterampilan dan kemampuan

yang luar biasa dan teori-teori serta metode dalam melaksanakan kepemimpinan

yang baik dari organisasi tersebut.

Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan

kegiatan pelayanan kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu organisasi yang

melalui tenaga medis professional, yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang

permanen, menyelenggarakan pelayanan kedokteran dan asuhan keperawatan

yang berkesinambungan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan

masyarakat yang dibina. (Trisnantoro;2005).

Sebuah Rumah Sakit harus dipimpin oleh seorang Kepala tenaga medis

yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan (UU No. 44

3

Tahun 2009 : Pasal 34). Tidak hanya itu setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas

pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan

masyarakat yang dibutuhkan (UU No. 36 Tahun : Pasal 33). Kompetensi yang

dimaksud dalam undang-undang ini pada hakekatnya tidak saja kompetensi

manajerial, melainkan juga termasuk kemampuan untuk memimpin organisasi

rumah sakit, yang kompleks dan kompetitif.

Secara structural, pimpinan rumah sakit adalah penentu kebijakan tertinggi

dalam operasional suatu rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugasnya tersebut,

pimpinan rumah sakit dibantu oleh kepala-kepala bagian atau bidang yang ada

dalam rumah sakit. Kepala-kepala bidanglah yang secara langsung berhubungan

dengan staf-staf rumah sakit dalam memberikan pelayanan yaitu para dokter, staf

dan perawat (Depkes RI. 2004).

Menurut Birch (2001), sebagai pemimpin, dia lebih terpadu pada orang-orang

yang dipimpinnya. Dengan demikian, sesungguhnya salah satu ciri pemimpin besar

adalah menghasilkan sesuatu dan menyadari bahwa keberhasilannya menjalankan

tugas adalah karena adanya niat baik dan dukungan orang-orang disekitarnya

(bawahannya).

Gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan

kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang

lain (Kartono, 2008:34). Gaya kepemimpinan diartikan perilaku atau cara yang dipilih

dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan

perilaku organisasinya (Nawawi, 2003:113).

4

Gaya Kepemimpinan yang diterapkan oleh Direktur RSUD Sayang Rakyat

sangat berpengaruh pada terciptanya tujuan organisasi. Oleh karena itu pemimpin

dituntut untuk memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap bawahan sehingga

diharapkan tujuan dari organisasi dapat dicapai dengan baik.

Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Rakyat adalah salah satu rumah sakit

milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang didirikan dengan harapan

pemerintah provinsi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Sulawesi Selatan,

terutama bagi pasien kurang mampu yang mendapatkan pelayanan kelas III. Rumah

Sakit Umum Daerah Sayang Rakyat beroperasi berdasarkan izin penyelenggaraan

Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor 440/07.II/RSU/PSDK-DKK/VI/2012,

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK 03.05/I/2467/II tentang Penetapan

Kelas C serta terakreditasi 5 Standar Pelayanan oleh KARS Nomor KARS-

SERT/858/VI/012, dan berdasarkan Pasal 2 Perda Nomor 6 Tahun 2013 RSUD

Sayang Rakyat Makassar telah meningkatkan statusnya dari Unit Pelayanan Teknis

Medis (UPTD) menjadi Lembaga Teknis Daerah (LTD).

(www.pkrsrsudsayangrakyat.com/selayangpandang).

Rumah Sakit yang sekarang dipimpin oleh drg. Hj. Sri Fausyia Nuralim, M

Kes ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis di

Sulawesi Selatan dengan kapasitas tempat tidur yang diharapkan menjadi 1000

tempat tidur. Rumah Sakit ini sendiri memiliki misi meningkatkan sarana dan

prasarana yang memadai dalam menunjang pelayanan yang sesuai standar,

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih professional serta

5

meningkatkan kesejahteraan karyawan RSUD yang berdampak pada kepuasan

stakeholder dan pasien.

Terciptanya pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat tentu saja

membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, dalam hal ini yaitu dokter,

perawat sampai pada staf-staf yang mengurusi segala aktifvitas di rumah sakit. Oleh

karena itu dibutuhkan pimpinan yang bisa meningkatkan kualitas sumber daya

manusia agar menjadi lebih kompeten, mengingat mereka adalah motor penggerak

utama lajunya organisasi sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Fenomena sekarang ini adalah banyaknya pemimpin yang kurang

memainkan perannya dalam organisasi, baik itu di kantor-kantor pemerintah sampai

pada rumah sakit milik pemerintah, masalah yang paling sering dijumpai adalah

pemimpin kurang memberikan perhatian terhadap lingkungan sekitarnya

(bawahannya), hal ini terlihat pada kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat

yang dinilai kurang baik, dimana menurut salah satu stafnya dalam proses

pengambilan keputusan pimpinan masih terlalu kaku, keputusan yang diambil harus

mutlak oleh pimpinan dan tidak bisa diganggu gugat. (Wawancara tanggal 25

Oktober 2016).

Namun dalam kepemimpinannya yang kaku Direktur RSUD Sayang Rakyat

Provinsi Sulawesi Selatan telah mencapai beberapa hasil, salah satunya yaitu

semenjak kepemimpinannya, RSUD Sayang Rakyat sudah mendirikan gedung

rehabilitasi narkoba yang dinamai Rumah Sayang Anak Bangsa, Mayang Asa, untuk

menyelamatkan generasi anak bangsa bebas narkoba. Seperti dikutip dalam

6

Fajaronline.com, Direktur RSUD Sayang Rakyat Dr. Sri Fausyah Nuralim

mengatakan:

“Dengan adanya tempat baru untuk para pengguna narkoba menjalani rehabilitasi, bisa memberikan harapan baru untuk menjalani hidup tanpa mengenal yang namanya narkoba. Selain itu ingin menjadi rumah sakit bukan hanya untuk orang sakit, tetapi juga untuk pasien penyalahgunaan narkoba”

Hal tersebut menunjukkan bahwa Direktur RSUD Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi

Selatan terus berusaha melakukan peningkatan-peningkatan dalam segi fasilitas

serta sarana dan prasarana sebagai penunjang tercapainya tujuan organisasi.

Pemimpin sekarang ini harus bisa memotivasi dan menginspirasi

bawahannya sehingga mereka bisa bertumbuh dan berkembang secara optimal.

Pemimpin juga harus bisa memberdayakan dan mengendalikan seluruh

bawahannya agar bisa bekerja sama mencapai tujuan yang diharapkan.

Melihat betapa pentingnya peran seorang pemimpin dalam hal menghadapi

bawahan serta kendala-kendala yang terjadi dalam organisasi maka faktor

kepemimpinan mempunyai pengaruh besar dan Gaya Kepemimpinan merupakan

faktor pendukung yang menunjang keberhasilan seorang pemimpin, maka seorang

pemimpin harus berkembang dalam hal Gaya Kepemimpinannya agar dapat

memimpin bawahannya dengan baik seingga dapat mencapai tujuan organisasi

secara efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul :

“GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR RSUD SAYANG RAKYAT PROVINSI

SULAWESI SELATAN”

7

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu: “Bagaimana Gaya Kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat

Provinsi Sulawesi Selatan?

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat Provinsi

Sulawesi Selatan

I.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis, diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan informasi

bagi peniliti selanjutnya ataupun mahasiswa lain yang berminat mendalami

studi tentang kepemimpinan

b. Manfaat Akademis, diharapkan dapat memperkaya referensi tentang gaya

kepemimpinan yang baik dan sebagai bahan informasi tentang

kepemimpinan pada organisasi pemerintah khususnya di Rumah Sakit

Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan.

8

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dan

didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan

data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kuat.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Rakyat

Jalan Pahlawan No. 1000 Kelurahan Bulurokeng Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar.

III.3 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe penelitian deskriptif dimaksudkan

untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti,

mengidentifikasi dan menjelaskan data yang ada secara sistematis. Tipe deksriptif

bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Didalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang

sekarang ini terjadi (Mardalis, 2010:64)

III.4 Populasi, Sampel, dan Informan

a. Populasi, adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2003:90).

9

Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh staf manajemen

pada Kantor RSUD Sayang Rakyat Makassar yang berjumlah 35 Orang. Staf

manajemen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang

bertugas di bidang berikut ini :

Tata Usaha ( Umum, Keuangan, dan Program)

Pelayanan

Penunjang Pelayanan

Pengembangan dan pemeliharaan

b. Sampel, adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiono, 2003:91). Karena populasi yang terbilang kecil, maka semua

anggota populasi dijadikan sebagai sampel yang disebut sampel jenuh.

c. Informan yang dimaksud dalam kegiatan penelitian ini adalah aparatur dan

tokoh masyarakat yang menangani langsung atau terkait dalam penelitian ini.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang, yakni:

Kepala Bidang Pelayanan RSUD Sayang Rakyat

Kepala Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian RSUD Sayang Rakyat

Kepala Sub Bagian Program RSUD Sayang Rakyat

III.5 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan yaitu berupa data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian atau

data yang bersumber atau berasal dari responden yang berkaitan dengan

objek penelitian yang dibahas.

10

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian atau data dari peneliti lain atau dari instansi lain maupun data dari

mana saja yang sudah diolah.

III.8 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

diketahui (Arikunto : 2002:128). Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah

kuesioner tertutup, yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih dan dijawab secara langsung oleh

responden.

2. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu suatu cara untuk mendapatkan

dan mengumpulkan data melalui tanya jawab langsung secara tatap muka (face

to face) atau bisa juga lewat sarana komunikasi dan dialog atau diskusi dengan

informan yang dianggap mengetahui banyak tentang dan masalah penelitian.

3. Observasi, yaitu cara mengumpulkan data yang berdasarkan atas tinjauan dan

pengamatan penelitian secara langsung terhadap aspek-aspek yang terkait

dengan objek penelitian.

III.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dilapangan akan dianalisis dengan teknik kuantitatif.

Data akan dianalisis dengan tabel-tabel frekuensi. Hasil analisisnya diuraikan secara

11

deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai Gaya Kepemimpinan Kepala

RSUD Sayang Rakyat Makassar.

Gaya Kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat akan diukur dengan

menggunakan skala likert, yang dimana jawaban dari setiap pertanyaan ditentukan

berdasarkan urutan pola jawaban 1, 2, 3, 4, 5 dengan asumsi bahwa:

Jawaban Sangat Setuju diberi skor 5

Jawaban Setuju diberi skor 4

Jawaban Netral diberi skor 3

Jawaban Tidak Setuju diberi skor 2

Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

1 2 3 4 5

Dengan keterangan :

4.6 – 5.0 = Otokratis/Demokratis/Laissez Faire

4.0 – 4.5 = Otokratis/Demokratis/Laissez Faire

3.6 – 4.0 = Sedikit Otokratis/Demokratis/Laissez Faire

2.0 – 3.5 = Tidak Otokratis/Demokratis/Laissez Faire

1.0 – 1.9 = Tidak Otokratis/Demokratis/Laissez Faire

Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis tabel yaitu:

Keterangan :

P = f x 100% P = Persentase jawaban, f = Frekuensi

N Jawaban, N = Jumlah Responden

(Sudjana : 2001:128)

12

Keterangan :

X = ∑(F.X) X = Rata-rata

N ∑ (f.x) = Jumlah skor kategori jawaban

N = Jumlah Responden

III.8 Definisi Operasional

Deinisi operasional merupakan suatu elemen penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel dengan kata lain

semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur variabel.

Duncan W. Jack, 1981 dalam (Ruslan:2014) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa indikator di dalam mengukur gaya kepemimpinan otokratis, demokratis

dan laissez faire. Adapun indikator tersebut adalah:

a. Gaya otokratis

Atasan saya bertindak dengan cara menunjukkan kapasitasnya

sebagai pemimpin

Atasan saya tidak memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

Atasan memberikan tugas kepada karyawan dengan deadline yang

ditetapkan, dan disertai award dan punishment

Atasan saya mempunyai wewenang untuk menghukum bawahan

yang tidak mematuhi perintah

Atasan saya mempunyai hak untuk memberi perintah dan bawahan

wajib melaksanakan perintah

13

b. Gaya Demokratis

Atasan saya memberikan kesempatan untuk mencapai suatu tugas

dengan caranya sendiri

Atasan saya memperhatikan pentingnya nila-nilai karyawan dalam

mengkomunikasikan tujuan yang dicapai

Atasan saya cenderung melibatkan karyawan dalam pengambilan

keputusan

Atasan saya bersikap obyektif dan senantiasa berdasarkan fakta

dalam memberikan penghargaan ataupun kritik

Atasan saya menjalin komunikasi yang baik dengan bawahan

c. Gaya Laissez Faire

Atasan saya sering memberi kebebasan dalam pengambilan

keputusan dan tanpa ada campur tangan atasan

Atasan jarang memberikan hukuman terhadap karyawan yang

diketahui telah melakukan kesalahan

Atasan saya tidak pernah memberi pengarahan dalam menjalankan

tugas atau pengambilan keputusan.

Atasan saya memberikan kebebasan kepada bawahan dalam

melaksanakan aktivitas organisasi

Atasan dan bawahan bersama-sama menentukan visi, misi, tujuan

dan strategi organisasi

14

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.1 Deskripsi Data

Dalam penelitian ini penulis mengangkat tentang Gaya Kepemimpinan

Direktur RSUD Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan dalam penelitian

ini untuk mengetahui gaya kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat Provinsi

Sulawesi Selatan. Sebenarnya sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang,

namun pada saat pengembalian kuesioner yang terkumpul hanya 31 kuesioner, ini

disebabkan karena ada beberapa staf yang sedang sakit maupun sedang cuti.

Informan yang ada dalam penelitian ini yaitu kepala bagian dan kepala sub bagian

yang bisa peneliti temui dan bersedia meluangkan waktunya untuk wawancara

selama proses penelitian.

V.2 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah sifat atau perilaku seorang pemimpin dalam

mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Secara umum gaya

kepemimpinan hanya dikenal dengan 2 gaya yaitu gaya otoriter dan gaya

demokratis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan gaya kepemimpinan yang

dikemukakan oleh Ralph White & Ronald Lippit (1960) dimana gaya kepemimpinan

terbagi atas 3 yakni gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis dan Laissez faire

(bebas).

15

V.3 Gaya Kepemimpinan Otokratis

Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin mempunyai kekuasaan mutlak

sedangkan para pengikut tidak mempunyai kebebasan untuk menggunakan

kekuasaannya. Gaya kepemimpinan otokratis dapat pula disebut tukang cerita.

Pemimpin otoktratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka

inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam

bentuk perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dalam gaya kepemimpinan ini

sedikit sekali atau bahkan tidak ada peran serta bawahan dalam perencanaan dan

pengambilan keputusan.

Tabel V.1

Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan Otokratis

No Indikator Rata-Rata Skor

1 Atasan saya bertindak dengan cara menunjukkan

kapasitasnya sebagai pemimpin

4.1

2 Atasan saya tidak memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan

2.0

3 Atasan memberikan tugas kepada karyawan

dengan deadline yang ditetapkan, dan disertai

dengan punishment

3.6

4 Atasan saya mempunyai wewenang untuk

menghukum bawahan yang tidak mematuhi

perintah

3.8

5 Atasan saya mempunyai hak untuk memberi

perintah dan bawahan wajib melaksanakan

perintah

4.2

Total 17.5

Rata-Rata 3.5

Sumber : Diolah dari data primer, 2016

16

1 2 3 4 5

Tidak Otokratis Otokratis

Berdasarkan tabel tersebut, nilai rata-rata untuk gaya kepemimpinan

otokratis adalah 3.5, hal ini berarti bahwa Direktur RSUD Sayang Rakyat tidak

menjalankan gaya kepemimpinan yang otokratis. Salah satu ciri dari gaya

kepemimpinan otokratis terlihat dari cara pengambilan keputusan yang tidak

melibatkan bawahannya. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian Kepegawaian M.

Badwi. Skm. M. Kes mengatakan bahwa:

“… karena tidak bisa jika tidak melibatkan semua komponen dalam pengambilan keputusan, mengingat ini adalah organisasi yang besar. jadi Direktur hanya menetapkan yang sudah disepakati dalam musyawarah.”

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Direktur RSUD Sayang

Rakyat selalu melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan,

namun pada saat pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh direktur, dengan

tetap mempertimbangkan hal-hal yang sudah disepakati dalam musyawarah.

Lebih lanjut lagi Kepala Sub Bagian Program Dr. Hj. Sitti Masniah Djabir,

S.Pi, MP menjelaskan mengenai keputusan direktur yang tidak bisa diganggu gugat,

beliau mengatakan bahwa:

“Sebenarnya hal seperti itu dia dinamis, kadang kan memang ada hak prerogatif nya direktur yang kalau sudah diputuskan memang kita tidak bisa ganggu, tapi keputusan tersebut kan sudah di pilah-pilah sudah melalui musyawarah. Tapi jika hal tersebut demi kesejahteraan semua, walaupun sudah diputuskan tapi kalau ada karyawan yang protes dan dirasa itu hal yang urgent maka akan dilakukan peninjauan kembali.”

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

pengambilan keputusan direktur memang memiliki hak prerogatif dimana apabila

17

sudah diputuskan maka tidak bisa dinganggu gugat, adapun jika hal tersebut

dianggap penting maka keputusan tersebut akan dilakukan peninjauan kembali

apalagi menyangkut kesejahteraan bersama.

Pemberian hukuman terhadap bawahan apabila melanggar dan tidak

melaksakan perintah yang diberikan oleh atasan, Kepala Sub Bagian Kepegawaian

M. Badwi. Skm. M. Kes, menjelaskan bahwa:

“Kalau berbicara mengenai hukuman, disini juga diterapkan yaitu kepada bawahan yang malas, biasanya diberikan teguran lisan ataupun tertulis, dan hukuman diberikan merata kepada siapapun yang berbuat kesalahan.”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Direktur RSUD

Sayang Rakyat akan memberikan hukuman kepada karyawan yang malas berupa

teguran lisan dan tertulis, dan pemberian hukuman dilakukan secara obyektif.

Pemberian hukuman atau yang biasa disebut dengan punishment memang sangat

perlu dilakukan untuk memberikan efek jera kepada karyawan yang melakukan

kesalahan.

Salah satu contoh pemberian hukuman kepada bawahan yang dilakukan

oleh direktur RSUD Sayang Rakyat yaitu apabila tugas-tugas yang diberikan tidak

selesai dalam batas waktu yang telah ditentukan, Kepala Bidang Pelayanan drg.

Wanti Theresia Pabendon yang mengatakan bahwa:

“Tugas ada yang diberi deadline juga. Apabila melewati dari batas yang ditentukan biasanya diberi semacam peringatan, namun untuk hukuman yang berat selama ini belum ada”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas yang

diberikan kepada bawahan diberikan deadline dan disertai dengan peringatan

apabila tugas tersebut tidak selesai pada waktunya.

18

Dalam menjalankan organisasi diperlukan sebuah aturan dan hukum yang

berfungsi sebagai alat pengendali agar kinerja pada organisasi tersebut berjalan

dengan baik. Jika aturan dan hukum dalam suatu organisasi tidak berjalan dengan

baik maka akan terjadi konflik kepentingan baik antar individu maupun antar

organisasi. Adapun fungsi penting dari sistem punishment ini adalah membatasi

perilaku, artinya hukuman akan menghalangi terjadinya pengulangan terhadap

tingkah laku yang tidak diharapkan.

V.4 Gaya Kepemimpinan Demokratis

Dalam gaya kepemimpinan demokratis, jumlah kekuasaan dan kebebasan

untuk menggunakannya para pengikut lebih besar dari pada pemimpin mereka.

Pemimpin tidak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan para pengikutnya. Gaya

kepemimpinan yang dikenal pula sebagai gaya partisipatif ini berasumsi bahwa para

angora organisasi yang ambil bagian secara pribadi dalam proses pengambilan

keputusan akan lebih memungkinkan sebagai suatu akibat mempunyai komitmen

yang jauh lebih besar pada sasaran dan tujuan organisasi. Pendekatan tidak berarti

para pemimpin tidak membuat keputusan, tetapi justru seharusnya memahami

terlebih dahulu apakan yang menjadi sasaran organisasi sehingga mereka dapat

mempergunakan pengetahuan para anggotanya.

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang

lai agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara

berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan

bawahan. pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku

coordinator dan integrator dari berbagai unsure dan komponen organisasi.

19

Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari

organisasi dan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk berpendapat.

Tabel V.2

Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan

Demokratis

No Indikator Rata-Rata Skor

1 Atasan saya memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk mencapai suatu tugas dengan

caranya sendiri

3.3

2 Atasan saya memperhatikan pentingnya nilai-nilai

karyawan dalam mengkomunikasikan tujuan yang

dicapai

3.9

3 Atasan saya cenderung melibatkan karyawan

dalam pengambilan keputusan

4.1

4 Atasan saya bersikap obyektif dan senantiasa

berdasarkan fakta dalam memberikan

penghargaan ataupun kritik

3.8

5 Atasan saya menjalin komunikasi yang baik

dengan bawahan

4.4

Total 19.5

Rata-Rata 3.9

Sumber : Diolah dari data primer, 2016

1 2 3 4 5

Tidak Demokratis Demokratis

Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai rata-rata dari gaya kepemimpinan

demokratis adalah 3.9, hal ini dapat disimpulkan bahwa Direktur RSUD Sayang

Rakyat menjalankan gaya kepemimpinan yang demokratis. Berbeda dengan

kepemimpinan otokratis yang tidak melibatkan bawahan di dalam proses

pengambilan keputusan, kepemimpinan yang demokratis justru selalu melibatkan

20

bawahannya di dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini diakui oleh Kepala

Sub Bagian Program Dr. Hj. Sitti Masniah Djabir, S.Pi, MP yang mangatakan bahwa:

“Memang direktur tidak lepas dari pengambilan keputusan. Apalagi rumah sakit yang fokusnya adalah ke pelayanan dimana yang harus bersentuhan langsung dengan pasien adalah para pegawai, jadi dalam pengambilan keputusan atau apapun jenisnya pegawai harus dilibatkan karena mereka yang lebih mengetahui suasana dilapangan.”

Kemudian beliau melanjutkan bahwa:

“Sebagai seorang pemimpin apabila meminta saran-saran dari bawahannya tidak semua diterima, harus dipilah-pilah sesuai dengan kepentingan apa yang ingin diputuskan”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pengambilan keputusan memang harus melibatkan bawahan karena bawahan yang

lebih mengetahui situasi di lapangan, direktur juga selalu mempertimbangkan saran-

saran atau pun pendapat dari bawahannya di dalam pengambilan keputusan.

Landasan dari kepemimpinan demokratis adalah anggapan dengan adanya

interaksi dinamis maka tujuan organisasi akan tercapai. Untuk itu seorang pemimpin

harus selalu mementingkan musyawarah, dan mengesampingkan kepentingan

pribadi demi tercapainya tujuan bersama. Dengan demikian tercipta hubungan serta

kerja sama yang baik dan harmonis.

Selain dalam proses pengambilan keputusan, Direktur RSUD Sayang Rakyat

juga memberikan kebebasan kepada bawahannya dalam mengerjakan tugas-tugas

kantor, asalkan tetap mengacu pada tugas pokok dan fungsinya masing-masing

mengingat terlaksananya tugas-tugas kantor tidak dapat dicapai hanya oleh

pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya,

agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara efektif.

21

Hubungan antara atasan dan bawahan harus tetap terjalin baik apalagi

dalam suatu wadah atau instansi agar situasi lingkungan kerja akan lebih kondusif,

salah satu cara agar menjaga hubungan antara atasan dan bawahan yaitu dengan

selalu berkomunikasi. Seperti yang dilakukan oleh Direktur RSUD Sayang Rakyat

yang selalu mementingkan komunikasi dengan bawahannya, hal ini dijelaskan oleh

Kepala Sub Bagian Program Dr. Hj. Sitti Masniah Djabir, S.Pi, MP, beliau

mengatakan:

“Kalau komunikasi antara pimpinan dan bawahan terjalin dengan baik, karena pada dasarnya direktur itu orangnya suka turun ke lapangan, untuk pejabat structural juga setiap bulan ada rapat monitoring dan evaluasi program kegiatan, jadi terpantau terus. Di waktu luangnya direktur juga sering mendatangi semua ruangan-ruangan untuk mengobrol dengan para stafnya.”

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Direktur

RSUD Sayang Rakyat menjalin komunikasi yang baik dengan bawahannya terbukti

dengan keseharian direktur yang selalu turun ke lapangan dan apabila memiliki

waktu luang direktur menyempatkan diri untuk mengobrol dengan bawahannya,

direktur juga selalu merespon dengan baik apabila terdapat perbedaan pendapat

antara dirinya dengan bawahannya.

V.5 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya kepemimpinan Pemimpin Terima Beres disebut juga free in atau

laissez faire. Dalam gaya kepemimpinan ini bukan berarti kepemimpinan tanpa

pemimpin, pemimpin tetap ada dan diperlukan akan tetapi peranannya minimal.

Pendekatan ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini

berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya

22

menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam

rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan organisasi.

Tabel V.3

Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Gaya Kepemimpinan

Laissez Faire

No Indikator Rata-Rata Skor

1 Atasan saya sering memberi kebebasan dalam

pengambilan keputusan dan tanpa ada campur

tangan atasan

2.5

2 Atasan jarang memberikan hukuman terhadap

karyawan yang diketahui telah melakukan

kesalahan

3.0

3 Atasan saya tidak pernah memberi pengarahan

dalam menjalankan tugas atau pengambilan

keputusan

2.1

4 Atasan saya memberikan kebebasan kepada

bawahan dalam melaksanakan aktivitas organisasi

3.4

5 Atasan dan bawahan bersama-sama menentukan

visi, misi, tujuan dan strategi organisasi

4.3

Total 15.3

Rata-Rata 3.1

Sumber : Diolah dari data primer, 2016

1 2 3 4 5

Tidak Laissez Faire Laissez Faire

Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai rata-rata dari gaya kepemimpinan

laissez faire adalah 3.1, hal ini dapat disimpulkan bahwa Direktur RSUD Sayang

Rakyat tidak menjalankan gaya kepemimpinan yang laissez faire. Salah satu ciri dari

kepemimpinan laissez faire yakni pemimpin memberikan kebebasan kepada

bawahan di dalam mengambil keputusan.

23

Pada dasarnya pengambilan keputusan harus dilakukan oleh pimpinan, tidak

boleh dilakukan oleh bawahan, namun pada saat proses pengambilan keputusan

disitulah harus ada peran serta dari bawahan untuk menyampaikan pendapat dan

saran mereka mengenai keputusan yang akan diambil. Namun ada beberapa

keputusan yang boleh diambil alih oleh bawahan, misalnya saja di rumah sakit yang

berkaitan dengan pelayanan medis, tentu saja yang harus bertanggung jawab dan

mengambil keputusan terhadap tindakan apa yang akan dilakukan oleh pasien

adalah dokter yang bersangkutan. Jadi tidak harus menunggu pimpinan rumah sakit

untuk mengambil keputusan, karena keputusan tersebut bisa diambil oleh dokter.

Pemimpin dengan tipe laissez faire ini cenderung tidak pernah memberikan

pengarahan kepada bawahannya di dalam menjalankan tugas-tugas kantor, padahal

pengarahan diperlukan agar bawahan mampu melaksanakan tugas-tugas dengan

baik. hal senada diungkapkan oleh Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian M.

Badwi. Skm. M. Kes, yang mengatakan bahwa:

“Pengarahan tugas tidak harus dalam bentuk lisan, sekarang pengarahan tugas harus selalu tertulis dalam bentuk SK jadi dalam pemberian tugas didalamnya ada menimbang mengingat dan di dalamnya sudah terdapat petunjuk pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Didalam SK juga sudah tertulis waktu pelaksanaan tugas tersebut.”

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Direktur RSUD

Sayang Rakyat memberikan pengarahan dalam bentuk Surat Keputusan (SK),

dimana dalam surat keputusan tersebut sudah terdapat waktu pelaksanaan serta

petunjuk pelaksanaan dari masing-masing tugas.

Seorang pemimpin yang baik hendaknya sering memberi masukan-masukan

kepada bawahannya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi kerja bawahan.

24

Seorang bawahan juga layaknya manusia biasa yang senang dengan adanya suatu

perhatian dari orang lain, apabila perhatian tersebut dapat membantu kinerja

mereka. Pengarahan-pengarahan tersebut bisa dalam bentuk melakukan orientasi

tetantang tugas yang akan dilakukan, memberi petunjuk umum dan khusus,

bagaimana mempengaruhi anggota serta memotivasi para bawahan.

Ciri lain dari kepemimpinan laissez faire terlihat dari pemberian hukuman

terhadap bawahan. dalam gaya laissez faire ini pemimpin jarang memberikan

hukuman terhadap bawahan yang diketahui telah melakukan kesalahan. Padahal

pemberian hukuman ini sangat diperlukan untuk memberikan efek jera kepada

bawahan. Seperti yang terlihat pada kepemimpinan Direktur RSUD Sayang Rakyat,

beliau tak segan-segan akan memberikan hukuman terhadap karyawan yang

berbuat kesalahan, hal ini dijelaskan oleh Kepala Sub Bagian Program Dr. Hj. Sitti

Masniah Djabir, S.Pi, MP, mengatakan bahwa:

“Ya pernah suatu ketika salah satu perawat dia tidak bisa naik pangkat dalam waktu regular yang 2 sampai 2,5 tahun bisa naik pangkat tapi karena ada kesalahan yang dia buat kenaikan pangkatnya ditunda”

Berdasarkan hal tersebut, Direktur RSUD Sayang Rakyat memberikan

hukuman kepada bawahannya yang berbuat kesalahan dengan memperhatikan

seberapa besar kesalahan yang dilakukan, apabila kesalahannya kecil maka hanya

akan diberi peringatan saja. Tindakan disiplin yang diberikan oleh atasan ini bukan

merupakan hasil akhir dari suatu persoalan, melainkan suatu awal dari proses

peningkatan kualitas kerja karyawan.

Dibalik banyaknya kekurangan dalam gaya laissez faire ini, ternyata juga

memiliki kelebihan, salah satunya yaitu bawahan diberikan kebebasan didalam

25

melaksanakan aktivitas organisasi. Dengan pemberian kebebasan ini maka

karyawan akan lebih mudah dalam pelaksanaan tugas-tugas kantor sebab tidak

adanya rasa tertekan yang dirasakan oleh bawahan. Hal tersebut didukung oleh

pernyataan Kepala Sub Bagian Program Dr. Hj. Sitti Masniah Djabir, S.Pi, MP,

mengatakan bahwa:

“Karyawan bebas melakukan aktivitas organisasi terutama pada tugas-tugas kantor asalkan sesuai dengan tupoksinya masing-masing, apalagi kegiatan-kegiatan di luar ruangan seperti bakti sosial yang membawa nama rumah sakit.”

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Direktur

RSUD Sayang Rakyat selalu memberikan kebebasan kepada bawahannya terutama

pada penyelesaian tugas-tugas kantor dengan tetap memperhatikan tupoksinya

masing-masing.

Tabel V.4

Total Gaya Kepemimpinan

No Pertanyaan Rata-Rata Skor

1 Gaya Kepemimpinan Otokratis 3.5

2 Gaya Kepemimpinan Demokratis 3.9

3 Gaya Kepemimpinan Laissez Faire 3.1

Sumber : Diolah dari data primer, 2016

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari ketiga gaya

kepemimpinan yang dikemukakan oleh White dan Lippit (1960), gaya kepemimpinan

demokratis adalah gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan oleh Direktur

RSUD Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini terlihat pada hasil

perhitungan akhir yang menunjukkan nilai rata-rata untuk gaya kepemimpinan

demokratis yaitu sebesar 3.9.

26

Hal yang sama terlihat dari hasil wawancara dengan informan RSUD Sayang

Rakyat dimana ditemukan bahwa Direktur RSUD Sayang Rakyat menjalankan gaya

kepemimpinan yang demokratis, dimana dalam proses pengambilan keputusan

direktur selalu melibatkan bawahannya, serta komunikasi yang terjalin antara

direktur dan bawahan sangat baik.

27

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Birch, Paul. 2001. Instant Leadership. Erlangga

Garry, Yukl. 1994. Kepemimpinan Dalam Organisasi, (alih bahasa Jusuf Udaya).

Jakarta. Prenhallindo

Goleman, Daniel. 2003. Kepemimpinan yang Mendatangkan Hasil. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Amara Books.

Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta. PT. Grafindo

Persada

Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta. Raja Grafindo

Persada

Mardalis. 2010. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta. Bumi

Aksara

Mas’ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional, Konsep dan Aplikasi. Semarang. BP UNDIP

Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta.

Gajah Mada University Press

Nogi, Hessel. 2007. Manajemen Publik. Jakarta. PT. Grasindo

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung. Alfabeta

Prijosaksono, Ariwibowo & Hartono, Ping. Make Your Self A Leader. Gramedia.

2003. Jakarta

Rewansyah, Asmawi, Dr. 2011. Kepemimpinan Dalam Pelayanan Publik. Jakarta.

STIA-LAN

Rivai, Veithzal & Mulyadi, Deddy. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.

Jakarta. Rajawali Pers

Rokhmaloka, Habsora Abdilah. 2011. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Semarang. Universitas Diponegoro

28

Salusu. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Nonprofit. Jakarta. PT. Gramedia

Sugiono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta

Sudjana, D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung. Falah

Production

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2008. Kepemimpinan Profesional. Yogyakarta. Gava

Media

Supardo, Wijaya. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Cetakan Pertama,

PT Raja Grafindo Persada

Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta. Gajah Mada

University Press

Thoha, Miftah. 2015. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Ed.1-cet 18. Jakarta.

Rajawali Pers.

Trisnantoro, Laksono. 2005. Aspek Strategis dalam Manajemen Rumah Sakit.

Cetakan Pertama. Yogyakarta. Penerbit Andi

Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta Ghalia.

Wirawan. 2014. Kepemimpinan:Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian. Ed.1-Cet 2. Jakarta. Rajawali Pers

Umar, Hussein. 2000. Business an Introduction. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Daerah Nomor 9 Tahun 2008, Tentang Organisasi Tata Kerja Inspektorat,

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan

Lembaga Lain Provinsi Sulawesi Selatan

29

Skripsi

Madina, Reski Amelia. 2015. Gaya Kepemimpinan Wali Kota Makassar. Makassar.

Universitas Hasanuddin. Skripsi:tidak diterbitkan

Ruslan, Rusady. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otokratis, Demokratis, dan Bebas Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Kantor Pusat PT. Bank Sulselbar Makassar. Makassar. Universitas Hasanuddin. Skripisi:Diterbitkan

Internet

Syam, Rhya. 2012. “Kepemimpinan Rumah Sakit” (online), (http://www.Rhya

syam.blogspot.co.id. Diakses tanggal 04 Oktober 2016

www.pkrsrsudsayangrakyat.com/selayangpandang. Diakses pada tanggal 25

Oktober 2016

Fajaronlie.com. “Sayang Rakyat Punya Fasilitas Rehabilitasi Narkoba”. Diakses

pada tanggal 25 Oktober 2016

Lain-Lain

Profil RSUD Sayang Rakyat Makassar. 2015

30

LAMPIRAN

31

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ariski Wanti Amalia

Tempat dan Tanggal Lahir : Makassar, 31 Januari 1995

Alamat : Jl. Salodong 2 Kelurahan Bulurokeng

Kecamatan Biringkanayya Makassar

Nomor Telepon : 0852 4256 3237

Nama Orang Tua

Ayah : Alm. Abd. Azis

Ibu : Leni

Pendidikan Formal

SD INPRES Pagandongan 1 Makassar

SMP Negeri 31 Makassar

SMK Negeri 4 Makassar

Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNHAS

32

DOKUMENTASI

33

92

93

94

TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN OTOKRATIS

No

Pernyataan

Jawaban

Total F(X) Rata-Rata

Sangat Setuju

Setuju Netral Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1 Atasan saya bertindak dengan cara menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin

9 16 5 1 0 31 126 4.1

2 Atasan saya tidak memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

2 0 1 22 6 31 63 2.0

3 Atasan memberikan tugas kepada karyawan dengan deadline yang ditetapkan, dan disertai dengan punishment

2 19 5 5 0 31 111 3.6

4 Atasan saya mempunyai wewenang untuk menghukum bawahan yang tidak mematuhi perintah

3 20 7 1 0 31 118 3.8

5 Atasan saya mempunyai hak untuk memberi perintah dan bawahan wajib melaksanakan perintah

7 22 2 0 0 31 129 4.2

95

TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS

No

Pernyataan

Jawaban

Total F(X) Rata-Rata

Sangat Setuju

Setuju Netral Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1 Atasan saya memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mencapai suatu tugas dengan caranya sendiri

1 14 9 6 1 31 101 3.3

2 Atasan saya memperhatikan pentingnya nilai-nilai karyawan dalam mengkomunikasikan tujuan yang dicapai

1 25 5 0 0 31 120 3.9

3 Atasan saya cenderung melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan

6 22 3 0 0 31 127 4.1

4 Atasan saya bersikap obyektif dan senantiasa berdasarkan fakta dalam memberikan penghargaan ataupun kritik

7 15 6 3 0 31 119 3.8

5 Atasan saya menjalin komunikasi yang baik dengan bawahan

12 18 1 0 0 31 135 4.4

96

TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN LAISSEZ

FAIRE

No

Pernyataan

Jawaban

Total F(X) Rata-Rata

Sangat Setuju

Setuju Netral Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1 Atasan saya sering memberi kebebasan dalam pengambilan keputusan dan tanpa ada campur tangan atasan

0 5 11 10 5 31 78 2.5

2 Atasan jarang memberikan hukuman terhadap karyawan yang diketahui telah melakukan kesalahan

0 8 15 8 0 31 93 3.0

3 Atasan saya tidak pernah memberi pengarahan dalam menjalankan tugas atau pengambilan keputusan

2 1 1 20 7 31 64 2.1

4 Atasan saya memberikan kebebasan kepada bawahan dalam melaksanakan aktivitas organisasi

1 17 7 6 0 31 106 3.4

5 Atasan dan bawahan bersama-sama menentukan visi, misi, tujuan dan strategi organisasi

13 16 2 0 0 31 135 4.3

97

98