Skripsi Ferry Krisnamurti 04111001065 Fix
-
Upload
ferry-krisnamurti -
Category
Documents
-
view
166 -
download
1
description
Transcript of Skripsi Ferry Krisnamurti 04111001065 Fix
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN
PERDARAHAN POSTPARTUM (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Ferry Krisnamurti
04111001065
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN
PERDARAHAN POSTPARTUM (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
Oleh:
Ferry Krisnamurti
04111001065
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Palembang, 13 Januari 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Pembimbing I
Merangkap penguji I
dr. H. Rizal Sanif, SpOG (K) .....................................................
NIP. 19621005 198903 1 006
Pembimbing II
Merangkap penguji II
dr. Erial Bahar, MSc .....................................................
NIP. 19511114 197701 1 001
Penguji III
dr. H. Irawan Sastradinata, SpOG (K) .....................................................
NIP. 19681018 199603 1 002
Mengetahui,
Pembantu Dekan I
dr. Mutiara Budi Azhar, SU, MMedSc
NIP. 19520107 198303 1 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Sriwijaya
maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka Saya bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Palembang, Januari 2015
Yang membuat pernyataan
Ferry Krisnamurti
04111001065
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Sriwijaya, Saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Ferry Krisnamurti
NIM : 04111001065
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN
PERDARAHAN POSTPARTUM (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir Saya tanpa meminta izin dari Saya
selama tetap mencantumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Palembang
Pada tanggal: 13 Januari 2015
Yang Menyatakan
Ferry Krisnamurti
NIM. 04111001065
v
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM
(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
(Ferry Krisnamurti, Januari 2015, 52 halaman)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan obstetris,
terutama perdarahan postpartum. Angka kejadian perdarahan postpartum di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang meningkat pada beberapa tahun terakhir. Salah
satu faktor risiko perdarahan postpartum adalah usia ibu. Ibu dengan usia risiko
tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko untuk mengalami atonia uteri, sehingga
menimbulkan perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Data diambil dari
rekam medik di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Populasi kasus pada penelitian
ini adalah seluruh pasien perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang pada tahun 2013 yang berjumlah 112 pasien. Populasi kontrol adalah
pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan matching kategori
jumlah paritas. Sampel diambil bila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Regresi Logistik.
Hasil: Usia ibu risiko tinggi pada populasi kasus lebih banyak daripada populasi
kontrol dan terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dan perdarahan
postpartum (p=0,016) dengan OR=2,503. Pada penelitian ini tidak ditemukan
hubungan bermakna antara berat badan lahir, jarak antarkelahiran, gemeli, riwayat
perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum. Dari analisis statistik
penelitian ini hanya usia ibu dan jarak antarkelahiran yang berhubungan dengan
perdarahan postpartum. Usia ibu memiliki ORadj 3,266 setelah dikontrol jarak
antarkelahiran.
Kesimpulan: Usia ibu risiko tinggi mempunyai peluang 2,503 kali untuk
terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan usia ibu risiko rendah.
Kata Kunci: usia ibu, perdarahan postpartum, kasus kontrol
vi
THE ASSOCIATION BETWEEN MATERNAL AGE AND
POSTPARTUM HEMORRHAGE
(A Case Control Study of Inpatient at RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang on January 1st 2013 until December 31st 2013)
(Ferry Krisnamurti, January 2015, 52 pages)
Faculty of Medicine Sriwijaya University
ABSTRACT
Introduction: The incidence of postpartum hemorrhage increases in the recent
years at RSUP dr. Mohamamad Hoesin Palembang. One of the risk factors of
postpartum hemorrhage is maternal age. High-risk maternal age (<20 and >35
years old) could cause atonia uteri, leading to postpartum hemorrhage. Therefore,
the aim of this study was to determine the association between maternal age and
postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Method: This study was a case control study. Data was taken from the medical
records in the Medical Record Installation at RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang period January 1st 2013-December 31st 2013. Case population in this
study was all patients with postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang on 2013 with a total of 112 patients. Control population was
the patients without postpartum hemorrhage by matching the parity. Samples who
passed the criteria of inclusion and exclusion were included. Results were
analyzed using Chi-Square and logistic regression test.
Results: High-risk maternal age on case population was higher than control
population and there was a significant association between maternal age and
postpartum hemorrhage (p=0,016;OR=2,503). There were no association between
infant weight, delivery interval, gemeli, history of postpartum hemorrhage and
postpartum hemorrhage. Maternal age and delivery interval were associated with
postpartum hemorrhage from the statistical analysis. ORadj of maternal age was
3,266 after being controlled by delivery interval.
Conclusion: Postpartum hemorrhage is 2,503 times higher for mothers with high-
risk maternal age compared to those with low-risk maternal age.
Keywords: maternal age, postpartum hemorrhage, case control
vii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
nikmat kesehatan, kesempatan dan karunia yang diberikan, dan atas kehendakNya
lah skripsi yang berjudul “Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan
Postpartum (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. H. Rizal Sanif, SpOG(K)
dan dr. Erial Bahar, MSc yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing
saya dengan penuh kesabaran dan pengertian dalam penyusunan skripsi ini, juga
kepada dr. H. Irawan Sastradinata, SpOG(K) yang telah memberi masukan yang
kritis selaku penguji.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan
kesalahan akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk kebaikan kita
bersama. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pembaca.
Palembang, Januari 2015
Ferry Krisnamurti
04111001065
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT, pencipta alam semesta dan segala isinya
yang senantiasa memberikan perlindungan dan kemudahan dalam hidup ini. Sholawat dan
salam saya ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi teladan yang
sempurna dalam segala perilaku hidup ini.
Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa (Tunjang Sudiyono, SP) dan Mama (Jum Hartati,
SPd), kedua orangtuaku yang tercinta yang selalu menemani di saat suka maupun duka serta
tak pernah letih melantunkan doa-doa dalam setiap sujud untuk anakmu ini. Entah
bagaimana caranya bisa membalas kebaikanmu. Anakmu ini hanya bisa minta maaf bila
belum bisa membuat kalian bangga. Terima kasih sudah menjadi orangtua paling sempurna
selama ini. Terima kasih pula untuk kakakku, Toni Widi Haryono, SH dan adikku my ciput,
Putri Anggitasari karena telah menghibur dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi
ini. Selamat datang khusus buat dedek bayi-nya Mbak Yuni dan Kak Toni yang InshaAllah
lahir beberapa minggu lagi,
Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pembimbing I, dr.H.Rizal Sanif, SpOG(K) karena
sudah menjadi dosen yang baik hati, dan sabar dalam membimbing serta memberikan arahan.
Kedua kepada pembimbing II, dr.Erial Bahar, MSc sosok pengajar yang sangat ideal dan
memiliki pengetahuan yang luas, terima kasih atas kesabarannya mengajari metodologi
maupun materi, serta selalu mengingatkan tentang esensi utama penulisan skripsi ini yaitu
“Proses Belajar”. Ketiga kepada dr.H.Irawan Sastradinata, SpOG (K) sebagai penguji super
yang memberikan saran kritis dan membangun sehingga skripsi ini bisa lebih baik lagi. Sekali
lagi arigatou gozaimasu untuk “A+” yang sudah diberikan.
Ucapan selamat saya ucapkan kepada diri sendiri karena telah menyelesaikan “Masterpiece”
ini dengan masa pengerjaan berbulan-bulan. Terima kasih sudah menahan rasa ego dan
menekan rasa penat sehingga skripsi ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku terutama Jim Lau, Prass
Apdio, Anggun Manc, Kiki Hayum, Bangrey Fixkelah, Randa Jaim, Devin Ais, Samiun
Sotoy, Adam Bies yang banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Walaupun secara harfiah tertawa dulu baru dibantu, tapi itulah sahabat yang sebenarnya.
Ucapan terima kasih spesial diberikan kepada teman seperjuangan dan teman sebimbingan
Arasy, karena telah banyak membantu pengerjaan skripsi ini. Terima kasih pula untuk teman
sejawat PDU Reguler 2011,Yuk Venty, Ayam BangHas, PM, Gembul, WS, BangRio yang
telah memberi nutrisi yang cukup sehingga sanggup menyusun skripsi ini hingga selesai, serta
semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 2
1.4 Hipotesis ....................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ............................................................................. 4
2.1.1 Perdarahan Postpartum ...................................................... 4
2.1.1.1 Definisi .................................................................... 4
2.1.1.2 Klasifikasi ............................................................... 4
2.1.1.3 Etiologi .................................................................... 4
2.1.1.4 Faktor Risiko ........................................................... 6
2.1.1.5 Patofisiologi ............................................................ 8
2.1.1.6 Gejala Klinis............................................................ 8
2.1.1.7 Diagnosis ................................................................. 9
2.1.1.8 Tatalaksana ............................................................ 11
2.1.1.9 Pencegahan ............................................................ 15
2.1.2 Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum ... 16
2.2 Kerangka Teori........................................................................... 18
2.3 Kerangka Konsep ....................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 20
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 20
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 20
x
3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................... 20
3.2.2 Tempat Penelitian.............................................................. 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 20
3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................ 20
3.3.2 Sampel Penelitian .............................................................. 20
3.3.3 Kriteria Inklusi .................................................................. 22
3.3.3.1 Kasus ..................................................................... 22
3.3.3.2 Kontrol .................................................................. 22
3.3.4 Kriteria Eksklusi................................................................ 22
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................... 22
3.4.1 Variabel Dependen ............................................................ 22
3.4.2 Variabel Independen ......................................................... 22
3.4.3 Variabel Perancu ............................................................... 22
3.5 Definisi Operasional................................................................... 23
3.5.1 Perdarahan postpartum ...................................................... 23
3.5.2 Usia ................................................................................... 23
3.5.3 Jarak antarkelahiran .......................................................... 23
3.5.5 Gemeli ............................................................................... 23
3.5.6 Berat bayi lahir .................................................................. 23
3.5.7 Riwayat perdarahan postpartum ........................................ 24
3.6 Cara Pengumpulan Data ............................................................. 24
3.7 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data ............................ 24
3.7.1 Rencana Cara Pengolahan ................................................. 24
3.7.2 Analisis Data ..................................................................... 25
3.8 Kerangka Operasional ................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 28
4.1 Hasil ........................................................................................... 28
4.1 Pembahasan ................................................................................ 40
4.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 48
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 48
5.1 Saran ........................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 50
LAMPIRAN ................................................................................................. 53
BIODATA .................................................................................................... 90
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Diagnosis Perdarahan Postpartum ........................................................... 10
2. Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 25
3. Contoh Tabel Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum
Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2013 ......................................................................................................... 25
4. Contoh Tabel Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan
Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013 ........................................................................... 25
5. Distribusi Jumlah Sampel Kasus Kontrol Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ... 29
6. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ..................................... 29
7. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013.................................. 30
8. Distribusi Matching Sampel Berdasarkan Kategori Paritas ............................ 31
9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia ........................................ 31
10. Perbandingan Karakteristik Usia ............................................................. 32
11. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir .......................... 32
12. Perbandingan Karakteristik Berat Badan Lahir (BBL) .......................... 33
13. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran .............. 33
14. Perbandingan Karakteristik Jarak Antarkelahiran ................................... 33
15. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli .......................................... 34
16. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan
Postpartum ............................................................................................... 34
17. Distribusi Kadar Hb Postpartum .............................................................. 35
18. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum ....................................................... 35
19. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013.................................. 36
20. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ............ 37
21. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ............ 37
22. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan
di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 ..................... 38
23. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan
Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013 ........................................................................... 39
24. Model Akhir Uji Regresi Logistik ........................................................... 39
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kompresi Bimanual Eksterna .................................................................. 12
2. Kompresi Bimanual Interna ..................................................................... 12
3. Kompresi Aorta Abdominalis .................................................................. 13
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Penelitian ......................................................................................... 55
2. Hasil Pengolahan Data ............................................................................. 64
3. Artikel Ilmiah ........................................................................................... 74
4. Lembar Konsultasi Skripsi ....................................................................... 84
5. Surat Telaah Etik ...................................................................................... 85
6. Sertifikat Etik ........................................................................................... 86
7. Surat Izin Penelitian ................................................................................. 87
8. Surat Pernyataan Selesai Pengambilan Data ............................................ 88
xiv
DAFTAR SINGKATAN
PPP : Perdarahan Postpartum
BBL : Berat Badan Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
IU : International Unit
IM : Intramuskuler
NS/RL : Normal Saline/Ringer Laktat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun kemajuan di bidang medis telah menurunkan bahaya melahirkan
secara dramatis, kematian akibat perdarahan masih merupakan penyebab utama
kematian ibu (Cunningham et al, 2012). Hingga kemudian dikenal dengan istilah
tiga penyebab klasik kematian ibu, yaitu infeksi, preeklampsia, dan perdarahan.
Kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak
langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%,
penyulit persalinan 8%, dan penyebab lain 7% (WHO, 2008).
Salah satu jenis dari perdarahan tersebut adalah perdarahan postpartum.
Insidensi perdarahan postpartum di negara maju sekitar 5% dari persalinan,
sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi
masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% karena atonia uteri, 7%
robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan
pembekuan darah (Parisaei et al, 2008).
Menurut data di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Lampung tahun 2008
terdapat 412 kasus perdarahan postpartum (19,75%) dari 1.725 persalinan.
Sementara pada tahun 2009 kasusnya menurun menjadi 204 kasus (7,40%) dari
1.758 persalinan (Dewi dan Yamin, 2011). Hal ini berbeda dengan angka kejadian
perdarahan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dari tahun 2009-2011
yang terus meningkat, yaitu 113 kasus (4,5%) pada tahun 2009, menjadi 155
kasus (11,7%) pada tahun 2010, dan menjadi 160 kasus (12%) pada tahun 2011
(Christy, 2012).
Peningkatan angka kejadian tersebut terjadi karena banyak sekali faktor
yang dapat memicu timbulnya perdarahan postpartum, salah satu faktornya adalah
usia ibu. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio dari penelitian di RSUD Majene
menunjukkan bahwa usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki
risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang
2
berusia 20 sampai 35 tahun (Dina et al, 2013). Pada wanita berusia kurang dari 20
tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna, pinggul terlalu
kecil sehingga dapat terjadi partus macet. Pada keadaan partus macet, ibu akan
mengalami kelelahan sehingga kontraksi miometrium tidak optimal. Sedangkan
wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami
penurunan (Manuaba et al, 2009). Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna
dan proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot tidak adekuat, hingga
timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum
(Karkata, 2010).
Meskipun penelitian ini bukan penelitian baru, namun apabila penelitian
dilakukan dengan populasi yang berbeda, tempat, dan waktu yang baru akan
menghasilkan data penelitian yang berbeda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk mencari hubungan antara usia ibu dan kejadian perdarahan
postpartum pada pasien yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada pasien rawat
inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31
Desember 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan mendapatkan hubungan antara usia
ibu dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi usia ibu yang mengalami perdarahan postpartum yang
dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari
2013 sampai 31 Desember 2013.
3
b. Mengidentifikasi usia ibu yang tidak mengalami perdarahan postpartum
yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1
Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.
c. Menganalisis hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum pada
pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1
Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.
d. Mengidentifikasi faktor risiko seperti jarak antarkelahiran, gemeli, berat
bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan
perdarahan postpartum pada pasien rawat inap di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.
e. Menganalisis hubungan perdarahan postpartum dengan jarak antarkelahiran,
gemeli, berat bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum pada pasien
rawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari
2013 sampai 31 Desember 2013.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum.
1.5.1 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk memberikan saran kepada Rumah
Sakit agar meningkatkan upaya pencegahan perdarahan postpartum dengan cara
deteksi dini faktor risiko perdarahan postpartum.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perdarahan Postpartum
2.1.1.1 Definisi
Definisi perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml
setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam atau setara dengan 1000 ml pada
seksio sesarea (Wiludjeng, 2007). Cunningham et al (2012) juga menjelaskan
bahwa perdarahan postpartum yaitu kehilangan 500 ml lebih darah setelah
selesainya kala 3 persalinan.
2.1.1.2 Klasifikasi
Karkata (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan waktu terjadinya
perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri.
2. Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya adalah sisa plasenta.
2.1.1.3 Etiologi
Secara ringkas etiologi perdarahan postpartum lebih diingat sebagai 4T,
yaitu Tone, Trauma, Tisssue, dan Thrombin.
1. Tone
Karkata (2010) menyebutkan bahwa diagnosis atonia uteri ditegakkan
bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan
banyak, bergumpal serta pada palpasi didapatkan fundus uteri masih
setinggi pusat atau lebih, dengan kontraksi yang lembek. Pada saat atonia
5
uteri didiagnosis, itu artinya sebanyak 500-1000 cc darah sudah keluar dari
pembuluh darah, namun masih terperangkap dalam uterus.
Tonus menggambarkan kontraksi otot-otot uterus setelah melahirkan.
Adanya abnormalitas kontraksi akan menyebabkan terjadinya perdarahan.
Kontraksi ini diperlukan untuk menjepit arteri-arteri di tempat bekas
plasenta berinsersi di uterus (Evensen dan Anderson, 2013).
Atonia uteri bisa disebabkan akibat anastesi, distensi berlebihan
(gemeli, anak besar, hidramnion), partus lama, partus kasep, partus
presipitatus/partus terlalu cepat, persalinan karena induksi oksitosin,
multiparitas, korioamnionitis, dan riwayat atonia uteri pada kelahiran
sebelumnya (Karkata, 2010).
2. Tissue
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak
lahir disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sulit dilepaskan
dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat
antara plasenta dan uterus. Adanya jaringan tertinggal baik plasenta,
fragmen plasenta, dan gumpalan darah dapat mencegah uterus untuk
berkontraksi secara optimal, sehingga terjadi perdarahan (Evensen dan
Anderson, 2013).
Karkata (2010) menyebutkan sisa plasenta bisa disebabkan karena
kotiledon atau selaput ketuban tersisa, plasenta susenteriata, dan plasenta
akreta, inkreta, serta perkreta.
Bila plasenta sampai menembus desidua basalis dan nitabuch layer
maka disebut sebagai plasenta akreta, bila plasenta sampai menembus
miometrium disebut sebagai plasenta inkreta, sedangkan bila vili korialis
sampai menembus perimetrium disebut plasenta perkreta (Karkata, 2010).
3. Trauma
Trauma persalinan menyebabkan laserasi dan hematoma sehingga
dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Trauma dalam persalinan bisa
disebabkan karena episiotomi yang melebar, ruptura uteri, robekan pada
perineum, vagina dan serviks (Karkata, 2010).
6
4. Thrombin
Kausal perdarahan postpartum karena gangguan pembekuan darah
(thrombin) baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan
apalagi disertai riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan
sebelumnya. Pada gangguan pembekuan darah akan terjadi perdarahan
setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma
pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain-
lain (Karkata, 2010).
2.1.1.4 Faktor Risiko
Faktor risiko perdarahan postpartum adalah faktor-faktor yang dapat
memicu timbulnya perdarahan postpartum. Secara umum B-Lynch et al (2006)
membagi faktor risiko perdarahan postpartum menjadi dua, yaitu faktor risiko
antenatal dan intrapartum. Faktor risiko antenatal diantaranya yaitu usia ibu,
indeks massa tubuh, paritas, jarak antarkelahiran, partus lama, janin besar, hamil
lebih dari satu, kondisi medis lainnya, riwayat perdarahan postpartum, dan
riwayat seksio sesarea. Sementara itu faktor risiko intrapartum terdiri dari durasi
persalinan, induksi persalinan, analgetik, metode persalinan, episiotomi, dan
korioamnionitis.
Beberapa faktor risiko perdarahan postpartum diantaranya yaitu:
a. Paritas
Pada ibu dengan paritas tinggi akan memengaruhi keadaan uterus ibu,
karena semakin sering ibu melahirkan maka fungsi reproduksi akan
mengalami penurunan, otot uterus terlalu regang dan kurang dapat
berkontraksi dengan normal sehingga kemungkinan terjadi perdarahan
postpartum lebih besar.
Berdasarkan penelitian Dina et al (2013) dari perhitungan Odd Ratio
menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko, dimana besar
risikonya adalah 6,1 yang artinya ibu yang memiliki paritas <1 atau >3
mempunyai risiko 6,1 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan
postpartum dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2-3.
7
b. Jarak antarkelahiran
BKKBN (2007) menyebutkan bahwa jarak antarkelahiran adalah
waktu sejak kelahiran sebelumnya hingga kelahiran berikutnya. Jarak
antarkelahiran 2-4 tahun dibutuhkan agar kondisi tubuh ibu kembali seperti
kondisi sebelumnya. Jarak antarkelahiran yang terlalu dekat dapat
menimbulkan komplikasi dalam kehamilan, karena persalinan yang
berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan menyebabkan
kontraksi uterus tidak optimal. Padahal kontraksi uterus dibutuhkan untuk
menutup sumber perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Sehingga bila
kontraksi uterus tidak adekuat tentu akan memengaruhi timbulnya
perdarahan postpartum.
c. Gemeli
Gemeli didefinisikan sebagai suatu keadaan ibu mengandung ≥2 janin
pada satu kehamilan. Gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan pada
uterus, akhirnya otot miometrium tidak berkontraksi secara adekuat.
Sehingga timbul atonia uteri yang akhirnya menyebabkan perdarahan
postpartum (Karkata, 2010).
d. Berat bayi lahir
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 jam
pertama postpartum. Secara umum berat bayi lahir dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu (Kosim et al, 2009):
Bayi berat lahir rendah: berat badan lahir <2500 gram.
Bayi berat lahir normal: berat badan lahir antara 2500-4000 gram.
Bayi berat lahir lebih: berat badan lahir >4000 gram.
Bayi dengan berat lahir lebih dari >4000 gram sering menimbulkan
perdarahan postpartum karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih
juga mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih berisiko
menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan
postpartum (Cunningham et al, 2012). Selain itu Bayi besar juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan sehingga terjadi robekan
pada jalan lahir (Bratakoesoema dan Angsar, 2011).
8
e. Riwayat perdarahan postpartum
Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang
terjadi pada persalinan sebelumnya. Bila ibu pada persalinan sebelumnya
telah mengalami perdarahan postpartum, kemungkinan besar hal yang
serupa akan dialaminya kembali pada persalinannya saat ini.
2.1.1.5 Patofisiologi
Selama proses persalinan, uterus mampu berkontraksi ke bawah secara
signifikan untuk mereduksi volume dari uterus. Hal seperti ini dapat
menyebabkan plasenta terpisah dari permukaan uterus. Setelah plasenta terpisah
dan terlepas maka otot polos uterus akan menginisiasi rangkaian proses kontraksi
secara terkoordinasi, memperpendek serat-serat ototnya dan membentuk suatu
jahitan fisiologis (Keman, 2010). Namun, apabila uterus gagal untuk berkontraksi
atau plasenta tidak dapat terpisah ataupun terlepas, maka perdarahan yang
signifikan akan terjadi. Arteri spiral yang seharusnya tertutup oleh kontraksi
uterus, bila tonus uterus tidak ada atau kontraksi uterus lemah, maka sumber
perdarahan tersebut akan tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas
melekatnya plasenta ke kavum uteri hingga pada akhirnya darah tersebut keluar
per vaginam (El-Refaey, 2003).
Adanya jaringan yang tertinggal baik plasenta, fragmen plasenta, dan
gumpalan darah dapat mencegah uterus untuk berkontraksi secara optimal,
sehingga terjadi perdarahan (Evensen dan Anderson, 2013). Perdarahan
postpartum juga dapat disebabkan karena trauma yang terjadi saat persalinan
menyebabkan laserasi dan hematoma. Sehingga akan timbul perdarahan dari
tempat trauma yang terjadi. Perdarahan dapat diperberat bila terdapat gangguan
pembekuan darah, karena proses pembekuan darah pada mekanisme normal tidak
terjadi. Hingga akhirnya sumber perdarahan akan terus mengeluarkan darah.
2.1.1.6 Gejala Klinis
Seorang ibu hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala baru tampak pada
9
kehilangan darah >20%. Gejala klinik berupa perdarahan per vaginam yang terus-
menerus setelah kala III persalinan. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu kesadaran penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Stanford,
2009).
2.1.1.7 Diagnosis
Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah >500 ml pada persalinan per
vaginam setelah selesainya kala III persalinan atau setara dengan 1000 ml pada
seksio sesarea (Wiludjeng, 2007). Namun, pada setiap perdarahan postpartum
harus dicari apa penyebabnya. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan
postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
10
Berikut ini tabel diagnosis perdarahan postpartum berdasarkan etiologinya:
Tabel 1. Diagnosis Perdarahan Postpartum
No
Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda
yang kadang-
kadang ada
Diagnosis
kemungkinan
1 - Uterus tidak berkontraksi dan lembek
- Perdarahan segera setelah anak lahir
(PPP Primer)
- Syok
Atonia uteri
2 - Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap
- Perdarahan segera (PPP Primer)
- Uterus
berkontraksi
tetapi tinggi
fundus tidak
berkurang
Tertinggalnya
sebagian plasenta
3 - Perdarahan segera (PPP Primer)
(Perdarahan intraabdominal/vaginam)
- Nyeri perut berat
- Syok
- Nyeri tekan perut
- Denyut nadi ibu
cepat
Robekan dinding
uterus (ruptura
uteri)
4 - Perdarahan segera
- Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi lahir (PPP Primer)
- Uterus kontraksi baik
- Plasenta lengkap
- Pucat
- Lemah
- Menggigil
Robekan jalan
lahir
5 - Plasenta belum lahir setelah 30 menit
- Perdarahan segera (PPP Primer)
- Uterus kontraksi baik
- Tali pusat putus
akibat traksi
berlebihan
- Inversio uteri
akibat tarikan
- Perdarahan
lanjutan
Retensio plasenta
6 - Uterus tidak teraba
- Lumen vagina terisi massa
- Tampak tali pusat (jika plasenta
belum lahir)
- Perdarahan segera (PPP Primer)
- Nyeri sedikit atau berat
- Syok neurogenik
- Pucat dan
limbung
Inversio uteri
7 - Sub-involusi uterus
- Nyeri tekan perut bawah
- Perdarahan lebih dari 24 jam setelah
persalinan (PPP sekunder)
- Perdarahan bervariasi (ringan atau
berat, terus menerus atau tidak teratur)
dan berbau (jika disertai infeksi)
- Anemia
- Demam
Perdarahan
terlambat
Endometritis atau
sisa plasenta
(terinfeksi/ tidak)
Sumber : Saifuddin, 2009.
Keterangan : PPP (Perdarahan Postpartum)
11
2.1.1.8 Tatalaksana
1. Penanganan Umum
Penanganan umum bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum
pasien dan mengidentifikasi secara cepat penyebab dari perdarahan
postpartum. Penanganan tersebut ialah sebagai berikut (Saifuddin, 2009):
Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk).
Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
(termasuk upaya pencegahan perdarahan postpartum)
Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama postpartum (di ruang
persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam
berikutnya (di ruang rawat gabung).
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
Atasi syok
Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan
pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU
dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit.
Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
2. Penanganan Berdasarkan Etiologi
Setelah diketahui dengan pasti penyebab dari perdarahan postpartum.
Maka segera dilakukan tindakan spesifik berdasarkan penyebab
perdarahannya, yaitu sebagai berikut:
12
a. Atonia Uteri
Bila penanganan umum telah dilakukan tetapi masih terjadi
perdarahan, penolong persalinan dapat melakukan tindakan spesifik yaitu
kompresi bimanual eksterna, kompresi bimanual interna, dan kompresi aorta
abdominalis.
Gambar 1. Kompresi Bimanual Eksterna
Sumber: www.edukia.org
Kompresi bimanual eksterna dilakukan dengan cara menekan uterus
melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah
telapak tangan yang melingkupi uterus. Lakukan pemantauan aliran darah
yang keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan
rujukan. Bila belum berhasil mengatasi perdarahan, dapat dilakukan
kompresi bimanual interna.
Gambar 2. Kompresi Bimanual Interna
Sumber : www.edukia.org
13
Cara melakukan kompresi bimanual interna adalah uterus ditekan di
antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti
mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan
kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, dapat dilakukan
kompresi aorta abdominalis.
Dalam melakukan kompresi aorta abdominalis, kita harus meraba
arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri terlebih dahulu dan
pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan
pada daerah umbilicus secara tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan
atau mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan
memperhatikan perdarahan yang terjadi.
Gambar 3. Kompresi Aorta Abdominalis
Sumber : ambulance.qld.gov.au
Apabila setelah dilakukan tindakan-tindakan tersebut namun
perdarahan tetap terjadi, lakukan pemasangan tampon uterovaginal dan
segera rujuk pasien untuk kemudian dilakukan histerektomi ataupun ligasi
arteri uterine dan ovarika (Saifuddin, 2009).
14
b. Retensio Plasenta
Jika plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan
perdarahan yang banyak, namun harus diantisipasi dengan segera
melakukan plasenta manual dan dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika. Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual. Arti manual adalah dengan melakukan tindakan invasi dan
manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukan langsung ke dalam
kavum uteri. Jika dengan cara manual juga tidak dapat mengeluarkan
plasenta dan plasenta masih tertanam di dinding uterus maka dapat
dilakukan histerektomi (Saifuddin, 2009).
c. Sisa Plasenta
Apabila terdapat beberapa bagian plasenta yang tertinggal di dalam
rahim maka harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim, sisa plasenta
dikeluarkan secara manual yaitu dengan kuretase dan pemberian uterotonika
untuk menghentikan perdarahan (Mannuaba, 2007).
d. Trauma Jalan Lahir
Trauma jalan lahir dapat berupa laserasi atau luka lecet yang ringan,
ruptur perineum, robekan dinding vagina, robekan pada serviks, dan bahkan
yang terberat yaitu ruptura uteri. Apabila kontraksi uterus baik dan plasenta
lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lakukan
eksplorasi untuk memastikan apakah terjadi laserasi. Segera identifikasi
lokasi laserasi dan sumber perdarahan, semua sumber perdarahan harus
dijepit dengan klem, lakukan ligasi dengan benang yang dapat diserap, dan
lakukan penjahitan luka (Saifuddin, 2009).
e. Kelainan Pembekuan darah
Mannuaba (2007) mengatakan jika kontraksi uterus baik dan
eksplorasi secara manual telah menyingkirkan retensio plasenta, sisa
plasenta, dan trauma jalan lahir, maka kecurigaan penyebab perdarahan
adalah kelainan atau gangguan pembekuan darah. Tatalaksananya yaitu
segera perbaiki faktor pembekuan darah dengan pemberian trombosit.
15
2.1.1.9 Pencegahan
Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan memudahkan
penyelenggara kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana
yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses
persalinan, semua kehamilan memiliki risiko untuk terjadinya patologi persalinan,
salah satunya adalah perdarahan postpartum. Antisipasi terhadap hal tersebut
dapat dilakukan sebagai berikut (Karkata, 2010):
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat
hamil dan persalinan pasien tersebut dalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi seperti multiparitas, anak besar, hamil
kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan
kehamilan risiko tinggi lainnya yang risikonya akan muncul saat
persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam untuk pencegahan partus
lama.
4. Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.
5. Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan
mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
16
2.1.2 Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum
Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat penting pada
perdarahan postpartum. Usia paling aman bagi seorang wanita untuk hamil
dan melahirkan yaitu antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa
reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang hamil dan melahirkan
pada usia <20 tahun dan usia >35 tahun akan meningkat secara bermakna,
karena terpapar pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang dapat
membahayakan jiwa ibu (Mannuaba et al, 2009).
Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum
berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35
tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan (Mannuaba
et al, 2009). Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan penurunan
fungsi tersebut akan menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul
atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum
(Karkata, 2010).
Menurut BKKBN (2007) jika ingin memiliki kesehatan reproduksi
yang prima sebaiknya harus menghindari “4 terlalu”, 2 diantaranya
membahas mengenai usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya
hamil pada usia di bawah 20 tahun. Hal ini akan menimbulkan keguguran,
preeklampsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), timbul kesulitan
dalam persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir
sebelum waktunya, BBLR, fistula vesikovaginal (merembesnya air seni ke
vagina), fistula retrovaginal (keluarnya gas dan tinja dari vagina) dan kanker
leher rahim. Pada ibu yang hamil pada usia muda, biasanya pinggul terlalu
kecil sehingga terjadinya partus macet lebih besar yang akan meningkatkan
risiko terjadinya perdarahan postpartum. T yang kedua adalah terlalu tua
artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil
pada usia tua adalah terjadinya keguguran, preeklampsia, eklampsia,
timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR, dan cacat bawaan.
Usia ibu yang relatif tua menyebabkan daya tahan ibu hamil mulai menurun
sehingga saat partus tidak kuat lagi mengejan. Selain itu fungsi alat
17
reproduksi mulai menurun sehingga tidak mampu lagi menampung
kehamilan yang terjadi, bahkan dapat mengakibatkan kontraksi uterus tidak
kuat lagi yang berakibat menjadi perdarahan postpartum.
Berdasarkan perhitungan Odd Ratio dari penelitian di RSUD Majene
oleh Dina et al (2013) menunjukkan bahwa usia ibu di bawah 20 tahun atau
di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali
lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman et al (2007) bahwa pada
tingkat kepercayaan 95% ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30
tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun.
18
2.2 Kerangka Teori
Keterangan:
Variabel utama yang diteliti
“Tone”
Atonia uteri
Subinvolusi uterus
“Thrombin” Gangguan
pembekuan darah
“Tissue”
Retensio plasenta
Sisa Plasenta
“Trauma” Ruptura uteri/perineum
Episiotomi
Hematom
Laserasi Tr.genital
Pembuluh darah
yang seharusnya
bisa tertutup masih
terbuka
Tidak mampu
menutup
perdarahan terbuka
dari tempat
implantasi plasenta
Gagalnya proses
penghentian darah
Plasenta tersisa di
dalam uterus
Perdarahan di
tempat trauma
Perdarahan Postpartum Riwayat perdarahan
postpartum
Terlalu tua
(>35 tahun)
Fungsi sistem
reproduksi
belum matang
Kondisi
uterus tidak
optimal
Jarak
antarkelahiran
Gemeli
Anak lahir besar
Multiparitas
Overdistensi
uterus
Penurunan
fungsi sistem
reproduksi
Usia Ibu
Tonus otot
tidak adekuat
Terlalu muda
(<20 tahun)
Panggul
terlalu kecil
Partus lama
Kelelahan
19
2.3 Kerangka Konsep
Usia Ibu
Perdarahan Postpartum
Variabel Perancu
Anak Lahir Besar
Jarak Antarkelahiran
Gemeli
Riwayat Perdarahan Postpartum
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol (case
control) berdasarkan data sekunder rekam medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu
Penelitian dilakukan dari Oktober 2014 hingga Desember 2014.
3.2.2 Tempat
Penelitian dilakukan di Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
a. Populasi Target
Populasi target penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah data rekam medik ibu
bersalin yang mengalami perdarahan postpartum dan ibu bersalin yang tidak
mengalami perdarahan yang dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang sejak 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah ibu bersalin yang mengalami perdarahan
postpartum dan ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum sejak 1
Januari 2013 sampai 31 Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
21
Besar sampel dalam penelitian dihitung menggunakan rumus studi kasus
kontrol untuk pengujian hipotesis terhadap Odd Ratio:
P = R
(1 + R) n1=n2=
{Z
2+ Z√PQ}
2
(𝑃−1
2)
2
Keterangan :
n = besar sampel minimal pada kasus dan kontrol
Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (=0.05 adalah 1.96)
Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (=0.2 adalah 0.842)
Q = 1-P
R = odd ratio yang dianggap bermakna
Penentuan besar sampel berdasarkan variabel usia dengan OR = 3,1 diambil
dari penelitian terdahulu (Dina et al, 2013), sehingga didapat n:
P = 3,1
(1 + 3,1) =
3,1
4,1
n =
{1,96
2 + 0,842√3,14,1 x
14,1}
2
(3,14,1 −
12)
2
n = {0,98 + 0,362}2
(0,256)2
n = 1,800
0,066
= 27,26 ≈ 27
Maka diperoleh 27 sampel minimal yang dapat diterapkan pada kelompok
kasus (ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum) dan jumlah sampel
yang sama pada kelompok kontrol (ibu bersalin tanpa perdarahan postpartum).
Data kasus dipilih jika rekam medik berisi variabel yang dicari, sementara data
kontrol dipilih jika data berisi variabel penelitian yang dicari setelah dilakukan
matching jumlah paritas.
22
3.3.3 Kriteria Inklusi
3.3.3.1 Kriteria Kasus
- Ibu yang bersalin di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode
1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013.
- Ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum.
- Kehamilan aterm (>37 minggu).
3.3.3.2 Kriteria Kontrol
- Ibu yang bersalin di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode
1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013.
- Ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum.
- Memiliki variabel jumlah paritas dalam kategori sama dengan sampel kasus.
- Kehamilan aterm (>37 minggu).
3.3.4 Kriteria Eksklusi
- Ibu bersalin yang data rekam mediknya tidak bisa ditemukan, berkasnya
tidak terbaca atau datanya tidak lengkap.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perdarahan postpartum.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia ibu.
3.4.3 Variabel Perancu
Variabel perancu (confounder) dalam penelitian ini yaitu selain variabel usia
ibu yang tercantum lengkap dalam rekam medik yang dapat memengaruhi
timbulnya perdarahan postpartum, diantaranya yaitu:
Jarak antarkelahiran
Gemeli
Berat bayi lahir
Riwayat perdarahan postpartum
23
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir pada
persalinan per vaginam atau >1000 ml pada seksio sesarea atau sebagaimana
diagnosis yang tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara
melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Perdarahan
postpartum dan 2. Bukan perdarahan postpartum.
3.5.2 Usia
Usia adalah lamanya hidup pasien yang dinyatakan dalam tahun, dihitung
sejak lahir sampai ulang tahun terakhir atau sebagaimana tercantum dalam rekam
medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam
medik. Dinyatakan dengan 1. Usia risiko tinggi (<20 atau >35 tahun) dan 2. Usia
risiko rendah (20-35 tahun).
3.5.3 Jarak antarkelahiran
Jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai
kelahiran berikutnya atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik.
Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik.
Dinyatakan dengan 1. Jarak risiko tinggi (≤2 tahun) dan 2. Jarak risiko rendah (>2
tahun).
3.5.4 Gemeli
Gemeli didefenisikan sebagai suatu keadaan ibu melahirkan ≥2 bayi pada
satu kehamilan atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran
dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan
dengan 1. Gemeli (≥ 2 janin) dan 2. Tidak gemeli (1 janin).
3.5.5 Berat bayi lahir
Berat bayi lahir (BBL) adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu
jam pertama setelah lahir atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik.
Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik.
Dinyatakan dengan 1. Berat badan lahir ≥4000 gram dan 2. Berat badan lahir
<4000 gram.
24
3.5.6 Riwayat Perdarahan Postpartum
Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi
pada persalinan sebelumnya atau sebagaimana tercatat dalam rekam medik.
Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik.
Dinyatakan dengan 1. Ada riwayat Perdarahan Postpartum dan 2. Tidak ada
riwayat perdarahan postpartum.
3.6 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder hasil pencatatan rekam
medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai
31 Desember 2013. Rekam medik ibu bersalin dikumpulkan lalu diambil sampel
kasus dari ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum, dan sampel
kontrol dari ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum setelah
dilakukan matching jumlah paritas. Secara umum matching jumlah paritas
berdasarkan kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4), dan
grandemultipara (paritas ≥5) (Mannuaba, 2008 dan Varney, 2006).
3.7 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Rencana Cara Pengolahan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dipisahkan sesuai dengan
populasi yang diambil, yaitu populasi kasus (ibu yang melahirkan dengan
perdarahan postpartum) dan populasi kontrol (ibu yang melahirkan tanpa
perdarahan postpartum). Setelah itu dari masing-masing populasi kasus dan
populasi kontrol dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Kemudian
hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang dijelaskan dalam
bentuk narasi dan dilakukan analisis data.
25
3.7.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memeroleh distribusi frekuensi masing-
masing variabel yang diteliti.
Tabel 2. Contoh Tabel Distribusi Jenis Perdarahan Postpartum pada Ibu Bersalin
yang Dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013. Jenis Perdarahan Postpartum n Persentase (%)
Perdarahan postpartum primer
Perdarahan postpartum sekunder
Jumlah
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menghubungkan antara variabel
dependen dan variabel independen untuk mengetahui interaksi dua variabel
tersebut.
Tabel 3. Contoh Tabel Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum
Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Usia
Perdarahan Postpartum
Jumlah p value
OR
(95% CI)
Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % n %
Usia risiko
tinggi
Usia risiko
rendah
Jumlah
*analisis menggunakan uji Chi-Square
Tabel 4. Contoh Tabel Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan
Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2013
Berat Badan
Lahir
Perdarahan Postpartum
Jumlah p
value
OR
(95%
CI)
Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % n %
Berat badan
lahir ≥4000
Berat badan
lahir <4000
Jumlah *analisis menggunakan uji Chi-Square
26
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model faktor risiko yang
paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan pengaruh usia ibu setelah
dikontrol variabel perancu yang terdiri dari jarak antarkelahiran, gemeli, berat
bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum.
27
3.8 Kerangka Operasional
Pengumpulan data rekam medik ibu bersalin yang dirawat
di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013
Kasus
Ibu bersalin dengan
perdarahan postpartum.
Kontrol
Ibu bersalin tanpa
perdarahan postpartum.
Analisis dan pengolahan data
Hasil penelitian
Matching jumlah paritas
Usia ibu
Jarak antarkelahiran
Gemeli
Berat bayi lahir
Riwayat perdarahan postpartum
Usia ibu
Jarak antarkelahiran
Gemeli
Berat bayi lahir
Riwayat perdarahan postpartum
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian berjudul “Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum:
Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013” ini telah dilaksanakan di
installasi rekam medik RSUP dr. Mohammad Hoesin selama satu minggu, dimulai
sejak tanggal 18 Oktober 2014 sampai 25 Oktober 2014. Dalam penelitian ini
digunakan dua populasi, yaitu populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi kasus
adalah pasien yang mengalami perdarahan postpartum dan populasi kontrol adalah
pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum.
Jumlah populasi kasus yang tercatat di bagian rekam medik tahun 2013
sebanyak 112 kasus perdarahan postpartum, namun hanya 101 data rekam medik
pasien perdarahan postpartum yang ditemukan. Untuk populasi kontrol diambil
rekam medik pasien yang melahirkan tanpa perdarahan postpartum dengan jumlah
yang sama dengan populasi kasus setelah dilakukan matching dengan kategori
jumlah paritas. Sehingga juga didapat data sebanyak 101 data. Namun dalam
proses pengolahan data, jumlah data yang digunakan bervariasi tergantung
kelengkapan data dengan perbandingan kasus 1 : 1 kontrol.
Berdasarkan tabel 5 berikut didapatkan bahwa jumlah sampel variabel usia,
berat bayi lahir, gemeli, dan riwayat perdarahan postpartum masing-masing
sebanyak 101 sampel pada populasi kasus dan 101 sampel pada populasi kontrol.
Lalu pada variabel jarak antarkelahiran hanya digunakan 63 sampel pada populasi
kasus dan 63 sampel pada populasi kontrol, karena sisanya termasuk kategori
primipara atau data tidak lengkap dan tidak terbaca. Sedangkan variabel jenis dan
etiologi perdarahan postpartum hanya digunakan populasi kasus sebanyak 101
sampel. Variabel kadar hemoglobin dan trombosit juga hanya menggunakan
sampel pada populasi kasus, yaitu sebanyak 93 sampel hemoglobin dan 90 sampel
trombosit. Berikut rincian data yang dapat dianalisis:
29
Tabel 5. Distribusi Jumlah Sampel Kasus Kontrol Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 No Variabel Jumlah Kasus
(n)
Jumlah Kontrol
(n)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Usia
Jarak antarkelahiran
Berat bayi lahir
Gemeli
Riwayat PPP
Jenis PPP
Etiologi PPP
Hemoglobin
Trombosit
101
63
101
101
101
101
101
93
90
101
63
101
101
101
-
-
-
-
4.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian
a. Distribusi Jenis Perdarahan Postpartum
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi
menjadi perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder.
Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan
postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan
inversio uteri. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran.
Penyebab yang tersering adalah sisa plasenta (Karkata, 2010).
Berdasarkan tabel 6 berikut terlihat bahwa pada tahun 2013 didapatkan 101
kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan
perdarahan postpartum primer sebanyak 89 (88,12%) sampel dan perdarahan
postpartum sekunder sebanyak 12 (11,88%) sampel. Distribusi frekuensi kasus
perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 Jenis Perdarahan Postpartum n Persentase (%)
Perdarahan postpartum primer
Perdarahan postpartum sekunder
89
12
88,12
11,88
Jumlah 101 100
30
b. Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum
Penyebab perdarahan postpartum adalah kelainan salah satu atau gabungan
dari empat penyebab dasar. Empat penyebab dasar tersebut meliputi 4T, yaitu tone
atau kurangnya kontraksi uteri setelah persalinan, trauma pada jalan lahir, tissue
atau sisa jaringan produk konsepsi, dan thrombin atau kelainan koagulasi darah
(Evensen dan Anderson, 2013).
Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel, yaitu atonia uteri 4
(3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1 (0,99%) sampel. Gangguan tissue
didapatkan sebanyak 57 (56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%)
sampel dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan trauma didapatkan
sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur
perineum 2 (1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka episiotomi 1
(0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran didapatkan sebanyak 8 (7,92%)
sampel, dan tidak didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi
terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013 adalah retensio plasenta dengan 34 (33,67%) kasus.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 Etiologi n Persentase (%)
Tone
Atonia Uteri
Subinvolusi Uterus
Tissue
Retensio Plasenta
Sisa Plasenta
Trauma
Laserasi Jalan Lahir
Ruptur Perineum
Hematom
Luka Episiotomi
Thrombin
Kelainan Koagulasi Darah
Campuran
Atonia Uteri dan Sisa Plasenta
Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir
Retensio Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir
Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir
4
1
34
23
27
2
1
1
0
2
1
1
4
3,96
0,99
33,67
22,77
26,73
1,98
0,99
0,99
0
1,98
0,99
0,99
3,96
Jumlah 101 100
31
c. Distribusi Sampel Menurut Jumlah Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran aterm yang dialami oleh seorang wanita
(Mannuaba, 2008). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan
grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).
Pada tabel 8 di bawah didapatkan bahwa dari 101 sampel kasus, diperoleh
kategori primipara sebanyak 25 (24,75%) sampel, multipara sebanyak 68
(67,32%) sampel dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel.
Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang sama berdasarkan kategori
paritas tersebut. Penentuan matching sampel (kasus dan kontrol) berdasarkan
kategori paritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Distribusi Matching Sampel Berdasarkan Kategori Paritas Paritas n Persentase (%)
Primipara
Multipara
Grandemultipara
25
68
8
24,75
67,33
7,92
Jumlah 101 100
d. Distribusi Usia Ibu
Usia adalah lamanya hidup pasien yang dinyatakan dalam tahun, dihitung
sejak lahir sampai ulang tahun terakhir atau sebagaimana tercantum dalam rekam
medik. Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperoleh saat datang ke
rumah sakit untuk melahirkan.
Berdasarkan tabel 9 berikut didapatkan bahwa pada populasi kasus yang
termasuk dalam kategori usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 29
(67,4%) sampel dan pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel.
Sedangkan untuk usia risiko rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus sebanyak
72 (45,3%) sampel dan pada populasi kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel.
Distribusi usia pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
32
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia
Usia Kasus Kontrol Jumlah
n % n % N %
Usia risiko tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100
Usia risiko rendah 72 45,3 87 54,7 159 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Perbandingan karakteristik usia pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat
dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 10. Perbandingan Karakteristik Usia
Usia Min Max Mean
Standar
Deviasi
Usia populasi kasus 18 49 30,28 6,615
Usia populasi kontrol 18 43 28,35 5,611
e. Distribusi Berat Badan Lahir
Berat badan lahir (BBL) adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1
jam pertama setelah lahir dan dinyatakan dengan gram (Kosim et al, 2009).
Dalam penelitian ini dari 7 pasien yang memiliki berat badan lahir ≥4000
gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel
pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan berat badan lahir <4000 gram
didapatkan 195 sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi kasus dan 99
(50,8%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi berat badan lahir pada populasi
kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
BBL ≥4000 gram 5 71,4 2 28,6 7 100
BBL <4000 gram 96 49,2 99 50,8 195 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Perbandingan karakteristik BBL pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat
dilihat pada tabel 12 berikut:
33
Tabel 12. Perbandingan Karakteristik Berat Badan Lahir (BBL) BBL
Min Max Mean Standar
Deviasi
BBL Populai Kasus 1200 4900 3036,14 582,89
BBL Populasi Kontrol 1300 5000 2968,07 578,84
f. Distribusi Jarak Antarkelahiran
Menurut Gitta (2007) jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran
sebelumnya sampai kelahiran berikutnya. Pada penelitian ini untuk variabel jarak
antarkelahiran hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi kasus dan
63 sampel pada populasi kontrol), karena sisanya termasuk kategori primipara
atau rekam medik tidak mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis
dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi (≤2 tahun) didapatkan 12 (63,2%)
sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol.
Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2 tahun) didapatkan 107
sampel, dengan 51 (47,7%) sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel
pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran pada populasi kasus dan
kontrol dapat dilihat pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran
Jarak Antarkelahiran Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Jarak risiko tinggi 12 63,2 7 36,8 19 100
Jarak risiko rendah 51 47,7 56 52,3 107 100
Jumlah 63 50 63 50 126 100
Perbandingan karakteristik jarak antarkelahiran pada populasi kasus dan populasi
kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14. Perbandingan Karakteristik Jarak Antarkelahiran
Jarak Antarkelahiran Min Max Mean
Standar
Deviasi
Jarak Populasi Kasus 1 17 5,94 3,72
Jarak Populasi Kontrol 1 12 4,71 2,37
34
g. Distribusi Gemeli
Karkata (2010) menyatakan bahwa gemeli adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Dalam penelitian ini gemeli dicatat bila ibu melahirkan ≥2
bayi pada satu kehamilan atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik.
Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel gemeli pada
populasi kontrol sedangkan pada populasi kasus tidak dijumpai kasus gemeli
(0%). Distribusi gemeli pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel
15 berikut:
Tabel 15. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli
Gemeli Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Gemeli 0 0 1 100 1 100
Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
h. Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum
Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi
pada persalinan sebelumnya atau sebagaimana tercatat dalam rekam medik.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu yang memiliki riwayat
perdarahan postpartum didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0
(0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat perdarahan postpartum
pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 16 berikut:
Tabel 16. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan
Postpartum
Riwayat Perdarahan
Postpartum
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Ada riwayat perdarahan
postpartum
2
100
0
0
2 100
Tidak ada riwayat
perdarahan postpartum
99 49,5 101 50,5 200 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
i. Distribusi Kadar Hemoglobin dan Trombosit
Perdarahan postpartum menyebabkan kehilangan darah >500 ml pada
persalinan pervaginam atau >1000 ml pada seksio sesarea, sehingga bila dibiarkan
35
tanpa penanganan yang tepat dan akurat akan mengakibatkan hilangnya banyak
komponen darah. Termasuk turunnya kadar Hb dan trombosit di bawah nilai
normal. Secara umum kadar trombosit dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori,
yaitu trombositopenia (<150.000/mm3), trombosit normal (150.000-
450.000/mm3), dan trombositosis (>450.000/mm3). Berdasarkan klasifikasi WHO
kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu Hb normal (Hb≥11 gr%), anemia ringan (Hb 9-11 gr%), anemia sedang (Hb
7-9 gr%), anemia berat (Hb <7 gr%) (Mannuaba, 2009).
Dari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb postpartum yaitu Hb normal
sebanyak 11 (11,8%) sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia sedang
34 (36,6%) sampel, dan anemia berat sebesar 28 (30,1%) sampel. Sedangkan
distribusi kadar trombosit didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%)
sampel, trombosit normal 72 (80,0%) sampel, dan trombositosis sebanyak 3
(3,3%) sampel. Distribusi kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat di tabel
berikut:
Tabel 17. Distribusi Kadar Hb Postpartum Kadar Hb n Persentase (%)
Hb normal
Anemia ringan
Anemia sedang
Anemia berat
11
20
34
28
11,8
21,5
36,6
30,1
Jumlah 93 100
Tabel 18. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum Kadar Trombosit n Persentase (%)
Trombositopenia
Trombosit normal
Trombositosis
15
72
3
16,7
80,0
3,3
Jumlah 90 100
36
4.1.2 Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
digunakan uji statistik Chi-Square.
a. Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian dari 43 ibu yang memiliki usia risiko tinggi
(<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan 29 (67,4%) sampel pada populasi kasus
dan 14 (32,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum
pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.
Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia
<20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya
perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun.
Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 19
berikut:
Tabel 19. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan
di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Usia
Perdarahan Postpartum
Jumlah p value
OR
(95% CI)
Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % n %
Usia risiko
tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100
0,016 2,503
(1,230-5,092) Usia risiko
rendah 72 45,3 87 54,7 159 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
b. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan data hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki berat badan lahir
≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%)
sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,445
yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang
melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk
37
terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak
dengan berat <4000 gram. Hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan
postpartum dapat dilihat pada tabel 20 berikut:
Tabel 20. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Berat Badan
Lahir
Perdarahan Postpartum
Jumlah p
value
OR
(95% CI) Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % n %
Berat badan
lahir ≥4000 5 71,4 2 28,6 7 100
0,445
2,578
(0,688-
5,150) Berat badan
lahir <4000 96 49,2 99 50,8 195 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
c. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan data hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki jarak
antarkelahiran ≤2 tahun didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7
(36,8%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar
0,319 yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu bersalin
dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali untuk
terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan jarak
antarkelahiran >2 tahun. Hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan
postpartum dapat dilihat pada tabel 21 berikut:
Tabel 21. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Jarak
Antarkelahiran
Perdarahan Postpartum
Jumlah p
value
OR
(95% CI) Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % n %
Jarak risiko tinggi 12 63,2 7 36,8 19 100
0,319
1,882
(0,688-
5,150)
Jarak risiko
rendah 51 47,7 56 52,3 107 100
Jumlah 63 50 63 50 126 100
38
d. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan data hasil penelitian, hanya terdapat 1 (100%) sampel dengan
gemeli pada populasi kontrol, sedangkan pada populasi kasus tidak terdapat data
gemeli (0%).
Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti tidak ada
hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak
bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi. Hubungan
antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 22 berikut:
Tabel 22. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Gemeli
Perdarahan Postpartum
Jumlah p
value
OR
(95% CI)
Perdarahan Tidak
perdarahan
n % N % N %
Gemeli 0 0 1 100 1 100 1,000 -
Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
e. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan
Postpartum
Berdasarkan data hasil penelitian, dari 2 ibu yang memiliki riwayat
perdarahan postpartum didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan
tidak dijumpai sampel pada populasi kontrol (0%). Setelah analisis diperoleh nilai
p sebesar 0,498 yang berarti tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan
postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa
didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi. Hubungan
antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum dapat dilihat
pada tabel 23 berikut:
39
Tabel 23. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan
Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2013
Riwayat Perdarahan
Postpartum
Perdarahan Postpartum
Jumlah p value
OR
(95%
CI)
Perdarahan Tidak
perdarahan
n % n % n %
Ada riwayat
perdarahan postpartum
2
100
0
0
2 100
0,498 Tidak ada riwayat
perdarahan postpartum
99 49,5 101 50,5 200 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
4.1.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik
untuk mendapat model terbaik yang menggambarkan hubungan antara usia dan
perdarahan postpartum setelah dikontrol beberapa variabel perancu (Riyanto,
2012).
Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel yang berhubungan
terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 dan >35
tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar
dibandingkan ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol
variabel jarak antarkelahiran. Model akhir uji regresi logistik dapat dilihat pada
tabel 24 berikut:
Tabel 24. Model Akhir Uji Regresi Logistik
Variabel
B Sig Exp(B) 95% C.I. forEXP(B)
Lower Upper
Usia 1,184 0,011 3,266 1,304 8,178
Jarak Antarkelahiran 0,681 0,195 1,975 0,705 5,533
Constant -3,377
40
4.2 Pembahasan
a. Etiologi Perdarahan Postpartum
Dalam penelitian ini penyebab utama perdarahan postpartum di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013 adalah retensio plasenta yaitu sebesar
33,67%, diikuti laserasi jalan lahir 26,73%, sisa plasenta 22,77%, atonia uteri
3,96%, dan lain-lain.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryani (2007) di
Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan, yang menemukan bahwa penyebab
utama perdarahan postpartum adalah retensio plasenta (53,7%), diikuti laserasi
jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan inversio uteri (2,4%). Namun
penelitian ini tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parisaei et al (2008)
bahwa penyebab perdarahan postpartum sebesar 90% karena atonia uteri, 7%
robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan
pembekuan darah. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Sari dan
Sukamto (2011) di RS dr. H. Anshari Shaleh Banjarmasin bahwa perdarahan
postpartum disebabkan karena atonia uteri (48,8%), retensio plasenta (28%), dan
laserasi jalan lahir (23,2%).
Hal ini menunjukkan etiologi perdarahan postpartum di setiap daerah sangat
beragam. Sehingga penyebab utama perdarahan postpartum tidak bisa diprediksi
secara pasti berdasarkan epidemiologi dari daerah lain. Perbedaan etiologi ini juga
bisa terjadi karena standar penegakkan diagnosis etiologi perdarahan postpartum
antara rumah sakit satu dan rumah sakit lainnya berbeda-beda, sehingga sudah
pasti terjadi perbedaan persentase etiologi.
Retensio plasenta terjadi karena kelainan pada dinding uterus ibu sendiri.
Plasenta tidak lepas dari dinding uterus sehingga tidak lahir dalam waktu setengah
jam setelah janin lahir. Kontraksi uterus kurang kuat ataupun plasenta melekat
erat pada dinding uterus sehingga plasenta tidak dapat lahir (Wiknjosastro, 2009).
41
b. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 ibu yang memiliki usia risiko tinggi
(<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan 29 (67,4%) sampel pada populasi kasus
dan 14 (32,6%) sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum
pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.
Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia
<20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya
perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD Majene oleh Dina et
al (2013) yang menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% usia ibu di
bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan
postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun.
Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman et al
(2007) bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang berusia di bawah 20 tahun
atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali
lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun.
Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat penting pada
perdarahan postpartum. Usia paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan
melahirkan yaitu antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa reproduksi sehat.
Kematian maternal pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan
usia >35 tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar pada komplikasi
baik medis maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu. Pada wanita
berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan
sempurna. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ
reproduksinya sudah mengalami penurunan (Mannuaba et al, 2009). Fungsi organ
reproduksi yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan menyebabkan
tonus otot kurang adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang
menyebabkan perdarahan postpartum (Karkata, 2010).
42
c. Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki berat badan lahir
≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%)
sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,445
yang berarti tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang
melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk
terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak
dengan berat <4000 gram.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Cunningham et al (2012) bahwa
Bayi dengan berat lahir ≥4000 gram berhubungan dengan perdarahan postpartum,
yaitu karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga mengakibatkan
overdistensi uterus sehingga lebih berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada
akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum. Penelitian ini juga tidak sesuai
dengan teori yang dikemukakan Bratakoesoema dan Angsar (2011), yang
menyatakan bahwa Bayi yang dilahirkan dengan berat ≥4000 gram sering sekali
menyebabkan perdarahan postpartum dengan penyebab laserasi jalan lahir.
Karena Bayi besar dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
sehingga terjadi robekan pada jalan lahir.
Pada penelitian ini berat badan lahir tidak bermakna secara statistik
memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa
kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan pengaruh berat badan lahir terhadap perdarahan postpartum.
Kedua karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi
jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain
tidak bisa dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak
menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi
karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol. Contoh
bisa saja suatu sampel memiliki usia risiko tinggi, namun pada sampel yang sama
jarak antar kelahiran dan berat bayi lahirnya normal, begitu juga sebaliknya.
43
d. Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki jarak antarkelahiran
≤2 tahun didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%)
sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,319
yang berarti tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu bersalin
dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali untuk
terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu bersalin dengan jarak
antarkelahiran >2 tahun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi dan Yamin (2011) di RSUD Abdoel Moloek Lampung yang menyatakan
bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan signifikan antara jarak
antarkelahiran ≤2 tahun dan perdarahan postpartum dengan Odd Ratio 4,282.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suryani (2007) di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan yang menyatakan
bahwa pada tingkat kepercayaan 95% jarak antarkelahiran ≤2 tahun memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odd
Ratio 3,143.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Armagustini (2010)
bahwa jarak persalinan kurang dari 2 tahun mengakibatkan kelemahan dan
kelelahan otot rahim, sehingga cenderung akan terjadi perdarahan postpartum.
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumya kurang dari 2 tahun, kondisi rahim
dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga cenderung mengalami
partus lama dan perdarahan postpartum. Disamping itu persalinan yang berturut-
turut dalam jarak waktu singkat mengakibatkan uterus menjadi fibrotik, sehingga
mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus. Kondisi seperti ini berakibat
terjadinya perdarahan postpartum.
Pada penelitian ini jarak antarkelahiran tidak bermakna secara statistik
memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa
44
kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan pengaruh jarak antarkelahiran terlalu singkat terhadap
perdarahan postpartum. Kedua karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk
kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan
penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang
diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus
maupun kontrol.
e. Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel pada populasi kasus
dan hanya terdapat 1 (100%) sampel dengan gemeli pada populasi kontrol.
Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti tidak ada hubungan
antara gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa
didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Karkata (2010) bahwa gemeli
dapat menyebabkan distensi berlebihan pada uterus, sehingga menyebabkan otot
miometrium tidak berkontraksi secara adekuat. Akibatnya timbul atonia uteri
sebagai penyebab langsung perdarahan postpartum. Selain itu gemeli juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan, sehingga besar kemungkinan
timbulnya laserasi jalan lahir.
Pada penelitian ini gemeli tidak bermakna secara statistik memengaruhi
perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
tidak adanya sampel gemeli pada salah satu populasi, sehingga nilai hubungan
antara gemeli dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar
sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh
gemeli terhadap perdarahan postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah
berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung
berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat
sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
45
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus
maupun kontrol.
f. Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan
Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel pada populasi kasus
dan hanya terdapat 2 (100%) sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0,498 yang berarti tidak
ada hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum
pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.
Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada
salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
dan Yamin (2011) di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung yang menyatakan
bahwa riwayat perdarahan postpartum memiliki hubungan yang signifikan
terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odd Ratio 7,408 (95 %CI:
3,781-14,517).
Pada penelitian ini riwayat perdarahan postpartum tidak bermakna secara
statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa disebabkan karena beberapa
kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel dengan riwayat perdarahan
postpartum pada salah populasi kontrol, sehingga nilai hubungan antara adanya
riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung.
Kedua besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan
pengaruh riwayat perdarahan posrpatum terhadap perdarahan postpartum. Ketiga
karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah
sampel minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa
dijadikan acuan pasti. Keempat sampel yang diambil tidak menggambarkan
populasi secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi karakteristik
sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol.
46
g. Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum setelah
Dikontrol Variabel Perancu
Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel yang berhubungan
terhadap timbulnya perdarahan postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35
tahun) mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar
dibandingkan ibu dengan usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol
variabel jarak antarkelahiran.
Apabila dibandingkan pada analisis bivariat jarak antarkelahiran tidak
berhubungan secara statistik terhadap timbulnya perdarahan postpartum, padahal
pada analisis multivariat jarak antarkelahiran juga merupakan faktor risiko
timbulnya perdarahan postpartum. Hal ini bisa terjadi karena pada analisis
multivariat variabel-variabel lain ikut dianalisis sekaligus, sehingga dapat dilihat
perbandingan besar pengaruh variabel independen tertentu terhadap variabel
dependen dibandingkan variabel independen lain.
Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) fungsi organ
reproduksinya tidak optimal sehingga dapat menyebabkan tonus otot rahim tidak
adekuat. Dampaknya dapat timbul perdarahan postpartum. Bila jarak
antarkelahiran dengan anak sebelumya ≤2 tahun, kondisi otot rahim dan kesehatan
ibu belum pulih dengan baik, sehingga juga cenderung mengalami partus lama
dan perdarahan postpartum. Oleh karena itu, pada ibu usia risiko tinggi dan jarak
antar kelahiran ≤2 tahun harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan fasilitas
dan pengawasan yang optimal sehingga persalinannya dapat berjalan dengan baik.
47
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini dijumpai beberapa kendala, diantaranya:
1. Tidak lengkapnya jumlah rekam medik yang diperlukan, dikarenakan rekam
medik yang tidak bisa ditemukan di installasi rekam medik.
2. Tidak lengkapnya data yang tercantum dalam rekam medik. Sebagian besar
disebabkan karena pasien merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan lain,
sehingga riwayat penyakit/data pengobatan sebelumnya tidak tercantum
dalam rekam medik. Data yang tidak lengkap juga menyebabkan variabel
lain yang dapat memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum seperti lama
partus, anemia dalam kehamilan, gangguan koagulasi darah tidak dapat
diteliti.
3. Proses pencatatan rekam medik yang kurang rapi, menyebabkan adanya
rekam medik yang tidak dapat terbaca. Pencatatan rekam medik juga
terkadang kurang akurat atau kurang teliti menyebabkan bias informasi.
Sehingga menyebabkan perbedaan hasil data dibanding teori yang ada.
4. Keterbatasan waktu, sehingga jumlah sampel yang bisa digunakan juga
terbatas.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dengan metode kasus kontrol yang dilakukan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013, dapat disimpulkan:
1. Kasus perdarahan postpartum primer lebih banyak daripada kasus
perdarahan postpartum sekunder.
2. Etiologi terbanyak kasus perdarahan postpartum adalah retensio plasenta
(33,67%).
3. Distribusi usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) pada populasi
kasus terdapat 29 (67,4%) sampel dibanding pada populasi kontrol
sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan usia risiko rendah (20-35 tahun)
pada populasi kasus terdapat 72 (45,3%) sampel dibandingkan populasi
kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel.
4. Ada hubungan antara usia ibu risiko tinggi dan perdarahan postpartum
dengan kecenderungan 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum
dibandingkan usia ibu risiko rendah.
5. Variabel jarak antarkelahiran, berat badan lahir, gemeli, dan riwayat
perdarahan postpartum tidak memiliki hubungan bermakna terhadap
perdarahan postpartum.
6. Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) memiliki risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan
usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol dengan variabel jarak
antarkelahiran.
49
5.2 Saran
Setelah mengetahui hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal penting yang
perlu dipertimbangkan, diantaranya :
Bagi ibu hamil
Mempersiapkan diri sebelum hamil dengan memperbaiki keadaan umum
dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada
saat hamil dan persalinan pasien tersebut dalam keadaan optimal.
Melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) secara
berkala, sehingga dapat segera dideteksi faktor predisposisi seperti usia
risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun), multiparitas, anak besar, gemeli,
jarak antarkelahiran terlalu dekat, dan ada riwayat PPP sebelumnya, serta
faktor-faktor risiko lain terjadinya perdarahan postpartum sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahannya.
Pada ibu dengan kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah
sakit rujukan. Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan
terlatih dan menghindari persalinan dukun.
Bagi Fasilitas Kesehatan/Dinas Kesehatan
Perlu direncanakannya suatu program pencegahan dan penanggulangan
perdarahan postpartum.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan adanya penelitian berkelanjutan dalam skala besar untuk
melihat faktor risiko lain yang berhubungan dengan perdarahan postpartum.
Sehingga hasil tersebut dapat dijadikan tambahan referensi yang lebih baik
guna penelitian selanjutnya dalam menekan angka morbiditas dan
mortalitas.
50
DAFTAR PUSTAKA
Armagustini, Yetti. 2010. Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan di
Indonesia. Tesis Magister Kesehatan Masyarakat pada Program
Pascasarjana Kekhususan Kesehatan Reproduksi Universitas Indonesia, hal
19-20.
BKKBN. 2007. Menyiapkan Ibu Sehat untuk Bayi Sehat. BKKBN: Jakarta,
Indonesia.
B-Lynch, C. et al. 2006. A Textbook of Postpartum Hemorrhage: “A Comparative
Guide to Evaluation, Management and Surgical Intervention”. Sapiens
Publishing: United Kingdom.
Bratakoesoema, D. S. dan M. D. Angsar. 2011. Perlukaan pada Alat-Alat Genital.
Dalam: M. Anwar, A. Baziad, R. P. Prabowo. (Editors). Ilmu Kebidanan
(halaman 325-326). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
Indonesia.
Christy, L. M. 2012. Karakteristik Perdarahan Postpartum yang Dirujuk di Bagian
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP dr.Mohammad Hoesin. Skripsi
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Umum di
Universitas Sriwijaya yang tidak dipublikasikan.
Cunningham, F. G. et al. 2012. Obstetri Williams: “Perdarahan Obstetris” (edisi
ke-23). Terjemahan oleh: Brahm, U. P. EGC: Jakarta, Indonesia, hal.795-
839.
Dewi, Rosma, M. Yamin. 2011. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Perdarahan Postpartum. Jurnal Kesehatan Volume II, Nomor 1, April 2011,
hal. 290-298.
Dina, D., A. Seweng, M. Nyorong. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan
Postpartum di RSUD Majene Kabupaten Majene. Stikes Bina Bangsa
Majene.35(2):5-9.
51
El-Refaey, H., Rodeck, C. 2003. Postpartum Haemorrhage: “Definitions, Medical
and Surgical Management”. A Time for Change. British Medical Bulletin,
67 (1): 205-217.
Evensen, A., J. Anderson. 2013. Postpartum Hemorrhage Third Stage Pregnancy.
American Academy of Family Physicians. 30(1):1-14.
Gitta, A., hartini, dan T. N. S., Zulaela. 2007. Hubungan Jarak Kehamilan dengan
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSD Panembahan Senopati Bantul.
Universitas Gajah Mada, hal 4-5.
Karkata, M. K. 2010. Perdarahan Pascapersalinan. Dalam: A. B. Saifuddin, T.
Rachimhadhi, G. H. Wiknjosastro. (Editors). Ilmu Kebidanan (halaman 523-
529). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, Indonesia.
Keman, Kusnarman. 2010. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam:
A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H. Wiknjosastro. (Editors). Ilmu
Kebidanan (halaman 297-298). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta, Indonesia.
Kosim, et al. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia:
Jakarta, Indonesia.
Mannuaba, I. B. G. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta, Indonesia.
Mannuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G. G. F. 2009. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
Parisaei, Maryam, A. Shailendra, R. Dutta, J. A. Broadbent. 2008. Obstetrics and
Gynecology (edisi ke-2). Elsevier: Amsterdam, Netherland.
Prawirohardjo, S. 2009. Penanganan Awal Syok Perdarahan. Dalam: A. B.
Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H. Wiknjosastro. (Editors). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (halaman 66-70). PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
Riyanto, Agus. 2012. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan.
Nuha Medika, Yogyakarta, Indonesia, hal. 50-51.
52
Saifuddin, A. B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (Edisi ke-4). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta,
Indonesia.
Sari, Anggita dan Sukamto. 2011. Kejadian Perdarahan Postpartum di BLUD RS
dr. H. Anshari Shaleh Banjarmasin. Akademi Kebidanan Sari Mulia
Banjarmasin.
Sher Zaman, Bushra, et al. (2007). Risk factors for primary postpartum
hemorrhage. Professional Med J; 14(3): 378-381
Stanford, J. 2009. Referral Hospital in 2008. The Dar-es-salaam Medical
Students’ Journal. Available from: Postpartum Haemorhage among Women
Delivered At Mbeya, (Http://www.ajol.info/index.php/dmsj/article/
viewFile/61337/49499. Diakses 23 Juli 2014).
Suryani. 2007. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care dengan
Perdarahan Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi. Tesis
Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Magister Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Kesehatan
Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, hal 50-52.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. EGC: Jakarta.
WHO. 2008. Maternal Mortality. (http://who.int. Diakses 15 Juli 2014).
Wiludjeng, L. K. 2007. Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit.
Cermin Dunia Kedokteran. 34(5): 1-4.
Wiknjosastro, G. H. 2009. Perdarahan Setelah Bayi Lahir. Dalam: A. B.
Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H. Wiknjosastro. (Editors). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. (halaman 173). PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
Lampiran 1: Data penelitian
a. Data Kasus
No No.
Rekmed Usia Paritas
Jarak
Antarkelahiran
BBL
(Gram) Gemeli
Atonia
Uteri
Retensio
Plasenta
Sisa
Plasenta Trauma
Riwayat
PPP PPP
Jenis
PPP
Diagnosis
Etiologi
Hb
(gr/dl)
Plt
(x1000/uL)
1 720545 39 P5A0 8 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 7,1 400
2 786265 42 P5A0 2 3100 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 7,6 432
3 762327 33 P6A0 3 3500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 7,9 87
4 760075 35 P7A0 3 3600 2 1 2 1 2 2 1 Dini Atonia Uteri + Sisa Plasenta
8,5 456
5 757242 41 P8A0 10 3500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 9,4 445
6 781920 37 P8A0 5 3500 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 8,7 239
7 732357 32 P6A0 2 3500 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 9,6 311
8 761419 36 P4A0 8 2700 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio Plasenta
9,6 292
9 710939 38 P4A0 8 3000 2 2 1 2 2 1 1 Dini Retensio
Plasenta 9,3 292
10 713672 39 P4A0 11 4500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 6 180
11 723969 39 P4A0 2 2800 2 2 2 2 1 2 1 Dini Ruptur
Perineum 9,4 199
12 775372 42 P4A0 17 3100 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata
13 773649 40 P4A1 5 3200 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 10,9 248
14 777459 37 P4A0 7 3900 2 1 2 2 2 2 1 Dini Atonia Uteri 11,8 177
15 719553 35 P3A1 4 4000 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata
16 785933 31 P2A0 5 2600 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 9,8 409
17 739600 35 P3A0 14 2500 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 7,9 406
18 782392 25 P2A0 4 2500 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Portio 7,2 175
19 725084 35 P2A0 8 3300 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 9 364
20 728456 32 P2A0 5 2500 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 7,5 244
21 719167 23 P2A0 1 2700 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 11 238
22 769065 30 P2A0 12 3200 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 7 257
23 736200 30 P3A0 4 4500 2 2 2 2 1 1 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 6,1 179
24 733125 26 P3A0 2 3400 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 12,1 176
25 738525 38 P3A0 9 3000 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 7,3 132
26 743506 25 P3A0 1 3000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 6,8 339
27 702612 37 P3A0 13 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio Plasenta
11,5 360
28 784602 21 P2A0 2 3600 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Portio
29 767015 23 P2A0 4 2500 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 8,3 331
30 717312 24 P3A0 5 2900 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 5,4 268
31 751407 40 P2A0 15 2200 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta
32 728111 31 P2A0 9 3100 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 12,2 185
33 723807 28 P2A0 2 3000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 10,6 204
34 720934 49 P2A0 4 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 6,5 47
35 701738 24 P2A0 4 3900 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 5,6 260
36 731940 33 P3A0 6 2800 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 7,5 167
37 715450 27 P2A0 4 3600 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 6,4 105
38 775557 29 P3A0 7 3000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Rupture
Perineum
Grade 1
9,2 320
39 787419 28 P2A0 2 3800 2 1 2 2 2 2 1 Dini Atonia Uteri 9 213
40 734438 31 P3A0 7 4000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 12,1
41 767845 30 P2A0 5 3400 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 8,4 256
42 769598 36 P3A0 11 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata
43 756588 39 P2A0 3 3600 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi
Perineum
Grade 1
7,4 217
44 713960 29 P2A0 8 2900 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 6,8 148
45 750571 32 P3A0 4 4900 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 7,4 203
46 691080 24 P2A0 7 3100 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir
47 787297 27 P2A1 3 3200 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 10,4 200
48 782790 34 P3A0 3 2700 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 10,5 149
49 719188 25 P2A0 3 3400 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Portio 7,1 237
50 763371 30 P3A1 5 3900 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir
51 718678 33 P2A1 1 3600 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 8,4 76
52 780778 35 P2A0 2 3900 2 1 2 2 2 2 1 Dini Atonia Uteri 8,2 208
53 728783 32 P3A0 7 3300 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 9,2 224
54 687084 30 P3A0 5 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio Plasenta
2,5 123
55 701124 22 P2A0 6 2950 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 8,3 208
56 750149 25 P2A0 6 3000 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 8,2 209
57 697398 40 P3A0 13 3000 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta
58 698994 36 P3A0 10 2300 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 9,5 210
59 705783 33 P3A0 1 2800 2 2 2 2 1 2 1 Lanjut Hematom
Superfisial 5,8 132
60 738501 38 P3A0 8 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 11,5 305
61 779211 31 P3A0 5 3300 2 1 2 2 1 2 1 Dini
Hipotonia
Uteri +
Laserasi Portio
2,3 133
62 702229 27 P2A0 6 2700 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 4 162
63 765631 32 P3A0 8 3500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 6,8 237
64 709400 26 P1A0 3000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 8,8 225
65 767393 22 P1A0 3500 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 8,7 235
66 724458 24 P1A0 3400 2 2 1 2 1 2 1 Dini
Retensio
Plasenta +Laserasi
Jalan Lahir
4,2 161
67 781159 36 P1A0 3000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 5,5 103
68 734250 20 P1A0 2800 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 7,4 269
69 719152 28 P1A0 3200 2 2 2 2 1 2 1 Dini
Luka
Episiotomi Terbuka
7,9 455
70 767879 27 P1A0 3200 2 2 2 1 1 2 1 Dini Laserasi Jalan Lahir + Sisp.
Sisa Plasenta
8
71 706776 32 P1A0 2800 2 2 2 2 1 2 1 Lanjut Subinvolusi
Uteus 6,5 175
72 752573 18 P1A0 2950 2 2 2 2 1 2 1 Lanjut Laserasi Portio 8
73 759484 37 P1A0 1800 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 7,1 342
74 700390 37 P1A0 3000 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 9 209
75 730632 20 P1A0 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 5,4 201
76 757521 25 P1A0 2900 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 7,8 338
77 759507 26 P1A0 2500 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 15,2 407
78 750401 40 P1A0 2800 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi
Vagina 8 235
79 743754 22 P1A0 2000 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio Plasenta
7,1 149
80 716100 20 P1A0 3000 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 11 401
81 754582 20 P1A0 3100 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 10 240
82 733195 20 P1A0 3200 2 2 2 1 1 2 1 Lanjut
Laserasi Jalan
Lahir + Sisa
Plasenta
5 347
83 734294 18 P1A0 2500 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 10,7 257
84 726097 18 P1A0 2500 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 6,5 246
85 723497 24 P1A1 3300 2 2 2 2 1 2 1 Dini Laserasi Jalan
Lahir 5 208
86 718019 21 P1A0 2900 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 8,7 240
87 748678 19 P1A0 2500 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 6,5 463
88 767464 27 P1A1 2500 2 1 2 1 2 2 1 Dini Atonia Uteri + Sisa Plasenta
6,1 327
89 748066 29 P2A0 3600 2 2 2 1 1 2 1 Dini
Sisa Plasenta +
Laserasi Jalan Lahir
12,2 182
90 751567 30 P2A0 1200 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 17,5 212
91 744660 28 P2A0 2500 2 1 2 2 2 2 1 Dini Atonia Uteri 6,1 174
92 746327 37 P2A0 3150 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 4,4 179
93 746330 31 P2A0 2800 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 8,9 208
94 742557 29 P2A0 1600 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 6,4 200
95 748335 20 P2A0 2800 2 2 2 1 1 2 1 Dini Sisa Plasenta +
Laserasi Portio 5,1 151
96 743401 29 P2A1 3300 2 2 1 2 2 2 1 Dini Retensio
Plasenta 7,5 185
97 748192 32 P3A0 2500 2 2 1 2 2 2 1 Dini Plasenta
Inkarserata 10,5 215
98 746554 33 P3A0 2500 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 2,6 137
99 749599 28 P4A0 3600 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 6,5 140
100 740511 33 P4A0 3500 2 2 2 1 2 2 1 Lanjut Sisa Plasenta 7,3 114
101 741713 32 P5A0 2800 2 2 2 1 2 2 1 Dini Sisa Plasenta 10,9 225
Keterangan:
1: Ya
2: Tidak
b. Data Kontrol
No No.
Rekmed Usia Paritas
Jarak
Antarkelahiran
BBL
(Gram) Gemeli
Atonia
Uteri
Retensio
Plasenta
Sisa
Plasenta Trauma
Riwayat
PPP PPP
1 701126 39 P5A0 3 3200 2 2 2 2 2 2 2 2 722426 30 P5A0 2 2200 2 2 2 2 2 2 2 3 688871 37 P6A0 1 3200 2 2 2 2 2 2 2 4 712067 31 P5A0 2 3500 2 2 2 2 2 2 2 5 714263 42 P6A1 7 3300 2 2 2 2 2 2 2 6 711744 42 P8A0 1 3250 2 2 2 2 2 2 2 7 703963 33 P5A0 2 3000 2 2 2 2 2 2 2 8 698687 42 P4A0 3 3700 2 2 2 2 2 2 2 9 697494 27 P4A0 4 2250 2 2 2 2 2 2 2
10 712582 30 P4A2 2 2700 2 2 2 2 2 2 2 11 709283 32 P4A0 3 3700 2 2 2 2 2 2 2 12 712342 31 P4A0 7 3500 2 2 2 2 2 2 2 13 698585 28 P4A0 6 3150 2 2 2 2 2 2 2 14 710854 29 P4A0 8 2800 2 2 2 2 2 2 2 15 699589 29 P3A0 9 2500 2 2 2 2 2 2 2 16 725821 37 P3A2 11 2500 2 2 2 2 2 2 2 17 724734 24 P2A0 6 3700 2 2 2 2 2 2 2 18 723008 29 P2A0 10 3000 2 2 2 2 2 2 2 19 697492 26 P2A0 6 2600 2 2 2 2 2 2 2 20 701698 24 P2A1 7 3400 2 2 2 2 2 2 2 21 720737 33 P2A0 12 2500 2 2 2 2 2 2 2 22 725013 30 P2A0 8 2350 2 2 2 2 2 2 2 23 690382 34 P2A0 3 2300 2 2 2 2 2 2 2 24 696175 24 P2A0 3 2635 2 2 2 2 2 2 2 25 724748 19 P2A1 3 3000 2 2 2 2 2 2 2
26 697547 22 P2A1 3 3650 2 2 2 2 2 2 2 27 690751 29 P2A0 3 1400 2 2 2 2 2 2 2 28 700089 24 P3A1 2 1500 2 2 2 2 2 2 2 29 689158 32 P3A0 5 3800 2 2 2 2 2 2 2 30 683659 29 P2A0 5 3200 2 2 2 2 2 2 2 31 697249 33 P3A2 5 3400 2 2 2 2 2 2 2 32 709046 22 P2A0 5 3000 2 2 2 2 2 2 2 33 728447 27 P2A0 3 2600 2 2 2 2 2 2 2 34 711499 26 P2A0 4 3450 2 2 2 2 2 2 2 35 690740 33 P2A0 7 2245 2 2 2 2 2 2 2 36 712249 38 P3A0 8 3500 2 2 2 2 2 2 2 37 707286 32 P3A0 5 2900 2 2 2 2 2 2 2 38 705189 30 P2A0 3 2900 2 2 2 2 2 2 2 39 690689 20 P2A0 4 3500 2 2 2 2 2 2 2 40 696088 29 P3A1 4 3100 2 2 2 2 2 2 2 41 701095 29 P2A0 5 3500 2 2 2 2 2 2 2 42 706495 28 P2A0 3 3650 2 2 2 2 2 2 2 43 702583 24 P2A0 3 3300 2 2 2 2 2 2 2 44 712873 29 P2A0 3 2600 2 2 2 2 2 2 2 45 709072 32 P3A0 4 3800 2 2 2 2 2 2 2 46 690769 30 P2A0 4 3550 2 2 2 2 2 2 2 47 692768 29 P2A0 3 3100 2 2 2 2 2 2 2 48 701064 33 P2A0 5 2850 2 2 2 2 2 2 2 49 700854 30 P3A0 4 3200 2 2 2 2 2 2 2 50 709056 24 P2A0 5 1300 2 2 2 2 2 2 2 51 702650 30 P3A0 4 3900 2 2 2 2 2 2 2 52 723503 26 P2A0 3 3500 2 2 2 2 2 2 2 53 725838 25 P2A0 4 3200 2 2 2 2 2 2 2
54 722928 25 P2A0 5 2945 2 2 2 2 2 2 2 55 720844 32 P2A0 5 5000 1 2 2 2 2 2 2 56 719923 27 P2A0 4 3300 2 2 2 2 2 2 2 57 719910 32 P3A0 3 3000 2 2 2 2 2 2 2 58 725009 29 P2A1 3 2700 2 2 2 2 2 2 2 59 724803 26 P2A0 6 3400 2 2 2 2 2 2 2 60 720810 35 P2A0 7 2500 2 2 2 2 2 2 2 61 724720 29 P3A0 7 3500 2 2 2 2 2 2 2 62 721113 28 P2A0 6 2600 2 2 2 2 2 2 2 63 723012 32 P2A0 6 2600 2 2 2 2 2 2 2 64 707948 18 P1A0 2300 2 2 2 2 2 2 2 65 709390 22 P1A0 3300 2 2 2 2 2 2 2 66 707255 18 P1A0 2300 2 2 2 2 2 2 2 67 713972 30 P1A0 3000 2 2 2 2 2 2 2 68 712442 26 P1A0 2900 2 2 2 2 2 2 2 69 721402 31 P1A0 2800 2 2 2 2 2 2 2 70 702986 20 P1A0 2600 2 2 2 2 2 2 2 71 714242 20 P1A0 2600 2 2 2 2 2 2 2 72 705196 23 P1A0 4000 2 2 2 2 2 2 2 73 691093 22 P1A0 3400 2 2 2 2 2 2 2 74 708667 28 P1A0 2000 2 2 2 2 2 2 2 75 710766 28 P1A0 3200 2 2 2 2 2 2 2 76 707653 23 P1A0 2800 2 2 2 2 2 2 2 77 712385 24 P1A1 2700 2 2 2 2 2 2 2 78 702652 22 P1A0 3000 2 2 2 2 2 2 2 79 708551 22 P1A0 3300 2 2 2 2 2 2 2 80 713655 30 P1A0 3200 2 2 2 2 2 2 2 81 691797 27 P1A0 2600 2 2 2 2 2 2 2
82 694691 40 P1A1 2100 2 2 2 2 2 2 2 83 709392 25 P1A0 3000 2 2 2 2 2 2 2 84 702592 25 P1A0 3400 2 2 2 2 2 2 2 85 692692 27 P1A0 2000 2 2 2 2 2 2 2 86 697292 29 P1A0 2800 2 2 2 2 2 2 2 87 706084 25 P1A0 2700 2 2 2 2 2 2 2 88 713245 22 P1A0 2500 2 2 2 2 2 2 2 89 712352 21 P2A0 3000 2 2 2 2 2 2 2 90 722543 30 P3A0 3600 2 2 2 2 2 2 2 91 703399 27 P2A0 2700 2 2 2 2 2 2 2 92 722448 23 P2A0 2200 2 2 2 2 2 2 2 93 721740 20 P2A0 2500 2 2 2 2 2 2 2 94 709398 23 P2A0 3600 2 2 2 2 2 2 2 95 635997 41 P3A0 3400 2 2 2 2 2 2 2 96 705774 19 P3A0 2900 2 2 2 2 2 2 2 97 703969 30 P3A0 2900 2 2 2 2 2 2 2 98 713260 30 P3A0 3100 2 2 2 2 2 2 2 99 704844 24 P4A0 2100 2 2 2 2 2 2 2 100 695554 33 P4A1 2800 2 2 2 2 2 2 2 101 698699 43 P5A0 3400 2 2 2 2 2 2 2
Keterangan:
1: Ya
2: Tidak
64
Lampiran 2 : Hasil Pengelolahan Data
Hasil Analisis Univariat (SPSS 19.0)
1. Perdarahan Postpartum (PPP)
Jenis PPP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perdarahan Postpartum Dini 89 88,12 88,12 88,12
Perdarahan Postpartum
Lanjut
12 11,88 11,88 100,0
Total 101 100,0 100,0
2. Etiologi Perdarahan Postpartum
Etiologi
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Atonia Uteri 4 3,96 3,96 3,96
Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir 1 0,99 0,99 4,95
Atonia Uteri dan Sisa Plasenta 2 1,98 1,98 6.93
Hematom 1 0,99 0,99 7.92
Laserasi Jalan Lahir 27 26.73 26.73 34.65
Luka Episiotomi 1 0,99 0,99 35.64
Retensio Plasenta 34 33.67 33.67 69.31
Retensio Plasenta dan Laserasi
Jalan Lahir 1 0,99 0,99 70.3
Ruptur Perineum 2 1,98 1,98 72.28
Sisa Plasenta 23 22.77 22.77 95.05
Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan
Lahir 4 3,96 3,96 99.01
Subinvolusi Uteus 1 0,99 0,99 100.0
Total 101 100.0 100.0
65
3. Usia
Kat_Usia * PPP Crosstabulation
PPP
Total
Perdarahan
Postpartum
Bukan
Perdarahan
Postpartum
Kat_Usia Usia Risiko Tinggi Count 29 14 43
Expected Count 21,5 21,5 43,0
% within Kat_Usia 67,4% 32,6% 100,0%
Usia Risiko Rendah Count 72 87 159
Expected Count 79,5 79,5 159,0
% within Kat_Usia 45,3% 54,7% 100,0%
Total Count 101 101 202
Expected Count 101,0 101,0 202,0
% within Kat_Usia 50,0% 50,0% 100,0%
Kasus
Statistics
Usia
N Valid 101
Missing 0
Mean 30,28
Mode 32
Std. Deviation 6,615
Minimum 18
Maximum 49
Kontrol
Statistics
Usia
N Valid 101
Missing 0
Mean 28,35
Mode 29a
Std. Deviation 5,611
Minimum 18
Maximum 43
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown
66
4. Berat Badan Lahir
Kat_BBL * PPP Crosstabulation
PPP
Total
Perdarahan
Postpartum
Bukan
Perdarahan
Postpartum
Kat_BBL BBL Risiko Tinggi Count 5 2 7
Expected Count 3,5 3,5 7,0
% within Kat_BBL 71,4% 28,6% 100,0%
BBL Risiko Rendah Count 96 99 195
Expected Count 97,5 97,5 195,0
% within Kat_BBL 49,2% 50,8% 100,0%
Total Count 101 101 202
Expected Count 101,0 101,0 202,0
% within Kat_BBL 50,0% 50,0% 100,0%
Kasus
Statistics
BBL (Gram)
N Valid 101
Missing 0
Mean 3036,14
Mode 2500
Std. Deviation 582,886
Minimum 1200
Maximum 4900
Kontrol
Statistics
BBL (Gram)
N Valid 101
Missing 0
Mean 2968,07
Mode 3000
Std. Deviation 578,842
Minimum 1300
Maximum 5000
67
5. Jarak Antarkelahiran
Kat_Jarak * PPP Crosstabulation
PPP
Total
Perdarahan
Postpartum
Bukan
Perdarahan
Postpartum
Kat_Jarak Jarak Risiko Tinggi Count 12 7 19
Expected Count 9,5 9,5 19,0
% within Kat_Jarak 63,2% 36,8% 100,0%
Jarak Risiko Rendah Count 51 56 107
Expected Count 53,5 53,5 107,0
% within Kat_Jarak 47,7% 52,3% 100,0%
Total Count 63 63 126
Expected Count 63,0 63,0 126,0
% within Kat_Jarak 50,0% 50,0% 100,0%
Kasus
Statistics
Jarak Antarkelahiran
N Valid 63
Missing 38
Mean 5,94
Mode 5
Std. Deviation 3,715
Minimum 1
Maximum 17
Kontrol
Statistics
Jarak Antarkelahiran
N Valid 63
Missing 38
Mean 4,71
Mode 3
Std. Deviation 2,317
Minimum 1
Maximum 12
68
6. Gemeli
Gemeli * PPP Crosstabulation
PPP
Total
Perdarahan
Perdarahan
Bukan
Perdarahan
Perdarahan
Gemeli Gemeli Count 0 1 1
Expected Count ,5 ,5 1,0
% within Gemeli ,0% 100,0% 100,0%
Tidak Gemeli Count 101 100 201
Expected Count 100,5 100,5 201,0
% within Gemeli 50,2% 49,8% 100,0%
Total Count 101 101 202
Expected Count 101,0 101,0 202,0
% within Gemeli 50,0% 50,0% 100,0%
7. Riwayat Perdarahan Postpartum
Riwayat PPP * PPP Crosstabulation
PPP
Total
Perdarahan
Postpartum
Bukan
Perdarahan
Postpartum
Riwayat PPP Ada Riwayat PPP Count 2 0 2
Expected Count 1,0 1,0 2,0
% within Riwayat PPP 100,0% ,0% 100,0%
Tidak Ada Riwayat
PPP
Count 99 101 200
Expected Count 100,0 100,0 200,0
% within Riwayat PPP 49,5% 50,5% 100,0%
Total Count 101 101 202
Expected Count 101,0 101,0 202,0
% within Riwayat PPP 50,0% 50,0% 100,0%
69
Hasil Analisis Bivariat (Chi Square/Cross tabs)
1. Usia * Perdarahan Postpartum
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6,648a 1 ,010
Continuity Correctionb 5,791 1 ,016
Likelihood Ratio 6,761 1 ,009
Fisher's Exact Test ,015 ,008
Linear-by-Linear
Association
6,615 1 ,010
N of Valid Cases 202
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kat_Usia
(Usia Risiko Tinggi / Usia
Risiko Rendah)
2,503 1,230 5,092
For cohort PPP =
Perdarahan Postpartum
1,489 1,138 1,949
For cohort PPP = Bukan
Perdarahan Postpartum
,595 ,378 ,936
N of Valid Cases 202
70
2. Berat Badan Lahir * Perdarahan Postpartum
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1,332a 1 ,248
Continuity Correctionb ,592 1 ,442
Likelihood Ratio 1,374 1 ,241
Fisher's Exact Test ,282 ,222
Linear-by-Linear
Association
1,325 1 ,250
N of Valid Cases 202
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kat_BBL
(BBL Risiko Tinggi / BBL
Risiko Rendah)
2,578 ,488 13,609
For cohort PPP =
Perdarahan Postpartum
1,451 ,889 2,368
For cohort PPP = Bukan
Perdarahan Postpartum
,563 ,173 1,830
N of Valid Cases 202
71
3. Jarak Antarkelahiran * Perdarahan Postpartum
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1,549a 1 ,213
Continuity Correctionb ,992 1 ,319
Likelihood Ratio 1,565 1 ,211
Fisher's Exact Test ,319 ,160
Linear-by-Linear
Association
1,537 1 ,215
N of Valid Cases 126
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Kat_Jarak
(Jarak Risiko Tinggi / Jarak
Risiko Rendah)
1,882 ,688 5,150
For cohort PPP =
Perdarahan Postpartum
1,325 ,891 1,970
For cohort PPP = Bukan
Perdarahan Postpartum
,704 ,380 1,303
N of Valid Cases 126
72
4. Gemeli * Perdarahan Postpartum
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1,005a 1 ,316
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio 1,391 1 ,238
Fisher's Exact Test 1,000 ,500
Linear-by-Linear
Association
1,000 1 ,317
N of Valid Cases 202
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
b. Computed only for a 2x2 table
5. Riwayat Perdarahan Postpartum * Perdarahan Postpartum
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2,020a 1 ,155
Continuity Correctionb ,505 1 ,477
Likelihood Ratio 2,793 1 ,095
Fisher's Exact Test ,498 ,249
Linear-by-Linear
Association
2,010 1 ,156
N of Valid Cases 202
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b. Computed only for a 2x2 table
73
Hasil Analisis Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Kat_Usia 1,184 ,468 6,387 1 ,011 3,266 1,304 8,178
Kat_Jarak ,681 ,526 1,676 1 ,195 1,975 ,705 5,533
Constant -3,377 1,339 6,359 1 ,012 ,034
a. Variable(s) entered on step 1: Kat_Usia, Kat_Jarak.
74
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM
(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
Ferry Krisnamurti1, Rizal Sanif2, Erial Bahar3
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3. Bagian Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan obstetris, terutama perdarahan postpartum. Angka kejadian
perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang meningkat pada beberapa tahun terakhir. Salah satu
faktor risiko perdarahan postpartum adalah usia ibu. Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko
untuk mengalami atonia uteri, sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medik di Instalasi Rekam Medik RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Populasi kasus pada penelitian ini
adalah seluruh pasien perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2013 yang
berjumlah 112 pasien. Populasi kontrol adalah pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan matching
kategori jumlah paritas. Sampel diambil bila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji Chi-Square dan uji regresi logistik. Usia ibu risiko tinggi pada populasi kasus lebih banyak daripada
populasi kontrol dan terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dan perdarahan postpartum (p=0,016) dengan
OR=2,503. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara berat badan lahir, jarak antarkelahiran,
gemeli, riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum. Dari analisis statistik penelitian ini hanya usia ibu
dan jarak antarkelahiran yang berhubungan dengan perdarahan postpartum. Usia ibu memiliki ORadj 3,266 setelah
dikontrol jarak antarkelahiran. Usia ibu risiko tinggi mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan
postpartum dibandingkan usia ibu risiko rendah.
Kata Kunci: usia ibu, perdarahan postpartum, kasus kontrol
Abstract
The Association between Maternal Age and Postpartum Hemorrhage (A Case Control Study of Inpatient at
RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang on January 1st until December 31st 2013). One of the causes of maternal
mortality is obstetric hemorrhage, especially postpartum hemorrhage. The incidence of postpartum hemorrhage
increases in the recent years at RSUP dr. Mohamamad Hoesin Palembang. One of the risk factors of postpartum
hemorrhage is maternal age. High-risk maternal age (<20 and >35 years old) could cause atonia uteri, leading to
postpartum hemorrhage. Therefore, the aim of this study was to determine the association between maternal age and
postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study was a case control study. Data was
taken from the medical records in the Medical Record Installation at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang period
January 1st 2013-December 31st 2013. Case population in this study was all patients with postpartum hemorrhage at
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang on 2013 with a total of 112 patients. Control population was the patients
without postpartum hemorrhage by matching the parity. Samples who passed the criteria of inclusion and exclusion
were included. Results were analyzed using Chi-Square and logistic regression test. High-risk maternal age on case
population was higher than control population and there was a significant association between maternal age and
postpartum hemorrhage (p=0,016;OR=2,503). There were no association between infant weight, delivery interval,
gemeli, history of postpartum hemorrhage and postpartum hemorrhage. Maternal age and delivery interval were
associated with postpartum hemorrhage from the statistical analysis. ORadj of maternal age was 3,266 after being
controlled by delivery interval. Postpartum hemorrhage is 2,503 times higher for mothers with high-risk maternal age
compared to those with low-risk maternal age.
Keywords: maternal age, postpartum hemorrhage, case control
75
1. Pendahuluan
Meskipun kemajuan di bidang medis telah menurunkan
bahaya melahirkan secara dramatis, kematian akibat
perdarahan masih merupakan penyebab utama kematian
ibu1. Hingga kemudian dikenal dengan istilah tiga
penyebab klasik kematian ibu, yaitu infeksi,
preeklampsia, dan perdarahan. Kematian ibu di dunia
disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab
tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak
aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8%, dan
penyebab lain 7%2.
Salah satu jenis dari perdarahan tersebut adalah
perdarahan postpartum. Insidensi perdarahan
postpartum di negara maju sekitar 5% dari persalinan,
sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 28%
dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam
kematian ibu. Penyebabnya 90% karena atonia uteri, 7%
robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio
plasenta serta gangguan pembekuan darah3.
Menurut data di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek
Lampung tahun 2008 terdapat 412 kasus perdarahan
postpartum (19,75%) dari 1.725 persalinan. Sementara
pada tahun 2009 kasusnya menurun menjadi 204 kasus
(7,40%) dari 1.758 persalinan4. Hal ini berbeda dengan
angka kejadian perdarahan di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang dari tahun 2009-2011 yang terus
meningkat, yaitu 113 kasus (4,5%) pada tahun 2009,
menjadi 155 kasus (11,7%) pada tahun 2010, dan
menjadi 160 kasus (12%) pada tahun 20115.
Peningkatan angka kejadian tersebut terjadi karena
banyak sekali faktor yang dapat memicu timbulnya
perdarahan postpartum, salah satu faktornya adalah usia
ibu. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio dari penelitian
di RSUD Majene menunjukkan bahwa usia ibu di
bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar
dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun6. Pada
wanita berusia kurang dari 20 tahun organ
reproduksinya belum berkembang dengan sempurna,
pinggul terlalu kecil sehingga dapat terjadi partus macet.
Pada keadaan partus macet, ibu akan mengalami
kelelahan sehingga kontraksi miometrium tidak optimal.
Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi
organ reproduksinya sudah mengalami penurunan7.
Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan
proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot
tidak adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri
inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum8.
Meskipun penelitian ini bukan penelitian baru, namun
apabila penelitian dilakukan dengan populasi yang
berbeda, tempat, dan waktu yang baru akan
menghasilkan data penelitian yang berbeda pula. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari
hubungan antara usia ibu dan kejadian perdarahan
postpartum pada pasien yang dirawat inap di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus
kontrol (case control) berdasarkan data sekunder rekam
medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Populasi target penelitian adalah semua ibu yang
melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 202 samoel yang terdiri
dari 101 kasus dan 101 kontrol. Penelitian dilakukan di
Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober
hingga Desember 2014.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
perdarahan postpartum, usia ibu, berat badan lahir, jarak
antarkelahiran, gemeli dan riwayat perdarahan
postpartum. Setelah data dikumpulkan, data tersebut
dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Analisis bivariat akan menggunakan uji Chi Square,
sedangkan analisis multivariat akan menggunakan uji
regresi logistik. Data akan disajikan dalam bentuk narasi
dan tabel.
3. Hasil
Hasil penelitian ini didapatkan dengan informasi dari
data sekunder yaitu rekam medik pasien perdarahan
postpartum sebagai kasus dan rekam medik pasien
dengan persalinan spontan normal sebagai kontrol di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1
Januari sampai 31 Desember 2013.Jumlah populasi
kasus yang tercatat di bagian rekam medik tahun 2013
sebanyak 112 kasus perdarahan postpartum, namun
hanya 101 data rekam medik pasien perdarahan
postpartum yang ditemukan. Untuk populasi kontrol
diambil rekam medik pasien yang melahirkan tanpa
perdarahan postpartum dengan jumlah yang sama
dengan populasi kasus setelah dilakukan matching
dengan kategori paritas. Sehingga juga didapat data
sebanyak 101 data.
Karakteristik Sampel Penelitian
Distribusi Kasus Perdarahan Postpartum
Pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan
postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang, dengan perdarahan postpartum primer
sebanyak 89 (88,12%) sampel dan perdarahan
postpartum sekunder sebanyak 12 (11,88%) sampel.
Distribusi frekuensi kasus perdarahan postpartum dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
76
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2013
n Persentase (%)
Perdarahan postpartum
primer
Perdarahan postpartum
sekunder
89
12
88,12
11,88
Jumlah 101 100
Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum
Dari data hasil penelitian etiologi perdarahan postpartum
dibagi menjadi 4 penyebab dasar dan penyebab campuran.
Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel,
yaitu atonia uteri 4 (3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1
(0,99%) sampel. Gangguan tissue didapatkan sebanyak 57
(56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%) sampel
dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan pada
trauma didapatkan sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu
laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur perineum 2
(1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka
episiotomi 1 (0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran
didapatkan sebanyak 8 (7,92%) sampel, dan tidak
didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi
terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 adalah retensio
plasenta dengan 34 (33,67%) kasus. Distribusi etiologi kasus
perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan
Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2013
n Persentase (%)
Tone
Atonia Uteri
Subinvolusi Uterus
Tissue
Retensio Plasenta
Sisa Plasenta
Trauma
Laserasi Jalan Lahir
Ruptur Perineum
Hematom
Luka Episiotomi
Thrombin
Kelainan Koagulasi Darah
Campuran
Atonia Uteri dan Sisa
Plasenta
Atonia Uteri dan Laserasi
Jalan Lahir
Retensio Plasenta dan
Laserasi Jalan Lahir
Sisa Plasenta dan Laserasi
Jalan Lahir
4
1
34
23
27
2
1
1
0
2
1
1
4
3,96
0,99
33,67
22,77
26,73
1,98
0,99
0,99
0
1,98
0,99
0,99
3,96
Jumlah 101 100
Distribusi Sampel Menurut Paritas
Pada penelitian ini matchingjumlah paritas berdasarkan
kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4),
dan grandemultipara (Paritas ≥5)9. Dari 101 sampel
kasus diperoleh kategori primipara sebanyak 25
(24,75%) sampel, multipara sebanyak 68 (67,32%) sampel
dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel.
Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang
sama berdasarkan kategori paritas tersebut.
Distribusi Usia
Berdasarkan penelitian ini didapatkan pada populasi
kasus yang termasuk dalam kategori usia risiko tinggi
(<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 29 pasien (67,4%)
dan pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel.
Sedangkan untuk usia risiko rendah (20-35 tahun) pada
populasi kasus sebanyak 72 (45,3%) dan pada populasi
kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel. Distribusi usia
pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia
Usia Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Usia risiko
tinggi
29 67,4 14 32,6 43 100
Usia risiko
rendah
72 45,3 87 54,7 159 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Berat Badan Lahir
Dalam penelitian ini didapatkan dari 7 pasien yang
memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5
(71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%)
sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien
dengan berat badan lahir <4000 gram didapatkan 195
sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi
kasus dan 99 (50,8%) sampel pada populasi kontrol.
Distribusi berat badan lahir pada kelompok kasus dan
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat
Badan Lahir
Berat Badan
Lahir
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
BBL ≥4000
gram
5 71,4 2 28,6 7 100
BBL <4000
gram
96 49,2 99 50,8 195 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
77
Distribusi Jarak Antarkelahiran
Pada penelitian ini untuk variabel jarak antarkelahiran
hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi
kasus dan 63 sampel pada populasi kontrol), karena
termasuk kategori primipara atau rekam medik tidak
mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis
dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi (≤2
tahun) didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi
kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol.
Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2
tahun) didapatkan 107 sampel, dengan 51 (47,7%)
sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel
pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran
pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak
Antarkelahiran
Jarak
Antarkelahiran
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Jarak risiko
tinggi
12 63,2 7 36,8 19 100
Jarak risiko
rendah
51 47,7 56 52,3 107 100
Jumlah 63 50 63 50 126 100
Distribusi Gemeli
Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel
gemeli pada populasi kontrol sedangkan pada populasi
kasus tidak dijumpai sampel gemeli (0%).Distribusi
gemeli pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli
Gemeli Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Gemeli 0 0 1 100 1 100
Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu
yang memiliki riwayat perdarahan postpartum
didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0
(0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat
perdarahan postpartum pada kelompok kasus dan
kontrol dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat
Perdarahan Postpartum
Riwayat
Perdarahan
Postpartum
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Riwayat
perdarahan
postpartum +
2
100
0
0
2 100
Riwayat
perdarahan
postpartum -
99 49,5 101 50,5 200 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
Distribusi Kadar Hb dan Trombosit
Dari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb
postpartum yaitu Hb normal sebanyak 11 (11,8%)
sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia
sedang 34 (36,6%), dan anemia berat sebesar 28
(30,1%) sampel. Sedangkan distribusi kadar trombosit
didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%)
sampel, trombosir normal 72 (80,0%) sampel, dan
trombositosis sebanyak 3 (3,3%) sampel. Distribusi
kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 8. Distribusi Kadar Hb Postpartum
Kadar Hb n Persentase (%)
Hb normal
Anemia ringan
Anemia sedang
Anemia berat
11
20
34
28
11,8
21,5
36,6
30,1
Jumlah 93 100
Tabel 9. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum
Kadar Trombosit n Persentase
(%)
Trombositopenia
Trombosit normal
Trombositosis
15
72
3
16,7
80,0
3,3
Jumlah 90 100
Analisis Bivariat
Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,016, yang berarti
ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum
pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai
OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20
tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali
untuk terjadinya perdarahan postpartum bila
dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35
tahun.Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum
dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
78
Tabel 10. Hubungan Usia dengan Perdarahan Postpartum
Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Usia Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Usia risiko
tinggi 29 67,4 14 32,6 43 100
Usia risiko
rendah 72 45,3 87 54,7 159 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
P value 0,016
OR(95% CI) 2,503 (1,230-5,092)
Hubungan antara Berat Badan Lahir dan
Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,445, yang berarti
tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan
perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara
statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang
melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai
peluang 2,578 kali untuk terjadinya perdarahan
postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak
dengan berat <4000 gram. Hubungan antara berat badan
lahir dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel
11 berikut:
Tabel 11. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan
Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Berat Badan
Lahir
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Berat badan
lahir ≥4000
5 71,4 2 28,6 7 100
Berat badan
lahir <4000
96 49,2 99 50,8 195 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
P value 0,445
OR(95% CI) 2,578 (0,688-5,150)
Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan
Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,319, yang berarti
tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan
perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara
statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu
bersalin dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun
mempunyai peluang 1,882 kali untuk terjadinya
perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu
bersalin dengan jarak antarkelahiran >2
tahun.Hubungan antara jarak antarkelahiran dan
perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 12
berikut:
Tabel 12. Hubungan Jarak Antarkelahiran Dengan
Perdarahan Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Jarak
Antarkelahiran
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Jarak risiko
tinggi
12 63,2 7 36,8 19 100
Jarak risiko
rendah
51 47,7 56 52,3 107 100
Jumlah 63 50 63 50 126 100
P value 0,319
OR(95% CI) 1,882 (0,688-5,150)
Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan
Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=1,000, yang berarti
tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan
nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak
terdapat sampel pada salah satu populasi.Hubungan
antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat
pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Hubungan Gemeli Dengan Perdarahan
Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Gemeli Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Gemeli 0 0 1 100 1 100
Tidak gemeli 101 50,2 100 49,8 201 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
P value 1,000
Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum
dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,498, yang berarti
tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan
postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu
melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa
didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu
populasi.Hubungan antara riwayat perdarahan
postpartum dan perdarahan postpartum dapat dilihat
pada tabel 14 berikut:
79
Tabel 14. Hubungan Riwayat Perdarahan Postpartum
dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Riwayat
Perdarahan
Postpartum
Kasus Kontrol Jumlah
n % n % n %
Ada riwayat
perdarahan
postpartum
2
100
0
0
2 100
Tidak ada
riwayat
perdarahan
postpartum
99 49,5 101 50,5 200 100
Jumlah 101 50 101 50 202 100
P value 0,498
Analisis Multivariat
Berdasarkan analisis multivariat didapatkan 2 variabel
yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan
postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko
tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu dengan usia risiko
rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak
antarkelahiran. Model akhir uji regresi logistik dapat
dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Model Akhir Uji Regresi Logistik
Variabel B Sig Exp(B)/
(ORadj)
95% C.I.
forEXP(B)
Lower Upper
Usia 1,184 0,011 3,266 1,304 8,178
Jarak
antarkelahiran
0,681 0,195 1,975 0,705 5,533
Constant -3,377
4. Pembahasan
Etiologi Perdarahan Postpartum
Dalam penelitian ini penyebab utama perdarahan
postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013 adalah retensio plasenta yaitu sebesar
33,67%, diikuti laserasi jalan lahir 26,73%, sisa plasenta
22,77%, atonia uteri 3,96%, dan lain-lain.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, yang
menemukan bahwa penyebab utama perdarahan
postpartum adalah retensio plasenta (53,7%), diikuti
laserasi jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan
inversio uteri (2,4%)10. Namun penelitian ini tidak
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parisaei et al bahwa
penyebab perdarahan postpartum sebesar 90% karena
atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya
karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan
darah3. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan
penelitian Sari dan Sukamto di RS dr. H. Anshari
Shaleh Banjarmasin bahwa perdarahan postpartum
disebabkan karena atonia uteri 40 (48,8%) sampel,
retensio plasenta 23 (28%) sampel, dan laserasi jalan
lahir 19 (23,2%) sampel11.
Hal ini menunjukkan etiologi perdarahan postpartum di
setiap daerah sangat beragam. Sehingga penyebab
utama perdarahan postpartum tidak bisa diprediksikan
secara pasti berdasarkan epidemiologi dari daerah lain.
Retensio plasenta terjadi karena kelainan pada dinding
uterus ibu sendiri. Plasenta tidak lepas dari dinding
uterus sehingga tidak lahir dalam waktu setengah jam
setelah janin lahir. Kontraksi uterus kurang kuat ataupun
plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga
plasenta tidak dapat lahir. Memijat uterus dan
mendorongnya ke bawah secara paksa sementara
plasenta belum terlepas dari dinding uterus dapat
menyebabkan atonia uteri. Usaha untuk mengeluarkan
plasenta ditunggu sampai 30 menit. Bila plasenta belum
lahir, maka dilakukan manual plasenta12.
Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 ibu yang memiliki
usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan
29 (67,4%) sampel pada populasi kasus dan 14 (32,6%)
sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh
nilai p sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara
usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.
Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti
ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun
mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya
perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu
bersalin dengan usia 20-35 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD
Majene oleh Dina et al yang menunjukkan bahwa pada
tingkat kepercayaan 95% usia ibu di bawah 20 tahun
atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami
perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding
ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun6. Hasil penelitian
tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman
et al bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang
berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun
memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3
kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20
sampai 29 tahun13.
Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat
penting pada perdarahan postpartum. Usia paling aman
bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu
80
antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa
reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang
hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan usia >35
tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar
pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang
dapat membahayakan jiwa ibu7. Pada wanita berusia
kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum
berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita
berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya
sudah mengalami penurunan7. Fungsi organ reproduksi
yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan
menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul
atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan
perdarahan postpartum8.
Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan
Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki
berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%)
sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,445 yang berarti tidak ada hubungan antara
berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu
melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578
yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat
≥4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk
terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu
yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Cunningham et
al bahwa Bayi dengan berat lahir ≥4000 gram
berhubungan dengan perdarahan postpartum, yaitu
karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga
mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih
berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya
menyebabkan perdarahan postpartum1. Penelitian ini
juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan
Bratakoesoema dan Angsar, yang menyatakan bahwa
Bayi yang dilahirkan dengan berat ≥4000 gram sering
sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan
penyebab laserasi jalan lahir. Karena Bayi besar dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
sehingga terjadi robekan pada jalan lahir14.
Pada penelitian ini berat badan lahir tidak bermakna
secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum
bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak
dapat menggambarkan pengaruh berat badan lahir
terhadap perdarahan postpartum. Kedua karakteristik
setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi
jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan
penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan
pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak
menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak
merata pada populasi kasus maupun kontrol. Contoh
bisa saja suatu sampel memiliki usia risiko tinggi,
namun pada sampel yang sama jarak antar kelahiran dan
berat bayi lahirnya normal, begitu juga sebaliknya.
Hubungan antara Jarak Antarkelahiran dan
Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki
jarak antarkelahiran ≤2 tahun didapatkan 12 (63,2%)
sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan antara
jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada
ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai
OR=1,882 yang berarti ibu bersalin dengan jarak
antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali
untuk terjadinya perdarahan postpartum bila
dibandingkan dengan ibu bersalin dengan jarak
antarkelahiran >2 tahun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD Abdoel
Moloek Lampung yang menyatakan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat hubungan signifikan antara
jarak antarkelahiran ≤2 tahun dan perdarahan
postpartum dengan Odd Ratio 4,2824. Hasil penelitian
ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Suryani di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan
yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%
jarak antarkelahiran ≤2 tahun memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum
dengan Odd Ratio 3,14310.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori
Armagustinibahwa jarak persalinan kurang dari 2 tahun
mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot rahim,
sehingga cenderung akan terjadi perdarahan postpartum.
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumya kurang dari
2 tahun, kondisi rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik, sehingga cenderung mengalami partus
lama dan perdarahan postpartum. Disamping itu
persalinan yang berturut-turut dalam jarak waktu
singkat mengakibatkan uterus menjadi fibrotik,
sehingga mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus.
Kondisi seperti ini berakibat terjadinya perdarahan
postpartum15.
Pada penelitian ini jarak antarkelahiran tidak bermakna
secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum
bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak
dapat menggambarkan pengaruh jarak antarkelahiran
terlalu singkat terhadap perdarahan postpartum. Kedua
karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian
tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung
berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa
81
dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak
menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak
merata pada populasi kasus maupun kontrol.
Hubungan antara Gemeli dan Perdarahan
Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel
pada populasi kasus dan hanya terdapat 1 (100%)
sampel dengan gemeli pada populasi kontrol. Setelah
analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti
tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan
nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak
terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Karkata
bahwa gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan
pada uterus, sehingga menyebabkan otot miometrium
tidak berkontraksi secara adekuat. Akibatnya timbul
atonia uteri sebagai penyebab langsung perdarahan
postpartum. Selain itu gemeli juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan, sehingga besar
kemungkinan timbulnya laserasi jalan lahir8.
Pada penelitian ini gemeli tidak bermakna secara
statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa
disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
tidak adanya sampel gemeli pada salah satu populasi,
sehingga nilai hubungan antara gemeli dan perdarahan
postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar sampel
penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan pengaruh gemeli terhadap perdarahan
postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbeda-
beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel
minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari
daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat
sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi
secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi
karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus
maupun kontrol.
Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum
dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel
pada populasi kasus dan hanya terdapat 2 (100%)
sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,498 yang berarti tidak ada hubungan antara
riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan
nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak
terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Lampung yang menyatakan bahwa riwayat
perdarahan postpartum memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum
dengan Odds Ratio 7,408, 95 %CI: 3,781-14,5174.
Pada penelitian ini riwayat perdarahan postpartum tidak
bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan
postpartum bisa disebabkan karena beberapa
kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel dengan
riwayat perdarahan postpartum pada salah populasi
kontrol, sehingga nilai hubungan antara adanya riwayat
perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum tidak
dapat dihitung. Kedua besar sampel penelitian terlalu
kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh
riwayat perdarahan posrpatum terhadap perdarahan
postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbeda-
beda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel
minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari
daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat
sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi
secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi
karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus
maupun kontrol.
Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan
Postpartum setelah Dikontrol Faktor Perancu
Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel
yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan
postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko
tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih
besar dibanding ibu dengan usia risiko rendah (20-35
tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran.
Apabila dibandingkan pada analisis bivariat jarak
antarkelahiran tidak berhubungan secara statistik
terhadap timbulnya perdarahan postpartum, padahal
pada analisis multivariat jarak antarkelahiran juga
merupakan faktor risiko timbulnya perdarahan
postpartum. Hal ini bisa terjadi karena pada analisis
multivariat variabel-variabel lain ikut dianalisis
sekaligus, sehingga dapat dilihat perbandingan besar
pengaruh variabel independen tertentu terhadap variabel
dependen dibandingkan dengan variabel independen
lain.
Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun)
fungsi organ reproduksinya tidak optimal sehingga
dapat menyebabkan tonus otot rahim tidak adekuat.
Dampaknya dapat timbul perdarahan postpartum. Bila
jarak antarkelahiran dengan anak sebelumya ≤2 tahun,
kondisi otot rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik, sehingga juga cenderung mengalami partus
lama dan perdarahan postpartum. Oleh karena itu, pada
82
ibu usia risiko tinggi dan jarak antar kelahiran ≤2 tahun
harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
fasilitas dan pengawasan yang optimal sehingga
persalinannya dapat berjalan dengan baik.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini dijumpai beberapa kendala-
kendala, diantaranya:
1. Tidak lengkapnya jumlah rekam medik yang
diperlukan, dikarenakan rekam medik yang tidak
bisa ditemukan di installasi rekam medik.
2. Tidak lengkapnya data yang tercantum dalam rekam
medik. Sebagian besar disebabkan karena pasien
merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan lain,
sehingga data pengobatan sebelumnya tidak
tercantum dalam rekam medik. Data yang tidak
lengkap juga menyebabkan variabel lain yang dapat
mempengaruhi timbulnya perdarahan postpartum
seperti lama partus, anemia dalam kehamilan,
gangguan koagulasi darah tidak dapat diteliti.
3. Proses pencatatan rekam medik yang kurang rapi,
menyebabkan adanya rekam medik yang tidak dapat
terbaca. Pencataatan rekam medik juga terkadang
kurang akurat atau kurang teliti menyebabkan bias
informasi. Sehingga menyebabkan perbedaan hasil
data dibanding teori yang ada.
4. Keterbatasan waktu, sehingga jumlah sampel yang
bisa digunakan juga terbatas.
5. Simpulan
Berdasarkan penelitian dengan metode kasus kontrol
yang dilakukan di RSUD dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2013, dapat disimpulkanbahwa kasus
perdarahan postpartum primer lebih banyak daripada
kasus perdarahan postpartum sekunder. Etiologi
terbanyak kasus perdarahan postpartum adalah retensio
plasenta (33,67%).Distribusi usia risiko tinggi (<20
tahun dan >35 tahun) pada populasi kasus terdapat 29
(67,4%) sampel dibanding pada populasi kontrol
sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan usia risiko
rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus terdapat 72
(45,3%) sampel dibanding pada populasi kontrol
sebanyak 87 (54,7%) sampel.Ada hubungan antara usia
ibu risiko tinggi dan perdarahan postpartum dengan
kecenderungan 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan
postpartum dibanding usia ibu risiko rendah.Variabel
jarak antarkelahiran, berat badan lahir, gemeli, dan
riwayat perdarahan postpartum tidak memiliki
hubungan bermakna terhadap perdarahan
postpartum.Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan
>35 tahun) memiliki risiko mengalami perdarahan
postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan dengan
usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol
dengan variabel jarak antarkelahiran.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya dan semua pihak
yang membantu dalam upaya terlaksananya penelitian
ini.
Daftar Acuan
1. Cunningham, F. G. et al. 2012. Obstetri Williams:
“Perdarahan Obstetris” (edisi ke-23). Terjemahan
oleh: Brahm, U. P. EGC: Jakarta, Indonesia,
hal.795-839.
2. WHO. 2008. Maternal Mortality. (http://who.int.
Diakses 15 Juli 2014).
3. Parisaei, Maryam, A. Shailendra, R. Dutta, J. A.
Broadbent. 2008. Obstetrics and Gynecology (edisi
ke-2). Elsevier: Amsterdam, Netherland.
4. Dewi, Rosma, M. Yamin. 2011. Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Perdarahan Postpartum. Jurnal
Kesehatan Volume II, Nomor 1, April 2011, hal.
290-298.
5. Christy, L. M. 2012. Karakteristik Perdarahan
Postpartum yang Dirujuk di Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUP dr.Mohammad Hoesin.
Skripsi Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter Umum di Universitas Sriwijaya
yang tidak dipublikasikan.
6. Dina, D., A. Seweng, M. Nyorong. 2013. Faktor
Determinan Kejadian Perdarahan Postpartum di
RSUD Majene Kabupaten Majene. Stikes Bina
Bangsa Majene.35(2):5-9.
7. Manuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G.
G. F. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
8. Karkata, M. K. 2010. Perdarahan Pascapersalinan.
Dalam: A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H.
Wiknjosastro. (Editors). Ilmu Kebidanan (halaman
523-529). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta, Indonesia.
9. Manuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G.
G. F. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
10. Suryani. 2007. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin
dan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca
Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi.
Tesis Magister Kesehatan Masyarakat pada Program
Studi Magister Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hal 50-52.
11. Sari, Anggita dan Sukamto. 2011. Kejadian
Perdarahan Postpartum di BLUD RS dr. H. Anshari
Shaleh Banjarmasin. Akademi Kebidanan Sari Mulia
Banjarmasin.
12. Wiknjosastro, G. H. 2009. Perdarahan Setelah Bayi
Lahir. Dalam: A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G.
H. Wiknjosastro. (Editors). Buku Acuan Nasional
83
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
(halaman 173). PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
13. Sher Zaman, Bushra, et al. (2007). Risk factors for
primary postpartum hemorrhage. Professional Med
J; 14(3): 378-381
14. Bratakoesoema, D. S. dan M. D. Angsar. 2011.
Perlukaan pada Alat-Alat Genital. Dalam: M.
Anwar, A. Baziad, R. P. Prabowo. (Editors). Ilmu
Kebidanan (halaman 325-326). PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
15. Armagustini, Yetti. 2010. Determinan Kejadian
Komplikasi Persalinan di Indonesia. Tesis Magister
Kesehatan Masyarakat pada Program Pascasarjana
Kekhususan Kesehatan Reproduksi Universitas
Indonesia, hal 19-20.
84
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Skripsi
85
Lampiran 5 : Surat Telaah Etik
86
Lampiran 6 : Sertifikat Etik
87
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
88
Lampiran 8 : Surat Pernyataan Selesai Pengambilan Data
89
90
BIODATA
Nama : Ferry Krisnamurti
Tempat,Tanggal Lahir : Klampok, 19 Februari 1994
Alamat : Jl. Alhidayah Rt.01/Rw.02 No. 203
Desa Lalang Sembawa, Kec. Sembawa,
Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan
Telpon/HP : 085357366162
Email : [email protected]
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Tunjang Sudiyono, SP
Ibu : Jum Hartati, S.Pd
Jumlah Saudara : 2
Anak Ke : 2
Riwayat Pendidikan : SDN 2 Karang Mulya (1999-2005)
SMPN 2 Banyuasin III (2005-2008)
SMAN 2 Banyuasin (2008-2011)
Fakultas Kedokteran Unsri (2011-sekarang).
Palembang, Januari 2015
Ferry Krisnamurti