Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR...

113
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT Sang Hyang Seri) Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR...

Page 1: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

(Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT Sang Hyang Seri)

Skripsi

FAISAL MAULANA AKBAR H34087017

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 2: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

RINGKASAN

FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih Padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT. Sang Hyang Seri) Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI).

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia

yang paling mendasar, kebutuhan akan pangan akan terus meningkat seiring peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Produksi padi nasional pada tahun 2009 mengalami peningkatan produksi dari tahun 2008 sampai 2009 Peningkatan produksi tersebut diikuti dengan adanya peningkatan luas panen di Indonesia pada tahun 2009. Bersamaan dengan hal tersebut, Seiring dengan adanya peningkatan produksi padi nasional tentunya tidak terlepas dari banyaknya penggunaan benih bersertifikat yang digunakan oleh petani di Indonesia. Salah satu perusahaan milik pemerintah yang memproduksi benih padi diantaranya adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS). PT. SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core bussines perbenihan pertanian. PT. SHS didalam produksi benih padi membagi lahan areal produksi kedalam lahan kerjasama dan swakelola. Lahan kerjasama merupakan suatu bentuk kerjasama produksi benih padi dengan para petani penangkar benih di dalam berproduksi dengan alasan bahwa keterbatasan sumberdaya manusia didalam mengelola lahan area produksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar adalah penggunaan pupuk urea, pupuk TSP, pupuk NPK, obat-obatan, dan tenaga kerja. penggunaan pupuk urea dan pupuk NPK berada pada kondisi decreasing returns to scale. Apabila terus meningkatkan input produksi pupuk urea dan NPK, maka akan merugikan bagi petani. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan apabila sudah menggunakan pupuk urea. Karna kandungan pupuk urea sudah terdapat didalam pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Sedangkan untuk penggunaan input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja berada pada kondisi increasing returns to scale. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan didalam berproduksi apabila sudah menggunakan pupuk urea, dan pupuk TSP. Karna kandungan pupuk urea dan pupuk TSP sudah terdapat didalam kandungan pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Tenaga kerja merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap produksi benih padi yang dilakukan oleh para petani penangkar. Tenaga kerja yang digunakan tidak memiliki keahlian khusus didalam memproduksi dikarenakan tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh PT. SHS, karna petani yang diberikan pelatihan hanyalah petani yang menjadi mitra PT. SHS, sedangkan tenaga kerja borongan hanya menerima perintah dari petani pengelola.

Hasil total panen benih padi varietas ciherang adalah 8.999.532 Kg atau sebanyak ± 9.000 ton benih dengan produktivitas rata sebesar 5.425 Kg/ha atau sebesar 5,4 Ton/Ha. Hasil panen musim tanam 2010/2011 meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan produktivitas dari musim tanam sebelumnya

Page 3: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

adalah sebesar 2,6 Ton/Ha. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh petani penangkar didalam memproduksi benih padi (pendapatan atas biaya total) dengan luas lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 2.979.756, sedangkan untuk luasan lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha hanya sebesar Rp 238.322. Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata Saat ini harga beli rata-rata PT. SHS di dalam membeli hasil panen benih sebar yang diproduksi oleh petani penangkar benih pada musim tanam 2010/2011 adalah sebesar Rp 3.202 per Kg. Margin keuntungan rata-rata yang didapatkan oleh petani penangkar adalah sebesar Rp 464 per Kg. untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 517 per kg benih padi yang dihasilkan. Untuk luas lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha memiliki margin keuntungan yang didapatkan oleh petani penangkar sebesar Rp 35 per kg, kecilnya margin yang didapatkan dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan 2,1 Ha apabila petani mengelola lebih dari 1 Ha. Sedangkan untuk margin keuntungan dengan luasan lahan rata-rata 1,6-2 Ha sebesar Rp 624 per kilogram, dan selisih margin keuntungan per kg untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah Rp 679.

Karakteristik petani yang dapat mempengaruhi produksi adalah pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Para petani penangkar mengatakan bahwa mereka mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk musim tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi. Banyaknya jumlah tanggungan yang dimiliki oleh petani ternyata menjadi beban bagi petani penangkar, mereka tidak maksimal didalam memproduksi. Para petani penangkar mengatakan bahwa seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi.

Perlu diadakannya pelatihan-pelatihan produksi dengan melibatkan karyawan PT. SHS, petani penangkar yang bermitra dengan PT. SHS, dan tenaga kerja borongan atau buruh yang diselenggarakan oleh dinas pertanian, badan karantina, dan BPSB guna meningkatkan kemampuan petani penangkar didalam memproduksi benih padi. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat usahatani berada pada kondisi increasing (daerah I) dan decreasing return to scale (daerah III). Harapan yang dapat dilakukan oleh PT. SHS bukan hanya sekedar memberikan pelatihan produksi semata, akan tetapi penggunaan faktor produksi secara tepat penggunaan dapat diberikan secara intensif dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi produksi dapat tercapai.

Page 4: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

(Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT Sang Hyang Seri)

FAISAL MAULANA AKBAR H34087017

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 5: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

Judul Proposal : Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani

Penangkar Benih padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT.

Sang Hyang Seri)

Nama : Faisal Maulana Akbar

NIM : H34087017

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP : 195 307 181 978 032 001

Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadii, MS NIP : 195 809 081 984 031 002

Tanggal Lulus :

Page 6: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih padi (Kasus

Kemitraan Petani Penangkar PT. Sang Hyang Seri) adalah karya sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Faisal Maulana Akbar H34087017

Page 7: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 Oktober 1986. penulis

merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Rochman dan Ibu Sri

Nuryanah. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 3 Karawaci

Tangerang pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islamic Centre dan lulus

pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pada Sekolah Menengah

kejuruan Negeri 1 Kuningan - Jawa Barat dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Studi Teknologi Benih,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Lalu pada tahun

2009, penulis melanjutkan pendidikan strata satu pada Program Studi Manajemen

Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor. Semasa kuliah, penulis aktif dalam mengikuti Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) antara lain : UKM Bola Basket, UKM Bela Diri Merpati Putih

pada tahun 2010. Saat ini penulis bekerja di PT. BPR DPM Kredit Mandiri.

Page 8: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Produksi dan

Pendapatan Petani Penangkar Benih padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT.

Sang Hyang Seri)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh

petani penangkar benih di PT. Sang Hyang Seri. Mengingat saat ini perlu adanya

peningkatan terhadap ketersediaan benih bersertifikat yang berkualitas untuk

dapat memenuhi kebutuhan peningkatan produksi padi secara nasional dengan

acuan bahwa beras merupakan komsumsi utama masyarakat Indonesia. Berangkat

dari hal tersebut, tentunya tanpa mengesampingkan pendapatan yang dimiliki para

petani penangkar benih didalam memproduksi benih padi ciherang yang

merupakan prioritas varietas yang dianjurkan oleh pemerintah didalam

meningkatkan hasil produksi. Apabila tidak adanya perhatian yang memadai

terhadap pendapatan yang dimiliki oleh para petani penangkar benih nantinya,

tentunya hal ini akan dapat berdampak terhadap keinginan para petani didalam

memproduksi benih apabila merasa dirugikan.

Berangkat dari hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah adanya

peningkatan produksi benih padi varietas ciherang agar dapat lebih ditingkatkan

kembali dengan meminimalisir kendala-kendala yang dihadapi. Namun demikian,

sangat disadari masih terdapat kekurangan karna keterbatasan dan kendala yang

dihadapi. Untuk itu penulis berusaha membangun kearah penyempurnaan pada

skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2011

Faisal Maulana Akbar

Page 9: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai suatu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin

menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan, cinta, dan doa yang

tak henti-hentinya yang telah diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan

yang terbaik.

2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku ketua departemen agribisnis yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjadi mahasiswa

di fakultas ekonomi dan manajemen, program studi manajemen agribisnis,

IPB

3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

4. Ir. Netty Tinaprilia, MSi selaku dosen evaluator atas masukannya yang telah

diberikan di dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

5. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen penguji atas masukan yang telah

diberikan didalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

6. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya

kepada penulis di dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staff dosen pengajar yang telah memberikan materi pembelajaran

yang selama ini penulis peroleh.

8. Seluruh staff PT. Sang Hyang Seri RM I yang telah memberikan kesempatan,

arahan, dan bimbingan kepada penulis di dalam melakukan penelitian ini.

9. Seluruh Staff sekretariat manajemen agribisnis yang telah membantu dan

memberikan kemudahan kepada penulis selama menjalani kuliah dan

penyusunan skripsi ini.

10. Seluruh teman mahasiswa ekstensi agribisnis yang telah memberikan

dukungan dan bantuannya baik secara moril dan materiil kepada penulis

didalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian karena memiliki

dampak yang secara langsung terhadap kebutuhan pokok dasar masyarakat di

Indonesia. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia

yang paling mendasar, kebutuhan akan pangan akan terus meningkat seiring

peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Perkembangan jumlah

penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun Penduduk (Jiwa) 2005 219.850.000 2006 222.735.400 2007 225.590.000 2008 228.454.500 2009 231.294.200 2010 237.556.363

2011* n Sumber : BPS, 2011

Keterangan : *) = Angka Prediksi n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perkembangan jumlah penduduk

Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa dengan peningkatan

jumlah penduduk dari tahun 2009 sebesar 6.262.163 jiwa. Mengingat hal tersebut,

acuan dasar mengenai ketersediaan padi secara nasional tentunya dapat terlaksana

di dalam meningkatan jumlah produksi padi secara nasional dan didukung oleh

ketersediaan supply benih padi bermutu tinggi, serta memiliki keunggulan daya

tumbuh, produktivitas, dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Produksi padi nasional pada tahun 2009 mencapai 64.389.890 ton atau

mengalami peningkatan produksi dari tahun 2008 sampai 2009 sebanyak

4.063.965 ton atau sebesar 6,31 persen. Peningkatan produksi tersebut diikuti

dengan adanya peningkatan luas panen di Indonesia pada tahun 2009 yaitu seluas

556.151 hektar penambahannya atau sebesar 4,32 persen dari tahun 2008.

Bersamaan dengan hal tersebut, produktivitas tanaman rata-rata per hektar

Page 11: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

2

mengalami peningkatan sebanyak 1.50 kuintal per hektar pada tahun 2009 atau

sebesar 2,1 persen peningkatannya dari tahun 2008. peningkatan luas panen,

produktivitas, dan produksi padi nasional dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Nasional

Sumber : BPS, 2010

Peningkatan produksi padi tersebut terlihat dari kenaikan produksi benih

padi bersetifikat yang cukup tinggi setiap tahunnya. Seiring dengan adanya

peningkatan tersebut tentunya tidak terlepas dari banyaknya penggunaan benih

bersertifikat yang digunakan oleh petani di Indonesia. Kebutuhan benih padi

potensial dan total produksi benih padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) Tahun 2002-2008

Tahun Kebutuhan Benih Potensial (Ton)

Produksi Benih Total (Ton)

2002 296.397 113.634 2003 295.808 114.540 2004 312.978 119.482 2005 310.246 120.375 2006 317.053 121.412 2007 n 147.524 2008 360.000 181.400

Sumber : Deptan, 2010 Keterangan : n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 3, Volume produksi benih padi bersertifikat inbrida

dan hibrida yang telah diproduksi baik oleh perusahaan swasta ataupun BUMN

dengan total produksi sebesar 181.400 ton pada tahun 2008 atau kurang lebih

separuh dari kebutuhan benih padi nasional yang mencapai 360.000 ton benih

padi pada tahun 2008. Peningkatan volume produksi benih terus mengalami

peningkatan dengan pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2007 dimana total benih

No Tahun Jenis Tanaman

Luas Panen(Ha)

Produktivitas (Ku/Ha) Produksi(Ton)

1 2005 Padi 11.839.060 45,74 54.151.097 2 2006 Padi 11.786.430 46,20 54.454.937 3 2007 Padi 12.147.637 47,05 57.157.435 4 2008 Padi 12.327.425 48,94 60.325.925 5 2009 Padi 12.883.576 49,99 64.398.890

Page 12: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

3

yang diproduksi pada tahun 2007 sebesar 147.524 ton dan terus mengalami

peningkatan produksi benih padi pada tahun 2008 mencapai 181.400 ton, sebesar

22,96 persen (23 persen) peningkatannya dari tahun 2007 atau sebanyak 33.876

ton benih padi peningkatannya.

Deptan (2007), mengatakan bahwa Departemen Pertanian pada tahun 2007

telah menghasilkan teknologi atau inovasi melalui pendekatan Program

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang bertujuan untuk memacu

peningkatan produktivitas usahatani padi dan peningkatan pendapatan petani.

Komponen program yang digunakan di dalam program P2BN yang dijalankan

antara lain adalah : (1) Penggunaan Varietas Unggul Baru, (2) Penggunaan Benih

Bermutu, (3) Pengelolaan air. Benih padi Varietas unggul yang digunakan adalah

Ciherang, Cilarang, Ciliwung, Cibogo, dan Memberamo. Kelima varietas tersebut

merupakan varietas padi pengganti IR-64 yang sudah lama telah diaplikasikan

oleh petani, kondisi benih varietas IR-64 saat ini sudah tidak tahan terhadap

berbagai macam penyakit, oleh karena itu IR-64 diharapkan tidak dipergunakan

kembali oleh para petani di dalam berproduksi. Adapun deskripsi kelima varietas

benih padi yang digunakan pada P2BN dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Varietas Benih Padi Program P2BN Varietas Ciherang Ciliwung Cibogo Memberamo Cilarang

Umur tanaman 116-125 hari 117-125 hari 115–125 hari 115-120 hari n

Tinggi tanaman 107-115 cm 114-124 cm 100-120 cm 126-140 cm n

Anakan produktif 14-17 batang 18-25 batang 12-19 batang 17-20 batang n

Rata-rata hasil 6,0 t/ha 4,8 t/ha 7,0 t/ha 6,5 t/ha n

Potensi hasil 8,5 t/ha 6,5 t/ha 8,1 t/ha 7,5 t/ha n Sumber : Balitpa, 2009 Keterangan : n = Data tidak tersedia

varietas yang menjadi pilihan pemerintah di dalam Peningkatan Produksi

Beras Nasional (P2BN) adalah varietas ciherang menjadi pilihan utama untuk

lebih banyak digunakan di dalam berproduksi karena varietas ciherang memiliki

potensi hasil hingga mencapai 8,5 ton/ha1.

Salah satu perusahaan milik pemerintah yang memproduksi benih padi

diantaranya adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS), yang mana telah memiliki 1 Wawancara dengan karyawan PT. SHS

Page 13: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

4

fasilitas di dalam memproduksi benih padi dengan kapasitas produksi benih padi

25.000 ton benih per tahun. Regulasi mengenai perbenihan juga sangat

mendukung pengembangan industri benih di dalam negeri, alasannya adalah

menurut peraturan yang berlaku, importir benih sudah harus bisa memproduksi

sendiri benih apabila sudah mengimpor benih selama dua tahun2.

PT. SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core

bussines perbenihan pertanian (Widoyoko Y., Andibya B. W., Nugroho B., 2007).

PT. SHS merupakan BUMN yang memproduksi benih padi, jagung, kacang-

kacangan dan sayuran. Kapasitas produksi benih padi yang dimiliki oleh PT. SHS

adalah 25.000 ton per tahun diantaranya fasilitas baru berkapasitas 10.000 ton per

tahun dengan sistem IRSPP (Integrated Rice Seed Processing Plant). Fasilitas

produksi terbaru merupakan fasilitas terintergrasi dengan laboratorium basah (wet

laboratory) dan laboratorium kering (dry labolatory) yang terletak di PT. SHS

Regional Manager I Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang,

Jawa Barat yang mulai dipergunakan pada tahun 20083.

Dalam sektor formal industri perbenihan komersial, PT. SHS dan PT.

Pertani merupakan BUMN yang telah mendominasi pasar benih padi di Indonesia,

dan telah memasok lebih dari 50 persen produksi benih padi unggul. Penyediaan

mengenai benih varietas unggul merupakan salah satu faktor penting untuk

Pengembangan suatu industri benih yang berorientasi memproduksi benih unggul

bermutu dan memiliki produktivitas tinggi dan dilakukan secara komersial4.

PT. SHS memiliki fasilitas breeding center di Sukamandi. Breeding

Center difungsikan sebagai tempat untuk menciptakan atau melahirkan plasma

nutfah baru, baik merupakan hasil dari seorang peneliti yang dimiliki PT. SHS

atau disebut sebagai Breeder, maupun hasil kerjasama dengan peneliti dari

perusahaan benih di luar negeri. Varietas unggul lokal yang dimiliki PT. SHS

memiliki karakteristik produk keunggulan seperti rasa nasi pulen, tahan hama dan

2 Indonesian Commerce Newsletter.april 2009. Perkembangan Industri Tanaman Pangan. http://icn.co.id . Senin,

November 08, 2010 3 Indonesian Commerce Newsletter.april 2009. Perkembangan Industri Tanaman Pangan. http://icn.co.id . Senin,

November 08, 2010 4 Universitas Muhammadiyah Malang.2003. Perumusan Kelembagaan Benih Padi Indonesia (Studi Kepustakaan atas

Kebijakan Perbenihan. http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/15/jiptummpp-gdl-s1-2004-aguswahyud-734-Pendahul-n.pdf . Senin, November 08, 2010

Page 14: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

5

penyakit, namun memiliki umur yang panjang dan produksinya rendah.

Sedangkan karakteristik benih padi dari luar memiliki keunggulan seperti

produksinya tinggi, umurnya pendek, akan tetapi rasanya belum sesuai dengan

yang diharapkan. Dengan kombinasi tersebut, maka akan dibentuk kerjasama

dengan perusahaan benih di luar negeri dan harapannya dapat memperoleh

varietas yang umurnya pendek, produksinya tinggi, rasanya enak, dan tahan hama

dan penyakit. PT. SHS menargetkan pada 2011 PT. SHS sudah dapat

menghasilkan varietas produksi benih padi hibrida yang memiliki

produktivitasnya tinggi. Oleh karena itu PT. SHS mulai tahun 2008 membentuk

breeding center.

Arintadisastra (1997), mengatakan bahwa guna mendukung peningkatan

produktivitas melalui intensifikasi, maka perlu ditumbuh kembangkan petani

penangkar benih dilokasi sentra produksi. Adapun salah satu Industri benih padi

yang melakukan kerjasama dengan para petani penangkar benih yaitu PT. SHS.

Kerjasama merupakan makna yang terkandung di dalam kemitraan,

dimana Kerjasama merupakan adanya interaksi dua pihak atau lebih yang

berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam

hubungannya dengan perbenihan, kerjasama tersebut dilakukan antara industri

perbenihan dengan petani penangkar benih, alasannya adalah karena tidak ada

industri benih yang mengelola sendiri benihnya. Karena hal ini menyangkut lahan

dan sumberdaya manusia5.

1.2.Perumusan Masalah

Lahan yang digunakan oleh PT. SHS didalam produksi benih padi adalah

lahan kerjasama dan swakelola. Lahan kerjasama adalah merupakan suatu bentuk

kerjasama produksi benih padi dengan para petani penangkar benih di dalam

berproduksi dengan alasan bahwa keterbatasan sumberdaya manusia didalam

mengelola lahan area produksi. Lahan Swakelola merupakan lahan produksi yang

dilakukan oleh karyawan PT. SHS dengan tujuan agar harga pokok produksi dapat

lebih terkendali6

5 Sinar Tani.2008. Saham dan BUMP Solusi Peningkatan Kemitraan. http://sinartani.com . Senin, November 08, 2010 6 Wawancara dengan Asisten Manager Kebun Produksi Benih Padi Hibrida PT. SHS

Page 15: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

6

Hafsah (1999) dalam Lestari (2009), menambahkan bahwa dalam kondisi

ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan yaitu 1)

meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat; 2) meningkatkan

perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3) meningkatkan pemerataan dan

pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4) meningkatkan pertumbuhan

ekonomi pedesaan, Wilayah, dan nasional; 5) memperluas kesempatan kerja; 6)

meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Banyaknya jumlah petani penangkar

benih sebagai mitra dari PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Petani Penangkar Benih Padi PT. SHS Per Musim Tanam. Musim Tanam Jumlah Petani

(Orang) 2008/2009 1.469

2009 1.491 2009/2010 1.482

Sumber : SHS, 2010 Keterangan : n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 5, didapatkan bahwa Pada musim tanam 2009/2010,

penggunaan lahan kerjasama untuk memproduksi benih padi menurun menjadi

2.274,63 Ha atau mengalami penurunan 1,13 Ha yang diikuti penurunan jumlah

petani penangkar menjadi 1.482 atau mengalami penurunan jumlah petani

penangkar benih sebanyak 9 orang petani dengan rata-rata penggunaan lahan pada

musim tanam 2009/2010 adalah 1,53 Ha.

Sebagian besar lahan yang dimiliki PT. SHS digunakan sebagai lahan

kerjasama untuk memproduksi benih padi. Luas lahan kerjasama pada tahun 2010

ditetapkan seluas 2.274,63 Ha atau sebesar 72,20 persen dari total keseluruhan

luasan. Adapun hasil produksi benih padi di PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Benih Padi PT. SHS Musim Tanam

Swakelola Kerjasama Tanam

(Ha) Produksi

(Kg) Produktivitas

(Kg) Tanam

(Ha) Produksi

(Kg) Produktivitas

(Kg) 2008/2009 768.03 2.690.583 3.503 2.240,87 8.284.061 3.696

2009 736.77 1.907.785 2.589 2.275,76 6.674.271 2.932 2009/2010 736.77 2.967.872 4.028 2.274,63 6.447.949 2.834

Sumber : SHS, 2010

Produksi benih padi tertinggi terjadi pada musim tanam 2008/2009

mencapai 8.284.061 Kg dengan total luas tanam pada lahan kerjasama seluas

Page 16: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

7

2.240,87 ha dengan produktivitas 3.696 Kg/Ha. Namun hingga musim tanam

2009/2010 mengalami penurunan mengenai total hasil produksi benih padi pada

lahan kerjasama seluas 2.274,63 Ha yaitu sebesar 6.447.949 Kg dengan

produktivitas 2.834 Kg/Ha. Walaupun pada musim tanam 2008/2009 dengan

status luasan lahan yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan luas lahan

pada musim tanam 2009/2010, akan tetapi hasil produksi mengalami penurunan

sebesar 1.836.112 Kg dari musim tanam 2008/2009.

Adanya Penurunan produktivitas produksi benih yang dilakukan oleh

petani penangkar pada lahan kerjasama mengalami kecenderungan menurun

apabila dibandingkan dengan produktivitas produksi benih pada lahan swakelola

yang dilakukan oleh karyawan PT. SHS.

Input dan penggunaan teknologi yang diterapkan pada lahan kerjasama

dari musim tanam 2008/2009 sampai musim tanam 2009/2010 tidak mengalami

perubahan kecuali luasan lahan produksi, akan tetapi output hasil produksi benih

padi berupa gabah kering panen (GKP) dalam kilo gram per Ha pada lahan

kerjasama mengalami penurunan hasil apabila dibandingkan dengan musim tanam

2008/2009 dengan luasan lahan produksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan

luasan lahan produksi pada musim tanam 2009/2010. Melihat kondisi yang

terjadi, hal tersebut akan berdampak kepada pendapatan yang diperoleh petani

penangkar benih padi yang semakin menurun.

Benih Padi inbrida yang menjadi prioritas utama untuk di produksi pada

lahan kerjasama PT. SHS adalah varietas ciherang yang menempati urutan

pertama, alasannya adalah varietas ciherang banyak diminati di pasaran oleh para

petani pada umumnya karena produksinya tinggi dan dapat mencapai potensi hasil

8,5 ton/ha7. Dalam upaya peningkatan hasil produksi (output), diduga tergantung

kepada penggunaan input (Faktor-faktor produksi) secara optimal.

Rahim dan Hastuti (2008), menambahkan bahwa tenaga kerja dalam hal

ini petani merupakan faktor penting dimana harus mempunyai kualitas berfikir

yang maju seperti para petani dapat mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama di

dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang memiliki

kualitas bagus sehingga memiliki nilai jual tinggi.

7 Wawancara dengan Koordinator Wilayah Kebun Kerjasama Produksi PT. SHS

Page 17: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

8

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan rumusan

permasalahannya dalam bentuk pertanyaan (Statement of Problem) sebagai

berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih padi varietas

ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih ?

2. Berapa tingkat pendapatan Usahatani para petani penangkar benih padi

varietas ciherang?

3. Bagaimana Pengaruh karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar

benih terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan di dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas

adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih padi varietas

ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih.

2. Menganalisis pendapatan para petani penangkar benih padi varietas ciherang

3. Menganalisis pengaruh karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

hasil produksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat mengenai kajian penelitian ini dan dapat berguna

bagi berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi bahan masukan dan dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi PT. SHS khususnya, dan perusahaan benih

di Indonesia pada umumnya. Harapan tersebut berupa keputusan kebijakan

yang dapat menciptakan keharmonisan yang berkesinambungan dan multiplier

effect positif yang berkelanjutan demi kekontinuitasan di dalam memproduksi

benih dengan cara menjaga kerjasama dengan para petani penangkar benih,

serta memperbaiki segala bentuk kekurangan yang dapat menjadikan

penurunan produktivitas produksi benih padi, dan diharapkan dapat terus

meningkatkan kinerja perusahaan di dalam menghasilkan benih-benih

bermutu tinggi demi ketersediaan supply benih padi baik inbrida maupun

Page 18: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

9

hibrida untuk memenuhi target kebutuhan nasional di dalam mendukung

pencapaian ketahanan pangan di Indonesia.

2. Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah keragaman ilmu yang didapatkan,

menjalin jaringan kerja (networking) yang lebih luas, serta dapat menyalurkan

aspirasi para petani penangkar benih kepada perusahaan dan diharapkan

kesejahteraan para petani dapat meningkat.

Page 19: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benih

2.1.1. Pengertian

Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan

pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis

atau merupakan suatu komponen agronomi (Sadjad et al, 1975 dalam

Kartasapoetra, 1986). BPSB VI Maros (1988), mengatakan bahwa varietas adalah

merupakan bagian dari suatu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman,

pertumbuhan, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat membedakan

dengan golongannya di dalam jenis yang sama.

2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki bentuk rumput

berumpun. Tanaman padi termasuk ke dalam pertanian kuno yang berasal dari dua

benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah

memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada

3.000 tahun SM. Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monotyledonae

Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Terdapat 25 spesies padi yang dikenal adalah Oryza sativa dengan dua

subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi

cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di

dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan

air8.

8 Smk.2010. Mengenal Tanaman Padi Lebih Dekat. http://smk.nuruljadid.net/admin/files/MENGENAL TANAMAN

PADI LEBIH DEKAT.doc. Rabu, Desember 15, 2010

Page 20: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

11

2.3. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang

Tanaman padi varietas ciherang termasuk ke dalam golongan padi cere,

yang memiliki umur tanaman 116-125 hari setelah tanam dan memiliki anakan

produktif sebanyak 14-17 batang dan memiliki potensi hasil panen sebanyak 8,5

Ton/Ha. Adapun mengenai karakteristik Tanaman padi varietas ciherang dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang Uraian Keterangan

Golongan Padi Cere Umur tanaman 116-125 hari setelah tanam Bentuk tanaman Tegak Tinggi tanaman 107-115 cm Anakan produktif 14-17 batang Bentuk gabah Panjang ramping Warna gabah Kuning bersih Kerontokan Sedang Kerebahan Sedang Tekstur nasi Pulen Kadar amilosa 23% Indeks Glikemik 54 Bobot 1000 butir 28 g Rata-rata hasil 6,0 Ton/Ha Potensi hasil 8,5 Ton/Ha

Ketahanan terhadap Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl Dilepas tahun 2000

Sumber : Balitpa, 2009

2.4. Kerjasama Kemitraan

Dasar kerjasama kemitraan adalah kebutuhan bersama/yang bermitra,

persoalan usaha, dan manfaat usaha. Pentingnya didalam membentuk suatu

kemitraan adalah agar usaha kecil berorientasi pasar dan komersial, kendala-

kendala usaha terpecahkan, serta adanya kepedulian usaha menengah dan besar.

Adapun peranan pelaku kemitraan yaitu dimana 1) pengusaha besar melakukan

pembinaan, pengembangan, dan bimbingan sumber daya manusia, penyandang

dana/penjamin kredit, bimbingan teknologi, saprodi, menjamin pembelian hasil

produksi, dan promosi hasil produksi; 2) Pengusaha kecil menerapkan teknologi

dan kesepakatan dengan pengusaha besar, kerjasama antar pengusaha kecil untuk

mendukung pasokan produksi kepada pengusaha besar, dan pengembangan

profesionalisme sumber daya manusia.

Page 21: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

12

Pola kemitraan dapat dikatakan dengan pola kemitraan langsung dan tidak

langsung. Pola kemitraan langsung merupakan pembinaan dimana terdapat kaitan

yang secara langsung dengan kegiatan usahanya, sedangkan pola kemitraan tidak

langsung merupakan pembinaan dimana tanpa ada kaitan dengan kegiatan

usahanya.

Pola kemitraan dapat dilihat sebagai vertikal dan horizontal. Pola

kemitraan vertikal yaitu membagi risiko kepada unit dibawahnya. Adapun

beberapa pola kemitraan vertical yaitu :

a) Pola Inti Plasma

Yaitu merupakan hubungan kerjasama kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan

kelompok mitra sebagai plasma.

b) Pola Sub Kontrak

Yaitu dimana dua kelompok mitra memproduksi kebutuhan pasar perusahaan

besar (adanya kontrak bersama).

c) Pola Dagang Umum

Yaitu kontrak antar pedagang

d) Pola Waralaba/keagenan

Yaitu merupakan suatu hubungan kemitraan yang terjalin antara dua pihak

atau lebih dimana kelompok mitra diberikan hak secara khusus untuk dapat

memasarkan suatu barang/jasa usaha yang dimiliki oleh perusahaan mitra.

Pola kemitraan horizontal merupakan pola kemitraan yang secara

bersama-sama menghadapi persaingan dari luar walaupun mereka sendiri

melakukan persaingan sehat9.

2.4.1. Kemitraan Petani Penangkar Benih

Lestari (2009), mengatakan kemitraan adalah jalinan kerjasama di dalam

menjalankan usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua

belah pihak atau lebih dengan mengandung prinsip saling menguntungkan.

Alasannya adalah pada dasarnya kedua belah pihak atau lebih memiliki

9 http://www.scribd.com/doc/52115631/kemitraan-usaha -pertanian. Senin, Juni 06, 2011

Page 22: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

13

kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan adanya kemitraan yang terjalin

tentunya akan saling melengkapi.

Melihat definisi dasar tersebut, maka didapatkan bahwa Kemitraan petani

penangkar benih adalah suatu ikatan perjanjian kerjasama antara petani sebagai

penangkar benih dengan perusahaan benih milik pemerintah ataupun swasta lokal

dan luar negeri di dalam memproduksi benih, dimana terkandung makna saling

menguntungkan dan saling membutuhkan terkait keterbatasan lahan dan

sumberdaya manusia.

2.5. Produksi Benih Padi

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa produksi komoditas

pertanian dapat dinyatakan sebagai suatu perangkat prosedur dan kegiatan yang

terjadi di dalam menghasilkan komoditas berupa suatu kegiatan usahatani maupun

usaha lainnya. Proses produksi komoditas pertanian atau disebut juga budidaya

tanaman merupakan proses usaha bercocok tanam / budidaya di lahan untuk

menghasilkan bahan segar (raw material), dimana bahan segar tersebut nantinya

akan dijadikan bahan baku setengah jadi (work in process) atau barang jadi

(finished product). Di dalam proses produksi di lahan, dapat menggunakan faktor-

faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, dan

manajemen.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

produksi benih padi adalah seperangkat proses kegiatan budidaya tanaman padi

dengan menggunakan berbagai kombinasi input dan teknologi yang tersedia

dengan menggunakan benih indukan (parent seed) berkualitas dan bermutu tinggi

untuk menghasilkan output berupa benih padi bersertifikat sesuai dengan

ketentuan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BPSB.

2.6. Penelitian Terdahulu

Lestari (2009), melakukan penelitian yang berkaitan terhadap pendapatan

dan kepuasan peternak plasma didalam bermitra. Berdasarkan hasil mengenai

karakteristik responden, didapatkan bahwa didapatkan mayoritas responden

berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen),

menempuh pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang

Page 23: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

14

(42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor (84 persen),

peternak memiliki pekerjaan diluar usaha ternak ayam (52 persen), pengalaman

beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik

sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44

persen), alasan bermitra dengan PT. X adalah untuk meningkatkan keuntungan

(58 persen), lama bermitra dengan perusahaan PT. X selama satu tahun (36

persen), sumber informasi mengenai PT. X didapatkan langsung dari pihak

perusahaan (48 persen), dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah

resiko usaha rendah (30 persen). Peternak yang memproduksi skala besar

mendapatkan R/C rasio sebesar 1,066, sedangkan peternak yang memproduksi

dalam skala sedang memperoleh nilai R/C rasio 1,069, maka didapatkan bahwa

skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih

besar.

Femina (2006), melakukan penelitian yang berkaitan dengan dampak

kebijakan harga gabah terhadap produksi padi di pulau jawa. Penelitian tersebut

menggunakan persamaan simultan untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi padi di pulau jawa. Hasil penelitian yang dilakukan,

maka didapatkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dimana

memiliki variabel independen seperti harga dasar gabah, harga dasar pupuk urea,

dan luas areal padi. Respon mengenai luas areal panen padi dalam jangka pendek

inelastis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Disti (2006), melakukan penelitian dengan judul Analisa pendapatan dan

efisiensi produksi usahatani program pengelolaan tanaman dan sumberdaya

terpadu (PTT). Hasil yang didapatkan bahwa berdasarkan evaluasi program PTT,

maka teknologi yang masih digunakan oleh petani adalah penggunaan organic

padat dan efisiensi penggunaan urea, SP36, dan phonska berdasarkan pupuk

berimbang. Berdasarkan hasil perbandingan tingkat pendapatan, bahwa

penggunaan faktor produksi usahatani masih dapat ditingkatkan, alasannya adalah

ditunjukkan oleh nilai R/C rasio atas biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan

biaya aktual.

Rohela (2008), melakukan penelitian yang berjudul Dampak program

peningkatan produksi beras nasional (P2BN) terhadap pendapatan petani. Hasil

Page 24: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

15

penelitian yang dilakukan adalah apabila dilihat dari bilai R/C rasio yang

didapatkan bahwa nilai R/C rasio petani program lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan petani non program. Berdasarjan hasil analisis pendapatan

usahatani bahwa petani padi program P2BN lebih tinggi yaitu sebesar 5.757

kg/Ha. Dalam pengujian efektif tidaknya program P2BN dalam meningkatkan

pendapatan petani maka dilakukan analsisi regresi berganda dalam mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan variabel independen

yang dimiliki antara lain adalah biaya tenaga kerja, biaya saprodi, hasil produksi.

Harga jual. Variabel dependennya adalah pendapatan petani, dengan dummy D1

untuk petani yang berpendidikan SMP, D2 utnuk petani yang berpendidikan SMA,

D3 untuk petani lahan sendiri, dan D4 untuk petani peserta program P2BN.

Penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Benih Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus : Petani Penangkar Benih PT. Sang

Hyang Seri (Persero) Regional Manager (RM) I Unit Bisnis Daerah (UBD)

Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat memiliki persamaan dan perbedaan

Persamaan dengan Lestari, Disti, dan Rohela adalah didalam menganalisa

pendapatan yang didapatkan oleh petani, sedangkan persamaan dengan femina

adalah didalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi.

Persamaannya secara umum adalah terdapat beberapa kesamaan komoditi yang

digunakan, menganalisis gambaran umum kemitraan, karakteristik responden,

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Perbedaan penelitian

yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah lebih spesifik terhadap

produksi benih dengan spesifik penggunaan varietas ciherang dan masalah yang

diteliti berbeda.

Page 25: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

16

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang

mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan didalam penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan

seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal

mungkin. Soekartawi (2003), menambahkan bahwa tujuan dari usahatani antara

lain dikategorikan menjadi dua yaitu maximum profit minimum profit, konsep

maximum profit adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah

tertentu seefisien mungkin, untuk memperoleh maximum profit. Sedangkan

konsep minimum profit adalah bagaimana menekan biaya produksi sekecil-

kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa dalam usahatani, para petani

memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkannya, serta memperhitungkan

penerimaan yang diperoleh. Biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua

nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya

didalam usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai usahatani artinya adalah jumlah uang yang di

bayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya yang

diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh

petani dimana dapat berupa faktor produksi yang digunakan tanpa menggunakan

biaya tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri,

penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan bibit dari hasil produksi,

dan penyusutan dari sarana produksi.

Dilihat dari sifatnya, biaya produksi terdiri dari fixed cost dan variabel

cost. Fixed cost adalah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada

besarnya produksi, sedangkan variabel cost adalah merupakan pengeluaran

usahatani yang digunakan untuk tanaman tertentu dan jumlahnya berubah seiring

besarnya produksi yang dilakukan. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang

yang diterima dari penjuaan produk usahatani yang diproduksi. Pengeluaran tunai

Page 26: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

17

usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan

jasa bagi usahatani. Selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai disebut

dengan pendapatan tunai usaha tani. pendpatan kotor usahatani disebut sebagai

nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Selisih antara pendapan kotor usahatani dan pengeluaran total

usahatani disebut sebagai pendapatan bersih tunai.

Soeharjo dan Patong (1973) dalam Nadhwatunnaja (2008), mangatakan

bahwa pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi,

alasannya adalah kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi

yang berlebihan. Oleh karena itu analisis pendapatan selalu diikuti dengan

pengukuran efisiensi. Hernanto (1989) dalam Purba (2008), menambahkan salah

satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (revenue-

cost ratio atau R/C.

Analisis R/C digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani

yang dilakukan berdasarkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan

pengeluaran dalam satu satuan biaya. Apabila R/C > 1, maka penerimaan yang

diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

penerimaan tersebut. Apabila R/C < 1, maka setiap unit yang dikeluarkan akan

lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh, dan apabila R/C = 1, maka

kegiatan usaha impas (tidak untung/tidak rugi).

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya

biaya dan pendapatan sangat kompleks, sehingga dibagi menjadi dua yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi biaya dan

pendapatan terdiri dari 1) umur petani; 2) pendidikan; 3) pengetahuan; 4)

pengalaman; 5) keterampilan; 6) luas lahan; 7) modal. Sedangkan untuk faktor

eksternal yang memepengaruhi biaya dan pendapatan terdiri dari 1) ketersediaan

input; 2) harga input; 3) permintaan output; 4) harga output. Adapun bagan

mengenai faktor internal dan eksternal yang secara bersamaan mempengaruhi

biaya dan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 27: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

18

Faktor Internal Faktor Eksternal Umur Petani Input Pendidikan a. Ketersediaan Pengetahuan b. Harga Keterampilan Output Luas Lahan a. Permintaan Modal b. Harga

Gambar 1. Faktor Internal dan Eksternal Usahatani Sumber : Suratiyah (2006)

3.1.2. Teori Produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa hasil akhir dari suatu proses

produksi adalah produk atau output. Nicholson (1999), mengatakan bahwa

produksi adalah kegiatan dalam menghasilkan output dengan menggunakan

kombinasi input produksi dan teknologi terbaik yang dimiliki. Soekartawi et al

(1986), menambahkan bahwa input dalam produksi biasa disebut sebagai faktor

produksi.

3.1.3. Faktor Produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa faktor produksi disebut juga

sebagai “korbanan produksi”, dimana faktor produksi atau disebut juga sebagai

input di dalam berproduksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk

yang dihasilkan (output). Dalam menghasilkan suatu produk, maka diperlukan

adanya pengetahuan mengenai hubungan antara faktor input dan output.

Hubungan antara input dan output disebut juga sebagai “factor relationship”.

Produksi merupakan suatu proses di dalam menciptakan suatu produk

yang dihasilkan (output). Hubungan mengenai faktor produksi dengan produksi,

dimana hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk (output). Produksi di

dalam bidang pertanian dapat bervariasi, yang mana disebabkan karena perbedaan

kualitas, alasannya adalah karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses

produksi yang baik, dan dilaksanakan dengan baik, dan begitu pula sebaliknya.

Usahatani

Biaya dan Pendapatan

Page 28: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

19

3.1.4. Fungsi Produksi

Lipsey (1995), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan

mengenai input yang digunakan di dalam proses produksi dengan kuantitas hasil

output yang dihasilkan.

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi adalah hubungan

fisik antara variabel yang dipengaruhi (Y sebagai dependent) dan variabel yang

mempengaruhinya (X sebagai independent), dimana variabel Y dijelaskan berupa

output di dalam produksi dan variabel X dijelaskan berupa input di dalam

produksi. Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa variabel input di dalam

produksi dapat berupa seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan lain-

lain yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi, namun tidak semua input

dipakai di dalam analisis, hal tersebut tergantung dari penting tidaknya pengaruh

input yang digunakan terhadap produksi. Secara matematis fungsi produksi dapat

ditulis sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,.., Xn)

Dimana :

Y = Output / hasil produksi f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor di dalam

produksi dengan hasil produksi X1, X2,.., Xn = input / faktor produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Pengukuran tingkat produktivitas

dari suatu produksi yang dilaksanakan memiliki dua tolak ukur yaitu produk

marginal (PM) dan produk rata-rata (PR). PM adalah tambahan satu-satuan input

di dalam produksi (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan

satu-satuan output produksi yang dihasilkan (Y). rumus penulisan PM adalah

sebagai berikut :

PM =

Dimana :

Y = Perubahan hasil produksi X = Perubahan faktor produksi ke-i

Page 29: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

20

Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit

input (X) dapat menyebabkan setiap tambahan unit output (Y) secara

proporsional. Apabila terjadi suatu penambahan satu-satuan unit input produksi

(X), akan tetapi menyebabkan satu-satuan unit output produksi yang menurun (Y),

maka peristiwa tersebut disebut sebagai the law of diminishing returns (kenaikan

hasil yang semakin berkurang) dimana menyebabkan PM turun. PR adalah

perbandingan antara produk total per jumlah input. Rumus PR dapat dituliskan

sebagai berikut :

PR =

Dimana :

Y = Hasil produksi Xi = Jumlah faktor produksi

Dalam mengukur perubahan yang terjadi dari produk total (PT) yang

diproduksi/dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi (input) yang

digunakan di dalam berproduksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi

(Ep). Ep adalah persentase perubahan dari produk yang dihasilkan (output) akibat

persentase perubahan dari input produksi yang digunakan. Persamaan Ep dapat

dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

E = PM .1

PR

Dimana :

Ep = Elastisitas Produksi PM = Produk Marginal PR = Produk Rata-rata

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi berdasarkan nilai

Ep terbagi menjadi tiga daerah yaitu :

1) Tahap I (increasing rate) dimana lebih dari satu (Ep > 1) yang artinya adalah

bahwa produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian faktor produksi

yang lebih banyak.

2) Tahap II (decreasing rate) dimana nol kurang dari Ep dan Ep kurang dari satu

(0 < Ep < 1) yang artinya adalah bahwa setiap penambahan faktor produksi

akan menyebabkan penambahan output paling tinggi sebesar satu persen dan

Page 30: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

21

paling rendah nol persen. Daerah dua dicirikan dengan penambahan hasil

produksi yang menurun, dan pada daerah dua dicapai keuntungan maksimum

dengan penggunaan faktor tertentu.

3) Tahap III (negative decreasing rate) dimana Ep kurang dari nol (Ep < 0) yang

artinya adalah setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen, maka

akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar nilai Ep. Adapun

tahapan suatu proses di dalam produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Suatu Proses Produksi

Sumber : Soekartawi, 1990

Keterangan :

PT = Produk total PM = Produk marginal PR = Produk rata-rata Y = Produksi X = Faktor produksi

Ep>1

X1 X2 X3 X

PM

PR

PM/PR

Y

PT

Ep<0 0<Ep<1

III II I

Page 31: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

22

Berdasarkan gambar dua mengenai tahapan suatu proses produksi, maka

Hubungan antara PM dan PT dapat dijelaskan bahwa :

1) Apabila PT meningkat, maka nilai PM akan positif

2) Apabila PT mencapai titik maksimum, maka PM akan berubah menjadi nol

3) Apabila PT mulai menurun, maka nilai PM akan negative

Hubungan antara PM dan PR antara lain adalah :

1) Apabila PM > PR, maka PR masih berada dalam keadaan menaik

2) Apabila PM < PR, maka PR dalam keadaan menurun

3) Apabila PM = PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT, PM dan PR dengan besar kecilnya nilai Ep

adalah sebagai berikut :

1) Ep = 1, dimana PR akan mencapai kondisi maksimum apabila PR = PM, dan

sebaliknya apabila PM = 0 dalam situasi PR keadaan menurun, maka Ep = 0.

2) Ep > 1, dimana PT dalam keadaan menaik pada tahap increasing rate dan PR

akan meningkat pada daerah I.

3) 0 < Ep < 1, dimana dalam kondisi tersebut maka setiap tambahan sejumlah

input yang digunakan tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan

output yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi pada daerah II (rasional), dimana

PT akan menaik pada tahap decreasing rate.

4) Ep < 0, dimana terletak pada daerah irrasional III. Dalam kondisi tersebut, PT

dalam keadaan menurun, nilai PM akan negatif, dan PR akan menurun.

Apabila terus meningkatkan input produksi, maka akan tetap merugikan bagi

petani yang berproduksi.

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa di dalam melakukan suatu

kegiatan produksi, Returns to scale (RTS) perlu untuk diketahui dari kegiatan

usaha produksi yang dilakukan dan disesuaikan dengan kaidah increasing,

constant, atau decreasing returns to scale. RTS merupakan penjumlahan dari

semua elastisitas faktor-faktor produksi, dimana terbagi menjadi tiga bagian yaitu

: (1) decreasing returns to scale, dimana < 1, yang artinya bahwa proporsi

penambahan input faktor produksi melebihi proporsi penambahan output

produksi; (2) constant returns to scale, dimana = 1, yang artinya bahwa dalam

Page 32: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

23

kondisi demikian setiap penambahan input faktor produksi akan proporsional

dengan penambahan output produksi yang dihasilkan; (3) increasing returns to

scale, dimana > 1, yang artinya berarti setiap proporsi penambahan input

faktor produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang proporsinya

lebih besar.

3.1.5. Model Fungsi Produksi

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang

harus diperhatikan di dalam memilih fungsi produksi yaitu :

1) Fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan kegiatan

budidaya yang sebenarnya terjadi.

2) Fungsi produksi yang digunakan dapat dengan mudah untuk diukur atau

dihitung secara statistik.

3) Fungsi produksi dapat dengan mudah untuk di artikan khususnya arti ekonomi

dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

Model fungsi produksi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Soekartawi (1990), mengatakan

bahwa model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan

yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang dijelaskan biasa

disebut dengan istilah dependent (Y) dan variabel yang menjelaskan biasa disebut

dengan istilah independent (X).

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa penyelesaian mengenai

hubungan antara variabel dependent dan independent dalam fungsi produksi

Cobb-Douglas untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan

kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear

berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis menggunakan metode

kuadrat terkecil (ordinary least square). Penyelesaian di dalam fungsi produksi

Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi

linear, dengan persyaratan :

1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, alasannya adalah karena

logaritma dari nol adalah merupakan suatu bilangan yang besarnya tidak

diketahui (infinite).

Page 33: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

24

2) Diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan

(non neutral difference in the respective technologies), apabila fungsi Cobb-

Douglas dipakai sebagai model di dalam pengamatan, dan bila diperlukan

adanya analisis yang memerlukan model lebih dari satu model, maka

perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan tidak terletak pada slope

model tersebut.

3) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

terkandung di dalam disturbance term.

Pertimbangan dasar dalam penggunaan model fungsi produksi Cobb-

Douglas berdasarkan kelebihan yang dimiliki antara lain :

1) Penyelesaian relatif lebih mudah, karena dapat dirubah ke dalam bentuk

linear.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran nilai elastisitas.

3) Besaran nilai elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran

returns to scale (RTS).

Model fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki beberapa kelemahan yang

dimiliki diantaranya yaitu :

1) Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan Ep bernilai negatif atau

memiliki nilai terlalu besar atau memiliki nilai terlalu kecil. Spesifikasi

variabel yang keliru dapat menimbulkan adanya multikolinearitas pada

variabel independent (X) yang digunakan sebagai input faktor produksi.

2) Kesalahan di dalam pengukuran variabel dapat menyebabkan nilai besaran Ep

terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3) Terjadi adanya multikolinearitas, dimana variabel X tidak mempunyai

hubungan kuat di dalam mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X

tersebut dipengaruhi oleh variabel X lainnya yang termasuk ke dalam input

faktor produksi.

Persamaan model fungsi produksi Cobb-Douglas secara matematik dapat

dituliskan sebagai berikut :

Page 34: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

25

Y = aX X X … X … X e

Dimana :

Y = variabel dependent Xi = variabel independent a,b = besaran yang akan diduga u = disturbance term (unsur sisa/galat) e = logaritma natural (2,718)

Berdasarkan beberapa kelemahan yang dimiliki model fungsi produksi

Cobb-Douglas, maka dalam mempermudah pendugaan terhadap persamaan

tersebut diubah ke dalam bentuk double logaritme natural (ln) dengan cara

melogaritmakan persamaan yang dimiliki di dalam penyelesaian fungsi produksi

Cobb-Douglas. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + … + bi ln Xi + … + bn ln Xn + u

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai b1 sampai bn

adalah tetap walaupun variabel X1 sampai Xn yang terlibat telah dilogaritmakan.

Alasannya adalah karena b1 sampai bn pada model fungsi produksi Cobb-Douglas

sekaligus sebagai Ep variabel Xn terhadap Y.

Parameter dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah di

transformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) merupakan bentuk

linear berganda (variabel independent lebih dari satu), yang kemudian dilakukan

analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square).

Metode pendugaan OLS dapat dipakai apabila memenuhi beberapa asumsi

diantaranya yaitu :

1) Variabel u adalah variabel acak yang riil dimana memiliki nilai tengah nol; E

(un) = 0

2) Homoskedastisitas, dimana ragam untuk setiap ui memiliki nilai sama untuk

setiap pengamatan Xi; E (ui2) = (varians konstan)

3) Tidak terdapat autokorelasi; E (uiun) = 0, dimana i

4) Besaran ui menyebar secara normal; ui ~ N (0, )

5) Nilai ui dan Xi adalah independen; E (uiX1i) = E (uiX2i) = 0

6) Tidak terdapat multikolinearitas antar variabel Xi

Page 35: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

26

3.2. Hubungan Karakteristik Petani Penangkar Benih Terhadap Produksi

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu

unsur penentu bagi keberhasilan kegiatan usahatani. karakteristik yang dimiliki

petani merupakan faktor penting yang dimiliki petani di dalam menjalankan

usahataninya karna akan berdampak kepada biaya dan pendapatan pada akhirnya

dalam mengelola usahataninya.

Besarnya pendapatan yang diterima petani berdasarkan banyaknya hasil

produksi benih yang dihasilkan pada satu satuan waktu produksi. Oleh karena itu

karakteristik yang dimiliki petani memiliki hubungan terhadap hasil produksi

yang akan dicapai. Suratiyah (2006), menambahkan bahwa apabila ditinjau dari

segi usia, semakin tua umur petani maka akan semakin berpengalaman dan

semakin baik dalam mengelola usahataninya, akan tetapi semakin tua umur petani

maka akansemakin menurun kemampuan fisiknya sehingga memerlukan tenaga

kerja tambahan dalam mengelola usahataninya.

Pendidikan yang ditempuh oleh petani baik formal dan terutama non

formal misalnya seperti adanya kursus yang diberikan oleh kelompok tani

setempat, penyuluhan, atau studi banding yang pada akhirnya dapat membuka

jalan fikiran petani dan menambah keterampilan dan pengalaman petani didalam

mengelola usahatani yang dijalankannya.

3.3. Kerangka Operasional

PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar

benih. Kerjasama kemitraan akan dapat berlangsung dengan adanya persetujuan

dari PT. SHS selaku perusahaan inti dan pihak petani penangkar selaku plasma.

Bagi PT. SHS kerjasama kemitraan tersebut berfungsi guna untuk memenuhi

kebutuhan dan kekontinuitasan produksi yang berorientasi terhadap profit.

Sedangkan bagi petani penangkar kerjasama kemitraan tersebut dapat membantu

didalam memperoleh bantuan modal, jaminan pemasaran produk hasil produksi

benih,dan pemberian pelatihan mengenai budidaya produksi benih padi yang baik.

Produksi Benih padi PT. SHS sebagian besar memproduksi benih padi

varietas ciherang. Adanya penurunan hasil produksi terjadi pada musim tanam

2008/2009 sampai dengan 2009/2010. Dengan memperhatikan kondisi diatas,

Page 36: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

27

telah terjadi adanya penurunan produksi benih padi varietas ciherang dari para

petani penangkar benih yang berkerjasama dengan PT. SHS. Oleh karena itu perlu

dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan

menurunnya produksi benih padi varietas ciherang yang di produksi oleh para

petani penangkar benih, karakteristik umum petani penangkar benih dan

kemitraan yang terjalin.

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk melihat banyaknya

penerimaan yang didapatkan petani penangkar didalam memproduksi benih padi

varietas ciherang. Korelasi antara atribut karakteristik umum petani penangkar

benih terhadap produksi dianalisis menggunakan korelasi rank spearman dengan

variable X yang terkandung adalah usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan,

jumlah tanggungan, dan pendapatan. Sedangkan variabel Y nya adalah hasil

produksi. Alasan menggunakan korelasi rank spearman adalah data yang

digunakan berbentuk data ordinal.

Dari hasil analisis tersebut diatas dapat dilihat mengenai faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang dengan

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dimana penyelesaiannya mengenai

hubungan antara variabel dependen dan independen, maka parameter-

parameternya harus ditransformasikan kedalam double logaritme natural (ln)

sehingga merupakan suatu bentuk liniear berganda yang kemudian dianalisis

menggunakan metode ordinary least square (OLS). Alasan menggunakan analisis

OLS adalah karena data yang digunakan berbentuk rasio dan digunakan untuk

menjelaskan mengenai hubungan antara variable X mempengaruhi Y. Bagan

kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 37: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

28

Gambar 3. Bagan Kerangka Operasional

Ordinary Least Square (OLS)

PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar benih untuk memproduksi benih padi pada lahan kerjasama

Prioritas benih padi yang diproduksi yaitu varietas ciherang

Produktivitas produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar mengalami penurunan

PT. Sang Hyang Seri

Rekomendasi kepada PT. SHS berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang agar dapat tercapai

optimalisasi produksi benih padi varietas ciherang

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Benih varietas Ciherang

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis Pendapatan usahatani

Analisis Pendapatan R/C

Karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

produksi

Uji Korelasi Rank Spearman

Page 38: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

29

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Unit Bisnis

Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat. Pemilihan lokasi

dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dimana teknik penentuan

berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah 1).

PT. SHS merupakan produsen benih padi terbesar di Indonesia yang menguasai

25 persen benih padi di Indonesia dengan kapasitas produksi benih padi 25.000

ton per tahun, 2). PT. SHS memiliki lahan sawah yaitu 3.150,65 hektar dalam satu

lokasi dan berada dalam satu pengelolaan manajemen. Kegiatan pengambilan data

dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan

Stratified Sample. Metode tersebut digunakan jika populasi yang tidak homogen,

maka populasi dibagi kedalam kelompok yang homogen lebih dahulu atau dalam

strata, dan anggota sample ditarik dari setiap strata (Nazir, 2005). Adapun

mengenai jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama yang dikelola

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Luasan Lahan Kerjasama yang Dikelola Musim 2010/2011

Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani Persen (%) Jumlah Responden 1,00-1,50 574 48 48 1,51-2,00 521 44 44

> 2,00 89 8 8 Total 1184 100 100

Sumber : SHS, 2010 (Data Diolah)

Dalam pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan

convinience sampling yang artinya adalah kemudahan di dalam memperoleh

responden untuk penelitian, dilakukan setelah jumlah responden telah ditentukan

berdasarkan persentase proporsional pada setiap luasan lahan yang memproduksi

benih padi varietas ciherang. Dalam penerapannya, penulis diperbantukan oleh

setiap koordinator wilayah PT. SHS untuk bertemu dengan petani penangkar.

Page 39: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

30

Alasannya adalah sulitnya didalam membedakan antara petani yang melakukan

kemitraan dengan tenaga kerja atau buruh harian dikarenakan luasan lahan yang

terlalu luas.

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan bahwa jumlah petani penangkar benih

untuk dijadikan sebagai responden berjumlah 100 orang pada lahan kerjasama

yang memproduksi benih varietas ciherang di PT. SHS. Penentuan jumlah

tersebut dengan alasan jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama

yang dikelola oleh petani penangkar benih.

4.3. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung di lapangan oleh seseorang yang akan melakukan penelitian atau yang

bersangkutan yang memerlukannya (Sugiyono, 2009). Data primer didapatkan

secara langsung di lapangan, dimana berdasarkan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang oleh petani penangkar benih

yang berkerjasama dengan PT. SHS. Selain itu, diperoleh juga mengenai data-data

yang berkaitan dengan perusahaan. Sedangkan dari segi waktunya merupakan

data cross section yang artinya adalah data yang diperoleh pada saat pengumpulan

di lapang dan diambil dalam kurun waktu tertentu sesuai kebutuhan penelitian.

Data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan

data kepada pengunpul data atau seseorang yang akan melakukan penelitian. Data

sekunder diperoleh dari lembaga Departemen Pertanian (Deptan), Badan Pusat

Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, dan internet.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sugiyono (2009), mengatakan metode pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama di dalam melaksanakan penelitian, alasan tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun macam-macam teknik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, Kuesioner (Angket), trianggulasi/

gabungan tertera pada Gambar 4.

Page 40: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

31

Gambar 4. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data Sumber : Sugiyono (2009)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Nazir (2005), mengatakan bahwa wawancara Yaitu proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap

muka.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya.

4.5. Metode Pengolahan Data

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi

berdasarkan data yang ditemukan di lapangan. Penelitian kuantitatif adalah

metode penelitian dimana data penelitian yang dimiliki berupa angka-angka dan

dianalisis menggunakan statistik.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan

statistik deskriptif, dimana digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya berdasarkan data yang didapatkan dilapangan. Teknik analisis data dalam

penelitian kuantitatif dapat menggunakan statistik inferensia yang artinya adalah

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara

Kuesioner (Angket)

Obsevasi

Trianggulasi / Gabungan

Page 41: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

32

teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis suatu data sampel, dan

hasilnya akan diberlakukan untuk populasi sampel yang dimiliki.

Statistik inferensia meliputi statistik parametris dan non parametris.

Penelitian ini menggunakan uji statistik parametris dan non parametris. Uji

statistik parametris merupakan pengujian yang memerlukan terpenuhi banyak

asumsi dan statistik parametris dapat digunakan untuk data yang berbentuk

interval dan rasio. Asumsi yang utama adalah dimana data yang akan di analisis

harus berdistribusi normal. Statistik non parametris merupakan pengujian yang

tidak memerlukan terpenuhinya banyak asumsi dan digunakan apabila datanya

berbentuk nominal atau ordinal.

Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan

data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum

kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. SHS dengan para petani penangkar benih.

Karakteristik umum petani penangkar benih, dan Karakteristik Usahatani akan

dianalisis secara deskriptif dengan bantuan dalam bentuk tabulasi frekuensi

sederhana.

Data kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani

dengan menggunakan analisis R/C, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi benih padi varietas ciherang akan dianalisis menggunakan model fungsi

produksi Cobb-Douglas yang diselesaikan menggunakan metode ordinary least

square (OLS), dan menganalisis hubungan karakteristik petani penangkar

terhadap produksi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan alat analisis

korelasi rank spearman.

Pengolahan data primer menggunakan Microsoft Excel, dan SPSS 14,

yang bertujuan untuk memperoleh hasil dan kesimpulan berdasarkan data yang

telah terkumpul.

4.5.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

4.5.1.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah merupakan

hubungan fisik antara variabel yang dipengaruhi/dijelaskan (Y) dan variabel yang

mempengaruhi/menjelaskan (X). variabel Y berupa output produksi dan variabel

X berupa input produksi.

Page 42: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

33

Fungsi produksi yang digunakan adalah menggunakan fungsi produksi

Cobb-Douglas, dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang

digunakan dalam memproduksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS RM I

UBD Khusus Sukamandi, Subang-Jawa Barat, dan langkah selanjutnya adalah

menyusun faktor produksi yang digunakan (input) kedalam suatu model fungsi

produksi Cobb-Douglas untuk menduga hubungan mengenai faktor produksi yang

digunakan (input) dengan jumlah produksi yang dihasilkan (output).

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan pertanian, tenaga kerja,

modal (fixed cost, variabel cost), pupuk (urea, TSP, KCl), pestisida, benih/bibit,

teknologi, dan manajemen.

Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa input produksi seperti

lahan, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya yang dapat

mempengaruhi besar kecilnya output produksi yang diperoleh, namun tidak semua

masukan tersebut digunakan dalam analisis yang dilakukan, hal tersebut

tergantung dari penting atau tidaknya pengaruh input produksi terhadap output

yang diperoleh.

4.5.1.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square

Metode pendugaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji asumsi Ordinary Least Square, dan didalam penyelesaian

penghitungan uji asumsi OLS dihitung menggunakan software minitab 14.

Asumsi dalam ordinary least square yaitu model linier (dalam parameter),

komponen error (menyebar acak & normal dengan nilai tengah 0), ragamnya

homogen, dan terdapat autokorelasi, dan tidak terdapat multikolinear diantara

variabel independent (X). Dengan mengacu kepada asumsi OLS, maka pengujian

awal yang harus dilakukan agar pengujian OLS dapat digunakan adalah sebagai

berikut :

1) Uji Normalitas

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa untuk menguji normalitas data yang

berbentuk rasio dapat menggunakan statistik parametris. Iriawan dan Astuti

(2006) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa residual di dalam

model regresi telah menyebar mengikuti distribusi normal, dan nilai P-Value

Page 43: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

34

uji normal residual pada grafik telah melebihi 15 persen. Pengujian hipotesis

di dalam penelitian ini menggunakan statistik parametris karena data yang di

uji berbentuk ratio dan akan di uji menggunakan Chi Kuadrat.

2) Homoskedastisitas

Iriawan dan Astuti (2006) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

suatu model akan memenuhi asumsi homoskedastisitas, dimana memiliki

kandungan error yang sama, yaitu nilai Y bervariasi dan memiliki satuan

yang sama baik untuk nilai variabel X yang tinggi ataupun nilai variabel X

yang rendah. Hal tersebut dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan

yang telah menunjukkan bahwa titik-titik tersebut telah menyebar secara acak

dan tidak membentuk pola.

3) Multikolinearitas

Soekartawi (2003) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

multikolinearitas merupakan situasi yang nilai-nilai pengamatan memiliki

hubungan yang kuat, sehingga menyebabkan variabel X tidak begitu

mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X dipengaruhi oleh variabel

X. Dalam mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Varians

Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF>10, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat adanya multikolinear diantara variabel Independent (X).

4) Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antar error satu dengan yang lainnya. Gujarati (1993) diacu dalam

Nadhwatunnaja (2008), menambahkan bahwa autokorelasi merupakan suatu

kondisi linier antara serangkaian anggota observasi, dimana berdasarkan

waktu dan ruang. Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa masalah

mengenai adanya autokorelasi pada umumnya terdapat pada data time series.

Di dalam penelitian ini tidak dilakukan autokorelasi, alasannya adalah data

yang digunakan di dalam penelitian ini bukan menggunakan data time series,

akan tetapi menggunakan data cross section.

Secara matematik model fungsi produksi Cobb-Douglas yang di

transformasikan ke dalam bentuk linier dan dianalisis menggunakan uji asumsi

Ordinary Least Square adalah sebagai berikut :

Page 44: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

35

lnY = ln + lnX1 + lnX2 + lnX3 + lnX4 + lnX5 + lnX6 + lnX7 + u

Dimana :

lnY = Hasil Produksi per musim tanam (Kg) lnX1 = Luas lahan (m2) lnX2 = Benih (Kg) lnX3 = Urea (Kg) lnX4 = TSP (Kg) lnX5 = NPK (Kg) lnX6 = Obat-obatan (ml) lnX7 = Tenaga Kerja (Rp) ln = Nilai Konstanta (Intercept)

, , … = Koefisien Regresi (Slope) u = disturbance term (unsur sisa/galat)

Unsur error (u) di dalam model mewakili :

Variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model

Komponen Nonlinieritas hubungan antara variabel independent dengan

variabel dependent

Adanya salah ukur saat melakukan observasi

Kejadian yang sifatnya Random

Dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square, digunakan untuk

mencari Pendugaan Koefisien Regresi. untuk menguji hipotesis digunakan Uji-F

dan Uji-T serta didukung dengan nilai Koefisien Determinasi (R2).

R2

Gujarati (1993) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya variabel variasi-

variasi variabel Dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh model (R2), sedangkan

besarnya variabel-variabel Dependen yang tidak dapat dijelaskan di dalam model

(1-R2) maka akan dijelaskan oleh komponen error (u). Nilai koefisien determinasi

berkisar antara nilai nol (0) dan satu (1), apabila nilai koefisien determinasi

semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaan mengenai produktivitas

yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Page 45: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

36

Uji-F

Uji-F digunakan untuk melihat mengenai variabel independen (X) apakah

berpengaruh terhadap variabel tidak dependen (Y). Di dalam penelitian ini untuk

melihat apakah model dugaan yang digunakan signifikan untuk menduga variabel

X mempengaruhi variabel Y.

Dari Tabel F, untuk taraf nyata = , V1 = k & V2 = (n-k-1), maka akan

diperoleh nilai F (v1=k & v2=(n-k-1)). Kriteria ujinya adalah Bila Fhit > F (v1, v2) atau

apabila P < , maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 pada taraf nyata .

Berdasarkan kriteria Uji-F, maka apabila Fhit > F atau P < , maka secara

bersamaan variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang nyata terhadap

dependen (Y), maka tolak H0, dan sebaliknya apabila Fhit < F atau P > , maka

terima H0, yang artinya adalah secara bersamaan variabel-variabel independen

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

Uji-t

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dugaan dari

masing-masing variabel independen (Xi) berpengaruh nyata atau tidak terhadap

variabel dependen (Y).

Uji statistik yang digunakan di dalam pengujian signifikansi masing-

masing koefisien regresi dugaan menggunakan Uji-t adalah sebagai berikut :

thit =

Dimana :

bi = Koefisien regresi ke-i Sbi = Standar Deviasi Koefisien Regresi ke-i

Dari tabel T, untuk taraf nyata = & DF = (n-k-1), maka akan diperoleh

nilai t ( ). Kriteria Uji-t adalah Bila |t | > t( / , ) atau bila P < ,

maka dapat disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata (uji 2 arah). Apabila |t | <

t( / , ) atau bila P > , maka dapat disimpulkan terima H0 (uji 2 arah).

Page 46: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

37

Berdasarkan kriteria Uji-t, maka dapat disimpulkan bahwa apabila bi

memiliki tanda positif, maka dapat disimpulkan bahwa apabila Xi meningkat satu

satuan Xi, maka diduga variabel dependen (Y) rata-rata akan meningkat sebesar bi

satuan Y, Cateris paribus. Apabila bi memiliki tanda negatif, maka dapat

disimpulkan bahwa apabila Xi meningkat satu satuan Xi, maka diduga variabel

dependen (Y) rata-rata akan turun sebesar bi satuan Y, Cateris paribus.

4.5.1.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka diajukan

hipotesis sebagai dasar pertimbangan di dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

o Tolak H0, Bila |t | > t( / , )

o Terima H0, Bila |t | < t( / , )

Kriteria Uji-t adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak memiliki hubungan nyata input produksi yang digunakan dapat

mempengaruhi hasil produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi

oleh para petani penangkar benih.

H1 : Adanya input produksi yang memiliki hubungan dalam mempengaruhi

produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh para petani

penangkar benih.

4.5.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Dalam menganalisis pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan

antara penerimaan usahatani (total revenue) dengan sejumlah biaya yang

dikeluarkan dalam memproduksi. Penerimaan total usahatani merupakan nilai dari

harga dikalikan dengan total produksi dalam periode tertentu. Total biaya

pengeluaran merupakan semua nilai factor produksi yang dipergunakan didalam

menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani

adalah merupakan selisih antara penerimaan yang dikurangi dengan pengeluaran

total. Adapun rumus pendapatan usahatani adalah sebagai berikut :

TR = Y + L TC = (P + B + PE) + (TK + BL) = TR – TC

Page 47: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

38

Dimana :

TR = Total penerimaan (Total revenue) (Rp) TC = Total biaya (Total cost) (Rp)

= Pendapatan (Rp) Y = Penerimaan dari penjualan hasil produksi benih (Rp) L = Penerimaan Lain-lain (Rp) P = Biaya Pupuk (Rp) B = Biaya Benih (Rp) PE = Biaya obat tanaman (Rp) TK = Biaya tenaga Kerja (Rp) BL = Biaya lain-lain

Dengan kriteria sebagai berikut :

Apabila TR > TC, maka usaha tersebut menguntungkan

Apabila TR = TC, maka usaha tersebut impas

Apabila TR < TC, maka usaha tersebut rugi

4.5.2.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) menggambarkan

penerimaan yang diperoleh dari setiap satu-satuan biaya yang dikeluarkan

didalam kegiatan usahatani. R/C digunakan untuk mengetahui mengenai tingkat

keuntungan relative kegiatan usahatani yang dijalankan. Adapun rumus R/C

antara lain adalah sebagai berikut :

R/C =

R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap satu satuan rupiah

biaya yang dilakukan dalam periode tertentu. Rumus yang digunakan dalam R/C

adalah apabila R/C > 1 maka usahatani tersebut menguntungkan untuk dijalankan,

yang artinya adalah penerimaan yang diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi dalam periode produksi tertentu, dan

apabila R/C < 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan, yang artinya

adalah penerimaan yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi dalam periode produksi tertentu.

4.5.2.2. Pengujian Skala Usaha

Pengujian skala usaha (return to scale) petani penangkar benih yang

memproduksi benih padi varietas ciherang dilakukan menggunakan model regresi

Page 48: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

39

yang terbatas (constraint regression), dimana dilakukan adanya pembatasan

model berdasarkan kondisi skala hasil yang tetap (constant return to scale, i =

1). Adapun hipotesis pengujian yang dilakukan didalam pengujian ini adalah :

H0 : i = 1 (Constant Return to Scale)

H1 : i Constant Return to Scale)

Uji statistik yang digunakan adalah :

F-Hitung = ( )/

/( )

Dimana :

e12 = error sumsquare (ESS) dari regresi yang tidak dibatasi

e22 = error sumsquare (ESS) dari regresi yang dibatasi

m = banyaknya pembatasan linear n = jumlah sampel k = banyaknya parameter dalam regresi yang tidak dibatasi (n-k) = derajat bebas (degree of freedom) Kriteria uji :

Apabila F-Hitung < F-Tabel (m, n-k), maka terima H0

Apabila F-Hitung > F-Tabel (m, n-k), maka tolak H0

4.5.3. Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi Dalam menganalisis hubungan karakteristik terhadap produksi

menggunakan alat analisis korelasi rank spearman dengan atribut karakteristik

umum petani penangkar benih yaitu usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan,

jumlah tanggungan, dan pendapatan. Penyelesaian didalam menganalisis

hubungan karakteristik terhadap produksi diselesaikan menggunakan software

SPSS 19. Sugiyono (2009), mengatakan bahwa korelasi rank spearman digunakan

untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila

masing-masing variable yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data

antar variable tidak harus sama.

Nazir (2005), mengatakan bahwa Pengujian hipotesis korelasi rank

spearman menggunakan statistik non parametrik, dimana pengukurannya berupa

Page 49: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

40

respon kualitatif atau nilai-nilai pada skala ordinal dengan diberikan peringkat

menurut urutan tertentu dan menganalisis peringkat-peringkat tersebut. Adapun

rumus korelasi rank spearman adalah sebagai berikut :

r = 16 di

n n

Dimana :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman di = Selisih Besarnya Rank dari peubah X dan Y n = Banyaknya Contoh

Besarnya nilai rs terletak antara -1 < rs < 1, yang artinya adalah :

rs = 1, hubungan antara X dan Y sempurna positif (hubungan sangat kuat positif) rs = -1, hubungan X dan Y Sangat sempurna negative rs = 0, hubungan X dan Y bersifat lemah (tidak ada hubungan)

Dalam menentukan kuat atau lemahnya korelasi antara X dan Y, maka

digunakan ketentuan sebagai berikut :

r mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan searah

r mendekati -1, maka hubungan sangat kuat tetapi tidak searah antara X dan Y

r memiliki nilai dibawah 0,5 atau -0,5 maka memiliki hubungan kurang kuat

antara X dan Y.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert

dengan ketentuan sebagai berikut :

Sangat baik = 4 Baik = 3 Tidak Baik = 2 Sangat Tidak baik = 1

Alasan dalam menggunakan skala likert antara lain adalah untuk

menghindari jawaban yang samar, artinya dengan menggunakan skala 4 tingkatan

maka terdapat kepastian perbedaan yang jelas antar jawaban.

4.5.3.1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis hubungan atribut

karakteristik petani penangkar benih terhadap produksi, maka hipotesis yang

diajukan adalah sebagai berikut :

Page 50: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

41

H0 = Tidak terdapat hubungan nyata atribut karakteristik petani penangkar benih

terhadap produksi

H1 = Terdapat hubungan nyata atribut karakteristik petani penangkar benih

terhadap produksi .

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

Tolak H0, apabila nilai signifikan > 0,05, artinya adalah terdapat hubungan

nyata atribut karakteristik petani penangkar benih terhadap produksi

Terima H0, apabila nilai signifikan < 0,05, artinya adalah Tidak terdapat

hubungan nyata atribut karakteristik petani penangkar benih terhadap produksi

4.5.4. Definisis Operasional

4.5.4.1. Usia

Tingkat usia petani penangkar benih diukur berdasarkan tingkatan yang

dibagi menjadi usia 17-27 tahun, usia 28-38 tahun, usia 39-49 tahun, usia > 50

tahun.

4.5.4.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh petani penangkar benih diukur

berdasarkan beberapa tingkatan yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP, dan SMA.

4.5.4.3. Pengalaman

Pengalaman diukur berdasarkan lamanya petani penangkar benih

memproduksi benih padi, dimana diukur berdasarkan beberapa tingkatan yaitu 1-5

tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, dan > 16 tahun.

4.5.4.4. Pelatihan

Pelatihan diukur berdasarkan banyaknya pelatihan yang diikuti oleh petani

penangkar benih dalam memproduksi benih, yaitu 1 kali dalam setahun, 2 kali

dalam setahun, 3 kali dalam setahun, dan > 4 kali dalam setahun.

4.5.4.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan banyaknya anggota keluarga yang dibiayai

seperti istri, anak, dan saudara. Jumlah tanggungan dianalisis berdasarkan

beberapa tingkatan diantaranya yaitu 1-3 orang, 4-5 orang, 6-7 orang, dan > 8

orang.

Page 51: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

42

4.5.4.6. Pendapatan

Pendapatan dilihat dari mutu kehidupan para dimana merupakan gabungan

pendapatan dari produksi benih padi varietas ciherang dan pendapatan di luar

produksi benih per bulannya. Pendapatan petani penangkar benih dari produksi

benih padi adalah banyaknya penerimaan yang didapatkan petani penangkar

benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang, sedangkan pendapatan

di luar produksi benih merupakan penerimaan yang didapatkan oleh petani

penangkar benih dengan melakukan suatu pekerjaan atau usaha diluar produksi.

Pendapatan diukur berdasarkan beberapa tingkatan yaitu – 1,9

Juta/bulan, 2 – 2,9 Juta/bulan,

4.5.4.7. Kerjasama Kemitraan

Kerjasama kemitraan merupakan suatu jalinan kerjasama antara

PPBPVC dengan PT. SHS selaku perusahaan inti didalam memproduksi benih

padi varietas ciherang.

4.5.4.8. Produksi

Produksi adalah kegiatan dalam menghasilkan output dengan menggunakan

kombinasi input produksi dan teknologi terbaik yang dimiliki (Soekartawi et al,

1986). Pengukuran hasil output produksi dalam penelitian ini adalah

menggunakan satuan Kilogram (Kg) per luasan lahan yang diproduksi.

4.5.4.9. Luas Lahan (X1)

Luas lahan merupakan faktor produksi utama di dalam memproduksi benih

padi. Satuan luasan yang digunakan untuk mengukur luas lahan yang dikelola

adalah meter persegi (m2). Hipotesis yang digunakan adalah semakin luas lahan

yang dikelola oleh petani penangkar benih, maka semakin tinggi produksi benih

padi varietas ciherang.

4.5.4.10. Benih (X2)

Benih merupakan salah satu input produksi utama di dalam memproduksi

calon benih dengan menggunakan parent seed (benih tetua/indukan).

Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan benih parent seed yang

digunakan berdasarkan kebutuhan benih per satuan luas lahan tanam berdasarkan

Page 52: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

43

anjuran penggunaan, maka semakin tinggi produksi benih padi. Satuan yang

digunakan untuk benih adalah Kilogram (Kg)

4.5.4.11. Urea (X3)

Hadisuwito (2007), mengatakan bahwa Urea merupakan salah satu jenis

pupuk tunggal dengan kandungan hara makro yang dibutuhkan bagi tanaman

dengan kandungan unsur kimia Nitrogen (N). penggunaan pupuk urea dapat

mendukung pertumbuhan tanaman. Alasannya adalah tanaman yang kekurangan

unsur N akan terus mengecil (kerdil), bahkan secara cepat berubah menjadi

kuning karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan

klorofilselain itu, apabila tanaman kekurangan kekurangan klorofil maka akan

menyebabkan kemampuan tanaman memproduksi karbohidrat menjadi berkurang.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk urea sesuai anjuran penggunaan,

maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan

untuk pupuk urea adalah Kilogram (Kg).

4.5.4.12. TSP (X4)

Pupuk TSP merupakan salah satu jenis pupuk tunggal yang dibutuhkan bagi

tanaman dengan kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan bagi tanaman

dengan kandungan unsur kimia Fosfor (P2O5). Penggunaan pupuk TSP dapat

mendukung pertumbuhan tanaman, alasannya adalah unsur P2O5 merupakan zat

yang penting sebagai sumber energy, oleh karena itu apabila tanaman kekurangan

unsur P2O5, maka dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi metabolism

tanaman, sementara itu, kandungan fosfor pada tanaman dapat membantu dalam

proses pertumbuhan bunga, buah, dan biji, serta mempercepat proses pematangan

buah. Apabila tanaman kekurangan unsur P2O5, maka dapat menyebabkan daun

dan batang tanaman menjadi kecil, daun tanaman berwarna hijau keabu-abuan,

mengilap, dan terlihat pigmen merah pada daun bagian bawah daun dan akhirnya

mati, pembentukan bunga terhambat dan berdampak kepada produksi buah atau

bijinya kecil.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk TSP sesuai anjuran penggunaan,

maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan

untuk pupuk TSP adalah Kilogram (Kg).

Page 53: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

44

4.5.4.13. NPK (X5)

Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang dibutuhkan

bagi tanaman dengan unsur kimia Nitrogen, Phospor, dan Kalium (N ,P2O5, K2O).

fungsi kandungan yang dimiliki untuk nitrogen dan fosfor sama dengan

penjelasan sebelumnya, dan kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan

karbohidrat, selain itu kalium berperan penting dalam pembentukan antibody

tanaman untuk melawan penyakit yang menyerangnya. Apabila tanaman

kekurangan kalium, maka daun tanaman akan tampak keriting dan mengkilap,

lama-kelamaan daun akan menguning pada bagian pucuk dan pinggirannya.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk NPK sesuai anjuran penggunaan,

maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan

untuk pupuk KCl adalah Kilogram (Kg).

4.5.4.14. Obat-obatan (X7)

Obat-obatan merupakan salah satu sarana input produksi baik berupa

pestisida, herbisida, dan fungisida dimana penggunaan obat-obatan yang

digunakan sesuai anjuran, maka akan mempengaruhi banyaknya produksi benih

yang dihasilkan, karena obat-obatan dapat melindungi tanaman dari hama dan

penyakit.

Hipotesisnya adalah penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan dosis

penggunaan pada saat terserang hama penyakit, maka akan meningkatkan hasil

produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan untuk pestisida adalah mililiter

(ml).

4.5.4.15. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga Kerja merupakan salah satu input dalam memproduksi benih,

dimana banyaknya tenaga kerja per hari yang digunakan tergantung berdasarkan

luasan lahan yang dimiliki. Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan

tenaga kerja yang digunakan maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman

padi. Satuan yang digunakan adalah Tenaga Kerja (Rp).

Page 54: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

45

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Sejarah Perusahaan

PT. Sang Hyang Seri (Persero) berdiri pada tahun 1971 dengan status

perusahaan Umum (PERUM) di Sukamandi, Subang, Propinsi jawa Barat,

mewarisi bekas perkebunan milik Inggris, Pamanukan dan Tjiasem Land yang

bergerak dibidang usaha Tapioka dan Rosella, yang kemudian melalui proses

nasionalisasi menjadi Yayasan Pembangunan Daerah Jawa Barat, kemudian

Lembaga Sang Hyang Seri yang selanjutnya pada tahun 1971 menjadi Perum

Sang Hyang Seri, melalui peraturan pemerintah No. 22 tahun 1971, dengan core

bussines benih tanaman pangan yang pada tahap awal menitik beratkan pada

komoditi benih padi dan beberapa palawija penting.

Gambar 5. PT. Sang Hyang Seri Regional Manager I

Pendirian PT. Sang Hyang Seri (Persero) bersamaan dengan dibentuknya

institusi perbenihan nasional yaitu Badan Benih Nasional (BBN), Lembaga Pusat

Penelitian Pertanian Sukamandi, sekarang menjadi Balai Penelitian Padi

(BALITPA) Sukamandi, dan Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih di Jakarta

yang kini menjadi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).

Kemudian secara berturut-turut PT. Sang Hyang Seri (Persero)

mengembangkan wilayah pelayanannya yakni tahun 1973 mendirikan Distrik

Benih di Malang Jawa Timur dengan 7 unit produksi benih (UPB) dan pada tahun

1982 mendirikan cabang di Luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera Utara,

Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat.

Page 55: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

46

Pada tahun 1985 dasar pendirian perusahaan disempurnakan kembali

melalui Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1985, selanjutnya pada tahun 1995

dengan memperluas core bussines menjadi benih pertanian dan usaha lain yang

langsung menunjang usaha perbenihan yang dapat meningkatkan pendapatan dan

kinerja perusahaan.

PT. Sang Hyang seri (Persero) kurang lebih dapat dikatakan telah 34 tahun

lamanya menggeluti bisnis benih bersertifikat yaitu sejak berdirinya tahun 1971,

perkembangan komoditi yang ditangani pada awalnya hanya benih padi, kedelai

dan jagung komposit. Pada tahun 1985 mengembangkan benih bersertifikat

jagung hibrida, serta pada tahun 1997 PT. Sang Hyang Seri mulai

mengembangkan benih hortikultura. Dengan demikian PT. Sang Hyang seri

(Persero) sejak mulai berdirinya mempunyai fokus core bussines benih dan tidak

menangani bisnis lain di luar komoditas bisnis benih, komoditas yang dominan

sampai sekarang masih menitik beratkan pada benih padi bersertifikat. Dengan

demikian PT. Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perintis dan Pelopor usaha

perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang mempunyai core bussines perbenihan pertanian.

5.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT. Sang Hyang Seri berlokasi di daerah Sukamandi desa Ciasem girang,

Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Dati II Subang Propinsi Dati I Jawa Barat,

antara Jakarta – Cirebon km 115-123. Sukamandi terletak pada posisi 6,20° LS

dan 107,39° BT, dengan jarak 3 sampai 15 km dari pantai utara pulau jawa

dengan ketinggian tempat 10 mdpl. Letak daerah tertinggi yaitu pada daerah

Patokbeusi, dimana pintu pemasukan air dari saluran irigasi waduk jatiluhur

berada.

PT. Sang Hyang Seri Sukamandi berbatasan dengan desa Sukahaji, desa

Gempol sari dan desa Tambak sari di sebelah barat. Di sebelah timur berbatasan

dengan desa Ciasem girang dan Ciasem tengah, sebelah utara berbatasan dengan

desa Blanakan dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Sukamandi Jaya.

Kebun benbih PT. Sang Hyang Seri (Persero) Sukamandi berada di sebelah utara

dan sebelag barat komplek perusahaan. Di wilayah kebun terdapat sungai yang

berfungsi sebagai saluran pembuangan yaitu sungai Blanakan.

Page 56: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

47

5.3. Struktur Organisasi

PT. Sang Hyang seri (Persero) memiliki struktur organisasi tersendiri.

Berdasarkan surat keputusan Direksi No 56/SHS.01/kept/IV/2000, manajemen

PT. SHS menggunakan System Regional Manager (Kantor Wilayah). Setiap

kantor wilayah akan membawahi beberapa Unit Produksi dan Pemasaran Benih

(UPPB) pada cabang lain, mengelola, dan bertanggung jawab atas seluruh

aktivitas yang dilaksanakan di setiap wilayah. UPPB khusus sukamandi

merupakan cabang khusus PT. SHS karena memiliki areal produksi sendiri.

PT. Sang Hyang Seri cabang Jawa Barat merupakan cabang terbesar yang

berkedudukan di Sukamandi Subang Jawa Barat. PT. Sang Hyang Seri Sukamandi

dipimpin oleh seorang kepala cabang yang membawahi beberapa kepala bagian

yang meliputi : Bagian Sekretariat, Bagian Produksi Swakelola, Bagian Produksi

Kerjasama dan UBD, Pengolahan Benih, Bagian Pemasaran, Bagian Keuangan

dan Material. Setiap kepala bagian membawahi beberapa kepala seksi, struktur

organisasi PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manager I dan struktur

organisasi PT. Sang Hyang Seri cabang khusus Jawa Barat dapat dilihat pada

Lampiran 18.

5.4. Bidang Usaha

1. Varietas Pelayanan

Menangani komoditi benih dari varietas yang dititik beratkan untuk

menunjang program pembangunan pertanian dalam arti luas di Indonesia

dengan karakteristik low profit, high risk, bersifat musiman, masa kadaluarsa

relatif singkat, mudah rusak, masa perputaran modal kerja rendah, produk

substitusi, bersifat retail dan konsumen berdaya beli rendah yang menyebar di

pedesaan.

Benih Padi

Volume usaha benih padi adalah terbesar dari core bussines perusahaan

dengan jumlah varietas lebih dari 25 varietas. Selain itu juga melakukan

pemurnian dan penjualan benih varietas lokal unggulan.

Page 57: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

48

Benih Jagung

Usaha benih jagung terdiri dari 2 kelompok yaitu komposit, dengan

jumlah 2 varietas jagung bersari bebas dan hibrida dengan jumlah 2

varietas, hasil kerja sama dengan mitra dalam negeri.

Benih Kacang-kacangan

Produksi dan pemasaran benih kedelai dengan 5 varietas. Selain itu juga

memproduksi dan memasarkan benih kacang hijau dan kacang tanah.

2. Varietas Komersial

Menangani komoditi benih sayuran, buah tanaman hias/bunga, jagung dan

padi hibrida serta kemitraan usaha yang terkait dengan benih unggul dan

usaha hilirnya seperti pemasaran hasil konsumsi dan olahannya, dengan

melibatkan mitra usaha strategis dan petani pelaksana sebagai plasma dengan

pendekatan agribisnis.

Benih Hortikultura :

Benih sayuran

Terdiri dari 2 kelompok benih yaitu impor dan produksi sendiri (SHS

Selection). Adapun jenis tanaman yang ditangani untuk benih impor

kurang lebih 26 jenis tanaman dan 110 varietas yaitu cabe, tomat,

paprika, kubis, chinese cabbage, mustard, tsoi-sim, pak-choy putih,

pak-choy hijau, selada, cauli flower, brokoli, lobak, ketimun, squash,

bitterground, buncis, seledri, wortel, jagung manis, bawang, bawang

daun dan bayam.

Sedangkan SHS Selection kurang lebih 15 komoditi, 20 varietas

terutama sayuran dataran rendah seperti cabe merah, cabe rawit, tomat,

kangkung, mentimun, paria, terung, kacang panjang, oyong, labu,

buncis, tsoi-sim, jagung manis, bayam, dan wortel.

Benih Buah-buahan

Terdiri dari 12 varietas watermelon dan 2 varietas yang berasal dari

impor. Varietas yang ditangani antara lain Sunlight, Yang-tse,

Emerald, dan Dark sweet (seedles), Dragon giant, Sugar Dragon,

Sugar Baby, Uranus, Long Dragon, King 999, dan Melon 2 varietas

yaitu F1-Indo dan F1 Rockstar.

Page 58: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

49

Benih Tanaman Hias/Bunga

Terdiri dari 44 varietas yang semuanya dari impor antara lain Aster,

Carnation, dan Sun flower.

Benih Perkebunan & Kehutanan

- Benih tembakau Virginia, 4 varietas lokal dan impor.

- Bibit Jati, berasal dari pengembangan secara kultur jaringan yang

bekerjasama dengan mitra usaha dalam negeri.

- Bibit Tebu uji coba 5 varietas impor dan pengembangan varietas

lokal.

- Bibit/benih lainnya.

Benih Perikanan

Pengembangan usaha benih ikan akan dilakukan dengan mitra usaha

(Perguruan Tinggi & Swasta).

3. Kemitraan Usaha

Kemitraan usaha adalah jenis usaha yang dibangun dengan pola kerjasama

antara PT.Sang Hyang Seri dengan mitra strategis sebagai investor sekaligus

pasar (off farm) dengan petani plasma (penangkar benih) sebagai pelaksana

lapang (on farm). Adapun produk dan kegiatan yang ditangani saat ini adalah

sebagai berikut :

Pembeli dan penjual gabah konsumsi.

Produksi dan pemasaran beras (khusus, kepala, wangi, ketan) dengan

merek PHITALOKA.

Jagung pipil/giling dan kedele konsumsi.

Memasarkan produk sarana produksi antara lain pupuk buatan / pupuk

organik, PPC bioorganik, pestisida, dan lain-lain dengan merek SANG

HYANG SERI / BIOSANG.

Pengembangan produksi & pemasaran pakan ternak.

Pengembangan Pusat Pelatihan Agribisnis.

4. Penelitian dan Pengembangan

Aktivitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan diarahkan kepada

penelitian terapan yang menunjang usaha pokok dan pengembangan bisnis

baru yang menguntungkan. Aktivitas yang dilaksanakan saat ini adalah :

Page 59: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

50

Program Benih Dasar dan Penelitian terapan, antara lain :

- Pengadaanh produk / varietas baru melalui perakitan sendiri, perjanjian

lisensi atas hak PVT dari dalam dan Luar Negeri serta kerjasama

dengan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.

- Perbaikan dan pemurnian varietas unggul yang telah dirilis.

- Pemantapan penyediaan benih sumber (NS/BS/FS) dan benih induk

padi hibrida (CMS, restorer, maintainer).

Membangun Bank Benih (Germplasm Bank) :

- Memelihara dan mempertahankan nucleous (NS) dan plasma nutfah

lainnya.

- Memelihara koleksi varietas.

Pengembangan Usaha :

- Pemantapan jejaring perusahaan serta membangun brand image dan

brand name perusahaan.

- Pengujian agro-input lainnya untuk menunjang bisnis inti.

- Penjajagan kerjasama dalam rangka pemberdayaan aset perusahaan.

Menyediakan informasi dan pelatihan dalam industri perbenihan.

5. Pusat Benih Sumber (P-BS)

Merupakan suatu unit usaha ynag bergerak dalam bidang produksi dan

pemasaran benih sunber kelas Benih Dasar (BD) dan kelas Benih Pokok (BP)

baik untuk memenuhi institusi lain yang memerlukan.

Page 60: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

51

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih

Karakteristik umum yang dimiliki oleh petani penangkar benih

berdasarkan hasil analisis di lapang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Uraian Keterangan Jumlah Persen

Usia 39-49 Tahun 55 55 Jenis Kelamin Laki-laki 95 95 Pendidikan SD 75 75 Pengalaman Menjadi Petani >16 Tahun 72 72 Pelatihan >10 Kali/Tahun 89 89 Jumlah Tanggungan 4 sampai 5 Orang 54 54

Pendapatan 28 28 1,1 - 1,9 Juta/bulan 28 28

Berdasarkan Tabel 9 didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 95 Orang dan perempuan sebanyak 5 orang. Dilihat

dari sisi umur, sebagian besar responden berumur 39-49 tahun atau sebesar 55

persen dari total jumlah responden yang digunakan.

Dalam memproduksi benih padi dibutuhkan adanya pengetahuan dan

keterampilan khusus, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi petani

penangkar yang memiliki pendidikan rendah untuk memproduksi benih.

Alasannya adalah karena petani dapat belajar dari petani lainnya yang sudah

terlebih dahulu memproduksi benih padi yang dilakukan di PT. SHS ataupun

melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS melalui

koordinator wilayah setiap daerah binaan yang bekerjasama dengan dinas

pertanian dan BPSB setempat. Para petani penangkar benih yang menjadi

responden pada umumnya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75 orang

atau sebesar 75 persen dari total jumlah petani penangkar yang dijadikan sebagai

responden.

Pengalaman yang dimiliki oleh petani petani penangkar benih berdasarkan

hasil yang didapatkan memiliki pengaruh terhadap perkembangan usahataninya di

dalam memproduksi benih, karena semakin berpengalaman dalam bidangnya

Page 61: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

52

maka semakin tinggi kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dalam

mengelola usahataninya. Pengalaman responden menjadi petani pada umumnya

memiliki pengalaman dalam bertani selama >16 tahun sebanyak 72 orang atau

sebesar 72 persen dari total responden yang dimiliki.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS pada umumnya bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani penangkar benih

dalam mengelola usahataninya agar dapat mengoptimalkan produksinya dan

diselenggarakan setiap musim tanam. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh PT.

SHS yang dilaksanakan oleh koordinator wilayah binaan dan bekerjasama dengan

dinas pertanian setempat serta BPSB setempat setiap tahunnya. Pelatihan yang

diikuti oleh para petani penangkar benih setiap tahunnya pada umumnya adalah

>10 kali/tahun, dimana rata-rata pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS

dan instansi terkait setiap musim tanam adalah sebanyak empat kali. Mayoritas

petani penangkar benih yang mengikuti pelatihan sebanyak >10 kali/tahun

berjumlah 89 orang atau sebesar 89 persen.

Jumlah tanggungan merupakan banyaknya jiwa yang tinggal dalam satu

atap atau rumah dan masih di biayai atau menjadi tanggungan oleh setiap individu

petani penangkar yang dijadikan responden. Jumlah tanggungan responden rata-

rata 4 sampai 5 orang yang masih harus di biayai dalam satu atap atau rumah oleh

petani penangkar dimana total respondennya mencapai 54 orang atau sebesar 54

persen dari total petani penangkar yang dijadikan sebagai responden.

Pendapatan yang dimiliki responden merupakan berasal dari keuntungan

usahatani per musim tanam dan diluar usahatani setiap bulannya. Pendapatan rata-

rata per bulan yang dimiliki oleh petani penangkar benih yang dijadikan sebagai

responden yaitu sebesar Rp1.000.000 per bulan sebanyak 28 orang atau sebesar

28 persen, dan Rp1.100.000 – 1.900.000 sebanyak 28 orang atau sebesar 28

persen.

6.2. Karakteristik Usahatani Petani Penangkar Benih

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa proses produksi atau lebih

dikenal dengan istilah budidaya tanaman merupakan suatu proses dalam usaha

bercocok tanam untuk menghasilkan raw material. Proses tersebut dimulai dari

Page 62: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

53

persiapan lahan sampai kepada pemanenan. Adapun mengenai karakteristik

usahatani petani penangkar benih dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Usahatani Petani Penangkar Benih Uraian Keterangan Jumlah Persen

Luas Lahan 1-1.5 Hektar 48 48 Pekerjaan Bertani 96 96 Alasan Budidaya Benih Padi Pekerjaan Utama 100 100

Alasan Melakukan Kemitraan Ingin Mendapatkan Jaminan Pasar 70 70

Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih >16 Tahun 72 72

6.2.1. Luas Lahan

Soekartawi (1990) mengatakan, bahwa Lahan pertanian dibedakan dengan

tanah pertanian. Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk

diusahakan usahatani, namun tanah pertanian diartikan sebagai tanah yang belum

tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran lahan pertanian dinyatakan

dengan hektar. Lahan pertanian yang diusahakan oleh para petani penangkar

benih merupakan lahan yang disewakan kepada petani penangkar benih sebagai

mitra dari PT. SHS dan sistem pembayaran sewa lahan menggunakan hasil

produksi benih yang dihasilkan sebanyak 1200 kg/Ha.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa tingkat keasaman tanah

rata-rata dengan pH 6,5-7, dengan ketinggian lokasi 10 meter diatas permukaan

laut (mdpl). Adapun mengenai luas lahan yang di gunakan oleh petani penangkar

yang dijadikan sebagai responden di dalam memproduksi benih yaitu rata-rata

seluas 15.854 m2 atau seluas 1,58 Ha.

Berdasarkan tinjauan lokasi didapatkan bahwa tingkat keasaman tanah

rata-rata dengan pH 6,5-7, dengan ketinggian lokasi 10 meter diatas permukaan

laut (mdpl). Adapun mengenai luas lahan yang di gunakan oleh petani penangkar

yang dijadikan sebagai responden di dalam memproduksi benih yaitu rata-rata

seluas 15.854 m2 atau seluas 1,58 Ha. Adapun mengenai lahan produksi PT. SHS

dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 63: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

54

Gambar 6. Lahan Produksi PT. SHS

6.2.2. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu mata pencaharian yang dilakukan oleh

seseorang di dalam mendapatkan penghasilan berupa uang. Pekerjaan yang

dilakukan oleh petani penangkar benih yang dijadikan sebagai responden dibagi

menjadi dua bagian, yaitu 1). Bertani dan 2). Bertani serta melakukan pekerjaan

lain diluar aktivitas bertaninya. Adapun persentase berdasarkan hasil yang

didapatkan mengenai status pekerjaan para petani penangkar benih yang dijadikan

sebagai responden dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Persentase Status Pekerjaan Petani Penangkar Benih

Status pekerjaan yang digeluti oleh para petani penangkar benih yang

dijadikan sebagai responden mayoritas hanya bertani, dimana sebesar 96 persen

atau sebanyak 96 orang petani penangkar benih yang hanya bertani saja tanpa

melakukan pekerjaan lain diluar aktivitas bertaninya untuk mendapatkan

penghasilan tambahan, dan hanya 4 orang atau 4 persen petani penangkar yang

menjalani pekerjaan lain diluar aktivitas bertaninya didalam mendapatkan

penghasilan tambahan.

96%

4%

Pekerjaan

Bertani

Selain Bertani

Page 64: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

55

6.2.3. Alasan Budidaya Benih Padi

Budidaya Benih padi merupakan suatu kegiatan bercocok tanam yang

menghasilkan output berupa benih padi yang bersertifikat. Adapun Persentase

alasan para petani penangkar didalam melakukan budidaya benih padi dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Persentase Alasan Petani Penangkar Budidaya Benih Padi

Alasan utama menurut pengakuan dari para penangkar benih padi yang

dijadikan sebagai responden mayoritas seluruhnya mengatakan bahwa alasan

budidaya Benih padi yaitu merupakan pekerjaan utama mata pencaharian para

petani penangkar dalam sehari-hari.

6.2.4. Alasan Melakukan Kemitraan

Kemitraan petani penangkar benih merupakan suatu kemitraan yang

terjalin antara petani penangkar dengan perusahaan benih. Adapun persentase

alasan petani penangkar benih PT. SHS melakukan kemitraan dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Persentase Alasan Melakukan Kemitraan

0%

100%

0%0%

Alasan Budidaya Benih Padi

Mudah Dibudidayakan

Pekerjaan Utama

Pekerjaan Sampingan

Memperoleh Hasil Panen Yg Besar

12%1%

17%

70%

Alasan Melakukan Kemitraan

Ingin Mendapat Bantuan Modal

Ingin Menambah Pengetahuan

Ingin Keuntungan Meningkat

Ingin Mendapatkan Jaminan Pasar

Page 65: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

56

Alasan para petani penangkar benih didalam melakukan kemitraan dengan

PT. SHS adalah ingin mendapatkan jaminan pasar mengenai hasil panen produksi

milik para petani penangkar.

6.2.5. Pengalaman Menjadi Petani penangkar Benih

Pengalaman di dalam menjadi petani penangkar benih merupakan lamanya

seseorang atau individu yang melakukan kegiatan usahatani didalam

menghasilkan output atau hasil panen berupa benih. Adapun persentase lamanya

pengalaman para patani penangkar benih yang dijadikan sebagai responden dapat

dilihat pada Gambar 10.

Pengalaman yang dimiliki responden menjadi petani penangkar benih

umumnya selama >16 tahun atau sebanyak 72 orang petani penangkar atau

sebesar 72 persen dari total responden yang dimiliki di dalam menjadi seorang

petani penangkar benih. Pengalaman tersebut diperoleh oleh para petani

penangkar benih di PT. SHS dengan melakukan kerjasama dengan PT. SHS.

Gambar 10. Persentase Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih

6.3. Kajian Kemitraan Petani Penangkar Benih PT. SHS

Pola kemitraan petani penangkar benih merupakan pola kemitraan inti

plasma yang merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan inti. Peranan petani penangkar benih selaku plasma yaitu mengelola

unit bisnisnya hingga panen dan menjual seluruh hasil produksi benihnya kepada

perusahaan inti (PT. SHS) didalam memenuhi kebutuhan perusahaan.

Dalam hal ini PT. SHS menyediakan lahan sawah yang berupa lahan

sawah irigasi, fasilitas kendaraan pengangkut hasil panen berupa truk dan traktor

1% 9%

18%

72%

Pengalaman Menjadi Petani penangkar Benih

1 sampai 5 Tahun6 sampai 10 Tahun11 sampai 15 Tahun>16 Tahun

Page 66: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

57

pengangkut hasil panen, sarana produksi pertanian berupa benih, pupuk, dan obat-

obatan, pengawalan teknis dan pembinaan produksi melalui koordinator masing-

masing wilayah, manajemen, menampung dan mengolah hasil panen,

memasarkan hasil produksi yang telah melalui seperangkat proses pengolahan,

memberikan pinjaman modal panen, dan menetapkan harga beli hasil panen calon

benih berdasarkan harga yang berlaku di pasaran dan dinilai berdasarkan kadar air

benih yang terkandung (persen) dan kotoran (persen).

Secara sederhana mengenai penjelasan kemitraan yang terjalin antara PT.

SHS dengan para petani penangkar benih dapat digambarkan mengenai hak dan

kewajiban bagi kedua belah pihak yang tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Hak dan Kewajiban Yang Tertera Di Dalam Perjanjian Kerjasama Kemitraan PT. SHS dan Petani Penangkar Benih.

No Uraian PT. SHS Petani Penangkar Benih 1 Kewajiban Melakukan

pembinaan dan pengawalan teknis produksi.

Membayar benih pokok sebanyak 25 Kg/Ha/Musim. Membayar bagi hasil sebesar 1.200 Kg/Ha/Musim Membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp 130.000,-/Ha/Musim

Mengelola areal dengan baik dan tidak dipindah tangankan kepada orang lain maupun dijual belikan.

Mematuhi ataupun mentaati persyaratan dan ketentuan yang berlaku di PT. Sang Hyang Seri (Persero).

2 Hak Berhak atas semua hasil panen dan memasukkan/menjual kepada PT. Sang Hyang Seri (Persero) apabila dibutuhkan setelah dipotong kewajiban bagi hasil.

Sumber : SHS, 2010

6.3.1. Pertimbangan Petani Penangkar Bermitra Dengan PT. SHS

Pertimbangan yang dipilih oleh para petani penangkar benih merupakan

pertimbangan yang diputuskan dan ditetapkan tanpa adanya paksaan dari pihak

manapun. Mayoritas pertimbangan utama dari petani penangkar benih yang

dijadikan sebagai responden di dalam menjalin hubungan kemitraan dengan PT.

SHS karena tidak memiliki lahan untuk berproduksi. Hal tersebut yang menjadi

alasan utama para petani penangkar menjalami kemitraan dengan PT. SHS.

6.3.2. Sumber Informasi Kemitraan PT. SHS

Sumber penyampaian informasi yang didapatkan oleh para petani

penangkar benih yang dijadikan sebagai responden pada umumnya berasal

langsung dari PT. SHS yaitu sekitar 76 orang atau sebesar 76 persen dari total

Page 67: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

58

responden yang dimiliki. Adapun mengenai sumber informasi kemitraan PT. SHS

yang didapatkan para petani penangkar didalam memproduksi benih dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Sumber Informasi kemitraan Sumber Informasi Kemitraan Jumlah Persen (%)

Teman/Rekan Kerja Sesama Petani 19 19 Keluarga 5 5 Tahu Sendiri 0 0 Langsung Dari PT. SHS 76 76 Total 100 100

Sumber tersebut didapatkan langsung dari PT. SHS dengan cara mengikuti

sosialisasi yang diselenggarakan langsung oleh PT. SHS dengan warga sekitar

untuk menjadi petani penangkar benih PT. SHS.

6.3.3. Pemahaman Kontrak Kemitraan

Pemahaman kontrak kemitraan yang telah dijalani oleh para petani

penangkar benih adalah merupakan suatu pemahaman mengenai isi yang tertera

mengenai kontrak perjanjian yang telah disepakati antara petani penangkar benih

dengan PT. SHS baik mengenai isi surat kontrak kemitraan mengenai hak dan

kewajiban kedua belah pihak. Adapun mengenai pemahaman mengenai kontrak

kemitraan yang telah disepakati oleh para petani penangkar benih dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Pemahaman Kontrak kemitraan Pemahaman Kontrak Kemitraan Jumlah Persen (%)

Tidak Mengerti 34 34 Mengerti 66 66 Total 100 100

Pemahaman para petani penangkar benih pada umunya mengerti mengenai

isi dari surat perjanjian kontrak kemitraan yang telah disepakati dengan PT. SHS,

baik mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terlibat. Pada

umunya para petani penangkar memahami surat perjanjian kontrak kemitraan

yang telah disepakati.

Page 68: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

59

6.3.4. Penetapan Harga Benih Pokok

Benih pokok merupakan benih yang ditanam dan menghasilkan output

hasil panen berupa benih sebar (benih yang akan di komersilkan/dijual oleh PT.

SHS). Harga benih pokok yang diberikan oleh PT. SHS yaitu Rp 7.500 per Kg.

Per Ha lahan membutuhkan benih pokok sebanyak 25 Kg dengan pembayaran

sesudah panen (Yarnen).

6.3.5. Penetapan Harga Beli Hasil Panen

Penetapan harga beli hasil panen merupakan harga yang ditetapkan oleh

PT. SHS dan disepakati bersama dengan para petani penangkar benih didalam

membeli hasil panen para petani penangkar benih yang menjadi mitra dari PT.

SHS. Penetapan harga mengikuti harga yang berlaku di pasaran berdasarkan tiga

lokasi yang berdekatan dengan area yang dimiliki PT. SHS dan digunakan harga

rata-rata berdasarkan hasil survey setiap minggunya pada saat musim panen.

Adapun mengenai adanya penetapan harga beli hasil panen dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Penetapan harga Beli Penetapan Harga Beli Jumlah Persen (%)

Setuju 98 98 Tidak Setuju 2 2 Total 100 100

Penetapan harga beli yang telah ditetapkan oleh PT. SHS berdasarkan

hasil kesepakatan dengan para petani penangkar benih sebagai mitra dari PT. SHS

mengatakan kata sepakat (setuju) mengenai penetapan harga beli hasil panen yang

telah ditetapkan secara objektif dan dimusyawarahkan terlebih dahulu kepada para

petani penangkar benih PT. SHS.

6.3.6. Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil merupakan salah satu cara pembayaran sewa lahan milik

PT. SHS dalam bentuk calon benih sebanyak 1200 kg/Ha yang dipotong dari hasil

panen yang dimiliki oleh para petani penangkar benih selaku mitra. Adapun

pernyataan mengenai penetapan harga yang diberikan oleh PT. SHS dapat dilihat

pada Tabel 15.

Page 69: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

60

Tabel 15. Sistem Bagi Hasil (Imbal jasa) Sistem Bagi Hasil (Imbal Jasa) Jumlah Persen (%)

Setuju 100 100 Tidak Setuju 0 0 Total 100 100

Pernyataan para petani penangkar benih mengenai penetapan bagi hasil

didapatkan bahwa setuju dengan sistem bagi hasil sebagai wujud pembayaran

sewa lahan.

6.3.7. Penetapan Biaya Operasional Kemitraan

Biaya Operasional Kemitraan merupakan biaya yang para petani

penangkar wajib dibayarkan sesudah cair pembayaran hasil panen. Biaya

operasional diperuntukkan untuk pemeriksaan lapang pertama sampai

pemeriksaan lapang ketiga, dimana dilakukan oleh petugas dari bagian pengawas

mutu benih PT. SHS.

Pemeriksaan lapang pertama dilakukan pada phase vegetative (satu bulan

setelah tanam) dilakukan terhadap pangkal batang, muka daun, telinga daun,

posisi daun, bentuk tanaman, dan warna lidah daun. Pemeriksaan lapang kedua

dilakukan pada phase reproduktif (pertanaman berbunga lebih dari 80 persen)

dilakukan terhadap warna ujung gabah dan posisi daun bendera dan keserempakan

berbunga. Pemeriksaan ketiga dilakukan pada phase pemasakan (paling lambat

satu minggu sebelum panen) dilakukan pada pemeriksaan bentuk gabah dan

warna gabah.

Pemeriksaan lapangan pertama dan kedua dapat dilakukan dua kali sampai

pertanaman benar-benar telah memenuhi standar pemeriksaan, sedangkan

pemeriksaan ketiga dilakukan hanya sekali. Apabila ketiga pemeriksaan telah

dilakukan dan memenuhi syarat maka pertanaman dinyatakan lulus lapang.

Adanya biaya pemeriksaan lapang sebesar Rp 130.000 per petani penangkar yang

dibebankan tentunya bervariasi mengenai pernyataan mengenai besaran nilai

rupiah yang harus dibayarkan. Adapun mengenai pernyataan para petani

penangkar yang dijadikan sebagai responden dan selaku mitra dari PT. SHS dapat

dilihat pada Tabel 16.

Page 70: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

61

Tabel 16. Penetapan Biaya Operasional Kemitraan Penetapan Biaya Operasional Kemitraan Jumlah Persen (%)

Mahal 2 2 Tidak Mahal 98 98 Total 100 100

Pernyataan para petani penangkar benih mengenai biaya operasional

kemitraan yang telah ditetapkan dimana mayoritas petani penangkar benih

mengatakan mengenai biaya operasional yaitu sebanyak 98 orang atau sebesar 98

persen yang mengatakan “Tidak Mahal” dari total jumlah responden.

6.3.8. Penetapan Penggunaan Varietas

Penetapan penggunaan varietas merupakan suatu keputusan yang telah

ditetapkan oleh PT. SHS kepada petani penangkar benih di dalam memproduksi

benih setiap musimnya dan penetapan tersebut dilakukan oleh PT. SHS

berdasarkan keputusan manajemen setiap musim tanamnya. Adapun mengenai

pernyataan yang dirasakan petani penangkar benih dengan adanya penetapan

penggunaan varietas dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Penetapan Penggunaan Varietas Penetapan Penggunaan Varietas Jumlah Persen (%)

Setuju 2 2 Tidak Setuju 98 98 Total 100 100

Pernyataan petani penangkar benih mengenai adanya penetapan

penggunaan varietas yang akan ditanam setiap musim tanamnya bahwa mayoritas

para petani menyetujui mengenai adanya penetapan penggunaan varietas yang

akan diproduksi oleh para petani penangkar benih.

6.3.9. Pendistribusian Benih Pokok

Benih yang akan ditanam atau di produksi oleh petani penangkar benih

berasal dari benih pokok milik PT. SHS. Dimana pada umumnya diberikan satu

hari sebelum tanam. Pelayanan yang diberikan oleh PT. SHS kepada petani

merupakan salah satu bagian penting di dalam kemitraan yang terjalin. Alasannya

adalah ketepatan waktu tanam dapat mempengaruhi rencana panen yang sudah

ditetapkan oleh manajemen. Adapun pernyataan yang dirasakan oleh petani

Page 71: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

62

penangkar benih terhadap pelayanan yang diberikan PT. SHS didalam

pendistribusian benih pokok dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pendistribusian Benih Pokok Pendistribusian Benih Pokok Jumlah Persen (%)

Tepat Waktu 99 99 Tidak Tepat Waktu 1 1 Total 100 100

Pelayanan yang diberikan PT. SHS mengenai ketepatan waktu dalam

penyediaan dan pendistribusian benih pokok yang akan digunakan oleh petani

penangkar dirasakan memiliki pelayanan yang baik. Mayoritas petani penangkar

benih sebanyak 99 orang atau 99 persen dari total responden mengatakan bahwa

PT. SHS didalam penyediaan dan pendistribusian benih pokok selalu “Tepat

Waktu”.

6.3.10. Fasilitas Dalam Kemitraan

Fasilitas yang diberikan dalam kemitraan yang terjalin antara PT. SHS

dengan petani penangkar benih yaitu mobil pengangkutan hasil panen yang

berjumlah 10 unit Traktor jektor dan 3 unit truk pengangkutan hasil panen dan

karung untuk menampung hasil panen. Permasalahan yang terjadi adalah masih

kurangnya unit kendaraan pengangkutan hasil panen yang dirasakan oleh para

petani penangkar yang mengakibatkan hasil panen tidak dapat langsung dibawa ke

pabrik pengolahan. Adapun mengenai kendaraan pengangkut hasil panen dapat

dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kendaraan Traktor Jektor Angkutan Hasil Panen

Dampak negatif yang petani penangkar rasakan adalah meningkatnya

kadar air hasil panen lapang akibat belum terangkutnya hasil panen yang dapat

Page 72: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

63

mempengaruhi harga yang diterima petani di dalam menjual hasil panennya,

karena petani sebagai penerima harga dan yang menentukan harga beli yaitu PT.

SHS.

6.3.11. Pengawalan Teknis Produksi Benih

Pengawalan teknis produksi benih dilaksanakan oleh setiap koordinator

wilayah setiap harinya. Jumlah koordinator wilayah berjumlah lima orang, dimana

setiap koordinator wilayah memegang luasan lahan rata-rata 500 Ha. Pengawalan

Rata-rata setiap musim tanam menurut pengakuan dari para petani penangkar

yang dijadikan sebagai responden adalah 93 kali dalam satu kali musim tanam

atau rata-rata lima sampai enam kali dalam satu minggu setiap koordinator

wilayah melakukan pengawalan dalam berproduksi.

6.3.12. Pelatihan Produksi Benih

Pelatihan produksi benih merupakan suatu pelatihan bagi para petani

penangkar dalam memproduksi benih milik PT. SHS secara teknis di lapang.

Rata-rata pelatihan produksi benih diselenggarakan dalam satu tahunnya adalah

sebanyak 12 kali atau empat kali dalam satu musim tanam. Tujuan PT. SHS

melakukan pelatihan rutin bagi para petani adalah agar para petani penangkar

dapat meningkatkan produktivitas kerjanya sehingga dapat lebih professional di

dalam memproduksi benih. Hasil pengakuan dari para petani penangkar bahwa

apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan

oleh PT. SHS, maka bagi para petani yang tidak mengikuti pelatihan akan

dikenakan sangsi berupa tidak boleh menjadi petani mitra PT. SHS untuk musim

tanam berikutnya sebagai peringatan yang diberikan oleh PT. SHS kepada para

petani yang bermitra dengan PT. SHS.

6.3.13. Pinjaman Modal Panen

Pinjaman modal panen yang diberikan PT. SHS kepada para petani

penangkar benih selaku mitra yaitu sebesar Rp 1.500.000 per Ha. Pada umumnya

para petani baru akan memanen hasil produksinya apabila modal panen sudah

diberikan Modal panen diberikan kepada petani penangkar rata-rata satu sampai

dua minggu sebelum panen. Pengembalian pinjaman modal panen petani

Page 73: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

64

penangkar benih langsung dipotong pada saat pembayaran hasil panen setiap

musim tanam.

6.3.14. Penanggungan Risiko Produksi

Penanggungan risiko produksi di dalam kemitraan yang terjalin antara

petani penangkar benih dengan PT. SHS yaitu risiko produksi langsung

ditanggung sendiri oleh petani penangkar benih selaku mitra PT. SHS dan petani

penangkar benih tetap harus membayarkan benih pokok, pupuk (apabila

mengambil), obat-obatan (apabila mengambil), biaya operasional, pinjaman

modal panen (apabila sudah meminjam), dan membayar sistem bagi hasil (imbal

jasa) sebagai nilai untuk sewa lahan kepada PT. SHS (biasanya ada kebijakan dan

dapat dibayarkan pada musim tanam selanjutnya apabila mengalami gagal panen

dengan mengakumulasi imbal jasa musim selanjutnya).

6.3.15. Keluhan Kemitraan Dengan PT. SHS

Keluhan dalam kemitraan yang terjalin merupakan suatu bentuk

kekecewaan yang petani penangkar benih rasakan didalam kemitraan yang terjalin

dengan PT. SHS.

Kekecewaan yang sangat dirasakan oleh para petani penangkar benih

didalam kemitraan yang terjalin adalah dimana 1). terkait mengenai selalu adanya

keterlambatan didalam pembayaran hasil panen yang dapat mencapai ± satu bulan

dan bahkan bisa lebih dari satu bulan didalam pembayaran hasil panen, 2).

mengenai kurangnya mobil angkutan hasil panen di lapang yang saat ini

berjumlah 10 unit traktor dan 3 unit truk dimana harus mengcover seluruh luas

lahan produksi yang dimiliki PT. SHS.

Hal tersebut mengakibatkan hasil panen para petani penangkar harus

bermalam di lahan dan bahkan dapat mencapai berhari-hari (paling lama 1

minggu) yang mana nantinya dapat berdampak terhadap adanya kenaikan kadar

air benih yang terkandung didalamnya karena benih dapat menyerap air, sehingga

dapat mempengaruhi harga jual nantinya kepada PT. SHS. Kadar air panen yang

ditetapkan oleh PT. SHS yaitu standar normal kadar air panen di lapang mencapai

25 persen dan kotoran sebesar dua persen. Besar harapan yang diinginkan para

Page 74: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

65

petani penangkar benih agar pembayaran hasil panen dapat dipercepat dan

angkutan hasil panen dapat ditambah.

Keluhan yang dirasakan oleh petani penangkar benih selaku mitra PT. SHS

seluruhnya merasakan kekecewaan mengenai keterlambatan pembayaran hasil

panen dan kurangnya angkutan hasil panen. Pembayaran biasanya baru dilakukan

paling cepat 1 bulan setelah panen.

Alasan utama PT. SHS adalah proses pengajuan dana yang ditujukan ke

kantor pusar PT. SHS untuk membayar hasil panen para petani penangkar tidak

dapat langsung cair karena perlu adanya pemeriksaan kembali mengenai besaran

dana yang akan digunakan untuk membayarkan hasil panen milik petani

penangkar.

6.3.16. Manfaat Bermitra Dengan PT. SHS

Manfaat yang didapatkan oleh para petani penangkar benih adalah

memiliki penghasilan dari keuntungan yang didapatkan dalam memproduksi

benih milik PT. SHS. Pengakuan Para petani penangkar benih mengatakan bahwa

akan terus melakukan kemitraan agar terus memiliki penghasilan karena bertani

merupakan pekerjaan utama.

6.4. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Benih Padi varietas Ciherang

6.4.1. Proses Budidaya

Proses budidaya merupakan urutan proses produksi dari mulai persiapan

pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan sampai pemanenan.

a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang

baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang bertujuan agar

tanaman dapat berproduksi secara maksimal. Pengolahan yang petani

penangkar benih lakukan adalah pemecahan bongkahan-bongkahan tanah

sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus

teksturnya. Selain membuat bongkahan tanah menjadi halus teksturnya juga

ketersediaan mengenai kecukupan air perlu diperhatikan.

Page 75: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

66

Pengolahan yang digunakan oleh petani penangkar benih padi varietas

ciherang terdapat dua sistem pengolahan yaitu sistem Maximum Tillage dan

Minimum Tillage. Maximum Tillage yaitu lahan diolah menggunakan alat

berat pengolahan seperti Rome Flow yang dapat menghasilkan olahan tanah

hingga kedalaman 30 cm. Sistem Maximum Tillage digunakan pada musim

tanam peralihan, namun pada musim tanam berikutnya perusahaan mengambil

kebijakan untuk tidak melakukan pengolahan dengan sistem Maximum Tillage

karena biaya yang dikeluarkan cukup tinggi. Para petani penangkar benih

menerapkan sistem Minimum Tillage atau Tanpa Olah Tanah (TOT) dalam

melakukan pengolahan pada musim tanam berikutnya. Usaha untuk

menunjang kesuburan tanah hanya dilakukan melalui pemupukan, baik pupuk

organik maupun pupuk anorganik dan pencangkulan di sekitar tanaman

pokok.

Pengolahan tanah pada sistem Minimun Tillage tidak menggunakan

pembajakan, akan tetapi menggunakan cara tradisional yaitu pencangkulan

dengan melakukan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya dan

gulma yang terdapat pada lahan tersebut. Pencangkulan bagian atas bedengan

dapat di lakukan setelah bedengan bersih. Lahan digenangi air dan dibiarkan

selama seminggu setelah dibajak.

Tenaga kerja yang digunakan oleh para petani penangkar benih padi

varietas ciherang di dalam melakukan pengolahan tanah tahap awal dengan

luasan lahan rata-rata 1,58 Ha yaitu menggunakan tenaga kerja borongan

dengan biaya rata-rata sebesar Rp 755.812 dan dibayarkan secara tunai.

b. Pembuatan Persemaian

Pembuatan persemaian diperuntukkan untuk persiapan tempat untuk

membibitkan benih pokok varietas ciherang yang akan ditanam dan

dipersiapkan pada saat pengolahan lahan. Luas lahan untuk persemaian benih

padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih untuk

kebutuhan tanam berdasarkan luasan lahan rata-rata membutuhkan luasan

seluas lima are (500 m2). Rata-rata tenaga kerja yang digunakan adalah laki-

laki sebanyak dua orang dengan biaya rata-rata per orang Rp 48.950 perhari

sudah termasuk uang makan dan rokok, dan dimulai dari jam tujuh pagi

Page 76: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

67

sampai jam empat sore. Hari orang kerja rata-rata adalah selama satu hari

didalam menyelesaikan pembuatan lahan untuk persemaian bibit yang akan

ditanam. Pembayaran dilakukan secara tunai.

c. Penampingan

Penampingan merupakan tahap kedua di dalam membalikkan tanah

dengan menggunakan cangkul dan langsung dibuatkan pematang/bedengan

(galengan) lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi padi (benih

sebar) varietas ciherang. Penampingan dilakukan setelah satu minggu lahan

digenangi air. Tenaga kerja rata-rata yang digunakan adalah laki-laki sebanyak

enam orang dengan hari orang kerja selama satu hari. Biaya tenaga kerja rata-

rata per orang yaitu sebesar Rp 48.535 per hari dan dimulai dari jam tujuh

pagi sampai jam empat sore. Biaya per tenaga kerja sudah termasuk uang

makan dan rokok. Pembayaran dilakukan secara tunai

d. Pemopokan

Pemopokan merupakan tahap ketiga didalam merapihkan

pematang/bedengan (galengan), tujuan pemopokan adalah agar

pematang/bedengan (galengan) terlihat lebih padat dan rapih sebelum

dilakukan penanaman yang bertujuan agar pada saat lahan digenangi air tidak

terjadi kebocoran pada pematang/bedengan (galengan). Pemopokan yang

dilakukan para petani penangkar benih padi varietas ciherang dilakukan satu

hari setelah penampingan dilakukan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk

pemopokan yaitu laki-laki sebanyak enam orang dengan biaya tenaga kerja

per hari rata-rata yaitu Rp 48.333 sudah termasuk uang makan dan rokok. Hari

orang kerja didalam penyelesaian pemopokan rata-rata membutuhkan waktu

selama satu hari, dimulai dari jam tujuh pagi sampai jam empat sore.

Pembayaran tenaga kerja dilakukan secara tunai

d. Peleleran

Peleleran merupakan tahap akhir pada saat pengolahan lahan dimana

bertujuan untuk meratakan tanah sawah agar siap untuk ditanam

(menghaluskan tekstur tanah sawah agar menjadi lumpur yang sangat halus).

Peleleran dilakukan setelah dua hari setelah dilakukan pemopokan dan

Page 77: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

68

dibiarkan dengan air yang menggenang sampai bibit siap untuk ditanam. Rata-

rata penggunaan tenaga kerja untuk peleleran yaitu laki-laki sebanyak enam

orang dengan biaya per tenaga kerja rata-rata yaitu sebesar Rp 48.100 per hari

sudah termasuk uang makan dan rokok. Lamanya hari orang kerja dalam

menyelesaikan peleleran yaitu selama satu hari. Pembayaran tenaga kerja

dilakukan secara tunai.

e. Penanaman

Penanaman bibit padi varietas ciherang dilakukan pada saat umur bibit

18-21 hari pada saat dipersemaian, memiliki enam helai daun, tinggi bibit 25

cm, memiliki batang besar dan keras, dan bebas dari hama penyakit. Standar

operasional prosedur Jarak tanam yang ditetapkan oleh PT. SHS adalah 20 cm

x 20 cm, akan tetapi jarak tanam yang digunakan oleh para petani penangkar

benih padi varietas ciherang pada umumnya adalah 25 cm x 25 cm.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk penanaman merupakan

tenaga kerja borongan, akan tetapi pembayaran tidak dilakukan secara

langsung, tapi akan diperhitungkan pada saat panen dengan pembayaran

menggunakan benih yang dipanen dengan perhitungan 1 : 6 (sistem ceblok)

berdasarkan banyaknya hasil panen lahan yang digarap oleh tenaga kerja

untuk menanam padi. Rata-rata pembayaran sistem ceblok yang harus

dibayarkan oleh petani penangkar benih adalah sebanyak 1.415 Kg benih

dengan luasan lahan rata-rata 1,58 Ha. Sistem ceblok merupakan sistem

pembayaran tenaga kerja menggunakan hasil panen benih, dimana tenaga

kerja tersebut melakukan penanaman dan pengaritan saat panen pada lahan

yang sama.

f. Penyulaman

Penyulaman yang dilakukan oleh petani penangkar benih padi varietas

ciherang yaitu maksimal dua minggu setelah tanam yang bertujuan untuk

mengganti tanaman padi varietas ciherang yang mati agar masaknya padi

dapat serentak. Penyulaman dilakukan apabila tanaman padi tidak tumbuh

setelah ditanam. Tanaman padi yang tidak tumbuh segera diganti atau disulam

dengan tanaman padi dari persediaan yang telah disediakan sebanyak 10

Page 78: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

69

persen. Tujuannya adalah agar umur tanaman untuk penyulaman tidak berbeda

jauh saat di sulam maupun saat berproduksi.

Rata-rata tenaga kerja yang digunakan oleh petani penangkar benih

padi varietas ciherang adalah sebanyak 86 orang petani penangkar benih

menggunakan tenaga kerja laki-laki, dan hanya 14 orang petani penangkar

benih yang menggunakan tenaga kerja perempuan. Upah tenaga kerja antara

laki-laki dan wanita tidak berbeda (disamakan). Banyaknya rata-rata

penggunaan tenaga kerja untuk penyulaman adalah sebanyak delapan orang

tenaga kerja dengan upah rata-rata Rp 47.750 per hari. Rata-rata hari orang

kerja dalam menyelesaikan penyulaman adalah selama satu hari dan

pembayaran dilakukan tunai.

g. Pemupukan

Pupuk mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dengan

konsentrasi relatif tinggi. Pupuk penting untuk memperkaya unsur hara tanah

dan untuk mempertahankan produksi tinggi. Unsur hara yang disediakan oleh

pupuk organik bagi tanah dalam jumlah sedikit, sehingga dengan penggunaan

pupuk anorganik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanah

yang cukup tinggi dan penggunaannya harus dengan dosis rendah (Irawan,

2001). Pemberian pupuk anorganik dilakukan oleh para petani penangkar

benih padi varietas ciherang dengan menggunakan pupuk tunggal (Urea, dan

TSP) maupun pupuk majemuk (NPK). Penggunaan pupuk anorganik yang

diberikan dengan rata-rata luas lahan garapan para petani penangkar benih

padi varietas ciherang seluas 1,58 Ha yaitu total pupuk tunggal urea (N)

sebanyak 537 Kg, total pupuk tunggal TSP (P) sebanyak 157 Kg, dan total

pupuk majemuk NPK sebanyak 115 Kg.

Pemupukan urea rata-rata dilakukan sebanyak tiga kali pemupukan,

TSP sebanyak satu kali pemupukan, dan NPK sebanyak satu kali pemupukan.

Total rata-rata kebutuhan tenaga kerja yang digunakan untuk pemupukan

sebanyak sembilan orang tenaga kerja laki-laki dengan upah per hari rata-rata

yaitu Rp 49.750. pemupukan dilakukan tiga kali, dimana setiap kali

pemupukan menggunakan tiga orang tenaga kerja laki-laki dan diselesaikan

dalam kurun waktu satu hari untuk luasan lahan rata-rata 1,58 Ha.

Page 79: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

70

Pembayaran tenaga kerja yang dilakukan oleh petani penangkar benih padi

varietas ciherang adalah pembayaran tunai.

g. Pemberian Obat-obatan

Pemberian obat-obatan bertujuan untuk menjaga pertumbuhan

tanaman padi varietas ciherang dari serangan hama dan penyakit yang dapat

menyebabkan tanaman padi kerdil, dan produktivitas hasil panen benih

varietas ciherang menurun. Para petani penangkar benih menggunakan

pestisida untuk menanggulangi hama penyakit tanaman, dan herbisida

bertujuan untuk menanggulangi rumput (gulma) yang tumbuh di area

pertanaman padi varietas ciherang yang di produksi oleh petani penangkar

benih.

Total rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk pemberian obat-obatan

yaitu sebanyak Sembilan orang tenaga kerja laki-laki dengan upah per tenaga

kerja yaitu Rp 49.740 per hari. Total rata-rata pemberian obat-obatan yang

dilakukan oleh petani penangkar benih padi varietas ciherang yaitu sebanyak

tiga kali, dimana setiap aplikasi pemberian obat-obatan membutuhkan tiga

orang tenaga kerja laki-laki dan diselesaikan dalam waktu satu hari untuk

luasan lahan rata-rata 1,58 Ha. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai.

h. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan agar pertumbuhan tanaman padi

normal dengan mendapatkan hara yang cukup di dalam tanah, karena gulma

dan tanaman-tanaman lain yang tumbuh di lahan pertanaman padi dapat

menyebabkan perebutan unsur hara di dalam tanah dan tanaman padi tidak

mendapatkan unsur hara yang cukup. Rata-rata 83 orang petani penangkar

benih padi varietas ciherang menggunakan tenaga kerja perempuan untuk

melakukan penyiangan, dan hanya 17 orang petani penangkar benih yang

menggunakan tenaga kerja laki-laki untuk melakukan penyiangan.

Rata-rata total kebutuhan tenaga kerja untuk penyiangan adalah

sebanyak 20 orang tenaga kerja dengan biaya tenaga kerja per hari yaitu

Rp 47.550. Rata-rata penyiangan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada umur

satu bulan setelah tanam dan umur 55 hari setelah tanam, dimana setiap kali

Page 80: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

71

melakukan penyiangan menggunakan 10 orang tenaga kerja. Pembayaran

yang dilakukan oleh petani penangkar benih varietas ciherang yaitu

pembayaran secara tunai.

i. Pengairan

Produksi benih padi varietas ciherang memerlukan ketersediaan air

yang cukup pada saat pertumbuhan. Lahan yang digunakan para petani

penangkar benih merupakan lahan sawah irigasi. Pengairan memiliki peranan

sangat penting. Pasokan air irigasi sepenuhnya tergantung pada jaringan

irigasi di lokasi penanaman. Jaringan saluran irigasi yang digunakan oleh para

petani penangkar benih pada lahan kerjasama milik PT. SHS yaitu

bekerjasama dengan PT. Jasa Tirta. Keunggulan para petani penangkar benih

didalam memproduksi benih padi varietas ciherang yaitu musim tidak

berpengaruh, alasannya adalah ketersediaan air untuk lahan yang digunakan

selalu terjamin mengenai pasokan air irigasi dari PT. Jasa Tirta.

Gambar 12. Pintu Pengaturan Pengairan Lahan Produksi PT.SHS

Pengairan lahan sawah yang dilakukan oleh petani penangkar benih

padi varietas ciherang yaitu menggunakan ulu-ulu. Ulu-ulu merupakan

seorang tenaga kerja laki-laki yang mengatur penyaluran air pada setiap blok

lahan yang akan digenangi air. Deskripsi kerja ulu-ulu yaitu mengatur

penyaluran air pada saat awal pertumbuhan, pembentukan anakan,

pembungaan, masa bunting, dan melakukan pengeringan sawah.

Pembayaran yang dilakukan oleh petani penangkar benih padi varietas

ciherang yaitu pembayaran menggunakan benih pada saat panen. Rata-rata

Page 81: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

72

pembayaran berupa benih yang dibayarkan oleh petani penangkar benih padi

varietas ciherang berdasarkan luasan rata-rata 1,58 Ha yang dikelola oleh para

petani penangkar yaitu sebanyak 39,64 Kg.

j. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan bertujuan untuk mensertifikasi tanaman agar

kondisi tanaman benar-benar bebas dari varietas lain dan dilakukan.

Pemeriksaan lapang pertama dilakukan pada phase vegetative (satu bulan

setelah tanam) dilakukan terhadap pangkal batang, muka daun, telinga daun,

posisi daun, bentuk tanaman, dan warna lidah daun.

Pemeriksaan lapang kedua dilakukan pada phase reproduktif

(pertanaman berbunga lebih dari 80 persen) dilakukan terhadap warna ujung

gabah dan posisi daun bendera dan keserempakan berbunga.

Pemeriksaan ketiga dilakukan pada phase pemasakan (paling lambat

satu minggu sebelum panen) dilakukan pada pemeriksaan bentuk gabah dan

warna gabah.

Pemeriksaan lapangan pertama dan kedua dapat dilakukan dua kali

sampai pertanaman benar-benar telah memenuhi standar pemeriksaan,

sedangkan pemeriksaan ketiga dilakukan hanya sekali. Apabila ketiga

pemeriksaan telah dilakukan dan memenuhi syarat maka pertanaman

dinyatakan lulus lapang. Biaya operasional yang harus dibayarkan oleh petani

penangkar benih varietas ciherang yaitu sebesar Rp 130.000 per musim tanam.

k. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman padi varietas ciherang

mencapai umur 120 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara

pengaritan tanaman padi yang akan menjadi calon benih (benih sebar). Setelah

itu padi di lakukan pengayakan baik secara tradisional atau menggunakan

teknologi (tresher), akan tetapi mayoritas petani penangkar benih lebih banyak

menggunakan cara tradisional. Setelah padi dilakukan pengayakan, lalu

dilakukan pengarungan dan pengikatan oleh petani penangkar benih padi

varietas ciherang.

Page 82: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

73

Gambar 13. Perontokkan Hasil Panen Benih Padi

Tenaga kerja yang digunakan untuk pengaritan pada saat panen adalah

rata-rata petani penangkar benih padi varietas ciherang menggunakan sistem

ceblok untuk luasan rata-rata 1,58 Ha adalah sebanyak 1.415 Kg. tenaga kerja

untuk pengayakan, pengarungan, dan pengikatan yang digunakan bersifat

borongan dengan perhitungan rata-rata biaya per ton yaitu Rp 28.230, dengan

total rata-rata hasil panen para petani penangkar benih dengan luasan rata-rata

1,58 Ha adalah 8,49 ton dan dibayarkan secara tunai.

Tenaga kerja kuli panggul (kulpang) dibayarkan dengan sistem

hitungan biaya perkarung rata-rata Rp 2.000. total rata-rata hasil panen yang

sudah dikarungkan milik petani penangkar benih rata-rata berjumlah 100

karung dan dibayarkan secara tunai. Adapun mengenai tenaga kerja kuli

panggul dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Tenaga Kerja Kuli Panggul

Page 83: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

74

6.4.2. Analisis Fungsi Produksi Benih Padi varietas Ciherang

Model yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan fungsi

produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode pendugaan OLS didalam

penyelesaiannya. Adapun faktor-faktor yang digunakan di dalam model fungsi

Cobb-Douglas antara lain adalah:

Y = Produksi X1 = Luas Lahan X2 = Benih X3 = Urea X4 = TSP X5 = NPK X6 = Obat-obata X7 = Tenaga Kerja.

Faktor tersebut merupakan peubah bebas yang akan digunakan untuk

menduga produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh para petani

penangkar benih yang dijadikan sebagai responden. Data mengenai penggunaan

faktor produksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil pendugaan model dengan menggunakan fungsi produksi dapat

dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pendugaan model tersebut terdapat

adanya multikolinearitas dimana terdapat hubungan linier diantara peubah bebas

(independent). Hal tersebut dapat diidentifikasi dengan melihat nilai VIF yang

memiliki nilai lebih dari 10 (>10), dimana didapatkan bahwa nilai VIF untuk

variabel bebas luas lahan (X1) yang memiliki nilai 15,5 dan variable bebas benih

(X2) memiliki nilai 755219.9. Masalah multikolinearitas merupakan salah satu

kelemahan yang dimiliki dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Dengan demikian

perlu adanya perbaikan model fungsi produksi untuk menghilangkan

permasalahan didalam pengolahan data sehingga dapat memenuhi asumsi OLS

yang digunakan.

6.4.3. Analisis Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh fungsi produksi Cobb-Douglas

yaitu mengenai masalah multikolinearitas. Untuk menghilangkan adanya korelasi

yang terjadi pada fungsi produksi tersebut, maka faktor produksi yang memiliki

nilai VIF > 10 dihilangkan dari model fungsi produksi benih padi varietas

ciherang yang dilakukan oleh para petani penangkar benih. Berdasarkan hasil

Page 84: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

75

yang didapatkan setelah mengeluarkan variabel bebas yang menyebabkan

terjadinya multikolinear, maka faktor produksi yang digunakan adalah urea (X3),

TSP (X4), NPK (X5), obat-obatan (X6), dan tenaga kerja (X7). Adapun mengenai

hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

Hasil pendugaan yang diperoleh dari model yang didapatkan setelah

dilakukan pengujian menggunakan uji asumsi OLS, maka pendugaan model yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

ln Y = -3.35 – 0.0010 lnX3 + 0.0035 lnX4 - 0.0153 lnX5 + 0.0555 lnX6 + 0.778 lnX7

6.4.3.1. Koefisien Determinasi (R2)

Hasil koefisien determinasi (R2-adj) yang didapatkan adalah sebesar 70,8

persen, yang artinya adalah variasi produksi benih padi varietas ciherang yang

dilakukan oleh para petani penangkar benih dapat diterangkan oleh model tersebut

yang terdiri dari urea (X3), TSP (X4), NPK (X5), obat-obatan (X6), dan tenaga

kerja (X7), sedangkan sisanya sebesar dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

tidak dijelaskan oleh model. Hasil pengujian asumsi OLS fungsi produksi

usahatani produksi benih padi varietas ciherang petani penangkar benih dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Uji Asumsi OLS Fungsi Produksi Usahatani Produksi Benih Padi Varietas Ciherang Petani Penangkar Benih Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Luas Lahan dan Benih

Variabel Koefisien Regresi P-Value VIF Constant -3.348 lnX3 -0.00105 0.992 4,5 lnX4 0.00345 0.858 1,0 lnX5 -0.015304 0.105 1,2 lnX6 0.05551 0.212 1,5 lnX7 0.7784 0.000** 4,7 R2 72.3% R2-adj 70.8% F-Hitung 49,10 P 0.000

Sumber : Data Diolah Keterangan : * = Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed)/95% ** = Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)/99%

Page 85: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

76

6.4.3.2. Uji Signifikansi Korelasi Ganda (Uji-F)

Nilai F-hitung yang didapatkan adalah sebesar 49,10 berpengaruh nyata

pada selang kepercayaan 99 persen, yang artinya adalah bahwa variabel bebas X3

(urea), X4 (TSP), X5 (NPK), X6 (obat-obatan), dan X7 (tenaga kerja) secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi benih varietas ciherang yang

dilakukan oleh para petani penangkar benih pada selang kepercayaan 95 persen.

hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk urea rata-rata penggunaan pupuk urea

sebanyak 338 Kg/Ha yang mana seharusnya sesuai anjuran PT. SHS sebanyak

250 Kg/Ha. Hal yang sama terjadi didalam penggunaan pupuk NPK yang

digunakan jauh dibawah ketentuan standar penggunaan yang ditetapkan oleh PT.

SHS sebanyak 150 Kg/Ha, akan tetapi para petani hanya menggunakan sebanyak

80 Kg/Ha dan lebih banyak kearah penggunaan pupuk urea. sedangkan

penggunaan pupuk TSP masih dapat ditingkatkan kembali penggunaannya.

Adapun mengenai output pendugaan fungsi produksi dapat dilihat pada Tabel 25.

6.4.3.3. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Dugaan (Uji-t)

Pengujian variabel bebas secara parsial (sebagian) dilakukan dengan uji-t.

adapun mengenai hasil pengujian yang dilakukan adalah bahwa hanya faktor X7

(tenaga kerja) yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen.

Penggunaan tenaga kerja yang digunakan oleh petani penangkar bersifat

borongan. Biaya yang dikeluarkan oleh petani penangkar benih lebih banyak

pengalokasiannya dari mulai pengolahan lahan sampai dengan pemanenan.

Tenaga kerja yang digunakan tidak memiliki keahlian khusus didalam

memproduksi dikarenakan tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh

PT. SHS, karna petani yang diberikan pelatihan hanyalah petani yang menjadi

mitra PT. SHS, sedangkan tenaga kerja borongan hanya menerima perintah dari

petani pengelola. Hal tersebut dapat berdampak terhadap kemampuan tenaga kerja

yang digunakan untuk memproduksi benih.

Petani penangkar lebih cenderung mengikuti pola tradisional yang sering

mereka gunakan dibandingkan dengan mengikuti anjuran penggunaan input

produksi yang ditetapkan oleh PT.SHS sesuai standar penggunaan input produksi

yang telah ditetapkan oleh PT. SHS. Hal tersebut yang menjadi perhatian penting

Page 86: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

77

didalam mempengaruhi produksi, karna seluruh penggunaan input produksi akan

dikelola oleh tenaga kerja, sehingga membutuhkan perhatian khusus mengenai hal

tersebut.

6.4.3.4. Uji Normalitas dan Homoskedastisitas

Analisis mengenai hasil normalitas yang didapatkan bahwa residual di

dalam model regresi telah menyebar mengikuti distribusi normal, dan nilai P-

Value uji normal residual pada grafik telah melebihi 15 persen, dan plot antara

sisaan dengan nilai dugaan yang telah menunjukkan bahwa titik-titik tersebut

telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. Adapun mengenai hasil

uji normalitas dan homoskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 5 - 10.

Berdasarkan hasil pada model yang diperoleh. Didapatkan bahwa nilai

koefisien regresi pada masing-masing faktor produksi memiliki nilai negatif dan

positif. Nilai negatif pada model menggambarkan bahwa pengaruh yang dimiliki

faktor produksi tersebut tidak berbanding lurus, sedangkan untuk nilai koefisien

regresi yang bernilai positif menggembarkan bahwa pengaruh yang dimiliki faktor

produksi tersebut berbanding lurus. Besarnya pengaruh yang dimiliki oleh faktor

produksi tersebut yang juga merupakan nilai elastisitas masing-masing peubah

bebas pada fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

a. Urea (X3)

Koefisien regresi dari faktor urea sebesar -0.0010 yang artinya adalah

bahwa penambahan penggunaan pupuk urea sebesar satu persen dapat

menurunkan hasil produksi sebesar 0.0010 persen (cateris paribus). Nilai

elastisitas faktor produksi urea sebesar 0.0010 menunjukkan bahwa urea yang

digunakan berada pada daerah III, yaitu daerah irrasional karena memiliki nilai

Ep< 0.

Hipotesis yang digunakan adalah penggunaan pupuk urea sesuai anjuran

penggunaan, maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Namun

berdasarkan hasil uji-t, urea tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi

benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar benih. Tidak

berpengaruhnya penggunaan urea ini diduga berdasarkan hasil tinjauan di

lapangan bahwa penggunaan pupuk urea yang digunakan oleh para peani

Page 87: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

78

penangkar benih terlalu berlebihan dengan rata-rata penggunaan pupuk urea

sebanyak 338 Kg/Ha. Alasannya adalah standar operasional prosedur penggunaan

pupuk urea sebesar 250 Kg/Ha

b. TSP (X4)

Koefisien regresi dari faktor urea sebesar 0.0035 yang artinya adalah

bahwa penambahan penggunaan pupuk TSP sebesar satu persen dapat

meningkatkan hasil produksi sebesar 0.0035 persen (cateris paribus). Nilai

elastisitas faktor produksi pupuk urea sebesar 0.0035 menunjukkan bahwa pupuk

TSP yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki

nilai yang berada diantara antara nol dan satu (0 <Ep < 1).

Hipotesis yang digunakan adalah penggunaan pupuk TSP sesuai anjuran

penggunaan, maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Namun

berdasarkan hasil uji-t, pupuk TSP tidak berpengaruh nyata terhadap hasil

produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar

benih. Tidak berpengaruhnya penggunaan pupuk TSP ini diduga berdasarkan hasil

tinjauan di lapangan bahwa penggunaan pupuk TSP yang digunakan oleh para

peani penangkar benih hanya bersifat melengkapi saja dan tidak ada dalam

standar operasional prosedur.pupuk TSP bukan merupakan prioritas pupuk yang

digunakan walaupun berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pupuk TSP masih

dapat ditingkatkan penggunaannya untuk meningkatkan hasil produksi benih padi

varietas ciherang, namun para petani penangkar benih lebih memprioritaskan

pupuk urea yang digunakan. Rata-rata pupuk TSP yang digunakan petani

penangkar adalah sebanyak 101 Kg/Ha.

c. NPK (X5)

Koefisien regresi dari faktor pupuk NPK sebesar -0.0153 yang artinya

adalah bahwa penambahan penggunaan pupuk NPK sebesar satu persen dapat

menurunkan hasil produksi sebesar 0.0153 persen (cateris paribus). Nilai

elastisitas faktor produksi pupuk NPK sebesar 0.0153 menunjukkan bahwa pupuk

NPK yang digunakan berada pada daerah III, yaitu daerah irrasional karena

memiliki nilai Ep< 0.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk NPK sesuai anjuran penggunaan,

maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Namun berdasarkan hasil

Page 88: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

79

uji-t, pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih padi

varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar benih. Tidak

berpengaruhnya penggunaan pupuk NPK ini diduga berdasarkan hasil tinjauan di

lapangan bahwa penggunaan pupuk NPK yang digunakan oleh para petani

penangkar benih hanya sebagai pelengkap dan bukan merupakan prioritas pupuk

yang digunakan. Walaupun standar operasional prosedur yang ditetapkan oleh PT.

SHS adalah sebanyak 150 Kg/Ha, akan tetapi penggunaan pupuk NPK rata-rata

yang dilakukan petani penangkar adalah sebanyak 80 Kg/Ha.

d. Obat-obatan (X6)

Koefisien regresi dari faktor obat-obatan sebesar 0.0555 yang artinya

adalah bahwa penambahan penggunaan obat-obatan sebesar satu persen dapat

meningkatkan hasil produksi sebesar 0.0555 persen (cateris paribus). Nilai

elastisitas faktor produksi obat-obatan sebesar 0.0555 menunjukkan bahwa obat-

obatan yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena

memiliki nilai yang berada diantara antara nol dan satu (0 <Ep < 1).

Hipotesisnya adalah penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan dosis

penggunaan pada saat terserang hama penyakit, maka akan meningkatkan hasil

produksi tanaman padi. Namun berdasarkan hasil uji-t, obat-obatan tidak

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang yang

diproduksi oleh petani penangkar benih. Tidak berpengaruhnya penggunaan obat-

obatan ini diduga berdasarkan hasil tinjauan di lapangan bahwa obat-obatan yang

telah digunakan oleh para petani, digunakan hanya untuk menjaga tanaman

mereka saja sebelum terjadi adanya serangan hama penyakit yang dapat

menyerang tanaman para petani penangkar benih padi varietas ciherang tanpa

mempertimbangkan adanya serangan hama penyakit. Jadi, penggunaan obat-

obatan yang digunakan atas dasar ada atau tidaknya serangan hama penyakit yang

menyerang tanaman padi varietas ciherang yang di produksi oleh petani

penangkar benih akan tetap menggunakan obat-obatan untuk menjaga tanaman

mereka.

e. Tenaga Kerja (X7)

Koefisien regresi dari faktor tenaga kerja sebesar 0.778 yang artinya

adalah bahwa penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar satu persen dapat

Page 89: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

80

meningkatkan hasil produksi sebesar 0.778 persen (cateris paribus). Nilai

elastisitas faktor produksi tenaga kerja sebesar 0.778 menunjukkan bahwa tenaga

kerja yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena

memiliki nilai yang berada diantara antara nol dan satu (0 <Ep < 1).

Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan tenaga kerja yang

digunakan maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Berdasarkan

hasil uji-t, tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih padi

varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar benih pada tingkat

kepercayaan 99 persen.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja memiliki faktor positif

terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani

penangkar benih, diduga berdasarkan keterampilan tenaga kerja yang dimiliki dan

pengalaman yang dimiliki tenaga kerja tersebut didalam memproduksi benih padi

varietas ciherang.

6.5. Analisis Skala Usaha (Return to Scale)

Hasil pengujian skala usaha, didapatkan bahwa penggunaan pupuk urea

dan pupuk NPK berada pada kondisi decreasing returns to scale (daerah III),

artinya bahwa proporsi penambahan penggunaan pupuk urea sebesar 1 persen,

maka akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar 0,001 persen, dan

penambahan penggunaan pupuk NPK sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan

penurunan tambahan produksi sebesar 0,015 persen. Apabila terus meningkatkan

input produksi pupuk urea dan NPK, maka akan merugikan bagi petani yang

berproduksi. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan didalam

berproduksi apabila sudah menggunakan pupuk urea. Karna kandungan pupuk

urea sudah terdapat didalam pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan

didalam berproduksi. Sedangkan untuk penggunaan input produksi seperti pupuk

TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja berada pada kondisi increasing returns to

scale (daerah I), artinya bahwa petani penangkar masih dapat ditingkatkan

pemakaian input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja.

6.6. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani menunjukkan struktur biaya yang

dikeluarkan dan penerimaan yang didapatkan/diperoleh dari usahatani yang di

Page 90: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

81

jalani oleh petani penangkar benih varietas ciherang. Adapun mengenai hasil

panen total benih padi yang di produksi pada lahan kerjasama milik PT. SHS

dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Produksi Benih Padi Musim Tanam 2010/2011 di PT. SHS Nama Wilayah Varietas Luas Lahan

(Ha) GKP (Kg) Produktivitas

Swakelola

Ciherang 335.79 1.048.373 3.122 Inpari 1 199.60 918.586 4.602 Inpari 13 39.77 213.972 5.380 Inpago 3 SHS 128.29 380.847 2.969

Jumlah 703.45 2.348,020

Kerjasama

Ciherang 1.658,90 8.999.532 5.425 Inpari 1 113.03 520,159 4.602 Situbagendit 190.03 743,308 3.912 IR-64 207.46 n n Mekongga 46.99 n n Inpara 3 46.54 n n Cigeulis 20.20 n n

Jumlah 2.283,15 10.262.999 Sumber : Data Diolah Keterangan : n = Belum Panen

Berdasarkan Tabel 19, diketahui bahwa total panen benih padi varietas

ciherang adalah 8.999.532 Kg atau sebanyak ± 9.000 ton benih dengan

produktivitas rata sebesar 5.425 Kg/ha atau sebesar 5,4 Ton/Ha. Hasil panen

musim tanam 2010/2011 meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan

produktivitas dari musim tanam sebelumnya adalah sebesar 2,6 Ton/Ha.

6.6.1. Analisis Penerimaan Usahatani Produksi Benih Padi Varietas Ciherang

Penerimaan usahatani pada musim tanam 2010/2011 pada bulan maret

sampai bulan april 2011 di analisis untuk perhitungan satu kali musim tanam

(empat bulan) dan luas lahan yang dipergunakan adalah luas lahan yang dibagi

menjadi empat yaitu luas lahan 1 hektar, luas lahan rata-rata 1,1-1,5 hektar, luas

lahan rata-rata 1,6-2 hektar, dan luas lahan rata-rata 2,1 hektar.

Total produksi berdasarkan luasan lahan dikalikan dengan harga rata-rata

yang berlaku pada bulan tersebut yang ditetapkan berdasarkan rata-rata harga

yang berlaku di tiga titik lokasi daerah yang berdekatan dengan area PT. SHS

sesuai harga pasaran setiap minggunya dan disepakati oleh kedua belah pihak

yaitu petani penangkar benih dan PT. SHS. Adapun mengenai penerimaan

Page 91: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

82

usahatani produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh para petani

penangkar benih dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Penerimaan Usahatani Produksi Benih Padi Verietas Ciherang Oleh Petani Penangkar Benih

Penerimaan Usahatani Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang

Komponen

Rata-rata Jumlah

Fisik Total (Kg)

Harga Pokok

Produksi (Rp)

Rata-rata Harga/ Satuan (Rp)

Margin Keuntungan

per Kg (Rp)

Rata-rata Nilai

Produksi (Rp)

Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 1 Hektar

5.762 2.685 3.202 517 18.449.924

Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 1,1-1,5 Hektar

6.796 3.167 3.202 35 21.760.792

Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 1,6-2 Hektar

10.965 2.578 3.202 624 35.109.930

Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 2,1 Hektar

12.564 2.523 3.202 679 40.229.928

Harga beli rata-rata PT. SHS di dalam membeli hasil panen benih sebar yang

diproduksi oleh petani penangkar benih pada musim tanam 2010/2011 adalah

sebesar Rp 3.202 per Kg benih sebar yang nantinya akan dijadikan sebagai calon

benih yang dikomersialkan oleh PT. SHS. Margin keuntungan rata-rata yang

didapatkan oleh petani penangkar adalah sebesar Rp 464 per Kg. Luasan lahan

rata-rata 1 Ha mendapatkan margin keuntungan sebesar Rp 517 per Kg benih padi

yang dihasilkan. Untuk luas lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha memiliki margin

keuntungan yang didapatkan oleh petani penangkar sebesar Rp 35 per Kg,

kecilnya margin yang didapatkan dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang

digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan masuk kedalam

perhitungan borongan untuk luasan lahan 2,1 Ha apabila petani mengelola lebih

dari 1 Ha. Sedangkan untuk margin keuntungan dengan luasan lahan rata-rata 1,6-

2 Ha sebesar Rp 624 per Kg, dan selisih margin keuntungan per kilogram untuk

luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah Rp 679.

6.6.2. Analisis Biaya Usahatani Produksi Benih Padi Varietas Ciherang

Komponen biaya usahatani produksi benih padi varietas ciherang terbagi

menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari tenaga kerja

(pengolahan lahan, persemaian, penampingan, pemopokan, peleleran, penyiangan,

Page 92: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

83

penyulaman, pemupukan, pemberian obat-obatan, panen), pupuk (urea, TSP, dan

NPK), obat-obatan, dan biaya lain-lain. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri

tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan nilai peralatan. Proporsi penggunaan

biaya yang paling besar dilakukan oleh petani penangkar benih padi varietas

ciherang adalah dari biaya tunai. Adapun mengenai analisis biaya usahatani dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Analisis Biaya Usahatani Produksi Benih Padi Verietas Ciherang Oleh Petani Penangkar Benih Berdasarkan Luasan Lahan

Pendapatan Usahatani Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang

Komponen

Rata-rata Nilai Produksi

(Rp) Luas Lahan 1 Ha

Rata-rata Nilai Produksi

(Rp) Luas Lahan

1,1-1,5 Ha

Rata-rata Nilai Produksi

(Rp) Luas Lahan

1,6-2 Ha

Rata-rata Nilai Produksi

(Rp) Luas Lahan 2,1 Ha

PENERIMAAN

Benih Padi (Fisik) 5.762 6.796 10.965 12.564

Benih Padi (Rp) 18.449.924 21.760.792 35.109.930 40.229.928

Total Penerimaan 18.449.924 21.760.792 35.109.930 40.229.928

PENGELUARAN Biaya Tunai Tenaga Kerja 2.878.106 4.064.289 5.676.097 6.903.326

Pupuk 1.043.337 1.738.118 1.799.535 2.061.336

Obat-obatan 1.074.275 1.718.840 1.933.695 2.148.550

Biaya Lain-lain 161.848 161.848 161.848 161.848

Sewa Lahan 3.842.400 5.597.096 7.476.670 9.112.892

Penyusutan Alat 21.789 30.538 24.900 15.350

Benih Pokok 187.500 273.150 364.875 444.600

Penanaman dan Pemanenan 3.073.920 3.627.866 5.853.256 5.103.988

Pengairan 80.050 116.617 155.777 189.815

Biaya Operasional Kerjasama 130.000 189.400 252.998 308.263

Biaya Modal Panen 1.500.000 2.185.385 2.919.205 3.556.875

Total Biaya Tunai (Rp) 13.993.225 19.703.147 26.618.857 30.006.843

Biaya Diperhitungkan

Tenaga Kerja dalam keluarga 1.456.000 1.792,000 1,624,000 1.680.000

Penyusutan Alat 20.943 27.323 24,900 15.350

Total Biaya Diperhitungkan (Rp) 1.476.943 1.819.323 1.648.900 1.695.350

Total Biaya 15.470.168 21.522.470 28.267.757 31.702.193 Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp) 4.456.699 2.057.645 8.491.073 10.223.085

Pendapatan atas Biaya Total (Rp) 2.979.756 238.322 6.842.173 8.527.735

Nilai R/C atas Biaya Tunai 1.32 1.10 1.32 1.34

Nilai R/C atas Biaya Total 1.19 1.01 1.24 1.27

Page 93: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

84

Adapun mengenai penyebab besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh

petani terkait dengan komponen sewa lahan, tenaga kerja, dan biaya penanaman

dan pemanenan. Biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh para petani penangkar

benih untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah Rp 13.993.225, sedangkan biaya

tunai akan terus meningkat seiring peningkatan luasan lahan. Hal tersebut terlihat

berdasarkan adanya peningkatan penggunaan jumlah input produksi dengan total

biaya tunai untuk luasan rata-rata 2,1 Ha adalah sebesar Rp 30.006.843.

6.6.3. Analisis Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya (R/C)

Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan bahwa pendapatan petani

penangkar benih atas biaya tunai dengan luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah

sebesar Rp 4.456.999. pendapatan petani atas biaya tunai akan meningkat seiring

meningkatnya luas area produksi yang dikelola. Hal tersebut terlihat bahwa

pendapatan atas biaya tunai petani dengan luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah

sebesar Rp 10.223.086.

Pendapatan bersih milik petani yang didapatkan didalam memproduksi

benih padi (pendapatan atas biaya total) dengan luas lahan rata-rata 1 Ha adalah

sebesar Rp 2.979.756, sedangkan untuk luasan lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha hanya

sebesar Rp 238.322. hal tersebut dikarenakan para petani lebih banyak

menggunakan tenaga kerja yang terlalu berlebihan. Alasannya adalah banyaknya

tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan

masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha apabila

petani mengelola lebih dari 1 Ha. Adapun mengenai analisis imbangan biaya

penerimaan dan biaya dapat dilihat pada Tabel 23.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai

Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya (R/C) tunai usahatani petani penangkar

benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang adalah sebesar 1,32

untuk luasan lahan 1 Ha yang artinya adalah untuk setiap biaya yang dikeluarkan

petani penangkar benih sebesar Rp 1,- maka petani penangkar benih tersebut akan

memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,32. Nilai R/C atas biaya tunai yang

didapatkan meningkat seiring peningkatan luas area yang dikelola.

Nilai imbangan biaya penerimaan dan biaya (R/C) total usahatani petani

penangkar benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang adalah

Page 94: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

85

sebesar 1,19 untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha yang artinya adalah untuk setiap

biaya yang dikeluarkan petani penangkar benih sebesar Rp 1,- maka petani

penangkar benih tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.19. nilai

R/C atas biaya total akan terus meningkat seiring peningkatan luas area yang

dikelola.

Tabel 23. Analisis Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya Analisis Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya

Komponen

Rata-rata Nilai Produksi (Rp) Luas Lahan

1 Ha

Rata-rata Nilai Produksi (Rp) Luas Lahan 1,1-1,5 Ha

Rata-rata Nilai Produksi (Rp) Luas Lahan

1,6-2 Ha

Rata-rata Nilai Produksi (Rp) Luas Lahan

2,1 Ha Penerimaan 18.449.924 21.760.792 35.109.930 40.229.928

Pengeluaran

Biaya Tunai 13.993.225 19.703.147 26.618.856 30.006.842

Biaya Diperhitungkan 1.476.943 1.819.323 1.648.900 1.695.350

Total Biaya 15.470.168 21.522.470 28.267.756 31.702.192 Pendapatan atas Biaya Tunai (Rp) 4.456.699 2.057.645 8.491.074 10.223.086

Pendapatan atas Biaya Total (Rp) 2.979.756 238.322 6.842.174 8.527.736

Nilai R/C atas Biaya Tunai 1.32 1.10 1.32 1.34

Nilai R/C atas Biaya Total 1.19 1.01 1.24 1.27

Berdasarkan hasil analisis kedua nilai imbangan biaya penerimaan dan

biaya (R/C) memiliki nilai lebih dari 1 (>1), maka dapat disimpulkan bahwa

usahatani para petani penangkar benih didalam memproduksi benih padi varietas

ciherang tersebut layak untuk diusahakan.

6.7 Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi

Atribut karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar benih tersebut

yaitu meliputi usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan, dan

pendapatan. Adapun mengenai hasil analisis korelasi atribut karakteristik umum

petani penangkar benih padi varietas ciherang terhadap produksi dapat dilihat

pada Tabel 23

Berdasarkan Tabel 24 didapatkan bahwa karakteristik umum yang dimiliki

petani penangkar benih berupa pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan

dapat mempengaruhi produksi benih yang dilakukan oleh petani penangkar benih,

Page 95: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

86

sedangkan usia, pendidikan, dan pengalaman tidak berpengaruh terhadap

produksi.

Tabel 24. Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi

PRODUKSI Faktor Keterangan Nilai Korelasi

Usia Correlation Coefficient 0.094 Sig. (2-tailed) 0.351 N 100

Pendidikan Correlation Coefficient 0.156 Sig. (2-tailed) 0.121 N 100

Pengalaman Correlation Coefficient -0.055 Sig. (2-tailed) 0.587 N 100

Pelatihan Correlation Coefficient -0.301** Sig. (2-tailed) 0.002 N 100

Jumlah tanggungan Correlation Coefficient -0.198* Sig. (2-tailed) 0.049 N 100

Pendapatan Correlation Coefficient 0.709** Sig. (2-tailed) 0.000 N 100

Sumber : Data Diolah Keterangan : * = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) ** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Banyaknya pelatihan yang diikuti oleh petani penangkar benih dalam satu

tahun mayoritas mengikuti pelatihan sebanyak > 10 kali/tahun sebanyak 89 orang

atau 89 persen dari total petani penangkar benih yang dijadikan sebagai

responden. Adapun mengenai hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 24.

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pelatihan produksi memiliki

nilai rs (p-value) pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant

0.01, maka terima H1 dan tolak H0. Artinya adalah terdapat hubungan nyata

atribut pelatihan produksi terhadap produksi benih pada taraf nyata satu persen,

namun memiliki korelasi yang negatif. Artinya adalah semakin sedikit pelatihan

produksi yang diikuti, maka semakin meningkat hasil produksi benih yang

dilakukan oleh petani penangkar benih.

Para petani penangkar mengatakan bahwa mereka mengikuti pelatihan

yang diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah

apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan

Page 96: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

87

oleh PT. SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk

musim tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi atau

dengan kata lain tidak bisa bergabung kedalam kemitraan yang terjalin antara PT.

SHS dengan para petani penangkar benih selaku mitra.

Banyaknya jumlah tanggungan terhadap produksi memiliki nilai rs (p-

value) pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant

terima H1 dan tolak H0. Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pelatihan

produksi terhadap produksi benih pada taraf nyata lima persen, dan hubungan

yang didapatkan memiliki korelasi yang negatif. Artinya adalah semakin sedikit

jumlah tanggungan petani penangkar benih, maka semakin banyak hasil produksi

yang dimiliki oleh petani penangkar benih. Para petani penangkar mengatakan

bahwa seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan

rumah tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi

penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi

Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata

juta sampai 1,9 Juta/bulan atau sebanyak 56 persen. Berdasarkan hasil yang

didapatkan bahwa pendapatan memiliki nilai rs (p-value) pada kolom Sig.(2-

tailed) > level of significant 1 dan tolak H0.

Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pendapatan terhadap produksi

pada taraf nyata satu persen. Dari hasil yang didapatkan bahwa pendapatan

memiliki korelasi yang positif terhadap produksi . Artinya adalah semakin tinggi

pendapatan yang diperoleh petani, maka semakin tinggi hasil produksi yang

diperoleh petani penangkar benih.

Page 97: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

88

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani produksi benih padi varietas

ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar adalah penggunaan pupuk urea,

pupuk TSP, pupuk NPK, obat-obatan, dan tenaga kerja. penggunaan pupuk urea

dan pupuk NPK berada pada kondisi decreasing returns to scale. Apabila terus

meningkatkan input produksi pupuk urea dan NPK, maka akan merugikan bagi

petani. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan apabila sudah

menggunakan pupuk urea. Karna kandungan pupuk urea sudah terdapat didalam

pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi.

Sedangkan untuk penggunaan input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan

tenaga kerja berada pada kondisi increasing returns to scale. Penggunaan pupuk

NPK seharusnya tidak digunakan didalam berproduksi apabila sudah

menggunakan pupuk urea, dan pupuk TSP. Karna kandungan pupuk urea dan

pupuk TSP sudah terdapat didalam kandungan pupuk NPK dan hal tersebut

merupakan pemborosan didalam berproduksi. Tenaga kerja merupakan hal yang

paling berpengaruh terhadap produksi benih padi yang dilakukan oleh para petani

penangkar. Tenaga kerja yang digunakan tidak memiliki keahlian khusus didalam

memproduksi dikarenakan tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh

PT. SHS, karna petani yang diberikan pelatihan hanyalah petani yang menjadi

mitra PT. SHS, sedangkan tenaga kerja borongan hanya menerima perintah dari

petani pengelola.

Pendapatan yang diperoleh oleh petani penangkar didalam memproduksi

benih padi dengan luas lahan 1 Ha adalah sebesar Rp 2.979.756, sedangkan untuk

luasan lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha hanya sebesar Rp238.322. hal tersebut

dikarenakan para petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja yang terlalu

berlebihan. Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata

1 juta sampai 1,9 Juta/bulan. Saat ini harga beli rata-rata PT. SHS di dalam

membeli hasil panen benih sebar yang diproduksi oleh petani penangkar benih

pada musim tanam 2010/2011 adalah sebesar Rp 3.202 per Kg. Margin

keuntungan rata-rata yang didapatkan oleh petani penangkar adalah sebesar

Page 98: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

89

Rp 464 per Kg. untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 517 per

kilogram benih padi yang dihasilkan. Untuk luas lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha

memiliki margin keuntungan yang didapatkan oleh petani penangkar sebesar

Rp35 per kilogram, kecilnya margin yang didapatkan dikarenakan banyaknya

tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan

masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan 2,1 Ha apabila petani

mengelola lebih dari 1 Ha. Sedangkan untuk margin keuntungan dengan luasan

lahan rata-rata 1,6-2 Ha sebesar Rp 624 per kilogram, dan selisih margin

keuntungan per kilogram untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah Rp 679.

Petani penangkar mengatakan bahwa didalam mengikuti pelatihan yang

diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah apabila

para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT.

SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk musim

tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi atau dengan

kata lain tidak bisa bergabung kedalam kemitraan yang terjalin antara PT. SHS

dengan para petani penangkar benih selaku mitra. Banyaknya jumlah tanggungan

yang dimiliki oleh petani ternyata menjadi beban bagi petani penangkar, mereka

tidak maksimal didalam memproduksi. Para petani penangkar mengatakan bahwa

seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan rumah

tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi

penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi. Dengan

adanya kemitraan yang terjalin, para petani penangkar merasakan dampak yang

positif karna memiliki mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan rumah

tangganya setiap bulannya.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. SHS, maka saran yang

dapat diberikan adalah :

1. Perlu diadakan pelatihan-pelatihan dengan melibatkan karyawan PT. SHS,

petani penangkar yang bermitra dengan PT. SHS, dan tenaga kerja borongan

atau buruh yang diselenggarakan oleh dinas pertanian, badan karantina, dan

BPSB guna meningkatkan kemampuan petani penangkar didalam

memproduksi benih padi

Page 99: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

90

2. Mengingat usahatani berada pada kondisi increasing (daerah I) dan

decreasing return to scale (daerah III), diharapkan agar PT. SHS bukan hanya

sekedar memberikan pelatihan produksi semata, akan tetapi penggunaan

faktor produksi secara tepat penggunaan dengan harapan dapat meningkatkan

efisiensi produksi dapat tercapai.

3. Penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis efisiensi

usahatani produksi benih padi yang dilakukan oleh para petani penangkar

benih yang tidak terdapat didalam penelitian ini.

Page 100: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

91

DAFTAR PUSTAKA

Arintadisastra S. 1997. Konsep dan Strategi Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta

BALITPA. 2009. Deskripsi Varietas Padi. DEPTAN. Jakarta

BPSB. 1988. Benih Bermutu Tanaman Pangan. BPSB VI. Maros

BPS. 2010. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia. BPS. Jakarta

___. 2011. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia. BPS. Jakarta

DEPTAN. 2007. Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Jakarta

_______. 2010. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi. Jakarta

Gujarati, Damodar.1993. Ekonometrika Dasar. Di Dalam : Nadhwatunnaja N. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik Di desa Pasir Langu, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta

Iriawan N. dan Septi P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Edisi 1. Dalam : Nadhwatunnaja N. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik Di desa Pasir Langu, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Lestari M. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus : Kemitraan PT. X di Yogyakarta) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Lipsey R. et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid 1. Dalam : Alpian A. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah Di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Nadhwatunnaja N. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik Di desa Pasir Langu, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor

Page 101: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

92

Nicholson W. 1999. Teori Ekonomi Mikro : Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Dalam : Alpian A. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah Di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Rahim A., Dan Hastuti D. R. D. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. PS. Jakarta

Rohela. 2008. Dampak Program Peningkatan Produksi beras Nasional (P2BN) Terhadap Pendapatan Petani [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor

Sadjad S. 1975. Dasar - dasar Teknologi Benih. Dalam : Kartasapoetra A. G., Editor. 1986. Teknologi Benih “Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum”. Bina Aksara. Jakarta

Soekartawi, A. Soeharjo, J. L. Dillon, dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia-Press. Jakarta

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi (dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas). Rajawali Pers. Jakarta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung

Suratiyah Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

Widoyoko Y., Andibya B. W., Nugroho B. 2007. Kepemimpinan BUMN Dalam Sebuah Arus Perubahan Corporate Culture & Values Good Corporate Governance. Gibbon Group Publication. Jakarta

Page 102: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

93

LAMPIRAN

Page 103: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

94

Lampiran 1. Data Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Benih Padi Varietas Ciherang Per Musim Tanam Yang Dilakukan Oleh Para Petani Penangkar Benih

Resp Produksi (Y) Luas Lahan (X1)

Benih (X2)

Urea (X3)

TSP (X4)

NPK (X5)

Pestisida (X6)

Tenaga Kerja (X7)

1 6160 15000 37.50 600 150 150 2625 5475000 2 6000 12900 32.25 581 129 129 2903 2990500 3 6427 15000 37.50 600 150 150 2625 4581675 4 5500 10000 25.00 350 100 100 1500 2925500 5 5230 10000 25.00 450 100 200 3000 3187750 6 5768 11500 28.75 518 230 115 1438 4161200 7 4073 10000 25.00 450 100 100 4500 2566825 8 6360 10000 25.00 300 100 100 1500 3395800 9 5077 10000 25.00 300 100 100 1500 3709925 10 6152 10000 25.00 350 100 100 1500 3438800 11 5492 10000 25.00 300 100 100 1500 3301300 12 7143 10000 25.00 250 100 100 1500 3444290 13 6081 10000 25.00 250 100 50 2000 3398025 14 4963 10000 25.00 400 100 100 4500 3488964 15 4463 10000 25.00 450 100 100 2500 3161575 16 6433 10000 25.00 300 100 100 2750 3607990 17 6558 10000 25.00 400 100 100 3500 3308950 18 5947 10000 25.00 350 100 100 2500 3303675 19 5373 10000 25.00 300 200 100 3500 3039325 20 6210 15000 37.50 675 150 150 5250 5051250 21 4614 10000 25.00 300 100 100 5500 3118420 22 8558 15000 37.50 600 150 150 3750 4767950 23 5568 10000 25.00 300 100 100 3000 3047040 24 7312 15000 37.50 300 300 450 3750 4356240 25 7606 15000 37.50 555 150 150 4500 4355150 26 6214 15000 37.50 450 150 150 4500 4926280 27 7421 10000 25.00 280 100 100 2000 3051525 28 7320 15000 37.50 450 150 150 3750 4401000 29 6728 10000 25.00 250 100 100 4500 2572200 30 5508 10000 25.00 300 100 100 4000 2630700 31 5211 10000 25.00 350 100 100 1500 2606330 32 8209 10000 25.00 350 100 100 3250 3062270 33 6592 10000 25.00 350 100 150 2750 2999800 34 7832 15000 37.50 450 150 300 4125 4052960 35 5323 10000 25.00 350 100 100 3000 2916690 36 5347 10000 25.00 300 100 100 4000 2817410 37 6542 15000 37.50 450 300 150 4125 4016260 38 4736 10000 25.00 200 100 100 1750 2543080 39 6394 15000 37.50 525 150 225 4500 4354820 40 5994 10000 25.00 300 150 100 3250 2999820 41 4474 10000 25.00 300 150 100 2500 2723220 42 4196 10000 25.00 300 100 100 4500 2794900 43 6873 10000 25.00 350 100 100 2750 2962190 44 5286 10000 25.00 300 100 100 3500 2821580 45 6485 10000 25.00 350 100 100 3750 2969975 46 5698 10000 25.00 300 100 100 2750 2790940 47 6223 10000 25.00 300 100 100 5000 3291690 48 6356 10000 25.00 350 100 100 2750 3430680 49 11184 20000 50.00 900 200 0 5000 7075520 50 11800 20000 50.00 900 200 0 4000 5691000 51 11900 20000 50.00 900 200 0 6000 4936000 52 11600 20000 50.00 900 200 0 6000 6938000 53 10094 19000 47.50 760 570 1045 18525 4084820 54 11660 20000 50.00 800 200 200 4500 6141800 55 12747 20000 50.00 900 200 400 2500 6002410 56 11648 17600 44.00 704 88 176 4400 6951200 57 13931 20000 50.00 900 200 200 5000 7377875 58 10959 16800 42.00 504 168 168 2520 4696770 59 13376 20000 50.00 900 300 200 8000 5983280 60 10733 20000 50.00 600 200 100 7000 6261990 61 11847 20000 50.00 600 200 0 1500 6235410

Page 104: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

95

62 9442 19300 48.25 772 0 193 6755 6128260 63 10319 20000 50.00 700 200 200 5000 5777570 64 10214 20000 50.00 700 0 200 7500 5739350 65 11171 20000 50.00 600 200 0 7000 6025130 66 9368 17900 44.75 716 0 0 4475 5296040 67 8403 16000 40.00 480 160 0 6400 4744105 68 10488 20000 50.00 600 200 100 6000 5935080 69 8741 16700 41.75 668 84 84 4175 4655230 70 10497 20000 50.00 500 400 0 7000 5854910 71 10600 20000 50.00 600 200 100 5000 5821000 72 10318 20000 50.00 600 400 0 5000 5635540 73 10914 20000 50.00 500 200 100 9500 5663420 74 12445 20000 50.00 600 400 100 10000 5953350 75 7931 20000 50.00 600 400 100 5500 5868275 76 11889 20000 50.00 600 200 0 5000 5866670 77 12285 20000 50.00 600 200 100 5000 5888550 78 9972 16300 40.75 489 82 82 4075 4622160 79 11094 18900 47.25 567 189 0 4725 5504350 80 14818 20000 50.00 600 100 0 5000 5894450 81 13104 20000 50.00 600 100 0 5000 5591120 82 7417 17800 44.50 534 178 178 5340 5098510 83 14100 20000 50.00 700 200 0 7500 6083000 84 12550 20000 50.00 600 100 100 5500 6246500 85 10760 20000 50.00 600 200 0 7000 6090800 86 8351 20000 50.00 600 200 0 13000 5720530 87 10182 20000 50.00 700 100 200 7000 6025460 88 13100 20000 50.00 600 100 200 7000 5758500 89 12499 20000 50.00 600 100 0 5000 5954970 90 7331 20000 50.00 600 100 0 5000 5443275 91 7293 20000 50.00 600 200 100 5000 5258790 92 11385 20000 50.00 500 100 0 2000 5861550 93 12366 27500 68.75 963 275 138 6875 8763980 94 9423 25000 62.50 875 250 500 3750 7209690 95 9231 26200 65.50 786 131 0 3930 6989775 96 9389 23000 57.50 690 115 0 5750 5728670 97 10478 23000 57.50 690 115 0 5750 6763340 98 8389 22000 55.00 880 220 0 6050 6609670 99 8455 21000 52.50 840 210 105 7875 6556375 100 8780 22000 55.00 880 110 88 5500 6529400

Rata-rata 8490 15854 40 537 157 115 4595 4744529

Page 105: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

96

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Sebelum Menghilangkan Variabel Bebas Memilih

The regression equation is ln Produksi (Y) = 1074 - 179 ln Luas Lahan (X1) + 180 ln Benih (X2) -

0.0732 ln Urea (X3) - 0.0138 ln TSP (X4) + 0.00013 ln NPK (X5) - 0.0073 ln Obat-obatan (X6) + 0.492 ln Tenaga Kerja (X7)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 1073.5 261.2 4.11 0.000 ln Luas Lahan (X1) -179.17 43.63 -4.11 0.000 755177.3 ln Benih (X2) 179.72 43.64 4.12 0.000 755219.9 ln Urea (X3) -0.07317 0.09554 -0.77 0.446 5.1 ln TSP (X4) -0.01378 0.01783 -0.77 0.442 1.1 ln NPK (X5) 0.000128 0.009057 0.01 0.989 1.4 ln Obat-obatan (X6) -0.00728 0.04374 -0.17 0.868 1.8 ln Tenaga Kerja (X7) 0.4919 0.1747 2.82 0.006 12.0 S = 0.163961 R-Sq = 77.8% R-Sq(adj) = 76.1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 8.6854 1.2408 46.15 0.000 Residual Error 92 2.4732 0.0269 Total 99 11.1587 Durbin-Watson statistic = 1.32189

Page 106: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

97

Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih

The regression equation is Ln Produksi(Y) = -2.07 + 0.482 ln Luas Lahan (X1)- 0.077 ln Urea (X3)-

0.0018 ln TSP (X4) - 0.0106 ln NPK (X5) + 0.0136 ln Obat-obatan (X6) + 0.446 ln Tenaga Kerja (X7)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -2.065 1.443 -1.43 0.156 ln Luas Lahan (X1) 0.4824 0.2139 2.26 0.026 15.5 ln Urea (X3) -0.0767 0.1034 -0.74 0.460 5.1 ln TSP (X4) -0.00182 0.01904 -0.10 0.924 1.0 ln NPK (X5) -0.010553 0.009392 -1.12 0.264 1.3 ln Obat-obatan (X6) 0.01361 0.04703 0.29 0.773 1.8 ln Tenaga Kerja (X7) 0.4457 0.1887 2.36 0.020 12.0 S = 0.177471 R-Sq = 73.8% R-Sq(adj) = 72.1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 8.2296 1.3716 43.55 0.000 Residual Error 93 2.9291 0.0315 Total 99 11.1587 Durbin-Watson statistic = 1.34872

Page 107: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

98

Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Luas Lahan

The regression equation is ln Produksi (Y) = -3.35 – 0.0010 ln Urea (X3) + 0.0035 ln TSP (X4) -

0.0153 ln NPK (X5) + 0.0555 ln Obat-obatan (X6) + 0.778 ln Tenaga Kerja (X7)

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -3.348 1.355 -2.47 0.015 ln Urea (X3) -0.00105 0.09992 -0.01 0.992 4.5 ln TSP (X4) 0.00345 0.01930 0.18 0.858 1.0 ln NPK (X5) -0.015304 0.009350 -1.64 0.105 1.2 ln Obat-obatan (X6) 0.05551 0.04414 1.26 0.212 1.5 ln Tenaga Kerja (X7) 0.7784 0.1202 6.47 0.000 4.7 S = 0.181290 R-Sq = 72.3% R-Sq(adj) = 70.8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 5 8.0693 1.6139 49.10 0.000 Residual Error 94 3.0894 0.0329 Total 99 11.1587 Durbin-Watson statistic = 1.40749

Page 108: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

99

Lampiran 5. Hasil Normalitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Sebelum Menghilangkan Variabel Bebas Memilih

Page 109: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

100

Lampiran 6. Hasil Uji Homoskedastisitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Sebelum Menghilangkan Variabel Bebas Memilih

Page 110: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

101

Lampiran 7. Hasil Normalitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih

Page 111: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

102

Lampiran 8. Hasil Uji Homoskedastisitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih

Page 112: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

103

Lampiran 9. Hasil Normalitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Luas Lahan

Page 113: Skripsi FAISAL MAULANA AKBAR H34087017repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53539/10/H11fma.pdf · FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan

104

Lampiran 10. Hasil Uji Homoskedastisitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Luas Lahan