SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2600/1/M...
Transcript of SKRIPSI - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2600/1/M...
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
AL-MANAR DESA BENER, KECAMATAN
TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG (1983-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora
Oleh
Muhammad Qosim Maghfur
NIM: 216 13 019
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
”yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau
jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit”
(Ali Bin Abi Thalib)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Stw. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibuku, Muhjudi dan Siti Maemanah yang senantiasa
membimbing, merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang sedari
kecil sampai sekarang, semoga Allah SWT memberikan kesehatan, umur
panjang dan rezeki yang barokah dan bermanfaat untuk beliau.
2. Dua saudara kandungku, Faridatul Maghfiroh dan juga kakak iparku
Suyuti, tak lupa ponakanku, Dzul Fahmi dan juga Lailatussyarifah yang
selalu memberikan motivasi tiada hentinya kepadaku sehingga proses
penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
3. Seluruh keluargaku, Bani Jauhari, yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
4. Bapak Dr. Sidqon Maesur, Lc., MA. selaku dosen Pembimbing Skripsi.
5. Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos, M. A. selaku Ketua Jurusan SPI,
yang selalu mendengarkan keluh kesahku.
6. Bapak dan Ibu dosen yang selalu membimbing dengan penuh kesabaran.
7. Keluarga besar PMII yang sudah banyak memberikan ilmu dan tidak
lupa Sahabat-sahabatku yang selalu memotivasi, menyemangati,
mendukung, Pujek, Tengki, wahyudi dan masih banyak lagi yang tidak
bisa saya tuliskan semuanya.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013, khususnya jurusan SPI yang
sudah mendo‟akan dan membantu terselesainya skripsi ini.
9. Seeorang yang selalu ada di hati ini, Shinta Amalia, yang selalu
membantu, menemani, menyemangati, memotivasi dan mendo‟akan
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu
mendo‟akan terselesaikannya skripsi ini.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini berusaha membahas tentang Sejarah Perkembangan
Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang tahun 1983-2016 M. Penelitian ini juga akan memaparkan
bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Manar, Periodesasi masa
kepemimpinan dan juga perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar. Dalam
penelitian ini juga berusaha mengangkat tentang kontribusi Pondok Pesantren
Al-Manar dan peranannya bagi masyarakat Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan menggunakan empat
tahapan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan
historiografi. Berdasarkan metode tersebut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa (1) Pondok Pesantren Al-Manar merupakan Pondok Pesantren yang
berada di Desa Bener, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang
didirikan oleh K. H. Djalal Suyuthi pada tahun 1926 M, (2) Pondok Pesantren
Al-Manar mulai mengalami perkembangan pada tahun 1983 ditandai dengan
banyaknya pembaharuan-pembaharuan di Pondok Pesantren Al-manar, (3)
Pondok Pesantren Al-Manar mempunyai pengaruh terhadap masyarakat Desa
Bener Kecamatan Tengaran yang ditandai dengan adanya kontribusi dalam
bidang sosial, pendidikan, dan keagamaan.
Kata kunci : Perkembangan Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Sejarah.
ix
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
لهّم صّل على سيدنا محّمدال
Alhamdulillahi robbil „alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur
kehadirat Alloh SWT atas segala ni‟mat dan rahmat-NYA yang telah
diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan tiada suatu halangan apapun. Sholawat serta salam
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti. Sekripsi ini berjudul:
“SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-MANAR DESA
BENER, KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG (1983-
2016)”.
Penulisan penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Benni Ridwan, M. Hum. Selaku Dekan Fakultas Usuluddin
Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.
3. Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA. Selaku Ketua Jurusan Sejarah
Peradaban Islam IAIN Salatiga. Serta yang telah membimbing penulis
x
untuk menyelesaikan Skripsi ini. Dan selaku pendengar setia segala
keluh kesah penulis selama menyusun skripsi ini dan membantu
memberikan banyak masukan yang sangat berguna bagi penulis.
4. Bapak dan ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penutis.
5. Seluruh Keluarga Besar Bani Jauhari yang memberikan bantuan do‟a
untuk kesuksesan skripsi ini.
6. Untuk segenap teman-teman Sejarah Peradaban Islam yang memberikan
do‟a dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang
tidak bisa kami sebutkan satu per satu semoga semua amal bantuan
dalam bentuk apapun mendapat balasan yang sebaik-baiknya di sisi
Alloh SWT.
Kami menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga hasil penelitian
ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Salatiga, 25 September 2017
Penyusun
Muhammad Qosim Maghfur
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 8
D. Ruang Lingkup ............................................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 9
F. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 12
G. Metode Penelitian ........................................................................................... 15
H. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 22
xii
BAB II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SEKITAR PONDOK
PESANTREN AL-MANAR DESA BENER, KECAMATAN TENGARAN,
KABUPATEN SEMARANG
A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang ........................................................................................ 25
B. Kondisi Sosial Keagamaan Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang ........................................................................................ 28
C. Kondisi Pendidikan Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang
.......................................................................................................................... 30
D. Lokasi Pondok Pesantren Al Manar Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang ....................................................................... 32
E. Pondok Pesantren di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang
.......................................................................................................................... 33
BAB III. PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-MANAR DESA
BENER, KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang .................................................... 36
B. Periodisasi Kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang .................................................... 38
C. Perkembangan Pondok Pesantren Al Manar 1983-2016 .................................. 43
a. Tradisi yang dapat dipertahankan Pondok Pesantren Al-Manar ............... 45
b. Tradisi yang tidak dapat dipertahankan Pondok Pesantren Al-
Manar ......................................................................................................... 48
D. Metode Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren Al-Manar ................... 51
xiii
BAB IV. EKSISTENSI PONDOK PESANTREN AL-MANAR DI
MASYARAKAT
A. Kontribusi Pondok Pesantren Al-Manar dalam Bidang Pendidikan ................ 57
B. Peran Pondok Pesantren Al-Manar terhadap Keagamaan di
Masyarakat........................................................................................................ 62
C. Respon Masyarakat Desa Bener terhadap Pondok Pesantren Al Manar .......... 65
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 67
B. Saran ................................................................................................................. 69
DAFTAR PUSAKA ..................................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Statistik Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang
Lampiran 2: Transkrip Wawancara
Lampiran 3: Foto-foto Pondok Pesantren Al-Manar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pondok pesantren di Indonesia berawal dari persoalan
riil kemasyarakatan. Hal ini dapat ditelusuri dari perjuangan wali
songo di pulau jawa yang secara hitoris dianggap sebagai tonggak
sejarah berdirinya pesantren di Indonesia. Perjuangan mereka diawali
dengan proses penataan masyarakat untuk menuju pada tatanan
sosial politik yang damai. Pada tahapan ini mereka membuka kursus
keagamaan yang menitik beratkan pada persoalan-persoalan aqidah,
akhlak dan tasawuf.1
Sejarah perkembangan pesantren di Indonesia terus
berkembang sejalan dengan perkembangan zaman di negara-negara
yang mayoritas Islam, khususnya di Indonesia sendiri. Di mana
pesantren ini oleh para ulama Indonesia selalu menjadi kajian-kajian
yang menarik dalam menghasilkan generasi-generasi yang Islami,
yang mampu menghadapi perubahan sosial.2
1 Marwan Saridjo dkk, sejarah pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Darma Bakti,
1982), hlm 22.
2 Mohammad Said dan Junimar Affan, Mendidik dari Zaman ke Zaman, (Bandung,
Jemmars, 1987). hlm. 7.
2
Di Indonesia belakangan ini penelitian sejarah pesantren
mulai dirasakan penting, khususnya perkembangan dan peranannya
bagi masyarakat disekitarnya. Paling tidak, karena perubahan
pertumbuhan dan perkembangan pesantren menunjukan pada suatu
dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri dan menggambarkan pola
agama dengan perkembangan sosial budaya masyarakat. Dinamika
hal tersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai dimanapun
dan kapanpun, terutama masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam yang sedang mengalami modernisasi. Evolusi
historikal dari perkembangan pesantren secara sungguh-sungguh
telah menyediakan lapangan ijtihad bagi para pemikir Islam di
Indonesia. Sebab, lembaga pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak
masa kekuasaan Hindu-Budha, sehingga Islam tinggal meneruskan
dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini
tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam mempelopori
pendidikan di Indonesia.3
Pondok pesantren berdiri sebagai jawaban terhadap panggilan
keagamaan untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam,
melalui pendidikan keagamaan dan pengayoman serta dukungan
kepada kelompok-kelompok yang bersedia menjalankan perintah
agama dan mengatur hubungan antara mereka. Secara perlahan-lahan
3 Bisri Affandi, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) Pembaharu dan Pemurni Islam di
Indonesia, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999). hlm. 20.
3
pesantren berupaya berubah dan memperkembangkan cara hidup
masyarakat yang mampu menampilkan sebuah pola kehidupan yang
menarik diikuti, meskipun hal ini sulit diterapakan karena berat dan
banyaknya unsur ideal didalamnya yang tidak mungkin diterapakan
secara praktis dalam masyarakat. Podok pesantren pada dasarnya
memiliki empat syarat utama, yaitu kyai, santri atau murid, masjid
dan system pendidikan. Keberadaan atau eksistensi pondok pesantren
beserta perangkatnya yang ada adalah sebagai lembaga pendidikan
serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna pada
daerahnya dimana ia berdiri.4
Pondok pesantren sebagaimana diketahui secara sosiologis
keagamaan erat kaitanya dengan masyarakat secara luas. Dinamika
masyarakat yang berada di sekitar ponndok pessantren tidak bisa
menutupi adanya perubahan sesuai dengan tuntutan zaman, maka
secara perlahan berbagai tuntutan baru dalam pola hidup, tingkah
laku, bahkan tuntutan kualitas keyakinan keagamaan tidak bisa
terelakkan. Pesantren tidak diam mengingat dirinya merupakan
panutan dan sentral pengembangan ajaran keagamaan yang didorong
oleh symbol karismatik seorang kyai. Pondok pesantren dalam hal ini
4 Khoirudin Bukhori,Problem Psikologis Kaum Santri: Resiko Insekuritas Kelekatan,
(Yogyakarta: FKKB, 2000), hlm 77.
4
lebih berperan sebagai inspirator yang mampu mewarnai corak
kehidupan dan budaya masyarakat sekitarnya.5
Pada awalnya, pesantren diselenggarakan untuk mendidik
santri agar menjadi taat menjalankan agamanya dan berakhlak mulia.
Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, santri dituntut memiliki
kejelasan profesi. Maka banyak pesantren yang membuka pendidikan
kejuruan dan umum dari sekolah, madrasah bahkan perguruan
tinggi.6
Seiring dengan perkembangannya, pesantren harus mampu
mengadaptasikan dirinya dengan alam global, yang ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan struktural dalam seluruh kehidupan
Negara bangsa yang mempengaruhi fundamen-fundamen dasar
pengaturan hubungan antar manusia, organisasi-organisasi sosial dan
pandangan-pandangan dunia.
Pesantren sudah saatnya mengadopsi hal-hal yang baru baik
menyangkut system maupun bentuk kelembagaanya, namun tetap
mempertahankan nilai-nilai otentik kepesantrenan (salafiyah).
Pondok pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan yang mana
nilai-nilai moral islam diajarkan, dipahami, dihayati dan diamalakan
5 Abdurrahman Wahid, Pesantren sebagai Subkultural, dalam M. Dawam Raharjo (ed),
Pesantren dan Pembaruan (Jakarta: LP3S, 1995), hlm. 43.
6 Mastuhu, Dinamika Sistem pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tenteng Unsur dan
Nilai Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INS, 1994), hlm. 136.
5
serta dijadikan pedoman dalam berprilaku sehari-hari.7 Ada suatu
kaidah yang menjadikan pegangan pesantren, yaitu: Almuhafadzoh
„alal Qadimis Sholih, wal ahdzu bil Jadidil Ashlah.8 (melestarikan
nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih
baik).
Melihat fungsi dan peranan pondok pesantren dalam
pendidikan maupun kemasyarakatan, maka penulis tertarik meneliti
tentang keberadaan Pondok Pesantren Al-Manar salah satunya yang
terletak di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang,
yang mampu mengembangkan keberadaanya dengan membawa
kemajuan baik intern maupun eksteren, disamping itu masih mampu
menjaga tradisi lamanya.
Pondok Pesantren Al-Manar yang pada awalnya berorientasi
pada pengajaran salafiyah, maka secara otomatis pendidikan yang
dilakukan oleh pesantren tersebut masih bersifat tradisional, yaitu
hanya mempelajari ilmu keagamaan saja. Metode yang digunakan
masih menekankan Statik View, yaitu peserta didik (santri) yang
berposisi sebagai obyek semata, tanpa ada dialog yang terbuka antara
pengajar (ustadz) dan peserta didik (santri).
7 Ibid, hlm. 55.
8 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2015), hlm. 72.
6
Seiring berjalanya waktu dan perkembangannya, pondok
pesantren Al-Manar mengalami beberapa pergantian periode, hal ini
menyebabkan berkembangnya pendidikan keagamaan di pondok
pesantren Al-Manar meliputi pendidikan dan pengajaran serta
ditambahnya metode pembelajaran untuk menunjang dalam
pendidikan Islam.
Hubungan dan kerjasama antara masyarakat dan pondok
pesantren meliputi berbagai aspek kehidupan yaitu, di bidang agama,
pendidikan dan sosial. Perkembangan di berbagai bidang tersebut
sebagai upaya aktif pondok pesantren dalam menyesuaikan
perkembangan zaman agar kemajuan dapat lebih baik.9
Kehidupan uniknya pondok pesantren Al-Manar ini yaitu
adanya hubungan pesantren dengan masyarakat sekitar yang tidak
dapat dipisahkan dengan segala aktivitasnya. Hubungan simbiosis
mutualisme yaitu saling memberi manfaat dan penuh rasa
kekeluargaan. Sehingga masyarakat dapat memonitoring secara
langsung terhadap aktivitas Pondok Pesantren bersinggungan
langsung dengan tradisi dan adat masyarakat.10
9 Wawancara dengan Bapak As‟ad Haris Nasution (Pengasuh), pada tanggal 22 Desember
2016. Pukul 16.00 wib.
10 Ibid.
7
Dalam segi perekonomian masyarakat, pondok pesantren Al-
Manar memperbolehkan para santri khususnya santri putra untuk
keseharianya makan dilingkungan masyarakat sekitar, dengan tujuan
untuk mempererat silaturrahmi antara santri dan masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa pondok pesantren
Al-Manar sama sekali tidak mempunyai pemisah antara pondok
pesantren dengan masyarakat sekitarnya sehingga hal ini menjadikan
keunikan tersendiri dalam perkembangan pondok pesantren Al-
Manar.11
Dengan mengembangkan komponen-komponen di pondok
pesantren, maka peranan pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan dan lembaga kemasyarakatan akan segera terwujud.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk
meneliti dan mengkaji lebih mendalam tentang perkembangan
pondok pesantren Al Manar dan kontribusinya dimasyarakat desa
Bener, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang dalam bidang
Agama, Pendidikan, dan Sosial kemasyarakatan dengan judul
“SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-
MANAR DESA BENER, KECAMATAN TENGARAN,
KABUPATEN SEMARANG (TAHUN 1983-2016)”
11
Ibid.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat mengenai latar belakang masalah
yang telah disebutkan diatas, maka secara rinci permasalahan-
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya pondok pesantren Al-
Manar Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang?
2. Bagaimana perkembangan pondok pesantren Al-Manar Desa
Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang tahun 1983-2016?
3. Kontribusi apa yang diberikan Pondok Pesantren Al-Manar
Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang kepada Masyarakat
tahun 1983-2016?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan
menganalisis masalah yang yang berkaitan dengan pondok pesantren
Al Manar. Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan,
diantaranya:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya pondok pesantren
Al Manar Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
9
2. Untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren Al Manar
Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang kepada Masyarakat
tahun 1983-2016.
3. Untuk mengetahui Kontribusi apa yang diberikan Pondok
Pesantren Al manar kepada Masyarakat Desa Bener, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang kepada Masyarakat tahun 1983-2016.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini adalah penelitian yang berkaitan dengan dunia
pesantren yang tentunya bukan merupakan penelitian yang baru.
Dunia pesantren dengan segala pernak-pernik kehidupanya
merupakan kancah penelitian yang tidak pernah kering dari ide-ide
dan fenomena yang menarik untuk digali. Oleh karenanya para
peneliti telah melakukan berbagai penelaah dunia pesantren dari
beberapa aspek yaitu: historis, sosiologis, pendidikan dan aspek
lainya.
Penelitian-penelitian tentang pondok pesantren telah banyak
dituangkan baik dalam buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan
disertasi. Dengan demikian penelitian inipun yang mengambil subjek
penelitian dilingkungan pesantren, bukanlah penelitian yang baru
karena telah ada penelitian-penelitian sebelumnya.
10
Buku yang berjudul Tradisi Pesantren: Studi tentang
pandangan hidup kiai yang ditulis oleh Zamakhsyari Dhofier, dalam
buku ini penulis mengulas tentang tradisi pesantren dengan focus
utama pada peran kyai dalam memelihara dan mengembangkan
faham islam tradisional dijawa yaitu Islam yang masih terkait dengan
pikiran para ulama. Buku ini bermaksut pula mengembangkan dan
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan
pesantren dan islam tradisional di jawa yang dalam periode Indonesia
modern sekarang ini tetap menunjukan vitalitasnya sebagai kekuatan
sosial, kultural dan keagamaan yang turut membentuk bangunan
kebudayaan Indonesia modern. Buku ini diterbitkan oleh LP3ES di
Jakarta tahun 1985.12
Buku yang berjudul Menelusuri Jejak Pesantren yang ditulis
oleh Suismanto, dalam buku ini penulis memaparkan mengenai
pesantren dan kebangkitanya Islam di Indonesia serta peran
pesantren dalam kebangkitan Islam di Indonesia. Buku ini di
terbitkan oleh Alif Press di Yogyakarta tahun 2000.13
Buku yang berjudul Dinamika system Pendidikan Pesantren:
suatu kajian tentang unsur dan nilai system pendidikan pesantren
oleh Mastuhu, dalam buku ini penulis memaparkan tentang problema
12
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang pandangan hidup kiai (Jakarta:
LP3ES, 1985)
13 Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren, (Yogyakarta: Alif Press, 2000).
11
dan dinamika system pendidikan pesantren. Dari kajian yang termuat
pada buku ini, kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
ada pada system pendidikan pesantren. Buku ini diterbitkan oleh
INIS di Jakarta tahun 1994.14
Tulisan tentang pondok pesantren Al-Manar pernah
dilakukan oleh Yeyen Epta, Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga 2012 dalam bentuk skripsi
dengan judul Pendidikan Kemandirian Berbasis Pondok Pesantren
di Pondok Pesantren Al-Manar Salatiga: studi pada pondok
pesantren Al-Manar Bener kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Tahun 2011-2012. Dalam skripsi ini penulis lebih
menekankan pada pembahasan bagaimana pendidikan kemandirian
pada pondok pesantren.15
Dari karya-karya yang dikemukakan di atas, tidak secara
khusus membahas tentang sejarah perkembangan pondok pesantren
Al-Manar di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang tahun 1983-2016 M, sedangkan dalam penulisan ini
ditekankan secara khusus membahas tentang sejarah perkembangan
pondok pesantren Al-Manar di Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
14
Mastuhu, Dinamika system Pendidikan Pesantren: suatu kajian tentang unsur dan nilai
system pendidikan pesantren, (Jakarta: INIS, 1994).
15 Yeyen Epta, Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Al-Manar Salatiga: studi pada
pondok pesantren Al-Manar Bener kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011-2012
(Salatiga: STAIN Salatiga, 2012).
12
Kabupaten Semarang tahun 1983 sampai dengan tahun 2016 M.
karya-karya yang dilakukan di atas hanya memberikan gambaran
secara singkat tentang pondok pesantren Al Manar. Poin-poin
bahasan yang dikemukakan di atas, namun ada beberapa bahasan
atau pemikiran yang akan dipergunakan sebagai bahan acuan dan
pendukung dalam penulisan penelitian ini.
E. Kerangka Konseptual
Pada masa sekarang ini, pondok pesantren dituntut untuk
lebih menunjukkan perananya bersama seluruh rakyat dalam
membangun bangsa, negara dan agama. Dalam hal ini pondok
pesantren sebagai sebuah institusi pendidikan keagamaan
mempunyai tekat untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat
dalam bidang keagamaan, bahwa suatu saat nanti santri yang telah
lulus dari pondok pesantren dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara umum, terutama peranannya dalam sosial
keagamaan.
Pondok pesantren sebagaimana diketahui secara sosiologis
keagamaan erat kaitanya dengan masyarakat secara luas. Dinamika
masyarakat yang berada di sekitar pondok pesantren tidak bisa
menutupi adanya perubahan sesuai dengan tuntutan zaman, maka
secara perlahan berbagai tuntutan baru dalam pola hidup, tingkah
laku, bahkan tuntutan kualitas keyakinan keagamaan tidak bisa
13
terelakkan. Pesantren tidak diam mengingat dirinya merupakan
panutan dan sentral pengembangan ajaran keagamaan yang didorong
oleh symbol karismatik seorang kyai. Pondok pesantren dalam hal ini
lebih berperan sebagai inspirator yang mampu mewarnai corak
kehidupan dan budaya masyarakat sekitarnya.16
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
pendidikan islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama dan
belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih
dikenal dengan sebutan “Kyai”. Asrama untuk para santri berada
dalam lingkungan kompleks pesantren di mana kyai bertempat
tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah,
ruangan untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.17
Kesadaran kita saat ini bahwa pesantren merupakan salah
satu wadah yang sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat
maka sudah sepantasnya kita mengembangkan tradisi pesanten
sesuai dengan kemajuan zaman. Faktor yang sangat berpengaruh
dalam hal ini adalah guru/kyai dan murid/santri.18
16
Abdurrahman Wahid, Pesantren sebagai Subkultural, dalam M. Dawam Raharjo (ed),
Pesantren dan Pembaruan (Jakarta: LP3S, 1995), Hlm. 43.
17 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2015), Hlm 79-80.
18 Ibid. Hlm. 125.
14
Kehidupan di lingkungan pesantren sebagian besar
dilaksanakan secara bersama-sama. Santri satu dengan santri yang
lain saling bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat
akademis maupun non akademis. Hal ini membuktikan bahwasanya
manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Sebagai makhluk sosial tentunya penting untuk melakukan
kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial. Interaksi
sosial adalah hubungan yang dinamis antar perorangan, antar
kelompok, dan antar perorangan dengan kelompok masyarakat.
Hubungan yang dimaksud adalah saling mempengaruhi, mengubah,
memperbaiki anatara individu dan kelompok.19
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan sejarah sosial yaitu pendekatan yang mengkaji
tentang hubungan sosial antara individu satu dengan individu yang
lain atau dengan kelompok. Ilmu Sejarah Sosial juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana peran dan pengaruh dari suatu
institusi terhadap perkembangan komunitas yang mengitarinya.20
19
Garungan, W.A, Psikologi sosial (Bandung: Gunung Agung, 1978), hlm. 61.
20 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
Gramedia, 1993), hlm. 4.
15
F. Metode Penelitian
Metode penelitian secara terminologi terdiri dari dua kata
metode dan penelitian. Kata metode pada awalnya berasal dari
bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan menuju,
sedangkan penelitian yaitu suatu proses pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan secara sistematis guna untuk memperoleh suatu
informasi untuk tujuan tertentu. Metode penelitian menurut
Sugiyono21
adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan
dibuktikan menjadi suatu pengetahuan tertentu sehingga dalam
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa
secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.22
Menurut
Gilbert J. Garragan, S.J., metode penelitian sejarah yaitu seperangkat
asa dan aturan yang sistematik yang di desain guna membantu secara
efektif untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya
21
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, R&D
(Bandung: alfabeta, 2009). Hlm. 6
22 Louist, Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Presss, 1986) Hlm. 32
16
secara kritis, dan menyajikan sintesis hasil-hasil yang dicapainya,
yang pada umumnya dalam bentuk tertulis.23
Penelitian ini akan penulis tempuh dengan melakukan
prosedur penelitian sejarah yang terdiri dari 4 (empat) langkah
kegiatan yang saling berurutan, sehingga yang satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. Keempat langkah tersebut, yaitu Heuristik
(pencarian atau penemuan sumber), kritik sumber, interpretasi
(penafsiran) dan historiografi (penyajian dalam bentuk cerita
sejarah).24
1. Heuristik (pencarian atau penemuan sumber)
Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber.
Menurut Carrard, Heruristik adalah sebuah kegiatan mencari
sumber-sumber atau mendapatkan data-data, atau materi sejarah,
atau evidensi sejarah.25
Sumber sejarah dapat berupa bukti yang
ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktifitasnya di
masa lampau, baik berupa peninggalan-peninggalan maupun
catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan-
23
Gilbert J. Garragan, S.J.. A Guide to Historical Method. (New York.Fordham
Univercity Press, 1957). Hlm 33.
24 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013). Hlm. 83.
25 Philippe carrard, Poetics The New History. Frenchhistorical Discourse From Braudel
To Chartier, (London : the johns Hopkins university Press, Baltimore. 1992). Hlm. 2-4
17
perpustakan, dari internet, dan untuk arsip dapat diperoleh di
kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan internet.
Menurut Lucey26
, sebuah sumber sejarah dapat berupa
suatu produk dari kegiatan-kegiatan manusia yang memuat
informasi tentang kehidupan manusia, meskipun produk ini
awalnya tidak dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada
generasi kemudian, serta dapat juga sumber itu direncanakan untuk
memberikan informasi kepada generasi selanjutnya. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum
pondok pesantren Al Manar.
Adapun langkah untuk mendapatkan data mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Al-Manar, maupun Desa
Bener, penulis mengadakan penelitan kepustakaan. Yang dimaksud
penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya
berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian, baik yang
telah maupun yang belum dipublikasikan. Melalui penelitian
kepustakaan, sumber-sumber buku dapat dijadikan sebagai
referensi dalam Penelitian ini. sumber perpustakaan yang akan
dikaji adalah Perpustakaan Umum Daerah Kota Salatiga,
26
William Lucey, 1984. History : Method And Interpretation, Garland Publishing,Inc, (new York
and London:). Hal.27-43.
18
Perpustakaan Kampus IAIN Salatiga, dan juga Perpustakaan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Semarang.
Penulis juga mengadakan penelitian lapangan untuk
mendapatkan informasi dan bukti-bukti sejarah yang sesuai dengan
masalah yang diteliti. Studi lapangan yang dilakukan sebagai upaya
untuk menghimpun jejak sejarah dengan cara terjun langsung ke
lapangan. Dalam penelitian ini studi lapangan yang akan dilakukan
adalah observasi di Desa Bener, Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang, dimana daerah ini merupakan tempat pondok pesantren
Al Manar.
Penulis juga mencari sumber lisan yaitu melakukan
wawancara. Wawancara adalah suatu teknik yang dilakukan dalam
pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan
informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan
keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk membantu
mengungkap bukti-bukti sejarah untuk kemudian dijadikan fakta-
fakta dalam rangka penyusunan penelitian ini, peneliti mengadakan
wawancara langsung dengan narasumber yang mengetahui tentang
hal-hal yang berkenaan sejarah Pondok Pesantren Al-Manar, yaitu
Kyai As‟ad Haris Nasution selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-
Manar, Ustad Lutfi Maulana selaku ketua Pondok Pesantren Al-
Manar, Bapak Saefudin selaku kepala Desa Bener, Kecamatan
19
Tengaran Kabupaten Semarang, dan juga Ibu Jaim selaku warga
sekitar Pondok Pesantren Al-Manar.
2. Kritik Sumber
Kritik Sumber adalah tahap penilaian atau pengujian
terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan, dilihat
dari sudut pandang nilai kebenarannya. Kebenaran dari sumber-
sumber sejarah ini dapat diteliti secara otentisitas maupun
kredibilitasnya, sehingga benar-benar dapat teruji keasliannya.27
Dalam kritik sumber ini peneliti melakukan 2 (dua) cara, yaitu
kritik ekstern dan intern.
a. Kritik Ekstern
Kritik Eksteren dapat digunakan untuk menentukan
keaslian dan keautentikan suatu sumber sejarah. Menurut Helius
Sjamsuddin28
kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi
atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah.
Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang
sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk
menguji keaslian tersebut, misalnya untuk menetapkan umum
27 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013). Hlm. 77.
28 Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah, (Yogyakarta : ombak, 2012). Hlm. 104
20
dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat,
bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain. Dalam
penulisan skripsi ini penulis melakukan kritik ekstern terhadap
sumber yang berupa dokumen, arsip dan laporan hasil
musyawarah. Hal ini berusaha menjawab pertanyaan keaslian
sumber sejarah, misalnya: kapan dan di mana serta dari bahan
apa sumber tersebut ditulis. Sumber utamanya merupakan
sumber sejarah yang sejaman.
b. Kritik Intern
Setelah memperoleh suatu dokumen diuji melalui kritik
eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Menurut
Daliman, kritik internal adalah uji kebenaran informasi suatu
dokumen.29
Penulis melakukan kritik intern dengan tujuan untuk
mencari nilai pembuktian yang sebenarnya dari isi sumber
sejarah. Kritik dalam dilakukan terutama untuk menentukan
apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang dapat
dipercaya atau tidak.
c. Interpretasi
Langkah selanjutnya adalah interpretasi yaitu usaha
untuk mewujudkan rangkaian fakta yang bersesuaian satu
29
A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta : ombak).. Hlm. 73.
21
dengan yang lain dan menetapkan artinya. Atau usaha untuk
menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta yang
satu dengan fakta yang lain.30
d. Historiografi
Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode
sejarah yang penulis lakukan. Tahap ini merupakan langkah
penulisan sejarah yang disusun secara logis, menurut urutan
kronologis dan tema yang jelas serta mudah dimengerti yang
dilengkapi dengan pengaturan bab atau bagian-bagian yang
dapat membangun urutan kronologis dan tematis. Penelitian ini
berdasarkan fakta-fakta yang semula merupakan pikiran fakta-
fakta yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lain menjadi
satu rangkaian cerita yang masuk akal dan mendekati kebenaran.
Artinya dalam suatu kegiatan penelitian yang dimulai dengan
proses Heuristik, kritik dan interpretasi tidak akan terungkap
tanpa dibuat suatu kesimpulan dalam bentuk cerita yang siap
disajikan.31
Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang
sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan, sehingga
30
Ibid. hlm. 81.
31 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 81.
22
menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam
bentuk narasi kronologis. Menulis sejarah merupakan suatu
kegiatan intelektual dan ini suatu cara yang utama untuk
memahami sejarah.32
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi diperlukan suatu rangkaian yang
sistematis, karena dalam pembahasan tersebut tentu akan berkaitan
satu dengan yang lain, maka untuk mencapai hasil yang maksimal
diperlukan sistematika pembahasan yang disajikan dalam bentuk
bab-bab, adapun sitematika pembahasan tersebut adalah:
Bab I, Pendahuluan yang memaparkan Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode
Penelitian,dan Sistematika Pembahasan. Bab ini dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan secara umum mengenai skripsi.
Bab II, menjelasakan gambaran umum masyarakat sekitar
pondok pesantren al-manar Desa bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten semarang antara lain, Lokasi Pondok Pesantren Al
Manar, Kondisi Sosial Keagamaan, Kondisi Pendidikan serta
32
Paul Veyne, Writing History. 1984. Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina
moore-rinvolucri, Middletown,connect,( Wesleyan Univercity Press). Hal. 121.
23
pondok-pondok pesantren yang ada di Desa Bener. Pada bab ini
bertujuan untuk mengetahui latar belakang kondisi masyarakat
sekitar pondok pesantren Al-Manar.
Bab III, mambahas tentang dinamika perkembangan pondok
pesantren Al-manar Desa bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
semarang, meliputi sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Manar,
masa perkembangan pondok pesantren Al-Manar tahun 1983-2016,
tradisi yang dapat dipertahankan pondok pesantren Al-Manar, tradisi
yang tidak dapat dipertahankan pondok pesantren Al-Manar, dan
masa periodisasi kepemimpinan pondok pesantren, serta metode
pendidikan dan pengajaran. Bab ini dimaksud untuk mengetahui
perkembangan pondok pesantren Al-Manar pada tahun 1983 sampai
tahun 2016.
Bab VI, dalam bab ini menjelaskan mengenai kontribusi
pondok pesantren Al-Manar dalam bidang pendidikan di masyarakat,
peran pondok pesantren Al-Manar terhadap keagamaan di
masyarakat, serta respon masyarakat Desa Bener terhadap pondok
pesantren Al-Manar. Bab ini dimaksudkan untuk mengetahui
eksistensi pondok pesantren Al-Manar di masyarakat Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Bab V, bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan
dan saran. Dalam kesimpulan diuraikan kesimpulan dari
24
pembahasan-pembahasan dari bab-bab di atas agar lebih
memudahkan dalam memahami bab-bab yang di atasnya. Dalam bab
ini juga disampaikan saran dengan harapan dapat memberikan
masukan bagi penulis-penulis selanjutnya.
25
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SEKITAR PONDOK
PESANTREN AL-MANAR DESA BENER, KECAMATAN
TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG
F. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang
1. Keadaan Geografis Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang
Berdasarkan data tertua yaitu pada tahun 1996 yang penulis
peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, penulis
memperoleh hasil bahwa Desa Bener merupakan dataran yang
merupakan salah satu dari 15 Desa di Kecamatan Tengaran yang
ada di kabupaten semarang, dan mempunyai jarak kurang lebih 5,5
Km dari Kecamatan Tengaran, dengan koordinat garis lintang
7,2247 dan garis bujur 110,3056, dan mempunyai luas wilayah
kurang lebih 272,500 Ha.33
Dengan rincian menurut desa dan
pengggunaan tanah yaitu 103,500 Ha tanah sawah, 107,250 Ha
33
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
1996 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997). Hlm. 2.
26
tanah kering, 44,250 bangunan pekarangan, serta penggunaan lainya
yaitu 17,500 Ha .34
Adapun batas-batas Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang yaitu:
1. Batas bagian utara : Desa Tingkir, Kecamatan
Tingkir, Kota Madya Salatiga
2. Batas bagian timur : Desa Tegal Waton,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang.
3. Batas bagian selatan : Dusun Cabean, Desa Karang
Duren, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang.
4. Batas bagian barat : Jalan Raya Solo-Semarang / Desa
Noborejo, Kecamatan Argomulyo,
Kota Madya Salatiga.
34
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
1996 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997). Hlm. 11.
27
2. Keadaan Demografis Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang
Penduduk merupakan factor penting dalam proses
pembangunan bangsa, untuk itu tingkat perkembangan penduduk
sangat penting diketahui dalam menentukan langkah pembangunan.
Jumlah penduduk Desa Bener yang penulis ambil dari data
statistik daerah yang tertua yaitu pada tahun 1996 adalah 3.296
Jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 1.610 jiwa dan perempuan
1.686 jiwa. Dengan selisih penduduk antara laki-laki dan
perempuan berjumlah 76 jiwa.35
Sedangkan jumlah penduduk yang ada di Desa Bener pada
tahun 2015-2016 atau data terbaru yang penulis dapatkan yaitu
berjumlah 6.035 Jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 3.072 jiwa dan
perempuan 2.963 jiwa. Perbandingan jumlah penduduk antara laki-
laki dan perempuan mempunyai selisih 109 jiwa.36
Pertumbuhan penduduk di Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang tergolong normal, terbukti
peningkatan yang terjadi dari tahun ke tahun tidaklah begitu cepat.
35
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
1996 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997). Hlm. 10.
36 Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Data Strategis Kecamatan Tengaran
2016 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2016). Hlm. 16.
28
Penulis sendiri mengambil perbandingan pertumbuhan penduduk
dengan kurun waktu 10 tahun, yaitu dari data yang paling tua pada
tahun 1996 dan selanjutnya pada tahun 2006 serta terakhir pada
tahun 2016.
Di tahun 1996 jumlah penduduk Desa Bener berjumlah
5.998 jiwa, di tahun 2006 penduduk Desa Bener memiliki
peningkatan penduduk yaitu berjumlah 5.462 jiwa, dengan rincian
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2.799 jiwa dan
penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 2.663 jiwa.37
Serta pada tahun 2015-2016 jumlah penduduk di Desa Bener juga
mengalami peningkatan menjadi 6.035 jiwa.
G. Kondisi Sosial Keagamaan Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang
Dalam menjalani kehidupanya, agama merupakan kebutuhan
yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa agama manusia tidak
akan mengetahui arah hidupnya. Jadi dengan adanya agama, maka
manusia akan mengetahui arah hidupnya dan akan merasakan kenikmatan
dalam hidupnya.
37
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
2006 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2007). Hlm. 14.
29
Di dalam lingkungan Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang, rata-rata masyarakatnya menganut agama islam,
pada tahun 1996, jumlah warga yang menganut agama islam yaitu
sebanyak 2.940 jiwa, namun tidak hanya agama islam saja yang berada di
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, terdapat juga
warga yang menganut agama kristen protestan dengan jumlah 356 jiwa.38
Pada tahun 2006, jumlah warga yang menganut agama Islam
sejumlah 5.083 jiwa, dan juga warga yang menganut Kristen Protestan
berjumlah 377 jiwa.39
Sedangkan pada tahun 2016, jumlah warga yang menganut agama
islam yaitu sebanyak 5.381 jiwa, namun tidak hanya agama Islam saja
yang berada di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang,
ada juga yang menganut agama kristen protestan sejumlah 579 jiwa,
kristen katholik sejumlah 65 jiwa, serta yang menganut agama budha
sejumlah 7 jiwa, dan juga agama khonghuchu sejumlah 3 jiwa.40
Adapun tempat ibadah di Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang ini hanya terdapat Masjid, Mushola dan Gereja
38
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
1996 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997). Hlm. 33.
39 Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
2006 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2007). Hlm. 29-31.
40 Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Data Strategis Kecamatan Tengaran
2016 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2016). Hlm. 36-39
30
saja. Jumlah tempat Ibadah di Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang pada tahun 1996 terdapat 3 masjid, dan juga
terdapat 12 Langgar Surau atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan
Mushola, serta di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang terdapat 1 Gereja Kristen.41
Pada tahun 2006, terdapat 5 masjid, dan pada tahun ini mushola
mengalami peningkatan pembangunan yaitu menjadi 25 mushola, serta
terdapat 1 gereja katholik dan juga 1 gereja kristen.42
Sedangkan pada tahun 2016, Jumlah tempat Ibadah di Desa
Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang masi sama dengan
tahun 2006, yaitu terdapat 2 masjid, serta terdapat 25 Mushola, dan di
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yang pada
tahun 2006 terdapat gereja katholik, pada tahun 2016 hanya terdapat 1
Gereja Kristen.43
H. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
menjalani kehidupan manusia, baik kehidupan perorangan, keluarga,
41
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
1996 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997). Hlm. 31.
42 Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
2006 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2007). Hlm. 32.
43 Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Data Strategis Kecamatan Tengaran
2016 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2016). Hlm. 75.
31
maupun kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Hal ini terlihat
dari pembangunan sekolah yang ada di kawasan Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang. Karena dengan adanya pendidikan ini,
maka dapat dilihat maju atau mundurnya suatu Bangsa, Negara atau
Agama.
Pada tahun 1996, di Desa Bener sendiri terdapat sarana
pendidikan yang yang di bawah DEPDIKBUD atau Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan di Kecamatan Tengaran yaitu hanya
terdapat 4 sarana pendidikan, yaitu 2 Taman Kanak-kanak (TK), 2
Sekolah Dasar Negeri (SDN), 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1 Madrasah
Tsanawiyah (MTs) serta 1 Madrasah Aliyah (MA).44
Pada tahun 2006, sarana pendidikan di Desa Bener mengalami
penurunan yang sebelumnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) terdapat 2 namun
pada tahun 2006 hanya terdapat 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI), selanjutnya
masih sama dengan tahun 1996 yaitu 2 Taman Kanak-kanak (TK), 2
Sekolah Dasar (SD), 1 Madrasah Tsanawiyah (MTs) serta 1 Madrasah
Aliyah (MA).45
Sedangkan pada tahun 2016, masih sama dengan tahun 2006,
yaitu 2 Taman Kanak-kanak (TK), 2 Sekolah Dasar (SD), dan juga 1
44
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
1996 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997). Hlm. 22-23.
45 Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam Angka
2006 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2007). Hlm. 38.
32
Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1 Madrasah Tsanawiyah (MTs) serta 1
Madrasah Aliyah (MA).46
I. Lokasi Pondok Pesantren Al Manar Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang
Pondok Pesantren Al-Manar dibangun di atas tanah seluas 4.500
M. tananh tersebut diperoleh dari sesepuh Desa Bener yang mewakafkan
tanahnya kepada Pondok Pesantren Al-Manar.
Pondok Pesantren Al Manar merupakan Pondok Pesantren yang
berada di Desa Bener yang beralamatkan di:
1. Desa : Bener
2. Kecamatan : Tengaran
3. Kabupaten : Semarang
4. Provinsi : Jawa Tengah
5. Kode Pos : 50775
Adapun lokasi Pondok Pesantre Al-Manar adalah sebagai
berikut:
1. Batas bagian barat : Perumahan Penduduk
2. Batas bagian utara : Jalan Projo
46
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Data Strategis Kecamatan Tengaran
2016 (Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2016). Hlm. 45.
33
3. Batas bagian timur : Sawah Penduduk
4. Batas bagian selatan : Sawah Penduduk
Jadi Pondok Pesantre Al-Manar ini berada diantara rumah
penduduk dan sebelah paling timur dari Desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang, secara jelasnya Pondok Pesantren Al-
Manar terletak di pinggir persawahan.
J. Pondok Pesantren di Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang
Jauh sebelum ada lembaga pendidikan modern, sudah berdiri
beberapa pondok pesantren di Desa Bener. Adanya pondok pesantren di
Desa Bener dikarenakan dulunya masyarakat yang tinggal di Desa Bener
belum sepenuhnya memeluk agama islam, dan juga sangat awam dengan
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ajaran agama Islam. Maka dari itu,
beberapa warga masyarakat Desa Bener yang berstatus muslim mencari
Kyai untuk mensyiarkan ajaran agama Islam di Desa Bener.
Dalam penyebaran ajaran agama Islam, di Desa Bener terdapat
beberapa Pondok Pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama islam.
Beda dengan desa-desa yang lain, di Desa Bener pada dewasa ini
terdapat 3 Pondok Pesantren, diantaranya yaitu:
34
1. Pondok Pesantren Al-Manar
Pondok Pesantren Al-Manar merupakan Pondok Pesantren yang
paling tua di Desa Bener, dan di Pondok Pesantren ini pula yang
perkembanganya sangat terlihat, seperti didirikanya sekolah-sekolah
formal didalam pondok pesantren tanpa meninggalkan keaslian
pondok pesantren Al-Manar yang bersifat tradisional atau salaf.
Pondok Pesantren Al-Manar ini juga merupakan Pondok Pesantren
yang terbesar dan paling banyak peserta didiknya atau santrinya dari
awal didirikanya sampai sekarang di desa Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang.
2. Pondok Pesantren Bustanul Usysyaqil Qur‟an (BUQ)
Pondok Pesantren Bustanul Usysyaqil Qur‟an atau lebih dikenal
dengan sebutan BUQ, merupakan pondok tahfidz Al-Qur‟an yang
berada di desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Banyak peserta didik atau santri yang belajar tahfidz al-Qur‟an di
Pondok Pesantren ini. Beda dengan Pondok Pesantren Al-Manar,
Pondok Pesantren BUQ tidak memfokuskan pendidikan layaknya
pondok pesantren salaf atau tradisional pada umumnya. Pondok
Pesantren BUQ lebih menyondong pembelajaran dan pengajaran
Al-Qur‟an saja.
35
3. Pondok pesantren Qudusissalam
Pondok pesantren Qudusissalam merupakan Pondok Pesantren
yang berada di Desa Bener yang juga mengajarkan tentang Al-
Qur‟an juga hampir seperti Pondok Pesantren BUQ. Namun,
Pondok Pesantren Qudusissalam tidak terkhusus kepada
pembelajaran Al-Qur‟an saja, akan tetapi juga banyak mengajarkan
ilmu-ilmu keagamaan lainnya seperti Pondok Pesantren Al-Manar.
Dari kedua Pondok Pesantren di Desa Bener, Pondok Pesantren
Qudusissalam merupakan Pondok Pesantren yang tidak terlalu
banyak santrinya dibandingkan dengan Pondok Pesantren Al-Manar
dan juga Pondok Pesantren Bustanul Usysyaqil Qur‟an (BUQ).
36
BAB III
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-MANAR DESA
BENER, KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG
E. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
Dengan mengambil data dari profil Pondok Pesantren Al-Manar
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun
2015/2016, Al-Manar adalah sebuah Pondok Pesantren putra putri yang
terletak di Jalan Raya Solo-Semarang. Tepatnya di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, 3 Km sebelah selatan Kota
Salatiga. Nama Al-Manar secara resmi muncul pada masa
kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman yaitu tahun 1983, yang merupakan
perkembangan dari Pondok Pesantren As Suyuthiyyah yang didirikan
dan dirintis oleh Kyai Djalal Suyuthi pada tahun 1913.
Pondok pesantren Al-Manar merupakan sebuah Lembaga
pendidikan Islam yang didalamnya mengajarkan ilmu keagamaan dan
juga ilmu pengetahuan umum. Pondok Pesantren Al-Manar mempunyai
Misi “menciptakan generasi yang berakhlakul Karimah yang mampu
menghadapi tantangan pada zaman modern”. Misi itu dituangkan dalam
kurikulum yang menerapkan sistem klasik (sorogan dan bandongan)
yang bertitik berat pada kajian-kajian kitab kuning karangan Ulama
37
Syafi‟iyah. Oleh karena itu, substansi yang ditekankan adalah Nahwu,
Sorof, Fiqih, Ushul Fiqih, Hadist, Tafsir, Tauhid, Tasawuf dan Tarikh.47
Desa Petungsari adalah sebuah Desa yang sekarang bernama
“Bener”. Karena penjajahan yang dialaminya, kesulitan dalam
mengembangkan Syiar Islam dirasakan sekali oleh masyarakat Desa
Bener. Hanya satu dua orang yang mengenal ajaran Islam, bahkan
masyarakat Desa Bener dikenal sebagai masyarakat rusak yang akrab
dengan sebutan mo limo dan jauh dari agama serta banyak nonmuslinya.
Bapak Juwahir, salah satu warga Desa Petungsari atau sekarang
dikenal dengan nama Desa Bener yang memimpin sebuah Mushola,
merasa tergugah untuk memperdalam ajaran Agama Islam dengan
menjadi santri dari Kyai Naim, Kyai dari Desa Cabean yang berada di
selatan Desa Petungsari atau sekarang dikenal dengan nama Desa Bener.
Semakin hari jama‟ah di Musholanya semakin bertambah sehingga
terjadilah sebuah kesepakatan anatara Bapak Juwahir dengan Kyai Naim
untuk mendatangkan seorang Kyai untuk mengasuh jama‟ah yang
semakin bertambah. Beberapa bulan kemudian, Kyai Na‟im meminta
kepada Kyai Haji Djalal Suyuthi untuk memikul tugas tersebut karena
mushola sudah tidak mampu menampung jama‟ah, maka Bapak Juwahir
47
profil Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang, 2016.
38
pun mewakafkan sebagian tanahnya untuk dijadikan Masjid untuk
mensyiarkan dakwah islamiyahnya.
Pondok Pesantren Al-Manar merupakan Pondok Pesantren yang
awal mulanya mempunyai nama “As Suyuthiyah” yang diambil dari
nama pendirinya yaitu K. H. Djalal Suyuthi dan didirikan pada tahun
1926 M. Pondok Pesantren Al-Manar bertempat di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Namun setelah masa
kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman, digantilah nama Pondok Pesantren
menjadi Al-Manar.48
F. Periodisasi Kepemimpinan Pondok Pesantren Al Manar Manar
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
Salah satu komponen terpenting dalam dunia pesantren adalah
Kyai, kyai mempunyai peranan penting dalam dunia pesantren maupun
masyarakat karena seorang kyai adalah public figure bagi golongan tersebut,
hampir semua perkataannya dianggap sebagai sabda yang harus ditaati dan
dipercaya sepenuh hati. Kyai adalah seorang pemimpin pondok dan seorang
muslim yang “alim”, berpendidikan maju, yang mampu membaca,
menafsirkan, serta mengajarkan Al- Qur‟an dan juga memberikan ulasan-ulasan
terpenting dari bahasa arab.49
48
Wawancara dengan Bapak As’ad Haris Nasution (Pengasuh), pada tanggal 22 Desember 2016. Pukul 16.00 wib.
49 Binder, I. 1960. Islamic “Tradition And Politics The Kyaji And The Alim”.Comperative
Studies In Society And History. January. Hlm. 250.
39
Dalam kepemimpinan Pondok Pesantren, pastilah terdapat
periodesasi dalam masa kepemimpinan di Pondok Pesantren. Begitu juga
dengan Pondok Pesantren Al-Manar yang berada di Desa Bener
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Adapun periodesasi masa
kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Manar antara lain sebagai berikut:
1) Kyai Haji Djalal Suyuthi (Tahun 1913-1950)
Kyai Haji Djalal Suyuthi merupakan pendiri pertama kali yang
awal mula didirikanya yaitu pada tahun 1913 M. Pada masa
kepemimpinan Kyai Haji Djalal Suyuthi, yaitu pada tahun 1942-1946
dimana pada masa itu Desa Bener dalam masa penjajahan Jepang.
Pondok Pesantren mengalami kemacetan total karena mendapatkan
tekanan dari penjajah Jepang. Baru pada tahun 1950, kehidupan kembali
normal dan pada tahun itu pula Kyai Haji Djalal Suyuthi di panggil oleh
Allah SWT atau meninggal dunia.50
2) Kyai Haji Duri (Tahun 1950-1963)
Sepeninggal Kyai Haji Djalal Suyuthi, kepemimpinan pondok
Pesantren di pegang oleh Kyai Haji Duri (putra Kyai Haji Djalal
Suyuthi), dan Pondok Pesantren ini diberi nama “As Sututhiyyah”,
diambil dari nama pendiri Pondok Pesantren yaitu Kyai Haji Djalal
50
Ibid,
40
Suyuthi. Kyai Haji Duri memegang kepemimpina hingga tahun 1963,
dengan Santri sekitar 50-70 orang.51
3) Kyai Haji Suhudi (Tahun 1963-1983)
Setelah Kyai Haji Duri meninggal pada tahun 1963, Pondok
Pesantren dipimpin oleh adik beliau yang bernama Kyai Haji Suhudi.
Pada masa kepemimpinan Kyai Haji Suhudi, Pondok Pesantren banyak
mengalami goncangan karena pengaruh suhu politik di Indonesia.
Sebagai puncak Resesi/goncangan itu, pada tahun 1975 jumlah Santri
menurun menjadi 23 orang. Tetapi pada tahun itu pula didirikan TK
(taman kanan-kanak) dan fasilitas pendidikan ditambah untuk mendidik
anak-anak usia dini.52
4) Kyai Fatkhurrohman (Tahun 1983-1993)
Pada tahun 1983, kepemimpinan Pondok Pesantren digantikan
oleh keponakan Kyai Haji Duri yang bernama Kyai Fatkhurrohman.
Pada saat masa kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman, keadaan Pondok
Pesantren telah normal kembali. Kyai Fatkhurrohman juga banyak
mengadakan pembaharuan-pembaharuan. Antara lain perubahan nama
Pondok Pesantren yang sebelumnya mempunyai nama As Suyuthiyyah
menjadi “Al-Manar” yang mengambil dari nama grup musik gambus di
51
Ibid,
52 Ibid,
41
Desa Bener yang saat itu ketenaranya sampai ke Jawa Timur sekitar
tahun 1960-1975.
Pada masa kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman, Masjid lama
yang dibangun oleh Kyai Haji Djalal Suyuthi dipugar, bangunan Pondok
Pesantren ditambah dan juga pendidikan formal dimasukan ke dalam
kurikulum Pondok Pesantren. Pada tahun 1985, didirikanlah Madrasah
Tsanawiyah, menyusul pada tahun 1989 didirikan pula Madrasah Aliyah.
Terakhir pada tahun 1992, Kyai Fatkhurrohman mendirikan Yayasan Al-
Manar sebagai wadah yang lebih formal dan legitimit. Namun Kyai
Fatkhurrohman pada tanggal 28 Juli 1993 belum sempat melihat
perkambangan Pondok Pesantren Al-Manar karena dipanggil oleh Allah
SWT.
5) Kyai Muhammad Imam Fauzi (Tahun 1993-2000)
Sepeninggal Kyai Fatkhurrohman pada tahun 1993, masa
kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman dilanjutkan oleh menantu Kyai
Fatkhurrohman yang bernama Kyai Muhammad Imam Fauzi. Pada masa
kepemimpinan Kyai Muhammad Imam Fauzi, Madrasah Aliyah diubah
menjadi Madrasah aliyah Keagamaan (1994/1995). Pada masa
kepemimpinan Kyai Muhammad Imam Fauzi ini pula jumlah Santri
meningkat mencapai 537 orang yang dari Jawa dan juga luar Jawa.
42
Namun pada tanggal 11 Mei 2000 M, atau pada tanggal 6 Shofar 1421
H, Kyai Muhammad Imam Fauzi meninggal dalam usia 35 tahun.53
6) Kyai As‟ad Haris Nasution (Tahun 2000-sekarang)
Sepeninggal Kyai Muhammad Imam Fauzi, masa kepemimpinan
Pondok Pesantren digantikan oleh Kyai As‟ad Haris Nasution sampai
saat ini, Kyai As‟ad Haris Nasution merupakan putra dari Kyai
Fatkhurrohman.
Pada masa periode Kyai As‟ad Haris Nasution perkembangan
Pondok Pesantren Al-Manar mengalami kemajuan semakin pesat.
Disamping jumlah santri yang semakin bertambah, dinamika intern juga
menunjukan suatu kemajuan dengan tetap berpedoman pada tradisi
salafi. Pada periode Kyai As‟ad Haris Nasution lembaga pendidikan
yang telah ada dikembangkan baik dari segi kurikulum ataupun sistem
pengajarannya. Seperti halnya dalam bidang life skill atau keterampilan
para santri, dalam periode Kyai As‟ad Haris Nasution yang berhasil
didirikan seperti: keterampilan dalam bidang ilmu teknologi, bengkel
atau mekanik, las, tata boga atau memasak, sablon, musik, bela diri atau
pencak silat dan juga lembaga-lembaga pendidikan lain yang telah
53
Ibid,
43
berdiri sejak periode-periode sebelumnya pada periode Kyai As‟ad Haris
Nasution lembaga-lembaga yang telah ada lebih dikembangkan lagi.54
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa tokoh-tokoh yang
pernah mengasuh Pondok Pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut:
Daftar Nama-nama Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar
No Nama Periode
1 Kyai Haji Djalal Suyuthi Tahun 1913-1950
2 Kyai Haji Duri Tahun 1950-1963
3 Kyai Haji Muh. Suhudi Tahun 1963-1983
4 Kyai Fatkhurrohman Tahun 1983-1993
5 Kyai M. Imam Fauzy Tahun 1993-2000
6 Kyai As‟ad Haris Nasution Tahun 2000-
Sekarang
G. Perkembangan Pondok Pesantren Al Manar 1983-2016
Sebagai salah satu lembaga pendidikan dan kemasyarakatan
pondok pesantren mempunyai peranan dalam mengembangkan santri
yang akan berguna nanti ketika sudah terjun di masyarakat. Pesantren
adalah milik masyarakat luas sekaligus menjadi panutan berbagai
keputusan sosial, politik, agama dan etika.
54
profil Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang, 2016.
44
Pada tahun 1983, merupakan masa dimana Pondok Pesantren Al-
Manar di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang mulai
normal kembali dan mulai berkembang serta melakukan pembaharuan-
pembaharuan, yang sebelumnya Pondok Pesantren mengalami goncangan
karena pengaruh suhu politik di Indonesia.
Pada masa kepemimpinan Kyai Fatkhurrohmanlah Pondok
Pesantren Al-Manar mulai mengalami banyak perkembangan. Diantarnya
yaitu pembaharuan nama Pondok Pesantren menjadi nama “Al-Manar”
yang sebelumnya Pondok Pesantren mempunyai nama “As Suyuthiyyah”.
Dan juga Pada masa kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman, Masjid lama
yang dibangun oleh Kyai Haji Djalal Suyuthi dipugar, bangunan Pondok
Pesantren ditambah dan juga pendidikan formal dimasukan ke dalam
kurikulum Pondok Pesantren. Pada tahun 1985, didirikanlah Madrasah
Tsanawiyah, menyusul pada tahun 1989 didirikan pula Madrasah Aliyah.
Terakhir pada tahun 1992, Kyai Fatkhurrohman mendirikan Yayasan Al-
Manar sebagai wadah yang lebih formal.
Sepeninggal Kyai Fatkhurrohman pada tanggal 28 Juli 1993, masa
kepemimpinan Kyai Fatkhurrohman dilanjutkan oleh menantu Kyai
Fatkhurrohman yang bernama Kyai Muhammad Imam Fauzi. Pada masa
kepemimpinan Kyai Muhammad Imam Fauzi, Madrasah Aliyah diubah
menjadi Madrasah aliyah Keagamaan (1994/1995). Pada masa
kepemimpinan Kyai Muhammad Imam Fauzi ini pula jumlah Santri
45
mengalami peningkatan yang berasal dari Jawa dan juga luar Jawa.
Namun pada tanggal 11 Mei 2000, Kyai Muhammad Imam Fauzi
meninggal dalam usia 35 tahun. Sepeninggal Kyai Muhammad Imam
Fauzi, masa kepemimpinan Pondok Pesantren digantikan oleh Kyai As‟ad
Haris Nasution sampai saat ini, Kyai As‟ad Haris Nasution merupakan
putra dari Kyai Fatkhurrohman.55
Pada masa kepemimpinan Kyai As‟ad Haris Nasution juga banyak
mengalami perkembangan, baik di bidang pendidikan, life skill maupun
pembangunan.
c. Tradisi yang dapat dipertahankan Pondok Pesantren Al
Manar
Sejarah telah menunjukkan bahwa pada awalnya Pondok
Pesantren Al-Manar berperan sebagai lembaga pendidikan tradisional
yang relatif mapan. Hal ini menunjukkan bahwa Pondok Pesantren
Al-Manar pada awalnya lebih banyak mempertahankan bagaimana
kesinambungan pemurnian ajaran Islam dari tarikan akulturatif
berbagai unsur sistem kepercayaan lokal ataupun asing, yang
dianggap dapat menyimpangkan Islam dari keasliannya.
55
Wawancara dengan Bapak As’ad Haris Nasution (Pengasuh), pada tanggal 22 Desember 2016. Pukul 16.00 wib.
46
Pemeliharaan kesinambungan tradisi ini diwujudkan Pondok
Pesantren Al-Manar pada kajian pengajaran yang terfokus pada
bidang Al-Qur‟an dan kitab kuning. Pengajaran dilakukan dengan
metode yang bersifat tradisional dan sangat sederhana, untuk
pengajaran Al-Qur‟an dilakukan secara langsung yaitu tiap santri
mengaji dihadapan pengasuh atau pemimpin Pondok Pesantren Al-
Manar. Sedangkan untuk kitab kuning dilakukan dengan metode
bandongan dan sorogan. Untuk pengajaran kitab kuning ini
pengelolaannya dipercayakan pada pengurus Pondok, santri senior
dan juga para santri yang sudah menyelesaikan pendidikan di Pondok
Pesantren Al-Manar.
Pemeliharaan tradisi tidak hanya diwujudkan pada sistem
pengajaran, akan tetapi juga pada gaya hidup yang terlihat dalam
kegiatan rutinitas keseharian yang dilakukan para santri. Salah satu
ciri dari gaya hidup pesantren salaf atau tradisional adalah adanya
sekat dengan dunia luar Pesantren, kalaupun ada kegiatan yang berada
di luar Pondok hanya sebatas untuk mengadakan ziarah ke makam
dan makan sehari-hari untuk santri putra. Hal ini dikarenakan dunia
luar dianggap sebagai dunia yang penuh dengan kemaksiatan,
sedangkan kemaksiatan akan menghambat kecerdasan seorang santri
dalam penerimaan ilmu. Oleh karena itu Pondok Pesantren Al-Manar
memiliki aturan yang berkaitan dengan aktivitas santri diluar Pondok
Pesantren untuk para santrinya. Bentuk aturan itu antara lain tidak
47
diperbolehkan bagi para santri berada di luar lingkungan Pondok
Pesantren tanpa seizin dari pihak pengasuh atau pengurus pondok,
tidak diperbolehkan keluar malam hari, serta apabila akan pulang ke
rumah harus terlebih dahulu meminta izin kepada pengasuh.
Untuk menegakkan peraturan tersebut Pondok Pesantren Al-
Manar menerapkan sanksi bagi santri yang melanggar peraturan-
peraturan tersebut. Sanksi tersebut antara lain, dimasukan kedalam
air, didenda dengan jumlah nominaltertentu, dan sanksi yang paling
berat adalah dikeluarkan dari Pondok Pesantren Al-Manar.
Disatu sisi peran penting pesantren adalah penerjemah dan
penyebar ajaran-ajaran Islam dalam masyarakat. Oleh karena itu
pesantren berkepentingan menyeru masyarakat dengan berlandaskan
komitmen amar ma‟ruf nahi munkar. Adapun wujud dari pengabdian
Pondok Pesantren Al-Manar terhadap masyarakat adalah didirikanya
majlis taklim. Pendirian majlis taklim ini mendapat sambutan positif
dari masyarakat luar, karena peluang dan kesempatan bagi kaum
muslimin dan muslimat untuk memperdalam ilmu keagamaan. Tujuan
utama didirikanya majlis taklim selain untuk meningkatkan
pengetahuan keilmuan tentang keagamaan bagi warga masyarakat
juga mempunyai tujuan agar dapat memperkuat persatuan dan
48
kesatuan antara warga masyarakat dengan keluarga besar Pondok
Pesantren Al-Manar serta terjalinya ukhuwah islamiyah yang kokoh.56
Beberapa tradisi di atas merupakan tradisi yang masih
dipertahankan hingga sekarang oleh Pondok Pesantren Al-Manar
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yang
merupakan Pondok Pesantren Salaf.
d. Tradisi yang tidak dapat dipertahankan Pondok Pesantren Al
Manar
Dari pemaparan di atas bahwa tradisi yang dapat
dipertahankan ketika dikombinasikan dengan perubahan zaman tidak
selamanya utuh dan murni sebagaimana ketika tradisi tersebut
dilahirkan ada aspek dari tradisi tersebut yang hilang atau menjadi
satu bentuk yang lain. Selain itu terdapat juga tradisi yang
keberadaanya dilingkungan pondok pesantren Al-Manar perlu
dipertanyakan kembali eksistensinya. Seperti halnya peran Kyai atau
pengasuh dalam aktifitas para santri Pondok Pesantren Al-Manar
sedikit demi sedikit mulai memudar. Dari pengamatan penulis,
kegiatan-kegiatan inti yang melibatkan Kyai atau pengasuh seperti
sorogan, bandongan dan pengajian al-Qur‟an hanya ditangani oleh
pengurus pondok, santri senior serta para alumni Pondok Pesantren
56
Ibid.
49
Al-Manar. Peran Kyai atau Pengasuh Pondok Pesantren hanya
berkisar pada penentu keputusan akhir suatu kegiatan atau peraturan
yang diperbolehkan atau tidaknya untuk dilaksanakan di Pondok
Pesantren Al-manar.
Pemaparan penulis tersebut memberikan gambaran bahwa
meskipun peran Kyai atau pengasuh cenderung memudar dan
mempercayakan perananya pada pengurus pondok, akan tetapi
kepercayaan yang diberikan tersebut tidak bersifat penuh dalam
artian, ada koridor dimana dalam beberapa hal seperti penentu aturan-
aturan dan keputusan akhir kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok
Pesantren Al-Manar Kyai atau Pengasuh menjadi pihak yang berperan
penuh.
Pemeliharaan tradisi yang tidak dapat dipertahankan lainya
yaitu mengenai masa belajar seorang santri. Pada awal didirikanya
pesantren, para santri yang datang karena ingin belajar agama dan
materi-materi lain yang diajarkan Pondok Pesantren Al-Manar hingga
betul-betul memahami dan menguasai apa yang ingin dipelajari
setelah pengasuh menganggap seorang santri menguasai apa yang
dipelajarinya baru santri tersebut berhenti belajar di Pondok Pesantren
Al-Manar.
Seiring berjalanya waktu dimana sebagian santri Pondok
Pesantren Al-Manar berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa hal
50
tersebut hilang ditelan sistem yang memiliki aturan yang jelas,
sehingga rata-rata masa belajar santri di Pondok Pesantren Al-Manar
banyak yag menyesuaikan dengan masa belajar di sekolah ataupun di
kampus. Dalam pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa saaat
ini santri datang ke Pondok Pesantren Al-Manar adalah untuk
bersekolah ataupun berkuliah sehingga Pondok Pesantren Al-Manar
hanyalah sebagai tujuan kedua yang sekaligus dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal yang ekonomis yang tidak terlalu mahal untuk
kalangan menengah kebawah, untuk itu para santri lebih
mengutamakan pendidikan formal dan mengesampingkan pendidikan
yang terdapat di Pondok Pesantren Al-Manar sehingga santri
bertindak seenaknya untuk masuk dan keluar Pondok Pesantren Al-
Manar.
Disatu sisi mengenai kebebasan santri, pada beberapa dekade
silam santri identic dengan hidup yang penuh keprihatinan dan jauh
dari kebebasan dalam artian keterbatasan dalam melakukan aktifitas
diluar lingkungan Pondok Pesantren Al-Manar. Dalam keseharianya
santri disibukkan dengan kegiatan mengaji dan kegiatan lain yang
berkaitan dengan pemenuuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti,
mencuci, makan dan lain sebgainya. Aktifitas santri di luar pondok
hanya diperbolehkan setiap sebulan sekali dengan seizin pengasuh
pondok dan tidak semua santri mendapatkan izin dari pengasuh
51
pondok. Izin diberikan jika kebutuhan santri betul-betul mendesakdan
hanya terdapat di luar lingkungan pondok.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan saat ini keadaan
tersebut tidak lagi terlihat di lingkungan pondok pesantren Al-Manar,
yang terlihat justru keadaan yang sangat kontras, setiap hari santri
diberi kebebasan sepenunya untuk melakukan aktifitas diluar pondok.
Beberapa pemaparan mengenai tradisi di Pondok Pesantren
Al-Manar di atas merupakan tradisi yang saat ini sudah tidak dapat
dipertahankan oleh Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
H. Metode Pendidikan dan Pengajaran
1. Metode Pendidikan
Pendidikan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Manar
berkiblat kepada Pondok Pesantren Lirboyo (MHM) Jawa Timur
dan Pondok Pesantren Al-Ittihad yang berada di Desa Poncol,
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Yaitu menggunakan
sistem Klasik (Sorogan dan Bandongan) dan menggunakan sistem
Klasikal.
Adapun kitab-kitab yang dikaji yaitu kitab Klasik yang
bermazhab Syafi‟iyah. Kitab-kitab hasil karya Ulama‟ Klasik
52
tersebut digolongkan kepada Nahwu, Sorof, Fiqih, Hadist, Tafsir
Tauhid, Tasawuf dan Tarikh.
Untuk lebih rincinya, kitab-kitab yang diajarkan di Pondok
Pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut:
a. Nahwu
1) Jurumiyah
2) Sulam Munawarah
3) Matan Jurumiyah
4) Matan dan Syarah al-Imriti
5) Matan dan Syarah al-Fiyah
b. Sorof
1) Qowa‟idul I‟lal
2) Amtsilatu Tasrifiyah
3) Qowa‟idusy-shorofiyah
c. Fiqih
1) Mabadi‟ul Fiqih dan Wadhih
2) Kasifatu Saja
3) Safinatun-najah
4) Fath-hul Qorib
5) Fath-hul Muin
53
6) Fath-hul Wahab
d. Ushul Fikih
1) Mabadi‟ul fiqiyah
2) Asyulami
3) Al-Bayan
4) Al-Lumak
5) „Irsyadul Fukhul
e. Hadist
1) Arbain Nawawi
2) Abi Jamroh
3) Bulughul Marom
4) Musnad Syafi‟i
5) Jawahirul Bukhori
f. Tafsir
1) Tafsir Juz‟ama
2) Tafsir Jalalain
3) Tafsir al-Itqon
54
g. Tauhid
1) Badi‟ul Amali
2) Aqidatul Awam
3) Jawahirul Kalamiyah
4) As-Sanusiyah
h. Akhlak dan Tasawuf
1) Nashoikhul Ibad
2) Ta‟limul Muta‟alim
3) Al-Fath-hus Sholawah
4) Bidayatul Hidayah
5) „Irs Yadul Ibad
6) Tanbihul Ghofilin
i. Tarikh
1) Khulasof Nurul Yaqin
2) Tarikhul Islami
Sedangkan pendidikan life skill para santri di Pondok
Pesantren Al-Manar merujuk pada pendidikan pendidikan sekolah
kejuruan yang ada. Yaitu mengutamakan praktek studi banding
dalam penyampaian materinya. Adaun pendidikan peningkatan skill
para santri tersebut adalah Otomotif, Las, IT, Menjahit dan
55
Memasak. Data tersebut diambil dari Profil Pondok Pesantren Al-
Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
tahun ajaran 2015-2016.57
2. Metode Pengajaran
Sistem pengajaran di Pondok Pesantren Al-Manar
menerapkan sistem Klasikal. Yang dimaksud dengan sistem klasikal
adalah: “Cara belajar dalam kelas pada suatu robongan murid-murid
yang sebaya dan mempunyai tingkat pengetahuan yang sama diajar
oleh seorang guru dalam waktu yang sama dan bahan pelajaran yang
sama pula”.58
Sistem klasikal ini berbeda dengan sistem yang lama yaitu
sistem Sorogan ataupun Bandongan, dimana masing-masing santri
mempunyai tingkat pengetahuan yang berbeda, dan bahan yang
diajarkan sesusai dengan permintaan santri.
Guru pada sistem Klasikal wajib memperhatikan kemajuan
kelas secara keseluruhan di samping memperhatikan tiap-tiap santri
secara perseorangan. Tempat belajar yang digunakan ruang yang
dilengkapi dengan meja dan tempat duduk santri, papan tulis dan
57
Profil Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang, 2016.
58 Wawancara dengan Bapak As’ad Haris Nasution (Pengasuh), pada tanggal 22
Desember 2016. Pukul 16.00 wib.
56
meja kursi guru. Tentang hasil dari sistem ini memang lebih efisien
dan tidak banyak waktu yang terbuang, dan nilai pelajaran secara
minimal bagi santri yang keluar dari Pondok Pesantren dapat
diukur.
57
BAB IV
EKSISTENSI PONDOK PESANTREN AL-MANAR DESA BENER,
KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG DI
MASYARAKAT
D. Kontribusi Pondok Pesantren Al Manar dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan selama ini sering kita percayai dengan pola
kepercayaan yang sama, dipandang sebagai sesuatu hal yang amat
penting serta mesti ada dalam keberlangsungan hidup manusia
dimanapun. Kepercayaan ini begitu klasik dari waktu kewaktu sehingga
sulit bagi siapapun untuk mengetahui sejak kapan manusia menaruh
optimis dan kepercayaannya terhadap pendidikan.59
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan
sering disebut sebagai aset bangsa yang paling berharga. Setiap tanggal 2
Mei, seantero nusantara merayakan Hari Pendidikan Nasional, seakan
ingin menegaskan bahwa pendidikan benar-benar merupakan modal
membangun negri ini. Pendidikan nasional sebagaimana tercanutm pada
ketentuan umum pasal I adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
59
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzmedia, 2010). Hlm.
03.
58
berakar pada nilai-nilai Agama, kebudayaan Nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.60
Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat relasi antara
dunia pendidikan dengan kondisi masyarakat. Relasi ini bermakna
bahwa apa yang berlangsung dalam dunia pendidikan merupakan
gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di dalam kehidupan
masyarakat yang kompleks. Demikian juga sebaliknya, kondisi
masyarakat, baik dalam aspek kemajuan, peradaban dan sejenisnya
tercermin dalam kondisi pendidikan. Oleh karena itu data tingkat
pendidikan dijadikan cermin majunya masyarakat, dan dunia pendidikan
yang amburadul juga dapat menjadi cermin terhadap kondisi masyarakat
nya yang penuh persoalan. Pendidikan dalam kerangka ini merupakan
proses dari upaya manusia untuk mengembangkan segenap potensi baik
jasmani maupun rohaninya agar menjadi pribadi yang serba seimbang,
sebagai warga Negara yang baik dan siap untuk menerima dan
melestarikan serta mengembangkan budaya bangsa (sosialisasi).61
Di Indonesia, salah satu ujung tombak dalam membentuk
manusia yang berkualitas adalah pesantren. Pesantren adalah salah satu
tiyang penyangga eksistensi pendidikan di Indonesia yang berbasis nilai-
60
Tim Redaksi Nuansa aulia, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: PT. Al Maarif,
1980), Hlm. 9.
61 Hasan Langgunung, Tujuan Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: Hikmah Syahid Indah
1988). Hlm. 189.
59
nilai ke islaman, dalam melaksanakan sistem dan proses pengajara
pendidikan pondok pesantren dalam perspektif pendidikan Islam
Indonesia mempunyai peran serta memiliki unsur-unsur atau kontribusi
pemikiran terhadap berkembang dan tumbuh pendidikan Islam.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah eksis ditengah
masyarakat selama ratusan tahun dan menawarkan pendidikan kepada
mereka yang masih buta huruf. Pesantren pernah menjadi satu-satunya
institusi pendidikan milik masyarakat pribumi yang memberikan
konribusi yang amat besar dalam membentuk masyarakat yang melek
huruf (literacy) dan melek budaya (cultural literacy).62
Sebagai mana tertulis dalam peraturan pemerintah nomor 55
tahun 2007, pesantren memiliki tujuan untuk menanamkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT, Akhlak mulia, serta tradisi pesantren
untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin)
atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk
membangun kehidupan islami di masyarakat.
Dalam upaya mengerahkan segala sumber yang ada dalam
bidang pendidikan untuk memecahkan berbagai masalah tersebut, maka
eksistensi pondok pesantren akan lebih disorot. Karena masyarakat dan
62
Mujamil Qomar, Pesantren: Dari TransformasiMetodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Surabaya: Erlangga, 2009). Hlm 03.
60
pemerintah mengharapkan pondok pesantren memiliki potensi yang
besar dalam bidang pendidikan. Pesantren sebagai cikal bakal system
pendidikan di Indonesia dengan corak dan karakter yang khas dianggap
telah menjadi ikon masyarakat pribumi dalam memancangkan ideology
pendidikan di Indonesia.63
Kini paradigma bahwa belajar di pesantren hanya
mengeksploitasi ilmu agama islam sudah mulai tergeser sejalan dengan
perkembangan zaman. Perubahan ini ditandai dengan berdirinya
sekolah-sekolah formal dalam lingkungan pesantren. Bahkan dengan
adanya perubahan paradigma ini pesantren menjadi lembaga khas karena
mentransformasi pendidikan umum layaknya lembaga-lembaga
pendidikan yang lain.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pondok pesantren Al-Manar
memiliki tugas untuk mendidik dan mencerdaskan dalam bidang
pendidikan agama ataupun umum bagi santri pondok pesantren Al-
Manar sendiri dan juga masyarakat sekitar yang ikut serta dalam belajar
ilmu agama di pondok Al-Manar. Dalam bidang pendidikan agama dan
umum, pondok pesantren Al-Manar sudah cukup baik dalam
memerankan tugasnya.
63
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2005) .Hlm. 13.
61
Pondok pesantren Al-Manar disamping menerapkan sistem
pendidikan formal juga menerapkan sistem life skill kemandirian para
santrinya sehingga menarik minat masyarakat setempat menitipkan anak-
anaknya untuk belajar di pondok pesantren Al-Manar. Pendidikan life
skill bagi santri bertujuan untk meningkatkan minat dan bakat santri
dalam mengembangkan kreativitas mereka dengan lebih intensif. Namun
pendidikaan life skill ini tidak terkhusus kepada santri yang menetap di
pondok pesantren AL-Manar saja, namun juga terbuka untuk masyarakat
sekitar yang minat untuk mengikuti pendidikan skill tersebut, sehingga
dapat memepererat hubungan yang baik antara pondok pesantren dengan
masyarakat setempat.64
Dalam pendidikan life skill yang ada di pondok
pesantren Al-Manar antara lain seperti:
a) Otomotif Sepeda Motor
Diajarkan kepada para peserta didik agar menjadi montir yang
handal sehingga setelah lulus dari pondok pesantren dapat masuk
dalam dunia kerja otomotif, bahkan dapat membuka bengkel sendiri.
b) Las Listrik
Diajarkankepada para santri agar selain santri memiliki keahlian
dalam ilmu agama juga memiliki keahlian dalam mengelas sehingga
64
Profil Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang, 2016.
62
setelah santri lulus dari pondok pesantren dapat masuk dalam dunia
kerja di bidang pengelasan bahkan dapat membuka industri sendiri.
c) Menjahit
Diajarkan kepada para santriwati karena kebanyakan dari santri
perempuan yang berminat, agar selain santriwati tersebut memiliki
keahlian dalam ilmu agama juga memiliki keahlian dalam menjahit
sehingga setelah santri lulus dari pondok pesantren dapat masuk
dalam dunia kerja bidang garmen bahkan dapat tailor yang membuka
usaha sendiri.
d) Memasak
Diajarkan kepada para santri agar santri dapat memenuhi
kebutuhan makanya sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
E. Peran Pondok Pesantren Al Manar terhadap Keagamaan di
Masyarakat
Seperti yang telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya,
pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam yang mula-mula
muncul di nusantara, berperan penting sebagai sarana pembangunan dan
pengembangan religiusitas masyarakat sekitar, dalam hal ini Indonesia
secara umum (karena seiiriing berkembangnya waktu, pesantren mulai
meluas bukan hanya di jawa).
63
Pada masa perkembangannya, pesantren dijadikan sebagai
pilihan terakhir bagi masyarakat tak mampu untuk “menitipkan”
anaknya pada kyai, dengan tujuan agar setidaknya anaknya nanti
mendapat pendidikan, walaupun sekedar pendidikan agama, karena
keadaan yang tidak memungkinkan dibawanya anak tersebut pada
lembaga pendidikan umum. Dalam lingkup pendidikanya pada saat itu,
pesantren mendidik anak-anak titipan ini dengan berbagai macam kitab
kuning, mendidiknya untuk menghafal al-Qur‟an, mendidiknya untuk
berdisiplin ilmu, yang setelah sekembalinya dari pesantren, anak ini akan
menjadi guru agama, sekaligus membuktikan bahwa lulusan pesantren
bukanya tanpa ilmu yang berarti.
Berkaitan dengan hal di atas, dengan keberadaan pesantren secara
tidak langsung juga membawa pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan kehidupan keagamaan di lingkungan sekitar pesantren (bukan
hanya titipan anak bagi masyarakat sekitarnya untuk belajar).
Dengan berdirinya pondok pesantren Al-Manar di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, masyarakat yang awalnya
awam terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ajaran Agama Islam
sedikit demi sedikit mulai mengenal dan menjalankannya. Hal ini
didukung oleh adanya interaksi yang terjalin dengan baik antara pondok
pesantren Al-Manar dengan masyarakat setempat.
64
Untuk kehidupan keberagaman masyarakat Desa Bener dapat
dikatakan sangat dinamis. Banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dikontribusikan oleh pondok pesantren Al-Manar khususnya tentang
keagamaan islam yang diadakan di Desa Bener dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini tentu mempunyai dampak yang cukup baik dan kondusif
terhadap perkembangan masyarakat muslim di Desa Bener.
Adapun peran pondok pesantren Al-Manar di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang antara lain, seperti:
1. Kegiatan Bapak-Bapak
a. Pengajian rutin tingkat RT yang diadakan setiap malam jum‟at
setiap minggunya. Adapun pelaksanaanya dilakukan secara
berpindah-pindah.
b. Pengajian dan tahlilan yaitu pembacaan ayat-ayat suci Al-
Qur‟an dan berdzikir yang diadakan secara kondidional setiap
ada orang meninggal dari masyarakat Desa Bener. Adapun
pelaksanaanya setelah sholat Isya‟ selama tujuh malam
berturut-turut.
c. Pengajian jamaah di Pondok Pesantren Al-Manar yang diikuti
oleh masyarakat Desa Bener. Adapun pelaksanaanya setiap
hari selasa wage selapanan (35 hari) sekali.
65
2. Kegiatan ibu-ibu
a. Pengajian ibu-ibu tingkat desa yang diadakan setiap satu bulan
sekali. Adapun pelaksanaanya setiap minggu kliwon setelah
Isya‟.
b. Pengajian ibu-iu tingkat RT dan juga pembacaan sholawat Al-
Berjanji yang diadakan setiap selapan sekali (35 hari) sekali.
c. Pengajian dan kegiatan dzikir bersama yang diadakan juga
secara kondisional setiap ada orang yang meninggal dunia.
3. Kegiatan anak-anak
a. Pembacaan Shalawat dan Al-Barjanji yang dilakukan pada
masing-masing RT. Adapun pelaksanaanya setiap malam
jum‟at setelah shalat maghrib.
b. Pelatihan Rebana atau music yang bernuansa islami. Adapun
pelaksanaanya setiap minggunya.65
F. Respon Masyarakat Desa Bener terhadap Pondok Pesantren Al
Manar
Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya
rangsang dari lingkungan. Respon seseorang dapat berbentuk baik atau
malah sebaliknya yakni buruk, positif atau negative. Apabila respon
65
Wawancara dengan Bapak As’ad Haris Nasution (Pengasuh), pada tanggal 22 Desember 2016. Pukul 16.00 wib.
66
positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau
mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi
objek tersebut.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan
bantuan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Setiap manusia akan
tinggal berkelompok dan hidup saling berdampingan. Didalam ilmu
sosiologi, sekumpulan manusia yang hidup berkelompok dan saling
bekerja sama dalam waktu yang cukup lama di tempat tertentu disebut
dengan masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Selo Soemardjan
yang menyatakan bahwa masyarakat adalah orangorang yang hidup
bersama menghasilkan kebudayaan.66
Dengan demikian, biasanya suatu masyarakat ada yang
menunjukkan respon negatif atau positif terhadap suatu pondok
pesantren yang ada di desanya, namun masyarakat yang ada di Desa
Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang responya sangat
positif terhadap adanya pondok pesantren Al-Manar di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
66
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Universitas Indonesia, 1978).
Hlm. 28.
67
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai sejarah perkembangan pondok
pesantren Al-Manar di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang dari tahun 1983 samapi dengan 2016, kiranya dapat ditarik
kesimpulan penting yang berkaitan dengan rumusan masalah pada
skripsi ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren Al-Manar merupakan Pondok Pesantren yang awal
mulanya mempunyai nama “As Suyuthiyah” yang diambil dari nama
pendirinya yaitu K. H. Djalal Suyuthi dan didirikan pada tahun 1926
M. Pondok Pesantren Al-Manar bertempat di Desa Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Adapun yang melatar
belakangi didirikanya Pondok Pesantren Al-Manar adalah karena
pada masa sebelum didirikanya Pondok Pesantren Al-Manar,
masyarakat muslim di Desa Bener sangatlah kesulitan dalam
mengembangkan Syiar Islam karena tekanan penjajah pada masa itu,
dan hanya ada satu dua orang yang mengenal ajaran Islam, bahkan
masyarakat Desa Bener dikenal sebagai masyarakat yang rusak dan
sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran agama Islam
serta pada masa itu banyak yang belum beragama Islam.
68
2. Pada tahun 1983, Pondok Pesantren Al-Manar mulai banyak
perkembangan. Pada tahun 1983 pondok pesantren Al-Manar
dipimpin oleh Kyai Fatkhurrohman, beliau banyak mengadakan
pembaharuan. Antara lain perubahan nama dari As Suyuthiyah
menjadi nama Al-Manar yang di ambil dari nama group orkes
gambus di Desa Bener itu sendiri. Dan pada masa Kyai
Fatkhurrohman banyak mengadakan pemugaran dan penambahan
bangunan pondok pesantren dikarenakan banyaknya santri yang
belajar ilmu Agama Islam di pondok pesantren Al-Manar, dan juga
dimasukanya pendidikan formal di dalam kurikulum Pondok
Pesantren Al-Manar, serta menjadikan Pondok Pesantren Al-Manar
menjadi Yayasan Al-Manar agar lebih formal dan mampu
menghadapi tantangan zaman modern.
3. Berdirinya Pondok Pesantren sudah pasti akan memberikan
kontribusi yang besar untuk kemaslahatan umat, begitu juga dengan
Pondok Pesantren Al-Manar memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap masyarakat sekitar. Kontribusi yang diberikan Pondok
Pesantren Al-Manar kepada masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Pondok Pesantren Al-Manar dalam bidang Pendidikan
di Masyarakat, diantaranya didirikanya sekolah formal yang tidak
hanya terkhusus kepada santri yang menetap di Pondok Pesantren
Al-Manar namun bersifat umum, sehingga masyarakat disekitar
dapat ikut serta menitipkan putra didiknya dalam belajar di
69
sekolah-sekolah yang berada di Pondok Pesantren Al-Manar
tanpa jauh-jauh belajar atau sekolah ke luar daerah, dan juga
menambahkan ekstra kulikuler atau life skill agar minat bakat
peserta didik dapat terealisasikan dan dapat mengikuti
perkembangan zaman.
b. Peran Pondok Pesantren Al-Manar dalam bidang keagamaan di
Masyarakat, diantaranya diadakanya kegiatan-kegiatan
keagamaan seperti, didirikanya pengajian-pengajian di Desa
Bener yang pesertanya merupakan masyarakat Desa Bener, dari
orang tua, bapak-bapak, ibuk-ibuk sampai anak-anak yang berada
di Desa bener itu sendiri.
B. SARAN
1. Dalam perkembanganya pondok pesantren Al-Manar adalah
pondok pesantren yang dapat dibilang usianya cukup tua di daerah
Kabupaten Semarang khusunya di Desa Bener, kecamatan
Tengaran yang didirikan pada tahun 1926 M. Dalam
perkembanganya tahun 1983 hingga tahun 2016 M, Pondok
Pesanten Al-Manar merupakan pondok pesantren yang masih
memegang pendidikan tradisional (Salafiyah) namun juga tidak
meninggalkan pendidikan modern. Dalam masa perkembanganya
pondok pesantren Al-Manar banyak mengalami pasang surut
mulai dari perkembangan agama hingga transisi kepemimpinan
sampai saat ini.
70
2. Untuk lebih meningkatkan fugsinya sebagai pusat pendidikan di
Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, demi
menyangkut kemaslahatan ummat, alangkah baiknya pondok
pesantren Al-Manar dalam menjalankan programnya agar lebih
istiqomah, dan tidak monoton di dalam menjalankan peranya
sebagai ujung tombak keberagaman masyarakat, terutama
masyarakat Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang. Serta menjadikan pondok pesantren Al-Manar sebagai
pesantren yang mempunyai nilai tawar maupun kualitas yang
lebih.
3. Guna merealisasikan segala bentuk program yang telah disusun
Pondok Pesantren Al-Manar, hendaknya masyarakat lebih
meningkatkan dukunganya dibidang apapun. Karena semua
program yang dijalankan pondok pesantren bertujuan untuk
kepentingan umat, yaitu mrnciptakan kondisi masyarakat yang
Islami, aman dan sejahtera.
71
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Affandi, Bisri, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) Pembaharu dan Pemurni
Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999.
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam
Angka 1996, Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 1997.
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan Tengaran dalam
Angka 2006, Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2007.
Bapeda Kantor Statistik Kabupaten Semarang, Data Strategis Kecamatan
Tengaran 2016, Kantor Statistik Kabupaten Semarang, 2016.
Binder, I, Islamic Tradition And Politics The Kyaji And The Alim, Comperative
Studies In Society And History, 1960.
Bukhori, Khoirudin, Problem Psikologis Kaum Santri: Resiko Insekuritas
Kelekata,Yogyakarta: FKKB, 2000.
Daliman, A, Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2012
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai
dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2015.
Gandhi, Teguh Wangsa, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzmedia, 2010.
Garungan, W.A, Psikologi social, Bandung: Gunung Agung, 1978.
Gottschalk, Louist, Mengerti Sejarah, Jakarta:UI Presss, 1986.
Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:
Gramedia, 1993.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
Langgunung, Hasan, Tujuan Pendidikan Dalam Islam, Jakarta: Hikmah Syahid
Indah, 1988.
Mastuhu, Dinamika Sistem pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tenteng Unsur
dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INS, 1994.
Nasir, Ridlwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Pesantren, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2005.
72
Nuansa Aulia, Tim Redaksi, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: PT. Al
Maarif, 1980.
Qomar, Mujamil, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi, Surabaya: Erlangga, 2009.
Said, Mohammad &Junimar Affan, Mendidik dari Zaman ke Zaman, Bandung:
Jemmars, 1987.
Saridjo, Marwan dkk., Sejarah pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Darma
Bakti, 1982.
Sarosa, Sumiaji, Penelitian Kualitatif: dasar-dasar, Jakarta: PT Indeks, 2012.
Sjamsudin, Helius, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007.
, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2012.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Universitas Indonesia,
1978.
Veyne, Paul, Writing History: Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina
moore-rinvolucri, Middletown, connect, Wesleyan Univercity Press, 1982.
Wahid, Abdurrahman, Pesantren sebagai Subkultural, dalam M. Dawam Raharjo
(ed): Pesantren dan Pembaruan, Jakarta: LP3S, 1995.
Wawancara
Wawancara dengan Bapak As‟ad Haris Nasution (Pengasuh), pada tanggal 22
Desember 2016. Pukul 16.00 wib.
73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Statistik Desa Bener, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Semarang
74
75
76
77
78
79
80
81
Lampiran 2 : Transkrip Wawancara
A. Nama Informan : Bapak Kyai As’ad Haris Nasution
Status : Pengasuh Pondok Pesantren Al-Manar
1. Bagaimana Latar Belakang berdirinya Pondok Pesantren AL-Manar?
Jawaban: Yang melatar belakangi berdirinya pondok ini adalah
dahulu di Desa Bener ini masyarakatnya banyak yang
bukan Islam, banyak yang melakukan maksiat, bahkan
Desa Bener ini terkenal dengan masyarakat yang ahli
molilo (Maen: Judi, Medok: berhubungan bebas dengan
perempuan, Maling: Mencuri, Mateni: Membunuh, Mabuk:
Mabuk), dan masih awam dengan agama Islam, hanya ada
beberapa warga saja yang beragama Islam, sehingga pada
zaman dahulu, ada warga yang tergugah untuk
mendatangkan seorang ulama‟ untuk menyebarkan agama
Islam di Desa ini (Desa Bener), dahulu nama Desa Bener
itu bernama Petungsari, namun setelah berkembangnya
zaman nama petungsari diganti menjadi Desa Bener.
2. Apa tujuan Utama didirikanya Pondok Pesantren ini?
Jawaban: Tujuan utama didirikan Pondok Pesantren ini tidak lain
yaitu untuk menyebarkan agama Islam, untuk dakwah
agama Islam di Desa Bener ini. Dan untuk mengislamkan
masyarakat khususnya di Desa Bener ini.
3. Dari tahun berapakah Pondok Pesantren ini di rintis?
Jawaban: Sebenarnya, Pondok Pesantren ini sudah berdiri sejak tahun
1913 M atau pada masa kepemimpinan Kyai Djalal
Suyuthi, namun ada yang bilang juga pondok pesantren ini
berdiri dari tahun 1926 M, namun pada masa itu, Pondok
Pesantren ini namanya bukan Al-Manar, tapi mempunyai
nama As Suyuthiyyah, yang diambil dari nama pendiri
Pondok Pesantren ini yaitu Kyai Djalal Suyuthi, dan yang
memberikan nama As Suyuthiyyah itu sendiri yaitu Kyai
Duri atau anak dari Kyai Djalal Suyuthi itu sendiri. Nama
Al-Manar itu sendiri muncul pada masa kepemimpinan
82
Abah (Bapak) atau Kyai Fathurrahman, yaitu sekitar pada
tahun 1983.
4. Apa visi dan misi Pondok Pesantren ini?
Jawaban: untuk mewujudkan visi dan misi di Pondok Pesantren Al-
Manar ini, yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan
dan penguasaan baik dalam pengetahuan keagamaan yang
ada pada santri. dan dengan adanya pendidikan
kemandirian juga akan meningkatkan minat dan bakat
santri dalam belajar agama dengan lebih intensif lagi seperti
baca al-Qur‟an, kitab-kitab kuning, kajian keislaman,
shalawat dan lain sebagainya.
5. Bagaimana masa periodesasi kepemimpinan Pondok Pesantren Al-
Manar?
Jawaban: Masa periodesasi kepemimpinan Pondok Pesantren ini
mempunyai 6 masa periodesasi, yaitu dimulai dari masa
kepemimpinan Kyai Haji Djalal Suyuthi yaitu dari tahun
1913 sampai dengan tahun 1950, selanjutnya dilanjutkan
oleh anaknya yaitu Kyai Haji Duri yaitu dari tahun 1950
sampai tahun 1963, selanjutnya oleh Kyai Haji Muh Suhudi
dari tahun 1963 sampai dengan tahun 1983, setelah itu
masa kepemimpinan dipimpin oleh Kyai Fathurrohman
yaitu dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1993,
selanjutnya dipimpin oleh Kyai Imam Fauzi yaitu dari
tahun 1993 sampai tahun 2000, dan terakhir masa
kepemimpinan digantikan oleh saya sendiri (Kyai As‟ad
Haris Nasution) yaitu sejak tahun 2000 sampai saat ini.
6. Pada kepemimpinan siapa yang mencapai kemajuan atau
perkembangan paling menonjol? Hal-hal apa yang dikembangkan di
Pondok Pesantren Al-Manar ini?
Jawaban: Pondok Pesantren ini sendiri mulai berkembang paling
menonjol yaitu pada masa kepemimpinan Abah (Bapak)
atau Kyai Fathurrahman yaitu dari tahun 1983, dimana pada
masa itu banyaknya pembaharuan-pembahauran yang
dilakukan seperti digantinya nama Pondok Pesantren yang
sebelumnya mempunyai nama As Suyuthiyyah menjadi
83
nama Al-Manar, ditambahnya bangunan-bangunan Pondok
Pesantren, dipugarnya masjid yang awalnya dibangun sejak
dari masa Kyai Haji Djalal Suyuthi, dimasukanya
kurikulum pendidikan formal kedalam Pondok Pesantren
seperti Madrasah Aliyah atau setara SMA, Madrasah
Tsanawiyah atau setara SMP, dan Madrasah Ibtidaiyah atau
setara SD.
7. Bagaimana dengan sistem pendidikan disini? Apakah termasuk
modern atau salaf?
Jawaban: Pendidikan di Pondok Pesantren ini sebenarnya salaf atau
tradisional, namun setelah dimasukan kurikulum
pendidikan formal di sini, sistem pendidikan di Pondok
Pesantren ini menjadi semi modern, karna sistem salaf atau
tradisionalnya masih dijalankan sampai saat ini, namun
tidak menutup kemungkinan sistem pendidikan modern
juga bakal dijadikan sistem dalam Pondok Pesantren ini.
8. Bagaimana pandangan Pondok Pesantren terhadap kehidupan
masyarakat?
Jawaban: kahidupan masyarakat dalam pandangan kita yaitu keluarga,
karena tanpa masyarakat khususnya warga sekitar kita atau
pondok pesantren ini tidaklah bisa menjadi seperti ini atau
dalam kata lain tidaklah menjadi maju atau berkembang
seperti saat ini.
9. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai Pondok Pesantren Al-
Manar sepengetahuan Bapak?
Jawaban: Sepengetahuan saya (Kyai As‟ad Haris Nasution),
pandangan masyarakat terhadap Pondok Pesantren ini
sangatlah baik, karena saling adanya memberikan manfaat
satu sama lain anatara Pondok Pesantren dengan
Masyarakat bahkan sebaliknya. Sehingga hubungan
masyarakat menjadi sangatlah baik dengan Pondok
Pesantren ini.
84
10. Apakah ada kontribusi yang diberikan Pondok Pesantren terhadap
masyarakat?
Jawaban: Kontribusi yang diberikan Pondok Pesantren terhadap
masyarakat yang jelas pasti ada, adapun seperti didirikanya
majlis taklim atau pengajian-pengajian di masyarakat yang
itu awal mulanya dirintis dan dipimpin langsung oleh pihak
Pondok Pesantren, didirikanya rutinan-rutinan pengajian di
warga sekitar, di adakanya pelatihan-pelatihan untuk
masyarakat oleh Pondok Pesantren.
85
Lampiran 3 : Foto-foto Pondok Pesantren Al-Manar
Gambar Logo Pondok Pesantren dan Yayasan Al-Manar
Foto Depan Pondok Pesantren Al-manar
86
Foto Masjid Pondok Pesantren Al-manar
Foto Belakang Pondok Pesantren Al-manar
87
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
I. Data Pribadi
1. Nama : Muhammad Qosim Maghfur
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 25 Maret 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Status Pernikahan : Belum Kawin
6. Warga Negara : Indonesia
7. Alamat KTP : RT: 02/RW: 02 Dusun Bawang, Desa
Truko Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang.
8. Alamat Sekarang : RT: 02/RW: 02 Dusun Bawang, Desa
Truko Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang.
9. Nomor Telepon / HP : 085 326 839 443
10. e-mail : [email protected]
11. Kode Pos : 50772
88
II. Pendidikan Formal :
Periode
(Tahun)
Sekolah / Institusi Alamat Jenjang
Pendidikan
2000 - 2001 RA Raudlotul Atfal Truko, Bringin, Semarang TK
2001 - 2007 MI Miftahul Huda Truko, Bringin, Semarang SD
2007 - 2010 Mts. Sudirman Truko, Bringin, Semarang SMP
2010 - 2013 MA Al-Manar Bener, Tengaran, Semarang SMA
2013 - 2017 IAIN Salatiga Salatiga S1
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,25 September 2017
Muhammad Qosim Maghfur