SKRIPSI - etheses.iainponorogo.ac.idetheses.iainponorogo.ac.id/4075/1/PERPUS.pdfPercaya diri...
Transcript of SKRIPSI - etheses.iainponorogo.ac.idetheses.iainponorogo.ac.id/4075/1/PERPUS.pdfPercaya diri...
PENGEMBANGAN KARAKTER PERCAYA DIRI SISWA MELALUI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SENI MUSIK HADRAH DI MA
KARE, MADIUN
SKRIPSI
TRI WINDA NUR MEILIA
NIM: 210314357
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
ABSTRAK
Meilia, Tri Winda Nur. 2018. Pengembangan Karakter Percaya Diri Siswa
Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Hadrah di MA Kare Madiun Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Pembimbing: Dr. Ahmad Choirul Rofiq, M.Fil.I
Kata Kunci: Percaya Diri, Ekstrakurikuler hadrah, MA Kare
Percaya diri diyakini sebagai kunci keberhasilan dalam kehidupan ini. Tanpa
adanya kepercayaan diri yang baik, potensi atau kelebihan yang dimiliki oleh
seseorang bukannya bisa berkembang tetapi justru semakin redup atau bahkan malah
mati. Oleh karena itu, rasa percaya diri harus dibangun dengan baik meskipun juga
tidak berlebihan. Sebab akan membuat seseorang kehilangan perhitungan atau bahkan
sombong. Madrasah Aliyah (MA) Kare sebagai salah satu lembaga pendidikan formal
yang ada di Madiun, yang memberikan pendidikan karakternya dengan berbagai cara.
Salah satunya dengan ditanamkan melalui kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan
ekstrakurikuler.
Tujuan adanya penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pelaksaanaan
ekstrakurikuler dalam mengembangkan karakter percaya diri peserta didik dan 2)
untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat kegiatan ekstrakurikuler
dalam mengembangkan karakter percaya diri peserta didik di MA Kare,Madiun.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif diskriptif.
Dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam metode
pengumpulan datanya. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif
model Miles dan Huberman dengan urutan langkah reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Pengembangan karakter percaya diri
siswa melalui ekstrakurikuler hadrah di MA Kare dilaksanakan seminggu sekali
dengan cara pembimbing menggunakan metode praktek. Siswa diminta langsung
praktek mengikuti pembimbing dan menyuruh mereka mempraktekan secara
bergantian di depan teman-temannya dan membiasakan anak untuk berani tampil.
Peserta didik yang dirasa sudah mampu memainkan hadrah dengan baik di ikutkan
dalam pementasan maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan adanya pengalaman
dan kebiasaan tampil ini membuat mental anak terlatih dan terbiasa berinteraksi
dengan banyak orang. 2) Faktor pendukung pengembangan karakter percaya diri
siswa melalui ekstrakurikuler hadrah di MA Kare adalah faktor internal (adanya
minat, semangat, dan antusiasme siswa) dan faktor eksternalnya adalah dukungan
dari orangtua wali dan dukungan pihak sekolah. Faktor penghambatnya kurangnya
kostum yang dimiliki, sehingga ketika akan tampil perlu menyewa kostum.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat pokok dalam kelangsungan hidup
manusia. Setiap hari, setiap orang bersentuhan langsung dengan apa itu yang
dinamakan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar akan mengantar
seseorang menjadi manusia yang beradab dan beretika.1 Pendidikan berasal dari
kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.2 Makna pendidikan memiliki beragam definisi, namun bisa
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi
muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih
efektif dan efisien. Pendidikan bukan saja sebagai pengajaran atau transfer ilmu,
namun lebih kepada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan
kepribadian anak didik.3 Menurut ajaran Islam, pendidikan itu mampu
mengantarkan manusia pada derajat yang lebih tinggi, yaitu kepada orang yang
berilmu terutama dalam mewujudkan mencari ridha Allah SWT dengan
1 Andhika Abrian, Menuju Transformasi Pendidikan (Yogyakarta: LPM Fakultas Tarbiyah
UIN Sunan Kalijaga, 2011), 2. 2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1982), 250. 3 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999), 3-4.
2
berlomba-lomba menjadi orang yang bertakwa, karena dengan mencari ilmu
yang dipandu dengan keimanan, manusia akan lebih dekat dengan Allah SWT
Dengan demikian Pendidikan Islam adalah usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membentuk anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
agama Islam. Pendidikan Islam pada intinya merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan anak didik baik dari segi jasmani, rohani maupun akalnya supaya
nilai Islam dapat menjiwai dalam dirinya sehingga menjadi manusia yang
berkepribadian muslim yang berguna baik untuk dirinya maupun untuk
umatnya.4
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Akhlak mulia ini sangatlah penting
karena mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari nilai-
nilai pendidikan Islam. Perwujudan nilai-nilai pendidikan Islam tersebut,
merupakan peningkatan potensi spiritual yang mencakup pengenalan,
pemahaman, penanaman nilai-nilai keagamaan, dan pengalaman dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Omar Mohammad Al-
Toumy Al-Syaibany seperti dikutip oleh Mulyana Rohmat menambahkan bahwa
tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi dua bagian, yaitu : pertama, tujuan
individu ialah pembinaan pribadi muslim yang berpadu pada perkembangan dari
4 Sumardi, Beberapa Aspek Pendidikan Islam (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN Suka,
1990),11.
3
segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual, dan sosial. Kedua, tujuan sosial ialah
tujuan yang berkaitan dengan bidang spiritual, kebudayaan dan sosial
kemasyarakatan.5
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya, ada atau tidaknya proses
pendidikan. Peserta didik merupakan salah satu bagian dari komponen
pendidikan. Dalam proses pendidikan ada pendidik yang berfungsi sebagai
pelatih, pengembang, pemberi atau pewaris. Kemudian terdapat bahan yang
dilatihkan, dikembangkan, diberikan dan diwariskan yakni pengetahuan,
keterampilan, berpikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada murid yang
menerima latihan, pengembangan, pemberian dan pewarisan pengetahuan,
keterampilan, pikiran dan karakter. Dalam pengertian umum, anak didik adalah
setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik
ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab
pendidik.6
Komponen pendidikan dalam islam merupakan bagian dari suatu sistem
yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk
mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem
5 Mulyana Rohmat, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008),19.
6 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 23.
4
proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya
proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses
kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut7
Pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan untuk
menempa fisik, mental, dan moral seseorang, serta untuk menjadikan manusia
berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia
yang diciptakan Allah SWT, sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih
sebagai khalifahNya di muka bumi ini dan sekaligus menjadi warga negara yang
berarti dan bermanfaat bagi bangsanya.8 Oleh karena itu pendidikan tentang
karakter, moral, budi pekerti, dan nilai-nilai sangat perlu diberikan dan
diimplementasikan di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya
baik formal, non formal maupun informal. Pendidikan karakter ini berfungsi
untuk membentuk peserta didik yang mempunyai pengetahuan luas dan
berakhlak mulia.
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan karakter, diperlukan beberapa
metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai
dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai
ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran
tersebut melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan dan
7 Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya 2005), 51. 8 Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 48.
5
mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan
perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memu
ngkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan.9
Pada pendidikan formal di sekolah, pendidikan karakter dapat
diintregasikan dalam setiap mata pelajaran. Materi pelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembelajaran nilai- nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat.10
Selain melalui mata pelajaran yang diajarkan, pendidikan karakter di
sekolah juga dapat diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan merupakan salah satu media
yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik
peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga pendidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstakurikuler
9 Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 66. 10 Muslich, Pendidikan Karakter, 86.
6
diharapakan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
serta potensi dan prestasi peserta d idik.11
Percaya diri diyakini sebagai kunci keberhasilan dalam kehidupan ini.
Tanpa adanya kepercayaan diri yang baik, potensi atau kelebihan yang
dimiliki oleh seseorang bukannya bisa berkembang tetapi justru semakin
redup atau bahkan malah mati. Oleh karena itu, rasa percaya diri harus
dibangun dengan baik meskipun juga tidak berlebihan. Bila berlebihan, akan
membuat seseorang kehilangan perhitungan atau bahkan sombong12. Anak
yang memiliki percaya diri tinggi cenderung lebih berhasil dalam melakukan
apa yang ia inginkan..
Madrasah Aliyah (MA) Kare sebagai salah satu lembaga pendidikan
formal yang ada di Madiun, yang memberikan pendidikan karakternya dengan
berbagai cara. Salah satunya dengan penempelan poster yang berisikan pesan-
pesan moral yang ditempel di dinding sekolahan. Selain itu pendidikan karakter
di MA Kare ditanamkan melalui kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan
ekstrakurikuler. Di MA Kare Madiun banyak kegaiatan ekstrakurikuler yang
dapat dipilih oleh siswa. Ekstrakurikuler hadrah ini merupakan salah satu dari
beberapa ekstrakurikuler yang ada di MA Kare Madiun yang digunakan sebagai
wahana pendidikan karakter. Ekstrakurikuler hadrah adalah salah satu jenis
11 Ibid., 87. 12 Akham Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013),41-42.
7
kegiatan dibidang kesenian musik islami yang menggunakan alat-alat musik
tradisional. Pada ekstrakurikuler hadrah nuansa religi sangat terasa, karena alat
musik hadrah dimainkan untuk mengiringi lantunan shalawat dan syair-syair
islami. Kegiatan ekstrakurikuler hadrah bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi
(penghargaan) siswa terhadap seni budaya Islam, memupuk bakat dan minat
siswa dibidang seni musik Islam, dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Dari penjajagan awal di MA Kare, sebagaimana yang telah disampaikan
oleh Bapak Alvin, kegiatan seperti ini sangat berpotensi untuk siswa-siswi MA
Kare yang banyak manfaatnya juga menjadi salah satu kesempatan untuk
generasi penerus menunjukkan ajang bakat dan minatnya dalam kegiatan hadrah
dan hal ini sangat bagus agar selalu mengingat dan mencintai Rasullullah.
Perubahan yang terjadi pada peserta didik pun dapat di rasakan oleh Bapak
Alvian selaku pembina hadrah di MA Kare, dari awal peserta didik mendaftarkan
diri pada ekstrakurikuler hadrah sampai menjadi anggota ekstrakurikuler hadrah
dan mengikuti beberapa event. Kepercayaan diri peserta didik mulai terlihat
setelah berani tampil pada event-event yang diikuti. 13
Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian mengenai
pengembangan karakter percaya diri peserta didik. Maka dari itu peneliti
mengangkat judul “Pengembangan karakter percaya diri siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler hadrah di MA Kare Madiun”
B. Fokus Penelitian
MA Kare Madiun merupakan lembaga pendidikan yang memperhatikan
terkait pendidikan karakter peserta didik, dalam pengembangannya lembaga
menggunakan beberapa cara salah satunya dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan penelitian ini pada
13 Hasil wawancara dengan Pak Alvin, sebagai pembimbing ekstra kesenian hadrah di
madrasah tersebut. Pada tanggal 21 Maret 2018, pukul 13.00 WIB.
8
bagaimana mengembangakan salah satu pendidikan karakter yaitu karakter
percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah yang ada pada
lembaga tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah dalam pengembangan
karakter percaya diri siswa di MA Kare, Madiun?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler seni
musik hadrah dalam pengembangan karakter percaya diri siswa di MA Kare?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk menjelaskan kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah dalam pengembangan
karakter percaya diri siswa di MA Kare, Madiun.
2. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat kegiatan
ekstrakurikuler seni musik hadrah dalam pengembangan karakter percaya diri
siswa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis
maupun praktis bagi semua pihak:
9
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan
sebagai pedoman rujukan, serta sumber informasi untuk penelitian berikutnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi kalangan akademis
Penelitian ini dapat sebagai wacana sekaligus masukan dalam
menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan karakter
percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah di lembaga
pendidikan masing-masing.
b. Bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada lembaga pendidikan
Islam baik formal maupun non-formal untuk meningkatkan dan
mengembangkan karakter percaya diri siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler seni hadrah dalam meningkatkan citra lembaga pendidikan
Islam.
c. Bagi Guru
Dapat memberikan motivasi untuk berimprovisasi dan berinovisasi
dalam pengembangan karakter percaya diri siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler seni hadrah pada dunia pendidikan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah hasil penelitian dan agar dapat dicerna runtut
diperlukan sebuah sistematika pembahasan. Laporan penelitian ini penelitian ini
10
dikelompokkan menjadi 6 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini
dirancang untuk di uraikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan. Yang merupakan ilustrasi skripsi secara
keseluruhan. Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan kegunaan penelitian.
Bab Kedua, Kajian Teori. Pada bab ini berfungsi untuk menjelaskan
telaah hasil kajian terdahulu dan kerangka awal teori yang digunakan sebagai
landasan melakukan penelitian.
Bab Ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metode
penelitian yang digunakan, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan sistematika pembahasan.
Bab Keempat, Paparan Data dan Temuan Penelitian. Bab ini berisi
tentang data umum yang meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan
misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, dan sarana prasarana di MA
Kare, Madiun dan data khusus yang berkaitan dengan karakter percaya diri
siswa.
Bab kelima, Pembahasan. Bab yang membahas tentang analisis data yang
diperoleh dalam penelitian yang meliputi analisis tentang perencanaan,
pelaksanaanan dan evaluasi pengembangan karakter percaya diri peserta didik
melalui ekstrakurikuler hadrah di MA Kare, Madiun.
11
Bab keenam, Penutup. Ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian
pembahasan dari bab I sampai bab VI. Bab ini dimaksud untuk memudahkan
pembaca memahami intisari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
12
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Di samping menggunakan buku-buku atau referensi yang relevan, peneliti
juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya dapat dilihat persamaan dan
perbedaannya. Dalam telaah penelitian terdahulu ini peneliti menemukan bahwa :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Zakiyyatul Minazahroh,
berjudul: “Pengembangan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Tari (Studi Kasus pada Siswa Tunarungu di SDLB Pertiwi
Ponorogo)”.1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Strategi guru untuk
mengembangkan rasa optimis melalui kegiatan ekstrakurikuler tari pada siswa
tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo adalah dengan menggunakan strategi
pembelajaran langsung. Kegiatan ini membantu anak untuk menunjukkan bahwa
mereka mampu meskipun merekatidak normal namun mereka bisa menari sesuai
dengan irama.Strategi guru untuk mengembangkan rasa tanggung jawab melalui
kegiatanekstrakurikuler tari pada siswa tunarungu di SDLB Pertiwi Ponorogo
denganmenggunakan strategi pembelajaran tidak langsung dengan metode
proyek. Anak-anak dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang
telah diberikan. Tugas itu berupa menghafal setiap tarian dengan hitungan yang
1Zakiyyatul Minazahroh, “Pengembangan Kepercayaan Diri Siswa melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Tari (Studi Kasus Pada Siswa Tunarungu Di Sdlb Pertiwi Ponorogo)” (Skripsi, IAIN,
Ponorogo, 2017).
13
telah diajarkan oleh pembimbing. Jadi ketika guru menyuruh merekauntuk
bergantian menari mereka tidak bergantung dengan temannya. Denganseperti ini
mereka lebih percaya diri dan mandiri.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Zakiyyatul Minazahroh adalah
pada kajian kepercayaan diri, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Zakiyyatul Minazahroh terletak pada fokusnya.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nur Sahid, berjudul: “Nilai-
Nilai Pendidikan Karakter dalam Ekstrakurikuler Hadrah di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Pajangan Bantul”.2 Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwaProses kegiatan ekstrakurikuler hadrah di MIN Pajangan Bantul dimulai
pada tahun 2011. Ekstra hadrah bertujuan untuk menumbuhkan dan memupuk
bakat siswa dibidang seni musik Islam serta menumbuhkan kecintaan kepada
Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ekstra hadrah dilaksanakan pada hari senin
pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB, dengan susunan acara pada
setiap pertemuannya adalah pembukaan, pemberian materi vokal dan tabuhan,
penggarapan lagu, dan penutup. Ekstra hadrah diikuti oleh 21 siswa campuran
putra dan putri dari kelas III sampai kelas VI. Pelaksanaan ekstra hadrah
bertempat di perpustakaan dan kadang di aula madrasah. Alat-alat yang
digunakan dalam ekstra hadrah antara lain: rebana, bas, tam, kaplak, dan jimbe,
sedang sarana penunjangnya adalah pengeras suara dan buku kumpulan qosidah.
2Dwi Nur Sahid, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Ekstrakurikuler Hadrah di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pajangan Bantul” (skripsi, Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).
14
Materi yang diberikan pada ekstra hadrah di MIN Pajangan Bantul ada dua
macam.Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan dalam proses
kegiatan ekstrakurikuler hadrah di MIN pajangan Bantul adalah religius,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, dan tanggung jawab.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Zakiyyatul Minazahroh adalah
pada kajian seni ekstrakurikuler hadrah, sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Zakiyyatul Minazahroh terletak pada fokusnya.
B. Kajian Teori
1. Percaya diri
a. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai
kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya
untuk menghasilkan level-level pelaksanaan yang mempengaruhi
kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka. Percaya diri
adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk
memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut untuk mengurusi
situasi-situasi yang dihadapi. Dengan percaya diri, kita sadar akan
eksistensi diri, akan inti kepribadian kita yang tidak dapat diubah dan
15
yang berlangsung selama hidup kita betapapun bervariasinya lingkungan
kita, dan bagaimanapun berubahnya pendapat dan perasaan orang lain.3
Di samping itu, percaya diri adalah salah satu kondisi psikologi
seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam
proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika
seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu
dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkan. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh
dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan.4
Percaya diri (self-confidence) ialah kemampuan individu untuk
dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat
dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan
hidupnya. Orang yang percaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif
dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan
kelebihan diri sendiri, berfikir positif, mengganggap semua
permasalahan pasti ada jalan keluarnya.5
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri
atau self confidence adalah keyakinan bahwa orang mempunyai
3 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Reflesksi untuk Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), 51-52. 4Sri Marjanti, “Upaya Meningkatkan Percaya Diri melalui Konseling Kelompok Bagi Siswa X
IPS 6 SMA 2 BAE Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.”Jurnal Konseling, 2 (Oktober-Desember,
2015), 3. 5 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Bandung: Refika
Aditama, 2011), 206.
16
kemampuan untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensi yang
dimiliki agar dapat dipergunakan untuk mengurusi situasi-situasi yang
dihadapi yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental.
Kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan
dengan kepribadian seseorang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berasal dari pengalaman-pengalaman sejak kecil dalam diri seorang
individu itu sendiri.
Kepercayaan dirilah yang menjadi kunci dalam mencapai tujuan.
Sifat ini adalah modal utama kesuksesan seseorang. Hanya orang
percaya diri saja yang akan selamat ketika sebuah kapal karam di tengah
laut. Filosof ternama, Swet Marden, pernah menulis “Kepercayaan diri
dan kemandirian selalu membuat orang unggul dalam pertemanan,
keluarga, juga kekayaan. Kepercayaan diri adalah aset yang paling
berharga di dunia. Dengan kepercayaan diri, semua masalah akan dapat
teratasi.6
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Dalam hidup, sangat diperlukan sekali kepercayaan terhadap diri
sendiri untuk mencapai sebuah kesuksesan. Kunci untuk mendapatkan
kepercayaan diri adalah dengan memahami diri sendiri. Individu harus
yakin akan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Jangan
sampai rasa pesimis dan cemas selalu menghantui perasaan. Rasa
6 Arya, Rahasia Mengasah Talenta Anak (Jogjakarta:, 2008),126-127.
17
percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam uraian berikut7:
1) Faktor internal
Faktor internal yang mendukung adalah berasal dari siswa itu
sendiri yang meliputi minat, bakat yang kompeten, motivasi,
semangat, antusias, dan kesadaran diri yang tinggi.
a) Konsep diri
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali
dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam
pergaulan suatu kelompok.Konsep diri merupakan gagasan
tentang dirinya sendiri.Individu yang mempunyai rendah diri
biasanya mempunyai konsep diri negatif. Sebaliknya, individu
yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri
positif.
b) Harga diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung
melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa
usahanya mudah menerima orang lain, sebagaimana menerima
dirinya sendiri. Akan tetapi, individu yang mempunyai harga
7 Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda dan Percaya Diri (Yogyakarta:Araska, 2016),63-68.
18
diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan
biasanya terbentur pada kesulitan sodial serta pesimis dalam
pergaulan.
c) Kondisi fisik
Perubahan kodisi fisik juga berpengaruh pada rasa
percaya diri.Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa
rendah diri yang kentara.Penampilan fisik merupakan
penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri
seseorang.
d) Pengalaman hidup
Kepercayaan diri yang diperoleh dan pengalaman
mengecewakan, biasanya paling sering menjadi sumber
timbulnya rasa rendah diri.Apalagi jika pada dasarnya individu
memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang
perhatian.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Pendidikan memengaruhi percaya diri seseorang atau
individu .tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat
individu merasa di bawah kekuasaan yang lebih pandai,
sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung
menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain.
19
Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup
dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan
memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
b) Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan
kemandirian serta rasa percaya diri.Rasa percaya diri dapat
muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang
diperoleh.Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu
mengembangkan kemampuan diri.
c) Lingkungan
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima
dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling
berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan
percaya diri. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat
semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat,
maka harga diri juga akan berkembang lebih baik8.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang terjadi bukan hanya karena
satu faktor, melainkan terdapat banyak faktor yang saling
8 Ibid., 63-68.
20
berkesinambungan yang berlangsung tidak dalam waktu singkat
melainkan terbentuk sejak awal masa perkembangan individu.
c. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Ada beberapa aspek-aspek rasa percaya diri. Menurut Lauster anak
yang memiliki rasa percaya diri positif adalah:
1) Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri yaitu sikap positif anak tentang
dirinya bahwa anak mengerti sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukan. Kemampuan adalah potensi yang dimiliki seseorang
untuk meraih atau dapat diartikan sebagai bakat, kreativitas,
kepandaian, prestasi, kepemimpinan dan lain-lain yang dipakai
untuk mengerjakan sesuatu. Kepercayaan atau kemampuan pada
kemampuan yang ada pada diri seseorang adalah salah satu sifat
orang yang percaya diri.
Apabila orang yang percaya diri telah meyakini kemampuan
dirinya dan sanggup untuk mengembangkannya, rasa percaya diri
akan timbul bila kita melalukan kegiatan yang bisa kita lakukan.
Artinya keyakinan dan rasa percaya diri timbul pada saat seseorang
mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Di sekolah guru-guru dapat mendidik siswanya agar dapat
yakin akan kemampuan dirinya sendiri. Misalnya para siswa harus
bisa berani menyatakan pendapat, harus bisa berani tampil
21
dihadapan orang lain (misalnya pidato, menyanyi, menari, dan lain-
lain); harus yakin, tidak ragu-ragu akan tindakan yang dipihnya; dan
jangan mencontek pekerjaan orang lain.9
2) Obyektif
Obyektif yaitu anak yang percaya diri memandan
permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang
semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya
sendiri.
3) Bertanggung jawab
Tanggung jawab yaitu kesediaan anak untuk menanggung
segala yang telah menjadi konsekuensinya.Tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatu.Tanggung jawab selalu
berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk
melakukan, dan kemampuan untuk melakukan.10
Setiap manusia dibebani dengan tanggung jawab.Apabila dikaji
tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus dipikul sebagai
akibat dari perbuatannya.Tanggung jawab sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, seorang pendidik dituntut
untuk bisa menanamkan karakter tanggung jawab pada setiap siswa
. Macam-macam tanggung jawab antara lain:
9 Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan,57. 10 RamdaniWahyu, Ilmu Budaya Dasar (Bandung :PustakaSetia, 2008), 213.
22
1) Tanggung jawab kepada diri sendiri (personal).
Tanggung jawab yang ditanamkan pada anak untuk
mempertanggung jawabkan atas semua tindakan yang
dilakukan. Ciri–ciri anak yang bertanggung jawab adalah
memilih jalan yang lurus, menjaga kehormatan diri, selalu
waspada, memiliki komitmen pada tugasnya, menepati janji.11
2) Tanggung Jawab kepada Tuhan adalah tanggung jawab
tertinggi dari eksistensi manusia yang beragama. Sebab tujuan
utama dari beragama adalah untuk mengabdi kepada Tuhan.
Manusia yang memiliki nilai tanggung jawab yang kuat kepada
Tuhannya akan memberikan efek positif kepada bentuk
tanggung jawab lainnya. Tanggung jawab manusia timbul
karena manusia sadar akan keyakinan nilai-nilainya.12
3) Tanggung Jawab Sosial (Masyarakat) Tanggung jawab yang
mengajarkan anak dapat bertanggung jawab kepada masyarakat
di sekelilingnya. Tanggung jawab ini dapat bersifat positif
maupun negatif. Dikatakan bersifat positif berarti terdapat
tanggung jawab untuk bertindak baik, sedangkan yang bersifat
negatif berarti tidak adanya tuduhan yang
11Ibid., 21-22 12 Notowidadgo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Alu’an dan Hadits, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1996), 152.
23
memberatkan.13Pemberian tanggung jawab individu kepada
setiap siswa sangat penting, artinya setiap siswa tetap
bertanggung jawab secara perseorangan (personal) untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya. Tujuan
pemberian tugas dalam proses pembelajaran yaitu guru
mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima
siswa lebih mantap, untuk mengaktifkan siswa mempelajari
sendiri masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-
soal sendiri, agar siswa lebih rajin belajar.14
d. Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Teori Lauster tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri
orang yang percaya diri, yaitu:
1) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas
diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang
berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi
serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.
2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat
bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang
13Ibid, 24. 14 Siti Harlina, Hasdin, dan Arif Firmansyah,”Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk
Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dalam Pembelajaran PKn di Kelas III SDN Baho
Makmur,”,Jurnal Kreatif Tadulako Online, No. 1, 5-6.
24
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang
lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.
3) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya
penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan
maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa
positif terhadap diri dan masa depannya.
4) Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk
mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin
diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa
yang dapat menghambat pengungkap tersebut.15
e. Kegiatan yang Dapat Mengembangkan Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri dapat dibangun melalui berbagai macam
bentuk kegiatan yang ada disekolah dan lingkungan tempat
tinggalnya.Karena sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang
paling berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri.
Adapun kegiatan sebagai berikut:
1) Memupuk keberanian untuk bertanya
Guru perlu memberikan suatu keyakinan kepada siswa
bahwa salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan rasa
percaya diri adalah dengan selalu mencoa memberanikan diri
15 Sri Wahyuni, “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi,” Jurnal Psikologi, 2(2014), 54.
25
untuk bertanya. Jadikanlah situasi seperti itu sebagai penambah
latihan mental guna membangun rasa percaya diri yang lebih
baik.
2) Peran guru yang aktif bertanya pada siswa
Peran guru yang aktif mengajukan pertanyaan secara
lisan kepada siswa, terutama kepada mereka yang selalu
pendiam dan bersikap tertutup.Cara seperti ini cukup efektif
untuk memancing keberanian dan membangun percaya diri,
dan juga untuk membangun komunikasi yang lebih baik antara
guru dan siswa. Yang lebih penting guru akan lebih mengenal
siswa lebih mendalam.
3) Melatih diskusi dan berdebat
Proses diskusi dan perdebatan merupakan suatu
tantangan yang mengharuskan mereka untuk berani tampil
didepan banyak orang, berani mengajukan argumentasi, dan
berani pula untuk berdebat atau sebaliknya didebat pihak lawan
diskusi.
4) Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
Setiap orang yang mau melibatkan dirinya didalam
situasi persaingan yang sehat dan mau memenangkan
persaingan secara sehat pula, haruslah berusaha keras untuk
26
membangkitkan keberanian,semangat juang dan rasa percaya
diri yang maksimal.
5) Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler disekolah biasanya terdiri dari
beberapa bidang keterampilan seperti olahraga, kesenian,
bahasa asing, komputer, dan keterampilan lain. Dengan
demikian siswa bisa memilih bidang keterampilan sesuai
dengan bakat minatnya. Dengan mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler, rasa percaya diri bisa diperoleh melalui
pergaulan atau sosialisasi yang lebih luas.
6) Penerapan disiplin yang konsisten
Disiplin yang konsisten pada hakekatnya suatu
tantangan bagi siswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan. Didalam proses penerapan disiplin
yang konsisten disekolah, siswa mendapat pembinaan mental
dan fisik yang sangat bermanfaat untuk menghadapi kehidupan
dimasa kini dan yang akan datang. Salah satu dari manfaat
tersebut adalah meningkatkan rasa percaya diri.
7) Memperluas pergaulan
Seseorang memperluas pergaulan berarti ia telah
menambah jumlah orang yang menjadi temannya dengan
27
berbagai banyak watak. Berarti telah memperluas lingkungan
pergaulan dengan berbagai macam pola interaksi sosialnya.16
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Hadrah
a. Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
disekolah/madrasah.17
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran
biasa tidak erat terkait dengan pelajaran disekolah. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa, menambah
keterampilan, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat, minat, menunjang pencapaian kegiatan
intrakulikuler, serta melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya.18
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa,
kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam mata pelajaran
16Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), 136-
148. 17 Yudik Prasetyo, “Pengembangan Ekstrakulikuler Panahan di Sekolah Sebagai Wahana
Membentuk Karakter Siswa,” Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 2 (November,2010), 65 18 Soejipto dan Rafis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 161-162.
28
untuk membantu pengembangan peserta didik untuk memperluas
pengetahuan siswa, menambah keterampilan, serta menyalurkan bakat,
dan minat peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler ini untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
dalam mengembangkan dan mengekspresikan diri dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, teman, keluarga, dan masyarakat sekitarnya
yang lebih luas, meningkatkan potensi terhadap kebutuhan belajar,
mengembangkan potensi bakat, minat, setiap peserta didik.19
Kegiatan ekstrakurikuler juga dimaksudkan untuk lebih
mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler
dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.20 Kegiatan ekstrakurikuler
dijadikan sebagai kegiatan yang dijadikan pelengkap suatu proses
kegiatan belajar mengajar serta sebagai sarana agar peserta didik
memiliki nilai yang tidak hanya dalam pelajar disekolah akan tetapi juga
bagi kehidupan dimasyarakat.
b. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat
pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan
19 Muhaimin, Sutiah, Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 241. 20 Wahyusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2002),
215.
29
kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan
ekstrakulikuler disekolah adalah:
1) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yeng positif.
3) Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan
satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler adalah berupa kegiatan
kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program
intrakulikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minatnya serta
pengembangan sikap yang ada pada program intrakulikuler dan program
kokulikuler.21
Ruang lingkup pengembangan diri melalui kegiatan
ekstrakurikuler meliputi:
1) keimanan dan ketakwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
2) kesadaran mengikuti aturan,
3) kesadaran akan adanya hal yang rinci,
4) kesadaran akan kemandirian,
21 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 287-
288.
30
5) kesadaran untuk bersosialisasi,
6) kesadaran untuk mengembangkan panca indera,
7) kesiapan menuju kematangan,
8) pengorganisasian tugas-tugas fisikal sehari-hari,
9) kematangan untuk melakukan aktivitas dalam suasana normal,
10) kemampuan keterampilan hidup yang dasar,
11) keterampilan sosial,
12) keterampilan mengelola perasaan,
13) keterampilan mengelola agresivitas,
14) keterampilan mengelola stress,
15) keterampilan merencanakan,
16) keterampilan memecahkan masalah,
17) keterampilan pengembangan diri.22
c. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Pelaksanaan kegiatan tidak dapat terlepas dari fasilitas yang harus
tersedia. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan fasilitas kegiatan
ekstrakulikuler sehingga siswa akan dengan mudah untuk
mendapatkannya. Pengelolaan fasilitas tersebut bertujuan:
1) Mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama.
22Ibid., 241-242.
31
2) Mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan
efisien, dan
3) Mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana secara berkala
dan sehari-hari, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap
pakai dalam setiap keperluan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, maka waktu senggang siswa dapat terisi
dengan kegiatan yang bermanfaat dan aspek kognitif, aspek afektif,
serta aspek psikomotorik dapat terwujud sehingga mereka menjadi
aktif dan mandiri.23
Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler banyak hal yang
harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1.Materi kegiatan hendaknya dapat memberi manfaat bagi
penguasaan bahan ajar bagi siswa,
2.Sejauh mungkin tidak terlalu membebani siswa,
3.Memanfaatkan potensi lingkungan, alam, lingkungan budaya,
kegiatan industri dan dunia usaha,
4.Tidak mengganggu tugas pokok siswa juga guru.24
d. Pengertian Seni Musik Hadrah
Hadrah adalah kesenian Islami yang sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad SAW. Dari segi istilah atau definisi, hadrah menurut
23Ibid., 101.. 24Ibid., 162
32
tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan
masuk ke hati, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar
terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya. Lagu-lagu
rohani disusun demikian rupa secara puitis agar umat merasa khusuk
dan dengan demikian dapat bertemu secara iman dengan Sang Khalik.
Ciri khas lagu-lagu rohani adalah pemujaan terhadap kesebaran nama-
Nya, sehingga manusia ciptaan-Nya seolah-olah tidak berarti dihadapan-
Nya. Memuliakan nama Tuhan dan Rasul-Nya adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang secara keseluruhan merupakan modal utama
pembentukan karakter, sebagai karakter bangsa.25
Hadrah adalah kesenian lokal yang keberadaannya penting untuk
dipertahankan sampai saat ini. Kesenian adalah penjelmaan dari rasa
keindahan untuk kesejahteraan hidup, rasa disusun dan dinyatakan oleh
pikiran sehingga ia menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan dimiliki.
Kesenian juga berfungsi untuk menciptakan bentuk-bentuk kesenangan.
Perpaduan antara kesenian dan nilai-nilai Islam mewujudkan sebuah
kombinasi, sehingga berpengaruh terhadap fungsi dan peran kesenian.26
25Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan
Karakter (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),360-361. 26 Taufiq H. Idris,“Mengenal Kebudayaan Islam”. (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1983), 38.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting). Penelitian
kualitatif ini memiliki karakteristik alami karena menggunakan sumber data
langsung, proses lebih dipentingkan dari pada hasil.1 Hal ini disebabkan adanya
hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan
secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.2 Dalam beberapa
bidang studi, pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif,
misalnya penelitian yang berupaya mengungkap sifat atau pengalaman seseorang
dengan fenomena tertentu. Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk
mengungkapkan dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikitpun
belum diketahui.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
di mana studi kasus itu sediri adalah suatu deskripsi intensif untuk menganalisis
fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, Kelompok-kelompok,
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
1998), 31. 2Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
3.
34
institusi ataupun masyarakat. Peneliti ini mencoba menggambarkan subyek
penelitian di dalam keseluruhan tingkah lakunya, yakni tingkah laku itu sendiri
beserta hal-hal yang melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dengan
riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula hal-hal lain yang berkaitan
dengan tingkah laku tersebut. Peneliti juga mencoba untuk mencermati individu
atau sebuah unit secara mendalam.3 Studi kasus adalah suatu studi yang bersifat
komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya
menelaah permasalahan yang bersifat kontemporer.
Keunikan atau keunggulan dari studi kasus secara umum adalah
memberikan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara
mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Ini
adalah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Selain itu
studi kasus juga memiliki keunggulan spesifik lainnya, yakni studi kasus dapat
memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-
proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, studi kasus
memberi kesempatan untuk memperoleh konsep-konsep dasar perilaku manusia.
Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan
hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya, studi kasus dapat
menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar
untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih
3Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 314.
35
besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Studi kasus
dalam penelitian ini adalah tentang pengembangan karakter percaya diri peserta
didik melalui kegiatan ekstrakurikuler.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai key instrument, yaitu orang
yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara
cermat dan leluasa. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamat berperan serta, sebab peran penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya. Sehingga peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, yang mana
peneliti merencanakan penelitian, kemudian mencari data yang meliputi
observasi dan wawancara awal tentang pengembangan karakter percaya diri
peserta didik. Selanjutnya mengumpulkan data, menganalisis dan menulis hasil
penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih tempat di MA Kare Madiun, dengan beberapa hal yang
menjadi pertimbangan, yaitu MA Kare Madiun merupakan lembaga yang
bernaungan pendidikan Islam. Kegiatan ekstrakurikuler disana telah dijalankan
atau dilaksanakan dengan baik hal ini dibuktikan dengan siswa siswi yang
36
bergabung dalam ekstrakurikuler hadrah mengikuti kegiatan-kegiatan baik di
dalam maupun di luar sekolah.
D. Data dan Sumber Data
Data yang dicari adalah untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu tentang bagaimana pengembangan karakter percaya diri
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuer hadrah di MA Kare Madiun dan
apasaja faktor yang mendukung serta menghambat kegiatan ekstrakurikuler
dalam mengembangkan karakter percaya diri.
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data
adalah dari mana peneliti akan mengedepankan dan menggali informasi yang
berupa data-data yang diperlukan. Sumber data secara garis besar terdiri orang
(person), tempat (place) dan kertas atau dokumen (paper).4
Sumber data dari penelitian kualitatif ini terdiri dari sumber data manusia
dan non manusia. Dari sumber data manusia datanya berupa kata-kata dan
tindakan. Untuk sumber data non manusia, datanya adalah selebihnya adalah
berupa data tambahan seperti dokumen, foto dan lainnya.5 Kata-kata dan
tindakan informan pada penelitian ini berasal dari kepala sekolah dan pembina
4Arikunto, 99. 5Arikunto, 112.
37
hadrah di MA Kare Madiun. Dengan demikian, dalam penelitian ini kata-kata
dan tindakan yang menjadi sumber data utama.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif diskriptif terdapat beberapa metode
pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukanpertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan
terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam.6 Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah
wawancara tak terstruktur.
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada :
a. Kepala Sekolah MA Kare Madiun, sebagai penentu kebijakan dalam
sebuah lembaga pendidikan, peneliti mencari informasi terkait data-data
tentang sekolah dan keguatan ekstrakurikuler hadrah di MA Kare
Madiun.
6Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 180.
38
b. Pembina hadrah, untuk mencari informasi tentang ekstrakurikuler dalam
mengembangkan karakter percaya diri siswa di MA Kare.
c. Peserta didik MA Kare Madiun, untuk melihat perkembangan
kepercayaan diri peserta didik setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
hadrah.
2. Observasi
Observasi adalah aktivitas untuk memperhatikan sesuatu dengan
menggunakan alat panca indera, yaitu melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan mengecap.7Observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek
penelitian.8 Hasil observasi ini dicatat dalam catatan lapangan karena hal ini
sangat bermanfaat atau penting bagi peneliti. Bahkan dapat dikatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif ”jantungnya” adalah catatan lapangan.9Penelitian
kualitatif mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan
data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat
”catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun
”catatan lapangan”.10 Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.
7Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 310. 8ibid., 77. 9Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 154. 10ibid., 153.
39
Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek yang lain.11
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah,
peserta didik dan pengembangan karakter percaya diri peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler hadrah di MA Kare Madiun. Dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation (observasi non partisipasi). Dalam penelitian ini menggunakan
non participant observation. Ini berarti peneliti tidak terlibat langsung
dengan aktivitas orang yang sedang diamati. Peneliti hanya mengamati,
mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan dari apa yang
telah dilihatnya.
Pada observasi ini peneliti mengamati bagaimana pengembangan
karakter percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah. Serta
bagaimana faktor pendukung dan penghambat kegiatan hadrah dalam
mengembangkan karakter percaya diri peserta didik .Hasil observasi ini
ditulis lengkap dan disajikan dalam transkrip observasi.
11Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2003), 145.
40
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari
dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap
bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.12
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang
gambaran umum sekolah terkait sejarah berdirinya, visi, misi, tujuan, dan
struktur organisasi sekolah, data guru dan murid, sarana-prasarana, dan
dokumentasi terkait kegiatan ekstakrukuler hadrah di MA Kare Madiun.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dengan berbagai macam teknik pengumpulan data,
maka diperlukan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
12Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2008), 158.
41
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.13
Langkah-langkahanalisis data ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar: 3.1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman
1. Pengum pulan Data
Pada tahap ini peneliti bekerja untuk memperoleh data sebanyak-
banyaknya dari subyek penelitian dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Reduksi data bukan hanya sekedar
membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang
dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah
yang tak terpisahkan dari analisis data. Berkaitan dengan hal ini, setelah data-
13ibid, 334.
Penyajian
data Pengumpulan
data
Reduksi data
Kesimpulan
42
data terkumpul yakni yang berkaitan dengan masalah tata tertib sekolah
selanjutnya dipilih yang penting dan difokuskan pada pokok permasalahan.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.
Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai
berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses
sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan
pola-pola data. Kemudian pada tahap terakhir dari reduksi data, peneliti
menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi). Dalam
penelitian ini, reduksi data bermanfaat untuk memilah dan memilih data-data
yang sesuai dengan penelitian terkait pengembang karakter percaya diri
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler di MA Kare Madiun .
3. Penyajian Data (data display)
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang komplekske
dalam suatu bentuk yang sistematis. Penyajian data (data display) melibatkan
langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data
yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang
dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan penelitian kualitatif data
biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka membantu
proses analisis. Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-
43
kelompok gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai
dengan kerangka teori yang digunakan.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data menguraikan data dengan teks yang bersifat deskriptif. Tujuan
penyajian data ini adalah memudahkan pemahaman terhadap apa yang diteliti
dan bisa segera dilanjutkan penelitian ini berdasarkan penyajian yang telah
difahami.
4. Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions).
Drawing and Verifying Conclusions adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan, peneliti pada dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola
data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.14
Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan
apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan.
Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengembangkan validitas data atau mengecek keabsahan data. Dalam penelitian
14Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2008), 106.
44
ini peneliti mengecek keabsahan data dengan teknik triangulasi, yaitu
membandingkan data-data yang sudah diperoleh dari satu sumber kepada sumber
yang lain agar tercapai keabsahan data.15
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan
hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
1. Tahap Pra Lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan
penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian;
2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan
data;
3. Tahap Analisis Data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan
data.
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
15Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 105.
45
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Kare
Madrasah Aliyah Kare merupakan madrasah yang dirintis oleh para
pendidik khususnya para guru dan karyawan MTsN Kare, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan unsur aparatur pemerintah desa serta Muspika
Kecamatan Kare khususnya mereka yang memiliki kepedulian yang sangat
tinggi terhadap arti pentingnya dunia pendidikan. Tujuan dari pendirian
Madrasah ini adalah untuk dapat menampung siswa/siswi lulusan SLTP
(SMP/MTs) dan yang sederajat khususnya mereka yang berdomisili di
wilayah Kecamatan Kare dan sekitarnya yang mempunyai kemampuan
akademik dan berminat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA
(SMA/SMK/MA) tetapi terganjal dengan biaya.
Sebagai orang yang pertama kali mencetuskan ide untuk merintis
berdirinya Madrasah Aliyah di Kecamatan Kare adalah Bapak Drs. Mashuri,
M PdI.beliau menjabat sebagai Kepala MTsN Kare yang sangat antusias dan
memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan dunia pendidikan
khususnya di wilayah Kecamatan Kare.
46
Ada beberapa hal yang menjadi dasar gagasan Bapak Mashuri untuk
mendirikan Madrasah Aliyah di Kecamatan Kare. Dasar pemikiran tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Potensi kultur agama yang mulai berkembang pesat di daerah kecamatan
Kare.
b. Potensi geografis yang strategis karena di tengah pusat pemerintahan
kecamatan Kare.
c. Tingginya alumni MTs/SMP yang tidak melanjutkan kejenjang sekolah
SMA/MA/ SMK atau yang sederajat.
d. Adanya gagasan untuk merintis berdirinya program Pendidikan Satu
Atap (PSA).
Untuk merealisasikan ide dan gagasan tersebut kemudian beliau
mengumpulkan seluruh tokoh masyarakat, tokoh agama serta unsur aparatur
pemerintah setempat yang peduli dengan dunia pendidikan untuk diajak
bermusyawarah dan berdialog tentang rencana untuk merintis berdirinya
Madrasah Aliyah di Kecamatan Kare.
Setelah beberapa kali diadakan musyawarah, dialog, penjelasan dan
pemahaman oleh Bapak Drs. Mashuri, M PdI tentang arti pentingnya
keberadaan Madrasah Aliyah di Kecamatan Kare, akhirnya seluruh peserta
musyawarah sepakat untuk merintis berdirinya Madrasah Aliyah di
Kecamatan Kare mulai tahun pelajaran 2009/2010.
47
Selanjutnya melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan di Aula MTsN
Kare telah disepakati bahwa tanggal 7 Mei 2009 dinyatakan secara resmi
sebagai hari lahirnya Madrasah Aliyah Kare.1
2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Kare
Madrasah Aliyah Kare secara formal terletak di Jalan Raya Kandangan
No.08. Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun. Karena adanya
gagasan untuk merintis berdirinya program Pendidikan Satu Atap (PSA)
dengan MTsN Kare, sehingga Madrasah Aliyah Kare di bangun di Jalan
Raya Randualas Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun dengan
Kode Pos 63182 dengan lahan seluas 3.494 M. Letak Madrasah Aliyah Kare
sangat strategis. Dikatakan demikian karena berada pada jalur utama jalan
raya yang mudah dijangkau.
Batas – batas Madrasah Aliyah Kare sebagai berikut :
a. Bagian Utara : Sedang Biru (Sumber Mata Air)
b. Bagian Timur : Jalan Raya Randualas
c. Bagian Selatan : Puskesmas Kare
d. Bagian Barat : Rumah Warga2
1 Lihat transkrip wawancara no, 01/W/24-IV/2018. 2 Lihat transkrip wawancara no, 01/W/24-IV/2018.
48
3. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Kare
Gambar 4.1 .
4. Keadaan Guru, Staff, dan Siswa Madrasah Aliyah Kare
a. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Kare
Dalam penyajian data yang lebih lengkap maka penulis
menyajikan data tentang keadaan Guru Madrasah Aliyah Kare adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1
No INDIKATOR KRITERIA JUMLAH
(Orang)
1 Kualifikasi Pendidikan
Guru
<= SMA Sederajat 3
D1 0
49
D2 0
D3 0
S1 18
S2 2
S3 0
Jumlah 23
2 Sertifikasi
Sudah 0
Belum 23
Jumlah 23
3 Gender
Pria 12
Wanita 11
Jumlah 23
4 Status Kepegawaian
PNS 0
GTT/PTT 2
GTY/PTY 21
Honorer 0
Jumlah 23
5 Pangkat / Golongan
II a 0
II b 0
II c 0
II d 0
III a 0
III b 0
III c 0
III d 0
IV a 0
IV b 0
Diatas IV b 0
50
Berikut Daftar Nama Guru Madrasah Aliyah Kare
Tabel 4.2
NO NAMA TUGAS/JABATAN
1 Sunardi, SH, M.PdI Kepala Sekolah
2 Widya Wahyu Purwanti, SE Guru Geografi
3 Agus Yan Praptasany, S.Pd Guru Ekonomi
4 Indra Sulistiyanto, S.Pd Guru Bimbingan dan
Non PNS 23
Jumlah 23
6 Kelompok Usia
Kurang dari 30 Tahun 2
31 - 40 Tahun 15
41 - 50 Tahun 6
51 - 60 Tahun 0
diatas 60 Tahun 0
Jumlah 23
7 Masa Kerja
Kurang dari 6 Tahun 2
6 - 10 Tahun 21
11 - 15 Tahun 0
16 - 20 Tahun 0
21 - 25 Tahun 0
26 - 30 Tahun 0
Diatas 30 Tahun 0
Jumlah 23
51
NO NAMA TUGAS/JABATAN
Konseling
5 Ristanti Prita Damayanti, STP Guru Kimia dan Fisika
6 Hertina Kurniastuti, S.Pd Guru Bahasa Inggris
7 Enny Dwi Haryani, S.Pd Guru Bahasa Indonesia
8 Andri Sri Wahyuni, S.Pd Guru Matematika
9 Rumhayati, STP Guru PLH dan Biologi
10 Diyah Windarti, S.Hut Guru Biologi
11 Katamso, S.Pd Guru Sosiologi dan PKN
12 Ayub Luqmana Suma Hendra,
S.Pd Guru Sejarah
13 Alfin Taufik Almujab Guru BMQ
14 Muhammad Farhan Guru Seni Budaya
15 Yoga Aprisuda, S.PdI Guru SKI dan TIK
16 Sunarto, S.PdI Guru Fiqih
17 Zulfan Rawi, Lc, M.PdI Gueru Bahasa Arab
18 Alukfan, S.Pd Guru PKN
19 Samsul Ma'arif, S.PdI Guru Qur,an Hadits
20 Diyah Ayu Dhewanti, S.Pd Guru Bahasa Indonesia
21 Tri Maulana Muasoni Guru Bahasa Arab
22 Eko Sudarmanto, S.Pd Guru Penjaskes
23 Dian Andriani, S.Pd Guru Ekonomi
b. Keadaan Staf Madrasah Aliyah Kare
Dalam penyajian data yang lebih lengkap maka penulis
menyajikan data tentang keadaan Staf Madrasah Aliyah Kare sebagai
berikut :
52
Tabel 4.3
NO NAMA TUGAS/JABATAN
1 Yoga Aprisuda, S.PdI Ka. TU
2 Diyah Ayu Dhewanti, S.Pd Arsiparis
3 Muhammad Farhan Staf TU
4 Andri Sri Wahyuni, S.Pd Bendahara Sekolah
5 Alfin Taufik Almujab Staf TU
6 Putri Subaswati Staf TU
7 Purnawati Petugas Perpustakaan
8 Sudarto Penjaga Sekolah
c. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Kare
Dalam penyajian data yang lebih lengkap maka penulis
menyajikan data tentang keadaan Siswa Madrasah Aliyah Kare
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Th.
Pelajaran
KelasX KelasXI KelasXII
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
2013/201
4 43 2 57 2 45 2
53
2014/201
5 47 2 44 2 57 2
2015/201
6 55 2 47 2 42 2
2016/201
7 61 2 52 2 48 2
d. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Kare
Sarana dan prasarana merupakan suatu bagian yang sangat
penting sebagai penunjang tercapainya tujuan pendidikan.Penggunaan
sarana dan prasarana harus diatur dengan baik agar tercapai tujuan
yang diinginkan. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Madrasah
Aliyah Kare adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
No Uraian Ketersediaan Kondisi
Jumlah Ada Tidak Baik Rusak
1 RuangKelas √ √ 6
2 RuangPerpustakaan √ √ 1
3 Ruang Lab. IPA √ 0
4 Ruang Pimpinan √ √ 1
5 Ruang Guru √ √ 2
6 Ruang Tata Usaha √ √ 1
7 Tempat Beribadah √ √ 1
8 Ruang Konseling √ √ 1
54
9 Ruang UKS/M √ √ 1
10 Jamban Guru √ √ 1
11 Gudang √ √ 1
12 Ruang Sirkulasi √ √ 1
13 Tempat Olah Raga √ √ 1
14 JambanSiswa √ √ 1
15 Ruang Lab. Bahasa √ 0
16 Ruang Lab
Computer √ √ 1
17 RuangKeterampilan √ 0
18 Ruang Media √ 0
19 Ruang OSIS √ √ 1
20 Kopsis √ √ 1
21 Jumlah kursi siswa √ √ 161
22 Jumlah meja siswa √ √ 81
23 Jumlah kursi guru √ √ 22
24 Jumlah meja guru √ √ 11
B. Deskripsi Data Khusus
1. Data tentang kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah dalam pengembangan
karakter percaya diri peserta didik di MA Kare Madiun.
Ekstrakurikuler hadrah adalah salah satu bentuk kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di MA Kare Madiun. Kegiatan ini dijadikan
sebagai pelengkap suatu proses kegiatan belajar mengajar serta sarana agar
peserta didik memiliki nilai yang tidak hanya dalam pelajaran disekolah
55
akan tetapi juga bagi kehidupan dimasyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler ini
dilaksanakan pada hari sabtu dan di mulai pada jam 15.00 wib.3 Kegiatan
hadrah ini diiukuti 20 peserta didik yang terdiri dari 8 siswa dan 12 siswi,
kegiatan ini dilaksanakan di mushola MA Kare.4” Kegiatan ekstrakurikuler
hadrah sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa seperti yang
diungkapkan oleh bapak Alvin :
“Tentu saja mbak, dengan adanya kegiatan tersebut dapat melatih
anak untuk berani tampil didepan banyak orang, dan melatih
mereka untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan dengan
adanya kegiatan ini peserta didik mampu menampilkan bakat yang
terpendam. Ketika melatih hadrah saya menggunakan strategi
pembelajaran langsung mbak, dengan hal tersebut saya bisa melihat
kondisi setiap anak yang mengikuti kegiatan hadrah dalam artian
ada anak yang pemalu dan ada beberapa anak yang memiliki rasa
percaya diri yang sudah baik. Untuk melatih rasa percaya diri siswa,
saya memakai metode praktek yakni anak dengan langsung meniru
pada gerakan pelatih. Pada tahap awal latihan, grup vokal saya latih
terlebih dahulu. Setelahnya saya menyuruh mereka bernyanyi
secara invidual sebelum mereka menyanyikan secara bersamaan
tanpa diiringi tabuhan musik hadrah di depan teman-temannya. Hal
ini juga membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian
mereka saya rasa. Karena dulu di awal latihan mereka malu-malu
dan suara saat menyanyi terdengar lirih tapi setelah saya biasakan
latihan seperti ini mereka ada kemajun pada kepercayaan dirinya.”5
Pernyataan juga disampaikan bapak Katamso selaku wali kelas terkait
perubahan kepercayaan diri siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
hadrah :
3 lihat transkip dokumentasi no. 02/O/28-IV/2018 4 Lihat transkip wawancara no, 01/W/24-IV/2018. 5 Lihat transkrip wawancara no, 02/W/24-IV/2018.
56
“Menurut saya siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ada
perubahannya. Salah satu siswi di kelas saya misalnya dia dulu
pendiam dan pemalu, tapi setelah dia mengikuti ekstrakurikuler
hadrah dan menjadi vokalis di hadrah tersebut dia mengalami
perubahan dalam kepercayaan dirinya. Dia mulai berani bertanya,
menyampaikan pendapat. Karena mungkin setelah mengikuti
hadrah dia kan sering mengikuti event-event gitu jadi dia mulai
terbiasa berhadapan dengan banyak orang ya bisa dikatakan dia jadi
pd sekarang. Iya, anak-anak yang mengikuti hadrah sekaranng lebih
menjaga perilakunya juga ”6
Beberapa hal juga disampaikan siswi kelas 2 bernama Latifatul:
“ dulu saya sangat pemalu mbak, untuk menyampaikan pendapat di
kelas saja saya tidak berani. Saya merasa takut nanti jika
ditertawakan teman-teman ketika saya berbicara. Saya diajak teman
saya untuk bergabung ekstrakurikuler hadrah. Awalnya saya sempat
tidak percaya diri karna saya merasa saya tidak mempunyai bakat
dibidang tersebut tapi karna saya menyukaihal-hal seperti hadrah ini
jadi saya mulai mendaftarkan dan bergabung di ekstra hadrah.
Ketika akan tampil diacara-acara tertentu gitu pertama saya gugup
mbak kan yang lihat lebih banyak dari pada latihan, takut nanti gak
maksimal apa gimana gitu. Hingga akhirnya saya tampil dan
berusaha sebaik mungkin ,alhamdulillah saya bisa melaluinya.
Setelah tampil perasaanyan lega mbak Ya sekarang seumpama saya
disuruh menyanyi di depan kelas gitu saya berani, dibandingkan
dulu sebelum saya ikut hadrah ini.7
Dari keterangan di atas, ditemukan bahwa melalui ekstrakurikuler
seni hadrah, dapat membantu berkembangnya kepercayan diri pada peserta
didik. Melalui strategi, metode dan memberian motivasi yang diterapkan
6 Lihat transkrip wawancara no, 03/W/29-IV/2018. 7Lihat transkrip wawancara no, 04/W/11-V/2018.
57
ketika latihan serta sering tampil pada kegiatan-kegiatan tertentu mendukung
berkembangnya kepercyaan diri pada peserta didik.8
2. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah
dalam mengembangkan karakter percaya diri siswa.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan percaya diri
Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler hadrah di MA Kare, dari beberapa
data yang telah diperoleh, telihat jelas bahwa ekstrakurikuler seni Hadrah
selain sebagai kegiatan pengembangan percaya diri siswa, juga memberikan
hal-hal yang positif terutama terhadap siswa serta kepada bapak/ibu guru dan
pihak orangtua wali. Kegiatan pengembangan percaya diri siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah ini memiliki banyak faktor pendukung,
baik faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk mengetahui faktor
internal yang mendukung kegiatan pengembangan percaya diri melalui
ekstrakurikuler seni hadrah, peneliti melakukan wawancara dengan bapak
Alvin selaku pembina hadrah dalam wawancara sebagai berikut:
Siswa memiliki minat dan semangat yang sangat besar untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah. Tanpa adanya
paksaan, siswa dengan antusias mendaftarkan diri untuk mengikuti
ekstrakurikuler. Siswa memiliki semangat yang tinggi dalam belajar
dan berlatih kesenian khususnya seni hadrah. Mereka memiliki
kesadaran diri ketika mengikuti latihan ekstrakurikuler seni hadrah
yang diadakan oleh sekolah tanpa ada paksaan dari pihak guru ataupun
orangtua.9
8 Lihat transkip dokumentasi no. 03/D/17-V/2018 9Lihat transkrip wawancara no, 02/W/24-IV/2018.
58
Petikan wawancara di atas menggambarkan bahwa, faktor internal
yang mendukung kegiatan pengembangan karakter percaya diri melalui
ekstrakurikuler hadrah di MA Kare Madiun adalah dari siswa itu sendiri
yang meliputi adanya minat, semangat, dan antusias yang besar dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah. Untuk mengetahui faktor
eksternal yang mendukung pengembangan percaya diri melalui kegiatan
ekstrakurikuler hadrah peneliti melakukan wawancara dengan bapak Nardi
selaku kepala sekolah dengan hasil sebagai berikut:
Orangtua wali memberikan dukungan penuh dengan memberikan
dukungan moral saat anak mereka mengikuti kegiatan ekstrakrikuler.
Bahkan saat ada event tertentu, para orangtua bersedia menanggung
biaya untuk tata rias anak mereka. Pihak sekolah juga menyediakan
berbagai fasilitas pendukung kegiatan pengembangan bakat siswa
melalui ekstrakurikuler hadrah ini seperti menyediakan ruang tempat
berlatihnya kegiatan ekstrakurikuler, menyediakan pelatih hadrah yang
berkompeten dari luar sekolah, sarana serta perlengkapan yang
dibutuhkan. Untuk kostum, sekolah belum mampu menyediakan. Baru
ada 3 kostum untuk vokalnya saja. Dukungan lain yang diberikan oleh
pihak sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah adalah
dengan selalu menampilkan para siswa yang belum memiliki
kesempatan tampil saat event untuk tampil saat perpisahan kelas .10
Wawancara juga dilakukan dengan ibu Sri selaku wali murid peserta
didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler:
kegiatan hadrah menurut saya adalah kegiatan yang positif. Saya juga
mendukung dek dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler hadrah ini.
Karenakan di dalam ekstranya itu berisi lantunan-lantunan sholawat
dan ini juga merupakan suatu kegiatan yang baik menurut saya. Jadi
saya sebagai orang tua juga mendukung. Dan ketika anak saya akan
tampil gitu ya saya hantarkan ke tempat rias. Karena saya ikut bangga
10Lihat transkrip wawancara no, 01/W/24-IV/2018.
59
kalau anak saya berani tampil. Jadi saya mendukung selama itu tetap
menjadi kegiatan yang positif 11
wawancara juga dilakukan dengan bu Narsi selaku wali murid terkait
dengan kegiatan hadrah di MA Kare :
saya mendukung mbak, supaya pengalamannya bertambah. Dan
kemampuan dia menyanyi dapat tersalurkan. Saya siap menjemput
ketika dia pulang sore untuk latihan hadrah.12
Petikan wawancara di atas menggambarkan bahwa, faktor eksternal
yang mendukung pengembangan karakter percaya diri melalui kegiatan
ekstrakurikuler seni hadrah diberikan oleh orangtua/wali dan pihak sekolah.
Orangtua/wali memberikan dukungan berupa dukungan moral dan dukungan
materi.. Kegiatan pengembangan percaya diri siswa melalui ekstrakurikuler
hadrah juga didukung penuh oleh pihak sekolah dengan cara memberikan
berbagai sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler hadrah ini. Untuk
mengetahui faktor eksternal yang mendukung kegiatan ekstrakurikulerseni
hadrah di MA Kare, peneliti juga melakukan observasi di lapangan sebanyak
4 kali. Dari observasi tersebut didapat hasil sebagai berikut:
Kegiatan ekstrakurikuler hadrah mendapat dukungan penuh dari
pihak sekolah, hal ini dilihat dari selalu adanya guru yang mendampingi saat
kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Data di atas menggambarkan
pengembangan percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah di
11 Lihat transkrip wawancara no, 05/W/11-VII/2018. 12 lihat transkrip wawancara no. 06/W/25-VII/2018
60
MA Kare Madiun memiliki faktor eksternal yang mendukung yakni dari
pihak sekolah yang selalu mendampingi kegiatan ekstrakurikuler hadrah
berlangsung. Selanjutnya, untuk mengetahui faktor penghambat
pengembangan pengembangan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler seni
hadrah di MA Kare, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Alvin
selaku Pembina ekstrakurikuler hadrah dengan hasil sebagai berikut:
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler hadrah di sekolah ini terhambat
karena sedikitnya ketersediaan jumlah kostum hadrah yang dimiliki oleh
sekolah. Sehingga pada saat siswa akan tampil, pihak sekolah atau
orangtua/wali harus mencari kostum dari luar sekolah. Petikan wawancara
di atas menjelaskan bahwa, faktor penghambat pengembangan
pengembangan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah adalah
terbatasnya jumlah kostum yang dimiliki oleh MA Kare Madiun sehingga
ketika akan tampil, pihak sekolah atau orangtua/wali perlu menyewa kostum.
Setelah melakukan beberapa wawancara dan observasi selama
kegiatan pengembangan percaya diri siswa melalui ekstrakurikuler hadrah di
MA Kare, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendukung pengembangan
percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah di MA Kare dari
internal dan eksternal. Faktor internal pendukungnya adalah dari motivasi,
minat, semangat, dan antusias dari siswa. Faktor eksternal pendukung
pengembangan percaya diri melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah adalah
dari dukungan moral dan materi dari orangtua wali, serta dukungan dari
61
pihak sekolah yang memberikan sarana dan prasarana kegiatan
ekstrakurikuler hadrah. Pihak sekolah juga mendatangkan pelatih
ekstrakurikuler yang kompeten dari luar sekolah. Para guru pun mendukung
terselenggaranya kegiatan pengembangan percaya diri melalui
ekstrakurikuler seni hadrah ini dengan selalu mendampingi ketika kegiatan
ekstrakurikuler berlangsung. Adapun faktor penghambat pengembangan
percaya diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah adalah
terbatasnya jumlah kostum yang dimiliki oleh MA Kare sehingga ketika
akan tampil, pihak sekolah atau orangtua/wali perlu menyewa kostum.
61
61
BAB V
ANALISIS DATA
A. Analisis Data tentang Pengembangan karakter percaya diri peserta didik
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler hadrah di MA Kare.
Rasa percaya diri dapat dibangun melalui berbagai macam bentuk
kegiatan yang ada di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Karena
sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk bisa
mengembangkan rasa percaya diri. Salah satunya dengan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah biasanya terdiri dari beberapa
bidang keterampilan seperti olahraga, kesenian, bahasa asing, komputer, dan
keterampilan lain. Dengan demikian siswa bisa memilih bidang keterampilan
sesuai dengan bakat minatnya. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
rasa percaya diri bisa diperoleh melalui pergaulan atau sosialisasi yang lebih
luas.1
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa
tidak erat terkait dengan pelajaran di sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk memperluas pengetahuan siswa, menambah keterampilan, mengenal
hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat,
1 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002),
136.
62
menunjang pencapaian kegiatan intrakulikuler, serta melengkapi usaha
pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.2
Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler ini untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam
mengembangkan dan mengekspresikan diri dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekolah, teman, keluarga, dan masyarakat sekitarnya yang lebih
luas, meningkatkan potensi terhadap kebutuhan belajar, mengembangkan
potensi bakat, minat, setiap peserta didik.3
Untuk mengembangkan kepercayaan diri peserta didik, MA Kare
meminta semua siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hadrah dengan
baik. Agar upaya mengembangkan karakter percaya diri melalui kegiatan
eksrtakurikuler ini dapat berjalan. Dengan mengikuti ekstrakurikuler hadrah
mereka akan lebih berani dan percaya diri tampil di depan orang banyak.4
Berdasarkan wawancara dengan pembina hadrah dalam
mengembangkan karakter percaya diri peserta didik di Ma Kare dilaksanakan
melalui :
1. Latihan hadrah yang diterapkan dengan menggunakan metode praktek.
Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari bapak Alvin selaku
pembina hadrah:
2 Soejipto dan Rafis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 161-162. 3 Muhaimin, Sutiah, Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 241. 4Lihat transkrip wawancara no, 01/W/24-IV/2018.
63
Untuk melatih rasa percaya diri siswa, saya memakai metode
praktek yakni anak dengan langsung meniru pada gerakan pelatih.
Pada tahap awal latihan, grup vokal saya latih terlebih dahulu.5
Dalam mengembangkan rasa percaya diri pembimbing hadrah
menggunakan strategi pembelajaran langsung dengan metode
praktek. Anak diminta langsung praktek mengikuti pembimbing dan
setelah itu menyuruh mereka untuk mempraktekan secara bergantian
di depan teman-temannya. Strategi pembelajaran langsung adalah
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
kepada siswa. Strategi ini memberikan kesempatan siswa belajar
mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya.6 Disini
guru mempraktekkan langsung lalu mengevaluasinya agar rasa
optimis mereka dapat berkembang maka digunakannya metode
praktek agar mereka menjadi lebih percaya diri bahwa mereka bisa
bernyanyi dan memainkan alat hadrah dengan baik. Hal itu sesuai
dengan tujuan dari ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini
untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam
mengembangkan dan mengekspresikan diri dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah, teman, keluarga, dan masyarakat
sekitarnya yang lebih luas, meningkatkan potensi terhadap
kebutuhan belajar, mengembangkan potensi bakat, minat, setiap
peserta didik.7
5Lihat transkrip wawancara no, 02/W/24-IV/2018. 6Macam-macamstrategipembelajaran.com. 7 Muhaimin, Sutiah, Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 241.
64
2. Membiasakan peserta didik untuk berani tampil.
Ekstrakurikuler hadrah ini melatih peserta didiknya untuk berani
tampil di depan umum. Ketika ada suatu kegiatan disekolah , hadrah juga
ikut berperan dalam kegiatan tersebut seperti acara perpisahan sekolah.
Di ekstrakurikuler ini peserta didik yang dirasa sudah mampu
memainkan hadrah dengan baik. Di ikutkan dalam pementasan maupun
kegiatan-kegiatan lainnya. Melalui wawancara dengan salah satu peserta
hadrah yang bernama latifatul ini yaitu:
Ketika akan tampil diacara-acara tertentu gitu, pertama saya gugup
mbak, pastinya yang melihat lebih banyak dari pada waktu latihan,
takut nanti gak maksimal apa gimana gitu. Tapi akhirnya saya
tampil dan berusaha sebaik mungkin, alhamdulillah saya bisa
melaluinya. Setelah tampil perasaanya ya lega mbak.8
Dengan adanya pengalaman dan kebiasaan tampil ini membuat
mental anak terlatih dan terbiasa berinteraksi dengan banyak orang.
Maka kegiatan tampil seperti ini diperlukan untuk pengalaman hidup
peserta didik. Dan memerlukan lingkungan sekolah yang memberikan
dukungan yang baik. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi rasa percaya diri.. Lingkungan disini merupakan
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik
yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang
saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya
8Lihat transkrip wawancara no, 04/W/17-V/2018.
65
diri. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi
norma dan diterima oleh masyarakat, maka harga diri juga akan
berkembang lebih baik9.
Di lingkungan sekolah guru-guru dapat mendidik siswanya agar
dapat yakin akan kemampuan dirinya sendiri. Misalnya para siswa berani
menyatakan pendapat ,harus bisa berani tampil dihadapan orang lain
(misalnya pidato, menyanyi, menari, dan lain-lain); harus yakin, tidak
ragu-ragu akan tindakan yang dipihnya; dan jangan mencontek pekerjaan
orang lain.10
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan karakter percaya diri
Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler hadrah di MA Kare Madiun.
Pengembangan karakter percaya diri siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler hadrah memerlukan berbagai perhatian, dorongan, dan
dukungan dari berbagai pihak agar kegiatan ini dapat terselenggara dengan
baik. Adapun faktor-faktor pendukung melalui kegiatan ekstrakurikuler
hadrah di MA Kare berasal dari 2 faktor, yakni faktor internal dan faktor
eksternal.
Sesuai yang disampaikan latifatul siswi kelas XI MA Kare adalah
sebagai berikut :
9 Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda Dan Percaya Diri (Yogyakarta: Araska, 2016),63-
68. 10 Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014),57.
66
Awalnya saya sempat tidak percaya diri mbak, karna saya merasa
saya tidak mempunyai bakat dibidang tersebut tapi karna saya
menyukai hal-hal seperti hadrah ini jadi saya mulai mendaftarkan
dan bergabung di ekstra hadrah.”11
Faktor mendukung adalah berasal dari siswa itu sendiri yang meliputi
minat, bakat yang kompeten, motivasi, semangat, antusiasme, dan kesadaran
diri yang tinggi. Kegiatan ekstrakulikuler di sekolah biasanya terdiri dari
beberapa bidang keterampilan seperti olahraga, kesenian, bahasa asing,
komputer, dan keterampilan lain. Dengan demikian siswa bisa memilih
bidang keterampilan sesuai dengan bakat minatnya. Dengan mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler, rasa percaya diri bisa diperoleh melalui pergaulan
atau sosialisasi yang lebih luas.12 Dengan keterangan tersebut diketahaui
bahwa peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini karena menyukai
kegiatan hadrah sendiri. Berarti peserta didik ini mempunyai minat terhadap
ekstrakurikuler hadrah.
Selain minat dari siswa itu sendiri, selanjutnya ada dukungan dari wali
murid/orang tua peserta didik dalam pengembangan karakter percaya diri
peserta didik melalui kegitan ekstrakurikuler ini. Sesuai dengan wawancara
bersama ibu sri selaku wali murid/orang tua peserta didik:
kegiatan hadrah ini menurut saya ya kegiatan yang positif. Saya juga
mendukung dek dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler hadrah ini.
Karenakan di dalam ekstranya itu berisi lantunan-lantunan sholawat
dan ini juga merupakan suatu kegiatan yang baik menurut saya. Jadi
saya sebagai orang tua juga mendukung. Dan ketika anak saya akan
tampil gitu ya saya hantarkan. Karena saya ikut bangga kalau anak
11 Lihat transkrip wawancara no, 04/W/24-IV/2018. 12Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002),
136-148
67
saya berani tampil. Jadi saya mendukung selama itu tetap menjadi
kegiatan yang positif ”13
Faktor eksternal yang mendukung pengembangan percaya diri siswa
melalui kegiatan ekstrakurikuler hadrah di MA Kare Madiun diberikan oleh
orangtua/wali, dan pihak sekolah. Dukungan dari orangtua/wali berupa
dukungan moral dan materi. Dukungan dari pihak sekolah adalah dengan
memberikan sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah. Pihak
sekolah juga mendatangkan pelatih ekstrakurikuler yang kompeten dari luar
sekolah. Bapak/ibu guru pun mendukung terselenggaranya kegiatan
pengembangan bakat melalui ekstrakurikuler hadrah ini dengan selalu
mendampingi ketika kegiatan ekstrakurikuler berlangsung.
Kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa diharapakan dapat memberikan
hasil bagi individual, sosial, civic, dan etis. Selain itu, kegiatan
ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
mengembangkan minat dan belajar lebih banyak mengenai diri sendiri dan
orang lain. Program kegiatan ekstrakurikuler sekolah dipengaruhi oleh misi
dan filosofi serta membutuhkan lingkungan belajar agar siswa dapat
berkembang, belajar, dan mengekspresikan dirinya14.
Bidang kesenian sebenarnya sudah diselenggarakan dalam bentuk
bidang studi yang disediakan dalam jam pelajaran khusus. Namun, untuk
mewujudkan bidang kesenian terutama hadrah di luar jam pelajaran, kepala
13 Lihat transkrip wawancara no, 05/W/11-VII/2018. 14Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa (Bogor : Galia Indonesia,
2011), 100.
68
sekolah sebagai pemimpin perlu menaruh perhatian/dukungan yang lebih.
Perhatian/dukungan itu perlu dimanifestasikan dalam usaha melakukan
pengendalian pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:
1. menunjuk dan mengangkat guru sebagai penanggung jawab
pelaksanaannya (koordinator bidang) yang bertanggung jawab kepada
kepala sekolah,
2. membantu mengadakan alat kelengkapan yang diperlukan agar
kegiatannya dapat dimanfaatkan.15
Pengembangan percaya diri melalui ekstrakurikuker hadrah memiliki
berbagai faktor pendukung di dalamnya. Misalkan, pihak sekolah terutama
kepala sekolah yang berperan penting terhadap pelaksanaan kegiatan
pengembangan percaya diri melalui ekstrakurikuler hadrah. Kepala sekolah
menunjuk guru sebagai penanggung jawab pelaksanaannya. Selain itu, kepala
sekolah juga memberikan dukungan berupa ruang, waktu, serta sarana dan
prasarana kegiatan ekstrakurikuler seni hadrah. Kegiatan ekstrakurikuler juga
mendapat berbagai dukungan yang mampu membuat kegiatan ekstrakurikuler
dapat berjalan dengan lancar meliputi faktor internal yakni minat dan
dorongan dari peserta didik, serta faktor eksternal yakni adanya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan serta sering diadakannya lomba.
15 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Yogyakarta : Ar Russ
Media, 2008), 194.
69
Segala faktor pendukung tersebut tidak lepas dengan adanya hambatan
pula. Begitu pun dengan pengembangan percaya diri siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler hadrah. Di sekolah ini terdapat penghambat kegiatan
pengembangan percaya diri melalui ekstrakurikuler hadrah yakni terbatasnya
jumlah kostum yang dimiliki oleh MA Kare sehingga ketika akan tampil,
pihak sekolah atau orangtua/wali perlu menyewa kostum.
70
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengembangan karakter percaya diri siswa melalui ekstrakurikuler hadrah
di MA Kare dilaksanakan pada hari sabtu pukul 15.00 di mushola MA Kare
dengan metode praktek. Siswa langsung praktek mengikuti pembimbing dan
setelah itu menyuruh mereka untuk mempraktekan secara bergantian di
depan teman-temannya. Dan juga dengan cara pelatih membiasakan anak
untuk berani tampil. Pada ekstrakurikuler ini peserta didik yang dirasa sudah
mampu memainkan hadrah dengan baik, diikutkan dalam pementasan
maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Dengan adanya pengalaman dan
kebiasaan tampil ini membuat mental anak terlatih dan terbiasa berinteraksi
dengan banyak orang.
2. Faktor pendukung pengembangan karakter percaya diri siswa melalui
ekstrakurikuler hadrah di MA Kare adalah faktor internal (adanya minat,
semangat, dan antusiasme siswa), dan faktor eksternalnya adalah dukungan
dari orangtua wali dan dukungan pihak sekolah yaitu adanya guru selalu
yang mendampingi, memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan,
mendatangkan pelatih dari luar sekolah,. Adapun faktor penghambatnya
adalah terbatasnya jumlah kostum yang dimiliki oleh MA Kare sehingga
71
ketika akan tampil, pihak sekolah atau orangtua/wali perlu menyewa kostum
dengan biaya yang mahal.
B. Saran
1. Hendaknya pengelola, kepala sekolah, serta guru dapat meningkatkan
fasilitas yang diberikan, seperti alat-alat hadrah .
2. Hendaknya pembina hadrah dapat meningkatkan pengetahuan dalam
mengembangkan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ada
sehingga dapat mengembangkan bakat dan kemampuan siswa dengan
efektif.
3. Hendaknya peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian yang
lebih mendalam tentang pengembangan karakter percaya diri siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti kegiatan ekstrakurikuler lain,
sehingga dapat mendukung dan menguatkan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abrian, Andhika, Menuju Transformasi Pendidikan Yogyakarta: LPM Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2011
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 1998.
Arya, Rahasia Mengasah Talenta Anak Jogjakarta:Thank, 2008.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Azzet Akham Muhaimin, Urgensi Pendidikan Karakter Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013.
Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kuantitatif Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2008.
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama Bandung: Refika
Aditama, 2011.
Dwi Nur Sahid, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Ekstrakurikuler Hadrah di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pajangan Bantul” skripsi, Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015.
Hakim Thursan, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Idris,Taufiq H. “Mengenal Kebudayaan Islam” Surabaya : PT Bina Ilmu, 1983.
Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000.
Muhaimin, Sutiah, Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
Mulyana, Deddy Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan Yogyakarta : Ar Russ
Media, 2008
Muslich, Mansur, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
Mustari, Mohamad Nilai Karakter Reflesksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014
Notowidadgo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Alu’an dan Hadits, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1996.
Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan
Karakter Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2008.
Prasetyo Yudik, “Pengembangan Ekstrakulikuler Panahan di Sekolah Sebagai
Wahana Membentuk Karakter Siswa,” Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia,
2 November,2010.
Rohmat Mulyana, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Sopiatin,Popi Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa Bogor : Galia Indonesia,
2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D Bandung: Alfabeta, 2003.
Sumardi, Beberapa Aspek Pendidikan Islam Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN
Suka, 1990.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan Bandung:
Remaja Rosdakarya 2005
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: PN Balai Pustaka,
1982.
Wahyu Ramdani, Ilmu Budaya Dasar Bandung :PustakaSetia, 2008.
Wahyuni Sri, “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara
Di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi,” Jurnal Psikologi, 2014.
Wahyusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Jakarta: Raja Grafindo Persada
2002, .
Widjaja Hendra, Berani Tampil Beda Dan Percaya Diri Yogyakarta:Araska, 2016