SKRIPSI DIARE

59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah dan atau lendir. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena diare, 90% adalah anak usia dibawah lima tahun, terutama di negara berkembang. 1 Pada tahun 2013 angka kejadian diare di Indonesia sebesar 4.128.256 kasus 2 dan tahun 2014 meningkat menjadi 8.713.537 kasus. 3 Selama tahun 2013 di Kalimantan Barat terjadi 98.075 kasus diare, dimana Kota Pontianak merupakan daerah dengan angka kejadian diare terbesar di Kalimantan Barat sebanyak 12.403 kasus 4 dan tahun 2014 sebanyak 11.834 kasus. 5 Angka kejadian diare di Unit Pelayanan Tingkat Dasar (UPTD) Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara pada tahun 2014 adalah sebesar 2880 kasus. 6 Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada balita (25,2%). 5 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka kejadian diare paling tinggi menurut kelompok usia terjadi pada balita (38,9%). 1 Case Fatality Rate (CFR) diare pada balita di Indonesia tahun 2011 sebesar

description

penelitian

Transcript of SKRIPSI DIARE

Page 1: SKRIPSI DIARE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) yang ditandai dengan BAB

lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah

dan atau lendir. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena diare,

90% adalah anak usia dibawah lima tahun, terutama di negara berkembang.1

Pada tahun 2013 angka kejadian diare di Indonesia sebesar 4.128.256 kasus2

dan tahun 2014 meningkat menjadi 8.713.537 kasus.3 Selama tahun 2013 di

Kalimantan Barat terjadi 98.075 kasus diare, dimana Kota Pontianak merupakan

daerah dengan angka kejadian diare terbesar di Kalimantan Barat sebanyak 12.403

kasus4 dan tahun 2014 sebanyak 11.834 kasus.5 Angka kejadian diare di Unit

Pelayanan Tingkat Dasar (UPTD) Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak

Utara pada tahun 2014 adalah sebesar 2880 kasus.6

Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada balita (25,2%).5

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka kejadian diare paling tinggi

menurut kelompok usia terjadi pada balita (38,9%).1 Case Fatality Rate (CFR)

diare pada balita di Indonesia tahun 2011 sebesar 0,29%, tahun 2012 meningkat

menjadi 2,06%, dan tahun 2013 sebesar 1,08%.2

Tingginya angka kejadian diare pada balita dapat disebabkan berbagai faktor.

Faktor-faktor yang dapat memengaruhinya adalah faktor ibu, faktor anak, dan

faktor lingkungan. Faktor ibu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu7,

dimana ke dua hal tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu dalam mencegah dan

menangani diare pada anak. Faktor anak berkaitan dengan usia anak, berdasarkan

hasil berbagai survei didapatkan bahwa diare lebih sering terjadi pada bayi dan

balita.7 Salah satu faktor Lingkungan meliputi sarana air bersih, sehingga apabila

faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan

mudah dapat terjadi.7,8

Page 2: SKRIPSI DIARE

2

UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara merupakan suatu

unit kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat di Kecamatan Pontianak

Utara, dengan penduduk binaan berjumlah 36.332 jiwa yang terdiri dari jenis

kelamin perempuan 17.776 jiwa. Berdasarkan karakteristik kesehatan lingkungan,

pada tahun 2014 jumlah rumah tangga yang dipantau dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) sebanyak 1.204 rumah tangga dan yang telah

melakukan PHBS sebanyak 155 (12,8%) rumah tangga. Informasi mengenai akses

masyarakat terhadap air bersih diketahui bahwa belum semua keluarga (544

rumah atau 54,7%) yang berada diwilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir

Kecamatan Pontianak Utara mendapatkan akses terhadap air bersih. Angka

kejadian diare di wilayah UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak

Utara cukup tinggi dan merupakan daerah dengan faktor risiko lingkungan tinggi

terhadap terjadinya diare.6

Berdasarkan kasus-kasus diatas, sangat diperlukan pengetahuan ibu yang baik

mengenai diare dalam upaya penanganan yang tepat terhadap diare pada balita.

Saat ini belum ada gambaran karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu terhadap

diare pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan

Pontianak Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian gambaran

karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu terhadap diare pada balita di wilayah

kerja UPTD Puskesma Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara.

Page 3: SKRIPSI DIARE

3

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran karakteristik ibu yang memiliki balita dengan

riwayat sakit diare?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu terhadap diare pada balita di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara

periode Januari-Juni 2015?

3. Bagaimana gambaran sikap ibu terhadap diare pada balita di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara periode

Januari-Juni 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik, pengetahuan dan sikap ibu terhadap

diare pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan

Pontianak Utara periode Januari-Juni 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui letak geografis tersering dari kasus diare balita di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara

periode Januari-Juni 2015.

2. Mengetahui persentase ibu yang memiliki pengetahuan baik dan

pengetahuan buruk mengenai diare pada balita.

3. Mengetahui persentase ibu yang memiliki sikap baik dan sikap buruk

mengenai diare pada balita.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

1. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman peneliti

dalam melaksanakan suatu penelitian ilmiah.

2. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan peneliti dalam bidang

Ilmu Kedokteran Komunitas khususnya dalam kasus diare.

Page 4: SKRIPSI DIARE

4

1.4.2 Bagi institusi pendidikan

1. Sebagai masukan informasi bagi Puskesmas Siantan Hilir dan Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura

2. Sebagai bahan evaluasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan

1. Sebagai tambahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak

tentang karakteristik ibu yang meiliki balita dengan riwayat diare di

wilayah Kecamatan Pontianak Utara.

2. Sebagai bahan masukan dalam merancang program berbasis kesehatan

lingkungan dalam membantu upaya penanggulangan penyakit.

1.4.4 Bagi masyarakat

1. Mendapat informasi mengenai wilayah tersering dengan kasus diare pada

balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan

Pontianak Utara.

2. Mendapat informasi mengenai gambaran pengetahuan dan sikap dari

para ibu di wilayah UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan

Pontianak Utara terhadap diare pada balita.

Page 5: SKRIPSI DIARE

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan Ibu

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

telinga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah pengetahuan ibu terhadap diare

yang diperoleh setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.9,10

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup dalam bagian kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:9,10

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

terhadap objek yang dipelajari. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita

diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana

sebaiknya tindakan yang tepat untuk dilakukan pada anak yang diare.

Page 6: SKRIPSI DIARE

6

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya seperti penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain. Misalnya seorang

ibu yang telah paham tentang tata laksana diare pada balita maka dia

dapat mengaplikasikannya pada saat anaknya mengalami diare.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen. Contohnya seorang ibu dapat membedakan

antara diare tanpa de hidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi

berat, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada. Misalnya: seorang ibu dapat menilai seorang anak

menderita diare atau tidak, dan sebagainya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:9,10

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam merawat anaknya yang

diare dapat memperluas pengetahuannya tentang bagaimana

penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat.

Page 7: SKRIPSI DIARE

7

2. Usia

Makin tua usia seseorang maka proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia

belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh

usia. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya

usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi saat menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang

ibu yang berusia 40 tahun pengetahuannya akan berbeda saat dia sudah

berusia 60 tahun.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang

berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang

penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang

tingkat pendidikannya lebih rendah.

4. Sumber Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan

meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. Walaupun

seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi

tentang penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka

akan menambah pengetahuannya.

Page 8: SKRIPSI DIARE

8

5. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap

sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain

tentang cara merawat balita diare, maka hal itu akan mempengaruhi

pengetahuannya tentang perawatan diare pada balita.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.9,10

2.2.2 Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:9,10

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan sebagai orang (subjek) yang mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

seseorang terhadap penatalaksanaan diare dapat diketahui dari

penanganan awal diare yang dilakukan di rumah.

2. Merespons (Responding)

Merespon adalah suatu indikasi sikap dimana memberikan jawaban

apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Misalnya: sikap ibu terhadap penatalaksanaan diare dapat diketahui

dari tanggapan atau jawaban ibu bahwa diare harus segera ditangani.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah.

Page 9: SKRIPSI DIARE

9

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko. Misalnya seorang ibu bertanggung jawab atas

perawatan diare yang diberikan kepada anaknya saat anaknya

mengalami diare dengan segala resiko yang ada.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:9,10

1. Pengalaman pribadi

Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam

stimulus sosial, tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam

pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan

seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek

psikologis.

2. Orang lain

Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau

sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh

antara lain adalah orang tua, teman dekat, teman sebaya.

3. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,

radio, dan surat kabar mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.

4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan

dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Page 10: SKRIPSI DIARE

10

5. Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

2.3 Diare

2.3.1 Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih

dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

dengan atau tanpa darah atau lendir. Diare didefinisikan sebagai berak cair tiga

kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi

menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥2 minggu).11,12

2.3.2 Klasifikasi Diare

Jenis diare dibagi menjadi lima, yaitu:13

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih

dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama

masa diare tersebut.

3. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadinya komplikasi pada mukosa.

4. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan

gangguan metabolisme.

Page 11: SKRIPSI DIARE

11

5. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut

dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti

demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.3.3 Etiologi Diare

Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi:11

1. Virus: Rotavirus.

2. Bakteri: Escherichia coli, Shigella spdan Vibrio cholerae.

3. Parasit: Entamoeba histolytica, Giardia lambliadan Cryptosporidium.

4. Makanan yang tercemar, basi, beracun, dan kurang matang.

5. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.

6. Alergi: makanan, susu sapi.

7. Imunodefisiensi.

2.3.4 Gejala Diare

Gejala diare pada balita yaitu:14

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun

meninggi.

2. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah.

3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

4. Anusnya lecet.

5. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.

6. Muntah sebelum atau sesudah diare.

7. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

8. Dehidrasi.

Page 12: SKRIPSI DIARE

12

2.3.5 Epidemiologi Diare

Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut:13

1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar

melalui fekal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang

tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik

dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan

ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan,

menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu

kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan

dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja

anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang

tinja dengan benar.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa

penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua

tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara proporsional

diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.

3. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu

penyakit yang berbasis lingkungan. Salah satu faktor yang dominan,

yaitu sarana air bersih. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena

tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak

sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat

menimbulkan kejadian diare.

2.3.6 Distribusi Penyakit Diare

Distribusi penyakit diare berdasarkan kelompok usia sekitar 80% kematian

diare tersebut terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun. Data Tahun 2004

menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan dan 450 juta anak

usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang, total episode diare pada balita

sekitar 1,4 milyar kali per tahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada

Page 13: SKRIPSI DIARE

13

bayi usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta dan anak usia 1-4 tahun sekitar

925 juta kali per tahun.15

2.3.7 Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan

bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:11-13

1. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar

selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat

disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat

mengambil air dari tempat penyimpanan.

2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung

virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh

binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka

makanan itu dapat menularkan diare bagi konsumen. Kuman penyebab

diare biasanya menyebar melalui fekal oral antara lain melalui makanan

atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja

penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran

kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak

memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada

suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci

tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan

sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum atau

sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi

dengan benar.

Page 14: SKRIPSI DIARE

14

2.3.8 Penanggulangan Diare

Penanggulangan diare antara lain:13

1. Pengamatan intensif dan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah

penderita dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan

dengan melakukan pengumpulan data secara harian pada daerah fokus

dan daerah sekitarnya yang diperkirakan mempunyai risiko tinggi

terjangkitnya penyakit diare. Sedangakan pelaksanaan SKD merupakan

salah satu kegiatan dari surveilance epidemiologi yang kegunaanya untuk

mewaspadai gejala akan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) diare.

2. Penemuan kasus secara aktif

Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena

diare pada saat KLB di mana sebagian besar penderita berada di

masyarakat.

3. Pembentukan pusat rehidrasi

Tempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan

dan pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari

puskesmas atau rumah sakit.

4. Penyediaan logistik saat KLB

Tersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penderita pada saat

terjadinya KLB diare.

5. Penyelidikan terjadinya KLB

Kegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata rantai penularan dan

pengamatan intensif baik terhadap penderita maupun terhadap faktor

risiko.

6. Pemutusan rantai penularan penyebab KLB

Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare

meliputi peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan penyuluhan

kesehatan.

Page 15: SKRIPSI DIARE

15

2.3.9 Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:13

1. Meningkatkan penggunaan Air Susu Ibu (ASI).

2. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.

3. Penggunaan air bersih yang cukup.

4. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

5. Penggunaan jamban yang benar.

6. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang

benar.

7. Memberikan imunisasi campak.

2.3.10 Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Diare

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun

kesehatan masyarakat. Menurut model segitiga epidemiologi, suatu penyakit

timbul akibat interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, agent dan

host.9,16

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu

pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling

penting, sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan

sanitasi lingkungan. Masalah-masalah kesehatan lingkungan antara lain pada

sanitasi, penyediaan air minum, perumahan, pembuangan sampah dan

pembuangan air limbah.9,17,18

Page 16: SKRIPSI DIARE

16

2.3.11 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Diare

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara

lain:13

1. Faktor sanitasi lingkungan

a. Sumber air minum

Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia

akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan

sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk

untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:

1) Mengambil air dari sumber air yang bersih.

2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,

serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air. Memelihara atau

menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan

sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber

pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah, dan air limbah

harus lebih dari 10 meter.

3) Menggunakan air yang direbus.

4) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup. Masyarakat membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari, maka

masyarakat menggunakan berbagai macam sumber air bersih menjadi air

minum. Sumber-sumber air minum tersebut seperti:

a) Air hujan atau Penampungan Air Hujan (PAH)

Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air

hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat

dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di

dalamnya.

Page 17: SKRIPSI DIARE

17

b) Air sungai dan danau

Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air

hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau

danau. Kedua sumber air ini sering disebut air permukaan.

c) Mata air

Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang

muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bila belum

tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung, tetapi

karena belum yakin apakah betul belum tercemar, maka sebaiknya air

tersebut direbus terlebih dahulu sebelum diminum.

d) Air sumur dangkal

Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Dalamnya

lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat

yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15

meter dari permukaan tanah.

e) Air sumur dalam

Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari

permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian

besar air minum dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air

minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).

b. Kualitas fisik air bersih

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau. Syarat-syarat air minum yang sehat adalah sebagai berikut:20

1) Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak

berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di

luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang

memenuhi persyaratan fisik tidak sukar.

Page 18: SKRIPSI DIARE

18

2) Syarat Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,

terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum

terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air

tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat

bakteri E. coli, maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

3) Syarat Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam

jumlah tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di

dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia seperti

flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0

mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan

CO2(0 mg/l).

Air mempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakit

menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air

itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme.

Hal ini dikarenakan sumur penduduk tidak diplester dan tercemar oleh tinja.

Banyaknya sarana air bersih berupa sumur gali yang digunakan masyarakat

mempunyai tingkat pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori

tinggi dan sangat tinggi.21

Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan

berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi dan sangat tinggi

dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya pencemaran air kotor yang

merembes ke dalam air sumur.21

2. Faktor perilaku

Faktor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enterik dan meningkatkan

risiko terjadinya diare. Perilaku-perilaku itu antara lain:13

a. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan.

b. Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol

susu susah dibersihkan.

Page 19: SKRIPSI DIARE

19

c. Menggunakan air minum yang tercemar.

d. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja

anak.

e. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

2.3.12 Prinsip Tatalaksana Diare

Intervensi untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan adalah

melaksanakan tatalaksana penderita diare, yaitu:13

1. Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan

memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang

dianjurkan.

2. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa

ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan

pengobatan yang lebih cepat dan tepat, yaitu dengan oralit.

3. Memberi makanan

Memberikan makanan selama serangan diare sesuai yang dianjurkan

dengan memberikan makanan yang mudah dicerna. Anak yang masih

minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Setelah diare berhenti,

pemberian makanan diteruskan selama dua minggu untuk membantu

pemulihan berat berat badan anak.

4. Mengobati masalah lain

Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka

diberikan pengobatan sesuai anjuran, dengan tetap mengutamakan

rehidrasi.

Page 20: SKRIPSI DIARE

20

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor Sanitasi Lingkungan :

Sumber air minum

Kualitas fisik air minum

KEJADIAN DIARE

Lingkungan dengan sanitasi buruk

80% kematian pada anak usia < 2 tahun

Banyak pada balita

Faktor Perilaku :

ASI tidak eksklusif

Tidak mencuci tangan

Membuang tinja yang kurang tepat

Distribusi diare

Page 21: SKRIPSI DIARE

21

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan :

variabel yang dinilai

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Karakteristik ibu pada balita diare

KEJADIAN DIARE PADA BALITA

Usia Sikap ibu

Pendapatan keluarga

Sumber air

Tingkat pendidikan

Lokasi tempat tinggal

Pengetahuan ibu

Pekerjaan

Jumlah anak yang di asuh

Page 22: SKRIPSI DIARE

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai

balita dengan riwayat sakit diare di Pontianak dan populasi terjangkau pada

penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dengan riwayat sakit

diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Kecamtan Pontianak Utara.

Jumlah populasi terjangkau pada penelitian ini sebanyak 520 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita

dengan riwayat sakit diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir

Kecamatan Pontianak Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel

pada peneitian ini sebesar 40 orang. Cara pengambilan sampel menggunakan

probability sampling jenis cluster random sampling.

3.3 Kriteria Subjek Penelitian

3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Ibu yang memiliki anak berusia 1-5 tahun

2. Ibu dengan anak yang memiliki riwayat diare

3. Ibu yang berada dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir

Kecamatan Pontianak Utara.

4. Ibu yang bersedia mengisi kuesioner secara lengkap.

Page 23: SKRIPSI DIARE

23

3.3.2 Kriteria Ekslusi

Ibu yang tidak memiliki alamat yang lengkap dan jelas.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel karakteristik yang

terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, Jumlah anak yang di asuh, pengetahuan,

dan sikap mengenai diare pada balita.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

Variabel Definisi Operasional

AlatUkur

Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pengetahuan

Hal yang diketahui ibu mengenai diare pada balita Diwakili 10 pertanyaan

kuesioner 1. Baik, jika hasil kuesioner mengenai pengetahuan memiliki skor 76-100

2. Kurang, jika hasil kuesioner mengenai pengetahuan memiliki skor <76

Ordinal

2 Sikap Tanggapan atau reaksi ibu mengenai dare. Diwakili 12 pertanyaan

Kuesioner

1. Baik, jika hasil kuesioner mengenai sikap memiliki skor 46-60

2. Sedang, jika hasil kuesioner mengenai sikap memiliki skor <46

Ordinal

4 Diare Berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam

Kuesioner

- -

5 Puskesmas Unit pelayanan kesehatan masyarakat

Kuesioner

- -

6. Usia Lama waktu hidup seseorang sejak

Kuesioner

1. 17-25 tahun2. 26-35 tahun

-

Page 24: SKRIPSI DIARE

24

No

Variabel Definisi Operasional

AlatUkur

Hasil Ukur Skala Ukur

dilahirkan 3. > 35 tahun

Tabel 3.1 Lanjutan

No

Variabel Definisi Operasional

AlatUkur

Hasil Ukur Skala Ukur

7. Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang ditempuh ibu

Kuesioner

1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak tamat SD

3. Tamat SD4. Tamat SMP5. Tamat

SMA/SMK6. Sarjana

(S1/D3)

-

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.22 Pada penelitian ini

data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer diperoleh dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner mengenai karakteristik,

pengetahuan, dan sikap ibu terhadap diare pada balita dengan wawancara.

Kuesioner yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.7 Teknik Pengolahan dan Penyajian data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian ini data diolah menggunakan program pengolahan data.

Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:23,24

1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan oleh peneliti untuk

meneliti kelengkapan dan kesalahan hasil jawaban responden.

2. Coding, yaitu pemberian kode-kode pada data agar memudahkan data untuk

dianalisis.

3. Skoring, yaitu pemberian skor pada tiap-tiap butir pertanyaan.

Page 25: SKRIPSI DIARE

25

4. Entry, yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer dan diolah

dengan sistem statistik.

5. Tabulation, yaitu penyusunan data berdasarkan data yang telah diberi kode

untuk disajikan dan dianalisis.

3.7.2 Teknik Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan statistika

sederhana dalam dua bentuk, yaitu:

1. Bentuk Tabel, penyajian data berupa tabel digunakan untuk memudahkan

pembacaan data.

2. Bentuk narasi, penyajian data berupa narasi digunakan untuk memberi

penjelasan dari data yang disajikan dalam bentuk tabel.

3.7.3 Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, menyajikan variabel yang diteliti, dan melakukan

penghitungan statistik. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat. Analisis

univariat adalah analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai.25

3.8 Etika Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, sebelumnya peneliti akan memberikan

penjelasan mengenai tujuan penelitian. Kepada responden yang bersedia ikut serta

dalam penelitian, diperhatikan hal di bawah ini:

1. Menerapkan prinsip informed consent. Peneliti meminta persetujuan kepada

responden sebelum melakukan penelitian dengan memberikan surat lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

2. Menerapkan prinsip anonimity. Identitas responden menggunakan inisial nama

atau kode.

3. Menerapkan prinsip confidentiality. Data yang telah dikumpulkan disimpan di

tempat yang aman dan balam batas waktu yang sesuai. Data hanya dapat di

Page 26: SKRIPSI DIARE

26

akses oleh peneliti atau pihak lain atas persetujuan subjek penelitian atau untuk

kepentingan hukum.

3.9 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir.

Perincian waktu kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Perincian Waktu Kegiatan Penelitian

Kegiatan November2015

Desember 2015

Penulisan Pengambilan DataPengolahan DataPelaporan Hasil

3.10 Alur penelitian

Alur jalannya penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini

Mengidentifikasi variabel

Menetapkan sampel penelitian

Pengambilan data sekunder penelitian di bagian KIA Puskesmas Siantan Hilir

Pengambilan data primer penelitian oleh peneliti

Analisis hasil dan pengolahan data

Kesimpulan penelitian

Page 27: SKRIPSI DIARE

27

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 28: SKRIPSI DIARE

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik,

pengetahuan, dan sikap ibu terhadap diare pada balita. Data penelitian diperoleh

dengan menggunakan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan tentang

pengetahuan ibu mengenai diare pada balita dan 12 pertanyaan tentang sikap ibu

mengenai diare pada balita.

Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner ke setiap ibu yang

memiliki balita dengan riwayat diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Siantan

Hilir Kecamatan Pontianak Utara, kemudian dilakukan pengisian kuesioner

dengan wawancara. Sampel yang didapat dalam proses pengumpulan data

sebanyak 40 responden dengan kuesioner yang terisi lengkap dan memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

4.1.1 Hasil Analisis Variabel Univariat

4.1.1.1 Distribusi Responden

Usia responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu

kelompok usia 12-25 tahun, kelompok usia 26-35 tahun, dan kelompok usia 36

tahun ke atas26 dengan tingkat pendidikan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu tidak

pernah bersekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA/SMK, dan

perguruan tinggi. Pekerjaan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi ibu rumah

tangga, buruh, guru, dan wiraswasta. Sementara Jumlah anak ibu pada penelitian

ini dibagi berdasarkan program keluarga berencana (KB) yaitu sedikit bila ibu

mempunyai 1 orang anak, sedang bila ibu mempunyai 2 orang anak dan banyak

bila ibu mempunyai >2 orang anak.27 Pengetahuan dan sikap dibagi menjadi dua

kategori, yaitu baik dan buruk. Distribusi responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.

28

Page 29: SKRIPSI DIARE

29

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah

Anak, Pengetahuan, dan Sikap.

Karakterisik

RespondenJumlah responden Persentase

Usia

12-25 13 orang 32,5%

26-35 21 orang 52,5%

≥36 6 orang 15%

Pendidikan

Tidak pernah sekolah 0 orang 0%

Tidak tamat SD 4 orang 10%

Tamat SD 7 orang 17,5%

Tamat SMP 16 orang 40%

Tamat SMA/SMK 12 orang 30%

Perguruan Tinggi 1 orang 2,5%

Pekerjaan

Ibu rumah tangga 36 orang 90%

Buruh 1 orang 2,5%

Guru 1 orang 2,5%

Wiraswasta 2 orang 5%

Jumlah anak

Sedikit 18 orang 45%

Sedang 10 orang 25%

Banyak 12 orang 30%

Pengetahuan

Baik 7 orang 17,5%

Buruk 33 orang 82,5%

Sikap

Baik 4 orang 10%

Buruk 36 orang 90%

Sumber: Data Primer 2015

Page 30: SKRIPSI DIARE

30

Pada penelitian ini, responden yang diteliti berada pada rentang usia 21-47

tahun dan dari hasil analisis responden berdasarkan usia didapatkan responden

terbanyak berada pada kelompok usia 26-35 tahun sebanyak 21 responden

(52,5%), sedangkan kelompok usia yang paling sedikit terdapat pada kelompok

usia 36 tahun keatas sebanyak 6 responden (15%). Dalam kategori pendidikan

yang terbanyak adalah tingkat pendidikan tamat SMP sebanyak 16 orang (40%).

Sementara dalam kategori pekerjaan, sebanyak 36 responden (90%) sebagai ibu

rumah tangga. Sebagian besar responden memiliki anak 1 orang (45%). Dilihat

dari tingkat pengetahuan, 33 responden (82,5%) memiliki pengetahuan buruk dan

sebanyak 36 responden (90%) memiliki sikap kategori buruk.

4.1.1.2 Pengetahuan Diare pada Balita Responden

Setelah dilakukan pengolahan data kuesioner pengetahuan ibu terhadap

diare pada balita yang diperoleh dari 40 responden, maka didapatkan hasil

sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu terhadap Diare pada Balita di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Siantan Hilir Periode Januari-Juni 2015

Karakterisik

RespondenPengetahuan

Baik Buruk

n % n %Usia

12-25 2 5 11 27,5

26-35 3 7,5 18 45

≥36 2 5 4 10

Pendidikan

Tidak pernah sekolah 0 0 0 0

Tidak tamat SD 0 0 4 10

Tamat SD 1 2,5 6 15

Tamat SMP 3 7,5 13 32,5

Page 31: SKRIPSI DIARE

31

Tamat SMA/SMK 2 5 10 25

Perguruan Tinggi 1 2,5 0 0

Tabel 4.2 Lanjutan

Karakterisik

RespondenPengetahuan

Baik Buruk

n % n %

Pekerjaan

Ibu rumah tangga 3 15 2 3,92

Buruh 0 0 0 0

Guru 1 2,5 0 0

Wiraswasta 0 0 1 1,96

Jumlah anak diasuh

Sedikit 3 7,5 15 37,5

Sedang 2 5 8 20

Banyak 2 5 10 25

Sumber: Data Primer 2015

Dari hasil tabel diatas, responden yang memiliki pengetahuan buruk

terbanyak terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun sebanyak 18 responden

(45%), berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak 13 responden (32,5%)

berpengetahuan buruk berada di tingkat pendidikan tamat SMP. Dilihat dari

pekerjaan, ibu rumah tangga memiliki pengetahuan buruk terbanyak dengan 30

responden (75%) dan sebanyak 15 responden (37,5%) yang memiliki anak 1

orang dikategorikan memiliki pengetahuan buruk.

4.1.1.3 Sikap terhadap Diare pada Balita Responden

Setelah dilakukan pengolahan data kuesioner pengetahuan ibu terhadap

diare pada balita yang diperoleh dari 40 responden, maka didapatkan hasil

sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.3 di bawah ini.

Page 32: SKRIPSI DIARE

32

Tabel 4.3 Distribusi Sikap Ibu terhadap Diare pada Balita di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Siantan Hilir Periode Januari-Juni 2015

Karakterisik

RespondenSikap

Baik Buruk

n % n %

Usia

12-25 1 2,5 12 30

26-35 1 2,5 20 50

≥36 2 5 4 10

Pendidikan

Tidak pernah sekolah 0 0 0 0

Tidak tamat SD 0 0 4 10

Tamat SD 0 0 7 17,5

Tamat SMP 2 5 14 35

Tamat SMA/SMK 1 2,5 11 27,5

Perguruan Tinggi 1 2,5 0 0

Pekerjaan

Ibu rumah tangga 3 7,5 33 82,5

Buruh 0 0 1 2,5

Guru 1 2,5 0 0

Wiraswasta 0 0 2 5

Jumlah anak diasuh

Sedikit 1 2,5 17 42,5

Sedang 1 2,5 9 22,5

Banyak 2 5 10 25

Sumber: Data Primer 2015

Page 33: SKRIPSI DIARE

33

Dari hasil tabel diatas, responden yang memiliki sikap buruk terbanyak

terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun sebanyak 20 responden (50%),

berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak 14 responden (35%) yang memiliiki

sikap buruk berada di tingkat pendidikan tamat SMP. Dilihat dari pekerjaan, ibu

rumah tangga memiliki sikap buruk terbanyak dengan 33 responden (82,5%) dan

sebanyak 17 responden (42,5%) yang memiliki anak 1 orang dikategorikan

pmemiliki sikap buruk.

4.2. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan distribusi terbesar usia ibu yang

masuk dalam kriteria inklusi penelitian merupakan kelompok usia 26-35 tahun,

sebanyak 21 responden (52.5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati

tahun 2013 yang menyatakan bahwa responden terbanyak berada pada kelompok

usia 20-35 tahun, dimana kelompok usia ini merupakan kelompok usia dewasa

muda produktif yang tentunya merupakan kelompok yang memiliki balita dengan

jumlah paling banyak.28

Ditinjau dari segi pendidikan pada penelitian ini, responden dengan

pendidikan terakhir tamat SMP merupakan subjek terbanyak, dengan jumlah 16

orang (40%). Distribusi status pendidikan dapat menggambarkan secara kasar

tingkat pengetahuan seseorang pada sebagian besar penelitian deskriptif. Secara

umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan

memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita

dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah.9,10

Pada sebaran pekerjaan ibu, didapatkan responden terbanyak bekerja sebagai

ibu rumah tangga (90%). Hal ini sejalan dengan penelitian Hardi tahun yang

memaparkan distribusi pekerjaan ibu yang memiliki balita dan bersedia menjadi

responden merupakan mayoritas ibu rumah tangga (95%), karena aktivitasnya

yang lebih banyak berada di rumah dan lingkungan sekitarnya.29

Page 34: SKRIPSI DIARE

34

Ditinjau dari jumlah anak yang dimiliki, mayoritas pada penelitian ini

merupakan ibu dengan jumlah anak yang sedikit yaitu sebanyak 18 responden

(45%). Sebagian besar responden merupakan dewasa muda produktif yang berada

pada tahap awal pengasuhan balita, dan dapat dikatakan memiliki pengalaman

yang minimal dalam mengasuh anak, sehingga masih memiliki keinginan keras

untuk berpartisipasi dan menggali informasi untuk kesehatan balitanya dengan

partisipasi mereka dalam pengisian kuesioner.28 Jumlah anak merupakan salah

satu bentuk karakteristik yang dapat mewakili faktor pengalaman sebagai faktor

yang mempengaruhi baik pengetahuan maupun sikap ibu terhadap balita yang

terkena diare. Pengalaman memang tidak hanya dari diri sendiri melainkan juga

dapat diperoleh dari orang lain, dan dapat memperluas pengetahuan seseorang.

Secara umum jika pengalaman ibu yang sebelumnya pernah menangani balita

yang diare, misal dalam kasus sebelumnya sudah pernah memiliki atau mengasuh

balita, maka ia dapat memperluas pengetahuannya serta memberikan tatalaksana

diare yang tepat pada anak. Pengalaman merupakan salah satu dasar dalam

pembentukan sikap seseorang.9,10

Berdasarkan dari data primer didapatkan sebagian besar ibu menggunakan air

hujan sebagai air minum (82,5%) serta air parit untuk keperluan mandi dan

mencuci (97,5%). Kurangnya sarana air bersih merupakan salah satu faktor risiko

yang menyebabkan terjadinya diare. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas

air minum, air mandi, dan air cuci yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per

1000 penduduk.7

Distribusi sebaran ibu dengan pengetahuan kategori baik pada penelitian ini

hanya mencapai 17.5% dari keseluruhan jika dibandingkan dengan pengetahuan

ibu dengan kategori buruk (82.5%). Persentase jawaban salah terbanyak mengenai

pengetahuan ibu terhadap diare pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah

ini.

Tabel 4.4 Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Ibu terhadap Diare pada Balita

dengan Frekuensi Salah Terbanyak

No Soal

Pertanyaan n %

6 Bagaimana cara memberikan makanan yang paling baik saat 23 57,5

Page 35: SKRIPSI DIARE

35

anak diare?

9Perlukah diberikan obat penghenti diare pada anak seperti enterostop, diapet, dll?

24 60

Sumber: Data Primer 2015

Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti

pengalaman, usia, tingkat pendidikan, sumber informasi, penghasilan, dan faktor

sosial budaya. Faktor seperti pengalaman dapat dilihat dari jumlah anak yang

dimiliki ibu, dimana menggambarkan secara garis besar bahwa ibu telah memiliki

pengetahuan dan sikap saat pertama kali mengasuh balita diare dan akan lebih

paham jika pada anaknya yang lain menderita keluhan yang sama.9,10 Selain itu,

semakin rendah status pendidikan maka memiliki hubungan bermakna terhadap

tingkat pengetahuannya juga. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati, yang

menyatakan hal serupa bahwa 70% ibu dengan status pendidikan rendah

cenderung memiliki pengetahuan yang lebih buruk.28

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga bahwa sikap ibu termasuk pada

kategori buruk, yaitu sebanyak 36 responden (90%). Sejalan dengan penelitian

Wawan tahun 2010 dimana didapatkan 70% ibu dengan pengetahuan yang buruk

mengenai balitanya yang terkena diare, serta serupa dengan penelitian Malikhah,

dimana 70.45% ibu dengan balita masih termasuk dalam kategori sifat yang buruk

terutama terhadap penanggulangan awal diare pada balita.30 Persentase jawaban

salah terbanyak mengenai sikap ibu terhadap diare pada balita dapat dilihat pada

Tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Pertanyaan Sikap Ibu terhadap Diare pada Balita dengan

Frekuensi Salah Terbanyak

No Soal

Pertanyaan n %

4 Pengobatan diare memerlukan biaya yang besar 24 60

9Ibu akan segera memberikan larutan oralit saat anak balitanya buang air besar terus menerus yang disertai mual dan muntah

26 65

Sumber: Data Primer 2015

Sikap ibu dapat dipengaruhi hal-hal seperti pengalaman pribadinya, orang

lain, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor

Page 36: SKRIPSI DIARE

36

emosional. Poin pengalaman juga ditinjau dari jumlah anak yang dimiliki pada

penelitian ini, serupa dengan gambaran yang dapat diberikan pada hasil

pengetahuan ibu, jumlah anak yang sedikit dapat mempengaruhi sikap seorang ibu

dalam menangani diare balitanya.9,10

Pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian ibu yang kurang baik

pengetahuan dan sikapnya dalam penatalaksanaan diare tidak mendukung perilaku

ibu dalam penatalaksanaan diare yang tepat.31,32 Maka dari itu pengetahuan dan

sikap ibu yang baik akan mendukung terhadap kesembuhan anak yang menderita

diare.32

Secara keseluruhan, distribusi responden yang memiliki pengetahuan dan

sikap masih dalam kategori buruk. Sulit untuk menilai perbandingan dari beragam

faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut, dikarenakan perbedaan antara

kategori baik dan buruk responden cukup berbeda jauh. Hal ini tersebut akan

terjadi persentase pengetahuan dan sikap yang buruk akan didominasi pada

kelompok usia, status pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anak dengan persentase

tertinggi pada penelitian ini.

Page 37: SKRIPSI DIARE

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan responden mengenai diare pada balita dengan kategori buruk

sebesar 82,5%.

2. Sikap responden mengenai diare pada balita dengan kategori buruk sebesar

90%.

5.2 Saran

1. Perlu diadakan penyuluhan kepada para ibu mengenai diare mulai dari

gejala sampai kepada tatalaksana pada balita dan bagaimana

pencegahannya.

2. Peningkatan kinerja program kesehatan lingkungan sebagai upaya

pencegahan terhadap diare.

3. Perlu dilakukan pengawasan dari pihak kesehatan lingkungan di

Puskesmas Siantan Hilir terhadap kegiatan higiene dan sanitasi lingkungan

setempat.

4. Perlunya fasilitas penyediaan sumber air bersih dan sehat ke rumah-rumah

warga.

Page 38: SKRIPSI DIARE

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Liu L, Johnson HL, Cousens S, Perin J, Scott S, Lawn JE, Rudan I, Campbell

H, Cibulskis R, Li M, Mathers C, Black RE; Child Health Epidemiology

Reference Group of WHO and UNICEF. Global, regional, and national

causes of child mortality: an updated systematic analysis for 2010 with time

trends since 2000. Lancet. 2012; 379(9832): 2151-61

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Riset

Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. 2014.

3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2014. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.

4. Dinas Kesehatan Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Kalimantan Barat

Tahun 2013. Pontianak: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2014.

5. Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Profil Kesehatan Kota Pontianak tahun

2014. Pontianak: Kota Pontianak. 2015.

6. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara. Profil Kesehatan Puskesmas

Kecamatan Pontianak Utara. Pontianak: UPTD Puskesmas Kecamatan

Pontianak Utara. 2015.

7. Adisasmito, W. Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita Di Indonesia.

Jakarta: Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. FKM UI. 2007.

8. Mubarak, W., Chayatin, N. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Salemba Medika. 2009.

9. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

2003. h. 114-135.

Page 39: SKRIPSI DIARE

39

10. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. h.

118-145.

11. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga. 2008.

12. Suraatmaja, S. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

2007.

13. Depkes RI. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes

RI. 2005.

14. Widjaja, M. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan

Pustaka. 2002.

15. Amiruddin, R. Current Issue Kematian Anak karena Penyakit Diare (Skripsi).

Universitas Hasanuddin Makasar. 2007. Diakses: 12 November 2015.

16. Timmreck CT. Epidemiologi suatu Pengantar. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC. 2004.

17. Zubir, Juffrie M, Wibowo T. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut pada

Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains Kesehatan.

2006;19(3). 1411-6197

18. Slamet, J. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press. 2002.

19. Wibowo, T., Soenarto, S., Pramono, D. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare

Berdarah pada Balitadi Kabupaten Sleman. Berita Kedokteran Masyarakat.

2004;20(1): 41-48.

20. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:

PT Rineka Cipta. 2003.

21. Rahadi, E. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Diare di Desa

Peganjaran Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Tahun 2005. (KTI) UMS.

2005. Diakses: 12 November 2015. http://etd.library.ums.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jtptumsgdl-sl-2007-ekobagusra-9071.

22. Noor, J. Metodologi Penelitian.: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.

Ed. 1. Jakarta: Kencana. 2011. h. 138.

Page 40: SKRIPSI DIARE

40

23. Hasan, I. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Ed. 1. Jakarta: Bumi

Aksara. 2006. h. 24.

24. Budiarto, E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Ed.

1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. h. 29-30.

25. Dahlan, S. Statistika Untuk Anak Kedokteran dan Kesehatan: Uji Hipotesis.

Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika.2004

26. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. 2009.

Diakses 10 November 2015. http://www.depkes.go.id.

27. Rahajeng U. Analisis Faktor–faktor yang Mempengaruhi Perbedaan

Kesejahteraan Keluarga di Desa Banaran dan Desa Krikilan Kecamatan

Kalijambe Kabupaten Sragen. 2006. Diakses 10 November Februari 2015.

http://etd.eprints.ums.ac.id.

28. Rahmawati, Nur Afita, and Istichomah Novi Anding Suciati. Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang Pada Balita Terhadap

Kejadian Gizi Kurang Di Desa Penusupan Tahun 2013. 2015.

29. Hardi, Amin Rahman. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare

pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung

Tanah Tahun 2012. 2013.

30. Malikhah, Lina. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan

Dan Penanggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita Di Desa

Hegarmanah Jatinangor. Students e-Journal. 2012;1(1): 33.

31. Badowski, N., Castro, C.M., Montgomery, M., Pickering, A.J., Mamuyaa, S.,

& Davis, J. (2011). Understanding Houshold Behaviour Risk Faktor for

Diarrheal Dissease in Dar Es Salam: A photovoice Community

Assessment. Hindiawi Publishing Corporation. Journal Environ Public

Health.;2011:130467.

32. Caruso, B., Stephenson, R., & Leon, J.S. (2010). Maternal Behavior

and Experience, Care Access, and Agency as Determinantsof Child Diarrhea

in Bolivia. Rev Panam Salud Publica 28 (6).

Page 41: SKRIPSI DIARE

41