Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh...

118
PENGARUH KONFORMITAS, SELF CONTROL DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP AGRESIVITAS PADA PENGGEMAR MUSIK KPOP / KPOPERS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : Rahma Lyanti 1113070000059 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh...

  • PENGARUH KONFORMITAS, SELF CONTROL DAN

    KECERDASAN EMOSI TERHADAP AGRESIVITAS

    PADA PENGGEMAR MUSIK KPOP / KPOPERS

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

    Oleh :

    Rahma Lyanti

    1113070000059

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1440 H / 2019 M

  • v

    MOTTO

    “Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.” – QS. Al – Insyirah : 5

    “There are times when you might feel aimless and can’t see the places where you

    belong. But you will find that there is a purpose. It’s been there within you all

    along.” – Stephanie Mabey

    “Working hard becomes a habit, a serious kind of fun. You get self – satisfaction

    from pushing yourself to the limit, knowing that all the effort is going to pay off.” –

    Choi Si Won

    “If you lose some you will also gain some.” - Doh Kyung Soo

    Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, adik, sahabat dan teman -

    teman yang selalu mendukung dan selalu menjadi motivasi agar saya dapat menjadi

    seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.

  • vi

    ABSTRAK

    A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta B) Januari 2019 C) Rahma Lyanti D) Pengaruh Konformitas, Self control dan Kecerdasan Emosi terhadap Agresivitas

    pada Penggemar Grup Musik Kpop / Kpopers E) XIV + 86 halaman + lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh konformitas, self control dan

    kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik kpop / kpopers. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel penggemar grup musik kpop / kpopers yang berdomisili di Jakarta dan berjumlah 156 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu non probability sampling. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan CFA (confirmatory factor analysis) dan selanjutnya Multiple Regression Analysis dengan SPSS untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konformitas (kekompakkan, kesepakatan dan ketaatan), self control (behavioral control, cognitive control dan decisional control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap agresivitas sebesar 61.2% sedangkan 38.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian. Jadi, hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh dari sebelas independen variabel, hanya ada tiga dimensi yang signifikan, yaitu decisional control, mengelola emosi diri dan mengenali emosi orang lain memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas. Sedangkan kekompakkan, kesepakatan, ketaatan, behavioral control, cognitive control, mengenali emosi diri, memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.

    G) Bahan bacaan: 37; buku: 13 + jurnal: 18 + artikel: 6

  • vii

    ABSTRACT

    A) Faculty of Psychology State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta B) January 2019 C) Rahma Lyanti D) Conformity, Self Control and Emotional Intelligence as Predictors of Aggression E) XIV + 86 pages + appendix F) This study aims to determine the effect of conformity, self control and emotional

    intelligence on aggression of a fans of Korean music group / Kpopers. This study used quantitative approach with fans of Korean music group / Kpopers who are currently living in Jakarta as samples with total 156 samples. Sample technique used for this research is non – probability sampling technique. Used CFA (confirmatory factor analysis) as validity test for measured intruments then using Multiple Regression Analysis with SPSS to test the research hypotheses. The analysis data results showed that conformity (cohesiveness, deal and obedience), self control (behavioral control, cognitive control and decisional control) and emotional intelligence (knowing self emotion, managing self emotion, self motivation, knowing other’s emotion and building relationship with others) have significant effects on aggression with amount of 61.2% while the remaining 38.8% are influenced by other variables outside the study. Thus, the major hypothesis in this study is accepted. The results of minor hypothesis test that examines the effect of eleven independent variables, there are only three have significant effect on aggression, there are decisional control, managing self emotion and knowing other’s emotion. While cohesiveness, deal, obedience, behavioral control, cognitive control, knowing self emotion, self motivation and building relationship with others doesn’t have affect on aggression.

    G) References: 37; books: 13 + journals: 18 + articles: 6

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam keadaan

    mencintai agama-Nya dan berpegang pada syariat-Nya. Shalawat dan salam semoga

    tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang telah berjihad untuk

    menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan

    semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga tercurah untuk keluarganya dan

    para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka

    beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah.

    Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

    karenanya dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta saat ini.

    2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr. Abdul

    Rahman Shaleh, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya (periode

    sebelumnya) yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan

    lulusan yang berkualitas.

    3. Bapak Dr. Achmad Syahid, MA, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas

    segala bimbingan, kritik, saran, waktu, tenaga, serta motivasi yang telah diberikan

    kepada peneliti.

    4. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si, Psi, selaku dosen pembimbing akademik

    yang telah membimbing, memberikan motivasi dan memberikan banyak

    masukkan selama masa pekuliahan.

    5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu yang

    berharga kepada peneliti. Dan untuk seluruh staf Fakultas Psikologi UIN Jakarta

    yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.

  • ix

    6. Kepada keluargaku yang selalu mendukung dan memotivasi, sumber semangatku

    terutama Ayah dan Ibu. Semoga keridhoan dan doa keduanya selalu bersama

    penulis. Tidak lupa peneliti berterima kasih kepada adik tercinta, Dwi.

    7. My dearest enemy, Firli Sucia Sari, terima kasih sudah bersedia direpotkan oleh

    penulis selama mengerjakkan skripsi ini. Terima kasih atas saran, kritik, bantuan

    dan semuanya. Saranghae!

    8. EXO Oppa, Kyungsoo, Xiumin, Lay, Chanyeol, Baekhyun, Suho, Chen, Sehun

    dan Kai yang secara tidak langsung memberikan semangat kepada penulis melalui

    lagu, konser, instagram live dan sebagainya. You all may never know this but

    thank you so much! Tidak lupa kepada EXO-L dan fandom lain yang turut

    membantu peneliti mengisi kuesioner, juga semangat dan doa yang diberikan

    kepada penulis.

    9. Last but not least, to my fellow, Wahyu M.F. yang sudah menjadi pembimbing

    jika penulis memiliki pertanyaan tentang statistika selama pengerjaan skripsi.

    Tidak lupa mahasiswa/i Fakultas Psikologi angkatan 2013, terutama Psikologi B

    yang selama ini telah berbagi cerita, kebersamaan, dan saling memotivasi. Terima

    kasih atas segala semangat juga dukungan yang diberikan kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,

    kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang

    akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

    Jakarta, 25 Januari 2019

    Rahma Lyanti

  • x

    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................... vi ABSTRACT ............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan perumusan masalah .................................................... 8

    1.2.1 Pembatasan masalah penelitian .................................................. 8 1.2.2 Perumusan masalah penelitian .................................................... 9

    1.3 Tujuan dan manfaat penelitian .............................................................. 10 1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................................ 10 1.3.2 Manfaat penelitian ...................................................................... 11

    BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 12

    2.1 Agresivitas ............................................................................................. 12 2.1.1 Pengertian agresivitas ................................................................. 12 2.1.2 Dimensi agresivitas ..................................................................... 14 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas ........................... 16 2.1.4 Pengukuran agresivitas ............................................................... 18

    2.2 Konformitas ........................................................................................... 20 2.2.1 Pengertian konformitas ............................................................... 20 2.2.2 Dimensi konformitas ................................................................... 21 2.2.3 Pengukuran konformitas ............................................................. 21

    2.3 Self Control ............................................................................................ 22 2.3.1 Pengertian self control ................................................................ 22 2.3.2 Dimensi self control .................................................................... 23 2.3.3 Pengukuran self control .............................................................. 24

    2.4 Kecerdasan Emosi .................................................................................. 25 2.4.1 Pengertian kecerdasan emosi ...................................................... 25 2.4.2 Dimensi kecerdasan emosi .......................................................... 26 2.4.3 Pengukuran kecerdasan emosi .................................................... 29

    2.5 Kerangka berpikir ................................................................................... 29 2.6 Hipotesis penelitian ................................................................................ 33

  • xi

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 36 3.1 Populasi, sampel dan teknik .................................................................. 36 3.2 Variabel penelitian dan definisi operasional variabel ........................... 36 3.3 Instrumen pengumpulan data ................................................................ 39

    3.3.1 Blue print skala agresivitas ......................................................... 40 3.3.2 Blue print skala konformitas ....................................................... 41 3.3.3 Blue print skala self control ........................................................ 41 3.3.4 Blue print skala kecerdasan emosi .............................................. 42

    3.4 Uji validitas konstruk ............................................................................ 43 3.4.1 Hasil uji validitas akala agresivitas ............................................. 45 3.4.2 Hasil uji validitas skala konformitas ........................................... 47 3.4.2.1 Hasil uji validitas konstruk dimensi kekompakkan .................. 47 3.4.2.2 Hasil uji validitas konstruk dimensi kesepakatan ..................... 48 3.4.2.3 Hasil uji validitas konstruk dimensi ketaatan ........................... 49 3.4.3 Hasil uji validitas skala self control ............................................ 50 3.4.3.1 Hasil uji validitas konstruk dimensi behavioral control ........... 50 3.4.3.2 Hasil uji validitas konstruk dimensi cognitive control… ........ 51 3.4.3.3 Hasil uji validitas konstruk dimensi decisional control............ 52 3.4.4 Hasil uji validitas skala kecerdasan emosi ................................... 53 3.4.4.1 Hasil uji validitas konstruk dimensi mengenali emosi diri ....... 53 3.4.4.2 Hasil uji validitas konstruk dimensi mengelola emosi diri ....... 54 3.4.4.3 Hasil uji validitas konstruk dimensi memotivasi diri ............... 55 3.4.4.4 Hasil uji validitas konstruk dimensi mengenali emosi orang

    lain ........................................................................................... 56 3.4.4.5 Hasil uji validitas konstruk dimensi membina hubungan

    dengan orang lain ..................................................................... 57 3.5 Teknik analisis data............................................................................... 58

    BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ................................................... 64 4.1 Gambaran subjek penelitian .................................................................. 64 4.2 Analisis deskriptif ................................................................................. 65 4.3 Hasil uji hipotesis penelitian ................................................................. 66 4.4 Pengujian proporsi varian setiap independent variable ....................... 73

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................................ 76

    5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 76 5.2 Diskusi .................................................................................................. 77 5.3 Saran .................................................................................................... 82

    5.3.1 Saran teoritis ............................................................................... 82 5.3.2 Saran praktis ............................................................................... 83

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 84 LAMPIRAN .............................................................................................................. 87

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Skor nilai skala likert ................................................................................ 40 Tabel 3.2 Blue print skala agresivitas ....................................................................... 41 Tabel 3.3 Blue print skala konformitas ..................................................................... 41 Tabel 3.4 Blue print skala self control ....................................................................... 42 Tabel 3.5 Blue print skala kecerdasan emosi ............................................................. 42 Tabel 3.6 Muatan faktor item agresivitas ................................................................... 46 Tabel 3.7 Muatan faktor item kekompakkan ............................................................. 47 Tabel 3.8 Muatan faktor item kesepakatan ................................................................ 49 Tabel 3.9 Muatan faktor item ketaatan ...................................................................... 49 Tabel 3.10 Muatan faktor item behavioral control .................................................... 50 Tabel 3.11 Muatan faktor item cognitive control....................................................... 51 Tabel 3.12 Muatan faktor item decisional control ..................................................... 52 Tabel 3.13 Muatan faktor item mengenali emosi diri ................................................ 54 Tabel 3.14 Muatan faktor item mengelola emosi diri ................................................ 55 Tabel 3.15 Muatan faktor item memotivasi diri......................................................... 56 Tabel 3.16 Muatan faktor item mengenali emosi orang lain ..................................... 57 Tabel 3.17 Muatan faktor item membina hubungan dengan orang lain .................... 58 Tabel 4.1 Karakteristik sampel .................................................................................. 64 Tabel 4.2 Rumus kategorisasi skor ............................................................................ 65 Tabel 4.3 Deskriptif statistik variabel penelitian ....................................................... 66 Tabel 4.4 Analisis regresi ........................................................................................... 66 Tabel 4.5 Tabel anova ................................................................................................ 67 Tabel 4.6 Tabel koefisien regresi ............................................................................... 68 Tabel 4.7 Proporsi varians.......................................................................................... 73

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir………………………………………...33

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian……………………………………….......87

    LAMPIRAN 2 Output statistik…………………………………………………94

    LAMPIRAN 3 Path diagram….……………………………………….….........99

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Agresivitas bukan merupakan suatu hal baru dalam masyarakat. Banyaknya media

    informasi yang memberitakan tentang perundungan, penyerangan, kekerasan baik

    fisik maupun verbal yang sering kali dijumpai setiap harinya. Agresivitas

    ditemukan juga dalam kalangan penggemar musik Korea (Kpopers) karena

    menyebarnya fenomena hallyu (gelombang Korea) ke Indonesia. Banyak bentuk

    agresivitas yang muncul menjadi fenomena yang menarik untuk dibahas.

    Meidita (2013) menemukan bahwa hallyu di Indonesia memunculkan

    dampak negatif salah satunya adalah rasa cinta berlebihan yang tidak jarang

    memicu fanwar yang membuat mereka perang mulut karena perbedaan selera

    musik, kegemaran, dan lainnya yang banyak terjadi di dunia maya. Penelitian lain

    yang dilakukan Pertiwi (2013) menunjukkan rasa cinta terhadap idola membuat

    penggemar yang begitu mencintai mereka secara tidak sadar berperilaku

    berlebihan cenderung agresif menyebabkan idola mereka tanpa sengaja terluka

    atau cedera ringan.

    Terdapat banyak contoh tindakan agresif yang dilakukan Kpopers. Pada

    bulan Januari tahun 2017, pasangan suami istri Kim Tae Hee dan Rain diganggu

    penggemar dengan meremas kasar wajah mereka saat keluar dari bandara Sultan

    Kaharudin Sumbawa Besar. Tiga hari kemudian, saat Sungjae dan Peniel dari

    BTOB tiba di Padang, wajah Sungjae diremas berkali-kali oleh fans berbeda.

    Bahkan pada beberapa video menunjukkan ada segelintir penggemar Kpop

  • 2

    menyentuh, meremas, dan meraba idola mereka. Kemudian pada bulan Februari

    tahun 2017 saat personil GOT7 tiba Bandara Soekarno Hatta, fans menyambut

    dan langsung berusaha menyentuh, meremas, mencubit dan tampak jelas

    mengganggu idola mereka. Terakhir, pada bulan April tahun 2017 saat personil

    iKon tiba di Bali, suasana menjadi rusuh karena mereka dikerubungi

    penggemarnya (Dhani, Tirto.id, 2017). Kemudian pada bulan Agustus 2017

    kejadian yang sama terulang kembali, kali ini menimpa Taeyeon SNSD. Begitu

    keluar dari ruang kedatangan, Taeyeon langsung diserbu segerombolan fans yang

    tidak bisa menahan diri. Taeyeon bahkan sampai terjatuh dan sempat terbentur

    kamera salah satu fans yang terlalu agresif. Bahkan, karena hal tersebut Taeyeon

    sampai menuliskan kekecewaannya di akun Instagram-nya, yang langsung

    direspon ribuan penggemarnya di seluruh dunia (Inarah, Zetizen, 2017).

    Di bulan yang sama, satu tahun kemudian, kejadian yang sama terjadi

    dibandara Icheon, Korea Selatan, kali ini menimpa personil EXO, Chanyeol, salah

    satu penggemar berlari ke arah Chanyeol yang dijaga ketat karena terlalu

    bersemangat ingin melihat lebih dekat wajah idolanya. Sayangnya langkahnya

    terlalu terburu-buru hingga tidak sengaja menyenggol Chanyeol hingga ia

    terdorong ke depan dan hampir tersungkur. Karenanya, Chanyeol menoleh kearah

    gerombolan fans dengan memasang muka masam (Timwowkeren, 2018). Contoh

    kasus serupa menimpa Jonghyun SHINee, usai tampil dalam acara dan hendak

    meninggalkan venue, penggemar berebut mendekat dan saling dorong yang

    membuat Jonghyun ikut terbawa arus, saat tiba di Bandara Soetta untuk pulang ke

    Korea, Jonghyun terlihat digendong oleh sang manajer karena terjatuh akibat aksi

  • 3

    dorong-dorongan penggemar dan mencederai kakinya (Nurani & Rafiq,

    Kumparan, 2017). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Baron dan Richardson

    (dalam Krahe, 2001) yang mengusulkan penggunaan kata agresi untuk

    menggambarkan segala bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk

    melukai orang atau makhluk hidup lain yang berusaha menghindari perlakuan

    tersebut. Dari beberapa contoh kasus yang disebutkan, terlihat bahwa sebenarnya

    artis-artis tersebut tidak menginginkan perbuatan yang dilakukan oleh

    penggemarnya dan menghindari perlakuan tersebut. Walaupun tidak bertujuan

    untuk melukai artisnya, namun perilaku agresif penggemar jelas mengganggu

    privasi artis – artis tersebut.

    Berkowitz (dalam Krahe, 2001) mendefinisikan bahwa agresi dalam hal

    perilaku yang melanggar norma atau yang secara sosial tidak disetujui

    mengabaikan masalah bahwa evaluasi normatif dari suatu perilaku sering kali

    berbeda tergantung dari perspektif pihak yang terlibat. Contoh kasusnya yaitu

    menulis sepucuk surat cinta yang di unggah ke media sosial yang ditulis

    menggunakan tetesan darah yang berasal dari sayatan lengan dan lehernya.

    Tindakannya tersebut ia anggap sebagai bukti cinta mati terhadap idolanya, G-

    Dragon BigBang. Kemudian sejumlah fans Jungkook BTS yang kesal karena

    mendengar gosip idola mereka berpacaran melakukan aksi ekstrem “mengukir”

    lengan mereka dengan silet untuk menunjukkan rasa tak senang mereka jika sang

    idola direbut perempuan lain. Salah satu penggemar bahkan menampar wajah

    salah satu idola Kpop, Yoochun JYJ saat ia hendak keluar dari salon pada tahun

    2015. Tidak hanya serangan fisik, namun penggemar bisa saja meneror wilayah

  • 4

    pribadi seperti rumah orang tua dan apartemen. Mereka rela menunggu berjam –

    jam demi bertemu pujaan hati mereka, walau hanya sepintas. Selain berani mati

    dan berani repot mereka juga memiliki kemampuan lihai dan trik licin untuk

    mendapatkan foto atau video eksklusif dari sang idola. Contohnya menaruh

    CCTV di parkiran apartemen demi mematai-matai sang idola. Penggemar yang

    memiliki banyak uang bahkan bisa duduk di kursi penerbangan bersama para

    idola kemudian diam-diam mengambil foto sang idola dan mengunggahnya ke

    sosial media. Kadang penggemar tak hanya menyakiti diri sendiri, tapi juga

    melukai idola mereka. Tujuannya agar sang idola mengingat wajah mereka, meski

    dengan cara buruk (Nuraini & Kusumadewi, Kumparan, 2017).

    Tindakan yang dilakukan penggemar Kpop diatas termasuk dalam

    agresivitas. Para psikolog mengartikan agresi (aggression) sebagai perilaku yang

    bermaksud untuk menyakiti. Lebih jauh Myers menyebutkan agresi adalah

    perilaku fisik atau verbal yang bermaksud untuk menyakiti seseorang (Myers,

    2012). Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa agresi merupakan tingkah

    laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang

    menghindari perlakuan semacam itu. Menurut Edmunds dan Kendrik (dalam

    Luthfi et al., 2009) agresivitas merupakan suatu disposisi atau kecenderungan

    untuk melakukan agresi dan berkenaan dengan karakteristik individu. Agresivitas

    adalah keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai

    situasi yang berbeda. Salah satu pertalian pertama yang dibuat tentang agresi

    adalah maksud seseorang. Jika seseorang mencoba melukai orang lain maka kita

    akan menyebutnya agresif namun jika tidak menimbulkan bahaya maka tidak

  • 5

    dikatakan agresif (Sears et al., 1985). Tindakan yang dilakukan penggemar Kpop

    seperti mencakar, meremas wajah, mencubit mengganggu, meneror, mengganggu

    privasi, memata – matai hingga mengukir lengan merupakan tindakan agresif

    karena tindakan yang dilakukan tidak hanya menyakiti dirinya tetapi juga

    penggemar Kpop lain bahkan idolanya. Selain itu, tindakan yang dilakukan

    penggemar Kpop tersebut menimbulkan bahaya.

    Agresivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebiasaan belajar,

    kondisi internal dan eksternal, faktor penghambat dan faktor situasional. Dalam

    penelitian ini berfokus pada faktor eksternal yaitu konformitas. Konformitas

    adalah perubahan tingkah laku atau kepercayaan sebagai hasil dari tekanan

    kelompok baik yang nyata ataupun tidak (Myers, 2010). Sedangkan menurut

    Sears, et al., (1985) konformitas adalah ketika individu merubah perilaku karena

    setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan

    oleh Saputri (2015) ditemukan bahwa konformitas mempengaruhi agresivitas

    sebesar 22.9% dan memiliki arah positif. Hal tersebut sesuai dengan teori Baron

    dan Byrne (dalam Saputri, 2015) mengungkapkan bahwa salah satu aspek yang

    menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi adalah dikarenakan adanya

    daya tarik in-group yang akan mengakibatkan individu merasa memiliki

    kesamaan dengan sesama anggota kelompok (ingroup) dan cenderung melihat

    berbeda terhadap anggota kelompok lain (outgroup). Apabila dalam satu fandom

    melakukan agresivitas maka anggotanya juga akan melakukan agresivitas sebagai

    usaha menyamakan perilakunya dengan norma yang berlaku. Selain itu, dalam

    penelitian tersebut ditemukan bahwa seseorang dapat ikut terpengaruh oleh

  • 6

    kelompok dalam melakukan perilaku agresi. Adanya provokasi secara langsung

    dari pihak lain dalam kelompok merupakan pendorong perilaku agresi (Sarwono

    dalam Saputri, 2015). Namun pada penelitian yang dilakukan Utomo (2012)

    ditemukan bahwa konformitas mempengaruhi agresivitas sebesar 43,3% dan

    memberikan hubungan negatif yang berarti semakin tinggi konformitas maka akan

    semakin rendah pula perilaku agresi dan sebaliknya. Perilaku agresi bisa

    disebabkan oleh bentuk perilaku konformitas terhadap kelompoknya, namun

    manusia sebagai individu memiliki Innate (bawaan lahir), bersifat independen

    (tidak bergantung pada faktor lain). Menurut pandangan Lorenz, energi agresi

    secara konstan dihasilkan oleh proses tubuh kita (Utomo, 2012).

    Selain faktor eksternal, faktor internal juga menjadi fokus dalam penelitian

    ini, yaitu self control dan kecerdasan emosi. Self control juga mempengaruhi

    agresivitas seseorang. Menurut Averill (1973) self control merupakan kemampuan

    individu untuk memodifikasi perilaku, mengelola informasi yang tidak diinginkan

    dan memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. Goldfried dan

    Merbaum (dalam Tarigan, 2016) mendefinisikan self control sebagai suatu

    kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan perilaku

    yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Sedangkan Ghufron

    dan Risnawita (dalam Tarigan, 2016) menyatakan bahwa self control merupakan

    kemampuan untuk mengendalikan perilaku, keinginan mengubah perilaku agar

    sesuai untuk orang lain dan selalu konform dengan orang lain. Dalam penelitian

    tersebut juga ditemukan bahwa self control mempengaruhi signifikan terhadap

    kecenderungan agresivitas sebesar 95% dan memiliki arah yang negatif artinya

  • 7

    semakin tinggi self control maka semakin rendah kecenderungan agresivitas dan

    sebaliknya. agresivitas. Jadi, apabila seorang Kpopers menerima stimulus untuk

    menjadi agresif namun Ia memiliki self control yang tinggi maka Ia akan dapat

    menahan dirinya untuk tidak merespons secara agresif stimulus tersebut. Thomas

    (dalam Tarigan, 2016) menyatakan bahwa ketika dorongan untuk berbuat

    menyimpang maupun agresi sedang mencapai puncaknya, self control (kontrol

    diri) dapat membantu individu menurunkan agresi dengan mempertimbangkan

    aspek aturan dan norma sosial yang berlaku. Penelitian lain yang dilakukan oleh

    Nurfaujiyati (2010) juga ditemukan bahwa self control mempengaruhi signifikan

    terhadap agresivitas sebesar 52,9% dan juga memiliki arah yang negatif.

    Selain self control, faktor internal yang mempengaruhi agresivitas yaitu

    kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh

    individu yang meliputi pengendalian diri, semangat dan gigih, juga kemampuan

    untuk memotivasi diri sendiri serta mengelola dorongan emosi, memahami

    perasaan terpendam orang lain dan membina hubungan dengan baik, jika

    kemampuan tersebut seimbang maka akan diperoleh kesehatan dan kesejahteraan

    (Goleman, 1995). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2010)

    ditemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan emosi dan

    agresivitas sebesar 11.6% namun memiliki arah yang negatif yang berarti semakin

    tinggi tingkat kecerdasan emosi maka akan semakin rendah tingkat agresivitas dan

    sebaliknya. Kartono (dalam Luthfi, 2009) menyatakan bahwa agresi merupakan

    reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali,

    serangan, kekerasan, tingkah laku kegilaan dan sadistis lainnya. Orang yang

  • 8

    memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka ia dapat mengelola emosinya untuk

    tidak meledak, karena amarah yang berlebihan menimbulkan agresivitas.

    Penelitian lain yang dilakukan Mukarromah (2008) ditemukan bahwa terdapat

    pengaruh signifikan antara kecerdasan emosi dan agresivitas sebesar 56.9% dan

    juga memiliki arah yang negatif.

    Berdasarkan berbagai fenomena penelitian mengenai agresivitas yang telah

    dilakukan oleh para peneliti sebelumnya inilah yang membuat peneliti merasa

    terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konformitas,

    Self control dan Kecerdasan Emosi Terhadap Agresivitas pada Penggemar

    Grup Musik Kpop / Kpopers”

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1.2.1 Pembatasan Masalah

    Penelitian ini dibatasi hanya mengenai dari variabel prediktor, yaitu konformitas,

    self control dan kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar musik

    Kpop / Kpopers. Adapun definisi tentang konsep variabel yang digunakan, yaitu :

    1. Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tindakan yang

    dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu kepada orang

    lain yang merugikan, tidak menyenangkan dan bertujuan untuk menyakiti

    (Buss dan Perry, 1992).

    2. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku

    tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut (Sears et al.,

    1985).

  • 9

    3. Self-control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan individu

    untuk memodifikasi perilaku, mengelola informasi yang tidak diinginkan dan

    memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini (Averill, 1973).

    4. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

    kemampuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi pengendalian diri,

    semangat dan gigih, juga kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta

    mengelola dorongan emosi, memahami perasaan terpendam orang lain dan

    membina hubungan dengan baik, jika kemampuan tersebut seimbang maka

    akan diperoleh kesehatan dan kesejahteraan (Goleman, 1995).

    5. Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah penggemar musik

    Kpop / Kpopers yang berusia 15-21 tahun. Penelitian ini dilakukan di wilayah

    Jakarta.

    1.2.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan

    penelitian sebagai berikut:

    1. Apakah ada pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan, ketaatan), self

    control (behavioral control, cognitive control, decisional control) dan

    kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi

    diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain)

    terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers?

    2. Berapa besar pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan, ketaatan), self

    control (behavioral control, cognitive control, decisional control) dan

    kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi

  • 10

    diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain)

    terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers?

    3. Variabel manakah yang paling mempengaruhi agresivitas pada penggemar

    grup musik Kpop / Kpopers?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui adakah pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan,

    ketaatan), self control (behavioral control, cognitive control, decisional

    control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

    memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan

    orang lain) terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers.

    2. Mengetahui seberapa besar pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan,

    ketaatan), self control (behavioral control, cognitive control, decisional

    control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

    memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan

    orang lain) terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers.

    3. Mengetahui variabel mana yang paling mempengaruhi agresivitas pada

    penggemar grup musik Kpop / Kpopers.

  • 11

    1.3.2 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu :

    1. Manfaat Teoritis

    Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

    terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi psikologi,

    terutama di bidang psikologi sosial dan perkembangan khususnya kajian tentang

    agresivitas. Selain itu juga, hasil penelitian ini kedepannya dapat dijadikan

    sebagai bahan penelitian lanjutan bagi akademisi lainnya yang juga tertarik untuk

    meneliti agresivitas sebagai variabel terikat.

    2. Manfaat Praktis

    Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai

    pentingnya pengaruh konformitas, self control dan kecerdasan emosi terhadap

    agresivitas kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 12

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Agresivitas

    2.1.1 Pengertian Agresivitas

    Agresi dalam kamus psikologi diartikan sebagai satu serangan atau serbuan,

    tindakan permusuhan yang ditujukan pada seseorang atau benda, sedangkan

    agresivitas diartikan sebagai kecenderungan habitual yang dibiasakan untuk

    memamerkan permusuhan (Chaplin, 2006). Kata agresif / agresivitas berasal dari

    bahasa latin “agredi” yang berarti melukai atau menyerang orang lain. Secara

    operasional, Muray memberikan gambaran agresi sebagai kebutuhan untuk

    menyerang, memperkosa atau melukai orang lain, untuk meremehkan, merugikan,

    mengganggu, membahayakan, merusak, menjahati, mengejek, mencemooh atau

    menuduh secara jahat, menghukum berat atau melakukan tindakan sadistik

    lainnya (dalam Luthfi et al., 2009). Sedangkan menurut Franzoi (2003) agresi

    adalah segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau menyakiti

    seseorang, diri sendiri maupun suatu objek.

    Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa agresivitas merupakan suatu

    tindakan yang dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu

    kepada orang lain yang merugikan, tidak menyenangkan dan bertujuan untuk

    menyakiti. Buss (dalam Luthfi et al., 2009) juga mendefinisikan agresivitas

    sebagai sebuah respon yang melancarkan stimulus yang merugikan atau

    menyakitkan pada individu lainnya. Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2001)

    yang mengusulkan penggunaan kata agresi untuk menggambarkan segala bentuk

  • 13

    perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk melukai orang atau makhluk hidup lain

    yang berusaha menghindari perlakuan tersebut. Menurut Myers (2014) agresivitas

    adalah perilaku yang memiliki maksud untuk menyakiti seseorang baik secara

    fisik maupun verbal. Sedangkan Sarwono dan Meinarno (2011) mengemukakan

    bahwa agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang /

    institusi terhadap orang / institusi lain yang sejatinya disengaja.

    Definisi klasik dari agresi dijelaskan oleh Buss (dalam Krahe, 2001) yang

    mengkarakterisasikan agresi sebagai sebuah respon yang melancarkan stimulus

    yang menyakitkan pada orang lain. Menurut Baron et al,. (2009) agresi adalah

    tingkah laku yang ditujukan untuk melukai seseorang yang sebenarnya

    menghindari perlakuan tersebut. Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa

    agresi merupakan tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk

    hidup lain yang menghindari perlakuan semacam itu. Menurut Edmunds dan

    Kendrik (dalam Luthfi et al., 2009) agresivitas merupakan suatu disposisi atau

    kecenderungan untuk melakukan agresi dan berkenaan dengan karakteristik

    individu. Agresivitas adalah keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif

    dalam berbagai situasi yang berbeda. Salah satu pertalian pertama yang dibuat

    tentang agresi adalah maksud seseorang. Jika seseorang mencoba melukai orang

    lain maka kita akan menyebutnya agresif namun jika tidak menimbulkan bahaya

    maka tidak dikatakan agresif (Sears et al., 1985).

    Berdasarkan pendapat di atas, penulis menggunakan definisi menurut Buss

    dan Perry (1992) yang mengemukakan bahwa agresivitas merupakan suatu

    tindakan yang dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu

  • 14

    kepada orang lain yang merugikan, tidak menyenangkan dan bertujuan untuk

    menyakiti.

    2.1.2 Dimensi Agresivitas

    Lutfi et al., (2009) merangkum dimensi agresi dari Geen (1998), Olweus (2003)

    serta Sullivan (2000) ke dalam dua bentuk besar, yaitu:

    1. Agresi Langsung (direct aggression) yaitu agresivitas yang dilakukan secara

    terang – terangan, ditujukan secara langsung kepada korban dan dengan jelas

    berasal dari agresor serangan terbuka. Agresi ini dibagi ke dalam dua bagian:

    a. Fisik, seperti memukul, menendang, mendorong, menjambak, menonjok,

    mencubit, menjegal / menyengkat, meludahi, mengunci seseorang,

    menggigit, merusak / mengambil paksa barang orang lain.

    b. Verbal, seperti meledek, menghina dengan perkataan, mengancam

    dengan perkataan, ancaman kekerasan, pemberian nama ejekan, memaki,

    menggoda (teasing), mengejek, menghina / mengganggu dengan sengaja,

    mengkritik penampilan di depan orang.

    2. Agresi tidak langsung (indirect aggression) yaitu agresivitas yang dilakukan

    dengan serangan yang tertutup atau tersamar dimana penyerang dapat

    menyakiti korban tanpa teridentifikasi oleh korban atau orang lain. Serangan

    ini biasanya memakai struktur sosial yang tersedia untuk menyakiti korban,

    misalnya melalui manipulasi hubungan atau kedudukan sosial pihak tersebut

    secara sengaja. Agresivitas ini dibagi menjadi tiga bagian:

    a. Merusak reputasi / status sosial: menyebarkan gosip tidak benar,

    menjelek – jelekkan sasaran di “belakangnya”, memfitnah, menulis dan

  • 15

    menyebarkan catatan yang jelek tentang sasarannya, membuka dan

    menyebarkan rahasia sasarannya.

    b. Merusak / manipulasi hubungan: mengeluarkan target dari kelompok,

    mengucilkan, menghasut teman lain untuk memusuhi sasaran, merebut

    teman / pacar / sahabat sasaran, tidak menghiraukan sasaran, mengancam

    akan memusuhi / menjauhi sasaran jika Ia tidak melakukan apa yang

    diminta.

    c. Non verbal seperti ekspresi wajah yang menghina, contoh: mencibirkan

    bibir, memandang sinis, tersenyum, mengejek, menggulingkan bola mata,

    mengadahkan hidung, ekspresi jijik / muak, berbisik – bisik lalu tertawa

    dengan gesture yang kasar seperti membalikkan badan (memunggungi),

    menyenggol dan berpura – pura tidak sengaja.

    Sedangkan menurut Buss dan Perry dimensi agresivitas dibagi menjadi

    empat bentuk, yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah dan permusuhan.

    Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu

    komponen motorik, afektif dan kognitif.

    a. Agresi Fisik

    Merupakan komponen dari perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti orang

    lain secara fisik. Contoh tindakannya adalah memukul, menendang, dan

    menyerang.

    b. Agresi Verbal

    Merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain, hanya

    saja melalui verbalisasi. Contoh tindakannya adalah berdebat, memaki orang lain,

  • 16

    membentak, bersikap sarkatis, menunjukkan ketidaksukaan dari ketidaksetujuan

    pada orang lain, kadang kala sering menyebarkan gosip.

    c. Rasa Marah

    Merupakan emosi atau afektif seperti keterbangkitan dan kesiapan psikologis

    umtuk bersikap agresif. Contoh tindakannya adalah mudah kesal, hilang

    kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah.

    d. Sikap Permusuhan

    Merupakan perwakilan dari komponen kognitif. Contoh tindakannya adalah

    perasaan benci dan curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang dialami tidak

    adil dan iri hati.

    Berdasarkan dimensi agresivitas yang dijabarkan diatas, penulis

    menggunakan pembagian dimensi menurut Buss dan Perry (1992) yang membagi

    agresivitas menjadi empat dimensi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah

    dan sikap permusuhan.

    2.1.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Agresivitas

    Faktor - faktor yang mempengaruhi agresivitas individu menurut Mundia (2006),

    yaitu:

    a. Faktor biologis

    Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa anak laki-laki memiliki

    tendensi perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.

    b. Karakteristik individual

    Karakteristik pribadi seseorang dapat berkontribusi pada adanya perilaku

    agresif. Seperti tempramental, kemampuan sosial yang rendah, sensitif dan

  • 17

    mudah tersinggung dengan perilaku orang lain, serta adanya ketidakmampuan

    dalam menemukan solusi non-agresif pada konflik yang dihadapi. Jika

    individu memiliki karakteristik yang buruk maka kecenderungan agresivitas

    akan tinggi. Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosional merupakan

    kemampuan mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan orang lain

    dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kemampuan ini mencakup self

    control, semangat dan ketekunan dan kemampuan memotivasi diri sendiri.

    c. Lingkungan rumah dan sekolah

    Adanya pola asuh orang tua yang terlalu otoriter dan keras dalam mendidik

    anak, menyebabkan anak menjadi cenderung membangkang. Adanya peran

    guru dalam mengajar yang cenderung tidak menyenangkan, seperti bersikap

    koersif mapun diktator, serta sikap guru yang kasar, dapat menjadi contoh

    (modelling) bagi siswa untuk berperilaku serupa.

    d. Pengaruh teman sebaya (peer)

    Berteman dengan teman yang memiliki sikap dan perilaku antisosial, dapat

    mempengaruhi individu tersebut untuk berperilaku serupa melalui adanya

    modeling pada sikap kasar teman sebaya tersebut. Myers (2010) berpendapat

    bahwa keadaan dimana individu mengubah perilaku atau keyakinan sebagai

    hasil dari tekanan kelompok baik yang nyata maupun tidak disebut

    konformitas. Konformitas tidak hanya berperilaku seperti orang lain, namun

    juga dipengaruhi oleh bagaimana orang lain berperilaku. Individu yang

    malakukan konfirmitas tersebut biasanya berperilaku dan berpikir berbeda dari

  • 18

    biasanya disaat individu itu sendiri. Karenanya konformitas adalah perubahan

    perilaku dan kepercayaan untuk menyesuaikan dengan orang lain.

    e. Kekerasan media

    Banyak penelitian yang menyebutkan adanya pengaruh besar dari adanya

    paparan media elektronik seperti tayangan televisi, game, maupun internet,

    yang menyebabkan berkembangnya perilaku agresif pada anak maupun

    remaja. Anak-anak yang sering menyaksikan tayangan yang bersifat kekerasan

    ataupun memainkan permainan yang terdapat unsur adegan kekerasan fisik,

    seperti mortal combat, counter strike, dan sebagainya dapat menyebabkan

    anak juga memunculkan perilaku serupa seperti yang terdapat dalam adegan

    tersebut.

    f. Komunitas dan faktor sosial

    Adanya toleransi dan penerimaan masyarakat di sekitar anak terhadap perilaku

    agresif dan tindak kekerasan di lingkungan sosial menyebabkan anak menjadi

    cenderung bersikap agresif, karena menganggap hal tersebut wajar untuk

    dilakukan.

    2.1.4 Pengukuran Agresivitas

    Alat ukur agresivitas telah banyak digunakan, O’Connor, Archer dan Wu (dalam

    Fauziah, 2014) menjelaskan diantaranya adalah:

    1. Alat ukur agresivitas yang pernah digunakan adalah Anger Situation

    Questionnaire (ASQ). Alat ukur ini terdiri dari 33 item yang mana mengukur

    disposisi amarah pada bentuk “pengalaman – pengalaman emosi”, “intensitas

  • 19

    perasaan” dan “pembacaan tindakan”. Alat ukur ini dikembangkan secara

    khusus untuk wanita oleh Van Goozen pada tahun 1994.

    2. AQ – P (Aggression Questionnaire – Partner), merupakan alat ukur untuk

    mengukur agresivitas. Alat ukur ini diadaptasi dari Aggression Questionnaire

    (AQ) oleh Buss dan Perry (1992), terdiri dari 29 item.

    3. Aggressive Provocation Questionnaire (APQ), merupakan alat ukur

    agresivitas yang terdiri dari 21 item dimana hanya 12 saja yang dinyatakan

    reliabel. Alat ukur ini merupakan alat ukur baru yang digunakan untuk

    mengukur agresivitas, dirancang untuk mengakses kecenderungan laki – laki

    dalam menunjukkan perilaku agresif ketika sengaja diatur dengan situasi

    provokasi.

    4. Aggression Questionnaire (AQ), instrumen yang dikembangkan Buss dan

    Perry (1992) ini terdiri dari 29 item atau pernyataan, pada standar psikometri

    menunjukkan reliabilitas dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini

    memiliki konsistensi internal antara 0.72 dan 0.89 dan reliabilitas test – retest

    antara 0.72 dan 0.80.

    Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan penulis untuk mengukur

    agresivitas adalah skala agresivitas aggression questionnaire dengan mengacu

    pada teori Buss dan Perry (1992) yang telah dimodifikasi oleh peneliti yang terdiri

    dari 24 pertanyaan. Model skala yang digunakan adalah skala likert. Alat ukur ini

    sering digunakan untuk mengukur agresivitas karena sudah teruji reliabilitas dan

    konsistensinya. Penulis menggunakan skala ini dikarenakan konsep teori ini

    berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.

  • 20

    2.2 Konformitas

    2.2.1 Pengertian Konformitas

    Dalam kamus psikologi, konformitas diartikan sebagai kecenderungan untuk

    memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat

    yang sudah berlaku (Chaplin, 2006). Konformitas adalah perubahan perilaku

    tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut (Sears et al.,

    1985). Menurut Baron et al., (dalam Sarwono dan Meinarno, 2011) konformitas

    adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah

    lakunya agar sesuai dengan norma sosial. Konformitas adalah keadaan dimana

    individu mengubah perilaku atau keyakinan sebagai hasil dari tekanan kelompok

    baik yang nyata maupun tidak. Konformitas tidak hanya berperilaku seperti orang

    lain, namun juga dipengaruhi oleh bagaimana orang lain berperilaku. Individu

    yang malakukan konfirmitas tersebut biasanya berperilaku dan berpikir berbeda

    dari biasanya disaat individu itu sendiri. Karenanya konformitas adalah perubahan

    perilaku dan kepercayaan untuk menyesuaikan dengan orang lain (Myers, 2010).

    Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial

    dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan norma

    sosial yang ada.

    Berdasarkan pendapat di atas, penulis menggunakan definisi menurut Sears

    et al., (1985) yang mengemukakan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku

    tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut.

  • 21

    2.2.2 Dimensi Konformitas

    Dalam pembentukan konformitas, terdapat dimensi-dimensi pembentuk di

    dalamnya, dimensi konformitas menurut Sears et al., (1985).

    1. Kekompakan

    Kekuatan yang dimiliki kelompok yang membuat individu tertarik dan ingin tetap

    menjadi bagian dari sebuah kelompok. Semakin besar rasa suka individu terhadap

    kelompoknya, akan semakin besar keinginan individu tersebut untuk kompak

    dengan kelompok dan konformitas akan menjadi tinggi.

    2. Kesepakatan

    Pendapat kelompok merupakan acuan yang memiliki tekanan kuat, sehingga

    individu harus menyesuaikan pendapat dengan kelompok. Individu yang

    dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan

    yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya.

    3. Ketaatan

    Tekanan dan tuntutan dari kelompok yang membuat individu rela untuk

    melakukan tindakan walaupun individu sendiri tidak menginginkan perilaku

    tersebut. Semakin individu taat pada kelompoknya, tingkat konformitas juga

    semakin tinggi.

    2.2.3 Pengukuran Konformitas

    Pengukuran skala konformitas yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini

    disusun oleh penulis berdasarkan dimensi konformitas menurut Sears et al.,

    (1985) yaitu kekompakan, kesepakatan dan ketaatan yang terdiri dari 12 item.

  • 22

    2.3 Self Control

    2.3.1 Pengertian Self Control

    Self control dalam kamus psikologi diartikan sebagai kemampuan untuk

    membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi

    impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2006). Averill (1973)

    mengatakan bahwa self control adalah kemampuan seseorang dalam mengelola

    emosi untuk membuat keputusan dalam mengekspresikan perasaan-perasaan atau

    tindakan dalam lingkungan sosial. Menurut Tangney et al., (2004) menyatakan

    bahwa “Central to our concept of self control is the ability to override or change

    one’s inner responses, as well as to interrupt undesired behavioral tendencies and

    refrain from acting on them.” Maksudnya adalah pusat dari konsep pengendalian

    diri kita adalah kemampuan untuk mengesampingkan atau mengubah tanggapan

    batin seseorang, serta untuk menekan kecenderungan perilaku yang tidak

    diinginkan dan menahan diri dari tindakan tersebut. Menurut Rothbaum (dalam

    Tangney et al., 2004) menyatakan bahwa “Self-control is widely regarded as a

    capacity to change and adapt the self so as to produce a better, more optimal fit

    between self and world.” Maksudnya adalah pengendalian diri secara luas

    dianggap sebagai kapasitas untuk berubah dan beradaptasi dengan diri sehingga

    menghasilkan sesuatu lebih baik secara optimal antara diri dan dunia.

    Menurut Blackburn (dalam Nur, 2006) self control adalah kemampuan

    untuk menunda atau menghalangi suatu respon kekhawatiran dalam semua

    analisis perkembangan dan belajar, dan telah diperiksa secara mendalam yang

    meliputi pengendalian dorongan, pengendalian diri, toleransi terhadap frustasi dan

  • 23

    penundaan pemuasan keputusan. Menurut Synder dan Gangestad self control

    sangat relevan untuk melihat hubungan pribadi dengan lingkungan masyarakat

    yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang

    efektif. Hurlock (dalam Nur, 2006) mengatakan bahwa self control bisa muncul

    karena adanya perbedaan dalam mengelola emosi, cara mengatasi masalah, tinggi

    rendahnya motivasi dan kemampuan mengelola segala potensi dan pengembangan

    kompetensinya. Self control itu sendiri berkaitan dengan bagaimana individu

    mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

    Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan definisi menurut

    Averill (1973) yang mengemukakan bahwa self control adalah kemampuan

    seseorang dalam mengelola emosi untuk membuat keputusan dalam

    mengekspresikan perasaan-perasaan atau tindakan dalam lingkungan sosial.

    2.3.2 Dimensi Self Control

    Berdasarkan konsep Averill (1973), terdapat tiga dimensi dalam kemampuan

    mengendalikan diri, yaitu:

    1. Behavioral Control

    Merupakan suatu tindakan langsung terhadap lingkungan. Aspek ini terdiri dari

    dua komponen, yaitu: mengatur pelaksanaan (regulated administration), dan

    memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksaan

    merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang akan

    mengendalikan situasi atau keadaan dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya.

    Individu yang mempunyai kemampuan mengendalikan diri dengan baik akan

    mampu mengendalikan perilakunya sendiri dan jika individu tersebut tidak

  • 24

    mampu, maka akan menggunakan sumber eksternal dari luar dirinya. Kemampuan

    mengatur stimulus adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan

    suatu stimulus yang tidak dikehendaki datang (dalam Nur, 2006).

    2. Cognitive Control

    Merupakan kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan

    dengan cara menginterpretasikan, menilai atau menggabungkan suatu kejadian

    dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi

    tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu: memperoleh informasi

    (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Informasi yang dimiliki

    individu atas suatu kejadian yang tidak menyenangkan dapat diantisipasi dengan

    berbagai pertimbangan, serta individu akan melakukan penilaian dan berusaha

    untuk menafsirkannya melalui segi - segi positif secara subjektif (dalam Nur,

    2006).

    3. Decisional Control

    Kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini individu dalam menentukan

    pilihan yang akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan

    atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih kemungkinan tindakan.

    Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu: mengantisipasi peristiwa dan

    menafsirkan peristiwa, dimana individu dapat menahan dirinya (dalam Nur,

    2006).

    2.3.3 Pengukuran Self Control

    Pengukuran skala self control yang digunakan peneliti adalah skala pengukuran

    yang dibuat dengan mengacu pada teori dari Averill (1973) yaitu behavioral,

  • 25

    cognition dan decisional control. Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari

    skala yang dibuat oleh Nurfaujiyati (2010). Skala yang digunakan adalah skala

    likert yang terdiri dari 20 item. Penulis menggunakan alat ukur tersebut karena

    memiliki taraf signifikansi yang baik pada taraf 5% maupun 1%.

    2.4 Kecerdasan Emosi

    2.4.1 Definisi Kecerdasan Emosi

    Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosional meliputi perasaan serta pikiran-

    pikiran yang khas baik secara psikologis maupun biologis dan merupakan

    serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Kecerdasan emosional merupakan

    suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi kemampuan untuk

    mempersepsikan, membangkitkan, serta memasuki emosional yang dapat

    membantu untuk menyadari serta mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain,

    sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan emosi dan intelektual. Selain itu

    kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) adalah kemampuan untuk

    memotivasi diri sendiri dan bertahan ketika individu mengalami suatu keadaan

    yang membuat frustasi, mengendalikan dorongan hati serta tidak melebih-

    lebihkan kesenangan yang dirasakan, mengatur suasana hati dan juga menjaga

    agar beban stres yang ada tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati,

    serta berdoa.

    Salovey (dalam Mafiroh, 2014). Menempatkan kecerdasan pribadi dari

    Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang

    dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi.

    Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat,

  • 26

    memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti

    dari hubungan sosial yang baik. Sedangkan Ginanjar (dalam Mafiroh, 2014)

    mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan,

    memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai

    sumber energi, emosi, dan koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Individu yang

    mampu memahami emosi individu lain dapat bersikap dan mengambil keputusan

    dengan tepat tanpa menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak.

    Emosi dapat timbul setiap kali individu mendapatkan rangsangan yang dapat

    mempengaruhi kondisi jiwa dan menimbulkan gejolak dari dalam. Emosi yang

    dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan dalam

    berbagai karena pada waktu emosi muncul, individu memiliki energi lebih dan

    mampu mempengaruhi individu lain. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi

    tersebut bila dimanfaatkan dengan benar dapat diterapkan sebagai sumber energi

    yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, mempengaruhi orang lain dan

    menciptakan hal-hal baru.

    Berdasarkan pendapat di atas, penulis menggunakan definisi menurut

    Goleman (1995) yang mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu

    kemampuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi kemampuan untuk

    mempersepsikan, membangkitkan, serta memasuki emosional yang dapat

    membantu untuk menyadari serta mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain,

    sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan emosi dan intelektual.

    2.4.2 Dimensi Kecerdasan Emosi

    Dimensi kecerdasan emosional menurut menurut Goleman (1995) yaitu:

  • 27

    a. Mengenali Emosi Diri

    Mengenali emosi diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional.

    Kemampuan mengenali emosi dibimbing oleh dua kemampuan, yaitu

    kemampuan menyadari apa yang dipikirkan dan mengenali apa yang

    dirasakan. Inti dari mengenali emosi diri adalah mengenali perasaan sewaktu

    perasaan itu terjadi atau timbul. Mengenali emosi diri sama dengan kesadaran

    diri, yaitu mengetahui apa yang seseorang rasakan pada suatu saat dan

    menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,

    memiliki acuan yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan

    diri yang kuat. Penggunaan istilah kesadaran diri mengacu pada perhatian

    seseorang yang introspektif dan bercermin pada diri akan pengalamannya.

    b. Mengelola Emosi Diri

    Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar dapat terungkap dengan

    tepat. Kecakapan mengelola emosi ini merupakan kecakapan yang bergantung

    pada kesadaran diri yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri,

    melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan. Orang yang

    memiliki kecakapan ini mampu bangkit kembali, sedangkan orang yang

    kemampuannya di bidang ini buruk maka akan terus bertarung melawan

    perasaannya.

    c. Memotivasi Diri

    Memotivasi diri merupakan kemampuan untuk menata emosi sebagai alat

    untuk mencapai tujuan dalam kaitannya untuk memberi perhatian, memotivasi

    dan menguasai diri sendiri juga berkreasi. Memotivasi diri juga bisa diartikan

  • 28

    menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun

    menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif,

    serta bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. Memotivasi diri

    sendiri dapat diartikan bahwa orang mampu bangkit dan terdorong untuk

    berubah. Orang yang memiliki kecakapan ini tidak terpuruk dalam suatu

    kegagalan dan mudah puas dengan pekerjaannya, melainkan terus berusaha

    untuk memperbaiki dirinya. Kendali diri atau menahan diri terhadap kepuasan

    dan mengendalikan dorongan hati menjadi landasan keberhasilan dalam

    berbagai bidang.

    d. Mengenali Emosi Orang Lain

    Mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Orang yang empatik lebih

    mampu menangkap sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang

    dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Empati juga mencakup kemampuan

    merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif

    individu tersebut, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan

    diri dengan berbagai watak orang.

    e. Membina Hubungan Dengan Orang Lain.

    Seni membina hubungan berarti kecakapan untuk berinteraksi dengan orang

    lain, kemampuan untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang

    menempatkan dirinya dalam suatu kelompok. Kemampuan untuk

    mengungkapkan diri dan perasaan merupakan dasar dalam kemampuan

    membina hubungan dengan orang lain.

  • 29

    2.4.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi

    Pengukuran skala kecerdasan emosi yang akan digunakan penelitian ini yaitu

    dibuat berdasarkan dimensi kecerdasan emosi menurut menurut Goleman (1995)

    yang meliputi: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri,

    mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Skala

    yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh Mafiroh (2014)

    yang dimodifikasi sesuai dengan subyek yang akan digunakan peneliti. Skala

    yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 28 item. Penulis

    menggunakan alat ukur tersebut karena nilai reliabilitas alpha pada skala bernilai

    0,867 sehingga dapat dikatakan bahwa reliabilitas instrumen dari skala tersebut

    sangat kuat.

    2.5 Kerangka Berpikir

    Fenomena hallyu (gelombang Korea) di Indonesia banyak memunculkan

    penggemar baru diikuti berbagai dampak positif, salah satunya adalah tercipta ide

    kreatif untuk membuka usaha dan berjualan. Namun selain dampak tersebut,

    muncul pula dampak negatif seperti bergesernya budaya Indonesia yang

    tergantikan dengan budaya Korea, dan terobsesi dengan idola yang berlebihan dan

    cenderung agresif. Agresivitas adalah perilaku yang dilakukan secara sadar dan

    memiliki maksud untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun verbal.

    Secara garis besar, agresivitas dibagi menjadi empat, yaitu agresi fisik, verbal,

    rasa marah dan permusuhan. Contoh agresivitas yang sering dilakukan penggemar

    musik Kpop / Kpopers adalah mendorong, menarik, menampar, mencubit,

    memegang wajah hingga mencakar idola, memaki, mengolok-olok, mendendam,

  • 30

    merendahkan dan lain sebagainya. Faktor penyebab agresivitas ada banyak, salah

    satunya yaitu konformitas.

    Konformitas adalah perubahan perilaku tertentu karena setiap orang lain

    menampilkan perilaku tersebut. Konformitas dipengaruhi oleh tiga dimensi yaitu

    kekompakan, kesepakatan dan ketaatan. Kekompakan membuat individu merasa

    tertarik dan ingin tetap menjadi bagian dari sebuah kelompok, semakin besar rasa

    suka terhadap kelompok, semakin besar keinginan untuk kompak dengan

    kelompok. Contohnya, ketika dalam sebuah fandom (kelompok penggemar)

    boygroup / girlgroup Korea memiliki sebuah lightstick yang biasa dibawa saat

    konser, individu penggemar boygroup / girlgroup tersebut akan membeli sebuah

    lightstick meskipun harga sebuah lightstick tersebut tergolong mahal namun

    karena individu penggemar tersebut tertarik dan ingin tetap dianggap sebagai

    bagian dari fandom (kelompok penggemar) tersebut maka Ia akan tetap membeli

    barang tersebut agar kompak dengan kelompoknya. Kemudian kesepakatan

    memuculkan tekanan kuat sehingga individu harus menyesuaikan pendapat

    dengan kelompok contohnya, memakai dress code saat berkumpul bersama. Jika

    tidak sesuai dengan yang ditentukan maka akan ada sanksi walaupun tidak

    tertulis. Lalu ketaatan memunculkan tuntutan dari kelompok yang membuat

    individu rela melakukan tindakan, termasuk tindakan agresif walaupun

    sebenarnya individu tidak menginginkan perilaku tersebut. Semakin individu taat

    pada kelompoknya maka tingkat konformitas juga semakin tinggi. Contohnya

    ketika B yang tidak menyukai grup yang A suka dan menebar kebencian

    kemudian salah satu individu dalam kelompoknya (C) membalas B dengan

  • 31

    kebencian juga dan A diharuskan untuk membalas C walaupun sebenarnya A

    tidak ingin, namun karna A tetap ingin menjadi bagian dari kelompok penggemar

    tersebut maka A akan menaati untuk membalas C dengan kebencian juga.

    Selain konformitas, self control dapat memicu agresivitas. Self control

    adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, menekan tingkah

    laku impulsif yang muncul karena adanya perbedaaan dalam mengelola emosi,

    cara mengatasi masalah, tinggi rendahnya motivasi, dan kemampuan mengelola

    potensi juga pengembangan kompetensinya. Self control dipengaruhi oleh tiga

    dimensi yaitu behavioral, cognitive dan decisional control. Jika individu memiliki

    behavioral control yang baik maka kecenderungan berperilaku agresif akan

    rendah karena ia telah mampu mengatur pelaksanaan dan memodifikasi stimulus

    yang ada. Sebaliknya, jika individu memiliki behavioral control yang buruk maka

    kecenderungan berperilaku agresif akan tinggi. Kemudian adanya cognitive

    control membuat individu mampu mengolah informasi yang diperoleh dan

    melakukan penilaian sehingga kecenderungan berperilaku agresif secara fisik atau

    verbal menjadi rendah. Lalu decisional control membuat individu mampu untuk

    memilih tindakan yang diyakini baik untuk dirinya. Individu akan mampu

    mengantisipasi peristiwa dan menafsirkan peristiwa dimana individu dapat

    menahan dirinya. Dengan memiliki self control yang baik, maka individu tidak

    memiliki kecenderungan berperilaku agresif baik fisik maupun verbal.

    Selain konformitas dan self control, kecerdasan emosi juga dapat memicu

    agresivitas individu. Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang dimiliki oleh

    individu meliputi kemampuan untuk mempersepsi, membangkitkan, serta

  • 32

    memasuki emosional yang dapat membantu untuk menyadari serta mengelola

    emosi diri sendiri maupun orang lain dengan cara dewasa dan juga konstruktif

    sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan emosi dan intelektual. Kecerdasan

    emosi dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu mengenali emosi diri, mengelola

    emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan

    dengan orang lain. Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional yang

    dibimbing oleh kemampuan menyadari yang dipikirkan dan mengenali yang

    dirasakan. Kemudian mengelola emosi membuat individu mampu menangani

    perasaan agar dapat terungkap dengan tepat yang meliputi kemampuan menghibur

    diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan.

    Kemudian memotivasi diri yaitu kemampuan untuk menata emosi sebagai alat

    untuk mencapai tujuan dalam kaitannya untuk memberi perhatian, memotivasi diri

    sendiri, menguasai diri sendiri dan berkreasi. Selanjutnya mengenali emosi orang

    lain yaitu kemampuan menangkap sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan

    apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Lalu membina hubungan berarti

    kecakapan untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk menjalin

    hubungan dan bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam suatu kelompok.

    Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang baik cenderung memiliki perilaku

    agresif yang rendah karena individu mampu mengenali dan mengelola emosinya

    dan orang lain, memotivasi diri, dan membina hubungan dengan orang lain.

    Dari uraian di atas, kemudian disusun ringkasan untuk mendeskripsikan

    hubungan antar variabel sesuai dengan judul penelitian. Alur pemikiran dari

    penelitian ini diilustrasikan pada bagan kerangka berpikir berikut:

  • 33

    Gambar 2.1

    Bagan Kerangka Berpikir

    2.6 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis Mayor

    “Terdapat pengaruh yang signifikan antara konformitas (kekompakkan,

    kesepakatan dan ketaatan), self control (behavioral, cognitive dan decisional

    control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

    Agresivitas (Y)

    Konformitas

    kekompakan (X1)

    kesepakatan (X2)

    ketaatan (X3)

    Self Control

    behavioral control (X4)

    cognitive control (X5)

    decisional control (X6)

    Kecerdasan Emosi

    mengenali emosi diri (X7)

    mengelola emosi diri (X8)

    memotivasi diri (X9)

    mengenali emosi orang lain (X10)

    membina hubungan dengan orang lain (X11)

  • 34

    memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan

    orang lain terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers.”

    Hipotesis Minor

    H1a: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kekompakan pada variabel

    konformitas terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

    H1b: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kesepakatan pada variabel

    konformitas terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

    H1c: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi ketaatan pada variabel

    konformitas terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

    H1d: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi behavioral control pada variabel

    self control terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

    H1e: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi cognitive control pada variabel

    self control terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

    H1f: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi decisional control pada variabel

    self control terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

  • 35

    H1g: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi mengenali emosi diri pada

    variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik

    Kpop / Kpopers.

    H1h: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi mengelola emosi diri pada

    variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik

    Kpop / Kpopers.

    H1i: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi memotivasi diri pada variabel

    kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /

    Kpopers.

    H1j: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi mengenali emosi orang lain pada

    variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik

    Kpop / Kpopers.

    H1k: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi membina hubungan dengan

    orang lain pada variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada

    penggemar grup musik Kpop / Kpopers.

  • 36

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik

    Populasi dalam penelitian ini adalah penggemar grup musik Kpop / Kpopers yang

    berada di wilayah Jakarta. Berdasarkan populasi tersebut, penulis mengambil

    sampel sebanyak 156 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan

    rentang usia 15-21 tahun dengan alasan Jakarta adalah kota tempat konser Kpop

    banyak diadakan dan banyak terdapat penggemar grup musik Kpop / Kpopers.

    Metode yang digunakan dalam penelitian adalah non probability sampling karena

    jumlah populasi yang digunakan tidak diketahui secara pasti. Teknik pengambilan

    sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling.

    Kuesioner disebar melalui google form selama satu bulan dari bulan April sampai

    dengan Mei 2018 dan terkumpul sebanyak 160 data. Namun, dari 160 data yang

    terkumpul hanya 156 data yang layak untuk digunakan dan empat lainnya di-drop.

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

    Dalam penelitian dibawah ini ada dua variabel yaitu dependent variable (variabel

    terikat) dan independent variable (variabel bebas). Variabel-variabel yang akan

    diteliti yaitu:

    1. Dependent variable (variabel terikat) (DV): agresivitas (agresi fisik, agresi

    verbal, rasa marah dan permusuhan)

    2. Independent variable (variabel bebas) (IV): konformitas (kekompakan,

    kesepakatan dan ketaatan), self control (behavioral, cognitive dan decisional

    control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,

  • 37

    memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan

    orang lain)

    Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

    1. Agresivitas adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar baik fisik

    maupun verbal oleh individu kepada orang lain yang merugikan, tidak

    menyenangkan dan bertujuan untuk menyakiti. Agresivitas dibagi menjadi

    empat dimensi yaitu:

    a. Agresi fisik yaitu agresi yang melibatkan komponen motorik seperti

    melukai dan menyakiti orang lain secara fisik, contoh: memukul,

    menendang dan menyerang.

    b. Agresi verbal yaitu agresi yang melibatkan komponen motorik seperti

    melukai dan menyakiti seseorang namun melalui verbalisasi, contoh:

    berdebat, memaki orang lain, membentak, bersikap sarkastis,

    menunjukkan ketidaksukaan dari ketidaksetujuan pada orang lain dan

    menyebarkan gosip.

    c. Rasa marah yaitu agresi yang melibatkan emosi / afektif seperti

    keterbangkitan dan kesiapan psikologis untuk bersikap agresif, contoh:

    mudah kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontol marah.

    d. Sikap permusuhan yaitu agresi yang merupakan perwakilan dari

    komponen kognitif, contoh: perasaan benci, curiga, merasa kehidupan

    yang dialami tidak adil dan iri hati (Buss dan Perry, 1992).

    2. Konformitas adalah kecenderungan untuk mengikuti perilaku ataupun sikap

    dalam sebuah kelompok. Konformitas dibagi menjadi tiga dimensi yaitu:

  • 38

    a. Kekompakkan yaitu kekuatan yang dimiliki kelompok yang membuat

    individu tertarik dan ingin tetap menjadi bagian dari kelompok.

    b. Kesepakatan yaitu pendapat kelompok yang memiliki tekanan kuat dan

    dijadikan acuan yang membuat individu harus menyesuaikan pendapatnya

    dengan kelompok.

    c. Keaatan yaitu tekanan dan tuntutan dari kelompok yang membuat individu

    rela untuk melakukan tindakan walaupun individu tidak menginginkan

    perilaku tersebut (Sears et al., 1985).

    3. Self control adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi untuk

    membuat keputusan dalam mengekspresikan perasaan-perasaan atau tindakan

    dalam lingkungan sosial. Self control dibagi menjadi tiga dimensi yaitu:

    a. Behavioral control yaitu suatu tindakan langsung terhadap lingkungan

    yang terdiri dari dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan dan

    memodifikasi stimulus.

    b. Cognitive control yaitu kemampuan individu untuk mengolah informasi

    dengan cara menginterpretasikan, menilai atau menggabungkan suatu

    kejadian dalam satu kerangka kognitif.

    c. Decisional control yaitu kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini

    individu dalam menentukan pilihan tindakan (Averill, 1973).

    4. Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu yang

    meliputi kemampuan untuk mempersepsikan, membangkitkan, serta

    memasuki emosional yang dapat membantu untuk menyadari serta mengelola

    emosi diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat mengembangkan

  • 39

    pertumbuhan emosi dan intelektual. Kecerdasan emosi dibagi menjadi lima

    dimensi yaitu:

    a. Mengenali emosi diri yaitu dasar dari kecerdasan emosi yang dibimbing

    oleh dua kemampuan yaitu menyadari apa yang dipikirkan dan mengenali

    apa yang dirasakan.

    b. Mengelola emosi diri yaitu menangani perasaan agar dapat terungkap

    dengan tepat yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri,

    melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan.

    c. Memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan untuk menata emosi sebagai alat

    untuk mencapai tujuan dalam kaitannya untuk memberi perhatian,

    memotivasi dan menguasai diri sendiri juga berkreasi.

    d. Mengenali emosi orang lain yaitu kemampuan menangkap sinyal sosial

    tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki

    orang lain.

    e. Membina hubungan dengan orang lain yaitu kecakapan untuk berinteraksi

    dengan orang lain untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang

    menempatkan dirinya dalam suatu kelompok (Goleman, 1995).

    3.3 Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data berupa skala agresivitas, konformitas, self control

    dan kecerdasan emosi. Metode pengumpulan data yang akan digunakan penulis

    adalah kuesioner. Kuesioner adalah instrumen utama penelitian survei untuk

    mendapatkan ukuran-ukuran yang valid dari berbagai variabel demografis dan

    perbedaan-perbedaan pada berbagai skala laporan diri (Shaughnessy, 2007).

  • 40

    Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup

    dengan mengunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang dapat digunakan

    untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau

    fenomena tertentu. Skala likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan

    penelitian memiliki empat kategori jawaban yang masing-masing memiliki bobot

    nilai yang telah ditentukan, hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.1. Pernyataan

    terdiri dari peryataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).

    Jawaban setiap instrumen ini memiliki tingkat dari yang tertinggi (sangat positif)

    dan terendah (sangat negatif) dan diukur melalui item dengan empat skala

    jawaban.

    Tabel 3.1 Skor nilai skala likert

    Alternatif Pilihan Jawaban

    Pernyataan Favorable Unfavorable

    SS = Sangat Setuju 4 1 S = Setuju 3 2 TS = Tidak Setuju 2 3 STS = Sangat Tidak Setuju 1 4

    3.3.1 Blue Print Skala Agresivitas

    Untuk mengukur agresivitas, penulis menggunakan skala agresivitas (aggression

    questionnaire) dengan mengacu pada teori Buss dan Perry (1992) yang

    dimodifikasi sesuai dengan subyek yang akan digunakan. Alat ukur ini terdiri dari

    empat dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah dan permusuhan. Alat

    ukur ini sering digunakan karena sudah teruji reliabilitas dan konsistensinya.

    Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 24 item pernyataan.

    Penulis menggunakan skala ini dikarenakan konsep teori ini berkaitan dengan

  • 41

    variabel yang akan diteliti. Adapun blue print skala agresivitas dijelaskan dalam

    tabel 3.2 berikut.

    Tabel 3.2 Blue Print Skala Agresivitas

    3.3.2 Blue Print Skala Konformitas Untuk mengukur skala konformitas, penulis menggunakan teori Sears et al.,

    (1985) sebagai acuan. Konformitas dibentuk oleh tiga dimensi, yaitu:

    kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Skala yang digunakan adalah skala likert

    yang terdiri dari 12 item pernyataan. Adapun blue print skala konformitas

    dijelaskan dalam tabel 3.3 berikut.

    Tabel 3.3 Blue Print Skala Konformitas

    3.3.3 Blue Print Skala Self Control Untuk mengukur skala self control, penulis menggunakan dimensi self control

    menurut Averill (1973) yang meliputi behavioral, cognitive dan decisional

    control. Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh

    Nurfaujiyati (2010). Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 20

    Dimensi Indikator Item

    f Uf Agresi Fisik memukul, menendang dan menyerang 1, 2, 4, 6 3, 5

    Agresi Verbal berdebat, memaki, membentak dan menyebarkan gosip 7, 8, 9, 10 11, 12

    Rasa Marah mudah kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah 13, 14, 15, 16 17, 18

    Permusuhan benci, curiga, merasa tidak adil dan iri hati 19, 20, 21, 22 23, 24 Total 24

    Dimensi Indikator Item

    f Uf

    Kekompakan tertarik menjadi anggota kelompok, eratnya hubungan dengan kelompok, perasaan suka terhadap kelompok 1, 2, 3, 5

    4

    Kesepakatan anggota kelompok harus menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok 8, 9 6, 7

    Ketaatan tekanan dari kelompok membuat subjek rela melakukan suatu tindakan walaupun tidak diinginkan 10, 11 12

    Total 12

  • 42

    item pernyataan. Penulis menggunakan alat ukur tersebut karena memiliki taraf

    signifikansi yang baik pada taraf 5% maupun 1%. Adapun blue print skala self

    control dijelaskan dalam tabel 3.4 berikut.

    Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Control

    Dimensi Indikator Item f uf

    Behavioral control mengatur pelaksanaan, memodifikasi stimulus 1, 5 2, 3, 4

    Cognitive control memperoleh informasi, melakukan penilaian 8, 9, 10, 11, 12 6, 7

    Decisional control mengantisipasi peristiwa, menafsirkan peristiwa 14, 17, 19 13, 15, 16, 18, 20

    Total 20 3.3.4 Blue Print Skala Kecerdasan Emosi Untuk mengukur skala kecerdasan emosi, penulis menggunakan dimensi

    kecerdasan emosi menurut Goleman (1995) yang meliputi; mengenali emosi diri,

    mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina

    hubungan dengan orang lain.

    Tabel 3.5

    Blue Print Kecerdasan Emosi

    Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh Mafiroh

    (2014) yang dimodifikasi sesuai dengan subyek yang akan digunakan penulis.

    Dimensi Indikator Item

    f uf

    Mengenali emosi diri memahami penyebab timbulnya emosi, kepercayaan diri 1, 2 3, 4, 5

    Mengelola emosi diri mengendalikan emosi, mengekspresikan emosi dengan tepat 6, 7, 8 9, 10

    Memotivasi diri optimis, dorongan berprestasi 11, 12 13, 14

    Mengenali emosi orang lain

    peka terhadap perasaan orang lain, mendengarkan masalah orang lain 15, 16, 17 18, 19, 20

    Membina hubungan dengan orang lain

    dapat bekerja sama, terampil berkomunikasi

    21, 22, 23, 24

    25, 26, 27, 28

    Total 28

  • 43

    Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 28 item pernyataan.

    Penulis menggunakan alat ukur tersebut karena nilai reliabilitas alpha pada skala

    bernilai 0,867 sehingga dapat dikatakan bahwa reliabilitas instrumen dari skala

    tersebut sangat kuat. Adapun blue print skala kecerdasan emosi dijelaskan dalam

    tabel 3.5 diatas.

    3.4 Uji Validitas Konstruk

    Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya

    dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan

    program LISREL 8.70 (Linear Structural Relationship). Adapun logika dari CFA

    adalah (Umar, 2015):

    1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional

    sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.

    Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini

    dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

    2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu hal saja dan semua item dalam

    satu subtes hanya mengukur satu faktor atau subtes dimana seluruh subtes

    bersifat unidimensional.

    3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir diatas, dapat disusun untuk

    himpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk

    memprediksi (dengan data yang tersedia) matriks korelasi antar item (yang

    seharusnya diperoleh), jika korelasi antar item tersebut (unidimensional)

    benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma (∑). Kemudian, matriks ini akan

    dibandingkan dengan matriks korelasi yang diperoleh empiris dari data