Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh...
Transcript of Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh...
-
PENGARUH KONFORMITAS, SELF CONTROL DAN
KECERDASAN EMOSI TERHADAP AGRESIVITAS
PADA PENGGEMAR MUSIK KPOP / KPOPERS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Rahma Lyanti
1113070000059
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019 M
-
v
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.” – QS. Al – Insyirah : 5
“There are times when you might feel aimless and can’t see the places where you
belong. But you will find that there is a purpose. It’s been there within you all
along.” – Stephanie Mabey
“Working hard becomes a habit, a serious kind of fun. You get self – satisfaction
from pushing yourself to the limit, knowing that all the effort is going to pay off.” –
Choi Si Won
“If you lose some you will also gain some.” - Doh Kyung Soo
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, adik, sahabat dan teman -
teman yang selalu mendukung dan selalu menjadi motivasi agar saya dapat menjadi
seseorang yang lebih baik dari sebelumnya.
-
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta B) Januari 2019 C) Rahma Lyanti D) Pengaruh Konformitas, Self control dan Kecerdasan Emosi terhadap Agresivitas
pada Penggemar Grup Musik Kpop / Kpopers E) XIV + 86 halaman + lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh konformitas, self control dan
kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik kpop / kpopers. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel penggemar grup musik kpop / kpopers yang berdomisili di Jakarta dan berjumlah 156 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu non probability sampling. Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan CFA (confirmatory factor analysis) dan selanjutnya Multiple Regression Analysis dengan SPSS untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konformitas (kekompakkan, kesepakatan dan ketaatan), self control (behavioral control, cognitive control dan decisional control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap agresivitas sebesar 61.2% sedangkan 38.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel diluar penelitian. Jadi, hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh dari sebelas independen variabel, hanya ada tiga dimensi yang signifikan, yaitu decisional control, mengelola emosi diri dan mengenali emosi orang lain memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas. Sedangkan kekompakkan, kesepakatan, ketaatan, behavioral control, cognitive control, mengenali emosi diri, memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
G) Bahan bacaan: 37; buku: 13 + jurnal: 18 + artikel: 6
-
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta B) January 2019 C) Rahma Lyanti D) Conformity, Self Control and Emotional Intelligence as Predictors of Aggression E) XIV + 86 pages + appendix F) This study aims to determine the effect of conformity, self control and emotional
intelligence on aggression of a fans of Korean music group / Kpopers. This study used quantitative approach with fans of Korean music group / Kpopers who are currently living in Jakarta as samples with total 156 samples. Sample technique used for this research is non – probability sampling technique. Used CFA (confirmatory factor analysis) as validity test for measured intruments then using Multiple Regression Analysis with SPSS to test the research hypotheses. The analysis data results showed that conformity (cohesiveness, deal and obedience), self control (behavioral control, cognitive control and decisional control) and emotional intelligence (knowing self emotion, managing self emotion, self motivation, knowing other’s emotion and building relationship with others) have significant effects on aggression with amount of 61.2% while the remaining 38.8% are influenced by other variables outside the study. Thus, the major hypothesis in this study is accepted. The results of minor hypothesis test that examines the effect of eleven independent variables, there are only three have significant effect on aggression, there are decisional control, managing self emotion and knowing other’s emotion. While cohesiveness, deal, obedience, behavioral control, cognitive control, knowing self emotion, self motivation and building relationship with others doesn’t have affect on aggression.
G) References: 37; books: 13 + journals: 18 + articles: 6
-
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam keadaan
mencintai agama-Nya dan berpegang pada syariat-Nya. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang telah berjihad untuk
menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau yang mulia, dan
semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga tercurah untuk keluarganya dan
para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya, sehingga mereka
beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karenanya dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta saat ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr. Abdul
Rahman Shaleh, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya (periode
sebelumnya) yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan
lulusan yang berkualitas.
3. Bapak Dr. Achmad Syahid, MA, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
segala bimbingan, kritik, saran, waktu, tenaga, serta motivasi yang telah diberikan
kepada peneliti.
4. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si, Psi, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing, memberikan motivasi dan memberikan banyak
masukkan selama masa pekuliahan.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
berharga kepada peneliti. Dan untuk seluruh staf Fakultas Psikologi UIN Jakarta
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis.
-
ix
6. Kepada keluargaku yang selalu mendukung dan memotivasi, sumber semangatku
terutama Ayah dan Ibu. Semoga keridhoan dan doa keduanya selalu bersama
penulis. Tidak lupa peneliti berterima kasih kepada adik tercinta, Dwi.
7. My dearest enemy, Firli Sucia Sari, terima kasih sudah bersedia direpotkan oleh
penulis selama mengerjakkan skripsi ini. Terima kasih atas saran, kritik, bantuan
dan semuanya. Saranghae!
8. EXO Oppa, Kyungsoo, Xiumin, Lay, Chanyeol, Baekhyun, Suho, Chen, Sehun
dan Kai yang secara tidak langsung memberikan semangat kepada penulis melalui
lagu, konser, instagram live dan sebagainya. You all may never know this but
thank you so much! Tidak lupa kepada EXO-L dan fandom lain yang turut
membantu peneliti mengisi kuesioner, juga semangat dan doa yang diberikan
kepada penulis.
9. Last but not least, to my fellow, Wahyu M.F. yang sudah menjadi pembimbing
jika penulis memiliki pertanyaan tentang statistika selama pengerjaan skripsi.
Tidak lupa mahasiswa/i Fakultas Psikologi angkatan 2013, terutama Psikologi B
yang selama ini telah berbagi cerita, kebersamaan, dan saling memotivasi. Terima
kasih atas segala semangat juga dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 25 Januari 2019
Rahma Lyanti
-
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................... vi ABSTRACT ............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan perumusan masalah .................................................... 8
1.2.1 Pembatasan masalah penelitian .................................................. 8 1.2.2 Perumusan masalah penelitian .................................................... 9
1.3 Tujuan dan manfaat penelitian .............................................................. 10 1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................................ 10 1.3.2 Manfaat penelitian ...................................................................... 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 12
2.1 Agresivitas ............................................................................................. 12 2.1.1 Pengertian agresivitas ................................................................. 12 2.1.2 Dimensi agresivitas ..................................................................... 14 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas ........................... 16 2.1.4 Pengukuran agresivitas ............................................................... 18
2.2 Konformitas ........................................................................................... 20 2.2.1 Pengertian konformitas ............................................................... 20 2.2.2 Dimensi konformitas ................................................................... 21 2.2.3 Pengukuran konformitas ............................................................. 21
2.3 Self Control ............................................................................................ 22 2.3.1 Pengertian self control ................................................................ 22 2.3.2 Dimensi self control .................................................................... 23 2.3.3 Pengukuran self control .............................................................. 24
2.4 Kecerdasan Emosi .................................................................................. 25 2.4.1 Pengertian kecerdasan emosi ...................................................... 25 2.4.2 Dimensi kecerdasan emosi .......................................................... 26 2.4.3 Pengukuran kecerdasan emosi .................................................... 29
2.5 Kerangka berpikir ................................................................................... 29 2.6 Hipotesis penelitian ................................................................................ 33
-
xi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 36 3.1 Populasi, sampel dan teknik .................................................................. 36 3.2 Variabel penelitian dan definisi operasional variabel ........................... 36 3.3 Instrumen pengumpulan data ................................................................ 39
3.3.1 Blue print skala agresivitas ......................................................... 40 3.3.2 Blue print skala konformitas ....................................................... 41 3.3.3 Blue print skala self control ........................................................ 41 3.3.4 Blue print skala kecerdasan emosi .............................................. 42
3.4 Uji validitas konstruk ............................................................................ 43 3.4.1 Hasil uji validitas akala agresivitas ............................................. 45 3.4.2 Hasil uji validitas skala konformitas ........................................... 47 3.4.2.1 Hasil uji validitas konstruk dimensi kekompakkan .................. 47 3.4.2.2 Hasil uji validitas konstruk dimensi kesepakatan ..................... 48 3.4.2.3 Hasil uji validitas konstruk dimensi ketaatan ........................... 49 3.4.3 Hasil uji validitas skala self control ............................................ 50 3.4.3.1 Hasil uji validitas konstruk dimensi behavioral control ........... 50 3.4.3.2 Hasil uji validitas konstruk dimensi cognitive control… ........ 51 3.4.3.3 Hasil uji validitas konstruk dimensi decisional control............ 52 3.4.4 Hasil uji validitas skala kecerdasan emosi ................................... 53 3.4.4.1 Hasil uji validitas konstruk dimensi mengenali emosi diri ....... 53 3.4.4.2 Hasil uji validitas konstruk dimensi mengelola emosi diri ....... 54 3.4.4.3 Hasil uji validitas konstruk dimensi memotivasi diri ............... 55 3.4.4.4 Hasil uji validitas konstruk dimensi mengenali emosi orang
lain ........................................................................................... 56 3.4.4.5 Hasil uji validitas konstruk dimensi membina hubungan
dengan orang lain ..................................................................... 57 3.5 Teknik analisis data............................................................................... 58
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ................................................... 64 4.1 Gambaran subjek penelitian .................................................................. 64 4.2 Analisis deskriptif ................................................................................. 65 4.3 Hasil uji hipotesis penelitian ................................................................. 66 4.4 Pengujian proporsi varian setiap independent variable ....................... 73
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................................ 76
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 76 5.2 Diskusi .................................................................................................. 77 5.3 Saran .................................................................................................... 82
5.3.1 Saran teoritis ............................................................................... 82 5.3.2 Saran praktis ............................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 84 LAMPIRAN .............................................................................................................. 87
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor nilai skala likert ................................................................................ 40 Tabel 3.2 Blue print skala agresivitas ....................................................................... 41 Tabel 3.3 Blue print skala konformitas ..................................................................... 41 Tabel 3.4 Blue print skala self control ....................................................................... 42 Tabel 3.5 Blue print skala kecerdasan emosi ............................................................. 42 Tabel 3.6 Muatan faktor item agresivitas ................................................................... 46 Tabel 3.7 Muatan faktor item kekompakkan ............................................................. 47 Tabel 3.8 Muatan faktor item kesepakatan ................................................................ 49 Tabel 3.9 Muatan faktor item ketaatan ...................................................................... 49 Tabel 3.10 Muatan faktor item behavioral control .................................................... 50 Tabel 3.11 Muatan faktor item cognitive control....................................................... 51 Tabel 3.12 Muatan faktor item decisional control ..................................................... 52 Tabel 3.13 Muatan faktor item mengenali emosi diri ................................................ 54 Tabel 3.14 Muatan faktor item mengelola emosi diri ................................................ 55 Tabel 3.15 Muatan faktor item memotivasi diri......................................................... 56 Tabel 3.16 Muatan faktor item mengenali emosi orang lain ..................................... 57 Tabel 3.17 Muatan faktor item membina hubungan dengan orang lain .................... 58 Tabel 4.1 Karakteristik sampel .................................................................................. 64 Tabel 4.2 Rumus kategorisasi skor ............................................................................ 65 Tabel 4.3 Deskriptif statistik variabel penelitian ....................................................... 66 Tabel 4.4 Analisis regresi ........................................................................................... 66 Tabel 4.5 Tabel anova ................................................................................................ 67 Tabel 4.6 Tabel koefisien regresi ............................................................................... 68 Tabel 4.7 Proporsi varians.......................................................................................... 73
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir………………………………………...33
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian……………………………………….......87
LAMPIRAN 2 Output statistik…………………………………………………94
LAMPIRAN 3 Path diagram….……………………………………….….........99
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agresivitas bukan merupakan suatu hal baru dalam masyarakat. Banyaknya media
informasi yang memberitakan tentang perundungan, penyerangan, kekerasan baik
fisik maupun verbal yang sering kali dijumpai setiap harinya. Agresivitas
ditemukan juga dalam kalangan penggemar musik Korea (Kpopers) karena
menyebarnya fenomena hallyu (gelombang Korea) ke Indonesia. Banyak bentuk
agresivitas yang muncul menjadi fenomena yang menarik untuk dibahas.
Meidita (2013) menemukan bahwa hallyu di Indonesia memunculkan
dampak negatif salah satunya adalah rasa cinta berlebihan yang tidak jarang
memicu fanwar yang membuat mereka perang mulut karena perbedaan selera
musik, kegemaran, dan lainnya yang banyak terjadi di dunia maya. Penelitian lain
yang dilakukan Pertiwi (2013) menunjukkan rasa cinta terhadap idola membuat
penggemar yang begitu mencintai mereka secara tidak sadar berperilaku
berlebihan cenderung agresif menyebabkan idola mereka tanpa sengaja terluka
atau cedera ringan.
Terdapat banyak contoh tindakan agresif yang dilakukan Kpopers. Pada
bulan Januari tahun 2017, pasangan suami istri Kim Tae Hee dan Rain diganggu
penggemar dengan meremas kasar wajah mereka saat keluar dari bandara Sultan
Kaharudin Sumbawa Besar. Tiga hari kemudian, saat Sungjae dan Peniel dari
BTOB tiba di Padang, wajah Sungjae diremas berkali-kali oleh fans berbeda.
Bahkan pada beberapa video menunjukkan ada segelintir penggemar Kpop
-
2
menyentuh, meremas, dan meraba idola mereka. Kemudian pada bulan Februari
tahun 2017 saat personil GOT7 tiba Bandara Soekarno Hatta, fans menyambut
dan langsung berusaha menyentuh, meremas, mencubit dan tampak jelas
mengganggu idola mereka. Terakhir, pada bulan April tahun 2017 saat personil
iKon tiba di Bali, suasana menjadi rusuh karena mereka dikerubungi
penggemarnya (Dhani, Tirto.id, 2017). Kemudian pada bulan Agustus 2017
kejadian yang sama terulang kembali, kali ini menimpa Taeyeon SNSD. Begitu
keluar dari ruang kedatangan, Taeyeon langsung diserbu segerombolan fans yang
tidak bisa menahan diri. Taeyeon bahkan sampai terjatuh dan sempat terbentur
kamera salah satu fans yang terlalu agresif. Bahkan, karena hal tersebut Taeyeon
sampai menuliskan kekecewaannya di akun Instagram-nya, yang langsung
direspon ribuan penggemarnya di seluruh dunia (Inarah, Zetizen, 2017).
Di bulan yang sama, satu tahun kemudian, kejadian yang sama terjadi
dibandara Icheon, Korea Selatan, kali ini menimpa personil EXO, Chanyeol, salah
satu penggemar berlari ke arah Chanyeol yang dijaga ketat karena terlalu
bersemangat ingin melihat lebih dekat wajah idolanya. Sayangnya langkahnya
terlalu terburu-buru hingga tidak sengaja menyenggol Chanyeol hingga ia
terdorong ke depan dan hampir tersungkur. Karenanya, Chanyeol menoleh kearah
gerombolan fans dengan memasang muka masam (Timwowkeren, 2018). Contoh
kasus serupa menimpa Jonghyun SHINee, usai tampil dalam acara dan hendak
meninggalkan venue, penggemar berebut mendekat dan saling dorong yang
membuat Jonghyun ikut terbawa arus, saat tiba di Bandara Soetta untuk pulang ke
Korea, Jonghyun terlihat digendong oleh sang manajer karena terjatuh akibat aksi
-
3
dorong-dorongan penggemar dan mencederai kakinya (Nurani & Rafiq,
Kumparan, 2017). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Baron dan Richardson
(dalam Krahe, 2001) yang mengusulkan penggunaan kata agresi untuk
menggambarkan segala bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk
melukai orang atau makhluk hidup lain yang berusaha menghindari perlakuan
tersebut. Dari beberapa contoh kasus yang disebutkan, terlihat bahwa sebenarnya
artis-artis tersebut tidak menginginkan perbuatan yang dilakukan oleh
penggemarnya dan menghindari perlakuan tersebut. Walaupun tidak bertujuan
untuk melukai artisnya, namun perilaku agresif penggemar jelas mengganggu
privasi artis – artis tersebut.
Berkowitz (dalam Krahe, 2001) mendefinisikan bahwa agresi dalam hal
perilaku yang melanggar norma atau yang secara sosial tidak disetujui
mengabaikan masalah bahwa evaluasi normatif dari suatu perilaku sering kali
berbeda tergantung dari perspektif pihak yang terlibat. Contoh kasusnya yaitu
menulis sepucuk surat cinta yang di unggah ke media sosial yang ditulis
menggunakan tetesan darah yang berasal dari sayatan lengan dan lehernya.
Tindakannya tersebut ia anggap sebagai bukti cinta mati terhadap idolanya, G-
Dragon BigBang. Kemudian sejumlah fans Jungkook BTS yang kesal karena
mendengar gosip idola mereka berpacaran melakukan aksi ekstrem “mengukir”
lengan mereka dengan silet untuk menunjukkan rasa tak senang mereka jika sang
idola direbut perempuan lain. Salah satu penggemar bahkan menampar wajah
salah satu idola Kpop, Yoochun JYJ saat ia hendak keluar dari salon pada tahun
2015. Tidak hanya serangan fisik, namun penggemar bisa saja meneror wilayah
-
4
pribadi seperti rumah orang tua dan apartemen. Mereka rela menunggu berjam –
jam demi bertemu pujaan hati mereka, walau hanya sepintas. Selain berani mati
dan berani repot mereka juga memiliki kemampuan lihai dan trik licin untuk
mendapatkan foto atau video eksklusif dari sang idola. Contohnya menaruh
CCTV di parkiran apartemen demi mematai-matai sang idola. Penggemar yang
memiliki banyak uang bahkan bisa duduk di kursi penerbangan bersama para
idola kemudian diam-diam mengambil foto sang idola dan mengunggahnya ke
sosial media. Kadang penggemar tak hanya menyakiti diri sendiri, tapi juga
melukai idola mereka. Tujuannya agar sang idola mengingat wajah mereka, meski
dengan cara buruk (Nuraini & Kusumadewi, Kumparan, 2017).
Tindakan yang dilakukan penggemar Kpop diatas termasuk dalam
agresivitas. Para psikolog mengartikan agresi (aggression) sebagai perilaku yang
bermaksud untuk menyakiti. Lebih jauh Myers menyebutkan agresi adalah
perilaku fisik atau verbal yang bermaksud untuk menyakiti seseorang (Myers,
2012). Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa agresi merupakan tingkah
laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang
menghindari perlakuan semacam itu. Menurut Edmunds dan Kendrik (dalam
Luthfi et al., 2009) agresivitas merupakan suatu disposisi atau kecenderungan
untuk melakukan agresi dan berkenaan dengan karakteristik individu. Agresivitas
adalah keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam berbagai
situasi yang berbeda. Salah satu pertalian pertama yang dibuat tentang agresi
adalah maksud seseorang. Jika seseorang mencoba melukai orang lain maka kita
akan menyebutnya agresif namun jika tidak menimbulkan bahaya maka tidak
-
5
dikatakan agresif (Sears et al., 1985). Tindakan yang dilakukan penggemar Kpop
seperti mencakar, meremas wajah, mencubit mengganggu, meneror, mengganggu
privasi, memata – matai hingga mengukir lengan merupakan tindakan agresif
karena tindakan yang dilakukan tidak hanya menyakiti dirinya tetapi juga
penggemar Kpop lain bahkan idolanya. Selain itu, tindakan yang dilakukan
penggemar Kpop tersebut menimbulkan bahaya.
Agresivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebiasaan belajar,
kondisi internal dan eksternal, faktor penghambat dan faktor situasional. Dalam
penelitian ini berfokus pada faktor eksternal yaitu konformitas. Konformitas
adalah perubahan tingkah laku atau kepercayaan sebagai hasil dari tekanan
kelompok baik yang nyata ataupun tidak (Myers, 2010). Sedangkan menurut
Sears, et al., (1985) konformitas adalah ketika individu merubah perilaku karena
setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Saputri (2015) ditemukan bahwa konformitas mempengaruhi agresivitas
sebesar 22.9% dan memiliki arah positif. Hal tersebut sesuai dengan teori Baron
dan Byrne (dalam Saputri, 2015) mengungkapkan bahwa salah satu aspek yang
menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi adalah dikarenakan adanya
daya tarik in-group yang akan mengakibatkan individu merasa memiliki
kesamaan dengan sesama anggota kelompok (ingroup) dan cenderung melihat
berbeda terhadap anggota kelompok lain (outgroup). Apabila dalam satu fandom
melakukan agresivitas maka anggotanya juga akan melakukan agresivitas sebagai
usaha menyamakan perilakunya dengan norma yang berlaku. Selain itu, dalam
penelitian tersebut ditemukan bahwa seseorang dapat ikut terpengaruh oleh
-
6
kelompok dalam melakukan perilaku agresi. Adanya provokasi secara langsung
dari pihak lain dalam kelompok merupakan pendorong perilaku agresi (Sarwono
dalam Saputri, 2015). Namun pada penelitian yang dilakukan Utomo (2012)
ditemukan bahwa konformitas mempengaruhi agresivitas sebesar 43,3% dan
memberikan hubungan negatif yang berarti semakin tinggi konformitas maka akan
semakin rendah pula perilaku agresi dan sebaliknya. Perilaku agresi bisa
disebabkan oleh bentuk perilaku konformitas terhadap kelompoknya, namun
manusia sebagai individu memiliki Innate (bawaan lahir), bersifat independen
(tidak bergantung pada faktor lain). Menurut pandangan Lorenz, energi agresi
secara konstan dihasilkan oleh proses tubuh kita (Utomo, 2012).
Selain faktor eksternal, faktor internal juga menjadi fokus dalam penelitian
ini, yaitu self control dan kecerdasan emosi. Self control juga mempengaruhi
agresivitas seseorang. Menurut Averill (1973) self control merupakan kemampuan
individu untuk memodifikasi perilaku, mengelola informasi yang tidak diinginkan
dan memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. Goldfried dan
Merbaum (dalam Tarigan, 2016) mendefinisikan self control sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan perilaku
yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Sedangkan Ghufron
dan Risnawita (dalam Tarigan, 2016) menyatakan bahwa self control merupakan
kemampuan untuk mengendalikan perilaku, keinginan mengubah perilaku agar
sesuai untuk orang lain dan selalu konform dengan orang lain. Dalam penelitian
tersebut juga ditemukan bahwa self control mempengaruhi signifikan terhadap
kecenderungan agresivitas sebesar 95% dan memiliki arah yang negatif artinya
-
7
semakin tinggi self control maka semakin rendah kecenderungan agresivitas dan
sebaliknya. agresivitas. Jadi, apabila seorang Kpopers menerima stimulus untuk
menjadi agresif namun Ia memiliki self control yang tinggi maka Ia akan dapat
menahan dirinya untuk tidak merespons secara agresif stimulus tersebut. Thomas
(dalam Tarigan, 2016) menyatakan bahwa ketika dorongan untuk berbuat
menyimpang maupun agresi sedang mencapai puncaknya, self control (kontrol
diri) dapat membantu individu menurunkan agresi dengan mempertimbangkan
aspek aturan dan norma sosial yang berlaku. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Nurfaujiyati (2010) juga ditemukan bahwa self control mempengaruhi signifikan
terhadap agresivitas sebesar 52,9% dan juga memiliki arah yang negatif.
Selain self control, faktor internal yang mempengaruhi agresivitas yaitu
kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
individu yang meliputi pengendalian diri, semangat dan gigih, juga kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri serta mengelola dorongan emosi, memahami
perasaan terpendam orang lain dan membina hubungan dengan baik, jika
kemampuan tersebut seimbang maka akan diperoleh kesehatan dan kesejahteraan
(Goleman, 1995). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2010)
ditemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan emosi dan
agresivitas sebesar 11.6% namun memiliki arah yang negatif yang berarti semakin
tinggi tingkat kecerdasan emosi maka akan semakin rendah tingkat agresivitas dan
sebaliknya. Kartono (dalam Luthfi, 2009) menyatakan bahwa agresi merupakan
reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali,
serangan, kekerasan, tingkah laku kegilaan dan sadistis lainnya. Orang yang
-
8
memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka ia dapat mengelola emosinya untuk
tidak meledak, karena amarah yang berlebihan menimbulkan agresivitas.
Penelitian lain yang dilakukan Mukarromah (2008) ditemukan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara kecerdasan emosi dan agresivitas sebesar 56.9% dan
juga memiliki arah yang negatif.
Berdasarkan berbagai fenomena penelitian mengenai agresivitas yang telah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya inilah yang membuat peneliti merasa
terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Konformitas,
Self control dan Kecerdasan Emosi Terhadap Agresivitas pada Penggemar
Grup Musik Kpop / Kpopers”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai dari variabel prediktor, yaitu konformitas,
self control dan kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar musik
Kpop / Kpopers. Adapun definisi tentang konsep variabel yang digunakan, yaitu :
1. Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tindakan yang
dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu kepada orang
lain yang merugikan, tidak menyenangkan dan bertujuan untuk menyakiti
(Buss dan Perry, 1992).
2. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku
tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut (Sears et al.,
1985).
-
9
3. Self-control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan individu
untuk memodifikasi perilaku, mengelola informasi yang tidak diinginkan dan
memilih suatu tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini (Averill, 1973).
4. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi pengendalian diri,
semangat dan gigih, juga kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta
mengelola dorongan emosi, memahami perasaan terpendam orang lain dan
membina hubungan dengan baik, jika kemampuan tersebut seimbang maka
akan diperoleh kesehatan dan kesejahteraan (Goleman, 1995).
5. Responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah penggemar musik
Kpop / Kpopers yang berusia 15-21 tahun. Penelitian ini dilakukan di wilayah
Jakarta.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan, ketaatan), self
control (behavioral control, cognitive control, decisional control) dan
kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi
diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain)
terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers?
2. Berapa besar pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan, ketaatan), self
control (behavioral control, cognitive control, decisional control) dan
kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi
-
10
diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain)
terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers?
3. Variabel manakah yang paling mempengaruhi agresivitas pada penggemar
grup musik Kpop / Kpopers?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui adakah pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan,
ketaatan), self control (behavioral control, cognitive control, decisional
control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan
orang lain) terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh konformitas (kekompakan, kesepakatan,
ketaatan), self control (behavioral control, cognitive control, decisional
control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan
orang lain) terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers.
3. Mengetahui variabel mana yang paling mempengaruhi agresivitas pada
penggemar grup musik Kpop / Kpopers.
-
11
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi psikologi,
terutama di bidang psikologi sosial dan perkembangan khususnya kajian tentang
agresivitas. Selain itu juga, hasil penelitian ini kedepannya dapat dijadikan
sebagai bahan penelitian lanjutan bagi akademisi lainnya yang juga tertarik untuk
meneliti agresivitas sebagai variabel terikat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
pentingnya pengaruh konformitas, self control dan kecerdasan emosi terhadap
agresivitas kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Agresivitas
2.1.1 Pengertian Agresivitas
Agresi dalam kamus psikologi diartikan sebagai satu serangan atau serbuan,
tindakan permusuhan yang ditujukan pada seseorang atau benda, sedangkan
agresivitas diartikan sebagai kecenderungan habitual yang dibiasakan untuk
memamerkan permusuhan (Chaplin, 2006). Kata agresif / agresivitas berasal dari
bahasa latin “agredi” yang berarti melukai atau menyerang orang lain. Secara
operasional, Muray memberikan gambaran agresi sebagai kebutuhan untuk
menyerang, memperkosa atau melukai orang lain, untuk meremehkan, merugikan,
mengganggu, membahayakan, merusak, menjahati, mengejek, mencemooh atau
menuduh secara jahat, menghukum berat atau melakukan tindakan sadistik
lainnya (dalam Luthfi et al., 2009). Sedangkan menurut Franzoi (2003) agresi
adalah segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau menyakiti
seseorang, diri sendiri maupun suatu objek.
Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa agresivitas merupakan suatu
tindakan yang dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu
kepada orang lain yang merugikan, tidak menyenangkan dan bertujuan untuk
menyakiti. Buss (dalam Luthfi et al., 2009) juga mendefinisikan agresivitas
sebagai sebuah respon yang melancarkan stimulus yang merugikan atau
menyakitkan pada individu lainnya. Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2001)
yang mengusulkan penggunaan kata agresi untuk menggambarkan segala bentuk
-
13
perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk melukai orang atau makhluk hidup lain
yang berusaha menghindari perlakuan tersebut. Menurut Myers (2014) agresivitas
adalah perilaku yang memiliki maksud untuk menyakiti seseorang baik secara
fisik maupun verbal. Sedangkan Sarwono dan Meinarno (2011) mengemukakan
bahwa agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang /
institusi terhadap orang / institusi lain yang sejatinya disengaja.
Definisi klasik dari agresi dijelaskan oleh Buss (dalam Krahe, 2001) yang
mengkarakterisasikan agresi sebagai sebuah respon yang melancarkan stimulus
yang menyakitkan pada orang lain. Menurut Baron et al,. (2009) agresi adalah
tingkah laku yang ditujukan untuk melukai seseorang yang sebenarnya
menghindari perlakuan tersebut. Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa
agresi merupakan tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk
hidup lain yang menghindari perlakuan semacam itu. Menurut Edmunds dan
Kendrik (dalam Luthfi et al., 2009) agresivitas merupakan suatu disposisi atau
kecenderungan untuk melakukan agresi dan berkenaan dengan karakteristik
individu. Agresivitas adalah keinginan yang relatif melekat untuk menjadi agresif
dalam berbagai situasi yang berbeda. Salah satu pertalian pertama yang dibuat
tentang agresi adalah maksud seseorang. Jika seseorang mencoba melukai orang
lain maka kita akan menyebutnya agresif namun jika tidak menimbulkan bahaya
maka tidak dikatakan agresif (Sears et al., 1985).
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menggunakan definisi menurut Buss
dan Perry (1992) yang mengemukakan bahwa agresivitas merupakan suatu
tindakan yang dilakukan secara sadar baik fisik maupun verbal oleh individu
-
14
kepada orang lain yang merugikan, tidak menyenangkan dan bertujuan untuk
menyakiti.
2.1.2 Dimensi Agresivitas
Lutfi et al., (2009) merangkum dimensi agresi dari Geen (1998), Olweus (2003)
serta Sullivan (2000) ke dalam dua bentuk besar, yaitu:
1. Agresi Langsung (direct aggression) yaitu agresivitas yang dilakukan secara
terang – terangan, ditujukan secara langsung kepada korban dan dengan jelas
berasal dari agresor serangan terbuka. Agresi ini dibagi ke dalam dua bagian:
a. Fisik, seperti memukul, menendang, mendorong, menjambak, menonjok,
mencubit, menjegal / menyengkat, meludahi, mengunci seseorang,
menggigit, merusak / mengambil paksa barang orang lain.
b. Verbal, seperti meledek, menghina dengan perkataan, mengancam
dengan perkataan, ancaman kekerasan, pemberian nama ejekan, memaki,
menggoda (teasing), mengejek, menghina / mengganggu dengan sengaja,
mengkritik penampilan di depan orang.
2. Agresi tidak langsung (indirect aggression) yaitu agresivitas yang dilakukan
dengan serangan yang tertutup atau tersamar dimana penyerang dapat
menyakiti korban tanpa teridentifikasi oleh korban atau orang lain. Serangan
ini biasanya memakai struktur sosial yang tersedia untuk menyakiti korban,
misalnya melalui manipulasi hubungan atau kedudukan sosial pihak tersebut
secara sengaja. Agresivitas ini dibagi menjadi tiga bagian:
a. Merusak reputasi / status sosial: menyebarkan gosip tidak benar,
menjelek – jelekkan sasaran di “belakangnya”, memfitnah, menulis dan
-
15
menyebarkan catatan yang jelek tentang sasarannya, membuka dan
menyebarkan rahasia sasarannya.
b. Merusak / manipulasi hubungan: mengeluarkan target dari kelompok,
mengucilkan, menghasut teman lain untuk memusuhi sasaran, merebut
teman / pacar / sahabat sasaran, tidak menghiraukan sasaran, mengancam
akan memusuhi / menjauhi sasaran jika Ia tidak melakukan apa yang
diminta.
c. Non verbal seperti ekspresi wajah yang menghina, contoh: mencibirkan
bibir, memandang sinis, tersenyum, mengejek, menggulingkan bola mata,
mengadahkan hidung, ekspresi jijik / muak, berbisik – bisik lalu tertawa
dengan gesture yang kasar seperti membalikkan badan (memunggungi),
menyenggol dan berpura – pura tidak sengaja.
Sedangkan menurut Buss dan Perry dimensi agresivitas dibagi menjadi
empat bentuk, yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah dan permusuhan.
Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu
komponen motorik, afektif dan kognitif.
a. Agresi Fisik
Merupakan komponen dari perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti orang
lain secara fisik. Contoh tindakannya adalah memukul, menendang, dan
menyerang.
b. Agresi Verbal
Merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain, hanya
saja melalui verbalisasi. Contoh tindakannya adalah berdebat, memaki orang lain,
-
16
membentak, bersikap sarkatis, menunjukkan ketidaksukaan dari ketidaksetujuan
pada orang lain, kadang kala sering menyebarkan gosip.
c. Rasa Marah
Merupakan emosi atau afektif seperti keterbangkitan dan kesiapan psikologis
umtuk bersikap agresif. Contoh tindakannya adalah mudah kesal, hilang
kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah.
d. Sikap Permusuhan
Merupakan perwakilan dari komponen kognitif. Contoh tindakannya adalah
perasaan benci dan curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang dialami tidak
adil dan iri hati.
Berdasarkan dimensi agresivitas yang dijabarkan diatas, penulis
menggunakan pembagian dimensi menurut Buss dan Perry (1992) yang membagi
agresivitas menjadi empat dimensi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah
dan sikap permusuhan.
2.1.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Agresivitas
Faktor - faktor yang mempengaruhi agresivitas individu menurut Mundia (2006),
yaitu:
a. Faktor biologis
Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa anak laki-laki memiliki
tendensi perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.
b. Karakteristik individual
Karakteristik pribadi seseorang dapat berkontribusi pada adanya perilaku
agresif. Seperti tempramental, kemampuan sosial yang rendah, sensitif dan
-
17
mudah tersinggung dengan perilaku orang lain, serta adanya ketidakmampuan
dalam menemukan solusi non-agresif pada konflik yang dihadapi. Jika
individu memiliki karakteristik yang buruk maka kecenderungan agresivitas
akan tinggi. Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosional merupakan
kemampuan mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan orang lain
dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kemampuan ini mencakup self
control, semangat dan ketekunan dan kemampuan memotivasi diri sendiri.
c. Lingkungan rumah dan sekolah
Adanya pola asuh orang tua yang terlalu otoriter dan keras dalam mendidik
anak, menyebabkan anak menjadi cenderung membangkang. Adanya peran
guru dalam mengajar yang cenderung tidak menyenangkan, seperti bersikap
koersif mapun diktator, serta sikap guru yang kasar, dapat menjadi contoh
(modelling) bagi siswa untuk berperilaku serupa.
d. Pengaruh teman sebaya (peer)
Berteman dengan teman yang memiliki sikap dan perilaku antisosial, dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berperilaku serupa melalui adanya
modeling pada sikap kasar teman sebaya tersebut. Myers (2010) berpendapat
bahwa keadaan dimana individu mengubah perilaku atau keyakinan sebagai
hasil dari tekanan kelompok baik yang nyata maupun tidak disebut
konformitas. Konformitas tidak hanya berperilaku seperti orang lain, namun
juga dipengaruhi oleh bagaimana orang lain berperilaku. Individu yang
malakukan konfirmitas tersebut biasanya berperilaku dan berpikir berbeda dari
-
18
biasanya disaat individu itu sendiri. Karenanya konformitas adalah perubahan
perilaku dan kepercayaan untuk menyesuaikan dengan orang lain.
e. Kekerasan media
Banyak penelitian yang menyebutkan adanya pengaruh besar dari adanya
paparan media elektronik seperti tayangan televisi, game, maupun internet,
yang menyebabkan berkembangnya perilaku agresif pada anak maupun
remaja. Anak-anak yang sering menyaksikan tayangan yang bersifat kekerasan
ataupun memainkan permainan yang terdapat unsur adegan kekerasan fisik,
seperti mortal combat, counter strike, dan sebagainya dapat menyebabkan
anak juga memunculkan perilaku serupa seperti yang terdapat dalam adegan
tersebut.
f. Komunitas dan faktor sosial
Adanya toleransi dan penerimaan masyarakat di sekitar anak terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan di lingkungan sosial menyebabkan anak menjadi
cenderung bersikap agresif, karena menganggap hal tersebut wajar untuk
dilakukan.
2.1.4 Pengukuran Agresivitas
Alat ukur agresivitas telah banyak digunakan, O’Connor, Archer dan Wu (dalam
Fauziah, 2014) menjelaskan diantaranya adalah:
1. Alat ukur agresivitas yang pernah digunakan adalah Anger Situation
Questionnaire (ASQ). Alat ukur ini terdiri dari 33 item yang mana mengukur
disposisi amarah pada bentuk “pengalaman – pengalaman emosi”, “intensitas
-
19
perasaan” dan “pembacaan tindakan”. Alat ukur ini dikembangkan secara
khusus untuk wanita oleh Van Goozen pada tahun 1994.
2. AQ – P (Aggression Questionnaire – Partner), merupakan alat ukur untuk
mengukur agresivitas. Alat ukur ini diadaptasi dari Aggression Questionnaire
(AQ) oleh Buss dan Perry (1992), terdiri dari 29 item.
3. Aggressive Provocation Questionnaire (APQ), merupakan alat ukur
agresivitas yang terdiri dari 21 item dimana hanya 12 saja yang dinyatakan
reliabel. Alat ukur ini merupakan alat ukur baru yang digunakan untuk
mengukur agresivitas, dirancang untuk mengakses kecenderungan laki – laki
dalam menunjukkan perilaku agresif ketika sengaja diatur dengan situasi
provokasi.
4. Aggression Questionnaire (AQ), instrumen yang dikembangkan Buss dan
Perry (1992) ini terdiri dari 29 item atau pernyataan, pada standar psikometri
menunjukkan reliabilitas dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini
memiliki konsistensi internal antara 0.72 dan 0.89 dan reliabilitas test – retest
antara 0.72 dan 0.80.
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan penulis untuk mengukur
agresivitas adalah skala agresivitas aggression questionnaire dengan mengacu
pada teori Buss dan Perry (1992) yang telah dimodifikasi oleh peneliti yang terdiri
dari 24 pertanyaan. Model skala yang digunakan adalah skala likert. Alat ukur ini
sering digunakan untuk mengukur agresivitas karena sudah teruji reliabilitas dan
konsistensinya. Penulis menggunakan skala ini dikarenakan konsep teori ini
berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.
-
20
2.2 Konformitas
2.2.1 Pengertian Konformitas
Dalam kamus psikologi, konformitas diartikan sebagai kecenderungan untuk
memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat
yang sudah berlaku (Chaplin, 2006). Konformitas adalah perubahan perilaku
tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut (Sears et al.,
1985). Menurut Baron et al., (dalam Sarwono dan Meinarno, 2011) konformitas
adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah
lakunya agar sesuai dengan norma sosial. Konformitas adalah keadaan dimana
individu mengubah perilaku atau keyakinan sebagai hasil dari tekanan kelompok
baik yang nyata maupun tidak. Konformitas tidak hanya berperilaku seperti orang
lain, namun juga dipengaruhi oleh bagaimana orang lain berperilaku. Individu
yang malakukan konfirmitas tersebut biasanya berperilaku dan berpikir berbeda
dari biasanya disaat individu itu sendiri. Karenanya konformitas adalah perubahan
perilaku dan kepercayaan untuk menyesuaikan dengan orang lain (Myers, 2010).
Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial
dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan norma
sosial yang ada.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menggunakan definisi menurut Sears
et al., (1985) yang mengemukakan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku
tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut.
-
21
2.2.2 Dimensi Konformitas
Dalam pembentukan konformitas, terdapat dimensi-dimensi pembentuk di
dalamnya, dimensi konformitas menurut Sears et al., (1985).
1. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok yang membuat individu tertarik dan ingin tetap
menjadi bagian dari sebuah kelompok. Semakin besar rasa suka individu terhadap
kelompoknya, akan semakin besar keinginan individu tersebut untuk kompak
dengan kelompok dan konformitas akan menjadi tinggi.
2. Kesepakatan
Pendapat kelompok merupakan acuan yang memiliki tekanan kuat, sehingga
individu harus menyesuaikan pendapat dengan kelompok. Individu yang
dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan
yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya.
3. Ketaatan
Tekanan dan tuntutan dari kelompok yang membuat individu rela untuk
melakukan tindakan walaupun individu sendiri tidak menginginkan perilaku
tersebut. Semakin individu taat pada kelompoknya, tingkat konformitas juga
semakin tinggi.
2.2.3 Pengukuran Konformitas
Pengukuran skala konformitas yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini
disusun oleh penulis berdasarkan dimensi konformitas menurut Sears et al.,
(1985) yaitu kekompakan, kesepakatan dan ketaatan yang terdiri dari 12 item.
-
22
2.3 Self Control
2.3.1 Pengertian Self Control
Self control dalam kamus psikologi diartikan sebagai kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi
impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2006). Averill (1973)
mengatakan bahwa self control adalah kemampuan seseorang dalam mengelola
emosi untuk membuat keputusan dalam mengekspresikan perasaan-perasaan atau
tindakan dalam lingkungan sosial. Menurut Tangney et al., (2004) menyatakan
bahwa “Central to our concept of self control is the ability to override or change
one’s inner responses, as well as to interrupt undesired behavioral tendencies and
refrain from acting on them.” Maksudnya adalah pusat dari konsep pengendalian
diri kita adalah kemampuan untuk mengesampingkan atau mengubah tanggapan
batin seseorang, serta untuk menekan kecenderungan perilaku yang tidak
diinginkan dan menahan diri dari tindakan tersebut. Menurut Rothbaum (dalam
Tangney et al., 2004) menyatakan bahwa “Self-control is widely regarded as a
capacity to change and adapt the self so as to produce a better, more optimal fit
between self and world.” Maksudnya adalah pengendalian diri secara luas
dianggap sebagai kapasitas untuk berubah dan beradaptasi dengan diri sehingga
menghasilkan sesuatu lebih baik secara optimal antara diri dan dunia.
Menurut Blackburn (dalam Nur, 2006) self control adalah kemampuan
untuk menunda atau menghalangi suatu respon kekhawatiran dalam semua
analisis perkembangan dan belajar, dan telah diperiksa secara mendalam yang
meliputi pengendalian dorongan, pengendalian diri, toleransi terhadap frustasi dan
-
23
penundaan pemuasan keputusan. Menurut Synder dan Gangestad self control
sangat relevan untuk melihat hubungan pribadi dengan lingkungan masyarakat
yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang
efektif. Hurlock (dalam Nur, 2006) mengatakan bahwa self control bisa muncul
karena adanya perbedaan dalam mengelola emosi, cara mengatasi masalah, tinggi
rendahnya motivasi dan kemampuan mengelola segala potensi dan pengembangan
kompetensinya. Self control itu sendiri berkaitan dengan bagaimana individu
mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan definisi menurut
Averill (1973) yang mengemukakan bahwa self control adalah kemampuan
seseorang dalam mengelola emosi untuk membuat keputusan dalam
mengekspresikan perasaan-perasaan atau tindakan dalam lingkungan sosial.
2.3.2 Dimensi Self Control
Berdasarkan konsep Averill (1973), terdapat tiga dimensi dalam kemampuan
mengendalikan diri, yaitu:
1. Behavioral Control
Merupakan suatu tindakan langsung terhadap lingkungan. Aspek ini terdiri dari
dua komponen, yaitu: mengatur pelaksanaan (regulated administration), dan
memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksaan
merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang akan
mengendalikan situasi atau keadaan dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya.
Individu yang mempunyai kemampuan mengendalikan diri dengan baik akan
mampu mengendalikan perilakunya sendiri dan jika individu tersebut tidak
-
24
mampu, maka akan menggunakan sumber eksternal dari luar dirinya. Kemampuan
mengatur stimulus adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki datang (dalam Nur, 2006).
2. Cognitive Control
Merupakan kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasikan, menilai atau menggabungkan suatu kejadian
dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi
tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu: memperoleh informasi
(information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Informasi yang dimiliki
individu atas suatu kejadian yang tidak menyenangkan dapat diantisipasi dengan
berbagai pertimbangan, serta individu akan melakukan penilaian dan berusaha
untuk menafsirkannya melalui segi - segi positif secara subjektif (dalam Nur,
2006).
3. Decisional Control
Kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini individu dalam menentukan
pilihan yang akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan
atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih kemungkinan tindakan.
Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu: mengantisipasi peristiwa dan
menafsirkan peristiwa, dimana individu dapat menahan dirinya (dalam Nur,
2006).
2.3.3 Pengukuran Self Control
Pengukuran skala self control yang digunakan peneliti adalah skala pengukuran
yang dibuat dengan mengacu pada teori dari Averill (1973) yaitu behavioral,
-
25
cognition dan decisional control. Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari
skala yang dibuat oleh Nurfaujiyati (2010). Skala yang digunakan adalah skala
likert yang terdiri dari 20 item. Penulis menggunakan alat ukur tersebut karena
memiliki taraf signifikansi yang baik pada taraf 5% maupun 1%.
2.4 Kecerdasan Emosi
2.4.1 Definisi Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosional meliputi perasaan serta pikiran-
pikiran yang khas baik secara psikologis maupun biologis dan merupakan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Kecerdasan emosional merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi kemampuan untuk
mempersepsikan, membangkitkan, serta memasuki emosional yang dapat
membantu untuk menyadari serta mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain,
sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan emosi dan intelektual. Selain itu
kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan ketika individu mengalami suatu keadaan
yang membuat frustasi, mengendalikan dorongan hati serta tidak melebih-
lebihkan kesenangan yang dirasakan, mengatur suasana hati dan juga menjaga
agar beban stres yang ada tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati,
serta berdoa.
Salovey (dalam Mafiroh, 2014). Menempatkan kecerdasan pribadi dari
Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang
dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi.
Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat,
-
26
memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti
dari hubungan sosial yang baik. Sedangkan Ginanjar (dalam Mafiroh, 2014)
mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan,
memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, emosi, dan koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Individu yang
mampu memahami emosi individu lain dapat bersikap dan mengambil keputusan
dengan tepat tanpa menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak.
Emosi dapat timbul setiap kali individu mendapatkan rangsangan yang dapat
mempengaruhi kondisi jiwa dan menimbulkan gejolak dari dalam. Emosi yang
dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan dalam
berbagai karena pada waktu emosi muncul, individu memiliki energi lebih dan
mampu mempengaruhi individu lain. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi
tersebut bila dimanfaatkan dengan benar dapat diterapkan sebagai sumber energi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, mempengaruhi orang lain dan
menciptakan hal-hal baru.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menggunakan definisi menurut
Goleman (1995) yang mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu
kemampuan yang dimiliki oleh individu yang meliputi kemampuan untuk
mempersepsikan, membangkitkan, serta memasuki emosional yang dapat
membantu untuk menyadari serta mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain,
sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan emosi dan intelektual.
2.4.2 Dimensi Kecerdasan Emosi
Dimensi kecerdasan emosional menurut menurut Goleman (1995) yaitu:
-
27
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional.
Kemampuan mengenali emosi dibimbing oleh dua kemampuan, yaitu
kemampuan menyadari apa yang dipikirkan dan mengenali apa yang
dirasakan. Inti dari mengenali emosi diri adalah mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi atau timbul. Mengenali emosi diri sama dengan kesadaran
diri, yaitu mengetahui apa yang seseorang rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki acuan yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan
diri yang kuat. Penggunaan istilah kesadaran diri mengacu pada perhatian
seseorang yang introspektif dan bercermin pada diri akan pengalamannya.
b. Mengelola Emosi Diri
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar dapat terungkap dengan
tepat. Kecakapan mengelola emosi ini merupakan kecakapan yang bergantung
pada kesadaran diri yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan. Orang yang
memiliki kecakapan ini mampu bangkit kembali, sedangkan orang yang
kemampuannya di bidang ini buruk maka akan terus bertarung melawan
perasaannya.
c. Memotivasi Diri
Memotivasi diri merupakan kemampuan untuk menata emosi sebagai alat
untuk mencapai tujuan dalam kaitannya untuk memberi perhatian, memotivasi
dan menguasai diri sendiri juga berkreasi. Memotivasi diri juga bisa diartikan
-
28
menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun
menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif,
serta bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. Memotivasi diri
sendiri dapat diartikan bahwa orang mampu bangkit dan terdorong untuk
berubah. Orang yang memiliki kecakapan ini tidak terpuruk dalam suatu
kegagalan dan mudah puas dengan pekerjaannya, melainkan terus berusaha
untuk memperbaiki dirinya. Kendali diri atau menahan diri terhadap kepuasan
dan mengendalikan dorongan hati menjadi landasan keberhasilan dalam
berbagai bidang.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Orang yang empatik lebih
mampu menangkap sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang
dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Empati juga mencakup kemampuan
merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
individu tersebut, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan
diri dengan berbagai watak orang.
e. Membina Hubungan Dengan Orang Lain.
Seni membina hubungan berarti kecakapan untuk berinteraksi dengan orang
lain, kemampuan untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang
menempatkan dirinya dalam suatu kelompok. Kemampuan untuk
mengungkapkan diri dan perasaan merupakan dasar dalam kemampuan
membina hubungan dengan orang lain.
-
29
2.4.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi
Pengukuran skala kecerdasan emosi yang akan digunakan penelitian ini yaitu
dibuat berdasarkan dimensi kecerdasan emosi menurut menurut Goleman (1995)
yang meliputi: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri,
mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Skala
yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh Mafiroh (2014)
yang dimodifikasi sesuai dengan subyek yang akan digunakan peneliti. Skala
yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 28 item. Penulis
menggunakan alat ukur tersebut karena nilai reliabilitas alpha pada skala bernilai
0,867 sehingga dapat dikatakan bahwa reliabilitas instrumen dari skala tersebut
sangat kuat.
2.5 Kerangka Berpikir
Fenomena hallyu (gelombang Korea) di Indonesia banyak memunculkan
penggemar baru diikuti berbagai dampak positif, salah satunya adalah tercipta ide
kreatif untuk membuka usaha dan berjualan. Namun selain dampak tersebut,
muncul pula dampak negatif seperti bergesernya budaya Indonesia yang
tergantikan dengan budaya Korea, dan terobsesi dengan idola yang berlebihan dan
cenderung agresif. Agresivitas adalah perilaku yang dilakukan secara sadar dan
memiliki maksud untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun verbal.
Secara garis besar, agresivitas dibagi menjadi empat, yaitu agresi fisik, verbal,
rasa marah dan permusuhan. Contoh agresivitas yang sering dilakukan penggemar
musik Kpop / Kpopers adalah mendorong, menarik, menampar, mencubit,
memegang wajah hingga mencakar idola, memaki, mengolok-olok, mendendam,
-
30
merendahkan dan lain sebagainya. Faktor penyebab agresivitas ada banyak, salah
satunya yaitu konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku tertentu karena setiap orang lain
menampilkan perilaku tersebut. Konformitas dipengaruhi oleh tiga dimensi yaitu
kekompakan, kesepakatan dan ketaatan. Kekompakan membuat individu merasa
tertarik dan ingin tetap menjadi bagian dari sebuah kelompok, semakin besar rasa
suka terhadap kelompok, semakin besar keinginan untuk kompak dengan
kelompok. Contohnya, ketika dalam sebuah fandom (kelompok penggemar)
boygroup / girlgroup Korea memiliki sebuah lightstick yang biasa dibawa saat
konser, individu penggemar boygroup / girlgroup tersebut akan membeli sebuah
lightstick meskipun harga sebuah lightstick tersebut tergolong mahal namun
karena individu penggemar tersebut tertarik dan ingin tetap dianggap sebagai
bagian dari fandom (kelompok penggemar) tersebut maka Ia akan tetap membeli
barang tersebut agar kompak dengan kelompoknya. Kemudian kesepakatan
memuculkan tekanan kuat sehingga individu harus menyesuaikan pendapat
dengan kelompok contohnya, memakai dress code saat berkumpul bersama. Jika
tidak sesuai dengan yang ditentukan maka akan ada sanksi walaupun tidak
tertulis. Lalu ketaatan memunculkan tuntutan dari kelompok yang membuat
individu rela melakukan tindakan, termasuk tindakan agresif walaupun
sebenarnya individu tidak menginginkan perilaku tersebut. Semakin individu taat
pada kelompoknya maka tingkat konformitas juga semakin tinggi. Contohnya
ketika B yang tidak menyukai grup yang A suka dan menebar kebencian
kemudian salah satu individu dalam kelompoknya (C) membalas B dengan
-
31
kebencian juga dan A diharuskan untuk membalas C walaupun sebenarnya A
tidak ingin, namun karna A tetap ingin menjadi bagian dari kelompok penggemar
tersebut maka A akan menaati untuk membalas C dengan kebencian juga.
Selain konformitas, self control dapat memicu agresivitas. Self control
adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, menekan tingkah
laku impulsif yang muncul karena adanya perbedaaan dalam mengelola emosi,
cara mengatasi masalah, tinggi rendahnya motivasi, dan kemampuan mengelola
potensi juga pengembangan kompetensinya. Self control dipengaruhi oleh tiga
dimensi yaitu behavioral, cognitive dan decisional control. Jika individu memiliki
behavioral control yang baik maka kecenderungan berperilaku agresif akan
rendah karena ia telah mampu mengatur pelaksanaan dan memodifikasi stimulus
yang ada. Sebaliknya, jika individu memiliki behavioral control yang buruk maka
kecenderungan berperilaku agresif akan tinggi. Kemudian adanya cognitive
control membuat individu mampu mengolah informasi yang diperoleh dan
melakukan penilaian sehingga kecenderungan berperilaku agresif secara fisik atau
verbal menjadi rendah. Lalu decisional control membuat individu mampu untuk
memilih tindakan yang diyakini baik untuk dirinya. Individu akan mampu
mengantisipasi peristiwa dan menafsirkan peristiwa dimana individu dapat
menahan dirinya. Dengan memiliki self control yang baik, maka individu tidak
memiliki kecenderungan berperilaku agresif baik fisik maupun verbal.
Selain konformitas dan self control, kecerdasan emosi juga dapat memicu
agresivitas individu. Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang dimiliki oleh
individu meliputi kemampuan untuk mempersepsi, membangkitkan, serta
-
32
memasuki emosional yang dapat membantu untuk menyadari serta mengelola
emosi diri sendiri maupun orang lain dengan cara dewasa dan juga konstruktif
sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan emosi dan intelektual. Kecerdasan
emosi dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu mengenali emosi diri, mengelola
emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan
dengan orang lain. Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional yang
dibimbing oleh kemampuan menyadari yang dipikirkan dan mengenali yang
dirasakan. Kemudian mengelola emosi membuat individu mampu menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat yang meliputi kemampuan menghibur
diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan.
Kemudian memotivasi diri yaitu kemampuan untuk menata emosi sebagai alat
untuk mencapai tujuan dalam kaitannya untuk memberi perhatian, memotivasi diri
sendiri, menguasai diri sendiri dan berkreasi. Selanjutnya mengenali emosi orang
lain yaitu kemampuan menangkap sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan
apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Lalu membina hubungan berarti
kecakapan untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk menjalin
hubungan dan bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam suatu kelompok.
Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang baik cenderung memiliki perilaku
agresif yang rendah karena individu mampu mengenali dan mengelola emosinya
dan orang lain, memotivasi diri, dan membina hubungan dengan orang lain.
Dari uraian di atas, kemudian disusun ringkasan untuk mendeskripsikan
hubungan antar variabel sesuai dengan judul penelitian. Alur pemikiran dari
penelitian ini diilustrasikan pada bagan kerangka berpikir berikut:
-
33
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Mayor
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara konformitas (kekompakkan,
kesepakatan dan ketaatan), self control (behavioral, cognitive dan decisional
control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
Agresivitas (Y)
Konformitas
kekompakan (X1)
kesepakatan (X2)
ketaatan (X3)
Self Control
behavioral control (X4)
cognitive control (X5)
decisional control (X6)
Kecerdasan Emosi
mengenali emosi diri (X7)
mengelola emosi diri (X8)
memotivasi diri (X9)
mengenali emosi orang lain (X10)
membina hubungan dengan orang lain (X11)
-
34
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan
orang lain terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop / Kpopers.”
Hipotesis Minor
H1a: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kekompakan pada variabel
konformitas terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
H1b: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kesepakatan pada variabel
konformitas terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
H1c: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi ketaatan pada variabel
konformitas terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
H1d: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi behavioral control pada variabel
self control terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
H1e: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi cognitive control pada variabel
self control terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
H1f: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi decisional control pada variabel
self control terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
-
35
H1g: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi mengenali emosi diri pada
variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik
Kpop / Kpopers.
H1h: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi mengelola emosi diri pada
variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik
Kpop / Kpopers.
H1i: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi memotivasi diri pada variabel
kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik Kpop /
Kpopers.
H1j: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi mengenali emosi orang lain pada
variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada penggemar grup musik
Kpop / Kpopers.
H1k: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi membina hubungan dengan
orang lain pada variabel kecerdasan emosi terhadap agresivitas pada
penggemar grup musik Kpop / Kpopers.
-
36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik
Populasi dalam penelitian ini adalah penggemar grup musik Kpop / Kpopers yang
berada di wilayah Jakarta. Berdasarkan populasi tersebut, penulis mengambil
sampel sebanyak 156 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan
rentang usia 15-21 tahun dengan alasan Jakarta adalah kota tempat konser Kpop
banyak diadakan dan banyak terdapat penggemar grup musik Kpop / Kpopers.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah non probability sampling karena
jumlah populasi yang digunakan tidak diketahui secara pasti. Teknik pengambilan
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling.
Kuesioner disebar melalui google form selama satu bulan dari bulan April sampai
dengan Mei 2018 dan terkumpul sebanyak 160 data. Namun, dari 160 data yang
terkumpul hanya 156 data yang layak untuk digunakan dan empat lainnya di-drop.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian dibawah ini ada dua variabel yaitu dependent variable (variabel
terikat) dan independent variable (variabel bebas). Variabel-variabel yang akan
diteliti yaitu:
1. Dependent variable (variabel terikat) (DV): agresivitas (agresi fisik, agresi
verbal, rasa marah dan permusuhan)
2. Independent variable (variabel bebas) (IV): konformitas (kekompakan,
kesepakatan dan ketaatan), self control (behavioral, cognitive dan decisional
control) dan kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
-
37
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan
orang lain)
Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Agresivitas adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar baik fisik
maupun verbal oleh individu kepada orang lain yang merugikan, tidak
menyenangkan dan bertujuan untuk menyakiti. Agresivitas dibagi menjadi
empat dimensi yaitu:
a. Agresi fisik yaitu agresi yang melibatkan komponen motorik seperti
melukai dan menyakiti orang lain secara fisik, contoh: memukul,
menendang dan menyerang.
b. Agresi verbal yaitu agresi yang melibatkan komponen motorik seperti
melukai dan menyakiti seseorang namun melalui verbalisasi, contoh:
berdebat, memaki orang lain, membentak, bersikap sarkastis,
menunjukkan ketidaksukaan dari ketidaksetujuan pada orang lain dan
menyebarkan gosip.
c. Rasa marah yaitu agresi yang melibatkan emosi / afektif seperti
keterbangkitan dan kesiapan psikologis untuk bersikap agresif, contoh:
mudah kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontol marah.
d. Sikap permusuhan yaitu agresi yang merupakan perwakilan dari
komponen kognitif, contoh: perasaan benci, curiga, merasa kehidupan
yang dialami tidak adil dan iri hati (Buss dan Perry, 1992).
2. Konformitas adalah kecenderungan untuk mengikuti perilaku ataupun sikap
dalam sebuah kelompok. Konformitas dibagi menjadi tiga dimensi yaitu:
-
38
a. Kekompakkan yaitu kekuatan yang dimiliki kelompok yang membuat
individu tertarik dan ingin tetap menjadi bagian dari kelompok.
b. Kesepakatan yaitu pendapat kelompok yang memiliki tekanan kuat dan
dijadikan acuan yang membuat individu harus menyesuaikan pendapatnya
dengan kelompok.
c. Keaatan yaitu tekanan dan tuntutan dari kelompok yang membuat individu
rela untuk melakukan tindakan walaupun individu tidak menginginkan
perilaku tersebut (Sears et al., 1985).
3. Self control adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi untuk
membuat keputusan dalam mengekspresikan perasaan-perasaan atau tindakan
dalam lingkungan sosial. Self control dibagi menjadi tiga dimensi yaitu:
a. Behavioral control yaitu suatu tindakan langsung terhadap lingkungan
yang terdiri dari dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan dan
memodifikasi stimulus.
b. Cognitive control yaitu kemampuan individu untuk mengolah informasi
dengan cara menginterpretasikan, menilai atau menggabungkan suatu
kejadian dalam satu kerangka kognitif.
c. Decisional control yaitu kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini
individu dalam menentukan pilihan tindakan (Averill, 1973).
4. Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu yang
meliputi kemampuan untuk mempersepsikan, membangkitkan, serta
memasuki emosional yang dapat membantu untuk menyadari serta mengelola
emosi diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat mengembangkan
-
39
pertumbuhan emosi dan intelektual. Kecerdasan emosi dibagi menjadi lima
dimensi yaitu:
a. Mengenali emosi diri yaitu dasar dari kecerdasan emosi yang dibimbing
oleh dua kemampuan yaitu menyadari apa yang dipikirkan dan mengenali
apa yang dirasakan.
b. Mengelola emosi diri yaitu menangani perasaan agar dapat terungkap
dengan tepat yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan.
c. Memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan untuk menata emosi sebagai alat
untuk mencapai tujuan dalam kaitannya untuk memberi perhatian,
memotivasi dan menguasai diri sendiri juga berkreasi.
d. Mengenali emosi orang lain yaitu kemampuan menangkap sinyal sosial
tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki
orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain yaitu kecakapan untuk berinteraksi
dengan orang lain untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang
menempatkan dirinya dalam suatu kelompok (Goleman, 1995).
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data berupa skala agresivitas, konformitas, self control
dan kecerdasan emosi. Metode pengumpulan data yang akan digunakan penulis
adalah kuesioner. Kuesioner adalah instrumen utama penelitian survei untuk
mendapatkan ukuran-ukuran yang valid dari berbagai variabel demografis dan
perbedaan-perbedaan pada berbagai skala laporan diri (Shaughnessy, 2007).
-
40
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup
dengan mengunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang dapat digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau
fenomena tertentu. Skala likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan
penelitian memiliki empat kategori jawaban yang masing-masing memiliki bobot
nilai yang telah ditentukan, hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.1. Pernyataan
terdiri dari peryataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).
Jawaban setiap instrumen ini memiliki tingkat dari yang tertinggi (sangat positif)
dan terendah (sangat negatif) dan diukur melalui item dengan empat skala
jawaban.
Tabel 3.1 Skor nilai skala likert
Alternatif Pilihan Jawaban
Pernyataan Favorable Unfavorable
SS = Sangat Setuju 4 1 S = Setuju 3 2 TS = Tidak Setuju 2 3 STS = Sangat Tidak Setuju 1 4
3.3.1 Blue Print Skala Agresivitas
Untuk mengukur agresivitas, penulis menggunakan skala agresivitas (aggression
questionnaire) dengan mengacu pada teori Buss dan Perry (1992) yang
dimodifikasi sesuai dengan subyek yang akan digunakan. Alat ukur ini terdiri dari
empat dimensi yaitu agresi fisik, agresi verbal, rasa marah dan permusuhan. Alat
ukur ini sering digunakan karena sudah teruji reliabilitas dan konsistensinya.
Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 24 item pernyataan.
Penulis menggunakan skala ini dikarenakan konsep teori ini berkaitan dengan
-
41
variabel yang akan diteliti. Adapun blue print skala agresivitas dijelaskan dalam
tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Agresivitas
3.3.2 Blue Print Skala Konformitas Untuk mengukur skala konformitas, penulis menggunakan teori Sears et al.,
(1985) sebagai acuan. Konformitas dibentuk oleh tiga dimensi, yaitu:
kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Skala yang digunakan adalah skala likert
yang terdiri dari 12 item pernyataan. Adapun blue print skala konformitas
dijelaskan dalam tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Konformitas
3.3.3 Blue Print Skala Self Control Untuk mengukur skala self control, penulis menggunakan dimensi self control
menurut Averill (1973) yang meliputi behavioral, cognitive dan decisional
control. Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh
Nurfaujiyati (2010). Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 20
Dimensi Indikator Item
f Uf Agresi Fisik memukul, menendang dan menyerang 1, 2, 4, 6 3, 5
Agresi Verbal berdebat, memaki, membentak dan menyebarkan gosip 7, 8, 9, 10 11, 12
Rasa Marah mudah kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah 13, 14, 15, 16 17, 18
Permusuhan benci, curiga, merasa tidak adil dan iri hati 19, 20, 21, 22 23, 24 Total 24
Dimensi Indikator Item
f Uf
Kekompakan tertarik menjadi anggota kelompok, eratnya hubungan dengan kelompok, perasaan suka terhadap kelompok 1, 2, 3, 5
4
Kesepakatan anggota kelompok harus menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok 8, 9 6, 7
Ketaatan tekanan dari kelompok membuat subjek rela melakukan suatu tindakan walaupun tidak diinginkan 10, 11 12
Total 12
-
42
item pernyataan. Penulis menggunakan alat ukur tersebut karena memiliki taraf
signifikansi yang baik pada taraf 5% maupun 1%. Adapun blue print skala self
control dijelaskan dalam tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Control
Dimensi Indikator Item f uf
Behavioral control mengatur pelaksanaan, memodifikasi stimulus 1, 5 2, 3, 4
Cognitive control memperoleh informasi, melakukan penilaian 8, 9, 10, 11, 12 6, 7
Decisional control mengantisipasi peristiwa, menafsirkan peristiwa 14, 17, 19 13, 15, 16, 18, 20
Total 20 3.3.4 Blue Print Skala Kecerdasan Emosi Untuk mengukur skala kecerdasan emosi, penulis menggunakan dimensi
kecerdasan emosi menurut Goleman (1995) yang meliputi; mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan dengan orang lain.
Tabel 3.5
Blue Print Kecerdasan Emosi
Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh Mafiroh
(2014) yang dimodifikasi sesuai dengan subyek yang akan digunakan penulis.
Dimensi Indikator Item
f uf
Mengenali emosi diri memahami penyebab timbulnya emosi, kepercayaan diri 1, 2 3, 4, 5
Mengelola emosi diri mengendalikan emosi, mengekspresikan emosi dengan tepat 6, 7, 8 9, 10
Memotivasi diri optimis, dorongan berprestasi 11, 12 13, 14
Mengenali emosi orang lain
peka terhadap perasaan orang lain, mendengarkan masalah orang lain 15, 16, 17 18, 19, 20
Membina hubungan dengan orang lain
dapat bekerja sama, terampil berkomunikasi
21, 22, 23, 24
25, 26, 27, 28
Total 28
-
43
Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari 28 item pernyataan.
Penulis menggunakan alat ukur tersebut karena nilai reliabilitas alpha pada skala
bernilai 0,867 sehingga dapat dikatakan bahwa reliabilitas instrumen dari skala
tersebut sangat kuat. Adapun blue print skala kecerdasan emosi dijelaskan dalam
tabel 3.5 diatas.
3.4 Uji Validitas Konstruk
Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya
dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan
program LISREL 8.70 (Linear Structural Relationship). Adapun logika dari CFA
adalah (Umar, 2015):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu hal saja dan semua item dalam
satu subtes hanya mengukur satu faktor atau subtes dimana seluruh subtes
bersifat unidimensional.
3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir diatas, dapat disusun untuk
himpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi (dengan data yang tersedia) matriks korelasi antar item (yang
seharusnya diperoleh), jika korelasi antar item tersebut (unidimensional)
benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma (∑). Kemudian, matriks ini akan
dibandingkan dengan matriks korelasi yang diperoleh empiris dari data