Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi...

97
PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi Agama- Agama untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: NURALIH NIM: 1110032100057 PROGRAM STUDI AGAMA- AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2017 M.

Transcript of Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi...

Page 1: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF HAJI ABDUL MALIK

KARIM AMRULLAH

Skripsi

Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi Agama- Agama untuk Memenuhi Persyaratan

Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

NURALIH

NIM: 1110032100057

PROGRAM STUDI AGAMA- AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 2: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga
Page 3: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga
Page 4: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga
Page 5: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

iv

ABSTRAK

Nuralih

Pluralitas Agama Dalam Perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah

Indonesia merupakan Negara yang dikenal sebagai bangsa yang sangat

pluralistik, memiliki berbagai nuansa keragaman yang salah satunya terkandung

keanekaragaman agama didalamnya, meliputi agama Islam, Kristen Protestan,

Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu yang merupakan agama-agama pendatang dari

luar Indonesia. Ditambah lagi dengan adanya agama-agama lokal yang lebih dahulu

menempati tanah air ini. Kondisi pluralitas agama di Indonesia merupakan sebuah

kenyataan yang telah ada. Keadaan plural seperti ini belum mampu menjadikan

fondasi dasar bagi bangunan demokrasi di Indonesia. Dibutuhkan pemikiran-

pemikiran para fungsionaris, pemuka agama dan bahkan umat beragama untuk terus

mensosialisasikan sekaligus mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama tentang

perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.

Pluralitas agama tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya

kemajemukan. Namun, yang dimaksud pluralitas agama adalah keterlibatan aktif

terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralitas agama juga harus dibedakan

oleh kosmopolitanisme. Konsep pluralitas agama tidak dapat disamakan dengan

relativisme dan pluralitas agama bukanlah sinkretisme.

Berdasarkan hal ini, penulis ingin memberikan sumbangsih dengan bentuk

skripsi dengan mengkaji karya seorang ulama besar yang diterima oleh semua

kalangan. Bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA.

Dalam pidato dan tulisannya, HAMKA banyak membahas tentang keagamaan,

kebebasan berpikir, akhlak (budi), kewajiban dan hak asasi manusia.

HAMKA menjelaskan bahwa manusia merupakan umat yang satu. Perlainan

daerah, bumi tempat mereka berpijak, berlainan bahasa, warna kulit bukanlah soal.

Namun semua itu hanyalah keragaman di dalam satu kesatuan. Maka dari itu,

manusia diberikan akal dan pikiran untuk digunakan kearah yang baik-baik agar bisa

menyingkirkan perselisihan dan perkelahian yang disebabkan oleh perbedaan

pendapat.

HAMKA mengutip pendapat Imam Al Ghazali mengenai keutamaan akal budi

yang terbagi empat bagian, yaitu: pertama, sempurna akal dengan ilmu. Kedua, dapat

menjaga kehormatan diri (‘Iffah) dengan tidak peduli dengan bujukan kesenangan

dunia. Ketiga, berani karena benar dan takut akan kesalahan (Syaja’ah). Keempat,

keadilan (Al’Adl).

Walaupun kata pluralitas agama tidak pernah ditemukan di dalam karyanya,

namun dalam karya dan pidatonya mengandung makna yang merujuk kepada

pluralitas agama itu sendiri. Setelah ditelaah mengenai makna pluralitas agama,

penulis menemukan relevansi dengan sikap plurlitas dalam perspektif HAMKA.

Page 6: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

v

PedomanTransliterasi

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ط a a ا ṭ

ẓ ظ b b ب ẓ

‘ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

ḥ ح ḥ q q ق

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

, , ء sy sh ش

ṣ ص ṣ y y ي

ḍ ض ḍ h h ة

VokalPanjang

Arab Indonesia Inggris

ā ā أ

ī ī إى

ū ū أو

Page 7: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

vi

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrahīm

Alhamdulillāh segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tiada kata

mampu mengungkap rasa syukur kepada-Nya. Atas segala nikmat dan kehendak-

Nya, penulis sanggup dan mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF HAJI ABDUL MALIK

KARIM AMRULLAH

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan

menuju zaman terang benderang dengan cahaya Islam. Rasul yang tiada henti

memperjuangkan nilai-nilai keIslaman hingga akhir hayatnya.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Studi Agama- Agama, Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang

penulis miliki.

Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat

mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Cukup banyak kesulitan yang penulis

temui dalam penulisan skripsi ini, tetapi Alhamdulillah dapat penulis atasi dan

selesaikan dengan baik.

Page 8: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

vii

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 19 Oktober 2017

Penulis

Nurali

Page 9: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis sadari bahwa skripsi ini terselesaikan bukan dengan hasil jerih

payah penulis sendiri, melainkan adanya dorongan motivasi serta bantuan baik

moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, patut kiranya penulis

sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ucapan terima kasih yang sangat besar dan tak terhingga untuk kedua

orangtuaku yaitu Alm. yayah H. Hasan dan Mamah Hj. Djumenah.

Berkat didikan, kasih sayang, ridho serta doa-doa yang sangat tulus

dari mereka, penulis mampu meneruskan jenjang perkuliahan hingga

mampu menyelesaikan tugas ini.

2. Bapak M. Amin Nurdin, Dr, MA, sebagai dosen pembimbing dalam

menulis skripsi ini. Terima kasih yang sedalam-dalamnya atas

keluangan waktu, kesabaran, serta keikhlasan dalam membimbing

penulis. Semoga amal kebaikan bapak selalu menjadi bekal

keberkahan bagi setiap aktivitas dan kesehatan bapak.

3. Terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Dr. Media Zainul

Bahri, MA dan Ibu Dra. Hj. Halimah Mahmudy, MA selaku Ketua

Jurusan Sekretaris Jurusan Studi Agama- Agama. Mereka sebagai

orang tua sekaligus rekan kerja penulis di Jurusan Studi Agama-

Agama yang tidak pernah bosan untuk selalu mendorong,

menyemangati, dan mengingatkan dalam proses penyelesaian tugas ini.

4. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku

Dekan Fakultas Ushuluddin, Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.M.

selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dosen-dosen beserta

Page 10: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

ix

staf dan karyawan dilingkungan Fakultas Ushuluddin. Mereka telah

memberikan bantuan dan kemudahan dalam bidang administrasi

kampus.

5. Terima kasih yang tak terhingga untuk keluarga besar alm. H. Hasan.

Berkat doa tulus dan senyum manis dari mereka, penulis merasa

tersemangati.

6. Terima kasih untuk sang kekasih Indah Permata Sari yang selalu sabar

menemani dan selalu membantu penulis dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini.

7. Terima kasih untuk sahabat-sahabat Studi Agama- Agama 2010,

Haikal Rahmatullah, Wahyuddin, Muammar, Yazid, Kurniawan,

Nurfariza, Rina, Rita dan sahabat-sahabat Studi Agama- Agama

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Suatu keberuntungan

dan kebanggaan bagi penulis dapat mengenal dan menjadikan mereka

sebagai sahabat.

8. Terima kasih untuk sahabat-sahabat Jombang (Ciputat) dan sekitarnya

Wahyuddin, Hadi Yudha Permana, M. Ilyas, Arief Setiadi, Aab

Abdullah, Adam Gustav Maulana, Arif Kornia, Syam Maulana,

Mahyudi dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu. Suatu kebanggaan bagi penulis karena bisa mengenal

kalian.

9. Terima kasih kepada warga PLAN B yang senantiasa mendoakan dan

memberikan ilmu kepada penulis. Terus berkarya dan Semoga semakin

solid.

Page 11: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

x

10. Terima kasih kepada kawan-kawan dari KOMUNITAS MITSUBISHI

KUDA INDONESIA (KOMIK_ID) atas doa dan ilmu yang diberikan

kepada penulis.

11. Terima kasih untuk seluruh staf pegawai perpustakaan yang telah

memberikan pinjaman koleksi-koleksi buku.

Semoga peran, dukungan serta doa mereka akan diberikan balasan,

keberkahan, kesehatan dan kebahagiaan. āmīn yā rabb al-‘ālamīn.

Page 12: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

xi

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan …………………………………………………… i

Lembar Pernyataan …………………………………………………… ii

Lembar Pengesahan …………………………………………………… iii

Abstrak …………………………………………………………………. iv

Pedoman Transliterasi ………………………………………………… v

Kata Pengantar ……………………………………………………….... vi

Daftar Isi ………………………………………………………………... xi

BAB I

PENDAHULUAN………...…………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ...……………...……………….. 11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ….……………………………..... 11

D. Kajian Pustaka ………………...………………………………... 12

E. Metodologi Penelitian …………………………………………... 14

F. Sistematika Penulisan…..……………………………………….. 15

BAB II

PENGANTAR MEMAHAMI PLURALITAS DAN PLURALISME

AGAMA…......................................................................................……. 17

A. Pengertian Pluralitas dan Pluralisme Agama ..…………….…… 18

Page 13: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

xii

B. Sejarah Munculnya Pluralitas dan Pluralisme Agama …….….. 24

C. Tujuan Pluralias dan Pluralisme Agama …………...………….. 27

BAB III

RIWAYAT HIDUP HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH .. 30

A. Biografi Masa Kecil …………………………………….....…….. 30

B. Pendidikan …………………………………………………… 31

C. Sesuatu Yang Paling Berharga ………………………………. 33

D. Berkiprah dalam Organisasi ……………………………………... 40

1. Berkiprah dalam Organisasi Muhammadiyah ……………….. 43

2. Berkiprah dalam Majelis Ulama Indonesia ………………….. 44

E. Karya Tulis Haji Abdul Malik Karim Amrullah ………………… 51

BAB IV

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF HAJI ABDUL MALIK

KARIM AMRULLAH………………………………………………….. 54

A. Kewajiban dan Hak Asasi Manusia ………………………………. 59

B. Akhlak dalam Pandangan HAMKA ...……………………..……... 65

C. Akidah dalam Pandangan Pluralitas Agama HAMKA…………... 68

D. Konsep Pluralitas Agama HAMKA………...…………………… 73

BAB V

PENUTUP ……………………………………………………………….. 76

Page 14: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

xiii

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 76

B. Saran-Saran ………………………………………………………. 78

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 80

Page 15: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai Negara bangsa, Indonesia menghadapi masalah yang begitu kompleks

dan rumit. Masalah itu antara lain berkaitan dengan jumlah penduduk yang sangat

besar, yakni sekitar 215 juta jiwa. Indonesia menduduki urutan ke-4 didunia setelah

RRC, India, dan USA untuk jumlah penduduk terbanyak. Hal ini ditambah lagi dengan

kondisi penduduk yang sangat majemuk, terdiri dari sekitar 300 kelompok etnis yang

memiliki lebih dari 250 bahasa lokal dengan identitas kultural yang berbeda-beda, serta

tersebar di 13.000 pulau besar dan kecil yang menjadikan Indonesia merupakan

kepulauan terbesar didunia. Belum lagi keragaman agama yang ada di Indonesia,

seperti agama-agama besar seperti agama Islam yang merupakan agama mayoritas di

Indonesia, lalu Kristen, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, serta agama-agama

lokal dan agama-agama minor yang terkandung dan terpelihara didalamnya. Bagi

Indonesia, keragaman dalam berbagai hal itu memang sebuah realitas.

Kondisi yang heterogen secara alami ini belum cukup untuk menjadi fondasi

dasar bagi bangunan demokrasi di Indonesia. Pluralitas bangsa Indonesia membuat

potensi konflik di Indonesia menjadi tinggi. Bahkan selama ini hampir-hampir tidak

terlihat upaya-upaya serius untuk menumbuhkan rasa saling menerima dan menghargai

akan pluralitas itu sendiri, baik dalam pendidikan dilingkungan keluarga, terlebih lagi

Page 16: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

2

dilingkungan lembaga pendidikan formal dan nonformal. Pluralitas tersebut bisa

menjadi ancaman besar yang akan menimbulkan malapetaka dalam wujud konflik

sosial, politik, agama dan budaya, baik konflik internal maupun eksternal.

Contoh yang sangat rentan mengenai konflik di Indonesia yaitu seputar masalah

agama. Latar belakang masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam,

Katolik dan Kristen berkembang dan menyebar dalam waktu yang cukup lama dan

panjang, sehingga terjadi pertemuan antar kelompok agama yang satu dengan yang

lainnya. Dalam pertemuan agama-agama tersebut terkadang timbul potensi integrasi

dan terkadang muncul potensi kompetisi tidak sehat yang dapat menimbulkan

benturan-benturan sesama umat.1

Agama-agama tersebut belum mampu menjadikan para penganutnya untuk

saling menghormati dan menghargai kelompok-kelompok agama lainnya. Tetapi

cenderung memandang kelompoknyalah yang benar. Semua itu terjadi ketika sebuah

kelompok atau individu sudah menganggap dirinya paling otoritatif, maka pada

dasarnya kelompok atau individu tersebut dengan mudah terjerumus pada tindakan

yang bersifat otoriter. Sebab batasan antara keduanya sangatlah tipis dan mudah

berubah.2

1Tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-

undangan Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan

Diklat Kementrian Agama RI, 2012) hlm. 2. 2 Ali Usman, ed., Esai-esai Pemikiran Moh. Shofan dan Refleksi Kritis Kaum Pluralis:

Menegakan Pluralisme: Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2008), h. 64.

Page 17: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

3

Di Indonesia, boleh dikatakan hampir setiap tahun terjadi ketegangan akibat dari

sentimen antar umat beragama.Tidak jarang di antara umat beragama lebih

mementingkan kuantitas daripada kualitas. Yang penting jumlah besar, meski kualitas

medioker. Maka tidak mengherankan sementara orang berpikir untuk mencari pengikut

sebanyak-banyaknya. Jika perlu seluruh penduduk bumi ini digiring semua agar

beriman seperti mereka. Sikap arogansi dan intoleran semacam ini dikritik Al-Qur’an

dalam kalimat, “Dan sekiranya Tuhanmu menghendaki, sungguh akan berimanlah

manusia di muka bumi ini seluruhnya. Apakah engkau (Muhammad) ingin memaksa

manusia hingga semuanya beriman?” (Q.S. Yunus 10:99). Ayat ini dengan tegas

melarang siapapun melakukan paksaan dalam agama. Dalam kalimat lain, pluralitas

agama merupakan fakta sejarah, karena itu harus diakui, disyukuri, dan dihormati.

Sebab bila dilihat dalam perspektif yang lebih luas, fenomena itu telah memperkaya

bangunan kemanusiaan universal.3 Oleh karena itu, isu pluralitas agama menjadi sangat

penting sekali untuk di apresiasi lebih jauh guna merespon kehidupan keberagamaan

dewasa ini.

Menyadari hal tersebut, sangat diperlukan kearifan dan kedewasaan dikalangan

masyarakat untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan

kepentingan nasional. Guna mewujudkan hal tersebut, diperlukannya interaksi aktif

antara berbagai pihak yang dibangun atas landasan niat baik untuk bekerja sama dalam

rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan sejahtera.

3Ahmad Syafi’i Ma’arif, “Agama dan Ketulusan,” dalam Pluralitas Agama: Kerukunan dalam

Keragaman (Jakarta: Kompas, 2001), h. 197.

Page 18: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

4

Pelajaran agama berperan penting dan berperan aktif di dalam mengajarkan umat

pemeluk agama dalam menciptakan rasa saling menghormati dan menghargai agama

lain. Maka dari itu, tugas para fungsionaris, pemuka agama dan bahkan umat beragama

adalah terus mensosialisasikan sekaligus mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama

tentang perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.4 Segala macam pelajaran agama-

agama yang bersifat positif harus dipublikasikan ke media agar tercipta sikap

pluralisme agama.

Sebagai Negara yang plural dari segi agama, sudah tentu Indonesia memiliki

begitu banyak cendikiawan yang menangani permasalahan agama guna tercapainya

Negara yang harmonis, damai dan sejahtera. Dari banyaknya cendikiawaan agama di

Indonesia, banyak juga diantaranya yang terkenal bukan saja di dalam negeri, namun

juga sampai keluar negeri. Salah satunya ialah Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim

Amrullah yang lebih dikenal dengan panggilan HAMKA, ia merupakan salah satu

sosok cendikiawan muslim yang peduli akan keharmonisan negaranya, seorang

cendikiawan yang multitalenta, banyak predikat yang disandangnya antara lain ialah

sebagai seorang ulama, pendidik, akademisi, politisi, filsuf, sastrawan, sejarawan,

penulis, jurnalis, dan masih banyak lagi predikat-predikat yang disandangnya. Karya-

karyanya pun telah tersohor di dalam maupun di luar negeri, karena keberhasilannya

dibidang pembaharuan pendidikan agama dan pemahamannya dibidang akademisi,

4 KH. Abdurrahman Wahid dan Daisaku Ikeda, Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Kedamaian (Jakarta: Kompas, 2006), h. 10-11.

Page 19: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

5

HAMKA diberikan predikat Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar di Mesir

pada tahun 1959.5

HAMKA merupakan tokoh Muhammadiyah, namun di dalam pemikirannya, ia

terus menghimbau bahwa masalah-masalah khilafiyah bukanlah persoalan penting dan

tidak membahayakan akidah. Menurut HAMKA perdebatan masalah ini hanya akan

membuat hati menjadi kasar.6 Sikap menghargai dan menghormati dalam menyikapi

perbedaan di tengah-tengah umat Islam, berpadu dengan sikap tegasnya dalam

membela kepentingan umat, membuat sosoknya mudah diterima di seluruh kalangan,

bahkan oleh non-Muslim sekalipun.

Dalam pidato dan tulisannya, HAMKA banyak membahas tentang keagamaan,

kebebasan berpikir, akhlak (budi), kewajiban dan hak asasi manusia. Maka dari itu,

penulis merasa bahwa wacana tentang pluralitas agama menurut pandangan HAMKA

perlu dikaji dan dikembangkan.

Secara garis besar, pluralitas berasal dari kata plural artinya adalah jamak, bukan

satu, tetapi banyak, dan banyak itu berarti berbeda, karena tidak ada yang sama.

Sesuatu yang membuat penulis semakin penasaran akan perspektif HAMKA terhadap

plurlitas agama adalah mengenai bukunya yang berjudul Sejarah Umat Islam

diterbitkan pertama kali oleh NV Bulan Bintang pada tahun 1975. HAMKA melarang

berbenci-benci lantaran berlainan agama, mengakui bahwa tiap-tiap golongan

mempunyai tujuan sendiri-sendiri dan tidak memperbolehkan memaksa seseorang

5 Prof. Dr. H. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 16. 6 Hamka, Perkembangan Kebatinan di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 89-92.

Page 20: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

6

untuk memeluk agama yang kita peluk, semua penjelasan tersebut dikutipnya dari QS.

Al-Baqarāh: 148 yang artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat memiliki kiblatnya (sendiri)

yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.

Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari

kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. QS. Hud: 118 yang

artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang

satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”. QS. An-Nahl: 125 yang artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. QS. Yunus: 99 yang artinya: “Dan

jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi

seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi

orang-orang yang beriman semuanya?”. QS. Al-Baqarāh: 256 yang artinya: “Tidak ada

paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar

daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan

beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang

amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.7

7 Prof. Dr. Hamka, Sejarah Umat Islam, cet. 7, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), h. 214.

Page 21: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

7

Terdapat juga kutipan pidatonya yang di rangkum ke dalam sebuah buku oleh H.

Rusydi, Afif pada buku Hamka Membahas Soal-Soal Islam, dari majalah Gema

IslamNo. 9 tanggal 1 Juni 1962 yaitu:

Tentang seorang jama’ah yang bertanya mengenai “bagaimana hukumnya orang

musyrik masuk masjid? Apakah tidak bernajis karena dimasukinya? Dan apa bedanya

hukum najis pada diri orang musyrik dengan hukum najis anjing dan babi, yang mana

babi itu pun makanan mereka juga?”. Pertanyaan tersebut timbul lantaran jama’ah

tersebut melihat foto Robert Kennedy (kala itu menjabat sebagai Jaksa Agung Amerika

Serikat yang non Muslim) memasuki masjid Agung Al-Azhar.

HAMKA menjelaskan pertanyaan tersebut yang merujuk kepada kitab suci Al-

Qur’an Surat At Taubah ayat 28 yang berbunyi:

اليقربواالمسجدالحرام بعدعامهم هذايآيهاالذين ءامنوآإنماالمشركون نجس ف

“Wahai orang yang beriman, orang yang masih mempersekutukan Tuhan Allah

dengan yang lain itu adalah amat najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil

Harām sejak tahun ini”.

Dalam pidatonya, HAMKA menjelaskan bahwa:

“Sejak tahun itu, dibuatlah peraturan oleh Tuhan bahwa Masjidil Harām yang

ada di Makkah itu tidak boleh lagi dimasuki oleh kaum musyrik penyembah berhala.

Sejak saat itu dibersihkanlah tanah Harām Makkah dari segala sisa kemusyrikan.

Kemudian dengan tegas Nabi mengemukakan aturan bahwa di tanah Hejaz tidak boleh

Page 22: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

8

ada dua agama. Akhirnya Sayidina Umar bin Khattab menetapkan untuk seluruh

Jazirah Arab hanya boleh satu agama yaitu Islam. Mengenai masuknya kaum musyrik

atau orang beragama lain ke dalam Masjid yang lain, diperbolehkan kecuali di Makkah.

Sebagaimana perbuatan Rasulullah SAW sendiri dapatlah dibuktikan bahwa mereka

boleh masuk, sekedar ziarah, sebagaimana ziarahnya Robert Kennedy ke masjid Agung

Al-Azhar itu.”

Dalam pidatonya, HAMKA menjelaskan juga tentang bagaimana sikap

Rasulullah ketika menerima tamu dari kalangan non-Muslim di dalam Masjid:

1. Rasulullah SAW telah menerima perutusan (delegasi) persukuan Tsaqif dari Thaib

di dalam Masjid Nabi di Madinah. Ketika itu mereka masih musyrik. Lama sekali

perutusan-perutusan itu bertukar pikiran dengan Rasulullah SAW di dalam Masjid

itu tentang kemungkinan-kemungkinan mereka memeluk agama Islam. Dan

setelah bertukar pikiran itu, merekapun pulang kembali ke Negerinya. Sampai di

negerinya barulah semuanya memeluk Islam, kecuali seorang saja, yang telah

memeluk Islam sementara masih di Madinah.

2. Ahlul Kitab yaitu orang Nasrani (Kristen) dari Najran (Arab Selatan) di bawah

pimpinan pendeta-pendeta mereka sendiri datang sebagai suatu delegasi

menghadap Nabi ke Madinah. Bahkan mereka datang di waktu Ashar dan

beberapa saat kemudian, mereka pun hendak ingin mengerjakan sembahyang

menurut agama mereka di dalam Masjid Rasulullah. Sahabat-sahabat Rasulullah

bertindak untuk menghalangi, maka bersabdalah Rasulullah: “Da ’uuhum”

Page 23: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

9

(biarkanlah mereka). Maka sembahyanglah mereka menghadap ke timur (Baitul

Maqdis) menurut agama mereka.

Dalam penjelasan ini, HAMKA mengutip kedua riwayat ini dari Sirah Ibnu

Hisyam dari riwayat Ibnu Ishak, yang dijelaskan lagi oleh Ibnul Qayyim di dalam kitab

“Zādil Ma’ad”, Ibnu al-Qayyim memberi komentar, bahwa dengan demikian mereka

dapat melihat ibadah secara Islam dan bagaimana pula persaudaraan di dalam Islam

dengan ibadahnya yang langsung kepada Tuhan itu.

HAMKA menjelaskan lagi tentang pertanyaan yang kedua mengenai ayat kaum

musyrikin adalah najis, yaitu:

“Yang dikemukakan disini ialah najis faham mereka, karena mereka

mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, bukan najis badan mereka, sehingga

tidak boleh disentuh. Dan bukan pula najis makanan mereka, karena di dalam Al-

Qur’an Surat Al-Māidah ayat 5 diterangkan dengan jelas bahwa makanan ahlul

kitab itu halal bagi kaum Muslimin, misalnya jika mereka menghidangkan

kepada kita daging sapi atau kambing, boleh kita makan. Dan daging babi

tidaklah halal kita makan, walaupun yang menghidangkan orang Islam”.8 (dari

majalah “Gema Islam” No. 9 tanggal 1 Juni 1962).

Dari kutipan diatas, jelaslah bahwa HAMKA membolehkan umat non-Muslim

memasuki Masjid dan tidak mengharamkan badan mereka sebagaimana pertanyaan

yang diajukan seorang jama’ah kepadanya dengan merujuk kepada ayat-ayat suci Al-

Qur’an dan perbuatan Rasulullah. Dalam beberapa karyanya HAMKA menuliskan

bahwa Agama yang benar tidaklah mengenal batas kaum, suku, bangsa, jenis, warna

8 H. Rusydi, Afif, Hamka Membahas Soal-soal Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h.

307-309.

Page 24: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

10

kulit. Karena agama yang benar menyeru manusia pulang bersama kembali ke hadirat

Tuhan Rabbul Ālamin. Dia bukanlah Tuhannya orang berdarah Aria atau berdarah

Smiet semata. Tetapi dia adalah Tuhan dari bumi dan langit dan segala isinya. Dia

sendiri yang menjadi hakim, dan kita semua sama derajat. Sama kedudukan di hadapan-

Nya. Kalaupun ada yang terdekat, hanyalah karena Iman dan Takwa.9

Penulis merasa bahwa pemikiran HAMKA tentang hubungan antar agama sangat

penting untuk dijadikan bahan kajian akademis dan patut untuk diangkat ke permukaan

dalam rangka ikut berkontribusi dalam menjalankan kehidupan yang rukun dan damai.

Sekalipun sudah banyak penelitian sebelumnya yang membahas judul ini, namun

penulis berargumen bahwa suatu hasil pemikiran seorang tokoh akan terus berkembang

dan menjadi bahan kajian yang komprehensif bagi kondisi suatu bangsa yang sedang

berkembang bahkan untuk bangsa yang sudah maju sekalipun. Artinya, suatu ilmu

pengetahuan tidak akan pernah hilang jika ilmu tersebut terus diamalkan dan

dikembangkan.

Banyak hal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini. Di antaranya pertama,

perlunya sosialisasi mengenai makna pluralitas agama yang pada dasarnya merupakan

sunatullah. Kedua, wacana agama yang pluralis, toleran dan inklusif merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari ajaran agama itu sendiri. Sebab pluralitas merupakan hukum

Tuhan yang tidak bisa diubah ataupun ditutup-tutupi. Ketiga, memberi suguhan

berdasarkan pemikiran seorang tokoh terkemuka di Indonesia agar menjadi acuan dasar

9 Prof. Dr. Hamka, Pandangan Hidup Muslim, cet. 4, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 166-

167.

Page 25: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

11

bagi siapapun yang membaca skripsi ini tanpa adanya provokasi ataupun

memecahbelah antar agama maupun intra agama. Keempat, perlu adanya upaya-upaya

untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kerukunan dan perdamaian antar umat

beragama. Beberapa latar belakang diatas menjadi sebab mengapa tema ini semakin

menarik untuk dikaji dan diperbincangkan secara mendalam.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan dari penulisan ini, sehingga dapat

menyebabkan digresitas, maka penulis membatasi dalam skripsi ini seputar “Pluralitas

Agama dalam Perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah”. Selanjutnya perumusan

masalah yang muncul dan penulis angkat dalam penulisan ini adalah: Bagaimana

perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah terhadap Pluralitas Agama?.

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka skripsi ini bertujuan untuk:

Untuk mengetahui sejauhmana perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah

terhadap pluralitas agama.

Adapun manfaat untuk penulisan ini yakni:

1. Penulis berharap agar skripsi ini dapat menambah pengetahuan bagi yang

membacanya, khususnya pengetahuan bagi penulis sendiri.

2. Menyajikan suatu pengetahuan mengenai pluralitas agama dalam perspektif

Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Page 26: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

12

3. Sebagai syarat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan untuk mendapatkan

gelar sarjana agama dan mendapatkan nilai akademik.

4. Menjadi sumber acuan bagi mahasiswa dan masyarakat tentang pluralitas

agama dalam perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

D. Kajian Pustaka

Sebelum penulis melakukan penelitian lebih mendalam dan menyusunnya

hingga menjadi sebuah skripsi, maka penulis melakukan kajian pustaka di

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terhadap penelitian terdahulu. Beberapa kajian itu memiliki pembahasan yang

berhubungan dengan penelitian penulis, antara lain:

1. Buku tentang Buya Hamka: Antara Kelurusan Aqidah dan Pluralisme karya

Akmal Sjafril penerbit: Indie Publishing, 2012.

Pada bab pertama, menjelaskan tentang Islam dan Toleransi Beragama,

meliputi: Ekslusif. Inklusif dan Pluralis.

Bab kedua, menjelaskan biografi Buya Hamka, meliputi: Pendidikan dan

Keluarga. Ulama Multitalenta. Pahlawan Nasional. Klaim Pluralisme Agama

Terhadap Buya Hamka dan Konsekuensinya.

Bab ketiga, mengenai Pluralisme Agama, meliputi: Sejarah Pluralisme Agama.

Tren-Tren Pluralisme.

Bab keempat, mengenai Islam dan Pluralisme, meliputi: Ayat-ayat Pluralis.

Kritik Para Cendikiawan Muslim Terhadap Pluralisme. Klaim Pluralisme

Terhadap Buya Hamka.

Page 27: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

13

Bab kelima, Konsep Hubungan Antar Umat Beragama Menurut Hamka,

meliputi: Konsep Agama. Islam dan Agama Selainnya. Aliran-aliran Sesat.

Aliran-aliran Kepercayaan, Kultus Individu dan Sinkretisme. Komunisme,

Sekularisme dan Pancasila. Toleransi Beragama.

Bab keenam, Menguji Klaim Pluralisme, melipuuti: Hamka dan Humanisme

Sekuler. Hamka dan Teologi Global. Hamka dan Sinkretisme. Hamka dan

Hikmah Abadi. Hamka dan Teosofi-Freemasonry. Penafsiran Hamka Terhadap

Ayat-Ayat Pluralis.

Bab ketujuh, Timbangan Akhir, meliputi: Kasus Ahmad Syafi’i Maarif. Kasus

Ayang Utriza NWAY. Kasus Hamka Haq. Kesimpulan dan Rekomendasi.

2. Skripsi tentang Dakwah dan Pluralisme: Studi Pemikiran K.H. Abdurrahman

Wahid karya Darnoto mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Skripsi ini menggunakan metode analisis

data dan studi kepustakaan. Dalam skripsi ini, K.H. Abdurrahman Wahid

menjelaskan bahwa dakwah yang paling baik adalah pendekatan budaya atau

dakwah kultural. Dalam berdakwah tidak harus dilakukan secara formal atau

menyelipkan ayat Al-Qur’an atau Hadits Nabi. Dan penyebaran nilai-nilai

Pluralisme merupakan perintah agama sebagai rasa syukur kepada Sang

Pencipta dalam menciptakan makhluknya berbeda-beda.

3. Skripsi tentang Pandangan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terhadap Pluralisme Agama karya Siti Nay Nurjanah mahasiswi jurusan

Perbandingan Agama 2009. Skripsi ini menggunakan metode wawancara

kepada 250 mahasiswa yang dipilih secara acak dari 10 Fakultas. Hasil

Page 28: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

14

wawancara dari mahasiswa menunjukan bahwa tidak ada perbedaan

keberagamaan antara fakultas agama dengan fakultas umum.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode pengumpulan data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)

yaitu dengan mengumpulkan data atau mengumpulkan berbagai literatur yang relevan

(data primer) dengan pokok pembahasan dan literatur pendukung (data sekunder)

untuk pelengkap di dalam skripsi ini.

1. Metode pembahasan

Metode pembahasan dalam skripsi ini dengan menggunakan pendekatan

Deskripsi-Analitik yakni mengkaji lalu menggambarkan keadaan objek yang akan di

kaji dengan merujuk kepada data-data yang ada (data primer maupun data sekunder),

kemudian menganalisis secara komprehensif sehingga dengan itu akan menemukan

rincian jawaban atas persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

2. Metode penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Akademik

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010/2011”.

2. Sistematika Penulisan

Untuk memberi arah pada penulisan skripsi ini, perlu dilakukan pemetaan dan

sistematika penulisan. Maka dari itu, sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari

Page 29: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

15

lima bab yang masing-masing bab mempunyai sub-sub bab dengan penyusunan

sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan sebagai pokok gambaran tentang penulisan

skripsi ini yang meliputi latar belakang masalah yaitu seputar ketertarikan

penulis untuk mengangkat judul skripsi ini.

Batasan dan rumusan masalah, mengenai batasan penulis dalam membahas

materi ini dan pertanyaan yang penulis angkat untuk membahas skripsi ini.

Tujuan dan manfaat penulisan, berisi jawaban atas rumusan masalah agar

mempermudah penulis untuk fokus terhadap pembahasan dan memaparkan

ke arah penulisan yang penulis harapkan atas selesainya penulisan skripsi

ini.

Metodologi penelitian terdiri dari metode pengumpulan data, yakni

menggunakan metode kepustakaan dan metode penulisan yakni dengan

menggunakan buku pedoman akademik UIN tahun 2010/2011.

BAB II Merupakan bab pengantar memahami Pluralitas dan Pluralisme Agama,

yang menjelaskan tentang pengertian Pluralitas dan Pluralisme Agama,

Sejarah Munculnya, Tujuan Pluralitas dan Pluralisme Agama.

BAB III Memaparkan tentang riwayat hidup Haji Abdul Malik Karim Amrullah

yang didalamnya terdapat sub bab pertama, latar belakang keluarga dan

diteruskan dengan sub sub bab berisi tentang biografi dan masa kecil,

Page 30: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

16

pendidikan dan suatu yang paling berharga. Sub bab kedua, berkiprah

dalam organisasi dengan sub sub bab berisi tentang berkiprah dalam

organisasi Muhammadiyah dan berkiprah dalam Majelis Ulama Indonesia

(MUI). Sub bab ketiga, karya-karya yang berisi daftar karya tulis maupun

lisan yang dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku.

BAB IV Merupakan bab inti dari pembahasan skripsi ini, yang memaparkan tentang

Pluralitas Agama dalam Perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah

yang meliputi tentang Hak Asasi Manusia, Akhlak Dalam Perspektif

HAMKA, Akidah Dalam Perspektif HAMKA dan Agama yang benar.

BAB V Merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, berisi kesimpulan, yakni

pandangan penulis terhadap Perspektif Haji Abdul Malik Karim Amrullah

mengenai Pluralitas Agama dan saran mengenai permasalahan tersebut.

Page 31: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

17

BAB II

Pengantar Memahami Pluralitas dan Pluralisme Agama

Indonesia merupakan Negara yang dikenal sebagai bangsa yang sangat

pluralistik, memiliki berbagai nuansa keragaman yang salah satunya terkandung

keanekaragaman agama didalamnya, meliputi agama Islam, Kristen Protestan, Katolik,

Hindu, Budha dan Konghucu yang merupakan agama-agama pendatang dari luar

Indonesia. Ditambah lagi dengan adanya agama-agama lokal yang lebih dahulu

menempati tanah air ini. Kondisi pluralitas agama di Indonesia merupakan sebuah

kenyataan yang telah ada.

Dalam sejarah di Indonesia, proses pengembangan dan penyebaran agama-

agama tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan panjang sehingga

terjadi pertemuan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. Dalam

pertemuan agama-agama tersebut terkadang timbul potensi integrasi dan terkadang

muncul potensi kompetisi tidak sehat yang dapat menimbulkan benturan-benturan

sesama umat. Ditambah lagi Indonesia merupakan Negara yang pernah lama dijajah,

dalam hal ini telah ditanamkan akar-akar perselisihan dan pertentangan, baik yang

berdasarkan pada perbedaan suku, politik, maupun agama oleh kaum penjajah.1

Pluralitas yang ada di Indonesia tidak semata-mata terjadi secara eksternal karena

perbedaan konsep teologis, namun juga secara internal. Masing-masing agama secara

sosiologis tidaklah tunggal, didalamnya terdapat sekte-sekte, aliran atau faham yang

berbeda-beda pula. Perbedaan secara internal ini, dalam banyak kasus juga berpotensi

memicu konflik di dalam agama yang berujung kepada radikalisme atas nama suatu

instansi di dalam agama maupun atas nama agama.

1 Tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-

Undangan Kerukunan Umat Beragama, edisi 11, cet, kedua (Jakarta: Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h. 2-3.

Page 32: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

18

Maraknya perselisihan dan pertentangan atas nama instansi di dalam agama

maupun atas nama agama di Indonesia, merupakan sebuah bukti nyata akan kurangnya

pemahaman masyarakat tentang realitas keragaman yang telah menjadi akar

terbentuknya Negara ini.

Pada bab ini, penulis akan sedikit menjelaskan tentang pemahaman mengenai

pluralisme agama yang dijabarkan kedalam beberapa sub bab yang meliputi pengertian

pluralisme agama, sejarah, tujuan, dan dilanjutkan kepada teori-teori pluralisme agama

itu sendiri.

A. Pengertian Pluralitas dan Pluralisme Agama

Pluralitas berasal dari kata Plural, yang artinya banyak atau jamak. Terdapat

beberapa kata yang berasal dari kata Plural, contohnya Pluralitas dan Pluralisme.

Namun makna keduanya berbeda. Pluralitas merupakan keadaan yang beragam dan

benar adanya. Keadaan tersebut merupakan hal yang tidak bisa dibantah

keberadaannya.

Pada era moderen, fenomena pluralitas agama telah menjadi fakta sosial yang

harus dihadapi oleh masyarakat. Manusia secara global merasakan bagaimana hidup

berdampingan dengan berbagai penganut agama lain dalam satu negara, dalam satu

wilayah, satu kota dan bahkan dalam satu gang yang sama. Fenomena demikian bagi

masyarakat yang belum terbiasa hidup dengan rasa damai, tentu akan menimbulkan

problematika tersendiri.2

2 Rizki, Nina. Pluralitas Agama Perspektif Islam Pada Koran Seputar Indonesia, (Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h. 31.

Page 33: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

19

Sedangkan Pluralisme, secara etimologis pluralisme merupakan kosakata dalam

bahasa Inggris yang diserap utuh ke dalam bahasa Indonesia tanpa mengalami

perubahan atau penyesuaian terlebih dahulu. Pluralisme itu sendiri berasal dari dua

suku kata, yaitu Plural dan ism, Kata Plural di maknai dengan kata jamak, banyak, lebih

dari satu.3 Sedangkan ism dimaknai dengan faham atau aliran.4 Meminjam definisi

Martin H. Manser dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary. “plural (form of a word)

used of referring to more than one”. 5 Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer,

pluralisme merupakan teori yang mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak

substansi.6

Pluralisme dapat didefinisikan sebagai paham yang meniscayakan keragaman

dan perbedaan. 7 Dalam sumber lain, dijelaskan bahwa pluralisme merupakan

pandangan filosofis yang tidak mau mereduksikan segala sesuatu pada prinsip terakhir,

melainkan menerima adanya keragaman. Pluralisme dapat menyangkut bidang

kultural, politik dan agama.8

Secara istilah, pluralisme bukan sekedar keadaan atau fakta yang bersifat jamak,

atau banyak. Lebih dari itu, pluralisme secara substanisional termanifestasi dalam sikap

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, -- Cet. 1. – (Jakarta; Balai Pustaka, 1988), h. 691. 4 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta; PT Gramedia

Pustaka Utama, 1976), h. 435 dan 332. 5 Martin H. Manser, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (Oxford University, 1999), Third

Edition, h. 329. 6 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, h. 604. 7 A. Syafi’I Mufid dan Munawar Fuad Noeh (edt), Beragama Di Abad Dua Satu, (Jakarta,

Zikru’l-hakim, 1997), h. 222. 8 Gerald O’ Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. I. Suharjo, cet. 6,

(Yogyakarta; Kanisius, 2001), h. 257.

Page 34: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

20

untuk saling mengakui sekaligus menghargai, menghormati, memelihara dan bahkan

mengembangkan atau memperkaya keadaan yang bersifat jamak, atau banyak.9

Dalam hal ini beberapa tokoh juga mendefinisikan pluralisme dalam berbagai

pendapatnya, antara lain:

Menurut Alwi shihab,10 pengertian pluralisme dapat disimpulkan menjadi empat:

pertama, pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya

kemajemukan. Namun, yang dimaksud pluralisme adalah keterlibatan aktif terhadap

kenyataan kemajemukan tersebut. Kedua, pluralisme harus dibedakan oleh

kosmopolitanisme. Dalam hal ini kosmopolitanisme merupakan suatu realitas dimana

aneka ragam ras dan bangsa hidup berdampingan di dalam suatu lokasi akan tetapi

tidak ada interaksi sosial didalamnya. Ketiga, konsep pluralisme tidak dapat disamakan

dengan relativisme. Paham relativisme menganggap bahwa kebenaran segala sesuatu

bersifat relatif (tidak mutlak) 11 yang berujung kepada anggapan bahwa “semua

kebenaran adalah sama”. Keempat, pluralisme bukanlah sinkretisme, yakni kelompok

yang memadukan atau mencampur suatu ajaran, pikiran atau pengamalan kelompok

tertentu12 atau sebagian komponen ajaran dari beberapa kelompok untuk dijadikan

bagian integral dari kelompok tersebut.

9 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 75. 10 Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama (Bandung: Mizan,

1999), h. 41-42. 11 Drs. Kamisa, Kamus Lengkap BAHASA INDONESIA (Surabaya: KARTIKA, 1997), h. 448. 12 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 642.

Page 35: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

21

Selanjutnya menurut Moh. Shofan, pluralisme adalah upaya untuk membangun

tidak saja kesadaran normatif teologis tetapi juga kesadaran sosial, dimana kita hidup

ditengah masyarakat yang plural dari segi agama, budaya, etnis, dan berbagai

keragaman sosial lainnya. Maka dari itu, pluralisme bukanlah konsep teologis semata,

melainkan juga konsep sosiologis.13

Menurut Rifyal Ka’bah, pluralisme merupakan sebuah kenyataan kehidupan

moderen yang berkembang dari pemikiran-pemikiran tentang demokrasi, kebebasan

memberikan pendapat, hak-hak asasi manusia, dan lain-lain. Dengan kata lain,

pemikiran-pemikiran tersebut menginginkan kesepahaman tentang aturan-aturan yang

menjadi kesepakatan bersama, konstitusionalisme, penegakan hukum, toleransi, etika

politik dan lain-lain sehingga kehidupan menjadi harmonis dan damai. Menurutnya,

pluralisme dapat dilihat melalui keragaman makhluk, suku bangsa, bahasa, agama,

partai/golongan, profesi, sumber daya dan hukum.14

Sementara itu Syamsul Ma’arif mendefinisikan pluralisme adalah suatu sikap

saling mengerti, memahami, dan menghormati adanya perbedaan-perbedaan demi

tercapainya kerukunan. Dan dalam berinteraksi dengan keanekaragaman tersebut,

kelompok masyarakat diharapkan masih memiliki komitmen yang kokoh terhadap

kelompoknya masing-masing.15

13 Ali Usman, ed. Esai-esai Pemikiran Moh. Shofan dan Refleksi Kritis Kaum Pluralis,

Menegakkan Pluralisme: Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah (Jakarta: LSAF,

2008), h. 87. 14 Azyumarrdi Azra, et. al, Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang

Berserak (Bandung: Nuansa, 2005), h. 69-70. 15 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta, Logung Pustaka, 2005),

h. 17.

Page 36: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

22

Menyangkut dalam segi agama, pluralisme agama bukan hanya mengakui akan

keberadaan agama lain, melainkan terlibat aktif dalam usaha memahami satu sama lain.

Dalam hal ini, pluralisme agama tidak menganggap semua agama adalah sama

sebagaimana dalam pandangan relativisme dan pluralisme agama tidak mencampur-

adukan ajaran satu agama dengan agama lainnya sebagaimana dalam pandangan

sinkretisme.16

Dengan kata lain, pluralisme agama merupakan suatu sikap membangun tidak

saja kesadaran normatif teologis tetapi juga kesadaran sosial, dimana kita hidup di

tengah masyarakat yang majemuk dari segi agama, budaya, etnis dan berbagai

keragaman sosial lainnya. Selain itu pluralisme agama juga harus dipahami sebagai

pertalian sejati dalam kebhinekaan.

Pluralisme agama tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa

masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang

justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi agama. Pluralisme agama juga tidak

boleh dipahami hanya sebagai “kebaikan negatif” yang hanya ditilik dari kegunaannya

untuk menyingkirkan fanatisme agama. Pluralisme agama harus dipahami sebagai

pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. 17 Dengan demikian,

agama-agama bisa menjelaskan tidak saja alasan sosiologisnya, tetapi juga pijakan

normatif-teologisnya untuk menjadi alasan menjalin hubungan harmonis dengan

agama lain. Karena itu, tidak seorang pun berhak memonopoli kebenaran Tuhan,

dengan mengatakan bahwa agamanya paling benar dan paling menjanjikan

keselamatan.18

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas bahwa pluralisme agama

merupakan sunnatullah yang tidak akan bisa dirubah atau di ingkari. Membutuhkan

16 Alwi Shihab, Islam Inklusif, h. 41-42. 17 Budi Munawar Rachman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 39. 18 Umi Sumbulah, Islam “Radikal” dan Pluralisme Agama: Studi Konstruksi Sosial Aktivis

Hizb al-Tahrir dan majlis Mujahidin di Malang tentang Agama Kristen dan Yahudi (Badan Litbang

dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 50.

Page 37: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

23

ikatan, kerjasama dan kerja nyata. Ikatan komitmen yang paling dalam, perbedaan yang

paling mendasar dalam menciptakan masyarakat secara bersama-sama. Maka dari itu,

pluralisme agama harus diamalkan berupa sikap saling mengerti, memahami dan

menghormati antar umat beragama dan terjalin pertalian sejati kebhinekaan.

Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa:

وا إن أكرمكم عندهللا شعوباوقبائل لتعارف وجعلنكم يأيها الناس إناخلقنكم من ذكر وأنثى

أتقكم إن هللا عليم خبير

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”19

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt telah menciptakan makhluknya yang

beragam berupa laki-laki dan perempuan, menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku untuk menjalin hubungan yang baik dengan interaksi yang positif. Dan

sebaik-baiknya makhluk yaitu yang bertakwa, taat dan dekat kepada Allah.

19 Q. S. Al-Hujurat: 13.

Page 38: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

24

B. Sejarah Munculnya Pluralitas dan Pluralisme Agama

Pluralitas agama mulai mendapat perhatian besar dikalangan cendikiawan

muslim maupun non muslim pada abad ke 20, tepatnya setelah perang dunia ke II. Para

cendikiawan tersebut banyak yang melakukan riset penelitian yang mengangkat hal

pluralitas agama. Oleh karenanya, banyak menghasilkan karangan ilmiah dan khazanah

ilmu filsafat dan agama.20

Sedangkan pemikiran pluralisme agama muncul pada abad ke-18 Masehi, masa

yang disebut Pencerahan (Enlightenment) Eropa, masa yang sering disebut sebagai titik

permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern. Yaitu masa yang diwarnai dengan

wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusia yang berorientasi pada

superioritas akal (rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan-kungkungan

agama. Ditengah hiruk-pikuk pergolakan pemikiran di Eropa yang timbul sebagai

konsekuensi logis dari konflik-konflik yang terjadi antara gereja dan kehidupan nyata

diluar gereja, muncullah suatu paham yang dikenal dengan “liberalisme”, yang

komposisi utamanya adalah kebebasan, toleransi dan keragaman atau pluralisme.

Karena paham “liberalisme” pada awalnya muncul sebagai mazhab sosial politis,

maka wacana pluralisme yang lahir dari rahimnya, termasuk gagasan pluralisme

agama, juga kental dengan nuansa aroma politik. Kemudian gagasan pluralisme agama

muncul dan hadir dalam kemasan “pluralisme politik”, yang merupakan produk dari

“liberalisme politik”. 21 Ini dikarenakan respon politis terhadap kondisi sosial

masyarakat Kristen Eropa yang plural dengan keragaman sekte, kelompok dan mazhab.

Dalam perkembangannya di Eropa, pluralisme agama masih belum secara kuat

mengakar dalam kultur masyarakatnya. Beberapa sekte Kristen masih mendapatkan

perlakuan diskriminatif dari gereja. Hingga pada saat dilangsungkannya Konsili

Vatikan II (1962-1965) yang menyatakan “Gereja Katolik sama sekali tidak menolak

20 Rizki, Nina. Pluralitas Agama Perspektif Islam, h. 35. 21 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif, 2006), h.

17.

Page 39: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

25

sesuatu yang benar dan suci dalam agama-agama itu. Gereja dengan tulus menghormati

perilaku dan jalan hidup, ketentuan dan ajaran yang meskipun berbeda dalam banyak

hal dengan yang diyakini dan ditetapkan di Gereja, sering mencerminkan sinar

kebenaran yang menerangi semua manusia”.22

Seorang tokoh teolog Kristen, Ernst Troeltsch (1865-1923) menyampaikan

dalam sebuah makalahnya yang berjudul The Place of Christianity among the World

Religions bahwa pluralisme agama secara argumentatif dalam semua agama, termasuk

Kristen, selalu mengandung elemen kebenaran dan tidak satu agamapun yang memiliki

kebenaran mutlak.23

Selama dua dekade terakhir abad ke-20, gagasan pluralisme agama telah

mencapai fase kematangannya dan menjadi diskursus pemikiran tersendiri pada

dataran teologi modern. Fenomena sosial politik akhir abad ke-20 juga

mengetengahkan realitas baru kehidupan antar agama yang lebih nampak sebagai

penjabaran kalau bukan dampak dari gagasan pluralisme agama. Dalam kerangka

teoritis, pluralisme agama telah dimatangkan oleh pemikir-pemikir teolog modern

dengan konsepsi yang lebih diterima oleh kalangan antar agama.

Meskipun gagasan pluralisme agama ini lebih tampak sebagai fenomena yang

dominan dalam masyarakat Barat, namun pada dasarnya pemikiran ini mempunyai

akar yang cukup kuat dalam pemikiran masyarakat Timur, khususnya di India sejak

abad ke-15 dalam gagasan-gagasan Kabir (1440-1518 M) dan muridnya yaitu Guru

Nanak (1469-1538 M) pendiri agama “Sikhisme”. Namun pengaruh gagasan ini hanya

berkembang dan populer di anak benua India.24

Pada awal abad ke-18, Rammohan Ray (1772-1833 M) mencetuskan gerakan

Brahma Samaj yang semula pemeluk agama Hindu, telah mempelajari konsep

keimanan kepada Tuhan dari sumber-sumber agama Islam, sehingga ia mencetuskan

22 Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis Al-

Qur’an, (Depok: KataKita, 2009), h. 58. 23 Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, h. 18. 24 Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, h. 20.

Page 40: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

26

pemikiran Tuhan Satu dan persamaan antar agama. Sri Ramakrishna (1834-1886 M),

seorang mistis Bengali, setelah mengarungi pengembaraan spiritual antar agama dari

agama Hindu ke agama Islam kemudian ke agama Kristen dan akhirnya kembali ke

agama Hindu, juga menceritakan bahwa perbedaan-perbedaan dalam agama-agama

sebenarnya tidaklah berarti, karena perbedaan tersebut hanya masalah ekspresi.

Menurutnya, semua agama mengantarkan manusia kepada satu tujuan yang sama,

maka mengubah seseorang dari satu agama ke agama lain merupakan tindakan yang

tidak bisa dibenarkan dan merupakan tindakan yang sia-sia. Gagasan Ramakrishna

berkembang dan diterima hingga di luar anak benua India berkat kedua muridnya,

Keshab Chandra Sen (1838-1884 M) ketika berkunjung ke Eropa. Dan Swami

Vivekananda (1882-1902 M) ketika berpidato di Chicago, Amerika Serikat pada tahun

1893. Kemudian menyusul tokoh-tokoh India lainnya seperti Mahatma Gandhi (1869-

1948) dan Sarvepalli Radhakrishnan (1888-1975).25

Sementara itu, jauh sebelum berkembangnya gagasan-gagasan seperti yang telah

di jelaskan diatas, dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam Al-Sirah Al-Nabawiyah bahwa

Rasulullah pernah menerima kunjungan para tokoh Kristen Najran yang berjumlah 60

orang. Menurut Muhammad Ibnu Ja’far Ibnu al-Zubair, ketika Rasulullah sedang

melaksanakan shalat ashar bersama para sahabatnya, rombongan itu sampai di

Madinah dan mereka langsung menuju Masjid tempat Rasulullah berada. Ketika waktu

kebaktian tiba, mereka tidak harus mencari gereja, Rasulullah memperkenankan

mereka untuk beribadah menurut kepercayaannya di dalam Masjid.

Sikap yang sama juga ditunjukan oleh kalangan Kristen. Ketika umat Islam

dikejar-kejar oleh orang-orang kafir Quraisy Makkah, yang memberikan perlindungan

adalah Najasyi, Raja Abesinia beragama Kristen. Ratusan sahabat Rasul hijrah ke

Abesinia untuk menghindari ancaman pembunuhan kafir Quraisy. Saat orang-orang

kafir Quraisy memaksa sang raja untuk mengembalikan umat Islam ke Makkah, ia tetap

25 Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, h. 21-22.

Page 41: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

27

pada pendiriannya bahwa pengikut Nabi Muhammad harus dilindungi dan diberikan

hak-haknya, termasuk hak memeluk agama.26

Dari sejarah perkembangannya, terlihat jelas bahwa sikap pluralisme agama telah

diterapkan dari Zaman terdahulu, walaupun kata tersebut baru dimunculkan pada abad

ke-18.

Sementara itu, pluralisme agama di Indonesia sulit untuk diwujudkan tanpa

adanya keterbukaan untuk menerima dan menghargai secara aktif adanya perbedaan

khususnya yang berhubungan dengan agama.

C. Tujuan Pluralitas dan Pluralisme Agama

Pluralitas merupakan suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki

beraneka ragam suku, agama dan budaya. Dalam sudut pandang Islam, hal itu dianggap

sebagai sunatullah atau hukum alam yang harus kita hargai dan kita biarkan

berkembang sesuai kodratnya masing-masing.27

Melalui pluralisme kita diantarkan pada penciptaan perdamaian dan upaya

menanggulangi konflik yang akhir-akhir ini marak, baik di luar negeri maupun di

Indonesia sendiri, sebab nilai dasar dari pluralisme adalah penanaman dan pembumian

nilai toleransi, empati, simpati, dan solidaritas sosial. Akan tetapi untuk merealisasikan

tujuan pluralisme seperti itu, perlu memperhatikan konsep unity in diversity dengan

menanamkan kesadaran bahwa keragaman dalam hidup sebagai suatu kenyataan dan

memerlukan kesadaran bahwa moralitas dan kebijakan bisa saja lahir (dan memang

26 Ali Usman, ed. Esai-esai Pemikiran Moh. Shofan, h. 56. 27 Maria Ulfa, ed., Nilai-Nilai Pluralisme Dalam Islam: Bingkai Gagasan Yang Berserak,

(Bandung: Nuansa, 2015), h. 13.

Page 42: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

28

ada) dalam konstruk agama-agama lain. Tentu saja penanaman konsep seperti ini

dengan tidak mempengaruhi kemurnian masing-masing agama yang diyakini

kebenarannya oleh kita semua.28

Dalam hal ini beberapa tokoh menyebutkan tujuan pluralisme agama dalam

berbagai pendapatnya antara lain:

1. Menurut Jalaluddin Rahmat tujuan pluralisme agama ialah untuk

menegaskan unsur asasi yang mempersatukan semua agama dan menjadi

syarat untuk memperoleh pahala Allah.29

2. Abdurrahman Wahid pluralisme bertujuan untuk mempertahankan atau

penyatu dan perekat suatu negara. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan

pengembangan konsep pluralisme. Di samping itu pluralisme juga bertujuan

menghormati perbedaan, karena semakin mengeratkan nilai pluralisme

(keragaman) yang diyakini oleh seseorang. Maka dengan itu, muncul sikap

menghormati keyakinan agama lain sehingga tercipta perdamaian abadi dan

saling menghormati antarumat beragama, bangsa, dan antar manusia.30

3. Nurcholis Madjid yang dikutip Nur Khalik Ridwan mengatakan bahwa

pluralisme bertujuan mendekonstruksi absolutisme, menegaskan relativisme

dan membumikan toleransi setiap perbedaan, heterogenitas dan

kemajemukan bukan hanya dianggap sebagai fakta yang harus diakui, tetapi

28 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Jakarta: Grafindo, 2009), h. 9. 29 Jalaluddin Rahmat, Islam dan Pluralisme: Akhlak Qur’an Menyikapi Perbedaan (Jakarta:

Serambi, 2006), h. 25. 30 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara

Demokrasi (Jakarta: The Wahid Institute, 2006), h. vii.

Page 43: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

29

kemajemukan dilihat dan diperlakukan sebagai bentuk positivisme, bukan

negativisme.31

Dari pemaparan diatas terlihat jelas bahwa tujuan pluralisme agama adalah

sebagai alat untuk penyatu dan perekat suatu negara, baik itu dari golongan bawah,

menengah maupun golongan atas. Di samping itu, seorang pluralis yang mengusung

pluralisme dengan cara-cara pluralisasi-nya harus mengakui dan menjaga adanya

perbedaan, kemajemukan, dan heterogenitas ini untuk dijadikan hal yang bermanfaat.

31 Nur Khalik Ridwan, Pluralisme Borjuis: Kritik Atas Nalar Pluralisme Cak Nur (Yogyakarta:

Galang Press, 2002), h. 91.

Page 44: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

30

BAB III

RIWAYAT HIDUP HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH

A. Biografi dan Masa Kecil

HAMKA dilahirkan di sebuah kampung yang bernama Tanah Sirah, Sungai

Batang Maninjau (Sumatra Barat) pada hari Ahad petang malam Senin, 16

Februari 1908 bertepatan pada 14 Muharram 1326 H.1 Ayahnya bernama Haji

Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul dan ibunya bernama Syafiah binti

Bagindo Nan Batuah. HAMKA merupakan anak pertama dan mempunyai tiga

orang adik yaitu, Abdul Kudus, Asma, dan Abdul Muthi.2 Nama lahirnya ialah

Abdul Malik, nama tersebut diberikan oleh ayahnya yang diambil dari nama anak

gurunya, Syeikh Ahmad Khathib di Mekkah yang bernama Abdul Malik pula,

yang di zaman pemerintahan Syarif Husain pernah menjadi Duta Besar Kerajaan

Hasyimiyah di Mesir.3

Sejak kecil, pendidikan yang diterapkan oleh ayahnya adalah pendidikan

agama. Ayahnya berharap dengan pengetahuan agama yang diterima HAMKA

akan menuntunnya menjadi seorang ulama dan seorang yang berguna bagi

agamanya. Namun ketika kecil, HAMKA justru lebih tertarik pada buku-buku

cerita dan sastra dari pada belajar mengaji, hal inilah yang membuat ayahnya

marah.4

1 HAMKA, Kenang-Kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 9.2 HAMKA, AyahkuRiwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah, h. 262.3 HAMKA, Ayahku…, h. 64.4 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar,cet. 2,(Jakarta: Penamadani,

2003),h. 34.

Page 45: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

31

B. Pendidikan

HAMKA mulai mengenyam pendidikan saat usia enam tahun, ayahnya

mengajarkan bagaimana membaca huruf Arab dengan baik dan benar. Selain itu,

HAMKA juga mulai diajarkan sholat dan membaca al-Qur’an dengan bantuan

kakaknya yaitu Fatimah. Dalam hal pendidikan, ayahnya tidak mau menunjukkan

rasa sayang kepada anak-anaknya, hal ini dimaksudkan agar ada rasa segan anak

kepada ayahnya. Maka dari itu, HAMKA merasa lebih sayang kepada kakek dan

neneknya dibandingkan terhadap ayahnya.5

HAMKA disekolahkan di Sekolah Desa ketika ia berumur tujuh tahun. Pada

tahun 1916, Engku Zainuddin Labai mendirikan sekolah Diniyah. Kegiatan

sekolah Diniyah ini dilakukan pada petang hari. HAMKA kecil dimasukkan ke

sekolah tersebut pada umur 8 tahun sehingga dia merangkap di dua sekolah

sekaligus. Pagi hari HAMKA masuk di Sekolah Desa dan petangnya masuk di

sekolah Diniyah. HAMKA hanya mendapatkan pendidikan selama tiga tahun di

sekolah desa.6

Dua tahun kemudian tepatnya pada Februari 1918 setelah ayahnya pulang

dari Jawa, ayahnya bersama dengan para muridnya mendirikan Thawalib School

(Sumatera Thawalib) di Padang Panjang, sekolah ini diketuai oleh Hasyim

Alhusni. Dari Sekolah Desa, HAMKA dicabut dan dimasukkan oleh ayahnya ke

Sumatera Thawalib dengan hasrat agar anaknya kelak menjadi ulama seperti

ayahnya.7

5 HAMKA, AyahkuRiwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah, h. 317.6 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual (Jakarta: Kencana, 2008), h. 18-

19.7 HAMKA, Mutiara Filsafat, cet. 2,(Jakarta: Widjaya, 1956), h. 7.

Page 46: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

32

Beberapa tahun sekolah, HAMKA tidak lagi tertarik untuk menyelesaikan

pendidikan di Sumatera Thawalib. Setelah belajar selama empat tahun (1918-

1922), HAMKA memutuskan untuk keluar dari Sumatera Thawalib, sementara

program pendidikan di sekolah tersebut dirancang selama tujuh tahun. HAMKA

keluar tanpa memperoleh ijazah. Pada masa-masa setelah itu, HAMKA

dipindahkan oleh ayahnya ke Bukittinggi untuk belajar mengaji kepada Syekh

Ibrahim Musa Parabek, Sain Al-Maliki dan Angku Labai Ahmad Padang Luar,

tetapi tidak berlangsung lama, hanya setahun HAMKA belajar disana. Lalu

kembali ke Padang Panjang dan meneruskan belajar ke Sumatera Thawalib di

kelas VI. Di Thawalib, HAMKA belajar tafsir Al-Qur’an dan fiqih oleh Angku

Mudo Abdulhamid. Tetapi HAMKA keluar sebelum naik ke kelas VII dan

berangkat ke Jawa pada tahun 1924 pada usia 16 tahun.8

Dipulau Jawa, tepatnya di Yogyakarta, HAMKA aktif mengikuti kegiatan

yang diadakan oleh Organisasi Sarikat Islam sekaligus menjadi anggota. HAMKA

berkenalan dan menimba ilmu tentang pergerakan kepada para aktivis, seperti

Haji Oemar Said Cokroaminoto (Sarekat Islam), Ki Bagus Hadikusumo (Ketua

Muhammadiyah), H. Fakhrudin, K.H. Mas Mansur dan RM Suryopranoto.

Bersama mereka HAMKA belajar tentang Islam dan Sosialisme, Sosiologi dan

Ilmu Tauhid. HAMKA bersama dengan kaum muda aktivis, ikut kursus-kursus

tentang pergerakan. HAMKA juga sempat pergi ke Bandung dan bertemu tokoh

Masyumi A. Hassan dan M. Natsir yang memberinya kesempatan belajar menulis

dalam majalah “Pembela Islam”. Selain aktif mengikuti Sarekat Islam, HAMKA

juga aktif sebagai anggota Muhammadiyah. Beberapa bulan berikutnya ia pergi ke

8 HAMKA, Ayahku, Riwayat Hidup DR. H. Abdul Karim Amrullah,h. 317-318.

Page 47: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

33

Pekalongan dan mukim di tempat A.R Sutan Mansyur, tokoh Muhammadiyah

Pekalongan yang juga kakak iparnya. Disini HAMKA berkenalan lebih jauh

dengan para tokoh Muhammadiyah dikota batik itu.Seperti Citrosuarno, Mas

Ranuwarjo, Mas Usman Pujotomo danMohammad Roem yang kala itu ia hanya

mendengar nama tetapi belum berkenalan.9

Pada tahun 1927 ketika berumur 19 tahun, tanpa pamit HAMKA pergi

berguru kepada Syeikh Ahmad Khatib Minangkabauwi di Mekkah untuk belajar

mengenai Islam secara mendalam. Di Mekkah, HAMKA bertahan hidup dengan

cara bekerja di perusahaan percetakan-penerbitan milik Tuan Hamid, ipar dari

Syeikh Ahmad Khatib.10

HAMKA mendapat kesempatan belajar langsung kepada ayahnya pada

tahun 1934 di usia 26 tahun. Ia meminta untuk diajarkan ilmu yang belum

dikuasai olehnya, ayahnya melihat perkembangan Abdul Malik dalam berpidato,

mengolah kata, berbahasa Arab dan berfilsafat, maka ayahnya memutuskan untuk

mengajarinya ilmu Ushul Fiqh dan Manthiq. Ayahnya mengajari pelajaran

tersebut dengan tujuan agar HAMKA tidak tersesat karena asyik dengan filsafat,

karena menurut ayahnya filsafat sangat berbahaya.11

C. Sesuatu yang paling berharga

Setelah melaksanakan ibadah haji yang pertama sekaligus belajar kepada

para ulama Makkah pada tahun 1927, HAMKA dinikahkan pada usia 21 tahun,

tepatnya pada tanggal 5 April 1929 setelah kepulangannya dari Medan, HAMKA

9 Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof. DR. HAMKA, cet. 2,(Jakarta: PustakaPanjimas, 1983),h. 2.

10 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah, cet. 1,(Jakarta: YPI Al Azhar, 2008), h. 21.

11 HAMKA, Ayahku, Riwayat Hidup DR. H. Abdul Karim Amrullah, h. 318-319.

Page 48: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

34

dinikahkan oleh ayahnya dengan seorang wanita yang bernama Siti Raham. Siti

Raham merupakan anak kedua dari pasangan Rasul St. Redjo Endah dan Siti

Banum. Ketika dinikahkan, Siti Raham masih berumur 16 tahun. Selama

bertahun-tahun pernikahan pasangan itu terus berjalan harmonis hingga dikaruniai

12 orang anak. Dua di antaranya meninggal di usia dini.12 Mereka adalah Hisyam

dan Husna yang meninggal di usia dini, Zaki, Rusjdi, Fachry, Azizah, Irfan,

Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, Shaqib.

Februari 1950 HAMKA beserta keluarga resmi pindah ke Jakarta, yaitu di

Gang Buntu, Jalan Toa Hong II/141, Kebun Jeruk Jakarta. Untuk memulai hidup

di Jakarta, HAMKA mengandalkan honorium dari buku-buku yang diterbitkan di

Medan. HAMKA juga banyak mengirim karangan-karangan pendek ke beberapa

surat kabar, seperti surat kabar Merdeka dan Pemandangan. Di samping itu, dia

juga mengasuh rubrik “Dari Perbendaharaan lama” dalam surat kabar Abadi

dalam setiap edisi Minggu Abadi. HAMKA juga mengirim karangannya ke

majalah-majalah, seperti majalah Mimbar Indonesia yang dipimpin HB Jasin dan

majalah Hikmah.13 HAMKA juga diangkat sebagai Pegawai Kementerian Agama

yang pada waktu itu Menterinya adalah K.H. Wahid Hasyim, dan HAMKA

menjadi dosen di berbagai Perguruan Tinggi Islam, antara lain: Perguruan Tinggi

Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Universitas

Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Universitas Islam Sumatera Utara, dan

bertugas sebagai dosen Fakultas Hukum dan Falsafah Muhammadiyah di Padang

Panjang.

12 Irfan Hamka, Ayah… (Jakarta: Republika, 2013), h. 212.13 Mohammad Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka, 2000),hlm. 75-76.

Page 49: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

35

Di tahun itu juga HAMKA menunaikan rukun haji kedua kalinya, sebagai

Anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia.14 Pengalaman ibadah haji yang kedua

ditulis oleh HAMKA kedalam tiga buah buku, yaitu: “Mandi Cahaya di Tanah

Suci”, “Di Lembah Sungai Nil”, dan “Di Tepi Sungai Dajlah”.15

Pada tahun 1956, HAMKA beserta keluarga pindah ke Jalan Raden Patah

III No. 1, Kebayoran Baru, didepannya terdapat lapangan luas yang disediakan

pemerintah untuk membangun Masjid Agung Kebayoran Baru. HAMKA begitu

senang karena menurutnya akan mempermudah kegiatannya dalam beribadah,

berdakwah sekaligus mempermudah pendidikan kepada anak-anaknya

dilingkungan yang Islami.

Sepak terjangnya sebagai seorang ulama, akademisi dan pendidik membuat

namanya semakin harum sampai ke luar negeri. Pada tahun 1958, HAMKA

diundang untuk menghadiri sebuah seminar di Universitas Punjab, Lahore,

Pakistan. Disanalah HAMKA berkenalan dengan Dr. Muhammad al-Bahay

seorang pemikir besar Islam. Setelah itu, dilanjutkan kunjungannya ke Mesir

untuk berceramah di gedung As-Syubbanul Muslimun yang diadakan oleh

Mu’tamar Islamy, As-Syubbanul Muslimun dan Universitas Al-Azhar. Didalam

ceramahnya, HAMKA berceramah tentang “Pengaruh Faham Muhammad Abduh

di Indonesia dan Malaya”. Ceramah yang di bawakan HAMKA mendapat

sambutan yang luar biasa dari para tamu undangan yang dihadiri oleh sarjana-

sarjana dan ulama ternama di Mesir. HAMKA mendapat apresiasi yang luar biasa

karena kepiawaiannya berceramah mengenai judul tersebut.

14 H Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof Dr HAMKA, h. 4-5.15 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik, h. 26.

Page 50: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

36

Setelah menghadiri undangan ceramahnya di Mesir, HAMKA melanjutkan

kunjungannya ke Saudi Arabia untuk memenuhi undangan Raja Saud yang

dilanjutkan berziarah ke makam Rasulullah di Madinah. Ketika di Madinah,

HAMKA mendapat kabar dari Duta Mesir bahwa Universitas Al-Azhar berencana

menganugerahkan gelar ilmiah tertinggi kepadanya, yakni gelar Ustadzyyah

Fakhriyah (Doctor Honoris Causa). Gelar ini merupakan gelar kehormatan

akademis pertama yang diberikan Universitas Al-Azhar kepada orang yang patut

menerimanya.16

Satu tahun berlalu semenjak perencanaan penganugerahan gelar kehormatan

kepada HAMKA, pada akhirnya datang suatu undangan dari Duta Besar Mesir

yang baru saat itu, Sayyid Ali Fahmi pada bulan Maret 1959 yang berisi tentang

pemberian gelar Ustadzyyah Fakhriyah atau Doctor Honoris Causa dari

Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.17

Penganugerahan gelar kehormatan tersebut membuat HAMKA semakin

termotivasi untuk terus mensyiarkan dakwah Islam yang berpusat di Masjid

Agung Kebayoran Baru. Kegiatan pengajian dan khutbah yang disampaikan oleh

HAMKA membuat Masjid Agung Kebayoran Baru semakin ramai.

Pada Desember 1960, Syaikh Mahmoud Syaltout (ketika itu menjabat

sebagai rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir) dan Dr. Muhammad al-Bahay

(seorang pemikir besar Islam kala itu dan sosok yang di yakini sebagai tokoh

dibalik suksesnya Mahmoud Syaltout memajukan Al-Azhar) berkunjung ke

Indonesia dan mengagendakan kunjungannya ke Masjid Agung Kebayoran Baru.

Dalam kunjungannya, Mahmoud Syaltout memberikan sambutan yang berisi

16 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 26-28.17 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 29-30.

Page 51: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

37

tentang pemberian nama Al-Azhar kepada Masjid Agung Kebayoran Baru dan

berharap Masjid tersebut menjadi Al-Azhar di Jakarta sebagaimana Al-Azhar di

Kairo. Sejak saat itu, Masjid Agung Kebayoran Baru berganti nama menjadi

Masjid Agung Al-Azhar.18

Dengan kesibukan yang cukup padat, HAMKA tetap terus memberikan

pengajian tafsir di Masjid Agung Al-Azhar. Surat yang pertama kali dikaji adalah

surat Al-Kahfi yang dimulai sejak akhir tahun 1958. Pada Januari 1962 terbitlah

sebuah majalah yang bernama “Gema Islam” dan HAMKA menjadi pemimpin

redaksinya. Majalah tersebut berisi tentang segala kegiatan didalam Masjid Al-

Azhar terutama mengenai pengajian tafsir yang diajarkan HAMKA. Luasnya

peredaran majalah “Gema Islam” membuat pengajian tersebut semakin banyak

diminati oleh masyarakat. Rangkaian pelajaran tafsir yang dimuat dalam majalah

“Gema Islam” diberi judul Tafsir Al-Azhar merujuk tempat pembelajaran tafsir

tersebut sekaligus penghargaan pribadi HAMKA kepada Al-Azhar Kairo, Mesir.19

Pada tanggal 27 Januari 1964, HAMKA dijemput oleh empat orang polisi,

lengkap dengan Surat Penahanan Sementara. Dalam surat tersebut, HAMKA

diduga melakukan kejahatan sesuai dengan PenPres No 11/1963. Abdul Malik

ditahan di Departemen Angkatan Kepolisian selama dua jam setelah itu dibawa ke

Cimacan, Puncak, Bogor selama empat hari. Setelah ditahan di Cimacan,

HAMKA dipindahkan ke Sukabumi dan diintrogasi perihal penangkapannya.

HAMKA dituduh melakukan rapat-rapat gelap, menjadi anggota gerakan

gelap untuk menentang Presiden Soekarno dan Pemerintah Republik Indonesia

yang sah. Tuduhan mengenai penangkapannya antara lain yaitu mengenai

18 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 30-31.19 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 31.

Page 52: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

38

kuliahnya pada Oktober 1963 di Universitas Islam Negeri Ciputat yang dianggap

menghasut mahasiswa untuk melakukan pemberontakan, mengadakan rapat gelap

di Tangerang pada 11 Oktober 1963 untuk merencanakan pembunuhan terhadap

Menteri Agama pada waktu itu H. Saifuddin Zuhri dan melakukan kudeta. Dari

Sukabumi, HAMKA dipindahkan ke Cimacan pada 8 April 1964. Karena urusan

kesehatan, HAMKA dipindahkan lagi ke Megamendung pada 15 Juni. HAMKA

baru dibebaskan setelah terjadi peristiwa pemberontakan PKI pada 30 September

1965 tanpa peradilan. Padahal sebelumnya, hubungan HAMKA dengan Presiden

Soekarno sangatlah dekat dan Presiden Soekarno merupakan sosok yang

dikaguminya. Hanya karena perbedaan pandangan politik yang salah satunya

yakni penolakan HAMKA terhadap gagasan Presiden Soekarno yang ingin

menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin yang disampaikan lewat pidatonya di

Bandung pada tahun 1957.20

Selama ditahanan, HAMKA menggunakan waktunya untuk menjalankan

ibadah dan melanjutkan menyusun tafsir Al-Qur’an hingga berhasil menyusunnya

menjadi sebuah kitab lengkap 30 Juz Tafsir Al-Azhar.

Dengan rendah hati HAMKA mengakui bahwa jika tidak terjadi fitnah

terhadap dirinya, akan sulit menyelesaikan pekerjaan besar itu, mengingat faktor

usia dan kesibukannya dalam berdakwah. Rasa syukur yang sedemikian besar

telah menghapus segala sakit hati yang dialaminya.21

Berbagai macam cobaan dan rintangan dalam mengarungi kehidupan telah

dilalui hingga akhirnya HAMKA harus menelan pahitnya kenyataan, yakni

20 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 37.21 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 32-37.

Page 53: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

39

dengan meninggalnya Siti Raham seorang pendamping hidup yang sabar dan

mencintainya pada tanggal 1 Januari 1971 dalam usianya yang ke 56.22

Seketika kehidupan HAMKA berubah menjadi suasana yang penuh duka

cita. HAMKA benar-benar merasa kehilangan atas meninggalnya pendamping

hidup yang selalu setia bersamanya dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.

Meninggalnya Siti Raham membuat semangat HAMKA untuk mengarang dan

menulis menjadi redup. HAMKA lebih banyak merenung seorang diri sambil

membaca Al-Qur’an.

Jika hinggap rasa rindu yang sangat kuat kepada istri tercintanya, Abdul

Malik selalu berwudhu, sholat dan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an

hingga berjam-jam dengan dalih untuk mengalihkan dan memusatkan pikiran dan

kecintaannya semata-mata kepada Allah.23

Waktu terus berlalu, HAMKA mendapat undangan dari Ustadz Djam’an

selaku Pimpinan Perguruan Islam di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. HAMKA

diundang untuk mengisi ceramah dan dakwah dalam peringatan Maulid Nabi Saw.

yang diselenggarkan di Masjid Sultan Kanoman, Cirebon.

Satu minggu setelah Abdul Malik mengisi ceramah di Masjid Sultan

Kanoman, Cirebon. HAMKA menerima tamu dirumahnya, yakni tamu dari

Cirebon yang datang menggunakan tiga buah mobil. Dalam rombongan itu

terdapat di antaranya Ustadz Djam’an dan Siti Chadijjah sebagai panitia ketika

acara maulid di Cirebon. Kedatangan tamu itu untuk membicarakan perihal

penyampaian keinginan dari Siti Chadijah untuk dapat berbakti dan mendampingi

22 Irfan Hamka, Ayah…, h. 211.23 Irfan Hamka, Ayah…, h. 212-213.

Page 54: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

40

HAMKA di masa sisa hidupnya. Pembicaraan tersebut disampaikan oleh Ustadz

Djam’an selaku juru bicara dari Cirebon.

Setelah rombongan dari Cirebon pamit, HAMKA langsung mengumpulkan

anak-anaknya untuk bermusyawarah perihal maksud kedatangan tamu dari

Cirebon. HAMKA meminta pendapat kepada anaknya satu persatu dan semuanya

berpendapat bahwa mereka setuju asal niatnya pun baik. HAMKA langsung

menghubungi Ustadz Djam’an dan mengatakan bahwa HAMKA dan anak-

anaknya akan datang ke Cirebon untuk melamar Siti Chadijah. Setelah menikah

dengan Siti Chadijah, HAMKA mendirikan cabang sekolah Al-Azhar pertama di

Cirebon. Yayasan tersebut diberi nama Yayasan Siti Chadijah.24

Siti Chadijah terus mengabdi mendampinginya hingga HAMKA meninggal

dunia tepatnya pada hari Jum’at, tanggal 24 Juli 1981, dimakamkan di TPU Tanah

Kusir Jakarta Selatan.25

Kurang lebih 11 tahun setelah HAMKA meninggal dunia, Siti Chadijah

meninggal, tepatnya di tahun 1992. Siti Chadijah dimakamkan berdampingan

dengan makam Abdul Malik dan Siti Raham Rasul (isteri pertama HAMKA).26

D. Berkiprah dalam Organisasi

HAMKA sudah melanglang buana sejak usia belia, ketika usianya masih 16

tahun (pada tahun 1924), HAMKA sudah meninggalkan Minangkabau menuju

pulau Jawa tepatnya ke Yogyakarta karena ketertarikannya dengan cerita yang

sering dibawakan ayahnya ketika pulang dari pulau Jawa ditambah lagi pada

waktu itu sedang maraknya pergerakan-pergerakan pembaharu yang dinaungi oleh

organisasi membuat HAMKA semakin yakin untuk menjajaki pulau Jawa. Di

24 Irfan Hamka, Ayah…, h. 266-271.25 Irfan Hamka, Ayah…,h. 281.26 Irfan Hamka, Ayah…, h. 271-272.

Page 55: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

41

Yogyakarta, HAMKA menumpang di rumah pamannya yang bernama Jakfar

Amrullah. Selama disana, HAMKA aktif mengikuti kegiatan yang diadakan oleh

Organisasi Sarikat Islam sekaligus menjadi anggota. HAMKA berkenalan dan

menimba ilmu tentang pergerakan kepada para aktivis, seperti Haji Oemar Said

Cokroaminoto (Sarekat Islam), Ki Bagus Hadikusumo (Ketua Muhammadiyah),

H. Fakhrudin, K.H. Mas Mansur dan RM Suryopranoto. HAMKA juga sempat

pergi ke Bandung dan bertemu tokoh Masyumi A. Hassan dan M. Natsir yang

memberinya kesempatan belajar menulis dalam majalah “Pembela Islam”. Selain

aktif mengikuti Sarekat Islam, HAMKA juga aktif sebagai anggota

Muhammadiyah. Beberapa bulan berikutnya ia pergi ke Pekalongan dan mukim di

tempat A.R Sutan Mansyur, tokoh Muhammadiyah Pekalongan yang juga kakak

iparnya. Disini HAMKA berkenalan lebih jauh dengan para tokoh

Muhammadiyah dikota batik itu.Seperti Citrosuarno, Mas Ranuwarjo, Mas

Usman Pujotomo danMohammad Roem yang kala itu ia hanya mendengar nama

tetapi belum berkenalan.27

HAMKA mulai aktif dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:

1. Memberikan pidato-pidato dan tabligh di Maninjau, Padang panjang dan

kampung-kampung di sekitarnya; terkadang Abdul Malik ikut tabligh bersama

ayahnya, sedangkan isi pidato atau tabligh-nya diseputar semangat perjuangan

hasil gabungan pendidikan dari Ki Bagus Hadikusuma, Haji Fakhruddin,

H.O.S. Cokroaminoto, R.M. Suryopranoto dan kakak ipar yang amat

diseganinya A.R. Sutan Mansur yang semuanya adalah guru-gurunya.

27 H. Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof Dr HAMKA, h. 2.

Page 56: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

42

2. Mulai mengadakan kursus-kursus pidato di kalangan kawan-kawannya dan di

kalangan Tabligh Muhammadiyah; hasil dari kursus itu lalu di edit oleh

HAMKA dan dicetak menjadi buku dengan judul “Khatibul Ummah”dan

inilah pengalaman pertama HAMKA yang cukup berhasil dalam karang

mengarang.28

Februari 1927 di usia 19 tahun HAMKA berangkat ke Mekkah tanpa pamit

kepada ayahnya untuk menunaikan ibadah Haji. Setelah beberapa bulan di

Mekkah, HAMKA bertemu H. Agus Salim yang menyarankannya untuk segera

pulang ke Tanah Air. Setelah itu baru HAMKA pulang ke Tanah Air dan berlabuh

di Medan, menetap disana pada bulan Juli 1927.29

Selama di kota Medan, HAMKA mulai menyibukkan diri dengan mengirim

tulisan untuk surat kabar Pembela Islam di Bandung dan Suara Muhammadiyah

di Yogyakarta, menulis karangan di majalah Seruan Islam, bekerja di Harian

Pelita Andalas dan menulis laporan perjalanan, terutama perjalanannya ke

Mekkah. Karena pendapatannya hanya sedikit, maka HAMKA merangkap

pekerjaan sebagai guru agama untuk mencukupi biaya hidupnya.30

Pada tahun 1928, HAMKA kembali ke kampung halamannya di Padang

Panjang dengan di jemput oleh kakak iparnya A.R. Sutan Mansur dan kembali

terlibat aktif dalam organisasi Muhammadiyah sekaligus menjadi ketua cabang di

Padang Panjang. HAMKA juga mendirikan sekolah madrasah “Kulliyatul

Muballighin” bersama para pengurus Muhammadiyah lainnya.31

28 HAMKA, Kenang-Kenangan Hidup, h. 105.29 H. Rusydi, Pribadi Dan Martabat Buya Prof Dr HAMKA, h.2-3.30 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik, h. 21-22.31 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun…, h. 23.

Page 57: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

43

1. Berkiprah dalam Organisasi Muhammadiyyah

Keterlibatannya dalam pengurus Muhammadiyah membuat hubungannya

dengan tokoh-tokoh organisasi semakin erat. Sehingga pada tahun 1930, Kongres

Muhammadiyah ke 19 diadakan di Bukittinggi. HAMKA berkesempatan menjadi

pembicara, pada kesempatan itu HAMKA menunjukkan kepiawaiannya dalam

berpidato dengan judul “Agama Islam dalam Adat Minangkabau”. Pidatonya

yang disampaikan dengan nada orasi itu sontak membuat ribuan utusan

Muhammadiyah terpikat mendengarkannya dan menjadikan HAMKA sorotan

utama yang menghiasi Kongres Nasional itu. Hasil dari Kongres tersebut

melahirkan 100 cabang dan ranting dari awalnya hanya 27 cabang dan ranting.32

Awal tahun berikutnya, HAMKA diutus oleh Pimpinan Pusat

Muhammadiyah Yogyakarta untuk berdakwah di Makassar sekaligus mendapat

tugas untuk mempersiapkan Kongres Muhammadiyah yang ke 21 di Makassar

yang akan dilaksanakan pada tahun 1932. Selain berdakwah, kegiatan hari-harinya

diisi dengan menulis artikel yang dikirim ke beberapa surat kabar yang ada di

Jakarta dan Medan. Selain itu, Abdul Malik juga menerbitkan jurnal pengetahuan

Islam yang berjudul “al-Mahdi” dan majalah “Tentera”. HAMKA menetap

selama tiga tahun Makassar.

HAMKA mendirikan sekolah “Kulliyatul Muballighin” di Padang Panjang

pada tahun 1935 setelah terlebih dahulu berkesempatan belajar kepada ayahnya.

Namun, pada tahun 1936, HAMKA pergi ke Medan untuk memimpin majalah

“Pedoman Masyarakat”.33

32 HAMKA, Ayahku, Riwayat Hidup DR. H. Abdul Karim Amrullah, h. 190.33 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik, h. 24-25.

Page 58: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

44

Dikota yang sama, diadakanlah Kongres Muhammadiyah ke 28 pada tahun

1939. HAMKA ditugaskan menjadi Ketua Komite Kongres. Kongres tersebut

dihadiri oleh K.H. Mas Mansur, Tengku Putera Mahkota Deli, Wakil Sultan

Langkat dan ayahnya Haji Abdul Karim Amrullah. Kongres tersebut merupakan

Kongres Muhammadiyah terakhir yang di hadiri oleh ayahnya.34

Pada tanggal 2 Juni 1945, ayahnya (Haji Abdul Karim) meninggal dunia

pada usia 68 tahun di Jakarta setelah bebas dari tanah pengasingan. Ketika

ayahnya meninggal, HAMKA baru saja kembali ke Medan. HAMKA mendapat

kabar dari temannya yang mendengar dari siaran radio.35

Karir HAMKA di Muhammadiyah terus berlanjut hingga terpilih menjadi

ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah daerah Sumatera Barat pada tahun 1946-

1949 menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto. Dan pada kongres-kongres berikutnya,

HAMKA diangkat sebagai anggota Pimpinan Pusat. Tetapi pada Kongres tahun

1971 yang diadakan di Makassar, HAMKA tidak lagi bersedia duduk dalam

Pimpinan Pusat Muhammadiyah karena faktor usia. Sejak saat itu, HAMKA

ditetapkan sebagai Penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah hingga akhir

hayatnya.36

2. Berkiprah dalam Majelis Ulama Indonesia

Kehadiran Majelis Ulama sangat diperlukan di Indonesia karena didalam

masa pembangunan yang direncanakan dari tahap satu ke tahap berikutnya yang

dimulai sejak masa Orde Baru, para ulama kurang melibatkan diri dalam proses

pembangunan itu. Hal ini mungkin disebabkan adanya dinding psikologis yang

memisahkan antara ulama dengan pejabat Pemerintah. Jika kita perhatikan sejarah

34 HAMKA, Ayahku, Riwayat Hidup DR. H. Abdul Karim Amrullah, h. 190.35 HAMKA, Ayahku…,h. 323-329.36 Shobahussurur. Dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik, h. 24.

Page 59: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

45

Islam di Indonesia sejak merdeka, orang dapat menduga bahwa memang bisa

timbul saling curiga mencurigai antara Pemerintah dengan para Ulama. Buntut

dari pemberontakan yang dipimpin oleh para ulama.

Perjuangan tentang dasar Negara, bahkan sejak Panitia Persiapan

Kemerdekaan hingga kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 adalah perjuangan

antara dasar negara Islam dengan non Islam. Ketika di zaman Orde Baru, kadang-

kadang orang masih mencurigai umat Islam yang masih punya keinginan

membentuk negara yang berdasarkan Islam. Sebaliknya umat Islam mencurigai

para penyelenggara Pemerintahan dengan sengaja berusaha mengurangi peranan

Islam di Indonesia dalam kehidupan kenegaraan.37

Kehadiran Majelis Ulama di Indonesia dirasa sangat penting dan sangat

diperlukan untuk mempersatukan pemikiran para ulama dengan para pejabat

pemerintahan agar menumbuhkan rasa gotong-royong dan bahu-membahu demi

membangun kesejahteraan bangsa dan negara. Namun upaya pembentukan

Majelis Ulama di Indonesia bukan merupakan suatu hal yang terjadi tiba-tiba,

banyak kalangan Islam menduga lembaga itu lebih berfungsi melayani pemerintah

daripada untuk kepentingan Umat Islam.38

Maka dari itu, dua tahun setelah perencanaan pembentukan Majelis Ulama

di Indonsia (1973), pada tanggal 26 Juli 1975, Menteri Agama Republik Indonesia

waktu itu, Prof. H. A. Mukti Ali, mengadakan Musyawarah Nasional para Ulama

dan melantik HAMKA sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

37 Mukti Ali, “Persepsi Buya HAMKA: Ulama Sudah Lama Terjual,” dalam HAMKADimata Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 56.

38 Adnan Buyung Nasution, “HAMKA: Figur Yang Langka,” dalam HAMKA Dimata HatiUmat (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 285.

Page 60: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

46

Pelantikan juga dihadiri secara khusus oleh sahabat HAMKA yaitu Tun Abdul

Razak (Perdana Menteri Malaysia waktu itu).39

HAMKA dipilih dalam suatu musyawarah, baik oleh ulama maupun pejabat

dan ditandatangani oleh dua puluh enam orang Ketua Majelis Ulama Daerah

Tingkat I, sepuluh orang ulama unsur organisasi Islam tingkat Pusat (Nahdlatul

Ulama, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al Wasliyah, Muthla’ul Anwar,

Guppi, PTDI, Dewan Masjid, dan Al Ittidahiyah), empat orang ulama Dinas

Rohani Islam dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dn POLRI,

serta tiga belas ulama yang diundang secara perseorangan.40

Pada malam penutupan Musyawarah Nasional Majelis Ulama sekaligus

pelantikan, HAMKA menyampaikan pidatonya yang panjang, padat dan berisi.

Diantaranya pidato tentang jasa para Ulama Indonesia terdahulu yang sangat

berperan aktif dalam memerdekakan Indonesia. Adapun tema terpenting dalam

MUNAS Majelis Ulama ini untuk mencapai kerukunan beragama melalui

ukhuwah dan silaturhim di antara para Ulama se-Indonesia di dalam MUNAS

yang pertama ini. Salah satu pidato HAMKA mengenai kerukunan beagama ialah

“Semuanya telah bertemu hati bersatu didalam cinta kepada agama, kepadatanah air, kepada bangsa. Kerukunan beragama merupakan salah satu syaratmutlak dalam pembangunan”

HAMKA menegaskan bahwa Majelis Ulama akan tetap menjaga kerukunan

beragama yang telah digariskan dalam Komperensi Antar Agama pada tahun 1967

oleh Presiden Soeharto yang mengatakan “supaya orang yang telah memeluk

agama jangan dijadikan sasaran propaganda oleh suatu agama yang lain”. Lalu

HAMKA meneruskan dengan mengutip ayat Al-qur’an yang artinya :

39 Shobahussurur, dkk., Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik, h. 78.40 Mukti Ali, Persepsi Buya HAMKA: Ulama Sudah Lama Terjual, dalam HAMKADi Mata

Hati Umat,h. 55.

Page 61: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

47

“Tidak ada paksaan dalam agama; sudah jelas perbedaan jalan yang benardan yang sesat”. “kita akan bertetangga secara baik-baik, kita akanbertoleransi dengan sekalian pemeluk agama yang selain Islam dalam TanahAir kita ini, demi kerukunan beragama dan ketahanan nasional. Tauhid yangteguh tidaklah membenci golongan lain, melainkan mengasihinya”.41

Demikian sepenggal pidato HAMKA tentang kepemimpinan Ulama yang

diucapkan pada penutupan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

Terdapat dua alasan HAMKA menerima kedudukan sebagai ketua umum

MUI, pertama, adanya bahaya ideologi komunis di Indonesia, untuk

menghadapinya orang harus menghadapi ideologi yang lebih kuat, yakni Islam.

Untuk mencapai hal ini, kaum Muslimin seharusnya dapat bekerjasama dengan

pemerintahan Soeharto yang juga bersikap anti Komunis. Kedua, dengan

pembentukan MUI ini diharapkan adanya kerjasama yang lebih harmonis dan

mengikis adanya saling curiga antara pemerintah dan umat Islam. selain itu pula

mengapa HAMKA didukung untuk menjadi ketua MUI karena ia merupakan

warga Muhammadiyah yang diterima oleh golongan lain, terutama golongan NU.

Pada 17 September 1975 HAMKA beserta beberapa Pimpinan MUI lainnya

mengadakan pertemuan dengan Presiden Soeharto menyampaikan secara lansung

bahwa para pemimpin Islam sangat Gusar dengan gerakan Kristenisasi diberbagai

tempat di Indonesia. Pihak Kristen dengan berbagai akses kegiatan Kristenisasi

untuk menarik orang Islam masuk Kristen dengan iming-iming pemberian bahan

makanan dan bahan kebutuhan pokok lainnya. Presiden Soeharto memberikan

sambutan yang positif terhadap pernyataan HAMKA yang berani itu.42

Pada tanggal 25 Agustus 1976, MUI diundang Letjen Kartakusumah dari

Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (WanHAMNas) untuk menghadiri dengar

41 Mukti Ali, Persepsi Buya HAMKA…,h. 68-69.42 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan Aktor

Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 280.

Page 62: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

48

pendapat tentang penafsiran pancasila dan UUD I945 yang akan dirumuskan

dalam sidang umum MPR tahun 1978. Beberapa hal pokok yang dibacakan

HAMKA mengenai “Pembahasan dari intisari UUD 1945” antara lain: Pertama,

Negara berdiri sebagai pertemuan keinginan luhur rakyat Indonesia dengan

“Berkat Rahmat Allah”. Kedua, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Sila Pokok,

dan Negara Republik Indonesia sama sekali bukan teokrasi, melainkan demokrasi.

Ketiga, Pemeluk Agama Islam adalah pendukung utama Pancasila dan keaktifan

umat didalam melaksanakan ibadat dan kewajiban agamanya masing-masing

adalah salah satu alat yang ampuh untuk mengukuhkan Pancasila.43

Pada rapat kerja II, MUI Agustus 1977, HAMKA mengutarakan

persepsinya mengenai peranan ulama:

“Agama dengan kekuasaan akan bertambah kuat, kekuasaan dengan agamaakan bertambah kekal.”

HAMKA menunjukkan bahwa agama adalah komponen pokok yang harus

diperhitungkan oleh pemegang kekuasaan manapun”.

Pada 1 juni 1980 MUI menyebarkan fatwa tentang pernikahan antar agama,

sebelumnya MUI pada 11 Agustus 1975, MUI DKI Jakarta telah mengeluarkan

fatwa tentang haramnya bagi laki-laki muslim menikahi wanita non-muslim

sekalipun dari kalangan ahl al-kitab dan larangan bagi kaum wanita muslim

untuk menikah dengan laki-laki non-muslim tanpa pandang bulu apakah laki-laki

itu ahl al-kitab atau musyrik. Fatwa MUI 1 Juni 1980 itu pada dasarnya adalah

mengukuhkan fatwa MUI DKI yang memutuskan: Pertama, seorang wanita Islam

tidak diperbolehkan (haram) untuk laki-laki non-muslim. Fatwa ini selain di

43 Adnan Buyung Nasution, HAMKA: Figur Yang Langka, HAMKA dimata Umat, (Jakarta:Sinar Harapan, 1984), h. 285.

Page 63: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

49

tandatangani oleh Ketua MUI HAMKA dan Sekretaris MUI Kafrawi, juga

dibubuhi tanda tangan Menteri Agama yang saat itu dipegang oleh Alamsyah.44

Pada tahun 1981 timbul masalah sekitar fatwa MUI pada 7 Maret 1981

tentang perayaan natal bersama dan dicabut kembali 30 April 1981, kemudian

diikuti oleh pengunduran diri HAMKA pada 21 Mei 1981, maka masyarakat

menjadi saksi betapa sebenarnya sikap dan pengaruh politis tokoh ini bahwa

ukhuah Islamiyah menjadi persatuan.45

Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Presiden Soeharto sejak

mulai berdirinya Majelis Ulama Indonesia selalu menganjurkan agar di Indonesia

terdapat Kerukunan Hidup Beragama. HAMKA pun sebagai Ketua MUI pada 21

September 1975 telah menerangkan kepada 30 orang utusan ulama yang hadir

bahwa Islam mempunyai konsepsi yang terang dan jelas di dalam Q.S Al-

Mumtahanah ayat 7 dan 8, bahwa tidak dilarang oleh Al-Qur’an orang Islam itu

hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Orang Islam disuruh berlaku

adil dan hidup rukun dengan mereka asal saja mereka itu tidak memerangi kita

dan mendesak kita untuk keluar dari tanah air kita sendiri.46

Pada Munas MUI di Cipayung 1979 utusan MUI dari Ujung Pandang

membawa berita bahwa kaum Kristen di sana menjelaskan kepada pengikut-

pengikutnya bahwa Peringatan Natal adalah Ibadat bagi mereka. Sudah lama hal

ini diperbincangkan dalam kalangan kaum muslimin. Meskipun tidak ada pula

orang Islam yang menolak anjuran kerukunan hidup beragama dan orang Kristen

44 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan AktorSejarah, h. 288.

45 Adnan Buyung Nasution, HAMKA: Figur Yang Langka, dalam Tamara, HAMKA DimataUmat, h. 285-286.

46 Shobahussurur, dkk.,Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA,h. 79-80.

Page 64: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

50

pun belum pernah pergi bersama ber-Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ketanah

lapang atau masjid. Dengan demikian bukanlah berarti bahwa mereka (orang

Kristen) tidak rukun dengan orang Islam.

Disinilah terdapat kesalahpahaman diantara Pimpinan MUI dengan Menteri

Agama. Mengapa fatwa itu telah tersiar luas, padahal mestinya disampaikan

kepada Menteri Agama saja. Tetapi MUI pusat menyatakan ini sangat penting,

maka disebarkanlah surat edaran ke cabang-cabang di seluruh Indonesia.

Pemerintah melalui Menteri Agama memutuskan untuk mencabut beredarnya

fatwa tersebut, fatwa tersebut dicabut kembali tanggal 30 April 1981, kemudian

diikuti oleh pengunduran diri HAMKA pada 21 Mei 1981.

Sikap HAMKA dalam pernyataan mundurnya dari Ketua Umum Majelis

Ulama Indonesia:

Bismillahirrahmanirrahim

1. Menteri Agama H. Alamsyah dalam pertemuan dengan Majelis Ulama

Indonesia tanggal 23 April 1981 yang telah lalu telah menyatakan kecaman

atas tersiarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia. Dalam kesempatan itu H.

Alamsyah telah menunjukkan kemarahanya dan menyatakan ingin

mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai Menteri Agama.

2. Menjawab ucapan-ucapan Menteri, maka saya mengatakan: Bukan beliau, tapi

sayalah yang lebih patut meletakkan jabatan sebagai ketua Majelis Ulama

Indonesia. dan saya bertanggung jawab atas tersiarnya fatwa yang membuat

Menteri Agama mau mengundurkan diri itu. Akan tetapi saya pun mengatakan

pula bahwa Majelis Ulama Indonesia yang telah berdiri enam tahun, perlu

dipertahankan siapa pun yang menjadi ketuanya.

Page 65: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

51

3. Karena Anggapan bahwa Majelis Ulama Indonesia masih diperlukan adanya di

Indonesia dan demi mengamankan kehidupannya setelah keberhentian saya,

maka saya pun menandatangani surat Keputusan Pencabutan Peredaran itu

dengan pengertiaan bahwa nilai fatwa itu sendiri tetap sah sebagaimana yang

telah diputuskan oleh Majelis Ulama Komisi Fatwa.

4. Saya merasa perlu menyiarkan pernyataan pribadi atas sahnya isi fatwa

tersebut, sebagaiman telah dimuat oleh sementara surat-surat kabar. Namun

demikian saya berharap pula kerjasama yang lebih baik antara ulama dan

umara untuk masa-masa yang akan datang, terutama melalui Pimpinan Majelis

Ulama setelah saya meletakkan jabatan saya sebagai Ketua Umum Majelis

Ulama Indonesia.

5. Dengan ini saya meletakkan jabatan saya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama

Indonesia dihadapan rapat ini, karena saudara-saudaralah yang telah memilih

saya melalui MUNAS Majelis Ulama Indonesia tahun 1980 yang lalu.

Terima kasih.

Jakarta, 18 Mei 1981 (Haji Abdul Malik).47

E. Karya Tulis Haji Abdul Malik Karim Amrullah

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Abdul Malik atau HAMKA

merupakan seorang yang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan

seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.

Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, HAMKA dapat mengkaji karya

ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan,

47 Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan AktorSejarah, h. 289-290.

Page 66: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

52

Abbas al-Aqqad, Mustafaal-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab

juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti

AlbertCamus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean PaulSartre,

Karl Marx dan Pierre Loti. HAMKA juga rajin membaca dan bertukar pikiran

dengan tokoh-tokoh terkenal seperti H. O.S Tjokroaminoto, Raden Mas

Surjopranoto, Fachrudin, A.R. Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil

mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

HAMKA sebagai seorang yang berpikiran maju yang tidak hanya

melakukan berbagai macam ceramah agama namun juga merefleksikannya

melalui berbagai macam karya dalam bentuk tulisan. Orientasi pemikirannya luas

meliputi berbagai macam disiplin ilmu.48

Sebagai salah satu orang yang dikenal di banyak negara, banyak buku

maupun artikel yang pernah ditulis oleh HAMKA dengan berbagai macam kajian,

beberapa karya-karyanya yang terkenal antara lain:49 Khatibul Ummah, Jilid 1-3

(ditulis dengan huruf Arab) 1925, Si Sabariah 1928, Pembela Islam (Tarikh

Sayidina Abu Bakar Shiddiq) 1929, Adat Minangkabau dan Agama Islam 1929,

Ringkasan Tarikh Ummat Islam 1929, Kepentingan Melakukan Tabligh 1929,

Hikmah Isra’ dan Mi’raj 1929, Arkanul Islam, Makassar 1932, Laila Majnun,

Balai Pustaka 1932, Majallah ‘Tentera’ (4 nomor terbit di Makassar) 1932,

Majallah Al-Mahdi (9 nomor terbit di Makassar) 1932, Mati Mengandung Malu

(salinan Al-Manfaluthi) 1934, Di Bawah Lindungan Ka’bah 1937, Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck 1937, Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Merantau ke

Deli 1940, Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940, Tuan Direktur1939, Dijemput

48 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual, h. 46.49 Shobahussurur, MA. dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah, h.

42-43.

Page 67: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

53

Mamaknya 1939, Keadilan Ilahi 1939, Tasauf Moderen 1939, Falsafah Hidup

1939, Lembaga Hidup 1940, Lembaga Budi 1940, Majalah “SEMANGAT

ISLAM” 1943, Majallah “MENARA” 1946, Negara Islam 1946, Islam dan

Demokrasi1946, Revolusi Pikiran 1946, Revolusi Agama 1946, Adat

Minangkabau Menghadapi Revolusi 1946, Dibantingkan Ombak Masyarakat

1946, Didalam Lembah Cita-cita 1946, Sesudah Naskah Renville 1947, Pidato

Pembelaan Peristiwa Tiga Maret 1947, Menunggu Beduk Berbunyi 1949, Ayahku

1950, Mandi Cahaya di Tanah Suci 1950, Mengembara di Sungai Nil1 950, Ditepi

Sungai Dajlah 1950, Kenangan-kenangan Hidup 1, Kenangan-kenangan Hidup 2,

Kenangan-kenangan Hidup 3, Kenangan-kenangan Hidup 4 1950, Sejarah Ummat

Islam Jilid 1, Sejarah Ummat Islam Jilid 2 Sejarah Ummat Islam Jilid 3 1938,

Sejarah Ummat Islam Jilid 4 1950, Pedoman Mubaligh Islam 1937, Pribadi 1950,

Agama dan Perempuan 1939, Muhammadiyah Melalui 3 Zaman 1946, 1001 Soal

Hidup (kumpulan karangan pada Pedoman Masyarakat) 1950, Pelajaran Agama

Islam 1956, Perkembangan Tashawwuf dari Abad ke Abad 1952, Empat bulan di

Amerika, Jilid 1, Empat bulan di Amerika, Jilid 2 1953, Pengaruh Ajaran

Muhammad Abduh di Indonesia (pidato di Kairo) 1958, Soal Jawab (disalin dari

karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM) 1960, Dari Perbendaharaan Lama

1963, Lembaga Hikmat 1953, Islam dan Kebatinan 1972, Fakta dan Khayal

Tuanku Rao 1970 Sayid Jamaluddin Al-Afghany 1965, Ekspansi Ideologi

(Alghazwul Fikri) 1963, Hak Asasi Manusia Dipandang dari Segi Islam 1968,

Falsafah Ideologi Islam 1950, Keadilan Sosial dalam Islam 1950 dan lain- lain.

Page 68: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

54

BAB IV

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF HAJI ABDUL MALIK

KARIM AMRULLAH

Jika membicarakan pluralitas agama menurut pandangan HAMKA, sudah tentu

akan sangat sulit menemukan materi yang menjabarkan makna tersebut di dalam

karyanya, karena hampir tidak ditemukan kosakata-kosakata tentangpluralitasagama

didalam karya-karyanya, hanya kata tasammuh dan toleransi yang masih bisa penulis

temukan dalam karyanya dan kata tersebut tidak dijelaskan maknanya secara

penjabaran di dalam satu buku ataupun satu bab utuh. Namun, jika merujuk kepada

makna pluralitas agama seperti yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya,

maka hal ini akan sependapat dan sesuai dengan apa yang dituliskan dalam karya-

karya HAMKA yang menjelaskan tentang hak dan kebebasan berpikir bagi seluruh

manusia,yang merujuk kepada tasammuh dan toleransi.

Menurut HAMKA, manusia merupakan umat yang satu. Perlainan daerah, bumi

tempat mereka berpijak, berlainan bahasa, warna kulit bukanlah soal. Namun semua

itu hanyalah keragaman di dalam satu kesatuan. Diutusnya Nabi-nabi secara berganti-

ganti, namun maksud kedatangan mereka hanya satu, yaitu memberi petunjuk kepada

manusia dan memutuskan perkara-perkara yang mereka perselisihkan.1

1Prof. Dr. Hamka, Pelajaran Agama Islam, cet. 12, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 182.

Page 69: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

55

Allah berfirman:

م ك ح ي ل ق ح ال ب اب ت ك ال م ه ع م ل ز أن و ن ي ر ذ ن م و ن ي ر ش ب م ن ي ي ب الن للا ث ع ب ف دة اح و ة أم اس الن كان

ه ه ي اف و ف ل ت ااخ م ي ف اس الن ن ي ب ت و أو ي ن ف ي ه إال ال ذ ت ل ف ااخ م آو اج م د ب ع ن الب ي ن ات م ت ه م ي اب ي ن ه م ء ف ه د ىب

ق ال ح ن اف ي ه م ت ل ف و ااخ ال م ن و ام ي ن ال ذ ت ق ي م.للا س اطم ر إل ىص آء ي ش ن ي ه د ىم للا ن ه و ب إذ

“Manusia itu adalah umat yang satu, lalu diutus oleh Tuhan Nabi-nabi

pembawa berita gembira dan menyampaikan peringatan, dan diturunkan-Nya

bersama mereka kitab berisi kebenaran, supaya dia dapat memberi hukum

kepada manusia dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tetapi yang

berselisih itu hanyalah orang-orang yang diberi kitab dan sesudah datang

kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena iri hati antara

sesamanya saja, dan Tuhan dengan kemauan-Nya memimpin orang-orang yang

beriman dalam perkara yang mereka pertikaikan itu ke jalan yang benar. Dan

Tuhan memberi petunjuk siapa yang disukai-Nya ke jalan yang lurus.”2

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia merupakan umat yang satu, Allah

mengutus para Nabi-nabi dan menurunkan kitab-kitab suci secara bertahap untuk

diajarkan kepada seluruh umat manusia sesuai dengan zamannya dan membimbing

manusia kepada kesempurnaan dan jalan yang lurus agar tidak ada perselisihan

diantaranya.

Namun para pengikutnya selalu berselisih lantaran perbedaan pendapat dan

menganggap kelompoknyalah yang benar dan yang lain salah.Setelah itu timbul

perselisihan diantara mereka, semata-mata karena sebagian mereka berusaha keluar

dari batas yang dibenarkan, ingin memperoleh derajat yang lebih tinggi dari derajat

2Q.S. Al-Baqarah: 213.

Page 70: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

56

fitrah dan ingin menegakkan hak untuk diri mereka dengan melebihi hak-hak fitrah

yang ada.3

Allah berfirman:

. ن و ف ر ح ي ه م ال د بب م ز ح ك ل

“Tiap-tiap partai (golongan) lebih suka membanggakan kelebihan yang ada

padanya.4

Sesungguhnya Islam menerangkan bahwa semua agama bukanlah kepunyaan

manusia, melainkan kepunyaan Allah yang dibangun pada tiap-tiap zaman dengan

perantara utusan-utusan-Nya. Pokok agama itu satu, agama yang didatangkan oleh

Musa, itu juga yang dibawa oleh Isa. Dan kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah

menyambung dan menyempurnakan pelajaran yang telah dibawa oleh Nabi-Nabi

sebelumnya. Agama itu satu wujud dan maksudnya, tidak dibangsakan kepada suatu

keturunan. Wujud dan tujuannya satu, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan

seutuhnya, yang dalam bahasa Arab dinamai Aslama, Yuslimu, Islaman (Menyerah).5

Maka dari itu, manusia diberikan akal dan pikiran untuk digunakan kearah yang

baik-baik agarbisa menyingkirkan perselisihan dan perkelahian yang disebabkan oleh

perbedaan pendapat. Jika terjadi suatu perselisihan antara satu agama dengan agama

lain, maka seorang yang berakal akan mencari dan menyelidiki permasalahan itu

dengan teliti. Seseorang itu akan menyatakan tentang penyelidikannya mengenai

masalah tersebut. Penyelidikan itupun harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

3 Dr. KH. Surahman Hidayat, Islam, Pluralitas dan Perdamaian, (Jakarta; Fikr, 1998), h. 83. 4Q.S. Al Mu’minun: 53, dan Q.S. Ar Rum: 32. 5 Hamka, Tasauf Moderen, cet. 1, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987), h. 68-69.

Page 71: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

57

Karena jika tidak ada penyelidikan, tentu orang tidak akan membedakan mana yang

baik dan mana yang buruk.

Di dalam buku Tasauf Moderen, HAMKA mengutip pendapat Imam Al

Ghazali mengenai keutamaan akal budi yang terbagi empat bagian, yaitu: pertama,

sempurna akal dengan ilmu. Kedua, dapat menjaga kehormatan diri (‘Iffah) dengan

tidak peduli dengan bujukan kesenangan dunia. Ketiga, berani karena benar dan takut

akan kesalahan (Syaja’ah). Keempat, keadilan (Al’Adl).6

Benih beragama atau kepercayaan sudah tersedia dan ada di dalam jiwa

manusia sejak manusia dilahirkan. Bibit keagamaan telah tumbuh bersama dengan

tumbuhnya akal. Bahkan boleh dikatakan bahwa bibit keagamaan itu ada di dalam

akal sendiri. Sebab itu agama yang hak di sebut “Agama Fitrah”, yaitu agama yang

tumbuh dari kejernihan. Pokok agama dan akal tumbuh bersama di dalam batin

manusia. Bertambah tinggi akalnya, maka bertambah tinggi agamanya. Agama yang

hak tidak terpisah oleh akal.7

Menurut HAMKA, bibit kepercayaan kepada Yang Maha Esa telah ada di

dalam jiwa murni, atau fitrah kita; adakah jalan satu-satunya kepada

kesatuan.8Agama terus menuntun kepada manusia untuk terus mencari dan mencari

menggunakan akal manusia itu sendiri, sebab seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa

bibit atau benih kepercayaan adalah di dalam akal. Menyerah didalam

6Hamka, Tasauf Moderen, h. 26. 7 Hamka, Renungan Tasauf, cet. 1, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), h. 59. 8Hamka, Renungan Tasauf, h. 60.

Page 72: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

58

pengetahuanlah tujuan agama sejati. Iman di dalam kebodohan belum tentu di terima

oleh yang di percaya itu.9

Islam menamai agama itu fitrah, artinya kemurnian tentram jiwa manusia.

Islam menamai agama itu Islam, artinya menyerahkan diri kepada yang dipercayai.

Dan manusia ini menurut ajarannya adalah umat yang satu. Sebagai Tuhan pun

adalah Tuhan Yang Satu. HAMKA megutip hadits Nabi SAW yang berbunyi:

“Agama itu ialah akal. Tidak ada agama bagi orang yang tidak

berakal. Dan di dalam hukum fikih disebut orang yang mukallaf,

yang diberi pertanggung jawab beragama ialah yang baligh lagi

berakal.”10

Maka dari itu, orang yang berakal harus melewati beberapa fase yang harus

diperhatikan untuk mencapai kesempurnaan dalam beragama. Fase itu meliputi:

Kewajiban dan Hak Asasi Manusia baik yang bersifat pribadi atau umum, lalu

bagaimana akhlak seseorang agar bisa dikatakan orang yang berakal, dan bagaimana

pendirian atau akidah atau iman seseorang yang berakal.

9 Hamka, Renungan Tasauf, h. 61. 10 Hamka, Renungan Tasauf, h. 61.

Page 73: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

59

A. Kewajiban dan Hak Asasi Manusia

Setiap manusia yang berakal harus memperhatikan masalah kewajiban dan hak

manusia pada umumnya. Karena dengan memperhatikan hal tersebut, maka seorang

manusia yang berakal dapat mencegah perselisihan dilingkungannya, diawali dengan

dirinya sendiri yang mencoba memperhatikan kewajiban dan hak orang lain.

Kewajiban timbul dari suara batin yang menyuruh mengerjakan segala sesuatu

yang dipandang baik dan meninggalkan sesuatu yang dipandang buruk. Adanya hak

karena adanya undang-undang kesopanan yang memberi kebebasan kepada manusia

untuk mengerjakannya.

Pembahasan yang pertama yaitu mengenai kewajiban, terdapat tiga macam

kata-kata kewajiban dalam agama Islam yaitu:

1. Dalam bidang ilmu kalam atau semacam teologi, ilmu ketuhananadalah mengkaji

alam ini, atau mengkaji yang wujud atau yang ada. Menurut ilmu kalam, seluruh

yang ada ini terbagi dua: pertama, “mumkinul wujud” (mungkin adanya, tetapi

tidak pasti), yaitu segala sesuatu yang diikat oleh ruang dan waktu, yang dapat

ditentukan waktunya dan zamannya atau tempatnya seperti manusia, bumi,

matahari dan lain-lain. Adanya berpermulaan dan akhirnya berkesudahan. Kedua,

“wajibul wujud” (pasti adanya), yaitu segala sesuatu yang tidak diikat dengan

ruang dan waktu, Dia ada sejak dahulu dan nanti tetap ada. Dialah Allah Swt.

Adanya tidak berpermulaan dan akhirnya tidak berkesudahan, Dia tetap ada.11

11 Hamka, Renungan Tasauf, h. 18-19.

Page 74: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

60

2. Dalam bidang ilmu fikih atau ushul fiqh, kewajiban ialah jika dikerjakan

mendapat pahala, jika ditinggalkan mendapat dosa. Wajib merupakan suatu

keharusan, suatu tuntutan atau suatu ketentuan yang harus dikerjakan, diperbuat

atau diyakini kebenarannya.12

3. Dalam ilmu akhlak atau etika Islam, kewajiban merupakan pekerjaan yang dirasa

oleh hati sendiri harus dikerjakan atau harus ditinggalkan. Bisa disebut juga

sebagai ketetapan pendirian manusia untuk memandang baik dan buruknya suatu

pekerjaan. Dan yang menyuarakan kewajiban itu adalah hati diri sendiri, dengan

perasaan halus yang dimiliki pada tiap-tiap manusia.13 Apabila iman seseorang

telah bertambah, takwanya bertambah, keinsyafannya bertambah dalam hal

agama, maka ia tidak akan lagi membedakan yang wajib dan yang sunnah, ia

akan terus menambah amalnya sebanyak-banyaknya walaupun itu sunnah

dikerjakan.14

Terdapat banyak makna mengenai kewajiban dan harus dipahami setiap

maknanya, karena kewajiban mempengaruhi setiap kehidupan manusia. Menurut

HAMKA, kewajiban terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Kewajiban kepada diri sendiri, bernama kesopanan diri.

2. Kewajiban kepada orang lain, bernama kesopanan masyarakat.

3. Kewajiban kepada Allah, bernama kesopanan agama.

12 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama, (Jakarta; Emerald, 2009), h. 728. 13 Prof. Dr. Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1984), h. 5. 14 Hamka, Renungan Tasauf, h. 20.

Page 75: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

61

4. Kewajiban kepada makhluk bernyawa lain, bernama kesopanan belas kasihan.15

Setiap manusia wajib memenuhi kewajibannya kepada sesama manusia

lainnyakarena asal usulnya satu, dari satu keturunan dan satu tabiat yaitu

kemanusiaan, dan satu tujuan yaitu kemuliaaan. Kemudian memperteguh hubungan

dengan sesama manusia dan alam sekitar agar sempurna dalam berbudi pekerti.

Manusia diberi akal agar berpikir dan mempunyai hati untuk merasa.

Mengutamakan kewajiban, itulah pokok dari segala keutamaan. Manusia harus

tahu kewajibannya antar sesama manusia dan menjaga kewajiban itu. Dari sana

timbul persaudaraan yang kekal sesama manusia. Jika rasa menunaikan kewajiban ini

telah berurat berakar didalam budi pekerti, maka perselisihan-perselisihan kecil

lantaran berebut pasaran, pangkat, kehormatan dan lain-lainnya akan hilang secara

berangsur-angsur.16

HAMKA menambahkan bahwa diri pribadi mempunyai dua tanggung jawab,

pertama, kepada dirinya sendiri, agar berusaha menjaga kesehatannya, hidupnya dan

kesempurnaannya. Kedua, kewajiban terhadap masyarakat, yaitu bekerja untuk

kemanfaatan dan kesempurnaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat adalah

kebahagiaannya, semua untuk yang satu, yang satu untuk semua. Pada hakikatnya,

kewajiban yang kedua memberi manfaat kepada kewajiban yang pertama. Karena diri

sendiri yang dijaga itu tidak akan terjaga kalau masyarakat tidak terjaga terlebih

dahulu. Maka hubungan diantara tiap-tiap diri dengan masyarakat itu mempunyai

15 Hamka, Lembaga Hidup, h. 6. 16 Hamka, Lembaga Hidup, h. 8.

Page 76: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

62

peraturan dan undang-undang yang harus setimpal. Sebab tiap-tiap seseorang datang

dan lahir kedunia ini diberi hak oleh masyarakat, diakui hak itu oleh undang-undang,

dihormati hak itu oleh hukum, karena demikianlah tabiat kejadian manusia didalam

alam ini. Hak yang diberikan itu ialah: kemerdekaan diri, kemerdekaan hak milik,

kemerdekaan menangkis serangan dan kemerdekaan mencari rezeki.17

Setiap manusia mempunyai hak-haknya masing-masing dan wajib untuk

mempertahankannya. Diantaranya adalah hak untuk hidup, karena hak hidup

merupakan hak bersama dan hak hidup merupakan hak asasi yang pertama di atas

dasar hak yang lain. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh membunuh dirinya sendiri

atau orang lain, karena membunuh merupakan dosa besar terhadap diri sendiri dan

orang lain yang menyebabkan orang lain kehilangan seorang anggotanya dengan

jalan yang tidak pantas. Sebab, hidup itu bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk

hak bersama. Kecuali jika ada sebab dan akibat yang dapat membahayakan diri

sendiri dan orang lain, makadalam suatu negeri di bolehkannya seorang algojo untuk

menjalankan hukum bunuh sesuai keputusan hakim dan hukum negara, dengan

maksud memotong suatu bagian anggota yang berpenyakit agar tidak menjangkiti

dan membahayakan anggota masyarakat yang lain18

Peran pemerintah di dalam suatu Negara untukmencukupkan dan memelihara

sebab-sebab yang akan mendatangkan kesentosaan bagi rakyat, baik dalam urusan

lahir maupun batin. Maka dari itu perlunya pemberian hak untuk mengatur dirinya

17 Hamka, Lembaga Hidup, h. 12. 18 Hamka, Mutiara Filsafat, Kumpulan Naskah Tasauf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga

Hidup, Lembaga Budi, cet. II (Jakarta: Widjaya, 1956), h. 619-620.

Page 77: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

63

sendiri, memilih mana yang mereka rasa memberi manfaat untuk dirinya dan

menghindarkan mana yang mereka rasa menimbulkan bahaya. Namun, pemberian

hak untuk dirinya sendiri berlaku jika seseorang itu telah tentram didalam dirinya,

karena jika tidak hati-hati dalam menjaga hak itu, lingkungan sekitar bahkan Negara

akan kacau. Kemerdekaan atau hak yang sebenarnya bagi tiap-tiap manusia adalah

orang bebas mengatakan apa yang terasa, bebas berbuat sekehendak hati, asal

kebebasan itu tidak merusak kewajibannya sendiri dan tidak mengurangi atau

mengganggu kemerdekaan dan kebebasan orang lain.19

Kemerdekaan berpikir harus diberikan Negara kepada rakyatnya. Karena

berpikir itu adalah keutamaan bagi setiap manusia bahkan pikiran itulah yang

membedakan manusia dengan binatang dan pikiran itulah yang menjadikan manusia

makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini dan kenaikan mutu pikiran itu yang

membawa manusia kepada kemajuan dan kecerdasan. Pikiran itu menimbulkan

keyakinan. Dan keyakinan itu boleh dinyatakan kepada umum, asal tidak merusak

kewajiban sendiri dan tidak menyinggung bagi kemerdekaan orang lain.20

Seseorang mempunyai hak kemerdekaan berpikir dan berpendapat menurut

keyakinannya sendiri. Tetapi hak itu ada batasnya, yaitu tiap-tiap orang merdeka

boleh menyatakan pendirian atau kepercayaannya selama tidak mengganggu

ketentuan umum yang akan membawa kepada perselisihan. Dan selama kepercayaan

19 Hamka, Lembaga Hidup, h. 19. 20 Hamka, Lembaga Hidup, h. 21.

Page 78: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

64

itu tidak melanggar undang-undang kesopanan umum yang telah terpakai sejak

dahulu, yang telah diakui bersama-sama menjadi budi pekerti tinggi.21

Mempertahankan agama pun merupakan hak asasi manusia. Sebab menganut

agama yang kita yakini adalah hak-hak asasi manusia.22 Saling menghormati sesama

umat beragama sama halnya dengan menghormati sesama manusia dan merupakan

kewajiban setiap umat beragama. Memegang teguh agama sendiri dan membiarkan

orang lain memegang teguh agama yang diyakininya, karena petunjuk bukan di

tangan kita melainkan di tangan Tuhan semata.23

Allah berfirman:

ي ن الد فى اه ر ...آلإ ك

“Tidak ada paksaan dalam agama”24

ق ال ح ق ل ب و ر ن آء م ك م ش ن ف ر ف م ف ل ي ك آء ش ن م و ن م ف ل ي ؤ

“Dan katakanlah: kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang

ingin (beriman) hendaklah beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia

kafir”25

Jika ingin menguji agama yang hak, rasakan dalam hati. Rasakan akan adanya

sesuatu yang dapat menghidupkan dan menyadarkan serta menginsyafkan

hatiperasaan, tahu akan harganya hidup ini. Dalam jantung ada perasaan percaya dan

mempunyai cita-cita yang Maha Besar. Agama tidak menimbulkan putus asa, tetapi

mengajarkan menjadi seorang manusia yang tahu akan harga diri dan memberi

21 Hamka, Lembaga Hidup, h. 39. 22 Prof. Dr. Hamka, Dari Hati Ke Hati, Tentang: Agama, Sosial-Budaya, Politik, (Jakarta:

Pustaka Panjimas, 2002), h. 10. 23 Hamka, Lembaga Hidup, h. 126. 24 Q.S. Al-Baqarah: 256. 25 Q.S. Al-Kahf: 29.

Page 79: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

65

kemerdekaan bagi orang lain untuk berlaku sesuai timbangannya, serta cinta akan

kewajibannya.26

B. Akhlak dalam Perspektif HAMKA

Sepanjang yang penulis ketahui, HAMKA tidak pernah menulis sebuah buku

mengenai akhlak secara satu bab utuh. Namun hampir didalam semua karya-karyanya

terkandung pemikiran-pemikiran mengenai akhlak yang dikemas sesuai dengan

kebutuhan di era seperti sekarang ini.

Menurut HAMKA, akhlak atau budi merupakan tujuan kemanusiaan yang

paling tinggi. Karena akhlak merupakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad

Saw. selaku Nabi penutup dan penyempurna. Maksud kedatangan Nabi Muhammad

Saw. yaitu,

“Innama bu’ist-tu li utammima makarimal akhlaq”,

“Aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti mulia”.27

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang terambil dari kata “khuluq” yang

bermakna: tingkah laku, budi pekerti, sopan santun, tabi’at dan perangai. Akhlak

merupakan petunjuk pelaksanaan yang terkesan berubah sesuai zaman, tetapi tetap

mengacu kepada Akidah Tauhid dan Syari’at, dan tidak akan terpisah.28 Istilah

“akhlaq” telah menjadi kosakata bahasa Indonesia, yaitu akhlak. Kata akhlak di

dalam Bahasa Indonesia berarti budi pekerti; kelakuan.

26 Hamka, Lembaga Hidup, h. 126-127. 27 Hamka, Mutiara Filsafat, h. 883. 28 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama, h. 39.

Page 80: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

66

Akhlak merupakan bagian dari filsafat praktis (hikmah ‘amaliyah), pada

umumnya didefinisikan sebagai ilmu tentang cara hidup atau bagaimana seharusnya

hidup.29 Menurut HAMKA, akhlak berarti membicarakan masalah baik dan buruk

dari perbuatan manusia yang didasari oleh akal pikiran masing-masing.30 Baik dan

buruknya pekerjaan tersebut akan ditimbang denganakal dan perasaan halus yang

dimiliki setiap manusia. Akhlak itulah yang membedakan antara manusia dengan

makhluk lain.

HAMKA menjelaskan bahwa kebebasan seseorang diikat oleh undang-undang

(syariat). Syariat bersumber dari akhlak dan akhlak bersumber dari kepercayaan

kepada Allah. Kebebasan tanpa ikatan undang-undang dan disiplin adalah “chaos”

(kacau balau), dan “chaos” adalah musuh kemerdekaan nomor satu. Kebebasan diri

sendiri terhenti apabila telah bertemu dengan kebebasan orang lain. HAMKA

menjelaskan bahwa:

“akhlak adalah penghubung yang mutlak diantara saya dan engkau. Apabila

telah kacau hubungan antara saya dengan engkau, apabila kepentingan diriku lebih

kutonjolkan daripada kepentingan engkau, dan kau pun demikian, maka yang naik

akhirnya ialah siapa yang kuat, bukan siapa yang benar. Apabila sesama manusia

telah mementingkan siapa yang kuat itulah yang naik dan siapa yang lemah itulah

yang jatuh, maka yang berlaku bukan lagi hukum kemanusiaan, melainkan hukum

rimba”.31

Untuk mencapai kesentosaan masyarakat, seseorang harus mengikuti peraturan-

peraturan akhlak (budi) yang ada di dalam perasaan halusnya sendiri. Untuk

mencukupkan segenap kewajiban, sama-sama memikul satu hak, dan hak itu wajib

29 Dr. Abd. Haris, Etika Hamka, cet. 1, (Yogyakarta: LkiS, 2010), h. 54. 30 Hamka, Pelajaran Agama Islam, h. 182-183. 31 Prof. Dr. Hamka, Pandangan Hidup Muslim, cet. 4, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 68-69.

Page 81: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

67

dihormati. Itulah yang bernama keadilan. Seseorang dikatakan merdeka jika

seseorang tersebut dibebaskan mengerjakan pekerjaan yang dipandang baik

berdasarkan pertimbangannya sendiri dan mengucapkan perkataan yang dipandang

bagus oleh perasaannya sendiri tanpa paksaan dari siapapun. Walaupun pekerjaan itu

dianggap salah oleh orang lain, namun tanggung jawab itu merupakan tanggung

jawabnya sendiri. Dari sanalah timbul undang-undang memberi kemerdekaan

mengerjakan dan meyakini agama yang dipeluknya.32 Maka dari itu, manusia wajib

mempunyai akhlak yang baik demi mencapai kesentosaan dalam hidupnya. Dan

pelajaran agama berperan penting untuk memperhalus dan membentuk akhlak

manusia menjadi akhlak yang mulia dihadapan Tuhan dan manusia lainnya.

Inilah yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. dalam menyempurnakan ajaran-

ajaran dari Nabi-nabi sebelumnya.

“īnnama bu’itstulī-utammima makārimal akhlaq”“tidak lain dan tidak bukan

aku diutus hanya untuk memperbaiki akhlak manusia, sikap hidup manusia”33

HAMKA juga menegaskan untuk mempertinggi dan memperhalus akhlak

dengan mengutip pepatah Arab yang menegaskan bahwa:

“Agama menjadi sendi hidup, pengaruh menjadi penjaganya.Kalau tidak

bersendi, maka runtuhlah hidup, kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat.Karena

orang yang terhormat itu, kehormatannya itulah yang melarang berbuat jahat”34

32 Hamka, Lembaga Hidup, h. 142. 33 Hamka, Renungan Tasauf, h. 20. 34 Hamka, Tasauf Moderen, h. 28.

Page 82: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

68

Jelaslah bahwa akhlak merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,

akhlak yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya, karena tanpa

adanya akhlak dunia akan kacau balau.

Adanya agama untuk mengajarkan tentang akhlak dalam menjalankan

kehidupan didunia dan di akhirat, diajarkan oleh para utusan-utusan yang ada pada

setiap zaman dan diteruskan oleh para ulama sesuai dengan ajaran yang ada disetiap

agama agar tercipta kedamaian.

C. Akidah dalam Perspektif Pluralitas Agama HAMKA

Didalam segala zaman dan didalam segala ruang, manusia memerlukan

pegangan hidup. Sebab hidup itu adalah gabungan dari jasmani dan rohani batin.

Manusia sendiri dalam kehidupannya senantiasa merasakan bahwa dia memerlukan

pegangan batin. Pegangan batin itu yang disebut dengan aqidah.

HAMKA menjelaskan bahwa Aqidah berasal dari bahasa Arab, asal kata

tersebut adalah aqad yang berarti “ikatan” atau secara istilah adalah segala janji yang

diperbuat oleh manusia. Kata jama’ dari aqad ialah ‘uqūd dari mashdar aslinya ialah

‘aqdan dan berubah menjadi i’tiqad yang berarti “membuat suatu ikatan sampai

benar-benar terikat”. Dalam ilmu sharaf ‘aqadtuhu, fa’taqada “aku ikatkan dia, maka

diapun terikat”. Lalu terpecah menjadi al Iqd “kalung, karena dia diikatkan pada

leher”. Dan datanglah kata ‘aqidah dengan kata jama’‘aqāid “tali pengikat”. Dengan

kata lain, aqidah adalah bahwa kita mengikat hati dan perasaan kita sendiri dengan

Page 83: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

69

suatu kepercayaan dan tidak akan kita tukar lagi dengan yang lain dan menjadikannya

sebagai jalan hidup.35

Dari segi ilmu sosiologi, aqidah atau kepercayaan atau pegangan hidup tumbuh

berkembang dalam diri masing-masing manusia karena sifat manusia yang suka

bergaul. Sebab kemanusiaan bahkan kepribadian manusia tidaklah tumbuh sempurna

jika hidup menyendiri. Perkembangan pribadi amat tergantung kepada pergaulan.

Dari pergaulan timbul sendi kekeluargaan didalam manusia dan terbentuklah

masyarakat yang terikat dan menyatu didalam satu keluarga maupun didalam satu

kampung. Dari pergaulan di dalam masyarakat maka akan timbul suatu dorongan

mengenai kepercayaan akan adanya Yang Agung yang ditakuti dan dicintai. Dari

sanalah timbul akidah yang membuat suatu aturan (tidak tertulis) yang bila dilanggar

akan celaka.36

HAMKA menjelaskan bahwa akidah atau pokok pegangan hidup atau

kepercayaan disebut juga iman. Iman harus diikuti dengan amal. Amal adalah buah

dari iman dan merupakan pernyataan dari sikap hati. Barangsiapa yang iman atau

akidahnya bertambah kuat maka akan bertambah kuat juga dalam mengerjakan

perintah-perintah agamanya, sambil mengusahakan dirinya sendiri agar lebih maju

dalam berhubungan dengan Tuhan. Dia akan memperhatikan dengan penuh

35 Hamka, Studi Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1973), h. 75-76. 36 Hamka, Studi Islam, h. 76-78.

Page 84: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

70

kewaspadaan mengenai perbuatan baik dan buruk. Sebaliknya, jika iman lemah,

akidah akan hilang dengan sendirinya, ketaatan kepada Tuhan pun akan lemah.37

HAMKA mengatakan dalam bukunya yang berjudul Studi Islam bahwa,

“Sebagai seorang yang beragama, terutama agama yang satu rumpun (Yahudi,

Nasrani dan Islam), mempunyai satu titik keyakinan, yaitu tentang Iman. Iman atau

kepercayaanlah yang menjadikan seseorang beragama. Seseorang yang mempunyai

iman akan memberikan hidup dan matinya kepada yang di Imaninya. Bagi seorang

Muslim, iman bukan hanya sebagai i’tikad batin atau kepercayaan jiwa, tetapi iman

meliputi kegiatan hidup, amal danusaha, cipta dan karya.”38

Dengan kata lain, agama Islam mengajarkan tentang “Teguh hubungan ke

langit, kepada Tuhan. Teguh hubungan manusia, sesama Insan”.39

Dalam agama Islam dijelaskan bahwa maksud kedatangan Islam untuk manusia

umumnya, untuk mengatur hidup manusia dari segala segi, bukan semata mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan, bukan juga hanya urusan akhlak pengatur

hubungan diantara satu dengan yang lain, melainkan untuk semua kegiatan hidup

manusia di dalam dunia ini dan cara yang harus ditempuhnya, baik sebagai pribadi

atau sebagai kelompok. Tidak ada perbedaan di antara manusia dengan manusia

lainnya, dasar tujuannya ialah persaudaraan seluruh manusia, membina satu pri-

kemanusiaan di dalam tuntunan “Satu Tuhan” (Tauhid) menempuh jalan (Syari’at)

yang satu juga ragamnya.40

37 Hamka, Studi Islam, h. 122. 38 Hamka, Studi Islam, h. 195-196. 39 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, h. 167-168. 40 Hamka, Studi Islam, h. 6.

Page 85: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

71

HAMKA juga menerangkan bahwa ajaran agama Kristen tidak semata-mata

ajaran kerohanian, dogma, dan ajaran akhlak belaka. Melainkan Isa Almasih datang

untuk menggenapkan isi taurat.41

Sebagaimana sabdanya:

“Janganlah kamu sangkakan aku datang hendak merombak hukum Taurat, atau

kitab Nabi-nabi; Bukannya aku hendak merombak, melainkan menggenapkan”.

“Karena sesungguhnya aku berkata kepadamu sehingga langit dan bumi lenyap,

satu noktah atau satu titikpun sekali-kali tidak akan lenyap daripada hukum

Taurat itu sampai semuanya telah jadi.”(Matius: 5;17;18 – Lukas 16: 17-21:33).

“Jikalau kamu mengasihi aku, turutlah segala hukumku.”(Injil Yahya 14;15).

“Karena inilah kasih akan Allah, yaitu menurut hukum-hukumNya, maka

hukum-hukumNya itu bukannya berat.”(Surat Yahya yang pertama 5:3).

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa Nabi Isa a.s telah memerintahkan

kepada umatnya menegakkan dari hati tulus dan ikhlas syariat yang dibawa oleh

Musa. Dan beliau mengadakan beberapa kali perubahan dalam urusan kekeluargaan.

Dan isi Taurat hendaklah difahamkan dengan jiwa iman. Dengan kata lain, umat

Kristen yang benar tidaklah akan mau menerima suatu gagasan kalau dengan gagasan

itu mereka diajak memisahkan kegiatan hidup dengan yang diajarkan Isa Almasih.

Padahal Almasih telah memerintahkan umatnya menegakkan syariat Musa, satu

titikpun tidak boleh dirubah.42

41 Hamka, Studi Islam, h. 198. 42 Hamka, Studi Islam, h. 198-199.

Page 86: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

72

Demikian pula dengan orang Yahudi, HAMKA menjelaskan bahwa “tidaklah

mereka sempurna beriman kalau mereka tidak mengimaniapa yang dibawa oleh

Musa”.

Pada suatu waktu orang-orang Yahudi membawa seorang perempuan yang

tertangkap basah berzina. Mereka minta agar Nabi Isa melakukan hukum Taurat atas

perempuan itu, yaitu agar dia dirajam. Tetapi Nabi Isa menyambut permintaan itu

dengan berkata “barangsiapa yang tidak pernah berbuat dosa dalam hidupnya, itulah

orang yang harus melakukan hukum rajam terhadap perempuan itu”, akhirnya tidak

seorangpun yang berani maju untuk melaksanakan hukum tersebut.

Sikap Nabi Isa bukan berarti telah mengesampingkan hukum Taurat, justru

beliau mengajak manusia kembali kepada hukum Taurat dengan membina pribadi

dan membersihkan jiwa dari hal yang hanya melihat keburukan orang lain sehingga

lupa akan keburukan diri sendiri. Dan Nabi Isa merasa belum berkuasa untuk

melakukan hukum tersebut sesuai syari’at Musa. Beliaupun sangat berhati-hati agar

tidak terpancing untuk menentang pemerintah sehingga beliau menegaskan bahwa

“Hak Kaisar serahkan pada Kaisar, dan hak Allah kembalikan kepada Allah”.43

Dari penjelasan di atas bahwa ketiga agama tersebut merupakan agama-agama

langit, yaitu agama akidah dan syari’at atau agama kepercayaan dan aturan. Dan

syari’at itu ada yang khas mengenai hukum dan peradilan, ada yang khas mengenai

akhlak yang tidak perlu penjagaan dan penguasaan Negara. Selama akidah masih ada,

selama itu juga masyarakat akan berdiri tegak. Tetapi jika akidah telah hilang, maka

43 Hamka, Studi Islam, h. 199-200.

Page 87: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

73

masyarakat akan hancur. Karena akidah atau iman merupakan perkataan dan

perbuatan, artinya perkataan hati dan lidah dan perbuatan hati dan anggota.44

D. Konsep Pluralitas Agama dalam Perspektif HAMKA

Rasa agama membawa kepada cinta, pemberi maaf, kagum, terharu melihat

keindahan, kemuliaan dan kesempurnaan. Rasa agama yang tinggi membawa

pengakuan akan adanya penguasa tertinggi pengatur semesta. Yang Maha Kuasa,

daripadanya datang segala kekuasaan. Yang Maha Agung, daripadanya segala

keagungan. Agama yang tinggi menimbulkan tasamuh, toleransi, berlapang dada,

bukan yang menimbulkan kepicikkan dan ta’assub. Terkadang dibawanya orang

kedalam suasana cinta, sehingga melebihi cinta terhadap diri sendiri.45

Agama yang benar memperluas pandangan kita. Menjadikan terangkatnya kaki

yang terpaku dibumi ini, membawa kita terbang ke angkasa luas. Lepaslah kampung

dan halaman, kota dan negeri, suku dan bangsa. Tidak ada yang membatasi kita

dengan manusia sekalian, walau dimana mereka berdiam. Agama yang benar tidaklah

mengenal batas kaum, suku, bangsa, jenis, warna kulit. Karena agama yang benar

menyeru manusia pulang bersama kembali ke hadirat Tuhan Rabbul Alamin. Dia

bukanlah Tuhannya orang berdarah Aria atau berdarah Smiet semata. Tetapi dia

adalah Tuhan dari bumi dan langit dan segala isinya. Dia sendiri yang menjadi hakim

44 Prof. Dr. Hamka, Tasauf Moderen, h. 40. 45 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, h. 164-165.

Page 88: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

74

dan kita semua sama derajat. Sama kedudukan di hadapan-Nya. Kalaupun ada yang

terdekat, hanyalah karena Iman dan Takwa.46

Agama yang benar memperluas timbang rasa diantara sesama manusia. Tidak

ada fanatik-kebangsaan dan tidak ada dendam bangsa. Yang ada hanya persaudaraan,

tolong menolong, bantu membantu. Yang ada hanya keinsyafan bahwa lautan lebih

luas dari daratan.

Agama yang benar meniupkan hati sanubari. Agama yang benar menimbulkan

keadilan yang merata antara sesama anak adam. Sanubari yang telah diisi dengan

hakikat hidup, tidaklah mengenal benci, bahkan tidak ada ruang untuk benci. Karena

seluruh sanubari telah dipenuhi oleh rasa cinta. Berlainan warna kulit dan perbedaan

bahasa bukanlah untuk permusuhan, melainkan untuk mengenal “Aku” pribadi dan

“Aku” bangsa, lebur kedalam persaudaraan sedunia. Dan semuanya berteduh dibawah

naungan “Aku Yang Maha Besar”. Agama yang benar adalah menuju kesatuan

hubungan seluruh manusia dengan “Tuhan yang satu”.

ه ل ن ف س ب اي ح ي ح م ل ىا خ ب ت ىي ح ح م ك د ا ح ن و آلي ئ م

“Tidaklah sempurna Iman seseorang kamu, sebelum dia mencintai saudaranya

sebagaimana mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

دة اح و ة أم الن اس ....كان

“Sesungguhnya manusia itu terdiri dari ummat yang satu”47

46 Hamka, Pandangan Hidup Muslim, h. 166-167.

47 QS. Al-Baqarah: 213.

Page 89: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

75

Islam datang dengan maksud untuk seluruh manusia pada umumnya. Merata

dalam mengatur hidup manusia dari segala seginya. Bukan semata mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan dan bukan pula semata urusan akhlak pengatur

hubungan satu dengan yang lain, melainkan merata bagi setiap kegiatan hidup

manusia dan cara menempuhnya di dalam dunia ini. Baik secara pribadi maupun

sebagai kelompok.

Tidak ada perbedaan di antara manusia dengan manusia, yang ada hanyalah

dasar tujuan untuk mencapai persaudaraan seluruh manusia, membina satu pri-

kemanusiaan di dalam tuntutan Satu Tuhan (Tauhid) menempuh jalan (syari’at) yang

satu pula ragamnya.48

48 Hamka, Studi Islam, h. 6.

Page 90: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

76

BAB V

PENUTUP

Pembahasan bagian akhir pada penulisan skripsi ini, penulis akan mengambil

sebuah kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan

rumusan dan batasan masalah. Penulis juga memberikan saran-saran yang dirasa

relevan dan perlu untuk pengayaan bahan bacaan mengenai judul skripsi ini dengan

harapan dapat menjadi kontribusi pemikiran yang berharga bagi masyarakat.

A. Kesimpulan

Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman

yang meliputi keanekaragaman daerah, Bahasa, tradisi, budaya, agama dan lain

sebagainya. Pluralitas tersebut merupakan unsur pembentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pada kenyataannya, keanekaragaman tersebut belum mampu

menjadikan Indonesia sebagai Negara yang damai dari segi pluralitas. Kurangnya

sikap saling menerima dan menghargai akan pluralitas itu sendiri menumbuhkan

akar-akar konflik yang akan terus tumbuh jika tidak dipangkas sedikit demi sedikit.

Contoh rentan akan terjadinya konflik, yaitu seputar masalah agama. Sikap

tidak menghargai dan menghormati sesama pemeluk agama—baik agama lain

maupun di dalam agama sendiri—menjadi pemicu terjadinya konflik.

Page 91: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

77

Isu tentang pluralisme agama kurang diminati oleh masyarakat bahkan

menganggap isu tersebut sebagai isu yang menyimpang. Padahal pluralisme agama

berisi tentang perdamaian tanpa mengganggu agama lain dengan cara bersosialisasi

antar masyarakat tanpa adanya fragmentasi mengenai apapun. Pluralisme agama juga

tidak boleh dipahami hanya sebagai “kebaikan negatif” yang hanya ditilik dari

kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisme agama. Pluralisme agama harus

dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Dengan

demikian, agama-agama bisa menjelaskan tidak saja alasan sosiologisnya, tetapi juga

pijakan normatif-teologisnya untuk menjadi alasan menjalin hubungan harmonis

dengan agama lain. Karena itu, tidak seorang pun berhak memonopoli kebenaran

Tuhan, dengan mengatakan bahwa agamanya paling benar dan paling menjanjikan

keselamatan.

Pandangan mengenai pluralitas agama terlihat dalam pemikiran HAMKA yang

berpendapat bahwa manusia merupakan umat yang satu, perbedaan daerah, Bahasa

dan warna kulit bukanlah masalah karena semua itu hanya keragaman di dalam satu

kesatuan.

HAMKA juga menjelaskan dalam karyanya yang berjudul Tasawuf Moderen

bahwa semua agama bukanlah kepunyaan manusia, melainkan kepunyaan Allah yang

dibangun pada tiap-tiap zaman dengan perantara utusan-utusan-Nya. Kedatangan

Muhammad adalah menyambung dan menyempurnakan pelajaran yang telah dibawa

oleh Nabi-Nabi sebelumnya. Agama itu satu wujud dan maksudnya, tidak

dibangsakan kepada suatu keturunan. Wujud dan tujuannya satu, yaitu menyerahkan

Page 92: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

78

diri kepada Tuhan seutuhnya, yang dalam bahasa Arab dinamai Aslama, Yuslimu,

Islāman (Menyerah).

Agama yang benar tidaklah mengenal batas kaum, suku, bangsa, jenis, warna

kulit. Karena agama yang benar menyeru manusia pulang bersama kembali ke hadirat

Tuhan Rabbul Alamin. Dia bukanlah Tuhannya orang berdarah Aria atau berdarah

Smiet semata. Tetapi dia adalah Tuhan dari bumi dan langit dan segala isinya. Dia

sendiri yang menjadi hakim, dan kita semua sama derajat. Sama kedudukan

dihadapan-Nya. Kalaupun ada yang terdekat, hanyalah karena Iman dan Takwa.

Agama yang benar menimbulkan keadilan yang merata bagi seluruh umat, tidak

mengenal benci, bahkan tidak ada ruang untuk benci. Karena seluruh hati telah

dipenuhi rasa cinta. Berlainan warna kulit dan perbedaan bahasa bukanlah untuk

permusuhan, melainkan untuk mengenal “Aku” pribadi dan “Aku” bangsa, lebur

kedalam persaudaraan sedunia. Dan semuanya berteduh dibawah naungan “Aku

Yang Maha Besar”. Agama yang benar adalah menuju kesatuan hubungan seluruh

manusia dengan “Tuhan yang satu”.

B. Saran-saran

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu corak pemikiran HAMKA mengenai

pluralitas agama yang penulis ambil dari pembahasan didalam karya-karyanya yang

menulis tentang kewajiban dan hak asasi manusia, akhlak, akidah, serta agama yang

benar. Penulis menyadari bahwa banyaknya kekurangan pada penulisan skripsi ini,

Page 93: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

79

baik dari segi pengetahuan, referensi dan kekurangan dalam menganalisis. Penulis

berharap agar para pembaca untuk mengkaji lebih dalam mengenai skripsi ini dengan

referensi yang relevan.

Page 94: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

80

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti, ed. Persepsi Buya HAMKA: Ulama Sudah Lama Terjual, dalam HAMKA

Di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan, 1984.

Al-Qur’an. Semarang: CV. Asy Syifa, 2000.

Azra, Azyumardi. Historiografi Islam Kontemporer. Wacana, Aktualitas, dan Aktor

Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Azra, Azyumarrdi, et. al, Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang

Berserak. Bandung: Nuansa, 2005.

Damami, Mohammad. Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka.Yogyakarta: Fajar

Pustaka, 2000.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1976.

Ghazali, Abd. Moqsith, Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis

Al-Qur’an. Depok: KataKita, 2009.

HAMKA. Ayahku… Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan

Kaum Agama di Sumatera. Jakarta: UMMINDA, 1982.

HAMKA. Dari Hati Ke Hati, Tentang: Agama, Sosial-Budaya, Politik. Jakarta:

Pustaka Panjimas, 2002.

Hamka, Irfan. Ayah… Jakarta: Republika, 2013.

HAMKA. Kenang-Kenangan Hidup. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

HAMKA. Lembaga Hidup. Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1984.

Page 95: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

81

HAMKA. Mutiara Filsafat, Kumpulan Naskah Tasauf Modern, Falsafah Hidup,

Lembaga Hidup, Lembaga Budi, cet. II. Jakarta: Widjaya, 1956.

HAMKA. Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

HAMKA. Pelajaran Agama Islam, cet. 12. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

HAMKA. Perkembangan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1990.

HAMKA. Renungan Tasauf, cet. 1. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.

HAMKA. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1986.

HAMKA. Studi Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1973.

HAMKA. Tasauf Moderen, cet. 1. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987.

Haris, Abd. Etika Hamka, cet. 1. Yogyakarta: LkiS, 2010.

Hidayat, Surahman. Islam, Pluralisme dan Perdamaian. Jakarta: Fikr, 1998.

Kamisa, Kamus Lengkap BAHASA INDONESIA. Surabaya: KARTIKA, 1997.

Ma’arif, Ahmad Syafi’i. Agama dan Ketulusan, dalam Pluralitas Agama: Kerukunan

dalam Keragaman. Jakarta: Kompas, 2001.

Ma’arif, Syamsul, Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Jogjakarta: Logung Pustaka,

2005.

Manser, Martin H. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University, 1999.

Mufid, A. Syafi’I dan Munawar Fuad Noeh (edt), Beragama Di Abad Dua Satu.

Jakarta: Zikru’l-hakim, 1997.

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Grafindo, 2009.

Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

Page 96: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

82

Nasution, Adnan Buyung, ed. HAMKA: Figur Yang Langka, dalam HAMKA Dimata

Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan, 1984.

Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual. Jakarta: Kencana, 2008.

O’Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, terj. I. Suharjo, cet. 6.

Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer.

Q. S. Al-Hujurat: 13.

Rachman, Budi Munawar, Islam Pluralis. Jakarta: Paramadina, 2001.

Rahmat, Jalaluddin, Islam dan Pluralisme: Akhlak Qur’an Menyikapi Perbedaan.

Jakarta: Serambi, 2006.

Ridwan, Nur Khalik, Pluralisme Borjuis: Kritik Atas Nalar Pluralisme Cak Nur.

Yogyakarta: Galang Press, 2002.

Roham, Abujamin, Ensiklopedi Lintas Agama. Jakarta: Emerald, 2009.

Rusydi dan Afif. HAMKA Membahas Soal-soal Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas,

1983.

Rusydi. Pribadi Dan Martabat Buya Prof. DR. HAMKA. Jakarta: Pustaka Panjimas,

1983.

Shihab, Alwi, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung:

Mizan, 1999.

Shobahussurur. dkk, Mengenang 100 Tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Jakarta: YPI Al Azhar, 2008.

Page 97: Skripsi Diajukan Ke Fakultas Ushuluddin Jurusan Studi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36645/2/NURALIH... · menjaga kehormatan diri ... Terus berkarya dan Semoga

83

Sumbulah, Umi. Islam “Radikal” dan Pluralisme Agama: Studi Konstruksi Sosial

Aktivis Hizb al-Tahrir dan Majelis Mujahidin di Malang tentang Agama

Kristen dan Yahudi. Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010.

Thoha, Anis Malik. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta: Perspektif,

2006.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, -- Cet. 1. Jakarta; Balai Pustaka, 1988.

Tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan

Perundang-Undangan Kerukunan Umat Beragama, edisi 11, cet, kedua.

Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2012.

Usman, Ali, ed. Esai-esai Pemikiran Moh. Shofan dan Refleksi Kritis Kaum Pluralis,

Menegakkan Pluralisme: Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh

Muhammadiyah. Jakarta: LSAF, 2008.

Wahid, Abdurrahman dan Daisaku Ikeda. Dialog Peradaban untuk Toleransi dan

Kedamaian. Jakarta: Kompas, 2006.

Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara

Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute, 2006.

Yusuf, M. Yunan.Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Penamadani,

2003.