Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

158
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRISAKTI SKRIPSI PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENCEGAH DAN MENDETEKSI KECURANGAN PADA PT. COCA COLA INDONESIA Diajukan oleh : MERIEM DELLA SADRINA NIM : 023070125 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI 2011

description

ololo

Transcript of Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Page 1: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRISAKTI

SKRIPSI

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENCEGAH

DAN MENDETEKSI KECURANGAN PADA

PT. COCA COLA INDONESIA

Diajukan oleh :

MERIEM DELLA SADRINA

NIM : 023070125

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT

GUNA MENCAPAI GELAR

SARJANA EKONOMI

2011

Page 2: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

FACULTY OF ECONOMICS

TRISAKTI UNIVERSITY

THESIS

INTERNAL AUDIT ROLE IN PREVENTING AND

DETECTING FRAUD AT PT. COCA COLA INDONESIA

Submitted by :

MERIEM DELLA SADRINA

NIM : 023070125

SUBMITTED IN PARTIAL FULFILLMENT OF

THE REQUIREMENT FOR AWARD OF

ECONOMIC GRADUATE

2011

Page 3: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

1. Nama : Meriem Della Sadrina

2. N.I.M : 023070125

3. Jurusan : Akuntansi

4. Bidang/Konsentrasi Skripsi : Pemeriksaan Akutansi

5. Judul Skripsi : Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan

Mendeteksi Kecurangan pada PT. Coca Cola

Indonesia

Jakarta, Maret 2011

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

(Dra. Hj. Etty M. Nasser, Ak, MM)

Menyetujui,

Pembimbing Skripsi

(Prof. Dr. H. Yuswar Zainal Basri, Ak, M.B.A)

Page 4: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

TRISAKTI UNIVERSITY

FACULTY OF ECONOMICS

THESIS APPROVAL

1. Name : Meriem Della Sadrina

2. Study ID No. : 023070125

3. Majoring : Accounting

4. Subject/Thesis Concentration : Audit

5. Thesis Title : Internal Audit Role in Preventing and Detecting

Fraud at PT. Coca Cola Indonesia

Jakarta, March 2011

Acknowledge by,

Head Major of Accounting

(Dra. Hj. Etty M. Nasser, Ak, MM)

Approved by,

Thesis Advisor

(Prof. Dr. H. Yuswar Zainal Basri, Ak, MBA)

Page 5: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

1. Nama : Meriem Della Sadrina

2. N.I.M : 023070125

3. Jurusan : Akuntansi

4. Bidang/Konsentrasi Skripsi : Pemeriksaan Akutansi

5. Judul Skripsi : Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan

Mendeteksi Kecurangan pada PT. Coca Cola

Indonesia

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Tanggal : Maret 2011 KETUA : .............................................................

(Dr.Muhammad Nuryatno, Ak, MM)

Tanggal : Maret 2011 PEMBIMBING : ..........................................................

( Prof. Dr. H. Yuswar Zainal Basri, Ak, MBA)

Tanggal : Maret 2011 ANGGOTA : .........................................................

(Drs.Chairulhadi M.Anik, Ak, MBA)

Telah disetujui dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Jakarta, Maret 2011

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi (Dra. Hj. Etty M. Nasser, Ak, MM)

Page 6: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

TRISAKTI UNIVERSITY

FACULTY OF ECONOMICS

THESIS LEGALIZATION FORM

1. Name : Meriem Della Sadrina

2. Study ID No. : 023070125

3. Majoring : Accounting

4. Subject/Thesis Concentration : Audit

5. Thesis Title : Internal Audit Role in Preventing and Detecting

Fraud at PT. Coca Cola Indonesia

COMMITTEE OF THESIS EXAMINER

Date : March 2011 CHAIRMAN : .............................................................

(Dr. Muhammad Nuryatno, Ak, MM)

Date : March 2011 ADVISOR : ..........................................................

( Prof. Dr. H. Yuswar Zainal Basri, Ak, MBA)

Date : March 2011 MEMBER : .........................................................

(Drs. Chairulhadi M. Anik Ak, MBA)

Have approved and received submitted in partial fulfillment of the requirement for

award of Sarjana Ekonomi.

Jakarta, March 2011

Acknowledge by,

Head Major of Accounting

(Dra. Hj. Etty M. Nasser, Ak, MM)

Page 7: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Meriem Della Sadrina

N.I.M : 023070125

Jurusan : AKUNTANSI

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip

dari karya orang lain, maka saya akan mencantumkan sumbernya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan skripsi ini apabila

terbukti melakukan tindakan plagiat.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Februari 2011

Meriem Della Sadrina

NIM : 023070125

Page 8: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar

sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu, meluangkan waktu dan tenaga, memberikan

dorongan dan semangat dan memberikan bimbingan atas penulisan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Yuswar Zainal Basri, Ak, MBA, selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta waktu selama proses

bimbingan skripsi.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Farida Jasfar, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

3. Ibu Dra. Etty M. Nasser, Ak, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Trisakti.

4. Keluarga tercinta, Papa, Mama yang telah memberikan dukungan, doa dan perhatian

yang diberikan tanpa henti kepada penulis.

5. Bang Aldi atas perhatiannya dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Yayat Usmandar, dan segenap karyawan lainnya dari PT. Coca Cola yang

telah bekerja sama dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis.

7. Sahabat-sahabat terbaik (Shinta, Indy, Selly, Putra, Irwan, Anta, Icha, Saras, Ivan,

Nadia) terima kasih atas dukungan serta doa yang diberikan kepada penulis.

8. Segenap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti yang telah membekali penulis

dengan penuh dedikasi selama studi penulis di Universitas Trisakti.

9. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

membuka hati bagi para pembaca untuk memberikan segala kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. Akhir

Page 9: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Febuari 2011

Penulis

Meriem Della sadrina

Page 10: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

Daftar Tabel vi

Daftar Lampiran vii

Abstrak viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Perumusan Masalah 5

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4. Manfaat Penelitian 6

1.5. Sistematika Pembahasan 7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 9

2.1.1. Pengertian Peranan 9

2.1.2. Audit Internal 9

2.1.3. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal 12

2.1.4.Tanggung Jawab dan Kewenangan Audit Internal 17

2.1.5. Kualifikasi Audit Internal yang Memadai 19

2.1.6. Program Audit Internal 22

2.2. Pengendalian Internal 23

2.2.1. Pengertian Pengendalian Internal 24

2.2.2. Tujuan Pengendalian Internal 25

2.2.3. Komponen Pengendalian Internal 26

2.3. Kecurangan (Fraud) 28

2.3.1. Pengertian Kecurangan (Fraud) 29

2.3.2. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Fraud 30

Page 11: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

2.3.3. Unsur-Unsur Fraud 32

2.3.4. Jenis dan Bentuk Fraud 33

2.4. Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal dan Fraud 36

2.5. Peran Audit Internal dalam Mencegah Kecurangan 37

2.6. Peran Audit Internal dalam Mendeteksi Kecurangan 40

2.7. Kerangka Konseptual 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel 43

3.2. Teknik Penelitian 44

3.3. Pembatasan Penelitian 45

3.4. Teknik Pengumpulan Data 45

3.5. Teknik Penulisan Data 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 47

4.1.1. Sejarah PT Coca Cola 47

4.1.2. Organisasi Perusahaan Coca Cola 49

4.1.3. Visi Misi Perusahaan Coca Cola 51

4.1.4. Organisasi Internal Audit Perusahaan Coca Cola 51

4.2. Tugas Tugas dan Tanggung Jawab Internal Audit 53

4.2.1. Finance Director 53

4.2.2. National Examiner Manager 53

4.2.3. Examiner Manager 54

4.3. Scope Internal Audit 56

4.3.1. Tahap Perencanaan 56

4.3.1.1.Planning and Analysis Sheet 57

4.3.1.2.Pengumpulan Data (Data Gathring) 80

4.3.1.3.Ruang Lingkup Pemeriksaan 81

4.3.2. Tahap Pengerjaan Lapangan 83

4.3.2.1.Populasi Data dan Sampel Data 90

4.3.2.2.Checklist 91

Page 12: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

4.3.2.3.ProsedurExaminasi (ExaminationProcedure) 95

4.3.2.4.Pengukuran Materialitas 96

4.3.2.5.Man Days / Man Hours 97

4.3.2.6.Independent and Joint Review 98

4.3.3. Hasil Temuan 99

4.3.3.1.Contoh Fraud yang Terjadi 99

4.3.3.2.Cara Mendeteksinya 103

4.3.3.3.Cara Mencegahnya 105

4.3.4. Tahap Pelaporan 107

4.3.4.1.Kertas Kerja (Worksheet) 108

4.3.4.2.Audit Memorandum 115

4.3.4.3.Examiner Report (Laporan Examiner) 117

4.3.4.4.Monitoring Tools 120

4.3.4.5.Laporan Lain 121

4.3.4.5.1.KPI Examiner 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 132

5.1. Kesimpulan 132

5.2. Keterbatasan 135

5.3. Saran 136

DAFTAR PUSTAKA 137

LAMPIRAN 139

Page 13: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Analisa Kelemahan Internal Cotrol 62-66

Tabel 4.2 Planning and Analysis Sheet 75-77

Tabel 4.3 Contoh Checklist 92

Tabel 4.4 Contoh Pembuatan Tickmarks 110

Tabel 4.5 Kode Standar untuk Working Paper 112

Tabel 4.6 Standar Urutan Dokumen dan Pengkodean Working Paper 113-114

Tabel 4.7 Audit Memorandum 115

Tabel 4.8 Examiner Report 118

Tabel 4.9 KPI dan Penilaian Examiner 124-125

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1.GDM Cycle PT Coca Cola 140

Lampiran 2.Production Cycle PT Coca Cola 141

Lampiran 3.Surat Keterangan Riset dari P.T. Coca Cola Distribution Indonesia 143

Page 14: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan menggunakan data primer dan sekunder sebagai sumber datanya. Seiring dengan semakin kompleksnya operasional dalam perusahaan, maka manajemen puncak memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan berbagai operasi yang ada untuk menelaah keefektifan kinerja yang memuaskan, walaupun telah dibangun sistem pengawasan tertentu. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mengetahui apakah prosedur -prosedur yang telah ditetapkan telah ditaati, apakah para karyawan bekerja dengan efisien, apakah pendekatan-pendekatan yang ada masih efektif pada kondisi ekonomi saat ini. Keterbatasan komunikasi antara manajemen puncak dengan lini operasional perusahaan dalam perusahaan inilah yang dapat menimbulkan kecurangan seperti pencurian, pemerasan, penggelapan, pemalsuan, dan lain-lain. Namun dalam praktiknya, seringkali terdapat kekeliruan dan ketidaksesuaian dengan standar hukum yang berlaku. Penulis mengambil contoh pada PT. Coca-Cola yang kita sering anggap sebagai suatu perusahaan yang besar, ternyata di dalamnya juga terdapat bentuk-bentuk kecurangan di dalam perusahaan tersebut. Penulis memberikan kesimpulan bahwa sangat pentingnya pengendalian internal di dalam perusahaan, baik dari segi manajemen, pengawasan maupun prosedur dari perusahaan. Penulis juga memberikan saran kepada setiap perusahaan untuk memperkuat sistem pengendalian internal dan melakukan evaluasi pekerjaan yang sudah dilakukan oleh internal auditor. Kata kunci : Pengendalian Internal, Audit Internal, Audit Kecurangan

Page 15: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

ABSTRACT

This thesis uses the research methods case study using primary and secondary data as source data. Along with the increasing complexity of operations within the company, the top management have limitations in communicating with the various operations that exist to examine the effectiveness of the performance is satisfactory, although a specific surveillance system has been built. This raises the difficulty in knowing whether the procedures established were followed, whether the employees work efficiently, with existing approaches are still effective in the current economic conditions. The limited communication between top management with the company's operations in the company's line in this company can cause to fraud such as theft, extortion, embezzlement, forgery, and others. However, in practice, usually there is confusion and incompatibility with the applicable legal standards. The author takes the example of PT. Coca-Cola that we think as a large company, it also contained other forms of fraud. The author concludes that the very importance of internal control in the company, both in terms of management, oversight and procedures of the company. The authors also give advice to each company to strengthen internal control systems and evaluate the work already done by internal auditors. Keyword : Internal Control, Internal Audit, Fraud Audit

Page 16: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan dari sebuah organisasi adalah mencapai tujuan sesuai dengan yang

digariskan pada awal pendiriannya. Umumnya tujuan dari suatu manajemen

organisasi adalah mengamankan kekayaannya, untuk menjamin kepastian akan

terhindarkannya dari kewajiban yang yang tidak sebagaimana mestinya, kepastian

tentang kecermatan dan kendala akuntansinya, tercapainya efisiensi operasional,

dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan manajemen.

Seiring dengan semakin kompleksnya operasional dalam perusahaan, maka

manajemen puncak memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan berbagai

operasi yang ada untuk menelaah keefektifan kinerja yang memuaskan, walaupun

telah dibangun sistem pengawasan tertentu. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam

mengetahui apakah prosedur -prosedur yang telah ditetapkan telah ditaati, apakah

para karyawan bekerja dengan efisien, apakah pendekatan-pendekatan yang ada

masih efektif pada kondisi ekonomi saat ini. Keterbatasan komunikasi antara

manajemen puncak dengan lini operasional perusahaan dalam perusahaan inilah

yang dapat menimbulkan kecurangan seperti pencurian, pemerasan, penggelapan,

pemalsuan, dan lain-lain.

Semua perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan

yang optimal dari kegiatan operasionalnya yaitu dengan mengelola dan

Page 17: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

memanfaatkan sumber daya serta dana yang dimiliknya. Kegiatan perusahaan ini

harus terencana dengan baik. Namun dalam praktiknya, seringkali terdapat

kekeliruan dan ketidaksesuaian dengan standar hukum yang berlaku. Kekeliruan

dan ketidaksesuaian standar tersebut merupakan bentuk dari adanya kecurangan

yang meliputi kelemahan, kesalahan, dan penggelapan. Kelemahan menggambarkan

kondisi atau kegiatan yang bukan mengenai apa yang seharusnya terjadi termasuk

sistem yang tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Kesalahan (errors)

menunjukkan adanya kekeliruan yang dilakukan secara tidak sengaja dan adanya

ketidakberesan (irregularities) yang dilakukan secara sengaja. Sedangkan

penggelapan adalah suatu usaha penyembunyian kesalahan dengan maksud menipu

pihak lain. Hal-hal ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berada di

lingkungan perusahaan itu sendiri dan biasanya dilakukan oleh individu yang

memiliki pengetahuan dan berpengalaman di bidangnya.

Praktek kecurangan merupakan satu dari berbagai macam permasalahan

yang terjadi di dalam lingkungan organisasi. Praktek kecurangan itu dapat terjadi

bahkan pada organisasi yang memiliki pengendalian internal yang baik sekalipun.

Bahwa gejala kecurangan dapat dilihat jika seseorang melihat dengan cukup lama

dan mendalam. Bahwa pelaku kecurangan dapat datang dari segala tingkat

manajemen atau masyarakat.

Kecurangan (fraud) dapat didefinisikan sebagai tindakan kriminal (crime)

yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau beberapa orang berupa

kecurangan / ketidakberesan (irregularities) atau penipuan yang melanggar hukum

(illegal act) untuk mendapatkan keuntungan atau mengakibatkan kerugian suatu

Page 18: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

organisasi (perusahaan). Pengetahuan dan keahlian mengenai fraud auditing

menjadi kebutuhan mendesak bagi auditor internal yang mengharapkan pelaksanaan

audit atas fraud dapat berjalan dengan lancar.

Kecurangan mungkin saja terjadi di perusahaan-perusahaan besar. Menurut

Albrecht (2009:31) yang mengutip dari Greer hal ini dikarenakan tiga alasan, yaitu :

1. Incentive / Pressure, adalah ketika manajemen atau karyawan mendapat insentive atau justru mendapat tekanan (pressure) sehingga mereka commited untuk melakukan fraud.

2. Opportunity, adalah peluang terjadinya fraud akibat lemahnya atau tidak efektifnya control sehingga membuka peluang terjadinya fraud.

3. Rationalization / Attitude, menjelaskan teori yang menyatakan bahwa fraud terjadi karena kondisi nilai-nilai etika lokal yang membolehkan terjadinya fraud.

Bentuk-bentuk kemungkinan terjadinya kecurangan yang dapat timbul

diantaranya meliputi management fraud dan employee fraud. Management fraud

yang terjadi dalam bentuk penggelapan aktiva perusahaan, misalnya penggelapan

uang perusahaan yang didukung dengan pemanipulasian laporan keuangan, dimana

data dan informasi akuntansi yang akan disajikan dalam laporan keuangan diubah

dengan sengaja. Sedangkan employee fraud yang terjadi diantaranya pemalsuan

daftar gaji yaitu dengan meciptakan karyawan palsu, kemudian menguangkan gaji

tersebut. Kecurangan ini harus dapat diantisipasi agar tidak menghambat kemajuan

perusahaan itu sendiri dengan melakukan Audit Internal yang memiliki tugas

sebagai alat pengawasan atas keseluruhan jaringan kegiatan perusahaan. Situasi dan

kondisi dalam perusahaan ini akan terlihat dari analisis tim auditor. Kekeliruan dan

ketidaksesuaian prosedur di lapangan akan dapat segera diperbaiki melalui saran

auditor, sehinga kesalahan fatal dalam perusahaan dapat dihindari.

Page 19: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Audit internal yang digunakan sebagai suatu cara untuk mencegah

kecurangan dalam perusahaan yang kegiatannya meliputi menguji dan menilai

efektivitas serta kecukupan sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi.

Fungsi audit internal ini dalam suatu perusahaan dapat berupa divisi, departemen,

fungsi bisnis, proses bisnis, layanan informasi, sistem, atau proyek. Tanpa audit

internal, dewan direksi atau pimpinan unit tidak akan memiliki sumber informasi

internal yang bebas mengenai kinerja organisasi. Hal ini sesuai dengan definisi

audit menurut Tugiman (2001:11) adalah sebagai berikut :

“Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”

Berbeda dengan penelitian terdahulu oleh Marka (2007) berdasarkan tahun

penelitiannya adalah tahun 2007 sedangkan penelitian sekarang adalah tahun 2010

dan objek penelitian sebelumnya adalah PT. Asuransi Beringin Sejahtera sedangkan

objek penelitian sekarang PT. Coca Cola. Dalam penelitiannya Marka (2007)

memperoleh kesimpulan bahwa pemeriksa harus selalu melaksanakan tugasnya

dengan menggunakan “due proffesional care” nya secara maksimal. Pendeteksian

fraud memerlukan pengetahuan yang cukup mendalam mengenai karakteristik dan

penyebab terjadinya fraud, dan pemeriksa juga harus menggunakan professional

judgment dalam membuat skala prioritas antara kegiatan yang fraud oriented

dengan kegiatan operational fraud. Menurut Marka, tidak ada satupun pengendalian

yang dapat mencegah collusion, juga tidak satupun pengendalian yang dapat

mengungkapkan fraud segera setelah fraud terjadi.

Menyadari pentingnya fungsi audit internal dalam tubuh organisasi

Page 20: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

perusahaan, Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai seberapa

jauh peranan audit internal dalam mencegah dan mengungkapkan kecurangan

(fraud).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian

dalam penyusunan skripsi dengan judul :

“Peranan Audit Internal Dalam Mencegah Dan Mendeteksi

Kecurangan (Fraud)” (studi kasus pada PT. Coca Cola)”

Penulis memilih perusahaan tersebut karena perusahaan tersebut

merupakan perusahaan penghasil merk minuman bersoda yang paling dikenal dan

paling luas penjualannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan judul diatas, maka pembahasan akan dititikberatkan pada masalah

pokok yang diidentifikasi sebagai berikut :

1. Apakah peran Audit Internal di dalam perusahaan dapat mencegah terjadinya

praktek kecurangan (fraud)?

2. Apakah peran Audit Internal di dalam perusahaan dapat mendeteksi terjadinya

praktek kecurangan (fraud)?

3. Apakah peran Internal Control di dalam perusahaan bisa mengurangi terjadinya

praktek kecurangan (fraud)?

Page 21: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran Audit Internal suatu perusahaan dalam mencegah

terjadinya praktek kecurangan (fraud).

2. Untuk mengetahui peran Audit Internal suatu perusahaan dalam mendeteksi

terjadinya praktek kecurangan (fraud).

3. Untuk mengetahui peran Internal Control suatu perusahaan dalam mengurangi

terjadinya praktek kecurangan (fraud).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis :

Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Strata 1, Sarjana

Ekonomi Universitas Trisakti. Dan juga akan menambah dan memperdalam

pengetahuan mengenai auditing.

2. Bagi Perusahaan :

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi, dan

kelengkapan data yang bermanfaat dalam pengembangan perusahaan.

3 Bagi Pihak Lain :

Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam bidang audit internal, dan

dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi dan studi perbandingan.

Page 22: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

1.5 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini tersusun atas :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tehnik

penelitian dan sistematika pembahasan yang merupakan uraian singkat

mengenai bab-bab dalam skripsi.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi tinjauan pustaka atas teori-teori yang dianggap relevan

dengan penelitian ini. Selain itu, teori-teori yang ada juga digunakan

sebagai bahan perbandingan dalam menganalisa hasil penelitian.

BAB III : Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan secara lengkap tahapan-tahapan yang

dilakukan dalam penelitian ini.

BAB IV : Analisis dan Pembahasan

Bab ini berisikan tentang deskripsi obyek penelitian yang meliputi

sejarah perusahaan, struktur organisasi, kegiatan usaha serta visi dan

misi perusahaan. Dalam bab ini, penulis juga akan membahas dan

menganalisa peran audit internal dalam mencegah dan mendeteksi

kecurangan (fraud) pada PT. Coca Cola.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan berdasarkan analisa serta penyidikan

Page 23: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

yang dilakukan dan mengemukakan saran-saran untuk pengembangan

dan perbaikan yang menjadi objek penelitian.

Page 24: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Peranan

Pengertian peranan menurut Soerjono (1999:268) adalah sebagai berikut :

“Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan yaitu seseorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan.”

Definisi diatas dapat memberikan petunjuk bahwa usaha audit internal

dalam mencegah kecurangan yang kemungkinan terjadi dapat berguna

untuk kelangsungan dan kemajuan organisasi itu sendiri.

2.1.2 Audit Internal

Audit Internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya

audit akuntan publik. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah

meluasnya rentang kendali yang dihadapi pimpinan perusahaan yang

mempekerjakan ribuan karyawan dan mengelola kegiatan di berbagai

tempat yang terpencar. Berbagai penyimpangan dan ketidakwajaran

dalam menyelenggarakan buku perusahaan merupakan masalah nyata

yang harus dihadapi.

Page 25: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Untuk mendeteksi dan mencegah berbagai masalah yang ada di dalam

perusahaan diperlukan audit internal untuk melakukan pengawasan

dengan cara menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan perusahaan

tersebut.

Secara umum audit internal adalah fungsi penilaian yang dalam suatu

organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang

dilaksanakan. Penilaian tersebut meliputi seluruh aktivitas perusahaan

termasuk penilaian terhadap struktur organisasi, rencana-rencana,

kebijakan, prestasi pegawai, dan ketaatan terhadap prosedur.

Pengertian audit internal menurut Tugiman (2001:11) adalah sebagai

berikut:

“Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”

Dan menurut institute of internal auditors mengenai pengertian audit

internal (IIA, 2004:370) adalah :

“Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization.”

Menurut pernyataan IIA tersebut, audit internal adalah suatu fungsi

penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk

memeriksa dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa

yang diberikan bagi organisasi.

Page 26: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pengertian audit

internal mencakup :

1. Audit internal merupakan suatu aktivitas penilaian independen dalam

suatu organisasi. Ini berarti bahwa orang yang melakukan penilaian

tersebut adalah pegawai perusahaan;

2. Dalam pengukuran yang dilakukan oleh auditor internal,

independensi dan objektivitas harus dipegang;

3. Dalam pengukuran yang dilakukan oleh auditor internal bertangung

jawab langsung pada pimpinan;

4. Auditor internal memeriksa dan mengevaluasi seluruh kegiatan baik

finansial maupun non finansial;

5. Menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan

dijalankan sesuai dengan target dalam mencapai tujuan organisasi.

Pengertian audit internal menurut Agoes (2004:221)adalah sebagai

berikut :

“Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi berlaku.”

Peraturan pemerintah yang dimaksud sebelumnya misalnya peraturan

bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan,

perindustrian, dan lain-lain.

Page 27: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Sedangkan pengertian audit internal menurut Mulyadi (2002:211) adalah

sebagai berikut:

“Audit internal merupakan kegiatan penilaian yang bebas yang terdapat dalam organisasi yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi dan kegiatan lain untuk memberikan jasa kepada manajemen.”

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa audit

internal adalah:

1. Suatu aktifitas yang independen dan objektif

2. Aktivitas pemberi jaminan, kekayaan, dan konsultasi

3. Dirancang untuk memberikan nilai tambah serta meningkatkan

kegiatan operasi organisasi

4. Membantu organisasi dalam mencapai tujuannya

5. Memberikan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi

dan meningkatkan manajemen risiko, pengendalian, serta proses

pengaturan dan pengelolaan organisasi.

2.1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Adapun tujuan audit internal menurut Sawyer (2003:65) yang

dikemukakan adalah sebagai berikut :

“The objective of internal auditing is to assist member of the organizatiton in the effective discharge of their responsibilities. To this end, internal auditing furnishes them with analyses, appraisal, recommendations, counsels, and information concerning the activities

Page 28: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

reviewed. The audit objective includes promoting effective control at a reasonable cost.”

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari audit internal

adalah untuk mengetahui efektivitas anggota dalam organisasi terhadap

tanggung jawab mereka. Audit internal melakukan analisis, penilaian,

memberikan rekomendasi, mencari informasi yang berhubungan dengan

aktivitas yang sedang diperiksa. Tujuan dari audit ini juga mencakup

peningkatan pengendalian yang efektif terhadap suatu biaya yang

dianggap pantas atau diterima.

Dari pernyataan yang dikemukakan tentang tujuan audit internal yang

dialih bahasakan oleh Tugiman (2006:99) dapat diartikan sebagai berikut:

“Tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan intern mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan wajar.”

Dengan kata lain tujuan audit internal adalah memberikan pelayanan

kepada organisasi untuk membantu semua anggota organisasi tersebut.

Bantuan yang diberikan sebagai tujuan akhir agar semua organisasi dapat

melakukan semua tanggung jawab yang diberikan dan dibebankan

kepadanya secara efektif. Audit internal membantu manajemen dalam hal

Page 29: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

mencari kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan sumber modal

secara efisien dan efektif, termasuk efektivitas pengendalian dalam biaya

wajar. Semua bantuan audit internal tersebut diberikan melalui analisis-

analisis, penilaian, saran-saran, bimbingan, dan informasi tentang

aktivitas yang diperiksa.

Kegiatan audit internal yang dijalankan pada dasarnya haruslah

mencakup kegiatan:

1. Verification ( Pembuktian )

Merupakan pemeriksaan dokumen, catatan dan laporan untuk

menentukan tingkat penyesuainnya dengan keadaan yang

sebenarnya. Pada umumnya, kegiatan diverifikasi ini meliputi catatan,

laporan aktiva dan keuangan.

2. Compliance ( Kepatuhan )

Kegiatan ini berkaitan dengan tingkat ditaatinya kebijakan, peraturan,

prosedur dan praktik-praktik usaha yang baik.

3. Evaluation ( Penilaian )

Evaluasi terdiri dari dua fungsi penilaian, pertama adalah fungsi

penilaian berbagai tingkat manajemen yang memberikan umpan balik

bagi manajemen puncak mengenai efektivitas manajer bawahan.

Kedua, adalah fungsi untuk me-review dan menetapkan struktur

Page 30: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

pengendalian pencegahan di dalam suatu organisasi yang memberikan

umpan balik bagi eksekutif akuntansi mengenai keefektifan struktur

tersebut.

Ruang lingkup kegiatan audit internal mencakup bidang yang sangat luas

dan kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya

administratif maupun operasional. Hal tersebut sesuai dengan komitmen

bahwa fungsi audit internal adalah membantu manajemen dalam

mengawasi jalannya roda organisasi. Namun demikian, audit internal

bukan bertindak sebagai mata-mata tetapi merupakan mitra yang siap

membantu dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.

Ruang lingkup audit internal menurut Russell (2003:13) adalah sebagai

berikut :

“The scope of internal audit should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organizatitons system of internal control and the quality of performance in carrying out asigned responsibilites.”

Russell mengemukakan bahwa ruang lingkup dari audit internal harus

meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang cukup serta efektivitas sistem

pengendalian intern perusahaan dan kualitas kerja sesuai dengan

tanggung jawabnya.

Page 31: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Sedangkan ruang lingkup dari audit internal menurut IIA (2004:157)

adalah sebagai berikut:

“Internal auditors should consider the following suggestions when evaluating an organization’s governance activities related to information security.”

Auditor internal harus memperhatikan saran atau usul ketika

mengevaluasi kinerja perusahaan berkaitan dengan keamanan informasi.

Ruang lingkup audit internal menurut Tugiman (2006:99-100) sebagai

berikut :

“Ruang lingkup pemeriksaan intern menilai keefektifan sistem pengendalian intern serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian intern yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Pemeriksaan internal harus :

- Me-review keandalan ( reabilitas dan integritas ) informasi finansial dan operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan dan melaporkan informasi tersebut.

- Me-review berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaian dengan berbagai kebijakan, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan kegiatan organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.

- Me-review berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.

- Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber daya.

Page 32: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

- Me-review berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya konsisten dengan tujuan dan sarana yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.”

Jadi secara terperinci, ruang lingkup audit internal adalah melakukan

penilaian atas pengendalian intern, penilaian atas pencatatan laporan

perusahaan, serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Audit

internal juga harus memberikan keyakinan bahwa catatan laporan dan

pelaksanaan kegiatan bagi perusahaan telah dilaksanakan dengan baik.

Tujuan dan ruang lingkup audit internal sangat luas tergantung pada besar

kecilnya organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi yang

bersangkutan.

2.1.4 Tanggung Jawab dan Kewenangan Audit Internal

Audit internal mempunyai tanggung jawab dan kewenangan audit atas

penyediaan informasi untuk menilai keefektifan sistem pengendalian

internal dan mutu pekerjaan organisasi perusahaan.

Oleh karena itu, kepala bagian audit internal harus menyiapkan uraian

tugas yang lengkap mengenai tujuan, kewenangan dan tanggung jawab

bagian audit internal. Hal ini sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal

Page 33: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

yang dikutip oleh Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:8)

tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab audit internal :

“Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.”

Dari kutipan diatas, dapat diketahui bahwa tujuan, kewenangan dan

tanggung jawab audit internal di dalam organisasi perusahaan harus

dinyatakan secara jelas dalam dokumen tertulis yang formal dan disetujui

oleh dewan komisaris. Dokumen tersebut harus menjelaskan tujuan dari

bagian audit internal khususnya ruang lingkup audit. Namun demikian,

bagian audit internal tidak memiliki tanggung jawab atau kewenangan

terhadap aktivitas yang diauditnya.

Dalam menjalankan fungsinya, seorang audit internal dituntun untuk

mempunyai kecakapan teknis dan teoritis yang memadai, yang disertai

dukungan yang tegas dari manajemen, sehingga dengan adanya dukungan

tersebut diharapkan dapat diperoleh suatu umpan balik dari manajemen.

Dengan kata lain, dengan adanya dukungan dan otorisasi dari

manajemen, saran dan temuan-temuan akan diperhatikan dan diadakan

tindak lanjut, karena audit yang dilakukan adalah untuk dan atas nama

manajemen.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2003,322:1) tanggung jawab

auditor internal adalah sebagai berikut :

Page 34: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

“Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan akktivitas yang diauditnya.”

Jadi jelas bahwa tanggung jawa auditor internal adalah memberikan

informasi dan saran-saran kepada manajemen dan mengkoordinasikan

aktivitasnya dengan bagian lainnya agar tujuan audit tercapai dan tujuan

perusahaan tercapai.

Menurut Arens et al (2005:136) tanggung jawab auditor internal adalah

sebagai berikut :

“The auditor has a responsibility to plan and perform the audit to obtain reasonable assurance about whether the financial statements are free of material misstatement, whether cause by error or fraud.”

Arens mengemukakan bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk

merencanakan dan menunjukan hasil pemeriksaannya untuk memperoleh

keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan tersebut

bebas dari kesalahan material dan apakah disebabkan oleh kesalahan atau

kecurangan.

2.1.5 Kualifikasi Audit Internal yang Memadai

Kualifikasi audit internal meliputi independensi serta kompetensi.

Pelaksanaan audit internal dikatakan memadai jika kedua hal tersebut

telah tercapai.

Page 35: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

a) Independensi audit internal

Audit Internal adalah aktivitas penilaian di dalam suatu organisasi

untuk meneliti operasi akuntansi, keuangan serta operasi lainnya

secara tidak memihak (independent). Independensi adalah suatu hal

pokok untuk mencapai keefektifan tim audit internal.

Arens, Elder, and Belsey (2006:83) mengemukakan bahwa :

“Independence in fact exist when the auditor is actually able to maintain an unbiased attitude throughout the audit, whereas independence in appearance is the result of other interpretations of this independence.”

Dari kutipan diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan berbagai

kegiatan audit, dibutuhkan independensi karena adanya harapan untuk

mendapatkan suatu pertimbangan yang tidak memihak.

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15)

menyatakan bahwa:

“Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkatkan jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap pimpinan dan dewan organisasi.”

b) Kompetensi Audit Internal

Dengan audit internal memiliki kompetensi yang baik, maka tujuan

perusahaan dapat tercapai seperti yang telah direncanakan.

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:57),

menyatakan bahwa:

Page 36: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

“Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan profesional.”

Keahlian dan kecermatan profesional dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Keahlian

Audit internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan

kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab

perorangan. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki

atau memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kompetensi

yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

a. Penanggung jawab fungsi audit internal harus memperoleh

saran dan asistensi dari pihak yang kompeten jika pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi dari staf auditor internal tidak

memadai untuk pelaksanaan atau seluruh penugasannya.

b. Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai

untuk dapat mengetahui adanya indikasi kecurangan.

c. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki

pengetahuan tentang risiko dan pengendalian yang penting

dalam bidang teknologi informasi dan teknik-teknik audit

berbasis teknologi informasi yang tersedia.

2. Kecermatan Profesional

Page 37: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Audit internal merupakan kecermatan dan keterampilan yang

layak dilakukan oleh seorang audit internal yang independen dan

kompeten dengan mempertimbangkan ruang lingkup penugasan,

kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan,

kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan

proses governance. Penggunaan biaya dan manfaat penggunaan

sumber daya dalam penugasan, penggunaan teknik-teknik dengan

bantuan komputer dan teknik-teknik analisisnya.

3. Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan

Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan

dan kompetensinya melalui Pengembangan Profesional yang

Berkelanjutan.

Dari kutipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa keahlian dan

kecermatan profesional harus dilaksanakan dengan

memperhatikan ketiga unsur diatas.

2.1.6 Program Audit Internal

Program audit menurut Standar for Professional Practice Internal

Auditing tahun 2000 yang dikutip oleh Boynton et al (2001:983) adalah

sebagai berikut :

“1. Planning the audit, auditor internal harus merencanakan setiap pelaksanaan audit.

2. Examining and avaluating information, auditor internal harus

Page 38: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan mendokumentasikan informasi untuk mendukung hasil audit.

3. Communicating result, auditor internal harus melaporkan hasil pekerjaan audit mereka.

4. Following up, auditor internal harus melakukan tindak lanjut untuk meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan audit.”

Adapun menurut Konsorsium Organisasi Profesional Audit Internal

(2004:15) mendefinisikan program audit bahwa :

“Dalam melaksanakan penugasan, audit internal mempertimbangkan sasaran penugasan, alokasi sumber daya penugasan, serta program kerja penugasan.”

Program audit yang baik mencakup :

1. Tujuan audit dinyatakan dengan jelas dan harus tercapai atas

pekerjaan yang direncanakan.

2. Disusunkan sesuai dengan penugasan yang bersangkutan.

3. Langkah kerja yang terperinci atas pekerjaan yang harus dilakukan.

4. Menggambarkan urutan prioritas langkah kerja yang dilaksanakan

dan bersifat fleksibel, tetapi setiap perubahan yang ada harus

diketahui oleh atasan auditor.

Tujuan yang ingin dicapai dengan program audit adalah :

1. Memberikan bimbingan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan.

2. Memberikan daftar simak-checklist sementara pemeriksaan

berlangsung tahap demi tahap sehingga tidak satupun yang

ketinggalan.

Page 39: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

3. Merevisi program audit sebelumnya akibat adanya perubahan-

perubahan standar, prosedur yang digunakan oleh perusahaan.

2.2 Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang digunakan dalam suatu organisasi merupakan faktor

yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi

tersebut. Karena itu, sebelum auditor melaksanakan audit secara mendalam atas

informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, maka auditor tersebut harus

memahami terlebih dahulu pengendalian internal yang berlaku dalam organisasi

yang bersangkutan.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Internal

Suatu pengendalian internal terdiri dari kebijakan-kebijakan manajemen

tentang suatu kepastian yang wajar bahwa tujuan organisasi dapat

tercapai.

Menurut Boynton (2006:391), yang mengutip dari COSO pengendalian

internal didefinisikan sebagai berikut :

“Internal control is a process, affected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achivement of objectives in the following categories : Reliability of financial reporting

Effectiveness and efficiency or operations

Compliance with applicable laws and regulations.”

Page 40: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Sedangkan menurut Meisser (2006:250), yang dialih bahasakan oleh

Hinduan, pengendalian internal adalah sebagai berikut :

“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas, yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : - Keandalan laporan keuangan - Efektivitas dan efisiensi operasi, dan - Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”

Dari beberapa definisi diatas, nampak bahwa pengendalian internal

merupakan pengendalian kegiatan (operasional) perusahaan yang

dilakukan pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan secara efisien,

yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang

ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu dari operasi perusahaan.

Suatu perusahaan yang mempunyai pengendalian internal yang baik, akan

menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, sehingga memudahkan

manajemen dalam proses pengambilan keputusan.

2.2.2 Tujuan Pengendalian Internal

Berdasarkan dari definisi pengendalian internal yang dikemukakan oleh

Meisser, disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal adalah untuk

memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan

tujuan sebagai berikut :

Page 41: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

1. Keandalan laporan keuangan

Artinya pengendalian internal memberikan keyakinan yang memadai

bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

2. Efektivitas dan efisiensi operasi

Pengendalian internal dimaksudkan untuk mendorong sumber daya

secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini

berkaitan dengan pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan,

sehingga dapat dicegah kegiatan yang tidak perlu dan pemborosan

dari semua aspek organisasi.

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Pengendalian internal adalah alat untuk memberikan jaminan bahwa

prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pencapaian

tujuan diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan.

2.2.3 Komponen Pengendalian Internal

Setiap perusahaan memilki karakteristik atau sifat-sifat khusus yang

berbeda karena perbedaan karakteristik tersebut maka pengendalian

internal yang baik pada suatu perusahaan belum tentu baik bagi

perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, untuk mendesain suatu sistem

Page 42: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

pengendalian internal yang baik perlu diperhatikan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi tujuan perusahaan secara komprehensif.

Pengendalian internal yang baik harus memenuhi beberapa kriteria atau

unsur-unsur. Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang

saling terkait berikut ini :

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian terdiri dari kebijakan, tindakan dan

prosedur yang mencerminkan keseluruhan tingkah laku dari

manajemen puncak, direktur dan pemilik entitas mengenai

pemgendalian internal dan kepentingan entitas.

Lingkungan pengendalian menurut Mulyadi (2002:183) :

“Lingkungan pengendalian merupakan suatu lingkungan menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian.”

2. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)

Penaksiran risiko oleh manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan

serupa dengan perhatian auditor eksternal terhadap risiko bawaan,

akan tetapi tujuan manajemen lebih ditekankan pada bagaimana

mengelola risiko yang telah ditetapkan.

Penaksiran risiko menurut Simamora (2002:153) :

Page 43: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

“Penaksiran risiko adalah proses organisasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang relevan bagi pencapaian tujuannya.”

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Sebagai tambahan terhadap lingkungan pengendalian dan informasi

dan komunikasi, suatu entitas memerlukan kebijakan dan prosedur

untuk memeberikan keyakinan bahwa tujuan perusahaan akan

tercapai, kebijakan prosedur tersebut tertuang dalam aktivitas

pengendalian.

Aktivitas pengendalian menurut Sunarto (2003:148) :

“Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan.”

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Fokus utama dari sistem akuntansi adalah transaksi. Transaksi terdiri

dari pertukaran aktiva dan jasa antara suatu entitas dan pihak luar, dan

juga pemindahan atau penggunaan aktiva dan jasa antara ke dalam

entitas. Transaksi tersebut sebaiknya ditangani dengan suatu cara

yang dapat mencegah terjadinya salah saji, oleh karena itu diperlukan

sistem informasi dan komunikasi dalam suatu pengendalian internal.

Page 44: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Pengertian informasi dan komunikasi menurut IAI (2001:319,2) :

“Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

5. Pemantauan (Monitoring)

Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun

dan memelihara pengendalian internal. Manajemen memantau

pengendalian untuk mempertimbangkan apakah pengendalian

tersebut beroperasi sebagaimana yang diharapkan.

Pemantauan menurut Mulyadi (2005:195) :

“Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu.”

2.3 Kecurangan (Fraud)

Pada umumnya dikenal dua tipe kesalahan, yaitu kekeliruan (errors) dan

ketidakberesan (irregularities). Errors merupakan kesalahan yang timbul sebagai

akibat tindakan yang tidak disengaja yang dilakukan manajemen atau karyawan

perusahaan yang mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan, pemindah

bukuan, dan lain-lain. Sedangkan irregularities merupakan kesalahan yang

sengaja dilakukan oleh manajemen atau karyawan perusahaan yang

Page 45: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan,

misalnya kecurangan (fraud).

2.3.1 Pengertian Kecurangan (Fraud)

Fraud merupakan salah satu bentuk irregularities. Secara singkat fraud

dinyatakan sebagai suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta

yang material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. Untuk

lebih jelasnya, pengertian kecurangan menurut Bologna, Lindquist dan

Weels yang dikutip oleh Widjaja (2000: 1) :

“Fraud is criminal deception intenden to financially benefit the deceiver”

Definisi lain mengenai fraud dikemukakan oleh The Institute of Internal

Auditor yang dikutip oleh Karni (2003:34) :

“Kecurangan mencakup suatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang diluar atau didalam organisasi.”

Dalam penelitiannya, Iqbal (2006) mengungkapkan bahwa :

“Kecurangan merupakan penyajian fakta yang bersifat material secara salah yang dilakukan oleh satu pihak ke pihak lain dengan tujuan untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain atas fakta. Menurut hukum yang berlaku. suatu tindakan yang curang harus memenuhi lima kondisi berikut :

Page 46: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

a. Penyajian yang salah. Hal ini meliputi kesalahan pelaporan atau adanya data yang tidak diungkapkan.

b. Fakta yang sifatnya material, suatu fakta harus merupakan faktor yang substansial yang mendorong seseorang untuk bertindak.

c. Tujuan, harus terdapat tujuan untuk menipu atau pengetahuan bahwa laporan tersebut salah.

d. Ketergantungan yang dapat di justifikasi, penyajian yang salah harus merupakan faktor yang substansial yang menyebabkan pihak lain merugi karena tergantungnya.

e. Perbuatan tidak adil atau kerugian, kebohongan tersebut telah menyebabkan ketidakadilan atau kerugian bagi korban kecurangan.”

Sedangkan kecurangan manajemen dikemukakan oleh Sunarto (2003:57)

sebagai berikut:

“Kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan, seringkali disebut kecurangan manjajemen.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan suatu

perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran dan dilakukan dengan

sengaja untuk memperoleh sesuatu yang bukan hak pelakunya sehingga

dapat mengakibatkan kerugian pada organisasi.

2.3.2 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Fraud

Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan

penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada

Page 47: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan

tersebut.

Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya kecurangan sebagai

akibat antara tekanan kebutuhan seseorang dengan lingkungannya yang

memungkinkan untuk bertindak.

Karni (2000:38) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong

terjadinya kecurangan adalah sebagai berikut :

1. Lemahnya pengendalian internal a. Manajemen tidak menekankan perlunya peranan pengendalian

internal b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadi conflict

interest d. Auditor internal tidak diberi wewenang untuk menyelidiki para

eksekutif, terutama menyangkut pengeluaran yang besar 2. Tekanan keuangan terhadap seseorang

a. Banyaknya hutang b. Pendapatan rendah c. Gaya hidup mewah

3. Tekanan non finansial a. Tuntutan pimpinan diluar kemampuan bawahan b. Direktur utama menetapkan suatu tujuan yang harus dicapai tanpa

dikonsultasikan dengan bawahannya c. Penurunan penjualan

4. Indikasi lain a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai negeri b. Meremehkan integritas pribadi c. Kemungkinan koneksi dengan organisasi kriminal

Ciri-ciri atau kondisi adanya kecurangan menurut Karni (2000:43)

adalah:

Page 48: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

a. Terdapat angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya

b. Adanya perbedaan antara buku besar dengan buku pembantu c. Perbedaan yang dikemukakan melalui konfirmasi d. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen

baik yang umum maupun yang khusus e. Terdapat perbedaan kepentingan (Conflict of Interest)

Untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan, manajemen akan mengatur

pegawainya dengan tindakan yang tidak benar. Hal ini disebabkan karena

manajemen yang selalu melakukan tindakan korupsi, tidak efisien dan

tidak cakap dalam me-manage perusahaan. Apabila pendapatan rendah

atau banyak hutang, pegawai akan melakukan fraud karena masalah

pribadi yang tidak dapat terpecahkan. Karena banyaknya fraud yang

terjadi, perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar sehingga

perusahaan dapat jatuh pada saat yang tidak tepat, misalnya kehilangan

uang atau saham.

2.3.3 Unsur-unsur Fraud

Suatu fraud terdiri dari unsur-unsur penting yang digunakan untuk

menguji tanda-tanda fraud atau tidak. Dalam artikelnya Recognizing The

Element of Fraud, Simmons (2003) menyatakan bahwa :

“Fraud occurs when all of the following element exist :

1. An individual or an organizatiton intentionally makes an untrue representation about an important fact or event

Page 49: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

2. The untrue representation is believed by the victim (the person or organization to whom the representation has been mad

3. The victim relies upon and acts upon the untrue representation 4. The victim suffers loss of money and / or property as a result of

relying upon and acting upon the untrue representation

Dari pernyataan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa fraud terjadi apabila

terdiri dari unsur-unsur berikut ini :

1. Adanya unsur kesengajaan dari individu atau organisasi untuk

membuat penyajian yang keliru mengenai peristiwa atau fakta yang

penting.

2. Adanya kepercayaan dari korban fraud terhadap penyajian yang

keliru.

3. Adanya kepercayaan dari korban fraud untuk melaksanakan

penyajian yang keliru tersebut.

4. Korban fraud menderita kehilangan hak milik atau uang karena telah

mempercayai dan bertindak sesuai dengan penyajian yang keliru

tersebut.

2.3.4 Jenis dan Bentuk Fraud

Dalam artikel yang berjudul Komputer vs Fraud Audit oleh Wahyuni

disebutkan bahwa klasifikasi terjadinya fraud tergantung pada kreativitas

Page 50: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

pelaku fraud. Jenis fraud menurut Schulze dan Black yang dikutip oleh

Wahyuni (2000:17-18) adalah sebagai berikut :

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud) 2. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud)

Dari pernyataan di atas, jelas bahwa fraud dapat dilakukan oleh

manajemen dan karyawan perusaahan. Berikut ini akan dijelaskan

kecurangan manajemen (management fraud) dan kecurangan karyawan

(employee fraud).

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

Manajemen mungkin akan terlibat dengan setiap macam fraud.

Management fraud adalah suatu tindakan sengaja membuat laporan

keuangan dengan memasukkan jumlah angka yang palsu atau

mengubah catatan akuntansi yang merupakan sumber penyajian

laporan keuangan. Misalnya manipulasi, mengubah catatan akuntansi

atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan

keuangan.

Albrecht dalam bukunya fraud examination (2003:9) menyatakan

bahwa:

“In its most common from, management fraud involves top management’s deceptive manipulation of financial statements.”

Page 51: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa kecurangan manajemen

(management fraud) yang biasa dilakukan adalah memanipulasi

laporan keuangan.

2. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud)

Employee fraud yang paling umum adalah pemalsuan daftar gaji

(false payroll), penjualan palsu (false vendor) dan transfer cek palsu

(check kitting). Dalam hal ini, pemalsuan daftar gaji dilakukan dengan

menciptakan karyawan palsu dan kemudian menguangkan gaji

karyawan palsu tersebut. Pemalsuan penjualan dilakukan dengan

membentuk penjual palsu, faktur palsu yang digunakan untuk

menerima pembayaran. Sedangkan cek palsu melibatkan pemindahan

dana dari bank yang satu ke bank yang lain dan mencatat secara tidak

benar transfer tersebut.

Sehubungan dengan employee fraud, Alison (2004:2) menyatakan

bahwa :

“Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut.”

Page 52: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa fraud yang

dilakukan oleh karyawan perusahaan adalah melakukan kesalahan

dengan sengaja, yaitu penyalahgunaan aktiva disebabkan karena

adanya kesempatan dan lemahnya pengendalian internal pada

perusahaan.

Adapun bentuk-bentuk fraud menurut Tunggal (1992:30), farud dapat

diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu :

1. Fraud yang merugikan perusahaan Perusahaan merupakan korban fraud yang biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang menengah kebawah. Bentuk fraud dalam kategori ini misalnya pencurian harta kekayaan perusahaan.

2. Fraud yang menguntungkan perusahaan Fraud ini biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang atas atau

manajemen puncak. Bentuk fraud dalam kategori ini misalnya pencatatan laba dan aktiva yang lebih besar, mencatat biaya-biaya lebih kecil, tidak mencatat retur penjualan, dan lain-lain.

2.4 Hubungan Pengendalian Internal, Audit Internal dan Fraud

Audit internal sangat erat berkaitan dengan masalah pencegahan fraud di dalam

perusahaan. Adanya audit internal dalam suatu perusahaan diyakini bermanfaat

dalam membantu mencegah terjadinya fraud. Namun demikian, audit internal

tidak bertanggung jawab atas terjadinya fraud, meskipun audit internal

merupakan pihak yang memiliki kewajiban yang paling besar dalam masalah

Page 53: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

pencegahan fraud. Albert dalam bukunya Fraud Examination (2003:96)

menyatakan bahwa :

“Fraud is reduce and often prevented (1) by creating a culture honesty, opennes, and assistance and (2) by eliminating opportunities to commit fraud”

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa fraud dapat dikurangi bahkan dicegah

dengan menciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu satu

sama lain. Selain itu pencegahan fraud dapat dihilangkan dengan menghilangkan

peluang untuk melakukan fraud, misalnya dengan menanamkan kesan bahwa

setiap tindakan fraud akan mendapat sanksi setimpal.

Audit internal harus dapat memastikan apakah fraud itu memang ada atau tidak.

Untuk memastikannya, audit internal akan melakukan evaluasi terhadap sistem

pengendalian internal yang dibuat manajemen dan aktivitas karyawan

perusahaan berdasarkan kriteria yang tepat untuk merekomendasikan suatu

rangkaian tindakan kepada pihak manajemen. Disamping itu, audit internal harus

mempunyai alat pengendalian yang efektif sehinga setiap fraud dapat dicegah

sedini mungkin.

Dengan demikian, jelas bahwa audit internal membantu manajemen dalam

memberikan saran dan nasehatnya sehubungan dengan sistem pengendalian

internal yang dibuat oleh manajemen. Bukan menindaknya tapi sekedar menilai

Page 54: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

dan mengevaluasinya, karena tindakan lebih lanjut sepenuhnya ada di tangan

manajemen.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukannya, Arif dan Satyo (2000:42) menyatakan

bahwa :

“Pengendalian internal yang baik dan keberanian serta keinginan seluruh anggota organisasi / perusahaan untuk melaporkan fraud kepada pihak berwenang merupakan kiat jitu mengatasi fraud.”

Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa dengan pengendalian internal

yang baik dan adanya suatu tindakan dari perusahaan melaporkan kasus

terjadinya fraud kepada aparat hukum merupakan salah satu kegiatan untuk

mencegah terjadinya fraud didalam perusahaan.

2.5 Peran Audit Internal Dalam Mencegah Kecurangan

Peran utama dari audit internal sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan

kecurangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeliminir sebab-

sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan

terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila

telah terjadi kecurangan tersebut.

Page 55: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Pemeriksa internal bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan

serta efektifitas tindakan manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut.

Dengan demikian, audit internal harus melakukan audit sesuai dengan prosedur,

memonitor gejala-gejala fraud, melakukan penelusuran untuk mencegah fraud,

dan mengidentifikasi semua fraud yang mungkin terjadi.

Dalam penelitiannya, Iqbal (2006) mengungkapkan bahwa :

“Mencegah kecurangan disebabkan oleh 2 K, yaitu kesempatan dan kemauan. Orang tidak mempunyai kemauan namun tersedia kesempatan, tidak jarang akan cenderung melakukan kecurangan. Hal-hal dibawah ini perlu diperhatikan untuk mencegah kecurangan.

a. Informasi sensitif Perusahaan yang tahu akan lingkup dan besarnya kecurangan, segera mencanangkan peraturan untuk menghambat dan mencegah kegiatan itu. Sifat sensitif dari kegiatan kecurangan atau rasa curiga pada kegiatan semacam itu menunjukan kebutuhan akan pedoman formal untuk pelaporan dan praktik penyelidikan dalam perusahaan.

b. Usaha peningkatan integritas Auditor internal sering diminta untuk melakukan program peningkatan integritas, dimana prioritas manajemen tingkat atas ditinjau bersama dengan seluruh karyawan. Etika, keinginan untuk menghindari perbedaan pendapat, keinginan untuk menghindari pengambil alih manajemen, dan saran “agar karyawan selalu bersiul” ( selalu senang ) adalah topik yang mungkin perlu ditekankan pada program peningkatan integritas.

c. Kemampuan sistem kendali untuk mencegah kecurangan Dilain pihak, sikap korektif yang dilaksanakan untuk memperbaiki kendali agar kegiatan yang bersifat curang dapat dicegah atau diketahui secara berkala, adalah suatu indikator positif bahwa manajemen memiliki perhatian dan mampu untuk berjalan terus.

d. Keterbatasan sistem kendali Walaupun tidak ada kelemahan meterial pada kendali yang telah dirancang, tetap tidak ada suatu sistem yang sempurna. Kendali dapat diambil alih atau

Page 56: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

dimanipulasi, oleh seseorang yang pintar. Selain itu kelemahan dan kecerobohan akan mengakibatkan kelalaian, kesalahan dalam pelaksanaan tugas, yang dapat mengakibatkan kendali menjadi tidak efektif.

e. Program audit

Suatu program audit harus berubah dari survei pendahuluan ( dalam arah yang mengikuti kebijaksanaan perusahaan ), kearah pencarian daerah beresiko tinggi, sampai menguji metode yang paling mungkin digunakan untuk melaksanakan audit kecurangan.”

Perusahaan yang tahu akan lingkup dan besarnya pengaruh kecurangan, segera

mencanangkan peraturan untuk menghambat dan mencegah kegiatan itu. Sifat

sensitif dari kegiatan kecurangan atau rasa curiga pada kegiatan semacam itu

menunjukan kebutuhan akan pedoman formal untuk pelaporan dan praktik

penyelidikan dalam perusahaan.

Karena fraud merupakan suatu masalah didalam perusahaan dan harus dicegah

sedini mungkin, Pickett (2001:614-618) mengemukakan beberapa tehnik

pencegahan yang harus dilakukan adalah :

1. Good recruitment procedures

2. Independent checks over work

3. Regular staff meetings

4. An employee code of conduct

5. Good communication

Page 57: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Dari kutipan diatas, dapat diketahui bahwa beberapa tehnik pencegahan fraud

dapat dilakukan dengan membuat prosedur yang tepat dalam perusahaan karena

hal ini merupakan langkah awal untuk mencegah fraud. Prosedur yang tepat

tidak berarti tanpa dukungan karyawan yang bekerja dalam perusahaan. Oleh

karena itu, dibutuhkan audit yang independen terhadap karyawan. Untuk

menciptakan hubungan yang baik antara manajemen dengan karyawannya,

manajemen harus selalu mengadakan pertemuan atau rapat yang dimanfaatkan

untuk menyampaikan pendapat atau keluhan-keluhan yang dihadapi. Dari

pertemuan yang telah dilakukan, tingkah laku masing-masing karyawan dapat

diketahui sehingga terjalin komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.

2.6 Peran Audit Internal dalam Mendeteksi Kecurangan

Sebagaimana diuraikan sebelumnya resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya

adalah integrity risk yaitu resiko adanya kecurangan oleh manajemen atau

pegawai perusahaan, tindakan illegal atau tindak penyimpangan lainnya yang

dapat mengurangi nama baik / reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat

mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Adanya resiko tersebut mengharuskan internal auditor untuk

menyusun tindakan pencegahan untuk menangkal terjadinya kecurangan

sebagaimana diuraikan sebelumnya. Namun, pencegahan saja tidaklah memadai,

Page 58: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

internal auditor harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini

terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tidak

dapat digeneralisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan

memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan

perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang

mungkin timbul dalam perusahaan. Petunjuk adanya kecurangan biasanya

ditunjukan oleh munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan

gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan

dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja.

Page 59: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

2.7 Kerangka Konseptual

Audit Internal Perusahaan

Staffing Pelaporan

Sesuai SOP

Adanya Penyimpangan

Standar Operasional Prosedur

Page 60: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

Audit internal perusahaan dilaksanakan berdasarkan Standar Operasional Prosedur,

Standar Operasional Prosedur mengatur mengenai Staffing dan Pelaporan, Pelaporan

dan Staffing harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur. Apakah dalam

Pelaporan dan Staffing terdapat penyimpangan ?

Page 61: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel

1. Audit Internal Perusahaan

Audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian

perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi

perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak

yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan

ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi berlaku.

2. Standar Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian

kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis,

administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan

sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah

menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit

kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.

Page 62: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

48

3.2 Tehnik Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, tehnik penelitian yang dilakukan bersifat study

survey, sedangkan metodologi penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan

perusahaan berdasarkan fakta nyata pada situasi yang diselidiki, adapun data

pendukung yang diperoleh sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama.

Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-

file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya

responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang

kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Di dalam

penelitian ini saya menggunakan wawancara dan observasi langsung yang

saya gunakan sebagai sumber data primer.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak

langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik secara lisan

maupun tertulis. Di dalam penelitian ini saya menggunakan sumber tertulis

Page 63: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

49

yang terbagi atas sumber ilmiah, sumber dari arsip dan dokumen resmi dari

PT. Coca Cola sebagai data sekunder saya.

Untuk melengkapi penelitian ini, gambar-gambar berupa struktur organisasi

dan kerangka pemikiran dicantumkan.

3.3 Pembatasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis hanya membataskan penelitian pada peran audit

internal dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan (fraud) di PT. Coca Cola.

Dalam perusahaan tersebut, pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian

adalah badan Audit Internal yang bertanggung jawab atas seluruh audit di dalam

perusahaan.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Dalam riset yang dilakukan, data yang akan diolah merupakan data primer dan

data sekunder yang dikumpulkan melaluin survey lapangan, antara lain dengan

cara :

1. Data Primer

a) Observasi langsung

Kegiatan ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap aktivitas

lapangan perusahaan. Perusahaan yang menjadi tempat pengumpulan data

Page 64: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

50

adalah PT. Coca Cola. Data yang dikumpulkan antara lain mengenai

gambaran umum perusahaan dan sistem pengendalian internal perusahaan

tentang bagaimana Peran Audit Internal di perusahaan tersebut. Apakah

sudah cukup baik untuk dapat mencegah dan mendeteksi kecurangan yang

telah terjadi, dan akan terjadi.

b) Wawancara

Data yang didapat dengan cara mengajukan pertanyaan pada pihak PT.

Coca Cola mengenai masalah yang diteliti. Isi dari wawancara ini antara

lain mengenai cara kerja dari Internal Audit perusahaan. Mulai dari

pencegahan fraud sampai pada pendeteksian fraud.

2. Data Sekunder

Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode penelitian yang yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder

yang digunakan sebagai landasan teoritis mengenai masalah atau variabel-

variabel yang diteliti melalui literatur-literatur yang relevan dengan masalah

yang diteliti.

3.5 Teknik Penulisan Data

Page 65: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

51

Data yang didapat oleh penulis dari hasil pengumpulan data diatas akan langsung

ditulis tanpa merubah data yang telah ada. Hasil wawancara yang diterima oleh

penulis dari pihak yang terkait dari penelitian ini langsung ditulis tanpa merubah

data yang telah didapat. Sehingga akan mendapat data yang akurat sesuai dengan

apa yang telah terjadi di lapangan.

Page 66: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

52

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah PT. Coca Cola

Di Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai

tempat, mulai dari warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang

pendidikan dan pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga

independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset

pemasaran DEKA menunjukkan bahwa :

Pada tahun 1999, 85% dari konsumen bulanan minuman ringan

mempunyai pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta (US$

100) per bulan. 46% diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp

500.000 (US$50).

72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari

Rp 1 juta perbulan lebih dari 40 % diantara mereka adalah pelajar

karyawan paruh waktu dan para pensiunan.

Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama

seringnya dengan minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih

sering dikonsumsi dibandingkan dengan es krim.

Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk

Page 67: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

53

minuman ringan bukanlah barang mewah melainkan barang biasa.

Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat besar untuk

dikembangkan dengan jumlah konsumsi per kapita yang masih rendah

dan penduduk berusia muda yang sangat besar.

Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca-Cola

terendah (hanya 13 porsi saji seukuran 236 ml per orang per tahun),

dibandingkan dengan Malaysia (33), Filipina (122) dan Singapura (141).

Karena minuman ringan merupakan barang yang permintaannya elastis

terhadap harga, berbagai upaya dilakukan agar harga produk-produk

minuman ringan tetap terjangkau.

Dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi minuman ringan di negara

tetangga jauh lebih tinggi (Indonesia:13; Malaysia:33; Filipina:122).

Untuk ilustrasi, pada tahun 1977, konsumen bisa membeli 11 botol kecil

minuman ringan mengandung soda atau teh siap minum dengan upah

minimum harian di Jakarta dan 13 botol pada tahun 2001. Namun,

sebagai perbandingan terhadap produk permen yang menaikkan harga,

konsumen bisa membeli 205 permen dengan upah yang sama pada tahun

1997 dan hanya 136 pada tahun 2001.

Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah -1.19 yang

berarti bahwa saat terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan

berkurang dengan prosentase yang lebih besar daripada prosentase

kenaikan harga tersebut.

Page 68: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

54

Ditinjau dari segi penciptaan kesempatan kerja, industri minuman ringan

memiliki efek multiplier yang besar pada tenaga kerja. Dengan rasio

sebesar 4,025, industri minuman ringan menduduki pringkat ke - 14 dari

66 sektor industri lainya di seluruh Indonesia. Ini berarti bahwa untuk

setiap peluang pekerjaan yang tercipta, atau hilang, di industri minuman

ringan, empat kesempatan kerja akan tercipta, atau hilang, di tingkat

nasional.

Delapan puluh persen penjualan minuman ringan dilakukan oleh

pengecer dan pedagang grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam

kategori pengusaha kecil. Bagi para pengusaha kecil tersebut, produk

minuman ringan merupakan barang dagangan terpenting mereka dengan

kontribusi sebesar 35% dari total penjualan dan nilai keuntungan sebesar

34%.

Industri-industri penunjang lainnya yang terkena dampak kegiatan

industri minuman ringan meliputi gelas, tutup botol, transportasi dan

media.

4.1.2 Organisasi Perusahaan Coca-Cola

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan

distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini

memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The

Coca Cola Company. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan

Page 69: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

55

produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120

pusat penjualan.

Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari

perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-

perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen

dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan

distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia.

Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun

1932. Mitra usaha Coca-Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia

yang juga adalah mitra usaha saat perusahaan ini memulai kegiatan

usahanya di Indonesia. Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai

pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi

tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat. Saat itu perusahaan

baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah

kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11

perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan

mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal

tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai

bergabung menjadi satu. Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari

perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan-perusahaan

yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia.

Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat

Page 70: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

56

Finance Director

National Examiner Manager

EXAMINER MANAGER

EXAMINER EXAMINER EXAMINER

produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai

eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan Coca Cola

Visi : Menjadi perusahaan produsen minuman terbaik di Asia

Tenggara.

Misi : Memberikan kesegaran kepada pelanggan dan konsumen kita

dengan rasa bangga dan semangat sepanjang hari, setiap hari.

4.1.4 Organisasi Internal Audit Perusahaan Coca Cola

Pemimpin Unit Pengawasan Intern telah menetapkan jumlah dan struktur

personil yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi audit intern secara

efektif dan efisien. .

gambar 4.1

Page 71: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

57

Sekitar sebelum tahun 80an peran internal auditor dalam organisasi belum

dapat didefinisikan dengan jelas, belum terdapat keseragaman dalam hal

bagaimana meletakkan satuan pengawasan intern ini dalam struktur

organisasi. Oleh karena itu, satuan pengawas intern ini ada yang

didudukkan setingkat dengan direksi, langsung dibawah direktur utama,

langsung dibawah direktur keuangan, tetapi ada juga yang diletakkan

dibawah Kepala Divisi Akutansi. Pendefinisian posisi internal auditor

mulai mendapatkan perhatian penting dengan dengan dibentuknya

Professional Standards and Responsibilities Comitte pada tahun 1974.

Komite ini menghasilkan standar internal auditing yang kemudian

disahkan dalam Komperensi Internasional IIA di San Fransisco tahun

1978.

Dari struktur organisasi Pengendalian Intern pada PT Coca Cola, bahwa

pengawas intern didudukkan langsung dibawah Direktur Keuangan.

Memang tidak ada aturan khusus yang mengatur bahwa Satuan Pengawas

Intern harus terlepas dari manejemen, hanya saja yang menjadi sorotan

utama adalah independensi dan objektifitas auditor bisa diragukan apabila

tidak bekerja secara profesional. Peran Internal Auditor di PT Coca Cola

sebagai katalis yang membantu proses manajemen.

Page 72: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

58

4.2 Tugas-Tugas dan Tanggung Jawab Internal Audit

4.2.1 Finance Director

Direktur Keuangan (Finance Director) sebagai pengendali keuangan

dalam organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab :

Melaksanakan secara konsisten tujuan dan tanggung jawab

organisasi.

Menjaga kinerja secara profesional.

4.2.2 National Examiner Manager

Dapat dikategorikan sebagai Manajer puncak dalam pengendalian

internal bertanggung jawab mengelola audit internal, antara lain :

Menjamin kegiatan audit telah memenuhi tujuan dan tanggung

jawab yang disetujui oleh manajemen dan diterima oleh

pimpinan tertinggi organisasi PT Coca Cola.

Menggunakan seluruh sumber daya yang ada (dana, manusia dan

peralatan) secara efektif dan efisien.

Menjamin kegiatan audit telah sesuai dengan Standar Audit yang

berlaku.

Kedua tanggung jawab tersebut diterapkan secara profesional dan

konsisten, sehingga kemungkinan timbulnya konflik sangat kecil, karena

Page 73: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

59

apabila terjadi sebaliknya konflik akan muncul dan sudah barang tentu

akan berhadapan dengan pimpinan tertinggi di PT Coca Cola.

4.2.3 Examiner Manager

Kewenangan Audit bertumpu kepada Manajer Audit dengan

kewenangan:

Menetapkan tujuan audit

Tujuan ini dalam rangka memberikan jasa kepada manajemen,

membantu auditor untuk mengembangkan wawasan kerangka

berpikir, meningkatkan tingkat kompetensi profesionalismenya,

dan memperbaiki pendekatan-pendekatan audit.

Menyiapkan jadwal kerja/Program Kerja Audit

Program Kerja Audit dituangkan dalam Rencana Induk Audit,

rencana ini dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan audit

sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan.

Rencana ini memuat antara lain Anggaran biaya, sasaran audit,

periode audit, jumlah auditor, waktu mulai audit, dan waktu

penerbitan laporan.

Menyiapkan Perencanaan Staf dan Anggaran Biaya

Page 74: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

60

Keberhasilan audit sangat ditentukan oleh ketepatan dalam

memilih auditor, sehingga tim audit yang terbentuk akan lebih

profesional dan dapat memenuhi standar audit.

Pemilihan auditor memperhatikan jenis dan luas pengujian

terkait dengan tujuan dan cakupan audit, tingkat luas/besarnya

auditan, tingkat kompleksitas audit, dan jenis pegolahan data

yang digunakan oleh auditan. Selain itu juga memperhatikan

keahlian, pengalaman, pendidikan.

Perencanaan kebutuhan dana meliputi penentuan jenis, jumlah

dan waktu penggunaan dana. Jumlah kebutuhan dana untuk suatu

penugasan dipengaruhi oleh kondisi auditan, contoh biaya alat

tulis kantor, biaya jasa pengujian, biaya lainnya yang menunjang

kegiatan audit.

Menyiapkan pelaporan aktivitas

Setiap aktivitas perencanaan mulai dari pencanangan kebijakan

audit, penentuan tujuan, penetapan sasaran, proses penyusunan

program audit sampai dengan terbitnya laporan dibuat jadwal

rencana waktu, dan kegiatan yang harus dilaporkan.

Page 75: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

61

4.3 Scope Internal Audit

Standard business procedure ini akan berisi mengenai perencanaan examinasi

(planning stage on examination process), pengerjaan lapangan (field work), hasil

temuan dan pelaporan (reporting).

4.3.1 Tahap Perencanaan

Tahap Perencanaan; Head of Examiner harus menyiapkan/membuat

planning and analysis sheet dengan memperoleh/mengumpulkan

informasi dan data dari Financial Accounting Manager, Management

Accounting Manager, dan Finance Manager di masing-masing unit

operasi. Planning and Analysis Sheet ini dilakukan untuk menentukan

sales center yang akan dikunjungi oleh Examiner dalam periode waktu 6

(enam) bulan. Dalam pembuatan planning and analysis sheet ini

didasarkan pada komponen yang ada di dalam laporan keuangan (laporan

rugi laba dan neraca). Dalam menyiapkan planning and analysis sheet

ini diharapkan Head of Examiner akan mempunyai gambaran global (Big

Picture) mengenai kondisi yang ada di sales center. Pertemuan dengan

Finance Team harus dilakukan satu kali dalam satu bulan dan dilakukan

pada saat periode tutup buku. Setelah pembuatan planning and analysis

sheet. Head of Examiner dapat memulai untuk melakukan pengumpulan

data. Planning and Analysis Sheet tidak ditujukan untuk melakukan

evaluasi terhdap siklus-siklus pemeriksaan yang lainnya (misalnya; siklus

Page 76: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

62

produksi, siklus pembelian, dan siklus advance and settlement). Hal ini

karena siklus-siklus ini akan dievaluasi sesuai dengan jangka waktu yang

sudah ditentukan dalam prosedur ini (dalam bagian Ruang Lingkup

Examinasi), misalnya saja produksi – setiap 6 (enam) bulan sekali

dan/atau sesuai dengan persetujuan dari Finance Manager.

4.3.1.1 Planning and Analysis Sheet

Planning and analysis sheet adalah sebuah alat yang digunakan

oleh Head of Examiner untuk mengetahui kondisi yang ada di

setiap sales center dengan mempertimbangkan aspek-aspek

financial sales center yang terkait (Rugi dan Laba dan Neraca).

Selain itu juga Planning and analysis sheet ini digunakan untuk

membuat rencana kunjungan ke sales center selama 6 bulan

berikutnya. Planning and analysis sheet tidak digunakan untuk

melakukan evaluasi terhadap siklus-siklus yang lainnya

(misalnya, siklus produksi, advance and settlement, dan

CDE/GDM). Periode untuk melakukan review terhadap siklus-

siklus yang lainnya dapat dilihat pada bagian Ruang Lingkup

pemeriksaan yang ada di dalam prosedue examiner ini. Dengan

melengkapi Planning and Analysis Sheet diharapkan Head of

Examiner akan mempunyai gambaran secara menyeluruh (Big

Picture) kondisi setiap sales center.

Page 77: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

63

Pembuatan Planning and Analysis Sheet secara detail harus

dilakukan oleh Head of Examiner setiap enam bulan sekali. Tidak

dilakukan evaluasi secara mendetail setiap bulan karena (1)

penilaian ini akan memakan banyak waktu dan (2) diharapkan

Examiner dapat konsisten dengan rencana yang sudah dibuat.

Namun demikian pertemuan rutin bulanan tetap harus dilakukan

dengan tujuan untuk melengkapi/menambah data yang sudah

diperoleh pada saat melakukan review detail.

Penilaian ini dapat dilakukan dengan memberikan skor

(berdasarkan tingkat resiko yang ada) pada beberapa hal

(komponen) yang ada di dalam spread sheet penilaian resiko.

Skor yang diberikan bervariasi dari satu sampai dengan tiga.

Satu menunjukan bahwa komponen yang dinilai mempunyai

resiko rendah (dimana kemungkinan terjadinya kerugian akibat

kelemahan internal control sangat kecil terjadi) dan tiga

menunjukan resiko untuk aspek yang di review lebih tinggi

(dimana kemungkinan terjadinya kerugian akibat kelemahan

internal control sangat mungkin terjadi). Untuk melakukan

evaluasi terhadap keadaan internal control yang ada di sales

center dapat menggunakan bagan berikut ini:

Page 78: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

64

Low Risk –Pemeriksaan Tertentu

Dampak penyimpanganMemberikan dampak

Yang tidak material danKemungkinan terjadinya kecil

High Risk –Prioritas Tinggi

Dampak penyimpanganMemberikan dampak yangMaterial dan kemungkinan

Terjadinya sangat tinggi

Medium Risk –Monitoring yang Kuat

Dampak penyimpanganMemberikan dampak yang

Tidak material namunKemungkinan terjadinya

Sangat tinggi

Medium Risk –Monitoring yang KuatDampak dari penyimpangan

memberikan dampak materialDan kemungkinan terjadinya

Cukup kecil

KemungkinanTerjadi

Material> 30 Mio

DampakFinansial

Immaterial< 30 Mio

Unlikely< 50 %

Likely> 60 %

Low Risk –Pemeriksaan Tertentu

Dampak penyimpanganMemberikan dampak

Yang tidak material danKemungkinan terjadinya kecil

High Risk –Prioritas Tinggi

Dampak penyimpanganMemberikan dampak yangMaterial dan kemungkinan

Terjadinya sangat tinggi

Medium Risk –Monitoring yang Kuat

Dampak penyimpanganMemberikan dampak yang

Tidak material namunKemungkinan terjadinya

Sangat tinggi

Medium Risk –Monitoring yang KuatDampak dari penyimpangan

memberikan dampak materialDan kemungkinan terjadinya

Cukup kecil

KemungkinanTerjadi

Material> 30 Mio

DampakFinansial

Immaterial< 30 Mio

Unlikely< 50 %

Low Risk –Pemeriksaan Tertentu

Dampak penyimpanganMemberikan dampak

Yang tidak material danKemungkinan terjadinya kecil

High Risk –Prioritas Tinggi

Dampak penyimpanganMemberikan dampak yangMaterial dan kemungkinan

Terjadinya sangat tinggi

Medium Risk –Monitoring yang Kuat

Dampak penyimpanganMemberikan dampak yang

Tidak material namunKemungkinan terjadinya

Sangat tinggi

Medium Risk –Monitoring yang KuatDampak dari penyimpangan

memberikan dampak materialDan kemungkinan terjadinya

Cukup kecil

KemungkinanTerjadi

Material> 30 Mio

DampakFinansial

Immaterial< 30 Mio

Unlikely< 50 %

Likely> 60 %

gambar 4.2

Low Risk (score 1); mengindikasikan bahwa kelemahan pada

internal control untuk subjek (item) yang akan dilakukan

evaluasi di sales center akan memberikan dampak yang tidak

material/signifikan (dibawah IDR 30 Juta) apabila kelemahan

internal control tersebut menimbulkan kerugian. Kemungkinan

terjadinya kerugian atas adanya kelemahan internal control ini

juga kecil (lebih kecil dari 50%).

Medium Risk (score 2); mengindikasikan bahwa kelemahan

internal control untuk subjek yang dievaluasi untuk sales center

tertentu memberikan dampak yang tidak signifikan (dibawah

IDR 30 juta) apabila kelemahan internal control tersebut

menimbulkan kerugian. Kemungkinan terjadinya kerugian

akibat kelemahan internal control ini adalah cukup besar (di

atas 60%). Kondisi lain yang dapat memunculkan terjadinya

medium risk ini adalah apabila kelemahan internal control yang

terjadi memberikan kerugian yang cukup material (lebih dari

Page 79: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

65

IDR 10 juta) pada saat terjadi dan kemungkinan terjadinya hal

ini adalah cukup kecil (dibawah 50%).

High Risk (score 3); mengindikasikan bahwa kelemahan pada

internal control untuk subyek (item) yang akan dilakukan

evaluasi di sales center akan memberikan dampak yang

material/signifikan (diatas IDR 30 Juta) apabila kelemahan

internal control tersebut menimbulkan kerugian. Kemungkinan

terjadinya kerugian atas adanya kelemahan internal control ini

juga besar (lebih besar dari 60%).

Dalam melakukan penilaian (scoring) Head of Examiner

diharapkan untuk melakukan analisa dengan detail dan disertai

dengan data actual. Hal ini dilakukan untuk menghindari

adanya kecenderungan (tendensi) untuk menilai sales center

yang lebih besar mempunyai resiko yang lebih besar apabila

dibandingkan dengan sales center kecil. Dalam melakukan

evaluasi, Head of Examiner dapat menggunakan mekanisme

perbandingan data (data comparison) atau benchmarking.

Sebagai contoh, jumlah overdue sales center besar bisa jadi

lebih kecil jika dibandingkan dengan sales center yang lebih

kecil. Kondisi yang demikian akan membuat sales center besar

Page 80: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

66

mempunyai resiko yang lebih kecil apabila dibandingkan

dengan sales center yang lebih kecil.

Selain menggunakan perbandingan data atau benchmarking,

untuk menghindari adanya kenderungan ini Head of Examiner

bisa juga melakukan perbandingan relatif (relative

comparison). Contoh perbandingan relatif ini adalah mengukur

prosentase discount terharap gross sales revenue. Contoh lain

adalah analisa umur truck pada saat melakukan evaluasi jumlah

truck yang ada di sales center. Apabila menggunakan absolut

maka sales center yang mempunyai jumlah yang lebih besar

akan dikunjungi, namun dengan melakukan analisa relatif ini

akan menghindari tendensi seperti ini.

Head of Examiner harus melakukan penilaian terhadap setiap

komponen yang terdapat di dalam planning and sheet.

Terdapat 15 komponen yang harus dievaluasi. Berikut ini

adalah 15 komponen yang harus dievaluasi dengan berbagai

macam kemungkinan kelemahan dalam internal control untuk

setiap kategorinya;

Penjelasan berikut ini akan disertai contoh/kemungkinan dalam

melakukan analisa.

Page 81: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

67

Komponen Kelemahan Internal Control Jumlah Truk 1. Biaya motor vehicle yang tidak dievaluasi dengan benar oleh

pihak yang berwenang

2. Mekanisme aktivitas perbaikan kendaraan bernotor yang tidak

mengikuti prosedur

3. Perjanjian kerjasama yang belum ditandatangani oleh kedua

belah pihak

4. Tidak dilakukan evaluasi terhadap kinerja supplier secara rutin

oleh pihak yang berwenang

Jumlah Electric

Cooler

1. Pergerakan equipment yang tidak dilengkapi dengan dokumen

yang benar movement form

2. Preventive maintenance yang tidak dilakukan sesuai dengan

kesepakatan yang sudah disetujui

3. Data di dalam BASIS EC tidak diupdate dengan benar

4. Jumlah pending document cukup tinggi

5. Pengecekan fisik untuk in store tidak dilakukan secara harian

6. Jumlah outlet yang tidak produktif di sales center cukup tinggi

Pendapatan

Penjualan Kotor

(Gross Sales)

1. Transaksi penjualan yang tidak dicatat pada periode yang

benar (sales titipan atau penundaan sales)

2. Penumpukan stok di outlet yang tidak sesuai dengan prosedur

yang ada

3. Penjualan package tertentu yang tidak sesuai dengan

segmennya

Diskon 1. Diskon yang tidak diberikan kepada segment atau outlet yang

tepat

Page 82: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

68

2. Diskon yang tidak disetujui oleh pejabat yang berwenang

3. Diskon yang sudah melampui tanggal efektifnya (melakukan

back dated transaksi)

Biaya Transport

(Bulk Transport)

1. Perencanaan pengiriman yang tidak tepat yang akan

mengakibatkan peningkatan biaya pengiriman

2. Transporter tidak mengikuti kesepakatan yang sudah ada di

dalam perjanjian untuk mengantarkan produk ke sales center

3. Perjanjian yang tidak ditandatangani oleh pihak yang

berwenang

Isentif 1. Insentif dihitung dengan tidak benar (tidak mengikuti

mekanisme yang benar)

2. Insentif tidak dibayarkan kepada karyawan yang tidak layak

untuk menerima insentif

3. Dokumen pendukung insentif yang tidak dievaluasi oleh pihak

yang berwenang

Kerugian atas

Persediaan

(Inventory Losses)

1. Inventory losses tidak disetujui oleh pihak yang berwenang

2. Inventory losses tidak diinput ke dalam system (BASIS IM)

dengan benar

Tenaga Harian

Lepas (Third Party

Labor)

1. Permohonan untuk penggunaan karyawan pihak ketiga tidak

disetujui oleh pihak yang berwenang

2. Pembayaran kepada karyawan pihak ketiga tidak seusai

dengan kebijakan perusahaan

3. Tidak terdapat penilaian dengan benar berkaitan dengan

kinerja karyawan pihak ketiga

Biaya Pengiriaman 1. Transaksi penjualan yang tidak dilakukan sesuai dengan

Page 83: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

69

(Delivery Cost) urutan kunjungan

2. Tambahan sewa truk telah disetujui dan traif yang digunakan

adalah tarif yang terbaik

3. Dokument pendukung untuk biaya perbaikan sudah disetujui

oleh pihak yang berwenang

Cash Bank/Sales 1. Kasir tidak menyetorkan setoran hasil penjualan ke bank

secara harian (lapping)

2. Rekonsiliasi kas tidak dibuat secara benar oleh sales center

administrator (SCA)

3. Pemotongan setoran hasil penjualan untuk biaya non rution

tidak mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang

4. Selisih yang terdapat dalam rekonsiliasi bank tidak dilakukan

tindak lanjut dengan segera

Kas Kecil (Petty

Cash)

1. Petty cash voucher tidak disetujui oleh pihak yang berwenang

2. Form pengisian kembali Petty cash tidak disetujui oleh pihak

yang berwenang

3. Nomor Akun (account number) yang digunakan tidak tepat

4. Klaim petty cash tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung

yang tepat

Piutang Dagang

(Account

Receivable)

1. Credit limit untuk setiap outletnya tidak diupdate

2. Saldo Overdue tidak ditindak lanjuti dengan tepat

3. Outlet, salesman, dan supervisor tidak menandatangani

invoice kredit

4. Prosedur account receivable tidak dijalankan dengan benar

Persediaan 1. Shipper tidak melakukan penghitungan fisik secara harian

Page 84: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

70

Tabel 4

.1: Analisa Kelemahan Internal Control Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa komponen yang

digunakan untuk melakukan penilaian resiko adalah:

Jumlah Truck (Number of Truck), merupakan jumlah

route truck yang ada di dalam sales center.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin banyak

jumlah truk yang ada di sales center maka akan

menambah kompleksitas administrasi di dalam sales

center. Kondisi ini akan mengakibatkan resiko dari sales

center tersebut akan menjadi lebih tinggi. Namun

demikian hasil yang diperoleh akan bisa lain apabila

(Inventory) 2. Shipper tidak melakukan input atas hasil penghitungan fisik ke

dalam system

3. Shipper tidak melakukan penghitungan jumlah yang di loading

dan diturunkan dari truk dengan benar

4. Dokumen pengiriman dan penerimaan tidak disetujui oleh

pihak yang berwenang

Persediaan Dalam

Perjalanan

(Inventory in Transit)

1. Jumlah persediaan dalam perjalanan masih cukup tinggi

2. Transporter tidak mengikuti kesepakatan yang ada di dalam

perjanjian

Selisih Salesman

(Salesman

Differences)

1. Tindak lanjut untuk selisih salesman tidak dilakukan secara

harian (terdapat selisih salesman yang cukup lama)

2. Bookkeeper melakukan perubahan data untuk menghindari

selisih salesman

Page 85: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

71

berdasarkan hasil evaluasi detail diperoleh data bahwa

biaya kendaraan di sales center yang kecil lebih besar

apabila dibandingkan dengan sales center yang besar.

Jumlah Electric Cooler (Number of Elecric Cooler);

jumlah electric cooler yang menjadi tanggung jawab sales

center.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin banyak

jumlah cooler yang menjadi tanggung jawab sales center

maka semakin besar jumlah investasi yang sudah

dilakukan dan juga jumlah biaya depresiasi yang menjadi

tanggung jawab sales center. Hal ini akan membuat sales

center harus men generate pendapatan yang lebih besar

dan kondisi ini akan membuat sales center tersebut akan

menjadi lebih beresiko. Sales center yang lebih kecil akan

menjadi beresiko seandainya jumlah in audit di sales

center tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sales

center besar.

Pendapatan Penjualan Penjualan Kotor (Gross Sales);

menunjukan jumlah penjualan dari sales center tersebut.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin tinggi

jumlah penjualan menunjukan semakin kompleks transaksi

Page 86: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

72

penjualan yang terjadi (baik dari package, mekanisme

penjualan kas dan kredit, segmentasi, dan administrasi).

Kondisi ini membuat semakin tinggi angka gross sales

maka semakin besar resiko sales center yang

bersangkutan. Sales center dengan jumlah gross sales

yang lebih kecil dapat lebih beresiko apabila transaksi

penjualan tidak dicatat dalam periode yang benar.

Diskon (Discount); adalah potongan harga yang diberikan

kepada para pelanggan.

Contoh dalam melakukan analisa; Semakin tinggi

jumlah potongan harga yang diberikan kepada para

pelanggan maka akan semakin tinggi jumlah kemungkinan

angka penyimpangan yang mungkin ditimbulkan. Oleh

karena itu sales center yang mempunyai jumlah diskon

yang lebih besar akan mempunyai resiko yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang lain. Sales center dengan

jumlah diskon yang lebih kecil akan mempunyai resiko

yang lebih besar apabila banyak diskon yang diberikan

pada segmen yang tidak tepat.

Page 87: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

73

Biaya Transport (Bulk Transport); adalah biaya yang

timbul untuk melakukan pengangkutan barang dari pabrik

ke masing-masing sales center.

Contoh dalam melakukan analisa; Semakin besar biaya

yang timbul maka semakin besar juga jumlah pengiriman

ke sales center yang bersangkutan (dalam hal ini harus

dipertimbangkan juga tarif yang digunakan untuk

melakukan pengiriman). Oleh karena itu semakin besar

biaya pengiriman untuk sebuah sales center semakin besar

resiko sales center tersebut. Sales center dengan jumlah

biaya transport yang lebih kecil akan lebih beresiko

apabila sales center tersebut tidak pernah memenuhi kuota

pada saat menggunakan tarif round trip.

Insentif (Incentive), adalah biaya insentif yang dibayarkan

kepada salesman dan helper untuk satu periode tertentu.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin besar

jumlah insentif yang dibayarkan kepada salesman dan

helper untuk sales center yang bersangkutan, akan

semakin tinggi resiko untuk sales center tersebut. Sales

center dengan jumlah insentif yang lebih kecil akan

menjadi lebih beresiko seandainya penghitungan insentif

Page 88: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

74

tidak didukung dengan dokumen pendukung yang tepat

Kerugian atas Persediaan (Inventory Losses), adalah

jumlah product losses yang terjadi di sales center.

Inventory losses ini dapat terjadi karena (1) produk return,

(2) pecah, (3) hilang, dan (4) bocor. Semakin tinggi

inventory losses yang ada pada sebuah sales center

menunjukan resiko yang ada di sales center tersebut lebih

tinggi dibandingkan dengan sales center yang lain. Sales

center dengan kerugian yang lebih kecil akan menjadi

lebih beresiko seandainya di sales center tersebut kerugian

atas persediaan tidak pernah disetujui oleh pihak yang

berwenang.

Tenaga Harian Lepas (Third Party Labor), adalah

jumlah tenaga harian lepas yang digunakan oleh sales

center. Biasanya tenaga harian lepas ini digunakan untuk

pengganti helper atau untuk helper tambahan.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin besar

jumlah tenaga harian lepas yang digunakan oleh sebuah

sales center maka akan semakin tinggi resiko sales center

yang bersangkutan. Sales center dengan jumlah tenaga

harian lepas yang lebih kecil akan menjadi lebih beresiko

Page 89: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

75

apabila berdasarkan pengalaman pada priode sebelumnya

terdapat pembayaran kepada pihak ketiga dengan rate

yang salah.

Biaya Pengiriman (Delivery Cost), adalah biaya yang

digunakan untuk melakukan pengiriman dari sales center

ke outlet. Di dalam komponen biaya pengiriman juga

terdapat komponen biaya pengiriman yang berasal dari

DSD.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin besar biaya

yang digunakan untuk melakukan pengiriman produk dari

sales center ke outlet/konsumen maka akan semakin tinggi

resiko sales center yang bersangkutan.

Cash Bank/Sales; adalah jumlah uang kas yang diterima

dari transaksi penjulan.

Contoh dalam melakukan analisa: Di dalam pembukuan

(neraca), saldo cash bank menunjukan jumlah uang yang

belum disetorkan ke bank. Kondisi ini dapat terjadi karena

belum ada penggantian dana yang digunakan untuk

pengantian uang kas kecil (petty cash replenishment) atau

memang belum bisa disetorkan ke bank karena hari libur.

Oleh karena itu semakin tinggi jumlah cash bank/sales

Page 90: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

76

yang ada di sales center menunjukan sales center tersebut

mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan

yang lain. Sales center dengan jumlah cash sales yang

lebih kecil akan menjadi lebih beresiko apabila

berdasarkan pengalaman sebelumnya rekonsiliasi kas tidak

dilakukan dengan benar.

Kas Kecil (Petty Cash), adalah saldo kas yang boleh

dikelola oleh sales center untuk dapat melakukan klaim

biaya yang terjadi di sales center.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin besar saldo

petty cash yang ada di sales center menunjukan semakin

besar jumlah biaya yang terjadi di sales center yang

bersangkutan. Oleh karena itu semakin tinggi saldo petty

cash pada sebuah sale center maka akan semakin tinggi

resiko pada sales center yang bersangkutan.

Piutang Dagang (Account Receivable), adalah transaksi

piutang perusahaan pada pelanggannya.

Contoh dalam melakukan analisa: Dalam melakukan

analisa resiko untuk piutang, Examiner harus

memperhitungkan (1) jumlah overdue, (2) jumlah saldo

piutang, (3) jumlah outlet yang diberi kredit, (4)jumlah

Page 91: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

77

overlimit, dan (5) jumlah exception yang terjadi. Semakin

besar/tinggi komponen-komponen yang disebutkan

sebelumnya maka akan semakin tinggi resiko sales center

apabila dibandingkan dengan sales center yang lain.

Dalam melakukan perbandingan dan melihat prosentase

dari total balance akan menunjukan besarnya resiko dari

sales center.

Persediaan (Inventory), adalah jumlah persediaan produk

yang siap untuk dijual di dalam sales center.

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin tinggi

jumlah persediaan yang ada di sales center maka resiko

sales center tersebut akan semakin tinggi. Kondisi ini

diakibatkan oleh (1) resiko atas terjadinya product losses

akan semakin tinggi dan (2) space management akan

menjadi lebih sulit.

Persediaan Dalam Perjalanan (Inventory in Transit),

adalah jumlah persediaan yang belum diterima oleh sales

center penerima (pengirim bisa pabrik atau sales center

lain – Transfer Inter Warehouse – TIW).

Contoh dalam melakukan analisa: Semakin tinggi

jumlah inventory in transit menunjukan bahwa jumlah

Page 92: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

78

persediaan yang belum diterima oleh sales center penerima

cukup besar. Oleh karena itu semakin tinggi jumlah

inventory in transit yang ada dalam sebuah sales center

menunjukan bahwa resiko sale center tersebut jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Selisih Salesman (Salesman Differences), adalah selisih

salesman yang terjadi karena (1) kas, (2) barang, dan (3)

salah perhitungan. Semakin tinggi selisih salesman dalam

pembukuan (neraca) menunjukan bahwa (1) selisih

salesman tidak di tindak lanjuti (2) tingginya tingkat

kesalahan yang terjadi di sales center, dan atau (3)

ketidaktahuan bookkeeper/salesman dalam melakukan

penyesuaian/penyelesaian terhadap selisih salesman

tersebut. Semakin tinggi selisih salesman ini menunjukan

resiko untuk sales center tersebut semakin tinggi.

Dalam melakukan pengukuran resiko, Head of Examiner harus

menggunakan data-data aktual yang diperoleh pada saat

dilakukan pertemuan rutin dengan Financial Accounting

Manager, Management Accounting Manager, dan Finance

Manager. Untuk melakukan pengukuran resiko dapat

menggunakan kertas kerja (spreadsheet) sebagai berikut:

Page 93: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

79

ITEM S A L E S C E N T E R

A B C D E F G H

No of Truck

No of

Cooler

Gross Sales 2 3

Discount

Bulk

Transport

Incentive

Inventory

Losses

Temporary

Staff

Delivery

Expense

Cash

Bank/Sales

Petty Cash

Account

Receivable

Inventory

Inventory in

Page 94: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

80

ITEM S A L E S C E N T E R

A B C D E F G H

Transit

Salesman

Difference

TOTAL

RISK

RANK FOR

VISIT

1 = Low 2 = Moderate 3 = High

tabel 4.2 : Planning and Analysis Sheet

Mekanisme penggunaan tabel di atas adalah:

Pembuatan Planning and Analysis Sheet ini berdasarkan

data yang diperoleh Head of Examiner pada saat melakukan

pertemuan rutin dengan (1) Fincanial Accounting Manager,

(2) Management Accounting Manager, dan (3) Finance

Manager.

Dalam pembuatan Planning and Analysis Sheet, Head of

Examiner dapat mengkalisifikasikan kondisi sales center

berdasarkan resiko yang kemungkinan terjadi berdasarkan

evaluasi dari aspek financial (Rugi Laba dan Neraca).

Klasifikasi dalam menentukan resiko adalah (1) rendah, (2)

Page 95: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

81

sedang, dan (3) tinggi. Semakin tinggi kemungkinan

terjadinya resiko sebagai akibat kelemahan internal control

maka akan semakin tinggi skor yang harus diberikan pada

aspek yang akan dilakukan evaluasi.

Head of Examiner hanya perlu mencantumkan angka sesuai

dengan resiko di atas (1, 2, atau 3) dalam Planning and

Analysis Sheet. Penentuan ini tentunya berdasarkan

judgemental analysis dari Head of Examiner dan harus

didukung oleh bukti – bukti yang ada.

Head of examiner akan memasukan angka pada parameter

pengukuran pada sales center yang akan dianalisa. Misalnya

saja; berdasarkan analisa gross sales di sales center C

berjumlah Rp. 200 juta dan didominasi penjulan PET ke

Toko Eceran. Sedangkan sales center A berjumlah Rp. 220

juta dengan penjualan merata ke semua produk dan

penjualannya pun ke seluruh segmen. Dalam kondisi ini

pada saat sales center C lebih beresiko dibandingkan dengan

sales center A maka untuk gross sales sales center A

diberikan angka 2 dan sales center C diberi angka 3 (lihat

blok merah pada tabel di atas).

Page 96: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

82

Sales center yang mempunyai skor tertinggi menunjukan

bahwa kelemahan internal control di sales center cukup

besar dan terjadinya resiko atas kelemahan ini menjadi

paling tinggi (blok hijau dalam tabel di atas).

Setelah diketahui total resiko dari masing-masing sales

center maka ditentukan ranking sales center mana yang akan

dikunjungi oleh Examiner.

Head of Examiner harus dapat memberikan justifikasi/alasan

untuk menentukan ranking sales center yang akan

dikunjungi.

Head of Examiner bertanggung jawab untuk

mengalokasikan Examiner sesuai dengan resiko yang sudah

ditentukan.

Planning and Analysis Sheet ini harus dikirimkan ke

National Office sebelum dilakukan kunjungan ke sales

center.

Setelah melakukan kunjungan, Head of Examiner harus

dapat memberikan justifikasi/alasan apabila tidak bisa

melakukan kunjungan sesuai yang telah direncanakan.

Seluruh dokumen pendukung untuk pembuatan Planning and

Analysis Sheet ini harus di file beserta dengan Planning and

Page 97: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

83

Analysis Sheet. Head of Examiner juga berkewajiban untuk

membuatkan uraian singkat yang berisi mengenai penjelasan

komponen yang ada di dalam Planning and Analysis Sheet

sehingga pada akhirnya mendapatkan skor yang dicantumkan

dalam Planning and Analysis Sheet. Planning and Analysis

Sheet serta uraian singkat tersebut akan di review oleh tim OFS

pada saat melakukan review ke unit operation.

4.3.1.2 Pengumpulan Data (Data Gathering)

Berdasarkan jadwal kunjungan yang sudah ditentukan setelah

diselesaikannya Planning and Analysis Sheet, Head of Examiner

dapat meminta Examiner untuk melakukan pengumpulan data

dengan menggunakan sumber data yang dimiliki oleh perusahaan

(misalnya BASIS, BASIS IM, dan BASIS EC). Dengan mulai

melakukan pengumpulan data pada tahap perencanaan ini

diharapkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan

dalam tahap pengerjaan lapangan dapat dikurangi. Sebagian

sample yang digunakan untuk pemeriksaan juga mulai dapat

diputuskan dalam tahap ini. Sampel yang dipilih tentunya

didasarkan resiko yang diperoleh pada saat pembuatan Planning

and Analysis Sheet.

Page 98: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

84

4.3.1.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan (Examination Scope)

Ruang lingkup pemeriksaan yang menjadi fokus pemeriksaan

yang harus dilakukan oleh examiner setiap bulannya adalah:

Pabrik (plant)

Sales Center (yang ditentukan melalui penilaian resiko)

Siklus lainnya yang terdiri dari; CDE, Payroll, Bulk and

Delivery, AMC, MAA, Purchasing and Account Payable,

Advance and Settlement, Employee Expense, Fleet, Fixed

Assets, 3rd party labor, dan Financial Review

Kedua siklus pertama menjadi prioritas utama bagi Examiner

dalam melakukan examinasi karena bisnis utama perusahaan

(main business) adalah pada kedua area di atas. Dalam melakukan

pemeriksaan terhadap siklus produksi (pabrik), Examiner

mempunyai pilihan untuk melakukan pemeriksaan terhadap siklus

secara keseluruhan atau sebagian (partial). Apabila melakukan

pemeriksaan terhadap siklus secara keseluruhan maka periode

reviewnya adalah setiap tiga bulan. Sedangkan apabila akan

dilakukan review untuk sebagian siklus yang ada, bisa dilakukan

pemeriksaan setiap bulannya. Namun demikian disarankan,

apabila ingin melakukan review untuk sebagian siklus yang

diharuskan melakukan review untuk seluruh siklus yang ada.

Page 99: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

85

Review bulanan diarahkan untuk melakukan tindak lanjut atas

temuan sebelumnya.

Khususnya untuk sales center, mengacu bahwa penilaian resiko

dilakukan setiap enam bulan sekali, maka evaluasi terhadap sales

center yang akan dikunjungi akan dilakukan setiap enam bulan

sekali. Kunjungan ke sales center didasarkan pada resiko yang ada

di sales center. Sales center yang dievaluasi mempunyai resiko

yang lebih tinggi akan dikunjungi lebih sering jika dibandingkan

dengan sales center yang mempunyai resiko lebih rendah. Jumlah

kunjungan sales center akan diklasifikasikan menjadi:

High dan Medium risk sales center – 2 kali dalam setahun

Low risk sales center – 1 kali dalam setahun

Untuk meyakinkan agar resiko yang ada di sales center tetap

terjadi, dalam melakukan review, Examiner harus melakukan:

Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk siklus

penjualan (full cyce of revenue cycle)

Tindak lanjut atas temuan-temuan sebelumnya harus

dilakukan secara bulanan (hal ini bisa dilakukan dengan

menggunakan telepon ataupun e-mail)

Semua temuan harus dilengkapi dengan dokumen pendukung

dan bukti yang valid (audit evidence)

Page 100: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

86

Sedangkan area/siklus lainnya review yang harus dilakukan:

Examiner diharuskan untuk melakukan review terhadap satu

siklus di atas setiap bulannya. Justifikasi untuk menentukan siklus

yang harus direview harus didiskusikan dengan Finance Manager.

Sikus-siklus di atas dapat bertambah sesuai dengan kebutuhan

perusahaan dan evaluasi dari OFS Group. Tujuan dilakukan

review secara regular adalah untuk mencegah terjadinya resiko

kebocoran yang tidak diketahui.

Ruang lingkup pemeriksaan (examination scope) harus

dikirimkan ke National Office sebelum Examiner melakukan

examinasi pada bulan berjalan. Pada saat dikirimkan ke National

Office, Head of Examiner harus menentukan justifikasi untuk

melakukan examinasi. Apabila pada akhir bulan pelaksanaan

examinasi tidak sesuai dengan yang direncanakan, Head of

Examiner bertanggung jawab untuk memberikan justifikasi/alasan

tidak bisa diselesaikannya rencana tersebut.

4.3.2 Tahap Pengerjaan Lapangan

Dalam tahap pengerjaan lapangan (proses dilakukannya examinasi), Head

of Examiner/Examiner harus meyakinkan bahwa kelemahan internal

control dari sebuah penyimpangan/temuan harus dapat diidentifikasikan.

Tabel berikut ini menunjukan tahap-tahap yang harus diikuti pada saat

Page 101: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

87

melakukan tahap pengerjaan lapangan:

gambar 4.3: Tahap Pengerjaan Lapangan

Dalam melakukan examinasi Head of Examiner/Examiner harus

melakukan evaluasi terhadap (1) input, (2) proses, dan (3) output

dari sebuah proses bisnis yang dievaluasi. Proses ini harus dilakukan

untuk mengetahui secara pasti dimana letak penyimpangan yang

terjadi. Input; merupakan dokumen sumber (source document) dari

suatu proses bisnis yang akan direview. Proses; merupakan alat atau

cara yang digunakan untuk melakukan proses terhadap dokumen

sumber dan output; merupakan hasil/ laporan yang dihasilkan dari

proses sebuah obyek yang akan di review/evaluasi.

Sebagai contoh adalah proses evaluasi terhadap obyek selisih

salesman (salesman differences);

1. Input; examiner harus melakukan review terhadap dokumen asli

(invoice atau Los/Lis) yang digunakan bookkeeper sebagai dasar

untuk melakukan data entry ke dalam system (BASIS – Route

Settlement). Dengan melakukan evaluasi terhadap dokumen-

Input:Dokumen YangAkan Diproses

Process:Cara YangDigunakan

UntukMemprosesDokumen

Output:Laporan/HasilDari Sebuah

Proses

Tahap Pengerjaan Lapangan Tindak Lanjut

DEVIASI

Action Plan:Bagaimana untuk

Mengurangi Resiko/Temuan yang

Berulang

Harus Mengidentifikasi• what can go wrong• what could go better

Input:Dokumen YangAkan Diproses

Process:Cara YangDigunakan

UntukMemprosesDokumen

Output:Laporan/HasilDari Sebuah

Proses

Tahap Pengerjaan Lapangan Tindak Lanjut

DEVIASI

Action Plan:Bagaimana untuk

Mengurangi Resiko/Temuan yang

Berulang

Harus Mengidentifikasi• what can go wrong• what could go better

Page 102: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

88

dokumen sumber tersebut Head of Examiner/Examiner akan

dapat mengetahui apakah dokumen tersebut sudah dibuat dengan

benar.

2. Proses; Head of Examiner dan Examiner harus juga melakukan

evaluasi terhadap data yang dientri oleh Bookkeeper ke dalam

system. Apakah bookkeeper melakukan perubahan data atau

tidak. Evaluasi juga harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa

system sudah bekerja dengan benar.

3. Output; dengan melakukan evaluasi terhadap laporan yang

dihasilkan kita akan dapat mengetahui apakah hasil dari suatu

proses sesuai dengan input yang digunakan. Dalam hal ini kita

akan dapat mengetahui apakah terjadi kesalahan dalam proses

atau adakah perubahan data yang dilakukan dalam proses

Dengan melakukan evaluasi seperti sudah dijelaskan di atas maka akan

dapat diketahui penyebab terjadinya suatu temuan/deviasi:

1. Input; Salesman tidak membuat invoice dengan benar dan shipper

membuat kesalahan pada saat membuat Los/Lis.

2. Proses; bookkeeper melakukan perubahan data pada invoice yang

dientri ke dalam system.

3. Output; laporan yang dihasilkan oleh BFPC dan BASIS AS 400

tidak konsisten antara satu dengan yang lainnya.

Page 103: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

89

Suatu temuan dapat terjadi apabila terdapat deviasi/ketidak sesuaian

antara apa yang terjadi dengan kebijakan/prosedur yang dimiliki oleh

perusahaan. Penyimpangan ini dapat terjadi pada (1) input, (2) proses,

melaporkan dan (3)output. Dalam melaporkan temuan Head of

Examiner/Examiner harus melaporkan kelemahan internal control

dari objek yang direview.

Tindak Lanjut yang disetujui (action plan); tindak lanjut yang

disepakati harus berasal dari pihak yang diperiksa (auditee atau pihak

yang bertanggung jawab). Head of Examiner/Examiner harus

meyakinkan bahwa tindak lanjut yang disetujui harus mencakup (1)

apa yang akan terjadi apabila tindak lanjut yang disepakati tidak

dijalankan (what can go wrong) dan (2) apa yang akan menjadi lebih

baik apabila tindak lanjut yang disetujui dijalankan (what can go

better). Tindak lanjut yang disetujui ini diharapkan untuk mengurangi

resiko atas objek yang akan dievaluasi.

Selain menggunakan pendekatan yang sudah dijelaskan di atas Input –

Process – Output, dalam melakukan pengerjaan lapangan Examiner dapat

juga menggunakan pendekatan yang sudah berlaku umum seperti

pendekatan berikut ini. Dengan menggunakan pendekatan ini Examiner

diharapkan akan mampu melakukan evaluasi dengan lebih dalam dan

menemukan letak sumber masalah yang akan dievaluasi, apakah sumber

Page 104: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

90

Review & Checking

Transaction processing / Events

Procedures Systems People

Control Activities

Monitoring

Control Environment

masalah tersebut terletak pada (1) aktivitas pemantauan (monitoring), (2)

aktivitas control (control activities), dan (3) linkungan control (control

environment). Dengan mengetahui letak sumber permasalahan

diharapkan Examiner dalam mengusulkan rekomendasi yang tepat dan

menyiapkan tindak lanjut yang disetujui yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan isu yang ada. Berikut ini adalah bagan yang

menggambarkan pendekatan untuk melakukan evaluasi:

gambar 4.4: Pendekatan dalam Melakukan Evaluasi Temuan

Definisi dari kategori di atas adalah sebagai berikut:

Aktivitas control yang spesifik (Specific Control Activities) adalah

aktivitas bisnis harian yang berhubungan dengan pencatatan

(recording), pemberian otorisasi/pelimpahan wewenang

(authorizing), pemberian persetujuan (approving) dan melakukan

pemeriksaan (checking) terhadap transaksi-transaksi pada waktu

yang tepat serta menyeluruh.

Page 105: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

91

Contoh temuan yang berkaitan dengan aktivitas control yang

spesifik: (1)stock keeper tidak menandatangani MID dan MRD untuk

pengambilan bahan baku (raw material) dan (2) shipper tidak

melakukan entri transaksi pecah sesuai dengan prosedur yang ada.

Kontrol dengan melakukan pemantauan (Monitoring Controls)

adalah pengecekan dan evaluasi yang secara periodik/berkala

dilakukan oleh Manajemen untuk mengetahui proses bisnis yang

wajar telah berjalan dengan baik.

Contoh temuan yang berkaitan dengan control dengan melakukan

pemantauan: Sales Center Manager tidak melakukan review terhadap

Stock Movement Report secara harian dan Route Supervisor tidak

melakukan konfirmasi kredit secara berkala untuk meyakinkan

keberadaan kredit.

Lingkungan Pengendalian (Control Environment) adalah cara yang

digunakan – yang terdiri dari manusia (people), prosedur

(procedures) dan sistem (systems) menyediakan kerangka untuk

menciptakan lingkungan yang terkendali.

Manusia (People) – pertanggung jawaban (accountability), kualitas,

keahlian, dan motivasi dari manusia yang dapat memberikan dampak

secara langsung pada control.

Controh temuan yang berkaitan dengan manusia dalam lingkungan

Page 106: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

92

control; shipper tidak melakukan penghitungan fisik secara harian

dan mengakibatkan selisih inventory.

Prosedur (Procedures) dokumen yang digunakan untuk memberikan

arahan/pedoman kepada pekerja dan manajemen pada suatu tugas dan

kewajiban yang sudah ditentukan dalam rangka mengurangi dan

mengelola resiko yang ada. Prosedur yang ada diharapkan dapat

memberikan pembagian wewenang sehingga seseorang dapat

melakukan aktivitasnya dengan tidak berbenturan dengan tugas

hariannya.

Contoh temuan yang berkaitan dengan prosedur dalam lingkungan

control: tidak terdapat prosedur yang mensyaratkan melakukan

review terhadap krat yang datang dari pemasok.

Sistem (Systems), termasuk di dalamnya adalah cara yang dilakukan

sehingga system dapat mendukung bisnis dengan efisien dan efektif.

Sama halnya adalah menciptakan suatu cara untuk menengah

seseorang dalam akses terhadap system tersebut, serta juga

pembuatan aplikasi yang dapat melindungi data dan transaksi.

Contoh temuan yang berkaitan dengan system dalam lingkungan

pengendalian; selisih ending balance untuk account receivable di

BASISfPC dan BASIS AS 400.

Kedua pendekatan yang sudah dijelaskan ini tidak saling menggantikan

Page 107: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

93

satu dengan yang lain (substitusi). Pendekatan yang satu akan melengkapi

pendekatan yang lain (komplementer). Dengan mengkombinasikan kedua

pendekatan yang sudah dijelaskan di atas diharapkan Examiner dapat

melakukan evaluasi terhadap finding dengan lebih sempurna dengan

mengetahui dimana letak kelemahan internal control. Kualitas dan

validitas dari temuan Examiner pun juga akan dapat ditingkatkan.

4.3.2.1 Populasi Data dan Sampel Data

Populasi data adalah seluruh data yang ada selama periode

examinasi. Misalnya saja; periode examinasi adalah setiap bulan,

maka populasi data yang akan direview adalah data untuk satu

bulan terakhir. Sedangkan sample data adalah data yang kita

ambil untuk kita review. Misalnya; untuk melakukan review

diambil sampel 25 transaksi (Los/Lis, RHF, Invoice) dari

transaksi pada bulan berjalan.

Berdasarkan definisi di atas dan juga ketentuan mengenai ruang

lingkup pemeriksaan maka populasi untuk pemeriksaan yang

dilakukan oleh Examiner adalah:

Max 6 bulan transaksi untuk sales center

Max 4 bulan transaksi untuk plant

Max 6 bulan transaksi untuk siklus lainnya

Page 108: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

94

Jumlah sampel yang diambil dengan mempertimbangkan periode

pemeriksaan;

20 sampel untuk area yang dikunjungi setiap 4 bulan

25 sampel untuk area yang dikunjungi setiap 6 bulan

30 sampel untuk area yang dikunjungi 1 tahun sekali

4.3.2.2 Checklist

Examiner Cheklist adalah sebuah dokumen yang berfungsi

sebagai Internal Control Questionnaire (ICQ) yang harus diisi

oleh Examiner pada saat melakukan examinasi/evaluasi/review.

Alat ini diharapkan dapat membantu Examiner untuk mengetahui

kelemahan internal control pada objek yang akan direview. Fokus

dari objek (area) yang akan direview dan juga besaran testing

yang akan dilakukan baru dapat ditentukan setelah Examiner

mengisi checklist ini dan mengetahui kelemahan internal

controlnya. Untuk itulah dalam melakukan pengisian Examiner

Checklist ini, Examiner harus melakukan walk through. Proses

walk through adalah proses untuk mengikuti bisnis proses yang

ada (semacam plant/sales center tour) dan mencoba melakukan

analisa apakah bisnis proses yang ada sesuai dengan

checklist/SOP/Policy yang digunakan. Dalam kesempatan ini juga

Page 109: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

95

diharapkan Examiner mengambil/melakukan evaluasi pada

dokumen yang digunakan. Penyimpangan terhadap

checklist/SOP/Policy bisa dituangkan dalam kolom keterangan

pada checklist. Berikut ini adalah contoh checklist (untuk CDE)

dan penggunaannya:

Tabel 4.3: Contoh Checklist

Checklist ini harus diisi pada saat melakukan examinasi.

Dalam checklist sudah di didesain tujuan dari examinasi yang

dilakukan oleh examiner.

Dengan mengetahui tujuan pemeriksaan diharapkan examiner

dapat mengetahui focus dari pemeriksaan.

Checklist Untuk Distribution Company Coca-Cola Bottling Indonesia Cold Drink Equipment (CDE)

Operation: Periode Pemeriksaan:

Pertanyaan Ref Ya/Tidak Keterangan

PERGERAKAN CDE:

Tujuan: Untuk mengetahui apakah pergerakan CDE

sudah dilengkapi dengan dokumen dan disetujui oleh pihak yang berwenang sesuai dengan SOP

Untuk mengetahui pakah akurasi data yang ada di dalam system yang dimiliki oleh perusahaan dapat diandalkan.

Untuk mengetahui keberadaan assets (assets

existence) yang dimiliki oleh perusahaan

Checklist:

PROPOSAL Apakah sales center menyiapkan proposal

penempatan CDE/GDM? (yang kemudian di fax/kirim ke CDES)

Apakah proposal penempatan yang disiapkan oleh sales center sudah diisi dengan informasi yang dibutuhkan? (Notes: ambil sampel Proposal Form untuk dicek apakah kelengakapan yang dibutuhkan sudah disetujui)

Apakah sebelum menyetujui proposal penempatan dilakukan survey oleh route supervisor untuk menentukan kelayakan outlet?

Page 110: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

96

Jawaban yang ada di checklist harus mencerminkan kondisi

yang sebenarnya dari objek pemeriksaan.

Apabila jawaban “Ya” menunjukan internal control yang

cukup baik. Jawaban ”Ya” akan diberikan apabila selama

proses ”walkthrough” sama sekali tidak ditemukan

pengecualian (temuan). Sebagai contoh, apabila Examiner

melakukan persetujuan dalam Los/Lis – untuk dokumen yang

direview seluruhnya telah ditandatangani baik oleh Salesman

maupun oleh Shipper. Untuk kondisi semacam ini, Examiner

tidak perlu melakukan testing. Namun demikan Examiner

harus memberikan penjelasan dalam kolom “remarks” yang

ada di dalam cheklist. Examiner cukup memberikan

penjelasan bahwa pada saat dilakukan ”walkthrough” semua

dokumen telah direview sesuai dengan prosedur yang ada. Hal

ini bisa dilakukan untuk melakukan penyederhanaan dalam

proses review. Namun demikian, Examiner masih diijinkan

untuk melakukan pengujian (testing) apabila masih ragu dan

menggali lebih dalam atas hasil ”walkthrough” Pada saat

dilakukan pengujian hasilnya pun masih tidak signifikan maka

examiner masih dimungkinkan untuk menambah sampel

sampai dengan 30%.

Page 111: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

97

Apabila jawaban “Tidak” maka menunjukan internal control

yang ada adalah lemah. Meskipun kondisi ini bisa langsung

dijadikan temuan, untuk meyakinkan bahwa memang analisis

yang dilakukan benar, Examiner tetap harus melakukan uji

sample. Jumlah sampel yang harus diuji dapat dilihat pada

bagian “Populasi dan Sampel”. Untuk dapat dimasukkan ke

dalam temuan yang dilaporkan ke National Office, Head of

Examiner harus melihat materialitas dari temuan tersebut.

Pada saat temuan yang ada tidak cukup signifikan maka cukup

dibuatkan ”audit memorandum” dan didukung dengan

dokumen pendukung yang lengkap. Pada saat temuan yang

ada cukup signifikan, maka harus dilaporkan ke National

Office.

Kolom “Ref” dalam checklist bertujuan untuk memberikan

normor referensi pada kertas kerja yang sudah dibuat oleh

Examiner. Tujuan dibuatnya nomor referensi ini adalah untuk

memudahkan pada saat dilakukan review atas working paper

Kolom “Keterangan” dapat digunakan oleh examiner untuk

menjelaskan ha-hal lain. Misalnya saja berdasarkan review

yang dilakukan oleh Examiner menunjukan bahwa terdapat

internal control weakness. Namun pada saat dilakukan review

Page 112: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

98

lanjutan Examiner dapat menemukan offsetting control

(control yang dapat menutupi kelemahan yang ada). Examiner

bisa mencatumkan offsetting control tersebut pada kolom

keterangan.

4.3.2.3 Prosedur Examinasi (Examination Procedure)

Prosedur Examinasi berisi langkah-langkah (tahap-tahap) yang

harus diikuti oleh Examiner pada saat melakukan examinasi

(review/evaluasi). Dengan mengikuti langkah – langkah yang ada

di dalam prosedur ini diharapkan (1) tahapan yang dilakukan oleh

seluruh Examiner pada saat melakukan examinasi menjadi

terstandarisasi, (2) mengurangi resiko atas tidak direviewnya

sebuah objek yang dievaluasi, dan (3) meningkatkan kualitas dan

validitas dari proses examinasi dan Pelaporan Examiner.

Beberapa istilah yang digunakan dalam prosedur ini antara lain

interview, evaluasi (review), observasi (observe), pengujian

(testing), dan melakukan penghitungan ulang

(reperform/recalculate) dan. Istilah-istilah ini adalah istilah umum

yang digunakan di dalam Prosedur Audit. Prosedur Examinasi ini

dibuat untuk setiap siklus examinasi (misal; produksi, advance

and settlement, CDE, MAA, dll)

Page 113: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

99

4.3.2.4 Pengukuran Materialitas

Adalah alat yang dapat digunakan oleh Examiner untuk (1)

melakukan evaluasi materialitas atas temuan examiner, (2)

klasifikasi atas Laporan Examiner berdasarkan materialitas dari

Laporan Examiner, (3) membantu Examiner untuk melakukan

review apakah dalam laporan tersebut masih ada control lain yang

bisa mengurangi resiko (offsetting control), dan (4) meningkatkan

kualitas temuan dari Examiner dan juga Laporan Examiner.

Examiner diharapkan tidak hanya melakukan review atas dasar

contoh-contoh temuan yang disajikan didalam Form Pengukuran

Materialitas. Examiner diharapkan dapat menemukan suatu

temuan di luar contoh - contoh tersebut. Form ini juga akan

diupdate secara rutin dengan temuan - temuan lain yang

ditemukan pada masa yang akan datang.

4.3.2.5 Man Days / Man Hours

Operational and Financial Support (OFS) group sudah membuat

suatu standar ManDays/Man Hours untuk setiap siklusnya. Waktu

yang digunakan tersebut adalah waktu minimal yang digunakan

untuk melakukan suatu examinasi dalam sebuah siklus.

Pembuatan standar ini didasarkan pada (1) pengalaman pada saat

Page 114: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

100

melakukan examinasi sebuah siklus, (2) waktu minimum yang

digunakan untuk mereview jumlah sample yang sudah ditentukan,

dan (3) beberapa data/sample yang akan diuji sudah

dipilih/disiapkan di kantor pusat pada saat tahap perencanaan

(pengumpulan data). Examiner diperbolehkan untuk menambah

jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan sebuah examinasi

pada saat Examiner melakukan evaluasi temuan yang bersifat

signifikan atau untuk memperjelas penyebab terjadinya suatu

temuan. Detail jumlah waktu yang diperlukan untuk setiap

siklusnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk meyakinkan bahwa Examiner melakukan examinasi

berdasarkan standar waktu yang sudah ditentukan, maka

Examiner harus membuat time sheet setiap bulannya. Tujuan dari

time sheet ini adalah untuk (1) mengurangi jumlah resiko dari

objek yang tidak direview oleh Examiner – dibawah waktu rata –

rata dan (2) meyakinkan bahwa Examiner tidak menggunakan

waktu secara berlebihan.

4.3.2.6 Independent and Joint Review

Independent review adalah pemeriksaan yang dilakukan secara

independent oleh Examiner Coordinator dari National Office.

Page 115: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

101

Tujuan dilakukannya pemeriksaan independen adalah untuk

memberikan perbandingan dan perspektif yang independen atas

suatu ruang lingkup pemeriksaan. Dengan melakukan pendekatan

ini Examiner Coordinator akan mampu memberikan umpan balik

(feed back) pada Examiner mengenai pendekatan yang digunakan

pada saat melakukan pemeriksaan dan juga dokumentasi yang

diharus disiapkan oleh Examiner. Pemilihan ruang lingkup

pemeriksaan yang akan dilakukan review akan ditentukan oleh

Examiner Coordinator di National Office.

Joint review adalah review yang dilakukan secara bersama –

sama oleh Examiner Coordinator dengan Examiner dari unit

operasi. Dengan melakukan pemeriksaan ini akan terjadi transfer

knowledge dari Examiner Coordinator kepada Examiner di unit

operasi atas pendekatan yang digunakan untuk melakukan review.

Dengan pendekatan ini Examiner Coordinator akan memberikan

umpan balik secara langsung mengenai pendekatan yang

digunakan oleh Examiner pada saat melakukan pemeriksaan.

4.3.3 Hasil Temuan

Sebuah temuan dapat juga dilaporkan oleh pihak-pihak yang terkait.

Dalam hal temuan yang dilaporkan oleh pihak terkait dan atau sudah

Page 116: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

102

terjadi maka Head Examiner berkewajiban untuk mendindak lanjuti

temuan ini dan meyakinkan bahwa bukti-bukti pendukung untuk temuan

yang dilaporkan tersebut sudah valid. Hal ini bertujuan untuk

menghindari adanya tuntutan hukum dari pihak tertuduh. Selain untuk

meyakinkan apakah bukti-bukti yang ada sudah cukup, pemeriksaan

dilakukan untuk meyakinkan agar kelemahan internal control yang ada

sudah dapat dibenahi.

4.3.3.1 Contoh Fraud yang Terjadi

Dari Pihak Salesman

Melakukan manipulasi fisik ataupun dokumen Load in Load

out

Menitipkan atau meminjam produk/empties ke/dari Ware

House

Melakukan sales return/pengembalian ataupun tukar guling

dari Outlet tanpa persetujuan Pimpinan yang berwenang

Mengambil botol kompetitor dari pasar dan dibukukan

sebagai botol perusahaan

Memecah/split invoice (barang dikirim ke Outlet A, tetapi

Invoice dibuatkan atas nama A, B, C dst)

Page 117: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

103

Menggabungkan invoice (barang dikirim ke Outlet A, B, C

dst tetapi Invoice dibuatkan atas nama Outlet E)

Melakukan transaksi ke Outlet yang bukan berada di

wilayahnya

Memberikan kredit kepada Outlet tunai

Memberikan tambahan kredit kepada Outlet sehingga

melebihi limit

Memberikan kredit kepada Outlet yang bermasalah

Melakukan manipulasi diskon/program

Memberikan dengan sengaja diskon/program kepada Outlet

yang tidak berhak mendapatkannya

Menunda uang setoran penjualan ataupun koleksi penagihan

(apabila terjadi selisih harus diselesaikan paling lambat 1 x

24 jam)

Melakukan penjualan/ pembuatan invoice, dimana produk

belum diserah-terimakan ke Outlet (belum terkirim) – pre

booking

Menunda penjualan/ pembuatan invoice, dimana produk

telah diserahkan/dikirim ke Outlet – deffered sales

Page 118: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

104

Dari Pihak Logistik

Menerima return ataupun tukar guling tanpa persetujuan

Pimpinan yang berwenang

Mengeluarkan ataupun menerima produk/empties dan GDM

tanpa dokumen yang sah (titipan)

Mengeluarkan produk/ empties tidak sesuai dengan

dokumennya

Menerima botol kompetitor masuk ke Ware House dan

membukukannya sebagai asset perusahaan

Melakukan write off tanpa persetujuan Pimpinan yang

berwenang.

Dari Pihak Book Keeper

• Melakukan manipulasi data di sistem (tidak sesuai dengan

transaksi/dokumen)

• Melakukan data entri terhadap transaksi yang tidak sesuai

prosedur:

1. Prebooking

2. Penundaan sales dengan sengaja

3. Reversal invoice tanpa justifikasi

4. Penetrasi fiktif

Page 119: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

105

5. Diskon/program tidak sesuai aturan

6. Discount back dated tanpa persetujuan

Melakukan manipulasi pembayaran kredit

Dari pihak Cashier

Menerima kuitansi/klaim yang dimanipulasi (kuitansi palsu,

pembelian fiktif dan split kuitansi)

Menerima/membayar klaim yang belum disetujui WHM

Memberikan pinjaman kepada karyawan atau pihak luar

tanpa prosedur advance

Menerima titipan uang dari pihak karyawan ataupun pihak

luar

Memotong setoran penjualan tanpa persetujuan Finance

Manager

Memotong pembayaran klaim dan pembayaran lainnya

untuk kepentingan pribadi

4.3.3.2 Cara Mendeteksinya

Dari Pihak Logistik

Melakukan pemeriksaan fisik atas barang masuk dan keluar

yang dibawa oleh Salesman

Page 120: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

106

Memeriksa kelengkapan dokumen Load in Load out, dan

menanda-tanganinya

Memeriksa jumlah produk yang diterima dari pabrik atau SC

lain

Memeriksa jumlah empties yang akan dikirim ke pabrik

Mencatat pergerakan produk/ empties sesuai dengan; aktual

fisik, aktual periode dan dokumennya

Melakukan stock opname setiap hari dan hasilnya

dimasukkan ke dalam Basis

Meminta approval Spv dan WHM untuk proses klaim

(dengan bukti asli)

Dari pihak Book Keeper

• Melakukan data entri sesuai dengan dokumen sah yang ada

• Meminta konfirmasi ke Salesman apabila terjadi selisih

yang tidak teridentifikasi, dan mengkomunikasikan

penyelesaian atas selisih

• Mengkomunikasikan kepada atasan apabila terjadi

penyimpangan prosedur pada transaksi penjualan ataupun

program

• Melakukan file atas dokumen-dokumen dengan baik

Page 121: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

107

• Melakukan administrasi serah terima invoice kredit (putih)

dengan Salesman/Supervisor

• Melakukan administrasi serah terima invoice kosong dengan

Supervisor

• Meminta approval Spv dan WHM untuk proses klaim

(dengan bukti asli)

Dari pihak cashier

• Melakukan perhitungan uang setoran Salesman dan

verifikasi dokumen RHF

• Menanda tangani RHF sebagai tanda serah terima uang

setoran

• Melakukan data entri Petty Cash setiap hari sesuai dengan

dokumen

• Melakukan Cash Opname Petty Cash setiap hari

• Melakukan setoran ke Pick Up service sesuai dengan aktual

fisik uang

Page 122: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

108

4.3.3.3 Cara Mencegahnya

Di Area Logistik

• Memeriksa secara rutin kondisi kendaraan sesuai dengan

check list

• Mengisi form Loading dengan benar dan lengkap (termasuk

tanda tangan)

• Memuat produk sesuai dengan dokumen Loading

• Membuat dokumen pergerakan asset atas perpindahan fisik

yang ada

Di Outlet

• Membuat invoice dengan lengkap dan menyerahkan invoice

yang telah ditanda-tangani oleh Salesman dan Outlet kepada

Outlet (sebagai bukti tanda terima barang)

• Membuat dan menyerahkan tanda terima atas pembayaran

kredit (collection) kepada Outlet

• Menyerahkan Invoice Kredit (Putih) kepada Outlet apabila

terjadi pelunasan

• Membuat invoice sesuai dengan urutannya (Route

Konvensional)

• Menyerahkan produk sesuai dengan invoice

Di Area Book Keeper

Page 123: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

109

• Menyerahkan Invoice dan Lo Li kepada Book-keeper sesuai

dengan urutannya

• Mengambil invoice kredit (Putih) apabila akan melakukan

penagihan, dan mengembalikan ke Book-Keeper apabila

belum ada pembayaran

Di Area Cashier

• Menyerahkan setoran uang berikut RHF yang telah ditanda-

tangani Salesman dan Spv ke Cashier

• Meminta approval Spv dan WHM untuk proses klaim

(dengan bukti asli)

4.3.4 Tahap Pelaporan

Laporan Examiner harus dibuat oleh Head of Examiner dan Examiner

setelah menyelesaikan tahap pengerjaan lapangan. Laporan ini harus

berisi mengenai kelemahan internal control pada obyek yang dievaluasi.

Selain berisi mengenai kelemahan internal control, laporan ini juga harus

berisi mengenai perbaikan yang harus dilakukan untuk mengurangi resiko

yang muncul sebagai akibat adanya kelemahan internal control ini.

Semua temuan yang terdapat di Laporan Examiner harus didukung

dengan kertas kerja (working paper). Tanpa adanya bukti-bukti

pendukung atas temuan tersebut maka Laporan Examiner akan

Page 124: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

110

dikategorikan tidak valid. Monitoring Tools digunakan oleh Head of

Examiner untuk memantau kemajuan penyelesaian atas temuan yang

sebelumnya ditemukan. Head of Examiner berkewajiban untuk

menyampaikan temuan yang masih belum ditindak lanjuti pada pihak-

pihak terkait. Head of Examiner juga berkewajiban untuk meyakinkan

agar tindak lanjut atas penyelesaian temuan sesuai dengan rencana yang

sudah disepakati sebelumnya.

4.3.4.1 Kertas Kerja (Work Sheet)

Examiner harus memperoleh bukti-bukti pendukung (evidence)

yang valid untuk sebuah temuan examiner. Bukti ini akan

digunakan untuk mendukung validitas dari sebuah temuan.

Seluruh dokumen pendukung yang dihasilkan harus diarsipkan

(file) oleh Head of Examiner sebagai kertas kerja (working

paper). Berikut adalah proses dalam pembuatan kertas kerja:

gambar 4.5: Proses Pembuatan Kertas Kerja

ExaminerChecklist;

Harus Mengisi Ref#

Tahap PengerjaanLapangan

Working Paper:Dokumen Pendukung/

Bukti UntukMendukung Temuan

Dokumen Yang Benar/Berhubungan;

• Menunjukan Penyimpangan;Jumlah, Proses, atau flow

• Dokumen yang Valid• Copy atau sampel dokumen

• Index base on the Ref.#In the Examiner Checklist

Tahap PelaporanDEVIASI

Cross Reference

Cocok/Sesuai

LaporanExaminer

Tersaji diLaporanExaminer

ExaminerChecklist;

Harus Mengisi Ref#

Tahap PengerjaanLapangan

Working Paper:Dokumen Pendukung/

Bukti UntukMendukung Temuan

Dokumen Yang Benar/Berhubungan;

• Menunjukan Penyimpangan;Jumlah, Proses, atau flow

• Dokumen yang Valid• Copy atau sampel dokumen

• Index base on the Ref.#In the Examiner Checklist

Tahap PelaporanDEVIASI

Cross Reference

Cocok/Sesuai

LaporanExaminer

Tersaji diLaporanExaminer

Page 125: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

111

Tahap Pengerjaan Lapangan; seperti sudah disebutkan

sebelumnya bahwa dalam proses pengerjaan lapangan,

Examiner diharuskan untuk menggunakan dan mengisi

Examiner Checklist. Salah satu kolom yang harus diisi oleh

Examiner pada saat mengisi Examiner Checklist adalah

Kolom Ref. Kolom ini diharapkan diisi dengan referensi

(cross reference) yang ada di dalam kertas kerja (indexing)

Tahap pelaporan; kertas kerja selalu berisi dokumen/bukti –

bukti dari sebuah temuan examiner. Kertas kerja harus

merupakan dokumen yang berhubungan dengan temuan

examiner. Didalam kertas kerja tersebut harus dapat

ditunjukan jumlah yang menjadi temuan examiner. Misalnya

pada saat terjadi temuan yang berkaitan dengan rekonsiliasi

kas, kertas kerja yang disiapkan dapat berupa (1) lembar

rekonsiliasi kas yang digunakan oleh Sales Center, (2)

penghitungan ulang yang dilakukan oleh Examiner yang

dapat menunjukan selisih dalam rekonsiliasi, (3) form setoran

kas, (4) sample RHF yang direview, (5) laporan cash

summary, dan (6) buku bank/rekening koran (bank

statement). Dokumen yang digunakan seharusnya tidak

Page 126: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

112

merupakan (1) list of credit transactions atau (2) net load

summary report.

Kertas kerja dapat juga disiapkan hanya dengan memberikan

tickmark di dalam listing dokumen yang direview. Tickmark

yang digunakan harus mempunyai arti tertentu dan dengan

memberikan tickmark ini menunjukan bahwa dokumen yang

terkait sudah direview oleh Examiner. Misalnya saja

Examiner akan melakukan review terhadap tanda tangan

pada invoice yang menggunakan diskon. Examiner cukup

memberikan tanda tertentu pada listing sample yang

direview. Tanda “x” dapat digunakan untuk menunjukan

bahwa invoice tersebut tidak ditandatangani dan “o”

menunjukan bahwa invoice tersebut ditandatangani oleh

outlet. Contoh dari tickmark ini adalah sebagai berikut:

Tanggal Invoice Tanda Tangan

Transaksi Number Ya Tidak

26-Jan-05 JEI00555069 O

24-Dec-04 JEI00538789 O

24-Dec-04 JEI00537549 x

16-Dec-04 JEI00531942 x

28-Jan-05 JEI00556672 O

Page 127: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

113

Tabel 4.4: Contoh Pembuatan Tickmarks

Dengan memberikan tickmark seperti contoh di atas berarti

Examiner menjelaskan bahwa dokumen yang ada di dalam

list tersebut sudah direview oleh Examiner. Penyimpangan

yang ada di dalam evaluasi ini adalah 2 dari 5 dokumen (atau

40%) tidak ditandatangani oleh outlet. Bentuk dari tickmark

tidak ditentukan dan bisa sesuai dengan keinginan dari

Examiner sepanjang tanda yang digunakan dijelaskan oleh

Examiner. Hal ini akan memudahkan pada saat dilakukan

evaluasi.

Number Referensi (adalah Ref: F-4-1) yang ada di dalam

supporting dokumen harus sesuai dengan referensi yang

dicantumkan di dalam kolom Ref di Examiner Checklist

seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya (Cross

Refference). Tujuan dari dilakukannya cross referencing ini

adalah untuk memudahkan pada saat dilakukan evaluasi

(menghubungkan antara satu dokumen dengan dokumen

lainnya). Setiap temuan examiner harus didukung dengan

dokumen pendukung/bukti.

Page 128: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

114

Standar pemberian kode dalam kertas kerja adalah sebagai

berikut;

EXAMINATION SCOPE KODE

Revenue Cycle A

Production Cycle B

Payroll Cycle C

CDE Cycle D

Purchasing Cycle E

Fleet Cycle F

Advance and Settlement Cycle G

Temporary Employee Cycle H

ADP/AMC Cycle I

MAA Cycle J

Fixed Assets Cycle K

Other Cycle (Akan digunakan untuk

siklus lainnya yang belum masuk ke

dalam standard dan nomor yang

digunakan adalah berurutan)

L

tabel 4.5: Kode Standar Untuk Working Paper

Urutan dokumen dalam pembuatan kertas kerja adalah

sebagai berikut:

Page 129: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

115

Urutan Dokumen

Dalam

Working Paper

Pengkodean Contoh Documen

Examiner

Checklist (Misal.

Siklus Penjualan)

A

Checklist

Audit

Memorandum

A – 1 Audit Memorandum

Rangkuman hasil

testing (yang

berisi berapa

jumlah sample

yang diuji dan

berapa

temuannya)

A – 1 – 1 Menunjukan bahwa testing sudah

dilakukan untuk sampel yang ada

Dokumen Sampel

(1)

A – 1 – 1 – 1 Rekonsiliasi Kas

Sub dari dokumen

sample (1)

A – 1 – 1 – 1 - 1 Summary of Cash

Sub dari dokumen

sample (2)

A – 1 – 1 – 1 - 2 RHF

Sub dari dokumen

sample (3)

A – 1 – 1 – 1 - 3 Bank Statement

tabel 4.6: Standar Urutan Dokumen dalam Pengkodean

Page 130: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

116

Working Paper

Finance Manager harus melakukan evaluasi terhadap kualitas

kertas kerja yang dihasilkan oleh Examiner. Finance Manger

akan bertanggung jawab terhadap validitas, keakuratan, dan

reliabilitas dari kertas kerja yang dihasilkan. National Head

of Examiner akan melakukan kunjungan regular ke unit

operasi untuk meyakinkan kualitas kertas kerja.

4.3.4.2 Audit Memorandum

Audit memorandum digunakan untuk membuat temuan di level

sales center. Format audit memorandum yang ada adalah sebagai

berikut:

tabel 4.7: Audit Memorandum

COCA-COLA DISTRIBUTION INDONESIA

SALES CENTER EXAMINER – MEMORANDUM

Location:

Scope: Memo No:

Condition :

Action Plan:

PIC :

Effective Date :

Prepared by:

Approved by:

Approved by:

Approved by:

Page 131: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

117

Audit Memorandum dibuat pada saat ditemukan

penyimpangan (ketidak sesuaian dengan prosedur).

“Condition” menunjukan penyimpangan yang terjadi pada

saat dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh Examiner.

Selain menunjukan kondisi yang terjadi, didalam kolom ini

juga harus mencantumkan penyebab (akar permasalahan) dan

juga implikasi yang akan muncul dari adanya temuan ini.

Contoh, terjadi selisih pada rekonsiliasi kas sebesar Rp. 200

ribu. Selisih ini terjadi karena kasir tidak melakukan

rekonsiliasi kas secara harian. Penyimpangan ini harus

merupakan kelemahan internal control (internal control

weaknesses). Selain itu penyimpangan ini harus bisa

didukung dengan bukti yang valid.

“Action Plan” adalah tindak lanjut yang akan dilakukan oleh

pihak sales center untuk mengatasi kelemahan internal

control ini. Apabila dalam kondisi dilakukan pemeriksaan

pihak sales center sudah menjalani tindak lanjut yang akan

diusulkan, maka perlu dicantumkan bahwa “sudah

dilakukan”.

Page 132: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

118

“PIC” adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk

melakukan tindak lanjut atas temuan yang ditemukan oleh

Examiner.

“Effective Date” adalah tanggal perkiraan temuan yang

diketemukan oleh sales center tersebut dapat diselesaikan

oleh sales center. Tanggal ini harus merupakan best estimate.

Hal ini harus disetujui oleh pihak - pihak yang

berkepentingan (di sales center harus SCA dan SCM dan

untuk pabrik serta fungsi lainnya harus disetujui oleh section

head).

Monitoring tools akan digunakan oleh Head of Examiner

untuk melakukan tindak lanjut atas temuan examiner.

4.3.4.3 Examiner Report (Laporan Examiner)

Setiap bulannya (tiga hari sebelum closing date) Head of

Examiner harus mengirimkan ringkasan temuan yang ada di unit

operasinya ke National Office. Bentuk Laporan dari bulanan

adalah sebagai berikut:

Page 133: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

119

tabel 4.8: Examiner Report

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam laporan tersebut:

Temuan Signifikan

Berisi mengenai temuan signifikan yang ditemukan oleh

examiner pada saat melakukan review di sales center.

o Signifikansi suatu finding berdasarkan:

Jumlah kerugian perusahaan

Resiko yang ditimbulkan

Jumlah uang yang terlibat (amount involved)

o Cukup mencantumkan check point atas finding yang

dianggap signifikan

Tindak Lanjut atas Temuan Sebelumnya

Laporan mengenai status temuan pada bulan sebelumnya

EXAMINER REPORT Periode XXXX

Operation XXXX

Temuan Signifikan;

Tindak Lanjut atas Temuan Sebelumnya

Sales Center

Jenis Temuan; Repetitive/Baru

Temuan;

Tindak Lanjut Yang Disetujui;

Deadline;

Siklus Yang

Direview

Sales Center yang

Dikunjungi

Page 134: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

120

Hanya perlu mencantumkan apakah temuan sebelumnya

sudah dapat diselesaikan atau belum

Harus mencantumkan tanggal/periode terjadinya temuan

sebelumnya

Temuan

Apa yang menjadi temuan di Sales Center

Harus merupakan kelemahan internal control yang ada di

sales center

Harus merupakan tidak berjalannya business cycle yang ada

di sales center

Alasan mengapa kelemahan internal control tersebut dapat

terjadi

Harus mencamtumkan period of review-nya

Harus mencantumkan sample yang direview

Harus menyebutkan dampak yang terjadi sebagai akibat

adanya temuan di atas

Apabila kerugian/dampak secara financial dapat dihitung

maka harus dicantumkan

Tindak Lanjut Yang Disetujui

Page 135: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

121

Harus merupakan cara yang dapat digunakan untuk

memecahkan kelemahan internal control yang ada di dalam

finding (spesifik pada pemecahannya)

Harus yang dapat dijalankan oleh sales center

(memperhitungkan cost and benefit analysis dan juga tidak

terlalu sulit untuk dilaksakan) dan merupakan komitmen.

Apabila tidak dapat dilaksanakan harus dapat diusulkan

alternatif lain yang dapat untuk menutupi kelemahan internal

control

Deadline

Periode bagi sales center untuk dapat menyelesaikan temuan

yang dihasilkan oleh examiner

4.3.4.4 Monitoring Tools

Laporan monitoring tools merupakan laporan yang berisi

mengenai status terkini dari sebah temuan. Laporan ini akan

menunjukan apakah sebuah finding masih harus ditindak lanjuti

(open) atau sudah ditindak lanjuti oleh pihak – pihak yang

bertanggung jawab (close). Laporan ini berisi mengenai temuan

yang sudah dimasukan ke dalam Rangkungman Laporan

Examiner. Laporan ini akan dikirimkan kembali ke National

Page 136: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

122

Office pada saat periode tutup buku akuntansi dan bersamaan

dengan pengiriman Laporan Examiner ke National Office. Berikut

ini adalah contoh laporan monitoring tools :

Operation hanya diminta untuk mengisi kolom action plan dan

status yang ada di dalam laporan ini. Yang dicantumkan di dalam

kolom action plan adalah tindak lanjut yang sudah dijalankan oleh

unit operasi ataupun kemajuan (progress report) atas penyelesaian

temuan yang terdahulu.

4.3.4.5 Laporan Lain

Pihak lain yang ada di unit operasi (Sales Center Manager, Sales

Center Administrator, dan Router Supervisor) mungkin

menemukan suatu temuan yang belum dilaporkan oleh Examiner

namun sudah dilaporkan secara langsung kepada HRD (Manajer

HRD atau Industrial Relation). Head of Examiner harus

berkoordinasi dengan HR dan pihak-pihak terkait di sales center

untuk meyakinkan bahwa bukti pendukung dari laporan yang

dilaporkan adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal

ini ditujukan untuk menghindari tuntutan hukum dari pihak yang

terkait. Laporan ini harus dilaporkan dalam Laporan Examiner

pada bulan berjalan. Untuk membuktikan kebenaran dokumen

Page 137: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

123

pendukung dan kelemahan internal control, Examiner harus

mengikuti langkah – langkah yang ada di dalam Prosedur

Examinasi

gambar 4.6– Hubungan Dengan Departemen/Fungsi Lain

4.3.4.5.1 KPI Examiner

Penilaian terhadap KPI ini akan dilakukan oleh Regional

Examiner Coordinator dan National Examiner and

Account Receivable Manager secara nasional terhadap

kinerja Examiner di setiap operation. Penilaiaan terhadap

KPI ini dilakukan setiap bulannya. Penilaian akan

dilakukan terhadap setiap komponen KPI (Key

Performance Indicator) yang telah disetujui. Penilaian ini

Page 138: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

124

menggunakan pendekatan rata – rata tertimbang dan untuk

itu setiap komponen yang terdapat pada KPI tersebut akan

dilakukan dengan prosentase (%) penimbang yang

dietujui. Contoh tabel Examiner Review dapat dilihat

dibawah ini:

Page 139: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

125

tabel 4.9: Kpi dan Penilaian Examiner

EXAMINER REVIEW

Unit Operasi Kelengkapan Kertas Kerja

Pemeriksaan Secara Full

Cycle

Kualitas dan

Keakuratan Pelaporan

Ruang Lingkup Pemeriksaan

Tindak Lanjut atas Temuan

Sebelumnya

Ketaatan Pada Batas Waktu

Pelaporan

Rencana Kunjungan

Nilai)

National Others

Prosentase Penimbang

(Bobot)

25% 20% 15% 15% 10% 10% 2.5% 2.5%

Jakarta 2 3 2 3 2 3 2 3 82,3

Central Java

3 2 2 2 1 1 3 2 69

East Java 1 2 1 1 1 2 2 3 40,6

West Java 2 1 1 2 2 2 2 2 54,6

Southern Sumatra

2 1 1 2 3 3 1 2 60,63

Central Sumatra

3 2 2 2 3 3 2 3 82,4

Northern Sumatra

3 2 2 1 3 2 2 2 73,1

Balinusa 2 1 2 2 2 3 1 2 62,23

Southern Sulawesi

1 3 1 2 1 2 2 2 56,4

Kalimantan

1 3 1 1 2 1 2 3 52,3

Rata – Rata

Tertimbang 2 2 1,5 2 2 2 2 2 64,5%

POINT (NILAI) : 1 = Kurang, 2 = Cukup 3 = Baik

SCORE

(RANGKING): 1.00 - 1.99 = Kurang

2.00 - 2.49 = Cukup

2.50 - 3.00 = Baik

Page 140: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

126

Komponen KPI Examiner yang akan dievaluasi terdiri dari

5 komponen, yaitu:

Kelengkapan Kertas Kerja

Tujuan dari KPI ini adalah untuk meyakinkan agar

semua temuan yang ditemukan oleh Examiner

didukung oleh kertas kerja yang benar. Pencapaian

atas KPI ini diukur dengan (1) kertas kerja yang

dikirim ke NO bersamaan dengan checklist ke NO

pada saat tanggal closing (closing date), (2)

kelengkapan data atas pengujian (testing) yang

dilakukan oleh Examiner, dan (3) jumlah sampel yang

diuji oleh Examiner pada saat dilakukan pengujian.

Pemeriksaan Secara Full Cycle

Prosedur examinasi ini mensyaratkan bahwa dalam

melakukan examinasi, Examiner diharuskan

melakukan pengujian secara menyeluruh (Full Cycle

Review) dan melakukan pemeriksaan dengan

menggunakan pendekatan proses bisnis (Business

Cylcle Approach). Dengan melakukan kedua

pendekatan ini Examiner akan lebih mengetahui secara

mendalam mengenai akar permasalahan dari sebuah

Page 141: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

127

temuan atau kelemahan pada intenal control. Pada saat

melakukan examinasi Examiner diharuskan untuk

melakukan walkthrough. Pencapaian atas KPI ini

diukur dengan (1) kelengkapan dalam melakukan

pengisian checklist – termasuk dengan memberikan

keterangan yang harus diisi pada saat pembuatan

checklist, and (2) melakukan pengujian (testing)

seperti yang disyaratkan dalam kertas kerja standar

yang melekat pada checklist untuk setiap siklusnya.

Kualitas dan Keakuratan Pelaporan

Dalam prosedur eksaminasi ini disyaratkan bahwa

semua temuan yang dilaporkan adalah temuan yang

akurat. Sebuah temuan akan dikategorikan sebagai

temuan yang akurat apabila didukung dengan bukti –

bukti dan Examiner sudah membuktikan keakuratan

bukti – bukti pendukung tersebut. Selain akurat, dalam

melaporkan sebuah temuan, Examiner harus mampu

menjelaskan akar permasalahan dari sebuah temuan

dan juga kelemahan dalam internal controlnya.

Apabila kedua hal tersebut di atas tidak bisa dipenuhi

oleh seorang Examiner, maka akan berpengaruh

Page 142: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

128

kepada kualitas temuan yang akan disajikan. KPI ini

akan dapat dicapai oleh seorang Examiner apabila (1)

pengujian atas dokumen pendukung sudah dilakukan

dan dilaporkan dalam kertas kerja, (2) pengecualian

(exception) yang ada di dalam kertas kerja sudah

dilaporkan dalam laporan Examiner, dan (3) Laporan

Examiner mampu menjelaskan kelemahan internal atas

objek yang direview dan juga menjelaskan akar

permasalahan atas temuan yang disampaikan oleh

Examiner.

Ruang Lingkup Pemeriksaan

Dalam prosedur ini disyaratkan bahwa Examiner

diharuskan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh

untuk semua siklus pemeriksaan yang sudah

ditentukan selama 1 tahun. Dalam prosedur ini

disyaratkan bahwa setiap bulannya Examiner harus

melakukan pemeriksaan atas siklus (1) Revenue Cycle

– melakukan pemeriksaan atas sales center yang sudah

direncanakan untuk dikunjungi, (2) ruang lingkup

lainnya – ruang lingkup pemeriksaan lainnya diluar

dari revenue cycle, and (3) penugasan – penugasan

Page 143: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

129

khusus yang sudah ditentukan di awal tahun (biasanya

dikenal dengan NO – assignment). Berkenaan dengan

review untuk siklus lainnya yang dilakukan setiap

bulannya – bukan yang merupakan NO assignment –

Examiner tidak perlu melakukan secara menyeluruh –

cukup dengan melakukan pemeriksaan pada aspek

control tertentu (atau partial review). Misalnya saja

untuk siklus CDE – pada saat dilakukan setiap

bulannya – cukup dilakukan review untuk pergerakan

assets di outlet atau pengecekan stock in store di sales

center. Namun demikian untuk pemeriksaan yang

masuk ke dalam kategori NO assignment –

pemeriksaan yang dilakukan harus secara menyeluruh

(full cycle). Misalnya untuk siklus CDE – selain

melakukan pemeriksaan untuk pergerakan assets dan

juga stock di sales center, Examiner diharuskan untuk

melakukan pemeriksaan tehadap spare parts inventory

dan juga aktivitas repair and maintenance. Selain itu

juga pemeriksaan terhadap penghapusan assets (assets

disposal) juga harus dilakukan. Pencapaian terhadap

KPI ini apabila diukur dengan (1) perbandingan antara

rencana kunjungan dan actual kunjungan yang sudah

Page 144: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

130

dilakukan oleh Examiner, (2) melakukan pemeriksaan

atas ruang lingkup lainnya seperti yang disyaratkan

dalam prosedur ini dan, (3) melakukan review atas NO

assignment yang sudah ditentukan di awal.

Tindak Lanjut Atas Temuan Sebelumnya

Examiner harus melakukan tidak lanjut kepada pihak –

pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan

tindak lanjut yang sudah disepakati sebelumnya.

Examiner harus meyakinkan agar tindak lanjut yang

disetujui sudah dilaksanakan. Status terakhir dari

laporan harus dimasukkan ke dalam monitoring tools

yang dikirimkan ke National Office on monthly basis.

Pencapaian atas KPI ini apabila dilakukan pengiriman

monitoring tools ke National Office pada saat closing

date dan pengiriman Laporan Examiner.

Ketaatan Pada Batas Waktu Pelaporan

Penyampaian Laporan Examiner ke National Office

adalah 3 hari sebelum tanggal tutup buku akuntansi.

Semua temuan yang masuk ke dalam Laporan

Examiner harus sudah didiskusi dengan pihak – pihak

yang bertanggung jawab pada area dilakukan

Page 145: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

131

pemeriksaan. National Office akan mengirimkan

rangkuman Laporan Examiner 3 hari setelah tanggal

tanggal tutup buku akuntansi (closing date). Toleransi

masih diberikan kepada unit operasi untuk

menyampaikan Laporan Examiner ke National Office

1 hari setelah tanggal tutup buku akuntansi. Apabila

Laporan Examiner tidak dikirimkan sampai dengan

batas waktu terakhir maka Laporan Examiner tidak

akan dimasukkan ke dalam Rangkuman Laporan

Examiner (Summary of Examiner Report) yang akan

dikirimkan ke operation setiap bulannya dan akan

dimasukkan ke dalam laporan Examiner pada periode

berikutnya.

Jumlah Kunjungan

Jumlah kunjungan sesuai dengan tabel perencanaan

dan analisa (planning and analysis sheet) yang

dikirimkan ke National Office setiap 6 bulan sekali.

Pencapaian atas KPI ini apabila pelaksanaan

eksaminasi sesuai dengan rencana yang sudah dibuat

sebelumnya.

Setiap KPI akan diberi skor/penilaian dengan 1 – yang

Page 146: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

132

menunjukan kinerja yang kurang , 2 – menunjukan

kinerja yang cukup, dan 3 – menunjukan kinerja yang

baik. Penilaian secara keseluruhan merupakan rata –

rata tertimbang dari keseluruhan komponen dan tabel

berikut ini menunjukan penilaian akhir berdasarkan

rata – rata tertimbang yang sudah dihitung.

Page 147: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

133

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Audit Internal di dalam perusahaan dapat mencegah terjadinya praktek

kecurangan (fraud), Perusahaan Coca cola dalam mencegah terjadinya fraud,

telah menciptakan sarana kendali untuk mencegah berbagai penyimpangan dan

kecurangan yang terjadi. Auditor melakukan evaluasi pengujian dan penilaian

apakah pengendalian yang diciptakan tersebut cukup handal dan berfungsi

dengan baik.

a. Salah satu indikator kemungkinan terjadinya fraud adalah hasil konfirmasi

piutang yang tidak diakui oleh pelanggan (outlet).

b. Fraud juga terjadi berdasarkan keluhan para karyawan yang ditampung dari

“jalur karyawan” melalui telepon, sms, surat, atau e-mail dimana karyawan

(whistle blower) akan dijamin kerahasiaannya.

c. Dalam memperoleh bukti yang kompeten harus didukung dengan bukti-

bukti yang valid, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan

adanya naik banding secara hukum dari pelaku.

d. Biaya tinggi merupakan resiko bagi perusahaan dalam mengungkap fraud.

e. Eksistensi Fraud menunjukkan adanya suatu kelemahan atau kekurangan

dalam pengendalian, namun tidak selamanya ada kelemahan atau

Page 148: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

134

kekurangan dalam pengendalian karena fraud dapat terjadi karena adanya

kolusi. Fraud juga dapat terjadi karena adanya kesempatan karyawawan

untuk mencoba melakukan kecurangan walaupun ada pengendalian yang

cukup.

f. Upaya pencegahan dilakukan oleh manajemen setiap saat melalui pertemuan

ataupun pemberitahuan resmi melalui e-mail kepada seluruh karyawan.

g. Dalam melakukan audit terhadap fraud tidak dibuat ketentuan khusus tetapi

bagian fraud melakukan analisis atas fraud yang sudah terjadi dan

melakukan antisipasi untuk pencegahan sebelum ada fraud.

2. Peran Audit Internal di dalam perusahaan dapat mendeteksi terjadinya praktek

kecurangan (fraud).

Mendeteksi fraud adalah kegiatan untuk menemukan fraud. Dalam mendeteksi

fraud auditor menerapkan model strategi pendekatan fraud sebagaimana dalam

pernyataan-pernyataan dibawah ini :

a. Rencana audit dan tugas yang akan dilakukan dibuat berdasarkan data

kuantitatif yang ada dalam database. Examiner selalu melakukan testing atas

dokumen-dokumen yang ada dan “exception” atas hasil testing akan

menjadi temuan audit yang akan disampaikan kepada lokal manajemen

beserta rekomendasinya pada saat exit meeting.

Page 149: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

135

b. Survey pendahuluan dilakukan apabila informasi dan data/dokumen yang

ada tidak mencukupi untuk melakukan audit atas fraud yang terjadi.

c. Audit program dibuat tidak hanya dari survey pendahuluan tetapi juga

berdasarkan hasil analisa sebelumnya.

d. Dalam melakukan audit tim fraud sudah memiliki ketrampilan, pengetahuan

serta pengalaman yang diperoleh saat mempelajari business process dan

SOP dari auditee, referensi dari hasil audit yang dilakukan sebelumnya,

disamping juga dari hasil mengikuti training audit baik internal maupun

eksternal.

3. Peran Internal control pada perusahaan Coca Cola dapat mengurangi terjadinya

praktik kecurangan, indikatornya adalah :

a. Kemampuan Auditor di perusahaan coca cola dinilai cukup kompeten dalam

melakukan pemeriksaan karena disiplin ilmu yang dimiliki minimal D3

Akuntansi, pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki dipelajari dari

business process di setiap fungsi yang ada diperusahaan, serta selalu

dilakukan evaluasi atas pekerjaan yang sudah dilakukan oleh internal

auditor.

b. Audit internal melakukan evaluasi terhadap keefektifan sistem pengendalian

intern, hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian cheklist sebagai internal

control Questionnaire (ICQ) yang harus diisi oleh Examiner pada saat

Page 150: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

136

melakukan Examiner/evaluasi/review. Alat ini diharapkan dapat membantu

Examiner untuk mengetahui kelemahan internal control pada obyek yang

akan direview.

c. Examiner saat akan memulai audit selalu memberitahukan ke Auditee by E-

mail dan melakukan diskusi dengan local manajemen untuk mengetahui

issue yang ada, sekaligus juga menanyakan follow up atas temuan-temuan

dari hasil audit yang dilakukan sebelumnya.

d. Sebelum pelaksanaan audit dilakukan peninjauan lokasi khususnya

dilakukan apabila auditee pertama kali dilakukan audit dan informasi yang

dibutuhkan dapat diperoleh melalui profile auditee atau hasil diskusi saat

opening meeting.

e. Sebelum audit dilaksanakan kegiatan auditee dipelajari terlebih dahulu

melalui business process sehingga akan memudahkan dalam mengevaluasi

sistem pengendalian intern. Disamping itu juga referensi dari hasil audit

yang dilakukan sebelumnya. Data kuantitatif dan laporan lainnya diperoleh

dengan menarik data yang ada didalam sistem database atau dapat diminta

pada saat opening meeting.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 151: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

137

1. Keterbatasan waktu untuk penulis melakukan observasi langsung ke

lapangan.

2. Keterbatasan internal penulis kepada pihak manajemen PT. Coca Cola

untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam masalah ini.

3. Keterbatasan komunikasi langsung antara penulis dengan pihak auditor

dan pihak manajerial PT. Coca Cola untuk melakukan penelitian.

5.3 Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, maka penulis mengajukan saran

sebagai berikut :

1. Auditor internal PT. COCA COLA hendaknya memahami dan mengerti

kegiatan auditee, dalam hal mengevaluasi sistem pengendalian intern,

sehingga kegiatan audit dapat dimaksimalkan, dan kecurangan (fraud)

dapat dihindarkan.

2. Auditor internal di PT. COCA COLA hendaknya terus menerus meninjau

dan melakukan tindak lanjut audit untuk memastikan apakah tindakan-

tindakan perbaikan yang memadai untuk mengatasi kelemahan yang

ditemukan dalam audit telah dilaksanakan secara maksimal atau belum

oleh manajemen.

Page 152: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

138

3. Kinerja auditor internal PT. COCA COLA hendaknya harus terus

ditingkatkan agar dapat mengetahui serta menghindari terjadinya

kecurangan.

Page 153: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

i

DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. 2004. Perncegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. (www document) www.bpkp.go.id/unit/investigasi/cegah_deteksi.pdf diakses 10 November 2010)

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing Pemeriksaan Akuntansi, Jakarta : Universitas Indonesia.

Arens, Alvin A ; Elder, Randal J. and Beasley, Mark S. 2006. Auditing and Assurance Service an Integrated Approach, 11th Edition. New Jersey : Pearson Education Inc Upper Saddle River.

Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2003. Modern Auditing, Edisi 7, PenerjemahPaul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi, Erlangga, Jilid II. Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2003. Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta : Salemba Empat

Iqbal, H. Mohamad. 2003. Peran dan Tanggung Jawab Internal Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan, Jurnal Akuntansi, 43 : 57.

Karni. Soerjono. 2000. Audit Khusus dan Audit Forensik dalam Praktik, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesional Audit Internal. Jakarta.

Lily. 2010. Peran Audit Internal dalam Pencegahan dan Deteksi Penipuan. (www document) www.ahia.org/audit_library/.../new.../2010/.../FromtheIIAbyLilyBi.pdf diakses 11 November 2010)

Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Satu, Edisi Keempat, Jakarta : Salemba Empat.

Messier. 2006. Auditing and Assurance Service A Systematic Approach, 2nd Edition, United State of America : Mc Graw Hill.

The Institute Internal Auditors. 2004. The Standards For The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA).

Tugiman, Hiro. 2001. Standar Profesi Audit Internal, Cetakan Kelima, Jakarta: Salemba Empat.

Tugiman, Hiro. 2006. Pandangan Baru Internal Auditing. Yogyakarta : Kanisius.

Tunggal, Amin Widjaja. 1992. Auditing Suatu Pengantar, Jakarta : Renaka Cipta.

Page 154: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

ii

Sawyer, Lawrence B. 2003. The Practice of Modern Internal Auditing. The Institute of Internal Auditors.

Simmons, Mark R. 2003. Recognizing The Element of Fraud.

Page 155: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

iii

LAMPIRAN

Lampiran 1 : GDM Cycle PT Coca Cola

D - 1 - 1

Page 156: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

iv

D - 1 – 2

D - 1 – 3

Page 157: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

v

Lampiran 2 : Production Cycle PT Coca Cola

B - 1 – 1

B - 1 –2

Page 158: Skripsi Della Kumplit Pake Telor Pake Nasi

vi

Lampiran 3