SKRIPSI DARA

download SKRIPSI DARA

of 41

Transcript of SKRIPSI DARA

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang

harus diperhatikan sedini mungkin, sebab Kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak-anak, dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya. Selain itu masa anak merupakan awal dari pembentukan perilaku, oleh sebab itu diharapkan mendidik anak untuk berprilaku yang benar terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. pemeliharaan kesehatan gigi pada anak semestinya melibatkan interaksi berbagai pihak, dalam hal ini anak itu sendiri, orangtua, dan dokter. Pengetahuan, sikap, dan perilaku dari seluruh komponen tersebut

mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut pada anak. Pada anak-anak, pengaruh dari orangtua sangat kuat. Sikap dan perilaku orang tua, terutama ibu, dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Penelitian yang dilakukan oleh Hedman dkk yang dikutip oleh Natamiharja dkk, tentang pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan rongga mulut pada anak kelompok usia 12 dan 15 tahun di Swedia menunjukkan bahwa kelompok umur tersebut sudah mengerti dengan baik tentang kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya gigi mereka, pada kelompok umur yang lebih tua lebih baik pengetahuannya daripada kelompok usia yang lebih muda. Rata-rata mereka mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dari petugas kesehatan gigi.1

1

Berdasarkan teori Blum yang dikutip oleh Anitasari dkk, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung. Perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.2 Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001 menunjukkan bahwa 52% anak Indonesia mengalami karies yang tidak diobati atau karies aktif, 46% memiliki kalkulus, dan DMF-T indeks 5,3. Perilaku memiliki peran penting untuk mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Peran penting dalam perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan . Pengetahuan dan sikap merupakan hasil dari indera dan peran penting dari satu tindakan. Meningkatkan pengetahuan dan sikap akan meningkatkan kesadaran kesehatan.3 Menurut Boediharjo yang dikutip oleh E. Ristya widi, menyatakan bahwa yang terpenting dalam usaha menjaga kebersihan mulut adalah faktor kesadaran dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut personal. Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Penilitian yang dilakukan oleh E. Ristya widi menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara perilaku membersihkan gigi dengan tingkat kebersihan mulut. Semakin baik perilaku membersihkan gigi, maka semakin baik tingkat

2

kebersihan gigi dan mulut, sebaliknya semakin jelek perilaku membersihkan gigi, semakin jelek pula tingkat kebersihan gigi dan mulutnya.4 Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun, masa bersekolah dalam periode ini sudah menampakkan kepekaannya untuk belajar sesuatu yang baru sesuai dengan sifat ingin tahu anak. Menurut teori Piaget, pemikiran anak anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.5 Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun.

1.2

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah, yaitu

adakah hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun.

3

1.3

TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun, yg diteliti.

1.4

HIPOTESA Berdasarkan tujuan penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu

ada hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9 12 tahun.

1.5

MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai media dalam menambah wawasan

dan sumber informasi pada masyarakat luas tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut, khususnya kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

PERILAKU Perilaku di dalam diri seseorang terbentuk dari dua faktor utama yakni:

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal (stimulus) merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut, dan Faktor internal (respon) merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal paling besar perannya. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah; perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.6 Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh bloom, perilaku dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan ( knowledge ), sikap ( attitude ), dan tindakan ( Practice ).6

2.1.1 Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melaui indera yang dimilikinya (mata,hidung,dan sebgainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

5

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu6 : a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

6

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilain ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.6

2.1.2 Sikap (Attitude) Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).6 Menurut Newcomb, salah satu ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan ( reaksi terbuka ) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.6 Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut6 a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan.

7

b. Menanggapi (responding) Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya.

2.1.3 Tindakan atau Praktik (Practice) Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.6 Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yaitu.6 a. Praktik terpimpin (guided response) Apabila subjek atau seserang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktik atau tindakan terpimpin. b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

8

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya seorang anak otomatis menggosok gigi setalah makan, tanpa disuruh oleh ibunya. c. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan tehnik tehnik yang benar.6

2.2

KEBERSIHAN MULUT Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi, sumber dari kedua penyakit tersebut adalah akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri, dan tidak dapat dibersihkan hanya dengan kumur-kumur.2 Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan mulut adalah perilaku. Perilaku adalah suatu bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

9

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kesehatan. Kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena penyakit. Supaya gigi dan jaringan pendukungnya tahan terhadap penyakit, harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik. Petunujuk sehederhana cara perawatan untuk mendapatkan gigi yang sehat 7 : a. Menggosok gigi paling sedikit duakali sehari. b. Bila mungkin gosok gigi setiap habis makan. c. Kurangi makanan yang mengandung gula, hindarilah makanan tersebut diantara 2 waktu makan. d. Periksakan gigi secara teratur pada dokter gigi.

2.3

DASAR-DASAR KEBERSIHAN GIGI Tujuan pembersihan gigi adalah menghilangkan plak dari seluruh

permukaan gigi. Plak ini tidak semuanya dapat hilang dengan tindakan menyikat gigi. Plak ini tidak berwarna dan tidak dapat dilihat oleh mata. Untuk dapat melihat plak diperlukan suatu bahan pewarna yang dapat melekat pada plak.. Bahan tersebut adalah disclosing, yang dapat berbentuk tablet dan cairan. Cara penggunaannya adalah dengan cara mengunyah tablet atau mengulaskan cairan tersebut pada permukaan gigi, kemudian kumur. Dengan bantuan bahan ini plak yang ada atau belum tersikat akan Nampak berwarna merah. Warna merah ini kemudian harus dihilangkan, dapat dengan sikat gigi, dapat juga dengan benang pembersih gigi.7

10

2.4

PLAK Plak adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan mengandung aneka ragam

bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya berkumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak dapat dibersihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.8 Plak sebagai salah satu bentuk dentuk dental deposit, merupakan massa granulair lunak yang menempel pada permukaan gigi dan hanya bisa dibersihkan dengan menyikat gigi. Plak akan kembali terbentuk satu jam setelah dibersihkan. Satu millimeter kubik plak akan mengandung sepuluh pangkat delapan, baik yang pathogen maupun yang non pathogen.9 Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas pengumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak ini tidak berwarna, oleh karena itu tidak terlihat dengan jelas, maka untuk melihat adanya plak digunakan zat pewarna.10 Secara klinis plak adalah merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan benda lain yang berada pada rongga mulut seperti tumpatan, geligi tiruan maupun Kalkulus.

Dalam bentuk lapisan tipis, plak pada umumnya tidak dapat terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan disclosing. Dalam bentuk lapisan yang tebal plak terlihat sebagai deposit kekuningan atau keabu-abuan yang tidak dapat dilepas hanya dengan kumur-kumur atau irigasi tetapi dapat dihilangkan dengan menyikat

11

gigi. Plak jarang terdapat pada permukaan oklusal gigi, kecuali jika gigi tersebut tidak berfungsi sehingga dapat terbentuk deposit yang luas.9,11 2.4.1 Mekanisme Pembentukan Plak. Mekanisme pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal dan deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora mikrobia yang mencerminkan adanya keseimbangan ekosistim organism atau microbial pada permukaan gigi.12 Plak pada gigi dapat terlihat 1 - 2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene. Plak bisa berwarna putih, keabu-abuan atau kuning dan memiliki tampilan yang bulat. Sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada permukaan gigi dapat dideteksi menjalankan probe periodontal sepanjang bagian sepertiga gigi bagian atas. Metode lain yang digunakan yaitu dengan menggunakan disclosing solution. Tanpa adanya tindakan oral hygiene, plak bisa berlanjut dan terus berakumulasi sampai sebuah keseimbangan tercapai antara penghapusan plak dengan pembentukan plak. Proses pembentukan plak bisa dibagi menjadi tiga fase yakni12

:

a. Pembentukan dental pellicle Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan plak12. Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis tipis dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi (serta pada restorasi dan geligi tiruan). Lapisan yang disebut pelikel ini

12

tipis (0,5m), translusen, halus, dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat pada permukaan gigi.11 b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel, pelikel ini akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva11. Bakteri awal yang berkolonisasi dengan pellicle pada permukaan gigi sebagian besar adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis.12 c. Kolonisasi kedua dan maturasi plak Koloni kedua adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak berkoloni pada permukaan gigi termasuk Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme ini melekat pada sel bakteri yang telah berada dalam plak12. Selama proses ini kondisi lingkungan perlahan-lahan akan berubah dan menyebabkan terjadinya pertumbuhan selektif. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan komposisi bakteri, dan setelah 2-3 minggu akan terjadi pertumbuhan flora kompleks, termasuk bakteri anaerob gram negatif, bakteri motil dan spirochaeta.11

2.4.2 Komposisi Plak Hampir 70 % plak terdiri dari microbial dan sisa-sisa produk ekstraselular dari bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein, karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan disini. Karbohidrat yang paling sering dijumpai

13

adalah produk bakteri dekstran, juga levan dan galaktose. Komponen anorganik utama adalah kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan sodium. Kandungan garam anorganik tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah. Ion kalsium ikut membantu perlekatan antar bakteri dan antar bakteri dengan pelikel.11

2.5 KALKULUS GIGI Kalkulus, lapisan keras yang terbentuk pada gigi, sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan penyakit periodontal. Kalkulus adalah massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam mulut (misalnya pada restorasi dan geligi tiruan). 11 Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.11 Deposit kalkulus terkalsifikasi menurut hubungannya terhadap tepi gingiva, misalnya supragingiva atau subgingiva.

2.5.1 Klasifikasi Kalkulus a. Kalkulus Supragingiva Menurut definisinya, kalkulus ini dapat ditemukan di sebelah koronal dari tepi gingiva. Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan letak duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal

14

gigi yang tidak mempunyai antagonis. Warnanya agak kekuningan kecuali bila tercemar oleh faktor lain (misalnya tembakau, anggur, pinang), cukup keras, rapuh dan mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus.11 b. Kalkulus subgingiva Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingiva dan pembentukan poket, suatu fakta yang terefleksi dari namanya kalkulus seruminal. Warnanya hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus supragingiva dan melekat lebih erat pada permukaan gigi. Kalkulus ini dapat ditemukan pada akar gigi di dekat batas apikal poket yang dalam, pada kasus yang parah bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi.11

2.5.2 Komposisi Kalkulus Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di dalam mulut, dan bahkan lokasi geografi dari individu. Terdiri dari 80% masa anorganik, air, dan matriks organik dari protein dan karbohidrat, juga sel-sel epitelial deskuamasi, bakteri filamen gram positif, kokus dan leukosit. Proporsi filamen pada kalkulus adalah lebih besar daripada dibagian mulut lainnya. Fraksi anorganik terutama terdiri dari fosfat kalsium, dalam bentuk hidroksiapatit, brushite, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluorida. Kandungan fluorida dari kalkulus adalah beberapa kali lebih besar daripada didalam plak.11 Permukaan kalkulus tertutup oleh plak bakteri tetapi pada pusat deposit yang tebal ada kemungkinan steril. Perbedaan bentuk dan distribusi yang nyata

15

dari kalkulus supragingiva dan subgingiva menunjukkan bahwa komposisi dan cara deposisinya juga berbeda. Komposisi kalkulus subgingiva sangat mirip seperti kalkulus supragingiva kecuali bahwa rasio Ca/P nya lebih tinggi dan kandungan sodiumnya lebih besar. Protein saliva tidak ditemukan pada kalkulus subgingiva, menunjukkan bahwa deposit ini sumbernya non-saliva.11

2.5.3 Deposisi Kalkulus Kalkulus adalah plak bakteri yang termineralisasi tetapi tidak semua plak termineralisasi. Kalkulus supragingiva jarang terlihat pada permukaan fasial molar bawah tetapi sering ditemukan pada permukaan fasial molar atas yang berlawanan dengan muara duktus parotis. Mungkin 90% dari kalkulus supragingiva yang terdapat pada gigi-geligi ditemukan pada insisivus bawah yang terpapar saliva langsung dari gladula saliva submandibularis dan sublingualis. Prepisitasi garam-garam mineral kedalam plak mungkin dapat dilihat hanya beberapa jam setelah deposisi plak tetapi umumnya keadaan ini berlangsung 2-14 hari setelah terbentuknya plak. Mineral pada kalkulus supragingiva berasal dari saliva, sedangkan pada kalkulus subgingiva berasal dari eksudat cairan gingiva. Pada plak yang baru terbentuk, konsentrasi kalsium dan ion fosfornya sangat tinggi, umumnya konsentrasi kalsium pada plak sekitar duapuluh kali lebih besar daripada di saliva, tetapi tidak terlihat adanya kristal apatit.11

2.6 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut

16

Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygiene Index Simplified dari Green dan Vermillion. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index dan Kalkulus Index.13 OHI-S = Debris Index (DI) + kalkulus Index (CI)

Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang diamati adalah adanya debris (plak) dan kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk memudahkan penilaian pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu:13 Untuk rahang atas yang diperiksa: a. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal b. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial c. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal Untuk rahang bawah yang diperiksa : a. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual b. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial c. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu:13 a. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M2 rahang atas/rahang bawah.

17

b. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas /rahang bawah. c. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. d. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakuakn pada I1 kiri rahang atas. e. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang ata tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian. f. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang bawah. g. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakuakn penilaian. Pelakasanaan pemeriksaan untuk penilaian Debris Index dan kalkulus Indeks:13 1). Sebelum kita menilai untuk Debris atau kalkulus, pertama-tama permukaan gigi yang akan dilihat dibagi dengan garis-garis khayalan menjadi 3 bagian yang sama luasnya. 2). Penilaian Debris Index a. Untuk pemeriksaan menggunakan alat sonde atau Periodontal explorer. Pertama-tama lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukan incisal/oklusal gigi, jika pada daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk gigi tersebut adalah 3. Sonde diletakkan secara mendatar pada permukaan gigi.

18

b. Bila pada daerah 1/3 incisal/oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa oleh sonde dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2. c. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 tengah tidak ada ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke 1/3 bagian servikal. Jika ada debris yang terbawa sonde pada bagian ini, penilaian utuk gigi tersebut adalah 1. d. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada debris yang terbawa sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0. 3). Penilaian kalkulus indeks a. Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi yang berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival posisi karang gigi tersebut. b. untuk memperoleh kalkulus indeks, cara pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan untuk memperoleh debris indeks. OHI-S atau Oral Hygiene Index simplified ini merupakan penjumlahan debris indeks dan kalkulus index. Penilaian OHI-S score adalah sebagai berikut.13 1. Baik, apabila nilai berada di antara 0 1,2 2. Sedang, apabila nilai berada di antara 1,3 3,0 3. Buruk, apabila nilai berada diantara 3,1 6,0

19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik.

3.2

RANCANGAN PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional study.

3.3

LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SDN. Maccini I,II,III, IV dan SD. Inpres Maccini

Makassar.

3.4. WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2011.

3.5

KRITERIA PENILAIAN SAMPEL 1. Kriteria Inklusi Anak usia 9 12 tahun yang bersekolah di SDN. Maccini I, II, III, IV,

SD Inpres Maccini I/I. 2. Kriteria Ekslusi Anak yang tidak hadir dan tidak berpartisipasi pada saat penelitian berlangsung.

20

3.6

SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah anak usia 9-12 tahun di SDN. Maccini I,II,III,

IV dan SD. Inpres Maccini Makassar.

3.7 ALAT DAN BAHAN a. Alat : 1. Alat diagnostik set 2. Nier Bekken 3. Alat tulis menulis 4. Gelas plastik 5. Indeks OHI-S 6. kuesioner b. Bahan : 1. Tissue / kapas 2. Betadine 3. Alkohol 70 %

3.8

VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL. 1. Variabel a. Variabel Bebas : Penegetahuan, sikap, dan tindakan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. b. Variabel terikat : Status kebersihan gigi dan mulut anak.

21

2. Definisi Operasional a. Pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. b. Sikap yang diobservasi adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. c. Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah praktik atau aplikasi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

d. Status kebersihan gigi dan mulut anak adalah keadaan yang menggambarkan kebersihan gigi dan mulut seseorang.

Penilaiannya dengan menggunakan suatu indeks kebersihan gigi dan mulut atau Oral Hygiene Index Symplified (OHI-S) yang merupakan indeks gabungan antara Debris Indeks (DI), dan Calculus Indeks (CI).

3.9

DATA a. Jenis data b. Penyajian data c. Analisis data d. Pengolahan data : Data Primer : Data disajikan dalam bentuk tabel : uji chi-square : Data diolah dengan sistem SPSS versi 16.0.

22

3.10 KRITERIA PENILAIAN a. Pengetahuan, sikap dan tidakan dikatakan baik apabila siswa

mengetahui > 80 %, sedang apabila siswa mengetahui > 50 % - 80 %, dan buruk apabila siswa mengetahui < 50 %. b. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yaitu mengukur daerah permukaan gigi yang ditutupi oleh plak atau kalkulus. Untuk pemeriksaan OHI-S, Greene and Vermillion menetapkan bahwa gigi indeks yang digunakan adalah 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior. 6 1 6 616 Pemeriksaan dilakukan hanya pada 6 gigi permanen yakni 1. Permukaan labial insisivus sentralis kanan rahang atas 2. Permukaan labial insisivus sentralis kiri rahang bawah 3. Permukaan bukal molar satu kanan dan kiri rahang atas 4. Permukaan lingual molar satu kanan dan kiri rahang bawah Cara menilai indeks OHIS yakni dengan mengukur indeks debris dan indeks plak pada subyek.

a. Simplfied Debris Index (DI-S) Score/criteria 0 : tidak ada debris maupun stain 1 : debris lunak menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi / extrinsic stains tanpa debris 2 : debris lunak menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih 2/3 permukaan gigi 3 : debris lunak menutupi lebih 2/3 permukaan gigi

23

Rumus Debris Index (DI) : DI = Jumlah nilai debris Jumlah gigi yang di periksa

b. Simplfied Calculus Index (CI-S) Score/criteria 0 : tidak ada calculus 1 : supragingival calculus menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi 2 : supragingival calculus menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih 2/3 permukaan gigi / subgingival calculus sedikit 3 : supragingival calculus menutupi lebih 2/3 permukaan gigi / subgingival calculus banyak Rumus Calculus Index (CI) : CI = Jumlah nilai calculus Jumlah gigi yang di periksa

OHI-S = Debris Indeks Simplified (DI-S) + Calculus Indeks Simplified (CI-S)

Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dapat dikategorikan sebagai berikut :o o o

0,0 1,2 = baik 1,3 3,0 = sedang 3,1 6,0 = buruk

24

3.11

PROSEDUR PENELITIAN a. Mensosialisasikan kepada pihak sekolah yang bersangkutan mengenai maksud dan tujuan mengadakan penelitian di sekolah tersebut. b. Mengambil data seluruh murid usia 9 12 tahun di SDN. Maccini I,II,III, IV dan SD. Inpres Maccini Makassar. c. Pengumpulan data tentang pengetahuan, sikap dan tindakan

pemeliharaan kesehatan gigi anak yang dilakukan disekolah dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. d. Melakukan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut yang diukur dengan suatu indeks kebersihan gigi dan mulut atau Oral Hygiene Index Symplified (OHI-S) yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan langsung di rongga mulut dengan menggunakan explorer. e. Mengolah dan menganalisis data yang telah didapatkan.

25

3.12

ALUR PENELITIAN

Pengambilan Data Siswa

Wawancara/kuesioner

OHI-S

Pengumpulan dan Pengolahan data

Penyajian Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

26

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I yang terletak di wilayah Kecamatan Makassar sebanyak 578 anak. Diperoleh anak usia 9 tahun berjumlah 175 anak, usia 10 tahun sebanyak 187 anak, usia 11 tahun sebanyak 138 anak, dan usia 12 tahun sebanyak 78 anak ( Tabel 1 ).

Tabel 1. Distribusi anak usia 9-12 tahun pada SDN Maccini I, II, III, IV, dan Inpres I/I Makassar.

No 1 2 3 4 5

Nama SekolahSDN Maccini I SDN Maccini II SDN Maccini III SDN Maccini IV SD Inpres Maccini I/I

Total

9 43 39 27 29 37 175

Usia 10 11 46 30 52 25 25 40 33 26 31 17 187 138

12 8 11 25 19 15 78

Jumlah Siswa SD 127 127 117 107 100 578

Sumber : Daranita, Data Primer. Mei 2011

4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN Responden dalam penelitian ini adalah anak berusia 9-12 tahun yang berjumlah sebanyak 578 murid dari 5 sekolah dasar yaitu SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I. Dari hasil penelitian dapat dilihat gamabaran pengetahuan, sikap dan tindakan, serta status kebersihan gigi dan mulut anak berdasarkan umur yaitu 9 12 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

27

Tabel 2. Gambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I

Usia Pengetahuan Baik Sedang Buruk Total n 36 101 38 175 9 10 11 n 28 43 7 78 12 % 4,8 7,5 1,2 13,5 % n % n % 6,2 73 12,6 61 10,6 17,5 96 16,6 65 11,2 6,6 18 3,1 12 2,1 30,3 187 32,3 138 23,9

Total n 198 305 75 578% 34,2 52,8 13 100

Sumber : Daranita, Data primer. Mei 2011.

Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran pengetahuan anak usia 9 12 tahun. Yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 198 anak (34,2 %) dari 578 jumlah subjek penelitian. Sebanyak 305 anak (52,8%) yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 75 anak (13%) yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang buruk.

Tabel 3. Gambaran Sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I

Usia Sikap Baik Sedang Buruk Total n 18 104 53 175 9 10 11 n 19 43 16 78 12 % 3,3 7,5 2,7 13,5 % n % n % 3,1 31 5,4 29 5 18 109 18,8 75 13 9,2 47 8,1 34 5,9 30,3 187 32,3 138 23,9

Total n 97 331 150 578% 16,8 57,3 25,9 100

Sumber: Daranita, Data primer. Mei 2011

Pada tabel diatas menunjukkan gambaran sikap anak usia 9 12 tahun di SDN. Maccini I, II, III, IV, dan SD Inpres Maccini I/I, dimana 97 anak (16,8%) yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Siswa yang

28

memiliki sikap sedang sebanyak 331 anak (57,3%), dan yang memiliki sikap buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah 150 anak (25,9%).

Tabel 4. Gambaran Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

Usia Tindakan Baik Sedang Buruk Total n 46 105 24 175 9 10 11 n 32 43 3 78 12 % 5,5 7,5 0,5 13,5 % n % n % 8 103 17,8 71 12,3 18,2 73 12,6 58 10 4,1 11 1,9 9 1,6 30,3 187 32.3 138 23,9

Total n 252 279 47 578% 43,6 48,3 8,1 100

Sumber: Daranita, Data primer. Mei 2011

Berdasarkan hasil penelitian dari 578 anak yang berusia antara 9 12 tahun. Didapatkan gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak dengan kategori baik, sedang, dan buruk. Dari tabel diatas dapat kita lihat sebanyak 252 anak (43,6%) yang memiliki tindakan baik, 279 anak (48,3%) yang memiliki tindakan sedang, dan sebanyak 47 anak (8,1%) yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk.

4.3 4.3.1

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT Status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan usia. Penelitian yang dilakukan di 5 sekolah dasar yaitu di SDN Maccini I, II,

III, IV dan SD Inpres Maccini I/I di dapatkan responden berusia 9 tahun sebanyak 175 anak, usia 10 tahun sebanyak 187 anak, usia 11 tahun sebanyak 138 anak, dan usia 12 tahun sebanyak 78 anak.

29

Tabel 5. Gambaran status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan usia pada anak 9-12tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

Umur (Tahun) 9 10 11 12 Total

Status Kebersihan gigi dan mulut Baik Sedang Buruk n % n % n % 48 8,3 113 19,5 14 2,4 89 15,4 86 14,9 12 2,1 69 12 61 10,5 8 1,4 33 5,7 42 7,3 3 0,5 239 41,4 302 52,2 37 6,4

Total n 175 187 138 78 578 % 30,2 32,4 23,9 13,5 100

Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Pada tabel diatas, dari hasil penelitian berdasakan usia di dapatkan status kebersihan gigi dan mulut anak pada usia 9 tahun dengan kategori baik sebanyak 48 anak (8,3%), sebanyak 113 anak (19,5%) kategori sedang, dan 14 anak (2,4%) yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada anak usia 10 tahun, sebanyak 89 anak (15,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut baik, 86 anak (14,9%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut sedang, dan 12 anak (2,1%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut buruk. Pada anak usia 11 tahun, yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 69 anak (12%), sebanyak 61 anak (10,5%) yang memiliki tingkatan sedang, dan 8 anak (1,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada anak usia 12 tahun yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 33 anak (5,7%), 42 anak (7,3%) dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut sedang, dan 3 anak (0,5%) dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut buruk.

4.3.2

Status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin Dari hasil penelitian yang dilakukan di 5 sekolah dasar yaitu di SDN

Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I dengan jumlah responden

30

sebanyak 578 anak, diperoleh responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 301 anak, dan perempuan sebanyak 277 anak.

Tabel 6. Gambaran status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin padaanak 9-12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

Status Kebersihan gigi dan mulut Baik Sedang Buruk n % n % n % 115 20 167 28,9 19 3,3 124 21,4 135 23,3 18 3,1 239 41,4 302 52,2 37 6,4

Total n 301 277 578 % 52,2 47,8 100

Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat status kebersihan gigi dan mulut pada responden laki-laki dengan status kebersihan gigi dan mulut baik adalah sebanyak 115 anak (20%), kategori sedang sebanyak 167 anak (28,9%), dan 19 anak (3,3%) dengan status kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada responden perempuan yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut baik adalah sebanyak 124 anak (21,4%), 135 anak (23,3%) dengan status kebersihan gigi dan mulut sedang, dan 18 anak (3,1 %) dengan status kebersihan gigi dan mulut yang buruk.

4.3.3

Hubungan pengetahuan, sikap kebersihan gigi dan mulut.

dan tindakan terhadap status

Penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang tetntang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan hubungannya dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak.

31

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia9-12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

Status pengetahua n Baik Sedang Buruk Jumlah

Status Kebersihan gigi dan mulut Baik Sedang Buruk n % n % n % 121 20,9 69 11,9 8 1,4 100 17,3 190 32,8 15 2,6 18 3,2 43 7,5 14 2,4 239 41,4 302 52,2 37 6,4

Total n 198 305 75 578 % 34,2 52,7 13,1 100

P

.000

Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Dari tabel diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu, 32,8 % responden memiliki pengetahuan tentang pemeiharaan kesehatan gigi dan mulut sedang dengan status kebersihan gigi dan mulut yang sedang. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut ( P < 0.05 ).

Tabel 8. Hubungan sikap dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

Status sikap Baik Sedang Buruk Jumlah

Status Kebersihan gigi dan mulut Baik Sedang Buruk n % n % n % 56 9,7 39 6,7 2 0,3 128 22,2 187 32,3 16 2,8 55 9,5 76 13,2 19 3,3 239 41,4 302 52,2 37 6,4

Total n 97 331 150 578 % 16,7 57,3 26 100

P

.000

Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Hasil tabulasi silang pada tabel diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu, 32,3 % responden memiliki sikap tentang pemeiharaan kesehatan gigi dan mulut sedang dengan status kebersihan gigi dan mulut yang sedang. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara sikap

32

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut ( P < 0.05 ).

Tabel 9. Hubungan Tindakan Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan statuskebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

Status Tindakan Baik Sedang Buruk Jumlah

Status Kebersihan gigi dan mulut Baik Sedang Buruk n % n % n % 179 31 67 11,6 6 1 51 8,8 215 37,2 13 2,3 9 1,6 20 3,4 18 3,1 239 41,4 302 52,2 37 6,4

Total n 252 279 47 578 % 43,6 48,3 8,1 100

P

.000

Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Hasil tabulasi silang pada tabel diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu, 37,2 % responden memiliki tindakan pemeiharaan kesehatan gigi dan mulut sedang dengan status kebersihan gigi dan mulut yang sedang. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut ( P < 0.05 ).

33

BAB V PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I yang terletak di wilayah Kecamatan Makassar sebanyak 578 anak. Diperoleh anak usia 9 tahun berjumlah 175 anak, usia 10 tahun sebanyak 187 anak, usia 11 tahun sebanyak 138 anak, dan usia 12 tahun sebanyak 78 anak. Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran pengetahuan tentang

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 9 12 tahun, yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 198 anak (34,2 %). Sebanyak 305 anak (52,8%) yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 75 anak (13%) yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Anak usia 9 tahun yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 36 anak (6,2%), kategori sedang 101 anak (17,5%), dan yang memiliki pengetahuan buruk sebanyak 38 anak (6,6%). Anak usia 10 tahun yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 73 anak (12,6%), 96 anak (16,6%) yang memiliki pengetahuan sedang, dan 18 anak (3,1%) yang memiliki pengetahuan yang buruk. Anak usia 11 tahun yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori baik sebanyak 61 anak (10,6%), yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 65 anak (11,2%), dan 12 anak (2,1%) yang memiliki pengetahuan yang buruk. Anak usia 12 tahun yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori

34

baik sebanyak 28 anak (4,8%), kategori sedang sebanyak 43 anak (7,5%), dan 7 anak (1,2) yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori buruk. Gambaran sikap terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 9 12 tahun, diperoleh 97 anak ( 16,8%) yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 331 anak (57,3%) yang memiliki sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 150 anak (25,9%) yang memiliki sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Anak usia 9 tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 18 anak (3,1%), yang memiliki sikap sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 104 anak (18%), dan yang memiliki sikap yang buruk sebanyak 53 anak (9,2%). Anak usia 10 tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 31 anak (5,4%), yang memiliki sikap sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 109 anak (18,8%), dan yang memiliki sikap yang buruk sebanyak 47 anak (8,1%). Anak usia 11 tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 29 anak (5%), yang memiliki sikap sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 75 anak (13%), dan 34 anak (5,9%) yang memiliki sikap yang buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Anak usia 12 tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 19 anak (3,3%), yang memiliki sikap sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 43 anak (7,5%), dan 16

35

anak (2,7%) yang memiliki sikap yang buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 9 12 tahun, diperoleh 252 anak (43,6%) yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik, sebanyak 279 anak (48,3%) yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 47 anak (8,1%) yang memiliki sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Anak usia 9 tahun yang memiliki tindakan yang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 46 anak (8%), yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang sebanyak 105 anak (18,2%), dan yang memiliki tindakan yang buruk sebanyak 24 anak (4,1%). Anak usia 10 tahun yang memiliki tindakan yang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 103 anak (17,8%), yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang sebanyak 73 anak (12,6%), dan yang memiliki tindakan yang buruk sebanyak 11 anak (1,9%). Anak usia 11 tahun yang memiliki tindakan yang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 71 anak (12,3%), yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang sebanyak 58 anak (10%), dan yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk sebanyak 9 anak (1,6%). Anak usia 12 tahun yang memiliki tindakan baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 32 anak (5,5%), yang memiliki tindakan sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 43 anak (7,5%), dan 3 anak (0,5%) yang memiliki tindakan yang buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

36

Dari hasil penelitian, didapatkan gambaran status kebersihan gigi dan mulut anak pada usia 9 tahun dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 48 anak (8,3%), sebanyak 113 anak (19,5%) kategori sedang, dan 14 anak (2,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada anak usia 10 tahun, sebanyak 89 anak (15,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut baik, 86 anak (14,9%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut sedang, dan 12 anak (2,1%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut buruk. Pada anak usia 11 tahun, yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 69 anak (12%), sebanyak 61 anak (10,5%) yang memiliki tingkatan sedang, dan 8 anak (1,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada anak usia 12 tahun yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut baik sebanyak 33 anak (5,7%), 42 anak (7,3%) dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut sedang, dan 3 anak (0,5%) dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut buruk. Dari hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut, diperoleh hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan nilai P < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak sehingga dihasilkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut. Menurut Sarwono yang dikutip oleh E.R Widi, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut adalah perilaku. Perilaku adalah suatu bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

37

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Faktor yang terpenting dalam usaha menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah faktor kesadaran dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara personal karena kegiatannya dilakukan dirumah tanpa ada pengawasan dari siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan pemahaman, kesadaran serta kemauan pihak individu untuk menjaga kebersihan mulutnya.4 Pernyataan tersebut diatas mendukung hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I,II,III,IV dan SD Inpres Maccini I/I Makassar, dimana didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap, dan tindakan pemeliharan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan bagian dari perilaku yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut.

38

BAB VI PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I,II,III,IV dan SD Inpres Maccini I/I Makassar , dapat dilihat status kebersihan gigi dan mulut anak dari usia 9 12 tahun, paling banyak yang menunjukkan status kebersihan gigi dan mulut dengan kategori sedang yaitu sebanyak 302 siswa (52,2%). Kemudian kategori baik sebanyak 239 siswa (41,4%), dan 37 siswa (6,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di 5 Sekolah Dasar mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9 12 tahun, diperoleh hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan nilai P < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak sehingga dihasilkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut.

39

DAFTAR PUSTAKA

1.

Natamiharja L, Hiskia Z, Dorlina. Pengalaman karies gigi, status periodontal dan perilaku oral hygiene pada siswa kelas VI SD, kelas III SMP, dan kelas III SMA kecamatan Medan Baru. Dental Journal. 2008;13(2):131-2. Anitasari S, Rahayu N.E. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan palaran kotamadya samarinda provinsi kalimantan timur. Dental Journal. 2005;38(2):88. Astoeti T.E, Lestari S, Roeslan. Relation between oral health knowledge and attitudes to oral hygiene. Available from : URL: http://iadr.confex.com/iadr/sea04/preliminaryprogram/abstract_52389.htm. Accessed Maret 19th, 2011. E.R Widi. Hubungan perilaku membersihkan gigi terhadap tingkat kebersihan mulut siswa sekolah dasar negeri wilayah kerja puskesmas gladak pakem kabupaten jember. JKGI 2003; 10 (3): 10;13. Perkembangan anak | perkembangan fisik, motorik, kognitif, psikososial. Available from: URL: http://www.g-excess.com/id/perkembangan-anakperkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html. Accessed Maret 31th,2011. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta ; 2005. p. 45-55. Boedihardjo. Pemeliharaan kesehatan gigi keluarga. Surabaya : Airlangga University Press; 1985, p.3,9 Farani W, Rus SIS. Pengaruh perbedaan menyikat gigi dengan metode horizontal dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anak perempuan usia 12 tahun. Dentika Dental Journal. 2008;13(2):108. Wirayuni A.K. Plaque control. The Dental Journal of 2003;1(1):17-8 Mahasaraswati.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dewi O, Natamiharja L. Efektifitas penyingkiran plak antara sikat gigi berserabut posisi lurus dan silang pada murid kelas V sekolah dasar. Dentika Dental Journal. 2002;7(1):6.

40

11. J.D.Manson, B.M. Eley. Alih bahasa: S.Anastasia. Buku Ajar Periodonti. Jakarta;1993. 12. Carranza FA, Newman MG, Takei HH. Clinical Periodontology 9th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2002, p.98-101. 13. Herijulianti, E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta : penerbit EGC ; 2001. p. 101-8.

41