SKRIPSI - core.ac.uk · Jagung Kuning ... Dalam pembuatan Urea Molasis Blok ... Asap cair diperoleh...
Transcript of SKRIPSI - core.ac.uk · Jagung Kuning ... Dalam pembuatan Urea Molasis Blok ... Asap cair diperoleh...
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL ASAP CAIR DALAM UREA
AIR KELAPA MULTINUTRIEN BLOK TERHADAP KANDUNGAN
PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR
SKRIPSI
Oleh:
HARYANTI
I111 13 513
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL ASAP CAIR DALAM
UREA AIR KELAPA MULTINUTRIEN BLOK TERHADAP
KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR
SKRIPSI
Oleh :
HARYANTI
I111 13 513
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Haryanti
NIM : I111 13513
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Makassar, Juli 2017
Haryanti
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Berbagai Level Asap Cair dalam Urea Air
Kelapa Multinutrien Blok Terhadap Kandungan Protein Kasar
dan Serat Kasar
Nama : Haryanti
NIM : I 111 13 513
Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Ir. Muhammad Zaid Mide, MS
NIP. 19530309 198503 1 001
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Anie Asriany, M.Si
NIP. 19671016 199402 2 001
Dekan fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc
NIP. 19641231 198903 1 025
Ketua Prodi Ilmu Peternakan
Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc
NIP. 19640712 198911 2 002
Tanggal lulus :
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Alhamdulillah Segala puji bagi ALLAH SWT yang memiliki sifat Ar-
Rahman dan Ar-Rahim, dengan kemulian-Nyalah sehingga diberikan kesehatan,
ilmu pengetahuan, rejeki dan nikmatnya serta shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya, sahabat
dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini,
setelah mengikuti proses belajar, pengumpulan data, pengolahan data, bimbingan
sampai pada pembahasan dan pengujian skripsi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan hambatan dan
tantangan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah, hal ini disebabkan oleh
faktor keterbatasan penulis sebagai manusia yang masih berada dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari
semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan tulisan ini.
Penulis menghaturkan terima kasih dan sembah sujud kepada Allah SWT
yang telah memberikan segala kekuasaan-Nya dan kemurahan-Nya juga kepada
kedua orang tuaku Ayahanda Suharman Ibunda Nurhayati yang telah
melahirkan, membesarkan, mendidik dan mengiringi setiap langkahpenulis
dengan doa restu yang tulus serta tak henti-hentinya memberikan dukungan baik
vi
secara moril maupun materil. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada
saudara Arham yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada
penulis dan telah menjadi inspirasi dalam hidup penulis hingga selalu termotivasi
untuk terus belajar hingga ke jenjang yang lebih tinggiserta seluruh keluarga besar
yang selalu memberi motivasi, Kalian adalah orang-orang di balik kesuksesan
penulis menyelesaikan pendidikan di jenjang (S1). Terima Kasih.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis
juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada :
Ir. Muhammad Zaid Mide, MS, sebagai pembimbing utama dan Ir. Anie
Asriany, M.Si, selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk mendidik, membimbing, mengarahkan dan memberikan
nasihat serta motivasi sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan
Skripsi ini.
Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr. S, Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc,
dan Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si selaku pembahas dan Dr. Hj. Jamila,
S.Pt., M.Si selaku panitia mulai dari seminar proposal hingga seminar hasil
penelitian, terima kasih telah berkenan mengarahkan dan memberi saran
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr. S selaku penasehat akademik yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1.
Prof. Dr.Ir. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin.
vii
Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Peternakan Universitas Hasanuddin.
Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
Dosen Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah
banyak memberi ilmu yang sangat bernilai bagi penulis.
Seluruh Staf dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
yang selama ini telah banyak membantu dan melayani penulis selama
menjalani kuliah hingga selesai.
Kepada teman penelitian Rafiah yang telah banyak membantu selama berada
dilapangan.
Teman-teman LARFA 13 (Large Family Farm 2013) dan HIMAPROTEK
UH (Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas
Hasanuddin). Terima kasih atas kenangan yang berawal dari mahasiswa baru
hingga kita semua meraih gelar S.Pt, meskipun kebersamaan ini singkat tapi
kita mengawalinya bersama disini dan akan selamanya menjadi teman.
Kepada Larfa D’Sembarangmo yang telah menjadi keluarga kecil di Kampus
Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis di saat suka
maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
Terimakasih kepada Rafiah seperjuangan sampai sekarang mulai dari Seminar
pustaka, seminar usulan penelitian dan seminar hasil, teman yang paling
mengerti dan selalu ada saat penulis membutuhkan pertolongan. Terima kasih
buat kebersamaannya semoga selamanya.
viii
Kepada, Kurniati, Mutmainna, Rafiah, A. Ni’Mahtul Churriyah dan A.
Nur Insani terima kasih telah banyak membantu dan menjadi teman yang
baik selama proses perkuliahan.
Terima kasih kepada Reno Azis yang telah banyak membantu selama proses
penyusunan Skripsi ini dan selalu memberi motivasi dan dorongan agar tetap
semangat.
Rekan-rekan Seperjuangan di lokasi KKN 93 Kecamatan Kulo. Terutama
Posko Kelurahan Bina Baru Arsal Salama, M. Husni Hasmar, Enggra
Mamonto, Luthfi Alfiandri, Feiby Valentine, A. Nurul Fadyah, serta Andi
Husnul Khatimah yang membantu saya menjalankan proker. Terima kasih
atas kerjasamanya dan pengalaman saat KKN.
Terima kasih kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu yang selalu memberikan doa kepada penulis hingga selesai
penyusunan Skripsi ini.
Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua yang penulis telah
sebutkan diatas maupun yang belum sempat ditulis. Akhir kata, Harapan Penulis
kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya dan diri
pribadi penulis. Amin....
Wassalumualaikum Wr.Wb.
Makassar, Juli 2017
Haryanti
ix
RINGKASAN
Haryanti I111 13 513. Pengaruh pemberian asap cair dengan level yang
berbeda terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar. Muhammad
zain mide (Pembimbing Utama) Ani asrieny (Pembimbing Anggota)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh pemberian asap cair
dengan level yang berbeda terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar.
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan penelitian yaitu P0= tanpa penambahan
asap cair, P1= penambahan asap cair 1%, P2= penambahan asap cair 2%, P3=
penambahan asap cair 3%. Dengan penyimpanan selama 21 hari, pengambilan
sampel dilakukan pada hari ke-21. Hasil penelitian menujukkan bahwa Sidik
ragam menujukkan bahwa pengaruh pemberian asap cair dengan level yang
berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar.
Uji Duncan menunjukkan pada perlakuan P0 nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingkan dengan P1, P2, P3, sedangkan perlakuan P1, P2, dan P3 tidak nyata
(P>0,05) terhadap kandungan protein kasar UAkMB. Sidik ragam menujukkan
bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan serat
kasar UAkMB. Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P1 kandungan serat
kasarnya paling tinggi dan paling rendah perlakuan P3. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa pemberian asap cair dengan level yang yang disimpan
selama 21 hari pada Urea Air Kelapa Multinutrien Blok memberikan pengaruh
menurunkan kandungan protein kasar dan penambahan asap cair 2% menurunkan
kadar serat kasar.
Kata kunci : Asap Cair, UAkMB, Proteint Kasar, Serat Kasar
x
ABSTRACT
Haryanti I111 13 513. The Effect of Liquid Smoke at Different Levels on
Crude Protein and Coarse Fiber Contents.Muhammad Zain Mide (Main
Advisor) Ani Asrieny (Member Counselor)
This study aimsto determine the effect of allocating the liquid smoke with
a different level on the crude protein and crude fiber contents.This study was
prepared based on Completely Randomized Design (RAL) consisting of 4
treatments and 4 replications.The research treatments were P0 = without addition
of liquid smoke, P1 = addition of 1% liquid smoke, P2 = addition of 2% liquid
smoke, P3 = addition of 3% liquid smoke.With 21 days of storage, sampling was
performed on the 21st day.The results showed that the variation showed the effect
of liquid smoke at different levels (P <0,05) to the crude protein content.Duncan
test showed that P0 (P <0.05) was significantly higher than P1, P2, P3, while P1,
P2, and P3 treatments were not significant (P> 0.05) to UAkMB crude protein
content.Fingerprint indicated that the treatment had no significant effect (P> 0.05)
on UAkMB crude fiber content.Duncan test showed that treatment P1 of crude
fiber content was the highest and P3 was the lowest treatment.The conclusion of
this study is that the allocating of liquid smoke with the level stored for 21 days
on Multi Nutrient Block Coconut Water Urea provides the effect of lowering the
crude protein content and the addition of 2% liquid smoke to decrease the crude
fiber content.
Keywords: Liquid Smoke, UAkMB, Crude Proteint, Crude Fiber
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
RINGKASAN ............................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah .......................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Air Kelapa ...................................................................................... 4
Urea ................................................................................................ 5
Dedak Padi ..................................................................................... 6
Tepung Kedelai .............................................................................. 7
Tepung Rese ................................................................................... 8
Tepung Tapioka .............................................................................. 9
Jagung Kuning ................................................................................ 10
Vitamin ........................................................................................... 11
Mineral ........................................................................................... 12
Garam ............................................................................................. 13
Asap Cair ........................................................................................ 14
Hipotesis ......................................................................................... 15
xii
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ......................................................................... 16
Materi Penelitian ............................................................................ 16
Metode Penelitian.......................................................................... 16
Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 18
Pengambilan Sampel ...................................................................... 19
Parameter yang Diukur .................................................................. 20
Pengolahan Data............................................................................. 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Fisik UAkMB Sebelum Penyimpanan ............................ 23
Protein Kasar .................................................................................. 23
Serat Kasar ..................................................................................... 24
pH ................................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................... 26
Saran ............................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
LAMPIRAN ............................................................................................. 30
DOKUMENTASI ...................................................................................... 32
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Kandungan Air Buah Kelapa ................................................................ 4
2. Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai ..................................................... 8
3. Kandungan Nutrisi Limbah Udang Tanpa Diolah dan Diolah .............. 9
4. Komposisi Zat-zat Gizi Biji Jagung Kuning ......................................... 11
5. Kandungan Asap Cair dari Bahan Baku Tempurung Kelapa dan Tongkol
Jagung .................................................................................................... 14
6. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan dalam Pembuatan UAkMB .............. 17
7. Komposisi Bahan Pakan pada setiap Perlakuan UAkMB ..................... 17
8. Kandungan Nutrisi UAkMB ................................................................. 18
9. Analisis Kandungan Serat Kasar, Protein Kasar dan pH UAkMB ....... 23
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Alur Pembuatan UAkMB Mengandung Berbagai Level Asap Cair ..... 19
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan menjadi faktor utama usaha peternakan. Tersedianya pakan yang cukup
kualitas, kuantitas dan kontiunitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha
peternakan. Saat ini industri pakan di indonesia sangat tergantung bahan pakan impor,
padahal indonesia memiliki banyak sumber pakan yang sangat berpotensi. Oleh karena
itu perluh adanya penelitian untuk mencari bahan pakan alternatif yang ketersediaanya
melimpah, berkualitas dan kontiunitasnya terjamin. Salah satu peluang bahan pakan
alternatif yang bisa dimanfaatkan secara optimal adalah pemanfaatan limbah industri
pertanian.
Dalam pembuatan Urea Molasis Blok (UMB) sebagai pakan tambahan bagi
ternak. Salah satu bahan utama yang digunakan yaitu molases yang merupakan limbah
pabrik gula yang berbentuk cairan berwarna coklat kehitam-hitaman. Kegunaannya
sebagai sumber karbohidrat (energi), mineral, vitamin dan juga berfungsi sebagai
perekat dalam pembuatan Urea Molasis Blok (UMB). Tetapi dengan penggunaan
molases ini sulit diperoleh peternak dipedesaan walaupun tersedia pasti dengan harga
yang mahal. Air kelapa merupakan limbah industri parut kelapa terbuang begitu saja
tidak dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti halnya dengan molases.
Salah satu limbah dari buah kelapa adalah airnya, ternyata dalam air kelapa
mempunyai nilai gizi yang luar biasa. Bukan hanya unsur makro berupa nitrogen dan
karbon, tetapi juga unsur mikro yang sangat dibutuhkan. Unsur nitrogen didalamnya
berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alanin, sistin, arginin, alin, sirin.
Semetara unsur karbon dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa,
fruktosa, sorbitol, inositol dan lainnya.
2
Asap cair merupakan hasil sampingan dari industri arang aktif yang
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan dibuang ke atmosfir.
Asap cair diperoleh dari pengembunan asap cair hasil penguraian senyawa-senyawa
organik yang terdapat dalam kayu sewaktu proses pirolisis. Asap cair mengandung
fenol dan karbonil yang berperan sebagai pengawet karena adanya sifat antimokroba
dan senyawa antioksidan. Sehingga dapat menghambat pertumbuhan jamur pada Urea
Air kelapa Multunutrien Blok (UAkMB) selama penyimpanan. Hal inilah yang
melatarbelkangidilakukannyapenelitianmengenaiPengaruh Pemberian Asap Cair
dalam Urea Air kelapa Multinutrien Blok (UAkMB) Terhadap Kandungan Protein
Kasar dan Serat Kasar.
Rumusan Masalah
Apakah dengan pemberian asap cair dengan level yang berbeda pada Urea Air
Kelapa Multinutrien Blok dapat meningkatkan kadar protein kasar dan serat kasar,
yang di simpan selama 21 hari.
Tujuan dan Kegunaan
3
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpemberian berbagai level
asap cair dalamUrea Air kelapa Multinutrien Blok (UAkMB) terhadap kadar protein
kasar dan serat kasar
Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan informasi bagi masyarakat
khususnya peternak mengenaipengaruh pemberian asap cair dengan level yang
berbeda pada Urea Air kelapa Multinutrien Blok (UAkMB) terhadap kadar protein
kasar dan serat kasar.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Air Kelapa
Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2%, lemak 0,15,
karbohidrat 7,27%, gula, vitamin, elektrolit dan hormon pertumbuhan. Kandungan
gula maksimum 3 gram per 100 ml air kelapa. Jenis yang terkandung adalah sukrosa,
glukosa, fruktosa dan sorbitol. Gula-gula inilah yang menyebabkan air kelapa muda
lebih manis dari air kelapa yang lebih tua. (Warisno, 2004)
Tabel 1. Komposisi Air Buah Kelapa
Sumber air kelapa (100g) Air kelapa muda Air kelapa tua
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Air
Bagian yang dapat dimakan
17,0 kal
0,2 g
1,0 g
3,8 g
15,0 g
8,0 g
0,2 g
95,5 g
100,0 g
-
0,14 g
1,5 g
4,6 g
-
0,5 g
-
91,5 mg
-
Sumber: Palungkun 1993
Air kelapa mengandung sedikit karbohdrat, protein, lemak dan beberapa
mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Disamping zat gizi
tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Setiap butir kelapa
mengandung 230-300 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan pH agak asam 5,6. Air
kelapa mengandung komposisi kimia dan nutrisi yang lengkap seperti hormon, unsur
hara makro dan unsur hara mikro (Palungkung, 1993).
Pemberian Urea Air kelapa Asap Cair Blok (UAkACB) pada ternak sapi Bali
dengan ransum dasar jerami padi fermentasi yang dipelihara selama 45-90 hari
masing-masing memberikan pertambahan berat badan 0,63 kg/ekor/hari dan 0,68
kg/ekor/hari (Abustam, dkk 2015).
5
Urea
Urea merupakan pupuk nitrogen yang paling mudah dipakai. Zat ini
mengandung nitrogen paling tinggi (46%) di antara semua pupuk padat. Urea mudah
dibuat menjadi pelet atau granula (butiran) dan mudah diangkut dalam bentuk curah
maupun dalam kantong dan tidak mengandung bahaya ledakan. Zat ini mudah larut
didalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk tanaman.
Kadang-kadang zat ini juga digunakan untuk pemberian makanan daun. Disamping
penggunaannya sebagai pupuk urea juga digunakan sebagai tambahan makanan
protein untuk hewan pemamah biak, juga dalam produksi melamin, dalampembuatan
resin, plastik, adhesif, bahan pelapis, bahan anti ciut, tekstil dan resin perpindahan ion.
Bahan ini merupakan bahan antara dalam pembuatan amonium sulfat, asam sulfanat,
dan ftalosianina (Austin, 1997).
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan
CO2. Bahan dasarnya biasa berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang
minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46%. Dalam proses pembuatan
urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau
terdapat dalam jumlah banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam urea harus
kurang 1,5-2,0%. Kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada
pertumbuhan awal tanaman (Ruskandi, 1996).
Urea merupakan salah satu sumber Non Protein Nitrogen (NPN) yang
mengandung 41-45%N. Disamping itu penggunaan urea dapat meningkatkan nilai gizi
makanan dari bahan yang berserat tinggi serta berkemampuan untuk merenggangkan
ikatan kristal molekul selulosa sehingga memudahkan mikroba rumen
memecahkanya(Basya, 1981).
6
Dedak Padi
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di indonesia. Sebagian bahan pakan yang bersal dari agroindustri.
Dedak mempunyai potensi besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak(Scott
et al.,1982). Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasar yang cukup
tinggi yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein
sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan
faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Kandungan protein yang
berkisar antara 12-13,5%, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan
ransum unggas. Dedak padi mengandung energi metabolisme berkisar antara 1640-
1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya
yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral(Rasyaf,2004).
Penggunaan 30% dedak padi dalam ransum ternyata menurunkan pertambahan
berat badan dan berat badan broiler. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan
lemak dan asam fitat dalam dedak padi menyebabkan fosfor yang terkandung
didalamnya tidak dapat diserat oleh ternak unggas (Scott et al., 1982). Hal inilah yang
menyebabkan dedak padi tidak dapat digunakan secara berlebihan. Menurut Hanafi
(2001), umumnya penggunaan dedak padi lebih dari 20% akan menghambat
pertumbuhan karena adanya kandungan asam fitat dalam dedak padi yang berada
dalam bentuk kompleks dengan protein, pektin dan polisakarida bukan pati atau serat
kasar sehingga protein dan fosfor sulit dicerna dan dimanfaatkan oleh ayam
Tepung Kedelai
Kedelai merupakan sumber protein yanga penting bagi manusia, apabila
ditinjau dari segi harga kedelai merupakan sumber protein yang murah, sehingga
sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai.
7
Kandungan asam amino penting yang terdapat dalam kedelai, yaitu isoleusin, leusin,
lisin, metionin, fenilalanin. Kedelai juga mengandungkalium , fosfor, besi vitamin A
dan B yang berguna bagi pertumbuhan manusia. Kandungan asam amino metionin dan
sistein agak rendah jika dibandingkan protein hewani (Cahyadi, 2006)
Tepung kedelai mengandung protein yang tinggi dibandingkan dengan biji-
bijian lainnya yang umum dipakai sebagai pakan. Kandungan protein kasar rata-rata
tepung kedelai adalah 37,9%. Tepung kedelai juga tinggi kandungan lemaknya 18%
dan rendah kandungan serat kasarnya 5 %. TDN tepung kedelai lebih tinggi dari
jagung, hal ini dapat dimengerti karena tingginya kadar lemak pada kedelai. Varietas
kedelai hitam mengandung lemak yang lebih rendah dari varietas kuning. Kedelai
agak rendah kandungan Ca 0,25%, fosfor juga rendah 0,59 (Anggrodi, 1979).
Kacang kedelai adalah salah satu bahan pakan yang penting bagi ternak ayam,
merupakan bahan akan biji-bijian bangsa legumonisa, mempunyai niali gizi yang
tinggi sebagai bahan pakan. Protein yang terkandung tinggi dan mudah dicerna.
Komposisi protein kacang kedelaiyakni glicinine sangat mendekati komposisi protein
hewani casein, sehingga biasa disebut casein dari tanaman. Protein kacang kedelai
kaya akan asam amino lisin, triptofan dan asam amino penting lainnya, akan tetapi
sistin yang banyak pada jagung hanya sedikit ditemui pada kacang kedelai dalam
campuran pakan sangat efisien karena adanya supplementary effect dari zat-zat gizi
keduanya. Efek kombinasi ini jauh lebih tinggi manfaat nilai gizinya daripada jagung
atau kacang yang diberikan secara sendiri-sendiri (Agustina dan Purwanti, 2012)
Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai
bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan
protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein
8
bungkil kedelai mencapai 44-51%. Halini selain oleh kualitas kacang kedelai juga
macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal
sebagai sumber protein dan energi(Rasyaf,1994).
Tabel.2. Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai
Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)
48,00
0,51
0,41
0,41
0,67
2290,00
Sumber:Scott(1982)
Tepung Rese
Tepung rese merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari
kepala dan kulitudang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa tepung rese
mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar, 6,62% lemak, 18,65% abu,
13,16 BETN (Anonim, 2007). Tepung rese yang digunakan dalam ransum pakan
buatan hanya sebesar 10% dan bila dipakai sebagai pengganti tepung ikan, maka
tepung rese mempunyai kelemahan, yaitu serat kasar tinggi dan mempunyai khitin.
Pemanfaatan limbah udang sebagai salah satu bahan penyusun ransum ternak
unggas dapat dilakukan, disebabkan limbah tersebut mempunyai kandungan zat-zat
makanan yang cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya. tepung kepala udang
sebelum dilakukan pengolahan mengandung zat-zat makanan yaitu protein 46,20%,
serat kasar 16,85% dan kalsium 9,40% (Resmi, 2000) .
Tepung limbah udang mengandung semua asam amoni esensial, juga sebagai
sumber asam amino aromatik seperti fenilalanin dan tirosin yang kandungannya lebih
tinggi daripada tepung ikan, lisin cukup tinggi yaitu 4,58% serta sumber asam amino
bersulfur (S) dengan kandungan metionin sebesar 1,26%(Purwaningsih,1990).
9
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Limbah Udang Tanpa Pengolahan dan Pengolahan
Nutrien Tepung Limbah Udang
Tanpa diolah
Tepung Limbah Udang
Olahan
Air (%)
Bahan Kering (%)
Protein Kasar (%)
Lemak (%)
Serat Kasar (%)
Abu (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Khitin (%)
Metionina (%)
Lisin (%)
Triptopan (%)
Retensi Nitrogen (%)
EM (kkal/kg)
Kecernaan protein
8,96
91,04
39,62
5,43
21,29
30,82
15,88
1,90
15,24
1,16
2,02
0,53
55,23
1984,87
52,00
14,60
86,40
39,48
4,09
18,71
30,94
14,63
1,75
9,48
0,86
1,15
0,35
66,13
2204,54
70,47
Sumber: Mirzah, 2006
Tepung Tapioka
Faktor-faktor yang membatasi penggunaan tepung tapioka dalam ransum
unggas terutama adalah rendahnya kadar protein, sifat amba, sifat berdebu, dan tidak
adanya pigmen atau zat pewarna. bahwa penggunaan tepung tapioca hingga 40%
dalam ransum ayam broiler (Togatorop, 1988).
Tepung tapioka atau tepung kanji berfungsi sebagai perekat agar bahan baku
yang ada dalam pakan dapat bersatu menjadi campuran yang homogen dan sebagai
pengikat antar komponen. Dengan demikian pakan tidak mudah hancur terurai
kembali ketika dimasukkan kedalam air. Bahan jadi perekat tersebut juga dapat
berfungsi sebagai sumber berbagai zat makanan. Tepung tapioka tersebut apabila
dilarutkan dalam air panas akan menghasilkan larutan kental yang lekat seperti lem
encer. Jumlah penggunaan bahan perekat ini dapat mencapai 10% dari seluruh bobot
ramuan (Mujiman, 1991)
10
Jagung Kuning
Pada peternakan ayam buras, penggunaan jagung sebagai bahan pakan masih
belum begitu meluas seperti pada peternakan ayam ras, karena dianggap cukup mahal.
Namun demikian, pada daerah-daerah produksi jangung melimpah ada baiknya
memanfaatkan jaagung sebagai bahan pakan ayam buras. Selain kandungan potein
jagung yang cukup baik (8,8% - 9,4%), jagung juga merupakan sumber provitamin A
yaitu sumber karoten dan energi yang baik(Agustina dan Purwanti, 2012).
Jagung sebagai bahan pangan, dapat dikonsumsi langsung maupun perlu
pengolahan seperti jagung rebus, bakar maupun dimasak menjadi nasi. Sebagai bahan
ternak, biji pipilan kering digunakan untuk pakan ternak bukan ruminansia seperti
ayam, itik, puyuh, dan babi, sedangkan seluruh bagian tanaman jagung atau limbah
jagung, baik yang berupa tanaman jagung muda maupun jeraminya dimanfaatkan
untuk pakan ternak ruminansia. Selain itu, jagung juga berpotensi sebagai bahan baku
industri makanan, kimia farmasi dan industri lainnya yang mempunyai nilai gizi
tinggi, seperti tepung jagung, grits jagung, minyak jagung, dextrin, gula, etanol, asam
organik dan bahan lainnya (Budiman, 2010).
Tabel 4. Komposisi Zat-zat Gizi Biji Jagung Kuning
Zat-zat Gizi
Bahan kering (%)
Protein kasar (%)
Serat kasar (%)
Lemak (%)
BETN (%)
Abu (%)
Ca (%)
P (%)
Energi Bruto (kkal/kg) Energi yang dapat dicerna(kkal/kg)
Energi metabolisme (kkal/kg)
TDN (%)
89,00
8,90
2,00
3,90
73,10
1,10
0,02
0,31
3918,00 3610,00
3394,00
82,00
-
Sumber : Parakkasi (1999)
11
Vitamin
Vitamin A dan E merupakan vitamin yang dibutuhkan oleh ternak yang
berperan sebagai antioksidan, membantu dalam perkembangan embrio dan fertilitas
ternak. Antioksidan mempunyai peran penting untuk mencegah kerusakan yang
ditimbulkan oleh radikal bebas. Radikal bebas yang meningkat menyebabkan
kemampuan pertahanan tubuh berkurang, hal tersebut menjadi pemicu timbulnya stres
pada ternak yang berdampak pada penurunan produksi telur dan kualitas telur tetas.
Stres dapat dicegah dan dikurangi dengan asupan antioksidan yang cukup ke dalam
tubuh ternak tersebut (West,et al 1992).
Selain sebagai antioksidan vitamin A dan E juga memiliki peranan penting
dalam proses reproduksi karena vitamin tersebut membantu dalam pembentukan
embrio. Penambahan pakan yang mengandung vitamin A dapat meningkatkan jumlah
pigmen karoten pada kuning telur dan peningkatan pigmen karoten dapat
meningkatkan warna kuning pada telur. Warna kuning dari telur ini sangat erat
kaitannya dengan tingginya kandungan vitamin A. Defisiensi vitamin A pada ayam
betina menyebabkan penurunan daya tetas telur dan kematian embrio pada masa
inkubasi minggu pertama (West,et al 1992).
Semakin banyak vitamin yang ditambahkan dalam ransum maka semakin
tinggi pula konsumsi vitamin itu sendiri. Ayam memerlukan asupan vitamin yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang dibutuhkan untuk berbagai reaksi
metabolik dalam tubuhnya (Rasyaf, 1997). Ayam juga sangat peka terhadap defisiensi
vitamin karena ayam sedikit sekali mendapatkan vitamin yang disintesis oleh
mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Pencegahan defisiensi vitamin pada
ternak dapat dilakukan dengan cara menambahkan vitamin dalam ransum basal ternak
12
(Wahju, 1997). Kebutuhan minimum vitamin A dan vitamin E ayam petelur sebesar
4000 dan 10 IU/e/hr (Rizal, 2006).
Mineral
Mineral merupakan zat makanan yang berperan dalam metabolisme tubuh
terutama pada ternak dan keberadaannya dalam tubuh ternak sekitar 5 % dari bobot
tubuh ternak. Mineral secara umum diklasifikasikan menjadi dua golongan
berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dalam pakan yaitu mineral makro dan mikro.
Murtidjo (2003) menambahkan bahwa mineral esensial diklasifikasikan kedalam
mineral makro dan mineral mikro tergantung kepada konsentrasi mineral tersebut
dalam tubuh hewan atau jumlah yang dibutuhkan dalam makanan.
Mineral bagi ternak ruminansia, selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri, juga digunakan untuk mendukung dan memasok
kebutuhan mikroba rumen. Apabila terjadi defisiensi salah satu mineral maka aktifitas
fermentasi mikroba tidak berlangsung optimum sehingga akan berdampak pada
menurunnya produktivitas ternak. Mineral secara umum diklasifikasikan menjadi 2
golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dalam pakan yaitu mineral makro
yaug dibutuhkan dalam jumlah lebih besar dan berada dalam tubuh ternak pada level
yang lebih tinggi yaitu lebih besar dari 100 ppm yang dinyatakan dalam persen (%)
dan mineral mikro yang dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit yaitu lebih kecil dari
100 ppm yang dinyatakan dalam ppm atau ppb. Mineral makro meliputi Ca, P, Mg,
Na, K, S dan Cl (Arora, 1995).
Mineral mempunyai peranan antara lain sebagai komponen struktural organ
tubuh dan jaringan, sebagai katalis dalam sistem enzim dan hormon, berperan dalarn
konstituen cairan tubuh dan jaringan atau sebagai larutan garam dalam darah dan
13
cairan tubuh lainnya yang berhubungan dengan tekanan osmotik dan keseimbangan
asam-basa. Mineral makro berfungsi dalam pembentukan struktur sel dan jaringan,
keseimbangan cairan dan elektrolit dan berfungsi dalam cairan tubuh baik intraseluler
dan ekstraseluler (Kerley, 2000).
Garam
Garam yang dimaksud adalah garam dapur (Nacl) dimana selai berfungsi
sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas. Na dan Cl untuk
memenuhi kebutuhan produksi optimum. Hampir semua bahan makanan nabati (
khususnya hijauan tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibandingkan
bahan makanan hewani(Parakkasi, 1999).
Garam diperlukan oleh semua jenis ternak, khususnya ternak herbivora.
Perbandingan kalsium dan natrium pada hijauan pakan dapat mencapai 17:1, sehingga
garam diperlukan untuk mempersempit rasio agar tidak terjadi aksi metabolik dari
tingginya kalsium. Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung pada
tingkat pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi dan suhu lingkungan.
Pemberian garam dapat disediakan dalam bentuk garam blok, garam biasa, mineral
mix, dan sebagai komponen ransum(Afria,2013).
Asap Cair
Pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair akan memiliki
senyawa fenol sebesar 4, 13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Senyawa-
senyawa tersebut mampu mengawetkan makanan sehingga mampu bertahan lama
karena memiliki fungsi utama yaitu sebagai pe nghambat perkembangan bakteri.
Pengawetan dengan asap cair memiliki beberapa keunggulan antara lain yaitu
lebih ramah dengan lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran udara,
14
bisa diaplikasi secara cepat dan mudah konsentrasi asap cair yang digunakan bisa
disesuaikan dengan yang dikehendaki, senyawa-senyawa penting yang bersifat
volatil mudah dikendalikan (Darmadji dan Purnomo. 1996).
Tabel. 5 Kandungan asap cair dari bahan baku tempurung kelapa dan tongkol jagung
Kandungan Tongkol Jagung Tempurung Kelapa
Phenol
Karbonil
Total Asam Asetat
2,55%
20,24%
4,48%
6,70%
3,35%
2,52%
Sumber: Hardiato, dkk. 2015
Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak
mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Untuk
mendapatkan asap yang baik sebaiknya mengunakan kayu keras seperti kayu bakau,
kayu rasamala, serbuk gergaji kayu jati serta tempurung kelapa sehingga diperoleh
produk asapan yang baik(Astuti,2000).
Asap cair merupakam asam cuka (vinegar) yang diperoleh dengan cara
destilasi kering bahan baku pengasapan seperti kayu, lalu diikuti dengan peristiwa
kondensasi dalam kondenser berpendingin air. Asap cair dapat digunakan sebagai
pengawet karena mengadung senyawa-senyawa antibakteri dan antioksidan. Asap cair
banyak menggunakan pada industri makanan sebagai preservative, industri farmasi,
bioinsektisida, pestisida, desinfektan, herbisida dan lain sebagainya(Wibowo, 2002).
Hipotesis
Diduga pemberian asap cair dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan
menurunkan serat kasar Urea Air kelapa Multinutrien Blok (UAkMB) selama
penyimpanan 21 hari.
15
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017 di Laboratorium
Industri dan Teknologi Pengolahan Pakan , Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar
Materi Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, kompor, panci
dandangan, cetakan UMB, timbangan, mesin penggiling.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, urea, tepung
kedelai,dedakpadi, jagung kuning, tepung rese, tepung tapioka, vitamin, mineral, Nacl
dan asap cair.
Metode Penelitian
Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 4perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuannya sebagai berikut:
P0 : UAkMB tanpa penambahan asap cair
P1 : UAkMB penambahan 1% asap cair
P2 : UAkMB penambahan 2% asap cair
P3 : UAkMB penambahan 3% asap cair
16
Kandungan nutrisi setiap bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan Urea
Air kelapa Multinutrien Blok (UAkMB) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan dalam Pembuatan UAkMB
Bahan Pakan Bahan
Kering
Protein
Kasar
Serat
Kasar
Lemak
Kasar
Kalsium Posfor
%
Air Kelapab
Ureaa
Dedak Padic
Bungkil Kedelaic
Tepung Tapiokaa
Tepung Rese
Jagung Kuningc
Mineral Mix
Garam
Asap Cair
-
-
89,60
88,60
89,70
91,40
89,10
-
-
-
0,14
287,00
12,90
49,00
2,50
45,00
9,00
-
-
-
-
-
11,40
14,37
4,00
17,59
2,00
-
-
-
1,0
-
13,00
1,50
0,50
6,62
4,00
-
-
-
-
0,04
12,00
0,32
0,30
7,76
0,02
16,20
0,10
-
0,5
5,00
0,21
0,24
0,12
1,31
0,10
5,20
-
-
Sumber: A=Anonim(2009) .B=Palungkun(1993) C=Anggorodi(1995).
Komposisi bahan dan kandungan nutrisi setiap perlakuan pada pembuatan
Urea Air kelapa Multinutrien Blok (UAkMB) tertera pada tabel 7.
Tabel 7. Komposisi Bahan Pakan pada setiap PerlakuanUAkMB
Bahan Pakan Perlakuan (%)
P0 P1 P2 P3
Air Kelapa 30 30 30 30
Urea 5 5 5 5
Dedak Padi 30 30 30 30
Bungkil Kedelai 5 5 5 5
Tepung Tapioka 10 10 10 10
Tepung Rese 4 4 4 4
Jagung Kuning 10 10 10 10
Mineral 3 3 3 3
Vitamin 2 2 2 2
Garam 1 1 1 1
Jumlah 100 100 100 100
Asap cair 0 1% 2% 3%
17
Tabel 8. Kandungan Nutrisi UAkMB
Nutrisi Kandungan (%)
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Kalsium
Fosfor
Energi Metabolisme
9,687
4,68
4,89
0,851
0,303
1291,45 kkal/kg
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan UAkMB
Semua bahan pakan yang masih kasar digiling terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin penggiling . Bahan pakan ditimbang berdasarkan formulasi setiap
perlakuan dan dicampur secara homogen, disangrai di atas wajan dengan suhu sekitar
40-500C selama 10 menit. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan cetakan UMB.
Setelah melakukan proses pencetakan UAkMB ini diangin-anginkan selama 6 jam.
18
Gambar 1. Alur Pembuatan UAkMB mengandung berbagai level asap cair
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-21 selama penyimpanan Urea Air
Kelapa Multinutrien Blok. Semua sampel akan dianalisis di Laboratorium Kimia
Pakan Ternak, Fakultas Peternakan.
Air Kelapa + urea +Nacl + Asap Cair
(Campuran I)
Tepung Kedelai + Tepun rese +
Mineral mix + Dedak padi +
Tepung tapioka + Jagung kuning
(Campuran II)
Campuran I dan II dicampur
sampai merata
Campuran disangrai selama 15
menit dengan api sedang
Pengemasan
Penyimapanan
Pengukuran pH dan penganbilan sampel untuk
analisis Serat Kasar dan Protein Kasar
Pencetakan
19
Parameter yang Diukur
1. Protein Kasar
Penentuan kadar protein kasar melalui metode Kjeldahl dengan
tahapansebagai berikut :
atau labu kjeldahl dan ditambahkan katalis (3 sendok tehcampuran selen) dan
20 ml H2SO4pekat teknis. Kemudian dicampurdengan cara menggoyang-
goyangkan labu tersebut. Kemudian campurandipanaskan dengan pembakaran
bunsen dengan nyala api secara bertahap.Sampel terus dipanaskan (destruksi)
hingga larutan menjadi jernih danberwarna hiau kekuning-kuningan dan kemudian
didinginkan.
labu penyuling (destilasi) yang telah diisi dengan batu didih dandiencerkan dengan
aquades sebanyak 300 ml. Kemudian dipasangkanpada rak destilasi yang
ditambahkan kurang lebih 90 ml NaOH 33% dandihubungkan dengan pipa destilasi.
Hasil destilasi berupa NH3dan air,ditangkap dengan Erlenmeyer yang telah diisi
dengan 10 ml H2SO4 0,3 Ndan 2 tetes indikator campuran merah metal (MM) dan biru
metal (BM).Proses destilasi ini dilakukan hingga semua N yang ada dalam labu
telahtertangkap oleh H2SO4dan proses destilasi berakhir setelah ada letupanpada
labu destilasi.
2SO40,3
N dititiar dengan larutan NaOH 0,3 N. proses titrasi dihentikansetelah terjadi
perubahan warna dari biru kehijauan yang menandakan titikakhir titrasi.Kadar protein
kasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagaiberikut:
20
Kadar protein kasar (%) =
x 100%
Keterangan :
V = volume titrasi contoh (0,0103 N)
N = normalitas larutan HCl atau H2SO4 sebagai penitar
P = faktor pengencer 100/5
2. Serat Kasar
1. Timbang sampel 0,5 g lalu masukkan ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 30 ml H2SO4 0,3 N dan direfluks selama 30 menit
3. Tambahkan 15 ml NaOH 1,5 N kemudian direfluks selama 30 menit dan
disaring menggunakan sintered glass no.1 sambil di isap dengan pompa
vakum.
4. Cuci dengan menggunakan 50 cc air panas, 50 cc H2SO40,3 N, 50 cc
alkohol.
5. Keringkan pada oven suhu 1050C, selama 8 jam atau biarkan bermalam
lalu dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian di timbang.
6. Tanurkan selama 3 jam lalu dimasukkan kedalam desiktor selama 30 menit
kemudian ditimbang.
Kadar Serat kasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar Sera Kasar (%) =
100%
21
Pengolahan Data
Data yang diperoleh di analisis ragam berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) 4x4 (4 perlakuan dan 4 ulangan) perlakuan yang berpengaruh nyata di uji
Duncan(Sudjana, 1991) dengan rumus matematika sebagai berikut:
Yij =Ui + + Pi+ €ij
Dimana :
Yij=Pengamatan ulangan ke-j dan perlakuan ke-i
Ui= Rataan umum
Pi= Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4)
€ij= Galat ulangan ke-i dan perlakuan ke-j (1,2,3,4)
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Fisik UAkMB Sebelum Penyimpanan
Hasil dari penelitian pembuatan UAkMB dengan penambahan asap cair dengan
level yang berbeda, pada perlakuan tanpa penambahan asap cair UAkMB tekstur
lembut serta warna coklat , sedangkan pada penambahan asap cair 1%, 2%, dan 3%
tekstur lembut, warna coklat dan bau asap. Semakin tinggi level asap cair bau asap
semakin menyengat kemudian dikemas dengan plastik bening dan disimpan selama 21
hari. Pengukuran pH dan pengambilan sampel untuk analisis kandungan protein kasar
dan serat kasar.
Kandungan Serat Kasar, Protein Kasar dan pH Urea Air Kelapa Multinutrien
Blok dengan perlakuan penambahan asap cair dengan level yang berbeda setelah
dilakukan penyimpanan dapat dilahat pada Tabel 9.
Tabel .9 Kandungan Serat Kasar, Protein Kasar dan pH UAkMB
Perlakuan Parameter
Protein Kasar Serat Kasar pH
P0 ( 0%) 23,39±0,81b 7,62±0,27 7,83
P1 (1%) 22,83±0,76b 7,76±0,59 7,82
P2 (2%) 22,81±0,62b 7,22±0,45 7,99
P3 (3%) 21,24±0,33a 7,39±0,37 7,87
Keterangan: a dan b menujukkan perlakuan berbeda nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar
Protein Kasar
Sidik ragam menujukkan bahwa pengaruh pemberian asap cair dengan level
yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar
UAkMB.
Uji Duncan menunjukkan pada perlakuan P0 nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingkan dengan P1, P2, P3, sedangkan perlakuan P0, P1, dan P2 tidak nyata
(P>0,05) terhadap kandungan protein kasar UAkMB. Kandungan protein kasar
23
mengalami penurunan mungkin disebabkan karena pengaruh penambahan asap cair
yang menekan pertumbuhan mikroba dalam UAkMB. Sesuai dengan
pendapatDarmadji (2002) Asap cair memiliki kemampuan sebagai bahan pengawet
karena adanya asam, fenol dan alkohol yang sama dengan asap pembakaran kayu.
Asap cair mengandung fenol dan karbonil yang berperan sebagai pengawet, anti
bakteri dan antioksidan. Asap cair dihasilkan dari pirolisis tempurung kelapa misalnya
aktivitas antimikroba yang tertinggi karena kandungan asam dan senyawa-senyawa
fenol
Sedangkan pada perlakuan P1, P2 dan P3 dengan penambahan asap cair
mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena intraksi yang kompleks antara
kondisi bahan pakan kondisi lingkungan dan organisme perusak kualitas bahan pakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle et al, (2010) menyatakan bahwa tujuan
penyimpanan adalah untuk mempertahankan kualitas dan sekaligus mencegah
kerusakan dan kehilangan (termasuk penyusutan ) yang disebabkan oleh faktor-faktor
luar maupun dalam.
Serat Kasar
Sidik ragam menujukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata
(P>0,05)terhadap kandungan serat kasar UAkMB
Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian asap cair pada Air
Kelapa Multinutrien Blok terhadap kandungan serat kasar tidak nyata antar
perlakuan.Hal ini diduga disebabkan oleh data kandungan serat kasar tiap perlakuan
sedikit perbedaannya, namun demikian data secara biologis menunjukkan bahwa
perlakuan P1 kandungan serat kasarnya paling tinggi dan paling rendah perlakuan P2.
Sesuai dengan pendapat Tursiman, dkk (2012) fenol merupakan salah satu zat aktif
24
yang dapat memberikan efek antibakteri dan antimikroba pada asap cair. Semakin
tinggi kadar total fenol suatu bahan maka aktifitas antibakterinya juga semakin
meningkat. Fenol selain memiliki aktivitas antibakteri dan antimikroba juga memiliki
aktivitas sebagai antioksidan. Semakin tinggi temperatur pirolisis maka kandungan
fenol pun meningkat
pH
Berdasarkan Tabel 8 menujukkan bahwa pH dengan penambahan asap cair
dengan level yang berbeda diperoleh pH tertinggi pada perlakuan P2 sebesar
7,99.Hasil ini menujukkan bahwa asap cair yang dihasilkan memiliki kualitas yang
baik terutama sebagai antibakteri. Yefrida (2008) menyatakan bahwa asap cair yang
dihasilkan dari tempurung kelapa memiliki pH 3,12. Hal ini menunjukkan asap cair
yang dihasilkan bersifat asam. Sifat asam berasal dari senyawa-senyawa asam yang
terkandung dalam asap cair terutama asam asetat dan juga kandungan asam lainnya.
Selain itu, kadar fenol juga mempengaruhi pH dari asap cair karena fenol memiliki
sifat asam yang merupakan pengaruh dari aromatisnya.
Asap cair tempurung kelapa merupakan hasil kondensasi asap tempurung
kelapa melalui proses pirolisispada suhu sekitar 4000C. Asap cair mengandung
berbagai komponen kimia seperti fenol, aldehid, keton, asam organik, alkohol dan
ester .Berbagai komponen kimia tersebut dapat berperan sebagai antioksidan dan
antimikroba serta memberikan efek warna dan citarasa khasasap pada produk pangan
(Karseno dkk. 2002).
25
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pemberian asap cair dengan level yang berbeda dalam pembuatan UAkMB
setelah disimpan 21 hari menurunkan kadar protein kasar
2. Pemberian asap cair 2% dalam pembuatan UAkMB setelah disimpan 21 hari
kandungan serat kasar paling rendah
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui manfaat
dan kegunaan asap cair dalam bidang peternakan
26
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, E., Yusuf, M., Said, M. I., dan MZ Mide . 2015. Implementasi Bagi
Masyarakat (IBM) Show room Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru, Laporan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Hal 25. Makassar
Afria, A. 2013. Evaluasi nutrisi fermentasi dedak padi menggunakan rumen dan
implikasinya terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Thesis. Fakultas
Peternakan Universitas Brawija. Hal.20. Malang.
Agustina, L dan S. Purwanti. 2012. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan I. Penerbit Rumah
Pengetahuan. Makassar.
Anonim. 2007. Limbah udang pengganti tepung ikan.
http://www.poutryindonesia.com. 1 hal. Diakses pada tanggal 10 Desember
2016
Anonim. 2009. Pengetahuan bahan makanan ternak. Tim Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Hal 6-10. Bogor
Anggrodi. 1979.Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan 2.Penerbit: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
. , 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan 5 Penerbit: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Arora. S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia.Cetakan 2.Penerbit
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Astuti. 2000. Pemanfaatan sabut dan tempurung kelapa serta cangkang sawit untuk
pembuatan asap cair sebagai pengawet makanan alami. Available at :
http://alcoconut.multiply.com/journal/item/6. Diakses pada tanggal 9 Desember
2016, Makassar.
Austin. 1997. Proses Industri Kimia, Mc Graw Hill Book Company: New York
Basya, S. 1981. Penggunaan dan pemberian urea sebagai bahan pakan ternak. Bulletin.
Lembaga Penelitian Peternakan XI. Institut Petanian Bogor, Hal 2-4. Bogor.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H dan Wotton, M. 2010. Ilmu
Pangan.Edisi ke-4. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Budiman, H. 2010. Sukses Bertanam Jagung Komoditas yang Menjanjikan. Penerbit
Baru Press. Bandung.
Cahyadi, S. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Cetakan
Pertama. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta.
27
Darmadji, P. 2002. Optimasi pemurnian asap cair dengan metode redistilasi. Jurnal
Tekhnologi dan Industri Pangan. Vol 8 (13). Bogor.
Darmadji dan Purnomo. 1996. Antibakteri Asap Cair Dari Limbah Pertanian.
Agritech 16(4) 19-22. Yogyakarta.
Grace, N.R. 1997. Cassava Prosessing Food and Agriculture Organisation Of Yunited
Nation. Roma.
Hanafi, N. D. 2001. Enzim sebagai alternatif baru dalam peningkatan kualitas
pakanuntuk ternak .Thesis. Program pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hal.
10- 15. Bogor.
Hardianto, L dan Yunianta. 2015. Pengaruh asap cair terhadap kimia dan organileptik
ikan tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal Pangan dan Agroindustri, Universitas
Brawijaya 3(4). Hal:1358. Malang
Karseno, P. Darmadji dan K. Rahayu. 2002. Daya hambat asapcair kayu karet
terhadap bakteri pengkontaminan lateks danribbed smoke sheet. Agritech
21(1):10-15
Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing Rumen Function. Departement of Animal
Sciences, University of Missouri – Columbia,Hal 3. Amerika Serikat.
Mirzah, 2006.Efek pemanasan limbah udang yang direndam dalam air abu sekam
terhadap kandungan nutrisi dan energi metabolisme pakan. Jurnal Peternakan.
Program pascasarjana, Universitas Padjajaran. Vol 30 No. 3 Hal. 189-197.
Bandung
Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Palungkun, R. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penerbit Swadaya. Jakarta
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan 1.
Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Purwaningsih. 1990. TeknologiPembekuan Udang. Cetakan 1.PenerbitSwadaya.
Jakarta.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan 1. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Cetakan 4. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
2004. Seputar Makanan Ayam kampung. Cetakan ke-8. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
28
Resmi. 2000. Pengaruh pemanfaatan tepung limbah udang olahan dalam ransum ayam
petelur terhadap penampilan produksi telur. Tesis. Pascasarjana Universitas
Andalas, Hal 2.Padang
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Penerbit Andalas University Press, Padang.
Ruskandi, 1996. Tingkat dosis pupuk dalam upaya peningkatan produktivitas kapas.
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Jurnal Prespektif Vol 6 (1) hal
22-34. Malang
Scott, M. L, M. C. Neisheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of Chiken. 3rd Edition,
Published M, L Scott and Associates: Ithaca, New York. Amerika Serikat.
Togatorop, M.H. 1988. Pengaruh penggunaan tapioka dalam ransum yang
mengandung tingkat energi dan protein terhadap performans ayam pedaging.
Disertasi S3. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.. Hal 3.Bogor
Tursiman, P. Ardiningsih, dan R. Noviani 2012. Total fenol fraksi etil asetat dari buah
asam kandis (Gracinia dioica blume). Jurnal Kimia Pangan Vol 1 (1). Hal 45-58.
Surabaya.
Wahju. J., 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Penerbit Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Warisno, 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata De Coco. Penerbit Agromedia
Pustaka. Jakarta.
West, C. E., S. R. Sijtsma, H. P. Peters, J. H. Rombout, and A. J. van-der-Zijpp,
1992. Production of chickens with marginal vitamin A deficiency. Br. J.Nutr.
The Netherlands.. 68, Hlm 283–291.Belanda
Whister L. R; Bemiller, N. James; Paschall, F. Eugene, 1984. Starch Chemistry and
Technology. New York. Page 220. London.
Wibowo, Singgih. 2002. Industri Pengasapan Ikan. Penerbit Swadaya. Jakarta
Yefrida, I. T. Leone, F. R. Aprilina, M. Salim, Refilda, 2009. Uji sifat anti bakteri asap
cair yang berasal dari limbah kayu suren (Toona suren ), sabut kelapa dan
tempurung kelapa ( Cocos nucifera linn). Jurnal Riset Kimia. Vol 1 (2). Hal.
187-191. Padang.
29
Lampiran 1. Sidik Ragam UAkMB dengan pemberian asap cair dengan level yang
berbeda terhadap kandungan protein kasar
Descriptives
protein kasar
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Perlakuan P0 4 23,3925 ,81168 ,40584 22,1009 24,6841 22,37 24,17
Perlakuan P1 4 22,8300 ,76083 ,38042 21,6193 24,0407 22,20 23,75
Perlakuan P2 4 22,8125 ,62083 ,31041 21,8246 23,8004 22,28 23,70
Perlakuan P3 4 21,4175 ,33639 ,16820 20,8822 21,9528 21,15 21,91
Total 16 22,6131 ,95582 ,23895 22,1038 23,1224 21,15 24,17
Test of Homogeneity of Variances
protein kasar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,709 3 12 ,218
ANOVA
protein kasar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8,495 3 2,832 6,523 ,007
Within Groups 5,209 12 ,434
Total 13,704 15
protein kasar
Duncana
perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
Perlakuan P3 4 21,4175
Perlakuan P2 4 22,8125
Perlakuan P1 4 22,8300
Perlakuan P0 4 23,3925
Sig. 1,000 ,259
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
30
Lampiran 2. Sidik Ragam UAkMB dengan pemberian asap cair dengan level yang
berbeda terhadap kandungan protein kasar
Test of Homogeneity of Variances
Serat kasar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,496 3 12 ,692
ANOVA
Serat kasar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,689 3 ,230 1,175 ,360
Within Groups 2,343 12 ,195
Total 3,032 15
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Serat kasar
Duncana
Perlakuan N Subset for
alpha = 0.05
1
Perlakuan P2 4 7,2225
Perlakuan P3 4 7,3975
Perlakuan P0 4 7,6200
Perlakuan P1 4 7,7650
Sig. ,133
Descriptives
Serat kasar
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Perlakuan P0 4 7,6200 ,27869 ,13934 7,1765 8,0635 7,39 7,98
Perlakuan P1 4 7,7650 ,59601 ,29801 6,8166 8,7134 7,04 8,48
Perlakuan P2 4 7,2225 ,45581 ,22790 6,4972 7,9478 6,67 7,78
Perlakuan P3 4 7,3975 ,37464 ,18732 6,8014 7,9936 7,07 7,77
Total 16 7,5013 ,44956 ,11239 7,2617 7,7408 6,67 8,48
31
Dokumentasi
Pembuatan Asap Cair dari Tempurung Kelapa
Proses Pembuatan, Penjemuran dan Pengemasan UAkMB
Pengambilan Sampel dan Pengukuran pH
32
Analisis kandungan Serat Kasar dan Protein Kasar
33
RIWAYAT HIDUP
Haryanti (I111 13 513)Lahir di Rappangi pada Tanggal 26
Juni1995, Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Anak dari pasangan Suharman dan Nurhayati .Mengenyam
pendidikan tingkat dasar pada SD Negeri 4 Rappang (2007),
kemudian melanjutkan pendidikan lanjutan pertama pada
SMP Negeri 2 Panca RIjang (2010). Dan melanjutkan pendidikan menegah SMK SPP
Negeri Rappang (2013), setelah menyelesaikan pendidikan SMApenulis melanjutkan
pendidikan pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin melalui jalur Mandiri (POSK) pada tahun 2013. Selama
kuliah penulis pernah aktif menjadi pengurus di lembaga kemahasiswaan Himaprotek
UH tahun 2015 - 2016.