Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

175
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN IKLIM DAN REALISASI INVESTASI DI KABUPATEN SERANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh : BAHRI PERMANA NIM. 080374 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2012

Transcript of Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

Page 1: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

0

EVALUASI PROGRAM

PENINGKATAN IKLIM DAN REALISASI INVESTASI

DI KABUPATEN SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

BAHRI PERMANA

NIM. 080374

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

2012

Page 2: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

1

ABSTRAK

Bahri Permana. NIM. 080374. 2012. Skripsi. Evaluasi Program Peningkatan

Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, Program Studi Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Dr. Agus Sjafari, M.Si., Pembimbing

II Arenawati, S.Sos., M.Si.

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi merupakan Program

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang yang bertujuan untuk meningkatkan

realisasi investasi. Namun, selama ini masih terdapat berbagai kendala yang

belum mendukung terhadap iklim investasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi

di Kabupaten Serang serta mengetahui faktor penghambatnya. Pada penelitian ini

teori yang digunakan ialah teori evaluasi kebijakan menurut Howlet dan Ramesh.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Program Peningkatan Iklim dan Realisasi

Investasi di Kabupaten Serang adalah tidak berhasil. Beberapa faktor penghambat

keberhasilan program ini antara lain: kurangnya sosialisasi kebijakan fasilitas

penanaman modal; kurangnya transparansi peraturan dan biaya perizinan; kondisi

infrastruktur jalan raya yang belum memadai; kurangnya jaminan kepastian

hukum; masih adanya pungutan liar pada proses perizinan; dan kurangnya

keterlibatan investor dalam perumusan kebijakan mengenai investasi. Oleh karena

itu, untuk memperbaiki iklim investasi tersebut harus ditingkatkan transparansi

peraturan dan perizinan, sanksi yang tegas terhadap aparatur yang melanggar, dan

peran aktif investor dalam perumusan kebijakan investasi.

Kata Kunci : evaluasi, iklim investasi.

Page 3: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

2

ABSTRACT

Bahri Permana. NIM. 080374. 2012. Thesis Paper. Evaluation Improvement of

Climate and Realization of Investment Program in Regency of Serang, Public

Administration Department, Faculty of Social and Political Science. Sultan

Ageng Tirtayasa University. Supervisor Dr. Agus Sjafari, M.Si., Co Supervisor

Arenawati, S.Sos., M.Si.

This research focus on improving realization of investment. But there are still

many problems which not support for that investment climate and also knowing

the inhibiting factor. This research using the theory of policy evaluation by

Howlet and Ramesh. For this research is method used quantitative descriptive

method. The result showed that improvement of climate program and realization

of investment in Regency of Serang was not successful. Some factors of inhibiting

the success of this program include: the lack of a policy socialization investment

facilities; lack of transparency of regulatory and licensing fees; condition of road

infrastructure that inadequate; uncertainty of legal certainty; persistence of

illegal levies on the licensing process, and minimum investor participation in the

formulation policy on investment. Recomendation from this research, to repair

that climate investment must be improved transparency and licensing rules, tough

sanctions against officials who violated, and have a role active in the formulation

of investment policy.

Key words: climate investment, evaluaation.

Page 4: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

0

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : BAHRI PERMANA

NIM : 080374

Tempat, Tanggal Lahir : Cibaliung, 19 Juni 1989

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Konsentrasi : Kebijakan Publik

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Peningkatan

Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” adalah hasil karya saya

sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung

unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, September 2012

Page 5: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

1

Page 6: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

0

Page 7: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

0

MOTTO

Sikap optimis akan selalu mencari alasan

untuk mewujudkan mimpi

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tua, kakak, adik,

seluruh keluarga serta para sahabat

yang selalu memberi inspirasi dan motivasi

Page 8: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

0

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, pemilik segala keagungan,

kesempurnaan dan kemuliaan. Dia-lah pencipta sekaligus penguasa tunggal alam

semesta beserta isinya. Semata-mata berkat rahmat, taufik dan hidaya-Nya skripsi

ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam semoga terlimpah kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta sahabatnya.

Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan Judul

“Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten

Serang”.

Hasil penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang

selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,

peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa;

2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa; Dosen Pembimbing Akademik dan sekaligus Pembimbing I

peneliti, terimakasih tak terhingga atas nasihat dan motivasinya kepada

peneliti, semoga menjadi modal awal menuju kesuksesan;

3. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan I FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

i

Page 9: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

1

4. Yth. Ibu Mia Dwianna W, M.Ikom., Pembantu Dekan II FISIP Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Yth. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Pembantu Dekan III FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Yth. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

7. Yth. Bapak Anis Fuad, S.Sos., Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu

Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

8. Yth. Ibu Arenawati, S.Sos., M.Si., Pembimbing II skripsi, terimakasih atas

nasihat dan sarannya yang konstruktif selama bimbingan MPA dan skripsi;

9. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu, semoga ilmu yang telah disampaikan

dapat bermanfaat;

10. Para Staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas

segala sumbangsihnya;

11. Untuk kedua orang tua, bapak dan ibuku yang selalu memberikan do’a penuh

ikhlas dan selalu bersabar demi kebahagiaan anaknya;

12. Kakak dan adik-adiku tercinta: Budi Mulyana, Badriah Fitroh, Beti Rohmah,

Basuki Abdullah, dan Bayu Ningsih yang senantiasa selalu setia memberikan

doa dan ketulusan hatinya demi kesuksesan peneliti;

13. Yth. Bapak Drs.H. Iman Sulaiman A, MM., Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Daerah Provinsi Banten;

ii

Page 10: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

2

14. Yth. Bapak Teddy Meiyadi, SE.,MM., Kabid Perencanaan Program dan

Anggaran Pembangunan Bappeda Provinsi Banten;

15. Yth. Bapak Falah Fardina, ST., MM., Kasubid Perencanaan Penganggaran

Pembangunan Bappeda Provinsi Banten;

16. Yth. Bapak Denny Maulana Rachman, S.Sos., Kasubid Perencanaan Program

Pembangunan Bappeda Provinsi Banten;

17. Yth. Bapak Yuyud Hubarjah, SE., Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag

Kabupaten Serang;

18. Yth. Bapak Supian Suri, Staf Pelaksana Bidang Perindustrian Disperindag

Kabupaten Serang;

19. Yth. Bapak Mustofa, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

Kabupaten Serang, sekaligus Komisaris PT. Lung Cheong Brothers

Industrial, terimakasih telah menyempatkan waktu untuk wawancara dengan

peneliti;

20. Yth. Bapak Ganda Heri Irawan, Direktur Utama PT. Puri Banten Progresif,

terimakasih atas informasi dan selalu memberikan inspirasi untuk menjadi

seorang interpreneur;

21. Yth. Bapak Ahmad Mariadi, HRD Manager PT. Namkwang Tech Indonesia;

22. Yth. Bapak Yosep Daok Klaut, HRD PT. Duta Printing Indonesia;

23. Yth. Bapak Vitalis Jebarus, SH., HRD PT. Yarindo Farmatama;

24. Yth. Bapak Marsel Leura, HRD PT. Budi Texindo Prakarsa;

25. Yth. Bapak Esra Sripadi, HRD & General of Affair PT. Balmer Lawrie

Indonesia;

iii

Page 11: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

3

26. Yth. Bapak M. Afriad Wiantara, General of Affair PT. Chemtech Perkasa

Raya;

27. Yth. Bapak Supradi, HRD PT. Sari Daya Plasindo;

28. Yth. Ibu Desi Ambarawati, SH., HRD PT. Sanfang Indonesia;

29. Yth. Ibu Yeni Sri Wahyuny, HRD & Purchasing PT. King Sun Indo Utama;

30. Yth. Ibu Siswanty, Scetion Head PT. Charon Pokphand Indonesia;

31. Yth. Bapak M. Asim Efendi, Supervisior PT. Indah Kiat Pulp and Papper;

32. Yth. Bapak Aris Susanto, Staf Personalia & General of Affair PT. Mitsuba

Indonesia II;

33. Yth. Bapak H. Hidayat dan Ibu Hj.Hidayat, terimakasih atas nasihat, motivasi

dan bantuannya sejak awal hingga peneliti selesai kuliah;

34. Maman Abdurahman, SE., biasa dipanggil Pman Chipoetra dan Dadan

Suryana, S.Sos., terimakasih atas motivasi dan bantuannya, semoga Allah

SWT membalas kebaikannya semua.

35. Tedi Hermawan, S.Sos dan Tirta Kusuma, S.Sos, kedua sahabat sebagai

teman diskusi hangat selama empat tahun lamanya bergelut dengan buku;

36. Ahmad Fauzan, Agus Humaedi, Tb. Yahdi Mayassa, Bayu Nugraha, Yadi

Hidayat, yang sedang bersemangat menyelesaikan skripsinya, semoga

sukses, amiiin;

37. Teman-teman Kosan Pondok Winaya: Andani Pratama, Eri Nuryatna, S.Pd,

Muhammad Imanudin, Hirdan Setiadi, Chaerul Anwar, dan yang lainnya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya, semoga

semakin erat persaudaraannya;

iv

Page 12: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

4

38. Rosiana Riandari, terimakasih sudah membantu peneliti dalam wawancara

dengan pengusaha (investor) ; dan

39. Kawan-kawan ANE Kelas A Angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu semoga kita semua sukses, amiiin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurang

sempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat berharap adanya saran dan kritik yang

bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini lebih lanjut.

Serang, September 2012

Peneliti

v

Page 13: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................. 13

1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 13

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 14

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 14

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 14

1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 15

vi

Halaman

Page 14: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

6

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Kebijakan Publik .................................................................. 18

2.2 Teori Evaluasi Kebijakan Publik .......................................................... 20

2.3 Teori Investasi ...................................................................................... 32

2.3.1 Definisi Investasi ........................................................................ 32

2.3.2 Kriteria Investasi......................................................................... 33

2.3.3 Faktor – faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi ............... 35

2.4 Kerangka Berfikir ................................................................................. 39

2.5 Hipotesis ............................................................................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ................................................................................. 44

3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 46

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 49

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 53

3.4.1 Uji Validitas ................................................................................ 56

3.4.2 Uji Reliabilitas ............................................................................ 57

3.4.3 Uji t-test ...................................................................................... 58

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................. 60

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang ........................................ 60

4.1.2 Perkembangan Investasi di Kabupaten Serang ........................... 63

vii

Page 15: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

7

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ............................................................ 66

4.2.1 Uji Validitas Instrumen ............................................................... 66

4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................... 68

4.3 Deskripsi Data ...................................................................................... 70

4.3.1 Identitas Responden .................................................................... 70

4.3.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 71

4.3.1.2 Responden Berdasarkan Usia ......................................... 72

4.3.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan................. 73

4.3.1.4 Responden Berdasarkan Status Penanaman Modal ........ 74

4.3.2 Analisis Data ............................................................................... 76

4.3.2.1 Evaluasi Administratif ................................................... 77

4.3.2.2 Evaluasi Judisial ............................................................. 96

4.3.2.3 Evaluasi Politik .............................................................. 117

4.3 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 121

4.4 Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................. 125

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 134

5.2 Saran ..................................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii

Page 16: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Struktur Investasi Banten ................................................... 3

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ......................................................... 42

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis untuk Uji

Hipotesis Pihak Kiri ...................................................................... 124

ix

Halaman

Page 17: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

9

DAFTAR TABEL

Tabel 11 Pengelompokan Perusahaan Berdasarkan Daerah ........................... 4

Tabel 1.2 Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang .................... 6

Tabel 1.3 Jumlah Industri di 9 Kecamatan di Kabupaten Serang .................... 7

Tabel 1.4 Daftar Jenis Perizinan Investasi yang menjadi Kewenangan

Bupati/Walikota dan Gubernur di Provinsi Banten ......................... 10

Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi Kebijakan ............................................................. 25

Tabel 2.2 Pendekatan Evaluasi Kebijakan ....................................................... 27

Tabel 2.3 Tipe Evaluasi Penelitian .................................................................. 29

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen Penelitian .................................................. 47

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 48

Tabel 3.3 Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten Serang (Pupolasi) ........ 50

Tabel 3.4 Perhitungan Sampel Penelitian ....................................................... 53

Tabel 3.5 Jadwal dan Waktu Penelitian .......................................................... 59

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan di Kabupaten Serang .......................................... 62

Tabel 4.2 Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang .................... 63

Tabel 4.3 Sebaran Jumlah Perusahaan di Kabupaten Serang .......................... 65

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ......................................... 67

Tabel 4.5 Statistik Reliabilitas Instrumen ........................................................ 67

Tabel 4.6 Kriteria Analisis Deskripsi ............................................................... 77

Tabel 4.7 Jumlah Skor Rata-rata Jawaban Responden .................................... 133

x

Halaman

Page 18: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

10

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 71

Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia..................................... 72

Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan............. 73

Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Penanaman Modal.... 75

Diagram 4.5 Effort Evaluation (Evaluasi Input Program).............................. 78

Diagram 4.6 Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)................ 83

Diagram 4.7 Adequacy of Performance Evaluation (Evaluasi Kesesuaian

Program dengan Tujuan yang Ditetapkan).............................. 86

Diagram 4.8 Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)....... 89

Diagram 4.9 Process Evaluation (Evaluasi Proses)....................................... 94

Diagram 4.10 Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi........................ 97

Diagram 4.11 Sistem Hukum........................................................................... 101

Diagram 4.12 Etika........................................................................................... 105

Diagram 4.13 Aturan Administratif Negara..................................................... 109

Diagram 4.14 Hak Asasi Manusia.................................................................... 114

Diagram 4.15 Evaluasi Politik.......................................................................... 117

Diagram 4.16 Skor Rata-rata Item Instrumen Penelitian.................................. 132

xi

Halaman

Page 19: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemekaran Daerah Provinsi Banten dari Provinsi Jawa Barat yang

secara yuridis ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000

tentang Pembentukan Provinsi Banten merupakan manifestasi dari keinginan

masyarakat Banten akan perubahan nasib ke arah yang lebih baik. Jika dilihat

secara historis dan kekayaan alam yang dimiliki, Banten merupakan daerah

yang memiliki potensi dan daya dukung untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Oleh karena itu, dengan dibentuknya Provinsi Banten ini diharapkan dapat

menjadi langkah awal untuk membangun dan mewujudkan cita-cita luhur

masyarakat Banten.

Selama sepuluh tahun lebih Banten menjadi provinsi tentu terdapat

perubahan pada berbagai aspek baik ekonomi, sosial budaya, politik,

pendidikan, hukum, dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal

tersebut tentunya harus dijadikan investasi awal bagi pemerintah dalam

membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan pembangunan demi

terwujudnya kesejahteraan masyarakat Banten .

Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat seharusnya dilakukan

dengan meningkatkan patnership antar stakeholders pembangunan yaitu

pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah memiliki fungsi dan peran

strategis dalam dalam perekonomian. Rossen dalam Khusaini menyatakan

bahwa tinjauan fungsi pemerintah dalam perekonomian antara lain (1) Fungsi

1

Page 20: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

2

Alokasi, yaitu pemerintah mempunyai peran dalam mengalokasikan sumber-

sumber ekomoni yang ada dalam perekonomian kepada seluruh masyarakat;

(2) Fungsi distrbusi, yaitu peran pemerintah dalam perekonomian dalam

mendistribusikan sumber-sumber ekonomi (pendapatan) kepada seluruh

masyarakat; dan (3) Fungsi stabilisasi, yaitu pemerintah berperan dalam

menjamin dan menjaga stabilisasi perekonomian secara makro (aggregate),

misalnya level yang diinginkan (one digit inflation), keseimbangan neraca

pembayaran, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain, dalam rangka mencapai

stabilitas ekonomi secara nasional.44

Jika partnership telah dilakukan dengan

baik maka diharapkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi akan terwujud

yang pada akhirnya terciptalah kesejahteraan pada masyarakat.

Selama ini pertumbuhan perekonomian Provinsi Banten menunjukan

hasil yang progresif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator

perekonomian makro, seperti, seperti Laju Pertumbuhan Ekonomi, Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), Perkembangan Kinerja Sektoral,

Pendapatan Per Kapita, Nilai dan Laju Inflasi, Pendapan Asli Daerah dan

Struktur Investasi Daerah.45

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran

penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu juga di Provinsi

Banten, peran investasi terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan.

Tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh terus meningkatnya

44

Khusaini, Muhammad. 2006. Ekonomi Publik: Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan

Daerah. BPFE UNIBRAW. Hal 14 45

Peraturan Gubernur Banten Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Banten Tahun 2011.

Page 21: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

3

PDRB dimungkinkan karena kegiatan ekonomi yang didorong oleh investasi

masyarakat, dunia usaha dan investasi pemerintah melalui APBD (Provinsi

dan Kabupaten / Kota) dan APBN. Dalam struktur investasi Banten, sektor

swasta dan rumah tangga menyumbang 81,3 % dan sektor pemerintah sebesar

18,7 %. Investasi pemerintah yang hanya 18,7 % tersebut, dimana konstribusi

APBN sebesar 42 % dan APBD Kabupaten/Kota serta APBD Provinsi sebesar

58 %. Struktur investasi Banten tercantum dalam grafik berikut ini :

Gambar 1.1 Grafik Struktur Investasi Banten

Sumber : Analisis I-O, BPS Banten – 2009

Berdasarkan grafik tersebut diatas, maka struktur investasi Banten

didominasi oleh investasi swasta. Besarnya investasi swasta tersebut

berimplikasi terhadap perekonomian daerah yang ternyata bertumpu pada

sektor industri pengolahan, dimana rata-rata kontribusinya selama periode

2002 – 2009 sekitar 52 % terhadap pembentukkan PDRB dan mengalami laju

pertumbuhan rata-rata mencapai sekitar 6 % per tahun. Dalam periode tahun

2008 - 2009, nilai seluruh investasi pada unit ekonomi Provinsi Banten untuk

8,015,34 5,34

32,52

48,78

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

APBN APBD Provinsi APBD Kab-Kota PMDA-PMA UKM-K

Pemerintah Swasta- RT

Page 22: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

4

menambah modal usaha ekonomi adalah sebesar Rp. 22,84 trilyun. Investasi

ini merupakan pembentukan modal tetap bruto yang dilakukan oleh usaha

kecil, menengah dan besar yang melakukan kegiatan ekonomi serta

pemerintah (APBN dan APBD) Provinsi dan kabupaten/kota.46

Perusahaan yang berinvestasi di Kabupaten serang memberikan

kontribusi cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi

Banten setelah Tangerang. Hal ini secara jelas dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1.1

Pengelompokan Perusahaan Berdasarkan Daerah

No Kota Asal Total Perusahaan

Total Perusahaan

dalam Persen (%)

1 Tangerang 654 83%

2 Serang 64 8%

3 Cilegon 54 7%

4 Lebak 7 1%

5 Jakarta-

Tangerang

9 1%

6 Bojonegara 3 0,4%

7 Merak 1 0,1%

Total 790 100%

Sumber: BKPMD Provinsi Banten, 2009

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa total perusahaan (total

companies) yang melakukan investasi di Kabupaten Serang sejumlah 64

perusahaan atau sebesar 8% dari 790 perusahaan yang tersebar di 7 kawasan

daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Jumlah 64 perusahaan tersebut

ialah proyek PMDN skala besar dengan nilai investasi 10 milyar ke atas dan

46

LAKIP Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Tahun 2010.

Page 23: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

5

proyek PMA yang dalam pengelolaannya merupakan kewenangan BKPMD

Provinsi Banten dan BKPM Pusat. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan

beberapa Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Banten, Kabupaten Serang

merupakan daerah yang memiliki potensi investasi kedua terbesar setelah

Tangerang.

Meskipun potensi investasi di Kabupaten Serang tergolong besar,

namun realisasi peningkatan investasinya tidak bersifat progresif, bahkan

yang terjadi ialah selalu mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif).

Untuk melihat realisasi peningkatan investasi di Kabupaten Serang dapat

dilihat dari rekapitulasi pemberian izin Tanda Daftar Industri (TDI) dan Izin

Usaha Industri (IUI).

Tanda Daftar Industri (TDI) adalah izin usaha industri yang

diwajibkan kepada perusahaan industri kecil dengan nilai investasi di atas

Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,-

(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Sedangkan Izin Usaha Industri (IUI) adalah izin usaha industri yang

diwajibkan kepada perusahaan jenis industri dengan nilai investasi

perusahaan seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.47

Adapun realisasi peningkatan investasi di Kabupaten Serang dari

tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah

ini:

47

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 41/M-IND/PER/6/2008 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar

Industri. Pasal 8 ayat (1), (2) dan (3).

Page 24: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

6

Tabel 1.2

Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang

Berdasarkan Rekapitulasi Pemberian TDI dan IUI

No Tahun Daftar Rekapitulasi

Pemberian TDI

Daftar Rekapitulasi

Pemberian IUI

1 2001 10 Perusahaan 10 Perusahaan

2 2002 16 Perusahaan 9 Perusahaan

3 2003 13 Perusahaan 5 Perusahaan

4 2004 51 Perusahaan 13 Perusahaan

5 2005 56 Perusahaan 13 Perusahaan

6 2006 56 Perusahaan 20 Perusahaan

7 2007 100 Perusahaan 22 Perusahaan

8 2008 36 Perusahaan 12 Perusahaan

9 2009 96 Perusahaan 32 Perusahaan

10 2010 12 Perusahaan 38 Perusahaan

11 2011 10 Perusahaan 14 Perusahaan

Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2001- 2011

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas terlihat bahwa secara

umum realisasi investasi di Kabupaten Serang mengalami kenaikan dan

penurunan (fluktuatif). Pada tahun 2001 hingga 2007 realisasi investasi di

Kabupaten Serang mengalami kenaikan, sedangkan dari tahun 2007 hingga

2011 mengalami penurunan. Salah satu faktor penurunan angka investasi

tersebut karena dipekarkannya Kabupaten Serang menjadi Kota Serang

(daerah otonom baru) dan Kabupaten Serang (daerah induk). Konsekuensinya

adalah berkurangnya angka investasi di Kabupaten Serang, karena beberapa

perusahaan yang awalnya terdaftar di Disperindag Kabupaten Serang terpaksa

harus dialihkan ke Disperindag Kota Serang karena beberapa perusahaan

tersebut secara administratif terletak di Kota Serang.

Berdasarkan data Disperindag Kabupaten Serang tahun 2011, total

perusahaan yang melakukan investasi di Kabupaten Serang hingga tahun

Page 25: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

7

2011 berjumlah 301 perusahaan yang tersebar di 9 Kecamatan di Kabupaten

Serang.48

Adapun jumlah perusahaan tiap Kecamatan bisa dilihat pada tabel

1.3 berikut:

Tabel 1.3

Sebaran Jumlah Industri di 9 Kecamatan Kabupaten Serang

No Nama Kecamatan Jumlah Perusahaan

1 Kibin 99 Perusahaan

2 Cikande 74 Perusahaan

3 Kopo 14 Perusahaan

4 Pulo Ampel 21 Perusahaan

5 Kramatwatu 20 Perusahaan

6 Bojonegara 11 Perusahaan

7 Kragilan 13 Perusahaan

8 Ciruas 11 Perusahaan

9 Jawilan 38 Perusahaan

TOTAL 301 Perusahaan

Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2011.

Realisasi investasi perusahaan sejumlah 301 perusahaan tersebut

merupakan total proyek PMDN (skala kecil, menengah, dan besar) dan PMA.

Sehingga jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan data jumlah

perusahaan di BKPMD Provinsi Banten.

Pada sisi lain peneliti melihat iklim investasi di Kabupaten Serang

belum berjalan dengan baik. Hasil observasi pendahuluan yang peneliti

lakukan, pelaksanaan investasi di Kabupaten serang masih terhambat oleh

beberapa masalah antara lain masalah kelembagaan, masalah tenaga kerja dan

infrastruktur fisik. Pertama, Masalah kelembagaan ialah mencakup dua hal

yaitu kurangnya kepastian hukum dan masalah perizinan investasi. Kebijakan

yang sudah dikeluarkan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah dalam

48

Disperindag Kabupaten Serang, 2011

Page 26: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

8

meningkatkan iklim dan minat investasi sebenarnya sudah menjamin terhadap

kegiatan investasi di Kabupaten Serang. Di tingkat Provinsi Banten, karena

belum mempunyai perda yang mengatur tentang penanaman modal dan

kegiatan investasi maka dalam pelaksanaanya masih mengacu pada Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sedangkan di

Kabupaten Serang sudah terdapat beberapa kebijakan yang berkaitan dengan

investasi misalnya melalui: Peraturan Menteri Perindustrian Republik

Indonesia Nomor : 41/M-IND/PER/6/2008 Tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar

Industri; Perda Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu; dan

Peraturan Bupati Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelimpahan sebagian

kewenangan Bupati kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu. Oleh

karena itu jika dilihat dari kebijakan yang sudah ada sebenarnya sudah

menjamin terhadap pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang. Namun

kelemahannya ialah masih kurangnya proses evaluasi dan pengawasan

terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut oleh lembaga terkait yang

berwenang seperti BKPM, BKPMD Provinsi Banten, Disperindag Provinsi

Banten, Inspektorat Provinsi Banten dan Disperindag Kabupaten Serang.

Sehingga pungutan-pungutan liar di luar birokrasi pun seringkali terjadi.

Pungutan liar tersebut biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang

terorganisir yang biasanya mengatasnamakan LSM maupun organisasi

misalnya dari pemerintah daerah (pegawai yang mengurus perizinan), LSM,

Page 27: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

9

serta kelompok preman yang meminta jatah dari kegiatan investasi yang

dilakukan di Kabupaten Serang.49

Kendala lain dalam kegiatan investasi ialah masalah birokrasi dan

pengurusan izin yang belum optimal. Masalah perizinan ini yang sering

dikeluhkan oleh para investor terutama investor asing dirasakan cukup

berbelit-belit sehingga menguras waktu, tenaga dan biaya. Hal ini dapat

terjadi antara lain karena: (1) Untuk pengurusan izin-izin tersebut harus

mendatangi berbagai instansi; (2) Kekurang pahaman terhadap peraturan-

peraturan yang ada karena peraturan tersebut tidak terdata dengan baik; serta

(3) Peraturan antara daerah yang satu dengan lainnya belum tentu sama.50

Selain kendala tersebut, durasi waktu perizinan pun seringkali tidak sesuai

dengan prosedur perizinan yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 41/M-IND/PER/6/2008

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin

Perluasan dan Tanda Daftar Industri. Dimana seharusnya durasi waktu

perizinan paling lambat 5 hari kerja. Sedangkan dalam pelaksanaannya

seringkali melebihi (5 hari kerja) bahkan ada yang memakan waktu hingga

berbulan-bulan. Kalaupun ada investor yang perizinannya diproses dalam

waktu yang cepat, sudah tentu karena faktor kedekatan emosional investor

dengan birokrat di daerah serta adanya uang tambahan untuk mempercepat

proses perizinan tersebut.

49

Hasil wawancara dengan Bapak Ganda Heri Irawan selaku Direktur Utama PT Puri Banten

Progresif. (Jum’at, 16 Desember 2011. Pukul 13.00 WIB) 50

BKPMD Provinsi Banten. 2010. Pelayanan Penanaman Modal atau Inventarisasi Jenis-Jenis

Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Provinsi Banten.

Page 28: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

10

Tabel 1.4

Daftar Jenis Perizinan Investasi yang menjadi Kewenangan

Bupati/Walikota dan Gubernur di Provinsi Banten

No Jenis Izin Biaya Retribusi Durasi Waktu

Dasar Hukum yang dijadikan Landasan

Perizinan

Kewenangan Pemberian Izin

1 Tanda Daftar Industri (TDI) dengan skala investasi di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Maksimal sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah)

Dikenakan 1 (satu) kali pada waktu

penerbitan

5 hari kerja

Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-

IND/PER/6/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri

Kabupaten/Kota (Bupati/ Walikota)

2 Izin Usaha Industri (IUI) dengan skala investasi Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) ke bawah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri

Maksimal sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

Dikenakan 1 (satu) kali pada waktu

penerbitan

5 hari kerja

Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-

IND/PER/6/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri

Kabupaten/Kota (Bupati/ Walikota)

3 Izin Usaha Industri (IUI) dengan skala investasi di atas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) termasuk tanah dan bangunan tempat, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri

Maksimal sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) Dikenakan 1

(satu) kali pada waktu penerbitan

5 hari kerja

Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-

IND/PER/6/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri

Provinsi (Gubernur)

4 Izin Usaha Industri (IUI) skala investasi sampai dengan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang berlokasi pada lintas Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri

Maksimal sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) Dikenakan 1

(satu) kali pada waktu penerbitan

5 hari kerja

Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-

IND/PER/6/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri

Provinsi (Gubernur)

5 Izin Perluasan dengan skala investasi di atas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk bangunan tempat, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri

Maksimal sebesar Rp. 750.000,-

(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

Dikenakan 1 (satu) kali pada waktu

penerbitan

5 hari kerja

Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-

IND/PER/6/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri

Provinsi (Gubernur)

6 Izin Perluasan skala investasi samapi dengan di atas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang berlokasi pada lintas Kabupaten/kota dalam satu Provinsi kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri

Maksimal sebesar Rp. 750.000,-

(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

Dikenakan 1 (satu) kali pada waktu

penerbitan

5 hari kerja

Peraturan Menteri Perindustrian No.41/M-

IND/PER/6/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan

dan Tanda Daftar Industri

Provinsi (Gubernur)

Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 41/M-IND/PER/6/2008

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan

Tanda Daftar Industri.

Page 29: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

11

Kedua, masalah tenaga kerja yang berkaitan dengan iklim investasi

salah satunya ialah kebijakan penetapan UMK (Upah Minimum

Kabupaten/Kota). Dalam hal penetapan UMK, Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang belum sepenuhnya mampu mewujudkan kebijakan yang memuaskan

baik bagi pihak pengusaha maupun pihak buruh. Kondisi tersebut bisa dilihat

dengan adanya tuntutan dan demonstrasi yang dilakukan oleh para buruh

sebagai bentuk protes atas kebijakan penetapan UMK yang dianggap terjadi

kesenjangan antara Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya. Masalah

penentuan UMK yang terjadi di Kabupaten Serang misalnya, gerakan Aliansi

Serikat Pekerja Buruh (ASPSB) Serang yang dilakukan pada hari selasa 10

Januari 2011 yang menuntut Pemerintah Daerah Kabupaten Serang untuk

merevisi UMK Serang. Hal ini beralasan bahwa sebelum ditetapkan UMK

2012 di Tangerang, selisih antara UMK di Tangerang Raya dan Kabupaten

Serang sebesar Rp 60.500 dengan KHL (kebutuhan hidup layak) Tangerang

Rp 1.381.000. Sedangkan KHL Kabupaten Serang Rp 1.320.500.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka ASPSB Serang mengajukan

permohonan kepada Gubernur untuk penetapan revisi UMK Kabupaten

Serang tahun 2012 dari Rp 1.320.500 menjadi Rp 1.469.500. Nilai revisi

UMK tersebut untuk menjaga agar selisih UMK Kabupaten Serang dengan

Tangerang Raya tetap Rp 60.500.51

Namun, usulan revisi UMK sebesar Rp

1.469.500 tersebut tidak langsung disetujui, dan berdasarkan proses

negosiasai yang berlangsung cukup alot antara pihak buruh dengan

51

http://www.radarbanten.com/.../6071-kini-giliran-buruh-kota-serang-minta-revisi-umk (Tanggal

akses 12 Januari 2011. Pukul 20.30 WIB).

Page 30: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

12

Taufik Nuriman selaku Bupati Kabupaten Serang maka disetujuilah nilai

UMK sebesar Rp. 1.410.000.52

Melihat permasalahan kebijakan UMK

tersebut, maka dihawatirkan akan mengganggu iklim investasi di Kabupaten

Serang. Dampaknya yang akan terjadi kemungkinan meningkatnya jumlah

PHK buruh dan menurunnya minat investor untuk berinvestasi di Kabupaten

Serang.

Ketiga, masalah infrastruktur fisik dapat dilihat dengan banyaknya

lokasi-lokasi kemacetan lalu lintas yang disebabkan adanya perubahan tata

guna lahan sekitar yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jalan, baik

melalui pelebaran jalan maupun rekayasa lalu lintas, sedangkan permasalahan

lainnya adalah keterbatasan daya dukung jalan untuk mendukung permintaan

pergerakan barang dan pelanggaran muatan lebih oleh angkutan barang yang

menyebabkan terjadinya penurunan umur rencana jalan, terutama jalan-jalan

pada jalur untuk melayani kawasan-kawasan ekonomi seperti pertambangan,

industri, dan lain-lain. Sedangkan untuk transportasi laut, masih terbatasnya

kapasitas pelabuhan dan daya dukung akses jalan, baik di wilayah Kabupaten

Serang maupun sekitarnya daerah yang berbatasan telah berdampak pada

perekonomian regional dan nasional, hal ini dapat dilihat terjadinya antrian

bongkar-muat barang di pelabuhan, gangguan kelancaran lalu lintas dari dan

ke kawasan pelabuhan. Ketidaklancaran lalu lintas, juga akan berdampak

pada kelancaran eksport-import.53

52

Radar Banten, Rabu 11 Januari 2012 53

Peraturan Gubernur Banten Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Provinsi Banten Tahun 2011.

Page 31: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

13

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya kualitas kelembagaan dalam menjamin kepastian hukum

dan proses perizinan investasi di Kabupaten Serang.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Serang belum sepenuhnya mampu

membuat kebijakan penetapan UMK yang memuaskan baik bagi pihak

pengusaha (investor) maupun pihak buruh.

3. Belum memadainya akses infrastruktur bagi keberlangsungan investasi

di Kabupaten Serang.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk memperjelas substansi dan dan

sasaran dari masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini peneliti membatasi

masalah yaitu sebagai berikut:

1. Investasi yang menjadi objek penelitian ialah investasi di bidang

industri.

2. Investor serta organisasi himpunan pengusaha sebagai subjek

penelitian.

3. Lokus penelitian yaitu di Kabupaten Serang.

Page 32: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

14

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah tersebut,

kemudian peneliti merumuskan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan program peningkatan iklim dan realisasi

investasi di Kabupaten Serang?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan program

peningkatan iklim dan realisasi investasi di Kabupaten Serang ?

1.5 Tujuan Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi objektif

mengenai iklim investasi di Kabupaten Serang dengan tujuan menjelaskan dan

menganalisis program peningkatan iklim dan realisasi investasi di Kabupaten

Serang serta mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap

pelaksanaan program tersebut.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan khasanah

ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi

Negara mengenai kebijakan publik. Selain itu dapat mempertajam dan

mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia akademis.

Page 33: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

15

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah daerah, khusunya dalam

meningkatkan keberhasilan program peningkatan iklim dan realisasi

investasi di Kabupaten Serang pada masa mendatang

b. Bahan referensi bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi

Negara khususnya dan pembaca pada umumnya dalam memahami

pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

penelitian. Latar belakang masalah merupakan deskripsi ruang lingkup serta

kedudukan masalah yang akan diteliti yang dipaparkan secara deduktif.

Identifikasi masalah merupakan masalah awal yang muncul dari proses

observasi awal dan wawancara pendahuluan. Batasan dan perumusan

masalah menetapkan masalah yang paling urgen yang sesuai dengan judul

penelitian serta mendefinisikan masalah yang telah ditetapkan dalam bentuk

definisi konsep dan definisi operasional.

Page 34: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

16

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada Bab II dipaparkan mengenai deskripsi teori, kerangka berpikir

dan hipotesis penelitian. Deskripsi teori merupakan pendapat para ahli yang

akan digunakan sebagai pisau analisa dan memiliki relevansi dengan

masalah yang diteliti. Kerangka berpikir merupakan alur pikiran peneliti

berdasarkan pada grand theory (teori utama) yang digunakan yang memuat

input, output, proses, output dan outcome dari penelitian yang dilakukan.

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang

akan diteliti dan akan diuji kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab III dipaparkan mengenai metode penelitian, instrumen

penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan dan analisis

data, dan tempat dan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada Bab IV dipaparkan deskripsi objek penelitian, kondisi

perkembangan investasi di Kabupaten Serang, pengujian persyaratan

statistik yang meliputi: (uji validitas dan reliabilitas instrumen), deskripsi

data (identitas responden dan analisis data), pengujian hipotesis, interpretasi

hasil penelitian dan pembahasan.

Page 35: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

17

BAB V PENUTUP

Pada Bab V yaitu berisi penutup, dimana pada bab terakhir ini

peneliti memaparkan kesimpulan dan saran sebagai hasil akhir dari proses

penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 36: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

18

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Dye dalam Subarsono adalah apapun

pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is

whatever governments choose to do or not to do). Konsep tersebut sangat luas

karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh

pemerintah disamping yang dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah

menghadapi suatu masalah publik. Definisi kebijakan publik dari Dye

tersebut mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh

badan pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut

pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

Dalam hal ini apakah pemerintah harus membuat program baru atau tetap

pada status quo.54

Sedangkan Anderson mendefinisikan kebijakan publik

sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah.55

Definisi yang berbeda diungkapkan oleh Heclo dalam Pearsons yang

menyatakan bahwa kebijakan (policy) adalah istilah yang tampaknya banyak

disepakati bersama. Dalam penggunaannya yang umum, istilah kebijakan

dianggap berlaku untuk sesuatu yang lebih besar mengenai suatu masalah,

mengetahui penyebab atau yang mempengaruhinya serta dampak dan

54

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Hal 2 55 Subarsono, A.G. Op.Cit Hal 2

18

Page 37: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

19

pengaruh dari kebijakan tersebut.56

Lain dari itu, Easton dalam Nugroho

melukiskan kebijakan publik sebagai pengaruh (impact) dari aktivitas

pemerintah. Easton mengungkapkan bahwa kebijakan publik yang terbaik

adalah kebijakan yang mendorong setiap warga masyarakat untuk

membangun daya saingnya masing-masing, dan bukan semakin

menjerumuskan ke dalam pola ketergantungan. Dimana kebijakan publik

hadir dengan tujuan tertentu yaitu untuk mengatur kehidupan berasama untuk

mencapai tujuan, visi dan misi bersama yang telah disepakati. Dengan kata

lain, kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-

citakan.57

Definisi lain mengenai kebijakan publik pun ditawarkan oleh

Eyestone dan Friedrich dalam Agustino. Eyestone mendefinisikan kebijakan

publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya.

Sedangkan Friedrich mengatakan bahwa kebijakan adalah “serangkaian

tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-

hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-

kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam

mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.58

56

Pearson, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:

Prenada Media. Hal 14 57

Nugroho, Rian T. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:

Elex Media Komputindo. Hal 4. 58

Agustino, Leo, 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 166

Page 38: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

20

Kartasasmita dalam Widodo mendefinisikan kebijakan publik

adalah “serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah.59

Sedangkan kebijakan publik menurut Rose dalam Agustino adalah sebagai

berikut:

“Kebijakan publik sebagai sebuah rangkaian panjang dan banyak atau

sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsentrasi

bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan. Rose

memberikan catatan yang berguna pada kita bahwa kebijakan publik

merupakan bagian mozaik atau pola kegiatan dari bukan hanya satu

kegiatan dalam pola regulasi.”60

2.2 Teori Evaluasi Kebijakan Publik

Setelah kebijakan ditetapkan dan diimplementasikan, maka tahap

selanjutnya adalah mengevaluasinya. Melalui kegiatan evaluasi tersebut maka

kita dapat mengetahui apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berhasil

atau tidak, dapat memecahkan masalah atau tidak, dan sebagai cara untuk

menilai sejauh mana tingkat keberhasilan suatu kebijakan. Sehingga, hasil

dari evaluasi kebijakan ini dapat digunakan sebagai bahan reomendasi pada

formulasi kebijakan dimasa mendatang demi terciptanya kebijakan publik

yang lebih baik. Untuk mengetahui lebih dalam tentang evaluasi kebijakan,

maka pendapat dari para ahli berikut ini akan lebih memperjelas mengenai

konsep evaluasi kebijakan publik.

59

Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik.

Malang: Bayumedia. Hal 12

60

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta.

Hal 7

Page 39: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

21

Menurut Widodo Evaluasi kebijakan publik dimaksudkan untuk

melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan sesuatu kebijakan publik

yang latar belakang dan alasan-alasan diambilnya sesuatu atau kebijakan,

tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrumen kebijakan yang

dikembangkan dan dilaksanakan, respon kelompok sasaran dan stakeholder

lainnya serta konsistensi aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang

ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang

dicapai apabila kebijakan dilanjutkan atau diperluas.61

Sedangkan Evaluasi

Kebijakan menurut Mustofadijaja dalam Widodo adalah kegiatan untuk

menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan

publik.62

Definisi lain mengenai evaluasi kebijakan publik pun ditawarkan oleh

Muhadjir (1996) dalam Widodo yang menyatakan bahwa evaluasi kebijakan

publik adalah suatu proses untuk melihat seberapa jauh kebijakan publik dapat

“membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang

diperoleh dengan tujuan dan target kebijakan publik yang ditentukan. Evaluasi

kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil (outcome) atau dampak

(impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana proses pelaksanaan

suatu kebijakan dilaksanakan. Ada dua macam tipe dalam evaluasi kebijakan,

yaitu sebagai berikut:

61

Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 112 62

Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 111

Page 40: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

22

1. Tipe evaluasi hasil (outcomes of public policy implementation)

merupakan riset yang mendasarkan diri pada tujuan kebijakan.

Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan adalah sejauh mana

apa yang menjadi tujuan program dapat dicapai.

2. Tipe avaluasi yang mendasarkan (process of public policy

implementation), yaitu riset evaluasi yang mendasarkan diri pada

petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk jenis (juknis). Ukuran

keberhasilan pelaksanaan kebijakan dengan garis petunjuk (guide

lines) yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan riset evaluasi mempunyai tujuan, yang dimana riset

evaluasi untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada

pencapaian dari serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai sarana

untuk memberikan kontribusi (rekomendasi) dalam membuat keputusan dan

perbaikan program pada masa mendatang. Dari tujuan riset evaluasi terdapat

unsur-unsur penting dalam evaluasi, yakni:

1. Untuk mengukur dampak (to measure the effects) dengan

bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.

2. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes)

dari efesiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan

atau standar.

3. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goal)

menekankan pada penggunaan kriteria (criteria) yang jelas dalam

menilai bagaimana sesuatu kebijakan telah dilaksanakan dengan

baik.

4. Memberikan kontribusi pada perbuatan keputusan selanjutnya dan

perbaikan kebijakan pada masa yang mendatang sebagai tujuan

sosial (the social purpose) dari evaluasi.63

Lain dari itu, evaluasi kebijakan menurut Subarsono adalah kegiatan

untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Menurut Subarsono ada

beberapa tujuan dari evaluasi, yaitu sebagai berikut:

63

Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 112

Page 41: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

23

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka

dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi dapat

diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu

tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas

pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Evaluasi dapat melihat dampak

dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi untuk

mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,

dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan

pencapaian target.

6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

Tujuan akhir dari evaluasi adalah memberikan masukan bagi proses

kebijakan yang lebih baik.64

Kemudian menurut Lester dan Stewart dalam Agustino menjelaskan

bahwa evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu

kebijakan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.65

Sedangkan menurut Dunn (1996) dalam Agustino istilah evaluasi adalah

berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-

manfaat hasil kebijakan sehingga dapat diketahui seberapa jauh tujuan-tujuan

tertentu telah tercapai, apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing

agencies telah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil, dan

bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu.66

64

Subarsono, A.G. Op.Cit. Hal 119. 65

Agustino, Leo. Op.Cit. Hal 185. 66

Agustino, Leo. Op.Cit. Hal 187-188.

Page 42: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

24

Kemudian Agustino mengungkapkan terdapat beberapa permasalahan

yang berkaitan dengan evaluasi kebijakan publik, yaitu:

1. Ketidakpuasan arah atau tujuan kebijakan

Apabila arah dari suatu kebijakan tidak jelas, membingungkan,

atau menyimpang, seperti yang sering muncul, maka dalam

menentukan kelanjutan yang akan dicapai menjadi suatu tugas

yang sulit dan sering membuat frustasi.

2. Hubungan sebagian akibat (causality)

Evaluasi yang sistematik harus dapat menunjukan perubahan

dalam kondisi kehidupan nyata sebagai akibat dari kegiatan

kebijakan.

3. Pengaruh kebijakan yang menyebar

Implementasi kebijakan dapat mempunyai dampak pada suatu

kelompok diluar dari kegiatan kebijakan.

4. Kesulitan dalam memperoleh data

Kekurangan data yang relevan dan akurat secara statistik serta

informasi lainnya merupakan ketidaksempurnaan bagi evaluator

kebijakan.

5. Penolakan pejabat kantor (official resistance)

Permasalahan akan muncul apabila pejabat instansi tidak

memperhatikan konsekuensi politik yang terjadi dalam evaluasi.

Hal ini terjadi jika hasilnya tidak menyenangkan berdasarkan

pandangan mereka. Akibatnya pejabat dapat menganggap kecil

atau meremehkan studi evaluasi, menolak akses data, atau tidak

mengeluarkan kebijakan baru guna perbaikan.67

Lain halnya dengan Dunn yang menjelaskan bahwa fungsi utama

dalam evaluasi kebijakan antara lain:

1. Evaluasi harus memberikan informasi yang valid dan dapat

dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh

kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui

tindakan publik.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap

nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan

rekomendasi.68

67

Agustino, Leo. 2006. Op.Cit. Hal 194-197. 68

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi Terjemahan).Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Hal 609.

Page 43: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

25

Secara umum, kriteria evaluasi atau indikator evaluasi menurut Dunn

seperti dibawah ini:

Tabel 2.1

Kriteria Evaluasi Kebijakan

Kriteria Penjelasan

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai

Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan

Kecukupan Seberapa jauh hasil yang tercapai dapat

memecahkan masalah

Pemerataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata

kepada kelompok-kelompok yang berbeda

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi atau

nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka

Ketepatan Apakah hasil yang dicapai benar-benar berguna

atau bernilai Sumber: Dunn (2003:610)

Dari kriteria evaluasi kebijakan diatas yang dikemukakan oleh Dunn,

dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Efektivitas

Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang

diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas

teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai

moneternya.

2. Efesiensi

Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk

menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. efesiensi, yang merupakan

sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan

antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari

ongkos moneter. Efesiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan

biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai

efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efesien.

Page 44: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

26

3. Kecukupan

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya

hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

4. Pemerataan

Kriteria ini erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial

yang menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antar kelompok-

kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang

berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya

(misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha

(misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan.

5. Responsivitas

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat

tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang

dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efesiensi,

kecukupan, perataan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan

aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya

suatu kebijakan.

6. Ketepatan

Kriteria ini secara dekat dihubungkan dengan rasionalitas substansif,

karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan

dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara

bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan

program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan

tersebut.69

69

Dunn, William. Op.Cit. Hal 610.

Page 45: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

27

Dari kriteria atau indikator evaluasi diatas ada beberapa pendekatan

dalam evaluasi kebijakan untuk menghasilkan penilaian yang baik,

pendekatan-pendekatan tersebut yaitu:

Tabel 2.2

Pendekatan Evaluasi Kebijakan

PENDEKATAN TUJUAN ASUMSI

BENTUK-

BENTUK

UTAMA

Evaluasi Semu

Menggunakan

metode deskriptif

untuk menghasilkan

informasi yang valid

tentang hasil

kebijakan

Ukuran manfaat

atau nilai terbukti

dengan sendirinya

atau tidak

kontroversial.

Eksperimentasi

Sosial

Akuntansi sitem

sosial

Pemeriksaan

sosial

Sintesis riset dan

praktik

Evaluasi Formal

Menggunaka metode

deskriptif untuk

menghasilkan

informasi yang

terpercaya dan valid

mengenai hasil

kebijakan secara

formal diumumkan

sebagai tujuan

program kebijakan

Tujuan dan

sasaran dari

pengambil

kebijakan dan

administrator yang

secara resmi

diumumkan

merupakan ukuran

yang tepat dari

manfaat atau nilai-

nilai.

Evaluasi

Perkembangan

Evaluasi

eksperimental

Evaluasi proses

retospektif

Evaluasi hasil

rerospektif

Evaluasi

Keputusan Teoritis

Menggunaka metode

deskriptif untuk

menghasilkan

informasi yang

terpercaya dan valid

mengenai hasil

kebijakan secara

eksplisit diinginkan

oleh berbagai pelaku

kebijakan

Tujuan dan

sasaran dari

berbagai pelaku

yang diumumkan

secara formal

ataupun

merupakan ukuran

yang tepat dari

manfaat atau nilai.

Penilaian tentang

dapat tidaknya

dievaluasi.

Analisis utilitas

multiatribut.

Sumber: Dunn (2003:612).

Page 46: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

28

Sedangkan menurut Wibawa dalam Nugroho mengungkapkan bahwa

fungsi evaluasi kebijakan publik yaitu, sebagai berikut:

1. Eksplanasi, evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program-

program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola

hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya.

2. Kepatuhan, evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang

dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya

sesuai dengan standard dan prosedur yang ditetapkan oleh

kebijakan.

3. Audit, evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai

ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran

atau penyimpangan.

4. Akunting, evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari

kebijakan tersebut.70

Oleh karena itu fungsi evaluasi kebijakan sangat baik guna kebaikan

bersama warga masyarakat, maka untuk menghasilkan informasi mengenai

kinerja kebijakan.

Menurut Langbein dalam Widodo menjelaskan bahwa tipe riset

evaluasi kebijakan ada dua macam tipe, yaitu riset proses dan riset outcomes.

Metode riset juga dibedakan menjadi dua macam yaitu metode deskriptif dan

metode kausal. Metode deskriptif lebih mengarah pada tipe penelitian evaluasi

proses (process of public implementation), sedangkan metode kausal lebih

mengarah pada penelitian evaluasi dampak (outcomes of public

omplementation). Untuk memudahkan dan memahami kedua tipe dan metode

riset evaluasi kebijakan publik tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

matrik sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini.71

70

Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 186. 71

Widodo, Joko. Op.Cit. Hal 116

Page 47: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

29

Tabel 2.3

Tipe Evaluasi Penelitian

Methods Process Outcomes

Deskriptif

1. Apakah fasilitas, sumber

daya digunakan dalam

kebijakan.

2. Apakah kebijakan

dilaksanakan sesuai dengan

petunjuk.

3. Bagaimana manfaat yang

ditetapkan dalam kebijakan.

4. Menentukan apakah manfaat

nyata dari kebijakan dapat

dinikmati oleh kelompok

sasaran (target groups).

1. Siapa yang terlibat dalam

kebijakan.

2. Apakah kebijakan dapat

mencapai siapa yang

menjadi sasaran

kebijakan.

Kausal

1. Apakah kebijakan

menghasilkan outcomes

yang diiharapkan atau

tidak diharapkan.

2. Sarana (faktor)

implementasi kebijakan

mana yang menghasilkan

outcomes yang terbaik.

3. Berusaha

mencari/melihat apakah

outcome utama yang

terjadi dikarfenakan oleh

kebijakan utama.

4. Apakah kebijakan utama

menjadi penyebab

dampak utama. Sumber: Widodo (2007:118)

Menurut analisis peneliti, evaluasi kebijakan adalah suatu proses

untuk menilai keberhasilan dari suatu kebijakan. Melalui proses evaluasi ini

akan menghasilkan informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan yang mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan. Sehingga hasil

evalusi ini akan dijadikan sebagai feed back dan input bagi para pembuat

kebijakan (policy makers) dalam menyempurnakan kebijakan di masa

mendatang.

Page 48: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

30

Ernest R.House (1980) dalam Nugroho membuat taksonomi evaluasi

yang cukup berbeda, yang membagi evaluasi menjadi:

1. Model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.

2. Model perilaku, dengan indikator utama adalah produktivitas dan

akuntabilitas.

3. Model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah

keefektifan dan keterjagaan kualitas.

4. Model tujuan –bebas (goal free), dengan indikator utama adalah

pilihan pengguna dan manfaat sosial.

5. Model kekritisan seni (art critism), dengan indikator utama adalah

standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.

6. Model review professional, dengan indikator utama adalah

penerimaan professional.

7. Model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah

resolusi.

8. Model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas

divesitas.72

Selain itu, ada pula pemilihan evaluasi sesuai dengan teknik

evaluasinya, yaitu:

1. Evaluasi komparatif, yaitu membandingkan implementasi

kebijakan (proses dan hasilnya) dengan implementasi kebijakan

yang sama atau berlainan, di satu tempat yang sama atau berlainan.

2. Evaluasi historikal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan

rentang sejarah munculnya kebijakan-kebijakan tersebut.

3. Evaluasi laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi namun

menggunakan eksperimen yang diletakan dalam sejenis

laboratorium.

4. Evaluasi ad hock, yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak

dalam waktu segera untuk mendapatkan gambar pada saat itu (snap

shot).73

Sementara itu, Bingham dan Felbinger dalam Nugroho membagi

evaluasi kebijakan menjadi empat jenis yaitu:

72

Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 674 73

Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 674

Page 49: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

31

1. Evaluasi Proses, yang berfokus pada bagaimana proses

implementasi suatu kebijakan.

2. Evaluasi dampak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.

3. Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan

yang direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.

4. Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil

atau temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.74

Kemudian Howlet dan Ramesh (1995) mengelompokan evaluasi

menjadi tiga yaitu:

1. Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi

administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di

dalam pemerintah yang berkenaan dengan:

a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang

dikembangkan oleh kebijakan.

b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari

program yang dikembangkan oleh kebijakan.

c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness

evaluation¸yang menilai apakah program dijalankan

sebagaimana yang sudah ditetapkan.

d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan

memberikan penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.

e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan

oleh organisasi untuk melaksanakan program.

2. Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu

keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk

kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum,

etika, aturan administratif negara, hingga hak asasi manusia.

3. Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen

politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.75

74

Nugroho, Riant. Hal 676 75

Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676

Page 50: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

32

2.3 Teori Investasi

2.3.1 Definisi Investasi

Investasi menurut Halim pada hakikatnya merupakan penempatan

sejumlah dana pada saai ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di

masa mendatang.76

Investasi dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar

sekarang untuk dolar pada masa depan. Ada dua atribut berbeda yang

melekat: waktu dan risiko. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan

memiliki kepastian. Hasilnya baru akan diperoleh kemudian dan besarnya

tidak pasti.77

Definisi lain mengenai investasi pun ditawarkan oleh Dornbusch

yang menyatakan bahwa:

“Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan

atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang modal (capital

stock) terdiri dari pabrik, mesin, kantor dan produk-produk tahan lama

lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Barang modal

juga meliputi perumahan tempat tinggal dan juga persediaan. Investasi

adalah pengeluaran yang ditambahkan kepada komponen-komponen

barang modal ini.”78

Lain halnya dengan Rahardja yang menyatakan bahwa : investasi

adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

menciptakan/menambah nilai kegunaan hidup. Jadi investasi bukan hanya

dalam bentuk fisik, melainkan juga non fisik, terutama peningkatan kualitas

sumber daya.79

76

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Hal 4 77

Sharpe, William F. et al. 2005. Investasi. Jakarta: Indeks. Hal 1 78

Dornbusch, Rudiger, et al. 2005. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Hal 268 79

Rahardaja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi & Makro ekonomi).

Jakarta: Lembaga. Hal 269

Page 51: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

33

Dalam ilmu ekonomi di banyak litertur yang membahasnya paling

sering menyebutkan 3 macam investasi saja yaitu pertama: investasi tetap

bisnis yang mencakup struktur dan peralatan yang dibeli oleh perusahaan,

Kedua: investasi persediaan yang mencakup barang-barang yang ditempatkan

di gudang seperti bahan perlengkapan, barang setengah jadi, dan barang jadi.

Ketiga: investasi perumahan yang mencakup perumahan baru yang dibeli

untuk ditempati dan yang dibeli oleh pemodal untuk disewakan.80

Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu: investasi pada

asset-aset financial (financial assests) dan investasi pada asset-aset riil (real

assets). Investasi pada asset-aset financial dilakukan di pasar uang, misalnya

berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan

lainnya. Sedangkan investasi pada asset-aset riil dapat berbentuk pembelian

asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan

perkebunan dan lainnya.81

2.3.2 Kriteria Investasi

Keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan

berdasarkan pertimbangan rasional, dalam praktik digunakan alat bantu atau

kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau tidaknya rencana

investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut sebagai kriteria investasi

(investment criteria). Minimal ada empat kriteria yang digunakan dalam

80

Putong, Iskandar. 2009. Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana

Media. Hal 336 81

Halim, Abdul. Op.Cit. Hal 4

Page 52: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

34

praktik yaitu: (a) Payback Peiod; (b) Benefit/Cost Ratio; (c) Net Present

Value; dan (d) Internal Rate of Return.82

1. Payback Period

Payback Period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan

agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan

makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik.

2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar biaya yang dikeluarkan

disbanding hasil (output) yang diperoleh. Output yang dihasilkan sebagai

B (benefit).

3. Net Present Value (NPV)

Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto (Discounted

Method) adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang

dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang

disebut dengan Net Present Value (NPV).

4. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian

investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol.

82

Rahardaja, Prathama. Op.Cit. Hal 274-275

Page 53: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

35

2.3.3 Faktor – faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi

Menurut Rahardja menyatakan sebagai sebuah keputusan yang

rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat

pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.83

Berikut adalah

penjelasannya:

1. Tingkat Pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang

diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal

perusahaan.

a. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada dibawah kontrol

perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas sumber daya manusia

(SDM) dan teknologi yang digunakan.

b. Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat

produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional.

Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh

pemerintah juga dapat menetukan tingkat investasi. Kebijakan menaikan

pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan

agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik

juga menentukan gairah investasi. Jika sosial politik stabil, investasi

83

Rahardaja, Prathama. Op.Cit. Hal 278-279

Page 54: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

36

umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi

keamanan negara).

2. Biaya Investasi

Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat

bunga pinjaman; makin tinggi bunganya, maka biaya investasi makin

mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun. Namun tidak jarang,

walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap

rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Faktor yang

mempengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan misalnya, prosedur

izin investasi yang berbelit-belit dan lama ( > 3 tahun ) menyebabkan

biaya ekonomi. Dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi

makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga

keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik dan keadaan

keamanan.

Hasan Zein (1989) dalam Anoraga menyatakan bahwa setiap

keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat disebut

determinasi investasi yaitu: (1) Kondisi Investor; (2) Motif Investasi; (3)

Media Investasi; (4) Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan

cara pengolahannya; dan (5) Strategi Investasi.84

Dalam setiap proses

pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul, apakah

84 Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka

Cipta. Hal 80

Page 55: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

37

secara eksplisit atau implisit, disadari atau tidak, diolah secara sistematis atau

tidak. Berikut adalah penjelasannya:

1. Kondisi Investor

Kondisi investor meliputi kondisi keuangannya dan sikap terhadap

risiko. Proses psikologis seorang investor dalam megalokasikan dana

yang sama. Penghasilan pertama akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti: pangan, sandang, papan, dan pendidikan.

Lapisan penghasilan berikutnya akan digunakan untuk core investment,

yaitu dengan tingkat keamanan yang tinggi dengan keuntungan yang

terukur.

2. Motif Investasi

Investor umumnya mempunyai motif investasi yang tidak tunggal.

Namun, intensitas motif-mootif seperti keamanan, pertumbuhan,

pendapatan, fasilitas pajak, dan spekulasi, berbeda dari investor yang

satu dengan investor yang lain.

3. Media Investasi

Media investor sebagai unsur ketiga menyodorkan pilihan antara real

asset dan financial asset. Berkembangnya perekonomian, cenderung

menggeser objek investasi dari real asset seperti tanah, kea rah financial

asset baik pasar uang maupun pasar modal. Sahamnya sebagai obyek

investasi utama di pasar modal memiliki karakteristik yang

memungkinkan seorang pemodal mempunyai pilihan yang tepat.

Page 56: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

38

4. Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan cara

pengolahannya.

Teknik dan modal analisis ini terdapat dua aliran yaitu: fundamental

analysis dan technical analysis. Aliran fundamental (fundamental

analysis) mempunyai anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk

rasional. Karena itu aliran fundamental mencoba mempelajari hubungan

antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Alasannya adalah

bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik

suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam

meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Sedangkan aliran teknik

(technical analysis) menyatakan bahwa investor adalah makhluk

irrasional. Bursa pada dasarnya adalah cerminan dari mass behavior.

Harga saham sebagai komoditas perdagangan dipengaruhi oleh

permintaan dan penawaran. Pada gilirannya permintaan dan penawaran

merupakan manifestasi dari kodisi psikologis investor dan telah

melebur dengan identitas kolektif.

5. Strategi investasi

Kunci utama untuk suskses dalam investasi adalah pemilihan strategi

yang tepat agar investasi yang dilakukan memberikan hasil yang

optimal melalui strategi beli dan simpan atau berpindah.

Page 57: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

39

2.4 Kerangka Berfikir

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran

penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, program

peningkatan iklim dan realisasi investasi diharapkan mampu menstimulus

peningkatan investasi demi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Serang.

Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terkait

investasi di Kabupaten Serang ialah masih ditemukan beberapa faktor

penghambat antara lain: (1) Masalah kelembagaan; (2) Masalah tenaga kerja;

dan (3) Masalah infrastruktur fisik. Oleh karena itu, untuk mengatasai faktor-

faktor penghambat tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama yang sinergis

antar semua stakeholders yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.

Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki beberapa fungsi

antara lain fungsi alokasi, fungsi distribusi dan stabilisasi. Pemerintah

sebagai fungsi alokasi yakni pemerintah berkewajiban dalam hal penyediaan

barang publik. Dalam hal program peningkatan iklim dan realisasi investasi

maka pemerintah berkewajiban menyediakan fasilitas untuk menciptakan

iklim investasi yang kondusif, misalnya melalui proses perizinan yang

mudah, fasilitas infrastruktur yang memadai dan keamanan lingkungan yang

kondusif. Fungsi distribusi ialah berkenaan dengan peran pemerintah dalam

mendistribusikan sumber-sumber ekonomi (pendapatan) kepada seluruh

masyarakat. Dalam hal investasi, maka pemerintah memiliki kewenangan

untuk memungut pajak dari perusahaan dan mendistribusikannya kepada

Page 58: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

40

seluruh masyarakat. Sedangkan fungsi stabilisasi yaitu pemerintah berperan

dalam menjamin dan menjaga stabilisasi perekonomian secara makro

(aggregate) di daerah. Dalam konteks investasi, maka pemerintah harus

mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif di daerahnya. Sektor

swasta merupakan pihak yang memiliki sumber daya modal dan asset. Dalam

program peningkatan iklim dan realisasi investasi, pihak swasta memiliki

peran penting untuk membangun perusahaan-perusahaan yang mampu

memberikan income bagi pemerintah dan lapangan kerja bagi masyarakat.

Masyarakat juga memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kegiatan

investasi di suatu daerah. Peran serta dan dukungan masyarakat dalam

menyambut kehadiran para investor akan menjadi faktor penunjang dalam

menciptakan keamanan berinvestasi. Tidak sedikit para investor yang batal

berinvestasi di suatu daerah karena sikap masyarakat yang apatis dan tak

bersahabat.

Setelah proses partnership dilakukan oleh para stakeholders dan

program peningkatan iklim dan realisasi investasi telah berjalan, maka

langkah selanjutnya ialah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program

tersebut. Evaluasi ini dilakuakn untuk mengetahui apakah program

peningkatan iklim dan realisasi investasi sudah berjalan dengan baik atau

belum. Adapun teori evaluasi kebijakan yang digunakan untuk mengevaluasi

program ini adalah evaluasi kebijakan menurut Howlet dan Ramesh yang

mengelompokan evaluasi menjadi tiga, yaitu:

Page 59: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

41

1. Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi

administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam

pemerintah yang berkenaan dengan:

a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang

dikembangkan oleh kebijakan.

b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari

program yang dikembangkan oleh kebijakan.

c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness

evaluation¸yang menilai apakah program dijalankan sebagaimana

yang sudah ditetapkan.

d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan

penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.

e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh

organisasi untuk melaksanakan program.

2. Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan

hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan

pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan

administratif negara, hingga hak asasi manusia.

3. Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen

politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.85

Setelah evaluasi program ini dilakukan, maka diharapkan para

pembuat kebijakan akan lebih mudah dalam menganalisis kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangan dari program yang sudah dilaksanakan.

Sehingga hasil dari evaluasi program ini akan dijadikan sebagai bahan

rekomendasi untuk penyempurnaan program peningkatan iklim dan realisasi

investasi di Kabupaten Serang pada masa mendatang.

Apabila kerjasama yang terjalin antara pemerintah, swasta dan

masyarakat sudah sinergis disertai dengan evaluasi program yang lebih

efektif, maka diharapkan akan terjadi peningkatan angka investasi di

Kabupaten Serang. Setelah itu, akan diikuti pula dengan peningkatan

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat yang pada akhirnya

terwujudlah masyarakat Kabupaten Serang yang sejahtera.

85

Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676

Page 60: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

42

Secara skematis kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat

pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian.

Evaluasi Kebijakan menurut Howlet dan Ramesh (Nugroho, 2011:676)

1. Evaluasi Administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi

administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam

pemerintah yang berkenaan dengan:

a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang

dikembangkan oleh kebijakan.

b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari

program yang dikembangkan oleh kebijakan.

c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness

evaluation¸yang menilai apakah program dijalankan

sebagaimana yang sudah ditetapkan.

d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan

memberikan penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.

e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan

oleh organisasi untuk melaksanakan program.

2. Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu

keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk

kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika,

aturan administratif negara, hingga hak asasi manusia.

3. Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen

politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan

Peningkatan Pertumbuhan

dan Pemerataan ekonomi

masyarakat Kabupaten Serang

Meningkatnya investasi

di Kabupaten Serang

Masalah

Kelembagaan

Masalah

Tenaga kerja

Masalah

Infrastruktur

Fisik

Kerjasama yang sinergis

antara Pemerintah,

Masyarakat dan Swasta

Fe

ed

ba

ck

Faktor Penghambat Investasi

di Kabupaten Serang

EVALUASI

KEBIJAKAN

Evaluasi Program

Peningkatan

Iklim dan

Realisasi

Investasi di

Kabupaten

Serang

Page 61: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

43

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan

diteliti dan akan dibuktikan kebenarannya. Definisi hipotesis dikemukakan

oleh Trelease dan Good dan Scates dalam Nazir. Menurut Trelease hipotesis

adalah sebagai “suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat

diamati. Sedangkan menurut Good dan Scates menyatakan bahwa hipotesis

adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk

sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-

kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah

penelitian selanjutnya.86

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang mencapai angka minimal 65%. dari yang

diharapkan”.

Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

H0 : µ0 ≥ 65%.

Hal ini berarti hipotesis deskriptif atau hipotesis nol dari penelitian ini

adalah pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang adalah berhasil jika lebih tinggi atau sama dengan

65% dari yang diharapkan.

Ha : µ0 < 65%.

Hal ini berarti hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah pelaksanaan

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang

adalah tidak berhasil jika lebih rendah dari 65% dari yang diharapkan.

86 Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal 151.

Page 62: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang

mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan, metodologi ialah suatu

pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi,

mendefinisikan metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.87

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara ilmiah,

tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti

kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga

terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan

itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati

dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang

digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang

bersifat logis.88

Sedangkan menurut Irawan metode penelitian adalah

totalitas cara yang dipakai peneliti untuk menemukan kebenaran ilmiah.89

87

Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara. Hal 42. 88

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal 1 89

Irawan, Prasetya. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas Tebuka.Hal 4.4

44

Page 63: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

45

Untuk menemukan jawaban atas masalah-masalah, tujuan, dan

manfaat yang dirumuskan pada bab sebelumnya, maka metode yang

digunakan dalam penelitian yang berjudul” Evaluasi Program Peningkatan

Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” ini adalah metode

penelitian kuantitatif deskriptif.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuanatitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.90

Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu

hal seperti apa adanya.91

sedangkan menurut Sugiyono penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.92

Kemudian

menurut Bungin penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian kuantitatif

yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya,

tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada.93

90

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal 8 91

Irawan, Prasetya. Op.Cit. Hal 4.9 92

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal 11 93

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Hal 171

Page 64: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

46

3.2 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Oleh karena itu, maka diperlukan alat ukur

yang baik yang dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati.94

Sedangkan menurut Bungin Pengertian dasar dari instrumen

penelitian adalah: pertama, instrumen penelitian menempati posisi teramat

penting dalam hal bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk

memperoleh data di lapangan. Kedua, instrumen penelitian adalah bagian

paling rumit dari keseluruhan proses penelitian. Kesalahan bagian ini, dapat

dipastikan suatu penelitian akan gagal atau berubah dari konsep semula.

Ketiga, bahwa pada dasarnya instrumen penelitian kuantitatif memiliki dua

fungsi yaitu sebagai substitusi dan sebagai suplemen. Pada beberapa

instrumen, umpamanya angket, instrumen penelitian menjadi wakil peneliti

satu-satunya di lapangan atau wakil satu-satunya orang yang membuat

instrumen penelitian tersebut. Oleh karena itu, kehadiran instrumen penelitian

di depan responden (khususnya untuk instrumen angket) adalah benar-benar

berperan sebagai pengganti (substitusi) dan bukan suplemen penelitian.

Sebagai suplemen, instrumen penelitian hanyalah pelengkap dari sekian

banyak alat-alat bantu penelitian yang diperlukan oleh peneliti pada

pengumpulan data yang menggunakan instrumen penelitian.95

94

Sugiyono. Op.Cit. Hal 119 95

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 94

Page 65: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

47

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti.96

Dengan demikian, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk

penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan jumlah variabel

sebanyak satu variabel, dan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial.97

Dengan skala Likert, maka variabel yang

diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen dalam

bentuk pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen memiliki tingkatan nilai

dari sangat positif sampai negatif. Dan untuk keperluan analisis kuantitatif,

maka jawaban dari setap item instumen diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen Penelitian

Jawaban Kritetia Jawaban Skor

A

Sangat Jelas/Sangat Memadai/Sangat Mampu/Sangat

Mudah/Sangat Sering/Sangat Efektif/Sangat Aman/Sangat

Terbuka/ Sangat Cepat/ Sangat Adil/Selalu Dilibatkan. 4

B Jelas/ Memadai/ Mampu/ Mudah/Sering/ Efektif/Aman/

Terbuka/ Cepat/Adil/Dilibatkan. 3

C

Tidak Jelas/ Tidak Memadai/ Tidak Mampu/Sulit/Tidak Pernah/

Tidak Efektif/ Tidak Aman/ Tidak Terbuka/ Lambat/ Tidak

Adil/ Tidak Dilibatkan.. 2

D

Sangat Tidak Jelas/ Sangat Tidak Memadai/ Sangat Tidak

Mampu/ Sangat Sulit/Tidak Pernah/ Sangat Tidak Efektif/

Sangat Tidak Aman/ Sangat Tertutup/ Sangat Lambat/ Sangat

Tidak Adil/ Tidak Dilibatkan.

1

Sumber: Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4

96

Sugiyono. Op.Cit. Hal 105 97

Sugiyono. Op.Cit. Hal 107

Page 66: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

48

Dengan demikian, untuk mengembangkan instrumen maka berikut ini

akan dipaparkan tentang instrumen dan kisi-kisi penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator

Nomor

Item

Instrumen

Evaluasi

Program

Peningkatan

Iklim dan

Realisasi

Investasi di

Kabupaten

Serang

Evaluasi

Administratif 1. Effort Evaluation (input program) 1, 2, 3, 4,

2. Performance Evaluation (output program) 5

3. Effectiveness Evaluation (apakah program

dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan) 6,

4. Efficiency Evaluation (keefektifan biaya

program) 7, 8, 9, 10

5. Process Evaluation (metode yang dipergunakan

oleh organisasi untuk melaksanakan program) 11, 12

Evaluasi

Judisial 1. Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi

13, 14, 15

2. Sistem Hukum

16, 17, 18

3. Etika

19, 20,

21, 22

4. Aturan Administrasi Negara

23,24,

25, 26

5. Hak Asasi Manusia

27, 28, 29

Evaluasi

Politik

Penerimaan Konstituen Politik terhadap Kebijakan

yang diimplementasikan

30, 31, 32

Sumber: (Nugroho, 2011:676)

Menurut Bungin pada penelitian kuantitatif dikenal beberapa metode

pengumpulan data, antara lain metode angket, wawancara, observasi dan

dokumentasi.98

Oleh karena itu dalam penelitian ini selain kuesioner, metode

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi :

98

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 123

Page 67: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

49

1. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.99

Wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian ini ialah wawancara

tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur ialah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.100

2. Observasi

Observasi, menurut Hadi (1986) dalam Sugiyono mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantaranya

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi

yang peneliti lakukan dalam penelitian ini ialah observasi nonpartisipan,

dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.101

3. Dokumentasi

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Sebagian besar data yang

tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenanganan,

laporan dan sebagainya.102

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.103

Sedangkan menurut Bungin populasi berasal dari kata

bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode

penelitian, kata populasi amat popular digunakan untuk menyebutkan

99

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 126 100

Sugiyono. Op.Cit. Hal 160 101

Sugiyono. Op.Cit. Hal 166 102

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 144 103

Sugiyono. Op.Cit. Hal 90

Page 68: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

50

serumpun atau sekolompok yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya,

populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian

yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai,

peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat

menjadi sumber data penelitian.104

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para investor yang

melakukan investasi di di Kabupaten Serang yang berjumlah 301 investor

yang data perusahaannya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3

Jumlah Perusahaan Industri di Kabupaten Serang

(Populasi Penelitian)

No Nama Kecamatan Jumlah Perusahaan

1 Kibin 99 Perusahaan

2 Cikande 74 Perusahaan

3 Kopo 14 Perusahaan

4 Pulo Ampel 21 Perusahaan

5 Kramatwatu 20 Perusahaan

6 Bojonegara 11 Perusahaan

7 Kragilan 13 Perusahaan

8 Ciruas 11 Perusahaan

9 Jawilan 38 Perusahaan

TOTAL 301 Perusahaan

Sumber: Hasil data yang diolah dari Disperindag Kabupaten Serang, 2011.

Setelah menentukan populasi, maka peneliti kemudian menetukan

sampel penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus

104

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 99

Page 69: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

51

betul-betul representatif (mewakili).105

Kemudian menurut Silalahi sampel

adalah suatu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu

representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih dari

populasi.106

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,

maka digunakan teknik pengambilan sampel atau teknik sampling. Teknik

sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu probability

sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan,

nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel.107

Untuk menetukan ukuran sampel dalam penelitian ini maka digunakan

rumus Taro Yamane (Rakhmat: 1998:82) dengan jumlah populasi (N)

sebanyak 301 investor dan menetapkan taraf kesalahan (d) sebesar 10%.

1N.d

Nn

2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d² = Presisi yang ditetapkan

105

Sugiyono. Op.Cit. Hal 91 106

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Hal 254 107

Sugiyono. Op.Cit. Hal 91-95

Page 70: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

52

Diketahui:

N = 301

d = 10% (0,1)

Ditanya: n?

Jawab:

N

n =

N . d² + 1

301

=

301 . (0,01) + 1

301

=

4,01

= 75, 06

≈ 75

Berdasarkan perhitungan diatas dengan menggunakan rumus Taro

Yamane, dengan jumlah populasi sebanyak 301 dan presisi yang ditetapkan

10%, maka diperoleh sampel sebanyak 75 investor.

Adapun teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel

dari jumlah populasi ini adalah teknik proportional area random sampling,

dimana dari tiap-tiap populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya

masing-masing dalam penelitian, sehingga jumlah sampel yang akan diambil

akan menghasilkan sampel yang representatif.

Page 71: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

53

Tabel 3.4

Perhitungan Sampel Penelitian

No Kecamatan Jumlah

Perusahaan Perhitungan Hasil

Hasil (Dibulatkan)

1 Kibin 99 (99/301) x 100% = 32,89% x 75 24,66 25

2 Cikande 74 (74/301) x 100% = 24,58% x 75 18,43 18

3 Kopo 14 (14/301) x 100% = 4,65% x 75 3,48 3

4 Pulo Ampel 21 (21/301) x 100% = 6,9% x 75 5,22 5

5 Kramatwatu 20 (20/301) x 100% = 6,64% x 75 4,98 5

6 Bojonegara 11 (11/301) x 100% = 3,65% x 75 2,73 3

7 Kragilan 13 (13/301) x 100% = 4,31% x 75 3,23 3

8 Ciruas 11 (11/301) x 100% = 3,65% x 75 2,73 3

9 Jawilan 38 (38/301) x 100% = 12,62% x 75 9,46 10

Jumlah ∑ 301

∑ 75

Sumber: Hasil data yang diolah dari Disperindag Kabupaten Serang, 2011

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, peneliti mengambil sampel

untuk investor sebanyak 75 sampel yang tersebar di 9 (sembilan) Kecamatan

di Kabupaten Serang yaitu Kecamatan Kibin, Cikande, Kopo, Pulo Ampel,

Kramatwatu, Bojonegara, Kragilan, Ciruas, dan Jawilan. Adapun cara

penentuan atau pengambilan sampel tersebut, peneliti tentukan secara acak

dengan cara mengocoknya seperti undian.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data

dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum

dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian

identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating).108

108

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 164

Page 72: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

54

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam

analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.109

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian

mengenai “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang” adalah statistik deskriptif dikarenakan penelitian ini

merupakan penelitian kunatitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif deskriftif

adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan

gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada.110

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.111

Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini ditempuh melalui

tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses

pembeberan (tabulating).

109

Sugiyono. Op.Cit. Hal 169 110

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 171 111

Sugiyono. Op.Cit. Hal 169

Page 73: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

55

1. Editing, yaitu kegiatan yang dilakukan setelah peneliti setelah

menghimpun data di lapangan, dimana dimulai dengan member

identitas pada instrumen penelitian yang telah terjawab, kemudian

memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data, lalu

memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia.112

2. Coding, yaitu mengklasifikasi data-data yang telah melalui tahap

editing tersebut melalui tahapan koding, dimana data yang telah diedit

tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat

dianalisis. Pengkodean ini menggunakan dua cara, yaitu pengkodean

frekuensi yang digunakan apabila jawaban pada poin tertentu memiliki

bobot atau arti frekuensi tertentu dan pengkodean lambang yang

digunakan pada poin yang tidak memiliki bobot tertentu.113

3. Tabulating, yaitu bagian terakhir dari pengolahan data, dimana data-

data dimasukkan pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka

serta menghitungnya.114

Setelah data terkumpul dan diolah dengan tahap-tahap seperti yang

disebutkan diatas, maka data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

sederhana, dimana data mengenai “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan

Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” yang diperoleh dari kuesioner yang

bersifat kuantitatif tersebut diuji melalui analisis data.

112

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 165 113

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 166 114

Bungin, Burhan. Op.Cit. Hal 168

Page 74: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

56

])Y(YN][()X(XN[(

Y) X)( - XY)N(r

2222

3.4.1 Uji Validitas

Validitas ialah mengukur apa yang ingin diukur.115

Validitas

menunjukan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin

diukur.116

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.117

Hasil

penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul

dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kevalidan

instrumen berarti bahwa suatu instrumen benar-benar mampu mengukur

variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukkan

tingkat kesesuaian antara konsep dan hasil pengukuran. Pada penelitian ini,

pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson

Product Moment dengan bantuan piranti lunak Statistic Product and Service

Solutions (SPSS) versi 15.0 for windows. Berikut rumus dari korelasi Pearson

Product Moment 118

:

Keterangan:

r = Koefisien korelasi Pearson Product Moment

X = Skor item per pernyataan

Y = Skor total

X2 = Kuadrat dari skor per item

Y2

= Kuadrat dari skor total

XY

= Skor item per pernyataan dikalikan skor total

N = Jumlah sampel

115

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Hal 287. 116

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hal

124 117

Sugiyono. Op.Cit. Hal 137 118

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hal

137

71

Page 75: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

57

1-k

k

i

i

s

s2

2

1

3.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari bahasa Inggris rely, yang berarti percaya, dan

reliable yang artinya dapat dipercaya.119

Reliabilitas adalah indeks yang

menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala

yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat

pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.120

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal konsistensi

dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yaitu

penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkolerasi di

antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel

jika nilai alphanya lebih dari 0.30121

. Pengujian reliabilitas dibantu dengan

piranti lunak Statistic Product and Service Solutions (SPSS) versi 15.0 for

windows. Berikut ini rumus Cronbach Alpha 122

yang digunakan untuk

menguji reliabilitas:

Keterangan:

k = Jumlah item

Si² = jumlah varians skor total

St² = varians responden untuk item ke i

119

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal

161 120

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. Op.Cit. Hal 140 121

Purwanto. Op. Cit. Hal 181 122

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. Op.Cit. Hal 291

Page 76: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

58

n

s

Xt 0

3.4.3 Uji t-test

Uji t-test digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu atau lebih

variabel yang datanya berbentuk interval atau ratio. Untuk mengevaluasi

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang,

maka dalam pengujian hipotesis deskriptif digunakan uji t-test 123

untuk satu

sampel atau satu variabel, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t = Nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t-hitung

x = Nilai rata-rata x

µ0 = Nilai yang dihipotesiskan

S = Simpangan baku sampel

n = Jumlah anggota sampel

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “ Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan

Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” dilakukan di Kabupaten Serang yang

terdiri dari 9 kecamatan, antara lain: Kecamatan Kibin, Cikande, Kopo, Pulo

Ampel, Kramatwatu, Bojonegara, Kragilan, Ciruas, dan Jawilan. Adapun

waktu pelaksanaan penelitian secara jelas dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut

ini:

123

Sugiyono. Op.Cit. Hal 207

Page 77: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

44

Tabel 3.5

Jadwal dan Waktu Penelitian

Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang

No KEGIATAN

Waktu Penelitian

Tahun 2011 Tahun 2012

September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

1 Observasi Awal 2 Pengajuan Judul Skripsi 3 Perizinan dan Observasi 4 Pengumpulan Data 5 Bimbingan Skripsi

6 Penyusunan Proposal

Penelitian

7 Seminar Proposal

Penelitian

8 Revisi Proposal

Penelitian

9 Penyusunan Kuesioner 10 Penyebaran Kuesioner

11 Pengolahan dan

Analisis Data

12 Sidang Skripsi 13 Revisi Skripsi

Sumber: Peneliti, 2011.

59

Page 78: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.3 Deskripsi Obyek Penelitian

4.3.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten dari empat

kabupaten dan empat kota di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang,

Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota

Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Wilayah Kabupaten Serang

memiliki luas 1.724,09 km². Secara geografis, Kabupaten Serang terletak

pada posisi koordinat antara 105º7' - 105º22' Bujur Timur dan 5º50' - 6º21'

Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Serang, yaitu:

- Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan

Kabupaten Pandeglang

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Secara topografi, Kabupaten Serang merupakan wilayah dataran

rendah dan pegunungan dengan ketinggian antara 0 sampai 1.778 m di atas

permukaan laut. Fisiografi Kabupaten Serang dari arah Utara ke Selatan

terdiri dari wilayah rawa pasang surut, rawa musiman, dataran, perbukitan

dan pegunungan. Bagian Utara merupakan wilayah yang datar dan tersebar

60

Page 79: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

61

luas sampai ke pantai, kecuali sekitar Gunung Sawi, Gunung Terbang, dan

Gunung Batusipat. Dibagian Selatan sampai ke Barat, Kabupaten Serang

berbukit dan bergunung antara lain sekitar Gunung Kencana, Gurung Karang

dan Gunung Gede. Daerah yang bergelombang tersebar di antara kedua

bentuk wilayah tersebut. Hampir seluruh daratan Kabupaten Serang

merupakan daerah subur karena tanahnya sebagian besar tertutup oleh tanah

endapan alluvial dan batu vulkanis kuarter. Potensi tersebut ditambah banyak

terdapat pula sungai-sungai yang besar dan penting yaitu Sungai Ciujung,

Cidurian, Cibanten, Cipaseuran, Cipasang dan Anyar yang mendukung

kesuburan daerah-daerah pertanian di Kabupaten Serang.

Kabupaten Serang memiliki iklim tropis dengan musim hujan antara

November-April dan musim kemarau antara Mei-Oktober. Curah hujan rata-

rata 3,92 mm/hari. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 25,8º Celsius –

27,6º Celsius. Temperatur udara minimum 20,90º Celsius dan maksimum

33,8º Celsius. Tekanan udara dan kelembaban nisbi rata-rata 81,00 mb/bulan.

Kecepatan arah angina rata-rata 2,80 knot, dengan arah terbanyak adalah dari

barat.

Letak Kabupaten Serang strategis dalam hal perhubungan. Jarak

Kabupaten Serang dengan Ibukota Jakarta hanya berjarak 70 km,

dihubungkan dengan jalan tol.Kabupaten Serang akan memiliki Pelabuhan

Laut modern yang direncanakan dibangun di Kecamatan Bojonegara seluas

455 Ha. Saat ini, perhubungan antar pulau untuk penumpang dilakukan

melalui Pelabuhan Merak di Kota Cilegon. Untuk perdagangan dan barang-

Page 80: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

62

barang di Pelabuhan Cigading dan Pelabuhan Karangantu yaitu pelabuhan tua

bersejarah yang pernah menjadi pelabuhan terbesar dikawasan Asia di masa

lampau.

Pada tanggal 17 Juli 2007 Kabupaten Serang dimekarkan menjadi

Kota Serang dan Kabupaten Serang. Secara administratif, Kabupaten Serang

memiliki 28 Kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa.

Tabel 4.1

Daftar Kecamatan di Kabupaten Serang

No Kecamatan Luas Wilayah (km²)

1 Cinangka 111,47

2 Anyer 56,81

3 Bandung 25,18

4 Baros 44,07

5 Binuang 26,17

6 Bojonegara 30,3

7 Carenang 36,4

8 Cikande 50,53

9 Cikeusal 44,07

10 Ciomas 48,53

11 Ciruas 40,61

12 Jawilan 38,95

13 Kragilan 51,56

14 Kibin 33,51

15 Kopo 44,69

16 Kramatwatu 48,59

17 Mancak 74,03

18 Pabuaran 79,14

19 Padarincang 99,12

20 Pamarayan 41,92

21 Petir 46,94

22 Pontang 64,85

23 Pulo Ampel 32,56

24 Tanara 49,3

25 Tirtayasa 64,46

26 Tunjung Teja 39,52

27 Waringin Kurung 51,29

28 Gunung Sari 48,6

Jumlah 1467,35

Sumber:BPS Kabupaten Serang, 2011.

Page 81: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

63

4.3.2 Perkembangan Investasi di Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah di Provinsi Banten

yang memiliki peluang dan iklim investasi yang cukup baik. Dari data

rekapitulasi Disperindag Kabupaten Serang tahun 2001-2011 didapatkan

angka rata-rata pertumbuhan investasi sebesar 5% per tahun. Perkembangan

jumlah perusahaan yang berinvestasi tersebut secara jelas dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Realisasi Peningkatan Investasi di Kabupaten Serang

Berdasarkan Rekapitulasi Pemberian Tanda Daftar Industri

(TDI ) dan Izin Usaha Industri (IUI)

No Tahun Daftar Rekapitulasi

Pemberian TDI

Daftar Rekapitulasi

Pemberian IUI

1 2001 10 Perusahaan 10 Perusahaan

2 2002 16 Perusahaan 9 Perusahaan

3 2003 13 Perusahaan 5 Perusahaan

4 2004 51 Perusahaan 13 Perusahaan

5 2005 56 Perusahaan 13 Perusahaan

6 2006 56 Perusahaan 20 Perusahaan

7 2007 100 Perusahaan 22 Perusahaan

8 2008 36 Perusahaan 12 Perusahaan

9 2009 96 Perusahaan 32 Perusahaan

10 2010 12 Perusahaan 38 Perusahaan

11 2011 10 Perusahaan 14 Perusahaan Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2001- 2011

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari tahun 2001-

2011, realisasi proyek investasi di Kabupaten Serang terus mengalami

peningkatan. Berdasarkan jenis izin yang diberikan, daftar rekapitulasi Tanda

Page 82: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

64

Daftar Industri (TDI)161

lebih besar peningkatannya dibandingkan dengan

rekapitulasi Izin Usaha Industri (IUI)162

. Hal ini menunjukan bahwa

peningkatan proyek investasi di Kabupaten Serang lebih didominasi oleh

perusahaan yang nilai investasinya di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)

sampai dengan Rp. 200.00,- (dua ratus juta rupiah).

Jika dilihat secara umum, perkembangan investasi di Kabupaten

Serang mengalami kenaikan dan penurunan (fluktuatif). Pada tahun 2001

hingga 2007 realisasi investasi di Kabupaten Serang mengalami kenaikan,

sedangkan dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami penurunan. Salah satu

faktor penurunan angka investasi tersebut karena dipekarkannya Kabupaten

Serang menjadi Kota Serang (daerah otonom baru) dan Kabupaten Serang

(daerah induk). Konsekuensinya adalah berkurangnya angka investasi di

Kabupaten Serang, karena beberapa perusahaan yang awalnya terdaftar di

Disperindag Kabupaten Serang terpaksa harus dialihkan ke Disperindag Kota

Serang, karena beberapa perusahaan tersebut secara administratif terletak di

Kota Serang.

Pada tahun 2011, tercatat realisasi proyek investasi sebanyak 301

perusahaan yang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan. Realisasi investasi

perusahaan sebanyak 301 perusahaan tersebut merupakan total proyek PMDN

(skala kecil, menengah, dan besar) dan PMA.

161

(TDI) adalah izin usaha industri yang diwajibkan kepada perusahaan industri kecil dengan nilai

investasi di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 162

(IUI) adalah izin usaha industri yang diwajibkan kepada perusahaan Jenis industri dengan nilai

investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

Page 83: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

65

Sebaran jumlah perusahaaan tersebut secara jelas dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Sebaran Jumlah Perusahaan di Kabupaten Serang

No Nama Kecamatan Jumlah Perusahaan

1 Kibin 99 Perusahaan

2 Cikande 74 Perusahaan

3 Kopo 14 Perusahaan

4 Pulo Ampel 21 Perusahaan

5 Kramatwatu 20 Perusahaan

6 Bojonegara 11 Perusahaan

7 Kragilan 13 Perusahaan

8 Ciruas 11 Perusahaan

9 Jawilan 38 Perusahaan

TOTAL 301 Perusahaan

Sumber: Disperindag Kabupaten Serang, 2011.

Dalam meningkatkan pelayanan perizinan kepada investor, Kabupaten

Serang saat ini sudah terbentuk Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Selain itu,

terdapat juga Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 24 Tahun 2009

tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati kepada Kantor Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kabupaten Serang. Jenis pelayanan perizinan yang

diberikan sebanyak 15 izin yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala

Kantor atas persetujuan Bupati.

Page 84: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

66

])Y(YN][()X(XN[(

Y) X)( - XY)N(r

2222

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik

4.2.1 Uji Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu

instrumen benar-benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur

dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar konsep

dan hasil pengukuran. Dalam penelitian ini pengujian validitas tiap butir

pertanyaan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyaan. Adapun

jumlah sampel yang diuji validitas ialah sebanyak 30 responden, hal ini

bertujuan untuk mengetahui kevalidan suatu data sebelum data tersebut diolah

secara keseluruhan.Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini

digunakan rumus Pearson Product Moment dengan bantuan program

komputer Statistical Product Service Solution (SPSS)15.0 for windows.

Adapun rumus Pearson Product Moment tersebut ialah sebagai berikut:

Dari rumus Pearson Product Moment diatas, didapatkan nilai r-hitung

untuk item pertanyaan nomor 1 yaitu = 0,289 dan seterusnya. Bila koefisien

korelasi sama dengan 0,361 atau lebih (merupakan rtabeldengan n = 30 dan

taraf signifikansi 5%, )163

, maka instrumen dinyatakan valid. Sebaliknya, bila

koefisien korelasi lebih kecil dari 0,361, maka instrumen dinyatakan tidak

163

Lihat Lampiran 1 Tabel Nilai-nilai r Product Moment (n= 30, taraf signifikansi 5%)

Page 85: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

67

valid. Hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel

4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

No.Item Nilai r-hitung Nilai r-tabel Keterangan

1 0,289 0,361 Tidak Valid

2 0,680 0,361 Valid

3 0,600 0,361 Valid

4 0,434 0,361 Valid

5 0,583 0,361 Valid

6 0,347 0,296 Valid

7 0,505 0,361 Valid

8 0,544 0,361 Valid

9 0,288 0,361 Tidak Valid

10 0,650 0,361 Valid

11 0,477 0,361 Valid

12 0,515 0,361 Valid

13 0,533 0,361 Valid

14 0,280 0,361 Tidak Valid

15 0,782 0,361 Valid

16 0,608 0,361 Valid

17 0,600 0,361 Valid

18 0,291 0,361 Tidak Valid

19 0,733 0,361 Valid

20 0,514 0,361 Valid

21 0,661 0,361 Valid

22 0,473 0,361 Valid

23 0,597 0,361 Valid

24 0,571 0,361 Valid

25 0,692 0,361 Valid

26 0,568 0,361 Valid

27 0,593 0,361 Valid

28 0,690 0,361 Valid

29 0,612 0,361 Valid

30 0,604 0,361 Valid

31 0,543 0,361 Valid

32 0,577 0,361 Valid

33 0,532 0,361 Valid

34 0,587 0,361 Valid

35 0,435 0,361 Valid

36 0,417 0,361 Valid

37 0,458 0,361 Valid Sumber: Pengolahan dataSPSS Statistics15.0 for windows, 2012.

Keterangan: item nomor 6 (enam) adalah hasil uji validitas pada (tingkat

Signifikansi One-Tailed Test = 0,05, dk = 30)164

164

Lihat Lampiran 2 Tabel Daftar Nilai Kritis Pearson Product Moment (PPM) (r)

Page 86: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

68

Dari hasil uji validitas sebanyak 30 responden dengan 37 item

instrumen, terdapat 32 item instrumen dinyatakan valid karena nilai

r-hitung > r-tabel (>0,361), sedangkan 5 item instrumen dinyatakan tidak

valid, karena nilai r-hitung < r-tabel atau (< 0,361). Kelima item instrumen

tersebut yaitu item nomor 1, 6, 9, 14 dan 18. Oleh karena itu, kelima item

instrumen tersebut harus dihapus atau diganti dengan instrumen baru sebagai

pengganti instrumen yang tidak valid. Dalam penelitian ini, instrumen yang

tidak valid dihapus karena masih terdapat item instrumen lain yang valid dan

dianggap mewakili indikator dalam kuesioner penelitian ini. Dengan

demikian, kuesioner yang akan disebarkan kepada responden berikutnya

hanya terdiri dari 32 item instrumen yang dianggap sebagai instrumen yang

valid.

4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui kehandalan dari

sebuah instrumen atau kuesioner. Instrumen yang dilakukan uji reliabilitas

adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang

dinyatakan tidak valid tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal konsistensi

dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yaitu

penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi di

antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, variabel di katakan reliabel

jika nilai alphanya lebih dari 0.30. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

Page 87: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

69

1-k

k

i

i

s

s2

2

1

dibantu dengan piranti lunak Statistic Product and Service Solutions (SPSS)

versi 15.0 for windows. Berikut ini rumus Cronbach Alpha 165

yang

digunakan untuk menguji reliabilitas:

Keterangan:

k = Jumlah item

Si² = jumlah varians skor total

St² = varians responden untuk item ke i

Dari uji reliabilitas instrumen yang telah dilakukan dalam penelitian

ini, didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,850. Hasil tersebut lebih besar

dari nilai alpha 0.30 yang dijadikan acuan untuk menguji reliabilitas

instrumen. Sedangkan untuk item instrumen yang dilakukan uji reliabilitas

(N of items) adalah sebanyak 32 instrumen, karena dari 37 instrumen terdapat

5 instrumen yang tidak valid. Sehingga dalam uji reliabilitas, instrumen yang

tidak valid tersebut tidak dihitung. Nilai Cronbach Alpha yang diperoleh dari

hasil uji reliabiltas instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

165

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. Op.Cit. Hal 291

Page 88: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

70

Tabel 4.5

Statistik Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,850 32

Sumber: Pengolahan dataSPSS Statistics15.0 for windows, 2012.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini dinyatakan reliabel karena

sudah valid dan reliabel berdasarkan uji instrumen, maka instrumen dapat

digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpulan data penelitian yang

berjudul “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang”.

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Identitas Responden

Responden dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Program

Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” adalah

investor yang perusahaannya terletak di Kabupaten Serang. Berdasarkan

data dari Disperindag Kabupaten Serang tahun 2011, tercatat sebanyak 301

perusahaan yang melakukan investasi di Kabupaten Serang yang tersebar di

9 kecamatan antara lain di Kecamatan Ciruas, Kragilan, Kibin, Cikande,

Jawilan, Kopo, Kramatwatu, Bojonegara dan Pulo Ampel. Dari 301

perusahaan tersebut diambil 75 perusahaan sebagai sampel atau responden

penelitian. Penentuan jumlah sampel tersebut merupakan hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan jumlah populasi (N=301

Page 89: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

71

0

10

20

30

40

50

60

70

Laki-laki Perempuan

89%

11%

perusahaan) dan taraf kesalahan yang ditentukan sebesar (d=10%), sehingga

didapatkan sampel (n=75 perusahaan) yang dijadikan sebagai responden

dalam penelitian ini.

Adapun teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel

dari jumlah populasi ini adalah teknik proportional area random sampling,

dimana dari tiap-tiap populasi akan diwakili sesuai dengan proporsinya

masing-masing dalam penelitian, sehingga jumlah sampel yang akan diambil

akan menghasilkan sampel yang representatif. Dalam mengisi kuesioner,

responden diminta untuk memberikan identitas diri sebagai penunjang

data.Identitas diri tersebut meliputi: Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan

Terakhir, dan Status Penanaman Modal.

4.3.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dengan perempuan

secara biologis sejak seseorang lahir. Identitas responden berdasarkan jenis

kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut:

Diagram 4.1

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012

Page 90: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

72

0

10

20

30

40

50

60

70

Usia 15-24 Usia 25-49 Usia 50 +

4%

92%

4%

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh

responden dalam penelitian ini ialah sebanyak 75 responden yang terdiri dari

responden laki laki sebesar 89% atau sebanyak 67 orang, dan responden

perempuan sebesar 11% atau sebanyak 8 orang.

Besarnya jumlah responden laki-laki dikarenakan sebagian besar yang

menjadi responden dalam penelitian ini ialah Human Resource Departement

(HRD) perusahaan. Jabatan HRD dalam suatu perusahaan sebagian besar diisi

oleh laki-laki.

4.3.1.2 Responden Berdasarkan Usia

Usia responden merupakan sejumlah tahun yang menunjukan

pengalaman hidup yaitu akumulasi jumlah tahun sejak lahir. Tingkat usia

responden dalam penelitin ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori usia

15-24 tahun, 25-49 tahun, dan 50 tahun ke atas. Sebaran usia responden dalam

penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:

Diagram 4.2

Identitas Responden Berdasarkan Usia

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012

Page 91: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

73

0

10

20

30

40

50

60

SD SMP SMA D3 S1

0% 0% 2%

21%

71%

Berdasarkan diagram di atas dapat diiketahui bahwa responden dalam

penelitian ini sebagian besar berusia 25-49 tahun yaitu sebesar 92% atau

sebanyak 69 responden. Sedangkan sisanya yaitu responden yang berusia 15-

24 tahun sebesar 4% atau sebanyak 3 responden, dan responden yang berusia

50 tahun ke atas sebesar 4% atau sebanyak 3 responden. Besarnya jumlah

responden dengan usia 25-49 tahun diharapkan mampu memberikan

informasi secara jelas dan objektif, karena pada usia tersebut responden

dianggap memiliki pengalaman yang cukup, khususnya yang berkaitan

dengan masalah investasi.

4.3.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan pendidikan terakhir yang ditempuh

oleh responden yang didapatkan melalui lembaga sekolah/perguruan tinggi

resmi. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri dari tingkat pendidikan

SD, SMP, SMA, D3, dan S1. Sebaran tingkat pendidikan responden dalam

penelitian ini dapat dilihat secara jelas pada diagram 4.3 berikut:

Diagram 4.3

Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012

Page 92: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

74

Berdasarkan diagram tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari

jumlah seluruh responden sebanyak 75 orang, responden dengan kualifikasi

pendidikan S1 memiliki jumlah yang paling besar yaitu sebesar 77% atau

sebanyak 58 responden, responden berpendidikan D3 sebesar 21% atau

sebanyak 16 responden, dan responden yang pendidikan terakhir SMA

sebesar 2% atau sebanyak 1 responden. Tidak ada responden yang

berpendidikan terakhir SD dan SMP, karena responden dalam penelitian ini

merupakan orang-orang yang memiliki kompetensi dan harus mampu

mewakili perusahaan dalam memberikan informasi khususnya yang berkaitan

dengan masalah investasi.

Besarnya jumlah responden dengan pendidikan terakhir S1 diharapkan

mampu memberikan informasi yang objektif dan jelas terhadap hasil

penelitian ini. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara pandang

responden dalam menyikapi segala hal, termasuk dalam menjawab kuesioner

penelitian ini.

4.3.1.4 Responden Berdasarkan Status Penanaman Modal

Status penanaman modal merupakan status perusahaan berdasarkan

asal negara investor yang melakukan investasi di suatu negara. Berdasarkan

statusnya, penanaman modal dibagi menjadi dua, yaitu Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Sebaran

responden berdasarkan status penanaman modal dalam penelitian ini dapat

dilihat pada diagram 4.4 berikut:

Page 93: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

75

Diagram 4.4

Identitas Responden Berdasarkan StatusPenanaman Modal

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012

Berdasarkan diagram tersebut diatas dapat diketahui bahwa dari 75

responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, responden dari

perusahaan yang status investasinya Penanaman Modal Asing (PMA) lebih

besar jika dibandingkan dengan responden dari perusahaan yang berstatus

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Responden dari perusahaan

dengan status PMNDN sebesar 21% atau sebanyak 16 perusahaan, sedangkan

responden dari perusahaan yang statusnya (PMA) sebesar 79% atau sebanyak

59 perusahaan.

0

10

20

30

40

50

60

PMDN PMA

21%

79%

Page 94: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

76

4.3.2 Analisis Data

Analisis data merupakan tahap penyajian data untuk mendeskripsikan

data hasil penelitian yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner dan

wawancara tidak terstruktur kepada 75 investor sebagai responden yang

tersebar di 9 (sembilan) kecamatan di Kabupaten Serang antara lain:

(Ciruas, Kragilan, Kibin, Cikande, Kopo, Jawilan, Kramatwatu, Bojonegara,

dan Pulo Ampel). Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan

responden mengenai pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi

Investasi di Kabupaten Serang. Lebih jelasnya peneliti menguraikannya

dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan hasil jawaban

dari pertanyaan yang diajukan melalui kuesioner kepada para responden

yakni para investor.

Dengan menggunakan satu variabel penelitian, peneliti menggunakan

teori menurut Howlet dan Ramesh166

tentang evaluasi kebijakan yang

terdiri dari3 (tiga) indikator yang didalamnya terdapat 11 (sebelas) sub

indikator dan kemudian peneliti menguraikannya ke dalam 34 pertanyaan

yang disajikan dalam bentuk diagram dan disertai penjelasan.

Skala yang digunakan dalam kuisioner penelitian ini adalah skala

Likert dengan mengajukan 4 (empat) pilihan alternatif jawaban dan

memiliki bobot nilai yang berbeda. Pilihan alternatif jawaban tersebut

adalah poin A dengan bobot nilai 4, poin B dengan bobot nilai 3, poin C

dengan bobot nilai 2, dan poin D dengan bobot nilai 1.

166

Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 676

Page 95: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

77

Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian,

digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata skor kategori

angket yang diperoleh responden. Penggunaaan skor kategori ini digunakan

sesuai dengan empat kategori skor yang dikembangkan dalam skala Likert

dan digunakan dalam penelitian. Adapun kriteria yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Kriteria Analisis Deskripsi

Rentang Kategori Skor Penafsiran

1,00 – 1,75 Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah

1,76 – 2,51 Tidak Baik/Rendah

2,52 – 3,27 Baik/Tinggi

3,28 - 4,00 Sangat Baik/Sangat Tinggi

Sumber: Diadaptasi dari skor kategori Likert skala 4

4.3.2.1 Evaluasi Administratif

Evaluasi Administratif, merupakan evaluasi kebijakan yang berkenaan

dengan evaluasi sisi administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses

kebijakan di dalam pemerintah yang berkenaan dengan:

a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang

dikembangkan oleh kebijakan.

b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program

yang dikembangkan oleh kebijakan.

c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness

evaluation¸yang menilai apakah program dijalankan sebagaimana

yang sudah ditetapkan.

d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan

penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.

e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh

organisasi untuk melaksanakan program.167

167

Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676

Page 96: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

78

a. Effort Evaluation (Evaluasi Input Program)

Effort evaluation adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif

dengan menilai input program yang dikembangkan oleh kebijakan. Input

program dalam “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi

di Kabupaten Serang” berdasarkan kepada Undang-undang Nomor 45 Tahun

2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan

Penanaman Modal di daerah yang antara lain: (1) Pemberian insentif berupa

pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah; (2) Pemberian

insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;

(3) Pemberian bantuan modal; dan (4) Pemberian kemudahan berbentuk

penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal. Tanggapan

responden atas pelaksanaan insentif dan kemudahan penanaman modal di

Kabupaten Serang secara jelas dapat dilihat pada diagram4.5 berikut:

Diagram 4.5

Effort Evaluation (Evaluasi Input Program)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.1, 2, 3 dan 4)

2,09

2,28

1,96

2,20

2,13

1,9

1,95

2

2,05

2,1

2,15

2,2

2,25

2,3

Insentif Pajak

Daerah

Insentif

Retribusi Daerah

Insentif Bantuan

Modal

Dukungan Data

dan Informasi

Rata-rata

Page 97: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

79

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator effort evaluation (evaluasi input program) skor

rata-ratanya sebesar 2,13, dan apabila dikonsultasikan dengan skala

penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada

rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.168

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa input program berupa: (1)

Pemberian insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak

daerah; (2) Pemberian insentif berupa pengurangan, keringanan, atau

pembebasan retribusi daerah; (3) Pemberian bantuan modal; dan (4)

Pemberian kemudahan berbentuk penyediaan data dan informasi peluang

penanaman modal, belum terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan

skor rata-rata responden dari keempat item tersebut berada pada kategori

rendah.

Pada item nomor 1 mengenai pemberian insentif berupa pengurangan,

keringanan, atau pembebasan pajak daerah, didapatkan skor rata-rata sebesar

2,09 atau berada pada kategori rendah. Hal ini sejalan dengan hasil

pengamatan dan wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan

Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan yang

mengungkapkan bahwa insentif berupa pembebasan pajak daerah belum

terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan hanya beberapa perusahaan saja

yang statusnya kawasan berikat. Kawasan berikat adalah kantor kepengurusan

bea cukai yang bertujuan agar investor mendapatkan kemudahan berupa: (1)

168

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

Page 98: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

80

Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,

atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di

dalam negeri; (2) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau

bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan

persyaratan tertentu; (3) Pembebasan atau penangguhan pajak pertambahan

nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan

produksi yang berlum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu

tertentu. Selain itu, masih adanya beberapa pajak daerah yang seharusnya

dibebaskan, namun kenyataannya masih harus tetap dibayar oleh

perusahaan.169

Pada item nomor 2 mengenai pemberian insentif berupa pengurangan,

keringanan, atau pembebasan retribusi daerah didapatkan skor rata-rata

sebesar 2,28 atau berada pada kategori rendah. Rendahnya tingkat

pelaksanaan kebijakan insentif retribusi daerah tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Human Resource

Departement (HRD) di beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa faktor

penghambatnya antara lain: (1) Kurangnya keterbukaan Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang terkait insentif retribusi daerah tersebut kepada investor;

(2) Masih adanya retribusi yang sifatnya tidak menguntungkan perusahaan,

namun pihak perusahaan harus tetap membayarnya; dan (3) Sosialisasi dan

informasi mengenai pemberian insentif kepada investor masih kurang.

169

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur (Kawasan Industri Modern Cikande).

Page 99: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

81

Dengan demikian pelaksanaan insentif berupa retribusi daerah ini kategorinya

masih rendah atau belum terlaksana dengan baik.170

Pada item nomor 3 mengenai pemberian insentif berupa bantuan modal

didapatkan skor rata-rata sebesar 1,96 atau berada pada kategori rendah. Hal

ini sesuai dengan hasil wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan

dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan yang

mengungkapkan bahwa untuk saat ini pemberian insentif berupa pemberian

bantuan modal kepada investor belum terlaksana dengan baik. Selama ini,

mereka (investor) dalam menjalankan usahanya sepenuhnya menggunakan

modal dari investor itu sendiri. Masalah mendasar yang menyebabkan belum

terlaksananya kebijakan pemberian insentif berupa bantuan modal tersebut

ialah karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang itu sendiri. Oleh karena itu, fasilitas insentif ini jarang

diketahui oleh para investor.171

Kemudian pada item nomor 4 mengenai penyediaan data dan informasi

peluang penanaman modal didapatkan skor rata-rata sebesar 2,20 atau berada

pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa penyediaan data dan

informasi terkait investasi di Kabupaten Serang belum memadai. Dari hasil

wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan Human Resource

Departement (HRD) di beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa belum

memadinya penyediaan data dan informasi investasi disebabkan oleh

170

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat. 171

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur (Kawasan Industri Modern Cikande).

Page 100: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

82

beberapa hal, antara lain: (1) Masih adanya kesulitan dalam memperoleh data

dan informasi yang berkaitan dengan potensi investasi, hal ini dikarenakan

kurangnya transparansi data dan informasi kepada para investor; (2) Data dan

informasi yang sudah tersedia belum disajikan secara lengkap dan jelas; dan

(3) Belum tersedianya media yang mudah diakses oleh para investor untuk

memperoleh informasi yang lengkap dan jelas, misalnya melalui media

internet.172

b. Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)

Performance evaluation adalah evaluasi kebijakan dari sisi

administratif dengan menilai keluaran (output) dari program yang

dikembangkan oleh kebijakan. Output program dalam hal ini terdiri dari dua

aspek yang diharapkan, yaitu; (1) Peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam mendukung kelancaran investasi; dan (2) Peluang investasi

Kabupaten Serang pada masa mendatang. Tanggapan responden mengenai

hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.6 berikut:

172

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 101: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

83

Diagram 4.6

Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.5 dan 6).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator performance evaluation (evaluasi output

program) skor rata-ratanya sebesar 2,46, dan apabila dikonsultasikan dengan

skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada

pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.173

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa evaluasi output program

berupa: (1) Peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam

mendukung kelancaran investasi; dan (2) Peluang investasi Kabupaten

Serang pada masa mendatang, belum sepenuhnya memadai. Hal ini

ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari kedua item tersebut berada

pada kategori rendah.

173

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

2,24

2,68

2,46

2,2

2,3

2,4

2,5

2,6

2,7

2,8

Peranserta Pemda

Kabupaten Serang

Peluang Investasi Rata-rata

Page 102: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

84

Pada item nomor 5 mengenai peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam mendukung kelancaran investasi, didapatkan skor rata-rata

sebesar 2,24 atau berada pada kategori rendah. Hal ini berarti berarti

peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mendukung

kelancaran investasi masih kurang. Dari hasil wawancara tidak terstruktur

yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di

beberapa perusahaan, tokoh pengusaha, serta anggota Himpunan Pengusaha

Muda Indonesia (HIPMI) mengungkapkan bahwa peranserta Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang dalam mendukung kegiatan investasi masih

kurang. Alasan kurangnya peranserta sebagai dukungan terhadap dunia usaha

bisa dilihat dari beberapa hal, antara lain: (1) Masih kurangnya pembinaan

terhadap para pelaku usaha. Salah satu bukti nyata ialah belum optimalnya

asosiasi/organisasi-organisasi pengusaha sebaga jembatan komunikasi antara

pengusaha dengan pemerintah daerah. Sehingga komunikasi yang baik antara

para pengusaha dengan pemerintah daerah terkadang tersendat; dan (2)

Pengawasan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang terhadap aktivitas

dunia usaha belum dilakukan dengan baik. Sehingga seringkali muncul

permasalahan di lapangan yang tidak diketahui oleh pemerintah daerah,

misalnya pungutan liar di luar birokrasi.174

Pada item nomor 6 mengenai peluang investasi Kabupaten Serang pada

masa mendatang didapatkan skor rata-rata sebesar 2,68 atau berada pada

kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Serang memiliki

174

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Tokoh Pengusaha, Anggota Himpunan Pengusaha

Muda Indonesia (HIPMI) serta Beberapa Human Resource Departement (HRD) di Kawasan

Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 103: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

85

prospek investasi yang bagus pada masa mendatang. Tanggapan responden

yang menyatakan bahwa Kabupaten Serang memiliki peluang investasi yang

cukup besar didasarkan pada beberapa alasan, antara lain: (1) Secara

geografis, Kabupaten Serang memiliki letak yang strategis karena didukung

oleh Pelabuhan Internasional Bojonegara dan Pelabuhan Merak serta dekat

dengan Bandara Soekarno Hatta, sehingga akan memudahkan dalam arus

transportasi barang; (2) Memiliki jarak yang dekat dengan Jakarta dan Pusat

Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Dengan demikian, investor yang sudah

berinvestasi di Jakarta dan Tangerang, pada masa mendatang akan melakukan

perluasan investasi ke daerah penyangga, karena Jakarta dan Tangerang

sudah padat dengan industri, dan Kabupaten Serang tentu akan menjadi

tujuan investor tersebut; dan (3) Upah Minimum Kabupaten (UMK) Serang

masih tergolong murah jika dibandingkan dengan UMK Kota Cilegon dan

Tangerang sebagai daerah indusri. Kendati demikian, masalah lain yang

kemungkinan mengurangi minat investor untuk berinvestasi ialah belum

memadainya kondisi infrastruktur jalan raya, khususnya jalan yang dilalui

oleh kendaraan-kendaraan yanag keluar masuk kawasan industri,antara lain:

(jalan arah Ciruas-Cikande-Jawilan) dan (jalan arah Kramatwatu-Bojonegara-

Pulo Ampel). Hal ini terlihat dengan seringnya terjadi kemacetan karena

kondisi jalan yang sudah rusak serta lebarnyanya yang minim.175

175

Hasil wawancara tidak terstuktur dengan Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag Kabupaten

Serang dan Komisaris salah satu perusahaan di Kecamatan Ciruas.

Page 104: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

86

c. Adequacy of Performance Evaluation (Evaluasi Kesesuaian Program

dengan Tujuan yang Ditetapkan)

Adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation

adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif dengan menilai apakah

program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan. Kesesuaian tujuan

dengan hasil program dilihat pada aspek: (1) Kesesuaian antara proyek

investasi yang dilakukan oleh investor dengan kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang; dan (2) Minat investor untuk menambah proyek investasi.

Tanggapan responden mengenai hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada

diagram 4.7 berikut:

Diagram 4.7

Adequacy of Performance Evaluation

(Evaluasi Kesesuaian Program dengan Tujuan yang Ditetapkan)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.7 dan 8).

2,55

2,31

2,43

2,27

2,32

2,37

2,42

2,47

2,52

2,57

Kesesuaian Proyek

Investasi dengan Kebijakan

Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang

Minat Menambah Investasi Rata-rata

Page 105: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

87

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator adequacy of performance evaluation (evaluasi

kesesuaian program dengan tujuan yang ditetapkan) skor rata-ratanya sebesar

2,43, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata

jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau

berada pada kategori rendah.176

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa kesesuain program dengan

tujuan yang ditetapkan berupa: (1) Kesesuaian antara proyek investasi yang

dilakukan oleh investor dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang; dan (2) Minat investor untuk menambah proyek investasi, masih

belum sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Hal ini ditunjukan dengan

skor rata-rata responden dari kedua item tersebut berada pada kategori

rendah.

Pada item nomor 7 mengenai kesesuaian antara proyek investasi yang

dilakukan oleh investor dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang, didapatkan skor rata-rata sebesar 2,55 atau berada pada kategori

tinggi. Hal ini berarti proyek investasi yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang. Dalam wawancara tidak

terstruktur dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa

perusahaan mengungkapkan bahwa proyek investasi yang dilakukan oleh

pihak investor ssebagian besar sudah sesuai dengan kebijakan Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang. Salah satu kebijakan Pemerintah Daerah

176

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

Page 106: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

88

Kabupaten Serang yaitu kebijakan meningkatkan pembinaan dan fasilitasi

koperasi, UKM dan lembaga ekonomi perdesaan terhadap sumber daya

produktif. Kesesuian proyek investor dengan pemerintah daerah tersebut

ditunjukan dengan peningkatan pembinaan koperasi baik koperasi karyawan

maupun koperasi masyarakat. Selain itu, pihak perusahaan pun membangun

kemitraan dengan industri kecil menengah (IKM) dengan tujuan dapat

memberdayakan potensi unggulan daerah secara optimal.177

Pada item nomor 8 mengenai minat investor untuk menambah proyek

investasi, didapatkan skor rata-rata sebesar 2,31, atau berada pada kategori

rendah. Hal ini berarti para investor sebagian besar tidak berminat untuk

menambah proyek investasinya. Motivasi investor untuk menambah proyek

investasi selalu didasarkan pada prediksi profit (keuntungan) pada masa

mendatang. Jika prospek ke depan dapat menguntungkan, maka investor akan

menambah proyek investasinya. Sebaliknya, jika dianggap akan merugikan,

maka investor tidak akan menambah proyek investasi. Di Kabupaten Serang,

iklim investasinya masih belum sepenuhnya kondusif. Misalnya proses

perizinan yang masih berbelit-belit, kurangnya kondisi keamanan, dan

infrastruktur jalan raya yang belum memadai menjadi alasan logis sebagian

investor untuk tidak menambah proyek investasinya.178

177

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Pengurus Koperasi Karyawan dan

Beberapa Human Resorce Departement (HRD) di Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang

Barat. 178

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

Kabupaaten Serang dan Beberapa Human Resorce Departement (HRD) di Kawasan Perusahaan

Serang Timur

Page 107: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

89

d. Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)

Effeciency evoluation adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif

yang menilai biaya program dan memberikan penilaian tentang keefektifan

biaya tersebut. Dalam penelitian “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan

Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”, keefektifan biaya dilihat dari

beberapa hal, antara lain: (1) Biaya untuk mengurus perizinan; (2) Ada

tidaknya biaya tambahan untuk mempercepat proses perizinan; (3) Biaya

pembebasan lahan; dan (4) Biaya tenaga kerja atau Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK). Tanggapan responden mengenai hal tersebut secara

jelas dapat dilihat pada diagram 4.8 berikut:

Diagram 4.8

Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.9, 10, 11 dan 12).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator efficiency evaluation (evaluasi efisiensi biaya

program) skor rata-ratanya sebesar 2,45, dan apabila dikonsultasikan dengan

2,08

2,84

2,40

2,49

2,45

2,05

2,15

2,25

2,35

2,45

2,55

2,65

2,75

2,85

2,95

Biaya Perizinan Biaya Tambahan

dalam Perizinan

Biaya

Pembebasan

Lahan

Biaya Tenaga

Kerja/Upah

Minimum

Kabupaten

(UMK)

Rata-rata

Page 108: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

90

skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada

pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.179

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa evaluasi efisiensi biaya

program berupa: (1) Biaya untuk mengurus perizinan; (2) Ada tidaknya biaya

tambahan untuk mempercepat proses perizinan; (3) Biaya pembebasan lahan;

dan (4) Biaya tenaga kerja atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),

belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari

keempat item tersebut berada pada kategori rendah.

Pada item nomor 9 mengenai biaya untuk mengurus perizinan

didapatkan skor rata-rata sebesar 2,08 atau berada pada kategori rendah. Hal

ini menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mengurus perizinan

masih belum sepenuhnya sesuai. Dalam wawancara tidak terstruktur yang

peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa

perusahaan mengungkapkan bahwa para pengusaha seringkali mengeluhkan

biaya untuk mengurus perizinan. Hal ini dikarenakan belum adanya

transparansi peraturan yang berkaitan dengan biaya perizinan investasi

tersebut. Dampak yang terjadi ialah besaran biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan seringkali tidak jelas dan menentu, tergantung berapa permintaan

yang diinginkan oleh petugas perizinan.180

Pada item nomor 10 mengenai ada tidaknya biaya tambahan untuk

mempercepat proses perizinan didapatkan skor rata-rata sebesar 2,84 atau

berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa masih adanya sedikit

179

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi 180

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) &

General of Affair di Kawasan Perusahaan Serang Timur.

Page 109: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

91

biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh investor dalam mengurus

perizinan. Dalam wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource

Departement (HRD) di beberapa perusahaan, proses perizinan di tingkat

daerah (Provinsi Banten dan Kabupaten Serang) lebih rumit jika

dibandingkan dengan di pusat (Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM)). Oleh karena itu, untuk mempercepat proses perizinan, perusahaan

harus memberikan uang tambahan kepada petugas. Hal ini dilakukan agar

perizinan segera diproses dengan cepat. Masalah lain disebabkan karena

adanya perubahan pola pelayanan perizinan investasi dari yang semula harus

ke beberapa Dinas/Lembaga menjadi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Mulanya PTSP dibentuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan,

namun kenyataannya terbalik. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan dari

beberapa HRD perusahaan yang mengungkapkan bahwa biaya perizinan di

PTSP tidak transparan dan masih adanya pungutan liar oleh petugas. Padahal

dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanaman

modal/investasi, sudah dijelaskan standar waktu dan biaya perizinan tersebut.

Permasalahannya ialah pada konteks implementasi seringkali tidak dijalankan

sesuai peraturan.181

Pada item nomor 11 mengenai biaya dalam pembebasan lahan untuk

investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,40 atau berada pada kategori

rendah. Hal ini menunjukan bahwa biaya dalam mengurus pembebasan lahan

untuk investasi belum sesuai prosedur. Dari hasil wawancara peneliti dengan

181

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur (Kecamatan Ciruas).

Page 110: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

92

salah seorang komisaris perusahaan dan menjabat juga sebagai Ketua Asosisi

Pengusaha Indonesia (APINDO) Kabupaten Serang, mengungkapkan bahwa

biaya pembebasan lahan seringkali menjadi permasalahan dalam masalah

investasi. Dalam pembebasan lahan untuk investasi, biasanya investor

menyerahkan kepada pihak ketiga (pemerintah daerah dan pihak lain) untuk

melakukan negosiasi dengan masyarakat termasuk proses pembayaran ganti

rugi. Masalah kemudian muncul ketika pihak ketiga memotong biaya

pembebasan lahan tersebut, sehingga uang yang diterima masyarakat

jumlahnya menjadi berkurang. Karena uang yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian semula, maka terjadilah keributan antara masyarakat

dengan pihak perusahaan. Konsekuensinya, perusahaan harus mengeluarkan

biaya tambahan agar tidak terjadi perselisihan antara pihak perusahaan

dengan masyarakat.182

Pada item nomor 12 mengenai biaya tenaga kerja atau Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), didapatkan skor rata-rata sebesar 2,49 atau berada

pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa biaya tenaga kerja atau

UMK Kabupaten Serang masih kurang mendukung terhadap keberlangsungan

investasi. Alasan ini diperkuat oleh pernyataan dari beberapa Human

Resource Departement ( HRD) dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia

(APINDO) yang mengungkapkan bahwa salah satu daya tarik Kabupaten

Serang bagi para investor ialah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Kabupaten Serang lebih murah dibandingkan dengan daerah industri lainnya

182

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

Kabupaten Serang.

Page 111: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

93

seperti Tangerang dan Cilegon. Namun permasalahannya, stabilitas politik di

daerah seringkali mempengaruhi kenaikan UMK tersebut, misalnya kasus

kenaikan UMK Tangerang Raya yang berpengaruh terhadap UMK

Kabupaten Serang. Hal ini terlihat dengan adanya demonstrasi buruh pada

Januari 2011 yang menuntut revisi kenaikan UMK Kabupaten Serang dari Rp

1.320.500,00 menjadi Rp 1.410.000,00. Kondisi seperti inilah yang banyak

tidak disetujui oleh para pengusaha (investor).183

e. Process Evaluation(Evaluasi Proses)

Process evaluations adalah evaluasi kebijakan dari sisi administratif

yang menilai metode yang dipergunakan oleh organisasi untuk melaksanakan

program. Dalam pelaksanaan “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan

Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” terdapat dua hal yang akan

dipaparkan sebagai metode pelaksanaan program yaitu: (1) Promosi potensi

investasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang; dan (2) Efektivitas

website www.bantengov.go.id sebagai media promosi investasi. Tanggapan

responden mengenai hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.9

berikut:

183

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)

Kabupaten Serang.

Page 112: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

94

Diagram 4.9

Process Evaluation (Evaluasi Proses)

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.13 dan 14).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator process evaluation (evaluasi proses) skor rata-

ratanya sebesar 2,09, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran

skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-

2,51 atau berada pada kategori rendah.184

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa evaluasi proses mengenai

metode yang dipergunakan oleh organisasi dalam pelaksanaan program

berupa: (1) Promosi potensi investasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang; dan (2) Efektivitas website www.bantengov.go.id sebagai media

promosi investasi, belum sepenuhnya efektif. Hal ini ditunjukan dengan skor

rata-rata responden dari kedua item tersebut berada pada kategori rendah.

Pada item nomor 13 mengenai promosi potensi investasi oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang didapatkan skor rata-rata sebesar 2,09

184

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

2,05

2,13

2,09

2,04

2,05

2,06

2,07

2,08

2,09

2,10

2,11

2,12

2,13

2,14

Promosi Investasi Efektivitas website

www.bantengov.go.id

Rata-rata

Page 113: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

95

atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa promosi

investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih

belum bisa dikatakan efktif. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

tidak terstruktur yang peneliti lakukan, para investor masih belum mengetahui

secara banyak potensi dan prosedur investasi di Kabupaten Serang. Hal ini

dikarenakan masih kurangnya media untuk promosi investasi tersebut. Selain

itu, dokumen dan data-data yang sudah ada saat ini belum disajikan secara

jelas dan lengkap, sehingga para investor biasanya kebingungan dalam

menentukan target investasinya.185

Pada item nomor 14 mengenai efektivitas website

www.bantengov.go.id sebagai media promosi investasi, didapatkan skor rata-

rata sebesar 2,09 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan

bahwa keberadaan website www.bantengov.go.id belum sepenuhnya efektif

sebagai media promosi investasi. Dalam wawancara tidak terstruktur dengan

Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan

mengungkapkan bahwa penggunaan media internet sebagai media promosi

investasi sangat dibutuhkan, salah satunya website www.bantenprov.go.id.

Namun data dan informasi mengenai investasi yang dimuat di website

Pemerintah Daerah Provinsi Banten masih terbatas. Sehingga untuk

memperoleh informasi yang memadai, website ini belum sepenuhnya

efektif.186

185

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat. 186

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Barat.

Page 114: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

96

4.3.2.2 Evaluasi Judisial

Evaluasi Judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan

hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan

pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administratif

negara, hingga hak asasi manusia.

Berikut ini item pertanyaan dalam indikator evaluasi judisial yang

peneliti jabarkan ke dalam bentuk diagram yang disertai dengan pemaparan

dan kesimpulan dari hasil penyebaran kuesioner kepada 75 investor sebagai

responden dalam penelitian ini.

a. Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi

Kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi merupakan

kemungkinan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang

dapat merugikan terhadap negara atau kepentingan publik. Dalam “Evaluasi

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”,

terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan hal tersebut antara lain: (1)

Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin

kepastian hukum bagi investor; (2) Respon Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam menangani sengketa hukum antara pengusaha (investor)

dengan pihak lain; dan (3) Kemungkinan adanya kebijakan investasi yang

menguntungkan kelompok/organisasi tertentu. Tanggapan responden

mengenai hal tersebut secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.10 berikut:

Page 115: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

97

Diagram 4.10

Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.15, 16 dan 17).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi

skor rata-ratanya sebesar 2,18, dan apabila dikonsultasikan dengan skala

penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada

rentang 1,76-2,51 atau berada pada kategori rendah.187

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa pada sub indikator

kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi berupa: (1) Kemampuan

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin kepastian hukum bagi

investor; (2) Respon Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menangani

sengketa hukum antara pengusaha (investor) dengan pihak lain; dan (3)

Kemungkinan adanya kebijakan investasi yang menguntungkan

kelompok/organisasi tertentu, masih belum memadai dan ditemukannya

187

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

2,28

1,96

2,31

2,18

1,9

1,95

2

2,05

2,1

2,15

2,2

2,25

2,3

2,35

Jaminan Kepastian

Hukum

Penyelesaian

Sengketa Hukum

Kebijakan yang

Cenderung

Menguntungkan

Organisasi Tertentu

Rata-rata

Page 116: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

98

permasalahan. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari ketiga

item tersebut berada pada kategori rendah.

Pada item nomor 15 mengenai kemampuan Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang dalam menjamin kepastian hukum bagi investor

didapatkan skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada pada kategori rendah. Hal

ini menunjukan bahwa jaminan kepastian hukum dalam investasi masih

kurang. “Kepastian hukum” adalah asas dalam negara hukum yang

meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai

dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman

modal.188

Dalam wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource

Departement (HRD) di beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa

beberapa persoalan yang menjadi alasan kurangnya jaminan kepastian hukum

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang kepada investor antara lain: (1)

Masih adanya kebijakan-kebijakan yang tumpang tindih serta cepat berubah,

sehingga biaya yang berkaitan dengan investasi pun cepat berubah pula; dan

(2) Prosedur perizinan yang berbelit-belit serta kurang transparannya

peraturan, sehingga biaya yang dikeluarkan oleh investor tidak jelas dan

menentu.189

Pada item nomor 16 mengenai respon Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam menangani sengketa hukum antara pengusaha (investor)

dengan pihak lain didapatkan skor rata-rata sebesar 1,96 atau berada pada

kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa penyelesaian sengketa hukum

188

Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 189

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 117: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

99

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih lambat atau kurang

memadai. Sengketa hukum dalam kegiatan investasi bisa saja terjadi baik

dengan masyarakat, pemerintah daerah, maupun dengan pengusaha lain.

Dalam konteks ini, pemerintah daerah harus mampu menyelesaikan sengketa

hukum tersebut secara adil dan bijaksana. Kasus yang terjadi di Kabupaten

Serang yaitu antara lain sengketa hukum dalam pembebasan lahan dan

tuntutan masyarakat atas pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh

limbah industri. Dalam penyelesaiannya, seringkali perusahaan yang lebih

proaktif, padahal semestinya pemerintah daerah yang lebih tanggap, karena

sebelum melakukan kegiatan usaha, investor telah melakukan perizinan

berupa Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL), Izin Usaha Industri (IUI), Izin Gangguan/HO, dan

perizinan yang lainnya.190

Pada item nomor 17 mengenai kemungkinan adanya kebijakan investasi

yang menguntungkan kelompok/organisasi tertentu didapatkan skor rata-rata

sebesar 2,31 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa

masih terdapat kebijakan yang kemungkinan menguntungkan

kelompok/organisasi tertentu. Kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat oleh

pemerintah pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan iklim investasi di

daerah. Hal ini dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada

pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk membuat

peraturan daerah yang berkaitan dengan investasi. Di Kabupaten Serang,

190

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur.

Page 118: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

100

kebijakan-kebijakan yang sudah ada pada umumnya bertujuan untuk

melayani kepentingan dunia usaha. Kendati demikian, masih terdapat

sebagian kecil kebijakan yang cenderung menguntungkan

kelompok/organisasi tertentu. Hal ini biasanya terjadi bukan karena kebijakan

itu sengaja dibuat untuk menguntungkan kelompok/organisasi tersebut,

namun karena adanya penyimpangan dari pelaksana kebijakan atau

pelaksana program.191

b. Sistem Hukum

Sistem hukum merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh yang tediri

dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain

yaitu kaidah atau pernyataan tentang apa yang seharusnya, sehingga sistem

hukum merupakan sistem normatif. Sistem hukum dalam “ Evaluasi Program

Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” dilakukan

untuk mengetahui: (1) Ketepatan kebijakan yang sudah ada dalam menjamin

keberlangsungan investasi; (2) Kemungkinan adanya kesimpangsiuran

peraturan dalam hal investasi; dan (3) Kondisi keamanan daerah dalam

menunjang kegiatan investasi. Tanggapan responden mengenai hal tersebut

secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.11 berikut:

191

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Timur.

Page 119: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

101

Diagram 4.11 Sistem Hukum

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.18,19 dan 20).

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator sistem hukum skor rata-ratanya sebesar 2,21,

dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban

responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada

kategori rendah.192

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa sistem hukum berupa: (1)

Ketepatan kebijakan yang sudah ada dalam menjamin keberlangsungan

investasi; (2) Kemungkinan adanya kesimpangsiuran peraturan dalam hal

investasi; dan (3) Kondisi keamanan dalam menunjang kegiatan investasi,

belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor rata-rata responden dari

ketiga item tersebut berada pada kategori rendah.

Pada item nomor 18 mengenai ketepatan kebijakan yang sudah ada

dalam menjamin keberlangsungan investasi didapatkan skor rata-rata sebesar

192

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

2,11

2,55

1,99

2,21

1,9

2

2,1

2,2

2,3

2,4

2,5

2,6

Ketepatan Kebijakan Kesimpangsiuran

Peraturan

Kondisi Keamanan

Daerah

Rata-rata

Page 120: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

102

2,11 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa kebijakan

yang sudah ada belum sepenuhnya tepat dalam menjamin keberlangsungan

investasi di Kabupaten Serang. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

yang peneliti lakukan, kurang tepatnya kebijakan tersebut bukan karena

keterbatasan jumlah kebijakan atau regulasi yang ada, namun implementasi

dari kebijakan-kebijkan tersebut yang belum terlaksana sesuai harapan.

Sehingga, ketepatan dari kebijakan itu masih belum dirasakan dampaknya

oleh investor. Beberapa kebijakan mengenai investasi/penanaman modal

antara lain: UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal; UU No.5

Tahun 1984 Tentang Perindustrian; Peraturan Pemerintah RI No.65 Tahun

2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Standar Pelayanan Minimal;

Peraturan Pemerintah RI No.45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian

Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah; Peraturan

Pemerintah RI No.24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri; Peraturan

Presiden RI No.27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di

Bidang Penanaman Modal; Peraturan Presiden RI No.36 Tahun 2010

Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan Bidang Penanaman Modal; Instruksi Presiden RI No.3

Tahun 2006 Tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi; dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.24 Tahun 2006 Tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Namun, Provinsi Banten

belum mempunyai peraturan daerah yang mengatur tentang penanaman

Page 121: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

103

modal, sehingga permasalahan terkait penanaman modal ini belum diatur

secara spesifik untuk tingkat Provinsi Banten, juga di Kabupaten Serang.193

Pada item nomor 19 mengenai kemungkinan adanya kesimpangsiuran

peraturan dalam hal investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,55 atau

berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sering terjadi

kesimpangsiuran peraturan dalam hal investasi. Kondisi ini diperkuat dengan

keterangan yang peneliti dapatkan melalui wawancara tidak terstruktur

dengan salah seorang Human Resource Departement (HRD) salah satu

perusahaan di Ciruas, mengungkapkan bahwa kesimpangsiuran peraturan

seringkali terjadi, khususnya dalam peraturan mengenai biaya mengurus

perizinan. Apalagi setelah ditetapkannya Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP), praktek pungutan liar pun kerap dilakukan oleh petugas. Dalam

prakteknya, pihak perusahaan hanya diminta sejumlah biaya perizinan oleh

petugas tanpa diberitahukan dasar peraturannya secara jelas. Selain itu,

biasanya petugas enggan untuk memberikan tanda tangan pada slip bukti

pembayaran tersebut karena takut diketahui namannya.194

Pada item nomor 20 mengenai kondisi keamanan daerah dalam

menunjang kegiatan investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 1,99 atau

berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa kondisi keamanan

Daerah Kabupaten Serang belum sepenuhnya kondusif dalam menunjang

investasi. Dalam observasi dan wawancara tidak terstruktur yang peneliti

193

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag

Kabupaten Serang dan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di Kawasan Perusahaan

Serang Timur dan Serang Barat. 194

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan salah seorang Human Resource Departement (HRD)

di Kawasan Perusahaan Serang Timur.

Page 122: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

104

lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa

perusahaan mengungkapkan bahwa kondisi keamanan Kabupaten Serang

dalam menjamin keberlangsungan investasi masih kurang, namun dapat

dikatakan cukup aman, karena hanya sebagian kecil kawasan perusahaan

yang keamanannya masih kurang. Lokasi perusahaan yang kondisi

keamanannya masih kurang yaitu Kawasan Industri Moden Cikande dan

Kawasan Industri di Bojonegara. Di Kawasan Industri Modern Cikande,

masih ditemukannya aksi pungutan liar yang dilakukan oleh sekelompok

preman/jawara yang meminta jatah dan bayaran atas kegiatan investasi yang

dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang dimintai jatah tersebut biasanya

perusahaan yang baru memulai kegiatan usahanya. Sedangkan Ciruas

merupakan salah satu Kecamatan yang paling aman dibandingkan dengan

Kecamatan lainnya.195

c. Etika

Etika secara umum membahas tentang kondisi-kondisi dasar

bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar

dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur

penilaian baik buruknya suatu tindakan. Etika dalam “Evaluasi Program

Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” dilihat dalam

aspek: (1) Transparansi data dan informasi yang diberikan oleh BKPMD

Provinsi Banten; (2) Kesesuaian data dan informasi yang dipromosikan

195

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 123: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

105

dengan kenyataan di lapangan; (3) Sikap Aparatur Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang dalam memberikan pelayanan kepada investor; dan (4)

Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin

keberlangsungan investasi. Tanggapan responden mengenai hal tersebut

secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.12 berikut:

Diagram 4.12 Etika

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.21, 22, 23 dan 24)

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator etika skor rata-ratanya sebesar 2,05, dan

apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban

responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada

kategori rendah.196

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa etika dalam program

peningkatan iklim dan realisasi investasi di Kabupaten Serang yaitu: (1)

196

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

1,99

2,04

2,16

2,00

2,05

1,97

1,99

2,01

2,03

2,05

2,07

2,09

2,11

2,13

2,15

2,17

Transparansi

Data dan

Informasi

Kesesuaian Data

dengan

Kenyataan di

Lapangan

Sikap Aparatur

dalam

Memberikan

Pelayanan

Akuntabilitas

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Serang

Rata-rata

Page 124: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

106

Transparansi data dan informasi yang diberikan oleh BKPMD Provinsi

Banten; (2) Kesesuaian data dan informasi yang dipromosikan dengan

kenyataan di lapangan; (3) Sikap Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam memberikan pelayanan kepada investor; dan (4)

Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin

keberlangsungan investasi, belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor

rata-rata responden dari keempat item tersebut berada pada kategori rendah.

Pada item nomor 21 mengenai transparansi data dan informasi yang

diberikan oleh BKPMD Provinsi Banten didapatkan skor rata-rata sebesar

1,99 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa BKPMD

Provinsi Banten dalam menyampaikan data dan informasi terkait investasi

masih kurang transparan. Dalam observasi dan wawancara tidak terstruktur

yang peneliti lakukan dengan Scetion Head salah satu perusahaan,

mengungkapkan bahwa transparansi data dan informasi oleh BKPMD

Provinsi Banten masih kurang. Data dan informasi yang transparan biasanya

hanya data yang sifatnya normatif saja, misalnya deskripsi investasi di

Banten, kinerja pemerintah daerah dan prosedur perizinan. Sedangkan data

dan informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor seperti Standard

Operating Procedure (SOP) yang memuat secara rinci mengenai peraturan,

biaya, dan waktu perizinan masih kurang.197

197

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Scetion Head salah satu perusahaan di Kawasan

Perusahaan Serang Timur.

Page 125: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

107

Kemudian pada item nomor 22 mengenai kesesuaian data dan informasi

yang dipromosikan dengan kenyataan di lapangan didapatkan skor rata-rata

sebesar 2,04 atau berada pada kategori rendah. Hal ini berarti data dan

informasi yang dipromosikan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Dari hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan

dengan beberapa informan mengungkapkan bahwa selama ini data dan

informasi yang dipromosikan oleh BKPMD Provinsi Banten biasanya hanya

menggambarkan kondisi dan perkembangan investasi di Kabupaten

Serangsecara normatif saja, dengan tujuan untuk menarik investor. Namun,

pada kenyataannya data dan informasi tersebut belum sepenuhnya sesuai

dengan kondisi di lapangan, karena masih terdapat beberapa Kecamatan yang

penataannya masih kurang antara lain: Kecamatan Kopo, Jawilan dan

Bojonegara.198

Pada item nomor 23 mengenai sikap Aparatur Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang dalam memberikan pelayanan kepada investor didapatkan

skor rata-rata sebesar 2,16 atau berada pada kategori rendah. Hal ini

menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Aparatur Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang kepada investor adalah buruk. Dari hasil

wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan Kasi Perizinan

Usaha Industri Disperindag Kabupaten Serang mengemukakan bahwa sikap

aparatur/pegawai di Kabupaten Serang masih kurang kompeten dalam

memberikan pelayanan. Hal ini dikarenakan banyaknya aparatur/pegawai

198

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 126: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

108

yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya. Sehingga, kemampuan pegawai dalam berkomunikasi dan

menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pun masih kurang.199

Pada item nomor 24 mengenai akuntabilitas (pertanggungjawaban)

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menjamin keberlangsungan

investasi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,00 atau berada pada kategori

rendah. Hal ini menunjukan bahwa pertanggungjawaban Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang masih kurang dalam menjamin keberlangsungan investasi.

Secara umum, bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam

menciptakan iklim investasi yang kondusif antara lain: (1) Memberikan

pelayanan perizinan investasi secara baik; (2) Memperbaiki kualitas

infrastruktur jalan raya dan pasokan listrik; dan (3) Kemampuan menciptakan

kondisi keamanan daerah yang kondusif. Dari ketiga aspek tersebut,

pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Kabupaten Serang yang masih

kurang ialah dalam pelayanan perizinan investasi dan pembangunan

infrastruktur jalan raya. Perizinan investasi masih terkendala dengan

pelayanan yang berbelit-belit. Kemudian dalam masalah infrastruktur jalan

raya, masih sering terjadinya kemacetan yang diakibatkan kondisi jalan yang

rusak serta lebar jalan yang belum memadai. Kemudian dalam masalah

kondisi keamanan daerah, pada umumnya sudah aman dan hanya sebagian

199

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Kasi Perizinan Usaha Industri Disperindag

Kabupaten Serang

Page 127: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

109

kecil kawasan perusahaan yang keamanannya masih kurang, namun tidak

begitu signifikan.200

d. Aturan Administratif Negara

Administratif negara merupakan keseluruhan aturan-aturan tentang

cara bagaimana alat-alat pemerintahan dan badan-badan kenegaraan dan

majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi tugasnya.

Tanggapan responden mengenai aturan administratif negara khususnya yang

berkaitan dengan pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang secara jelas

dapat dilihat pada diagram 4.13 berikut:

Diagram 4.13

Aturan Administratif Negara

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.25, 26, 27 dan 28)

200

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

2,05

1,95

1,80

2,11

1,98

1,77

1,82

1,87

1,92

1,97

2,02

2,07

2,12

2,17

Penerimaan

Complaint atas

Perizinan

Respon

Pemerintah

Daerah terhadap

Demonstrasi

oleh Buruh

Penyelesaian

Konflik antara

Masyarakat

dengan Investor

Daya Dukung

Organisasi

Pengusaha

Rata-rata

Page 128: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

110

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skorjawaban

responden untuk sub indikator aturan administratif negara skor rata-ratanya

sebesar 1,98, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-

rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau

berada pada kategori rendah.201

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa aturan administratif negara

dalam hal: (1) Sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menerima

pengaduan (complaint) terkait perizinan investasi; (2) Respon Pemerintah

Daerah Kabupaten Serang dalam menyikapi demonstrasi oleh buruh; (3)

Penyelesaian konflik antara pengusaha (investor) dengan masyarakat; dan (4)

Peran organisasi pengusaha (KADIN, HIPMI, APINDO) dalam mendukung

kegiatan investasi, masih belum memadai. Hal ini ditunjukan dengan skor

rata-rata responden dari keempat item tersebut berada pada kategori rendah.

Pada item nomor 25 mengenai sikap Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam menerima pengaduan (complaint) terkait perizinan investasi

didapatkan skor rata-rata sebesar 2,05 atau berada pada kategori rendah. Hal

ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih tertutup

atas pengaduan (complaint). Dalam wawancara tidak terstruktur yang peneliti

lakukan dengan salah seorang komisaris perusahaan mengungkapkan bahwa

sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menerima pengaduan

(complaint) masih kurang. Pengaduan yang sering disampaikan oleh para

pengusaha yaitu mengenai kurangnya transparansi dan akuntabilitas

201

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

Page 129: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

111

pelayanan investasi dan kondisi infrastruktur jalan raya yang kurang

memadai. Namun pada kenyataannya pengaduan tersebut jarang direspon dan

tidak menunjukan perubahan yang progresif.202

Pada item nomor 26 mengenai respon Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam menyikapi demonstrasi oleh buruh didapatkan skor rata-rata

sebesar 1,95 atau berada pada kategori rendah. Hal ini berarti bahwa respon

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam menyikapi demonstrasi masih

lambat. Dalam wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan dengan

Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan

mengungkapkan bahwa ketika terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh para

buruh, pihak perusahaanlah yang pertamakali menghadapinya. Setelah

kondisinya mulai genting, baru pemerintah daerah pun turun tangan dalam

proses negosiasi, misalnya ketika demonstrasi yang dilakukan para buruh

untuk menuntut kenaikan UMK.203

Pada item nomor 27 mengenai penyelesaian konflik antara pengusaha

(investor) dengan masyarakat didapatkan skor rata-rata sebesar 1,80 atau

berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa penyelesaian konfik

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih kurang optimal.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, konflik antara

pengusaha dengan masyarakat secara umum jarang terjadi. Konflik tersebut

biasanya terjadi pada perusahaan yang baru memulai kegiatan usahanya.

202

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan salah seorang Komisaris Perusahaan di Kawasan

Perusahaan Serang Timur. 203

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 130: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

112

Bentuk konflik yang terjadi antara lain: (1) Konflik dalam pembebasan lahan;

(2) Konflik karena pencemaran lingkungan akibat aktivitas industri; dan (3)

Konflik yang terjadi karena adanya tuntutan masyarakat setempat untuk

bekerja di suatu perusahaan.204

Kemudian pada item nomor 28 mengenai peran organisasi pengusaha

(KADIN, HIPMI, APINDO) dalam mendukung kegiatan investasi didapatkan

skor rata-rata sebesar 2,11 atau berada pada kategori rendah. Hal ini

menunjukan bahwa daya dukung organisasi pengusaha (KADIN, HIPMI,

APINDO) terhadap kegiatan investasi masih kurang. Kurangnya daya dukung

organisasi pengusaha tersebut sejalan dengan hasil wawancara tidak

terstruktur yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement

(HRD) di beberapa perusahaan yang mengungkapkan bahwa keberadaan

organisasi pengusaha (KADIN, HIPMI APINDO) memiliki peran penting

dalam mendukung investasi, anta lain: (1) Sebagai jembatan antara pengusaha

(investor) dengan pemerintah; (2) Memiliki peran dalam penentuan kebijakan

mengenai Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) dan peraturan daerah yang

berkaitan dengan investasi; dan (3) Untuk membuat komitmen yang jelas

dalam penentuan tarif-tarif industri. Namun, saat ini dukungan organisasi-

organisasi pengusaha tersebut dirasakan masih kurang. Dukungan yang

diberikan biasanya hanya pada saat-saat tertentu saja dan posisinya sudah

sangat genting. Sedangkan dukungan yang diharapkan oleh para pengusaha

204

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 131: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

113

ialah adanya pembinaan dan kegiatan yang berkelanjutan (simultan) terhadap

dunia usaha.205

e. Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam konteks

investasi di Kabupaten Serang, hak asasi manusia antara lain dilihat dalam

hal: (1) Sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam memberikan

perlakuan terhadap investor; (2) Kebebasan perusahaan dalam membuat

kebijakan/program yang menjadi hak dan wewenang perusahaan; dan (3)

Kebebasan perusahaan dalam menentukan sikap ketika ada kebijakan

pemerintah daerah yang dianggap bertentangan dengan perusahaan.

Tanggapan responden mengenai hal tersebut dapat dilihat pada diagram 4.14

berikut:

205

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa

perusahaan di kawasan perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 132: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

114

Diagram 4.14

Hak Asasi Manusia

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No. 29, 30, dan 31)

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk sub indikator hak asasi manusia skor rata-ratanya sebesar

2,15, dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata

jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau

berada pada kategori rendah.206

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa aspek hak asasi manusia

dalam investasi di Kabupaten Serang yaitu: (1) Sikap Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang dalam memberikan perlakuan terhadap investor; (2)

Kebebasan perusahaan dalam membuat kebijakan/program yang menjadi hak

dan wewenang perusahaan; dan (3) Kebebasan perusahaan dalam

menentukan sikap ketika ada kebijakan pemerintah daerah yang bertentangan

206

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

2,15

2,28

2,01

2,15

2

2,05

2,1

2,15

2,2

2,25

2,3

Perlakuan terhadap

Investor

Kebebasan dalam

Membuat Kebijakan

Internal Perusahaan

Kebebasan

Menentukan Sikap

atas Kebijakan

Pemerintah Daerah

Rata-rata

Page 133: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

115

dengan perusahaan,belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan

skor rata-rata responden dari ketiga item tersebut berada pada kategori

rendah.

Pada item nomor 29 mengenai sikap Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam memberikan perlakuan terhadap investor didapatkan skor rata-

rata sebesar 2,15 atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan

bahwa perlakuan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang terhadap

investor cukup adil. Dalam wawancara tidak terstruktur yang peneliti lakukan

dengan Human Resource Departement (HRD) di beberapa perusahaan

mengemukakan bahwa perlakuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang

terhadap investor sudah cukup adil, baik kepada investor yang berstatus

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing

(PMA). Hal ini ditunjukan dengan adanya perlakuan yang adil dalam hal

biaya perizinan, jaminan kepastian hukum, dan prosedur lainnya sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.207

Pada item nomor 30 mengenai kebebasan perusahaan dalam membuat

kebijakan/program yang menjadi hak dan wewenang perusahaan didapatkan

skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada pada kategori rendah. Hal ini

menunjukan bahwa perusahaan masih belum sepenuhnya bebas dalam

menentukan kebijakan/program internal perusahaannya. Dalam wawancara

tidak terstruktur dengan salah seorang staf Personalia & General of Affair

Perusahaan mengemukakan bahwa selama ini perusahaan cukup bebas dalam

207

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD) di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 134: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

116

membuat kebijakan/program yang sifatnya internal perusahaan. Namun ada

juga pembuatan kebijakan perusahaan yang melibatkan pihak lain (Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), Kepala Desa, dan Camat setempat). Misalnya

dalam pengisian tenaga kerja di suatu perusahaan, perusahaan harus

mengutamakan penduduk lokal yang bekerja di perusahaan tersebut.208

Pada item nomor 31 mengenai kebebasan perusahaan dalam

menentukan sikap ketika ada kebijakan pemerintah daerah yang bertentangan

dengan perusahaan didapatkan skor rata-rata sebesar 2,01 atau berada pada

kategori rendah. Hal ini berarti bahwa pengusaha (investor) belum

sepenuhnya bebas menentukan sikap ketika ada kebijakan pemerintah

daearah yang bertentangan dengan pengusaha. Dari hasil wawancara tidak

terstruktur yang peneliti lakukan dengan beberapa informan mengungkapkan

bahwa pengusaha (investor) dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu

terikat oleh regulasi/peraturan. Dalam konteks investasi di Kabupaten Serang

pun demikian, investor harus selalu patuh pada peraturan yang dibuat oleh

pemerintah baik pusat maupun daerah. Bahkan ketika ada kebijakan yang

bertentanganpun, perusahaan belum sepenuhnya bebas menetukan sikap.

Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) tahun 2012 merupakan

kebijakan yang banyak ditentang oleh pihak perusahaan, namun harus tetap

dilaksanakan.209

208

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan salah seorang Staf Personalia & General of Affair

Perusahaan di Kawasan Perusahaan Serang Timur. 209

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di

Kawasan Perusahaan Serang Timur.

Page 135: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

117

4.3.2.3 Evaluasi Politik

Evaluasi Politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen

politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan. Dalam konteks

investasi di Kabupaten Serang, evaluasi politik dilihat pada aspek: (1)

Keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan yang

berkaitan dengan investasi; (2) Tanggapan pengusaha (investor) terhadap

kebijakan UMK yang ditetapkan oleh gubernur; dan (3) Kejelasan

kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak

terhadap perusahaan.

Berikut ini item pertanyaan dalam indikator evaluasi politik yang

penelitijabarkan ke dalam bentuk diagram yang disertai dengan pemaparan

dan kesimpulan dari hasil penyebaran kuesioner kepada 75 investor sebagai

responden dalam penelitian ini. Tanggapan responden mengenai hal tersebut

secara jelas dapat dilihat pada beberapa diagram 4.15 berikut:

Diagram 4.15 Evaluasi Politik

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.32, 33 dan 34).

1,68

2,19

2,32

2,06

1,6

1,7

1,8

1,9

2

2,1

2,2

2,3

2,4

Keterlibatan Investor

dalam Perumusan

Kebijakan

Tanggapan Investor

atas Penetapan

(UMK)

Kejelasan Pengenaan

Pajak Daerah

Rata-rata

Page 136: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

118

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban

responden untuk indikator evaluasi politik skor rata-ratanya sebesar 2,06, dan

apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban

responden, angka sebesar itu berada pada rentang 1,76-2,51 atau berada pada

kategori rendah.210

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa input program berupa:(1)

Keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan yang

berkaitan dengan investasi; (2) Tanggapan pengusaha (investor) terhadap

kebijakan UMK yang ditetapkan oleh gubernur; dan (3) Kejelasan kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak terhadap

perusahaan, masih kurang optimal dan memadai. Hal ini ditunjukan dengan

skor rata-rata responden dari ketiga item tersebut berada pada kategori

rendah.

Pada item nomor 32 mengenai keterlibatan pengusaha (investor) dalam

perumusan kebijakan yang berkaitan dengan investasi didapatkan skor rata-

rata sebesar 1,68 atau berada pada kategori sangat rendah. Hal ini

menunjukan bahwa keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan

kebijakan terkait investasi sangat kurang. Dalam wawancara tidak terstruktur

yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di

beberapa perusahaan mengemukakan bahwa kebijakan-kebijakan mengenai

investasi pada umumnya bersifat top down (dari atas ke bawah). Oleh karena

itu, investor jarang dilibatkan dalam perumusan kebijakan mengenai investasi

210

Lihat Tabel 4.5 Kriteria Analisis Deskripsi

Page 137: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

119

tersebut. Keterlibatan investor hanya dalam penyusunan kebijakan tertentu

saja, misalnya dalam kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK) Kabupaten Serang dan pembentukan peraturan daerah mengenai

investasi yang biasanya diwakili oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia

(APINDO).211

Kemudian pada item nomor 33 mengenai tanggapan pengusaha

(investor) terhadap kebijakan Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang

ditetapkan oleh gubernur didapatkan skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada

pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pengusaha

(investor) tidak setuju atas penetapan UMK Kabupaten Serang tahun 2012

yang ditetapkan oleh Gubernur Banten. Ketidaksetujuan pengusaha atas

penetapan UMK tersebut diperkuat dengan hasil wawancara tidak terstruktur

yang peneliti lakukan dengan Human Resource Departement (HRD) di

beberapa perusahaan yang mengungkapkan bahwa kenaikan UMK Kabupaten

Serang Tahun 2012 yang ditetapkan oleh Gubernur Banten tidak sesuai

dengan yang diharapkan oleh pengusaha. Hal ini didasarkan pada beberapa

alasan antara lain: (1) Penetapan UMK Kabupaten Serang Tahun 2012 oleh

Gubernur Banten sebesar Rp. 1.410.000,00 belum tepat, karena UMK yang

seharusnya ditetapkan ialah hasil dari kesepakatan Dewan Pengupahan

Kabupaten Serang yaitu sebesar Rp 1.320.500,00; (2) Besaran UMK

seharusnya tidak diseragamkan untuk semua perusahaan, tapi harus

ditetapkan per sektor usaha (sistem upah sektoral). Hal ini berdasarkan

211

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di

Kawasan Perusahaan Serang Timur dan Serang Barat.

Page 138: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

120

pertimbangan bahwa risiko kerja di setiap perusahaan berbeda-beda.Untuk

perusahaan yang risiko kerjanya besar, maka upah buruhnya harus lebih besar

dari standar UMK, sedangkan bagi perusahaan yang risiko kerjanya rendah,

upah buruhnya pun bisa lebih rendah atau standar dengan UMK.212

Dan terakhir pada item nomor 34 mengenai kejelasan kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak terhadap

perusahaan didapatkan skor rata-rata sebesar 2,28 atau berada pada kategori

rendah. Hal ini menunjukan bahwa pemungutan pajak daerah oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih belum jelas. Belum jelasnya

pemungutan pajak daerah tersebut sesuai dengan informasi yang peneliti

dapatkan melalui wawancara tidak terstruktur dengan Human Resource

Departement (HRD) di beberapa perusahaan yang mengemukakan bahwa

pengenaan pajak daerah terhadap perusahaan sudah cukup jelas. Namun,

masih terdapat pemungutan yang tidak jelas terhadap objek pajak tertentu.

Pajak daerah diatur melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak yang dikenakan terhadap

perusahaan antara lain: Pajak Bumi dan Bangunan; Pajak Penghasilan; Pajak

Pertambahan Nilai; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan; dan Bea

Masuk atas Impor Barang Modal, Mesin, atau Peralatan untuk Keperluan

Produksi.213

212

Hasil wawancara tidak terstruktur denganBeberapa Human Resource Departement (HRD di

Kawasan Perusahaan Serang Timur. 213

Hasil wawancara tidak terstruktur dengan Beberapa Human Resource Departement (HRD di

Kawasan Perusahaan Serang Timur.

Page 139: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

121

4.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Peningkatan Iklim

dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”, hipotesis yang diuji adalah

hipotesis alternatif (Ha), yaitu sebagai berikut:

“Pelaksanaan Program Peningkatan Investasi Dunia Usaha di

Kabupaten Serang mencapai angkaminimal 65% dari yang

diharapkan”.

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikasi

dari hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada

tahap pengujian hipotesis penelitian ini peneliti menggunakan rumus t-test

satu sampel. Adapun penghitungan pengujian hipotesis tersebut yakni

sebagai berikut:

Berdasarkan data yang diperoleh, maka didapatkan skor ideal

instrumen sebesar 9600. Skor ideal instrumen didapatkan dari hasil

perkalian antara 4x75x32 = 9600. (4 = nilai dari setiap jawaban setiap

pertanyaan/pernyataan yang dinyatakan pada responden, kriteria skor

berdasarkan padaskala likert; 75 = jumlah sampel yang dijadikan

responden;dan 32 = jumlah pertanyaan/pernyataan yang ditanyakan kepada

responden). Sedangkan untuk skor total item instrumen adalah sebesar 5225.

Dengan demikian nilai “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi

Investasi di Kabupaten Serang” adalah 54,4%x100%9600

5225 .

Page 140: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

122

1

2

n

xx

Selanjutnya untuk menguji hipotesis maka peneliti menggunakan

rumus t-test satu sampel (one tailed test) dengan uji pihak kiri. Skor ideal

untuk “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang” adalah 4 x 75 x 32= 9600.(4 = nilai dari setiap jawaban

selalu setiap pertanyaan/pernyataan yang dinyatakan pada responden;

kriteria skor berdasarkan pada skala Likert; 75 = jumlah sampel yang

dijadikan responden; dan 32 = jumlah pertanyaan/pernyataan yang

ditanyakan kepada responden). Dengan nilai mean (nilai rata-rata) sebesar

9600:75 = 128. Sehingga nilai “Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan

Realisasi Investasi di Kabupaten Serang” dikatakan tinggi bila minimal

mencapai angka 65% dari yang diharapkan. Dengan demikian, maka nilai

µ yang dihipotesiskan adalah 0,65 x 128 = 83,2. Untuk perhitungan

hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

Ho = µ ≥ 65%. ≥ 0,65x 128 = 83,2

Ha = µ <65%.<0,65x 128 = 83,2

Pengujian Hipotesis menggunakan rumus t – test satu sampel (one

tailed test) dengan uji pihak kiri adalah sebagai berikut :

Diketahui :

75

5225x 69,67

= 83,2

s =

Page 141: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

123

s = 74

6740,67

s = 91,1

s = 9,54

n = 75

Ditanya : t Hitung ?

Jawab :

n

s

x t

75

9,54

2,8369,67 t

1,1

53,13t

t = -12,3

Harga t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t-

tabel dengan derajat kebebasan ( dk ) = (n – 1 ) = (75 – 1) = 74 dan taraf

kesalahan = 5% untuk uji satu pihak kiri, maka harga t-tabelnya yaitu

2,358. Karena harga t-hitung lebih kecil dari pada t tabel atau (-12,3<2,358)

dan jatuh pada penerimaan Ha, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan

Page 142: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

124

hipotesis altternatif (Ha) diterima. Harga ini dapat ditunjukan pada gambar

4.3,harga -12,3 terletak pada daerah penerimaan Ha. Berikut adalah gambar

kurva daerah penerimaannya:

Daerah Penerimaan Daerah Penerimaan

-12,3 0 2,358

Sumber: Peneliti, 2012.

Gambar 4.3

Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

untuk Uji Hipotesis Pihak Kiri

Ho Ha

Page 143: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

125

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian

Interpretasi hasil penelitian adalah pemaparan atas hasil uji hipotesis

yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian. Pada

penelitian ini terdapat dua rumusan masalah yang akan diinterpretasikan.

Rumusan masalah yang pertama mempertanyakan “Bagaimanakah

pelaksanaan Program Peningkatan Iklim Dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang”. Kemudian rumusan masalah yang kedua

mempertanyakan “ Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”.

Rumusan masalah yang pertama dapat dijawab dengan melihat hasil

uji hipotesis di atas. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai Evaluasi

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang

sebesar 54,4% dari angka minimal yang dihipotesiskan yaitu sebesar 65%.

Nilai evaluasi sebesar 54,4% didapatkan dari hasil pembagian antara skor

total item instrumen dengan skor ideal instrumen. Perhitungan untuk skor

ideal instrumen adalah 4x75x32 = 9600. (4= nilai dari setiap jawaban setiap

pertanyaan/pernyataan yang dinyatakan pada responden, kriteria skor

berdasarkan pada skala Likert; 75 = jumlah sampel yang dijadikan responden;

dan 32 = jumlah pertanyaan/pernyataan yang ditanyakan kepada responden).

Sedangkan untuk skor total item instrumen adalah sebesar 5225. Dengan

demikian nilai Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang adalah 54,4%x100%9600

5225 .

Page 144: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

126

Kemudian dengan menggunakan rumus t-test satu sampel (one tailed

test) dengan menguji pihak kiri, didapatkan nilai t-hitung sebesar -12,3,

dengan perbandingan nilai t-tabel sebesar 2,358.214

Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa nilai t-hitung < t-tabel atau (-12,3 < 2,358), sehingga

hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis altternatif (Ha) diterima.

Sehingga interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah

yang pertama adalah “Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang” adalah tidak berhasil karena baru mencapai 54,4% dari

angka minimal yang dihipotesiskan yaitu sebesar 65%.

Rumusan masalah yang kedua mempertanyakan faktor-faktor apa saja

yang menghambat pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi

Investasi di Kabupaten Serang. Jawaban atas rumusan masalah ini peneliti

paparkan dengan mengklasifikasikan beberapa faktor penghambat/temuan

masalah kedalam tiga kategori yaitu: masalah administratif, masalah judisial

dan masalah politik sesuai dengan grand theory yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu teori evaluasi kebijakan menurut Howlet dan Ramesh

yang terdiri dari 3 (tiga) indikator, antara lain: evaluasi administratif, evaluasi

judisial, dan evaluasi politik.215

214

Lihat Tabel Nilai-nilai dalam Distibusi-t (dk=120, α=0,01). 215

Nugroho, Riant. Op.Cit. Hal 676

Page 145: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

127

1. Masalah Administratif

Aspek administratif merupakan aspek yang berkenaan dengan sisi

administratif anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan di dalam

pemerintah. Dilihat dari sisi administratif, terdapat beberapa faktor

penghambat dari pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi

Investasi di Kabupaten Serang.

Pertama, kebijakan fasilitas penanaman modal di daerah belum

terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang, sehingga investor kurang

mengetahui informasi tersebut. Fasilitas penanaman modal tersebut

antara lain: (1) Pemberian insentif berupa pengurangan, keringanan,

atau pembebasan pajak daerah; (2) Pemberian insentif berupa

pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah; (3)

Pemberian bantuan modal; dan (4) Pemberian kemudahan berbentuk

penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal. Oleh karena

itu, terkadang masih ada retribusi yang sifatnya tidak menguntungkan

perusahaan, namun pihak perusahaan harus tetap membayarnya.

Kedua, kurangnya transparansi peraturan dan biaya perizinan

investasi. Hal ini menyebabkan besaran biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan seringkali tidak jelas dan menentu, tergantung berapa

permintaan yang diinginkan oleh petugas perizinan.

Page 146: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

128

Ketiga, kurang memadainya kualitas infrastruktur jalan raya. Hal

ini ditunjukan dengan masih sering terjadinya kemacetan lalu lintas

khususnya jalan yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang keluar

masuk kawasan Industri, antara lain (jalan arah Ciruas-Cikande-Jawilan)

dan (jalan arah Kramatwatu-Bojonegara-Pulo Ampel).

Keempat, stabilitas politik di daerah seringkali berpengaruh

terhadap kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dimana

kenaikan UMK di Kabupaten/Kota lainnya berpengaruh pula terhadap

kenaikan UMK Kabupaten Serang melalui aksi demonstrasi. Sehingga

aksi demonstrasi ini akan mengganggu dan merugikan perusahaan.

Dari hasil evaluasi administratif yang sudah dipaparkan, masalah

mendasar yang menjadi faktor penghambat Program Peningkatan Iklim

dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini ialah kurangnya

sosialisasi dan transparansi peraturan yang berkaitan dengan investasi.

Sehingga, hal ini menyebabkan terhambatnya kebijakan fasilitasi

penanaman modal, ketidakjelasan biaya perizinan, pembangunan

infrastruktur jalan raya yang masih kurang, dan rendahnya stabilitas

politik di daerah.

2. Masalah Judisial

Aspek Judisial merupakan aspek yang berkenaan dengan isu

keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk

kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika,

aturan administratif negara, hingga hak asasi manusia. Dalam

Page 147: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

129

pelaksanaan investasi di Kabupaten Serang, masih terdapat beberapa

masalah judisial (hukum) yang menjadi faktor penghambat untuk

menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Pertama, jaminan kepastian hukum terkait investasi masih

kurang. Hal ini terlihat dengan adanya peraturan/kebijakan yang cepat

berubah. Peraturan/kebijakan yang kurang konsisten akan menyebabkan

biaya perizinan yang cepat berubah pula, sehingga biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan sering tidak jelas. Selain itu, respon

pemerintah daerah dalam menyeleseaikan sengketa antara pihak

perusahaan dengan masyarakat masih kurang. Sengketa tersebut antara

lain sengketa dalam pembebasan lahan dan sengketa pencemaran

lingkungan akibat dari limbah industri.

Kedua, masih adanya pungutan liar dalam perizinan melalui

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pungutan liar tersebut terjadi

karena peraturan terkait biaya perizinan jarang diberitahukan secara

transparan. Sehingga, biaya yang harus dibayar oleh perusahaan

tergantung dari permintaan petugas. Kemudian, bukti pembayaran

perizinan pun biasanya tidak tercantum nama lengkap dan tanda tangan

petugas tersebut.

Ketiga, masih terdapat kawasan perusahaan yang kondisi

keamanannya masih kurang mendukung. Kecamatan Cikande dan

Bojonegara merupakan kawasan perusahaan yang kondisi keamanannya

masih kurang. Hal ini disebabkan karena masih adanya aksi pungutan liar

Page 148: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

130

yang dilakukan oleh sekelompok preman/jawara yang meminta jatah baik

berupa uang maupun barang limbah dari perusahaan.

Dari hasil evaluasi judisial yang sudah dipaparkan, masalah

mendasar yang menjadi faktor penghambat Program Peningkatan Iklim

dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini ialah masih kurangnya

jaminan kepastian hukum dan sistem yang akuntabel. Sehingga, masih

sering ditemukan ketidakjelasan biaya dan pungutan liar dalam perizinan,

masalah sengketa antara pihak perusahaan dengan masyarakat, dan masih

terdapat kawasan perusahaan yang keamanannya masih kurang.

3. Masalah Politik

Aspek Politik yaitu aspek yang berkenaan dengan penerimaan

konstituen politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.

Dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, proses politik oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang masih kurang mendukung.

Pertama, pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan

mengenai investasi/penanaman modal jarang dilibatkan. Sehingga,

kebijakan yang dihasilkan seringkali tidak sesuai dengan harapan para

pengusaha (investor).

Kedua, kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/kota

(UMK) Kabupaten Serang oleh Gubernur Banten belum tepat sasaran,

karena proses politik dalam penetapan kebijakan UMK tersebut tidak

mendapat persetujuan dari para pengusaha (investor), melainkan

dipengaruhi oleh tekanan para buruh melalui aksi demonstrasi. Selain itu,

Page 149: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

131

kebijakan ini dianggap melanggar persetujuan awal yang sudah

ditetapkan bersama oleh Dewan Pengupahan Kabupaten Serang. Oleh

karena itu, kebijakan UMK ini dapat menjadi faktor penghamabat dalam

pelaksanaan program peningkatan investasi dunia usaha di Kabupaten

Serang.

Dari hasil evaluasi politik yang sudah dipaparkan, masalah

mendasar yang menjadi faktor penghambat Program Peningkatan Iklim

dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang ini ialah masih rendahnya

keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan yang

berkaitan dengan investasi. Oleh karena itu, kebijakan yang dihasilkan

seringkali menuai pro dan kontra di kalangan pengusaha.

Dengan demikian, jika dikaitkan dengan nilai hasil uji hipotesis

“Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten

Serang” sebesar 54% dan beberapa faktor penghambatnya, maka hasil

tersebut sesuai dengan hasil skor rata-rata jawaban responden dalam

penelitian ini. Berdasarkan pemaparan yang disajikan pada beberapa diagram

sebelumnya, didapatkan skor rata-rata jawaban responden dari skor rata-rata

tertinggi sampai dengan skor rata-rata terendah. Skor rata-rata dari 34 item

instrumen ini secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.16 berikut:

Page 150: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

132

2,09

2,28

1,96

2,20 2,24

2,68

2,55

2,31

2,08

2,84

2,40

2,49

2,05

2,13

2,28

1,96

2,31

2,11

2,55

1,99 1,99

2,04

2,16

2,00

2,05

1,95

1,80

2,11

2,15

2,28

2,01

1,68

2,19

2,32

2,18

1,5

1,7

1,9

2,1

2,3

2,5

2,7

2,9

Item

1

Item

2

Item

3

Item

4

Item

5

Item

6

Item

7

Item

8

Item

9

Item

10

Item

11

Item

12

Item

13

Item

14

Item

15

Item

16

Item

17

Item

18

Item

19

Item

20

Item

21

Item

22

Item

23

Item

24

Item

25

Item

26

Item

27

Item

28

Item

29

Item

30

Item

31

Item

32

Item

33

Item

34

Rat

a-ra

ta

Diagram 4.16

Skor Rata-rata Seluruh Item Instrumen Penelitian

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2012 (Item No.1 s/d Item No. 34).

Berdasarkan diagram di atas didapatkan skor rata-rata dari 34 item

sebesar 2,18, atau berada pada kategori rendah. Skor rata-rata tertinggi

terdapat pada item nomor 10 sebesar 2,84; sedangkan skor rata-rata terendah

terletak pada item nomor 32 sebesar 1, 68. Skor rata-rata jawaban responden

tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti kemudian

mengklasifikasikan semua skor rata-rata tersebut kedalam empat kategori

yaitu: Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah, Tidak Baik/Rendah, Baik/Tinggi

dan Sangat Baik/Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7

berikut:

Page 151: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

133

Tabel 4.7

Jumlah Skor Rata-rata Jawaban Responden

Rentang

Kategori

Skor

Penafsiran Nomor Item Jumlah

(Item)

Jumlah

(Persen)

1,00 – 1,75 Sangat Tidak

Baik/Sangat Rendah

32 1 (3%)

1,76 – 2,51 Tidak Baik/Rendah 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9,11,

12,13, 14, 15, 16, 17,

18, 20, 21, 22, 23,24,

25, 26, 27, 28, 29, 30,

31, 33, 34

29 (85%)

2,52 – 3,27 Baik/Tinggi 6, 7, 10, 19, 4 (12%)

3,28 - 4,00 Sangat Baik/Sangat

Tinggi

- - -

Jumlah 34 100%

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2011-2012.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 34 item sebagian

besar skor rata-rata jawaban responden terpusat pada kategori Tidak

Baik/Rendah sebesar 85% atau sebanyak 29 item; Baik/Tinggi sebesar 12%

atau sebanyak 4 item; dan Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah sebesar 3% atau

sebanyak 1 item; dan tidak ada skor rata-rata jawaban responden pada

kategori Sangat Baik/Sangat Tinggi.

Page 152: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

134

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yakni tentang

evaluasi kebijakan publik yang berjudul “Evaluasi Program Peningkatan

Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”, maka dapat dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di

Kabupaten Serang adalah tidak berhasil karena baru mencapai 54,4% dari

angka minimal yang dihipotesiskan yaitu sebesar 65%.

2. Masih terdapat beberapa faktor penghambat dari pelaksanaan Program

Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, antara lain

sebagai berikut:

a. Kurangnya sosialisasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Serang

mengenai kebijakan fasilitas penanaman modal di daerah kepada

investor. Sehingga kebijakan fasilitas penanaman modal tersebut

belum terlaksana dengan baik.

b. Kurangnya transparansi peraturan dan biaya perizinan investasi.

Sehingga besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

seringkali tidak jelas dan menentu, tergantung berapa permintaan

yang diinginkan oleh petugas perizinan.

134

Page 153: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

135

c. Kurang memadainya kualitas infrastruktur jalan raya yang

menyebabkan sering terjadinya kemacetan lalulintas, khususnya

jalan yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan yanag keluar masuk

kawasan Industri, antara lain (jalan arah Ciruas-Cikande-Jawilan)

dan (jalan arah Kramatwatu-Bojonegara-Pulo Ampel).

d. Stabilitas politik di daerah seringkali berpengaruh terhadap kenaikan

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dimana kenaikan UMK di

Kabupaten/Kota lainnya berpengaruh pula terhadap kenaikan UMK

Kabupaten Serang melalui aksi demonstrasi.

e. Kurangnya jaminan kepastian hukum dalam hal investasi. Hal ini

ditunjukan dengan adanya peraturan/kebijakan yang cepat berubah

dan respon pemerintah daerah dalam menangani sengketa antara

pihak perusahaan dengan masyarakat yang masih kurang.

f. Masih adanya pungutan liar oleh petugas Kantor Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) dalam proses perizinan investasi.

g. Masih terdapat kawasan perusahaan yang kondisi keamanannya

masih kurang mendukung. Dimana masih adanya aksi pungutan liar

yang dilakukan oleh sekelompok preman/jawara yang meminta jatah

baik berupa uang maupun barang limbah dari perusahaan.

h. Keterlibatan pengusaha (investor) dalam perumusan kebijakan

mengenai investasi/penanaman modal masih kurang. Sehingga,

kebijakan yang dihasilkan seringkali tidak sesuai dengan harapan

para pengusaha (investor).

Page 154: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

136

i. Kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK)

Kabupaten Serang oleh Gubernur Banten belum tepat sasaran,

karena proses politik dalam penetapan kebijakan UMK tersebut tidak

mendapat persetujuan dari para pengusaha (investor), melainkan

dipengaruhi oleh tekanan para buruh melalui aksi demonstrasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Evaluasi Program

Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”, peneliti

menemukan beberapa permasalahan baik pada aspek administratif, judisial,

maupun politik. Oleh karena itu, sebagai masukan dari hasil penelitian ini,

peneliti merekomendasikan beberapa saran antara lain:

1. Pada aspek administratif, harus lebih ditingkatkan transparansi baik

dalam masalah peraturan/regulasi, biaya perizinan, maupun mekanisme

perizinan investasi kepada investor. Oleh karena itu, seluruh informasi

yang berkaitan dengan masalah investasi tersebut harus disajikan secara

online (melalui media internet). Adapun lembaga/dinas yang harus

segera melakukannya antara lain: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah (BKPMD) Provinsi Banten; Kantor Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Provinsi Banten; Dinas Perindustrian dan Perdagangangan

Provinsi Banten; dan Dinas Perindustrian dan Perdagangangan

Kabupaten Serang. Sedangkan untuk perbaikan infrastruktur jalan raya,

harus dilakukan melalui koordinasi antara Pemerintah Daerah

Page 155: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

137

Kabupaten Serang, Pemerintah Daerah Provinsi Banten dan Pemerintah

Pusat sesuai kewenangannya masing-masing.

2. Pada aspek judisial, harus lebih ditingkatkan jaminan kepastian

hukum melalui pembentukan peraturan daerah yang secara spesifik

mengatur tentang penanaman modal/investasi di Kabupaten Serang. Hal

ini dilakukakan agar adanya konsistensi peraturan dan komitmen yang

jelas dalam hal investasi. Kemudian masalah pungutan liar dalam

perizinan, harus diatasi dengan menerapkan sistem pembayaran

perizinan secara online dan ada lembaga khusus untuk tempat

pembayaan perizinan tersebut, misalnya melalui Bank atau lembaga

lain yang statusnya jelas. Selain itu, harus ada sanksi yang tegas

terhadap pegawai yang melakukan pungutan liar, dan sanksi tersebut

harus diatur melalui peraturan daerah. Untuk peningkatan kondisi

keamanan kawasan perusahaan, bisa dilakukan dengan meningkatkan

koordinasi antara investor, Kepolisian, TNI, dan masyarakat.

3. Pada aspek politik, keterlibatan investor (pengusaha) dalam

perumusan kebijakan mengenai investasi harus lebih ditingkatkan.

Strategi yang bisa dilakukan ialah dengan meningkatkan kinerja dan

pembinaan terhadap organisasi-organisasi pengusaha di Kabupaten

Serang seperti: Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Himpunan

Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan Kamar Dagang Indonesia

(KADIN). Karena organisasi pengusaha tersebut merupakan jembatan

komunikasi antara pengusaha (investor) dengan Pemerintah Daerah.

Page 156: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

138

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal (Edisi

Revisi).Jakarta: Rineka Cipta

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Cetakan Pertama. Bandung:

Alfabeta.

____________, 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu

Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Dornbusch, Rudiger, et al. 2005. Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi

Terjemahan).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Irawan, Prasetya. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas

Tebuka

Khusaini, Muhammad. 2006. Ekonomi Publik: Desentralisasi Fiskal dan

Pembangunan Daerah. (BPFE UNIBRAW).

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

_____________. 2011. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Pearson, W. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan. Jakarta: Prenada Media.

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Putong, Iskandar. 2009. Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Rahardaja, Prathama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikro ekonomi & Makro

ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia (LPFEI).

Sharpe, William F, Alexander, Gordon J.et al. 2005. Investasi. Jakarta: Indeks.

Page 157: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

139

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

________. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara. Hal 42.

__________________________________. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta:

Bumi Aksara. Hal 287.

Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Proses

Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.

Dokumen:

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 41/M-

IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha

Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri.

Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan Astas

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2007-2012.

Peraturan Gubernur Banten Nomor 7 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun 2011

BKPMD Provinsi Banten. 2009. Directory of Foreign and Domestic Investment

Companies in Banten Province: Banten Investment Coordinating Board.

BKPMD Provinsi Banten. 2010. Pelayanan Penanaman Modal atau Inventarisasi

Jenis-jenis Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Provinsi Banten.

BKPMD Provinsi Banten. 2010. Buku Himpunan Peraturan Penanaman Modal.

Disperindag Kabupaten Serang. 2011. Data Potensi Industri Besar tahun 2010.

Page 158: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

140

Diseperindag Kabupaten Serang. Daftar Rekapitulasi Pemberian Izin Tanda

Daftar Industri (TDI), Izin Usaha Industri (IUI), Persetujuan Prinsip dan

Izin Perluasan Tahun 2001 s.d 2011.

Sumber lain:

Internet: Radar Banten. http://www.radarbanten.com/.../6071-kini-giliran-buruh-

kota-serang-minta-revisi-umk (Tanggal akses 12 Januari 2011. Pukul

20.30 WIB).

Radar Banten, Rabu 11 Januari 2012

Page 159: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

141

DAFTAR

LAMPIRAN PENELITIAN

Page 160: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 0 -

- 0 -

Serang, Maret 2012

Kepada Yth.

……………………………...

………………………………

di

Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang saya lakukan terkait mata

kuliah skripsi dengan judul: Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan

Realisasi Investasi di Kabupaten Serang, maka saya yang bertandatangan

dibawah ini membutuhkan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada

Bapak/Ibu.

Nama/NIM : Bahri Permana / 080374

Fakultas/Jurusan : FISIP/Ilmu Administrasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

No. HP : 087773152043

E-mail : [email protected]

Perlu saya sampaikan bahwa kuesioner penelitian ini bertujuan untuk

kepentingan akademik dan bukan untuk kepentingan yang lain. Untuk itu, saya

berharap Bapak/Ibu berkenan untuk mengisi kuesioner penelitian ini.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini,

saya mengucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Bahri Permana

NIM.080374

Page 161: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 1 -

- 1 -

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Kuesioner:

1. Perhatikan setiap pertanyaan dengan baik dan pilihlah jawaban yang

Bapak/Ibu anggap sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu dengan memberi tanda

(X) pada kolom yang disediakan.

2. Setiap pertanyaan hanya memiliki satu alternatif jawaban.

3. Setelah mengisi jawaban, mohon periksa kembali agar tidak ada jawaban

yang terlewat.

4. Terima kasih banyak atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.

Identitas Responden:

No : ……………………………………………

Tanggal : ……/……/2012

Nama Responden : ……………………………………………

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Usia : ……………………………………………

Pekerjaan/Jabatan : ……………………………………………

Nama Perusahaan : ……………………………………………

Status Penanaman Modal : PMDN/PMA

Pendidikan Terakhir : ……………………………………………

* Coret yang tidak perlu

Page 162: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 2 -

- 2 -

Pertanyaan Kuesioner Penelitian

Evaluasi Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang

I. Evaluasi Administratif:

a. Effort Evaluation (Evaluasi Input Program)

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai potensi investasi di Kabupaten Serang?

a. Sangat Berpotensi c. Tidak Berpotensi

b. Berpotensi d. Sangat Tidak Berpotensi

2. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah pelaksanaan kebijakan pemberian

insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah kepada

investor?

a. Sangat Terlaksana c. Tidak Terlaksana

b. Terlaksana d. Sangat Tidak Terlaksana

3. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah pelaksanaan kebijakan pemberian

insentif berupa pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah

kepada investor?

a. Sangat Terlaksana c. Tidak Terlaksana

b. Terlaksana d. Sangat Tidak Terlaksana

4. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah pelaksanaan kebijakan pemberian

insentif berupa pemberian bantuan modal kepada investor?

a. Sangat Terlaksana c. Tidak Terlaksana

b. Terlaksana d. Sangat Tidak Terlaksana

5. Apa tanggapan anda mengenai ketersediaan data dan informasi yang berkaitan

dengan investasi di Kabupaten Serang?

a. Sangat Memadai c. Tidak Memadai

b. Memadai d. Sangat Tidak Memadai

b. Performance Evaluation (Evaluasi Output Program)

6. Apakah peranserta Pemerintah Daerah Kabupaten Serang berpengaruh terhadap

kegiatan investasi yang anda lakukan?

a. Sangat Berpengaruh c. TidakBerpengaruh

b. Berpengaruh d. Sangat Tidak Berpengaruh

7. Bagaimanakah peluang investasi yang anda lakukan di Kabupaten Serang pada

masa mendatang?

a. Sangat Berpeluang c. Tidak Berpeluang

b. Berpeluang d. Sangat Tidak Berpeluang

Page 163: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 3 -

- 3 -

c. Adequacy of Performance Evaluation (Evaluasi Kesesuaian Program dengan

Tujuan yang Ditetapkan)

8. Apakah proyek investasi yang anda lakukan memiliki kesesuaian tujuan dengan

kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang?

a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai

b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

9. Apakah anda (sebagai investor) berminat untuk menambah proyek investasi pada

masa mendatang di Kabupaten Serang?

a. Sangat Berminat c. Tidak Berminat

b. Berminat d. Sangat Tidak Berminat

d. Efficiency Evaluation (Evaluasi Efisiensi Biaya Program)

10. Apakah biaya yang anda keluarkan untuk mengurus perizinan sudah sesuai

dengan peraturan yang sudah ditetapkan?

a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai

b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

11. Apakah anda pernah memberikan biaya tambahan untuk mempercepat proses

perizinan investasi?

a. Sangat Sering c. Pernah

b. Sering d. Tidak Pernah

12. Apakah biaya pembebasan lahan yang anda keluarkan untuk pendirian

perusahaan sudah sesuai dengan peraturan?

a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai

b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

13. Dalam hal biaya tenaga kerja, apa tanggapan anda terkait kebijakan Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kabupaten Serang dalam mendukung

keberlangsungan usaha anda?

a. Sangat Mendukung c. Tidak Mendukung

b. Mendukung d. Sangat Tidak Mendukung

e. Process Evaluation (Evaluasi Proses)

14. Bagaimanakah efektifitas Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di

Kabupaten Serang dalam menunjang perizinan investasi?

a. Sangat Efektif c. Tidak Efektif

c. Efektif d. Sangat Tidak Efektif

Page 164: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 4 -

- 4 -

15. Sejauh yang anda ketahui, apakah promosi potensi investasi yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Serang sudah efektif?

a. Sangat Efektif c. Tidak Efektif

b. Efektif d. Sangat Tidak Efektif

16. Menurut anda, apakah media promosi investasi yang tersedia di

website.www.bantengov.go.id sudah efektif?

a. Sangat Efektif c. Tidak Efektif

b. Efektif d. Sangat Tidak Efektif

II. Evaluasi Judisial:

a. Kemungkinan Pelanggaran terhadap Konstitusi

17. Bagaimanakah kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam

menjamin kepastian hukum bagi investor?

a. Sangat Mampu c. Tidak Mampu

b. Mampu d. Sangat Tidak Mampu

18. Apakah ada pihak-pihak diluar birokrasi yang melalukan pungutan liar

atas kegiatan investasi yang anda lakukan?

a. Sangat Sering c. Pernah

b. Sering d. Tidak Pernah

19. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah respon Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang ketika menangani sengketa hukum antara pihak perusahaan dengan pihak

lain?

a. Sangat Cepat c. Lambat

b. Cepat d. Sangat Lambat

20. Apakah anda masih menemui kebijakan yang cenderung menguntungkan

kelompok/organisasi tertentu dalam hal investasi?

a. Sangat Banyak c. Sedikit

b. Banyak d. Tidak Ada

b. Sistem Hukum

21. Menurut anda, apakah kebijakan yang ada sudah tepat dalam menciptakan

keberlangsungan investasi di Kabupaten Serang?

a. Sangat Tepat c. Tidak Tepat

b. Tepat d. Sangat Tidak Tepat

22. Sejauh yang anda ketahui, apakah anda masih menemui kesimpangsiuran

peraturan dalam hal investasi?

a. Sangat Sering c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak Pernah

Page 165: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 5 -

- 5 -

23. Apa tanggapan anda mengenai kondisi keamanan di Kabupaten Serang dalam

menunjang kegiatan investasi?

a. Sangat Aman c. Tidak Aman

b. Aman d. Sangat Tidak Aman

c. Etika

24. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah transparansi data dan informasi yang

diberikan oleh BKPMD Provinsi Banten dalam hal investasi?

a. Sangat Transparan c. Tidak Transparan

b. Transparan d. Sangat Tidak Transparan

25. Apakah data dan informasi mengenai potensi investasi yang dipromosikan oleh

pemerintah daerah sesuai dengan kenyataan dilapangan?

a. Sangat Sesuai c. Tidak Sesuai

b. Sesuai d. Sangat Tidak Sesuai

26. Bagaimanakah sikap Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam

memberikan pelayanan investasi kepada investor?

a. Sangat Baik c. Buruk

b. Baik d. Sangat Buruk

27. Bagaimanakah tanggapan anda terkait pertanggungjawaban Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang dalam menjamin keberlangsungan investasi?

a. Sangat Bertanggung Jawab c. Tidak Bertanggung Jawab

b. Bertanggung Jawab d. Sangat Tidak Bertanggung Jawab

d. Aturan Administratif Negara

28. Bagaimanakah sikap Pemerintah Kaerah Kabupaten Serang ketika menerima

pengaduan (complaint ) terkait proses perizinan investasi?

a. Sangat Terbuka c. Tertutup

b. Terbuka d. Sangat Tertutup

29. Sejauh yang anda ketahui, ketika terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh para

buruh, bagaimanakah respon Pemerintah Daerah Kabupaten Serang?

a. Sangat Cepat c. Lambat

b. Cepat d. Sangat Lambat

30. Bagaimanakah kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang dalam

menyelesaikan konflik antara masyarakat dengan pihak pengusaha (investor)?

a. Sangat Mampu c. Tidak Mampu

b. Mampu d. Sangat Tidak Mampu

Page 166: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 6 -

- 6 -

31. Bagaimana tanggapan anda terhadap keberadaan organisasi-organisasi pengusaha

seperti (KADIN, HIPMI, APINDO, dan lain-lain) dalam mendukung kegiatan

investasi?

a. Sangat Mendukung c. Tidak Mendukung

b. Mendukung d. Sangat Tidak Menduk

e. Hak Asasi Manusia

32. Sejauh yang anda ketahui, bagaimanakah sikap Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang dalam memberikan perlakuan terhadap para investor?

c. Sangat Adil c. Tidak Adil

d. Adil d. Sangat Tidak Adil

33. Apakah perusahaan anda mempunyai kebebasan untuk membuat

kebijakan/program yang sepenuhnya menjadi hak dan kewenangan internal

perusahaan?

a. Sangat Bebas c. Tidak Bebas

b. Bebas d. Sangat Tidak Bebas

34. Apakah anda diberikan kebebasan dalam menentukan sikap ketika ada kebijakan

atau program pemerintah daerah yang dianggap menghambat kegiatan

perusahaan anda?

a. Sangat Bebas c. Tidak Bebas

b. Bebas d. Sangat Tidak Bebas

III. Evaluasi Politik:

35. Apakah anda (selaku investor) sering dilibatkan dalam merumuskan kebijakan

yang berhubungan dengan investasi/penanaman modal?

a. Selalu Dilibatkan c. Kadang-kadang dilibatkan

b. Dilibatkan d. Tidak Dilibatkan

36. Apakah anda setuju dengan kebijakan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Kabupaten Serang yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Banten?

a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju

b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju

37. Bagaimanakah tanggapan anda terkait kejelasan kebijakan Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang dalam mengenakan pajak bagi perusahaan anda?

a. Sangat jelas c. Tidak Jelas

b. Jelas d. Sangat Tidak Jelas

Page 167: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 0 -

- 0 -

INPUT KUESIONER PENELITIAN 30 RESPONDEN

No.

Res

JAWABAN RESPONDEN UNTUK ITEM PERTANYAAN NOMOR: Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

1 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 129

2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 96

3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 99

4 3 1 1 1 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 75

5 3 1 2 2 1 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 3 2 74

6 2 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 3 88

7 4 2 2 2 2 3 4 2 3 1 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 1 2 80

8 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 115

9 3 3 3 3 2 3 2 3 1 1 4 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 87

10 4 2 2 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 83

11 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 82

12 4 3 4 2 3 3 2 3 1 3 2 3 4 3 2 1 3 2 1 3 3 3 3 1 3 3 2 1 1 2 3 2 3 3 1 4 2 92

13 2 2 1 2 1 3 4 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 80

14 4 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 81

15 4 1 1 1 1 4 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 80

16 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 77

17 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 87

18 3 2 2 1 2 2 4 3 4 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 85

19 3 2 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 4 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 3 3 66

20 3 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 66

21 2 2 2 1 2 2 2 1 4 1 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 71

22 4 1 1 1 2 2 3 3 3 1 2 4 4 4 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 82

23 3 2 3 1 2 4 3 2 3 1 3 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 77

24 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 52

25 4 3 3 1 1 2 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 86

26 4 1 1 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 72

27 2 2 1 2 2 3 2 4 4 1 2 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 73

28 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 2 93

29 2 3 3 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 1 1 3 2 81

30 4 2 2 1 2 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 79

90 64 65 54 62 81 84 78 74 56 89 68 78 68 62 60 72 76 48 73 68 85 60 59 64 68 62 63 52 56 68 67 69 56 51 68 70 2488

Page 168: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 1 -

- 1 -

INPUT KUESIONER PENELITIAN 75 RESPONDEN

No.

Res

No Item Instrumen Penelitian Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

1 4 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 111

2 2 3 2 4 3 2 3 4 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 81

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 86

4 1 1 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 62

5 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 62

6 2 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 76

7 2 2 2 2 4 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 66

8 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 99

9 3 3 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 76

10 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 69

11 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 71

12 3 4 2 3 2 3 3 2 3 4 2 1 3 1 3 3 3 3 1 3 3 2 1 3 2 3 2 3 3 1 4 2 81

13 2 1 2 1 4 2 2 3 4 4 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 69

14 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 71

15 1 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 3 66

16 2 2 2 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 66

17 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 75

18 2 2 1 2 4 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 73

19 2 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 3 3 53

20 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 55

21 2 2 1 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 59

22 1 1 1 2 3 3 1 2 4 4 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 68

23 2 3 1 2 3 2 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 62

24 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 45

25 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 71

26 1 1 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 3 3 59

27 2 1 2 2 2 4 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 60

28 3 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 79

29 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 2 1 1 1 3 3 1 1 3 2 70

30 2 2 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 66

31 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 3 1 2 2 1 3 2 69

32 3 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 4 4 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 80

33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 75

34 1 1 1 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 3 2 3 3 1 4 2 63

35 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 67

36 2 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 68

37 2 2 2 2 4 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2 1 3 3 2 2 1 3 3 73

Page 169: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 2 -

- 2 -

38 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 80

39 3 3 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 75

40 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 72

41 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 3 2 65

42 3 4 2 3 2 3 3 2 3 1 2 1 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 69

43 2 1 2 1 4 2 2 3 4 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 1 1 3 3 1 1 3 75

44 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 66

45 3 4 2 3 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 2 72

46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 77

47 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 2 60

48 1 2 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 68

49 2 3 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 70

50 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 3 64

51 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 3 60

52 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 76

53 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 3 1 2 3 3 64

54 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 74

55 2 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 3 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 58

56 2 3 2 4 4 3 2 4 3 3 1 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 81

57 1 2 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2 1 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 76

58 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 3 2 1 1 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 76

59 1 1 1 2 2 2 2 4 3 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 68

60 3 3 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 63

61 1 1 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 1 2 3 1 2 3 2 3 3 2 4 74

62 2 2 2 2 4 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 62

63 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 1 3 2 1 2 3 2 2 2 2 1 76

64 1 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 1 2 3 1 1 3 2 2 2 2 3 68

65 3 3 3 2 2 3 1 4 3 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 1 3 2 65

66 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 68

67 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 75

68 2 4 2 3 2 1 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 3 1 1 3 3 1 3 2 3 2 2 2 1 3 73

69 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 62

70 2 3 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 4 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 1 2 2 68

71 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 3 3 3 1 3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 66

72 2 3 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 72

73 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 3 1 1 2 62

74 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 54

75 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 69

157 171 147 165 201 191 156 213 180 187 154 160 171 147 173 158 191 149 149 153 162 150 154 146 135 158 161 171 151 126 164 174 5225

Page 170: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

- 0 -

- 0 -

LAMPIRAN :UJI RELIABILTAS

DATASET ACTIVATE DataSet5.

DATASET CLOSE DataSet3.

RELIABILITY

/VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007

VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015

VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023

VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031

VAR00032

/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA.

Reliability

[DataSet5]

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 75 100,0

Excluded(a)

0 ,0

Total 75 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,850 32

Page 171: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

1

1

LAMPIRAN I

NILAI - NILAI r PRODUCT MOMENT

db Harga r pada Taraf

Signifikansi db Harga r pada Taraf

Signifikansi

95% 99%

95% 99%

1 0,997 1,000

24 0,388 0,496

2 0,950 0,990

25 0,381 0,487

3 0,878 0,959

26 0,374 0,478

4 0,811 0,917

27 0,367 0,470

5 0,754 0,874

28 0,361 0,463

6 0,707 0,834

29 0,355 0,456

7 0,666 0,798

30 0,349 0,449

8 0,632 0,765

35 0,325 0,418

9 0,602 0,735

40 0,304 0,393

10 0,576 0,708

45 0,288 0,372

11 0,553 0,684

50 0,273 0,354

12 0,532 0,661

60 0,250 0,325

13 0,514 0,641

70 0,232 0,302

14 0,497 0,623

80 0,217 0,283

15 0,482 0,606

90 0,205 0,267

16 0,468 0,590

100 0,195 0,254

17 0,456 0,575

125 0,174 0,228

18 0,444 0,561

150 0,159 0,208

19 0,433 0,549

200 0,138 0,181

20 0,423 0,537

300 0,113 0,148

21 0,413 0,526

400 0,098 0,128

22 0,404 0,515

500 0,088 0,115

23 0,396 0,505

1000 0,062 0,081

Sumber: Muhidin, Sambas Ali & Maman Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi,

Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hal 277

Page 172: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

2

2

LAMPIRAN II

DAFTAR NILAI KRITIS PEARSON PRODUCT MOMENT (PPM) (r)

Tingkat Signifikansi dari One - Tailed Test

Tingkat Signifikansi dari One - Tailed Test

.05 .025 .01 .005

.05 .025 .01 .005

df

df

1 .988 .997 .9995 .9999

24 .330 .388 .453 .496

2 .900 .950 .980 .990

26 .317 .374 .437 .479

3 .805 .878 .934 .959

28 .306 .361 .423 .463

4 .729 .811 .882 .917

30 .296 .349 .409 .449

5 .669 .755 .833 .875

35 .275 .325 .381 .418

6 .662 .707 .789 .834

40 .257 .304 .358 .393

7 .582 .666 .750 .798

45 .243 .288 .338 .372

8 .549 .632 .716 .765

50 .231 .273 .322 .354

9 .521 .602 .685 .735

55 .220 .261 .307 .339

10 .497 .576 .658 .708

60 .211 .250 .295 .325

11 .476 .553 .634 .684

70 .195 .232 .274 .302

12 .458 .532 .612 .661

80 .183 .217 .256 .283

13 .441 .514 .592 .641

90 .173 .205 .242 .267

14 .426 .497 .574 .623

100 .164 .195 .230 .254

15 .412 .482 .558 .606

120 .150 .178 .210 .232.

16 .400 .468 .542 .590

150 .134 .159 .189 .208

17 .389 .456 .529 .575

200 .116 .138 .164 .181

18 .378 .444 .516 .561

300 .095 .113 .134 .148

19 .369 .433 .503 .549

400 .082 .098 .116 .128

20 .360 .423 .492 .537

500 .073 .088 .104 .115

22 .344 .404 .472 .515 1000 .052 .062 .073 .081

Sumber: Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta:

Bumi Aksara. Hal 357.

Page 173: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

3

3

LAMPIRAN III

NILAI KRITIS DISTRIBUSI t

α for Two-Tailed Test

df 0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01

α for One-Tailed Test

df 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005

1 1.000 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657

2 0.816 1.886 2.920 4.303 6.955 9.925

3 0.765 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841

4 0.741 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604

5 0.727 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032

6 0.718 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707

7 0.711 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499

8 0.706 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355

9 0.703 1.383 1.833 2.261 2.821 3.250

10 0.700 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169

11 0.697 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106

12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055

13 0.694 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012

14 0.692 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977

15 0.691 1.341 1.753 2.132 2.602 2.947

16 0.690 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921

17 0.689 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898

18 0.688 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878

19 0.688 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861

20 0.687 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845

21 0.686 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831

22 0.686 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819

23 0.685 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807

24 0.685 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797

25 0.684 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787

26 0.684 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779

27 0.684 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771

28 0.683 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763

29 0.683 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756

30 0.683 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750

40 0.681 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704

60 0.679 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660

120 0.677 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617

x 0.674 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576

Sumber: Usman, Husaini & Purnomo Setiady A. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta:

Bumi Aksara. Hal 346.

Page 174: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

4

4

BIODATA PENELITI

A. Biodata Mahasiswa

Nama : Bahri Permana

Umur : 23 Tahun

Tempat, Tanggal Lahir : Cibaliung, 19 Juni 1989

Alamat : Kampung Ciwangun RT 01/RW 01 – Desa

Sukajadi - Kecamatan Cibaliung – Kabupaten

Pandeglang - Provinsi Banten

No. HP : 07773152043

E-mail : [email protected]

C. Biodata Orang Tua

Nama Ayah : Wahyu Hidayat

Alamat

: Kampung Ciwangun RT 01/RW 01 – Desa

Sukajadi - Kecamatan Cibaliung – Kabupaten

Pandeglang - Provinsi Banten

Nama Ibu : Siti

Alamat

: Kampung Ciwangun RT 01/RW 01 – Desa

Sukajadi - Kecamatan Cibaliung – Kabupaten

Pandeglang - Provinsi Banten

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Sukajadi 3 (2002)

2. SMP Negeri 1 Cibaliung (2005)

3. SMA Negeri 5 Pandeglang, Jurusan IPA (2008)

4. FISIP UNTIRTA, Program Studi Ilmu Administrasi Negara (2008-2012)

Page 175: Skripsi Bahri Permana (FISIP ANE. NIM.080734)

5

5

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Bahri Permana, dilahirkan di Cibaliung pada tanggal

19 Juni 1989 sebagai anak kedua dari enam bersaudara

dari keluarga pasangan Bapak Wahyu Hidayat dan Ibu

Siti. Sebelumnya, peneliti menempuh pendidikan dasar

di SD Negeri Sukajadi 3 dan lulus tahun 2002;

pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Cibaliung dan

lulus tahun 2005; dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Pandeglang

dan lulus tahun 2008. Melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru jalur

Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) tahun 2008, peneliti berhasil

terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Pada tahun 2012, penelti berhasil menyelesaikan skripsi sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu

Administrasi Negara, Konsentrasi Kebijakan Publik dengan judul: “Evaluasi

Program Peningkatan Iklim dan Realisasi Investasi di Kabupaten Serang”.