SKRIPSI Ayu Handayani NPM: 4315500016 PROGRAM STUDI...
Transcript of SKRIPSI Ayu Handayani NPM: 4315500016 PROGRAM STUDI...
i
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN MANAJEMEN
LABA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
(Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2018)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh derajat Strata Satu (S-1)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasakti Tegal
Ayu Handayani
NPM: 4315500016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya Ayu Handayani, yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa
Skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil karya sendiri untuk mendapatkan
gelar. Karya ini adalah milik saya, karena itu pertanggung jawaban sepenuhnya
berada pada saya.
Tegal, Juli 2019
Yang Menyatakan
Ayu Handayani
NPM 4315500016
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN MANAJEMEN
LABA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
(Pada Perusahaan Propertydan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2016-2018)
Ayu Handayani
NPM. 4315500016
Disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dien Noviany Rahmatika, S.E., M.M., Akt., CA Abdulloh Mubarok, S.E., MM,. Akt
NIPY. 136628111975 NIPY. 15463171973
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian untuk
skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Corporate Governance, Leverage, dan Manajemen Laba Terhadap
Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018)”.
Yang diajukan oleh Ayu Handayanu, NPM : 4315500016, telah dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal Juli 2019 dan dinyatakan memenuhi syarat
untukk diteliti.
Ketua Penguji Penguji I
Penguji II
v
MOTTO
“Mengalah bukan tetang siapa yang besar dan siapa yang kecil, bukan juga
tentang siapa yang tua dan yang muda, tapi tentang siapa yang mampu berpikir ,
sifat, dan bersikap dewasa”. (Muhan Sanrudi)
“Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa,
tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa”. (Sujiwo Tedjo)
“Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan orang atau
benda”. (Albert Einstein)
“ Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
sudah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain”. (Q.S Al-Insyirah: 6-7)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati kuucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya, skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ayahanda Tercinta “Bapak Rustam” dan Ibunda Tersayang “Ibu Triningsih”
yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh cinta kasih, terimakasih
disetiap doa, dukungan, dan pengorbanannya semoga Allah SWT memberikan
kesempatan dan kemampuan pada ananda untuk membalasnya Aamiin.
2. Ketiga kakak kandungku Marsiti, Markonah, Tridiyanto, dan ketiga kakak iparku
Darmanto, Firdaus, Setiti Ati Utami dan keempat ponakan tante Febi Nur Ainni,
Salsabil Intan Firdana, Muhammad Zidni Alfatih, dan Zaki Maulana Maghribi
terimakasih atas doa, semangat, dan dukungan serta semua yang diberikan dalam
proses penyusunan skripsi.
3. Teman dekatku Muhan Sanrudi yang sudah mendampingi, mendoakan, dan
mendukung sepenuhnya selama empat tahun ini.
4. Temanku, PujiYuliarti, Liza, Ikvina, Chaerul, Dewi, Yasmin serta teman-teman
seperjuangan, terimakasih atas doa, semangat, dukungan, dan canda tawanya
selama proses skripsi.
5. Almamater tercinta.
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh corporate governance,
leverage, dan manajemen laba terhadap agresivitas pajak.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real eatate yang
terdaftar di BEI tahun 2016 – 2018. Sampel pada penelitian ini adalah 24 perusahaan
yang telah diseleksi dengan kriteria tertentu dengan menggunakan metode purposive
sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan tahunan yang dipublikasikan dari BEI tahun 2016-2018. Teknik
pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Metode analisis dengan menggunakan
uji asumsi klasik, analisis linier berganda, dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian secara uji signifikan regresi berganda menunjukan bahwa
corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Dan Manajemen laba
tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Kata kunci : Corporate Governance, Leverage, Manajemen Laba, Agresivitas
Pajak.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Corporate
Governance, Leverage, dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak (Studi
Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2018)”. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi pada Program
Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal. Saya
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan proposal skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Dien Noviany Rahmatika, S.E., M.M., Akt., C.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal, Dosen Wali sekaligus Dosen
Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran mengarahkan saya dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
2. Bapak Aminul Fajri, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pancasakti Tegal
3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal yang
telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk saya.
ix
4. Seluruh Staff dan Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pancasakti Tegal yang telah membantu dalam kelancaran dan kelengkapan
administrasi.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Serta teman – teman
seperjuangan mahasiswa Akuntansi angkatan tahun 2015 yang selalu menjadi
penyemangat dan selalu memberikan arahan maupun saran kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang
dimiliki sehingga skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
menghargai semua saran dan masukan yang membangun demi penyempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang
berkepentingan dan memberikan sumbangsih terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan.
Tegal, 20 Juli 2019
Penulis,
Ayu Handayani
NPM.4315500016
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................ i
Pernyataan Keaslian Skripsi ........................................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi .......................................................................... iii
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................ iv
Motto ............................................................................................................... v
Persembahan ................................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................ vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Daftar Isi ......................................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 11
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................... 12
1. Teori Stakeholder .................................................................... 12
2. Agresivitas Pajak .................................................................... 13
3. Corporate Governance ........................................................... 14
4. Leverage .................................................................................. 17
5. Manajemen Laba ..................................................................... 20
B. Studi Penelitian Terdahulu ............................................................ 24
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 25
D. Perumusan Hipotesis ...................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pemilihan Metode .......................................................................... 30
B. Objek Penelitian ............................................................................ 30
C. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 30
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ............................. 32
1. Definisi Konseptual ................................................................. 32
2. OperasionalVariabel ................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 36
G. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ................................................ 36
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 36
2. Analisis Regresi Linear Berganda .......................................... 38
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 40
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 41
1. Sejarah, Visi, dan Misi ............................................................ 41
2. Struktur Organisasi ................................................................. 44
3. Struktur Pasar Modal .............................................................. 45
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 47
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 47
2. Analisis Regresi Linear Berganda ........................................... 52
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 53
C. Pembahasan ................................................................................... 58
1. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Agresivitas Pajak 58
2. Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak .................... 60
3. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak ....... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 62
B. Saran ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 68
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................... 21
Tabel 3.1 Hasil Seleksi Sampel ....................................................................... 29
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel.......................................................... 33
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan ............................................................... 44
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 48
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ................................................. 49
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Modal ............................................................ 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Parsial .............................................................................. 53
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 54
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 28
Gambar 4.1 Struktur Organisai BEI ................................................................. 41
Gambar 4.2 Struktur Pasar Modal Indonesia .................................................. 43
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Penghitungan Microsoft Excel ................................................... 66
2. Hasil Output SPSS versi 22 ................................................................ 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu unsur yang penting bagi negara, terutama
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Karena pajak merupakan
penerimaan negara yang berasal dari iuran rakyat yang memaksa dan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung. Dan diharapkan pajak dapat dipungut
secara maksimal sehingga berguna untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan
negara dan daerah, baik kebutuhan yang rutin maupun kebutuhan pembiayaan
pembangunan nasional yang berguna bagi kemakmuran rakyat. Namun pada
kenyataannya pajak di Indonesia belum tercapai dengan maksimal (Ginting,
2016; Novitasari, 2017; Cahyono dkk, 2016).
Dengan itu pemerintah Indonesia membuat berbagai kebijakan mengenai
perpajakan untuk mengoptimalkan pendapatan negara dari sektor pajak.
Perpajakan di Indonesia sendiri diatur UU No. 28 Tahun 2007 perihal
ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Indonesia menentukan target pajak
yang setiap tahunnya meningkat, namun target tersebut tentunya tidak dapat
tercapai dengan mulus. Ketidak berhasilan pencapaian pajak tersebut bisa
menimbulkan berbagai pertanyaan, salah satunya apakah dari sisi wajib pajak
terdapat beberapa tindakan agresivitas pajak, atau memang pemungutan yang
2
dilakukan belum mampu berjalan dengan maksimal (Adisamartha dan
Noviari, 2015).
Dengan penerimaan pajak yang maksimal dapat dijadikan peran dalam
menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Pajak
juga bisa berfungsi sebagai anggaran (budgetair) yang merupakan salah satu
sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai segala kebutuhan
pemerintahan, dan juga sebagai fungsi mengatur (cregulerend) yang
merupakan alat untuk mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi. Dengan fungsi tersebut diharapkan pajak dapat bermanfaat
untuk mengembangkan pemerintahan di Indonesia (Arianandini dan
Ramantha, 2018; Mardiasmo, 2016).
Pemerintah Indonesia mempunyai kepentingan tersendiri untuk
meningkatkan pendapatan negara atas pajak, yang mana kepentingan tersebut
bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan sebagai wajib pajak
badan, mempunyai kewajiban untuk membayar pajak kepada negara seperti
yang sudah diatur dalam undang-undang yang mana pajak tersebut sangat
bermanfaat untuk perkembangan suatu negara. Namun bagi perusahaan pajak
adalah sebuah beban yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Karena
semakin besar penghasilan perusahaan, maka semakin besar pula beban pajak
yang harus dibayar (Suyanto dan Supramono, 2012).
3
Dengan tingginya beban pajak yang akan dibayar, membuat perusahaan
berusaha untuk meminimalkan beban pajak yang akan dibayar dengan
melakukan agresivitas pajak. Dengan perusahaan melakukan agresivitas
pajak, maka pendapatan pajak yang diterima negara akan terus berkurang.
Dan jika agresivitas pajak tersebut tidak segera ditangani maka perusahaan
akan senang untuk melakukannya setiap tahun. Agresivitas pajak ini dapat
dilakukan semua perusahaan termasuk perusahaan sektor property dan real
estate (Susanto dkk, 2018).
Perusahaan property dan real estate merupakan kelompok sektor yang
paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selain perbankan.
Pertumbuhan sektor property dan real estate akan selalu menarik minat para
investor dikarenakan harga tanah dan bangunan yang cenderung akan terus
naik, penawaran tanah bersifat tetap sedangkan permintaan selalu bertambah
besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya
kebutuhan manusia setiap tahunnya. Berdasarkan data yang telah dihimpun
oleh Asosiasi REI (Real Estate Indonesia), menyatakan bahwa perkembangan
investasi property di Indonesia meningkat hingga 30%. REI memprediksi
bahwa bisnis di bidang property tersebut akan terus mengalami peningkatan
bahkan hingga tahun 2018 (Febrianty dan Wulandari, 2017).
Banyak faktor yang mampu mendorong perkembangan sektor property
yaitu diantaranya permintaan property yang semakin meningkat, masyarakat
4
yang lebih cerdas dalam mengelola keuangan karena masyarakat sekarang
lebih memilih menginvestasikan uangnya sebagai upaya mempertahankan
keuangan untuk masa mendatang. Dan dengan banyaknya masyarakat yang
berinvestasi pada sektor property ini, tentu perusahaan akan selalu berusaha
supaya laba terus meningkat namun beban pajak tidak ikut meningkat. Dan
kembali ke tujuan awal didirikannya perusahaan yaitu untuk memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham. Kondisi tersebut mendorong perusahaan
untuk mengurangi pembayaran pajak seminimal mungkin (Novitasari, 2017).
Semakin banyak perusahaan yang ada di Indonesia, maka akan banyak
pula kasus-kasus yang menyertai. Berikut salah satu kasus kecurangan pajak
property yang sering dilakukan yaitu transaksi pembelian rumah seharga Rp
2,65 milyar, namun pada akta jual beli hanya ditulis sebasar Rp 784 juta.
Tentu saja transaksi ini memiliki selisih yang besar, yaitu Rp 1,9 milyar. Dari
tindakan tersebut maka terdapat 10 persen dikali Rp 1,9 milyar atau Rp 190
juta PPN yang tidak dibayar. PPh final 5 persen dikali Rp 1,9 milyar atau Rp
85 juta. Maka total pajak kurang dibayar developer sebesar Rp 275 juta, ini
hanya dari satu unit pembelian rumah, jika ribuan rumah dijual dengan cara
seperti ini maka akan menyebabkan Negara mengalami kerugian mencapai
milyaran rupiah (Suryana, 2013).
Problem lainnya adalah peran makelar properti. Developer biasanya
menjual properti dengan harga diskon ke broker property tanpa akta peralihan
5
hak,hanya kuasa menjual. Jadi belum ada pajak yang dipungut, walaupun
sudah ada pembayaran dari broker kepada developer. Proses seperti ini
dilakukan berulang kali hingga beberapa broker, nantinya akta jual beli dibuat
oleh pembeli terakhir dengan developer (Suryana, 2013).
Kasus tindakan agresivitas pajak yang lain seperti pada perusahaan IKEA,
perusahaan yang bergerak di bidang industri peralatan rumah tangga ini
dikabarkan melakukan upaya penghindaran pajak dengan nilai lebih dari $1
milyar (forumpajak, 2016).
Usaha penghindaran pajak yang dilakukan dalam skala besar ini terjadi
dalam kurun waktu 2009 sampai 2014. Dan pada tahun 2016, IKEA terlibat
dalam usaha penghindaran pajak, dalam kasus ini melakukan pergeseran laba,
atau memindahkan miliaran euro labanya dari Negara-negara berpajak tinggi
seperti Inggris, Perancis, dan Jerman ke anak perusahaan atau penerima-
penerima lain di Negara dengan pajak rendah atau bahkan tidak ada seperti
Linchtenstein atau Luxembourg (forumpajak, 2016).
Ditjen pajak juga menemukan tujuh modus yang dilakukan para
pengembang property dalam menghindari pajak antara lain yaitu penggunaan
harga dibawah harga jual sebenarnya dalam menghitung Dasar Pengenaan
Pajak (DPP), tidak mendaftarkan diri menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)
namun menagih PPN, tidak melaporkan seluruh penjualan, tidak memotong
dan memungut pajak penghasilan, mengkreditkan pajak masukan secara tidak
6
sah, penghindaran PPn-Barang Mewah dan PPh pasal 22 atas hunian mewah,
menjual tanah dan bangunan namun yang dilaporkan hanya penjualan tanah
(Tarigan, 2013).
Dengan adanya kasus-kasus perusahaan melakukan agresivitas pajak yang
melanggar aturan baik sedikit atau banyak, tetap saja semakin banyak celah
perusahaan dalam melakukan penghematan pajak maka perusahaan tersebut
semakin agresif dengan pajak. Untuk mengatasi tindakan pajak agresif
pemerintah mengambil langkah dengan menerapkan corporate governance
pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia (Suyanto dan Supramono,
2012).
Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua yaitu mekanisme
eksternal yang dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan meliputi investor,
akuntan publik, pemberi pinjaman dan lembaga yang mengesahkan legalitas.
Sedangkan mekanisme internal dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan
yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen dan komite audit. Jika corporate governance diterapkan dengan
benar oleh perusahaan, maka diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang semakin
baik dan menguntungkan banyak pihak (Pratiwi, 2015; Nasution dan
Setiawan, 2007).
7
Faktor selanjutnya yaitu leverage. Leverage merupakan bertambahnya
jumlah utang yang bisa mengakibatkan munculnya biaya tambahan berupa
bunga dan pengurangan beban pajak penghasilan wajib pajak badan.
Perusahaan memanfaatkan leverage agar keuntungan yang dihasilkan lebih
besar dari sumber dana dan biaya asetnya, sehingga dapat meningkatkan
keuntungan yang diperoleh pemegang saham (Cahyono dkk, 2016).
Biaya tambahan seperti bunga dari utang perusahaan bisa dimanfaatkan
untuk mengurangi pendapatan kena pajak perusahaan. Jika perusahaan
memiliki tingkat leverage yang tinggi, maka perusahaan akan memiliki celah
untuk menghindari pajak melalui transaksi-transaksi keuangan (Tiaras dan
Wijaya, 2015).
Faktor penyebab agresivitas pajak yang lain adalah manajemen laba.
Manajemen laba adalah tindakan campur tangan manajer dalam menetapkan
besaran laba perusahaan. Perusahaan menggunakan manajemen laba untuk
melakukan income decreasing guna mengurangi penghasilan kena pajak. Jika
perusahaan semakin agresif melakukan manajemen laba maka bisa
disimpulkan perusahaan tersebut memiliki tingkat agresivitas pajak yang
tinggi juga, karena beban pajak menjadi kecil (Putri, 2014; Suyanto dan
Supramono, 2012).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ginting (2016) tentang
pengaruh corporate governance dan kompensasi rugi fiskal terhadap
8
penghindaran pajak dengan ukuran perusahaan sebagai variabel moderating
menunjukan bahwa corporate governance dan kompensasi rugi fiskal secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Pada penelitian Lestari dan Putri (2017) tentang pengaruh corporate
governance, koneksi politik dan leverage terhadap penghindaran pajak
menunjukan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap
CETR. Kedua koneksi politik tidak berpengaruh terhadap CETR. Ketiga dan
leverage berpengaruh negative terhadap CETR.
Pada penelitian Surahman dan Firmansyah (2017) tentang pengaruh
manajemen laba melalui penyimpangan akuntansi, aktivitas laba riil dan
akrual terhadap agresivitas pajak menunjukan bahwa penyimpangan akuntansi
tidak berpengaruh sihnifikan terhadap agresivitas pajak. Kedua manajemen
laba riil melalui arus kas operasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
agresivitas pajak. Ketiga manajemen laba riil melalui penurunan beban
diskresioner berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak.
Menurut Susanto dkk (2018) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
agresivitas pajak menunjukan pertama profitabilitas yang diukur dengan ROA
berpengaruh signifikan terhadap agresifitas pajak. Kedua tingkat hutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Ketiga ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
9
Menurut Jasmine (2017) tentang pengaruh leverage, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap penghindaran
pajak hasil pengujian pertama menunjukan bahwa leverage berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Kedua kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Ketiga ukuran perusahaan juga berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian sebelumnya maka
peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Corporate Governance,
Leverage, dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak” (Studi Empiris
pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2016-2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijabarkan diatas maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah corporate governance berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
3. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apakah corporate governance berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
2. Untuk mengetahui apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
3. Untuk mengetahui manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain :
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memberi
pemahaman bagi dunia pendidikan terutama di bidang ekonomi perpajakan,
serta untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam pengembangan media
pembelajaran.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Akademis
Hasil penelitian dapat memberikan informasi yang akurat dalam
pengembangan ilmu ekonomi yang berhubungan dengan pengungkapan
corporate governance, leverage, dan manajemen laba. Hasil penelitian ini
11
juga diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan agresivitas pajak.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menunjukan sikap terhadap pengungkapan CG dan
banyak yang dapat memberi dampak luas tidak hanya bagi kinerja
keuangan perusahaan saja, tetapi juga sikapnya terhadap pajak, baik
positif maupun negatif.
c. Bagi Investor
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengevaluasi
sikap tanggung jawab social serta penilaian kinerja perusahaan keuangan
yang akan berdampak bagi image perusahaan tersebut.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Stakeholder
Teori stakeholder merupakan teori yang menyatakan bahwa perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan perusahaan
tersebut, tetapi harus memberikan manfaat kepada semua stakeholder-nya
(Andhari dan Sukartha, 2017).
Stakeholder adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas perusahaan. Yang menjadi
fokus utama dalam teori ini yaitu bagaimana perusahaan memonitor dan
merespon kebutuhan para stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang mengharuskan untuk
mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang bisa terkena dampak dari
tindakan yang dilakukan perusahaan (Siregar dan Widyawati, 2016).
Teori ini juga menekankan untuk mempertimbangkan kepentingan,
kebutuhan dan pengaruh dari pihak-pihak yang terikat dengan kebijakan dan
kegiatan operasi perusahaan, terutama dalam pengambilan keputusan
perusahaan (Kuriah dan Asyik, 2016).
13
2. Agresivitas Pajak
Menurut Suyanto dan Supramono (2012) agresivitas pajak adalah tindakan
untuk mengurangi penghasilan kena pajak melalui perencanaan pajak baik
secara legal maupun ilegal.
Menurut Nugraha dan Meiranto (2015) agresivitas merupakan kegiatan
perencanaan pajak (tax planning) semua perusahaan yang terlibat dalam
usahan mengurangi tingkat pajak yang efektif.
Menurut Novitasari (2017) agresivitas pajak adalah sebuah tindakan
manipulasi untuk menurunkan penghasilan melalui perencanaan pajak, baik
yang berhubungan dengan tax evasion ataupun tidak.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa agresivitas pajak
merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan untuk memperkecil pajak
yang dibayar (Suyanto dan Supramono, 2012; Nugraha dan Meiranto, 2015;
Novitasari, 2017).
Agresivitas pajak dapat diukur dengan beberapa proksi antara lain cash
effective tax rate (CETR), net profit margin (NPM), dan atau effective tax
rate (ETR). Penelitian ini menggunakan proksi effective tax rate,
membandingkan beban pajak penghasilan dengan laba sebelum pajak (Putri,
2014; Suyanto dan Supramono, 2012; Susanto dkk, 2018).
Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak (DJP) selalu berusaha untuk
memperbaharui peraturan-peraturan perpajakan untuk meningkatkan
14
penerimaan pajak. Akan tetapi, disisi lain perusahaan juga selalu berusaha
untuk menghemat pembayaran pajaknya yang dapat dilakukan dengan cara
yang legal yakni penghindaran pajak (tax avoidance) atau secara ilegal
dengan penggelapan pajak (tax evasion). Asumsi pajak sebagai biaya akan
mempengaruhi laba (profit margin), sedangkan asumsi pajak sebagai
distribusi laba akan mempengaruhi tingkat pengembalian atas investasi
(Novitasari, 2017).
3. Corporate Governance
a. Pengertian
Menurut Sulistyanto (2019:134) secara definisi good corporate
governance diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan agar perusahaan tersebut menciptakan nilai tambah untuk
semua stakeholdernya.
Menurut Sutedi (2006:175) corporate governance didefinisikan
sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka.
Menurut Center for European Policy Studies (CEPS) good corporate
gocernance merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak,
15
proses serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun diluar
manajemen perusahaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa corporate
governance merupakan peraturan yang bisa mengendalikan perusahaan
dengan segala hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan (Sulistyanto, 2019; Sutedi, 2006).
Dalam penelitian ini corporate governance diukur menggunakan
komisaris independen dengan membandingkan jumlah komisaris
independen dengan jumlah dewan komisaris. Pengukuran ini sama dengan
pengukuran yang digunakan dalam penelitian Suyanto dan Supramono
pada tahun 2012, Tiaras dan Wijaya tahun 2015, Cahyono dkk, pada tahun
2016.
Komisaris independen adalah angota dewan komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi
dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Karena
komisaris independen memiliki peranan peting dalam memonitor
perusahaan. Dan semakin besar proporsi komisaris independen
menunjukan bahwa fungsi pengawasan akan lebih baik (Noviawan dan
Aditya, 2013).
16
b. Prinsip-prinsip Corporate Governance
Good corporate governance adalah prinsip korporasi yang baik yang
perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka
mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut terdapat prinsip-prinsip good corporate governance.
Menurut Sulistyanto (2008:138-140) terdapat 4 prinsip corporate
governance yaitu:
1) Keadilan
Keadilan merupakan perlindungan terhadap hak seluruh pemegang
saham, termasuk pemegang saham minoritas, untuk memperoleh
informasi secara tepat waktu dan teratur, memberika suara dalam rapat
pemegang saham, memilih direksi dan komisaris, dan pembagian laba
perusahaan.
2) Transparansi
Transparansi merupakan pengungkapan setiap kebijakan atau aturan
yang diterapkan perusahaan, sebab kepercayaan investor dan efesiensi
pasar sangat tergantung dari pengungkapan kinerja perusahaan secara adil,
akurat, dan tepat waktu.
3) Akuntabilitas
17
Akuntabilitas didasarkan pada system internal checks and balance
yang mencakup praktik audit yang sehat dan dicapai melalui pengawasan
yang efektif yang didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara
pemegang saham, komisaris, manajer, dan auditor.
4) Responsibilitas
Responsibilitas merupakan tanggung jawab perusahaan untuk
mematuhi hokum dan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
ketentuan mengenai lingkungan hidup, perlindungan konsumen,
perpajakan, ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktik persaingan
yang tidak sehat, kesehatan dan keselamatan kerja, dan peraturan lain
yang mengatur kehidupan perusahaan dalam menjalankan aktivitas
usahanya.
4. Leverage
a. Pengertian
Menurut Sartono (2008:257) Leverage adalah penggunaan asset dan
sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap)
dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham.
Menurut Fakhrudin (2008:109) Leverage merupakan jumlah utang
yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-aset perusahaan.
18
Perusahaan yang mempunyai utang lebih besar dari ekuitas disebut
sebagai perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi.
Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2008:295) mengemukakan
bahwa rasio leverage adalah mengacu pada penggunaan asset dan sumber
dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut
perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa leverage
merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-
aset perusahaan dengan tujuan meningkatkan keuntungan pemegang
saham (Sartono, 2008; Fakhrudin, 2008; Martono dan Harjit, 2008).
Dalam penelitian ini leverage diukur menggunakan proksi Dept Equity
Ratio (DER) yaitu dengan membandingkan antara total utang dengan total
aset perusahaan. Pengukuran ini sama dengan pengukuran yang digunakan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Andrean pada tahun 2018,
Gemilang pada tahun 2017, Suyanto dan Supramono tahun 2012.
b. Macam Leverage
Leverage pada perusahaan ada dua macam, yaitu operating leverage
dan financial leverage (Martono dan Harjito, 2010). Operating leverage
ialah kemampuan perusahaan dalam menggunakan biaya operasi tetap
untuk memperbesar pengaruh dari perbuatan volume penjualan terhadap
earning before interest and taxes (EBIT) .Financial leverage merupakan
19
pengukuran yang digunakan untuk menangkap keputusan pendanaan
perusahaan.
Financial leverage diukur dengan persentase dari total utang terhdap
ekuitas perusahaan pada suatu periode yang disebut juga Debt to Equity
Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. Selain itu DER
juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan. Jika rasio ini semakin besar, maka dapat dijelaskan bahwa
struktur modal yang paling besar berasal dari komposisi utang.
5. Manajemen Laba
a. Pengertian
Menurut Sulistyanto (2008:6) manajemen laba adalah upaya manajer
perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi
dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder
yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.
Menurut Scott (2015) dalam Kusuma dan Firmansyah (2018)
manajemen laba merupakan suatu metode dalam dunia bisnis, keuangan,
dan akuntansi yang berwujud tindakan manajer untuk melaporkan laba
yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi atau perusahaan dengan
menggunakan kebijakan akuntansi.
20
Menurut Novitasari (2017) manajemen laba merupakan tindakan yang
dilakukan oleh manajer untuk menaikkan dan menurunkan laba periode
berjalan dari sebuah perusahaan tanpa menyebabkan kenaikan atau
penurunan laba ekonomis perusahaan jangka panjang.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba adalah tindakan manajer yang mengatur besar kecilnya laba yang
dilaporkan untuk memaksimalkan kepentingan pribadin maupun
perusahaan (Sulistyanto, 2008; Kusuma dan Firmansyah, 2018;
Novitasari, 2017).
Banyak proksi pengukuran manajemen laba yang bisa digunakan
dalam penelitian, proksi pengukuran yang sering digunakan dalam
penelitian adalah seperti yang dilakukan Novitasari (2017), Putri (2014)
yaitu mengunakan nilai discretionary accrual (DA) dan dihitung
menggunakan modified jones model. Namun dalam penelitian ini,
manajemen laba diukur menggunakan proksi pendekatan distribusi laba.
Menurut Sulistyanto (2008:33) ada beberapa bentuk rekayasa laba
yang sering dilakukan pihak manajer agar laba yang dilaporkan sesuai
dengan yang dikehendaki, yaitu:
1) Taking a bath
Bisa tejadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi
atau terjadi reorganisasi, misalnya pergantian direksi. Bila teknik ini
21
digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang
diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan bila kondisi yang tidak
menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya laba periode yang akan
datang menjadi tinggi meski kondisi tidak menguntungkan.
2) Income Minimization
Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara
ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan
maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya poitis. Kebijakan
yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak
berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, serta pembebanan biaya riset.
3) Income Maximization
Maksimalisasi laba mempunyai tujuan untuk mendapatkan bonus yang
lebih besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari
pelanggaran terhadap kontrak utang jangka panjang.
4) Income Smoothing
Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend
pertumbuhan laba yang stabil dari pada laba perusahaan yang meningkat
atau menurun secara drastis. Perataan laba dapat dicapai dengan suatu
ketentuan yang tinggi untuk hutang dan bertentangan dengan nilai asset
pada tahun yang baik sehingga ketentuan itu dapat dikuangi. Hal ini dapat
mempengaruhi laba yang dilaporkan pada masa yang buruk.
22
5) Timing Revenue and Expense Recognition
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang
berkaitan dengan timming suatu transaksi. Misalnya pengakuan premature
atas pendapatan.
Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau
meningkatkan laba untuk mengurangi lonjakan dalam pelaporan laba, sehingga
perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi. Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa earnings management merupakan tindakan yang
dilakukan manajemen untuk memanipulasi laba untuk kepentingan pribadi
manajemen.
B. Studi Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
sebagian besar membuktikan bahwa variabel corporate governance memiliki
pengaruh terhadap agresivitas pajak, leverage berpengaruh terhadap agresivitas
pajak, serta variabel manajemen laba yang juga berpengaruh terhadap agresivitas
pajak. Untuk memudahkan pemahaman pada bagian ini dapat dilihat ringkasan
penelitian terdahulu pada tabel 2.1 berikut ini :
Table 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO NAMA
PENELITI
(Tahun)
VARIABEL DEPENDEN
dan VARIABEL
INDEPENDEN
HASIL PERBEDAAN
PENELITIAN
1 Jasmine Variabel Dependen: Dari semua variabel yang Penelitian ini
23
(2017) penghindaran pajak.
Variabel Independen:
leverage, kepemilikan
institusional, ukuran
perusahaan, dan
profitabilitas.
digunakan dalam
penelitian ini, semua
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
perusahaan.
tidak
menggunakan
variabel
independen
berupa ukuran
perusahaan dan
profitabilitas.
2 Lestari dan
Putri
(2017)
Variable Dependen:
penghindara pajak
Variable Independen:
corporate governance,
koneksi politik dan
leverage.
1. Corporate governance
berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak.
2. Koneksi politik tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
3. Leverage berpengaruh
negative terhadap
penghindaran pajak.
Penelitian ini
tidak
menggunakan
variabel
independen yang
berupa koneksi
poitik.
3 Novitasari
(2017)
Variabel Dependen:
agresivitas pajak
perusahaan.
Variabel Independen:
manajemen laba, corporate
governance, dan intesitas
modal.
1. Manajemen laba
terbukti berpengaruh
terhadap agresivitas
pajak perusahaan.
2. Corporate governance
dalam hal ini
kepemilikan
manajerial dan komite
audit tidak
berpengaruh terhadap
agresivitas pajak,
sedangkan
kepemilikan
institusional dan
komisari independen
berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
3. Intensitas modal tidak
berpengaruh terhadap
agresivitas pajak
perusahaan.
Penelitian ini
tidak
menggunakan
variabel
independen yang
berupa intensitas
modal.
4 Rosalia
(2017)
Variabel Dependen:
penghindaran pajak.
Variabel Independen:
Return on assets, current
ratio dan kualitas audit
tidak berpengaruh
Penelitian ini
tidak
menggunakan
24
profitabilitas, likuiditas, dan
corporate governance.
terhadap penghindaran
pajak, sedangkan
komisaris independen,
kepemilikan
institusional, dan komite
audit berpengaruh
negatif terhadap
penghindaran pajak.
variable
profitabilitas dan
likuiditas.
5 Ginting
(2016)
Variabel Dependen:
penghindaran pajak
Variabel Independen:
corporate governance dan
kompensasi rugi fiskal.
Variable Moderating:
ukuran perusahaan.
Corporate governance
dan kompensasi rugi
fiskal berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak pada
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
periode 2012-2014.
Corporate
Governance
diukur dengan
komisaris
independen.
Studi empiris
pada perusahaan
property dan real
estate yang
terdaftar di BEI.
6 Damayanti
dan
Susanto
(2015)
Variabel Dependen: tax
avoidance.
Variabel Independen:
komite audit, kualitas audit,
kepemilikan institusional,
risioko perubahan, dan
return on assets.
Risiko perusahaan dan
return on assets
berpengaruh dengan tax
avoidance, sedangkan
komite audit, kualitas
audit, dann kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh dengan tax
avoidance.
Penelitian ini
tidak
menggunakan
variable risiko
perubahan dan
ROA.
C. Kerangka Pemikiran
Sekaran (2011:114) mengemukakan bahwa kerangka teoritis atau pemikiran
adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana teori disusun atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap pentin untuk
masalah.
Terdapat perbedaan kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah
sebagai pemungut pajak. Perusahaan memiliki kepentingan untuk menghasilkan
25
laba semaksimal mungkin, sedangkan pemeritah sebagai pemungut pajak
menginginkan agar penerimaan di sektor pajak juga optimal. Manajemen akan
berusaha untuk meminimalkan pajak karena akan mengurangi laba yang didapat
oleh perusahaan. Dalam usahanya meminimalkan pajak, yang dapat dilakukan
oleh pihak manajemen harus sesuai dengan peraturan perppajakan yang berlaku.
1. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Agresivitas Pajak
Corporate governance merupakan sistem yang mengatur serta
mengendalikan perusahaan agar tercipta nilai tambah bagi stakeholder.
Corporate governance disini diukur menggunakan komisaris independen.
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki
hubungan dengan manajemen, keuangan, kepemilikan saham, serta bebas dari
hubungan bisnis atau yang lainnya, sehingga tidak mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen (Kartikaningdyah dan
Juwita,2016; Putri, 2014; Susanto dkk, 2018).
Dengan adanya komisaris independen dalam dewan komisaris diharapkan
dapat menjadi pengawas kinerja direksi, dan sebagai wakil dari pemegang
saham yang telah dinilai independen dapat mengawasi semua tindakan yang
dilakukan dalam perusahaan. Dan dengan semakin banyaknya komisaris
independen maka pengawasan manajemen semakin ketat. Manajemen
seringkali melakukan motif untuk memaksimalkan laba bersih agar
26
meningkatkan bonus yang didapat (Novitasari, 2017; Lestari dan Putri, 2017;
Cahyono dkk, 2016).
Laba selama ini dijadikan ujung tombak keberhasilan manajer. Salah satu
cara meningkatkan laba bersih yaitu dengan cara menekan biaya-biaya seperti
pajak. Sehingga mendorong manajer menjadi lebih agresif dengan pajak. Dari
hal-hal tersebut diharapkan komisaris independen mampu mengawasi
sehingga mencegah agresivitas pajak perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen (Suyanto dan Supramono, 2012; Susanto dkk, 2018; Praditasari
dan Putu, 2017).
2. Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak
Leverage merupakan salah satu rasio keuangan yang menggambarkan
hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan.
Semakin besar utang perusahaan maka laba kena pajak akan menjadi lebih
kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Perusahaan yang
melakukan pinjaman dengan kreditur, akan menjaga kestabilan laba periode
berjalan untuk memberi kepercayaan pada kreditur agar pinjaman eksternal
tetap berjalan (Cahyono dkk, 2016; Suyanto dan Supramono, 2012;
Praditasari dan Setiawan, 2017).
Tarif bunga yang tinggi akan membuat keuntungan yang besar untuk
perusahaan dari penggunaan utang tersebut. Manfaat yang ditimbulkan dari
penghematan pajak akibat adanya bunga membuat peningkatan penggunaan
27
utang yang dilakukan perusahaan. Leverage dijadikan sebagai alat ukur untuk
mengetahui seberapa besar perusahaan menggantungkan perusahaannya
dengan pihak kreditur dalam membiayai aset perusahaannya. Perusahaan yang
mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung dengan
pinjaman luar. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage
rendah merupakan perusahaan yang membiayai asetnya dengan modal sendiri
(Suyanto dan Supramono, 2012; Praditasari dan Setiawan, 2017; Adisamartha
dan Noviari, 2015).
3. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak
Pajak merupakan salah satu masalah bagi perusahaan, karena akan
menurunkan laba bersih perusahaan. Oleh karena itu perusahaan melakukan
manajemen laba agar pajak yang dibayar perusahaan tidak tinggi. Manajemen
laba ialah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajer untuk menaikkan dan
menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan tanpa meyebabkan
kenaikan dan penurunan laba ekonomis perusahaan jangka panjang. (Putri,
2014; Suyanto dan Supramono, 2012; Tiaras dan Wijaya, 2015).
Laba merupakan indikator utama keberhasilan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Oleh karena itu, manajemen akan melaporkan laba
dengan menyesuaikan pada tujuannya untuk meminimalkan penghasilan kena
pajak perusahaan. Sehingga dapat diprediksi bahwa perusahaan dengan
tingkat pendapatan yang cenderung meningkat akan melakukan income
28
decreasing untuk menurunkan pendapatan kena pajak sehingga perusahaan
dapat melakukan penghematan atas beban pajak. (Novitasari, 2017; Suyanto
dan Supramono, 2012; Putri 2014).
Berdasarkan landasan teori, kajian pustaka dan penelitian terdahulu,
penelitian ini memberikan gambaran tentang pengaruh corporate governance,
leverage, manajemen laba terhadap agresivitas pajak perusahaan dalam
kerangka pemikiran pada gambar 2.1 berkut ini :
Corporate Governance
Leverage
Manajemen Laba
Agresivitas Pajak
H1
H3
H2
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
29
D. Perumusan Hipotesis
Menurut Sekaran (2011:135) hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan
secara logis antara dua atau lebih variable yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan pemaparan diatas maka hipotesis
penelitian ini adalah :
H1 : Diduga corporate governance berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
H2 : Diduga leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
H3 : Diduga manajemen laba berpegaruh terhadap agresivitas pajak.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pemilihan Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah metode dalam berbagai jenis
penelitian, seperti penelitian suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa, pada masa
sekarang yang akan digambarkan dalam bentuk angka yang akan diolah,
dianalisis dan disimpulkan (Sugiyono, 2016).
B. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018, data
sekunder berupa laporan keuangan tersebut diperoleh melalui website Bursa Efek
Indonesia (BEI) www.idx.co.id
C. Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2016:80) populasi adalah wilayah penyamarataan yang terdiri atas
objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah 48 perusahaan yang listing
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
31
Sugiyono (2016:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu
sampel yang diambil dengan pemilihan kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria
tersebut antara lain :
1. Sampel tersebut merupakan perusahaan yang termasuk dalam sektor property
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2016-2018.
2. Sampel tersebut konsisten mempublikasikan annual report di BEI sektor
property dan real estate sejak tahun 2016-2018.
3. Sampel tersebut setiap tahun mengalami keuntungan selama periode 2016-
2018
4. Sampel tersebut memiliki data yang lengkap yang dibutuhkan untuk variabel
penelitian.
Tabel 3.1
Hasil seleksi sampel metode purposive sampling
Kriteria pengambilan sampel Jumlah
1. Perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di BEI.
48
2. Perusahaan sektor property dan real estate yang
tidak konsisten mempublikasikan annual report
dari tahun 2016-2018.
(6)
3. Perusahaan sektor property dan real estate dari
tahun 2016-2018 pernah mengalami kerugian.
(10)
4. Perusahaan sektor property dan real estate yang
tidak memiliki data lengkap untuk variabel
penelitian
(8)
Perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi sampel 24
Jumlah tahun penelitian 3
32
Total sampel penelitian 72
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono (2016:38).
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Sugiyono (2016:39). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak.
a. Agresivitas Pajak
Pengukuran agresivitas pajak memiliki beberapa proksi. Dalam
penelitian ini agresivitas pajak diukur dengan proksi Effective Tax Rate
(ETR). Effective Tax Rate atau tarif pajak efektif adalah rasio beban pajak
bersih atas laba perusahaan sebelum pajak penghasilan, yang didapat di
laporan laba rugi perusahaan tahun berjalan.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen Sugiyono
33
(2016:39). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah corporate
governance, leverage dan manajemen laba.
a. Corporate Governane
Dalam penelitan ini corporate governance menggunakan proksi
komposisi komisaris independen (KOM). Komisaris independen
merupakan anggota dari struktur dewan komisaris yang tidak ada
hubungan dengan dewan komisaris lain maupun dengan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis manapun sehingga bebas
melaksanakan tugasnya secara independen (Noviawan dan Aditya,2013).
Rumus yang digunakan untuk menghitung komisaris independen
yaitu dengan cara membagi prosentase jumlah komisaris independen
terhadap total anggota dewan komisaris dalam susunan dewan komisaris
perusahaan (Ginting, 2016).
a. Leverage
Leverage merupakan penggambaran proporsi total utang perusahaan
terhadap asset yang dimiliki perusahaan yang bertujuan unutk mengetahui
keputusan pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Cahyono
dkk, 2016).
34
Dalam penelitian ini leverage diukur dengan menggunakan ratio
keuangan yaitu sebagai berikut :
b. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan usaha manajer untuk melakukan
manipulasi laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan yang
diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi bertujuan untuk memberikan
informasi untuk menyesuaikan kepada para pengguna laporan keuangan
untuk kepentingan para manajer (Suyanto dan Supramono, 2012).
Manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
distribusi laba. Sesuai dengan penelitian Philips et al (2003) dalam Astutik
dan Mildawati (2016) jika nilai distribusi laba nol atau positif, maka
perusahaan menghindari penurunan laba. Dan jika nilai distribusi laba
negatif, maka perusahaan menghindari pelaporan keuangan (Astutik dan
Mildawati, 2016).
35
Manajemen laba diukur dengan rumus :
ΔE = Distribusi Laba
Eit = Laba Perusahaan i tahun t
Eit-1 = Laba Perusahaan I Tahun t-1
MVEt-1 = Saham yang Beredar x Harga Saham
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Agresivitas
Pajak
Tindakan yang
dilakukan
perusahaan untuk
memperkecil pajak
yang dibayar.
Rasio
Corporate
Governance
Peraturan yang bisa
mengendalikan
perusahaan dengan
segala hak-hak dan
kewajiban yang
dimiliki oleh pihak
yang
berkepentingan
dengan perusahaan.
Rasio
Leverage Jumlah utang yang
digunakan untuk
membiayai asset
perusahaan
Rasio
36
Manajemen
Laba
Tindakan manajer
yang mengatur
besar kecilnya laba
yang dilaporkan
Rasio
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi berupa laporan keuangan
tahunan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemudian
metode studi pustaka yaitu telaah pustaka melalui literatur, jurnal, artikel atau
sumber lain yang berisi tentang materi yang diperlukan untuk memperoleh
informasi yang berhubungan dengan penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dan disesuaikan menjadi sampel menggunakan
purposive sampling kemudian akan diolah menggunakan program pengolahan
data statistik SPSS versi 22.
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada
estimasi karena tidak semua data dapat dilakukan regresi. Pengujian yang
akan dilakukan terkait dengan antisipasi terjadinya hal tersebut yang akan
37
digunakan dalam penelitian ini antara lain ada 4 yaitu : uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autukorelasi.
a. Uji Normalitas
Ghozali (2016:154) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
sebuah model regresi variabel dependen, variable independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika tidak normal maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil. Pada penelitian ini
akan dilakukan dengan uji statistik.
Uji statistik dilakukan dengan melihat nilai signifikan Kolmogorov-
Sminov (K-S). Dilihat dari nilai probabilitinya, jika nilai probabilitinya ≥
0,05 maka residual terdistribusi normal. Sedangkan nilai probabilitinya ≤
0,05 maka residual terdistribusi tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Jika ada variabel-
variabel bebas yang digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan
yang lain, maka dapat di katakana tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali,
2016).
38
Adanya multikolinearitas menyebabkan sulit untuk memisahkan
pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variable tergantung.
Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang lebih dari
10. Apabila nilai VIF dibawah 10 maka variabel tersebut terbebas dari
gejala multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi perbedaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika suatu variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika terjadi
perbedaan dengan pengamatan yang lain akan disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujun untuk menguji apakah terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya autokorelasi. Pada
penelitian ini cara yang digunakan untuk menguji autokorelasi adalah uji
Durbin-Watson (D-W test).
39
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data untuk menguji hipotesis dalam peelitian ini
menggunakan regresi berganda (multiple regression). Metode statistik
tersebut untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas (metrik) dan
terhadap variabel terikat (metrik). Hubungan antar variabel bebas dengan
variabel terikat dalam penelitian ini dapat dinyatakan denagan persamaan
liner sebagai berikut :
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + e
Di mana :
Y = Agresivitas pajak
a = Konstanta
(b1 – b3) = Koefisien regresi
X1 = Corporate governance
X2 = Leverage
X3 = Manajemen laba
e = error terms
40
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila nilai R2 yag
diperoleh kecil ini berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel amat terbatas. Dan apabila nilai yang
diperoleh mendekati angka satu berarti variabel independen memberikan
hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
b. Uji Statistik t
Uji statistik t bertujuan untuk menjelaskan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Kriteria uji t sebagai berikut :
1) Jika nilai signifikasi ≤ 0,05 berarti variabel independen secara
individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikasi ≥ 0,05 berarti variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah, Visi, dan Misi
a. Sejarah
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka.Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya tahun 1912.Saat itu pasar modal didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau
VOC.
Pasar modal telah ada sejak tahun 1912, pertumbuhan dan
perkembangan pasar modal tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan.
Bahkan beberapa periode pasar modal telah mengalami kefakuman. Perang
dunia ke I dan II menjadi factor penyebabnya, perpindahan kekuasaan
pemerintah kolonial ke pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi
yang menyebabkan kegiatan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagai
mana mestinya.
Pasar modal yang sebelumnya telah mengalamu kefakuman diaktifkan
kembali tahun 1997 oleh Pemerintah Republik Indonesia, dan beberapa tahun
kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai
42
insenrif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara ringkas, tonggak
perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama perang
dunia I berlangsung.
1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali
bersama dengan bursa efek di Semarang dan
Surabaya.
Awal 1939 Dengan adanya isu politik (perang dunia II)
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
ditutup.
1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama
perang dunia II berlangsung.
1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda.
Bursa efek semakin tidak aktif.
1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek fakum.
10 Agustus 1977 Bursa Efek diaktifkan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah
BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Go public PT menjadi tanda aktifnya kembali
pasar modal. Semen Cibinong sebagai emiten
pertama.
1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek menjadi lesu.
Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai
24. Masyarakat lebih memilih instrument
perbankan dibandingkan instrument pasar
modal.
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember
1987 (PAKDES 1987) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
penawaran Umm dan investor asing
menanamkan modal di Indoenesia.
43
1988 – 1990 Peluncuran paket deregulasi dibidang
Perbankan dan Pasar Modal. Pintu BEJ
terbuka untuk asing dan aktivitas bursa
menjadi meningkat.
2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) kembali
beroperasi dan dikelola oleh Persatuan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker
dan dealer.
Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan
perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan
pasar modal.
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi
dan mulai dikelola oleh Perseroan Terbatas
milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1955 Sistem Otomatis perdagangan di BEJ.
Dijalankan dengan menggunakan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems).
10 November 1955 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
No. 8 1955 tentang pasar modal. Undang-
Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996.
1955 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa
Efek Surabaya.
2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless
trading) mulai diterapkan di pasar modal
Indonesia.
2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan diubah
44
namanya menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI).
02 Maret 2009 Mengadakan peluncuran Perdana Sistem
Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:
JATS-nextG.
b. Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibelitas tingkat dunia.
c. Misi
Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui
pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah,
efisiensi biaya serta penerapan good governance.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia terbentuk berdasarkan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Bursa Efek Indonesia.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
45
Sumber: www.idx.co
Susunan pengurus Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Dewan Komisaris
1) Komisaris Utama : Robinson Simbolon
2) Komisaris : Garibaldi Thohir
3) Komisaris : Hari Purwantono
4) Komisaris : Hendra H. Kustarjo
5) Komisaris : Lidya Trivelly Azhar
b. Dewan Direksi
1) Direktur Utama :Tito Sulistio
2) Direktur Teknologi & Manajemen Resiko : Sulistyo Budi
3) Direktur Pengembangan :Nicky Hogan
4) Direktur Keuangan SDM : Chaeruddin Berlian
5) Direktur Penilaian Perusahaan : Samsul Hidayat
6) Direktur Perdagangan dan Pengaturan
Anggota Bursa : Alpino Ianjaya
7) Direktur Pengawasan Transaksi dan
Kepatuhan : Hamdi Assyarbani
46
3. Struktur Pasar Modal
Struktur Pasar Modal Indonesia diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Struktur Pasar Modal Indonesia digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4.2
Struktur Pasar Modal Indonesia
Otorotas Jasa Keuangan
Bursa Efek Indonesia Lembaga Kliring Lembaga Penyimpanan
(Bursa Efek Indonesia dan Penjaminan dan Penyelesaian
BEI) Kliring Penjaminan Kustodian Sentral Efek
Efek Indonesia (KPEI) Indonesia (KSEI)
Perusahaan Lembaga Lembaga Pemodal Emiten
Efek Penunjang Penunjang
Perusahaan Publik
+Penjamin Emisi +Biro Adm.Efek +Akuntan
+Perantara +Bank Kustodian +Notaris +Domestik
Pedagang Efek +Wali Amanat +Penilai +Asing Reksa Dana
+Manajer +Pemeringkat +Konsultan
Investasi Efek Hukum
Sumber: www.idx.co
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 24 perusahaan. Berikut
ini daftar perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2016-2018 yang menjadi sampel dalam penelitian
ini:
47
Tabel 4.2
Daftar sampel perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016-2018
No Kode Saham Nama Emiten
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 ASRI Alam Sutra Reality Tbk
3 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
4 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
5 BKSL Centul City Tbk
6 CTRA Ciputra Development Tbk
7 DART Duta Angga Realty Tbk
8 DILD Intiland Development Tbk
9 DMAS Puradelta Lestari Tbk
10 EMDE Megapolitan Develeopment Tbk
11 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk
12 GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk
13 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
14 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk
15 JRPT Jaya Real Properti Tbk
16 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
17 LPCK Lippo Cikarang Tbk
18 LPKR Lippo Karawaci Tbk
19 MDLN Modernland Realty Tbk
20 MMLP Mega Manunggal Properti Tbk
21 MTLA Metropolitan Land Tbk
22 PWON Pakuwon Jati Tbk
23 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk
24 RDTX Roda Vivatex Tbk
Sumber : ww.idx.co.id
48
B. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi
variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Uji yang dipakai adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov.
Sebagai dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikan > 0,05
berarti data residual berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikan < 0,05
berarti data residual tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2016). Berikut hasil
uji normalitas:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan uji normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) diperoleh hasil nilai Asymp. Sig (2-tailed)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .53709967
Most Extreme Differences Absolute .111
Positive .111
Negative -.066
Test Statistic .111
Asymp. Sig. (2-tailed) .061c
49
sebesar 0,061 nilai tersebut berada di atas tingkat signifikasi 0,05 sehingga
dapat disimpulkna bahwa penyebaran data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Jika ada variabel-variabel
bebas yang digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain,
maka dapat di katakana tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2016).
Variabel yang menyebabkan multikolinieritas dapat di lihat dari nilai
Tolerance maupun VIF (Variance Inflation Factor). Model regresi yang bebas
dari multikolinieritas memiliki nilai Tolerance > 0,1 atau mendekati 1 dan
nilai VIF < 10.
Tabel 4.4
Hasil Multikolinieritas
Dari hasil perhitungan uji asumsi klasik pada bagian Collinearity
Statistic terlihat untuk ke tiga variabel independen nilai Tolerance yaitu
0,983; 0,999; 0,982 dan nilai VIF yaitu 1,018; 1,001; 1,018. Semua variabel
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Corporate Governance .983 1.018
Leverage .999 1.001
Manajemen Laba .982 1.018
50
independen dalam penelitian ini memiliki nilai Tolerance di atas 0,1 dan nilai
VIF < 10, hal ini dapat disimpulkan bahwa regresi terbebas dari asumsi
multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi perbedaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model regresi yang baik yaitu yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada atau tidaknya problem heteroskedastisitas pada
model regresi dapat dideteksi dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu
yang teratur pada grafik scatterplot serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 yang terdapat pada sumbu Y (Ghozali, 2016).
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
51
Berdasarkan grafik Scatterplot menunjukkan bahwa tidak ditemukan
pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi.
d. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak
baik / tidak layak di pakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada
tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2)
2. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 (-2 ≤
DW ≤ +2)
3. Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas +2 (DW > +2)
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.534
52
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, nilai Durbin-Watson (DW) sebesar
1,534. Berdasarkan ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
autokorelasi di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
autokorelasi karena nilai DW berada diantara -2 dan +2 (-2 ≤ 1,534 ≤ +2).
2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji antara variabel
bebas yaitu corporate governance, leverage, manajemen laba terhadap
agresivitas pajak.
Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Berganda
Pada kolom unstandardized corfficients (B), tertera nilai constant
sebesar -1,339, corporate governance -0,770, leverage 1,079, manajemen laba
0,002. Dengan demikian dapat ditulis persamaan regresi menjadi bentuk
persamaan sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -1.339 .482
Corporate
Governance -.770 .732 -.132
Leverage 1.079 .408 .330
Manajemen Laba .002 .022 .012
53
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + e
Y = -1,339 - 0,770X1 + 1,079X2 + 0,002X3 + e
Persamaan tersebut mempunyai arti sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar -1,339 satuan menyatakan bahwa semua variabel bebas
yang meliputi corporate governance, leverage dan manajemen laba maka
dapat diartikan tingkat agresivitas pajak sebesar -1,339 satuan atau
133,9%.
b. Koefisien regresi untuk variabel corporate governance sebesar -0,770
satuan menyatakan bahwa variabel corporate governance berpengaruh
negatif terhadap agresivitas pajak. Apabila terjadi peningkatan variabel
corporate governance satu satuan dengan asumsi variabel konstan, maka
dapat berpengaruh terhadap agresivitas pajak sebesar -0,770 satuan,
demikian sebaliknya.
c. Koefisien regresi untuk variabel leverage sebesar 1,079 satuan
menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap
agresivitas pajak. Apabila terjadi peningkatan variabel leverage satu
satuan dengan asumsi variabel konstan, maka dapat berpengaruh terhadap
agresivitas pajak sebesar 1,079 satuan, demikian sebaliknya.
d. Koefisien regresi untuk variabel manajemen laba sebesar 0,002 satuan
menyatakan bahwa variabel manajemen laba berpengaruh positif terhadap
agresivitas pajak. Apabila terjadi peningkatan variabel manajemen laba
54
satu satuan dengan asumsi variabel konstan, maka dapat berpengaruh
terhadap agresivitas pajak sebesar 0,002 satuan, demikian sebaliknya.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Statistik F (Uji Kelayakan Model)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Tingkat
signifikan yang dapat digunakan yaitu 5% atau 0,05 dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Apabila nilai F kurang dari nilai signifikan yang digunakan maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti secara bersama-sama variabel
independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
2. Apabila nilai F lebih dari tingkat signifikan yang digunakan maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7
Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 2.498 3 .833 2.739 .052b
Residual 17.020 56 .304
Total 19.518 59
55
Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji pengaruh kelayakan model diatas dapat
disimpulkan bahwa didapat nilai F hitung 2,739 satuan dengan probabilitas
0,052 satuan. Karena probabilitas sebesar 0,05 satuan maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel agresivitas pajak. Atau dengan
kata lain variabel corporate governance, leverage,dan manajemen laba
berpengaruh secara simultan terhadap agresivitas pajak.
b. Uji Statistik t (parsial)
Uji statistik t bertujuan untuk menjelaskan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali,2016). Penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi sebesar 5%.
Dasar pengujian hipotesisnya adalah jika nilai Sig < 0,05 maka
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh corporate governance
(komisaris independen), leverage dan manajemen laba secara sendiri-sendiri
terhadap agresivitas pajak pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 diterima, sedangkan jika
nilai Sig >0,05 maka secara otomatis hipotesis ditolak.
56
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.8 diperoleh beberapa hasil
sebagai berikut:
1) Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Hasil penelitian tabel 4.8 dalam kolom sig. terlihat bahwa variabel
corporate governance memiliki nilai signifikansi 0,298 > 0,05 maka hipotesis
ditolak dengan mengandung arti bahwa corporate governance tidak
berpengaruh terhadap variabel agresivitas pajak.
2) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Hasil penelitian tabel 4.8 dalam kolom sig. terlihat bahwa variabel
leverage memiliki nilai signifikansi 0,011 < 0,05 maka hipotesis diterima
dengan mengandung arti bahwa leverage berpengaruh terhadap variabel
agresivitas pajak.
Coefficientsa
Model t Sig.
1 (Constant) -2.778 .007
Corporate
Governance -1.052 .298
Leverage 2.645 .011
Manajemen Laba .092 .927
57
3) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Hasil penelitian tabel 4.8 dalam kolom sig. terlihat bahwa variabel
manajemen laba memiliki nilai signifikansi 0,927 > 0,05 maka hipotesis
ditolak dengan mengandung arti bahwa manajemen laba tidak berpengaruh
terhadap variabel agresivitas pajak.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila nilai R2 yag
diperoleh kecil ini berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel amat terbatas.
Dan apabila nilai yang diperoleh mendekati angka satu berarti variabel
independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Mode
l R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .358a .128 .081 .55130
58
Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa besarnya Adjusted R
Square adalah 0,081 satuan atau 8,1%. Hal ini menunjukan bahwa presentase
sumbangan pengaruh variabel independen (corporate governance, leverage,
dan manajemen laba) terhadap variabel dependen (agresivitas pajak) sebesar
8,1%, sedangkan sisanya sebesar 91,9% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
C. Pembahasan
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka diperoleh
hasilhasil penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji parsial didapatkan hasil untuk variabel corporate
governance (X1) nilai sig = 0,298 > 0,05, artinya corporate governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Temuan ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto, dkk (2018), Tiaras dan
Wijaya (2015) yang menunjukkan bahwa corporate governance yang
diproksikan dengan dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap agresivitas pajak. Tetapi temuan ini tidak konsisten
dengan novitasari (2017), Suyanto dan Supramono (2012) yang menunjukan
bahwa corporate governance berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
pajak.
59
Dunia bisnis saat ini menjadi semakin dinamis. Perubahan dan pasang
surut menjadi hal yang wajar ketika melakukan sebuah bisnis. Dengan
semakin dinamisnya dunia bisnis, suatu perusahaan dituntut untuk
mempunyai tata kelola yang baik atau yang biasa disebut good corporate
governance (GCG). Hal tersebut penting untuk diterapkan guna menjamin
kesehatan dari perusahaan atau bisnis yang sedang dijalankan. Dan
perusahaan bisa dikatakan mempunyai tata kelola yang baik jika setiap proses
pengungkapan dan transparansi dipatuhi dengan berdasarkan pada prinsip
good corporate governance yaitu keadilan, transparansi dan akuntabilitas.
Dengan demikian, informasi yang ditujukan kepada regulator,
pemegang saham dan masyarakat umum tepat dan akurat, baik dalam aspek
keuangan, operasional, maupun aspek lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa corporate governance tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini menunjukan bahwa tinggi atau
rendahya agresivitas pajak tidak ditentukan oleh variabel corporate
governance yang diproksikan dengan komisaris independen. Dengan kata lain
tinggi atau rendahnya presentase proporsi komisaris independen yang dimiliki
institusi dibandingkan dengan jumlah komisaris independen yang ada tidak
akan memberikan dampak yang berarti terhadap agresivitas pajak.
Besarnya proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak. Pertama, tidak semua anggota anggota dewan
60
komisaris dapat menunjukan independensinya sehingga fungsi pengawasan
tidak berjalan dengan baik dan berdampak pada kurangnya pengawasan
terhadap manajemen dalam melakukan agresivitas pajak. Kedua, kemampuan
komisaris independen dalam rangka memantau proses keterbukaan dan
penyediaan informasi akan terbatas apabila pihak-pihak terafiliasi yang ada
diperusahaan lebih mendominasi dan dapat mengendalikan dewan komisaris
independen kurang tanggap dalam memperhatikan ada atau tidaknya
penghindaran pajak perusahaan.
2. Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji parsial didapatkan hasil untuk variabel leverage
(X2) nilai sig = 0,011 < 0,05, artinya leverage berpengaruh terhadap
agresivitas pajak. Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jasmine (2017), Suyanto dan Supramono (2012) yang menunjukkan
bahwa leverage berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.
Tetapi temuan ini tidak konsisten dengan Anita (2015), Tiaras dan Wijaya
(2015) yang menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk menguji sejauh
mana perusahaan menggunakan utang yang dipinjam. Artinya, berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya.
Perusahaan sangat mungkin menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan
61
operasional dan inventasi perusahaan. Akan tetapi utang akan menimbulkan
beban tetap yang biasa disebut sebagai bunga. Dengan beban bunga tersebut,
perusahaan dapat memanfaatkannya sebagai pengurang penghasilan kena
pajak perusahaan untuk menekan beban pajaknya. Dengan begitu bahwa
semakin tinggi nilai rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan
dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula
biaya bunga yang timbul dari utang tersebut.
Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin besar utang maka laba kena
pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin
besar.
3. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji parsial didapatkan hasil untuk variabel
manajemen laba (X3) nilai sig = 0,927 > 0,05, artinyamanajemen laba tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Temuan ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Diatmika dan Sukartha (2019) yang
menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap agresivitas
pajak. Tetapi temuan ini tidak konsisten dengan Novitasari (2017) dan
Suyanto (2012) yang menunjukan bahwa manajemen laba berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
62
Distribusi laba merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat
adanya batas pelaporan laba yang harus dicapai. Perusahaan yang memiliki
laba dibawah batas pelaporan laba akan berusaha untuk menaikkan laba
hingga batas pelaporan laba. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini
dikarenakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan lebih
memfokuskan manikkan labanya diatas batas pelaporan laba guna manarik
para stakeholder. Dengan menaikan laba maka beban pajak juga naik, jadi
perusahaan tersebut tidak agresif dengan pajak yang harus dibayarkan.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hasil bahwa corporate
governance yang diproksikan dengan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal tersebut dapat dibuktikan
pada hasil uji t yang menunjukan 0,298 > 0,05.
2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hasil bahwa leverage
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal tersebut dapat dibuktikan
pada hasil uji t yang menunjukan 0,011 < 0,05.
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hasil bahwa manajemen laba
tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada hasil uji t yang menunjukan 0,927 > 0,05.
63
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Komisaris Independen diharapkan mampu mengawasi semua tindakan
yang dilakukan perusahaan secara independen. Hal tersebut guna
mengurangi keagresifan perusahaan terhadap pajak, sehingga Negara tidak
dirugikan lebih banyak oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan
peghindaran pajak.
2. Perusahaan diharapkan tidak menggunakan utang yang terlalu besar setiap
tahunnya untuk menghindari penghasilan kena pajak. Karena peningkatan
utang mendorong risiko kebangkrutan, utang yang terlalu besar
menaikkan risiko pada perusahaan yang dikarenakan biaya bunga
merupakan biaya tetap yang harus dibayar.
3. Manajemen diharapkan tidak melakukan manipulasi laporan keuangan
dengan cara manajemen laba, karena hal tersebut menjadikan laporan
keuangan yang tidak relevan lagi sehingga kinerja keuangan menjadi bias.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adisamartha, Ida Bagus Putu Fajar dan Naniek Noviari. 2015. “Pengaruh Likuiditas,
Leverage, Intensitas Persediaan dan Intensitas Aset Tetap pada Tingkat
Agresivitas Wajib Pajak Badan”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol. 13 No. 3. Hal: 973-1000.
Andhari, Putu Ayu Seri dan I Made Sukartha. 2017. “Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital
Intensity dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Arianandini, Putu Winning dan I Wayan Ramantha. 2018. “Pengaruh Profitabilitas.
Leverage, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas UdayanaVol. 22 No. 3.
Cahyono, Deddy Dyas, Rita Andini dan Kharis Raharojo. 2016. “Pengaruh Komite
Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran perusahaan
(Size), Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada Perusahaan Perbankan yang
Listing di BEI Periode Tahun 2011-2013”. Jurnal Of Accounting. Vol. 2. No.
2.
Damayanti, Fitri dan Tridahus Susanto. 2015. “Pengaruh Komite Audit, Kualitas
Audit, Keppemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return On Assets
Terhadap Tax Avoidance”. Jurnal Bisnis dan Manajemen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Vol. 5, No. 2.
Fakhruddin, Hendy M. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta : Gramedia
Febrianty dan Wulandari. 2017. “Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real
Estate di BEI Selama Periode 2012-2016 yang Termasuk di Indeks LQ45”.
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol. 15 No. 1.
Forum Pajak. 2014 Online. https://news.ddtc.co.id/kini-giliran-ikea-terjerat-kasus-
penghindaran-pajak-11556. Diakses pada bulan Januari 2019.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariant dengan Program IBM SPSS 23
(ed.8). Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Ginting, Suriani. 2016. “Pengaruh Corporate Governance dan Kompensasi Rugi
Fiskal Terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Moderating”. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol. 6, No. 02.
65
Jasmine, Ulfa. 2017. “Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Ukuran
Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak”. JOM Fekon.
Vol. 4, No. 1.
Kartikaningdyah, Ely dan Arina Juwita. 2016. “Pengaruh Corporate Governance,
Return On Assets dan Kualitas Audit Terhadap Tax Avoidance. Prosiding
SNA MK. Hal: 139-148.
Kusuma, Cahya Adi dan Amrie Firmansyah. 2018. “Manajemen Laba, Corporate
Governance, Kualitas Auditor Eksternal dan Agresivitas Pajak”. Jurnal
Tekun. Vol. 8. No. 1.
Lestari, Gusti Ayu Widya dan Putri Asri Djiwa. 2017. “ Pengaruh Corporate
Governace, Koneksi Politik, dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak”. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 18, No. 3.
Mardiasmo. 2016. Perpajakan – edisi terbaru 2016. Yogyakarta : Andi Offset.
Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan – edisi ketiga. Yogyakarta :
Ekonisia.
Nasution dan Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi X.
Noviawan, R.A. dan Septiani Aditya. 2013. “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2, No. 1.
Novitasari, Shelly. 2017. “Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan
Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. JOM Fekon. Vol.
4, No. 1.
Nugraha, Meiranto Bani dan Meiranto wahyu. 2015. “Pengaruh Corporate Social
Respomsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Capital
Intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Non
Keuangan yang Terdaftar di BEI 2012-2013)”. Diponegoro Journal Of
Accounting Vol. 4, No. 4. ISSN (Online):2337-3806.
Praditasari, Ni Koming Ayu dan Putu Ery Setiawan. 2017. “Pengaruh Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas pada Tax
Avoidance”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 19. No. 2.
66
Pratiwi, Fernanda Lady. 2015. “Analisis Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi.
Putri, Lucy Tania Yolanda. 2014. “Pengaruh Likuiditas, Manajemen Laba dan
Corporate Governance Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. Artikel
Universitas Negeri Padang.
Republik Indonesia. 2007. Undang – Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umun dan Tata Cara Perpajakan. Lembaga Negara Tahun 2007. Secretariat
Negara. Jakarta.
Rosalia, Yliesti. 2017. “ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.
Vol. 6, No. 3.
Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE.
Sekaran, Uma. 2011. Metodelogi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Siregar, Rifka dan Dini Widyawati. 2016. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 5. No. 2.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabet.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba:Teori dan Model Empiris. Jakarta :
Grasindo.
Surahman, Andi dan Amrie Firmansyah. 2017. “Pengaruh Manajemen Laba Melalui
Penyimpangan Akuntansi, Akuntansi Laba Rill, dan Akuntansi Akrual
Terhadap Agresivitas Pajak”. Fundamental Management Journal Vol. 2 No.
2.
Susanto, Liana. Yanti dan Viriany. 2018. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Agresivitas Pajak”. Jurnal Ekonomi Vol. XXIII No. 01. Hal: 10-19.
Suyanto, Krisnata Dwi dan Supramono. 2012. “Likuiditas, Leverage, Komisaris
Independen, dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”.
Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 16 No. 2. Hal: 167-177.
Tiaras, Irvan dan Henryanto Wijaya. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Manajemen Laba, Komisaris Independen, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Agresivitas Pajak”. Jurnal Akuntansi Vol. XIX No. 3.Hal: 380-397.
67
Yulfaida, Zulaikha. 2012. “Pengaruh Size, Profitabilitas, Profil, Leverage dan Ukuran
Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Diponegoro Journal Of
Accounting.
68
Lamp
iran 1. P
erh
itun
gan V
ariabe
l De
pe
nd
en
dan
Ind
ep
en
de
n
Agre
sivitas Pajak
20162017
20182016
20172018
20162017
2018
1A
PLN
21.196.803.00013.911.010.000
3.008.420.000960.933.911.000
1.896.492.410.000196.738.712.000
00,007335
0,015291
2A
SRI
81.110.130.00059.475.254.000
64.686.328.000591.353.409.000
1.444.664.431.0001.035.272.928.000
0,137160,041169
0,062482
3B
CIP
1.789.009.9102.103.526.526
2.640.560.21051.216.938.403
55.633.159.41652.887.679.483
0,034930,037811
0,049928
4B
EST4.222.258.750
4.773.579.8004.597.880.811
340.510.137.353488.161.066.733
427.134.829.4980,0124
0,0097790,010764
5B
KSL
36.327.633248.808.033
53.605.611562.390.582
468.310.373.708368.537.710.838
0,0645950,000531
0,000145
6C
TRA
155.021.000.00039.461.000.000
47.812.000.0001.325.727.000.000
1.057.990.000.0001.345.277.000.000
0,1169330,037298
0,035541
7D
AR
T5.350.328.000
5.814.404.0005.952.908.000
186.525.740.00024.363.413.000
7.168.113.0000,028684
0,2386530,830471
8D
ILD1.935.834.355
98.863.753.278103.756.227.015
299.286.389.343172.672.760.091
90.350.432.3250,006468
0,572551,148376
9D
MA
S17.813.681.000
13.124.051.00018.011.108.750
775.362.017.781670.243.686.619
514.376.079.1880,022975
0,0195810,035015
10EM
DE
1.809.815.633 - -
67.279.994.201106.211.882.512
16.095.009.6200,0269
00
11FM
II20.043.524.906
1.201.936.2591.282.933.788
296.952.677.6389.933.130.616
7.191.190.8920,067497
0,1210030,178404
12G
MTD
591.738.150573.206.556
598.906.53987.506.296.666
68.803.466.02862.042.118.980
0,0067620,008331
0,009653
13G
PR
A335.432.750
644.174.3211.197.812.073
47.331.202.52337.960.260.759
51.623.011.9890,007087
0,016970,023203
14G
WSA
4.962.712.7502.071.958.500
2.244.292.428215.111.556.267
190.572.390.596212.814.731.605
0,023070,010872
0,010546
15JR
PT
9.630.694.00045.226.315.000
31.671.597.0001.027.479.880.000
1.162.352.423.0001.081.417.358.000
0,0093730,038909
0,029287
16K
IJA85.957.405.711
19.760.685.24218.328.876.392
512.499.728.216130.079.893.294
85.429.279.3350,167722
0,1519120,21455
17LP
CK
10.075.893.45812.308.000.000
27.338.000.000549.870.873.335
380.748.000.0002.248.060.000.000
0,0183240,032326
0,012161
18LP
KR
330.373.000.000310.145.000.000
397.480.000.0001.557.747.000.000
1.167.129.000.0002.123.565.000.000
0,2120840,265733
0,187176
19M
DLN
42.219.580.26062.017.754.259
53.298.606.456550.569.253.448
676.791.362.30578.564.470.317
0,0766840,091635
0,678406
20M
MLP
18.000.00039.750.000
32.250.000339.224.997
293.104.331.000281.313.117.000
0,0530620,000136
0,000115
21M
TLA5.383.529.000
2.259.242.0001.072.056.000
321.897.943.000553.270.027.000
508.299.835.0000,016724
0,0040830,002109
22P
WO
N48.491.301.000
47.064.731.00026.946.121.000
1.731.763.680.0002.071.691.771.000
2.853.882.334.0000,028001
0,0227180,009442
23P
LIN328.088.443.000
5.848.171.00031.532.505.000
397.530.958.000280.440.687.000
183.001.799.0000,825315
0,0208540,172307
24R
DTX
29.851.985199.297.431
420.126.022256.364.075.673
249.142.489.265268.959.868.154
0,0001160,0008
0,001562
Be
ban
Pajak
Laba Se
be
lum
Pajak
No
Ko
de
ETR
69
1A
PLN
12
0,5
2A
SRI
25
0,4
3B
CIP
13
0,333333
4B
EST2
50,4
5B
KSL
14
0,25
6C
TRA
38
0,375
7D
AR
T1
30,333333
8D
ILD1
60,166667
9D
MA
S2
60,333333
10EM
DE
25
0,4
11FM
II1
30,333333
12G
MTD
25
0,4
13G
PR
A1
30,333333
14G
WSA
13
0,333333
15JR
PT
25
0,4
16K
IJA1
50,2
17LP
CK
36
0,5
18LP
KR
45
0,8
19M
DLN
25
0,4
20M
MLP
25
0,4
21M
TLA2
50,4
22P
WO
N1
30,333333
23P
LIN1
40,25
24R
DTX
13
0,333333
Lam
piran 2
. PE
NG
HIT
UN
GA
N C
OR
PO
RA
TE
GO
VE
RN
AN
CE
(KO
MIS
AR
IS
IND
EP
EN
DE
N) T
AH
UN
2016, 2
017 D
AN
2018
No
Ko
de
Jum
lah D
ew
an K
om
isaris
Ind
ep
en
de
nTo
tal De
wan
Ko
misaris
KO
M
70
Lamp
iran 3. P
erh
itun
gan Le
verage2016
20172018
20162017
20182016
20172018
1A
PLN
15.741.190.673.000
17.293.138.465.000
17.376.276.425.000
25.711.953.382.000
28.790.116.014.000
29.583.829.904.000
0,6122130,600662
0,587357
2A
SRI
12.998.285.601.000
12.155.738.907.000
11.339.568.456.000
20.186.130.682.000
20.728.430.487.000
20.890.925.564.000
0,6439220,586428
0,542799
3B
CIP
483.773.183.279
483.271.261.150
439.430.278.694
789.137.743.984
843.447.229.256
849.799.701.092
0,613040,572972
0,517099
4B
EST1.814.537.354.523
1.870.815.438.091
2.118.132.308.800
5.205.373.116.830
5.719.000.999.540
6.290.126.551.391
0,348589
0,3271230,336739
5B
KSL
4.199.257.402.891
5.034.486.488.719
5.631.606.614.993
11.359.506.311.011
14.977.041.120.833
16.252.732.184.207
0,3696690,336147
0,346502
6C
TRA
14.774.323.000.000
16.255.398.000.000
17.644.741.000.000
29.072.250.000.000
31.706.163.000.000
34.289.017.000.000
0,5081930,512689
0,514589
7D
AR
T2.442.909.056.000
2.801.378.185.000
3.329.371.379.000
6.066.257.596.000
6.360.845.609.000
6.905.286.394.000
0,402704
0,440410,482148
8D
ILD6.782.581.912.231
6.786.634.657.165
7.699.882.620.129
11.840.059.936.442
13.097.184.984.411
14.215.535.191.206
0,572850,518175
0,541653
9D
MA
S415.467.051.316
465.103.754.344
311.529.808.844
7.803.851.935.273
7.470.941.557.319
7.500.033.435.372
0,053239
0,0622550,041537
10EM
DE
675.649.658.921
1.081.693.156.648
1.292.022.707.779
1.363.641.661.433
1.868.623.723.806
2.096.614.260.152
0,4954740,578872
0,616242
11FM
II98.838.157.454
119.588.203.666
265.462.614.782
771.547.611.433
801.479.951.527
940.955.391.343
0,128104
0,1492090,28212
12G
MTD
590.413.630.191
538.877.693.247
488.790.826.773
1.229.172.450.340
1.242.714.753.944
1.252.862.156.022
0,4803340,433629
0,390139
13G
PR
A559.139.315.183
466.150.356.014
454.440.028.598
1.569.319.030.878
1.499.462.028.211
1.536.453.590.418
0,356294
0,3108780,295772
14G
WSA
478.485.384.788
524.360.986.056
597.490.070.576
6.963.273.062.204
7.200.861.383.403
7.491.033.825.272
0,0687160,072819
0,079761
15JR
PT
3.578.037.749.000
3.496.187.155.000
3.847.899.580.000
8.484.436.652.000
9.472.682.688.000
10.541.248.267.000
0,4217180,369081
0,365033
16K
IJA5.095.107.624.314
5.366.080.073.786
5.731.263.365.834
10.733.598.205.115
11.266.320.312.348
11.783.772.244.027
0,4746880,476294
0,486369
17LP
CK
1.410.461.564.803
4.657.491.000.000
1.695.594.000.000
5.653.153.184.505
12.378.227.000.000
8.589.827.000.000
0,24950,376265
0,197396
18LP
KR
23.528.544.000.000
26.911.822.000.000
24.336.392.000.000
45.603.683.000.000
56.772.116.000.000
49.806.410.000.000
0,5159350,474032
0,48862
19M
DLN
7.944.774.284.719
7.522.211.606.109
8.397.680.558.019
14.540.108.285.179
14.599.669.337.351
15.227.479.982.230
0,5464040,515232
0,551482
20M
MLP
681.509.496.000
693.479.770.000
783.095.982.000
3.965.769.441.000
5.363.669.399.000
6.091.322.807.000
0,1718480,129292
0,128559
21M
TLA1.430.126.743.000
1.874.477.930.000
1.755.200.333.000
3.932.529.273.000
4.873.830.176.000
5.193.962.740.000
0,363666
0,3846010,337931
22P
WO
N9.654.447.854.000
10.567.227.711.000
9.706.398.758.000
20.674.141.654.000
23.358.717.736.000
25.018.080.224.000
0,4669820,452389
0,387975
23P
LIN2.301.324.680.000
3.652.525.537.000
3.811.773.076.000
4.586.569.370.000
4.639.438.405.000
5.043.925.604.000
0,501753
0,7872780,755716
24R
DTX
273.290.660.870
225.499.951.528
213.066.766.537
2.101.753.788.854
2.280.461.717.989
2.526.489.781.165
0,130030,098883
0,084333
No
Ko
de
Total U
tang
Total A
set
LEV
71
Lampiran 4. Manajemen Laba
No Kode Perusahaan Tahun Manajeman Laba
1 APLN 2016 -0.0279
2017 0.209
2018 -0.3695
2 ASRI 2016 -0.0276
2017 0.1166
2018 -0.0536
3 BCIP 2016 0.0453
2017 0.0149
2018 0.015
4 BEST 2016 1.4354
2017 1.698
2018 -0.7023
5 BKSL 2016 25.0126
2017 -2.9174
2018 -1.8111
6 CTRA 2016 -0.0293
2017 -0.0075
2018 0.0112
7 DART 2016 0.0107
2017 -0.1376
2018 -0.0168
8 DILD 2016 -0.025
2017 -0.0054
2018 -0.0209
9 DMAS 2016 -0.0618
2017 -0.0088
2018 -0.0167
10 EMDE 2016 0.009
2017 0.0845
2018 -0.1035
11 FMII 2016 0.0697
2017 -0.1911
2018 0.003
12 GMTD 2016 -0.042
72
2017 -0.0275
2018 -0.0063
13 GPRA 2016 -0.0336
2017 -0.0107
2018 0.0267
14 GWSA 2016 -1.4524
2017 -0.0207
2018 0.0178
15 JRPT 2016 0.0168
2017 0.008
2018 -4.888
16 KIJA 2016 0.0205
2017 -0.0465
2018 -0.0138
17 LPCK 2016 -0.0891
2017 -0.0494
2018 0.7648
18 LPKR 2016 0.0083
2017 -0.0218
2018 0.0685
19 MDLN 2016 -0.1364
2017 0.0529
2018 -0.0301
20 MMLP 2016 0.0683
2017 -0.0278
2018 -0.003
21 MTLA 2016 0.049
2017 0.1143
2018 -0.016
22 PWON 2016 0.0176
2017 0.0097
2018 0.0235
23 PLIN 2016 0.0314
2017 -0.0261
2018 0.0063
24 RDTX 2016 0.7626
2017 -0.0049
2018 0.0118
73
Lampiran 2 : Hasil Olah Data Program SPSS
A. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .53709967
Most Extreme Differences Absolute .111
Positive .111
Negative -.066
Test Statistic .111
Asymp. Sig. (2-tailed) .061c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
74
2. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) -1.339 .482 -2.778 .007
Corporate
Governance -.770 .732 -.132 -1.052 .297 .983 1.018
Leverage 1.079 .408 .330 2.645 .011 .999 1.001
Manajemen
Laba .002 .022 .012 .092 .927 .982 1.018
a. Dependent Variable: Agresivitas Pajak
3. Uji Heteroskedastisitas
75
4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .358a .128 .081 .55130 1.534
a. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, Corporate Governance
b. Dependent Variable: Agresivitas Pajak
B. Hasil Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .267 .270 .989 .327
Corporate
Governance -.073 .410 -.023 -.178 .859
Leverage .510 .228 .284 2.234 .029
Manajemen Laba -.010 .012 -.109 -.852 .398
a. Dependent Variable: Abs_res
C. Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.498 3 .833 2.739 .052b
Residual 17.020 56 .304
Total 19.518 59
a. Dependent Variable: Log_AP
b. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, SQRT_GCG
76
2. Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .267 .270 .989 .327
SQRT_GCG -.073 .410 -.023 -.178 .859
Leverage .510 .228 .284 2.234 .029
Manajemen Laba -.010 .012 -.109 -.852 .398
a. Dependent Variable: Abs_res
3. Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .358a .128 .081 .55130
a. Predictors: (Constant), Manajemen Laba, Leverage, Corporate Governance