SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf ·...

18
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit. 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1.1 Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA Koperasi ”TABITA” merupakan koperasi simpan pinjam yamg didirikan pada tanggal 31 Juli 2007 dengan Nomor Badan Hukum: 518/06/BH/XIV.31/VII/2007 di JL. A.Yani Salatiga No.9A Kompleks Pertokoan Makutoromo, Kalicacing, Sidomukti Salatiga 50742. Tujuan utama KSP TABITA adalah untuk meningkatkan kesjahteraan pada khususnya anggota dan pada umumnya masyarakat sekitar. Bidang usaha yang dikelola KSP TABITA adalah di bidang kredit atau simpan pinjam. 4.1.1.2 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam TABITA Organisasi adalah alat atau wadah kerja sama untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan penentuan tugas, wewenang dan tanggung jawab, yang slalu ada pada setiap perusahaan, baik badan usaha yang bertujuan mencari laba atau yang non laba yang bertujuan sosial. Agar organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” dapat berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam struktur organisasi sehingga antara bagian satu dengan bagian lain dapat melaksanakan

Transcript of SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf ·...

Page 1: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan

dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut

untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu untuk

mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1.1 Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

Koperasi ”TABITA” merupakan koperasi simpan pinjam yamg didirikan

pada tanggal 31 Juli 2007 dengan Nomor Badan Hukum:

518/06/BH/XIV.31/VII/2007 di JL. A.Yani Salatiga No.9A Kompleks Pertokoan

Makutoromo, Kalicacing, Sidomukti Salatiga 50742. Tujuan utama KSP TABITA

adalah untuk meningkatkan kesjahteraan pada khususnya anggota dan pada

umumnya masyarakat sekitar. Bidang usaha yang dikelola KSP TABITA adalah

di bidang kredit atau simpan pinjam.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam TABITA

Organisasi adalah alat atau wadah kerja sama untuk mencapai tujuan yang

berhubungan dengan penentuan tugas, wewenang dan tanggung jawab, yang slalu

ada pada setiap perusahaan, baik badan usaha yang bertujuan mencari laba atau

yang non laba yang bertujuan sosial. Agar organisasi Koperasi Simpan Pinjam

”TABITA” dapat berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam struktur

organisasi sehingga antara bagian satu dengan bagian lain dapat melaksanakan

Page 2: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

tugasnya masing-masing. Struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”

kota Salatiga adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1.

Struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”

kota Salatiga

1. Rapat Anggota

Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Mengingat

anggota adalah pemilik sekaligus pengguna jasa yang sangat perkepentingan

sejauh ini keputusan rapat diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Masing-

RAPAT

ANGGOTA

BENDAHARA

Christine Natalia Ganadhi

KETUA

Dody Hernanto, SE

SEKRETARIS

Candika Sweeta Eko Pratiwi

PENGURUS

PENGAWAS

Agustinus Susanto

Sunarman

Page 3: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

masing anggota mempunyai hak suara yang sama dan anggota berhak

meminta keterangan dan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan

Koperasi.

2. Pengawas

Pengawas koperasi adalah anggota koperasi yang diberi kepercayaan oleh

seluruh anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Pengawas koperasi juga bertugas

membuat laporan tertulis tentang hasil penelitian, pembinaan dan pengawasan

kegiatan organisasi dan usaha koperasi kepada pengurus. Koperasi Simpan

Pinjam ”TABITA” kota Salatiga memiliki dua orang pengawas yaitu

Agustinus Susanto dan Sunarma yang dipercaya oleh seluruh anggota untuk

melakukan pengawasan terhadap kegiatan KSP TABITA kota Salatiga.

3. Pengurus

Merupakan pemegang kuasa rapat anggota dengan jabatan paling lama

lima tahun yang dipilih dan diangkat dari anggota Koperasi oleh rapat anggota

yang bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi.

Pembagian tugas pengurus KSP TABITA adalah sebagai berikut:

a. Ketua

Ketua KSP TABITA dijabat oleh Bapak Dody Hernanto, SE yang

mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Memimpin dalam pengelolaam koperasi dan usahanya

2. Mengajukan rancangan rencana kerja, rancangan anggaran

pendapatan dan belanja koperasi

Page 4: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

��

3. Menyelenggarakan Rapat Anggota

b. Sekretaris

Sekretaris KSP TABITA dijabat oleh Ibu Candida Sweeta Eko Pratiwi

yang mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan dan memelihara buku-buku anggota dan

pengurus

2. Mengkoordinasi kegiatan harian, organisasi dan usaha

c. Bendahara

Bendahara KSP TABITA dijabat oleh Ibu Cristine Natalia Ganadhi

dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengajukan laporan keuangan

2. Mengkoordinasi kegiatan dibidang keuangan

3. Bertanggung jawab atas semua transaksi yang telah dilakukan

4.1.1.3. Bidang Usaha Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”

Dalam rangka mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan

anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya, koperasi menjalankan

berbagai kegiatan usaha. Bidang usaha yang dilakukan KSP TABITA kota

Salatiga adalah:

1. Pengkreditan Uang

Merupakan usaha jasa dengan memberikan kredit uang dengan bunga

yang rendah untuk membantu kesejahteraan anggota dan masyarakat. Ada

dua jenis kredit yang diberikan kepada debitur KSP Karunia yaitu:

Page 5: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

��

- Kredit Modal Usaha yaitu kredit yang digunakan sebagai modal usaha

untuk sarana pengembangan usaha yang dikelola oleh nasabah.

- Kredit Konsumtif yaitu kredit yang digunakan sebagai sarana

pembelian barang kebutuhan sekunder atau biaya-biaya yang

konsumtif.

2. Simpanan atau Tabungan

Merupakan jasa yang melayani anggota yang ingin menyinpan uangnya di

koperasi dengan memberikan bunga atas simpanan tersebut. Simpanan

atau tabungan ini dapat sewaktu-waktu di setor atau ditarik yang akan

dicatat dengan teliti dalam buku simpanan atas nama si penabung.

KSP TABITA sudah sesuai dengan pasal 12 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No 9 Tahun 1995. KSP TABITA hanya melayani penyediaan jasa

penyimpanan uang (tabungan) dan jasa peminjaman uang (kredit) dengan tujuan

mensejahterakan anggotanya.

4.1.2. Prosedur Pemberian Kredit Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”

Prosedur merupakan kejelasan informasi tentang sosialisasi kredit dari

petugas administrasi kepada calon debitur. Calon debitur mengajukan dana kredit

kepada pegawai bagian administrasi dengan melampirkan berbagai persyaratan

yang sudah ditentukan yang selanjutnya akan diproses dan dianalisis untuk

menentukan layak tidaknya calon debitur mendapatkan kredit.

Prosedur yang harus dilengkapi nasabah dalam proses pemberian kredit

sebagai berikut:

Page 6: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini nasabah mengajukan berkas permohonan kredit dengan

dilengkapi:

a. Maksud dan tujuan kredit

b. Besarnya kredit dan jangka waktu

c. Sistem pengembalian kredit

d. Jaminan kredit

e. Syarat pendukung ( KTP, KK, Surat Nikah, BPKB roda 2 atau roda 4,

SHM atau Sertifikat, STNK yang masih berlaku, Rekening Listrik atau

Telepon, Slip Gaji )

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai

dengan persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki keabsahan

berkas. Jika menurut pihak koperasi belum lengkap atau belum cukup,

maka diminta nasabah untuk segera melengkapi dan apabila sampai batas

tertentu nasabah tidak sanggup maka permohonan kredit akan dibatalkan.

3. Wawancara I

Melakukan penyelidikan kepada nasabah dengan langsung berhadapan

untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya serta

meyakinkan pihak koperasi apakah berkas-berkas yang diajukan sesuai

dan lengkap.

Page 7: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

4. Survey ke lapangan

Kegiatan pemeriksaan kelengkapan secara langsung dengan cara turun

kelapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan jaminan

yang kemudian dicocokan dengan hasil wawancara I. Agar apa yang kita

lihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya hendaknya saat

akan melakukan survey tidak diberitahukan kepada nasabah.

5. Wawancara II

Kegiatan perbaikan berkas-berkas jika kemungkinan ada kekurangan

setelah dilakukannya survey lapangan. Catatan permohonan dan catatan

pada saat wawancara I akan dicocokkan dengan catatan saat survey

lapangan apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran.

6. Keputusan kredit

Menentukan apakah kredit akan diberikan atau di tolak, jika diterima maka

dipersiapkan administrasinya. Keputusan kredit mencakup:

- Jumlah uang yang diterima

- Jangka waktu kredit

- Biaya-biaya yang harus dibayar (ongkos, materai)

- Waktu pencairan kredit

7. Penandatanganan akad kredit

Kegiatan lanjutan dari diputuskannya kredit, sebelum kredit dicairkan

terlebih dahulu calon nasabah mendatangani akad kredit untuk mengikat

jaminan dengan surat perjanjian atau surat pernyataan yang dianggap

perlu. Penandatanganan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

Page 8: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

� �

- Dilakukan secara langsung antara pihak koperasi dengan debitur

- Penandatanganan antara pihak koperasi dengan debitur disertai tanda

tangan notaris sebagai saksi (dikhususkan untuk jenis jaminan tidak

bergerak berupa tanah atau bangunan)

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan akad kredit yang

dilakukan berdasarkan analisa kelayakan pemberian kredit dengan

memperkirakan kemampuan debitur dalam membayar kewajibannya.

Sehingga dapat menentukan tingkat kepercayaan kepada debitur dan dapat

menghindari kemungkinan terjadinya kerugian di masa yang akan datang

akibat adanya kredit macet.

9. Penyaluran dana

Merupakan kegiatan pencairan atau pengambilan dana dari rekening atau

pengambilan dana secara langsung sebagai realisasi dari pemberian kredit

sesuai ketentuan dan tujuan kredit.

Kredit yang diberikan oleh pihak KSP TABITA pengertiannya sudah sesuai

dengan pendapat Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan yang

mengandung unsur-unsur: kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko dan

bunga.

4.1.3. Metode yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”

1. Memberikan informasi pengajuan kredit

a. Analisis kredit menjelaskan secara jelas dan terinci kepada calon

debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan

Page 9: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

kredit, meliputi: tidak menjadi anggota koperasi lain dan dapat sedang

menerima kredit komsuntif.

b. Pihak analis kredit memberikan informasi yang jelas sehingga calon

debitur bisa mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk

melengkapi persyaratan kredit.

c. Mengetahui bahwa calon debitur merupakan WNI dan mempunyai

hubungan keluarga, identitas calon debitur yang berupa KTP, KK atau

Surat Nikah sangat diperlukan.

Kejelasan informasi yang diberikan oleh analis kredit sangat

berpengaruh terhadap kesalahan dalam prosedur kredit berikutnya.

Semakin jelas informasi yang dijelaskan, semakin memperkecil kesalahan

dalam prosedur kredit berikutnya.

2. Penggolongan Pinjaman

Setelah pihak administrasi mengetahui besar pinjaman yang

diajukan calon debitur, pihak administrasi kemudian mengelompokan ke

dalam pinjaman angsuran atau berjangka agar pihak koperasi mengetahui

tindakan apa yang akan dilakukan jika terjadi penunggakan angsuran.

3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit

Analisis kredit melakukan kunjungan ke lapangan untuk

mengetahui bagaimana keadaan calon debitur dan identitasnya apakah

sesuai dengan KTP, KK atau surat nikah yang diajukan sebagai

persyaratan kredit. Setelah dilakukan pengecekan apabila hasilnya sama

Page 10: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

atau valid dan telah dinyatakan layak, maka proses kredit selanjutnya

dapat dilakasanakan.

4. Pengendalian kredit dengan metode 5C

Setelah persyaratan yang ditentukan pihak koperasi dipenuhi dan

sesuai dengan keadaan di lapangan. Pihak koperasi menerapkan asas 5C

dalam pemberian kredit agar mengurangi risiko kredit dan meminimalkan

kredit macet. Semakin pihak koperasi ketat dalam menerapkan asas 5C

maka akan kecil pula resiko kredit yang bisa menimbulkan kredit macet,

karena pihak koperasi benar-benar memperhatikan kelayakan calon

debitur dalam penerimaan kredit.

Penilaian pemberian kredit dengan asas 5C sebagai berikut:

a. Character (kepribadian atau watak)

Informasi riwayat hidup nasabah, keadaan calon nasabah dilingkungan

dan informasi antar tetangga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan

informasi tentang kemampuan calon debitur dalam memenuhi

kewajibannya.

b. Capasity (kemampuan atau kesanggupan)

Mengetahui atau mengukur sejauh mana calon debitur mampu

mengembalikan atau melunasi kewajibannya tepat waktu dengan

melihat gaji atau upah yang diterima perbulan.

c. Capital (modal atau kekayaan)

Mengetahui jumlah dana yang dimiliki calon debitur dengan melihat

besar gaji atau upah yang didapat per bulan.

Page 11: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

d. Collateral (jaminan)

Melihat barang-barang yang akan diserahkan kepada pihak koperasi

sebagai anggunan atau jaminan terhadap kredit yang diterima untuk

mengantisipasi terjadinya kredit macet. Anggunan atau jaminan

merupakan sumber pelunasan terakhir apabila terjadi kredit

bermasalah.

e. Condition of Economy

Dengan melihat kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya pihak

koperasi dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan

(kelancaran usaha calon nasabah).

Walaupun di KSP TABITA menggunakan beberapa faktor dari 5C

yang dijadikan dasar dalam penilaian pemberian kredit, pada

kenyataannya masih ada debitur yang tidak lancar dalam membayar

kewajibannya. Faktor condition of ekonomi sangat jarang dilakukan pihak

koperasi, karena pihak koperasi sudah memberikan kepercayaan bahwa di

masa depan debitur bisa melunasi kewajibannya. Kecuali untuk debitur

yang mengajukan kredit usaha, pihak koperasi harus tetap menggunakan

faktor condition of ekonomi untuk mengetahui prospek atau tidaknya

usaha yang hendak dilakukan.

5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit

Pihak koperasi hanya melakukan pemantauan dan pengawasan

terhadap jalannya kredit untuk mengamankan kekayaan yang digunakan

debitur sebagai anggunan atau jaminan. Terdapat dua jenis pengawasan

Page 12: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

yang dilakukan pihak koperasi yaitu pengawasan kredit yang dilakukan

sebelum pencairan kredit (survey ke lapangan, wawancara) dan

pengawasan yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit.

6. Pengendalian anggunan

Setiap calon debitur harus memberikan anggunan atau jaminan yang

bernilai ekonomis kepada pihak koperasi pada awal pemberian kredit.

Pihak KSP TABITA hanya mau menerima anggunan atau jaminan

berbentuk sebagai berikut:

a. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor dan emas.

b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan

jaminan seperti sertifikat tanah, sertifikat rumah dan BPKB

Jaminan yang diberikan kepada pihak KSP TABITA sudah sesuai dengan

pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan lainnya,

walaupun ada beberapa jenis jaminan yang tidak digunakan.

7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet

Pihak KSP TABITA lebih awal melakukan identifikasi dalam

pengelolaan kredit yang bermasalah untuk mencegah timbulnya kredit

yang bermasalah dikemudian hari. Setelah realisasi kredit, pihak debitur

harus mengembalikan pinjaman sesuai dengan kesepakatan namun tidak

selamanya kredit yang diberikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Banyak hal yang terjadi diluar kehendak, kelalaian pihak koperasi dalam

hal pengawasan dan prosedur maupun kelalaian pihak debitur. Ketidak

lancaran pembayaran pokok kredit atau bunga kredit dapat terjadi karena:

Page 13: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

a. Dari pihak nasabah

- Adanya ketidak jujuran waktu di surve

- Keinginan segera mendapat pinjaman

- Kemampuan membayar yang kurang

- Meremehkan jadwal angsuran

- Adanya unsur ketidak sengajaan (musibah)

- Memindahtangankan jaminan (digadaikan)

b. Dari pihak koperasi

- Hasil hasil surve ada yang diabaikan

- Ada unsur suap agar dimudahkan proses pemberian kredit

- Target (tekanan dari perusahaan, mengejar bonus)

- Tidak adanya pengelolaan dan pengawasan kredit

8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet

Menentukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah

kredit apakah akan diselesaikan secara baik-baik apabila kondisi debitur

masih bisa diperbaiki atau dengan pemutusan hubungan apabila kondisi

debitur tidak bisa diharapkan lagi. Jika kondisi debitur masih bisa

diperbaiki pihak koperasi akan melakukan analisis atau evaluasi bila

terjadi kredit macet dengan cara:

a. Dilakukan pembicaraan dikantor sehingga ada itikad baik dari pihak

debitur untuk memenuhi kewajibannya berupa pinjaman pokok beserta

bunga.

Page 14: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

��

b. Apabila debitur merasa keberatan dengan perjanjian awal maka

dilakukan rescheduling dengan memperpanjang waktu angsuran sesuai

kemampuan debitur.

9. Penggolongan kredit bermasalah

Sebelum koperasi melakukan tindakan untuk mengelola

kemungkinan risiko yang akan dihadapi, akan dilakukan terlebih dahulu

penggolongan untuk kredit yang bermasalah sebagai berikut:

a. Kredit cukup lancar, kredit dikatakan cukup lancar apabila terjadi

tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 30 hari

akan dilayangkan Surat Peringatan I.

b. Kredit kurang lancar, kredit dikatakan kurang lancar apabila terjadi

tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 60 hari

akan dilayangkan Surat Peringatan II.

c. Kredit dalam perhatian khusus, kredit dalam perhatian khusus apabila

tunggakan pembayaran pokok atau bunga melampaui 120 hari akan

dilayangkan Surat Peringatan III dan ditambah Surat Panggilan jika

tidak ada tanggapan sampai 5 hari setelah tanggal jatuh tempo Surat

Peringatan III.

d. Kredit macet, dikatakan kredit macet apabila tidak terjadi pembayaran

pokok atau bunga sama sekali dan setelah 5 hari tanggal jatuh tempo

Surat Panggilan tidak ada tanggapan akan dilayangkan Surat Penarikan

Jaminan.

Page 15: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

��

Adanya penggolongan kredit bermasalah tersebut, pihak koperasi akan

semakin mudah dalam menentukan langkah selanjutnya yang tepat untuk

lebih mengelola kredit bermasalah yang terjadi.

10. Tindakan Lanjut atau Penyelesaian Kredit

a. Adanya APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan)

b. Ababila setelah debitur diberikan surat peringatan I-III, surat

panggilan sampai surat penarikan jaminan tidak mendapat respon

atau tidak ada angsuran masuk, maka pihak koperasi akan

melakukan penyitaan anggunan atau jaminan yang diberikan.

Penyitaan dilakukan dengan negosiasi antara pihak koperasi

dengan debitur yang memunculkan kesepakatan anggunan atau

jaminan dijual dengan harga pasar yang hasil penjualannya

digunakan untuk menutup pokok pinjaman ditambah bunga

ditambah denda dan jika masih ada sisa akan dikembalikan kepada

debitur.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Pembahasan Prosedur

Sepuluh prosedur yang diberikan oleh pihak KSP TABITA yaitu:

Pengajuan berkas-berkas, Penyelidikan berkas, Wawancara I, Survey

Lapangan, Wawancara II, Keputusan kredit, Penandatanganan akad kredit

atau perjanjian lainnya, Realisasi kredit dan Penyaluran atau penarikan

dana sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kasmir dalam

bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan lainnya”.

Page 16: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

Tetapi seringkali masih terjadi kebocoran mengenai akan

dilakukannya survey sehingga pihak debitur memberikan informasi

tentang kondisi lapangan yang tidak sebenarnya. Kebocoran ini bisa terjadi

karena disengaja. Pihak analis kredit berbuat seperti itu karena disebabkan

adanya tekanan dari koperasi (target atau mengejar bonus), dan dari pihak

calon debitur disebabkan karena keinginan segera mendapatkan pinjaman.

Pihak koperasi dalam menangani prosedur pinjaman calon nasabah

sudah baik, dengan cara melakukan pendekatan kepada calon debitur

terutama dalam hal wawancara I dan wawancara II. Agar tidak terjadi

kredit macet di kemudian hari yang disebabkan kurang telitinya dalam

memproses atau menganalisis prosedur dan ketidakjujuran dari ke dua

pihak, sebaiknya dari pihak koperasi tidak memberikan tekanan kepada

analis kredit agar antara pihak analis kredit dengan calon debitur tidak bisa

bekerja sama. Calon debitur dalam memperlihatkan kondisi lapangan

harus jujur karena hal ini berpengaruh dalam pembayaran kewajiban di

kemudian hari.

4.2.2. Pembahasan Metode Pengendalian

1. Memberikan informasi pengajuan kredit

2. Penggolongan Pinjaman

3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit

4. Pengendalian kredit dengan metode 5C

5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit

6. Pengendalian anggunan

Page 17: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

���

7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet

8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet

9. Penggolongan kredit bermasalah

10. Tindakan Lanjut atau Penelesaian Kredit

Sepuluh metode yang diterapkan oleh KSP TABITA ada beberapa metode yang

belum dijalankan dengan baik, yaitu:

a. Pengendalian kredit dengan metode 5C

Dalam metode ini sebenarnya sudah dijalankan sesuai dengan

pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

namun pihak koperasi masih jarang memperhatikan condition of ekonomi

kepada calon debiturnya, karena pihak koperasi hanya menerapkan

penilaian dengan melihat condition of ekonomi kepada debitur yang

mengajukan kredit usaha.

b. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet

Banyak penyimpangan yang terjadi di dalam metode ini, yaitu

kelalaian pihak koperasi dalam hal pengawasan dan prosedur maupun

kelalaian pihak debitur yang disengaja maupun tidak disengaja.

c. Dalam Meminimalkan Resiko Kredit Macet

Pihak koperasi dalam meminimalkan resiko kredit macet belum

sepenuhnya berdasar pada teori Kasmir dalam bukunya ”Manajemen

Perbankan” yang berisi dalam mengendalikan kredit macet perlu

dilakukan Rscheduling, Reconditioning, Restructuring, Kombinasi dan

Penyitaan Jaminan, pihak KSP TABITA dalam mrminimalkan resiko

Page 18: SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf · debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan kredit, meliputi:

� �

kredit macet hanya memakai pengendalian resheduling. Sedangkan

penyitaan jaminan hanya dilakukan pihak koperasi jika debitur sudah

benar-benar tidak bisa diharapkan untuk melunasi kewajiban pokok, bunga

beserta denda.

\