PRESENTASI JASA LAYANAN PEMASARAN & PENDAMPINGAN BAGI NASABAH DEBITUR KREDIT USAHA RAKYAT - BANK BNI
SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf ·...
Transcript of SKRIPSI ANGGRY RINASTITIE Srepository.uksw.edu/bitstream/123456789/745/5/T1_162007049_BAB IV.pdf ·...
���
�
�
�
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan
dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut
untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu untuk
mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1.1 Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA
Koperasi ”TABITA” merupakan koperasi simpan pinjam yamg didirikan
pada tanggal 31 Juli 2007 dengan Nomor Badan Hukum:
518/06/BH/XIV.31/VII/2007 di JL. A.Yani Salatiga No.9A Kompleks Pertokoan
Makutoromo, Kalicacing, Sidomukti Salatiga 50742. Tujuan utama KSP TABITA
adalah untuk meningkatkan kesjahteraan pada khususnya anggota dan pada
umumnya masyarakat sekitar. Bidang usaha yang dikelola KSP TABITA adalah
di bidang kredit atau simpan pinjam.
4.1.1.2 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam TABITA
Organisasi adalah alat atau wadah kerja sama untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan penentuan tugas, wewenang dan tanggung jawab, yang slalu
ada pada setiap perusahaan, baik badan usaha yang bertujuan mencari laba atau
yang non laba yang bertujuan sosial. Agar organisasi Koperasi Simpan Pinjam
”TABITA” dapat berjalan dengan baik, perlu penyusunan dalam struktur
organisasi sehingga antara bagian satu dengan bagian lain dapat melaksanakan
���
�
�
�
tugasnya masing-masing. Struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”
kota Salatiga adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1.
Struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”
kota Salatiga
1. Rapat Anggota
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Mengingat
anggota adalah pemilik sekaligus pengguna jasa yang sangat perkepentingan
sejauh ini keputusan rapat diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Masing-
RAPAT
ANGGOTA
BENDAHARA
Christine Natalia Ganadhi
KETUA
Dody Hernanto, SE
SEKRETARIS
Candika Sweeta Eko Pratiwi
PENGURUS
PENGAWAS
Agustinus Susanto
Sunarman
���
�
�
�
masing anggota mempunyai hak suara yang sama dan anggota berhak
meminta keterangan dan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan
Koperasi.
2. Pengawas
Pengawas koperasi adalah anggota koperasi yang diberi kepercayaan oleh
seluruh anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Pengawas koperasi juga bertugas
membuat laporan tertulis tentang hasil penelitian, pembinaan dan pengawasan
kegiatan organisasi dan usaha koperasi kepada pengurus. Koperasi Simpan
Pinjam ”TABITA” kota Salatiga memiliki dua orang pengawas yaitu
Agustinus Susanto dan Sunarma yang dipercaya oleh seluruh anggota untuk
melakukan pengawasan terhadap kegiatan KSP TABITA kota Salatiga.
3. Pengurus
Merupakan pemegang kuasa rapat anggota dengan jabatan paling lama
lima tahun yang dipilih dan diangkat dari anggota Koperasi oleh rapat anggota
yang bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi.
Pembagian tugas pengurus KSP TABITA adalah sebagai berikut:
a. Ketua
Ketua KSP TABITA dijabat oleh Bapak Dody Hernanto, SE yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Memimpin dalam pengelolaam koperasi dan usahanya
2. Mengajukan rancangan rencana kerja, rancangan anggaran
pendapatan dan belanja koperasi
��
�
�
�
3. Menyelenggarakan Rapat Anggota
b. Sekretaris
Sekretaris KSP TABITA dijabat oleh Ibu Candida Sweeta Eko Pratiwi
yang mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan dan memelihara buku-buku anggota dan
pengurus
2. Mengkoordinasi kegiatan harian, organisasi dan usaha
c. Bendahara
Bendahara KSP TABITA dijabat oleh Ibu Cristine Natalia Ganadhi
dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Mengajukan laporan keuangan
2. Mengkoordinasi kegiatan dibidang keuangan
3. Bertanggung jawab atas semua transaksi yang telah dilakukan
4.1.1.3. Bidang Usaha Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”
Dalam rangka mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan
anggota pada khusunya dan masyarakat pada umumnya, koperasi menjalankan
berbagai kegiatan usaha. Bidang usaha yang dilakukan KSP TABITA kota
Salatiga adalah:
1. Pengkreditan Uang
Merupakan usaha jasa dengan memberikan kredit uang dengan bunga
yang rendah untuk membantu kesejahteraan anggota dan masyarakat. Ada
dua jenis kredit yang diberikan kepada debitur KSP Karunia yaitu:
��
�
�
�
- Kredit Modal Usaha yaitu kredit yang digunakan sebagai modal usaha
untuk sarana pengembangan usaha yang dikelola oleh nasabah.
- Kredit Konsumtif yaitu kredit yang digunakan sebagai sarana
pembelian barang kebutuhan sekunder atau biaya-biaya yang
konsumtif.
2. Simpanan atau Tabungan
Merupakan jasa yang melayani anggota yang ingin menyinpan uangnya di
koperasi dengan memberikan bunga atas simpanan tersebut. Simpanan
atau tabungan ini dapat sewaktu-waktu di setor atau ditarik yang akan
dicatat dengan teliti dalam buku simpanan atas nama si penabung.
KSP TABITA sudah sesuai dengan pasal 12 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No 9 Tahun 1995. KSP TABITA hanya melayani penyediaan jasa
penyimpanan uang (tabungan) dan jasa peminjaman uang (kredit) dengan tujuan
mensejahterakan anggotanya.
4.1.2. Prosedur Pemberian Kredit Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”
Prosedur merupakan kejelasan informasi tentang sosialisasi kredit dari
petugas administrasi kepada calon debitur. Calon debitur mengajukan dana kredit
kepada pegawai bagian administrasi dengan melampirkan berbagai persyaratan
yang sudah ditentukan yang selanjutnya akan diproses dan dianalisis untuk
menentukan layak tidaknya calon debitur mendapatkan kredit.
Prosedur yang harus dilengkapi nasabah dalam proses pemberian kredit
sebagai berikut:
���
�
�
�
1. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini nasabah mengajukan berkas permohonan kredit dengan
dilengkapi:
a. Maksud dan tujuan kredit
b. Besarnya kredit dan jangka waktu
c. Sistem pengembalian kredit
d. Jaminan kredit
e. Syarat pendukung ( KTP, KK, Surat Nikah, BPKB roda 2 atau roda 4,
SHM atau Sertifikat, STNK yang masih berlaku, Rekening Listrik atau
Telepon, Slip Gaji )
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai
dengan persyaratan dan sudah benar, termasuk menyelidiki keabsahan
berkas. Jika menurut pihak koperasi belum lengkap atau belum cukup,
maka diminta nasabah untuk segera melengkapi dan apabila sampai batas
tertentu nasabah tidak sanggup maka permohonan kredit akan dibatalkan.
3. Wawancara I
Melakukan penyelidikan kepada nasabah dengan langsung berhadapan
untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya serta
meyakinkan pihak koperasi apakah berkas-berkas yang diajukan sesuai
dan lengkap.
���
�
�
�
4. Survey ke lapangan
Kegiatan pemeriksaan kelengkapan secara langsung dengan cara turun
kelapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan jaminan
yang kemudian dicocokan dengan hasil wawancara I. Agar apa yang kita
lihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya hendaknya saat
akan melakukan survey tidak diberitahukan kepada nasabah.
5. Wawancara II
Kegiatan perbaikan berkas-berkas jika kemungkinan ada kekurangan
setelah dilakukannya survey lapangan. Catatan permohonan dan catatan
pada saat wawancara I akan dicocokkan dengan catatan saat survey
lapangan apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran.
6. Keputusan kredit
Menentukan apakah kredit akan diberikan atau di tolak, jika diterima maka
dipersiapkan administrasinya. Keputusan kredit mencakup:
- Jumlah uang yang diterima
- Jangka waktu kredit
- Biaya-biaya yang harus dibayar (ongkos, materai)
- Waktu pencairan kredit
7. Penandatanganan akad kredit
Kegiatan lanjutan dari diputuskannya kredit, sebelum kredit dicairkan
terlebih dahulu calon nasabah mendatangani akad kredit untuk mengikat
jaminan dengan surat perjanjian atau surat pernyataan yang dianggap
perlu. Penandatanganan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
� �
�
�
�
- Dilakukan secara langsung antara pihak koperasi dengan debitur
- Penandatanganan antara pihak koperasi dengan debitur disertai tanda
tangan notaris sebagai saksi (dikhususkan untuk jenis jaminan tidak
bergerak berupa tanah atau bangunan)
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan akad kredit yang
dilakukan berdasarkan analisa kelayakan pemberian kredit dengan
memperkirakan kemampuan debitur dalam membayar kewajibannya.
Sehingga dapat menentukan tingkat kepercayaan kepada debitur dan dapat
menghindari kemungkinan terjadinya kerugian di masa yang akan datang
akibat adanya kredit macet.
9. Penyaluran dana
Merupakan kegiatan pencairan atau pengambilan dana dari rekening atau
pengambilan dana secara langsung sebagai realisasi dari pemberian kredit
sesuai ketentuan dan tujuan kredit.
Kredit yang diberikan oleh pihak KSP TABITA pengertiannya sudah sesuai
dengan pendapat Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan yang
mengandung unsur-unsur: kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko dan
bunga.
4.1.3. Metode yang dilakukan Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA”
1. Memberikan informasi pengajuan kredit
a. Analisis kredit menjelaskan secara jelas dan terinci kepada calon
debitur mengenai informasi kredit berupa persyaratan serta ketentuan
���
�
�
�
kredit, meliputi: tidak menjadi anggota koperasi lain dan dapat sedang
menerima kredit komsuntif.
b. Pihak analis kredit memberikan informasi yang jelas sehingga calon
debitur bisa mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk
melengkapi persyaratan kredit.
c. Mengetahui bahwa calon debitur merupakan WNI dan mempunyai
hubungan keluarga, identitas calon debitur yang berupa KTP, KK atau
Surat Nikah sangat diperlukan.
Kejelasan informasi yang diberikan oleh analis kredit sangat
berpengaruh terhadap kesalahan dalam prosedur kredit berikutnya.
Semakin jelas informasi yang dijelaskan, semakin memperkecil kesalahan
dalam prosedur kredit berikutnya.
2. Penggolongan Pinjaman
Setelah pihak administrasi mengetahui besar pinjaman yang
diajukan calon debitur, pihak administrasi kemudian mengelompokan ke
dalam pinjaman angsuran atau berjangka agar pihak koperasi mengetahui
tindakan apa yang akan dilakukan jika terjadi penunggakan angsuran.
3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit
Analisis kredit melakukan kunjungan ke lapangan untuk
mengetahui bagaimana keadaan calon debitur dan identitasnya apakah
sesuai dengan KTP, KK atau surat nikah yang diajukan sebagai
persyaratan kredit. Setelah dilakukan pengecekan apabila hasilnya sama
���
�
�
�
atau valid dan telah dinyatakan layak, maka proses kredit selanjutnya
dapat dilakasanakan.
4. Pengendalian kredit dengan metode 5C
Setelah persyaratan yang ditentukan pihak koperasi dipenuhi dan
sesuai dengan keadaan di lapangan. Pihak koperasi menerapkan asas 5C
dalam pemberian kredit agar mengurangi risiko kredit dan meminimalkan
kredit macet. Semakin pihak koperasi ketat dalam menerapkan asas 5C
maka akan kecil pula resiko kredit yang bisa menimbulkan kredit macet,
karena pihak koperasi benar-benar memperhatikan kelayakan calon
debitur dalam penerimaan kredit.
Penilaian pemberian kredit dengan asas 5C sebagai berikut:
a. Character (kepribadian atau watak)
Informasi riwayat hidup nasabah, keadaan calon nasabah dilingkungan
dan informasi antar tetangga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
informasi tentang kemampuan calon debitur dalam memenuhi
kewajibannya.
b. Capasity (kemampuan atau kesanggupan)
Mengetahui atau mengukur sejauh mana calon debitur mampu
mengembalikan atau melunasi kewajibannya tepat waktu dengan
melihat gaji atau upah yang diterima perbulan.
c. Capital (modal atau kekayaan)
Mengetahui jumlah dana yang dimiliki calon debitur dengan melihat
besar gaji atau upah yang didapat per bulan.
���
�
�
�
d. Collateral (jaminan)
Melihat barang-barang yang akan diserahkan kepada pihak koperasi
sebagai anggunan atau jaminan terhadap kredit yang diterima untuk
mengantisipasi terjadinya kredit macet. Anggunan atau jaminan
merupakan sumber pelunasan terakhir apabila terjadi kredit
bermasalah.
e. Condition of Economy
Dengan melihat kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya pihak
koperasi dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan
(kelancaran usaha calon nasabah).
Walaupun di KSP TABITA menggunakan beberapa faktor dari 5C
yang dijadikan dasar dalam penilaian pemberian kredit, pada
kenyataannya masih ada debitur yang tidak lancar dalam membayar
kewajibannya. Faktor condition of ekonomi sangat jarang dilakukan pihak
koperasi, karena pihak koperasi sudah memberikan kepercayaan bahwa di
masa depan debitur bisa melunasi kewajibannya. Kecuali untuk debitur
yang mengajukan kredit usaha, pihak koperasi harus tetap menggunakan
faktor condition of ekonomi untuk mengetahui prospek atau tidaknya
usaha yang hendak dilakukan.
5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit
Pihak koperasi hanya melakukan pemantauan dan pengawasan
terhadap jalannya kredit untuk mengamankan kekayaan yang digunakan
debitur sebagai anggunan atau jaminan. Terdapat dua jenis pengawasan
���
�
�
�
yang dilakukan pihak koperasi yaitu pengawasan kredit yang dilakukan
sebelum pencairan kredit (survey ke lapangan, wawancara) dan
pengawasan yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit.
6. Pengendalian anggunan
Setiap calon debitur harus memberikan anggunan atau jaminan yang
bernilai ekonomis kepada pihak koperasi pada awal pemberian kredit.
Pihak KSP TABITA hanya mau menerima anggunan atau jaminan
berbentuk sebagai berikut:
a. Jaminan benda berwujud seperti kendaraan bermotor dan emas.
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu surat-surat yang dijadikan
jaminan seperti sertifikat tanah, sertifikat rumah dan BPKB
Jaminan yang diberikan kepada pihak KSP TABITA sudah sesuai dengan
pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan lainnya,
walaupun ada beberapa jenis jaminan yang tidak digunakan.
7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet
Pihak KSP TABITA lebih awal melakukan identifikasi dalam
pengelolaan kredit yang bermasalah untuk mencegah timbulnya kredit
yang bermasalah dikemudian hari. Setelah realisasi kredit, pihak debitur
harus mengembalikan pinjaman sesuai dengan kesepakatan namun tidak
selamanya kredit yang diberikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Banyak hal yang terjadi diluar kehendak, kelalaian pihak koperasi dalam
hal pengawasan dan prosedur maupun kelalaian pihak debitur. Ketidak
lancaran pembayaran pokok kredit atau bunga kredit dapat terjadi karena:
���
�
�
�
a. Dari pihak nasabah
- Adanya ketidak jujuran waktu di surve
- Keinginan segera mendapat pinjaman
- Kemampuan membayar yang kurang
- Meremehkan jadwal angsuran
- Adanya unsur ketidak sengajaan (musibah)
- Memindahtangankan jaminan (digadaikan)
b. Dari pihak koperasi
- Hasil hasil surve ada yang diabaikan
- Ada unsur suap agar dimudahkan proses pemberian kredit
- Target (tekanan dari perusahaan, mengejar bonus)
- Tidak adanya pengelolaan dan pengawasan kredit
8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet
Menentukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah
kredit apakah akan diselesaikan secara baik-baik apabila kondisi debitur
masih bisa diperbaiki atau dengan pemutusan hubungan apabila kondisi
debitur tidak bisa diharapkan lagi. Jika kondisi debitur masih bisa
diperbaiki pihak koperasi akan melakukan analisis atau evaluasi bila
terjadi kredit macet dengan cara:
a. Dilakukan pembicaraan dikantor sehingga ada itikad baik dari pihak
debitur untuk memenuhi kewajibannya berupa pinjaman pokok beserta
bunga.
��
�
�
�
b. Apabila debitur merasa keberatan dengan perjanjian awal maka
dilakukan rescheduling dengan memperpanjang waktu angsuran sesuai
kemampuan debitur.
9. Penggolongan kredit bermasalah
Sebelum koperasi melakukan tindakan untuk mengelola
kemungkinan risiko yang akan dihadapi, akan dilakukan terlebih dahulu
penggolongan untuk kredit yang bermasalah sebagai berikut:
a. Kredit cukup lancar, kredit dikatakan cukup lancar apabila terjadi
tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 30 hari
akan dilayangkan Surat Peringatan I.
b. Kredit kurang lancar, kredit dikatakan kurang lancar apabila terjadi
tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang melampaui 60 hari
akan dilayangkan Surat Peringatan II.
c. Kredit dalam perhatian khusus, kredit dalam perhatian khusus apabila
tunggakan pembayaran pokok atau bunga melampaui 120 hari akan
dilayangkan Surat Peringatan III dan ditambah Surat Panggilan jika
tidak ada tanggapan sampai 5 hari setelah tanggal jatuh tempo Surat
Peringatan III.
d. Kredit macet, dikatakan kredit macet apabila tidak terjadi pembayaran
pokok atau bunga sama sekali dan setelah 5 hari tanggal jatuh tempo
Surat Panggilan tidak ada tanggapan akan dilayangkan Surat Penarikan
Jaminan.
��
�
�
�
Adanya penggolongan kredit bermasalah tersebut, pihak koperasi akan
semakin mudah dalam menentukan langkah selanjutnya yang tepat untuk
lebih mengelola kredit bermasalah yang terjadi.
10. Tindakan Lanjut atau Penyelesaian Kredit
a. Adanya APHT (Akta Pemberian Hak Tanggungan)
b. Ababila setelah debitur diberikan surat peringatan I-III, surat
panggilan sampai surat penarikan jaminan tidak mendapat respon
atau tidak ada angsuran masuk, maka pihak koperasi akan
melakukan penyitaan anggunan atau jaminan yang diberikan.
Penyitaan dilakukan dengan negosiasi antara pihak koperasi
dengan debitur yang memunculkan kesepakatan anggunan atau
jaminan dijual dengan harga pasar yang hasil penjualannya
digunakan untuk menutup pokok pinjaman ditambah bunga
ditambah denda dan jika masih ada sisa akan dikembalikan kepada
debitur.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Pembahasan Prosedur
Sepuluh prosedur yang diberikan oleh pihak KSP TABITA yaitu:
Pengajuan berkas-berkas, Penyelidikan berkas, Wawancara I, Survey
Lapangan, Wawancara II, Keputusan kredit, Penandatanganan akad kredit
atau perjanjian lainnya, Realisasi kredit dan Penyaluran atau penarikan
dana sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kasmir dalam
bukunya ”Bank dan Lembaga Keuangan lainnya”.
���
�
�
�
Tetapi seringkali masih terjadi kebocoran mengenai akan
dilakukannya survey sehingga pihak debitur memberikan informasi
tentang kondisi lapangan yang tidak sebenarnya. Kebocoran ini bisa terjadi
karena disengaja. Pihak analis kredit berbuat seperti itu karena disebabkan
adanya tekanan dari koperasi (target atau mengejar bonus), dan dari pihak
calon debitur disebabkan karena keinginan segera mendapatkan pinjaman.
Pihak koperasi dalam menangani prosedur pinjaman calon nasabah
sudah baik, dengan cara melakukan pendekatan kepada calon debitur
terutama dalam hal wawancara I dan wawancara II. Agar tidak terjadi
kredit macet di kemudian hari yang disebabkan kurang telitinya dalam
memproses atau menganalisis prosedur dan ketidakjujuran dari ke dua
pihak, sebaiknya dari pihak koperasi tidak memberikan tekanan kepada
analis kredit agar antara pihak analis kredit dengan calon debitur tidak bisa
bekerja sama. Calon debitur dalam memperlihatkan kondisi lapangan
harus jujur karena hal ini berpengaruh dalam pembayaran kewajiban di
kemudian hari.
4.2.2. Pembahasan Metode Pengendalian
1. Memberikan informasi pengajuan kredit
2. Penggolongan Pinjaman
3. Kesesuaian persyaratan kelengkapan kredit
4. Pengendalian kredit dengan metode 5C
5. Memonitoring terhadap penggunaan kredit
6. Pengendalian anggunan
���
�
�
�
7. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet
8. Meminimalkan Resiko Kredit Macet
9. Penggolongan kredit bermasalah
10. Tindakan Lanjut atau Penelesaian Kredit
Sepuluh metode yang diterapkan oleh KSP TABITA ada beberapa metode yang
belum dijalankan dengan baik, yaitu:
a. Pengendalian kredit dengan metode 5C
Dalam metode ini sebenarnya sudah dijalankan sesuai dengan
pendapat Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
namun pihak koperasi masih jarang memperhatikan condition of ekonomi
kepada calon debiturnya, karena pihak koperasi hanya menerapkan
penilaian dengan melihat condition of ekonomi kepada debitur yang
mengajukan kredit usaha.
b. Mengidentifikasi terjadinya kredit macet
Banyak penyimpangan yang terjadi di dalam metode ini, yaitu
kelalaian pihak koperasi dalam hal pengawasan dan prosedur maupun
kelalaian pihak debitur yang disengaja maupun tidak disengaja.
c. Dalam Meminimalkan Resiko Kredit Macet
Pihak koperasi dalam meminimalkan resiko kredit macet belum
sepenuhnya berdasar pada teori Kasmir dalam bukunya ”Manajemen
Perbankan” yang berisi dalam mengendalikan kredit macet perlu
dilakukan Rscheduling, Reconditioning, Restructuring, Kombinasi dan
Penyitaan Jaminan, pihak KSP TABITA dalam mrminimalkan resiko
� �
�
�
�
kredit macet hanya memakai pengendalian resheduling. Sedangkan
penyitaan jaminan hanya dilakukan pihak koperasi jika debitur sudah
benar-benar tidak bisa diharapkan untuk melunasi kewajiban pokok, bunga
beserta denda.
\