SKRIPSI ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT …...ANALISIS . PENERIMAAN . PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA...
Transcript of SKRIPSI ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT …...ANALISIS . PENERIMAAN . PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA...
-
SKRIPSI
ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT
UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
UTAUT
(Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
TEGUH DHARMAWAN
1113093000130
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
-
SKRIPSI
ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT
UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
UTAUT
(Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
TEGUH DHARMAWAN
1113093000130
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
-
i
-
ii
SKRIPSI
ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT
UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
UTAUT
(Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
TEGUH DHARMAWAN
1113093000130
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
-
3
-
i
-
i
-
i
-
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 19 Oktober 2019
Teguh Dharmawan
NIM. 1113093000130
-
iii
-
iv
ABSTRAK
Teguh Dharmawan – 1113093000130. Analisis Penerimaan Pengguna Zakat
Profesi Pada SPT Untuk Sistem e-Filling Dengan Menggunakan Model UTAUT
di bawah bimbingan Meinarini Catur Utami dan Rinda Hesti Kusumaningtyas.
Banyak masyarakat yang belum memahami bahwa zakat atas penghasilan yang
sudah dikeluarkan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Menurut peraturan
pemerintah republik Indonesia nomor 60 tahun 2010, ketika menunaikan zakat
penghasilan dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Direktur Jendral Pajak
(DJP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam pembayaran dan
pengelolaan pajak, salah satunya e-Filling. E-Filling adalah cara pelaporan SPT
elektronik yang dilakukan secara online melalui website DJP Online, maupun
melalui saluran tertentu yang ditetapkan pemerintah. Namun masih banyak pro dan
kontra dikalangan masyarakat dalam masalah penarikan dan pengelolaan zakat
profesi melalui sistem e-Filling. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait
penerimaan pengguna zakat profesi pada SPT untuk e-Filling, karena penerimaan
pengguna merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan penerapan
sistem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerimaan
pengguna zakat profesi pada e-Filling dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi penerimaan pengguna zakat profesi pada e-Filling
menggunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) dengan teknik analisis PLS-SEM, yang selanjutnya dapat dihasilkan
rekomendasi untuk pihak pengembangan e-Filling selanjutnya. Hasilnya, dari
keenam hipotesis yang diajukan lima diantaranya diterima, performance
expectancy, effort expectancy, perceived trust, facilitating conditions memiliki
pengaruh yang sigfnifikan terhadap behavioral intention dan behavioral intention
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap use behavior. Namun ada satu
hipotesis pada penelitian ini ditolak, yaitu social influence, khususnya pada
indicator SI1. SI1 memiliki pengaruh yang signifikan namun belum memenuhi nilai
statistika (t-test) pada pengujian struktural dalam model penelitian ini, sehingga
Social Influence (SI) tidak berpengaruh terhadap tingkat penerimaan zakat profesi
pada sistem e-Filling.
Kata kunci : Penerimaan pengguna, Sistem e-Filling, Pajak, Zakat Profesi,
UTAUT, PLS-SEM.
BAB I-V + 143 Halaman + 18 Gambar + 23 Tabel + Daftar Pustaka + Lampiran
-
v
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan
hidayah-Nya yang sungguh melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Penerimaan Pengguna Zakat Profesi Pada SPT
Untuk Sistem e-Filling Dengan Menggunakan Model UTAUT” dengan baik.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad
Shollallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya
hinga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk dapat
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Bapak A'ang Subiyakto, Ph.d selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Nida'ul Hasanati, S.T.,MMSI selaku
Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Ibu Meinarini Catur Utami, MT sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Rinda
Hesti Kusumaningtyas, MMSI sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, dan arahan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak untuk seluruh waktu, tenaga,
kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa memberikan
dukungan moril serta membagikan banyak pengetahuan agar penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
-
vii
4. Orang tua penulis, yaitu Bapak Marwah dan Ibu Enih (Allahu yarham) yang
sudah memberikan semuanya yang dia punya. Keberhasilan ini akan
kupersembahkan semua untuknya. Dan semoga menjadi ladang pahala
untuk beliau.
5. Kakak-kakak ku yang tersayang, Cahya Noviyanty, Wahyuni Dwi Arisanti,
Inderi Susanti dan beserta para Suaminya, yang sudah mengupayakan
banyak hal demi adiknya dapat kuliah dan menyelesaikannya.
6. Bapak Aries Susanto, MMSI., Ph.D. sebagai Dosen PA yang selalu siap
nerima mahasiswa untuk curhat. Beserta pengalaman yang banyak, beliau
rincikan satu persatu agar kita selaku mahasiswa bisa ambil pelajaran dari
kisah beliau.
7. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah membagikan
ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan. Dan karyawan Fakultas
Sains dan Teknologi yang telah banyak membantu penulis dalam
perkuliahan, terutama dalam menyelesaikan administrasi yang berkaitan
dengan skripsi.
8. Sahabat sejak awal dunia perkuliahanku, Nur Cholis, Aditya Teguh,
Maulana M Iqbal, Muhammad Iksal, Reza Hamzah, Irvan Rizky, Gilang
Wisnu, Ibnu, Farhan Ridho, Ihsanul Fikri, Aldino, Muhammad Aldy,
Reyhan, Metha, Ryanda, Abdul Piqri, Fathur, Ridwan, Hafizh dan Seluruh
teman-teman Sistem Informasi 2013. Terima kasih karena telah menerima
penulis apa adanya, selalu ada setiap saat dan memberikan pengaruh yang
positif, tidak pernah bosan mendengar keluh kesah penulis. yang telah
-
viii
mewarnai dunia perkuliahan penulis, teirma kasih untuk segala
kenangannya, semangat yang diberikan sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh responden penelitian yang telah membantu dalam mengisi
kuesioner penelitian ini.
Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh dukungan, bantuan, dan
bimbingan dari semua pihak dibalas pahala yang berlipat ganda. Selain itu, penulis
menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
dan dapat disampaikan melalui [email protected]. Akhir kata, semoga penelitian
ini dapat memberikan manfaat dan sekaligus menambah ilmu bagi kita semua.
Amiiin yaa Rabbal Alamin.
Jakarta, 20 Oktober 2019
TEGUH DHARMAWAN
NIM. 1113093000130
-
ix
-
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ..................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 11
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 11
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 12
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 13
1.7 Model Penelitian ..................................................................................... 14
1.8 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 15
1.9 Metodologi Penelitian ............................................................................. 16
1.10 Sistematika Penulisan.......................................................................... 17
BAB II ................................................................................................................... 20
2.1 Definisi Analisis ..................................................................................... 20
2.2 Definisi Sistem Informasi ....................................................................... 20
2.3 Definisi Penerimaan Pengguna ............................................................... 24
2.4 Pajak SPT dan e-Filling .......................................................................... 25
2.4.1 Definisi Pajak Secara Umum........................................................... 25
2.4.2 Definisi SPT .................................................................................... 25
2.4.3 Definisi e-Filling ............................................................................. 25
2.4.4 Manfaat Umum e-Filling Pajak ....................................................... 26
2.4.5 Lima Aplikasi e-Filling Resmi ........................................................ 27
2.4.6 Batas Waktu e-Filling Pajak ............................................................ 27
-
xi
2.4.7 Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak ........................................... 28
2.4.8 Syarat e-Filling Pajak ...................................................................... 29
2.5 Zakat ....................................................................................................... 31
2.5.1 Zakat Profesi .................................................................................... 31
2.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) ......... 57
2.6.1 Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja) ............................... 70
2.6.2 Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha) ............................................ 72
2.6.3 Social Influence (Pengaruh Lingkungan) ........................................ 73
2.6.4 Facilitating Conditions (Kondisi yang Memfasilitasi).................... 74
2.6.5 Perceived Trust ( Persepsi Kepercayaan) ........................................ 75
2.6.6 Behavioral Intention (Minat Pemanfaatan) ..................................... 76
2.6.7 Use Behavior (Perilaku Pengguna) ................................................. 76
2.6.8 Variabel Moderator ......................................................................... 77
2.7 Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM) .......... 78
2.7.1 SmartPLS ......................................................................................... 83
2.8 Klasifikasi Data....................................................................................... 84
2.9 Populasi dan Sampel ............................................................................... 86
2.9.1 Rumus Slovin ................................................................................... 87
2.10 Skala Likert ......................................................................................... 88
BAB III ................................................................................................................. 91
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 91
3.2 Prosedur Penelitian ................................................................................. 91
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 92
3.3.1 Wawancara ...................................................................................... 92
3.3.2 Studi Literatur .................................................................................. 93
3.3.3 Pembuatan Kuesioner ...................................................................... 98
3.3.4 Survei ............................................................................................. 100
3.4 Metode Analisis Data............................................................................ 101
3.4.1 Analisis dan Interpretasi Hasil....................................................... 101
3.5 Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis ................................... 102
3.5.1 Model Penelitian ............................................................................ 102
-
xii
3.5.2 Indikator Penelitian ....................................................................... 104
3.5.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 106
BAB IV ............................................................................................................... 110
4.1 Hasil Analisis ........................................................................................ 110
4.1.1 Hasil Analisis Demografis ............................................................. 110
4.1.2 Hasil Analisis Pengukuran Model (Outer Model) ......................... 114
4.1.3 Hasil Analisis Model Struktural (Inner Model)............................. 121
4.2 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis ......................................... 128
4.2.1 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Data Demografis ..... 128
4.2.2 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Model Pengukuran
(Outer Model) .............................................................................................. 130
4.2.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis Struktural Model (Inner
Model) 131
BAB V ................................................................................................................. 139
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 139
5.2 Saran ..................................................................................................... 141
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 143
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batas Waktu e-Filling Pajak…………………………………………..28
Tabel 2.2 Jenis Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak…………………………29
Tabel 2.3 Teori-Teori yang Mendasari Model UTAUT…………………………57
Tabel 2.4 Konsep Dasar UTAUT………………………………………………..59
Tabel 2.5 Indikator Variabel UTAUT…………………………………………...77
Tabel 3.1 Ringkasan Penelitian Sejenis Terdahulu……………………………..93
Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan……………………………………………………..99
Tabel 3.3 Jumlah Kuesioner……………………………………………………100
Tabel 3.4 Definisi Variabel UTAUT…………………………………………...103
Tabel 3.5 Definisi Indikator…………………………………………………….105
Tabel 4.1 Hasil Awal Uji Loading Factor dengan SmartPLS 3.0……………..115
Tabel 4.2 Hasil Uji Loading Factor Setelah Penghapusan Indikator…………..115
Tabel 4.3 Hasil Uji Composite Reliability dengan SmartPLS 3.0……………...116
Tabel 4.4 Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE) dengan SmartPLS…...117
Tabel 4.5 Hasil Uji Discriminant Validity (Cross Loading) dengan SmartPLS
3.0……………………………………………………………………………….118
Tabel 4.6 Hasil Uji Discriminant Validity (Cross Loading Fornell-Lacker’s)
dengan SmartPLS 3.0………………………………………………….………..119
Tabel 4.7 Hasil Uji Path Coefficient…………………………………………...121
Tabel 4.8 Hasil Uji Coefficient of Determination (R-Square)…………….……122
Tabel 4.9 Hasil Uji T-test dengan SmartPLS 3.0………………………………123
-
xiv
Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size dengan SmartPLS 3.0…………………….….124
Tabel 4.11 Hasil Uji Predictive Relevance dengan SmartPLS 3.0………….....124
Tabel 4.12 Hasil Uji Relative Impact dengan SmartPLS 3.0……………….….125
Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Analisis Struktural Model………………………..127
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis dengan SmartPLS 3.0………………………....131
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Daftar 10 Provinsi dengan Nilai UMP Tebesar di Tahun 2019.
Infografis: Media Perdjoeangan…………………………………………………...8
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Jakarta Berdasarkan Agama 2014…………….....9
Gambar 1.3 Model Penelitian yang Diajukan…………………………………...15
Gambar 2.1 Elemen Sistem (McLeod & Schell, 2008)………………………... 21
Gambar 2.2 Model UTAUT (Venkatesh et al., 2003).…………………….……60
Gambar 2.3 Klasifikasi Komponen Model Struktural (Hussein, 2015)……...…84
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian………………………………………………...92
Gambar 3.2 Model Persamaan Struktural…………………………………..…101
Gambar 3.3 Model Penelitian……………………………………………….…102
Gambar 3.4 Model Penelitian dengan Hipotesis…………………………….…107
Gambar 4.1 Diagram Profesi…………………………………………………..110
Gambar 4.2 Diagram Usia……………………………………………………..111
Gambar 4.3 Diagram Jenis Kelamin…………………………………………...111
Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pendidikan Terakhir…………………………....112
Gambar 4.5 Diagram Jumlah Penggunaan Sistem e-Filling……………….…..113
Gambar 4.6 Diagram Jumlah Pengetahuan Tentang Zakat Profesi……………113
Gambar 4.7 Diagram Pelaporan Zakat Profesi Melalui e-Filling……………...114
Gambar 4.7 Hasil Analisis Outer Model dengan SmartPLS 3.0…………....…120
-
xvi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di tengah menguatnya peranan pajak dalam penerimaan negara, secara
bersamaan muncul sebuah kesadaran umat akan peranan zakat. Dua hal ini
menuntut adanya pengelolaan yang tepat. Manajemen yang buruk atas dua hal
ini akan menimbulkan efek yang kontra produktif dalam pembangunan
nasional. Salah satunya yaitu beban ganda atas kewajiban untuk membayar
pajak dan zakat (Damanhur, 2006: 24).
Terdapat banyak model untuk menganalisis tingkat penerimaan pengguna,
salah satunya adalah Unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT).
UTAUT merupakan sebuah model penelitian penerimaan pengguna yang bertujuan
untuk menjelaskan niat pengguna untuk menggunakan suatu sistem dan perilaku
penggunaan selanjutnya, sehingga dapat mengukur suatu teknologi berdasarkan
tingkat penerimaan pengguna (Venkatesh et al, 2003). UTAUT menunjukkan
bahwa niat untuk berperilaku (behavioral intention) dan perilaku untuk
menggunakan suatu teknologi (use behavior) dipengaruhi oleh persepsi orang-
orang terhadap ekspektansi kinerja (performance expectancy), ekspektansi usaha
(effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), dan kondisi fasilitas yang
mendukung (facilitating conditions) yang dimoderatori oleh jenis kelamin (gender),
usia (age), pengalaman (experience), dan kesukarelaan (voluntariness). Penelitian
Ananda (2014), menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi terhadap
penerimaan pengguna sistem yaitu effort expectancy dan facilitating conditions
-
2
mempengaruhi secara signifikan terhadap penerimaan pengguna, sedangkan
performance expectancy dan social influence tidak mempengaruhi secara
signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan Selpiana (2016) menunjukkan
bahwa variabel performance expectancy, effort expectancy, dan social influence
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu behavioral intention,
sedangkan facilitating conditions tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral
intention. Studi empiris yang mengadopsi model ini telah banyak dilakukan dan
mendapatkan temuan yang beragam.
Keunggulan model ini adalah penulis dapat mengukur perilaku seseorang
terhadap suatu teknologi dari berbagai variabel tertentu. Penelitian yang dilakukan
Selpiana (2016) menggunakan objek pada sebuah perusahaan asuransi syariah,
sedangkan pada penelitian ini penulis menggunakan objek penelitian terhadap
sistem e-Filling.
Menurut Venkatesh et al. (2003) keunggulan UTAUT adalah :
1. mampu menjelaskan bagaimana perbedaan individu dapat mempengaruhi
penggunaan teknologi yaitu mampu menjelaskan hubungan antara manfaat yang
dirasakan, kemudahan penggunaan, dan niat untuk menggunakan suatu
teknologi. Perbedaan individu.
2. Metode UTAUT merupakan sistesis atau penggabungan daripada elemen-
elemen yang terdapat dalam 8 model penerimaan teknologi terkemuka lainnya
dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan pandangan mengenai user atau
pengguna (Kusuma, 2015). Proses integrasi dilakukan oleh para ahli
-
3
sebelumnya karena munculnya kebingungan dalam menggunakan model untuk
menganalisis user acceptance.
Menurut Ventakesh et al. 2003, UTAUT terbukti lebih berhasil
dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70% varian
pengguna.
Setelah mengevaluasi kedelapan model, Venkatesh, dkk menemukan tujuh
kontruk yang terlihat menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap
behavior intention dalam satu atau lebih dimasing-masing model. Konstruk
tersebut adalah performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), social
influence (SI), facilitating conditions (FC), attitude toward using technology, dan
self efficacy (SE). setelah melalui pengujian lebih lanjut mereka menemukan
empat konstruk utama yang memainkan peranan penting sebagai determinan
langsung dari behavioral intention dan use behavioral, yaitu performance
expectancy (PE), effort expectancy (EE), social influence (SI), facilitating
conditions (FC). Sedangkan yang lain tidak signifikan sebagai determinan langsung
dari behavioral intention. Disamping itu terdapat empat moderator : gender, age,
voluntarinees, dan experience yang diposisikan untuk memoderisasi dampak dari
empat konstruk utama pada behavior intention dan use behavior. Meskipun
UTAUT menggabungkan sejumlah besar konstruk, UTAUT menderita kendala
yang signifikan, termasuk kurangnya parsimoni. Ketika UTAUT menyatukan lebih
banyak faktor dan mengkonsolidasikan fungsi-fungsi Model Penerimaan Teknologi
dengan konstruksi model populer lainnya dalam penelitian adopsi TI, itu sangat
kompleks, membuat penerapannya sulit untuk dinilai. Beberapa peneliti juga
-
4
berpendapat bahwa UTAUT dikembangkan untuk mengeksplorasi penggunaan
wajib teknologi; oleh karena itu, kemampuannya untuk menjelaskan penggunaan
teknologi secara sukarela, seperti aplikasi mobile, mobile banking, dan mobile
games, terbatas. Mengatasi kekurangan-kekurangan ini adalah tujuan pekerjaan ini.
Baru-baru ini, Venkatesh dkk. mengusulkan perluasan model UTAUT
(UTAUT2) dengan memperkenalkan motivasi hedonis, nilai harga, dan kebiasaan
sebagai variabel eksogen untuk membuat model lebih sesuai dalam konteks
penggunaan teknologi konsumen, yang merupakan fokus dari proyek penelitian ini.
Karena UTAUT2 terutama didasarkan pada UTAUT, itu masih tunduk pada
beberapa batasan asli. Jadi, dalam untuk menerapkan UTAUT2 dalam aplikasi IT
khusus tertentu, Venkatesh et al. menyarankan bahwa modifikasi dan revisi lebih
lanjut dilakukan.
Karena keterbatasan TAM dan UTAUT2, dalam penelitian ini, kedua teori
ini terintegrasi. Strategi ini dianggap menguntungkan, karena TAM memberikan
ukuran yang tepat untuk mengevaluasi dampak variabel eksternal terhadap sikap
dan niat pengguna untuk menggunakan teknologi baru seperti mobile banking
dalam penelitian ini. Di sisi lain, UTAUT2 memiliki kekuatan penjelasan yang
unggul relatif terhadap model-model lain yang bersaing karena dimasukkannya
konstruk yang luas, seperti pengaruh sosial, kondisi fasilitasi, dan motivasi hedonis.
Model ini baru-baru ini diterapkan untuk menguji penerimaan teknologi secara
empiris. Oleh karena itu, konstruk yang termasuk dalam UTAUT2 dapat digunakan
dalam penelitian ini dalam mengeksplorasi determinan langsung dari niat
penggunaan mobile banking, yang pada gilirannya dapat memperdalam
-
5
pemahaman kita tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap difusi mobile
banking.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, Direktur
Jendral Pajak (DJP) juga memanfaatkan teknologi tersebut guna mempermudah dan
mengefisienkan pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi dan pembayaran
pajak, salah satunya e-Filling. E-Filling adalah cara pelaporan SPT elektronik yang
dilakukan secara online melalui website DJP Online, maupun melalui saluran
tertentu yang ditetapkan pemerintah. Jika dibandingkan dengan pelaporan pajak
manual, e-Filling memberikan banyak keuntungan seperti sebagai berikut.
1. Lapor pajak online dari mana saja dan kapan saja
2. Hemat waktu. Tak perlu lagi menghabiskan waktu untuk datang dan
menunggu di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
3. Bukti pelaporan disimpan lebih aman dan mudah dilacak, tanpa khawatir
hilang atau terselip (www.pajak.go.id, 2016).
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang kewajibannya bersifat
mutlak atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu yang telah
diatur dalam Al Quran dan Hadits. Dalam konteks negara modern, zakat
bukan pajak yang merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Zakat
dipandang sebagai sarana komunikasi utama antara manusia dengan manusia
lain, yang memiliki peranan sangat penting sebagai sarana distribusi
penghasilan dalam menyusun kehidupan yang sejahtera dan berkeadilan di
dalam sebuah negara. Dan salah satu hikmah zakat adalah mengurangi kesenjangan
-
6
sosial antara golongan mampu dengan golongan tidak mampu, disinilah fungsi
distribusi berperan (Apriliana, 2010).
Soal wacana zakat untuk dikelola Menteri Keuangan, ketua Badan Amil
Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo mengatakan Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati mengajak pemerintah untuk menjadikan pembayaran zakat
merupakan kewajiban seperti halnya membayar pajak.
Sri Mulyani dalam pidatonya di Seminar Internasional Keuangan Syariah
ke-2 (2nd Annual Islamic Finance Conference/AIFC) di Yogyakarta, Rabu
(23/8/2017) mengatakan penghimpunan zakat yang memiliki potensi besar bisa
dioptimalkan apabila dikelola sama seperti halnya pajak. Bambang sependapat
dengan pernyataan Menkeu karena berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat disebutkan bahwa zakat memang dikelola oleh negara layaknya
pengelolaan pajak. "Tapi dengan wacana dari Menteri Keuangan sendiri yang
menginginkan zakat dikelola seperti pajak, memang undang-undangnya demikian.
Bahwa zakat dikelola negara, seperti halnya pajak. Implikasinya hubungan antara
zakat dan pajak harus diatur ulang," kata Bambang dalam konferensi pers terkait
Baznas Awards di kantor Kementerian Agama Jakarta, Jumat (25/8/2017).
Adapun korelasi antara zakat dengan pajak adalah sama-sama
mempunyai fungsi pemungutan. Pada zakat, fungsi pemungutannya dapat
dilakukan oleh orang yang terkena kewajiban membayar zakat dan dapat
langsung disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya atau dilakukan
oleh suatu badan atau lembaga resmi yang dibentuk untuk memungut zakat serta
mendistribusikan kepada delapan golongan yang berhak menerima zakat.
-
7
Sedangkan dalam pajak, fungsi pemungutannya dilakukan oleh negara melalui
Dirjen Pajak (Apriliana, 2010).
Lalu hubungan zakat dengan pajak, ternyata zakat bisa mengurangi pajak.
Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 60 tahun 2010, ketika
menunaikan zakat penghasilan dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Wajib
Pajak yang sudah mempunyai kewajiban zakat atas penghasilan saat ini , pelaporan
SPT Tahunan PPhnya hanya dapat diakomodir bagi wajib pajak yang menggunakan
Formulir SPT Tahunan PPh 1770 dan Formulir SPT Tahunan PPh 1770S. Bagi
Wajib Pajak yang sudah mempunyai kewajiban zakat atas penghasilan dan
menggunakan Formulir SPT Tahunan PPh 1770SS belum terakomodir hak
pengurangan atas pembayaran zakat penghasilan yang sudah dibayarkan. Adapun
tata cara dan syarat ketentuannya sudah diatur dalam peraturan menteri keuangan
nomor 254/ PMK.03/2010. Dan salah satu syaratnya, menurut peraturan dirjen
pajak no per-11 /PJ /2017, zakat harus ditunaikan melalui lembaga yang diakui
pemerintah, dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) adalah salah satu lembaga yang
berwenang untuk melaksanakan tugas pengumpulan zakat profesi. Lembaga ini
secara hirarki dibawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pajak dan zakat adalah pendapatan
tiap masuk. Upah Minimum Provinsi (UMP) 2019 sudah ditetapkan. Mayoritas
provinsi menetapkan kenaikan UMP sebesar 8,03 persen, sesuai dengan ketentuan
yang telah diputuskan oleh pemerintah pusat. DKI Jakarta merupakan provinsi
dengan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tertinggi pada 2019 dibanding
provinsi lainnya. Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 sebesar Rp
-
8
3.940.973 per bulan. Mengalami kenaikan sebesar Rp. 292.938 atau sebesar 8.03
persen dibandingkan tahun 2018 yang besarnya Rp 3.648.035 per bulan. Berikut
adalah gambar dari pendapatan 10 Provinsi teratas. (www. koranperdjoengan.com,
2018)
Gambar 1.1 Daftar 10 Provinsi dengan Nilai UMP Tebesar di Tahun 2019.
Infografis: Media Perdjoeangan
Lalu salah satu faktor yang mewajibkan zakat adalah orang yang beragama
Islam. Mayoritas pendududuk DKI Jakarta pada 2014 beragama Islam. Menurut
data Jakarta.go.id, jumlah warga Jakarta yang memeluk agama Islam mencapai 8,34
juta jiwa atau 83 persen dari total populasi, yaitu 10 juta jiwa. Sementara warga
Jakarta yang beragama Kristen mencapai 862,9 ribu jiwa dan Katholik 404,2 ribu
jiwa.
-
9
Indonesia tidak hanya mempunyai beragam kebudayaan dan bahasa, tetapi
juga beragam agama. Keragaman beragama penduduk dijamin dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 28E.
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Jakarta Berdasarkan Agama 2014
(Sumber : Pemerintah Daerah DKI Jakarta,2015)
Dengan fakta bahwa mayoritas pendududuk DKI Jakarta pada 2014
beragama Islam. Menurut data Jakarta.go.id, jumlah warga Jakarta yang memeluk
agama Islam mencapai 8,34 juta jiwa atau 83 persen dari total populasi, yaitu 10
juta jiwa. Sementara warga Jakarta yang beragama Kristen mencapai 862,9 ribu
jiwa dan Katholik 404,2 ribu jiwa (Sumber : Pemerintah Daerah DKI Jakarta,2015).
Pembayaran zakat profesi melalui pemotongan gaji Pegawai Negeri Sipil
(PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) pada awalnya pemotongan zakat profesi
mendapatkan respon yang beragam dari kalangan pegawai, baik berupa respon
positif maupun negatif (Maulandy, 2018).
-
10
Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama Mastuki
menjelaskan, rencana pemotongan gaji PNS muslim untuk zakat ini merupakan
kelanjutan dari Inpres Nomor 3 Tahun 2014 tentang optimalisasi pengumpulan
zakat di kementerian/lembaga melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
"Inpres sudah berjalan dua tahun, dan sampai sekarang kementerian/lembaga tetap
efektif melakukan penarikan zakat profesi dari PNS. Hanya dinilai Baznas, di
kementerian dan lembaga pengumpulan zakat ini ada yang efektif dan ada yang
tidak. Pengelolaannya pun ada yang berbeda," kata Mastuki kepada Liputan6.com,
Kamis (8/2/2018).
Beliau mengatakan, di Kemenag, semua PNS yang dianggap telah bisa
berzakat, gajinya dipotong tiap bulan dan masuk ke UPZ dan lalu diserahkan ke
Baznas. Namun di tempat lain seperti BUMN memiliki mekanisme berbeda, yaitu
dikelola sendiri dan disalurkan untuk pegawai yang golongannya rendah. Namun
demikian, beliau mengatakan, masih belum mengetahui apakah bentuk dari aturan
pemotongan gaji PNS untuk zakat berbentuk Perpres atau Keppres. Karena
pertimbangan dari segi hukum juga harus didengar. "Perlu dikoordinasikan dengan
lembaga lain. Kemenkumham juga harus diajak bicara, ini baru draf saja yang
diajukan dari Kemenag," kata Mastuki kepada Liputan6.com, Kamis (8/2/2018).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah mencoba untuk berperan
aktif dalam menciptakan pelaksanaan kewajiban keagamaan masyarakatnya
dengan menjadikan unsur zakat sebagai salah satu tax relief dalam
pemungutan PPh di Indonesia. Saat ini Undang-Undang menjadikan zakat
sebagai salah satu faktor pengurang penghasilan bruto wajib pajak dalam
https://www.liputan6.com/news/read/3266124/menag-potensi-zakat-pns-bisa-tembus-rp-10-triliun
-
11
menentukan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini diharapkan dapat
meminimalkan beban ganda yang dipikul oleh umat Islam sebagai wajib pajak.
Namun pada kenyataannya, masih terdapat pro dan kontra terhadap zakat
profesi (Maulandy, 2018). Maka untuk merealisasikan wacana dari Menteri
Keuangan, perlu adanya analisis terkait penerimaan pengguna terhadap zakat
profesi yang ada di e-Filling. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerimaan Zakat
Profesi Pada SPT (e-Filling) Dengan Menggunakan Model UTAUT.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
a. Masih belum efektifnya penarikan dan pengelolaan zakat dikalangan Aparat
Sipil Negara atau karyawan swasta.
b. Masyarakat belum sepenuhnya mengetahui peraturan yang dapat menjadi
solusi bagi kewajiban ganda yaitu pajak dan zakat yang dialami oleh umat
Islam, serta keterkaitannya zakat profesi pada SPT (e-Filling).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah bagaimana menganalisis tingkat penerimaan pengguna
terhadap zakat profesi pada SPT (e-Filling) dengan menggunakan model UTAUT.
-
12
1.4 Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian kali ini dibatasi pada:
a. Penelitian ini akan dimaksudkan untuk wajib pajak yang tinggal di DKI
Jakarta.
b. Secara teori, penelitian akan menggunakan model Unified theory of
acceptance and use of technology (UTAUT) mengacu pada penelitian
Venkatesh et al (2003), yang terdiri dari 7 variabel yaitu performance
expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions,
perceived trust, behavioral intention dan use behavior.
c. Secara metodologi, penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif
dengan teknik pengumpulan data survei (kuesioner) kepada end user
(pengguna akhir) dalam penelitian ini yaitu meliputi wajib pajak yang
tinggal di DKI Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
Slovin, dengan analisis data menggunakan PLS-SEM dengan SmartPLS 3.0.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam sub bab latar belakang
sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Mengetahui seberapa jauh penerimaan pengguna terhadap zakat profesi
yang ada pada SPT (e-Filling) dengan menggunakan model UTAUT.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna dan
keterkaitan terhadap zakat profesi pada SPT (e-Filling) dengan
menggunakan model UTAUT.
-
13
c. Memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak pemerintah, selaku
pengembangan wacana untuk penerapan zakat profesi pada SPT (e-Filling)
kedepannya.
Mengacu pada tujuan penelitian diatas, sasaran pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Diketahuinya tingkat penerimaan terhadap zakat profesi pada SPT (e-
Filling) dengan menggunakan model UTAUT.
d. Diketahuinya faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterkaitan
terhadap zakat profesi pada SPT (e-Filling) dengan menggunakan model
UTAUT.
1.6 Manfaat Penelitian
Sangat besar harapan penulis bahwa penelitian ini dapat memberikan
manfaat pada pihak lain. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah diantaranya:
a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi arsip
dokumen akademik yang bisa bermanfaat sebagai landasan untuk penelitian
selanjutnya.
b. Secara metode, dapat menjadi referensi penelitian di program studi
informasi dengan pendekatan kuantitatif.
c. Secara praktis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk acuan dalam mempraktekkan dan menselaraskan antara zakat profesi
dengan pajak yang ada pada SPT (e-Filling).
-
14
1.7 Model Penelitian
Model penelitian dari penelitian ini (Gambar 1.2) mengadopsi model
UTAUT oleh Venkatesh, et al., (2003). Model penelitian ini terdiri dari tujuh
variabel yaitu Perfomance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social
Influence (SI), Perceived Trust (PT), Facilitating Conditions (FC), Behavioral
Intention (BI), dan Use Behavior (UB). Selain itu terdapat pula 4 variabel moderator
yaitu, gender, age, experience, dan voluntariness of use. Selain itu peneliti
memodifikasi model UTAUT yang ada dengan menambahkan variabel Perceived
Trust. Hal ini diutarakan Menag dalam konferensi pers yang digelar di kantor
Kementerian Agama, Rabu (7/2). Secara operasional, dana zakat ini nantinya akan
dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang didirikan oleh ormas Islam dan kalangan profesional lainnya.
“BAZNAS dan LAZ setiap tahun diaudit akuntan publik.
Melalui aturan ini, kami ingin menambahkan agar secara periodik mereka
juga harus menyampaikan ke publik tentang progres penghimpunan dan
pendayagunaan zakat. Ini juga terkait trust atau kepercayaan,” sambungnya. dan
menghilangkan 4 variabel moderator yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut
adalah rancangan model UTAUT yang diajukan.
-
15
Gambar 1.3 Model Penelitian yang Diajukan
1.8 Pertanyaan Penelitian
Sesuai dengan model penelitian yang diajukan, berikut adalah rincian
pertanyaan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
pengguna zakat profesi pada SPT (e-Filling):
H1: Ekspektansi kinerja (Performance Expectancy) yang dimiliki oleh pengguna
berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral
intention)?
H2: Ekspektansi usaha (Effort Expectancy) yang dimiliki oleh pengguna
berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral
intention)?
-
16
H3: Faktor sosial (Social Influence) yang dimiliki oleh pengguna berpengaruh
secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral intention)?
H4: Persepsi kepercayaan (Perceived Trust) yang dimiliki oleh pengguna
berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral
intention)?
H5: Kondisi-kondisi yang memfasilitasi (Facilitating Conditions) yang dimiliki
oleh pengguna berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku penggunaan
(Use Behavior)?
H6: Niat pengguna untuk menggunakan (behavioral intention) berpengaruh secara
signifikan terhadap niat perilaku penggunaan (Use Behavior)?
1.9 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Unified theory of acceptance and use of
technology (UTAUT) yang terdiri dari tujuh variabel yaitu, performance expectancy
(PE), effort expectancy (EE), social influence (SI), Perceived Trust (PT), facilitating
conditions (FC), behavioral intention (BI), Use Behavior (UB). Pengumpulan data
dilakukan melalui survei dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dirancang
dalam bentuk pertanyaan terbuka berdasarkan variabel dan indikator pada model
UTAUT. Selain itu studi literatur dan wawancara juga dilakukan peneliti untuk
memperkuat latar belakang serta teori-teori pada penelitian ini.
Responden pada penelitian ini adalah wajib pajak yang berada di DKI
jakarta. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Slovin. Selanjutnya dilakukan
penyebaran kuesioner secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui
-
17
media sosial whatsapp, dan juga e-mail dengan menggunakan google forms untuk
pengisian kuesioner secara online. Setelah semua kuesioener terkumpul dilakukan
penyaringan dan klasifikasi menggunakan perangkat lunak pengolahan angka
MS.Excell 2013. Selanjutnya untuk proses analisis secara kuantitatif peneliti
menggunakan pendekatan PLS-SEM dengan software SmartPLS versi 3.0.
Selanjutnya interpretasi dilakukan berdasarkan hasil analisis tersebut.
1.10 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan penelitian, pembahasan terbagi dalam lima bab
yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan secara singkat mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, model penelitian, pertanyaan
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai dasar-dasar teori yang mendukung
dalam menganalisis tingkat keterkaitan antara Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) dengan zakat profesi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metodologi pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, dan metode analisis data.
-
18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil-hasil yang diperoleh dari hasil penelitian
analisis keterkaitan antara Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
dengan zakat profesi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan
masalah serta beberapa saran dan sebagai bahan pertimbangan dalam
menerapkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dengan zakat
profesi.
-
19
-
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis merupakan
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri
serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan (www.kbbi.web.id, 2019).
Selain itu, pengertian lain analisis adalah kegiatan berfikir dengan tujuan
untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat diketahui
tanda-tanda komponen, bagaimana hubungannya satu sama lain dan apa saja fungsi
masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu (Komaruddin, 2001).
2.2 Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi adalah pengaturan sumber daya manusia, data, proses dan
data teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan dan menyediakan sebagai keluaran infomasi yang dibutuhkan untuk
mendukung sebuah organisasi (Whitten & Bentley, 2007). Menurut Alter (2001)
sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang dan
teknologi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
a. Definisi Sistem
Sistem adalah sekelompok komponen yang saling terkait, yang memiliki
fungsi bersama-sama untuk mencapai hasil yang diinginkan (Whitten &
-
21
Bentley, 2007). Menurut McLeod & Schell (2008) sistem adalah sekelompok
elemen-elemen yang saling terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai satu tujuan. Seperti yang terlihat pada gambar 2.1 di bawah, tidak
semua sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi ia
merupakan suatu susunan dasar.
Gambar 2.3 Elemen Sistem (McLeod & Schell, 2008)
Berdasarkan Gambar 2.1 sumber daya masukan diubah menjadi sumber
daya keluaran. Sumber daya mengalir dari elemen masukan melalui elemen
transformasi ke elemen keluaran. Suatu mekanisme pengendalian memantau
proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi
tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada arus sumber daya
dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang
mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi
mekanisme pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-
-
22
sinyal umpan balik dengan tujuan dan mengarahkan sinyal pada elemen
masukan jika sistem operasi memang perlu diubah.
b. Definisi Data dan Informasi
Pengertian data menurut Gie (2000) adalah hal peristiwa atau kenyataan
lainnya apapun yang mengandung sesuatu pengetahuan untuk dijadikan dasar
guna penyusunan keterangan, pembuatan kesimpulan/penerapan keputusan.
Data ialah ibarat bahan mentah yang melalui pengolahan tertentu lalu menjadi
keterangan (informasi). Sedangkan menurut Davis (2003) data merupakan
bahan mentah bagi informasi, yang dirumuskan sebagai kelompok lambang-
lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah-jumlah, tindakan-tindakan, hal-
hal, dan sebagainya.
Menurut Goal (2008) informasi adalah data yang telah diproses atau
diolah ke dalam bentuk yang berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai
yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang
sekarang atau nantinya. Menurut Davis (2003) nilai suatu informasi dapat
ditentukan berdasarkan sifatnya. Tentang 10 sifat yang dapat menentukan nilai
informasi yaitu sebagai berikut:
1. Kemudahan dalam memperoleh, Informasi memiliki nilai yang lebih
sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan
sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.
2. Sifat luas dan kelengkapannya, Informasi mempunyai nilai yang lebih
sempurna apabila mempunyai lingkup/cakupan yang luas dan lengkap.
-
23
Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak
dapat digunakan secara baik.
3. Ketelitian, Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila
mempunyai ketelitian yang tinggi/akurat. Informasi menjadi tidak bernilai
jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan
keputusan.
4. Kecocokan dengan pengguna, Informasi mempunyai nilai yang lebih
sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Informasi
berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan
kebutuhan penggunanya, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan.
5. Ketepatan waktu, Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila
dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Informasi berharga dan
penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterima/usang, karena tidak
dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan.
6. Kejelasan, Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai
informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format
informasi.
7. Fleksibilitas, Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki
fleksibilitas tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para
manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan.
-
24
8. Dapat dibuktikan, Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi
tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung
pada validitas data sumber yang diolah.
9. Tidak ada prasangka, Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi
tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan
informasi.
10. Dapat diukur. Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat
diukur agar dapat mencapai nilai yang sempurna.
2.3 Definisi Penerimaan Pengguna
Dillon & Morris (1996) mendefinisikan Penerimaan pengguna sebagai
kemauan dari sekelompok pengguna dalam menggunakan teknologi informasi
untuk mendukung pekerjaannya. Kurangnya penerimaan pengguna adalah
hambatan yang signifikan bagi keberhasilan penerapan suatu sistem informasi baru.
Bahkan pengguna sering tidak mau menggunakan sistem informasi yang telah
disediakan, padahal bila pengguna tersebut mau menggunakan akan menghasilkan
keuntungan bagi pengguna tersebut. Oleh karena itu penerimaan pengguna telah
dipandang sebagai salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau
kegagalan suatu proyek sistem informasi (Dillon & Morris, 1996).
-
25
2.4 Pajak SPT dan e-Filling
2.4.1 Definisi Pajak Secara Umum
Pengertian pajak berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat
1 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.4.2 Definisi SPT
Pengertian SPT adalah surat yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan
penghitungan pajak, penghasilan, harta, objek pajak, atau kewajiban pajak lainnya
yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT memuat
informasi seputar jumlah pajak terutang serta pelunasan pajak yang telah
dilakukan dalam periode tertentu. Segala informasi yang dituliskan dalam SPT
harus benar, lengkap, dan jelas. Wajib pajak juga harus bertanggung jawab atas
informasi yang tertera dalam SPT. Jika terdapat informasi yang tidak sesuai, Ditjen
Pajak sebagai penyelenggara kegiatan pajak dapat meminta keterangan dan
pertanggungjawaban pada Wajib Pajak (Surtan Siahaan, 2019).
2.4.3 Definisi e-Filling
Definisi e-Filing adalah cara pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
pajak yang dilakukan secara elektronik atau online melalui website Direktorat
Jenderal Pajak (DJP Online), maupun melalui saluran e-Filling resmi lain yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Karena sistem ini sudah menganut sistem online,
https://www.online-pajak.com/user/96
-
26
maka anda tidak perlu repot lagi datang ke kantor pajak untuk menunggu dalam
proses pembayaran pajak.
2.4.4 Manfaat Umum e-Filling Pajak
Jika dibandingkan dengan pelaporan pajak manual, e-Filling pajak
memberikan banyak keuntungan seperti sebagai berikut.
a. Lapor pajak online dari mana saja dan kapan saja.
b. Hemat waktu. Tak perlu lagi menghabiskan waktu untuk datang dan antre di
KPP.
c. Bukti pelaporan disimpan lebih aman dan mudah dilacak, tanpa khawatir hilang
atau terselip.
Menurut UU Ketentuan Umum Perpajakan tahun 2007, pasal 28, ayat (11)
bahwa buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal wajib
pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan wajib pajak badan. Karena itu,
pastikan anda menyimpannya dengan baik dan di tempat yang aman.
Berdasarkan peraturan terbaru, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI
Nomor 9/PMK.03/2018, terdapat jenis SPT yang diwajibkan e-Filling pajak.
Berikut ini daftar SPT tersebut.
a. SPT Masa PPh Pasal 21 / PPh Pasal 26
b. SPT Masa PPN / PPnBM 1111
-
27
c. SPT Tahunan Badan bagi PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang menerbitkan e-
Faktur
Ini berarti pelaporan ketiga jenis SPT di atas tidak dapat lagi dilakukan
manual dengan mengantarkan dokumen elektronik ke KPP.
Namun, pengecualian ini berlaku untuk SPT Masa PPh Pasal 21 / PPh Pasal
26 dan SPT Masa PPN nihil untuk masa pajak Desember. Kewajiban lapor pajak
online ini berlaku sejak 1 April 2018.
2.4.5 Lima Aplikasi e-Filling Resmi
Berikut adalah 5 aplikasi e-Filling yang merupakan saluran resmi yang
ditetapkan oleh DJP:
a. Website penyalur SPT elektronik seperti aplikasi e-filing OnlinePajak
b. Saluran suara digital yang ditetapkan DJP untuk Wajib Pajak tertentu
c. Jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara DJP dengan Wajib
Pajak
d. Website Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
e. Saluran lain yang ditetapkan DJP
Lima saluran lapor pajak online di atas ditetapkan melalui pasal 2a PMK
Nomor 9/PMK.03/2018 tentang SPT.
2.4.6 Batas Waktu e-Filling Pajak
Pelaporan SPT memiliki tenggat untuk setiap jenis SPT. Berikut ini daftar
waktu waktu pelaporan pajak.
-
28
Tabel 2.1 Batas Waktu e-Filling Pajak
No. Jenis SPT Masa Tenggat
1. PPh Pasal 4 ayat 2 Tanggal 20 bulan berikut
2. PPh Pasal 15 Tanggal 20 bulan berikut
3. PPh Pasal 21/26 Tanggal 20 bulan berikut
4. PPh Pasal 23/26 Tanggal 20 bulan berikut
5. PPh Pasal 22, PPN & PPnBM oleh Bea
Cukai
Hari kerja terakhir minggu
berikutnya (melapor secara
mingguan)
6. PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah Tanggal 14 bulan berikut
7. PPh Pasal 22 - Pemungut tertentu Tanggal 20 bulan berikut
8. PPN dan PPnBM - PKP Akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak
9. PPN dan PPnBM - Bendaharawan Tanggal 14 bulan berikut
10 PPN dan PPnBM - Pemungut Non
Bendahara
Tanggal 20 bulan berikut
11. PPh Pasal 4 ayat 2, Pasal 15, 21, 23,
PPN dan PPnBM untuk wajib pajak
kriteria tertentu
Tanggal 20 setelah berakhirnya
masa pajak terakhir
No. SPT Tahunan Tenggat
1. PPh Orang
Pribadi
Akhir bulan setelah berakhirnya tahun atau bagian
tahun pajak
2. PPh Badan Akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau
bagian tahun pajak
2.4.7 Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak
Bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT pajak akan dikenakan
sanksi sebagai berikut:
-
29
Tabel 2.2 Jenis Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak
No. Jenis Pajak Tenggat
1. SPT Masa PPN Rp 500.000,-
2. SPT Masa Lainnya Rp 100.000,-
3. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000,-
4. SPT Tahunan PPh Badan Rp 1.000.000,-
2.4.8 Syarat e-Filling Pajak
Agar dapat melakukan e-filing, berikut ini syarat yang harus dimiliki:
a. EFIN / nomor identitas elektronik
b. Dokumen elektronik / SPT elektronik
c. Akses ke web efiling / sudah terdaftar di OnlinePajak
Sebagai informasi, EFIN dibutuhkan agar wajib pajak bisa melakukan
transaksi pajak secara online. Jika wajib pajak sebelumnya sudah memiliki EFIN
dan sertifikat elektronik e-Faktur tidak perlu mengajukan permohonan EFIN lagi.
Bagi wajib pajak yang belum memiliki EFIN, jangan khawatir karena untuk
mendapatkan nomor identitas elektronik ini sangat mudah. Ini panduannya untuk
memperoleh EFIN:
a. Unduh formulir permohonan aktivasi EFIN
b. Ajukan langsung formulir EFIN ke KPP tanpa diwakilkan sambil melampirkan
syarat berupa asli dan foto kopi dokumen di bawah ini:
1) Wajib Pajak Orang Pribadi
a) Asli dan foto kopi KTP (WNI)
b) Paspor dan KITAS/KITAP (WNA)
-
30
c) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar
d) Email aktif
2) Wajib Pajak Badan
a) Surat penunjukkan pengurus yang bersangkutan.
b) KTP pengurus (WNA).
c) Paspor dan KITAS/KITAP pengurus (WNA).
d) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar pengurus.
e) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar WP badan.
f) Email aktif
3) Wajib Pajak Badan Kantor Cabang
a) Surat pengangkatan pimpinan kantor cabang.
b) Surat penunjukan pimpinan kantor cabang sebagai pengurus yang
bersangkutan.
c) KTP pengurus (WNA).
d) Paspor dan KITAS/KITAP pengurus (WNA).
e) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar yang bersangkutan.
f) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar kantor cabang.
c. Daftarkan EFIN yang telah Anda dapatkan pada aplikasi e-Filing CSV
OnlinePajak pada menu "Pengaturan". Selanjutnya Anda dapat langsung
melakukan lapor SPT online.
-
31
2.5 Zakat
Secara bahasa, zakat artinya bertambah dan bersih. Menurut terminologi
syariat, zakat adalah hak wajib dalam harta tertentu (hewan ternak, hasil bumi, emas
dan perak, barang-barang perdagangan) dan untuk golongan tertentu (mereka
adalah delapan golongan yang disebut dalam surah At-Taubah), pada waktu
tertentu, yaitu setelah genap satu tahun. Selain tanaman dan buah-buahan, karena
waktu wajib zakatnya adalah ketika panen. Secara syariat disebut zakat karena
adanya makna etimologi di sana, yaitu untuk mengembangkan dan membersihkan
harta, juga membersihkan si pemiliknya.
Zakat adalah salah satu rukun Islam. Kewajibannya tertera dalam Al-
Qur’an, sunnah, ijmak, dan qiyas shahih. Ada sejumlah syarat wajib zakat:
1. Islam. Zakat tidak wajib bagi orang kafir meski di akhirat diberi penyampain
dan disiksa karena tidak menunaikan kewajiban yang satu ini.
2. Memiliki nishab (Ukuran).
3. Berlalu satu tahun, kecuali untuk hasil bumi. Haul zakat hasil bumi adalah saat
panen (Bassam, 2013).
2.5.1 Zakat Profesi
Zakat penghasilan atau zakat profesi (al-mal al-mustafad) adalah zakat yang
dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang
dilakukan sendirian maupun bersama dengan orang/lembaga lain, yang
mendatangkan penghasilan (uang) halal yang memenuhi nisab (batas minimum
-
32
untuk wajib zakat). Contohnya adalah pejabat, pegawai negeri atau swasta, dokter,
konsultan, advokat, dosen, makelar, seniman dan sejenisnya (Hadi, 2018).
Hukum zakat penghasilan berbeda pendapat antar ulama fiqh. Mayoritas
ulama madzhab empat tidak mewajibkan zakat penghasilan pada saat menerima
kecuali sudah mencapai nisab dan sudah sampai setahun (haul), namun para ulama
mutaakhirin seperti Syekh Abdurrahman Hasan, Syekh Muhammad Abu Zahro,
Syekh Abdul Wahhab Khallaf, Syekh Yusuf Al Qardlowi, Syekh Wahbah Az-
Zuhaili, hasil kajian majma' fiqh dan fatwa MUI nomor 3 tahun 2003 menegaskan
bahwa zakat penghasilan itu hukumnya wajib (Hadi, 2018).
Hal ini mengacu pada pendapat sebagian sahabat (Ibnu Abbas, Ibnu Masud
dan Mu'awiyah), Tabiin (Az-Zuhri, Al-Hasan Al-Bashri, dan Makhul) juga
pendapat Umar bin Abdul Aziz dan beberpa ulama fiqh lainnya (Al-fiqh Al-Islami
wa ‘Adillatuh, 2/866).
Juga berdasarkan firman Allah SWT: "... Ambilah olehmu zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka..." (QS. At-Taubah 9:103) dan firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang
beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik..." (QS. Al-
Baqarah. 2:267)
Juga berdasarkan sebuah hadits shahih riwayat Imam Tirmidzi bahwa
Rasulullah SAW bersabda: "Keluarkanlah olehmu sekalian zakat dari harta kamu
sekalian," dan hadits dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah
hanyalah dikelaurkan dari kelebihan/kebutuhan. tangan atas lebih baik daripada
-
33
tangan dibawah. mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan orang yang
menjadi tanggung jawabmu." ( HR. Ahmad)
Dan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan apa yang dijelaskan oleh
penulis terkenal dari Mesir, Muhammad Ghazali dalam bukunya Al-Islam wal Audl'
Aliqtishadiya: "Sangat tidak logik kalau tidak mewajibkan zakat kepada kalangan
profesional seperti dokter yang penghasilannya sebulan bisa melebihi penghasilan
petani setahun."
Jika kita mengikuti pendapat ulama yang mewajibkan zakat penghasilan,
maka ada beberapa cara tentang pengeluaran bruto atau netto. Dalam buku fiqh
zakat karya DR Yusuf Qaradlawi (Hadi, 2018). bab zakat profesi dan
penghasilan, dijelaskan tentang cara mengeluarkan zakat penghasilan. Kalau kita
klasifikasi ada tiga wacana:
a. Pengeluaran brotto, yaitu mengeluarkan zakat penghasilan kotor. Artinya,
zakat penghasilan yang mencapai nisab 85 gr emas dalam jumlah setahun,
dikeluarkan 2,5 % langsung ketika menerima sebelum dikurangi apapun. Jadi
kalau dapat gaji atau honor dan penghasilan lainnya dalam sebulan mencapai 4
juta rupiah x 12 bulan = 48 juta, berarti dikeluarkan langsung 2,5 dari 4 juta tiap
buan = 100 ribu atau dibayar di akhir tahun = 1.200.000 ribu.
Hal ini juga berdasarkan pendapat Az-Zuhri dan 'Auza'i, beliau menjelaskan:
"Bila seorang memperoleh penghasilan dan ingin membelanjakannya sebelum
bulan wajib zakat datang, maka hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu
terlebih dahulu dari membelanjakannya" (Ibnu Abi Syaibah, Al-mushannif,
4/30). Dan juga menqiyaskan dengan beberapa harta zakat yang langsung
-
34
dikeluarkan tanpa dikurangi apapun, seperti zakat ternak, emas perak, ma'dzan
dan rikaz.
b. Dipotong oprasional kerja, yaitu setelah menerima penghasilan gaji atau honor
yang mencapai nisab, maka dipotong dahulu dengan biaya oprasional kerja.
Contohnya, seorang yang mendapat gaji 4 juta rupiah sebulan, dikurangi biaya
transport dan konsumsi harian di tempat kerja sebanyak 500 ribu, sisanya
3.500.000. maka zakatnya dikeluarkan 2,5 dari 3.500.000= 87.500,-.
Hal ini dianalogikan dengan zakat hasil bumi dan kurma serta sejenisnya.
Bahwa biaya dikeluarkan lebih dahulu baru zakat dikeluarkan dari sisanya. Itu
adalah pendapat Imam Atho' dan lain-lain dari itu zakat hasil bumi ada
perbedaan prosentase zakat antara yang diairi dengan hujan yaitu 10% dan
melalui irigasi 5%.
c. Pengeluaran neto atau zakat bersih, yaitu mengeluarkan zakat dari harta yang
masih mencapai nisab setelah dikurangi untuk kebutuhan pokok sehari-hari,
baik pangan, papan, hutang dan kebutuhan pokok lainnya untuk keperlua
dirinya, keluarga dan yang menjadi tanggungannya. Jika penghasilan setelah
dikurangi kebutuhan pokok masih mencapai nisab, maka wajib zakat, akan
tetapi kalau tidak mencapai nisab ya tidak wajib zakat, karena dia bukan
termasuk muzakki (orang yang wajib zakat) bahkan menjadi mustahiq (orang
yang berhak menerima zakat) karena sudah menjadi miskin dengan tidak
cukupnya penghasilan terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.
-
35
Hal ini berdasarkan hadits riwayat imam Al-Bukhari dari Hakim bin Hizam
bahwa Rasulullah SAW bersabda: ".... dan paling baiknya zakat itu dikeluarkan
dari kelebihan kebutuhan...". (lihat: DR Yusuf Al-Qaradlawi. Fiqh Zakat, 486).
Kesimpulan, seorang yang mendapatkan penghasilan halal dan mencapai
nisab (85gr emas) wajib mengeluarkan zakat 2,5 %, boleh dikeluarkan setiap bulan
atau di akhir tahun. Sebaiknya zakat dikeluarkan dari penghasilan kotor sebelum
dikurangi kebutuhan yang lain. Ini lebih afdlal (utama) karena khawatir ada harta
yang wajib zakat tapi tapi tidak dizakati, tentu akan mendapatkan adzab Allah baik
di dunia dan di akhirat.Juga penjelasan Ibnu Rusd bahwa zakat itu ta’bbudi
(pengabdian kepada Allah SWT) bukan hanya sekedar hak mustahiq. Tapi ada juga
sebagian pendapat ulama membolehkan sebelum dikeluarkan zakat dikurangi
dahulu biaya oprasional kerja atau kebutuhan pokok sehari-hari (Hadi, 2018).
Zakat profesi dibedakan dengan zakat lainnya karena dikeluarkan ketika
seseorang menerima gaji atau upah, tanpa memperhatikan nishab dan haul. Zakat
profesi ini baru muncul dan diwacanakan di zaman modern, tidak terdapat secara
eksplisit dalam kitab-kitab fiqih klasik, dan juga tentu termasuk zakat yang banyak
diperselisihkan oleh para ulama di masa sekarang, baik tentang keberadaannya atau
pun tentang aturan-aturan dan berbagai ketentuannya.
Zakat Profesi Antara Penentang dan Pendukung
Keberadaan zakat profesi sejak awal memang selalu menjadi kontroversi di
kalangan ulama. Ini sebuah realita yang tidak bisa ditolak, karena nyata-nyata
perbedaan itu ada.
-
36
1. Kalangan Yang Tidak Menerima Zakat Profesi
Di antara kalangan yang tidak setuju dengan adanya zakat profesi, terdiri
para tokoh ulama di masa modern dan juga beberapa lembaga fatwa yang terkenal.
a. Dr. Wahbah Az-Zuhaili
Dr. Wahbah Az-Zuhaili salah satu tokoh ulama kontemporer menuliskan
pikirannya di dalam kitabnya, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu sebagai berikut :
Yang menjadi ketetapan dari empat mazhab bahwa tidak ada zakat untuk mal
mustafad (zakat profesi), kecuali bila telah mencapai nishab dan haul (Dr. Wahbah
Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid 3 hal. 1949).
Dalam tanya jawab langsung dengan ulama asal Suriah ini di Masjid Baitul Mughni,
Penulis berkesempatan untuk bertanya kepada beliau tentang kedudukan zakat
profesi ini. Jawaban beliau tegas sekali saat itu, bahwa zakat profesi ini tidak punya
landasan yang kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah. Padahal zakat itu termasuk rukun
Islam, dimana landasannya harus qath’i dan tidak bisa hanya sekedar hasil
pemikiran dan ijtihad pada waktu tertentu.
Dalam pendapatnya ini, Dr. Wahbah Az-Zuhaili bisa Penulis golongkan
sebagai kalangan ulama moderat kontemporer yang tidak menerima keberadaan
zakat profesi.
Namun beliau memberikan kelonggaran bagi mereka yang mewajibkan
zakat profesi. Beliau menuliskan sebagai berikut :
“Dan dimungkinkan adanya pendapat atas kewajiban zakat pada mal mustafad
semata ketika menerimanya meski tidak sampai satu tahun, karena mengambil
pendapat dari sebagian shahabat seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan Mu'awiyah.”
-
37
b. Syeikh Bin Baz
Syeikh Abdullah bin Baz mufti Kerajaan Saudi Arabia di masanya bisa
dikategorikan sebagai ulama masa kini yang juga tidak sepakat dengan adanya zakat
profesi ini. Berikut petikan fatwanya :
Zakat gaji yang berupa uang, perlu diperinci: Bila gaji telah ia terima, lalu berlalu
satu tahun dan telah mencapai satu nishab, maka wajib dizakati. Adapun bila
gajinya kurang dari satu nishab, atau belum berlalu satu tahun, bahkan ia belanjakan
sebelumnya, maka tidak wajib dizakati (Maqalaat Al Mutanawwi'ah oleh Syeikh
Abdul Aziz bin Baaz 14/134).
Beliau mensyaratkan adanya nishab dan haul, sedangkan intisari dari zakat profesi
justru meninggalkan kedua syarat tersebut.
c. Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin
Pendapat serupa juga ditegaskan oleh Syeikh Muhammad bin Shaleh Al
Utsaimin, salah seorang ulama di Kerajaan Saudi Arabia di masanya.
“Tentang zakat gaji bulanan hasil profesi. Apabila gaji bulanan yang diterima oleh
seseorang setiap bulannya dinafkahkan untuk memenuhi hajatnya sehingga tidak
ada yang tersisa sampai bulan berikutnya, maka tidak ada zakatnya. Karena di
antara syarat wajibnya zakat pada suatu harta (uang) adalah sempurnanya haul yang
harus dilewati oleh nishab harta (uang) itu. Jika seseorang menyimpan uangnya,
misalnya setengah gajinya dinafkahkan dan setengahnya disimpan, maka wajib
atasnya untuk mengeluarkan zakat harta (uang) yang disimpannya setiap kali
sempurna haulnya.” (Majmu' Fatawa wa Ar Rasaa'il 18/178).
-
38
d. Hai'atu Kibaril Ulama
Fatwa serupa juga telah diedarkan oleh Anggota Tetap Komite Fatwa
Kerajaan Saudi Arabia, berikut fatwanya:
"Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa di antara harta yang wajib
dizakati adalah emas dan perak (mata uang). Dan di antara syarat wajibnya zakat
pada emas dan perak (uang) adalah berlalunya satu tahun sejak kepemilikan uang
tersebut. Mengingat hal itu, maka zakat diwajibkan pada gaji pegawai yang berhasil
ditabungkan dan telah mencapai satu nishab, baik gaji itu sendiri telah mencapai
satu nishab atau dengan digabungkan dengan uangnya yang lain dan telah berlalu
satu tahun. Tidak dibenarkan untuk menyamakan gaji dengan hasil bumi; karena
persyaratan haul (berlalu satu tahun sejak kepemilikan uang) telah ditetapkan dalam
dalil, maka tidak boleh ada qiyas. Berdasarkan itu semua, maka zakat tidak wajib
pada tabungan gaji pegawai hingga berlalu satu tahun (haul)" (Majmu' Fatwa
Anggota Tetap Komite Fatwa Kerajaan Saudi Arabia 9/281, fatwa no: 1360).
e. Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
Di dalam negeri sebagian kalangan ulama dari Nahdhatul Ulama juga
termasuk ke dalam barisan yang tidak sejalan dengan zakat profesi. Hasil Keputusan
Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di asrama haji Pondok Gede
Jakarta pada tanggal 25-28 Juli 2002 bertepatan dengan 14-17 Rabiul Akhir 1423
hijriyah telah menetapkan hukum-hukum terkait dengan zakat profesi. Berikut
kutipannya :
Intinya pada dasarnya semua hasil pendapatan halal yang mengandung
unsur mu’awadhah (tukar-menukar), baik dari hasil kerja profesional/non-
-
39
profesional, atau pun hasil industri jasa dalam segala bentuknya, yang telah
memenuhi persyaratan zakat, antara lain : mencapai satu jumlah 1 (satu) nishab dan
niat tijarah, dikenakan kewajiban zakat (Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat
Mu’tamarat Nahdhatil Ulama, hal. 556-557).
Dari keputusan ini kita bisa menyimpulkan, apabila seseorang mendapat gaji
atau honor, tidak langsung wajib berzakat, karena harus terpenuhi dua hal, yaitu
nishab dan niat tijarah. Niat tijarah maksudnya adalah ketika seseorang bekerja,
niatnya adalah berdagang atau berjual-beli. Dan ini sulit dilaksanakan, lantaran agak
sulit mengubah akad bekerja demi mendapat upah dengan akad berjual beli. Oleh
karena itu keputusan itu ada tambahannya :
”Akan tetapi realitasnya jarang yang bisa memenuhi persyaratan tersebut, lantaran
tidak terdapat unsur tijarah (pertukaran harta terus menerus untuk memperoleh
keuntungan.”
Sekilas kita akan sulit memastikan sikap dari musyarawah ini, apakah
menerima zakat profesi atau tidak. Karena keputusan ini masih bersifat mendua,
tergantung dari niatnya. Akan tetapi tegas sekali bahwa kalau yang dimaksud
dengan zakat profesi yang umumnya dikenal, yaitu langsung potong gaji tiap bulan,
bahkan sebelum diterima oleh yang berhak, keputusan ini secara tegas menolak
kebolehannya. Sebab dalam pandangan mereka, zakat itu harus berupa harta yang
sudah dimiliki, dalam arti sudah berada di tangan pemiliknya.
f. Dewan Hisbah Persis
Persatuan Islam (PERSIS) yang diwakili oleh Dewan Hisbah telah berketetapan
untuk menolak zakat profesi, dengan alasan karena zakat termasuk ibadah mahdhah
-
40
(Kumpulan Keputusan Sidang Dewan Hisbah Persatuan Islam (PERSIS) tentang
Akidah dan Ibadah, hal. 443).
Barangkali maksudnya, kita tidak dibenarkan untuk menciptakan jenis zakat
baru, bila tidak ada dalil yang tegas dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sedangkan zakat
profesi tidak punya landasan yang sifatnya tegas langsung dari keduanya.
Namun insitusi ini menerima adanya kewajiban infaq bagi harta yang tidak
terkena zakat. Maka karena bukan termasuk zakat, gaji itu perlu diinfaqkan,
tergantung kebutuhan Islam terhadap harta tersebut. Maka tidak ada besarannya
yang baku, dan dalam hal ini pimpinan jam’iyah dapat menetapkan besarnya infaq
tersebut.
g. Muktamar Zakat di Kuwait
Dalam Muktamar zakat pada tahun 1984 H di Kuwait, masalah zakat profesi
telah dibahas pada saat itu, lalu para peserta membuat kesimpulan:
“Zakat gaji dan profesi termasuk harta yang sangat potensial bagi kekuatan manusia
untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti gaji pekerja dan pegawai, dokter, arsitek dan
sebagainya".
"Profesi jenis ini menurut mayoritas anggota muktamar tidak ada zakatnya ketika
menerima gaji, namun digabungkan dengan harta-harta lain miliknya sehingga
mencapai nishob dan haul lalu mengeluarkan zakat untuk semuanya ketika
mencapai nishab".
"Adapun gaji yang diterima di tengah-tengah haul (setelah nishob) maka dizakati di
akhir haul sekalipun belum sempurna satu tahun penuh. Dan gaji yang diterima
sebelum nishob maka dimulai penghitungan haulnya sejak mencapai nishob lalu
-
41
wajib mengeluarkan zakat ketika sudah mencapai haul. Adapun kadar zakatnya
adalah 2,5% setiap tahun“ (Abhats wa A’mal Mu’tamar Zakat Awal hlm. 442-443,
dari Abhats Fiqhiyyah fi Qodhoya Zakat al-Mua’shiroh 1/283-284.).
2. Kalangan Yang Mendukung Zakat Profesi
Ada banyak hujjah yang mendasari kenapa para ulama dan juga lembaga
fatwa di atas tidak menerima keberadaan zakat profesi. Kalau kita sebutkan satu per
satu, susunannya sebagai berikut :
a. Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Tidak bisa dipungkiri bahwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi adalah salah satu icon
yang paling mempopulerkan zakat profesi. Beliau membahas masalah ini dalam
buku beliau Fiqh Zakat yang merupakan disertasi beliau di Universitas Al-Azhar,
dalam bab زكاة كسب العمل و المـهن الحرة (zakat hasil pekerjaan dan profesi) (Yusuf al-
Qaradawi, Fiqh az-Zakah, (Kairo: Maktabah Wahbah, cet. 25, 2006), vol. 1, hlm.
488-519).
Sesungguhnya beliau bukan orang yang pertama kali membahas masalah
ini. Jauh sebelumnya sudah ada tokoh-tokoh ulama seperti Abdurrahman Hasan,
Syeikh Muhammad Abu Zahrah, dan juga ulama besar lainnya seperti Abdul
Wahhab Khalaf. Namun karena kitab Fiqhuz-Zakah itulah maka sosok Al-Qaradawi
lebih dikenal sebagai rujukan utama dalam masalah zakat profesi.
Inti pemikiran beliau, bahwa penghasilan atau profesi wajib dikeluarkan
zakatnya pada saat diterima, jika sampai pada nishab setelah dikurangi hutang. Dan
zakat profesi bisa dikeluarkan harian, mingguan, atau bulanan.
-
42
Dan sebenarnya disitulah letak titik masalahnya. Sebab sebagaimana kita
ketahui, bahwa diantara syarat-syarat harta yang wajib dizakati, selain zakat
pertanian dan barang tambang (rikaz), harus ada masa kepemilikan selama satu
tahun, yang dikenal dengan istilah haul.
Sementara Al-Qaradawi dan juga para pendukung zakat profesi
berkeinginan agar gaji dan pemasukan dari berbagai profesi itu wajib dibayarkan
meski belum dimiliki selama satu haul.
b. Dr. Abdul Wahhab Khalaf
Dalam kitab Fiqhuzzakah, Al-Qaradawi tegas menyebutkan bahwa
pendapatnya yang mendukung zakat profesi bukan pendapat yang pertama.
Sebelumnya sudah ada tokoh ulama Mesir yang mendukung zakat profesi, yaitu
Abdul Wahhab Khalaf.
Abdul Wahab adalah seorang ulama besar di Mesir (1888-1906), dikenal
sebagai ahli hadits, ahli ushul fiqih dan juga ahli fiqih. Salah satu karya utama beliau
adalah kitab Ushul Fiqih, Ahkam Al-Ahwal Asy-Syakhshiyah, Al-Waqfu wa Al-
Mawarits, As-Siyasah Asy-Syar'iyah, dan juga dalam masalah tafsir, Nur min Al-
Islam.
Saya memasukkan beliau di kalangan pendukung zakat profesi dengan
alasan beliau adalah orang yang memberi inspirasi awal kepada Dr. Yusuf Al-
Qaradawi tentang pemikiran dan ide dicetuskannya zakat profesi.
Namun anehnya kalau kita rujuk langsung kepada pendapat beliau,
sebenarnya beliau lebih tepat didudukkan sebagai orang yang tidak sejalan dengan
zakat profesi. Dalam kuliah yang beliau sampaikan tentang zakat, disebutkan bahwa
-
43
zakat profesi itu wajib, namun harus memenuhi syarat haul dan nishab dulu. Berikut
kutipannya :“Sedangkan penghasilan kerja dan profesi diambil zakatnya apabila
telah dimiliki selama setahun dan telah mencapai nishab.”
c. Syeikh Muhammad Abu Zahrah
Selain Abdul Wahhab Khalaf, di kitab Fiqhuzzakah, Al-Qaradawi juga
menyebutkan bahwa Syeikh Abu Zahrah termasuk orang yang mendukung adanya
zakat profesi.
Syeikh Muhammad Abu Zahrah (1898- 1974) adalah guru dari Al-
Qaradawi. Beliau adalah sosok ulama yang terkenal dengan pemikirannya yang luas
dan merdeka, serta banyak melakukan perjalanan ke luar negeri melihat realitas
kehidupan manusia.
Namun kalau kita telaah fatwa Abu Zahrah dan juga Abdul Wahhab Khalaf
dengan cermat, sebenarnya yang mereka fatwakan bukan zakat profesi yang
umumnya dimaksud. Sebab ada syarat haul dan nishab. Kalau ada kedua syarat itu,
setidaknya syarat haul, maka zakat itu lebih merupakan zakat atas harta yang
ditabung atau disimpan. Padahal inti dari zakat profesi itu tidak membutuhkan haul,
sehingga begitu diterima, langsung terkena zakat.
Namun rupanya Dr. Yusuf Al-Qaradawi bersikeras menggolongkan mereka
sebagai pendukung zakat profesi, padahal yang dimaksud agak berbeda kriterianya.
d. Muhammad Al-Ghazali
Dalam fatwanya. Dr. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa orang
yang penghasilannya di atas petani yang terkena kewajiban zakat, maka dia pun
wajib berzakat. Maka doker, pengacara, insinyur, produsen, pegawai dan sejenisnya
-
44
diwajibkan untuk mengeluarkan zakat dari harta mereka yang terhitung besar itu
(Majalah Jami’atu Al-Malik Suud, jilid 5 hal. 116).
e. Majelis Tarjih Muhammadiyah
Musyawarah Nasional Tarjih XXV yang berlangsung pada tanggal 3 – 6
Rabiul Akhir 1421 H bertepatan dengan tanggal 5 – 8 Juli 2000 M bertempat di
Pondok Gede Jakarta Timur dan dihadiri oleh anggota Tarjih Pusat.
Lampiran 2
Keputusan Munas Tarjih XXV
Tentang Zakat Profesi dan Zakat Lembaga
1. Zakat Profesi
2. Zakat Profesi hukumnya wajib.
3. Nisab Zakat Profesi setara dengan 85 gram emas 24 karat
4. Kadar Zakat Profesi sebesar 2,5 %
f. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) termasuk ke dalam barisan pendukung
zakat profesi. Komponen penghasilan yang dikenakan zakat meliputi setiap
pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain lain yang diperoleh dengan
cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai atau karyawan, maupun tidak
rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang
diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya. Dengan demikian, obyek zakat bagi pejabat
dan aparatur negara termasuk tetapi tak terbatas pada gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji pokok, tunjangan kinerja, dan penghasilan bulanan lainnya yang
-
45
bersifat tetap. Penghasilan yang wajib dizakati dalam zakat penghasilan adalah
penghasilan bersih, sebagaimana diatur dalam fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003.
Dalam fatwa MUI 7 Juni tahun 2003 disebutkan bahwa :
Semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah
mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85 gram.
1. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup
nishab.
2. Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu
tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup
nishab. Fatwa MUI ini menarik dikaji dan setidaknya ada dua catatan yang menarik.
Pertama : Nishabnya Mengikuti Emas Bukan Pertanian
Disebutkan bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan
zakatnya, dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas
85 gram.Kalau kita bandingkan dengan fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi, nishabnya
bukan kepada emas 85 gram, melainkan kepada hasil pertanian 653 kg gabah kering
atau 520 kg beras.
Bahkan lebih jauh, meski pun penghasilannya belum mencapai nisab
sekalipun, tetap sudah bisa membayar zakat. caranya dengan membuat
pengandaian. Maksudnya, seolah-olah sudah terima gaji untuk setahun ke depan.
Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu
tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.
-
46
Kedua : Tanpa Haul
Dalam hal ini, MUI tidak mensyaratkan harus ada masa kepemilikan selama
setahun. Pokoknya kalau jumlah penghasilan itu mencapai nisab emas, maka wajib
langsung dikeluarkan zakatnya. Ini adalah doktrin dasar zakat profesi. Padahal
kalau mengacu kepada fiqih zakat yang original, harta itu harus dimiliki dulu selama
setahun penuh (haul) sejak awal hingga akhir tahun. Kalau belum dimiliki setahun,
belum terkena zakat.
f. Dr. K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc
Di Indonesia, salah satu icon zakat profesi yang cukup terkenal adalah Dr.
K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc. sebagaimana naskah disertasi doktor yang
diajukannya.
Guru Besar IPB dan Ketua Umum BAZNAS ini mencoba mendefinisikan
profesi ialah setiap keahlian atau pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan
sendiri maupun yang terkait dengan pihak lain, seperti seorang pegawai atau
karyawan.
Dalam disertasi doktor yang berjudul Zakat dalam Perekonomian Modern,
yang berhasil diraihnya lewat Universitas Islam Negeri Jakarta, paling tidak beliau
menyebutkan bahwa setidaknya ada sepuluh jenis zakat di masa modern, yaitu (Dr.
K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc, Zakat dalam Perekonomian Modern) :
Zakat Profesi
Zakat Perusahaan
Zakat Surat Berharga
Zakat Perdagangan Mata Uang
-
47
Zakat Hewan Ternak yang Diperdagangkan
Zakat Madu dan Produk Hewani
Zakat Investasi properti
Zakat Asuransi Syari’ah
Zakat Usaha Tanaman Angrek, Walet, Ikan Hias
Zakat Sektor Rumah Tangga.
Pada periode awal abad 20-an keberadaan zakat profesi sudah mulai dikenal
luas. Hal ini ditandai dengan munculnya tokoh ulama besar kontemporer dan
penulis yang sangat produktif yang cukup masyhur asal mesir yaitu Yusuf Al-
Qaradhawi (Didin Hafidhuddin, 2002). Buku-buku karyanya menjadi rujukan
penting umat Islam di dunia dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan
keilmuan seputar zakat termasuk dalam hal ini zakat profesi.
Pada tahun 1984 telah dilakukan Muktamar Internasional pertama tentang
zakat di Kuwait d