SKRIPSI ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT …...ANALISIS . PENERIMAAN . PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA...

177
SKRIPSI ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UTAUT (Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Disusun Oleh: TEGUH DHARMAWAN 1113093000130 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1441 H

Transcript of SKRIPSI ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT …...ANALISIS . PENERIMAAN . PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA...

  • SKRIPSI

    ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT

    UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

    UTAUT

    (Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta)

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Disusun Oleh:

    TEGUH DHARMAWAN

    1113093000130

    PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019 M / 1441 H

  • SKRIPSI

    ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT

    UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

    UTAUT

    (Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta)

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Disusun Oleh:

    TEGUH DHARMAWAN

    1113093000130

    PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019 M / 1441 H

  • i

  • ii

    SKRIPSI

    ANALISIS PENERIMAAN PENGGUNA ZAKAT PROFESI PADA SPT

    UNTUK SISTEM E-FILLING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

    UTAUT

    (Studi Kasus : Wajib Pajak DKI Jakarta)

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh:

    TEGUH DHARMAWAN

    1113093000130

    PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019 M / 1441 H

  • 3

  • i

  • i

  • i

  • ii

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

    HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

    SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

    LEMBAGA MANAPUN.

    Jakarta, 19 Oktober 2019

    Teguh Dharmawan

    NIM. 1113093000130

  • iii

  • iv

    ABSTRAK

    Teguh Dharmawan – 1113093000130. Analisis Penerimaan Pengguna Zakat

    Profesi Pada SPT Untuk Sistem e-Filling Dengan Menggunakan Model UTAUT

    di bawah bimbingan Meinarini Catur Utami dan Rinda Hesti Kusumaningtyas.

    Banyak masyarakat yang belum memahami bahwa zakat atas penghasilan yang

    sudah dikeluarkan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Menurut peraturan

    pemerintah republik Indonesia nomor 60 tahun 2010, ketika menunaikan zakat

    penghasilan dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Direktur Jendral Pajak

    (DJP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak dalam pembayaran dan

    pengelolaan pajak, salah satunya e-Filling. E-Filling adalah cara pelaporan SPT

    elektronik yang dilakukan secara online melalui website DJP Online, maupun

    melalui saluran tertentu yang ditetapkan pemerintah. Namun masih banyak pro dan

    kontra dikalangan masyarakat dalam masalah penarikan dan pengelolaan zakat

    profesi melalui sistem e-Filling. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait

    penerimaan pengguna zakat profesi pada SPT untuk e-Filling, karena penerimaan

    pengguna merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan penerapan

    sistem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerimaan

    pengguna zakat profesi pada e-Filling dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

    yang mempengaruhi penerimaan pengguna zakat profesi pada e-Filling

    menggunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology

    (UTAUT) dengan teknik analisis PLS-SEM, yang selanjutnya dapat dihasilkan

    rekomendasi untuk pihak pengembangan e-Filling selanjutnya. Hasilnya, dari

    keenam hipotesis yang diajukan lima diantaranya diterima, performance

    expectancy, effort expectancy, perceived trust, facilitating conditions memiliki

    pengaruh yang sigfnifikan terhadap behavioral intention dan behavioral intention

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap use behavior. Namun ada satu

    hipotesis pada penelitian ini ditolak, yaitu social influence, khususnya pada

    indicator SI1. SI1 memiliki pengaruh yang signifikan namun belum memenuhi nilai

    statistika (t-test) pada pengujian struktural dalam model penelitian ini, sehingga

    Social Influence (SI) tidak berpengaruh terhadap tingkat penerimaan zakat profesi

    pada sistem e-Filling.

    Kata kunci : Penerimaan pengguna, Sistem e-Filling, Pajak, Zakat Profesi,

    UTAUT, PLS-SEM.

    BAB I-V + 143 Halaman + 18 Gambar + 23 Tabel + Daftar Pustaka + Lampiran

  • v

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan

    hidayah-Nya yang sungguh melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Analisis Penerimaan Pengguna Zakat Profesi Pada SPT

    Untuk Sistem e-Filling Dengan Menggunakan Model UTAUT” dengan baik.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad

    Shollallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya

    hinga akhir zaman.

    Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas

    dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk dapat

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas

    Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

    2. Bapak A'ang Subiyakto, Ph.d selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi

    Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Nida'ul Hasanati, S.T.,MMSI selaku

    Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.

    3. Ibu Meinarini Catur Utami, MT sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Rinda

    Hesti Kusumaningtyas, MMSI sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, dan arahan kepada penulis selama proses

    penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak untuk seluruh waktu, tenaga,

    kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa memberikan

    dukungan moril serta membagikan banyak pengetahuan agar penulis bisa

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  • vii

    4. Orang tua penulis, yaitu Bapak Marwah dan Ibu Enih (Allahu yarham) yang

    sudah memberikan semuanya yang dia punya. Keberhasilan ini akan

    kupersembahkan semua untuknya. Dan semoga menjadi ladang pahala

    untuk beliau.

    5. Kakak-kakak ku yang tersayang, Cahya Noviyanty, Wahyuni Dwi Arisanti,

    Inderi Susanti dan beserta para Suaminya, yang sudah mengupayakan

    banyak hal demi adiknya dapat kuliah dan menyelesaikannya.

    6. Bapak Aries Susanto, MMSI., Ph.D. sebagai Dosen PA yang selalu siap

    nerima mahasiswa untuk curhat. Beserta pengalaman yang banyak, beliau

    rincikan satu persatu agar kita selaku mahasiswa bisa ambil pelajaran dari

    kisah beliau.

    7. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah membagikan

    ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan. Dan karyawan Fakultas

    Sains dan Teknologi yang telah banyak membantu penulis dalam

    perkuliahan, terutama dalam menyelesaikan administrasi yang berkaitan

    dengan skripsi.

    8. Sahabat sejak awal dunia perkuliahanku, Nur Cholis, Aditya Teguh,

    Maulana M Iqbal, Muhammad Iksal, Reza Hamzah, Irvan Rizky, Gilang

    Wisnu, Ibnu, Farhan Ridho, Ihsanul Fikri, Aldino, Muhammad Aldy,

    Reyhan, Metha, Ryanda, Abdul Piqri, Fathur, Ridwan, Hafizh dan Seluruh

    teman-teman Sistem Informasi 2013. Terima kasih karena telah menerima

    penulis apa adanya, selalu ada setiap saat dan memberikan pengaruh yang

    positif, tidak pernah bosan mendengar keluh kesah penulis. yang telah

  • viii

    mewarnai dunia perkuliahan penulis, teirma kasih untuk segala

    kenangannya, semangat yang diberikan sehingga penulis bisa

    menyelesaikan skripsi ini.

    9. Seluruh responden penelitian yang telah membantu dalam mengisi

    kuesioner penelitian ini.

    Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh dukungan, bantuan, dan

    bimbingan dari semua pihak dibalas pahala yang berlipat ganda. Selain itu, penulis

    menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari

    kata sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan

    dan dapat disampaikan melalui [email protected]. Akhir kata, semoga penelitian

    ini dapat memberikan manfaat dan sekaligus menambah ilmu bagi kita semua.

    Amiiin yaa Rabbal Alamin.

    Jakarta, 20 Oktober 2019

    TEGUH DHARMAWAN

    NIM. 1113093000130

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • ix

  • x

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

    PERNYATAAN ..................................................................................................... ii

    ABSTRAK ............................................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 11

    1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 11

    1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 12

    1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12

    1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 13

    1.7 Model Penelitian ..................................................................................... 14

    1.8 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 15

    1.9 Metodologi Penelitian ............................................................................. 16

    1.10 Sistematika Penulisan.......................................................................... 17

    BAB II ................................................................................................................... 20

    2.1 Definisi Analisis ..................................................................................... 20

    2.2 Definisi Sistem Informasi ....................................................................... 20

    2.3 Definisi Penerimaan Pengguna ............................................................... 24

    2.4 Pajak SPT dan e-Filling .......................................................................... 25

    2.4.1 Definisi Pajak Secara Umum........................................................... 25

    2.4.2 Definisi SPT .................................................................................... 25

    2.4.3 Definisi e-Filling ............................................................................. 25

    2.4.4 Manfaat Umum e-Filling Pajak ....................................................... 26

    2.4.5 Lima Aplikasi e-Filling Resmi ........................................................ 27

    2.4.6 Batas Waktu e-Filling Pajak ............................................................ 27

  • xi

    2.4.7 Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak ........................................... 28

    2.4.8 Syarat e-Filling Pajak ...................................................................... 29

    2.5 Zakat ....................................................................................................... 31

    2.5.1 Zakat Profesi .................................................................................... 31

    2.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) ......... 57

    2.6.1 Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja) ............................... 70

    2.6.2 Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha) ............................................ 72

    2.6.3 Social Influence (Pengaruh Lingkungan) ........................................ 73

    2.6.4 Facilitating Conditions (Kondisi yang Memfasilitasi).................... 74

    2.6.5 Perceived Trust ( Persepsi Kepercayaan) ........................................ 75

    2.6.6 Behavioral Intention (Minat Pemanfaatan) ..................................... 76

    2.6.7 Use Behavior (Perilaku Pengguna) ................................................. 76

    2.6.8 Variabel Moderator ......................................................................... 77

    2.7 Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM) .......... 78

    2.7.1 SmartPLS ......................................................................................... 83

    2.8 Klasifikasi Data....................................................................................... 84

    2.9 Populasi dan Sampel ............................................................................... 86

    2.9.1 Rumus Slovin ................................................................................... 87

    2.10 Skala Likert ......................................................................................... 88

    BAB III ................................................................................................................. 91

    3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 91

    3.2 Prosedur Penelitian ................................................................................. 91

    3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 92

    3.3.1 Wawancara ...................................................................................... 92

    3.3.2 Studi Literatur .................................................................................. 93

    3.3.3 Pembuatan Kuesioner ...................................................................... 98

    3.3.4 Survei ............................................................................................. 100

    3.4 Metode Analisis Data............................................................................ 101

    3.4.1 Analisis dan Interpretasi Hasil....................................................... 101

    3.5 Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis ................................... 102

    3.5.1 Model Penelitian ............................................................................ 102

  • xii

    3.5.2 Indikator Penelitian ....................................................................... 104

    3.5.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 106

    BAB IV ............................................................................................................... 110

    4.1 Hasil Analisis ........................................................................................ 110

    4.1.1 Hasil Analisis Demografis ............................................................. 110

    4.1.2 Hasil Analisis Pengukuran Model (Outer Model) ......................... 114

    4.1.3 Hasil Analisis Model Struktural (Inner Model)............................. 121

    4.2 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis ......................................... 128

    4.2.1 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Data Demografis ..... 128

    4.2.2 Interpretasi dan Pembahasan Hasil Analisis Model Pengukuran

    (Outer Model) .............................................................................................. 130

    4.2.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis Struktural Model (Inner

    Model) 131

    BAB V ................................................................................................................. 139

    5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 139

    5.2 Saran ..................................................................................................... 141

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 143

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Batas Waktu e-Filling Pajak…………………………………………..28

    Tabel 2.2 Jenis Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak…………………………29

    Tabel 2.3 Teori-Teori yang Mendasari Model UTAUT…………………………57

    Tabel 2.4 Konsep Dasar UTAUT………………………………………………..59

    Tabel 2.5 Indikator Variabel UTAUT…………………………………………...77

    Tabel 3.1 Ringkasan Penelitian Sejenis Terdahulu……………………………..93

    Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan……………………………………………………..99

    Tabel 3.3 Jumlah Kuesioner……………………………………………………100

    Tabel 3.4 Definisi Variabel UTAUT…………………………………………...103

    Tabel 3.5 Definisi Indikator…………………………………………………….105

    Tabel 4.1 Hasil Awal Uji Loading Factor dengan SmartPLS 3.0……………..115

    Tabel 4.2 Hasil Uji Loading Factor Setelah Penghapusan Indikator…………..115

    Tabel 4.3 Hasil Uji Composite Reliability dengan SmartPLS 3.0……………...116

    Tabel 4.4 Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE) dengan SmartPLS…...117

    Tabel 4.5 Hasil Uji Discriminant Validity (Cross Loading) dengan SmartPLS

    3.0……………………………………………………………………………….118

    Tabel 4.6 Hasil Uji Discriminant Validity (Cross Loading Fornell-Lacker’s)

    dengan SmartPLS 3.0………………………………………………….………..119

    Tabel 4.7 Hasil Uji Path Coefficient…………………………………………...121

    Tabel 4.8 Hasil Uji Coefficient of Determination (R-Square)…………….……122

    Tabel 4.9 Hasil Uji T-test dengan SmartPLS 3.0………………………………123

  • xiv

    Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size dengan SmartPLS 3.0…………………….….124

    Tabel 4.11 Hasil Uji Predictive Relevance dengan SmartPLS 3.0………….....124

    Tabel 4.12 Hasil Uji Relative Impact dengan SmartPLS 3.0……………….….125

    Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Analisis Struktural Model………………………..127

    Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis dengan SmartPLS 3.0………………………....131

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Daftar 10 Provinsi dengan Nilai UMP Tebesar di Tahun 2019.

    Infografis: Media Perdjoeangan…………………………………………………...8

    Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Jakarta Berdasarkan Agama 2014…………….....9

    Gambar 1.3 Model Penelitian yang Diajukan…………………………………...15

    Gambar 2.1 Elemen Sistem (McLeod & Schell, 2008)………………………... 21

    Gambar 2.2 Model UTAUT (Venkatesh et al., 2003).…………………….……60

    Gambar 2.3 Klasifikasi Komponen Model Struktural (Hussein, 2015)……...…84

    Gambar 3.1 Prosedur Penelitian………………………………………………...92

    Gambar 3.2 Model Persamaan Struktural…………………………………..…101

    Gambar 3.3 Model Penelitian……………………………………………….…102

    Gambar 3.4 Model Penelitian dengan Hipotesis…………………………….…107

    Gambar 4.1 Diagram Profesi…………………………………………………..110

    Gambar 4.2 Diagram Usia……………………………………………………..111

    Gambar 4.3 Diagram Jenis Kelamin…………………………………………...111

    Gambar 4.4 Diagram Tingkat Pendidikan Terakhir…………………………....112

    Gambar 4.5 Diagram Jumlah Penggunaan Sistem e-Filling……………….…..113

    Gambar 4.6 Diagram Jumlah Pengetahuan Tentang Zakat Profesi……………113

    Gambar 4.7 Diagram Pelaporan Zakat Profesi Melalui e-Filling……………...114

    Gambar 4.7 Hasil Analisis Outer Model dengan SmartPLS 3.0…………....…120

  • xvi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di tengah menguatnya peranan pajak dalam penerimaan negara, secara

    bersamaan muncul sebuah kesadaran umat akan peranan zakat. Dua hal ini

    menuntut adanya pengelolaan yang tepat. Manajemen yang buruk atas dua hal

    ini akan menimbulkan efek yang kontra produktif dalam pembangunan

    nasional. Salah satunya yaitu beban ganda atas kewajiban untuk membayar

    pajak dan zakat (Damanhur, 2006: 24).

    Terdapat banyak model untuk menganalisis tingkat penerimaan pengguna,

    salah satunya adalah Unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT).

    UTAUT merupakan sebuah model penelitian penerimaan pengguna yang bertujuan

    untuk menjelaskan niat pengguna untuk menggunakan suatu sistem dan perilaku

    penggunaan selanjutnya, sehingga dapat mengukur suatu teknologi berdasarkan

    tingkat penerimaan pengguna (Venkatesh et al, 2003). UTAUT menunjukkan

    bahwa niat untuk berperilaku (behavioral intention) dan perilaku untuk

    menggunakan suatu teknologi (use behavior) dipengaruhi oleh persepsi orang-

    orang terhadap ekspektansi kinerja (performance expectancy), ekspektansi usaha

    (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), dan kondisi fasilitas yang

    mendukung (facilitating conditions) yang dimoderatori oleh jenis kelamin (gender),

    usia (age), pengalaman (experience), dan kesukarelaan (voluntariness). Penelitian

    Ananda (2014), menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi terhadap

    penerimaan pengguna sistem yaitu effort expectancy dan facilitating conditions

  • 2

    mempengaruhi secara signifikan terhadap penerimaan pengguna, sedangkan

    performance expectancy dan social influence tidak mempengaruhi secara

    signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan Selpiana (2016) menunjukkan

    bahwa variabel performance expectancy, effort expectancy, dan social influence

    berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu behavioral intention,

    sedangkan facilitating conditions tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral

    intention. Studi empiris yang mengadopsi model ini telah banyak dilakukan dan

    mendapatkan temuan yang beragam.

    Keunggulan model ini adalah penulis dapat mengukur perilaku seseorang

    terhadap suatu teknologi dari berbagai variabel tertentu. Penelitian yang dilakukan

    Selpiana (2016) menggunakan objek pada sebuah perusahaan asuransi syariah,

    sedangkan pada penelitian ini penulis menggunakan objek penelitian terhadap

    sistem e-Filling.

    Menurut Venkatesh et al. (2003) keunggulan UTAUT adalah :

    1. mampu menjelaskan bagaimana perbedaan individu dapat mempengaruhi

    penggunaan teknologi yaitu mampu menjelaskan hubungan antara manfaat yang

    dirasakan, kemudahan penggunaan, dan niat untuk menggunakan suatu

    teknologi. Perbedaan individu.

    2. Metode UTAUT merupakan sistesis atau penggabungan daripada elemen-

    elemen yang terdapat dalam 8 model penerimaan teknologi terkemuka lainnya

    dengan tujuan untuk memperoleh kesatuan pandangan mengenai user atau

    pengguna (Kusuma, 2015). Proses integrasi dilakukan oleh para ahli

  • 3

    sebelumnya karena munculnya kebingungan dalam menggunakan model untuk

    menganalisis user acceptance.

    Menurut Ventakesh et al. 2003, UTAUT terbukti lebih berhasil

    dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70% varian

    pengguna.

    Setelah mengevaluasi kedelapan model, Venkatesh, dkk menemukan tujuh

    kontruk yang terlihat menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap

    behavior intention dalam satu atau lebih dimasing-masing model. Konstruk

    tersebut adalah performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), social

    influence (SI), facilitating conditions (FC), attitude toward using technology, dan

    self efficacy (SE). setelah melalui pengujian lebih lanjut mereka menemukan

    empat konstruk utama yang memainkan peranan penting sebagai determinan

    langsung dari behavioral intention dan use behavioral, yaitu performance

    expectancy (PE), effort expectancy (EE), social influence (SI), facilitating

    conditions (FC). Sedangkan yang lain tidak signifikan sebagai determinan langsung

    dari behavioral intention. Disamping itu terdapat empat moderator : gender, age,

    voluntarinees, dan experience yang diposisikan untuk memoderisasi dampak dari

    empat konstruk utama pada behavior intention dan use behavior. Meskipun

    UTAUT menggabungkan sejumlah besar konstruk, UTAUT menderita kendala

    yang signifikan, termasuk kurangnya parsimoni. Ketika UTAUT menyatukan lebih

    banyak faktor dan mengkonsolidasikan fungsi-fungsi Model Penerimaan Teknologi

    dengan konstruksi model populer lainnya dalam penelitian adopsi TI, itu sangat

    kompleks, membuat penerapannya sulit untuk dinilai. Beberapa peneliti juga

  • 4

    berpendapat bahwa UTAUT dikembangkan untuk mengeksplorasi penggunaan

    wajib teknologi; oleh karena itu, kemampuannya untuk menjelaskan penggunaan

    teknologi secara sukarela, seperti aplikasi mobile, mobile banking, dan mobile

    games, terbatas. Mengatasi kekurangan-kekurangan ini adalah tujuan pekerjaan ini.

    Baru-baru ini, Venkatesh dkk. mengusulkan perluasan model UTAUT

    (UTAUT2) dengan memperkenalkan motivasi hedonis, nilai harga, dan kebiasaan

    sebagai variabel eksogen untuk membuat model lebih sesuai dalam konteks

    penggunaan teknologi konsumen, yang merupakan fokus dari proyek penelitian ini.

    Karena UTAUT2 terutama didasarkan pada UTAUT, itu masih tunduk pada

    beberapa batasan asli. Jadi, dalam untuk menerapkan UTAUT2 dalam aplikasi IT

    khusus tertentu, Venkatesh et al. menyarankan bahwa modifikasi dan revisi lebih

    lanjut dilakukan.

    Karena keterbatasan TAM dan UTAUT2, dalam penelitian ini, kedua teori

    ini terintegrasi. Strategi ini dianggap menguntungkan, karena TAM memberikan

    ukuran yang tepat untuk mengevaluasi dampak variabel eksternal terhadap sikap

    dan niat pengguna untuk menggunakan teknologi baru seperti mobile banking

    dalam penelitian ini. Di sisi lain, UTAUT2 memiliki kekuatan penjelasan yang

    unggul relatif terhadap model-model lain yang bersaing karena dimasukkannya

    konstruk yang luas, seperti pengaruh sosial, kondisi fasilitasi, dan motivasi hedonis.

    Model ini baru-baru ini diterapkan untuk menguji penerimaan teknologi secara

    empiris. Oleh karena itu, konstruk yang termasuk dalam UTAUT2 dapat digunakan

    dalam penelitian ini dalam mengeksplorasi determinan langsung dari niat

    penggunaan mobile banking, yang pada gilirannya dapat memperdalam

  • 5

    pemahaman kita tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap difusi mobile

    banking.

    Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, Direktur

    Jendral Pajak (DJP) juga memanfaatkan teknologi tersebut guna mempermudah dan

    mengefisienkan pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi dan pembayaran

    pajak, salah satunya e-Filling. E-Filling adalah cara pelaporan SPT elektronik yang

    dilakukan secara online melalui website DJP Online, maupun melalui saluran

    tertentu yang ditetapkan pemerintah. Jika dibandingkan dengan pelaporan pajak

    manual, e-Filling memberikan banyak keuntungan seperti sebagai berikut.

    1. Lapor pajak online dari mana saja dan kapan saja

    2. Hemat waktu. Tak perlu lagi menghabiskan waktu untuk datang dan

    menunggu di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

    3. Bukti pelaporan disimpan lebih aman dan mudah dilacak, tanpa khawatir

    hilang atau terselip (www.pajak.go.id, 2016).

    Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang kewajibannya bersifat

    mutlak atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu yang telah

    diatur dalam Al Quran dan Hadits. Dalam konteks negara modern, zakat

    bukan pajak yang merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Zakat

    dipandang sebagai sarana komunikasi utama antara manusia dengan manusia

    lain, yang memiliki peranan sangat penting sebagai sarana distribusi

    penghasilan dalam menyusun kehidupan yang sejahtera dan berkeadilan di

    dalam sebuah negara. Dan salah satu hikmah zakat adalah mengurangi kesenjangan

  • 6

    sosial antara golongan mampu dengan golongan tidak mampu, disinilah fungsi

    distribusi berperan (Apriliana, 2010).

    Soal wacana zakat untuk dikelola Menteri Keuangan, ketua Badan Amil

    Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo mengatakan Menteri Keuangan Sri

    Mulyani Indrawati mengajak pemerintah untuk menjadikan pembayaran zakat

    merupakan kewajiban seperti halnya membayar pajak.

    Sri Mulyani dalam pidatonya di Seminar Internasional Keuangan Syariah

    ke-2 (2nd Annual Islamic Finance Conference/AIFC) di Yogyakarta, Rabu

    (23/8/2017) mengatakan penghimpunan zakat yang memiliki potensi besar bisa

    dioptimalkan apabila dikelola sama seperti halnya pajak. Bambang sependapat

    dengan pernyataan Menkeu karena berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat disebutkan bahwa zakat memang dikelola oleh negara layaknya

    pengelolaan pajak. "Tapi dengan wacana dari Menteri Keuangan sendiri yang

    menginginkan zakat dikelola seperti pajak, memang undang-undangnya demikian.

    Bahwa zakat dikelola negara, seperti halnya pajak. Implikasinya hubungan antara

    zakat dan pajak harus diatur ulang," kata Bambang dalam konferensi pers terkait

    Baznas Awards di kantor Kementerian Agama Jakarta, Jumat (25/8/2017).

    Adapun korelasi antara zakat dengan pajak adalah sama-sama

    mempunyai fungsi pemungutan. Pada zakat, fungsi pemungutannya dapat

    dilakukan oleh orang yang terkena kewajiban membayar zakat dan dapat

    langsung disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya atau dilakukan

    oleh suatu badan atau lembaga resmi yang dibentuk untuk memungut zakat serta

    mendistribusikan kepada delapan golongan yang berhak menerima zakat.

  • 7

    Sedangkan dalam pajak, fungsi pemungutannya dilakukan oleh negara melalui

    Dirjen Pajak (Apriliana, 2010).

    Lalu hubungan zakat dengan pajak, ternyata zakat bisa mengurangi pajak.

    Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 60 tahun 2010, ketika

    menunaikan zakat penghasilan dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Wajib

    Pajak yang sudah mempunyai kewajiban zakat atas penghasilan saat ini , pelaporan

    SPT Tahunan PPhnya hanya dapat diakomodir bagi wajib pajak yang menggunakan

    Formulir SPT Tahunan PPh 1770 dan Formulir SPT Tahunan PPh 1770S. Bagi

    Wajib Pajak yang sudah mempunyai kewajiban zakat atas penghasilan dan

    menggunakan Formulir SPT Tahunan PPh 1770SS belum terakomodir hak

    pengurangan atas pembayaran zakat penghasilan yang sudah dibayarkan. Adapun

    tata cara dan syarat ketentuannya sudah diatur dalam peraturan menteri keuangan

    nomor 254/ PMK.03/2010. Dan salah satu syaratnya, menurut peraturan dirjen

    pajak no per-11 /PJ /2017, zakat harus ditunaikan melalui lembaga yang diakui

    pemerintah, dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) adalah salah satu lembaga yang

    berwenang untuk melaksanakan tugas pengumpulan zakat profesi. Lembaga ini

    secara hirarki dibawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

    Salah satu faktor yang mempengaruhi pajak dan zakat adalah pendapatan

    tiap masuk. Upah Minimum Provinsi (UMP) 2019 sudah ditetapkan. Mayoritas

    provinsi menetapkan kenaikan UMP sebesar 8,03 persen, sesuai dengan ketentuan

    yang telah diputuskan oleh pemerintah pusat. DKI Jakarta merupakan provinsi

    dengan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tertinggi pada 2019 dibanding

    provinsi lainnya. Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 sebesar Rp

  • 8

    3.940.973 per bulan. Mengalami kenaikan sebesar Rp. 292.938 atau sebesar 8.03

    persen dibandingkan tahun 2018 yang besarnya Rp 3.648.035 per bulan. Berikut

    adalah gambar dari pendapatan 10 Provinsi teratas. (www. koranperdjoengan.com,

    2018)

    Gambar 1.1 Daftar 10 Provinsi dengan Nilai UMP Tebesar di Tahun 2019.

    Infografis: Media Perdjoeangan

    Lalu salah satu faktor yang mewajibkan zakat adalah orang yang beragama

    Islam. Mayoritas pendududuk DKI Jakarta pada 2014 beragama Islam. Menurut

    data Jakarta.go.id, jumlah warga Jakarta yang memeluk agama Islam mencapai 8,34

    juta jiwa atau 83 persen dari total populasi, yaitu 10 juta jiwa. Sementara warga

    Jakarta yang beragama Kristen mencapai 862,9 ribu jiwa dan Katholik 404,2 ribu

    jiwa.

  • 9

    Indonesia tidak hanya mempunyai beragam kebudayaan dan bahasa, tetapi

    juga beragam agama. Keragaman beragama penduduk dijamin dalam Undang-

    Undang Dasar 1945 pasal 28E.

    Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Jakarta Berdasarkan Agama 2014

    (Sumber : Pemerintah Daerah DKI Jakarta,2015)

    Dengan fakta bahwa mayoritas pendududuk DKI Jakarta pada 2014

    beragama Islam. Menurut data Jakarta.go.id, jumlah warga Jakarta yang memeluk

    agama Islam mencapai 8,34 juta jiwa atau 83 persen dari total populasi, yaitu 10

    juta jiwa. Sementara warga Jakarta yang beragama Kristen mencapai 862,9 ribu

    jiwa dan Katholik 404,2 ribu jiwa (Sumber : Pemerintah Daerah DKI Jakarta,2015).

    Pembayaran zakat profesi melalui pemotongan gaji Pegawai Negeri Sipil

    (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) pada awalnya pemotongan zakat profesi

    mendapatkan respon yang beragam dari kalangan pegawai, baik berupa respon

    positif maupun negatif (Maulandy, 2018).

  • 10

    Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama Mastuki

    menjelaskan, rencana pemotongan gaji PNS muslim untuk zakat ini merupakan

    kelanjutan dari Inpres Nomor 3 Tahun 2014 tentang optimalisasi pengumpulan

    zakat di kementerian/lembaga melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

    "Inpres sudah berjalan dua tahun, dan sampai sekarang kementerian/lembaga tetap

    efektif melakukan penarikan zakat profesi dari PNS. Hanya dinilai Baznas, di

    kementerian dan lembaga pengumpulan zakat ini ada yang efektif dan ada yang

    tidak. Pengelolaannya pun ada yang berbeda," kata Mastuki kepada Liputan6.com,

    Kamis (8/2/2018).

    Beliau mengatakan, di Kemenag, semua PNS yang dianggap telah bisa

    berzakat, gajinya dipotong tiap bulan dan masuk ke UPZ dan lalu diserahkan ke

    Baznas. Namun di tempat lain seperti BUMN memiliki mekanisme berbeda, yaitu

    dikelola sendiri dan disalurkan untuk pegawai yang golongannya rendah. Namun

    demikian, beliau mengatakan, masih belum mengetahui apakah bentuk dari aturan

    pemotongan gaji PNS untuk zakat berbentuk Perpres atau Keppres. Karena

    pertimbangan dari segi hukum juga harus didengar. "Perlu dikoordinasikan dengan

    lembaga lain. Kemenkumham juga harus diajak bicara, ini baru draf saja yang

    diajukan dari Kemenag," kata Mastuki kepada Liputan6.com, Kamis (8/2/2018).

    Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah mencoba untuk berperan

    aktif dalam menciptakan pelaksanaan kewajiban keagamaan masyarakatnya

    dengan menjadikan unsur zakat sebagai salah satu tax relief dalam

    pemungutan PPh di Indonesia. Saat ini Undang-Undang menjadikan zakat

    sebagai salah satu faktor pengurang penghasilan bruto wajib pajak dalam

    https://www.liputan6.com/news/read/3266124/menag-potensi-zakat-pns-bisa-tembus-rp-10-triliun

  • 11

    menentukan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini diharapkan dapat

    meminimalkan beban ganda yang dipikul oleh umat Islam sebagai wajib pajak.

    Namun pada kenyataannya, masih terdapat pro dan kontra terhadap zakat

    profesi (Maulandy, 2018). Maka untuk merealisasikan wacana dari Menteri

    Keuangan, perlu adanya analisis terkait penerimaan pengguna terhadap zakat

    profesi yang ada di e-Filling. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerimaan Zakat

    Profesi Pada SPT (e-Filling) Dengan Menggunakan Model UTAUT.”

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat diidentifikasi masalah

    sebagai berikut:

    a. Masih belum efektifnya penarikan dan pengelolaan zakat dikalangan Aparat

    Sipil Negara atau karyawan swasta.

    b. Masyarakat belum sepenuhnya mengetahui peraturan yang dapat menjadi

    solusi bagi kewajiban ganda yaitu pajak dan zakat yang dialami oleh umat

    Islam, serta keterkaitannya zakat profesi pada SPT (e-Filling).

    1.3 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

    sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan dibahas pada

    penelitian ini adalah bagaimana menganalisis tingkat penerimaan pengguna

    terhadap zakat profesi pada SPT (e-Filling) dengan menggunakan model UTAUT.

  • 12

    1.4 Batasan Masalah

    Ruang lingkup penelitian kali ini dibatasi pada:

    a. Penelitian ini akan dimaksudkan untuk wajib pajak yang tinggal di DKI

    Jakarta.

    b. Secara teori, penelitian akan menggunakan model Unified theory of

    acceptance and use of technology (UTAUT) mengacu pada penelitian

    Venkatesh et al (2003), yang terdiri dari 7 variabel yaitu performance

    expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions,

    perceived trust, behavioral intention dan use behavior.

    c. Secara metodologi, penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif

    dengan teknik pengumpulan data survei (kuesioner) kepada end user

    (pengguna akhir) dalam penelitian ini yaitu meliputi wajib pajak yang

    tinggal di DKI Jakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

    Slovin, dengan analisis data menggunakan PLS-SEM dengan SmartPLS 3.0.

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam sub bab latar belakang

    sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

    a. Mengetahui seberapa jauh penerimaan pengguna terhadap zakat profesi

    yang ada pada SPT (e-Filling) dengan menggunakan model UTAUT.

    b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna dan

    keterkaitan terhadap zakat profesi pada SPT (e-Filling) dengan

    menggunakan model UTAUT.

  • 13

    c. Memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak pemerintah, selaku

    pengembangan wacana untuk penerapan zakat profesi pada SPT (e-Filling)

    kedepannya.

    Mengacu pada tujuan penelitian diatas, sasaran pelaksanaan penelitian ini adalah:

    a. Diketahuinya tingkat penerimaan terhadap zakat profesi pada SPT (e-

    Filling) dengan menggunakan model UTAUT.

    d. Diketahuinya faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterkaitan

    terhadap zakat profesi pada SPT (e-Filling) dengan menggunakan model

    UTAUT.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Sangat besar harapan penulis bahwa penelitian ini dapat memberikan

    manfaat pada pihak lain. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini

    adalah diantaranya:

    a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi arsip

    dokumen akademik yang bisa bermanfaat sebagai landasan untuk penelitian

    selanjutnya.

    b. Secara metode, dapat menjadi referensi penelitian di program studi

    informasi dengan pendekatan kuantitatif.

    c. Secara praktis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan

    untuk acuan dalam mempraktekkan dan menselaraskan antara zakat profesi

    dengan pajak yang ada pada SPT (e-Filling).

  • 14

    1.7 Model Penelitian

    Model penelitian dari penelitian ini (Gambar 1.2) mengadopsi model

    UTAUT oleh Venkatesh, et al., (2003). Model penelitian ini terdiri dari tujuh

    variabel yaitu Perfomance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Social

    Influence (SI), Perceived Trust (PT), Facilitating Conditions (FC), Behavioral

    Intention (BI), dan Use Behavior (UB). Selain itu terdapat pula 4 variabel moderator

    yaitu, gender, age, experience, dan voluntariness of use. Selain itu peneliti

    memodifikasi model UTAUT yang ada dengan menambahkan variabel Perceived

    Trust. Hal ini diutarakan Menag dalam konferensi pers yang digelar di kantor

    Kementerian Agama, Rabu (7/2). Secara operasional, dana zakat ini nantinya akan

    dihimpun oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat

    (LAZ) yang didirikan oleh ormas Islam dan kalangan profesional lainnya.

    “BAZNAS dan LAZ setiap tahun diaudit akuntan publik.

    Melalui aturan ini, kami ingin menambahkan agar secara periodik mereka

    juga harus menyampaikan ke publik tentang progres penghimpunan dan

    pendayagunaan zakat. Ini juga terkait trust atau kepercayaan,” sambungnya. dan

    menghilangkan 4 variabel moderator yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut

    adalah rancangan model UTAUT yang diajukan.

  • 15

    Gambar 1.3 Model Penelitian yang Diajukan

    1.8 Pertanyaan Penelitian

    Sesuai dengan model penelitian yang diajukan, berikut adalah rincian

    pertanyaan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan

    pengguna zakat profesi pada SPT (e-Filling):

    H1: Ekspektansi kinerja (Performance Expectancy) yang dimiliki oleh pengguna

    berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral

    intention)?

    H2: Ekspektansi usaha (Effort Expectancy) yang dimiliki oleh pengguna

    berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral

    intention)?

  • 16

    H3: Faktor sosial (Social Influence) yang dimiliki oleh pengguna berpengaruh

    secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral intention)?

    H4: Persepsi kepercayaan (Perceived Trust) yang dimiliki oleh pengguna

    berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk menggunakan (behavioral

    intention)?

    H5: Kondisi-kondisi yang memfasilitasi (Facilitating Conditions) yang dimiliki

    oleh pengguna berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku penggunaan

    (Use Behavior)?

    H6: Niat pengguna untuk menggunakan (behavioral intention) berpengaruh secara

    signifikan terhadap niat perilaku penggunaan (Use Behavior)?

    1.9 Metodologi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan model Unified theory of acceptance and use of

    technology (UTAUT) yang terdiri dari tujuh variabel yaitu, performance expectancy

    (PE), effort expectancy (EE), social influence (SI), Perceived Trust (PT), facilitating

    conditions (FC), behavioral intention (BI), Use Behavior (UB). Pengumpulan data

    dilakukan melalui survei dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dirancang

    dalam bentuk pertanyaan terbuka berdasarkan variabel dan indikator pada model

    UTAUT. Selain itu studi literatur dan wawancara juga dilakukan peneliti untuk

    memperkuat latar belakang serta teori-teori pada penelitian ini.

    Responden pada penelitian ini adalah wajib pajak yang berada di DKI

    jakarta. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Slovin. Selanjutnya dilakukan

    penyebaran kuesioner secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui

  • 17

    media sosial whatsapp, dan juga e-mail dengan menggunakan google forms untuk

    pengisian kuesioner secara online. Setelah semua kuesioener terkumpul dilakukan

    penyaringan dan klasifikasi menggunakan perangkat lunak pengolahan angka

    MS.Excell 2013. Selanjutnya untuk proses analisis secara kuantitatif peneliti

    menggunakan pendekatan PLS-SEM dengan software SmartPLS versi 3.0.

    Selanjutnya interpretasi dilakukan berdasarkan hasil analisis tersebut.

    1.10 Sistematika Penulisan

    Dalam penyusunan laporan penelitian, pembahasan terbagi dalam lima bab

    yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi penjelasan secara singkat mengenai latar belakang

    masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, batasan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, model penelitian, pertanyaan

    penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    Bab ini membahas mengenai dasar-dasar teori yang mendukung

    dalam menganalisis tingkat keterkaitan antara Surat Pemberitahuan

    Tahunan (SPT) dengan zakat profesi.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini membahas tentang metodologi pengumpulan data yang

    digunakan dalam penelitian ini, dan metode analisis data.

  • 18

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini membahas hasil-hasil yang diperoleh dari hasil penelitian

    analisis keterkaitan antara Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    dengan zakat profesi.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisi kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan

    masalah serta beberapa saran dan sebagai bahan pertimbangan dalam

    menerapkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dengan zakat

    profesi.

  • 19

  • 20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Analisis

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis merupakan

    penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri

    serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

    pemahaman arti keseluruhan (www.kbbi.web.id, 2019).

    Selain itu, pengertian lain analisis adalah kegiatan berfikir dengan tujuan

    untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat diketahui

    tanda-tanda komponen, bagaimana hubungannya satu sama lain dan apa saja fungsi

    masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu (Komaruddin, 2001).

    2.2 Definisi Sistem Informasi

    Sistem informasi adalah pengaturan sumber daya manusia, data, proses dan

    data teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses,

    menyimpan dan menyediakan sebagai keluaran infomasi yang dibutuhkan untuk

    mendukung sebuah organisasi (Whitten & Bentley, 2007). Menurut Alter (2001)

    sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang dan

    teknologi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.

    a. Definisi Sistem

    Sistem adalah sekelompok komponen yang saling terkait, yang memiliki

    fungsi bersama-sama untuk mencapai hasil yang diinginkan (Whitten &

  • 21

    Bentley, 2007). Menurut McLeod & Schell (2008) sistem adalah sekelompok

    elemen-elemen yang saling terintegrasi dengan maksud yang sama untuk

    mencapai satu tujuan. Seperti yang terlihat pada gambar 2.1 di bawah, tidak

    semua sistem memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi ia

    merupakan suatu susunan dasar.

    Gambar 2.3 Elemen Sistem (McLeod & Schell, 2008)

    Berdasarkan Gambar 2.1 sumber daya masukan diubah menjadi sumber

    daya keluaran. Sumber daya mengalir dari elemen masukan melalui elemen

    transformasi ke elemen keluaran. Suatu mekanisme pengendalian memantau

    proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi

    tujuannya. Mekanisme pengendalian ini dihubungkan pada arus sumber daya

    dengan memakai suatu lingkaran umpan balik (feedback loop) yang

    mendapatkan informasi dari output sistem dan menyediakan informasi bagi

    mekanisme pengendalian. Mekanisme pengendalian membandingkan sinyal-

  • 22

    sinyal umpan balik dengan tujuan dan mengarahkan sinyal pada elemen

    masukan jika sistem operasi memang perlu diubah.

    b. Definisi Data dan Informasi

    Pengertian data menurut Gie (2000) adalah hal peristiwa atau kenyataan

    lainnya apapun yang mengandung sesuatu pengetahuan untuk dijadikan dasar

    guna penyusunan keterangan, pembuatan kesimpulan/penerapan keputusan.

    Data ialah ibarat bahan mentah yang melalui pengolahan tertentu lalu menjadi

    keterangan (informasi). Sedangkan menurut Davis (2003) data merupakan

    bahan mentah bagi informasi, yang dirumuskan sebagai kelompok lambang-

    lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah-jumlah, tindakan-tindakan, hal-

    hal, dan sebagainya.

    Menurut Goal (2008) informasi adalah data yang telah diproses atau

    diolah ke dalam bentuk yang berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai

    yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang

    sekarang atau nantinya. Menurut Davis (2003) nilai suatu informasi dapat

    ditentukan berdasarkan sifatnya. Tentang 10 sifat yang dapat menentukan nilai

    informasi yaitu sebagai berikut:

    1. Kemudahan dalam memperoleh, Informasi memiliki nilai yang lebih

    sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan

    sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.

    2. Sifat luas dan kelengkapannya, Informasi mempunyai nilai yang lebih

    sempurna apabila mempunyai lingkup/cakupan yang luas dan lengkap.

  • 23

    Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak

    dapat digunakan secara baik.

    3. Ketelitian, Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila

    mempunyai ketelitian yang tinggi/akurat. Informasi menjadi tidak bernilai

    jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan

    keputusan.

    4. Kecocokan dengan pengguna, Informasi mempunyai nilai yang lebih

    sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Informasi

    berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan

    kebutuhan penggunanya, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk

    pengambilan keputusan.

    5. Ketepatan waktu, Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila

    dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Informasi berharga dan

    penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterima/usang, karena tidak

    dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan.

    6. Kejelasan, Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai

    informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format

    informasi.

    7. Fleksibilitas, Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki

    fleksibilitas tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para

    manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan.

  • 24

    8. Dapat dibuktikan, Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi

    tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung

    pada validitas data sumber yang diolah.

    9. Tidak ada prasangka, Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi

    tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan

    informasi.

    10. Dapat diukur. Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat

    diukur agar dapat mencapai nilai yang sempurna.

    2.3 Definisi Penerimaan Pengguna

    Dillon & Morris (1996) mendefinisikan Penerimaan pengguna sebagai

    kemauan dari sekelompok pengguna dalam menggunakan teknologi informasi

    untuk mendukung pekerjaannya. Kurangnya penerimaan pengguna adalah

    hambatan yang signifikan bagi keberhasilan penerapan suatu sistem informasi baru.

    Bahkan pengguna sering tidak mau menggunakan sistem informasi yang telah

    disediakan, padahal bila pengguna tersebut mau menggunakan akan menghasilkan

    keuntungan bagi pengguna tersebut. Oleh karena itu penerimaan pengguna telah

    dipandang sebagai salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau

    kegagalan suatu proyek sistem informasi (Dillon & Morris, 1996).

  • 25

    2.4 Pajak SPT dan e-Filling

    2.4.1 Definisi Pajak Secara Umum

    Pengertian pajak berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat

    1 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

    badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

    mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

    sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    2.4.2 Definisi SPT

    Pengertian SPT adalah surat yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan

    penghitungan pajak, penghasilan, harta, objek pajak, atau kewajiban pajak lainnya

    yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT memuat

    informasi seputar jumlah pajak terutang serta pelunasan pajak yang telah

    dilakukan dalam periode tertentu. Segala informasi yang dituliskan dalam SPT

    harus benar, lengkap, dan jelas. Wajib pajak juga harus bertanggung jawab atas

    informasi yang tertera dalam SPT. Jika terdapat informasi yang tidak sesuai, Ditjen

    Pajak sebagai penyelenggara kegiatan pajak dapat meminta keterangan dan

    pertanggungjawaban pada Wajib Pajak (Surtan Siahaan, 2019).

    2.4.3 Definisi e-Filling

    Definisi e-Filing adalah cara pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

    pajak yang dilakukan secara elektronik atau online melalui website Direktorat

    Jenderal Pajak (DJP Online), maupun melalui saluran e-Filling resmi lain yang

    sudah ditetapkan oleh pemerintah. Karena sistem ini sudah menganut sistem online,

    https://www.online-pajak.com/user/96

  • 26

    maka anda tidak perlu repot lagi datang ke kantor pajak untuk menunggu dalam

    proses pembayaran pajak.

    2.4.4 Manfaat Umum e-Filling Pajak

    Jika dibandingkan dengan pelaporan pajak manual, e-Filling pajak

    memberikan banyak keuntungan seperti sebagai berikut.

    a. Lapor pajak online dari mana saja dan kapan saja.

    b. Hemat waktu. Tak perlu lagi menghabiskan waktu untuk datang dan antre di

    KPP.

    c. Bukti pelaporan disimpan lebih aman dan mudah dilacak, tanpa khawatir hilang

    atau terselip.

    Menurut UU Ketentuan Umum Perpajakan tahun 2007, pasal 28, ayat (11)

    bahwa buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan

    dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola

    secara elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10

    (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal wajib

    pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan wajib pajak badan. Karena itu,

    pastikan anda menyimpannya dengan baik dan di tempat yang aman.

    Berdasarkan peraturan terbaru, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI

    Nomor 9/PMK.03/2018, terdapat jenis SPT yang diwajibkan e-Filling pajak.

    Berikut ini daftar SPT tersebut.

    a. SPT Masa PPh Pasal 21 / PPh Pasal 26

    b. SPT Masa PPN / PPnBM 1111

  • 27

    c. SPT Tahunan Badan bagi PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang menerbitkan e-

    Faktur

    Ini berarti pelaporan ketiga jenis SPT di atas tidak dapat lagi dilakukan

    manual dengan mengantarkan dokumen elektronik ke KPP.

    Namun, pengecualian ini berlaku untuk SPT Masa PPh Pasal 21 / PPh Pasal

    26 dan SPT Masa PPN nihil untuk masa pajak Desember. Kewajiban lapor pajak

    online ini berlaku sejak 1 April 2018.

    2.4.5 Lima Aplikasi e-Filling Resmi

    Berikut adalah 5 aplikasi e-Filling yang merupakan saluran resmi yang

    ditetapkan oleh DJP:

    a. Website penyalur SPT elektronik seperti aplikasi e-filing OnlinePajak

    b. Saluran suara digital yang ditetapkan DJP untuk Wajib Pajak tertentu

    c. Jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara DJP dengan Wajib

    Pajak

    d. Website Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

    e. Saluran lain yang ditetapkan DJP

    Lima saluran lapor pajak online di atas ditetapkan melalui pasal 2a PMK

    Nomor 9/PMK.03/2018 tentang SPT.

    2.4.6 Batas Waktu e-Filling Pajak

    Pelaporan SPT memiliki tenggat untuk setiap jenis SPT. Berikut ini daftar

    waktu waktu pelaporan pajak.

  • 28

    Tabel 2.1 Batas Waktu e-Filling Pajak

    No. Jenis SPT Masa Tenggat

    1. PPh Pasal 4 ayat 2 Tanggal 20 bulan berikut

    2. PPh Pasal 15 Tanggal 20 bulan berikut

    3. PPh Pasal 21/26 Tanggal 20 bulan berikut

    4. PPh Pasal 23/26 Tanggal 20 bulan berikut

    5. PPh Pasal 22, PPN & PPnBM oleh Bea

    Cukai

    Hari kerja terakhir minggu

    berikutnya (melapor secara

    mingguan)

    6. PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah Tanggal 14 bulan berikut

    7. PPh Pasal 22 - Pemungut tertentu Tanggal 20 bulan berikut

    8. PPN dan PPnBM - PKP Akhir bulan berikutnya setelah

    berakhirnya masa pajak

    9. PPN dan PPnBM - Bendaharawan Tanggal 14 bulan berikut

    10 PPN dan PPnBM - Pemungut Non

    Bendahara

    Tanggal 20 bulan berikut

    11. PPh Pasal 4 ayat 2, Pasal 15, 21, 23,

    PPN dan PPnBM untuk wajib pajak

    kriteria tertentu

    Tanggal 20 setelah berakhirnya

    masa pajak terakhir

    No. SPT Tahunan Tenggat

    1. PPh Orang

    Pribadi

    Akhir bulan setelah berakhirnya tahun atau bagian

    tahun pajak

    2. PPh Badan Akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau

    bagian tahun pajak

    2.4.7 Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak

    Bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT pajak akan dikenakan

    sanksi sebagai berikut:

  • 29

    Tabel 2.2 Jenis Sanksi Keterlambatan Pelaporan Pajak

    No. Jenis Pajak Tenggat

    1. SPT Masa PPN Rp 500.000,-

    2. SPT Masa Lainnya Rp 100.000,-

    3. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000,-

    4. SPT Tahunan PPh Badan Rp 1.000.000,-

    2.4.8 Syarat e-Filling Pajak

    Agar dapat melakukan e-filing, berikut ini syarat yang harus dimiliki:

    a. EFIN / nomor identitas elektronik

    b. Dokumen elektronik / SPT elektronik

    c. Akses ke web efiling / sudah terdaftar di OnlinePajak

    Sebagai informasi, EFIN dibutuhkan agar wajib pajak bisa melakukan

    transaksi pajak secara online. Jika wajib pajak sebelumnya sudah memiliki EFIN

    dan sertifikat elektronik e-Faktur tidak perlu mengajukan permohonan EFIN lagi.

    Bagi wajib pajak yang belum memiliki EFIN, jangan khawatir karena untuk

    mendapatkan nomor identitas elektronik ini sangat mudah. Ini panduannya untuk

    memperoleh EFIN:

    a. Unduh formulir permohonan aktivasi EFIN

    b. Ajukan langsung formulir EFIN ke KPP tanpa diwakilkan sambil melampirkan

    syarat berupa asli dan foto kopi dokumen di bawah ini:

    1) Wajib Pajak Orang Pribadi

    a) Asli dan foto kopi KTP (WNI)

    b) Paspor dan KITAS/KITAP (WNA)

  • 30

    c) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar

    d) Email aktif

    2) Wajib Pajak Badan

    a) Surat penunjukkan pengurus yang bersangkutan.

    b) KTP pengurus (WNA).

    c) Paspor dan KITAS/KITAP pengurus (WNA).

    d) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar pengurus.

    e) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar WP badan.

    f) Email aktif

    3) Wajib Pajak Badan Kantor Cabang

    a) Surat pengangkatan pimpinan kantor cabang.

    b) Surat penunjukan pimpinan kantor cabang sebagai pengurus yang

    bersangkutan.

    c) KTP pengurus (WNA).

    d) Paspor dan KITAS/KITAP pengurus (WNA).

    e) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar yang bersangkutan.

    f) NPWP/Surat Keterangan Terdaftar kantor cabang.

    c. Daftarkan EFIN yang telah Anda dapatkan pada aplikasi e-Filing CSV

    OnlinePajak pada menu "Pengaturan". Selanjutnya Anda dapat langsung

    melakukan lapor SPT online.

  • 31

    2.5 Zakat

    Secara bahasa, zakat artinya bertambah dan bersih. Menurut terminologi

    syariat, zakat adalah hak wajib dalam harta tertentu (hewan ternak, hasil bumi, emas

    dan perak, barang-barang perdagangan) dan untuk golongan tertentu (mereka

    adalah delapan golongan yang disebut dalam surah At-Taubah), pada waktu

    tertentu, yaitu setelah genap satu tahun. Selain tanaman dan buah-buahan, karena

    waktu wajib zakatnya adalah ketika panen. Secara syariat disebut zakat karena

    adanya makna etimologi di sana, yaitu untuk mengembangkan dan membersihkan

    harta, juga membersihkan si pemiliknya.

    Zakat adalah salah satu rukun Islam. Kewajibannya tertera dalam Al-

    Qur’an, sunnah, ijmak, dan qiyas shahih. Ada sejumlah syarat wajib zakat:

    1. Islam. Zakat tidak wajib bagi orang kafir meski di akhirat diberi penyampain

    dan disiksa karena tidak menunaikan kewajiban yang satu ini.

    2. Memiliki nishab (Ukuran).

    3. Berlalu satu tahun, kecuali untuk hasil bumi. Haul zakat hasil bumi adalah saat

    panen (Bassam, 2013).

    2.5.1 Zakat Profesi

    Zakat penghasilan atau zakat profesi (al-mal al-mustafad) adalah zakat yang

    dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang

    dilakukan sendirian maupun bersama dengan orang/lembaga lain, yang

    mendatangkan penghasilan (uang) halal yang memenuhi nisab (batas minimum

  • 32

    untuk wajib zakat). Contohnya adalah pejabat, pegawai negeri atau swasta, dokter,

    konsultan, advokat, dosen, makelar, seniman dan sejenisnya (Hadi, 2018).

    Hukum zakat penghasilan berbeda pendapat antar ulama fiqh. Mayoritas

    ulama madzhab empat tidak mewajibkan zakat penghasilan pada saat menerima

    kecuali sudah mencapai nisab dan sudah sampai setahun (haul), namun para ulama

    mutaakhirin seperti Syekh Abdurrahman Hasan, Syekh Muhammad Abu Zahro,

    Syekh Abdul Wahhab Khallaf, Syekh Yusuf Al Qardlowi, Syekh Wahbah Az-

    Zuhaili, hasil kajian majma' fiqh dan fatwa MUI nomor 3 tahun 2003 menegaskan

    bahwa zakat penghasilan itu hukumnya wajib (Hadi, 2018).

    Hal ini mengacu pada pendapat sebagian sahabat (Ibnu Abbas, Ibnu Masud

    dan Mu'awiyah), Tabiin (Az-Zuhri, Al-Hasan Al-Bashri, dan Makhul) juga

    pendapat Umar bin Abdul Aziz dan beberpa ulama fiqh lainnya (Al-fiqh Al-Islami

    wa ‘Adillatuh, 2/866).

    Juga berdasarkan firman Allah SWT: "... Ambilah olehmu zakat dari

    sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan

    mereka..." (QS. At-Taubah 9:103) dan firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang

    beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik..." (QS. Al-

    Baqarah. 2:267)

    Juga berdasarkan sebuah hadits shahih riwayat Imam Tirmidzi bahwa

    Rasulullah SAW bersabda: "Keluarkanlah olehmu sekalian zakat dari harta kamu

    sekalian," dan hadits dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah

    hanyalah dikelaurkan dari kelebihan/kebutuhan. tangan atas lebih baik daripada

  • 33

    tangan dibawah. mulailah (dalam membelanjakan harta) dengan orang yang

    menjadi tanggung jawabmu." ( HR. Ahmad)

    Dan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan apa yang dijelaskan oleh

    penulis terkenal dari Mesir, Muhammad Ghazali dalam bukunya Al-Islam wal Audl'

    Aliqtishadiya: "Sangat tidak logik kalau tidak mewajibkan zakat kepada kalangan

    profesional seperti dokter yang penghasilannya sebulan bisa melebihi penghasilan

    petani setahun."

    Jika kita mengikuti pendapat ulama yang mewajibkan zakat penghasilan,

    maka ada beberapa cara tentang pengeluaran bruto atau netto. Dalam buku fiqh

    zakat karya DR Yusuf Qaradlawi (Hadi, 2018). bab zakat profesi dan

    penghasilan, dijelaskan tentang cara mengeluarkan zakat penghasilan. Kalau kita

    klasifikasi ada tiga wacana:

    a. Pengeluaran brotto, yaitu mengeluarkan zakat penghasilan kotor. Artinya,

    zakat penghasilan yang mencapai nisab 85 gr emas dalam jumlah setahun,

    dikeluarkan 2,5 % langsung ketika menerima sebelum dikurangi apapun. Jadi

    kalau dapat gaji atau honor dan penghasilan lainnya dalam sebulan mencapai 4

    juta rupiah x 12 bulan = 48 juta, berarti dikeluarkan langsung 2,5 dari 4 juta tiap

    buan = 100 ribu atau dibayar di akhir tahun = 1.200.000 ribu.

    Hal ini juga berdasarkan pendapat Az-Zuhri dan 'Auza'i, beliau menjelaskan:

    "Bila seorang memperoleh penghasilan dan ingin membelanjakannya sebelum

    bulan wajib zakat datang, maka hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu

    terlebih dahulu dari membelanjakannya" (Ibnu Abi Syaibah, Al-mushannif,

    4/30). Dan juga menqiyaskan dengan beberapa harta zakat yang langsung

  • 34

    dikeluarkan tanpa dikurangi apapun, seperti zakat ternak, emas perak, ma'dzan

    dan rikaz.

    b. Dipotong oprasional kerja, yaitu setelah menerima penghasilan gaji atau honor

    yang mencapai nisab, maka dipotong dahulu dengan biaya oprasional kerja.

    Contohnya, seorang yang mendapat gaji 4 juta rupiah sebulan, dikurangi biaya

    transport dan konsumsi harian di tempat kerja sebanyak 500 ribu, sisanya

    3.500.000. maka zakatnya dikeluarkan 2,5 dari 3.500.000= 87.500,-.

    Hal ini dianalogikan dengan zakat hasil bumi dan kurma serta sejenisnya.

    Bahwa biaya dikeluarkan lebih dahulu baru zakat dikeluarkan dari sisanya. Itu

    adalah pendapat Imam Atho' dan lain-lain dari itu zakat hasil bumi ada

    perbedaan prosentase zakat antara yang diairi dengan hujan yaitu 10% dan

    melalui irigasi 5%.

    c. Pengeluaran neto atau zakat bersih, yaitu mengeluarkan zakat dari harta yang

    masih mencapai nisab setelah dikurangi untuk kebutuhan pokok sehari-hari,

    baik pangan, papan, hutang dan kebutuhan pokok lainnya untuk keperlua

    dirinya, keluarga dan yang menjadi tanggungannya. Jika penghasilan setelah

    dikurangi kebutuhan pokok masih mencapai nisab, maka wajib zakat, akan

    tetapi kalau tidak mencapai nisab ya tidak wajib zakat, karena dia bukan

    termasuk muzakki (orang yang wajib zakat) bahkan menjadi mustahiq (orang

    yang berhak menerima zakat) karena sudah menjadi miskin dengan tidak

    cukupnya penghasilan terhadap kebutuhan pokok sehari-hari.

  • 35

    Hal ini berdasarkan hadits riwayat imam Al-Bukhari dari Hakim bin Hizam

    bahwa Rasulullah SAW bersabda: ".... dan paling baiknya zakat itu dikeluarkan

    dari kelebihan kebutuhan...". (lihat: DR Yusuf Al-Qaradlawi. Fiqh Zakat, 486).

    Kesimpulan, seorang yang mendapatkan penghasilan halal dan mencapai

    nisab (85gr emas) wajib mengeluarkan zakat 2,5 %, boleh dikeluarkan setiap bulan

    atau di akhir tahun. Sebaiknya zakat dikeluarkan dari penghasilan kotor sebelum

    dikurangi kebutuhan yang lain. Ini lebih afdlal (utama) karena khawatir ada harta

    yang wajib zakat tapi tapi tidak dizakati, tentu akan mendapatkan adzab Allah baik

    di dunia dan di akhirat.Juga penjelasan Ibnu Rusd bahwa zakat itu ta’bbudi

    (pengabdian kepada Allah SWT) bukan hanya sekedar hak mustahiq. Tapi ada juga

    sebagian pendapat ulama membolehkan sebelum dikeluarkan zakat dikurangi

    dahulu biaya oprasional kerja atau kebutuhan pokok sehari-hari (Hadi, 2018).

    Zakat profesi dibedakan dengan zakat lainnya karena dikeluarkan ketika

    seseorang menerima gaji atau upah, tanpa memperhatikan nishab dan haul. Zakat

    profesi ini baru muncul dan diwacanakan di zaman modern, tidak terdapat secara

    eksplisit dalam kitab-kitab fiqih klasik, dan juga tentu termasuk zakat yang banyak

    diperselisihkan oleh para ulama di masa sekarang, baik tentang keberadaannya atau

    pun tentang aturan-aturan dan berbagai ketentuannya.

    Zakat Profesi Antara Penentang dan Pendukung

    Keberadaan zakat profesi sejak awal memang selalu menjadi kontroversi di

    kalangan ulama. Ini sebuah realita yang tidak bisa ditolak, karena nyata-nyata

    perbedaan itu ada.

  • 36

    1. Kalangan Yang Tidak Menerima Zakat Profesi

    Di antara kalangan yang tidak setuju dengan adanya zakat profesi, terdiri

    para tokoh ulama di masa modern dan juga beberapa lembaga fatwa yang terkenal.

    a. Dr. Wahbah Az-Zuhaili

    Dr. Wahbah Az-Zuhaili salah satu tokoh ulama kontemporer menuliskan

    pikirannya di dalam kitabnya, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu sebagai berikut :

    Yang menjadi ketetapan dari empat mazhab bahwa tidak ada zakat untuk mal

    mustafad (zakat profesi), kecuali bila telah mencapai nishab dan haul (Dr. Wahbah

    Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid 3 hal. 1949).

    Dalam tanya jawab langsung dengan ulama asal Suriah ini di Masjid Baitul Mughni,

    Penulis berkesempatan untuk bertanya kepada beliau tentang kedudukan zakat

    profesi ini. Jawaban beliau tegas sekali saat itu, bahwa zakat profesi ini tidak punya

    landasan yang kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah. Padahal zakat itu termasuk rukun

    Islam, dimana landasannya harus qath’i dan tidak bisa hanya sekedar hasil

    pemikiran dan ijtihad pada waktu tertentu.

    Dalam pendapatnya ini, Dr. Wahbah Az-Zuhaili bisa Penulis golongkan

    sebagai kalangan ulama moderat kontemporer yang tidak menerima keberadaan

    zakat profesi.

    Namun beliau memberikan kelonggaran bagi mereka yang mewajibkan

    zakat profesi. Beliau menuliskan sebagai berikut :

    “Dan dimungkinkan adanya pendapat atas kewajiban zakat pada mal mustafad

    semata ketika menerimanya meski tidak sampai satu tahun, karena mengambil

    pendapat dari sebagian shahabat seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan Mu'awiyah.”

  • 37

    b. Syeikh Bin Baz

    Syeikh Abdullah bin Baz mufti Kerajaan Saudi Arabia di masanya bisa

    dikategorikan sebagai ulama masa kini yang juga tidak sepakat dengan adanya zakat

    profesi ini. Berikut petikan fatwanya :

    Zakat gaji yang berupa uang, perlu diperinci: Bila gaji telah ia terima, lalu berlalu

    satu tahun dan telah mencapai satu nishab, maka wajib dizakati. Adapun bila

    gajinya kurang dari satu nishab, atau belum berlalu satu tahun, bahkan ia belanjakan

    sebelumnya, maka tidak wajib dizakati (Maqalaat Al Mutanawwi'ah oleh Syeikh

    Abdul Aziz bin Baaz 14/134).

    Beliau mensyaratkan adanya nishab dan haul, sedangkan intisari dari zakat profesi

    justru meninggalkan kedua syarat tersebut.

    c. Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin

    Pendapat serupa juga ditegaskan oleh Syeikh Muhammad bin Shaleh Al

    Utsaimin, salah seorang ulama di Kerajaan Saudi Arabia di masanya.

    “Tentang zakat gaji bulanan hasil profesi. Apabila gaji bulanan yang diterima oleh

    seseorang setiap bulannya dinafkahkan untuk memenuhi hajatnya sehingga tidak

    ada yang tersisa sampai bulan berikutnya, maka tidak ada zakatnya. Karena di

    antara syarat wajibnya zakat pada suatu harta (uang) adalah sempurnanya haul yang

    harus dilewati oleh nishab harta (uang) itu. Jika seseorang menyimpan uangnya,

    misalnya setengah gajinya dinafkahkan dan setengahnya disimpan, maka wajib

    atasnya untuk mengeluarkan zakat harta (uang) yang disimpannya setiap kali

    sempurna haulnya.” (Majmu' Fatawa wa Ar Rasaa'il 18/178).

  • 38

    d. Hai'atu Kibaril Ulama

    Fatwa serupa juga telah diedarkan oleh Anggota Tetap Komite Fatwa

    Kerajaan Saudi Arabia, berikut fatwanya:

    "Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa di antara harta yang wajib

    dizakati adalah emas dan perak (mata uang). Dan di antara syarat wajibnya zakat

    pada emas dan perak (uang) adalah berlalunya satu tahun sejak kepemilikan uang

    tersebut. Mengingat hal itu, maka zakat diwajibkan pada gaji pegawai yang berhasil

    ditabungkan dan telah mencapai satu nishab, baik gaji itu sendiri telah mencapai

    satu nishab atau dengan digabungkan dengan uangnya yang lain dan telah berlalu

    satu tahun. Tidak dibenarkan untuk menyamakan gaji dengan hasil bumi; karena

    persyaratan haul (berlalu satu tahun sejak kepemilikan uang) telah ditetapkan dalam

    dalil, maka tidak boleh ada qiyas. Berdasarkan itu semua, maka zakat tidak wajib

    pada tabungan gaji pegawai hingga berlalu satu tahun (haul)" (Majmu' Fatwa

    Anggota Tetap Komite Fatwa Kerajaan Saudi Arabia 9/281, fatwa no: 1360).

    e. Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama

    Di dalam negeri sebagian kalangan ulama dari Nahdhatul Ulama juga

    termasuk ke dalam barisan yang tidak sejalan dengan zakat profesi. Hasil Keputusan

    Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di asrama haji Pondok Gede

    Jakarta pada tanggal 25-28 Juli 2002 bertepatan dengan 14-17 Rabiul Akhir 1423

    hijriyah telah menetapkan hukum-hukum terkait dengan zakat profesi. Berikut

    kutipannya :

    Intinya pada dasarnya semua hasil pendapatan halal yang mengandung

    unsur mu’awadhah (tukar-menukar), baik dari hasil kerja profesional/non-

  • 39

    profesional, atau pun hasil industri jasa dalam segala bentuknya, yang telah

    memenuhi persyaratan zakat, antara lain : mencapai satu jumlah 1 (satu) nishab dan

    niat tijarah, dikenakan kewajiban zakat (Ahkamul Fuqaha fi Muqarrarat

    Mu’tamarat Nahdhatil Ulama, hal. 556-557).

    Dari keputusan ini kita bisa menyimpulkan, apabila seseorang mendapat gaji

    atau honor, tidak langsung wajib berzakat, karena harus terpenuhi dua hal, yaitu

    nishab dan niat tijarah. Niat tijarah maksudnya adalah ketika seseorang bekerja,

    niatnya adalah berdagang atau berjual-beli. Dan ini sulit dilaksanakan, lantaran agak

    sulit mengubah akad bekerja demi mendapat upah dengan akad berjual beli. Oleh

    karena itu keputusan itu ada tambahannya :

    ”Akan tetapi realitasnya jarang yang bisa memenuhi persyaratan tersebut, lantaran

    tidak terdapat unsur tijarah (pertukaran harta terus menerus untuk memperoleh

    keuntungan.”

    Sekilas kita akan sulit memastikan sikap dari musyarawah ini, apakah

    menerima zakat profesi atau tidak. Karena keputusan ini masih bersifat mendua,

    tergantung dari niatnya. Akan tetapi tegas sekali bahwa kalau yang dimaksud

    dengan zakat profesi yang umumnya dikenal, yaitu langsung potong gaji tiap bulan,

    bahkan sebelum diterima oleh yang berhak, keputusan ini secara tegas menolak

    kebolehannya. Sebab dalam pandangan mereka, zakat itu harus berupa harta yang

    sudah dimiliki, dalam arti sudah berada di tangan pemiliknya.

    f. Dewan Hisbah Persis

    Persatuan Islam (PERSIS) yang diwakili oleh Dewan Hisbah telah berketetapan

    untuk menolak zakat profesi, dengan alasan karena zakat termasuk ibadah mahdhah

  • 40

    (Kumpulan Keputusan Sidang Dewan Hisbah Persatuan Islam (PERSIS) tentang

    Akidah dan Ibadah, hal. 443).

    Barangkali maksudnya, kita tidak dibenarkan untuk menciptakan jenis zakat

    baru, bila tidak ada dalil yang tegas dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sedangkan zakat

    profesi tidak punya landasan yang sifatnya tegas langsung dari keduanya.

    Namun insitusi ini menerima adanya kewajiban infaq bagi harta yang tidak

    terkena zakat. Maka karena bukan termasuk zakat, gaji itu perlu diinfaqkan,

    tergantung kebutuhan Islam terhadap harta tersebut. Maka tidak ada besarannya

    yang baku, dan dalam hal ini pimpinan jam’iyah dapat menetapkan besarnya infaq

    tersebut.

    g. Muktamar Zakat di Kuwait

    Dalam Muktamar zakat pada tahun 1984 H di Kuwait, masalah zakat profesi

    telah dibahas pada saat itu, lalu para peserta membuat kesimpulan:

    “Zakat gaji dan profesi termasuk harta yang sangat potensial bagi kekuatan manusia

    untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti gaji pekerja dan pegawai, dokter, arsitek dan

    sebagainya".

    "Profesi jenis ini menurut mayoritas anggota muktamar tidak ada zakatnya ketika

    menerima gaji, namun digabungkan dengan harta-harta lain miliknya sehingga

    mencapai nishob dan haul lalu mengeluarkan zakat untuk semuanya ketika

    mencapai nishab".

    "Adapun gaji yang diterima di tengah-tengah haul (setelah nishob) maka dizakati di

    akhir haul sekalipun belum sempurna satu tahun penuh. Dan gaji yang diterima

    sebelum nishob maka dimulai penghitungan haulnya sejak mencapai nishob lalu

  • 41

    wajib mengeluarkan zakat ketika sudah mencapai haul. Adapun kadar zakatnya

    adalah 2,5% setiap tahun“ (Abhats wa A’mal Mu’tamar Zakat Awal hlm. 442-443,

    dari Abhats Fiqhiyyah fi Qodhoya Zakat al-Mua’shiroh 1/283-284.).

    2. Kalangan Yang Mendukung Zakat Profesi

    Ada banyak hujjah yang mendasari kenapa para ulama dan juga lembaga

    fatwa di atas tidak menerima keberadaan zakat profesi. Kalau kita sebutkan satu per

    satu, susunannya sebagai berikut :

    a. Dr. Yusuf Al-Qaradawi

    Tidak bisa dipungkiri bahwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi adalah salah satu icon

    yang paling mempopulerkan zakat profesi. Beliau membahas masalah ini dalam

    buku beliau Fiqh Zakat yang merupakan disertasi beliau di Universitas Al-Azhar,

    dalam bab زكاة كسب العمل و المـهن الحرة (zakat hasil pekerjaan dan profesi) (Yusuf al-

    Qaradawi, Fiqh az-Zakah, (Kairo: Maktabah Wahbah, cet. 25, 2006), vol. 1, hlm.

    488-519).

    Sesungguhnya beliau bukan orang yang pertama kali membahas masalah

    ini. Jauh sebelumnya sudah ada tokoh-tokoh ulama seperti Abdurrahman Hasan,

    Syeikh Muhammad Abu Zahrah, dan juga ulama besar lainnya seperti Abdul

    Wahhab Khalaf. Namun karena kitab Fiqhuz-Zakah itulah maka sosok Al-Qaradawi

    lebih dikenal sebagai rujukan utama dalam masalah zakat profesi.

    Inti pemikiran beliau, bahwa penghasilan atau profesi wajib dikeluarkan

    zakatnya pada saat diterima, jika sampai pada nishab setelah dikurangi hutang. Dan

    zakat profesi bisa dikeluarkan harian, mingguan, atau bulanan.

  • 42

    Dan sebenarnya disitulah letak titik masalahnya. Sebab sebagaimana kita

    ketahui, bahwa diantara syarat-syarat harta yang wajib dizakati, selain zakat

    pertanian dan barang tambang (rikaz), harus ada masa kepemilikan selama satu

    tahun, yang dikenal dengan istilah haul.

    Sementara Al-Qaradawi dan juga para pendukung zakat profesi

    berkeinginan agar gaji dan pemasukan dari berbagai profesi itu wajib dibayarkan

    meski belum dimiliki selama satu haul.

    b. Dr. Abdul Wahhab Khalaf

    Dalam kitab Fiqhuzzakah, Al-Qaradawi tegas menyebutkan bahwa

    pendapatnya yang mendukung zakat profesi bukan pendapat yang pertama.

    Sebelumnya sudah ada tokoh ulama Mesir yang mendukung zakat profesi, yaitu

    Abdul Wahhab Khalaf.

    Abdul Wahab adalah seorang ulama besar di Mesir (1888-1906), dikenal

    sebagai ahli hadits, ahli ushul fiqih dan juga ahli fiqih. Salah satu karya utama beliau

    adalah kitab Ushul Fiqih, Ahkam Al-Ahwal Asy-Syakhshiyah, Al-Waqfu wa Al-

    Mawarits, As-Siyasah Asy-Syar'iyah, dan juga dalam masalah tafsir, Nur min Al-

    Islam.

    Saya memasukkan beliau di kalangan pendukung zakat profesi dengan

    alasan beliau adalah orang yang memberi inspirasi awal kepada Dr. Yusuf Al-

    Qaradawi tentang pemikiran dan ide dicetuskannya zakat profesi.

    Namun anehnya kalau kita rujuk langsung kepada pendapat beliau,

    sebenarnya beliau lebih tepat didudukkan sebagai orang yang tidak sejalan dengan

    zakat profesi. Dalam kuliah yang beliau sampaikan tentang zakat, disebutkan bahwa

  • 43

    zakat profesi itu wajib, namun harus memenuhi syarat haul dan nishab dulu. Berikut

    kutipannya :“Sedangkan penghasilan kerja dan profesi diambil zakatnya apabila

    telah dimiliki selama setahun dan telah mencapai nishab.”

    c. Syeikh Muhammad Abu Zahrah

    Selain Abdul Wahhab Khalaf, di kitab Fiqhuzzakah, Al-Qaradawi juga

    menyebutkan bahwa Syeikh Abu Zahrah termasuk orang yang mendukung adanya

    zakat profesi.

    Syeikh Muhammad Abu Zahrah (1898- 1974) adalah guru dari Al-

    Qaradawi. Beliau adalah sosok ulama yang terkenal dengan pemikirannya yang luas

    dan merdeka, serta banyak melakukan perjalanan ke luar negeri melihat realitas

    kehidupan manusia.

    Namun kalau kita telaah fatwa Abu Zahrah dan juga Abdul Wahhab Khalaf

    dengan cermat, sebenarnya yang mereka fatwakan bukan zakat profesi yang

    umumnya dimaksud. Sebab ada syarat haul dan nishab. Kalau ada kedua syarat itu,

    setidaknya syarat haul, maka zakat itu lebih merupakan zakat atas harta yang

    ditabung atau disimpan. Padahal inti dari zakat profesi itu tidak membutuhkan haul,

    sehingga begitu diterima, langsung terkena zakat.

    Namun rupanya Dr. Yusuf Al-Qaradawi bersikeras menggolongkan mereka

    sebagai pendukung zakat profesi, padahal yang dimaksud agak berbeda kriterianya.

    d. Muhammad Al-Ghazali

    Dalam fatwanya. Dr. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa orang

    yang penghasilannya di atas petani yang terkena kewajiban zakat, maka dia pun

    wajib berzakat. Maka doker, pengacara, insinyur, produsen, pegawai dan sejenisnya

  • 44

    diwajibkan untuk mengeluarkan zakat dari harta mereka yang terhitung besar itu

    (Majalah Jami’atu Al-Malik Suud, jilid 5 hal. 116).

    e. Majelis Tarjih Muhammadiyah

    Musyawarah Nasional Tarjih XXV yang berlangsung pada tanggal 3 – 6

    Rabiul Akhir 1421 H bertepatan dengan tanggal 5 – 8 Juli 2000 M bertempat di

    Pondok Gede Jakarta Timur dan dihadiri oleh anggota Tarjih Pusat.

    Lampiran 2

    Keputusan Munas Tarjih XXV

    Tentang Zakat Profesi dan Zakat Lembaga

    1. Zakat Profesi

    2. Zakat Profesi hukumnya wajib.

    3. Nisab Zakat Profesi setara dengan 85 gram emas 24 karat

    4. Kadar Zakat Profesi sebesar 2,5 %

    f. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) termasuk ke dalam barisan pendukung

    zakat profesi. Komponen penghasilan yang dikenakan zakat meliputi setiap

    pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain lain yang diperoleh dengan

    cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai atau karyawan, maupun tidak

    rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang

    diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya. Dengan demikian, obyek zakat bagi pejabat

    dan aparatur negara termasuk tetapi tak terbatas pada gaji pokok, tunjangan yang

    melekat pada gaji pokok, tunjangan kinerja, dan penghasilan bulanan lainnya yang

  • 45

    bersifat tetap. Penghasilan yang wajib dizakati dalam zakat penghasilan adalah

    penghasilan bersih, sebagaimana diatur dalam fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2003.

    Dalam fatwa MUI 7 Juni tahun 2003 disebutkan bahwa :

    Semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah

    mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85 gram.

    1. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup

    nishab.

    2. Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu

    tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup

    nishab. Fatwa MUI ini menarik dikaji dan setidaknya ada dua catatan yang menarik.

    Pertama : Nishabnya Mengikuti Emas Bukan Pertanian

    Disebutkan bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan

    zakatnya, dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas

    85 gram.Kalau kita bandingkan dengan fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi, nishabnya

    bukan kepada emas 85 gram, melainkan kepada hasil pertanian 653 kg gabah kering

    atau 520 kg beras.

    Bahkan lebih jauh, meski pun penghasilannya belum mencapai nisab

    sekalipun, tetap sudah bisa membayar zakat. caranya dengan membuat

    pengandaian. Maksudnya, seolah-olah sudah terima gaji untuk setahun ke depan.

    Jika tidak mencapai nishab, maka semua penghasilan dikumpulkan selama satu

    tahun; kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.

  • 46

    Kedua : Tanpa Haul

    Dalam hal ini, MUI tidak mensyaratkan harus ada masa kepemilikan selama

    setahun. Pokoknya kalau jumlah penghasilan itu mencapai nisab emas, maka wajib

    langsung dikeluarkan zakatnya. Ini adalah doktrin dasar zakat profesi. Padahal

    kalau mengacu kepada fiqih zakat yang original, harta itu harus dimiliki dulu selama

    setahun penuh (haul) sejak awal hingga akhir tahun. Kalau belum dimiliki setahun,

    belum terkena zakat.

    f. Dr. K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc

    Di Indonesia, salah satu icon zakat profesi yang cukup terkenal adalah Dr.

    K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc. sebagaimana naskah disertasi doktor yang

    diajukannya.

    Guru Besar IPB dan Ketua Umum BAZNAS ini mencoba mendefinisikan

    profesi ialah setiap keahlian atau pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan

    sendiri maupun yang terkait dengan pihak lain, seperti seorang pegawai atau

    karyawan.

    Dalam disertasi doktor yang berjudul Zakat dalam Perekonomian Modern,

    yang berhasil diraihnya lewat Universitas Islam Negeri Jakarta, paling tidak beliau

    menyebutkan bahwa setidaknya ada sepuluh jenis zakat di masa modern, yaitu (Dr.

    K.H.Didin Hafidhuddin, M.Sc, Zakat dalam Perekonomian Modern) :

    Zakat Profesi

    Zakat Perusahaan

    Zakat Surat Berharga

    Zakat Perdagangan Mata Uang

  • 47

    Zakat Hewan Ternak yang Diperdagangkan

    Zakat Madu dan Produk Hewani

    Zakat Investasi properti

    Zakat Asuransi Syari’ah

    Zakat Usaha Tanaman Angrek, Walet, Ikan Hias

    Zakat Sektor Rumah Tangga.

    Pada periode awal abad 20-an keberadaan zakat profesi sudah mulai dikenal

    luas. Hal ini ditandai dengan munculnya tokoh ulama besar kontemporer dan

    penulis yang sangat produktif yang cukup masyhur asal mesir yaitu Yusuf Al-

    Qaradhawi (Didin Hafidhuddin, 2002). Buku-buku karyanya menjadi rujukan

    penting umat Islam di dunia dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan

    keilmuan seputar zakat termasuk dalam hal ini zakat profesi.

    Pada tahun 1984 telah dilakukan Muktamar Internasional pertama tentang

    zakat di Kuwait d