SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

71
SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM (Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”) MUH. KHAEDAR SAHIB 10573 02358 11 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2016

Transcript of SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

Page 1: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA

AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

PADA SEKTOR UMKM

(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)

MUH. KHAEDAR SAHIB

10573 02358 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2016

Page 2: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA

AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)

PADA SEKTOR UMKM

(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)

MUH. KHAEDAR SAHIB

10573 02358 11

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasMuhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebagai Persyratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2016

Page 3: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

HALAMAAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan di terima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

Nomor: 017 Tahun 1437 H/2016 M dan telah dipertanggung jawabkan di depan

penguji pada hari Rabu tanggal 20 bulan Februari tahun 2016, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

15 J. Awal 1437 H24 Februari 2016 M

Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd(Rektor Unismuh Makassar) ( ........................)

2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM(WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)

4. Penguji :

a. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)

b. H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)

c. Hj. Naidah, SE, M.Si ( ........................)

e. Muh. Nur Rasyid, SE, MM ( ........................)

Makassar,

HALAMAAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan di terima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

Nomor: 017 Tahun 1437 H/2016 M dan telah dipertanggung jawabkan di depan

penguji pada hari Rabu tanggal 20 bulan Februari tahun 2016, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

15 J. Awal 1437 H24 Februari 2016 M

Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd(Rektor Unismuh Makassar) ( ........................)

2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM(WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)

4. Penguji :

a. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)

b. H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)

c. Hj. Naidah, SE, M.Si ( ........................)

e. Muh. Nur Rasyid, SE, MM ( ........................)

Makassar,

HALAMAAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan di terima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

Nomor: 017 Tahun 1437 H/2016 M dan telah dipertanggung jawabkan di depan

penguji pada hari Rabu tanggal 20 bulan Februari tahun 2016, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

15 J. Awal 1437 H24 Februari 2016 M

Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd(Rektor Unismuh Makassar) ( ........................)

2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM(WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)

4. Penguji :

a. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)

b. H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)

c. Hj. Naidah, SE, M.Si ( ........................)

e. Muh. Nur Rasyid, SE, MM ( ........................)

Makassar,

Page 4: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

HALAMAAN PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGANBERDASARKAN STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITASPUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)

Nama : MUH. KHAEDAR SAHIB

Nomor Stambuk : 10573 02358 11

Jurusan : AKUNTANSI

Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS

Makassar, 24 Februari 2016

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

H. Andi Arman, SE, M.Si. Ak.CA Muttiarni SE, M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak. CANBM : 497 794 NBM : 107 3428

Dengan ini dinyatakan telah mengikuti Ujian Skripsi

HALAMAAN PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGANBERDASARKAN STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITASPUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)

Nama : MUH. KHAEDAR SAHIB

Nomor Stambuk : 10573 02358 11

Jurusan : AKUNTANSI

Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS

Makassar, 24 Februari 2016

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

H. Andi Arman, SE, M.Si. Ak.CA Muttiarni SE, M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak. CANBM : 497 794 NBM : 107 3428

Dengan ini dinyatakan telah mengikuti Ujian Skripsi

HALAMAAN PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGANBERDASARKAN STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITASPUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)

Nama : MUH. KHAEDAR SAHIB

Nomor Stambuk : 10573 02358 11

Jurusan : AKUNTANSI

Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS

Makassar, 24 Februari 2016

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

H. Andi Arman, SE, M.Si. Ak.CA Muttiarni SE, M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak. CANBM : 497 794 NBM : 107 3428

Dengan ini dinyatakan telah mengikuti Ujian Skripsi

Page 5: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

ABSTRAK

Muh. Khaedar Sahib, 2015. Analisis Penerapan Laporan Keuangan BerdasarkanStandar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)pada sektor UMKM (Studi Kasus pada Usaha Embung Jaya). Di bimbing olehBapak H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA dan Ibu Muttiarni, SE, M.Si

Usaha Embung Jaya, sebuah UMKM yang bergerak di pembuatan MakananRingan (snack) yang terletak di daerah Patalassang Kab. Gowa. Mekipun UsahaEmbung Jaya telah cukup lama didirikan, memiliki organisasi serta aktivitas bisnisyang cukup, namun belum dapat menerapkan SAK ETAP dengen baik. Latarbelakang inilah yang menjadikan Usaha Embung Jaya menarik untuk dikaji untukmengetahui; 1) praktik pencatatan keuangan yang dilakukan UMKM tersebut, 2)Faktor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan keuangan berbasisSAK ETAP pada UMKM tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang dititik beratkan padadeskripsi serta interpretasi perilaku manusia dalam penerapan pencatatan keuanganberbasis SAK ETAP. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa; 1) Sistem pencatatankeuangan yang dilakukan secara manual dan masih sangat sederhana, 2) Faktor yangmenyebabkan gagalnya SAK ETAP pada Usaha Embung Jaya adalah karena adanyafaktor internal berupa kurangnya pemahaman, kedisiplinan dan sumber dayamanusia, sedangkan faktor eksternalnya karena kurangnya pengawasan daristakeholder yang berkepentingan dengan laporan keuangan.

Kata kunci: SAK ETAP, Sistem pencatatan laporan keuangan, UMKM

vi

Page 6: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan bagi Mahasiswa Program Sarjana

Ilmu Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar dalam rangka penyelesaian Kuliah

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari keterbatasan kemampuan

penulis, sehingga tidak menutup kemungkinan di dalam penulisan skripsi ini terdapat

ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritikan dan saran sebagai masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis menyadari, tanpa bantuan dan motivasi serta bimbingan baik moril

maupun materi dari berbagai pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan

baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.H.Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Dr.H.Mahmud Nuhung, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA selaku pembimbing pertama dan Ibu

Muttiarni, SE, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan

tenaganya dalam membimbing penulis.

iv

Page 7: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

4. Orang tua penulis, yang tak mengenal lelah untuk membimbing penulis agar

menjadi manusia yang berdaya guna dan tak henti-hentinya memberikan bantuan

doa, moril, serta materilnya.

5. Kepada semua teman-teman di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan

Universitas Muhammadiyah Makassar terkhusus kepada kakanda IMMawan

Muh. Ramli, IMMawan Marsan, IMMawati St. Rabasiah, IMMawati Andi

Mirnawati, IMMawati Sri Muliana, IMMawati Lestari Indar P, sahabat saya

IMMawan Harianto dan Adinda IMMawati Gita, IMMawati Arifa Rahmadini

serta IMMawati Nurlisah Jusdar atas support yang telah mereka berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam

penyajian maupun penyusunannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan

kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik yang membangun serta saran dari semua pihak demi

kesempurnaan karya selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kepada pihak yang

membacanya.

Makassar, 24 Februari 2016

Penulis

v

Page 8: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

D. Mamfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian SAK ETAP....................................................................... 6

B. Manfaat dan Tujuan .......................................................................... 7

C. Karakteristik SAK ETAP................................................................... 8

D. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan .................................. 13

E. Pengguna SAK ETAP........................................................................ 13

F. Implementasi SAK ETAP.................................................................. 14

vii

Page 9: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

G. Penyajian Laporan Keuangan ............................................................ 16

H. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ................................................... 21

I. Hambatan UMKM ............................................................................. 24

J. Laporan Keuangan UMKM ............................................................... 25

K. Kerangka Pikir ................................................................................... 29

L. Hipotesis ............................................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 30

B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 30

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 31

D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil UMKM “Embung Jaya”........................................................... 34

B. SAK ETAP pada Laporan Keuangan UMKM .................................. 36

C. Sistem Pencatatan Keuangan Embung Jaya ...................................... 43

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Terlaksananya

Pencatatan Keuangan Berbasis Sak Etap ....................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 57

B. Saran .................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 61

viii

Page 10: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kerangka Pikir .............................................................................................. 29

Struktur Organisasi Embung Jaya ................................................................. 35

Diagram Zero Pencatatan Kegiatan di Embung Jaya..................................... 48

ix

Page 11: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

DAFTAR TABEL

Halaman

Laporan Laba Rugi......................................................................................... 37

Laporan Harga Pokok ................................................................................... 38

Laporan Perubahan Equitas............................................................................ 39

Laporan Neraca ............................................................................................. 39

Laporan Arus Kas ......................................................................................... 40

Metode Penyusutan dan Masa Manfaat asset tetap ....................................... 41

Aset Tetap ..................................................................................................... 42

Unsur Laporan Keuangan

x

Page 12: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pesatnya pembangunan pada dunia industri meningkatkan persaingan yang

terjadi antar perusahaan dalam menghasilkan produk-produk berkualitas

dengan harga yang cukup bersaing. Menghadapi persaingan usaha yang cukup

ketat,perusahaan harus memiliki strategi dan metode yang tepat sehingga

produknya dapat tetap bersaing dan tetap menghasilkan keuntungan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM)

merupakan salah satu industri yangturut bersaing dalam memajukan

perekonomian di Indonesia. UKM mempunyai peran yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.Pada krisis ekonomi tahun 1997 yang

lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan

berhentiaktivitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi

perubahansituasi pasar tersebut.

Usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis.

Per akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan

kontribusi terhadap produk domestik bruto 59,08 persen. Kontribusi UMKM

terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16 persen atau 107 juta orang.

Namun, dengan segala peran strategis itu, hanya 20 persen dari total UMKM yang

sudah terakses kredit bank. Demikian paparan I Wayan Dipta, Deputi Bidang

1

Page 13: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

2

Pengkajian Sumber Daya UMKM Kementerian Koperasi, dalam seminar tentang

Peluang dan Tantangan UMKM Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015. Pertumbuhan UMKM pada kurun waktu tahun 2009-2013 sebesar 2,3

persen per tahun. Data Kementerian Koperasi menyebutkan, lebih dari 96 persen

perusahaan di ASEAN adalah UMKM. Sumbangan UMKM di ASEAN terhadap

PDB 30-57 persen, sedangkan kontribusi penyerapan tenaga kerja 50-98 persen.

Di Indonesia, pertumbuhan UMKM juga signifikan. Tahun lalu, sekitar 7

persen dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro

menjadi kecil, kecil jadi menengah, maupun menengah jadi komersial atau di luar

UMKM. Kondisi rupiah yang saat ini melemah malahan membantu sebagian

UMKM. Kegiatan produksi UMKM dalam rupiah, sedangkan produksinya

diekspor sehingga pendapatannya dollar AS. Nilainya, kan, terus meningkat.

Sejauh ini ekspor terbesar masih pada sektor garmen. Sekitar 17 persen UMKM

sudah melakukan ekspor produk. Diperkirakan pada akhir tahun 2013 meningkat

menjadi 18 persen.

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, UMKM

diharapkan semakin produktif dan berdaya saing. Kerja sama dengan UMKM lain

di ASEAN juga terbuka. Namun, UMKM Indonesia juga harus mewaspadai

persaingan yang semakin tajam. Kepala Divisi Kerja Sama dan Koordinasi

Program UMKM Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank

Indonesia Wini Purwanti menyampaikan, UMKM merupakan peluang untuk

menciptakan wirausaha baru. Saat ini, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia

Page 14: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

3

sekitar 8,59 juta orang, sedangkan tingkat wirausaha hanya sekitar 0,18 persen.

Ada juga tantangan baru yang di hadapi dalam pengembangan UMKM di

Indonesia. Tantangan itu antara lain soal akses UMKM terhadap perbankan.

Kelayakan usaha, aspek keuangan, aspek pemasaran dan aspek sumber

daya manusia (tenaga kerja) merupakan permasalahan UMKM yang dirasakan

selama ini oleh pihak Bank (Bank Indonesia, 2005). Belum adanya kesamaan

mindset antara persyaratan bank yang harus dipenuhi oleh UMKM, termasuk

ketersediaan laporan keuangan dan bussines plan (rencana pengembangan

usaha) merupakan kendala yang menyebabkan minimnya akses keuangan

UMKM. Padahal dengan adanya laporan sangat bermanfaat dalam membantu

UMKM untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil.

Beberapa hasil penelitian (Pinasti, Hariyanto, Idrus, Marbun) dalam

Pinasti (2007) menunjukkan bahwa kelemahan usaha kecil di Indonesia adalah

pada umumnya pengelola usaha kecil tidak menguasai dan tidak menerapkan

sistem keuangan yang memadai. Usaha kecil tidak atau belum memiliki

dan menerapkan catatan akuntansi dengan ketat dan disiplin dengan

pembukuan yang sistematis dan teratur. Pengusaha kecil secara umum

menganggap bahwa informasi akuntansi tersebut tidak penting, selain sulit

diterapkan juga membuang waktu dan biaya. Hal terpenting bagi pengelola

usaha kecil adalah bagaimana cara menghasilkan laba yang banyak tanpa

repot menerapkan akuntansi. Kenyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian

Musmini (2008) menunjukkan bahwa kebanyakan usaha kecil di Kecamatan

Buleleng tidak menyelenggarakan catatan akuntansi, beberapa yang mempunyai

Page 15: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

4

catatan keuangan modelnya sangat sederhana dan tidak sistematis. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa keberadaan dan pentingnya akuntansi belum

dipahami oleh pengusaha UMKM. Padahal dengan adanya laporan keuangan

sebagai salah satu bentuk penyampaian informasi akuntansi, para pemilik usaha

dapat mengetahui bagaimana posisi serta kinerja keuangannya, tidak

hanya itu pemilik usaha akan lebih mudah untuk menghitung pajak, karena

laporan keuangan merupakan sumber data untuk menghitung pajak.

Usaha Embung Jaya adalah UKM yang bergerak dibidang industri

pembuatan makanan kecil (Snack). Perusahaan ini tidak memperhatikan sistim

akuntansi yang lazim, dimana proses pencatatan biaya tidak dilakukan

sebagaimana mestinya. Pencatatan biaya overhead pabrik dan biaya non produksi

(beban penjualan umum dan biaya administrasi) lainnya seringkali diabaikan,

sehingga biaya-biaya tersebut yang sebenarnya telah dikeluarkan tidak terhitung

dan tidak tercatat pada laporan. Hal tersebut menyebabkan manajemen tidak

akurat dalam membuat perencanaan laba dan pengendaliaan biaya, selain itu

manajemen tidak dapat mebuat laporan keuangan secara tepat yang sesuai dengan

pedoman atau standar yang telah ditentukan, Manajemen dapat menetapkan harga

jauh lebih mudah dan yakin kalau mereka memiliki informasi yang pasti

mengenai biaya pekerjaan atau unit yang akan dijual. Dari latar belakang

permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan

judul“Analisis Penerapan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP pada Sektor

UMKM di Kab. Gowa (Studi Kasus di Usaha Embung Jaya)

Page 16: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

5

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini, dengan melihat latar belakang masalah di atas, penulis

dapat mengidentifikasikan masalah yang terkait dengan tema penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana Praktek Pencatatan Laporan Keuangan yang di lakukan pada

UMKM

2. Apa Faktor-Faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan

laporan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM

C. TUJUAN PENELITIAN

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Praktek Pencatatan Laporan Keuangan yang di

lakukan UMKM

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya

pencatatan laporan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah

a. Mengetahui penyebab UMKM tidak melakukan pencatatan laporan

keuangan yang berbasis SAK ETAP

b. Sebagai pembelajaran bagi pihak yang terkait dalam hal penerapan SAK

ETAP pada UMKM

Page 17: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SAK ETAP

Pada tanggal 19 Mei 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)

mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP).

SAK ETAP ini nampak seide dengan International Financial Reporting

Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Meskipun

memiliki judul yang berbeda, namun baik SAK ETAP maupun IFRS for SMEs

sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya saja

istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and medium-sized

entities (SMEs).

Jadi, apabila kita membandingkan judul pada IFRS for SMEs dan SAK

ETAP, maka istilah entitas tanpa akuntabilitas publik) sama pengertiannya

dengansmall and medium-sized entities. Apabila SAK ETAP telah disahkan pada

bulan Mei 2009, IFRS for SMEs sendiri baru disahkan pada bulan Juli 2009.

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan

dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Standar

Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa

akuntabilitas publik adalah entitas yang:

6

Page 18: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

7

a. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah

pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan

lembaga pemeringkat kredit.

Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan

pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk

tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau

b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok

besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang

efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan

SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan

SAK ETAP.

B. MANFAAT DAN TUJUAN

SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan

keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan

memiliki prinsip going concern yakni menginginkan usahanya terus berkembang.

Untuk mengembangkan usaha perlu banyak upaya yang harus dilakukan. Salah

satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan

dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud pertanggungjawaban

tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai

Page 19: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

8

dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang sesuai

dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh

berbagai kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa

yang datang; dapat memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.

Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan

menyulitkan bagi penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas public

(ETAP) yang mayoritas adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan

menengah. ETAP sebagaimana kepanjangan yang telah diuraikan di atas

merupakan unit kegiatan yang melakukan aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki

oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha yang dimiliki oleh orang

perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya masih terbatas.

Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka sekitar 80 %. Oleh sebab

itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang berkepentingan dalam

hal penyajian laporan keuangan.

C. KARAKTERISTIK SAK ETAP

a. Stand alone accounting standard (tidak mengacu ke SAK Umum)

b. Mayoritas menggunakan historical cost concepts

c. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan

Menengah

d. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum

1) Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana

2) Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran

Page 20: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

9

3) Pengurangan pengungkapan

e. Tidak akan berubah selama beberapa tahun

Dalam penyusunan Laporan Keuangan ada bebarapa karakteristik dari segi

kualitatif yaitu:

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud

ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang

aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari

informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,

kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan

informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa

informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan,

atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Materialitas

Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau

kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas

Page 21: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

10

tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan

situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan

dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau

membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK

ETAP agar mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja

keuangan atau arus kas suatu entitas.

d. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus

andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material

dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang

secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari

bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk

mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan

mencapai suatu hasil tertentu.

e. Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan

substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini

untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.

f. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan

keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan

peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat

dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur

Page 22: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

11

kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam

kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih

tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun

demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan

pembentukan asset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan

kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat tidak

mengijinkan bias.

g. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap

dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak

mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau

menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi

ditinjau dari segi relevansi.

h. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar

periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas

untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan

dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten

untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang

berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat

informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan

Page 23: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

12

laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak

perubahan tersebut.

i. Tepat Waktu

Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan

informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika

terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi

yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu

menyeimbangkan secara relative antara pelaporan tepat waktu dan

penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara

relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang

terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan

ekonomi.

j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun

demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang

substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang

menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus

memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati

oleh pengguna eksternal.

Page 24: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

13

D. PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas

untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan.

Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.

Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:

a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau

nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat

perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau

sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari

kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.

b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau

untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan

dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

E. PENGGUNA SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.

Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah

pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, investor saham,

dll

Page 25: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

14

Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses

pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator

lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau

b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok

besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang

efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan

SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan

SAK ETAP.

F. IMPLEMENTASI SAK ETAP

PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK

ini harus konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah

memutuskan untuk menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan

keuangan, maka untuk selanjutnya tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK

ETAP.

Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak

praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara

prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah

menyusun laporan keuangan maka:

a. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan

dalam SAK ETAP;

Page 26: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

15

b. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak

mengijinkan pengakuan tersebut;

c. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban

atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi

merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda

berdasarkan SAK ETAP;

d. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang

diakui.

Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru

diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya.

Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau

transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan

penerapan secara prospektif artinya kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan

pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada

penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.

Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya

berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal

yang sama dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil

penyesuaian yang muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum

tanggal efektif SAK ETAP diakui secara langsung pada saldo laba pada tanggal

penerapan SAK ETAP.

Page 27: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

16

Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan

untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak

berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang

diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian

menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.

Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP

kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK

ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan

keuangan berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan

keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk

menerapkan SAK ETAP ini kembali

Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun

laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat

menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETA

ini dalam menyusun laporan keuangan.

G. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

1. Penyajian Wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian

jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan

definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban Penerapan

SAK ETAP, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, menghasilkan

Page 28: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

17

laporan keuangan yang wajar atas posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan

tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami

pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan

dan kinerja keuangan entitas.

2. Kepatuhan Terhadap Sak Etap

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat

suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement)

atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan

tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua

persyaratan dalam SAK ETAP.

3. Kelangsungan Usaha

Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang

menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas

melanjutkan kelangsungan usaha. Entitas mempunyai kelangsungan usaha kecuali

jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan

operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali melakukan hal-hal

tersebut. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen

menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan peristiwa atau

kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas

untuk melanjutkan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian

tersebut. Ketika entitas tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi

Page 29: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

18

kelangsungan usaha, maka fakta tersebut harus diungkapkan, bersama dengan

dasar penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dianggap

mempunyai kelangsungan usaha.

4. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi

komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas

berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih

panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:

a. Fakta tersebut;

b. Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan

c. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan

5. Penyajian Yang Konsisten

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode

harus konsisten kecuali:

a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan

penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik

sesuai kriteria pemilihan dan penerapan

b. Kebijakan akuntansi atau

c. SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.

Page 30: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

19

Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan

diubah, maka entitas harus mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali jika

reklasifikasi tidak praktis. Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut jika

jumlah komparatif direklasifikasi:

a. Sifat reklasifikasi;

b. Jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi; dan

c. Alasan reklasifikasi.

Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus

mengungkapkan:

a. Alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan; dan

b. Sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif direklasifikasi.

6. Informasi Komparatif

Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya

kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan

keuangan dan catatan atas laporan keuangan). Entitas memasukkan informasi

komparatif untuk informasi naratif dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman

laporan keuangan periode berjalan

7. Materialitas Dan Agregasi

Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan

yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi

yang sejenis.

Page 31: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

20

Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos

dianggap material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat

mempengaruhi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi faktor penentu.

8. Laporan Keuangan Lengkap

Laporan keuangan entitas meliputi:

a. Neraca;

b. Laporan laba rugi;

c. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:

Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau

Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan

pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;

d. Laporan arus kas; dan

e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang

signifikan dan informasi penjelasan lainnya.

9. Identifikasi Laporan Keuangan

Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan

keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan

merupakan komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan

dari informasi lain dalam laporan tersebut. Di samping itu, informasi berikut ini

disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan:

Page 32: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

21

a. Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan

periode terakhir;

b. Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih

tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;

c. Mata uang pelaporan,

d. Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.

Entitas harus mengungkapkan hal berikut ini dalam catatan atas laporan keuangan:

a. Domisili dan bentuk hukum entitas serta alamat kantornya yang terdaftar;

b. Penjelasan sifat operasi dan aktivitas utamanya.

H. USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu

kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor

UMKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan.

UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

dan arah permintaan pasar.

UU No. 20 tahun 2008 mengenai usaha mikro, kecil dan menengah,

terdapat beberapa definisi yang dapat mengklasifikasikan suatu entitas ke

dalam jenis usaha kecil atau menengah yaitu:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang- Undang ini.

Page 33: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

22

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usahamenengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

Selain itu, UMKM juga memiliki beberapa kriteria yaitu:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai usaha yang memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Page 34: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

23

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut, memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih

dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Definisi UMKM yang pertama adalah tidak adanya pembagian tugas yang

jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil

dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola

perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat

dekatnya.Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembagalembaga

kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembebanan

usahanya darimodal sendiri atau sumber lain seperti keluarga, kerabat,

pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai

dengan belum memiliki status badan hukum.

Dari pernyataan mengenai definisi UMKM diatas maka secara garis besar

dapat ditarik satu benang merah yang serupa mengenai UMKM. Pertama, jika

dilihat dari sisi kekayaan, UMKM cenderung merupakan suatu entitas yang

memiliki kekayaan bersih tidah kurang dari Rp.10 Milyar. Kedua,UMKM

merupakan suatu unit bisnis yang permodalannya juga lebih banyak

mengandalkan dari struktur modal pribadi atau pada tingkatan yang lebih maju

Page 35: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

24

telah menggunakan bantuan yang berasal dari kredit usaha kecil. Ketiga,pada

umumnya UMKM belum memiliki status badan hukum. Keempat, golongan

industri UMKM masih terbatas pada golongan usaha yang cenderung sederhana.

I. HAMBATAN UMKM

Secara umum UMKM sendiri menghadapi dua permasalahan utama,

yaitu masalah finansial dan masalah nonfinansial (organisasi manajemen).

Masalah yang termasuk dalam masalah finansial di antaranya adalah Sulitnya

memperoleh akses kredit atau modal.

1. Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM.

2. Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang

cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang

dikucurkan kecil.

3. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh

ketiadaan bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.

4. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi.

5. Banyak UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya

manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan

manajerial dan finansial.

Sedangkan yang termasuk dalam masalah organisasi manajemen (non-

finansial) di antaranya adalah :

Page 36: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

25

1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang

disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan

teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.

2. Kurangnya pengetahuan akan pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya

informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena

keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan produk/ jasa yang

sesuai dengan keinginan pasar.

3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya sumber

daya untuk mengembangkan SDM.

4. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.

J. LAPORAN KEUANGAN UMKM

1. Elemen Laporan Keuangan UMKM

Menurut SAK ETAP 2009, laporan keuangan UMKM terdiri dari:

a. Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada suatu saat

tertentu.

b. Laporan laba rugi

Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang

diakui dalam suatu periode.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Page 37: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

26

Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu

periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secar langsung dalam ekuitas

untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi

kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan jumlah investasi oleh, dan

deviden dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut.

d. Laporan arus kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan

setara kas entitas, yang menunjukan secara terpisah perubahan yang terjadi selama

satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

e. Catatan atas laporan keuangan

Catatan laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan

penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan

informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan

keuangan.

Catatan atas laporan keuangan harus :

1) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan

dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan.

2) Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi

tidak disajikan dalam laporan keuangan.

3) Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan

keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.

Page 38: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

27

2. Unsur Laporan Keuangan UMKM

Menurut SAK ETAP 2009, unsur laporan keuangan UMKM terdiri dari:

a. Aset

Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu darimana manfaat ekonomi dimasa depan akan

diharapkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Weygandt 2007,255:Harta

(Aset) adalah keuntungan ekonomi masa depan yang diperoleh untuk

dikendalikan oleh kesatuan tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian

masa lalu.

b. Kewajiban

Karakteristik esensial dari kewajiban (liabilities) adalah bahwa entitas

mempunyai kewajiban (obligation) masa kini untuk bertindak atau untuk

melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat berupa kewajiban

secara hukum dan kewajiban konstruktif.Kewajiban dapat dipaksakan menurut

hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.

Suatu kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari suatu

tindakan entitas:

1) Dengan suatu praktik masa lalu, kebijakan yang dikeluarkan atau suatu

Standar kini yang cukup spesifik, entitas telah mengindikasikan kepada

pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu; dan

2) Sebagai konsekuensi, entitas telah menciptakan suatu harapan yang valid

kepada pihak lain bahwa pihak lain akan melepas tanggung jawab tertentu.

Page 39: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

28

Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan

berbagai cara, misalnya, dengan pembayaran kas; penyerahan aset lain;

pemberian jasa; penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau

konversi kewajiban menjadi ekuitas. Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan

cara lain, seperti kreditur melepaskan atau mengorbankan haknya.

c. Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas

normal ent itas dan mengacu pada beberapa istilah seperti penjualan, penghasilan

jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.

d. Beban

Definisi beban adalah beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas

normal entitas meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, upah dan penyusutan.

Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti

kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap.

e. Ekuitas

Ekuitas adalah hak sisa pada aset suatu entitas setelah dikurangi dengan

seluruh kewajibannya. Ekuitas meliputi investasi pemilik entitas, ditambah dengan

hasil atas investasi yang diperoleh melalui operasi yang menguntungkan dan hasil

yang ditahan kembali untuk digunakan dalam operasi entitas tersebut, dikurangi

dengan penurunan atas investasi pemilik sebagai akibat dari operasi yang

tidak menguntungkan dan alokasi kepada pemilik.

Page 40: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

29

K. KERANGKA PIKIR

Kerangka Pikir dalam Penelitin ini yaitu:

Gambar 1 : Kerangka Pikir

L. HIPOTESIS

Berdasarkan pada Rumusan Masalah yang telah di ungkapkan maka dapat di

ambil hipotesi yaitu: UMKM Embung Jaya dalam penyusunan laporan

keuangan belum berdasarkan pada SAK ETAP dan yang menjadi faktornya

yaitu : kapasitas dari pemilik usaha serta kurangnya ketegasan dari pihak luar

yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan itu mengenai

penerapan berdasarkan SAK ETAP.

UMKMEMBUNG JAYA

LAPORAN KEUANGAN UMKM

HASIL ANALISIS(Faktor-Faktor Penyebab)

LAPORAN KEUANGAN SAK ETAP

Page 41: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Usaha Embung Jaya yang terletak di daerah

Patalassang Kab. Gowa pada bulan September 2015 sampai dengan data-data

yang diperlukan terpenuhi.

B. JENIS DATA DAN SUMBER DATA

1. Jenis Data

Menurut Riduwan (2009:5), data menurut jenisnya ada dua yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi,

karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.

b. Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka.

2. Sumber Data

Adapun yang dimaksud sumber data itu adalah subyek dari mana data itu

dapat diperoleh. Pada penelitian ini sumber datanya adalah sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari tangan pertama

untuk analisis berikutnya untuk menemukan solusi atau masalah yang

diteliti Sekaran (2006:326). Husein (2008:99) menyebutkan data primer

merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau

30

Page 42: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

31

perseorangan atau data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi

penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang termasuk data

primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan

pihak terkait, yaitu pemilik UMKM.

b. Data sekunder, yatu data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada,

Sekaran (2006:329). Menurut Husein (2008:100) data sekunder merupakan

data primer yang telah diolah lebih lanjut disajikan baik oleh pihak pengumpul

data primer atau pihak lain. Data sekunder merupakan data penelitian yang

diperoleh secara langsung melalui media perantara (telah diperoleh dan dicatat

dari pihak lain). Data ini pada umumnya berupa data statistik, ataupun

keterangan-keterangan dan publikasi lainnya serta bahan-bahan yang berkaitan

dengan topik permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini data sekunder

yang dipergunakan adalah data jumlah dan informasi UMKM yang didapat

dari Diskoperindag

C. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilaksanakan dengan cara malakukan telaah atas

data-data sekunder yang diperoleh melalui berbagai sumber meliputi jurnal

ilmiah, buku-buku, karya ilmiah, dan peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan topik yang teliti.

2. Penelitian Lapangan

a. Observasi

Page 43: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

32

Observasi, dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang pencatatan

laporan keuangan Usaha Embung Jaya melalui pengamatan langsung, tanpa

pertolongan alat- alat tertentu untuk keperluan penelitian. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan observasi secara langsung dan tersamar. Observasi langsung

dilakukan dengan menyatakan secara langsung kepada sumber data yakni mr. Asri

sebagai pemilik usaha Embung Jaya bahwa peneliti sedang melakukan

penelitian. Namun, suatu saat peneliti juga melakukan observasi secara

tersamar, yaitu saat peneliti mengamati kegiatan operasional karyawan tanpa

membuat karyawan tersebut sadar jika sedang diamati.

b. Wawancara

Wawancara merupakan data yang dikumpulkan melalui interaksi secara

langsung dari responden dengan mengadakan tanya-jawab guna memperoleh data

yang diperlukan terutama kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan

pencatatan, penyusunan, dan penyajian laporan keuangan.

c. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencatatan dari dokumen

perusahaan yang berhubungan degan penelitian ini.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Patton (Maleong, 2001:103) Analisis data adalah “proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”.

Dan dari definisi tersebut memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya

kedudukan analisis data di lihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip utama dari

Page 44: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

33

penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Penelitian ini adalah penelitian deskriktif komparatif, dengan lebih banyak

bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi serta melakukan

perbandingan teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Data yang telah di

peroleh akan di analisis secara kualitatif serta di uraikan dalam bentuk deskriktif

Data diolah memakai teknik analisis data dengan tahapan sebagai berikut

(Miles dan Huberman (1992) dalam Moleong (2004)): Reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), serta menarik kesimpulan (verifikasi).

Tahapan teknik analisis data tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang

terkait dan bisa berlangsung secara ulang-alik, sampai mendapatkan hasil

penelitian akhir, yang bersifat holistik dan sarat makna, dalam konteks pemberian

jawaban terhadap masalah yang dikaji (Atmadja, 2006:22)..

Analisis digunakan untuk mengetahui dilema yang dihadapi Usaha Kecil

dan Menengah dalam menerapkan Laporan Keuangan Sesuai dengan SAK ETAP

Page 45: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. PROFIL UMKM “EMBUNG JAYA”

Embung Jaya adalah perusahaan milik perseorangan yang didirikan pada

tahun 2013 oleh Mr. Asri. Berdirinya Perusahaan ini dipelopori dari Minat Mr.

Asri dalam hal Berwirausahan dan kebetulan juga beliau tergabung dalam Himpunan

Pengusaha Muda Indonesia yang memotivasi mahasiswa sekarang untuk berwirausaha

di tengah persaingan era sekarang dalam perebutan peluang kerja di perusahaan-

perusahaan, serta di samping dapat membantu dalam hal pendapatan keluarga

juga dapat membuka peluang kerja di masyarakat luas. Saat ini dalam

menjalankan usahanya Mr. Asri di bantu oleh teman-temannya dalam hal

pengelolahan keuangan dan bagian pemasaran . Embung Jaya adalah usaha

yang bergerak dalam bidang Pembuatan Makanan Kecil (Snack) yang pada

awalnya memiliki Produk yaitu Kripik Stick yang kemudian seiring

berjalannya waktu mengganti produknya yaitu dengan Kripik Dendeng

yang memiliki bahan dasar yaitu daun ubi, keunikan yang dimiliki kripik

dendeng ini adalah pertama, kripik ini merupakan produk langka dalam artian jarang

orang yang memproduksi produk tersebut; kedua, lebih sehat melihat khasiat dari

daun ubi tersebut salah satunya mampu meningkatkan daya tahan tubuh; ketiga, harga

yang relative murah (sesuai dengan dompet anak-anak Mahasiswa)

Strategi promosi yang dilakukan Embung Jaya yaitu dengan cara mouth

to mouth, memasang iklan melalui media social networking yakni melalui

facebook dan sering ikut serta dalam mensponsori kegiatan-kegiatan yang

34

Page 46: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

35

dilaksanakan oleh mahasiswa selain itu Mr Asri juga sering membawa tester

produknya sekitar 3-5 bungkus sebagai sampel dan di tawarkan ke beberapa

orang. Adapun visi dan misi dari usaha ini yaitu:

Visi: Menjadikan usaha olahan cemilan ini di kenal oleh Masyarakat, di sukai oleh

semua kalangan.

Misi:

a. Memberi pandangan positif kepada masyarakat mengenai produk ini bahwa

produk ini sehat dan bergizi di lihat dari bahan yang di gunakan.

b. Inovasi baru terkait produk yang masih langkah di temui di masyarakat

c. Kreatifitas dalam hal pemasaran sehingga terlihat unik

Struktur organisasi yang ada pada Usaha Embung Jaya tidak tertulis

dan masih sangat sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

dengan pemilik Usaha dapat digambarkan struktur organisasi Embung Jaya

sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi Embung Jaya (Sumber: Hasil Wawancara, 2015)

Pemilik (Owner)

Mr. Asri

Bagian Keuangan

Ainun

Bagian Pemasaran

Nilam Cahyani Anwar

Karyawan Produksi

Page 47: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

36

Pendeskripsian Tugas:

a. Pemilik (Owner)

Bertanggung Jawab atas perusahaan secara keseluruhan

Mengawasi setiap aktifitas usahanya

Pemegang keputusan paling menentukan

b. Bagian Administrasi Keuangan

Pengelola Kas (bertanggung jawab atas kas keluar dan kas masuk)

Membuat Laporan Keuangan (dalam hal ini menurut versinya)

c. Bagian Pemasaran

Melakukan perencanaan mengenai langkah strategis dalam hal pemasaran

produk ke halayak masyarakat.

Memberikan masukan kepada pemilik (owner) dalam hal pemasaran

Memasarkan produk ke masyarakat

d. Karyawan Produksi

Pelaksana teknis dalam setiap aktivitas produksi perusahaan mulai dari berbentuk

bahan mentah kemudian menjadi barang setengah jadi sampai kepada barang jadi

yang siap untuk di pasarkan.

B. SAK ETAP PADA LAPORAN KEUANGAN UMKM

1. Laporan Laba Rugi

Terdapat beberapa unsur didalamnya, yaitu: penjualan, Harga Pokok

Penjualan (HPP), beban dan pajak. Dimana dalam perhitungannya: Penjualan -

HPP – Beban Administrasi – Beban Penjualan – Pajak.

Page 48: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

37

Tabel 1. Laporan Laba Rugi

EMBUNG JAYALAPORAN LABA RUGI

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014

Penjualan Rp. 60.000.000

Penjualan BersihHarga Pokok Penjualan (Rp.33.050.000)

Laba Kotor Rp. 26.950.000BebanBeban AdministrasiBeban Perlengkapan Rp. 500.000Beban Pemeliharaan Bangunan Rp. 320.000Beban pemeliharaan kendaraan Rp. 230.000Beban Konsumsi Rp. 100.000Total Beban AdministrasiBeban Penjualan

(Rp. 1.150.000)

Beban transportasi Rp. 500.000Total Beban penjualan (Rp. 500.000)

Laba Bersih sebelum pajak Rp. 25.300.000Beban Pajak Rp. 3.162.500Laba Bersih Rp. 22.137.500

Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis

Ket: Usaha ini tidak melakukan pembayaran pajak tapi penulis menambahkanbeban pajak di karenakan sebuah keharusan Badan Usaha membayar pajakpenghasilan usahanya

Penjualan merupakan seluruh nilai penjualan yang didapat selama tahun

2014, sedangakan HPP merupakan biaya yang dikeluarkan untuk barang-barang

yang terjual. Adapun perhitungan untuk HPP adalah sebagai berikut:

Page 49: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

38

Tabel 2. Laporan Harga Pokok

LAPORAN HARGA POKOK PENJUALANEMBUNG JAYA

TAHUN 2014

Persediaan barang jadi awalHPP produksiBiaya bahan baku Rp.29.950.000

Rp. 200.000

Biaya tenaga kerjaBiaya overhead

Rp. 1.200.000Rp. 1.800.000

Total HPP produksi Rp. 32.950.000 +

Barang tersedia untuk dijual Rp. 33.150.000

Persediaan barang jadi akhir Rp. 100.000 -

HPP penjualan Rp. 33.050.000

Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis

Adapun perhitungan pajak bagi UMKM Embung Jaya sebagai berikut :

PPh terutang = 50 % x tarif pajak x penghasilan kena pajak.

PPh terutang = 50% x 25 % x Rp 25.300.000= Rp 3.162.500.

(Pasal 31e UU Nomor 36 Tahun 2008)

2. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik.

Dalam laporan perubahan ekuitas terdapat tiga transaksi yaitu modal awal

ditambah laba tahun berjalan dan dikurangi prive.

Page 50: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

39

Tabel 3. Laporan Perubahan Ekuitas

EMBUNG JAYALAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2014

Modal Awal Rp. 128.512.500

Laba Tahun Berjalan Rp. 23.137.500

Modal Akhir Rp. 150.650.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis

3. Laporan Neraca

Pada neraca menampilkan jumlah aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik

Embung Jaya pada 31 Desember 2014. Pada neraca, sisi aset disusun berdasarkan

lancar atau tidaknya sebuah aset, yaitu aset lancar dan aset tetap.

Tabel 4. Laporan Neraca

EMBUNG JAYANERACA

PER 31 DESEMBER 2014

ASET

Aset Lancar

Kas

Rp. Xxx

Kas Rp. 5.450.000Perlengkapan Rp. 650.000Persedian Bahan Baku Rp. 50.000Persedian Barang Jadi Rp. 100.000Total Aset Lancar Rp. 6.250.000

Aset Tetap

Tanah Rp. 120.000.000

Page 51: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

40

Arus kas masukArus kas dari aktivitas opersionalPendapatan kas dari penjualan Rp. 60.000.000Total penerimaan kas Rp.60.000.000Arus kas keluarArus kas dari aktivitas operasionalBiaya bahan baku Rp. 29.950.000Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 1.200.000Biaya Listrik & air Rp. 1.800.000Beban Penjualan Rp. 500.000

Bangunan Rp. 52.000.000Kendaraan Rp. 14.000.000Peralatan Rp. 3.500.000Total Aset Tetap Rp. 189.500.000

Akumulasi PenyusutanPenyusutan Bangunan Rp. 7.800.000Penyusutan Kendaraan Rp. 4.200.000Penyusutan peralatan Rp. 350.000Akumulasi Penyusutan (Rp. 12.350.000)Total Aset Rp. 177.150.000KEWAJIBAN DAN EKUITASKewajibanUtang usaha Rp. 5.500.000Total Kewajiban Rp. 5.500.000

Modal Akhir Rp.171.650.000

Total Kewajiban dan Modal Rp. 177.150.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis

4. Laporan Arus Kas

Tabel 5. Laporan Arus Kas

EMBUNG JAYALAPORAN ARUS KAS

PERIODE YANG BERAKHIR PADA DESEMBER 2014

Page 52: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

41

Arus kas dari aktivitas pendanaanPrive Rp. -Total Pengeluaran kas Rp. 33.450.000

Arus kas bersih pada tanggal 31 Desember 2014 Rp. 26.550.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

a. Kebijakan Akuntansi

Dasar Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan ini disajikan sesuai dengan SAK ETAP, disusun

berdasarkan prinsip berkesinambungan (going concern) serta mengikuti

konvensi harga historis (historical cost). Laporan keuangan ini disusun dengan

menggunakan accrual basis kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas

menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas yang dikeluarkan dalam aktivitas

operasi dan pendanaan.

Aset Tetap

Aset tetap dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi

akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode

garis lurus (straight- line method) berdasarkan taksiran umur ekonomis masing-

masing aset.

Tabel 6. Metode Penyusutan dan Masa Manfaat Aset Tetap

Nama Aset Metode Penyusutan Masa ManfaatTanah - -Bangunan Garis Lurus 20Kendaraan Garis Lurus 10Peralatan Produksi Garis Lurus 10

Beban penyusutan dibebankan dalam laporan laba rugi pada saat

terjadinya. Pada saat aset tetap sudah tidak digunakan lagi atau dilepas, maka

Page 53: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

42

harga perolehan dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok

asset tetap dan laba yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada usaha

tahun berjalan.

Pengakuan Beban dan Pendapatan

Pendapatan usaha diakui secara proporsional berdasarkan jumlah penjualan

selama satu periode. Beban usaha didasarkan pada pengobanan sumber

ekonomi yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh pendapatan usaha

dalam periode yang sama. Beban diakui pada saat terjadinya atau sesuai

dengan masa manfaatnya (accrual basis).

b. Kas

Kas merupakan asset yang digunakan untuk memenuhi kebutahan sehari-

hari, baik untuk operasional perusahaan atau untuk mendapatkan asset lainnya,

selain itu ia tidak dijaminkan dan tidak dibatasi penggunaannya

c. Persediaan

Persediaan barang jadi dan bahan baku dinyatakan sesuai harga

perolehan yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata.

d. Aset Tetap

Pada tahun tersebut tidak ada penambahan atau pengurangan aset tetap.

Nilai aset tetap diakui sebesar nilai perolehan dikurangi nilai akumulasi

penyusutan.

Tabel 7. Aset Tetap

Nama Aset1 Januari Tahun

PerolehanPenyusutan per

tahun31 Desember

Tanah Rp. 120.000.000 - - Rp. 120.000.000

Page 54: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

43

Bangunan Rp. 52.000.000 2012 Rp. 7.800.000 Rp. 44.200.000Kendaraan Rp. 14.000.000 2012 Rp. 4.200.000 Rp. 9.800.000PeralatanProduksi

Rp. 3.500.000 2012 Rp. 350.000 Rp. 3.150.000

Total Rp. 189.500.000 Rp. 177.150.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis

e. Utang Usaha

Jumlah kewajiban yang masih dimiliki adalah bersumber dari dana pinjaman

dari kerabat yang di jadikan salah satu sumber permodalan dalam menjalankan

usaha ini dan sampai tahun 2014 belum terbayarkan.

C. SISTEM PENCATATAN KEUANGAN EMBUNG JAYA

Embung Jaya adalah sejenis usaha di bidang pembuatan makanan

ringan (Snack) yang masih berskala kecil dan berdiri sejak tahun 2013 di

daerah Pattalassang Gowa yang berjalan dengan bantuan tenaga dari

teman sendiri (join) serta bantuan dari keluarga sendiri . Tata cara

pengelolaan masih dilakukan oleh pemilik sendiri yaitu dalam hal pembelian

stock Bahan Mentah, Personalia dan Laporan Keuangan. Pemilik usaha

mengetahui bahwa pencatatan keuangan suatu usaha penting untuk dilakukan

dengan melakukan pencatatan keuangan dapat diketahui seberapa besar

pemasukan dan pengeluaran sehingga nantinya dapat menghitung laba yang

diperoleh dan dapat mengetahui bagaimana kinerja usahanya, seperti yang

tercermin dalam kutipan wawancara dengan Mr. Asri pemilik Usaha Embung

Jaya berikut.

“Pencatatan keuangan perlu, penting sekali, biar kita tahu antara

Page 55: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

44

pendapatan dan pengeluaran, tapi kadang-kadang biar tidak seperti pepatah

lebih besar pasak dari pada tiang makanya perlu dicatat”

Namun dalam implementasinya sistem informasi akuntansi yang

dilakukan oleh pemilik Usaha Embung Jaya masih sangat sederhana dan proses

pencatatan yang dilakukan masih dengan cara manual (Pengarsipan Nota).

Dan dinyatakan tidak sesuai dengan SAK ETAP di karenakan tidak melakukan

pencatatan laporan keuangan dan tidak memiliki satupun jenis dalam laporan

keuangan.

Tabel. 8: Jenis Laporan Keuangan

No. Jenis Laporan Keuangan Ada/Tidak

1. Laporan Laba/Rugi -2. Laporan Perubahan Equitas -3. Laporan Neraca -4. Laporan Arus Kas -5. Catatan atas Laporan Keuangan -

Alasan pemilik UMKM Embung Jaya melakukan pencatatan keuangan

semata untuk menentukan besarnya Pendapatan Usahanya dan kemudian dari

pendapatan tersebut berapa yang akan di sisihkan untuk memproduksi Bahan setengah

jadi lagi serta hitungan bagi hasilnya.

Berdasarkan atas hasil pengamatan dan wawancara nampak bahwa

pengalaman Mr Asri selama 3 tahun sebagai pengusaha telah membuat

informan mengerti akan pentingnya melakukan pencatatan atas setiap transaksi

usahanya. Keinginan atau niat yang dimiliki informan untuk mengembangkan

usaha, untuk mempermudah dalam penggajian telah memotivasi informan untuk

Page 56: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

45

selalu melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan dengan alasan untuk

mengetahui peningkatan dan penurunan pendapatan jasa yang terjadi pada

usahanya

Hal ini sejalan dengan teori perilaku beralasan (Theory of Reasoned

Action) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Martin Fishbein pada tahun 1980

(Jogiyanto, 2007). Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan atau

tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh

orang tersebut. Dalam pencatatan akuntansi pada UMKM Embung Jaya, bentuk

pencatatan yang kini diterapkan di usaha ini dipengaruhi oleh niat dari pemilik

usaha. Niat atau keinginan pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya

telah membuat pengusaha tersebut termotivasi untuk melakukan pencatatan atas

setiap transaksinya dengan rapi. Meskipun format yang digunakan berbeda dan

tidak melakukan penjurnalan seperti pencatatan transaksi pada akuntansi,

karena pengusaha ini membuat catatan menurut pemahamannya pribadi dan

pengalaman yang dimiliki tanpa mempelajari pencatatan transaksi pada

akuntansi.

Pencatatan akuntansi yang diterapkan pada UMKM Embung Jaya masih

jauh dari SAK ETAP sehingga informasi yang diperoleh dari catatan yang

dibuat belum dapat sepenuhnya mendukung atau bermanfaat untuk pengambilan

keputusan yang lebih menyeluruh dari kegiatan operasional perusahaan. Manfaat

dan keputusan usaha yang dapat dijalankan berdasarkan akuntansi dan laporan

akuntansi berdasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Ediraras

(2010) antara lain:

Page 57: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

46

1. Penilaian kinerja usaha dan sebagai bahan evaluasi untuk yang akan

datang.

2. Berguna sebagai dasar pertimbangan pembelian bahan baku untuk

produksi dan alat-alat produksi.

3. Keputusan mengenai harga, misalnya penentuan harga jual, banting

harga, kenaikan harga barang/jasa, dan lain-lain.

4. Mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank.

5. Untuk pengembangan usaha, keputusan untuk membuka atau menutup

cabang.

6. Penambahan dan pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan

penghasilan karyawan, pemberian bonus kepada karyawan.

7. Penyusunan anggaran untuk periode berikutnya.

8. Penambahan asset usaha.

9. Promosi usaha.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ediraras, pada usaha kecil,

seperti yang dikemukakan oleh Golrida (2008) dalam Musmini (2012)

memang sangat memerlukan informasi tentang kinerja usaha dan informasi

tentang posisi keuangannya. Penyajian laporan keuangan yang continue pada

usaha kecil harus memperhatikan prinsip konsistensi sehingga laporan dari

periode sebelumnya dapat dibandingkan (komparabilitas) dengan periode

berikutnya. Prinsip daya banding (komparabilitas) dapat memberikan informasi

perkembangan usaha yang dilakukan selama ini. Apakah usaha tersebut

Page 58: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

47

menguntungkan ataukah hanya asal berjalan saja, tanpa memperoleh

keuntungan, atau bahkan merugi.

Lebih lanjut Musmini (2012) mengemukakan bahwa prinsip lain yang

harus dipegang dengan baik, tanpa toleransi adalah prinsip kesatuan usaha. Jadi

kepentingan pemilik usaha dan usahanya harus dipisahkan, seperti dalam hal

keuangannya, keuangan perusahaan terpisah dengan keuangan pemiliknya.

Prinsip kesatuan usaha sangat sulit dijalankan, karena cakupan yang kecil dengan

nilai uang yang relatif sedikit. Selain beberapa hal diatas yang relatif

tidak ditemukan pada usaha kecil, teknis mengerjakan akuntansi juga dianggap

sulit diterapkan karena rumit bagi pemilik ataupun manajer perusahaan, tidak

sebanding dengan modal yang berputar pada usaha kecil tersebut yang

relatif sedikit.

Pada usaha kegiatan yang dilakukan selama peneliti melakukan penelitian

antara lain:

a. Pembelian Bahan Produksi,

b. Pejualan Produk kepada Costumer/Pembeli,

c. Mencatat setiap Transaksi pembelian dan Transaksi penjualan,

d. pembayaran hutang/kredit kepada pihak pemberi pinjaman

Prosedur pencatatan transaksi pendapatan Usaha Embung Jaya diawali dari

setelah pemberian produk kepada Costumer/Pembeli, maka bagian pemasaran

akan membuatkan nota rangkap dua, yang nantinya satu lembar nota akan

diberikan kepada pelanggan dan satu lembarnya lagi akan digunakan

Page 59: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

48

sebagai arsip. Pada nota tersebut terdapat informasi mengenai identitas

perusahaan, nomor urut nota, tanggal, jenis produk, jumlah satuan, harga satuan,

jumlah dan total tagihan.

Alur pencatatan transaksi yang ada pada usaha Embung Jaya tergambar

pada gambar berikut:

Gambar 3: Diagram Zero Pencatatan Kegiatan di Embung Jaya (Sumber: Hasil

Observasi dan Wawancara, 2015)

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIDAK

TERLAKSANANYA PENCATATAN KEUANGAN BERBASIS SAK

ETAP DI UMKM EMBUNG JAYA

Implementasi pencatatan akuntansi UMKM berbasis SAK ETAP

Bag. Pemasaran

Bag. Keuangan

PembeliPemesanan

Produk

Uang yangharus di bayar

PenerimaanPembayaran Pemilik/owner

Jumlah uang yang harusdi bayar

Uang Pembayaran

Informasi barangpesanan

Bukti Transaksi Penjualan

Transaksi Penjualan

Transaksi Penjualan

Page 60: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

49

memberi manfaat bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan, manfaat

tersebut antara lain (Anna, 2011) :

1. Bagi kreditor (pemberi pinjaman) dengan implementasi pencatatan

akuntansi berbasis SAK ETAP UMKM dapat menyajikan laporan

keuangannya sendiri, hal tersebut untuk memenuhi persyaratan utama untuk

mengajukan pinjaman kredit kepada lembaga keuangan atau perbankan, para

kreditur nantinya dapat memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat

dibayar pada saat jatuh tempo.

2. Pemilik UMKM dapat mengetahui laba, posisi keuangan, perubahan ekuitas

pemilik dan arus kas perusahaan lebih sederhana

3. UMKM dapat menghitung besaran pajak secara akurat sesuai informasi

akuntansi,

4. UMKM dapat diaudit oleh Kantor Akuntan Publik

Walaupun telah dilakukan pelatihan dan seminar terkait penyusunan

pencatatan akuntansi untuk usaha namun selama ini UMKM masih gagal dalam

menerapkan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP dan tidak jarang ada

UMKM yang sama sekali tidak melakukan pencatatan keuangan. Faktor-faktor

yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan keuangan berbasis SAK

ETAP antara lain dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal Penyebab Gagalnya Penerapan SAK ETAP

Faktor internal merupakan faktor dari dalam yang mempengaruhi

implementasi/pengamplikasian dari pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP,

faktor internal yang menyebabkan gagalnya penerapan SAK ETAP ini yakni,

Page 61: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

50

Pertama, kurangnya pengetahuaan pemilik Usaha Embung Jaya mengenai

standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan. Selama ini pemahaman

bentuk pencatatan keuangan yang dilakukan sesuai dengan pengetahuan dan

pemahaman yang dimiliki pemilik usaha Embung Jaya. Jadi, pengetahuan

memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap bentuk penyusunan pencatatan

keuangan yang diterapkan oleh usaha Embung Jaya;

Kedua, pemilik usaha Embung Jaya merasa belum professional untuk membuat

laporan keuangan sesuai standar akuntansi. Pemilik kurang disiplin dan rajin

dalam pelaksanaan pembukuan akuntansi usahanya ini dikarenakan waktu yang

ada sudah tersita untuk pekerjaan, sehingga sulit sekali menyisihkan waktu untuk

menyusun sistem pembukuan akuntansi pemilik lebih mengutamakan bagaimana

sistem pemasaran yang baik agar produk cepat laku, dan bagaimana agar setiap

harinya dapat memasok produk ke konsumen;

Ketiga, pandangan dari pemilik usaha bahwa kegiatan pencatatan tersebut

dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan perhitungan dan transparansi, ini

sesuai dengan teori perilaku beralasan (theory of reasond action) of reasond

action) yang Icek Ajzen dan Martin Fishbein pada tahun 1980. Teori ini

menyatakan bahwa seseorang atau individu akan memanfaatkan sisten

informasi dengan alasan bahwa sistem informasi tersebut akan memberi

manfaat atau kegunaan bagi dirinya. Melihat dari kenyataan dilapangan terkait

dengan penerapan SAK ETAP jadi dapat dikatakan bahwa Pelaku UMKM

akan memanfaatkan atau mengimplementasikan pencatatan keuangan

berdasarkan SAK ETAP apabila pencatatan tersebut akan memberi manfaat

Page 62: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

51

atau kegunaan bagi dirinya.

2. Faktor Eksternal Penyebab Gagalnya Penerapan SAK ETAP

Salah satu penyebab dari Usaha Embung Jaya tidak melakukan

pencatatan akuntansi berbasis SAK ETAP disebabkan pula karena tidak

adanya pengawasan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan

keuangan UMKM terutama dari pihak pemerintah, lembaga- lembaga terkait dan

regulator. Padahal kepedulian terhadap pengembangan UMKM sudah

semestinya menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai dengan bidang yang

digelutinya. Sejalan dengan hal tersebut, Raharjo (1993) dalam Auliyah

(2012) menyatakan tidak adanya regulasi yang mewajibkan penyusunan

laporan keuangan bagi UMKM mengakibatkan rendahnya penyusunan laporan

keuangan. Jadi perhatian dari pihak regulator terkait dengan peraturan yang

mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi UMKM sangat diperlukan.

Pihak perbankan merupakan salah satu pihak ketiga yang

berhubungan terkait dengan permodalan UMKM adalah pihak perbankan.

Dalam memberikan pinjaman kepada UMKM pihak perbankan selalu

memperhatikan aspek kelayakan suatu kegiatan usaha, aspek legalitas, serta

repayment capacity dan adanya jaminan baik fisik maupun non fisik sebagai

factor pengaman. Untuk menetahui kondisi keuangan calon debitur, maka pihak

perbankan memerlukan laporan keuangan. Selain untuk mengetahui kondisi

kesehatan perusahaan utamanya yang mencakup kondisi likuiditas, kecukupan

modal, porsi hutang, profitabilitas. Pihak perbankan memerlukan adanya laporan

keuangan untuk memperkirakan volume usaha calon debitur yang ditunjukkan

Page 63: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

52

dengan besarnya aset dan penjualan. Serta dengan adanya laporan keuangan

pihak perbankan dapat mengestimasi jumlah beban pinjaman yang dapat

ditanggung oleh calon debitur.

Selama ini permasalahan yang dihadapi dalam pemberian fasilitas kredit

kepada calon debitur UMKM, yakni tidak tersedianya laporan keuangan usaha

yang memadai untuk dianalisa oleh pihak perbankan, meskipun usaha UMKM

tersebut feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami kesulitan dalam

penyediaan laporan keuangan untuk memenuhi persyaratan kredit bank. Usaha

yang tidak bankable dipandang mengandung risiko kredit macet oleh bank.

Untuk membantu pelaku UMKM dalam memenuhi syarat kelayakan usaha

dengan membuatkan proforma laporan keuangan.

Jadi proforma laporan keuangan merupakan langkah proaktif yang

dilakukan pihak perbankan dalam membantu calon debitur dan

mempermudah dalam melakukan analisis kredit, langkah ini merupakan wujud

kepedulian pihak perbankan terhadap UMKM. Akan tetapi, jika

diinterpretasikan lebih jauh tidak hanya semata-mata sebagai wujud kepedulian

pihak perbankan terhadap UMKM. Pembuatan proforma laporan keuangan ini

juga sebagai bagian dari strategi bisnis perbankan dalam memasarkan kreditnya

kepada masyarakat. Persaingan perbankan dalam menyalur kredinya ke UMKM

sangatlah ketat, ini dapat dilihat dari begitu variatifnya program-program

kredit yang digulirkan untuk para pelaku UMKM maupun para calon

wirausaha muda. Antara Bank satu dengan yang lainnya terjadi persaingan atau

kompetisi dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat, strategi dalam

Page 64: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

53

menghadapi persaingan inipun beragam yakni dengan membuka cabang

khusus pelayanan kredit usaha, serta mengeluarkan program yang bunganya

bersaing dengan program kredit dari bank lain.

Mekanisme pembuatan proforma laporan keuangan ini merupakan salah

satu strategi perbankan untuk mempermudah UMKM dalam memenuhi

persyaratan pengajuan kredit, hal ini dapat membahayakan karena bisa

mendorong pihak perbankan untuk menyalurkan kredit kepada pihak yang tidak

tepat. Selain itu hal ini dapat menyebabkan UMKM menjadi malas dalam

memenuhi ketentuan SAK ETAP, karena selama ini mereka telah ‘dimanjakan’

dengan adanya pembuatan proforma laporan keuangan oleh pihak perbankan.

Bahkan seperti yang di lansir dalam situs resmi Bank Mandiri bahwa yang

menjadi persyaratan memperoleh KUR adalah :

- Dokumen legalitas pemohon, misalnya KTP atau Kartu Keluarga

- Dokumen Legalitas Usaha, Misalnya NPWP, SIUP, SKDU

- Foto Copy rekening giro/tabungan 6 bulan

Bahkan menurut Mr. Asri bahwa beliau sempat mengajukan KUR dan

persyaratan yang paling utama adalah menjaminkan BPKB Motor, “Tapi

masalahnya adalah BPKB Motor saya ada pada teman saya, dia telah

menjaminkannya untuk memperoleh kredit atas usahanya dan sampai sekarang

belum di kembalikan”

Selain berhubungan dengan pihak perbankan, pelaku UMKM juga

berhubungan dengan pihak fiskus dalam hal perhitungan serta pembayaran

pajak. Pemasukan tambahan dari pajak UMKM merupakan kontribusi yang

Page 65: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

54

sangat penting dalam mendukung program pembangunan yang diusahakan oleh

pemerintah serta untuk melepaskan ketergantungan Indonesia dari pinjaman luar

negeri (Riyanto, 2011). Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak

maka UMKM harus menyusun Laporan keuangan. Namun prakteknya,

kesesuaian pembuatan laporan keuangan UMKM dengan SAK ETAP masih

sangat jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mempermudah

perhitungan pajak bagi pelaku usaha kecil dan menengah maka

dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan

Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Penghasilan yang dikenakan pajak

adalah Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak

dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1

tahun Pajak. Maksud pemerintah untuk menyederhanakan perhitungan

pajak demi mempermudah perhitungan pajak merupakan suatu hal yang positif,

namun dibalik itu implementasi SAK ETAP pada UMKM akan terasa

semakin berat, karena untuk bisa membayar pajak kini para pelaku

UMKM tidak dituntut untuk membuat laporan keuangan yang sesuai

dengan standar, selain itu kurangnya pengawasan pula dari pihak fiskus

terkait dari apa yang dihitung oleh UMKM terkait dengan pajak yang akan

dibayarkannya. Selama ini pihak fiskus percaya dengan pajak yang telah

dihitung dan dibayarkan oleh pengusaha UMKM, tanpa melakukan crosscheck

langsung dengan data omset yang sebenarnya, jika nanti ditemukan

adanya masalah atau data yang berbeda disaat itulah baru akan

Page 66: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

55

dilakukan sinkronisasi oleh pihak fiskus terhadap data yang ditemukan

tersebut.

Jadi, apabila UMKM telah menerapkan pencatatan keuangan sesuai

dengan SAK ETAP pastinya akan mempermudah dalam proses pengajuan

pinjaman ke pihak perbankan dan dalam ketepatan perhitungan pajak

penghasilan. Untuk terciptanya sektor UMKM dengan pengelolaan keuangan

yang baik, professional dan berdaya saing, maka diperlukan unsur “keharusan”

dalam implementasi pencatatan dan pelaporan. Unsur “keharusan” ini

diantaranya dapat dilaksanakan dalam bentuk persyaratan yang harus dipenuhi

oleh suatu entitas UMKM guna memperoleh pembiayaan, maupun perijinan-

perijinan tertentu. Disinilah diperlukan adanya dukungan dan perhatian dalam

bentuk pengawasan (controlling) dan pendampingan terhadap implementasi

pencatatan akuntansi berbasis SAK ETAP pada UMKM.

Pelaku entitas UMKM perlu diberikan dorongan dan pemahaman

terkait manfaat dari pencatatan akuntansi, misalnya manfaat pencatatan

transaksi, baik bagi pelaku usaha sendiri maupun dalam hubungannya dengan

pihak ketiga, misalnya institusi perijinan dan lembaga pembiayaan. Jadi, tahapan

pertama yang dilakukan yakni memunculkan kesadaran/ pemahaman pelaku

UMKM akan manfaat dan pentingnya pencatatan transaksi, selanjutnya perlu

diadakan Pelatihan teknis pencatatan transaksi dan penyusunan laporan. Namun

percuma saja pelatihan diadakan jika tanpa adanya tindak lanjut terkait dengan

implementasi pencatatan akuntansi pada UMKM. Disinilah diperlukan adanya

dukungan dan perhatian stakeholder sebagai wujud pengendalian sosial dalam

Page 67: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

56

bentuk pengawasan (controlling) dan pendampingan terhadap implementasi

pencatatan akuntansi berbasis SAK ETAP pada UMKM. Pendampingan ini

ditunjukan untuk memastikan bahwa hasil pelatihan dan standar keuangan yang

ada telah diterapkan dengan baik dalam kegiatan sehari-hari.

Dukungan yang bersifat kelembagaan, baik dalam bentuk adanya suatu

institusi yang menangani peningkatan kapasitas dan kompetensi entitas

UMKM, berbagai kegiatan institusi pemerintah, BUMN maupun BUMS,

serta aspek peraturan dan perundangan yang berfungsi sebagai alas hukum

kegiatan pengembangan kompetensi UMKM sangat diperlukan dalam upaya

implementasi penyusunan laporan keuangan dan rencana usaha berbasis SAK

ETAP pada UMKM.

Page 68: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Keinginan atau niat yang dimiliki informan untuk mengembangkan

usaha, untuk mempermudah dalam penggajian telah memotivasi

informan untuk selalu melakukan bentuk pencatatan keuangan seperti

yang kini dilakukan oleh Usaha Embung Jaya, namun pencatatan yang

dilakukan masih sangat sederhana dan dilakukan dengan cara manual.

2. Tidak terlaksanannya pencatatan akuntansi UMKM berbasis SAK

ETAP disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal ini merupakan faktor yang berasal dari dalam UMKM tersebut,

sedangkan faktor eksternal yakni tidak adanya pengawasan dari pihak-

pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan UMKM

(stakeholder) yakni dari pihak pemerintah, lembaga-lembaga terkait dan

regulator. Selama ini pihak perbankan selaku stakeholder telah ikut serta

membantu UMKM agar lebih mudah dalam hal pengajuan pinjaman

dengan membantu pembuatan proforma laporan keuangan, kemudian

pemerintah telah mengeluarkan PP No.46 Tahun 2013 tentang Pajak

Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh

Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu untuk memberikan

kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan. Kemudahan yang

diberikan para stakeholder kepada UMKM ini menyebabkan

implementasi SAK ETAP berjalan lamban. Jadi, untuk terciptanya

57

Page 69: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

58

sektor UMKM dengan pengelolaan keuangan yang baik, professional

dan berdaya saing, maka diperlukan unsur “keharusan” dalam

implementasi pencatatan dan pelaporan selain itu diperlukan adanya

dukungan dan perhatian dalam bentuk pengawasan (controlling) dan

pendampingan terhadap implementasi pencatatan akuntansi berbasis

SAK ETAP pada UMKM dalam hal ini tentunya pengawasan dari

stakeholder.

B. SARAN

Mengingat besarnya manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan akuntansi,

kepada para pelaku UMKM yang belum menerapkan akuntansi agar mulai

menerapkan akuntansi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Bagi

stakeholder untuk ikut serta dalam mendukung dan mengawasi implementasikan

SAK ETAP. Dukungan dan pengawasan ini tentunya akan membantu

mendisiplinkan UMKM dalam melakukan pencatatan keuangan serta membantu

pihak perbankan dalam menganalisis kelayakan usaha dan pihak fiskus dalam

memenuhi administrasi perpajakan. Selain itu perlu adanya suatu badan

pengawas yang khusus untuk mengawasi dan mengevaluasi implementasi dari

SAK ETAP. Sehingga dengan adanya badan pengawas ini ke depannya seluruh

UMKM yang ada di Indonesia dapat menerapkan pencatatan keuangan

berbasis SAK ETAP.

Page 70: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

59

DAFTAR PUSTAKA

Anna, Yane Devi. 2011. Analisis Penerapan Akuntansi dan Laporan

Keuangan pada Usaha Kecil dan Menengah- Sentra Industri Kaos di

Jawa Barat. Seminar Nasional “Perkuatan UMKM sebagai Leading

Sector Perekonomian Indonesia”. Institut Manajemen Telkom (IMT).

Bandung.

Auliyah, Iim Ma’rifatul. 2012. Penerapan Akuntansi Berdasarkan SAK

ETAP pada UKM Kampung Batik di Sidoarjo. Artikel ilmiah. Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

Bank Indonesia. 2010. Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan

Keuangan dan Business Plan untuk UMKM- Persiapan Bank Indonesia

Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik. Diunduh pada http://www.iaiglobal.or.id/ tanggal

3 Desember 2013

Jogiyanto, 2007. Sistem Informasi Keprilakuan.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Musmini, Lucy Sri. 2012. Sistem Informasi Akuntansi Untuk Menunjang

Pemberdayaan Pengelolaan Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Rumah

Makan Taliwang Singaraja). VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2

No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X. Jurusan Akuntansi Program

Diploma III, FEB Undiksha.

Pinasti, M. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi

Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi

Suatu Riset Eksperiman.

Riyanto, Rum. 2011. Keberadaan Pajak UMKM bagi Pembangunan Indonesia.

59

Page 71: SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN …

60

Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM).

http://www.bankmandiri.co.id/article/umkm-bb-kur.asp