Skripsi Adam Agustus

download Skripsi Adam Agustus

of 73

description

medical

Transcript of Skripsi Adam Agustus

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA

KEJANG DEMAM PADA BALITASKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Adam Bachtiar

NIM: 030 09 001

UNIVERSITAS TRISAKTIFAKULTAS KEDOKTERANJAKARTA,AGUSTUS 2015

Bidang Ilmu : Pendidikan KedokteranSKRIPSIHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA

KEJANG DEMAM PADA BALITA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana KedokteranAdam Bachtiar

NIM : 030.09.001PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, AGUSTUS 2015PERSETUJUAN

SkripsiJudul:HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA

KEJANG DEMAM PADA BALITA Nama mahasiswa: Adam Bachtiar

NIM 030.09.001Telah disetujui untuk diuji di hadapanTim Penguji SkripsiFakultas Kedokteran Universitas TrisaktiTanggal 10 Agustus 2015 Pembimbing dr. Firda Fairuza, Sp.A

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KEJANG DEMAM DENGAN TATALAKSANA

KEJANG DEMAM PADA BALITA

Nama mahasiswa: Adam Bachtiar

NIM 030.09.001

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji SkripsiFakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Tanggal 10 Agustus 2015Ketua Tim PengujiNama: dr. Suriptiastuti, DAP&E,MS

.......

NIK: 1094/USAKTIPenguji INama: dr. Firda Fairuza, Sp.A

.

NIK: 2623/USAKTIPenguji IINama: Dr.dr.Assangga Guyansyah, Sp.OG(K),Fer

.

NIK:

Jakarta,

2015

Dekan FK Trisakti dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS

NIK 1094/USAKTIPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSIYang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Adam Bachtiar

NIM

: 030.09.001

Program Studi

: Pendidikan Kedokteran

Alamat Korespondensi : Jl. Kemanggisan Ilir II F10, Slipi, Jakarta Barat

Telepon / mobile : 085217551566

E-mail

: [email protected]

Judul skripsi : Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam dengan Tatalaksana Kejang Demam pada BalitaDengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya Jakarta, 10 Agustus 2015

MateraiAdam Bachtiar NIM 030.09.001KATA PENGANTARBismillahirahmanirrahim. Puji serta syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan nikmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam dengan Tatalaksana Kejang Demam pada Balita.

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Skripsi ini selanjutnya akan disunting kembali dan disusun dalam bentuk manuskrip jurnal yang akan dipublikasikan secara online (e-journal).Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis memperoleh banyak dukungan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :1. dr. Firda Fairuza, Sp.A selaku pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu, memberikan semangat, membantu memecahkan masalah selama penyelesaian skripsi ini.

2. dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS, Dr.dr.Assangga Guyansyah, Sp.OG(K),Fer selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, bimbingan dan masukan selama penyelesaian skripsi3. dr. Oktavianus Ch. Salim, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah berbaik hati bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk bersedia membimbing dan membantu dalam kegiatan akademik selama masa perkuliahan.4. Orang tua dari pasien anak di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung, terimakasih atas kerjasamanya sebagai subjek penulis melakukan penelitian.

5. Keluargaku tercinta : Ayah, Bunda, Sara dan Zio yang selalu menjadi tujuan hidup penulis, penyemangat dan penggugah hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semangat dan doa yang tidak pernah berhenti.

6. Sahabat-sahabat penulis yang selama ini menjadi tempat bersandar dan berbagi: Dau, Dianca, Anggara, Icha, Mas Yan, Hario, Dimas dan Mas Eko. Terimakasih atas canda tawa, suka duka, saran kritik dan kehangatannya selama ini.

7. Seseorang yang setia menemani penulis menyelesaikan skripsi ini, Anna Kautsaria Putri terimakasih untuk kasih sayang, semangat, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini.8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga sukses selalu mengiringi kita semua. Amin.

Akhir kata peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 10 Agustus 2015PenulisDAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDULi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI DAN DEKANiii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIANiv

KATA PENGANTARv

DAFTAR ISIvii

DAFTAR TABELix

DAFTAR GAMBARx

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAKxii

ABSTRACTxiii

BAB I PENDAHULUAN1

1.1 Latar belakang1

1.2 Perumusan masalah2

1.3 Tujuan penelitian2

1.3.1 Tujuan umum2

1.3.2 Tujuan khusus2

1.4 Hipotesis3

1.5 Manfaat3

BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA4

2.1 Kejang Demam42.1.1 Definisi4

2.1.2 Epidemiologi42.1.3 Etiologi52.1.4 Patofisiologi52.1.5 Klasifikasi7

2.1.6 Manifestasi Klinik8

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang8

2.1.8 Penatalaksanaan10

2.1.9 Prognosis12

2.2 Ringkasan Pustaka14

2.3 Kerangka Teori16BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL17

3.1 Kerangka Konsep173.2 Variabel173.3 Definisi Operasional18

BAB IV METODE PENELITIAN204.1 Desain Penelitian20

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian204.3 Populasi dan Sampel Penelitian20

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian22

4.5 Analisis Data22

4.5.1 Analisis Univariat22

4.5.2 Analisis Bivariat22

4.6 Alur Kerja Penelitian234.7 Etika Penelitian23

BAB V HASIL PENELITIAN 24

5.1 Hasil analisis Univariat 24

5.2 Hasil analisis Bivariat 26

BAB VI PEMBAHASAN 31

6.1 Hubungan antar variable yang memiliki hubungan yang bermakna dengan tatalaksana kejang demam 31

BAB VII KESIMPUAN DAN SARAN35

7.1 Kesimpulan 35

7.2 Hasil 35

DAFTAR PUSTAKA36

LAMPIRAN40

DAFTAR TABELHalaman

Tabel 1 Ringkasan Pustaka14

Tabel 2 Definisi Operasional18Tabel 3 Variabel Univariat24

Tabel 4 Variabel Bivariat27

Tabel 5 Tindakan yang direkomendasikan dan tidak direkomendasikan untuk dilakukan orangtua saat terjadinya KD28

Tabel 6 Jawaban orangtua yang benar berdasarkan pengetahuan mengenai kejang demam29

Tabel 7 Pendidikan Ibu30DAFTAR GAMBARHalaman

Gambar 1 Kerangka Teori16

Gambar 2 Kerangka Konsep17

Gambar 3 Alur Kerja Penelitian23

LAMPIRANHalaman

Lampiran 1. Penjadwalan40

Lampiran 2. Informed Consent42

Lampiran 3. Kuesioner44

Lampiran 4 Hasil entri kuesioner 48

Lampiran 5 Hasil Uji silang ( Cross Tab ) Dan Fisher50

Lampiran 6 Surat Persetujuan Etik Riset 57

ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam dan Tatalaksana

Kejang Demam pada Balita

LATAR BELAKANG : Kejang Demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh berbagai ahli didapatkan sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun. Untuk dapat mengantisipasi terjadinya kejang demam, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku ibu pada saat anak mengalami kejang demam. METODE: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan Cross-Sectional dan menggunakan metode Survey. Sampel yang diambil adalah 46 orang Ibu dengan anak kejang demam sederhana yang diambil dengan menggunakan teknik Cross-Sectional Sampling di Poli Kesehatan Anak Rumah Sakit Kawaluyan Bandung.HASIL : Hasil analisis bivariat uji statistik Fisher untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan tatalaksana kejang demam didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tatalaksana kejang demam (p = 0,000). Pada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan tatalaksana kejang demam, secara statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan tatalaksana kejang demam (p=0,000). KESIMPULAN: Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu (baik dan kurang) disimpulkan memiliki hubungan yang bermakna dengan tatalaksana kejang demam. Tingkat pengetahuan dapat juga diukur dari tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu (tinggi dan kurang) disimpulkan memiliki hubungan yang bermakna dengan tatalaksana kejang demam.Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Tatalaksana Kejang Demam, Ibu

ABSTRACTThe Relation between the Mother's Knowledge on Febrile Convulsion and the Management of Febrile Convulsion in Infants

BACKGROUND: The febrile convulsion is one of neurological abnormalities that are found most frequently in infants and children. Based on the research conducted by some experts, it was found that around 2.2% - 5% of children experienced febrile convulsion before they were five years old. In order to anticipate the febrile convulsion, one of affecting factors is the mother's behaviour when their children undergo the febrile convulsion.METHOD: This research is analytical observational research with Cross-Sectional approach and Survey method. 46 mothers with children suffering from simple febrile convulsion samples were taken as samples with Cross-Sectional Sampling technique in Children's Health Polyclinic of Kawaluyan Hospital in Bandung.RESULT: Based on the bivariate analysis of Fisher statistical test to know the relation between education level and management of febrile convulsion, there was meaningful relation between education level and management of febrile convulsion (p = 0.000). In the relation between mother's knowledge level about febrile convulsion and management of febrile convulsion, it was statistically found that there was a meaningful relation between mother's knowledge level about febrile convulsion and the management of febrile convulsion (p = 0.000).

CONCLUSION: This research shows that the knowledge level of mother (good and less good) is concluded to have the meaningful relation with the management of febrile convulsion. The knowledge level can be measured from the education level of mother. The education level of mother (good and less good) is concluded to have the meaningful relation with the management of febrile convulsion.

Keywords: Education Level, Knowledge, Management of Febrile Convulsion, MotherBAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGKejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah suatu bangkitan kejang yang terjadi antara umur 6 bulan - 5 tahun yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1,2 Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia antara 6 bulan-22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia delapan belas bulan.3Kejang demam dikelompokkan menjadi dua jenis yang berbeda yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana yaitu berlangsung kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.1,4 Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.5Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda. Di indonesia 2-4 %.31 Di Amerika Serikat dan Eropa, prevalensi kejang demam berkisar 2-5 %.3,6 Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3-9,9 % dan di India berkisar 5-10%.6-8 Kejadian cacat sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.9Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik, memberitahukan cara penanganan kejang dan memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.9,10 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping.11Atas dasar pertimbangan pertama bahwa demam memungkinkan terjadi bangkitan kejang demam. Kedua adalah kekhawatiran dan kebingungan orang tua terhadap anaknya saat mengalami bangkitan kejang, maka diperlukan tindakan pencegahan terhadap bangkitan kejang demam.Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik dapat diberikan.10-12Jenis obat antikonvulsan yang sering digunakan adalah diazepam, fenobarbital, asam valproat dan fenitoin. Pemberian obat antikonvulsan jangka panjang itu sendiri mempunyai efek samping tidak baik dan diberikan atas indikasi yang tepat. Untuk kepentingan tersebut diperlukan pengetahuan tentang tatalaksana yang tepat dalam menangani bangkitan kejang demam.131.2 PERUMUSAN MASALAH1. Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang kejang deman dengan tatalaksana kejang demam pada balita?1.3 TUJUAN PENELITIAN1.3.1 Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kejadian kejang demam pada balita di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.1.3.2.2 Untuk mengetahui sikap pengelolaan kejang demam yang dilakukan ibu terhadap balita yang mengalami kejang demam di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.

I.4.HIPOTESIS PENELITIANPengetahuan ibu memengaruhi tatalaksana kejang demam pada balita. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam, maka pengelolaan kejang demam pada balita akan semakin baik.I.5. MANFAAT PENELITIAN1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuanHasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan pengelolaan kejang demam pada balita.1.5.2 Manfaat untuk profesiMemberikan pengetahuan dan pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta dapat mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejang demam dan pengelolaan kejang demam pada balita. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti sendiri dalam memahami hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan tatalaksana kejang demam pada balita.1.5.3 Manfaat untuk masyarakatDiharapkan dari hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai informasi kesehatan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dan meningkatkan keterampilan orang tua yang akan memungkinkan para orang tua untuk mempunyai pengetahuan bagaimana penanganan pertama pada balita yang terserang kejang demam sebelum balita tersebut dibawa ke rumah sakit.BAB II

TINJAUAN, RINGKASAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI2.1 Kejang Demam2.1.1 DefinisiKejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38,5oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam ini terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan5 tahun 1,2. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidaktermasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.14 Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat.152.1.2 EpidemiologiKejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Indonesia.31 di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat 2-5%. Di Asia dilaporkan lebih tinggi kira-kira 80% kasus merupakan kejang demam sederhana. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada anak laki-laki.3,6-82.1.3 Etiologi Hingga kini etiologi belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.162.1.4 Patofisiologi Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses ini adalah oksidasi, dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid danpermukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karenaperbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na K ATPase yang terdapat padapermukaan sel.. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya serta perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.13,17Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang(6). Penelitian binatang menunjukkan bahwa vasopressin dan arginin dapat merupakan mediator pentingpada patogenesis kejang akibat hipertermia.18,19Kejang yang berlangsung lama ( > 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akibatnya terjadihipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipertensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otakselama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otakyang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yangberlangsung lama dapat menjadi matangdi kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.17-192.1.5 Klasifikasi2.1.5.1 Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)Kejang demam yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidakberulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam. Suhu yang tinggi merupakan keharusan pada kejang demam sederhana, kejang timbul bukan oleh infeksi itu sendiri, akan tetapi oleh kenaikan suhu yang tinggi akibat infeksi di organ lain, misalnya pada radang telinga tengah yang akut, dan sebagainya. Bila dalam riwayat penderitapada umur umur sebelumnya terdapat periode dimana anak menderita suhu yang sangat tinggi akan tetapi tidak mengalami kejang, maka pada kejang yang terjadi kemudian harusberhati hati, mungkin kejang yang ini ada penyebabnya. Pada kejang demam yang sederhana kejang biasanya timbul ketika suhu sedang meningkat dengan mendadak, sehingga seringkali orang tua tidak mengetahui sebelumnya bahwa anakmenderita demam. Kejang pada kejang demam sederhana selalu berbentuk umum, biasanya bersifat tonik atau klonikseperti kejang grand mal; kadang kadang hanya kaku umum atau mata mendelik seketika. Kejang dapat juga berulang, tapi sebentar saja, dan masih dalam waktu 16 jam meningkatnya suhu, umumnya pada kenaikan suhu yang mendadak, dalam hal ini juga kejang demam sederhana masih mungkin.1,4,202.1.5.2 Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit. Kejang berbentuk kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, umumnya berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.1,4Kejang yang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anaksadar. Kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak yang mengalami kejang demam.21,222.1.6 Manifestasi Klinik Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu rektal di atas 38oC yang disebabkan oleh infeksi, misalnya tonsilitis, otitis media akut dan bronkitis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.13,21Kriteria gejala kejang demam sederhana, umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 5 tahun, kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal, pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan, frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.23 Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 2.1.7.1 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.212.1.7.2 Pungsi lumbalPemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-6,7%. Pada bayi seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada, bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.24, 252.1.7.3 ElektroensefalografiPemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

2.1.7.4 RadiologiFoto X ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti, kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.232.1.8 Penatalaksanaan 2.1.8.1 Penatalaksanaan Saat KejangBiasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudahberhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.26Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak denganberat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.11, 26Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejangberhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.13,182.1.8.2 Pemberian Obat Pada Saat DemamA. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosisparasetamol yang digunakan adalah 1015 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.19

B. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam menurunkan resikoberulangnya kejang pada 30-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu di atas 38,50C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.10,112.1.8.3 Pemberian Obat RumatA. Indikasi pemberian obat rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri kejang lama lebih dari 15 menit, adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,paresis todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus, Kejang fokal.

a. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :

a) Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

b) Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.c) Kejang demam > 4 kali per tahun.Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam lebih dari 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.B. Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumatPemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan resikoberulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajarpada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.2.1.9 PrognosisDengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.

2.1.9.1 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kejang yang lebih dari 15 menit, didugabiasanya telah menimbulkan kelainan saraf yang menetap. Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25-50% (umumnya terjadipada 6 bulan pertama), epilepsi, kelainan motorik, serta gangguan mental dan belajar.27

2.1.9.2 Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah riwayat kejang demam dalam keluarga, usia di bawah 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh faktor tersebut ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkanbila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.28,29

Faktor resiko menjadi epilepsi adalah kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10- 49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.302.2 Ringkasan PustakaTabel 1. Ringkasan PustakaNoPenelitiLokasiStudi DesainSubjekVariabelHasil

1.Ertan Kayserili,

Aycan Unlap,

Hursit Apa,

Suna Asilsoy,

Murat Hizarcioglu,

Pamir Gulez,

Hasan Agin.

TurkiMetode potong silang

(cross-sectional)122 orang tua dari pasien kejang demam di unit gawat darurat rumah sakit behcet di turkiPengetahuan,sikap,perha-tian dan tatalaksana

kejang demamTerdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, perhatian ibu dan tatalaksana kejang demam

2.Huang MC, Huang CC, Thomas K.Unit Gawat Darurat di Taiwan SelatanMetode potong silang

(cross-sectional)216 orang tua dari pasien kejang demam di 11 unit gawat darurat di Taiwan Selatan Pengetahuan,sikap,perha-tian dan tatalaksana

kejang demamTerdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, perhatian ibu dan tatalaksana kejang demam

3.Tahmooreszadeh S, Kolahi AA.Mofid Childrens Hospital, IranStudi Kohort (cohort study)126 ibu dari pasien kejang demam di Mofid Childrens Hospital, IranKarakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan) dan pengetahuan ibu tentang kejang demamTidak ada hubungan antara karakteristik ibu dan pengetahuan ibu tentang kejang demam

2.3 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka TeoriBAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep3.2 Variabel3.2.1 Variabel Dependen :

Tatalaksana kejang demam pada balita

3.2.2 Variabel Independen :

Pengetahuan ibu tentang kejang demam pada balita3.3 Definisi OperasionalTabel 2. Definisi OperasionalVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlatHasil UkurSkalaReferensi

Pengetahuan ibu tentang kejang demam Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang kejang demam, meliputi temperatur, obat untuk mengatasi kejang demam, penyebab kejang demam, gejala kejang demam, dampak lebih lanjut dari kejang demam, dan cara menentukan kejang demam. WawancaraKuesioner1. Baik, jika jawaban benar rerata

2. Kurang, jika jawaban benar < rerataOrdinalHuang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:3848 30

Pengelolaan kejang demam pada balitaTindakan yang dilakukan ibu dalam upaya untuk menangani balita yang menderita kejang demam, yang dinilai dari ketepatan waktu pengelolaan kejang demam, ketepatan cara melakukan self management maupun upaya pencarian bantuan kepada tenaga

kesehatan (non self management)WawancaraKuesioner1. 1.Baik, jika jawaban yang direkomendasikan

2. 2.Kurang, jika jawaban yang tidak direkomendasikanOrdinalHuang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:3848 30

Tingkat pendidikan ibuPendidikan formal yang telah ditempuh ibu hingga saat dilakukan wawancaraWawancaraKuesionerPendidikan tinggi:

Perguruaan tinggiPendidikan sedang: SMA sederajatPendidikan rendah:

SMP,SD OrdinalHuang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:3848 30

Tingkat ekonomi dan pekerjaan ibuKondisi ekonomi keluarga dan mencerminkan tingkat kesejahteraan keluargaWawancaraKuesionerPekerjaan:

-Ibu rumah tangga

-Ibu bekerja

Tingkat ekonomi:

-Rendah:

< UMR (2 juta)

-Cukup:

>UMR (2 juta)OrdinalHuang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:3848 30

Tradisi dan kepercayaan ibuAdat kebiasaan turun menurun yang dipercayai itu benar atau nyata oleh ibuWawancaraKuesioner1. Baik, jika jawaban yangdiremomendasikan

2. Kurang, jika jawaban yang tidak di rekomendasikanOrdinalHuang MC, Huang CC, Thomas K. Febrile convulsions: development and validation of a questionnaire to measure parental knowledge, attitudes, concerns, and practices. J Formos Math Assoc. 2006;105:3848 30

BAB IV

METODE PENELITIAN4.1.Desain peneletianJenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran pada saat tertentu.

4.2.Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Jl. Parahyangan KM 3 Kota Parahyangan Padalarang, Bandung Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Maret Juli 2015.4.3.Populasi dan sampel penelitianPopulasi adalah seluruh orang tua (ibu) pasien balita berusia 6 bulan sampai 5 tahun dengan kejang demam sederhana yang datang ke RS. Cahya Kawaluyan Bandung untuk berobat pada bulan Maret - Juli 2015. Pemilihan sampel secara consecutive non-random sampling dan sampel dari penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

4.3.1 Kriteria inklusi

4.3.1.1 Seluruh ibu pasien kejang demam sederhana yang datang berobat ke RS. Cahya Kawaluyan Bandung yang menandatangi informed consent penelitian dan bersedia mengikuti proses penelitian

4.3.1.2 Pasien kejang demam sederhana dengan usia target 6 bulan 5 tahun

4.3.2 Kriteria eksklusi:

4.3.2.1 Responden tidak mengembalikan kuesinoner sesuai waktu yang telah ditentukan

4.3.2.2 Pasien dengan riwayat epilepsi atau kelainan neurologis lainnya

Perhitungan sampel pada penelitian ini dengan pencarian populasi infinit dan dilanjuti dengan pencarian populasi finit.n0 =Z2 x p x qd2n0 = 1,962 x 0,04 x 0,96

0,052

n0 = 59keterangann0= besar sampel optimal yang dibutuhkan

Z= pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96

p= prevalensi yang menderita penyakit 4 % (Indonesia) 31q= prevalensi yang tidak menderita penyakit (1- p)

d= akurasi dan ketepatan pengukuranSetelah diketahui nilai n yaitu besar sampel optimal, yang dibutuhkan selanjutnya angka tersebut dimasukan kedalam rumus populasi finit.

Rumus populasi finit:

Keterangan

n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finitn0 : Besar sampel dari populasi infinit

N : Besar populasi finit

Diketahui jumlah penderita kejang demam di RS Cahya Kawaluyan tahun 2013 - 2014 sebanyak 128 pasien. Maka besar sampel minimal adalah:n = 59/(1+59/128)

= 59/1,46 = 40,41 (40)Untuk mengantisipasi kejadian drop-out sampel karena tidak sesuai kriteria yang diinginkan maka jumlah sampel ditambahkan 15% dari nilai n yang didapatkan, sehingga jumlah sampel keseluruhan yang dibutuhkan menjadi (46)4.4.Bahan dan instrument penelitianData yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer. Data primer didapatkan dari subjek penelitian yang diminta untuk mengisi kuesioner yang menggunakan Questionnaire on Parental Knowledge, Attitudes, Concerns and Practices (KACP) toward FC tentang pengetahuan ibu tentang tatalaksana kejang demam. 304.5. Analisis data4.5.1 Analisis UnivariatAnalisis univarat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen yaitu tatalaksana kejang demam pada balita dan variabel independen yaitu pengetahuan ibu tentang kejang demam.4.5.2 Analisis BivaratAnalisis bivarat untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel dependen dan independen. Analisis bivarat ini menggunakan uji statistik Chi-Square. Analisa data dalam penelitian ini akan menggunakan program Statistics Program for Social Science (SPSS) for Mac versi 20.0.4.6. Alur kerja penelitian

Gambar 3. Alur kerja penelitian4.7.Etika PenelitianProses penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat Persetujuan dari Komisi Etik Riset. Surat Persetujuan dari Komisi Etik Riset diberikan oleh Tata Usaha Tim Skripsi setelah melewati ujian proposal dan pengajuan Permohonan Kaji Etik Riset. Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan penelitian di RS. Cahya Kawaluyan Bandung. Penelitian dimulai dengan informed consent (lampiran 1). Informed consent dalam penelitian ini dengan memberikan penjelasan secara lisan kepada responden yaitu seluruh ibu pasien dengan kejang demam sederhana mengenai tujuan serta manfaat dari penelitian yang peneliti akan lakukan. Apabila responden setuju maka responden akan diberikan lembar persetujuan untuk di tanda tangani oleh reponden sebagai tanda setuju ikut serta dalam penelitian. Pada lembar persetujuan juga terdapat penjelasan mengenai proses kelangsungan dari penelitian untuk menghindari kesalahpahaman dalam proses penjelasan secara lisan. Setelah mendapatkan tanda persetujuan dari mahasiswa maka penelitian akan dilanjutkan baik dengan wawancara ataupun kuesioner.

Pada penelitian ini responden akan mendapatkan jaminan kerahasiaan dari data yang akan didapatkan dari responden. Data tersebut hanya dapat dilihat oleh seseorang yang bersangkutan dari proses penelitian seperti peneliti dan dosen pembimbing.

BAB V

HASIL PENELITIANPengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.5.1 Hasil analisis univariatAnalisis univariat merupakan analisis data berupa perhitungan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel untuk memperoleh informasi dari data yang diolah.

Tabel 3. Karateristik dari Responden

Karakteristikn%

Umur Ibu (tahun)

- 20-29 36,5

- 30-394087,0

- 4036,5

Pendidikan Ibu

- Rendah (SD - SMP)1328,3

- Tinggi (SMA-PT)3371,7

Penghasilan Ibu

- Tidak bekerja1021,7

- < UMR1226,1

- > UMR2452,2

Agama

- Islam1634,8

- Protestan919,6

- Hindu12,2

- Katholik2043,5

Umur Anak Pertama Kejang

- 1-6 bulan919,6

- 6-12 bulan1532,6

- 1-2 tahun1123,9

- 2-3 tahun48,7

- > 3 tahun715,2

Penyebab kejang demam

- Benar3371,7

- Salah1328,3

Pengelolaan kejang demam

- Yang direkomendasikan3576,1

- Tidak drekomendasikan1123,9

Pengetahuan Ibu

- Baik2656,5

- Kurang2043,5

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu yang berusia antara 30 sampai 39 tahun sebanyak 40 orang (87%). Selanjutnya, responden adalah ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun, yaitu sebanyak 3 orang (6,5%) dan ibu yang berusia diatas 40 tahun sebanyak 3 orang (6,5%).

Mayoritas responden dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu SMA, Perguruan Tinggi dan sederajat sebanyak 33 orang (71,7%). Sedangkan dengan tingkat pendidikan rendah yaitu SD, SMP dan sederajat sebanyak 13 orang (28,3 %). Responden ibu yang berpenghasilan diatas UMR yaitu 24 orang (52,2%), dibawah UMR yaitu sebanyak 12 orang (26,1%) dan yang tidak bekerja yaitu 10 orang (21,7%).

Responden yang beragama Katholik yaitu sebanyak 20 orang (43,5%), Islam yaitu sebanyak 16 orang (34,8%), Protestan yaitu 9 orang (19,6%), Hindu yaitu 1 orang (2,2%).

Usia anak saat pertama kali kejang pada usia 6 sampai 12 bulan yaitu 15 orang (32,6%), usia 1 sampai 2 tahun yaitu 11 orang (23,9%), usia 1 sampai 6 bulan yaitu 9 orang (19,6%), diatas 3 tahun yaitu 7 orang (15,2%) dan usia 2 sampai 3 tahun yaitu 4 orang (8,7%).Responden yang menjawab penyebab kejang demam dengan benar yaitu 33 orang (71,7%) dan sisanya 13 orang (28,3%) menjawab salah.Responden yang menjawab pengelolaan kejang demam yang direkomendasikan yaitu sebanyak 35 orang (76,1%) dan sisanya yaitu 11 orang (23,9%) menjawab yang tidak direkomendasikan. Responden dengan pengetahuan yang baik tentang kejang demam yaitu 26 orang (56,5%) dan yang dengan pengetahuan kurang yaitu 20 orang (43,5%)5.2 Hasil analisis BivariatAnalisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. Pada analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan Ibu tentang kejang demam dengan pengelolaan kejang demam. Adapun hasil analisis ini dapat dijelaskan dan diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 4. Hubungan antar Variabel

VariabelPengelolaan Kejang DemamP

DirekomendasikanTidak direkomendasikan

Tingkat pendidikan

- Rendah (SD, SMP dan sederajat) 2 (15,4%)11 (84,6%)0,000 *

- Tinggi (SMA, PT dan sederajat)33 (100%)0 (0%)0,000 *

Pengetahuan

- Baik25 (96,2 %)1 (3,8%)0,000 *

- Kurang10 (50%)10 (50%)0,000 *

= Uji Fisher*= Bermakna (p < 0,05)

Tabel 5. Tindakan yang direkomendasikan dan tidak direkomendasikan untuk dilakukan orang tua saat terjadinya kejang demam.Tindakan yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama yang direkomendasikanN%

Menurunkan suhu tubuh anak dengan kompres1328,3

Tetap tenang 48,7

Meletakkan anak pada permukaan yang lembut dan aman48,7

Mengawasi manifestasi kejang817,4

Meletakkan anak di samping anda613,0

Jumlah3576,1

Yang tidak direkomendasikan

Diam saja--

Mengguncang dan membangunkan anak--

Membawa langsung ke dokter715,2

Meletakkan sesuatu di mulut anak untuk digigit12,2

Berusaha melemaskan/mengendalikan anak yang sedang kejang,24,3

Memijat dada12,2

Menghisap lender--

Memberikan bantuan nafas--

Memberi wewangian--

Jumlah1123,9

Table 6. Jawaban orang tua yang benar berdasarkan pengetahuan mengenai kejang demam.

Table 7. Pendidikan Ibu. Tingkat Pendidikann%

SD36,5

SMP1021,7

SMA1532,6

Perguruan Tinggi1839,2

Jumlah46100

Setelah diuji secara statistik mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan tatalaksana kejang demam, didapatkan yang berpendidikan tinggi yaitu SMA, Perguruan Tinggi dan sederajat sebanyak 100% menjawab tatalaksana yang direkomendasikan dibandingkan dengan yang menjawab tatalaksana yang tidak direkomendasikan, sedangkan yang berpendidikan rendah yaitu SD, SMP dan sederajat yang menjawab tatalaksana yang tidak direkomendasikan sebesar 84,6%, jauh lebih besar dari yang menjawab tatalaksana yang direkomendasikan yaitu 15,4%. Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tatalaksana kejang demam (p = 0,000).

Pada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan tatalaksana kejang demam, didapatkan ibu dengan tingkat pengetahuan yang baik menjawab tatalaksana yang direkomendasikan sebesar 96,2%, lebih besar dibandingkan yang menjawab tatalaksana yang tidak direkomendasikan sebesar 3,8%. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang kurang menjawab tatalaksana yang direkomendasikan sebesar 50%, sebanding dengan yang menjawab tatalaksana tidak direkomendasikan sebesar 50%. Secara statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan tatalaksana kejang demam (p=0,000).

BAB VI

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijabarkan pembahasan dari hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tatalaksana kejang demam yang dilakukan di Poli Kesehatan Anak Rumah Sakit Kawaluyan Bandung mulai April sampai Juli 2015.

6.1 Hubungan antar variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan tatalaksana kejang demamPada kuesioner yang dibagikan kepada orangtua terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai tindakan yang sering dilakukan oleh orangtua saat anak mengalami kejang di rumah. Diantara tindakan tersebut ada yang direkomendasikan dan ada pula tindakan yang tidak direkomendasikan. Menurunkan suhu tubuh anak dengan kompres, meletakkan anak disebelah orangtua, tetap tenang, meletakkan anak pada permukaan yang lembut dan aman, serta mengawasi manifestasi kejang, merupakan tindakan yang direkomendasikan dan ibu yang melaksanakannya sebesar 76,1% (35 orang). Meski demikian masih terdapat kecenderungan orangtua melakukan tindakan-tindakan yang tidak direkomendasikan seperti diam saja, mengguncang dan membangunkan anak, pijat dada, memberi wewangian, langsung membawa anak ke dokter, meletakkan sesuatu di mulut anak untuk digigit, berusaha melemaskan/mengendalikan anak yang sedang kejang, memberikan bantuan nafas, dan menghisap lendir dengan presentase 23,9% (11 orang).Tabel 4 menunjukan bahwa pada responden yang berpendidikan tinggi yaitu SMA dan Perguruan Tinggi/sederajat sebanyak 33 responden dan 13 responden berpendidikan rendah yaitu SD dan SMP/sederajat. Responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 33 responden yang menjawab tatalaksana direkomendasikan dan tidak ada yang menjawab tatalaksana tidak direkomendasikan. Responden yang berpendidikan rendah 2 responden menjawab tatalaksana yang direkomendasikan dan 11 responden menjawab tatalaksana yang tidak direkomendasikan. Nilai EC yang < 5 = 25% maka syarat uji Chi tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji alternatif Fisher. Didapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan tatalaksana kejang demam (p = 0,000). Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian di turki oleh Kolahi AA dkk, mendapat hasil tidak ada perbedaan mengenai tatalaksana kejang demam menurut tingkat pendidikan ibu (p > 0,05). 10 Pada penelitian pendidikan responden lebih dari separuh yang memiliki pendidikan tinggi yaitu sebanyak 71,7% ( 33 orang ). Sebanyak 100,0% ( 33 orang ) berpendidikan tinggi menjawab penanganan kejang demam yang direkomendasikan, Dan responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 28,3% (13 orang). Hanya 15,4% ( 2 orang ) yang menjawab penanganan yang direkomendasikan, sedangkan sebanyak 84,4% ( 11 orang ) menjawab penanganan yang tidak direkomendasikan. Dengan berkembangnya zaman pendidikan semakin meningkat. Tidak dapat dipungkiri pendidikan berkembang dengan pesat juga di Indonesia. Ibu berpendidikan tinggi akan lebih mudah mencerna informasi yang didapat, dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah. Semakin banyak informasi yang diterima ibu tentang bagaimana cara tindakan pertama mengatasi kejang demam pada balita sebelum dirawat di rumah sakit maka ankan meningkatkan kemandirian dan keseriusan ibu untuk melakukan tindakan pertama mengatasi kejang demam pada balita sebelum dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tatalaksana kejang demam pada anak.

Pendidikan ibu merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang tindakan pertama mengatasi kejang demam pada balita sebelum dirawat di rumah sakit, dengan pendidikan yang baik maka ibu akan mengetahui bagaimana cara mengatasi kejang demam pada balita sebelum dirawat dirumah sakit sehingga dengan ibu berpendidikan tinggi akan lebih mudah mencerna informasi yang didapat, dilihat baik secara langsung misalnya dengan penyuluhan oleh tenaga kesehatan ataupun dengan membaca selebaran atau dari media cetak. Semakin banyak informasi yang diterima ibu tentang bagaimana cara tindakan pertama mengatasi kejang demam pada balita sebelum dirawat di rumah sakit maka ankan meningkatkan kemandirian dan keseriusan ibu untuk melakukan tindakan pertama mengatasi kejang demam pada balita sebelum dirawat di rumah sakit.34Pada kuesioner yang dibagikan kepada orangtua terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan Ibu tentang kejang demam itu sendiri. Di antara jawaban tersebut terdapat ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kejang demam dan ada pula yang dengan pengetahuan kurang mengenai kejang demam. Hasil penilaian tersebut didapatkan rerata 7 jawaban yang benar. Kategori pengetahuan baik jika jawaban benar lebih dari sama dengan 7, sedangkan dibawah angka tersebut digolongkan pengetahuan kurang tentang kejang demam. Pada tabel 4 didapatkan ibu yang berpengetahuan baik yaitu 26 responden sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanayak 20 responden.

Berdasarkan penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan Ibu dan tatalaksana kejang demam (p < 0,05).Pada penelitian ini pengetahuan responden lebih dari separuh yang memiliki pengetahuan baik 56,5% (26 orang). Sebanyak 96,2% (25 orang) menjawab penanganan kejang demam yang direkomendasikan, sedangkan hanya 3,8% (1 orang) ibu yang menjawab penanganan yang tidak di rekomendasikan. Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 43,5% (20 orang). Sebanyak 50,0% (10 orang) menjawab penanganan kejang demam yang direkomendasikan, sedangkan yang menjawab tidak direkomendasikan berjumlah sama yaitu 50,0% (10 orang). Banyaknya responden yang memiliki pengetahuan baik, maka dalam melakukan penelitian ini, peneliti tidak banyak menemukan kesulitan yang berarti. Dengan pendidikan yang baik maka responden akan mengetahui apa itu penyakit kejang demam, apa tanda dan gejala dari penyakit kejang demam, dan bagaimana penanganan dari penyakit kejang demam itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Huang MC dkk, dalam analisisnya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tatalaksana kejang demam (p 2 juta / < 2 juta):

2. Ibu (umur,pendidikan terakhir,penghasilan > 2 juta / < 2 juta):

3. Agama

:

B. Pengalaman keluarga tentang kejang demam1. Usia anak pada saat pertama kali kejang demam

:

___ tahun ___ bulan

2. Jumlah episode kejang demam yang dialami anak (dalam satu hari):

satu dua tiga lebih dari tiga

3. Apakah anda melihat langsung saat anak anda terkena kejang demam?: ya tidak

4. Saudara kandung pasien dengan riwayat kejang deman

:

satu dua lebih dari dua

5. Anggota keluarga lainnya dengan riwayat kejang demam :

satu dua lebih dari dua

C. Menurut anda kejadian kejang demam disebabkan oleh :

(boleh lebih dari satu) kelainan konduksi listrik pada otak

demam dan umur anak

kecenderungan anak

keturunan

gangguan makhluk halusD. Penanganan kejang demam1. Apa yang anda lakukan saat anak anda mengalami serangan kejang demam yang pertama kalinya?

diam saja

mengguncang dan membangunkan anak

pijat dada

pindahkan anak ke tempat yang aman dan datar

memberi wewangian (contoh: minyak kayu putih)

memperhatikan gejala dan lama kejang

membawa langsung ke dokter

memasukan benda untuk di gigit pada saat serangan kejang demam

mengendalikan anak yang kejang

meletakan anak anda di samping anda

tetap tenang

memberikan bantuan nafas

menghisap lendir

mengompres anak

lainnya ______________________________________________

2. Apa yang anda lakukan saat anak anda mengalami serangan kejang demam yang kedua dan lebih?

(yang sebelumnya pernah mengalami serangan kejang demam)

diam saja

mengguncang dan membangunkan anak

pijat dada

pindahkan anak ke tempat yang aman dan datar

memberi wewangian (contoh: minyak kayu putih)

memperhatikan gejala dan lama kejang

membawa langsung ke dokter

memasukan benda untuk di gigit pada saat serangan kejang demam

mengendalikan anak yang kejang

meletakan anak anda di samping anda

tetap tenang

memberikan bantuan nafas

menghisap lendir

mengompres anak

lainnya ______________________________________________

E. Pengetahuan mengenai kejang demamJawab pertanyaan dengan benar atau salah untuk setiap pertanyaan,jika anda tidak terlalu mengetahuinya jawab dengan tidak tahu

1.Kejang demam adalah epilepsi/ayan : O benar O salah O tidak tahu

2. Obat antikejang dibutuhkan untuk kejang demam :

O benar O salah O tidak tahu

3. Kejang demam dapat berulang: O benar O salah O tidak tahu

4. Kejang demam jarang pada usia di atas 5 tahun :

O benar O salah O tidak tahu

5. Kejang demam berulang akan menyebabkan kerusakan pada otak :

O benar O salah O tidak tahu

6. Kejang demam jarang beresiko untuk menjadi :

O benar O salah O tidak tahu

7. Dibutuhkan alat pengaman di dalam mulut anak untuk menghindari lidah tergigit : O benar O salah O tidak tahu

8. Perlu memijat saat anak kejang : O benar O salah O tidak tahu

9. Dibutuhkan bantuan nafas pada saat kejang :O benar O salah O tidak tahu

10. Anak dengan kejang demam boleh di imunisasi secara berkala :

O benar O salah O tidak tahu

11. Pemeriksaan EEG dan CT scan dibutuhkan untuk anak kejang demam :

O benar O salah O tidak tahu

F. Pandangan anda terhadap kejang demamLingkari jawaban dibawah ini yang sesuai dengan pendapat anda tentang kejang demam.

1 = sangat setuju2 = setuju3 = ragu-ragu4 = tidak setuju5 = sangat tidak setuju6 = tidak tahu

Kejang demam karena kerasukan roh jahat :

1 2 3 4 5 6

Kejang demam dapat menjadi epilepsi/ayan :

1 2 3 4 5 6

Orangtua berulang kali harus mengecek temperatur anak :

1 2 3 4 5 6

Suatu kejadian kejang demam dapat membahayakan nyawa anak :

1 2 3 4 5 6

Kejang demam dapat merusak otak :

1 2 3 4 5 6

Pengobatan tradisional juga di butuhkan :

1 2 3 4 5 6

Kejang demam dapat berkembang menjadi parah :

1 2 3 4 5 6

Perhatian lebih,dibutuhkan pada anak kejang demam :

1 2 3 4 5 6

Jika dibutuhkan,pengambilan sumsum tulang belakang di perlukan :

1 2 3 4 5 6

Sangat memalukan mempunyai anak dengan kejang demam :

1 2 3 4 5 6

Lampiran 4Hasil Entri Kuesioner

Lampiran 5Hasil Uji silang ( Cross Tab ) Dan FisherHASIL UNIVARIATumur

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid20-2936.56.56.5

30-394087.087.093.5

=> 4036.56.5100.0

Total46100.0100.0

pendidikan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validrendah1328.328.328.3

tinggi3371.771.7100.0

Total46100.0100.0

penghasilan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid> UMR2452.252.252.2

< UMR1226.126.178.3

tidak kerja1021.721.7100.0

Total46100.0100.0

agama

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validislam1634.834.834.8

protestan919.619.654.3

hindu12.22.256.5

katholik2043.543.5100.0

Total46100.0100.0

usia_pertama_kejang

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid1-6 bulan919.619.619.6

6-12 bulan1532.632.652.2

1-2 tahun1123.923.976.1

2-3 tahun48.78.784.8

diatas 3 tahun715.215.2100.0

Total46100.0100.0

kepercayaan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validbenar3371.771.771.7

salah1328.328.3100.0

Total46100.0100.0

penanganan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validdirekomendasikan3576.176.176.1

tidak direkomendasikan1123.923.9100.0

Total46100.0100.0

pengetahuan

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validbaik2656.556.556.5

kurang2043.543.5100.0

Total46100.0100.0

HASIL BIVARIAT

1. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENANGANANCrosstab

penangananTotal

direkomendasikantidak direkomendasikan

pendidikanrendahCount21113

% within pendidikan15.4%84.6%100.0%

tinggiCount33033

% within pendidikan100.0%.0%100.0%

TotalCount351146

% within pendidikan76.1%23.9%100.0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square36.699a1.000

Continuity Correctionb32.1961.000

Likelihood Ratio39.4451.000

Fisher's Exact Test.000.000

Linear-by-Linear Association35.9011.000

N of Valid Cases46

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,11.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan : karena nilai EC yang < 5 = 25% maka syarat uji Chi tidak terpenuhi.

Sehingga digunakan uji alternatif Fisher. Didapat p = 0,000 interpretasinya karena (p < 0,05) maka terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penanganan2. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENANGANANCrosstab

penangananTotal

direkomendasikantidak direkomendasikan

pengetahuanbaikCount25126

% within pengetahuan96.2%3.8%100.0%

kurangCount101020

% within pengetahuan50.0%50.0%100.0%

TotalCount351146

% within pengetahuan76.1%23.9%100.0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square13.235a1.000

Continuity Correctionb10.8201.001

Likelihood Ratio14.4041.000

Fisher's Exact Test.000.000

Linear-by-Linear Association12.9471.000

N of Valid Cases46

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,78.

b. Computed only for a 2x2 table

Keterangan : karena nilai EC yang < 5 = 25% maka syarat uji Chi tidak terpenuhi.

Sehingga digunakan uji alternatif Fisher.

Didapat p = 0,000 interpretasinya karena (p < 0,05) maka terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan penanganan

KESIMPULAN :1. terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penanganan

2. terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan penangananLampiran 6Surat Persetujuan Etik Riset

PertanyaanKunci jawabanTotal jawaban benar (n)%Kejang demam adalah epilepsi/ayanS2043,5 Obat anti kejang dibutuhkan untuk kejang demamS2043,5Kejang demam dapat berulangS2350,0Kejang demam jarang pada usia diatas 5 tahunB3576,1Kejang demam berulang dapat menyebabkan kerusakan pada otakS4189,1Kejang demam jarang beresiko menjadi epilepsi/ayan B3576,1Dibutuhkan alat pengaman di mulut anak untuk menghindari lidah tergigitS3167,4Perlu memijat anak saat anak kejangS2145,6Dibutuhkan bantuan nafas pada saat kejangS2452,2Anak dengan kejang demam boleh di imunisasi secara berkalaB2758,7Pemeriksaan EEG dan CT scan dibutuhkan untuk anak kejang demamS2758,7

InisialUmurPendidikanPenghasilanAgamaUsiaanakpertamakejangKepercayaanPenangananPengetahuanan31225222lr22224212er22142112d22142112d21212222g22142111t22122111b21343222k22244112rg21312222er21242222s12123111aa22143111st12122111m22142111y22113111v22142111bt12112112ma22342112w21324222rg22221112na22241111sa22241111nm21313122p22143112u22111111k22115111mn22113111tr22143111fa22112111dt32115112fb21312222rm21342222es31345222ss22123111am22111111w22244111ds22221111va22215111vr22111111ml22143111ye22141111do22111112sv21345221ac21333211tr21215211

Informed consent

Tidak bersedia

Wawancara dan kuesioner dengan :

Questionnaire on Parental Knowledge, Attitudes, Concerns and Practices (KACP) toward FC 30

Analisis data

Bersedia

Pemilihan subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian

n = n0 / (1+ n0/N)

Pengelolaan kejang demam pada balita

Tatalaksana medis / ketersediaan fasilitas kesehatan

Derajat keparahan

Keterjangkauan fasilitas kesehatan

Pengetahuan ibu

Tempat tinggal dan lingkungan

Umur

Tingkat pendidikan

Tingkat ekonomi

Pekerjaan

Tradisi / kepercayaan

Pekerjaan

Tingkat Ekonomi

Tradisi/kepercayaan

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan Ibu

Pengelolaan Kejang demam

Kuesioner dititipkan kepada dokter dan perawat di poli Kesehatan Anak