SKRIPSI

download SKRIPSI

of 82

Transcript of SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara pemerintahan dengan warga negara/rakyat selalu berada dalam bingkai interaksi politik diantara keduanya dalam wujud organisasi negara. Hubungan negara dan rakyat ini dapat tergambarkan dalam icon yang diberi label demokrasi. Sejak lama, sebagai gambaran besar, demokrasi menjadi cara terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern. Demokrasi sebagai aspek penting berkaitan dengan pemerintahan dengan hirarki kekuasaan yang terdapat dalam suatu sistem politik negara. Artinya, akan terdapat sistem politik nasional yang didalamnya terdapat sub sistem politik daerah dalam bingkai sistem negara yang dianutnya. Hirarki suatu negara jangkauan pengaruh, dapat merujuk pada dua jenis atau kelompok demokrasi, yaitu demokrasi dalam lingkup negara dan demokrasi lokal. Pemilahan demokrasi lokal ini bukan berarti terdapat determinasi wilayah pemberlakuan demokrasi atau bahkan terdapat perbedaan

demokrasi dari induknya. Dalam tulisan ini demokrasi lokal ditujukan sebagai bagian utuh dari demokrasi di Indonesia dalam pelaksanaan rekrutmen elit politik di pemerintahan daerah.1

1

Rudini, H. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia, Hal.6-7

1

Demokrasi lokal merupakan bagian dari subsistem politik suatu negara yang derajat pengaruhnya berada dalam koridor pemerintahan daerah. Di Indonesia Demokrasi lokal merupakan subsistem dari demokrasi yang memberikan peluang bagi pemerintahan daerah dalam mengembangkan kehidupan hubungan pemerintahan daerah dengan rakyat di lingkungannya.2 Semenjak era reformasi, demokrasi yang diusung mengarah pada demokrasi partisipatif atau langsung, salah satunya karena banyak pejabat politik yang tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik, sehingga legitimasi mereka lemah. Di sisi lain memunculkan ketidakpercayaan rakyat pada penguasa mendorong rekrutmen pejabat politik ke arah demokrasi langsung. Sehingga tidak mengherankan bila rekrutmen hampir semua jabatan politik dilaksanakan dalam format demokrasi yang bergerak pada hubungan negara dan warga negara secara langsung. Fase demokrasi langsung ini merupakan era baru reformasi politik di Indonesia yang pertama kali digelar sejak kemerdekaan Indonesia. Rekrutmen politik skala nasional ini merupakan perkembangan demokrasi yang mendapat pengakuan dunia karena keberhasilannya. Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan rekrutmen poltik dalam tataran demokrasi ini, pada tahun 2005 telah dilakukan proses rekrutmen politik elit daerah sebagai kelanjutan dari pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang telah melahirkan pasangan pemimpin politik berbasis legitimasi rakyat, yaitu Bapak Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla. Pemilihan Kepala daerah2

Ibid 2

merupakan proses demokrasi yang akan menyetarakan legitimasinya dengan keberadaan DPRD yang telah dipilih secara langsung. Demokrasi lokal dalam pemilihan kepala daerah, menjadi momentum yang masih memberikan pertanyaan besar dalam pelaksanaannya.

Pertanyaan ini berkaitan dengan demokrasi partisipatoris yang akan dilakukan. Betapa tidak, pemberian kedaulatan rakyat daerah pada elitnya masih diwarnai ketidakjelasan, baik dari prosedur kerja penyelenggara maupun peserta dan posisi pemilihnya. Dari sisi kedaulatan rakyat daerah, demokrasi lokal dibangun untuk memberikan porsi yang seharusnya diperoleh rakyat lokal dalam pemberian legitimasi pada elit eksekutifnya. Selama ini rakyat daerah memberikan kedaulatan hanya pada legislatif daerah saja. Ketidakpercayaan rakyat dan era reformasi mendorong adanya pemilukada langsung. Hal ini tidak langsung berkaitan dengan baik atau tidaknya demokrasi, karena di negara lain juga terdapat variasi pelaksanaan demokrasi yang langsung. Derajat kepentingannya adalah terpilihnya pejabat politik yang akuntabel sesuai dengan kebutuhan rakyatnya. Salah satu persyaratan mewujudkan demokrasi adalah adanya partai politik yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat dan sebagai media untuk melakukan bargaining kebijakan dengan negara. Sebagai perwujudan dan tersalurnya aspirasi publik oleh partai politik maka efektifitas fungsi partai politik haruslah dijunjung tinggi.

3

Partai politik umumnya didefenisikan sebagai organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatian pada persoalan kekuasaan pemerintah dan bersaing guna memperoleh dukungan rakyat untuk menempati kantungkantung kekuasaan politik. Partai politik membuka kesempatan seluas-luasnya bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik dan pemerintahan. Karena melalui partai politik dapat diwujudkan pemerintahan yang bertanggung jawab dan memperjuangkan kepentingan umum serta mencegah tindakan pemerintah yang sewenang-wenang. Sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, dan memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara damai.3 Batasan mengenai partai politik dikemukakan oleh Sigmund Neumann yang berpendapat bahwa partai politik adalah organisasai artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada pengendalian kekuasaan

pemerintahan dan bersaing memperoleh dukungan rakyat, (Neumann dalam Miriam budiardjo 1984:1).4 Dengan semangat konstitusi yang menegaskan sistem pemilihan presiden dan kepala daerah pun harus mengalami

3 4

T May.Rudy, 2003. Pengantar Ilmu Politik. hal 87 Miriam budiardjo 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi) hal 404

4

perubahan yang sesuai dengan pilihan rakyat dengan cara pandang mereka masing-masing. Sejak tahun 2004, Presiden yang sebelumnya di pilih oleh MPR telah dipilih langsung oleh rakyat,. Begitupun dengan kepala daerah yang dulunya dipilih oleh DPRD, maka sejak tahun 2005 Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat. Ini merupakan salah satu bentuk penyempurnaan dari UU otonomi daerah yang baru, UU No.32/2004 yang menyebutkan bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakat.5 Inilah salah satu pencapaian terbaik otonomi daerah, dimana masyarakat langsung dilibatkan untuk memilih pemimpin yang akan memerintah mereka selama pembatasan masa jabatan seorang kepala daerah, yaitu cukup satu periode saja, lima tahun ke depan. Kecuali bagi mereka yang benar-benar menonjol prestasi atau keberhasilannya. 6 Partai Golongan Karya (Partai Golkar), sebelumnya bernama

Golongan Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai golkar bermula dengan berdirinya Sekber golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber golkar berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu. Pada

5 6

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, 2007 H.Rudini, 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 142

5

Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu

pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan

GOLKAR, seperti peraturan monoloyalitas PNS, dan sebagainya. Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai golkar, dan untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya di masa pemerintahan Soeharto. Pada Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara Partai golkar turun menjadi peringkat kedua setelah PDI-P. Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Megawati Soekarnoputri

menjadi salah satu sebab para pemilih di Pemilu legislatif 2004 untuk kembali memilih Partai golkar, selain partai-partai lainnya seperti Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan lain-lain. Partai golkar menjadi pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif pada tahun 2004. Kemenangan tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi Partai golkar karena pada Pemilu Legislatif 1999, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendominasi perolehan suara. Dalam Pemilu 1999, Partai kedua. golkar menduduki peringkat

6

Pemilihan kepala daerah di kabupaten Toraja Utara yang dilaksanakan November 2010, merupakan pemilihan kepala daerah yang pertama kali dilaksanakan setelah adanya pemekaran kabupaten Toraja. Toraja utara adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten induk Tana Toraja. Terbentuknya kabupaten Toraja Utara merupakan buah dari undang-undang nomor 28 tahun 2008 yang diparipurnakan oleh DPR RI pada tanggal 24 Juni 2008. Namun peresmian kabupaten Toraja Utara baru berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2008, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Tana Toraja yang ke-761 dan ulang tahun Kabupaten Tana Toraja yang ke-51. Dengan adanya peresmian tersebut, maka Toraja Utara kini menjadi kabupaten yang ke-24 di Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah diresmikan menjadi kabupaten baru yang beribukota di Rantepao, Drs. Yohanis Suririk Dalipang ditunjuk sebagai pejabat sementara Bupati Toraja Utara. Dalipang diharapkan mampu menjalankan roda pemerintahan dibumi lakipadada tersebut dengan baik, setidaknya sampai dilaksanakannya Pemilukada. Sebab Pemilukada Toraja Utara baru akan dilaksanakan pada tahun 2010. Pemilukada Toraja Utara ini diikuti oleh tujuh pasangan calon yang bertarung menjadi nomor satu di Kabupaten termuda di Sulsel. Tujuh pasangan masing-masing pasangan adalah nomor urut 1, Andarias Palino Popang-Sarah Lallo (Assa') yang di usung Partai Demokrat, nomor urut 2 Daniel Rendeng-Johanis Palimbong (Dambaan) yang di usung Partai Golkar , nomor urut 3 YS Dalipang-Simon Liling (Yes) Independen, urut 4, Bride7

Allorante-Johanis O.S Bari (Bijak) yang di usung PDIP dan PKDI, urut 5, Deka Paranoan-Mathius Lobo' (Damai) perseorangan, urut 6, Frederik Batti Soring-Frederik Buttang Lombelayuk (Sobat) yang di usung PKPI dan PDK serta urut 7, Kalatiku Paembonan-Alfrita Pasande (Kita) yang di usung PDS dan koalisi -partai kecil. Partai Golkar di kabupaten Toraja Utara merupakan mesin suara yang di anggap paling berpotensi memenangkan Pemilukada putaran pertama november 2010. Partai penguasa sejak masa pemerintahan Soeharto ini sangat di agung-agungkan apalagi di pelosok desa-desa, dimana mereka menganggap partai ini adalah partai pemerintah yang dapat membawa pemerintahan daerah mereka ke arah yang lebih baik, seperti pada masa pemerintahan Soeharto. Pada pemilukada sebelumnya di kabupaten induk Toraja Utara yakni Tana Toraja awal 2010, Partai Golkar yang mengusung pasangan Theopilus Allorerung Adelheid Sosang unggul dengan perolehan suara 30,07 persen dari jumlah total suara. Namun pemilukada ini berakhir ricuh, dimana Aksi brutal massa terjadi karena mereka tidak terima atas hasil penghitungan Pilkada Tana Toraja yang dimenangi calon dari Partai Golkar, Theofilus Allorerung-Adelheid Sosang (Teladan), dengan persentase di atas 30 persen. Kekecewaan atas hasil tersebut mendorong massa melakukan aksi perusakan dan membakar surat suara dan di depan kantor KPU Tana Toraja. Massa menilai pasangan yang didukung oleh partai golkar ini unggul bukan murni karena pilihan rakyat tetapi ada kecurangan yang didukung oleh suami8

calon wakil bupati (Adelheid Sosang) yang merupakan Bupati Tana Toraja sebelumnya.7 Hasil pemilukada di kabupaten induk ini sangat berbanding terbalik dengan hasil pemilukada putaran pertama di Toraja Utara. Pasangan yang di usung oleh Partai Golkar tertinggal jauh dengan pasangan yang hanya di usung oleh partai kecil dan independent, sehingga tidak bisa lolos ke putaran kedua. Adapun hasil penghitungan suaranya adalah : 8 1. Andarias Palino Popang-Sarah Lallo (Assa'), Partai Demokrat. 3,19 persen 2. Daniel Rendeng-Johanis Palimbong (Dambaan), Partai Golkar. 17, 36 persen 3. YS Dalipang-Simon Liling (Yes), independen. 24, 34 persen 4. Bride Allorante-Johanis O.S Bari (Bijak), PDIP dan PKDI. 7,87 persen 5. Deka Paranoan-Mathius Lobo' (Damai), perseorangan. 4,06 persen 6. Frederik Batti Soring-Frederik Buttang Lombelayuk (Sobat), PKPI dan PDK. 27,24 persen 7. Kalatiku Paembonan-Alfrita Pasande (Kita), PDS dan koalisi -partai kecil.15,89 persen. Hal ini merupakan ujian yang sangat berat bagi partai golkar, dimana calon dari partai golkar Daniel Rendeng Johanis Palimbong (Dambaan), hanya memperoleh 17, 36 persen suara, sementara Calon yang memperoleh78

Wawancara Wartawan intercript, Rantepao, 28 Juni 2011 http://www.scriptintermedia.com/view.php?id=5958&jenis=Pilkada, diakses 23/12/2010.

9

suara terbanyak adalah calon yang di usung oleh koalisi partai kecil yang lolos ke putaran kedua. Padahal Daniel Rendeng diketahui memiliki latarbelakang yang tidak jauh berbeda dengan figur yang lolos ke putaran kedua Frederik Batti Soring, mereka adalah calon yang sama-sama pernah menjabat sebagai wakil bupati di Yahukimo dan Asmat, Papua. Hasil pemilukada putaran pertama ini membuat banyak orang

tercengang baik dari daerah Toraja Utara sendiri maupun masyarakat yang berada diluar Toraja Utara dengan bertumbangnya para calon yang berdomisili di daerah mereka dalam pertarungan pemilihan kepala daerah. Sejatinya calon yang berdomisili tetap di daerah mereka lebih mengenal dan mengetahui apa yang mereka butuhkan, sehingga sebagai pemegang kendali kekuasaan akan mudah memenangkan pertarungan dibanding dengan calon yang berdomisili di tempat lain kemudian kembali dan mencalonkan diri dan justru pendatang ini yang memperoleh banyak perhatian dari masyarakat. Pasangan lain yang dianggap sangat berpeluang besar untuk memenangkan pemilukada adalah pasangan Kalatiku Paembonan-Alfrita Pasande (Kita), yang disusung oleh partai PDS dan koalisi -partai kecil, sebab mayoritas dari masyarakat Toraja Utara beragama Nasrani, ada harapan besar mereka akan mendukung calon yang diusung oleh partai yang berbasis keagamaan, akan tetapi hal demikian ternyata tidak berpengaruh terhadap pilihan mereka, Pasangan ini hanya mampu mengumpulkan suara sebanyak 15,89 persen.

10

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Kekalahan Partai Golkar Pada Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Toraja Utara 2010

B. Rumusan Masalah Melihat luasnya cakupan masalah yang menyangkut persoalan pemilukada ini, maka penulis membatasi penelitian ini pada persoalan sebagai sebagai berikut : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekalahan partai golkar pada Pemilukada di Toraja Utara 2010 ?.

C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang akan dilakukan penulis bertujuan untuk : Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekalahan partai golkar pada pemilukada di Toraja Utara serta pengetahuan mengenai kekuatan partai golkar pada pemilukada di Toraja Utara.

D. Kegunaan Penelitian a) Manfaat teoritis 1. Sebagai sumber informasi bagi peneliti-peneliti yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kekalahan partai Golkar pada pemilukada di Toraja Utara.11

2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi literatur yang berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tersebut.

b) Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi

pemerintah, partai politik dan elite politik lokal. 2. Menjadi bahan pendidikan politik untuk masyarakat luas yang dapat menunjukkan secara ilmiah penyebab kekalahan partai golkar pada PEMILUKADA di Kabupaten Toraja Utara.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Partai Politik pada awalnya lahir di Inggris pada abad pertengahan. Kemudian berkembang dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat

merupakan faktor yang diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah dipihak lain. Sejak tahun 1945 jumlah partai politik di tanah air selalu saja berubah. Pada masa era orde lama, jumlah partai politik sempat mencapai angka 63 buah. Namun, ketika Orde Baru berkuasa, jumlah tersebut dipangkas sehingga menyisakan dua partai politik dan ditambah satu Golongan Karya. Dengan sistem ini, Golongan Karya menjadi sebuah partai pemerintah abadi sepanjang era Orde Baru berkuasa. Kedua partai lain, yaitu Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Persatuan Pembangunan hanya menjadi pelengkap dan simbol demokrasi seolah-olah yang dikedepankan oleh Soeharto.9 Partai golkar pada masa itu dianggap sebagai partai yang berkuasa karena terbukti beberapa kali memenangkan pemilu. Namun hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi pada pemilukada di Toraja Utara, jangankan menang, lolos untuk putaran ke dua saja tidak. Golkar benar-

9

http://www.anneahira.com/partai-politik-16884.htm, diakses 26/12/2010.

13

benar gagal sebagai partai pengusung untuk calon Bupati dan wakil bupati Toraja Utara Daniel Rendeng-Johanis Palimbong (Dambaan).10 Untuk membahas mengenai Kekalahan Partai Golkar Pada

Pemilukada sebagaimana arah tujuan penelitian ini dengan menjadikan kabupaten Toraja Utara sebagai daerah penelitian. Maka pada bagian tinjauan pustaka ini, penulis merumuskan arah tujuan penelitian. Perumusan arah tujuan penelitian ini akan didasarkan pada beberapa konsepsi dasar yang diambil dari beberapa referensi yang di anggap memiliki kompetensi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

A. Partai Politik Partai berasal dari bahasa latin partire yang bermakna membagi. Rojer H. Soltau mengatakan bahwa partai politik diartikan sebagai sekelompok warga Negara yang terorganisir yang bertindak sebagai kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan mereka sendiri. Sedangkan menurut Sigmund Neumann partai politik merupakan organisasi dari aktifitas politik yang berusaha untuk menguasai pemerintahan dengan merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan yang lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Organisasi politik seperti partai politik harus memperhatikan faktor koherensi dan soliditas. Partai politik pada awalnya lahir di inggris pada abad10

http://www.scriptintermedia.com/view.php?id=5958&jenis=Pilkada, diakses 12/01/2011.

14

pertengahan, kemudian, berkembang dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan da berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah dipihak lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan Negara. Miriam budiarjo (2006:160) mendefinisikan : Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Suatu partai politik, atau setiap organisai yang terkategori sebagai partai politik, apabila: a. Terwujud dalam identitas, dapat berupa nama, bendera dan yang terpenting ideologi yang menjadi dasar nilai bagi pedoman dan aktifitas partai politik, b. Ketika sekelompok orang-orang bergabung, tentunya bukan sekedar berkumpul biasa tetapi sebagai kelompok yang15

terorganisasi,

artinya

mereka

membentuk

asosiasi

yang

memenuhi syarat-syarat organisasi, c. Keberadaan partai politik diakui memiliki hak oleh sebagian besar masyarakat untuk mengorganisasikan dirinya sekaligus mengembangkan dirinya dengan berbagai aktivitas. Secara sederhana, partai politik biasa mengatasnamakan kelompok masyarakat tertentu yang merupakan pendukung-pendukung atau angotanya, d. Partai politik berupaya mengembangkan aktivitas-aktivitas melalui mekanisme kerja yang mencerminkan pilihan rakyat. Partai politik dalam berbagai kegiatan, bekerja berdasarkan prinsip representative government atau pemerintah yang mencerminkan pilihan rakyat. Hal ini dimungkinkan oleh keberadaan partai politik yang harus selalu berhubungan dengan rakyat. Dengan posisi seperti ini, partai politik diharuskan aspiratif, mengembangkan dan mekanisme partisipasive hubungan terhadap yang rakyat,

responsive,

terutama pendukungnya, sehingga apapun yang menjadi aktifitas politik partai merupakan gambaran suara rakyat. e. Aktivitas inti dari partai politik adalah melakukan seleksi bagi rakyat, baik dari kalangan partai politik yang dipilih sebagai kandidat untuk menduduki jabatan-jabatan public dalam

pemerintahan.16

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu dan tujuan utama dari partai politik adalah untuk mendapatkan simpati rakyat. Artinya, kekuasaan yang diperoleh partai politik bukan bersumber dari langit, melainkan dating karena adanya legitimasi rakyat melalui sebuah pemilihan umum. Jadi sebesar atau sekecil apapun kekuasaan itu, yang perlu diingat bahwa sumbernya berasal dari rakyat .maka dari itupun, partai politik seharusnya lebih mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongannya. Selain itu, terdapat sejumlah fungsi partai politik, yaitu : 1. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik Sosialisasi politik disini dimaksudkan sebagai proses

pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik para anggota masyarakat

memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat dan berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari. Partai politik melakukan pendidikan politik melalui kegiatan kursus, latihan

kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai forum pertemuan untuk menyebarkan nilai dan simbol yang dianggap ideal dan baik. 2. Partai politik sebagai sarana rekruitmen politik17

Rekruitmen politik yang dimaksud disini ialah seleksi dan pemilihan, atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi rekruitmen politik ini sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam. Melalui proses ini akan terus ada orangorang yang berperan untuk melanjutkannya. Peran partai politik sebagai sarana rekruitmen dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat, yaitu bagaimana partai politik memiliki andil yang cukup besar dalam hal : menyiapkan kader-kader dalam pimpinan politik, melakukan seleksi terhadap kade-kader yang dipersiapkan, serta perjuangan untuk penempatan kader yang berkualitas,

berdedikasi, dan memiliki kredibilitas yang tinggi serta mendapat dukungan dari masyarakat pada jabatan-jabatan politik yang bersifat strategis. Sukarna (1990: 34) mengatakan bahwa apabila pencalonan politik tidak selektif maka ini akan menjadi umpan balik yang merugikan bagi kelanggengan partai politik. 3. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik Komunikasi politik berlangsung melalui penyampaian informasi melalui politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari

masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala18

keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok

masyarakat kepada pemerintah. Berkenaan dengan hal tersebut, Anwar Arifin (2006:50-51) menjelaskan bahwa Disini para politisi akan berperan sebagai komunikator politik, bukan hanya dengan

menggunakan komunikasi politik untuk membentuk peraturan atau undang-undang di parlemen atau lembaga eksekutif tetapi juga menggunakan kampanye pemilukada. 4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihakpihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah untuk mendapatkan

penyelesaian berupa keputusan politik. Sistem kepartaian yang kokoh mempunyai kapasitas, Pertama, melancarkan perluasan peran serta politik melalui jalur partai, dan dengan demikian, menguasai ataupun mengalihkan segala aktivitas politik anomik dan revolusioner. Kedua, ia mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan yang dihadapi oleh sistem politik. Sistem kepartaian yang kuat, menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang

19

melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru dalam sistem politik.

B. Pendekatan Institusional Baru Pendekatan Institusional baru merupakan suatu pendekatan yang melihat institusi Negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, misalnya membangun masyarakat yang lebih makmur. Pendekatan ini melahirkan suatu konsensus bahwa inti dari institusi politik adalah rules or the game (Aturan main). Institusi tidak hanya merupakan refleksi dari kekuatan sosial, seperti pemerintahan, parlemen, parpol, dan birokrasi. Namun dapat dikatakan suatu institusi adalah organisasi yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan.11 Pendekatan institusional baru memiliki serangkaian konsep (berupa lembaga) sebagai fokus kajian. Lembaga-lembaga inilah yang sehari-hari menjalankan sistem politik, yang misi utama masing-masingnya adalah melaksanakan kepentingan rakyat pemilih atau warganegara.12 Perbedaan institusionalisme baru dan lama terletak pada analisis ekonomi, kebijakan fiskal dan moneter, pasar dan globalisasi di mana institusionalisme tertuju ke sana, ketimbang masalah konstitusi yuridis. Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang dibatasi secara kolektif. Pembatasan-pembatasan itu terdiri dari

11

12

Miriam Budiarjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi).Hal 96-100. http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/pendekatan-institusional.html di akses 12/04/2011

20

institusi-institusi yaitu pola norma dan pola peran yang telah berkembang dalam kehidupan sosial dan perilaku dari mereka yang memegang peran itu. Pembatasan tersebut dalam banyak hal memberikan keuntungan bagi individu dan kelompok dalam mengejar tujuannya. Karena hal yang membatasi kegiatan juga mempengaruhi motivasi. Pembatasan ini memiliki akar historis sebagai peninggalan dari tindakan dan pilihan masa lalu. Pembatasan ini mewujudkan, memelihara dan memberi peluang serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok.13 Pokok masalah bagi penganut Institusional baru, ialah bagaimana membentuk intitusi yang dapat menghimpun secara efektif sebanyak mungkin preferensi dari para aktor untuk menentukan kepentingan kolektif. Dalam usaha menentukan institusi yang terbaik terjadi wacana dalam masyarakat mengenai cara bagaimana mengubah institusi yang ada agar menjadi demokratis. Proses ini dapat disebut institutional engineering melalui suatu institutional design. Suatu desain adalah ciptaan dari suatu rencana aksi untuk meraih hasil-hasil yang bernilai dalam konteks tertentu. Untuk Negaranegara yang sedang dalam transisi ke demokrasi, institusionalime baru menjadi alat analisis sangat penting.14 Penemu teori institusional baru Selznick mengemukakan bahwa segala sesuatu yang penting mengenai organisasi adalah perbincangan tentang perangkat-perangkat organisasi terhadap bagian yang menghidupkan13

http://deddysumardi.wordpress.com/2010/12/30/beberapa-pendekatan-dalam-mempelajari-ilmupolitik/, diakses 12/04/2011 14 http://handiarto.com/pendekatan-institusional-baru, diakses 12/04/2011

21

dirinya. Berdasarkan pemikirannya, ia merumuskan gagasan rasional selanjutnya dalam mendesain organisasi untuk mencapai tujuan yang ternyata menunjukkan bahwa stuktur formal tidak bisa membebaskan diri dari dimensi individu. Selznick menyatakan bahwa individu-individu menciptakan komitmen lainnya terhadap organisasi agar dapat tercapai pengambilan keputusan rasional. Organisasi melakukan interaksi dengan lingkungan dalam hal mencapai tujuan penting atau kemungkinan-kemungkinan masa mendatang. Akhirnya adaptasi struktur organisasi di dasari oleh tindakan individu dan tekanan lingkungan.15 Pernyataannya menolak pandangan kebutuhan sistem sebagai tempat pemeliharaan integritas dan keberlangsungan sistem akan terjadi hanya dalam diri sistem itu sendiri. Ia mendetifinisikannya sebagai derived imperative, antara lain adalah Keamanan organisasi dalam lingkungan, Stabilitas hubungan informal dalam organisasi, dan Kesamaan pandangan tentang makna dan aturan organisasi. Selznick mengarahkan studi organisasi pada masa mendatang lebih berfokus pada keputusan penting yang menyebabkan terjadi perubahan struktur. Ia menemukan bahwa ternyata institusionalisasi adalah proses dimana organisasi mengembangkan karakter struktur secara khusus. Kontribusinya bagi teori institusional terjadi melalui kesimpulan penilitiannya

15

http://rnrian.blogspot.com/2011/03/teori-organisasi-neo-klasik.html, diakses 28/04/2011

22

yang menyatakan bahwa organisasi melakukan proses adopsi dan kooptasi terhadap organisasi lainnya atau lingkungan institusionalnya. Penilitian Selznick difokuskan pada dua hal, pertama, adalah terhadap Lembaga merespons Otorita Lembah Tennesse, bagaimana lembaga tersebut bahwa

tantangan

eksternal.

Kesimpulannya

menunjukkan

ternyata lembaga tersebut menciptakan proses peniruan terhadap organisasi lain dalam merespons hal ini. Kedua, adalah terhadap pengorganisasian Leninist di Soviet, tentang bagaimana perlakuan Lenin terhadap sukarelawan dan tim yang selama ini memberikan dukungan kepadanya. Lenin menjalankan tugasnya dengan sangat disiplin. Temuan Selznick

menunjukkan bahwa para sukarelawan dan tim bekerja dengan disiplin karena adanya proses pendelegasian wewenang yang mengindikasikan adanya proses adopsi dari organisasi lainnya. Dari kedua hasil penelitiannya, Selznick menyimpulkan bahwa organisasi selalu melakukan proses adopsi terhadap bentuk organisasi lainnya. Selznick menyatakan bahwa konsekwensi dari dibangunnya sebuah organisasi adalah bagaimana organisasi membentuk aturan dan

mejalankannya dalam struktur secara fungsional. Analisis Selznick terhadap struktur fungsional adalah bagaimana struktur secara fungsional dapat menjawab kebutuhan dasar (basic need) dan bagaimana keseluruhan sistem dapat bertahan, serta struktur secara signifikan merupakan pernyataan anggotanya. Mereka bertindak sesuai pernyataan struktur organisasi.

23

Pandangan Selznick terhadap proses kooptasi atau penyertaan dipahami olehnya sebagai proses penyesuaian sebuah organisasi, baik secara formal maupun informal. Secara formal, pembagian tanggung jawab organisasi dimaksudkan untuk memperoleh legitimasi. Sementara secara informal kooptasi merupakan proses penyesuaian yang memungkinkan pusat kekuasaan menjadi spesifik dan jelas berada dimana. Pendekatan bagaimana institusional baru lebih untuk banyak lebih mengkaji tentang dalam

mengajak

masyarakat

berpartisipasi

pengambilan keputusan, hal ini bertujuan untuk membentuk institusi yang lebih bernilai dalam konteks tertentu. Pemilihan umum merupakan saat dimana terjadinya partisipasi yang paling konvensional yang dapat ditemui dihampir semua negara demokratis melalui proses pemberian suara. Melalui pemberian suara saat pemilihan umum ini rakyat kemudian dapat ikut

berpartisipasi dalam sistem politik melalui wakil yang telah dipilihnya dalam pemilu. Untuk menggalang dukungan rakyat terhadap negara diperlukan partai politik sebagai institusi yang hadir untuk mewujudkan hal tersebut. Partai politik menjalankan fungsi-fungsinya dalam sistem politik antara lain sebagai sarana partisipasi politik dan fungsi sebagai pemandu kepentingan, tetapi fungsi utama dari partai politik ialah mencari dan mempertahankan eksistensi dalam bentuk kekuasaan untuk mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi partai tersebut. Dari penjelasan diatas penulis memilih menggunakan pendekatan institusional baru untuk melihat eksistensi sebuah partai politik dalam24

mencapai atau mempertahankannya, sebagai rumusan masalah dan untuk keperluan analisis teori dan pendekatan-pendekatan sehubungan dengan inti masalah dalam skripsi ini.

C. Faktor faktor Teoritis Kekalahan PartaiC.1 Analis SWOT

Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah STRENGHT atau Kekuatan, W adalah WEAKNESS atau Kelemahan, O adalah OPPORTUNITY atau

Kesempatan, dan T adalah THREAT atau Ancaman. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Analisis SWOT hanya

menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.16 Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: 17y

Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang

http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/aplikasi-teori-analisis-swot-dalam-organisasi/, diakses 30/05/2011. 17 http://aguswibisono.com/2010/analisis-swot-strength-weakness-opportunity-threat/, diakses 30/05/2011.

16

25

dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Opportunities (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Selain pemilihan alternatif analisis Swot juga bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi. dengan mengetahui kelebihan26

y

tubuh

y

y

(Strength dan opportunity) dan kelemahan kita (weakness dan threat), maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan meningkatkan Strength dan opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu mengurangi weakness dan threat.

C.2 Konsep Kekalahan

Dalam konteks masyarakat Indonesia figur masih menjadi hal yang utama ketimbang isu atau program. Hal ini tidak terlepas dari budaya politik kita yang masih cenderung bersifat patrimionial dengan ikatan primordial yang kental. Ikatan ini ditandai dengan besarnya pengaruh patron terhadap masyarakat dan kuatnya sentiman kedaerahan, suku, agama, prutanisme dan sebagainya dalam penentuan pilihan (pendekatan sosiologis). Selain itu budaya politik kita masih lebih cenderung kalau tidak mau dikatakan lebih kuat budaya parokhial dan kaula ketimbang partisipan. Dalam masyarakat parokhial dan kaula, terjadi keterbatasan diferensiasi pada masyarakat dalam peranan politik dan memposisikan diri sebagai masyarakat pasif. Sementara dalam masyarakat partisipan sudah dapat menilai dengan penuh kesadaran baik sistem sebagai totalitas, input dan output maupun posisi dirinya, sehingga keterlibatan dalam politik bukan hanya pada saat rutinitas lima tahunan (pilkada) tetapi sampai pada proses

27

perencanaan,

pengambilan

dan

evaluasi

kebijakan

pemeran

politik/pemerintah.18 Kondisi masyarakat seperti ini, sangat mudah dibaca oleh pihak yang berkeinginan untuk meraih simpati masyarakat seperti itu dengan menjual isu agama, kedaerahan dan popularitias kandidat. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan dan termanfaatkan oleh pihak yang berkeinginan masuk kedalam arena kekuasaan dengan memanfaatkan figur populer, mengusung isu agama, daerah dan sebagainya dalam pengusungan calon bupati. Pada kondisi tersebut isu dan program menjadi kebutuhan sekunder dalam memberikan nafkah pemilih. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan para new comer dalam menghadapi pertarungan kekuasaan di daerah, sehingga fenomena kalahnya incumbent merupakan suatu hal yang menjadi kewajaran. Selain faktor tersebut para incumbent tidak mampu mengapresiasi need dan hope masyarakat yang dipimpinnya. Akibatnya timbul akumulasi kekecewaan masyarakat sehingga pilihan lari kepada new comer dengan harapan muncul espektasi baru akan perubahan yang bermuara pada terpenuhinya harapan dan kebutuhan masyarakat. Bahkan ada yang lebih ekstrim menilai bahwa kekalahan incumbent oleh new comer sebagai bentuk

18

http://asrifaiuntad.blogspot.com/2009/12/teori-dasar-pilkada-dan-kekalahan.html

28

pemberontakan rakyat terhadap kemapangan kekuasaan dan bukti adanya keinginan dari masyarakat untuk melakukan perubahan secara cepat. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa sudah saatnya masyarakat tidak terlibat hanya dalam rutinitas lima tahunan atau pada saat pemilu dan pilkada, tetapi sudah saatnya keterlibatan masyarakat dalam politik sudah merupakan totalitas dari keseluruhan sistem mulai dari input, proses sampai pada pencapaian akhir yakni ouput dan evaluasi yang berupa perencanaan dan pelaksanaan kebijakan yang diambil oleh para penguasa. Sehingga tujuan dari negara untuk mensejahterakan rakyat sebagai kontrak awal bagi terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia bukan hanya utopis belaka. Hubungan antar elite adalah faktor yang menentukan dalam keberhasilan kinerja komunikasi. Artinya, komunikasi pada level individu dapat menentukan efektivitas komunikasi politik. Pendekatan tersebut berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa untuk memenangkan perhatian dari publik harus memperhatikan faktor pencitraan, simbol, dan informasi di media massa.19 Adapun beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi

kekalahan partai dalam pemilukada (disaring dari berbagai Suratkabar, TV(Televisi) dan media lainnya) antara lain :20

19 20

http://younkhendra.wordpress.com/2008/07/17/tulisan-saya/, diakses 12/04/2011 berpolitik.com, 16 april 2008, diakses 12/04/2011

29

y Rakyat Ingin Perubahan Rakyat telah lelah dan jenuh dengan kondisi yang ada dimana pemimpin daerah mereka dianggap tidak menjalankan amanat rakyat seperti yang diinginkan masyarakat. Dengan adanya Pilkada rakyat berpaling dengan memilih calon pasangan yang mempunyai visi dan misi yang dipercaya dapat membawa perubahan. y Mesin Politik Partai Tidak Bekerja Secara Maksimal Mesin politik partai yang tidak bekerja secara maksimal juga menjadi faktor krusial terhadap kekalahan pasangan yang mereka usung. y Figur Calon Figur yang menjadi calon kepala daerah juga sangat menentukan dalam sebuah pelaksanaan Pilkada. Rakyat telah bosan dengan caloncalon yang wajahnya sudah familiar bagi mereka. Rakyat berkeinginan calon yang diusung dalam Pilkada adalah wajah-wajah baru yang lebih muda dan bersemangatkan jiwa muda. Pada pilkada, sebagian besar rakyat memilih bukan karena faktor calon tersebut didukung oleh Partai. Namun, kepopuleran dan figur calon juga berpengaruh terhadap hasil pemilihan. Kemenangan dalam pemilihan kepala daerah, juga

bergantung pada ketokohan calon yang diusung. Jika calon yang diusung memiliki karisma dan diakui ketokohannya, maka kemungkinan menang akan sangat besar karena disukai dan diinginkan masyarakat.

30

C. Pemilukada Langsung Pemilihan kepala daerah adalah upaya demokrasi untuk mencari pimpinan daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai, jujur dan adil. Pilkada menurut UU no 32/2004 tentang pemeritahan daerah adalah : bahwa pelaksanaan pilkada langsung pada hakikatnya tidak hanya untuk tujuan mengoptimalkan demokratisasi di daerah, melainkan merupakan perwujudan dari prinsip otonomi daerah seluas-luasnya. Dan pasal 56 ayat 1 UU no 32 tahun 2004 berbunyi : kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.21 Lahirnya UU no.32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang memuat ketentuan tentang Pemilihan Kepala Daerah secara langsung adalah merupakan proses penentuan pilihan masyarakat terhadap calon yang mereka akan angkat sebagai pemimpin daerah mereka. Proses yang dimaksudkan dalam hal ini tetap dikemas dalam sebuah mekanisme sebagaimana pemilihan umum. Dalam pemilihan kepala daerah

masyarakatlah yang kini memegang kunci.mereka bias menentukan dan sekaligus langsung untuk memilih calon yang mereka anggap paling tepat. Pemilihan kepala daerah secara langsung adalah momentum yang paling strategis untuk memilih kepala daerah yang berkualitas.

Keberhasilannya tidak hanya diukur dari proses penyelenggaraannya yang berlangsung lancar dan damai tetapi juga diukur dari hasil yang diperoleh, apakah telah menghasilkan pemimpin yang berkualitas terutama dari sisi

21

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, 2007.

31

manajerial dan kompetensi. Bila pemilihan ini hanya dijadikan sebagai ajang perebutan kekuasaan melalui mekanisme voting yang hanya popular dan diterima secara luas, namun tidak mempunyai kecakapan dan kemampuan dalam mengelola daerah. Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Derah (DPRD). Secara umum kepala daerah adalah kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil Kepala Daerah, dan perangkat daerah (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah). Semua tingkatan daerah di Indonesia diberikan hak untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung, dengan tujuan agar rakyat di daerah yang bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala daerahnya yang berkualitas. Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya penguatan demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah mekanisme yang tepat sebagai bentuk terobosan atas mandegnya pembangunan demokrasi di tingkat lokal.22 Pemilihan kepala daerah secara lansung dimulai pada tahun 2005, yang diseleggarakan di 226 daerah, yang meliputi 11 Propensi, 180 kabupaten dan 35 kota.23

22

23

H.Rudini, 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 139-142. Kacung Marijan, ibid. Hal 18

32

Proses

pemilihan

kepala

daerah

secara

langsung

senantiasa

diharapkan dapat membawa perubahan berdemokrasi kearah yang lebih baik, serta dapat pula memperkokoh semangat demokrasi di daerah khususnya. Dalam proses penyelenggaraannya pemilihan kepala daerah berlangsung secara bertahap. Tahapan dalam pelaksanaannya dapat dilihat sebagai berikut : 1. Pendaftaran pemilih calon bupati dan wakil bupati 2. Penentuan calon bupati dan wakil bupati 3. Proses administrasi pengadaan dan pendistribusian logistik 4. Pengadaan kampanye 5. Pemungutan dan penghitungan suara 6. Tahap penyelesaian (tahap evaluasi hasil pelaksanaan pemilihan kepala daerah).24 Pemilihan kepala daerah di kabupaten Toraja Utara yang dilaksanakan pada November 2010 lalu, merupakan pemilihan kepala daerah yang pertama kali dilaksanakan setelah adanya pemekaran kabupaten Toraja. Seperti kita ketahui bahwa Toraja utara adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten induk Tana Toraja. Terbentuknya kabupaten Toraja Utara merupakan buah dari undang-undang nomor 28 tahun 2008 yang diparipurnakan oleh DPR RI pada tanggal 24 Juni 2008. Namun peresmian kabupaten Toraja Utara baru berlangsung pada tanggal 3124

Supriyanto. 2008. Peraturan Pemilihan Kepala Daerah.

33

Agustus 2008, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Tana Toraja yang ke-761 dan ulang tahun Kabupaten Tana Toraja yang ke-51. Dengan adanya peresmian tersebut, maka Toraja Utara kini menjadi kabupaten yang ke-24 di Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah diresmikan menjadi kabupaten baru yang beribukota di Rantepao, kemudian ditunjuklah Drs. Yohanis Suririk Dalipang sebagai pejabat sementara bupati Toraja Utara. Dalipang diharapkan mampu menjalankan roda pemerintahan dibumi lakipadada tersebut dengan baik, setidaknya sampai dilaksanakannya Pemilukada. Sebab Pemilukada Toraja Utara baru akan dilaksanakan pada tahun 2010. Pemilukada di Toraja Utara semestinya dilaksanakan pada 23 Juni 2010, bersamaan dengan Pemilukada di sepuluh kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Namun karena sarana dan prasarana belum memadai, maka Pemilukada diundur hingga akhirnya terlaksana pada 11 November 2010. Pemilukada Toraja Utara diikuti oleh tujuh pasang calon bupati dan calon wakil bupati. Ketujuh pasangan tersebut ialah Andarias Palino PopangSarah Lallo (Assa') yang didukung oleh Partai Demokrat dan Partai Perjuangan Indonesia Baru, Daniel Rendeng-Johanis Palimbong yang didukung oleh Partai Golkar, YS Dalipang-Simon Liling (Yes) dari calon independent, Bride Allorante-Johanis O.S Bari (Bijak) yang didukung oleh PDI Perjuangan dan PKDI, Deka Paranoan-Mathius Lobo' (Damai) dari calon perseorangan, Frederik Batti Soring-Frederik Buttang Lombelayuk (Sobat) yang didukung oleh PDK, PKPI dan beberapa partai kecil, dan yang terakhir34

adalah pasangan Kalatiku Paembonan-Alfrita Pasande (Kita) yang didukung oleh PDS, PKDI, PNBK, PDP, dan PKB. Banyak kalangan yang beranggapan bahwa pasangan yang memiliki peluang besar untuk memenangkan (atau setidaknya lolos ke putaran kedua) Pemilukada tersebut adalah calon yang diusung oleh partai besar seperti Golkar, Demokrat dan PDI Perjuangan. Namun setelah pemilihan

berlangsung dan proses penghitungan suara selesai dilaksanakan, hasilnya sangat berbeda. Pasangan yang lolos ke putaran kedua adalah justru pasangan yang berasal dari partai kecil dan perseorangan. Hasil penghitungan suara oleh KPU Toraja Utara menyebutkan bahwa urutan pertama diperoleh pasangan Frederik Batti Soring-Frederik Buttang Lombelayuk (Sobat), PKPI dan PDK. 26,73 persen. Kemudian disusul oleh pasangan YS Dalipang-Simon Liling (Yes), indepden. 24, 85 persen. Sementara pasangan yang diusung oleh partai besar seperti Golkar hanya berada diposisi ketiga dan sudah pasti tidak lolos pada putaran kedua. Sedangkan pasangan yang diusung oleh PDI Perjuangan hanya meraih 8,29 persen suara dan Demokrat hanya mampu mencapai 3,26 persen. Bahkan pasangan yang didukung oleh Partai Damai Sejahtera, partai yang cukup besar karena berideologi nasrani, hanya mampu meraih suara sebesar 15, 96 persen.25

25

http://karodalnet.blogspot.com/2010/11/hasil-pilkada-toraja-utara.html, diakses 28/12/2010.

35

D. Kerangka Pemikiran Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar hukum penyelenggaraan pemilukada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak berlakunya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, pemilukada (pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Pemilukada pertama pemilukada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama "pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah". Pemilukada merupakan sarana untuk mendapatkan sosok pemimpin di daerah secara demokratis, yang diterima oleh masyarakat dan mampu mengelola pemerintahan lebih subjektif, efisien dan produktif. Pemimpin yang benar-benar peduli terhadap aspirasi masyarakat, mengerti akan kebutuhan masyarakat, memahami betul permasalahan daerah dan nantinya bisa bersikap trasparan serta mengajak masyarakat bersama-sama

menyukseskan pembangunan demokrasi. Dalam Pemilukada Langsung, masyarakat merupakan pemegang kunci kekuasaan karena mereka yang menentukan dan sekaligus terlibat langsung untuk memilih kepala daerah sesuai dengan keinginannya. Pemilukada bukan sekedar pendidikan politik yang gratis bagi masyarakat,

36

tetapi juga merupakan karakter building bagi masyarakat dan calon kepala daerah yang diusung. Pemilukada di Toraja Utara yang berlangsung pada 11 November 2010 dan di ikuti oleh tujuh pasang calon bupati dan calon wakil bupati membawa suatu topik yang menarik untuk dibahas sebab banyak kalangan yang beranggapan bahwa pasangan yang memiliki peluang besar untuk memenangkan (atau setidaknya lolos ke putaran kedua) Pemilukada tersebut adalah calon yang diusung oleh partai besar seperti Golkar, Demokrat dan PDI Perjuangan. Namun setelah pemilihan berlangsung dan proses penghitungan suara selesai dilaksanakan, hasilnya sangat berbeda. Pasangan yang lolos ke putaran kedua adalah justru pasangan yang berasal dari partai kecil dan perseorangan. Hasil penghitungan suara oleh KPU Toraja Utara menyebutkan bahwa urutan pertama diperoleh pasangan Frederik Batti Soring-Frederik Buttang Lombelayuk (Sobat), PKPI dan PDK. 26,73 persen. Kemudian disusul oleh pasangan YS Dalipang-Simon Liling (Yes), indepden. 24, 85 persen. Sementara pasangan yang diusung oleh partai besar seperti Golkar hanya puas berada diposisi ketiga dan sudah pasti tidak lolos pada putaran kedua. Sedangkan pasangan yang diusung oleh PDI Perjuangan hanya meraih 8,29 persen suara dan Demokrat hanya mampu mencapai 3,26 persen. Bahkan pasangan yang didukung oleh Partai Damai Sejahtera, partai yang cukup besar karena berideologi nasrani, hanya mampu meraih suara sebesar 15, 96 persen.37

E. Skema Kerangka Pikir

Kekalahan Pemilukada Partai GOLKAR

Hasil Pemilukada

Faktor faktor yang berpengaruh

38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Toraja utara adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten induk Tana Toraja. Kabupaten ini terletak di Propinsi Sulawesi Selatan dan waktu penelitiannya adalah setelah Pemilukada pertama di Toraja Utara. Terbentuknya kabupaten Toraja Utara merupakan buah dari undang-undang nomor 28 tahun 2008 yang diparipurnakan oleh DPR RI pada tanggal 24 Juni 2008. Namun peresmian kabupaten Toraja Utara baru berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2008, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Tana Toraja yang ke-761 dan ulang tahun Kabupaten Tana Toraja yang ke-51. Dengan adanya peresmian tersebut, maka Toraja Utara kini menjadi kabupaten yang ke-24 di Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah diresmikan menjadi kabupaten baru yang beribukota di Rantepao, kemudian ditunjuklah Drs. Yohanis Suririk Dalipang sebagai pejabat sementara bupati Toraja Utara. Dalipang diharapkan mampu menjalankan roda pemerintahan dibumi lakipadada tersebut dengan baik, sampai dilaksanakannya Pemilukada. Partai Golkar sangat di agung-agungkan apalagi di pelosok desa-desa, dimana mereka menganggap partai ini adalah partai pemerintah yang dapat membawa ke kehidupan yang lebih baik, seperti pada masa pemerintahan Soeharto. Pada pemilukada sebelumnya di kabupaten induk Toraja Utara39

yakni Tana Toraja awal 2010 Partai Golkar yang mengusung pasangan Theopilus Allorerung Adelheid Sosang unggul dengan perolehan suara

30,07 % dari total suara. Namun pemilukada ini berakhir ricuh, dimana Aksi brutal massa terjadi karena mereka tidak terima atas hasil penghitungan Pilkada Tana Toraja yang dimenangi calon dari Partai Golkar, Theofilus Allorerung-Adelheid Sosang (Teladan), dengan persentase di atas 30 persen. Kekecewaan atas hasil tersebut mendorong massa melakukan aksi perusakan dan membakar surat suara dan di depan kantor KPU Tana Toraja. Hasil pemilukada di kabupaten induk ini sangat berbanding terbalik dengan hasil pemilukada putaran pertama di Toraja Utara. Pasangan yang di usung oleh Partai Golkar tertinggal jauh dengan pasangan yang hanya di usung oleh partai kecil dan independent, sehingga tidak bisa lolos ke putaran kedua.

B. Tipe dan Dasar Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kualitatif, maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis, dimana penelitian ini berusaha untuk menggambarkan secara faktual mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekalahan partai golkar pada Pemilukada di Toraja Utara. Adapun dasar penelitian ini adalah studi kualitatif yaitu pendekatan ditujukan pada beberapa individu dan kelompok. individu-individu dalam hal ini adalah orang-orang golkar sendiri yang akan menggambarkan masalah40

yang terjadi yang lebih relevan dijawab dengan strategi studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan tetap memperhatikan aspek efisiensi serta efektifitas guna pencapaian tujuan penelitian.26

C. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) Wawancara Wawancara mendalam dengan maksud mengadakan wawancara kejadian, antara lain: mengkontruksi mengenai perasaan, motivasi, orang,

organisasi,

tuntutan,

memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara akan dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah disusun oleh penulis sebagai acuan dan sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan baru yang muncul pada saat wawancara terkait dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi kekalahan partai golkar pada pemilukada di Toraja Utara 2010. Adapun informannya yaitu terdiri dari unsur partai golkar dan unsur pemenangan kandidat, Ketua DPD Golkar Toraja26

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, 2008. Hal 20.

41

Utara, (Sri Krisma Pirade dan beberapa relawan dari tim sukses), Unsur partai lain (Partai pengusung kandidat

Pemilukada yang lolos ke putaran kedua), Unsur KPUD, unsur wartawan (Yuhardin dari InterMedia), serta masyarakat (tokohtokoh adat dan tokoh Pemuda). 2) Studi pustaka dan dokumen Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

membaca sumber-sumber literatur berupa buku, majalah, Koran dan beberapa situs mengenai Partai Golkar, Toraja Utara, dan hasil pemilukada di Toraja Utara. Literatur ini dapat dikatakan sebagai sumber data tertulis yang terbagi dalam dua kategori, yaitu sumber resmi dan tidak resmi. Sumber resmi dibuat oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga, sedangkan sumber tidak resmi dibuat oleh individu tidak atas nama lembaga.

D. Jenis Data Penelitian Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan oleh penulis, adalah : a) Data Primer Data ini diperoleh melalui informan dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini penulis

mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan informan.

42

b) Data Sekunder Data ini diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan , melalui kajian buku-buku dan literatur dengan obyek yang diteliti. yang relevan

E. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data yang mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisa data dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian selesai. Untuk menganalisa data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik analisa kualitatif, yaitu analisis deskriptif kualitatif.27 Analisis ini juga dimaksudkan agar kasuskasus yang terjadi di lokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara lebih terperinci. Analisa data akan dilakukan melalui tiga alur yakni; reduksi data dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategorisasi mengenai kekalahan Partai Golkar, serta membuat memo dan rekaman, sehingga data dari informan lebih teratur dan sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penyajian data yaitu susunan informasi yang diperoleh berupa deskripsi untuk menganalisis data tersebut dan melihat fenomena dalam hal ini Kekalahan Partai Golkar . terakhir penarikan kesimpulan dari berbagai hal yang akan ditemui dalam

27

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif.hal 83

43

pengumpulan data mengenai Kekalahan Partai Golkar Pada Pemilukada di Toraja Utara 2010

.

44

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran singkat Kabupaten Toraja Utara Kabupaten Toraja Utara terletak di tengah-tengah pulau Sulawesi, salah satu pulau besar berbentuk bintang laut di antara Pulau Kalimantan (Borneo) dan Papua, Indonesia. Secara Geografis, ia berada pada 2 40' LS sampai 3 25' LS dan 119 30' BT sampai 120 25' BT diapit oleh tiga wilayah provinsi yakni Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Dengan batas-batas wilayah:y

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, Kecamatan Limbongan Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara

y

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lamasi, Kecamatan Walerang, Kecamatan Wana Barat, dan

Kecamatan Bastem Kabupaten Luwuy

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sangalla Selatan, Kecamatan Sangalla Utara, kecamatan Makale Utara, dan Kecamatan Rantetayo Kabupaten Tana Toraja

y

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kurra, Kecamatan Bittuang Kabupaten Tana Toraja.

Bukit, lembah, dan gunung batu mendominasi alam Toraja Utara yang ditumbuhi hutan dan persawahan. Mata air di wilayah ini juga

45

mengalirkan banyak sungai-sungai ke daerah pesisir Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Wilayah Toraja Utara beriklim tropis. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April-September. Perubahan iklim dunia dan pengaruh pemanasan global sedikit mempengaruhi pola iklim di Toraja Utara dalam satu dekade terakhir, namun pola dan masa tanam padi yang hampir seluruhnya mengandalkan air hujan tetap belum berubah. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada Desember hingga Januari. Toraja Utara merupakan daerah wisata terkenal di Sulawesi Selatan dan juga sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di Indonesia. Dari 229.090 penduduk yang mendiami Toraja Utara, 65 % beragama Kristen Protestan dan 17 % Katolik. Sekalipun mayoritas penduduk bekerja sebagai petani namun angka kemiskinan masih cukup tinggi, sekitar 89.800 jiwa (data statistik 2007). Suku asli di daerah ini adalah Suku Toraja yang sekalipun mayoritas beragama Kristen namun mereka tetap menjunjung tinggi kebudayaannya. Secara administrasi pemerintahan kabupaten Toraja Utara terbagi atas 21 kecamatan, dan terbagi lagi dalam 151 kelurahan/Lembang. Ke 21 kecamatan tersebut adalah kecamatan Awan rantekarua, Balusu,

Bangkelekila, Baruppu, Buntao, Buntu pepasan Dende piongan napo, Kapala pitu, Kesu, Nanggala, Rantebua, Rantepao, Rindingallo, Sadan, Sanggalangi, Sesean, Sesean suloara, Sopai, Tallunglipu, Tikala, dan

46

Tondon. Dari ke-21 kecamatan tersebut, kecamatan Buntu Pepasan merupakan kecamatan dengan jumlah Lembang terbanyak, yaitu 13 Lembang , sedangkan kecamatan dengan jumlah lembang paling sedikit adalah kecamatan Awan Rantekarua yaitu hanya 4 Lembang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk Toraja Utara pada tahun 2009 berdasarkan estimiasi data penduduk Toraja Utara berjumlah 229.090 jiwa. Tabel 1. Penduduk Kabupaten Toraja Utara menurut Kecamatan, Jenis kelamin dan Rasio jenis kelamin.

Kecamatan

PENDUDUK

Rasio jenis kelamin Jumlah (4) 13.526 15.291 11.663 9.385 9.496 10.074 9.737 15.761 25.805 11.024 11.682 (5) 102 107 106 112 110 114 149 107 101 109 106

Laki-laki (1) 1. Sopai 2. Kesu 3. Sanggalangi 4. Buntao 5. Rantebua 6.Nanggala 7. Tondon 8. Tallunglipu 9. Rantepao 10. Tikala 11. Sesean (2) 6.835 7.909 6.002 4.955 4.966 5.376 5.828 8.130 12.981 5.740 5.998

Perempuan (3) 6.691 7.382 5.661 4.430 4.530 4.698 3.909 7.631 12.824 5.284 5.684

47

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

12. Balusu 13. Sadan 14. Bangkele Kila 15. Sesean Suloara 16. Kapala Pitu 17. Dende Piongan Napo 18. Awan Rante Karua 19. Rindingallo 20. Buntu Pepasan 21. Baruppu

3.812 7.836 3.018 3.278 3.550 5.390 2.615 4.653 7.322 3.426

3.954 6.884 2.855 2.894 3.407 4.547 2.311 4.076 6.570 3.248

7.766 14.720 5.873 6.172 6.957 9.937 4.926 8.729 13.892 6.674

96 114 106 113 104 119 113 114 111 105

Jumlah 2009

119.620

109.470

229.090

109

Sumber : Badan Pusat Statistik Toraja Utara 2009

A.1 Kondisi Politik dan Pemerintahan Toraja Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten induk Tana Toraja. Terbentuknya kabupaten Toraja Utara merupakan buah dari undang-undang nomor 28 tahun 2008 yang diparipurnakan oleh DPR RI pada tanggal 24 Juni 2008. Namun peresmian kabupaten Toraja Utara baru berlangsung pada tanggal 31 Agustus 2008, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Tana Toraja yang ke-761 dan ulang tahun Kabupaten Tana Toraja yang ke-51.

48

Dengan adanya peresmian tersebut, maka Toraja Utara kini menjadi kabupaten yang ke-24 di Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah diresmikan menjadi kabupaten baru yang beribukota di Rantepao, kemudian ditunjuklah Drs. Yohanis Suririk Dalipang sebagai pejabat sementara bupati Toraja Utara. Dalipang diharapkan mampu menjalankan roda pemerintahan dibumi lakipadada tersebut dengan baik, setidaknya sampai dilaksanakannya Pemilukada. Sebab Pemilukada Toraja Utara baru akan dilaksanakan pada tahun 2010. Pemilukada di Toraja Utara semestinya dilaksanakan pada 23 Juni 2010, bersamaan dengan Pemilukada di sepuluh kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Namun karena sarana dan prasarana belum memadai, maka Pemilukada diundur hingga akhirnya terlaksana pada 11 November 2010. Menjelang pemilukada di Toraja Utara diselenggarakan,

pemerintahan untuk sementara di Kabupaten ini dipimpin oleh Tautoto Tanaranggina, karena Y.S Dalipang mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilukada. Sedangkan pejabat di kursi DPRD Toraja Utara merupakan pemekaran dari DPRD Tana Toraja yang sebelumnya berjumlah 40 orang. KPU memutuskan untuk membagi sebagian anggota DPRD Tana Toraja ke Toraja Utara sebelum pemilukada dilaksanakan. Walau baru dilantik pada 2010, namun masa bakti anggota DPRD Toraja utara hanya sampai 2014 karena mereka dipilih melalui pemilu legislatif 2009 lalu.49

Selama ini, ke-30 anggota dewan yang akan dilantik ini aktif sebagai anggota DPRD Tana Toraja. Pasca dimekarkannya Kabupaten Toraja menjadi dua daerah otonom, Toraja dan Toraja utara. Otomatis kedua daerah ini harus memiliki organisasi pemerintahan masing-masing, termasuk lembaga legislatif dan komisi pemilihan umum (KPU). Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia, pembentukan sejumlah lembaga di Toraja utara dilakukan secara bertahap sampai akhirnya KPU Pusat mengeluarkan surat keputusan mengenai anggota DPRD Toraja dan Toraja utara. Selama ini, jumlah anggota DPRD Toraja sebanyak 40 orang yang berasal dari tujuh daerah pemilihan yang meliputi daerah Toraja dan Torut. Berdasarkan SK KPU, sebanyak 21 anggota DPRD Toraja tetap di DPRD Toraja dan 19 lainnya hijrah ke DPRD Toraja utara. Berdasarkan peraturan KPU, daerah yang memiliki jumlah penduduk di atas 200 ribu, memiliki anggota DPRD sebanyak 30 orang. Dengan jumlah penduduk masing-masing di atas 200 ribu, maka Toraja dan Toraja utara berhak memiliki 30 anggota dewan.

B. Gambaran umum, tujuan, visi, misi, dan Platform Partai Golkar B.1 Gambaran Umum Partai Golkar Partai Golkar terbentuk pada tanggal 20 oktober 1964, oleh masyarakat karya kekaryaan. Di dorong oleh keinginan mengabdikan50

karya dan kekaryaan guna pembangunan rakyat, bangsa, dan Negara Republik Indonesia. Pada kondisi perpolitikan saat itu masyarakat karya dan kekaryaan berpandangan telah terjadi penyelewengan terhadap citacita proklamasi 17 agustus 1945 dan Undang-undang Dasar 1945. Diperlukan suatu tatanan baru agar seluruh kehidupan bangsa dan Negara Republik Indonesia diletakkan dan dilandaskan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu masyarakat karya dan kekaryaan mendirikan organisasi sekretariat bersama golongan karya yang kemudian bernama Golongan Karya.28 Selama orde baru golkar menjadi salah satu peserta pemilu dan bahkan menjadi pemenang. Walaupun sebagai salah satu peserta pemilu, Golkar bukan merupakan partai politik. Pada tahun 1998 terjadi reformasi yang merubah sistem perpolitikan Indonesia, peserta pemilu harus merupakan partai politik. Berlandaskan oleh semangat reformasi, golongan karya melakukan perubahan paradigma serta menegaskan partainya sebagai partai politik pada rapat pimpinan paripurna Golongan Karya tanggal 19 oktober 1998 dan dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 7 maret 1999, dengan nama Partai Golongan Karya (PARTAI GOLKAR). Kesan yang melekat sebagai partai orde baru terus berusaha dihapus. Golkar ingin menampilkan dirinya sebagai partai politik yang modern, yaitu pertama, mempertegas komitmen untuk menyerap,

28

H.Rudini, 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 46-52

51

memadukan, mengartikulasiakan, dan memperjuangkan, aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik. Kedua, melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualitas melalui sistem prestasi untuk dapat dipilih oleh rakyat menduduki posisiposisi politik atau jabatan-jabatan publik, mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk diabdikan sepenuhnya bagi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Ketiga, meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan partisipatif, yaitu, membuka diri terhadap pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.

B.2 Tujuan Partai Golkar Partai Golkar adalah aktor penting dalam jagat politik di Indonesia. Partai ini bukan partai kemarin sore, melainkan partai yang memiliki sejarah panjang dan membuktikan diri mampu bertahan menghadapi gelombang perubahan. Konstituen yang besar, infrastruktur yang solid, sumber daya yang memadai, dan didukung cukup banyak politikus senior, partai ini pun rasanya sangat disegani dalam pergaulan politik nasional. Tujuan Partai GOLKAR pada dasarnya adalah sama dengan tujuan sejak kelahirannya, yaitu : Mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagai mana di maksud dalam UUD 1945.Menciptakan masyarakat adil dan makmur merata52

material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kedaulatan kehidupan Kesatuan Rakyat Demokrasi Republik dalam Pancasila Indonesia. rangka yang

Mewujudkan mengembangkan

menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, hukum dan hak asasi manusia.

B.3 Visi Partai Golkar Visi partai golkar adalah partai golkar berjuang demi

terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur, sejahtera dalam kehidupan masyarakat yang berakhlak baik , menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia,cinta tanah air dan lingkungan serta demokratis dalam tatanan masyarakat.

B.4 Misi Partai Golkar Misi Partai GOLKAR adalah misi yang dikembangkan dalam perwujudan fungsinya selalu politik, yaitu : Mempertegas komitmen untuk menyerap,memadukan,mengartikulasikan,dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan rakyat, khususnya kelompok masyarakat yang berada pada posisi marginal yang selama ini kurang mendapat perhatian dan acap kali menjadi korban pembangunan, sehingga menjadi kebijakaan politik yang bersifat publik. Melakukan rekruitment kader yang berkualitas melalui sistem prestasi dan mendapat53

dukungan rakyat untuk duduk dalam jabatan-jabatan politik di lembaga-lembaga permusyawaratan/ perwakilan dan pemerintahan. Jabatan politik tersebut diabdikan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Meningkatkan proses pendidikan dan

komunikasi politik yang dialogos dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.

B.5 Platform Partai Golkar Platform adalah landasan kita berpijak dari mana dan ke arah mana arah perjuangan kita menuju. Platform ini membedakan Partai GOLKAR dengan organisasi kekuatan sosial politik atau partai politik lain. Platform yang merupakan sikap dasar GOLKAR ini merupakan kristalisasi dari pemahaman, pengalaman dan kesadaran historis GOLKAR dalam membangun bangsa dimasa depan, adalah : y GOLKAR berpijak pada landasan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalama pemahaman ini Golkar baru menolak gagasan negara federal dan setuju dilakukannya pengurangan terhadap kecenderungan sentralisme dalam pengelolaan negara dengan memberikan otonomi yang luas kepada daerah. y GOLKAR berwawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan adalah satu cara pandang yang mengatasi paham golongan dan kelompok baik atas dasar suku, etnis, agama, bahasa ,54

aliran maupun atas dasar kebudayaan. Dengan wawasan ini, maka semua potensi bangsa mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang secara optimal, sehingga kelompok minoritas sekalipun akan merasa seperti berada di rmahnya sendiri. Potensi-potensi ini bahkan kemudian harus dihimpun sehingga menjadi kekuatan yang besar. y GOLKAR adalah partai majemuk ( pluralis ). GOLKAR adalah partai yang menampung kemajemukan bangsa Indonesia. Bagi GOLKAR kemajemukan adalah anugerah Tuhan yang

membentuk mozaik ke-Indonesia-an yang sangat indah dan mempesona yang berbuhul dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Komitment ini akan dipertahankan oleh GOLKAR sepanjang masa, karena komitment pada keterbukaan dan kemajemukan adalah merupakan komitment pada keterbukaan dan kemajemukan adalah merupakan komitment pada

identitas ke-Indonesia-an. Dengan demikian maka GOLKAR tidak sependapat dengan pembelahan masyarakat ( social fragmentation ) berdasarkan sifat primordial dan sektarian. Dengan sikap yang non-aliran dan non-sektarian, GOLKAR mengembangkan perspektif fungsi sehingga pendekatan yang dilakukan adalah berorientasi pada program (program oriented) bukan berorientasi ideologi ( ideology oriented).

55

y GOLKAR adalah partai yang komitment pada demokrasi. Demokrasi yang hendak dibangun adalah Demokrasi

Indonesia, yaitu demokrasi yang dilandaskan pada prinsip dan nilai Pancasila. Golkar Baru menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan yang memperkokoh dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia y GOLKAR adalah partai yang berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagai upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional. Peningkaran kesejahteraan itu diwujudkan antara lain dengan meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan rakyat secara menyeluruh. Dengan sikap ini GOLKAR mempertegas keberpihakan pada rakyat. y GOLKAR adalah partai yang komitment pada penegakan hukum, keadilan dan hak-hak asasi manusia. Sebagai partai politik yang hidup di negara yang berdasarkan hukum, maka Golkar senantiasa mengupayakan terwujudnya supremasi hukum di segala bidang. Komitment ada penegakan hukum, keadilan, dan hak-hak asasi manusia ditempatkan sebagai pilar utama dalam rangka mewujudkan pemerintahan dan tata kehidupan bernegara yang demokratis, konstitusional dan berdasarkan hukum. y GOLKAR adalah partai yang senantiasa mendasarkan gerak langkahnya pada nilai-nilai etika dan moralitas berdasarkan56

ajaran agama . Etika dan moralitas adalah saripati agama dan buah dari keberagamaan itu sendiri. Dengan komitment ini GOLKAR menempatkan keimanan dan ketakwaan sebagai salah satu asas pembangunan. Dalam persepsi yang demikian maka agama menempati kedudukan yang sangat penting karena agama memiliki fungsi motivatif, inspiratif, dan

sublimatif. y GOLKAR adalah Partai yang dalam setiap gerak langkahnya senantiasa berpijak pada wawasan pembaharuan dan

pembangunan yang telah menjadi sikap dasar GOLKAR sejak kelahirannya, bahkan menjadi salah satu butir dari nilai-nilai dasar GOLKAR seperti tercantum dalam Ikrar Panca Bhakti Golongan Karya GOLKAR adalah pelopor Pembaharuan dan Pembangunan. Sikap dasar ini membawa GOLKAR

senantiasa mendorong gerakan reformasi secara menyeluruh yang dilangsungkan secara gradual , inkremental, dan konstitusional.

C. Gambaran umum pelaksanaan PEMILUKADA di Kabupaten Toraja Utara 2010 Pemilukada merupakan salah satu kesempatan yang besar bagi masyarakat untuk mengambil andil dalam pemerintahan di daerah mereka. Meskipun pemilukada ini dilakukan dalam level lokal dengan57

skala

geografis

yang juga

lebih besar.

kecil Begitu

akan pula

tetapi dengan

kompleksitas pelaksanaan

permasalahannya

pemilukada di kabupaten Toraja Utara yang menunjukkkan karakteristik dan dinamika tersendiri. Secara umum tahapan pemilukada di kabupaten Toraja Utara, adalah : C.1 Tahapan Pemutakhiran data pemilih

Tabel 2. Daftar Pemilih Tetap di Kabupaten Toraja UtaraJumlah Pemilih Tetap No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.Sopai Kesu Sanggalangi Buntao Rantebua Nanggala Tondon Tallunglipu Rantepao

Kecamatan (2)

Jumlah TPS (5)9.405

Laki-laki (3)4.824 5.704 4.241 3.347 3.112 3.799 4.408 5.872 8.914 3.377 4.158 2.660 5.053 1.706

Perempuan (4)4.581 5.526 4.067 3.100 2.944 3.600 4.083 5.743 9.454 3.267 4.180 2.849 4.965 1.935

Jumlah (6)24 25 19 16 15 18 18 23 37 15 18 16 25 9

11.230 8.308 6.447 6.056 7.399 8.491 11.615 18.368 6.644 8.338 5.509 10.018 3.641

10. Tikala 11Sesean

12. Balusu 13. Sadan 14. Bangkele Kila

58

(1)

(2)

(3)2.441 2.176 2.714 1.644 2.733 4.036 2.043

(4)2.314 2.050 2.509 1.459 2.631 3.953 1.912

(5)4.775 4.226 5.223 3.103 5.364 7.989 3.955

(6)12 12 14 9 16 20 11

15. Sesean Suloara 16. Kapala Pitu 17. Dende Piongan Napo 18. Awan Rante Karua 19. Rindingallo 20. Buntu Pepasan 21. Baruppu Jumlah

78.962

77.122

156.084

372

Sumber : Hasil olah data KPUD Kabupaten Toraja Utara 2010

C.2 Tahap Pencalonan Tahap pencalonan ini di awali dengan mengajukan pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh minimal 15% dari akumulasi perolehan suara dalam pemilihan legislatif di daerah yang bersangkutan. Pasangan calon yang mendapatkan dukungan dari partai yang memenuhi persyaratan kandidat dalam pemilukada. Setelah melewati tahap penjaringan, sejumlah pasangan yang dicalonkan dan ditetapkan sebagai kandidat pemilukada di Kabupaten Toraja Utara ada 7 (tujuh) pasangan kandidat, yaitu : 1. Drs. A. Palino Popang,MH - Sarah Lallo, SE, M.Si 2. Ir. Daniel Rendeng,M - Dr.J Palimbong P, Sp.B 3. Drs. Y S Dalipang - Drg. Simon Liling seperti di atas dapat tampil sebagai

59

4. Ir.Bride S Allorante, MM,MT - Drs. Johanis O.S Bari, MM 5. Ir.Deka Paranoan - Dr. Mathius Lobo, Sp.B 6. Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos, MM - Frederik Buntang Rombelayuk, S.Pd 7. Drs. Kalatiku Paembonan, M.Si - Alfritha Pasande Danduru, SH,M.Kn Ketujuh pasangan calon inilah yang menjadi peserta pemilukada di kabupaten Toraja Utara pada tahun 2010, masing-masing pasangan didukung oleh partai atau gabungan partai politik maupun perseorangan yang memenuhi persyaratan untuk mengajukan calon. Adapun partai gabungan maupun perseorangan tersebut berikut:Tabel 3. Daftar Pasangan kandidat Pemilukada dan Partai Politik PengusungJUMLAH NO NAMA PASANGAN CALON PARTAI PENGUSUNGSUARA SAH KURSI DUKUNGAN (PERSEORANGAN)

dapat dilihat pada tabel

(1) 1.

(2) Drs. A. Palino Popang,MH - Sarah Lallo, SE, M.Si

(3) 1.Partai Demokrat 2.PPIB

(4)

(5) 5

(6) -

3.546

2.

Ir. Daniel Rendeng,M - Dr.J Palimbong P, Sp.B

1.Partai Golongan Karya

19.274

5

-

3.

Drs. Y S Dalipang - Drg. Simon Liling

Perseorangan

27.014

-

15.980

60

(1) 4.

(2) Ir.Bride S Allorante, MM,MT - Drs. Johanis O.S Bari, MM

(3) 1. PDI Perjuangan 2.PKDI 3.Partai Barnas 4.Partai RepublikaN 5.Partai Buruh 6.PPD 7.Partai Karya Perjuangan 8.PPPI 9.PKPB 10.PIS 11.PPI 12.PKNU

(4) 8.743

(5) 6

(6) -

5.

Ir.Deka Paranoan - Dr. Mathius Lobo, Sp.B Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos, MM - Frederik Buntang Rombelayuk, S.Pd

Perseorangan

4.515

15.692

6.

1.Partai Patriot 2.PDK 3.PNI Marhaenisme 4. Partai Kedaulatan 5. PKP Indonesia

30.236

11

-

7.

Drs. Kalatiku Paembonan, M.Si Alfritha Pasande Danduru, SH,M.Kn

1.PDS 2.PDP 3.PKB 4.PNBK 5.PPRN 6.PPDI 7.Partai Pelopor Jumlah

17.642

3

-

110.970

30

Sumber : KPUD Kabupaten Toraja Utara 201061

C.3 Tahap Kampanye Tahap kampanye merupakan tahap dimana setiap calon kandidat melakukan ekspresi atau mencoba mengumpulkan suara dari masyarakat dengan berbagai cara tapi sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan. Para kandidat dapat melakukan berbagai aksi dengan mempromosikan dirinya kepada seluruh lapisan masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui siapa yang paling layak untuk mereka pilih sebagai kepala daerah. Kampanye yang paling sering dilakukan adalah dengan mengadakan acara besar-besaran dengan daya tarik artis-artis daerah maupun dari ibukota, serta pemasangan-pemasangan baliho dari masing-masing kandidat. Dalam hal ini yang paling memegang peranan penting adalah tim sukses dari masing-masing pasangan calon bupati dan wakil bupati.

C.4 Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemungutan suara adalah puncak dari pelaksanaan pemilu, dimana seluruh warga masyarakat yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap di Kabupaten Toraja Utara diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah tersebut. Disini masyarakat dapat ikut andil secara langsung dalam pemerintahan daerah untuk memilih figur yang mereka anggap paling layak memimpin mereka selama lima tahun kedepan. Pemungutan suara secara serentak dilaksanakan di seluruh wilayah di kabupaten Toraja Utara yang terdiri dari 21 kecamatan, 15162

kelurahan/lembang. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh salah satu anggota KPUD Toraja Utara pemilukada di Toraja Utara ini berlangsung secara aman dan tertib

C.5 Tahap Penetapan Hasil Pemilukada Hasil rekapitulasi suara dari KPUD kabupaten Toraja Utara merupakan patokan untuk menetapkan calon terpilih Bupati dan wakil bupati kabupaten Toraja Utara. Berdasarkan rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPUD toraja Utara jumlah suara yang sah terhitung 110.970 suara. Sedangkan suara yang tidak sah terhitung 1.508 suara. Artinya sebanyak 43.606 pemilih yang tedaftar dalam daftar pemilih tetap tidak ikut memilih. Sesuai dengan perhitungan suara KPUD, pasangan Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos, MM - Frederik Buntang Rombelayuk, S.Pd memperoleh suara terbanyak dengan jumlah suara 30.236 suara, dan menyusul pasangan Drs. Y S Dalipang - Drg. Simon Liling dengan jumlah suara 27.014 suara. Sedangkan posisi ketiga diduduki oleh pasangan . Daniel Rendeng,M - Dr.J Palimbong P, Sp.B dengan hanya memperoleh 19.274 suara. Disini dengan jelas pasangan yang di usung partai golkar hanya berada pada urutan ketiga dan secara otomatis tidak lolos keputaran kedua.

63

Adapun jumlah porolehan suara masing-masing pasangan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Perolehan masing-masing pasangan kandidat Bupati/wakil Bupati di kabupaten Toraja UtaraJumlah Perolehan Suara (3)3.546

No

Nama Pasangan Calon Bupati/Wakil Bupati (2)Drs. A. Palino Popang,MH - Sarah Lallo, SE, M.Si

Persentase (%) (4)3,19

(1) 1.

2.

Ir. Daniel Rendeng,M - Dr.J Palimbong P, Sp.B

19.274

17,36

3.

Drs. Y S Dalipang - Drg. Simon Liling

27.014

24,34

4.

Ir.Bride S Allorante, MM,MT - Drs. Johanis O.S Bari, MM

8.743

7,87

5. 6.

Ir.Deka Paranoan - Dr. Mathius Lobo, Sp.B Drs. Frederik Batti Sorring, S.Sos, MM Frederik Buntang Rombelayuk, S.Pd

4.515 30.236

4,06 27,24

7.

Drs. Kalatiku Paembonan, M.Si - Alfritha Pasande Danduru, SH,M.Kn

17.642

15,89

Jumlah Sumber : KPUD Kabupaten Toraja Utara 2010.

110.970

99

64

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemilukada dan Kekuatan Partai Golkar di Kabupaten Toraja Utara Gambaran kelemahan kekuatan partai Golkar di Sulawesi Selatan tidak berhenti dalam ajang kontestasi politik nasional. Pupusnya pengaruh partai ini semakin tampak dari hasil pilkada secara langsung diseluruh kabupaten/kota dan tingkat provinsi yang sudah terselenggara dalam beberapa tahun terakhir. Dari sekian banyak kabupaten/kota yang sudah melaksanakan pilkada, tak semua wilayah dimenangi pasangan yang diusung partai ini. Mereka hanya mampu memenangi 13 kabupaten/kota. Bagian terbesar, 10 kabupaten dan kota dimenangi partai ini harus dengan berkoalisi bersama partai politik lain. Pemilukada 2010 adalah momentum politik paling strategis bagi masyarakat Kabupaten Toraja Utara pasca pemekaran. Dikatakan strategis karena Pemilukada 2010 merupakan event resmi demokrasi lokal pertama yg dipastikan akan melahirkan Bupati/Wakil Bupati pertama pilihan langsung masyarakat pemilik kedaulatan Toraja Utara. Menjadi lebih strategis pula sebab kita semua tentu berharap, Bupati/Wakil Bupati terpilih seyogyanya figur terbaik dengan kepribadian kuat, punya leadership & kompetensi memadai, memiliki visi dgn jangkauan jauh,

65

minimal 5 tahun ke depan seiring dgn target akhir pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Misi yg akan diemban diharapkan mampu merevitalisasi peran institusi birokrasi agar lebih tanggap, tangkas, lincah, efisien, efektif, dan cermat memfasilitasi proses pelayanan publik. Memberi kelonggaran ruang gerak bagi stakeholders lainnya terutama investor memainkan perannya, sekaligus mewujudnyatakan kontribusi mereka utk percepatan pembangunan Toraja Utara. Frame program Bupati/Wakil Bupati terpilih juga haruslah Pro Rakyat, berorientasi pemberdayaan yang

mensejahterakan masyarakat secara berkelanjutan (Sustainable), konkrit, dan terukur menjawab persoalan fundamental masyarakat sesuai dengan karakteristik ekologis, sosial-budaya, dan ekonomi masyarakat Toraja Utara. Oleh karena itu, kekeliruan memilih pemimpin dalam Pemilukada 2010 kali ini akan berimplikasi pada manfaat Pemilukada itu sendiri bagi pembangunan Toraja Utara secara umum, serta bagi segenap lapisan penduduk Toraja Utara khususnya. Pemilukada langsung adalah salah satu momentum yang sangat strategis untuk memilih kepala daerah yang berkualitas. Keberhasilan pemilukada langsung tidak diukur oleh proses penyelenggaraannya yang lancar dan damai tetapi juga hasil dari pemilukada tersebut, apakah telah menghasilka pemimpin yang berkualitas terutama dari sisi manajerial dan kompetensi. Bila pilkada langsung hanya digunakan sebagai ajang perebutan kekuasaan melalui mekanisme voting yang hanya popular dan66

diterima

secara

luas,

namun

tidak

mempunyai

kecakapan

dan

kemampuan dalam mengelola daerah , sekaligus kepala daerh adalah jabatan politis dan tidak mempunyai keahlian khusus, namun kemampuan manajerial dan kompetensi secara penting. Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara adalah bagian NKRI yang ikut serta menjalankan proses demokrasi melalui PILKADA langsung dengan ciri khas tersendiri. Ciri khas yang di maksudkan disini adalah pemilih yang sebagian masih tergantung dari Ambe Tondok (tokoh masyarat di komunitas daerah itu sendiri) dan tokoh adat dengan pendekatan Tongkonan atau silsilah (Saluan nenek) tanpa

mengesampingkan proses demokrasi modern yang langsung, umum bebas dan rahasia atas dasar amanah konstitusi. Proses PILKADA langsung ini pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2005, sementara untuk Toraja Utara baru dilaksanakan pertama kali pada tahun 2010 karena baru di mekarkan dari Kabupaten Tana Toraja pada November 2008. Pada Pilkada Tana Toraja 23 Juni 2010, menurut lembaga survei Versi Script Intermedia, pasangan Theofilus Allorerung, SE - Adelheid Sosang, SP.MH yang diusung oleh partai Golkar dianggap sebagai

pasangan yang paling pantas membenahi Pemerintahan dan mengelola pembangunan Kabupaten Tana Toraja pasca pemekaran dan berhasil unggul dari lawan-lawannya, dengan perolehan suara 30,07 persen. Adelheid merupakan istri dari Bupati Tana Toraja dua periode, Johannes67

Amping Situru. Menurut Yuhardin, massa mencurigai pihak KPU bersama bupati telah berbuat curang untuk memenangkan istrinya jadi wakil bupati periode 2010-2015.29 Pemilukada ini berakhir ricuh dan mengakibatkan tahapan pemilihan kepala daerah yakni proses penghitungan suara tidak dapat berjalan sesuai prosedur, tetapi masalah ini dapat diatasi walaupun sempat menjadi pemicu konflik di Tana Toraja, pasangan Teladan tetap dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tana Toraja periode 20102015.30 Berbeda jauh dengan pemilukada yang berakhir ricuh di Tana Toraja yang seharusnya menjadi contoh sebagai kabupaten induk bagi Toraja Utara, pemilukada yang dilaksanakan di Toraja Utara justru berjalan dengan lancar, tanpa ada konflik. Pemilihan langsung Bupati wakil bupati Toraja Utara 2010 yang dilaksanakan oleh KPUD Toraja Utara ini mencatat jumlah wajib pilih sebanyak 156.084 untuk memilih Bupati dan wakil Bupati Toraja Utara periode 2011-2016 partai golkar menetapkan pasangan calon bupati dan wakil Bupati Ir. Daniel Rendeng,M - Dr.J Palimbong P, Sp.B .

29 30

Wawancara, Rantepao 28 Juni 2011 http://infotoraja.com/halkategori-22-3.html, diakses 29/07/2011

68

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekalahan Partai Golkar pada Pemilukada di Kabupaten Toraja Utara 2010 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekalahan Partai Golkar pada pemilukada di kabupaten Toraja Utara akan dibahas berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Perlu dipahami bahwa Analisis SWOT hanya digunakan untuk menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.31 B.1 Faktor Internal Faktor Internal merupakan faktor yang mempengaruhi kekalahan partai Golkar pada pemilukada di Kabupaten Toraja Utara 2010 yang berasal dari dalam kubu Partai Golkar sendiri. Adapun

faktor Internal yang dianggap berpengaruh pada pemilukada di Toraja Utara berdasarkan beberapa narasumber adalah sebagai berikut : a. Lemahnya militansi kader partai Mesin politik partai Golkar yang tidak bekerja secara maksimal menjadi faktor krusial terhadap kekalahan pasangan yang mereka usung. hal tersebut tak lepas dari lemahnya militansi kader partai berlambang pohon beringin tersebut, disamping figur, militansi kader partai politik juga sangat penting. Tanpa militansi, figur yang populer pun dapat keropos.31

http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/aplikasi-teori-analisis-swot-dalam-organisasi/, diakses 30/05/2011.

69

Kelemahan Golkar adalah hilangnya militansi partai untuk menjaga dan meningkatkan dukungan atas calon Golkar. Pada saat Pemilukada akan dilaksanakan beberapa hari lagi, kader-kader serta partisan Golkar tidak bekerja secara militan dan giat untuk mengarahkan pemilih memilih pasangan yang di usung partai golkar. Sedangkan pasangan lain, terutama pasangan Frederik Batti Soring-Frederik Buttang Lombelayuk (Sobat)telah aktif bekerja serta roda mesin politiknya bergulir secara

kesinambungan bahkan 2-3 tahun sebelum pemilukada mereka telah aktif memperkenalkan calon yang akan mereka usung serta visi dan misi mereka, sehingga pasangan yang didukung PKPI dan PDS serta partai kecil lainnya ini meraih suara secara maksimal dan lolos keputaran kedua. Ditemui dikediamannya wakil ketua dari PDK David Sampe Rompon yang juga Ketua Komisi I DPRD Toraja utara menjelaskan bahwa, tiga tahun sebelum pemilukada PDK sudah menjatuhkan pilihan untuk mengusung Sobat dalam Pemilukada, serta bergerak langsung ke pelosok-pelosok untuk memperkenalkan calon yang akan kami usung, bukan berarti kami melakukan kampanye, tetapi PDK, PKPI,