skripsi
description
Transcript of skripsi
1
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANANTERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIKRANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE
SKRIPSI
DIMAR WIGATI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKANFAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009
2
RINGKASAN
DIMAR WIGATI. D24053110. 2009. Pengaruh Jenis Kemasan dan LamaPenyimpanan terhadap Serangan Serangga dan Sifat Fisik Ransum BroilerStarter Berbentuk Crumble. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, FakultasPeternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yuli Retnani, MScPembimbing Anggota : Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS
Penyimpanan ransum diperlukan karena perkembangan usaha peternakanharus diimbangi dengan ketersediaan ransum yang cukup dan selalu siap digunakan.Penyimpanan pakan yang terlalu lama dengan cara penyimpanan yang salah dapatmenurunkan kualitas ransum. Pengemasan merupakan salah satu cara untukmelindungi atau mengawetkan produk. Kemasan yang baik dapat menjaga kualitasbahan pakan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangan serangga dan perubahanterhadap sifat fisik ransum broiler starter berbentuk crumble selama penyimpanan 8minggu dengan jenis kemasan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 4x5dengan 4 ulangan. Faktor P adalah jenis kemasan (karung goni, karung plastik,kemasan kertas, dan kemasan plastik) dan faktor M adalah lama penyimpanan (0, 2,4, 6, 8 minggu). Peubah yang diamati yaitu kadar air, aktivitas air, ukuran partikel,berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatantumpukan, sedangkan serangan serangga dibahas secara deskripsi. Data yangdiperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis of varian (ANOVA),bila terdapat hasil yang signifikan diuji lanjut dengan menggunakan uji JarakDuncan. Jenis kemasan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar air,aktivitas air, dan kerapatan pemadatan tumpukan, sedangkan lama penyimpanansangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar air, aktivitas air, berat jenis,ukuran partikel sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatantumpukan. Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan sangatberpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar air, aktivitas air, dan berat jenis. Jumlahserangga paling banyak ditemukan pada kemasan karung goni, dan mulai munculpada penyimpanan minggu ke-4. Jenis kemasan kertas dan plastik dapat mempertahankan ransum dariserangan serangga sampai penyimpanan 8 minggu, sedangkan karung plastik sampaipenyimpanan 4 minggu, dan karung goni sampai penyimpanan 2 minggu. Jeniskemasan karung goni, karung plastik, kemasan kertas, dan kemasan plastik dapatmempertahankan sifat fisik ransum sampai penyimpanan 8 minggu.
Kata kata kunci: kemasan, penyimpanan, ransum, sifat fisik
3
ABSTRACT
The Effect of Packaging and Storage on Insect Attack and Physical Propertiesof Crumble Broiler Starter
D. Wigati, Y. Retnani, and A. D. HasjmyStorage of feedstuff is required because development of farm must be made
balance with availability of adequate feedstuff. Storage will influence physicalproperties of feedstuff. Packaging is the one of methods to take care product.Damage by environment can be controlled by packaging. This study was arranged ina Completely Randomize Design with factorial design (4x5) with four replications.The first factor was packaging type (guny sack, plastic sack, paper packaging, andplastic packaging). The second factor was storage (0, 2, 4, 6, 8 weeks). Theparameters observed were: moisture content, water activity, particle size, specificdensity, bulk density, compacted bulk density, angle of repose and insect attack. Datawere analyzed using analysis of variance (ANOVA) and differences betweentreatments were determined with Duncan test. The results showed that packagingtype highly significantly affected (p<0.01) the moisture content, water activity, andcompacted bulk density. Storage highly significantly affected (p<0.01) the moisturecontent, water activity, particle size, specific density, bulk density, compacted bulkdensity, and angle of repose. Insect attack was increase on guny sack, especially atfour weeks of storage. Paper packaging and plastic packaging can take care feedstufffrom insect attack until eight weeks, but plastic sack until four weeks, and guny sackuntil two weeks. Guny sack, plastic sack, paper packaging, and plastic packaging cantake care physical properties of feedstuff until eight weeks.
Keywords: feedstuff, packaging, physical properties, storage
4
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANANTERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIKRANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE
DIMAR WIGATI
D24053110
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas PeternakanInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKANFAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009
5
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANANTERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIKRANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE
Oleh
DIMAR WIGATI
D24053110
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapanKomisi Ujian Lisan pada tanggal 4 Agustus 2009
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MSNIP. 19640724 199002 2 001 NIP. 19460626 197412 1 000
Dekan Ketua DepartemenFakultas Peternakan Ilmu Nutrisi dan Teknologi PakanInstitut Pertanian Bogor Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. AgrNIP. 19670107 199103 1 003 NIP. 19670506 199103 1 001
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1986 di Jakarta. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sutedjo dan Ibu Sri
Nuryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SD Negeri III
Palumbonsari Karawang, Jawa Barat. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di
SLTP Negeri I Karawang, Jawa Barat pada tahun 2002, dan pendidikan menengah
atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Negeri 3 Karawang, Jawa Barat. Penulis
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005, melalui Ujian
Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB),
dan masuk mayor program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan dan minor program studi Gizi Masyarakat pada tahun 2006.
Selama menempuh pendidikan terakhir, Penulis aktif di OMDA Karawang
(Panatayuda). Selama menjadi mahasiswa, Penulis mendapatkan kesempatan untuk
magang di Laboratorium Industri Pakan.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
nikmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar, dan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan
terhadap Serangan Serangga dan Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Bentuk
Crumble” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai
pentingnya meningkatkan sifat fisik pakan. Proses penyimpanan akan menyebabkan
perubahan–perubahan pada ransum yang disimpan baik kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga diperlukan pengujian pada ransum untuk melihat pengaruh
penyimpanan terhadap ransum yang disimpan. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam
dunia pendidikan dan peternakan.
Tidak lupa ucapkan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak
yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan
Penyayang yang akan membalasnya.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ………………………………………………….............. ii
ABSTRACT .......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
PENDAHULUAN ………………………………………....................... 1
Latar Belakang ........................................................................... 1Perumusan Masalah .................................................................... 2Tujuan ........................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 3
Ransum....................................................................................... 3Pengemasan ................................................................................ 4
Karung Goni……………………………......................... . 5 Karung Plastik ................................................................ 5 Plastik……………………………………………………. 6 Kemasan Kertas…………………………………………. 6
Penyimpanan .............................................................................. 7Serangan Serangga ..................................................................... 7Sifat Fisik ................................................................................... 8
Kadar Air......................................................................... 8 Aktivitas Air (Aw)........................................................... 9 Ukuran Partikel................................................................ 10 Berat Jenis (BJ)................................................................ 10 Sudut Tumpukan (ST)...................................................... 11 Kerapatan Tumpukan (KT).............................................. 11 Kerapatan Pemadatan Tumpukan (KPT) .......................... 12
METODE …………………………………………………………….. 13
Lokasi dan Waktu ...................................................................... 13Materi ........................................................................................ 13
Alat ........................................................................................ 13Bahan ..................................................................................... 13
Rancangan ................................................................................. 14 Perlakuan......................................................................... 14 Model .............................................................................. 16 Peubah............................................................................. 17
9
Prosedur ..................................................................................... 17 Pembuatan Ransum ......................................................... 17 Penyimpanan ................................................................... 17 Kadar Air......................................................................... 17 Aktivitas Air .................................................................... 18 Ukuran Partikel................................................................ 18 Berat Jenis ....................................................................... 19 Sudut Tumpukan ............................................................. 19 Kerapatan Tumpukan....................................................... 20 Kerapatan Pemadatan Tumpukan..................................... 20 Serangan Serangga........................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 22
Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan......................................... 23Serangan Serangga ..................................................................... 24Sifat Fisik ................................................................................... 26
Kadar Air......................................................................... 27 Aktivitas Air ................................................................... 29 Ukuran Partikel................................................................ 31 Berat Jenis 33 Sudut Tumpukan ............................................................ 36 Kerapatan Tumpukan ...................................................... 37 Kerapatan Pemadatan Tumpukan .................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 41
Kesimpulan ..................................................................... 41 Saran ............................................................................... 41
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 43
LAMPIRAN........................................................................................... 46
10
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kebutuhan Nutrisi Broiler Starter................................................. 3
2. Persayaratan Mutu Standar Pakan Ayam Broiler Stater Berdasarkan SNI No. 01-3930-2006 ............................................ 4
3. Formulasi Ransum Broiler Starter ................................................ 14
4. Kandungan Zat Makanan Ransum Berdasarkan Perhitungan........ 14
5. Perlakuan yang Diberikan dalam Penelitian ................................. 15
6. Rataan Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan (16 Oktober–11 Desember 2008)................................................. 23
7. Rataan Suhu dan Kelembaban Lingkungan Penyimpanan (16 Oktober–11 Desember 2008)................................................. 23
8. Rataan Serangga Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (ekor/kg).................................................... 25
9. Rataan Ulat Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan .................................................................. 26
10. Rataan Kadar Air Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (%) ............................................................ 27
11. Rataan Aktivitas Air Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan.................................................................... 30
12. Rataan Ukuran Partikel Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (mm).......................................................... 32
13. Rataan Berat Jenis Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan (g/ml).......................................................... 34
14. Rataan Sudut Tumpukan Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (0) .............................................................. 37
15. Rataan Kerapatan Tumpukan Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (g/ml)......................................................... 38
16. Rataan Kerapatan Pemadatan Tumpukan Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan (g/ml) .................. 39
11
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Aw Meter .................................................................................... 18
2. Vibrator Ballmill.......................................................................... 19
3. Alat Pengukur Sudut Tumpukan .................................................. 20
4. Berbagai Jenis Kemasan Penelitian .............................................. 22
5. Serangga Penelitian ..................................................................... 26
6. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air ..................................................................... 28 7. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air ................................................................. 30 8. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Aktivitas Air ............. 31
9. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Ukuran Partikel......... 33
10. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Berat Jenis .................................................................... 35 11. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Berat Jenis ................ 36
12
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Sidik Ragam Kadar Air....................................................... 47
2. Uji Lanjut Duncan Kadar Air (Kemasan) ..................................... 47
3. Uji Lanjut Duncan Kadar Air (Penyimpanan) .............................. 47
4. Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air ........................... 48
5. Hasil Sidik Ragam Aktivitas Air .................................................. 49
6. Uji Lanjut Duncan Aktivitas Air (Kemasan) ................................ 49
7. Uji Lanjut Duncan Aktivitas Air (Penyimpanan).......................... 49
8. Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air....................... 50
9. Hasil Sidik Ragam Ukuran Partikel.............................................. 51
10. Uji Lanjut Duncan Ukuran Partikel (Penyimpanan)..................... 51
11. Hasil Sidik Ragam Berat Jenis .................................................... 51
12. Uji Lanjut Duncan Berat Jenis (Penyimpanan) ............................ 52
13. Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpanan terhadap Berat Jenis ......................... 52
14. Hasil Sidik Ragam Sudut Tumpukan........................................... 53
15. Uji Lanjut Duncan Sudut Tumpukan (Penyimpanan) .................. 53
16. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Tumpukan.................................... 53
17. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Tumpukan (Penyimpanan) ........... 54
18. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Pemadatan Tumpukan .................. 54
19. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Kemasan) .................................................................................. 54
20. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Penyimpanan)............................................................................ 55
21. Hasil Regresi Kadar Air dengan Aktivitas Air............................. 55
22. Hasil Regresi Kadar Air dengan Berat Jenis................................ 55
23. Hasil Regresi Kadar Air dengan Ukuran Partikel ........................ 55
24. Suhu dan Kelembaban Darmaga (Oktober-Desember) ................ 55
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan usaha bidang peternakan tidak dapat lepas dari ketersediaan
pakan ternak yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup. Pakan merupakan salah
satu penentu keberhasilan dalam manajemen peternakan. Seiring dengan
berkembangnya usaha peternakan, maka kebutuhan bahan pakan juga meningkat.
Ketersediaan pakan dapat diimbangi dengan berdirinya pabrik-pabrik makanan
ternak yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan para peternak.
Pakan yang baik memiliki sifat palatabel (disukai ternak), tidak mudah rusak
selama penyimpanan, kandungan nutrisi yang baik, menghasilkan pertambahan
bobot badan yang tinggi, mudah dicerna, dan harganya murah. Salah satu bentuk
pakan yang biasa digunakan untuk pakan unggas yaitu pakan berbentuk crumble.
Proses penyimpanan ransum diperlukan karena perkembangan usaha
peternakan harus diimbangi dengan ketersediaan ransum yang memadai dan selalu
siap digunakan, sehingga kontinuitas produksi dapat terus berlangsung. Proses
penyimpanan terjadi dari saat bahan makanan dipanen hingga dalam bentuk ransum
yang siap dipasarkan dan akan diberikan pada ternak.
Penyimpanan pakan yang terlalu lama dengan cara penyimpanan yang salah
akan menyebabkan tumbuhnya jamur, kapang, dan mikroorganisme lainnya sehingga
dapat menurunkan kualitas ransum. Kerusakan selama penyimpanan meliputi
kerusakan fisik, biologi, dan kimia.
Lama penyimpanan akan mempengaruhi sifat fisik dari ransum yang
disimpan. Kualitas ransum yang disimpan akan turun jika melebihi batas waktu
tertentu. Sifat fisik ransum merupakan sifat dasar ransum, sehingga dengan
mengetahui sifat fisik dari ransum maka dapat mengetahui batas maksimal
penyimpanan ransum pada peternakan, sehingga ransum yang berada ditangan
peternak masih memiliki kualitas nutrisi yang baik.
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan
produk. Kemasan merupakan bahan yang penting dalam berbagai industri.
Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan,
karena kemasan mempunyai peranan penting dalam mempertahankan mutu bahan.
Untuk mempertahankan mutu suatu produk perlu dilakukan pengemasan yang
2
sempurna. Saat ini telah banyak berbagai macam bentuk kemasan yang digunakan
untuk mengemas berbagai macam produk.
Kemasan yang digunakan untuk menyimpan bahan pakan dapat
mempengaruhi berapa lama bahan pakan tersebut dapat disimpan. Kemasan yang
baik dapat menjaga kualitas bahan pakan dalam jangka waktu yang lama. Semakin
besar pori-pori kemasan, maka akan cepat meningkatkan kadar air bahan pakan.
Perumusan Masalah
Perkembangan usaha peternakan tidak dapat lepas dari ketersediaan pakan
yang terus menerus dengan kualitas yang baik. Penyimpanan pakan yang terlalu lama
dan dengan cara penyimpanan yang salah dan jenis kemasan yang berbeda dapat
mempengaruhi kualitas pakan selama penyimpanan, karena lama penyimpanan dan
jenis kemasan dapat mempengaruhi pakan dari serangan serangga dan perubahan
sifat fisik pakan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangan serangga dan perubahan
terhadap sifat fisik ransum broiler starter berbentuk crumble selama penyimpanan 8
minggu dengan jenis kemasan yang berbeda.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Ransum
Ransum merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan dan dibuat
sesuai dengan kebutuhan ternak. Ransum mempunyai beberapa bentuk yaitu mash
(tepung), pellet, dan crumble. Setiap ransum mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan ransum bentuk crumble yaitu apabila ransum terlalu halus (mash), ketika
ayam minum maka ransum tersebut akan membentuk pasta dan lengket diparuh
(Amrullah, 2003). Kebutuhan ayam broiler starter menurut Leeson dan Summer
(2005) dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan persyaratan mutu standar pakan ayam
broiler stater berdasarkan SNI No. 01-3930-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Broiler Starter
Komponen Jumlah
Protein Kasar (%) 22,00
Energi Metabolis (kkal/kg) 3.050
Ca (%) 0,95
Phospor (%) 0,45
Histidin (%) 0,40
Threonin (%) 0,72
Arginin (%) 1,40
Metionin (%) 0,50
Metionin+sistin (%) 0,95
Valin (%) 0,85
Phenilalanin (%) 0,75
Isoleusin (%) 0,75
Leusin (%) 1,40
Lysin (%) 1,30Sumber : Leeson and Summer (2005)
4
Tabel 2. Persyaratan Mutu Standar Pakan Ayam Broiler Stater BerdasarkanSNI No. 01-3930-2006
Komponen Jumlah
Kadar Air (%) Maks 14,0
Protein Kasar (%) Min 19,0
Lemak KAsar (%) Maks 7,4
Serat Kasar (%) Maks 6,0
Ca (%) 0,9-1,2
Phospor Total (%) 0,6-1,0
Phospor Tersedia (%) Min 0,4
Total Aflatoxin (µg/kg) Maks 50,0
Energi Termetabolis (kkal/kg) Min 2900
Lisin (%) Min 1,1
Metionin (%) Min 0,4
Metionin+sistin (%) Min 0,6Sumber: Standar Nasional Indonesia (2006)
Ransum bentuk crumble adalah ransum yang tidak seragam bentuknya atau
bisa dikatakan tanpa bentuk. Ransum bentuk crumble dibuat dari pellet yang dipecah
kembali dan merupakan tipe bentuk pertengahan antara ransum mash dan pellet serta
pemberian ransum ini dimulai dari ayam umur sehari hingga dipasarkan. Menurut
Jahan et al. (2006) pakan dalam bentuk crumble lebih baik daripada pakan bentuk
mash dan pellet broiler komersial selama umur 21-56 hari.
Pengemasan
Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus
bahan atau komoditi sebelum disimpan agar memudahkan pengaturan,
pengangkutan, penempatan pada tempat penyimpanan, serta memberikan
perlindungan pada bahan atau komoditi (Imdad dan Nawangsih, 1999).
Pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari
pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Hasil
pengolahan dapat dikendalikan dengan pengemasan, termasuk pengendalian cahaya,
konsentrasi oksigen, kadar air, perpindahan panas, kontaminasi dan serangan
makhluk hayati (Harris dan Karnas, 1989).
5
Potensi terbesar bagi mikroba untuk tumbuh terutama kapang pada
permukaan kemasan adalah bila permukaan-permukaan kemasan mempunyai
kelembaban yang sangat tinggi (Winarno dan Jenie, 1984). Menurut Syarief et al.
(1989), bahan kemas mempunyai kemampuan dalam menahan serangan mikroba, hal
ini ditentukan oleh ada tidaknya lubang-lubang yang sangat kecil pada
permukaannya.
Karung Goni
Karung merupakan alat pembungkus yang banyak digunakan untuk
menyimpan hasil-hasil pertanian, yang akan disimpan dalam jangka waktu lama
maupun sementara, akan tetapi tidak semua komoditi pertanian memerlukan karung
baru untuk pengemasannya, ada yang menggunakan karung bekas dan ada pula yang
menggunakan karung sintesis. Apabila dibandingkan dengan karung serat sintesis,
karung goni mempunyai kualitas yang lebih baik, karena sifat-sifat yang dimiliki
karung goni tidak sepenuhnya dimiliki oleh karung serat sintesis (Soekartawi, 1989).
Karung goni terbuat dari yute atau rami. Kelebihan karung goni dibandingkan
dengan karung plastik ialah : (a) dapat dipindah-pindahkan dengan menggunakan
alat ganco, (b) dapat ditumpuk sampai tinggi, (c) contoh dapat dengan mudah
diambil dengan cara memasukkan alat pengambil contoh ke dalam karung, (d) untuk
menyimpan komoditi tertentu (misalnya gula) tidak akan menggumpal sebagaimana
jika disimpan dalam karung plastik, dan (e) mudah disimpan dan jika karung goni
dibuang, dapat membusuk dengan mudah (Soekartawi, 1989). Kelemahan karung
goni yaitu mempunyai lubang-lubang yang relatif lebih besar meskipun lubang-
lubang ini berguna memudahkan penetrasi gas yang digunakan pada saat fumigasi
(Hasjmy, 1991).
Karung Plastik
Karung plastik telah banyak digunakan untuk mengganti karung goni,
meskipun masih banyak kekurangan yaitu daya tahannya kurang, sehingga karung
lebih mudah pecah serta mudah meluncur kebawah pada tumpukan-tumpukan di
gudang. Karung plastik diganco maka akan bocor, karena tidak dapat tertutup
kembali seperti halnya karung goni (Winarno dan Laksmi, 1974).
Karung plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene.
Polyethylene (PE) terbuat dari ethylene polimer dan terdiri dari tiga macam yaitu
6
Low Density Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), dan High
Density Polyethylene (HDPE). LDPE paling banyak digunakan sebagai kantung,
mudah dikelim dan sangat murah. MDPE lebih kaku daripada LDPE dan memiliki
suhu leleh lebih tinggi dari LDPE. HDPE paling kaku di antara ketiganya, tahan
terhadap suhu tinggi (1200) sehingga dapat digunakan untuk kemasan produk yang
harus mengalami sterilisasi (Syarief dan Irawati, 1988).
Keuntungan dari Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan air rendah,
mudah dikelim panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50 0C),
transparan sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan
lain. Kerugian dari Polyethylene yaitu permeabilitas oksigen agak tinggi, dan tidak
tahan terhadap minyak (Syarief dan Irawati, 1988). Karung plastik mulai pesat
dipakai karena mempunyai sifat kuat, tahan air, lembam, transparan, dapat dibentuk,
diisi dan disegel dengan mesin.
Plastik
Plastik merupakan bahan kemasan yang penting di dalam industri
pengemasan. Plastik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat
melindungi produk dari cahaya, udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak
dengan bahan-bahan kimia. Aliran gas dan uap air yang melalui plastik dipengaruhi
oleh pori-pori plastik, tebal plastik, dan ukuran molekul yang berdifusi produk
(Syarief dan Irawati, 1988).
Plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene. Polyethylene
(PE) terbuat dari ethylene polimer dan terdiri dari tiga macam yaitu Low Density
Polyethylene (LDPE), Medium Density Polyethylene (MDPE), dan High Density
Polyethylene (HDPE). LDPE paling banyak digunakan sebagai kantung, mudah
dikelim dan sangat murah. MDPE lebih kaku daripada LDPE dan memiliki suhu
leleh lebih tinggi dari LDPE. HDPE paling kaku di antara ketiganya, tahan terhadap
suhu tinggi (1200) sehingga dapat digunakan untuk kemasan produk yang harus
mengalami sterilisasi (Syarief dan Irawati, 1988).
Kemasan Kertas
Kertas adalah bahan kemasan buatan yang dibuat dari pulp (bubur kayu).
Kertas biasa digunakan untuk mengemas bahan atau produk pangan kering atau
untuk kemasan sekunder (tidak langsung kontak dengan bahan pangan yang
7
dikemas) dalam bentuk dus atau boks karton. Kelemahan kertas adalah mudah robek
dan terbakar, tidak dapat untuk mengemas cairan, dan tidak dapat dipanaskan, akan
tetapi sampah kertas dapat didegradasi secara alami (Junaedi, 2003).
Kertas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kertas
kultural atau kertas halus, dan kertas industri atau kertas kasar (Junaedi, 2003).
Menurut macamnya, kertas digolongkan menjadi glassine, parchment paper, waxed
paper, karton (kertas manila dan chipboard), tyvek (kertas dengan kualitas istimewa
misalnya warnanya putih, sangat kuat, tidak mengkerut, tahan terhadap bahan kimia)
dan kertas berlapis polyethylene (Syarief dan Irawati, 1988). Kertas yang biasa
digunakan untuk mengemas seperti kertas kraft, kertas kraft karung, kertas manila,
yang termasuk dalam kertas industri (Junaedi, 2003).
Penyimpanan
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penyimpanan yang selalu
berkaitan dengan waktu (Thahir et al., 1988). Menurut Winarno dan Laksmi (1974)
proses penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menahan atau
menunda suatu barang sebelum barang tersebut dipakai tanpa merubah bentuk
barang tersebut.
Menurut Imdad dan Nawangsih (1999) lingkungan hidup yang ideal bagi
pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 25–30 0C. Menurut Sofyan dan Abunawan
(1974) dalam Yuliastanti (2001), syarat umum untuk ruang penyimpanan antara lain
suhu berkisar antara 18-24 0C, bersih dan terang, mempunyai ventilasi yang baik
untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan serangga dan tikus yang dapat merusak.
Serangan Serangga
Sistem penyimpanan mempunyai karakteristik yang sangat menguntungkan
bagi pertumbuhan serangga. Siklus hidup serangga dimulai dari telur, ulat (larva atau
jentik), kepompong (pupa), selanjutnya menjadi serangga dewasa. Serangga dewasa
dan ulat aktif merusak bahan simpanan (Imdad dan Nawangsih, 1999).
Sitophilus oryzae atau serangga penggerak merupakan hama utama pada
beras yang disimpan. Adanya serangga ini pada beras yaitu ditandai dengan butir
beras berlubang–lubang atau hancur menjadi tepung karena gerakan serangga.
Akibat hama ini yaitu beras dapat kehilangan berat (susut berat) mencapai 23%
setelah disimpan beberapa bulan. Sitophilus oryzae mempunyai ciri yaitu sewaktu
8
masih muda berwarna cokelat atau cokelat kehitaman dan setelah dewasa berwarna
hitam. Panjang tubuh berkisar 2–5 mm (rata–rata yaitu 2–3,5 mm), pada sayap
bagian depan terdapat empat buah bintik berwarna kuning kemerahan. Cara hidup
serangga ini yaitu serangga betina yang akan bertelur menggerek salah satu sisi
butiran beras dengan moncongnya untuk makan dan membuat liang, kemudian telur
ditempatkan dalam liang gerakan. Serangga betina dapat bertelur sebanyak 300-400
butir, setelah beberapa hari telur akan menetas menjadi ulat. Lingkungan hidup yang
ideal pada suhu 25–30 0C dengan kelembaban 70% dan kadar air bahan 10–15%.
Dalam kondisi seperti ini, siklus hidupnya berlangsung 31–37 hari (Imdad dan
Nawangsih, 1999).
Beberapa faktor fisik dan lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
serangga antara lain : suhu, kelembaban relatif, dan kadar air dari komoditas pangan
yang disimpan. Suhu mempunyai pengaruh kuantitatif terhadap perkembangbiakan
serangga. Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan serangga sangat lambat dan
mortalitas relatif tinggi. Setiap spesies serangga mempunyai suhu optimum, dimana
tingkat pertumbuhan akan mencapai titik optimum (Syarief dan Halid, 1993).
Sifat Fisik
Menurut Kling dan Woehlbier (1983) dalam Khalil (1999a), sekurang-
kuarangnya ada tujuh sifat fisik pakan yang penting, yaitu ukuran parikel, berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, daya
ambang, dan faktor higroskopis. Sedangkan menurut Wirakartakusumah et al.
(1992), sifat fisik bahan pakan banyak dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran partikel
suatu bahan, juga dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk dan
karakteristik permukaan suatu bahan.
Kadar Air
Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan berat
basah adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat total
bahan, sedangkan kadar air berdasarkan bahan kering adalah perbandingan antara
berat air dalam suatu bahan dengan bahan kering bahan tersebut (Syarif dan Halid,
1993). Air dalam bahan pangan maupun pakan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu: 1)
air bebas yang terdapat dipermukaan benda padat dan mudah diuapkan, 2) air tidak
9
terikat secara fisik yaitu air yang terikat menurut system kapiler air absorpsi karena
tenaga penyerapan, 3) air terikat secara kimia misalnya air kristal dan air yang terikat
dalam system dispersi (Winarno et al., 1980).
Kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis bahan,
suhu, dan kelembaban (Suadnyana, 1998). Kadar air pada permukaan bahan
dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahan
rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan terjadi
penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan
menjadi tinggi (Winarno et al., 1980).
Kadar air dalam bahan makanan dapat menentukan acceptability dan daya
tahan bahan. Air yang terdapat dalam suatu bahan menurut derajat keterkaitannya
terbagi atas empat tipe yaitu: 1) tipe satu adalah molekul air yang terikat pada
moleku-molekul lain melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Air tipe ini
tidak dapat membeku pada proses pembekuan, tapi sebagian air ini dapat dihilangkan
dengan cara pengeringan biasa, 2) tipe dua adalah molekul-molekul air yang
membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain. Air tipe ini lebih sulit
dihilangkan, dan apabila dihilangkan akan mengakibatkan penurunan aktivitas air
(Aw), apabila air ini dihilangkan sebagian, maka pertumbuhan mikroba, reaksi
browning, hidrolisis atau oksidasi lemak dapat dikurangi, sedangkan apabila air ini
dihilangkan semuanya, kadar air bahan berkisar antara 3-7% dan kestabilan produk
suatu bahan akan tercapai, 3) tipe tiga adalah air yang secara fisik terikat dalam
jaringan matrik bahan. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air ini
diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar antara 12-25% dengan aktivitas
air kira-kira 0,8 tergantung dari jenis bahan dan suhu. Air tipe ini disebut dengan air
tipe bebas, 4) tipe empat adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan
atau air murni (Winarno, 1997).
Aktivitas Air (Aw)
Aktivitas air bahan pakan merupakan air bebas yang terkandung dalam bahan
pakan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Syarif dan Halid,
1993). Winarno (1997) menyatakan bahwa berbagai mikroorganisme mempunyai
aktivitas air minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri tumbuh pada
10
aktivitas air 0,9, khamir pada aktivitas air 0,8-0,9 dan kapang pada aktivitas air 0,6-
0,7.
Bahan yang akan disimpan sebaiknya memiliki aktivitas air dibawah 70%
atau pada kelembaban relatif dibawah 70% (Winarno, 1997). Suatu bahan dengan
kadar air dan aktivitas air rendah dapat lebih awet dalam proses penyimpinan
dibanding dengan bahan dengan kadar air dan aktivitas air tinggi (Syarif dan Halid,
1993).
Ukuran Partikel
Pengujian ukuran partikel bertujuan untuk menentukan kategori kadar
kehalusan dari pakan atau ransum yang dihasilkan dengan menggunakan Ro Tap
Sieve Shaker (Henderson dan Perry, 1981).
Ukuran partikel bahan dalam pakan yang dibutuhkan oleh ternak tergantung
pada umur, jenis dan ukuran tubuh ternak. Menurut Ensminger et al. (1990),
pengecilan ukuran partikel dilakukan untuk mempermudah konsumsi dan
meningkatkan kecernaan pakan, sedangkan pembesaran ukuran partikel dilakukan
untuk pakan sapi atau domba di lapang, untuk memperkecil penyusutan bahan,
menghindari pemilihan pakan yang lebih disukai oleh ternak dan meningkatkan
efisiensi penanganan.
Behnke dan Beyer (2007) menyatakan bahwa klasifikasi ukuran crumble
kasar yaitu berkisar 4,0 mm, crumble medium sebesar 1,5-4,0 mm, dan crumble
halus yaitu berkisar 1,5 mm.
Berat Jenis (BJ)
Berat jenis adalah perbandingan antara massa bahan terhadap volumenya,
satuannya adalah g/ml. Berat jenis (BJ) memegang peranan penting dalam berbagai
proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan. Berat jenis memberikan
pengaruh besar terhadap daya ambang dari partikel, faktor penentu dari kerapatan
tumpukan, dan faktor penentu dari densitas curah. Berat jenis sangat mempengaruhi
tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara otomatis pada pabrik pakan, seperti
dalam proses pengemasan dan pengeluaran dari dalam silo untuk dicampur atau
digiling (Kling and Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999a)
Menurut Suadnyana (1998) bahwa adanya variasi dalam nilai berat jenis
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan, distribusi ukuran partikel dan
11
karakteristik permukaan partikel. Khalil (1999a) mengungkapkan bahwa pengecilan
ukuran partikel dan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat
jenis dari berbagai kelompok bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber
protein nabati dan hewani serta bahan pakan sumber mineral.
Sudut Tumpukan (ST)
Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk jika bahan dicurahkan dari
suatu tempat pada bidang datar yang akan bertumpukan dan terbentuk suatu
gundukan menyerupai kerucut antara bidang datar dan kemiringan tumpukan yang
terbentuk jika bahan dicurahkan serta menunjukkan kebebasan bergerak suatu
partikel dari suatu tumpukan bahan (Pratomo, 1976). Bentuk kerucut akan
menandakan mudah tidaknya bahan meluncur pada bidang masing–masing karena
pengaruh gaya gravitasi.
Kegunaan praktis dari sifat sudut tumpukan adalah dalam pemindahan dan
pengangkutan bahan karena akan mempengaruhi kapasitas belt conveyor dan alat
material handling lainnya. Sifat tersebut juga penting untuk menentukan derajat
kemiringan dari suatu gudang penyimpanan bahan untuk keperluan pengosongannya
oleh gaya gravitasi.
Khalil (1999b) menyatakan bahwa pergerakan partikel yang ideal
ditunjukkan oleh pakan bentuk cair, dengan sudut tumpukan sama dengan nol,
sedangkan ransum dalam bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara
20-50°. Menurut Fasina dan Sokhansanj (1993) bahan yang sangat mudah mengalir
memiliki sudut tumpukan berkisar antara 20-300, bahan yang memiliki sudut
tumpukan berkisar antara 30-380 memiliki laju alir yang mudah mengalir, bahan
yang memiliki sudut tumpukan 38-450 laju alirnya medium atau sedang dan bahan
yang memiliki sudut tumpukan berkisar antara 45-550 laju alirnya sulit mengalir
dengan bebas.
Besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan
karakteristik permukaan partikel, kandungan air, berat jenis dan kerapatan tumpukan
(Kling dan Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999b).
Kerapatan Tumpukan (KT)
Kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan dengan
volume ruang yang ditempati, dengan satuan kg/m (Khalil, 1999a). Kerapatan
12
tumpukan berpengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara
otomatis, begitu juga dengan berat jenis ( Kling and Woehlbier, 1983 dalam Khalil
1999a). Kerapatan tumpukan digunakan untuk menentukan volume ruang
penyimpanan bahan dengan berat tertentu (Syarief dan Irawati, 1988). Semakin
tinggi nilai kerapatan tumpukan maka ruang penyimpanan yang dibutuhkan semakin
kecil (Khalil, 1999a)
Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas bahan, yaitu jumlah rongga
udara yang terdapat diantara partikel–partikel bahan (Wirakartakusumah et al.,
1992). Nilai kerapatan tumpukan berbanding terbalik dengan kandungan air dan
partikel asing dalam bahan (Fasina dan Sonkhansanj, 1993) sehingga peningkatan
kandungan air atau partikel asing akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan bahan
tersebut.
Menurut Ruttloff (1981) dalam Khalil (1999a) pencampuran bahan dengan
ukuran partikel yang sama tetapi mempunyai perbedaan kerapatan tumpukan yang
besar (lebih dari 500 kg/m) akan sulit dicampur dan campurannya akan mudah
terpisah kembali. Pakan yang mempunyai kerapatan tumpukan yang rendah (kurang
dari 450 kg/m) waktu jatuh atau mengalir lebih lama dan dapat ditimbang lebih teliti
dengan alat penakar otomatis, baik volumetrik maupun gravimetrik.
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (KPT)
Densitas berwadah merupakan perbandingan berat bahan terhadap volume
ruang yang ditempati setelah melalui proses pemadatan seperti digoncangkan dengan
satuan kg/m (Khalil, 1999a). Kerapatan pemadatan tumpukan adalah perbandingan
antara berat bahan terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses
pemadatan seperti penggoyangan.
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat penting diketahui karena sangat
bermanfaat pada saat pengisian bahan ke dalam wadah yang diam tetapi bergetar.
Pemadatan pakan berukuran partikel kecil akan mengurangi ruang antar partikel dan
menyebabkan bobot bahan setiap satuan volume meningkat. Kerapatan pemadatan
tumpukan dan kerapatan tumpukan mempunyai hubungan sangat erat dan sangat
berperan terhadap penentuan kapasitas silo, dan pencampuran bahan. Kerapatan
pemadatan tumpukan menurun dengan semakin tingginya kandungan air
(Suadnyana,1998).
13
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2008. Pengujian aktivitas air, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumputan, sudut tumpukan, dan serangan serangga dilakukan di
Laboratorium Industri Pakan Ternak dan pengujian kadar air dilakukan di
Laboratorium Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan IPB. Masa penyimpanan dilakukan selama 8 minggu di gudang
Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan IPB.
Materi
Alat
Alat yang digunakan adalah alat produksi (mixer, pelleter, crumbler), alat
analisa (oven dan Aw meter), dan alat ukur (timbangan, mistar, gelas ukur 500 ml),
serta alat bantu (corong dan plat baja).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan ransum broiler starter yaitu jagung,
dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, CGM, CPO, premix.
Kemasan yang digunakan yaitu karung goni, karung plastik, kemasan plastik, dan
kemasan kertas. Karung goni dan karung plastik dipotong dan dijahit dengan ukuran
17 x 40 cm. Kemasan plastik yang digunakan yaitu ukuran 17 x 40 cm dan kemasan
kertas yang digunakan dipotong dan dilem dengan ukuran 17 x 40 cm. Setiap
kemasan diisi dengan bahan penelitian dengan berat 1 kg. Setelah semua kemasan
diisi dengan bahan penelitian, kemudian kemasan karung goni, karung plastik, dan
kemasan kertas ditutup dengan cara dijahit, sedangkan untuk kemasan plastik ditutup
dengan cara dilaminasi. Semua jenis kemasan yang digunakan merupakan kemasan
baru.
Pembuatan formulasi ransum yaitu disusun berdasarkan kebutuhan broiler
starter menurut Leeson dan Summer (2005), dengan protein kasar (PK) 22% dan
kebutuhan energi metabolis (EM) 3.050 kkal/kg ransum. Pembuatan formulasi
ransum menggunakan metode trial and error (coba-coba). Formulasi ransum broiler
starter dapat dilihat pada Tabel 3.
14
Tabel 3. Formulasi Ransum Broiler Starter
Bahan Pakan Persen
Jagung 40,0
Dedak Padi 15,7
Bungkil Kedelai 15,0
Bungkil Kelapa 15,0
Tepung Ikan 5,0
CGM 6,0
CPO 3,0
Premix 0,3
Total 100
Kandungan zat makanan ransum disusun dengan menggunakan metode trial
and error (coba-coba) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum Berdasarkan Perhitungan
Komponen Jumlah
Energi Metabolis (kkal/kg) 2948
Protein Kasar (%) 21,75
Serat Kasar (%) 4,91
Calsium (%) 0,93
Phospor Total (%) 0,97
Lysin (%) 1,01
Metionin (%) 0,48
Metionin+sistin (%) 0,92
Rancangan
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah jenis kemasan dan lama penyimpanan. Jenis
ransum yang digunakan yaitu broiler stater. Kemasan yang digunakan yaitu karung
goni, karung plastik, kemasan plastik, dan kemasan kertas, yang diisi dengan bahan
penelitian sebanyak 1 kg. Perlakuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perlakuan yang Diberikan dalam Penelitian
15
Jenis KemasanLama
Penyimpanan
(Minggu)
Karung Goni
(A1)
Karung Plastik
(A2)
Kemasan
Kertas (A3)
Kemasan
Plastik
(A4)
0 (A10)1 (A20)1 (A30)1 (A40)1
(A10)2 (A20)2 (A30)2 (A40)2
(A10)3 (A20)3 (A30)3 (A40)3
(A10)4 (A20)4 (A30)4 (A40)4
2 (A12)1 (A22)1 (A32)1 (A42)1
(A12)2 (A22)2 (A32)2 (A42)2
(A12)3 (A22)3 (A32)3 (A42)3
(A12)4 (A22)4 (A32)4 (A42)4
4 (A14)1 (A24)1 (A34)1 (A44)1
(A14)2 (A24)2 (A34)2 (A44)2
(A14)3 (A24)3 (A34)3 (A44)3
(A14)4 (A24)4 (A34)4 (A44)4
6 (A16)1 (A26)1 (A36)1 (A46)1
(A16)2 (A26)2 (A36)2 (A46)2
(A16)3 (A26)3 (A36)3 (A46)3
(A16)4 (A26)4 (A36)4 (A46)4
8 (A18)1 (A28)1 (A38)1 (A48)1
(A18)2 (A28)2 (A38)2 (A48)2
(A18)3 (A28)3 (A38)3 (A48)3
(A18)4 (A28)4 (A38)4 (A48)4
16
Model
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 5 dengan 4 ulangan, yang terdiri :
Faktor P :
P1 : Karung goni
P2 : Karung plastik
P3 : Kemasan kertas
P4 : Kemasan plastik
Faktor M :
M1 : Lama penyimpanan 0 minggu
M2 : Lama penyimpanan 2 minggu
M3 : Lama penyimpanan 4 minggu
M4 : Lama penyimpanan 6 minggu
M5: Lama penyimpanan 8 minggu
Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Yijn = µ + i + j + ( )ij + ijn
i : Perlakuan jenis kemasan (karung goni, karung plastik, kemasan kertas,
kemasan plastik)
j : Lama penyimpanan (0, 2, 4, 6, 8 minggu)
n : Ulangan
Keterangan :
Yijn = Nilai pengamatan uji fisik pada faktor P taraf ke-i faktor M taraf ke-j dan
ulangan ke-n
µ = Rataan umum jenis kemasan terhadap lama penyimpanan
i = Pengaruh jenis kemasan (karung goni, karung plastik, kemasan plastik, dan
kemasan kertas) ke-i
j = Pengaruh lama penyimpanan (0, 2, 4, 6, dan 8 minggu) ke-j
ij = Pengaruh interaksi jenis kemasan dengan lama penyimpanan
ijn = Galat akibat pengaruh jenis kemasan dengan lama penyimpanan
17
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam mengikuti prosedur
Steel dan Torrie (1993), dan apabila hasilnya menunjukkan berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji jarak Duncan.
Peubah
Peubah yang diamati meliputi sifat fisik ransum yaitu kadar air (KA),
aktivitas air (Aw), ukuran partikel (UP), berat jenis (BJ), sudut tumpukan (ST),
kerapatan tumpukan (KT), dan kerapatan pemadatan tumpukan (KPT), sedangkan
serangan serangga dibahas secara deskripsi.
Prosedur
Pembuatan Ransum
Ransum yang digunakan merupakan ransum buatan sendiri yang dibuat di
Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Proses
pembuatannya meliputi penimbangan bahan sesuai formulasi. Cara pembuatan
ransum yaitu: a) bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, dan CGM dicampur
menjadi satu (campuran 1), b) CPO dicampur dengan jagung yaitu dengan cara
mengambil sedikit jagung, kemudian dicampur dengan semua jagung (campuran 2),
c) premix dicampur dengan campuran 1 (campuran 3), d) campuran 3 dicampur
dengan dedak padi (campuran 4), e) kemudian campuran 2 dicampur dengan
campuran 4, setelah tercampur menjadi satu kemudian campuran tersebut di pellet,
cooling, dan crumbler.
Crumble dimasukkan ke dalam karung goni, karung plastik, kemasan plastik,
dan kemasan kertas, masing–masing sebanyak 1 kg. Setelah semua kemasan diisi
dengan bahan penelitian, kemudian kemasan karung goni, karung plastik, dan
kemasan kertas ditutup dengan cara dijahit, sedangkan untuk kemasan plastik ditutup
dengan cara dilaminasi.
Penyimpanan
Ransum tersebut disimpan selama 8 minggu. Penyimpanan dilakukan di
Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Kadar Air (AOAC, 1984)
Kadar air diukur dengan menggunakan metode pemanasan. Cawan
alumunium ditimbang (x gram). Sampel sebanyak 5 gram (y gram) dimasukkan ke
18
dalam cawan alumunium, kemudian dimasukkan ke dalam oven 105 0C selama 24
jam. Setelah itu sampel dalam cawan ditimbang (z gram).
Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:
x + y - zKadar Air (KA) = x 100% Y
Aktivitas Air
Alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas air (Aw) adalah Aw meter.
Cara kerja alat ini yaitu Aw meter dikalibrasi dengan menggunakan BaCl2.2H2O,
kemudian ditutup dan dibiarkan selama 3 jam sampai angka pada skala pembacaan
Aw menjadi 0,9. Aw meter dibuka dan tempat sampel dibersihkan. Sampel
dimasukkan dan alat ditutup, tunggu hingga 3 jam. Setelah 3 jam, skala Aw dibaca
dan dicatat. Perhatikan skala temperatur untuk faktor koreksi. Nilai aktivitas air
(Aw) dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw= Pembacaan skala Aw + (Pembacaan skala temperatur 20) x 0,002
Gambar 1. Aw Meter
Ukuran Partikel (Henderson dan Perry, 1981)
Teknik yang digunakan untuk ukuran partikel crumble adalah dengan
menggunakan alat Vibrator Ballmill German The Sieve Analysis nomor mesh / sieve
4, 8, 16, 30, 50, 100, 400. Bahan ditimbang sebanyak 500 gram dan diletakkan pada
bagian paling atas dari sieve, kemudian bahan disaring dan bahan yang tertinggal
pada tiap–tiap sieve ditimbang.
Derajat kehalusan (Modulus of Finenes/MF) dihitung dengan cara:
(% bahan x No Perjanjian)Derajat Kehalusan =
100
Ukuran Partikel rata–rata = 0,0041 x 2MF inchi x 2,54 cm x 10 mm
19
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diperoleh nilai ukuran partikel
sebagai berikut:
Kategori bahan kasar : MF = 4,0–7 maka UP > 1,79–13,33 mm
Kategori bahan sedang : MF = 2,1–4,1 maka UP > 0,78–1,79 mm
Kategori bahan halus : MF = 0–2,1 maka UP = 0,10–0,78 mm
Gambar 2. Vibrator Ballmill
Berat Jenis (Khalil, 1999a)
Berat jenis di ukur dengan menggunakan prinsip hukum Archimedes, yaitu
dengan cara mengukur perubahan volume aquadest pada gelas ukur 500 ml setelah
memasukkan aquadest yang telah ditentukan jumlahnya dan bahan yang telah
diketahui massanya ke dalam gelas ukur. Di dalam gelas ukur dilakukan pengadukan
untuk mempercepat hilangnya udara partikel ransum selama pengukuran. Perubahan
volume aquadest yang merupakan volume bahan yang sesungguhnya.
Berat jenis dinyatakan dalam satuan g/ml, dan dihitung dengan cara:
Berat bahan (gram)Berat jenis = Perubahan volume aquadest (ml)
Sudut Tumpukan (Khalil, 1999a)
Pengukuran sudut tumpukan dilakukan dengan menjatuhkan bahan sebanyak
500 gram pada ketinggian tertentu melalui corong pada bidang datar. Alas yang
digunakan kertas karton berwarna putih.
Sudut tumpukan bahan ditentukan dengan mengukur diameter dasar (d) dan
tinggi tumpukan (t). Tinggi bahan diukur dengan menggunakan jangka sorong,
panjang dan lebar bahan diukur dengan menggunakan mistar.
Besarnya sudut tumpukan dihitung dengan menggunakan rumus:
20
t tg = 0,5d
= tan-1
Keterangan : t = tinggi tumpukan
d = diameter tumpukan
= sudut tumpukan
Gambar 3. Alat Pengukur Sudut Tumpukan
Kerapatan Tumpukan (Khalil, 1999a)
Kerapatan tumpukan dihitung dengan memasukkan bahan dengan bobot
tertentu ke dalam gelas ukur 500 ml. Bahan dimasukkan kedalam gelas ukur dengan
menggunakan corong.
Kerapatan tumpukan dinyatakan dalam g/ml dan dihitung dengan rumus:
Berat bahan (gram)Kerapatan tumpukan =
Volume ruang yang ditempati (ml)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Khalil, 1999a)
Kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama dengan
penentuan kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan dibaca setelah dilakukan proses
pemadatan dengan cara menggetarkan gelas ukur dengan tangan sampai volume
konstan.
Kerapatan pemadatan tumpukan dinyatakan dalam satuan g/ml dan dihitung
dengan cara :
Berat bahan (gram)KPT = Volume ruang setelah dipadatkan (ml)
21
Serangan Serangga (Roza, 1998)
Untuk melihat seberapa banyak serangga yang terdapat di dalam crumble
yang disimpan yaitu dengan mengayak crumble sebanyak satu kilogram
menggunakan saringan vibrator ballmill No. 32 yang bertujuan agar serangga dapat
lolos tapi crumble tidak, kemudian dihitung satu persatu jumlah serangga, yang lolos
yang telah dialasi kertas putih. Kemudian bahan yang diperiksa diberi kode, berikut
kode pemeriksaan yang ada (Bulog, 1996):
C/A :Aman, yaitu tidak terlihat dan tidak ditemukannya adanya serangga dari
sampel
C/R :Ringan, yaitu tidak terlihat adanya serangga ditumpukkan atau kurang
sebelum pemeriksaan sampel, maksimum 1-2 ekor/kg.
C/M :Medium, yaitu serangga terlihat ditumpukkan, sekitar 3-5 ekor/kg.
C/B :Berat, yaitu serangga jelas banyak ditumpukkan, 6-10 ekor/kg
C/SB :Sangat berat, yaitu > 10 ekor/kg.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan
produk. Pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari
pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. Hasil
pengolahan dapat dikendalikan dengan pengemas, termasuk pengendalian cahaya,
konsentrasi oksigen, kadar air, perpindahan panas, kontaminasi dan serangan
makhluk hayati (Harris dan Karnas, 1989). Setiap jenis kemasan dapat
mempengaruhi masa simpan komoditi, sehingga dapat menentukan berapa lama
komoditi tersebut dapat disimpan.
Kemasan yang digunakan pada penelitian yaitu karung goni, karung plastik,
kemasan kertas, dan kemasan plastik yang setiap jenis kemasan terbuat dari bahan
yang berbeda dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Kemasan yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
P1 P2 P3 P4
Gambar 4. Berbagai Jenis Kemasan Penelitian
Keterangan : P1= Karung Goni, P2 = Karung Plastik, P3 = Kemasan Kertas,P4 = Kemasan Plastik
Karung goni terbuat dari yute atau rami dan mempunyai pori–pori yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karung plastik, kemasan kertas, dan kemasan
plastik. Menurut Hasjmy (1991), karung goni mempunyai lubang-lubang yang relatif
lebih besar yang berguna memudahkan penetrasi gas yang digunakan pada saat
fumigasi, akan tetapi karung goni mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
karung plastik yaitu dapat menyimpan komoditi tertentu (seperti gula) tanpa
menggumpal (Soekartawi, 1989). Berbeda halnya dengan karung goni, karung
23
plastik dan plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu polyethylene (Syarief
dan Irawati, 1988). Karung plastik mempunyai pori–pori yang lebih kecil
dibandingkan dengan karung goni. Karung plastik mulai pesat dipakai karena
mempunyai sifat kuat, tahan air, lembam, transparan, dapat dibentuk, diisi dan
disegel dengan mesin. Sama halnya dengan karung plastik, plastik dapat digunakan
sebagai bahan kemasan karena dapat melindungi produk dari cahaya, udara,
perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Aliran gas
dan uap air yang melalui plastik dipengaruhi oleh pori-pori plastik, tebal plastik, dan
ukuran molekul yang berdifusi produk (Syarief dan Irawati, 1988), sedangkan
kemasan kertas terbuat dari pulp (bubur kayu) (Junaedi, 2003).
Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan
Ransum buatan sendiri disimpan di dalam gudang berukuran sekitar 3 x 4 m2,
yang terletak di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Rataan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 6
dan rataan suhu dan kelembaban lingkungan selama penyimpanan dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 6. Rataan Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan (16 Oktober–11Desember 2008)
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Suhu(0C) 27,7 27,6 27,3 28,2 27,1 26,9 27,2 26,5
RH (%) 72 71 72 76 73 77 71 79
Rataan suhu dan kelembaban lingkungan selama penyimpanan berdasarkan
data klimatologi Darmaga dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Lingkungan Penyimpanan (16Oktober–11 Desember 2008)
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Suhu(0C) 26,25 26,08 22,05 25,20 25,82 25,99 26,43 29,38
RH(%) 83,97 85,96 84,84 89,18 87,18 84,48 83,28 100,35Sumber: Klimatologi Darmaga
24
Pengaruh suhu dan kelembaban sangat penting dalam penyimpanan ransum. Suhu
dan kelembaban dapat mempengaruhi sifat fisik ransum dan pertumbuhan serangga
pada komoditi yang disimpan, karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme dan serangga perusak. Menurut Imdad dan Nawangsih (1999)
lingkungan hidup yang ideal bagi pertumbuhan serangga yaitu pada suhu 25-30 0C.
Menurut Sofyan dan Abunawan (1974) dalam Yuliastanti (2001), syarat umum untuk
ruang penyimpanan antara lain suhu berkisar antara 18-24 0C, bersih dan terang,
mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan serangga
dan tikus yang dapat merusak. Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan suhu selama
penyimpanan dapat mendukung pertumbuhan serangga.
Serangan Serangga
Serangan serangga tidak dimasukkan ke dalam rancangan percobaan, karena
keseragamannya sangat tinggi, sehingga dibahas secara deskripsi (Putra, 2005).
Penelitian ini tidak hanya menghitung jumlah serangga yang terdapat pada ransum,
tetapi juga jumlah ulat (larva atau jentik) yang terdapat pada ransum.
Serangan serangga paling banyak ditemukan pada karung goni dan mulai
muncul pada penyimpanan minggu ke-4, sedangkan pada kemasan karung plastik
mulai ditemukan pada penyimpanan minggu ke-6 (Tabel 8). Jumlah serangga paling
tinggi yaitu pada kemasan karung goni, sedangkan pada kemasan kertas dan kemasan
plastik tidak ditemukan serangan serangga. Semakin lama penyimpanan, maka
meningkatkan jumlah serangga yang terdapat pada karung goni dan karung plastik.
Hal ini disebabkan karung goni mempunyai pori–pori yang relatif besar
dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain, sehingga jumlah serangga yang
terdapat pada karung goni paling banyak dibandingkan dengan jenis kemasan yang
lain.
Serangan serangga pada karung goni termasuk kategori sangat berat dan pada
karung plastik termasuk kategori ringan. Serangan serangga pada minggu ke-4
termasuk kategori medium, minggu ke-6 termasuk kategori berat, minggu ke-8
termasuk kategori sangat berat. Sampel dikatakatan aman dari serangan serangga jika
tidak terdapat serangga, sampel dikatakatan ringan dari serangan serangga jika
terdapat 1–2 ekor serangga/kg, sampel dikatakatan medium (sedang) dari serangan
serangga jika terdapat 3–5 ekor serangga/kg, sampel dikatakatan berat dari serangan
25
serangga jika terdapat 6–10 ekor serangga/kg, sampel dikatakatan sangat
berat dari serangan serangga jika terdapat > 10 ekor serangga/kg (Bulog, 1996).
Tabel 8. Rataan Serangga Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan (ekor/kg)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
4 10 0 0 0 3
6 26 1 0 0 7
8 76 4 0 0 20
Rataan 22 1 0 0Keterangan: P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4
= kemasan plastik
Serangga yang terdapat pada penelitian ini sama dengan serangga yang
ditemukan pada penelitian Putra (2005) dan Koehler (2005) yaitu Sitophilus oryzae.
Serangga ini mempunyai ciri yaitu sewaktu masih muda berwarna cokelat dan
setelah dewasa berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar 2–5 mm (rata–rata yaitu 2–
3,5 mm), pada sayap bagian depan terdapat empat buah bintik berwarna kuning
kemerahan. Cara hidup serangga ini yaitu serangga betina yang akan bertelur
menggerek salah satu sisi butiran beras dengan moncongnya untuk makan dan
membuat liang, kemudian telur ditempatkan dalam liang gerakan. Serangga betina
dapat bertelur sebanyak 300-400 butir, setelah beberapa hari telur menetas menjadi
ulat. Siklus hidup serangga dimulai dari telur, ulat (larva atau jentik), kepompong
(pupa), selanjutnya menjadi serangga dewasa. Serangga dewasa dan ulat aktif
merusak bahan simpanan (Imdad dan Nawangsih, 1999).
Lingkungan hidup yang ideal untuk pertumbuhan Sitophilus oryzae yaitu
pada suhu 25–30 0C dengan kelembaban 70% dan kadar air bahan 10–15%. Siklus
hidupnya berlangsung 31–37 hari (Imdad dan Nawangsih, 1999). Ditambahkan oleh
Cox et al. (2007) bahwa suhu ideal untuk pertumbuhan Sitophilus oryzae yaitu 25-
27,5 0C.
26
G1 G2
Gambar 5. Serangga Penelitian
Keterangan : G1= Serangga Hasil Penelitian Koehler dan G2 = SeranggaHasil Penelitian
Jumlah ulat (larva atau jentik) yang terdapat pada ransum paling banyak
ditemukan pada karung goni dan mulai muncul pada penyimpanan minggu ke-4,
sedangkan pada kemasan karung plastik mulai ditemukan pada penyimpanan minggu
ke-6 (Tabel 9). Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan jumlah ulat (larva
atau jentik) yang terdapat pada ransum. Menurut Aldryhim dan Adam (1999), siklus
hidup yang diperlukan dari tahap telur menjadi ulat (larva atau jentik) yaitu 10 hari,
tahap kepompong (pupa) menjadi serangga dewasa yaitu 10-70 hari.
Tabel 9. Rataan Ulat Ransum pada Berbagai Kemasan Selama Penyimpanan
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
4 43 0 0 0 10
6 76 2 0 0 20
8 148 23 0 0 43
Rataan 67 6 0 0Keterangan: P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4
= kemasan plastik
Sifat Fisik
Menurut Kling dan Woehlbier (1983) dalam Khalil (1999a), sekurang-
kuarangnya ada tujuh sifat fisik pakan yang penting, yaitu ukuran parikel, berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, daya
ambang, dan faktor higroskopis. Sedangkan menurut Wirakartakusumah et al.
(1992), sifat fisik bahan pakan banyak dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran partikel
27
suatu bahan, juga dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk dan
karakteristik permukaan suatu bahan.
Sifat fisik pakan yang diamati pada penelitian ini yaitu kadar air, aktivitas air, ukuran
partikel, berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan
tumpukan.
Kadar Air
Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan bahan
kering adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan bahan kering
bahan tersebut (Syarif dan Halid, 1993). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis
kemasan dan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar
air. Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan nilai kadar air ransum (Tabel
10). Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan menunjukkan sangat
berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar air.
Tabel 10. Rataan Kadar Air Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan (%)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 9,58±0,52PQ 9,58±0,52PQ 9,58±0,52PQ 9,58±0,52PQ 9,58±0,46A
2 12,16±0,52S 12,47±0,30ST 12,83±0,52STU 9,49±0,22PQ 11,74±1,41B
4 13,64±0,30TUV 13,44±0,57TUV 14,11±0.85V 8,43±0,86P 12,41±2,26C
6 13,28±0.85STUV 13,80±0.55UV 13,28±0,89STUV 10,50±0,86QR 12,71±1,52CD
8 13,46±0,28TUV 14,00±0,25UV 14,00±0,32UV 10,89±0,54R 13,08±1,37D
Rataan 12,42±2,07B 12,66±2,01B 12,76±1,78B 9,78±2,18A
Keterangan: Superskrip A, B, C, CD, dan D pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yangsangat nyata (P<0,01)Superskrip A dan B pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata(P<0,01)Superskrip P, PQ, QR, R, S, ST, STU, STUV, TUV, UV, dan V menunjukkanperbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4= kemasan plastik
Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk membungkus
bahan atau komoditi, serta memberikan perlindungan pada bahan atau komoditi
(Imdad dan Nawangsih, 1999). Kemasan yang berbeda dapat mempengaruhi kadar
air. Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai kadar air ransum pada kemasan plastik
28
mempunyai nilai yang paling rendah dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain
sampai penyimpanan minggu ke-8. Hal ini dikarenakan kemasan plastik tidak
mempunyai pori–pori dibadingkan dengan jenis kemasan yang lain. Kemasan plastik
terbuat dari polyethylene, yang mempunyai keuntungan yaitu permeabilitas uap air
dan air rendah (Syarief dan Irawati, 1988).
Gambar 6. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpananterhadap Kadar Air
Semakin lama penyimpanan, maka akan meningkatkan kadar air ransum,
meskipun pada perlakuan P1 dan P3 kadar air ransum berubah–ubah setiap
minggunya (Tabel 10). Perubahan kadar air ransum dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban lingkungan selama penyimpanan. Suhu dan kelembaban ruang
penyimpanan berubah–ubah setiap minggunya (Tabel 6). Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Suadnyana (1998), bahwa kandungan air bahan senantiasa berubah
yang dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu, dan kelembaban. Bila kelembaban udara
ruang penyimpanan tinggi maka akan terjadi absorpsi uap air dari udara ke ransum
yang menyebabkan kadar air ransum meningkat. Hal ini didukung oleh Winarno et
al. (1980) bahwa kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban
nisbi (RH) udara sekitarnya, bila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi
sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara
sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi.
Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan mempengaruhi
nilai kadar air. Grafik interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan
29
terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 10 menunjukkan bahwa
ransum pada perlakuan P3 pada penyimpanan 4 minggu mempunyai nilai kadar air
yang paling tinggi. Penyimpanan 0 minggu, kadar air ransum pada semua perlakuan
mempunyai nilai yang sama. Penyimpanan 2, 4, 6, dan 8 minggu, kadar air ransum
paling rendah pada perlakuan P4 dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Perbedaan kadar air ransum disebabkan setiap jenis kemasan terbuat dari bahan yang
berbeda dan mempunyai karakteristik yang berbeda dalam pengendalian cahaya,
konsentrasi oksigen, kadar air, dan perpindahan panas.
Pengemasan baik menggunakan karung goni, karung plastik, kemasan kertas,
dan kemasan plastik dapat mempertahankan kadar air ransum selama penyimpanan 8
minggu, yaitu kadar air ransum masih dibawah 14% (sesuai dengan ketentuan SNI
No. 01-3930-2006). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Haris dan Karnas (1989),
bahwa pengemasan terhadap produk bertujuan untuk melindungi produk dari
pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar.
Aktivitas Air
Aktivitas air bahan pakan merupakan air bebas yang terkandung dalam bahan
pakan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Syarif dan Halid,
1993). Nilai aktivitas air menunjukkan banyaknya air bebas pada suatu bahan yang
dapat memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa jenis kemasan dan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01)
terhadap aktivitas air. Semakin lama penyimpanan, maka meningkatkan nilai
aktivitas air ransum, meskipun terjadi penurunan pada minggu ke-8 (Tabel 11).
Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata
(P<0,01) terhadap aktivitas air.
Aktivitas air pada kemasan plastik mempunyai nilai yang paling rendah
dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain sampai penyimpanan minggu ke-8.
Hal ini dikarenakan kemasan plastik tidak mempunyai pori–pori dibandingkan
dengan jenis kemasan yang lain. Kemasan plastik terbuat dari polyethylene, yang
mempunyai keuntungan yaitu permeabilitas uap air dan air rendah mudah dikelim
panas, fleksibel, dapat digunakan untuk penyimpanan beku (-50 0C), transparan
sampai buram, dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain. (Syarief
dan Irawati, 1988).
30
Tabel 11. Rataan Aktivitas Air Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 0,63±0,01P 0,63±0,01P 0,63±0,01P 0,63±0,01P 0,63±0,01A
2 0,73±0,02QRST 0,62±0,01P 0,73±0,00QRS 0,72±0,01Q 0,70±0,05B
4 0,74±0,01QRSTU 0,76±0,02STUV 0,79±0,01V 0,64±0,01P 0,73±0,05C
6 0,77±0,00TUV 0,79±0,01V 0,76±0,03RSTUV 0,72±0,06QR 0,76±0,04D
8 0,78±0,01UV 0,78±0,00UV 0,78±0,01V 0,65±0,02P 0,75±0,06CD
Rataan 0,73±0,07BC 0,72±0,06B 0,74±0,06C 0,67±0,07A
Keterangan: Superskrip A, B, C, CD, dan D pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yangsangat nyata (P<0,01)Superskrip A, B, BC, dan C pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangatnyata (P<0,01)Superskrip P, Q, QRS, QRST, QRSTU, RSTUV, STUV, TUV, UV, dan Vmenunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4= kemasan plastik
Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan mempengaruhi
nilai aktivitas air. Grafik interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan
terhadap aktivitas air dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 11 menunjukkan bahwa
ransum perlakuan P3 pada penyimpanan 4 dan 8 minggu dan perlakuan P2 pada
penyimpanan 6 minggu mempunyai nilai aktivitas air yang tinggi. Penyimpanan 0
minggu, aktivitas air ransum pada semua perlakuan mempunyai nilai yang sama.
Penyimpanan 2 minggu, aktivitas air ransum pada perlakuan P2 mempunyai nilai
yang paling rendah. Penyimpanan 4, 6, dan 8 minggu, aktivitas air ransum pada
perlakuan P4 mempunyai nilai yang paling rendah. Perbedaan aktivitas air ransum
disebabkan kadar air ransum berbeda-beda setiap minggunya.
Gambar 7. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Lama Penyimpananterhadap Aktivitas Air
31
Semakin lama penyimpanan maka akan meningkatkan aktivitas air ransum,
meskipun pada perlakuan P3 dan P4 aktivitas air ransum berubah–ubah (Tabel 11).
Aktivitas air pada berbagai jenis kemasan selama penyimpanan berkisar antara 0,6-
0,7. Menurut Winarno (1997) suatu bahan yang akan disimpan sebaiknya memiliki
aktivitas air dibawah 70%. Aktivitas air berkorelasi positif dengan kadar air.
Hubungan (korelasi) antara aktivitas air dengan kadar air menunjukkan hubungan
linier (r = 0,56) dengan persamaan y = 0,343+0,031x. Grafik garis hubungan antara
aktivitas air dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 8. Absorpsi uap air dari
udara ke ransum menyebabkan perubahan kandungan air bebas ransum, sehingga
menyebabkan nilai aktivitas air juga berubah. Nilai aktivitas air yang berubah–ubah
setiap minggunya disebabkan oleh suhu dan kelembaban ruang penyimpanan yang
selalu berubah–ubah (Tabel 6).
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Aktivitas Air
Nilai aktivitas air dapat memicu pertumbuhan mikroba. Aktivitas air ransum
selama penyimpanan pada berbagai kemasan dapat memicu pertumbuhan kapang,
karena aktivitas airnya berkisar antara 0,6-0,7. Winarno (1997) menyatakan bahwa
berbagai mikroorganisme mempunyai aktivitas air minimum agar dapat tumbuh
dengan baik, misalnya bakteri tumbuh pada aktivitas air 0,9, khamir pada aktivitas
air 0,8-0,9 dan kapang pada aktivitas air 0,6-0,7.
Ukuran Partikel
Pengujian ukuran partikel bertujuan untuk menentukan kategori kadar
kehalusan dari pakan atau ransum yang dihasilkan dengan menggunakan Ro Tap
32
Sieve Shaker (Henderson dan Perry, 1981). Satuan dari ukuran partikel yaitu mm.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh nyata
terhadap ukuran partikel, sedangkan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata
(P<0,01) meningkatkan ukuran partikel (Tabel 12). Interaksi antara jenis kemasan
dengan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran partikel.
Tabel 12. Rataan Ukuran Partikel Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan (mm)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 3,29±0,23 3,29±0,23 3,29±0,23 3,29±0,23 3,29±0,24A
2 3,71±0,27 3,37±0,29 3,72±0,30 3,41±0,22 3,55±0,30B
4 3,91±0,18 3,72±0,19 3,73±0,21 3,74±0,31 3,77±0,22B
6 3.73±0.25 3,83±0,26 3,65±0,17 3,83±0,12 3,76±0,21B
8 3,45±0,12 3,59±0,19 3,83±0,12 3,87±0,38 3,68±0,27B
Rataan 3,62±0,30 3,56±0,30 3,64±0,27 3,63±0,34
Keterangan: Superskrip A dan B pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata(P<0,01)
P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4= kemasan plastik
Ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya lama penyimpanan.
Peningkatan ukuran partikel selama penyimpanan terjadi seiring dengan
meningkatnya kadar air ransum selama penyimpanan (Tabel 10 dan Tabel 12). Al-
Mahasneh dan Rababah (2007) menyatakan bahwa ukuran partikel meningkat seiring
dengan meningkatnya kadar air. Hal ini didukung dari hasil penelitian Florensyah
(2007) bahwa lama penyimpanan dan kadar air mempengarhi ukuran partikel.
Hubungan (korelasi) antara ukuran partikel dengan kadar air menunjukkan hubungan
linier (r = 0,299) dengan persamaan y=2,694+0,077x. Hal ini menunjukkan
hubungan (korelasi) antara kadar air dengan ukuran partikel mempunyai hubungan
yang positif. Grafik garis hubungan antara ukuran partikel dengan kadar air dapat
dilihat pada Gambar 9. Parde et al. (2003) menyatakan peningkatan ukuran partikel
dikarenakan kadar air selama penyimpanan meningkat yang menyebabkan inti
membengkak. Ransum hasil penelitian sampai penyimpanan minggu ke-8 termasuk
kategori sedang (medium), karena nilai ukuran partikelnya berkisar antara 3,29-3,77
mm. Behnke dan Beyer (2007) menyatakan bahwa crumble yang termasuk kategori
sedang (medium) yaitu mempunyai ukuran partikel sebesar 1,5-4,0 mm.
33
Gambar 9. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Ukuran Partikel
Penentuan ukuran partikel ransum sangat penting, karena berpengaruh
terhadap pertumbuhan ternak dan efisiensi pakan. Menurut Jahan et al. (2006) pakan
dalam bentuk crumble lebih baik daripada pakan bentuk mash dan pellet untuk
broiler komersial umur 21-56 hari. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian
ransum bentuk crumble adalah meningkatkan palatabilitas ayam dan memungkinkan
ayam untuk makan lebih cepat dibandingkan ransum dalam bentuk mash (Patrick dan
Schaible, 1980). Menurut Ensminger et al. (1990), pengecilan ukuran partikel
dilakukan untuk mempermudah konsumsi dan meningkatkan kecernaan pakan.
Berat Jenis
Berat jenis mempunyai peranan penting dalam berbagai proses pengolahan,
penanganan, dan penyimpanan. Berat jenis disebut juga berat spesifik (specific
gravity), merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap perubahan volume
aquadest dengan satuan g/ml. Berat jenis memberikan pengaruh besar terhadap daya
ambang dari partikel, faktor penentu dari kerapatan tumpukan, dan faktor penentu
dari densitas curah (Kling dan Woehlbier, 1983 dalam Khalil, 1999a). Berat jenis
memegang peranan penting dalam proses pengolahan. Hasil sidik ragam
menunjukkan jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis, sedangkan
lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) menurunkan berat jenis.
Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata
(P<0,01) terhadap berat jenis.
34
Tabel 13. Rataan Berat Jenis Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan (g/ml)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 1,69±0,23RST 1,69±0,23RST 1,69±0,23RST 1,69±0,23RST 1,69±0,21BC
2 1,63±0,27RST 1,22±0,25PQ 1,23±0,15PQ 1,88±0,42ST 1,49±0,39B
4 1,75±0,17ST 1,75±0,17ST 1,55±0,14QRS 2,04±0,45T 1,77±0,39C
6 1,15±0,07PQ 1,27±0,18PQR 1,18±0,08PQ 1,12±0,10PQ 1,18±0,12A
8 1,15±0,07PQ 1,26±0,13PQR 1,18±0,06PQ 1,06±0,06P 1,16±0,11A
Rataan 1,47±0,36 1,44±0,45 1,37±0,34 1,56±0,26
Keterangan: Superskrip A, B, BC, dan C pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangatnyata (P<0,01)Superskrip P, PQ, PQR, QRS, RST, ST, dan Tmenunjukkan perbedaan yang sangatnyata (P<0,01)
P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4= kemasan plastik
Interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan mempengaruhi
nilai berat jenis. Grafik interaksi antara jenis kemasan dengan lama penyimpanan
terhadap berat jenis dapat dilihat pada Gambar 10. Interaksi antara jenis kemasan
dengan lama penyimpanan terhadap berat jenis mempunyai nilai paling tinggi yaitu
pada perlakuan P4 pada penyimpanan 4 minggu (Tabel 13). Penyimpanan 0 minggu,
berat jenis ransum pada semua perlakuan mempunyai nilai yang sama. Penyimpanan
2 minggu, ransum perlakuan P2 dan P3 mempunyai nilai berat jenis yang paling
rendah. Penyimpanan 6 minggu, ransum pada semua perlakuan tidak ada perbedaan.
Penyimpanan 8 minggu, ransum perlakuan P4 mempunyai nilai berat jenis yang
paling rendah. Perbedaan berat jenis ransum disebabkan kadar air ransum berbeda-
beda setiap minggunya. Hal ini didukung dari hasil penelitian Putra (2005) dan
Florensyah (2007) bahwa yang mempengaruhi nilai berat jenis yaitu lama
penyimpanan dan kadar air.
35
Gambar 10. Grafik Interaksi antara Jenis Kemasan dengan Penyimpananterhadap Berat Jenis
Lama penyimpanan mempengaruhi nilai berat jenis. Semakin lama ransum
disimpan, akan menurunkan nilai berat jenis meskipun terjadi peningkatan pada
minggu ke-4. Penurunan berat jenis selama penyimpanan terjadi seiring dengan
meningkatnya kadar air ransum selama penyimpanan (Tabel 10 dan Tabel 13).
Hubungan (korelasi) antara berat jenis dengan kadar air menunjukkan hubungan
linier (r = -0,321) dengan persamaan y = 2,215-0,063x. Hal ini menunjukkan
hubungan (korelasi) antara kadar air dengan berat jenis mempunyai hubungan yang
negatif. Grafik garis hubungan antara berat jenis dengan kadar air dapat dilihat pada
Gambar 11. Semakin tinggi kadar air ransum selama penyimpanan, maka akan
menurunkan berat jenis. Hal ini didukung dari hasil penelitian Putra (2005) dan
Florensyah (2007) bahwa yang mempengaruhi nilai berat jenis yaitu lama
penyimpanan dan kadar air, akan tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan
pendapat Khalil (1999a) mengungkapkan bahwa pengecilan ukuran partikel dan
kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat jenis dari berbagai
kelompok bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber protein nabati dan
hewani serta bahan pakan sumber mineral.
36
Gambar 11. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Berat Jenis
Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk jika bahan dicurahkan dari
suatu tempat pada bidang datar yang akan bertumpukan dan terbentuk suatu
gundukan menyerupai kerucut antara bidang datar dan kemiringan tumpukan yang
terbentuk jika bahan dicurahkan serta menunjukkan kebebasan bergerak suatu
partikel dari suatu tumpukan bahan (Pratomo, 1976). Hasil sidik ragam menunjukkan
jenis kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap sudut tumpukan, sedangkan lama
penyimpanan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) meningkatkan sudut tumpukan.
Interaksi antara jenis kemasan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata
terhadap sudut tumpukan.
Lama penyimpanan mempengaruhi nilai sudut tumpukan. Semakin lama
ransum disimpan, maka akan meningkatkan nilai sudut tumpukan (Tabel 14). Kadar
air berpengaruh terhadap nilai sudut tumpukan, yaitu semakin tinggi nilai kadar air
akan meningkatkan nilai sudut tumpukan. Hal ini didukung oleh Baryeh (2002)
bahwa yang mempengaruhi nilai sudut tumpukan yaitu kadar air, semakin tinggi nilai
kadar air maka akan meningkatkan nilai sudut tumpukan. Besarnya sudut tumpukan
sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan karakteristik permukaan partikel,
kandungan air, berat jenis dan kerapatan tumpukan (Kling dan Woehlbier, 1983
dalam Khalil, 1999b). Ditambahkan pula oleh Mujnisa (2007) bahwa ukuran partikel
mempengaruhi sudut tumpukan, yaitu semakin kecil ukuran partikel maka semakin
tinggi sudut tumpukannya.
37
Tabel 14. Rataan Sudut Tumpukan Ransum pada Berbagai Kemasan SelamaPenyimpanan (0)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 21,53±0,54 21,53±0,54 21,53±0,54 21,53±0,54 21,53±0,48B
2 19,62±1,33 20,41±0,80 21,03±0,77 21,04±0,55 20,53±1,01A
4 21,74±0,63 21,22±0,37 21,08±0,45 21,55±0,25 21,40±0,57B
6 21,57±0,46 21,41±0,35 21,61±1,08 21,23±0,41 21,47±0,60B
8 22,26±0,35 22,07±0,76 21,93±0,63 21,27±0,34 21,88±0,63B
Rataan 21,34±1,02 21,33±0,81 21,45±0,71 21,33±0,62Keterangan: : Superskrip A dan B pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4
= kemasan plastik
Kegunaan praktis dari sifat sudut tumpukan adalah dalam pemindahan dan
pengangkutan bahan karena akan mempengaruhi kapasitas belt conveyor dan alat
material handling lainnya. Ransum pada berbagai jenis kemasan sampai
penyimpanan 8 minggu termasuk kategori bahan yang sangat mudah mengalir.
Bahan yang sangat mudah mengalir memiliki sudut tumpukan berkisar antara 20-300
(Fasina dan Sokhansanj, 1993).
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan dengan
volume ruang yang ditempati, dengan satuan g/m (Khalil, 1999a). Kerapatan
tumpukan digunakan untuk menentukan volume ruang penyimpanan bahan dengan
berat tertentu (Syarief dan Irawati, 1993). Semakin tinggi nilai kerapatan tumpukan
maka ruang penyimpanan yang dibutuhkan semakin kecil (Khalil, 1999a). Kerapatan
tumpukan berpengaruh terhadap daya campur dan ketelitian penakaran secara
otomatis, begitu juga dengan berat jenis (Kling and Woehlbier, 1983 dalam Khalil
1999a). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan tidak berpengaruh
nyata terhadap kerapatan tumpukan, sedangkan lama penyimpanan sangat
berpengaruh nyata (P<0,01) menurunkan kerapatan tumpukan. Interaksi antara jenis
kemasan dengan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan
tumpukan.
38
Tabel 15. Rataan Kerapatan Tumpukan Ransum pada Berbagai KemasanSelama Penyimpanan (g/ml)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 0,68±0,02 0,68±0,02 0,68±0,02 0,68±0,02 0,68±0,01B
2 0,72±0,02 0,71±0,03 0,74±0,06 0,72±0,05 0,72±0,04B
4 0,66±0,02 0,64±0,02 0,66±0,00 0,67±0,00 0,66±0,05A
6 0,64±0,01 0,65±0,01 0,65±0,01 0,66±0,01 0,65±0,01A
8 0,66±0,03 0,68±0,01 0,64±0,01 0,66±0,01 0,66±0,02A
Rataan 0,67±0,03 0,67±0,03 0,67±0,04 0,68±0,03Keterangan: : Superskrip A dan B pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01) P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4
= kemasan plastik
Lama penyimpanan mempengaruhi nilai kerapatan tumpukan. Semakin lama
ransum disimpan, maka akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan (Tabel 15).
Fasina dan Sonkhansanj (1993) menyatakan bahwa nilai kerapatan tumpukan
berbanding terbalik dengan kandungan air dan ukuran partikel asing dalam bahan.
Ditambahkan pula Mwithiga dan Sifuna (2006) bahwa yang mempengaruhi nilai
kerapatan tumpukan yaitu kadar air, semakin tinggi nilai kadar air maka akan
menurunkan nilai kerapatan tumpukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu
peningkatan kadar air menyebabkan penurunan nilai kerapatan tumpukan. Ukuran
partikel bahan berpengaruh terhadap nilai kerapatan tumpukan. Semakin banyak
jumlah partikel halus dalam ransum, maka akan meningkatkan nilai kerapatan
tumpukan (Johnson, 1994 dan Mujnisa, 2007).
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Kerapatan pemadatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan
terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan seperti
penggoyangan. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan akan lebih besar daripada nilai
kerapatan tumpukan karena adanya penggetaran yang menyebabkan terjadinya
pemadatan sehingga volume per ml bahan semakin kecil. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa lama penyimpanan dan jenis kemasan sangat berpengaruh nyata
(P<0,01) terhadap kerapatan pemadatan tumpukan. Semakin lama penyimpanan,
39
maka menurunkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan, meskipun terjadi
peningkatan pada minggu ke-2 (Tabel 16). Interaksi antara jenis kemasan dengan
lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan pemadatan
tumpukan.
Tabel 16. Rataan Kerapatan Pemadatan Tumpukan Ransum pada BerbagaiKemasan Selama Penyimpanan (g/ml)
PerlakuanPenyimpanan
(minggu) P1 P2 P3 P4 Rataan
0 0,80±0,01 0,80±0,01 0,80±0,01 0,80±0,01 0,80±0,01C
2 0,84±0,01 0,82±0,03 0,84±0,04 0,85±0,05 0,84±0,03D
4 0,77±0,03 0,75±0,02 0,75±0,01 0,79±0,01 0,76±0,04B
6 0,73±0,01 0,72±0,01 0,72±0,01 0,76±0,02 0,73±0,05A
8 0,76±0,05 0,76±0,01 0,72±0,02 0,76±0,01 0,75±0,05AB
Rataan 0,78AB±0,05 0,77A±0,04 0,77A±0,05 0,79B±0,05Keterangan: Superskrip A, AB, B, C, dan D pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01)Superskrip A, AB, dan BC pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangatnyata (P<0,01)
P1 = kemasan karung goni, P2 = kemasan karung plastik, P3 = kemasan kertas, dan P4= kemasan plastik
Jenis kemasan plastik mempunyai nilai kerapatan pemadatan tumpukan yang
paling tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain (Tabel 16). Hal ini
dikarenakan kemasan plastik tidak mempunyai pori–pori jika dibadingkan dengan
jenis kemasan yang lain, sehingga absorpsi uap air dari udara ke ransum yang
menyebabkan kadar air ransum meningkat sedikit. Kemasan plastik terbuat dari
polyethylene, yang mempunyai keuntungan yaitu permeabilitas uap air dan air rendah
(Syarief dan Irawati, 1988). Bila kadar air ransum meningkat, maka akan terjadi
peningkatan nilai ukuran partikel, sehingga nilai kerapatan pemadatan tumpukan
menurun. Bila nilai kadar air ransum bahan rendah, maka nilai ukuran partikel juga
rendah, sehingga meningkatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan. Hal ini
didukung oleh Suadnyana (1998) kerapatan pemadatan tumpukan menurun dengan
semakin tingginya kandungan air. Ditambahkan oleh Sayekti (1999) bahwa
kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran partikel.
Ukuran partikel ransum besar mengakibatkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan
40
yang lebih rendah dibandingkan dengan ukuran partikel yang lebih kecil, karena
ransum yang ukuran partikelnya besar ruang antar ransumnya semakin luas
dibandingkan ransum yang berukuran kecil.
Lama penyimpanan mempengaruhi nilai kerapatan pemadatan tumpukan.
Semakin lama ransum disimpan, maka akan menurunkan nilai kerapatan pemadatan
tumpukan, meskipun terjadi peningkatan pada penyimpanan minggu ke-8 (Tabel 16).
Kerapatan pemadatan tumpukan menurun dengan semakin tingginya kandungan air
(Suadnyana, 1998). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu peningkatan kadar air
menyebabkan penurunan nilai kerapatan pemadatan tumpukan.
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan sangat penting diketahui karena sangat
bermanfaat pada saat pengisian bahan ke dalam wadah yang diam tetapi bergetar.
Pemadatan pakan berukuran partikel kecil akan mengurangi ruang antar partikel dan
menyebabkan bobot bahan setiap satuan volume meningkat.
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jenis kemasan kertas dan plastik dapat mempertahankan ransum dari
serangan serangga sampai penyimpanan 8 minggu, sedangkan kemasan karung
plastik sampai penyimpanan 4 minggu, dan kemasan karung goni sampai
penyimpanan 2 minggu. Jenis kemasan karung goni, kemasan karung plastik,
kemasan kertas, dan kemasan plastik dapat mempertahankan sifat fisik ransum
sampai penyimpanan 8 minggu.
Saran
Terdapat jamur pada kemasan kertas pada penyimpanan 6 minggu, sehingga
perlu dilanjutkan penelitian mengenai perkembangan jamur, terutama yang
berhubungan dengan aflatoxin terhadap berbagai macam kemasan.
42
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan nikmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar,
dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc selaku
dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing utama, Ir. Abdul Djamil
Hasjmy, MS selaku dosen pembimbing anggota, Ir. Dwi Margi Suci, MS selaku
dosen penguji seminar, Dr. Ir. Sumiati, MSc dan Ir. B.N. Polii, Su selaku dosen
penguji ujian sidang yang telah memberikan masukan kepada Penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada ayah dan
ibu tercinta yang selalu mendo’akan, memberi nasihat, dorongan, dan bimbingannya,
serta terima kasih Penulis ucapkan kepada kakak tercinta yang telah memberikan
motivasi dan membantu dalam penulisan skripsi ini.
Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada Ibu Anis, Pak Hadi, Pak Atip, Pak
Wardi atas semua bantuannya, serta Ratih dan Fani yang turut serta membantu dalam
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman–teman INTP
42, dan sahabat–sahabatku Roni, Ratna, Dian, Dede Rosadi, Mbak Weni dan juga
“Genk PengiZ”. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi civitas akademik dan
masyarakat yang bergerak di bidang peternakan.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
43
DAFTAR PUSTAKA
Aldryhim, Y. N. and E. E. Adam 1999. Efficacy of gamma irradiation againstSitophilus granarius (L.) (Coleoptera: Curculionidae). J. Stored ProductResearch 35 (1): 225-232
Al-Mahasneh, M. A. and T. M. Rababah. 2007. Effect moisture of content on somephysical properties of green wheat. J. Food Engineering 79 (4): 1467-1473.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Satu Gunung Budi, Bogor.AOAC. 1984. Official Methods of The Assosiation of Official Analitycal Chemist.
Edited by Sidney William. Assosiation of Official Analytical Chemist. Inc.1111 North Ninetenth Street.
Badan Meteorologi dan Geofisika. 2008. Suhu dan Kelembaban Darmaga. StasiunKlimatologi Darmaga, Bogor.
Badan Urusan Logistik. 1996. Buku Panduan Perawatan Kualitas Komoditas MilikBulog. Badan Urusan Logistik, Jakarta.
Behnke, K. C. and R. S. Beyer. 2007. Effect of feed processing on broilerperformance. Kansas State University, Manhattan, Kansas.http://www.veterinaria.uchile.cl/publicacion/viiipatologia/SEMINARIOS/semi2.pdf [9 Agustus 2008]
Baryeh, E. A. 2002. Physical properties of millet. J. Food Engineering 51 (1): 39-46.Cox, P. D., M. E. Wakefield and T. A. Jacob. 2007. The effect of temperature on
flight initiation in a range of moths, beetles and parasitoids associated withstored products. J. Stored Product Research 43 (2): 111-117
Ensminger, M. E., J. E. Oldfield and W. W. Heinemenn. 1990. Feed and Nutrition.2nd Edition. The Ensminger Publishing Company, California.
Fasina, O. D. and S. Sokhansanj. 1993. Effect of moisture on bulk handlingproperties of alfalfa pellets. J . Canada Agricultur Engineering 35(4): 269-272.
Florensyah, A. I. 2007. Pengaruh lama penyimpanan ransum komersial ayam broilerstarter bentuk crumble terhadap kadar air, aktivitas air, dan sifat fisik. Skripsi.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Harris, R. S. dan E. Karnas. 1989. Evaluasi Nilai Gizi pada Pengolahan BahanPangan. ITB Press, Bandung.
Hasjmy, A. D. 1991. Pengaruh waktu penyimpanan dan kemasan ransum komersialayam petelur terhadap kandungan aflatoxin. Tesis. Sekolah Pasca Sarjan.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Henderson, S. M. and R. L. Perry. 1981. Agricultural Process Engineering.Terjemahan : M. Pratomo. Direktorat Pendidikan Tinggi. Dinas P & K, Jakarta.
Imdad, H. P. dan Nawangsih A. A. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. PenebarSwadaya, Jakarta.
44
Jahan, M. S, M. Asaduzzaman and A. K. Sarkar. 2006. Performance of broiler fed onmash, pellet and crumble. International Journal of Poultry 5(3): 265-270.http://www.pjbs.org/ijps/fin557.pdf [9 Juli 2008].
Johnson, J. R. 1994. The realities of bulk solid properties testing. Bulk Solidhandling 14 (1): 129–134.
Junaedi. 2003. Mempelajari pemanfaatan berbagai jenis kemasan kertas untukpenyimpanan sayuran segar: studi kasus pengaruh berbagai jenis kertasterhadap umur simpan selada daun (Lactuca sativa L) dalam penyimpanansegar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahanperilaku fisik bahan pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatantumpukan, dan berat jenis. Media Peternakan 22 (1):1-11.
Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahanperilaku fisik bahan pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktorhigroskopis. Media Peternakan 22 (1): 33–42.
Koehler, P. G. 2005. Rice weevil, Sitophilus orizae. (Coleoptera: Curculinodae).http://edis.ifas.ufl.edu. Universitas of Florida, Florida. [9 April 2009].
Leeson, S. and J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Edition.University of Books, Guelph.
Mujnisa, A. 2007. Uji sifat fisik jagung giling pada berbagai ukuran partikel (test thenature of physical milled maize at various particle size). Buletin Nutrisi danMakanan Ternak 6 (1) : 1-9
Mwithiga, G. and M. M. Sifuna. 2006. Effect of moisture content on the physicalproperties of three varieties of shorgum seeds. J. Food Engineering 75 (4): 480-486.
Parde, S. R., A. Johal, D. S. Jayas and N. D. G. White. 2003. Physical properties ofbuckwheat cultivars. Canadian Biosystems Engineering 45 (3) : 19–22.
Patrick, H. and P. J. Schaible. 1980. Poultry Feeds and Nutrition. The Avi PublishingCompany Inc., Westpoort. Connecticut.
Pratomo, M. 1976. Teknik pengolahan hasil pertanian. Skripsi. Fakultas Mekanisasidan Teknologi Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Putra, E. D. 2005. Pengaruh taraf penyemprotan air dan lama penyimpanan terhadapdaya tahan ransum broiler finisher berbentuk pelet. Skripsi. FakultasPerternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Roza, D. 1998. Pengelolaan hama gudang di depot Logistik Jakarta Raya (DologJaya). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sayekti, W. B. R. 1999. Karakteristik sifat fisik berbagai varietas jagung (Zea maysl). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Standar Nasional Indonesia. 2006. SNI Ransum Broiler Stater 01-3930-2006. BadanStandar Nasional Indonesia.
45
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika SuatuPendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Soekartawi. 1989. Komoditi Serat Karung Di Indonesia. Cetakan Ke-1. UniversitasIndonesia Press, Jakarta.
Suadnyana, I. W. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadapperubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein. Skripsi. Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. MediaSarana Perkasa, Jakarta.
Syarief, R dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syarief, R., S. Santausa dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PusatAntar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Thahir, R., Sudaryono, Soemardi dan Soeharmadi. 1988. Teknologi PascapanenJagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Winarno, F. G. dan B. S. Laksmi. 1974. Dasar Pengawetan Sanitasi dan Keracunan.Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta. Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT.Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G. dan S. L. B. Jenie. 1984. Kerusakan Bahan Pangan. Gramedia Utama,Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Wirakartakusumah, M . A., K. Abdullah dan A. M. Syarif. 1992. Sifat Fisik Pangan.
Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar UniversitasPangan dan Gizi, Institut Pertanian, Bogor.
Yuliastanti, A. 2001. Uji sifat fisik ransum ayam broiler starter bentuk mash, pellet,dan crumble selama penyimpanan enam minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Kadar Air
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 290,24 15,28 44,94** 1,76 2,22
Faktor P 3 121,85 40,62 119,47** 2,76 4,12
Faktor M 4 123,79 30,95 91,03** 2,52 3,64
P*M 12 44,60 3,72 10,94** 1,92 2,49
Error 60 20,15 0,34
Total 79 310,39Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
Lampiran 2. Uji Lanjut Duncan Kadar Air (Kemasan)
SuperskripPerlakuan
A B
4 9,78
1 12,42
2 12,66
3 12,76
Lampiran 3. Uji Lanjut Duncan Kadar Air (Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A B C CD D
0 9,58
2 11,74
4 12,41
6 12,71
8 13,08
48
Lampiran 4. Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Jenis Kemasan dengan LamaPenyimpanan terhadap Kadar Air
Duncan Grouping Mean N
P 8,43 4
PQ 9,49 4
PQ 9,58 4
PQ 9,58 4
PQ 9,58 4
PQ 9,58 4
QR 10,50 4
R 10,89 4
S 12,16 4
ST 12,47 4
STU 12,83 4
STUV 13,28 4
STUV 13,28 4
TUV 13,44 4
TUV 13,46 4
TUV 13,64 4
UV 13,80 4
UV 14,00 4
UV 14,00 4
V 14,11 4
49
Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam Aktivitas Air
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 0,31 0,02 53,33** 1,76 2,22
Faktor P 3 0,05 0,02 53,33** 2,76 4,12
Faktor M 4 0,17 0,04 136,67** 2,52 3,64
P*M 12 0,09 0,01 23,33** 1,92 2,49
Error 60 0,02 0,01
Total 79 0,33Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
Lampiran 6. Uji Lanjut Duncan Aktivitas Air (Kemasan)
SuperskripPerlakuan
A B BC C
4 0,67
2 0,72
1 0,73
3 0,74
Lampiran 7. Uji Lanjut Duncan Aktivitas Air (Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A B C CD D
0 0,63
2 0,70
4 0,73
8 0,75
6 0,76
50
Lampiran 8. Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Jenis Kemasan dengan LamaPenyimpanan terhadap Aktivitas Air
Duncan Grouping Mean N
P 0,62 4
P 0,63 4
P 0,63 4
P 0,63 4
P 0,63 4
P 0,64 4
P 0,65 4
Q 0,72 4
QR 0,72 4
QRS 0,73 4
QRST 0,73 4
QRSTU 0,74 4
RSTUV 0,76 4
STUV 0,76 4
TUV 0,77 4
UV 0,78 4
UV 0,78 4
UV 0,78 4
V 0,79 4
V 0,79 4
51
Lampiran 9. Hasil Sidik Ragam Ukuran Partikel
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 3,69 0,19 3,17** 1,76 2,22
Faktor P 3 0,08 0,03 0,50tn 2,76 4,12
Faktor M 4 2,61 0,65 10,83** 2,52 3,64
P*M 12 1,01 0,08 1,33tn 1,92 2,49
Error 60 3,51 0,06
Total 79 7,21Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 10. Uji Lanjut Duncan Ukuran Partikel (Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A B
0 3,29
2 3,55
8 3,68
6 3,76
4 3,77
Lampiran 11. Hasil Sidik Ragam Berat Jenis
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 7,04 0,37 7,04** 1,756 2,22
Faktor P 3 0,38 0,13 2,60tn 2,76 4,12
Faktor M 4 5,16 1,29 25,80** 2,52 3,64
P*M 12 1,51 0,13 2,60** 1,92 2,49
Error 60 2,75 0,05
Total 79 9,79Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
tn = tidak berbeda nyata
52
Lampiran 12. Uji Lanjut Duncan Berat Jenis (Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A B BC C
8 1,16
6 1,18
2 1,49
0 1,69
4 1,77
Lampiran 13. Uji Lanjut Duncan Interaksi antara Jenis Kemasan denganLama Penyimpanan terhadap Berat Jenis
Duncan Grouping Mean N
P 1,06 4
PQ 1,12 4
PQ 1,15 4
PQ 1,15 4
PQ 1,18 4
PQ 1,18 4
PQ 1,22 4
PQ 1,23 4
PQR 1,26 4
PQR 1,27 4
QRS 1,55 4
RST 1,63 4
RST 1,69 4
RST 1,69 4
RST 1,69 4
RST 1,69 4
ST 1,75 4
ST 1,75 4
ST 1,88 4
T 2,04 4
53
Lampiran 14. Hasil Sidik Ragam Sudut Tumpukan
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 25,42 1,34 3,27** 1,76 2,22
Faktor P 3 0,21 0,07 0,17tn 2,76 4,12
Faktor M 4 16,17 4,04 9,85** 2,52 3,64
P*M 12 9,03 0,75 1,83tn 1,92 2,49
Error 60 24,44 0,41
Total 79 49,86Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 15. Uji Lanjut Duncan Sudut Tumpukan (Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A B
2 20,53
4 21,40
6 21,47
0 21,53
8 21,88
Lampiran 16. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Tumpukan
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 0,06 0,01 6,00** 1,76 2,21
Faktor P 3 0,00 0,00 0,20tn 2,76 4,12
Faktor M 4 0,05 0,01 26,00** 2,52 3,64
P*M 12 0,01 0,00 1,20tn 1,92 2,49
Error 60 0,03 0,01
Total 79 0,0899Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
tn = tidak berbeda nyata
54
Lampiran 17. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Tumpukan (Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A B
6 0,65
4 0,66
8 0,66
0 0,68
2 0,72
Lampiran 18. Hasil Sidik Ragam Kerapatan Pemadatan Tumpukan
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Perlakuan 19 0,29 0,02 14,00** 1,76 2,22
Faktor P 3 0,01 0,00 6,00** 2,76 4,12
Faktor M 4 0,11 0,03 56,00** 2,52 3,64
P*M 12 0,01 0,01 1,00tn 1,92 2,49
Error 60 0,03 0,01
Total 79 0,16Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 19. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Pemadatan Tumpukan(Kemasan)
SuperskripPerlakuan
A AB B
3 0,77
2 0,77
1 0,78
4 0,79
55
Lampiran 20. Uji Lanjut Duncan Kerapatan Pemadatan Tumpukan(Penyimpanan)
SuperskripPerlakuan
A AB B C D
6 0,73
8 0,75
4 0,80
0 0,80
2 0,84
Lampiran 21. Hasil Regresi Kadar Air dengan Aktivitas Air
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Regresi 1 0,30 0,30 37,63** 3,96 6,97
Error 78 0,65 0,01
Total 79 0,95Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
Lampiran 22. Hasil Regresi Kadar Air dengan Berat Jenis
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Regresi 1 1,24 1,24 8,94** 3,96 6,97
Error 78 10,83 0,14
Total 79 12,07Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
Lampiran 23. Hasil Regresi Kadar Air dengan Ukuran Partikel
SK db JK KT Fhit F0,05 F0,01
Regresi 1 1,83 1,83 7,67** 3,96 6,97
Error 78 18,63 0,24
Total 79 20,46Keterangan : ** = sangat berbeda nyata (P<0,01)
56
Lampiran 24. Suhu dan Kelembaban Darmaga (Oktober-Desember)
Bulan : Oktober
Temperatur (ºC) Kelembaban (%)Tanggal
Rata-rata Rata-rata
1 24,90 882 25,20 863 26,00 824 26,00 855 25,10 886 24,90 897 25,90 878 25,70 839 25,90 81
10 25,00 8311 25,10 9112 23,90 8213 25,50 8114 24,60 8215 25,60 7816 25,40 8517 26,50 9018 25,40 8619 25,70 8320 25,40 8421 25,80 8022 25,50 8023 25,80 9224 24,70 9225 26,00 8726 26,30 8227 26,80 8628 27,10 8529 26,00 7830 25,30 82
57
Bulan: November
Temperatur (ºC) Kelembaban (%)Tanggal
Rata-rata Rata-rata1 26,30 842 25,60 903 26,10 874 25,60 865 25,50 866 25,50 857 24,70 948 25,10 899 25,40 91
10 24,00 9311 26,20 8612 25,70 8613 25,40 9014 25,80 8515 25,60 8716 26,30 8717 26,40 8718 26,10 8819 25,30 8520 26,00 8621 27,20 7722 26,90 7923 26,20 8424 24,30 9025 26,80 8126 24,60 9427 26,60 8128 26,50 8529 26,70 8230 26,40 85
58
Bulan: Desember
Temperatur (ºC) Kelembaban (%)Tanggal
Rata-rata Rata-rata1 26,50 852 26,30 833 26,20 834 26,10 865 25,90 896 26,60 877 26,50 828 26,00 869 26,10 86
10 24,30 9511 24,20 9312 24,40 9113 25,30 8814 25,40 8915 25,40 8816 25,40 9017 24,90 9118 25,30 9219 25,20 9120 24,80 9321 25,40 8622 26,20 8723 24,50 9324 25,60 8725 24,60 9126 24,90 8727 26,60 7928 26,20 8029 24,20 9230 26,00 8331 25,60 84