SKRIPSI · 2018-12-19 · Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-raniry, keluarga besar...

145
SKRIPSI PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN JUMLAH PEKERJA MISKIN, REALISASI ZAKAT, ANGKA HARAPAN HIDUP, ANGKA MELEK HURUF, RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN PENGELUARAN RATA- RATA PERKAPITA TAHUN 2011-2015 Disusun Oleh: T. MUHAMMAD GHUFRAN NIM: 140602003 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH 2018 M/1439 H

Transcript of SKRIPSI · 2018-12-19 · Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-raniry, keluarga besar...

SKRIPSI

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH

BERDASARKAN JUMLAH PEKERJA MISKIN, REALISASI

ZAKAT, ANGKA HARAPAN HIDUP, ANGKA MELEK HURUF,

RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN PENGELUARAN RATA-

RATA PERKAPITA TAHUN 2011-2015

Disusun Oleh:

T. MUHAMMAD GHUFRAN

NIM: 140602003

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2018 M/1439 H

SKRIPSI

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH

BERDASARKAN JUMLAH PEKERJA MISKIN, REALISASI

ZAKAT, ANGKA HARAPAN HIDUP, ANGKA MELEK HURUF,

RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN PENGELUARAN RATA-

RATA PERKAPITA TAHUN 2011-2015

Disusun Oleh:

T. MUHAMMAD GHUFRAN

NIM: 140602003

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2018 M/1439 H

iii

iv

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

UPT. PERPUSTAKAAN

Jl. Syeikh Abdur Rauf Kopelma Darussalam Banda Aceh

Telp. 0651-7552921, 7551857, Fax. 0651-7552922 Web:www.library.ar-raniry.ac.id, Email:[email protected]

vi

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bergerak Bermanfaat”

(Penulis)

If you do good, you do good for your ownselves.

Setiap kebaikan yang kita kerjakan, akan melahirkan kebaikan-

kebaikan lainnya pada diri kita. Allah ‘Azza wajalla juga

berfirman dalam surat Al-Isra’ Ayat 7

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi

diri kalian sendiri.

Setiap untaian kata yang tertulis adalah wujud cinta dan kasih

sayang Allah Subhanallahu wata’ala kepada hambanya

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua surgaku, Ayah dan

Mamak serta keluarga tercinta yang selalu menjadi tempat

ternyaman untuk pulang.

Untuk orang-orang yang kusayangi, dan untuk seluruh pejuang

ilmu yang akan menjadi Ayah generasi ummat dan Ibu

peradaban.

.

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul Pengelompokan

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Jumlah Pekerja

Miskin, Realisasi Zakat, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf,

Rata-Rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita

Tahun 2011-2015. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh

pengikutnya.

Adapun penulis menyadari bahwa terselesainya penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari saran, petunjuk, bimbingan, dan masukan dari

berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Nazaruddin A. Wahid, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Dr. Muhammad Yasir Yusuf, S.Ag.,MA selaku Wakil Dekan I, Dr.

Zaki Fuad Chalil, M.Ag selaku Wakil Dekan II dan Syahminan, S.Ag.,

M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

Ar-Raniry.

3. Dr. Muhammad Zulhilmi, MA dan Cut Dian Fitri, SE.M.Si.,Ak.,CA

selaku ketua dan sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah UIN AR-

Raniry.

ix

4. Muhammad Arifin, Ph.D, selaku ketua dan Ismail Rasyid

RidlaTarigan, M.A selaku sekretaris Laboraturium Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.

5. Farid Fathony Ashal, Lc., MA selaku Penasehat Akademik (PA)

penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Ekonomi Syariah.

Terima kasih banyak telah memberi nasehat dan masukan baiknya

kepada penulis.

6. Dr. Muhammad Zulhilmi, MA selaku dosen pembimbing I, Winny

Dian Safitri, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing II dan Cut Dian

Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. yang saya hormati dan saya banggakan,

yang telah bersedia menjadi orang tua kedua dalam membimbing saya

dengan sangat sabar, meluangkan waktu serta memberi arahan dan

motivasi dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

7. Dr. Muhammad Adnan, S.E., M.Si., selaku penguji I dan Hafiizh

Maulana, S.P., S.Hi., M.E., selaku penguji II yang telah meluangkan

waktu, pikiran dan memberikan arahan kepada penulis. Terima kasih

sebesar-besarnya penulis ucapkan, semoga Bapak dan Ibu selalu

mendapat rahmat dan lindungan Allah SWT.

8. Teristimewa kepada Almarhumah nenek tercinta Rasyidah binti

Teungku Muhammad Ali yang telah menjadi embun disetiap pagi dan

menjadi senja yang indah disetiap petang. Kepada kedua Orang Tua

tercinta, Ayahanda Iskandar dan Ibunda Sutrisna atas segala cinta,

kasih sayang, doa, bimbingan, dukungan, dan nasehat yang luar biasa

tiada hentinya. Kepada Abang T. Safwatullah Iskandar, Adik T. Narjul

Kiram, dan seluruh keluarga yang telah menghibur, memberi

semangat, dukungan serta doa terbaik.

x

9. Chairunnas, Rama, Reza, Rafli, Furqan, Bang Azmul, Ilham, Wali,

Roni, Rahmat, Ichsan, Yossi, Una, Nadlia, Iin, Ayyak yang telah

banyak memberikan dukungan maupun doa terbaik. Keluarga besar

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-raniry, keluarga

besar LDK Ar-risalah UIN Ar-raniry, keluarga besar Al-Mahira

Islamic Economics Community FEBI, keluarga besar mujahid

surgawi Raisul Fata, keluarga besar Balee Beut Ruwaqul Gahzali,

keluarga besar TPQ Masjid Jamik Al-Wustha.

10. Seluruh pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak memberikan bantuan, arahan dan

kerjasama demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

Hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga yang kita

amalkan mendapat ridhoNya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan

saran yang sifatnya membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Banda Aceh, 13 Juli 2018

Penulis

T. Muhammad Ghufran

xi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

ا 1Tidak

dilambangkan T ط 16

Z ظ B 17 ب 2

‘ ع T 18 ت 3

G غ S 19 ث 4

F ف J 20 ج 5

Q ق H 21 ح 6

K ك Kh 22 خ 7

L ل D 23 د 8

M م Ż 24 ذ 9

N ن R 25 ر 10

W و Z 26 ز 11

H ه S 27 س 12

’ ء Sy 28 ش 13

Y ي S 29 ص 14

D ض 15

xii

2. Vokal

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda

atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

Fatḥah A

Kasrah I

Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa

gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya

gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan

Huruf Nama

Gabungan

Huruf

ي Fatḥah dan ya Ai

و Fatḥah dan wau Au

Contoh:

kaifa : كيف

haula : هول

xiii

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan

huruf , transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan

Huruf Nama Huruf dan tanda

ا ي / Fatḥah dan alif

atau ya Ā

ي Kasrah dan ya Ī

ي Dammah dan

wau Ū

Contoh :

qāla : ق ال

م ى ramā : ر

qīla : ق يل

yaqūlu : ي ق ول

4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah (ة) hidup

Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah,

kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah (ة) mati

Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,

transliterasinya adalah h.

xiv

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة) diikuti

oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan

kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu

ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

طف ال ة ال وض rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl : ر

ة ن ور ين ة الم د /al-Madīnah al-Munawwarah : ا لم

al-Madīnatul Munawwarah

ة Ṭalḥah : ط لح

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa

tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan

nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.

Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia,

seperti Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan

sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa

Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan

Tasawuf.

xv

ABSTRAK

Nama : T. Muhammad Ghufran

NIM : 140602003

Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Syariah

Judul : Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Berdasarkan Jumlah Pekerja Miskin,

Realisasi Zakat, Angka Harapan Hidup, Angka

Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah dan

Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Tahun 2011-

2015

Tanggal Sidang : 2 Juli 2018

Tebal Skripsi : 120 Halaman

Pembimbing I : Dr. Muhammad Zulhilmi, MA

Pembimbing II : Winny Dian Safitri, S.Si., M.Si

Penelitian ini untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota dan

pendistribusian jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, angka harapan

hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata

perkapita di Provinsi Aceh tahun 2011-2015. Data yang digunakan adalah

data jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, persentase angka harapan

hidup, persentase angka melek huruf, persentase angka rata-rata lama

sekolah dan persentase pengeluaran perkapita 23 kabupaten/kota di

Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015. Teknik analisis yang

digunakan berupa analisis hierarchical clustering yang didasarkan pada

ukuran kemiripan dan teknik jarak. Metode hierarchical clustering

menghasilkan 5 cluster dengan jumlah kabupaten/kota yang diperingkat

menjadi peringkat 1,2,3,4 dan 5. Secara umum kabupaten/kota di Provinsi

Aceh dari rentang tahun 2011-2015 memiliki tingkat kesejahteraan SDM

yang berada dalam rentang peringkat menengah kebawah. Kabupaten/kota

yang menempati peringkat terendah sebanyak 3 (tiga) kali atau lebih dalam

kurun waktu 2011-2015 yaitu Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh

Timur, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Barat Daya,

Kabupaten Aceh Jaya dan Subulussalam. Kota Banda Aceh membentuk

kelompok pencilan yang mencirikan karakteristik lebih unggul dan

berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi Aceh. Kota

Langsa menjadi daerah di Provinsi Aceh yang dianggap sukses dalam

membangun kesejahteraan SDM karena berhasil merangkak maju dari

peringkat cluster terendah hingga ke peringkat cluster tertinggi.

Kata Kunci: Pengelompokan, Pekerja Miskin, Zakat, IPM, Aceh.

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ............................................ i

HALAMAN JUDUL KEASLIAN ................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................ viii

HALAMAN TRANSLITERASI ................................................. xi

ABSTRAK .................................................................................... xv

DAFTAR ISI .............................................................................. xvi

DAFTAR TABEL ....................................................................... .xx

DAFTAR GAMBAR ................................................................ xxi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 10

1.5 Sistematika Penelitian Penulisan .................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 13

2.1 Pekerja Miskin ............................................................. 13

2.2 Zakat .............................................................................. 18

2.2.1 Pengertian Zakat ................................................... 18

2.2.2 Dasar Hukum ........................................................ 20

2.2.3 Manfaat dan Tujuan Zakat ................................... 21

2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ........................... 24

2.3.1 Komponen Pembangunan Manusia ...................... 29

2.3.2 Angka Harapan Hidup .......................................... 30

2.3.3 Angka Melek Huruf .............................................. 31

2.3.4 Rata-rata Lama Sekolah ....................................... 32

2.3.5 Pengeluaran Perkapita .......................................... 32

xvii

2.4 Keterkaitan Antar Variabel ......................................... 33

2.4.1 Keterkaitan Zakat dengan Pekerja Miskin ........ 33

2.4.2 Keterkaitan Angka Harapan Hidup dengan

Pekerja Miskin .................................................... 34

2.4.3 Keterkaitan Angka Melek Huruf dengan

Pekerja Miskin ................................................... 35

2.4.4 Keterkaitan Rata-rata Lama Sekolah dengan

Pekerja Miskin ................................................... 35

2.4.5 Keterkaitan Pengeluaran Perkapita dengan

Pekerja Miskin .................................................... 36

2.5 Penelitian Terkait ........................................................ 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................. 49

3.1 Rancangan Penelitian ................................................. 49

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................... 50

3.4 Operasional Variabel .................................................. 50

3.4.1 Pekerja Miskin (X1) ........................................... 50

3.4.2 Realisasi Zakat (X2) ........................................... 51

3.4.3 Persentase Angka Harapan Hidup (X3) ............. 51

3.4.4 Persentase Angka Melek Huruf (X4) ................. 51

3.4.5 Persentase Rata-Rata Lama Sekolah (X5) ......... 51

3.4.6 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita (X6) .............. 51

3.5 Metode Analisis Data ................................................. 52

3.5.1 Konsep Clustering Analisis ............................... 53

3.5.2 Metode Hirarki .................................................. 54

3.5.3 Metode non-Hirarki .......................................... 56

3.6 Prosedur Penelitian ..................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....... 58

4.1 Statistika Deskriptif .................................................... 58

4.1.1 Rata – Rata Persentase Pekerja Miskin

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2011/2015 ........................................................... 58

4.1.2 Rata – Rata Jumlah Zakat Perkapita

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2011/2015 ........................................................... 61

4.1.3 Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup

xviii

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2011/2015 ........................................................... 64

4.1.4 Rata–Rata Persentase Angka Melek Huruf

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2011/2015 ........................................................... 66

4.1.5 Rata – Rata Persentase Rata-Rata Lama

Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2011/2015 ................................................ 68

4.1.6 Rata–Rata Persentase Pengeluaran Perkapita

Kabupaten / Kota di Provinsi Aceh Tahun

2011/2015 ........................................................... 70

4.2 Pengelompokan Kabupaten / Kota Berdasarkan

Jumlah Pekerja Miskin, Angka Realisasi Zakat,

Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata

-Rata Lama Sekolah Dan Pengeluaran Perkapita ...... 72

4.2.1 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2011 ............................................... 73

4.2.2 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten

/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat

Tahun 2011 ........................................................ 75

4.2.3 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2012 ............................................... 77

4.2.4 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten

/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat

Tahun 2012 ......................................................... 79

4.2.5 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2013 .............................................. 81

4.2.6 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten

/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat

Tahun 2013 ........................................................ 83

4.2.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2014 .............................................. 85

4.2.8 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten

/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat

Tahun 2014 ........................................................ 87

4.2.9 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2015 .............................................. 89

4.2.10 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten

xix

/Kota di Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat

Tahun 2015 ........................................................ 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 93

5.1. Kesimpulan ................................................................ 93

5.2. Saran .......................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 96

LAMPIRAN ........................................................................... 100

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terkait ...................................................... 43

Tabel 3.1 Daftar Singkatan Variabel ........................................ 52

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Siklus Kinerja Ekonomi, Sumber Daya Manusia

dan Produktivitas ................................................ ...7

Gambar 2.1 Konsep Ketenagakerjaan .................................... 13

Gambar 4.1 Rata-Rata Persentase Pekerja Miskin

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-

2015..................................................................... 59

Gambar 4.2 Rata-Rata Jumlah Zakat Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2011-2015 ........................ 62

Gambar 4.3 Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-

2015..................................................................... 65

Gambar 4.4 Rata-Rata Persentase Angka Melek Huruf

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-

2015..................................................................... 67

Gambar 4.5 Rata-Rata Persentase Rata-Rata Lama Sekolah

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-

2015..................................................................... 69

Gambar 4.6 Rata-Rata Persentase Pengeluaran Perkapita

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-

2015..................................................................... 71

Gambar 4.7 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2011 ......................................................... 73

Gambar 4.8 Median, mean, nilai maksimum dan nilai

minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2011 ................................................ 75

Gambar 4.9 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2011 ................................................ 76

Gambar 4.10 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2012 ......................................................... 77

xxii

Gambar 4.11 Median, mean, nilai maksimum dan nilai

minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2012 ................................................ 79

Gambar 4.12 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2012 ................................................ 80

Gambar 4.13 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2013 ......................................................... 81

Gambar 4.14 Median, mean, nilai maksimum dan nilai

minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2013 ................................................ 83

Gambar 4.15 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2013 ................................................ 84

Gambar 4.16 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2014 ......................................................... 85

Gambar 4.17 Median, mean, nilai maksimum dan nilai

minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2014 ................................................ 87

Gambar 4.18 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2014 ................................................ 88

Gambar 4.19 Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2015 ......................................................... 89

Gambar 4.20 Median, mean, nilai maksimum dan nilai

minimum cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2015 ................................................ 91

Gambar 4.21 Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Tahun 2015 ................................................ 92

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data persentase pekerja miskin .............................. 100

Lampiran 2 Data zakat perkapita ............................................... 101

Lampiran 3 Data angka harapan hidup ...................................... 102

Lampiran 4 Data angka melek huruf ......................................... 103

Lampiran 5 Data rata-rata lama sekolah .................................... 104

Lampiran 6 Data pengeluaran perkapita .................................... 105

Lampiran 7 Output R. 3.3. hasil cluster .................................... 106

Lampiran 8 Output SPSS mean, media, max dan min cluster ... 111

Lampiran 9 Hasil voting peringkat ............................................ 116

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia untuk mewujudkan masyarakat

yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun

spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan

ekonomi di Indonesia secara nasional tidak akan terlepas dari

pembangunan daerah. Kegiatan pembangunan haruslah dapat

menyentuh ke aspek terkecil sehingga dapat juga dirasakan

menyeluruh oleh masyarakat. Pembangunan membutuhkan proses

yang kompleks dimana proses multi dimensi yang mencakup kepada

perubahan-perubahan penting dalam akselerasi pertumbuhan

ekonomi, kesenjangan, struktur sosial masyarakat, pengangguran

dan penanganan kemiskinan. Tujuan pembangunan adalah untuk

meningkatkan standar hidup (pendapatan, penyediaan lapangan

pekerjaan, dan perbaikan kualitas pendidikan) dan perluasan pilihan-

pilihan ekonomis dan sosial (Nasir, 2008). Pembangunan sumber

daya manusia dianggap berpengaruh positif dalam memacu

pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi dalam hal ini

adalah pekerja.

Berdasarkan UU. RI. Ketenagakerjaan (2003) tenaga kerja

merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

2

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat. Maka perlu adanya perhatian

khusus terhadap kesejahteraan para pekerja.

Dalam nilai-nilai dasar ekonomi Islam keadilan merupakan

suatu nilai terhadap hak azasi yang harus selalu diberikan dalam

ajaran Islam. Menegakkan keadilan dan memberantas kedzaliman

adalah tujuan utama dari risalah para Rasul-Nya. Keadilan sering

kali diletakkan sederajat dengan kebajikan dan ketaqwaan sesuai

firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8:

وا ن ينا آما لذ ا ا ط وا يا أاي ها س ق ل اءا ب دا ها نيا لل ش وا ق اوام ون ك ن ما ا الا وا اللا ت ق ا واى وا ق ت ل اب ل وا أاق وا ه ل د اع وا ل د وم عالاى أاال ت اع ناآن ق ا شا

ونا ل ما ري باا ت اع ب ن اللا خا إArtinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi

orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,

menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu

terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah [5]: 8)

Asy-Syathibi menjadikan perwujudan mashlahah sebagai titi

temu antara maksud Allah dan perbuatan manusia. Tujuan akhir dari

suatu hukum adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan

kesejahteraan umat manusia (Haq, 2007). Secara garis besar

keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dimana

3

terdapat kesamaan perlakuan dimata hukum, hak kompensasi, hak

untuk dapat hidup secara layak, hak menikmati pembangunan dan

tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya keseimbangan

dalam setiap aspek kehidupan. Hak tersebut bersifat proposional

yang disesuaikan dengan ukuran setiap individu baik dari sisi tingkat

kebutuhan, kemampuan, pengorbanan, tanggung jawab, ataupun

kontribusi yang diberikan oleh seseorang (P3EI, 2013). Allah telah

menciptakan bumi terlebih dahulu dan menyiapkan bebagai macam

komponen di muka bumi untuk kelangsungan kehidupan manusia.

Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat

29:

اء ما لا الس واى إ ت ا س ا ث ا يع ا ف الارض جا ما لاقا لا ي خا وا الذ هب ن سا واه ي فاسا ل ء عا ي ل شا وا ب ات واه عا ساااوا

Artinya: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi

untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu

dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala

sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 29)

Pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola oleh SDM

menjadi tolak ukur kemajuan suatu daerah maupun suatu negara.

Sesuai dengan firman Allah yang mengamanahkan manusia sebagai

pengelola segala sumber daya alam atau khalifah di muka bumi

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:

4

وا أاتا ة قاال يفا ل ل ف الارض خا اع ن جا ة إ ا ئ لا ما ل ذ قاالا رابكا ل إ عال واقا ن كا وا د ح بام ب سا ن ن اءا وانا ما ك الد ف ياس ا وا يها د ف س ف ن ي ا ما يها د ف

ونا لاكا قاالا لام ا الا ت اع لا ما ن أاع إ

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para

Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah

di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30)

Jika suatu daerah atau negara mampu mengoptimalisasi

sumber daya alam lalu hasilnya digunakan untuk kepentingan umat

bersama, maka sumber daya manusia pun akan dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya, dan jika masyaraktnya tercukupi kebutuhan

hidupnya, maka kamajuan suatu daerah atau suatu negara pun akan

dapat terwujud. Sesuai dengan peranan dan kedudukan pekerja,

diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan

kualitas SDM dan peransertanya dalam pembangunan serta

peningkatan perlindungan pekerja dan keluarganya sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaan sesuai dengan prinsip Islam.

5

Masalah pekerja merupakan permasalahan yang sangat

kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari jumlah

angkatan kerja yang besar yang tidak mampu diserap, kualitas tenaga

kerja relatif rendah, persebaran tenaga kerja tidak merata,

kesempatan kerja masih terbatas, hingga meningkatnya

pengangguran. Masalah ini akan menyebabkan semakin

menurunnya kualitas SDM sehingga jumlah penduduk miskin juga

semakin besar dan memiliki efek-efek negatif yang lain pula.

Permasalahan ini juga menjadi tugas dari pemerintah daerah

salahsatunya pemerintah Provinsi Aceh. Jumlah penduduk yang

bekerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,158 juta

orang (BPS, 2017). Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti

makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.

Pada umumnya penduduk miskin tidak bekerja atau bekerja

di sektor informal. Penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian

lebih banyak dibanding sektor lainnya. Di provinsi Aceh sebanyak

43,63% masyarakat Aceh usia 15 tahun ke atas berstatus sebagai

pekerja miskin dan hanya 15,74% yang dapat dikatakan pekerja

miskin produktif dan selebihnya tidak bekerja (BPS, 2016). Hal

diatas menjadi menarik karena usia 15 tahun ke atas termasuk

kedalam usia penduduk status bekerja produktif namun angka

kemiskinan terhadap pekerja juga tinggi.

6

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan SDM pemerintah

telah menyiapkan sejumlah kebijakan, diantaranya paket Bantuan

Langsung Tunai (BLT). Namun akibat manajemen dan koordinasi

yang kurang baik seringkali menjadikannya tidak efektif. Untuk itu,

diperlukannya instrumen alternatif yang diharapkan menjadi solusi

dari permasalahan kemiskinan, salah satunya adalah zakat, infak dan

sedekah (ZIS) (Beik, 2009). Islam adalah satu-satunya agama yang

menaruh perhatian khusus dalam pengentasan kemiskinan dengan

menjadikan zakat sebagai pilar penting. Umar bin Abdul Aziz dan

Harun Al Rasyid merupakan contoh dari pemimpin Islam yang telah

berhasil membuktikan betapa efektifnya zakat dalam memeratakan

dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Firmansyah, 2013).

Zakat memiliki arti mengeluarkan sebagian harta dengan

persyaratan tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu

(Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2002).

Sebagai perwujudan syiar Islam dalam semangat pemerintahan yang

Islami, maka provinsi Aceh merupakan salahsatu daerah yang

memiliki institusi amil dan menjadikan zakat, infaq dan sedekah

sebagai salahsatu pendapatan asli daerah. Sistem distribusi zakat

merupakan solusi terhadap persoalan sosial seperti pengangguran,

kemiskinan, dan lain-lain dengan memberikan bantuan kepada orang

miskin tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut

keduniawian lainnya (Al-Qardhawi, 2005). Sementara itu, El-Din

juga menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat diekspresikan sebagai

alat atau instrumen untuk memerangi kemiskinan (El-Din, 1986).

7

Kondisi para SDM yang sejahtera dan terbebas dari belenggu

kemiskinan tentu akan mendorong kinerja ekonomi.

Gambar 1.1

Siklus Kinerja Ekonomi, Sumber Daya Manusia dan

Produktivitas

Dari gambar 1.1 dapat kita amati adanya keterkaitan daripada

modal manusia terhadap produktivitas angkatan kerja dan

pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia merupakan sebuah

sarana untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan salah satu

cara untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan

pembangunan ekonomi, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah bersama dengan segenap lapisan masyarakat untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik (Sukirno, 2004). Modal

manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk

mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah

komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM

Modal Manusia

[Pendidikan/

kesehatan/

ketrampilan]

Produktivitas

Angkatan Kerja

Pertumbuhan/pembanguna

n ekonomi

8

dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut

mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan

yang layak.

Tingkat SDM dipengaruhi oleh sektor pekerjaan yang erat

kaitannya terhadap tingkat pendidikan yang akan mempengaruhi

angka kesempatan kerja. Tingkat pendidikan sendiri menjadi salah

satu item pengukuran dari indeks pembangunan manusia (IPM) yang

terdiri dari pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup,

melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara

diseluruh dunia. Indikator IPM dianggap dapat merefleksikan SDM

atas indikator angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah,

rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita. Angka harapan

lama sekolah dan rata-rata lama sekolah dapat mewakili peran

pendidikan dalam jumlah kesempatan dan sektor kerja. Indikator

pengeluaran per kapita dianggap dapat merefleksikan kebutuhan

hidup daripada pekerja miskin. Premis complexity menjelaskan

bahwa persoalan hubungan dan interaksi variabel dalam suatu sistem

adalah suatu hubungan sangat kompleks dan komprehensif. Satu

variabel indikator menjadi faktor penyebab atau mempengaruhi

variabel yang lainnya dan demikian sebaliknya (Zulhilmi, 2015).

Bisa jadi ternyata pendapatan yang diperoleh oleh SDM selama ini

dianggap kurang jika dibandingkan cost yang harus dikeluarkan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mencermati beberapa kekeliruan dalam penanggulangan

masalah SDM, maka strategi yang harus dilakukan tidak hanya

9

memprioritaskan aspek ekonomi tetapi dimensi lain guna menekan

angka pekerja miskin, pengoptimalan dana realisasi zakat serta

peningkatan modal manusia. Sehingga penelitian ini melakukan

analisis pengelompokan kabupaten/kota guna proses pembangunan

SDM di Provinsi Aceh yang adil dan merata. Oleh karena itu maka

penulis tertarik membuat penelitian dengan judul skripsi

“Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Berdasarkan Jumlah Pekerja Miskin, Realisasi Zakat, Angka

Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah

dan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Tahun 2011-2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan jumlah

pekerja miskin, realisasi zakat, angka harapan hidup, angka

melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata

perkapita di Provinsi Aceh tahun 2011-2015?

2. Bagaimana pendistribusian jumlah pekerja miskin, realisasi

zakat, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama

sekolah dan pengeluaran rata-rata perkapita berdasarkan

peringkat kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015?

10

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas

maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota berdasarkan

jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, angka harapan hidup,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-

rata perkapita di Provinsi Aceh tahun 2011-2015.

2. Untuk mengetahui pendistribusian jumlah pekerja miskin,

realisasi zakat, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-

rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata perkapita

berdasarkan peringkat kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun

2011-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi secara teoritis maupun secara praktis.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mampu memberikan gambaran bagaimana kondisi pekerja

miskin, realisasi zakat, angka harapan hidup, angka melek huruf,

rata-rata lama sekolah dan pengeluaran rata-rata perkapita

terhadap terhadap tingkat pembangunan SDM kabupaten/kota di

Provinsi Aceh.

11

2. Mampu menyediakan pengetahuan dan informasi bagi lembaga-

lembaga terkait guna pencapaian pembangunan daerah yang

berkaitan dengan kesejahteraan SDM di Aceh.

3. Menjadi referensi bagi penelitian atau studi berikutnya yang

berkaitan dengan jumlah pekerja miskin, realisasi zakat, angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran rata-rata perkapita di Aceh.

4. Menjadi masukan dan saran kepada pihak yang terkait dalam

menetapkan kebijakan guna meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraan SDM terutama bagi para pekerja.

1.5 Sistematika Penelitian Skripsi

Adapun susunan sistematika dalam proposal ini adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang

masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika

skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan landasan teori mengenai

pengertian jumlah pekerja miskin, realisasi zakat,

indikator ipm yakni angka harapan hidup, angka

12

melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran

perkapita, pembahasan hasil-hasil penelitian yang

menjadi acuan dalam penyusunan skripsi. Kerangka

pemikiran tentang keterkaitan antar variabel.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang variabel penelitian

dan definisi operasional, jenis dan sumber data,

lokasi dan waktu penelitian, teknik metode

pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan analisis deskriptif yang

berisi data yang dikumpulkan guna dideskripsikan

secara sistematis, objek penelitian dan pembahasan

mengenai hasil penelitian sesuai dengan acuan dan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menyajikan kesimpulan yang diambil

dari hasil penelitian yang diperoleh secara ringkas

dan memberikan saran dari penelitian tersebut.

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pekerja Miskin

Pekerja Miskin adalah sebuah gabungan kata yang tersusun

daripada kata pekerja/buruh dan miskin/kemiskinan. Pekerja adalah

bagian daripada unit ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan adalah

segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

sebelum, selama, dan sesudah masa kerja Berdasarkan UU. RI.

Ketenagakerjaan (2003) tenaga kerja merupakan setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.

Gambar 2.1

Konsep Ketenagakerjaan

Pen

du

du

k

Usia Kerja

Angkatan Kerja

Bekerja

Pekerja Produktif

Pekerja Miskin

Pengangguran

Pengangguran Tidak Miskin

Pengangguran Miskin

Bukan Angkatan Kerja

Sekolah

Mengurus RT

Lainnya

Bukan Usia Kerja

14

Dalam konsep ketenagakerjaan di atas penduduk

dikelompokkan menjadi penduduk usia kerja dan penduduk yang

bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia

15 tahun ke atas yang terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan

kerja. Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak melakukan

aktivitas ekonomi. Angkatan kerja terdiri dari pengangguran dan

penduduk yang bekerja. Pengangguran adalah penduduk yang

mencari pekerjaan, penduduk yang mempersiapkan usaha,

penduduk yang putus asa yang merasa tidak mungkin memperoleh

pekerjaan serta penduduk yang sudah memperoleh pekerjaan namun

belum mulai bekerja. Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang

sedang bekerja dan penduduk yang sementara tidak bekerja.

Penduduk yang bekerja disebut dengan pekerja yang kemudian

dikelompokkan menjadi pekerja produktif dan pekerja miskin (BPS,

2016).

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima

upah atau imbalan dalam bentuk lain. Bekerja adalah kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu

yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak

dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi (BPS,

2017). Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan

hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan pekerja

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

15

Peran pekerja dan kedudukannya dalam pelaksanaan

pembangunan nasional dinilai sangat penting sebagai pelaku dan

tujuan pembangunan. Oleh sebab itu sesuai dengan peranan dan

kedudukan pekerja, maka diperlukan pembangunan terhadap pekerja

untuk meningkatkan kapabilitas dasar manusia dan peransertanya

dalam pembangunan ekonomi. Perlindungan terhadap pekerja

bermaksud untuk menjamin hak-hak dasar pekerja serta menjamin

kesamaan kesempatan dan perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar

apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya

dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan ekonomi

serta dunia usaha. Sejalan dengan tujuan dari UU. RI. No. 13 tahun

2003 tentang ketenagakerjaan bahwa kesejahteraan pekerja adalah

suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat

jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan

kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi

produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Pada umumnya penduduk miskin tidak bekerja atau bekerja

di sektor informal. Penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian

lebih banyak dibanding sektor lainnya. Di provinsi Aceh sebanyak

43,63% masyarakat Aceh usia 15 tahun ke atas berstatus sebagai

pekerja miskin dan hanya 15,74% yang dapat dikatakan pekerja

miskin produktif dan selebihnya tidak bekerja (BPS, 2016). Bekerja

di sektor informal adalah penduduk yang mempunyai

status/kedudukan dalam pekerjaan utamanya adalah berusaha

sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar,

16

pekerja bebas, atau pekerja keluarga/tidak dibayar. Bekerja di sektor

formal adalah penduduk yang mempunyai status/kedudukan dalam

pekerjaan utamanya adalah bekerja dibantu buruh tetap/buruh

dibayar atau buruh/karyawan/pegawai. Bekerja di sektor pertanian

adalah penduduk yang bekerja di sektor pertanian tanaman padi, dan

palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

kehutanan dan pertanian lainnya (BPS, 2015).

Kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan

barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Metode dalam

perhitungan kemiskinan badan pusat statistik menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Dalam pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran.

Hidup dalam kemiskinan selain hidup dalam kekurangan

uang dan tingkat pendapatan rendah, juga banyak hal lain,

diantaranya seperti tingkat kesehatan, pendidikan rendah,

kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, perlakuan tidak adil

dalam hukum, serta ketidak berdayaan dalam menentukan jalan

hidupnya sendiri (Suryawati, 2005). Kemiskinan dibagi dalam

empat bentuk, yaitu:

a. Kemiskinan absolut, adalah kondisi dimana seseorang

memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan,

17

sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan

yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b. Kemiskinan relatif, adalah kondisi miskin diakibatkan

pengaruh kebijakan pembangunan yang belum

menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan

ketimpangan pada pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, kondisi ini mengacu pada persoalan

sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh

faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk

memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak

kreatif meskipun ada bantuan dari pihak lain.

d. Kemiskinan struktural, adalah situasi miskin yang

disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya

yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial

politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan,

malah seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Kemiskinan alamiah, adalah kemiskinan yang berkaitan

dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana

umum, serta keadaan tanah yang tandus yang terjadi

secara natural.

b. Kemiskinan buatan, kemiskinan ini lebih banyak

diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan

yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai

18

sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada

secara merata.

Menurut BPS, tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah

rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kilokalori perkapita

perhari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola

konsumsi penduduk), dan konsumsi nonmakanan. Patokan

kecukupan 2100 kilokalori ini berlaku untuk semua umur, jenis

kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta

perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut

dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan

dibawah garis kemiskinan dikatakan dalam kondisi miskin.

Sehingga pekerja miskin dapat didefinisikan sebagai kondisi para

pekerja yang berada dalam ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran.

2.2 Zakat

2.2.1 Pengertian Zakat

Zakat secara etimologis memiliki arti kata berkembang (an-

namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (albarakatu).

Sedangkan secara terminologis zakat memiliki arti mengeluarkan

sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada

golongan tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula

(Hafidhuddin, 2002). Zakat berarti at-Thahuru yang bermaksud

membersihkan dan mensucikan. Kedua zakat bermakna al-

19

Barakatu yaitu berkah, orang yang membayar zakat hartanya

selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT. Ketiga, zakat

bermakna an-Numw yang artinya tumbuh dan berkembang.

Keempat zakat bermakna as-Shalahu yang artinya beres atau

bagus. Orang yang membayar zakat hartanya selalu bagus dan

terhindar dari masalah.

Menurut ulama fiqih makna zakat berarti sejumlah harta

tertentu yang diwajibkan Allah swt diberikan kepada orang yang

berhak menerimanya. Karena ulama ushuliyyin membahas zakat

dalam pokok bahasan kedua setelah ibadah shalat, sesuai dengan

urutan al-Quran dan Sunnah. Namun secara istilah zakat

bermakna mengeluarkan harta (tertentu) yang telah diwajibkan

Allah Swt untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya, dengan kadar haul tertentu dan memenuhi syarat

dan rukunnya.

Hubungan antara makna zakat menurut Bahasa dan

menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta

yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh dan

berkembang, suci dan baik (Hafidhuddin, 2002).

Firman Allah dalam Q.S. At-Taubah ayat 60 secara eksplisit

menyatakan bahwa zakat adalah satu-satunya ibadah yang memiliki

petugas khusus dalam pengelolaannya. Sebagai perwujudan syiar

Islam dalam semangat pemerintahan yang Islami, maka provinsi

Aceh merupakan salahsatu daerah yang memiliki institusi amil dan

20

menjadikan zakat, infaq dan sedekah sebagai salahsatu pendapatan

asli daerah. Al-Qardhawi mengatakan bahwa tujuan mendasar

ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam

persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.

Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-

persoalan tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang

miskin tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut

keduniawian lainnya (Al-Qardhawi, Spektrum Zakat Dalam

Membangun Ekonomi Kerakyatan, 2005). Zakat menjadi sarana

transfer harta dari kelompok kaya kepada kelompok miskin.

Sementara itu, El-Din juga menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat

diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi

kemiskinan (El-Din, 1986). Kondisi para pekerja yang sejahtera dan

terbebas dari belenggu kemiskinan tentu akan mendorong kinerja

daripada pekerja tersebut.

2.2.2 Dasar Hukum

Kewajiban zakat dalam islam memiliki makna yang sangat

fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek ketuhanan,

juga ekonomi dan social. Di antara aspek-aspek ketuhanan

(transcendental) adalah banyaknya ayat-ayat alqur’an yang

menyebut masalah zakat (Nuruddin, 2006).

Pada surat at-Taubah: 60 telah ditegaskan bahwa orang-

orang yang berhak menerima zakat diantaranya adalah fakir dan

21

miskin. Begitu juga diantara tujuan zakat adalah menghapuskan

kefakiran, kemiskinan dan kemelaratan.

لفا ؤا م ال ا وا ها نيا عالاي ل عاام ال ني وا اك سا ما ااء واال قا ف ل قاات ل ناا الصدا إ و ل ة ق يل فايضا ب ن الس ب ا يل الل وا ب نيا واف سا غاارم ال قااب وا ل ف ا نا الل وا ة م

ي ي حا عال واالل

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para

mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-

orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang

sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-

Taubah [9]: 60)

2.2.3 Manfaat danTujuan Zakat

Kewajiban zakat dan dorongan untuk terus menerus

berinfaq dan bershadaqah yang demikian mutlak dan tegas itu,

disebabkan karena di dalam ibadah ini terkandung berbagai hikmah

dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik, bagi orang yang

harus berzakat (muzakki), penerima (mustahik) maupun masyarakat

keseluruhan (Hafidhuddin, 2002).

Manfaat zakat antara lain dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT,

mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia

22

dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi,

menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan

ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta

yang dimiliki.

2. Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa (orang

yang lemah secara ekonomi) maupun mustahik lainnya

kearah kehidupannnya yang lebih baik dan lebih

sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah

Swt., terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus

memeberantas sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin

timbul ketika mereka (orang-orang fakir miskin) melihat

orang kaya yang berkecukupan hidupnya tidak

memperdulikan mereka.

3. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan

dan distribusi harta. Dengan zakat dikelola dengan baik,

dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi

sekaligus pemerataan pendapatan.

4. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun

prasarana yang dibutuhkan oleh ummat Islam, seperti

saran ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan

ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas

sumber daya manusia (SDM) muslim.

5. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang

baik dan benar

23

Tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial

ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan

ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin

sehingga terjadi keadilan. Para cendekiawan muslim banyak yang

menerangkan tentang tujuan-tujuan zakat, baik secara umum yang

menyangkut tatanan ekonomi, sosial, dan kenegaraan maupun

secara khusus yang ditinjau dari tujuan-tujuan nash secara eksplisit

yaitu:

1. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.

2. Mengangkat derajat fakir miskin

3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama

umat Islam dan manusia pada umumnya.

4. Menghilangkan sifat kikir para pemilik harta.

5. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial)

dari hati orang-orang miskin.

6. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di

dalam masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara

keduanya.

7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri

seseorang, terutama bagi yang memiliki harta.

8. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.

9. Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan,

sehingga dapat merasa hidup tenteram dan dapat

meningkatkan kekhusyukan ibadat kepada Allah SWT.

10. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan

24

sosial (Al-Qardhawi, Hukum Zakat, 2007).

Selain memliki arti penting religius, zakat juga memainkan

peranan yang amat penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi

kaum muslimin serta bagi struktur finansial negara islam. Zakat

tidak hanya memberi dana untuk kesejahteraan sosial akan tetapi

juga kesejahteraan di sektor seperti pendidikan, kesehatan dana jasa-

jasa sosial lainnya (Chaudry, 2012).

2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Dalam UNDP (United Nations Development Programme),

pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar

pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s

choices). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada

dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam

konsep pembangunan SDM, pembangunan seharusnya dianalisis

serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari

pertumbuhan ekonominya. Menurut Mankiw (2003 dalam

Nurmainah 2013) modal manusia adalah pengetahuan dan

kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan

mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam

pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa. Seperti

halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan

kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk

meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam

bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar (Nurmainah, 2013).

25

IPM merupakan indikator tingkat pembangunan manusia

suatu wilayah yang dihitung melalui perbandingan dari angka

harapan hidup, pendidikan dan standar hidup layak. Indeks

pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang banyak

digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan

secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap

sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah

dilakukan beberapa tahun sebelumnya.

IPM ini mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk

mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara

(Subandi, 2016). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi

dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok

pambangunan manusia yang dinilai mencerminkan status

kemampuan dasar (basic capabilities) manusia. IPM dihitung

berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen

yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka

melek huruf dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur capaian

pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli.

Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development

Report, 1995), sejumlah premis penting dalam pembangunan

manusia adalah:

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat

perhatian.

26

b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-

pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan

pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep pembangunan

manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan,

dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada

upaya meningkatkan kemampuan (capability) manusia tetapi

juga dalam upaya memanfaatkan kemampuan manusia

tersebut secara optimal.

d. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok,

yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan

pemberdayaan.

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan

tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan

untuk mencapainya.

Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbanyak pilihan, diantaranya pilihan untuk berumur panjang

dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses

terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara

layak (BPS, 2017). Untuk menjamin tercapainya tujuan

pembangunan manusia, empat hal pokok yang peril diperhatikan,

yaitu:

a. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan

produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses

27

penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pertumbuhan

ekonomi merupakan himpunan bagian dari model

pembangunan manusia.

b. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan

sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan

untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga

mereka dapat mengambil manfaat dam berpartisipasi dalam

kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

c. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus

dipastikan tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga

generasi yang akan datang. Sumber daya fisik, manusia dan

lingkungan harus terus diperbaharui.

d. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan

proses yang akan menentukan (bentuk dan arah) kehidupan

mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat

dari proses pembangunan.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP),

dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator

komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata

suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang

diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir. pendidikan yang

28

diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan angka melek huruf

penduduk usia 15 tahun ke atas, standar hidup yang diukur dengan

pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan dengan daya beli.

Dengan 3 ukuran pembangunan ini dan menetapkan suatu

formula yang kompleks, yang dibagi menjadi 3 kelompok:

1. Negara dengan pembangunan manusia rendah (low human

development) bila nilai HDI berkisar antara 0,0 hingga 0,59

2. Negara dengan pembangunan manusia yang menengah

(medium human development) bila nilai HDI berkisar antara

0,51 hingga 0,78

3. Negara dengan pembangunan manusia yang tinggi (high

human development) bila nilai HDI berkisar antara 0,80

hingga 1,0. (Subandi, 2016)

Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan

konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup secara fisik,

mental maupun secara spiritual. Bahkan secara eksplisit faktor yang

teramat penting dalam keberhasilan pembangunan yaitu dapat

terlihat pada faktor tenaga kerja sebagai bagian inti dari sumber daya

manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja

mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai

pelaku dan tujuan pembangunan. Pembangunan sumber daya

manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan

kualitas dasar pekerja yang kemudian akan memperbesar

kesempatan dalam berpartisipasi pada proses pembangunan yang

29

berkelanjutan dan pertumbuhan nasional. Pembentukan modal

manusia dalam penelitian ini adalah proses dalam memperoleh dan

meningkatkan jumlah pekerja yang mempunyai keahlian,

pendidikan, dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan

ekonomi suatu negara. Pembentukan modal manusia karenanya

dikaitkan dengan kesejahteraan pada para pekerja sebagai sumber

yang kreatif dan produktif. Rasionalnya bahwa pekerja dianggap

sebagai salah satu faktor yang berpengaruh positif dalam memacu

pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga

pekerja yang handal sangat mempengaruhi proses pembangunan.

2.3.1 Komponen Pembangunan Manusia

Lembaga United Nations Development Programme (UNDP)

telah mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia

dalam ukuran kuantitatif yang disebut Human Development Indeks

(HDI). Meskipun HDI merupakan alat ukur pembangunan SDM

yang dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah

menangkap gambaran pembangunan SDM secara sempurna.

Komponen-komponen yang mempengaruhi indeks pembangunan

manusia antara lain, indeks harapan hidup, indeks hidup layak, dan

indeks Pendidikan.

Menurut Todaro pembangunan manusia ada tiga komponen

universal sebagai tujuan utama meliputi:

30

1. Kecukupan, yaitu merupakan kebutuhan dasar manusia

secara fisik. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang apabila

tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang,

meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan.

Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan

keterbelakangan absolut.

2. Jati Diri, yaitu merupakan komponen dari kehidupan yang

serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri

untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri

pantas dan layak mengejar sesuatu, dan seterusnya.

Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri).

3. Kebebasan dari Sikap Menghamba, yaitu merupakan

kemampuan untuk memiliki nilai universal yang tercantum

dalam pembangunan manusia adalah kemerdekaan manusia.

Kemerdekaan dan kebebasan di sini diartikan sebagai

kemampuan berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh

pengejaran dari aspek-aspek materil dalam kehidupan.

Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-mata

dipilih tapi kitalah yang memilih (Todaro, 2003).

2.3.2 Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah angka perkiraan

daripada rata-rata usia yang ditempuh seseorang selama hidup.

Angka Harapan Hidup dijadikan indikator indeks pembangunan

manusia dalam mengukur capaian kesehatan suatu individu pada

31

suatu daerah. Angka Harapan Hidup dapat didefinisikan secara

umum sebagai rata-rata usia yang mungkin dicapai individu yang

lahir pada tahun tertentu. Pendekatan tidak langsung (Indirect

estimation) digunakan dalam menghitung Angka Harapan Hidup.

Data yang digunakan dalam menghitung Angka Harapan Hidup

terdiri dari Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup

(AMH). Selanjutnya untuk menghitung indeks harapan hidup

digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai standar UNDP,

dimana 85 tahun adalah angka tertinggi sebagai batas atas untuk

penghitungan indeks dan terendah 25 tahun.

2.3.3 Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator yang

dapat dijadikan ukuran kesejahteraan social yang merata dengan

melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf.

Tingkat melek huruf dari penduduk dapat dijadikan sebuah ukuran

dalam melihat kapabilitas dasar SDM guna kemajuan suatu bangsa.

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan perbandingan antara jumlah

penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis

dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum

untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas minimum

untuk angka melek huruf adalah 0. Hal ini menggambarkan kondisi

100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis,

dan nilai nol mencerminkan kondisi sebaliknya.

32

2.3.4 Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah digunakan untuk melihat jenjang

penddikan individu atau mengindikasikan seberapa tingginya

pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin

tinggi rata-rata lama sekolah menunjukkan semakin tinggi jenjang

pendidikan yang dicapai. Asumsi yang berlaku dari variabel rata-

rata lama sekolah secara umum adalah semakin tinggi tingkat

pendidikan individu maka semakin tinggi pula kualitas individu,

baik secara pola pikir maupun pola tindakannya. Individu dengan

tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan jenjang waktu lama

sekolah akan memiliki kesempatan dalam memperoleh pekerjaan

dan upah lebih baik dibandingkan dengan orang yang pendidikannya

lebih rendah. Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata dari

jumlah tahun yang dihabiskan oleh individu yang berusia 15 tahun

ke atas dalam menempuh pendidikan formal. Angka 15 tahun

merupakan batas maksimum untuk rata-rata lama sekolah yang

mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan

adalah setara Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sedangkan 0

tahun adalah batas minimum.

2.3.5 Pengeluaran Perkapita

Pengeluaran perkapita merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk konsumsi makanan maupun non-makanan selama sebulan

dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Pengeluaran

perkapita menggambarkan tingkat daya beli (Purchasing Power

33

Parity) masyarakat, sebagai salah satu komponen yang digunakan

untuk melihat status pembangunan manusia di suatu wilayah serta

memungkinkan pula dilakukan perbandingan harga-harga riil antar

provinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa

digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang

terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan.. Data

pengeluaran dapat merefleksikan tentang pola konsumsi rumah

tangga secara umum sehingga komposisi pengeluaran rumah tangga

dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi

penduduk (BPS, 2017).

2.4 Keterkaitan Antar Variabel

Pekerja miskin sebagai SDM dapat didefinisikan sebagai

kondisi para pekerja yang berada dalam ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan

makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

2.4.1 Keterkaitan Zakat dengan Pekerja Miskin

Pada dasarnya zakat merupakan pengeluarkan harta

(tertentu) yang telah diwajibkan Allah Swt untuk diberikan

kepada orang-orang yang berhak menerimanya, salahsatunya

kepada orang miskin dengan kadar haul tertentu dan memenuhi

syarat dan rukunnya. Islam adalah satu-satunya agama yang

menaruh perhatian khusus dalam pengentasan kemiskinan dengan

menjadikan zakat sebagai pilar penting. Umar bin Abdul Aziz dan

34

Harun Al Rasyid merupakan contoh dari pemimpin Islam yang telah

berhasil membuktikan betapa efektifnya zakat dalam memeratakan

dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Firmansyah, 2013).

Provinsi Aceh merupakan salahsatu daerah yang memiliki

institusi amil dan menjadikan zakat, infaq dan sedekah sebagai

salahsatu pendapatan asli daerah. Tujuan mendasar ibadah zakat itu

adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial

seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Sistem distribusi

zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut

dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa

memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian

lainnya (Al-Qardhawi, 2005). Zakat menjadi sarana transfer harta

dari kelompok kaya kepada kelompok miskin. Fungsi alokatif zakat

diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi

kemiskinan (El-Din, 1986). Kondisi para pekerja yang sejahtera dan

terbebas dari belenggu kemiskinan tentu akan mendorong kinerja

daripada pekerja tersebut.

2.4.2 Keterkaitan Angka Harapan Hidup dengan Pekerja

Miskin

Angka harapan hidup menunjukan bahwa besarnya

persentase bayi yang lahir akan selamat atau angka perkiraan

daripada rata-rata usia yang ditempuh seseorang selama hidup.

Angka harapan hidup dijadikan indikator dalam mengukur capaian

kesehatan suatu individu pada suatu daerah. Akses kesehatan yang

35

sulit dan mahal dalam pemenuhannya tentu akan menyebabkan

meningkatnya beban pengeluaran bagi pekerja miskin. Angka

harapan hidup cenderung mengalami peningkatan seiring dengan

bertambahnya angka produktifitas pekerja.

2.4.3 Keterkaitan Angka Melek Huruf dengan Pekerja

Miskin

Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator yang

dapat dijadikan ukuran kesejahteraan social serta untuk melihat

kapabilitas dasar pekerja. Pembangunan manusia merupakan

tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia

memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah

negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk

mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta

pembangunan yang berkelanjutan (Putra, 2011).

Ketidakmampuan pekerja dalam melek huruf akan

meningkatkan kondisi pekerja miskin karena menyulitkan pekerja

dalam proses persaingan dunia kerja sehingga hal tersebut akan

berimbas pada rendahnya status kerja dan tingkat upah.

2.4.4 Keterkaitan Rata-Rata Lama Sekolah dengan Pekerja

Miskin

Rata-rata lama sekolah digunakan untuk melihat jenjang

penddikan individu atau mengindikasikan seberapa tingginya

pendidikan yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah.

36

Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi

pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas SDM yang

diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan

seseorang pekerja (Suliswanto, 2010). Naiknya tingkat

kesejahteraan pekerja semakin maka semakin tinggi tingkat

pendidikan pekerja, dimana pengetahuan dan keahlian juga akan

meningkat sehingga dapat mendorong peningkatan produktivitas

kerja.

Pekerja dengan produktivitas tinggi akan menghasilkan

keuntungan yang lebih banyak. Sehingga pemberi kerja juga akan

bersedia memberikan upah yang lebih tinggi bagi pekerja yang

bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan

keterampilan dan keahlian pekerja akan mampu meningkatkan

hasil pertanian, karena pekerja yang terampil mampu bekerja secara

efisien. Pada akhirnya pekerja yang memiliki produktivitas yang

tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, hal ini

diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsi.

Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh

rendahnya akses mereka untuk memperoleh terhadap pendidikan

(Sinaga, 2004).

2.4.5 Keterkaitan Pengeluaran Perkapita dengan Pekerja

Miskin

Pengeluaran perkapita menggambarkan tingkat daya beli

(Purchasing Power Parity) masyarakat, sebagai salah satu

37

komponen yang digunakan untuk melihat status pembangunan

manusia di suatu wilayah serta memungkinkan pula dilakukan

perbandingan harga-harga riil antar provinsi dan antar

kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat

menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari

konsumsi perkapita yang telah disesuaikan.

Pengeluaran perkapita dapat menjadi ukuran untuk menilai

tingkat kesejahteraan pekerja miskin. Peningkatan pada sektor

pendapatan perkapita memberikan kontribusi bagi pembangunan

kesejahteraan pekerja miskin.

2.5 Penelitian Terkait

Gangga Anuraga. Tentang hierarchical clustering

multiscale bootstrap untuk pengelompokan kemiskinan di Jawa

Timur. Penggunaan metode hierarki dengan teknik pengukuran

jarak hanya memberikan satu solusi dalam penyelesaiannya, yaitu

didasarkan pada ukuran kemiripan pada teknik jarak yang

digunakan. Hasil dari penelitian ini menampilkan kelompok kelima

yang terdiri dari Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso,

Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan

dapat dikatakan sebagai daerah yang masih cukup tinggi persentase

kemiskinannya dibandingkan dengan kelompok 1, 2, 3, dan 4.

Yulmardi, dkk. Tentang kinerja pembangunan daerah

kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Cluster Analysis digunakan untuk

mengkategorikan kabupaten/ kota di Provinsi Jambi menurut

38

indikator pembangunan ekonomi, SDM, dan infrastruktur serta

menguraikan karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Kota Jambi menempati peringkat pertama dalam kinerja

pembangunan secara keseluruhan, diikuti oleh dari Tanjab Barat dan

Kabupaten Batang Hari.

Warnia Nengsih. Tentang descriptive modelling

menggunakan k-means untuk pengclusteran tingkat kemiskinan di

Propinsi Riau. Kesulitan dalam menentukan wilayah mana yang

mengalami tingkat kemiskinan yang paling tinggi dan normal serta

wilayah dengan tingkat kemiskinan rendah menjadi sebuah alasan

untuk melakukan metode cluster. Hasil cluster yang diperoleh

dimana record 3 dan record 9 berada pada cluster 2. Record

1,2,4,5,6,7,8,10,11,12 berada pada cluster 3. Tidak ada kota atau

kabupaten yang berada pada cluster 1.

Riyana Putri & Edy Widodo. Tentang analisis hierarchical

clustering untuk pengelompokan kabupaten/kota di Jawa Tengah

berdasarkan indikator indeks pembangunan manusia (IPM) tahun

2015. Hasil dari penelitian menunjukkan kelompok 1 terdiri dari 19

kabupaten/kota, kelompok 2 terdiri dari 3 kabupaten/kota, kelompok

3 terdiri dari 10 kabupaten/kota dan kelompok 4 terdiri dari 3

kabupaten/kota dengan variabel yang ditentukan.

Kumalasari. Tentang analisis pengaruh laju pertumbuhan

ekonomi, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama

sekolah, pengeluaran perkapita dan jumlah penduduk terhadap

tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini

39

menunjukkan bahwa variabel angka harapan hidup (AHH),

pengeluaran perkapita disesuaikan, dan jumlah penduduk

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di

Provinsi Jawa Tengah.

Firmansyah. Tentang zakat sebagai instrumen pengentasan

kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Penelitian ini membahas

peran zakat dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan

pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada

kesenjangan yang signifikan antara potensi dan realisasi zakat di

Indonesia, (2) lembaga zakat resmi belum memainkan peran penting

dalam penggalangan dana zakat, karena masih banyak muzakki yang

menggunakan lembaga zakat tidak resmi, dan (3) alokasi anggaran

untuk mendukung zakat produktif masih terbatas karena beberapa

kendala yang dihadapi. Namun, kehadiran program zakat telah

mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan para

mustahik.

Irfan Syauqi Beik. Tentang analisis peran zakat dalam

mengurangi kemiskinan: studi kasus Dompet Dhuafa Republika.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara empirik apakah

zakat memiliki dampak terhadap upaya pengurangan tingkat

kemiskinan. Peneliti mengambil studi kasus di Lembaga Amil Zakat

Nasional (Laznas) Dompet Dhuafa Republika. Penelitian ini

menggunakan sejumlah alat analisa, yaitu : headcount ratio, untuk

mengetahui berapa jumlah dan persentase keluarga miskin; rasio

kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan, yang

40

digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan

indeks Sen serta indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT), yang

digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil

analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan

persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan

keparahan kemiskinan.

Rahmatina A. Kasri. Penelitiannya yang berjudul

Effectiveness of Zakah Targeting in Alleviating Poverty in Indonesia

dijelaskan bahwa zakat merupakan suatu institusi dalam ekonomi

Islam yang unik karena hanya menyasar pada delapan asnaf yang

bertujuan untuk redistribusi pendapatan, mengurangi kemiskinan,

dan mencapai kesejahteraan sosial. Namun, dampak dan efektivitas

penetapan sasaran zakat untuk mengurangi kemiskinan masih jarang

dilakukan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

dan indeks kemiskinan. Hasil penelitian menemukan bahwa insiden,

kedalaman, dan keparahan kemiskinan antar penerima telah

menurun seiring dengan kontribusi yang telah dilakukan oleh

organisasi pengelola zakat. Terdapat indikasi lain bahwa zakat telah

didistribusikan kepada orang yang tidak beruntung seperti orang

yang tidak berpendidikan ataupun tidak memiliki pekerjaan. Hasil

ini memberikan suatu bukti empiris terkait kontribusi positif dan

efektivitas penetapan sasaran zakat dalam pengentasan kemiskinan

di Indonesia. Implikasi kebijakan dari temuan ini adalah bagaimana

meningkatkan peran zakat dalam pengentasan kemiskinan pada

masyarakat muslim.

41

Anggit Yoga Permana. Tentang analisis pengaruh pdrb,

pengangguran, pendidikan, dan kesehatan terhadap kemiskinan di

Jawa Tenggah tahun 2004-2009 yang mana penelitian tersebut

menggunakan data sekunder dengan alat analisis panel data, yang

terdiri dari data times series selama periode 2004-2009 dan data

cross section35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu

pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi model regresi data

panel adalah dengan menggunakan fixed effect model (FEM). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel laju pertumbuhan PDRB,

pendidikan, dan kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan. Sementara itu, variabel tingkat pengangguran

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan. Laju

pendidikan dan kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan, artinya bahwa semakin tinggi derajat

pendidikan dan kesehatan maka akan mengurangi tingkat

kemiskinan.

Whisnu Adhi Saputra. Tentang analisis pengaruh jumlah

penduduk, PDRB, IPM, pengangguran terhadap tingkat kemiskinan

di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Model regresi yang digunakan

adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least

Squares Regression Analysis) dengan menggunakan panel data

dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model).

Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai salah satu

variabelnya. Penggunaan dummy tahun dalam penelitian ini adalah

untuk melihat variasi tingkat kemiskinan antar waktu di

42

Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah,

IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan

di Jawa Tengah, dan pengangguran berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.

Adit Agus Prastyo. Tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan studi kasus 35

kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2003-2007. Penelitian ini

menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum,

pendidikan, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan

di Jawa Tengah dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah panel data dengan pendekatan

efek tetap (fixed effect model), dan menggunakan jenis data

sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel

pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat

pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat

kemiskinan. Perkembangan pertumbuhan ekonomi, upah minimum,

pendidikan, dan tingkat pengangguran patut menjadi pertimbangan

untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Prima Sukmaraga. Tentang analisis pengaruh IPM, PDRB

perkapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk

miskin di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008. Metode analisis dalam

43

penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan

metode Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan data antar

ruang (cross section) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2008 dengan bantuan software Eviews 4.1. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IPM berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa

Tengah, PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, dan

jumlah pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah.

Tabel 2.1

Penelitian Terkait

No Judul Penelitian Tujuan Hasil

1 Hierarchical

Clustering

Multiscale

Bootstrap untuk

Pengelompokan

Kemiskinan di

Jawa Timur

(Anuraga,

2015)

Tujuannya

penggunaan

metode hierarki

untuk

mengelompokan

daerah

didasarkan pada

ukuran

kemiripan pada

teknik jarak

yang digunakan.

Hasil dari penelitian

ini menampilkan

kelompok kelima

yang terdiri dari

Kabupaten Jember,

Kabupaten

Bondowoso,

Kabupaten

Situbondo,

Kabupaten

Probolinggo,

Kabupaten Pasuruan

dapat dikatakan

sebagai daerah yang

masih cukup tinggi

persentase

kemiskinannya

44

Tabel 2.1-Lanjutan

No Judul Penelitian Tujuan Hasil

dibandingkan dengan

kelompok 1, 2, 3,

dan 4.

2 Kinerja

Pembangunan

Daerah

Kabupaten/Kota

di Provinsi

Jambi

(Yulmardi,

2015)

Cluster Analysis

digunakan untuk

mengkategorika

n kabupaten/

kota di Provinsi

Jambi menurut

indikator

pembangunan

ekonomi, SDM,

dan infrastruktur

serta

menguraikan

karakteristiknya.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

Kota Jambi

menempati peringkat

pertama dalam

kinerja pembangunan

secara keseluruhan,

diikuti oleh dari

Tanjab Barat dan

Kabupaten Batang

Hari.

3 Tentang

Descriptive

Modelling

Menggunakan

K-Means untuk

Pengclusteran

Tingkat

Kemiskinan di

Propinsi Riau

(Nengsih, 2014)

Menentukan

wilayah dengan

metode cluster

yang mengalami

tingkat

kemiskinan yang

paling tinggi dan

normal serta

wilayah dengan

tingkat

kemiskinan

rendah.

Hasil cluster yang

diperoleh dimana

record 3 dan record

9 berada pada cluster

2. Record

1,2,4,5,6,7,8,10,11,1

2 berada pada cluster

3. Tidak ada kota

atau kabupaten yang

berada pada cluster

1.

4 Analisis

Hierarchical

Clustering

untuk

Mengelompokan

kabuapen/kota

di wilayah Jawa

Tengah untuk

Hasil dari penelitian

menunjukkan

kelompok 1 terdiri

dari 19

45

Tabel 2.1-Lanjutan

No Judul Penelitian Tujuan Hasil

Pengelompokan

Kabupaten/Kota

di Jawa Tengah

Berdasarkan

Indikator Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

tahun 2015

(Widodo, 2017)

mengetahui

karakteristik

kabupaten/kota

tersebut dalam

bidang IPM.

kabupaten/kota,

kelompok 2 terdiri

dari 3

kabupaten/kota,

kelompok 3 terdiri

dari 10

kabupaten/kota dan

kelompok 4 terdiri

dari 3

kabupaten/kota

dengan variabel yang

ditentukan.

5 Analisis

Pertumbuhan

Ekonomi,

Angka Harapan

Hidup, Angka

Melek Huruf,

Rata-Rata Lama

Sekolah,

Pengeluaran

Perkapita dan

Jumlah

Penduduk

terhadap tingkat

kemiskinan di

Jawa Tengah

(Kumalasari,

2011)

Menganalisis

pengaruh laju

pertumbuhan

ekonomi, AHH,

AMH, RLS,

Pengeluaran

Perkapita dan

Jumlah

Penduduk

terhadap tingkat

kemiskinan di

Jawa Tengah.

Variabel Angka

Harapan Hidup

(AHH), Pengeluaran

Perkapita

Disesuaikan, dan

Jumlah Penduduk

berpengaruh negatif

dan signifikan

terhadap tingkat

kemiskinan di

Provinsi Jawa

Tengah

6 Zakat as An

Instrument for

Poverty and

Inequality

Menganalisis

peran zakat

dalam

mengurangi

Menunjukkan bahwa

zakat telah

mengurangi tingkat

kemiskinan dan

46

Tabel 2.1-Lanjutan

No Judul Penelitian Tujuan Hasil

Reduction

(Firmansyah,

2013)

kemiskinan dan

ketimpangan

pendapatan.

ketimpangan

pendapatan para

mustahik.

7 Analisis Peran

Zakat dalam

Mengurangi

Kemiskinan:

Studi Kasus

Dompet Dhuafa

Republika

(Beik, 2009)

Menganalisa

secara empirik

apakah zakat

memiliki

dampak

terhadap upaya

pengurangan

tingkat

kemiskinan.

Zakat mampu

mengurangi jumlah

dan persentase

keluarga miskin,

serta mengurangi

kedalaman dan

keparahan

kemiskinan.

8 Effectiveness of

Zakah

Targeting in

Alleviating

Poverty in

Indonesia

(Kasri, 2016)

Menganalisa

bagaimana

keefektifan

zakat dalam

pengentasan

kemiskinan di

Indonesia

Zakat memiliki

kontribusi positif dan

efektivitas penetapan

sasaran zakat dalam

pengentasan

kemiskinan di

Indonesia.

9 Analisis

Pengaruh

PDRB,

Pengangguran,

Pendidikan, dan

Kesehatan

Terhadap

Kemiskinan di

Jawa Tenggah

Tahun 2004-

2009 (Permana,

2012)

Menganalisis

Pengaruh

PDRB,

Pengangguran,

Pendidikan, dan

Kesehatan

Terhadap

Kemiskinan di

Jawa Tenggah

Tahun 2004-

2009.

Menghasilkan laju

pendidikan dan

kesehatan

berpengaruh negatif

dan signifikan

terhadap kemiskinan,

artinya bahwa

semakin tinggi

derajat pendidikan

dan kesehatan maka

akan mengurangi

tingkat kemiskinan

47

Tabel 2.1-Lanjutan

No Judul Penelitian Tujuan Hasil

10 Analisis

Pengaruh

Jumlah

Penduduk,

PDRB, IPM,

Pengangguran

Terhadap

Tingkat

Kemiskinan di

Kabupaten/Kota

Jawa Tengah

(Putra, 2011)

Menganalisis

bagaimana dan

seberapa besar

pengaruh

variabel Jumlah

Penduduk,

PDRB, Indeks

Pembangunan

Manusiaj dan

Pengangguran

terhadap tingkat

kemiskinan di

Kabupaten/Kota

Jawa Tengah.

Menghasilkan Indeks

Pembangunan

Manusia

berpengaruh negatif

dan signifikan

terhadap tingkat

kemiskinan

11 Analisis Faktor-

Faktor Yang

Mempengaruhi

Tingkat

Kemiskinan

(Studi Kasus 35

Kabupaten/Kota

Di Jawa Tengah

Tahun 2003-

2007) (Prastyo,

2010)

Menganalisis

pengaruh

pertumbuhan

ekonomi, upah

minimum,

pendidikan, dan

tingkat

pengangguran

terhadap tingkat

kemiskinan di

Jawa Tengah

dari tahun 2003

hingga tahun

2007.

Variabel

pertumbuhan

ekonomi, upah

minimum,

pendidikan, dan

tingkat

pengangguran

berpengaruh

signifikan terhadap

variabel tingkat

kemiskinan

12 Analisis

Pengaruh

Indeks

Pembangunan

Manusia, PDRB

Menganalisis

bagaimana dan

seberapa besar

pengaruh

variabel Indeks

Variabel Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM)

berpengaruh negatif

dan signifikan

48

Tabel 2.1-Lanjutan

No Judul Penelitian Tujuan Hasil

Per Kapita, dan

Jumlah

Pengangguran

Terhadap

Jumlah

Penduduk

Miskin di

Provinsi Jawa

Tengah

(Sukmaraga,

2011)

Pembangunan

Manusia, PDRB

per kapita, dan

jumlah

pengangguran

terhadap jumlah

penduduk

miskin di

Provinsi Jawa

Tengah pada

tahun 2008.

terhadap jumlah

penduduk miskin

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis kuantitatif yang menekankan analisisnya

pada data numerical atau angka yang diperoleh dengan metode

statistik yang tergolong dalam penelitian eksplanasi yang berusaha

untuk menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian ini

menganalisis interaksi data jumlah pekerja miskin, realisasi zakat

dan indikator indeks pembangunan manusia yaitu angka harapan

hidup, angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita yang bertujuan untuk mengelompokkan n

satuan pengamatan ke dalam k kelompok, sehingga unit-unit

pengamatan dalam satu kelompok mempunyai ciri-ciri yang lebih

homogen dibandingkan unit pengamatan dalam kelompok lain

(Mattjik, 2002).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

data ratio yang diperoleh dalam bentuk angka, yaitu data time series

dan cross section. Data time series periode tahun 2011-2015

sedangkan data cross section adalah 23 kabupaten/kota di Aceh.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi

atau sudah dikumpulkan dari sumber lain dan diperoleh dari pihak

50

lain seperti buku-buku literatur, catatan- catatan, data hasil publikasi

pemerintah seperti laporan dari BPS atau sumber yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti. Data pada penelitian ini diperoleh dari

BPS yang terdiri dari data jumlah pekerja miskin, realisasi zakat,

persentase angka harapan hidup, persentase angka melek huruf,

persentase angka rata-rata lama sekolah dan persentase pengeluaran

perkapita.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Bila dilihat dari sumbernya, pengumpulan data

menggunakan sumber data skunder yaitu data diperoleh dalam

bentuk yang sudah jadi yaitu data diperoleh dari badan pusat

statistik (BPS) dan dari sumber yang berhubungan dngan masalah

yang diteliti.

3.4 Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diamati ada

enam variabel. Untuk memahami setiap variabel yang digunakan,

maka diberikan definisi variabel sebagai berikut:

3.4.1 Pekerja Miskin (X1)

Pekerja miskin adalah kondisi para pekerja yang berada

dalam ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran.

51

3.4.2 Realisasi Zakat (X2)

Zakat adalah sebagian harta dengan persyaratan tertentu

untuk diberikan kepada golongan tertentu (Mustahik) dengan

persyaratan tertentu pula.

3.4.3 Persentase Angka Harapan Hidup (X3)

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah angka perkiraan

daripada rata-rata usia yang ditempuh seseorang selama hidup.

3.4.4 Persentase Angka Melek Huruf (X4)

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan perbandingan

antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu

membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke

atas.

3.4.5 Persentase Rata-Rata Lama Sekolah (X5)

Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata dari jumlah

tahun yang dihabiskan oleh individu yang berusia 15 tahun ke atas

dalam menempuh pendidikan formal.

3.4.6 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita (X4)

Pengeluaran perkapita merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk konsumsi makanan maupun non-makanan selama sebulan

dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga.

52

Tabel 3.1

Daftar Singkatan Variabel

Variabel Singkatan

Pekerja Miskin (%) X1

Realisasi Zakat (Rp) X2

Persentase Angka Harapan Hidup (%) X3

Persentase Angka Melek Huruf (%) X4

Persentase Rata-Rata Lama Sekolah (%) X5

Pengeluaran Rata-Rata Perkapita (%) X6

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu analisis cluster. Analisis cluster adalah suatu metode dalam

analisis peubah ganda yang bertujuan untuk mengelompokkan n

satuan pengamatan ke dalam k kelompok, sehingga unit-unit

pengamatan dalam satu kelompok mempunyai ciri-ciri yang lebih

homogen dibandingkan unit pengamatan dalam kelompok lain

(Mattjik, 2002).

Tujuan utama teknik ini adalah melakukan pengelompokkan

berdasarkan kriteria tertentu sehingga objek-objek tersebut

mempunyai variasi di dalam pengelompokan (within cluster) relatif

kecil dibandingkan variasi antar pengelompokan (between cluster).

53

Secara garis besar ada tiga hal yang harus terjawab dalam

proses kerja analisis cluster, yaitu :

1. Mengukur kesamaan

Ukuran untuk mengukur kesamaaan antar objek, yaitu dengan

menggunakan ukuran jarak.

2. Membentuk cluster secara hirarki

Prosedur yang diterapkan harus dapat mengelompokkan objek-

objek yang memiliki kesamaan yang tinggi ke dalam sutau cluster

yang sama.

3. Menentukan jumlah cluster

Pada prinsipnya jika jumlah cluster berkurang maka homogenitas

cluster secara otomatis akan menurun. Algoritma cluster harus

dapat memaksimalkan perbedaan relatif cluster terhadap variasi

dalam cluster. Dua metode paling umum dalam algoritma cluster

adalah metode hirarki dan metode non hirarki. Penentuan metode

mana yag akan dipakai tergantung kepada peneliti dan konteks

penelitian dengan tidak mengabaikan substansi, teori dan konsep

yang berlaku (Sartono, dkk., 2003).

3.5.1 Konsep Clustering Analisis

Clustering analisis merupakan salahsatu metode algoritma

guna menghasilkan kelompok k dengan perbedaan yang

memungkinkan. Jumlah dari k didasari pada jarak dan harus dihitung

dari data yang sesuai dengan kebutuhan. Algoritma dalam clustering

analisis memiliki parameter dalam menentukan k dengan membagi

54

sekumpulan n data ke k pengelompokan hingga tingkat kemiripan

antar anggota dalam setiap k menjadi tinggi dan kemiripan ciri antar

anggota k lain menjadi sangat rendah. Kemiripan n pada k diukur

sesuai dengan jarak kedekatan n terhadap nilai rata-rata pada k atau

disebut sebagai centroid atau pusat klaster.

Pada tahapan awal, algoritma cluster memilih secara acak k

titik data sebagai centroid. Selanjutnya, jarak antar n dengan

centroid dihitung dengan jarak euclidian. Data ditempatkan kedalam

centroid yang paling dekat, dihitung dari titik tengah cluster.

Centroid ditentukan jika semua n data sudah ditempatkan ke dalam

cluster yang memiliki jarak paling dekat (Paramartha, 2017).

3.5.2 Metode Hirarki

Metode hirarki dalah pendekatan dalam penggabungan

objek-objek yang harus ditentukan terlebih dahulu jarak antar

pengelompokan (cluster). Konsep jarak yang digunakan disini

adalah jarak Euclidean dengan formulanya sebagai berikut:

𝒅(𝒙, 𝒚) = √∑(𝒙𝒊 − 𝒚𝒊)𝟐

𝒑

𝒊=𝟏

Hal penting dalam metode hirarki adalah bahwa hasil pada

tahap sebelumnya selalu bersarang di dalam hasil pada tahap

55

berikutnya, membentuk sebuah pohon. Untuk menghitung ulang

jarak antar cluster yang terbentuk ada beberapa metode, yaitu:

1. Pautan Tunggal

Metode ini didasarkan pada jarak minimum. Dimulai dengan

dua objek yang dipisahkan dengan jarak paling pendek maka

keduanya akan ditempatkan pada cluster pertama, dan

seterusnya. Metode ini dikenal pula dengan nama pendekatan

tetangga terdekat.

2. Pautan Lengkap

Metode ini disebut juga pendekatan tetangga terjauh. Dasarnya

adalah jarak maksimum. Pada metode ini menggunakan jarak

yang paling jauh antara dua anggota gerombol yang berbeda, Br

dan Bs. Secara formal dapat ditulis:

𝒉 (𝑩𝒓 , 𝑩𝒔) = 𝐦𝐚𝐱{𝒅(𝒙𝒊, 𝒙𝒋); 𝒙𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒓 𝒅𝒂𝒏 𝒙𝒋 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒔}

3. Pautan Centroid

Jarak antara dua cluster adalah jarak antar centroid cluster

tersebut. Centroid cluster adalah nilai tengah observasi pada

peubah dalam suatu set peubah cluster. Keuntungannya adalah

outlier atau data observasi yang muncul dengan nilai-nilai

ekstrim, baik secara univariate ataupun multivariate hanya

sedikit berpengaruh jika dibandingkan dengan metode lain.

Yang dimaksud dengan nilai-nilai ekstrim dalam observasi

adalah nilai yang jauh atau beda sama sekali dengan sebagian

besar nilai lain dalam kelompoknya.

(3.2)

56

4. Pautan Rata-rata

Pautan rataan dasarnya adalah jarak rata-rata antar observasi.

Pengelompokan dimulai dari tengah atau pasangan observasi

dengan jarak paling mendekati jarak rata-rata.

5. Metode Ward ( Ward’s Method )

Dalam metode ini jarak antara dua cluster adalah jumlah

kuadrat antara dua cluster untuk seluruh peubah. Metode ini

cenderung digunakan untuk mengkombinasi cluster-cluster

dengan jumlah kecil (Dillon., 1984)

3.5.3 Metode non-Hirarki

Metode non-hirarki dimulai dengan menentukan terlebih

dahulu jumlah cluster yang diinginkan, sehingga sifat

pengelompokannya tidaklah alamiah karena dikondisikan untuk

jumlah kelompok tertentu.

3.6 Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis dan

mendapatkan pengelompokan peringkat kabupaten/kota

berdasarkan pendistribusian jumlah pekerja miskin, realisasi zakat,

persentase angka harapan hidup, persentase angka melek huruf,

persentase angka rata-rata lama sekolah dan persentase pengeluaran

perkapita adalah metode analisis cluster dengan bantuan software

Microsoft Excel, SPSS 19, R 3.3. dan ArcGis. Selanjutnya dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

57

1. Mencari rata-rata semua variabel dari data tahun 2011 sampai

2015.

2. Menentukan pengelompokkan dan jumlah cluster dengan

menggunakan software R 3.3.

3. Melakukan analisis komponen statistika berupa mean, median,

nilai maksimum dan nilai minimum terhadap data rata-rata 6

variabel dengan menggunakan software SPSS 19.

4. Menentukan peringkat menggunakan metode voting dari data

rata-rata.

5. Menentukan input hasil data voting peringkat pengelompokan

kabupaten/kota beserta titik koordinat daerah kedalam Microsoft

Excel.

6. Menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari pengelompokan

peringkat kabupaten/kota berdasarkan pendistribusian jumlah

pekerja miskin, realisasi zakat, persentase angka harapan hidup,

persentase angka melek huruf, persentase angka rata-rata lama

sekolah dan persentase pengeluaran perkapita masing-masing

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh dengan menggunakan

mapping software yaitu ArcGis.

7. Melakukan analisis hasil terhadap data pervariabel pada tahun

2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.

8. Melakukan analisis beserta visualisasi pengelompokan

kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan peringkat pada

tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistika Deskriptif

Penelitian ini menggunakan 6 variabel yang terdiri atas

jumlah pekerja miskin yang diperoleh dari data kemiskinan

penduduk yang bekerja di sektor informal, angka realisasi zakat,

persentase angka harapan hidup, persentase angka melek huruf,

persentase rata-rata lama sekolah dan persentase pengeluaran

perkapita tahun 2011-2015. Variabel tersebut dihitung berdasarkan

kabupaten/kota di Provinsi Aceh yaitu sebanyak 23 kabupaten/kota.

4.1.1 Rata-Rata Persentase Pekerja Miskin Kabupaten/Kota

di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Masalah pekerja miskin merupakan sebuah persoalan yang

harus diperhatikan dalam proses pembangunan suatu negara.

Ketersediaan data pekerja miskin yang akurat dan tepat sasaran

merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung strategi

penanggulangan pekerja miskin. Pengukuran jumlah pekerja miskin

yang akurat dapat menjadi instrumen penting bagi penentu

kebijakan dalam memfokuskan perhatian terhadap para pekerja

yang berada dalam kondisi kemiskinan. Gambar 4.1 menampilkan

kondisi pekerja miskin kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam

kurun waktu 2011-2015.

44,12%

59

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)

Gambar 4.1

Rata-Rata Persentase Pekerja Miskin Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Pada Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata persentase

penduduk miskin kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh dalam

kurun waktu tahun 2012-2016. Kabupaten Gayo Lues yang

memiliki rata-rata persentase pekerja miskinnya paling tinggi

dibandingkan Kabupaten/Kota lain yang ada di Provinsi Aceh yaitu

sebesar 73,47%. Kabupaten Gayo Lues yang memiliki luas 5,719

km2 terdiri dari 11 kecamatan dan 145 kelurahan merupakan

salahsatu kabupaten di Aceh hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

Tenggara dengan dasar hukum undang-undang no. 4 tahun 2002

pada tanggal 10 April 2002. Kabupaten ini merupakan kabupaten

yang paling terisolasi di Aceh. Pusat pemerintahan Gayo Lues

60

dikendalikan dari Desa Cinta Maju dan pusat perekonomian di

ibukota Blangkejeren.

Potensi hutan Gayo Lues seperti bambu yang tumbuh subur

serta rotan yang dapat ditemukan. Kondisi serta keunikan hutan

Gayo Lues yang berbeda dengan daerah lain tersebut harusnya bila

dapat dikelola dengan baik dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat. Namun kurangnya keterampilan serta rendahnya

kualitas dan produktivitas tenaga kerja dalam pengelolaan hasil

pertanian serta tata kelola pemerintah menyebabkan hasil hutan

Gayo Lues tidak termanfaatkan dengan baik guna meningkatkan

ekonomi masyarakat. Sebaliknya Kota Banda Aceh memiliki rata-

rata pekerja miskin yang paling rendah yaitu sebesar 24,89% berada

jauh dibawah angka rata-rata persentase pekerja miskin di Aceh

untuk rentang waktu tahun 2011-2015 sebesar 44,12%.

Kota Banda Aceh yang berada diujung pulau Sumatera

merupakan ibukota dari Provinsi Aceh. Sebagai ibukota dari

provinsi Aceh menyebabkan segala sesuatu baik dari segi

pendidikan, perekonomian, pemerintahan, kesehatan dan lain

sebagainya secara umum terpusat di Kota Banda Aceh. Bila

ditinjuau dari komoditi unggulan, nilai produksi perikanan hasil laut

pada tahun 2015 yang mencapai 111,76 milyar rupiah dan dari hasil

budidaya sebesar 5,19 milyar rupiah menjadikan sektor perikanan

menjadi andalan. Sebagai pusat pendidikan menjadikan Kota Banda

Aceh memiliki teknologi yang memadai, pendidikan dan

61

keterampilan yang unggul dibandingkan dengan daerah lain yang

ada di Provinsi Aceh. Hal tersebut menjadikan Kota Banda Aceh

sebagai salahsatu destinasi para pekerja di Provinsi Aceh seperti

berdagang ataupun bekerja di perusahaan baik nasional ataupun

swasta.

Rata-rata persentase pekerja miskin kabupaten/kota di

Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015 sebesar 44,12%.

Kabupaten/kota yang berada dibawah garis rata-rata persentase

pekerja miskin di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Pidie Jaya,

Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Timur, Kota

Subulussalam, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar,

Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten

Aceh Singkil, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Tamiang, Kota

Sabang, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe, dan Kota Banda Aceh.

Adapun Kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata

persentase pekerja miskin di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh

Selatan, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten

Simeulue, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Bener Meriah,

Kabupaten Aceh Tengah, dan Kabupaten Gayo Lues.

4.1.2 Rata-Rata Jumlah Zakat Perkapita Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Zakat merupakan pilar penting dalam meningkatkan

kesejahteraan dan merupakan instrumen yang berdimensi keadilan

sosial Islam untuk menekan angka kemiskinan. Sebagai perwujudan

62

syiar Islam dalam semangat pemerintahan maka provinsi Aceh

merupakan salahsatu daerah yang memiliki institusi amil dan

menjadikan zakat, infaq dan sedekah sebagai salahsatu pendapatan

asli daerah. Tujuan mendasar zakat adalah untuk menyelesaikan

berbagai macam persoalan sosial seperti pengangguran,

kemiskinan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini data yang digunakan

adalah data realisasi zakat perkapita, yaitu jumlah zakat yang dibagi

dengan jumlah penduduk di setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh.

Gambar 4.2 menampilkan kondisi jumlah rata-rata realisasi zakat

kabupaten/kota di provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)

Gambar 4.2

Rata-Rata Jumlah Zakat Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2011-2015

63

Pada gambar 4.2 menunjukan rata-rata realisasi zakat

perkapita setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun 2011

sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa

kabupaten/kota yang memiliki jumlah realisasi zakat perkapita

terendah adalah Kabupaten Pidie yaitu sebesar 1.471,71 rupiah.

Sedangkan jumlah realisasi zakat perkapita tertinggi adalah Kota

Banda Aceh yaitu sebesar 61.247,35 rupiah. Rata-rata jumlah zakat

kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015

sebesar 22.537,26 rupiah. Kabupaten/kota yang berada dibawah

garis rata-rata jumlah zakat di Provinsi Aceh yaitu Kota

Lhokseumawe, Kota Subulussalam, Kabupaten Simeulue,

Kabupaten Aceh tenggara, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh

Jaya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Pidie Jaya,

Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh

Tamiang, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur,

Kabupaten Bireun dan Kabupaten Pidie. Sedangkan kabupaten/kota

yang berada diatas garis rata-rata jumlah realisasi zakat di Provinsi

Aceh yaitu Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Besar,

Kabupaten Aceh Barat, Kota Langsa, Kabupaten Bener Meriah,

Kabupaten Aceh Tengah, Kota Sabang dan Kota Banda Aceh.

64

4.1.3 Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Angka harapan hidup adalah data rata-rata tahun hidup yang

masih akan dijalani oleh individu yang berhasil mencapai usia

tertentu pada satu tahun dalam kondisi mortalitas yang berlaku di

lingkungan sekitarnya. Data angka harapan hidup diperoleh dari

catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga

memungkinkan dibuat tabel kematian guna menjadi alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk dan meningkatkan derajat kesehatan

penduduk pada khususnya. Ketersediaan data angka harapan hidup

yang akurat merupakan salah satu aspek penting dalam mendukung

program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya

termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk

program pemberantasan kemiskinan. Gambar 4.3 menampilkan

mengenai rata-rata persentase angka harapan hidup kabupaten/kota

di provinsi Aceh dalam kurun waktu 2011-2015.

65

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)

Gambar 4.3

Rata-Rata Persentase Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota

di Provinsi Aceh tahun 2011-2015

Pada gambar 4.3 menunjukan rata-rata persentase angka

harapan hidup setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun

2011 sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa

kabupaten/kota yang memiliki jumlah persentase angka harapan

hidup terendah adalah Kota Subulussalam yaitu sebesar 62,93 tahun,

artinya rata-rata usia penduduk Kota Subulussalam sekitar 62,93

tahun. Sedangkan jumlah persentase angka harapan hidup tertinggi

adalah Kota Banda Aceh yaitu sebesar 70,80 tahun. Rata-rata jumlah

angka harapan hidup kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun

waktu 2011-2015 sebesar 67,49 tahun. Kabupaten/kota yang berada

dibawah garis rata-rata angka harapan hidup di Provinsi Aceh yaitu

66

Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten

Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten

Gayo Lues, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Barat Daya,

Kabupaten Aceh Selatan dan Kota Subulussalam. Sedangkan

kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata angka harapan

hidup di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten

Nagan Raya, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Utara,

Kabupaten Aceh Tamiang, Kota Langsa, Kabupaten Bener Meriah,

Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Kota Sabang,

Kabupaten Bireun, Kota Lhokseumawe dan Banda Aceh.

4.1.4 Rata-Rata Persentase Angka Melek Huruf

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015

Angka melek huruf adalah data kemampuan membaca

menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab dan huruf

lainnya terhadap penduduk usia 15 tahun keatas. Data angka melek

huruf sebagai indikator dasar yang telah dicapai kabupaten/kota

untuk melihat sejauh mana masyarakat terbuka terhadap

pengetahuan. Data angka melek huruf menjadi alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan sistem

pendidikan dasar yang efektif serta program keaksaraan yang

memungkinkan sebagian besar masyarakat untuk memperoleh

kemampuan membaca dalam kehidupan sehari-hari dan

melanjutkan pembelajaran. Gambar 4.4 menampilkan mengenai

67

rata-rata persentase angka melek huruf kabupaten/kota di provinsi

Aceh dalam kurun waktu 2011-2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)

Gambar 4.4

Rata-Rata Persentase Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Pada gambar 4.4 menunjukan rata-rata persentase angka

melek huruf setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun

2011 sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa

kabupaten/kota yang memiliki jumlah persentase angka melek huruf

terendah adalah Kabupaten Gayo Lues yaitu sebesar 90,59%.

Sedangkan jumlah persentase angka melek huruf tertinggi adalah

Kabupaten Simeulue yaitu sebesar 99,41%. Rata-rata jumlah angka

melek huruf kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun waktu

2011-2015 sebesar 96,59%. Kabupaten/kota yang berada dibawah

garis rata-rata angka melek huruf di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten

99,41%

68

Aceh Barat, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten

Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Nagan

Raya, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Pidie Jaya, Kota

Subulussalam dan Kabupaten Gayo Lues. Sedangkan

kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata angka melek huruf

di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh

Tamiang, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Timur,

Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Bireun, Kota Sabang,

Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kota Langsa,

Kota Lhokseumawe, Kota Banda Aceh dan Kabupaten Simeulue.

4.1.5 Rata-Rata Persentase Rata-Rata Lama Sekolah

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015

Rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun belajar

yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal oleh penduduk

usia 15 tahun ke atas. Data rata-rata lama sekolah diperoleh dari

partisipasi sekolah, jenjang dan jenis pendidikan yang pernah atau

sedang diduduki, ijazah tertinggi dan tingkat tertinggi yang pernah

diduduki. Data persentase rata-rata lama sekolah menjadi alat untuk

melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan

formal. Gambar 4.5 menampilkan mengenai rata-rata persentase

rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di provinsi Aceh dalam kurun

waktu 2011-2015.

69

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)

Gambar 4.5

Rata-Rata Persentase Rata-Rata Lama Sekolah

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2015

Pada gambar 4.5 menunjukan rata-rata persentase rata-rata

lama sekolah setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama tahun

2011 sampai 2015. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa

kabupaten/kota yang memiliki jumlah persentase rata-rata lama

sekolah terendah adalah Kota Subulussalam yaitu selama 6,63

tahun, artinya rata-rata jumlah tahun belajar yang telah diselesaikan

penduduk Kota Subulussalam dalam pendidikan formal oleh

penduduk usia 15 tahun ke atas adalah selama 6,63 tahun.

Sedangkan jumlah persentase rata-rata lama sekolah tertinggi adalah

Kota Banda Aceh yaitu selama 12,20 tahun. Rata-rata persentase

rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun

waktu 2011-2015 selama 8,50 tahun. Kabupaten/kota yang berada

dibawah garis rata-rata lama sekolah di Provinsi Aceh yaitu

70

Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Barat,

Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh

Tamiang, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Jaya,

Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh

Timur, Kabupaten Gayo Lues dan Kota Subulussalam. Sedangkan

kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata lama sekolah di

Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Bireun,

Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten

Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Besar, Kota Sabang, Kota

Lhokseumawe, Kota Langsa dan Kota Banda Aceh.

4.1.6 Rata-Rata Persentase Pengeluaran Perkapita

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Pengeluaran perkapita secara umum digunakan sebagai

indikator proposi pengeluaran untuk makanan dan non makanan

yang dihitung dari biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua

anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya

anggota rumah tangga, makin rendah persentase pengeluaran untuk

makanan terhadap total pengeluaran makin membaik tingkat

kesejahteraan . Data persentase pengeluaran perkapita dapat

dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi

penduduk. Gambar 4.6 menampilkan mengenai rata-rata persentase

pengeluaran perkapita kabupaten/kota di provinsi Aceh dalam kurun

waktu 2011-2015.

71

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2011-2015 (diolah)

Gambar 4.6

Rata-Rata Persentase Pengeluaran Perkapita Kabupaten/Kota

di Provinsi Aceh Tahun 2011-2015

Pada gambar 4.6 menunjukkan rata-rata persentase

pengeluaran perkapita Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh

dalam kurun waktu lima tahun, yakni tahun 2011-2015.

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa kabupaten/kota yang

memiliki jumlah persentase pengeluaran perkapita terendah adalah

Kota Banda Aceh yaitu sebesar 47,90%. Sedangkan jumlah

persentase rata-rata pengeluaran perkapita adalah Kabupaten Aceh

Tenggara yaitu sebesar 70,02%. Rata-rata persentase pengeluaran

perkapita kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam kurun waktu

2011-2015 sebesar 64,03%. Kabupaten/kota yang berada dibawah

garis pengeluaran perkapita di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Bener

Meriah, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh

70,02%

72

Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Tengah, Kota

Lhokseumawe, Kota Langsa dan Kota Banda Aceh. Adapun

kabupaten/kota yang berada diatas garis rata-rata pengeluaran

perkapita di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten

Simeulue, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Gayo Lues,

Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh

Barat Daya, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Singkil, Kota

Subulussalam, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten

Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.

4.2 Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Jumlah

Pekerja Miskin, Angka Realisasi Zakat, Angka Harapan

Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah

Dan Pengeluaran Perkapita

Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan

metode penggerombolan non-hirarki atau pengelompokan secara

natural adalah untuk melihat jarak antar objek. Apabila nilai jarak

untuk setiap objek kecil, maka akan dikelompokkan menjadi satu

kelompok (cluster). Dengan menggunakan software R 3.3, SPSS dan

Microsoft Excel. Konsep utama pada analisis cluster yaitu

perhitungan jarak tiap objek yang dihitung dengan jarak Euclidean

untuk data 23 kabupaten/kota. Semakin kecil nilai jarak Euclidean

antara dua objek, maka semakin mirip karakteristik kedua objek

tersebut.

73

4.2.1 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2011

Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan

metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar

objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan

jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran

perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan

dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan

menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:

Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2011

Keterangan

1. Simeulu

2. Aceh Singkil

3. Aceh Selatan

4. Aceh Tenggara

5. Aceh Timur

6. Aceh Tengah

7. Aceh Barat

8. Aceh Besar

9. Pidie

10. Bireun

11. Aceh Utara

12. Abdya

13. Gayo Lues

14. Aceh Tamiang

15. Nagan Raya

16. Aceh Jaya

17. Bener Meriah

18. Pidie Jaya

19. Banda Aceh

20. Sabang

21. Langsa

22. Lhokseumawe

23. Subulussalam

Gambar 4.7

Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011

Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2011 yaitu:

74

1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh

Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh

Tenggara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Besar,

Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh

Utara, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues,

Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kota

Langsa dan Kota Subulussalam

2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten

Bener Meriah

3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan

Raya, Kabupaten Pidie Jaya dan Kota Lhokseumawe

4. Cluster IV yaitu Kota Banda Aceh

5. Cluster V yaitu Kota Sabang

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk

kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan

software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,

mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel

diperoleh output sebagai berikut:

75

Gambar 4.8

Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011

Dengan menggunakan metode voting maka didapati

peringkat 1 adalah cluster IV, peringat 2 adalah cluster V, peringkat

3 adalah cluster II, peringkat 4 adalah cluster III dan peringkat 5

adalah cluster I.

4.2.2 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2011

Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

76

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2011. Kelima cluster tersebut

diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai

peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta

kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:

Gambar 4.9

Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2011

Gambar 4.9 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2011

dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 5.

Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan

peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang

diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Simeulue, Aceh Singkil,

Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Besar, Pidie,

Bireun, Aceh Utara, Abdya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Aceh Jaya,

77

Langsa dan Subulussalam. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau

adalah wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah tersebut

hanya diduduki oleh Kota Banda Aceh.

4.2.3 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2012

Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan

metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar

objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan

jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran

perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan

dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan

menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:

Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2012

Keterangan

1. Simeulu

2. Aceh Singkil

3. Aceh Selatan

4. Aceh Tenggara

5. Aceh Timur

6. Aceh Tengah

7. Aceh Barat

8. Aceh Besar

9. Pidie

10. Bireun

11. Aceh Utara

12. Abdya

13. Gayo Lues

14. Aceh Tamiang

15. Nagan Raya

16. Aceh Jaya

17. Bener Meriah

18. Pidie Jaya

19. Banda Aceh

20. Sabang

21. Langsa

22. Lhokseumawe

23. Subulussalam

Gambar 4.10

Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2012

78

Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2012 yaitu:

1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulu, Kabupaten Aceh

Tenggara, Kota Subulussalam dan Kabupaten Nagan Raya

2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh

Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh

Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Kabupaten

Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie Jaya,

Kota Langsa dan Kota Lhokseumawe

3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh

Barat, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Bener Meriah

4. Cluster IV yaitu Kota Banda Aceh

5. Cluster V yaitu Kota Sabang

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk

kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan

software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,

mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel

diperoleh output sebagai berikut:

79

Gambar 4.11

Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2012

Dengan menggunakan metode voting maka didapati

peringkat 1 adalah cluster IV, peringat 2 adalah cluster V, peringkat

3 adalah cluster III, peringkat 4 adalah cluster II dan peringkat 5

adalah cluster I.

4.2.4 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2012

Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

80

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2012. Kelima cluster tersebut

diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai

peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta

kabupaten/kota di Provinsi Aceh sebagai berikut:

Gambar 4.12

Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2012

Gambar 4.12 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2012

dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 4.

Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan

peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang

diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Simeulue, Aceh Tenggara,

Subulussalam dan Nagan Raya. Sedangkan wilayah yang berwarna

81

hijau adalah wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah

tersebut hanya diduduki oleh Kota Banda Aceh.

4.2.5 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2013

Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan

metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar

objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan

jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran

perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan

dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan

menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:

Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2013

Keterangan

1. Simeulu

2. Aceh Singkil

3. Aceh Selatan

4. Aceh Tenggara

5. Aceh Timur

6. Aceh Tengah

7. Aceh Barat

8. Aceh Besar

9. Pidie

10. Bireun

11. Aceh Utara

12. Abdya

13. Gayo Lues

14. Aceh Tamiang

15. Nagan Raya

16. Aceh Jaya

17. Bener Meriah

18. Pidie Jaya

19. Banda Aceh

20. Sabang

21. Langsa

22. Lhokseumawe

23. Subulussalam

Gambar 4.13

Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2013

Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

82

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2013 yaitu:

1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh

Tenggara dan Kabupaten Nagan Raya

2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh

Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh

Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh

Tamiang, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie Jaya, Kota

Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Subulussalam

3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh

Barat, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Bener Meriah

4. Cluster IV yaitu Kota Banda Aceh

5. Cluster V yaitu Kota Sabang

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk

kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan

software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,

mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel

diperoleh output sebagai berikut:

83

Gambar 4.14

Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2013

Dengan menggunakan metode voting maka didapati

peringkat 1 adalah cluster IV, peringat 2 adalah cluster V, peringkat

3 adalah cluster III, peringkat 4 adalah cluster I dan peringkat 5

adalah cluster II.

4.2.6 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2013

Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

84

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2013. Kelima cluster tersebut

diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai

peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta

kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:

Gambar 4.15

Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2013

Gambar 4.15 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2013

dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 5.

Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan

peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang

diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Aceh Singkil, Aceh

Selatan, Aceh Timur, Pidie, Bireun, Aceh Utara, Abdya, Gayo Lues,

Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Pidie Jaya, Langsa, Lhokseumawe dan

85

Subulussalam. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau adalah

wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah tersebut hanya

diduduki oleh Kota Banda Aceh.

4.2.7 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2014

Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan

metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar

objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan

jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran

perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan

dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan

menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:

Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2014

Keterangan

1. Simeulu

2. Aceh Singkil

3. Aceh Selatan

4. Aceh Tenggara

5. Aceh Timur

6. Aceh Tengah

7. Aceh Barat

8. Aceh Besar

9. Pidie

10. Bireun

11. Aceh Utara

12. Abdya

13. Gayo Lues

14. Aceh Tamiang

15. Nagan Raya

16. Aceh Jaya

17. Bener Meriah

18. Pidie Jaya

19. Banda Aceh

20. Sabang

21. Langsa

22. Lhokseumawe

23. Subulussalam

Gambar 4.16

Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2014

86

Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2014 yaitu:

1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Barat,

Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe dan Kota

Subulussalam

2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh

Timur, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kabupaten

Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Pidie Jaya

dan Kota Sabang

3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh

Barat Daya dan Kabupaten Aceh Jaya

4. Cluster IV yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten

Aceh Utara, Kabupaten Nagan Raya dan Kota Langsa

5. Cluster V yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener

Meriah dan Kota Banda Aceh

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk

kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan

software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,

mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel

diperoleh output sebagai berikut:

87

Gambar 4.17

Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2014

Dengan menggunakan metode voting maka didapati

peringkat 1 adalah cluster V, peringat 2 adalah cluster IV, peringkat

3 adalah cluster I, peringkat 4 adalah cluster II dan peringkat 5

adalah cluster III.

4.2.8 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2014

Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

88

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2014. Kelima cluster tersebut

diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai

peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta

kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:

Gambar 4.18

Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2014

Gambar 4.18 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2014

dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 4.

Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan

peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang

diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Aceh Selatan, Aceh Barat

Daya dan Aceh Jaya. Sedangkan wilayah yang berwarna hijau

89

adalah wilayah dengan peringkat tertinggi, adapun wilayah tersebut

adalah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Banda Aceh.

4.2.9 Pengelompokan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2015

Pada dasarnya pengelompokan objek dengan menggunakan

metode penggerombolan non-hirarki untuk melihat jarak antar

objek, yaitu adalah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan

jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka harapan hidup,

angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran

perkapita. Apabila nilai jarak untuk setiap objek kecil, maka akan

dikelompokkan menjadi satu gerombol (cluster). Dengan

menggunakan software R 3.3 diperoleh output sebagai berikut:

Dendogram Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

Tahun 2015

Keterangan

1. Simeulu

2. Aceh Singkil

3. Aceh Selatan

4. Aceh Tenggara

5. Aceh Timur

6. Aceh Tengah

7. Aceh Barat

8. Aceh Besar

9. Pidie

10. Bireun

11. Aceh Utara

12. Abdya

13. Gayo Lues

14. Aceh Tamiang

15. Nagan Raya

16. Aceh Jaya

17. Bener Meriah

18. Pidie Jaya

19. Banda Aceh

20. Sabang

21. Langsa

22. Lhokseumawe

23. Subulussalam

Gambar 4.19

Dendogram 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2015

90

Hasil analisis cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

pengeluaran perkapita tahun 2015 yaitu:

1. Cluster I yaitu Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh

Tenggara, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat

Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang,

Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Jaya dan

Kabupaten Pidie Jaya

2. Cluster II yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh

Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Barat,

Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireun

3. Cluster III yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener

Meriah, Kota Banda Aceh dan Kota Sabang

4. Cluster IV yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe

dan Kota Subulussalam

5. Cluster V yaitu Kota Langsa

Jumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masuk

kedalam cluster kemudian diperingkatkan dengan menggunakan

software SPSS dengan instrumen statistik yang terdiri dari median,

mean, nilai maksimum dan nilai minimum dari pada tiap variabel

diperoleh output sebagai berikut:

91

Gambar 4.20

Median, mean, nilai maksimum dan nilai minimum cluster

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2015

Dengan menggunakan metode voting maka didapati

peringkat 1 adalah cluster V, peringat 2 adalah cluster III, peringkat

3 adalah cluster IV, peringkat 4 adalah cluster I dan peringkat 5

adalah cluster II.

4.2.10 Visualisasi Hasil Pengelompokan Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh Berdasarkan Peringkat Tahun 2015

Kabupaten/kota telah digerombolkan menjadi 5 cluster

berdasarkan jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, angka

harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan

92

pengeluaran perkapita tahun 2015. Kelima cluster tersebut

diperingkatkan berdasarkan 4 nilai statistik dari peringkat 1 sampai

peringkat 5. Perbedaan dari tiap cluster divisualisasikan dengan peta

kabupaten/kota di Provinsi Aceh berikut ini:

Gambar 4.21

Peringkat Cluster Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun

2015

Gambar 4.21 menampilkan bahwa Provinsi Aceh tahun 2015

dominan diduduki kabupaten/kota yang berada pada peringkat 4.

Kabupaten/kota yang berwarna merah adalah wilayah dengan

peringkat terendah berdasarkan pengelompokan 6 variabel yang

diteliti, adapun wilayah tersebut meliputi Aceh Singkil, Aceh

Selatan, Aceh Timur, Aceh Barat, Pidie dan Bireun. Sedangkan

wilayah yang berwarna hijau adalah wilayah dengan peringkat

tertinggi, adapun wilayah tersebut hanya diduduki oleh Kota Langsa.

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini secara umum menginterpretasikan kondisi

kesejahteraan sumber daya manusia (SDM) melalui hasil analisis

cluster pada 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan data

rata-rata jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, persentase

angka harapan hidup, persentase angka melek huruf, persentase rata-

rata lama sekolah dan persentase pengeluaran perkapita tahun 2011-

2015. Metode hierarchical clustering menghasilkan 5 cluster

dengan jumlah kabupaten/kota yang diperingkat menjadi peringkat

1,2,3,4 dan 5.

Melihat pergeseran wilayah melalui analisis visual terhadap

output cluster untuk data rata-rata 23 kabupaten/kota di Provinsi

Aceh dalam kurun waktu 2011-2015 menunjukkan tren yang sama,

yakni menampilkan bahwa Kota Banda Aceh membentuk kelompok

pencilan yang mencirikan karakteristik Kota Banda Aceh terhadap

variabel jumlah pekerja miskin, angka realisasi zakat, persentase

angka harapan hidup, persentase angka melek huruf, persentase rata-

rata lama sekolah dan persentase pengeluaran perkapita lebih unggul

dan berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi

Aceh. Kota Langsa menjadi daerah di Provinsi Aceh yang dianggap

sukses dalam membangun kesejahteraan SDM karena berhasil

merangkak maju dari peringkat cluster terendah hingga ke peringkat

94

cluster tertinggi. Secara umum kabupaten/kota di Provinsi Aceh dari

rentang tahun 2011-2015 memiliki tingkat kesejahteraan SDM yang

berada dalam rentang peringkat menengah kebawah. Tahun 2014

merupakan periode yang menampilkan adanya perubahan positif

yang terbukti berdasarkan peta visual yang menunjukkan hanya 3

(tiga) daerah saja yang masuk kedalam zona merah yaitu Kabupaten

Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Aceh

Jaya. Kabupaten/kota yang menempati peringkat terendah sebanyak

3 (tiga) kali atau lebih dalam kurun waktu 2011-2015 yaitu

Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh

Jaya dan Subulussalam.

5.2 Saran

Perubahan kelompok kabupaten/kota di Provinsi Aceh setiap

tahunnya yang bersifat fluktuatif dan kurang merata terhadap daerah

yang berada diperingkat menengah keatas menandakan perlu adanya

perhatian khusus dari pemerintah terhadap daerah yang tertinggal.

Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan kekayaan

minyak bumi dan gas alam serta kekayaan hutannya yang terbentang

sepanjang jajaran Bukit Barisan dari Kabupaten Aceh Tenggara

sampai Kabupaten Aceh Jaya. Aceh juga terkenal dengan kekayaan

seni budaya dan kekhasannya terhadap semangat syiar Islam dalam

berbagai sendi kehidupan dan kebangsaan sehingga menjadikan

Aceh sebagai salahsatu poros pembangunan ekonomi halal.

Semangat pembangunan ekonomi halal di Aceh bari berbagai sektor

95

perekonomian baik dari sektor keuangan, perbankan, industri,

pertambangan sampai pariwisata secara langsung maupun tidak

langsung akan membutuhkan pekerja yang berkualitas sehingga

pemerintah perlu melakukan pembangunan serta peningkatan

perlindungan dan kesejahteraan terhadap sumber daya manusia di

Provinsi Aceh.

Pembangunan serta peningkatan perlindungan dan

kesejahteraan sumber daya manusia di Provinsi Aceh dapat dimulai

dalam cita-cita untuk menekan angka pekerja miskin dengan

mengoptimalkan pendistribusian zakat yang tepat sasaran terkhusus

terhadap para pekerja dengan status ekonomi yang masuk kedalam

kondisi miskin. Pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia

yang siap baik dari segi ekonomi dan kemampuan dalam

pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Aceh, untuk itu

pemerintah dalam hal ini perlu meningkatkan kapabilitas dasar

manusia yang direfleksikan dari komponen indeks pembangunan

manusia.

Penelitian ini menggunakan metode cluster yang dapat

dipakai untuk penelitian yang serupa. Hasil penelitian ini

memberikan simpulan adanya pengaruh spasial suatu daerah

terhadap daerah lainnya. Peneliti selajutnya untuk dapat melakukan

analisis spasial secara mendalam.

96

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawi, Y. (2005). Spektrum Zakat Dalam Membangun

Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul Hakim.

---------------------, (2007). Hukum Zakat. Jakarta: Pustaka Litera

Antarnusa.

Anuraga, G. (2015). Hierarchical Clustering Multiscale Bootstrap

untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Timur.

Stastitika, Vol. 1, No. 3.

Beik, I. S. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi

Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Jurnal

Pemikiran dan Gagasan, Vol II.

BPS. (2015). Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten Kota.

BPS.

------, (2016). Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten Kota.

BPS.

------, (2016). Indikator Tenaga Kerja Provinsi Aceh Agustus 2016.

Aceh: BPS Provinsi Aceh.

------, (2017). Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2017.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

------, (2017). Provinsi Aceh Dalam Angka. Banda Aceh: BPS.

Chaudry, M. S. (2012). Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar

(Fundamental Of Islamic Economics Sistem) Edisi Pertama.

Jakarta: Kencana Prenda Media Group.

Dillon., W. d. (1984). Multivariate Analysis. Methods dan

Applications John Wiley dan Sons, Singapore.

97

El-Din, S. I. (1986). Allocative and Stabilizing Functions of Zakat

in an Economy. Journal of Islamic Banking and Finance,

3:4.

Firmansyah. (2013). Zakat as An Instrument for Poverty and

Inequality Reduction. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan,

Vol 21, No. 2.

Hafidhuddin, D. (2002). Zakat dalam Perekonomian Modern.

Jakarta: Gema Insani Pers.

Haq, H. (2007). Al-Syathibi Aspek Teologis Konsep Mashlahah

dalam Kitab Al-Muwafaqat. Jakarta: Erlangga.

Kasri, R. A. (2016). Effectiveness Of Zakah Targeting In Alleviating

Poverty In Indonesia. Al-Iqtishadi Journal of Islamic

Economics, 169-186.

Kumalasari, M. (2011). Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka

Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama

Sekolah, Pengeluaran Perkapita dan Jumlah Penduduk

terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah. FEB

Universitas Diponegoro Semarang.

Mattjik, A. S. (2002). Aplikasi Analisis Peubah Ganda. Depdiknas

Bogor.

Nasir, M. S. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo.

Jurnal Eksekutif, Vol. 5 No.4.

Nengsih, W. (2014). Tentang Descriptive Modelling Menggunakan

K-Means untuk Pengclusteran Tingkat Kemiskinan di

Propinsi Riau. Politeknik Caltex Riau.

98

Nurmainah, S. (2013). Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah

Daerah ,Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan

Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah).

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 131-141.

Nuruddin. (2006). Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan

Fiskal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

P3EI, P. P. (2013). Ekonomi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Paramartha, G. N. (2017). Analisis Perbandingan Metode K-Means

Dengan Improved Semi-Supervised K-Means Pada Data

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jurnal

Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,

Vol. 1, hlm. 813-824.

Permana, A. Y. (2012). Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran,

Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa

Tengah Tahun 2004-2009.

Prastyo, A. A. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Kemiskinan.

Putra, W. A. (2011). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pdrb,

Ipm, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di

Kabupaten/Kota Jawa Tengah.

Sinaga, R. K. (2004). Dampak Investasi Sumber Daya Manusia

terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di

Indonesia: Pendekatan Model Computable General

Equilibrium. e-journal UNUD.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.

99

Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukmaraga, P. (2011). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia, Pdrb Per Kapita, Dan Jumlah Pengangguran

Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa

Tengah.

Suliswanto, M. S. (2010). Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB)

dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka

Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan,

Vol. 8 No. 2.

Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara

Multidimensional. Vol. 08 No. 03.

Todaro, M. P. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Jakarta: Erlangga.

Widodo, R. P. (2017). Analisis Hierarchical Clustering untuk

Pengelompokkan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

tahun 2015. Prosiding Seminar Nasional Integrasi

Matematika dan Nilai Islami, Vol 1 No. 1.

Yulmardi, R. D. (2015). Kinerja Pembangunan Daerah

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif

Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, Vol. 2 No. 3.

Zulhilmi, J. S. (2015). Pengantar Metodologi Islam Merintis Jalan

Menuju Social Wellbeing. Jawa Tengah: Wellbeing Institute.

100

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data persentase pekerja miskin

No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 Simeulu 58.86 59.70 70.22 46.10 49.52 56.88

2 Aceh Singkil 25.87 33.35 39.40 38.86 40.30 35.56

3 Aceh Selatan 39.47 51.27 53.59 43.61 38.73 45.33

4 Aceh Tenggara 61.47 58.06 65.07 59.06 63.46 61.42

5 Aceh Timur 52.27 43.09 31.04 42.01 48.41 43.36

6 Aceh Tengah 74.26 65.78 74.65 70.39 73.66 71.75

7 Aceh Barat 33.94 35.58 45.76 41.81 47.80 40.98

8 Aceh Besar 40.70 34.00 43.40 46.12 37.54 40.35

9 Pidie 54.23 51.60 39.94 54.07 37.01 47.37

10 Bireun 27.83 36.97 37.13 36.90 36.83 35.13

11 Aceh Utara 44.16 31.77 33.40 33.96 51.63 38.98

12 Abdya 32.23 38.68 39.56 32.25 47.72 38.09

13 Gayo Lues 78.51 70.93 76.86 68.61 72.46 73.47

14 Aceh Tamiang 32.88 32.14 35.35 31.08 35.27 33.34

15 Nagan Raya 39.65 59.25 36.85 36.08 45.21 43.41

16 Aceh Jaya 40.55 54.26 40.03 30.82 67.68 46.67

17 Bener Meriah 62.12 68.41 73.45 71.83 71.72 69.51

18 Pidie Jaya 45.31 43.25 49.34 36.97 44.49 43.87

19 Banda Aceh 24.53 25.97 24.15 24.29 25.52 24.89

20 Sabang 25.53 26.36 21.78 25.48 42.06 28.24

21 Langsa 25.45 21.53 37.07 21.26 32.49 27.56

22 Lhokseumawe 20.32 27.79 21.23 29.62 34.98 26.79

23 Subulussalam 34.68 41.57 47.39 43.41 41.98 41.81

Aceh 42.38 43.97 45.07 41.94 47.24 44.12

Persentase Pekerja Miskin Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015

101

Lampiran 2: Data zakat perkapita

No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 Simeulu 14493.28 13567.48 13547.08 39441.54 20928.11 20395.50

2 Aceh Singkil 13029.57 4963.11 7966.89 8348.35 10566.02 8974.79

3 Aceh Selatan 7354.74 7474.82 9366.65 12173.35 1647.27 7603.37

4 Aceh Tenggara 10922.52 6960.77 16692.87 22154.88 24796.20 16305.45

5 Aceh Timur 5424.05 4849.74 5188.86 6084.94 8418.66 5993.25

6 Aceh Tengah 38164.88 26871.61 43739.41 68741.03 82172.68 51937.92

7 Aceh Barat 28137.06 35586.89 37343.53 45732.14 4906.54 30341.23

8 Aceh Besar 12921.10 28933.51 30988.61 36868.51 35914.63 29125.27

9 Pidie 1513.13 886.79 1845.24 1592.47 1560.90 1479.71

10 Bireun 7429.64 2710.42 4251.55 7250.08 7051.83 5738.70

11 Aceh Utara 7980.33 15298.90 10200.40 22578.22 22155.54 15642.68

12 Abdya 12082.81 9236.12 10137.00 13162.52 17402.55 12404.20

13 Gayo Lues 14181.83 6904.21 8850.58 9766.71 18789.38 11698.54

14 Aceh Tamiang 5031.51 4972.29 3418.81 5291.14 19944.19 7731.59

15 Nagan Raya 28699.23 20831.69 21033.24 26297.00 22179.34 23808.10

16 Aceh Jaya 12039.63 8762.11 9742.98 14700.07 20391.77 13127.31

17 Bener Meriah 38803.31 28536.83 40504.49 68740.53 67330.77 48783.19

18 Pidie Jaya 23248.57 10836.98 9347.76 1110.97 14406.43 11790.14

19 Banda Aceh 54165.48 70733.18 53556.27 61179.95 66601.89 61247.35

20 Sabang 70291.82 47422.35 70052.51 7710.83 79177.36 54930.97

21 Langsa 8513.86 10046.97 9949.36 19089.54 137448.91 37009.73

22 Lhokseumawe 18693.31 11154.68 7710.55 35036.54 34313.13 21381.64

23 Subulussalam 9954.34 13226.70 1423.56 40360.70 39566.24 20906.31

Aceh 19264.17 16989.92 18559.05 24930.96 32942.19 22537.26

Jumlah Zakat Perkapita Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015

102

Lampiran 3: Data angka harapan hidup

No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 Simeulu 64.15 64.22 64.23 64.24 64.66 64.30

2 Aceh Singkil 66.76 66.85 66.91 66.94 66.97 66.89

3 Aceh Selatan 63.03 63.12 63.16 63.18 63.64 63.23

4 Aceh Tenggara 66.93 66.96 67.03 67.07 67.40 67.08

5 Aceh Timur 67.97 68.02 68.05 68.06 68.20 68.06

6 Aceh Tengah 68.27 68.30 68.35 68.38 68.44 68.35

7 Aceh Barat 67.21 67.25 67.30 67.33 67.49 67.32

8 Aceh Besar 69.38 69.41 69.44 69.46 69.47 69.43

9 Pidie 66.20 66.25 66.27 66.28 66.46 66.29

10 Bireun 70.30 70.32 70.34 70.35 70.64 70.39

11 Aceh Utara 68.36 68.40 68.41 68.42 68.48 68.41

12 Abdya 63.55 63.63 63.69 63.72 64.20 63.76

13 Gayo Lues 64.31 64.38 64.42 64.44 64.77 64.46

14 Aceh Tamiang 68.61 68.65 68.66 68.67 68.99 68.72

15 Nagan Raya 68.24 68.26 68.28 68.29 68.59 68.33

16 Aceh Jaya 66.35 66.39 66.45 66.48 66.63 66.46

17 Bener Meriah 69.56 68.58 68.62 68.64 68.79 68.84

18 Pidie Jaya 69.05 69.07 69.11 69.13 69.49 69.17

19 Banda Aceh 70.74 70.76 70.79 70.80 70.89 70.80

20 Sabang 69.54 69.54 69.54 69.54 69.93 69.62

21 Langsa 68.70 68.75 68.78 68.79 68.94 68.79

22 Lhokseumawe 70.57 70.56 70.61 70.62 70.96 70.66

23 Subulussalam 62.83 62.83 62.86 62.87 63.27 62.93

Aceh 67.42 67.41 67.45 67.47 67.71 67.49

Persentase Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015

103

Lampiran 4: Data angka melek huruf

No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 Simeulu 98.85 99.29 99.97 99.96 99.00 99.41

2 Aceh Singkil 93.23 92.64 94.74 96.51 97.26 94.88

3 Aceh Selatan 94.42 93.27 94.90 96.91 96.54 95.21

4 Aceh Tenggara 96.76 96.77 98.08 99.26 98.65 97.90

5 Aceh Timur 95.30 97.54 97.85 98.68 97.85 97.44

6 Aceh Tengah 98.41 98.33 98.98 99.37 99.19 98.86

7 Aceh Barat 93.76 94.96 96.63 98.41 96.32 96.02

8 Aceh Besar 96.06 95.59 96.68 98.76 98.15 97.05

9 Pidie 96.30 95.24 94.16 96.93 95.40 95.61

10 Bireun 97.24 97.65 98.25 99.09 98.69 98.18

11 Aceh Utara 95.27 96.43 97.09 98.70 97.18 96.93

12 Abdya 93.23 93.83 94.65 96.39 96.64 94.95

13 Gayo Lues 90.16 87.89 90.37 91.42 93.13 90.59

14 Aceh Tamiang 96.33 95.97 96.75 97.83 98.09 96.99

15 Nagan Raya 93.77 93.57 93.93 97.20 96.01 94.90

16 Aceh Jaya 93.31 95.30 95.67 97.40 95.98 95.53

17 Bener Meriah 96.87 97.78 98.73 98.81 99.46 98.33

18 Pidie Jaya 93.22 92.75 92.81 96.49 96.96 94.45

19 Banda Aceh 98.57 99.25 99.39 99.99 99.62 99.36

20 Sabang 96.72 98.85 98.71 98.75 98.03 98.21

21 Langsa 97.86 99.01 99.01 99.91 99.08 98.97

22 Lhokseumawe 98.29 98.17 99.41 99.84 99.70 99.08

23 Subulussalam 91.76 90.32 91.12 94.42 96.30 92.78

Aceh 95.46 95.67 96.43 97.87 97.53 96.59

Persentase Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015

104

Lampiran 5: Data rata-rata lama sekolah

No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 Simeulu 8.26 8.34 8.55 8.89 8.90 8.59

2 Aceh Singkil 6.86 7.16 7.33 7.48 7.50 7.27

3 Aceh Selatan 7.53 7.56 7.59 7.60 7.79 7.61

4 Aceh Tenggara 8.45 8.57 8.58 8.77 9.32 8.74

5 Aceh Timur 7.09 7.13 7.28 7.38 7.40 7.26

6 Aceh Tengah 9.13 9.19 9.25 9.31 9.65 9.31

7 Aceh Barat 7.71 7.77 7.83 8.17 8.47 7.99

8 Aceh Besar 9.44 9.45 9.46 9.61 9.91 9.57

9 Pidie 7.96 8.08 8.15 8.25 8.74 8.24

10 Bireun 8.45 8.50 8.58 8.85 9.14 8.70

11 Aceh Utara 7.39 7.69 7.83 8.06 8.07 7.81

12 Abdya 7.49 7.53 7.69 7.89 7.90 7.70

13 Gayo Lues 6.24 6.88 7.00 7.04 7.06 6.84

14 Aceh Tamiang 7.64 7.66 7.69 7.71 7.95 7.73

15 Nagan Raya 7.32 7.73 7.78 7.93 8.22 7.80

16 Aceh Jaya 7.34 7.64 7.70 7.88 7.89 7.69

17 Bener Meriah 8.22 8.63 8.93 9.00 9.42 8.84

18 Pidie Jaya 7.90 7.93 7.95 8.30 8.45 8.11

19 Banda Aceh 12.00 12.07 12.19 12.37 12.38 12.20

20 Sabang 10.12 10.16 10.21 10.35 10.37 10.24

21 Langsa 10.38 10.43 10.47 10.48 10.49 10.45

22 Lhokseumawe 10.08 10.16 10.37 10.39 10.41 10.28

23 Subulussalam 6.41 6.53 6.65 6.77 6.78 6.63

Aceh 8.24 8.38 8.48 8.63 8.79 8.50

Persentase Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015

105

Lampiran 6: Data pengeluaran perkapita

No Kab/kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata

1 Simeulu 65.59 66.17 68.66 66.72 61.35 65.70

2 Aceh Singkil 67.40 68.03 69.50 67.34 62.56 66.97

3 Aceh Selatan 67.11 68.21 70.66 69.52 66.94 68.49

4 Aceh Tenggara 71.17 70.83 72.20 69.68 66.22 70.02

5 Aceh Timur 65.64 65.76 66.65 64.77 61.52 64.87

6 Aceh Tengah 62.32 61.65 63.27 62.16 58.31 61.54

7 Aceh Barat 63.82 64.43 63.99 63.25 57.53 62.60

8 Aceh Besar 62.25 62.51 63.97 60.84 60.22 61.96

9 Pidie 69.97 67.51 69.04 66.04 64.34 67.38

10 Bireun 68.28 67.64 67.66 66.68 63.03 66.66

11 Aceh Utara 66.49 64.93 66.99 67.11 66.46 66.40

12 Abdya 67.32 67.62 66.30 66.12 64.99 66.47

13 Gayo Lues 68.27 65.97 65.98 65.47 63.01 65.74

14 Aceh Tamiang 63.06 63.95 64.53 61.11 61.34 62.80

15 Nagan Raya 68.06 69.50 67.05 62.81 61.20 65.72

16 Aceh Jaya 66.65 67.37 67.55 67.07 66.90 67.11

17 Bener Meriah 65.40 63.71 64.42 62.66 61.74 63.59

18 Pidie Jaya 67.12 65.86 65.92 67.05 64.65 66.12

19 Banda Aceh 47.77 52.25 48.09 47.26 44.12 47.90

20 Sabang 66.75 63.68 65.06 62.57 57.74 63.16

21 Langsa 57.23 58.42 57.90 56.85 53.70 56.82

22 Lhokseumawe 59.42 57.42 58.67 56.50 55.71 57.54

23 Subulussalam 68.10 68.48 68.92 65.83 63.84 67.03

Aceh 65.01 64.87 65.35 63.71 61.19 64.03

Persentase Pengeluaran Perkapita Kabupaten/Kota di Povinsi Aceh 2011-2015

106

Lampiran 7: Output R. 3.3. hasil Cluster

1. Tahun 2011 2011 > H.fit <- hclust(d, method="complete") > groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 15 2 4 1 1 > groups [1] 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 3 4 5 1 3 1 > plot(H.fit)

107

2. Tahun 2012

2012

> H.fit <- hclust(d, method="complete") > groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 4 13 4 1 1 > groups [1] 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 4 5 2 2 1

108

3. Tahun 2013

2013

H.fit <- hclust(d, method="complete") > groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 3 14 4 1 1 > groups [1] 1 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 5 2 2 2 > plot(H.fit)

109

4. Tahun 2014

2014

groups <- cutree(H.fit, k=5) > table(groups) groups 1 2 3 4 5 5 8 3 4 3 > groups [1] 1 2 3 4 2 5 1 1 2 2 4 3 2 2 4 3 5 2 5 2 4 1 1 > plot(H.fit)

110

5. Tahun 2015

2015

> table(groups) groups 1 2 3 4 5 9 6 4 3 1 > groups [1] 1 2 2 1 2 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 5 4 4 > plot(H.fit)

111

Lampiran 8: Output SPSS terhadap nilai mean, median, max

dan min tiap Cluster

1. Tahun 2011

112

2. Tahun 2012

113

3. Tahun 2013

114

4. Tahun 2014

115

5. Tahun 2015

116

Lampiran 9: Hasil voting peringkat

1. Tahun 2011

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5

X1 40.5500 68.1900 36.7950 24.5300 25.5300

X2 9954.3400 38484.0950 25692.8150 54165.4800 70291.8200

X3 66.7600 68.9150 68.6450 70.7400 69.5400

X4 95.3000 97.6400 93.7650 98.5700 96.7200

X5 7.5300 8.6750 7.8050 12.0000 10.1200

X6 67.1100 63.8600 65.4700 47.7700 66.7500

X1 43.2773 68.1900 34.8050 24.5300 25.5300

X2 9524.8227 38484.0950 24694.5425 54165.4800 70291.8200

X3 66.4953 68.9150 68.7675 70.7400 69.5400

X4 95.0720 97.6400 94.7600 98.5700 96.7200

X5 7.7953 8.6750 8.2525 12.0000 10.1200

X6 66.3020 63.8600 64.6050 47.7700 66.7500

X1 78.51 74.26 45.31 24.53 25.53

X2 14493.28 38803.31 28699.23 54165.48 70291.82

X3 70.30 69.56 70.57 70.74 69.54

X4 98.85 98.41 98.29 98.57 96.72

X5 10.38 9.13 10.08 12.00 10.12

X6 71.17 65.40 68.06 47.77 66.75

X1 25.45 62.12 20.32 24.53 25.53

X2 1513.13 38164.88 18693.31 54165.48 70291.82

X3 62.83 68.27 67.21 70.74 69.54

X4 90.16 96.87 93.22 98.57 96.72

X5 6.24 8.22 7.32 12.00 10.12

X6 57.23 62.32 59.42 47.77 66.75

Median

Mean

Maksimum

Minimum

117

2. Tahun 2012

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5

X1 58.6550 38.6800 50.6800 25.9700 26.3600

X2 13397.0900 7474.8200 28735.1700 70733.1800 47422.3500

X3 65.5900 68.0200 68.4400 70.7600 69.5400

X4 95.1700 95.3000 96.6850 99.2500 98.8500

X5 8.0350 7.6600 8.9100 12.0700 10.1600

X6 68.9900 65.9700 63.1100 52.2500 63.6800

X1 54.6450 41.2792 50.9425 25.9700 26.3600

X2 13646.6600 7545.9338 29982.2100 70733.1800 47422.3500

X3 65.5675 67.2608 68.3850 70.7600 69.5400

X4 94.9875 95.0531 96.6650 99.2500 98.8500

X5 7.7925 8.0269 8.7600 12.0700 10.1600

X6 68.7450 65.2838 63.0750 52.2500 63.6800

X1 59.70 70.93 68.41 25.97 26.36

X2 20831.69 15298.90 35586.89 70733.18 47422.35

X3 68.26 70.56 69.41 70.76 69.54

X4 99.29 99.01 98.33 99.25 98.85

X5 8.57 10.43 9.45 12.07 10.16

X6 70.83 68.21 64.43 52.25 63.68

X1 41.57 21.53 34.00 25.97 26.36

X2 6960.77 886.79 26871.61 70733.18 47422.35

X3 62.83 63.12 67.25 70.76 69.54

X4 90.32 87.89 94.96 99.25 98.85

X5 6.53 6.88 7.77 12.07 10.16

X6 66.17 57.42 61.65 52.25 63.68

Median

Mean

Maksimum

Minimum

118

3. Tahun 2013

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5

X1 65.0700 39.4800 59.6050 24.1500 21.7800

X2 16692.8700 8408.7350 38924.0100 53556.2700 70052.5100

X3 67.0300 67.4800 68.4850 70.7900 69.5400

X4 98.0800 95.2850 97.7050 99.3900 98.7100

X5 8.5500 7.6950 9.0900 12.1900 10.2100

X6 68.6600 66.8200 63.9800 48.0900 65.0600

X1 57.3800 41.5236 59.3150 24.1500 21.7800

X2 17091.0633 7100.0136 38144.0100 53556.2700 70052.5100

X3 66.5133 66.9800 68.4275 70.7900 69.5400

X4 97.3267 95.4843 97.7550 99.3900 98.7100

X5 8.3033 8.0200 8.8675 12.1900 10.2100

X6 69.3033 66.1621 63.9125 48.0900 65.0600

X1 70.22 76.86 74.65 24.15 21.78

X2 21033.24 10200.40 43739.41 53556.27 70052.51

X3 68.28 70.61 69.44 70.79 69.54

X4 99.97 99.41 98.98 99.39 98.71

X5 8.58 10.47 9.46 12.19 10.21

X6 72.20 70.66 64.42 48.09 65.06

X1 36.85 21.23 43.40 24.15 21.78

X2 13547.08 1423.56 30988.61 53556.27 70052.51

X3 64.23 62.86 67.30 70.79 69.54

X4 93.93 90.37 96.63 99.39 98.71

X5 7.78 6.65 7.83 12.19 10.21

X6 67.05 57.90 63.27 48.09 65.06

Median

Mean

Maksimum

Minimum

119

4. Tahun 2014

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5

X1 43.4100 37.9150 32.2500 35.0200 70.3900

X2 39441.5400 6667.5100 13162.5200 22366.5500 68740.5300

X3 67.3300 68.3650 63.7200 68.3550 68.6400

X4 98.7600 97.3800 96.9100 98.9800 99.3700

X5 8.8900 7.9800 7.8800 8.4150 9.3100

X6 63.2500 65.7550 67.0700 64.9600 62.1600

X1 41.4120 41.7475 35.5600 37.5900 55.5033

X2 39487.8860 5894.4363 13345.3133 22529.9100 66220.5033

X3 66.9040 67.9263 64.4600 68.1425 69.2733

X4 98.2780 96.9625 96.9000 98.7675 99.3900

X5 8.7660 8.1700 7.7900 8.8100 10.2267

X6 62.6280 65.1288 67.5700 64.1125 57.3600

X1 46.12 68.61 43.61 59.06 71.83

X2 45732.14 9766.71 14700.07 26297.00 68741.03

X3 70.62 70.35 66.48 68.79 70.80

X4 99.96 99.09 97.40 99.91 99.99

X5 10.39 10.35 7.89 10.48 12.37

X6 66.72 67.34 69.52 69.68 62.66

X1 29.62 25.48 30.82 21.26 24.29

X2 35036.54 1110.97 12173.35 19089.54 61179.95

X3 62.87 64.44 63.18 67.07 68.38

X4 94.42 91.42 96.39 97.20 98.81

X5 6.77 7.04 7.60 7.93 9.00

X6 56.50 61.11 66.12 56.85 47.26

Median

Mean

Maksimum

Minimum

120

5. Tahun 2015

Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5

X1 49.5200 39.5150 71.7200 37.5400 29.0050

X2 20391.7700 5979.1850 79177.3600 35914.6300 102025.4000

X3 67.4000 67.2300 68.7900 69.4700 69.9150

X4 96.9600 96.9000 99.1900 98.1500 99.3500

X5 8.0700 8.1300 9.6500 9.9100 11.4350

X6 64.6500 62.7950 58.3100 60.2200 48.9100

X1 53.0489 41.5133 62.4800 38.1667 29.0050

X2 20110.3900 5691.8700 76226.9367 36598.0000 102025.4000

X3 67.0233 67.2333 69.0533 67.9000 69.9150

X4 96.8489 97.0100 98.8933 98.0500 99.3500

X5 8.1956 8.1733 9.8133 9.0333 11.4350

X6 64.0133 62.6533 59.2633 59.9233 48.9100

X1 72.46 48.41 73.66 41.98 32.49

X2 24796.20 10566.02 82172.68 39566.24 137448.91

X3 69.49 70.64 69.93 70.96 70.89

X4 99.00 98.69 99.46 99.70 99.62

X5 9.32 9.14 10.37 10.41 12.38

X6 66.90 66.94 61.74 63.84 53.70

X1 35.27 36.83 42.06 34.98 25.52

X2 14406.43 1560.90 67330.77 34313.13 66601.89

X3 64.20 63.64 68.44 63.27 68.94

X4 93.13 95.40 98.03 96.30 99.08

X5 7.06 7.40 9.42 6.78 10.49

X6 61.20 57.53 57.74 55.71 44.12

Median

Mean

Maksimum

Minimum

Riwayat Hidup

Nama : T. Muhammad Ghufran

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Langsa, 29 Februari 1996

Status : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

Suku : Aceh

Agama : Islam

Alamat : Jln. Prada Utama, Lr. Jeumpa Puteh, No. 7

Lamgugob, Kec. Syiah Kuala, Kota Banda

Aceh.

Nomor Telepon : 082322277755

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2002 – 2008 : SDN 11 Langsa

2008 – 2011 : MTsN Langsa

2011 – 2014 : MAN Kp. Teungoh Langsa

2014 – 2018 : UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Pengalaman Organisasi

2015 – 2016 : Wakil Ketua Divisi Keagamaan HMP

Ekonomi Syariah

2016 – 2017 : Ketua Divisi Media HMP Ekonomi Syariah

2016 – 2017 : Ketua Departemen Media Al-Mahira

Islamic Economics Community (IEC) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam

2016 – 2017 : Ketua Umum LDK Ar-Risalah UIN

Ar-Raniry

2017 – 2018 : Ketua Departemen Kaderisasi Al-Mahira

Islamic Economics Community (IEC) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam

2017 – 2018 : Ketua Departemen Kaderisasi LDK Ar

Risalah UIN Ar-Raniry

2018 – 2021 : Anggota Departemen Pendidikan, Pelatihan

dan Standarisasi Kompetensi SDI MES Provinsi

Aceh