Skrip Si

14
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penjaminan hak tersebut tertuang dalam amandemen UUD 1945 pasal 34 ayat 2, menyebutkan: Negara mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu. Ayat 3 menyebutkan: Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka tugas pemerintah semakin jelas, menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat (UUD 1945). 1

description

skripsi

Transcript of Skrip Si

Page 1: Skrip Si

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Penjaminan hak tersebut tertuang dalam

amandemen UUD 1945 pasal 34 ayat 2, menyebutkan: Negara mengembangkan

jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan

tidak mampu. Ayat 3 menyebutkan: Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas kesehatan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka tugas

pemerintah semakin jelas, menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari

pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat

(UUD 1945).

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. UU

No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) ditetapkan

untuk memenuhi hak setiap warga negara agar bisa hidup layak dan bermartabat

menuju tercapainya tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Jaminan sosial

merupakan perlindungan yang dirancang oleh pemerintah, untuk melindungi warga

negara terhadap risiko kematian, kesehatan, pengangguran, kemiskinan, pensiun

1

Page 2: Skrip Si

dan kondisi pekerjaan yang tidak layak. Pemerintah mengembangkan program

asuransi kesehatan secara nasional sampai tercapainya universal coverage di

Indonesia yang terkenal sebagai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan tersebut diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

yang biayanya telah dibayarkan oleh pemerintah. Jaminan kesehatan dalam SJSN,

diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial dengan kepesertaan wajib bagi

seluruh rakyat Indonesia, yang menghendaki adanya peran serta masyarakat dalam

bentuk pembayaran iuran jaminan kesehatan secara adil berdasarkan kemampuan

finansial peserta (Kementerian Kesehatan, 2012).

Pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak terlepas dari unsur

kegotongroyongan dimana didalamnya terdapat upaya bersama agar semua

penduduk berkontribusi (membayar iuran) agar terkumpul dana untuk membiayai

pengobatan siapa saja yang sakit. Fungsi kegotongroyongan secara formal

diwujudkan karena setiap orang diwajibkan membayar iuran yang jumlahnya

ditentukan. Mekanisme kegotongroyongan formal, sumbangan berupa iuran

wajib diperhitungkan agar mencukupi biaya berobat siapapun yang sakit

(Kementerian Kesehatan, 2012).

Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan sejak 1 Januari 2014, sementara itu

2

Page 3: Skrip Si

beberapa pemerintah daerah termasuk Kabupaten Garut sudah melaksanakan

program jaminan kesehatan tersebut. Disamping itu pula Pemerintah Kabupaten

Garut menyelenggarakan jaminan kesehatan daerah untuk melindungi masyarakat

miskin yang memiliki KTP Kabupaten Garut yang belum terkaper oleh Jaminan

Kesehatan Nasional. Kebijakan tersebut diambil pemerintah oleh karena masih

banyak masyarakat Kabupaten Garut yang belum memiliki jaminan kesehatan.

Terdapat perbedaan mendasar antara konsep pembiayaan Jamkesda dengan JKN

non PBI.

Pembiayaan kesehatan Jamkesda ditanggung oleh pemerintah daerah dimana

biaya pelayanan kesehatan diklaim oleh fasilitas pelayanan kesehatan kepada

pemerintah daerah. Pelayanan yang diberikan lebih bersifat kuratif dan masyarakat

tidak dibebankan biaya sama sekali untuk pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat

pertama. Peserta JKN terdiri dari peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), di mana

biaya ditanggung oleh pemerintah dan peserta JKN non PBI mewajibkan peserta

membayar iuran dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertamadibayarkan menggunakan sistem kapitasi.

Sistem ini akan menekankan pelayanan preventif dan promotif tanpa

mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif. JKN juga mencakup pelayanan deteksi

dini untuk penyakit kronis sehingga dapat mencegah pemborosan biaya kuratif.

Pelayanan kesehatan yang menggunakan JKN dapat dilakukan di seluruh

Indonesia tanpa memandang asal kepesertaan, terutama dalam keadaan gawat

darurat, peserta bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan

3

Page 4: Skrip Si

manapun yang bertanda BPJS. Program Jamkesda terbatas hanya berlaku di

Kabupaten dan bagi masyarakat yang ber-KTP Kabupaten Garut.

Jaminan Kesehatan Nasional memberi manfaat yang komprehensif dengan

premi terjangkau dan menerapkan sistim kendali mutu dan kendali biaya. Hal ini

berarti dengan biaya yang terkendali peserta mendapatkan pelayanan yang bermutu.

JKN menjamin kepastian biaya pelayanan kesehatan yang berkelanjutan dan dapat

dipergunakan di seluruh wilayah Indonesia, bagi seluruh masyarakat Indonesia,

karena itu kepesertaannya bersifat wajib (Kementrian Kesehatan,2014).

Sehubungan dengan manfaat yang diuraikan di atas, tidak salah kiranya

pemerintah mengharapkan agar pemerintah daerah ikut berperan aktif untuk

mempercepat tercapainya universal coverage. Pemerintah Kabupaten Garut

diharapkan untuk melakukan integrasi secara bertahap sesuai dengan ketentuan

roadmap JKN. Sejak diberlakukan 1 Januari 2014, semua PNS, TNI Polri, peserta

Jamkesmas secara otomatis menjadi peserta JKN. Diharapkan semua karyawan

BUMN yang belum mempunyai jaminan kesehatan sudah menjadi peserta JKN pada

tahun 2015. Tahap berikutnya, semua Jamkesda yang ada diharapkan sudah

berintegrasi paling lambat pada 1 Januari 2016, dan pada akhirnya semua

masyarakat terlindungi dengan JKN pada tahun 2019 (Kementerian Kesehatan,

2012).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) selaku badan pelaksana sudah

melakukan berbagai kegiatan untuk mempercepat proses perjalanan roadmap JKN

sehingga universal coverage cepat tercapai. Sosialisasi diberbagai media masa

4

Page 5: Skrip Si

tentang manfaat, cara pembayaran, besaran iuran yang dipilih sesuai kemampuan,

sudah dilaksanakan, tetapi hasil yang diharapkan bahwa akan terjadi peningkatan

kepesertaaan mandiri belum terlihat nyata. Data BPJS bulan September 2015

menunjukkan jumlah peserta JKN di Kabupaten Garut adalah 314.866 jiwa,

apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Garut 3.043.760 jiwa,

di dapatkan angka kepesertaan sebesar 37,31%. Total kepesertaan BPJS

diwilayah kerja Puskesmas Samarang pada bulan Januari 2014 sebanyak 301.143

jiwa, bulan September 2015 sebanyak 314.866 jiwa. Dari data tersebut terlihat

penambahan peserta baru hanya sekitar 13.000 jiwa perbulan.

Dari laporan kunjungan rawat jalan pada pelayanan kesehatan dasar milik

pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Garut diperoleh data kunjungan pasien JKN

berkisar antara 20-22,5% dari total semua pasien yang berkunjung. Data kunjungan

rawat jalan di Puskesmas Samarang pada tahun 2014 adalah 3035 terdiri dari:

kepesertaaan JKN 999 orang (32,91%), pasien tanpa jaminan kesehatan

sejumlah 614 orang (20,23%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui pasien

yang tercakup dengan jaminan kesehatan nasional hanya 32,91%. Sesuai dengan

roadmap JKN diharapkan masyarakat yang belum tercakup dalam JKN agar

segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan

JKN belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya, padahal

sosialisasi manfaat JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan

puskesmas selaku FKTP pemerintah (SP2TP Puskesmas, 201).

5

Page 6: Skrip Si

Perilaku individu tidak terlepas dari intelegensia yang akan mempengaruhi

persepsinya. Perubahan perilaku tersebut diharapkan meningkat sejalan dengan

peningkatan persepsi. Praba, I.A.G.R dan Astiti,D.P (2012) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa persepsi individu terhadap asuransi dan model kepercayaan

kesehatan berperan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan asuransi

jiwa.

Belum banyak penelitian di Kabupaten Garut yang meneliti faktor- faktor

yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam kepesertaan jaminan

sosial antara lain: usia, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pendidikan,

kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan : Apakah faktor

usia, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pendidikan, kesukuan, dan

penyakit kronis yang diderita berhubungan dengan kepesertaan Jaminan

Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas Samarang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pengetahuan, pendidikan, dan penyakit kronis yang diderita berhubungan dengan

kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.

6

Page 7: Skrip Si

1.3.1 Tujuan Khusus

Penelitian ini dilaksanakan untuk membuktikan hal yang diuraikan seperti

dibawah ini :

1. Hubungan antara faktor usia dengan kepesertaan Jaminan Kesehatan

Nasional secara mandiri.

2. Hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kepesertaan Jaminan

Kesehatan Nasional secara mandiri

3. Hubungan antara faktor pekerjaan dengan kepesertaan Jaminan Kesehatan

Nasional secara mandiri

4. Hubungan antara faktor pengetahuan dengan kepesertaan Jaminan

Kesehatan Nasional secara mandiri

5. Hubungan antara faktor pendidikan dengan kepesertaan Jaminan

Kesehatan Nasional secara mandiri

6. Hubungan antara faktor usia dengan kepesertaan Jaminan Kesehatan

Nasional secara mandiri

7. Hubungan antara faktor penyakit yangdiderita dengan kepesertaan Jaminan

Kesehatan Nasional secara mandiri

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terkait

kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri

7

Page 8: Skrip Si

2. Menjadi rujukan bagi peneliti atau daerah lain yang mempunyai

permasalahan yang sama dalam kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional

secara mandiri

1.4.2 Manfaat praktis

1. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kebijakan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Garut dan puskesmas dalam pemberdayaan

masyarakat khususnya tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasioanal

secara mandiri.

2. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kepada Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kabupaten Garut.

3. Memberi masukan kepada Puskesmas Samarang dalam peningkatan promosi

kesehatan.

4. Memberi masukan bagi pemegang program di Puskesmas Samarang dalam

bidang pemberdayaan masyarakat

8