Skizoprenia

43
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang. Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana. ( Maramis, 2004 : 215 ). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang kronis, mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721 pasien. Angka kejadian Skizoprenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 % setahun ( Maramis, 1980 : 218 ). Sedangkan di Amerika Serikat angka kejadiannya adalah 1 per 1000 orang penduduk ( Widjaja Kusuma, 1997 : 575). Gejala umum dari pasien dengan Skizoprenia adalah halusinasi, yaitu persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa

description

Skizoprenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana.

Transcript of Skizoprenia

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan ini setiap orang pasti mengalami masalah maupun

tekanan yang pada akhirnya saat koping individu tidak efektif lebih sering

mengakibatkan terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang.

Terganggunya kesehatan mental atau jiwa seseorang mengakibatkan penyakit

jiwa. Salah satu penyakit jiwa yang sering terjadi adalah Skizoprenia, yaitu

merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana.

( Maramis, 2004 : 215 ). Skizoprenia adalah gangguan psikotik yang

kronis, mengalami kekambuhan dengan manifestasi banyak dan tidak khas.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang periode tahun 2002/2003 jumlah pasien rawat inap

sebanyak 3604 pasien dan jumlah pasien dengan Skizoprenia adalah 2721

pasien. Angka kejadian Skizoprenia diseluruh dunia diperkirakan 0,2 – 0,8 %

setahun ( Maramis, 1980 : 218 ). Sedangkan di Amerika Serikat angka

kejadiannya adalah 1 per 1000 orang penduduk ( Widjaja Kusuma, 1997 :

575). Gejala umum dari pasien dengan Skizoprenia adalah halusinasi, yaitu

persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang eksternal yang nyata.

(Barbara, 1997 : 575 ).

Asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi adalah agar klien

mampu mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak terbawa dalam

halusinasinya terus-menerus. Tindakan yang sering dilakukan untuk

mengontrol halusinasi adalah dengan mengusir atau menolak halusinasi jika

halusinasi itu muncul, melaporkan pada perawat atau seseorang yang biasa

diajak ngobrol, malakukan kegiatan yang bermanfaat dan mengkonsumsi obat

secara teratur.

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, keluarga dan masyarakat.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien halusinasi, perawat

melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan komunikasi terapeutik,

dan membimbing klien untuk kembali ke realita. Dari uraian di atas penulis

akan mencoba memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan

keperawatan pasien dengan halusinasi pendengaran.

B. TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan kotrak belajar ini saya mampu memahami dan

menjelaskan penatalaksananaan keperawatan pasien dengan halusinasi

pendengaran dan penglihatan.

b. Tujuan khusus

Setelah tersusunnya laporan kontrak belajar ini, diharapkan saya dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian halusinasi

2. Menyebutkan jenis-jenis halusinasi

3. Menyebutkan etiologi dengan halusinasi

4. Menyebutkan penyebab halusinasi pendengaran

5. Menyebutkan tahapan intensitas halusinasi

6. Strategi dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pasien

halusinasi pendengaran

7. Penatalaksanaan pada pasien halusinasi pendengaran

C. MANFAAT

Manfaat dari asuhan keperawatan dengan Gangguan persepsi sensori :

Halusinasi pendengaran

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata

tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan

persepsi sensori : Halusinasi pendengaran di lahan praktek, sehingga

dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan

yang akan dihasilkan.

3. Bagi institusi keperawatan

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan

tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan

persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan pendokumentasiannya,

sehingga pada gilirannya mampu meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN

a. Persepsi

Halusinasi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu

disadari dan dimengerti penginderaan/sensori proses penerimaan

rangsang. Jadi gangguan sensori adalah ketidakmampuan manusia dalam

membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal dan

stimulus eksternal. Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian

emotional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi

pada proses sensori dari pendengaran,penciuman,perabaan dan

pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara, atau

lama. (Harber, Judith.1987, hal 725)

b. Halusinasi

Merupakan salah satu gangguan persepsi dimana terjadi pengalaman

panca indra tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang

salah). Menurut Look dan Totaine (1987), Halusinasi adalah proses

sensori tentang suatu objek. Gambaran dan pikiran yang sering terjadi

tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system.

Sedangkan menurut Wilson (1983) , Halusinasi adalah gangguan

penyerapan /persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang

dapat terjadi pada system penginderaan.

2. JENIS-JENIS HALUSINASI

Struat dan Laria, 1998 membaginya sebagai berikut :

a. Halusinasi pendengaran : mendengar suara-suara atau bisikan, paling

sering suara orang.

b. Halusinasi penglihatan : Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya.

Gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit/kompleks,

bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

c. Halusinasi penciuman : Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah,

urine, feses. Umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.

d. Halusinasi pengecapan : merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine,

atau feses.

e. Hakusinasi perabaan : mengalami nyeri/ketidaknyamanan tanpa stimulus

yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau

orang lain.

3. PENYEBAB

Menurut Struat (2007), factor penyebab halusinasi adalah:

a. Faktor Predisposisi

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan system saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologist yang maladaptive baru mulai di pahami. Yang

ditujukan oleh penelitian:

a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia.

b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter

yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor

dopamine dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi

respondan kondisi psikologis pasien. Salah satu sikap/keadaan yang

dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan

atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup pasien.

3. Faktor sosial budaya

Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti : Kemiskinan, konflik social budaya dan kehidupan yang

terisolasi di sertai stress.

b. Faktor Predisposisi

1. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur

proses inflamasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara aktif

menanggapi stimulus yang di terima oleh otak untuk di

interpretasikan.

2. Stes Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap sresor

lingkungan terjadinya gangguan perilaku.

3. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam

mempengaruhi stresor.

4. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Hamid (2000), perilaku pasien yang terkait dengan halusinasi adalah

sebagai berikut:

a. Bicara sendiri

b. Senyum sendiri

c. Menggeraka bibir tanpa suara

d. Gerakan mata yang cepat

e. Respon verbal yang lambat

f. Menarik diri dari orang lain

g. Tidak dapat membedakan yang nyata atau tidak

h. Perhatian terhadap lingkungan yang kurang

i. Sulit berhubungan dengan orang lain

j. Ekspresi muka tegang

k. Mudah tersinggung, jengkel, marah

5. PENATALAKSANAAN

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik atau skizofrenia biasanya

diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik antara lain:

a. Golongan butirofenon : Haloperidol, serenence, pada kondisi akut

biasanya di berikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg,IM. Pemberian injeksi

biasanya cukupn3x24 jam. Setelahnya biasanya di berikan per oral 3x1,5

mg/ 3x5 mg.

b. Golongan Fenotiazine : Cholpromazine/largactile/promactile. Biasanya

diberikan peroral, kondisi akut biasanya di berikan 3x100 mg pada

malam hari saja.

6. RENTANG RESPON HALUSINASI

Rentang respon berdasarkan Struart and Larie (2001)

Respon adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir

- Persepsi kuat Ilusi Halusinasi

- Emosi konsisten dgn Reaksi emosi Sulit berespon emosi

Pengalaman

- Perilaku sesuai Perilaku aneh Perilaku disorganisasi

- Berhubungan social Menarik diri Isolasi sosial

7. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan Akibat

Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran Core problem

Isolasi social : menarik diri Penyebab

8. PSIKOPATOLOGI

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi,

bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung

tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat

yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan

pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa

bertengkar/bicara dengan suara halusinasi itu.

Bisa pula pasien melihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara

sendiri atau bibirnya bergerak-gerak.

Psikologi dan halusinasi yang pasti belum diketahui banyak. Teori yang

diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah yang dapat dirumuskan umumnya bersumber pada apa yang klien

perlihatkan sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yang penting

dari respon klien terhadap halusinasi.

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien halusinasi:

a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain

b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

c. Isolasi social : menarik diri

10. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Tujuan umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan

orang lain

Tujuan khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengenal halusinasi

3. Klien dapat mengontrol halusinasi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasi

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat menjabat tangan

2. Klien dapat menjelaskan penyebab menarik diri

3. Klien dapat berhubungan dengan orang lain

4. Setelah dilakukan kunjungan rumah,klien dapat berhubungan secara

bertahap dengan keluarga.

Intervensi

SP I :

a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

b) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

f) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

g) Menganjurkan pasien untuk menghardik halusinasi

h) Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian.

SPII :

a) Mengidentifikasi efektifitas cara kontrol yang telah dilakukan

b) Menganjurkan pasien memilih salah satu cara control halusinasi

yang sesuai

c) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

dirumah sakit

SP III :

a) Mengevaluasi pelaksanaan jadwal kegiatan harian dirumah sakit

b) Menganjurkan pasien untuk melanjutkan pelaksanaan cara control

halusinasi dirumah, jika halusinasi muncul

c) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV :

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara

teratur

c) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan di ruang Perkasa RSJD SOEJARWADI, 28 Juli

2013, dengan sumber data di dapatakan dari klien dan catatan medis.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

a. Pasien

Nama : Tuan I

Umur : 28 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa –Indonesia

Alamat : Klaten

Tanggal Masuk : 2 JULI 2013

No. RM : XXXX85

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. S

Umur : 35 Tahun

Alamat : Klaten

Pekerjaan : Tani

Hub.dengan Pasien : Kakak Kandung

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

Kurang lebih tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien sulit tidur,sudah

control poli jiwa tetap tidak berkurang masih sulit tidur. Kurang lebih dua

hari pasien marah-marah, mengamuk, pasien sering mendengar suara-

suara.

3. Faktor Predisposisi

Pasien berkali-kali dibawa ke RSJ, Di rawat terakhir pada tanggal 16

April 2013 sampai 20 mei 2013, pasien kontrol rutin, minum obat kadang

tidak teratur dirumah, pernah ditolak saat menyatakan perasaanya kepada

seorang wanita, dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

4. Faktor Presipitasi

Pasien sulit tidur karena mendengar suara-suara yang berbisik-bisik yang

menyuruhnya untuk melakukan sesuatu dan keluarga kurang

memperdulikan dirinya, sehingga pasien marah-marah.

5. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran umum composmentis.

Tingkat kesadaran baik, Tanda-tanda vital :TD: 140/80mmHg, N: 88x/m,

S: 37 C, RR: 20x/m, BB: 57 kg, TB: 170cm. Pasien mengatakan baik-

baik saja dan tidak memiliki keluhan fisik selama menjalani perawatan

dirumah sakit jiwa.

6. Psikososial

a. Genogram

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami

gangguan jiwa. Klien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Klien mempunyai satu kakak perempuan dan dua kakak laki-laki.

Klien tinggal bersama ibu dan kakak perempuannya dalam satu

rumah. Ayah klien sudah meninggal dunia.

b. Konsep diri

1) Citra diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya, tidak ada

bagian tubuhnya yang tidak disukainya.

2) Identitas diri : Klien berjenis kelamin laki-laki, klien belum

menikah

3) Peran diri : Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit jiwa

sebelumnya aktif dalam anggota organisasi dimasyarakatnya,

dirumah klien juga menjadi anak dan mempunyai 3 saudara,

namun sekarang klien tidak bisa bertemu dengan ibu dan

saudaranya.

4) Ideal diri : Klien mengatakan ingin menjadi anak yang baik dan

bisa membantu ibunya, klien ingin cepat sembuh dan kembali

kerumah dan melakukan aktivitas seperti biasa.

5) Harga diri : Klien mengatakan dirinya suka ngobrol-ngobrol

dengan temannya, tidak merasa malu, dan tetangga/orang lain

tidak pernah mempermasalahkan dirinya, dank lien dapat

bersosialisasi dengan orang lain.

c. Hubungan Social

1) Di rumah : Klien mengatakan tinggal satu rumah dengan ibunya,

hubungan klien dengan keluarganya baik-baik saja. Orang terdekat

di rumah adalah ibunya, apabila ada masalah klien bercerita kepada

teman dekatnya.

2) Di rumah sakit : Klien mengatakan dirumah sakit senang karena

mempunyai banyak teman, hubungan dengan perawat juga baik,

dengan mahasiswa juga baik dan enak diajak mengobrol, tetapi

terkadang klien merasa jenuh dan ingin cepat pulang.

3) Observasi perilaku terkait yang berhubungan dengan orang lain

Klien tampak mondar-mandir mendekati temannya, sering

bercakap-cakap dengan orang lain, dan klien senang berbaur

dengan teman-temannya.

d. Spiritual dan Religi

Klien mengatakan beragama islam, pasien sholat dan selalu berdoa,

tapi jarang puasa.

7. Status Mental

a. Penampilan Fisik

Klien terlihat rapi, menggunakan pakaian dari rumah sakit jiwa,

namun rambutnya kurang bersih.

Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri: personal hygiene

b. Pembicaraan

Klien berbicara lambat dengan suara keras, kadang pembicaraan

berhenti dan klien mulai bicara lagi, pandangan mudah beralih.

Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi verbal

c. Aktivitas Motorik

Berdasarkan observasi terhadap pergerakan motorik klien, klien

tampak terlihat gelisah.

Masalah keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan.

d. Alam Perasaan

Klien mengatakan merasa bingung dan terkadang sedih kenapa di

bawa ke rumah sakit dan tidak dapat bertemu dengan ibu dan

saudaranya.

Masalah keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan

e. Afek

Klien tampak labil, bila halusinasi itu muncul klien langsung

melakukan yang disuruh suara halusinasi tersebut. Namun apabila

halusinasi itu pergi klien tampak tenang.

Masalah keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan.

f. Interaksi Selama Wawancara

Klien berbicara dan menjawab pertanyaan perawat saat diberi

pertanyaan. Kontak mata mudah beralih keorang lain dan

pembicaraan kadang terhenti, sikap klien baik dapat memahami dan

mengerti maksud pertanyaan yang diberikan oleh perawat.

g. Persepsi

Klien mengatakan saat sedang sendiri dikamar, dan disuatu tempat

mendengar suara-suara yang memanggil dirinya dan berbisik-bisik

padanya, tapi suara itu tidak jelas.

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

h. Proses Pikir

Saat berbicara pasien tiba-tiba diam tanpa gangguan eksternal

kemudian dilanjutkan kembali (blocking)

i. Isi Pikir

Klien merasa bingung saat halusinasi/suara-suara itu sering muncul,

apakah suara tersebut nyata atau tidak.

j. Tingkat Kesadaran

Klien dapat mengenali orang disekitarnya, waktu saat wawancara

dan tempat dimana dia berada.

k. Memori

Pasien mempunyai pengalaman masa lalu yang kurang baik,yaitu

pernah marah pada orang tua (ibu), lalu kabur dari rumah dan klien

mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.

l. Tingkat kesadaran dan konsentrasi berhitung

Tingkat kesadaran klien masih baik, klien tampak dapat berhitung

dengan menyebut hari, tanggal dan umur yang ditanyakan oleh

perawat.

m. Kemampuan Penilaian

Klien mampu merasakan cuaca yang begitu panas pada siang hari

dan dingin saat menjelang pagi hari.

n. Daya tilik diri

Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia dibawa ke rumah sakit jiwa,

klien tidak menyadari perubahan emosi pada dirinya dan merasa

tidak perlu pertolongan.

8. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan minum

Klien makan secara mandiri, klien makan 3x sehari dengan nasi,

lauk dan sayur, klien mampu dalam menyiapkan dan membersihkan

alat makan.

b. BAB/BAK

Klien dapat BAB/BAK secara mandiri dan pada tempatnya.

c. Mandi

Klien mandi 2x sehari menggunakan sabun, tetapi kadang tidak

menggosok gigi, dan klien juga tidak bau badan.

d. Berpakaian/berdandan

Klien mampu memilih dan mengambil pakaian dan tiada hari ganti

pakaian. Klien juga mampu mengenakan pakaian sendiri.

e. Istirahat dan tidur

Klien dapat istirahat dengan baik. Kebutuhan istirahatnya terpenuhi

tanpa gangguan-gangguan.

f. Penggunaan obat

Klien mau minum obat secara teratur 2x sehari reaksi obat klien

adalah klien menjadi tenang dan ngantuk.

g. Pemeliharaan Kesehatan

Saat klien sakit, keluarga tidak mampu memberikan perawatan,

keluarga membawa ke RSJ untuk pemeliharaan kesehatan.

h. Kegiatan di dalam rumah

Klien mengatakan sebelum sakit dan dirawat di RSJ klien membantu

ibunya seperti mencuci piring, menyapu, dan mengepel.

i. Kegiatan di luar rumah

Sebelum sakit pasien mengatakan aktif dalam organisasi di

masyarakat dan lingkungannya.

j. Kesiapan lingkungan (keluarga, tetangga, masyarakat)

Klien mengatakan semua pihak dapat menerima dirinya untuk

kembali dalam lingkungannya. Keluarga dapat menerima dengan

baik tanpa membedakan dirinya dengan yang lain.

9. Mekanisme Koping

Jika klien mempunyai masalah atau sedang merasa gelisah saat

halusinasinya muncul pasien akan berdoa kepada tuhannya agar

halusinasinya pergi dan ia akan menjadi lebih tenang kembali.

10. Masalah psikososial dan lingkungan

Klien mengatakan dan berharap semua pihak dapat menerimannya

kembali tanpa adanya perbedaan. Pasien juga tidak merasa malu atau

minder dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Pasien mengatakan

menerima dirinya sendiri dengan keadaan seperti sekarang.

11. Pengetahuan kurang tentang

a) Penyakit jiwa

Klien mengatakan merasa bingung mengapa dirawat diRSJ, pasien

beranggapan bahwa dirinya tidak memiliki gangguan jiwa dan hanya

tidak bisa tidur dibawa ke rumah sakit jiwa.

b) Faktor penyebab kekambuhan

Klien mengatakan ia tidak tahu, klien hanya merasa tidak bisa tidur

selama beberapa hari dan ingin marah-marah.

c) Sumber koping

d) Management hidup sehat

Saat klien sakit, keluarga tidak mampu memberikan perawatan.

Keluarga membawa klien ke RSJ untuk pemeliharaan kesehatannya.

e) Sumber koping

f) Obat-obatan yang diminum

Resperidone 2x2 mg

Trihexsipenidil 2x2 mg

Trifluoperazine 2x5 mg

CPZ 1x100 mg

g) Sumber sosial

12. Aspek Medik

a) Diagnosa medik

Axis I = Skizofrenia Paranoid

Axis II= Kepribadian Premorbid Skizoid

b) Terapi medis

Resperidone : 2x2 mg

Trihexsilpenidile : 2x2 mg

Trifluoperazine : 2x5 mg

CPZ : 1x100 mg

13. Daftar masalah keperawatan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Kerusakan komunikasi verbal

Defisit perawatan diri

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

B. Analisa Data

No. Tanggal Data Masalah

1. 28 Juli 2013 DS : Klien mengatakan sering

mendengar suara-suara yang

berbisik-bisik tetapi suara itu tidak

jelas.

DO : - Tampak klien berbicara

sendiri

-Klien tampak berhubungan

dengan orang lain

Gangguan persepsi

sensori Halusinasi

pendengaran

2. 28 Juli 2013 DS : Klien mengatakan sering

marah-marah dan mengamuk jika

ada orang yang mengganggunya.

DO : Tampak klien bicara dengan

nada keras dan tampak tegang dan

kontak mata mudah beralih.

Resiko menciderai

diri sediri orang lain

dan lingkungan

C. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri,orang lain dan lingkungan (Akibat)

Halusinasi pendengaran (Masalah utama)

Koping individu tidak efektif (Penyebab)

D. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan Persepsi sensori :Halusinasi Pendengaran

2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain,dan lingkungan

E. INTERVENSI

No

Hari/

tanggal

Jam

Dx

KepTujuan Intervensi TTD

1 Senin,

29 Juli

2013

1 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x pertemuan

diharapkan pasien

dapat mengontrol

halusinasi dengan

criteria:

a. Dapat membina

hubungan saling

percaya

b. Klien dapat

menyebutkan isi,

waktu, frekuensi,

situasi, pencetus,

perasaan.

c. Mampu

memperagakan

cara dalam

mengontrol

halusinasi.

SP 1

a. Bantu pasien mengenal

halusinasi (isi, waktu

terjadinya, frekuensi,

situasi pencetus,

perasaan saat terjadi

halusinasi)

b. Latih mengontrol

halusinasi dengan cara

menghardik

Tahapan tindakannya

meliputi:

1) Jelaskan cara

menghardik

2) Peragakan cara

menghardik

3) Minta pasien

memperagakan ulang

4) Pantau penetapan cara

ini

5) Masukan dalam jadwal

kegiatan pasien

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x pertemuan, klien

mampu:

SP 2

a. Evaluasi kegiatan yang

lalu (SP1)

b. Latih berbicara /

bercakap-cakap dengan

a. Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakukan

b. Memperagakan

cara bercakap-

cakap dengan

orang lain.

orang lain saat

halusinasi muncul

c. Masukan dalam jadwal

kegiatan pasien

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x pertemuan, klien

mampu:

a. Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakukan

b. Membuat jadwal

kegiatan sehari-

hari

SP3

a. Evaluasi kegiatan yang

lalu (SP 1 dan 2)

b. Latih kegiatan agar

halusinasi tidak

muncul

Tahapannya:

1) Jelaskan pentingnya

aktivitas yang teratur

untuk mengatasi

halusinasi

2) Diskusikan aktivitas

yang biasa dilakukan

oleh klien

3) Latih klien melalui

aktivitas

4) Susun jadwal aktivitas

sehari-hari sesuai

dengan aktivitas yang

telah dilatih (dari

bangun pagi sampai

tidur malam).

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x pertemuan, klien

mampu:

a. Menyebutkan

kegiatan yang

sudah dilakukan

b. Menyebutkan

manfaat dari

program

pengobatan

SP 4

a. Evaluasi kegiatan yang

lalu (SP 1, 2, &3)

b. Tanyakan program

pengobatan

c. Jelaskan pentingnya

penggunaan obat pada

gangguan jiwa.

d. Jelaskan akibat bila

putus obat

e. Jelaskan cara

mendapatkan

obat/berobat

f. Latih klien minum obat

secara teratur.

g. Masukan dalam jadwal

harian pasien.

2 Senin,

29 Juli

2013

2 Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x pertemuan pasien

dapat mengontrol

perilaku kekerasan

dengan criteria:

a. Wajah cerah,

tersenyum

b. Mau berkenalan

dan ada kontak

mata

c. Bersedia

mencerikan

perasaan

a. Membina hubungan

saling percaya

b. Mengidentivikasi

penyebab perilaku

kekerasan

c. Mengidentivikasi

bentuk perilaku

kekerasan yang pernah

dilakukan

d. Mengidentivikasi

tanda dan gejala PK

e. Mengidentivikasi

akibat perilaku

kekerasan

F. IMPLEMENTASI

NoDx

Kep

Hari/

tanggal

Jam

Implementasi Evaluasi respon TTD

1 1 Senin,

29 Juli 2013

10.00

1. Membantu pasien

mengenal halusinasi

(isi, waktu

terjadinya, frekuensi,

situasi pencetus,

perasaan saat

terjadinya

halusinasi)

DS: Klien mengatakan

sekarang tahu apa itu

halusinasi

pendengaran,

halusinasi itu berisi

suara yang berbisik-

bisik tidak jelas yang

menyuruhnya untuk

tidur, halusinasi itu

muncul di saat klien

sendiri dan waktu

bisikan suara itu

terdengar.

DO : Klien tampak

memahami tentang

mengidentivikasi

halusinasi

2. Senin,

29 Juli 2013

Melatih cara

mengontrol

halusinasi dengan

cara menghardik

DS : Klien

mengatakan suara-

suara tidak muncul

lagi, dan klien bisa

melakukannya.

DO : Tampak klien

dapat memahami cara

menghardik yang

benar.

2. 1. Selasa,

30 Juli 2013

1. Menginggatkan

kembali nama

perawat apakah

masih ingat atau

tidak

2. Mengevaluasi

kegiatan yang lalu

(SP 1)

3. Melatih bercakap-

cakap dengan orang

lain.

DS : Klien

mengatakan masih

ingat dengan nama

perawat, klien masih

ingat cara menghardik

dan klien bisa

bercakap-cakap

dengan orang lain

(teman dekatnya).

DO : Klien berjabat

tangan, klien mencoba

mengulang kembali

yang tadi diucapkan.

Klien tampak

bercakap-cakap

dengan teman-

temannya.

G. EVALUASI

Hari/

Tanggal/

jam

Dx Kep Evaluasi (SOAP) TTD

Senin,

29 Juli 2013

13.00

1. S : Klien mengatakan mengerti

soal halusinasi, klien juga

mengatakan merasa tenang

jiwanya ketika suara itu muncul

lagi.

O : Klien tampak mengerti apa

yang sudah dijelaskan dan pasien

tampak lebih tenang.

A : SP 1 Belum selesai

P : Lanjutkan SP 1 cara

mengontrol halusinasi dengan

cara menghardik.

S : Klien mengatakan suara tidak

muncul lagi setelah melakukan

menghardik, dan klien bisa

mengulangi kembali jika suara-

suara itu muncul dengan cara

menghardik.

O : Tampak klien memahami cara

mengahrdik yang benar

A : Masalah SP 1 teratasi

P : Lanjutkan SP2

Selasa,

30 Juli 2013

12.40

S : Klien mengatakan masih ingat

dengan nama perawat, klien juga

masih bisa mengingat cara

menghardik dan mempraktekanya

dan klien dapat bercakap-cakap

dengan teman-temannya dan

orang lain.

O : Klien tampak bercakap-cakap

dengan teman-temannya.

A : Masalah SP 11 teratasi

P : Hentikan pelaksanaan karena

pasien pulang jam 13.30

BAB IV

PENUTUP

A. KEKUATAN DAN KELEMAHAN SELAMA PENGELOLAAN KASUS

1. KEKUATAN

1) Selama pengelolaan kasus pasien kooperatif saat ditanyakan terkait

dengan apa yang dirasakanya

2) Data-data dari rekam medis pasien cukup mendukung data-data yang

digunakan untuk melakukan asuhan keperawatan

2. KELEMAHAN

1) Kurangnya pendalaman penulis mengenai gangguan jiwa

2) Buku-buku yang digunakan untuk penulis masih kurang

3) Pasien terkadang memberikan jawaban yang berubah-ubah

4) Sikap pasien yang mudah beralih pada pasien lainnya.

B. SARAN

1. Kepada rumah sakit

a. Untuk lebih meningkatkan kualitas baik dari sarana dan prasarana

untuk menunjang pengobatan pasien

b. Untuk lebih bisa memperhatikan kedisiplinan bagi para pegawai

terkait dengan proses penyembuhan pasien

2. Kepada perawat

a. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai

asuhan keperawatan pada pasien pada gangguan jiwa

b. Untuk dapat lebih dekat dengan pasien dalam arti untuk menggali

masalah yang diderita pasien

c. Untuk lebih tanggap dan cepat merespon keadaan pasien

3. Kepada teman sejawat dan profesi

a. Untuk lebih memperhatikan data-data yang ada untuk memperkuat

diagnosa dan proses asuhan keperawatan yang berkualitas

b. Untuk lebih banyak belajar dan menambah wawasan mengenai

pasien dengan gangguan jiwa.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN

PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG PERKASA RSJ DR. SOEDJARWADI KLATEN

Disusun Oleh :

SITI WAHYUNI

NIM. 11.117

AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAPJAWA TENGAH

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini, yang

berjudul :

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN

PERSEPSI : HALUSINASI DI RUANG PERKASA RSJD Dr.

SOEDJARWADI KLATEN”

Penulisan Asuhan Keperawatan ini tidak terwujud tanpa adanya dorongan

dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Bapak Karyono, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Direktur Akademi (AKPER)

Serulingmas Cilacap.

2. Bapak Karyono, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji

3. Bapak M. Sudio Aji,S.Kep

Semua pihak yang dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Asuhan Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Asuhan Keperawatan ini mempunyai

kekurangan oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan dari semua pihak

demi penyempurnaan Asuhan Keperawatan ini, besar harapan penulis semoga

Asuhan Keperawatan ini dapat bermanmaat bagi semua.

Cilacap, 20 Agustus 2013

Penulis,

SITI WAHYUNI

Nim : 11.117

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Asuhan

Keperawatan yang berjudul :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI DI RUANG PERKASA RSJD Dr.

SOEDJARWADI KLATEN

Di susun oleh

NAMA : SITI WAHYUNI

NIM : 11.117

Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat oleh :

Penguji I

Kartono, S.Kep., Ns.,M.,Kes

NIK.

Penguji II

M.Sudio Aji, S.Kep.,

NIK.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah ...........................................................

b. Tujuan Penulisan ......................................................................

c. Metode Penulisan .....................................................................

d. Sistematika Penulisan ...............................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian .................................................................................

2. Etiologi .....................................................................................

3. Jenis-jenis Halusinasi ...............................................................

4. Faktor Presdisposisi .................................................................

5. Faktor Presipitasi ......................................................................

6. Manifestasi Klinik ....................................................................

7. Penatalaksanaan .......................................................................

8. Psikopatologi ............................................................................

9. Diagnosa Keperawatan .............................................................

10. Fokus Intervensi Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................

B. Analisi data ...............................................................................

C. Pohon Masalah .........................................................................

D. Diagnosa Keperawatan .............................................................

E. Intervensi .................................................................................

F. Implementasi ............................................................................

G. Evaluasi ....................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................

B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.1998.Buku saku diagnosa keperawatan.Edisi 8.EGC: Jakarta.

Keliat .1997.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 1. EGC : Jakarta.

Maramis .1998.Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa.Airlangga Universitas Press: Surabaya.

Stuart & Sudden.1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 , EGC : Jakarta.

Tawsend.1998.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri.Edisi 3, EGC : Jakarta.