skirpsiputhe.doc

97
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dunia teknik dewasa ini semakin berkembang seiring berkembangnya teknologi, hal itu terlihat pula pada industri otomotif terutama pada industri otomotif roda dua / sepeda motor. Dari tahun ke tahun produsen kendaraan roda dua selalu melakukan inovasi terhadap produk – produk yang mereka produksi. Bila kita amati, perkembangan sepeda motor dewasa ini mengikuti trend kenyamanan dalam berkendara, terbukti dari dikeluarkannya motor dengan teknologi CVT (Continuously Variable Transmition) yang merupakan teknologi percepatan transmisi secara berkelanjutan sesuai dengan kecepatan putaran mesin. Berkat penggunaan teknologi CVT pengendara tidak direpotkan dengan pengoperasian tuas perseneleng (otomatis) yang sering kali membingungkan dan 1

Transcript of skirpsiputhe.doc

Page 1: skirpsiputhe.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dunia teknik dewasa ini semakin berkembang seiring berkembangnya

teknologi, hal itu terlihat pula pada industri otomotif terutama pada industri

otomotif roda dua / sepeda motor. Dari tahun ke tahun produsen kendaraan roda

dua selalu melakukan inovasi terhadap produk – produk yang mereka produksi.

Bila kita amati, perkembangan sepeda motor dewasa ini mengikuti trend

kenyamanan dalam berkendara, terbukti dari dikeluarkannya motor dengan

teknologi CVT (Continuously Variable Transmition) yang merupakan teknologi

percepatan transmisi secara berkelanjutan sesuai dengan kecepatan putaran mesin.

Berkat penggunaan teknologi CVT pengendara tidak direpotkan dengan

pengoperasian tuas perseneleng (otomatis) yang sering kali membingungkan dan

menyulitkan pengendara pemula. Dengan kenyamanan yang ditawarkan,

kendaraan dengan teknologi CVT / Transmisi Otomatis merupakan pilihan yang

tepat bagi pengguna yang menginginkan kenyamanan berkendara.

Teknologi CVT merupakan teknologi yang baru diterapkan pada

kendaraan roda dua dimana teknologi ini menggunakan komponen dan

mekanisme kerja yang berbeda dengan transmisi konvensional, transmisi dengan

menggunakan teknologi CVT secara garis besar memanfaatkan perubahan

diameter pully yang secara dinamis dapat membesar dan mengecil sesuai dengan

1

Page 2: skirpsiputhe.doc

gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh roller – roller yang terdapat didalam pully

sehingga terjadilah perubahan kecepatan. Sedangkan pada transmisi konvensional

terdiri dari susunan beberapa roda gigi yang tersusun sedemikian rupa dan tidak

terdapat mekanisme penggerak secara otomatis didalamnya (digeser secara

manual). Dari perbedaan mekanisme dan komponen pendukung, tentunya

kendaraan dengan teknologi CVT memerlukan perawatan yang berbeda dengan

kendaraan yang menggunakan transmisi konvensional.

Dengan teknologi yang relatif baru dan fitur-fitur yang diberikan juga

lebih menyamankan pengguna, menyebabkan cara perawatan yang sedikit berbeda

dengan kendaraan konvensional lainnya yang tentunya akan memerlukan waktu

beberapa lama untuk memahami tentang teknologi CVT, dan sesuai pengalaman

penulis tidak semua teknisi mengerti dalam menangani motor dengan transmisi

berteknologi CVT. Untuk menutupi kekurangan tersebut, maka munculah ide

penulis untuk mengembangkan sebuah sistem pakar / expert system yang mampu

memberikan diagnosa sehubungan dengan permasalahan yang timbul pada sepeda

motor dengan teknologi CVT yang tentunya berdasarkan pengetahuan yang

dimiliki oleh kepala teknisi resmi dari brand sepeda motor tersebut, sehingga

pengetahuan yang diberikan kepada sistem terjamin kebenarannya. Dengan

adanya sistem pakar yang mampu mendiagnosa masalah yang terjadi pada sepeda

motor dengan transmisi otomatis / CVT, diharapkan terjadi pendokumentasian

ilmu yang dimiliki oleh pakar sehingga ilmu tersebut dapat dimanfaatkan oleh

orang lain / lembaga lain yang membutuhkan, seperti untuk keperluan pengajaran

2

Page 3: skirpsiputhe.doc

pada Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Teknik Otomotif, teknisi junior yang

baru bekerja, maupun teknisi – teknisi yang ingin mendalami teknologi CVT,

sistem ini dapat dijadikan salah satu referensi pengetahuan.

1.2 Perumusan Masalah

Dari pemaparan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana

merancang dan membangun sebuah sistem pakar untuk mendiagnosa kerusakan

pada sepeda motor matic.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah membangun sebuah sistem pakar /

expert system yang bertujuan :

a) Melakukan trouble shooting seputar masalah sepeda motor dengan teknologi

CVT (Automatic Transmission).

b) Meringankan beban pakar dalam hal intensitas pekerjaan, sehingga seorang

pakar dapat melakukan pekerjaan yang lebih penting.

c) Mendokumentasikan pengetahuan pakar agar dapat dipelajari oleh orang-

orang yang belum pakar.

3

Page 4: skirpsiputhe.doc

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memfokuskan pembahasan, maka ruang lingkup dalam penelitian

ini dibatasi pada :

a) Sistem melakukan diagnosa permasalahan yang terjadi pada sepeda motor

berteknologi CVT atau yang lebih dikenal dengan motor matic dengan

mengkhususkan pada bagian transmisi / CVT.

b) Hasil yang akan diberikan oleh sistem hanya berupa solusi, bukan

merupakan jawaban pasti / mutlak, namun hal ini setidaknya dapat dijadikan

acuan awal dalam melakukan trouble shooting.

c) Proses diagnosa kerusakan akan dibagi berdasarkan merk dan tipe motor

yang bersangkutan / yang diinginkan oleh pengguna.

d) Diagnosa dilakukan dengan cara tanya jawab antara user dan sistem, dengan

“ya” atau “tidak” sebagai jawabannya pada metode penelusuran forward

chaining.

e) Metode yang dipergunakan adalah forward chaining dan backward

chaining.

f) Output dari sistem ini berupa informasi diagnosa kerusakan dan cara

menangani kerusakan yang nantinya dapat dicetak / print out.

g) Arsitektur aplikasi yang akan dibangun berupa aplikasi desktop.

4

Page 5: skirpsiputhe.doc

1.5 Metodologi Penelitian

Untuk melakukan penelitian, penulis menggunakan beberapa metode

dalam melakukan penelitian, antara lain :

1.5.1 Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendalami ilmu tentang sistem pakar

beserta teori – teori yang melandasi sistem pakar tersebut, selain itu studi pustaka

juga merupakan cara yang paling mudah dalam mendapatkan data mengenai

obyek yang dijadikan penelitian yakni motor berteknologi CVT.

1.5.2 Pengumpulan Data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dari beberapa pakar yang

berkompeten di bidang otomotif khususnya motor berteknologi CVT untuk

mengumpulkan data-data yang yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan

dalam perancangan dan pembangunan sistem.

1.5.3 Analisa Sistem

Pada tahap ini penulis melakukan analisa terhadap kebutuhan sistem

berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahapan

ini pula ditentukan ruang lingkup sistem yang akan dibangun.

5

Page 6: skirpsiputhe.doc

1.5.4 Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilakukan pemodelan terhadap sistem yang akan

dibangun, pada tahap ini dibuatkan blue print atau gambaran sistem secara abstrak

dengan menggunakan DFD, ERD serta konseptual database sehingga diperoleh

gambaran tentang alur kerja sistem nantinya.

1.5.5 Implementasi Sistem

Pada tahapan ini dilakukan pengimplementasian sistem yang telah

dirancang sebelumnya. Pada tahap ini pula dilakukan debugging terhadap kode

sistem untuk diketahui hasil coding yang telah dilakukan.

1.5.6 Uji Coba dan Evaluasi Sistem

Pada tahapan ini dilakukan uji coba sistem yang telah selesai dibangun

oleh pengguna.

1.5.7 Penyusunan Laporan

Pada tahap ini semua aktivitas penelitian ini akan dicatat dalam sebuah

laporan skripsi yang nantinya akan dipertanggung jawabkan pada saat ujian

skripsi.

6

Page 7: skirpsiputhe.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem Pakar

Sistem pakar adalah program komputer yang merupakan cabang dari

penelitian ilmu komputer yang disebut Artificial Intelligence (AI). Tujuan

Artificial Intelligence adalah membuat sesuatu menjadi cerdas dalam hal

pemahaman, melalui program komputer yang merepresentasikan perilaku cerdas

kedalam mesin (Citra Effendi, 2008). Salah satu metode yang paling umum

digunakan untuk merepresentasikan pengetahuan adalah dalam bentuk tipe aturan

“Jika..Maka” (IF..THEN).

Keuntungan dari sistem pakar antara lain :

1. Konsisten

Karena merupakan mesin yang memiliki kemampuan pakar, maka system

pakar dapat bekerja secara terus menerus dan konsisten.

2. Ketersediaan

Sistem pakar merupakan software yang dapat dengan mudah digandakan

sehingga dapat menangani lebih banyak pemakai.

3. Dokumentasi

Pengetahuan yang dimiliki oleh sistem pakar tidak bisa hilang karena

tersimpan dalam sebuah basis pengetahuan yang berupa database, tentunya

diiringi dengan perawatan sistem secara berkesinambungan.

7

Page 8: skirpsiputhe.doc

Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas

pemecahan masalah yang dihadapi oleh pengguna sistem tersebut. Adapun

aktivitas pemecahan masalah yang dimaksud antara lain : Decission Making

(Pembuatan Keputusan), Knowledge Fusing (Pemaduan Pengetahuan), Designing

(Perancangan), Planning (Perencanaan), Forecasting (Perkiraan), Regulating

(Pengaturan), Controlling (Pengendalian), Advising (Diagnosis Nasehat), dan

Tutoring (Pelatihan) (Muslimah, 2009).

Kemampuan sistem pakar yang dibangun dipengaruhi basis pengetahuan

yang didapatkan dari pakar yang menjadi sumber pengetahuannya yang berupa

pengetahuan non formal yang sebagian besar berasal dari pengalaman dari suatu

bidang keahlian tertentu yang telah ditekuni secara mendalam (Arhammi, 2005).

Untuk mendapatkan pengetahuan dari seorang pakar, diperlukan akuisi

pengetahuan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Wawancara

Metode ini paling banyak digunakan, metode ini melibatkan pembicaraan

secara langsung dengan pakar sehingga didapatkan pengetahuan secara pasti

langsung dari pakar.

2. Analisis Protokol

Dalam metode ini, pakar diminta melakukan suatu pekerjaan sambil

menjelaskan apa yang menjadi pemikirannya dengan kata – kata, semua

proses tersebut kemudian direkam dan dianalisa.

8

Page 9: skirpsiputhe.doc

3. Observasi

Dalam metode ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pekerjaan

pakar.

4. Induksi Aturan dari Contoh

Metode ini dibatasi sistem berbasis aturan. Induksi adalah suatu proses

penalaran dari khusus ke umum. Suatu sistem induksi aturan diberi contoh –

contoh dari suatu masalah yang hasilnya telah diketahui.

2.2 Struktur Sistem Pakar

Lingkungan pada sistem pakar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

lingkungan pengembangan dan lingkungan konsultasi. Lingkungan

pengembangan digunakan untuk melakukan perawatan terhadap pengetahuan

yang dimiliki oleh sistem, lingkungan ini lebih banyak digunakan oleh Knowledge

Engineer / Administrator sistem. Pembagian lingkungan ini akan terlihat bila

sistem telah dibangun secara lengkap (Muslimah, 2009).

2.3 Arsitektur Sistem Pakar

2.3.1. Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan, pemahaman,

formulasi, dan penyelesaian masalah yang tentu saja dibatasi pada domain tertentu

9

Page 10: skirpsiputhe.doc

yang ditetapkan oleh perancang sistem pakar. Didalam basis pengetahuan terdapat

dua elemen pembentuk yaitu fakta dan aturan.

1. Fakta

Fakta merupakan data yang menyatakan sebuah objek gejala yang menjadi

petujuk untuk menyusun rule atau aturan.

2. Rule

Rule merupakan aturan-aturan yang membentuk basis pengetahuan yang

dimiliki oleh sistem, rule direpresentasikan dengan aturan berbentuk IF-

THEN, IF melambangkan kondisi dimana kondisi tersebut bisa bernilai benar,

bisa bernilai salah sedangkan THEN melambangkan tindakan yang dilakukan

jika kondisi bernilai benar.

2.3.2 Mesin Inferensi

Mesin inferensi adalah program komputer yang mengikuti suatu

algoritma tertentu yang memberikan metodologi untuk penalaran tentang

informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace dan untuk

memformulasi kesimpulan (Arhammi 2005). Bila membicarakan mesin inferensi,

tentu tidak terlepas dari metode inferensi, metode inferensi / metode penalaran

merupakan topik yang sangat penting dalam sistem pakar, karena penalaran

adalah teknik yang umum digunakan dalam sistem pakar untuk menyelesaikan

masalah (Citra Effendi, 2008). Ada banyak metode inferensi yang digunakan pada

10

Page 11: skirpsiputhe.doc

sistem pakar, dan pada kesempatan ini penulis akan menggunakan metode

forward chaining dan backward chaining.

2.3.2.1. Forward chaining

Metode ini melakukan pencarian atau pelacakan berdasakan fakta – fakta

yang ditemukan untuk kemudian menemukan solusi dari permasalahan yang

dihadapi. Metode penalaran ini digunakan bila user sama sekali tidak

mengetahui / memiliki gambaran tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.

Metode penalaran forward chaining dimulai dengan menentukan aturan mana

yang akan digunakan dalam menguji hipotesis. Untuk mencapai hasil hipotesis

dilakukan penelusuran dengan menggunakan logika IF-THEN secara berulang-

ulang sampai ditemukan kesimpulan yang cocok dengan kondisi / fakta-fakta

yang sesuai dengan jawaban user.

2.3.2.2. Backward chaining

Metode ini melakukan trace / pelacakan kembali dari hipotesa yang

dilakukan user untuk menemukan fakta – fakta yang menjadi pendukung hipotesa

tersebut. Metode ini mendukung dugaan user dengan memberikan alasan terhadap

hasil hipotesa serta memberikan solusi yang dapat digunakan oleh user untuk

memecahkan masalah yang dihadapi.

11

Page 12: skirpsiputhe.doc

2.4 CVT (Continuously Variable Transmission)

CVT merupakan teknologi perpindahan tenaga dengan menggunakan

dua buah puli yang dihubungkan dengan sebuah V-belt (2W Training Dept, 2007).

Dimana diameter puli tersebut dapat berubah – ubah secara dinamis sesuai dengan

putaran mesin. Pada CVT terdapat dua buah puli, yang pertama adalah drive face

karena puli ini bertautan dengan crank shaft secara langsung sehingga

mendapatkan tenaga mesin secara langsung, drive face ini bertugas menggerakkan

puli kedua yang disebut dengan driven face melalui v-belt / sabuk penggerak

untuk kemudian menyalurkan tenaga mesin ke roda belakang.

Untuk merubah perbandingan reduksi yang terjadi, maka pada drive face

dilengkapi dengan centrifugal weight / pemberat yang berbentuk silinder.

Pemberat inilah yang nantinya bertugas untuk mendesak moveable drive face

untuk bergerak mendekati fixed drive face, pergerakan ini menyebabkan v-belt

terdesak menjauhi pusat putaran dan diikuti pula oleh diameter puli driven face

yang mengecil akibat perubahan diameter yang terjadi pada drive face.

Bila terjadi percepatan secara tiba – tiba atau beban berlebih, CVT akan

mengantisipasi dengan ikut merubah perbandingan reduksi dengan cepat melalui

mekanisme kick-down yang memperbesar perbandingan reduksi secara instant.

Mekanisme ini terdapat pada driven face yang berupa torque cam, torque cam

menekan belahan driven face / moveable driven face sehingga diameter driven

face bertambah dan menyebabkan perbandingan reduksi bertambah pula (Yamaha

co., ltd, 2003).

12

Page 13: skirpsiputhe.doc

Seperti yang penulis paparkan diatas, dimana komponen pendukung

CVT sangatlah banyak dan kebanyakan merupakan komponen bergerak, semakin

banyak komponen yang bergerak pada sistem tranmisi, maka semakin banyak

komponen yang memiliki usia pakai yang pendek / fast moving component yang

berimbas pada frekuensi timbulnya masalah pada CVT menjadi semakin sering

disamping kerusakan pada komponen sepeda motor yang lainnya.

2.5 Alat Bantu Pemodelan Sistem

2.5.1 DFD (Data Flow Diagram)

Sebelum mulai membangun sistem ini, penulis terlebih dahulu

melakukan pemodelan terhadap sistem yang akan dibangun. Untuk

mempermudah dalam mendesain sistem, penulis menggunakan pemodelan sistem

yang berdasarkan aliran data yang lebih dikenal dengan nama Data Flow Diagram

(DFD), pada kesempatan ini penulis menggunakan standar DFD Yourdon. Dalam

DFD ini terdapat beberapa simbol yang digunakan antara lain :

a. Terminator / Entitas luar

Gambar 2.1 Simbol Entitas Luar Sistem

13

Page 14: skirpsiputhe.doc

Entitas luar sistem adalah penerima informasi / output dari sistem

ataupun pemberi data / input kepada sistem.

b. Aliran Data / Data Flow

Gambar 2.2 Simbol Aliran Data

Aliran Data yang disimbolkan dengan tanda panah merepresentasikan

arah data atau informasi yang mengalir dari terminator menuju proses dalam

sistem maupun aliran data di dalam sistem itu sendiri.

c. Proses

Gambar 2.3 Simbol Proses

Proses menggambarkan prosedur-prosedur yang berjalan didalam sistem.

Suatu proses dapat terdiri dari beberapa sub proses yang dapat di-levelkan /

dipecah dalam beberapa level proses tergantung kompleksitas dari proses tersebut.

14

Page 15: skirpsiputhe.doc

d. Penyimpanan Data / Data Store

Gambar 2.4 Simbol Penyimpanan Data / Data Store

Data Store menggambarkan database yang digunakan sebagai

penyimpanan data dalam sistem, dalam hal ini merujuk pada tabel-tabel yang

digunakan oleh prosedur-prosedur yang melakukan pengolahan data.

2.5.2 ERD (Entity Relationship Diagram)

Untuk memodelkan bentuk database, penulis menggunakan ERD

sebagai alat bantu pemodelan. Hasil pemodelan dengan ERD ini nantinya akan

merepresentasikan struktur tabel dalam database pada proses implementasi sistem.

Pada kesempatan ini penulis menggunakan standar ERD Martin. Berikut ini

adalah simbol-simbol yang sering dipergunakan pada standar ERD Martin :

a. Simbol Entitas / Entity

Gambar 2.5 Simbol Entitas Dalam ERD Martin

15

Page 16: skirpsiputhe.doc

Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata

(eksistensinya) dan dapat dibedakan dari individu yang lainnya. Entitas nantinya

akan diterjemahkkan kedalam bentuk tabel dalam database.

b. Simbol Derajat Relasi

Gambar 2.6 Simbol Derajat Relasi

Masing-masing entitas dihubungkan dengan garis untuk melambangkan

hubungannya. Dengan menggambarkan dalam bentuk grafik, akan memudahkan

kita untuk menentukan penempatan field kunci / primary key dalam tabel

nantinya.

2.5 Alat Bantu Pembangunan Sistem

2.5.1 Microsoft Visual Studio 6.0 Dan SQL Server 2000

Untuk membangun sistem tersebut penulis menggunakan Visual Basic 6

sebagai bahasa pemrograman. Visual Studio 6 menjadi pilihan karena

kemampuannya yang sudah teruji dan terbukti sebagai tools pemrograman yang

cukup handal dan masih relevan terhadap perkembangan software dewasa ini.

Dalam pengembangan aplikasi, Visual Studio 6 memiliki IDE (Integrated

Development Environment) yang menggunakan pendekatan visual untuk

merancang user interface dalam bentuk form, button, serta berbagai macam

16

Page 17: skirpsiputhe.doc

kontrol yang ada didalamnya, sedangkan untuk coding menggunakan bahasa basic

yang cenderung mudah untuk dipelajari. Visual Studio 6 sudah mendukung akses

database ke berbagai server database dengan penggunaan teknologi ADO

(ActiveX Data Object). ADO merupakan antar muka pengaksesan data yang

digunakan untuk mengakses data pada berbagai DBMS (Djuandi, 2002), salah

satunya adalah SQL Server 2000.

SQL Server 2000 adalah salah satu RDBMS yang cukup populer di

dunia saat ini. SQL Server 2000 telah didukung sepenuhnya oleh Visual Studio 6

melalui teknologi ADO yang diimplementasikan pada ADODC (ADO Data

Control). Beberapa versi SQL Server 2000 antara lain : SQL Server Personal

Edition, SQL Developer Edition, SQL Server Enterprise Edition, SQL Server

Standart Edition, SQL Server Desktop Engine, dan SQL Server For Windows CE

Edition (Choirul, 2003).

Dengan segala kelebihan yang penulis paparkan diatas, maka penulis

memilih software-software diatas sebagai alat pengembangan sistem ini dengan

harapan proses pengimplementasian sistem dapat dilakukan dengan baik.

17

Page 18: skirpsiputhe.doc

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisa Data

Analisa data yang dimaksud disini adalah perancangan format data yang

keluar (output) dan masuk (input). Perancangan data disini merupakan awal dari

perancangan sistem karena dengan menetapkan standar data yang diproses, kita

dapat dengan mudah menentukan algoritma / alur kerja sistem yang akan

dibangun. Adapun data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut :

3.1.1 Input

Data yang masukkan kedalam sistem oleh administrator adalah data

fakta, data rule, data kerusakan, data solusi, data merk motor, dan data type motor.

Sedangkan data yang diberikan oleh pengguna kepada sistem adalah jawaban, dan

pilihan kerusakan

3.1.2 Output

Sistem memproduksi output berdasarkan data-data yang telah

dimasukkan kedalam sistem, output ini nantinya berupa informasi kerusakan dan

solusi baik berupa informasi digital maupun berupa hard copy atau cetakan kertas.

18

Page 19: skirpsiputhe.doc

3.2 Analisa Proses

Analisa proses bertujuan untuk mengidentifikasi proses-proses yang

akan dipergunakan oleh sistem dalam operasionalnya, mulai dari proses input

sampai proses output. Analisa proses ini penulis rangkum dalam sebuah diagram

arus data (Data Flow Diagram) yang penulis tampilkan pada sub bab berikutnya.

3.3 Analisa Antarmuka

Analisa antarmuka bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran awal

tentang tampilan sistem pada masing-masing proses. Dengan demikian pada saat

implementasi sistem akan lebih mudah diimplementasikan. Antarmuka sistem

terbagi menjadi dua bagian yaitu antarmuka pengembangan dan antarmuka

konsultasi.

3.4 Analisa Struktur Sistem Pakar

Sistem pakar terbagi dalam dua bagian utama dalam pembuatannya,

knowledge base merupakan inti dari sistem pakar ini dan mesin inferensi

merupakan penerjemah pengetahuan yang ada pada knowledge base. Adapun

pada knowledge base berupa tabel-tabel fakta dan kerusakan yang direlasikan

dengan tabel rule.

19

Page 20: skirpsiputhe.doc

3.5 Analisa Struktur Basis Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh sistem dapat penulis gambarkan secara

visual dengan menggunakan diagram tree, dibawah ini adalah diagram tree untuk

struktur pengetahuan pada sistem pakar.

Hal yang perlu penulis jelaskan disini adalah struktur basis pengetahuan

ini merupakan struktur yang sama untuk semua merk dan tipe motor. Yang

berbeda hanyalah spesifikasi gejala yang harus dibuktikan pada masing-masing

merk dan tipe, sedangkan spesifikasi kerusakan untuk semua merk sama sehingga

penulis hanya melapirkan satu buah diagram tree dengan empat buah tabel gejala

dengan spesifikasi yang berbeda sesuai dengan merk dan tipe motor dan satu buah

tabel kerusakan.

Pada diagram tree gambar lingkaran melambangkan gejala dan segi

empat melambangkan hipotesa. Pada proses penelusuran dengan metode forward

chaining penelusuran dimulai dari puncak diagram kebawah menuju simpul yang

merupakan hipotesa. Sedangkan pada proses penelusuran dengan metode

backward chaining penelusuran dimulai dari simpul hipotesa kemudian mengikuti

path / jalur sampai dipuncak diagram, gejala yang merupakan ciri-ciri hipotesa

tersebut merupakan node yang memiliki jalur kebawah dengan tanda “Y”

sedangkan yang memiliki tanda “T” dapat diabaikan.

20

Page 21: skirpsiputhe.doc

Gambar 3.1 Diagram Tree Basis Pengetahuan

21

Page 22: skirpsiputhe.doc

Untuk mempermudah pembacaan dan melengkapi data spesifikasi gejala

yang ada pada masing-masing merk dan tipe, berikut ini adalah Tabel Nama

Gejala untuk masing-masing merk dan tipe.

Tabel 3.1 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Kymco Dengan Tipe Easy Varian

Pada tabel diatas tertulis sebanyak dua puluh sembilan gejala kerusakan

yang terjadi pada motor merk Kymco dengan tipe Easy Varian yang memiliki

spesifikasi gejala yang berbeda dengan merk lain.

22

Page 23: skirpsiputhe.doc

Tabel 3.2 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Yamaha Dengan Tipe Mio

Seperti yang kita lihat pada tabel diatas, tercantum pula dua puluh

sembilan gejala kerusakan untuk motor merk Yamaha dengan tipe Mio. Gejala

kerusakannya hampir mirip dengan yang lain, hanya saja berbeda pada spesifikasi

pengukuran.

Tabel 3.3 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Suzuki Dengan Tipe Spin/Skywave

23

Page 24: skirpsiputhe.doc

Pada tabel diatas tercantum pula dua puluh sembilan gejala kerusakan

yang terjadi pada motor merk Suzuki dengan tipe Spin dan Skywave, karena

kedua tipe motor ini memiliki spesifikasi yang sama pada komponen CVT

sehingga penulis cantumkan dalam satu tabel.

Tabel 3.4 Tabel Nama Gejala Untuk Merk Honda Dengan Tipe Vario/Beat

24

Page 25: skirpsiputhe.doc

Pada tabel diatas tercantum pula dua puluh sembilan gejala kerusakan

untuk motor merk Honda dengan tipe Vario dan Beat. Seperti pada tabel gejala

yang lainnya, secara teknis yang membedakan hanyalah pada spesifikasi

pengukuran yang digunakan dalam melakukan diagnosa kerusakan.

Tabel 3.5 Tabel Nama Kerusakan Untuk Semua Merk Dan Tipe

25

Page 26: skirpsiputhe.doc

Pada tabel diatas penulis mencantumkan nama-nama kerusakan yang

terjadi pada sepeda motor dengan teknologi CVT. Karena secara teknis kerusakan

yang terjadi pada CVT merupakan kerusakan yang sama dengan solusi yang sama

pula, maka penulis menggabungkan nama-nama kerusakan tersebut menjadi satu

tabel, sehingga dapat lebih mudah dibaca.

Dengan dicantumkannya tabel-tabel bantuan ini, diharapkan pembaca

dapat lebih mudah memahami diagram tree yang penulis sertakan pada

pembahasan kali ini, utamanya pada bagian pembahasan struktur basis

pengetahuan sistem. Isi dari tabel-tabel tersebut tidaklah mutlak, karena teknologi

terus berkembang dan memunculkan teknik baru untuk mengatasi masalah serta

memunculkan masalah baru lagi.

3.6 Perancangan Sistem

26

Page 27: skirpsiputhe.doc

3.6.1 Diagram Konteks

user admin

1

sistempakar kerusakan cvt

pertanyaanjawaban

solusi

nama_kerusakan

informasi_ciri_kerusakandata_faktadata_rule

data_kerusakandata_solusi

print_out_ciri_kerusakanprint_out_solusi

data_merk

data_typemerk_motor

type_motor

Gambar 3.2 Diagram Konteks

Seperti terlihat pada gambar diatas, admin merupakan pemelihara sistem

yang selalu melakukan maintenance data dalam hal ini adalah pengetahuan yang

diperoleh dari pakar baik berupa data-data kerusakan, data-data fakta maupun

data-data rule yang dibentuk untuk merepresentasikan pengetahuan. Selain itu

admin juga memasukkan data-data kendaraan yang dapat ditangani oleh sistem.

Sedangkan dari segi user, data yang diinputkan berupa data kendaraan

yang diinginkan, kemudian pada mode konsultasi dengan menggunakan metode

forward chainning sistem akan memberikan pertanyaan berupa fakta-fakta /

gejala-gejala yang mungkin terjadi dan user hanya cukup menjawab “ya” atau

“tidak” sehingga pada akhir proses konsultasi akan muncul suatu kesimpulan

beserta solusi yang dibuat oleh sistem berdasarkan pengetahuan yang ada pada

basis data pengetahuan sistem.

Sedangkan pada mode konsultasi dengan menggunakan metode

backward chaining sistem akan memberikan pilihan kepada user untuk memilih

27

Page 28: skirpsiputhe.doc

kerusakan-kerusakan yang ingin diketahui gejala-gejala kerusakannya serta solusi

penanganannya, dengan demikian user dapat mempelajari gejala-gejala tersebut

untuk belajar menganalisa kerusakan dimasa yang akan datang tanpa bantuan

sistem.

Untuk mendokumentasikan hasil konsultasi yang telah dilakukan,

pengguna dapat melakukan pencetakan terhadap hasil diagnosa yang dilakukan

oleh sistem. Diamana sistem memberikan pilihan pencetakan baik untuk proses

konsultasi dengan metode forward chaining maupun dengan metode backward

chaining. Namun bila pengguna tidak menginginkanya, pengguna dapat melewati

proses pencetakan dan kembali ke menu konsultasi.

Pada level ini belum terlihat proses-proses yang mendukung kinerja

sistem, untuk memperjelas kembali bagian-bagian proses sistem penulis akan

menjelaskannya melalui penggambaran DFD Level 0 yang dicantumkan pada sub

bab berikutnya, dimana pada level 0 akan terlihat proses-proses sistem secara

umum.

28

Page 29: skirpsiputhe.doc

user

admin

1.1

proseskonsultasi

1.2

prosespengelolaan pengetahuan

1.3

prosespencetakan

t_solusi

t_rule

t_kerusakan

t_fakta

t_typet_merk

1.4

prosespengelolaan jenis motor

pertanyaanjawaban

solusi

nama_kerusakan

informasi_ciri_kerusakan

solusi

informasi_ciri_kerusakan

print_out_ciri_kerusakan

print_out_solusi

data_faktadata_kerusakandata_ruledata_solusi

data_fakta data_kerusakan

data_rule

data_solusi

data_solusi

data_rule

data_kerusakan

data_fakta

data_typedata_merk

data_type

data_merk

data_type

data_merk

data_merk

data_type

merk_motor

type_motor

29

Page 30: skirpsiputhe.doc

Pada level ini, sub-sub sistem dari sistem pakar ini mulai terlihat. Pada

gambar diatas terlihat bahwa terdapat empat sub proses pada sistem ini, yaitu

pengelolaan pengetahuan, proses konsultasi, proses pengelolaan jenis motor dan

proses pencetakan.

Proses konsultasi merupakan mesin inferensi yang bertugas

menerjemahkan data fakta-fakta, data rule dan data kerusakan yang ada menjadi

sebuah informasi/pertanyaan yang diterima oleh user. Proses konsultasi ini akan

dibagi kedalam dua bagian sesuai dengan metode yang digunakan dan akan

dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Proses pengelolaan pengetahuan merupakan proses yang digunakan

untuk memelihara pengetahuan yang dimiliki oleh sistem, proses ini dilakukan

oleh Knowledge Engineer atau Administrator sistem untuk memelihara

pengetahuan sistem.

Proses pengelolaan jenis motor merupakan sub sistem yang berfungsi

mengelola data-data motor yang dapat ditangani oleh sistem karena kita tahu

setiap saat muncul motor berteknologi matic yang terbaru yang mungkin memiliki

karakteristik yang berbeda dengan motor matic sebelumnya.

Proses pencetakan merupakan proses pendukung sistem ini, karena

proses ini akan mendokumentasikan hasil konsultasi berbentuk print out. Proses

ini menangani data yang dihasilkan oleh proses konsultasi, dimana proses

konsultasi menghasilkan dua data yang berbeda sesuai dengan metode yang

digunakan..

30

Page 31: skirpsiputhe.doc

3.6.3 DFD Level 1 Proses Konsultasi

Proses konsultasi level 1 ini menjelaskan bahwa ada tiga sub proses yang

membentuk proses konsultasi, dengan proses utama adalah forward chaining dan

proses backward chaining. Masing-masing proses tersebut memiliki fungsi yang

berbeda-beda, dimana pada proses inferensi forward chaining terjadi dialog tanya

jawab antara user dan sistem sampai sistem menemukan solusi atas permasalahan

yang dihadapi oleh user. Sedangkan pada proses inferensi backward chaining

juga terjadi dialog antara user dengan sistem, namun pada proses ini tidak terjadi

tanya jawab antara user dengan sistem, user hanya memberi masukan berupa

nama kerusakan yang ingin diketahuinya, kemudian sistem memberikan informasi

berupa ciri-ciri yang menjadi penyebab kerusakan tersebut disertai solusi

penanganan kerusakan tersebut.

Proses pendukung pada level ini yaitu proses pengelompokan jenis

motor, dimana proses ini bertugas untuk melakukan pemisahan atau

pengelompokan data-data pengetahuan yang ada pada basis pengetahuan sistem,

agar pada saat proses konsultasi data yang digunakan menjadi lebih efisien.

Proses pengelompokan jenis motor menghasilkan data untuk proses

forward chaining dan backward chaining. Hal ini bertujuan agar pada proses

konsultasi tersebut menjadi lebih sederhana tanpa adanya proses pengelompokan

data lagi, ini nantinya akan berpengaruh pada kecepatan sistem dalam melakukan

proses eksekusi proses. Dibawah ini adalah gambar DFD Level 1 Proses

Konsultasi.

31

Page 32: skirpsiputhe.doc

user

1.1.1

prosesforward chaining

1.1.2

prosesbackward chaining

t_rule t_kerusakan t_faktat_solusi

t_merk t_type

1.1.3

prosespengelompokan jenis motor

pertanyaanjawaban

solusi

data_fakta

data_kerusakandata_rule

data_solusi

solusi

data_solusi

data_ruledata_kerusakan

data_fakta

informasi_ciri_kerusakan

nama_kerusakan

merk_motortype_motor

informasi_ciri_kerusakan

data_jenis_motor

data_jenis_motor

data_typedata_merk

P 1.3

Gambar 3.4 DFD Level 1 Proses Konsultasi

32

Page 33: skirpsiputhe.doc

3.6.4 DFD Level 1 Proses Representasi Pengetahuan

admin

t_fakta

t_rule

t_solusi

t_kerusakan

1.2.1

prosespengelolaan fakta

1.2.2

prosespengelolaan kerusakan

1.2.3

prosespengelolaan rule

1.2.4

prosespengelolaan solusi

t_typet_merk

1.2.5

prosespenghubungan data motor

data_fakta

data_fakta

data_kerusakan

data_kerusakan

data_rule

data_rule

data_solusi

data_solusi

index_solusi

index_kerusakan

index_fakta

data_merk data_type

index_merk

Gambar 3.5 DFD Level 1 Proses Representasi Pengetahuan

33

Page 34: skirpsiputhe.doc

Pada DFD level 1 proses representasi pengetahuan diatas dapat

dijelaskan bahwa admin harus menginputkan data-data fakta, data-data kerusakan

serta data-data rule untuk kemudian disusun oleh sistem secara otomatis agar

didapatkan sebuah basis pengetahuan yang baik. Basis pengetahuan ini nantinya

akan disimpan dalam tabel-tabel yang bersesuaian untuk menyimpan data

tersebut.

3.6.5 DFD Level 1 Proses Pencetakan

1.3.1

pencetakansolusi

1.3.2

pencetakanciri--ciri kerusakan

user

solusi

print_out_ciri_ciri_kerusakan

print_out_solusi

ciri_ciri_kerusakan

P 1.1

Gambar 3.6 DFD Level 1 Proses Pencetakan

Pada Level ini terlihat bahwa terdapat dua sub proses yang membentuk

proses pencetakan informasi yang dihasilkan oleh sistem. Kedua proses tersebut

masing-masing menangani permintaan pencetakan dari proses konsultasi baik dari

proses konsultasi dengan menggunakan metode forward chaining maupun proses

34

Page 35: skirpsiputhe.doc

konsultasi backward chaining. Proses ini memberikan output kepada user berupa

print out hasil konsultasi. Proses ini cukup penting dalam sistem ini karena

batasan sistem yang tidak melakukan penyimpanan hasil konsultasi, maka

diberikanlah pilihan untuk melakukan pencetakan hasil konsultasi yang dapat

disimpan oleh user.

3.6.6 DFD Level 2 Proses Inferensi Forward Chaining

user t_fakta

t_rule

t_kerusakan

t_solusi

1.1.1.1

prosespembentukan pengetahuan

1.1.1.2

prosespenelusuran gejala

1.1.1.3

prosespenyusunan hasil diagnosa

data_solusi

data_kerusakan

pertanyaanjawaban

solusi

index_fakta_dan_kerusakan

solusi

data_pengetahuandata_rule

data_fakta

data_jenis_motor

P 1.3

P 1.1.3

Gambar 3.7 DFD Level 2 Proses Inferensi Forward Chainning

35

Page 36: skirpsiputhe.doc

Pada gambar diatas dapat kita lihat proses-proses yang membentuk

proses inferensi forward chaining yaitu proses pembentukan pengetahuan, proses

ini melakukan pemilahan pengetahuan mana saja yang akan digunakan dalam

proses konsultasi sehingga data yang dimuat ke memori menjadi lebih efisien,

data yang telah dimuat ke memori kerja diproses oleh proses penelusuran gejala,

proses ini yang mengatur fakta-fakta yang ditampilkan sebagai pertanyaan yang

kemudian dijawab oleh user, proses ini diulang sampai ditemukan sebuah

kesimpulan yang relevan dengan hasil tanya jawab. Selanjutnya hasil penelusuran

gejala tersebut diberikan kepada proses penyusunan hasil diagnosa untuk

dibuatkan rangkuman hasil konsultasi beserta solusi yang ditawarkan oleh sistem.

3.6.7 DFD Level 2 Proses Backward Chaining

Pada level 2 proses backward chaining terlihat proses-proses pendukung

backward chaining, user melakukan input nama kerusakan yang diinginkan, data

tersebut diterima oleh proses identifikasi pengetahuan untuk mendapatkan data

kerusakan yang ada kemudian proses penelusuran melakukan pelacakan data

kerusakan. Selanjutnya data tersebut dikirimkan kepada proses penyusunan hasil

diagnosa yang bertugas menggabungkan hasil pelacakan agar menjadi sebuah

informasi yang tersusun dengan baik. Berikut ini adalah gambar DFD Level 2

Proses Backward Chaninng.

36

Page 37: skirpsiputhe.doc

user

1.1.2.1

prosespenelusuran

1.1.2.2

prosespenyusunan hasil diagnosa

t_kerusakant_rule

t_fakta

t_solusi

1.1.2.3

prosesidentifikasi pengetahuan

informasi_ciri_kerusakan

data_jenis_motor

data_solusi

informasi_ciri_kerusakan

data_rule

data_kerusakan

data_faktadata_hipotesa

nama_kerusakan

data_kerusakan_terpilih

P 1.3

P 1.1.3

Gambar 3.8 DFD Level 2 Proses Backward Chainning

37

Page 38: skirpsiputhe.doc

3.6.8 ERD (Entity Relationship Diagram)

t_fakta t_rule t_kerusakan

t_typet_merk t_solusi

Gambar 3.9 Entity Relationship Diagram

Pada relasi antar entitas diatas menggambarkan relasi antar tabel dalam

database. t_merk berelasi dengan t_type dengan derajat relasi one-to-many karena

satu merk dapat memiliki lebih dari satu tipe sepeda motor. t_type berelasi dengan

t_rule dengan derajat relasi adalah one-to-many dimana satu tipe sepeda motor

mewakili satu merk dengan lebih dari satu rule yang tersimpan dalam t_rule.

Pada sistem pakar, yang menjadi point penting adalah menghubungkan

t_fakta dengan t_kerusakan, untuk itu kita membutuhkan satu tabel lagi yang

selanjutnya disebut dengan t_rule. t_rule berelasi dengan t_fakta dengan derajat

38

Page 39: skirpsiputhe.doc

one-to-many dimana satu fakta pada t_fakta dapat dimiliki oleh lebih dari satu rule

pada t_rule, demikian pula dengan relasi t_rule dengan t_kerusakan.

t_kerusakan juga berelasi dengan t_solusi dengan derajat relasi one-to-

many karena satu buah solusi juga dapat dimiliki oleh lebih dari satu kerusakan.

3.6.9 Koseptual Database

t_faktaid_faktanama_fakta

t_ruleid_ruleid_fakta <FK>id_kerusakan <FK>id_type <FK>

t_kerusakanid_kerusakannama_kerusakanid_solusi <FK>

t_typeid_typenama_typeid_merk <FK>

t_merkid_merknama_merk

t_solusiid_solusisolusi

Gambar 3.10 Koseptual Database

Pada diagram diatas terlihat primary key masing-masing tabel yang

berelasi, suatu tabel dapat dikatakan berelasi bila tabel yang direlasikan memiliki

keterkaitan dalam hal ini keterkaitan pada primary key yang ada pada tabel.

39

Page 40: skirpsiputhe.doc

3.6.10 Struktur Basis Data

a. Desain Tabel t_kerusakan

Tabel 3.6 Desain Tabel t_kerusakan

b. Desain Tabel t_solusi

Tabel 3.7 Desain Tabel t_solusi

c. Desain Tabel t_rule

Tabel 3.8 Desain Tabel t_rule

d. Desain Tabel t_fakta

Tabel 3.9 Desain Tabel t_fakta

40

Page 41: skirpsiputhe.doc

e. Desain Tabel t_type

Tabel 3.10 Desain Tabel t_type

f. Desain Tabel t_merk

Tabel 3.11 Desain Tabel t_merk

41

Page 42: skirpsiputhe.doc

3.6.11 Diagram Alir Proses Input Data

Gambar 3.11 Diagram Alir Penambahan Data

Mulai

Input Data

Input Data Baru Pada Tabel

Tampilkan Hasil

Selesai

Ulangi

Ya

Tidak

Data Valid

Ya

Tidak

42

Page 43: skirpsiputhe.doc

Diagram alir diatas menggambarkan proses input data secara umum

yang terjadi pada sistem ini, karena secara prinsip proses input data tiap-tiap

proses memiliki algoritma yang sama. Disini dapat penulis jelaskan proses

dimulai saat pengguna melakukan input data melalui keyboard secara manual,

data tersebut kemudian diverifikasi untuk memastikan sah atau tidaknya data

tersebut bila tidak sah, pengguna akan diminta memasukkan data yang sah. Proses

ini akan berulang sampai pengguna memasukan data yang benar bagi sistem.

Bila data yang dimasukan sudah benar bagi sistem, proses dilanjutkan

pada proses penyimpanan data dan pengguna diberikan notifikasi status

penyimpanan data. Pengguna dapat mengulangi proses ini bila menghendaki

demikian.

Proses input data ini banyak dipergunakan pada sisi administrator,

karena administrator bertugas untuk melakukan pemeliharaan data pada sistem

dalam hal ini adalah basis pengetahuan sistem yang mungkin suatu saat perlu

ditambahkan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada saat itu sehiungga

pengetahuan sistem menjadi selalu baru dan dapat melayani pengguna dengan

baik.

43

Page 44: skirpsiputhe.doc

3.6.12 Diagram Alir Pengubahan Data

Gambar 3.12 Diagram Alir Perubahan Data

Mulai

Input Perubahan Data

Perubahan Valid

Masukan Data Kedalam Tabel

Tampilkan Hasil

Perubahan

Ulangi

Selesai

Ya

Ya

Tidak

Tidak

44

Page 45: skirpsiputhe.doc

Seperti halnya pada proses penyimpanan data, proses perubahan data

pada sistem ini secara umum memiliki algoritma yang sama yaitu proses

verifikasi data yang diubah apakah sah atau tidak, bila tidak sah perubahan akan

dibatalkan dan pengguna diminta untuk memasukan data yang sah. Bila data yang

diubah sah dan data yang menggantikannya juga sah, perubahan akan dilakukan

dan pengguna akan diberitahukan keberhasilan proses tersebut. Diakhir proses

pengguna dapat mengulangi proses perubahan data bila menghendaki demikian.

3.6.13 Diagram Alir Penghapusan Data

Pada proses penghapusan data ini yang perlu diperhatikan pada saat

proses verifikasi data yang akan dihapus, pada proses ini pengguna akan

diyakinkan apakah akan menghapus data yang bersangkutan, hal ini diperlukan

karena data yang telah dihapus tidak dapat dikembalikan lagi karena akan dihapus

secara permanen oleh sistem.

Kemudian dipastikan pula bahwa data yang akan dihapus memang ada

dalam tabel untuk memastikan proses penghapusan data berjalan dengan baik, jika

data yang akan dihapus tidak ditemukan oleh sistem pada tabel, maka sistem akan

meminta pengguna untuk memasukan data yang benar. Ini dilakukan secara

berulang-ulang sampai pengguna memasukan data yang benar.

45

Page 46: skirpsiputhe.doc

Gambar 3.13 Diagram Alir Penghapusan Data

Mulai

Input Data Yang Akan Dihapus

Verifikasi Data

Hapus Data Dari Tabel

Tampilkan Status Penghapusan

Ulangi

Selesai

Ya

Ya

Tidak

Tidak

46

Page 47: skirpsiputhe.doc

3.6.14 Diagram Alir Konsultasi Forward Chaining

Gambar 3.15 Diagram Alir Proses Forward Chaining

Mulai

Input Nama Motor

Tampilkan Pertanyaan

Input Jawaban

Ada Pertanyaan Lagi

Tampilkan Hasil Konsultasi

Cetak Hasil

Ulangi

Selesai

Cetak Hasil Konsultasi

Printout Hasil Konsultasi

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

47

Page 48: skirpsiputhe.doc

Pada diagram diatas dapat dijelaskan proses forward chaining dimulai

dari pengguna memasukan nama motor dan tipe motor, kemudian sistem

menampilkan pertanyaan yang berhubungan dengan jenis motor yang dimasukan

oleh pengguna, proses ini diulang sampai tidak ada pertanyaan lagi yang

ditanyakan oleh sistem. Pada proses ini alur kerja sistem lebih kompleks daripada

pada proses Backward Chaining karena sistem harus menanyakan gejala-gejala

yang dirasakan oleh pengguna. Pada proses ini juga dilakukan pengujian rule

sesuai dengan jawaban pengguna.

Pada akhir pertanyaan sistem menampilkan hasil konsultasi dan

menanyakan pengguna apakah ingin mencetak hasil konsultasi, bila pengguna

memilih mencetak hasil konsultasi maka sistem akan memberikan output berupa

printout, bila pengguna tidak ingin mencetak hasil konsultasi, sistem akan

menanyakan apakah pengguna ingin mengulangi konsultasi, proses akan berhenti

saat pengguna menjawab tidak.

Pada program, saat pengguna telah selesai melakukan proses konsultasi,

pengguna akan kembali dihadapkan pada menu konsultasi yang terdiri dari dua

menu yaitu pilihan konsultasi dengan menggunakan metode Forward Chaining

dan pilihan konsultasi dengan menggunakan metode Backward Chaining.

Pengguna juga bisa langsung keluar dari program tanpa harus memilih menu yang

dihadapkan oleh sistem.

48

Page 49: skirpsiputhe.doc

3.6.15 Diagram Alir Proses Backward Chaining

Gambar 3.16 Diagram Alir Proses Backward Chaining

Pada diagram diatas dapat dijelaskan bahwa pengguna hanya perlu

memasukan nama motor dan nama kerusakan yang diinginkan, kemudian sistem

akan menampilkan hasil penelusuran berdasarkan basis pengetahuan yang ada,

Mulai

Input Nama Motor

Input Nama Kerusakan

Tampilkan Hasil Penelusuran

Cetak Hasil Penelusuran

Ulangi

Selesai

Cetak Hasil Konsultasi

Printout Gejala Kerusakan

Ya

Ya

Tidak

Tidak

49

Page 50: skirpsiputhe.doc

bila pengguna menginginkan, hasil konsultasi dapat dicetak dan konsultasi dapat

diulangi kembali.

3.7 Perancangan Struktur Menu Sistem

Pada sistem ini terdapat dua struktur menu sesuai dengan pembagian

pengguna, antara lain : struktur menu untuk pengguna umum dan struktur menu

untuk administrator sistem. Berikut adalah gambar struktur menu masing-masing

pengguna.

3.7.1 Struktur Menu Pengguna Umum

Gambar 3.17 Struktur Menu Pengguna Umum

Struktur menu untuk pengguna umum terdiri dari menu utama,

konsultasi, pengaturan, keluar program, forward chaining dan backward chaining.

Struktur menu ini merupakan pintu masuk administrator sistem untuk mengelola

sistem dengan menempatkan opsi pengaturan pada menu utama. Untuk

mengakses menu ini pengguna harus memasukan username dan password.

Menu Utama

Konsultasi

Pengaturan

Keluar Program

Forward Chaining

Backward Chaining

50

Page 51: skirpsiputhe.doc

Menu Utama

Konsultasi

Keluar Program

Forward Chaining

Backward Chaining

Admin Panel

Merk & Type

Pengetahuan

Account

Logout

3.7.2 Struktur Menu Administrator

Gambar 3.18 Struktur Menu Pengguna Administrator

Pada pengguna level administrator menu ditambahkan, yaitu menu

Admin Panel yang memuat beberapa sub menu yaitu :

a. Merk & Type : Memuat antarmuka pengelolaan jenis motor yang mampu

ditangani oleh sistem.

b. Pengetahuan : Memuat antarmuka pengelolaan basis pengetahuan yang

dimiliki oleh sistem.

c. Account : Memuat antar muka pengelolaan username dan password

yang dimiliki oleh administrator untuk memasuki bagian

pengaturan.

d. Logout : Merupakan pintu keluar administrator untuk kembali ke

mode pengguna umum.

Sedangkan pada menu utama, menu pengaturan dihilangkan karena

secara logika pengguna tidak memerlukannya lagi.

51

Page 52: skirpsiputhe.doc

BAB IV

IMPLEMENTASI SISTEM

4.1 Sistem Pendukung

4.1.1 Hardware Dan Sistem Operasi Yang Digunakan

Spesifikasi hardware yang digunakan tidak terlalu tinggi, spesifikasi

yang digunakan masih tergolong terjangkau untuk komputer pada umumnya.

Berikut ini adalah spesifikasi hardware komputer yang digunakan untuk

menjalankan sistem :

a. Processor 2,0 Ghz

b. Ram 256 MB

c. VGA dan Monitor beresolusi minimal 1024 x 760 pixel

d. Hardisk 20 GB

e. Mouse dan Keyboard

f. Printer

Sedangkan untuk sistem operasi, pada kesempatan ini penulis

menggunakan Microsoft Windows XP Proffesional SP2 sebagai sistem operasi.

Dipilihnya sistem operasi ini karena kompatibilitasnya dengan perangkat lunak

yang penulis gunakan sebagai alat bantu pembangunan sistem sangat baik serta

dapat dijalankan pada perangkat keras dengan spesifikasi yang telah penulis

sebutkan diatas.

52

Page 53: skirpsiputhe.doc

4.2 Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan pada komputer dengan spesifikasi yang telah

ditentukan sebelumnya. Adapun hasil pengujian sistem adalah sebagai berikut ini.

4.2.1 Halaman Utama

Gambar 4.1 Halaman Utama Sistem Pakar

Pada halaman utama sistem, hanya ditampilkan satu buah menu utama

yang dapat diakses oleh pengguna. Pengguna dapat memilih untuk berkonsultasi

dengan sistem, masuk ke pengaturan sistem / halaman admin dan keluar dari

sistem.

Bila pengguna memilih menu konsultasi, halaman konsultasi akan

ditampilkan kemudian pengguna dapat memilih metode yang digunakan, tampilan

53

Page 54: skirpsiputhe.doc

halaman kosultasi dengan pilihan metodenya akan ditampilkan pada sub bab

selanjutnya.

4.2.2 Halaman Konsultasi

Halaman ini terbagi menjadi dua bagian yaitu konsultasi dengan

menggunakan metode forward chaining dan metode backward chaining.

Pengguna dapat memilih tombol yang tersedia untuk menentukan metode

penelusuran yang digunakan dalam proses konsultasi. Berikut ini adalah tampilan

halaman awal konsultasi.

Gambar 4.2 Halaman Awal Proses Konsultasi

54

Page 55: skirpsiputhe.doc

Bila saat ditengah-tengah proses pengguna ingin mengulangi proses

konsultasi, pengguna dapat memilih tombol ulangi konsultasi, dengan demikian

sistem akan mengulang proses konsultasi dari proses pemilihan jenis kendaraan.

4.2.3 Halaman Pemilihan Jenis Kendaraan

Sebelum melangkah lebih lanjut ke proses konsultasi / tanya jawab,

pengguna diwajibkan memilih jenis kendaraan yang akan dijadikan objek

konsultasi. Pemilihan jenis kendaraan dimaksudkan untuk memfokuskan

permasalahan kepada satu tipe kendaraan, sehingga proses penelusuran menjadi

lebih efisien.

Gambar 4.3 Halaman Proses Pemilihan Jenis Kendaraan

55

Page 56: skirpsiputhe.doc

Terlihat pada gambar diatas pengguna harus memilih merk motor

terlebih dahulu, barulah kemudian dapat memilih tipe motor yang dimaksud.

Setelah memilih tipe motor pengguna akan langsung dihadapkan dengan halaman

konsultasi baik menggunakan metode forward chaining maupun backward

chaining.

4.2.4 Halaman Konsultasi Forward Chaining

Halaman ini merupakan kelanjutan dari proses pemilihan merk dan tipe

kendaraan. Pada halaman ini pengguna akan diberikan pertanyaan oleh sistem,

kemudian harus dijawab oleh pengguna dengan menekan tombol “ya” atau

“tidak”.

56

Page 57: skirpsiputhe.doc

Gambar 4.4 Halaman Konsultasi Forward Chaining

4.2.5 Halaman Konsultasi Backward Chaining

Halaman ini juga merupakan kelanjutan dari proses pemilihan jenis

kendaraan, dimana pengguna akan dihadapkan pada pilihan kerusakan yang ingin

diketahui kerusakannya. Setelah pengguna menentukan pilihannya, sistem akan

segera melakukan pelacakan gejala-gejala yang terkait dengan kerusakan tersebut.

Berikut ini adalah gambar halaman konsultasi backward chaining.

Gambar 4.5 Halaman Konsultasi Backward Chaining

Pada gambar diatas terlihat bahwa pengguna harus memilih nama

kerusakan yang diinginkan, namun bila pengguna ingin membatalkan atau

mengubah metode yang digunakan untuk melakukan konsultasi, pengguna cukup

57

Page 58: skirpsiputhe.doc

memilih tombol “Ulangi Konsultasi” maka sistem akan segera menset tampilan

halaman ke tampilan awal halaman konsultasi.

4.2.6 Halaman Login

Halaman ini akan muncul saat pengguna memilih menu pengaturan,

menu pengaturan merupakan pintu masuk pengguna kedalam sistem sehingga

pengguna dapat melakukan pengaturan tingkah laku sistem. Demikian pentingnya

menu pengaturan ini, maka pengamanan pengguna harus dilakukan untuk

menghindari pengguna yang tidak bertanggung jawab untuk dapat melakukan

perubahan pengaturan sistem. Pada halaman ini pengguna harus memasukan

username dan password yang benar untuk dapat melanjutkan proses pengaturan.

Berikut ini adalah gambar tampilan halaman login.

Gambar 4.6 Halaman Login

Bila username atau password yang diberikan oleh pengguna salah,

sistem akan memberikan pesan kesalahan dan meminta pengguna untuk

memasukan username dan password yang benar.

58

Page 59: skirpsiputhe.doc

4.2.7 Halaman Admin / Halaman Pengaturan

Bila pengguna berhasil login ke sistem, pengguna akan dihadapkan

dengan halaman pengaturan yang memiliki tampilan sedikit berbeda dengan

tampilan halaman awal sistem. Berikut ini adalah gambar halaman admin /

halaman pengaturan sistem.

Gambar 4.7 Halaman Admin / Pengaturan

Bila diperhatikan terdapat tambahan menu pada menu bar di pojok kiri

atas halaman ini. Isi dari menu tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

4.2.8 Halaman Pengelolaan Data Motor

Halaman ini berada pada sub menu “Admin Panel”, pada halaman ini

pengguna dapat melakukan perubahan pada data kendaraan yang ditangani oleh

sistem. Pengguna harus berhati-hati dalam melakukan perubahan dihalaman ini,

59

Page 60: skirpsiputhe.doc

karena bila salah melakukan perubahan dapat mempengaruhi pengetahuan sistem

pada bagian basis pengetahuan.

Berikut ini adalah gambar halaman pengelolaan data motor.

Gambar 4.8 Halaman Pengelolaan Data Motor

Pada gambar diatas terlihat bahwa pengguna dapat melakukan

penambahan, perubahan, dan penghapusan merk dan tipe kendaraan yang ada.

4.2.9 Halaman Pengelolaan Basis Pengetahuan

Pada halaman ini pengguna diwajibkan untuk memilih merk dan tipe

kendaraan yang akan dikelola basis pengetahuannya, pada halaman ini pengguna

dapat memasukan, menghapus, dan mengubah data fakta, kerusakan, dan solusi.

60

Page 61: skirpsiputhe.doc

Gambar 4.9 Halaman Pengelolaan Basis Pengetahuan

Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa pengguna sama sekali tidak

dihadapkan dengan kode-kode penanda gejala atau kerusakan, hal ini bertujuan

membuat sistem lebih user friendly sehingga dalam pengoperasiannya pengguna

dapat dimudahkan.

Demikian pula saat melakukan penghubungan data kerusakan dengan

data solusi, pengguna cukup melakukan pemilihan secara visual dengan

melakukan klik pada Mouse tanpa diharuskan mengetahui kode-kode.

Pengelolaan basis pengetahuan dibagi menjadi dua halaman yaitu :

halaman pengelolaan rule dan halaman pengelolaan fakta, kerusakan dan solusi

untuk mengurangi kompleksitas terutama dari segi penempatan tabel-tabel yang

cukup banyak.

61

Page 62: skirpsiputhe.doc

4.2.10 Halaman Pengelolaan Rule

Pada halaman ini pengguna dapat melakukan penyusunan, penghapusan,

dan pengubahan rule yang ada. Berikut ini adalah gambar halaman pengelolaan

rule.

Gambar 4.10 Halaman Pengelolaan Rule

Pada gambar diatas terlihat proses penambahan rule, yaitu dengan cara

memindahkan data fakta pada tabel kanan ke tabel ciri-ciri / gejala yang berada

ditengah. Dan diakhiri dengan menekan tombol “Simpan Rule” untuk menyimpan

rule atau “Batalkan Operasi” untuk membatalkan tanpa melakukan penyimpanan

rule.

62

Page 63: skirpsiputhe.doc

4.2.11 Pengaturan Account

Username dan password untuk masuk ke halaman pengaturan dapat

diubah oleh pengguna pada halaman ini. Sebelum melakukan penyimpanan

perubahan sistem akan meminta pengguna untuk memverifikasi password yang

baru untuk meyakinkan pengguna bahwa password tersebut telah diingat oleh

pengguna.

Berikut ini adalah tampilan halaman pengaturan account.

Gambar 4.11 Halaman Pengaturan Account

4.2.12 Hasil Konsultasi Forward Chaining

Setelah pengguna selesai melakukan konsultasi, dan sistem menemukan

kesimpulan atas permasalahan yang dihadapi oleh pengguna maka halaman hasil

diagnosa akan ditampilkan. Berikut ini adalah tampilan hasil diagnosa dengan

metode forward chaining.

63

Page 64: skirpsiputhe.doc

Gambar 4.12 Halaman Hasil Diagnosa Forward Chaining

Dari halaman ini pengguna dapat melakukan pencetakan hasil konsultasi

bila menginginkannya.

4.2.13 Hasil Konsultasi Backward Chaining

Halaman ini akan ditampilkan saat pengguna sudah memilih salah satu

nama kerusakan yang diinginkannya. Berikut ini adalah tampilan hasil diagnosa

dengan metode backward chaining.

64

Page 65: skirpsiputhe.doc

Gambar 4.13 Hasil Diagnosa Backward Chaining

Seperti halnya pada hasil diagnosa dengan menggunakan metode

forward chaining, dari halaman ini pengguna dapat melakukan pencetakan hasil

diagnosa bila menginginkannya.

65

Page 66: skirpsiputhe.doc

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk

Mendiagnosa Kerusakan Pada Sepeda Motor Matic, dapat disimpulkan bahwa :

a. Sistem yang dibangun telah mampu melakukan diagnosa terhadap kerusakan

yang terjadi pada sepeda motor matic dimana dalam penelitian ini diagnosa

dikhususkan pada bagian transmisi.

b. Implementasi metode forward chaining dapat dimanfaatkan untuk melakukan

diagnosa saat pengguna tidak memiliki bayangan terhadap permasalahan yang

sedang dihadapinya.

c. Implementasi metode Backward Chaining dapat dimanfaatkan untuk

mencocokan pengetahuan yang dimiliki pengguna dengan pengetahuan pada

sistem serta solusi yang seharusnya dilakukan oleh pengguna untuk

menangani permasalahan tersebut.

5.2 Saran

Dari pengetahuan dan pengalaman selama melakukan penelitian, dapat

dikemukakan saran-saran untuk pengembangan sistem ini dimasa yang akan

datang. Berikut ini adalah saran-saran yang dapat penulis kemukakan

66

Page 67: skirpsiputhe.doc

a. Sistem yang dibangun saat ini hanya menggunakan metode forward chaining

dan Backward Chaining dalam proses diagnosa, penambahan fitur faktor

ketidakpastian / Uncertainty Factor akan menjadi nilai lebih jika dapat

diimplementasikan dimasa yang akan datang.

b. Saat deadline penelitian ini masih ada jenis motor yang belum diambil datanya

untuk dimasukan ke dalam pengetahuan sistem, performa sistem akan menjadi

lebih baik bila data baru terus ditambahkan kedalam sistem.

c. Arsitektur aplikasi dapat dikembangkan menjadi arsitektur client server

sehingga beban operasional sistem dapat dibagi dan pengetahuan sistem dapat

difokuskan pada satu server yang khusus menangani database.

d. Untuk Selanjutnya objek diagnosa dapat dikembangkan menjadi lebih luas ke

bagian-bagian yang belum tercakup dalam penelitian ini, seperti kelistrikan,

mesin dan rangka.

67

Page 68: skirpsiputhe.doc

DAFTAR PUSTAKA

2W Training Department. 2007. Hand Out Training Mechanic New Product Initial Information Spin 125 R. Jakarta : PT. Indomobil Niaga International.

Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar.Yogyakarta : Andi.

Astra Honda Motor. 2008. Buku Pedoman Reparasi Honda Beat. Jakarta.

Choirul Amri, Muhammad. 2003. Pengantar Administrasi SQL Server 2000. http://ikc.depsos.go.id/umum/choirul/choirul-dasarsql.zip. Terakhir diakses tanggal 27 agustus 2009, pukul 22:58 wita

Citra Effendi, Kadek. 2008. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Kerusakan Pada Mesin (Engine) Sepeda Motor Yamaha Tipe 2-Tak dan 4-Tak. Denpasar : Skripsi S1 STIKOM -BALI.

Djuandi, Feri. 2002. SQL Server 2000 untuk Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Kymco Lippo Motor Indonesia. 2000. Kymco Service Manual Easy 100. Jakarta

Muslimah. 2009. Rancang Bangun Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Lupus Berbasis Web. Denpasar : Skripsi S1 STIKOM-BALI.

Yamaha Motor co., ltd. 2003. Mio Service Manual. Jakarta

68