SKI Aliyah

82
SEJARAH DAULAH UMAYYAH II DI ANDALUSIA A. Faktor-faktor Masuknya Islam ke Andalusia Bani Umayah merebut Andalusia dari bangsa Gothia Barat pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (86 – 96 H/ 705 – 715 M). Masuknya Islam ke Andalusia tidak dapat dipisahkan dari kondisi Kerajaan Gothia Barat yang mengalami kemunduran akibat beberapa hal hal yaitu: perpecahan elite politik, penindasan penguasa Nasrani terhadap orang-orang Yahudi, dan pembebanan pajak yang sangat banyak terhadap rakyat. B. Proses Masuk dan Sejarah Islam di Andalusia Penaklukan Andalusia diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim di bawah pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91 H/710 M. Pasukan Tarif mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil, dan Tarif kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa ibn Nushair, Gubernur Afrika Utara, mengirim 12.000 orang tentara Barbar dan Arab dipimpin Thariq ibn Ziyad. Ekspedisi kedua ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al-Tariq) pada tahun 92 H/711 M. Pada waktu itu, penguasa Andalusia, Raja Roderick, tengah disibukkan oleh usaha meredam pemberontakan orang-orang Basque di bagian Utara Semenanjung. Ketika mendengar tentara Thariq sudah mau masuk Andalusia, Roderick langsung mengumpulkan 100.000 tentaranya. Dua pasukan itu kemudian bertemu di daerah tepi Guadalate. Dalam pertempuran itu, tentara Thariq berhasil

Transcript of SKI Aliyah

Page 1: SKI Aliyah

SEJARAH DAULAH UMAYYAH II DI ANDALUSIA

A. Faktor-faktor Masuknya Islam ke Andalusia

Bani Umayah merebut Andalusia dari bangsa Gothia Barat pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul

Malik (86 – 96 H/ 705 – 715 M). Masuknya Islam ke Andalusia tidak dapat dipisahkan dari kondisi Kerajaan

Gothia Barat yang mengalami kemunduran akibat beberapa hal hal yaitu: perpecahan elite politik, penindasan

penguasa Nasrani terhadap orang-orang Yahudi, dan pembebanan pajak yang sangat banyak terhadap rakyat.

 

B. Proses Masuk dan Sejarah Islam di Andalusia

Penaklukan Andalusia diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim di bawah pimpinan Tarif

ibn Malik pada tahun 91 H/710 M. Pasukan Tarif mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama

Tarifa. Ekspedisi ini berhasil, dan Tarif kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa ibn

Nushair, Gubernur Afrika Utara, mengirim 12.000 orang tentara Barbar dan Arab dipimpin Thariq ibn Ziyad.

Ekspedisi kedua ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al-Tariq) pada tahun 92 H/711 M. Pada waktu

itu, penguasa Andalusia, Raja Roderick, tengah disibukkan oleh usaha meredam pemberontakan orang-orang

Basque di bagian Utara Semenanjung.

Ketika mendengar tentara Thariq sudah mau masuk Andalusia, Roderick langsung mengumpulkan

100.000 tentaranya. Dua pasukan itu kemudian bertemu di daerah tepi Guadalate. Dalam pertempuran itu,

tentara Thariq berhasil mengalahkan tentara musuh, Roderick sendiri tewas dan jenazahnya tidak ditemukan.

Kemenangan Thariq tidak lepas dari bantuan Ilyan gubernur Tangier dan Ceuta yang sangat benci kepada

Roderick karena telah memperkosa anaknya. Dampak dari kemenangan itu, beberapa daerah berangsur-angsur

dapat ditundukkan seperti Toledo, Seville, Malaga, Elvira, dan Kordova yang kemudian dijadikan sebagai ibu

kota Spanyol Islam.

Mendengar keberhasilan Thariq, Musa ingin ambil bagian dalam ekspansi ke Andalusia. Pada tahun

93H/ 712M, ia bersama 18.000 tentara Barbar dan Arab menuju Andalusia dan dapat menaklukkan daerah

Carmona, beberapa wilayah Barcelona sebelah Timur seperti Narbone, Cadiz, dan Calisa. Musa ingin

Page 2: SKI Aliyah

melanjutkan ekspansinya ke Perancis, tetapi al-Walid khawatir bahwa Musa akan memproklamirkan negara-

negara yang ditaklukkannya menjadi independen, karena itu ia memanggil Musa pulang ke Damaskus. Abdul

Aziz, putera Musa, ditunjuk sebagai pelaksana gubernur Andalusia. Selama masa pemerintahannya, konsolidasi

terus dilakukan. Perluasan wilayah ke Perancis dilanjutkan oleh Abdurrahman al-Ghafiqi tetapi gagal dan ia

terbunuh oleh tentara Charles Martel tahun 732 M. Selama 40 tahun masa Bani Umayah I di Andalusia terdapat

21 gubernur yang saling menggantikan dengan cara yang berbeda, kadang-kadang ditunjuk langsung

pemerintahan Damaskus, kadangkala oleh gubernur Qayrawan di Afrika Utara, dan kadangkala ditunjuk oleh

kaum Muslimin sendiri di Andalusia. Dalam periode kekacauan ini datanglah Abdurrahman al-Dakhil ke

Andalusia, setelah lima tahun dalam perjalanan melarikan diri dari dinasti kejaran para penguasa dinasti

Abbasyiah.

Awal perjalanan Abdurrahman sampai di Andalusia sungguh sulit. Ia dikejar-kejar oleh pasukan kiriman

Abdurrahman bin Habib al-Fihry, gubernur Bani Abbasiyah di Afrika, dan Abu Yusuf al-Fihry, gubernur

Andalusia. Abu Ja’far al-Manshur yang kala itu memegang kekhalifahan Bani Abbasiyah berupaya

melenyapkan seluruh sisa-sisa Bani Umayyah (di Andalusia), termasuk Abdurrahman. Dengan berbagai cara ia

mencoba ‘melenyapkan’ Abdurrahman, mulai dengan cara diplomatik sampai dengan cara represif tetapi gagal,

sehingga khalifah-khalifah Bani Abbasiyah pada akhirnya membiarkan kelangsungan pemerintahan dinasti

Bani Umayyah II di Andalusia. Abdurrahman berhasil membangun pemerintahan yang kokoh yang berpusat di

Kordova selama 32 tahun (138 – 182 H/ 756 – 788 M). Karena keberhasilan dan upayanya tersebut, ia

kemudian mendapat gelar al-Dakhil; sang penakluk atau orang yang berhasil memasuki daerah baru.

Wilayah kekuasaan al-Dakhil di Andalusia meliputi Kordova, Arkidona, Seville, Toledo, dan Granada.

Untuk memperluas dan mempertahankan wilayah kekuasaannya, al-Dakhil membangun dan mengembangkan

angkatan bersenjata yang kuat dan terlatih, terdiri atas 40.000 orang prajurit bayaran dari bangsa Barbar. Ia

mendatangkan para tentara itu dari Afrika, dan dikenal cukup loyal karena digaji cukup tinggi.

Setelah relatif berhasil menciptakan konsolidasi dan integrasi masyarakat Andalusia, al-Dakhil mulai

memperhatikan kemajuan peradaban. Ia memperindah kota-kota di wilayah kekuasaannya, membangun saluran

air bersih di sekeliling ibu kota, membangun villa Munyat al-Rushafah meniru istana Damaskus. Dua tahun

sebelum kematiannya (788 M), ia membangun kembali masjid Kordova, yang bertahan sampai sekarang

Page 3: SKI Aliyah

dengan nama popular La Mezquita. Selain masjid, ia juga membangun jembatan yang melintasi sungai

Guadalquivir.

Dinasti yang didirikan oleh al-Dakhil ini berlangsung selama dua tigaperempat abad (756-1031 M).

Dinasti ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Abd al-Rahman III (300 – 350 H /912 - 961 M). Selama

periode Umayyah, Kordova di Spanyol tetap menjadi ibu kota dan menikmati kemegahan, seperti Dinasti

Abbasiyah di Baghdad Irak.

Hisyam I (172 – 180 H/ 788-796 M) naik tahta menggantikan Abdurrahman I, ayahnya. Sebagian ahli

sejarah menyerupakan ketegasannya dengan Umar bin Abdul Aziz. Hisyam I sangat besar perhatiannya

terhadap kesejahteraan dan keadilan rakyatnya. Ia terkenal sebagai khalifah yang dekat dengan para ulama.

Mereka mendapatkan kesempatan besar untuk mengembangkan dan menularkan kemampuan mereka kepada

rakyat serta mendapatkan kedudukan yang cukup diperhitungkan dalam pemerintahan. Di antara ulama yang

hidup dalam masa pemerintahannya adalah Yahya bin Yahya al-Laitsi, salah seorang murid kesayangan Imam

Malik.

Dalam menjaga reputasi pemerintahannya, Hisyam terkenal sebagai khalifah yang tidak segan-segan

memecat pejabat yang dinilai lalai dan korup. Ia mendirikan semacam dinas intelejen yang bertugas mengawasi

para pejabat. Ia juga dikenal sangat populis, adil dan sebagai pencetus pengajaran bahasa arab di sekolah-

sekolah Spanyol, termasuk sekolah Yahudi. Setelah memerintah selama tujuh tahun sembilan bulan, ia wafat

dengan meninggalkan kejayaan kekhalifahannya, tepatnya pada tahun 180 H / 796 M.

Hisyam digantikan anaknya, al-Hakam I (180 – 206 H/ 796 - 822 M). Semenjak pemerintahan al-Hakam,

Spanyol mulai merasakan kemunduran yang signifikan. Ia merupakan khalifah yang pertama kali menerapkan

sistem sekularisme dalam pemerintahannya. Peran ulama pada masa itu dibatasi hanya dalam ranah religius,

dan tidak diperbolehkan mempunyai andil dalam jalannya pemerintahan. Sikap ini menyulut pemberontakan

para ulama di bawah pimpinan Yahya bin Yahya al-Laitsi di Kordova. Namun pemberontakan itu berhasil

dipadamkan.

Di Tolitolia dan Valencia, pemberontakan juga terjadi di bawah pimpinan dua paman al-Hakam. Begitu

pula, pemberontakan ini tidak mampu menggeser al-Hakam dari kursi kekhalifahannya. Karena seringnya

terjadi perang saudara antar umat islam, raja-raja Kristen di Utara berupaya memanfaatkan kesempatan tersebut

Page 4: SKI Aliyah

untuk menyerbu daerah perbatasan Spanyol, namun tentara al-Hakam berhasil mengusir kaum Kristen dari

wilayah tersebut.

Sementara itu, dendam kesumat antara dinasti Abbasiyah di timur dan dinasti Bani Umayyah II di

Spanyol terus berlangsung. Situasi ini memberi keuntungan kepada kekaisaran Perancis. Pada masa

pemerintahan al-Mahdi dan Harun al-Rasyid, raja Perancis meneken kerjasama bilateral yang berisikan nota

kesepahaman antar dua negara, dinasti Abbasiyah dan Perancis. Isi kerjasama tersebut adalah pemberian ijin

kepada dinasti Abbasiyah untuk menempatkan orang-orangnya di Perancis untuk menahan infasi dinasti Bani

Umayyah II di Spanyol ke daerah kekuasaan dinasti Abbasiyah. Sebagai gantinya, dinasti Abbasiyah harus

mengijinkan tentara Perancis melewati daerah kekuasaan Abbasiyah untuk menyerbu kekaisaran Bizantium.

Setelah memegang tampuk pemerintahan selama 27 tahun, al-Hakam I wafat dan digantikan puteranya,

Abdurrahman al-Ausath (206 – 238 H / 822-852  M). Dia mendapat julukan al-Ausath karena posisinya sebagai

penengah antara Abdurrahman ad-Dakhil dan Abdurrahman an-Nashir. Pada masa pemerintahannya, Spanyol

mengalami banyak kemajuan dalam berbagai bidang, seperti ekonomil, politik, kultural dan sosial. Kemajuan

dalam bidang-bidang tersebut hampir menyaingi kemajuan yang telah dicapai dinasti Abbasiyah dalam periode

yang sama. Dia banyak mendatangkan kitab-kitab Yunani yang telah diterjemahkan para khalifah Abbasiyah ke

Kordova.

Khalifah-khalifah dinasti Bani Umayyah di Spanyol sangat toleran terhadap multikulturalisme dan

perbedaan agama. Mereka sering mengadakan kerjasama dengan para raja-raja Kristen di perbatasan untuk

saling menjaga perdamaian dan wilayah teritorial kedua belah pihak dari serangan musuh. Namun di sisi lain,

banyak pihak yang berusaha menodai toleransi ini. Para pastor Kristen misalnya, mereka secara terang-terangan

berani mencela nabi Muhammad. Tentu ini adalah sebuah penghinaan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Pada akhirnya, Abdurrahman al-Ausath memerintahkan pasukannya untuk melenyapkan mereka, sehingga para

pemuka Kristen bersepakat meredakan ketegangan antar kedua belah pihak dengan mengharamkan penghinaan

terhadap nabi Muhammad di muka umum.

Kerjasama antara dinasti Bani Umayyah (di Spanyol) dan wilayah-wilayah Kristen di perbatasan juga

diwarnai dengan pengkhianatan kaum Kristen. Gubernur Lyon, Alfonso, beserta beberapa gubernur Kristen di

wilayah Utara Spanyol berusaha mengeruhkan suasana. Mereka menyerang daerah perbatasan sebelah Utara.

Serangan ini dapat segera dipadamkan dengan serangan balik ke wilayah Kristen di sana. Kekuatan pasukan

Page 5: SKI Aliyah

dinasti Bani Umayyah (di Spanyol) pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Ausath sangat disegani bahkan

oleh kekaisaran Konstantinopel. Kekaisaran Konstantinopel mengirimkan sejumlah utusan kepada

Abdurrahman untuk mengadakan sebuah perjanjian damai.

Perjanjian damai antara Konstanstinopel dan Spanyol merupakan tandingan atas kerjasama serupa yang

dilakukan oleh dinasti Abbasiyah dan Perancis. Siasat politik ini terbukti sangat jitu dengan ketidakmampuan

para khalifah dinasti Abbasiyah menguasai wilayah Spanyol. Meski dinasti Abbasiyah secara teritorial dan

politis tidak dapat menguasai wilayah Spanyol, namun mereka mampu memberikan pengaruh yang cukup

signifikan dalam bidang kultural dan ekonomi. Terbukti, penyelenggaraan sistem pemerintahan dinasti Bani

Umayyah (di Spanyol) banyak berkiblat pada sistem pemerintahan dinasti Abbasiyah, seperti dalam

pembangunan baitul mal dan pabrik garmen yang banyak meniru corak dan warna garmen produksi dinasti

Abbasiyah. Hal ini karena Abdurrahman al-Ausath mengirimkan sejumlah pengamat—meski kedua klan: Bani

Umayyah (di Spanyol) dan Bani Hasyim saling bermusuhan sejak zaman Jahiliyah—untuk meneliti sistem

pemerintahan dan mengamati kemajuan sosio-politik dinasti Abbasiyah.

Abdurrahman al-Ausath digantikan secara berturut-turut oleh tiga orang, yaitu Muhammad I (238 – 275

H/ 852 - 886 M), Al- Mundzir (273 – 275 H/ 886-888 M), dan Abdullah (275 – 300 H/ 888 - 912 M). Selama

pemerintahan ketiga orang tersebut selama tujuh puluh dua (72) tahun hampir tidak ada peristiwa dan prestasi

mencolok yang mereka capai. Hanya ada beberapa kejadian yang tertulis dalam sejarah, misalnya penumpasan

terhadap pemberontakan di Barcelona dan Tholitolia. Setelah memegang tampuk pemerintahan selama 35

tahun, Muhammad I wafat dan digantikan oleh puteranya, Mundzir, yang hanya memerintah selama hampir dua

tahun.

Ia kemudian digantikan oleh Abdullah. Pada masa pemerintahannya banyak tejadi pemberontakan kaum

Kristen di sekitar wilayah Kordova dan Utara Spanyol. Belum lama memerintah, sudah banyak wilayah

Spanyol yang memisahkan diri dari pangkuan dinasti Bani Umayyah tersebut. Hal ini dikarenakan

ketidakcakapan Abdullah dalam melaksanakan roda pemerintahannya.

Selama 24 tahun masa pemerintahannya, kekuasaan dan wilayah dinasti Bani Umayyah hanya tersisa

pada daerah Granada yang menjadi benteng terakhir dinsati tersebut. Banyak wilayah yang memisahkan diri,

semisal Algarave, Elvira, dan Murcia. Wilayah-wilayah tersebut banyak didiami oleh bangsa minoritas yang

Page 6: SKI Aliyah

mampu menciptakan sebuah tirani minoritas, mereka mengendalikan hampir semua bidang kehidupan bahkan

mengalahkan penduduk pribumi.

Setelah wilayah kekuasaan dinasti Bani Umayyah di Spanyol menciut, datanglah seorang penyelamat

yang dapat meneruskan kelangsungan hidup dinasti tersebut, yaitu Abd al-Rahman III (300 - 350 H/ 912 - 961

M). Ia memegang pemerintahan pada usia 21 tahun. Dengan berbekal kemampuan dan kewibawaannya ia

berhasil memadamkan pemberontakan dan mengembalikan daerah-daerah yang memisahkan diri. Namun, ia

mengalami sedikit kesulitan dalam memadamkan pemberontakan Umar bin Hafshun. Pada akhirnya, pasukan

yang dikirim Abdurrahman berhasil menumpas Umar dan seluruh pengikutnya di persembunyiannya di

pegunungan Bobastro.

Pemberontakan yang terakhir dihadapi Abdurrahman adalah pemberontakan yang terjadi di Tholitolia. Ia

baru dapat menaklukkan benteng kota tersebut pada tahun 320 H / 932 M. Dalam masa kurang dari 20 tahun,

Abdurrahman telah berhasil mengembalikan semua daerah yang memisahkan diri ke pangkuan dinsati Bani

Umayyah (di Spanyol). Sementara itu, pasukan Kristen di Utara Spanyol terus saja mengganggu wilayah Islam.

Maka Abdurrahman terjun langsung memimpin sejumlah pasukan yang berusaha mengamankan daerah Islam.

Ia berhasil menaklukkan daerah Kristen Osma, St. Estevano dan semua daerah kekuasaan Kristen di Utara.

Disamping berhasil menaklukkan daerah Kristen di Utara Spanyol, ia juga  berhasil mengamankan daerah

perbatasan dengan Perancis. Kebijakan luar negeri ini juga diikuti dengan kelihaiannya dalam melaksanakan

pembangunan negara dalam berbagai bidang. Pembangunan material difokuskan pada pembangunan dermaga

dan pelabuhan perdagangan. Keberhasilannya melaksanakan pembangunan dan perluasan wilayah tidak

terlepas dari kemunduran yang dialami dinasti Abbasiyah di Timur. Ia adalah penguasa dinasti Bani Umayyah

(di Spanyol) yang pertama kali memakai gelar khalifah, sehingga pada masa itu ada tiga dinasti Islam yang

memakai gelar khalifah, Dinasti Abbasiyah di Timur, Bani Umayyah di Spanyol, dan Fathimiyah di Mesir.

Pada masa pemerintahannya inilah dinasti Bani Umayyah di Spanyol mencapai fase keemasan.

Al-Hakam II 350-366 H/ 961 - 976 M) mewarisi kekhalifahan dinasti Bani Umayyah (di Spanyol) yang

penuh kedamaian dan kesuksesan dari Sang Ayah. Hanya ada beberapa peperangan penting yang melibatkan

pasukan Hakam II, diantaratnya perang melawan pasukan Kristen di Lyon yang melanggar perjanjian damai

dengan dinasti Bani Umayyah (di Spanyol). Hakam II juga mengirimkan sejumlah pasukan ke Maroko Utara

Page 7: SKI Aliyah

dan Tengah. Di sana, ia berhasil mengusir pasukan dinasti Fathimiyah dan Idrisiyah yang semula

mendudukinya.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia banyak mendatangkan buku-buku dari Damaskus, Baghdad, dan

Kairo untuk mengisi perpustakaan negara di daerah Kordova. Ia memegang pemerintahan selama 16 tahun dan

meninggal pada tahun 366 H/ 976 M.

Ia digantikan Hisyam II (366 – 399 H/ 976 - 1009 M) yang memegang tampuk pemerintahan ketika baru

berumur 10 tahun. Hal ini tentu berimbas pada ketidakcakapannya mengelola jalannya pemerintahan. Oleh

karena itu, orang yang paling berpengaruh dan berwenang menjalankan administrasi negara adalah Ibnu Abi

Amir, Sang Patih. Ibnu Abi Amir yang pada awal mulanya adalah seorang penulis surat resmi kerajaan, tiba-

tiba berubah menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan pemerintahan dinasti Bani

Umayyah.

Hal ini tentu bukan tanpa alasan. Sejak kecil, Ibnu Abi Amir adalah orang yang dikenal sangat pandai dan

cekatan. Ia juga seorang yang lihai melihat situasi dan memanfaatkan kesempatan yang ada di depan matanya.

Bermula dari kedekatannya dengan ibu Hisyam II, ia mulai mendapatkan kepercayaan mengelola mahkamah di

beberapa kota dan menjadi pengawas pelaksanaan zakat dan administrasi lainnya.

Ketika banyak keluarga kerajaan yang menentang terpilihnya Hisyam II sebagai khalifah, Ibnu Abi Amir

datang sebagai dewa penyelamat yang mengamankan situasi dan memaksa mereka menerima Hisyam II

sebagai khalifah. Keberhasilan ini menarik simpati dari kalangan masyarakat luas karena Ibnu Abi Amir

beralasan bahwa apa yang ia lakukan adalah demi menjaga keutuhan negara. Ia juga berhasil menyingkirkan

salah seorang panglima perang dinasti Bani Umayyah (di Spanyol) yang didakwa berkhianat dan korupsi,

Jakfar bin Utsman al-Mushhafi. Dan sebagai panglima perang berikutnya, Ibnu Abi Amir berhasil menarik

simpati tentara bawahannya dengan kesuksesannya menaklukkan kota Lyon. Dengan kesuksesan yang berturut-

turut ini, ia mendapat julukan al-Manshur Billah.

Selain berhasil menarik simpati keluarga kerajaan dan para tentara, Ibnu Abi Amir juga berhasil mencuri

perhatian para ulama. Ia memerintahkan untuk membakar buku-buku filsafat, yang notabene menjadi buku-

buku “tercekal” dalam kamus ulama fiqh, di semua sudut kota Kordova. Ia juga dikenal sebagai orang yang

oportunis. Misalnya, ketika ia khawatir akan datangnya serangan dari bangsa Arab dan Perancis, maka ia

Page 8: SKI Aliyah

merekrut sejumlah besar pasukan dari kaum Kristen yang loyal dan bangsa Barbar. Sungguh ini adalah sebuah

siasat yang jitu.

Keberhasilannya mendapatkan simpati tentaranya bermula dari penaklukan kota Lyon yang sangat

dramatis. Ketika pasukannya mulai putus asa menghadapi pasukan Lyon, ia maju dengan melepas penutup

kepalanya ke arah musuh. Hal ini kembali mengobarkan semangat tentara yang ia pimpin. Dengan keadaan

seperti ini, khalifah Hisyam II tidak lebih dari sebuah simbol yang tidak berarti. Ia sama sekali tidak

mempunyai prestasi dalam menjalankan pemerintahannya. Bahkan ia dikenal sebagai seorang khalifah yang

suka bermain-main dan menghabiskan harta. Ibnu Abi Amir menguasai jalannya pemerintahan—dalam artian

sebagai pengatur tak resmi kerajaan—dinasti Bani Umayyah (di Spanyol) selama lebih dari 27 tahun. Ia sakit

dan wafat pada tahun 392 H/ 1002 M. Puteranya, al-Mudzaffar, menggantikannya, namun hanya bertahan

selama enam tahun 393-399 H/1003-1009 M). Sampai saat itu, Dinasti Umayah II di Spanyol masih disegani

oleh lawan-lawannya di Eropa. Tetapi ketika al-Muzaffar digantikan oleh Abd al-Rahman al-Nashir (399

H/1009 M) terjadi kemelut di dalam negeri yang menghantarkan dinasti Umayah II di Spanyol ke tepi

kehancuran.

 

C. Ibrah dari Masuknya Islam di Andalusia

Masuknya Islam ke Andalusia merupakan prestasi tersendiri dalam sejarah peradaban Islam.

Keberhasilan ini terpaut erat dengan semangat juang pasukan muslim untuk menegakkan dan menyebarkan

Islam sampai ke wilayah Barat. Di samping itu, para penguasa Muslim sangat toleran terhadap tradisi dan

agama masyarakat setempat. Para penguasa Muslim tidak memaksa penduduk setempat untuk berpindah

agama, bahkan menghormati serta melindungi agama sebelumnya. Tentara muslim mudah diterima oleh

penduduk Andalusia, karena mereka dalam kondisi yang tidak menguntungkan dengan beban pajak yang berat

dan pemerintah yang tiran, serta penyiksaan terhadap kaum Yahudi.

Ibrah yang dapat diambil dari masuknya Islam di Andalusia adalah bahwa kemenangan akan didapat

umat Islam jika:

1. dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas untuk menegakkan Islam

Page 9: SKI Aliyah

2. tidak terbuai oleh hal-hal yang bersifat material

3. bersikap toleran terhadap masyarakat setempat, serta bertindak secara adil dalam mengatur

pemerintahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KEMAJUAN-KEMAJUAN YANG DICAPAI OLEH DAULAH

UMAYYAH II

 

Standar Kompetensi

Page 10: SKI Aliyah

Kemampuan mengidentifikasi, mengenal, dan merekonstruksikan sejarah Islam di Andalusia (Spanyol).

Kompetensi Dasar

Siswa mampu menganalisis kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Daulah Umayyah II.

Indikator Keberhasilan

a. Menunjukkan peta wilayah kekuasaan Daulah Umayyah II

b. Menyebutkan peninggalan sejarah Daulah Umayyah II

c. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan

d. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang sosial budaya

Petunjuk Guru

            Membaca kisah sejarah daulah Umayyah II. Bacaan ini dapat dikembangkan dengan cara menunjuk

salah seorang siswa untuk membacakannya, sementara yang lain mendengarkannya. Atau menginstruksikan

seluruh siswa untuk membacanya selama beberapa menit, kemudian menceritakan kembali hasil bacaannya.

 

 

 

 

BAB II

KEMAJUAN-KEMAJUAN YANG DICAPAI OLEH DAULAH UMAYYAH II

 

A. Peta Wilayah Kekuasaan Daulah Umayyah II

Page 11: SKI Aliyah

Peta Wilayah kekuasaan Daulah Umayyah II di Andalusia mengalami pasang surut tergantung pada

kepemimpinan para khalifah Daulah Umayah II di Andalusia. Pada masa pemerintahan al-Dakhil, wilayah

Daulah Umayyah II meliputi Kordova, Arkidona, Seville, Toledo, dan Granada. Untuk memperluas dan

mempertahankan wilayah kekuasaannya, al-Dakhil membangun dan mengembangkan angkatan bersenjata yang

kuat dan terlatih, terdiri atas 40.000 orang prajurit bayaran dari bangsa Barbar. Ia mendatangkan para tentara itu

dari Afrika, dan dikenal cukup loyal karena digaji cukup tinggi.

Pada masa pemerintahan khalifah Abdullah (275 – 300 H/ 912 – 961 M), wilayah kekuasaan Bani

Umayyah II menciut karena banyak tejadi pemberontakan kaum Kristen di sekitar wilayah Kordova dan Utara

Spanyol. Pada masa ini, banyak wilayah Spanyol yang memisahkan diri karena ketidakcakapan Abdullah

dalam melaksanakan roda pemerintahannya.

Selama 24 tahun masa pemerintahannya, kekuasaan dan wilayah dinasti Bani Umayyah hanya tersisa

pada daerah Granada yang menjadi benteng terakhir dinsati tersebut. Banyak wilayah yang memisahkan diri,

semisal Algarave, Elvira, dan Murcia. Wilayah-wilayah tersebut banyak didiami oleh bangsa minoritas yang

mampu menciptakan sebuah tirani minoritas, mereka mengendalikan hampir semua bidang kehidupan bahkan

mengalahkan penduduk pribumi.

Tetapi, wilayah-wilayah yang lepas lepas itu dapat direbut kembali pada masa pemerintahan Abd al-

Rahman III (300 - 350 H/ 912 - 961 M). Ia memegang pemerintahan pada usia 21 tahun. Dalam masa kurang

dari 20 tahun, Abdurrahman telah berhasil mengembalikan semua daerah yang memisahkan diri ke pangkuan

dinsati Bani Umayyah (di Spanyol). Pada masa pemerintahannya inilah dinasti Bani Umayyah di Spanyol

mencapai fase keemasan. Pada masa ini,  ada tiga dinasti Islam yang mengalami fase kemajuan dan sama-sama

memakai gelar khalifah, Dinasti Abbasiyah di Timur, Bani Umayyah di Spanyol, dan Fathimiyah di Mesir.

 

B. Peninggalan Sejarah Daulah Umayyah II

Banyak peninggalan sejarah selama masa daulah Umayyah II di Spanyol. Pemerintahan al-Dakhil sangat

memperhatikan kemajuan peradaban, seperti memperindah kota-kota di wilayah kekuasaannya, membangun

saluran air bersih di sekeliling ibu kota, membangun villa Munyat al-Rushafah meniru istana Damaskus,

Page 12: SKI Aliyah

membangun masjid Kordova, yang bertahan sampai sekarang dengan nama popular La Mezquita. Selain

masjid, ia juga membangun jembatan yang melintasi sungai Guadalquivir.

Andalusia, daerah sebelah Selatan Spanyol, memiliki gedung-gedung            luar biasa indah untuk

dikunjungi. Gedung-gedung cantik ini adalah perpaduan arsitektur Arab dan Kristen yang kental. Maklumlah,

Spanyol pernah berada di bawah ajaran Katolik, kemudian dikuasai negeri Arab, hingga diambil alih lagi oleh

Katolik. Maka, pergilah ke Andalusia dan temukan tempat-tempat istimewa mulai dari gereja sampai ke bekas

benteng pertahanan.

Katedral Aljama, Cordoba Inlah salah satu bangunan yang paling memesona yang pernah saya lihat.

Berbeda dari gereja katedral pada umumnya, yang satu ini dibangun di dalam masjid. Bisa dibayangkan betapa

uniknya bangunan             satu ini. Sejarahnya bermula pada tahun 785, ketika Abd ar-Rahman I, raja

Andalusia pada waktu itu, memproklamirkan pembuatan masjid Aljama di             lokasi gereja San Vicente.

Ketika kekuatan region Andalusia terus             menguat pada zaman itu, masjid ini juga semakin diperluas.

Awalnya Hisham I menambah kolam dan menara. Kemudian 40 tahun kemudian Abd ar-Rahman II

memperluas masjid menjadi dua kali lebih besar. Pada tahun 951, Abd Ar-Rahman III membentuk menara baru

dan meluaskan taman ke sebelah utara.            Kemudian anaknya, al-Hakam II melanjutkan perluasan lagi

dengan dua          belas kolom baru yang dianggap sebagai perluasan paling signifikan. Yang terakhir adalah

perluasan ke sebelah timur yang dilakukan al-Mansur pada akhir abad ke-10. Terdiri dari 3 elemen, taman

(sahn), ruang berdoa (liwan) dan menara   muazin, masjid ini total mempunyai luas 23,400 m2 dengan 850

buah pilar yang dibangun dari batu granit dan marmer. Al Quran disimpan di dalam Mihrab yang didesain

dengan mosaik berwarna emas. Yang unik dari masjid ini adalah kiblat dari tembok suci yang tidak menghadap

ke Mekah. Tembok dibangun dari utara ke selatan dan dibagi antara selatan dan timur. Kontroversi muncul

ketika Al-Hakam II merencanakan untuk membetulkan kesalahan ini sampai seorang             cendikiawan

tinggi Islam mengeluarkan pesan, ”He who follows tradition, does right; he who gives himself to novelties will

fail”. Akhirnya niat Al-Hakam II diurungkan. Mulai abad ke-13 banyak perubahan pada masjid ini akibat

pengaruh Kristen yang kembali menguasai Andalusia. Pada tahun 1236, raja            Ferdinand menginginkan

agar Aljama diubah menjadi gereja. Akhirnya             Villaviciosa Chapel dibangun oleh Alfonso X di tengah-

tengah masjid             Aljama ini.

Page 13: SKI Aliyah

Selama bertahun-tahun katedral dibangun oleh arsitek dan seniman             terkemuka Spanyol. Selain

kapel-kapel ini, pintu-pintu masuk baru juga dibangun, di antaranya Puerta de Santa Catalina di sebelah timur

taman kemudian menambah menara Alminar setinggi 93m. Pada awalnya pembangunan katedral di tempat

masjid ini sempat menimbulkan kontroversi. Ada yang beranggapan pembangunan katedral ini mengganggu

keutuhan bangunan yang sebenarnya, karakter dan arti sebenarnya. Tapi ada juga yang beranggapan dengan

dibangunnya katedral ini bukannya merusak malah melindungi keutuhan gedung.          Apa pun pendapat yang

terjadi dulu, sekarang Cordoba memetik hasilnya, katedral ini disebut-sebut sebagai katedral paling unik dan

terindah di dunia akibat perpaduannya dengan arsitektur Islam dari masjid Aljama. Detail-detail desain Arab

dari masjid yang bertemu dengan Gothic-nya katedral menjadikan katedral Cordoba ini salah satu tempat yang

tidak ada duanya di dunia.

Casa de Pilatos, Sevilla Saksikan keajaiban dari masa lalu, gabungan dari mistiknya Yunani, Romawi

yang legendaris tanpa melupakan akar dari Spanyol sendiri di Casa de Pilatos ini. Bermula pada akhir abad ke-

15, Don Pedro Enriquez, Wali Kota Andalusia dan istrinya Doña Catalina de Rivera membangun rumah ini

sebagai tempat tinggal. Anak mereka, Don Enríquez de Rivera, Marquis           dari Tarifa meninggalkan Eropa

untuk pergi ke Yerusalem. Dua tahun             kemudian ia kembali ke Seville. Saat itulah ia membuat

perubahan pada tempat tinggalnya. Kagum dengan arsitektur renaissance dari Italia, Marquis mengambil

mengambil pengaruh rennaisance dan Medieval untuk istananya ini, tapi tetap mencerminkan desain khas

Andalusia. Sejak perombakan ini, bangunan ini kemudian disebut Rumah Pilate (Casa de Pilatos) karena

menyerupai rumah Pontius Pilatus di Yerusalem. Karakter romantis dari rumah ini yang paling menarik

dicerminkan di serambi (patio) utama dengan peninggalan arkeologi berupa tiga patung marmer antik Romawi

dan satu dari Athena, Yunani dari tahun 5 sebelum masehi dengan air mancur di tengah-tengah serambi.

Tembok-tembok di rumah ini juga dihiasi kerajinan keramik abad ke-16 khas Andalusia. Pengunjung juga bisa

melihat ukiran-ukiran yang menghiasi langit-langit kayu di rumah ini. Dari patio utama pengunjung kemudian

bisa memasuki taman yang disebut-sebut sebagai terindah di Sevilla, disejajarkan dengan taman di Alcazar.

Kemudian di lantai kedua adalah letak tempat tinggal yang masih dipergunakan sebagai tempat tinggal oleh

keluarga dukes of Medinaceli. Ada sekitar lima ruangan di lantai ini yang dihiasi lukisan dan furnitur layaknya

rumah bangsawan. Biarpun tidak sememesona lantai dasar, lantai atas ini tetap sangat menarik. Patut dicatat

kalau untuk mengunjungi lantai atas ini, pengunjung harus menunggu waktu-waktu tertentu untuk didampingi

guide.

Page 14: SKI Aliyah

Alhambra dibangun pada abad ke-13 dan terdiri dari beberapa 3 bagian utama, Royal Palace, benteng

Alcazaba, dan taman Generalife. Ide untuk membentuk beberapa bangunan di Alhambra ini adalah untuk

menciptakan surga di muka bumi. Desainnya mengambil ide dari air, karena air adalah sumber kehidupan. Hal

ini bisa dilihat dengan banyaknya simbol yang dekat dengan air antara lain berupa kerang. Royal Palace yang

paling terkenal dan indah terdiri dari Mexuar, Serallo dan Harem dengan Lions’ Court di tengah-tengahnya.

Mexuar adalah tempat kerja para sultan pada zamannya. Di sini pengunjung bisa melihat beberapa ruangan,

seperti ruang resepsi yang selesai dibangun di tahun 1365 dan Golden Room yang hanya dibuka untuk

penghuni istana pada waktu itu. Bagian paling menarik dari Mexuar adalah taman yang mengarah ke muka

Serallo. Serallo yang dipakai sebagai tempat resepsi tamu-tamu kehormatan, sebagian besar dibangun pada

masa pemerintahan Yusuf I di pertengahan abad ke-14. Taman Myrtles yang terletak di depannya dikelilingi

semak-semak hijau sangat menyejukkan. Di sebelah utara Serallo terletak menara Comares. Di sini terdapat

Hall of the Ambassadors, ruangan terbesar dan terindah di Royal Palace ini. Di ruangan segi empat ini

beratapkan kubah dari kayu yang menggambarkan tujuh surga. Di tempat ini sejarah-sejarah penting di Spanyol

terjadi, antara lain ketika Sultan Boabdil menandatangani surat menyerah kepada kerajaan Katolik.

Setelah Serallo, pengunjung akan sampai ke Lions’ Court yang sangat terkenal sebagai objek turis utama

di Spanyol. Penulis Amerika, Washington Irving tiba di Granada pada tahun 1820 memuji-muji keindahan

Lions Court ini, bahkan sampai menulis buku The Tales of Alhambra. Lions Court yang dibangun pada masa

Muhammad V membuka pintu ke tiga ruangan indah lainnya, Hall of Two Sisters, Hall of the Abencerrajes dan

Hall of the Kings yang tergabung dalam Harem of Alhambra. Bagian yang paling menarik adalah Hall of the

Abencerrajes dengan langit-langit yang tidak bisa tertandingi keindahannya di bagian manapun di Alhambra.

Langit-langit ini terdiri dari 16 sisi dengan dekorasi berbentuk stalaktit disinari cahaya dari jendela yang

memantulkan bayangan air mancur di lantai. Selain Royal Palace, pengunjung juga bisa mengunjungi Alcazaba

yang dulunya digunakan sebagai benteng pertahanan. Meskipun sebagian besar dari Alcazaba adalah

reruntuhan, Anda masih bisa melihat pemandangan kota Granada dari berbagai sudut.

Dari Alcazaba, pengunjung terakhir akan melewati taman Generalife yang mengambil ide dari Alquran

mengenai surga. Taman dengan tetumbuhan hijau dan air mengalir adalah ide surga yang diterapkan di sini.

Rasakan surga bumi di Alhambra ini. Setelah melihat bangunan-bangunan ini, Anda pasti akan jatuh cinta

kepada Andalusia. Jatuh cinta kepada kebudayaannya. Jatuh cinta pada harmonisnya perpaduan arsitek Muslim

dan Nasrani. Jatuh cinta kepada indahnya dunia.

Page 15: SKI Aliyah

 

C. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan

 

Terbaginya kekuasaan secara politis antara Timur (Baghdad) dan Barat (Andalusia) tidak menyebabkan

perpecahan antara keduanya di bidang peradaban. Komunitas Muslim Andalusia belajar di Baghdad dan

sebaliknya banyak muslim Baghdad yang belajar di Andalusia. Karena itu, pengaruh timbal balik antara

keduanya sangat besar.

Hisyam I (172 – 180 H/ 788-796 M) adalah salah satu khalifah yang sangat perhatian terhadap ilmu

pengetahuan. Ia terkenal sebagai khalifah yang dekat dengan para ulama. Di antara ulama yang hidup dalam

masa pemerintahannya adalah Yahya bin Yahya al-Laitsi, salah seorang murid kesayangan Imam Malik.

Karena itu, madzhab Maliki banyak dianut oleh masyarakat muslim Andalusia.

Tokoh lain yang populer di bidang ilmu fiqh adalah Abu Muhammad Ali ibn Hazm (w. 455 H/ 1063 M).

Karyanya yang terkenal adalah al-Fashl fi al-Milal wa al-Nihal. Dia adalah penganut madzhab Syafii,

kemudian beralih ke Imam Daud al-Dhahiri. Ia juga sangat berpengaruh dalam menyebarkan kedua Madzhab

tersebut di Andalusia.

Di bidang filsafat, terdapat nama Muhammad ibn Abdun al-Jabali, yang belajar Hadist, Tafsir, Fiqh,

Logika dan Filsafat di Baghdad pada tahun 347 H/ 952 M, dan kembali ke Andalusia tahun 360 H/ 965 M.

Perkembangan filsafat berkembang pada masa al-Nashir dan mencapai puncak kejayaan pada masa khalifah al-

Mustansir.

Di bidang astronomi, tokoh yang terkenal adalah Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas. Ia banyak melakukan

percobaan-percobaan yang spektakuler pada waktu itu, dan atas eksperimen itu ia dituduh tidak waras oleh

sebagian kalangan.

Di bidang kedokteran, kaum muslim Andalusia tidak mau ketinggalan dengan saudaranya di Timur,

Baghdad. Di antara dokter yang terkenal adalah Abu al-Qasim alZahrawi, di Barat dikenal dengan sebutan

Abulcasis. Ia dikenal sebagai dokter ahli bedah, perintis ahli telinga dan penyakit kulit. Karyanya yang

monumental berjudul al-Tashrif Liman ‘Ajaza ‘an al-Ta’lif pada abad ke-12 M telah diterjemahkan oleh Gerard

Page 16: SKI Aliyah

of Cremona dan dicetak ulang di Genoa (1497 M), Basle (1541 M), dan Oxford (1778 M). Sampai sekarang

buku tersebut masih dipakai sebagian kalangan terpelajar di Eropa.

Di bidang sejarah, ada sejarawan terkemuka yaitu Abu Marwan Abd al-Malik ibn Habib (w. 238 H/ 852

M). Ia menulis karya al-Tarikh, menyerupai Tarikh al-Tabari. Buku ini berisi permulaan bumi dan langit,

sampai penaklukan Islam atas Andalusia. Sejarawan lain Andalusia adalah Abu Bakar Muhammad ibn Umar

(w. 367 H/ 977 M), penulis buku Tarikh Iftitah al-Andalus, dan Hayyan ibn Khallaf ibn Hayyan (w. 469 H/

1076 M), menulis buku al-Muqtabis fi Tarikh Rijal al-Andalus.

Perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan tidak lepas dari keras umat Islam untuk selalu

meningkatkan peradaban. Abdurrahman al-Ausath (206 – 238 H / 822-852  M) umpapamanya, sangat perhatian

terhadap hal ini. Ia banyak mendatangkan kitab-kitab Yunani yang telah diterjemahkan para khalifah

Abbasiyah ke Kordova. Khalifah al-Mustansir juga menunjukkan perhatian terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan. Ia banyak mendatangkan buku-buku dari Damaskus, Baghdad, dan Kairo untuk mengisi

perpustakaan negara di daerah Kordova.

Perkembangan ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya dengan kondisi politik, ekonomi, dan

pemerintahan yang stabil pada masa itu. Kerjasama antara penguasa, ulama, hartawan, dan ilmuan yang

harmonis, sangat mempercepat laju perkembangan kebudayaan.

Sejarawan Philip K. Hitti menjuluki Kordova sebagai mutiara dunia, pada masa al-Mustanshir memiliki

tidak kurang dari 800 buah sekolahan, 70 perpustakaan umum dan pribadi. Al-Mustanshir sendiri memiliki

400.000 buku untuk perpustakaan pribadinya. Ia mengoleksi buku-buku dengan cara membeli, atau menyalin

naskah. Untuk mendapatkan koleksi itu, ia mengirim para agen buku ke Baghdad, Iskandaria, dan Damaskus.

Andalusia pada masa Daulah Umayyah II sudah mencapai peradaban yang sangat maju untuk masa itu.

Pada masa itu, orang-orang Eropa Barat masih pada tahap-tahap awal mengenal ilmu pengetahuan. Mereka

belajar di beberapa universitas seperti universitas Kordova, Malaga, Granada, Seville, dan lembaga-lembaga

pendidikan lain di Andalusia. Mereka membawa ilmu pengetahuan dari beberapa universitas di Andalusia ke

negerinya masing-masing. Atas dasar itu, peranan Andalusia dalam mengantarkan Eropa memasuki periode

pencerahan sangat besar.

 

Page 17: SKI Aliyah

D. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang sosial budaya

Khalifah-khalifah dinasti Bani Umayyah di Spanyol sangat toleran terhadap multikulturalisme dan

perbedaan agama. Mereka sering mengadakan kerjasama dengan para raja-raja Kristen di perbatasan untuk

saling menjaga perdamaian dan wilayah teritorial kedua belah pihak dari serangan musuh. Namun di sisi lain,

banyak pihak yang berusaha menodai toleransi ini. Para pastor Kristen misalnya, mereka secara terang-terangan

berani mencela nabi Muhammad. Tentu ini adalah sebuah penghinaan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Pada akhirnya, Abdurrahman al-Ausath memerintahkan pasukannya untuk melenyapkan mereka, sehingga para

pemuka Kristen bersepakat meredakan ketegangan antar kedua belah pihak dengan mengharamkan penghinaan

terhadap nabi Muhammad di muka umum.

Perjanjian damai antara Konstanstinopel dan Spanyol merupakan tandingan atas kerjasama serupa yang

dilakukan oleh dinasti Abbasiyah dan Perancis. Siasat politik ini terbukti sangat jitu dengan ketidakmampuan

para khalifah dinasti Abbasiyah menguasai wilayah Spanyol. Meski dinasti Abbasiyah secara teritorial dan

politis tidak dapat menguasai wilayah Spanyol, namun mereka mampu memberikan pengaruh yang cukup

signifikan dalam bidang kultural dan ekonomi. Terbukti, penyelenggaraan sistem pemerintahan dinasti Bani

Umayyah (di Spanyol) banyak berkiblat pada sistem pemerintahan dinasti Abbasiyah, seperti dalam

pembangunan baitul mal dan pabrik garmen yang banyak meniru corak dan warna garmen produksi dinasti

Abbasiyah. Hal ini karena Abdurrahman al-Ausath mengirimkan sejumlah pengamat—meski kedua klan: Bani

Umayyah (di Spanyol) dan Bani Hasyim saling bermusuhan sejak zaman Jahiliyah—untuk meneliti sistem

pemerintahan dan mengamati kemajuan sosio-politik dinasti Abbasiyah.

 

 

 

 

 

BAB III

Page 18: SKI Aliyah

SEJARAH KERUNTUHAN DAULAH UMAYAH II

 

Standar Kompetensi

Kemampuan mengidentifikasi, mengenal, dan merekonstruksikan sejarah Islam di Andalusia (Spanyol).

Kompetensi Dasar

Siswa mampu mendeskripsikan Sejarah Keruntuhan Daulah Umayyah II.

Indikator Keberhasilan

a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kemunduran dan kehancuran peradaban Islam di Andalusia

b. Menggali hikmah keruntuhan Daulah Umayyah II

Petunjuk Guru

            Membaca kisah sejarah daulah Umayyah II. Bacaan ini dapat dikembangkan dengan cara menunjuk

salah seorang siswa untuk membacakannya, sementara yang lain mendengarkannya. Atau menginstruksikan

seluruh siswa untuk membacanya selama beberapa menit, kemudian menceritakan kembali hasil bacaannya.

 

 

 

 

 

 

BAB III

Page 19: SKI Aliyah

SEJARAH KERUNTUHAN DAULAH UMAYYAH II

 

A. Faktor-faktor Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Peradaban Islam di Andalusia

            Malapetaka kehancuran mulai melanda istana ketika para pemuka Bani Umayah memecat al-Mu’ayyad

dari jabatan khalifah, karena ia bersedia memberikan jabatan tertinggi negara kepada Abd al-Rahman al-Nashir

sepeninggalnya kelak. Mulai saat itu, terjadi perebutan kursi khalifah. Dalam jangka waktu 22 tahun terjadi 14

kali pergantian kepemimpinan, umumnya melalui kudeta, dan lima orang khalifah di antaranya naik tahta dua

kali. Dinasti Umayah II di Spanyol akhirnya runtuh ketika khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yang

bergelar al-Mu’tadhi (418-422 H/1027-1031 M) disingkirkan oleh sekelompok angkatan bersenjata. Para

pemuka penduduk Kordova segera meminta Abd al-Rahman V agar bersedia menjadi khalifah. Tetapi, ia tidak

sempat menikmati jabatan itu, karena harus bersembunyi menyelamatkan diri dari kejaran para musuhnya. Pada

waktu itu, Wazir (PM) Abu al-Hazm ibn Jawhar memaklumkan penghapusan khalifah karena dianggap sudah

tidak ada yang layak lagi mendudukinya. Setelah itu, Andalusia memasuki babak baru yang dikenal dengan

periode Muluku al-Thawaif.

Keruntuhan Dinasti Umayyah II di Spanyol tidak lepas dari system kenegaraan yang bersifat monarchy

atau kerajaan, sehingga banyak di antara para putera mahkota yang tidak layak memimpin dipaksakan sebagai

khalifah. Di samping itu, masyarakat Spanyol pada masa Dinasti Umayyah II sangat beragam, dan terdiri atas

berbagai unsur: Arab, Barbar, Kristen dan Yahudi. Meski bangsa arab dan barbar sama-sama mempunyai andil

besar dalam menaklukkan bangsa Goth di spanyol, namun keadaan dua rumpun ini sangat berbanding terbalik.

Oleh bangsa arab, bangsa barbar disingkirkan, dipinggirkan, dan ditempatkan di daerah pegunungan sebagai

benteng untuk menangkal serangan bangsa Kristen. Keadaan ini menyulut kecemburuan sosial bangsa barbar.

Mereka mengadakan sebuah perlawanan rasial dan strata sosial terhadap bangsa arab.

Sementara itu, penduduk yang semula memeluk Kristen, berubah menjadi dua golongan: muslim dan

non-muslim. Meski masih banyak pemeluk Kristen yang tetap pada agamanya, namun toleransi yang mereka

tunjukkan sangat besar. Mereka menerima budaya-budaya Arab dengan tangan terbuka. Oleh khalifah dinasti

Bani Umayyah II, mereka diperlakukan istimewa. Khalifah mendirikan sebuah mahkamah yang khusus

menangani kasus-kasus mereka, bahkan mayoritas masyarakat Kristen mendapat kepercayaan memimpin

peperangan dan menjadi pejabat negara.

Page 20: SKI Aliyah

Bangsa Yahudi pada waktu itu juga mendapatkan toleransi beragama yang sangat luas: sesuatu yang tidak

mereka dapatkan pada masa kepemimpinan bangsa Goth. Mereka menguasai bidang-bidang strategis, seperti

perdagangan, kesehatan, dan kebudayaan yang berpusat di Kordova. Mereka juga dipercayai menjalankan

beberapa profesi kepemerintahan, seperti menteri dan duta besar.

Ada juga sebuah golongan yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Spanyol, yaitu kaum ‘shoqolibah’.

Mereka adalah budak-budak yang dimanfaatkan khalifah sebagai tentara kerajaan untuk memadamkan

perlawanan kaum Kristen dan juga untuk mengurangi atau memadamkan pengaruh dan fanatisme rasial bangsa

Arab yang seringkali menimbulkan kecemburuan ras lain. Mereka mendapatkan tempat terhormat dalam

pemerintahan Abdurrahman an-Nashir. Namun setelah kematian perdana menteri Ibnu Abi Amir beberapa

tahun kemudian, kaum ‘shoqolibah’ sering mengadakan pemberontakan, namun dapat ditumpas oleh bangsa

barbar.

            Berbagai masalah tersebut hanya dapat diselesaikan oleh para khalifah yang betul-betul cakap dalam

mengelola sebuah negara seperti khalifah Abd al-Rahman al-Dakhil dan Abd al-Rahman III. Tetapi ketika para

khalifah kurang cakap dalam mengelola sebuah negara, seperti para khalifah yang memimpin pada masa akhir

Dinasti Umayyah II di Spanyol, maka negara akan hancur. Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan

ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

 

B. Hikmah Keruntuhan Daulah Umayyah II

            Keruntuhan Daulah Umayyah II di Spanyol merupakan suatu peristiwa sejarah yang perlu kita gali

hikmahnya. Di antara hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:

1.      Dalam menjalankan sebuah pemerintahan sebaiknya diberikan kepada orang yang memenuhi keriteria

kecakapapan kepemimpinan seperti adil, bijaksana, mempunyai kemampuan manajerial, berwawasan ke

depan dan seterusnya

2.      Pergantian kepemimpinan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang yang

mempunyai kepemimpinan baik menjadi seorang pemimpin

 

Page 21: SKI Aliyah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

Page 22: SKI Aliyah

SEJARAH KEJAYAAN ISLAM PADA MASA DAULAH MUWAHHIDUN

Standar Kompetensi

Kemampuan mengidentifikasi, mengenal, dan merekonstruksikan sejarah Islam di Andalusia (Spanyol).

Kompetensi Dasar

Siswa mampu mengidentifikasi kejayaan Islam pada masa Daulah Muwahhidun.

Indikator Keberhasilan

a. Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai Daulah Muwahhidun

b. Menyebutkan ilmuan, filosof dan ulama pada masa Daulah Muwahhidun

Petunjuk Guru

            Membaca kisah sejarah daulah Umayyah II. Bacaan ini dapat dikembangkan dengan cara menunjuk

salah seorang siswa untuk membacakannya, sementara yang lain mendengarkannya. Atau menginstruksikan

seluruh siswa untuk membacanya selama beberapa menit, kemudian menceritakan kembali hasil bacaannya.

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

SEJARAH KEJAYAAN ISLAM PADA MASA DAULAH MUWAHHIDUN

Page 23: SKI Aliyah

 

A. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Daulah Muwahhidun

Sebelum Daulah Muwahhidun, Spanyol terlebih dulu dikuasai oleh gerakan al-Murabitun tahun 1039 M

yang didirikan oleh ulama Maroko, Abdullah ibn Yasin di sebuah ribath, yaitu sejenis padepokan masjid yang

dibentengi, di sebuah pulau di Senegal Afrika Utara. Para anggotanya berasal dari Lamtunah, sempalan dari

suku Sanhaji, yang berdiam di Sahara, bertemperamen keras dan tabah. Gerakan ini terus berkembang dengan

cepat hingga pada tahun 1055 M dapat menguasai Andalusia.

            Dinasti Muwahhidun muncul setelah berakhirnya dinasti Murabitun (1090-1147). Dinasti bermula dari

sebuah gerakan agama-politik yang didirikan oleh seorang Barbar, Muhammad ibn Tumar (1078-1130 M) dari

suku Masmuda. Ia menyandang gelar al-Mahdi, dan menyatakan diri sebagai nabi yang diutus untuk

memulihkan Islam kepada bentuknya yang asli dan murni. Dia mengajarkan kepada pengikutnya doktrin

tauhid, keesaan Tuhan, dan konsep spiritual tentang Tuhan. Karena itu, para pengikutnya disebut al-

Muwahhidun.

            Ibnu Tumar digantikan oleh sahabat dan panglima perangnya, Abd al-Mu’min ibn Ali (1130-1163 M).

Ia mengakhiri dinasti Murabitun (1147 M), setelah mengepung Maroko selama 11 bulan. Setelah merebut

Maroko, Spanyol, al-Mu’min menguasai Aljazair (1152 M), Tunisia (1160 M), Lybia (1160 M). Ia belum

sempat membangun peradaban, tetapi penerusnya, sekaligus cucunya, Abu Yusuf Ya’qub al-Manshur (1184-

1199 M), membangun kota Seville dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1170 M. Ia membangun menara

Giralda yang dijadikan sebagai pelengkap masjid Seville (sekarang diubah menjadi katedral). Di Maroko, ia

membangun rumah sakit yang oleh sejarawan dianggap sebagai bangunan yang tak ada bandingannya di dunia

saat itu. Dinasti ini berakhir pada masa Khalifah Muhammad al-Nashir (1199-1214 M), putra al-Manshur.

Berakhirnya dinasti disebabkan karena pertikaian internal dan pertikaian antar suku yang ada di Seville.

            Dinasti Muwahhidun diganti oleh dinasti Nashriyah (1232-1492 M) dengan tokohnya Muhammad ibn

Yusuf ibn Nashr atau Ibn al-Ahmar (Banu al-Ahmar). Tidak banyak yang bisa diperbuat oleh dinasti ini,

kecuali pembangunan istana yang megah di Granada, disebut al-Hamra (yang merah), karena campuran

Page 24: SKI Aliyah

plesteran yang merah digunakan dalam konstruksinya. Al-Hamra menjadi salah satu monumen arsitektur

Spanyol yang indah, gaya arab dan dekorasinya yang bagus menjadi saksi kemegahan dunia saat itu.

            Tetapi dinasti Muwahhidun tidak dapat mempertahankan kota-kota lain di Spanyol. Proses penyatuan

Spanyol mulai nampak ketika terjadi perkawinan antara Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castile tahun

1469 M. Dari 21 sultan dinasti Nashriyah (1232-1492 M) tidak dapat berbuat banyak karena dilanda pertikaian

internal keluarga untuk saling berebut kekuasaan. Sementara itu, Ferdinand dan Isabella memerintah pendeta

Kardinal Ximenez de Cisneros untuk mengkampanyekan perpindahan dari agama Islam ke Kristen kepada

semua penduduk, serta pembakaran buku-buku Islam di Granada. Proses pemaksaan pindah agama disertai

pengusiran umat Islam di Spanyol mencapai puncaknya pada masa raja Philip III tahun 1609 M. Diperkirakan

sekitar 3 juta umat Islam diusir, dibuang, dan dihukum mati. Sebuah kejadian sejarah yang sangat memilukan.

           

B. Ilmuan, Filosof dan Ulama Pada Masa Daulah Muwahhidun

            Banyak sumbangan keilmuan pada periode ini. Di bidang bahasa dan sastra ada Ali ibn Hazm (994-

1064 M). Menurut sejarawan Ibn Khallikan, tidak kurang dari empat ratus jilid buku tentang sejarah, teologi,

hadis, logika, puisi, dan beberapa bidang lainnya ditulis oleh Ibn Hazm. Karyanya yang terkenal hingga kini

adalah al-Fashl fi al-Milal wa Ahwa’ al-Nihal (Bab tentang perbedaan aliran, ajaran, dan kelompok), yang

memberinya gelar doctor antropologi agama pertama di dunia. Di bidang pendidikan, terdapat beberapa

universitas di Spanyol, seperti di Kordova, Seville, Malaga, dan Granada. Universitas Kordova memiliki

jurusan astronomi, matematika, kedokteran, teologi, dan hukum. Jumlah mahasiswanya setiap tahun lebih dari

seribu, dan ijasahnya dapat dipergunakan untuk bekerja di pemerintahan dan swasta. Universitas Granada

dibangun oleh Khalifah Nashriyah ke-7, Yusuf Abu al-Hajjaj (1333-1354 M). Kurikulumnya meliputi filsafat,

astronomi, hukum, teologi, kedokteran, kimia, dan lain-lain. Salah satu slogan Universitas ini adalah: “Dunia

hanya terdiri atas 4 unsur: pengetahuan orang bijak, keadilan penguasa, doa orang saleh, dan keberanian

kesatria.” Masing-masing universitas dilengkapi dengan perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap.

Universitas Kordova menduduki peringkat pertama dalam bidang publikasi, pemasaran, dan konsumsi buku.

Maroko merupakan tempat pabrik kertas pertama, kemudian Jativa di Spanyol abad ke-12, Italia tahun abad ke-

Page 25: SKI Aliyah

13, kemudian baru German membuat pabrik kertas mesin abad ke-15. Kata “ream” berasal dari bahasa arab

“rizmah” berarti bundle.

            Ilmuan lain yang tercatat dalam periode ini adalah Abu al-Qasim Said ibn Ahmad al-Andalusi (1029-

1070 M), salah satu karyanya adalah Thabaqat al-Umam (tingkatan bangsa-bangsa). Ia juga dikenal sebagai

ahli sejarah, matematika, dan astronomi. Terdapat juga ilmuan dan sosiolog pertama Abdurrahman ibn Khaldun

(1332-1406 M) dengan karyanya yang monumental Muqaddimah. Untuk pertama kalinya, dalam buku itu, ia

memperkenalkan teori perkembangan sejarah social yang mengemukakan dua hal penting, yaitu fakta-fakta

fisik tentang iklim dan geografi, serta moral dan spiritual, yang mempengarahui perkembangan social. Ia juga

mencoba merumuskan hukum-hukum kemajuan dan kemunduran sebuah bangsa.

            Di bidang filsafat dan tasauf terdapat beberapa nama, yaitu ibn Bajjah (w. 1138 M), ibn Thufayl (w.

1185), ibn Rusyd (w. 1198 M), dan ibn Arabi (w. 1240 M).  Abu Bakr Muhammad ibn Yahya ibn Bajjah

(Avenpace, Avempace) adalah seorang filosof, ilmuwan, dokter, musisi, dan komentator pemikiran Aristoteles,

menulis beberapa karya antara lain Tadbir al-Mutawahhid (De regimine solitarii, rezim yang sendirian). Buku

ini mengulas tentang bagaimana manusia yang lemah bisa mencapai persatuan dengan intelek aktif, dan

mengajarkan bahwa pencapaian kesempurnaan jiwa manusia secara bertahap dengan zat Ilahi merupakan

tujuan filsafat. Sebagian penulis muslim menilai bahwa ibn Bajjah adalah seorang atheis.

Abu Bakar Muhammad ibn Abd al-Malik ibn Thufayl adalah seorang ahli filsafat neo-Platonis yang

belajar ilmu kedokteran di Universitas Granada, menjadi tabib sekaligus penasehat istana Dinasti Muwahhidun

masa Khalifah Abu Ya’qub Yusuf (1163-1184 M). Karyanya yang terkenal adalah Hayy ibn Yaqzhan (Yang

Hidup, Anak Kesadaran), gagasan utamanya adalah bahwa manusia, dengan kapasitas yang dimilikinya, tanpa

bantuan sedikitpun dari luar, mampu mencapai tentang pengetahuan tentang dunia yang lebih tinggi, dan secara

bertahap bisa menemukan ketergantungannya dengan Realitas Puncak.

Filosof terbesar dan sangat berpengaruh di Barat adalah Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn

Rusyd (Averoes). Pada tahun 1169-1171 M menjadi hakim agung di Seville. Karya filsafatnya yang paling

penting adalah  Tahafut al-Tahafut (kacaunya kekacauan) sebagai jawaban dari tulisan al-Ghazali berjudul

Tahafutu al-Falasifah (kekacauan filsafat). Ia juga menulis karya kedokteran berjudul al-Kulliyyat fi al-Tibb

(Generalitas dalam Kedokteran). Dalam karyanya itu, ia mengemukakan bahwa orang yang kena penyakit cacar

tidak mungkin terkena penyakit serupa untuk kedua kalinya.

Page 26: SKI Aliyah

Ahli tasauf pada periode ini adalah Abu Bakr Muhammad ibn Ali Muhyi al-Din ibn Arabi. Ia banyak

menulis buku antara lain Hikmah al-Isyraq (Hikmah Pencerahan), al-Futuhat al-Makkiyah (Penyingkapan

Mekkah), dan Fushus al-Hikam (Kantong-kantong Kebijaksanaan). Ia dikenal sebagai wakil mazhab iluminasi

(isyraqi) dengan teori mistiknya adalah bahwa Tuhan dan dunia jiwa seharusnya ditafsirkan sebagai cahaya,

dan proses pemahaman kita merupakan pencerahan dari atas melalui perantaraan jiwa-jiwa yang memenuhi

ruang. Pengaruh ibn Arabi bukan saja pada dunia Islam, tetapi juga Barat seperti Duns Scotus, Roger Bacon,

dan Raymond Lull.

Di bidang seni dan arsitektur, dinasti-dinasti pada periode ini telah menyebarkan dan mengembangkan

beberapa bidang seni dan arsitektur, seperti kerajinan logam yang meliputi seni dekorasi, pengembangan pola-

pola relief atau ukiran, sendok, garpu, dan sejenisnya. Pusat kerajinan terletak di Toledo, dan Seville. Terdapat

juga industri porselen di Poittier, Toledo dan Kordova yang diperdagangkan sampai ke Belanda. Bidang

kerajinan lain yang menjadi unggulan adalah produksi tekstil dan pakaian mewah seperti sutra dengan pusat

industri di Granada.

Peninggalan arsitektur yang terkenal adalah istana Alcazar di Kordova, Toledo, dan Seville. Alcazar di

Seville adalah satu-satunya yang masih bertahan sampai sekarang. Istana yang paling megah dibangun pada

masa dinasti Nashriyah adalah Al-Hambra di Granada. Sebagian besar dekorasi dan interiornya adalah

kaligrafi. Di tengah-tengah istana terdapat patung 12 singa terbuat dari porselen yang indah dan elok.

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

Page 27: SKI Aliyah

PROSES MASUKNYA IMPERIALISME KE DUNIA ISLAM

 

 

Standar Kompetensi

Menganisis masuknya imperialisme ke dunia Islam, latar belakang dan dampaknya.

Kompetensi Dasar

            Siswa mampu menganalisis masuknya imperialisme ke dunia Islam

 

Indikator Keberhasilan

a. Menjelaskan keadaan dunia Islam saat kedatangan penjajah

b. Menyebutkan motivasi dan tujuan bangsa-bangsa Barat menjajah negara-negara Islam

c. Menyebutkan beberapa wilayah yang dikuasai negara-negara Barat

d. Menjelaskan dampak penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam dalam bidang politik dan ekonomi

e. Menjelaskan dampak penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam dalam bidang ilmu pengetahuan

f. Mengambil ibrah dari imperialisme tersebut

Petunjuk Guru

            Membaca kisah sejarah daulah Umayyah II. Bacaan ini dapat dikembangkan dengan cara menunjuk

salah seorang siswa untuk membacakannya, sementara yang lain mendengarkannya. Atau menginstruksikan

seluruh siswa untuk membacanya selama beberapa menit, kemudian menceritakan kembali hasil bacaannya.

 

 

A. Proses Masuknya Imperialisme ke Dunia Islam

Keadaan Dunia Islam Saat Kedatangan Penjajah

Kondisi umat Islam di dunia sebelum kedatangan penjajah memang sangat menyedihkan karena

mengalami kemunduran. Menjelang abad ke-18, Turki Usmani mulai melemah, sementara kekuatan Eropa

Page 28: SKI Aliyah

semakin meningkat. Dinasti ini telah berumur 500 tahun dan menguasai sebagian besar wilayah Balkan, Turki,

Timur Tengah Arab, Mesir, Afrika Utara, Laut Merah dan Sahara. Lemahnya dinasti Usmani disebabkan

system pemerintahan yang berubah. Di kekuasaan pusat Istanbul, kekuasaan condong bergerak dari keluarga

Sultan kepada oligarki pejabat tinggi sipil di atau sekitar jabatan menteri besar. Mereka menggunakan

jabatannya untuk terlibat dalam bisnis seperti bekerja sama dengan para pedagang dalam bidang bisnis dan

pertanian. Para tentara menjadi pedagang dan pengrajin, sebaliknya pedagang dan pengrajin menuntut menjadi

anggota tentara atau setidaknya punya afiliasi dengan tentara. Akhirnya muncullah kelompok-kelompok lokal

di propinsi yang mampu memegang kendali perpajakan dan menggunakannya untuk membentuk tentara-tentara

lokal. Kelompok ini mendapat pengakuan dari Istanbul sebagai penguasa di beberapa propinsi. Di samping itu,

terdapat kelompok Mamluk dari Balkan yang menempati posisi penting di pemerintahan atau militer lokal.

Di Baghdad, para Mamluk menguasai posisi gubernur. Di Damaskus dan Mosul, mereka mampu

menguasai jabatan gubernur selama beberapa generasi, Di Hijaz, Mekkah, para Syarif yang mengklaim sebagai

keturunan Nabi, memerintah kota suci. Di Yaman, kekuasaan dinasti Usmani tidak ada lagi dan dikuasai oleh

para Imam penganut Syi’ah Zaidiyah. Di Mesir, ada gubernur Turki Usmani, tetapi tidak berkuasa penuh

karena didominasi oleh penguasa militer. Di Maroko, para tentara telah merebut kekuasaan dari gubernur Turki

Usmani yang sah. Di Tripoli dan Tunisia, para tentara mendapat legitimasi dari Turki Usmani untuk

memerintah. Demikianlah kondisi wilayah-wilayah yang masih menjadi territorial Turki Usmani, karena dinasti

Usmani lemah, maka para penguasa local cenderung untuk mengelola wilayahnya masing-masing secara

independen. 

Meskipun telah berjuang untuk mereformasi negara dan masyarakat, namun berlahan-lahan imperium

Usmani kehilangan wilayah kekuasaannya. Beberapa kekuatan Eropa yang terlebih dahulu telah

mengkonsolidasikan militer, ekonomi, dan kemajuan teknologi mereka, sehingga pada abad sembilan belas

bangsa Eropa jauh lebih kuat dibandingkan rezim Usmani. Untuk dapat bertahan, Usmani hanya bergantung

pada keseimbangan kekuatan-kekuatan Eropa. Hingga tahun 1878, kekuatan Rusia, dan Inggris berimbang, dan

hal ini menyelamatkan rezim Usmani dari pencaplokan mereka. Namun antara tahun 1878, dan 1914, sebagian

besar wilayah Balkan menjadi merdeka. Rusia, Inggris, dan Australia-Hungary merebut sejumlah wilayah

Usmani. Kirman dan Rusia Selatan lepas dari Turki tahun 1774, dan menjadi bagian Rusia tahun 1784, serbia

menjadi negara merdeka tahun 1829, Rumania lepas dari Turki tahun 1829 dan merdeka tahun 1878, Yunani

lepas dari Turki tahun 1889 dan merdeka tahun 1829, Qauqas lepas dari Turki tahun 1882 dan menjadi negara

Page 29: SKI Aliyah

bagian Rusia, Bulgaria lepas dari Turki tahun 1878 dan merdeka tahun 1908, Qabrus lepas dari Turki tahun

1878 dan menjadi koloni Inggris, Albania lepas tahun 1913, Macedonia lepas tahun 1913, dan kemudian

wilayahnya dibagi menjadi wilayah Yunani, Serbia, dan Bulgaria, Taraqia lepas dari Turki tahun 1913 dan

kemudian menjadi wilayah Bulgaria dan Yunani, kepulauan di laut Eigia dan pulau Kreta lepas dari Turki

Usmani tahun 1913 dan menjadi wilayah Yunani.

Perang dunia I menyempurnakan proses lepasnya imperium Turki Usmani. Pada bulan Desember 1914,

Turki Usmani melibatkan diri delam perang dunia I, dengan bergabung dengan kubu Jerman, Austria. Dalam

perang itu, tentara sekutu Eropa berhasil mengalahkan Jerman, Austria, dan Usmani. Akibat dari kekalahan

tersebut, beberapa wilayah Usmani lepas, seperti Palestina, Syiria, dan Irak ditundukkan Inggris (1917), Lybia,

dan wilayah barat –daya Anatolia, Mesir sudah terlebih dahulu dikuasai Inggris (1911), Aljazair, Tunisia,

Maroko, Libanon, dan Syiria menjadi wilayah pengaruh Perancis. Yunani menduduki Thrace, Izmir, dan

kepulauan Agean, Armenia menjadi negara merdeka, sedang Kurdistan menjadi propinsi otonom, Istambul dan

sekitarnya jatuh ke dalam pendudukan bersama sekutu.

Demikianlah di penghujung abad sembilan belas, dan awal abad dua puluh, Imperium Turki Usmani,

menjadi manusia yang sakit di Eropa, yang kehilangan kekuasaannya di beberapa kawasan, sampai akhirnya

muncul Musthafa Kemal Atatturk yang mengubah Turki Usmani menjadi Republik Turki tahun 1921. Menurut

Syalaby, beberapa factor yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani adalah perluasan wilayah dan

administrasi yang kurang baik, heterogenitas bangsa, dan agama, para puteri istana dari Eropa, budaya pungli,

dekadensi moral, perang yang berkesinambungan, mengabaikan kesejahteraan umat, gerakan nasionalisme,

bangkitnya negara-negara Eropa.

 

Motivasi dan Tujuan Bangsa-bangsa Barat Menjajah Negara-negara Islam

            Motivasi dan tujuan bangsa-bangsa Barat menjajah negara-negara Islam menurut para ahli sejarah

adalah karena motivasi politik, ekonomi, dan agama. Motivasi politik didasarkan pada fakta bahwa bangsa

Barat masih perlu meneruskan perang salib untuk. Sejalan dengan motivasi tersebut, bangsa Barat sangat

berkepentingan untuk menyebarkan agama Kristen. Di samping itu, sebagian negara-negara Islam sangat subur

sehingga sangat menarik perhatian bagi para imperialisme Barat untuk mengambil keuntungan ekonomi.

Page 30: SKI Aliyah

            Spanyol dan Portugis mempunyai motto dan semboyan yang sangat transparan, yaitu Gold (semangat

mencari keuntungan besar), Glory (semangat mencapai kejayaan di bidang kekuasaan), dan Gospel (semangat

menyebarkan agama Kristen di negara-negara jajahan).

 

Dampak Penjajahan Bangsa Barat atas Dunia Islam Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan

 

            Di kawasan Asia lain, terdapat negara Indonesia dan Malaysia. Sejarawan D. G. E. Hall mengemukakan

bahwa ekspansi Eropa ke negara-negara Islam di Asia Tenggara dipicu oleh motif agama (kelanjutan perang

salib), dan tentunya ekonomi. Pada tahun 1511, Alfonso de Alburquerque dari Portugis berhasil menaklukkan

Malaka, dan beberapa tahun kemudian meluaskan pengaruhnya ke kawasan lain di Nusantara. Namun usaha

portugis nampaknya oleh mulai dibendung oleh Belanda yang mulai tiba di Banten pada bulan Juni 1556.

Selama penduduknnya di Indonesia, hampir seluruh kebijakan pemerintah Belanda sangat merugikan rakyat.

Belanda cebdrung mengekploitasi ekonomi dan tenaga rekyat. Dalam bidang politik, Belanda menerapkan 

politik adu domba, dam berusaha menjauhkan gerakan Pan Islamisme, dengan cara hanya memperbolehkan

acara ritul arutin, tidak disertai gerakan politik bernuansa agama. Dalam bidang pendidikan, belanda sangat

membatasi partisipasi masyarakat luas, dan hanya memperbolehkan mereka yang struktur sosialnya tinggi.

Struktur kelas pada zaman Belanda terdiri dari orang eropa, Cina, Arab, ningra, dan masayarakat cilik atau wog

ciclik. Kebijakan yang tidak bersahabat ini menimbukan gejola dan perlawanan dari rakyat di beberapa daerah,

seperti Maluku Tengah, Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Sulawesi, Klaimantan Selatan,

Sumatera Utara, dan Aceh. Perlawanan terhadap Belanda terus belanjut sampai abad keduapuluh, dimana

terjadi aliansi antara golongan Islam dan Nasionalis, yang mengantarkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal

17 Agustus.

            Mengenai Malaysia, negara ini juga pernah dikuasai beberapa negara barat, yaitu Portugis (1511-1641),

Belanda (1641-1795), dan terakhir Inggris sampai kemerdekaan Malaysia pad atahun 1957, setelah terlebih

dahulu diduduki Jepang selama 4 tahun (1941-1945). Portugis dan Belanda, serta Inggris dinilai sama dan tidak

menginginkan Islam berkembang. Tetapi cara yang diterapkan Inggris lebih halus dan simpatik. Salah satu

dampak dari kebijakan kolonial ini, pada awal kemerdekaannya, Islam tidak diberi peran utama dalam

pemerintah negara. Issu-isu awal yang dikemukakan oleh para politisi Malaysia adalah lebih menekankan

Page 31: SKI Aliyah

pembangunan bngsa. Akibatnya, negara tidak banyak memberi perhatian pada prinsip-prinsip Islam maupun

pada pengembangan infrastruktur dan isntriusi-institusi social- ekonomi Islam, kebijakan ini agak mirip dengan

yang ada di Indonesia.

 

Ibrah Dari Imperialisme

Beberapa hikmah yang dapat diambil dari imperialisme adalah:

1. Persatuan sangat penting artinya untuk memperkokoh sebuah komunitas Muslim di dunia

2. Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikembangkan sehingga umat Islam tidak dengan mudah dapat

dijajah oleh orang Barat

 

Menganalisis Gerakan Pembaharuan Wahabi

Pemikiran Pembaharuan Wahabi erat kaitannya dengan tokoh pembaharuan pada abad ke-14 M Yang

lebih akrab dikenal sebagai ibn Taymiyyah (1263-1328 M). Ia sangat tidak setuju terhadap sufisme, bid’ah dan

khurafat yang banyak dilakukan oleh umat Islam pada masa itu. Ia juga menentang taklid buta, dan mewajibkan

ide terbukanya pintu ijtihad. Ia menafikan berlakunya ijmak secara hakiki selepas zaman sahabat yang

dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam, yang berupa kesepakatan semua mujtahid di kalangan umat

Islam pada masa sesudah Rasulullah s.a.w.; Ibn Taymiyyah mengemukakan bahwa al-Quran dan al-Sunnah (al-

Hadis) sebagai sumber Islam yang utama.

Ibn Taymiyah juga mengkritik pendapat Imam Ghazali dalam hal: memuliakan kuburan para wali dan orang

keramat, meminta kepada Allah dengan perantaraan arwah para wali dan orang keramat yang sudah mati

karena termasuk  dipandangnya sebagai perbuatan syirik, menyekutukan Allah.

Pada abad ke-18 di Tanah Arab muncul seorang ulama yang mengikuti Ibn Taymiyyah bernama

Muhammad ibn Abdi'l-Wahab (1703-1787 M). Ia sangat peduli untuk memberantas perbuatan yang ia nilai

sebagai bid’ah dan khurafat yang banyak dilakukan kaum muslimin di lingkungannya. Gerakan dan paham

Page 32: SKI Aliyah

agama ini disebut Wahabi, sesuai dengan nama penggagasnya Muhammad ibn Abdi'l-Wahab. Dengan bantuan

keluarga Saud penguasa Najed, paham ini tidak hanya sebatas pemikiran, tetapi sudah pada tahap gerakan di

mana segala bentuk bid’ah dan khurafat mereka hancurkan, seperti meratakan kuburan yang dikeramatkan

penduduk, dengan alasan tidak ada pada zaman Nabi. Mereka yakin bahwa perbuatan tersebut termasuk dalam

kategori mensekutukan Allah (syirik) karena itu wajib dibasmi dengan tegas.

Pada mulanya, gerakan Wahabi ini banyak mendapat tantangan dari berbagai kelompok masyarakat

Islam, karena cara yang dipergunakan terlalu keras dan tidak kenal kompromi dengan bid’ah. Pihak penjajah

Barat juga tidak menyukai gerakan ini karena membahayakan bagi kolonialisme jika umat Islam bangkit

nasionalismenya lewat pemikiran pemurnian tauhid.

Tetapi gerakan Wahabi terus melakukan konsolidasi dengan dukungan penuh dari penguasa keluarga

Saud. Bahkan pada perkembangan berikutnya, banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran para tokoh agama

di Negara-negara lain yang masyarakatnya sama perilaku keagamaannya dengan masyarakat di Saudi Arabia.

Di antara gerakan-gerakan yang terpengaruh dengan Wahabi adalah gerakan yang dipimpin al-Sanusi di

Libya pada abad ke-19 yang memperotes terhadap kerajaan Turki Usmani karena dinilai telah menyimpang dari

ajaran Islam yang sebenarnya, gerakan al-Mahdi di Sudan yang memberontak terhadap pemerintahan Turki-

Mesir, yang juga dipandang menyimpang dari ajaran Islam, gerakan Padri di Sumatera Barat yang dipimpin

oleh tiga orang yang baru dating haji yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang. Mereka

mengembangkan dan menyebarkan paham ini di daerah masing-masing. Mereka berjuang membasmi segala

yang bid’ah dan khurafat serta menghapuskan kebiasaan meminum tuak, menghisap madat, menyabung ayam,

berjudi, merokok (ulama Hanbali di Hijaz mengharamkan merokok), dan memotong gigi. Kaum wanita

diwajibkan menutup seluruh bagian tubuh, dan lelaki diharuskan memelihara janggut (mengikut pendapat

ulama Hanbali memelihara janggut bagi lelaki adalah wajib), dan memakai serban. Kaum Padri biasanya

memakai pakaian putih, kerana itu mereka disebut juga "Kaum Putih".

Di Tanah Arab Saudi sendiri paham Wahabi terus berkembang pesat karena memang dijadikan paham

resmi Negara. Tetapi setelah Raja Saudi banyak mengadakan hubungan dengan dunia luar, tindakannya yang

keras menentang bid’ah mulai melunak. Sekarang ini kerajaan Saudi tanpa segan meskipun masih berhati-hati-

menerima pengaruh Barat, yang dulunya sangat ditentang oleh kaum generasi pertamanya.

Page 33: SKI Aliyah

MUHAMMAD ABDUH

           

Abduhisme ialah suatu fahaman dan gerakan pembaharuan di dalam tubuh kaum muslimin. Gerakan ini

mempunyai persamaan dengan fahaman Muhammad bin Abdul Wahab terutama berkenaan dengan

pendapatnya untuk kembali kepada ajaran al-Quran dan al-Sunnah yang murni, meninggalkan bidaah dan

khurafat dan tidak keberatan mempertikaikan ijmak. Mungkin fikiran yang dikemukakan oleh Muhammad bin

Abdul Wahab sedikit sebanyak mendorong aliran ini untuk bergerak cergas menyebarkan fahamannya.

 

Jamaluddin al-Afghani

Syed Jamaluddin al-Afghani (1839-1897 M). Dilahirkan di Kabul, Afghanistan. Ia adalah tokoh yang

berjasa besar dalam mempertahankan Islam dari serangan Barat. Ia adalah tokoh gerakan Pan-Islamisme yang

bertujuan mempersatukan pemerintahan Islam dan membangkitkannya dalam rangka melawan kolonialisma

Barat. Ia juga mengecam umat Islam karena sangat terperosok ke nilai-nilai yang jauh dari ajaran Islam. Karena

itu, ia menekankan kepada umat Islam agar membersihkan dirinya daripada kesesatan dan unsur-unsur luar

Islam yang merusak dan sesat. Umat Islam harus berfikiran maju dan modern yaitu bersatu untuk

mempertahankan kesucian dan kemurnian ajaran Islam. Pemikiran al-Afghani kurang mendapat sambutan

terutama di Irak dan Turki, tetapi paham dan gerakan ini sangat berpengaruh pada gerakan pembaharuan yang

muncul kemudian di Mesir. Al-Afghani juga sangat menentang aliran materialisme kaum Dahriyah (Materialis-

Ateis).

Abduh

Seorang pengikut beliau yang penting di Mesir ialah Syeikh Muhammad Abduh (1849-1905). Beliau

ialah seorang ulama besar lagi moden. Seorang tokoh yang terkenal membasmi bidaah dan khurafat, serta

menentang taklid yang banyak melemahkan umat Islam. Beliau seorang ahli tafsir (mufasir), profesor di

Universiti Al-Azhar. Mula-mula beliau belajar di al-Azhar mengikut cara lama. Setelah al-Afghani datang ke

Mesir, Muhammad Abduh menjadi salah seorang muridnya yang cerdas.

Dewasa itulah Muhammad Abduh menerima aliran baru tentang pelajaran agama, ilmu pengetahuan,

dan politik. Angin segar mulai bertiup di Mesir. Ketika terjadi pemberontakan Arabi di Mesir (1881-1882 M),

Page 34: SKI Aliyah

Muhammad Abduh dituduh turut campur tangan dalam pemberontakan itu. Beliau ditangkap lalu dibuang ke

Beirut. Kemudian, beliau pergi ke Paris. Di sana beliau belajar dengan gurunya, Jamaluddin al-Afghani yang

telah dihalau lebih dahulu dari Mesir. Kemudian Muhammad Abduh kembali ke Beirut. Tidak lama selepas itu

beliau mendapat pengampunan daripada Raja Mesir, lalu beliau pun kembali ke tanah tumpah darahnya.

Dewasa itu kaum muslimin terbahagi kepada dua golongan yang saling bertentangan. Pertama ialah

golongan kolot yang ingin tinggal di dalam lembah kebodohan dan mengikuti tradisi lama turun-temurun, tidak

peduli apakah perkara berkenaan sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Golongan kedua ialah para terpelajar

Barat. Mereka tidak mahu tahu tentang Islam. Bahkan tidak kurang antaranya yang mencela dan mengatakan

bahawa Islam adalah penghalang untuk mencapai kemajuan bagi pemeluknya. Pada saat itulah Muhammad

Abduh membangun golongan baru, yang berfahaman mengetengahi kedua-dua golongan itu. Beliau

menghendaki agar ilmu pengetahuan Barat sesuai dengan perintah Islam-mestilah dipunyai oleh umat Islam,

tetapi dengan berpegang teguh kepada

prinsip-prinsip agama yang sejati. Kemudiannya, Muhammad Abduh dilantik oleh Raja menjadi Hakim,

kemudian menjadi Mufti Mesir, dan menjadi pensyarah di al-Azhar, memberi kuliah di dalam ilmu tafsir. Oleh

kerana fahamannya yang revolusioner di dalam agama dan kadang-kadang bertentangan dengan ijmak, beliau

dipandang murtad oleh beberapa orang ulama. Keadaan ini banyak menghalang Muhammad Abduh dalam

menyebarluaskan pendiriannya.

Dengan memerhatikan tulisan, ceramah, dan kuliahnya, maka program pembaharuannya dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Membersihkan Islam daripada unsur-unsur yang salah, bukan Islam dan bidaah.

2. Pembaharuan pendidikan yang lebih tinggi dan tidak perlu malu mengambil pengetahuan Barat asal saja

tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang hakiki, untuk maslahat kaum muslimin.

3. Merumuskan ajaran Islam menurut cara berfikir moden, sebab Islam itu sesungguhnya ialah agama

yang sesuai dengan segala zaman dan tempat.

4. Pembelaan agama Islam terhadap pengaruh Barat dan serangan daripada pihak umat Kristian.

Paham dan pemikiran Abduh dikenal oleh para mahasiswa di Mesir dan dibawa ke Negara asal para

pelajar tersebut. Pemikiran pembaharuannya juga disebarkan melalui majalah al-Manar (Mercu Suara) yang

Page 35: SKI Aliyah

diterbitkan oleh para pengikutnya ke penjuru dunia Islam. Pemikiran Abduh dilanjutkan para penerusnya yaitu

Rasyid Ridla, dengan cara menerbitkan majalah al-Manar al-Qahirah. Majalah ini memuat semua pemikiran

Abduh tentang berbagai masalah yang dihadapi umat Islam saat itu. Pada perkembangan berikutnya, pemikiran

pembaharuan Abduh sangat terkenal luas di kalangan pemikir dunia Islam.

Berbeda dengan paham dan gerakan Wahabi yang anti Barat, gerakan pembaharuan Abduh dalam

menjalankan cita-citanya tidak selalu berkonfrontasi dengan Barat. Bahkan Abduh menganjurkan umat Islam

agar mengambil pengetahuan dan teknologi Barat selama bermanfaat bagi umat Islam. Bagi Abduh, umat Islam

tidak akan dapat bersaing dengan Barat tanpa peralatan teknologi canggih yang dipergunakan Barat. Umat

Islam pada masa kejayaannya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi sekarang hal itu dimiliki

Barat.

Harun Nasution menilai bahwa Abduh tidak hanya mengajak umat Islam untuk kembali kepada ajaran yang

murni seperti paham Wahabi, tetapi karena zaman sudah berubah maka ajaran yang asli itu perlu disesuaikan

dengan zaman modern. Menurut Ibn Taymiyah, ajaran Islam terbagi menjadi dua kategori, yaitu ibadat dan

muamalat ditekankan pula oleh Abduh. Ajaran Islam yang ada dalam al-Quran dan al-Sunnah tentang ibadat

sangat jelas dan terperinci. Sebaliknya ajaran tentang hidup kemasyarakatan hanya ada secara umum dan tidak

terperinci serta hanya sedikit jumlahnya. Karena itu menurut Abduh dapat disesuaikan dengan zaman dengan

cara melakukan interpretasi, dan hal itu dapat dilakukan jika dibuka pintu ijtihad. Namun demikian, tidak setiap

orang dapat melakukan ijtihad, hanya orang yang memenuhi syarat saja yang boleh melakukan, yang tidak

memenuhi syarat tentu tidak boleh. Ijtihad harus langsung bersumber pada al-Quran dan al-Hadis. Adapun

berkaitan dengan masalah ibadat (hubungan antara hamba dengan Allah), Abduh tidak menghendaki adanya

perubahan menurut zaman. Oleh sebab itu, menurutnya ibadat tidak termasuk masalah yang bias dilakukan

ijtihad.

Di dalam bidang akidah, Abduh berpendapat bahwa manusia mewujudkan

perbuatannya dengan kemahuan dan usahanya sendiri tanpa melupakan bahwa di

atasnya masih ada Penguasa yang lebih tinggi. Ia sependapat dengan orang yang mengemukakan bahwa

kemunduran umat Islam karena mereka menganut paham Jabariyah, yang menilai manusia sebagai mahluk

terpaksa. Bagi Abduh, kepercayaan qada dan qadar telah diselewengkan umat Islam, karena sebenarnya paham

Page 36: SKI Aliyah

itu mengandung unsur dinamis yang membawa umat Islam pada zaman permulaan sampai ke Sepanyol dan

mampu melahirkan peradaban Islam yang maju.

Pemikiran dan gerakan Abduh tidak banyak berkonfrontasi dengan kultur dan peradaban Barat. Ia

membedakan antara unsur peradaban Barat yang bermanfaat dan merusak bagi umat Islam. Peradaban yang

bermanfaat dan tidak bertentangan dengan Islam seharusnya diambil, sebaliknya yang tidak berguna dan

bertentangan dengan Islam harus ditolak secara tegas. Atas dasar pemikirannya yang moderat, penjajah tidak

memusuhi gerakan pembaharuan Abduh. Walau demikian, kaum tradisional tetap memusuhi gerakan

pembaharuan ini.

Di Indonesia, paham pembaharuan Abduh sangat berpengaruh terhadap berdirinya Muhammadiyah (18

Desember 1912) oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta, "Persatuan Islam" (PERSIS) di Bandung

(sekarang di Bangil), al-Irsyad (1914) di Jakarta.

 

 

Menganalisis Gerakan Anti Imprealisme Jamaluddin al-Afghani

Jamaluddin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di Istambul di tahun 1897.

Ketika baru berusia duapuluh dua tahun ia telah menjadi pembantu bagi Pangeran Dost Muhammad Khan di

Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan.Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh

Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri.

Di Paris al-Afgani mendirikan perkumpulan Al-‘Urwah Al-Wusqa.Anggotanya terdiri atas orang-orang

Islam dari India,Mesir,Suria,Afrika Utara, dan lain-lain.Di antara tujuan yang hendak dicapai ialah memperkuat

rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Majallah Al-‘Urwah Al-

Wusqa,yang diterbitkan perkumpulan ini cukup terkenal,juga di Indonesia,tetapi tidak berumur

panjang.Penerbitannya terpaksa dihentikan karena dunia Barat melarang pemasukannya ke negara-negara Islam

yang berada di bawah kekuasaan mereka.

Pemikiran pembaharuannya berdasar atas keyakinan bahwa Islam adalah yang sesuai untuk semua

bangsa,semua zaman dan semua keadaan.Kalau kelihatan ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan

kondisi yang dibawa perubahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan

Page 37: SKI Aliyah

mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seperti yang tercantum dalam Al Quran dan Hadis.

Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad dan pintu ijtihad baginya terbuka.

Kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam,sebagaimana dianggap,tidak sesuai dengan perubahan

zaman dan kondisi baru.Umat Islam mundur,karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya

dan mengikuti ajaran-ajaran  yang datang luar lagi asing bagi Islam.Ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya hanya

tinggal dalam ucapan dan di atas kertas. Sebagian dari ajaran-ajaran asing itu dibawa orang-orang yang pura-

pura bersikap suci,sebagian lain oleh orang-orang yang mempunyai keyakinan-keyakinan yang menyesatkan

dan sebagian lain lagi oleh hadis-hadis buatan. Faham kada dan kadar umpamanya, demikian al-Afgani, telah

dirusak dan dirubah menjadi fatalisme, yang membawa umat Islam kepada keadaan statis. Kada dan Kadar

sebenarnya mengandung arti bahwa segala sesuatu terjadi menurut ketentuan sebab-musabab.Kemauan

manusia merupakan salah satu dari mata rantai sebab musabab itu. Di masa yang silam keyakinan pada kada

dan kadar serupa ini memupuk keberanian dan kesabaran dalam jiwa umat Islam untuk menghadapi segala

macam bahaya dan kesukaran. Karena percaya pada kada dan kadar inilah maka Islam di masa yang silam

bersifat dinamis dan dapat menimbulkan peradaban yang tinggi.

Suatu sebab lain lagi ialah salah pengertian tentang maksud hadis yang mengatakan bahwa umat Islam

akan mengalami kemunduran di akhir zaman. Salah pengertian ini membuat umat Islam tidak berusaha

merubah nasib mereka.

Lemahnya rasa persaudaraan Islam juga merupakan  bagi kemunduran umat Islam.Tali persaudaraan Islamtelah

terputus,bukan dikalangan awam saja, tetapi juga dikalangan alim ulama.Ulama Turki tidak kenal lagi pada

ulama Hejaz,demikian pula ulama India tidak mempunyai hubungan dengan ulama Afganistan.

Jalan untuk memperbaiki keadaan umat Islam,menurut al-Afgani,ialah melenyapkan pengertian-

pengertian salah yang dianut umat pada umumnya, dan kembali kepada ajaran-ajaran dasar Islam yang

sebenarnya.Hati mesti disucikan,budi-pekerti luhur dihidupkan kembali, dan demikian pula kesediaan

berkorban untuk kepentingan umat. Dengan berpedoman pada ajaran-ajaran dasar, umat Islam akan dapat

bergerak maju mencapai kemajuan.

Page 38: SKI Aliyah

Di atas segala-galanya persatuan umat Islam mesti diwujudkan kembali.Dengan bersatu dan mengadakan kerja-

sama yang eratlah umat Islam akan dapat kembali memperoleh kemajuan.Persatuan dan kerja-sama merupakan

sendi yang amat penting dalam Islam.

Semasa hidupnya al-Afgani memang berusaha untuk mewujudkan persatuan itu.Yang terkandung dalam

ide pan-Islam ialah persatuan seluruh umat Islam.Tetapi usahanya tidak berhasil. Bagaimanapun ide-idenya

banyak mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh tentang pembaharuan dalam Islam.Dan Abduh, sebagai

gurunya juga, mempunyai pengaruh besar di dunia Islam

 

 

Menganalisis Gerakan Pembaharuan Muhammad Abduh

Ia lahir tahun 1848 di Mesir. Bapak Abduh bernama Abduh Hasan Khairullah, berasal dari Turki yang menetap

di Mesir, ibunya menurut silsilah sampai pada Umar ibn Khattab.

Semenjak kecil, Abduh belajar membaca al-Qur’an, dan hafal al-Qur’an dalam waktu relatif cepat dua tahun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 39: SKI Aliyah

 

 

 

 

 

Menganalisis Gerakan Pembaharuan Muhammad Rasyid Ridla

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menganalisis Pemikiran Kamal Attatruk di Turki

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 40: SKI Aliyah

 

 

 

 

Menganalisis Pemikiran Muhammad Iqbal

 

Saat dunia Islam semakin terpuruk dalam jurang mistisisme dan konservatisme yang anti perubahan,

lahirlah seorang filosof-penyair: Sir Muhammad Iqbal. Kemunculan Iqbal telah membawa angin segar bagi

pembaharuan pemikiran Islam. Ia berhasil merajut khazanah pemikiran Barat dan Islam guna menyegarkan

kembali dunia pemikiran Islam. Iqbal tidak berapologi di hadapan pemikiran Barat, namun tidak juga

melepaskan baju keislamannya. Karya besarnya The Reconstruction of Religious Thought in Islam menjadi

inspirasi bagi sebagian besar generasi muda Islam yang mendambakan pemikiran Islam yang lebih inklusif,

terbuka, dan pluralis. Sikap pluralis Iqbal juga bisa disimak dalam syair-syairnya seputar persahabatan Hindu-

Muslim seperti Tarana-I-Hindi (Nyanyian dari India), Hindustani Bachon Ka Qawmi Git (Musik Nasional

Anak-Anak India), dan Naya Shiwala (Kuil Baru).

Iqbal umpamanya mengembangkan konsep ijma‘ dengan berbagai kemungkinan baru yang selaras

dengan kondisi modern. Ia mengungkapkan gagasannya tentang  ijma‘ sebagai transfer kekuasaan ijtihad dari

individu yang mewakili mazhab-mazhab yang terorganisasi ke dalam bentuk “institusi legislatif permanen”

atau majelis perwakilan rakyat. Dengan mentransfer ijtihad kepada lembaga legislatif, yang bisa saja

beranggotakan Muslim awam atau bahkan non Muslim, Iqbal tentu saja tidak memberikan kualifikasi apapun

untuk pelaksanaan ijtihad, kecuali memiliki wawasan yang tajam dalam masalah hukum. Tetapi, untuk

menghindari kemungkinan terjadinya salah tafsir terhadap sumber-sumber Islam, Iqbal menyetujui masuknya

ulama ke dalam majelis untuk membantu dan memimpin perbincangan-perbincangan bebas  tentang masalah

yang bertalian dengan Islam.

 

Menjelaskan Proses Masuknya Islam ke Indonesia

 

 

 

Page 41: SKI Aliyah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengenal Kerajaan-kerajaan Islam Awal di Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengenal Ulama-ulamaAwal Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 42: SKI Aliyah

 

 

 

 

Mengidentifikasi Peranan Wali Songo dalam Islamisasi di Indonesia

 

Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan

Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.

Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan.

Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan

guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri

adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan

Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan

Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan

lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai Utara Jawa dari

awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa

Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang

menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai

dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri,

peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan

hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator

karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati

kaum jelata. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk

digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di

Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam

mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta

dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-

masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik

Page 43: SKI Aliyah

Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para

kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan

menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha .

 

Maulana Malik Ibrahim (Wafat 1419)

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia

Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti

pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim

kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara

dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim

dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di

Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi

Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak

tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal

dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di

negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa

versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni

desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah

daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer Utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika

itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga

murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara

gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar

kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru

bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi

pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan

perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M

Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Page 44: SKI Aliyah

 

Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa

kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri,

diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah

yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan

Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum

ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah

Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang

dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai

beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut

membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra

dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Di Ampel Denta yang

berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren.

Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya.

Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di

wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para

santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.  Sunan Ampel

menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang

menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main,

moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman

keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina."  Sunan Ampel diperkirakan wafat pada

tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

 

 

Page 45: SKI Aliyah

 

Sunan Bonang

Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden

Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri

seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup

dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, 

yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian

menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu

ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia

kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima

tertinggi.

Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-

daerah yang sangat sulit.  Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau

Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat

Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.  Tak seperti Sunan Giri yang

lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf

ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal

Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.Ajaran Sunan

Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut

Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al

yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat.

Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. 

Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah

"Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya

banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh

Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang

saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa

seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang

Page 46: SKI Aliyah

mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu

karya Sunan Bonang.  Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius

penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah

perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah

(peneguhan).

 

 

 

Sunan Kalijaga

Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450

Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit,

Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah

Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau

Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi enyangkut asal-usul nama Kalijaga yang

disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.

Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati.

Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau

"jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk

statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan.  Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari

100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan

Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal

kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan

Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu

dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor

sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya

Page 47: SKI Aliyah

cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan

kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa

masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti

sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan

lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni

ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan

sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa

Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah

tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya

adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan

Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak

 

Sunan Gunung Jati

Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia

pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir,

dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii). Semua itu hanya

mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif

Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja

Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar

Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14

tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro

Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai

Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan.

Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari

pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur

Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang

menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan

Page 48: SKI Aliyah

ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten

tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.  Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati

mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran

Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia

dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah

barat.

 

 

Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang),

anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang

berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus

banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti

Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat

toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang

kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya. 

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu

dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu

yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu

waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja

menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang

mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang

surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih

menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut

disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan

yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan

Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.

Page 49: SKI Aliyah

Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat

Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

 

Sunan Muria

Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan

Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama uria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng

Gunung Muria, 18 kilometer ke Utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan

Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh

dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan

keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.  Sunan Muria

seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia

dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi

pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara,

Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan

Kinanti .

 

Menjelaskan Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

KH Ahmad Dahlan - Persyarikatan Muhammadiyah

Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seorang bayi yang bernama Muhammad Darwisy (ada literatur yang

menulis nama Darwisy saja), Kampung Kauman di sebelah barat alun-alun utara Yogyakarta tetaplah tidak

memiliki keistimewaan lain, selain sebagai sebuah pemukiman di sekitar Masjid Besar Yogyakarta. Sejarah

telah mencatat lain. Kampung Kauman menjadi sebuah nama besar sebagai kampung kelahiran seorang

Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indonesia, Kiai Haji Ahmad Dahlan, dan lahirnya Persyarikatan

Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah yang bertepatan dengan 18 November 1912.

Muhammad Darwisy dilahirkan dari kedua orang tuanya, yaitu KH. Abu Bakar (seorang ulama dan Khatib

terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar (puteri dari H. Ibrahim yang menjabat

Page 50: SKI Aliyah

sebagai penghulu kesultanan juga). Ia merupakan anak ke-empat dari tujuh orang bersaudara yang

keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang

kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo,

yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan

Safwan, 1991). Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin KH.

Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang

Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad

Fadlul'llah (Prapen) bin Maulana 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam,

1968: 6).

Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang mengajarinya pengetahuan agama

dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut

ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-

pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn

Taimiyah. Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwisy. Jiwa dan

pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian hari menampilkan corak

keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman

keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi

ini dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat

Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan

purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits.

Pada usia 20 tahun (1888), ia kembali ke kampungnya, dan berganti nama Ahmad Dahlan. Sepulangnya dari

Makkah ini, iapun diangkat menjadi khatib amin di lingkungan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1902-1904,

ia menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya yang dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada

beberapa guru di Makkah. Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak

Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan

pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak

yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991).

Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah

menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari

Page 51: SKI Aliyah

perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau

pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).

Sebagai seorang yang sangat hati-hati dalam kehidupan sehari-harinya, ada sebuah nasehat yang ditulisnya

dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri, yaitu : "Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan

peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu

melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau

bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian,

pengadilan,

hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan

tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi

Hadikusumo).

Dari pesan itu tersirat sebuah semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan untuk mencapai kehidupan

akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir bahwa setiap orang harus mencari bekal untuk kehidupan akhirat itu

dengan memperbanyak ibadah, amal saleh, menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin ummat ke

jalan yang benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah Allah. Dengan

demikian, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhirat yang baik harus mempunyai kesadaran kolektif,

artinya bahwa upaya-upaya tersebut harus diserukan (dakwah) kepada seluruh ummat manusia melalui upaya-

upaya yang sistematis dan kolektif. Kesadaran seperti itulah yang menyebabkan Dahlan sangat merasakan

kemunduran ummat islam di tanah air. Hal ini merisaukan hatinya. Ia merasa bertanggung jawab untuk

membangunkan, menggerakkan dan memajukan mereka. Dahlan sadar bahwa kewajiban itu tidak mungkin

dilaksanakan seorang diri, tetapi harus dilaksanakan oleh beberapa orang yang diatur secara seksama.

Kerjasama antara beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi. Untuk membangun upaya dakwah (seruan

kepada ummat manusia) tersebut, maka Dahlan gigih membina angkatan muda untuk turut bersama-sama

melaksanakan upaya dakwah tersebut, dan juga untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya

membangun dan memajukan bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan

ketertinggalan ummat Islam di Indonesia. Strategi yang dipilihnya untuk mempercepat dan memperluas

gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon

Page 52: SKI Aliyah

pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis Yogyakarta,

karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untuk mengajarkan agama Islam di kedua sekolah tersebut.

Dengan mendidik para calon pamongpraja tersebut diharapkan akan dengan segera memperluas gagasannya

tersebut, karena mereka akan menjadi orang yang mempunyai pengaruh luas di tengah masyarakat. Demikian

juga dengan mendidik para calon guru yang diharapkan akan segera mempercepat proses transformasi ide

tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, karena mereka akan mempunyai murid yang banyak. Oleh karena

itu, Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekschool

Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah). Dahlan mengajarkan agama

Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya. Di samping aktif dalam menggulirkan

gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang

mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Ia dikenal sebagai salah seorang keturunan bangsawan yang

menduduki jabatan sebagai Khatib Masjid Besar Yogyakarta yang mempunyai penghasilan yang cukup tinggi.

Di samping itu, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik

yang saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan

juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat

mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng

Nabi Muhammad saw.

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita

pembaharuan Islam di bumi nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara

berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak ummat Islam Indonesia untuk kembali

hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember

1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat

sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga

maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Ia

dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kiai palsu,

karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula

Page 53: SKI Aliyah

orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan

hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua

rintangan tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda

untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan

Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini

hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan

perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi

di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang

Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk

mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan mensiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di

luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-

Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh

Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta

sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan

kepentingan Islam.

Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang di

antaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya

Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kan,u wal-Fajri,

Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33).

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke

berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata

mendapatkan sambutan  yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai

daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah

makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan

mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang

Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada

tanggal 2 September 1921.

Page 54: SKI Aliyah

Dalam bulan Oktober 1922, Ahmad Dahlan memimpin delegasi Muhammadiyah dalam kongres Al-Islam di

Cirebon. Kongres ini diselenggarakan oleh Sarikat Islam (SI) guna mencari aksi baru untuk konsolidasi

persatuan ummat Islam. Dalam kongres tersebut, Muhammadiyah dan Al-Irsyad (perkumpulan golongan Arab

yang berhaluan maju di bawah pimpinan Syeikh Ahmad Syurkati) terlibat perdebatan yang tajam dengan kaum

Islam ortodoks dari Surabaya dan Kudus. Muhammadiyah dipersalahkan menyerang aliran yang telah mapan

(tradisionalis-konservatif) dan dianggap membangun mazhab baru di luar mazhab empat yang telah ada dan

mapan. Muhammadiyah juga dituduh hendak mengadakan tafsir Qur'an baru, yang menurut kaum ortodoks-

tradisional merupakan perbuatan terlarang. Menanggapi serangan tersebut, Ahmad Dahlan menjawabnya

dengan perkataan, "Muhammadiyah berusaha bercita-cita mengangkat agama Islam dari keadaan

terbekelakang. Banyak penganut Islam yang menjunjung tinggi tafsir para ulama dari pada Qur'an dan Hadits.

Umat Islam harus kembali kepada Qur'an dan Hadits. Harus mempelajari langsung dari sumbernya, dan tidak

hanya melalui

kitab-kitab tafsir". Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah

Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan

pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah

Muhammadiyah, telah diselenggarakan duabelas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu

dipakai istilah Algemeene Vergadering (persidangan

 umum).

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan

pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat

Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut :

1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai

bangsa terjajah dan yang masih harus belajar dan berbuat.

2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya; telah banyak memberikan ajaran Islam yang

murni kepada bangsanya, ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat

dan ummat, dengan dasar iman dan Islam.

3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat

diperlukan, bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.

Page 55: SKI Aliyah

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan

wanita, Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.