Sketsaunmul

7
12 NOVEMBER 2013 HARGA Rp 5.000,00 Edisi INFO IKLAN : 081259000853

description

MAJALAH BULANAN UKM JURNALISTIK

Transcript of Sketsaunmul

Page 1: Sketsaunmul

12NOVEMBER 2013

HARGA Rp 5.000,00

Edisi

INFO IKLAN : 081259000853

SKETSA

Page 2: Sketsaunmul

Katanya sih aksi simpati, demon-strasi atau sisisisi yang lainnya, tapi bu-kannya ngurus diri dulu lebih afdol yah? Betul, gak? Payah lebih demen nongkrong rapat hampir se-jaman. PR, tugas pre-sentasi, laporan kok gak juga ditengokin ? Asyik juga kan jadi mahasiswa doyan bersih-bersih, ketimbang si dia yang mot-ornya selalu berdebu. Pulang selalu malam, pergi pagi. Katanya full agenda, nah loh, kuliah kan cuma sampai siang ?Mahasiswa itu cuma beda di kata “maha” nya aja. Peduli amat harus ngeladenin banyak aktivitas organisasi yang makan waktu seharian. Gak ikut organisasi dibilang egois, di cap ga mau peduli terhadap ke-adaan kampus. mang kepedulian harus ditunjukkan dengan cara itu doang? Bet-ul, gak? Tapi kalau hidup cuma untuk ng-enyangin perut sendiri, apa gunanya bagi sekitar? Bukannya hidup bertetangga itu aplikasi dari bentuk kepedulian ? kan ka-lau meduliin diri sendiri pasti nggak ada habisnya, makanya gak salah dong tun-jukkan kepedulian pada yang lain. Toh selama sebelum kuliah, fokus ngurus diri sendiri aja kagak pernah beres. Kalau nunggu beresnya, kapan ada waktu buat say hello untuk sodara kita yang membu-

“ Payah lebih demen nongkrong rapat hampir se-jaman. PR, tugas presentasi, laporan kok gak juga ditengokin ? “

Semangat Berbagi dan Menginspirasi ! SKETSA kembali hadir un-tuk menuntaskan kebutuhan bacaan yang edukatif, dinamis dan berkuali-tas. Seusai liburan panjang, hadirnya SKETSA kembali berusaha membu-dayakan kegiatan membaca di kalan-gan civitas akademika Unmul. Semo-ga terbitnya SKETSA edisi pertama di kepengurusan kami ini menjadi sebuah hal yang amat ditunggu dan selalu menginspirasi banyak pihak. Salam kenal dari kami ke-pada teman-teman mahasiswa baru Unmul yang tengah berusaha men-gukir jejak mimpinya dari kampus ini. Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan beserta saran dan kritik dari pembaca.

Realitanya, selalu terhatur banyak harapan bagi seorang pemuda. Keadaan pemuda hari ini adalah

gambaran masa datang. Sebuah ungka-pan yang sering kita dengar. Tetapi, tak pernah berimbas pada peningkatan kes-adaran diri. Katanya, kini kita yang men-genakan almamater universitas adalah pemuda potensial idaman bangsa. Inginnya sih berprestasi saat kuliah hingga mendapatkan pekerjaan yang layak. Harapannya sih bisa hidup berke-cukupan dan menjalani kuliah yang tak banyak kendala. Impiannnya, selepas menunaikan S1, bisa melanjutkan hing-ga mendapat gelar professor. Gak muluk, bukan? Jika dipikir, semua berhak punya im-pian yang demikian. Cukup lulus kuliah tepat waktu, membuatnya merasa cu-kup berguna. Ini namanya terhormat. Betul, gak? Atau nyambi ngajar les privat dan manfaatkan dengan kegiatan yang mengenyangkan di perpustakaan. Ini na-manya cerdas. Betul, gak? Pemuda itu katanya cukup nik-mati potensinya buat diri sendiri. Bu-kannya berat ya kalau harus stay tune di channel berita? Noh, gossip kan lebih sesuai frekuensinya ke otak. Pemuda pintar itu cukup jaga kesehatan dan diri daripada dijemur di terik matahari, neriak-neriak yang ngga jelas.

ra Pers mulai ada di Indonesia sejak dibentuknya kantor berita ANTARA pada tanggal 13 Desember 1937 yang didiri-kan oleh para pemuda In-

donesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia hingga ter-jadilah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Jika menengok sejarah pers dimasa lalu, pers pada zaman orde baru masih belum memiliki kebe-basan seperti sekarang. Bisa dibi-lang, kemerdekaan pers baru bisa diraih saat era reformasi berhasil melengserkan rezim orde baru pada tahun 1998. Dalam UU pers no. 40 tahun 1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalis-tik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lain-nya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. (Wikipe-dia Bahasa Indonesia) Indonesia adalah negara de-mokrasi, dimana masyarakat bebas berpendapat dan menyampaikan aspirasinya, mengetahui segala hal mengenai informasi-informasi sep-utar pemerintahan dan negaranya juga menjadi hak publik dan hak asasi manusia. disinilah peran pers sebagai media penyalur yang me-nyampaikan opini publik secara ter-buka.

Lalu, bagaimana peran pers bagi mahasiswa? Mahasiswa sebagai agen perubahan dan pengendali birokrasi sosial dan pengendali birokrasi sosial tentumemerlukan sumber informasi untuk mengetahui segala hal mengenai kebi-jakan-kebijakan yang dibuat dan dike-luarkan oleh pemerintah dan pejabat kampus. Banyaknya permasalahan-per-masalahan dikampus ini, tidak lepas dari perhatian mahasiswa. Untuk itu-lah, demi menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap masyarakat, tak jarang mahasiswa menggelar aksi untuk menyampaikan pemikiran mereka. Tak jarang pula, karena merasa tidak adanya respon dari pihak birokrat, mahasiswa aktivis pun mulai merasa gerah dan menimbulkan aksi anarkis. Kenapa hal ini terjadi? karena tidak adanya media yang bisa menampung aspirasi mereka. Lagi-lagi, peran pers adalah seb-agai tali penyalur dari kedua belah pihak untuk mencapai saling pengertian dan terciptanya transparansi pemerintahan. dengan adanya pers, mahasiswa bisa mendapatkan informasi yang dibutuh-kan. Selain itu, media kampus juga bisa membantu menyampaikan “uneg-uneg” mahasiswa yang merasa keberatan atau memiliki keluhan tentang apapun yang dirasa tidak lagi sejalan dengan keadaan sosial masyarakat. Sedikit melirik dengan keadaan kam-pus kita yang juga tidak lepas dari isu yang beredar tanpa kebe naran, kurang-nya sosialisasi tentang kebiapapun yang terjadi dikampus ini jakan baru yang dibuat seringkali mendulang protes -

keras dari mahasiswa yang ditunjuk-kan dengan aksi demokrasi. Sikap apatis mahasiswa, karena ketidaktahuan mereka ten-tang juga karena kurangnya penye-baran informasi. penyebabnya tidak lain adalah media penyalur infor-masi antar civitas akademik masih minim. Sejatinya, tugas pers maha-siswa adalah menjadi kontrol sosial dan pengamat kebijakan birokrat kampus. Jika ada isu yang berkembang di kampus, pers mahasiswa harus-lah menjadi yang pertama tahu dan mengnalisa kebenaran dari berita tersebut dan kemudian diberitakan kepada mahasiswa. dan tanggapan-tanggapan atas pemberitaan juga harusnya bisa disampaikan melalui media kampus. Sebagai mahasiswa yang menginginkan perubahan ke-arah yang lebih baik, kepekaan juga harus ditumbuhkan pada diri maha-siswa. Tidak hanya sebagai pers, ma-hasiswa yang ingin menyampaikan aspirasinya juga bisa memanfaatkan media kampus untuk menyampai-kannya. Aksi demokrasi saat ini dira-sa kurang efektif untuk menjadi per-hatian para pejabat kampus. tetapi banyak tulisan dan menyampaikan opini secara kontinyu dapat mem-berikan perubahan yang berarti. Jadi jangan ragu untuk men-uangkan aspirasimu di negara yang membebaskan untuk bersuara, dan menorehkan dengan pena untuk membuat suatu perubahan yang menjadi lebih baik

Peran Pers bagi Mahasiswa !

ak sedikit yang mengetahuin-ya, seni Teater mereka sudah bergeming di tingkat kampus

bahkan nasional. Mereka inilah para mahasiswa Unmul yang memiliki jiwa-jiwa totalitas dalam berkarya, sekali lagi tentunya dalam dunia teater. Inilah yang membawa mereka banyak mengukir prestasi dibidang-nya.Tersebutlah, UKM Teater Yupa yang telah lahir pada tanggal 21 mei 1991. Alasan dipakainya nama ‘Yupa’ pada teater ini karena kata tersebut berasal dari nama salah satu anak sungai di Hulu Mahakam, yang merupakan identitas dari Kalimantan Timur. Selain itu diambil dari sebuah prasasti kerajaan tertua di Indonesia yaitu kerajaan Kutai, yang akhirnya menguak sejarah kerajaan Kutai. Oleh sebab itu pelopor dan pendiri teater Yupa menginginkan Teater Yupa dapat menjadi teater kampus yang dibanggakan dan dapat memperkenalkan Universitas Mu-lawarman tidak hanya terdengar di Kalimantan Timur saja. Tetapi dapat didengar, dilihat & dirasakan oleh para penikmat seni di nasional mau-pun Internasional.

Saat ini teater Yupa telah menginjak usia ke-22 karya–karya yang telah di hasilkan oleh teater Yupa selama beberapa tahun tera-khir adalah Orde Mimpi, Pentas Tahunan 19 Samarin-da, Maret 2012 ,Kasir Kita, Peksimi-nas XI Mataram, Juli 2012 , Kasir Kita, Temu Teman X Purwokerto, Juli 2012, RT 0 RW 0, Makrab D18, No-vember 2012, Poligami Makrab D19, November 2013, Serpihan Yupa Etnika oktober 2013 dan Revolusi Tinja. Sebagaimana yang telah disebut kan diatas, UKM ini telah menyabet berbagai macam prestasi ditingkat nasional. Berikut daftarnya selama lima tahun terakhir yaitu : Penyaji Terbaik 1, Aktris Terbaik (Oktober 2009), Sutradara Terbaik Penata Bunyi Terbaik, Penata Lam-pu Terbaik, Festival Monolog Maha-siswa Nasional (STIGMA) Makassar. Juara 1 Lomba Monolog Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMI-NAS) X Pontianak (Juli, 2010), Juara 2 PEKSIMINAS XI Mataram (Juli, 2012), dan Harapan I Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) VI Surabaya.

Saat ini teater Yupa tengah mempersiapkan diri untuk mengi-kuti STIGMA III yang akan diseleng-garakan di Bandung. “Harapan ya teater Yupa bisa juara 1”, ungkap Ar-man Dahlan SANG sutradara “Rev-olusi Tinja” yang akan ditampilkan pada STIGMA III di Universitas Pad-jajaran. Ketika ditanya bagaimana teater Yupa mampu menghasilkan begitu banyak prestasi dan karya ? Bagi Arman, seorang kreator itu tak kan pernah berhenti berkarya walau raganya sudah terpisah den-gan ruhnya (Rakhmad Syarif, red). Sedangkan untuk membangkitkan setiap kreativitas biasanya Teater Yupa mengadakan yang namanya Latihan Rutin (LARUT) dibidang seni seperti penyutradaraan, menu-lis naskah, setting, lighting dll. Yang berkesan dari teater Yupa adalah slogan mereka, “Setia Sampai Akhir Dalam Keyakinan” Singkat namun penuh makna.(Dhl)

E

“Jadi jangan ragu untuk menuangkan aspirasimu di negara yang membebaskan untuk bersuara, dan menorehkan dengan pena untuk membuat suatu perubahan yang menjadi lebih baik.”

Oleh : Meldina ArianiKetua Divisi Penelitian dan Pengembangan UKM Jurnalistik Unmul 2013/2014

22MAJALAH SKETSA XII 21MAJALAH SKETSA XII

YUPA, HINGGA AKHIR KEYAKINAN

TPementasan Teater Yupa di Yogyakarta

Semoga upaya kami dalam merintis SKETSA ini membuahkan banyak hal positif dan membangun terutama dalam mengharumkan nama almamater kebanggaan kita. Diantara dua bulan yang memiliki arti mendalam atas per-juangan para leluhur bangsa ini, Ok-tober dan November semoga dapat menginspirasi kita sebagai generasi penerus yang mereka harapkan.

Ayo warnai kampus dengan penamu !

Hidup Pers mahasiswa !

02MAJALAH SKETSA XII

tuhkan. Betul, gak? Kalau difikir, tayangan gosip se-tara waktu edarnya kayak berita. Difikir-fikir, nonton gossip, mendidik nggak, ngeracunin iya. Bikin antipasti dan buta tuli sama keadaan Negara. Mau itu inflasi, gempa bumi atau Pilpres, masa kita yang mahasiswa nggak tau apa-apa? Ini baru namanya gak gaul. Punya tipi tapi kayak tinggal di hutan. Taunya cuma pergi cari makan dan ngumpulin uang buat dirikan rumah. apa bedanya tinggal di kota sama di hutan? Ia juga, kan? Betul, gak? Lulus kuliah, eh gagap waktu diwawancara seleksi karyawan perusa-haan. Mau buka usaha sendiri, tapi gak tahu apa-apa soal manajemen keuangan, periklanan, strategi pemasaran terlebih keberanian. Lah, ternyata Cuma sarjana ilmu teori. Nyesel dah gak ikut belajar kepemimpinan di organisasi mahasiswa dulu.Kalau begini mah, kapan bisa jadi kebang-gaan Negara. Beban Negara kayaknya. Jadi mahasiswa itu harus pintar milah keg-iatan yang bermanfaat dan yang merugi-kan. Berpikir kreatif, dilarang apatis, belajar peka lingkungan, berprestasi dan pastinya berakhlak mulia.‘Semuanya tergantung kita, karena ini tentang KAMU. Mahasiswa ! (SR)

EDITORIALTENTANG KAMU, MAHASISWA !

R

BINGKAI KATA POJOK UKM SALAM REDAKSI

Suara Kritis & Edukatif Mahasiswa

UNIT KEGIATAN MAHASISWA JURNALISTIK UNIVERSITAS MULAWARMANA

Pelindung Rektor Universitas Mulawarman

Pembina Rina Juwita, S.Ip., M.HRIR Ketua Umum Ibrahim

Sekretaris Siti Rahma

Bendahara Lukis Ttresa

Ketua Pelatihan dan Pengembanga Meldina Ariani

Ketua Redaksi Ahmad Agus Arifin

Ketua Biro Iklan dan Pemasaran Muamar K Panggabean-----------------------------------------------------------------------------Staff Redaksi : Zamzani, Fitriyana, Anisa Kumala Sari, Juriah, Nurfaizah, Ije, Adul, Dwi, Solihin

Staff Litbang : Latifa,Enyta, Happy

Staff BIP : Diah, Era Rahma, Ayu Lestari, Habibi

Redaktur Pelaksana Muamar K Panggabean

@UjurUnmul

www.sketsaujur.com

SELAMAT BERGABUNG PESERTA MAGANG #UJURANGKATAN7

Mewarnai kampus dengan tulisan !

Surat Pembaca : [email protected] : Jl. Barong Tongkok Gd. Student Center Lantai 2

Universitas Mulawarman Samarinda HP : 085332481995

Page 3: Sketsaunmul

meningkatkan kemampuan berbaha-sa dengan menggunakan otak kanan yang mengoptimalkan praktik. Mem-bawa sebuah slogan “Speaking With-out Thinking” (SWTh) yakni dengan mencoba mengurangi beban dalam berbicara, biasanya orang akan sulit mengeluarkan kata-kata jika terlalu banyak mikir maka dilakukan treat-ment ini. Menurut Mr. Ikbal, sapaan akrab nya menyatakan metode terse-but manjur mendongkrak percaya diri dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris. K a r e n a salah satu kelemahan kita adalah : 1. Takut salah, 2. Tidak per-caya diri, 3. Terlalu d i k e k a n g oleh ‘gram-mar’ maka dari semua ini SWTh bisa mengatasinya. Sejak dimulai dilaksanakan kurang lebih 30 September 2013, peserta mengalami kemajuan luar bi-asa yang tadinya tidak berani bicara sekarang sudah lancar meskipun ma-sih ada beberapa kesalahan. Disamp-ing itu berbagai materi pun disampai-kan khususnya cara mengahafal kosa kata secara cepat disertai pronoun-ciation yang tepat. Selain itu dengan belajar yang enjoy tidak telalu dijejali grammar seperti teman-teman FKIP, karena baginya grammar akan meru-sak speaking orang tersebut. Terkait pengajaran komuni-tas ini GRATIS, Ikbal berkomentar materi, kita berat untuk mengajak teman-teman bergabung. Namun “Sebenarnya kalau dihitung secara secara pribadi merasa memiliki tang-gung jawab untuk mengembangkan

Hal ini menyadarkan bahwa peker-jaan rumah di sektor pertanian masih jauh dari selesai. Tingginya keber-gantungan pada impor dan rapuhnya kedaulatan pangan tak bisa dilepas-kan dari minimnya perhatian pemer-intah pada pembangunan pertanian. Produksi domestik stagnan dan pe-merintah cenderung memilih langkah gampang dengan mengimpor pangan setiap terjadi kelangkaan pasokan, tanpa memikirkan konsekuensi jang-ka panjang. Untuk komoditas makanan pokok seperti beras, pernah swasembada pada 2008.Bahkan, pernah ekspor dalam jumlah kecil. Tetapi, swasembada itu tak bisa bertahan.

Dalam tiga tahun terakhir, sudah kembali mengimpor beras sekitar 2 juta ton setiap tahun. Saat ini, pemer-intah hendak meningkatkan produksi beras nasional hingga tercapai sur-plus 10 juta ton pada 2014. Meski disadari upaya itu bukan perkara mudah, pemerintah tetap optimistis target dapat dicapai jika semua pihak mendukung.Upaya peningkatan produksi makan-an pokok beras patut diapresiasi den-gan baik karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun, tumpa-han perhatian ke komoditas padi hendaknya juga jangan membuat masyarakat lantas alpa membangun pangan penting lain yang masih im-por. (Mhb/Dyh)

Perangkap Pangan ...

Misalnya suku Dayak mengirimkan 5 orang pemuda untuk hidup dan mem-pelajari budaya suku Bugis. Demikian pula suku Bugis juga mengirimkan 5 orang pemuda untuk belajar dan hidup bersama dengan suku Dayak. Disaat yang bersamaan suku-suku lain pun juga melakukan hal yang sama, misalnya suku Madura men-girimkan 5 orang pemuda untuk be-lajar pada suku Kutai, demikian pun suku Kutai. Tahun berikutnya dipilih lagi 5 orang pemuda dari suku Dayak untuk bela-jar budaya Madura. Kemudian suku Bugis juga bertukar pemuda dengan suku Kutai. Pemuda yang dipilih ini-lah yang nantinya setelah menjalani masa pertukaran selama 3 bulan akan berkumpul dan menyelenggarakan festifal budaya serta mengajarkan bu-daya dari suku lain kepada pemuda dari suku mereka sendiri. Mereka juga berlaku sebagai duta perdamain antara suku. Disamp-ing itu pemuda-pemuda yang su-dah menjalani masa pertukaran juga memfasilitasi diplomasi antara suku bila konflik terjadi. Untuk melaksana-kan pertukaran pemuda antar suku

tersebut diperlukan kerja sama anta-ra banyak pihak. Pertama harus ada persetujuan dari tiap kepala suku dan ketua organisasi kesukuan. Melo-bi mereka bahwa kegiatan ini adalah semata-mata memiliki misi perda-maian dan meningkatkan persatuan. Selain itu pihak pemerintah provin-si Kaltim pun juga di harapkan untuk memberikan dukungan baik berupa material maupun non material. Pen-andatanganan jaminan keselamatan serta persetujuan kerjasama atas pemuda yang dikirimpun perlu di-lakukan antara kepala suku, ketua organisasi kesukuan, dan pemerintah provinsi Kaltim. Diharapkan dari ke-giatan pertukaran pemuda ini mam-pu meningkatan rasa tenggang rasa serta kerukunan antara suku-suku yang hidup di Kaltim. Pada akhirnya kegiatan ini mampu menanamkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika pada diri para penerus bangsa. Indonesia memang berbeda-beda namun per-bedaan itu akan menciptakan kein-dahan, itulah yang harusnya pemuda pahami untuk mewujudkan Indone-sia yang lebih baik.

Indonesia Bhineka ...

Pendidikan universitas di-arahkan untuk membentuk pribadi yang berpikir logis, kritis, bebas, berprinsip moral etis yang kuat dan itu ditampakkan dalam sikap dan perbuatan. Pendidikan itujukan un-tuk membentuk seseorang menjadi pribadi utuh, jiwa-raga. Sepanjang kuliah mahasiswa dibentuk dengan pendekatan yang multidimensional, termasuk melalui kegiatan kurikuler atau ekstrakurikuler. Pengamatan saya menunjukan bahwa dinamika belajar mereka di luar sangat tinggi, luas, dan variatif. Diimbangi dengan organisasi kegiatan kemahasiswaan yang banyak, mayoritas maha-siswanya mampu menyeimbangkan studi dan kegiatan organisasi den-gan baik. Umumnya mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan merupakan mahasiswa berprestasi akademik tinggi. Fenomena di luar perkuliahan yang menjadi ciri lem-baga pendidikan tinggi tanpa sama sekali mengurangi dimensi keil-muan yang menjadi pilar kehidupan perguruan tinggi. Kombinasi din-amika yang tinggi dan berkualitas dalam kegiatan kuliah maupun keg-iatan penunjang yang sulit dijumpai dalam kehidupan universitas-uni-versitas di Indonesia. Kesimpulan semua hal terse-but adalah driver utama dari aktivi-tas belajar dan pembentukan ke-pribadian sebetulnya ada pada diri mahasiswa sendiri. Paling tidak, ini dibentuk oleh sistem yang menuntut menjadi kultur bagi mahasiswa. Ke-berhasilan dalam perkuliahan juga seharusnya bisa diimbangi dengan keaktifan dalam pengalaman beror-ganisasi. Semoga ini dapat memberi inspirasi untuk maju menjadi lebih baik di kemudiah hari.**

ahukah anda di Jakarta su-dah ada 1000 guru dari Fili-pina yang bekerja di sana ? Ya, meskipun negara seperti In-

donesia, Malaysia, dan Brunei meng-gunakan bahasa yang hampir mirip yakni Melayu namun sesuai kesepak-atan tetap memakai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Marilah kita sejenak mere-nung sebagai mahasiswa yang akan menghadapi tantangan global dalam waktu dekat. Setelah lulus dari kam-pus kita, apa yang kita andalkan ? Keahlian komputer, statistik, manjae-men, dll ? Namun penting disadari, kesemuanya itu banyak menguasai. Akan tetapi jika anda juga mahir berbahasa inggris, maka anda lebih membuka dunia untuk masa depan anda sendiri. Menyadari itu semua Ikbal salah satu dosen Fakultas Ekonomi (FE), membuat “Tongue Communi-ty” (TC) yang merupakan komunitas penggiat bahasa Inggris khusus me-ningkatkan kemampuan berbicara dan rasa percaya diri menggunakan bahasa Internasional ini sebagai pembicaraan. Jadi TC ini berfokus pada speaking dan ditutori oleh Ikbal send-iri dengan pembelajaran yang simple, dan menyenangkan. Bagi anda yang merupakan mahasiswa, tak perlu pikir dua kali mengenai biaya karena dalam pembelajaran komunitas ini tidak dikenai biaya dan diadakan di Odah Bemufakat FE Unmul. Awal menggagas komunitas ini Ikbal, terinspirasi setelah men-gupgrade kemampuan speaking di kampung inggris di Pare, Kediri ber-maksud mengembangkan kemam-puan bahasa Inggris mahasiswa, yang selama ini kalah bersaing dengan rekan-rekan di Jawa. Karena ia me-nyadari saat ini kemampuan bahasa inggris civitas Unmul masih lemah. Melihat metode pengajaran speaking ini adalah dengan membangun dan

Gratis saja masih ada yang gak mau ikut, apalagi bayar ?” tuturnya. Jika dibandingkan di tempat les lain yang memasok mulai dari 2 juta hingga 10 juta perbulan mung-kin terlalu berat, dalam kesempatan ini Ikbal membuka kesempatan bagi rekan mahasiswa atau pun dosen untuk bergabung. Karena semakin banyak orang yang berbahasa Ing-gris semakin meningkatkan intuisi kita secara nasional. Apalagi salah satu misi Unmul adalah ‘menjadikan Unmul sebagai world class univer-

s i t y ’ m a l u , kan ? K a l a u dosen-n y a t i d a k b i s a bahasa Inggris a p a -l a g i maha-

siswanya ? “Belajar bahasa Inggris itu mudah namun tidak instan, dengan belajar selama 2-3 bulan akan keli-hatan di komunitas ini”, jaminnya. Sedangkan bagi Erna, salah satu peserta yang telah bergabung mengatakan, awalnya merasa malu karena masih lemah dalam berbicara bahasa Inggris. Namun karena selalu disupport alhasil speaking pun lebih terlatih. Sama halnya dengan Erna, Hendra yang telah mengikuti komu-nitas ini sejak awal merasa benar-benar asik dalam bahasa Inggris dengan metode yang diajarkan. Penasaran tentang komuni-tas ini ? Bisa ikut dan bergabung dari Senin hingga Jum’at dimulai pukul 06.30 sampai 08.00 Wita di FE Un-mul ! (amr)

kepentingan golongan partai tertentu yang mencoba untuk mengambil kes-empatan ini sebagai sarana menancap-kan kekuatan partainya. Sewajarnya PEMIRA menjadi representatif dari mahasiswa oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa. Tapi jika melihat lebih jauh partisipa-si mahasiswa di kegiatan tahunan ini jauh dari harapan, bahkan jika diper-sentasikan partsipasi hanya dikisaran 10% dari total mahasiswa yang ada.

Kekecewaan terhadapat kin-erja KPPR selaku penyelenggara me-mang tidak bisa mutlak disalahkan, ada banyak lembaga diinternal kam-pus yang seharusnya juga mampu untuk meminimalisir ketidak pua-san dari pihak-pihak yang merasa dirugikan. Pemilihan yang jujur dan baik pasti menjadi cita-cita bersa-ma, karena hasil yang diharapakan adalah hasil terbaik kemudian dapat memunculkan pemimpin baru untuk mewakili semua elemen mahasiswa tanpa terkecuali. Kampus dinilai sebagai wa-dah representasi kehidupan yang ada dinegara kita saat ini. Didalamnya terdapat suku, bangsa, bahasa, ras, paham dan sebagainya yang berbe-da-beda. Kondisi kampus dan negara kita secara umum tidaklah berbeda, yang saat ini kita saksikan masalah akan selalu timbul ketika pemilihan umum kepala daerah, dan presiden berlangsung. Jika bentrok dan sal-ing pukul terjadi ketika PEMIRA ber-langsung masih kita temui di kampus adalah hal yang wajar dan tidak heran hal tersebut dapat terjadi. Anarkisme disaat kegiatan pemungutan, rekapit-ulasi suara, hingga pelantikan pres-iden mahasiswa terpilih pun dapat terjadi jika rasa kekecewaan timbul. Sungguh ironis jika hanya dalam ling-kup kampus permasalahan seperti itu tidak dapat diselesaikan melalui musyawarah, dan jalan damai. Bukankah cita-cita perdamaian selalu kita baca dan dengarkan ketika pembukaan undang-undang 1945 di bacakan. Hanya tinggal implemen-tasi dan kesadaran dari semua pihak untuk saling memperbaiki diri dan melengkapi satu sama lain. Indonesia butuh karya kita untuk menjadi lebih baik, aksi nyata kita dapat melahir-kan generasi yang lebih matang dan mampu bertahan ditengah gempuran globalisasi yang akan memecah per-satuan dan kesatuan negara kita. Jadikan kampus tempat awal untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik.

Ironis dan mengecewakan tapi, tidak serta merta mahasiswa menjadi tertuduh dan bersalah atas minimnya partisipasi. Sama halnya dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibentuk oleh pemerintah dan Komisi Penyelenggara Pemilihan Raya (KPPR) yang dibentuk di kam-pus, keduannya sama-sama dibentuk untuk melaksanakan tugasnya sebagi penyelenggara pemilihan. KPPR lingkupnya memang kecil dan hanya sekala kampus, tapi tidak serta merta menanggalakan in-dependensi dari lembaga penyeleng-gara dan orang-orang yang berada didalamnya. Sejauh mana indepen-densi mereka dapat dipercaya seb-agai penyelenggara, dan apakah su-dah sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan ? wajar saja jika disetiap kali diselenggarakan perti-kaian tidak terelakkan. Bentrok dan saling pukul selalu terjadi, terutama di fakultas-fakulatas tempat pemung-utan suara dilaksanakan.

Birokrat menurutnya masih terkesan adem ayem. Seolah-olah melupakan beberapa tuntutan yang diajukan saat itu. Keberatan terkait sistem UKT juga kami pun masih belum bisa diterima sepenuhnya. Hal ini dik-arenakan setiap fakultas langsung membawa maha-siswa yang bermasalah keruangan PD II nya masing-masing serta tidak mengizinkan pendampingan dari kawan-kawan BEM hal ini menjadi rawan terhadap inter-vensi dari birokrat terhadap mahasiswa bersangkutan. Sistem UKT tidak layak, menurut Hari jika diterap-kan sistem ini rawan. Yang pertama jika golongan 1 dan 2 lebih banyak yang mendaftar, maka kampus terancam col-lapse, ini merugikan kampus hal inilah yang menjadi dasar kami berindikasi bahwa untuk menghindari hal tersebut kampus terkesan bermain disistem verivikasi. Disisi ma-hasiswa ini jelas tidak adil, karena golongan 3 dan 5 digu-nakan untuk menutupi kekurangan pada golongan 1 dan 2. Hal ini jelas bentuk lepas tangan dari pemerintah har-usnya bantuan pendidikan bukan hanya untuk mahasiswa yang tidak mampu, yang mampu pun berhak artinya bu-kan berarti ketika mereka kaya atau berkemampuan lebih maka harus membiayai orang-orang yang kurang mampu karena itu bukan tugas masyarakat tapi tugas pemerintah. Sistem UKT menimbulkan kecemburuan sosial se-cara tersirat, begitulah realita yang terjadi setelah diter-apkannya sistem ini. Gusti (FTeknik, 2013) menyatakan, “Kebetulan saya bayar yang golongan 5, tapi apa yang saya dapat itu seperti tidak sesuai. Menurutnya kalau apa yang ia dapatkan sama dengan mahasiswa lain, ke-napa harus dibedakan masalah pembayarannya ? (Ibr)

03

ang Kuliah Tunggal (UKT), tiga kata yang baru bergeming secara nasional di selu-ruh universitas pada tahun ajaran ini me-nimbulkan bekas permasalahan yang

belum selesai. Mungkin bagi mahasiswa lama yang tak mengupdate informasi di lingkungan-nya masih belum mengerti bagaimana sistem UKT. Secara garis besar Uang Kuliah Tunggal diter-apkan dengan mekanisme pembayaran uang ku-liah yang dijadikan satu, jadi untuk biaya wisuda, PKL, KKN, dll sudah termasuk hitungan dan diang-sur dalam pembayaran SPP per semesternya, na-mun tiap mahasiswa dalam Program Studi yang sama dapat terjadi perbedaan. UKT dibagi sesuai dengan golongan kemampuan orang tua, jadi untuk golon-gan terendah ke tinggi yakni 1, 2, 3, bahkan 4 dan 5.Ketidaksiapan diberlakukannya sistem UKT pada ta-hun ini adalah masih ditemukan mahasiswa yang kurang mampu mendapat golongan yang tinggi. Oleh sebab itu, beberapa bulan belakangan terjadi aksi masif dari beberapa organisasi maha-siswa yang meminta pihak kampus agar mengkaji ulang UKT yang sedang diterapkan. Setelah terjadi perundingan antara perwakilan mahasiswa dan pi-hak birokrak kampus, terdapat beberapa follow up perkembangan terakhir dari aksi penolakan UKT. Menurut Hari, selaku Menteri advokasi mahasiswa BEM Unmul menyatakan follow up dari beberapa tun-tutan memang sudah ada yang dipenuhi oleh pihak birokrat soal keterbukaan BOPTN. Hal tersebut sudah dapat diakses di setiap fakultas masing-masing tapi un-tuk perincian anggaran BOPTN yang akan datang, pihak birokrat kampus menjanjikan pengkajiannya akan meli-

MAJALAH SKETSA XII

U

Kawal UKT : Antara Layak dan Tidak

Tongue Community : Komunitas Belajar Speaking

T

20MAJALAH SKETSA XII 19 MAJALAH SKETSA XII

PANGANBHINEKA

04MAJALAH SKETSA XIIMahasiswa takut pada dosenDosen takut pada dekanDekan takut pada rektorRektor takut pada menteriMenteri takut pada presidenPresiden takut pada mahasiswa

ait-bait puisi karya Taufik Ismail dengan judul “Takut ’66, Takut ‘98” yang dibuat-nya pada tahun 1998. Puisi ini menggambarkan peristi-

wa yang terjadi pada tahun 1966 dan 1998. Pada tahun-tahun itu, terdapat sejarah besar ketika rezim berkuasa berhasil ditumbangkan oleh sebuah pergerakan masif. Bukan oleh MPR, DPR, ataupun militer. Pergerakan perlawanan untuk menurunkan rezim ini dilakukan oleh mahasiswa. Ya mahasiswa, mereka hadir semata-mata untuk membela kepentingan rakyat dan melawan segala bentuk ketidakadilan. Saat ini, momentum-momen-tum yang semestinya mampu mela-hirkan pemimpin-pemimpin baru di-negeri ini masih dianggap remeh dan dianggap penting bagi mereka yang tidak mendapatkan manfaat lebih atasnya. Sekarang memang era yang sangatlah berbeda dengan masa ke-tika Soe Hoek Gie dan kawan-kawa-nnya melakukan perjuangan maupun perlawanan, saat ini perang idiologi serta kepentingan politik setiap pi-hak bukanlah hal yang tabu untuk diperlihatkan mengingat persaingan terutama dikampus tidak semudah dulu. Apatisme yang melanda kaum muda terutama mahasiswa dianggap sebagai suatu ancaman yang dapat merugikan. Tapi bukan berarti hal ini merugikan mereka. Ada peluang dis-etiap masalah yang timbul, dan inilah yang terjadi saat ini, terutama kam-pus-kampus diseluruh Indonesia, kampus menjadi sasaran empuk oleh berbagai kepentingan partai politik untuk menjaring bibit penerus dan juga sebagai lumbung suara mereka.Jangan salah ketika Pemilihan Raya (PEMIRA) yang dilakukan oleh De-wan Perwakilan Mahasiswa di per-guruan tinggi menjadi sarat akan

POLITIK KAMPUS : ANTARA PERJUANGAN & KEPENTINGAN

B

BERITA KAMPUS KOMUNITAS SAMBUNGAN BERITA KAMPUS

Page 4: Sketsaunmul

ungkin sebagian besar kita, ketika mendengar ‘LDR’ tak asing lagi ditelinga. Bisa disebut LDR ini adalah pem-

bahasan yang menimbulkan ekspresi yang beragam. Ya, LDR (Long Dis-tance Relationship) cukup menarik menjadi pembahasan asmara dika-langan mahasiswa. Karena sebagian besar mahasiswa Unmul merupakan perantau dari ber-bagai daerah yang bertujuan untuk kuliah. Sehingga mengorbankan per-asaan seperti meninggalkan orang-tua, kerabat, dan seseorang yang dalam tanda kutip ‘sangat spesial’ dihati. Selanjutnya hubungan mereka mu-lai terpisah antara jarak dan waktu yang tak mengizinkan bersama. Jika ditelusuri lebih mendalam LDR ini membutuhkan kepercayaan dan keyakinan terhadap pasangan mere-ka, dan menumbuhkan hal itu semua tidak semudah membalikan telapak tangan. Menurut salah satu narasumber yang mengalami LDR ini, Dewi (Fisip, 2011) “Saling percaya dan jujur ter-hadap pasangan kita itu inti dari LDR. Kecanggihan teknologi yang sudah ada memudahkan dalam berkomu-nikasi, contohnya melalui video call, jadi bisa melihat walau tidak bersa-

mun ada satu hal yang dapat dikagumidari penjalan LDR. Kesetiaan mereka tidak goyah walaupun komunikasi yang terbatas, dan sekiranya mereka tidak tahu satu sama lain jika terjadi kebohongan. Mungkin ilustrasi diatas terlalu Alay tapi tidak bermaksud meny-inggung. Kembali ke pembahasan, setelah melihat ilustrasi yang se-dikit Alay diatas kita dapat simpul-kan bersama bagaimana intensnya komunikasi yang pasangan LDR bangun. Bayangkan saja mulai dari bangun pagi sampai tidur malam mereka sama-sama tahu apa kegiatan pasangan mereka dan sikap perha-tian mereka itu mungkin menjadi salah satu kunci keeratan hubun-

Ketika berbicara anak kuliahan tentu tugas pun tidak bisa dihindari . disinilah sang belahan hati mulai be-raksi mencoba membantu dan men-emani pasangan untuk mengerjakan tugas, lantas bagaimana dengan yang LDR ?? Bagi Ayen (Fisip, 2011), jikala ada banyak tugas kita harus saling menger-ti dan tidak mengganggu. Berbeda dengan Dimas (FTeknik, 2011), sesi-buk apapun aktifitas yang ia jalankan berkomunikasi tetap harus dilakukan. Secara kasat mata, hubungan jarak jauh atau LDR merupakan realita ke-hidupan kampus yang terjadi bagi be-berapa individu. Namun dari kesemua itu, apapun yang terjadi menuntut ilmu diperkuliahkan harus tetap diu-

Bhineka Tunggal Ika : Proud to be Indonesian

kebetulan India menjadi tuan rumahnya. Taj Mahal yang begitu putih ini dibuat dari batu-batu marmer dengan seni arsitektur islam. Taj Mahal merupakan makam yang dibangun oleh Raja Shah Jahan (1614-1666) untuk isterinya yang paling dicintai Mumtaz Mahal. Mahal merupakan isteri ketiga yang meninggal setelah melahirkan ke-14 Begum Gauhara. Ketika itu Shah Jahan tengah dimedan pertempuran pada 1631 dalam rangaka memperluaskan kekuasaannya. Bangunan yang didiri-kan memakan kurun waktu 22 tahun ini dibangun oleh arsitek Persi bernama Ahmad dengan 20.000 pekerja yang terdiri dari tukang batu, tukang emas, dan pengukir yang termasyhur dari seluruh dunia. Yang jelas keindahan Taj Mahal patut anda lihat secara langsung.

Lomba yang merangkul lebih dari 100 peserta ini berlangsung secara meriah.Aneka ide serta goresan pensil peserta semakin menambah sema-rak perlombaan yang berlangsung selama dua jam setengah itu. “Semua peserta terbilang jago dalam meng-gambar kali ini. Mulai dari siswa SMP hingga para guru yang turut serta dalam ajang tersebut,”cerita pria kelahiran Samarinda 20 tahun silam ini. Dalam ajang lomba garapan Faber Castell dengan Unit Kegiatan Maha-siswa (UKM) Jurnalistik Universitas Mulawarman ini banyak sisi nyen-trik yang ada selama lomba berlang-sung. “Kejadian nya beragam. Mulai dari peserta yang di dua jam perta

ma belum menggambar sama sekali alias masih dalam bentuk kertas kosong dan ada juga peserta yang malah menggambar Kota Tengga-rong. Padahal yang menjadi objek utama adalah sisi unik Kota Tepian Samarinda,”papar pria yang memi-liki hobi membaca ini. Dalam ajang adu bakat kali ini berhasil di peroleh dua pemenang dari masing-masing kategori. “Pemenang dari kategori Maha-siswa-Umum diraih oleh Bayu Nan-da yang menempuh pendidikan di Fakultas Matematika dan llmu Pen-getahuan Alam (FMIPA) Universi-tas Mulawarman. Sedangkan, dari kategori SMP-SMA diraih oleh Wa-hyu Ramadhan,”papar Ibrahim yang juga selaku Ketua Unit Kegiatan Ma-hasiswa Universitas Mulawarman. Dalam ajang ini juga terdapat kend-ala yang sedikit menghambat jalan-nya perlombaan. “Kendala dalam lomba tersebut adalah kurang nya-mannya peserta dalam menggam-barkan dikarenakan sempitnya meja yang dipergunakan,”ungkap Ibra-him. “Kesan pada lomba kali ini san-gat luar biasa. Ada banyak hal yang bisa di tampilkan di ajang nasional Faber Castell yang akan berlangsung di Jakarta nanti. Harapannya semua masyarakat Samarinda, Kaliman-tan Timur bisa member dukungan dalam hal ini,”pungkasnya (ans)

JANG dalam proses pencar-ian bakat bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan melalui berbagai

bidang keahlian. Hal ini pula yang dilakukan oleh Faber Castell den-gan menggandeng Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Mulawarman dalam ajang Lomba Uniknya Kotaku 2013. Ajang adu bakat dalam menggambar keuni-kan Kota Tepian Samarinda ini berlangsung pada hari Sabtu, 9 No-vember 2013 yang berlangsung di Gedung Auditorium Universitas Mu-lawarman. “Untuk Lomba tahun ini diadakan dengan dua kategori. Yaitu SMP-SMA dan Mahasiswa-Umum. Peserta yang lebih besar berada di kategori Mahasiswa-Umum,”ungkap

stilah maskot atau ikon merupakan sebuah hal yang menjadikan kebang-gaan bagi suatu kalangan, instansi, dan lain-lain. Begitu halnya dengan Kalimantan Timur, Provinsi dengan keanekaragaman hayati yang unik. Salah beberapanya ialah dengan sat-wa yang menjadi ciri khas Provinsi ini yakni Pesut dan Orangutan. Sudah menjadi rahasia umum satwa ini iden-tik dengan Kaltim. Bahkan saat Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008 yang mana Kaltim menjadi tuan rumah. Satwa-satwa ini dijadikan ikon ke-banggaan pada event nasional terse-but. Namun, ironisnya ikon tersebut dari dulu hingga sekarang merupak-an satwa yang terancam keberadaan-nya. Jika pesut dan orangutan punah, keberadannya hanya tinggal sejarah.

Pesut merupakan binatang ma-malia air tawar yang masih tergo-long keluarga lumba-lumba. Ke-beradaannya yang hanya tersebar beberapa daerah sungai di belahan dunia perlu mendapatkan perhatian khusus masyarakat Internasional. Keberadaan pesut salah satunya di wilayah NKRI, provinsi Kaltim te-patnya sepanjang sungai mahakam. Sebagai salah satu binatang yang tergolong langka yang keberadaan-nya terancam kritis di Indonesia, pesut perlu mendapatkan perha-tian masyarakat Indonesia khusus-nya masyarakat dan pemerintah.

Penelitian telah banyak dilakukan mengenai keberadaan bintang yang dijadikan ikon provinsi Kaltim ini, salah satunya kerjasama yang dilaku-kan pihak Tokyo University dengan Universitas Mulawarman. Penanda-tangan kerja sama dilakukan Rektor Unmul Zamruddin Hasid didampingi Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Sudra-jat dan Ketua Kelompok Penelitian Lingkungan Air dan Atmosfer F-MIPA Idris Mandang. Dalam penelitian ini FMIPA Unmul diwajibkan menyedia-kan fasilitas dasar guna mendukung aktivitas observasi yang disesuaikan dengan persetujuan pemerintah.

Terkait status pesut yang dijadikan ikon Kaltim, keberadaannya perlu dilestarikan. “Pesut ini kan adanya cuma disini, dan dijadikan ikon di Ka-ltim ini, tapi simbolnya hanya ada di depan kantor gubernur. Ikonnya ada tapi hewannya sudah tidak ada di daerah Samarinda, sayang seandain-ya hanya simbol. Pemerintah harus-nya berfikir bahwa pesut ini ciri khas Kaltim, harusnya ada tindakan lan-jut untuk konservasi ini”, jelas Idris.

Kondisi pesut yang dalam kat-egori krisis ini perlu ditindak lan-juti. Seandainya kondisi ini terus berkelanjutan dikhawatirkan pesut ini akan punah dan keberadannya hanya tinggal sejarah, tambahnya.

Menurut hasil penelitian yang ber-langsung selama 2 tahun ini ke-beradaan pesut hanya berjumlah 80 ekor, jumlah ini diperoleh dari penelitian terkait keberadaan pe-sut di kawasan hulu sungai tepat-nya kota Bangun, Kutai Kartanegara.

Penelitian ini banyak didukung oleh beberapa pihak salah satunya kon-tribusi dari Jepang yang mensuplay perlatan guna mendukung kelancar-an penelitian ini, tak hanya berfungsi sebagai alat pendeteksi keberadaaan pesut. Kecanggihan lain alat ini ada-lah sebagai alat untuk mengukur parameter iklim, curah hujan, an-gin, suhu udara, dan kualitas air.

Sehingga dari data yang diperloleh dapat dikombinasikan keberadaan pesut terkait kondisi lingkungan seki-tar. Dari hasil penelitian pergeseran perpindahan pesut dari hilir ke hulu salah satu sebabnya dipengaruhi kualitas air dan lalu lintas perairan yang padat. Seiring perkembangan zaman keberadaan pesut dikhawat-irkan akan punah jika dilihat dari aktifitas pertambangan yang terus meningkatMandang selaku dosen Fmipa Unmul. Penelitian yang terkait meneliti keberadaan pesut ini, masuk dalam penelitian di jaringan asian dolpin. Penelitian pun juga dilaku-kan di negara lain salah satunya di India tepatnya di sungai Gangga. Berbeda dengan kondisi pesut di In-donesia kondisi pesut di India jauh lebih dimanfaatkan sebagai sek-tor wisata, hal ini ditunjang dengan keberadaan konservasi dari badan khusus yang menangani keberadaa pesut ini. “Saat ini penelitian lang-sung dilanjutkan oleh pihak Jepang dengan pemerintah Kukar, diharap-kan dengan adanya kerjasama ini bisa lebih membuahkan hasil untuk menjaga ikon kaltim ini agar tetap ada”, tutup Idris Mandang. (Aks)

udaya merokok dikalangan ma-hasiswa seakan sudah menjadi trend, rokok di kalangan maha-

siswa bagaikan simbol keakraban, mereka menjadikan rokok sebagai media untuk lebih mengakrabkan satu sama lain pada saat berkum-pul. Tidak jarang pula menghisap rokok dianggap sebagai salah satu sumber inspirasi, ide, serta kreati-vitas mahasiswa. Bukan hanya di luar kampus , didalam kampus pun merokok sudah menjadi hal yang lumrah. Pantaskah jika di ling-kungan sebuah instansi pendidi-kan orang bebas untuk merokok ? Harus diakui budaya merokok jus-tru tumbuh dan berkembang pesat di lingkungan kampus. Bukankah seharusnya kampus bisa menjadi contoh atau referensi bagi masya-rarakat di sekitarnya untuk menga-jarkan bagaimana cara untuk men-jadikan suatu kawasan bebas rokok. Sehingga tidak mengherankan jika dari titik inilah kampus memegang peranan penting bagi tumbuh dan berkembangnya budaya merokok di kalangan generasi muda. Sesuai den-gan fungsi mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan . Merokok adalah hak asasi bagi set-iap individu. Tidak ada yang melarang seseorang untuk merokok apa tidak, namun merokok dapat dikatakan sebagai tindakan egois, karena efek yang ditimbulkan dari asap rokok itu

Perokok tidak memikirkan orang yang di sekitarnya apakah ia terkena dampaknya atau tidak, bagaimana apabila orang di sekitarnya mem-liki gangguan kesehatan seperti asma (gangguan pernapasan). Tidak ada peraturan juga yang me-langgar mahasiswa untuk merokok, tetapi sebagai mahasiswa yang memi-liki paradigma dari publik sebagai kaum intelektual semestinya harus bisa membedakan tempat dimana se-harusnya ia boleh merokok apa tidak . Untuk menciptakan kampus bebas asap rokok, ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya seperti mengajak mahasiswa terutama yang tidak merokok untuk menjadi ujung tombak dalam mengingatkan dan mengkampanyekan kampus anti-rokok. Bentuk kampanye anti-rokok di dalam kampus bisa dilakukan dengan cara membuat himbauan-himbauan kecil agar tidak merokok di lingkungan kampus. Salah seorang ketua BEM Fakultas pun yang didalam kampusnya ter-dapat atribut rokok telah menghim-bau kepada seluruh Lembaga Maha-siswa agar tidak menggaet produk rokok untuk mensponsori acara mereka karena hal tersebut melang-gar peraturan yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud RI soal larangan menggunakan rokok sebagai partner kegiatan di instansi pendidikan .

Jangan melibatkan atau mengikut-sertakan produsen rokok sebagai sponsor dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa di kampus. Mempersempit ruang bagi perokok. Hal itu bisa meniru apa yang sudah dilakukan Institut Teknologi Band-ung yang hanya menyediakan tempat untuk merokok di bawah beberapa pohon yang besar dan tidak disedia-kan tempat duduk bagi si perokok. Akibatnya perokok terpaksa mer-okok sambil berdiri, tentunya merasa tidak nyaman dan merasa malu kar-ena banyak dilihat oleh orang yang melintas. Ini merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah maha-siswa merokok di sembarang tempat . Butuh keteladanan pejabat kampus Harus diakui bahwa budaya merokok dilingkungan kampus tidak hanya me-libatkan mahasiswa tetapi juga dilaku-kan oleh kebanyakan pejabat kampus. Oleh sebab itulah, untuk men-ciptakan kampus bebas rokok maka pejabat kampus perlu men-jadi teladan untuk tidak merokok. Dengan memulai dari hal-hal di atas diharapkan akan membuat kampus bebas dari asap rokok, dan menjadi tempat nyaman un-tuk belajar dan berorganisasi. San-gat nyaman apabila membayangkan kampus kita sendiri yang merupa-kan lingkungan kegiatan kesehar-ian kita terbebas dari asap rokok. (Mhb/tbe)

Kampusku, Kampus Rokok ?Apa jadinya jika instansi pendidikan dikaitkan dengan rokok? Meski bahaya merokok masuk dalam kategori kesehatan namun memadukan pendidikan dengan rokok jelas sangat tidak etis. Sayangnya hal ini telah terjadi dilingkungan kampus Unmul.

MENENGOK UNIKNYA KOTA SAMARINDA, DENGAN LOMBA UNIKNYA KOTAKU

Salah satu karya dari peserta lomba menggambar #UniknyaKotaku

MAJALAH SKETSA XII05

LDR Dikalangan Mahasiswa

M

18MAJALAH SKETSA XII

Long Distance Relationship #MahasiswaGalau I

IKON “KEPUNAHAN”

2 tahun ini ke-beradaan pesut han-ya berjumlah 80 ekor

“Saat ini penelitian langsung dilanjut-kan oleh pihak Jepang dengan pemerin-tah Kukar, diharapkan dengan adanya kerjasama ini bisa lebih membuahkan

hasil untuk menjaga ikon kaltim ini agar tetap ada”, tutup Idris Mandang.

17MAJALAH SKETSA XII 06MAJALAH SKETSA XII

B

A

OPINIOPINIEKSPRESIEVENT

Page 5: Sketsaunmul

ndonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ter-besar ke-4 di dunia. Pada ta-hun 2013, berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat

Statistik, jumlah penduduk Indonesia mengalami penambahan sekitar 20 juta jiwa dari data sensus sebelumnya. Dengan jumlah pen-duduk yang begitu banyak, pan-gan merupakan hal mendasar yang paling utama bagi masyarakat. Pemenuhan pangan nasional bukan hanya masalah yang diemban oleh petani, namun Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat juga perlu berperan aktif di dalamnya.Disadari atau tidak bahwa Indo-nesia saat ini diambang krisis pangan. Lajunya pertumbuhan penduduk tidak sebanding den-gan produksi pangan indonesia. Dengan adanya perubahan iklim global, beberapa negara pro-dusen yang merupakan penyuplai bahan pangan untuk Indonesia kini membatasi kuota ekspornya guna memenuhi kebutahan domestik di negarannya masing-masing. Akibat-nya jumlah beberapa komoditi yang diimpor oleh Indonesia di pasar glob-al mengalami penurunan jumlahnya. Walaupun Indonesia mempunyai dana guna mencukupi kebutu-han pangan domestik melalui im-por, jika negara yang dituju juga masih berkutat untuk memenuhi permintaan di dalam negerinya, maka hal ini akan menjadi pole-mik kedepannya bagi Indonesia.

Hal ini patut menjadi perha-tian bagi indonesia untuk mencari solusi agar krisis pangan ini dapat diselesaikan dan produksi pangan indonesia meningkat sehingga ma-salah seperti ini tidak terjadi lagi. Cengkeraman pangan impor yang makin kuat akan membahayakan ketahanan sosial, politik, dan eko-nomi nasional. Kini, Indonesia makin sulit keluar dari “perangkap pangan” (food trap) impor ciptaan kapitalisme global yang dimainkan negara maju. Belum lagi permasalahan im-por pangan seperti kede-lai belum lagi terselesaikan. Harga yang sempat men-capai 10.000 rupiah per kilogram sebelum ada kesepakatan antara importir kedelai dan produsen tahu-tempe 8.490 rupiah per kilogram. Dengan harga bahan baku seperti itu, pengusaha tempe dan tahu memilih mogok produksi. Mereka mengharap aksi mogok produksi diperhatikan Pemerintah agar lebih serius mengelola ket-ersediaan pangan rakyat. Ini semua karena ketidakberdayaan melepas-kan diri dari kebergantungan impor kedelai. Aneh memang, di negeri yang katanya kaya raya, stok kedelai masih bergantung pada negara lain. Solusi jangka pendek telah di-lakukan pemerintah dengan meluncurkan kebijakan peng-hapusan tarif impor untuk mengen-dalikan harga dan mengamankan pasokan kedelai di dalam negeri.

Langkah ini diambil seperti mo-bil pemadam kebakaran yang hanya bermanfaat sesaat atas de-sakan Gabungan Koperasi Pro-dusen Tahu Tempe se-Indonesia. Langkah ini mungkin bisa menga-tasi krisis pasokan dan meredam lonjakan harga untuk sementara. Namun, bila tanpa dibarengi langkah lebih serius membenahi perkedelaian nasional di tingkat petani, tata niaga, dan harga kebi-jakan tersebut hanya akan menun-tun pada jebakan kedelai impor yang lebih dalam. Akhirnya, men-jadi babak baru krisis pangan.Kebijakan penghapusan tarif impor jelas kontraproduktif dengan pen-capaian kedaulatan dan kemandi-rian pangan, seperti roh dan jiwa UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Pihak yang diuntungkan hanyalah importir dan mafia pangan pencari rente dalam rantai perdagan-gan kedelai. Petani kedelai lokal yang memproduksi sekitar 30 persen ke-butuhan nasional semakin terpuruk dan mengalami proses pemiskinan.Mengelola ketersediaan kedelai nasional menuntut pemerintah membenahi tata niaga dan memo-tong gerak langkah mafia pangan pemburu rente yang acap ber-main dalam gonjang-ganjing kede-lai dan pangan strategis lainnya. Mereka selalu meng-inginkan agar kedelai langka agar harga makin mahal sehingga di-buka keran impor. Kian besar ru-ang impor, tambah tinggi pula marjin laba yang mereka nikmati. Ada tujuh komoditas pan-gan pokok yang harus impor, di luar garam, hortikultura, dan pangan olahan. Gandum hampir seluruh-nya impor untuk kebutuhan bahan baku roti dan mi. Setiap tahun defisit neraca pangan karena pertumbuhan permintaan tak diimbangi produksi.*bersambung

uara itu senantiasa sayup-sa-yup terngiang ditelinga, “Ibu yakin Nak kamu pasti bisa.” Itulah inspirasi yang selalu

membakar semangatku, seletih apa-pun kondisiku. Karena siklus ini tak mampu kuhentikan lagi, semua harus kulalui. “Ica ... Pinjem tugasmu yang Bab 2 dong ? Aku belum buat” Teriak Siska memecah lamunanku yang ma-sih menghela nafas untuk mampu melanjutkan tugas-tugas kuliah yang tak pernah ada jedanya bagaikan de-nyut jantung yang saat kita hendak rehat sebentar saja kita akan kehilan-gan sesuatu berharga dalam hidup yaitu kesempatan untuk berkarya. “Tapi aku juga masih menger-jakan 3 lembar, kurang dua lembar lagi, Sis” sahutku “Kenapa Ca ? Kok gak seman-gat ? Tumben ?” Tanya Siska beruntut “Gak apa-apa kok, cuma ca-pek aja nulis laporan gini tiap hari, belum lagi tugas dari dosen, belum test masuknya sebelum praktikum, belum lagi kuis yang dadakan. Hehh...capek rasanya Sis” gerutuku sambil menarik nafas dalam-dalam. “Ya ampun, Ca kirain kenapa ? Kan kita udah biasa juga kayak gini.” Sahut Siska enteng. Aku hanya terdiam dan mem-perhatikan semangat Siska untuk mengerjakan tugas-tugasnya, san-gat jarang rasanya terdengar olehku Siska mengeluh apalagi menggerutu seperti ku. Dia teman yang sangat se-mangat dan ceria. Jika aku bosan, cukup melihat semangatnya yang menggebu-nggebu maka aliran se-

mangat itu rasanya mengalir juga ke dalam peredaran darah. Terbesit in-gin memiliki stamina semangat sep-ertinya. “Sis... Kamu semangat banget ya setiap mengerjakan tugas? Apasih motivasimu masuk kuliah?” tanyakusambil mengerjakan tugas disamp-ingnya. “Aku punya mimpi” Jawabnya singkat.

Aku pun mengalihkan pan-danganku ke Siska dan kupandangi wajahnya lekat-lekat. Kala ia men-gucapkan kata-kata “Aku punya mimpi” rona wajahnya sangat serius dan tidak seperti biasanya, matanya menerawang jauh kedepan, entah mimpi besar apa yang dalam angan-angannya aku masih mencoba untuk menerka namun aku tak bisa. “Apa mimpimu? Tanyaku lagi. “Adalah” Katanya sedikit berkelit. “Sangat rahasia ya, jadi tidak bisa di ceritakan?” Tanyaku lagi. “Gak juga. Tapi, aku ingin membuktikannya dulu baru men-gatakannya karena aku tak ingin hanya jadi sang pemimpi tanpa usa-ha meraih mimpi itu. Mimpi bagiku pemicu semangat untuk aku terus bergerak, ketika aku yakin akan mimpi yang mampu kuwujudkan maka semangat itupun tak boleh luntur atau terhenti, karena saat ini aku hanya mampu ‘bermimpi besar agar menjadi orang besar’ begitu kan kata kebanyakan orang ? Ucap Siska menjelaskan. Aku hanya menggangguk dan berusaha memahami kata-katanya. Pembicaraan siang itu berakhir sampai di situ saja, sampai Siska memberikan sedikit tips tentang mo-tivasinya untuk tetap bersemangat menjalani aktivitas yang melelahkan dan penuh tantangan ini. Malam ini lagi-lagi aku ter-menung dan masih terbayang rona serius di wajah Siska yang me-nyatakan “aku punya mimpi” .

“Ah sudahlah, masih berun-tung Siska menjalani hari-harinya dengan penuh harap untuk mewu-judkan mimpi besanya itu? Semen-tara aku? Ucapku bertanya pada diri sendiri. Aku pun bangun dari tempat tidurku dan menuju meja belajarku menco ba mengukir mimpi pemac-usemangatku untuk tidak mudah me-nyerah dengan semua tantangan yang nantinya harus aku hadapi. Kalimat pertama yang mampu ku tuliskan se-mangat pemicu dari ibuku yang selalu memberiku inspirasi “Ibu yakin kamu pasti bisa nak” Sebelum ku lanjutkan menulis mimpi-mimpiku, aku sedikit menghe-la nafas “Ibu, engkau sangat yakin bila nantinya aku berikan yang terbaik un-tukmu, menjadi anak yang berbakti padamu padahal terkadang aku tak yakin akan kemampuan diriku send-iri. Terima kasih ibu” Ucapku dalam hati.Mimpi itu kembali ku ukir dalam tu-lisan dan angan-angan untuk mewu-judkannya.

“INGIN MENDAPAT GELAR M.Si DARI INSTI-TUT TEKNOLOGI BANDUNG” Ya, mimpi itu seingatku yang pernah ku ukir, namun aku pun ter-cengang ketika melihat kembali apa yang telah ku tulis. Kulihat bersamaan saat aku menerima kabar jika berkas yang kukirimkan untuk melanjutkan studi di ITB berhasil dinyatakan lulus. Keajaiban sebuah mimpi yang mem-buatku selalu termotivasi untuk beru-saha dan berdo’a. Keajaiban sebuah mimpiku dapat menjadi nyata karena nilai dari hasil kerja keras. Tak ada mimpi yang akan menjadi kenyataan tanpa usaha, kerja keras yang nyata. “Hai Sis, kamu mendaftar di Institut ini juga? Masih sama ngambil jurusan kimia? Tanyaku penuh riang kepada Siska. “Iya, ini mimpiku yang dulu yang pernah aku sampaikan kepad-amu, aku akan mewujudkannya lalu aku memberitahumu.” Jawabnya gem-bira. Kupandangi wajahnya, ia masih sama seperti Siska yang dulu. Senyum semangatnya akan kepercayaan mim-pi masih melekat. **

Ujur, begitulah kami memanggilnya. UKM Jurnalistik (Ujur) merupakan tempat kami bernaung dan belajar dalam hal kejurnalistikan. Belajar bagaimana menulis, menuangkan kreativitas, dan lain-lain. Begitu banyak keramahan dan kekeluargaan yang erat didalamnya.

To the point saja, alasan klasik pertama kali masuk Ujur, ya karena say asuka menulis (meskipun dasarnya bukan menulis berita). Specially, di Unmul tidak ada tempat penyal-uran hobi menulis, jadilah saya bergabung. Makin lama, saya jadi banyak belajar beberapa bentuk jurnalistik disini, desain grafis meski otodidak dan sangat amatiran, kenal kata “fotografi”, dan video editing yang dikepengurusan sekarang makin keren aja (Eciee, salut saya). Makin kesini lagi, saya dan teman-teman dan adek seperjuangan semakin sadar di unmul harus ada yang nyebarin perkembangan Unmul supaya konspirasi kemakmuran di Unmul comes true dantidak terjadi labilisasi media dikampus (halah bahasa macam apa ini :D), dan orang-orang yang tergabung didalamnya itu loh Jujur, rasa persaudaraannya tinggi (meskipun pasti pernah cek-cok, ya paling lama sehari udah baikan lagi, biasalah itu dlm dunia perujurnisasian). That’s why I’ve never gona away from there.

Risna Puspitasari (Ketua UJUR 2011/2012)

erjuangan mereka tak ban-yak yang mengetahuinya, mereka yang sama heroiknya dengan pejuang Bandung Lautan Api. Mereka yang tak

kalah beraninya dengan para pahla-wan di 10 November 1945 Surabaya. Di bulan November ini,yang iden-tik dengan bulan kepahlawanan. Ditanggal 10 bulan inilah di-tandai sebagai hari bersejarah bangsa Indonesia akan perjuangan pahla-wan yang berguguran di Surabaya. Sosok Bung Tomo dan yang lainnya kerap menjadi figure kepahlawanan Negara kita. Namun sekali lagi, per-juangan mereka tak banyak diketahui meski berada di daerahnya sendiri. Dua tahun lamanya, setelah ke-merdekaan RI yang mana Belanda beru-saha menduduki kembali Indonesia dibeberapa tempat. Termasuk Sanga-sanga, dibagian pesisir Kutai Kartanega-ra yang kaya akan sumber minyak telah dikuasai tentara Belanda (NICA) 1945 silam. Hal tersebut menjadikan raky-at Sanga-sanga berusaha mempertah-ankan kekayaan Indonesia yang baru merdeka. Tak terkecualikan dalam per-juangan tersebut, tak hanya penduduk pribumi, tercatat warga Tionghoa pun ikut berjuang membebaskan Sanga-sanga dari penjajahan NICA.

Dengan mengalihkan perhatian NICA melalui keragaman kesenian daerah pada 26 Januari 1947, diantara kerama-ian tersebut para pejuang membagikan amunisi dan senjata untuk merebut kekuasaan pada 27 januari 1945 pukul 03.00 Wita. Sama dengan pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, di-kuasainya Sanga-sanga ditandai dengan dirobeknya bendera Belanda merah, putih, biru menjadi merah dan putih. Dengan teriakan, “Merdeka !!” Akhir dari pelawanan tersebut, kini dikenal dengan ‘Perjuangan Merah Putih Sanga-sanga 27 Januari 1947’ Entah bagaimana jadinya jika para pejuang Sanga-sanga tidak merebut sebagian kecil dari negara Indonesia yang berada di Benua Eta mini. Mung-kin saja daerah penghasil minyak itu

Kembalinya Belanda bukanlah sesuatu yang tidak disengaja, atas dasar ketidak-puasan menjajah 350 tahun Indonesia, mereka telah mempelajari secara benar bahwa negara kita memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Pernahkah anda berpikir tentang kenapa Belanda begitu bersikerasnya ingin menguasai Irian Barat pada pasca kemerdekaan ? Hingga akhirnya membawa sengketa ini dalam konfrensi meja bun-dar yang diselenggarakan di Den Hag ?Padahal sebelumnya banyak yang men-getahui Irian hanyalah kepulauan yang berisikan daerah yang terisolir.. Jauh dari itu semua Belanda telah melakukan eksplorasi pada sum-berdaya tembaga yang kini menjadi penghasil tembaga terbesar didunia. Mungkin jika para pahlawan neg-ara ini memperjuangkan warisan untuk anak cucunya, kita hanya melihat betapa tak bergunanya para pendahulu kita. Se-baliknya, setelah perjuangan begitu pan-jang realita yang terjadi adalah para gen-erasi penerus membiarkan bangsa asing memilikinya dan membiarkan dirinya tak sejahtera dalam kekayaan negerinya. Kembali ke ‘Perjuangan Merah Putih Sanga-sanga’ yang membukti-kan para leluhur yang ada di Kaltim ini pun tak kalah gigihnya dengan pejuang di daerah lain. Perebutan kekayaan alam untuk generasi penerus pun mereka pertaruhkan dengan nyawa. Sementara saat ini, anda bisa men-jawab apakah kekayaan yang ada telah dikuasai penuh untuk kesejahteraan seperti yang diharapkan mereka ? Akankah datang generasi penerus yang dengan heroik merebut kembali warisan para pejuang tersebut ? Mungkinkah itu Anda ? Namun, siapa sajakah yang dapat disebut Pahlawan Nasional ? Pahlawan Nasional merupakan gelar yang diberi Pemerintah Indonesia ke-pada seseorang warga Negara Indonesia

kepahlawanan bagi kepentingan negara, dan tindak kepahlawanan adalah per-buatan nyata yang dapat dikenang sepa-njang masa. Adapun Kriteria seseorang dapat diusulakan menjadi Pahlawan Na-sional antara lain : 1. Warga Negara Indonesia telah me-ninggal dunia dan semasa hidupnya telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik/per-juangan dalam bidang lain mencapai, merebut, mempertahankan mengisi ke-merdekaan serta mewujudkan persatu-an dan kesatuan bangsa. Telah melahir-kan gagasan atau pemekiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara. Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat be-sar bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. 2. Pengabdian dan Perjuangan yang di-lakukan berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaaat) dan melebihi tugas yang diembannya.

3. Perjuangan yang dilakukan mempu-nya jangkauan luas dan berdampak Na-sional 4. Memiliki konsistensi jiwa dan se-mangat kebangsaan/nasinalisme yang tinggi 5. Memiliki ahklak dan moral yang tinggi.

6. Tidak menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangan 7. Dalam riwayat hidupnya tidak per-nah melakukan perbuatan tercelah yang dapat merusak nilai perjuangannya Tak penting seberapa banyak pahla-wan Nasional yang ada di daerah kita, namun tak diimbangi dengan menggali nilai kepahlawanan mereka dan men-genang jasa-jasanya. Namun akan sangat disayangkan bila kita menjadi salah satu daerah yang tidak diakui karena kesung-guhan dan kerja keras kita menyakinkan bahwa pahlawan kita sejatinya layak menjadi pahlawan Nasional kurang op-timal. (amr)

P “Pahlawan kita sejatin-ya layak menjadi pahla-wan Nasional”

Sebuah Perjuangan Pahlawan Kaltim“Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga” Oleh : Ayu Lestari

Mahasiswi Fakultas MIPA Unmul

“Iya, ini mimpiku yang dulu yang pernah aku sampaikan

kepadamu, aku akan mewujud-kannya lalu aku memberitahu-

mu.” Jawabnya gembira.

S

07 MAJALAH SKETSA XII 16MAJALAH SKETSA XII

I

PERANGKAP PANGAN ‘CENGKRAM’ INDONESIAPemenuhan pangan nasional bukan hanya masalah yang diemban oleh petani, namun Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat juga perlu berperan aktif di dalamnya. Disadari atau tidak bahwa Indonesia saat ini diambang krisis pangan.

MAJALAH SKETSA XII08FOKUS CERPEN OPINIUKM JURNALISTIK

IbrahimKetua UJUR 2013/2014

KENAPA KAMI MENCINTAI

UKM JURNALISTIK

15 MAJALAH SKETSA XII

Mengungkapkan kecintaan saya terhadap Ujur, layaknya definisi cinta yang begitu rumit perumusannya.. Cinta itu ibarat angin, tak terlihat namun kita bisa merasakannya.. Dan di Ujur saya merasakan sepoi-an angin yang menentramkan pikiran . Karena kita ‘Berbagi dan Menginspirasi’

Muamar Panggabean (Kabiro Iklan Pemasaran UJUR 2013/2014)

Gak perlu alasan spesifik untuk mencintai ujur. Cukup coba bertahan, dan cinta itu

seketika merebak.

Siti Rahma (Sekretaris UJUR 2013/2014)

Meldina Ariani (Kadiv Litbang UJUR 2013/2014)

Mengapa aku mencintai Ujur ??Tidak ada alasan yang pasti,

karena yang pasti hanya “AKU MENCINTAI UJUR”

Hesti Kusrini (MPO UJUR 2013/2014)

Saya mencintai kampus, dan saya mencintai saudara-saudara saya disana (Ukm Jurnalistik Unmul,

red)

UKM JURNALISTIK adalah ibuku, cintaku padanya ibarat cinta anak pada ibu yang telah melahirkan, merawat, dan mendidik anaknya. Sahabatku ! mereka yang berjuang didalamnya tau bagaimana saya, kami, dan semua orang disana begitu mencintai dia.

Page 6: Sketsaunmul

I Never Imagine, I can kiss Taj Mahal

-ristek karena harus mempersiapkan mimpi untuk ke Pimnas, dan diwakilkan oleh rekan saya. Sebelumnya peserta Technopreneurship yang masuk diseleksi dari proposal berisikan ide bisnis dengan produk jual yang bersifat hasil dari suatu teknologi. Setelah move on dari gagal masuk Pimnas, dan telah melepas kes-empatan emas dalam Technopreneur-ship, saya mencoba mendaftar program Asean Students Visit to India 2013 sebagai perwakilan Indonesia dari.Universitas Mulawarman.

Tertunjuknya saya mewakili ala-mamater Unmul ini karena saat Monev PKM lalu, diawal opening saya menggu-nakan bahasa inggris dan pihak kampus akhirnya mengira saya mahir berbicara dengan bahasa tersebut Selain itu karena salah satu persyaratan peserta telah me-miliki bidang usaha atau sedang dalam ta-hap pengembangan, maka dengan produk berupa Eco-Box yang masuk dalam selek-si Technopreneurship saya memberanikan diri lagi untuk mendaftar. Finally, setelah penantian yang lama akhirnya dihubungi oleh pihak Ke-menpora yakni mbak Inda Purnamaning-sih diminta agar melengkapi semua ke-lengkapan ke India seperti mencari baju adat setempat, baju batik, kelengkapan seragam A1, dll. Untuk menyolidkan dele-gasi Indonesia dan mengarahkan tentang kegiatan yang akan berlangsung disana. Maka dalam Pre-Departure Training selama 4 hari yang diadakan di Hotel Pitagiri, Jakarta kami pun dilatih Culture Performance untuk tampil disana.

Mengutip sebuah kalimat dalam novel ‘Sang Pemimpi’ karangan Andrea Hirata, ‘Orang-orang kecil seper-ti kita jika tak memiliki mimpi akan mati’. Mungkin inilah sebuah kalimat yang mendoktrin saya untuk terus melaku-kan apa yang menjadi sebuah keinginan. Berkunjung ke negara yang saat ini pertumbuhan ekonominya hampir mendekati China, negara yang terkenal akan sebuah keindahan Taj Mahal merupakan suatu hal yang tak pernah terbesit dalam sebuah pikiran. Berawal dari memenuhi ambisi untuk masuk sebagai salah satu peserta dari ajang bergengsi ilmiah nasional yakni Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pim-nas) XXVII, ketika itu saya mempresen-tasikan hasil laporan kemajuan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebagai salah satu syarat agar dapat lolos ke Pimnas di gedung Rektorat (23/07). Namun usaha yang telah di-lakukan lebih dari setahun mulai dari pengajuan proposal PKM pada November 2012, menunggu pengu-muman tentang proposal PKM yang didanai oleh Dikti hampir 3 bulan, lantas menyelesaikan apa yang telah kita rancang hingga 5 bulan sampai monitoring dan evaluasi (Monev) den-gan mempresentasikan hasil lapo-ran kemajuan tak membuahkan hasil. Selang beberapa bulan pen-gumuman saya dinyatakan tidak ma-suk Pimnas yang akan berlangsung di Universitas Mataram, sempat terbesit kecewa namun ada perasaan bangga karena dari proposal PKM yang ma-suk ke Dikti sebanyak kurang lebih 32.000 yang didanai hanya 7000, dan karena seleksi sangat selektif diambil 400 kelompok yang berhak masuk ke Pimnas, dan dari Unmul hanya lolos 1 kelompok untuk ke ajang Pimnas. Belum lagi sebelumnya, saya ha-rus melepas pelatihan Technopreneur-ship 2013 yang diselenggarakan Kemen

Agar membuat hadirin dari neg-ara-negara ASEAN lain terlebih khusus India terpukau, kami delegasi Indonesia menampilkan tari Saman untuk pem-buka dan dilanjutkan medley lagu-lagu daerah, dan penampilan individu tari Bali, Batak, dan Jawa. Sedangkan penu-tup penampilan dengan iringan lagu India ‘Kajrare’ delegasi Indonesia me-nari layaknya pemain film Bollywood.Incredible India, Which Part ? Slogan kebanggaan India ‘In-credible’ nampaknya membuat saya bingung, sesampai di kota pertama yakni Mumbai rasanya sama seperti di Jakarta. Macet, dan banyak Bajaj. Hanya beda warna kulit dan wajah orang-orang disana. Mumbai yang terkenal akan industri filmnya ‘Bolly-wood’ saat ini sedang gencar-gencarnya memproduksi filmnya. Dengan kota pal-ing padat peduduknya di India, Mumbai memiliki pendapatan per kapita yang cukup tinggi dibandingkan kota lainnya. Namun, kesejahteraan pen-duduk disana nampak begitu kontras. Disatu bagian terdapat rumah-rumah bagus, dan di kolong-kolong jembatan banyak sekali penduduk yang tinggal disana, bahkan terdapat pula yang ting-gal dijalan. Berbeda dengan Indonesia yang mana gelandangan dan pengemis

(Gepeng) itu ditertibkan oleh Satpol PP, disana terlintas dibiarkan saja. Menurut guide yang mendampingi perjalanan ke-sana, sebenarnya mereka sudah diberi-kan tempat tinggal dari rumah susun.

Namun mereka menyewa kan dan kembali lagi kejalanan, entah pernyataan tersebut benar atau tidak. Sebelumnya saya lupa menjelaskan mak-sud dari program ini diadakan, ya tujuan utama diselenggarakannya kegiatan ini adalah memperkenalkan pemuda-pemudi ASEAN tentang kemajuan dalam bidang perekonomiannya, industri mereka yang tumbuh dengan pesat, tempat-tempat wisata. Yang kesemuanya itu intinya sep-erti visit atau istilah kerennya ‘Full Jalan-jalan’ Penggagasnya adalah Confideration of India Industry (CII), perusahaan yang bergerak dalam bidang green bussines dengan main company di Hyderabad.

Dari tanggal (22-24/10) dikota ‘Bolly-wood’ ini kami mengunjungi beberapa tempat. Dihari pertama (22/10) tempat yang dikunjungi adalah Gate of Mumbai, dan Phoenix Market City Curla. Gate ini merupakan tempat wisata yang cukup ramai, terletak di tepi pantai dan melam-bangkan pintu masuk dari kota Mumbai. Setelah menikmati kemegahan Gate ini kami melanjutkan perjalanan ke mall Phoenix Market City Curla. Tak berbeda dengan mall yang lainnya acara shop-ping seperti ini tak begitu menyenang-kan bagi saya. Peserta diberikan waktu selama 3 jam untuk memanfaatkan uang saku selama kegiatan yang telah diberi CII sebesar 6000 Rupee (Rp 1.200.000)

Pinggir Pantai Mumbai Siapa orang yang paling anda kenal dari India ? Ya, Shah Rukh Khan. Banyak dari rekan-rekan sebelum saya berangkat dengan tanpa dosa meminta oleh-oleh tanda tangan darinya. Jelas, hal itu tidak memungkinkan dengan jadwal yang pa-dat. Namun tidak mengecewakan mereka, saat perjalanan pulang ke hotel Courtyard Marriot kami melewati rumah artis pe-meran Rahul di film Kuch Kuch Hotahe.

Kalau tidak salah hitung rumahnya berlantaikan 5, dan didepan rumahn-ya adalah pantai. Banyak wisatawan yang berada didepan pantai, entah mereka menunggu Shah Rukh Khan (SRK) pulang atau sekedar liburan. Berbeda dengan Mumbai, Hyderabad kota yang lebih bersih. Disinilah perusa-haan CII yang merupakan badan pemer-intah yang berkonsentrasi dalam keg-iatan go green berada. Tidak hanya ingin menjadikan tempatnya hijau dengan tumbuhan, namun juga ingin menjadikan dan membuat proyek penghijauan yang menghasilkan dan saling berkesinambun-gan. Bahkan sudah banyak melakukan daur ulang sampai pada halhal terke-cil dan juga daur ulang untuk beberapa perlengkapan dalam badan CII sendiri. Yang menarik mereka telah lebih dahulu

dibanding Indonesia memproduksi ber-bagai teknologi sebagai sumber energi alternatif seperti solar cell, turbin, dll.

Barulah disini selama (24-27/10) saya mengetahui dibalik kesederhanaan India adalah keluar biasaan, penduduknya may-oritas lebih senang menaiki Bajaj dan Bus besar yang terlihat tua namun emisi dari kendaraan tersebut sangat rendah. Kar-ena mereka sudah menggunakan energi yang ramah lingkungan seperti bahan ba-kar gas. Jadi polusi disana sangat sedikit berbeda dengan Indonesia, menurut survey tentang produksi mobil di dunia.

Setelah China sebagai pemroduksi mobil terbanyak didunia India menem-pati posisi nomor dua dengan produksi sekitar 2,2 juta namun konsumen dalam negerinya kurang lebih 1,1 juta. Berbeda dengan Indonesia dengan produksi 1,1 juta dan konsumennya yang mencapai 1 juta pertahunnya. Mobil India ban-yak diekspor ke negara lain, saya me-nyimpulkan rasa kesederhanaan yang diajarkan Mahatma Gandhi nampaknya mengakar pada diri masyarakat India.

New Delhi Sesampai di New Delhi pada (27/10) siang hari, kami delegasi Indonesia me-matangkan kembali latihan untuk Culture Performance di Gala Dinner. Sebagaimana

telah saya jelaskan sebelumnya, dari tiap daerah memakai baju adat masing-mas-ing, dan dengan perasaan bangga saya memakai baju adat Dayak disana. Agak ri-bet bagi saya saat Gala Diner, karena diaw-al menggunakan baju adat dan mendekati tampil harus ganti baju untuk tari Saman, kemudian setelah tampil memakai baju Dayak lagi. Selain ribet gonta-ganti baju, agak kewalahan karena banyak pengun-jung yang meminta foto bersama setelah melihat betapa uniknya baju adat yang saya pakai. New Delhi kota yang sangat teratur den-gan berbagai pusat pemerintahan India, dilihat dari arsitekturnya hampir me-nyerupai Eropa.Agra

Kota terakhir yang menjadi tujuan dan paling ditunggu. Agra, kota yang memiliki salah satu keajaiban dunia ‘Taj Mahal’ har-us ditempuh selama 4 jam dari New Delhi. Namun lamanya perjalanan tak terasa lama karena disepanjang jalan menuju Agra pemandangan pedesaan begitu in-dah untuk dilihat. Belum lagi kami melihat lintasan Formula 1 2013 (25-27/10) yang

Tahukah anda ? Untuk mempersiapkan adanya Komunitas ASEAN ini, sekolah-sekolah di Thailand sudah mengajarkan siswa-siswinya bahasa Indonesia

Hai, mahasiswa ? Apakah anda masih dirundung kesibukan dengan tugas kuliah yang menum-puk atau bahkan dilema akan ke-galauan ? Namun ada satu hal yang perlu kita pikirkan sebagai maha-siswa yang merupakan pemimpin dimasa yang akan datang. Pemba-hasan terkait ASEAN Community yang akan berlangsung pada tahun 2015 nampaknya kurang menjadi topik pembicaraan dikalangan kita. Bahkan masih banyak dian-tara kita yang tak mengetahui betapa besarnya kesempatan yang dapat kita lakukan di tahun 2015 mendatang. Sebelum membahas lebih jauh ba-gaimana kesempatan dan peluang yang kita dapat lakukan, ada pent-ingnya mengetahui lebih dalam apa itu ‘ASEAN Community 2015’ ? Sejatinya, ASEAN Com-munity 2015 atau Komuni-tas ASEAN 2015 baru akan dibentuk pada tahun 2020. Namun berdasarkan kesepak-atan hasil Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-12 ASEAN di-percepat menjad tahun 2015. Mungkin ada yang bingung bukankah ASEAN sudah dibentuk sejak tahun 1967 ? Ya, namun diben-tuknya komunitas ini dimaksud-kan agar menjalin kerjasama yang lebih luas lagi. Agar lebih mu-dahnya pernah mendengar ten-tang UNI Eropa kan ? Jadi nantinya negara-negara ASEAN akan menjadi suatu kawasan yang terciptakan visi yang satu dan mendorong ter-ciptanya kesejahteraan dan sal-ing peduli antar sesama anggota. Ada tiga landasan utama yang menjadikan dasar terben-tuknya Komunitas ASEAN, yakni 1. Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN

2. Komunitas Ekonomi ASEAN3.Komunitas Sosial & Budaya ASE- ANKomunitas Sosial & Budaya Kerjasama yang satu ini dapat mempermudah kita bagi rekan-rekan mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke negara sekitar ASEAN. Toh, universitas yang ada di Singapore, Thailand, dan Malay-sia dll memiliki rating yang baik di Asia. Karena tujuan bagian komuni-tas ini adalah untuk memajukan dan mensejahterakan antar negara ASE-AN dalam bidang sosial, kebuday-aan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan, dan masalah seputar so-

sial budaya. Tidak hanya itu Komunitas Sosial dan Budaya ASEAN ini di-harapkan mampu menciptakan ma-syarakat yang beradab, saling men-jaga toleransi antar negara ASEAN, saling menghormati, menciptakan rasa persodaraan yang lebih kuat serta menjunjung tinggi rasa kema-nusiaan atar negara ASEAN. Jadi dimana pun orang Singapura, Malay-sia, Vietnam, Indonesia dan lainnya berada sebuah tali persaudaraan dan menjunjung tinggi rasa sosial kemanusiaan antar warga ASEAN.

ASEAN’. Komunitas Ekonomi ASEAN Point ini merupakan pokok yang paling krusial dan menarik kita persiapkan sebagai generasi mendatang, karena apa ? Karena bea pajak ekspor hampir tidak ada, sehingga persaingan produk dan jasa antar negara ASEAN akan di uji. Perlu dibuat produk dengan barang yang berkualitas namun harga ter-jangkau. Selain produk dan barang yang akan bebas masuk ke tiap nega-ra ASEAN, pekerja dari negara mana pun yang berasal dari negara ASEAN akan mudah masuk karena tidak

perlu menggunakan paspor maupun visa kerja. Tahukah anda ? Untuk mem-persiapkan adanya Komunitas ASEAN ini, sekolah-sekolah di Thailand sudah mengajarkan siswa-siswinya bahasa Indo-nesia. Kembali pada diri kita, pada dasarnya siap atau tidak siap di 2015 Indonesia akan menghadapi Komunitas ASE-AN. Lantas apakah yang sudah

kita rencanakan dan siapkan untuk tahun tersebut ? Bisa jadi lapangan pekerjaan yang sudah sempit ini akan bertam-bah sempit lagi ketika warga-warga negara lain berdatangan ke Indo-nesia. Memang terdapat beberapa point positif seperti kita pun dapat mengembangkan usaha kita ke luar negeri dengan lebih mudah.Sekali lagi tergantung bagaimana kita yang memilih, mengambil kesempatan itu atau membiarkan orang lain merebutnya ? (Mua)

Judul Buku : ‘A9AMA’ SAYA ADALAH JURNALISMEPenulis : Andreas HarsonoPenerbit : KanisiusTahun Terbit : 2010Tebal buku : 1-268 hlm, 14,5 x 22 cm

ers sebagai media massa me-miliki peran yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat.

Tugasnya untuk mengantarkan ke-benaran kepada publik, itu bukan hal mudah. Antologi ini akan men-gantarkan para jurnalis muda untuk mengerti apa arti jurnalisme ses-ungguhnya, dan bagaimana menjadi jurnalis yang benar-benar bermutu. Anderas Harsono, seorang yang pernah bekerja sebagai wartawan The Jakarta Post, The Nation (Bangkok), The Star (Kuala Lumpur) dan Pantau (Jakarta) men-gumpulkan hasil Tanya-jawabnya dengan wartawan muda dan ma-hasiswa tentang masalah-masalah dikalangan wartawan di Indonesia. Andreas mengutip ucapan Bill Ko-vach, gurunya ketika belajar di Har-vard “Makin bermutu jurnalisme di dalam masyarakat, maka makin ber-mutu pula informasi yang didapat masyarakat bersangkutan. Dan ma-kin bermutu pula keputusan yang akan dibuat”. Dia percaya kehidupan masyarakat akan semakin bermutu

bila jurnalisme dalam masyarakat tersebut juga bermutu. Mengapa “A9AMA SAYA ADALAH JURNAL-ISME”? Agama adalah sesuatu yang membawa kebaikan. Sama seperti jurnalisme yang akan membawa ke-baikan pada khalayak banyak, lagi-lagi jika jurnalisme-nya bermutu. An-tologi ini juga memuat teknik-teknik jurnalistik yang mudah dimengerti dan bahasa yang jernih. Dengan 9 elemen jurnalisme, wartawan akan menghasilkan sebuah informasi yang konkrit. Dan untuk menuliskan in-formasi tersebut, seorang wartawan hanya perlu tahu dan berani. Tahu disini dimaksudkan sebagai sejauh mana wartawan memahami isu yang beredar dan mengetahui kebenaran-nya, dari hasil riset dan wawancara kebenaran akan didapatkan. Setelah itu wartawan harus berani menu-liskan kebenaran tersebut ke dalam media. JURNALIS HARUS KRITIS, peka terhadap keadaan masyarakat. Memberitakan informasi yang dibu-

masyarakat, bukan memberitakan apa yang ingin diberitakan. Bagaima-na membangun sifat kritis itu? An-dreas menjawab “Wartawan harus lebih banyak membaca buku, lebih banyak menulis, lebih banyak mem-baca, hingga tanpa disadari ratusan buku telah dibaca, menulis lebih ban-yak dari biasanya dan sudah bertan-ya dengan ribuan orang”. Sifat kritis itu akan muncul seiring dengan ber-jalannya waktu. Untuk Jurnalis Muda disana, jangan lewatkan kesempatanmu un-tuk menemukan inspirasimu disana. Baca, dan kau akan mengerti arti ju-rnalisme sesunggguhnya dalam buku ini. Mulailah dari meningkatkan kualitas diri, dan kita akan melihat perubahan di masyarakat kita. (din)

Note From IndiaOleh : Muamar Khadaffi PanggabeanMahasiswa Fakultas Teknik

MAJALAH SKETSA XII09

Oleh : Meldina ArianiMahasiswa Fisipol Unmul

P

14 MAJALAH SKETSA XII

Mengenal ASEAN Community 20155 Negara Terkuat di ASEAN

MAJALAH SKETSA XII13 MAJALAH SKETSA XII 10RESENSI SOROTAN SAMBUNGANRAGAM

KARTUN BUJUR !

Page 7: Sketsaunmul

aya masih ingat pertama kali saya menginjakkan kaki di luar negeri adalah ketika mendapat kesem-patan mengikuti program pertu-

karan pelajar ketika saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Sebuah pengalaman sangat berharga untuk bela-jar mengenal dan merasakan perbedaan, baik itu perbedaan pendapat, budaya, suasana belajar, dan sebagainya. Hal yang kemudian terulang lagi ketika saya melanjutkan pendidikan saya ke jenjang S2 di negara benua yang berbeda. Kare-na ternyata belajar di luar negeri bukan semata-mata urusan pintar atau tidak, bisa melihat kesempatan atau tidak, pu-nya biaya atau tidak, tetapi siapkah kita membuka diri pada perbedaan. Menyikapi perbedaan itu bukanlah hal yang mudah. Contoh kecil saja, makanan yang kita konsumsi tidaklah sama kare-na bumbunya berbeda, dan belum tentu bertemu dengan beras untuk dimasak nasi seperti kebiasaan kita disini. Di seko-lah dan di kampus bertemu dengan guru atau dosen yang sangat high-demanding. Budaya mengantri, budaya tepat waktu, atau tidak adanya kewajiban menganut agama, serta culture shock karena meli-hat orang bermesraan ditempat umum. Sampai hal yang cukup ekstrim, mengh-adapi perakuan yang tidak mengenakan alias diskriminasi karena tampilan asia dan kerudung yang saya gunakan. Anyway, let me focus to share my story when I was doing my master degree in Australia. Saya melanjutkan pendidikan saya waktu itu setelah kurang setahun menjadi dosen di Univ. Mulawarman. Bu-daya belajar gaya mahasiswa Indonesia lazimnya mulai beralih bentuk menjadi kebiasaan membaca karena tuntutan profesi dosen. Namun sebagai maha-siswa bentukan sistem pendidikan di In-donesia yang berpusat pada dosen, maka gaya tersebut tentu saja masih terbawa-bawa di masa awal pengalaman belajar saya di tempat baru. Hari pertama masuk di kampus The University of Western Australia, hanyalah merupakan masa sosialisasi antar siswa internasional. Ada kegiatan penjelasan dan perkenalan dengan kehidupan kam-pus disana, selebihnya kami habiskan dengan campus tour dan barbeque-an

Hari berikutnya ketika kuliah dimulai, disinilah ‘perang’ terhadap komitmen untuk benar-benar belajar dimulai. Tan-pa basa-basi yang terlalu lama. Berbeda dengan kebanyakan kampus di Indone-sia, dimana mahasiswa bisa berharap minggu pertama itu kosong karena bi-asanya masih berisi masa penyesuaian untuk pindah kelas dan lain sebagainya yang sering dijadikan alasan untuk tidak masuk diminggu pertama. Tapi disana, ketika kuliah perdana dimulai dosen dengan segera membanjiri para maha-siswanya dengan bahan-bahan kuliah dan tugas, from day one! Pengenalan umum mengenai mata kuliah hanya berlangsung sebentar. Selebihnya dosen memberi fondasi materi kuliah sepan-jang satu semester dan pengenalan men-genai konsep-konsep kunci. Dari hari pertama kuliah kita sudah diberi tahu mengenai presentasi yang akan kita lakuan, apakah individual atau tugas berkelompok. Selain itu tuntutan untuk selalu membaca buku teks untuk kuliah dan sejumlah artikel pemband-ing untuk mengerjakan tugas-tugas yang harus dikumpulkan tidak bisa diindah-kan begitu saja. Setiap minggu ada saja tugas yang menanti untuk dikumpulkan. Presentasi dan diskusi merupakan hal yang ‘wajib’ untuk dilaksanakan bagi se-tiap mahasiswa yang ada di dalam kelas untuk mendapatkan penilaian agar bisa lolos dari mata kuliah tersebut. Jadi artinya setiap minggu ketika kuliah adalah baca, baca, baca, tulis, tulis, tulis, diskusi, diskusi, diskusi. Meskipun tugas-nya bersifat kelompok, setiap anggota kelompok dituntut untuk menyiapkan diri untuk diskusi kelompok dan proses penyusunan tugas tanpa terkecuali jika

ingin mendapatkan penilaian secara baik. Hanya empat mata kuliah memang yang diambil di tiap semesternya, tapi seluruh mata kuliah tersebut memiliki tugas yang jatuh temponya di minggu yang berbeda-beda. Dimana semuanya merupakan big project yang harus dikerjakan sejak minggu tertentu karena proses pe-nilaian yang sangat selektif, sehingga tidak ada yang ingin menunggu last minute untuk mengerjakan tugas. Karena plagiarism (alias copy paste dari internet) adalah hal yang pasti akan me-nyebabkan kita fail di mata kuliah yang diambil tersebut. Bisa dibayangkan ke-mudian apa yang terjadi dalam hari-hari perkuliahan yang dijalani dengan setting seperti itu. Di awal-awal semester mung-kin masih memungkinkan untuk berja-lan-jalan menikmati kota yang baru kita tinggali. Namun ketika komplikasi akti-vitas menajam karena seluruh mata ku-liah menuntut persiapan dan pengerjaan serta partisipasi yang baik dalam setiap sesinya, hilanglah fenomena kongkow dan jalan-jalan tersebut. No free rider al-lowed in the class !! Kendala lain adalah soal budaya partisipasi. Di Indonesia, kebanyakan kita ketika kuliah hanya ‘disuap’ oleh dosen. Budaya diam itu emas tidak bisa dihindarkan bahkan tumbuh dengan subur. Namun kondisi demikian, akan menjadi masalah besar di luar negeri karena tidak mungkin bisa menghindari tuntutan kuliah seperti presentasi atau menjawab pertanyaan dosen di kelas, kecuali ingin ‘bunuh diri’ untuk menda-patkan nilai yang lulus. Begitulah kira-kira pengalaman kuliah di negara yang berbeda secara sistem akademik. Setiap mahasiswa yang hanya dibebani dengan empat mata kuliah setiap semester, seperti sudah ti-dak punya waktu untuk melakukan hal-hal lain lagi. Dengan jadwal rutin berang-kat jam 8 pagi dan pulang jam 10 malam dilakukan hampir setiap hari. Dihabis-kan di perpustakaan atau laboratorium komputer untuk browsing internet men-cari data untuk tugas-tugas yang terus bergantian yang menuntut akses artikel pada online journals demi kemutakhiran informasi. *

Rina Juwita, S.Ip., M.HRIRDosen Ilmu Komunikasi FISIP Unmul

Indonesia yang Bhinneka : Pertukaran Pemuda Antar Suku Memupuk Kebhinnekaan Pemuda Borneo

alimantan Timur (Kaltim) merupakan provinsi yang memiliki penduduk dari ber-

bagai macam suku. Mulai dari suku asli yaitu suku Dayak dan Kutai serta suku pendatang seperti suku Mad-ura, Jawa, Bugis, Buton, Minang, dll. Namun keheterogenitasan ini justru kerap kali menimbulkan kon-flik yang serius antar suku tersebut. Pertukaran pemuda antar suku perlu dilakukan untuk menum-buhkan rasa kebhinnekaan serta tenggang rasa atara pemuda dari bermacam suku-suku tersebut. Pertukaran pemuda ini di-lakukan dengan cara tiap suku mengirimkan 5 orang pemuda un-tuk belajar budaya dan hidup ber-sama suku lain selama 3 bulan. Setelah melewati program pertu-karan ini, pemuda-pemuda tadi akan bekerjasama untuk melaksanakan festival budaya serta mengajarkan bu-daya suku lain pada sukunya sendiri. Selain itu mereka juga akan berlaku sebagai duta perdamaian antar suku. Jika konflik terlanjur terjadi, maka pemuda-pemuda tadi akan memfasilitasi diplomasi antar suku untuk menyelesaikan konflik.

Kegiatan ini juga harus di-lakukan secara rutin tiap tahun.Kaltim mempunyai penduduk dari berbagai macam suku bangsa. Provinsi penghasil bat bara ini awal-nya di huni oleh suku Dayak dan Kutai.

Seiring berjalannya wak-tu banyak suku pendatang yang menetap, seperti suku Jawa, Bugis, Madura, Makassar, Buton, Minang dll. Bahkan jumlah pendatang tiap tahun semakin bertambah. Meski-pun saat ini adalah era modernisa-si, namun sistem kesukuan masih begitu kental. Beberapa suku sep-erti Dayak, Banjar, dan Bugis masih menggunakan sistem kepala suku. Konflik antar suku di Kaltim yang dijuluki Borneo ini, merupakan hal yang biasa terjadi. Masih ter-ingat kejadian pada Februari 2001 lalu, perang Sampit antara suku Dayak dan suku Madura. Puluhan nyawa melayang dan bergelimpangan dimana-mana. Wa-laupun kejadian tersebut sudah lama berlalu namun sebenarnya konflik diantara mereka masih rentan untuk terjadi kembali. Konflik tidak hanya terjadi antara suku Dayak dan Madu-ra saja namun konflik juga kerap kali terjadi antara suku Dayak dan Bugis. Tahun 2011 lalu bahkan konflik an-tara kedua suku ini terjadi di sekitar kampus Universitas Mulawarman.Mereka yang terlibat konflik secara langsung bukan hanya orang-orang tua yang masih tinggal di pedalaman, namun lebih dominan antara orang-orang yang sudah terpelajar, seperti mahasiswa. Inilah yang membuat resah, mahasiswa yang diharapkan mampu meredam sentimen antar suku, justru menjadi pemicu konflik.

Beberapa kasus terjadi kare-na konflik pribadi antara mahasiswa dari suku tertentu dengan mahasiswa dari suku lainnya. Walhasil ketika mereka tak mampu menangani ma-salah mereka sendiri, mereka men-datangkan bala bantuan dari suku mereka. Jika sudah bala bantuan dari suku mereka yang turun tanggan, poli-sipun tak mampu berbuat apa-apa. Pertukaran pemuda untuk mempelajari budaya antar suku penting dilakukan. Sebab konflik bisa diredam jika pemuda dari beberapa suku tersebut saling bekerjasama dan saling memahami budaya mas-ing-masing suku. Pemuda usia 19-25 tahun dipilih untuk melakukan pro-gram ini sebab usia muda dinilai usia yang produktif untuk berkreatifitas, selain itu pemuda merupakn calon-calon pemimpin dan penerus dari ke-berlangsungan budaya suku mereka. Pertukaran pemuda antara suku ini juga bertujuan untuk me-ningkatkan rasa kebhinnekaan an-tara pemuda yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Pertukaran pemuda bisa dilaku-kan dengan cara setiap suku men-giraimkan 5 orang pemuda untuk mempelajari budaya suku lain baik berupa bahasa suku tersebut, ma-kanan khas, tarian daerah, kesenian daerah, dll. Pemuda yang dikirim-kan tadi juga wajib hidup bersa-ma suku terkait selama 3 bulan. (bersambung).....

Belajar di Luar Negeri, Study Life Balance

S

Anyway, let me focus to share my story when I was doing my master degree in Australia.

““

MAJALAH SKETSA XII MAJALAH SKETSA XII1211 FEATUREEDUTAINMENT

K

Namanya Fitriana (FKIP 2011) merupakan salah satu keluarga UKM Jurnalistik, staff pada bidang Redaksi yang berhasil menjadi salah satu finalis dalam lomba penulisan artikel yang diselenggarakan oleh Tempo Institut.