Skenario Studi Kasus 2 A

5
LAPORAN CASE STUDY 2 BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 Tika Hestiana (G1G009010) SKENARIO KASUS Seorang wanita berumur 40 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri setelah beberapa jam mengalami kecelakaan lalu lintas. Pemeriksaan klinis menyatakan bahwa gigi permanen insisiv sentral kiri maksila mengalami fraktur mahkota akar dengan pulpa terbuka, meskipun patahan fraktur tersebut tertinggal ditempat. Patahan mahkota telah dihilangkan dan saluran akar telah diisi dengan gutta-percha dan resin sealer menggunakan teknik kondensasi lateral. ANALISIS KASUS A. Pemeriksaan Subjektif 1.Keluhan Utama (CC): merasakan nyeri pada gigi depan. 2.Keadaan Sakit Sekarang (PI): nyeri setelah beberapa jam mengalami kecelakaan. 3.Riwayat Dental Sebelumnya (PDH): tidak diketahui 4.Riwayat Medis Sebelumnya (PMH): tidak diketahui. 5.Riwayat Sosial (SH): tidak diketahui. B. Pemeriksaan Objektif Hasil pemeriksaan objektif intra oral menunjukan bahwa gigi 21 mengalami fraktur mahkota akar dengan pulpa terbuka. C. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiograf berupa periapikal dapat sebagai pilihan dengan tujuan untuk mengetahui luasnya fraktur dari gigi tersebut dan keadaan jaringan periodontal apakah mengalami pelebaran atau kerusakan. D. Diagnosis Diagnosis dari kasus tersebut adalah fraktur Ellis kelas III. E. Rencana Perawatan Rencana perawatan yang diberikan yaitu pembuatan mahkota jaket dengan pasak inti logam. PROSEDUR PERAWATAN PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013 | 1

description

ad2

Transcript of Skenario Studi Kasus 2 A

Page 1: Skenario Studi Kasus 2 A

LAPORAN CASE STUDY 2 BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2Tika Hestiana (G1G009010)

SKENARIO KASUS

Seorang wanita berumur 40 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri setelah beberapa jam mengalami kecelakaan lalu lintas. Pemeriksaan klinis menyatakan bahwa gigi permanen insisiv sentral kiri maksila mengalami fraktur mahkota akar dengan pulpa terbuka, meskipun patahan fraktur tersebut tertinggal ditempat. Patahan mahkota telah dihilangkan dan saluran akar telah diisi dengan gutta-percha dan resin sealer menggunakan teknik kondensasi lateral.

ANALISIS KASUS

A. Pemeriksaan Subjektif1. Keluhan Utama (CC):

merasakan nyeri pada gigi depan.

2. Keadaan Sakit Sekarang (PI): nyeri setelah beberapa jam mengalami kecelakaan.

3. Riwayat Dental Sebelumnya (PDH): tidak diketahui

4. Riwayat Medis Sebelumnya (PMH): tidak diketahui.

5. Riwayat Sosial (SH): tidak diketahui.

B. Pemeriksaan ObjektifHasil pemeriksaan objektif

intra oral menunjukan bahwa gigi 21 mengalami fraktur mahkota akar dengan pulpa terbuka.

C. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiograf

berupa periapikal dapat sebagai pilihan dengan tujuan untuk mengetahui luasnya fraktur dari gigi tersebut dan keadaan jaringan

periodontal apakah mengalami pelebaran atau kerusakan.

D. DiagnosisDiagnosis dari kasus

tersebut adalah fraktur Ellis kelas III.

E. Rencana PerawatanRencana perawatan yang

diberikan yaitu pembuatan mahkota jaket dengan pasak inti logam.

PROSEDUR PERAWATAN

Prosedur pembuatan pasak inti logam yaitu:A. Preparasi Mahkota

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam preparasi mahkota yaitu:1. Menghilangkan struktur gigi

yang lemah dan mempertahankan struktur gigi yang kuat dengan ketebalan sisa jaringan mahkota minimal 1 mm. Pembuatan ferrule pada mahkota dapat mencegah fraktur pada saat gigi berfungsi.

2. Bentuk retensi didapatkan dengan menyisakan 3-5 mm bahan pengisi di bagian apeks.

3. Bentuk resistensi didapatkan dengan pembuatan ferrule dan bentuk ovoid / groove pada orifis.

Preparasi pada bagian sisa mahkota dapat menggunakan diamond bur tipe cylindrical. Permukaan atap akar dibagi menjadi dua bidang bersudut 1200

di tengah permukaan akar, setinggi 0,5 – 1 mm dari margin gingival (Smith et al., 2007)

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013 | 1

Page 2: Skenario Studi Kasus 2 A

Ada baiknya dilakukan perpanjangan preparasi pada dinding aksial mehkota keapikal untuk memberikan efek ferrule (Gambar A). Selanjutnya sekeliling permukaan dibuat bevel menggunakan bur diamond round end tapered cylindrical (Smith et al., 2007; Jones and Grundy, 1992).

B. Preparasi Saluran Akar dan Mengeluarkan Bahan Pengisi.1. Preparasi saluran akar

Setelah panjang kerja tercapai, saluran akar diperlebar menggunakan peaso reamer/ root canal drill kecepatan rendah. Panjang kerja pasak maksimal 3/4 panjang saluran akar atau 1-2 mm lebih panjang dari mahkota klinis serta diameter pasak maksimal 1/3 diameter saluran akar. Bila

penampang orifis bulat, maka dibuat menjadi ovoid, namun bila diameter penampangnya kurang dapat dibuatkan kunci sebagai key lock berupa groove sedalam 1,5 mm guna sebagai retensi dan resistensi pasak. Selanjutnya sudut-sudut dibulatkan.

2. Pembuangan gutta-percha dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Konvensional,dengan instrumen putar, low speed menggunakan bur drill bentuk bulat dengan diameter lebih kecil daripada diameter orifice (1-1,2 mm).

b. Dengan instrumen tangan, yaitu dengan root canal plugger yang dipanaskan untuk mengambil gutta perca sepanjang pasak yang dikehendaki.

c. Kombinasi, pengambilan gutta perca dengan plugger kemudian dilanjutkan dengan gates glidden drill dan peeso reamer sepanjang pasak yang dikehendaki.

Setelah pembuangan gutta-percha, harus disisakan guttap sekitar 3-5 mm dari apeks (1/3 apeks) (Smith et al., 2007; Ahmad, 2006).

3. Pembuatan model pasak dari inlay waxCara pembuatannya adalah:a. Potong kawat ortodontik sesuai

panjang saluran akar, bengkokkan kawat ke arah labial sehingga tidak mengganggu oklusi.

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013 | 2

Page 3: Skenario Studi Kasus 2 A

b. Hasil preparasi saluran akar dibasahi dengan bahan separasi (vaseline).

c. Lapisi kawat dengan inlay wax, dimulai dari bagian apikal, dalam keadaan agak lunak masukkan kedalam saluran akar.

d. Setelah mengeras keluarkan dan periksa apakah bentuk dan panjang sesuai dengan panjang kerja.

e. Masukkan kembali pola malam kedalam sal. Akar, periksa ketepatan pola malam.

f. Pembuatan pola malam inti, hal ini dapat dilakukan diluar mulut.

g. Masukkan kedalam saluran akar dan lihat hubungan proksimal, hubungan antagonis, inklinasi dan ketebalan inti.

h. Keluarkan pola malam,kelebihan kawat diluruskan dan dipotong untuk pembuatan sprue.(Ahmad, 2006)

4. Processing Setelah pola malam

dikeluarkan dari saluran akar dan sprue diluruskan dipotong secukupnya, dilanjutkan dengan prosedur penanaman model malam menggunakan gips investment dalam casting ring. Selanjutnya prosedur casting alloy dengan proses laboratorium.

5. Finishing dan polishing 6. Insersi dan sementasi semen pasak

logam.

Bahan sementasi pasak antara lain:a. Zinc fosfat, tekhnik pengadukan

2:1 dengan konsistensi lebih encer. Indikasi: anterior dan posterior.

b. Polikarboksilat.c. GIC tipe lutting (Fuji I / VII).Tahap sementasi: a. Bersihkan saluran akar dan post

and core b. Cobakan pasak inti kedalam

saluran akar sampai posisi yang tepat,

c. Periksa inklinasi dan ruang inti, apakah sudah tepat dan tersedia ruangan untuk mahkota. Inti tidak dipoles hanya dihaluskan.

d. Jika sudah tepat aduk semen sesuai dengan WP ratio.

KESIMPULAN

Seorang wanita (40 th) datang dengan keluhan utamanya gigi nyeri setelah kecelakaan. Hasil pemeriksaaan gigi 21 mengalami fraktur Ellis kelas III. Perawatan yang diberikan dengan pembuatan crown dengan inti pasak logam.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., 2006, Protocols for Predictable Aesthetic Dental Restoration, Blackwell Publishing, Hongkong.

Jones,J.G., Grundy, J.R. 1992. A Colour Atlas of Clinical Operative Dentistry Crown & Bridges, 2nd

Ed, Wolfe.

Smith, B.G., N’Howe, Leslie, C., 2007, Planning and Making Crown and Bridges, 4th ed, New York, Informa Healthcare.

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013 | 3