skenario kespro

13
SKENARIO ROLEPLAY MATA KULIAH ETIKOLEGAL KELOMPOK 2 Tema : PMS Anggota Tiwi : Bidan Dias : Sri Dian : Khodil (suami Sri) Cynthia : Cinta (anak Sri dan Khodil) Echa : Siti (Kakak kandung Khodil) Desi : Inah (Ibu kandung Khodil) Desti : Puji (Tetangga I) Dewi : Endang (Tetangga II) Dengan santainya di hari Minggu yang cerah, seorang ayah dari 4 orang anak duduk di kursi depan TV di ruang keluarga sembari membaca sebuah Koran harian Jawa. Sebut saja ia Bapak Kodhil. Tiba-tiba Istrinya Sri yang baru selesai mencuci datang menghampirinya. Sri : “Pak e… Sri mau ngomong.” Kodhil : “ Yawis tinggal ngomong to, kaya ngga biasanya” Sri : “ Pak… bapak kan tahu, Anu Sri gatel dari kemarin. Sri mau Priksa ke bu Bidan ya?” Kodhil : “ Opoo?!! Ojoo… Ya Bapak ngerti, tapi nggak papa nanti itu biar sembuh sendiri, yang penting sering-sering di siram” Sri : “ Lho?? Sembuh sendiri kapan itu Pak? Sri udah nggak tahan kalau lama-lama. Bapak lagunya kaya dokter kok an? Di siram- siram emangnya taneman!” Kodhil : “Ya yang sabar to….sambil berdoa. Pokoknya jangan ke Bidan. Bapak malu kalau ada yang tahu. Nanti Bapak carikan alternatip” Sri : “ Malu kenapa to Pak? Wong ya itu Bidan, bukan dukun. Anakmu itu ya Bidan to…? Kodhil : “ Wis, ibuk itu nggak usah banyak Tanya. Pokoknya kalau Bapak bilang tidak ya tidak usah”

description

Tindakan bidan ketika menghadapi permasalahan genting mengenai kesehatan reproduksi

Transcript of skenario kespro

Page 1: skenario kespro

SKENARIO ROLEPLAY

MATA KULIAH ETIKOLEGAL

KELOMPOK 2

Tema : PMS

Anggota

Tiwi : Bidan

Dias : Sri

Dian : Khodil (suami Sri)

Cynthia : Cinta (anak Sri dan Khodil)

Echa : Siti (Kakak kandung Khodil)

Desi : Inah (Ibu kandung Khodil)

Desti : Puji (Tetangga I)

Dewi : Endang (Tetangga II)

Dengan santainya di hari Minggu yang cerah, seorang ayah dari 4 orang anak duduk di kursi

depan TV di ruang keluarga sembari membaca sebuah Koran harian Jawa. Sebut saja ia Bapak

Kodhil. Tiba-tiba Istrinya Sri yang baru selesai mencuci datang menghampirinya.

Sri : “Pak e… Sri mau ngomong.”

Kodhil : “ Yawis tinggal ngomong to, kaya ngga biasanya”

Sri : “ Pak… bapak kan tahu, Anu Sri gatel dari kemarin. Sri mau Priksa ke bu Bidan ya?”

Kodhil : “ Opoo?!! Ojoo… Ya Bapak ngerti, tapi nggak papa nanti itu biar sembuh sendiri,

yang penting sering-sering di siram”

Sri : “ Lho?? Sembuh sendiri kapan itu Pak? Sri udah nggak tahan kalau lama-lama.

Bapak lagunya kaya dokter kok an? Di siram-siram emangnya taneman!”

Kodhil : “Ya yang sabar to….sambil berdoa. Pokoknya jangan ke Bidan. Bapak malu kalau

ada yang tahu. Nanti Bapak carikan alternatip”

Sri : “ Malu kenapa to Pak? Wong ya itu Bidan, bukan dukun. Anakmu itu ya Bidan to…?

Kodhil : “ Wis, ibuk itu nggak usah banyak Tanya. Pokoknya kalau Bapak bilang tidak ya

tidak usah”

Sri : “ Ah embuh”

Kemudian Sri pergi begitu saja dengan hati yang kesal. Ia menghampiri anaknya, Cinta yang

juga merupakan mahasiswi kebidanan semester 2 untuk menceritakan masalahnya.

Sri : “ Nduk…”

Cinta : “ Iya mah?”

Sri : “ Ibu mau cerita Cin”

Cinta : “ Iya, cerita apa Mah? Kok nggak biasanya?”

Sri : “ Ibu kan sininya keputihan Cin terus gatel sama kemerahan. Nggak nahan banget

rasanya.”

Cinta : “Waduh, infeksi itu namanya Mah”

Page 2: skenario kespro

Sri : “Ha Iya ya Cin? Terus Gimana?”

Cinta : “Ya langsung ke Bidan aja sana Mah, nanti biar dikasih antibiotic”

Sri : “Nah… itu masalahnya Cin, mamah nggak boleh ke Bidan sama Bapakmu. Malu

katane”

Cinta : “Hah? Lha emang kenapa. Itu kan punya mamah, yang dilihat nanti juga punya

mamah. Lagian bu Bidan kan udah biasa lihat begituan mah. Ngapain malu?”

Sri : “Bukan itu maksud bapakmu kayanya. Dia malu kalau ada yang tau mamah

keputihan. Biasa Bapakmu kan gengsinya tinggi”

Cinta : “Lha terus gimana? Kalau beli antibiotic sendiri Cinta nggak tau mah obatnya yang

mana”

Sri : “Ya kamu coba periksa mamah deh, nanti mbok tau ini jenisnya yang mana”

Cinta : “ yaaa nggak mau mah! Cinta juga malu lihat-lihat punya mamah. Hahaa”

Sri : “Halah…nggak usah malu sama mamah sendiri”

Cinta : “enggak ding mah, lagian Cinta belum ngerti apa-apa Mah, masih semester 2”

Sri : “Haduh, terus gimana dong”

Cinta : “Udah, mamah ke Bidan aja nggak usah bilang bapak. Yang penting kan mamah

sembuh. Nggak bagus mah kalau infeksi di pelihara”

Sri : “ Gitu ya Cin?”

Cinta : “ Iya mah… nanti bisa tambah parah malah susah disembuhin”

Sri : “Iya…iya”

Cinta : “ Tak temenin wis nanti. Ya? Jangan kaya orang bingung”

Sri : “ Iya-iya…nanti siang ya habis selesai beres-beres. Ayo bantuin mamah masak

dulu”

Cinta : “Iya mah…masak apa?”

Sri : “Masak pare pait sama tongkol”

Cinta : “AsEndangikk…”

Kemudian setelah selese beberes rumah dan memasak, Cinta dan Ibunya pergi ke Bidan Dyah

di tempat praktik mandirinya yang tak jauh dari rumahnya. Kebetulan BPM sedang tidak ada

pasien sama sekali.

Sri : (ting tong…ting tong… Ibu Sri memencet tombol bel BPM Dyah) “Assalamualaikum!”

Bidan : “Waalaikumussalam, monggo-monggo, silahkan masuk. Ealah Bu Sri sama mbak

Cinta to. Monggo-monggo (mempersilahkan duduk)”

Sri : “ Iya Bu, terimakasih”

Bidan : “ Gimana? Ada yang bisa saya bantu?”

Sri : “ehm, gini Bu. Saya ini keputihan. Anunya gatel-gatel udah 3 hari. Wis rasanya ngga

tahan banget gatelnya nemen”

Bidan : “Owh begitu, baiklah saya data dulu ya Bu”

Bidan : “ nama lengkapnya Sri Lestari to Bu?

Sri : “ Iya Bu.”

Bidan : “ kalau Bapaknya Bu? Kok saya nggak hafal-hafal”

Page 3: skenario kespro

Sri : “Bapak Kodhil Kobulajib”

Bidan : ‘ Oh iya, Pak Kobulajib. Umurnya Ibu sama Pak Kodhil berapa Bu?

Sri : “ 38 tahun sama 45 tahun BU”

Kemudian Bidan melakukan anamnesa pada Bu Sri secara lengkap.

Bidan : “ Sekarang saya periksa dulu yuk Bu, di dalam”

Sri : “Iya Bu.”

Bidan : “ Tiduran di tempat tidur, terus dilepas ya Bu celananya?”

Sr : “ Iya Bu.”

Kemudian Bidan melakukan pemeriksaan pada genetalia ibu Sri

Bidan : “ ehm…iya kemerahan sekali ini sering di garuk ya Bu?”

Sri : “Iya Bu, ngga nahan banget kok Bu”

Bidan : “Iya ini keputihannya banyak sekali. (kemudian Bidan memriksa adanya masa dan

nyeri tekan pada daerah pelvis Ibu). Ya sudah. Boleh di pakai kembali celananya”

Kemudian Bidan dan Ibu Sri kembali ke ruang anamnesa

Sri : “Bagaimana Bu?”

Bidan : “Iya Bu Sri, ini memang keputihan karena infeksi ya. Namun ibu ke dokter keluarga

ibu saja bersama suami karena untuk mengetahui suami ibu juga telah tertular atau

belum agar diberi pengobatan bersama dan saya disini tidak bisa memberikan

pengobatan.”

Sri : “ Waduh Bu, saya kesini saja tidak boleh sama suami Bu, ini diam-diam nggak

bilang suami saya”

Cinta : “ Iya Bu Bidan, Bapak saya pasti tidak mau itu. Ini saja Ibu saya kalau tidak saya

bujuk-bujuk ndak mau kesini kok.”

Bidan : “Oh begitu. (Bidan berpikir sejenak)”

Cinta : “Ehm…bagaimana kalau minta resep Bu Bidan saja. Bu Bidan kan biasa mengobati

di Puskesmas Bu. Nanti biar kami beli obatnya dua sekalian buat Bapak saya Bu”

Sri : “Wah…bener Bu. Begitu saja”

Bidan : “Maaf Bu, Mbak Cin. Saya juga tidak mempunyai kewenangna unutk memberikan

resep pengobatan di BPM. Mbak Cinta juga pasti mengerti to?”

Cinta : “Iya si Bu, tapi biasanya banyak Bidan yang ngasih pengobatan di BPM itu Bu.

Kirain Bu Dyah juga bisa”

Bidan : “Iya, biasanya kalau seperti itu karena Bidan mendapat wewenang dari dokter

Puskesmas. Namun karena disini banyak dokter keluarga yang membuka praktik, jadi

sudah tidak perlu dibantu Bidan dalam memberi pengobatan”

Cinta : “Oh begitu.”

Sri : “Waduh terus gimana ya Bu ini. Suami saya atos banget. Saya tidak bisa ngasih tau

lagi. Wong saya mau kesini saja dilarang keras kok. Apalagi dia suruh ke dokter.

Mana mau”

Bidan : “Iya Bu. Memangnya bilangnya bagaimana Bu? Alasannya kenapa kok tidak boleh

periksa?”

Page 4: skenario kespro

Sri : “Yah itu Bu kayanya suami saya malu kalau ada yang tahu saya keputihan. Kan ibu

tau sendiri suami saya gengsinya tinggi. Malah saya suruh cebok terus katanya bisa

sembuh sendiri”

Bidan : “ Oh jadi begitu. Bagaimana kalau saya ke rumah Ibu saja menemui Pak Khodil.

Saya akan jelaskan bahwa infeksi genetalia itu bukan hal yang bisa diremehkan.

Biasanya Pak Khodil mau mendengarkan saya Bu kalau pas pertemuan-pertemuan

desa itu”

Sri : “Iya iya Bu, setuju”

Bidan : “ Iya Bu, karena kemungkinan besar Bapak juga tertular. Atau bisa jadi Ibu yang

tertular dari Bapak. Dan kalau dua-duanya tidak diobati dan hanya salah satu saja

maka hanya percuma pengobatannya, karena nanti bapak yag belum sembuh juga

bisa menularkan lagi pada ibu yang sudah sembuh, misalnya. Dan kalau infeksi tidak

segera ditangani bisa menjadi lebih parah lagi, nanti juga infeksinya bisa menjalar

naik ke atas ke bagian reproduksi yang lain dan menjadi lebih sulit pengobatannya.

Seperti itu Bu”

Cinta : “ Iya bener banget Bu Bidan “

Sri : “ Oh iya iya Bu. Tapi kalau Ibu ke rumah saya apa tidak merepotkan bu Bidan ini?”

Bidan : “ Halah…. Ndak papa. Wong ya tetangga, deket gini. Yang penting nanti kan Ibu Sri

dan Bapak nanti bisa ke dokter, ndang sembuh gitu. Sudah kewajiban saya juga

disini”

Sri : “ Oh ya ya Bu. Terimakasih banyak ya Bu Dyah.”

Bidan : “ Iya sama-sama Bu”

Sri : “ Terus bisa kerumah saya kapan ya Bu?”

BIdan : “ehm…iya ini sudah ada pasien. Mungkin nanti kalau sudah tidak ada pasien.

Biasanya sore ya Bu nanti saya kesana”

Sri : “Oh iya Bu. Ya sudah terimakasih sekali lagi. Saya tak pamit dulu”

Bidan : “ Iya Bu. Sama-sama. Hati-hati”

Sri : “ Ayo nduk, pulang”

Cinta : “ Iya Bu. Pamit nggih Bu Dyah (bersalaman)”

Bidan : “Iya mbak Cin, hati-hati”

Sri dan Cinta : “ Assalamualaikum”

Bidan : “ Waalaikumussalam”

Selama Bu Sri dan Cinta di dalam terdapat klien Bidan Dyah yang merupakan tetanggga Bu Sri

melihat Bu Sri dan Cinta keluar dari ruang Bidan mereka mulai berpikir negative.

Puji : “ hm? Itu kan Bu Sri sama Cinta? Ngapain ya mereka?”

Endang : “ Iya ya ngapain? Mana lama banget. Dari tadi ditungguin nggak keluar-keluar

ternyata mereka to”

Puji : “Iya…lama banget dari jam 11 lho mereka. Jangan-jangan meriksain si Cinta itu

ya Bu?

Endang : “Iya…bisa jadi. Ngapain lagi. Masa udah mau 40 tahun masih periksa hamil ibu

Sri?”

Puji : “Iya, ya ampun. MasyaAllah. Jan”

Page 5: skenario kespro

Setelah Bu Sri dan cinta keluar mereka berpapasan dengan tetangganya di ruang tunggu dan

merekapun saling menyapa.

Sri : “ eh…Bu Endang, Bu Puji…mau periksa ya Bu?”

Puji : “ Iya Bu ini, saya yang nganter Bu Endang periksa mumpung lagi selo.

Kebetulan suaminya juga lagi keluar kota. Kasian jadi saya anterin”

Sri : “ oh….lha enggih.”

Endang : “ Bu Sri periksa napa niki kok tumben-tumben?”

Sri : “ yah ini…udah tua…perutnya ngak enak, masuk angin kayanya”

Endang : “ owalah ha nggih, ini musimnya memang lagi ngga enak. Banyak yang mriang”

Puji : “ Iya…njuk ini dek Cinta yang nganterin?

Sri : “Iya Bu….sekalian biar dek Cinta ini kenal sama Bu Bidan Dyah. Kan dia juga

kuliah kebidanan”

Puji : “owh lha iya…biar sambil belajar juga ya Bu”

Endang : “yasudah semoga sukses ya nduk Cin”

Cinta : “Iya Bu, amin. Terimakasih.”

Sri : “ Iya amin, terimaksih Ibu-Ibu. Yasudah kami tak pamit dulu”

Cinta : “ Iya…pamit nggih Bu”

Puji &Endang : “ Iya iya Bu, moggo. Hati-hati nggih”

Sri : “ nggih Bu…pareng…”

Puji&Endang :” Nggih…”

Setelah Bu Sri dan Cinta meninggalkan BPM kedua tetangganya mulai menggosip kembali.

Puji : “hmm….masa kaya gitu mriang ya Bu?”

Endang : “iya….wong kelihatan seger buger gitu kok ya?”

Puji : “iya…kelihatan banget kalau bohong. Kayanya malah si Cinta yang kelihatan

pucet ya Bu?

Endang : “ Iya betul. Yasudah kita tanyakan langsung saja sama Bu Dyah yuk?”

Kemudian kedua tetangga Bu Sri masuk ke ruang pemeriksaan

Bidan : “monggo Bu Endang, Bu Puji”

Puji : “ Iya Bu Dyah, terimakasih”

Bidan : “Gimana Bu? Sehat to?”

Endang : “Alhamdulillah Bu, ya ini Cuma jadi suka kesemutan kakinya…”

Bidan : “ Oh ya… monggo silahkan duduk dulu”

Puji & Endang : “ iya Bu…” (duduk)

Puji : “Bu Bidan, itu tadi si mbak Sri ngapain to Bu kesini? Kok bilangnya mriang?

Padahal mukanya kelihatan sehat-sehat aja”

Endang : “ Iya Bu…kenapa?”

Bidan : “Iya, memang sedikit mriang Bu Sri. Cuma kesinin lebih banyak curhatnya.

Kayanya memang seneng curhat dia sama saya. Dimana-mana, nggak arisan,

nggak kondangan, curhat terus ”

Page 6: skenario kespro

Endang : “owalah…memangnya curhat tentang apa Bu?”

Puji : “Iya Bu? Crita sama kita dong…”

Bidan : “hooo….ya rahasia to Bu? Masa saya umbar. Memangnya Bu Endang Bu Puji

kalau curhat sama saya mau saya kasih taukan orang lain?”

Puji : “Ndak mau si Bu…. Tapi kan kita orang penasaran, kok tadi Bu Sri kesini sama

si Cinta”

Bidan : “Owh…ya nggak papa to, kan anaknya nganterin, bu Sri kan belum pinter naik

motor tadi katanya sekalian mau belanja”

Endang : “owalah…mau sekalian belanja”

Puji : “Iya…kirain ada apa-apa sama Cinta Bu, wong anak remaja jaman sekarang itu

lagi ngetren itu kok Bu”

Bidan : “Astaghfirullahaladzim… jangan seperti itu Bu. Suudzon itu namanya. Kalau

diceritakan ke orang lain bisa jadi fitnah, dosanya besar. Ndak boleh ya Bu?”

Endang : “ Iya Bu Puji…astaghfirrullah…”

Bidan : “sudah-sudah, jangan nggosip lagi ya, tidak baik. Ayo saya data dulu Bu

Endang”

Endang : “Iya Bu”

Setelah BPM sudah tidak ada klien lagi. Bidan Dyah pun beranjak kerumah Bu Sri seperti yang

telah dijanjikan. Bidan pergi dengan jalan kaki karena berhubung rumah Bu Sri yang hanya 30

meter dari rumahnya.

Bidan : (tok tok tokk! Bidan mengetuk pintu rumah Bu Sri dan Pak Khodil)

Khodil : “Iya…sebentar”

Bidan : “Nggih…”

Khodil : “ Monggo. Owh Lho Bu Dyah, ada apa Bu tumben? Silahkan masuk Bu”

Bidan : “Iya terimakasih Pak”

Kemudian Bu Sri keluar ke ruang tamu karena sudah mengira bahwa yang datang adalah Bidan

Dyah.

Sri : “Bu Dyah…monggo Bu. Ealah saya kira masih nanti kemarinya. Ternyata gasik”

Bidan : “Iya Bu, ini tadi pasiennya cepet selesai. Saya langsung kemari sekalian mau

ke warung juga beli bahab-bahan masak buat nanti malem kok udah pada habis

dirumah”

Sri : ”owalah gitu…”

Khodil : “wah ini ada apa ya? Kok sepertinya sudah pada janjian?”

Sri : “iya Pak, maaf. Tadi pagi saya ke tempat Bu Dyah. Monggo Bu Dyah langsung

dijelaskan saja”

Tiba-tiba Ibu kandung Pak Khodil bernama Bu Inah dan kakak kandungnya bernama Siti yang

juga tinggal satu rumah dengan keluarga Pak Khodil ikut masuk dalam percakapan di ruang

tamu sembari memberikan jamuan minum dan makanan pada Bidan Dyah.

Siti : “Bu Bidan….monggo ini diminum dan dicicipi kue dari rumah kami. Saya sama

Ibu sendiri yang buat”

Inah : “Nggih niku Bu…monggo. Seadanya saja nggih Bu. Minta maaf”

Page 7: skenario kespro

Bidan : “ Iya Bu, terimakasih. Ini sudah lebih dari cukup”

Inah : “ Ini ada apa yak ok Bu Bidan tumben-tumben datang kesini?”

Bidan : “Iya. Ndak apa-apa Bu Sri? Banyak keluarga yang mendengarkan?

Sri : “iya…tidak apa-apa Bu. Wong ini sudah tahu semua. Tinggal suami saya”

Bidan : “ Baiklah. Jadi begini Bapak, Ibu. Tadi pagi Bu Sri datang ke tempat saya.

Beliau punya keluhan ya Bapak-Ibu sudah tahu semua, jadi Bu Sri tadi

memeriksakan diri”

Khodil :” Apa??? Kamu periksa Buk?! Sudah dibilangin, tidak didengarkan ya saya?”

Sri : “Iya pak, maaf. Bapak dengarkan Bu Dyah dulu. Jangan marah-marah. Malu”

Khodil : “Payah kamu Sri, jadi Istri ndak pernah manut sama suami. Payah kamu!”

Inah : “Nak, mbok ya jangan bilang seperti itu. Kasian istrimu. Dengarkan Bu Bidan

dulu. Kasian sudah datang kesini beliau”

Bidan : “Iya Pak, sebelumnya saya juga minta maaf mungkin kalau saya lancing. Jadi

disini saya hanya ingin membantu Istri bapak. Tadi setelah saya periksa istri

bapak mengalami keputihan yang cukup banyak dan radang yang hebat di

bagian maaf genetalianya. Dalam bahasa medis hal ini merupakan infeksi

genetalia. Namun saya belum bisa mengetahui sampai sejauh mana infeksinya

terjadi. InsyaAllah kalau baru 3 hari seperti yang di sampaikan Bu Sri, infeksinya

masih sebatas dibagian vagina saja.”

Khodil : “Lha terus bagaimana? Yasudah to Bu Bidan obati. Kok yang saya heran,ada

apa begitu pakai kesini segala? Kan ya saya malu. Kalau takutnya nanti dilihat

oleh tetangga-tetangga dikira ada apa apa dengan keluarga saya. Begitu Bu”

Siti : “Halah tetangga kok dipikirin mas. Mereka itu Ibu-ibu tukang rumpi. Emang

udah kerjaan tiap hari ngerumpi. Tapi nanti kalau sudah lewat hari juga udah

ganti topic rumpi lagi. Nggak usah dipikir lah mereka. Yang penting kan sekarang

kesehatan Bu Sri bagaimana ini didengar dulu”

Inah : “Iya nak, jangan egois. Isitghfar. Yang penting istrimu apa tetangga?”

Bidan : “Iya sudah nggih. Saya lanjutkan. Jadi yang pertama, infeksi ini memang bukan

penyakit yang sangat berbahaya dan bisa diobati sampai tuntas.Ada obatnya,

banyak. Namun juga tidak bisa disepelekan. Karena bila tidak segera diobat dan

dibiarkan berlama-lama, maka infeksi bisa menjadi semakin parah dan menyebar

ke jaringan lain diatasnya seperti ke serviks atau leher rahim dan bisa masuk ke

rahim juga. Nah, mumpung masih awal. Ini ibu sama bapak setuju ya kalau

pengobatannya harus segera diberikan nggih?”

Inah, Siti, Khodil : “Iya Bu, setuju”

Bidan : “ Nah kemudian yang kedua. Ini juga penting. Infeksi genetalia ini termasuk

dalam PMS. Atau disebut penyakit menular seksual. Sehingga bapak ibu, infeksi

ini bisa menular melalui hubungan seksual. Maka dari itu kemungkinan Bapak

Khodil sebagai suami Bu Sri juga bisa tertular. Sehingga alangkah baiknya jika

Bapak Khodil turut memeriksakan diri.”

Khodil : “Kalau masalah itu Bu Bidan. Saya tidak ada keluhan apa-apa. InsyaAllah saya

masih sehat. Seperti itu”

Page 8: skenario kespro

Sri : “Nah kan. Bapak ini gayanya sudah melebihi dokter Bu”

Bidan : “Iya bapak semoga saja Bapak Khodil tidak tertular. Namun alangkah baiknya

jika Bapak juga turut memeriksakan diri. Nanti bila ternyata Bapak sehat, Bapak

menunggu sampai Bu Sri selesai pengobatannya. Untuk bisa kumpul dengan

istri. Sehingga tidak ikut tertular. Seperti itu. Tapi jika ternyata bapak juga sudah

tertular, nah nanti bisa dilakukan pengobatan bersama. Sehingga bila ibu Sri

sudah sembuh. Bapak juga sudah sembuh. Nak kalau Bapak tidak periksa

ternyata sudah tertular. Tapi yang menerima pengobatan hanya Bu Sri saja nanti

bisa percuma ya? Ibu Sri bisa tertular lagi dari Bapak. Sehingga pengobatannya

tidak selesai-selesai. Begitu Pak. Bagaimana? Setuju tidak Pak untuk

memeriksakan diri?”

Inah : “bener banget ini Bu Bidan. Wis nak nggak usah banyak mikir. Manut saja. Ben

ndang”

Siti : “Iya mas, gitu aja kok repot”

Sri : “Gimana pak?”

Khodil : “Yasudah kalau begitu. Tapi saya terus terang minta maaf ya, saya tidak bisa

kalau diperiksa sama bu bidan, karena kan ya….malu begitu”

Sri : “Ya enggak Pak, nanti ke Dokter!”

Bidan : “Iya Pak, kebetulan disini saya hanya membantu memperi pengertian saja. Dan

saya juga tidak memiliki kewenangan untuk memberikan pengobatan. Sehingga

nanti abpak sama ibu Sri tetap periksa ke dokter keluarganya”

Khodil : “Oh yaya, berarti ke dokter Arif nanti Bu. Nggih mpun.”

Sri : “Nah, iya Pak”

Inah : “Alhamdulillah “

Bidan : “Iya, jadi begitu ya Pak. Lebih cepat lebih baik. Syukur sekali Pak Khodil

langsung mengerti”

Sri : “hmm…Iya Bu Bidan untung kesini, kalau saya yang njelasin mungkin nggak

didengerin Bu”

Khodil : “Alay kamu Sri sukanya. Iya tapi terimakasih Bu. Saya ya lumayan lah, jadi

sadar”

Bidan : “Iya, sama-sama Pak. Jangan lupa nanti bila sudah dapat antibiotic dari dokter

untuk diminum secara teratur. Semisal 3x1 berarti setiap 8 jam sekali, dan yang

paling penting jangan lupa unutk menghabiskan semua obat yang diberikan

sesuai aturan ya. Walaupun mungkin nanti rasanya sudah sembuh tapi tetap

dilanjutkan obatnya sampai habis. Karena bisa tidak habis bisa kambuh lagi nanti

ya

Sri &Khodil : “Iya Bu”

Bidan : “Jaga kebersihan genetalia. Ganti celana dalam bila lembab. Sebelum dan

sesudah cebok atau menyentuh bagian kelamin itu cuci tangan dengan sabun

ya. Ini buat semuanya saja, bukan hanya untuk Bu Sri dan Pak Khodil. Mbak Siti

dna Bu Inah juga silahkan dipraktikkan untuk mencegah penyakit ya Bu?

Inah dan Siti : “Iya Bu”

Page 9: skenario kespro

Bidan : “Iya, lalu jangan lupa bila saat menstruasi ganti pembalut minimal 6 jam sekali,

karena darah itu merupakan media bakteri yang baik. Lalu jangan sering-sering

menggunakan celana ketat, karena mengganggu sirkulasi ya bu jadi lembab.

Kalau bisa pilih celana dalam yang dari katun yang menyerap keringat. ”

Sri : “Iya Bu Dyah, terimakasih banyak. Nanti dipraktikkan ya. Nggak enak kalau

udah infeksi itu. Guatelnya bukan main”

Inah : “ iya Bu, terimakasih. Monggo ini kuenya dimakan Bu Bidan”

Bidan : “Iya, Bu, Terimakasih (mengambil kue di meja dan memakannya)”

Siti : (turut ikut makan kue)

Bidan : “Hmm kok enak ya ini, lembut sekali”

Siti : “Iya to Bu? Beda sama yang dijual di pasar”

Bidan : “Iya, mbak Siti pinteran memang ya, besok tak pesen sini berarti kalau buat

kue”

Siti : “hehe…iya boleh Bu”

Setelah berbincang-bincang dengan keluarga Pak Khodil Bidanpun pulang kembali kerumahnya

dengan perasaan yang puas. Dan Ibu Sri serta Pak Khodil pergi memeriksakan diri ke dokter.

Diketahui ternyata Pak Khodil juga telah tertular infeksi tersebut. Kemudian sepasang suami

istri ini mendapatkan pengobatan yang sama oleh dokter dan sembuh setelah 2x berobat.