Skenario C BLOK 24 Dari Ari
-
Upload
marissaevis -
Category
Documents
-
view
250 -
download
5
description
Transcript of Skenario C BLOK 24 Dari Ari
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO C BLOK 24
Disusun oleh : Kelompok 5
Vivien 04121001036
M. Fadhil Emirzon 04121001037
Mutia Agustria 04121001050
Nurfitria Rahman 04121001059
Sri Wahyuni 04121001063
Suci Indah Sari 04121001065
Renita Agustina 04121001095
Gregorius Abram N 04121001096
Mohammad Fadhiel 04121001100
Ari Julian Saputra 04121001105
Nisrina Qonitah 04121001110
Alvidiani Agustina 04121001112
Bena Nadhira 04121001114
Rudi Thenggono 04121001116
Tutor: dr..
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
laporan tutorial blok 24 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar
tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok 10 tutorial,
dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi
revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Palembang, 1 April 2015
Penyusun
2
SKENARIO C BLOK 24 TAHUN 2015
Tutor : dr. Mayang Indah,SpAn
Moderator : Suci Indah Sari
Sekretaris : Nurfitria Rahman
Anggota : Vivien
Mutia Agustria
Fadhil Oktavian
Suci Indah Sari
Renita Agustina
Mohammad Fadhiel
Ari Julian Saputra
Nisrina Qonitah
Alvidiani Agustina D
Bena Nadhira
Rudi Thenggono
Rizkia Retno
Gregorius Abram Nucifera
3
A. SKENARIO C BLOK 24
Tn. Abdul, 60 tahun, dibawa anaknya berobat dengan keluhan sering mengompol sejak
2 minggu terakhir, menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginan untuk
buang air kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum sampai kekamar mandi.
Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn, Abdul sering bergetar terutama
Tangan kanan, apabila berjalan langkahnya kecil-kecil dan sering terjatuh.
Pada pemeriksaan fisikditemukan Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit,
temperature 36,8C. Pemeriksaan laoratorium dalam batas normal. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan resting tremor, pull test (+) MMSE score17.
B. KLARIFIKASI ISTILAH
Resting tremor Tremor yang terjadi pada ekstremitas atau bagian
tubuh lain yang relaks dan disokong, tremor ini
terkadang abnormal seperti pada parkinsonisme
Pull test Pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur
disabilitas pada postural pada penyakit parkinson dan
kelainan gerakan lainnya
MMSE Metode pemeriksaan untuk menilai fungsi kognitif
meliputi penilaian orientasi,registrasi,perhatian dan
kalkulasi, mengingat kembali serta bahasa.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. Abdul, 60 tahun, dibawa anaknya berobat dengan keluhan sering mengompol
sejak 2 minggu terakhir, menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginan
untuk buang air kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum sampai kekamar
mandi.
2. Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn, Abdul sering bergetar terutama
Tangan kanan, apabila berjalan langkahnya kecil-kecil dan sering terjatuh.
4
3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit,
temperature 36,8C. Pemeriksaan laoratorium dalam batas normal. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan resting tremor, pull test (+) MMSE score17.
D. ANALISIS MASALAH
1. Tn. Abdul, 60 tahun, dibawa anaknya berobat dengan keluhan sering mengompol
sejak 2 minggu terakhir, menurut anaknya, ayahnya tidak dapat menahan keinginan
untuk buang air kecil, bahkan air seninya sudah keluar sebelum sampai kekamar
mandi.
a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap kasus? Pipit, Fadiel,
Qoqon
b. Bagaimana etiologi dan mekanisme sering mengompol sejak 2minggu
terakhir? Sui, Vivien, Bena
c. Apa makna klinis tidak dapat menahan keinginan untuk buang air
kecil,bahkan air seninya sudah keluar sebelum sampai ke kamar mandi?
Fadok, Abram, Sui
d. Bagaimana perubahan fisiologi berkemih pada usia lanjut? Alvi, Fadiel,
Qoqon
2. Selain itu, dalam satu tahun terakhir kedua tangan Tn, Abdul sering bergetar
terutama tangan kanan, apabila berjalan langkahnya kecil-kecil dan sering terjatuh.
a. Bagaimana keterkaitan antar keluhan (perjalanan penyakit pada kasus)?
Rudi, Sucong, Mutia
Kemunduran fungsi sel neuron + penuruanan dopamin
ketidakseimbangan neurotransmitter inhibisi dan eksitasi (acetilkolin)
neuron distimulasi berlebihan oleh acetilkolin peningkatan tonus otot
berupa tremor dan rigiditas di dalam red nuclei dari substansia nigra
berkembang alpha-synuclein, protein yang dapat berkembang dengan cepat
dan luas yang fungsi dan proses pemunculannya belum diketahui sampai
saat ini Protein akan berkembang menjadi deposit filamen – filamen yang
disebut dengan lewy bodies menambah kerusakan pada red nuclei, lalu
merusak ganglia basalis, hingga akhirnya dopamin akan bertambah turun
kematian sel neuron dan gejala parkinson akan bertambah berat Lewy
bodies juga akan menyebar dan berkembang di daerah subcortical, sistem
5
limbik dan cortical : prefrontal cortex lewy bodies akah menghambat
komunikasi antar sel saraf menurunnya neurotransmiter acetilkolin +
kematian sel neuron atrofi penurunan memori
b. Bagaimana etiologi dan mekanisme terhadap kasus? Vivien, Bena, Fadok
Etiologi Badan Kaku
Ketidakseimbangan zat garam dalam darah (misalnya, kadar
kalsium atau potasium terlalu rendah)
Kelenjar tiroid yang kurang aktif
Gangguan saraf
Kelelahan otot (penggunaan otot yang berlebihan)
Kurangnya elektrolit tubuh (Ca dan K) karena keluar melalui
keringat
Penumpukan asam laktat ( hasil metabolisme di otot)
Terganggunya oksigenisasi jaringan otot
Terganggunya sirkulasi darah ke jaringan otot
akibat virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak
diketahui
Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak
memberikan respon gejala penyakit Parkinson
Beberapa jenis obat yang mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di
dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati
paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.
Etiologi tremor
Tipe Gambaran Klinis Etiologi
Res Kelelahan otot
(penggunaan otot
yang berlebihan)
Terjadi saat tubuh beristirahat dan
tidak terpengaruh aktivitas
Penyakit Parkinson, parkinsonisme karena
obat, multipel sistem atrofi, palsy
supranuklear progresif
Action PosturalTerjadi ketika tubuh melawan
gravitasi
Fisiologis, esensial tremor, pengaruh obat,
konsumsi alkohol, post trauma, psikogenik
Kinetic Terjadi ketika gerakan volunteerFisiologis, esensial tremor, pengaruh obat,
post trauma, psikogenik, lesi serebral
Intention Terjadi pada akhir gerakan saat Lesi serebral
6
melakukan suatu kegiatan
Etiologi Mudah Terjatuh
Fungsi keseimbangan diatur oleh dua komponen (komponen sentral dan
komponen perifer). Komponen sentral diatur oleh Otak . Pada otak sendiri
pusat keseimbangan ada di daerah sistem ekstrapiramidal dan serebellum
atau otak kecil. Sedangkan dari komponen perifer sendiri diatur oleh mata,
telinga (vestibuler) , dan kulit.
Sistem ekstra-piramidal sendiri terdari dari , basal ganglia ( nucleus
caudatus, putamen , globus pallidus) , substansia nigra, dan nukleus rubra.
Fungsi dari sistem ekstrapiramidal sendiri ada tiga :
Mengatur reflek tubuh / involunter
Mengatur gerakan kompleks tubuh
Mengontrol postur tubuh
Sedangkan, fungsi dari serebellum terdiri dari:
Mengatur sikap atau posisi tubuh
Keseimbangan
Koordinasi gerakan sadar / volunter
c. Mengapa keluhan dirasakan terutama tangan kanan? Cingcing, ari, Sucong
Tremor merupakan gerakan involunteer, ritmik dari suatu bagian tubuh.
Tremor dapat diartikan juga sebagai suatu gerakan involunteer berupa
kontraksi dan relaksasi otot.
Secara umum mekanisme terjadinya tremor terbagi menjadi 4 jenis:
a. Mechanical oscillation
Tremor muncul akibat suatu proses psikologik seperti gugup,
mempertahankan posisi tegak dll. Lokasi tersering di daerah anggota
gerak seperti kaki, dan beberapa sendi-sendi besar. Tremor akibat
psikogenik ini tidak dapat dilihat langsung karena tremor sangat
halus dengan amplitude yang sangat rendah berkisar 6-12 Hz.
b. Reflex Oscillation
Muncul akibat suatu jalur spindle otot afferent. Biasanya tremor
lebih kuat dan sinkron. Contohnya pada pasien hipertiroid dan
keracunan.
c. Central oscillator
7
Akibat gangguan pada sel-sel di sistem saraf pusat. Sel-sel ini
berasal dari thalamus, ganglia basalis dan olivarius inferior. Struktur
ini memiliki kemampuan untuk meghasilkan gerakan repetitive dan
tremor dengan meaknisme tertentu. Pada penyakit Parkinson dimana
gangguan terjadi pada ganglia basalis yaitu substansia nigra.
Substansia nigra berfungsi menghasilkan suatu sel dopaminergik
yang hasilkan transmitter DA. DA yang dihasilkan akan dibawa ke
nucleus caudatus dan putamen. DA akan berfungsi sebagai suatu
transmitter inhibitorik untuk mengendalikan kontrol gerakan yang
dijelaskan dalm sirkuit putamen dan kaudatus. Jadi jika DA
berkurang maka daerah caudatus dan putamen akan menjadi sangat
aktif dan hasilkan suatu output eksitasi yang terus menerus. Hal ini
akan direspon tubuh dengan adanya mekanisme umpan balik dari
asetilkolin setelah inhibisi dari DA yang menghilang. Akibatnya
akan timbul proses inhibisi dari ach sehingga memungkinkan otot
untuk relaksasi lalu kemudian kontraksi lagi bermanisfestasi
gerakan berupa tremor.
d. Abnormal fungsi cerebellum
Mekanisme Badan Kaku
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan
dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari
kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang tidak
diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor
genetik tidak memegang peran utama.pada dasarnya hambatan dari jalur
langsung dan eksitasi dari jalur tidak langsung.Jalur langsung
memfasilitasi gerakan dan jalur tidak langsung menghambat gerakan,
sehingga hilangnya sel-sel ini mengarah ke gangguan gerakan
hypokinetic. Kurangnya hasil dopamin di penghambatan peningkatan inti
anterior ventral talamus, yang mengirimkan proyeksi rangsang kekorteks
motor, sehingga mengarah ke hypokinesia.Ada empat jalur dopamin besar
dalam otak; jalur nigrostriatal, yang disebut di atas, menengahi
gerakandan yang paling mencolok terkena dampak penyakit Parkinson-an.
8
Jalur lainnya adalah mesocortical,yang mesolimbic, dan
tuberoinfundibular. Gangguan dopamin di sepanjang jalur non-striatal
mungkin menjelaskan banyak neuropsikiatri patologi yang berhubungan
dengan penyakit Parkinson.
Mekanisme Mudah Terjatuh
Jika ada defisiensi dopamine pada striatum, maka sel saraf di daerah ini
terganggu. Ini menyebabkan individu tidak bisa secara langsung
mengontrol pergerakan. Ini menyebabkan gejala pada ParkinsonPada
Parkinson’s disease adanya degenerasi Substansia Nigra pars compacta
(SNc) mengakibatkan hilangnya pengaruh dopaminergik terhadap striatum
(terhadap reseptor D1 bersifat eksitatorik, sedangkan terhadap reseptor D2
bersifat inhibitorik); sehingga fungsi inhibisi dari direct striatopallidal
menurun yang mengakibatkan meningkatnya output inhibitorik dari
pallidothalamik dan nigrothalamik; defisiensi dopamine tersebut juga
mengakibatkan indirect striatopallidal mengalami disinhibisi [tidak
terinhibisi] sehingga fungsi inhibitorik dari jaras pallidosubthalamik
mengalami penurunan yang selanjutnya mengakibatkan meningkatnya
aktifitas eksitatorik dari nukleus subthalamik, sehingga juga memberikan
dampak yang sama seperti halnya melalui direct stritopallidal yaitu
meningkatnya aktifitas inhibitorik dari pallidothalamik dan nigrothalamik;
sehingga dampak akhir dari berkurangnya pengaruh dopamine melalui
direct dan indirect pathway adalah berkurangnya aktifitas thalamokortikal
(diskinesia). Jaras yang terganggu berasal dari ekstrapiramidal yang
mengatur gerakan involunter. Salah satu jarasnya yaitu
vestibulospinal yang mengatur refleks postural. Orang dengan
Parkinson cenderung berdiri dengan kepala sedikit maju
3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80
kali/menit, temperature 36,8C. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis ditemukan resting tremor, pull test (+) MMSE score17.
a. Bagimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan?
Cingcing, Mutia, Ari
Metode Skor Interpretasi
9
Single Cutoff < 24 Abnormal
Range < 21
> 25
Meningkatkan kemungkinan menderita demensia
Menurunkan kemungkinan menderita demensia
Pendidikan 21
< 23
< 24
Abnormal untuk pendidikan kelas 8
Abnormal untuk pendidikan SMA
Abnormal untuk pendidikan kuliah
Keparahan 24 – 30
18 – 23
0 – 17
Tidak ada pelemahan kognitif
Pelemahan kognitif ringan
Pelemahan kognitif berat
b. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan? Fadiel, Qoqon, Alvi
c. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan neurologis diatas? Fadiel, Qoqon,
Alvi
E. HIPOTESIS
Tn. Abdul, 60 tahun mengalami inkontinensia urin e.c Parkinson + Sindrom
(Kompleks Parkinson Demensia). (NANTI DISIMPULKAN SESUAI KASUS KITA)
a. Diagnosis banding Fadiel, Qoqon, Alvi
b. Penegakkan diagnosis Rudi, Mutia, Sucong
Kriteria Diagnostik berdasarkan Kriteria Hughes:
Possible
" Tremor istirahat
" Rigiditas
" Bradikinesia
" Kegagalan reflex postural
Probable
" Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan reflex
postural) atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari
empat tanda motorik).
Definite
" Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan
satu gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda cardinal). Bila semua tanda-
10
tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan
kemudian.
Tidak ada lab test yang dapat dengan pasti mendiagnosis parkinson
disease. Diagnosis berdasarkan simptom dan pemeriksaan neurologis yang
akan termasuk tes reflek-reflek dan observasi hal-hal seperti kekuatan otot
tubuh, koordinasi, keseimbangan, dan detail-detail pergerakan lain.
Dokter boleh juga melakukan tes-tes seperti tes darah, CT, atau MRI,
untuk membandingkan kondisi-kondisi lain yang bisa saja menyebabkan
gejala-gejala yang dialami pasien, seperti disfungsi saraf atau penyempitan
kanalis spinalis.
Tanda-tanda demensia pada parkinson termasuk:
gangguan memori
distraktibilitas
lambat berpikir
disorientasi
konfusi
moodiness
kurang motivasi
halusinasi
Tests and diagnosis demensia
Untuk mendiagnosis demensia, dokter akan meriview riwayat medis, dan
gejala-gejala dan melakukan pemeriksaan fisik, serta tes penunjang
lainnya.
Cognitive and neuropsychological test
Pada tes ini, dokter akan mengevaluasi fungsi kognitif seperti memori,
orientasi, penalaran dan penilaian, kemampuan bahasa, dan atensi.
Neurological evaluation
pada neurological evaluation, dokter akan mengevaluasi pergerakan,
senses, keseimbangan, reflex and dan lain-lain.
Brain scan
Seperti CT atau MRI untuk melakukan cek ada tidaknya stroke atau
pendarahan maupun
11
Laboratory test
Untuk melihat keadaan – keadaan yang berpengaruh pada otak seperti
vitamin B-12 deficiency atau underactive thyroid gland.
Psychiatric evaluation
You may meet with a mental health specialist (psychologist or
psychiatrist) who may evaluate whether depression or another
psychological condition may be causing your symptoms
Tuntunan untuk mendiagnosis demensia penyakit parkinson dan
dementia dengan lewy bodies adalah:
- diagnosis adalah Parkinson's disease dementia jika seseorang telah
didiagnosis dengan parkinson berdasarkan gejala-gejala
pergerakan, dan gejala-gejala demensia tidak muncul hingga satu
tahun atau lebih
- diagnosis adalah dementia dengan Lewy bodies jika:
o gejala demensia konsisten dengan demensia dengan badan
lewy berkembang lebih dulu
o jika baik gejala demensia dan gejala pergerakan terlihat
pada waktu mendiagnosis
o jika gejala pergerakan berkembang dalam setahun dari
diagnosis demensia dengan lewy
pedoman diagnostik demensia PPDGJ III:
o Penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai
mengganggu aktivitas harian seseorang (personal activities of daily
living) seperti: mandi, berpakaian makan, dll
o Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan
c. Definisi Pipit, Alvi
d. Epidemiologi Vivien, Abram, Sui
Studi memperkiran bahwa prevalensi demensia pada penyakit parkinson adalah
diantara 28% - 44%. Studi longitudinal menyatakan 52% prevalensi demensia
pada pasien yang difollow up selama 4 tahun dan 60% prevalensi demensia pada
pasien yang difollow up selama 12 tahun. Studi lain menyatakan bahwa 249
12
pasien dengan penyakit parkinson mempunyai 65% resiko mengalami demensia
pada umur 85 tahun.
e. Etiologi Pipit, Qoqon, Fadiel
Kebanyakan kasus Parkinson belum diketahui penyebabnya (idiopatik). Tetapi
kebanyakan kasus diperkirakan akibat faktor genetik dan lingkungan.
a. Telah dibuktikan mutasi yang khas dari tiga gen terpisah (alfa-synuclein,
parkin, dan UCHL 1) dan empat lokus tambahan (Park 3, Park 4, Park 6, Park 7)
berhubungan dengan Parkinson.
b. Lingkungan: infeksi, penggunaan pestisida dan herbisida, toksin (MPTP, CO,
Mn, Mg, CS2, Metanol, Sianid)
Banyak fakta yang menyatakan tentang kebenaran dsifungsi mitokondria dan
kerusakan metabolisme oksidatif dalam patogenesis Parkinson. Keracunan
MPTP ( 1 methyl, 4 phenyl, 12,3,6 tetrahydropyridine) dimana MPP+ sebagai
toksik metabolitnya, pestisida, dan limbah industri maupun racun lingkungan
lainnya menyebabkan inhibisi terhadap komplek I (NADH-ubiquinone
oxidoreduktase) rantai transpor elektron mitokondria. Pada pasien, terdapat
penurunan sebanyak 30-40% dalam aktivitas komplek I di substansia nigra pars
kompakta. Seperti halnya kelainan yang terjadi pada jaringan lain, kelainan di
daerah ini menyebabkan adanya kegagalan produksi energi, sehingga mendorong
terjadinya apoptosis sel
13
Selain itu juga ada faktor usia dimana berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada
penyakit parkinson.
f. Klasifikasi Abram, Bena, Sui
g. Patofisiologi Vivien, Sui, Fadok
Penyakit Parkinson berhubungan dengan kehilangan sel bertahap pada
substansia nigra dari otak. Area ini bertanggung jawab untuk produksi
dopamine. Dopamin adalah substansi kimia yang men transmisikan sinyal antara
dua daerah otak untuk mengkoordinasikan aktivitas. Sebagai contoh, dopamine
menghubungkan substansia nigra dan korpus striatum untuk regulasi aktivitas
otot.
Jika ada defisiensi dopamine pada striatum, maka sel saraf di daerah ini
terganggu. Ini menyebabkan individu tidak bisa secara langsung mengontrol
pergerakan. Ini menyebabkan gejala pada Parkinson.
Pada Parkinson’s disease adanya degenerasi Substansia Nigra pars compacta
(SNc) mengakibatkan hilangnya pengaruh dopaminergik terhadap striatum
(terhadap reseptor D1 bersifat eksitatorik, sedangkan terhadap reseptor D2
bersifat inhibitorik); sehingga fungsi inhibisi dari direct striatopallidal menurun
yang mengakibatkan meningkatnya output inhibitorik dari pallidothalamik dan
nigrothalamik; defisiensi dopamine tersebut juga mengakibatkan indirect
striatopallidal mengalami disinhibisi [tidak terinhibisi] sehingga fungsi
inhibitorik dari jaras pallidosubthalamik mengalami penurunan yang selanjutnya
mengakibatkan meningkatnya aktifitas eksitatorik dari nukleus subthalamik,
sehingga juga memberikan dampak yang sama seperti halnya melalui direct
stritopallidal yaitu meningkatnya aktifitas inhibitorik dari pallidothalamik dan
nigrothalamik; sehingga dampak akhir dari berkurangnya pengaruh dopamine
melalui direct dan indirect pathway adalah berkurangnya aktifitas
thalamokortikal (diskinesia). Penyebab pasti dari kehilangan selnya tidak
diketahui . Penyebab pastinya termasuk genetk dan lingkungan.
Perkembangan Parkinson menjadi suatu tahap yang lebih lanjut didasari oleh
kehilangan saraf-saraf dopaminergik di substansia nigra dan efek sekunder pada
proyeksi pada sistem yang menyangkut nucleus kaudatus, putamen (striatum),
frontal dan bagian dari girus cinguli. Sudah terjadi degenerasi cerebri yang difus
(meluas) yang mengenai koteks frontal, hipokampus, dll terutama di bagian
14
anterior otak menyebabkan terjadinya demensia, yang diawali dengan terjadinya
degenerasi fokal (setempat) pada substansia nigra dan ganglia basalis
h. Manifestasi Klinis Ari, Sucong, Cingcing
Gambaran klinis penyakit Parkinson adalah :
Khas:
Tremor pada saat istirahat
Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik
(pronasisupinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan
ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara hari-
jari. Karakteristik ini meningkat bila penderita sedang berkonsentrasi
atau sedang merasa cemas , dan muncul pada saat istirahat.
rigiditas otot, dan kekakuan
Akinesia dan atau bradikinesia, yang dijelaskan sebagai tidak
adanya gerakan, termasuk gerakan yang terlibat dalam ekspresi
wajah dan gerakan volunteer lainnya menandakan penyakit.
Hilangnya refex postural sehingga terjadi kehilangan keseimbangan dan
kecenderungan untuk membungkuk menyebabkan postur bungkuk-
berlebihan tipikal yang terlihat pada pasien penyakit Parkinson. Penderita
mengalami kehilangan refex postural, berdiri dengan kepala cenderung ke
depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti di dorong. Kesulitan
dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke dapan atau
ke belakang) dapat menyebabkan penderita sering jatuh
Gejala tambahan:
Mengeluarkan air liur dan disfagia (kesulitan menelan)
Dementia (cenderung terjadi pada usia lanjut)
i. Penatalaksanaan (dan Rehabilitasi Medik Geriatri + sesuai kasus) Rudi,
Mutia, Ari
I. Farmakologik
Bekerja pada sistem dopaminergik
- L-dopa
- MAO dan COMT inhibitor
- Agonis Dopamin
Bekerja pada sistem kolinergik
15
Obat golongan antikolinergik memberi manfaat untuk
penyakit parkinson , oleh karena dapat mengoreksi kegiatan
berlebihan dari sistem kolinergik terhadap sistem
dopaminergik yang mendasari penyakit parkinson . Ada dua
preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk
penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl ( artane ) dan
benztropin ( congentin ). Preparat lainnya yang juga
termasuk golongan ini adalah biperidon ( akineton ) ,
orphenadrine ( disipal ) dan procyclidine ( kamadrin ).
Golongan anti kolinergik terutama untuk menghilangkan
gejala tremor dan efek samping yang paling ditakuti adalah
kemunduran memori.
Bekerja pada glutamatergik
Diantara obat – obat glutamatergik yang bermanfaat untuk
penyakit parkinson adalah dari golongan antagonisnya ,
yaitu amantadine , memantine, remacemide dan L
235959. Antagonis glutamatergik diduga menekan kegiatan
berlebihan jalur dari inti subtalamikus sampai globus
palidus internus sehingga jalur indirek seimbang
kegiatannya dengan jalur direk , dengan demikian out put
ganglia basalis ke arah talamus dan korteks normal kembali
. Disamping itu, diduga antagonis glutamatergik dapat
meningkatkan pelepasan dopamin, menghambat reuptake
dan menstimulasi reseptor dopamin. Obat ini lebih efektif
untuk akinesia dan rigiditas daripada antikolinergik.
Bekerja sebagai pelindung neuron
- Neurotropik faktor
- Anti-exitoxin
- Anti oksidan
- Bioenergetic suplements
- Immunosuppressant
16
II. Non farmakologik
Perawatan
Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita ,
keluarga dan care giver tentang penyakit yang
diderita. Hendaknya keterangan diberikan secara
rinci namun supportif dalam arti tidak makin
membuat penderita cemas atau takut. Ditimbulkan
simpati dan empati dari anggota keluarganya
sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi
maksimal
Rehabilitasi
1. Terapi fisik : ROM ( range of motion )
• Peregangan
• Koreksi postur tubuh
• Latihan koordinasi
• Latihan jalan ( gait training )
• Latihan buli-buli dan rectum
• Latihan kebugaran kardiopulmonar
• Edukasi dan program latihan di rumah
2. Terapi okupasi
17
Memberikan program yang ditujukan terutama
dalam hal pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-
hari .
3. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan
program latihan pernapasan diafragma , evaluasi
menelan, latihan disartria , latihan bernapas dalam
sebelum bicara. Latihan ini dapat membantu
memperbaiki volume berbicara , irama dan
artikulasi.
4. Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi
psikoterapi setelah melakukan asesmen mengenai
fungsi kognitif , kepribadian , status
mental ,keluarga dan perilaku.
5. Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak
psikososial lingkungan dan finansial , untuk maksud
tersebut perlu dilakukan kunjungan rumah/
lingkungan tempat bekerja.
6. Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang
mengalami ketidakstabilan postural , dengan
membuatkan alat Bantu jalan seperti tongkat atau
walker
Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah
diperlukan suatu diet yang khusus , akan tetapi diet
penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar
tidak terjadi kekurangan gizi , penurunan berat
badan , dan pengurangan jumlah massa otot , serta
tidak terjadinya konstipasi . Penderita dianjurkan
untuk memakan makanan yang berimbang antara
komposisi serat dan air untuk mencegah terjadinya
18
konstipasi , serta cukup kalsium untuk
mempertahankan struktur tulang agar tetap baik .
Apabila didapatkan penurunan motilitas usus dapat
dipertimbangkan pemberian laksan setiap beberapa
hari sekali . Hindari makanan yang mengandung
alkohol atau berkalori tinggi
Pembedahan
Deep-Brain stimulasi
Transplantasi
j. Pemeriksaan Penunjang Fadiel, Qoqon, Alvi
k. Prognosis Bena, Fadok, Abram
Vitam dan Functionam : dubia at malam
l. SKDI Rudi, Cing,cing
Parkinson : 3A
Demensia : 3A
F. LEARNING ISSUE
1. Fisiologi berkemih (Fadiel, Qoqon, Alvi, Pipit)
2. Inkontinensia Urin (Fadok, Vivien, Sui, Abram, Bena)
3. Penyakit Parkinson (Ari, Rudi, Sucong, Mutia, Cingcing)
G. KERANGKA KONSEP
H. KESIMPULAN
LO
diagnosis
Penyebab I.U
Patofisiologi I.U
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
19
PENYAKIT PARKINSON
EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling
banyak dialami pada umur lanjut dan jarang terjadi dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai
timbul pada usia 40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade ke-6.
Penyakit Parkinson lebih banyak pada pria dengan ratio pria dibandingkan wanita
3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80% Parkinsonism. Di Amerika Utara meliputi 1
juta penderita atau 1% dari populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit Parkinson
mempunyai prevalensi 160 per 100.000 populasi, dan angka kejadiannya berkisar 20 per
100.000 populasi. Keduanya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 70
tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi per
tahun. Kematian biasanya tidak disebabkan oleh Penyakit Parkinson sendiri tetapi oleh
karena terjadinya infeksi sekunder.
DEFINISI
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism10
Penyakit Parkinson: Adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai
oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC)
yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies)
Parkinsonism: Adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin
dengan berbagai macam sebab.
ETIOLOGI
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi ada
beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi,yaitu:10
20
a. Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
b. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
c. Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
d. Lingkungan:
- Toksin: MPTP,dll.
- Penggunaan herbesida dan pestisida.
- Infeksi.
e. Cedera kranioserebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
f. Status emosional: diduga juga merupakan faktor resiko
KLASIFIKASI
Umumnya diagnosis Penyakit Parkinson mudah ditegakkan, namun harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebab,
prognosis, serta pelaksanaannya Parkinson diklasifikasikan menjadi:10
1. Idiopatik (primer)
Penyakit Parkinson
Juvenile Parkinsonism
2. Simtomatik
Infeksi dan pasca infeksi
Pasca-ensefalitis (ensefalitis letargika), slow virus.
Toksin:
1-methyl-4-phennyl-1,2,3,6-trihydoxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2,
metanol, etanol, sianid
Obat:
Neuroleptik (antipsikotik), antiemetik, reserpin, tetrabenazine, alfa-metil-dopa,
lithium, flunarisin, sinarisin.
Vaskular: Multiinfark serebral.
Trauma kranioserebral (Pugilistic encephalopathy)
Lain-lain:
Hipoparatiroid, degenerasi hepatoserebral, tumor otak, siringomielia
21
3. Parkinsonism plus (multiple system degeneration)
Progresif supranuklear palsi
Atrofi multi sistem
Degenerasi striatonigral, sindroma Shy-Drager, degenerasi
olivopontosereberal, sindroma Parkinsonism-amiotrofi
Degenerasi ganglionik kortikobasal
Sindroma Demensia
Kompleks parkinsonism-dementia-ALS (Guam), penyakit Lewy bodies difus,
penyakit jacob Creutzfeldt, penyakit Alzheimer.
Hidrosefalus tekanan normal
Kelainan herediter
Penyakit Wilson, Penyakit Hallervorden-Spatz, Penyakit Huntington,
Neuroakantositosis, Kalsifikasi ganglia basal familial, Parkinsonism familial
dengan neuropati perifer
4. Penyakit heredodegeneratif:
Seroid-lipofusinosis
Penyakit Gerstmann-Strausler-Scheinker
Penyakit Hallervorden-Spatz
Penyakit Huntington
Lubag (Filipino X-linked dystonia-parkinson)
Penyakit Machado-Joseph
Nekrosis striatal dan sitopati mitokhondria (mitochondrial cytopathies with
striatal necrosis)
Neuroakantosis
Atrofi familial olivopontoserebelar
Sindroma talamik demensia
Penyakit Wilson
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM EKSTRAPIRAMIDAL
22
Dalam susunan saraf didapatkan tiga bagian penting yang terlibat di dalam gerakan
yaitu sistem piramidal, sistem ekstrapiramidal, dan serebelum. Adapun inti-inti yang
menyusun sistem ekstrapiramidal adalah:16,20
Korteks motorik tambahan (area 4s), area 6, dan area 8
Korpus striatum (nukleus kaudatus dan putamen)
Nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus)
Nukleus subtalamikus (korpus luysi)
Substansia nigra
Nukleus ruber dan formasio retikularis
Serebelum
Gerakan pertama kali dilakukan melalui sistem piramidal, sedangkan sistem
ekstrapiramidal dan serebelum menjaga agar gerakan berlangsung secara lancar dan
terkoordinasi
Sirkuit ekstrapiramidal dapat dikelompokkan menjadi sirkuit utama atau prinsipal dan
tiga sirkuit penunjang atau asesorik:16
Sirkuit striatal utama meliputi korteks serebri-striatum (nukelus kaudatus dan
putamen)-globus palidus-talamus-korteks area 4 dan 6
Sirkuit asesorik pertama menghubungkan striatum-globus palidus-talamus-striatum
Sirkuit asesorik kedua menghubungkan globus palidus-nukleus subtalamikus-globus
palidus
Sirkuit asesorik ketiga menghubungkan striatum-substansia nigra-striatum
Sirkuit striatal utama dan asesorik terintegrasi dalam susunan sensorik dan motorik.
Selain sirkuit tersebut diatas masih ada sirkuit lain, yaitu sirkuit korteks-nuklei pontis-
serebelum kontralateral-nukleus ruber homolateral-nukleus ventralis talamus-korteks, dan
sirkuit nukleus olivantis inferior-serebelum-nukleus ruber-nukleus olivantis inferior. Pada
lintasan ini serebelum secara fungsional merupakan feedback yang bertujuan mengendalikan
gerakan selama gerakan tersebut masih berlangsung, yaitu melalui impuls dari serebelum
menuju nukleus ventrolateral talamus dan dipancarkan ke korteks piramidal dan
ekstrapiramidal. Bila mekanisme feedback ini terganggu oleh karena putusnya sirkuit
serebelum-korteks piramidal dan ekstrapiramidal akan terjadi kecanggungan gerakan
misalnya ataksia, diskinesia, dan tremor saat bergerak.
23
Kerusakan substansia nigra menyebabkan globus palidus kehilangan kelola, sehingga
akan mengeluarkan impuls abnormal yang tidak menginhibisi terhadap siatem piramidal dan
ekstrapiramidal, sehingga dapat timbul kelainan tremor saat istirahat.
Kerusakan substansia nigra dan nukleus kaudatus akan terjadi gerakan spontan yang
sulit terkendali (gerakan involunter) yang dikenal dengan khorea atau atetosis. Sedangkan
bila nukleus subtalamikus yang rusak akan menimbulkan balismus.
Terdapat juga lintasan dari korteks ekstrapiramidal yang langsung menuju ke
formasio retikularis batang otak dimana terdapat jaras-jaras retikulospinal yang multisinaptik.
Impuls tersebut akan disampaikan ke pusat inhibisi di bagian ventral medula oblongata yang
juga berhubungan dengan serebelum. Sebaiknya bagian dorsal batang otak sampai
pertengahan medula oblongata mempunyai pusat eksitasi, inti-inti yang menggalakkan pusat
eksitasi tersebut adalah nukleus vestibularis dan nukleus kaudatus. Jadi pengaruh jaras
retikulospinal dapat bersifat inhibisi dan eksitasi yang mempengaruhi gerakan. Jika jaras
yang menghubungkan korteks ekstrapiramidal dengan pusat inhibisi terputus, maka pusat
eksitasi akan lebih aktif dan mengakibatkan peninggian tonus, kekakuan ini disebut
rigiditas.16
PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Parkinson dapat dijelaskan dengan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik dan
perubahan keseimbangan jalur direct (inhibisi) dan jalur indirect (eksitasi).4
1. Teori keseimbangan saraf dopaminergik dan saraf kolinergik.
Selain menerima persarafan dopaminergik dari Substansia Nigra, striatum juga
dipersarafi oleh saraf kolinergik dengan asetilkolin sebagai neurotransmiternya.
Keluaran (output) dari striatum yang akan mempengaruhi fungsi motorik korteks
ditentukan oleh keseimbangan kegiatan kedua saraf tersebut.
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik meningkat dan atau kegiatan saraf kolinergik
menurun, maka saraf dopaminergik akan dominan pengaruhnya terhadap out put
striatum dengan akibat timbulnya gejala hiperkinesia
24
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik mnurun dan atau kegiatan saraf kolinergik
meningkat maka terjadi dominasi saraf kolinergik dengan akibat timbulnya
hipokinesia (Sindrom Parkinson).
2. Teori ketidakseimbangan jalur langsung dan jalur tidak langsung.
Baik jalur langsung maupun tidak langsung pada akhirnya akan bermuara pada
Globus Palidus internus (GPi) atau Substansia Nigra (SNr) dan selanjutnya keluaran
(output)nya menuju talamus dan kemudian ke korteks motorik.
Bilamana masukan dari jalur langsung seimbang dengan masukan dari jalur tidak
langsung maka tidak akan terjadi kelainan gerakan motorik oleh karena output dari
Gpi atau SNr normal. Tetapi bila terjadi hiperaktifitas jalur tidak langsung maka
output dari Gpi atau SNr ke arah talamokorteks akan menurun dan timbul gejala
hiperkinesia. Sebaliknya, bila terjadi hipoaktifitas jalur langsung maka output GPi
atau SNr akan meningkat dan timbul gejala hipokinesia.
Normal Parkinson
25
3. Degenerasi substansia nigra
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama penyakit parkinson adalah
proses degenerasi dari kelompok inti di Substansia Nigra (SN)
Ada dua macam atau bentuk kematian sel neuron otak, yaitu: apoptosis dan nekrosis.
Kedua bentuk kematian sel neuron otak tersebut dapat terjadi lewat tiga mekanisme
utama yang dpat bekerja sama atau berlangsung sendiri-sendiri, yaitu:
Gangguan metabolisme neuron
Gangguan metabolisme neuron dapat mengakibatkan fungsi mitokondria
terganggu dalam pembentukan energi sel (ATP), sehingga kegagalan ini akan
mengakibatkan fungsi penyangga Ca intraseluler menurun atau hilang dan
terjadi pembentukan radikal bebas dari oksigen dan nitrogen dan menuntun
terjadinya oxidative stress. Baik kegagalan pembentukan energi maupun
peningkatan pembentukan radikal bebas dapat merupakan proses exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity ini akan menimbulkan pelepasan glutamat secara
berlebihan dan rangsangan terhadap reseptor N-methyl d-aspartat (NMDA)
meningkat yang akan mengakibatkan bertambahnya influks Ca.
26
Kenaikan ca intraseluler terutama di mitokondria akan mengganggu proses
pembentukan energi dan juga akan meningkatkan pembentukan radikal bebas
dari oksigen dan nitrogen sehingga akan menyebabkan oxidative stress
Mekanisme oxidatif stress
Oxidative stress timbul sebagai respon terhadap bahan radikal bebas derivat
oksigen (ROS = Reactive Oxygen Species) dan nitrogen (RNS = Reactive
Oxygen Species) yang berlebihan. Bahan yang dapat meningkatkan produksi
radikal bebas antara lain: Ca intraseluler, Dopamin, dan Nitricoxide synthase
(NOS). Radikal bebas yang berlebihan di dalam sel akan merusak membran
lipid, protein, dan DNA. Lipid peroksidase akibat radikal bebas akan
menghasilkan bahan cytotoxic HNE (4-hydroxy nenonal) yang
diidentifikasikan sebagai mediator oxidative stress yang membunuh sel
neuron.
Degenerasi substansia nigra pada penyakit parkinson ditandai dengan
peningkatan jumlah radikal bebas ROS dan RNS dan berkurangnya bahan
antioksidan di dalam sel
GEJALA KLINIS
Gejala klinis Sindrom Parkinson berkaitan dengan menurunnya aktifitas
neurotransmitter dopamin di ganglia basalis. Mungkin terdapat kegagalan pelepasan dopamin
dari akson nigro-striatal, sehingga output yang berkurang dari akson ini atau kegagalan
pengikatan dopamin oleh reseptor dopaminergik di ganglia basalis sehingga timbul gejala-
gejala Sindrom Parkinson.
Adapun gejala klinis Sindrom parkinson adalah:18
Gejala Utama:
1. Tremor
Tremor biasanya dimulai dari bagian distal lengan sesisis berupa gerakan oposisi
berulang ibu jari dan telunjuk yang bersifat ritmis, kasar dengan frekuensi 3-5 x/detik
yang disebut juga tremor pill rolling. Tremor timbul saat istirahat (resting tremor) atau
bertahan pada posisi tertentu (postural), tremor di lengan bertambah hebat saat
27
berjalan, stres dan ansietas dan menghilang pada saat aktivitas atau tidur. Beberapa
tahun kemudian tremor menyebar ke arah proksimal dan mulai melibatkan tungkai
dan pada akhirnya ke sisi kontralateral dan mengenai wajah, lidah, dagu (jarang)
2. Rigiditas
Kekakuan pada otot terjadi karena peningkatan tonus otot mengenai semua kelompok
otot-otot aksial dan tungkai, fleksor dan ekstensor. Dengan gerakan pasif terasa
tahanan merata dari otot dalam seluruh ROM (Range of Motion) baik pada saat fleksi
maupun ekstensi. Tahanan dari otot dapat mulus (lead pipe) atau yang terputus-putus
(cogwheel phenomen). Rigiditas akan meningkat dengan menggerakkan ekstremitas
kontralateral. Rigiditas pada kedua tungkai menyebabkan jalan penderita parkinson
seperti diseret. Sama seperti tremor, rigiditas sering dimulai unilateral, bervariasi dari
waktu ke waktu dalam sehari, dipengaruhi oleh mood, stres, dan obat-obatan.
3. Bradikinesia/akinesia
Penderita Penyakit Parkinson mengalami gangguan dalam inisiasi dan eksekusi
program motorik, sedangkan perencanaan gerakan masih utuh atau relatif baik. Pada
stadium dini terlihat hipokinesia (jangkauan gerak yang memendek) kemudian
berkembang menjadi bradikinesia (gerakan yang melambat) dan kemudian akinesia.
Ekstremitas distal seperti jari tangan dikenai lebih dahulu (mikrografia) kemudian
seluruh kelompok otot tangan dan lengan. Penderita mengalami kesulitan dalam
gerakan motorik sekuensial seperti pronasi dan supinasi bergantian. Gerakan
kompleks seperti mengancing, mandi, makan, naik tangga dan aktivitas harian
lainnya. Pada pemeriksaan fisik, gerakan cepat oposisi jari telunjuk dan ibu jari
terlihat penurunan baik kecepatan dan amplitudonya. Pada kasus lanjut, penderita sulit
bangun dari kursi dan memperlihatkan gerakan motorik umum yang lambat. Kedipan
dan lirikan mata berkurang, otot muka kurang bergerak(wajah topeng), suara
mengecil (hipofonia) dan monoton, refleks menelan melambat sehingga air liur
menetes (drooling), kesulitan membalikkan badan saat tidur, berjalan dengan langkah
lambat dan diseret.
4. Instabilitas posisi gerak (hilangnya refleks postural)
Penderita Penyakit Parkinson tidak memungkinkan antisipasi reaksi postural bila
keseimbangan terganggu karena pada dasarnya bradikinesia yang terdapat pada
28
penyakit parkinson merupakan hasil akhir gangguan integrasi impuls visual, labirin,
proprioseptif di ganglia basalis. Instabilitas postural pada Penyakit Parkinson akan
mengakibatkan insidensi jatuh meningkat.
Gejala Tambahan:
1. Motorik : freezing, start hesitation, distonia, nyeri otot.
2. Otonom : polakisuria, konstipasi, impotensia
3. Mental : depresi, demensia
4. lain-lain : refleks glabela (tanda meyerson)
PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan penyakit diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr (Hoehn and
Yahr Staging of parkinson’s Disease):10
1. Stadium I
Gejala dan tanda pada satu sisi
Terdapat gejala yang ringan
Terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan
Biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak
Gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II
Terdapat gejala bilateral
Terdapat kecacatan minimal
Sikap/cara berjalan terganggu
3. Stadium III
Gerak tubuh nyata melambat
Keseimbangan mulai terganggu saat berjalan / berdiri
Disfungsi umum/sedang
4. Stadium IV
Terdapat gejala yang lebih berat
29
Masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu
Rigiditas dan bradikinesia
Tidak mampu hidup sendiri
Tremor dapat berkurang dibanding stadium sebelumnya
5. Stadium V
Stadium kakhetik (cachetic stage)
Kecacatan total
Tidak mampu berdiri dan berjalan
Memerlukan perawatan tetap
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik (kriteria Hughes)
1. Possible
Terdapat salah satu dari gejala utama:
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan refleks postural
2. Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural) atau
satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik)
3. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain
yang tidak simetris (tiga tanda kardinal).
Bila semua tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa
bulan kemudian.
Tanda khusus
Meyerson’s sign:
Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk berulang
30
Ketukan berulang (2x/detik) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip-kedip
(terus-menerus)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pengobatan penyakit parkinson meliputi pengobatan secara
medikamentosa dan penanganan rehabilitasi.12
Untuk terapi medikamentosa strategi penatalaksanaannya adalah:
1. Terapi simtomatik
a. Terapi simtomatik medik
Meningkatkan dopamin otak:
Levodopa, agonis dopamin (bromokriptin, pramipexole, ropirinole),
antagonis NMDA (amantadin), inhibitor MAOB (selegilin), dan
inhibitor COMT (entacapone, tolcapone)
Pangurangan fungsi sistem kolinergik dengan pemberian obat
golongan antikolinergik: Triheksifenidil, Benztropin
b. Terapi simtomatik bedah
Talatomi ventrolateral: bila tremor menonjol
Palidotomi: bila akinesia dan tremor
Transplantasi substansia nigra
Stimulasi otak dalam
2. Neuroproteksi
a. Levodopa
b. Koensim Q10
c. Rasagilline
3. Neurorestorasi
a. Tranplantasi
b. Infus GDNF
Terapi Rehabilitasi medik:
31
Rehabilitasi memegang peranan penting dalam mengurangi keterbatasan fungsional dan
disabilitas pada penderita penyakit Parkinson. Peningkatan kualitas hidup merupakan tujuan
akhir yang sangat penting. Program rehabilitasi yang ideal harus mencakup perjalanan
penyakit pasien, gejala, tanda, dan daerah yang mengalami defisit termasuk kerusakan,
pembatasan, fungsi, disabilitas, lingkup gerak sendi, fungsional, ketahanan yang
dikompensasi dengan strategi pengobatan. Penderita penyakit parkinson memerlukan
program dalam mempertahankan fungsinya.
Pada penilaian dan evaluasi di bagian rehabilitasi medik, dicantumkan dalam bentuk data
dengan beberapa komponen dan nantinya akan dievaluasi secara berkala yang meliputi :
a. Fungsi kognitif
Disini dinilai fungsi memori, orientasi, konsepsual pemecahan masalah dan lain-lain.
Kecepatan mengolah informasi, atensi, dan konsentrasi juga dinilai. Instrumen yang
digunakan berupa Mini Mental Status Exam (MMSE).
b. Fungsi afektif dan psikososial
Terapis harus dapat melihat tingkatan stres atau kecemasan dan strategi apa yang
sesuai dengannnya. Sangat penting dalam menilai gejala-gejala depresi, seperti
kesedihan, apatis, acuh tak acuh, sukar tidur, hilangnya nafsu makan, penurunan berat
badan, hilangya konsentrasi dan memori bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Instrumen penilaian termasuk Geriatric Depression Scale.
c. Sensori integritas
Pemeriksaan untuk sensori integritas diperlukan termasuk sensasi superfisial dan
dalam. Perubahan sensorik sesuai dengan bertambahnya usia (hilangnya sensasi raba
atau proprioseptif lebih besar terjadi pada ekstremitas bawah dibandingkan
ekstremitas atas).
d. Nyeri
Sakit ringan dan rasa kesemutan sering timbul pada penderita parkinson. Nyeri yang
terus-menerus sering timbul walupun jarang. Intrumen yang sering digunakan
termasuk The McGill pain questionaire dan Visual analoque Scale.
e. Fungsi penglihatan
32
Penilaian penglihatan harus termasuk di dalamnya ketajaman penglihatan, akomodasi,
adaptasi terhadap cahaya terang dan gelap dan persepsi dalam. Perubahan pada
penglihatan sesuai denagn usia seperti ketajaman penglihatan, adaptasi cahaya yang
kurang dan hilangnya diskriminasi warna
f. Lingkup gerak sendi
Penilaian lingkup gerak sendi muskuloskeletal beserta fleksibilitasnya merupakan hal
yang sangat penting. Pasien parkinson biasanya mengalami keterbatasan pada sendi
panggul dan ekstensi lutut, dorsifleksi, fleksi bahu, ekstensi siku, ekstensi leher dan
tulang belakang. Semua segmen tulang belakang harus dinilai termasuk segmen
servikal, thoraks, dan abdominal.
g. Postur
Penilaian posisi istirahat dan perubahan posisi dilakukan pada saat ada gerakan.
Terapis dapat menggunakan plumb lines, foto atau video untuk melihat perubahan
yang ada. Pasien dengan Parkinson memiliki postur tubuh fleksi dengan pusat massa
tubuh berpindah ke depan. Mobilitas dari tulang belakang dinilai pada saat gerakan
sedang berlangsung seperti melihat ke belakang dan berjalan.
h. Gambaran otot
Yang dinilai adalah kekuatan dan ketahanan otot dengan menggunakan Manual
Muscle Testing (MMT).
i. Fungsi motorik
Yang dinilai terutama tanda-tanda ganglia basalis:
Rigiditas
Distribusi rigiditas sering tidak sejalan. Perubahan tonus pada leher dan bahu
menandakan penyakitnya masih baru, sedangkan pada tulang belakang dan
ekstremitas menandakan progresivitas penyakitnya telah berlanjut. Otot-otot
wajah yang kaku seperti topeng (mask fase) dan mimik yang kurang terlihat
pada saat penderita di suruh tersenyum.
Bradikinesia
Timed Test untuk Rapid Alternating Movement (RAM) juga dapat digunakan
untuk menilai efek bradikinesia. Kemampuan motorik dapat dilihat pada saat
33
terjadi gerakan seperti perpindahan dari tempat tidur ke tempat duduk. EMG
digunakan dalam menilai efek rigiditas dan bradikinesia pada gejala motorik
Tremor
Lokasi, jenis pengulangan dan beratnya tremor (amplitudo) dicatat. Terapis
harus dapat membedakan tremor yang timbul pada saat istrirahat atau tremor
yang timbul pada saat aktivitas. Kemampuan fungsional seperti menulis,
makan, dan berpakaian agak terpengaruh akibat efek dari tremor.
Instabilitas postural
Macam-macam tes dapat digunakan dalam menilai keseimbangan. Tes
fungsional untuk keseimbangan sering dilakukan pada usia tua dan
berhubungan dengan frekuensi jatuh. Berg Balance Scale juga digunakan pada
individu yang memiliki problema pada posisi berdiri. Timed up and Go Test
sering digunakan pada pasien parkinson karena lebih mudah dilakukan,
dimana pasien disuruh berdiri, berjalan sekitar 10 langkah, berbalik dan
kemudian kembali ke tempat duduk. Kemudian dihitung waktunya. Skor 10
detik merupakan skor yang normal. Skor 10-20 detik sering terjadi pada pasien
tua. Skor di atas 20 detik dianggap abnormal dan memerlukan penilaian
khusus.
j. Gait atau langkah
Paramater pada gait yaitu panjang langkah, lebar langkah, kecepatan, stabilitas dan
jarak (ketahanan). Pasien Parkinson sering berjalan dengan langkah yang pendek-
pendek dan tidak ada
k. Gangguan menelan dan bicara
Penilaian fungsi menelan, makan dan berbicara perlu dilakukan. Kelainan pada bicara
dan bahasa dapat membatasi fungsional
l. Perubahan autonomik
Terapis harus dapat mendiagnosa adanya disfungsi otonom. Air liur yang menetes
atau berkeringat, kulit yang lembab dan ketidaknormalan pada regulasi suhu tubuh
dicatat.
m. Fungsi kardiorespirasi
34
Penilaian pada fungsi respirasi termasuk inspeksi rongga dada, mobilitas dinding
dada. Jenis pernapasan dan posisi tubuh saat bernapas juga harus diperhatikan. Untuk
fungsi paru dapat digunakan spirometer. Juga dinilai tanda-tanda vital seperti denyut
jantung, tekanan darah, dan respirasi.
n. Integritas kulit
Terapis harus dapat menilai area-area penekanan pada kulit, terutama pada penderita
yang tidak mobile. Sering digunakan alat-alat khusus dalam mencegah terjadinya
lecet pada kulit
o. Status fungsional
Penilaian status fungsional sering dilakukan oleh seorang okupasi terapis dimana
pasien parkinson dengan segala keterbatasannya diusahakan agar dapat semandiri
mungkin. Pemakaian alat bantu disesuaikan dengan masalah yang timbul. Pasien
dengan penyakit parkinson sering mengalami kesulitan dalam hal rotasi, seperti
berputar atau berbalik di tempat tidur atau bangun tidur, berdiri, berjalan, dan
keterampilan motorik halus seperti makan atau berpakaian.
p. Penilaian kesehatan secara umum
Dimana termasuk penilaian kemampuan aktivitas rutin setiap hari dan kualitas hidup
(misalnya fungsi fisik dan sosial, vitalitas, emosional, dan lain-lain). Biasanya dengan
menggunakan Sickness Impact Profile.
q. Penilaian khusus untuk parkinson
Disini dinilai progresifitas dari penyakit dan hasil akhirnya, dimana selalu berubah
setiap saat. Yang sering dipakai adalah Unified Parkinson’s Disease Rating Scale
dimana dibagi atas 3 bagian yaitu status mental, aktivitas sehari-hari dan skala
motorik. Setiap bagian diberi skala antara 0 sampai 4 dimana angka 0 lebih ke arah
normal dan angka 4 lebih ke arah yang berat.
Tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil akhir pasien dengan penyakit parkinson
meliputi:
1. Kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat meningkat
2. Peningkatan penampilan fisik terutama dalam pekerjaan, rekreasi atau
aktivitas lainnya.
3. Pengurangan disabilitas yang berhubungan dengan penyakit parkinson.
35
4. Perawatan yang terkoordinasi antara pasien, keluarga dan dokter atau
profesionalis yang lain
5. Bertingkah laku yang baik dalam menjalani proses perawatan seperti
kebiasaan meminum obat teratur, diet dan pencegahan terhadap efek samping
ataupun progresivitas dari penyakit.
6. Penurunan intensitas ketergantungan perawatan
7. Resiko dari kerusakan sekunder dapat dikurangi
8. Mempertahankan integritas dan mobilitas sendi
9. Peningkatan dalam kekuatan dan ketahanan otot
10. Peningkatan kontrol postural
11. Peningkatan fungsi motorik
12. Peningkatan dalam gait dan keseimbangan
13. Peningkatan dalam kapasitas aerobik dan ketahanannya
14. Peningkatan dalam hal keamanan baik bagi pasien, keluarga, dan lain-lain
15. Pengetahuan tentang diagnosis, prognosis, tujuan serta intervensi terapi dapat
meningkat
16. Tingkatan stres dapat menurun
Program Rehabilitasi medik meliputi:11
Latihan sikap
Umumnya penderita parkinson mempunyai terndensi untuk sikap
membungkuk dengan lengan fleksi pada siku. Untuk mencegah dilakukan
latihan otot-otot sepanjang tulang belakang, luang gerak sendi tulang belakang
agar tetap lentur.
Cara jalan
Cara jalan yang wajar biasanya tangan melenggang. Pada penderita parkinson,
gerak tangan ini berkurang dan terbatas. Dalam latihan diinstruksikan agar
tangan melenggang. Latihan sebaiknya dikerjakan dalam ruangan bercermin
sehingga penderita dapat mengoreksi sendiri gerakannya.
Mempertahankan / meningkatkan Luang Gerak Sendi
Sendi bahu, siku, tangan, jari, pangkal paha, lutut digerakkan semaksimal
mungkin secara aktif atau pasif berulang-ulang dalam satu hari. Dengan luang
36
gerak sendi yang bebas, maka gerakan-gerakan dari anggota gerak tersebut
lebih leluasa.
Meningkatkan keterampilan tangan
Keterampilan anggota gerak atas sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari. Terapi okupasi yang banyak melibatkan tangan seperti memasang
kancing, menulis dapat dikerjakan,.
Latihan wicara
Gangguan bicara pada penderita parkinson biasanya berupa gangguan
artikulasi yang kurang jelas, bicara mendatar dan volume suara menurun.
Otot-otot untuk berbicara kurang terampil oleh karena kekakuan. Latihan
diberikan oleh speech terapi mulai dari latihan pernapasan, ritme pernapasan
sampai pada latihan artikulasinya
Peran psikolog
Pada parkinson, depresi timbul sebagai bagian dari penyakitnya atau gejala
akibat penyakitnya. Peran psikolog memberikan petunjuk atau motivasi yang
baik untuk penderita maupun keluarganya
Daftar Pustaka
1. Martono H., Soetedjo. Gangguan Neurologik Pada Usia Lanjut. Dalam: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;. 1999: 419-23.
2. Umphred D.A. Parkinson’s Disease. In: Neurological Rehabilitation. 3th Ed. Boston: Mosby; 1995: 615-25.
3. Waters C.H. Diagnosis and Management of Parkinson’s Disease, 2nd Ed. New York: Professional
Communications; 1999.
4. Francisco GE, Kothari S, Schiess MC, Kaldis T. Rehabilitation of Persons with Parkinson’s Disease and
Other Movement Disorders. In : DeLisa. Physical Medicine & Rehabilitation Principles and Practice 4 th
Edition; 2005: 809-19.
5. Mardjono M. Susunan Neuromuskuler dan Patofisiologi Susunan Neuromuskuler. Dalam: Neurologi Klinis
Dasar, Sidharta P, cetakan ke delapan. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 2000: 1-12.
6. Ilyas E. Program Rehabilitasi pada Parkinson. Dalam: Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan II
PERDOSRI. Bandung; 2003:69-76.
7. Watts RL, Koller WC. Clinical Manifestations of Parkinson’s Disease, In: Movement Disorders Neurologic
Principles and Practice, McGraw-Hill; 1997: 183-97.
8. Gamble GL. Parkinsonism. In : Sinaki M. Basic Clinical Rehabilitation Medicine, Mosby; 1993 : 164-74.
37
38