Skenario C Blok 21 Tutorial sippp.docx

download Skenario C Blok 21 Tutorial  sippp.docx

of 26

Transcript of Skenario C Blok 21 Tutorial sippp.docx

Seknario C Blok 21Dokter Amin seorang dokter layanan primer mendapat pasien seorang anak laki- laki bernama Aman, umur 10 tahun datang dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu tanpa batuk. Panasnya datang mendadak disertai menggigil.Satu minggu yang lalu, tetangga Aman juga menderita panas yang sama dengan Aman dan dirujuk oleh dokter Amin ke Rumah Sakit karena mengalami syok. Menurut dokter Rumah Sakit, tetangga Aman tersebut menderita Demam Berdarah Dengue (Dengue Shock Syndrome).Klarifikasi IstilahDokter Layanan PrimerDokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas yang bertitik berat keluarga, tidak memandang individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita/ keluarga.

BatukReflek tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernapasan atas.

MenggigilSuatu sikap Tubuh / Suara Gemetar karena demam kedinginan.

DirujukDilimpahkannya wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh dokter kepada dokter lain yang lebih sesuai.

SyokKegagalan peredaran darah yang ditandai dengan penurunan tekanan darah dan gejala- gejala umum lain yang disebabkan oleh berbagai hal.

Demam Berdarah DenguePenyakit demam akut disebabkan oleh virus dengan gejala demam, nyeri kepala, otot dan sendi yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti.

Dengue Shock SyndromeMerupakan derajat IV dari penyakit DBD.

Identifikasi Masalah1. Dokter Amin seorang dokter layanan primer mendapat pasien seorang anak laki- laki bernama Aman, umur 10 tahun datang dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu tanpa batuk. Panasnya datang mendadak disertai menggigil.2. Satu minggu yang lalu, tetangga Aman juga menderita panas yang sama dengan Aman dan dirujuk oleh dokter Amin ke Rumah Sakit karena mengalami syok. Menurut dokter Rumah Sakit, tetangga Aman tersebut menderita Demam Berdarah Dengue (Dengue Shock Syndrome).Analisis Masalah 1. Dokter Amin seorang dokter layanan primer mendapat pasien seorang anak laki- laki bernama Aman, umur 10 tahun datang dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu tanpa batuk. Panasnya datang mendadak disertai menggigil.a. Apa yang dimaksud dokter layanan primer ?Jawab: Dokter Layanan Primer (DLP) adalah Adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender ataupun jenis penyakit, tanpa membedakan ras, budaya dan tingkat sosial. Secara klinis dokter ini berkompetensi untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya, sosialekonomi, dan psikologis pasien, dan bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambungan bagi pasien (WONCA, 1991 dalam Prasetyawati, 2010). Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI, 1982 dalam Prasetyawati, Kedokteran Keluarga). Dokter layanan primer adalah dokter yang meneruskan program studi setelah program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan dokter spesialis dan menjalankan tugasnya di strata pertama dalam memberikan upaya pelayanan kedokteran dan upaya kesehatan masyarakat (UU dikdok No. 20 tahun 2013 pasal 8).

b. Apa saja tindakan dr.Amin kepada Aman sebagai dokter layanan primer ?Jawab:Menurut WHO dan WONCA dalam buku Prasetyawati (2010), prinsip dokter keluarga (layanan primer) yaitu sebagai berikut1. Komprehensif dan Holistik (menyeluruh)

2. Kontinue (berkelanjutan) 3. Mengutamakan pencegahan 4. Koordinatif dan Kolaboratif 5. Personal sebagai bagian Integral dari keluarganya6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan sekitar 7. Menjunjung tinggi etika moral dan hukum 8. Sadar biaya dan sadar mutu 9. Dapat di audit dan dipertanggung jawabkan

c. Apa saja kompentensi dokter layanan primer ?Jawab:Standar Kompetensi Dokter Keluarga Yang Disusun Oleh Perhimpunan Doktker Keluarga Indonesia Tahun 2006:1. Kompetensi Dasara. Keterampilan komunikasi efektifb. Keterampilan klinis dasarc. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluargad. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistic, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primere. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasif. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayatg. Etika, moral, dan profesionalisme2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utamaa. Bedahb. Penyakit dalamc. Kesehatan anak d. THTe. Mataf. Kulit dan kelaming. Psikiatrih. Sarafi. Kedokteran komunitas3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjuta. Keterampilan melakukan health screening b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjutc. Membaca hasil EKGd. Membaca hasil USGe. BLTS, BCLS, dan BPLS4. Keterampilan Pendukunga. Risetb. Mengajar kedokteran keluarga5. Ilmu Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnyab. Memahami dan menjembatani pengobatan alternative6. lmu Dan Keterampilan Manajemen Klinis a. Manajemen klinik dokter keluarga.

Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA WHO tahun 2003 meliputi : 1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentua.Bayi baru lahirb.Bayic.Anakd.Remajae.Dewasaf.Wanita hamil dan menyusuig.Lansia wanita dan pria2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensifa.Memahami epidemiologi penyakitb.Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara memadaic.Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obatd.Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologie.Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentuf.Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta penyuluhan gizig. Memahami pokok masalah perkembangan normalh. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilakui. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila diperlukanj. Menyelenggarakan layanan paliatif dan jelang ajalk.Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran3. Mengkoordinasikan layanan kesehatana.Dengan keluarga pasien1) Penilaian keluarga2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)3) Pembinaan dan konseling keluargab. Dengan masyarakat1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat4. Menangani masalah masalah kesehatan yang menonjola. Kelainan alergikb. Anestesia dan penanganan nyeric. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratand. Kelainan kardiovaskulare. Kelainan kulitf. Kelainan mata dan telingag. Kelainan saluran cernah. Kelainan perkemihan dan kelamini. Kelainan obstetrik dan ginekologij. Penyakit infeksik. Kelainan musculoskeletall. Kelainan neoplastikm. Kelainan neurologin. Psikiatri 5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatana.Menyusun dan menggerakkan timb.Kepemimpinanc.Ketrampilan manajemen praktikd.Pemecahan masalah konflike.Peningkatan kualitas (Prasetyawati, 2010).

Kompetensi dokter layanan primer sesuai dengan Pendidikan & Standar Kompetensi Dokter (revisi 2012) yaitu profesionalitas yang Luhur, Mawas Diri dan Pengembangan Diri, Komunikasi Efektif, Pengelolaan Informasi, Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran, Keterampilan Klinis dan Pengelolaan Masalah Kesehatan. Sedangkan kompetensi DLP sesuai dengan undang-undang pendidikan kedokteran yaitu: Primary care management, Family Medicine Approach, Spesific problem solving skill, Comprehensive approach, Community orientaBon, HolisBc approach & Team work (Kemenkes, 2013).Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, dari 736 daftar penyakit terdapat 144 penyakit yang harus dikuasai penuh oleh para lulusan karena diharapkan dokter layanan primer dapat mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas. Selain itu terdapat 275 ketrampilan klinik yang juga harus dikuasai oleh lulusan program studi dokter. Selain 144 dari 726 penyakit, juga terdapat 261 penyakit yang harus dikuasai lulusan untuk dapat mendiagnosisnya sebelum kemudian merujuknya pada spesalis yang sesuai, apakah merujuk dalam keadaaan gawat darurat maupun bukan gawat darurat (Menkes, 2014).

d. Apa saja prinsip- prinsip dokter layanan primer ?Jawab:Menurut WHO dan WONCA dalam buku Prasetyawati (2010), prinsip dokter keluarga (layanan primer) yaitu sebagai berikut1. Komprehensif dan Holistik (menyeluruh) 2. Kontinue (berkelanjutan) 3. Mengutamakan pencegahan 4. Koordinatif dan Kolaboratif 5. Personal sebagai bagian Integral dari keluarganya6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan sekitar 7. Menjunjung tinggi etika moral dan hukum 8. Sadar biaya dan sadar mutu 9. Dapat di audit dan dipertanggung jawabkan

Menurut WHO tahun 2014, prinsip-prinsip dokter layanan primer adalah1. Pelayanan Tingkat Pertama (primary care); 2. Pelayanan yang mengutamakan promosi dan pencegahan (promotif dan preventive); 3. Pelayanan bersifat pribadi (personal care); 4. Pelayanan paripurna (comprehensive care); 5. Pelayanan menyeluruh (holistic care); 6. Pelayanan terpadu (integrated care); 7. Pelayanan berkesinambungan (continuum care); 8. Koordinatif dan kerjasama; 9. Berorientasi pada keluarga dan komunitas (family and community oriented); 10. Patient safety.

e. Bagaimana penulisan resep untuk keluhan yang di alami Aman ? Jawab:Usia 10 tahun, keluhannya panas tanpa batuk, mendadak dan mengigil. Obat yang dapat diberikan:Antipiretik acetaminophen atau parasetamol 500 mgCausanya

f. Apa saja standar pelayanan dokter layanan primer ?Jawab:1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical care)a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orangPelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatanPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.3) Pencegahan penyakit dan proteksi khususPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.4) Deteksi diniPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu.5) Kuratif medikPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.6) Rehabilitasi medik dan sosialPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.7) Kemampuan sosial keluargaPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya.8) Etik medikolegalPelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik kedokteran. (Prasetyawati, 2010)

b. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.1) AnamnesisPelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjangDalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis bandingPada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik. 4) PrognosisPada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).5) KonselingUntuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.6) KonsultasiPada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukankonsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.7) RujukanPada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.8) Tindak lanjutPada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.9) TindakanPada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien 10) Pengobatan rasionalPada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.11) Pembinaan keluargaPada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga. (Prasetyawati, 2010)

c. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.1) Pasien adalah manusia seutuhnyaPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya.2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannyaPelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.3) Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnyaPelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya. (Prasetyawati, 2010)

d. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.1) Koordinator penatalaksanaan pasienPelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter pasien - keluarga, maupun bersama antar dokter pasien - dokter spesialis / rumah sakit.2) Mitra dokter - pasienPelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.3) Mitra lintas sektoral medikPelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medikPelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya. (Prasetyawati, 2010)

e. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.1) Pelayanan proaktifPelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.2) Rekam medik bersinambungInformasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien yang bersangkutan. Menurut Permenkes No 269 tahun 2008, isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis ( keluhan dan riwayat penyakit), hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik, diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan, dan persetujuan tindakan bila diperlukan.3) Pelayanan efektif efisienPelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.4) PendampinganPada saat - saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien. (Prasetyawati, 2010)

2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standards of behaviour in practice)a. Standar perilaku terhadap pasien (patient-physician relationship standard)Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.1) Informasi memperoleh pelayananPelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan.2) Masa konsultasiWaktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.3) Informasi medik menyeluruhDokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan terinformasi.5) Komunikasi efektifDokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling percaya.6) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokterDokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien. (Prasetyawati, 2010)

b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners relationship in practice)Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan manajemen untuk mengelola klinik secara profesional.1) Hubungan profesional dalam klinikDokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional dalam suasana kekeluargaan.2) Bekerja dalam timPada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat kesehatan pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.3) Pemimpin klinikPelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan. (Prasetyawati, 2010)

c. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues)Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan, ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik secara profesional.1) Hubungan profesional antar profesiPelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai hubungan profesional dengan profesi medik lainnya untuk kepentingan pasien.2) Hubungan baik sesama dokterPelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik yang diambil oleh dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien tanpa merugikan nama dokter lain.3) Perkumpulan profesiDokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan berpartisipasi pada kegiatan - kegiatan yang ada. (Prasetyawati, 2010)

d. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of knowledge and skill development)Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.1) Mengikuti kegiatan ilmiahPelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah seperti pelatihan, seminar, lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya.

2) Program jaga mutuPelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri dan / atau bersama-sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat praktiknya.3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikanPelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan dokter keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran atau pelatihan dokter.4) Penelitian dalam praktikPelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan berusaha untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika penelitian kedokteran, demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran.5) Penulisan ilmiahDokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif dan / atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran. (Prasetyawati, 2010)

e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan (standard as community leader)Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.1) Menjadi anggota perkumpulan sosialDokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas wawasan pergaulan.2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakatBila ada kegiatan - kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat praktiknya, pelayanan dokter keluarga bersedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan kegiatan tersebut.3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnyaBila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya, pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya dalam bidang kesehatan. (Prasetyawati, 2010)

3. Standar Pengelolaan Praktik (Standards of practice management)a. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources)Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat petugas kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau pelatihannya.1) Dokter keluargaDokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter yang bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal perilaku kesehatan.2) PerawatPerawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.3) BidanBidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga.4) Administrator klinikPegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga, telah mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan pendekatan kedokteran keluarga. (Prasetyawati, 2010)

b. Standar manajemen keuangan (Standard of finance management)Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan manajemen keuangan profesional.1) Pencatatan keuanganKeuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat transparansi.2) Jenis sistim pembiayaan praktikManajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti, baik sistem pembiayaan praupaya maupun sistim pembiayaan fee-for service (Prasetyawati, 2010)

c. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for practice)Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang disebut klinik dengan manajemen yang profesional.1) Pembagian kerjaSemua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing - masing.2) Program pelatihanUntuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job training) terlebih dahulu.3) Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan.4) Pembahasan administrasi klinikPimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik (Prasetyawati, 2010)

4. Standar Sarana dan Prasarana (Standards of Facilities)a. Standar fasilitas praktik (standard of practice facilities)Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.1) Fasilitas untuk praktikFasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.2) Kerahasiaan dan privasiKonsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi pasien.3) Bangunan dan interiorBangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien. Dalam permenkes No. 9 tahun 2014, dikatakan bahwa bangunan klinik paling sedikit terdiri atas ruang pendaftaran, ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang administrasi, ruang obat, ruang tindakan, pojok ASI, dan kamar mandi. 4) Alat komunikasiKlinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya seperti telepon atau telepon seluler.5) Papan namaTempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh organisasi profesi. (Prasetyawati, 2010)Berdasarkan UU praktik kedokteran, papan nama berukuran 40 x 60 cm ( maksimal 60 x 90 cm), dasar cat putih dengan huruf hitam, pada papan nama tercantum nama gelar yang sah dan jenis pelayanan sesuai dengan surat izin praktik serta waktu praktik, apabila tempat praktik berlainan dengan tempat tinggal, dapat ditambah alamat rumah dan nomor telepon serta tidak boleh dihiasi warna dan penerangan yang bersifat iklan.

b. Standar peralatan klinik (standard of practice equipments)Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).1) Peralatan medisPelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata pertama. Tidak ada jenis peralatan medis yang di atur dalam permenkes no 28 tahun 2011, tetapi peralatan medis harus memenuhi standar mutu, keamanan dan keselamatan, serta di kalibrasi secara berkala.2) Peralatan penunjang medisPelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama. Peralatan ini misalnya seperti laboratorium sederhana yang dapat menilai kadar gula darah, kadar kolestrol total dan kadar asam urat. 3) Peralatan non medisPelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama. Peralatan non medis ini seperti alat peraga untuk menunjang pelayanan(Prasetyawati, 2010)

c. Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports process)Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga.1) Pengelolaan rekam medikPelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented medical record).2) Pengelolaan rantai dinginPelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.3) Pengelolaan pencegahan infeksiPelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya.4) Pengelolaan limbahPelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan limbah, baik limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar klinik.5) Pengelolaan air bersihPelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah sehingga aman digunakan.6) Pengelolaan obatPelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa. (Prasetyawati, 2010)

g. Bagaimana kompentensi dokter umum untuk dokter layanan primer pada kasus Aman ?Jawab:kemungkinan penyakit yang ada pada aman adalah demam berdarah atau dengue fever, malaria, demam tifoid, common cold.MalariaNo. ICPC II: A73 Malaria No. ICD X: B54 Unspecified malaria Tingkat Kemampuan: 4ADemam BerdarahNo. ICPC II: A77 Viral disease other/NOSNo. ICD X: A90 Dengue fever A91 Dengue haemorrhagic fever Tingkat Kemampuan: 4A Common coldKompetensi: 4ADemam tifoidKompetensi: 4A

h. Apa saja faktor penyebab panas sejak 3 hari yang lalu tanpa batuk ?8 5 2Jawab:Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, parasit, dll)Gangguan metabolisme

i. Bagaimana mekanisme panas disertai mengigil ?9 6 3Jawab:Masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh reaksi ab-ag sekresi TNF , IL-1, IL-6 mediator inflamasi tersebut merangsang pelepasan asam arakidonat dihipotalamus asam arakidonat merangasang sekresi PGE2 PGE2 mengubah set point di hipotalamus anterior hipotalamus mengira suhu tubuh menurun usaha peningkatan panas dengan mengigil panas + menggigil

j. Apa saja kemungkinan penyakit yang dialami Aman berdasarkan keluhan ?Jawab:Demam berdarah (dengue fever)MalariaDemam tifoid

k. Apa makna keluhan panas disertai menggigil ?Jawab:Demam yang disertai menggigil biasanya dapat ditemui pada penyakit seperti malaria, demam berdarah, demam tifoid. Dari jenis demamnya, demam yang disertai mengigil dapat termasuk jenis demam sebagai berikut Demam intermitenDemam septicDemam siklik

2. Satu minggu yang lalu, tetangga Aman juga menderita panas yang sama dengan Aman dan dirujuk oleh dokter Amin ke Rumah Sakit karena mengalami syok. Menurut dokter Rumah Sakit, tetangga Aman tersebut menderita Demam Berdarah Dengue (Dengue Shock Syndrome).a. Bagaimana alur rujukan untuk dokter layanan primer ?Jawab:

Rumah Sakit Tipe A

Rumah Sakit Tipe B

Dokter Layanan PrimerRumah Sakit Tipe C

Rumah Sakit Tipe D

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Rumah BersalinPraktek BidanBalai PengobatanBalai Kesehatan Ibu dan Anak

Pengobatan Tradisional,Masyarakat dan Posyandu

Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.Dari faskes 1 (praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama) faskes 2 ( spesalistik) faskes 3 (subspesalistik) Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan missal antar sesame faskes 1, puskes ke DLP atau sebaliknya, DLP ke DLP, dll.

b. Apa saja syarat pasien dirujuk ?2 10 7Jawab:Menurut PMK No.1 tahun 2012 tentang Rujukan perseorangaa, Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila: a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik; b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila: a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya; b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut; c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan. Syarat rujukan pasal 11 Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan mendapat persetujuan pasien atau keluarganya. Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pasien tidak dapat ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.

Kriteria rujukan pada DBD Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena). Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.

kriteria rujukan pada syokSetelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke layanan sekunder.

c. Bagaimana klasifikasi rumah sakit ?Jawab:1. Rumah Sakit Tipe ARumah sakit tipe A adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital).Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.2. Rumah Sakit Tipe BRumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan di setiap Ibu Kota Propinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit Kabupaten.Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.3. Rumah Sakit Tipe CRumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada 4 macam pelayanan spesalistik yang disediakan yaitu penyakit dalam, pelayanan kesehatan anak, pelayanan bedah, pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibu Kota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.4. Rumah Sakit Tipe DRumah sakit tipe D adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas.5. Rumah Sakit Tipe ERumah sakit tipe E adalah rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja.Saat ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misalnya, rumah sakit kusta, paru, jantung, jiwa, kanker, ibu dan anak.

d. Tipe rumah sakit apa yang tepat untuk merujuk teman Aman ?4 1 9Jawab:Teman Aman Rujuk ke RS tipe C dahulu, tapi karena keadaan tetangga aman ini termasuk kasus gawat darurat jadi perlu perhatikan keadaannya saat dirujuk dan bagaimana fasilitas RS yang akan dirujuk serta juga harus diperhatikan keadaan geografis, karena keadaan gawat inilah teman Aman juga bisa langsung dirujuk ke RS A atau RS B.Aman Tidak perlu dirujuk karena 4A

e. Program proaktif apa yang harus dilaksanakan dr.Amin ?5 2 10Jawab:Ketika dr. Amin mendapatkan pasien DBD, seharusnya tindakan yang harus dilakukan untuk pencegahan penularan ke tetangga lainnya yaitu1. Meninjau langsung lokasi atau rumah tetangga amin tersebut dan mencari faktor risiko yang ada di daerah rumah tersebut, yang mungkin dapat menjadi penyebab adanya vektor nyamuk.2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar yang berada dekat rumah tetangga aman mengenai penyakit demam berdarah dan mengajaknya untuk melakukan tindakan 3 M, pemberian bubuk abate, dll3. Melaporkan ke dinas guna mendapatkan tindakan foging pada daerah rumah tetangga amin beserta rumah warga yang berada di daerah tersebut.4. Mengajak warga sekitar untuk Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin.

f. Apakah dr.Amin sudah melaksanakan program proaktif dengan baik ?Jawab:Jika dilihat dengan adanya pasien bernama aman yang mempunyai tetangga dengan riwayat DBD dan memiliki keluhan yang hampir serupa dengan DBD menunjukkan bahwa program proaktif dr.amin dalam menangani kasus DBD di wilayah kerjanya (terhadap tetangga aman) kurang baik dan mungkin tidak jalan.

g. Apa landasan hukum, prosedur dan manfaat rujukan ?7 4 1Jawab:Landasan Hukum Rujukan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 032/Birhup/72 Tahun 1972 Tentang pelaksanaan Refral Sistem (sistem rujukan) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Undang-Undang Ri No.24 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 Tahun 2004 tentan Kebijakan Dasar Puskesmas, dan Rencana Aksi Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Depkes RISaat ini, implementasi sistem rujukan bersifat berjenjang sesuai PMK No. 001/2012, PMK 71/2013.

Prosedur Rujukan Komunikasikan atau menjelaskan rencana merujuk dengan pasien dan keluarganya, karenarujukan harus medapatkan pesetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.Sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai:a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan; b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan; c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan; d. transportasi rujukan; dan e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.Perlu juga jelaskan mengenai, beberapa hal berikut ini:1. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untukmerujuk 2. Tempat rujukan3. Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu4. Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanankesehatan yang dituju5. Perkiraan lamanya waktu perawatan6. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumenkelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)7. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakanmodalitas transportasi lain8. Pilihan akomodasi untuk keluarga melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan; Komunikasikan atau Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi penerima rujukan dan sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:a. Nama pasienb. Indikasi rujukanc. Kondisi pasiend. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungandan cuaca menuju tujuan rujukan)e. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukanf. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam komunikasike penerima rujukan tanyakan juga mengenai mengenai ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan; memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan. Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien; b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan; c. diagnosis kerja; d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;e. tujuan rujukan; dan f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan. Mengantar pasien rujukan dengan ambulans terutama pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus dan harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Selama transportasi atau perjalanan menuju tempat rujukan pada pasien yang tidak stabil harus dilakukan tindakan stabilisasi kondisi pasien seperti memberikan infuse, tranfusi darah, dll. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan. Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan. Setelah kondisi pasien yang dirujuk membaik, untuk tindak lanjutnya, penerima rujukan harus mengembalikan pasien yang dirujuk kepada perujuk agar dapat mendapatkan tindakan lanjut atau kontrol, yang disertai hasil pemeriksaan dan pengobatan yang diberikan penerima rujukan.

Manfaat Rujukan Pengetahuan dan keterampilan DK akan lebih meningkat Kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga akan lebih terpengaruhi Mewujudkan pelayanan kedokteran menyeluruh dan memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.

h. Bagaimana prinsip pelayanan dokter layanan primer terhadap penyakit DBD dan Dengue Shock Syndrome ?8 5 2Jawab:1. Pelayanan yang komprehensif dengan pendekatan holistik 1.1 Preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif liat dibawah1.2 Memandang manusia sebagai manusia seutuhnya 2. Pelayanan yang berkesinambungan (continue) 2.1 Mempunyai rekam medis yang diisi dengan cermat mencatat RM dengan lngkp2.2 Menjalin kerjasama dengan profesi dan instansi lain untuk kepentingan pasien agar proses konsultasi dan rujukan berjalan lancar pada kasus DBD fase DSS3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan ( preventive ) 3.1 Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin 3.2 Mengkonsultasi atau merujuk pasien pada waktunya, merujuk pasien dengan cepat jika ia sudah mengalami DSS setelah keadaan syoknya tertangani3.3 Mencegah kecacatan 4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif 4.1 Kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan bermutu dan kesembuhan optimal 4.2Memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya seoptimal mungkin untuk penyembuhan. 5. Penanganan personal pasien sebagai bagian integral dari keluarga Doga memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.6. Pelayanan yang mempertimbangkan faktor keluarga, Lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggal. 6.1Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyakitnya. 6.2Memanfaatkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya untuk membantu penyembuhan penyakitnya. 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum 8. Pelayanan yang sadarbiaya dan sadarmutu 9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan yang merupakan perwujudan dari adanya : 9.1 Rekam medis yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang lain 9.2 Standar Pelayanan Medis 9.3 Penggunaan evidence-based medicine untuk pengambilan keputusan 9.4 Kesadaran akan keterbatasan kemampuan dan kewenangan 9.5 Kesadaran untuk mengikuti perkembangan ilmu melalui belajar sepanjang hayat dan pengembangan profesi berkelanjutan.

i. Apa kompentensi dokter layanan primer terhadap penyakit DBD dan Dengue Shock Syndrome ?9 6 3Jawab:DBD 4ASyok 3B

j. Apa hubungan penyakit Aman dengan penyakit tetangganya ?10 7 4Jawab:Penyakit yang aman derita sekarang kemungkinan diagnosanya yaitu DBD, hal ini kemungkinan Aman tertular penyakit DBD dari tetanggnya melalui vektor nyamuk yang berada disekitar rumahnya. Ini menandakan bahwa kegiatan proaktif dr. amin tidak berjalan dengan baik sehingga warga yang bertempat tinggal dekat tetangga aman tersebut tidak menerapkan prinsip 3 M, maupun kegiatan pencegahan lain terjadi penularan penyakit ke aman. k. Bagaimana rantai penularan penyakit DBD ?11 8 5Jawab:

Pada DBD1. Agent Virus Dengue yangmemiliki 4 jenis serotype: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. 2. Reservoir vektor nyamuk A. agypty dan A. albopictus3. Pintu Keluar melalui darah yang diisap nyamuk4. Cara transmisi tidak angsung vektor borne nyamuk A. agypty dan A. albopictus5. Pintu masuk gigitan nyamuk nyamuk A. agypty dan A. albopictus virus dengue masuk ke darah6. Kerentanan host sistem imunitas, keadaan gizi (kurang gizi), alcoholism, as.penyakit atau pengobatan yang menimbulkan gagalnya imunitas

l. Apa gejala klinis dari DBD ?1 9 6Jawab:Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam bifasik akut 2-7 hari, nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia/atralgia, ruam, gusi berdarah, mimisan, nyeri perut, mual/muntah, hematemesis dan dapat juga melena.

m. Apa saja tanda- tanda syok pada DBD ?2 10 7Jawab:Adanya tanda/gejala DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun ( 2 mmhg), hipotensi dibndingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab, serta gelisah.

Kriteria DSS kriteria III dan IV DBD Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung Derajat II : Seperti derajat I namun disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab Derajat IV : Syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur.

n. Apa etiologi DBD ?3 11 8Jawab:Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue. Virus Dengue memiliki 4 jenis serotype: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, namun tidak untuk serotype lainnya, sehingga seseorang dapat terinfeksi demam Dengue 4 kali selama hidupnya.o. Bagaimana patofisiologi DBD ?4 1 9Jawab:Lihat Kertas

p. Bagaimana epidemiologi DBD ?5 2 10Jawab:DBD tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk dan meningkat tajam psaat KLB hingga 35/ 100.000. sedangkan mortalitas menurun sekitar 2% pada tahun 1999.

q. Bagaimana penatalaksanaan DBD dan Dengue Shock Syndrome secara komprehensif ? (preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif) 6 3 11Jawab: Promotif dan Preventifa. Konseling & Edukasi Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit. b. Modifikasi gaya hidup Melakukan kegiatan 3M menguras, mengubur, menutup. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin. Kuratif 1. Mengevaluasi ABC, karena pasien ini sudah mengalami syok berat, penurunan kesadaran, maka perlu dilakukan terapi ABC, 2. Penanganan A mengoptimalkan jalan napas dengan memposisikan kepala dalam posisi sniffing position (posisi hirup), dimana kepala anak digerakan kearah depan atas. Juga dapat dengan chin lift atau jaw thrust maneuver lalu bersihkan rongga mulut dan oropharyng dari kotoran yang ada lalu baru diberikan oksigen.Jika pasien tidak sadar lakukan secara mekanisme, yaitu dengan Oral airway (oropharyngeal tube), intubasi Orotrakeal, krikotiroidotomi.3. Penanganan B memberikan ventilasi dan perfusi yang adekuat, yaitu pemberian Oksigen yang high flow dengan face mask/ non-rebreathing mask4. Penangan C Segera resusitasi cairan kristaloid bolus yang dihangatkan sebanyak 20 ml/kgbb (kasus ini: 12x20 = 240 ml) secara IV dihabiskan dalam 10-12 menit. Resusitasi dilakukan sampai kondisi hemodinamik kembali normal (akral hangat, OU 1-2 ml/kgbb/jam, nadi teraba,dll). Jika akses vena sulit didapat segera lakukan resusitasi jalur intraoseus sampai akses vena didapat. Setelah tindakan intraoseus segera cari akses vena. Setelah pemasangan kateter intravena/infuse tersebut lakukan pemasangan kateter urin dan evaluasi TD, nadi, CVP untuk menilai keberhasilan resusitasi. Dan lakukan fluid challenge test dengan memberikan cairan kristaloid sebanyak 250ml IV dengan kecepatan maksimal untuk menguji syok hipovolemi dan mengindari hipervolemi. Jika sudah membaik, stop resusitasi cairan. Jika masih belum membaik lakukan resusitasi ulangan dengan dosis yang sama (20 ml/kgbb) sampai keadaan membaik. Jika masih hipotensi berat yang tidak respon dengan pemberian cairan berikan vasopressor5. Setelah penatalaksanaan syok, untuk tatalaksana DBD selanjutnya, yaitua. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x 500-1000 mg). b. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi c. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue, yaitu:

Rehabilitative untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan istirahat. Melakukan Pemeriksaan Penunjang Lanjutan Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial

nfus cepat kristaloid untuk ekspansi volume intravaskuler melalui kanula vena besar(dapat lebih satu tempat) atau melalui vena sentral. Pada perdarahan maka dapat diberikan 3-4 kali dari jumlah perdarahan. Setelah pemberian 3 liter disusul dengan transfusi darah. Secara bersamaan sumber perdarahan harus dikontrol. Resusitasi tidak komplit sampai serum laktat kembali normal. Pasien syok hipovolemik berat dengan resusitasi cairan akan terjadi penumpukan cairan di rongga ketiga. Vasokonstriksi jarang diperlukan pada syok hipovolemik murni.

r. Apa komplikasi DBD dan Dengue Shock Syndrome ?Jawab:Komplikasi DBD DSS, Ensefalopati dengue, efusi plura, dllKomplikasi DSS Kematian, GGA

s. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ini ?8 5 2

Hipotesis dr.Amin sebagai dokter layanan primer belum menerapkan program proaktif sehingga masih terjadi penularan penyakit DBD di wilayah kerjanya.Kerangka Konsep

dr. Amin (Dokter layanan primer) belum menerapkan program proaktif di wilayah kerjanya

Penularan penyakit DBD

1. Eksaka2. Monika3. Feby4. Ira5. Sulastri6. Irvan 7. Mashita8. Maya9. Ridwan10. Imanuddin11. VeranikaEmail :[email protected]

Dapus:Prasetyawati, Arsita E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : Rineka CiptaAzwar, Azrul. 2012. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 3. Tanggerang : Binarupa AksaraMenkes & IDI. 2013. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: IDIMenkes RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta: Menkes