Skenario a Blok 24 Fix

73
Skenario A blok 24 tahun 2014 Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5 kali/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya, ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan. Baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merk S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merk C 3 kali 1 sachet sehari @ 20 gram (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah benar. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x. Reygen dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun, dan 3 tahun). Rumah masih menyewa 3m x 7m, ventilasi jendela cukup, 1

description

lala

Transcript of Skenario a Blok 24 Fix

Page 1: Skenario a Blok 24 Fix

Skenario A blok 24 tahun 2014

Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5

kali/hari @1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Tidak ada muntah.

Sebelumnya, ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen

lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang

badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan

perkembangan. Baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk

harus dibantu.

Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan, lalu usia setelah 3

bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merk S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar

dicampur dengan air panas sampai 90 ml, dan bubur bayi beras merah merk C 3 kali 1 sachet

sehari @ 20 gram (80 kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah

benar. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi

pabrikan.

Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x, hepatitis B 2x, dan polio 1x.

Reygen dilahirkan dari keluarga: ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, ibu usia

32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun, 5 tahun, dan

3 tahun). Rumah masih menyewa 3m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air

minum sumur gali, jarak sumur dengan MCK 6 meter.

Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124 x/menit,

isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 36,80C. Setelah dilakukan pengukuran

antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5.150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepala

46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada defisiensi vitamin A, tidak

ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

Klarifikasi istilah

1

Page 2: Skenario a Blok 24 Fix

antropometri : ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran,

berat volume, dll) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak.

baggy pants : otot paha mengendur, pada daerah tersebut tampak seperti memakai

celana longgar, akibat jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

Dismorfik : keadaan dimana terdapat bentuk morfologi berbeda-beda

iga gambang : tulang rusuk tampak menonjol seperti alat musik gambang.

Identifikasi masalah

1. Reygen 11 bulan, datang ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5 kali/ hari @1-2

sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah, serta tidak ada muntah

2. Riwayat diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan.

3. Saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada

umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.

4. Riwayat nutrisi kurang baik

5. Riwayat imunisasi tidak lengkap

6. Riwayat keluarga dengan sosek rendah

7. Pemeriksaan fisik (umum dan antropometri)

Analisis masalah

1. Reygen 11 bulan, datang ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5 kali/ hari @1-2

sendok makan, kuning, tidak ada lendir dan tidak ada darah, serta tidak ada muntah

a. Bagaimana patogenesis dari kasus ini?

2

Page 3: Skenario a Blok 24 Fix

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa

darah dan lendir dalam tinja. Diare dapat dibedakan menjadi dua

berdasarkan waktu serangan (onset) yaitu diare akut dan diare kronik. Diare

akut bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Sedangkan diare kronik atau diare berulang dapat berlangsung berminggu-

minggu atau berbulan-bulan, baik secara terus menerus atau berulang.

Secara klinis, penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar,

yaitu:

1. Infeksi

- Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus

- Bakteri: E.Coli (20-30%), Shigela sp.

- Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, crystosporidium

(4-11%)

2. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein

3. Alergi: makanan, susu sapi

4. Keracunan

5. Imunodefisiensi: AIDS

6. Sebab lainnya

Penyebab tersering adalah karena infeksi dan keracunan.

Secara umum, patogenesis diare dimulai saat pathogen enteric melekat pada

sel mukosa melalui fimbrial atau afimbrial. Setelah interaksi ini, patogenesis

diare tergantung apakah organisme masih menempel pada permukaan sel

3

Page 4: Skenario a Blok 24 Fix

dan menghasilkan toksin sekretorik, menginvasi ke dalam mukosa, atau

penetrasi ke dalam mukosa (tipe penetrasi atau sistemik).

Pada dasarnya, mekanisme patogenesis diare infeksi dapat dibagi

menjadi:

1. Diare sekretorik karena toksin

2. Patomekanisme invasive

3. Diare karena perlukaan oleh substansi intraluminal

Diare sekretorik biasanya disebabkan adanya enterotoksin yang dikeluarkan

oleh organism pada saat melekat pada permukaan sel.

Virus yang juga berperan dalam diare, memberikan perubahan morfologi

dan fungsional mukosa jejunum. Virus enteropatogen seperti Rotavirus

(penyebab tersering diare anak) menyebabkan infeksi lisis pada enterosit.

Invasi dan replikasi virus dalam sel menginduksi kematian dan lepasnya sel.

Enterosit yang lepas digantikan oleh sel imatur. Akibatnya, terjadi penurunan

enzim lactase dan gangguan transport glukosa-Na+ karena pengurangan

aktifitas Na-K-ATPase. Hal ini menyebabkan terjadinya maldigesti karbohidrat

dan diare osmotic.

Interaksi diare dan gizi kurang merupakan suatu “lingkaran setan”. Diare

dapat menyebabkan kekurangan gizi, dan kurang gizi akan memperberat

diare. Brown dalam The Journal of Nutrition mengatakan, pengaruh yang

tidak diharapkan dari infeksi terhadap status nutrisi pada anak adalah

berupa penurunan masukan makanan dan absorpsi saluran cerna,

peningkatan katabolisme dan kehilangan nutrient yang dibutuhkan untuk

sintesis jaringan dan pertumbuhan. Disisi lain, malnutrisi akan

mempermudah infeksi karena pengaruh negative pertahanan kulit dan

4

Page 5: Skenario a Blok 24 Fix

mukosa melalui gangguan imun. Pada penderita malnutrisi, serangan diare

terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak,

semakin sering dan berat diare yang dideritanya. Meningkatnya risiko diare

persisten pada gizi buruk disebabkan gangguan protektif dari host sendiri,

seperti hipoklorhidia, gangguan motilitas, sintesis antibody yang berkurang

dan gangguan imunitas selular sehingga memudahkan kolonisasi pathogen.

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibody serta

terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi

berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam

tubuh terutama penyebab diare. Pada anak ini juga terdapat penurunan

pergantian sel mukosa usus setelah infeksi sehingga memperlambat

penyembuhannya.

Karena faktor hygiene yang buruk, bisa disimpulkan jika kebanyakan diare

adalah tipe infeksi. Tapi kebanyakan dari diare lebih berkaitan akibat dari

kelaparan (starvation) dibandingkan infeksi karena peningkatan risiko infeksi

dan penurunan resistensi terhadap organism. Pada bayi dengan marasmus,

bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe

kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit

(Nelson, 2000)

Diare karena marasmus mungkin kebanyakan diakibatkan oleh malnutrisi

dari sel epitel intestinal, sehingga fungsi sel epitel (enterosit) ini tidak

berjalan dengan baik. Pada penderita malnutrisi, produksi dan maturasi dari

sel-sel enterosit baru akan terganggu sehingga merubah morfologi intestinal.

Usus halus mempunyai epitel khusus yang mempunyai daerah permukaan

yang luas, strukturnya seperti vili dan pada mukosa dapat mengoptimalkan

absorbsi, baik di bawah kendali aktif maupun pasif. Vili usus halus pada

penderita malnutrisi akan mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan

5

Page 6: Skenario a Blok 24 Fix

dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus

halus dan akan meningkatkan tekanan osmotic usus. Hal ini menyebabkan

banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan

terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi

akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.

Pada kasus ini, pemberian ASI ekslusifnya juga tidak baik. Padahal pemberian

ASI eksklusif sampai usia 6 bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi

terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang

mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Oleh karena itu, dengan

adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan lebih terlindung

dari berbagai macam infeksi.

Ringkasnya:

Tidak memberikan ASI secara penuh sampai usia 6 bulan, asupan nutrisi

yang kurang, faktor hygiene yang buruk -> malnutrisi -> gangguan protektif

host (penderita) -> hipokloridia, gangguan motilitas, sintesis antibody yang

berkurang, gangguan imunitas selular -> memudahkan kolonisasi pathogen -

> invasi dan replikasi virus dalam sel enterosit -> menginduksi kematian dan

lepasnya sel -> enterosit yang lepas digantikan oleh sel imatur (pada anak

dengan gizi buruk, terjadi penurunan pergantian sel mukosa usus setelah

infeksi sehingga memperlambat penyembuhannya) -> penurunan enzim

lactase dan gangguan transport glukosa-Na+ -> maldigesti karbohidrat dan

diare osmotic -> penurunan masukan makanan dan absorpsi saluran cerna ->

peningkatan katabolisme dan kehilangan nutrient yang dibutuhkan untuk

sintesis jaringan dan pertumbuhan -> malnutrisi

6

Page 7: Skenario a Blok 24 Fix

b. Apa dampak diare berulang pada kasus ini?

Sebenarnya dampak diare berulang tidak terlalu berbeda dengan diare akut,

namun dampaknya bisa terjadi lebih parah dan jangkanya lebih panjang.

Kehilangan cairan dan elektrolit pada diare dapat menyebabkan :

1. Dehidrasi

2. Hipotermia

3. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang

4. Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,

bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram

5. Hipoglikemia

6. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim lactase

karena kerusakan vili mukosa usus halus

7. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik

8. Malnutrisi energi protein, karena penderita juga mengalami kelaparan

disamping diare (pemasukan sedikit, pengeluaran banyak)

9. Diare berulang lagi, yaitu terjadi intoleransi makanan akibat fungsi usus

yang belum kembali sempurna (karena pemulihan seluler epitel bayi

lambat), proses penyembuhan tidak baik, malnutrisi (mengganggu

produksi dan maturasi enterosit baru sehingga merubah morfologi

intestinal, kerusakan barrier mukosa dan atrofi dinding usus yang

mengganggu sekresi berbagai enzim sehingga menjadi rentan untuk

infeksi kembali)

c. Mengapa bisa terjadi diare berulang?

Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden

paling tinggi pada anak-anak usia 6-11 bulan, pada masa mulai diberikannya

makanan pendamping. Hal ini menggambarkan keadaan yang ditimbulkan

7

Page 8: Skenario a Blok 24 Fix

karena adanya efek dari penurunan kadar antibodi ibu, masih belum

matangnya kekebalan aktif bayi, dan pengenalan makanan yang

kemungkinan terpapar dengan bakteri dan kuman.

Ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman

dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut adalah:

1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan.

Risiko untuk menderita diare beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak

diberi ASI daripada bayi yang disusui secara penuh.

2. Penggunaan botol susu yang tidak higienis. Penggunaan botol ini

memudahkan pencernaan oleh kuman. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam

botol yang tidak bersih atau bila tidak segera diminum, akan terjadi

kontaminasi kuman.

3. Tidak membuang tinja bayi dengan benar. Sering orang

menganggap bahwa tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya tinja

bayi dapat mengandung virus atau bakteri dalam jumlah banyak.

Selain hal di atas, banyak faktor yang menyebabkan diare akut berlanjut

menjadi diare persisten seperti umur dibawah satu tahun, keadaan

malnutrisi, penyakit gangguan kekebalan tubuh, riwayat diare sebelumnya,

dan infeksi usus spesifik seperti parasit. Malnutrisi merupakan faktor risiko

terjadinya diare, demikian pula sebaliknya diare dapat menimbulkan

malnutrisi. Diare pada malnutrisi akan menyebabkan lamanya

penyembuhan dan meningkatkan angka kematian.

Meningkatnya risiko diare persisten pada gizi buruk disebabkan gangguan

protektif dari host sendiri seperti hipoklorhidria, gangguan motilitas,

sintesis antibodi yang berkurang dan gangguan imunitas selular sehingga

8

Page 9: Skenario a Blok 24 Fix

memudahkan kolonisasi bakteri patogen. Pada anak ini juga terdapat

penurunan pergantian sel mukosa usus setelah infeksi sehingga

memperlambat penyembuhannya. Di sisi lain malnutrisi akan

mempermudah infeksi karena pengaruh negatif pada pertahanan kulit dan

mukosa melalui gangguan imun.jika bayi mengalami masalah gizi dan sering

terkena penyakit batuk pilek, campak, infeksi virus lainnya, maka

kemungkinan berulangnya diare akan semakin besar. Hal ini disebabkan

oleh karena penurunan kekebalan tubuh si kecil.

2. Saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada

umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.

a. Bagaimana perkembangan normal bayi sampai usia 11 bulan?

9

Page 10: Skenario a Blok 24 Fix

b. Apa etiologi dan mekanisme keterlambatan perkembangan pada kasus ini?

Pertumbuhan dan perkembangan bayi terjadi paling cepat pada 2 tahun

pertama, anak yang berumur kurang dari satu tahun memerlukan asupan

100-120 kalori/kg berat badan, asupan yang baik harus mengandung

karbohidrat, protein, dan serat. Jadi apabila dikalikan dengan kasus (5,150kg x

100 kalori) maka bayi pada kasus ini memerlukan asupan minimal 515 kalori

perhari. Pada kasus ini pemberian ASI telah dihentikan pada umur 3 bulan,

namun penghentian pemberian ASI ini tidak diiringi pemberian nutrisi yang

cukup, karena pemberian susu formula saja tidak mencukupi kalori yang

dibutuhkan bayi untuk perkembangan otot dan tulang bayi.. Hal ini

diperparah dengan diare yang diderita oleh si bayi, makanan yang seharusnya

dicernah kemudian diserap masuk kedalam tubuh untuk proses metabolisme,

pertumbuhan dan perkembangan otot, tulang dan otak bayi malah ikut keluar

dan sari-sari makanan tidak sempat diserap di usus halus.

Dalam keadaan kekurangan makanan ini, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.

Tubuh mempunyai kemampuan untuk mempergunakan karbohidrat, protein

dan lemak sebagai bahan metabolisme untuk mempertahan kehidupan,

namun kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,

sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.

Apabila asupan dari luar tidak mencukupi maka tubuh melakukan

katabolisme protein dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah

jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah

jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Akibat dari asupan yang kurang

dan tubuh terus melakukan katabolisme maka tubuh tidak memiliki

kemampuan yang cukup untuk tumbuh dan berkembang, sehingga otot,

tulang dan otak tidak dapat berkembang baik sebagaimana mestinya.

10

Page 11: Skenario a Blok 24 Fix

3. Riwayat nutrisi

a. Bagaimana cara pembuatan susu formula yang benar?

Pembersihan

i. Ibu atau orang yang akan membuat susu formula mencuci tangan dengan sabun

pada air yang mengalir lalu keringkan dengan kain yang bersih

ii. Bersihkan botol dan peralatan lain untuk membuat susu formula dengan sabun,

lalu sikat bagian dalam dan luar. Pastikan tidak ada sisa atau bekas susu formula

pada botol tersebut.

iii. Bilas botol susu formula dengan air bersih

Sterilisasi

i. Isi panci dengan air

ii. Letakkan botol dan peralatan lain untuk membuat susu formula ke dalam panci

yang telah diisi air tersebut. Pastikan semua peralatan berada di dalam air dan

tidak ada gelembung yang terperangkap pada peralatan tersebut.

iii. Panci ditutup dengan tutup panci, lalu panaskan panci tersebut sampai mendidih

(jangan sampai kering).

iv. Biarkan panci dalam keadaan tertutup sampai peralatan untuk membuat susu

formula tersebut digunakan.

Penyimpanan

Cuci dan keringkan tangan sebelum memegang peralatan yang telah

disterilkan. Disarankan untuk menggunakan forceps yang telah disterilkan

untuk memegang peralatan tersebut. Jika hendak mengeluarkan botol dan

dot dari alat sterilisasi sebelum digunakan untuk membuat susu formula,

pastikan tetap di dalam tempat yang tertutup yang bersih. Botol susu dirakit

jika hendak mengeluarkan dari alat sterilisasi walau belum digunakan. Hal ini

untuk mencegah bagian dalam botol, dan bagian dalam dan di luar dot

menjadi tercemar lagi.

11

Page 12: Skenario a Blok 24 Fix

Persiapan Pembuatan Susu Formula

i. Bersihkan dan disinfeksi alas tempat pembuatan susu formula

ii. Cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir, lalu keringkan dengan kain

yang bersih

iii. Air dimasak terlebih dahulu dan pastikan benar-benar telah mendidih

iv. Baca terlebih dahulu petunjuk pembuatan susu formula pada kemasan susu

formula. Pastikan berapa banyak air dan susu formula yang diperlukan, jangan

terlalu banyak dan terlalu sedikit.

v. Tuangkan air yang telah mendidih ke dalam botol susu formula yang telah

dibersihkan dan telah disterilisasi. Air tidak boleh lebih dingin dari 70 0C, jadi

jangan biarkan air tersebut lebih dari 30 menit setelah mendidih.

vi. Tambahkan susu formula dengan jumlah yang sesuai dengan petunjuk

pembuatan.

vii. Campur air dan susu formula secara merata dengan cara mengocok atau

memutar botol susu formula.

viii. Dinginkan botol segera dengan cara memegang botol pada tutupnya dan siram

bagian botol dengan air kran yang mengalir atau dengan meletakkan pada air

yang dingin.

ix. Keringkan botol bagian luar dengan kain sekali pakai yang kering.

x. Cek temperatur susu formula dengan meneteskan sedikit susu formula pada

pergelangan tangan. Susu formula harus terasa hangat kuku. Jika masih terasa

panas, dinginkan lagi.

xi. Berikan susu formula pada bayi.

xii. Buang susu formula yang tersisa dalam waktu 2 jam.

b. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar?

Cara pemberian ASI yang benar antara lain: pemberian ASI segera setelah lahir atau

IMD (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian pemberian ASI saja

12

Page 13: Skenario a Blok 24 Fix

sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun

dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar.

Posisi

Posisi madona atau menggendong : bayi berbaring menghadap ibu,

leher dan punggung atas bayi diletakan pada lengan bawah lateral

payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara

jika diperlukan

Posisi football atau mengepit : bayi berbaring atau punggung

melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan

tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan sebelahnya

untuk memegang payudara jika diperlukan

Posisi berbaring miring : ibu dan bayi berbaring miring saling

berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang

mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan

Tahap tata laksana menyusui

Posisi badan ibu dan badan bayi

Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai

Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala

Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu

Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu

Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis

dengan leher dan lengan bayi

Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat

bayi dengan lengan ibu bagian dalam

13

Page 14: Skenario a Blok 24 Fix

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola

Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu

payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain

menopang dibawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu

dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting)

dibelakang areola

Sentuh pipi/bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks

menghisap)

Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur kebawah

Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu

belakang bayi bukan belakang kepala

Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan

dengan hidung bayi

Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut

bayi

Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting

susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum

durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle)

Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan

memerah sehingga ASI akan keluar

Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,

payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi

Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung

bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak

perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara

menekan pantat bayi dengan lengan ibu

14

Page 15: Skenario a Blok 24 Fix

Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi

Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik

Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu

Dagu bayi menempel pada payudara ibu

Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara

(payudara bagian bawah)

Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi

Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka

Hidung bayi mendekati kadang-kadang menyentuh payudara ibu

Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting

saja), sehingga sebagian besar areola tidak tampak

Lidah bayi menopang puting susu dan areola bagian bawah

Bibir bawah bayi melengkung keluar

Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang

disertai berhenti sesaat

Terkadang terdengar suara bayi menelan

Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu

Puting susu tidak terasa sakit atau lecet

Menciptakan praktek menyusui yang baik

Posisi yang benar

Perlekatan harus benar

Tidak diberi botol atau empeng

Menghisap sesering mungkin meningkatkan produksi ASI

Perlihatkan cara menyusui yang efektif

c. Berapa asupan nutrisi yang baik pada kasus ini? (hubungkan dengan asupan nutrisi

pada Reygen)

15

Page 16: Skenario a Blok 24 Fix

Pemberian nutrisi yang seharusnya:

i. Pemberian ASI segera setelah melahirkan

ii. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

iii. Setelah 6 bulan diberikan ASI dan makanan tambahan lain

iv. Setelah berusia 2 tahun diberi makanan keluarga

v. Kalori pada anak dibawah 1 tahun 100-120 kkal/kgBB/hari

Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh kembang anak

yang perlu diperhatikan antara lain:

KEPADATAN ENERGI/DENSITAS

Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram

PROTEIN

Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr per seratus Kal

dengan mutu protein tidak kurangdari 70% Kasein standar. Nilai Protein Energi %

mempunyai range antara 10 - 18

LEMAK

Kandungan Lemak mempunyai range antara 1,5 gr – 4,5 gr per seratus Kal

Pada kasus, seharusnya diberikan energy sebesar 110-120 kkal/kgBB. MP-ASI harus

memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin (sayur dan buah).

Cara menghitung kebutuhan kalori berdasarkan pada RDA (recommended Dietary

Allowance). Untuk anak dibawah satu tahun adalah 110-120 kkal/kgBB. Jumlah

kalori yang dibutuhkan adalah RDA x BB ideal.

Pada kasus, BB ideal anak usia 11 bulan adalah 8,5 kg.

Kebutuhan kalori = 110-120 kkal x 8,5 kg

= 935 – 1.020 kkal

16

Page 17: Skenario a Blok 24 Fix

Dari susu formula, kalori yang didapatkan adalah 63 kkal/100 cc. Sehingga dalam

sehari didapatkan kalori dari susu formula (pemberian 6 kali sehari) adalah 378 kkal.

Dari bubur bayi, didapatkan kalori sebanyak 240 kkal (80 kkal diberikan 3 kali

sehari). Dari hasil ini, dapat disimpulkan jika kebutuhan kalori pada bayi ini tidak

terpenuhi dan riwayat nutrisinya tidak baik.

d. Bagaimana tahapan pemberian makanan pada bayi sampai usia 11 bulan?

1. Makanan cair (Exclusive Breast Feeding) ~ usia 0-6 bulan

Bayi sudah bisa menyusui. Bayi dibekali refleks rooting sehingga ia akan

mengikuti arah jari bila Anda meletakkan jari di pipinya, dan refleks

membuka mulut, seakan-akan mencari puting susu ibunya. Semua ini

mempermudah bayi untuk menyusui. Kedua refleks ini diikuti dengan

kemampuan menelan yang dipicu dengan kemampuannya menghisap,

dibantu dengan lidah yang memiliki kemampuan mendorong untuk

mempermudah proses awal ini. Semakin lama refleks-refleks dasarnya

semakin terintegrasi dan sedikit demi sedikit mulai mengembangkan pola

menghisap dan menelan diselingi dengan bernapas dengan lebih baik.

Semakin lama refleks menghisap mulai menghilang, digantikan dengan

tindakan yang lebih bertujuan sifatnya.

2. Exclusive Breast Feeding + Complementary Feeding - diatas 6 bulan

Pada saat ini ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Dibagi

dalam beberapa tahap :

a. Mulai usia 6 bulan

Tekstur makanan : semi cair. Mulailah dengan makanan lunak seperti bubur

susu dalam jumlah sedikit demi sedikit. Bubur susu sebaiknya dibuat sendiri

dari tepung beras yang dicampur dengan ASI atau susu formula. Untuk

pengenalan rasa, selingi dengan tepung beras merah, kacang hijau, atau labu

17

Page 18: Skenario a Blok 24 Fix

kuning. Mulai pemberian sayuran yang dijus, kemudian buah yang

dihaluskan atau di jus. Sayur dan buah yang disarankan yaitu: zicchini,

pisang, pir, alpukat, jeruk.

Pemberian ASI atau susu formula di selang seling waktu makan utama.

Untuk kebutuhan susu/cairan dihitung dari kebutuhan cairan per usia dan

berat badan bayi. Kebutuhan cairan pada usia bayi trimester pertama sekitar

150cc/hari/berat badan. Trimester kedua sebesar 125cc/kg BB/hr dan

trimester ketiga 110 cc/kgBB/hr. Contoh usia 12 bulan bb 10 kg, kebutuhan

cairan sebesar 110 cc x 10 kg = 1.100 cc

Saat bayi berusia enam bulan, ibu harus memberikan makanan pertama

selain ASI. Untuk awal mengenalkan bayi pada makanan padat pertamanya,

ibu bisa memberikan makanan dengan tesktur yang lembut. Sebagai proses

belajar anak pada makanan, ibu bisa memberikan buah saring. Misal, buah

pisang, pepaya, alpukat, melon. Selain itu, ibu juga bisa memberikan biskut

khusus bayi yang banyak mengandung susu. Tekstur biskuit yang lembut dan

mudah untuk dihancurkan hingga menjadi bubur biskuit, membuat bayi

mudah untuk mencerna makanan padat pertamanya.

Untuk ibu yang masih ragu untuk memberikan makanan pertama pada bayi,

beberapa tanda berikut bisa menjadi acuan. Pertama, tanda bayi siap

mengonsumsi makanan padat pertamnya adalah bayi bisa duduk tanpa

bantuan. Kedua, gerak reflek lidah bayi yang mengeluarkan makanan ketika

makanan dimasukkan kemulutnya akan hilang. Ketigha, ibu juga akan

melihat bayi siap mengonsumsi makanan padat, jika bayi masih lapar

meskipun sudah minum susu dan bayi memiliki ketertarikan sangat besar

dengan memperhatikan orang dewasa di sekitarnya saat makan.

b. Mulai usia 7 bulan

Setelah mengenalkan makanan pertamanya, fase selanjutnya bayi akan

mengenal makanan semi padat. Biasanya bayi pada usia 7-8 bulan, ibu bisa

18

Page 19: Skenario a Blok 24 Fix

memberikan bubur saring. Ibu bisa memberikan beras merah, beras putih

atau havermut. Campurkan nasi yang disaring dengan lauk pauk yang tidak

menimbulkan alergi. Misal nasi saring sayur labu, nasi saring jagung manis.

Coba terus seandainya bayi menolak atau muntah karena tahapan ini harus

dilaluinya. Jika tidak nanti bayi akan malas mengunyah. Perhatikan asupan

zat besi seperti hati sapi karena di usia ini cadangan zat besi bayi mulai

berkurang. Setelah secara bertahap pemberian tim saring, bayi bisa

dikenalkan dengan nasi tim tanpa disaring. Jenis sayur dan buah yang

disarankan: asparagus, wortel, bayam, sawi, bit, lobak, kol, mangga, blewah,

timun suri, peach. Bisa juga ditambahkan ayam, sapi, hati ayam/sapi, tahu,

tempe.

Buatlah bubur nasi saring yang lembek agar bayi mudah mencernanya. Pada

usia ini, enzim percernaan bayi mulai aktif sehingga dengan memberikan

makanan semi padat, ibu sudah membantu bayi untuk merangsang otot

mulutnya yang juga mendukung kemampuan anak untuk berbicara.

c. Mulai usia 8 bulan

Nah, saat bayi usia 8 bulan ke atas, kamu bisa menambahkan variasi menu

dan mengenalkan makanan yang bertesktur kasar sebagai makanan padat

pertama bayi. Ibu bisa memberikan nasi tim yang dicampur dengan hati

ayam atau ikan air tawar.

d. Mulai usia 9 bulan

Mulai dikenalkan dengan bubur beras atau nasi lembek, lauk pauk dengan

sayuran seperti sup. Ketika bayi berusia 9 bulan, kamu juga bisa bisa

mengenalkan anak pada finger food, dimana anak diberikan makanan yang

mudah dipegang sendiri oleh anak, misalnya wortel, buncis, brokoli. Dengan

mengenalkan finger food, bayi belajar untuk menggenggam dan menjumput

makanan tanpa bantuan orang lain. Perkembangan gerakan motorik ini

disebut dengan pincer grasp.

19

Page 20: Skenario a Blok 24 Fix

Finger food akan menjadi ritual yang menyenangkan bagi bayi dan bisa

membantu mendukung keterampilan motorik halus dan koordinasi kedua

tangannya. Jadikan finger food sebagai camilan sehat diantara waktu makan

utamanya.

3. Family foods - ≥ 1 tahun

Bayi dengan usia di atas 1 tahun, biasanya sudah memiliki gigi yang cukup

untuk mengunyah makanan. Jadi ibu bisa memberikan bayi 1 tahun dengan

makanan yang biasa ibu konsumsi. Tetapi untuk makanan yang keras seperti

daging, ibu bisa membuatnya sedikit lebih lunak.

Untuk diperhatikan oleh para ibu, bahwa bayi usia di atas 1 tahun tidak

disarankan untuk memberikan bubur nasi. Kamu bisa memberikan nasi

lembek dicampur dengan sup ayam brokoli. Pastikan bahwa tahap

pengenalan makanan pada bayi sesuai dengan tahapan perkembangan bayi.

e. Apa makna klinis tidak pernah diberi bubur bayi rumahan?

Dahulu, WHO dan UNICEF lebih menekankan pemberian MPASI yang dibuat

sendiri di rumah daripada makanan instant yang diproduksi massal. Namun

setelah dilakukan banyak penelitian klinis, ternyata banyak bayi tidak

memperoleh zat nutrient yang adekuat sesuai dengan yang seharusnya

didapatkan bayi. Untuk itu WHO/UNICEF mengeluarkan Global Strategy for

Infant and Young Child Feeding dan mengumumkan bahwa makanan

tambahan yang diproses oleh industri makanan dapat digunakan sebagai

pilihan para ibu dalam memberikan makanan tambahan yang mudah

disiapkan, mencukupi kebutuhan nutrisi dan aman. Makanan tersebut sudah

diperkaya dengan tambahan suplemen yang menjamin kecukupan

mikronutrien bayi. Sehingga tidak ada perbedaan yang berarti antara

20

Page 21: Skenario a Blok 24 Fix

pemberian bubur bayi instant dengan bubur bayi rumahan jika nutrisinya

sama-sama lengkap.

Pemberian bubur mpasi buatan sendiri lebih dianjurkan untuk mengenalkan

aneka ragam bahan makanan agar anak menganal memori rasa dan hal

tersebut akan memenuhi semua kebutuhan gizinya juga mengurangi resiko

anak sulit makan diusia berikut karena anak terbiasa rasa alamiah.

Menggunakan variasi bahan makanan bergantian akan lebih lengkap zat gizi

serta gigi geliginya akan terlatih dengan tekstur makanan.

4. Riwayat imunisasi

a. Apa saja yang termasuk imunisasi dasar? Berapa kali dan jangka waktu

pemberian?

Macam-macam imunisasi dasar :

1. BCG Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit TBC.

2. POLIO Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit polio.

Polio adalah sejenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya

kelumpuhan.

3. DPT Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk melindungi anak dari 3

penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus.

4. HEPATITIS B Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit

yang mengakibatkan kerusakan pada hati.

5. CAMPAK Adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat

menular,yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada seluruh tubuh.

Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.

Vaksin Pemberian Imunisasi Selang Waktu Umur

21

Page 22: Skenario a Blok 24 Fix

BCG 1 x 0-2 bulan

DPT 3 x (DPT I, II, III) 4 minggu 2-6 bulan

Polio 4 x (I, II, III, IV) 4 minggu 0-6 bulan

Campak 2 x 9 – 24 bulan

Hepatitis B 3 x (Hep. B I, II, III) 4 minggu 0-6 bulan

b. Apa dampak imunisasi terlambat atau tidak lengkap?

Terlambatnya melakukan imunisasi tidak berhubungan langsung dengan

keterlambatan perkembangan yang terjadi pada kasus. Imunisasi yang belum

lengkap dapat berdampak terhadap imunitas anak apabila anak terkena

paparan bakteri atau virus. Bayi yang belum lengkap menerima imunisasi

lebih rentan terhadap infeksi karena tubuh belum mengenal agen infeksius

tersebut, sehingga proses penyembuhan akan lebih sulit dan mungkin lebih

lama. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan gizi buruk tipe marasmus,

terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,

pielonephritis dan sifilis kongenital

5. Riwayat Keluarga

a. Apa hubungan riwayat keluarga (sosek rendah) dengan kondisi yang dialami

Reygen?

Sosek orang tua yang rendah bisa menjadi faktor predisposisi gizi buruk yang

dialami Reygen karena kualitas (seperti higiene) dan kuantitas (proporsi dan

takaran gizi) makanan yang diberikan kepada Reygen tidak tercukupi.

22

Page 23: Skenario a Blok 24 Fix

b. Berapa jarak sumur dengan MCK yang seharusnya dan apa dampaknya jika terlalu

dekat?

Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran

seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya. Ada pula

sumber yang mengatakan bahwa jarak minimal adalah 11 meter.

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat

dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi

melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan

kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu

sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap

air.

6. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik: kelihatan sangat kurus, kesadaran kompos mentis, denyut nadi 124 x/menit,

isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 36,80C.

Pengukuran antropometri: berat badan 5.150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepala 46 cm,

wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada defisiensi vitamin A, tidak ada

edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan bagaimana mekanisme dari hasil

yang abnormal?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi

Keadaan Umum Terlihat sangat kurus proporsional abnormal

23

Page 24: Skenario a Blok 24 Fix

Kesadaran Kompos Mentis Kompos mentis normal

Denyut Nadi 124 x/menit

isi dan tegangan cukup

80-120 x/menit takikardi

Pernapasan 30 x/menit 25-40 x/menit normal

Suhu 36,80C 36,5-37,50C normal

Mekanisme abnormal:

◦ Sangat Kurus: Asupan nutrisi yang tidak memadai -> gizi buruk

(diperberat adanya diare) -> peningkatan katabolisme dan kehilangan

nutrient yang dibutuhkan untuk sintesis jaringan dan pertumbuhan ->

hilangnya sebagian besar lemak dan otot -> terlihat sangat kurus, seperti

hanya tulang terbungkus kulit

◦ Takikardi: Diare dan gizi buruk -> dehidrasi ringan -> volume darah

menurun -> mekanisme kompensasi -> aktivasi simpatis -> peningkatan

kontraksi jantung -> takikardi

Pemeriksaan Antropometri

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Berat Badan 5.150 gram BB/PB: 8,5 Kg

BB/U: 9,4 Kg

Berat Badan Ideal (BBI) bayi

(anak 0-12 bulan) BBI = (umur

(bln) / 2 ) + 4

BB/PB: severely

wasted

BB/U: severely

underweight

24

Page 25: Skenario a Blok 24 Fix

maka : (11/2) + 4 = 9,5 kg

Panjang Badan 70 cm PB/U: 74,5 cm normal

Lingkar Kepala 46 cm LK/U: 43,5-48 cm normal

Wajah Seperti orang

tua

Wajah sesuai usia abnormal

dismorfik Tidak ada

dismorfik

Tidak ada dismorfik normal

Defisiensi vit.A Tidak ada

defisiensi vit.A

Tidak ada defisiensi vit.A normal

Edema Tidak ada

edema

Tidak ada edema normal

Iga Iga gambang Iga tidak gambang abnormal

Perut Perut cekung Perut tidak cekung abnormal

Lengan dan tungkai Lengan dan

tungkai kurus

Tidak kurus abnormal

Bokong Terdapat

baggy pants

Tidak terdapat baggy pants Abnormal

MEKANISME ABNORMAL

Akibat kekurangan dan rendahnya nutrisi menyebabkan hilangnya sebagian

besar protein dan lemak, sehingga menyebabkan lemah dan kendurnya otot

dan sedikitnya lemak subkutan. Hal itu menyebabkan kenampakan seperti 25

Page 26: Skenario a Blok 24 Fix

pada manifestasi klinis marasmus, yaitu BB dan TB rendah, lengan dan

tungkai tampak kurus, wajah seperti orang tua, iga gambang, dan perut

cekung.

7. Diagnostik

a. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang?

Anamnesis awal -> hindari tanda bahaya

◦ kejadian mata cekung yang mungkin baru muncul

◦ lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan bahan dari muntah

atau diare

◦ waktu terakhir buang air kecil

◦ sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin

Anamnesis lanjutan:

◦ kebiasaan makan sebelum sakit

◦ makan/minum/menyusui pada saat sakit

◦ jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam beberapa hari terakhir

◦ kontak dengan penderita campak/tuberkulosis paru

◦ pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

26

Page 27: Skenario a Blok 24 Fix

◦ kejadian dan penyebab kematian dari kakak/adik

◦ berat badan lahir

◦ tumbuh kembang

◦ riwayat imunisasi

◦ apakah ditimbang setiap bulan di posyandu

◦ apakah sudah mendapatkan imunisasi lengkap

Pemeriksaan Fisik:

◦ apakah anak tampak sangat kurus / edema/ pembengkakan kedua kaki

◦ tanda-tanda terjadi syok (renjatan): tangan dan kaki dingin, nadi lemah,

dan kesadaran menurun

◦ suhu tubuh: hipotermia atau demam

◦ kehausan

◦ frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala pneumonia atau gejala

gagal jantung

◦ ukur berat badan dan tinggi badan atau panjang badan

◦ adanya pembesaran hati dan ikterik pada konjungtiva

◦ adanya perut kembung, suara usus, dan adanya suara seperti pukulan

pada permukaan air (abdominal splash)

◦ pucat yang sangat berat terutama pada telapak tangan (bandingkan

dengan telapak tangan ibu)

◦ lihat ada tidaknya gejala defisiensi vitamin A pada mata

27

Page 28: Skenario a Blok 24 Fix

◦ lihat ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada THT

◦ lihat ada tidaknya tanda-tanda infeksi dan atau purpura pada kulit

◦ lihat tampilan (konsistensi) dari tinja

Pemeriksaan Penunjang:

- Gula darah

- Hemoglobin, Hematokrit (Anemia hampir selalu ditemukan terutama

jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem

eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping

karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati

dan gangguan absorbsi)

- Urine rutin

- Albumin, elektrolit kadang ditemukan menurun

- Foto thoraks dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

28

Page 29: Skenario a Blok 24 Fix

b. Apa Diagnosis banding dan diagnosis kerja pada kasus ini?

Marasmus Kwashiorkor Marasmik-Kwashiorkor

Anak tampak sangat

kuruskarena hilangnya

sebagian besar lemak

dan otot-ototnya,

tinggal tulang

terbungkus kulit

Wajah seperti orang

tua

Iga gambang dan

perut cekung

Otot paha mengendor

(baggy pant)

Cengeng dan rewel,

setelah mendapat

makan anak masih

terasa lapar

Perubahan status

mental : cengeng,

rewel, kadang

apatis

Rambut tipis

kemerahan

seperti warna

rambut jagung

dan mudah

dicabut, pada

penyakit

kwashiorkor yang

lanjut dapat

terlihat rambut

kepala kusam.

Wajah membulat

dan sembab

Pandangan mata

anak sayu

Pembesaran hati,

Gambaran klinis

merupakan

campuran dari

beberapa gejala

klinik kwashiorkor

dan marasmus.

Menurunnya

berat badan <

60% dari normal

Edema

kelainan rambut

kelainan kulit,

kelainan

biokimiawi

29

Page 30: Skenario a Blok 24 Fix

hati yang

membesar

dengan mudah

dapat diraba dan

terasa kenyal

pada rabaan

permukaan yang

licin dan pinggir

yang tajam.

Kelainan kulit

berupa bercak

merah muda

yang meluas dan

berubah menjadi

coklat kehitaman

dan terkelupas

Working diagnosis: Gizi buruk tipe marasmus dengan diare berulang

c. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?

Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang

terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah

di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika

Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor

merupakan kasus yang langka.

30

Page 31: Skenario a Blok 24 Fix

Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang

dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-

kwashiorkor).

d. Apa etiologi dari kasus ini?

Gizi buruk yang dialami Reygen disebabkan oleh diare berulang yang

dialaminya. Saat terjadi diare, proses absorbsi makanan menjadi tidak

maksimal sehingga intake makanan berkurang. Tubuh akan mengalami

hipoglikemia dan tubuh bayi akan meresponnya dengan melakukan proses

glukoneogenesis. Glukagon, lipid dan protein di dalam tubuh akan dirombak

dan akan diubah menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan. Keadaan ini

jika terjadi terus-menerus, maka tubuh akan menjadi sangat kurus. Tanpa

terapi yang adekuat untuk mengembalikan intake makanan yang cukup, bayi

akan tetap dalam kondisi gizi buruk. Diare pada kasus Reygen kemungkinan

disebabkan oleh infeksi, pemberian makanan yang salah (ASI eksklusif tidak

diberikan selama 6 bulan) dan makanan yang terkontaminasi (higiene buruk

karena jarak sumur dan MCK yang cukup dekat sedangkan sumber air minum

berasal dari sumur tersebut).

e. Apa faktor risiko dari kasus ini?

1. Pendidikan orang tua yang rendah dapat mengacu pada :

- Kurang paham dengan pola hidup sehat

- Kurang paham masalah gizi (ASI, susu formula, bubur bayi)

- Kurang paham mengenai imunisasi lengkap

- Kurang paham masalah penyakit pada anak

- Kurang paham masalah tumbuh kembang anak

2. Kondisi sosioekonominya dapat mengacu kepada :

- Gizi kurang

31

Page 32: Skenario a Blok 24 Fix

- Higiene buruk (air minum masak, rumah kecil, lingkungan kurang bersih)

3. Higiene dan sanitasi yang buruk dapat mengacu kepada :

- Pembuatan makanan dan minuman kurang bersih

- Lingkungan kurang bersih

- Mudah infeksi (pathogen yang masuk banyak dan mengalahkan sistem

imun)

4. Gizi buruk dapat mengacu kepada :

- ASI yang kurang (kurang kekebalan tubuh)

- Gizi yang kurang secara keseluruhan dapat menyebabkan marasmus

- Kerusakan barrier mukosa dan atrofi dinding usus yang mengganggu

sekresi berbagai enzim, sehingga meningkatkan kerentanan infeksi

- Keterlambatan perkembangan

f. Apa manifestasi klinis dari kasus ini?

Gizi buruk tanpa edema:

- Tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-

ototnya, hingga seperti tulang terbungkus kulit.

- Wajah seperti orang tua

- Cengeng, rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

(baggy pants)

- Perut umumnya cekung

- Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, piano sign)

- Edema tidak didapatkan32

Page 33: Skenario a Blok 24 Fix

- Kulit tipis dan kering, rambut tipis, jarang dan mudah dicabut

- Anak marasmik mungkin tampak apatis dan lemah. Bradikardi dan

hipotermi menandakan malnutrisi yang berat dan mengancam jiwa

- Atrofi papil filiformis lidah umum dijumpai, demikian pula dengan

stomatitis moniliasis

- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) diare

persisten

g. Bagaimana patofisiologi dari kasus ini?

Kasus ini diawali dengan adanya berbagai faktor resiko yang saling

berhubungan satu sama lain, yaitu pendidikan orang tua yang rendah,

kondisi sosioekonominya, hygiene dan sanitasi buruk, dan gizi yang buruk.

Semua faktor resiko tersebut dapat menyebabkan tubuh bayi menjadi rentan

terhadap infeksi, dalam hal ini rentan terjadi diare. Diare pada kasus ini

adalah diare sekretorik. Diare sekretorik biasanya disebabkan adanya

enterotoksin yang dikeluarkan oleh organisme pada saat melekat pada

permukaan sel. Beberapa mekanisme toksin menimbulkan diare antara lain:

(1) aktivasi adenil siklase dengan akumulasi cAMP intra selular (Vibrio

cholerae), (2) aktivasi guanil siklase dengan akumulasi cGMP intra selular

(ETEC), (3) perubahan kalsium intra selular (EPEC), dan (4) stimulasi sistem

saraf enterik (Vibrio cholerae). Beberapa enterotoksin lainnya menyebabkan

diare melalui induksi sekresi klorida atau inhibisi reabsorbsi natrium dan

klorida.

Setelah diare sembuh baik diobati ataupun self limited, faktor resiko masih

tetap ada. Hal ini dapat memicu terjadinya diare kronis atau diare berulang.

Diare berulang dapat disebabkan beberapa hal :

33

Page 34: Skenario a Blok 24 Fix

1. Penyembuhan tidak baik, intoleransi makanan akibat

fungsi usus belum kembali sempurna

2. Ada pathogen lain lagi yang masuk, yang antibodinya

belum terbentuk di tubuh anak tersebut

3. Integritas mukosa anak di bawah 2 tahun belum baik

4. Malnutrisi menyebabkan :

- Kerusakan barrier mukosa

- Atrofi dinding usus yang mengganggu sekresi berbagai enzim

- Mengganggu produksi dan maturasi enterosit baru sehingga merubah

morfologi intestinal

5. Patogen banyak masuk sehingga mengalahkan sistem imun

Dengan hal-hal tersebut menyebabkan bayi rentan terjadi infeksi diare

berulang yang menyebabkan gizinya semakin buruk. Dengan gizi yang

semakin buruk, manifestasi yang tampak sekarang yaitu keterlambatan dan

kemunduran perkembangan. Kemudian akibat kekurangan dan rendahnya

nutrisi menyebabkan hilangnya sebagian besar protein dan lemak, sehingga

menyebabkan lemah dan kendurnya otot dan sedikitnya lemak subkutan. Hal

itu menyebabkan kenampakan seperti pada manifestasi klinis marasmus,

yaitu BB dan TB rendah, lengan dan tungkai tampak kurus, wajah seperti

orang tua, iga gambang, dan perut cekung.

h. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada kasus ini?

Diare :

ReSoMal : Rehidration Solution for Malnutrition

Oralit: diencerkan 2 x untuk menurunkan kadar Na

Gula: menambah energi dan mencegah hipoglikemia

34

Page 35: Skenario a Blok 24 Fix

Mineral Mix/larutan elektrolit: mengatasi kekurangan elektrolit (K, Mg, Cu,

Zn)

Dosis : 5 -10 ml/kgBB/kali tiap 30 menit untuk 2 jam I -> 5 -10 ml/kgBB/kali

selang-seling dgn F75 tiap 1 jam sampai rehidrasi tercapai.

Bila diare berlanjut, pikirkan penyebab lain :

- Giardiasis metronidasol (5 mg/kgBB/8 jam selama 5 hari)

Gizi buruk :

A. Fase Stabilisasi (F75) (1-2 hari)

Untuk menstabilkan kondisi anak, bukan untuk menaikkan berat badan.

Energi : 80 – 100 Kkal/kgBB/hari

Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari

Cairan : 130 ml/kgBB/hari atau 100 ml/kgBB/hari (bila edema +++)

B. Fase Transisi (F 100) (5-7 hari)

Umumnya mulai terjadi kenaikan berat badan.

Energi: 100 – 150 Kkal/kgBB/hari

Protein: 2 – 3 g/kgBB/hari

Cairan: 150 ml/kgBB/hari

C. Fase Rehabiltasi (F100 & tambahan makanan) (2-4 minggu)

Energi : 150 – 220 Kkal/kgBB/hari

Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari

35

Page 36: Skenario a Blok 24 Fix

Cairan : 150 – 200 ml/kgBB/hari

Beri F100, kemudian ditambah makanan: - BB < 7 kg makanan bayi/lembik -

BB ≥ 7 kg makanan anak/lunak

D. Fase Tindak lanjut: ( 4-5 bulan)

Makanan keluarga + PMT-P (energi 350 kkal & protein 15 g)

Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.

Siapkan follow up setelah sembuh

Bila berat badan sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh.

Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di

rumah setelah penderita dipulangkan. Kepada orang tua disarankan:

o Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.

o Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster).

o Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

i. Apa komplikasi pada kasus ini?

Hipotermi

Hipoglikemia

Kekurangan elektrolit

Dehidrasi

Anemia

Gangguan hormone (kortisol, insulin, GH, dan tiroid)

36

Page 37: Skenario a Blok 24 Fix

j. Bagaimana pencegahan pada kasus ini?

1. Berikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

2. Setelah anak berumur 6 bulan, di samping ASI, juga berikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap dalam jumlah maupun

kelembutannya. Bayi GAKIN umur 6 – 23 bulan dapat MP-ASI bubuk

instan/biscuit.

3. Beri makanan bergizi berupa bahan pangan yang murah, terjangkau, dan

mudah didapat, berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Berikan

dalam porsi kecil tapi sering karena kapasitas lambung bayi terbatas.

4. Galakkan seluruh bayi dan balita dapat ditimbang secara rutin di

posyandu untuk deteksi dini gizi buruk.

5. Kader posyandu merujuk balita yang tidak naik berat badannya dalam 2

bulan berturut-turut ke posyangdu/pustu/puskesmas.

6. Beri imunisasi lengkap sebelum umur 12 bulan dan Vitamin A setahun 2

kali. Imunisasi dan Vitamin A dapat diperoleh di posyandu.

7. Masaklah air untuk diminum sampai mendidih

8. Biasakan mencuci tangan memakai sabun (CTPS) dari air bersih yang

mengalir sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita.

9. Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta

membilasnya dengan air matang sebelum dipakai.

10.Biasakan buang air besar di WC

11.Biasakan membuang sampah pada tempatnya.

37

Page 38: Skenario a Blok 24 Fix

12.Membuang air limbah rumah tangga pada saluran pembuangan limbah

yang sudah tersedia.

13.Hindari menghaluskan makanan bayi memakai mulut orang tua

14. Jangan biasakan anak-anak bermain di tempat kotor

15.Ajari dan biasakan anak balita mencuci tangan dengan air bersih dan

memakai sabun sebelum makan.

16.Tutup makanan dan minuman dan taruhlah di tempat yang aman dan

bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang.

17.Hindari memberi makanan yang sudah basi, agak basi, berjamur kepada

anak.

18.Hangatkan terlebih dahulu lauk yang disimpan sejak kemarin.

k. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

Dubia ad bonam.

Dengan terapi yang tepat, kondisi Reygen dapat membaik. Prognosis

cenderung ke arah baik karena belum terjadi komplikasi pada kasus ini, dan

faktor etiologinya jelas sehingga terapi kausatif bisa diberikan.

l. Bagaimana standar kompetensi dokter umum pada kasus ini?

Malnutrisi energi-protein: 4A

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan

penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. Kompetensi

yang dicapai pada saat lulus dokter.

Hipotesis

38

Page 39: Skenario a Blok 24 Fix

Reygen (11bln) mengalami diare berulang akibat asupan nutrisi yang kurang, hygiene yang

buruk, imunisasi yang tidak lengkap, dengan komplikasi gangguan perkembangan.

Sintesis

1. Gizi buruk

I. Definisi

Gizi buruk merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya

dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi butuk

karena kehilangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori

(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada

anak balita dan ditampakkan doleh membusungnya perut (busung lapar).

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau

dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang

dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh

kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses

terjadinya kekurangan gizi menahun

Anak balita sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan

sampai usia minimal 2 tahun. Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertumbuhan umur

menurut standar WHO, maka ia bergizi baik. Jika sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang

yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk.

Panduan Klasifikasi Malnutrisi Pediatrik

Status Nutrisi Berat

Badan/Umur

Tinggi

Badan/Umur

Berat

badan/Tinggi

% Berat Badan

39

Page 40: Skenario a Blok 24 Fix

Badan Ideal

Kurus Normal atau

rendah

normal < persentil 5 <85%-90%

Perawakan

pendek

< persentil 5 < persentil 5 Normal Normal

Malnutrisi

ringan

Normal atau

rendah

Normal < persentil 5 81-90%

Malnutrisi

sedang

Normal atau

rendah

Normal < persentil 5 70-80%

Kwashiorkor Normal atau

rendah

Normal atau

rendah

Normal (edema) Normal

Marasmus

(sangat kurus)

rendah Normal atau

rendah

< persentil 5 < 70%

II. Klasifikasi Gizi Buruk

Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.

Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe

yang berbeda-beda.

1. Marasmus

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Manifestasi klinis

utama pada anak dengan malnutrisi berat adalah emasiasi dengan berat badan

menurut usia kurang dari 60% median (persentil 50) atau kurang dari 70% BB ideal

menurut tinggi badan actual dan berkurangnya simpanan lemak tubuh. Penyusutan

masa otot dan cadangan lemak subkutan dikonfirmasi dengan inspeksi atau palpasi dan

perhitungan berdasarkan pengukuran antropometrik. Kepala mungkin tampak besar

40

Page 41: Skenario a Blok 24 Fix

tapi umumnya proporsional terhadap panjang badan. Edema biasanya tidak didapatkan.

Kulit tipis dan kering, rambut tipis, jarang dan mudah dicabut. Anak marasmik mungkin

tampak apatis dan lemah. Bradikardi dan hipotermi menandakan malnutrisi yang berat

dan mengancam jiwa. Atrofi papil filiformis lidah umum dijumpai, demikian pula dengan

stomatitis moniliasis. Praktik penyapihan yang tidak benar atau tidak adekuat dan diare

kronik sering ditemukan di negara berkembang. Perawakan pendek merupakan akibat

dari kombinasi malnutrisi, terutama mikronutrien, dan infeksi rekuren. Stunting lebih

sering didapatkan daripada wasting.

Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :

a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya,

tinggal tulang terbungkus kulit

b. Wajah seperti orang tua

c. Iga gambang dan perut cekung

d. Otot paha mengendor (baggy pant)

e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar

2. Kwashiorkor

Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya

mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh

lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau

edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Kwashiorkor adalah malnutrisi

disertai edema dan hipoalbuminemia, bermanifestasi sebagai pitting edema yang

dimulai dari ekstremitas bawah dan meluas ke bagian atas tubuh seiring derajat

keparahan.

Menurut teori klasik, kwashiorkor disebabkan asupan protein yang tidak adekuat

sedangkan asupan kalori cukup atau mendekati cukup. Faktor lain yang mungkin

berperan adalah infeksi akut, toksin, dan kemungkinan ketidakseimbangan mikronutrien

atau asam amino.

41

Page 42: Skenario a Blok 24 Fix

Manifestasi utama kwashiorkor adalah berat badan menurut usia 60-80%; BB saja tidak

dapat menjadi indicator status nutrisi yang akurat karena adanya edema. Pemeriksaan

fisik menunjukkan jaringan lemak subkutan masih ada disertai atrofi nyata massa otot.

Edema bervariasi mulai dari pitting edema ringan di punggung kaki sampai edema

generalisata yang mengenai kelopak mata dan skrotum. Rambut jarang, mudah dicabut,

dan tampak kusam, berwarna coklat, merah atau pirang. Terapi nutrisi memperbaiki

warna rambut, meninggalkan sebagian segmen rambut dengan pigmentasi yang

berubah diikuti sebagian segmen rambut dengan pigmentasi normal (tanda bendera).

Perubahan kulit umum dijumpai dan bervariasi mulai dari hyperkeratosis

hiperpigmentasi sampai ruam macular eritematosa (pellagroid) pada punggung dan

ekstremitas. Pada bentuk kwashiorkor yang paling berat, terjadi deskuamasi superficial

bila permukaan kulit ditekan (“flaky paint” rash). Keilosis angular, atrofi papilla filiformis

lidah, dan stomatitis monilis umum ditemukan. Pembesaran kelenjar parotis dan edema

wajah menyebabkan wajah membulat seperti bulan, tanda klinis khas lainnya adalah

anak apatis dan tidak tertarik untuk makan. Pemeriksaan abdomen mungkin

menunjukkan pembesaran hati dengan konsistensi lunak dan batas tidak tegas. Jaringan

limfatik umumnya atrofik. Pada pemeriksaan dada mungkin ditemukan ronki basah di

basal paru. Terdapat distensi abdomen dan bising usus cendrung menurun.

a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis

b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada

penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.

c. Wajah membulat dan sembab

d. Pandangan mata anak sayu

e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa

kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.

f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi

coklat kehitaman dan terkelupas

42

Page 43: Skenario a Blok 24 Fix

3. Marasmik-Kwashiorkor

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan

marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi

untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya

berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti

edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula

(Depkes RI, 2000).

III. Patofisiologi Gizi Buruk

Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa terjadi

karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan, pengaturan

makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin

A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi

rambut.

Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan

protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa

membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin

A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan

terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut

adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau

kemunduran adaptasi rodopsin.

Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek patella negatif

terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendonpatella dan degenerasi saraf motorik

akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan,

hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka

terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL.

Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke

jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.

43

Page 44: Skenario a Blok 24 Fix

Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah edema

yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edemadisebabkan oleh kurangnya

protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi

ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada

penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal

natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain

defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial

lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya

membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada

ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik

(Sadewa, 2008).

Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori

protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat

seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau

malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan

makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri

anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

Secara garis besar sebab - sebab marasmus adalah sebagai berikut:

a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,

pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan

orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya

infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.

c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng,

deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,

hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas

d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI

kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat

44

Page 45: Skenario a Blok 24 Fix

e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup

f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,

lactose intolerance

g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab

maramus yang lain disingkirkan.

h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang

kurang akan menimbulkan marasmus.

i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,

meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan

kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari

tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis

akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus

IV. Dampak Gizi Buruk

Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan

dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai

konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak

organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi

(kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi

buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme

maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.

Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai

disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi(mudah kedinginan)

karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar

normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun

tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat ”catch up” dan mengejar

ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap

pertumbuhan maupun perkembangannya.

45

Page 46: Skenario a Blok 24 Fix

Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performanceanak, akibat

kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan

anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung

dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak

terhadap pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital

bagi anak.

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap

perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan

gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan

skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan

pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya

prestasi anak (Nency, 2005).

V. Faktor Penyebab Gizi Buruk

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi,

menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang

mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang atau demam akhirnya menderita

kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan

kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan

masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan

dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama

lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun

gizinya (Dinkes SU, 2006).

Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang atau

anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup

46

Page 47: Skenario a Blok 24 Fix

salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan

kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling

terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan

kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan

sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005).

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial,

yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena makanan yang jelek atau

penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi

oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal

ginjal atau keringat yang berlebihan. (Nurcahyo, 2008)

VI.Komplikasi Penyakit

Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena

begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya

fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh

KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering

terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan

gangguan hormonal.

Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena

kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak

tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal

yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon

pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun.

Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan

tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP

berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar,

adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti

Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.

47

Page 48: Skenario a Blok 24 Fix

Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme

pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi

komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).

2. Sistem rujuk dan pelayanan spesialistik yang diharapkan

1. TINGKAT PELAYANAN : DARI PUSKESMAS s/d RUMAH SAKIT

2. 2. SECARA KOMPREHENSIF : Penanganan dari berbagai disiplin ilmu (spesialis anak,

mata, THT, bedah serta gizi klinis)

Dokter melakukan pemeriksaan klinis dan penentuan komplikasi medis, pemberian

terapi dan penentuan rawat jalan atau rawat inap.

Rujukan ke rawat inap, dilakukan apabila ditemukan :

a. Anak dengan komplikasi medis atau penyakit penyerta

b. Sampai kunjungan ketiga berat badan anak tidak naik (kecuali anak dengan edema)

c. Timbul edema baru

48

Page 49: Skenario a Blok 24 Fix

Restrukturisasi Masalah dan Kerangka Konsep

49

Rentan infeksi

Sosek rendah

Hygiene buruk

Diare berulang

Pendidikan rendah

Gizi buruk

marasmus

Terlambat tumbuh kembang

Faktor risiko

Page 50: Skenario a Blok 24 Fix

50

Page 51: Skenario a Blok 24 Fix

Kesimpulan

Reygen (laki-laki, 11bln) mengalami diare berulang dan gizi buruk tipe marasmus kondisi III (gizi

buruk dengan diare) akibat faktor resiko berupa hygiene yang buruk, sosek rendah, dengan

komplikasi berupa gangguan perkembangan.

51

Page 52: Skenario a Blok 24 Fix

Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk

Buku I.Jakarta: Departemen Kesehatan RI

2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk

Buku II.Jakarta: Departemen Kesehatan RI

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi

Buruk.Jakarta: Departemen Kesehatan RI

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 39 tahun 2013 tentang Susu

Formula dan Produk Bayi lainnya

5. Department of safety Zoonoses and Foodborne Diseases. 2007. How to prepare formula

for bottle-feeding at home. Ireland. WHO

6. Marcdante, Karen J. Kliegman, Robert M. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial

Edisi Keenam. Singapore : Elsevier

7. IDAI. 2011. Rekomendasi Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). UKK Nutrisi

dan Penyakit Metabolik

8. Jurnal of Internal Medicine. 2009. Hunger Diarrhoea. (dikutip dari :

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.0954-6820.1952.tb19193.x/abstract)

9. Lancet. 1986. Metabolic basis of starvation diarrhoea: implications for treatment.

(dikutip dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2871346)

10. Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal. 2006. Jakarta

11. Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi ke-14. FKUI. Jakarta. 2001; 104-36.

12. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI.

Jakarta. 1985; 360-66.52

Page 53: Skenario a Blok 24 Fix

13. Hubertin, SP. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Hal 65. Jakarta : EGC

53