skenario 3 muskulo

31
LI 1.Menjelaskan dan Memahami Articulatio Coxae dan Femur LO 1.1 Makroskopis Articulatio Coxae dan Femur Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis. Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah: 1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak. 2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna. 3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis. Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

description

skenario 3 blok muskuloskeletal , articulatio coxae dan femur

Transcript of skenario 3 muskulo

Page 1: skenario 3 muskulo

LI 1.Menjelaskan dan Memahami Articulatio Coxae dan Femur

LO 1.1 Makroskopis Articulatio Coxae dan Femur

Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis. Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:

1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi

externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan

Page 2: skenario 3 muskulo

otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

2

Page 3: skenario 3 muskulo

Vaskularisasi:

1. Pembuluh darah yang melewati colum femoris bersama dengan retinacula kapsularis dan memasuki caput melalui foramina besar pada basis caput. Pembuluh darah ini berasal dari cabang a. sirkumfleksa femoralis melalu anastomiss dengan a cruciate dan a trochanterica. Pada orang dewasa ini merupakan sumber pasokan darah terpenting.

2. Pembuluh darah dalam lig teres yang memasuki caput melaluli foramina kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang a. obturatoria.

3. Melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis nutrisia.

LO 1.2 Mikroskopis Articulatio Coxae dan Femur

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.  Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama. Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.

1. Tulang muda atau tulang primer 

Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang

3

Page 4: skenario 3 muskulo

bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder 

2. Tulang dewasa atau tulang sekunder 

Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae (lapisan) setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar.Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Havers atau osteon. Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di dalam lamella.Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang.Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan bahan perekat. 

Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut: 

* Tersusun konsentris membentuk osteon. 

* Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis. 

* Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis externa. 

* Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis interna. 

Gambar C. Histologi tulang

PERIOSTEUM Bagian luar tulang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian

4

Page 5: skenario 3 muskulo

dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :

* pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang. 

* terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang. 

* terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.

KOMPONEN JARINGAN TULANG 

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur: sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, dibedakan atas 4 macam sel : 

1. Osteoblas 

Berguna untuk pembentukan matriks tulang. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.

2.Osteosit 

Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. 

3. Osteoklas

Selmultinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Pada proses persiapan dekalsifikasi, osteoklas menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang. 

4.Osteoprogenitor Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. 

5

Page 6: skenario 3 muskulo

Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang.

Gambar D. Histologi tulang

LO 1.3 Kinesiologi Articulatio Coxae dan Femur

Articulatio coxae

Tulang : antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : enarthrosis spheroideaPenguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunataCapsula articularis: membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica

dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi :

1.Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

2.Ekstens : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosus, M. Semimembranosus, M. Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior

3.Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M. Sartorius, M. Tensor fascia lata

4.Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Gracilis, M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris

5.Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fascia lata, M. Adductor magnus pars posterior

6.Rotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan Mm. Adductores.

Otot-otot dorsal paha

6

Page 7: skenario 3 muskulo

Otot (Persarafan) Origo Insertio FungsiM. biceps femoris

Caput longum: n. ischiadicus, bagian tibial (plexus sacralis)

Caput breve: n. ischiadicus, bagian fibula (plexus sacralis)

Caput longum: bersendi ganda

Caput breve: bersendi tunggal

Caput longum: tuber ischiadicus (bersatu dengan m. semitendinosus)

Caput breve: labium laterale dari linea aspera (1/3 bagian tengah)

Caput fibulae (memisahkan lig. Collateral fibulare), menyebar ke dalam fascia cruris

Sendi panggul: ekstensi. Adduksi, rotasi lateralSendi lutut: fleksi, rotasi lateral

M. semitendinosus (n. ischiadicus, bagian tibial- plexus sacralis)

Tuber ischiadicus (bersatu dengan caput longum musculi bicipitis femoris)

Tuberositas tibiae (permukaan media)

Sendi panggul: ekstensi, rotasi medial, adduksiSendi lutut: fleksi, rotasi medial

M. semimembranosus (n. ischiadicus, bagian tibial- plexus sacralis)

Tuber ischiadicus Proximal ujung tibia (sebelah bawah condylus medialis), kapsul belakang sendi lutut, lig. Popliteum obliquum, fascia m. popliteus. Insertion bercabang 3 dari m. semimembranosus.

Sendi panggul: ekstensi, adduksi, rotasi medialSendi lutut: fleksi, rotasi media

Articulatio ini dibungkus oleh capusula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis ini berjalan dari pinggir acetabulum Os. Coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea trochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira kira sebesar jari diatas crista intertrochanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang colum femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris dapat extracapsular (diluar scapula) dan dapat pula intracapsular (diantara scapula).

LI 2. Menjelaskan dan Memahami Fraktur Tulang

LO 2.1 Definisi Fraktur Tulang

7

Page 8: skenario 3 muskulo

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jarongan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)

LO 2.2 Kalsifikasi Fraktur Tulang

Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Berdasarkan hubungan dengan udara bebas

1. Fraktur tertutup: tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau bagian eksternal tubuh.

2. Fraktur terbuka: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat, yaitu :

Derajat Luka Fraktur

I < 2 cm, Keruskan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk. Kontaminasi minimal

Sederhana, dislokasi ringan minimal

II > 2 cm , kontusi oto di sekitarnya Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, hilangnya jaringan disekitarnya

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

b. Komplit dan tidak komplit1. Fraktur complete : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang

atau melalui kedua korteks tulang.2. Fraktur incomplete : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang

tulang3. Hairline fracture : patah retak rambut4. Buckle fracture/ Torus fracture : bila terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi

tulang spongiosa di bawahnya. Biasanya pada distal radius anak-anak.

5. Greenstick fracture : fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya. Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera

8

Page 9: skenario 3 muskulo

sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal.

c. Sudut patah1. Fraktur transversal : garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi/ direduksi kembali ke tempatnya semula.

2. Farktur oblik : garis patahnya membentuk sudut. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

3. Fraktur spira : akibat trauma rotasi. Garis patah tulang membentuk spiral. Fraktur cenderung cepat sembuh.

d. Jumlah garis patah1. Fraktur kominutif : garis patah lebih dari 1 dan saling berhubungan.2. Fraktur segmental : garis patah lebih dari 1 tetapi tidak saling

berhubungan.3. Fraktur multiple : garis patah lebih dari 1 tetapi pada tulang yang

berlainan.e. Trauma

1. Fraktur kompresi : 2 tulang menumbuk tulang ke-3 yang berada diantaranya.

2. Fraktur avulse : trauma tarikan, suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen.

3. Fraktur spiral

f. Bergeser dan tidak bergeser1. Fraktur undisplaced : garis patah komplit tetapi ke-2 fragmen tidak

bergeser, periosteumnya masih utuh.

9

Page 10: skenario 3 muskulo

2. Fraktur displaced : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Terbagi atas:

- Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu dan overlapping.

- Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.- Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh.

LI 3. Menjelaskan dan Memahami Fraktur Femur

LO 3.1 Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah Rusaknya kontinuitas tulang pangkal yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, trauma tidak langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

LO 3.2 Etiologi Fraktur Femur

a. Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.

b. Trauma tidak langsung : tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan, misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi,mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur.

c. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur kolum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulangakibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal, yang kesemuannya terletak didalam simpai sendi panggul atau intrakapsular, fraktur intertrochanter dan sub trochanter terletak ekstra kapsuler.

d. Adanya tekanan varus atau valgus

LO 3.3 Klasifikasi Fraktur Femur

Klasifikasi fraktur femur berdasarkan:

10

Page 11: skenario 3 muskulo

Lokasi anatomi,dibagi menjadi: Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femurb. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femurc. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggula. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minorb. Fraktur intertrokanterc. Fraktur subtrokanter

Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :

a. FRAKTUR COLLUM FEMUR:

Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur) Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

b. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR

Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

c. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa)

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :

- tertutup

- terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

11

Page 12: skenario 3 muskulo

· Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

· Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.

· Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

d. FRAKTUR BATANG FEMUR (anak – anak)

e. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.

f. FRAKTUR INTERCONDYLAIR

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.

g. FRAKTUR CONDYLER FEMUR

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

LO 3.4 Manifestasi Klinis Fraktur Femur

a. Tampak pembengkakan di femurPembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma danperdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam ataubeberapa hari setelah cedera

b. Nyeri tekan dan sakit ketika digerakkanNyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancanguntuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

c. DeformitasDeformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.Deformitas dapatdi ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya obat.

d. Krepitasi

12

Page 13: skenario 3 muskulo

Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

e. Fungsileosa (gangguan fungsi)f. Spasme ototg. Tanda dan gejala lain:

1)       Kehilangan sensori2)       Mobilitas yang abnormal3)       Hypovolemik shock

LO 3.5 Patofisiologi Fraktur Femur

Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut  tidak dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur. Pada saat tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah di kortex, sumsum tulang dan jaringan lunak sekitar menjadi rusak.Perdarahan terjadi dari ujung yang rusak dan dari jaringan lunak sekitar (otot).Kemudian hematom terbentuk dalam medullary canal, antara ujung daerah fraktur dan dibawah periosteum.Jaringan tulang dengan segera mendekatkan kepada daerah tulang yang mati. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon imflmasiditandai dengan vaso dilatasi, eksudasi plasma, lekositosis dan infiltrasi dari sel darah putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga terjadinya spasme otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan menimbulkan gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada kulit.

LO 3.6 Diagnosis Fraktur Collum Femur

1. Anamnesis Data biografi, Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan keluarga, Riwayat psikososial (interaksi dengan keluarga), Pola kebersihan sehari- hari, Aktifitas, Sirkulasi darah, Neurosensori (kebas, kesemuran, tegang), Rasa Nyeri/ kenyamanan

3.6 Diagnosis dan diagnosis banding

· Anamnesis : pada penderita didapatkan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan

· Pemeriksaan fisik :

- Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka

13

Page 14: skenario 3 muskulo

- Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

- Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal cedera.

Pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak

terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto RontgenPada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang

impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur.Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur.Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

14

Page 15: skenario 3 muskulo

Bone ScanningBone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi.Bone

scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.

Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24

jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.

2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi

Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

Diagnosis Banding Fraktur Femur

a. Osteitis PubisPeradangan dari simfisis pubis - sendi dari dua tulang panggul besar di bagian

depan panggul.

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisPatah tulang yang melewati fisis (plat tembat tumbuh pada tulang), yang

menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

15

Page 16: skenario 3 muskulo

c. Snapping Hip SyndromeKondisi medis yang ditandai oleh sensasi gertakan terasa saat pinggul yang

tertekuk dan diperpanjang. Hal ini dapat disertai oleh gertakan terdengar atau muncul kebisingan dan rasa sakit atau ketidaknyamanan.Dinamakan demikian karena suara retak yang berbeda yang berasal dari seluruh daerah pinggul ketika sendi melewati dari yang tertekuk untuk menjadi diperpanjang. Secara medis dikenal sebagai iliopsoas tendinitis, mereka sering terkena adalah atlet, seperti angkat besi, pesenam, pelari dan penari balet, yang secara rutin menerapkan kekuatan yang berlebihan atau melakukan gerakan sulit yang melibatkan sendi panggul.

LO 3.7 Penatalaksanaan Fraktur Femur

Penatalaksanaan fraktur adalah sebagai berikut: 

Penatalaksanaan umum 1. Fraktur biasanya menyertai trauma, penting terhadap pemeriksaan airway,breathing and

sirculation 2. Bila tak ada masalah lagi, lakukan anamnesa, dan pemeriksaan secara terperinci 3. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyaakan untuk mengetahui berapa lama sampai

di RS, mengingat golden period (1-6 jam)4. Bila > 6 jam, komplikasi infeksi semakin >, anamnesis dan pemeriksaan fisik secara

singkat, lengkap.5. Lakukan foto radiologi, pemesangan bidai untuk menurunkan rasa sakit, dan

memepermudah proses pembutan foto.

Penatalaksaan Kedaruratan

1. Segera setelah cedera, bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum dipindahkan.

2. Bila pasien cedera harus dipindahkan dari keadaan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstermitas harus dijaga angulasi, gerakan fragmen fraktur dapat menyebakan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lanjut.

3. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan nutrisi.

16

Page 17: skenario 3 muskulo

4. Pada fraktur terbuka, tutup dengan kasa steril untuk mencegah infeksi yang terjadi. 5. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pada sisi cedera ,

ekstermitas sebisa mungkin dijaga jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakaan lebih lanjut

Penatalaksanaan lanjut

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat menangani fraktur :

1) RekognisiPengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasangan bidai.

2) ReduksiUsaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Cara penanganan secara reduksi :a. Pemasangan gips

Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.b. Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)

Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.

3) DebridemenUntuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.

4) RehabilitasiMemulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi normal.

5) Perlu dilakukan mobilisasi Kemandirian bertahap.

Proses penyembuhan tulang sebagai berikut:1. Tahap Inflamasi. 

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

2. Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel

17

Page 18: skenario 3 muskulo

periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3. Tahap Pembentukan Kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

4. Tahap Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling)

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.

LO 3.8 Pencegahan Fraktur Collum Femur

1) Mencegah jatuh2) Mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D setiap hari. 3) Berjalan, naik tangga, angkat beban, atau menari setiap hari.

18

Page 19: skenario 3 muskulo

4) konsultasi dengan dokter Anda tentang memiliki kepadatan mineral tulang (BMD) tes (menditeksi osteoporosis secara dini)

5) Memakai pelindung ketika berpartisipasi dalam olahraga kontak atau saat blading ski, bersepeda atau roller, merekomendasikan National Institutes of Health.

LO 3.9 Komplikasi Fraktur Femur

Komplikasi segerea terjadi pada saat terjadinya fraktur tulang; komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian; dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang.Ketiganya dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi local dan umum.

1. Komplikasi segera Terjadi saat terjadinya fraktur tulanga. Lokal

a) Kulit dan otot: berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan, dll), kontusio, avulse

b) Vascular: terputus, kontusio, perdarahanc) Organ dalam: jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta),

buli-buli (pada fraktur pelvis)d) Neurologis : otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer

b. Umum Trauma multiple, syok

2. Komplikasi dinia. Lokal

Nekrosis kulit otot, sindrom kompartmen, thrombosis, infeksi sendi, osteomyelitis

b. Umum ARDS, emboli paru, tetanus

3. Kompllikasi lamaa. Lokal

a) Gannguan pada proses penyembuhan tulang :1) Mal-Union

Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

2) Non-unionKegagalan pada proses penyembuhan tulang sehingga tulang tidak dapat menyambung

3) Delayed unionProses penyembuhan tulang berjalan lama dari waktu yang di perkirakan(www.slideshare.net)

b) Sendi: ankilosis, penyakit degenerative sendi pascatrauma, miositis osifikan, distrofi refleks, kerusakan saraf

b. Umum

19

Page 20: skenario 3 muskulo

a) Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur dan hiperkalsemia)b) Neurosis pascatrauma

Kompikasi Umum :a. Syok : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik

kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

b. Sindrom emboli lemak : Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

c. Sindrom kompartemen : merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk).

d. Thrombosis vena : pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena terutama pada tungkai bawah terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi bekuan darah dalam tabung.

e. Emboli paru : penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah. Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru. Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.

f. Nekrosis avaskuler : terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang disertai pergeseran dan 10% pada fraktur yang tanpa pergeseran. Jika

20

Page 21: skenario 3 muskulo

lokalisasi fraktur lebih ke proksimal, maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi lebih besar.

Komplikasi Lokal : Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Malunion yaitu keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas

yang terbentuk angulasi, varus atau valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga

mengganggu aliran darah

Daftar Pustaka

Faiz, O. (2004). At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.

Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.

Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS.

Price, Slyvia A Dan Laraine M. Wilson.1995. Patofisiologi.Buku I .Edisi 4.Jakarta : EGC.

Rasjad C. 1992. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung Pandang.

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

21

Page 22: skenario 3 muskulo

http://medicastore.com.htm

http://etd.eprints.ums.ac.id/16548/

22