SKENARIO 3 family medicine

38
SKENARIO 3 PEMBIAYAAN KESEHATAN BLOK KEDOKTERAN KELUARGA KELOMPOK A-02 Ketua : G. Ayu Amelinda Hanjani (1102009119) Sekertaris : Dian Puspitarini (1102009079) Anggota : 1.Fahada Indi (1102007106) 2. Anika Rifany (1102009033) 1

description

family medicine

Transcript of SKENARIO 3 family medicine

Page 1: SKENARIO 3 family medicine

SKENARIO 3

PEMBIAYAAN KESEHATAN

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

KELOMPOK A-02

Ketua : G. Ayu Amelinda Hanjani (1102009119)

Sekertaris : Dian Puspitarini (1102009079)

Anggota :

1. Fahada Indi (1102007106)

2. Anika Rifany (1102009033)

3. Anneu Rostiana (1102009036)

4. Arwan Firmansyah (1102009042)

5. Dea Rizqi Rohmah (1102009070)

6. Ermi Atiyah (1102009100)

7. Fatihah Iswatun Sahara (1102009109)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

2013

1

Page 2: SKENARIO 3 family medicine

SKENARIO 3

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola

dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup

pesat dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny. A,

38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan

kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa

pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat

lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada

pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat,

takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.

Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan

menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama

dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan

pembiayaan persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.

LO2

Page 3: SKENARIO 3 family medicine

I. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan di Klinik Dokter Keluarga

II. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama Islam

III. Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan

IV. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter Keluarga dengan

Mitra Kerja

STEP 3

3

Page 4: SKENARIO 3 family medicine

I. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan di Klinik Dokter

Keluarga

Pengertian Pembiayaan Kesehatan

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan

dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Dari pengertian di atas, tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari :

1) Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk

menyelenggarakan upaya kesejatan yang berupa dana investasi serta dana operasional.

2) Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat

memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

Jenis – Jenis Pembiayaan Kesehatan

Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan :

1) Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan

pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.

2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah

peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor

pemerintah.

Jenis – jenis pembiayaan kesehatan antara lain :

1. Penataan Terpadu (managed care)

Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan kesehatan.

Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di masyarakat dengan program

Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya

pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.

Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik, antara lain:

a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadar bahwa

kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab

4

Page 5: SKENARIO 3 family medicine

individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem rujukan.

c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya

obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu

memerlukan life saving.

d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursement

Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini

memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan

pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun

provider layanan kesehatan.

3. Asuransi

Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan

pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi

kesehatan yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif

dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health

insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).

4. Pemberian Tunjangan Kesehatan

Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan

atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun

tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi

kesehatan (family health insurance). Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya

kesehatan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan

hal – hal lain yang malah merugikan kesehatannya.

5. Rumah Sakit Perusahaan

Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila

mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang

ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus

menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu dievaluasi secara periodik.

Perlu diingatkan bahwa pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan

diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan

demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas

5

Page 6: SKENARIO 3 family medicine

yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan semangat

bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang dinikmatinya.

Tujuan Pembiayaan Kesehatan

Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara

adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:

a. Mengupayakan kecukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat

pusat dan daerah 

b. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan

hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok

miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan

c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang

memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada

umumnya adalah dalam area sebagai berikut:

a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan 

b. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan

permeliharaankesehatan masyarakat miskin

c. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan

sosial

d. Penggalian dukungan nasional dan internasional

e. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional

f. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data dan fakta

ilmiah

g. Pemantauan dan evaluasi.

Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia

1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-guna,

adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.

2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.

6

Page 7: SKENARIO 3 family medicine

3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan yang

terorganisir, adil, berhasil - guna dan berdaya - guna melalui jaminan pemeliharaan

kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,

yang dilaksanakan secara bertahap.

4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan

melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat)

atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial

keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.

5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan

didaerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk

pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan

(maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.

Asuransi Kesehatan

Ciri-ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :

a. Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang menjadi

kliennya. Targetnya adalah penurunan angka kesakitan. Bentuknya berapa kunjungan

secara berkala ke rumah asien dan memberikan penyuluhan.

b. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang

ditangani.

c. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka dokter tidak

akan memperoleh keuntungan.

d. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap

individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan kemungkinan biaya yang

dibutuhkan bila ia sakit.

Health insurance : The payment for the excepted cost of a group resulting from medical

utilization based on the excepted expense incurred by the group. The payment can be based

on community or experience rating.

Definisi di atas ada beberapa kata kunci:

1) Ada pembayaran, yang dala istilah ekonomi ada suatu transaksi dengan pengeluaran

sejumlah uang yang disebut premi.

2) Ada biaya, yang diharapkan harus dikeluarkan karena penggunaan pelayanan medik.

3) Pelayanan medik tersebut didasarkan pada bencana yang mungkin terjadi yaitu sakit.

7

Page 8: SKENARIO 3 family medicine

4) Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak pasti (uncertainty), tidak teratur dan

mungkin jarang terjadi. Tetapi bila peristiwa tersebut benar-benar terjadi, implikasi

biaya pengobatan dapat demikian besar dan membebani ekonomi rumah tangga.

Kejadian sakit yang mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau keluarganya

biasa disebut catastrophic illness.

Manfaat Asuransi Kesehatan

1) Asuransi merubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan terencana.

2) Asuransi membantu mengurangi resiko perorangan ke resiko sekelompok orang

dengan cara perangkuman resiko (risk pooling). Dengan demikian terjadi subsidi

silang, yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, yang kaya

membantu yang miskin.

Jenis-Jenis Asuransi Kesehatan Secara Universal yang berkembang di Indonesia :

1. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)

Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan

sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial

mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :

a) Keikutsertaan bersifat wajib

b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya

c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan

d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS

e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga

kerja

f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko

kelompok

g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal

h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh

i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan

sosial di Indonesia

Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di Indonesia, asuransi

kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes.

8

Page 9: SKENARIO 3 family medicine

2. Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health Insurance)

Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik

oleh individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.

Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :

a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela

b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis

tanggungan yang dipilih

c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor

usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan

d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal

e) Santunan diberikan sesuai kontrak

f) Peranan pemerintah relatif kecil

Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu

mandiri dan sebagainya

3. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)

Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :

a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok

b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut

c) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok

masyarakat

d) Santunan diberikan sesuai kontrak

e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal

f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang

Manajemen Pembiayaan Klinik 

9

Page 10: SKENARIO 3 family medicine

Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter

keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model

pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya

dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan berbagai sarana dan prasarana medis dan

non medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter

keluarga yang diselenggarakan (operational cost). Seyogiyanyalah semua dana yang

diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa

pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung

jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi

masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia

membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.

Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan

secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan

membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health

insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai,

karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah

badan asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk

pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai

sesuai untuk pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi

kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi

sering menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan,

10

Page 11: SKENARIO 3 family medicine

yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,

kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota

keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang

seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.

Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada

saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga

bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.

Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

1.   Sistem kapitasi (capitation system)

Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang

dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan

kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu.

Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi

kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan

pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan

jangka waktu jaminan.

2. Sistem paket (packet system)

Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan

oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan

harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem

pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada

penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit

apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan

biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama

sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak

negara maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang

dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan

kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan

kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang

dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh

11

Page 12: SKENARIO 3 family medicine

macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang

telah disepakati.

II. Memahami dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Menurut Agama

Islam

Sejarah Asuransi Syariah

Pada jaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah dikenal dengan

sebutan Al-Aqila. Saat itu suku arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil.

Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Qurais, salah satu suku yang

terbesar. Menurut dictionary of islam, yang ditulis Thomas Patrick, jika ada salah satu

anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga

terdekat dari si pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris

Qurban.

Al’aql adalah denda, sedangkan makna al’aqil adalah orang yang menbayar denda.

Beberapa ketentuan system Aqilah yang merupakan bagian dari asuransi social ditungkan

oleh Nabi Muhammad SAW dalam piagam madina yang merupakan konstitusi pertama

setelah Nabi hijrah ke madina. Dalam pasal 3 Konstitusi madina, Rasullulah membuat

ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa

jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang, pihak tawanan harus membayar tebusan

pada musuh untuk membebaskannya.

Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan

(al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap

perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan

semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam

menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT

yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri

wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan

(dosa dan permusuhan).

Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan

risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of

fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi

maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.12

Page 13: SKENARIO 3 family medicine

Mengingat masalah ini sudah memasyarakat di Indonesia dan diperkirakan umat Islam

banyak terlibat di dalamnya, maka permasalahan tersebut perlu juga ditinjau dari sudut

pandang agama Islam. Di kalangan umat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak Islami.

Orang yang melakukan asuransi sama halnya dengan orang yang mengingkari rahmat Allah.

Allah lah yang menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada makhluk-Nya,

sebagaimana firman Allah :

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi mealinkan Allah lah yang memberi

rezekinya.” (Q.S. Hud : 6)

“…dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah

di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? ….” (Q.S. An-Naml : 64)

“Dan kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami

menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki

kepadanya.” (Q.S. Al-Hijr : 20)

Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah menyiapkan

segala-galanya untuk keperluan semua makhluk-Nya, termasuk manusia sebagai khalifah di

muka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah, bukan bahan matang. Manusia masih

perlu mengolahnya, mencarinya dan mengikhtiarkannya. Melibatkan diri ke dalam asuransi

ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar untuk mengahadapi masa depan dan masa tua.

Namun karena masalah asuransi ini tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka

masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih

diperdebatkan dan tentunya perbedaan pendapat sukar dihindari.

Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam :

1) Asuransi itu haram dalam segala bentuknya, temasuk asuransi jiwa. Pendapat ini

dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf

Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir).

Alasannya :

a. Asuransi sama dengan judi.

b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.

c. Asuransi mengandung unsur riba atau renten.

d. Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak

bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah

dibayar atau dikurangi.

13

Page 14: SKENARIO 3 family medicine

e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.

f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.

g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan

mendahului takdir Allah.

2) Asuransi konvensional diperbolehkan. Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd.

Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam Fakultas Syari‘ah

Universitas Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm Universitas Cairo

Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa Ahkamuha).

Mereka beralasan :

a. Tidak ada nash (al-Qur‘an dan Sunnah) yang melarang asuransi.

b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.

c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.

d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang

terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan

pembangunan.

e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil).

f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta‘awuniyah).

g. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.

3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan.

Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum

Islam pada Universitas Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama

dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan kelompok

kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).

III.Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan

Pengertian

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah

kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik

secara vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga

ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan

bahan pemeriksaan laboratorium (permenkes 922/2008).

Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau

14

Page 15: SKENARIO 3 family medicine

masalah kesehatan secara vertikal atau horizontal, dalam arti dari unit yang berkemampuan

kurang ke unit yang lebih mampu

Syarat Rujukan

(1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk

merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta

kebutuhan objek yang dirujuk.

(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah

(3) Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk

atau yang menerima rujukan.

b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan

melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.

c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :

Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.

Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.

Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang

d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.

e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.

f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.

(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama

perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :

a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,

oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;

b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan;

c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;

(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau

lengkap hanya dapat dilakukan apabila :

a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat

diatasi;

15

Page 16: SKENARIO 3 family medicine

b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak

tersedia di fasilitas pelayanan semula;

c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak

tersedia di fasilitas pelayanan semula;

d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;

e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui

mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau

penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;

f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan

pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);

g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai

dengan jaringan pelayanannya;

h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya, harus ada

kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Tujuan Rujukan

i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu

ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat;

(6).Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan

rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Jenis-Jenis Rujukan

1. Rujukan medis :

o Rujukan pasien,

o Rujukan pengetahuan, dan

o Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan.

2. Rujukan Kesehatan :

o Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan, misalnya :pengiriman

dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan

dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten

o Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam

jangka waktu tertentu.

o Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.16

Page 17: SKENARIO 3 family medicine

o Alih pengetahuan dan ketrampilan di bidang klinik, manajemen dan

pengoperasian peralaan.

3. Rujukan Manajemen

o Pengiriman informasi

o Obat, biaya, tenaga, peralatan

o Permintaan bantuan : survey epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari  :

Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di

dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke

puskesmas induk

Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang

pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas

rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien

puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke

rumah sakit umum daerah.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan

upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi

puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas

(pos Unit Kesehatan Kerja).

Manfaat Rujukan

a. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam

alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.

Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara

kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan17

Page 18: SKENARIO 3 family medicine

b. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama

secara berulang-ulang

Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui

dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan

c. Dari sudut tenaga kesehatan

Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif,

semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.

Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama

Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan

mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

Rujukan pelayanan dokter keluarga tidak termasuk dalam kelompok rujukan

kesehatan (pengiriman2 tenaga ahli), melainkan kelompok rujukan medis (pasien,

pengetahuan dan lab).rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa

karakteristik khusus, yakni :

1) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter keluarga

tidak bersifat total, melainkan hanya untuk masalah penyakit yang sedang

ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara

keseluruhan, tetap berada ditangan dokter keluarga.

2) Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan

tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, melainkan keadaan sosial

ekonomi keluarga secara keseluruhan.

3) Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada

penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, melainkan juga

peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit.

4)

Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita sepenuhnya

kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu

tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita

hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

18

Page 19: SKENARIO 3 family medicine

3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita

sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.

4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita

sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan

wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

Tatacara Rujukan

a. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan

rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,

seperti dokter ahli tertentu.

b. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan

dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang

memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan

yang dilakukan oleh dokter keluarga.

c. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap

mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan

diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat

pengobatan atau yang lainnya.

d. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib

memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,

harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.

e. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja

f. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan

19

Page 20: SKENARIO 3 family medicine

g. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

IV. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Kerjasama Antara Dokter

Keluarga dengan Mitra Kerja

Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK),

haruslah menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin. Komponen

sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai “pemegang saham” (stakeholders), paling tidak

terdiri atas:

1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)

2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder)

3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier)

4. Dokter gigi

5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.)

6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.)

7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)

8. Farmasi (profesional dan pengusaha)

9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb)

10. Karyawan non-medis

Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan yang

bermutu. Semua pemegang saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang sama dalam

mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan

kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien, tidak

melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi

penyelenggaranya. Jika salah satu komponen sistem “merusak” tatanan, menyalahi aturan

main agar memperoleh keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh

seluruh komponen sistem termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena

itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di antara anggota sistem.

Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan

oleh “tim” kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap

komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh

sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya,

memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat 20

Page 21: SKENARIO 3 family medicine

tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan

perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat

dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum

dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum

dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang

dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat. Demikianpula

komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan

saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di

lakukan dalam berbagai hal seperti :

1. Merujuk pasien

Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas

pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.

2. Bekerjasama dengan sejawat

Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras,

usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan

hubungan profesional antar sejawat.

3. Bekerja dalam tim

Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.

4. Mengatur dokter pengganti.

Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta

mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti.

5. Mematuhi tugas

Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus

mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.

6. Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa

kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus

disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan

peraturan baru.

Komunikasi Dokter-Profesi Lain

1. Kolaborasi

21

Page 22: SKENARIO 3 family medicine

▪ Pengertian Menurut Shortridge, et al

Hubungan timbal balik dimana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling

besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.

▪ Elemen-elemen Kolaborasi

1. Struktur

2. Proses

3. Hasil Akhir

▪ Model Kolaboratif Tipe I

1. Menekankan Komunikasi Dua Arah

2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama

3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien

▪ Model Kolaboratif Tipe II

1. Lebih berpusat pada Pasien

2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama

3. Ada kerja sama dengan Pasien

4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

▪ Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah

cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang

berbeda dalam memandang pasien, dalam  prakteknya menyebabkan munculnya

hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala

psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan

kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat

menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

▪ Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional

22

PASIEN

Page 23: SKENARIO 3 family medicine

dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama

ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi.

Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih

besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung

dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada

perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi

diantara keduanya.

▪ Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik

bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup

praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai

pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh

peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter

merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling

ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan

pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap

perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

▪ Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan

untuk  mencapai tujuan kolaborasi team :

a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan

menggabungkan keahlian unik profesional.

b) Produktivitas  maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya

c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas

d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional

e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,

f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas,  dan menghargai dan memahami

orang lain

▪ Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-

faktor

a) Faktor interaksi (interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal

diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi,

percaya, saling menghargai dan berkomunikasi .

b) Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di dalam

organisasi tersebut yang terdiri dari:

23

Page 24: SKENARIO 3 family medicine

1. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil

daripada struktur hierarkis);

2. Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran,

kebebasan berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap

saling percaya;

3. administrative support ( kepemimpinan);

4. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi,

membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam

suatu unit yang kecil) ;

5. coordination mechanism ( pertemuan formal untuk diskusi,

standarisasi prosedur dalam bekerja ).

c) Faktor lingkungan organisasi( organization’s environment/ systemic

determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial,

budaya, pendidikan dan profesional.

2. Pendekatan Praktik Hirarkis

Menekankan Komunikasi satu arah

Kontak Dokter dengan Pasien terbatas

Dokter merupakan Tokoh yang dominan

Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD

▪ Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK

HIRARKIS.

▪ Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan sebelum

profesi perawat semakin berkembang.

▪ Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan

▪ Pendekatan Praktik Hirarkis

menekankan komunikasi satu arah.

kontak dokter dengan pasien terbatas.

dokter merupakan tokoh yang dominan.

cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD

pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter di Indonesia

Komunikasi Dokter-Apoteker

24

Page 25: SKENARIO 3 family medicine

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang menjadi

tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat

dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya

pemahaman masing-masing pada profesi mitra kerjanya akan memudahkan terjadinya

komunikasi yang baik antar profesi

Empat unsur Pelayanan Farmasi

◦ Pelayanan Farmasi yang baik.

◦ Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.

◦ Praktik dispensing yang baik.

Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

25

Page 26: SKENARIO 3 family medicine

DAFTAR PUSTAKA

1. Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu. Semarang.

2. Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 19963. Prasetyawati, Arsita Eka. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret4. Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 20105. Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan

Residen. FK UGM.

26