Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

53
SKENARIO 2 BLOK 7 TIU: 1. Mahasiswa memahami diagnose dan perjalanan penyakit jaringan pulpa gigi pada anak 2. Mahasiswa memahami fungsi/peran pemeriksaan radiologi pada penyakit jaringan pulpa gigi anak 3. Mahasiswa memahami perawatan penyakit jaringan pulpa gigi pada anak 4. Mahasiswa memahami jenis-jenis material kedokteran gigi 5. Mahasiswa memahami perawatan kedokteran gigi estetis Lola, seorang anak perempuan berusia 8 tahun diantar ke dokter gigi oleh ibunya untuk memeriksakan gigi depan atasnya yang tampak berubah warna menjadi kehitaman. Dari anamnesa diketahui bahwa Lola pernah jatuh dari sepeda sekitar 1 tahun yang lalu dan mulutnya membentur jalan. Pada pemeriksaan klinis terlihat adanya diskolorasi pada 21; tidak ada fraktur; CE, perkusi, dan palpasi negative. Dari hasil rontgen periapikal terlihat saluran akar lebar dan foramen apical terbuka lebar serta tidak ada kelainan periapikal. Dokter gigi melakukan perawatan endodontic pada gigi tersebut, dan juga menjelaskan kepada pasien bahwa perawatan yang dilakukan memerlukan beberapa kali kunjungan. Pada kunjungan kedua, dokter gigi menggunakan kalsium hidroksida, dan beberapa bulan kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, dokter gigi

description

kmdcmz,c

Transcript of Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Page 1: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

SKENARIO 2 BLOK 7

TIU:

1. Mahasiswa memahami diagnose dan perjalanan penyakit jaringan

pulpa gigi pada anak

2. Mahasiswa memahami fungsi/peran pemeriksaan radiologi pada

penyakit jaringan pulpa gigi anak

3. Mahasiswa memahami perawatan penyakit jaringan pulpa gigi pada

anak

4. Mahasiswa memahami jenis-jenis material kedokteran gigi

5. Mahasiswa memahami perawatan kedokteran gigi estetis

Lola, seorang anak perempuan berusia 8 tahun diantar ke dokter gigi oleh ibunya

untuk memeriksakan gigi depan atasnya yang tampak berubah warna menjadi

kehitaman. Dari anamnesa diketahui bahwa Lola pernah jatuh dari sepeda sekitar 1

tahun yang lalu dan mulutnya membentur jalan. Pada pemeriksaan klinis terlihat

adanya diskolorasi pada 21; tidak ada fraktur; CE, perkusi, dan palpasi negative. Dari

hasil rontgen periapikal terlihat saluran akar lebar dan foramen apical terbuka lebar

serta tidak ada kelainan periapikal. Dokter gigi melakukan perawatan endodontic pada

gigi tersebut, dan juga menjelaskan kepada pasien bahwa perawatan yang dilakukan

memerlukan beberapa kali kunjungan. Pada kunjungan kedua, dokter gigi

menggunakan kalsium hidroksida, dan beberapa bulan kemudian, berdasarkan hasil

pemeriksaan radiologi, dokter gigi melakukan pengisian saluran akar. Setelah

perawatan endodontic selesai fokter gigi melakukan perawatan untuk memperbaiki

estetis pasien.

KLARIFIKASI ISTILAH:

1. diskolorasi

2. fraktur

3. kalsium hidroksida

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Lola berusia 8 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi 21 nya

berubah warna menjadi kehitaman karena jatuh dari sepeda 1 tahun yang lalu

dan mulutnya membentur jalan.

Page 2: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

2. Pemeriksaan klinis: diskolorasi pada gigi 21, tidak ada fraktur, CE,

perkusi, dan palpasi negative.

3. Hasil rontgen: saluran akar lebar, foramen apical terbuka lebar, tidak

ada kelainan periapikal.

4. Dokter gigi melakukan perawatan endodontic yang memerlukan

beberapa kali kunjungan.

5. Pada kunjungan kedua dokter menggunakan kalsium hidroksida

6. Beberapa bulan kemudian dokter gigi melakukan pengisian saluran

akar berdasarkan hasil pemeriksaan radiologisnya.

7. Setelah perawatan endodontic selesai, dokter melakukan perawatan

untuk memperbaiki estetis gigi pasien.

ANALISIS MASALAH

1. mengapa gigi 21 Lola tampak berubah warna menjadi kehitaman

karena jatuh dari sepeda dan membentur jalan satu tahun yang lalu?

2. Bagaimana cara mengetahui ada tidaknya fraktur dari pemeriksaan

klinis?

3. Apa interpretasi rontgen dari gigi 21 Lola?

4. Apa diagnose untuk kasus ini?

5. Apa rencana perawatan yang akan dilakukan dokter gigi pada gigi 21

Lola?

6. Bagaimana teknik melakuan perawatan saluran akar pada gigi

permanen muda?

7. Apa tujuan dokter gigi menggunakan kalsium hidroksida pada

kunjungan kedua?

8. Mengapa dokter gigi baru melakukan pengisian saluran akar setelah

beberapa bulan?

9. Apa teknik dan material yang diindikasikan untuk gigi permanen muda

yang mengalami diskolorasi?

HIPOTESIS

Lola (8 tahun) mengalami diskolorasi pada gigi 21 nya karena nekrosis pulpa akibat

trauma, lalu dokter gigi melakukan perawatan saluran akar yaitu apeksifikasi dan

pengisian saluran akar lalu dilanjutkan dengan restorasi estetis.

Page 3: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

LEARNING ISSUES:

1. Diskolorasi:

a. Etiologi

Diskolorasi adalah perubahan warna pada gigi. Penyebab perubahan warna secara

umum dibagi atas diskolorasi ekstrinsik dan diskolorasi intrinsik. Penyebab

perubahan warna pada gigi yang  juga diperhatikan adalah diskolorasi karena

proses penuaan.

II.1.1 Faktor Ekstrinsik

      Perubahan warna pada gigi yang berasal dari luar gigi:

a.       Kebersihan mulut yang tidak baik. Perubahan warna pada gigi karena

kebersihan mulut yang tidak baik, dapat menyebabkan gigi bewarna hijau,jingga,

kuning, atau cokelat.

b.      Pengaruh makanan dan minuman, misal nya kopi, the, kunyit, dan lain-lain.

c.       Pengaruh rokok dan tembakau menghasilkan warna cokelat sampai hitam

pada bagian leher gigi. Distribusi dan perubahan warna yang terjadi bergantung

pada tipe, jumlah, danlama nya kebiasaan merokok.

d.      Bahan tambalan logam yang mengandung perak nitrat, bila berkontak

dengan dinding kavitas, lambat laun dapat menyebabkan perubahan warna gigi

menjadi abu-abu gelap. 1

II.1.2 Faktor Intrinsik

      Penyebab perubahan warna gigi berasal dari gigi itu sendiri:

a.       Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Ada nya gas yang

dihasilkan oleh pulpa nekrosis dapat membentuk ion sulfide yang bewarna hitam.

b.      Pemakaian anti biotik, misal nya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan

penyebab paling sering dari perubahan warna gigi yang bersifat intrinsik.

Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses pertumbuhan gigi dapat

menyebab kan perubahan warna gigi yang permanen.

Periode waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada

gigi:

Page 4: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

1)      Semasa dalam kandungan pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan,

molekul tetrasiklin dapat melewati barier plasenta mengenai gigi sulung yang

sedang terbentuk.

2)      Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi

pembentukan mahkota gigi seri permanen.

Mekanisme nya adalah tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan membentuk

senyawa kompleks berupa kalsium ortofosfat. Jaringan gigi yang sedang dalam

proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium, tetapi juga molekul

tetrasiklin yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.

c.       Penyakit metabolic yang berat selama fase pertumbuhan gigi, misal nya

alkaptonuria yang menyebabkan warna cokelat, endemik flourosis yang

menyebabkan bercak cokelat , endemik bercak cokelat pada gigi.

d.      Pendarahan dalam kamar pulpa. Ini disebabkan oleh terjadi nya trauma,

aplikasi bahan devitalisasi arsen ataupun eksterpasi pulpa yang masih vital.

e.       Medikamentasi saluran akar. Obat terapeutik yang digunakan dalam

endodonti dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, misal nya perak nitrat.

f.        Bahan pengisi saluran akar. Di antara bahan pengisi saluran akar gigi yang

dapat mewarnai dentin adalah iodoform dan semen saluran akar yang

mengandung perak atau minyak esensial. 1

Terjadinya perubahan warna pada gigi disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan

intrinsik. Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi, biasanya lokal

seperti noda teh atau tembakau hilang dengan pemolesan gigi sedangkan

diskolorasi intrinsik terjadinya perubahan warna gigi akibat noda pada email/

dentin seperti stain tetracyclin yang masuk dentin. Perubahan warna akibat obat

ini sulit atau tidak dapat diputihkan, namun jika perubahannya akibat proses

nekrosis dapat dihilangkan. Pada nekrosis pulpa, noda yang terjadi secara alamiah

atau terjadi saat atau setelah email/ dentin terbentuk kadang akibat cedera

traumatik. Adanya iritasi mekanis, bakteri maupun kimiawi yang menyebabkan

penumpukan produk nekrosis di dalam tubulus dentin dan perubahan warna ini

dapat diputihkan secara bleaching internal dengan hasil yang baik.Perdarahan

Intrapulpa, akibat trauma pada gigi dapat menyebabkan terputusnya pembuluh

darah pada pulpa dan terjadi lisis sel darah merah. Adanya perubahan warna ini

Page 5: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

pada beberapa kasus ternyata gigi tetap vital dan proses pemutihan gigi berhasil

baik.

Metamorfosis kalsium, merupakan pembentukan dentin sekunder ireguler secara

ekstensif akibat trauma dan menyebabkan odontoblast rusak. Translusensi gigi

akan berkurang hingga menyebabkan gigi kekuningan namun pulpa tetapvital.

Defek perkembangan dapat mengakibatkan perubahan warna gigi karena adanya

kerusakan saat perkembangan gigi atau bahan yang berikatan dengan email/

dentin saat pembentukan gigi, misal adanya fluorosis endemik. Pada gigi yang

porous dan terjadi perubahan warna, pemutihan gigi dapat dilakukan secara

eksternal. Perubahan warna Iatrogenik merupakan perubahan warna akibat

penggunaan bahan-bahan kimia untuk perawatan gigi, misalnya material obturasi

pada kamar pulpa yang tidak bersih, sisa jaringan pulpa saat ekstirpasi, obat-obat

intrakanal golongan fenol dapat penetrasi ke dentin secara perlahan, adanya

restorasi korona, adanya tumpatan amalgam sulit diputihkan dan pada komposit

dapat dilakukan restorasi ulang.

b. Mekanisme

2. Pemeriksaan Klinis pada Fraktur

Fraktur adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh yang biasanya

disebabkan oleh trauma atau benturan-benturan.

Fraktur Akar

Dilakukan tes palpasi untuk mengetahui ada tidaknya fraktur pada akar. Karena tidak

terlihatnya akar secara klinis.

Indikator:

jika terasa ada pergerakan atau getaran dalam penekanan, maka terdapat kemungkinan

adanya fraktur.

Fraktur Mahkota

Dilihat dengan kasat mata dari arah labial maupun lingual / palatal dengan bantuan

kaca mulut dan dibawah cahaya lampu.

3. Pemeriksaan radiografi

a. Interpretasi

Page 6: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Penyakit periapikal merupakan suatu keadaan patologis yang terlokalisir pada

daerah apeks atau ujung akar gigi atau daerah periapikal gigi. interpretasi

gambaran radiografi penyakit jaringan pulpa :

IRREVERSIBLE PULPITIS

Jika mengenai ligamen periodontal maka rasa sakit dapat ditentukan. Pelebaran

ligamen periodontal terlihat pada gambaran radiografi di tahap akhir.

Macam :

Symptomatic Irreversibel Pulpitis

PULP NECROSIS Merupakan hasil irreversible pulpitis yang tidak dirawat

dengan segera, luka trauma atau kejadian-kejadian yang menyebabkan gangguan

jangka panjang.

Total Pulp Nekrosis Tidak ada tanda-tanda sebelum mengenai ligamen

periodontal. Tidak memberikan respon pada berbagai tes. Ada diskolorisasi pada

mahkota gigi anterior.

b. Fungsi

Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik diperlukan

untuk membantu menegakkan diagnosa dalam mempertimbangkan jenis

perawatan yang harus diberikan antara lain memberi evaluasi masalah:

a. Perluasan karies dan kedekatannya dengan pulpa.

b. Keadaan restorasi yang ada.

c. Ukuran dari keadaan ruang pulpa meliputi dentin sekunder, kalsifikasi, resorpsi

interna.

d. Akar: bentuk, resorpsi interna

e. Apeks: tingkat resorpsi, resorpsi patologis, resorpsi yang terlambat

f. Tulang: melihat adanya rarefaction pada daerah periapikal atau bifurkasi,

kehilangan lamina dura, keadaan jaringan periodontal. Adanya rarefaction atau

radiolusen tulang daerah bifurkasi gigi sulung dihubungkan dengan keadaan gigi

non vital dan adanya saluran akar tambahan pada dasar pulpa.

g. Resorpsi akar patologik, dapat interna (dalam saluran akar) atau eksterna

Page 7: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

(apeks dan sekitar tulang). Resorpsi interna merupakan indikasi peradangan pulpa

vital, sedangkan resorpsi eksterna menunjukkan pulpa non vital dengan

peradangan yang meluas berlanjut resorpsi tulang di sekitarnya.

Penafsiran Ro-foto anak – anak lebih sukar dari pada orang dewasa disebabkan

akar gigi sulung mengalami resorpsi secara fisiologis dan adanya benih gigi

permanen yang tumbuh. Kalsifikasi jaringan pulpa dekat tanduk pulpa

menunjukkan degenerasi pulpa, biasanya pada karies luas dan kronis.

Resorpsi interna merupakan kontra indikasi pulpektomi. Gigi permanen muda

dengan apeks yang belum tertutup dengan gambaran radiolusen di apikal

merupakan keadaan normal (Andlaw, R.J., 1992).

4. Diagnosa

DIAGNOSIS: Nekrosis Pulpa

Definisi :

Nekrosis adalah matinya pulpa. Dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada

apakah sebagian atau seluruh pulpa terlibat. Nekrosis, meskipun suatu akibat

inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri traumatic yang pulpanya rusak sebelum

terjadi reaksi inflamasi. Sebagai hasilnya, suatu infarkasi iskemik dapat

berkembang dan dapat menyebabkan suatu pulpa nekrotik dengan gangrene

kering. Nekrosis ada dua jenis umum : koagulasi dan likuefaksi/pengentalan dan

pencairan.

Jenis :

Pada nekrosis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah

menjadi bahan solid. Pengejuan (caseation) adalah suatu bentuk nekrosis

koagulasi yang jaringannya berubah menjadi massa seperti keju terdiri terutama

atas protein yang mengental, lemak, dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim

proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan, atau

debris amorfus. Hasil akhir dekomposisi pulpa adalah dekomposisi protein, yaitu

hydrogen sulfide, ammonia, substansi lemak, indikan, ptomaine, air, dan karbon

dioksida. Hasil lanjutan, seperti indol, skatol, putresin, dan kadaverin menambah

bau tidak enak yang sering keluar dari suatu saluran akar.

Penyebab :

Page 8: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh injuri yang membahayakan pulpa seperti

bakteri, trauma, dan iritasi kimiawi.

 Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi oleh komplikasi dari pulpitis

baik yang akut mapun yang kronik yang tidak ditata laksana dengan baik dan

adekuat.

Trauma dapat menyebabkan pulpitis yang berakhir dengan nekrosis pulpa.

Menurut Robertson dkk, pada obliterasi kanal pulpa akibat trauma pada gigi

insisivus permanen didapatkan 16% kasus mengalami nekrosis pulpa melalui tes

elektrikal pulpa. Nekrosis juga dapat disebabkan prosedur medik yang dilakukan

oleh klinisi. Menurut Poul dkk, dari 617 gigi dari 51 pasien yang dilakukan

osteotomi pada fraktur Le Fort I didapatkan 0,5% gigi mengalami nekrosis pulpa 

Gejala-gejala :

Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa

sakit. Sering, diskolorasi gigi adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.

Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya disebabkan karena translusensi

normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi mengalami perubahan warna keabu-

abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat kehilangan kecemerlangan dan

kilauan yang biasa dipunyai. Adanya pulpa nekrotik mungkin ditemukan hanya

secara kebetulan, karena gigi macam itu adalah asimtomatik, dan radiograf adalah

nondiagnostik. Gigi dengan nekrosis sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan

Page 9: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

termal, karena adanya serabut saraf vital yang melalui  jaringan inflamasi di

dekatnya.

 

Gambar Nekrosis Pulpa yang terlihat diskolorasi keabuan pada mahkota

Diagnosis :

Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu jalan

terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligament periodontal. Beberapa gigi

tidak mempunyai kavitas ataupun tumpatan, dan pulpanya mati sebagai akibat

trauma. Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa sakit parah yang berlangsung

beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh penghentian seluruh rasa sakit

yang terjadi sekonyong-konyong. Selama waktu ini, “pulpa sudah hampir tamat

riwayatnya” dan memberi pasien perasaan seolah-olah aman dan sehat. Pada

kasus lain, pasien tidak sadar bahwa pulpa telah mati secara perlahan-lahan dan

diam-diam, tanpa gejala. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap

dingin, tes pulpa listrik, atau tes kavitas. Namun demikian, pada kasus yang jarang

terjadi, timbul suatu reaksi minimal terhadap arus maksimum tester pulpa listrik

bila arus listrik dikonduksi melalui uap lembah yang terdapat pada saluran akar

setelah pencairan nekrosis ke jaringan vital tetangganya. Pada pasien lain,

beberapa serabut saraf apical terus bertahan dan bereaksi dengan cara yang sama.

Serabut saraf tahan terhadap perubahan inflamasi. Suatu korelasi tes dingin dan

tes listrik dan suatu riwayat rasa sakit, bersama dengan pemeriksaan klinis yang

cermat, harus menentukan suatu diagnosis yang tepat.

Bakteriologi :

Banyak bakteri telah diisolasi dari gigi dengan pulpa nekrotik. Pada persentase

tinggi kasus-kasus ini, saluran akar berisi suatu campuran flora microbial, aerobic

dan anaerobic.

Page 10: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Histopatologi :

Jaringan pulpa nekrotik, debris selular, dan mikroorganisme mungkin terlihat di

dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal, atau menunjukkan

sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligament periodontal.

Perawatan :

Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar. preparasi saluran akar :

1.Preparasi akses

2.Ekstirpasi pulpa

3.Debridement

4.Drying

5.Obturasi

6.Restorasi : disesuaikan dengan kondisi jaringan gigi yang masih ada.

5. Rencana Perawatan

a. Apeksifikasi

Pengertian

Apeksifikasi adalah suatu perawatan endodontik yang bertujuan untuk

merangsang perkembangan lebih lanjut atau meneruskan proses pembentukan apeks

gigi yang belum tumbuh sempurna, tetapi sudah mengalami kematian pulpa.

Apeksifikasi ini terjadi dengan membentuk suatu jaringan keras pada apeks gigi

tersebut. Apeksifikasi merupakan suatu perawatan pendahuluan pada perawatan

endodontik dengan menggunakan kalsium hidroksida sebagai bahan pengisian saluran

akar yang bersifat sementara pada gigi non vital dengan apeks gigi yang terbuka atau

belum terbentuk sempurna. Setelah dilakukan apeksifikasi, diharapkan foramen apikal

sudah tertutup sehingga perawatan dapat dilanjutkan dengan pengisian saluran akar

menggunakan gutta percha.

Indikasi

Perawatan apeksifikasi dilakukan pada:

- Gigi dewasa muda non vital.

- Foramen apikalnya masih terbuka atau belum terbentuk sempurna.

Kontraindikasi

Page 11: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Perawatan apeksifikasi tidak dilakukan jika pada gigi dewasa muda yang non vital

dijumpai adanya kelainan periapikal.

Teknik Perawatan

Perawatan apeksifikasi dilakukan dengan dua kali kunjungan. Pengisian

saluran akar yang digunakan pada perawatan apeksifikasi ini adalah kalsium

hidroksida. Selain itu, digunakan CMCP (Camphorated Parachlorophenol) yang

mempunyai sifat desinfeksi terhadap kuman-kuman yang masih ada, serta tidak

mengiritasi jaringan. Teknik perawatan apeksifikasi yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Kunjungan pertama

1. Rontgen foto.

2. Pembukaan atap pulpa.

3. Menentukan panjang kerja gigi.

4. Preparasi ruang pulpa diikuti dengan penghalusan dinding ruang pulpa.

5. Irigasi dengan H2O2 3% dan NaOCl 2% untuk membersihkan kotoran-kotoran

ruang pulpa, kemudian keringkan dengan paper point steril.

6. Setelah itu ditutup dengan cotton pellet yang ditetesi dengan CMCP yang

diletakkan pada kamar pulpa dan ditutup dengan tambalan sementara.

b. Kunjungan kedua

1. Tumpatan sementara dibuka, cotton pellet dikeluarkan, keadaan saluran akar

diperiksa dengan paper point steril. Bila saluran akar masih basah dilakukan

perawatan kembali.

2. Bila sudah kering, saluran akar diirigasi untuk membersihkan sisa-sisa kotoran

yang tersisa, kemudian dikeringkan dengan paper point steril. Disiapkan

campuran kalsium hidroksida dengan CMCP dengan konsistensi campuran

yang kental.

3. Masukkan campuran tadi ke dalam saluran akar dengan menggunakan

endodontik plugger, lentulo, atau syringe, diusahakan campuran kalsium

hidroksida tidak melewati apikal gigi. Pada pengisian ini kepekaan pasien

digunakan sebagai petunjuk dalam menentukan kedalaman pengisian campuran

kalsium hidroksida dan perlu juga dilakukan pengecekan secara radiografis

untuk memeriksa kedalaman pengisian saluran akar.

Page 12: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

4. Setelah pengisian saluran akar, diletakkan cotton pellet steril di kamar pulpa,

lalu diberikan zinc oxide phosphate.

b. Pengisian Saluran Akar

Saluran Akar dapat dilakukan pengisian dengan syarat :

1. Gigi asimptomatik

2. Saluran akar cukup kering

3. Tes bakteri negatif

4. Fistula telah tertutup

Pengisian saluran akar secara umum dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu

kondensasi lateral dan kondensasi vertikal , berikut ini merupakan teknik pengisian

kondensasi lateral :

1. Pilih Gutap dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF, sebagai

master cone potong sesuai dengan panjang kerja.

2. Saluran akar maupun gutap diolesi dengan sealer menggunakan lentulo

yang diputar dengan putaran low speed contra angle, dengan gerakan ditarik

ke arah koronal

3. Guta percha utama dimasukkan ke dalam saluran akar, semaksimal

mungkin ditekan lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran akar diisi

lagi dengan guta percha sampai penuh

4. Kelebihan gutta percha dipotong sampai orrifis menggunakan

ekskavator yang dipanaskan.

5. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara

Teknik pengisian saluran akar dengan kondensasi vertikal, dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Master Cone (Gutta percha utama) dipanaskan dengan cara yang biasa

2. Dinding saluran akar dilapisi dengan lapisan tipis sealer

3. Gutta percha di beri sealer

4. Ujung koronal gutta percha dipotong dengan instrumen yang

dipanaskan

5. Kondensor vertikal dengan ukuran yang sesuai dengan master cone

dimasukkan ke dalam saluran akar dan tekanan vertikal dikenakan pada gutta

percha yang telah dipanasi

Page 13: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

6. Bagian sisa saluran akar diisi dengan gutta percha yang kemudian di

potong dengan instrumen yang panas

7. Lakukan foto rontgen untuk mengetahui keberhasilan pengisian

saluran akar

Jika pengisian saluran akar hermetis maka dapat dilakukan restorasi

c. Bleaching

Bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai

mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi.

Pada umumnya, ada beberapa cara penanggulangan perubahan warna yang terjadi

pada gigi, seperti pembuatan pelapisan dengan mahkota tiruan. Namun, dewasa ini

bleaching lebih dianjurkan karena mempunyai keuntungan sebagai berikut:

- Dari segi estetis lebih baik karena tidak banyak dilakukan pengambilan

jaringan keras gigi.

- Iritasi pada gingiva dapat dihindari.

- Perawatan relative lebih mudah dibandingkan dengan mahkota tiruan.

Indikasi dan Kontraindikasi

A. Bleaching Intrakoronal

Indikasi :

a. Gigi non vital yang mengalami diskolorasi

b. Pengisian gutta perca yang terkondensasi dengan baik

c. Tidak ada tanda penyakit periapikal secara klinis dan radiografis

Kontraindikasi :

a. Gigi dengan restorasi yang besar.

b. Pewarnaan karena amalgam.

c. Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak sempurna

B. Bleaching Ekstrakoronal

Indikasi :

a. Dilakukan pada gigi yang masih vital.

b. Pewarnaan yang terjadi karena pengaruh tetrasiklin/plak.

Page 14: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Bahan dan alat yang digunakan

a. Rubber dam

b. Semen seng fosfat atau IRM

c. Asam fosfor 37%

d. Bahan bleaching, seperti:

o superoxol

suatu cairan hydrogen peroksida encer (30-35%). Merupakan suatu

cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah

terbakar. Bahan ini dapat membakar kulit, namun akan hilang setelah

beberapa jam jika dicuci dengan air.

o karbamid peroksida

o natrium perborate

merupakan bubuk yang bila pada keadaan mencair melepaskan

oksigen. Berfungsi sebagai pengoksida yang baik dan juga sebagai

antiseptic.

e. Cotton wool

f. Semen ionomer kaca

g. Gutta perca untuk restorative sementara

h. Resin komposit

i. Kalsium hidroksida yang non-setting

Teknik :

1. Melakukan foto radiografi periapikal terlebih dahulu sebelum

pelaksanaan bleaching; hal ini sangat penting untuk mengetahui pengisian

saluran akar yang memadai

2. Bersihkan gigi dengan pumis dan buat tanda dari bayangan gigi yang

mengalami diskolorasi

3. Tempatkan rubber dam. Pastikan perlindungan mata dan pakaian yang

memadai untuk pasien, operator dan perawat gigi.

4. Hilangkan restorasi palatal dan restorasi kamar pulpa

5. Hilangkan pengisi saluran akar sampai batas dentogingival junction

6. Tempatkan 1 mm semen di atas gutta perca

7. Dentin yang berubah warna dibuang dengan bur round. Jangan

dihilangkan secara berlebihan

Page 15: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

8. Lakukan etsa pada kamar pulpa dengan asam forfor 37% selama 30-60

detik, bilas dan keringkan—hal ini akan memfasilitasi jalan masuknya

hydrogen peroksida

9. Tempatkan bahan bleaching, dapat dengan menggunakan cotton wool,

pada kamar pulpa. Tempatkan di dalam gigi, menggunakan instrument plastis

atau cotton wool.

10. Panaskan instrument dan ditekan selama beerapa detik di atas butiran

kapas untuk menekan hydrogen peroksida meresap ke dalam tubulus dentin.

Dapat juga digunakan lampu foto 500 watt dengan jarak 50-60cm dari gigi

pasien. Pada saat pemanasan dengan lampu ini, mata pasien dilindungi dengan

kaca mata gelap atau handuk.

11. Dilanjutkan dengan pemanasan kapas dengan superoxol yang

ditempatkan di permukaan labial dan palatal gigi.

12. Tutup kavitas dengan semen ionomer kaca

13. Ulangi proses tersebut selama beberapa minggu sampai gigi sedikit

overbleach

14. Tempatkan kalsium hidroksida yang non-setting kedalam kamar pulpa

selama 2 minggu. Tutup dengan GIC

15. Terakhir, restorasi gigi dengan gutta perca putih (untuk memfasilitasi

terbukanya kembali kamar pulpa, jika dibutuhkan dilakukan dilain waktu) dan

resin komposit

Teknik Walking Bleach

1. Olesi jaringan lunak gingival bagian labial dan lingual dengan vaselin.

2. Pasang isolator karet.

3. Bersihkan rongga pulpa dengan alcohol dan dikeringkan dengan

menggunakan kapas kecil.

4. Pasta, campuran superoxol dan bubuk natrium perborat, dimasukkan

ke dalam rongga pulpa dan dikeringkan dengan kapas kecil.

5. Kemudian ditutup sementara dengan cavit atau semen seng fosfat.

6. Prosedur diulangi seminggu sekali hingga didapatkan warna yang

dikehendaki.

Proses terjadinya pemutihan gigi

Page 16: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Perubahan yang terjadi pada lapisan gigi yang disebabkan oleh reaksi dari H2O2 30%

dengan molekul apatit, dengan proses pemanasan akan terjadi reaksi sebagai berikut:

Hidroksi apatit ini bereaksi dengan superoxol dan menyebabkan pengendapan CaO.

CaO inilah yang menimbulkan warna putih pada gigi.

Prognosis

Jika warna gigi secara signifikan tidak menunjukkan perubahan setelah tiga kali

pergantian bahan bleach maka dianggap tidak berhasil, dan proses bleaching

selanjutnya tidak boleh dilakukan. Jumlah pengaplikasian maksimal dari bleaching

biasanya adalah 10 kali. Kegagalan dari gigi yang dibleaching dapat disebabkan

karena penghilangan bahan pengisi dari kamar pulpa yang tidak memadai atau bahan

bleaching yang “kadaluarsa”. Kedua faktor ini harus dicek sebelum membatalkan

prosedur.

Faktor yang memengaruhi prognosis bleaching adalah:

1. Umur pasien

Pada pasien muda, prognosisnya lebih baik karena tubulus dentin masih lebar

sehingga bahan pemutih dapat berpeneterasi dengan baik.

2. Penyebab perubahan warna

Jika perubahan warna berasal dari unsure metal, prognosisnya jelek dan

keberhasilan teknik bleaching tidak akan tercapai. Ptognosis dikatakan baik

untuk perubahan warna yang disebabkan oleh jaringan pulpa atau komponen

darah yang nekrosis.

3. Lamanya bahan bleaching berada dalam pulpa

Jika waktunya lebih lama, hasil bleaching lebih baik karena dapat memengaruhi

jauhnya penetrasi bahan tersebut ke dalam tubulus dentin.

Akibat bleching

Meskipun beberapa peneliti dan praktisi melaporkan hasil perawatan yang

memuaskan baik pemutihan gigi vital maupun intrakanal, beberapa dampak dari

perawatan perlu dipertimbangkan. Dengan demikian dapat dicari upaya untuk

melakukan perawatan yang aman.

Rotstein dkk. Mengutarakan adanya resorpsi eksterna di bagian leher gigi

setelah pemutihan intrakorona, yang ditemukan oleh beberapa peneliti. Selanjutnya

resorpsi ekstrena ini kan diperhebat dengan adanya defek pada sementum di leher

gigi. Resorpsi ini disebabkan oleh perembesan bahan pemutih, yang selanjutnya akan

Page 17: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

menyebabkan inflamasi di daerah tersebut dan akan mengaktifkan sementoklast.

Perembesan ini dimungkinkan karena dentin gigi yang sudah dilakukan perawatan

endodontik intrakanal menjadi lebih permeabel. Dalam penelitian berukutnya Rotstein

menemukan 3 macam pola resorpsi eksterna, yaitu resorpsi inflamasi, fibrotik, dan

reparatif setelah pemutihan dengan pemanasan, yang terjadipada 18% dari gigib

percobaan. Disimpulkan pula bahwa penutupan kamar pulpa dengan kalsium

hidroksid setelah pemutihan setelah pemutihan tidak memberikan hasil yang

bermakna. Kamizar melaporkan hasil penelitiannya secara in vitro bahwa ada

perembesan bahan pemutih secara bermakna di daerah leher gigi, pada pemutihan

yang dilakukan dengan natrium perborat, baik yang dicampur dengan hidrogen

peroksid 30%, 3%, maupun dengan air. Perembesan ini masih terjadi sampai hari ke 7

sesudah bahan pemutih dimasukan ke kamar pulpa. Selanjutnya terbukti bahwa

jumlah perembesan pada kelompok yang menggunakan hidrogen peroksid 30% secara

bermakna paling besar.

Mengenai dampak pemutihan gigi vital, bowles dan thompson melaporkan

hasil penelitiannya bahwa baik pemanasan maupun hidrogenperoksid mempunyai

efek destruktif terhadap enzim di dalam jaringan pulpa. Ternyata efek pemansan lebih

merusak daripada efek hidrogen peroksid, dan efek keduanya jika bersamaan menjadi

sinergistik. Semua enzim yang digunakan dalam percobaan akan terpengaruh oleh

paparan hidrogen peroksid 15% dengan pemanasan 50 derajat celcius selama 30

menit. Dengan hasil ini dapat dicurigai bahwa kerusakan seluler dapat terjadi sesudah

pemutihan gigi vital. Karena itu pemutihan gigi vital harus dilakukan dengan hati –

hati dan tidak boleh dilakukan pada anak – anak yang ruang pulpanya maih besar.

Kecuali pemanasan harus dilakukan bertahap dan ditanyakan apakah pasien masih

merasa ngilu

d. Crown

Crown pada gigi desidui

Perawatan estetik dari beberapa karies gigi anterior adalah tantangan yang paling

besar bagi dokter gigi anak. Restorasi penutupan keseluruhan estetik dapat digunakan

untuk gigi primer anterior dan posterior.

Indikasi restorasi penutupan keseluruhan estetik untuk gigi anterior :

Lesi interproksimal yang luas pada gigi insisivus

Kerusakan hipoplastik pada gigi insisor

Page 18: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Diskolorasi pada gigi insisor

Insisor yang telah berada di bawah perawatan pulpa dengan kehilangan

struktur gigi yang banyak

Insisor dengan kehilangan gigi akibat trauma atau karies

Insisor dengan lesi karies yang kecil dan dengan diskolorasi area servikal yang

luas

Tipe full coverage untuk gigi anterior :

Stainless steel crowns

Open faced steel crowns

Pre-veneered steel crowns

Resin (composite) strip crowns

Polycarbonate crowns

Composite strip crown

Adalah bentuk crown dari bahan komposit yang berisi seluloid. Bahan ini

mengandalkan ikatan enamel dan dentin untuk retensi. Oleh karena itu, kekurangan

struktur gigi, adanya cairan atau pendarahan berkontribusi pada retensi komposit.

Keuntungan :

Untuk estetik gigi anterior

Harga bahan terjangkau

Waktu pengaplikasian baik

Kekurangan :

Tekniknya sensitif

Tidak bertahan lama seperti SSC, pre-veneered crown atau polycarbonat

crown, dan tidak diindikasikan pada pasien dengan kebiasaan bruxism atau

gigitan yang kuat

Kontrol cairan yang adekuat dapat sulit pada pasien yang tidak koperatif

Page 19: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Pre-veneered stainless steel crown memecahkan masalah yang berhubungan pada

SSC, composite strip crown.

Keuntungan :

Astetiknya bagus

Waktu operasi yang relatif pendek

Daya tahan seperti steel crown

Kurang sensitif terhadap cairan selama pengaplikasian daripada composite

strip crown

Kerugian :

Tiga kali lebih mahal dari SSC, CSC, dan polycarbonat crown

Teknik tidak megikuti pengonturan kembali dan pembentukan kembali

mahkota

Gigi disesuaikan pada mahkota daripada menyesuaikan mahkota pada gigi

Karena mengerut dibatasi pada permukaan lingual

SSC

Keuntungan :

Sangat tahan lama, retentif dan wearnya baik

Waktu pegaplikasi lebih cepat dibandingkan teknik lainnya.

Dapat diguakan ketika gingiva berdarah atau adanya cairan

Tidak mahal

Kerugian :

Estetiknya rendah, beberapa orang tua lebih memilih pencabutan daripada

melakukan restorasi gigi.

Sangat penting untuk mencoba menjaga gigi primer hingga mereka siap untuk

tanggal.

Dokter gigi akan menggunakan crown pada gigi molar dan anterior primer dalam

beberap a kasus :

Ketika gigi memiliki karies yang luas, sering pada 3 permukaan atau lebih

Page 20: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Ketika penambalan sangat luas, karena luasnya penambalan dapat

melemahkan gigi dan membuatnya hancur

Ketika gigi primer tidak normal perkembangannya

Ketika anak dengan karies yang tinggi juga memiliki OH yang rendah. Dalam

hal ini, crown dapat menjaga gigi dari karies

Adanya karies yang luas pada beberapa permukaan

Gigi dalam perawatan saluran akar

Gigi telah hancur atau pun hilang

Gigi yang telah diskorasi dan ortu atau pun anak memerhatikan

penampilannya

e. Material Restorasi Estetis

Bahan Restorasi Gigi Estetik Berbahan Resin

Nirpasi   (Akrilik)

Page 21: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Resin akrilik terbentuk melalui proses polimerisasi adhisi radikal bebas yang

membentuk polimetil metakrilat (PMMA). Monomernya, metil metakrilat (MMA)

dengan Me sebagai CH3. PMMA, sejenis ester dari asam metakrilat

(CH2=C[CH3]CO2H), tergolong dalam kelompok akrilik yang penting dari resin.

Konversi monomer menjadi polimer melibatkan urutan normal dari aktivasi,

inisiasi, propagasi dan terminasi. Polimerisasi metil metakrilat menjadi akrilik

terjadi apabila radikal bebas terbentuk dari initiator dan menyerang ikatan ganda

karbon-karbon pada monomer metil metakrilat yang pertama. Resin tersebut hadir

dalam bentuk heat-cured ataupun cold-cured (Baum, 1997)

Klasifikasi Akrilik

a. Heat-cured Resin

Material ini terdiri dari bubuk dan cairan, bila mana dicampur dengan panas yang

berterusan, akan membentuk sebuah solid yang rigid. Formulasi bahan-bahan

dalam resin heat-cured adalah bertujuan :

a. Proses dough technique dapat dilakukan

b. Shrinkage akibat polimerisasi dapat diminimalkan.

c. Panas dari reaksi polimerisasi dapat dikurangi (Anusavice, 2003)

 Komposisi Heat-Cured Acrylic Resin

Bubuk

• Beads atau granula dari polimetil

metakrilat

• Initiator – benzoil peroksida

• Pigment / pewarna

• Bahan opak – titanium / zink oksida

• Plasticiser – dibutil pthalat

• Serat sintetik – nilon / akrilik

Cairan

• Monomer metil metakrilat

• Inhibitor- hydroquinone

• Crosslinking agent – etilene

glikoldimetakrilat

(Anusavice, 2003)

Dough technique membantu untuk memudahkan proses pembuatan gigi tiruan.

Shrinkage akibat polimerisasi dapat dikurangi jika dibanding dengan penggunaan

monomer lain (bukan beads atau granules PMMA), karena kebanyakan material

yang digunakan telah pun terpolimerisasi. Reaksi polimerisasi sangat eksotermik

karena sejumlah energi panas (80 Kj/Mol) dibebaskan sewaktu ikatan C = C

dikurangkan menjadi C – C. Oleh karena sejumlah besar bagian dari campuran

Page 22: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

adalah dalam bentuk yang telah terpolimersasi maka potensi untuk menjadi terlalu

panas semasa proses tersebut dapat dikurangi. Selain itu, karena suhu maksimum

yang akan dicapai juga berkurang, jumlah kontraksi termal juga akan

berkurang (Anusavice, 2003)

Monomer MMA tersebut sangat mudah menguap dan mudah terbakar maka,

wadah yang digunakan haruslah tertutup sepanjang masa dan dijauhkan dari direct

heat. Wadahnya yang berupa botol kaca gelap akan memanjangkan shelf life

monomer dengan menghindari reaksi polimerisasi spontan dari

cahaya (Anusavice, 2003)

Hidroquinon juga membuat monomer bertahan lama dengan bereaksi secara cepat

terhadap mana-mana radikal bebas yang mungkin terbentuk secara spontan di

dalam cairan tersebut dan mengasilkan bentuk radikal bebas yang stabil sehingga

tidak dapat menginisiasi proses polimerisasi (Anusavice, 2003)

b. Cold-cure Resin

Sifat kimiawi resin ini sama seperti resin heat-cured, kecuali diinisiasi oleh amina

tersier (contohnya dimetil-P-toluidin) berbanding oleh heat.Metode ini tidak

seefisien metode heat-cure dan pada kebiasaannya akan menghasilkan material

yang mempunyai berat molekular rendah. Ini dapat berakibat kepada efek yang

kurang baik terhadap kekuatan material tersebut. Proses ini juga menyebabkan

adanya peningkatan monomer residual yang tidak teraktivasi dalam resin tersebut.

Stabilitas warna juga tidak sebaik pada resin heat-cured sehingga cenderung untuk

menjadi warna kuning. Material ini sangat mudah untuk terjadinya penyebaran

(creep) sehingga dapat menyebabkan terjadinya distorsi pada gigi tiruan sewaktu

pemakaian (Anusavice, 2003)

Akrilik Sebagai Bahan Restorasi Gigi Estetis

Sebagai pengganti semen silikat yang pertama adalah resin yang dikeraskan

mealui reaksi kimia, terdiri atas kombinasi bubuk cairan. Bubuknya adalah poli

(metal metarilat) dalam bentuk butiran atau yang sudah dihaluskan, sedangkan

cairannya adalah metal metakrilat yang secara umum disertai dengan bahan

pengikat. Warna dimasukkan ke dalam butiran bubuk. Sumber energi untuk reaksi

pengerasan diperoleh dari sistem reaksi amine-peroksida. Walaupun tidak larut

dalam cairan mulut, resin yang pertama mempunyai warna yang kurang stabil.

Selain itu, kecepatan dan kesempurnaan proses polimerisasinya tidak dapat

dipercaya juga menimbulkan kebocoran kecil atau pori yang tidak tertutup

Page 23: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

sempurna di sekeliling restorasi. Kebocoran dan perlindungan yang kurang baik

terhadap pulpa menyebabkan banyak gigi yang kehilangan vitalitasnya (Baum,

1997)

Sifat-sifat resin nirpasi yang tipikal (kekuatan yang rendah, modulus dan

kekerasan) menghalangi pemakaian bahan ini untuk tambalan yang digunakan

menahan tekanan kunyah. Selain sifat-sifat mekanis yang rendah ini, pengerutan

setelah mengeras (5-8%) dan koefisien pemuaian oleh panas yang tinggi (7-8 kali

dibanding gigi) menimbulkan masalah pada bahan ini (Baum, 1997)

Karena resin tidak melekat ke struktur gigi, pengerasan menyebabkan bahan ini

mengerut dari pinggiran dan dinding kavitas, sehingga terjadi kebocoran tepi,

diperparah nantinya dengan perubahan dimensional dari resin karena fluktuasi

temperatut di dalam mulut (Baum, 1997)

Untuk mengurangi masalah perubahan dimensional dan karena itu, memperbaiki

adaptasi tambalan ke kavitas, teknik kompensasi penambalan bahan ini

dikembangkan. Cara yang terbaik untuk itu adalah dengan memasukkan campuran

monomer dan polimer sedikit demi sedikit ke dalam kavitas. Tujuannnya adalah

adonan yang sedikit demi sedikit akan membasahi struktur gigi lebih baik

daripada sekaligus dimasukkan, dan diharapkan retensi mekanisnya ke dinding

kavitas juga lebih baik. Dasar dari teknik penambalan sedikit demi sedikit adalah

untuk mengompensasi pengerutan yang terjadi pada saat pengerasan. Campuran

pertama yang dimasukkan ke dalam dasar kavitas akan sudah terpolimerisasi

sebagian sewaktu campuran berikutnya diambil serta dimasukkan ke dalam

kavitas. Sehingga adanya ruangan karena pengerutan lapisan pertama akan diisi

oleh lapisan berikutnya (Baum, 1997).

Sekarang telah dikembangkan metode-metode baru untuk memperbaiki adaptasi

resin ke dinding kavitas, suatu metode yang merupakan langkah baku dalam

semua teknologi tambaan resin. Metode ini disebut “teknik etsa asam” (Baum,

1997)

Di samping perbaikan prosedur klinis, adalah nyata dari awal diskusi ini bahwa

system resin akrilik nirpasi mempunyai sifat yang disesuaikan dengan kinerja

klinis dari tambalan. Tidak bias dicegah akan muncul era baru dalam tambalan

resin yang dinamai komposit. Penelitian-penelitian telah menyebabkan

ditemukannya resin restorative berkualits tinggi yang banya digunakan pada masa

ini (Baum, 1997).

Page 24: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Kelebihan Dan Kekurangan Akrilik

a. Kelebihan Akrilik

- Mempunyai nilai estetis yang baik.

- Mudah dan murah untuk diproses.

- Biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut.

- Mempunyai warna yang stabil.

- Tidak mempunyai bau dan rasa(Anusavice, 2003)

b. Kekurangan Akrilik

- Mempunyai kekuatan yang rendah.

- Konduktivitas termal yang rendah.

- Rentan terhadap distorsi.

- Daya tahan terhadap benturan yang rendah (Anusavice, 2003)

Resin Komposit

Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-

kurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang

nyata diantara keduanya. Bila didapat konstruksi molekuler yang tepat, kombinasi

ini akan memberikan kekuatan yang tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan

satu komponen saja. Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks

resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica

koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Dalam

ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada

penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.

Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi

bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin

komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan

pengisi, dan bahan coupling (Baum, 1997).

A. Komposisi

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan utama

yaitu matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan

tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan

ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan

ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-aktivator

diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain

Page 25: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah

polimerisasi dini (bahan penghambat seperti hidroquinon) (Baum, 1997).

a. Resin matriks

Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan diakrilat

aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA),Urethane

Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA)

merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Monomer

dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur

ruang (25 0 C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada

metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai

polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk

resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA

ketimbang Bis-GMA (Baum, 1997).

Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin, sementara TEGDMA

digunakan sebagai pengencer. Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang

memiliki kekentalan tinggi karena memiliki berat molekul yang tinggi.

Penambahan filler dalam jumlah kecil saja menghasilkan komposit dengan

kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah tersebut,

monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai pengontrol

kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat

(EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling sering

digunakan (Baum, 1997).

b. Partikel bahan pengisi

Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan

meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin

sedikit, berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan

meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan

abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis

komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan

distribusinya, radiopak, dan kekerasan (Baum, 1997).

c. Bahan Pengikat

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan

resinmatriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan

Page 26: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

fisikresin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini

akan berkurang ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin.

Bahan pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes (3-metoksi-

profil-trimetoksi silane). Zirconates dan titanates juga sering digunakan (Baum,

1997).

B. Sifat – Sifat Resin Komposit

Komposit sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin

komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin

komposit, antara lain (Anusavice, 2003).

1. Sifat fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman

digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasan dan

karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan

ini (Anusavice, 2003).

a. Warna.

Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya: Resin komposit resisten terhadap perubahan

warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas

warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi,

teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan

oksidasi dan akibat dari penggantian airdalam polimer matriks. Untuk

mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna

visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi.

Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan

dentin(Anusavice, 2003).

b. StrengthTensile dan compressive strength

Tensile strength Resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini

memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan

insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit

berbeda(Anusavice, 2003).

c. Setting

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu

yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light

cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang

Page 27: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.

Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument

yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary (Anusavice, 2003).

2. Sifat mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting

terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus

menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka

waktu tertentu (Anusavice, 2003).

a. Adhesi

Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu : Adhesi

terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan

adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin

komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua

cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi

melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut

sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan

lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud

menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding

agent)(Anusavice, 2003).

b. Kekuatan dan keausan

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul

dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap

fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut

insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin

matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas (Anusavice,

2003).

3. Sifat khemis

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian

reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul

– molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini

dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung –

ujungrantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat

multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin

Bowen (Bis-GMA). Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari

Page 28: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

metakrilat, yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan

metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2

cincin) dan dua gugusOH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk

mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti

trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan (Anusavice, 2003).

Kelebihan Dan Kekurangan Resin Komposit

a. Kelebihan Komposit

- Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan

menambah material pengisi.

- Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk

memperbaiki senyuman.

- Tidak mengandung merkuri.

- Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior

dengan beban gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.

- Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan

berbanding amalgam(Anusavice, 2003).

b. Kekurangan Komposit

- Kurang daya tahan berbanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam menahan

tekanan gigitan pada bagian posterior.

- Bisa terjadi shrinkage apabila material di set, sehingga menyebabkan

pembentukan ruang kecil antara gigi dan bahan tambalan.

- Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.

- Lebih cepat aus dibanding amalgam.

- Tehnik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.

- Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar

untuk mendeteksi karies baru.

- Memerlukan ketrampilan serta biaya tinggi (Anusavice, 2003).

Bahan Restorasi Gigi Estetik Berbahan Semen

Semen Silikat

Pada pasien dengan indeks karies yang tinggi, khususnya pada gigi-gigi anterior,

resin bukanlah bahan tambalan pilihan. Demi kepentingan pasien, dirasa paling

baik untuk menambal gigi dengan restorasi semen silikat yang baik. Tambalan ini

Page 29: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

dibantu dengan prosedur pembersihan mulut yang baik, dapat membantu

mengurangi atau mengontrol aktivitas karies (Baum, 1997).

Semen silikat dipasarkan dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan cairan asam

fosfor. Setelah campuran relative mengeras, akan terbentuk substansi translusen

yang menyerupai porselen gigi (Baum, 1997).

Bubuk silikat merupakan dasar keramik yang berbutir halus, yag pada dasarnya

adalah gelas/kaca yang bias larut dalam asam. Sebagian besar bubuk semen silikat

diperdagangkan mengandung flour sampai 15%. Flour ini ada karena fluks flour

ditambahkan agar bahan-bahan yang lain bisa dicairkan (Baum, 1997).

Komposisi cairan semen silikat tidak begitu berbeda dengan cairan yang

digunakan pada semen seng fosfat (Baum, 1997).

Peran Klinis dari Flour

Insidens karies sekunder ditemukan hanya sedikit di sekitar tambalan semen

silikat dibandingkan dengan bahan tambalan yang lain. Sifat ini agak

mengejutkan, bila dilihat dari kebocoran yang lebih besar (Baum, 1997).

Sifat antikariogenik jelas berhubungan dengan adanya flour dalam semen ini. Aksi

bersifat ganda. Satu, menyediakan sumber asupan flour untuk bergabung dengan

permukaan gigi selama penempatan dan pengerasan semen. Hal ini

mengekibatkan adanya penurunan yang cukup besar dari daya larut asam email,

sama besarnya seperti pada aplikasi larutan flourida secara topical. Juga pelepasan

flour yang terus menerus dalam konsentrasi yang rendah akan mengubah sifat

kimia alami dari plak, khususnya dengan berperan sebagai inhibitor enzim dan

mencegah pertumbuhan microbial serta produksi asam. Seperti telah dikemukakan

di atas, semen ionomer kaca memberikan ketahanan terhadap karies yang setara

karena berdasarkan pada mekanisme pelepasan flour silikat (Baum, 1997).

Meskipun restorasi semen silikat ini menunjukkan kualitas estetis yang baik dalam

jangka waktu yang pendek setelah insersi, kerugiannya yang paling besar adalah

kurangnya stabilitas di dalam cairan mulut dengan disertai hilangnya kualitas

estetis. Isolator karet harus dipasang untuk keberhasilan restorasi silikat (Baum,

1997).

Untuk mendapat kesuksesan maksimal, restorasi silikat ini harus dicampur

menjadi kental dengan mempertinggi perbandingan tepung dengan cairannya.

Setelah tambalan dibuat, permukaannya harus dilindungi dengan cocoa butter atau

Page 30: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

vaselin untuk mencegah kontak dini dengan cairan mulut ataupun

dehidrasi (Baum, 1997).

Dokter gigi harus meninjau ulang prosedur teknis mengenai penempatan dan

penyelesaian restorasi silikat yang dikeluarkan pabrik. Meskipun demikian,

restorasi ionomer kaca adalah tambalan yang palinga baik, seperti yang telah

didiskusikan (Baum, 1997).

Glass Ionomer Cement

Tipe semen lainnya yang lebih baru, yang juga didasarkaan pada asam poliakrilik

adalah semenionomer kaca (GIC). Karena sifat biologisnya yang baik dan

memiliki potensi perlekatan ke kalsium yang ada di dalam gigi, ionomer kaca

terutama digunakan sebagai bahan restorative untuk perawatan daerah erosi dan

sebagai bahan penyemenan. Juga dapat digunakan sebagai basis walaupun bahan

tersebut sangat sensitive terhadap air dan dibutuhkan daerah yang kering (Baum,

1997).

Komposisi dan kimiawi

Semen ini adalah sitem bubuk cairan. Sesungguhnya, cairan semen ionomer kaca

merupakan larutann dari asam poliakrilat dalam konsentrasi kira-kira 50 %.

Cairannya cukup kental dan cenderung membentuk gel setelah beberapa waktu.

Pada sebagian besar semen asam poliakrilat dalam cairan adalah dalam bentuk

kopolimer dengan asam itikonik, maleik atau itrikarbalik. Asam-asam ini

cenderung menambah reaktivitas dari cairan, mengurangi kekentalan, dan

mengurangi kecenderungan membentuk gel. Pembentukan gel dari cairan adalah

hasil dari pengikatan hydrogen antarmolekular yang menghasilkan ikatan silang

dari rantai polimer (Baum, 1997).

Asam tartaric juga terdapat dalam cairan. Bahkan sesungguhnya, penambahan

komponen ini menyebabkan semen bisa digunakan untuk kedokteran gigi.

Penambahan ini memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu

kerja, tetapi memperpendek waktu pengerasan. Terlihat peningkatan yang

berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak

mengandung asam tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric

tidak menunjukkan perubahan setelah beberapa waktu, baru kemudian tampak

kenaikan kekentalan yang tajam (Baum, 1997).

Page 31: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

Bubuknya adalah kaca alumino silikat. Karena banyak mengandung semen silikat,

bubuk ini menunjukkan pola pelepasan fluoride yang khas seperti pada tipe bahan

tersebut dan juga mempunyai ketahanan yang sama terhadap karies. Jadi dapat

dilihat dari sistem dasar yaitu : memiliki potensi melekat ke struktur gigi, baik

secara biologis, dan memiliki beberapa karakteristik antikaries karena kandungan

fluoridanya (Baum, 1997).

PREPARASI PERMUKAAN :

Permukaan yang bersih adalah syarat penting untuk menghasilkan adhesi. Dapat

digunakan pencucian dengan pumice untuk menghilangkan lapisan yang terbentuk

selama preparasi kavitas, tujuan dari pengolesan dengan pumice adalah

menghilangkan lapisan permukaan yang kaya florida yang dapat mengganggu

proses kondisioning permukaan (Baum, 1997).

Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah menambah daya

adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan smear

layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear layer

adalah lapisan yang mengandung serpihan kristal mineral halus atau mikroskopik

dan matriks organik (Baum, 1997).

Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti

bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada

ujung tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan

untuk menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang mengandung air(Baum,

1997).

Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar

untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal

ini berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan

kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat

menghalangai daya adhesi (Baum, 1997).

Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu

standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut

pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin

conditioner pada dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian

pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan merupakan hal penting untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan (Baum, 1997).

Page 32: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

PERSIAPAN BAHAN :

Rasio bubuk : cairan yang dianjurkan oleh pabrik haruslah ditaati, penurunan rasio

akan berakibat buruk pada sifat semen yang sudah mengeras (Baum, 1997).

Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari

cairan mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan

hidrasi berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+

sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan ion

Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya(Baum, 1997).

PENEMPATAN BAHAN :

Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastik atau disuntikkan ke dalam

kavitas gigi. Setiap penundaan akan menghasilkan permukaan yang kusam, yang

berarti bahwa reaksi pengerasan telah berkembang sedemikian sehingga gugus

karboksil bebas tidak cukup untuk membentuk adhesi dengan struktur gigi (Baum,

1997).

Segera setelah penempatan dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih

dulu degan tujuan, pertama matriks memberikan kontur maksimal sehingga

kebutuhan akan penyelesaian akhir menjadi berkurang, selain itu matriks

menjamin keutuhan permukaan, kedua matriks melindugi semen yang sedang

mengeras dari hilangnya atau bertambahnya air selama pengerasan awal (Baum,

1997).

Secara garis besar terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan semen ionomer

kaca, yaitu sebagai berikut.

(1) Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel

glass (kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid

(terbentuk cement sol)(Baum, 1997).

(2)Gelation/hardening

Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup

polikarboksilat.

* 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile &

highly soluble inwater).

* 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen

dan membetuk rantai alumnium (strong & insoluble) (Baum, 1997).

Page 33: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

(3)Hydrationofsalt

Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan

meningkatkan sifat fisik dari semen ionomer kaca (Baum, 1997).

Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-

kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion

kalsium yang berasal darijaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel

dari semen ionomer kaca. (Baum, 1997).

Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua

permukaan yang berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang

mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan

hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi,

adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca

dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email

berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi

morfologis (Baum, 1997).

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan

membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang

bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca (Baum, 1997).

PENYELESAIAN PERMUKAAN DARI SEMEN YANG TELAH MENGERAS

Jika diperlukan, prosedur penyelesaian lanjutan harus ditunda paling sedikit 24

jm. Untuk beberapa semen dengan pengerasan yang lebih cepat, dianjurkan untuk

penyelesaian sesudah 10 menit. Bagaimanapun juga semakin lama ditunggu

semen akan semakin matang sehingga resikorusaknya permukaan atau

kecenderungan restorasi menjadi agak buram dapat berkurang(Baum, 1997).

PROSEDUR PASCA RESTORASI :

Sebelum pasien dipulangkan, tambalan harus dilapisi dengan bahan pelindung,

karena tepi semen yang terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap

lingkungan, sampai semen mencapai kematangan penuh Jika prosedur

perlindungan untuk semen ini tidak diikuti, pada akhirnya akan terjadi permukaan

yang mengapur atau kasar(Baum, 1997).

Kesimpulan

Page 34: Skenario 2 Blok 7 fk unsri palembang

1. Teradapat dua jenis bahan kedokteran gigi untuk tindakan restorasi estetik,

yaitu golongan resin dan golongan semen.

2. Bahan restorasi gigi estetik berbahan resin adalah komposit dan akrilik.

3. Bahan restorasi gigi estetik berbahan semen adalah semen silikat dan semen

ionomer kaca.

4. Masing-masing bahan memiliki komposisi, sifat, kelebihan dan teknik

manipulasi yang berbeda

REFERENSI

1. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE. 2012. Ilmu Endodontik dalam

Praktek (terj.). Jakarta: EGC.

2. Richard R. Welbury, Monly S. Duggal, and M. T. Hosey. 2005.

Paediatric Dentistry Third Edition. United States:Oxford

3. Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Edisi 2.

Jakarta: EGC.

4. Anusavice, Kenneth J. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran

Gigi, Edisi 10. 2003. Jakarta: EGC.

5. Baum, Lloyd dkk. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, alih bahasa,

Rasinta Tarigan Edisi 3. 1997. Jakarta: EGC.

6. Dept. Konservasi Gigi – FKG UNAIR . Restorasi Estetik Dan

Kosmetik. Universitas Airlangga: Surabaya.

7. Soedjadi O. 1983. Apeksifikasi pada gigi non vital dengan foramen

apikal masih terbuka. Kumpulan ceramah ilmiah, HUT ke XXII, FKG

USU. Hlm. 71-6.

8.