Skenario 1

download Skenario 1

of 20

description

bbbb

Transcript of Skenario 1

BAB IPENDAHULUAN

Sel secara harfiah merupakan unit kehidupan, entitas terkecil yang memiliki manifestasi berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan. Walaupun tubuh mengandung banyak jenis sel yang berbeda dengan fungsi yang spesifik untuk setiap sel, semua sel pada taraf tertentu memiliki gaya hidup dan unsur struktural yang serupa. Sel-sel ini memiliki kebutuhan yang sama akan oksigen dan suplai zat-zat makanan, suhu yang konstan, suplai air, dan sarana pembuangan sampah hasil metabolisme sel itu sendiri.Kita semua mengetahui bahwa sel-sel tertentu tumbuh dan bereproduksi setiap waktu, seperti sel-sel pembentuk darah dari sumsum tulang, lapisan germinativum kulit, dan epitel usus. Akan tetapi, banyak sel lain, seperti sel otot polos, mungkin tidak bereproduksi selama bertahun-tahun. Pada beberapa jaringan, insufisiensi dari beberapa jenis sel menyebabkan sel-sel ini tumbuh dan bereproduksi dengan cepat sampai jumlah sel yang sesuai tersedia kembali, seperti hati yang telah mengalami proses hepatektomi, dimana bagian yang tidak diangkat akan tumbuh dan membelah sampai massa hati kembali hamper normal. Sel-sel dapat mengalami cedera atau mati dengan berbagai cara. Ada banyak faktor yang terlibat dalam kejadian cedera sel. Sel yang diserang akan mengalami perubahan kimia pada salah satu atau lebih reaksi metabolic di dalam sel dan gangguan fungsional sel itu sendiri. Ketika dipaparkan oleh suatu stimulus, seperti stress fisiologis atau rangsangan patologis, sel dapat beradaptasi, mencapai kondisi baru dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika kemampuan adaptatif berlebihan, sel mengalami jejas. Dalam batas waktu tertentu, cedera bersifat reversible, dan sel kembali ke kondisi stabil semula; namun, dengan stress berat atau menetap, terjadi cedera ireversibel dan sel yang terkena mati.Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal.Sel neoplasti disebut mengalami transformasi karena terus membelah diri, tampaknya tidak peduli terhadap pengaruh regulatorik yang mengendalikan pertumbuhan sel normal. Selain itu, neoplasma berperilaku seperti parasit dan bersaing dengan sel dan jaringan normal untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. Pembahasan terhadap pertumbuhan sel dan neoplasma sangatlah penting, karena awal dari penyakit kanker yang ada di masyarakat dan menjadi salah satu penyakit yang mematikan adalah pertumbuhan sel yang abnormal. Oleh karena itu, pembahasan mengenai pertumbuhan sel dan neoplasma ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai awal kondisi di dalam tubuh manusia yang dapat menuju kepada kanker. Berikut adalah contoh skenario mengenai pertumbuhan sel dan neoplasma.Pertumbuhan sel normal dapat dipengaruhi oleh berbagai stimulus dan injuri, baik internal maupun eksternal, non lethal maupun lethal, yang direspons secara beragam oleh individu. Respons individu dapat berupa adaptasi sel, perubahan sel yang reversible ataupun irreversible, sampai dengan terjadinya kematian sel, bergantung kepada seberapa berat stimulasinya dan juga kondisi individu itu sendiri. Beberapa faktor risiko dan kondisi genetic individu tertentu dapat menimbulkan respons patologis terhadap stimulus dan injuri, berupa lesi perubahan non neoplastik maupun neoplasma.1. Pelajari bagian-bagian sel, pertumbuhan sel normal, serta keterkaitannya dengan stimulus dan injuri pada sel.2. Pelajari perubahan sel akibat adanya stimulus dan injuri yang non-lethal maupun lethal. Bagaimana patofisiologinya.3. Sebutkan macam proses adaptasi sel. Bagaimana patofisiologinya?4. Sebutkan macam kematian sel. Jelaskan bagaimana patofisiologinya, serta apa perbedaannya.5. Sebutkan macam pertumbuhan non neoplastik, bagaimana patofisiologinya.6. Pelajari mekanisme terjadinya neoplasma, faktor risiko, serta nomenklaturnya.7. Pelajari tanda dan gejala neoplasma, baik gejala lokal, sistemik maupum metastasisnya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.

Tujuan pembahasan skenario di atas adalah:1. Mengetahui patofisiologi terjadinya perubahan sel akibat adanya stimulus dan jejas yang non-lethal dan lethal.2. Mengetahui macam proses adaptasi sel dan bagaimana patofisiologinya.3. Mengetahui macam kematian sel, patofisiologinya, serta perbedaannya.4. Mengetahui berbagai jenis kelainan pertumbuhan non-neoplastik5. Mengetahui definisi dan mekanisme terjadinya neoplasma6. Mengetahui tata nama neoplasma.7. Mengetahui macam faktor dan risiko penyebab neoplasma.8. Mengetahui gejala dan tanda neoplasma (local symptom, systemic symptom, and metastatic symptom) beserta cara evaluasinya.

Setelah membahas skenario di atas, diharapkan mahasiswa mampu:1. Menjelaskan patofisiologi terjadinya perubahan sel akibat adanya stimulus dan jejas yang non-lethal dan lethal.2. Menjelaskan macam proses adaptasi sel dan bagaimana patofisiologinya.3. Menjelaskan macam kematian sel, patofisiologinya, serta perbedaannya.4. Menjelaskan berbagai jenis kelainan pertumbuhan non-neoplastik5. Menjelaskan definisi dan mekanisme terjadinya neoplasma6. Menggunakan tata nama neoplasma.7. Menjelaskan macam faktor dan risiko penyebab neoplasma.8. Menjelaskan gejala dan tanda neoplasma (local symptom, systemic symptom, and metastatic symptom) beserta cara evaluasinya.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Bagian-bagian Sel dan Pertumbuhan SelSel adalah partisipan aktif di lingkungannya, yang akan secara tetap menyesuaikan diri baik struktur dan fungsinya untuk menghadapi perubahan dan stres ekstrasel. Sel akan dengan segera mempertahankan lingkungan dan intraselnya, yang dalam parameter fisiologis relatif sempit (homeostasis normalnya). Setiap sel terdiri atas membran nukleus dan sitoplasma sel. Membran plasma atau membran sel berfungsi menjaga agar cairan intrasel tidak tercampur dengan cairan ekstrasel selain itu berfungsi juga mengontrol masuknya makanan dan pasokan lain yang dibutuhkan ; mengeluarkan produk yang dibuat di dalam sel sekaligus mengatur keluar masuk sel dari hal yang tidak diinginkan. Nukleus berisi bahan genetik sel DNA, yang memiliki fungsi dalam sintesis protein, translasi dan transkripsi. Sitoplasma sel mengandung beberapa organel sel, organel-organel yang terdapat di dalam sitoplasma sel yaitu :a) Retikulum Endoplasma (RE)Berfungsi membuat protein dan lemak ,terdapat RE halus dan RE kasar. Re halus adalah suatu anyaman tubulus halus yang saling berhubungan. RE kasar menonjol keluar dari RE halus sebagai kantung yang relatif gepeng. b) RibosomBerfungsi sebagai tempat berlangsung sintesis protein.Terdapat 2 jenis ribosom yang melekat pada RE kasar dan yang tersebar bebas pada seluruh sitosol. c) Kompleks GolgiSetiap kompleks golgi terdiri dari tumpukan kantung gepeng, sedikit melengkung dan terbungkus membran. Kompleks Golgi memiliki fungsi yaitu pengolahan bahan mentah jadi produk jadi, menyortir produk berdasarkan fungsi dan tujuan.d) Lisosom Lisosom adalah kantung terbungkus membran berisi enzim hidrolitik kuat.Reaksi ini menguraikan molekul organik yang membentuk debris sel dan benda asing

e) Peroksisom Peroksisom berupa kantng terbuka terbungkus membran, mengandung enzim oksidatif kuat dan katalase sel; berfungsi dalam menguraikan dan menghasilkan hidrogen oksida.f) MitokondriaMitokondria adalah organel energi yang berfungsi mengekstraksi energi dari nutrien dalam makanan dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat digunakan dalam sel untuk beraktifitas. Hasil yang didapatkan berupa ATP. g) MikrofilamenMikrofilamen adalah sitoskeleton yang palinf kecil. Yang paling jelas, terlihat di sebagian besar sel. Tersusun dari aktin, yang berentuk globuler. Aktin tersusun dalam dua untai yang saling berpilin membentuk mikrofilamen.di sel otot terdapat mikrofilamen jenis lain yang tersusun atas miosin. Fungsi dari mikrofilamen: 1) berfungsi dalam sistem kontraktil sel dan 2) sebagai pengeras mekanis beberapa tonjolan sel spesifik.h) Vesikel sekretorisSalah satu fungsi penting dari banyak sel adalah menyekresi substansi-substansi khusus. Hampir semua substansi sekretoris dibentuk oleh reticulum endoplasmik sistem aparatus Golgi dan kemudian dilepaskan aparatus Golgi ke dalam sitoplasma di dalam vesikel penyimpanan, yang disebut vesikel sekretoris atau granula sekretoris.Selain organel sel juga memiliki sitosol dan sitoskeleton. Sitosol adalah bagian setengah cair dari sitoplasma mengelilingi organel. Sitosol penting dalam metabolismee intermediet,sintesis protein ribosom, dan penyimpanan nutrien. Sedangkan sitoskeleton yang berfungsi sebagai tulang dan otot sel, dimana memiliki peran secara sruktural dan fungsional agar dapat berfungsi dengan benar (Sherwood, 2011).

Penelitian telah menunjukkan paling sedikit ada tiga cara pengendali pertumbuhan. Pertama, pertumbuhan sering dikendalikan oleh faktor-faktor pertumbuhan yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Beberapa faktor pertumbuhan ini bersirkulasi dalam darah, tetapi yang lain berasal dari jaringan yang berdekatan. Kedua, sebagian besar sel akan berhenti tumbuh bila sel kehabisan ruang untuk tumbuh. Keadaan ini terjadi saat sel tumbuh dalam kultur jaringan; sel tumbuh sampai sel berkontak dengan benda padat dan kemudian pertumbuhan berhenti. Ketiga, sel yang tumbuh dalam kultur jaringan sering berhenti tumbuh bila sejumlah kecil secret sel sendiri terkumpul dalam medium kultur. Keadaan ini juga dapat menyediakan alat untuk pengendalian umpan balik pertumbuhan (Guyton, 1997)Ukuran sel ditentukan hampir seluruhnya oleh jumlah DNA yang berfungsi di dalam sel. Bila replikasi DNA tidak terjadi, sel tumbuh sampai ukuran tertentu dan selanjutnya bertahan pada ukuran tersebut. Sebaliknya dengan menggunakan bahan kimia kolkisin, pencegahan pembentukan gelendong mitosis dapat dimungkinkan dan oleh karena itu, dapat mencegah mitosis walaupun replikasi DNA berjalan terus. Pada kejadian ini nukleus mengandung jumlah DNA yang jauh lebih besar dari jumlah normal dan sel tumbuh lebih besar menurut perbandingan. Diduga bahwa keadaan ini semata-mata dihasilkan dari peningkatan produksi RNA dan protein sel, yang selanjutnya akan menyebabkan sel tumbuh lebih besar (Guyton, 1997).Pertumbuhan sel yang normal adalah pertumbuhan sel yang terorganisir dengan baik, yang struktural dan fungsional, yang melakukan fungsi dengan jalan energi katabolisme.Ketika terjadi rangsangan patologis, sel bisa beradaptasi, mencapai kondisi barunya dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika kemampuan adaptif sel berlebihan, sel mengalami jejas. Dalam batas waktu tertentu cedera bersifat reversibel, dan sel kembali ke kondisi stabil. Namun, dengan stres berat atau menetap terjadi cedera irreversibel dan sel yang terkena mati (Price, 2006)Penyebab jejas sel antara lain adalah:1) Deprivasi oksigen. Hipoksia merupakan gangguan respirasi oksidatif aerobik dimana terjadi defisiensi oksigen. Iskemia merupakan terhentinya suplai darah akibat gangguan aliran darah arteri atau berkurangnya drainase vena. 2) Bahan kimia.Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas dengan merusak keseimbangan linkungan osmotik sehingga mencederai bahkan menyebabkan kematian sel. Bahan yang bersifat toksik menyebabkan kerusakan pada tingkat seluler dengan mengubah permeabilitas membran, homeostasis osmotik, atau keutuhan enzim atau kofaktor, yang dapat berakhir dengan kematian organ. 3) Reaksi imunologi.Reaksi anafilaksis terhadap proteinase atau suatu obat dapat menyebabkan jejas sel dan jaringan. Selain itu, hilangnya toleransi dengan respon terhadap antigen sendiri menimbulkan penyakit autoimun yang juga merupakan jejas sel dan jaringan. 4) Defek genetik 5) Ketidakseimbangan nutrisi. Insufiensi kalori-protein, avitaminosis, diet tinggi lemak hewani.

B. Non-Lethal dan Lethal Injury

Cedera yang dialami sel dapat berupa non-lethal maupun lethal (dapat mengakibatkan kematian). Perubahan yang terjadi pada cedera non-lethal bersifat reversibel, yaitu apabila rangsang yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel-sel tersebut dapat kembali seperti semula. Namun, apabila cedera tersebut tidak segera diatasi maka perubahan tersebut dapat saja mengakibatkan kematian.Perubahan non-lethal disebut juga degenerasi atau perubahan degeneratif. Terdapat beberapa bentuk perubahan degeneratif, yaitu :1. Pembengkakan selular Gangguan tehadap metabolisme energi di dalam sel dapat mencederai membran sel dan menyebabkan sel tidak mampu memompa keluar ion natrium dalam jumlah yang cukup. Akibat osmosis alami pada peningkatan konsentrasi natrium di dalam sel adalah masuknya air ke dalam sel. Apabila air tertimbun di dalam sitoplasma, organel sitoplasma menyerap air ini dan dapat mengalami pembengkakan atau pembesaran. Secara makroskopis, pembengkakan jaringan atau organ yang terkena bisaanya dapat dideteksi oleh peningkatan sedang berat badan.2. Perubahan hidrofikJika terdapat aliran masuk air yang hebat, sebagian organel sitoplasma, seperti retikulum endoplasma dapat diubah menjadi kantong-kantong yang berisi air sehingga pada pemeriksaan mikroskopik, dapat ditemukan adanya sitoplasma sel yang bervakuola.3. Penimbunan lipid intraselular di dalam sel-sel yang terkenaPerubahan ini bisaanya terjadi pada ginjal, otot kantung, dan khususnya hati. Secara mikroskopis, sitoplasma dari sel-sel yang terkena tampak bervakuola dengan cara yang sama dengan perubahn hidrofik, tetapi isi vakuola itu adalah lipid. Secara makroskopis akan terlihat adanya pembengkakan jaringan, penambahan berat pada organ yang terkena, dan sering terlihat silinder berwarna kekuningan pada jaringan. Perubahan ini dapat terjadi pada keadaan seperti makan yang terlalu berlebihan, malnutrisi dan alkoholisme.4. Sel-sel mengalami pengurangan massa atau penyusutanHal ini terjadi karena sel tersebut melakukan autofagositosis atau autofagi, di mana sel tersebut akan mencerna enzim yang terdapat di dalam vakuola sitoplasma.

Jika pengaruh buruk pada sel cukup hebat atau berlangsung cukup lama, maka sel akan mencapai suatu titik dimana sel tidak dapat mengompensasi dan tidak dapat melanjutkan metabolisme, sehingga pada akhirnya sel tersebut mati. Terdapat 2 jenis kematian selular, yakni nekrosis dan apoptosis.Pada nekrosis, perubahan paling jelas terlihat pada intinya. Inti tersebut dapat mengalami piknosis sehingga inti tersebut menjadi piknotik (inti sel akan menyusut, memiliki batas yang teratur, dan berwarna gelap dengan zat warna yang bisa digunakan oleh para ahli patologi). Inti tersebut dapat pula mengalami karioeksis, yakni hancur dan membentuk fragmen-fragmen materi kromatin yang tersebar di dalam sel. Akhirnya, pada beberapa keadaan, sel tesbut mengalami kariolisis dimana inti sel itu tidak dapat diwarnai lagi dan benar-benar hilang.Tampilan morfologik pada jaringan nekrotik bergantung pada hasil aktivitas litik di dalam jaringan. Terdapat beberapa jenis nekrosis, antara lain :1. Nekrosis koagulatif : Nekrosis ini bisaanya disebabkan oleh hilangnya suplai darah.sel nekrotik masih mempertahankan bentuk dan jaringannya.2. Nekrosis liquefaktif : Jaringan nekrotik secara bertahap mengalami pencairan akibat kerja enzim.3. Nekrosis kaseosa : Sel nekrotik itu hancur, namun fragmen-fragmennya tetap berada di daerah itu hingga waktu yang lama.4. Nekrosis gangren : Nekrosis ini terjadi bisaanya karena berkurangnya suplai darah disertai pertumbuhan bakteri saprofit berlebihan. Jaringan yang mengerut, berwarna hitam di daerah gangren pada ekstremitas, digolongkan sebagai gangren kering. Sedangkan bagian dalam yang tidak dapat kering disebut gangren basah.5. Fat Nekrosis : Biasanya terdapat pada organ-organ dalam, disertai kalsifikasi dan ada perlemakan.

C. Adaptasi SelSel beradaptasi sebagai respon terhadap perubahan lingkungan. Perubahan adaptif dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel yang sangat penting dalam kondisi patologis. Macam-macam adaptasi sel yaitu:1) AtrofiPengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi sel. Sel yang atrofi dapat menurun fungsinya namun sel tersebut tidak mati. Atrofi disebabkan karena berkurangnya beban kerja (contoh: imobilisasi anggota gerak yang memungkinkan proses penyembuhan fraktur), hilangnya inervasi, berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya rangsangan endokrin, dan penuaan. Atrofi fisiologis terjadi contohnya pada menurunnya rangsangan hormon pada wanita menopause. Sedangkan atrofi patologis misalnya pada denervasi. Atrofi mempengaruhi keseimbangan sintesis dan degradasi. Sintesis yang berkurang maupun peningkatan katabolisme juga dapat menyebabkan atrofi. Pengaturan degradasi protein mempunyai peran utama pada atrofi. Sistem proteolitik yang menjalankan fungsi degradasi yaitu lisosom (mengandung protease dan enzim lain pendegradasi molekul yang diendositosis dari lingkungan ekstrasel, mengatabolisme komponen subseluler, seperti organela yang menunjukkan proses penuaan) dan jalur ubiquitin proteasome (degradasi protein sitolitik dan inti).2) HipertrofiHipertrofi merupakan penambahan ukuran sel yang menyebabkan penambahan ukuran organ. Penambahan ukuran karena peningkatan sintesis organela dan protein struktural. Hipertrofi fisiologik pada uterus selama kehamilan merupakan akibat rangsangan hormon estrogen dari hipertrofi dan hiperplasia otot polos. Hipertrofi patologik terjadi pada pembesaran jantung karena hipertensi atau penyakit katup aorta. Mekanisme hipertrofi jantung melibatkan sinyal pemicu mekanis (regangan) dan pemicu trofik (aktivasi reseptor -adrenergik). Pada proses ini akan tercapai batas pembesaran massa otot dimanajantung tidak lagi dapat melakukan kompensasi untuk meningkatkan beban sehingga menyebabkan gagal jantung.3) HiperplasiaHiperplasia merupakan peningkatan jumlah sel dalam organ/ jaringan. Hiperplasia fisiologis hormonal misalnya pada proliferasi epitel kelenjar payudara perempuan saat pubertas dan kehamilan. Hiperplasia fisiologis kompensatoris pada hepar yang direseksi parsial, aktivitas mitotik pada sel yang berlangsung paling cepat 12 jam berikutnya. Hiperplasia patologi disebabkan oleh stimulasi faktor pertumbuhan/hormonal yang berlebih, misalnya nevus karena virus papiloma; endometrium yang menebal karena hormonal saat menopause. Hiperplasia merupakan respons kritis sel jaringan ikat pada penyembuhan luka.4) MetaplasiaMetaplasia merupakan perubahan satu jenis sel dewasa digantikan oleh jenis sel dewasa lain yang bersifat reversibel. Metaplasia merupakan adaptasi seluler yang selnya sensitif terhadap stres tertentu yang digantikan oleh sel lain yang mampu bertahan. Metaplasia diperkirakan berasal dari pemrograman kembali genetik sel punca epitelial atau sel mesenkimal jaringan ikat yang tidak berdiferensiasi. Contohnya, sel epitel bronkus kolumner diganti menjadi sel epitel skuamous pada perokok, kalau hal ini berlangsung terus menerus lama-lama akan menjadi displasia dan akhirnya menjadi kanker.

D. Kematian SelPerubahan sel diawali dengan perubahan fungsi lalu diikuti dengan perubahan reversibel kemudian perubahan irreversibel dan diakhiri dengan kematian sel (Robbins, 2007). Kematian sel dibedakan menjadi 2, yaitu:1. NekrosisNekrosis terjadi setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksin. Nekrosis menunjukan perubahan morfologik yang mengikuti kematian sel pada jaringan hidup. Nekrosis terjadi berdasarkan proses digesti enzimatik sel dan denaturasi protein. Enzim hidrolitik berasal dari sel yang mati itu sendiri (autolisis) atau dari lisosom sel radang penginvasi (heterolisis). Nekrosis dapat menyebabkan disfungsi jaringan yang berat. Manifestasi yang paling sering terjadi adalah nekrosis koagulatif bisaanya akibat iskemia, sel-selnya masih bisa diamati meskipun tidak memiliki inti, ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein, dan kerusakan organela. Pada nekrosis liquefactive terdapat agen yang membuat larut, contohnya pada infeksi bakteri yang supuratif/bernanah. Pada nekrosis gangrenosa awalnya terjadi iskemia, lalu apabila terkna infeksi akan menjadi nekrosis liquefactive atau disebut dengan gangren basah, namun apabila tidak terjadi infeksi maka daerah nekrotik akan mengering atau disebut dengan gangren kering. Nekrosis kaseosa terjadi pada infeksi kuman TB jaringan membentuk tuberkel yang tersusun epiteloid, jaringannya menjadi lunak seperti keju. Nekrosis perlemakan pada pankreas, peradangan, terkait sintesis enzim lipase, terdapat timbunan lemak.2. ApoptosisApoptosis terjadi akibat program bunuh diri yang terkontrol secara internal, setelah ssel mati yang disingkirkan dengan gangguan minimal dari jaringan sekitarnya. Keadaan ini bisa berlangsung dalam kondisi fisiologis saat sel yang tidak dikehendaki dieliminasi, contohnya embriogenesis, dan dalam keadaan patologis, contohnya kerusakan mutasi yang tidak bisa diperbaiki. Mekanisme apoptosis mulai dari signaling (kejadian terprogram intrinsik, kekurangan faktor tumbuh, interaksi reseptor ligan spesifik, pelepasan granzim dari sel T sitotoksik atau agen jejas tertentu), kontrol dan integrasi (dilengkapi protein spesifik yang menghubungkan sinyal kematian asli dengan program eksekusi akhir), eksekusi (konstelasi kejadian biokimiawi khas yang dihasilkan dari sintesis dan atau aktivasi sejumlah enzim katabolik sitolik), dan pengangkatan sel mati (sel apoptotis dan fragmennya memiliki molekul penanda pada permukaannya yang mempermudah pengambilan dan pembuangan oleh sel yang berdekatan/ fagosit).

E. Pertumbuhan Non-NeoplastikTerdapat banyak macam pertumbuhan non-neoplastik, yaitu:1. Hiperplasia endometrium tipe kistikNeoplasma ini ditandai dengan abnormalitas dan penebalan endometrium yang disebabkan oleh kelebihan estrogen absolut maupun relatif pada orang menjelang atau setelah menopause. Karena kegagalan ovulasi, folikel de Graaf tidak berubah menjadi korpus luteum sehingga stimulasi estrogen menjadi lama dan berlebih tetapi progesteron berkurang bahkan hilang yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan abnormal dan berlebih dari endometrium. Hormon yang diproduksi oleh ovarium tinggi dalam darah sehingga terjadi inhibisi terhadap hipofise dan menyebabkan FSH dalam darah menurun sehingga terjadi withdrawal bleeding.2. Hipertrofi prostat jinakHipertrofi prostat jinak terjadi pada sel epitel/ mesenkim yang berubah pada kondisi patologis. Pada gangguan keseimbangan hormonal, proses senilitas mengakibatkan penurunan androgen (testosteron) sehingga terjadi hiperestrenisme relatif. Peningkatan estrogen akan meningkatkan reseptor androgen sehingga sel responsif terhadap DHT sebagai mediator pertumbuhan kelenjar prostat sehingga terjadi hiperplasia prostat pada lobus medius dan lateralis.3. Epulis fibromatosaEpulis fibromatosa merupakan pertumbuhan baru terdapat di ginggiva. Nodul fibromatosa pada rongga mulut, hiperplastik, berasal dari proliferasi fibromatosa sehingga respon terhadap iritasi kronis disertai komponen inflamasi.4. Hemorroid disertai valvula venosa dan hipertrofi tunika muskularisHemorroid disertai valvula venosa dan hipertrofi tunika muskularis merupakan keadaan dimana plexus venosa hemorrhoidalis mengalami varises. Hemorrhoid dibedakan menjadi internal, eksternal, dan campuran.

F. Neoplasma; Mekanisme, Faktor Risiko, dan NomenklaturNeoplasmasecara harfiah berarti pertumbuhan baruadalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, namun tumbuh dengan kecepatan yang tidak tidak terkontrol. Pertumbuhan sel neoplastik bisaanya progresif, yaitu tidak mencapai keseimbangan, tetapi lebih banyak mengakibatkan penambahan massa sel yang mempunyai sifat yang sama. Neoplasma tidak melakukan tujuan yang bersifat adaptasi yang menguntungkan hospes, tetapi lebih sering membahayakan. Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya; ada yang jinak, ada pula yang ganas.Pada neoplasma jinak, sel-sel yang berproliferasi cenderung sangat kohesif, sehingga waktu masa sel neoplastik itu tumbuh, terjadi perluasan massa secara sentrifugal dengan batas yang sangat nyata. Karena sel-sel tersebut tidak saling meninggalkan, neoplasma cenderung mendesak jaringan yang berdekatan. Jadi, neoplasma jinak tidak menyebar ke tempat yang jauh. Neoplasma ganas umumnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh secara progesif. Neoplasma ganas cenderung tidak berkapsul, bisaanya tidak mudah dipisahkan dari sekitarnya, dan bersifat menyerbu masuk ke daerah jaringan sekitarnya. Sel-sel neoplasma ganas yang berproliferasi mampu melepaskan diri dari tumor primer dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain. Jika tersangkut, sel-sel kanker embolik semacam ini mampu keluar dari pembuluh melanjutkan proliferasi, dan membentuk tumor sekunder. Proses terputusnya penyebaran neoplasma ganas disebut metastasis, dan anak fokus atau daerah pertumbuhan sekunder disebut daerah metastasis. Penyebaran kanker dapat timbul melalui 3 cara, yakni penyebaran limfatik (yang paling sering), penyebaran melalui darah, serta melalui permukaan dan rongga tubuh.Faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena neoplasma dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1) Faktor Eksternal; berupa lingkungan, polusi, budaya, karsinogen (zat/bahan yang terdapat di alam yang dapat menimbulkan kanker-karsinogenesis, melalui proses inisiasi dan promosi, contohnya aflaktosin, nitrosamin, arsenikum, asbestosis, arsen, bahan industri pabrik, obat-obatan), mikroorganisme, radiasi, kimia, radikal bebas.2) Faktor Internal; meliputi genetik, hormonal, imunologi, metabolismee tubuh.

Semua neoplasma, jinak dan ganas, memiliki dua komponen besar, yaitu 1) Parenkim; terdiri atas sel yang telah mengalami tranfosrmasi (neoplastik). Komponen ini menentukan perilaku biologis dan dapat menetukan nama tumor yang bersangkutan.2) Stroma; penunjang neoplastik yang berasal dari penjamu dan terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh darah. Adapun pembuluh darah tersebut berfungsi dalam memberikan dukungan bagi pertumbuhan sel parenkim yang sangat penting dalam pertumbuhan sel neoplasma.Pada neoplasma jinak, penamaannya diberi tambahan akhiran oma ke jenis sel asal tumor tersebut. Sebagai contoh, suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat (fibrosa) dinamakan fibroma, begitu pula suatu tumor tulang rawan yang jinak dinamakan kondroma. Tata nama untuk tumor epitel jinak lebih rumit karena terkadang dapat diklasifikasikan berdasarkan pola mikroskopik, namun terkadang diklasifikasikan berdasarkan pola makroskopik, maupun asal sel. Sebagai contoh, kata adenoma diterapkan untuk neoplasma epitel jinak yang menghasilkan pola kelenjar dan untuk neoplasma yang berasal dari kelenjar (contohnya neoplasma epitel jinak yang berasal dari tubulus ginjal yang tumbuh berpola kelenjar), tetapi tidak harus memperlihatkan pola kelenjar (contohnya tumor yang berasal dari korteks adrenal).Neoplasma ganas memiliki nomenklatur yang berbeda. Neoplasma ganas yang berasal dari jaringan mesenkim atau turunannya disebut sarkoma. Sehingga kanker yang berasal dari jaringan fibrosa disebut fibrosarkoma dan kanker yang terdiri atas kondrosit disebut kondrosarkoma. Sementara itu neoplasma ganas yang berasal dari sel epitel disebut karsinoma. Karsinoma dibagi lebih lanjut. Suatu karsinoma yang sel tumornya mirip dengan sel epitel squamosa berlapis disebut karsinoma sel squamosa dan sel epitel neoplastik yang tumbuh dalam pola kelenjar disebut adenokarsinoma, sementara tumor yang tumbuh dalam pola tidak berdiferensiasi disebut karsinoma berdiferensiasi buruk.

Klasifikasi Neoplasma

Sel atau jaringan asalJinakGanas

Epitel- berlapis, skuamosaPapiloma skuamosaKarsinoma sel skuamosa (karsinoma epidermoik)

Kelenjar (melapisi ruang berisi cairan)Adenoma(kistadenoma)Adenokarsinoma (kistadenokarsinoma)

Melanosit NervusMelanoma

Jaringan ikat FibrosaFibromaFibrosarkoma

TulangOsteomaOsteosarkoma

Otot PolosLeiomiomaLeiomisarkoma

Otot LurikRhabdomiomaRhabdomiosarkoma

Endotel Pembuluh darah Limfatik

Jaringan saraf Selubung saraf Sel glia Meningen

Jaringan germinal

HernangiomaLimfangioma

Neurofibroma-Meningenioma

Teratoma

HernangiosarkomaLimfangiosarkoma

NeurofibrosarkomaGlioma, glioblastoma-

Teratoma maligna, teratokarsinoma, seminoma, karsinoma embrional

Sumber : Price, Sylvia A. Patofisiologi edisi 6. Cetakan I : 2006.

G. Tanda dan Gejala NeoplasmaBiasanya saat fase awal daripada neoplasma ganas, tidak ditemukan adanya tanda dan gejala, hanya ditemukan adanya massa yang tumbuh terus menerus atau adanya ulserasi. Tanda dan gejala neoplasma dapat berupa gejala lokal, sistemik, maupun metastasisnya. Efek lokal neoplasma bergantung pada lokasi dan benturan antara struktur yang berdampingan dan termasuk nekrosis iskemik akibat kompresi jaringan, infeksi sekunder, obstruksi jalan napas, usus, traktus biliaris dan traktus urinarius, perdarahan akibat erosi ke dalam pembuluh darah, nyeri akibat penekanan struktur yang sensitif, dan patah fisiologis akibat metastasis pada tulang dalam kasus neoplasma ganas. Efek sistemik pada neoplasma ganas berupa kakeksia (wasting syndrome), anemia (akibat supresi sumsum tulang atau pendarahan), dan gejala-gejala akibat sekresi hormon yang tidak normal (Desen, 2011).Metastasis pada neoplasma ganas bergantung pada lokasi tumor itu berada. Sebagai contoh apabila lokasinya di otak, maka akan timbul gejala seperti sakit kepala, seizures dan vertigo. Pada saluran pernapasan, ditemukan gejala batuk, hemoptysis, dan dispnea. Pada limfonodi dapat ditemukan limfadenopati; pada hepar ditemukan hepatomegali; pada tulang dapat ditemukan nyeri, patah tulang, dan tekanan pada tulang belakang.Mengevaluasi neoplasma dapat dilakukan dengan beberapa cara:1. Diagnosis histopatologiMenggunakan potongan blok parafin, metodenya jaringan sampel didehidrasi, kemudian ditanam dalam parifin padat, lalu dipotong, diwarnai dengan HE, kemudian diperiksa dengan mikroskop. Selain itu, bisa menggunakan potongan beku dengan mengambil sekaping kecil jaringan segar, tidak perlu difiksasi, dibawa ke bagian patologi untuk dicetak beku, diwarnai, dan diagnosis. Umumnya membutuhkan waktu 30 menit. Diagnosis ini yang bisaanya digunakan sebagai diagnosis utama.2. Diagnosis sitologiMengambil sel dari jaringan tumor, dibuat pulasan, diwarnai (PAS atau HE) diperiksa morfologinya untuk diagnosis. Cara pengambilan sampel dibedakan menjadi dua, yaitu sitologi eksfoliatif (sampel diambil dari sekret normal), dan sitologi pungsi (menggunakan jarum ditusukkan ke dalam tumor lalu menghisap sel).3. Diagnosis mikroskopik elektronPemeriksaan menggunakan mikroskop elektron digunakan untuk membedakan antara karsinoma dan sarcoma; membedakan jaringan asal dari tumor sel spindel, tumor sel bulat kecil, tumor sel pleumorfik; membedakan mesotelioma dan adenokarsinoma; untuk diagnosis dan membedakan jenis tumor neuroendokrin; memastikan asal tumor metastasis; serta membantu klasifikasi limfoma.4. AutopsiUntuk memahami perkembangan metastasis dan penyebab kematian, diagnosis dan diagnosis banding.5. Teknik biologi molekulerPenelitian sel tumor dan genetika molekuler untuk mendeteksi variasi kromosom dan gen manusia, menghasilkan data untuk penelitian faktor yang terkait dengan timbul dan berkembangnya tumor, klasifikasi tumor, prognosis, efekterapi terhadap tumor. Kini semakin banyak tumor diketahui mempunyai kelainan gen kromosomal spesifik.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Sel tersusun atas organel-organel dengan fungsi yang beragam.2. Setiap sel mengalami pertumbuhan yang terorganisir dengan baik, yang structural dan fungsional.3. Jejas yang mungkin terjadi pada sel dapat bersifat reversible maupun ireversibel dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.4. Sel dapat beradaptasi apabila dipaparkan oleh suatu stimulus.5. Kematian sel terjadi apabila sel mengalami perubahan yang ireversibel setelah mendapat stimulus, baik nekrosis maupun apoptosis.6. Neoplasma merupakan massa abnormal dari hasil pembelahan sel dengan kecepatan yang tidak terkontrol. Terjadinya neoplasma dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Tata nama neoplasma ditetapkan berdasarkan asal jaringan serta tingkat keparahannya.7. Neoplasma dapat mempengaruhi tubuh secara local maupun sistemik. Selain itu, neoplasma juga dapat bermetastasis ke tempat lain yang jauh dari awalnya timbul.

DAFTAR PUSTAKA

Desen,Wan. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta : EGC.Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6.Jakarta : EGC.Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.

22