skenario 1
-
Upload
lisantiyas-nurani -
Category
Documents
-
view
41 -
download
0
Transcript of skenario 1
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan rahmat hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
Laporan Tutorial Skenario 1 sebagai hasil diskusi tutorial pertama
yang kami lakukan pada Blok 8, yakni Blok Perilaku ini.
Skenario yang kami bahas pada tutorial kedua kali ini
bertema “Panca Indra”. Membaca tema tersebut, sudah cukup
jelas bahwa materi yang akan dibahas berkaitan dengan organ
penerima rangsang yang utama dalam susunan tubuh manusia
untuk dapat mengetahui persepsi lingkungan sekitar. Materi
yang diangkat dalam skenario sangat tepat untuk dijadikan
sebagai trigger bagi mahasiswa dalam mencapai Learning
Objective yang diinginkan.
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak
kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun materi yang
disampaikan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang
membangun agar kami dapat memperbaikinya pada kesempatan
selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat memberikan
pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca.
Mataram, 29 Oktober 2010
Penyusun:
(Kelompok 1)
Kelompok 1 1
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
I. Pendahuluan
I. 1 Latar Belakang 3
I. 2 Skenario 4
II. Pembahasan
II.1 Peta Konsep 5
II.2 Learning Objective 5
II.3 Pembahasan 6
1. Anatomi dan Histologi 8
2. Mekanisme Transduksi 19
3. Jaras-Jaras pada Panca Indra 37
4. Mekanisme Membedakan Warna 42
5. Mekanisme Membedakan Bau 43
6. Area untuk Mengenali Wajah 44
III. Penutup
Kesimpulan 45
Daftar Pustaka 46
Kelompok 1 2
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Siapapun yang menikmati musik, seni, makanan enak
atau percakapan yang baik memiliki kesadaran dan
menggambarkan bahwa ia memiliki pikiran yang sehat.
Pikiran atau kesadaran akan keadaan sekitar akan sangat
membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Secara umum, kita mengetahui adanya panca indra
utama, yakni penghidu, pengecap, penglihatan,
pendengaran dan juga indra perasa berupa kulit yang
menutupi hampir seluruh tubuh manusia. Kelima sensasi
ini digolongkan ke dalam “special senses” yang akan
mendefinisikan sensasi sekitar melalui reseptor spesifik
yang ada di organ-organ yang khusus.
Pada skenario kali ini, kami akan membahas mengenai
anatomi dan histologi dari organ-organ yang menerima
sensasi utama untuk kemudian disampaikan ke otak
hingga dapat dipersepsi. Selain itu, kami juga membahas
mengenai proses transduksi pada masing-masing organ
hingga menghasilkan potensial aksi yang kemudian
disampaikan ke otak melalui jaras-jaras tertentu. Materi ini
sangat penting karena merupakan jendela bagi tubuh kita
untuk dapat mengetahui keadaan sekitar. Dengan begitu,
barulah tubuh dapat berespon terhadap apa yang terjadi di
lingkungannya.
Kelompok 1 3
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
I.2 Skenario 1
Panca Indra
We can recognize a friend instantly—full-face, in profile, or even by the back of his head. We can distinguish millions of shades of color, as well as 10,000 smells. We can feel a feather as it brushs our skin, hear the faint rustle of a leaf. It all seems so effortless: we open our eyes or ears and let the world stream in. Yet anything we see, hear, feel, smell, or taste requires billions of nerve cells to flash urgent messages along cross-linked pathways and feedback loops in our brains, performing intricate calculations that scientists have only begun to decipher.
Kelompok 1 4
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
II. PEMBAHASAN
II.1 Peta Konsep
II.2 Learning Objective
1. Transduksi dari panca indra
2. Jaras fisiologi panca indra
3. Membedakan warna-warna dan bau-bauan
4. Mekanisme mengenali seseorang
Kelompok 1 5
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
II.3 Pembahasan
Anatomi Dan Histologi
Indera Penglihatan
Mata merupakan suatu struktur sferis berisi cairan yang
dibungkus oleh 3 lapisan. Lapisan-lapisan tersebut dari luar ke
dalam:
1. Sklera/ kornea
Kelompok 1 6
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
2. Koroid/ badan siliaris/ iris
3. Retina
1. Sklera/ kornea
Sklera
- Selapis jaringan ikat yang melapisi sebagian besar bola
mata
- Membentuk bagian putih mata
Kornea
- Lapisan transparan luar pada bagian anterior
- Tempat lewatnya berkas-berkas cahaya ke anterior
mata
2. Koroid/ badan siliaris/ iris
Koroid
- Lapisan tengah di bawah sklera
- Sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-
pembuluh darah untuk memberi makan retina
Korpus siliaris dan iris
- Spesialisasi koroid di bagian anterior mata
3. Retina
Kelompok 1 7
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Lapisan Pigmen
- Terdiri dari pigmen hitam melanin yang berfungsi
mencegah pantulan cahaya dari bagian lengkung bola
mata mencegah kekacauan penyinaraln bayangan
yang dibentuk tepat.
- Pada orang albino, pigmen melanin << cahaya yang
mengenai retina dipantulkan ke segala arah
merangsang banyak sel batang dan sel kerucut
ketajaman penglihatan menurun (20/100 sampai
dengan 20/200).
- Sejumlah besar vitamin A disimpan di lapisan ini.
Lapisan Nukleus Luar
- Terdiri dari badan sel batang (gambar a) dan sel kerucut
(gambar b)
Kelompok 1 8
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
- Segmen luar:
Terdapat fotokimiawi yang peka cahaya = rodopsin
(pada sel batang) atau salah satu dari 3 fotokimiawi
warna (pada sel kerucut).
Terdapat piringan (1000/sel) yang merupakan
susunan lipatan dari membran sel dilapisi
fotokimiawi.
- Segmen dalam
Mengandung sitoplasma dengan organela
sitoplasmik biasa, termasuk mitokondria yang
menyediakan energi untuk berfungsinya reseptor.
- Badan Sinaptik
Bagian yang berhubungan dengan sel horizontal dan
sel bipolar.
Suplai darah retina
Kelompok 1 9
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
- Berasal dari arteria retina sentralis: untuk nutrisi lapisan
dalam retina.
- Berasal dari koroid yang merupakan jaringan kaya
pembuluh darah di antara retina dan sklera: untuk
nutrisi lapiasn luar retina, karena ia melekat pada
koroid.
Daerah Fovea
- Daerah yang sangat kecil di bagian retina dengan luas
< 1 mm.
- Berperan utama untuk penglihatan cepat dan rinci.
- Fovea sentralis (dengan diameter 0,3 mm) seluruhnya
terdiri dari sel kerucut yang penjang dan ramping
dibandingkan di retina bagian perifer.
- BV, sel-sel ganglion, lapisan sel-sel inti dalam, lapisan
pleksus tersebar di satu sisi, bukan tepat di puncak
konus cahaya tiba di konus tanpa diredam.
Sel-sel di retina
1. Sel Batang dan Sel Kerucut
Perbedaannya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Sel Batang Sel Kerucut
100 juta per retina 3 juta per retina
Penglihatan dalam rona abu-abu
Penglihatan warna
Kepekaan tinggi Kepekaan rendah
Ketajaman rendah Ketajaman tinggi
Banyak konvergensi di jalur retina
Sedikit konvergensi di jalur retina
Lebih banyak di perifer Terkonsentrasi di fovea
Alur : Sel batang Sel bipolar sel amakrin
Alur : Sel batang Sel bipolar sel ganglion
Kelompok 1 10
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
sel ganglionNeuron serta serabut sarafnya lebih kecil
Neuron serta serabut sarafnya lebih kecil
2. Sel Horizontal
- Memiliki sifat inhibisi lateral bagi sel lainnya untuk
membantu memastikan penjalaran pola penglihatan
dengan kontras penglihatan yang sesuai.
3. Sel Bipolar
- Terdiri dari dua jenis sel yaitu sel bipolar
berdepolarisasi dan sel bipolar berhiperpolarisasi.
- Ketika sel batang atau sel kerucut terekstitasi, ada
sel bipolar yang terdepolarisasi dan yang
terhiperpolarisasi, penyebabnya:
Glutamat memberikan respons depolarisasi atau
hiperpolarisasi pada salah satu jenis sel dan tidak
keduanya.
Salah satu dari kedua sel bipolar tersebut
menerima rangsangan dari sel batang atau
kerucut sementara yang lainnya dari sel
horizontal.
- Keuntungannya: membentuk inhibisi lateral pada dua
fotoreseptor yang berdekatan.
4. Sel Amakrin
(Khususnya untuk sinyal pengantaran pada sel batang)
- Fungsinya berbeda-beda antara satu jenis sel dengan
sel lainnya yaitu ada sel yang berfungsi untuk:
1. Respons terhadap onset sinyal yang kontinyu tapi
responsnya mati dengan cepat.
Kelompok 1 11
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
2. Respons terhadap offset sinyal tapi responsnya
mati dengan cepat.
3. Respons saat cahay dinyalakan maupun
dimatikan, dengan memberikan sinyal sederhana
mengenai perubahan iluminasi, tanpa
memperhatikan arahnya.
4. Respons terhadap gerakan cahaya yang melintasi
retina.
5. Membantu menganalisis sinyal penglihatan
sebelum menganalisis sinyal penglihatan
5. Sel Ganglion
- Terdiri dari tiga jenis sel:
a. Sel W (40% total)
- Diameter < 10 mikrometer
- Kecepatan lambat yaitu 8 m/d
- Menerima eksitasi dari sel batang
- Dendritnya tersebar luas di retina sehingga
menerima sinyal dari daerah yang luas.
- Sensitif untuk mendeteksi arah pergerakan di
lapang pandangan.
- Penting untuk penglihatan sel batang yang
kasar dalam keadaan gelap.
b. Sel X (55% total)
- Diameter sedang 10-15 mikrometer
- Kecepatan 14 m/d
- Dendritnya tidak menyebar secara luas
sehingga menerima sinyal dari lokasi tertentu
saja.
- Setiap selnya menerima input dengan
sedikitnya dari satu sel kerucut sehingga
Kelompok 1 12
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
bertanggungjawab untuk penglihatan seluruh
warna.
- Untuk rincian bayangan penglihatan yang
halus.
c. Sel Y (5% total)
- Diameter 35 mikrometer
- Kecepatan 50 m/d
- Lapangan dendritiknya luas.
- Berespons terhadap perubahan bayangan
penglihatan yang cepat baik berupa gerakan
yang cepat atau intensitas cahaya yang cepat.
Indera Penghidu
Kelompok 1 13
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Penghidu adalah organ khusus yang jurang dipahami. Mukosa
olfaktorius, terletak di langit-langit rongga hidung, mengandung
3 jenis sel, yakni:
1. Sel resepor olfaktorius
2. Sel penunjang: mageluarkan mukus
3. Sel basal: prekursor sel-sel reseptor olfaktorius
Reseptor sel olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang
menggembung dan berisi beberapa silia yang meluas ke
permukaan mukosa.
Silia mengandung tempat pengikatan untuk melekatnya
berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk bau).
Indra Pengecap
Kelompok 1 14
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Anatomy of Tongue
Struktur sensoris yang bias mendeteksi gustatory (rasa)
atau pengecapan, adalah taste buds (kuncup kecap).
Kebanyakan dari kuncup kecap biasanya terdapat di bagian
khusus dari lidah atau disebut papillae. Kuncup kecap tak hanya
terdapat di lidah saja, akan tetapi juga terdapat di palatine, dan
bahkan juga terdapat pada kerongkongan, khususnya pada anak-
anak. Terdapat empat jenis dari papilla yang diberi nama sesuai
dengan bentuk masing-masing: vallata (berbentuk seperti
dikelilingi oleh tembok), fungiform (berbentuk seperti jamur),
foliate (berbentuk seperti daun) dan filiform (berbentuk seperti
kawat). Kuncup kecap dimiliki oleh vallate, fungiform dan foliate.
Kelompok 1 15
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Filiform merupakan papilla paling banyak pada permukaan lidah
tetapi tidak mempunyai kuncup kecap.
Papilla vallate merupakan papilla terbesar tetapi jumlahnya
paling sedikit. Sekitar 8-12 dari papilla vallate akan membentuk
sebuah garis berbentuk-V sepanjang pinggir anterior dan
posterior dari lidah. Papilla fungiform tersebar secara acak di
seluruh permukaan superior dari lidah dan tampak seperti titik-
titik merah. Papilla foliate terletak di lipatan tepi dari lidah dan
mengandung kuncup kecap yang paling sensitive. Papilla foliate
merupakan papilla terbanyak pada anak kecil dan akan
berkurang selama pertumbuhan dan pada dewasa kebanyakan
terletak pada bagian posterior dari lidah.
Histology of Tongue (Taste Buds)
Kuncup kecap merupakan struktur yang berbentuk oval
dan menempel pada epithelium pada lidah dan mulut. Setiap
10.000 kuncup kecap yang dimiliki oleh lidah seseorang terdiri
dari dua jenis sel epithelium khusus. Jenis pertama akan
membentuk kapsul eksterior dari kuncup kecap, sedangkan
interior dari setiap kuncup kecap terdiri dari sekitar 50 sel
gustatory. Sama seperti sel pada sel olfactory, sel-sel pada
kuncup kecap juga diganti secara terus-menerus, setiap kuncup
kecap memiliki umur sekitar 10 hari. Setiap sel gustatory
memiliki beberapa mikrovili yang disebut gustatory hair (rambut
gustatory), memperpanjang diri dari apeksnya menuju bukaan
kecil di epitheliumnya yang disebut gustatory pore.
Kelompok 1 16
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Indra Pendengaran
A. External Ear
Aurikula atau pinna merupakan bagian terbesar dari
telinga luar dan terdapat di luar kepala dan terutama tersusun
dari kartilago elastic dan ditutupi oleh kulit. Bentuknya
membantu mengumpulkan gelombang suara dan
mengarahkannya ke arah meatus auditory externa. Meatus
auditory externa dilapisi oleh rambut dan kelenjar ceruminous
yang memproduksi cerumen, sebum yang bermodifikasi atau
lebih sering disebut tahi telinga. Rambut dan cerumen ini
akan berfungsi untuk mencegah benda asing menuju gendang
telinga. Produksi cerumen yang berlebihan akan memblokir
meatus.
Kelompok 1 17
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Membrane timfani atau gendang telinga berbentuk tipis,
semitransparan, hampir oval, tiga lapisan membrane yang
akan memisahkan telinga luar dengan telinga tengah. Terdiri
dari epitel kuboid simpleks pada permukaan dalamnya dan
epitel squamous stratified pada permukaan luarnya dan di
antaranya terdapat lapisan jaringan ikat. Gelombang suara
apabila mencapai membrane timfani melewati meatus
auditory externa akan menyebabkan membrane timfani
bergetar.
B. Middle Ear
Di sebelah median
dari membrane timfany
merupakan ruangan
yang berisi udara yang
terdapat di telinga
tengah. Terdiri dari dua
pembukaan, jendela
berbentuk bulat dan oval
di bagian medial dari
telinga tengah yang
akan memisahkan
antara telinga tengah dengan telinga dalam. Terdapatnya dua
pembukaan ini memberikan saluran udara dari telinga tengah.
Saluran pertama akan terbuka menuju mastoid air cell yang
terdapat di prosesus mastiodeus di os. Temporal. Saluran
yang lainnya, auditory atau tubulus Eustachian, terbuka
menujuke pharynx dan menyamakan tekanan udara yang ada
di luar dan di cavum telinga tengah. Ketidakseimbangan
tekanan udara yang ada di lingkungan luar dengan telinga
tengah bias menyebabkan perubahan bentuk dari membrane
Kelompok 1 18
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
timfani, memperkecil getarannya dan akan menyebabkan
susah mendengar. Di telinga tengah terdapat tiga tulang
pendengaran; malleus, incus, dan stapes yang akan
mentransfer getaran dari membrane timfani menuju ke oval
window. Tangkai dari malleus melekat pada permukaan dalam
dari membrane timfani, dan getaran yang timbul pada
membrane timfani akan menyebabkan malleus akan ikut
bergetar. Kepala dari malleus melekat pada sendi synovial
yang sangat kecil pada incus, sedagkan incus juga dilekati
oleh stapes melalui sendi synovial yang sangat kecil. Ujung
datar dari stapes masuk dengan pas ke dalam oval window
dan akan tetap pada posisinya karena terdapat ligamentum
anular yang fleksibel.
C. Inner Ear
Kelompok 1 19
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Saluran dan ruangan yang
terdapat di dalam os. Temporal
disebut bony labyrinth (labirin
tulang). Karena di labirin
tulang terdapat saluran yang
dari tulang, saluran ini tidak
bias dipindahkan secara
mudah, maupun diperiksa
secara terpisah. Labirin tulang dilapisi oleh periosteum, dan
apabila telinga tengah diliha secara terpisah, maka
periosteum akan tampak. Di dalam labirin tulang dengan
bentuk yang sama tetapi dengan bidang saluran dan ruangan
membrane yang lebih kecil disebut membranous labyrinth
(labirin membranosa). Labirin membranosa diisi oleh cairan
endolimfe, dan ruangan di antara labirin tulang dengan labirin
membranosa diisi oleh cairan perilimfe. Cairan perilimfe
sangat mirip dengan cairan serebrospinal, tetapi cairan
endolimfe memiliki konsentrasi kalium yang lebih tinggi dan
konsentrasi natrium yang lebih sedikit, komposisi dari cairan
endolimfe ini berkebalikan dengan cairan perylimfe dan cairan
serebrospinal. Labirin tulang dibedakan menjadi tiga bagian;
cochlea, vestibular, dan kanalis semisirkularis. Vestibular dan
kanalis semisirkularis berkaitan dengan keseimbangan,
sedangkan cochlea untuk pendengaran. Labirin membranosa
dari cochlea dibedakan menjadi tiga bagian; scala vestibuli,
scala timfani, dan duktuscochlearis. Scala vestibuli dan scala
media dipisahkan oleh membran Reissner (m.vestibular),
scala timpani dan scala media dipisahkan oleh membran
basilar. Pada permukaan membran basilar terletak organ
Corti, yang mengandung sel-sel rambut (suatu seri sel yang
Kelompok 1 20
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
sensitif secara elektromagnetik, merupakan organ reseptif
akhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon
terhadap getaran suara).
Kelompok 1 21
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Mekanisme transduksi
Indera Pengelihatan
Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat
menjadi potensial aksi di saraf optikus. panjang gelombang
cahaya yang dapat terlihat berkisar dari sekitar 397-723 nm.
Bayangn suatu benda di dalam lingkungan difokuskan di retina.
Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan
potensial di dalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di
retina dihantarkan ke korteks serebri, tempat impuls tersebut
menimbulkan sensasi penglihatan.
Baik ssel batang maupun kerucut mengandung bahan
kimia yang akan terurai bila terpajan cahaya dan, dalam
prosesnya akan meransang serabut-serabut saraf yang berasal
dari mata. Bahan kimia peka cahaya didalam sel batang disebut
rodopsin. Bahan peka cahaya di dalam sel kerucut disebut
pigmen kerucut atau pigmen warna, memiliki komposisi sedikit
berbeda dengan rodopsin.
Siklus pengelihatan rodopsin-retina dan perangsangan
sel batang
Segmen luar sel batang yang menonjol ke lapisan pigmen
retina mengandung sekitar 40 persen pigmen peka cahaya yang
disebut protein skotopsin denga pigmen karotenoid retinal
(retinene). Selanjutnya retinal tersebut merupakan tipe khusus
yang disebut 11-cis retinal. Bentuk cis dari retinal adalah bentuk
yang penting sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan
dengan skotopsin agar dapat bersintesis menjadi rodopsin.
Kelompok 1 22
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Seperti terlihat pada gambar di atas, rodopsin segera
teurai dalam waktu sepersekian detik. Penyebabnya adalah
cahaya fotoaktivasi electron pada bagian retinal dari rodopsin,
yang menyebabkan perubahan segera pada bentuk cis dari
retinal menjadi bentuk all trans, yang tetap mempunyai struktur
kimiawi yang sama dengan bentuk cis namun struktur fisiknya
berbeda. Oleh karena itu, orientasi tiga dimensi dari tempat
reaksi retinal all-trans tidak lagi sesuai dengan tempat reaksi
protein skotopsin, maka all-trans retinal mulai terlepas dari
skotopsin. Produk yang segera terbentuk adalah batorodopsin,
yang merupakan kombinasi terpisah sebagian dari all-trans
retinal dan skotofsin. Batorodofsin sendiri merupakan senyawa
yang sangat tidak setabil dan dalam waktu sekian nanodetik
akan rusak menjadi lumirodopsin. Dalam waktu sekian mikro
detik, senyawa ini lalu akan rusak lagi dan menjadi metarodopsin
I, dan selanjutnya dalm waktu kira-kira 1 mili detik akan menjadi
metarodopsin II, dan ahirnya dalam waktu yang jauh lebih
lambat (beberapa detik) akan menjadi produk pecaha akhir :
skotopsin dan all-trans retinal. Metarodopsin II yang juga disebut
rodopsin teraktivasi, merangsang perubahan elektrik dalam sel
Kelompok 1 23
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
batang yang kemudian menghantarkan bayangan penglihatan ke
sistem saraf pusat dalam bentuk potensial aksi nervus optikus.
Tahap pertama dalam pembentukan kembali rodopsin
adalah mengubah kembali all-trans retinal menjadi 11-cis retinal.
Proses ini memerlukan energy metabolik dan dikatalis oleh enzim
retinal isomerase. Ketika 11-cis retinal terbentuk, maka secara
otomatis akan bergabung kembali dengan skotopsin untuk
membentuk kembali rodopsin, yang selanjutnya tetap setabil
sampai teurai kembali oleh adanya absorbs energy cahaya.pada
gambar juga terdapat reaksi kimia kedua yang merubah all-trans
retinal menjadi 11-cis retinal. Hal ini didapat mul-mula dengan
mengubah all-trans retinal menjadi all-trans retinol. Yang
merupakan salah satu bentuk vitamin A. selanjutnya dibawah
pengaruh enzim isomerase, all-trans retinol ini diubah menjadi
11-cis retinol. Dan ahirnya 11-cis retinol diubah menjadi 11-cis
retinal dan bergabung dengan skotopsin untuk membentuk
rodopsin baru.
Berikut kaskade kimiawi penguraian rodopsin yang sangat
sensitive yang memperkuat efek peransangan sekitar sejuta kali,
yaitu sebagai berukut:
1. Foton mengaktifasi electron pada bagian 11-cis retinal
rodopsin; hal ini menimbulkkan pembentukan metarodopsin II,
yang merupakan bentuk aktif rodopsin,seperti yang telah
dibahas dan diperlihatkan pada gambar 50-5.
2. Fungsi rodopsin teraktifasi adalah sebagai enzim yang
berguna untuk mengaktifasi banyak molekul transdusin, yaitu
protein yang terdapat bentuk inaktif pada membrane lempeng
optic dan membrane sel batang.
Kelompok 1 24
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
3. Transdusin teraktivasi akan mengaktivasi banyak sekali
molekul fosfodiesterase.
4. Fosfodiesterase teraktivasi adalah bentuk enzim lain. Enzim
ini denga segera menghidrolisis bnyak sekali molekul
guanosin monofosfat siklik (cGMP), sehingga
menghancurkannya. Sebelum dihancurkan, cGMP telah
berikatan dengan protein kanal natrium dari membrane luar
sel-sel batang untuk menyangganya agar tetap terbuka.
Tetapi pada keadaan terang, ketika fosfodiesterase
menghidrolisi cGMP, hal ini akan menghilangkan penyangga
tersebut dan menyebabkan kanal natdium tertutup. Berates-
ratus kanal tertutup pada saat setiap kali molekul rodopsin
teraktivasi. Karena aliran natrium yang melalui kanal-kanal ini
terjadi sedemikian cepat, aliran dari sejuta atau lebih ion
natrium dihambat oleh penutupan kanal ini sampai kanal
terbuka lagi. Penurunan aliran natrium inilah yang
mengeksitasi sel-sel barang.
5. Dalam waktu sepersekian detik, enzim ini, rodopsin kinase,
yang selalu terdapat pada sel-sel batang, membuat rodopsin
teraktivasi (metarodopsin II) menjadai tidak teraktivasi dan
seluruh kaskade kembali ke keadaan normal dengan
pembukaan kanal natrium.
Vitamin A dapat dijumpai baik dalam sitoplasma, sel
batang maupun didalam lapisan pigmen retina. Oleh karena itu,
secara normal vitamin A selalu tersedia bila dibutuhkan untuk
pembentukan retinal yang baru. Sebaliknya, bila didalam retina
terdapat kelebihan retinal, kelebihan ini akan diubah kembali
vitamin A. sehingga akan mengurangi jumlah pigmen peka
Kelompok 1 25
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
cahaya didalam retina. Vitamin A berguna dalm adaptasi retina
jangka panjang terhadap berbagai intensitas cahaya.
Bila retina mendadak terkena cahaya, hiperpolarisasi
sementara yang timbul dalam sel batang, yaitu potensial
reseptor yang timbul mencapai puncaknya dalam waktu kurang
lebih 0,3 detik dan berlangsung lebih dari satu detik. Pada sel
kerucut, perubahan ini terjadi empat kali lebih cepat dari sel
batang. Bayangan visual yang mengenai sel batang diretina
hanya selama sepersejuta detik, terkadang dapat menimbulkan
sensasi penglihatan bayangan selama lebih dari satu detik. Cirri
lain dari potensial reseptor adalah bahwa potensial ini kira-kira
sebanding dengan logaritma intensitas cahaya. Hal ini sangat
penting, karena membuat mata mampu membedakan intensitas
cahaya melalui kisaran ribuan kali sampai semampu yang dapt
dilakukan.
Potensial reseptor sel batang sewaktu rodopsin diaktivasi
oleh cahaya
Bila sel batang terpajan cahaya, hasil potebsial
reseptornya berbeda dari potensial reseptor sensorik lainnya.
Peransangan sel batang menyebabkan peningkatan negativitas
dari potensial membrane atau disebut hiperpolarisasi. Hal ini
berlawanan dengan penurunan negativitas (depolarisasi) Yng
terjadi hamper semua reseptor sensorik.
Kelompok 1 26
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Pada gambar di atas terlihat pergerakan ion natrium
dengan sirkuit yang lengkap melewati segmen dalam dan
segmen luar sel batang. Segmen dalam secara terus menerus
memompa natrium dari sisi dalam sel batang menuju sisi luar,
sehingga akan membentuk suatu potensial negative disisi dalam
seluruh sel. Namun, segmen luar batang tempat piringan
fotoreseptor berada seluruhnya berbeda.
Pada keadaan gelap, membrane batang ini mengalami
kebocoran ion natrium yang hebat. Oleh karena itu, ion natrium
secara terus menerus masuk kembali kedalam sel batang dan
dengan negativitas dan dengan demikian menetralkan sebagian
besar negativitas didalam seluruh sel. Jadi, pada keadaan gelap
normal, bila sel batang tidak diransang, terjadi pengurangan
muatan elektronegativitas disisi dalam membrane sel batang,
yang besarnya kira-kira -40 milivolt sedangakan kebanyakan
reseptor sensorik biasanya sebesar -70 sampai -80 milivolt.
Kelompok 1 27
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Kemudian sewaktu rodopsin yang ada di segmen luar
batang terpajan cahaya, rodopsin mulai terurai, dan hal ini
menurunkan konduktansi natrium kedalam sel batang walaupun
ion natrium terus dipompa kearah luar melalui membrane da
segmen dalam. Jadi, sekarang lebih banyak ion natrium yang
meninggalkan sel batang dari pada yang kembali masuk. Karena
ion natrium bermuatan positif, berkurangnya ion – ion ini dari
dalam sel batang menciptakan peningkatan negativitas didalam
membrane, dan semakin banyak jumlah energy cahaya yang
mengenai sel batang, semakin besar muatan elektronegatifnya.
Jadi, semakin besar pula derajat hiperpolarisasinya.
Adaptasi gelap dan terang
Ketika seseorang berada di tempat terang dalam waktu
yang lama, maka fotokimiawi yang ada di sel batang maupun sel
kerucutnya akan berkurang akibat diubah menjadi retinal dan
opsin, dan retinal sendiri akan diubah menjadi vitamin A. Hal ini
menyebabkan penurunan sensitifitas mata di tempat yang
terang, atau disebut adaptasi terang.
Sebaliknya, ketika seseorang berada di tempat gelap
dalam waktu yang lama, maka retinal dan opsin yang ada akan
diubah lagi menjadi pigmen peka cahaya, dan vitamin A yang
tersimpan diubah menjadi retinal untuk makin meningkatkan
jumlah pigmen tersebut. Batas akhirnya ditentukan oleh jumlah
opsin yang ada di dalam sel batang dan kerucut untuk
bergabung dengan retinal. Proses ini akan kembali meningkatkan
sensitifitas mata akan cahaya, bahkan hingga 60.000 kali lipat,
dalam kurun waktu tertentu.
Untuk sensitifitas mata di tempat gelap, awalnya dapat
diperankan oleh sel kerucut. Namun karena sifat alamiahnya
Kelompok 1 28
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
yang lebih peka pada cahaya terang, maka lambat laun
sensitifitasnya akan melemah dan menjadi tidak berespon
terhadap jumlah cahaya yang sedikit. Saat itulah sel batang akan
mengambil peranan, untuk jangka waktu yang lebih lama, dari
hitungan menit hingga berjam-jam, seperti yang digambarkan
pada kurva di bawah ini.
Selain peranan konsentrasi rodopsin tersebut, mekanisme
lainnya untuk kondisi terang dan gelap adalah dengan
perubahan pada ukuran pupil serta adaptasi saraf. Perubahan
ukuran pupil dapat member pengaruh hingga 30 kali lipat dalam
sepersekian detik karena akan berefek pada jumlah cahaya yang
diterima mata. Sedangkan untuk adaptasi saraf, diperankan oleh
jalinan-jalinan sel yang berperan dalam jaras penglihatan, yang
menurunkan besar rangsangan visual dari sel-sel yang berada di
lapisan retina. Meski pengaruhnya kecil, namun mekanisme ini
berjalan lebih cepat, yaitu dalam sepersekian detik.
Kelompok 1 29
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Indera Pendengaran
Telinga luar dan telinga tengah mengubah gelombang
suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan
ditelinga dalam
Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak ditelinga
dalam yang berisi caira. Dengan demikian, gelombang suara
hantaran udara harus disalurkan kea rah dan dipindahkan ke
telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan kompensasi
terhadap berkurangnya energy suara yang terjadi secara
alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air.
Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.
Telinga luar terdiri dari auricular (pinna), meatus auditorius
eksternus, dan membrane timpani. Pinna, suatu lempeng tulang
rawan terbungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan
menyalurkannya ke saluran telinga luar. Karena bentuknya, daun
telinga secara parsial menahan gelombang suara yang
mendekati telinga dari arah belakang, dengan demikian
membantu seseorang membedakan apakan suara dating dari
arah depan atau belakang.
Meatus auditorius eksternus dijaga oleh rambut-rambut
halus. Kulit yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar-
kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan suramen
(kotoran telinga), suatu sekresi lengket yang menangkap
partikel-partikel asing yang halus. Rambut halus dan suramen
tersebut membantu mencegah partikel – pertikel dari udara
masuk ke bagian dalam saluran telinga, tempat mereka dapat
menumpuk atau mecederai membrane timpani dan mengganggu
pendengaran.
Kelompok 1 30
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Membrane timpani, yang teregang menutupi pintu masuk
ke telinga tengah, bergetar sewaktu terkena gelombang suara.
Daerah-daerah gelombang suara yang betekanan tinggi dan
daerah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang
sangat peka tersebut menekuk keluar masuk seirama dengan
frekuensi gelombang suara.tekanan udara intirahat di kedua sisi
membrane dapat bergerak bebeas sewaktu gelombang suara
mengenainya. Bagian luar gendang telinga terpajan ke tekanan
atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian
dalam gendang telinga yang berhadapan dengan rongga telinga
tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba
eustachiue (auditoria), yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring.tuba eustacheus dalam keadaan normal tertutup,
tetapi dapat dibuat terbuka dengan gerakan menguap,
mengunyah, atau menelan.pembukaan tersebut memungkinkan
tekanan udara dalam telinga tengah menyamakan diri denga
atmosfer, sehingga tekanan di kedua sisi membrane sama. Atau
setara.
Membran timpani (umumnya disebut gendang telinga) dan
tulang-tulang pendengaran, yang menghantarkan suara dari
membran timpani melewati telinga tengah ke koklea (telinga
dalam). Melekat pada membran timpani adalah tangkai dari
maleus. Maleus terikat pada inkus oleh ligamen yang kecil, se-
hingga pada saat maleus bergerak, inkus ikut bergerak. Ujung
yang berlawanan dari iukus akan berartikulasi dengan batang
stapes, dan bidang depan dari stapes terletak berhadapan
dengan membran labirin koklea pada muarafenestra ovalis.·
Ujung tangkai maleus melekat di bagian tengah membran
timpani, dan tempat perlekatan ini secara konstan akan tertarik
Kelompok 1 31
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
oleh muskulus tensor timpani, yang menyebabkan membran
timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran pada
setiap bagian membran timpani akan dikirim ke tulang-tulang
pendengaran, dan hal ini tidak akan terjadi bila membran
tersebut longgar.
Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh
ligamen-ligamen sedemikian rupa sehingga gabungan maleus
dan inkus bekerja sebagai pengungkit tunggal, dengan fulkrum
yang terletak hampir pada perbatasan membran timpani.
Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes
mendorong fenestra ovalis ke depan dan di sisi lain juga
mendorong cairan koklea ke depan setiap saat membran timpani
bergerak ke dalam, dan setiap maleus bergerak keluar akan
mendorong cairan ke belakang.
Kelompok 1 32
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Penyesuaian Impedansi oleh Sistem Tulang Pendengaran.
Amplitudo gerakan bidang depan stapes di setiap getaran
suara, hanya tiga perempat dari amplitudo tangkai maleus. Oleh
karena itu, sistem pengungkit tulang pendengaran tidak mem-
perbesar jarak pergerakan dari stapes, seperti yang umumnya
diyakini. Sebaliknya, sistem tersebut sebenarnya mengurangi
jarak tetapi meningkatkan tenaga pergerakan sekitar 1,3 kalinya.
Selain itu, luas daerah perrnukaan membran timpani adalah
sekitar 55 milimeter persegi, sedangkan luas daerah permukaan
stapes rata-rata 3,2 milimeter persegi. Rasio perbedaan yang 17
kali lipat ini dikali dengan rasio 1,3 kali dari sistem pengungkit,
menyebabkan penekanan total sekitar 22 kali lipat yang
diberikan pada cairan koklea, seperti yang diberikan oleh
gelombang suara terhadap membran timpani.
Karena cairan mempunyai inersia yang jauh lebih besar
daripada udara, mudah dimengerti bahwa peningkatan jumlah
tekanan diperlukan untuk menimbulkan getaran pada cairan.
Oleh karena itu, membran timpani dan sistem tulang
pendengaran memberikan kesesuaian impedansi antara
gelombang suara di udara dan getaran suara di dalam cairan
koklea. Tentu saja, kesesuaian impedansi adalah sekitar 50
sampai 75 % dari sempurna untuk frekuensi suara antara 300
dan 3000 siklus / detik.
Bila tidak ada sistem tulang pendengaran dan membran
timpani, gelombang suara tetap dapat bergerak langsung melalui
udara di telinga tengah dan masuk ke koklea pada fenestra
ovalis. Namun, sensitivitas pendengaran kemudian menjadi 15
hingga 20 desibel kurang dari penjalaran melalui tulang
pendengaran.
Kelompok 1 33
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Penguatan suara melalui kontraksi muskulus stapedius
dan tensor timpani.
Ketika suara yang dan dari ditransmisikan melaui system saraf
pusat. Setelah periode laten yang hanya selama 40 sampai 80
milidetik akan timbul refleks untuk menyebabkan kontraksi
muskulus stapedius dan sedikit lebih lemah pada muskulus
tensor timpani. Muskulus tensor timpani akan menarik tangkai
maleus ke arah dalam, sedangkan muskulus stapedius menarik
stapes keluar. Dua telinga ini berlawanan satu sama lain,
sehingga menyebabkan seluruh system tulang pendengaran
meningkatkan regiditasnya, sehingga sangat mengurangi
konduksi tulang pendengaran dari suara yang berfrekuensi
rendah, terutama frekuensi dibawah 1000 siklus per detik.
Refleks penguatan ini dapan mengurangi intensitas transmisi
suara berfrekuensi rendah sebanyak 30 sampai 40 desible, yang
lebih kurang merupakan perbedaan yang sama seperti antara
suara keras dan suara bisikan. Fungsi dari mekanisme ini diduga
meningkat hingga dua kali lipat:
1. Untuk melindungi koklea dari getaran menusuk yang
disebabkan oleh suara yang sangat keras.
2. Untuk menutupi suara berfrekuensi lemah pada lingkungan
suara keras. Ini biasanya menghilangkan sebagian besar
suara lingkungan, sehingga seseorang dapat berkonsentrasi
pada suara diatas 1000 siklus per detik, tempat sebagian
besar hubungan informasi pada komunikasi suara di
transmisikan.
Fungsi lain muskulus tensor timpani dan stapedius adalah
menurunkan sensitivitas pendengaran pada suara orang itu
Kelompok 1 34
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
sendiri. Pengaruh ini diaktivasi oleh sinyal-sinyal saraf kolateral
yang ditranmisikan ke otot-otot tersebut pada saat bersamaan
dengan saat otak mengaktivasi mekanisme suara.
Kelompok 1 35
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Indra Penciuman
Sensasi Utama Penghidu
Sebagian besar ahli fisiologi percaya bahwa banyaknya
variasi bau yang dapat dideteksi, sekitar 4.000 untuk orang rata-
rata, sebenarnya kombinasi dari beberapa sensasi bau utama.
Berdasarkan penelitian psikologis, sensasi-sensasi tersebut
dikategorikan menjadi: (1) camphoraceous, (2) musky, (3) floral;
harum bunga-bungaan, (4) pepperminty, (5) ethereal; sangat
samar, (6) pungent; bau yang tajam, dan (7) putrid; busuk.Perlu
diperhatikan bahwa daftar ini tidak benar-benar mewakili sensasi
penghidu utama yang sesungguhnya. Akhir-akhir ini, penelitian
spesifik terhadap gen-gen yang menyandi protein-protein
reseptor neuron olfaktorius menunjukkan sedikitnya terdapat
100 sensasi penghidu utama yang berbeda.
Ambang Batas Penghidu
Salah satu karakteristik dasar dari penghidu adalah bahwa
agen perangsang ada di udara dalam jumlah yang sedikit saja
dapat menimbulkan sensasi penghidu. Sebagai contoh, zat
Kelompok 1 36
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
metilmerkaptan pada gas alami dapat tercium walaupun hanya
ditemukan 1/25 triliun per gram di dalam setiap milimeter udara.
Walaupun ambang batas konsentrasi substansi yang
mengeluarkan bau sangat kecil, sebagian besar bau, hanya
dengan konsentrasi sebesar 10 – 50 kali di atas nilai ambang
batas, dapat menghasilkan intensitas bau yang maksimal. Ini
berbeda dengan kebanyakan sistem sensorik tubuh yang lain,
yang memerlukan kisaran perbedaan intensitas yang sangat
besar, misalnya 500.000 berbanding 1 untuk mata dan 1 triliun
berbanding 1 untuk telinga. Perbedaan ini mungkin dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa sistem penghidu lebih dihubungkan
dengan proses deteksi ada atau tidaknya bau daripada deteksi
kuantitatif intensitasnya.
Mekanisme Eksitasi pada Sel-sel Olfaktorius
Hal penting dari mekanisme ini pada aktivasi saraf-saraf
olfaktorius adalah bahwa mekanisme tersebut sangat
melipatgandakan efek perangsangan, bahkan dari bau yang
paling lemah sekalipun. Untuk ringkasnya adalah sebagai
berikut.
1) Molekul bau ditangkap oleh lapisan mukus membran
olfaktorius. Di sini, molekul bau menyebar secara difus di
sepanjang lapisan mukus.
2) Selanjutnya, molekul tersebut akan berikatan dengan molekul
protein reseptor di membran setiap silium dan
mengaktivasinya.
3) Aktivasi protein reseptor oleh substansi bau mengaktivasi
kompleks protein-G dan segera mengaktivasi adenilat siklase,
yang melekat pada sisi dalam membran siliar di dekat badan
sel reseptor olfaktorius.
Kelompok 1 37
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
4) Siklase yang teraktivasi kemudian mengubah banyak molekul
adenosin trifosfat intrasel menjadi adenosin monofosfat siklik
(cAMP).
5) Akhirnya, jumlah cAMP yang banyak ini mengaktivasi banyak
gerbang kanal ion natrium di sekitarnya, dan memungkinkan
sejumlah besar ion natrium mengalir melewati membran ke
reseptor di dalam sitoplasma sel. Ion natrium akan
meningkatkan potensial listrik dengan arah positif di sisi
dalam membran setiap sel, sehingga merangsang neuron
olfaktorius dan menjalarkan potensial aksi ke dalam sistem
saraf pusat melalui nervus olfaktorius.
Oleh karena itu, bau tertentu yang mempunyai konsentrasi
yang paling kecil sekalipun, tetap dapat memulai rangkaian efek
yang akan membuka banyak sekali kanal natrium. Hal ini
menimbulkan sensitivitas yang sangat besar pada neuron-neuron
olfaktorius, bahkan bila jumlah bau itu sedikit sekali.
Potensial membrane dan potensial aksi pada sel
olfactorius
Potensial membrane pa sel-sel olfactorius yang terangsang,
seperti yang diukur oleh mikroelektroda, rata-rata sekitar -55
milivolt. Pada nilai potensial ini, sebagian besar sel secara terus
menerus akan menghasilkan potensial aksi dalam kecepatan
yang sangat lambat., dengan variasi mulai dari satu kali setiap
20 detik sampai dua atau tiga kali per detik.
Kebanyakan bau menyebabkan depolarisasipada kebanyakan sel
olfactorius, dengan menurunkan muatan negative pada bagian
dalam sel dari nilai normal -55 milivolt menjadi -30 milivolt atau
bahkan lebih rendah lagi.bersamaan dengan hal ini, jumlah
Kelompok 1 38
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
potensial aksi meningkat sampai20 hingga 30 kali per detik,yang
merupakan kecepatan yang tinggi untuk serabut saraf olfactorius
yang berukuran kecil. Dalam kisaran yang lebih luas, kecepatan
impuls neuron olfactoriu akan berubah hamper sebanding
dengan logaritma kekuata ransangan. Hal ini memperlihatkan
bahwa reseptor olfatorius ini mengikuti prinsip-prinsip transduksi
yang mirip dengan reseptor-reseptor sensorik lainnya.
Adaptasi
Sekitar 50% reseptor olfaktorius akan beradaptasi pada
detik pertama atau setelah terkena rangsangan. Sesudah itu,
reseptor yang beradaptasi akan sangat sedikit dan akan
berlangsung dengan sangat lambat. Namun, dari pengalaman,
kita seemua tahu bahwa sensasi bau dapat beradaptasi dengan
jelas hampir dalam waktu satu menit atau segera sesudah
memasuki udara yang berbau kuat. Karena adaptasi psikologis
ini jauh lebih besar daripada derajat adaptasi reseptor itu sendiri,
hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar adaptasi
tambahan terjadi dalam sistem saraf pusat.
Mekanisme persarafan untuk adaptasi adalah sebagai
berikut. Sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari
daerah olfaktorius di otak ke belakang sepanjang traktur
olfaktorius, dan berakhir pada sel-sel inhibitor khusus pada
bulbus olfaktorius, yaitu sel granula (neuron asosiasi – Seeley,
Stephens, Tate). Diduga bahwa sesudah timbulnya rangsangan
olfaktorius, sistem saraf pusat dengan segera membentuk
penghambatan umpan balik yang kuat untuk menekan penyiaran
sinyal penghidu yang melalui bulbus olfaktorius. Efek dari
mekanisme ini adalah bau dapat berubah kualitas dan
signifikansinya di bawah kondisi yang berbeda. Misalnya,
Kelompok 1 39
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
makanan akan berbau lebih lezat ketika kita sedang lapar
daripada setelah kita makan atau kenyang.
Indera Pengecapan
Sensasi pengecapan utama.
Pengecapan merupakan fungsi dari taste buds yang
terdapat di dalam mulut. Dari banyak sensasi pengecapan yang,
ada lima yang utama yakni:
a. rasa asam, disebabkan oleh asam yakni karena
konsentrasi ion hidrogen
b. rasa asin, dihasilkan dari garam yang terionisasi
terutama karena konsentrasi konsentrasi ion natrium
c. rasa manis, yang diperoleh dari beberapa zat kimia
seperti gula, alkohol, glikol, aldehid, keton, amida, dan
seterusnya.
d. rasa pahit, juga dibentuk oleh beberapa agen kimia
yang sejumlah besar merupakan susbtansi organik, dan
dua utama yakni: 1) subtansi organik rantai panjang
yang mengandung nitrogen, dan 2) alkaloid.
e. rasa umami, sering ditemukan pada makanan yang
mengandung L-glutamat, seperti pada ekstrak daging
dan keju lama.
Kelompok 1 40
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Ambang batas pengecapan
Ambang batas untuk merangsang rasa asam oleh asam
hidroklorida rata-rata 0,0009 N; untuk merangsang rasa asin oleh
natrium klorida, 0,01 M; untuk rasa manis oleh sukrosa, 0,01M;
dan untuk rasa pahit oleh kuinin 0,000008 M.
Kelompok 1 41
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Tabel 53-1 memperlihatkan indeks rasa relatif (kebalikan
dari ambang batas pengecapan) di berbagai zat. Pada tabel ini,
intensitas keempat sensasi pengecapan utama masing-masing
mengacu pada intensitas dari rasa asam hidroklorida, kuinin,
sukrosa, dan natrium klorida, yang masing-masing dipilih secara
acak untuk mempunyai indeks rasa 1
Taste Buds dan fungsinya
Test buds tersusun atas kurang lebih 50 sel epitel,
beberapa diantaranya adalah sel penyokong yang disebut
sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.
Ujung-ujung luar sel pengecap tersusun di sekitar pori-pori
pengecap yang sangat kecil, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini:
Kelompok 1 42
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Pada gambar diatas tampak mikrovili, yang merupakan
tempat dari reseptor pengecapan yang ketika zat kimia dari
lingkungan berikatan dengannnya, akan menimbulkan potensial
reseptor melalui peristiwa potensial aksi dan sebagai pencetus
untuk terangsangnya serabut-serabut saraf disekitar badan sel-
sel pengecap guna meneruskan sinyal ke tingkat otak yang lebih
tinggi atau sistem saraf pusat. Pembentukan impuls saraf oleh
taste buds akan meningkat sampai puncaknya dalam waktu
beberapa detik, tetapi kemudian akan beradaptasi dalam waktu
beberapa detik berikutnya, sampai mencapai kadar yang lebih
rendah dan stabil selama rangsangan kecapnya ada. Jadi, sinyal
yang cepat dan kuat akan dihantarkan oleh saraf pengecap, dan
sinyal kontinyu yang lebih lemah akan dihantarkan selama taste
buds tetap terpajan dengan rangsangan kecap.
Adapaun lokasi dari taste buds pada lidah adalah sebagai
berikut:
(1)dinding saluran yang mengelilingi papila sirkumvalata, yang
membentuk garis V di permukaan lidah posterior.
(2)papila fungiformis di atas permukaan anterior lidah.
(3)papila foliata yang terdapat di lipatan-lipatan sepanjang
permukaan lateral lidah. Taste tambahan terletak pada
Kelompok 1 43
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
palatum, pilar tonsilar, epiglotis dan esofagus bagian
proksimal.
Kelompok 1 44
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Jaras-jaras pada panca indra
1. Penglihatan
Gambar di atas memperlihatkan prinsip jaras penglihatan
dari kedua retina ke korteks penglihatan. Sinyal saraf
penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di
kiasma optikum, serabut nervus optikus dari bagian nasal
retina menyebrangi garis tengah, tempat serabut optikus
bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian
temporal retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus
optikus.
Serabut-serabut dari dari setiap traktus optikus bersinaps
dinukleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dari
sini serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi
optikus (traktus genikulokalkarin), menuju ke korteks
penglihatan primer yang terletak difisura kalkarina lobus
oksipitalis.
Kelompok 1 45
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Serabut penglihatan juga melali beberapa daerah yang
lebih primitive di otak: (1) dari traktus optikus menuju nucleus
suprakismatik di hypothalamus, mungkin untuk pengaturan
irama sirkardian yang menyinkronisasikan berbagai
perubahan fisiologi tubuh dengan siang dan malam. (2) ke
nuclei pretektalis di otak tengah, untuk mendatangkan
gerakan reflex mata agar mata dapat difokuskan kea rah
objek yang penting dan untuk mengaktifkan reflex pupil
terhadap cahaya. (3) ke kolikulus superior untuk mengatur
pergerakan arah kedua mata yang cepat. (4) menuju nucleus
genikulatum lateralis ventralis pada thalamus dan daerah
basal otak sekitarnya, diduga untuk membantu
mengendalikan beberapa sikap tubuh.
Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi
system primitive untuk otak tengah dan dasar otak depan,
serta system baru untuk penjalaran sinyal penglihatan secara
langsung kedalam korteks penglihatan yang terletak dilobus
oksipitalis. Pada manusia, system baru bertanggung jawab
untuk presepsi seluruh
aspek bentuk primitive,
bent penglhatan
bahkan dideteksi oleh
sistim yang lebih
primitive yaitu dengan
menggunakan kolikulus
superior.
2. Pendengaran
Gambar di samping
meng-gambarkan jaras
Kelompok 1 46
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
yang menunjukan serabut saraf dari ganglion spiralis corti
memasuki nucleus koklearis dorsalis dan ventralis yang
terletak pada bagian atas medulla. Pada titik ini semua
serabut sinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama
kesisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di
nucleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua
lainnya juga berjalan ke atas melalui lenmiskus lateralis.
Beberapa serabut berakhir di nucleus lenmiskus lateris, tetapi
sebagian besar melewati nucleus ini dan berjalan ke kolikulus
inferior, tempat semua atau hampir semua serabut
pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nucleus
genikulatum media, tempat semua serabut bersinaps.
Akhirnya jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks
auditorik, yang terutama terletak pada gyrus superior lobus
temporalis.
Beberapa titik penting harus diperhatikan. Pertama sinyal
dari kedua telinga di jalarkan melalui jaras kedua sisi
otakdengn perjalanan yang sedikit lebih besar pada jaras
kontralateral. Pada sekurang-kurangnya tiga tempat dalam
batang otak, terjadi persilangan anatara kedua jaras ini: (1)
dalam korpus trapezoid, (2) dalam komisura diantara dua inti
lenmiskus lateralis. (3) dalam komisura yang menghubungkan
dua kolikulus inferior.
Kedua, banyak serabut kolteral dari traktus auditorius
berjalan langsung kedalam system aktivasi retikuler di batang
otak. System ini muncul secara difus ke atas ke batang otak
dan kedalam ke bawah dalam medulla spinalis dan
mengaktivasi seluruh system saraf untuk member respon
terhadap suara yang keras. Kolateral lain menuju ke vermis
Kelompok 1 47
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
serebelum, yang juga di aktivasi seketika itu juga jika ada
suara keras yang timbul mendadak.
Ketiga, orientasi spasial dengan derajat tinggi
dipertahankan ndalam traktus serabut yang berasal dari
koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, ada tiga pola
spasial untuk frekuensi di inti koklea, dua pola di kolikulus
inferior, satu pola yang tepat untuk frekuensi suara yang
berlainan di korteks auditorik, dan sekurang- kurangnya lima
pola lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area
lain yang berhubungan dengan pendengaran.
Kelompok 1 48
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
3. Pengecapan
Gambar di atas memperlihatkan jaras saraf untuk transmisi
sinyal pengecapan dari lidah dan dan daerah faringeal ke
system saraf pusat. Impuls pengecap dari dua pertiga
anteriorlidah mula-mula akan diteruskan ke saraf lingualis,
kemudian melalui korda timpani diteruskan ke saraf facialis,
dan akhirnya ke traktus ke solitaries di batang otak. Sensasi
pengecap dari papila sirkumvalata di bagian belakang lidah
dan dari daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan
lainnya. Akan ditransmisikan melalui nervus glosovaringeus
ke traktus solitarius, tetapi pada ketinggian yang sedikit lebih
posterior. akhirnya beberapa sinyal pengecap dari dasar lidah
dan bagian-bagian lain di daerah faring, akn ditransmisikan ke
traktus solitarius melalui nervus vagus.
Semua serabut pengecap bersinaps di batang otak bagian
posterior di dalam nucleus traktus solitarius. Nucleus ini
mengirimkan neuron susunan-kedua ke daerah kecil di
Kelompok 1 49
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
nucleus medial posterior ventral thalamus, yang terletak
sedikit medial dari ujung thalamus daerah facial di sistim
lenmiskus medialis – kolumna dorsalis. Dari thalamus neuron
susunan-ketiga ditransmisikan di ujung bawah girus
posentralis pada korteks serebri parietalis, tempat neuron ini
melingkar kedalam fisura sylvii, dan kedalam daerah
operkular insular. Daerah ini terletak sedikit ke lateral, ventral
dan rostral dari daerah untuk sinyal taktil lidah di daerah
somatoserebri I.
4. Penghidu
Pada gambar di atas di perlihatkan bulbus olfaktorius.
Serabut saraf yang kembali dari bulbus di sebut nervus
kranialis I atau traktus olfaktorius. Namun demikian, kedua
traktus dan bulbus merupakan pertubuhan jaringan otak dari
dasar otak ke arah anterior, pembesaran berbentuk bulat
pada ujungnya disebut bulbus olfaktorius , terletak pada
lempeng kribriformis, yang memisahkan rongga otak dari
bagian rongga hidung. Lamina kribriformis memiliki banyak
lubang kecil yang merupakan tempat maksuknya saraf-saraf
Kelompok 1 50
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
kecil dalam jumlah yang sesuai berjalan naik dari membrane
olfaktorius dirongga hidung memasuki bulbus olfaktorius di
ronga cranial.
Kelompok 1 51
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Mekanisme Membedakan Warna
Semua teori mengenai pengliahtan warna berdasarkan
pada observasi yang telah dikenal secara baik, yakni bahwa
mata manusia sebenarnya dapat mendeteksi hampir semua
gradasi warna bila cahaya monokromatik dari warna merah,
hijau, dan biru dipersatukan dalam bermacam-macam
kombinasi.
Berdasarkan uji spectrum warna, sensitivitas spectrum
ketiga tipe sel kerucut pada manuisa telah terbukti pada
dasarnya sama seperti kurva absorbsi cahaya untuk ketiga tipe
pigmen yang ditemukan dalam sel kerucut.
Dengan melihat kurva di atas, kita dapat melihat bahwa
cahaya monokromatik berwarna jingga tua dengan panjang
gelombang sebesar 580 nanometer itu akan merangsang sel
kerucut merah dengan rangsangan yang besarnya kira-kira 99;
sedangkan sel kerucut hijau akan terangsang oleh nilai
rangsangan kira-kira 42, tetapi sel kerucut biru tidak terangsang
sama sekali. Jadi, perbandingan perangsangan dari ketiga tipe
sel tersebut adlah 99:42:0. system saraf akan
menginterpretasikan susunan rasio ini sebagai warna jingga.
Kelompok 1 52
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Mekanisme Membedakan Bau
Rangsangan bau ditentukan oleh glomerulus pada bulbus
olfaktorius, karena pada glomelurus merupakan struktur yang
memiliki spesifisitas tinggi untuk merangsang terjadinya suatu
bau. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa glomeruli yang
berbeda akan memberikan respon bau yang berbeda pula.
Kemungkinan bahwa glomerui tertentu merupakan petunjuk
sebenarnya untuk menganalisis berbagai sinyal bau yang
dijalarkan ke dalam system saraf pusat.
Sampai saat ini baru dapat diklasifikasikan 7 macam sensasi bau,
yaitu :
1. Camphoraceous
2. Musky
3. Floral
4. Pepperminty
5. Ethereal
6. Pungent
7. Putrid
Kelompok 1 53
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
AREA UNTUK MENGENALI WAJAH
Ada semacam kelainan otak yang disebut prosofenosia
yang merupakan ketidakmampuan untuk mengenali wajah.
Keadaan ini terjadi pada penderita yang mengalami kerusakan
luas pada sisi bawah medial pada kedua lobus oksipitalis dan
sepanjang
permukaan
medioventral lobus
temporalis, seperti
yang tampak pada
gambar. Hilangnya
area untuk
mengenali wajah
ini, memang cukup
aneh,
mengakibatkan
sedikit
abnormalitas fungsi otak.
Kita bisa saja bertanya-tanya mengapa begitu banyak
bagian korteks serebri yang harus dipakai untuk tujuan
pengenalan wajah yang sederhana. Namun, bila kita ingat bahwa
sebagian besar tugas kita sehari-hari adalah berhubungan
dengan orang lain, maka kita dapat mengerti makna atau
kepentingan dari fungsi intelektual ini.
Bagian oksipital dari area ini terletak berdekatan dengan
korteks visual, dan bagian temporal berkaitan erat dengan
system limbic yang juga berperan dalam proses emosi, aktivitas
otak, dan pengaturan respons perilaku seseorang terhadap
sekelilingnya.
Kelompok 1 54
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
III. PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Sistem indera sangat berperan penting dalam kehidupan,
menentukan keadaan sekitar dan berintegrasi dengan
sistem limbik untuk menentukan perilaku kita terhadap
keadaan sekitar
Kelompok 1 56
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku
Daftar Pustaka
Ganong, W. F. (2005). Review of Medical Physiology. New York: McGraw-Hill.
Gartner, L. P. & Hiatt, J. L. (2007). Color Textbook of Histology. Saunders.
Guyton & Hall (2007). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Junquera (2008). Atlas Histologi. Jakarta: EGC.
Leeson, Leeson & Paparo (2006). Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.
Saladin, K. S. (2007). Anatomy & Physiology, the Unity of Form and Function. Available in: server.fkunram.edu/anatomi fisiologi.
Seeley et al (2004) Anatomy and Physiology 6th Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Kelompok 1 57