skenario 1

68
Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario 1 sebagai hasil diskusi tutorial pertama yang kami lakukan pada Blok 8, yakni Blok Perilaku ini. Skenario yang kami bahas pada tutorial kedua kali ini bertema “Panca Indra”. Membaca tema tersebut, sudah cukup jelas bahwa materi yang akan dibahas berkaitan dengan organ penerima rangsang yang utama dalam susunan tubuh manusia untuk dapat mengetahui persepsi lingkungan sekitar. Materi yang diangkat dalam skenario sangat tepat untuk dijadikan sebagai trigger bagi mahasiswa dalam mencapai Learning Objective yang diinginkan. Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun materi yang disampaikan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang membangun agar kami dapat memperbaikinya pada kesempatan selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca. Mataram, 29 Oktober 2010 Kelompok 1 1

Transcript of skenario 1

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

hanya dengan rahmat hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan

Laporan Tutorial Skenario 1 sebagai hasil diskusi tutorial pertama

yang kami lakukan pada Blok 8, yakni Blok Perilaku ini.

Skenario yang kami bahas pada tutorial kedua kali ini

bertema “Panca Indra”. Membaca tema tersebut, sudah cukup

jelas bahwa materi yang akan dibahas berkaitan dengan organ

penerima rangsang yang utama dalam susunan tubuh manusia

untuk dapat mengetahui persepsi lingkungan sekitar. Materi

yang diangkat dalam skenario sangat tepat untuk dijadikan

sebagai trigger bagi mahasiswa dalam mencapai Learning

Objective yang diinginkan.

Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak

kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun materi yang

disampaikan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang

membangun agar kami dapat memperbaikinya pada kesempatan

selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat memberikan

pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca.

Mataram, 29 Oktober 2010

Penyusun:

(Kelompok 1)

Kelompok 1 1

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

I. Pendahuluan

I. 1 Latar Belakang 3

I. 2 Skenario 4

II. Pembahasan

II.1 Peta Konsep 5

II.2 Learning Objective 5

II.3 Pembahasan 6

1. Anatomi dan Histologi 8

2. Mekanisme Transduksi 19

3. Jaras-Jaras pada Panca Indra 37

4. Mekanisme Membedakan Warna 42

5. Mekanisme Membedakan Bau 43

6. Area untuk Mengenali Wajah 44

III. Penutup

Kesimpulan 45

Daftar Pustaka 46

Kelompok 1 2

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Siapapun yang menikmati musik, seni, makanan enak

atau percakapan yang baik memiliki kesadaran dan

menggambarkan bahwa ia memiliki pikiran yang sehat.

Pikiran atau kesadaran akan keadaan sekitar akan sangat

membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Secara umum, kita mengetahui adanya panca indra

utama, yakni penghidu, pengecap, penglihatan,

pendengaran dan juga indra perasa berupa kulit yang

menutupi hampir seluruh tubuh manusia. Kelima sensasi

ini digolongkan ke dalam “special senses” yang akan

mendefinisikan sensasi sekitar melalui reseptor spesifik

yang ada di organ-organ yang khusus.

Pada skenario kali ini, kami akan membahas mengenai

anatomi dan histologi dari organ-organ yang menerima

sensasi utama untuk kemudian disampaikan ke otak

hingga dapat dipersepsi. Selain itu, kami juga membahas

mengenai proses transduksi pada masing-masing organ

hingga menghasilkan potensial aksi yang kemudian

disampaikan ke otak melalui jaras-jaras tertentu. Materi ini

sangat penting karena merupakan jendela bagi tubuh kita

untuk dapat mengetahui keadaan sekitar. Dengan begitu,

barulah tubuh dapat berespon terhadap apa yang terjadi di

lingkungannya.

Kelompok 1 3

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

I.2 Skenario 1

Panca Indra

We can recognize a friend instantly—full-face, in profile, or even by the back of his head. We can distinguish millions of shades of color, as well as 10,000 smells. We can feel a feather as it brushs our skin, hear the faint rustle of a leaf. It all seems so effortless: we open our eyes or ears and let the world stream in. Yet anything we see, hear, feel, smell, or taste requires billions of nerve cells to flash urgent messages along cross-linked pathways and feedback loops in our brains, performing intricate calculations that scientists have only begun to decipher.

Kelompok 1 4

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

II. PEMBAHASAN

II.1 Peta Konsep

II.2 Learning Objective

1. Transduksi dari panca indra

2. Jaras fisiologi panca indra

3. Membedakan warna-warna dan bau-bauan

4. Mekanisme mengenali seseorang

Kelompok 1 5

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

II.3 Pembahasan

Anatomi Dan Histologi

Indera Penglihatan

Mata merupakan suatu struktur sferis berisi cairan yang

dibungkus oleh 3 lapisan. Lapisan-lapisan tersebut dari luar ke

dalam:

1. Sklera/ kornea

Kelompok 1 6

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

2. Koroid/ badan siliaris/ iris

3. Retina

1. Sklera/ kornea

Sklera

- Selapis jaringan ikat yang melapisi sebagian besar bola

mata

- Membentuk bagian putih mata

Kornea

- Lapisan transparan luar pada bagian anterior

- Tempat lewatnya berkas-berkas cahaya ke anterior

mata

2. Koroid/ badan siliaris/ iris

Koroid

- Lapisan tengah di bawah sklera

- Sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-

pembuluh darah untuk memberi makan retina

Korpus siliaris dan iris

- Spesialisasi koroid di bagian anterior mata

3. Retina

Kelompok 1 7

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Lapisan Pigmen

- Terdiri dari pigmen hitam melanin yang berfungsi

mencegah pantulan cahaya dari bagian lengkung bola

mata mencegah kekacauan penyinaraln bayangan

yang dibentuk tepat.

- Pada orang albino, pigmen melanin << cahaya yang

mengenai retina dipantulkan ke segala arah

merangsang banyak sel batang dan sel kerucut

ketajaman penglihatan menurun (20/100 sampai

dengan 20/200).

- Sejumlah besar vitamin A disimpan di lapisan ini.

Lapisan Nukleus Luar

- Terdiri dari badan sel batang (gambar a) dan sel kerucut

(gambar b)

Kelompok 1 8

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

- Segmen luar:

Terdapat fotokimiawi yang peka cahaya = rodopsin

(pada sel batang) atau salah satu dari 3 fotokimiawi

warna (pada sel kerucut).

Terdapat piringan (1000/sel) yang merupakan

susunan lipatan dari membran sel dilapisi

fotokimiawi.

- Segmen dalam

Mengandung sitoplasma dengan organela

sitoplasmik biasa, termasuk mitokondria yang

menyediakan energi untuk berfungsinya reseptor.

- Badan Sinaptik

Bagian yang berhubungan dengan sel horizontal dan

sel bipolar.

Suplai darah retina

Kelompok 1 9

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

- Berasal dari arteria retina sentralis: untuk nutrisi lapisan

dalam retina.

- Berasal dari koroid yang merupakan jaringan kaya

pembuluh darah di antara retina dan sklera: untuk

nutrisi lapiasn luar retina, karena ia melekat pada

koroid.

Daerah Fovea

- Daerah yang sangat kecil di bagian retina dengan luas

< 1 mm.

- Berperan utama untuk penglihatan cepat dan rinci.

- Fovea sentralis (dengan diameter 0,3 mm) seluruhnya

terdiri dari sel kerucut yang penjang dan ramping

dibandingkan di retina bagian perifer.

- BV, sel-sel ganglion, lapisan sel-sel inti dalam, lapisan

pleksus tersebar di satu sisi, bukan tepat di puncak

konus cahaya tiba di konus tanpa diredam.

Sel-sel di retina

1. Sel Batang dan Sel Kerucut

Perbedaannya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Sel Batang Sel Kerucut

100 juta per retina 3 juta per retina

Penglihatan dalam rona abu-abu

Penglihatan warna

Kepekaan tinggi Kepekaan rendah

Ketajaman rendah Ketajaman tinggi

Banyak konvergensi di jalur retina

Sedikit konvergensi di jalur retina

Lebih banyak di perifer Terkonsentrasi di fovea

Alur : Sel batang Sel bipolar sel amakrin

Alur : Sel batang Sel bipolar sel ganglion

Kelompok 1 10

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

sel ganglionNeuron serta serabut sarafnya lebih kecil

Neuron serta serabut sarafnya lebih kecil

2. Sel Horizontal

- Memiliki sifat inhibisi lateral bagi sel lainnya untuk

membantu memastikan penjalaran pola penglihatan

dengan kontras penglihatan yang sesuai.

3. Sel Bipolar

- Terdiri dari dua jenis sel yaitu sel bipolar

berdepolarisasi dan sel bipolar berhiperpolarisasi.

- Ketika sel batang atau sel kerucut terekstitasi, ada

sel bipolar yang terdepolarisasi dan yang

terhiperpolarisasi, penyebabnya:

Glutamat memberikan respons depolarisasi atau

hiperpolarisasi pada salah satu jenis sel dan tidak

keduanya.

Salah satu dari kedua sel bipolar tersebut

menerima rangsangan dari sel batang atau

kerucut sementara yang lainnya dari sel

horizontal.

- Keuntungannya: membentuk inhibisi lateral pada dua

fotoreseptor yang berdekatan.

4. Sel Amakrin

(Khususnya untuk sinyal pengantaran pada sel batang)

- Fungsinya berbeda-beda antara satu jenis sel dengan

sel lainnya yaitu ada sel yang berfungsi untuk:

1. Respons terhadap onset sinyal yang kontinyu tapi

responsnya mati dengan cepat.

Kelompok 1 11

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

2. Respons terhadap offset sinyal tapi responsnya

mati dengan cepat.

3. Respons saat cahay dinyalakan maupun

dimatikan, dengan memberikan sinyal sederhana

mengenai perubahan iluminasi, tanpa

memperhatikan arahnya.

4. Respons terhadap gerakan cahaya yang melintasi

retina.

5. Membantu menganalisis sinyal penglihatan

sebelum menganalisis sinyal penglihatan

5. Sel Ganglion

- Terdiri dari tiga jenis sel:

a. Sel W (40% total)

- Diameter < 10 mikrometer

- Kecepatan lambat yaitu 8 m/d

- Menerima eksitasi dari sel batang

- Dendritnya tersebar luas di retina sehingga

menerima sinyal dari daerah yang luas.

- Sensitif untuk mendeteksi arah pergerakan di

lapang pandangan.

- Penting untuk penglihatan sel batang yang

kasar dalam keadaan gelap.

b. Sel X (55% total)

- Diameter sedang 10-15 mikrometer

- Kecepatan 14 m/d

- Dendritnya tidak menyebar secara luas

sehingga menerima sinyal dari lokasi tertentu

saja.

- Setiap selnya menerima input dengan

sedikitnya dari satu sel kerucut sehingga

Kelompok 1 12

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

bertanggungjawab untuk penglihatan seluruh

warna.

- Untuk rincian bayangan penglihatan yang

halus.

c. Sel Y (5% total)

- Diameter 35 mikrometer

- Kecepatan 50 m/d

- Lapangan dendritiknya luas.

- Berespons terhadap perubahan bayangan

penglihatan yang cepat baik berupa gerakan

yang cepat atau intensitas cahaya yang cepat.

Indera Penghidu

Kelompok 1 13

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Penghidu adalah organ khusus yang jurang dipahami. Mukosa

olfaktorius, terletak di langit-langit rongga hidung, mengandung

3 jenis sel, yakni:

1. Sel resepor olfaktorius

2. Sel penunjang: mageluarkan mukus

3. Sel basal: prekursor sel-sel reseptor olfaktorius

Reseptor sel olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang

menggembung dan berisi beberapa silia yang meluas ke

permukaan mukosa.

Silia mengandung tempat pengikatan untuk melekatnya

berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk bau).

Indra Pengecap

Kelompok 1 14

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Anatomy of Tongue

Struktur sensoris yang bias mendeteksi gustatory (rasa)

atau pengecapan, adalah taste buds (kuncup kecap).

Kebanyakan dari kuncup kecap biasanya terdapat di bagian

khusus dari lidah atau disebut papillae. Kuncup kecap tak hanya

terdapat di lidah saja, akan tetapi juga terdapat di palatine, dan

bahkan juga terdapat pada kerongkongan, khususnya pada anak-

anak. Terdapat empat jenis dari papilla yang diberi nama sesuai

dengan bentuk masing-masing: vallata (berbentuk seperti

dikelilingi oleh tembok), fungiform (berbentuk seperti jamur),

foliate (berbentuk seperti daun) dan filiform (berbentuk seperti

kawat). Kuncup kecap dimiliki oleh vallate, fungiform dan foliate.

Kelompok 1 15

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Filiform merupakan papilla paling banyak pada permukaan lidah

tetapi tidak mempunyai kuncup kecap.

Papilla vallate merupakan papilla terbesar tetapi jumlahnya

paling sedikit. Sekitar 8-12 dari papilla vallate akan membentuk

sebuah garis berbentuk-V sepanjang pinggir anterior dan

posterior dari lidah. Papilla fungiform tersebar secara acak di

seluruh permukaan superior dari lidah dan tampak seperti titik-

titik merah. Papilla foliate terletak di lipatan tepi dari lidah dan

mengandung kuncup kecap yang paling sensitive. Papilla foliate

merupakan papilla terbanyak pada anak kecil dan akan

berkurang selama pertumbuhan dan pada dewasa kebanyakan

terletak pada bagian posterior dari lidah.

Histology of Tongue (Taste Buds)

Kuncup kecap merupakan struktur yang berbentuk oval

dan menempel pada epithelium pada lidah dan mulut. Setiap

10.000 kuncup kecap yang dimiliki oleh lidah seseorang terdiri

dari dua jenis sel epithelium khusus. Jenis pertama akan

membentuk kapsul eksterior dari kuncup kecap, sedangkan

interior dari setiap kuncup kecap terdiri dari sekitar 50 sel

gustatory. Sama seperti sel pada sel olfactory, sel-sel pada

kuncup kecap juga diganti secara terus-menerus, setiap kuncup

kecap memiliki umur sekitar 10 hari. Setiap sel gustatory

memiliki beberapa mikrovili yang disebut gustatory hair (rambut

gustatory), memperpanjang diri dari apeksnya menuju bukaan

kecil di epitheliumnya yang disebut gustatory pore.

Kelompok 1 16

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Indra Pendengaran

A. External Ear

Aurikula atau pinna merupakan bagian terbesar dari

telinga luar dan terdapat di luar kepala dan terutama tersusun

dari kartilago elastic dan ditutupi oleh kulit. Bentuknya

membantu mengumpulkan gelombang suara dan

mengarahkannya ke arah meatus auditory externa. Meatus

auditory externa dilapisi oleh rambut dan kelenjar ceruminous

yang memproduksi cerumen, sebum yang bermodifikasi atau

lebih sering disebut tahi telinga. Rambut dan cerumen ini

akan berfungsi untuk mencegah benda asing menuju gendang

telinga. Produksi cerumen yang berlebihan akan memblokir

meatus.

Kelompok 1 17

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Membrane timfani atau gendang telinga berbentuk tipis,

semitransparan, hampir oval, tiga lapisan membrane yang

akan memisahkan telinga luar dengan telinga tengah. Terdiri

dari epitel kuboid simpleks pada permukaan dalamnya dan

epitel squamous stratified pada permukaan luarnya dan di

antaranya terdapat lapisan jaringan ikat. Gelombang suara

apabila mencapai membrane timfani melewati meatus

auditory externa akan menyebabkan membrane timfani

bergetar.

B. Middle Ear

Di sebelah median

dari membrane timfany

merupakan ruangan

yang berisi udara yang

terdapat di telinga

tengah. Terdiri dari dua

pembukaan, jendela

berbentuk bulat dan oval

di bagian medial dari

telinga tengah yang

akan memisahkan

antara telinga tengah dengan telinga dalam. Terdapatnya dua

pembukaan ini memberikan saluran udara dari telinga tengah.

Saluran pertama akan terbuka menuju mastoid air cell yang

terdapat di prosesus mastiodeus di os. Temporal. Saluran

yang lainnya, auditory atau tubulus Eustachian, terbuka

menujuke pharynx dan menyamakan tekanan udara yang ada

di luar dan di cavum telinga tengah. Ketidakseimbangan

tekanan udara yang ada di lingkungan luar dengan telinga

tengah bias menyebabkan perubahan bentuk dari membrane

Kelompok 1 18

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

timfani, memperkecil getarannya dan akan menyebabkan

susah mendengar. Di telinga tengah terdapat tiga tulang

pendengaran; malleus, incus, dan stapes yang akan

mentransfer getaran dari membrane timfani menuju ke oval

window. Tangkai dari malleus melekat pada permukaan dalam

dari membrane timfani, dan getaran yang timbul pada

membrane timfani akan menyebabkan malleus akan ikut

bergetar. Kepala dari malleus melekat pada sendi synovial

yang sangat kecil pada incus, sedagkan incus juga dilekati

oleh stapes melalui sendi synovial yang sangat kecil. Ujung

datar dari stapes masuk dengan pas ke dalam oval window

dan akan tetap pada posisinya karena terdapat ligamentum

anular yang fleksibel.

C. Inner Ear

Kelompok 1 19

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Saluran dan ruangan yang

terdapat di dalam os. Temporal

disebut bony labyrinth (labirin

tulang). Karena di labirin

tulang terdapat saluran yang

dari tulang, saluran ini tidak

bias dipindahkan secara

mudah, maupun diperiksa

secara terpisah. Labirin tulang dilapisi oleh periosteum, dan

apabila telinga tengah diliha secara terpisah, maka

periosteum akan tampak. Di dalam labirin tulang dengan

bentuk yang sama tetapi dengan bidang saluran dan ruangan

membrane yang lebih kecil disebut membranous labyrinth

(labirin membranosa). Labirin membranosa diisi oleh cairan

endolimfe, dan ruangan di antara labirin tulang dengan labirin

membranosa diisi oleh cairan perilimfe. Cairan perilimfe

sangat mirip dengan cairan serebrospinal, tetapi cairan

endolimfe memiliki konsentrasi kalium yang lebih tinggi dan

konsentrasi natrium yang lebih sedikit, komposisi dari cairan

endolimfe ini berkebalikan dengan cairan perylimfe dan cairan

serebrospinal. Labirin tulang dibedakan menjadi tiga bagian;

cochlea, vestibular, dan kanalis semisirkularis. Vestibular dan

kanalis semisirkularis berkaitan dengan keseimbangan,

sedangkan cochlea untuk pendengaran. Labirin membranosa

dari cochlea dibedakan menjadi tiga bagian; scala vestibuli,

scala timfani, dan duktuscochlearis. Scala vestibuli dan scala

media dipisahkan oleh membran Reissner (m.vestibular),

scala timpani dan scala media dipisahkan oleh membran

basilar. Pada permukaan membran basilar terletak organ

Corti, yang mengandung sel-sel rambut (suatu seri sel yang

Kelompok 1 20

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

sensitif secara elektromagnetik, merupakan organ reseptif

akhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai respon

terhadap getaran suara).

Kelompok 1 21

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Mekanisme transduksi

Indera Pengelihatan

Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat

menjadi potensial aksi di saraf optikus. panjang gelombang

cahaya yang dapat terlihat berkisar dari sekitar 397-723 nm.

Bayangn suatu benda di dalam lingkungan difokuskan di retina.

Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan

potensial di dalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di

retina dihantarkan ke korteks serebri, tempat impuls tersebut

menimbulkan sensasi penglihatan.

Baik ssel batang maupun kerucut mengandung bahan

kimia yang akan terurai bila terpajan cahaya dan, dalam

prosesnya akan meransang serabut-serabut saraf yang berasal

dari mata. Bahan kimia peka cahaya didalam sel batang disebut

rodopsin. Bahan peka cahaya di dalam sel kerucut disebut

pigmen kerucut atau pigmen warna, memiliki komposisi sedikit

berbeda dengan rodopsin.

Siklus pengelihatan rodopsin-retina dan perangsangan

sel batang

Segmen luar sel batang yang menonjol ke lapisan pigmen

retina mengandung sekitar 40 persen pigmen peka cahaya yang

disebut protein skotopsin denga pigmen karotenoid retinal

(retinene). Selanjutnya retinal tersebut merupakan tipe khusus

yang disebut 11-cis retinal. Bentuk cis dari retinal adalah bentuk

yang penting sebab hanya bentuk ini saja yang dapat berikatan

dengan skotopsin agar dapat bersintesis menjadi rodopsin.

Kelompok 1 22

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Seperti terlihat pada gambar di atas, rodopsin segera

teurai dalam waktu sepersekian detik. Penyebabnya adalah

cahaya fotoaktivasi electron pada bagian retinal dari rodopsin,

yang menyebabkan perubahan segera pada bentuk cis dari

retinal menjadi bentuk all trans, yang tetap mempunyai struktur

kimiawi yang sama dengan bentuk cis namun struktur fisiknya

berbeda. Oleh karena itu, orientasi tiga dimensi dari tempat

reaksi retinal all-trans tidak lagi sesuai dengan tempat reaksi

protein skotopsin, maka all-trans retinal mulai terlepas dari

skotopsin. Produk yang segera terbentuk adalah batorodopsin,

yang merupakan kombinasi terpisah sebagian dari all-trans

retinal dan skotofsin. Batorodofsin sendiri merupakan senyawa

yang sangat tidak setabil dan dalam waktu sekian nanodetik

akan rusak menjadi lumirodopsin. Dalam waktu sekian mikro

detik, senyawa ini lalu akan rusak lagi dan menjadi metarodopsin

I, dan selanjutnya dalm waktu kira-kira 1 mili detik akan menjadi

metarodopsin II, dan ahirnya dalam waktu yang jauh lebih

lambat (beberapa detik) akan menjadi produk pecaha akhir :

skotopsin dan all-trans retinal. Metarodopsin II yang juga disebut

rodopsin teraktivasi, merangsang perubahan elektrik dalam sel

Kelompok 1 23

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

batang yang kemudian menghantarkan bayangan penglihatan ke

sistem saraf pusat dalam bentuk potensial aksi nervus optikus.

Tahap pertama dalam pembentukan kembali rodopsin

adalah mengubah kembali all-trans retinal menjadi 11-cis retinal.

Proses ini memerlukan energy metabolik dan dikatalis oleh enzim

retinal isomerase. Ketika 11-cis retinal terbentuk, maka secara

otomatis akan bergabung kembali dengan skotopsin untuk

membentuk kembali rodopsin, yang selanjutnya tetap setabil

sampai teurai kembali oleh adanya absorbs energy cahaya.pada

gambar juga terdapat reaksi kimia kedua yang merubah all-trans

retinal menjadi 11-cis retinal. Hal ini didapat mul-mula dengan

mengubah all-trans retinal menjadi all-trans retinol. Yang

merupakan salah satu bentuk vitamin A. selanjutnya dibawah

pengaruh enzim isomerase, all-trans retinol ini diubah menjadi

11-cis retinol. Dan ahirnya 11-cis retinol diubah menjadi 11-cis

retinal dan bergabung dengan skotopsin untuk membentuk

rodopsin baru.

Berikut kaskade kimiawi penguraian rodopsin yang sangat

sensitive yang memperkuat efek peransangan sekitar sejuta kali,

yaitu sebagai berukut:

1. Foton mengaktifasi electron pada bagian 11-cis retinal

rodopsin; hal ini menimbulkkan pembentukan metarodopsin II,

yang merupakan bentuk aktif rodopsin,seperti yang telah

dibahas dan diperlihatkan pada gambar 50-5.

2. Fungsi rodopsin teraktifasi adalah sebagai enzim yang

berguna untuk mengaktifasi banyak molekul transdusin, yaitu

protein yang terdapat bentuk inaktif pada membrane lempeng

optic dan membrane sel batang.

Kelompok 1 24

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

3. Transdusin teraktivasi akan mengaktivasi banyak sekali

molekul fosfodiesterase.

4. Fosfodiesterase teraktivasi adalah bentuk enzim lain. Enzim

ini denga segera menghidrolisis bnyak sekali molekul

guanosin monofosfat siklik (cGMP), sehingga

menghancurkannya. Sebelum dihancurkan, cGMP telah

berikatan dengan protein kanal natrium dari membrane luar

sel-sel batang untuk menyangganya agar tetap terbuka.

Tetapi pada keadaan terang, ketika fosfodiesterase

menghidrolisi cGMP, hal ini akan menghilangkan penyangga

tersebut dan menyebabkan kanal natdium tertutup. Berates-

ratus kanal tertutup pada saat setiap kali molekul rodopsin

teraktivasi. Karena aliran natrium yang melalui kanal-kanal ini

terjadi sedemikian cepat, aliran dari sejuta atau lebih ion

natrium dihambat oleh penutupan kanal ini sampai kanal

terbuka lagi. Penurunan aliran natrium inilah yang

mengeksitasi sel-sel barang.

5. Dalam waktu sepersekian detik, enzim ini, rodopsin kinase,

yang selalu terdapat pada sel-sel batang, membuat rodopsin

teraktivasi (metarodopsin II) menjadai tidak teraktivasi dan

seluruh kaskade kembali ke keadaan normal dengan

pembukaan kanal natrium.

Vitamin A dapat dijumpai baik dalam sitoplasma, sel

batang maupun didalam lapisan pigmen retina. Oleh karena itu,

secara normal vitamin A selalu tersedia bila dibutuhkan untuk

pembentukan retinal yang baru. Sebaliknya, bila didalam retina

terdapat kelebihan retinal, kelebihan ini akan diubah kembali

vitamin A. sehingga akan mengurangi jumlah pigmen peka

Kelompok 1 25

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

cahaya didalam retina. Vitamin A berguna dalm adaptasi retina

jangka panjang terhadap berbagai intensitas cahaya.

Bila retina mendadak terkena cahaya, hiperpolarisasi

sementara yang timbul dalam sel batang, yaitu potensial

reseptor yang timbul mencapai puncaknya dalam waktu kurang

lebih 0,3 detik dan berlangsung lebih dari satu detik. Pada sel

kerucut, perubahan ini terjadi empat kali lebih cepat dari sel

batang. Bayangan visual yang mengenai sel batang diretina

hanya selama sepersejuta detik, terkadang dapat menimbulkan

sensasi penglihatan bayangan selama lebih dari satu detik. Cirri

lain dari potensial reseptor adalah bahwa potensial ini kira-kira

sebanding dengan logaritma intensitas cahaya. Hal ini sangat

penting, karena membuat mata mampu membedakan intensitas

cahaya melalui kisaran ribuan kali sampai semampu yang dapt

dilakukan.

Potensial reseptor sel batang sewaktu rodopsin diaktivasi

oleh cahaya

Bila sel batang terpajan cahaya, hasil potebsial

reseptornya berbeda dari potensial reseptor sensorik lainnya.

Peransangan sel batang menyebabkan peningkatan negativitas

dari potensial membrane atau disebut hiperpolarisasi. Hal ini

berlawanan dengan penurunan negativitas (depolarisasi) Yng

terjadi hamper semua reseptor sensorik.

Kelompok 1 26

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Pada gambar di atas terlihat pergerakan ion natrium

dengan sirkuit yang lengkap melewati segmen dalam dan

segmen luar sel batang. Segmen dalam secara terus menerus

memompa natrium dari sisi dalam sel batang menuju sisi luar,

sehingga akan membentuk suatu potensial negative disisi dalam

seluruh sel. Namun, segmen luar batang tempat piringan

fotoreseptor berada seluruhnya berbeda.

Pada keadaan gelap, membrane batang ini mengalami

kebocoran ion natrium yang hebat. Oleh karena itu, ion natrium

secara terus menerus masuk kembali kedalam sel batang dan

dengan negativitas dan dengan demikian menetralkan sebagian

besar negativitas didalam seluruh sel. Jadi, pada keadaan gelap

normal, bila sel batang tidak diransang, terjadi pengurangan

muatan elektronegativitas disisi dalam membrane sel batang,

yang besarnya kira-kira -40 milivolt sedangakan kebanyakan

reseptor sensorik biasanya sebesar -70 sampai -80 milivolt.

Kelompok 1 27

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Kemudian sewaktu rodopsin yang ada di segmen luar

batang terpajan cahaya, rodopsin mulai terurai, dan hal ini

menurunkan konduktansi natrium kedalam sel batang walaupun

ion natrium terus dipompa kearah luar melalui membrane da

segmen dalam. Jadi, sekarang lebih banyak ion natrium yang

meninggalkan sel batang dari pada yang kembali masuk. Karena

ion natrium bermuatan positif, berkurangnya ion – ion ini dari

dalam sel batang menciptakan peningkatan negativitas didalam

membrane, dan semakin banyak jumlah energy cahaya yang

mengenai sel batang, semakin besar muatan elektronegatifnya.

Jadi, semakin besar pula derajat hiperpolarisasinya.

Adaptasi gelap dan terang

Ketika seseorang berada di tempat terang dalam waktu

yang lama, maka fotokimiawi yang ada di sel batang maupun sel

kerucutnya akan berkurang akibat diubah menjadi retinal dan

opsin, dan retinal sendiri akan diubah menjadi vitamin A. Hal ini

menyebabkan penurunan sensitifitas mata di tempat yang

terang, atau disebut adaptasi terang.

Sebaliknya, ketika seseorang berada di tempat gelap

dalam waktu yang lama, maka retinal dan opsin yang ada akan

diubah lagi menjadi pigmen peka cahaya, dan vitamin A yang

tersimpan diubah menjadi retinal untuk makin meningkatkan

jumlah pigmen tersebut. Batas akhirnya ditentukan oleh jumlah

opsin yang ada di dalam sel batang dan kerucut untuk

bergabung dengan retinal. Proses ini akan kembali meningkatkan

sensitifitas mata akan cahaya, bahkan hingga 60.000 kali lipat,

dalam kurun waktu tertentu.

Untuk sensitifitas mata di tempat gelap, awalnya dapat

diperankan oleh sel kerucut. Namun karena sifat alamiahnya

Kelompok 1 28

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

yang lebih peka pada cahaya terang, maka lambat laun

sensitifitasnya akan melemah dan menjadi tidak berespon

terhadap jumlah cahaya yang sedikit. Saat itulah sel batang akan

mengambil peranan, untuk jangka waktu yang lebih lama, dari

hitungan menit hingga berjam-jam, seperti yang digambarkan

pada kurva di bawah ini.

Selain peranan konsentrasi rodopsin tersebut, mekanisme

lainnya untuk kondisi terang dan gelap adalah dengan

perubahan pada ukuran pupil serta adaptasi saraf. Perubahan

ukuran pupil dapat member pengaruh hingga 30 kali lipat dalam

sepersekian detik karena akan berefek pada jumlah cahaya yang

diterima mata. Sedangkan untuk adaptasi saraf, diperankan oleh

jalinan-jalinan sel yang berperan dalam jaras penglihatan, yang

menurunkan besar rangsangan visual dari sel-sel yang berada di

lapisan retina. Meski pengaruhnya kecil, namun mekanisme ini

berjalan lebih cepat, yaitu dalam sepersekian detik.

Kelompok 1 29

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Indera Pendengaran

Telinga luar dan telinga tengah mengubah gelombang

suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan

ditelinga dalam

Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak ditelinga

dalam yang berisi caira. Dengan demikian, gelombang suara

hantaran udara harus disalurkan kea rah dan dipindahkan ke

telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan kompensasi

terhadap berkurangnya energy suara yang terjadi secara

alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air.

Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.

Telinga luar terdiri dari auricular (pinna), meatus auditorius

eksternus, dan membrane timpani. Pinna, suatu lempeng tulang

rawan terbungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan

menyalurkannya ke saluran telinga luar. Karena bentuknya, daun

telinga secara parsial menahan gelombang suara yang

mendekati telinga dari arah belakang, dengan demikian

membantu seseorang membedakan apakan suara dating dari

arah depan atau belakang.

Meatus auditorius eksternus dijaga oleh rambut-rambut

halus. Kulit yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar-

kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan suramen

(kotoran telinga), suatu sekresi lengket yang menangkap

partikel-partikel asing yang halus. Rambut halus dan suramen

tersebut membantu mencegah partikel – pertikel dari udara

masuk ke bagian dalam saluran telinga, tempat mereka dapat

menumpuk atau mecederai membrane timpani dan mengganggu

pendengaran.

Kelompok 1 30

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Membrane timpani, yang teregang menutupi pintu masuk

ke telinga tengah, bergetar sewaktu terkena gelombang suara.

Daerah-daerah gelombang suara yang betekanan tinggi dan

daerah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang

sangat peka tersebut menekuk keluar masuk seirama dengan

frekuensi gelombang suara.tekanan udara intirahat di kedua sisi

membrane dapat bergerak bebeas sewaktu gelombang suara

mengenainya. Bagian luar gendang telinga terpajan ke tekanan

atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian

dalam gendang telinga yang berhadapan dengan rongga telinga

tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba

eustachiue (auditoria), yang menghubungkan telinga tengah

dengan faring.tuba eustacheus dalam keadaan normal tertutup,

tetapi dapat dibuat terbuka dengan gerakan menguap,

mengunyah, atau menelan.pembukaan tersebut memungkinkan

tekanan udara dalam telinga tengah menyamakan diri denga

atmosfer, sehingga tekanan di kedua sisi membrane sama. Atau

setara.

Membran timpani (umumnya disebut gendang telinga) dan

tulang-tulang pendengaran, yang menghantarkan suara dari

membran timpani melewati telinga tengah ke koklea (telinga

dalam). Melekat pada membran timpani adalah tangkai dari

maleus. Maleus terikat pada inkus oleh ligamen yang kecil, se-

hingga pada saat maleus bergerak, inkus ikut bergerak. Ujung

yang berlawanan dari iukus akan berartikulasi dengan batang

stapes, dan bidang depan dari stapes terletak berhadapan

dengan membran labirin koklea pada muarafenestra ovalis.·

Ujung tangkai maleus melekat di bagian tengah membran

timpani, dan tempat perlekatan ini secara konstan akan tertarik

Kelompok 1 31

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

oleh muskulus tensor timpani, yang menyebabkan membran

timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran pada

setiap bagian membran timpani akan dikirim ke tulang-tulang

pendengaran, dan hal ini tidak akan terjadi bila membran

tersebut longgar.

Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh

ligamen-ligamen sedemikian rupa sehingga gabungan maleus

dan inkus bekerja sebagai pengungkit tunggal, dengan fulkrum

yang terletak hampir pada perbatasan membran timpani.

Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes

mendorong fenestra ovalis ke depan dan di sisi lain juga

mendorong cairan koklea ke depan setiap saat membran timpani

bergerak ke dalam, dan setiap maleus bergerak keluar akan

mendorong cairan ke belakang.

Kelompok 1 32

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Penyesuaian Impedansi oleh Sistem Tulang Pendengaran.

Amplitudo gerakan bidang depan stapes di setiap getaran

suara, hanya tiga perempat dari amplitudo tangkai maleus. Oleh

karena itu, sistem pengungkit tulang pendengaran tidak mem-

perbesar jarak pergerakan dari stapes, seperti yang umumnya

diyakini. Sebaliknya, sistem tersebut sebenarnya mengurangi

jarak tetapi meningkatkan tenaga pergerakan sekitar 1,3 kalinya.

Selain itu, luas daerah perrnukaan membran timpani adalah

sekitar 55 milimeter persegi, sedangkan luas daerah permukaan

stapes rata-rata 3,2 milimeter persegi. Rasio perbedaan yang 17

kali lipat ini dikali dengan rasio 1,3 kali dari sistem pengungkit,

menyebabkan penekanan total sekitar 22 kali lipat yang

diberikan pada cairan koklea, seperti yang diberikan oleh

gelombang suara terhadap membran timpani.

Karena cairan mempunyai inersia yang jauh lebih besar

daripada udara, mudah dimengerti bahwa peningkatan jumlah

tekanan diperlukan untuk menimbulkan getaran pada cairan.

Oleh karena itu, membran timpani dan sistem tulang

pendengaran memberikan kesesuaian impedansi antara

gelombang suara di udara dan getaran suara di dalam cairan

koklea. Tentu saja, kesesuaian impedansi adalah sekitar 50

sampai 75 % dari sempurna untuk frekuensi suara antara 300

dan 3000 siklus / detik.

Bila tidak ada sistem tulang pendengaran dan membran

timpani, gelombang suara tetap dapat bergerak langsung melalui

udara di telinga tengah dan masuk ke koklea pada fenestra

ovalis. Namun, sensitivitas pendengaran kemudian menjadi 15

hingga 20 desibel kurang dari penjalaran melalui tulang

pendengaran.

Kelompok 1 33

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Penguatan suara melalui kontraksi muskulus stapedius

dan tensor timpani.

Ketika suara yang dan dari ditransmisikan melaui system saraf

pusat. Setelah periode laten yang hanya selama 40 sampai 80

milidetik akan timbul refleks untuk menyebabkan kontraksi

muskulus stapedius dan sedikit lebih lemah pada muskulus

tensor timpani. Muskulus tensor timpani akan menarik tangkai

maleus ke arah dalam, sedangkan muskulus stapedius menarik

stapes keluar. Dua telinga ini berlawanan satu sama lain,

sehingga menyebabkan seluruh system tulang pendengaran

meningkatkan regiditasnya, sehingga sangat mengurangi

konduksi tulang pendengaran dari suara yang berfrekuensi

rendah, terutama frekuensi dibawah 1000 siklus per detik.

Refleks penguatan ini dapan mengurangi intensitas transmisi

suara berfrekuensi rendah sebanyak 30 sampai 40 desible, yang

lebih kurang merupakan perbedaan yang sama seperti antara

suara keras dan suara bisikan. Fungsi dari mekanisme ini diduga

meningkat hingga dua kali lipat:

1. Untuk melindungi koklea dari getaran menusuk yang

disebabkan oleh suara yang sangat keras.

2. Untuk menutupi suara berfrekuensi lemah pada lingkungan

suara keras. Ini biasanya menghilangkan sebagian besar

suara lingkungan, sehingga seseorang dapat berkonsentrasi

pada suara diatas 1000 siklus per detik, tempat sebagian

besar hubungan informasi pada komunikasi suara di

transmisikan.

Fungsi lain muskulus tensor timpani dan stapedius adalah

menurunkan sensitivitas pendengaran pada suara orang itu

Kelompok 1 34

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

sendiri. Pengaruh ini diaktivasi oleh sinyal-sinyal saraf kolateral

yang ditranmisikan ke otot-otot tersebut pada saat bersamaan

dengan saat otak mengaktivasi mekanisme suara.

Kelompok 1 35

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Indra Penciuman

Sensasi Utama Penghidu

Sebagian besar ahli fisiologi percaya bahwa banyaknya

variasi bau yang dapat dideteksi, sekitar 4.000 untuk orang rata-

rata, sebenarnya kombinasi dari beberapa sensasi bau utama.

Berdasarkan penelitian psikologis, sensasi-sensasi tersebut

dikategorikan menjadi: (1) camphoraceous, (2) musky, (3) floral;

harum bunga-bungaan, (4) pepperminty, (5) ethereal; sangat

samar, (6) pungent; bau yang tajam, dan (7) putrid; busuk.Perlu

diperhatikan bahwa daftar ini tidak benar-benar mewakili sensasi

penghidu utama yang sesungguhnya. Akhir-akhir ini, penelitian

spesifik terhadap gen-gen yang menyandi protein-protein

reseptor neuron olfaktorius menunjukkan sedikitnya terdapat

100 sensasi penghidu utama yang berbeda.

Ambang Batas Penghidu

Salah satu karakteristik dasar dari penghidu adalah bahwa

agen perangsang ada di udara dalam jumlah yang sedikit saja

dapat menimbulkan sensasi penghidu. Sebagai contoh, zat

Kelompok 1 36

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

metilmerkaptan pada gas alami dapat tercium walaupun hanya

ditemukan 1/25 triliun per gram di dalam setiap milimeter udara.

Walaupun ambang batas konsentrasi substansi yang

mengeluarkan bau sangat kecil, sebagian besar bau, hanya

dengan konsentrasi sebesar 10 – 50 kali di atas nilai ambang

batas, dapat menghasilkan intensitas bau yang maksimal. Ini

berbeda dengan kebanyakan sistem sensorik tubuh yang lain,

yang memerlukan kisaran perbedaan intensitas yang sangat

besar, misalnya 500.000 berbanding 1 untuk mata dan 1 triliun

berbanding 1 untuk telinga. Perbedaan ini mungkin dapat

dijelaskan oleh fakta bahwa sistem penghidu lebih dihubungkan

dengan proses deteksi ada atau tidaknya bau daripada deteksi

kuantitatif intensitasnya.

Mekanisme Eksitasi pada Sel-sel Olfaktorius

Hal penting dari mekanisme ini pada aktivasi saraf-saraf

olfaktorius adalah bahwa mekanisme tersebut sangat

melipatgandakan efek perangsangan, bahkan dari bau yang

paling lemah sekalipun. Untuk ringkasnya adalah sebagai

berikut.

1) Molekul bau ditangkap oleh lapisan mukus membran

olfaktorius. Di sini, molekul bau menyebar secara difus di

sepanjang lapisan mukus.

2) Selanjutnya, molekul tersebut akan berikatan dengan molekul

protein reseptor di membran setiap silium dan

mengaktivasinya.

3) Aktivasi protein reseptor oleh substansi bau mengaktivasi

kompleks protein-G dan segera mengaktivasi adenilat siklase,

yang melekat pada sisi dalam membran siliar di dekat badan

sel reseptor olfaktorius.

Kelompok 1 37

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

4) Siklase yang teraktivasi kemudian mengubah banyak molekul

adenosin trifosfat intrasel menjadi adenosin monofosfat siklik

(cAMP).

5) Akhirnya, jumlah cAMP yang banyak ini mengaktivasi banyak

gerbang kanal ion natrium di sekitarnya, dan memungkinkan

sejumlah besar ion natrium mengalir melewati membran ke

reseptor di dalam sitoplasma sel. Ion natrium akan

meningkatkan potensial listrik dengan arah positif di sisi

dalam membran setiap sel, sehingga merangsang neuron

olfaktorius dan menjalarkan potensial aksi ke dalam sistem

saraf pusat melalui nervus olfaktorius.

Oleh karena itu, bau tertentu yang mempunyai konsentrasi

yang paling kecil sekalipun, tetap dapat memulai rangkaian efek

yang akan membuka banyak sekali kanal natrium. Hal ini

menimbulkan sensitivitas yang sangat besar pada neuron-neuron

olfaktorius, bahkan bila jumlah bau itu sedikit sekali.

Potensial membrane dan potensial aksi pada sel

olfactorius

Potensial membrane pa sel-sel olfactorius yang terangsang,

seperti yang diukur oleh mikroelektroda, rata-rata sekitar -55

milivolt. Pada nilai potensial ini, sebagian besar sel secara terus

menerus akan menghasilkan potensial aksi dalam kecepatan

yang sangat lambat., dengan variasi mulai dari satu kali setiap

20 detik sampai dua atau tiga kali per detik.

Kebanyakan bau menyebabkan depolarisasipada kebanyakan sel

olfactorius, dengan menurunkan muatan negative pada bagian

dalam sel dari nilai normal -55 milivolt menjadi -30 milivolt atau

bahkan lebih rendah lagi.bersamaan dengan hal ini, jumlah

Kelompok 1 38

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

potensial aksi meningkat sampai20 hingga 30 kali per detik,yang

merupakan kecepatan yang tinggi untuk serabut saraf olfactorius

yang berukuran kecil. Dalam kisaran yang lebih luas, kecepatan

impuls neuron olfactoriu akan berubah hamper sebanding

dengan logaritma kekuata ransangan. Hal ini memperlihatkan

bahwa reseptor olfatorius ini mengikuti prinsip-prinsip transduksi

yang mirip dengan reseptor-reseptor sensorik lainnya.

Adaptasi

Sekitar 50% reseptor olfaktorius akan beradaptasi pada

detik pertama atau setelah terkena rangsangan. Sesudah itu,

reseptor yang beradaptasi akan sangat sedikit dan akan

berlangsung dengan sangat lambat. Namun, dari pengalaman,

kita seemua tahu bahwa sensasi bau dapat beradaptasi dengan

jelas hampir dalam waktu satu menit atau segera sesudah

memasuki udara yang berbau kuat. Karena adaptasi psikologis

ini jauh lebih besar daripada derajat adaptasi reseptor itu sendiri,

hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar adaptasi

tambahan terjadi dalam sistem saraf pusat.

Mekanisme persarafan untuk adaptasi adalah sebagai

berikut. Sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari

daerah olfaktorius di otak ke belakang sepanjang traktur

olfaktorius, dan berakhir pada sel-sel inhibitor khusus pada

bulbus olfaktorius, yaitu sel granula (neuron asosiasi – Seeley,

Stephens, Tate). Diduga bahwa sesudah timbulnya rangsangan

olfaktorius, sistem saraf pusat dengan segera membentuk

penghambatan umpan balik yang kuat untuk menekan penyiaran

sinyal penghidu yang melalui bulbus olfaktorius. Efek dari

mekanisme ini adalah bau dapat berubah kualitas dan

signifikansinya di bawah kondisi yang berbeda. Misalnya,

Kelompok 1 39

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

makanan akan berbau lebih lezat ketika kita sedang lapar

daripada setelah kita makan atau kenyang.

Indera Pengecapan

Sensasi pengecapan utama.

Pengecapan merupakan fungsi dari taste buds yang

terdapat di dalam mulut. Dari banyak sensasi pengecapan yang,

ada lima yang utama yakni:

a. rasa asam, disebabkan oleh asam yakni karena

konsentrasi ion hidrogen

b. rasa asin, dihasilkan dari garam yang terionisasi

terutama karena konsentrasi konsentrasi ion natrium

c. rasa manis, yang diperoleh dari beberapa zat kimia

seperti gula, alkohol, glikol, aldehid, keton, amida, dan

seterusnya.

d. rasa pahit, juga dibentuk oleh beberapa agen kimia

yang sejumlah besar merupakan susbtansi organik, dan

dua utama yakni: 1) subtansi organik rantai panjang

yang mengandung nitrogen, dan 2) alkaloid.

e. rasa umami, sering ditemukan pada makanan yang

mengandung L-glutamat, seperti pada ekstrak daging

dan keju lama.

Kelompok 1 40

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Ambang batas pengecapan

Ambang batas untuk merangsang rasa asam oleh asam

hidroklorida rata-rata 0,0009 N; untuk merangsang rasa asin oleh

natrium klorida, 0,01 M; untuk rasa manis oleh sukrosa, 0,01M;

dan untuk rasa pahit oleh kuinin 0,000008 M.

Kelompok 1 41

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Tabel 53-1 memperlihatkan indeks rasa relatif (kebalikan

dari ambang batas pengecapan) di berbagai zat. Pada tabel ini,

intensitas keempat sensasi pengecapan utama masing-masing

mengacu pada intensitas dari rasa asam hidroklorida, kuinin,

sukrosa, dan natrium klorida, yang masing-masing dipilih secara

acak untuk mempunyai indeks rasa 1

Taste Buds dan fungsinya

Test buds tersusun atas kurang lebih 50 sel epitel,

beberapa diantaranya adalah sel penyokong yang disebut

sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.

Ujung-ujung luar sel pengecap tersusun di sekitar pori-pori

pengecap yang sangat kecil, seperti terlihat pada gambar

dibawah ini:

Kelompok 1 42

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Pada gambar diatas tampak mikrovili, yang merupakan

tempat dari reseptor pengecapan yang ketika zat kimia dari

lingkungan berikatan dengannnya, akan menimbulkan potensial

reseptor melalui peristiwa potensial aksi dan sebagai pencetus

untuk terangsangnya serabut-serabut saraf disekitar badan sel-

sel pengecap guna meneruskan sinyal ke tingkat otak yang lebih

tinggi atau sistem saraf pusat. Pembentukan impuls saraf oleh

taste buds akan meningkat sampai puncaknya dalam waktu

beberapa detik, tetapi kemudian akan beradaptasi dalam waktu

beberapa detik berikutnya, sampai mencapai kadar yang lebih

rendah dan stabil selama rangsangan kecapnya ada. Jadi, sinyal

yang cepat dan kuat akan dihantarkan oleh saraf pengecap, dan

sinyal kontinyu yang lebih lemah akan dihantarkan selama taste

buds tetap terpajan dengan rangsangan kecap.

Adapaun lokasi dari taste buds pada lidah adalah sebagai

berikut:

(1)dinding saluran yang mengelilingi papila sirkumvalata, yang

membentuk garis V di permukaan lidah posterior.

(2)papila fungiformis di atas permukaan anterior lidah.

(3)papila foliata yang terdapat di lipatan-lipatan sepanjang

permukaan lateral lidah. Taste tambahan terletak pada

Kelompok 1 43

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

palatum, pilar tonsilar, epiglotis dan esofagus bagian

proksimal.

Kelompok 1 44

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Jaras-jaras pada panca indra

1. Penglihatan

Gambar di atas memperlihatkan prinsip jaras penglihatan

dari kedua retina ke korteks penglihatan. Sinyal saraf

penglihatan meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di

kiasma optikum, serabut nervus optikus dari bagian nasal

retina menyebrangi garis tengah, tempat serabut optikus

bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian

temporal retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus

optikus.

Serabut-serabut dari dari setiap traktus optikus bersinaps

dinukleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dari

sini serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi

optikus (traktus genikulokalkarin), menuju ke korteks

penglihatan primer yang terletak difisura kalkarina lobus

oksipitalis.

Kelompok 1 45

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Serabut penglihatan juga melali beberapa daerah yang

lebih primitive di otak: (1) dari traktus optikus menuju nucleus

suprakismatik di hypothalamus, mungkin untuk pengaturan

irama sirkardian yang menyinkronisasikan berbagai

perubahan fisiologi tubuh dengan siang dan malam. (2) ke

nuclei pretektalis di otak tengah, untuk mendatangkan

gerakan reflex mata agar mata dapat difokuskan kea rah

objek yang penting dan untuk mengaktifkan reflex pupil

terhadap cahaya. (3) ke kolikulus superior untuk mengatur

pergerakan arah kedua mata yang cepat. (4) menuju nucleus

genikulatum lateralis ventralis pada thalamus dan daerah

basal otak sekitarnya, diduga untuk membantu

mengendalikan beberapa sikap tubuh.

Jadi jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi

system primitive untuk otak tengah dan dasar otak depan,

serta system baru untuk penjalaran sinyal penglihatan secara

langsung kedalam korteks penglihatan yang terletak dilobus

oksipitalis. Pada manusia, system baru bertanggung jawab

untuk presepsi seluruh

aspek bentuk primitive,

bent penglhatan

bahkan dideteksi oleh

sistim yang lebih

primitive yaitu dengan

menggunakan kolikulus

superior.

2. Pendengaran

Gambar di samping

meng-gambarkan jaras

Kelompok 1 46

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

yang menunjukan serabut saraf dari ganglion spiralis corti

memasuki nucleus koklearis dorsalis dan ventralis yang

terletak pada bagian atas medulla. Pada titik ini semua

serabut sinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama

kesisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di

nucleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua

lainnya juga berjalan ke atas melalui lenmiskus lateralis.

Beberapa serabut berakhir di nucleus lenmiskus lateris, tetapi

sebagian besar melewati nucleus ini dan berjalan ke kolikulus

inferior, tempat semua atau hampir semua serabut

pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nucleus

genikulatum media, tempat semua serabut bersinaps.

Akhirnya jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks

auditorik, yang terutama terletak pada gyrus superior lobus

temporalis.

Beberapa titik penting harus diperhatikan. Pertama sinyal

dari kedua telinga di jalarkan melalui jaras kedua sisi

otakdengn perjalanan yang sedikit lebih besar pada jaras

kontralateral. Pada sekurang-kurangnya tiga tempat dalam

batang otak, terjadi persilangan anatara kedua jaras ini: (1)

dalam korpus trapezoid, (2) dalam komisura diantara dua inti

lenmiskus lateralis. (3) dalam komisura yang menghubungkan

dua kolikulus inferior.

Kedua, banyak serabut kolteral dari traktus auditorius

berjalan langsung kedalam system aktivasi retikuler di batang

otak. System ini muncul secara difus ke atas ke batang otak

dan kedalam ke bawah dalam medulla spinalis dan

mengaktivasi seluruh system saraf untuk member respon

terhadap suara yang keras. Kolateral lain menuju ke vermis

Kelompok 1 47

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

serebelum, yang juga di aktivasi seketika itu juga jika ada

suara keras yang timbul mendadak.

Ketiga, orientasi spasial dengan derajat tinggi

dipertahankan ndalam traktus serabut yang berasal dari

koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, ada tiga pola

spasial untuk frekuensi di inti koklea, dua pola di kolikulus

inferior, satu pola yang tepat untuk frekuensi suara yang

berlainan di korteks auditorik, dan sekurang- kurangnya lima

pola lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area

lain yang berhubungan dengan pendengaran.

Kelompok 1 48

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

3. Pengecapan

Gambar di atas memperlihatkan jaras saraf untuk transmisi

sinyal pengecapan dari lidah dan dan daerah faringeal ke

system saraf pusat. Impuls pengecap dari dua pertiga

anteriorlidah mula-mula akan diteruskan ke saraf lingualis,

kemudian melalui korda timpani diteruskan ke saraf facialis,

dan akhirnya ke traktus ke solitaries di batang otak. Sensasi

pengecap dari papila sirkumvalata di bagian belakang lidah

dan dari daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan

lainnya. Akan ditransmisikan melalui nervus glosovaringeus

ke traktus solitarius, tetapi pada ketinggian yang sedikit lebih

posterior. akhirnya beberapa sinyal pengecap dari dasar lidah

dan bagian-bagian lain di daerah faring, akn ditransmisikan ke

traktus solitarius melalui nervus vagus.

Semua serabut pengecap bersinaps di batang otak bagian

posterior di dalam nucleus traktus solitarius. Nucleus ini

mengirimkan neuron susunan-kedua ke daerah kecil di

Kelompok 1 49

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

nucleus medial posterior ventral thalamus, yang terletak

sedikit medial dari ujung thalamus daerah facial di sistim

lenmiskus medialis – kolumna dorsalis. Dari thalamus neuron

susunan-ketiga ditransmisikan di ujung bawah girus

posentralis pada korteks serebri parietalis, tempat neuron ini

melingkar kedalam fisura sylvii, dan kedalam daerah

operkular insular. Daerah ini terletak sedikit ke lateral, ventral

dan rostral dari daerah untuk sinyal taktil lidah di daerah

somatoserebri I.

4. Penghidu

Pada gambar di atas di perlihatkan bulbus olfaktorius.

Serabut saraf yang kembali dari bulbus di sebut nervus

kranialis I atau traktus olfaktorius. Namun demikian, kedua

traktus dan bulbus merupakan pertubuhan jaringan otak dari

dasar otak ke arah anterior, pembesaran berbentuk bulat

pada ujungnya disebut bulbus olfaktorius , terletak pada

lempeng kribriformis, yang memisahkan rongga otak dari

bagian rongga hidung. Lamina kribriformis memiliki banyak

lubang kecil yang merupakan tempat maksuknya saraf-saraf

Kelompok 1 50

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

kecil dalam jumlah yang sesuai berjalan naik dari membrane

olfaktorius dirongga hidung memasuki bulbus olfaktorius di

ronga cranial.

Kelompok 1 51

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Mekanisme Membedakan Warna

Semua teori mengenai pengliahtan warna berdasarkan

pada observasi yang telah dikenal secara baik, yakni bahwa

mata manusia sebenarnya dapat mendeteksi hampir semua

gradasi warna bila cahaya monokromatik dari warna merah,

hijau, dan biru dipersatukan dalam bermacam-macam

kombinasi.

Berdasarkan uji spectrum warna, sensitivitas spectrum

ketiga tipe sel kerucut pada manuisa telah terbukti pada

dasarnya sama seperti kurva absorbsi cahaya untuk ketiga tipe

pigmen yang ditemukan dalam sel kerucut.

Dengan melihat kurva di atas, kita dapat melihat bahwa

cahaya monokromatik berwarna jingga tua dengan panjang

gelombang sebesar 580 nanometer itu akan merangsang sel

kerucut merah dengan rangsangan yang besarnya kira-kira 99;

sedangkan sel kerucut hijau akan terangsang oleh nilai

rangsangan kira-kira 42, tetapi sel kerucut biru tidak terangsang

sama sekali. Jadi, perbandingan perangsangan dari ketiga tipe

sel tersebut adlah 99:42:0. system saraf akan

menginterpretasikan susunan rasio ini sebagai warna jingga.

Kelompok 1 52

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Mekanisme Membedakan Bau

Rangsangan bau ditentukan oleh glomerulus pada bulbus

olfaktorius, karena pada glomelurus merupakan struktur yang

memiliki spesifisitas tinggi untuk merangsang terjadinya suatu

bau. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa glomeruli yang

berbeda akan memberikan respon bau yang berbeda pula.

Kemungkinan bahwa glomerui tertentu merupakan petunjuk

sebenarnya untuk menganalisis berbagai sinyal bau yang

dijalarkan ke dalam system saraf pusat.

Sampai saat ini baru dapat diklasifikasikan 7 macam sensasi bau,

yaitu :

1. Camphoraceous

2. Musky

3. Floral

4. Pepperminty

5. Ethereal

6. Pungent

7. Putrid

Kelompok 1 53

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

AREA UNTUK MENGENALI WAJAH

Ada semacam kelainan otak yang disebut prosofenosia

yang merupakan ketidakmampuan untuk mengenali wajah.

Keadaan ini terjadi pada penderita yang mengalami kerusakan

luas pada sisi bawah medial pada kedua lobus oksipitalis dan

sepanjang

permukaan

medioventral lobus

temporalis, seperti

yang tampak pada

gambar. Hilangnya

area untuk

mengenali wajah

ini, memang cukup

aneh,

mengakibatkan

sedikit

abnormalitas fungsi otak.

Kita bisa saja bertanya-tanya mengapa begitu banyak

bagian korteks serebri yang harus dipakai untuk tujuan

pengenalan wajah yang sederhana. Namun, bila kita ingat bahwa

sebagian besar tugas kita sehari-hari adalah berhubungan

dengan orang lain, maka kita dapat mengerti makna atau

kepentingan dari fungsi intelektual ini.

Bagian oksipital dari area ini terletak berdekatan dengan

korteks visual, dan bagian temporal berkaitan erat dengan

system limbic yang juga berperan dalam proses emosi, aktivitas

otak, dan pengaturan respons perilaku seseorang terhadap

sekelilingnya.

Kelompok 1 54

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Kelompok 1 55

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

Sistem indera sangat berperan penting dalam kehidupan,

menentukan keadaan sekitar dan berintegrasi dengan

sistem limbik untuk menentukan perilaku kita terhadap

keadaan sekitar

Kelompok 1 56

Laporan Tutorial 1 Blok Perilaku

Daftar Pustaka

Ganong, W. F. (2005). Review of Medical Physiology. New York: McGraw-Hill.

Gartner, L. P. & Hiatt, J. L. (2007). Color Textbook of Histology. Saunders.

Guyton & Hall (2007). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Junquera (2008). Atlas Histologi. Jakarta: EGC.

Leeson, Leeson & Paparo (2006). Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Saladin, K. S. (2007). Anatomy & Physiology, the Unity of Form and Function. Available in: server.fkunram.edu/anatomi fisiologi.

Seeley et al (2004) Anatomy and Physiology 6th Edition. New York: McGraw-Hill Companies.

Kelompok 1 57