sken a blok 20-1.doc

66
LAPORAN PLENO TUTORIAL ANGKATAN 2010 BLOK 20 “Traumatologi dan Kegawatdaruratan” Skenario A KELOMPOK 4 Pembimbing : dr. Ali Muchtar 1.Jasika Lukita Pertiwi (702009009) 2.Ayu Ika Gustati Nurrahmah (702010019) 3.N. Novi Kemala Sari (702010022) 4.Febbi Iral Pratama (702010025) 5.Rahmad AZ (702010027) 6.Ririn Amelia Oktariani (702010029) 7.Rizki Amalia (702010036) 8.Heni Ayu Purnama

description

blok traumatologi dan kegawatdaruratan FKUMP 2010

Transcript of sken a blok 20-1.doc

Page 1: sken a blok 20-1.doc

LAPORAN PLENO TUTORIAL

ANGKATAN 2010

BLOK 20 “Traumatologi dan Kegawatdaruratan”

Skenario A

KELOMPOK 4

Pembimbing : dr. Ali Muchtar

1.Jasika Lukita Pertiwi (702009009)

2.Ayu Ika Gustati Nurrahmah (702010019)

3.N. Novi Kemala Sari (702010022)

4.Febbi Iral Pratama (702010025)

5.Rahmad AZ (702010027)

6.Ririn Amelia Oktariani (702010029)

7.Rizki Amalia (702010036)

8.Heni Ayu Purnama (702010037)

9.Anggrian Iba (702010050)

10.Reza Tiara Putri (702010058)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Jalan Jenderal Ahmad Yani Talang Banten Kampus-B

13 Ulu Telp. 0711-7780788

2013

Page 2: sken a blok 20-1.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul

“Laporan Tutorial Kasus Skenario A” sebagai tugas kompetensi kelompok.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, nabi besar

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya

sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

perbaikan di masa mendatang.

Palembang, 25 September 2013

Penulis

2

Page 3: sken a blok 20-1.doc

DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................................1

Kata Pengantar..............................................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................................3

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................4

1.2 Maksud dan Tujuan.........................................................................4

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial ..................................................................................5

2.2 Skenario..........................................................................................5

2.3 Data Seven Jump ...........................................................................7

2.3.1 Klarifikasi Istilah-Istilah.....................................................7

2.3.2 Identifikasi Permasalahan...................................................8

2.3.3 Analisis Permasalahan........................................................9

2.3.4 Hipotesis............................................................................11

2.3.5 Sintesis...............................................................................12

2.3.6 Resume..............................................................................42

2.3.7 Kerangka Konsep...............................................................43

Daftar Pustaka………….. ...........................................................................................44

3

Page 4: sken a blok 20-1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Traumatologi dan Kegawatdaruratan adalah blok kedua puluh dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang

memaparkan kasus Syok Hemoragik yang disebabkan oleh multiple trauma

berupa rupture lien, luka bakar derajat II A dengan luas 9% pada anterior kedua

lengan, serta fraktur femur sinistra 1/3 proximal transversal.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

palembang

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario mengenai kasus

Syok Hemoragik dengan metode analisis dan diskusi kelompok

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran

4

Page 5: sken a blok 20-1.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Ali Muchtar

Tanggal : 23 dan 25 September 2013

Waktu : 13.00 s.d selesai

Moderator : Febi Iral Pratama

Sekretaris meja : Ririn Amelia Oktariani

Sekretaris papan : Anggrian Iba

Peraturan dalam Tutorial :

1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial aktif dalam diskusi kelompok

3. Semua peserta menyampaikan pendapat dengn sopan

2.2 Skenario A Blok XX

Tn. Agus, 25 tahun, seorang buruh bangunan sedang bekerja di lantai 2

tiba-tiba terjaadi kebakaran dilantai tersebut, dan api menyambar Tn. Agus,

kemudian Tn. Agus menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2. Perut

Tn. Agus membentur benda keras, lengan kiri dan kanan mengalami luka bakar

dan ia juga mengeluh nyeri dan bengkak di paha kiri atas. 15 menit kemudian ia

dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan mengeluh nyeri pada perut dan

paha kiri serta nyeri pada daerah luka bakarnya.

Hasil pemeriksaan Dokter di UGD

Pemeriksaan Primer (primary survey) menunjukkan tanda-tanda :

- Tanda vital : Pasien sadar, berat badan 55 kg, Tekanan darah 100/70

mmHg, Nadi 114x/menit, RR 24x/menit, temp axial 36,5°C

Pemeriksaan Sekunder (secondary survey) :

- Kepala : Tidak terdapat jejas, Mata : tidak ada kelainan, Telinga dan

hidung : tidak ada kelainan, Mulut : pasien bisa berbicara

- Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)

5

Page 6: sken a blok 20-1.doc

- Thoraks :

o Inspeksi : tidak ada jejas, frekuensi 24x/menit, gerak nafas

simetris

o Palpasi : nyeri tekan tidak ada, krepitasi tidak ada, stem

fremitus sama kiri dan kanan

o Perkusi : sonor kanan dan kiri

o Auskultasi : suara paru vesikuler, suara jantung jelas, regular

- Abdomen :

o Inspeksi : tampak jejas abdomen kiri atas

o Palpasi : nyeri tekan kuadran kiri atas abdomen

o Perkusi : timpani, pekak di abdomen kiri atas

o Auskultasi : bising usus terdengar diseluruh bagian abdomen

- Ekstremitas Superior : terdapat luka bakar pada lengan anterior atas dan

bawah dibagian kiri dan kanan. Ditemukan warna

kulit kemerahan dan terdapat bula.

- Ekstremitas Inferior Regio Femur Sinistra :

o Inspeksi : tampak deformitas, soft tissue swelling

o Palpasi : nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba

o ROM : aktif terbatas di daerah sendi lutut dan panggul

Data Tambahan :

o Foto thoraks AP : dalam batas normal

o Foto servikal lateral : dalam batas normal

o Foto femur sinistra AP/LAT : tampak fraktur femur 1/3 proximal

transversal, cum contractionum

o Pada saat dipasang kateter urin, urin keluar jernih sebanyak 50cc

6

Page 7: sken a blok 20-1.doc

2.3 Data Seven Jumps

2.3.1 Klarifikasi Istilah

1. Luka Bakar : Suatu kerusakan jaringan yang disebabkan

oleh kontak dengan sumber panas.

2. Bula : Suatu lesi kulit yang berbatas jelas

mengandung cairan biasanya diameternya

lebih dari 5mm, bentuknya bulat dan

meninggi.

3. Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau

umum atau malformasi.

4. Jejas : Lecet, tergores, luka sedikit pada kulit.

5. Krepitasi : Suara gemertak yang terjadi saat perkusi

terjadi gesekan pada tulang-tulang yang

patah.

6. Soft Tissue Swelling : Pembengkakan jaringan lunak.

7. Membentur Benda Keras : Suatu cedera yang diakibatkan oleh benda

yang tidak menembus kulit.

8. Cum Contractionum : Pergeseran kearah sumbu atau overlapping.

9. Primary survey : Penilaian awal pada penderita trauma yang

jika tidak ditangani akan mengakibatkan

kematian

10. Secondary survey : Penilaian awal pada penderita trauma yang

jika tidak ditangi akan mengakibatkan

kecacatan

11. Nyeri : Perasaan sakit atau menderita yang diak-

ibatkan dari rangsangan ujung-ujung saraf

tertentu.

7

Page 8: sken a blok 20-1.doc

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Tn. Agus, 25 tahun, tersambar api pada saat kebakaran dan

menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2.

2. Perut Tn. Agus membentur benda keras, lengan kiri dan kanan mengalami

luka bakar dan ia juga mengeluh nyeri dan bengkak di paha kiri atas.

3. 15 menit kemudian, ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan

mengeluh nyeri pada perut dan paha kiri serta nyeri pada daerah luka

bakarnya

4. Pemeriksaan Primer (Primary Survey) menunjukkan tanda-tanda :

- Tanda Vital : Pasien sadar, berat badan 55 kg, Tekanan Darah

100/70mmHg, nadi 114x/menit, RR 24x/menit, temp axial 36,5°C

5. Pemeriksaan Sekunder (Secondary Survey) :

- Abdomen :

Inspeksi : Tidak ada jejas abdomen kiri atas

Palpasi : Nyeri tekan kuadran kiri atas

abdomen

Perkusi : Timpani, pekak di abdomen kiri atas

Auskultasi : Bising usus terdengar diseluruh bagian

abdomen

- Ekstremitas Superior : terdapat luka bakar pada lengan anterior

atas dan bawah dibagian kiri dan kanan.

Ditemukan warna kulit kemerahan dan

terdapat bula.

- Ekstremita Inferior Regio Femur Sinistra

Inspeksi : tampak deformitas, soft tissue swelling

Palpasi : nyeri tekan, arteri dorsalis pedis

teraba

ROM : aktif terbatas di daerah sendi lutut dan

panggul

8

Page 9: sken a blok 20-1.doc

6. Data Tambahan : Foto femur sinistra AP/LAT tampak fraktur femur 1/3

proximal transversal, cum contractionum, Pada saat

dipasang kateter urin, keluar urin jernih sebanyak

50cc

2.3.3 Analisis Masalah

1. Tn. Agus, 25 tahun, tersambar api pada saat kebakaran dan

menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2.

a. Apa saja kemungkinan trauma yang akan terjadi pada kecelakaan kerja

pada tn. agus?

b. Bagaimana mekanisme trauma?

2. Perut Tn. Agus membentur benda keras, lengan kiri dan kanan

mengalami luka bakar dan ia juga mengeluh nyeri dan bengkak di paha

kiri atas.

a. Bagaimana anatomi rongga abdomen, ekstremitas superior dan inferior,

serta histologi kulit?

b. Bagaimana klasifikasi luka bakar?

c. Apa saja skala nyeri?

d. Apa saja jenis-jenis trauma?

e. Apa dampak dari trauma yang dialami tn. Agus?

f. Bagaimana perhitungan resusitasi cairan untuk tn. Agus?

g. Bagaimana mekanisme nyeri dan bengkak pada paha kiri atas?

3. 15 menit kemudian, ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan

mengeluh nyeri pada perut dan paha kiri serta nyeri pada daerah luka

bakarnya.

a. Apa pertolongan pertama yang dilakukan pada tn. Agus?

b. Apa dampak dilakukan pertolongan setelah 15 menit dari kejadian?

c. Apa makna tn. Agus masih sadar dan mengeluh nyeri?

4. Pemeriksaan Primer (Primary Survey) menunjukkan tanda-tanda :

9

Page 10: sken a blok 20-1.doc

- Tanda Vital : Pasien sadar, berat badan 55 kg, Tekanan Darah

100/70mmHg, nadi 114x/menit, RR 24x/menit, temp axial 36,5°C

a. Bagaimana interpretasi dari tanda vital?

5. Pemeriksaan Sekunder (Secondary Survey) :

- Abdomen :

Inspeksi : ada jejas abdomen kiri atas

Palpasi : Nyeri tekan kuadran kiri atas abdomen

Perkusi : Timpani, pekak di abdomen kiri atas

Auskultasi : Bising usus terdengar diseluruh bagian

abdomen

- Ekstremitas Superior : terdapat luka bakar pada lengan

anterior atas dan bawah dibagian kiri

dan kanan. Ditemukan warna kulit

kemerahan dan terdapat bula.

- Ekstremita Inferior Regio Femur Sinistra

Inspeksi : tampak deformitas, soft tissue swelling

Palpasi : nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba

ROM : aktif terbatas di daerah sendi lutut dan

panggul

a. Apa interpretasi pemeriksaan abdomen?

b. Apa organ yang kemungkinan terkena pada abdomen kiri atas?

c. Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan fisik abdomen?

d. Bagaimana interpretasi ekstremitas superior?

e. Bagaimana interpretasi ekstremitas inferior?

6. Data Tambahan : Foto femur sinistra AP/LAT tampak fraktur femur 1/3

proximal transversal, cum contractionum, Pada saat dipasang kateter

urin, keluar urin jernih sebanyak 50cc

10

Page 11: sken a blok 20-1.doc

a. Bagaimana interpretasi data tambahan?

b. Berapa volume normal urin dan makna urin tn. Agus 50cc?

7. Jika kumpulan gejala ini dikaitkan:

a. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?

b. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?

c. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini ?

d. Apa yang terjadi jika tidak ditangani secara komperhensif?

e. Apakah gangguan ini dapat diatasi dengan tuntas, Bagaimana peluangnya?

f. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum?

g. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?

2.3.4 Hipotesis

Tn. Agus 25 tahun mengalami syok hemoragik akibat multiple trauma berupa

rupture lien, luka bakar derajat II A dengan luas 9% pada bagian anterior kedua

lengan, dan fraktur femur 1/3 proximal transversal.

11

Page 12: sken a blok 20-1.doc

2.3.5 Sintesa

1. Tn. Agus, 25 tahun, tersambar api pada saat kebakaran dan

menyelamatkan diri dengan cara melompat dari lantai 2.

a. Apa saja kemungkinan trauma yang akan terjadi pada kecelakaan kerja

pada tn. agus?

1. Trauma termal

2. Trauma Kepala

3. Trauma Thoraks

4. Trauma abdomen dan pelvis

5. Trauma spinal

b. Bagaimana mekanisme trauma?

Terjatuh menyebabkan trauma karena ada perubahan kecepatan

yang tiba-tiba (deselerasi). Bila ada sesuatu kekuatan eksternal

dibenturkan kepada tubuh manusia, maka beratnya trauma merupakan

hasil dari interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut dan

jaringan tubuh. Beratnya trauma yang terjadi berhubungan dengan

kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada

tempat benturan akan terjadi perbedaan pergerakan dari jaringan

tubuh, yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Karakteristik dari

permukaan yang menghentikan gerak tubuh yang terjatuh juga penting.

Beton, aspal atau permukaan yang keras menambah beratnya

deselerasi dan akan menimbuilkan trauma yang lebih berat.

Trauma juga bergantung pada elastisitas dan viskositas dari

jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali

pada keadaan sebelum benturan. Viskositas adalah kemampuan

jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.

12

Page 13: sken a blok 20-1.doc

Karenanya berat ringan trauma akan ditentukan oleh kinematik dari

deselerasi vertikal, viskoelastisitas jaringan dan karakteristik dari

permukaan benturan. Suatu komponen lain yang harus

dipertimbangkan dalam beratnya trauma ilah posisi dari tubuh relatif

terhadap permukaan benturan. Dapat dicurigai adanya trauma servikal,

trauma ekstremitas, trauma thorakal dan trauma abdomen yang dapat

menyebabkan cedera maupun ruptur organ visceral.

2. Perut Tn. Agus membentur benda keras, lengan kiri dan kanan

mengalami luka bakar dan ia juga mengeluh nyeri dan bengkak di paha

kiri atas.

a. Bagaimana anatomi rongga abdomen, ekstremitas superior dan inferior,

serta histologi kulit?

1) Anatomi Rongga Abdomen

Abdomen dapat didefinisikan sebagai daerah tubuh yang terletak

antara diaphragma di bagian atas dan pintu masuk pelvis dibagian bawah.

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran

pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.

13

Page 14: sken a blok 20-1.doc

1. Lambung

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di

belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium

cardia terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus

lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri.

Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang

menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat

dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.

Fungsi lambung :

a. Tempat penyimpanan makanan sementara.

b. Mencampur makanan.

c. Melunakkan makanan. 

d. Mendorong makanan ke distal.

e. Protein diubah menjadi pepton.

f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan. 

g. Faktor antianemi dibentuk. 

h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.

2. Usus Halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter

panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung

sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus

halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. 

Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25

cm. b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus

halus. c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.

Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari

lambung isi duodenum adalah alkali.

3. Usus Besar

14

Page 15: sken a blok 20-1.doc

Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup

ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu

setengah meter.

Fungsi usus besar adalah :

a. Absorpsi air, garam dan glukosa.

b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.

c. Penyiapan selulosa.

d. Defekasi (pembuangan air besar)

4. Hati

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian

teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma.

Hati Secara luar dilindungi oleh iga-iga.

Fungsi hati adalah :

a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai

pengaruhnya atas makanan dan darah.

b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai

pengantar matabolisme.

c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.

d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.

e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.

f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.

g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.

h. Membersihkan bilirubin dari darah.

5. Kandung Empedu

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan

merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di

sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya.

Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu

terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher. 

15

Page 16: sken a blok 20-1.doc

Fungsi kangdung empedu adalah :

a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.

b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat.

6. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip

dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter,

mulai dari duodenum sampai lien. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian

yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen

dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di

belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor

pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh lien.

Fungsi pankreas adalah :

1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang

membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.

2. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat

kelompok-kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan

nyata.

3. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi

gula otot.

7. Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah

lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang

peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian

vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih

rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah

kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa

berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu :

lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra. 

Fungsi ginjal adalah :

16

Page 17: sken a blok 20-1.doc

a. Mengatur keseimbangan air.

b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam

basa darah.

c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.

8. Lien

Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara

fundus ventrikuli dan diafragma.

Fungsi lien adalah :

a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan

limposit.

b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk

homoglobin dan zat besi bebas.

Lien dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.

b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.

c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior

2) Anatomi Ekstremitas Superior

17

Page 18: sken a blok 20-1.doc

Tulang lengan bahu dan lengan atas:

a) Gelang bahu terdiri dari clavicula dan scapula yang bersendi

satu sama lain pada articulatio acromioclavicularis.

b) Clavicula adalah tulang panjang yang terletak horizontal di

daerah pangkal leher.

1. bersendi dengan sternum dan cartilago costalis I di

sebelah medial dan dengan acromion di sebelah lateral.

2. bekerja sebagai sebuah penyangga pada waktu lengan

atas bergerak menjauhi tubuh.

3. berperan menyalurkan gaya dari lengan atas ke skeleton

axilae tempat melekat otot.

4. terletak subkutan menurut arah panjangnya: 2/3

medialnya cembung ke depan dan 1/3 lateral cekung ke

depan.

c) Scapula adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang terletak

pada dinding posterior

1. thorax di antara costa III sampai VII.

2. pada permukaan posterior spina scapulae menonjol ke

belakang.

3. ujung lateral spina scapulae bebas dan membentuk

acromion yang bersendi dengan clavicula

4. angulus superolateralis scapulae membentuk cavitas atau

fossa glenoidalis yang berbentuk seperti buah pir dan

bersendi dengan caput humeri pada articulatio humeri

5. processus coracoideus menonjol ke atas dan depan di atas

cavitas glenoidalis

6. medial terhadap basis processus coracoideus terdapat

incisura Suprascapularis

7. permukaan anterior scapula cekung dan membentuk fossa

subscapularis

18

Page 19: sken a blok 20-1.doc

8. permukaan posterior dibagi 2 oleh spina scapulae menjadi

fossa supraspinata di atas dan fossa infraspinata di bawah

d) humerus:

1. bersendi dengan scapula pada articulatio humeri serta

dengan radius dan ulna pada articulatio cubiti

2. caput humeri bersendi dengan cavitas glenoidalis

scapulae, dibawah caput terdapat collum anatomicum

3. terdapat tuberculum majus dan minus yang dipisahkan

oleh sulcus bicipitalis.

4. terdapat collum chirurgicum, corpus humeri, tuberositas

deltoidea, sulcus spiralis, epicondylus medialis dan

lateralis, capitulum humeri, throchlea, incisura trochlearis

ulnae,fossa radialis, fossa coronoidea, fossa olecrani

e) ulna: a. incisura trochlearis

b. processus coronoideus

c. tuberositas ulnae

d. facies anterior;posterior;medial

e. margo interosseus

f. caput ulnae

f) incisura radialis

a. processus styloideus

b. olecranon

c. corpus ulnae

g) radius: a. caput radii

b. collum radii

c. tuberositas radii

d. margo interosseus

19

Page 20: sken a blok 20-1.doc

e. margo anterior;posterior

f. fascies anterior;posterior;lateral

g. corpus radii

h. processus styloideus

i. incisura ulnaris

h) Arteri yang terdapat pada ekstremitas superior adalah

a.axillaris, a.brachialis, a.circumflexa anterior/posterior

humeri, a.collateralis ulnaris anterior;posterior, a.collateralis

media, a.collateralis radialis, a.radialis. a.ulnaris

i) Vena yang terdapat pada ekstremitas superior adalah

v.axillaris, v.basilica, v.cephalica, v.mediana cubiti, v.mediana

antebrachii anterior

j) Nervus yang terdapat pada ekstremitas superior, n.cutaneus

brachii media; posterior, n.cutaneus antebrachii media;

posterior; lateral, n.musculocutaneus, n.radialis;ulnaris

3) Anatomi Ekstremitas Inferior

20

Page 21: sken a blok 20-1.doc

Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula,

tarsal, metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.

a) Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang

merupakan tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3

bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian

superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium

terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian

inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak

iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan

pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di

bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum,

fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

a) Femur

Femur adalah yang terkuat dari tulang panjang dalam tubuh dan

merupakan tulang hanya di daerah paha. Bagian paling adalah

berbentuk seperti kepala baik-bulat yang duduk di acetabulum tulang

pinggul untuk membentuk sendi panggul. Sebuah leher kurus

menghubungkan kepala dengan poros tulang dan sering situs fraktur

pada orang tua. Bagian bawah dari femur sedikit diratakan dan

menyebar keluar dan merupakan bagian dari sendi lutut. Poros tebal

femur terletak pada inti dari paha, benar-benar dikelilingi oleh otot-

otot yang kuat seperti paha depan dan paha belakang.

b) Patela – Cap Lutut

Tutup lutut, bagian yang menonjol dari depan lutut, sebenarnya

dibentuk oleh tulang terpisah yang disebut patela. Ini adalah os

sesamoid karena terletak di dalam tendon dari otot quadriceps

femoris, otot kuat di bagian depan paha. Bila ekstremitas bawah ini

diluruskan, patela bisa dirasakan dan bahkan digenggam dengan jari

dan pindah dari sisi ke sisi.

21

Page 22: sken a blok 20-1.doc

c) Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial

dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki

condyle medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies

untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk

berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia

memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia

membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus

medial.

d) Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral

dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi

dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk

malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang

tarsal.

e) Tarsalia (Pangkal Kaki)

Os tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi

pergelangan kaki, terdiri atas :

1. Talus: berhubungan dengan tibia dan fibula terdiri atas kaput

talus, kolumna talus, dan korpus tali.permukaan atas korpus tali

mempunyai bongkol sendi yang sesuai dengan lekuk sendi,

terbentuk dari ujung sendi distal tibia dan fibula yang dinamakan

trokhlea tali sebelah medial permukaan berbentuk bulan sabit

(fasies molaris medialis) yang berhubungan dengan maleolus

medialis.

2. Kalkaneus: terletak di bawah talus, permukaan atas bagian

medial terdapat tonjolan yang dinamakan suntentakulum tali, di

bawahnya terdapat sulkulus muskular flexor halusis longus.

Bagian belakang kalkaneus terdapat tonjolan besar tuberkalkanei

yang mempunyai prosesus tuberkalkanei.

22

Page 23: sken a blok 20-1.doc

3. Navikulare: pada bagian medial terdapat tonjolan yang

dinamakan tuberositas ossis navikulare pedis, permukaan sendi

belakang berhubungan dengan os kunaiformi I, II, dan III.

4. Os kuboideum: permukaan proksimal mempunyai fasies

artikularis untuk kalkaneus, permukaan distal mempunyai 2

permukaan untuk metatarsal IV dan V. Pada permukaan medial

mempunyai 2 permukaan sendi untuk navikular dan kunaiformi

medialis.

5. Os kunaiformi, terdiri atas:

- Kunaiformi lateralis,

- Kunaiformi intermedialis,

- Kunaiformi medialis,

- semuanya berbentuk baji, sedangkan permukaan proksimal

berbentuk segitiga. Puncak dari kunaiformi lateralis

menghadap ke atas dan puncak kunaiformi medialis

menghadap ke bawah.

a) Metatarsalia

Os metatarsalia mempunyai 5 buah tulang metatarsal I, II, III, IV,

dan V. Bentuk kelima tulang ini hampir sama yaitu bulat panjang.

Bagian proksimal dari masing-masing tulang agak lebar disebut

basis ossis matatarsale. Bagian tengah ramping memanjang dan

lurus sedangkan bagian distalnya mempunyai bongkok kepala

(kaput ossis matatarsale). Metatarsal I agak besar daripada yang

lain, sedangkan metatarsal V bagian lateral basisnya lebih

menonjol ke proksimal disebut tuberositas ossis metatarsal V.

b) Falang Pedis

Os falang pedis merupakan tulang-tulang pendek. Falang I terdiri

atas 2 ruas yang lebih besar daripada yang lainnya. Fallang II, III,

IV, dan V mempunyai 3 ruas lebih kecil dan lebih pendek

dibandingkan falang I. Pada ibu jari terdapat dua buah tulang kecil

berbentuk bundar yang disebut tulang baji (os sesamoid).

23

Page 24: sken a blok 20-1.doc

Beberapa otot-otot Ekstremitas Bawah beserta fungsinya

1.      M. Gluteus maksimus

Insersi: tuberositas glutealis traktus iliotibialis

Origo : bagian dorsal os ilium, fasia torako lumbalis os sacrum,

dan fasia dorsalisli gamentum sakrotuberale

Persyarafan : nervus glutae inferior

Fungsi : ekstensi femur artikulasi koksae, abduksi, adduksi, dan

eksorotasi femur serta menahan rangka pada saat duduk

2.      M. Gluteus medius

Insersia : bagian lateral trokhanter mayor

Origo : fasies glutealis Krista iliaka dan linea glutealis posterior

dan inferior

Persyarafan : abduksi, endorotasi, dan eksorotasi femur, serta

fiksasi pelvis pada tulang kaki

3.      M. Gluteus minimus

Insersi: ujungnya trokhanter mayor bertendon

Origo : fasies glutealis anterior dan inferior

Persyarafan : nervus gluteus superior

Fungsi : abduksi dan endorotasi kedua otot saat menarik pelvis

pada tulang kaki

4.      M. Tensor fasia latae

Insersia : traktus iliotibialis

Origo : spina iliaka anterior superior

Persyarafan : nervus gluteus superior

Fungsi : ekstensi fasia lata membantu fleksi dan abduksi femur

juga membantu ekstensi kruris

24

Page 25: sken a blok 20-1.doc

5.      M. Piriformis

Insersi : bertendon panjag pada ujung trokhanter mayor

Origo : os sacrum fasia pelvis daerah foramina sakralia

Persyarafan : nervus iskiadikus dan nervus muskuli filiformis

Fungsi : abduksi paha dan eksorotasi artikulasio koksa

6.      M. Abduktor internus

Insersi : bertendon panjang dalam fossa trokhanter

Origo : bagian dalam foramen obturatum dan membrane

obturatoria

Persyarafan : nervus muskuli obturatorium interna pleksus sakralis

Fungsi : eksorotasi pada artikulasio koksa

7.      M. Gemelus superior dan inferior

Insersi : tendon M. abductor internus fossa trokhanterika

Origo : spina iskiadika dan tuber iskiadikum

Persyarafan : nervus muskuli obtoratorius internus ramus

muskularis pleksus seklaris

8.      M. Quadratus femoris

Insersia : Krista intra trokhanterika

Origo : lateral sisi tuber iskiadikum

Pesyarafan : nervus muskuli quadrates femoris pleksus sakralis

Fungsi : eksorotasi artikulasio koksae juga membantu abduksi

femur

9. M. Sartorius

Insersi : sisi medial tuberositas tibia

Origo : spina iliaka anterior superior

Fungsi : membantu fleksi abduksi dan endorotasi femur, menekuk

25

Page 26: sken a blok 20-1.doc

dan memutar artikulasio genu.

b. Bagaimana klasifikasi luka bakar?

Derajat kedalaman

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat

panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita.

Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya

dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:

1. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hiper-

mik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-

ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan

tanpa pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi in-

flamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-

ujung saraf sensorik teriritasi.

Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari

corium/dermis. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar

sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa

terbentuk cicatrik.

B. Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa –

sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel

rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyem-

26

Page 27: sken a blok 20-1.doc

buhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya

penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam

sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit men-

galami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bul-

lae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai

berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan

dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hi-

lang sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi

lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Kriteria Berat Ringan Luka Bakar

(American Burn Association)

1. Luka Bakar Ringan.

- Luka bakar derajat II <15 %

- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak

- Luka bakar derajat III < 2 %

2. Luka bakar sedang

- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa

- Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak

- Luka bakar derajat III < 10 %

3. Luka bakar berat

- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa

- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.

- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih

Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas

permukaan tubuh. Untuk menghitung secara cepat dipakai Rule of

27

Page 28: sken a blok 20-1.doc

Nine dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang

dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda.

Untuk keperluan pencatatan medis, digunakan kartu luka bakar dengan

cara LUND & BROWDER. 

1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” oleh Polaski

dan Tennison dari WALLACE :

Kepala dan leher : 9%

Ekstremitas atas : 2 x 9% (kiri dan kanan)

Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kiri dan kanan)

Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%

Perineum dan genitalia : 1%

Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu

dengan menggunakan luas telapak tangan penderita. Prinsipnya

yaitu luas telapak tangan = 1% luas tubuh.

2. Perhitungan luas luka bakar menurut Lund dan Browder :

Area 0 1 5 10 15 dws

28

Page 29: sken a blok 20-1.doc

A : 1/2 bagian kepala 9,5 8,5 6,5 5,5 4,5 3,5

B : 1/2 bgn tungkai atas 2,75 3,25 4 4,25 4,5 4,75

C : 1/2 bgn tungkai bawah 2,25 2,25 2,75 3 3,25 3,5

c. Apa saja skala nyeri?

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual

dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dnegan

teknik ini juga dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) Skala intensitas nyeri deskriptif

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat terkontrol

10 : Nyeri berat tidak terkontrol

2) Skala identitas nyeri numeric

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat

10 : Nyeri hebat

3) Skala analog visual

Tidak nyeri sampai dengan nyeri sangat hebat

29

Page 30: sken a blok 20-1.doc

4) Skala nyeri menurut bourbanis

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat terkontrol

10 : Nyeri berat tidak terkontrol

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif pasien masih bisa berkomunikasi

dengan baik)

4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik)

7-9 : Nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi)

10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu berkomunikasi,

memukul)

d. Apa saja jenis-jenis trauma?

Trauma adalah semua jenis kekerasan yang menimpa tubuh sehingga ter-

jadi kerusakan/gangguan pada struktur dan fungsi jaringan/organ tubuh

yang terkena, bahkan secara sistemik dapat berdampak pada aspek fisiolo-

gis, kejiwaan dan kondisi sosial insan yang bersangkutan.

Jenis Trauma

Berdasarkan penyebab :

1. Ledakan benda berkecepatan tinggi, benda tajam (tusukan, irisan, sa-

betan), benda tumpul

30

Page 31: sken a blok 20-1.doc

2. Suhu tinggi/rendah

- uap panas

- luka bakar

- frostbite (suhu dingin)

3. Arus listrik tegangan tinggi

4. Bahan kimia

5. Radiasi, ionisasi

6. Gigitan, sengatan

Berdasarkan lokasi :

1. Trauma kepala dan leher

2. Trauma spinal

3. Trauma Thoraks

4. Trauma abdomen

5. Trauma pelvis

6. Trauma ekstremitas

7. Trauma psikologis

e. Apa dampak dari trauma yang dialami tn. Agus?

Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang

akut, berupa :

1. Gangguan cairan dan elektrolit

Gangguan cairan dan elektrolit terjadi akibat perubahan dari

mekanisme dimana terjadi perubahan pemindahan cairan dan elektrolit

dari intra vasculer ke ekstra vasculer, akibat penguapan air yang

berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak. Kondisi tersebut

diperberat dengan terjadinya juga perpindahan cairan dari cairan

ekstraseluler pada daerah yang sehat/tidak terbakar ke tempat daerah

yang trauma. Sehingga gangguan metabolisme sel terjadi hampir

31

Page 32: sken a blok 20-1.doc

seluruh tubuh, maka kondisi ini kadang dapat lebih memperberat

kondisi shock yang terjadi.

Perbedaan shock luka bakar dengan shock akibat pendarahan yang

menyebabkan hipovolemik adalah pada shock luka bakar selain terajdi

shock hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstraseluler dalam

jaringan yang sehat terjadi gangguan metabolisme sel yang akan

memperberat keadaan shock. Selain hal tersebut diatas terjadi

peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan semakin

menutrunnya volume cairan. Dalam intra vena kebocoran pada

pembuluh darah ini, mengakibatkan protein dalam plasma lolos

melalui dinding kapiler sehingga dari jumlah protein yang lolos ini

akan keluar dari tubuh melalui luka-luka, sedangkan sisinya bertahan

diruanga ekstraseluler kurang lebih tiga minggu sebelum masuk

kembali ke pembuluh darah. Perbaikan permeabilitas kapiler terjadi

berangsur-angsur setelah 24-36 jam dan cairan edema mulai diserap

kembali. Dalam klinik dikenal sebagai fase diuresis dan secara tuntas

perbaikan permeabilitas normal kembali 5-6 hari.

2. Gangguan sirkulasi dan hematologi.

Adanya penurunan cairan dan elektrolit dalam intravaskuler

mengakibatkan terjadinya penurunan curah jantung berupa stroke

volume berkurang dan resisten perifer meninggi, tachikardia dan

hipotensi. Trauma luka bakar mengakibatkan hemolisis eritrosit

sehingga terjadi penurunan eritrosit sebesar 10 % karena adanya

perubahan fisik / morfologi dalam darah yang terjadi 1-2 jam setelah

luka bakar yang diakibatkan oleh pengaruh panas tersebut. Dapat pula

terjadi hemolisis yang lambat setelah 2-7 hari terbakar yang disebabkan

oleh fragilitas eritrosit yang bertambah.

32

Page 33: sken a blok 20-1.doc

Pada kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah

jumlah eritrosit yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis

dan perubahan morfologi eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat

tertahan dalam pembuluh darah dan perdarahan-perdarahan dari

jaringan yang granulasi. Terapi transfusi darah belum diperlukan

sampai 72 jamsetelah terbakar, pada fase awal terjadinya

hemokonsentrasi. bila terlalu dini pemberian darah akan menambah

kepekatan darah sedangkan plasma masih terus bocor. Jika kondisi

hemokonsentarsi sudah dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume

intra vaskuler sudah diperbaiki juga, transfusi perlu dipertimbangkan

dengan pedoman pada hematokrit.

3. Gangguan hormonal dan metabolisme.

Kerusakan kulit akibat luka bakar menimbulkan rasa tidak nyaman

baik fisik maupun psikologis dan stress yang berkepanjangan. Kondisi

tersbut akan meningkatkan stimulus dari kerja hormon-hormon dan

berakibat peningkatan metabolisme tubuh. Di ruang perawatn pada

umumnya klien luka bakar yang mampu melampaui fase akut akan

terjadi penurunan berat badan lebih cepat bila tidak mendapatkan

penanganan yang adekuat. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan

metabolisme tubuh untuk mengembalikan fungsi-fungsi tubuh yang

terganggu akibat kerusakan jaringan, berupa perbaikan sel –sel yang

rusak. Bila sumber nutrisi / energi tidak terpenuhi dari intake makanan

dari luar maka tubuh secara alami akan melakukan pembongkaran

sumber-sumber energi cadangan yang terdapat dalam tubuh pada

jarinag tubuh yang sehat, ini tidak terlepas dari kerja hormon-hormon.

Begitu juga pada saat terjadinya kekurangan cairan tubuh.

Pada luka bakar terjadi penghamburan sumber energi dan

penurunan berat badan karena adanya katabolisme yang hebat akibat

33

Page 34: sken a blok 20-1.doc

kekurangan intake nutrisi. Lamanya katabolisme ini tergantung dari

beberapa faktor dan biasanya metabolisme baru akan normal kembali

setelah luka bakar yang dalam sudah ditutupi dengan tandur kulit.

Hipermetabolisme pada luka bakar akan meningkat sebanding dengan

luasnya luka bakar sampai dengan luas luka bakar 40-50 % dan

selanjutnya pada luka bakar yang lebih luas tidak sebanding.

Kerusakan kulit mengakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk

mempertahankan suhu tubuh akibat ketidakmampuan kulit

mempertahankan penguapan air sehingga terjadi pendinginan

permukaan tubuh. Hal ini akan merangsang untuk menghaslikan panas

agar suhu dalam tubuh dapat dipertahankan.

4. Gangguan imunologi.

Pada periode awal segera setelah trauma kepekaan terhadap infeksi

meningkat, hal ini disebabkan netropil yang seharusnya memfagosit

kuman-kuman, terperangkap dalam kapiler (zona stasis), sehingga

secara bertahap terjadin penurunan daya tahan tubuh.

Pada luka bakar II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi

rekanalisasi pembuluh darah, hal tersebut terjadi 48 jam pasca trauma

da proses rekanalisasi akan lengkap pada akhir minggu pertama

sehingga netrofil dapat bergerak kembali. Pada luka bakar II jaringan

dibawah eschar / subschar membentuk jaringan granulasi yang kaya

dengan fibroblas dan kapiler-kapiler baru. Bila tidak terjadi infeksi

proses ini mulai pada akhir minggu kedua dan biasanya sudah lengkap

pada minggu ketiga. Dalam keadaan normal kemampuan netrofil untuk

menghancurkan bakteri naik turun secara siklus sedangkan pada luka

bakar flaktuasi tersebut amat berlebihan sehingga pada saat terjadinya

penurunan kemampuan netrofil dapat timbul sepsis luka bakar.

34

Page 35: sken a blok 20-1.doc

Fraktur yang dialami dapat menyebabkan deformitas.

f. Bagaimana perhitungan resusitasi cairan untuk tn. Agus?

BAXTER formula

Hari Pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam

Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3

2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :

< 1 Tahun : berat badan x 100 cc

1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc

3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc

½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.

½ diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua

Dewasa : ½ hari I

Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

Menurut Evans Cairan yang dibutuhkan :

1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1 cc

2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc

3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc

Hari I : 8 jam X ½

16 jam X ½

Hari II : ½ hari I

Hari ke III : hari ke II

35

Page 36: sken a blok 20-1.doc

Jadi resusitasi yang tepat untuk Tn. Agus 4cc x 55 x 9 = 1980cc/24jam

8 jam pertama 990cc, 16 jam berikut nya 990cc.

g. Bagaimana mekanisme nyeri dan bengkak pada paha kiri atas?

Fraktur femur 1/3 proximal transversal, jika bergerak akan menyebabkan

gesekan antar periosteum dimana periosteum banyak memiliki ujung

serabut saraf sehingga akan memicu rangsangan nyeri pada saraf

nosiseptif.

Karena fraktur akan menekan jaringan disekitarnya dan juga akan

membentuk callus externus yang akan semakin menekan jaringan

disekitarnya sehingga akan terjadi pembengkakan jaringan lunak disekitar

daerah fraktur.

3. 15 menit kemudian, ia dibawa ke UGD RSMP dalam keadaan sadar dan

mengeluh nyeri pada perut dan paha kiri serta nyeri pada daerah luka

bakarnya.

a. Apa pertolongan pertama yang dilakukan pada tn. Agus?

Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien luka bakar pada 24 jam

pertama yaitu :

1. Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan Airway (jalan nafas),

Breathing (pernafasan), Circulation (sirkulasi)

2. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar

3. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran

pernafasan

4. Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar

seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti

diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)

5. Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III

biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)

6. Pasang kateter urin

36

Page 37: sken a blok 20-1.doc

7. Pasang NGT jika diperlukan

8. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan

9. Berikan suntikan ATS / toxoid

10. Perawatan luka :

• Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)

• Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi

yang mengganggu pergerakan

• Selimuti pasien dengan selimut steril

11. Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter)

• Antasida H2 antagonis

• Analgetik

• antibiotik

12. Mobilisasi secara dini

13. Pengaturan posisi

Tindakan untuk Fraktur yang dialami oleh Tn. Agus adalah meluruskan

deformitas. Dalam hal ini yaitu femur. Luruskan femur dengan melakukan

traksi di daerah ankle jika tibia dan fibula tidak fraktur. Setelah spasme

otot diatasi tungkai diluruskan dan rotasi dikoreksi.tindakan ini

memerlukan waktu beberapa menit tergantung dari besarnya penderita.

b. Apa dampak dilakukan pertolongan setelah 15 menit dari kejadian?

Pertolongan pertama untuk Luka bakar terletak pada 15 menit pertama

karena dapat meminimalisisr grade dan luas dari luka bakar tersebut,

dengan cara pendinginan. Pada kasus ini, Tn. Agus telah melewatkan 15

menit pertamanya, sehingga seharusnya luka bakar yang dialami tn. Agus

dapat dibatasi hanya pada grade 1 tetapi karena tidak ada pertolongan saat

tiba di UGD sudah menjadi grade 2.

c. Apa makna tn. Agus masih sadar dan mengeluh nyeri?

37

Page 38: sken a blok 20-1.doc

Disini menunjukkan bahwa fungsi neurologis Tn. Agus masih baik dan

tidak ada gangguan airway serta breathing.

4. Pemeriksaan Primer (Primary Survey) menunjukkan tanda-tanda :

- Tanda Vital : Pasien sadar, berat badan 55 kg, Tekanan Darah

100/70mmHg, nadi 114x/menit, RR 24x/menit, temp axial 36,5°C

a. Bagaimana interpretasi dari tanda vital?

Tekanan darah 100/70mmHG : Hipotensi

Nadi 114x/menit : Takikardi

RR 24x/menit : Normal

Temp 36,5°C : Normal

5. Pemeriksaan Sekunder (Secondary Survey) :

- Abdomen :

Inspeksi : ada jejas abdomen kiri atas

Palpasi : Nyeri tekan kuadran kiri atas abdomen

Perkusi : Timpani, pekak di abdomen kiri atas

Auskultasi : Bising usus terdengar diseluruh bagian

abdomen

- Ekstremitas Superior : terdapat luka bakar pada lengan

anterior atas dan bawah dibagian kiri

dan kanan. Ditemukan warna kulit

kemerahan dan terdapat bula.

- Ekstremitas Inferior Regio Femur Sinistra

Inspeksi : tampak deformitas, soft tissue swelling

Palpasi : nyeri tekan, arteri dorsalis pedis teraba

ROM : aktif terbatas di daerah sendi lutut dan

panggul

38

Page 39: sken a blok 20-1.doc

a. Apa interpretasi pemeriksaan abdomen?

Terlihat jejas menandakan adanya memar, eksoriasi, atau lecet kecil.

Adanya nyeri tekan menunjukkan kemungkinan adanya rupture organ

yang terdapat dibagian kiri atas abdomen (kemungkinan terbesar adalah

rupture lien). Kemudian perubahan suara perkusi menjadi pekak,

kemungkinan ada perdarahan di rongga abdomen. Pada auskultasi

menandakan adanya ileus paralitik akibat reflek peritoneal.

b. Apa organ yang kemungkinan terkena pada abdomen kiri atas?

Lien, gaster, sebagian colon descendens, cauda pancreas, ginjal kiri

c. Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan fisik abdomen?

Pemeriksaan fisik abdomen sebaiknya dilakukan inspeksi terlebih dahulu,

lalu diikuti auskultasi, perkusi, dan palpasi.

d. Bagaimana interpretasi ekstremitas superior?

Terjadi luka bakar derajat IIA dengan luas 9%

e. Bagaimana interpretasi ekstremitas inferior?

Menandakan kemungkinan adanya fraktur pada femur sinistra

6. Data Tambahan : Foto femur sinistra AP/LAT tampak fraktur femur 1/3

proximal transversal, cum contractionum, Pada saat dipasang kateter

urin, keluar urin jernih sebanyak 50cc

a. Bagaimana interpretasi data tambahan?

Adanya fraktur femur pada daerah 1/3 atas garis tengah tulang.

b. Berapa volume normal urin dan makna urin tn. Agus 50cc?

1cc/kgbb/24jam, 1cc x 55 x 24 = 1320cc. Urin jernih menandakan tidak

adanya hematuria. Jumlah urin 50cc normal. Untuk pasien luka bakar,

keluaran urin dipertahankan sebanyak 30-50cc.

39

Page 40: sken a blok 20-1.doc

7. Jika kumpulan gejala ini dikaitkan:

a. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?

1. DPL (diagnostic Peritoneum lavage)

2. FAST ( Focused Assessment Sonography In trauma)

3. USG

b. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?

Luka bakar derajat IIA dengan luas 9% pada bagian anterior lengan kiri

dan kanan, fraktur femur sinistra 1/3 proximal transversal, dan syok

hemoragik akibat rupture lien

c. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini ?

1. Atasi keadaan umum. Disini terjadi hipotensi yang kemungkinan

disebabkan oleh syok hemoragik akibat fraktur femur, rupture lien,

dan juga kehilangan volume plasma pada luka bakar. Maka yang

harus dilakukan adalah resusitasi cairan.

2. Atasi luka bakar ringan yang dialami Tn. Agus dengan cara

merendam luka bakar dalam air dingin, luka bakar dibersihkan

dengan hati-hati dan dilakukan debrimen jaringan mati, berikan

antibiotic topical dan penutupan luka. Sebuah regimen yang sering

dipakai adalah neomisin-polimiksin-basitrasin (Neosporin) yang

dioleskan pada luka bakar, dengan kasa yang telah mengandung

antibiotic (xeroform) diatasnya. Luka harus dilihat dan kasa harus

diganti dalam jangka waktu 1-2 hari.

3. Pada fraktur femur, penatalaksanaan awalnya meliputi imobilisasi

segera dengan bidal traksi, evaluasi luasnya kehilangan volum, dan

pemberian cairan IV dan darah jika ada indikasi. Reparasi bedah.

40

Page 41: sken a blok 20-1.doc

d. Apa yang terjadi jika tidak ditangani secara komperhensif?

Dapat terjadi Systemic Inflammatory Respiratory Syndrome (SIRS),

sepsis, Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS), komplikasi

gastrointestinal (atrofi mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas

usus menurun dan ileus), skin graft loss yang disebabkan oleh hematoma,

infeksi dan robeknya graft. Komplikasi fase lanjut berupa jaringan parut

hipertrofik, keloid dan kontraktur.

Komplikasi fraktur :

1. komplikasi segera :

a) Lokal :

- kulit dan otot : berbagai vulnus (abrasi, laserasi dll), kontusio,

avulsi

- vaskular : terputus, kontusio, perdarahan

- neurologis : otak, medula spinalis, kerusakan saraf perifer

b) Umum : trauma multipel, syok

2. komplikasi dini :

a) Lokal : osteomielitis

b) Umum : acute respiratiry syndrome

3. komplikasi lama :

a) Lokal :

- tulang : malunion (salah taut), non union(kegagalan pertautan),

delayed union (terlambat bertaut)

- kerusakan saraf

b) Umum : neurosis pasca trauma

e. Apakah gangguan ini dapat diatasi dengan tuntas, Bagaimana peluangnya?

41

Page 42: sken a blok 20-1.doc

Quo at vitam : dubia ad bonam

Quo at fungsionam : dubia ad bonam

f. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum?

Luka bakar derajat 1 dan 2 KDU 4aFraktur terbuka dan tertutup KDU 3bSyok Hemoragik

g. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?

Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-

bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang

kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang sabar

(QS. Al-Anfal : 46)

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:

"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun".

(QS: Al-Baqarah Ayat: 156)

2.3.6 Resume

Tn. Agus 25 tahun mengalami kecelakaan ditempat kerja. Kedua

lengannya pada bagian anterior mengalami luka bakar. Pada bagian abdomen

terlihat jejas dan saat di perkusi pekak, yang menandakan adanya perdarahan pada

rongga abdomen. Selain itu pada foto femur sinistra didapatkan fraktur 1/3

proximal transversal.

Pada primary survey, didapatkan tekanan darahnya 100/70mmHg yang

menunjukkan hipotensi. HR meningkat 114x/menit, RR dalam batas normal

24x/menit, namun sudah dibatas atas, kemudian temperaturnya normal 36,5°C.

Dari data yang didapat serta di cocokkan dengan teori yang ada, maka

dapat disimpulkan Tn. Agus 25 tahun mengalami Syok Hemoragik akibat multiple

trauma berupa rupture lien, luka bakar derajat II A dengan luas 9% pada anterior

42

Page 43: sken a blok 20-1.doc

kedua lengan, serta fraktur femur sinistra 1/3 proximal transversal.

2.3.7 Kerangka Konsep

43

Kebakaran

Luka bakar lengan anterior kiri dan kanan

Transudasi cairan

Ruptur Lien

Syok Hemoragik

Melompat dari lantai 2

Perut membentur benda keras

Penurunan Volume Darah

Fraktur femur

Perdarahan Intra Peritoneal

Terbentuk bula

Page 44: sken a blok 20-1.doc

DAFTAR PUSTAKA

Bresler, Michael Jay, George L. Sternbach; Suyono, Y. Joko (terj.); Manual

Kedokteran Darurat, Ed. 6, Jakarta: EGC, 2007.

Committee, American College of Surgeons. 2004. Advanced Trauma Life Support

untuk Dokter, Ed. 7, Chicago: 633 N. Saint Clair St.

A. Bambang Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar, Bagian Bedah, FK Undip/RS dr. Kariadi.

Putz, R., R. Pabst (ed.); Suyono, Y. Joko (terj.). 2007. Sobotta : Atlas Anatomi

Manusia, Ed. 22, Jilid 2, Jakarta: EGC.

Soewandi, S.  Akut Abdomen Pada Alat Pencernaan orang dewasa. 

M Sjaifudin Noer. 2006. Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press.

David S. Perdanakusuma. 2006. Penanganan Luka bakar, Airlangga University

Press.

R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku

Kedokteran, EGC. 2007

Moenadjat Y. Luka Bakar, Penatalaksanan Awal dan Penatalaksanaannya. Ram-lim, Umbas R, Panigoro SS, Kedaruratan Non-Bedah dan Bedah, Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.

Sudiharto. Biomekanika Trauma. 2012 (http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-

content/uploads/2012/03/BIOMEKANIK-TRAUMA.pdf diakses 24 september

2013 )

44