Ske2blok13 Jeje

14
ANALISIS MASALAH 1. Interpretasi hasil pemeriksaan penunjang ? Tzank test standar diagnosis guna melakukan diagnosis cepat pada kelainan kulit vesico-bulosa ketika ada keraguan kemungkinan infeksi oleh virus atau bukan Cara : Mengerok dasar vesicel baru dengan pisau scalpel Hasil kerokan dioleskan tipis ke permukaan kaca objek (slides) Slides dipulas dengan cairan giemsa atau wright Slides dilihat di bawah mikroskop Akan tampak sel akantosis (sel keratinosit inti besar) atau multinucleated giant cell infeksi virus Handoko RP. 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2. Apa saja diagnosis banding pada kasus ? Nama Penyaki t Herpes Zoster Herpes Simpleks Varisela Variola Radang kulit akut, yang mempunyai sifat Suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok Penyakit yang disebabkan virus varisela Penyakit infeksi virus akut yang

description

hg

Transcript of Ske2blok13 Jeje

Page 1: Ske2blok13 Jeje

ANALISIS MASALAH

1. Interpretasi hasil pemeriksaan penunjang ?

Tzank test standar diagnosis guna melakukan diagnosis cepat pada kelainan

kulit vesico-bulosa ketika ada keraguan kemungkinan infeksi oleh virus atau

bukan

Cara :

Mengerok dasar vesicel baru dengan pisau scalpel

Hasil kerokan dioleskan tipis ke permukaan kaca objek (slides)

Slides dipulas dengan cairan giemsa atau wright

Slides dilihat di bawah mikroskop

Akan tampak sel akantosis (sel keratinosit inti besar) atau multinucleated

giant cell infeksi virus

Handoko RP. 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.

Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

2. Apa saja diagnosis banding pada kasus ?

Nama

Penyakit

Herpes Zoster Herpes Simpleks Varisela Variola

Definisi

Radang kulit akut, yang

mempunyai sifat khas

yaitu vesikel-vesikel

yang tersusun ber-

kelompok sepanjang

persarafan sensorik kulit

sesuai dermatom.

Suatu lesi akut berupa

vesikel berkelompok

diatas daerah yang

eritema bisa satu/

beberapa kelompok

terutama pada atau

dekat sambungan

mukokutan.

Penyakit yang

disebabkan virus

varisela dengan gejala

dikulit dan selaput

lendir berupa vesikula

dan disertai gejala

konstitusi.

Penyakit infeksi

virus akut yang

disertai keadaan

umum yg buruk,

sangat menular, dan

dapat menyebabkan

kematian,dgn ruam

kulit monomorf,

terutama tersebar di

bagian perifer tubuh

Etiologi Varicella Zoster Virus HSV I & HSV II Virus Varicella Zoster Pox Virus Variola

Sebelum terjadi erupsi: Erupsi di dahului oleh Erupsi di dahului Demam dan malaise

Page 2: Ske2blok13 Jeje

Gambaran

Klinis

rasa sakit, rasa terbakar,

skit kepala, malaise,

demam.

Erupsi dimulai dengan

makulopapula eritematus,

kemudian terbentuk

vesikula yg dapat

berubah menjadi pustula,

kemudian lesi mengering

menjadi krusta.

Gambaran Khas:

Erupsi yang lokalisata

dan hampir selalu

unilateral.

rasa gatal/terbakar dan

kemerahan pada

daerah kulit.

Lesi dapat soliter atau

multipel.

Gambaran Khas :

Erupsi berupa vesikel

yang menggerombol,

di atas dasar kulit yang

kemerahan.

gejala prodromal

berupa demam,

malaise, sakit kepala,

anoreksia, nyeri

punggung.

Erupsi yang ditandai

dengan terbentuknya

vesikula yang khas

seperti tetesan embun,

vesikula akan berubah

menjadi pustula

kemudian pecah

menjadi krusta.

1-5 hari mendahului

timbulnya

eksantema, yang

dimulai sebagai

makula, papula,

vesikel, pustula.

Lokasi

Herpes Zoster

Oftalmika (dahi dan

sekitar mata)

Herpes Zoster

Servikalis (pundak

dan lengan)

Herpes Zoster

Torakalis (dada dan

perut)

Herpes Zoster

Lumbalis (bokong

dan paha)

Herpes Zoster

Sakralis (sekitar anus

dan genitalia)

Herpes Zoster

Otikum (telinga)

HSV I

Di bibir, rongga

mulut,

tenggorokan, jari

tangan.

HSV II

Di bawah pusar,

terutama di sekitar

alat genitalia.

Di daerah badan

kemudian

menyebar secara

sentrifugal ke

muka dan

ekstremitas.

Lesi timbul

paling banyak di

wajah dan

sedikit di tubuh.

Page 3: Ske2blok13 Jeje

Handoko RP. 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.

Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

LO

A. Definisi

Page 4: Ske2blok13 Jeje

Tumor intraperidermal yang disebabkan infeksi virus papiloma. (Siregar,

R.S. 2013)

B. Epidemiologi

Tersebar kosmopolit dan transmisinya melalui kontak kulit, maupun

autoinoklusi. Bergantung pada jenis kutil yang ditemukan, ada yang terdapat

terutama pada usia anak atau pada usia dewasa. Untuk insiden antara pria dan

wanita sama.

C. Etiologi

Virus penyebabnya tergolong dalam papiloma (grup papova), virus DNA

dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.

D. Patofisiologi

Virus HPV memasuki sel basal epidermis yang juga sel punca atau yang

diubah oleh virus menjadi seperti sel punca. Ketika sel-sel ini membelah, genom

virus juga bereplikasi dan berpartisipasi menjadi sel progeni, kemudian

ditransportasikan dalam sel yang bereplikasi saat mereka bermigrasi ke atas untuk

membentuk lapisan berdifferensiasi. Ekspresi transkipsi virus sangat rendah

sampai lapisan malpigi dimana sintesis DNA virus menghasilkan ratusan kopi

genom virus tiap sel. Protein kapsid virus dikemas menjadi virion sel nukleus.

Protein virus yang dikenal E1-E4 dapat menginduksi jadinya kolaps dari jaring-

jaring filamen keratin sitoplasma. HPV tidak memiliki selubung lipoprotein dan

tidak bertunas oleh karena itu mereka rentan terhadap inaktivasi yang cepat

karena kondisi lingkungan. Setelah inokulasi HPV biasanya veruka muncul dalam

2-9 bulan. Permukaan yang kasar kutil dapat merusak kulit yang berdekatan

sehingga memungkinkan inokulasi virus ketempat yang berdekatan dengan

perkembangan kutil yang baru dalam periode minggu atau bulan.

E. Gejala klinis

Page 5: Ske2blok13 Jeje

Kutil ini terutama terdapat pada anak tetapi juga pada dewasa dan orang

tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun

demikian penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain termasuk mukosa mulut dan

hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau

berbentuk plakat, permukaanya kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul

autoinokuasi sepanjang goresan (fenomen Kobner).

Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak

kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai

penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang

terdapat di daerah muka daan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang

tegak lurus dan permukaannya verukosa disebut verukosa filiformis.

(Handoko,2010)

F. Penegakan diagnosis

a. Anamnesis

Veruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan

gejala klinis, terdapat periode infeksi subklinik yang panjang.

Benjolan biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi. Biasanya

pasien mengeluhkan terdapat benjolan kecil yang padat di

daerah tangan dan kaki, terutama pada jari dan telapak. Mula-

mula berupa hiperkeratosis biasa, tranlusen, licin, sebesar

kepala jarum pentul, dalam beberapa minggu sampai bulan

membesar, dapat sebesar kelereng. Veruka vulgaris biasanya

tidak disertai dengan gejala-gejala prodromal.

Veruka vulgaris biasanya tidak menimbulkan gejala

sistemik karena hanya berbatas pada lapisan epitel. Veruka

vulgaris terutama sering menyerang anak-anak, tetapi juga

terdapat pada orang dewasa. (Janik, 2008)

b. Pemeriksaan Fisik

Page 6: Ske2blok13 Jeje

Lokalisasi paling sering ditangan, jari-jari tangan dan kaki

serta telapak tangan/ kaki, tapi dapat pula tumbuh dimana

saja pada epidermis dan mukosa. Mula-mula papula kecil

seukuran kepala jarum, warna seperti kulit biasa, jernih,

kemudian tumbuh menonjol, permukaan papilar warna lebih

gelap dan hiperkeratotik.

Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan

menimbulkan anak kutil dalam jumlah banyak. Ada pendapat

yang menggolongkan bahwa veruka vulgaris merupakan

penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Varian veruka vulgaris yang terdapat di daerah muka dan

kulit kepala berbentuk seperti penonjolan yang tegak lurus

pada permukaan kulit, dan permukaannya verukosa, disebut

juga sebagai verukosa filiformis.

c. Pemeriksaan Penunjang

- Histopatologik

Apabila terdapat gambaran klinis yang tidak jelas pada pasien veruka

vulgaris, dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik dengan cara biopsy

kulit. Gambaran histopatologis dapat membedakan berbagai macam

papiloma (Handoko, 2010).

Verruca terdiri dari epidermis yang akantotik dengan

papillomatosis, hiperkeratosis, dan parakeratosis.

Rete ridges yang memanjang sering kali tertuju langsung

pada pusat kutil. Pembuluh darah kapiler dermis ialah

prominen dan mungkin mengalami trombosis.Sel-

sel mononuklear mungkin ada. Keratinosit besar dengan

nukleus piknosis eksentrik dikelilingi oleh halo perinukleus

Page 7: Ske2blok13 Jeje

(selkoilositotik atau koilosit) merupakan karakteristik dari

papilloma yang dikaitkandengan HPV. Koilosit yang

divisualisasikan dengan pengecatan papanicolaou (Pap)

menggambarkan tanda terjadinya infeksi HPV.Sel yang

terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik

kecil dan kelompok padat granul-granul keratohialin

basofilik.Granul-granul tersebut dapat terdiri dari protein

HPVE4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya partikel-

partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki akantosis

dan hiperkeratosis dan tidak memilikiparakeratosis atau

papillomatosis. Sel koilositotik biasanya sangat

banyak,menunjukkan sumber lesi virus

Gambar 1: (A)Veruka Vulgaris pada lengan, papul

berbatas tegasdan hiperkeratotik. (B)Epidermal

hiperplasia berbentuk seperti jari dengan gambaran

lapisan granular yang jelas dan koilocytes (C) Epidermal

Page 8: Ske2blok13 Jeje

hiperplasia berbentuk verrucuos dan akantosis

denganproliferasi basaloid  dan keratinosit. (D)Kista horn

dengan keratinosityang mild atypia dan gambaran

inflamasi. (Jane M. 2007)

G. Terapi

a. Medikamentosa

Sebagian veruka dapat mengalam involusi (sembuh) spontan dalam masa

1 atau 2 tahun. Pengobatan dapat berupa tindakan bedah atau nonbedah.

Tindakan bedah antara lain bedah beku N2 cair, bedah listrik dan bedah laser.

Cara nonbedah antara lain dengan bahan keratolitik, misalnya asam salisilat,

bahan kaustik misalnya asam trikorasetat, dan bahan lain misalnya kantaridin

(Sjamsoe, 2005).

Farmakologis

1. Asam salisilat

Obat ini mempunyai efek keratolitik. Cara pemakaiannya

dioleskan 2 tetes, 2 kali sehari. Obat ini hanya dioleskan pada kulit

yang terkena veruka vulgaris saja.

2. Asam laktat

Obat ini mempunyai efek kaustik. Cara pemakaiannya dioleskan 1

tetes, 2 kali sehari hanya pada kulit yang terkena veruka vulgaris.

3. Asma trikorasetat 50-80%

b. Tindakan invasif

1. Bedah beku

2. Bedah scalpel

3. Bedah listrik

4. Bedah laser

5. Kuret dan elektrodesikasi ringan

c. Non medikamentosa

1. Edukasi mengenai penyakit yang diderita oleh pasien

2. Edukasi cara penularan veruka vulgaris

Page 9: Ske2blok13 Jeje

3. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan-tindakan yang akan menyebabkan

timbulnya lesi pada area yang terdapat veruka vulgaris.

4. Bila pasien anak-anak, ingatkan selalu untuk rajin mencuci tangan dan kulit

secara teratur dan benar

5. Bila terdapat luka kecil atau luka parut, bersihkan dengan sabun dan air

hangat serta langsung dikeringkan

6. Kenakan selalu alas kaki, bila perlu alas kaki yang tahan air atau anti selip

terutama saat menggunakan fasilitas umum (sjamsoe E S,2005)

H. Prognosis

Prognosis penyakit ini adalah, 65% dapat sembuh spontan dalam 2 tahun.

Literature lain menyebut kan bahwa penyakit ini sering residif, walaupun diberi

pengobatan adekuat (Handoko, 2010).

I. Komplikasi

Pada veruka jenis veruka vulgaris tidak terdapat literatur atau penelitian yang

menunjukan komplikasi yang berarti. Tetapi hal ini tidak senada dengan veruka pada

genital atau veruka genitalis. Risiko terbentuknya kanker serviks pada wanita yang

menderita veruka genitalis tinggi, terlebih lagi pada wanita yang mempunyai

kebiasaan merokok. (Handoko,2010)

Page 10: Ske2blok13 Jeje

DAFTAR PUSTAKA

Handoko RP. 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.

Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Jane M.2007.Grant in Color Atlas of Dermatopathology.Dermatology:Clinical and Basic

Sciene Series: San Fransisco

Janik M P, Heffernan M P. Warts. 2008. Dalam : Freedeberg I M et al. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine. Ed 7. Vol 2. New York : McGraw Hill Book

Co. 2008: 1822-1828

Sjamsoe E S, Daili, Menaldi S L, Wisnu I M. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di

Indonesia Sebuah Panduan Bergambar. Jakarta : PT Medical Multimedia

Indonesia.

Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC.