SK2 KEDKOM

36
SANDI PUSPITA PRATIWI 1102012259-SK2 KEDKOM SASARAN BELAJAR LI.I Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991). Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB : Wabah harus mencakup: o Jumlah kasus yang besar. o Daerah yang luas o Waktu yang lebih lama. o Dampak yang timbulkan lebih berat. Kriteria KLB KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu : Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

description

KLB

Transcript of SK2 KEDKOM

SANDI PUSPITA PRATIWI1102012259-SK2 KEDKOMSASARAN BELAJARLI.I Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar BiasaDefinisiKejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991).Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :Wabah harus mencakup: Jumlah kasus yang besar. Daerah yang luas Waktu yang lebih lama. Dampak yang timbulkan lebih berat.Kriteria KLBKLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu : Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.Klasifikasi KLBa. Menurut Penyebab:Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin Kimia.Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit, pestisida.Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN.b. Menurut Sumber KLBManusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,Protozoa, Virus Hepatitis. Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.c. Menurut Penyakit wabahBeberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah, DBD, Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus perut, Meningitis, Encephalitis, SARS, AnthraxPelacakan Kejadian Luar Biasa1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar BiasaKeberhasilan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan atau tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan.2. Analisis Situasi AwalPada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah atau kejadian luar biasa, diperlukan tiga kegiatan awal, yaitu :a. Penentuan / penegakan diagnosisUntuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan tingkat kebenarannya). Selain itu, harus pula ditetapkan kapan seseorang dapat dinyatakan sebagai kasus. Dalam hal ini sangat tergantung pada keadaan dan jenis masalah yang dihadapi.b. Penentuan adanya wabahUntuk menentukan apakah situasi yang dihadapi adalah wabah atau tidak, maka perlu diusahakan melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak.c. Uraian keadaan wabahBila keadaan dinyatakan wabah harus dilakukan penguraian keadaan wabah bedasarkan tiga unsur utama yaitu waktu, tempat dan orang. Gambaran wabah berdasarkan waktuKurva EpidemiAdalah gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Untuk membuatnya dibutuhkan informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama. Misalnya, tanggal timbulnya gejala pertama, jam timbulnya gejala pertama, untuk masa inkubasi sangat pendekManfaat kurva epidemic Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan kelanjutan Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan pemaparan terjadi dengan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut. Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanyaPerjalanan Wabah kurve menanjak: jumlah kasus terus bertambah, wabah sedang memuncak, akan ada kasus-kasus baru Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang terjadi semakin berkurang, wabah akan segera berakhir.Mencari Periode pemaparan Pada point source epidemic -- penyakit dan masa inkubasi diketahui, kurve epidemic dapat digunakan untuk mencari periode pemaparan -- penting menanyakan sumber letusan Gambaran wabah berdasarkan tempat Memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang terserang Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebabBerupa: Spot map atau area mapSpot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada wilayah dengan kode/ arsiran Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing wilayah Gambaran wabah berdasarkan orang UmurUmur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit, karena mempengaruhi: Daya tahan tubuh Pengalaman kontak dengan penyakit Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber penyakit Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb.Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan risiko diantara golongan-golongan dalam faktor tsb. Di negara-negara multirasial, gambaran penderita berdasarkan ras sering ditampilkan. Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dsb. Berdasarkan pemaparan: Pekerjaan, Rekreasi, Penggunaan obat-obatan

3. Analisis LanjutanSetelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah, maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta analisis berkesinambungan yaitu : Usaha penemuan kasus tambahanDitelusuri kemungkinan adanya kasus yang tidak dikenal dan kasus yang tidak dilaporkan. Dengan cara mengadakan pelacakan ke rumah sakit dan ke dokter praktek umum setempat dan pelacakan yang itensif adanya gejalaatau yang kontak dengan penderita. Analisis dataMelakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai tambahan informasi yang didapatkan dan laporkan hasil intrepesi data tersebut. Menegakkan hipotesisHasil analisis dari seluruh kegiatan dibuat keputusan yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari semua fakta yangditemukan harus sesui dengan apa yang tercantum dalam hipotesis. Tindak pemadaman wabah dan tindak lanjutTindakan diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai dengan keadaan wabah yang terjadi. Setiap tindakan pemadaman wadah harus disertai dengan berbagai tindak lanjut (follow up) sampai keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan pengamatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali masa tunas penyakit yang mewabah.

Penanggulangan KLBPenanggulangan KLBdikenal dengan namaSistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes KotaSurabaya, 2002).Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan EarlyWarningOutbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruhIndonesiake pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)Pencegahan terjadinya wabah/KLBa. Pencegahan tingkat pertama Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga. Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.b. Pencegahan tingkat keduaSasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.c. Pencegahan tingkat ketigaBertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.d. Strategi pencegahan penyakitDilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.

Faktor penyebab KLBSalah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.Wabah terjadi karena 2 keadaan : Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut. Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

LI.II Memahami dan Menjelaskan Perilaku Pencarian Pengbatan dan Pemanfaatan Layanan KesehatanPENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATPrinsip pendidikan kesehatan masyarakata. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikanb. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKATa. Metode pendidikan individual ( perorangan) Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku) Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.b. Metode pendidikan kelompok Kelompok Besar : Ceramah, seminar kelompok Kecil: diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play), Permainan simulasi ( simulation game ).c. Metode pendidikan massa Ceramah umum ( public speaking) Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan posterd. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : -Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide , film, film strip Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara Alat bantu lihat dengar seperti : Televisie. Media Pendidikan KesehatanMedia pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan ( billboard)PERILAKU KESEHATANYaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasib. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatanc. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnyad. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk ( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihanb. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatanya.

RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKITa. Bentuk pasif: respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.b. Bentuk Aktif: yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHIa. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dllb. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan peraturanc. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.

PERUBAHAN PERILAKUa. Teori Stimulus dan Transformasib. Teori teori belajar social ( social searching ) Tingkah laku sama ( same behavior ) Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0 Tingkah laku salinan ( copying behavior )e. Teori belajar social dari bandara dan walter Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat menjadi nyata Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.

LI.III Memahami dan Menjelaskan Cakupan Imunisasi dan Mutu Pelayanan KesehatanCakupan Imunisasi Dasar BayiDataset ini berisi mengenai jumlah cakupan imunisasi dasar pada bayi menurut provinsiPenjelasan mengenai Variabel pada Dataset ini:1. kode_provinsi: Kode Provinsi2. nama_provinsi: Nama Provinsi3. jenis_imunisasi: Jenis Imunisasi4. jumlah_cakupan_imunisasi: Jumlah Cakupan dari Imunisasi tersebut5. persen_cakupan_imunisasi: Persen Cakupan dari Imunisasi tersebutCatatan:1. Data bersumber dari Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 20132. Update sampai tanggal 16 Maret 2013

kode_provinsinama_provinsijenis_imunisasijumlah_cakupan_imunisasipersen_cakupan_imunisasi

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamBCG9225992.84859

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamHB07700177.49308

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamDPT/HB19166594.10708

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamDPT/HB38682789.14019

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamPolio 48888691.25404

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamCampak8703689.35476

11Prov. Nanggroe Aceh DarussalamImunisasi Dasar Lengkap8690989.22437

12Prov. Sumatera UtaraBCG28537894.60033

12Prov. Sumatera UtaraHB023145476.725

12Prov. Sumatera UtaraDPT/HB128828399.51775

12Prov. Sumatera UtaraDPT/HB327923196.39291

12Prov. Sumatera UtaraPolio 427653895.46327

12Prov. Sumatera UtaraCampak27352494.42281

12Prov. Sumatera UtaraImunisasi Dasar Lengkap23480581.05669

13Prov. Sumatera BaratBCG9249586.64312

13Prov. Sumatera BaratHB07760072.69048

13Prov. Sumatera BaratDPT/HB19155589.31236

13Prov. Sumatera BaratDPT/HB38700684.87479

13Prov. Sumatera BaratPolio 48568983.59006

13Prov. Sumatera BaratCampak8450282.43213

13Prov. Sumatera BaratImunisasi Dasar Lengkap79117.977.17991

14Prov. RiauBCG12260889.84706

14Prov. RiauHB09156167.09584

14Prov. RiauDPT/HB112410393.72913

14Prov. RiauDPT/HB311992890.57596

14Prov. RiauPolio 412050691.01249

14Prov. RiauCampak11926490.07447

14Prov. RiauImunisasi Dasar Lengkap9756073.68246

15Prov. JambiBCG76547112.7399

15Prov. JambiHB069545102.4272

15Prov. JambiDPT/HB174584113.2136

15Prov. JambiDPT/HB374299112.781

15Prov. JambiPolio 474885113.6705

15Prov. JambiCampak74593113.2273

15Prov. JambiImunisasi Dasar Lengkap61862.1693.90269

16Prov. Sumatera SelatanBCG170505105.7054

16Prov. Sumatera SelatanHB014295288.62383

16Prov. Sumatera SelatanDPT/HB1173054111.7249

16Prov. Sumatera SelatanDPT/HB3169334109.3232

16Prov. Sumatera SelatanPolio 4168915109.0527

16Prov. Sumatera SelatanCampak168681108.9016

16Prov. Sumatera SelatanImunisasi Dasar Lengkap14450093.29021

17Prov. BengkuluBCG3278288.36595

17Prov. BengkuluHB02437865.71244

17Prov. BengkuluDPT/HB13296292.52751

17Prov. BengkuluDPT/HB33201289.86077

17Prov. BengkuluPolio 43149888.41792

17Prov. BengkuluCampak3246491.12958

17Prov. BengkuluImunisasi Dasar Lengkap3238090.89378

18Prov. LampungBCG15672197.74841

18Prov. LampungHB012724779.36519

18Prov. LampungDPT/HB1159091103.3327

18Prov. LampungDPT/HB3159098103.3372

18Prov. LampungPolio 4158207102.7585

18Prov. LampungCampak156662101.755

18Prov. LampungImunisasi Dasar Lengkap15193698.68537

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungBCG2725197.80354

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungHB02584292.74665

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungDPT/HB127439101.4981

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungDPT/HB32583595.56484

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungPolio 42598196.1049

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungCampak2581995.50566

19Prov. Kepulauan Bangka BelitungImunisasi Dasar Lengkap2542394.04084

21Prov. Kepulauan RiauBCG4200390.71726

21Prov. Kepulauan RiauHB03701779.9486

21Prov. Kepulauan RiauDPT/HB14371997.3177

21Prov. Kepulauan RiauDPT/HB34253594.68213

21Prov. Kepulauan RiauPolio 44263294.89805

21Prov. Kepulauan RiauCampak4071190.62194

21Prov. Kepulauan RiauImunisasi Dasar Lengkap3679281.89832

31Prov. DKI JakartaBCG15984492.62506

31Prov. DKI JakartaHB012927274.90945

31Prov. DKI JakartaDPT/HB116249496.05595

31Prov. DKI JakartaDPT/HB316086995.09535

31Prov. DKI JakartaPolio 415938194.21574

31Prov. DKI JakartaCampak15098989.25494

31Prov. DKI JakartaImunisasi Dasar Lengkap13557280.1414

32Prov. Jawa BaratBCG936361110.2951

32Prov. Jawa BaratHB084850199.94593

32Prov. Jawa BaratDPT/HB1930930113.0158

32Prov. Jawa BaratDPT/HB3916798111.3001

32Prov. Jawa BaratPolio 4914068110.9687

32Prov. Jawa BaratCampak908923110.3441

32Prov. Jawa BaratImunisasi Dasar Lengkap841379102.1442

33Prov. Jawa TengahBCG578687102.9031

33Prov. Jawa TengahHB054782297.41465

33Prov. Jawa TengahDPT/HB1574609104.2342

33Prov. Jawa TengahDPT/HB3573609104.0528

33Prov. Jawa TengahPolio 4583171105.7874

33Prov. Jawa TengahCampak564918102.4763

33Prov. Jawa TengahImunisasi Dasar Lengkap496990.390.15419

34Prov. D I YogyakartaBCG48649104.9239

34Prov. D I YogyakartaHB046931101.2186

34Prov. D I YogyakartaDPT/HB147008103.4537

34Prov. D I YogyakartaDPT/HB346091101.4356

34Prov. D I YogyakartaPolio 445592100.3374

34Prov. D I YogyakartaCampak46350102.0056

34Prov. D I YogyakartaImunisasi Dasar Lengkap4337795.46272

35Prov. Jawa TimurBCG610104105.4456

35Prov. Jawa TimurHB056830498.22121

35Prov. Jawa TimurDPT/HB1614338108.3145

35Prov. Jawa TimurDPT/HB3612487107.9881

35Prov. Jawa TimurPolio 4614485108.3404

35Prov. Jawa TimurCampak598206105.4702

35Prov. Jawa TimurImunisasi Dasar Lengkap479430.184.52873

36Prov. BantenBCG21588099.3479

36Prov. BantenHB019543789.94003

36Prov. BantenDPT/HB1217039104.0141

36Prov. BantenDPT/HB3209417100.3614

36Prov. BantenPolio 4209423100.3642

36Prov. BantenCampak20482198.15875

36Prov. BantenImunisasi Dasar Lengkap19054691.31758

51Prov. BaliBCG6695898.99172

51Prov. BaliHB06424994.98669

51Prov. BaliDPT/HB167248101.4207

51Prov. BaliDPT/HB36530798.49335

51Prov. BaliPolio 46552298.8176

51Prov. BaliCampak6508098.15099

51Prov. BaliImunisasi Dasar Lengkap4443167.00902

52Prov. Nusa Tenggara BaratBCG104016101.8906

52Prov. Nusa Tenggara BaratHB010024498.19564

52Prov. Nusa Tenggara BaratDPT/HB1110127112.3401

52Prov. Nusa Tenggara BaratDPT/HB3109466111.6658

52Prov. Nusa Tenggara BaratPolio 4109439111.6383

52Prov. Nusa Tenggara BaratCampak108223110.3978

52Prov. Nusa Tenggara BaratImunisasi Dasar Lengkap105320107.4365

53Prov. Nusa Tenggara TimurBCG10479386.58432

53Prov. Nusa Tenggara TimurHB07370760.89978

53Prov. Nusa Tenggara TimurDPT/HB110558790.85019

53Prov. Nusa Tenggara TimurDPT/HB39933885.47337

53Prov. Nusa Tenggara TimurPolio 49701983.47803

53Prov. Nusa Tenggara TimurCampak9787284.21198

53Prov. Nusa Tenggara TimurImunisasi Dasar Lengkap63246.5354.41919

61Prov. Kalimantan BaratBCG8343492.07729

61Prov. Kalimantan BaratHB05326858.78627

61Prov. Kalimantan BaratDPT/HB18375996.26144

61Prov. Kalimantan BaratDPT/HB38036992.36542

61Prov. Kalimantan BaratPolio 48000391.94479

61Prov. Kalimantan BaratCampak7815189.81635

61Prov. Kalimantan BaratImunisasi Dasar Lengkap7363184.62166

62Prov. Kalimantan TengahBCG46152103.1191

62Prov. Kalimantan TengahHB02696760.25337

62Prov. Kalimantan TengahDPT/HB145763104.3079

62Prov. Kalimantan TengahDPT/HB344236100.8274

62Prov. Kalimantan TengahPolio 44367299.54186

62Prov. Kalimantan TengahCampak4222496.24142

62Prov. Kalimantan TengahImunisasi Dasar Lengkap3783886.24438

63Prov. Kalimantan SelatanBCG5909975.90321

63Prov. Kalimantan SelatanHB04873862.59616

63Prov. Kalimantan SelatanDPT/HB16025780.59304

63Prov. Kalimantan SelatanDPT/HB35696476.18869

63Prov. Kalimantan SelatanPolio 45699176.22481

63Prov. Kalimantan SelatanCampak5604174.95419

63Prov. Kalimantan SelatanImunisasi Dasar Lengkap53831.7171.99928

64Prov. Kalimantan TimurBCG7438588.42935

64Prov. Kalimantan TimurHB05432464.58071

64Prov. Kalimantan TimurDPT/HB17523491.23807

64Prov. Kalimantan TimurDPT/HB37265888.11409

64Prov. Kalimantan TimurPolio 47284588.34087

64Prov. Kalimantan TimurCampak7157686.80193

64Prov. Kalimantan TimurImunisasi Dasar Lengkap5485066.51791

71Prov. Sulawesi UtaraBCG42838104.918

71Prov. Sulawesi UtaraHB03125776.554

71Prov. Sulawesi UtaraDPT/HB142938108.3855

71Prov. Sulawesi UtaraDPT/HB341814105.5483

71Prov. Sulawesi UtaraPolio 441867105.682

71Prov. Sulawesi UtaraCampak41153103.8797

71Prov. Sulawesi UtaraImunisasi Dasar Lengkap2924573.82118

72Prov. Sulawesi TengahBCG5371293.04646

72Prov. Sulawesi TengahHB03293257.04882

72Prov. Sulawesi TengahDPT/HB15375696.97648

72Prov. Sulawesi TengahDPT/HB35101192.02446

72Prov. Sulawesi TengahPolio 45071691.49228

72Prov. Sulawesi TengahCampak5050691.11343

72Prov. Sulawesi TengahImunisasi Dasar Lengkap4238976.47027

73Prov. Sulawesi SelatanBCG16223498.91533

73Prov. Sulawesi SelatanHB014378487.66622

73Prov. Sulawesi SelatanDPT/HB1162460103.1518

73Prov. Sulawesi SelatanDPT/HB3159393101.2045

73Prov. Sulawesi SelatanPolio 415661099.43745

73Prov. Sulawesi SelatanCampak15672399.50919

73Prov. Sulawesi SelatanImunisasi Dasar Lengkap139827.888.78184

74Prov. Sulawesi TenggaraBCG50998.5389.95402

74Prov. Sulawesi TenggaraHB02653946.81095

74Prov. Sulawesi TenggaraDPT/HB15090593.5049

74Prov. Sulawesi TenggaraDPT/HB34907390.13979

74Prov. Sulawesi TenggaraPolio 44969791.28598

74Prov. Sulawesi TenggaraCampak4824488.61703

74Prov. Sulawesi TenggaraImunisasi Dasar Lengkap4682086.00136

75Prov. GorontaloBCG2073493.14047

75Prov. GorontaloHB01708676.75307

75Prov. GorontaloDPT/HB12101898.32063

75Prov. GorontaloDPT/HB32045595.68695

75Prov. GorontaloPolio 42068896.77691

75Prov. GorontaloCampak1994693.30589

75Prov. GorontaloImunisasi Dasar Lengkap1947491.09791

76Prov. Sulawesi BaratBCG2166877.24502

76Prov. Sulawesi BaratHB01802964.27222

76Prov. Sulawesi BaratDPT/HB12202681.76553

76Prov. Sulawesi BaratDPT/HB32135979.28948

76Prov. Sulawesi BaratPolio 42172480.64444

76Prov. Sulawesi BaratCampak2113378.45052

76Prov. Sulawesi BaratImunisasi Dasar Lengkap18814.1669.84246

81Prov. MalukuBCG3477890.63852

81Prov. MalukuHB02151156.06203

81Prov. MalukuDPT/HB13618298.19791

81Prov. MalukuDPT/HB33359391.17136

81Prov. MalukuPolio 43317490.03419

81Prov. MalukuCampak3374591.58389

81Prov. MalukuImunisasi Dasar Lengkap13435.6736.46439

82Prov. Maluku UtaraBCG2276590.70082

82Prov. Maluku UtaraHB01659866.13013

82Prov. Maluku UtaraDPT/HB12256893.63538

82Prov. Maluku UtaraDPT/HB32166389.88051

82Prov. Maluku UtaraPolio 42189390.83479

82Prov. Maluku UtaraCampak2080186.30404

82Prov. Maluku UtaraImunisasi Dasar Lengkap16858.9769.94841

91Prov. Papua BaratBCG1570278.71861

91Prov. Papua BaratHB0760738.13606

91Prov. Papua BaratDPT/HB11558481.35735

91Prov. Papua BaratDPT/HB31384972.29966

91Prov. Papua BaratPolio 41400673.11929

91Prov. Papua BaratCampak1393572.74863

91Prov. Papua BaratImunisasi Dasar Lengkap9236.34448.21897

94Prov. PapuaBCG3714975.18823

94Prov. PapuaHB02139143.29461

94Prov. PapuaDPT/HB13851880.34794

94Prov. PapuaDPT/HB33423171.40533

94Prov. PapuaPolio 43481272.61729

94Prov. PapuaCampak3560374.2673

94Prov. PapuaImunisasi Dasar Lengkap2191945.72269

LI.IV Memahami dan Menjelaskan ImunisasiImunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.Waktu dan Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi TT pada ibu hamil

Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit.2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum). Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.2. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu.

Lima macam Vaksin imunisasi dasar pada bayi yang wajib : Vaksin Polio; Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul. Vaksin Campak; Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam. Vaksin BCG; Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas. Vaksin Hepatitis B; Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar. Vaksin DPT; Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut triple vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8C kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada lengan atau paha.

Imunisasi yang disarankan : Imunisasi DTImunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak dengan kebutuhan khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT. Imunisasi TTImunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi HibImunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax. Imunisasi MeningitisImunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup besar. Imunisasi dilakukan bagi bayi dibawah usia satu tahun hingga balita. Imunisasi ini mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan otak yang banyak terjadi pada bayi dan balita. Imunisasi VarisellaImunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Imunisasi HBVImunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Imunisasi Pneumokokus KonjugataImunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Imunisasi TipaImunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Imunisasi Hepatitis APenyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6 - 12 bulan.

Imunisasi dasar untuk bayiVaksinasiJadwal pemberian-usiaBooster/Ulangan

BCGWaktu lahir--Tuberkulosis

Hepatitis BWaktulahir-dosis I1bulan-dosis 26bulan-dosis 31 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.Hepatitis B

DPT dan Polio3 bulan-dosis1 4 bulan-dosis2 5 bulan-dosis3 18bulan-booster16tahun-booster 212tahun-booster3Dipteria, pertusis, tetanus,dan polio

campak9 bulan--Campak

Imunisasi yang dianjurkanVaksinasiJadwal pemberian-usiaBooster/UlanganImunisasi untuk melawan

MMR1-2 tahun12 tahunMeasles, meningitis, rubella

Hib3bulan-dosis 14bulan-dosis 25bulan-dosis 318 bulanHemophilus influenza tipe B

Hepatitis A12-18bulan--Hepatitis A

Cacar air12-18bulan--Cacar air

Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita penyakit system saraf. Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya.

LI.V Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan, Berbat dan Kejadian Luar Biasa dalam IslamIslam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kayadengan tuntunan kesehatan.Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;2. Afiat.Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan "sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi

Muhammad Saw.:Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu.Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip:Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat Al-Baqarah (2): 222:Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada orang yang membersihkan diri. Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran (QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5).ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBATBerobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif al-Jami 2643)2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: : ( ) : : ( )Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa adalah wajib.b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.d.Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.2. Berobat menjadi sunnah/ mustahabJika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.3. Berobat menjadi mubah/ bolehJika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisia. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.b.Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.c.Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.d.Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab kesabarannya.Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.5. Berobat menjadi haram Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.Memahami KLB dalam pandangan IslamDan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia. Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan.Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu sabdanya,apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya