Sk 2 Muskulo

8
Anindya Anjas Putriavi -1102014027 SASARAN BELAJAR LI.1. Mengetahui dan Memahami Anatomi Articulatio Coxae LO.1.1 Makroskopik Articulatio Coxae (Gambar 1. Letak art.coxae, tampak ventral) Articulatio Coxae merupakan persendian antara caput femoris dan acetabulum pada os coxae. Jenis sendi pada articulatio ini adalah enarthrosis spheroidea. Terdapat tulang rawan pada facies lunata sebagai penguat sendi, kelenjar havers juga dapat ditemukan pada acetabuli. Panggul merupakan articulation sferoidea synovial. Memiliki artikulasi antara kaput femoralis yang bulat dengan acetabulum yang seperti bahu, tepinya dipertinggi oleh adanya cincin fibrokartilaginosa- labrum acetabulare. Bagian sentral dan inferior dari acetabulum sama sekali tidak memiliki permukaan artikularis. Regio ini disebut acetabularis yang merupakan tempat lewat ligamentum teres menuju fovea pada kaput femoralis. Batas inferior di bawah incisura acetabularis memiliki ligamentum transversum acetabuli. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os.coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat ke linea intertrochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan posterior collum femoris kira-kira sebesar ibu jari diatas crista trochanterica. Bagian dari lateral dan distal belakang colum femoris adalah extracapsular articularis. Sehingga fraktur colum femoris dapat terjadi intracapsular dan extracapsular. Kapsula articulation coxae melekat di atas batas acetabulum, termasuk ligamentum transversum acetabuli. Kapsul ini melekat ke femur di anterior pada linea trokanterika dan ke basis trokanter. Di posterior kapsula ini melekat ke femur di tempat yang lebih tinggi, 1 cm di atas crista trochanterika. Stabilitas ligamentosa dipertahankan oleh tiga ligamentum, yaitu: Ligamentum iliofemorale (ligamentum Bigelow), keluar dari spina iliaca anterior inferior dan masuk ke tiap sisi linea trochanterica, mencegah hiperekstensi panggul. Ligamentum pubofemorale, keluar dari sambungan iliopubis dan melewati kapsula di atas linea trokanterika yang merupakan tempat melekat. Ligamentum iskiofemorale, keluar dari iskium dan sebagian melingkar ke lateral untuk melekat ke basis M. Trochanter major. Vaskularisasi Pada orang dewasa, A. circumflexa femoris medialis adalah pembuluh utama yang menyediakan darah bagi caput femoris. Pada anak bayi, R.acetabularis (dari A. obturatoria dan A. circumflexa femoris medialis), yang berjalan bersama Lig. capitis femoris, menjadi tempat utama penyediaan darah ke caput femoralis. Namun, pada orang dewasa hanya disediakan seperlima atau sepertiga dari proksimal epifisis. A. circumflexa femoris medialis menyuplai kepala femoral dan lehernya melalui beberapa cabang kecil yang melewati sisi posterior bersama dengan kapsula sendi. A.circumflexa femoris lateralis menyuplai sebagian besar collum femoris pada bagian anterior. Acetabulum mendapat suplai dari vetral dan dorsal oleh A.obturatoria dan dari kranial oleh A.glutea superior. LO.1.2 Mikroskopik Articulatio Coxae Tulang Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat daripada orang dewasa. Berdasarkan histologisnya, maka dikenal dengan: a. Tulang immature: Tulang yang pertama-tama terbentuk dari ossifikasi endokondral pada perkembangan embrional dan kemudian perlahan-lahan menjadi tulang yang mature. Tulang immature mengandung kolagen dengan substansi semen dan mineral yang lebih sedikit dibanding tulang mature. b. Tulang mature: Memiliki system havers/osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui korteks yang tebal. Tulang mature kurang mengandung sel dan lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding tulang immature. Contohnya: tulang kortikal dan trabekuler. 1. Matriks tulang Bagian anorganik: kalsium, fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan natrium. Bagian organik: terutama terdiri atas kolagen tipe 1 2. Sel tulang Osteoprogenitor Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang Osteoblast Berasal dari sel-sel osteoprogenitor. Osteoblast berperan untuk sintesis komponen protein organic dari matriks tulang, meliputi kolagen tipe 1, proteoglikan, dan glikoprotein. Sel ini mempunyai juluran sitoplasma yang mana sel kontak dengan juluran osteoblast lainnya dan osteosit serta membentuk gap junction. Sel ini dapat terjebak dalam lacuna namun masih dapat kontak dengan sel-sel lain melalui juluran sitoplasmanya. Osteoblast yang terjebak ini disebut sebagai osteosit. Osteosit

description

Muskuloskeletaaaaaaal

Transcript of Sk 2 Muskulo

Page 1: Sk 2 Muskulo

Anindya Anjas Putriavi -1102014027

SASARAN BELAJARLI.1.Mengetahui dan Memahami Anatomi Articulatio Coxae

LO.1.1 Makroskopik Articulatio Coxae

(Gambar 1. Letak art.coxae, tampak ventral)

Articulatio Coxae merupakan persendian antara caput femoris dan acetabulum pada os coxae. Jenis sendi pada articulatio ini adalah enarthrosis spheroidea. Terdapat tulang rawan pada facies lunata sebagai penguat sendi, kelenjar havers juga dapat ditemukan pada acetabuli. Panggul merupakan articulation sferoidea synovial. Memiliki artikulasi antara kaput femoralis yang bulat dengan acetabulum yang seperti bahu, tepinya dipertinggi oleh adanya cincin fibrokartilaginosa- labrum acetabulare. Bagian sentral dan inferior dari acetabulum sama sekali tidak memiliki permukaan artikularis. Regio ini disebut acetabularis yang merupakan tempat lewat ligamentum teres menuju fovea pada kaput femoralis. Batas inferior di bawah incisura acetabularis memiliki ligamentum transversum acetabuli. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os.coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat ke linea intertrochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan posterior collum femoris kira-kira sebesar ibu jari diatas crista trochanterica. Bagian dari lateral dan distal belakang colum femoris adalah extracapsular articularis. Sehingga fraktur colum femoris dapat terjadi intracapsular dan extracapsular.Kapsula articulation coxae melekat di atas batas acetabulum, termasuk ligamentum transversum acetabuli. Kapsul ini melekat ke femur di anterior pada linea trokanterika dan ke basis trokanter. Di posterior kapsula ini melekat ke femur di tempat yang lebih tinggi, 1 cm di atas crista trochanterika. Stabilitas ligamentosa dipertahankan oleh tiga ligamentum, yaitu:

Ligamentum iliofemorale (ligamentum Bigelow), keluar dari spina iliaca anterior inferior dan masuk ke tiap sisi linea trochanterica, mencegah hiperekstensi panggul.

Ligamentum pubofemorale, keluar dari sambungan iliopubis dan melewati kapsula di atas linea trokanterika yang merupakan tempat melekat.

Ligamentum iskiofemorale, keluar dari iskium dan sebagian melingkar ke lateral untuk melekat ke basis M. Trochanter major.

VaskularisasiPada orang dewasa, A. circumflexa femoris medialis adalah pembuluh utama yang menyediakan darah bagi caput femoris. Pada anak bayi, R.acetabularis (dari A. obturatoria dan A. circumflexa femoris medialis), yang berjalan bersama Lig. capitis femoris, menjadi tempat utama penyediaan darah ke caput femoralis. Namun, pada orang dewasa hanya disediakan seperlima atau sepertiga dari proksimal epifisis. A. circumflexa femoris medialis menyuplai kepala femoral dan lehernya melalui beberapa cabang kecil yang melewati sisi posterior bersama dengan kapsula sendi. A.circumflexa femoris lateralis menyuplai sebagian besar collum femoris pada bagian anterior. Acetabulum mendapat suplai dari vetral dan dorsal oleh A.obturatoria dan dari kranial oleh A.glutea superior.

LO.1.2 Mikroskopik Articulatio CoxaeTulangTulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat daripada orang dewasa. Berdasarkan histologisnya, maka dikenal dengan:

a. Tulang immature: Tulang yang pertama-tama terbentuk dari ossifikasi endokondral pada perkembangan embrional dan kemudian perlahan-lahan menjadi tulang yang mature. Tulang immature mengandung kolagen dengan substansi semen dan mineral yang lebih sedikit dibanding tulang mature.

b. Tulang mature: Memiliki system havers/osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah melalui korteks yang tebal. Tulang mature kurang mengandung sel dan lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding tulang immature. Contohnya: tulang kortikal dan trabekuler.

1. Matriks tulang Bagian anorganik: kalsium, fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan natrium. Bagian organik: terutama terdiri atas kolagen tipe 1

2. Sel tulang Osteoprogenitor

Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang

OsteoblastBerasal dari sel-sel osteoprogenitor. Osteoblast berperan untuk sintesis komponen protein organic dari matriks tulang, meliputi kolagen tipe 1, proteoglikan, dan glikoprotein. Sel ini mempunyai juluran sitoplasma yang mana sel kontak dengan juluran osteoblast lainnya dan osteosit serta membentuk gap junction. Sel ini dapat terjebak dalam lacuna namun masih dapat kontak dengan sel-sel lain melalui juluran sitoplasmanya. Osteoblast yang terjebak ini disebut sebagai osteosit.

OsteositOsteosit adalah sel tulang yang matang menempati lakunanya sendiri. Sel ini mempunya juluran sitoplasma yang ramping yang menjulur melalui kanalikuli dalam matriks yang kalsifikasi. Sel ini mendapat nutrisi dan dipertahankan oleh nutrient, metabolit, dan molekul sinyal yang dibawa oleh cairan ekstraseluler yang mengalir melalui lacuna dan kanalikuli.

OsteklasOsteoklas adalah sel besar, berinti banyak, motil yang meresorpsi tulang. Sel ini berasal dari sel-sel sistem fagosit mononuclear. Osteoklas membentuk dan menempati lekukan yang dikenal sebagai lacuna Howship yang merupakan daerah resorpsi tulang.

Terdapat dua macam proses penulangan:1. Penulangan intramembranosa/desmal (tanpa dimulai dengan pembentukan tulang rawan)

Sel-sel mesenkim dengan adanya zona vascular, memadat menjadi pusat osifikasi primer, berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresi osteoid. Aktivitas mitosis sel-sel mesenkim menjadi sel-sel osteoprogenitor, yang mengalami pembelahan sel dan membentuk lebih banyak sel-sel osteoprogenitor / berdiferensiasi menjadi osteoblast dalam lapisan dalam periosteum yang sedang terbentuk. Periosteum dan endosteum berkembang dari bagian-bagian lapisan mesenkim yang tidak mengalami osifikasi. Ketika terjadi kalsifikasi, osteoblast menjadi terjebak dalam matriksnya sendiri dan menjadi osteosit. Pusat perkembangan tulang ini disebut trabekula. Penyatuan trabekula tulang menghasilkan tulang spongiosa ketika pembuluh darah menyusup daerah itu dan sel-sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi lainnya membentuk sumsum tulang.

2. Penulangan intrakartilaginosa/endokondral (dimulai dengan pembentukan tulang rawan)a. Zona tenang (Resting)

Terdiri atas tulang rawan hialin primitive, terdapat paling dekat dengan ujung tulang. Zona ini memperlihatkan penumbuhan ke segala arah

b. Zona proliferasiZona ini aktif dengan banyak gambaran mitosis. Sel-sel zona tenang membelah dan menghasilkan sel anak yang tersusun dalam deretan sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.

c. Zona maturaseDi zona ini, sudah tidak terjadi mitosis lagi dan sel-sel serta lakuna membesar, dan berubah bentuk menjadi kuboid. Pembesaran sel itu menambah panjang tulang rawan di daerah itu.

d. Zona kalsifikasiPada zona ini matriks yang mengelilingi lakuna yang besar itu terpulas sangat basofilik karena adanya endapan mineral di dalamnya.

e. Zona degenerasiSel-sel tulang rawan mati dan larut, sama halnya dengan matriks di antara sel-sel itu. Sum-sum primer vascular meluas masuk ke dala rongga-rongga yang terjadi akibat penghancuran sel-sel dan matriks.

f. Zona ossifikasi

Page 2: Sk 2 Muskulo

Anindya Anjas Putriavi -1102014027

Di zona ini osteoblast berkembang dari sel mesenkim yang berasal dari jaringan sumsum dan berkumpul pada lempeng tulang rawan berkapur yang terbuka, tempat mereka meletakkan tulang. Sisa tulang rawan berkapur membentuk rangka penyokong.

LO.1.3 Kinesiologi Articulatio CoxaeGerak sendi Fleksi: M. iliopsoas, M. pectineus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. adductor magnus pars

anterior tensor fasciae latae. Ekstensi: M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M. semimembranosus, M. biceps femoris caput longum, M. adductor magnus

pars posterior. Abduksi: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M. sartorius, M. tensor fasciae latae. Adduksi: M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M. pectineus, M. obturator externus, M.

quadratus femoris. Rotasi medialis: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor magnus (pars posterior). Rotasi lateralis: M. piriformis, M. obturator internus, Mm. gamelli, M. obturator Externus, M. quadratus femoris, M. gluteus

maximus dan Mm. adductores.

LI.1.Mengetahui dan Memahami Fraktur FemorisLO.2.1 Definisi dan Klasifikasi Fraktur secara UmumFraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang atau pecah (ruptur) pada tulang. (Dorland, 2011). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial.Fraktur femoris adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

Klasifikasi Fraktur secara Umum Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)o Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih

(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.o Fraktur Terbuka (Open/Compound),  merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol

sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.2. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:o Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)o Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.o Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya

melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.

3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

Berdasarkan jumlah garis patah1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.2. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah  sumbu dan overlapping). Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

Berdasarkan posisi frakturSebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian:o 1/3 proksimalo 1/3 medialo 1/3 distal

Klasifikasi Fraktur FemorisA. Fraktur Collum FemurFraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam: Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur) o Fraktur capital : Fraktur pada kaput femuro Fraktur subkapital : Fraktur yang terletak di bawah kaput femuro Fraktur transervikal : Fraktur pada kolum femur

Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur) Klasifikasi fraktur collum femur:a. Berdasarkan lokasi anatomi

Fraktur subcapital Fraktur transervical Fraktur bassis collum femur

b. Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel Tipe I: garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi tegak Tipe II: garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi tegak Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi tegak

c. Berdasarkan dislokasi atau tidak fragment dibagi menurut Garden Garden I: incomplete (impacted) Garden II: fractur collum femur tanpa dislokasi Garden III: fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi (varus malaligment) Garden IV: frakur collum femur dan dislokasi total

Page 3: Sk 2 Muskulo

Anindya Anjas Putriavi -1102014027

B.Fraktur Subtrochanter FemurFraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu Tipe 1: garis fraktur satu level dengan trochanter minor Tipe 2: garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor Tipe 3: garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

C.Fraktur Batang Femur (dewasa)Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi: Fraktur Tertutup Fraktur Terbuka:

1. Ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu:a) Derajat I: Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari

dalam menembus keluar.b) Derajat II: Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.c) Derajat III: Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

2. Klasifikasi open fraktur mkenutut gustillo/Andersona) Grade I: Patah tulang terbuka dengan luka < 1 cm, relatif bersih, kerusakan jaringan lunak minimal, bentuk patahan

simple/transversal/oblik.b) Grade II: Patahan tulang terbuka dengan luka > 1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, bentuk patahan simple.c) Grade III: Patahan tulang terbuka dengan luka > 10 cm, kerusakan jaringan lunak yang luas, kotor dan disertai kerusakan

pembuluh darah dan syaraf.i. III A: Patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas, tetapi masih bisa menutupi patahan tulang waktu dilakukan

perbaikan.ii. III B: Patahan tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak hebat dan atau hilang (soft tissue loss) sehingga tampak

tulang (bone-exposs).iii. III C: Patahan tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh darah atau syaraf yang hebat.

LO.2.2 Etiologi Fraktur FemorisPeristiwa Trauma (kekerasan) 1. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.

3. Kekerasan akibat tarikan ototKekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.

Peristiwa Patologis 1. Kelelahan atau stres fraktur

Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang – ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba – tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang.

2. Kelemahan Tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.

LO.2.3 Patofisiologi Fraktur FemorisKetika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh trauma, peristiwa tekanan atau pun patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.

LO.2.4 Manifestasi Klinis Fraktur FemorisGambaran klinis yang terlihat adalah:a. Nyeri biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak. Spasme otot dapat terjadi setelah patah tulang dan

menimbulkan nyeri. Sedangkan pada fraktur stres nyeri biasanya menyertai aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Sedangkan fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.

b. Posisi tulang atau ekstremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas.c. Pembengkakan di sekitar tempat fraktur akan menyertai proses inflamasi.d. Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi, yang menandakan kerusakan syaraf. Denyut nadi bagian distal fraktur harus utuh

dan sama dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi di sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen walaupun adanya denyut nadi tidak menyingkirkan gangguan ini.

e. Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung patahan tulang bergeser satu sama lain.

LO.2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur FemorisAnamnesis Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.Keluhan utama berupa:a. Trauma, waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi trauma.b. Nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, referred pain.c. Kekakuan sendid. Pembangkakane. Deformitasf. Ketidakstabilan sendig. Kelemahan ototh. Gangguan sensibilitasi. Hilangnya fungsij. Jalan pincang

Pemeriksaan fisik1. Inspeksi (look) Pada inspeksi secara umum perlu diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 lamgkah, cara duduk dan cara tidur. Inspeksi dilakukan secara sistemik dan terutama ditujukan pada:a. Kulit (warna dan tekstur)b. Jaringan lunak (pembuluh darah, syaraf, otot, dll)c. Tulang dan sendid. Sinus dan jaringan parut

2. Palpasi (feel)Palpasi dilakukan secara hati-hati karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Yang perlu diperhatikan adalah:a. Suhu kulit, apakah lebih panas atau dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri dapat diraba atau tidak

Page 4: Sk 2 Muskulo

Anindya Anjas Putriavi -1102014027

b. Jaringan lunak, dipalpasi untuk mengetahui adanya splasme otot, atrofi aotot, keadaan membrane synovia, penebalan membrane jaringan synovia, adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam atau di luar sendi atau adnya pebengkakan

c. Nyeri tekan, perlu diketahui lokasi yang tepat dari nyerid. Tulang, diperhatikan bentuk, permukaan, keteblan, penonjolan dari tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan antar tulange. Pengukuran anggota gerak, terutama anggota gerak bawah. Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya atrofi atau

pembengkakan otot dengan dibandingkan dengan anggota gerak yang sehatf. Penilaian deformitas yang menetap

3. Pergerakan (move)Pada penderita dengan fraktur uji dilakukan tidak boleh dilakukan secara kasar karena dapat menyebabkan nyeri hebat, kerusakan pada jaringa lunak. Dikenal 2 istilah yaitu pergerkan aktif yang merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri. Lalu, pergerakan pasif yaitu pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa. Pada pergerakan dapat diperoleh informasi:a. Evaluasi gerakan sendi aktif dan pasifb. Stabilitas sendic. Pemeriksaan batas gerak sendi (range of movement), harus dicatat setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerak aktif dan

gerak pasif.

Pemeriksaan PenunjangRadiologis untuk lokasi fraktur harus menurut Rule of Two, terdiri dari:1. Dua gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral2. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur3. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak); dan dua kali,

yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.  Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans Arteriogram: dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. CCT kalau banyak kerusakan otot. Darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa.

1. Radiografi polos: Pemeriksaan ini telah diperintahkan sebagai langkah awal dalam pemeriksaan patah tulang pinggul. Tujuan utama dari film X-

ray adalah untuk menyingkirkan setiap patah tulang dengan jelas dan menentukan lokasi & luas fraktur Kekurangan : kurang sensitif Pemeriksaan radiografi standar pinggul ialah pandangan AP dari pinggul dan panggul dan tampilan tabel silang Lateral kadang

jika diperlukan axial. Jika fraktur leher femur diketahui, pandangan rotasi internal panggul dapat membantu untuk mengidentifikasi patah tulang nondisplaced atau impaksi. Jika patah tulang pinggul yang telah diketahui tetapi tidak terlihat pada standar x-ray film, scan tulang atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

2. CT-ScanScan tulang dapat membantu ketika fraktur stres, tumor, atau infeksi diketahui. Scan tulang adalah indikator yang paling sensitif dari stres tulang,tapi memiliki spesifitas yang kurang.

3. MRIPemeriksaan MRI menunjukkan bahwa temuan MRI adalah 100% sensitif, spesifik, dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femoralis.

Diagnosis Bandinga. Osteitis PubisPeradangan dari simfisis pubis - sendi dari dua tulang panggul besar di bagian depan panggul. Osteitis pubis merupakan radang simfisis pubis dan daerah insersi otot disekitarnya. Nyeri pada adductor dan nyeri abdominal yang kemudian terlokalisasi pada pubis (sering secara unilateral)

b. Snapping Hip SyndromeKondisi medis yang ditandai oleh sensasi gertakan terasa saat pinggul yang tertekuk dan diperpanjang. Hal ini dapat disertai oleh gertakan terdengar atau muncul kebisingan dan rasa sakit atau ketidak nyamanan. Dinamakan demikian karena suara retak yang berbeda yang berasal dari seluruh daerah pinggul ketika sendi melewati dari yang tertekuk untuk menjadi diperpanjang. Secara medis dikenal sebagai iliopsoas tendinitis, mereka yang sering terkena adalah atlet, seperti angkat besi, pesenam, pelari dan penari balet, yang secara rutin menerapkan kekuatan yang berlebihan atau melakukan gerakan sulit yang melibatkan sendi panggul.

c. Slipped Capital Femoral EpiphysisPatah tulang yang melewati fisis (plat tempat tumbuh pada tulang), yang menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis. SCFE merupakan gangguan panggul pada anak-anak dan remaja. Penyakit ini jarang ditemukan, namun harus didiagnosis secara akurat dan perawatan sangat diperlukan. SCFE menunjukan adanya ketidak seimbangan pada plate pertumbuhan femoralproximal. Pasien akan mengeluh sakit panggul, kehilangan flexibilitas panggul, sakit pada lutut. Pada pemeriksaan radiologi terlihat bagian kepala femur terdislokasi. Diatasi untuk menghindari komplikasi seperti avaskular nekrosis.

LO.2.6 Penatalaksanaan Fraktur FemorisLO.2.6.1. FarmakologiObat-obatan seperti biphosphonates dapat meningkatkan densitas tulang sehingga mengurangi resiko re-fracture. Kebanyakan obat-obatan ini diminum.Efek samping: Nausea, nyeri abdominal, dan inflamasi pada esofagus.Farmakokinetik: Oral, jika intoleran dapat digunakan IV tubing.

LO.2.6.2. Non FarmakologiPada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah

reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur.1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan

manipulasi dan traksi manual.2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot

yang terjadi.3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat,

sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Immobilisasi fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur

femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu:1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi2. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan3. Memantau status neurologi.4. Mengontrol kecemasan dan nyeri

Page 5: Sk 2 Muskulo

Anindya Anjas Putriavi -1102014027

5. Latihan isometrik dan setting otot6. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari7. Kembali keaktivitas secara bertahap.

Tindakan Debridement1. Penderita diberi toksoid atau ATS2. Antibiotic untuk bakteri gram positif dan negative3. Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka terbuka4. Tourniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup5. Setelah dalam narkose seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan dicukur6. Luka diirigasi dengan cairan fisiologis atau air matang 5-10 liter, luka derajat 3 disemprot hingga bebas kontaminasi (jet lavage)7. Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)8. Eksisi luka lapis demi lapis, fragmen tulang besar untuk stabilitas dipertahankan9. Bila letak luka tidak menguntungkan, dibuat insisi baru yang biasa digunakan10. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup setelah 1 minggu atau edema hilang. Luka untuk reposisi

primer dijahit primer11. Fiksasi eksterna yang paling baik, bagi yang pengalaman, dibolehkan fiksasi interna. Antibiotik diteruskan 3 hari kedepan

Tindakan OperatifDipasang intermedullary nail, ada 3 macam:1. Kuntsher mail (paling terkenal)2. Sneider nail3. Ao nailPemasangan intermedullary nail dapat dilakukan secara: Terbuka

Menyayat kulit fascia sampai tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograde Tertutup

Tanpa sayatan di daerah patah. Pen dimasukkan melalui ujung trochanter major dengan bantuan image intersifier (C.arm). Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk ke fragmen bagian distal

Indikasi operatif, apabila: Cara non operatif gagal Multiple fraktur Rupture A. femoralis Patologik fraktur Usia lanjut

LO.2.6.3. PencegahanLO.2.7 Komplikasi Fraktur FemorisKomplikasi awala. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan

kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum

tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

c. Sindrom kompartemen: Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal: iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.

d. Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama. Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.

e. Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

f. Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama (jaringan tulang mati) menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s Ischemia

g. Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemukh. Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.i. Anggota gerak memendek (ektrimitas).Komplikasi lambata. Delayed union

Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan).

b. Non unionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

c. Mal unionMalunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

d. Kekakuan pada sendi.e. Refraktur

Terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid

LO.2.8 Prognosis Fraktur FemorisPenyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti immobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat essensial dalam penyembuhan fraktur. Penderita fraktur collum femoris tanpa komplikasi bila mendapat tindakan fisioterapi sejak dini dan tepat maka kapasitas fisik dan kemampuun fungsional akan kembali normal (baik). Tetapi bisa menimbulkan keadaan yang buruk dari penyembuhan apabila terjadi komplikasi yang menyertai dan umumnya usia lanjut.

DAFTAR PUSTAKAApley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopaedi dan Fraktur Sistem Apley. Alih Bahasa; dr. Edi Nugroho. Jakarta: Widya

Medika.Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.Eroschenko, Victor P. 2007. Difiore’s: Atlas of Histology with Functional Correlations 11th. Idaho: WWAMI Medical Program

University of Idaho.Patel, P. R. (2007). Lecture Notes: Radiologi Ed.2. Jakarta: Penerbit Erlangga.Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang: Bintang LamupateReksoprodjo, Soelarto. dkk. 2014. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: BINARUPA AKSARA PublisherSimbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.Syamsir, M. 2015. Kinesiologi. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi