sk 1 respi

19
Adyzka Marshalivia 1102013011 L.I 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Nafas Atas 1.1 Makroskopis 1. Hidung - Terdiri atas bagian eksternal dan internal - Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago - Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum - Kavum nasi terdiri dari : 1. Dasar hidung : dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os palatum. 2. Atap hidung : terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal prosesus frontalis, os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa. 3. Dinding lateral : dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial. 4. Konka : pada dinding lateral terdapat empat buah konka yaitu konka inferior, konka media, konka superior dan konka suprema. Konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan konka yang terbesar dan merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila. Sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari etmoid. 5. Meatus nasi : diantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus superior yang merupakan ruang antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid. 6. Dinding medial: dinding medial hidung adalah septum nasi - Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung - Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia - Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari

description

sk 1

Transcript of sk 1 respi

Adyzka Marshalivia 1102013011L.I 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Nafas Atas

1.1 Makroskopis1. Hidung- Terdiri atas bagian eksternal dan internal- Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago- Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum- Kavum nasi terdiri dari : 1. Dasar hidung : dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os palatum. 2. Atap hidung : terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal prosesus frontalis, os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa.3. Dinding lateral : dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial.4. Konka : pada dinding lateral terdapat empat buah konka yaitu konka inferior, konka media, konka superior dan konka suprema. Konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan konka yang terbesar dan merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila. Sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari etmoid.5. Meatus nasi : diantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus superior yang merupakan ruang antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.6. Dinding medial: dinding medial hidung adalah septum nasi- Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung- Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia- Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru- Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru- Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

2. Faring- Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring- Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)- Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif3. LaringLaring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakeaLaring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasiLaring juga berfungsi melindungi jalannafasbawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu

4. Trakea- Disebut juga batang tenggorok- Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

http://blog.mediakeperawatan.com/anatomi-sistem-pernafasan.html1.2 Mikroskopisa) HidungHidung dipisahkan oleh septum nasi. Rongga hidung atau kavum nasi ini dibagi menjadi dua yaitu : Vestibular anteriorMerupakan daerah labar di belakang daerah nares anterior. Mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang akan berubah menjadi epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Fosa nasalisMerupakan daerah di belakang vestibulum nasi. Mempunyai epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet.Pada hidung lateral, terdapat 3 tonjolan hidung :- Konka nasalis suferior- Konka nasalis media- Konka nasalis inferiorTerdapat vexus venosus atau swell bodies yang berperan dalam menghangatkan udara melalui hidung. Apabila alergi, maka akan terjadi pembengkakan swell bodies pada kedua kavum nasi, sehingga menghambat aliran udara masuk.

b) FaringMerupakan ruangan belakang kavum nasi yang menghubungkan traktus digestivum atau saluran pencernaan dan saluran pernapasan atau traktus respiratorius. Nasofaring- Eustachius : menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga.- Amandel (adenoid) faring : adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak di dekat naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.

Orofaring- Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.- Amandel palatinum : terletak pada kedua sisi orofaring posterior. Laringofaring : mengelilingi mulut esofagus dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

c) LaringMenghubungkan laring dengan trakea. Mempunyai epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, kecuali di ujung plica vocalis mempunyai epitel berlapis gepeng. Dinding laring tersusun atas tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, jaringan ikat, otot skelet dan kelenjar campuran. Otot laring terdiri atas : M. Intrinsik laringJika berkontraksi akan menyebabkan perubahan bentuk, sehingga menyebabkan perubahan celah pita suara. Berperan untuk fonasi. M. Ekstrim laringBerhubungan dengan otot dan ligamentum di sekitarnya. Berfungsi dalam proses menelan.

d) TrakeaTerdapat ligament anulare yang merupakan jaringan penyambung padat fibruelastin dan retikulin, yang berfungsi sebagai penghubung antar cincin-cincin tulang rawan dan untuk mencegah agar lumen trakea bangan meregang berlebihan, sedangkan otot polos berperan dalam mendekatkan kedua tulang rawan. Terbagi atas dua bagian, yaitu : Pars kartilagenia : mengandung tulang rawan Pars membranesea : mengandung serat otot polos disebut M. trakealisPada bagian posterior trakea terdapat banyak kelenjar campuran (glandula trakealis) dan terdapat N laringeus rekuren yang merangsang kelenjar mengeluarkan sekretnya.e) Bronkus dan cabangnyaTrakea terbagi menjadi bronkus primer yang masuk ke jaringan paru-paru melalui hilus pulmonalis dengan arah ke bawah dan lateral.

f) Paru-paru Sepasang paru-paru yang terdapat di sebagian besar dalam toraks. Dibungkus pleura viseral dan pleura parietal. Unit fungsional disebut lobus primerius yang meliputi semua struktur mulai dari bronkiolus terminalis, bronkiolus respirator, dukrus alveolus, atrium, sacus alveolaris dan alveolus.

2. Memahami dan Menjelaskan mekanisme Pernafasan2.1 Fisiologi pernafasanRongga hidung merupakan suatu ruangan yang kaku yang letaknya memanjang dari nares anterior (nostril) ke arah koana bergabung dengan nasofaring. Bagian dalam hidung panjangnya 10-12 cm. Rongga hidung dibagi 2 oleh septum nasi. Katup hidung (nasal valve) berada lebih kurang 1,3 cm dari nares anterior dan merupakan segmen tersempit serta tahanan terbesar dari jalan nafas hidung. Dengan memasuki daerah yang sempit ini akan terjadi peningkatan aliran dan mengakibatkan penurunan tekanan intralumen (fenomena Bernoulli).Di dinding lateral hidung terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior serta meatus superior, meatus media dan meatus inferior. Konka dapat berubah ukuran sehingga dapat mempertahankan lebar rongga udara yang optimum. Bronkus dan cabang-cabangnya mempunyai cincin kartilago yang tidak lengkap dengan otot polos. Semakin ke distal kartilago semakin kecil, akhirnya hilang pada bronkiolus. Kontraksi otot polos akan mempengaruhi diameter saluran nafas. Kontraksi inilah yang dipengaruhi oleh mediator-mediator serta sel-sel inflamasi dalam proses terjadinya asma bronkial.Tiga fungsi utama hidung adalah sebagai organ pembau (olfactory), respirasi dan proteksi. Turbulensi aliran udara saat inspirasi dengan mukosa rongga hidung merupakan dasar dari fungsi fisiologi hidung. Obstruksi saluran nafas dapat terjadi karena vasodilatasi, edema mukosa, sumbatan bronkus dan kontraksi otot polos. Pada rinitis peranan vasodilatasi ini sangat menonjol. Hal ini terbukti bila diberikan obat golongan alfa adrenergik, obstruksi atau sumbatan hidung akan segera berkurang atau hilang dan hal ini tidak terjadi pada asma. Sebaliknya pada asma, bronkus mengandung otot polos yang mempunyai respons sangat baik terhadap 2-agonis. (repository.usu.ac.id)

2 .2 Mekanisme pertahanan Mekanisme Pertahanan Tubuh yang Melindungi Paru1.Mekanisme yang berkaitan dengan faktor fisik, anatomik, dan fisiologik. 2.Mekanisme eskalasi mukus dan mucus blanket. 3.Mekanisme fagositik dan inflamasi. 4.Mekanisme respon imun. Mekanisme yang Berkaitan Dengan Faktor Fisik, Anatomik, dan Fisiologik A.Deposisi Partikel - perjalanan udara pernafasan mulai dari hidung sampai dengan parenkim paru melalui struktur yang berkelok-kelok sehingga memungkinkan terjadinya proses deposisi partikel. - partikel berukuran > 10 mikrometer : tertangkap di dalam rongga hidung. - partikel berukuran 5 - 10 mikrometer : tertangkap di bronkus dan percabangannya.- partikel berukuran < 3 mikrometer : dapat masuk ke dalam alveoli. B.Refleks Batuk (Gag Reflex) - batuk : mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi, menghalang benda asing yang akan masuk ke dalam sistem pernafasan.

L.I 3 Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi3.1 definisiinflamasi pada membran mukosa hidung yang disebabkan oleh adanya alergen yang terhirup yang dapat memicu respon hipersensitivitas(Zullies Ikawati's Lecture Notes)3.2 etiologiPenyebab belum bisa dipastikan, tetapi nampaknya ada kaitan dengan meningkatnya polusi udara,populasi dust mite, kurangnya ventilasi di rumah atau kantor, dll.(Zullies Ikawati's Lecture Notes)Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak.(repository.ucu.ac.id)

3.3 faktor risikoPenyebab pasti peningkatan prevalensi RA belum jelas diketahui. Namun diduga ada beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi angka kejadian RA. Diantaranya yaitu serbuk bunga, asap kendaraan, asap rokok, tungau debu rumah, binatang peliharaan di rumah, makanan dan faktor genetik.

klasifikasiBerdasarkan waktunya, ada 3 golongan rhinitis alergi :- Seasonal allergic rhinitis (SAR): terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya musim bunga, banyak serbuk sari beterbangan- Perrenial allergic rhinitis (PAR): terjadi setiap saat dalam setahun penyebab utama: debu, animal dander, jamur, kecoa- Occupational allergic rhinitis: terkait dengan pekerjaan(Zullies Ikawati's Lecture Notes)

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas: Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003). (repository.ucu.ac.id)

Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan WHO (ARIA : 2008) terdapatnya gejala: 1. Intermitten, bila gejala terdapat: - Kurang dari 4 hari per minggu - Atau bila kurang dari 4 minggu 2. Persisten, bila gejala terdapat: - Lebih dari 4 hari per minggu - Dan bila lebih dari 4 minggu Berdasarkan beratnya gejala: 1. Ringan, jika tidak terdapat salah satu dari gangguan sebagai berikut: - Gangguan tidur - Gangguan aktivitas harian - Gangguan pekerjaan atau sekolah 2. Sedang-berat, bila didapatkan salah satu atau lebih gejala-gejala tersebut diatas. (repository.usu.ac.id)

3.4 patofisiologi / pathogenesis

(Zullies Ikawati's Lecture Notes)

3.4 PATOFISIOLOGIRinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu :1. Immediate Phase Allergic Reactionatau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30 menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal ini berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.2. Late Phase Allergic Reactionatau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan CD4+ sel T pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental.Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Kompleks antigen yang telah diproses dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC melepaskan sitokin seperti IL1yang akan mengaktifkan Th0ubtuk berproliferasi menjadi Th1dan Th2. Th2menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5dan IL13. IL4dan IL13dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin.Rinitis Alergi melibatkan membran mukosa hidung, mata, tuba eustachii, telinga tengah, sinus dan faring. Hidung selalu terlibat, dan organ-organ lain dipengaruhi secara individual. Peradangan dari mukosa membran ditandai dengan interaksi kompleks mediator inflamasi namun pada akhirnya dicetuskan oleh IgE yang diperantarai oleh respon protein ekstrinsik.Kecenderungan munculnya alergi, atau diperantarai IgE, reaksi-reaksi pada alergen ekstrinsik (protein yang mampu menimbulkan reaksi alergi) memiliki komponen genetik. Pada individu yang rentan, terpapar pada protein asing tertentu mengarah pada sensitisasi alergi, yang ditandai dengan pembentukan IgE spesifik untuk melawan protein-protein tersebut. IgE khusus ini menyelubungi permukaan sel mast, yang muncul pada mukosa hidung. Ketika protein spesifik (misal biji serbuksari khusus) terhirup ke dalam hidung, protein dapat berikatan dengan IgE pada sel mast, yang menyebabkan pelepasan segera dan lambat dari sejumlah mediator. Mediator-mediator yang dilepaskan segera termasuk histamin, triptase, kimase, kinin dan heparin. Sel mast dengan cepat mensitesis mediator-mediator lain, termasuk leukotrien dan prostaglandin D2. Mediator-mediator ini, melalui interaksi beragam, pada akhirnya menimbulkan gejala rinore (termasuk hidung tersumbat, bersin-bersin, gatal, kemerahan, menangis, pembengkakan, tekanan telinga danpost nasal drip). Kelenjar mukosa dirangsang, menyebabkan peningkatan sekresi. Permeabilitas vaskuler meningkat, menimbulkan eksudasi plasma. Terjadi vasodilatasi yang menyebabkan kongesti dan tekanan. Persarafan sensoris terangsang yang menyebabkan bersin dan gatal. Semua hal tersebut dapat muncul dalam hitungan menit; karenanya reaksi ini dikenal dengan fase reaksi awal atau segera.Setelah 4-8 jam, mediator-mediator ini, melalui kompetisi interaksi kompleks, menyebabkan pengambilan sel-sel peradangan lain ke mukosa, seperti neutrofil, eosinofil, limfosit dan makrofag. Hasil pada peradangan lanjut, disebut respon fase lambat. Gejala-gejala pada respon fase lambat mirip dengan gejala pada respon fase awal, namun bersin dan gatal berkurang, rasa tersumbat bertambah dan produksi mukus mulai muncul. Respon fase lambat ini dapat bertahan selama beberapa jam sampai beberapa hariSebagai ringkasan, pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi kelenjar dan kontraksi otot polos.Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.(http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/03/rinitis-alergi/) accesed on 20 February 2013

3.5 manisfestasi klinis Gejala rinitis alergi meliputi hidung gatal, bersin berulang, cairan hidung (rinore) yang jernih dan hidung tersumbat yang bersifat hilang timbul atau reversibel, secara spontan atau dengan pengobatan.(repository.usu.ac.id)

3.6 pemeriksaan fisik dan penunjang

3.7 diagnosis dan diagnosis bandingAnamnesis :- riwayat penyakit secara umum - gejala di hidung termasuk keterangan mengenai tempat tinggal, tempat kerja dan pekerjaan pasien.

Gejala-gejala rinitis alergi yang perlu ditanyakan adalah:- rinore (cairan hidung yang bening encer),- bersin berulang dengan frekuensi lebih dari 5 kali setiap kali serangan,- hidung tersumbat baik menetap atau hilang timbul,- rasa gatal di hidung, telinga atau daerah langit-langit, mata gatal, berair atau kemerahan, hiposmia atau anosmia (penurunan atau hilangnya ketajaman penciuman) dan batuk kronik.Ditanyakan juga apakah ada variasi diurnal (serangan yang memburuk pada pagi hari sampai siang hari dan membaik saat malam hari). Frekuensi serangan dan pengaruh terhadap kualitas hidup perlu ditanyakan.Manifestasi penyakit alergi lain sebelum atau bersamaan dengan rinitis, riwayat atopi di keluarga, faktor pemicu timbulnya gejala, riwayat pengobatan dan hasilnya adalah faktor-faktor yang tidak boleh terlupakan.

Pada pemeriksaan hidung (rinoskopi anterior) diperhatikan adanya edema dari konka media atau inferior yang diliputi sekret encer bening, mukosa pucat dan edema. Perhatikan juga keadaan anatomi hidung lainnya seperti septum nasi dan kemungkinan adanya polip nasi.

Pemeriksaan penunjang diagnosis dipertimbangkan sesuai dengan fasilitas yang ada.6,10,11 1. Uji kulit cukit (Skin Prick Test). Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi. Pemeriksaan ini dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak-anak. Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik. Akan lebih ideal jika bisa dilakukan Intradermal Test atau Skin End Point Titration Test bila fasilitas tersedia. 2. IgE serum total. Kadar meningkat hanya didapati pada 60% penderita rinitis alergi dan 75% penderita asma. Kadar IgE normal tidak menyingkirkan rinitis alergi. Kadar dapat meningkat pada infeksi parasit, penyakit kulit dan menurun pada imunodefisiensi. Pemeriksaan ini masih dipakai sebagai pemeriksaan penyaring tetapi tidak untuk diagnostik.3. IgE serum spesifik. Pemeriksaan ini dilakukan apabila pemeriksaan penunjang diagnosis rinitis alergi seperti tes kulit cukit selalu menghasilkan hasil negatif tapi dengan gejala klinis yang positif. Sejak ditemukan teknik RAST (Radioallergosorbent test) pada tahun 1967, teknik pemeriksaan IgE serum spesifik disempurnakan dan komputerisasi sehingga pemeriksaan menjadi lebih efektif dan sensitif tanpa kehilangan spesifisitasnya, seperti Phadebas RAST, Modified RAST, Pharmacia CAP system dan lain-lain. Waktu pemeriksaan lebih singkat dari 2-3 hari menjadi kurang dari 3 jam saja. 4. Pemeriksaan sitologis atau histologis, bila diperlukan untuk menindaklanjuti respon terhadap terapi atau melihat perubahan morfologik dari mukosa hidung. 5. Tes provokasi hidung (Nasal Challenge Test). Dilakukan bila ada keraguan dan kesulitan dalam mendiagnosis rinitis alergi, dimana riwayat rinitis alergi positif, tetapi hasil tes alergi selalu negatif. 6. Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRI. Dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus paranasal, seperti adakah komplikasi rinosinusitis, menilai respon terhadap terapi dan jika direncanakan tindakan operasi.

DIAGNOSIS BANDING Penyakit-penyakit yang perlu dibedakan dengan rinitis alergi diantaranya adalah10,17,18: 1. Drug induced rhinitis 2. Rinitis hormonal 3. Rinitis infeksi (virus, bakteri atau penyebab lainnya) 4. Rinitis karena pekerjaan 5. Non Allergic Rhinitis with Eosinophilic Syndrome (NARES) 6. Rinitis karena iritan 7. Rinitis vasomotor 8. Rinitis atropi 9. Rinitis idiopatik

3.8 penatalakasaanPenyakit alergi disebabkan oleh mediator kimia seperti histamin yang dilepaskan oleh sel mast yang dipicu oleh adanya ikatan alergen dengan IgE spesifik yang melekat pada reseptornya di permukaan sel tersebut.Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah:1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi. 2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari. 3. Mengurangi efek samping pengobatan. 4. Edukasi penderita untuk meningkatkan ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap penyakitnya. Termasuk dalam hal ini mengubah gaya hidup seperti pola makanan yang bergizi, olahraga dan menghindari stres. 5. Mengubah jalannya penyakit atau pengobatan kausal.

Untuk mencapai tujuan pengobatan rinitis alergi, dapat diberikan obat-obatan sebagai berikut: 1. Antihistamin Antihistamin merupakan pilihan pertama untuk pengobatan rinitis alergi.Secara garis besar dibedakan atas antihistamin H1 klasik dan antihistamin H1 golongan baru. Antihistamin H1 klasik seperti:Diphenhydramine, Tripolidine, Chlorpheniramine dan lain-lain.Sedangkan antihistamine generasi baru seperti:Terfenadine, Loratadine, Desloratadine dan lain-lain. Desloratadine memiliki efektifitas yang sama dengan montelukast dalam mengurangi gejala rinitis yang disertai dengan asma. Levocetirizine yang diberikan selama 6 bulan terbukti mengurangi gejala rinitis alergi persisten dan meningkatkan kualitas hidup pasien rinitis alergi dengan asma.

2. Dekongestan hidung Obat-obatan dekongestan hidung menyebabkan vasokonstriksi karena efeknya pada reseptor-reseptor -adrenergik. Efek vasokonstriksi terjadi dalam 10 menit, berlangsung selama 1 sampai 12 jam. Pemakaian topikal sangat efektif menghilangkan sumbatan hidung, tetapi tidak efektif untuk keluhan bersin dan rinore. Pemakaiannya terbatas selama 10 hari. Kombinasi antihistamin dan dekongestan oral dimaksud untuk mengatasi obstruksi hidung yang tidak dipengaruhi oleh antihistamin. 3. Kortikosteroid Pemakaian sistemik kadang diberikan peroral atau suntikan sebagai depo steroid intramuskuler. Data ilmiah yang mendukung relatif sedikit dan tidak ada penelitian komparatif mengenai cara mana yang lebih baik dan hubungannya dengan dose response. Kortikosteroid oral sangat efektif dalam mengurangi gejala rinitis alergi terutama dalam episode akut.Efek samping sistemik dari pemakaian jangka panjang kortikosteroid sistemik baik peroral atau parenteral dapat berupa osteoporosis, hipertensi, memperberat diabetes, supresi dari hypothalamic-pituitary-adrenal axis, obesitas, katarak, glukoma, cutaneous striae. Efek samping lain yang jarang terjadi diantaranya sindrom Churg-Strauss. Pemberian kortikosteroid sistemik dengan pengawasan diberikan pada kasus asma yang disertai tuberkulosis, infeksi parasit, depresi yang berat dan ulkus peptikus.Pemakaian kortikosteroid topikal (intranasal) untuk rinitis alergi seperti Beclomethason dipropionat, Budesonide, Flunisonide acetate fluticasone dan Triamcinolone acetonide dinilai lebih baik karena mempunyai efek antiinflamasi yang kuat dan mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptornya, serta memiliki efek samping sitemik yang lebih kecil. Tapi pemakaian dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan mukosa hidung menjadi atropi dan dapat memicu tumbuhnya jamur.

4. Antikolinergik Perangsangan saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi dan sekresi kelenjar. Antikolinergik menghambat aksi asetilkolin pada reseptor muskarinik sehingga mengurangi volume sekresi kelenjar dan vasodilatasi. Ipratropium bromida, yang merupakan turunan atropin secara topikal dapat mengurangi hidung tersumbat atau bersin.

5. Natrium Kromolin Digolongkan pada obat-obatan antialergi yang baru. Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti. Mungkin dengan cara menghambat penglepasan mediator dari sel mastosit, atau mungkin melalui efek terhadap saluran ion kalsium dan klorida.

6. Imunoterapi Imunoterapi dengan alergen spesifik digunakan bila upaya penghindaran alergen dan terapi medikamentosa gagal dalam mengatasi gejala klinis rinitis alergi. Terdapat beberapa cara pemberian imunoterapi seperti injeksi subkutan, pernasal, sub lingual, oral dan lokal. Pemberian imunoterapi dengan menggunakan ekstrak alergen standar selama 3 tahun, terbukti memiliki efek preventif pada anak penderita asma yang disertai seasonal rhinoconjunctivitis mencapai 7 tahun setelah imunoterapi dihentikan.

3.9 komplikasiKomplikasi rinitis alergi yang sering ialah: a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa. b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006).(repository.usu.ac.id)

3.10 prognosisBanyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada alergen. Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.

3.11 pencegahanTindakan pencegahan pun perlu dilakukan agar tak merangsang kambuhnya rinitis alergi.1. Menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi.2. Jangan biarkan hewan berbulu masuk kedalam rumah, jika alergi terhadap bulu hewan.3. Bersihkan debu dengan menyedot dan lap basah, minimal 2-3 kali dalam satu minggu, jangan menggunakan sapu yang dapat menyebarkan debu.4. Gunakan pembersih udara elektris (AC) untuk membuang debu rumah, jamur dan pollen dari udara. Cuci dan ganti filter secara berkala.5. Tutup perabotan berbahan kain dengan lapisan yang bisa dicuci sesering mungkin.6. Jangan mengunakan bahan atau perabot yang dapat menampung debu didalam debu kamar.7. Untuk menghindari kontak dengar allergen, gunakan sarung tangan dan masker ketika sedang bersih-bersih di dalam maupun di luar rumah.8. Larang rokok dan pengunaan produk yang beraroma di rumah.(http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=24&id=36126) accessed on 20 February 2013

L.I 4 pernapasan menurut pandangan Islam

4.1 MenguapBerikut ini beberapa Hadits Nabawi yang menjelaskan tentang hakikat dari menguap dan beberapa adab yang berkaitan dengannya.

Allah mencintai Bersin dan Membenci Menguap

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan haaah, maka setan akan menertawainya. (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang membuat seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah.

Imam Ibnu Hajar berkata, Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)

Menutup mulut ketika menguap

Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk. (HR. Muslim no. 2995)

Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangan kiri, karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk.

Tidak ada bacaan dzikir khusus yang dibaca ketika menguap

Syaikh Sulaiman al-Majid menegaskan,

:

Dan kami tidak mengetahui adanya sunah yang mengajarkan dzikir atau doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika menguap. Adapun yang banyak tersebar menurut sebagian ulama dan kebanyakan masyarakat, bahwa ketika menguap dianjurkan untuk membaca taawudz, berdalil dengan firman Allah, yang artinya: Apabila setan mengganggumu maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sementara Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebut bahwa menguap itu dari setan. Pendalilan semacam ini, tidak pada tempatnya.

Beliau menyebutkan alasan,

. . .

Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mengabarkan kepada kita bahwa menguap itu dari setan, beliau tidak mengajarkan kepada kita (untuk membaca taawudz), selain perintah untuk menahan dan meletakkan tangan di mulut. Sehingga, andaikan taawudz (ketika menguap) disyariatkan, tentu Nabi shallallahu alaihi wa sallam akan menyebutkannya.

Mengguap di dalam Shalat

Hadits tentang menguap berasal dari setan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan lafazh:

Menguap ketika shalat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya.

Al-Imam Malik rahimahullah berkata: Mulutnya ditutup dengan tangannya ketika shalat sampai selesai menguap. Jika menguap ketika sedang membaca bacaan shalat, kalau dia memahami apa yang dibaca, maka hukumnya makruh namun sudah mencukupi baginya (bacaan dia). Tetapi jika tidak memahaminya, maka dia harus mengulangi bacaannya, dan jika tidak mengulanginya, -kalau bacaan tersebut adalah surat Al-Fatihah-, maka itu tidak mencukupi (tidak sah shalatnya), dan kalau selain Al-Fatihah, maka sudah mencukupinya (shalatnya sah).

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan:

Pasal tentang beberapa masalah yang langka di tengah-tengah umat namun sangat butuh untuk dijelaskan kepada mereka, adalah di antaranya:

Seorang yang menguap ketika shalat, dia harus menghentikan bacaan shalatnya sampai menguapnya selesai, kemudian melanjutkan bacaannya. Ini adalah perkataan Mujahid, dan ini ucapan yang bagus, ditunjukkan oleh riwayat dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaknya dia tahan mulutnya dengan tangannya, karena setan berupaya untuk masuk. (HR. Muslim)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan : Dan di antara yang diperintahkan bagi orang yang menguap adalah: jika sedang shalat, maka dia harus menghentikan bacaannya sampai menguapnya selesai, agar bacaannya tidak berubah. Pendapat yang seperti ini disandarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Mujahid, Ikrimah, dan para tabiin.

4.2 BersinKetika Bersin Hendaknya Kita

Merendahkan suara.Menutup mulut dan wajah.Tidak memalingkan leher.Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.Macam-Macam Bacaan yang Dapat Kita Amalkan Ketika Bersin

Alhamdulillah (segala puji hanya bagi Allah).Alhamdulillahi Rabbil alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).Alhamdulillah ala kulli haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan)Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami).Ketika ada seorang muslim bersin di dekat kita, lalu dia mengucapkan alhamdullillah, maka kita wajib mendoakannya dengan membaca yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan alhamdullillah.