situs kebudayaan kediri

26
Petilasan Sri Aji Joyoboyo Sekitar 10 km, ± 5 menit dari Kota Kediri. Situs ini dipercayai sebagai tempat moksa Prabu Sri Aji Joyoboyo yang terkenal sebagai Raja Kediri abad XII dan juga ramalan Jongko Joyoboyonya. Situs - situs yang ada di kawasan budaya ini seperti Sendang Tirto Kamandanu, Palinggihan Mpu Bharada, dan juga Arca Totok Kerot.Banyak pengunjung yang melakukan ziarah di situs ini dan puncak ritual di Pamuksan tanggal 1 Suro dengan ribuan pengunjung dari berbagai daerah untuk prosesi ritual Sosok Prabu Joyoboyo memang mengundang kekaguman. Ini pula yang jadi alasan, mengapa wisatawan banyak yang datang ke petilasannya.Termasuk ke Sendang Tirta Kamandanu. Sendang ini dulunya kolam dengan sumber air alami yang memiliki banyak fungsi, salah satunya menambah kekuatan lahir dan batin manusia. Tanggal 26 April 1980, sendang ini mulai dipugar. Karena tempat ini dianggap sebagai bagian tak terpisah dari petilasan Sang Prabu. Desain barunya. Sendang ini menjadi kawasan taman segi empat berukuran 1.016 meter persegi. Bangunan utama, kolam pemandian yang airnya selalu mengalir melalui tiga tingkatan. Yaitu sumber, tempat penampungan, dan kolam pemandian. Kolam ini dilengkapi dengan Arca Syiwa Harihara (perdamaian) dan Ganesha. Selain itu, tempat ganti pakaian, gapura, tempat mengambil air, dan pagar. Sedang bangunan pelengkap terdiri dari halaman, gapura utama (Kori Agung dan Candi Bentar), dan pagar dengan patung dewa di masing-masing sudut . Masing-masing Bathara Wisnu, Brahma, Bayu, dan Indra.

Transcript of situs kebudayaan kediri

Page 1: situs kebudayaan kediri

Petilasan Sri Aji Joyoboyo

Sekitar 10 km, ± 5 menit dari Kota Kediri. Situs ini dipercayai sebagai tempat moksa Prabu Sri Aji Joyoboyo yang terkenal sebagai Raja Kediri abad XII dan juga ramalan Jongko Joyoboyonya. Situs - situs yang ada di kawasan budaya ini seperti Sendang Tirto Kamandanu, Palinggihan Mpu Bharada, dan juga Arca Totok Kerot.Banyak pengunjung yang melakukan ziarah di situs ini dan puncak ritual di Pamuksan tanggal 1 Suro dengan ribuan pengunjung dari berbagai daerah untuk prosesi ritual

Sosok Prabu Joyoboyo memang mengundang kekaguman. Ini pula yang jadi alasan, mengapa wisatawan banyak yang datang ke petilasannya.Termasuk ke Sendang Tirta Kamandanu. Sendang ini dulunya kolam dengan sumber air alami yang memiliki banyak fungsi, salah satunya menambah kekuatan lahir dan batin manusia. Tanggal 26 April 1980, sendang ini mulai dipugar. Karena tempat ini dianggap sebagai bagian tak terpisah dari petilasan Sang Prabu. Desain barunya. Sendang ini menjadi kawasan taman segi empat berukuran 1.016 meter persegi.

Bangunan utama, kolam pemandian yang airnya selalu mengalir melalui tiga tingkatan. Yaitu sumber, tempat penampungan, dan kolam pemandian. Kolam ini dilengkapi dengan Arca Syiwa Harihara (perdamaian) dan Ganesha. Selain itu, tempat ganti pakaian, gapura, tempat mengambil air, dan pagar. Sedang bangunan pelengkap terdiri dari halaman, gapura utama (Kori Agung dan Candi Bentar), dan pagar dengan patung dewa di masing-masing sudut . Masing-masing Bathara Wisnu, Brahma, Bayu, dan Indra.

Page 2: situs kebudayaan kediri

Candi Surowono

Candi ini terletak di Pare, ± 28 km, ± 50 menit dari kota Kediri. Bangunan candi merupakan hasil karya peninggalan sejarah sebagai tempat penyucian Raja Wengker, salah satu raja pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Mojopahit. Wisatawan dapat juga mengunjungi bangunan terowongan / sungai bawah tanah dengan aliran air jernih dan bercabang cabang yang terletak ± 100 meter dari bangunan Candi

Candi Surowono sebagai salah satu materi budaya Kabupaten Kediri memiliki nilai sejarah yang tinggi.Peninggalan suci Kerajaan Majapahit dengan latar belakang agama Hindu ini terletek di Pare, kurang lebih 28 kilometer dari Kota Kediri.Dulu candi ini menjadi tempat bersuci Raja Wengker salah satu raja fatsal atau bawahan di masa pemerintah Raja Hayam Wuruk,Majapahit.

Dibangun pada abad ke 15 Candi Surowono memiliki banyak keunikan.Baik dari segi arsitektur maupun relief yang menggambarkan cerita Arjuna Wiwaha,Bubhuksah,Gagang Aking dan Sri Tanjung.Sayang bagian yang masih utuh dari candi ini hanya tinggal kaki dan tubuhnya. Bagian atap sudah rusakdan runtuh. Padahal candi ini di bangun dengan menggunakan batu andesit berpori dan bagian pondasinya menggunakan batu merah dengan orientasi arah menghadap ke barat.

Page 3: situs kebudayaan kediri

Candi Tegowangi Sebagai kawasan yang dulu merupakan wilayah kerajaan, Kabupaten Kediri memiliki banyak peninggalan bersejarah. Seperti Candi Tegowangi, Candi Surowono, Candi Dorok, Prasasti Pohsarang,Arca Tothok Kerot,Arca Budho,Situs Calon Arang,serta beberapa peningggalan lainnya. Candi Tegowangi, terletak di Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan.Candi ini jadi monumen peninggalan Kerajaan Majapahit di masa pemerintah Hayam Wuruk. Candi ini juga dibangun dengan menggunakan batu andesit serta pondasi bata merah yang menghadap ke arah barat. Reliefnya bercerita tentang Wayang Purwo dengan tokoh Sundamala atau kisah tentang ruwatan Durga. Jika Candi Surowono telah hilang bagian atasnya, maka Candi Tegowangi masih memiliki Yoni pada bagian atas.Yoni ini dibuat dengan pahatan yang sangat indah serta dihiasi motif binatang dan naga.Selain itu terdapat pula batu pipih berbentuk bujursangkar yang memiliki sembilan buah lubang yang biasanya diletakkan pada sumuran candi.

Page 4: situs kebudayaan kediri

Monumen SLG Monumen Kediri terletak di tengah - tengah jalan Simpang Lima Gumul dan dalam kawasan pusat perdagangan Kabupaten Kediri yang jaraknya 2 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Kediri. Monumen dan Kawasan pusat perdagangan Kabupaten Kediri saat ini masih dalam proses pelestarian pembangunan yang nantinya ke depan sebagai ikon pariwisata Kabupaten Kediri disamping Gunung Kelud. Wisata Besuki dan Puhsarang. Daya tarik Monumen dan kawasan pusat perdagangan Simpang Lima Gumul adalah :

* Desain menyerupai Arch D'Triomphe di Perancis* Panorama Kediri bisa dilihat dari puncak monumen* Tiga jalan bawah tanah untuk masuk ke monumen* Diorama, Mini Market, Gedung Pertemuan dan Resto tersedia di dalamnya.

Relief Seni Budaya Kabupaten Kediri kawasan Pusat Perdagangan : Hotel, Mall, Pertokoan, Grosir, Gedung Kesenian, Pertokoan, Produk Unggulan, Cinderamata Kediri, Play Ground, Pusat Informasi Perdagangan dan Pariwisata.

Page 5: situs kebudayaan kediri

KONDISI GEOGRAFIS Posisi geografi Kabupaten Kediri terletak antara 111o 47' 05" sampai dengan 112o 18'20" Bujur Timur dan 7o 36' 12" sampai dengan 8o 0' 32 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh 5 Kabupaten, yakni :- Sebelah Barat :Tulungagung dan Nganjuk - Sebelah Utara : Nganjuk dan Jombang - Sebelah Timur : Jombang dan Malang - Sebelah Selatan : Blitar dan Tulungagung Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai Brantas yang membelah dari selatan ke utara. pada tahun 2005 suhu udara berkisar antara 23o C sampai dengan 31o C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari. secara keseluruhan luas wilayah ada sekitar 1.386.05 KM2 atau + 5%, dari luas wilyah propinsi Jawa TimurDitinjau dari jenis tanahnya, Kabupten Kediri dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan. yaitu.1. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 %, merupakan jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah kecamatan Kepung, Puncu, ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare, kandangan, kandat, Ringinrejo, Kras, papar, Purwoasri, Pagu, Plemahan, Kunjang dan Gampengrejo2. Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 %, merupakan jenis tanah yang dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan dan Kandangan3. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha atau 3,18 %, dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 dpl seperti Kecamatan Kandangan, Grogol, Semen dan Mojo.4. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 %, terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, banyakan, tarokan, Plemahan, Pare dan Kunjang.5. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87%, terdapat di kecamatan Semen, Mojo, Grogol, banyakan, tarokan dan kandangan.Wilayah Kabupaten kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat Vulkanik dan Gunung Wilis disebelah barat yang bersifat non vulkanik, sedangkan tepat di bagian tengah wilyah Kabupaten Kediri melintas sungai Brantas yang membelah Wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian Barat sungai Brantas: merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung Klotok. dan bagian timur Sungai Brantas

Page 6: situs kebudayaan kediri

19 September 2007 20:00 Gereja Tua Puhsarang

Gereja Tua Puhsarang terletak di Gunung Klotok, Lereng Gunung Wilis, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, 6 km, ± 15 menit dari Kota Kediri. Obyek wisata ziarah umat Katolik ini terdapat gereja tua perpaduan arsitektur Eropa dan Majapahit yang unik.

Gereja ini dibangun tahun 1936 dan sudah mengalami bebrapa renovasi. Namun dalam rentetan inovasi tersebut, bentuk asli gereja masih terjaga. Altar Gereja dari batu Massif yang beratnya mencapai tujuh ton dan berhias pahatan rusa, altar luar berbentuk stupa borobudur, menara berbentuk candi Bentar, pendopo, perangkat gamelan, tabernakel batu dengan disain batuterguling, makam dan lain-lain, masih bisa ditemui di Gereja tersebut. Bentuk - bentuk yang mengagumkan ini, tak terlepas dari tangan dingin Ir.H..Maclaine Pont (1884-1971), arsitek berkebangsaan Belanda yang lahir di Meester Cornelis (Jatinegara). Ketika mulai mendisain gereja ini, ia tak lupamemasukkan unsur budaya lokal. Maklum, sebagai arsitek, Pont sangat mengagumi situs-situs penting di Jawa, salah satunya Mojopahit di Trowulan.

Sampai renovasi terakhir, gereja ini memiliki luas sekitar 6,5 hektar. Di dalam kompleks Puhsarang, terdapat beberapa hal yang unik yang seiring waktu banyak dilirik wisatawan dari dalam dan laur negeri. Pertama, Gereja yang antik. Gereja ini diwarnai dengan unsur bentangan kawat baja sebagai ganti reng dan usuk untuk atap gereja. Dalam gereja, terdapat relief-relief batu tentang lambang-lambang penulis injil. Selain gereja, di kompleks Ziarah Katolik Puhsarang ini ada tiga patung Bunda Maria. Patung pertama ada di Gua Maria di samping kiri Gereja Puhsarang. Dul, Patung ini pernah dicuri dan dibuang> Beruntung patung ini akhirnya bisa ditemukan dan kembali dipajang di Gua Maria. Patung Kedua di dekat Gedung serba Guna, sedangkan yang ketiga di Gua Maria Lourdes.

Daya tarik yang lain yang bisa ditemui di tempat ini adalah Tiga Jalan Salib. Masing-masing ada di kompleks Gereja St. Maria Puhsarang, yang kedua disekeliling taman Hidangan Kana dan yang Ketiga di bagian belakan, berupa stasi renungan denganbentuk patung-patung sebesar manusia. Jalan Salib ini diresmikan pada hari Minggu 28 Mei 2000.

Selain gereja antik, tiga patung Bunda Maria dan tiga jalan Salib, juga bisa menemui Tiga Pondok Rosario yang disiapkan khusus bagi peziara untuk berdoa rosario. Tiga pondok ini dibuat berdasar misteri hidup Yesus Kristus yang direnungkan dalam doa. Yakni peristiwa Gembira, Peristiwa Sedih dan Peristiwa Mulya. Obyek - obyek lain yang menarik, seperti :

GUA MARIA LOURDES

Kurang Lebih `100 meter dari Pendopo Emaus, kita bisa melihat Gua Maria Lourdes. Gua ini dibangun pada 11 Oktober 1998, didesain menyerupai Gua maria Lourdes di Prancis, tingginya 18 meter. Gua yang diresmikan pada tanggal 2 Mei 1999 dihiasi

Page 7: situs kebudayaan kediri

patung Pieta, yang digambarkan Bunda Maria sedang memangku Yesus. ini serupa dengan patung yang terdapat di Basilika St. Petrus, Roma.

Di depan Gua Maria Lourdes terdapat tanah lapang yang mampu menampung ribuan jamaah. Di tempat peziarah ini pulalah diteruskan tradisi ziarah Katolik, berupa Misa Novena Maria setiap hari Minggu di pekan pertama atau kedua tiap bulan, dan misa Tirakatan malam Jumat Legi, yang sangat khas bagi masyarakat Katolik Jawa.

MAUSOLEUM DAN COLUMBARIUM

Salah satu bagian penting dari tempat ziarah Katholik Puhsarang adalah Mauseleum atau makam para uskup dan romo yang berkarya di keuskupan Surabaya. Ditempat ini dimakamkan kembali jenazah Mgr. M.Verhoeks. CM, Mgr. J>A>M. Kloster CM, Rm. J.H Soemarki CM dan Rm. Rekosubroto CM. Selain makam para Uskup dan Romo, terdapat pula tempat penitipan abu jenazah (Columbarium) untuk seluruh umat Katholik.

BUMI PERKEMAHAN BUKIT TABOR

Berkemah sambil berziarah tampaknya bisa menjadi salah satu alternatif pilihan liburan rohani, selain menghilankan kepenatan, wisata camping religi juga dapat meningkatkan olah rohani dan kepribadian. Di Puhsarang, wisata perkemahan dapat dilakukan di BukitTabor yang merupakan Camping Ground area. Lokasi ini berada didekat tempat Ziarah Gua Maria Lordes Puhsarang. bUmi Perkemahan ini dapat digunakan oleh semua kelompok baik Pramuka, muda-mudi, Pencinta alam, maupun masyarakat umum. Bumi Perkemahan Bukit Tabor diresmikan tanggal 8 Oktober 2000 oleh Bapak Uskup Johanes Hadiwikarta, Pr.

TAMAN HIDANGAN KANA

Untuk mendapatkan perelngkapan Ziarah maupun sekedar oleh-oleh khas Puhsarang, wisatawan dapat mengunjungi taman hidangan Kana. Di tempat ini pengunjung dapat menjumpai aneka keperluan ziarah, serta beragam buah tangan yang ditawarkan oleh sekitar 50 kios. Kios-kios teesebut saat ini sudah terorganisir rapi dan berada dalam satu kawasan, sehingga memudahkan pengunjung untuk berbelanja. Kawsan belanja religi ini juga diresmikan oleh Uskup johanes Hadiwikarta pada 26 Januari 2001.

Page 8: situs kebudayaan kediri

WISMA BETLEHEM

Bagi pengunjung yang ingin bermalam, di lokasi wisata Puhsarang juga tersedia penginapan Wisma Betlehem. Namun wisam ini tidak dipergunakan untuk acara retret, seminar maupun kerohanian lainnya, mengingat hanya terdiri dari kamar-kamar sederhana tempat peristirahatan. Wisam ini memiliki fasilitas sekitar 24 tempat tidur standart dan 30 kamar VIP. Selain itu di tempat peristirahatan ini juga terdapat kafetaria yang menyediakan beragam hidanngan makanan.

Page 9: situs kebudayaan kediri

AIR TERJUN DOLO

Kabupaten Kediri memiliki beberapa air terjun yang cantik.Salah satunya, Air Terjun Dolo. Tempat wisata ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer. Meski agak jauh, tapi pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi terbilang sangat indah dan mudah.

Tiba di Besuki, sembari melepas lelah,kita bisa menikmati panorama di Desa Jugo, Mojo,di sekitar menara pemancar relay televisi dan telepon seluler. Disana kita bisa menemukan Air Terjun Irenggolo. Setelah lima menit melalui jalan setapak, air terjun bertrap-trap alami ini bisa kita lihat. Tersembunyi di teduhnya rerimbunan pinus dan hutan, hembusan angin pegunungan, dan suara alam yang unik.

Puas di sini, kita bisa melanjutkan perjalanan ke Dolo. Jarak tempuh dari Besuki sekitar 4 kilometer. Sampai di titik pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju air terjun. Jalan yang kita lewati terbuat dari bebatuan yang desainnya dipadu dengan lingkungan. Sehingga kesan alami tetap terjaga. Apalagi di saat-saat tertentu, suara kicau burung terdengar tanpa henti.

Setelah kurang lebih 10 menit menapaki jalan lambat laun kita akan mendengar gemricik air terjun. Letak kawasan wisata air terjun ini kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut. Sedang ketinggian air terjunnya sendiri diperkirakan mencapai 125 meter. Begitu mendekati air terjun ini,kita langsung merasakan butiran-butiran air terjun yang sebagian terbang mengikuti angin. Suara gemuruh airnya seperti melengkapi sensasi Air Terjun Dolo.

Page 10: situs kebudayaan kediri

Kwadrat Kediri, Simbol Kekerabatan Jawa-BaliWritten by: Panji Firman Posted: June 21st, 2010 ˑ Filled under: Ruang Renung ˑ No Comments

Salah satu prasasti yang menggunakan huruf Kwadrat Kediri, berbunyi "Haji Lumahing Jalu" (Raja yang dicandikan di Jalu), terpahat di situs bersejarah Katyagan Amarawati (Gunung Kawi), Gianyar-Bali/doc.Panji Firman

Pada zaman kebudayaan klasik, Aksara merupakan unsur penting dalam berkomunikasi. Selain sebagai alat untuk berkomunikasi secara lisan, secara fungsional dapat kita lihat juga bahwa pada zaman sejarah kuno Aksara berfungsi sebagai media untuk menyampaikan dan mendokumentasikan berbagai informasi-informasi penting, diantaranya adalah silsilah raja-raja yang memerintah dalam satu wangsa, peristiwa-peristiwa besar yang terjadi, dan informasi waktu pembuatan sebuah situs besar baik itu tempat suci keagamaan maupun makam tokoh-tokoh besar pada waktu itu.

Selain contoh-contoh di atas, tentu saja sebuah Aksara pun merupakan elemen penting dalam bidang kesusastraan kuno. Secara historikal, Aksara-Aksara yang dipakai di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara semuanya menginduk pada Aksara Brahmi. Aksara kuno ini kemudian berkembang menjadi Aksara Pallawa yang berkembang di India Selatan dan Aksara Pranagari serta Dewanagari yang berkembang di India Utara. Aksara Pallawa-lah yang kemudian menjadi induk dari berbagai Aksara-aksara yang dipakai di Indonesia, termasuk di dalamnya Aksara Kawi yang kemudian berkembang lagi menjadi Aksara Kwadrat Kediri yang diantaranya ditemukan pada situs kuno Candi Bentar Goa Gajah dan Candi Gunung Kawi di Bali.

Penemuan prasasti dengan jenis tulisan Kwadrat Kediri di situs-situs kuno Bali tersebut sebenarnya mengindikasikan sebuah kedekatan antara kerajaan Bali dengan kerajaan-kerajaan di Jawa. Asumsi tersebut muncul karena jenis Aksara Kwadrat Kediri tersebut hanya dipakai pada zaman kerajaan Kediri dan Singasari pada abad ke-11 M, sedangkan penelitian menyebutkan bahwa kedua situs kuno, Goa Gajah dan Gunung Kawi pun didirikan di abad yang sama.

Asumsi di atas sebenarnya memperkuat informasi lain yang menyebutkan bahwa Kerajaan Bali memiliki hubungan kekerabatan dengan kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Hubungan kekerabatan ini terlihat pada garis keturunan Airlangga, raja dari Wangsa Isyana pendiri kerajaan Kahuripan ini merupakan anak dari Raja Udayana yang berasal dari kerajaan Bedahulu di Bali dan Ratu Mahendradatta dari kerajaan Medang di jawa Timur. Dari ayahnya, Airlangga memiliki dua adik yaitu Marakata dan Anak Wungsu. Sepeninggal raja Udayana, Kerajaan Bedahulu dipimpin oleh Marakata dan kemudian dilanjutkan oleh Anak Wungsu. Pada masa pemerintahan putra-putra mendiang Udayana inilah kedua situs kuno Gunung Kawi dan Goa Gajah dibangun. Dengan adanya kedekatan secara genealogi, maka tidak heran bahwa jenis tulisan Kwadrat Kediri yang berkembang di pulau Jawa ditemukan pula pada situs-situs bersejarah di Bali.

Page 11: situs kebudayaan kediri

Dari informasi-informasi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kedekatan antara Bali dan Jawa memang sudah ada sejak zaman kuno dulu. Bukti-bukti yang ditemukan pun cukup kuat, selain dari silsilah keturunan, kedekatan ini pun terlihat dari sisi penggunaan aksara yang sama. (pj)

Page 12: situs kebudayaan kediri

Selasa, 04 Agustus 2009Cagar Budaya: Dua Situs Bersejarah Terbengkalai

Views

Kediri, Kompas - Situs Tondowongso dan situs Sumbercangkring di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, kondisinya telantar. Kedua lokasi penemuan sejumlah benda bersejarah itu dibiarkan tak terawat.

Rumput liar dibiarkan tumbuh lebat sehingga menutupi lokasi situs. Lubang-lubang bekas galian dibiarkan menganga. Sebagian lubang itu tertutup tanah galian yang terbawa aliran air hujan. Akses jalan menuju ke lokasi juga tertutup rumput liar.

Kepala Bidang Sejarah Nilai Tradisional Museum dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Rubi Hari Santoso, Jumat (6/2), mengatakan, hingga Februari 2009 belum ada kejelasan mengenai kelanjutan penggalian situs.

Situs Tondowongso berlokasi di Desa Tondowongso, sedangkan situs Sumbercangkring terletak di Desa Sumbercangkring. Situs Tondowongso ditemukan warga pada 2007. Sedikitnya ada 14 arca berbagai bentuk ditemukan di lokasi yang luasnya mencapai 1.000 meter persegi tersebut.

Penggalian situs Tondowongso sempat dilanjutkan pada pertengahan 2008 oleh Balai Arkeologi Yogyakarta untuk mengungkap batas utara dan batas timur bangunan. Namun, upaya penelitian itu terkendala oleh pembebasan lahan yang tidak berjalan lancar.

Suradi, mantan Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, mengatakan, rencananya penggalian situs Tondowongso dilanjutkan tahun ini. (NIK)

(Kompas, Sabtu, 7 Februari 2009)

Page 13: situs kebudayaan kediri

Benda Purbakala Kembali Ditemukan di Kediri

Kediri, Jawa Timur - Benda purbakala kembali ditemukan di kawasan Resort Pemangku Hutan (RPH) Jatirejo, Dusun Bodak, Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Benda tersebut berbentuk persegi empat mirip dengan umpak, memiliki ukuran panjang sekitar 70 sentimeter, lebar 30 sentimeter dengan tebal 3,5 sentimeter.

Misri, salah seorang warga yang ditemui, Rabu, mengaku, benda purbakala tersebut ditemukan sekitar sepekan lalu oleh Slamet, warga Desa Karangdinoyo, Kecamatan Kepung, saat mencari kayu di hutan. "Katanya cangkulnya sempat berbenturan dengan batu. Ketika digali, ternyata batu itu seperti peninggalan jaman dulu," katanya di Kediri.

Sayangnya, batu tersebut langsung ditimbun oleh petugas perhutani. Mereka khawatir, penemuan tersebut dapat membuat masalah, terlebih hingga kini, pihaknya belum menerima surat apapun dari KPH Kediri.

Sementara itu, Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri, Arif Budianto mengaku, pihaknya belum mendapat informasi terkait dengan penemuan benda tersebut di wilayah perhutani. Namun, pihaknya mengaku siap, jika kelak dilakukan penelitian dan penggalian di lokasi hutan. "Kami siap, jika tim dari BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan melakukan penggalian di lokasi. Tapi, kami meminta agar mereka mengajukan izin dulu," katanya menjelaskan.

Kepala Dinas Pariwisata, Kabupaten Kediri, Mujianto mengungkapkan, pihaknya sudah koordinasi dengan tim BP3 Trowulan, meminta melakukan penelitian di lokasi temuan tersebut. "Kami sudah kirim faks ke BP3 Trowulan untuk menyelidikinya. Kami berharap, pekan ini tim dapat ke Kediri," katanya. Ia juga mengaku, belum mengetahui dengan pasti penemuan benda tersebut, termasuk benda cagar budaya ataukah berupa situs.

Menyinggung dengan lokasi temuan di wilayah Perhutani Kediri, Mujianto mengatakan, pihaknya akan berupaya koordinasi dengan perhutani. "Benda sejarah adalah aset nasional dan dilindungi undang-undang. Tentunya, kami akan koordinasi dengan perhutani tentang hal itu," kata Mujianto menjelaskan.

Penemuan benda sejarah tersebut, sudah yang kesekian kali di Kediri. Sebelumnya, ditemukan juga sebuah situs di Dusun Gayam, Desa Gurah, Kabupaten Kediri, dengan 12 arca yang saat ini diamankan di museum Trowulan, Mojokerto. Selain itu, juga ditemukan sebuah situs di Dusun Babadan, Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri yang ditemukan warga sekitar September 2008 lalu. (ant)

Sumber Berita : http://oase.kompas.comKredit Foto: http://www.iddaily.net

Page 14: situs kebudayaan kediri

Selasa, 29 November 2005 00:00:00Gereja GPIB Immanuel Kediri Masuk Cagar Budaya Kota Kediri

KEDIRI – GPIB Immanuel adalah salah satu Gereja yang letaknya berada ditengah – tengah kota Kediri. Gereja yang beralamatkan di jl. KDP Slamet 43 Kediri ini terlihat begitu megah dan klasik dengan ciri khas bangunan peninggalan zending Belanda.

Salah satu staff kantor gereja menyambut kedatangan kru pustakalewi.com dengan ramah sabtu (26/11) untuk berbincang – bincang seputar GPIB Immanuel dan pelayanannya, walaupun saat itu banyak kesibukan yang harus ia kerjakan.

Wanita pemilik nama Lilik kartika Wati yang kami temui ini adalah staff kantor Gereja yang bekerja di bagian administrasi. Ia mengatakan bahwa GPIB Immanuel adalah salah satu gedung Gereja yang tertua yang berada di kota Kediri yang berdiri tahun 1904. Walau telah berusia 101 tahun, terlihat bentuk kondisi fisik gedung sudah tua tetapi masih tampak begitu kokoh. Gereja yang saat ini mempunyai warna gedung merah bata ini belum pernah direnovasi sama sekali cuma baru – baru ini tembok gedung dicat untuk memperkuat kondisi fisik Gereja tegas wanita kelahiran tahun 1961 ini.

Pada tanggal 21 Desember 2005 mendatang GPIB Immanuel akan memantapkan langkah pelayanannya yang ke 101 tahun, sungguh suatu pelayanan yang sangat luar biasa di ladang Tuhan. Ia juga mengatakan bahwa Gedung GPIB Immanuel termasuk dalam Cagar Budaya sesuai dengan Undang-undang tentang pembangunan, sehingga gedung Gereja ini dilindungi oleh pemerintah kota Kediri.

Dan sampai sekarang gedung Gereja GPIB Immanuel ini pun masih di teliti oleh Tim Cagar Budaya dari Trowulan Mojokerto, karena selain usianya yang sudah cukup tua bentuk bangunan ini juga sangat unik. Menurutnya selama dalam pelayanan GPIB Immanuel ini telah dilayani sebanyak 7 orang gembala sidang, dan untuk saat ini yang menjadi gembala sidang di Gereja itu Pdt. Mahrin Simorangkir

Untuk menjaga agar GPIB Immanuel ini tetap aman maka gedung Gereja tersebut mendapat penjagaan full time oleh beberapa orang petugas keamanan , merekapun bertugas secara bergantian. Saat ditanya apakah ada keinginan dari pihak Gereja untuk merubah atau merenovasi gedung Gereja tersebut, Lili mengatakan, Oh….kami tidak pernah terpikirkan untuk merubah atau merenovasi gedung Gereja ini karena gedung

Page 15: situs kebudayaan kediri

GPIB Immanuel ini mempunyai nilai historis yang sangat berharga, kalaupun kami ingin merubahkannya mungkin warna tembok gedung Gereja saja yang akan dicat ulang,”

Lili menambahkan bahwa keadaan berjemaat di GPIB Immanuel Kediri selama ini sangat kondusif. Setelah mendengar kabar gembong teroris Dr. Azahari telah tewas tidak berarti membuat mereka lengah. Ibu dua anak ini menuturkan bahwa selama ini pihak gereja meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga keamanan Gereja “Gedung gereja ini menjadi saksi bagi perkembangan Kota Kediri. Warga Kota menganggap gedung ini milik bersama dan harus dilindungi”tambahnya wanita yang sudah 16 tahun bekerja sebagai staff kantor di GPIB Immnuel ini dengan senyumnya yang ramah sambil mengakiri pembicaraan (rhl).

Page 16: situs kebudayaan kediri

Kearifan Lokal yang Mengiringi

KOMPAS.com - Gampang sekali menemukan pohon mahoni (Swietenia mahagoni), dulu. Tanaman keras yang tumbuh lumayan tinggi itu memang merupakan pohon yang tumbuh liar di hutan jati.

Dalam saat bersamaan, sekitar 40 tahunan silam di kawasan Jakarta dan Bogor, adalah hal lazim tatkala orang dengan gampang menemukan pohon sentul (Sandoricum koetjape). Seturut catatan terkumpul, sentul juga dikenal sebagai pohon kecapi. Buah kecapi bulat matang seukuran kepalan tangan orang dewasa itu rasanya manis asam. Kecapi amat digemari kebanyakan orang di wilayah tersebut. "Pohon-pohon itu kami biarkan tetap tumbuh di Sentul City (SC)," begitu kata Andrian Budi Utama, pekan lalu.

Lebih lanjut, Direktur PT Sentul City Tbk itu menerangkan pihaknya memang, sejak beberapa tahun lalu hingga kini, terus-menerus mengajak masyarakat untuk makin memahami konsep eco city. "Konsep ini merupakan satu dari empat pilar pengembangan kami," katanya.

Sejatinya, terang Andrian, eco city merupakan pengembangan dari konsep awal yakni garden city. "Bedanya, garden city hanya dari sisi hijaunya. Perkembangan sekarang kan harus juga mencakup pendekatan ke lingkungan komprehensif. Ini jenjangnya adalah eco city," tuturnya lagi.

Di dalam konsep tersebut, lanjut Andrianto, kesinambungan pembangunan bisa menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berkaitan dengan keanekaragaman hayati yang ada di wilayah SC.

Sebagai perwujudan konsep tadi, pengembang SC melakukan segala perbaikan demi menjaga iklim agar lebih sejuk. Di situ terdapat upaya untuk tidak merusak tatanan alam yang ada. Termasuk juga, mempertahankan kontur alam yang sudah ada berikut mempertahankan vegetasi.

Untuk soal vegetasi itu, pihak SC, masih menurut Andrianto di kawasan jalan utama seluas 27 hektare, tetap terpelihara 6.500 pohon dari 57 jenis pohon. Jumlah itu belum termasuk perdu dan rumput.

Sementara, terkait dengan mahoni dan sentul tadi, Andrianto juga mengatakan kalau pemilihan pada tanaman asli setempat merupakan salah satu realisasi dari penerapan kearifan lokal. Pilihan pada hal tersebut dirasa tepat lantaran pengelolaan ramah lingkungan justru kebanyakan berangkat dari kekayaan alam di suatu tempat. "Kearifan lokal yang mengiringi konsep eco city di SC," kata Andrianto menegaskan.

Empat pilar

Page 17: situs kebudayaan kediri

Berdiri sejak 1993, papar Andrianto, SC saat ini mengelola kawasan sekitar 850 hektare. Di dalamnya ada kawasan komersial, fasilitas pendidikan, olahraga, kerohanian, dan rekreasi. Dari jumlah itu, 300 hektare di antaranya adalah ruang terbuka hijau.

Secara rinci ada empat pilar yang diusung SC sebagai bagian utama dari konsep pengelolaan berkesinambungan bertajuk City of Ennovation yakni Eco City, Destination City, Educational & Knowledge City, serta Art & Culture City.

Konsep Eco City merupakan suatu paket integral dan komprehensif yang meliputi tata ruang, tata wilayah, perencanaan kawasan, fisika bangunan, vegetasi dalam bangunan, dan pemilihan potensi lokal dalam pembangunan. Contohnya adalah, The Largest Street Garden seluas 27 hektare yang terbentang sepanjang 6,2 kilometer di sepanjang jalan utama. Sedangkan, dalam skala rumah, SC telah menerapkan penggunaan atap hijau dan dinding hijau.

Soal atap hijau, Andrianto mengaku memunyai catatan tersendiri. Atap hunian yang penuh dengan tanaman menjadi hal wajib sejak 1985 di Jerman. Penelitian menunjukkan, katanya, atap hijau mampu menurunkan suhu udara. Atap hijau juga sukses mereduksi banjir. "Di Jerman, di Tokyo, atap hijau mampu menahan air hujan hingga 70 persen," terangnya.

Di samping itu, SC mempunyai fasilitas pendidikan yang cukup lengkap, mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Saat ini, sudah ada sekolah Fajar Hidayah, Sekolah Pelita Harapan, BPK Penabur dan lainnya. Ada juga STIE Tazkia yang berfokus pada ekonomi syariah. Kini ada dua universitas ternama yang sedang melakukan finalisasi rencana pengembangannya di SC. Selain itu, sesuai dengan konsep Educational & Knowledge City, SC juga mengembangkan beberapa wahana edukasi nonformal seperti Eco Park, Noah Park, dan sebagainya.

Selanjutnya, sesuai dengan potensi lokasinya yang berada di jalur utama Jakarta menuju Puncak, potensi SC dalam pengembangan wisata dan juga komersial sangat besar. Konsep Destination City menitik beratkan akan pentingnya potensi wisata dikembangkan mengingat keindahan alam dan aksesibilitasnya. Konsep yang akan dikembangkan akan dikemas dalam format komersial dan rekreatif. Bahkan, sebagian ada unsur edukasinya. Hal tersebut tidak saja akan memenuhi kebutuhan penghuninya, tetapi juga merupakan destinasi baru untuk kawasan regional.

Terakhir, pilar Art & Culture City menekankan arti pentingnya pengembangan fasilitas dan juga elemen seni dan budaya di dalam lingkungan SC. Saat ini sudah ada Sentul International Convention Center yang biasa dipergunakan untuk pertunjukan seni budaya. Kemudian, dalam waktu dekat akan mulai beroperasi workshop patung. Selain itu sudah beroperasi Taman Budaya Edutainment Center dengan empat pusatnya yakni Adventure Center, Green Center, Culture Center dan Facility Center. Baik penghuni maupun pengunjung bisa mengapresiasikan hobi dan juga minat mereka dalam bidang seni di sana. Tak ketinggalan, berbagai pelatihan seni dan budaya disediakan di lokasi tersebut.

Page 18: situs kebudayaan kediri

Page 1 1–8 ika fanatic - founder 4623 posts 0 permalink Temuan di Tondowongso di Duga Peninggalan Kerajaan Singosari Selasa, 13 Maret 2007 | 16:57 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri: Ekspedisi penggalian situs purbakala di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur kembali menemukan sejumlah bangunan, Selasa (13/3). Penemuan itu semakin memperkuat pernyataan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto yang menyatakan situs Tondowongso merupakan penemun terbesar sepanjang 30 tahun terakhir.

Tim ekspedisi menduga candi yang terkubur tanah itu merupakan peninggalan Kerajaan Singosari. Bangunan yang ditemukan itu berupa delapan bangunan yang merupakan bagian dari kompleks candi besar. Kedelapan bangunan itu adalah, lima bangunan menyerupai altar (tempat pemujaan) dan tiga sudut candi. "Penemuan delapan bangunan itu memberi petunjuk lokasi dan bentuk situs,” kata Aris Soviyani, Ketua Tim Penggalian Situs Tondowongso, Selasa (13/3).

Tim menduga, situs Tondowongso berbentuk persegi panjang dengan lebar 85 meter dan panjang 120 meter. Luasnya diperkirakan mencapai 1.06 hektare. “Ini situs besar yang jarang ditemukan pada masa kini. Kami menduga ini merupakan candi peninggalan kerajaan Singosari," kata Aris.

DWIDJO U. MAKSUM

link: http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/03/13/brk,20070313-95408,id.html

----------------------------------------------------------------------------

Situs Tondowongso Merupakan Peninggalaan Kerajaan Kediri Rabu, 14 Maret 2007 | 14:17 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri: Tim ekspedisi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) memastikan situs yang ditemukan di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merupakan peninggalan jaman kerajaan Kadhiri (Kediri) awal. "Situs di Tondowongso dibangun pada abad XI. Ini merupakan karya seni transisi perpindahan kerajaan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Masterpiece yang luar biasa," kata I Made Kusumajaya, Kepala BP3 Trowulan, Mojokerto Rabu (14/3) didiampingi Ketua Tim penggalian, Aris Siviani.

Page 19: situs kebudayaan kediri

Menurut I Made Kusumajaya, ketika pusat kerajaan dipindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, orang-orang juga ikut pindah, sehingga banyak candi dibangun di kawasan Jawa Timur. Proses perpindahan itu terjadi sejak tahun 929 M.

Kerajaan Kediri merupakan kerajaan tertua di Jawa Timur. Setelah masa kerajaan Kediri, disusul kerajaan Singosari kemudian Majapahit. Ketiga kerajaan itu memiliki keterkaitan dari sisi historis dan arsitektur.

Sejumlah ciri-ciri yang menjadi patokan bahwa situs Tondowongso merupakan peninggalan jaman kerajaan Kadhiri awal adalah jenis arca yang ditemukan memiliki teksture yang sangat halus. Arca-arca yang ditemukan merupakan arca Hindu, yaitu Arca Brahma, Syiwa, Durga, Lingga, Yoni dan Lembu Andini. Tiap arca ditempatkan pada ruang-ruang tersendiri dalam komplek candi.

DWIDJO U. MAKSUM

link: http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/03/14/brk,20070314-95476,id.html

----------------------------------------------------------------------

Tondowongso,Peninggalan Kadhiri Kamis, 15/03/2007

Image Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kec Gurah, Kab Kediri, dipastikan sebagai peninggalan zaman Kerajaan Kadhiri (Kediri). Diperkirakan, situs tersebut berdiri pada abad XI masehi.

”Situs ini merupakan kompleks candi besar yang dibangun pada abad XI, zaman Kerajaan Kediri awal. Ini merupakan karya seni nenek moyang kita. Dari penelitian diperkirakan, seni arsitektur bangunan candi dari masa transisi perpindahan kerajaan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Karya ini sangat luar biasa,” ungkap Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto I Made Kusumajaya. Dari penelitian terakhir, tim ekspedisi BP3 Trowulan menemukan empat bangunan candi di kawasan penggalian seluas 1 ha itu.

Tiga dari struktur candi tersebut merupakan bangunan candi perwara (penunjang),dan satu lagi merupakan struktur candi induk. Sedangkan lima bangunan altar (pemujaan) merupakan bagian dari bangunan candi induk dan perwara. Made meyakini candi di Tondowongso merupakan penemuan situs terbesar. Menurutnya, ukuran candi tersebut sangat mirip Candi Prambanan, tetapi struktur dan bangunannya lebih kecil. Dia juga memperkirakan kompleks situs Tondowongso dikelilingi telaga. Indikasi adanya telaga itu terlihat dari struktur tanah yang mengelilingi kawasan kompleks candi lebih gembur. ”Candi di Tondowongso ini selain berdekatan dengan sungai, juga dikelilingi telaga,” ungkapnya.

Page 20: situs kebudayaan kediri

Dari hasil penelitian sementara, dari sudut bangunan candi yang ditemukan, kompleks Candi Tondowongso memiliki luas lebih dari 1 ha. Panjang sudut timur hingga barat adalah 80 meter, sementara panjang utara hingga selatan mencapai 120 meter,sedangkan lebar (ketebalan) pagar 130 cm.Tembok yang mengelilingi kompleks candi diperkirakan mempunyai ketinggian 3.70 m.(edi purwanto)

link: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/tondowongso-peninggalan-kadhiri-3.html