Sita

17
I. KONSEP MEDIK Pengertian Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal dalam otak. Yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak banigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya. Tumor otak menjadi 2 tipe : 1. Tumor primer Yaitu tumor yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari astrosit, oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas- medulobalas. 2. Tumor sekunder Yaitu tumor yang berasal dari karsinoma metastasis yang terjadi di bagian tubuh lainnya. Contohnya yang paling sering adalah yang berasal dari tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. Klasifikasi Ada beberapa macam klasifikasi, tetapi yang paling sering dijumpai adalah klasifikasi berdasarkan lokasi, yaitu : 1. Tumor supratentorial a. Hemisfer otak, terbagi lagi : Glioma : - b. Tumor struktur median

description

sita

Transcript of Sita

Patofis, penyimpangan kdm, konsep keperawatan

I. KONSEP MEDIK

PengertianTumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal dalam otak. Yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak banigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya.Tumor otak menjadi 2 tipe :

1. Tumor primer

Yaitu tumor yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari astrosit, oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas-medulobalas.2. Tumor sekunder

Yaitu tumor yang berasal dari karsinoma metastasis yang terjadi di bagian tubuh lainnya. Contohnya yang paling sering adalah yang berasal dari tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita.KlasifikasiAda beberapa macam klasifikasi, tetapi yang paling sering dijumpai adalah klasifikasi berdasarkan lokasi, yaitu :

1. Tumor supratentorial

a. Hemisfer otak, terbagi lagi :

Glioma :

-

b. Tumor struktur median

2. Tumor InfratentorialEtiologiPenyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun factor-faktor yang perlu ditinjau yaitu :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma, dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Skelorosis tubarase atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dinggap sebagai manifestasi oertumbuhan baru, memperlihatkan factor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya factor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa sel embrional

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi adakalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,teratoma intrakaranial dan kordoma.3. RadiasiJaringan pada system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada system saraf pusat.5. Substansi-substansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

Gejala klinikGejala tumor intracranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu :1. Gejala umum

2. Gejala local

3. Gejala local yang menyesatkan (false localizing features)

1. Gejala klinik umum

Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intracranial atau akibat infitrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa meyebabkan deficit neurologist, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum.

a. Nyeri Kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyeri timbul dan intermiten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktifitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80% dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa superior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.

b. Perubahan status mental

Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiataif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma. c. Seizure

Adalah gejala utama dari tumor yang berkembangnya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.

d. Edema papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan tiknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

e. Muntah

Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecuriagaan adanya massa intracranial.2. Gejala Klinik LokalManifestasi local terjadi pada tumor yang menyebabkan dekstruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan factor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat meyebabkan disfungsi fokal yang reversible.

a. Tumor Kortikal

Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralysis posiktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda local tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasie jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral meninjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius.

b. Tumor Lobus Temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonym, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominant menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/quadrianopsia inferior homonym kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris.c. Tumor Lobus OksipitalTumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.

d. Tumor pada Ventrikel Tiga dan region Pineal

Tumor yang di daloam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hedrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepa berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.

e. Tumor Batang Otak

Terutama ditandai dengan disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.f. Tumor serebellarMuntah brulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor selebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.

3. Gejala Lokal yang menyesatkan (False Localizing Features)Gejala local yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial, pergeseran dari struktur-struktur intracranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intracranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kollosum menyebabkan ataksia (frontal ataksia).

DiagnosisUntuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik II. KONSEP KEPERAWATANA. Pengkajian

Riwayat kesehatan pasien

1. Keluahan utama : apa yang menjadi alasan sehingga pasien datang ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.

2. Bagaimana pengertian pasien tentang penyakitnya, kapan mulai dirasakan dan bagaimana permulaannya.Apakah gejala hilang timbul atau menetap, apakah ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama?3. Apakah pasien mengalami gangguan tidur? Apakah pasien dapat tidur dimalam hari atau bahkan tidur sepanjang hari.

4. Apakah pasien mengalami perubahan kepribadian? Apakah pasien letargi atau bahkan agresif, apakah pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari?

5. Apakah pasien mengalami inkotinensia? Jika ya, apakah karena kebingungan atau karena sensasi yang buruk?

6. apakah pasien mengalami nyeri kepala? Apakah seisi atau bilateral.

7. Apakah pasien mengalami gangguan bicara? Bicara tidak jelas, bicara tidak mengandung makna atau tidak dapat mengeluarkan suara? Apakah pasien megerti pembicaraan perawat.

8. Apakah pasien mengalami gangguan penglihatan? Tidak dapat melihat, bayangan tidak jelas atau kabur dan mengalami diplopia.

9. Apakah pasien mengalami kejang-kejang?

Riwayat kesehatan masa lalu1. Apakah pernah mengalami trauma pada kepala dan tulang belakang? Bila ya, apakah pasien dirawat di RS dan masalah-masalah apa saja yang dialami saat itu?

2. Apakah pasien mengalami trauma kepala saat lahir, tanyakan apakah pasien lahir spontan, dengan alat atau pembedahan?3. Apakah pasien pernah mengalami infeksi, khususnya 3 bulan terakhir mengenai saluran pernapasan atas, typus abdominalis, cacat, dan riwayat infeksi tubekulosis?

4. Apakah pasien pernah mengalami atau sedang menderita kelainan jantung dan pembulu darah seperti hypertensi, kelainan jantung bawaan, gangguan pembekuan darah?

5. Apakah pasien pernah mengalami gangguan pernapasan?

6. Apakah pasien pernah mengalami kelainan hormonal seperti peningkatan sekresi hormone-hormon thyroid karena akan memberikan gambaran sama dengan gangguan naurologik seperti tremor atau penurunan kesadaran?

7. Apakah pasien mengalami gangguan metabolic?

8. Apakah pasien pernah mengalami gangguan fungsi ginjal seperti CRF yang dapat menyebabkan anemia yang dapat berdampak pada penurunan kesadaran?B. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi, bargerak dan berjalan, beradaptasi terhadap kelemahan atau paralysis untuk melihat dan kehilanagan kemampuan bicara dan adanya kejang.

Riwayat gizi yang dikaji untuk mengkaji asupan diet dan intoleransi terhadap makanan serta makanan yang disukai. Pengukuran antropometrik mengkaji hilangnya lemak subkutan dan massa tubuh kering (tanpa lemak). Pengukuran biokimia (albumin, transferin, jumlah limfosit total, nilai kreatinin dan tes urin) adalah tinjauan untuk mengkaji keadaan malnutrisi, gangguan imunitas sel dan keseimbangan elektrolit.Kakeksia (keadaan yang lemah dan kurus) terlihat pada pasien dengan metastase dan dikarakteristikkan oleh anoreksia, nyeri, penurunan berat badan, gangguan metabolisme kelemahan otot, malabsorbsi, fan diare. Pasien mengalami perubahan sensasi rasa sekunder akibat dysphagia, kelemahan dan depresi. Gangguan dan keterbatasan indera penciuman (anosmia) sering terjadi diantara pasien-pasien ini.

Pengkajian dibuat terhadap gejala-gejala yang menyebabkan distress bagi pasien terdiri dari nyeri, masalah pernapasan, maslah eliminasi dan berkemih. Gangguan tidur dan gangguan integritas kulit, keseimbangan cairan dan pengaturan suhu. Masalah-masalah ini dapat disebabkan oleh invasi tumor, kompresi atau obstruksi.

C. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul1. PreoperasiDiagnosa I :

Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan krisis

Tujuan :

Kebutuhan rasa aman

Kriteria Evaluasi :

a. Klien dapat menyadari dan dapat menerima musibah.

b. Klien dapat mengekspresikan perasaan.

c. Klien mempunyai rasa optimis terhadap kesembuhan penyakit.

1) Intervensi: Kaji perasaan dan beri rasa simpati dan dengarkan seluruh keluhan.Rasional: Tindakan ini akan mengurangi kecemasan sehingga dalam bekerja sama dengan tim kesehatan dapat saling keterbukaan misalnya sehubungan dengan ekonomi.

2) Intervensi: Berikan penjelasan mengenai kondisi dan rencana perawatan dan prognosa klien secara akurat dan mempertahankan situasi dan kondisi.

Rasional: Klien tidak dapat menerima informasi karena pengaruh emosi oleh karena itu beri informasi agar situasi dan kondisi benar-benar memungkinkan sehingga tidak menimbulkan salah presepsi.

3) Intervensi: Jelaskan terlebih dahulu semua tes diagnostic yang akan dilakukan.Rasional : Untuk mempermudah mengerti tentang terapi yang diberikan yang pada gilirannya untuk kesembuhan klien.

4) Intervensi : Jelaskan tujuan perawatan intensif yang akan dilakukan.Rasional : Dengan perawatan intensif dapat meyakinkan pasien tentang terapi

yang diberikan.

5) Intervensi : Dorong klien untuk mengungkapkan perasan-perasaanya (takut, cemas) dan beri umpan balik.Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien dan respon

klien terhadap stimulasi yang diberikan.

6) Intervensi : Beri penyuluhan pada klien dan orang-orang terdekat serta beri dorongan secara terus menerus.Rasional : Untuk memantau klien dalam membantu proses penyembuhan.

7) Intervensi : libatkan keluarga dalam pertemuan dengan tim kesehatan terutama dalam pengambilan keputusan dan perencanaan.Rasional : Tindakan ini memungkinkan keluarga klien menjadi bagian integral

dari program yang dijalankan.

8) Intervensi : Kolaborasi pemberian obat anti cemas sesuai dengan program terapi.Rasional : Untuk membantu menenangkan klien dalam rangka tindakan

penyembuhan.

2. Post OperasiDiagnosa II

Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan terutama jaringan cerebral akibat prosedur pembedahan.

Tujuan :

Kebutuhan rasa aman terpenuhi :

Kriteria evaluasi :

a. Nyeri kepala hilang.

b. Pasien tenang, tidak gelisah.

c. Pasien dapat istirahat dengan tenang.

1. Intervensi: Kaji mengenai lokasi, intensitas, penyebaran nyeri. Rasional: Untuk memudahkan dalam membuat intervensi selanjutnya.2. Intervensi: Kaji faktor-faktor yang dapat menambah keluhan nyeri kepala klien.

Rasional : Untuk mempermudah melakukan tindakan yang intensif dalam mengurangi stimulasinya tersebut.3. Intervensi: Kaji tanda-tanda nyeri dan respon non verbal. Rasional : Untuk mempermudah melakukan suatu tindakan yang efektif.

4. Intervensi: Kaji bagaimana respon klien terhadap nyeri.

Rasional: Untuk memudahkan melakukan intervensi selanjutnya.5. Intervensi: Ajarkan latihan teknik relaksasi latihan nafas`atau dari relaksasi otot-otot.

Rasional : Latihan nafas dalam dan relaksasi otot-otot dapat mengurangi ketegangan saraf sehingga pasien merasa lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala.6. Intervensi: Buat Posisi kepala tinggi (14-45o) Rasional: Posisi kepal lebih tinggi dari badan dan kaki akan meningkatkan dan melancarkan aliran balik pembuluh darah vena dari kepala sehingga dapat mengurangi edema dan tekanan intracranial yang tinggi.

7. Intervensi: Kurangi stimulus yang tidak mengenakkan dari luar. Rasional: Respon yang tidak menambah ketegangan syaraf.

8. Intervensi: Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obat analgetik. Rasional: Obat analgetik untuk meningkatkan ambang rangsang nyeri.

Diagnosa IIIPotensial terjadinya peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah otak akibat asidosis metabolic.

Tujuan :

Peningkatan tekanan intracranial tidak terjadi.

Criteria evaluasi :

Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial seperti takanan darah meningkat, denyut nadi lambat, pernapasan dalam dan lambat.

1. Intervensi: Kaji status neurologist yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.

Rasional: Hasil dari peningkatan dapat diketahui secara dini adanya tanda-tanda dan peningkatan TIK sehingga dapat menentukan arah tindakan selanjutnya.

2. Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.

Rasional: Dapat mendeteksi secara dini peningkatan intracranial.

3. Intervensi: Naikkan kepala dengan sudut (15-45). Rasional: Dengan posisi tersebut akan melancarkan aliran balik darah vena kepala sehingga mengurangi kongesti cerebun.

4. intervensi: Monitor asupan dan keluaran serta 8 jam sekali.

Rasional: Tindakan ini untuk mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebri.

5. Intervensi: Monitor suhu dan atur suhu lingkungan sesuai indikasi. Rasional: Demam menandakan gangguan hopothalamus, karena lingkungan yang panas meningkatkan TIK.

6. Intervensi: Berikan oksigen sesuai program tetapi dengan saluran pernapasan yang lancar.

Rasional: Mengurangi hipolesemia yang dapat meningkatkan vasodilatasi serebri.

7. Intervensi: Bantu pasien untuk menghindari mambatasi batuk, muntah, dan mengedan pada saat BAB.

Rasional: Aktivitas seperti ini dapat meningkatkan TIK dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.

8. Intervensi: Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian obat.

Rasional: Pemberian obat dapat mengurangi stimulus sakit.

Diagnosa IVGangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan / kemampuan motorik.

Tujuan :

a. Mampu melakukan aktivitas fisik dan ADL (Activity Daily Living)b. Tidak terjadi komplikasi dekubitus, bronkopneumonia, tromboplebitis dan kontraktur sendi.

Kriteria evaluasi :

a. Pasien mampu dan pulih kembali, setelah pasca akut dalam mempertahankan fungsi gerak.

b. Tidak terjadi dekubitus, bronkopneumonia, tromboplebitis dan kontraktur sendi.

c. Mampu memperatahankan keseimbangan tubuh.

d. Mampu melakukan aktivitas pasca akut dan aktivitas sehari-hari (ADL) pada tahap rehabilitasi sesuai kemampuan.

1. Intervensi: Koreksi tingkat kemampuan mobilitas dengan skala 0-4.

Rasional: untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang diberikan.

2. Intervensi: Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik, keseimbangan, koordinasi gerakan dan tonus otot.

Rasional: Untuk melihat penurunan atau peningkatan fungsi sensoris motoris (fungsi neurologist).

3. Intervensi: Atur posisi pasien dan ubah secara teratur tiap 2 jamsekali bila tidak ada kejang atau setelah 4 jam pertama.

Rasional: Mengubah posisi pasien secara teratur dapat mencegah adanya penekanan pada organ tubuh yang menonjol.4. Intervensi: Bantu pasien melakukan gerakan pada organ secara pasif bila kesadaran menurun dan secara pasif bila pasien kooperatif. Rasional:

5. Intervensi: Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dengan memberi penyangga pada lekukan-lekukan sendi, telapak tangan dan kaki. Rasional:Untuk mencegah kontraktur sendi.6. Intervensi: Bantu pasien seluruhnya dalam memenuhi kebutuhan ADL bila kesadaran belum pulih kembali. Rasional: Bantuan yang diberikan akan mampu memenuhi kebutuhan ADL.

7. Intervensi: Berikan motivasi dan latihan pada pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL nya sesuai kebutuhan pada tahap rehabilitasi.

Rasional: Motivasi ini diberikan untuk meningkatkan semangat hidup pasien agar lebih mandiri dalam memenuhi ADL. Hal ini untuk menghindari ketergantungan pasien pada orang lain.

8. Intervensi: Lakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (Fisioterapi) dan pekerja social dalam terapi fisik dan pekerjaan.

Rasional: Dengan memberikan terapi fisik pekerjaan akan memilih pasien untuk belajar mandiri setelah pulang ke rumah.