Sistem Tata Guna Lahan

download Sistem Tata Guna Lahan

of 11

description

Tata guna lahan dalam Dasar-dasar Rekayasa Transportasi

Transcript of Sistem Tata Guna Lahan

Dasar-dasar Rekayasa Transportasi

Sistem Tata-Guna Lahan/TransportasiDasar-dasar Rekayasa Transportasi

1

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik.Penulisan laporan tentang Sistem Tata-Guna Lahan/Transportasi ini dilakukan dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Dasar-dasar Rekayasa Transportasi dan diharapkan melalui laporan ini, penulis dapat memahami dan mencerna dengan baik materi mengenai Sistem Tata-Guna Lahan/Transportasi.Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan laporan ini, khususnya kepada dosen Dasar-dasar Rekayasa Transportasi yaitu Bapak Ade Asmi, yang bersedia mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dikarenakan pengetahuan yang masih belum cukup. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan guna menyempurnakan penyusunan laporan selanjutnya. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 30 Desember 2013Nindya Ratih Kusuma Dewi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. iDaftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB ITata Guna Lahan ............................................................................................................. 1BAB IIKomponen Sistem Wilayah Perkotaan ........................................................................... 1BAB IIIKriteria Untuk Mengukur dan Membandingkan Struktur Wilayah Perkotaan .............. 3BAB IVAksesibilitas ................................................................................................................... 4BAB VTata-guna Lahan dan Transportasi ................................................................................ 5BAB VIModel-model Tata-Guna Lahan .................................................................................... 6BAB VII

Contoh Soal dan Pembahasan ....................................................................................... 7i

BAB ITATA GUNA LAHANTata guna lahan memiliki hubungan erat dengan transportasi. Sebidang lahan dengan jenis tata guna tertentu menghasilkan perjalanan tertentu pula. Semakin baik penyediaan fasilitas dalam perjalanan tersebut, maka aksesibilitas kendaraan juga akan semakin tinggi. Dengan peningkatan aksesibilitas tersebut maka peningkatan untuk membangun lahan tersebut juga akan semakin meningkat dan menyebabkan nilai lahan juga akan semakin meningkat. Selain itu, semakin berkembangnya daerah tersebut, maka kemudahan untuk mendapatkan transportasi dan penyediaan layanan pada daerah tersebut juga semakin berkembang dan semakin banyak.Sebagai contoh dari pengaplikasian tata guna lahan tersebut yaitu diawali dengan perjalanan penduduk atau penumpang maupun barang dalam mencapai daerah tujuan tertentu dengan melalui jalan setapak, lama kelamaan seiring perkembangan zaman dan teknologi jalan setapak tersebut menjadi acuan untuk membuat jalur transportasi dengan mempertimbangkan seberapa banyak penduduk melewati jalan tersebut. Semakin lama, jalan setapak tersebut berubah menjadi jalan raya. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan yang awalnya kosong dan tidak ada bangunan ataupun infrastruktur lain, dikelola untuk dapat digunakan sebagai jalan yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk setempat.

BAB IIKOMPONEN SISTEM WILAYAH PERKOTAANDi dalam struktur ruang wilayah perkotaan terdapat beberapa komponen sistem yang saling berhubungan dan melengkapi untuk membentuk sistem wilayah tersebut. Komponen-komponen tersebut meliputi:a. Inti suatu kota yaitu lokasi kediaman awal. Pada komponen inti tersebut, elemen-elemenenya yaitu pembentukan awal dan daerah pusat bisnis. Lokasi kediaman awal berkembang dengan berjalannya waktu akan menjadi pusat komunikasi dari kota tersebut, yang biasa disebut sebagai Daerah Pusat Bisnis (DPB).b. Bentuk geometris daerah dan batas-batas sistem. Elemennya yaitu perluasan geografis dan batas-batas daerah. Jadi setelah terbentuk suatu kota, maka dari kota tersebut akan ditentukan batas-batas daerahnya agar memudahkan dalam megelola sitem dan mengorganisir segala infrastruktur dan segala macamnya.c. Unsur terkecil yang membentuk keanggotaan sistem. Elemen yang terkandung dalam komponen tersebut yakni aktivitas, interaksi serta tata-guna lahan. Adanya elemne-elemne tersebut akan saling berhubungan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.d. Prinsip-prinsip pengaturan seperti apa saja yang mengikat sistem menjadi satu dan mngalokasikan kegiatan ke berbagai daerah sistem. Selain itu komponen tersebut juga dilengkapi dengan elemen-elemen seperti logika dasar atau prinsip-prinsip struktur wilayah perkotaan. Dengan adanya komponen tersebut, maka persebaran kegiatan diharapkan dapat terdistribusi secra merata.e. Perilaku, bagaimana sistem bertindak dan berubah terhadap waktu. Elemennya yaitu pola kerja kota dan pola-pola aktivitas dan performa pertumbuhannya.f. Komponen lingkungan. Elemen yang menyangkut komponen tersebbut yaitu sumber dan jenis faktor-faktor penentu eksternal dari struktur wilayah perkotaan. Komponen lingkungan ini mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap sistem. Dikarenakan lingkungan menentukan bagaimana sistem harus dijalankan, diubah dan dibentuk sesuai dengan pertimbangan faktor eksternal yang ada.g. Alur waktu, sebuah kecenderungan evolusi dan perubahan. Salah satu elemennya yaitu siklus pembangunan. Suatu sistem, berpengaruh sekali terhadap alur waktu ini. Sama halnya dengan adanya komponen lingkungan, sistem mempertimbangkan pengaruh alur waktu juga.Dari adanya komponen-komponen tersebut maka, sebuah sistem akan saling berkesinambungan dan berhubungan antara yang satu dengan yang lain untuk membentuk sistem suatu kota yang terorganisir.Beberapa konsep yang perlu dipahami untuk membantu pemahaman akan bentuk dan struktur wilayah perkotaan meliputi:1. Bentuk wilayah perkotaan2. Interaksi wilayah perkotaan3. Struktur ruang wilayah perkotaan4. Rencana Komprehensif5. Panduan6. Ketentuan Hukum7. Kode8. Pembagian zona9. Peraturan subdivisi10. Infrastruktur

BAB IIIKRITERIA UNTUK MENGUKUR DAN MEMBANDINGKAN STRUKTUR WILAYAH PERKOTAANTerdapat beberapa kriteria dalam mengukur dan membandingkan bentuk wilayah perkotaan dan struktur ruang. Kriteria tersebut yaitu:1. Kriteria mengenai struktur internal perkotaan yang mempunyai struktur yang berbeda apabila terdapat sistem yang berbeda.2. Kriteria mengenai daerah yang mempunyai jumlah populasi yang sama akan menghasilkan bentuk wilayah perkotaan yang berbeda pula. 3. Kriteria lainnya berhubungan dengan indeks-indeks pola wilayah perkotaan yang menyediakan gambaran yang komprehensif tentang bentuk geometris kota.Selain itu, kriteria struktur ruang wilayah perkotaan untuk sebuah kota terdapat tingkat kepadatan, homogenitas atau tingkat keseragaman, konsentrisitas (tingkat pemusatan), sektoralitas (tingkat pembagian), konektivitas (tingkat hubungan), dan tingkat pengarahan.Jika mengamati struktur ruang wilayah perkotaan terlihat bahwa daerah pusat bisnis mempunyai pengaruh terhadap pola kepadatan penduduk, pembagian pendapatan dan berbagai hal lainnya. Pada daerah yang dekat daerah pusat bisnis akan memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dibandingkan dengan daerah yang semakin jauh dari daerah pusat bisnis. Begitu pula dengan pembagian pendapatan, pembagian pendapatan tetap merata, namun pendapatan yang tinggi hanya akan terdapat pada suatu daerah tertentu. Sedangkan jika dilihat besarnya gradien kepadatan, maka besarnya populasi pada daerah yang dekat dengan DPB akan memiliki jumlah populasi yang begitu banyak juga. Hal tersebut dikarenakan, pada daerah sekitar DPB memiliki potensi dan peluang lapangan pekerjaan yang banyak. Misalnya pada daerah Jakarta, jumlah populasi di daerah Jakarta akan lebih banyak daripada populasi pada daerah Madiun yang notabennya merupakan kota kecil. Pada tingkat hubungan (jaringan jalan) pada daerah DPB akan memiliki ruas jalan yang banyak dalam artian memiliki berbagai pilihan jalan pintas yang dapat dijadikan sebagai pilihan oleh para pengemudi dan penumpang untuk mencapai lokasi tujuan. Selain itu tingkat homogenitas, tingkat pemusatan, tingkat pengarahan serta prinsip-prinsip pengorganisasian juga mrupakan kriteria pilihan dalam struktur ruang wilayah perkotaan.

BAB IVAKSESIBILITASAksesibilitas merupakan besarnya kemudahan untuk melakukan pergerakan di antara dua tempat. Besarnya eaksesibilitas dipengaruhi oleh waktu tempuh terhadap suatu daerah tertentu, besarnya jarak tempuh ke daerah tersebut, mobilitas dan sistem transportasi yang ada. Semakin kecil waktu tempuh maka semakin besar aksesibilitasnya. Indeks aksesibilitas merupakan ukuran dari seberapa banyak tujuan potensial yang tersedia bagi seseorang dan semudah apa orang tersebut mencapainya. Sebagai contoh, diketahui sebuah perjalanan dari suatu daerah ke daerah tujuan membutuhkan waktu tempuh sekian detik (waktu tersebut dibedakan menjadi dua, waktu tempuh semula dan waktu tempuh setelah adanya peningkatan transportasi). Dari kedua waktu tersebut, maka dapat ditentukan besarnya total waktu tempuh dan perubahan waktu tempuh tiap tujuan. Dari data tersebut, maka dapat ditentukan perbandingan antara waktu tempuh dan besarnya aksesibilitas dari tiap perjalanan tersebut.Contoh permasalahan lainnya yaitu, untuk mencari aksesibilitas zona aktual dan relatif dari suatu pemukiman jika diketahui jumlah pekerja pada suatu daerah, waktu tempuh, serta peluang kerja yang ada. Untuk menentukan aksesibilitas zona aktual maka dicari total keseluruhan dari nilai aksesibilitas pada tiap pemukiman. Sedangkan untuk menentukan besarnya aksesibilitas relatif yakni dengan memabgi nilai dari aksesibilitas zona aktual per pemukiman dengan total keseluruhan dari aksesibilitas zona aktual tersebut. Dari perhitungan tersebut nanti, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan seseorang untuk mencapai lokasi-lokasi yang berbeda di dalam suatu kota tidak hanya bergantung pada lokasi relatif dari tempat tersebut, melainkan juga dipengaruhi oleh mobilitas dan sistem transportasi yang ada.

BAB VTATA-GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASIDalam suatu wilayah atau lahan, terdapat pemilihan lahan untuk dijadikan tempat tinggal dan semacamnya. Dalam pembelian lahan tersebut tentunya akan dibagi bebrapa zona yang mengakibatkan adanya peraturan baru dalam wilayah tersebut. Selain itu, suatu lahan juga mempunyai nilai tersendiri yang mana nilai tersebut dipengaruhi oleh jarak dari DPB.Hubungan antara transportasi dan pengembangan lahan yaitu:1. Hubungan fisik dalam sekala makro yakni proses perencanaan,2. Hubungan fisik dalam ukuran mikro yaitu desain wilayah perkotaan,3. Hubungan proses, berhubungan dengan aspek hukum dan pengaturan lahan serta pengembangan transportasi.Analisis tata guna lahan merupakan cara praktis untuk mempelajari aktivitas-aktivitas yang menyebabkan terjadinya pembangkitan perjalanan karena pola perjalanan (rute dan arus lalu lintas) dipengaruhi oleh jaringan transportasi dan pengaturan tata guna lahan. Tujuan utama dari perencanaan transportasi adalah menyediakan pergerakan yang harus dilakukan oleh manusia dan barang dengan biaya serendah mungkin. Namun dengan diberlakukan biaya yang rendah, perencanaan trasportasi juga harus menimbangkan volume kendaraan yang melewati arus jalan tersebut. Karena ada kenyataannya dengan diberi biaya yang murah, kemacetan lalu lintas juga sering terjadi. Maka dari itu perencanaan transportasi juga harus mempertimbangkan secara jangka panjang dengan adanya perencanaan tersebut.

BAB VIMODEL-MODEL TATA-GUNA LAHANModel tata guna lahan memiliki dua tujuan utama yaitu memperkirakan aktivitas total di suatu wilayah perkotaan dan mengalokasikan aktivitas tersebut ke dalam perangkat yang teah ditentukan sebelumnya. Terdapat dua model alokasi tata guna lahan sederhana yaitu model Hansen yang dirancang untuk memprediksi lokasi populasi berdasarkan premis bahwa pekerjaan adalah faktor yang paling berpengaruh untuk menentukan suatu lokasi. Sedangkan pada metode gradien peningkatan kepadatan terdapat tiga acuan empiris yaitu intensitas tata guna lahan menurun ketika jarak atau waktu tempuh ke DPB meningkat, perbandingan jumlah lahan yang digunakan dengan jumlah lahan yang tersedia menurun ketika jarak dari DPB meningkat, proporsi lahan yang diperuntukkan bagi setiap jenis tata-guna lahan di suatu daerah tetap stabil. Pada metode gradien peningkatan-kepadatan, untuk menentukan besarnya kapasitas daya tampung dipengaruhi oleh populasi pemukiman pada zona tersebut, lahan kosong dan tersedia di zona tersebut, serta kepadatan rata-rata yang diperkirakan di mana seluruh pengembangan pemukiman di masa mendatang akan terjadi.Selain kedua model tersebut, terdapat juga model tata-guna lahan operasional yang memperkirakan pemukiman dan tempat kerja. Untuk mencari besarnya jumlah orang yang tinggal di suatu zona tertentu, hal tersebut, hal tersebut dipengaruhi oleh jumah orang yang bekerja pada zona tersebut dan probabilitas bahwa seseorang yang bekerja di zona tempat orang bekerja akan memilih untuk tinggal di zona tempat bekerja atau zona lainnya. Misalnya, orang yang bekerja di daerah Jakarta, belum tentu orang tersebut bertempat tinggal di daerah Jakarta juga, namun bisa jadi orang tersebut tinggal di daerah Bogor.Jadi tata guna lahan perlu untuk dipahami karena berpengaruh terhadap ekonomi makro (ekonomi yang mencakup global terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi dan dampak atas beragam tindakan pemerintah) dan ekonomi mikro (ekonomi yang meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga dan bagaimana harga yang pada gilirannya menentukan penawaran permintaan barang dan jasa selanjutnya).

BAB VIICONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

Sebuah kota kecil mempunyai tiga daerah pemukiman R1, R2, R3 dengan masing-masing 1500, 2000, dan 2500 pekerja, dan dua zona tempat bekerja E1 dan E2 dengan masing-masing 200 dan 4000 peluang kerja. Waktu tempuh antar zona (dalam menit) disajikan dalam tabel. Tentukan aksesibilitas zon aktual dan relatif dari daerah-daerah pemukiman tersebut dengan asumsi bahwa b = 1,0.

o d12R0

110121500

2792000

3682500

Ed200040006000

JawabanDiketahui bahwa perumusannya adalah

Dimana

d = 1, 2; o = 1, 2, 3 200 + 333 = 533 286 + 444 = 730 333 + 500 = 833Total = 2096Sehingga besarnya aksesibilitas relatifnya yaitu

Total = 1,00Dengan menjumlahkan besarnya aksesibilitas setiap orang yang tinggal pada zona tertentu maka dapat membedakan kelompok yang terdapat pada zona tersebut. Sebagai contoh, kelompok orang yang memiliki mobil dan yang tidak, misal pada 2000 pekerja yang tinggal di daerah R2 diasumsikan semuanya memiliki mobil dan mencapai daerah E2 dalam waktu 9 menit. Kemampuan seseorang tersebut dalam mencapai lokasi tujuan dalam suatu kota tidak hanya bergantung pada lokasi relatifnya saja, melainkan bergantung juga pada kemampuan untuk bergerak ke tempat aktivitas (misalnya akibat adanya kemacetan lalu lintas) dan sistem transportasi yang ada. Jadi aksesibilitas itu bergantung pada beberapa hal tersebut. Ketika mobilitas untuk mencapai suatu daerah tertentu sangat rendah, maka besarnya aksesibilitas yang ada juga akan rendah karena sulitnya seseorang untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain yang diakibatkan oleh adanya beberapa kendala.